perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN...

114
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN CORPORATE GOVERNANCE DALAM KEPATUHAN PENGUNGKAPAN WAJIB: STUDI EMPIRIS BADAN USAHA MILIK NEGARA Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Disusun oleh: UMI NAFISAH NIM. F0307090 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Transcript of perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN...

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERAN CORPORATE GOVERNANCE DALAM KEPATUHAN

PENGUNGKAPAN WAJIB: STUDI EMPIRIS BADAN USAHA MILIK

NEGARA

Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat

untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun oleh:

UMI NAFISAH

NIM. F0307090

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERAN CORPORATE GOVERNANCE DALAM KEPATUHAN PENGUNGKAPAN WAJIB: STUDI EMPIRIS BADAN USAHA MILIK

NEGARA

ABSTRAKSI

UMI NAFISAH

F0307090

Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran corporate governance dalam kepatuhan pengungkapan wajib pada BUMN Indonesia. Corporate governance direpresentasikan dengan ukuran dewan komisaris, komposisi komisaris independen, jumlah rapat dewan komisaris, komposisi komite audit independen dan jumlah rapat komite audit.

Pengukuran kepatuhan pengungkapan wajib dalam penelitian ini menggunakan item yang terdapat dalam PSAK No. 21 mengenai akuntansi ekuitas. Dengan menggunakan teknik purposive sampling, sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 48 BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2009.

Rerata tingkat kepatuhan pengungkapan wajib sebesar 54,16%. Hasil pengujian regresi berganda menunjukkan bahwa corporate governance melalui ukuran dewan komisaris (board size) dan jumlah rapat komite audit berpengaruh positif terhadap kepatuhan pengungkapan wajib, sedangkan komposisi komite audit independen berpengaruh negatif terhadap kepatuhan pengungkapan wajib. Variabel lainnya yaitu komposisi komisaris independen dan jumlah rapat dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap kepatuhan pengungkapan wajib.

Kata Kunci: Kepatuhan pengungkapan wajib, corporate governance, BUMN Indonesia

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERAN CORPORATE GOVERNANCE DALAM KEPATUHAN PENGUNGKAPAN WAJIB: STUDI EMPIRIS BADAN USAHA MILIK

NEGARA

ABSTRACT

UMI NAFISAH

F0307090

The purpose of this study is to examine the effect of corporate governance to mandatory disclosure compliance of BUMN in Indonesian Stock Exchange. Corporate governance are identified as board size, composition of independent director, the number of board meetings, composition of independent audit committe members, and the number of audit committe meetings as independent variables.

The level of mandatory disclosure compliance is measured with the items identified on PSAK No. 21 about Accounting of Equity. Under purposive sampling, 48 annual reports of BUMN in Indonesian Stock Exchange at 2005-2009 are selected.

The average level of mandatory disclosure compliance at 54,16%. The result of multiple regression shows that the board size and the number of audit committe meetings are positive significant determinant to mandatory disclosure compliance, whereas the composition of independent audit committe is negative significant determinant to mandatory disclosure compliance. The composition of independent director and number of board meetings are not significant variable of mandatory disclosure compliance.

Key words: mandatory disclosure compliance, corporate governance, BUMN

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HALAMAN MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan

(Alam Nasyrah: 6)

Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kesanggupannya

(Al-Baqarah: 286)

When you feel like hope is gone

Look inside you and be strong

And then you'll finally see the truth

That a hero lies in you

(Hero by Mariah Carey)

Kejujuran adalah kunci untuk mendapatkan ketenangan dalam hidup

(Umi Nafisah)

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HALAMAN PERSEMBAHAN

I dedicate this research for..

..MY BELOVED FAMILY..

Especially for Ayah and Ibu..

They were my Strength when I was weak

They saw the best there was in me

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,

karunia, segala nikmat, dan kekuatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Peran Corporate Governance dalam Kepatuhan

Pengungkapan Wajib: Studi Empiris Badan Usaha Milik Negara”, sebagai tugas

akhir guna memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Akuntansi Universitas Sebelas Maret.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini tidak terlepas

dari dorongan dan bantuan banyak pihak. Oleh karenanya, penulis dengan ini

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret.

2. Drs. Jaka Winarna M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

3. Bapak Drs. Djoko Suhardjanto, M.Com (Hons), Ph.D, Ak. selaku

pembimbing skripsi atas semua kritik, saran, nasihat dan perhatianya yang

sangat membantu penulis untuk mencapai hasil yang terbaik.

4. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen, serta karyawan FE UNS, terimakasih atas

semua ilmu dan pengalaman hidup yang begitu berharga..

5. Keluargaku yang selalu memberikan kasih sayang, semangat, dukungan,

kepercayaan, dan doa-doa yang selalu terpanjatkan tiada henti. Ayah, Ibu,

Mas Sahid, Mas Hafid, Mba Umi, Mba Ina, Naura. Ayah dan Ibu yang

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sabaaar banget n gak pernah bosen dengar keluhan, tangisan n

kecemasanku. Mas Sahid, Mba Ina, Mas Hafid n Mba Umi.. terima kasih

udah menjadi contoh kakak yang baik untuk aku. Naura, keponakanku

yang cantik, yang selalu jadi penghiburku klo pulang ke bekasi..^^ Mbah,

Pakde, Bude n keluarga besar di Solo. Terima kasih udah menjaga dan

merawatku selama aku di Solo.. Tanpa kalian semua, aku bukan siapa-

siapa..

6. Rayhan Fajusha, terima kasih telah menjadi seseorang yang spesial sampai

saat ini.. Terima kasih untuk semua kesabaranmu, kesetiaanmu dan kasih

sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin

kamu. Empat tahun bersama dengan jarak yang jauh, semoga berakhir

dengan indah. Amin.. I’m so glad to have someone like u..

7. Ceceko (nisa, komang, niki, rizka).. teman terbaik dari SMA bahkan

sampai detik ini. Makasih buat dukungan n support kalian. Terima kasih

selalu ada n ngajak ngumpul kalo aku pulang ke bekasi. Kangen

kenangan2 kita waktu SMA.. semua itu tak kan pernah lekang oleh waktu,

hehe.

8. Meldhan, Erna, Verian, Latifa.. Makasih buat semua yang kita bagi

bersama selama empat tahun ini. Tawa, tangis, senang, sedih..semuanya..

Makasih udah sering denger curhatan n keluhanku. Ayo kita penuhin buku

kuningnya. Hehe.. Semangat skripsinya ya teman2!!

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9. Temen2 satu bimbingan.. (Anne, Erna, Fira, Mas Sawit). Banyak banget

hari2 susah yang kita lewatin bareng2.. terima kasih udah saling ngoreksi.

Semoga sukses buat kitaa semua. Amiin..

10. Erlangga Pati Kawa, makasih yaa.. udah ngajarin aku SPSS, makasih juga

udah jadi temen curhatku J

11. Keluarga besar AGEN 007 FE UNS yang gak bisa disebutin satu2..

Terima kasih untuk pertemanan selama empat tahun ini. Inget.. Sharing is

Caring J thx for all..

12. Temen2 BESWAN DJARUM SOLO.. (bimo, johan, koko, anjar, yunus,

basri, herman, agung, nani, mila, nadya, ami, amin, pucha, mita, hafni,

wulan) makasih semuanyaaa.. makasih udah sering ngehibur n nemenin yg

LDR ini. hehe.. ayo semangat selesain skripsinya J

13. Pak man & pak pur, makasih buat doa2 dan perhatian bapak. Pak timin,

pak taufik, pak satpam, pak pelayanan, terima kasih..

14. Terima kasih, kepada diriku sendiri: Umi Nafisah yang hingga kini masih

terus berjuang untuk meraih yang terbaik demi keluarga n orang2

tersayang. Jangan pernah takut n cemas. Positive Thinking..! J

15. Temen2 BEM, KEI dan masih banyak lagi orang-orang di sekitar yang

memberi warna dalam hidupku, yang kalo disebutkan satu per satu bisa

menjadi sebuah buku yang lebih tebal dari skripsi ini. Buat yang namanya

belum disebutkan, dengan segenap kerendahan hati izinkan sebuah kata

mengalir tulus dari lubuk terdalam: Terima kasih!

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu

kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak, penulis harapkan

demi perbaikan yang berkelanjutan.

Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak

yang membutuhkan di kemudian hari. Terima kasih.

Alhamdulillahirobbil’alamin.

Surakarta, April 2011

Penulis

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAKSI ………………………………………………………….

ABSTRACT ……………………………………………………….......

HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………..................

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………...........

HALAMAN MOTTO ……………………………………………........

HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………….......

KATA PENGANTAR …………………………………………….......

DAFTAR ISI ………………………………………………………......

DAFTAR TABEL ……………………………………………………..

DAFTAR GAMBAR …………………………………………….........

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………….......

BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………….........

A. Latar Belakang ...............……………………………….......

B. Rumusan Masalah ……………………………………….....

C. Tujuan Penelitian …………………………………………...

D. Manfaat Penelitian ……………………………………….....

E. Sistematika Penulisan …………………………………..........

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................

A. Tinjauan Pustaka…………………………..............................

ii

iii

iv v

vi

vii

viii

xii

xv

xvi

xvii 1

1 8 8 9

10

11

11

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1. Laporan Tahunan (Annual Report) .........................…......

2. Pengungkapan Wajib (Mandatory Disclosure) …………

3. Pengungkapan Wajib Pos Ekuitas .....................................

4. Corporate Governance ......................................................

5. Dewan Komisaris .…………………………………….....

6. Komite Audit .....................................................................

B. Kaitan Corporate Governance dan Kepatuhan

Pengungkapan Wajib................................................................

C. Kerangka Pemikiran ................................................................

D. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis................

BAB III. METODE PENELITIAN ………………………….................

A. Desain Penelitian......................................................................

B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampel......................................

C. Data dan Metode Pengumpulan Data ......................................

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ......................

E. Teknik Analisis Data ...............................................................

BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ……………....................

A. Deskriptif Data........................................................................

1. Seleksi Sampel...................................................................

2. Statistik Deskriptif ............................................................

B. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan .....................................

Analisis Regresi Berganda ......................................................

BAB V. PENUTUP ..................................................................................

11

12

14

17

21

27

29

31

32

37

37

37

38

39

43

48

48

48

49

55

55

67

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

A. Kesimpulan ............................................................................

B. Saran ......................................................................................

C. Keterbatasan .........................................................................

D. Rekomendasi .........................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

LAMPIRAN ..............................................................................................

67

68

69

69

71

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1

3.2

3.3

4.1

4.2

4.3

Jumlah Populasi BUMN yang listing di BEI.................

Kriteria Pemilihan Sampel..............................................

Nilai Durbin-Watson.......…............................................

Statistik Deskriptif Variabel Dependen ........................

Statistik Deskriptif Variabel Independen ......................

Hasil Regresi Berganda .................................................

38

38

47

50

51

56

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1

2.2

2.3

3.1

Struktur Board of Director dalam One Tier System............

Struktur Board of Commissioner dan Board of Director

dalam Two Tiers System yang diadopsi oleh Belanda........

Struktur Board of Commissioner dan Board of directors

dalam Two Tiers System yang diadopsi oleh Indonesia .....

Skema Kerangka Pemikiran

22

23

23

31

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Item Pengungkapan Pos Ekuitas

Lampiran II Daftar Perusahaan Sampel

Lampiran III Statistik Deskriptif

Lampiran IV Uji Asumsi Klasik

Lampiran V Analisis Regresi Berganda

Lampiran VI Uji Beda T-test

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab I berikut ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah yang

mendasari disusunnya penelitian ini, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan

sistematika penulisan dari penelitian ini.

A. Latar Belakang

Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran corporate governance yang

direpresentasikan oleh ukuran dewan komisaris, komposisi komisaris independen,

jumlah rapat dewan komisaris, komposisi komite audit independen dan jumlah

rapat komite audit dalam kepatuhan pengungkapan wajib di Badan Usaha Milik

Negara (BUMN).

Menurut Abeysekera (2008) laporan tahunan memberikan informasi

finansial dan nonfinansial yang relevan dalam pembuatan keputusan bagi para

investor. Laporan tahunan merupakan suatu media yang dapat menghubungkan

pemakai laporan keuangan dengan perusahaan. Sejauh mana informasi yang dapat

diperoleh oleh para pemakai tergantung pada tingkat pengungkapan (disclosure)

dari laporan tersebut (Rahayu, 2008).

Pengungkapan dalam annual report merupakan salah satu isu penting di

dunia pasar modal. Annual report merupakan salah satu sumber utama informasi

keuangan bagi sejumlah pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

terutama oleh pemegang saham dan investor untuk menentukan tujuan investasi

mereka (Belkauoi, 2000).

Menurut Meek, Roberts dan Gray (1995) informasi yang diungkapkan

dalam laporan tahunan dikelompokkan menjadi 2 (dua) jenis yaitu: pengungkapan

wajib (mandatory disclosures) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure).

Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan informasi yang diharuskan oleh

peraturan yang berlaku, sedangkan pengungkapan sukarela merupakan pilihan

bebas manajemen perusahaan untuk pembuatan keputusan oleh para pengguna

laporan tahunannya (Meek et al, 1995).

Di Indonesia, pedoman penyajian dan pengungkapan laporan keuangan

diatur di Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan Surat Edaran Ketua Badan

Pengawas Pasar Modal No. SE-02/PM/2002. Peraturan tersebut mengatur

pengungkapan untuk setiap pos dalam laporan keuangan, salah satunya adalah pos

ekuitas. Menurut PSAK No. 21 tahun 2007 (akuntansi ekuitas), ekuitas sebagai

bagian hak pemilik dalam perusahaan harus dilaporkan sedemikian rupa sehingga

memberikan informasi mengenai sumbernya secara jelas dan disajikan sesuai

dengan peraturan perundangan dan akta pendirian yang berlaku. Tujuan pelaporan

informasi ekuitas pemegang saham diantaranya menyediakan informasi kepada

pihak yang berkepentingan tentang efisiensi dan kepengurusan manajemen dan

menyediakan informasi tentang prospek investasi pemilik dan pemegang ekuitas

lainnya serta merupakan tanggung jawab pemilik (http://cafe-

ekonomi.blogspot.com, 2009).

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Arah perubahan sosial masyarakat Indonesia yang menuntut diterapkannya

prinsip corporate governance bagi para pebisnis membuat isu pengungkapan

semakin relevan untuk dikaji karena nilai keutamaan yang ada dalam corporate

governance adalah transparancy, responsibility, fairness dan accountability

(Hertanti, 2005). Penerapan corporate governance pada BUMN diatur dalam

Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-117/M-MBU/2002.

BUMN merupakan salah satu penggerak perekonomian Indonesia yang

diharapkan dapat mendongkrak upaya peningkatan kesejahteraan rakyat

(Jubaedah, 2007). BUMN menjadi salah satu pelaku ekonomi yang memiliki

peran cukup penting (Cahyaningrum, 2009). Terdapat beberapa kasus yang

mengindikasikan masih rendahnya kinerja BUMN. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Sistem Pengawasan Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan (BPKP) pada tahun 1996/1997 menempatkan BUMN pada

peringkat ke-13 sebagai lembaga yang banyak melakukan praktik korupsi

(Jubaedah, 2007). Salah satu kasus terakhir adalah adanya dugaan korupsi yang

terjadi di Perseroan Terbatas (PT) Bank Mandiri Terbuka (Tbk.) dan PT PLN

yang menyebabkan kerugian negara mencapai ratusan miliar rupiah

(http://danangwd.blogdrive.com, 2007) sehingga kinerja BUMN yang diharapkan

dapat mendongkrak perekonomian, sampai saat ini belum mencapai hasil yang

diharapkan (Jubaedah, 2007). Indonesia Corruption Watch (ICW) menemukan

indikasi korupsi sekitar Rp 10,484 triliun di sejumlah BUMN selama tahun 2004-

2006 (http://www.tempointeraktif.com, 2007). Selain itu, terdapat juga skandal

manipulasi laporan keuangan PT Kimia Farma Tbk. pada tahun 2001. Badan

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Pengawas Pasar Modal (Bapepam) menilai kesalahan pencatatan dalam laporan

keuangan PT Kimia Farma Tbk. tahun buku 2001 dapat dikategorikan sebagai

tindak pidana di pasar modal dan menimbulkan pernyataan yang menyesatkan

kepada pihak yang berkepentingan (http://davidparsaoran.wordpress.com, 2009).

Menurut Jubaedah (2007) faktor internal yang berpengaruh terhadap

rendahnya kinerja BUMN antara lain rendahnya penerapan corporate governance

sehingga tidak ada kewajaran, transparansi dan akuntabilitas, serta tidak

berfungsinya sistem perencanaan dan pengendalian internal terutama karena

kurang berdayanya komisaris sebagai pengawas. Hal ini sejalan dengan

pernyataan Cahyaningrum (2009), buruknya kondisi Persero mengindikasikan

prinsip corporate governance belum diimplementasikan dengan baik. Maraknya

masalah BUMN yang belum terselesaikan, misalnya tidak efisien, berdaya saing

rendah dan belum professional disebabkan pengembangan tata kelola BUMN

belum maksimal (Syakhroza, 2005).

Di Indonesia, rerata pengungkapan wajib BUMN Indonesia pada periode

2002-2004 yaitu sebesar 38,52% (Suharli dan Amrullah, 2007). Hal ini

mengindikasikan bahwa tingkat pengungkapan wajib di BUMN pada periode

tersebut masih rendah. Untuk meningkatkan kepatuhan pengungkapan wajib,

diperlukan adanya penerapan corporate governance yang baik bagi setiap

perusahaan. Adanya corporate governance yang baik akan meningkatkan

transparansi dan akuntabilitas perusahaan (Cety, 2010). Hal ini sejalan dengan

pendapat Muhamad, Shahimi, Yahya dan Mahzan (2009), dimana ketidakpatuhan

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

pengungkapan menandakan kurangnya integritas dan lemahnya praktik corporate

governance di perusahaan tersebut.

