perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id MANAJEMEN …... · Pengerakkannya berawal dari pengajuan...
Transcript of perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id MANAJEMEN …... · Pengerakkannya berawal dari pengajuan...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MANAJEMEN PROGRAM PENANGANAN RUMAH TIDAK LAYAK
HUNI (RTLH) OLEH BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PERLINDUNGAN ANAK DAN KB
(BAPERMAS P3AKB) KOTA SURAKARTA TAHUN 2006-2009
Disusun Oleh :
LYSTIA WAHYUNING TYAS
D 0106076
SKRIPSI
Disusun Guna Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Politik
Jurusan Ilmu Administrasi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HALAMAN PERSETUJUAN
Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Penguji Skripsi
Jurusan Ilmu Administrasi Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Pembimbing
Drs. H. Sakur, M.S
NIP. 194902051980121001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HALAMAN PENGESAHAN
Telah Diuji dan Disahkan oleh Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Pada hari :
Tanggal :
Panitia Penguji :
1. Drs. Son Haji, M.Si (…………….)
NIP. 195912061988031004 Ketua
2. Drs. Ali, M.Si (…………….)
NIP. 195408301985031002 Sekretaris
3. Drs. H. Sakur, M.S (……………..)
NIP. 194902051980121001 Penguji
Mengetahui,
Dekan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Drs. H. Supriyadi SN., SU
NIP. 195301281981031001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah ada kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu
telah selesai (dari satu urusan), maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan yang lain) dan ingat kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap…”
(QS. Al Insyiroh: 6-8)
“Apapun tugas hidup anda, lakukanlah dengan baik. Seseorang semestinya
melakukan pekerjaannya sedemikian baik sehingga mereka yang masih hidup,
yang sudah mati, dan yang belum lahir tidak mampu melakukannya lebih baik
lagi.”
(Martin Luther King)
“Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari
betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.”
(Thomas Alva Edison)
“Hidup bisa mengalahkan kita, tapi kita dapat memilih…kita ingin bangkit atau
tidak?”
(Jackie Chan in Karate Kids)
“Kemenangan kita yang paling besar bukanlah karena kita tidak pernah jatuh,
melainkan karena kita bangkit setiap kali jatuh”
(Confusius)
“Belajarlah untuk melakukan yang terbaik bukan hanya untuk dirimu, tetapi untuk
semua orang.”
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur kepada Alloh SWT, karya
sederhana ini penulis persembahkan kepada:
Ibuku Sri Kanti Handayani dan Bapakku Deddy Sukardi atas
segala kasih sayang, doa, kesabaran, nasihat, dan dukungan yang
tak henti-hentinya diberikan untukku.
Pakdeku Sigit Hartopo dan Alm. Budeku Bibiana Iriani
terimakasih atas bantuan yang kalian berikan untukku hingga saat
ini.
Seluruh keluarga besarku terimakasih atas support untuk
menjalani hidup ini dengan lebih baik serta rasa kekeluargaan yang
kita bangun selama ini.
Sahabat-sahabat seperjuanganku Lhya (Bosku), Farida
(NgeTrek), Ira (Eyang Uti), Riris, Lesti, Uswah dan Ani terima
kasih atas kehangatan dan kebersamaan yang indah selama ini.
Teman-teman AN angkatan 2006, terimakasih atas kebersamaan
yang solid selama ini.
Para guru dan dosenku, terima kasih atas ilmu dan pengabdian
yang kalian berikan.
Almamaterku UNS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kata Pengantar
Assalamu‟alaikum Wr. Wb.
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Alloh SWT, atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik.
Penyusunan skripsi yang berjudul “Manajemen Program Penanganan
Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan KB (Bapermas P3AKB) Kota
Surakarta Tahun 2006-2009”, ini merupakan tugas akhir penulis dalam
menyelesaikan studi dan memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
sarjana sosial Universitas Sebelas Maret .