Penelitian yang menguji keterkaitan corporate governance dengan

kepatuhan pengungkapan wajib dilakukan di Amerika oleh Ettredge, Stone dan

Wang (2010). Penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan positif antara

corporate governance dan kepatuhan pengungkapan. Mereka juga menemukan

bahwa komite audit berpengaruh positif terhadap kepatuhan pengungkapan wajib

dan semakin aktif pertemuan atau rapat board of directors dan komite audit maka

akan semakin mendorong kepatuhan pengungkapan.

Di Indonesia penelitian yang menguji keterkaitan corporate governance

dan kepatuhan pengungkapan wajib dilakukan oleh Setyadi, Rusmin, Tower dan

Brown (2008). Penelitian ini menemukan bukti bahwa ownership dan corporate

governance structure tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan Indonesian

accounting standards of inventory, fixed asset, and depreciation of fixed assets

(IARC). Suharli dan Amrullah (2007) meneliti mengenai pengaruh karakteristik

komite audit terhadap pengungkapan wajib di BUMN pada periode 2002-2004.

Penelitian tersebut menemukan bukti bahwa ukuran komite audit dan keahlian

komite audit berpengaruh terhadap pengungkapan wajib.

Peran penting dalam melaksanakan corporate governance berada pada

dewan komisaris yang berfungsi sebagai pengawas aktifitas dan kinerja serta

sebagai penasihat direksi dalam memastikan bahwa perusahaan melaksanakan

corporate covernance yang baik (Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006).

Nasution dan Setiawan (2007) menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris yang

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

besar lebih efektif jika dibandingkan dengan ukuran dewan komisaris yang kecil.

Menurut Dalton, Daily, Johnson dan Ellstrand (1999) jumlah anggota dewan

komisaris yang optimum akan lebih efektif daripada jumlah yang kecil. Hal ini

menyebabkan aktivitas pengendalian dan pengawasan terhadap manajemen

semakin baik (Andres, Azofra dan Lopez, 2005). Dengan demikian, semakin

bertambahnya jumlah anggota dewan komisaris, maka pengawasan terhadap

pengungkapan wajib diharapkan semakin meningkat.

Keberadaan komisaris independen membantu dewan komisaris dalam

melaksanakan fungsi pengawasan (Permatasari, 2009). Chen dan Jaggi (2000) dan

Hossain (2008) melakukan penelitian mengenai pengaruh komposisi komisaris

independen terhadap tingkat pengungkapan informasi pada laporan tahunan dan

hasilnya menunjukkan bahwa komposisi komisaris independen berpengaruh

positif signifikan terhadap tingkat pengungkapan informasi. Jumlah rapat yang

diselenggarakan dewan komisaris akan meningkatkan kinerja perusahaan (Vafeas,

2003) karena rapat dewan komisaris merupakan media komunikasi dan koordinasi

diantara anggota dewan komisaris dalam menjalankan tugasnya sebagai pengawas

manajemen.

Menurut FCGI (2001), komponen lain yang mendukung terlaksananya

corporate governance yang baik, yaitu komite audit. Suhardjanto dan Permatasari

(2009) menyatakan bahwa komite audit merupakan komite yang dibentuk untuk

membantu tugas dan fungsi dewan komisaris. Komite audit dipandang sebagai

alat untuk menghindari kecurangan dalam pelaporan keuangan dan memonitoring

kinerja manajemen termasuk disclosure.

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Dalam melaksanakan kewajiban dan tanggung jawab yang menyangkut

sistem pelaporan keuangan, komite audit perlu mengadakan rapat tiga sampai

empat kali dalam setahun (Forum Corporate Governance in Indonesia, 2001).

Berdasarkan Peraturan Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-29/PM/2004,

komite audit mengadakan rapat sekurang-kurangnya sama dengan ketentuan

minimal rapat dewan komisaris yang ditetapkan dalam anggaran dasar.

Perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya antara lain menggunakan

ukuran dewan komisaris sebagai variabel independen dan pengungkapan ekuitas

menurut PSAK No. 21 sebagai variabel dependen, selain itu menggunakan

BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2005-2009

sebagai sampel penelitian.

Penelitian ini penting dilakukan karena beberapa hal, pertama fokus yang

dilakukan terhadap BUMN yang memiliki bidang usaha yang luas, menyerap

tenaga kerja yang banyak dan memiliki aset yang sangat besar sehingga

keberhasilan pengelolaan BUMN sangat berarti bagi negara (Syakhroza, 2005).

Pemerintah menyadari bahwa pengelolaan BUMN secara umum selama ini masih

harus terus diikuti dengan implementasi praktik corporate governance yang baik

(www.bumn.go.id, 2010). Kedua, beberapa kasus yang terjadi di BUMN seperti

adanya dugaan kasus korupsi dan skandal manipulasi laporan keuangan membuat

kepatuhan pengungkapan wajib perusahaan menjadi perhatian penting karena

pengungkapan wajib dalam laporan tahunan dapat memberikan informasi secara

jelas mengenai kondisi perusahaan dalam suatu periode baik kinerja maupun

posisi keuangannya dan dapat mengantisipasi terjadinya asimetri informasi yang

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

dapat merugikan stakeholders. Melalui prinsip transparansi, BUMN dituntut

untuk selalu terbuka di dalam melaksanakan proses pengelolaan usahanya dan

mengungkapkan informasi yang material dan relevan mengenai perusahaan

kepada pihak yang berkepentingan (Jubaedah, 2007). Dengan adanya penelitian

ini, maka akan memberikan bukti empiris terkini mengenai kepatuhan

pengungkapan wajib di BUMN. Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan

melakukan penelitian1 dengan judul ”Peran Corporate Governance dalam

Kepatuhan Pengungkapan Wajib: Studi Empiris Badan Usaha Milik

Negara”.

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang dan judul penelitian, maka yang menjadi

permasalahan adalah apakah corporate governance yang direpresentasikan oleh

ukuran dewan komisaris, komposisi komisaris independen, jumlah rapat dewan

komisaris, komposisi komite audit independen dan jumlah rapat komite audit

berpengaruh terhadap kepatuhan pengungkapan wajib?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji peran corporate governance

yang direpresentasikan oleh ukuran dewan komisaris, komposisi komisaris

1Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) peran merupakan suatu hal yang diharapkan dapat terjadi karena keberadaan suatu hal lainnya, sedangkan pengaruh adalah daya yang ikut membentuk terjadinya suatu hal. Oleh karena itu, dalam penelitian ini definisi peran direpresentasikan dengan pengaruh.

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

independen, jumlah rapat dewan komisaris, komposisi komite audit independen,

dan jumlah rapat komite audit dalam kepatuhan pengungkapan wajib.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk berbagai pihak, diantaranya:

1. Bagi BUMN, memberikan pengetahuan tentang praktik kepatuhan

pengungkapan wajib pada masing-masing BUMN yang dijadikan sampel

dan dapat digunakan untuk bahan pertimbangan manajemen dalam praktik

pengungkapan wajib.

2. Bagi stakeholders dan pihak-pihak yang berkepentingan, dapat dijadikan

pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan melaksanakan fungsi

pengawasan terhadap pengelolaan perusahaan, terutama dalam

pengelolaan dan pengungkapan wajib.

3. Bagi akademisi, menjadi referensi bagi penelitian tentang kepatuhan

pengungkapan wajib pada BUMN di Indonesia.

4. Bagi Regulator, mendorong regulator (Bapepam dan IAI) untuk

menetapkan kebijakan dan regulasi ataupun standar pengungkapan yang

lebih baik bagi dalam hal pengungkapan wajib.

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

E. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan

Berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Pustaka

Bab ini menguraikan tinjauan pustaka yang memuat literatur

terkait dengan topik penelitian; kaitan variabel independen

dengan variabel dependen; kerangka pemikiran;

pengembangan hipotesis.

BAB III : Metode Penelitian

Bab ini berisi tentang desain penelitian; populasi, sampel dan

teknik pengambilan sampel; data dan metode pengumpulan

data; variabel penelitian dan pengukurannya; dan metode

analisis data yang terdiri dari statistik deskriptif, uji asumsi

klasik dan pengujian hipotesis.

BAB IV : Analisis dan Pembahasan

Bab ini menguraikan analisis deskriptif data; pengujian

hipotesis dan pembahasan hasil analisis.

BAB V : Penutup

Bab ini membahas kesimpulan mengenai obyek yang diteliti

berdasarkan hasil analisis data, menjelaskan mengenai

keterbatasan penelitian dan memberikan saran bagi pihak yang

terkait, serta rekomendasi bagi peneliti berikutnya.

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Selanjutnya pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai literatur yang

digunakan meliputi teori yang digunakan dan penelitian terdahulu, dilanjutkan

dengan kerangka teoritis dan pengembangan hipotesis.

A. Landasan Teori

Landasan teori ini menerangkan teori yang mendasari komponen maupun

variabel penelitian, yaitu 1) Laporan Tahunan, 2) Pengungkapan Wajib, 3)

Pengungkapan Wajib Pos Ekuitas, 4) Corporate Governance, 5) Dewan

Komisaris dan 6) Komite Audit.

1. Laporan Tahunan (Annual Report)

Laporan tahunan (annual report) adalah media utama untuk

mengkomunikasikan informasi keuangan dan informasi lainnya dari pihak

manajemen kepada pihak di luar perusahaan (Suhardjanto dan Miranti, 2009).

Menurut Wardhani (2009) annual report merupakan media manajemen

perusahaan untuk melaporkan kinerja mereka atas tanggung jawab yang diberikan

oleh stakeholders. Menurut Abeysekera (2008) laporan tahunan memberikan

informasi finansial dan nonfinansial yang relevan dalam pembuatan keputusan

bagi para investor. Laporan tahunan merupakan suatu media yang dapat

menghubungkan pemakai laporan keuangan dengan perusahaan.

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Perusahaan di Indonesia yang melakukan penawaran kepada publik (go

public) wajib menyampaikan laporan tahunan kepada Bapepam dan LK (Badan

Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan) secara periodik. Tujuan utama

laporan tahunan adalah memberikan informasi yang relevan bagi pembuatan

keputusan (Naim dan Rakhman, 2000). Dari annual report yang diterbitkan oleh

perusahaan, stakeholders dapat melihat kondisi perusahaan yang bersangkutan

dan selanjutnya menggunakannya sebagai dasar pembuatan keputusan. Sejauh

mana informasi yang dapat diperoleh oleh para pemakai tergantung pada tingkat

pengungkapan (disclosure) dari laporan tersebut (Rahayu, 2008).

2. Pengungkapan Wajib (Mandatory Disclosure)

Pengungkapan merupakan komunikasi informasi ekonomi, baik finansial

maupun nonfinansial mengenai kinerja dan posisi keuangan perusahaan (Owusu-

Ansah, 1998). Definisi lain menurut Na’im dan Rakhman (2000), pengungkapan

secara sederhana dapat diartikan sebagai pengeluaran informasi. Informasi yang

diungkapkan oleh perusahaan harus lengkap, jelas dan dapat menggambarkan

secara tepat kejadian ekonomi yang berpengaruh terhadap hasil operasi unit usaha

tersebut.

Meek, Roberts dan Gray (1995) dan Suwardjono (2005) menyatakan

terdapat dua jenis pengungkapan, yaitu: pengungkapan yang bersifat wajib

(mandatory disclosure) dan pengungkapan yang bersifat sukarela (voluntary

disclosure). Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan minimun yang

disyaratkan oleh peraturan yang berlaku (Suwardjono, 2005). Jika perusahaan

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

tidak bersedia untuk mengungkapkan informasi secara sukarela, pengungkapan

wajib akan memaksa perusahaan untuk melakukannya, sedangkan pengungkapan

sukarela berisi pengungkapan yang dilakukan perusahaan selain apa yang

diwajibkan oleh standar atau badan pengawas.

Pengungkapan informasi berguna untuk membantu pengguna laporan

keuangan memahami isi dan angka yang dilaporkan dalam laporan keuangan

(Rahayu, 2008). Pengungkapan informasi yang memadai dapat digunakan sebagai

dasar pengambilan keputusan yang cermat dan cepat (Suharli dan Amrullah,

2007). Menurut Suwardjono (2005), secara umum tujuan pengungkapan adalah

menyajikan informasi yang diperlukan dalam mencapai tujuan pelaporan

keuangan untuk melayani berbagai pihak yang mempunyai kepentingan yang

berbeda. Dengan demikian, tujuan pengungkapan informasi adalah untuk

melindungi kepentingan para investor dari ketidakseimbangan informasi antara

manajemen dengan investor karena adanya kepentingan manajemen.

Peraturan mengenai praktik pengungkapan informasi perusahaan di

Indonesia, khususnya yang bersifat wajib (mandatory) diatur oleh Bapepam dan

Ikatan Akuntan Indonesia (Benardi, Sutrisno dan Assih, 2009). Peraturan tentang

standar pengungkapan informasi bagi perusahaan yang telah melakukan

penawaran umum dan perusahaan publik, yaitu Peraturan No. VIII.G.7 tahun

2000 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan. Peraturan tersebut didukung

dengan Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-17/PM/1995, yang selanjutnya

diubah melalui Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-38/PM/1996. Peraturan

tersebut diperbaharui dengan Surat Edaran Ketua Bapepam No. SE-02/PM/2002

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

yang mengatur tentang penyajian dan pengungkapan laporan keuangan emiten

atau perusahaan publik untuk setiap jenis industri, yaitu manufaktur, investasi,

rumah sakit, jalan tol, perhotelan, restoran, telekomunikasi, konstruksi,

perdagangan, transportasi, real estate, peternakan, dan perkebunan. Kemudian

pada tanggal tanggal 31 Januari 2008 dikeluarkan Surat Edaran Bapepam dan LK

No. SE-02/BL/2008 tentang pedoman penyajian dan pengungkapan laporan

keuangan emiten atau perusahaan publik untuk industri pertambangan umum,

minyak dan gas bumi, dan perbankan.

Pengungkapan informasi yang diatur oleh Bapepam ataupun IAI

merupakan pengungkapan yang wajib dipatuhi oleh perusahaan yang telah go

public. Pedoman ini dimaksudkan untuk memberikan suatu panduan penyajian

dan pengungkapan yang terstandarisasi berdasarkan pada prinsip pengungkapan

penuh (full disclosure) sehingga dapat memberikan kualitas informasi keuangan

bagi para pengguna (Trimuharmi, 2010). Peraturan tersebut mengatur

pengungkapan untuk setiap pos dalam laporan keuangan, salah satunya adalah pos

ekuitas.

3. Pengungkapan Wajib Pos Ekuitas

Ekuitas merupakan hak residual atas aset suatu perusahaan setelah

dikurangi dengan kewajibannya, dimana menunjukkan kepentingan pemilik pada

entitasnya (Financial Accounting Standards Board, 1985). Pengertian Ekuitas

menurut PSAK No. 21 (akuntansi ekuitas) ayat 2 tahun 2007 adalah:

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

“Ekuitas merupakan bagian hak pemilik dalam perusahaan, yaitu selisih antara aset dan kewajiban yang ada, dan dengan demikian tidak merupakan ukuran nilai jual perusahaan tersebut.”

Pengungkapan wajib dalam penelitian ini berfokus pada ekuitas, dimana

item pengungkapannya mengacu pada PSAK No. 21 tahun 20072. Terdapat

beberapa alasan penelitian ini berfokus pada ekuitas. Pertama, pengungkapan

ekuitas penting untuk mengetahui posisi ekuitas dan sumber modal perusahaan

tersebut secara jelas. Modal BUMN yang listing di BEI tidak lagi dari pemerintah

saja, tetapi terdiri dari para pemegang saham, sehingga sumber modal perusahaan

penting untuk diungkapkan. Berdasarkan PSAK No. 21, ekuitas sebagai bagian

hak pemilik dalam perusahaan harus dilaporkan sedemikian rupa sehingga

memberikan informasi mengenai sumbernya secara jelas dan disajikan sesuai

dengan peraturan perundangan dan akta pendirian yang berlaku. Tujuan pelaporan

informasi ekuitas pemegang saham antara lain adalah menyediakan informasi

kepada pihak yang berkepentingan tentang efisiensi dan kepengurusan manajemen

dan menyediakan informasi tentang prospek investasi pemilik dan pemegang

ekuitas lainnya, serta merupakan tanggung jawab pemilik (http://cafe-

ekonomi.blogspot.com, 2009).

Kedua, salah satu ruang lingkup ekuitas yang diatur dalam PSAK No. 21

adalah ekuitas untuk BUMN. Terdapat PSAK untuk pos tertentu yang

dikecualikan untuk diterapkan dalam beberapa hal. Seperti halnya pada PSAK No.

14 mengenai persediaan, PSAK tersebut dapat diterapkan untuk semua persediaan

2 Meskipun SAK telah mengalami beberapa kali revisi, namun tidak terdapat perbedaan pengungkapan ekuitas yang diatur di PSAK No. 21 pada tahun 2004, 2007 dan 2009.

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

kecuali dalam beberapa hal, salah satunya dikecualikan untuk persediaan hasil

tambang umum dan minyak dan gas bumi, sedangkan BUMN yang listing di BEI

terdiri dari berbagai jenis perusahaan, termasuk di dalamnya industri

pertambangan umum dan minyak dan gas bumi. Berdasarkan pengecualian

tersebut, hal ini menjadi alasan untuk menggunakan pos ekuitas karena ruang

lingkup ekuitas yang diatur didalamnya termasuk ekuitas untuk BUMN.

Menurut Kieso, Weygandt dan Warfield (2008) bagian ekuitas pemilik

biasanya dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu 1) modal saham, 2) modal disetor

tambahan, dan 3) laba ditahan. Persyaratan pengungkapan yang utama untuk

modal saham adalah jumlah nilai pari saham yang diotorisasi, diterbitkan dan

yang beredar (Kieso et al, 2008). Berdasarkan PSAK No. 21, pengungkapan

ekuitas terdiri dari beberapa komponen diantaranya pengungkapan saldo laba,

peristiwa setelah tanggal neraca, per jenis saham, kerugian, dividen, saham

beredar yang diperoleh kembali dan pengungkapan bagian lain ekuitas (seperti

saldo laba, agio, selisih penilaian kembali aktiva tetap, dan cadangan).

Penelitian ini tidak mengacu pada Surat Edaran Ketua Pengawasan Pasar

Modal Nomor: SE-02/PM/2002 mengenai Pedoman Penyajian dan Pengungkapan

Laporan Keuangan Emiten untuk setiap industri karena untuk jenis industri

perbankan, minyak dan gas bumi, pertambangan umum belum diatur dalam surat

edaran tersebut. Peraturan untuk industri tersebut baru dikeluarkan pada tahun

2008 melalui Surat Edaran Bapepam dan LK No. SE-02/BL/2008 tanggal 31

Januari 2008 tentang “Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan

Emiten atau Perusahaan Publik Industri Pertambangan Umum, Minyak dan Gas

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Bumi, dan Perbankan”, sedangkan penelitian ini mencakup periode lima tahun

yaitu dari tahun 2005 sampai dengan 2009 sehingga penelitian ini tidak mengacu

Surat Edaran Bapepam.

Semua item pengungkapan ekuitas yang telah diatur oleh standar yang

berlaku, dalam hal ini adalah PSAK No. 21 wajib diungkapkan oleh setiap

perusahaan publik.

4. Corporate Governance

Penerapan corporate governance yang baik merupakan bagian yang

penting untuk menjaga kelangsungan hidup suatu perusahaan. Corporate

governance dipandang sebagai cara yang efektif untuk menggambarkan hak dan

tanggung jawab masing-masing kelompok stakeholders dalam sebuah perusahaan

dimana transparansi merupakan indikator utama standar corporate governance

dalam sebuah ekonomi (Ho dan Wong, 2001). Di bawah ini terdapat beberapa

definisi mengenai corporate governance.

Forum for Corporate Governance in Indonesia (2001: 1) mendefinisikan

corporate governance sebagai:

"Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan." Berdasarkan definisi di atas, dapat dikatakan bahwa corporate governance

merupakan suatu cara untuk menjamin bahwa manajemen bertindak yang terbaik

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

untuk kepentingan stakeholders. Definisi lain diungkapkan oleh Menteri BUMN

melalui Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara.

Menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor Kep-

117/M-MBU/2002, corporate governance adalah:

“Suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika.”

Dari dua definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa corporate

governance merupakan sistem (struktur dan mekanisme) yang baik untuk

mengendalikan dan mengelola suatu perusahaan dengan tujuan meningkatkan

nilai pemegang saham serta mengakomodasi berbagai pihak yang berkepentingan

dengan perusahaan seperti kreditur, pemasok, asosiasi bisnis, konsumen,

karyawan, pemerintah dan masyarakat luas.

Penerapan corporate governance yang baik harus didasarkan pada

beberapa prinsip. Menurut FCGI (2001) prinsip corporate governance yang baik

adalah sebagai berikut:

1. Transparansi (Transparancy). Transparansi yaitu keterbukaan dalam

melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam

mengemukakan informasi material dan relevan mengenai perusahaan

(Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006). Prinsip keterbukaan

merupakan prinsip penting untuk mencegah terjadinya penipuan akuntansi

(Stephanie, 2009). Dengan pemberian informasi secara transparan, maka

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

dapat diantisipasi terjadinya kemungkinan pemegang saham, investor atau

stakeholders tidak memperoleh informasi atau fakta material yang ada.

2. Akuntabilitas (Accountability). Akuntabilitas dapat diartikan sebagai

kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organ sehingga

pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif (Stephanie, 2009).

Prinsip ini terkait erat dengan pengukuran kinerja, pengawasan dan

pelaporan. Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya

secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara

benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap

memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku

kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan

untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan (Komite Nasional

Kebijakan Governance, 2006).

3. Pertanggungjawaban (Responsibility). Responsibilitas menekankan pada

adanya sistem yang jelas untuk mengatur mekanisme pertanggungjawaban

perusahaan kepada pemegang saham dan pihak lain yang berkepentingan

(KNKG, 2006). Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-

undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan

lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka

panjang dan mendapatkan pengakuan sebagai corporate citizen yang baik

(KNKG, 2006).

4. Independensi (Independency). Kemandirian yaitu suatu keadaan di mana

perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

pengaruh atau tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi

yang sehat (Stepahanie, 2009). Untuk melancarkan pelaksanaan asas

corporate governance, perusahaan harus dikelola secara independen

sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan

tidak dapat diintervensi oleh pihak lain (KNKG, 2006). Para komisaris,

direktur ataupun manajer dalam melaksanakan peran dan tanggung

jawabnya harus bebas dari segala benturan yang mungkin akan muncul.

Hal ini diperlukan untuk memastikan bahwa pengambilan keputusan

dilakukan secara independen, tidak memihak dan bebas dari segala

tekanan yang mungkin muncul dari pihak lain.

5. Kewajaran (Fairness). Kewajaran yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam

memenuhi hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku (Stephanie, 2009). Prinsip

kewajaran menekankan pada adanya perlakuan dan jaminan hak yang

sama kepada pemegang saham minoritas maupun mayoritas, termasuk hak

pemegang saham asing serta investor lainnya. Perusahaan harus

memberikan kesempatan kepada pemangku kepentingan untuk

memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan

perusahaan serta membuka akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip

transparansi dalam lingkup kedudukan masing-masing (KNKG, 2006).

Isu mengenai corporate governance ini mulai menjadi perhatian di

Indonesia setelah mengalami masa krisis yang berkepanjangan sejak tahun 1998

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

(Mintara, 2008). Corporate governance terdiri dari pihak yang melakukan

pengawasan terhadap manajemen, seperti dewan komisaris, komisaris independen

dan komite audit (Abeysekera, 2008). Penelitian ini menguji pengaruh corporate

governance yang direpresentasikan oleh ukuran dewan komisaris, komposisi

komisaris independen, jumlah rapat dewan komisaris, komposisi komite audit

independen dan jumlah rapat komite audit terhadap kepatuhan pengungkapan

wajib.

5. Dewan Komisaris

Peran penting dalam melaksanakan corporate governance berada pada

dewan komisaris yang berfungsi sebagai pengawas aktifitas dan kinerja serta

sebagai penasihat direksi dalam memastikan bahwa perusahaan melaksanakan

corporate governance yang baik (KNKG, 2006). Dewan komisaris merupakan

inti dari corporate governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan

strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta

mewajibkan terlaksananya akuntabilitas (FCGI, 2001). Nasution dan Setiawan

(2007) menyatakan secara umum dewan komisaris ditugaskan dan diberi

tanggung jawab atas pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam

laporan keuangan. Pada intinya, dewan komisaris merupakan suatu mekanisme

pengawasan dan mekanisme untuk memberikan petunjuk dan arahan pada

pengelola perusahaan.

Menurut FCGI (2001), terdapat dua sistem yang berkaitan dengan struktur

dewan dalam perusahaan, yaitu one tier system (sistem satu tingkat) dan two tiers

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

system (sistem dua tingkat). Sistem satu tingkat dimiliki oleh negara yang

menganut sistem hukum Anglo – Saxon. Dalam hal ini perusahaan hanya

mempunyai satu dewan direksi yang pada umumnya merupakan kombinasi antara

manajer atau pengurus senior (direktur eksekutif) dan direktur independen yang

bekerja dengan prinsip paruh waktu (non direktur eksekutif), dimana non direktur

eksekutif diangkat karena kebijakan, pengalaman dan relasinya. Negara dengan

one tier system misalnya Amerika Serikat dan Inggris (Cety, 2010).

Gambar 2.1

Struktur Board of Director dalam One Tier System (sumber: FCGI, 2001)

Sistem dua tingkat berarti perusahaan mempunyai dua badan terpisah,

yaitu dewan pengawas (dewan komisaris) dan dewan manajemen (dewan direksi).

Dalam sistem ini, dewan direksi bertugas mengelola dan mewakili perusahaan di

bawah pengarahan dan pengawasan dewan komisaris. Anggota dewan komisaris

diangkat dan diganti dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dewan

komisaris bertanggung jawab untuk mengawasi tugas manajemen (dewan direksi)

karena dewan direksi harus memberikan informasi dan menjawab hal-hal yang

diajukan dewan komisaris. Oleh karena itu, dewan komisaris tidak boleh

melibatkan diri dalam tugas manajemen dan tidak boleh mewakili perusahaan

General Meeting of the Shareholders

(GMoS)

Boards of Directors

Executive

Director

Non-Executive

Director

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

dalam transaksi dengan pihak ketiga. Negara yang menganut sistem ini memiliki

sistem hukum Kontinental Eropa, seperti Denmark, Jerman dan Jepang.

Gambar 2.2

Struktur Board of Commissioner dan Board of Director dalam Two Tiers System yang diadopsi oleh Belanda (sumber: FCGI, 2001)

Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2001) menyatakan

bahwa Indonesia menganut Two Tiers System (sistem dua tingkat) karena sistem

hukum di Indonesia berasal dari sistem hukum Belanda. Berdasarkan UU No. 40

Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, dewan komisaris dan direksi diangkat

dan diberhentikan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dewan komisaris

dipilih oleh RUPS untuk mengawasi kinerja dewan direksi dan bersama-sama

bertanggung jawab pada RUPS.

Gambar 2.3 Struktur Board of Commissioner dan Board of directors dalam Two Tiers System yang diadopsi

oleh Indonesia (sumber: Undang-Undang Perseroan Terbatas tahun 2007)

General Meeting of The Shareholders (GMoS)

Board of Commissioner (BoC)

Board of Directors (BoD)

Dewan Komisaris Dewan Direksi

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Keterangan Gambar: : pengangkatan dan pemberhentian anggota dewan : tanggung jawab terhadap RUPS : supervisi atau pengawasan

Dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan

pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta

memberi nasihat kepada direksi (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40

Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas). Tugas utama dewan komisaris menurut

FCGI (2001: 5) sebagai berikut:

1. Menilai dan mengarahkan strategi perusahaan, garis-garis besar rencana kerja, kebijakan pengendalian risiko, anggaran tahunan dan rencana usaha, menetapkan sasaran kerja, mengawasi pelaksanaan dan kinerja perusahaan, serta memonitor penggunaan modal perusahaan, investasi dan penjualan asset.

2. Menilai sistem penetapan penggajian pejabat kunci dan penggajian anggota dewan direksi, serta menjamin suatu proses pencalonan anggota dewan direksi secara transparan dan adil.

3. Memonitor dan mengatasi masalah benturan kepentingan di tingkat manajemen, anggota dewan direksi dan anggota dewan komisaris, termasuk penyalahgunaan aset perusahaan dan manipulasi transaksi perusahaan.

4. Memonitor pelaksanaan governance, dan mengadakan perubahan jika diperlukan.

5. Memantau proses keterbukaan dan efektifitas komunikasi dalam perusahaan.

Menurut Dalton et al (1999) jumlah anggota dewan komisaris yang

optimum akan lebih efektif daripada jumlah yang kecil. Hal ini menyebabkan

aktivitas pengendalian dan pengawasan terhadap manajemen semakin baik

(Andres, Azofra, dan Lopez, 2005). Abeysekera (2008) menyatakan bahwa

corporate governance yang direpresentasikan dengan ukuran dewan komisaris

berpengaruh terhadap disclosure. Jumlah dewan komisaris yang besar diharapkan

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

memunculkan perpaduan skill antar anggotanya sehingga berpengaruh terhadap

kepatuhan pengungkapan wajibnya.

Keefektifan peran pengawasan oleh dewan komisaris ini didukung dengan

keberadaan komisaris independen (Permatasari, 2009). Komisaris independen

adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen,

anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas

dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi

kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi

kepentingan perusahaan (KNKG, 2006). Komisaris independen ditetapkan

sebagai seseorang yang independen dari posisi manajemen dalam perusahaan dan

bebas dari hubungan apapun yang dapat mempengaruhi keputusan mereka dalam

pengambilan keputusan (Hegazy dan Hegazy, 2010). Keberadaan komisaris

independen telah diatur Bursa Efek Jakarta melalui Keputusan Direksi PT Bursa

Efek Jakarta Nomor : Kep-305/BEJ/07-2004. Perusahaan yang terdaftar di Bursa

harus mempunyai komisaris independen yang secara proporsional sama dengan

jumlah saham yang dimiliki pemegang saham minoritas. Dalam peraturan ini,

persyaratan jumlah minimal komisaris independen adalah 30% dari seluruh

anggota dewan komisaris.

Berdasarkan Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor : Kep-

305/BEJ/07-2004, kriteria komisaris independen adalah:

a. Komisaris independen tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan pemegang saham mayoritas atau pengendali perusahaan tersebut.

b. Komisaris independen tidak mempunyai hubungan dengan direktur, dan/atau komisaris perusahaan tersebut.

c. Komisaris independen tidak mempunyai kedudukan ganda di perusahaan lain yang memiliki afiliasi dengan perusahaan yang bersangkutan.

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

d. Komisaris independen harus mengerti peraturan undang-undang dalam hal pasar modal.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-117/M-MBU/2002,

paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari anggota komisaris/dewan pengawas

harus berasal dari kalangan di luar BUMN yang bersangkutan yang bebas dengan

ketentuan sebagai berikut:

a. Tidak menjabat sebagai Direksi di perusahaan terafiliasi.

b. Tidak bekerja pada Pemerintah termasuk di departemen, lembaga dan kemiliteran dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.

c. Tidak bekerja di BUMN yang bersangkutan atau afiliasinya dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.

d. Tidak mempunyai keterkaitan finansial, baik langsung maupun tidak langsung dengan BUMN yang bersangkutan atau perusahaan yang menyediakan jasa dan produk kepada BUMN yang bersangkutan dan afiliasinya.

e. Bebas dari kepentingan dan aktivitas bisnis atau hubungan lain yang dapat menghalangi atau mengganggu kemampuan komisaris/dewan pengawas yang berasal dari kalangan di luar BUMN yang bersangkutan untuk bertindak atau berpikir secara bebas di lingkup BUMN.

Dalam menjalankan tugasnya, dewan komisaris biasanya mengadakan

pertemuan rutin melalui rapat dewan komisaris. Berdasarkan Keputusan Menteri

BUMN No: Kep-117/M-MBU/2002, rapat dewan komisaris harus diadakan

secara berkala, yaitu pada prinsipnya sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan,

tergantung sifat khusus masing-masing BUMN. Hasil penelitian yang dilakukan

Vafeas (2003) dan Brick dan Chidambaran (2007) menunjukkan bahwa jumlah

rapat yang diselenggarakan dewan komisaris akan meningkatkan kinerja

perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian Ettredge et al (2010), dimana

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

kepatuhan pengungkapan berhubungan positif dengan frekuensi rapat dewan

komisaris.

6. Komite Audit

Komponen penting lain yang mendukung terlaksananya corporate

governance yang baik, yaitu komite audit (FCGI, 2001). Sesuai dengan Kep-

29/PM/2004, komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris

untuk melakukan tugas pengawasan dan pengelolaan perusahaan. Komite audit

merupakan mekanisme untuk memastikan tidak ada tindakan manajemen yang

merugikan stakeholders (Abeysekera, 2008). Komite audit dipandang oleh banyak

pihak sebagai alat monitoring untuk menghindari kecurangan dalam pelaporan

keuangan dan memonitor kinerja manajemen.

Peraturan mengenai komite audit diatur di Surat Keputusan Ketua

Bapepam Nomor: Kep-29/PM/2004 dan Peraturan Menteri BUMN Nomor: Per-

05/MBU/2006. Berdasarkan peraturan tersebut, tugas dan tanggung jawab komite

audit yaitu memberikan pendapat kepada dewan komisaris terhadap laporan atau

hal yang disampaikan oleh direksi kepada dewan komisaris, dan melaksanakan

tugas lain yang berkaitan dengan tugas dewan komisaris.

Berdasarkan KNKG (2006), komite audit bertugas membantu dewan

komisaris untuk memastikan bahwa:

a. Laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi

yang berlaku umum,

b. Struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik,

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

c. Pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan

standar audit yang berlaku,

d. Tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen.

Berdasarkan Surat Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-29/PM/2004

dan Peraturan Menteri BUMN Nomor: Per-05/MBU/2006, keanggotaan komite

audit sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga) orang anggota, seorang

diantaranya merupakan komisaris independen Perusahaan Tercatat yang sekaligus

merangkap sebagai ketua komite audit, sedangkan anggota lainnya merupakan

pihak ekstern yang independen dimana sekurang-kurangnya satu diantaranya

memiliki kemampuan dibidang akuntansi dan atau keuangan. Menurut Ho dan

Wong (2001) komite audit independen berpengaruh positif terhadap luasnya

disclosure. Komite audit independen tidak terafiliasi dengan perusahaan atau

komite lainnya, sehingga kinerjanya dapat dipercaya.

Berdasarkan Peraturan Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-

29/PM/2004 dan Peraturan Menteri BUMN Nomor: Per-05/MBU/2006, komite

audit mengadakan rapat sekurang-kurangnya sama dengan ketentuan minimal

rapat dewan komisaris yang ditetapkan dalam anggaran dasar. Menurut Li, Pike,

dan Haniffa (2008) frekuensi rapat komite audit berpengaruh positif terhadap

disclosure. Hal ini sejalan dengan dengan penelitian Ettredge et al (2010),

dimana kepatuhan pengungkapan berhubungan positif dengan frekuensi rapat

komite audit. Semakin sering komite audit melakukan rapat, semakin mendorong

tingkat pengungkapannya.

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

B. Kaitan Corporate Governance dalam Kepatuhan Pengungkapan Wajib

Corporate governance merupakan faktor yang penting dalam kepatuhan

pengungkapan (Ettredge et al, 2010). Agar pengungkapan wajib dalam laporan

tahunan mencukupi kebutuhan informasi para stakeholders dan sesuai dengan

peraturan yang ada, maka diperlukan adanya corporate governance. Hal tersebut

sesuai dengan pendapat Muhamad, Shahimi, Yahya, dan Mahzan (2009), dimana

ketidakpatuhan pengungkapan menandakan kurangnya integritas dan lemahnya

praktik corporate governance dalam perusahaan tersebut.