Penulis menyadari meskipun telah berusaha semaksimal mungkin dalam
menyelesaikan dan penyusunan skripsi ini, akan tetapi karya ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati dan lapang dada penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
skripsi ini. Di dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima pemikiran
serta dorongan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.
Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang tulus
kepada:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Drs. H. Sakur, M.S selaku pembimbing, yang senantiasa memberi bimbingan,
arahan, dan motivasi dengan sabar dan ikhlas sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini.
2. Drs. Priyanto Susilo Adi, M.Si selaku Pembimbing Akademik, terima kasih
atas bimbingan akademis yang telah diberikan selama ini.
3. Drs. H. Supriyadi SN., SU selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret.
4. Drs. Sudarto, M.Si selaku Ketua Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret.
5. Kepala Bapermas P3AKB Kota Surakarta, yang telah memberikan ijin
penelitian dalam rangka penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Drs. Sukendar Tri Cahyo Kemat, M.Si selaku Kepala Bidang
Pemberdayaan Masyarakat dan segenap pegawai Bapermas P3AKB Kota
Surakarta yang telah memberikan bantuan, informasi dan semua hal yang
penulis butuhkan demi kelancaran skripsi ini.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga Alloh SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril, spiritual, maupun
pengetahuan kepada penulis pada saat kuliah maupun pada saat penulisan skripsi
ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Akhirnya penulis berharap kiranya skripsi ini bermanfaat bagi semua kalangan.
Amien.
Wassalamu‟alaikum Wr. Wb
Surakarta, Agustus 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................ iii
HALAMAN MOTTO ........................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................ vi
DAFTAR ISI ....................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .............................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xiii
ABSTRAK .......................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………….. 1
A. Latar Belakang Masalah……………………………………… 1
B. Perumusan Masalah …………………………………………. 13
C. Tujuan Penelitian………………………………………… …. 13
D. Manfaat Penelitian………………………………………….... 14
E. Studi Pustaka…………………………………………………… 15
1. Manajemen………………………………………………… 15
1.1 Perencanaan (planning)……………………………… 20
1.2 Pengorganisasian (organizing)……………………. .... 23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1.3 Penggerakkan (actuating)…………………………….. 24
1.4 Pengawasan (controlling)…………………………….. 30
2. Program Penanganan Rumah Tidak Layak Huni
(RTLH)…………………………………………………… 31
F. Kerangka Berfikir…………………………………………….. 37
G. Metodologi Penelitian…………………………………..... 41
BAB II DESKRIPSI LOKASI……………………………………….. 50
A. Keadaan Umum Kota Surakarta……………………………… 50
B. Gambaran Umum Bapermas P3AKB Kota Surakarta …….…. 51
1. Sejarah Singkat Bapermas P3AKB Kota Surakarta ................. 51
2. Visi dan Misi…………………………………………………. 52
3. Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi)………………………….. 53
4. Program Kerja………………………………………………... 54
5. Susunan Organisasi…………………………………………… 57
6. Rincian Tugas Pokok dan Fungsi…………………………….. 58
7. Kondisi Pegawai……………………………………………… 72
C. Sekilas Tentang RTLH di Kota Surakarta………………………. .74
BAB III PEMBAHASAN……………………………...……………… 78
A. Perencanaan (planning)………………………………………….. 78
B. Pengorganisasian (organizing)………………………………….. 89
C. Penggerakkan (actuating)………………………………………. 98
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. Pengawasan (controlling)……………………………………….. 119
BAB IV PENUTUP…………………………………………………… 133
A. Kesimpulan…………………………………………………… 133
B. Saran…………………………………………………………. 139
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Daftar Tabel: Halaman
Tabel 1.1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia
Menurut Daerah, 2005-
2009…………………………………. ................................. 2
Tabel 1.2. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Jawa
Tengah Menurut Daerah, 2005-2009 ................................... 3
Tabel 1.3. Jumlah Penduduk Miskin Kota Surakarta Menurut
Kecamatan Tahun 2007 ........................................................ 4
Tabel 1.4. Jumlah RTLH Per Kecamatan di Kota Surakarta pada
Tahun 2006 ........................................................................... 11
Tabel 2.1. Jumlah Pegawai Bapermas P3AKB Kota Surakarta
Berdasarkan Jenis
Kelamin……..…………………………………….... 72
Tabel 2.2. Jumlah Pegawai Bapermas P3AKB Kota Surakarta
Berdasarkan Tingkat Pendidikan ......................................... 73
Tabel 2.3. Daftar Penerima Bantuan RTLH Tahun 2006-2009. ............. .75-76
Tabel 3.1. Daftar Dukungan Kegiatan di Lokasi Pengambangan
Khusus Bantuan RTLH Tahun 2006-2009……………....... 117
Tabel 3.2. Jumlah RTLH yang Sudah Direhabilitasi Per
Kecamatan Kota Surakarta Tahun 2006-
2009………………... ........................................................... 131
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Daftar Gambar: Halaman
Gambar 1.1. Bagan Kerangka Berfikir…………………………............ 40
Gambar 2.1. Bagan Organisasi Bapermas P3AKB Kota
Surakarta……………………………............... ................ 77
Gambar 3.1. Mekanisme Aliran Dana Tahun 2009…………………… 83
Gambar 3. 2. Diagram Struktur Kepanitiaan Pembangunan/Perbaikan
RTLH Bagi Masyarakat Miskin Kota Surakarta.................. 91
Gambar 3.3. Skema Mekanisme Pengajuan Bantuan Pembangunan/
Perbaikan RTLH Kota Surakarta …...……………………… 99
Gambar 3.4. Mekanisme Pengawasan dan Alur Pertanggung Jawaban
dalam Program Penanganan RTLH....................................... 120
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Lystia Wahyuning Tyas, D 0106076, “Manajemen Program Penanganan
Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan KB (Bapermas P3AKB)
Kota Surakarta Tahun 2006-2009”. Skripsi, Jurusan Ilmu Administrasi,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana
manajemen Bapermas P3AKB Kota Surakarta dalam upaya menangani Rumah
Tidak Layak Huni (RTLH) di Kota Surakarta tahun 2006-2009.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data
dengan menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Untuk validitas
datanya menggunakan teknik triangulasi data dan analisa pemikiran yang
digunakan adalah analisa model interaktif yaitu reduksi data, pengumpulan data,
dan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa perencanaan
Bapermas P3AKB meliputi pendataan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
(PMKS) langsung ke masyarakat pada tahun 2006 sehingga diperoleh data
sebanyak 6.612 RTLH, membuat mekanisme penganggaran yang diajukan ke
DPRD Kota Surakarta, mempersiapkan kelengkapan timnya, dan mengumpulkan
data secara real di lokasi pengembangan. Pengorganisasiannya dilakukan oleh
Bapermas P3AKB selaku koordinator dalam program ini. Kepanitiaannya terdiri
dari Panitia Pembangunan RTLH Tingkat Kota, Panitia Pembangunan RTLH
Tingkat Kelurahan, Kelompok Kerja (Pokja) Penerima Bantuan
Pembangunan/Perbaikan RTLH. Pengerakkannya berawal dari pengajuan bantuan
pembangunan atau perbaikan RTLH, Pokja mencatat nama warga calon penerima
dana bantuan. Selanjutnya diserahkan ke Kepala Kelurahan dan dalam bentuk
proposal diajukan ke Bapermas P3AKB untuk ditetapkan nama warga penerima
dana bantuan setelah dikaji Panitia Pembangunan RTLH Tingkat Kota.
Diserahkan kembali ke Kelurahan selanjutnya ke Pokja bersama masyarakat yang
mengelola dan melakukan pembangunan RTLH. Pengawasan secara langsung
dilakukan oleh Pokja dan masyarakat sekitar. Bapermas P3AKB meninjau melalui
laporan yang dibuat Pokja melalui Kelurahan serta beberapa kali datang ke lokasi.