Penerapan corporate governance memiliki pengaruh terhadap luas

pengungkapan informasi perusahaan (Ho dan Wong, 2001). Penelitian Ettredge et

al (2010) menemukan bahwa kualitas corporate governance memiliki hubungan

positif dengan kualitas kepatuhan pengungkapan wajib. Hal ini sejalan dengan

penelitian Khomsiyah (2003), semakin baik implementasi corporate governance,

maka semakin banyak pula informasi yang diungkapkan oleh perusahaan dalam

laporan tahunan.

Peran penting dalam melaksanakan corporate governance berada pada

dewan komisaris yang berfungsi sebagai pengawas aktifitas dan kinerja serta

sebagai penasihat direksi dalam memastikan bahwa perusahaan melaksanakan

corporate covernance yang baik (KNKG, 2006). Jumlah anggota dewan

komisaris mempengaruhi aktivitas pengendalian dan pengawasan (Andres et al

2005). Keefektifan peran pengawasan oleh dewan komisaris ini didukung dengan

keberadaan komisaris independen (Permatasari, 2009). Chen dan Jaggi (2008)

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

menemukan bukti bahwa komposisi komisaris independen berpengaruh positif

signifikan terhadap pengungkapan.

Menurut Herwidayatmo (2000), peran pengawasan sekaligus akuntabilitas

dewan komisaris perusahaan di Indonesia pada umumnya belum memadai.

Dengan demikian, diperlukan suatu komite untuk membantu tugas dan fungsi

dewan komisaris yang disebut yang disebut dengan komite audit (Cety, 2010).

Komite audit memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap kualitas laporan

keuangan perusahaan (Suharli dan Amrullah, 2007). Keefektifan peran komite

audit ini didukung dengan keberadaan komite audit independen. Hasil penelitian

yang dilakukan oleh Nasution dan Setiawan (2007) menunjukan bahwa anggota

komite audit yang independen meningkatkan transparansi pengungkapan laporan

keuangan yang dilakukan oleh pihak manajemen. Penelitian lain yang dilakukan

oleh Cety dan Suhardjanto (2010) menunjukkan bahwa komposisi komite audit

independen berpengaruh positif terhadap environmental performance, termasuk

dalam pengungkapan informasi.

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Komposisi Komisaris

Independen (X2)

Ukuran Dewan

Komisaris (X1)

C. Kerangka Pemikiran

Di bawah ini adalah kerangka mengenai hubungan antar masing-masing

variabel:

Variabel Independen Variabel Dependen

H1+

H2 +

H3 +

H4 +

H5 +

Gambar 3.1: Skema Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kerangka konseptual di atas, maka variabel independen yang

terdiri dari ukuran dewan komisaris, komposisi komisaris independen, jumlah

rapat dewan komisaris, komposisi komite audit independen dan jumlah rapat

komite audit diharapkan berpengaruh positif terhadap kepatuhan pengungkapan

wajib.

Kepatuhan pengungkapan

wajib (Y)

Jumlah Rapat Dewan

Komisaris (X3)

Jumlah Rapat Komite

Audit (X5)

Komposisi Komite Audit

Independen (X4)

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

D. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis

Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran corporate governance dalam

kepatuhan pengungkapan wajib di BUMN. Dalam penelitian ini, corporate

governance direpresentasikan oleh ukuran dewan komisaris, komposisi komisaris

independen, jumlah rapat dewan komisaris, komposisi komite audit independen

dan jumlah rapat komite audit. Pengembangan hipotesis untuk masing – masing

corporate governance adalah sebagai berikut.

1. Pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap kepatuhan pengungkapan wajib.

Dewan komisaris merupakan inti dari corporate governance yang

ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi

manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya

akuntabilitas (FCGI, 2001). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Abeysekera

(2008) jumlah dewan komisaris yang dinilai efektif berada pada rentang lebih dari

5 (lima) orang dan kurang dari 14 orang. Jumlah atau ukuran dewan komisaris

mempengaruhi aktivitas pengendalian dan pengawasan (Andres et al, 2005).

Nasution dan Setiawan (2007) menyatakan secara umum dewan komisaris

ditugaskan dan diberi tanggung jawab atas pengawasan kualitas informasi yang

terkandung dalam laporan keuangan. Collier dan Gregory (1999) menyatakan

bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, semakin mudah untuk

mengendalikan Chief Executif Officer (CEO) dan monitor kegiatan manajemen.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sembiring (2005) menunjukkan jumlah

anggota dewan komisaris berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung

jawab sosial perusahaan. Ukuran dewan komisaris yang besar lebih efektif jika

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

dibandingkan dengan ukuran dewan komisaris yang kecil (Dalton et al, 1999;

Nasution dan Setiawan, 2007; dan Abeysekera, 2008). Oleh karena itu, jumlah

dewan komisaris yang besar diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan

pengungkapan wajib. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dikembangkan

hipotesis:

H1: Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap kepatuhan

pengungkapan wajib.

2. Pengaruh komposisi komisaris independen terhadap kepatuhan pengungkapan

wajib.

Dewan komisaris sebagai puncak dari sistem pengelolaan internal

perusahaan memiliki peranan terhadap aktivitas pengawasan (Siallagan dan

Machfoedz, 2006). Keefektifan peran pengawasan oleh dewan komisaris

didukung dengan keberadaan komisaris independen dalam komposisi dewan

komisaris (Permatasari, 2009). Komisaris independen adalah komisaris yang

berasal dari luar perusahaan (Suhardjanto dan Afni, 2009). Ayuso dan Argondana

(2007) menemukan bahwa independent director lebih efektif dalam melakukan

pengawasan terhadap perusahaan karena kepentingan mereka tidak terganggu oleh

ketergantungan pada organisasi.

Hossain (2008) melakukan penelitian pada perusahaan perbankan di India.

Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa board compositions yang

diukur dengan komposisi komisaris independen secara signifikan berpengaruh

positif terhadap tingkat pengungkapan. Hal ini sejalan dengan penelitian Chen dan

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Jaggi (2008), dimana menemukan bukti bahwa komposisi komisaris independen

berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan. Berdasarkan uraian

tersebut, maka dapat dikembangkan hipotesis:

H2: Komposisi komisaris independen berpengaruh positif terhadap

kepatuhan pengungkapan wajib.

3. Pengaruh jumlah rapat dewan komisaris terhadap kepatuhan pengungkapan

wajib.

Peran utama dewan komisaris yaitu memonitoring keputusan manajemen

(Mohamad dan Sulong, 2010). Kinerja dan tugas dewan komisaris untuk

mengawasi jalannya perusahaan akan efektif bila masing-masing anggota dewan

secara aktif hadir dalam pertemuan dewan komisaris. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui apakah operasi perusahaan telah sesuai dengan kebijakan dan strategi

perusahaan (Permatasari, 2009).

Vafeas (2003) dan Brick dan Chidambaran (2007) menunjukkan bahwa

semakin banyak rapat yang diselenggarakan dewan komisaris, maka

meningkatkan kinerja perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian Ettredge et al

(2010), dimana kepatuhan pengungkapan berhubungan positif dengan frekuensi

rapat dewan komisaris. Oleh karena itu, semakin banyak rapat yang dilakukan

oleh dewan komisaris diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan pengungkapan

wajib. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikembangkan hipotesis:

H3: Jumlah rapat dewan komisaris berpengaruh positif terhadap kepatuhan

pengungkapan wajib.

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

4. Pengaruh komposisi komite audit independen terhadap kepatuhan

pengungkapan wajib.

Sesuai dengan Kep-29/PM/2004, komite audit adalah komite yang

dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan dan

pengelolaan perusahaan. Komite audit memiliki tugas dan tanggung jawab

terhadap kualitas laporan keuangan perusahaan (Suharli dan Amrullah, 2007).

Keefektifan peran komite audit ini didukung dengan keberadaan komite audit

independen.

Cety dan Suhardjanto (2010) mengungkapkan bahwa anggota komite audit

yang independen berpengaruh positif terhadap environmental performance,

termasuk dalam pengungkapan informasi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Nasution dan Setiawan (2007) menunjukan bahwa anggota komite audit yang

independen meningkatkan transparansi pengungkapan laporan keuangan yang

dilakukan oleh pihak manajemen. Berdasarkan uraian di atas, dapat

dikembangkan hipotesis:

H4: Komposisi komite audit independen berpengaruh positif terhadap

kepatuhan pengungkapan wajib.

5. Pengaruh jumlah rapat komite audit terhadap kepatuhan pengungkapan wajib

Komite audit memiliki fungsi pengawasan terhadap operasi

perusahaan termasuk kaitannya dengan praktik kinerja perusahaan (Cety dan

Suhardjanto, 2010). Komite audit harus transparan, dimulai dengan keharusan

adanya audit charter dan agenda program kerja tahunan tertulis dari komite audit

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

yang kemudian didukung dengan keteraturan rapat komite audit (Alijoyo, 2003).

Dalam melaksanakan kewajiban dan tanggung jawab yang menyangkut sistem

pelaporan keuangan, komite audit perlu mengadakan rapat tiga sampai empat kali

dalam setahun (FCGI, 2001).

Li et al (2008) menemukan bukti bahwa frekuensi rapat komite audit

berpengaruh positif terhadap disclosure. Hal ini sejalan dengan penelitian

Ettredge et al (2010), dimana kepatuhan pengungkapan berhubungan positif

dengan frekuensi rapat komite audit. Berdasarkan uraian di atas, dapat

dikembangkan hipotesis:

H5: Jumlah rapat komite audit berpengaruh positif terhadap kepatuhan

pengungkapan wajib.

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III berikut ini akan dijelaskan mengenai desain penelitian; populasi,

sampel, dan teknik pengambilan sampel; data dan metode pengumpulan data;

variabel penelitian dan pengukurannya; serta metode analisis data yang terdiri dari

statistik deskriptif dan pengujian hipotesis.

A. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah pengujian hipotesis yang bertujuan untuk menguji

hipotesis yang diajukan oleh peneliti mengenai pengaruh corporate governance

yang direpresentasikan oleh ukuran dewan komisaris, komposisi komisaris

independen, rapat dewan komisaris, komposisi komite audit independen dan rapat

komite audit terhadap kepatuhan pengungkapan wajib. Pengujian hipotesis

menjelaskan sifat dari hubungan tertentu, memahami perbedaan antara kelompok

atau independensi dua variabel atau lebih (Sekaran, 2000).

B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah BUMN yang terdaftar di BEI dari

tahun 2005 sampai dengan 2009. Tahun tersebut dipilih karena sesuai dengan isi

dari Master Plan BUMN tahun 2005–2009, salah satu intinya yaitu memperbaiki

kinerja dan menjadikan BUMN lebih transparan dalam beroperasi, termasuk

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

dalam hal pengungkapan laporan keuangan. Hal ini sebagai salah satu bentuk

corporate governance, sehingga hal tersebut menjadi relevan untuk diteliti.

Tabel 3.1 Jumlah Populasi BUMN yang listing di BEI

Tahun Jumlah BUMN 2005 12 2006 12 2007 14 2008 14 2009 15 Total 67

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive

sampling. Teknik purposive sampling adalah pengambilan sampel yang dilakukan

dengan mengambil sampel berdasarkan kriteria tertentu sesuai dengan tujuan

penelitian (Hartono, 2005). Kriteria BUMN yang menjadi sampel dalam

penelitian ini adalah BUMN yang menyediakan laporan tahunan di situs

www.idx.co.id, situs perusahaannya.

Tabel 3.2 Kriteria Pemilihan Sampel

Keterangan Jumlah BUMN

Jumlah Populasi 67 Kriteria Pemilihan Sampel:

· Tidak menyediakan annual report (2) Total Sampel Penelitian 65

C. Data dan Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data

sekunder diambil dari laporan tahunan perusahaan dari tahun 2005 sampai dengan

2009. Laporan tahunan dipilih karena dengan adanya annual report, stakeholders

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

dapat melihat kondisi perusahaan yang bersangkutan dan selanjutnya

menggunakannya sebagai dasar pembuatan keputusan. Data sekunder yang

dikumpulkan diperoleh dari situs www.idx.co.id dan dari situs masing – masing

perusahaan.

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Penelitian ini terdiri dari variabel dependen dan variabel independen

dengan pengukuran sebagai berikut:

1. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kepatuhan

pengungkapan wajib yang berfokus pada ekuitas dari tahun 2005 sampai

2009. Item pengungkapan ekuitas mengacu pada PSAK No. 21 tahun 2007

(akuntansi ekuitas), item yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 35

item. Rincian item dapat dilihat pada Lampiran I.

Delapan item dalam komponen pengungkapan dividen termasuk

dalam komponen pengungkapan saldo laba sehingga dalam penelitian ini,

delapan item tersebut tidak dimasukkan dalam komponen pengungkapan

dividen. Delapan item tersebut yaitu:

1. Pengungkapan jumlah dividen 2. Dividen per lembar saham 3. Batasan saldo laba minimum dalam kaitan dengan ketersediaan

dividen3 4. Jumlah hutang dividen4 5. Hutang dividen per lembar saham5 6. Pengungkapan pembagian dividen6

3 Diasumsikan sama dengan keterbatasan saldo laba tersedia bagi dividen. 4 Diasumsikan sama dengan tunggakan dividen. 5 Diasumsikan sama dengan tunggakan dividen per lembar saham.

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

7. Jumlah kapitalisasi dividen saham dan pecah saham 8. Laba per saham perlu disaji ulang (restated) berdasarkan jumlah

saham yang setara setelah pecah saham agar dapat diperbandingkan

Semua item pengungkapan ekuitas yang telah diatur oleh standar yang

berlaku, dalam hal ini adalah PSAK No. 21 wajib diungkapkan oleh setiap

perusahaan publik. Untuk teknik pengukuran menggunakan teknik scoring,

jika item tersebut diungkapkan dalam annual report maka diberikan skor 1

dan skor 0 diberikan jika item tersebut tidak diungkapkan dalam annual

report. Mengacu pada penelitian sebelumnya Setyadi et al (2006), kuantitas

kepatuhan pengungkapan wajib dapat diukur dengan menjumlahkan skor

pengungkapan untuk setiap annual report perusahaan tertentu pada tahun

tertentu, kemudian membaginya dengan skor maksimal yang dapat dilakukan

oleh perusahaan tertentu pada tahun tertentu.

2. Variabel Independen

1) Ukuran Dewan Komisaris

Abeysekera (2008) menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris

yang besar lebih efektif jika dibandingkan dengan ukuran dewan komisaris

yang kecil. Indikator yang digunakan adalah jumlah keseluruhan anggota

dewan komisaris yang dimiliki perusahaan baik yang berasal dari dalam

6 Pembagian dividen diasumsikan sama dengan deklarasi dividen. Pengungkapan deklarasi dividen, setelah tanggal neraca, baik sebelum tanggal penerbitan laporan keuangan maupun Pendapat Akuntan Independen.

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

maupun luar perusahaan (independen) sesuai dengan penelitian Dalton et

al (1999), Nasution dan Setiawan (2007) dan Abeysekera (2008).

å å+= Eksternal Komisaris Internal KomisarisKomisarisDewan Ukuran

2) Komposisi Komisaris Independen

Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak

terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan

pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau

hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk

bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan

perusahaan (KNKG, 2006). Indikator yang digunakan sesuai dengan

penelitian Haniffa dan Cooke (2005), Eng dan Mak (2005), Nurkhin

(2008), Miranti (2009) dan Permatasari (2009) yaitu persentase anggota

dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan dari seluruh ukuran

anggota dewan komisaris perusahaan.

åå=

KomisarisDewan

Independen KomisarisIndependen Komisaris Komposisi x 100%

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

%100Audit Komite

IndependenAudit KomiteIndependenAudit Komite Komposisi x

åå=

3) Jumlah Rapat Dewan Komisaris

Jumlah rapat dewan komisaris merupakan rapat yang dilakukan

antara dewan komisaris dalam suatu perusahaan selama satu tahun.

Berdasarkan Keputusan Menteri BUMN No: Kep-117/M-MBU/2002,

rapat dewan komisaris harus diadakan secara berkala, yaitu pada

prinsipnya sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan, tergantung sifat

khusus masing-masing BUMN. Indikator yang digunakan sesuai dengan

penelitian Permatasari (2008), Cety dan Suhardjato (2010) dan Ettredge et

al (2010) yaitu jumlah rapat yang dilakukan oleh dewan komisaris dalam

waktu satu tahun.

4) Komposisi Komite Audit Independen

Komite audit independen merupakan anggota komite audit yang

tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan

pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau

hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk

bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan

perusahaan. Indikator yang digunakan adalah persentase anggota komite

audit yang berasal dari luar perusahaan dari seluruh ukuran komite audit

perusahaan, yaitu sesuai dengan penelitian Permatasari (2009) dan

Suhardjanto dan Anggitarani (2010).

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

5) Jumlah Rapat Komite Audit

Jumlah rapat komite audit merupakan rapat yang dilakukan oleh

komite audit dalam perusahaan. Berdasarkan Peraturan Keputusan Ketua

Bapepam Nomor: Kep-29/PM/2004, komite audit mengadakan rapat

sekurang-kurangnya sama dengan ketentuan minimal rapat dewan

komisaris yang ditetapkan dalam anggaran dasar. Indikator yang

digunakan adalah jumlah rapat audit yang diselenggarakan dalam jangka

satu tahun, dan sesuai dengan penelitian Li et al (2008), Permatasari

(2009), Cety dan Suhardjanto (2010) dan Ettredge at al (2010).

E. Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan statistik deskriptif dan

pengujian hipotesis. Pengujian dilakukan dengan menggunakan bantuan program

SPSS release 16.

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif terdiri dari penghitungan mean, median, standar

deviasi, maksimum, dan minimum. Analisis ini dimaksudkan untuk memberikan

gambaran mengenai distribusi dan perilaku data (Ghozali, 2006).