Keterbatasan anggaran menjadi hambatan paling utama. Bapermas
P3AKB bekerjasama dengan SUF-UN Habitat yang memberikan hibah untuk
membantu kekurangan warga dalam bentuk pinjaman. Namun warga belum
merasakannya. Untuk itu Bapermas P3AKB harus menjelaskan langsung secara
transparan kepada warga melalui pertemuan bersama SUF-UN Habitat beserta
Pokja untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi hingga warga paham.
Dengan begitu komunikasi dua arah akan terjalin dengan baik. Selain itu,
Bapermas P3AKB perlu melakukan pelatihan khusus mengenai penanganan
RTLH atau perumahan dan pemukiman agar lebih cepat menangani segala
masalah perumahan dan pemukiman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
Lystia Wahyuning Tyas, D 0106076. “The Management of Improper House
Handling Program by the Surakarta City’s Agency of Society Empowerment,
Woman Empowerment, Child Protection and Family Planning (Bapermas
P3AKB) in the Year of 2006-2009” Thesis. Department of Administration.
Faculty of Social and Political Science. Sebelas Maret University of Surakarta.
This research was done in the purpose of knowing the management
Surakarta‟s Bapermas P3AKB to handle Improper Housing in Surakarta in the
year of 2006-2009.
This research can be classified as descriptive qualitative research. Data
collecting method was using Interview, observation, and documentation. The data
validation was using Data triangulation technique and the thought analysis used
was Interactive model analysis which consists of data reduction, data collection,
and taking conclusion.
According to the result of research, It is known that the plan of Bapermas
P3AKB consists of Logging Social Prosperity Problem People directly to the
society in 2006 and got the data about 6.612 RTLH, making budgeting
mechanism which submitted to Surakarta Local Parliament, preparing team
completeness, and collecting the data directly in development area. It was
organized by Bapermas P3AKB as the program coordinator. The committee
consists of City RTLH Development Committee, Village RTLH Development
Committee, the workgroup of Development/Betterment Aid Receiver. The
proceses began from the submission of Development Betterment aid. Then, it was
sent to the Chief of Village, and in form of proposal, it was submitted to
Bapermas P3AKB to be analyzed by City RTLH Development committee and
finally, the names of people who got the aid is announced. Then, it was sent back
Village and Workgroup together with society to organize and builds the RTLH.
The supervision was directly done by Workgroup and surrounding society.
Bapermas P3AKB observe it on the report made by Workgroup and sent through
village, and also observe it directly by coming on the location several times.
The limitation of budget was the main obstacle. Bapermas P3AKB
cooperate with SUF-UN Habitat which giving the aid to help society‟s fund
limitation by giving loans. But the society hasn‟t felt it. For that reason, Bapermas
P3AKB should explain directly and transparently to society by the meeting with
SUF-UN Habitat and Workgroup what was happened and the society understand
it. Only with that way the two-way communication can run well. Moreover,
Bapermas P3AKB needs to do special training about RTLH or housing and
settlement handling in order to get faster in handling the problems of Housing and
Settlement.
Keywords : Management, Improrer House, Empowerment.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Konsep kemiskinan terkait dengan kemampuan seseorang atau
rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan dasar baik untuk makanan
maupun non-makanan. Seseorang atau rumah tangga dikatakan miskin bila
kehidupannya dalam kondisi serba kekurangan sehingga tidak mampu
memenuhi kebutuhan dasarnya. Batas kebutuhan dasar minimal
dinyatakan melalui ukuran garis kemiskinan yang disetarakan dengan
jumlah rupiah yang dibutuhkan. Penduduk dikatakan sangat miskin
apabila kemampuan untuk memenuhi konsumsi makanan hanya mencapai
1.900 kalori per orang per hari plus kebutuhan dasar non-makanan, atau
setara Rp 120.000,- per orang per bulan.
Penduduk dikatakan miskin apabila kemampuan untuk memenuhi
konsumsi makanan hanya mencapai antara 1.900 sampai 2.100 kalori per
orang per hari plus kebutuhan dasar non-makanan atau setara Rp 150.000,-
per orang per bulan. Penduduk dikatakan mendekati miskin apabila
kemampuan untuk memenuhi konsumsi makanan hanya mencapai antara
2.100 sampai 2.300 kalori per orang per hari plus kebutuhan dasar non-
makanan atau setara dengan Rp 175.000,- per orang per bulan. Namun
garis kemiskinan yang disetarakan dengan jumlah rupiah yang dibutuhkan
akan bervariasi antar daerah, bergantung pada harga-harga kebutuhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dasar di masing-masing daerah (Randy R. Wrihatnolo dan Riant Nugroho
Dwidjowijoto, 2007:155-156).
Masalah kemiskinan ini terus menjadi persoalan masyarakat dan
negara di dunia dari masa ke masa. Sejak awal kemerdekaan, Indonesia
telah mempunyai perhatian besar terhadap terciptanya masyarakat yang
adil dan makmur sebagaimana termuat dalam alinea keempat Undang-
Undang Dasar 1945. Namun dengan adanya persoalan kemiskinan di
Indonesia yang dari tahun ke tahun tidak pernah terselesaikan dengan
berbagai kebijakan pemerintah yang telah ditetapkan maka menjadi
penghambat jalannya pembangunan di era globalisasi sekarang ini.
Berikut ini disajikan data jumlah persentase penduduk miskin di
Indonesia menurut daerah dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009
sebagai berikut:
Tabel: 1.1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia
Menurut Daerah, 2005-2009
Tahun
Jumlah Penduduk Miskin
(juta)
Persentase Penduduk
Miskin
Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa
2005 12,40 22,70 35,10 11,68 19,98 15,97
2006 14,49 24,81 39,30 13,47 21,81 17,75
2007 13,56 23,61 37,17 12,52 20,37 16,58
2008 12,77 22,19 34,96 11,65 18,93 15,42
2009 11,91 20,62 32,53 10,72 17,35 14,15
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)
(http://www.bps.go.id/download_file/data_strategis.pdf)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dilihat dari tabel di atas, persentase penduduk miskin perkotaan
dan pedesaan di Indonesia dari tahun 2005 menuju tahun 2006 mengalami
peningkatan yaitu dari 15,97% menjadi 17,75%. Dari tahun 2006 menuju
tahun 2007 mengalami penurunan sebesar 1,17%. Begitu juga yang terjadi
pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 yaitu dari 16,58% menjadi
15,42%. Sampai dengan tahun 2009 persentase penduduk miskin
perkotaan dan pedesaan tercatat menjadi 14,15%.
Berikut ini juga disajikan data mengenai jumlah dan persentase
penduduk miskin di Jawa Tengah menurut daerah dari tahun 2005 sampai
dengan tahun 2009 sebagai berikut:
Tabel: 1.2. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Jawa Tengah
Menurut Daerah, 2005-2009
Tahun Jumlah Penduduk Miskin (ribu) Persentase Penduduk Miskin
Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa
2005 2.671,2 3.862,3 6.533,5 17,24 23,57 20,49
2006 2.958,1 4.142,5 7.100,6 18,90 25,28 22,19
2007 2.687,3 3.869,9 6.557,2 17,23 23,45 20,43
2008 2.556,5 3.633,1 6.189,6 16,34 21,96 19,23
2009 2.420,9 3.304,8 5.725,7 15,41 19,89 17,72
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah
Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
(http://jateng.bps.go.id/offrel/brs_kemiskinan_0903_33.pdf)
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa persentase penduduk miskin
perkotaan dan pedesaan di Jawa Tengah pada tahun 2005 sampai dengan
tahun 2006 mengalami kenaikan sebesar 1,7%. Sedangkan dari tahun 2006
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sampai dengan tahun 2007 mengalami penurunan dari 22,19% menjadi
20,43 %. Begitu pula yang terjadi pada tahun 2007 menuju tahun 2008
yaitu dari 20,43% menjadi 19,23 %. Akhirnya pada tahun 2009 persentase
penduduk miskin perkotaan dan pedesaan di Jawa Tengah tercatat sebesar
17,72%.