2. Pengujian Hipotesis

Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur

dari goodness of fit-nya. Secara statistik, goodness of fit suatu model dapat diukur

dari nilai koefisien determinasi (R2), nilai statistik F dan nilai statistik t.

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Perhitungan statistik dikatakan signifikan apabila nilai uji statistiknya berada

dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya disebut tidak

signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima

(Ghozali, 2006). Persamaan regresi berganda untuk pengujian hipotesis dalam

penelitian ini adalah

PW = α + β1 BSIZE+ β2 KOMIND+ β3 RPTDK+ β4 KOMKAI+ β5

RPTKA+ e

Keterangan Persamaan Regresi Berganda

Simbol Keterangan PW BSIZE KOMIND RPTDK KOMKAI RPTKA β α e

Pengungkapan wajib Ukuran dewan komisaris Komposisi komisaris independen Jumlah rapat dewan komisaris Komposisi komite audit independen Jumlah rapat komite audit Koefisien regresi Konstanta Error

a) Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi adalah nilai yang menunjukkan seberapa besar

variabel independen dapat menjelaskan variabel dependennya. Koefisien

determinasi digunakan untuk menguji goodness of fit model regresi. Nilai

koefisien determinasi (R2) dilihat pada hasil pengujian regresi linier berganda

untuk variabel independen terhadap variabel dependennya. Untuk jumlah

variabel independen lebih dari dua, lebih baik menggunakan koefisien

determinasi yang telah disesuaikan yaitu adjusted R2 (Ghozali, 2006).

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

b) Nilai F

Merupakan pengujian untuk mengetahui apakah variabel independen

secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen

(Ghozali, 2006). Dengan pengujian ini dapat diketahui apakah ukuran dewan

komisaris, komposisi komisaris independen, jumlah rapat dewan komisaris,

komposisi komite audit independen dan jumlah rapat komite audit

berpengaruh secara simultan terhadap kepatuhan pengungkapan wajib.

c) Nilai t

Dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel

independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006). Nilai t dalam

penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi 5%. Variabel independen

(ukuran dewan komisaris, komposisi komisaris independen, jumlah rapat

dewan komisaris, komposisi komite audit independen dan jumlah rapat komite

audit) dikatakan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen

(kepatuhan pengungkapan wajib) apabila nilai signifikan (p-value) lebih kecil

dari 5%. Dengan demikian, H1, H2, H3, H4, dan H5 diterima apabila nilai

signifikan (p-value) lebih kecil dari 5%.

Sebagai persyaratan pengujian regresi berganda dilakukan uji asumsi

klasik untuk memastikan bahwa data penelitian valid, tidak bias, konsisten, dan

penaksiran koefisien regresinya efisien (Gujarati, 2003). Uji asumsi klasik sebagai

berikut:

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2006).

Hasil pengujian data dilakukan dengan menguji Kolmogorov-Sminorv.

Kriteria pengujian apabila p-value > 0,05 maka data berdistribusi normal,

sedangkan apabila p-value < 0,05 data tidak berdistribusi normal. Hal ini

didukung juga dengan tampilan grafik histogram dan normal probability plot.

2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah masalah yang

sering muncul dalam analisis regresi terjadi, yaitu dimana terdapat korelasi

yang tinggi antar dua atau lebih variabel independen (Ghozali, 2006).

Pengujian dilakukan dengan menggunakan toleransi value VIF (variance

inflation factor). Jika tolerance value > 0,1 dan VIF < 10 maka tidak terjadi

multikolonieritas.

3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier

ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t–1 (Ghozali, 2006). Untuk mengetahui dan menguji

ada tidaknya autokorelasi dalam model analisis regresi, bisa digunakan cara

pengujian statistik Durbin Watson (DW).

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Tabel 3.3 Nilai Durbin–Watson

Nilai DW Kesimpulan

Kurang dari 1,10 1,10 sampai 1,54 1,55 sampai 2,46 2,47 sampai 2,90 Lebih dari 2,91

Ada autokorelasi Tanpa kesimpulan Tidak ada autokorelasi Tanpa kesimpulan Ada autokorelasi

4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain (Ghozali, 2006). Untuk menentukan heteroskedastisitas dapat

digunakan menggunakan grafik scatterplot. Dalam grafik scatterplot titik

yang terbentuk harus menyebar secara acak, baik di atas maupun di bawah

angka 0 pada sumbu Y. Bila kondisi ini terpenuhi maka tidak terjadi

heteroskedastisitas (Ghozali, 2006).

Analisis dengan grafik plots memiliki kelemahan yang cukup

signifikan karena jumlah pengamatan mempengaruhi ploting. Semakin sedikit

jumlah pengamatan, semakin sulit menginterpretasikan hasil grafik plot. Oleh

karena itu, diperlukan uji statistik untuk menjamin keakuratan hasil, seperti uji

glejser (Ghozali, 2006). Uji Glejser dilakukan dengan meregresi nilai absolute

residual terhadap variabel independen (Gujarati, 2003).

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menjelaskan mengenai deskripsi data, pengujian hipotesis

dan pembahasan hasil pengujian yang telah dilakukan dalam penelitian. Model

analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda dengan

bantuan program SPSS release 16.

A. Deskriptif Data

Analisis deskriptif data terdiri dari seleksi sampel dan statistik deskriptif.

1. Seleksi Sampel

Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa annual report tahun

2005 sampai dengan 2009. Data ini diperoleh dari situs www.idx.co.id dan situs

masing – masing perusahaan sampel. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

BUMN yang terdaftar di BEI dari tahun 2005-2009 yaitu 67 BUMN.

BUMN yang menjadi sampel adalah BUMN yang memenuhi kriteria

tertentu yang sudah dijelaskan di Bab III. Berdasarkan teknik pengambilan sampel

tersebut, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 65,

namun ternyata hanya terdapat 48 BUMN yang menyediakan data dan informasi

secara lengkap terkait corporate governance dalam annual report-nya. Oleh

karena itu, pengolahan dan pengujian data hanya dilakukan pada 48 BUMN, nama

perusahaan sampel dapat dilihat di Lampiran II.

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

1. Statistik Deskriptif

Bagian selanjutnya akan dijelaskan mengenai hasil penghitungan statistik

deskriptif dari masing-masing variabel dalam penelitian (Lampiran III). Informasi

mengenai statistik deskriptif tersebut meliputi: nilai rerata (mean), standar deviasi,

nilai minimum dan maksimum. Pengungkapan wajib sebagai variabel dependen

dalam penelitian ini diperoleh dari item pengungkapan yang mengacu pada PSAK

No. 21 tahun 2007 (akuntansi ekuitas).

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa nilai rerata pengungkapan

wajib berdasarkan PSAK No. 21 (akuntansi ekuitas) untuk 48 BUMN adalah

sebesar 54,16% (partly comply). Hasil tersebut mengindikasikan bahwa kepatuhan

pengungkapan wajib ekuitas pada BUMN di Indonesia masih rendah, mengingat

pengungkapan ekuitas merupakan salah satu pengungkapan wajib yang

diharuskan oleh PSAK No. 21, dimana seharusnya tingkat kepatuhannya adalah

100,00%.

Rendahnya rerata pengungkapan wajib dapat mengakibatkan informasi

yang disajikan kurang informatif dan menyebabkan asimetri informasi yang

merugikan stakeholder. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab maraknya kasus

BUMN yang terjadi di Indonesia

Salah satu kasus BUMN di Indonesia terkait dengan pengungkapan

laporan keuangan yaitu skandal manipulasi laporan keuangan PT Kimia Farma

Tbk. pada tahun 2001. Mantan direksi PT Kimia Farma Tbk. telah terbukti

melakukan pelanggaran dalam kasus dugaan penggelembungan (mark up) laba

bersih di laporan keuangan perusahaan milik negara untuk tahun buku 2001,

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

dimana mencatat laba bersih 2001 sebesar Rp 132,3 miliar

(http://davidparsaoran.wordpress.com, 2009). Hal ini menunjukkan bahwa adanya

rekayasa keuangan. Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) menilai kesalahan

pencatatan dalam laporan keuangan PT Kimia Farma Tbk. tahun buku 2001 dapat

dikategorikan sebagai tindak pidana di pasar modal dan menimbulkan pernyataan

yang menyesatkan kepada pihak yang berkepentingan, terbukti setelah dilakukan

audit ulang, laba bersih 2001 seharusnya hanya sekitar Rp 100 miliar sehingga

diperlukan lagi audit ulang laporan keuangan per 31 Desember 2001 dan laporan

keuangan per 30 Juni 2002 yang nantinya akan dipublikasikan kepada publik

(http://davidparsaoran.wordpress.com, 2009). Kasus tersebut menunjukkan bahwa

pengungkapan laporan keuangan secara akurat penting agar stakeholders dapat

mengambil keputusan yang tepat dan juga menunjukkan lemahnya penerapan

corporate governance karena perbuatan mantan direksi dalam memanipulasi

laporan keuangan perusahaan.

Tabel 4.1

Statistik Deskriptif Variabel Dependen Variabel Mean (%) Min (%) Max (%) St. Deviasi PW 54,16 43,00 63,00 0,054

Dari 48 BUMN terdapat 28 BUMN yang mempunyai skor pengungkapan

di atas rerata, sedangkan 20 BUMN lainnya mempunyai pengungkapan di bawah

rerata. Nilai minimum 43,00% untuk pengungkapan wajib pada penelitian ini

diperoleh PT Kimia Farma Tbk. tahun 2005 dan PT Bukit Asam Tbk. tahun 2009.

Perusahaan tersebut hanya mengungkapkan 15 item dari 35 item. Hal ini

mengindikasikan bahwa perusahaan belum melakukan pengungkapan

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

sebagaimana yang dipersyaratkan oleh PSAK No. 21. Nilai maksimum 63,00%

dalam pengungkapan wajib pada penelitian ini diperoleh PT BNI Tbk. pada tahun

2007 dan 2008 dan PT Bank Mandiri Tbk. pada tahun 2009 dengan

mengungkapkan 22 item dari 35 item.

Sebagai perbandingan rerata pengungkapan wajib di Indonesia, Setyadi et

al (2006) meneliti mengenai tingkat pengungkapan wajib dengan jumlah sampel

160 laporan tahunan perusahaan di Indonesia pada tahun 2006, hasilnya

menunjukkan bahwa tingkat pengungkapan persediaan sebesar 71,63%, aktiva

tetap sebesar 51,13%, dan depresiasi sebesar 99,69%.

Pada tabel 4.2 di bawah ini dijelaskan statistik deskriptif dari variabel

independen penelitian. Hasil dari perhitungan tersebut ditampilkan pada tabel 4.2

berikut:

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Variabel Independen

Variabel Mean Min Max St. Deviasi BSIZE KOMIND (%)

5,42 45,32

2,00 20,00

7,00 71,43

1,145 11,356

RPTDK 22,10 4,00 76,00 13,894 KOMKAI (%) 91,45 40,00 100,00 12,691 RPTKA 24,27 11,00 72,00 11,141 Sumber: hasil pengolahan data

Abeysekera (2008) mengungkapkan bahwa jumlah dewan komisaris di

Kenya dinilai efektif berada pada rentang lebih dari 5 (lima) orang dan kurang

dari 14 orang. Berdasarkan tabel 4.2, rerata jumlah dewan komisaris adalah 5

orang. Menurut Muntoro (2006), ukuran dewan komisaris yang efektif

dipengaruhi oleh 1) ukuran dewan direksi, 2) jenis industri, 3) risiko yang

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

dihadapi dan 4) komite yang ada, sehingga jumlah dewan komisaris yang dinilai

efektif bagi perusahaan akan berbeda.

Jumlah dewan komisaris paling sedikit dimiliki oleh PT Kimia Farma Tbk.

pada tahun 2005 yang hanya memiliki dua anggota dewan komisaris. Hal tersebut

menunjukkan kurangnya pelaksanaan corporate governance pada PT Kimia

Farma Tbk. pada tahun 2005. Hal ini memungkinkan lemahnya pengawasan

dewan komisaris terhadap manajemen sehingga berdampak pada rendahnya

kepatuhan pengungkapan wajibnya yaitu sebesar 43,00% pada tahun 2005. Ada

beberapa perusahaan yang memiliki jumlah dewan komisaris yang paling banyak,

sebanyak 7 orang, salah satunya yaitu Bank Mandiri, dimana memiliki anggota

dewan komisaris sebanyak 7 orang dari tahun 2005 sampai dengan 2007.

Rerata komposisi komisaris independen adalah 45,32%. Berdasarkan

peraturan keberadaan komisaris independen yang diatur Bursa Efek Jakarta

melalui Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-305/BEJ/07-2004,

persyaratan jumlah minimal komisaris independen adalah 30,00% dari seluruh

anggota dewan komisaris, maka jumlah rerata komposisi komisaris independen

dalam penelitian ini telah mencukupi persyaratan tersebut. Komposisi komisaris

independen tertinggi sebesar 71,43% diperoleh PT Bank Mandiri Tbk. pada tahun

2007, sedangkan komposisi komisaris independen terendah diperoleh PT Adhi

Karya Tbk. tahun 2005 yaitu sebesar 20,00%. Perusahaan yang memiliki

komposisi komisaris independen di bawah 30,00% mengindikasikan bahwa

perusahaan tersebut belum memenuhi persyaratan jumlah keberadaan komisaris

independen menurut peraturan BEJ, namun sudah memenuhi peraturan Surat

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Keputusan Menteri BUMN No. Kep-117/M-MBU/2002, dimana komposisi

komisaris independen paling sedikit sebesar 20,00%.

Dalam menjalankan tugasnya, dewan komisaris biasanya mengadakan

pertemuan rutin. Berdasarkan Keputusan Menteri BUMN No: KEP-117/M-

MBU/2002, rapat dewan komisaris harus diadakan secara berkala, yaitu pada

prinsipnya sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan, tergantung sifat khusus

BUMN masing-masing. Rerata rapat dewan komisaris dalam penelitian ini adalah

22 kali. Jumlah rapat dewan komisaris tertinggi adalah 76 yang diperoleh PT BNI

Tbk. pada tahun 2006. Jumlah rapat dewan komisaris terendah diperoleh PT

Wijaya Karya Tbk. yaitu hanya 4 kali selama tahun 2008. Hal ini menunjukkan

bahwa masih kurangnya kesadaran perusahaan akan ketentuan yang telah

ditetapkan.

Agar peran pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris perusahaan

di Indonesia berjalan dengan baik dan memadai, maka dewan komisaris perlu

membentuk suatu komite yang dinamakan komite audit. Sesuai dengan Keputusan

Ketua Bapepam Nomor: Kep-29/PM/2004, komite audit adalah komite yang

dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan dan

pengelolaan perusahaan. Menurut Herwidayatmo (2000), komite audit independen

adalah anggota komite yang tidak memiliki hubungan usaha maupun afiliasi

dengan perusahaan, direktur, komisaris, maupun pemegang saham utama.

Berdasarkan tabel 4.2 rerata komposisi komite audit independen sebesar

91,45%. Beberapa perusahaan memiliki komposisi komite audit independen

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

sebanyak 100,00%, sedangkan komposisi komite audit independen terendah

sebesar 40,00% diperoleh PT Aneka Tambang Tbk. pada tahun 2009.

Agar tugas dan fungsi komite audit dalam membantu dewan komisaris

dapat berjalan secara efektif, komite audit minimal mengadakan rapat tiga sampai

empat kali dalam satu tahun (FCGI, 2001). Berdasarkan Peraturan Keputusan

Ketua Bapepam Nomor: Kep-29/PM/2004 dan Peraturan Menteri BUMN Nomor:

Per-05/MBU/2006, komite audit mengadakan rapat sekurang-kurangnya sama

dengan ketentuan minimal rapat dewan komisaris yang ditetapkan dalam

anggaran dasar. Rerata rapat komite audit dalam penelitian ini adalah 24 kali.

Jumlah rapat komite audit tertinggi diperoleh PT Telekomunikasi Tbk. dengan

jumlah 72 kali rapat komite audit pada tahun 2007, sedangkan jumlah rapat

komite audit terendah diperoleh PT Wijaya Karya Tbk. pada tahun 2008, dimana

hanya mengadakan rapat komite audit 11 kali.

Berdasarkan hasil statistik deskriptif dan penjelasan di atas maka dapat

diambil kesimpulan bahwa rerata kepatuhan pengungkapan wajib sebesar 54,16%;

rerata ukuran dewan komisaris adalah 5 orang; rerata komposisi komisaris

independen adalah 45,32%; rerata jumlah rapat dewan komisaris sebanyak 22

kali; rerata komposisi komite audit independen sebesar 91,45%; dan rerata jumlah

rapat komite audit sebanyak 24 kali.

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

B. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

analisis regresi berganda. Penelitian ini telah memenuhi uji asumsi klasik. Hasil

pengujian asumsi klasik tersebut dapat dilihat di Lampiran IV.

Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk menjawab

rumusan masalah yaitu dengan menguji apakah corporate governance yang

direpresentasikan dengan ukuran dewan komisaris, komposisi komisaris

independen, jumlah rapat dewan komisaris, komposisi komite audit independen

dan jumlah rapat komite audit berpengaruh terhadap kepatuhan pengungkapan

wajib berdasarkan PSAK No. 21 (akuntansi ekuitas) pada BUMN di Indonesia.

Pengujian regresi berganda ini dilakukan dengan metode backward7. Pengolahan

data menggunakan metode backward menghasilkan tiga model persamaan regresi

yang memberikan signifikasi konstanta yang berbeda-beda. Model ketiga dipilih

karena memiliki nilai signifikasi konstanta sebesar 0,000 dan nilai anova tertinggi

sebesar 11,368 (lihat Lampiran V). Model tersebut merupakan model yang paling

signifikan dalam memprediksi kepatuhan pengungkapan wajib.