Di dalam program penanganan Rumah Tidak Layak Huni ini,
Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan Perlindungan
Anak dan KB (Bapermas P3AKB) Kota Surakarta mengacu pada jumlah
penduduk miskin Kota Surakarta menurut Kecamatan pada tahun 2007
yang diolah berdasarkan data dari Walikota Surakarta pada tahun 2007.
Data tersebut disajikan sebagai berikut:
Tabel: 1.3. Jumlah Penduduk Miskin Kota Surakarta Menurut
Kecamatan Tahun 2007
Kecamatan Jumlah Kepala Keluarga (KK) Jumlah Jiwa
Laweyan 4.966 16.556
Serengan 2.886 9.850
Pasar Kliwon 6.005 21.244
Jebres 7.510 26.734
Banjarsari 8.397 31.219
Jumlah 29.764 105.603
Sumber: Bapermas P3AKB Kota Surakarta
Diolah berdasarkan data dari Walikota Surakarta Tahun 2007
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah kepala
keluarga (KK) miskin dan jumlah jiwa miskin di Kecamatan Jebres adalah
yang paling terbanyak dari Kecamatan lainnya di Kota Surakarta yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
masing-masing sebanyak 7.510 KK dan sebanyak 26.734 jiwa. Di
Kecamatan Serengan jumlah kepala keluarga (KK) miskin dan jumlah jiwa
miskin sedikit dibandingkan dengan Kecamatan lainnya di Kota Surakarta
yaitu masing-masing sebanyak 2.886 KK dan sebanyak 9.850 jiwa. Data
di atas dijadikan acuan oleh Bapermas P3AKB selama program
penanganan RTLH ini berlangsung, yaitu dari mulai awal perencanaannya
pada tahun 2006 yang akan dilaksanakan sampai tahun 2010. Program ini
merupakan salah satu program untuk mewujudkan Solo Bebas Kumuh
2010.
Memang tidaklah semudah membalikkan telapak tangan untuk
menekan angka kemiskinan di Indonesia maupun di daerah-daerah yang
ada di Indonesia dan diperlukan suatu strategi yang terpadu. Hal ini karena
persoalan kemiskinan lebih bersifat multi dimensi daripada persoalan
lainnya yang dihadapi oleh bangsa ini. Kemiskinan yang dirasakan oleh
masyarakat Indonesia ini terutama yang berada di daerah-daerah atau kota-
kota kecil membuat masyarakat miskin di kota kecil ingin memperbaiki
kehidupannya. Mereka melihat masyarakat yang ada di kota-kota besar di
Indonesia memiliki kehidupan yang lebih layak terutama dari segi
ekonominya. Anggapan seperti itu membuat masyarakat miskin di kota
kecil di Indonesia ini mempunyai keinginan untuk mengadu nasib di kota-
kota besar. Oleh karena itu, mereka berpindah dari pedesaan ke perkotaan
atau yang lebih dikenal dengan sebutan urbanisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. T. Saraswati (2004: 1) Pertumbuhan penduduk perkotaan akibat
laju urbanisasi yang tidak diimbangi dengan peningkatan pendapatan
menyebabkan berkembangnya kawasan pemukiman padat penduduk dan
kumuh di wilayah perkotaan. Akibatnya terjadi lonjakan jumlah orang-
orang yang datang dan menetap di kota menjadikan kota semakin padat
dan sebagian besar dari mereka adalah masyarakat yang berpenghasilan
rendah. Krisis ekonomi yang terjadi semakin mempercepat penurunan
kualitas lingkungan fisik di kawasan pemukiman padat penduduk dan
kumuh. Kemampuan daya beli masyarakat menjadi menurun termasuk
pemeliharaan prasarana dan sarana dari kawasan pemukiman, pola krisis
tersebut meningkatkan jumlah penduduk miskin termasuk di wilayah
pemukiman kumuh (http://www.digilib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-
71989.pdf).