Berdasarkan hasil pengujian regresi berganda, pengaruh corporate

governance terhadap kepatuhan pengungkapan wajib PSAK No. 21 (akuntansi

ekuitas) diperoleh hasil sebagai berikut:

7 Metode backward adalah salah satu metode pengolahan data dengan cara memasukan semua variabel independen secara keseluruhan dan secara otomatis SPSS akan menghilangkan satu persatu variabel independen yang dianggap kurang signifikan dalam memprediksi model persamaan regresi sampai didapatkan model persamaan regresi yang paling signifikan (Mauliano, 2009).

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Tabel 4.3 Hasil Regresi Berganda PSAK No. 21 (Akuntansi Ekuitas)

Variabel Koefisien t Sig. (Constant) 0,531 9,699 0,000 BSIZE KOMIND

0,016 0,125

2,910 0,922

0,006* 0,362

RPTDK 0,172 1,238 0,222 KOMKAI -0,001 -2,685 0,010* RPTKA 0,002 2,931 0,005* R Square 0,437

Adjusted R Square 0,398

F 11,368 Sig 0,000 *Secara statistik signifikan pada tingkat 5% Sumber: hasil pengolahan data

Dari tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa nilai R Square (R2) sebesar

0,437 dan Adjusted R Square (Adjusted R2) sebesar 0,398. Berdasarkan nilai

Adjusted (R2) tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebanyak 39,80% variabel

dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen dan sisanya sebanyak 60,20%

dijelaskan oleh faktor lain. Dalam tabel 4.3 juga menunjukkan nilai F hitung

sebesar 11,368 dengan probabilitas 0,000 (probabilitas < 0,05). Karena nilai F

lebih besar dari 4 dan probabilitas jauh lebih kecil dari 5% maka model regresi ini

menunjukkan tingkatan yang baik (good overall model fit) (Ghozali, 2006).

Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, hasilnya

menunjukkan bahwa ukuran dewan komisaris (board size) (β = 0,016 dan ρ-value

= 0,006) dan jumlah rapat komite audit (β = 0,002 dan ρ-value = 0,005)

berpengaruh positif terhadap kepatuhan pengungkapan wajib berdasarkan PSAK

No. 21 (akuntansi ekuitas), sedangkan komposisi komite audit independen (β = -

0,001 dan ρ-value = 0,010) berpengaruh negatif. Variabel independen lainnya

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

seperti komposisi komisaris independen dan jumlah rapat dewan komisaris tidak

berpengaruh terhadap kepatuhan pengungkapan wajib berdasarkan PSAK No. 21.

Ukuran dewan komisaris (board size) (β = 0,016 dan ρ-value = 0,006)

menunjukkan bahwa board size8 berpengaruh positif secara signifikan terhadap

tingkat kepatuhan pengungkapan wajib (signifikan pada tingkat 5%). Hal ini

menunjukkan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris sebuah

perusahaan akan memberikan pengawasan yang lebih optimal terhadap proses

pelaksanaan corporate governance sehingga perusahaan akan mengungkapan

informasi dengan lebih baik, lengkap, akurat dan sesuai dengan peraturan yang

berlaku. Dengan pengawasan yang baik dan efektif, dewan komisaris dapat

mendorong manajemen agar dapat lebih transparan dan patuh dalam

pengungkapan wajibnya.

Menurut FCGI (2001), dewan komisaris merupakan inti dari corporate

governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan,

mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan

terlaksananya akuntabilitas. Menurut Muntoro (2006) anggota dewan komisaris

harus memiliki kemampuan yang mencakup a) keahlian, pendidikan formal yang

memadai, dan pengalaman yang cukup, b) kemampuan berkomunikasi dengan

baik dan bekerja sama (teamwork), c) kepemimpinan, dan d) kemampuan

bernegosiasi.

8 Hasil didukung dengan uji beda T-test (t = 2,793; ρ-value = 0,008). Terdapat perbedaan yang signifikan antara perusahaan yang memiliki jumlah dewan komisaris di atas dan di bawah rerata. Dewan komisaris dengan jumlah kurang atau sama dengan 5 orang memiliki rerata kepatuhan pengungkapan wajib 52,44% dan rerata kepatuhan pengungkapan wajib 56,56% untuk ukuran dewan komisaris lebih dari 5 orang (lihat Lampiran VI).

Page 76: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Dalton et al (1999) menyatakan bahwa peranan keahlian atau konseling

yang diberikan oleh dewan komisaris merupakan jasa yang berkualitas bagi

manajemen dan perusahaan yang tidak dapat diberikan oleh pasar. Jumlah dewan

komisaris yang besar akan memunculkan perpaduan skill antar anggotanya yang

selanjutnya akan meningkatkan ketelitian pengawasan dan pengendalian terhadap

manajemen perusahaan. Semakin besar ukuran dewan komisaris berarti semakin

banyak yang melakukan pengawasan terhadap perusahaan. Hal ini sejalan dengan

pernyataan Collier dan Gregory (1999) menyatakan bahwa semakin besar jumlah

anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah untuk mengendalikan Chief

Executif Officer (CEO) dan monitoring yang dilakukan akan semakin efektif.

Menurut Muntoro (2006) ukuran dewan komisaris dapat membantu

meningkatkan keefektifan kerja dewan komisaris dan ukuran yang tidak seimbang

dengan jumlah direksi yang lebih banyak akan menyebabkan komisaris

menghadapi kesulitan ketika bernegosiasi dengan dewan direksi. Collier dan

Gregory (1999) menyatakan jika dikaitkan dengan pengungkapan, maka dewan

komisaris dengan ukuran yang besar akan memiliki power yang lebih besar untuk

menekan manajemen agar mengungkapkan informasi lebih banyak mengenai

perusahaan. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Che Haat,

Rahman dan Mahenthiran (2008) yang menyatakan bahwa dewan komisaris

memiliki kekuatan untuk mempengaruhi keputusan manajemen dan keputusan

penting lainnya. Semakin besar ukuran ukuran dewan komisaris maka kekuatan

yang dimiliki untuk melakukan monitoring jalannya perusahaan juga semakin

besar. Selain memiliki kekuatan untuk mempengaruhi keputusan manajemen,

Page 77: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

dewan komisaris dengan jumlah yang lebih banyak dapat memberikan nasihat dan

konsultasi dengan lebih beragam dan objektif. Masukan atau nasihat yang

diberikan merupakan hasil pikiran dari berbagai ide yang merupakan kesepakatan

beberapa orang sehingga nasihat yang diberikan sudah pasti melalui pertimbangan

matang dari berbagai segi.

PT Bank Mandiri Tbk. pada tahun 2009 merupakan BUMN yang

melakukan pengungkapan wajib di atas rerata yaitu 63,00% dengan memiliki

ukuran dewan komisaris yang besar berjumlah 6 orang. Ukuran dewan komisaris

yang besar ini juga membawa PT Bank Mandiri Tbk. menjadi peringkat 1 “The

Most Trusted Company, Indonesia Good Corporate Governance (GCG) Award

2009” (http://us.detikfinance.com, 2009). Penilaian tersebut membuktikan bahwa

PT Bank Mandiri Tbk. telah menerapkan prinsip corporate governance dengan

baik.

Koefisien positif yang dimiliki board size menunjukkan hubungan positif

antara board size dengan kepatuhan pengungkapan wajib. Hasil peneltian ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sembiring (2005) dan Abeysekera

(2008) yang menemukan bahwa dewan komisaris berpengaruh positif terhadap

luas pengungkapan yang dilakukan perusahaan. Serta mendukung hasil penelitian

yang dilakukan oleh Kusumawati dan Riyanto (2005). Hasil ini sejalan dengan

hipotesis pertama dalam penelitian ini, sehingga hipotesis pertama diterima.

Page 78: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa komposisi komisaris independen9 tidak

berpengaruh terhadap kepatuhan pengungkapan wajib (β = 0,125 dan ρ-value =

0,362). Meskipun rerata komposisi komisaris independen pada BUMN sudah

memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan, namun komposisi komisaris

independen tidak berpengaruh terhadap kepatuhan pengungkapan wajib. Hal ini

dimungkinkan pengangkatan komisaris independen hanya untuk memenuhi

peraturan atau ketentuan formal dari pemerintah saja (Gideon, 2005)

Hal menarik dapat dilihat berkaitan dengan independensi, di Indonesia

terdapat BUMN yang mana para komisaris independennya tersebut ternyata

memiliki hubungan dekat dengan pihak penguasa yang mengatur dan mengawasi

BUMN tersebut (http://birokrasi.kompasiana.com, 2010). Hal ini tidak sesuai

dengan definisi dari independensi itu sendiri karena komisaris independen

ditetapkan sebagai seseorang yang independen dari posisi manajemen dalam

perusahaan dan bebas dari hubungan apapun yang dapat mempengaruhi keputusan

mereka (Hegazy dan Hegazy, 2010). Hal tersebut mengakibatkan pelaksanaan

corporate governance tidak berjalan dengan baik karena komisaris tidak

memahami dan melaksanakan tugasnya selaku pihak independen dalam

mengawasi, mengarahkan dan mengevaluasi pelaksanaan corporate governance.

Jika hakikat komisaris independen tersebut merupakan representasi dari

kemandirian karena keahliannya, kenyataannya tidak demikian sebab ada

9 Hasil didukung dengan uji beda T-test (t = 0,432; ρ-value = 0,667). Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara perusahaan yang memiliki komposisi komisaris independen di atas dan di bawah rerata. Komposisi komisaris independen di bawah rerata memiliki rerata kepatuhan pengungkapan wajib sebesar 53,89% dan rerata kepatuhan pengungkapan wajib 54,59% untuk komposisi komisaris independen di atas rerata (lihat Lampiran VI).

Page 79: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

komisaris independen yang tidak memiliki ilmu, pengalaman ataupun

profesionalitas di bidang usaha BUMN tempat mereka didudukan

(http://birokrasi.kompasiana.com, 2010). Selain itu, terdapat juga fenomena di

Indonesia dimana memberikan jabatan komisaris kepada seseorang bukan

berdasarkan kompetensi dan profesionalisme namun hanya sebagai penghargaan

atau penghormatan (Surya dan Yustiavanda, 2006) sehingga dapat dikatakan,

pemilihan komisaris di Indonesia dimungkinkan kurang mempertimbangkan

intergritas serta kompetensi. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan

oleh Dalton et al (1999), Ho dan Wong (2001), Suhardjanto dan Afni (2009), dan

Suhardjanto dan Miranti (2009). Hasil ini tidak sejalan dengan hipotesis kedua

dalam penelitian ini, sehingga hipotesis kedua ditolak.

Pada tabel 4.3, dalam penelitian ini menunjukkan bahwa rapat dewan

komisaris10 (RPTDK) (β = 0,172 dan ρ-value = 0,222) tidak berpengaruh

terhadap kepatuhan pengungkapan wajib. Rapat yang dilakukan oleh dewan

komisaris belum dilakukan secara efektif dan hanya sebagai pelengkap saja (Cety

dan Suhardjanto, 2010). Rapat dewan komisaris yang dilakukan oleh BUMN

dimungkinkan hanya sekedar memenuhi peraturan Keputusan Menteri BUMN

No: Kep-117/M-MBU/2002, dimana rapat dewan komisaris harus diadakan secara

berkala. Anggaran Dasar BUMN yang antara lain mengatur tugas komisaris

kadang hanya menetapkan bahwa rapat komisaris dilakukan sekurang-kurangnya

sekali dalam 3 bulan, sekali dalam 6 bulan atau bahkan sekali dalam setahun

10 Hasil didukung dengan uji beda T-test (t = 2,059; ρ-value = 0,045). Terdapat perbedaan yang signifikan antara perusahaan yang memiliki jumlah rapat dewan komisaris di atas dan di bawah rerata. Jumlah rapat dewan komisaris di bawah rerata memiliki rerata kepatuhan pengungkapan wajib sebesar 52,85% dan rerata kepatuhan pengungkapan wajib 55,99% untuk jumlah rapat dewan komisaris di atas rerata (lihat Lampiran VI).

Page 80: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

(Republika, 25 Juni 2008). Menurut Cety dan Suhardjanto (2010), peraturan yang

ada di Indonesia masih dijalankan sebagai formalitas dan demi menjaga image

perusahaan. Dengan demikian, dewan komisaris melakukan rapat tidak

dimaksudkan untuk menegakkan corporate governance di dalam perusahaan

tersebut (Permatasari, 2009). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Cety

dan Suhardjanto (2010). Hasil ini tidak sejalan dengan hipotesis ketiga dalam

penelitian ini, sehingga hipotesis ketiga ditolak.

Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa komposisi komite audit11

independen berpengaruh negatif terhadap kepatuhan pengungkapan wajib (β = -

0,001 dan ρ-value = 0,010). Dalam menjalankan tugasnya, anggota komite audit

harus mampu menjaga independensinya, khususnya dari pengaruh atau campur

tangan langsung maupun tidak langsung dari manajemen perusahaan

(http://komiteaudit.org, 2011).

Prinsip independency berarti anggota komite audit tidak memiliki

hubungan bisnis dan hubungan kekeluargaan dengan perusahaan. Dalam

penelitian ini, komposisi komite audit independen memiliki pengaruh yang negatif

terhadap kepatuhan pengungkapan wajib. Seharusnya keberadaan komite audit

independen dapat menekan perusahaan untuk memberikan informasi lebih baik

terutama keterbukaan dan penyajian yang jujur dalam laporan keuangan.

11 Hasil didukung dengan uji beda T-test (t = -3,237; ρ-value = 0,002). Terdapat perbedaan yang signifikan antara perusahaan yang memiliki komposisi komite audit independen di atas dan di bawah rerata. Komposisi komite audit independen di bawah rerata memiliki rerata kepatuhan pengungkapan wajib sebesar 57,12% dan rerata kepatuhan pengungkapan wajib 52,38% untuk komposisi komite audit independen di atas rerata (lihat Lampiran VI).

Page 81: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Menurut Mintara (2008), proses penunjukkan anggota komite audit

independen masih belum jelas dan terbuka, sehingga independensinya masih patut

diragukan. Kualitas anggota komite audit menjadi salah satu penyebab dari

ketidakefektifan komite audit di BUMN (http://www.mail-archive.com, 2005).

Menurut Cety dan Suhardjanto (2010), peraturan yang ada di Indonesia masih

dijalankan sebagai formalitas dan demi menjaga image perusahaan, sehingga

pemilihan komite audit independen di Indonesia dimungkinkan hanya untuk

memenuhi persyaratan atas peraturan pemerintah. Hal tersebut dapat

menyebabkan peran komite audit independen tidak berfungsi sebagaimana

mestinya. Selain itu, pemilihan anggota yang masih memiliki hubungan

kekerabatan marak terjadi (Permatasari, 2009). Hal ini tentu saja memberikan

dampak negatif pada aplikasi corporate governance dan merendahkan kualitas

informasi yang diberikan perusahaan karena adanya kesempatan untuk

memanipulasi dan mempermainkan data (Cety, 2010). Hasil penelitian ini tidak

sejalan dengan penelitian Ho dan Wong (2001) dan Cety dan Suhardjanto (2010).

Hasil ini tidak sejalan dengan hipotesis keempat dalam penelitian ini, sehingga

hipotesis keempat ditolak.

Jumlah rapat komite audit12 (β = 0,002 dan ρ-value = 0,005) berpengaruh

positif terhadap kepatuhan pengungkapan wajib (signifikan pada tingkat 5%).

Rapat komite audit merupakan media untuk komunikasi dan koordinasi para

anggota dalam menjalankan kewajiban dan tugasnya yang menyangkut sistem

12 Hasil didukung dengan uji beda T-test (t = 2,410; ρ-value = 0,020). Terdapat perbedaan yang signifikan antara perusahaan yang memiliki jumlah rapat komite audit d iatas dan di bawah rerata. Jumlah rapat komite audit di atas rerata memiliki rerata kepatuhan pengungkapan wajib 52,65% dan rerata kepatuhan pengungkapan wajib 56,27% untuk jumlah rapat komite audit di atas rerata (lihat Lampiran VI).

Page 82: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

pelaporan keuangan termasuk transparansi laporan keuangan. Komite audit

memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap kualitas laporan keuangan

perusahaan.

Tugas komite audit yang berkaitan dengan peningkatan kualitas pelaporan

laporan keuangan perusahaan yaitu melakukan penelaahan atas informasi

keuangan, penelaahan terhadap kecukupan pemeriksaan yang dilakukan oleh

akuntan publik, penelaahan atas efektivitas pengendalian internal dan memiliki

kemampuan yang memadai tentang peraturan di bidang pasar modal dan peraturan

lain yang terkait dengan perusahaan (Suharli dan Amrullah, 2007).

Komite audit melakukan komunikasi dengan beberapa pihak, yaitu:

komunikasi dengan dewan komisaris, manajemen, internal auditor, serta

komunikasi dengan eksternal auditor (Suharli dan Amrullah, 2007). Peran serta

komite audit dalam pelaksanaan audit yang dilakukan oleh auditor eksternal,

dengan melakukan pertemuan rutin dengan auditor eksternal, dapat meningkatkan

kualitas laporan keuangan sehingga lebih reliable bagi pengguna (Ishak, 2002

dalam Suharli dan Amrullah, 2007).

Komunikasi komite audit biasanya dapat dilakukan dalam bentuk

pengamatan, analisis laporan dan rapat (diskusi) (Cety dan Suhardjanto, 2010).

Hasil pengamatan dan analisis terhadap sistem pengendalian manajemen, auditor

eksternal dan internal selanjutnya dikomunikasikan dan dibahas langsung dalam

rapat komite audit (Cety dan Suhardjanto, 2010). Hal itu diperlukan agar masalah

penting segera menjadi perhatian bersama untuk ditindaklanjuti.

Page 83: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Komite audit yang melakukan pertemuan secara rutin memungkinkan

untuk membahas mengenai penyelesaian pekerjaan, permasalahan yang dihadapi

perusahaan dan bersama – sama mencari penyelesaian terbaik untuk perusahaan

(Cety, 2010). Sehingga semakin sering komite audit melakukan rapat maka

semakin banyak waktu untuk membahas mengenai hal tersebut, termasuk

pengungkapan wajibnya. Sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang dimiliki

komite audit menurut pedoman corporate governance yaitu meningkatkan

kualitas keterbukaan pelaporan keuangan (Suharli dan Amrullah, 2007).