Menurut Hetty Adriasih (2004) dalam Murtanti Jani Rahayu
Rutiana D (2007: 1) Pemukiman kumuh adalah lingkungan pemukiman
yang kondisi tempat tinggal atau tempat huniannya berdesakan, luas
rumah tidak sebanding dengan jumlah penghuni, rumah berfungsi sekedar
tempat istirahat dan melindungi diri dari panas, dingin, dan hujan,
lingkungan dan tata pemukiman tidak teratur, bangunan sementara, acak-
acakan tanpa perencanaan, prasarana kurang (MCK, air bersih, saluran
buangan, listrik, gang, lingkungan jorok, dan menjadi sarang penyakit),
fasilitas sosial kurang (sekolah, rumah ibadah, balai pengobatan),
umumnya mata pencaharian penghuninya tidak tetap dan usahanya non-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
formal, tanah bukan milik penghuni, pendidikan rendah, penghuni sering
tidak tercatat sebagai warga setempat (pendatang dari luar daerah), rawan
banjir dan kebakaran serta rawan terhadap timbulnya penyakit. Dengan
demikian, masyarakat yang tinggal di pemukiman kumuh tersebut adalah
masyarakat yang menempati rumah yang tidak layak huni
(http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/gem/article/viewPDFInterstiti
al/17589/17503).
Di Surakarta keberadaan pemukiman kumuh ini ternyata masih
dapat ditemui di daerah bantaran sungai Bengawan Solo , bantaran sungai
Pepe, dan beberapa daerah di masing-masing di Kecamatan di Surakarta
seperti daerah Kelurahan Mojosongo Kecamatan Jebres, Kelurahan Pajang
Kecamatan Laweyan, Kelurahan Tipes Kecamatan Serengan, Kelurahan
Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon, Kelurahan Kadipiro Kecamatan
Banjarsari, dan sebagainya (Sumber: Bapermas P3AKB Kota Surakarta).
Dengan demikian masyarakat yang tinggal di pemukiman kumuh
pada umumnya akan rentan dengan penyakit menular seperti diare,
penyakit lever, dan Tuberkolusis (TBC). Selain itu, masyarakat juga
menderita penyakit kekurangan gizi termasuk busung lapar, anemi
terutama pada bayi, anak-anak, dan ibu hamil. Kematian bayi adalah
konsekuensi dari penyakit yang ditimbulkan karena kemiskinan ini.
Kekurangan gizi menyebabkan bayi rentan terhadap infeksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Di dalam Antara News yang dipublikasikan pada hari Rabu 24 Juni
2009 jumlah kasus gizi buruk di Surakarta yang ditemukan oleh Dinas
Kesehatan Kota Surakarta sepanjang tahun 2009 cenderung menurun
dibandingkan tahun lalu. Kepala Bidang Bina Kesehatan Masyarakat
Dinas Kesehatan Kota Surakarta, Erna Harnanie mengatakan bahwa
jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan hingga pertengahan Juni 2009
tercatat tiga kasus, sedangkan pada tahun 2008 sebanyak 11 kasus. Dua
kasus pada tahun 2009 berhasil ditangani sehingga tinggal satu penderita
gizi buruk yang saat ini masih melakukan perawatan intensif. Mengenai
jumlah kasus yang belum terdeteksi kecil kemungkinan hal tersebut terjadi
(http://www.antarajateng.com/detail/index.php?id=15807).
Bukan hanya gizi buruk, namun Tuberkolusis (TBC) juga sangat
rentan dialami oleh masyarakat yang tinggal di pemukiman kumuh.