Frekuensi pertemuan komite audit merupakan wujud dari salah satu

prinsip corporate governance yaitu akuntabilitas

(http://muhariefeffendi.wordpress.com, 2007). BUMN melakukan rapat komite

audit tidak hanya untuk mematuhi peraturan atau ketentuan formal dari

pemerintah saja tetapi juga dilakukan sebagai bentuk pengukuran kinerja,

pengawasan dan pelaporan sehingga dapat meningkatkan kualitas laporan

keuangan perusahaan.

Seperti halnya yang terjadi pada PT Telekomunikasi Tbk. pada tahun

2007, yang mana dalam penelitian ini memiliki frekuensi rapat tertinggi yaitu

sebanyak 72 kali dengan tingkat pengungkapan wajibnya di atas rerata yaitu

sebesar 60,00%. Hal ini mengindikasikan bahwa rapat komite audit berjalan

secara efektif sebagaimana mestinya. Dengan demikian, semakin sering komite

audit melakukan rapat, semakin mendorong kepatuhan pengungkapan wajibnya.

Hal ini sejalan dengan penelitian Li et al (2008) dan Ettredge et al (2010). Hasil

Page 84: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

ini sejalan dengan hipotesis kelima dalam penelitian ini, sehingga hipotesis kelima

diterima.

Page 85: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

BAB V

PENUTUP

Setelah dilakukan analisis hasil pembahasan pada bab IV, maka pada bab ini

akan dibahas mengenai kesimpulan hasil penelitian, saran, keterbatasan dan

rekomendasi untuk peneliti selanjutnya.

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat diambil kesimpulan:

1. Sesuai dengan tujuan penelitian, hasil dari pengujian hipotesis

menunjukkan corporate governance mempengaruhi kepatuhan

pengungkapan wajib. Variabel independen (corporate governance) yang

berpengaruh positif terhadap kepatuhan pengungkapan wajib adalah

ukuran dewan komisaris (board size) dan jumlah rapat komite audit,

sedangkan komposisi komite audit independen memiliki pengaruh negatif.

Semakin besar ukuran dewan komisaris yang dimiliki perusahaan dapat

memberikan pengawasan yang lebih optimal terhadap proses pelaksanaan

corporate governance karena ukuran dewan komisaris yang besar akan

memunculkan perpaduan skill antar anggotanya sehingga akan

meningkatkan ketelitian dan keefektifan pengawasan dan pengendalian

terhadap manajemen perusahaan (Collier dan Gregory, 1999). Komite

audit yang melakukan pertemuan secara rutin memungkinkan untuk

membahas mengenai penyelesaian pekerjaan, permasalahan yang dihadapi

perusahaan dan bersama – sama mencari penyelesaian terbaik untuk

Page 86: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

perusahaan (Cety, 2010). Proses penunjukkan anggota komite audit

independen masih belum jelas dan terbuka, sehingga independensinya

masih patut diragukan (Mintara, 2008). Variabel lainnya yaitu komposisi

komisaris independen dan jumlah rapat dewan komisaris tidak

berpengaruh terhadap kepatuhan pengungkapan wajib berdasarkan PSAK

No. 21.

2. Rerata kepatuhan pengungkapan wajib berdasarkan PSAK No. 21 tahun

2007 (akuntansi ekuitas) adalah sebesar 54,16% (partly comply). Hal ini

menunjukkan bahwa kepatuhan pengungkapan wajib pada annual report

BUMN di Indonesia masih rendah mengingat pengungkapan ekuitas

adalah pengungkapan wajib (mandatory disclosure). Rendahnya

kepatuhan pengungkapan wajib menunjukkan kurangnya penerapan

prinsip corporate governance oleh BUMN di Indonesia.

B. Saran

Beberapa saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian adalah

sebagai berikut:

1. Dewan komisaris sebagai komponen penting yang mendukung

terlaksananya corporate governance harus meningkatkan perannya

sehingga dapat meningkatkan kepatuhan pengungkapan wajibnya.

2. Seperti halnya dengan dewan komisaris, jumlah rapat komite audit

merupakan komponen penting sehingga keefektifan dan jumlah rapat

komite audit dalam suatu perusahaan harus ditingkatkan.

Page 87: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

3. Ikatan Akuntan Indonesia sebagai pihak yang menyusun Standar

Akuntansi Keuangan sebaiknya mengkaji dan mengevaluasi item

pengungkapan yang wajib diungkapkan dalam laporan keuangan guna

meningkatkan nilai informasi dalam laporan keuangan karena tuntutan

pengungkapan laporan keuangan selalu berubah seiring dengan

perkembangan pasar modal.

4. Investor sebagai pihak yang menginvestasikan dananya pada perusahaan

agar lebih cermat dalam mengevaluasi laporan keuangan perusahaan guna

pengambilan keputusannya.

C. Keterbatasan

Variabel independen corporate governance yang digunakan dalam

penelitian ini hanya terbatas pada ukuran dewan komisaris, komposisi

komisaris independen, jumlah rapat dewan komisaris, komposisi komite audit

independen dan jumlah rapat komite audit. Padahal, cakupan corporate

governance masih luas seperti latar belakang pendidikan komisaris utama,

komposisi komisaris wanita dan ukuran komite audit.

D. Rekomendasi

1. Peneliti selanjutnya dapat menambah variabel independen lainnya, seperti

ukuran komite audit, latar belakang pendidikan komisaris utama,

komposisi komisaris wanita dan lain-lain.

Page 88: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

2. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan kepatuhan pengungkapan wajib

pada pos lain selain ekuitas, seperti pada beban, pendapatan dan pos-pos

lainnya.

Page 89: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

DAFTAR PUSTAKA

Abeysekera, I. 2008. The Role Of Corporate Governance In Intellectual Capital

Disclosure In Kenyan Listed Firms. www.ssrn.com. 30 Agustus 2010. Alijoyo, F. Antonius. 2003. Keberadaan & Peran Komite Audit Dalam Rangka

Implementasi GCG. Makalah dipresentasikan pada Seminar Nasional GCG–FKSPI BUMN/BUMD wilayah Jawa Timur, Surabaya-Indonesia tanggal 7 Mei 2003.

Andres, P., V. Azofra, dan F. Lopez. 2005. Corporate Boards In OECD

Countries: Size, Composition, Functioning And Effectiveness. Journal of Corporate Governance, 13 (2): 197-210.

Belkaoui, A. R. 2000. Accounting Theory. 4th edition. London: Academic Press. Benardi, M., Sutrisno, dan Prihat Assih. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Luas Pengungkapan dan Implikasinya Terhadap Asimetri Informasi. Simposium Nasional Akuntansi XII.

Brick E, Ivan, and Chidambaran N.K. 2007. Board Meetings, Committe Structure

and Firm Performance. Working Paper Series. http://papers.ssrn.com. 11 Januari 2011.

Cahyaningrum, Dian. 2009. Hambatan Implementasi Tata Kelola Perusahaan

Yang Baik (Good Corporate Governance) Pada Badan Usaha Miliki Negara (BUMN) Yang Berberntuk Persero. Kajian, 14 (3): 463-487.

Cety, Theodora. 2010. Corporate Governance, Environmental Performance, dan

Environmental Disclosure di Indonesia. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Tidak dipublikasi.

Cety, Theodora dan D. Suhardjanto. 2010. Pengaruh Corporate Governance

Terhadap Environmental Performance di Indonesia. Makalah dipresentasikan pada Call for Paper FE UNS tanggal 3 November 2010.

Che H., M. Hassan, R.A. Rahman, dan S. Mahenthiran. 2008. Corporate

Governance, Transparency, and Performance of Malaysian Companies. Journal of Managerial Auditing 23(8): 744-778.

Chen, C.J.P., dan B. Jaggi. 2000. The Association Between Independent Nonexecutive Directors, Family Control and Financial Disclosures in Hongkong. Journal of Accounting and Public Policy 19 (4): 285–310.

Page 90: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Choiriyah, Umi. 2010. Information Gap Pengungkapan Lingkungan hidup Di Indonesia. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Tidak dipublikasi.

Collier, P. dan A. Gregory, 1999. Audit Committee Activity And Agency Cost.

Journal Of Accounting And Public Policy, 18(4-5): 311-332. Dalton D., Daily C., Johnson J. dan Ellstrad, A. 1999. Number Of Director And

Financial Performance: Meta Analisys. Academy of Management Journal, 42 (6): 674-686.

Eng, L.L., dan Mak, Y.T. 2001. Corporate Governance and Voluntary Disclosure.

Journal Accounting and Public Policy, 22: 325-345. Ettredge, M., K. Johnstone, M. Stone dan Q. Wang. 2010. The Effects of

Company size, corporate governance quality, and bad news on disclosure compliance. Review of Accounting Studies, Forthcoming.

Forum for Corporate Governance in Indonesia. 2001. Peranan Dewan Komisaris

Dan Komite Audit Dalam Pelaksanaan Corporate Governance. Seri Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance), Jilid II. Edisi ke–2. Jakarta. http://fcgi.org.id. 14 agustus 2010.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.

Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gideon, SB. Boediono. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate

Governance dan Dampak Manajemen Laba Dengan Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo. Ikatan Akuntan Indonesia.

Gujarati, Damonar N. 2003. Basic Econometrics. Forth Edition. New York: Mc.

Graw-Hill. Haniffa, R. M., dan Cooke, T. E. (2005). The Impact Of Culture And Governance

On Corporate Social Reporting. Journal of Accounting and Public Policy, (24): 391–430.

Hartono, Jogiyanto. 2005. Metode Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan

Pengalaman-Pengalaman. Yogyakarta: BPFE. Hegazy, M., dan K. Hegazy. 2010. Corporate Governance in the U.K: Audit

Committees and disclosure Arrangements – A Web-Based Analysis. Journal of Business Studies Quarterly, 1 (2): 32-55.

Page 91: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Hertanti, Dewi. 2005. Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.

Herwidayatmo. 2000. Implementasi Good Corporate Governance Untuk

Perusahaan Publik Indonesia. Artikel pada majalah Usahawan No. 10 Th XXIX, Oktober 2000.

Hidayah, Erna. 2008. Pengaruh Kualitas Pengungkapan Informasi terhadap

Hubungan Antara Penerapan Corporate Governance Dengan Kinerja Perusahaan Di Bursa Efek Jakarta. JAAI, 12 (1): 53-64.

Hossain, Mohammed. 2008. The Extent Of Disclosure In Annual Reports Of

Banking Companies: The Case of India. European Journal of Scientific Research, 23 (4): 659-680.

Ho, Simon S.M. dan Wong, Kar Shun. 2001. A Study of Relationship Between

Corporate Governance Structure and Extent of Voluntary Disclosure. Journal of International Accounting Auditing and Taxation, 10: 139-156.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2008. Pedoman Standar Akuntansi Keuangan Per 1

September 2007, -cet. 2. Jakarta: Salemba Empat. Jubaedah, Edah. 2007. Pengembangan Good Corporate Governance Dalam

Rangka Reformasi Badan Usaha Milik Negara. Jurnal Ilmu Administrasi, 4 (1): 45-55.

Kieso, D., Weygandt, J., Warfield, T. 2008. Intermediate Accounting Twelfth

Edition. John Wiley & Sons. Keputusan Ketua Bapepam Nomor: SE-02/PM/2002 Tentang Pedoman Penyajian

dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik. Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-29/PM/2004 Peraturan Nomor IX.I.5:

Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-305/BEJ/07-2004 Tentang

Peraturan Nomor I-A Tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham yang Diterbitkan Oleh Perusahaan Tercatat.

Keputusan Menteri BUMN No. Kep-117/M-MBU/2002 Tentang Penerapan Praktek Good corporate Governance Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Page 92: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Khomsiyah. 2003. Hubungan Corporate Governance Dan Pengungkapan Informasi: Pengujian Secara Simultan. Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya. Ikatan Akuntan Indonesia.

Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. Pedoman Umum Good Corporate

Governance Indonesia. http://governance-indonesia.com. 2 November 2010.

Kusumawati, Dwi Novi dan LS, Riyanto Bambang. 2005. Corporate governance

dan kinerja: Analisis pengaruh compliance reporting dan struktur dewan terhadap kinerja. Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo. Ikatan Akuntan Indonesia.

Li, Jing, Richard Pike, dan Roszaini Haniffa. 2008. Intellectual Capital Disclosure

and Corporate Governance Structure in UK Firms. Accounting and Business Research, 38 (2): 137-159.

Mauliano, Deddy Azhar. 2009. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia. Artikel Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma. http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/economy/2009/Artikel_10205276.pdf. 4 Februari 2011.

Meek, Gary K., Clare B. Roberts, Sidney L Gray. 1995. Factors Influencing

Voluntary Annual report Disclosure By U.S, U. K and Continental European Multinational Corporation. Journal of International Business Studies (Third Quarter), 26: 555-572.

Mintara, Yunita Heryani. 2008. Pengaruh Implementasi Corporate Governance

Terhadap Pengungkapan Informasi. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.Tidak Dipublikasi.

Mohammad, Wan Izyani Adilah Wan dan Sulong, Zunaidah. 2010. Corporate

Governance Mechanisms and Extent of Disclosure: Evidence from Listed Companies in Malaysia. International Business Research, 3 (4): 216– 228.

Muntoro, Ronny Kusuma. 2006. Membangun Dewan Komisaris yang Efektif.

Artikel Lembaga Management Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Muhamad, R., Shahimi, S., Yahya, Y., dan Mahzan, N. 2009. Disclosure Quality

on Governance Issues in Annual Reports of Malaysian PLCs. International Business Research, 2 (4): 61-72.

Naim, Ainun., dan F. Rakhman. 2000. Analisis Hubungan antara Kelengkapan

Pengungkapan Laporan Keuangan dengan Struktur Modal dan Tipe

Page 93: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Kepemilikan Perusahaan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol. 15: 70-82.

Nasution, Marihot dan D. Setiawan. 2007. Pengaruh Corporate Governance

Terhadap Manajemen Laba Di Industri Perbankan. Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar. Ikatan Akuntan Indonesia.

Owusu-Ansah, S. 1998. The Impact of Corporate Attributes on The Extent of

Mandatory Disclosure and Reporting by Listed Companies in Zimbabwe. The International Journal of Accounting, 33 (5): 605-631.

Peraturan Menteri BUMN Nomor: Per-05/MBU/2006 Tentang Komite Audit Bagi

Badan Usaha Milik Negara. Permatasari, Novita Diah. 2009. Pengaruh Corporate Governance, Latar

Belakang Pendidikan, terhadap Environmental Disclosure. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.Tidak dipublikasi.

Rahayu, Sovi Ismawati. 2008. Pengaruh Tingkat Ketaatan Pengungkapan Wajib

Dan Luas Pengungkapan Sukarela Terhadap Kualitas Laba. Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak. Ikatan Akuntan Indonesia.

Republika, 25 Juni 2008. Dilema Rangkap Jabatan Komisaris Pada BUMN. Siallagan, Hamonangan dan Mas’ud Machfoedz. 2006. Mekanisme corporate

governance, kualitas laba dan nilai perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi IX.

Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business. Forth Edition. John Wiley

and Sons Inc Sembiring, E.R. 2005. Karakteristik Perusahaan Dan Pengungkapan Tanggung

Jawab Sosial: Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Tercatat Di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo. Ikatan Akuntan Indonesia.

Setyadi, A., Rusmin, G. Tower dan A. Brown. 2008. Variance in Indonesian

companies’ compliance of financial reporting. Accounting and Finance Association of Australia and New Zealand (AFAANZ).

Syakhroza, Akhmad. 2005. Corporate Governance: Sejarah dan Perkembangan, Teori, Model, dan Sistem Governance serta Aplikasinya pada Perusahaan BUMN. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI.

Page 94: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Stephanie, livia. 2009. Analisis Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen Dan Struktur Kepemilikan Perusahaan Terhadap Penilaian Good Corporate Governance. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Atmajaya.Tidak Dipublikasi.

Suhardjanto, Djoko dan A. N. Afni. 2009. Praktik Corporate Social Disclosure Di

Indonesia. Jurnal Akuntansi,, 3: 243-364. Suhardjanto, Djoko dan A. Anggitarani. 2010. Karakteristik Dewan Komisaris

dan Komite Audit Serta Pengaruhnya Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. Jurnal Akuntansi, 2: 125-245.

Suhardjanto, Djoko dan L. Miranti. 2009. Praktik Penerapan Indonesian

Environmental Reporting Index dan Kaitannya Dengan Karakteristik Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, 13 (01): 63-77.

Suhardjanto, Djoko dan N. D. Permatasari. 2009. Pengaruh Corporate

Governance, Etnis, Latar Belakang Pendidikan, terhadap Environmental Disclosure. Kinerja Jurnal Bisnis dan Ekonomi, 14 (02): 131-150.

Suharli, Johanes Ign. Michell dan Amrullah. 2007. Pengungkapan Wajib dan

Sukarela Informasi Laporan Tahunan Perusahaan Publik: Tinjauan atas Karakteristik Komite Audit (Studi Empiris pada BUMN). Jurnal Manajemen Usahawan Indonesia, 26 (06): 44-55.

Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan Edisi

Ketiga. BPFE-Yogyakarta. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed.3.-

eet.2. Jakarta: Balai Pustaka. Trimuharmi, Rini. 2010. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Kepatuhan

Pengungkapan Wajib Dalam Laporan Keuangan Perusahaan Di Bursa Efek Indonesia (BEI). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.Tidak dipublikasi.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan

Terbatas.

Vafeas, Nikos. 2003. Futher Evidence On Compensation On Committe Composition as Determinant of CEO Compensation, Financial Management. 32:53-77.

Wardhani, Mari. 2009. Intellectual Capital Disclosure: Studi Empiris Pada

Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Tidak Dipublikasi.

Page 95: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Yeoh, Joanna. 2005. Compliance With Mandatory Disclosure Requirements by

New Zealand Listed Companies. Advances in International Accounting, 18: 245-262.

http://birokrasi.kompasiana.com. 2010. 20 Maret 2011. www.bumn.go.id http://cafe-ekonomi.blogspot.com. 2009. 20 Maret 2011. http://danangwd.blogdrive.com. 2007. 20 Maret 2011. http://davidparsaoran.wordpress.com. 2009. 3 Maret 2011. www.fasb.org www.governance-indonesia.com www.komiteaudit.org http://www.mail-archive.com. 2005. 20 Maret 2011. http://muhariefeffendi.wordpress.com. 2007. 20 Maret 2011. http://www.tempointeraktif.com. 2007. 12 Maret 2011. http://us.detikfinance.com. 2009. 4 Februari 2011.

Page 96: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

LAMPIRAN 1

Item Pengungkapan Pos Ekuitas (PSAK No. 21)No. Komponen

Pengungkapan Item Pengungkapan

1 Saldo Laba 1. Pengungkapan penjatahan (apropriasi) dan pemisahan saldo laba, menjelaskan jenis penjatahan dan pemisahan, tujuan serta jumlahnya. Perubahan akun-akun penjatahan atau pemisahan saldo laba harus pula diungkapkan.

2. Peraturan, perikatan, batasan dan jumlah batasan disekitar saldo laba. Misalnya, selama perjanjian kredit berlangsung, perusahaan tidak diizinkan membagi saldo laba tanpa seizin kreditor.

3. Perubahan saldo laba karena penggabungan usaha dengan metode penyatuan kepemilikan (pooling of interest).

4. Koreksi masa lalu, baik bruto maupun neto setelah pajak. Pengungkapan harus dijelaskan dengan penjelasan, bentuk kesalahan laporan keuangan terdahulu, dampak koreksi terhadap laba usaha, laba bersih, dan nilai saham per lembar.

5. Pengungkapan jumlah dividen. 6. Dividen per lembar saham. 7. Keterbatasan saldo laba tersedia bagi dividen. 8. Jumlah tunggakan dividen. 9. Tunggakan dividen per lembar saham. 10. Pengungkapan deklarasi dividen setelah

tanggal neraca, sebelum tanggal penerbitan laporan keuangan.13

11. Pengungkapan dividen saham dan pecah saham (stock split), pengungkapan jumlah yang dikapitalisasi.

12. Saji ulang laba per saham (EPS) agar laporan keuangan berdaya banding.

13. Perubahan selama periode akuntansi. 2 Persitiwa setelah

tanggal neraca 14. Pengungkapan peristiwa setelah tanggal

neraca.

13Deklarasi dividen diasumsikan sama dengan pembagian dividen. Pengungkapan deklarasi dividen, setelah tanggal neraca, baik sebelum tanggal penerbitan laporan keuangan maupun Pendapat Akuntan Independen.

Page 97: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

3 Per Jenis Saham 15. Modal dasar. 16. Modal ditempatkan atau dipesan belum

disetor. 17. Modal disetor. 18. Harga Nominal per lembar. 19. Perubahan lembar saham tiap jenis saham dan

saldo nilai rupiah per jenis saham selama periode akuntansi.

20. Hak istimewa atau hak mendahului. 21. Batasan khusus. 22. Penjelasan bila dapat dikonversi, tarif

konversi. 4 Kerugian 23. Pengungkapan kerugian PT 50% dari modal.

24. Pengungkapan kerugian PT 75% dari modal. 25. Bila persyaratan modal minimum yang

ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku atau akta pendirian tidak atau belum dipenuhi, maka harus diungkapkan. Misalnya batas minimum modal disetor dan jumlah pemegang saham PT yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek.

5 Dividen14 26. Bentuk Dividen. 6 Saham Beredar

yang Diperoleh Kembali

27. Lembar saham yang diperoleh kembali dan dipegang perusahaan harus diungkapkan.

7 Agio 28. Perubahan selama periode akuntansi. 29. Batasan distribusi.

8 Cadangan 30. Perubahan selama periode akuntansi. 31. Batasan distribusi.

9 Reorganisasi 32. Penyesuaian ekuitas berkenaan dengan tindakan kuasi reorganisasi harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

10 Selisih Penilaian Kembali

33. Menjelasakan penyimpangan dari konsep harga perolehan di dalam penyajian aset tetap, serta pengaruh penyimpangan tersebut terhadap gambaran keuangan perusahaan.

34. Perubahan selama periode akuntansi. 35. Batasan distribusi.

14 Delapan item dalam komponen pengungkapan dividen termasuk dalam komponen pengungkapan saldo laba (Lihat BAB III, hal 39).

Page 98: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

LAMPIRAN II

DAFTAR PERUSAHAAN SAMPEL

No. Nama Perusahaan PW (%) No. Nama Perusahaan PW (%) Tahun 2005 Tahun 2008

1 PT Adhi karya Tbk 49,00 26 PT Adhi karya Tbk. 57,00

2 PT Aneka Tambang Tbk 51,00 27 PT Aneka Tambang Tbk. 54,00

3 PT BNI Tbk. 60,00 28 PT BNI Tbk. 63,00

4 PT BRI Tbk. 57,00 29 PT BRI Tbk. 54,00

5 PT Bank Mandiri Tbk. 63,00 30 PT Bank Mandiri Tbk. 60,00

6 PT Kimia Farma Tbk. 43,00 31 PT Bukit Asam Tbk. 49,00

7 PT Timah Tbk. 51,00 32 PT PGN Tbk. 57,00

Tahun 2006 33 PT Semen Gresik Tbk. 49,00

8 PT Adhi karya Tbk. 54,00 34 PT Timah Tbk. 54,00

9 PT Aneka Tambang Tbk. 51,00 35 PT Telekomunikasi Tbk. 60,00

10 PT BNI Tbk. 60,00 36 PT Wijaya Karya Tbk. 49,00

11 PT BRI Tbk. 57,00 Tahun 2009

12 PT Bank Mandiri Tbk. 60,00 37 PT Adhi karya Tbk. 57,00

13 PT Kimia Farma Tbk. 46,00 38 PT Aneka Tambang Tbk. 54,00

14 PT Telekomunikasi Tbk. 60,00 39 PT BNI Tbk. 57,00

15 PT Timah Tbk. 51,00 40 PT BRI Tbk. 54,00

Tahun 2007 41 PT Bank Mandiri Tbk. 63,00

16 PT Adhi karya Tbk. 54,00 42 PT BTN Tbk. 54,00

17 PT Aneka Tambang Tbk. 57,00 43 PT Bukit Asam Tbk. 43,00

18 PT BNI Tbk. 63,00 44 PT PGN Tbk. 51,00

19 PT BRI Tbk. 54,00 45 PT Semen Gresik Tbk. 49,00

20 PT Bank Mandiri Tbk. 60,00 46 PT Telekomunikasi Tbk. 57,00

21 PT Bukit Asam Tbk. 49,00 47 PT Timah Tbk. 51,00

22 PT PGN Tbk. 49,00 48 PT Wijaya Karya Tbk. 49,00

23 PT Semen Gresik Tbk. 49,00

24 PT Telekomunikasi Tbk. 60,00

25 PT Wijaya Karya Tbk. 46,00

Page 99: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

LAMPIRAN III

DESCRIPTIVES

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

PW 48 .43 .63 .5416 .05391

BSIZE 48 2 7 5.42 1.145

KOMIND 48 20.00 71.43 45.3175 11.35580

RPTDK 48 4 76 22.10 13.894

KOMKAI 48 40.00 100.00 91.4481 12.69107

RPTKA 48 11 72 24.27 11.141

Valid N (listwise) 48

Berdasarkan hasil statistik deskriptif, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

rerata kepatuhan pengungkapan wajib sebesar 54,16%; rerata ukuran dewan

komisaris adalah 5 orang; rerata komposisi komisaris independen adalah 45,32%;

rerata frekuensi rapat dewan komisaris sebanyak 22 kali; rerata komposisi komite

audit independen sebesar 91,45%; rerata frekuensi rapat komite audit sebesar 24.

Page 100: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

LAMPIRAN IV

UJI ASUMSI KLASIK

NORMALITAS

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 48

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .04046287

Most Extreme Differences Absolute .123

Positive .123

Negative -.121

Kolmogorov-Smirnov Z .855

Asymp. Sig. (2-tailed) .457

a. Test distribution is Normal.

Dari tabel di atas menunjukkan nilai probabilitas jauh di atas 0,05, yaitu

sebesar 0,457, hal ini dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal

(Ghozali, 2006).

Page 101: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

MULTIKOLINEARITAS

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .524 .055 9.562 .000

BSIZE .009 .007 .201 1.296 .202 .531 1.883

KOMIND .001 .001 .117 .862 .393 .694 1.440

RPTDK .001 .001 .166 1.188 .242 .654 1.529

KOMKAI -.001 .000 -.290 -2.465 .018 .920 1.087

RPTKA .002 .001 .340 2.790 .008 .855 1.169

2 (Constant) .528 .054 9.695 .000

BSIZE .012 .006 .264 1.937 .059 .683 1.464

RPTDK .001 .001 .172 1.238 .222 .656 1.525

KOMKAI -.001 .000 -.273 -2.362 .023 .946 1.057

RPTKA .002 .001 .325 2.700 .010 .875 1.143

3 (Constant) .531 .055 9.699 .000

BSIZE .016 .006 .347 2.910 .006 .902 1.108

KOMKAI -.001 .000 -.305 -2.685 .010 .994 1.006

RPTKA .002 .001 .350 2.931 .005 .900 1.111

a. Dependent Variable: PW

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa tidak ada variable bebas yang

mempunyai nilai tolerance kurang dari 0.10, hal ini berarti tidak ada kolerasi antar

variable bebas. Hasil perhitungan nilai VIF (Variance Inflation Factor) juga

menunjukkan hal yang sama, dimana tidak satupun variabel bebas yang memiliki

nilai VIF lebih besar dari 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

multikolinearitas antar variabel bebas maka model regresi layak dipakai.

Page 102: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

AUTOKORELASI

Model Summaryd

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .682a .466 .402 .04169

2 .675b .456 .405 .04157

3 .661c .437 .398 .04182 2.099

a. Predictors: (Constant), RPTKA, KOMIND, KOMKAI, RPTDK, BSIZE

b. Predictors: (Constant), RPTKA, KOMKAI, RPTDK, BSIZE

c. Predictors: (Constant), RPTKA, KOMKAI, BSIZE

d. Dependent Variable: PW

Dengan menggunakan pengujian statistik Durbin Waston diperoleh nilai

DW sebesar 2,099. Karena nilai DW besarnya antara 1,55 sampai 2,46, ini berarti

tidak terjadi autokorelasi.

HETEROSKEDASTISITAS

Page 103: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terdapat ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lainnya. Uji heteroskedastisitas pada penelitian ini tidak hanya

menggunakan analisis plot mengingat sampel yang digunakan hanya 48

perusahaan. Analisis dengan grafik plots memiliki kelemahan yang cukup

signifikan oleh karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil ploting. Semakin

sedikit jumlah pengamatan semakin sulit menginterpretasikan hasil grafik plot.

Oleh sebab itu diperlukan uji statistik yang lebih dapat menjamin keakuratan hasil

(Ghozali, 2006). Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

Glejser.

Page 104: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .032 .026 1.207 .234

BSIZE .000 .003 -.031 -.152 .880

KOMIND .000 .000 .183 1.020 .313

RPTDK .000 .000 -.097 -.522 .604

KOMKAI 9.531E-6 .000 .006 .040 .968

RPTKA .000 .000 -.132 -.812 .421

2 (Constant) .032 .016 2.085 .043

BSIZE .000 .003 -.031 -.154 .879

KOMIND .000 .000 .185 1.053 .298

RPTDK .000 .000 -.098 -.552 .584

RPTKA .000 .000 -.131 -.822 .416

3 (Constant) .031 .013 2.393 .021

KOMIND .000 .000 .172 1.128 .266

RPTDK .000 .000 -.110 -.687 .495

RPTKA .000 .000 -.137 -.890 .378

4 (Constant) .031 .013 2.423 .019

KOMIND .000 .000 .143 .983 .331

RPTKA .000 .000 -.170 -1.166 .250

5 (Constant) .042 .007 6.248 .000

RPTKA .000 .000 -.164 -1.129 .265

6 (Constant) .035 .003 12.587 .000

a. Dependent Variable: ABSUT

Berdasarkan hasil uji Glejser menunjukkan bahwa tidak ada satupun

variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel

dependen nilai Absolut Res_1 (AbsUt). Hal ini terlihat dari probabilitas

Page 105: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5%. Jadi dapat disimpulkan model

regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.

Page 106: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

LAMPIRAN V

ANALISIS REGRESI BERGANDA

Variables Entered/Removedb

Model

Variables

Entered

Variables

Removed Method

1 RPTKA,

KOMIND,

KOMKAI,

RPTDK, BSIZEa

. Enter

2

. KOMIND

Backward

(criterion:

Probability

of F-to-

remove >=

,100).

3

. RPTDK

Backward

(criterion:

Probability

of F-to-

remove >=

,100).

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: PW

Model Summaryd

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .682a .466 .402 .04169

2 .675b .456 .405 .04157

3 .661c .437 .398 .04182 2.099

a. Predictors: (Constant), RPTKA, KOMIND, KOMKAI, RPTDK, BSIZE

b. Predictors: (Constant), RPTKA, KOMKAI, RPTDK, BSIZE

c. Predictors: (Constant), RPTKA, KOMKAI, BSIZE

d. Dependent Variable: PW

Page 107: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

ANOVAd

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .064 5 .013 7.316 .000a

Residual .073 42 .002

Total .137 47

2 Regression .062 4 .016 9.013 .000b

Residual .074 43 .002

Total .137 47

3 Regression .060 3 .020 11.368 .000c

Residual .077 44 .002

Total .137 47

a. Predictors: (Constant), RPTKA, KOMIND, KOMKAI, RPTDK, BSIZE

b. Predictors: (Constant), RPTKA, KOMKAI, RPTDK, BSIZE

c. Predictors: (Constant), RPTKA, KOMKAI, BSIZE

d. Dependent Variable: PW

Page 108: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .524 .055 9.562 .000

BSIZE .009 .007 .201 1.296 .202 .531 1.883

KOMIND .001 .001 .117 .862 .393 .694 1.440

RPTDK .001 .001 .166 1.188 .242 .654 1.529

KOMKAI -.001 .000 -.290 -2.465 .018 .920 1.087

RPTKA .002 .001 .340 2.790 .008 .855 1.169

2 (Constant) .528 .054 9.695 .000

BSIZE .012 .006 .264 1.937 .059 .683 1.464

RPTDK .001 .001 .172 1.238 .222 .656 1.525

KOMKAI -.001 .000 -.273 -2.362 .023 .946 1.057

RPTKA .002 .001 .325 2.700 .010 .875 1.143

3 (Constant) .531 .055 9.699 .000

BSIZE .016 .006 .347 2.910 .006 .902 1.108

KOMKAI -.001 .000 -.305 -2.685 .010 .994 1.006

RPTKA .002 .001 .350 2.931 .005 .900 1.111

a. Dependent Variable: PW

Page 109: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Excluded Variablesc

Model Beta In t Sig. Partial Correlation

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

Minimum

Tolerance

2 KOMIND .117a .862 .393 .132 .694 1.440 .531

3 KOMIND .125b .922 .362 .139 .696 1.436 .638

RPTDK .172b 1.238 .222 .186 .656 1.525 .656

a. Predictors in the Model: (Constant), RPTKA, KOMKAI, RPTDK, BSIZE

b. Predictors in the Model: (Constant), RPTKA, KOMKAI,

BSIZE

c. Dependent Variable: PW

Page 110: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

LAMPIRAN VI

UJI BEDA T-TEST

Uji Beda T-test Variabel Ukuran Dewan Komisaris

Group Statistics

kodevar

1 N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

PW 2 20 .5656 .05187 .01160

1 28 .5244 .04932 .00932

Independent Samples Test

Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

PW Equal

variances

assumed

.148 .702 2.793 46 .008 .04121 .01475 .01151 .07090

Equal

variances

not assumed

2.770 39.785 .008 .04121 .01488 .01113 .07128

Page 111: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

Uji Beda T-test Variabel Komposisi Komisaris Independen

Group Statistics

kodevar

2 N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

PW 2 18 .5459 .05944 .01401

1 30 .5389 .05118 .00934

Independent Samples Test

Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

PW Equal

variances

assumed

.379 .541 .432 46 .667 .00701 .01621 -.02563 .03965

Equal

variances

not assumed

.416 31.801 .680 .00701 .01684 -.02730 .04132

Page 112: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Uji Beda T-test Variabel Jumlah Rapat Dewan Komisaris

Group Statistics

kodevar

3 N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

PW 2 20 .5599 .04556 .01019

1 28 .5285 .05632 .01064

Independent Samples Test

Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

PW Equal

variances

assumed

1.946 .170 2.059 46 .045 .03144 .01527 .00071 .06216

Equal

variances

not

assumed

2.134 45.210 .038 .03144 .01473 .00177 .06110

Page 113: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

Uji Beda T-test Variabel Komposisi Komite Audit Independen

Group Statistics

kodevar

4 N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

PW 2 30 .5238 .05526 .01009

1 18 .5712 .03653 .00861

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

PW Equal

variances

assumed

5.749 .021 -

3.237 46 .002 -.04746 .01466 -.07697 -.01794

Equal

variances not

assumed

-

3.578 45.476 .001 -.04746 .01326 -.07416 -.02075

Page 114: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN …eprints.uns.ac.id/5894/1/215761411201110561.pdf · sayangmu J maaf kalo aku masih suka kayak anak kecil, sering nyusahin ... Erlangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

Uji Beda T-test Variabel Jumlah Rapat Komite Audit

Group Statistics

kodevar

5 N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

PW 2 20 .5627 .05641 .01261

1 28 .5265 .04746 .00897

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

PW Equal

variances

assumed

.946 .336 2.410 46 .020 .03624 .01503 .00598 .06649

Equal

variances not

assumed

2.341 36.499 .025 .03624 .01548 .00486 .06761