Menurut World Health Organization (WHO) dalam annual report on
global TB control 2003 (Pratiwi Ari Hendrawati, 2008: 2) menyatakan
terdapat 22 negara dikategorikan sebagai high-burden countries terhadap
TBC, Indonesia tiap tahun terdapat 557.000 kasus baru TBC. Berdasarkan
jumlah itu, 250.000 kasus (115/100.000) merupakan penderita TBC
menular. Dengan keadaan ini, Indonesia menempati peringkat ketiga
jumlah penderita TBC di dunia, setelah India (1.762.000) dan China
(1.459.000). TBC telah membunuh tiga juta orang pertahun
(http://etd.eprints.ums.ac.id/2731/1/J210040054.pdf).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Bila dilihat dari fakta-fakta tersebut, kemiskinan dan pemukiman
kumuh berkaitan erat dengan kesehatan dan kemampuan mengakses
pelayanan kesehatan serta pemenuhan gizi dan kalori. Akses penduduk
miskin ke pusat-pusat pelayanan kesehatan terhambat oleh mahalnya harga
obat-obatan dan biaya hidup lainnya. Teknologi kedokteran dan bahan
baku obat-obatan yang masih diimpor merupakan penyebab utama
mahalnya biaya pelayanan kesehatan di Indonesia. Kemampuan anggaran
pemerintah untuk membiayai pelayanan kesehatan juga masih dirasa
kurang.
Keluarga juga mempunyai tanggung jawab terhadap pemenuhan
kebutuhan pelayanan dasar anggotanya seperti pendidikan, kesehatan, dan
lingkungan hidup. Oleh karena itu, diperlukan pemberdayaan keluarga
terutama melalui peningkatan akses terhadap informasi tentang
permasalahan ini. Tidak dapat dipungkiri bahwa pribadi atau masing-
masing anggota di dalam suatu keluarga akan sehat jasmani dan rohani
apabila mereka tinggal di lingkungan dan rumah yang layak untuk mereka
huni.
Seperti yang disebutkan di dalam UU No. 23 Tahun 1992 Tentang
Kesehatan, Pasal 12 Ayat (1) kesehatan keluarga diselenggarakan untuk
mewujudkan keluarga sehat, kecil, dan sejahtera. Ayat (2) kesehatan
keluarga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi kesehatan suami,
istri, anak, dan anggota keluarga lainnya. Pasal 22 Ayat (1) kesehatan
lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sehat. Ayat (2) kesehatan lingkungan dilaksanakan terhadap tempat umum,
lingkungan pemukiman, lingkungan kerja, angkutan umum, dan
lingkungan lainnya. Dalam UU No 4 Tahun 1992, Pasal 5 Ayat (1) setiap
warga negara mempunyai hak untuk menempati dan/atau menikmati
dan/atau memiliki rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman,
serasi, dan teratur. Ayat (2): setiap warga negara mempunyai kewajiban
dan tanggung jawab untuk berperan serta dalam pembangunan perumahan
dan pemukiman
Mengacu pada UU No 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan Pasal 12
Ayat 1 dan 2 dan Pasal 22 Ayat 1 dan 2 serta UU No. 4 Tahun 1992
Tentang Perumahan dan Permukiman Pasal 5 ayat 1 dan 2, sudah
sepantasnya di abad 21 ini masyarakat Indonesia menempati rumah yang
layak huni guna meningkatkan derajat kesehatan mereka. Termasuk Kota
Surakarta dimana masih banyak masyarakat miskin Kota Surakarta yang
menempati rumah tinggal yang jauh dari memenuhi persyaratan rumah
sehat, sehingga berdampak pada penurunan kualitas hidup dan kesehatan
masyarakat. Keberadaan rumah ini dapat kita lihat di daerah bantaran
sungai Pepe dan sungai Bengawan Solo serta beberapa wilayah di Kota
Surakarta.
Pada tahun 2006 Pemerintah Kota Surakarta menginginkan daerah
bantaran sungai tersebut bersih dari rumah-rumah tidak layak huni.
Bertepatan dengan Program Nasional (Prona) untuk pensertifikatan tanah,
Pemerintah Kota Surakarta datang kepada warga melalui Badan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pertanahan Nasional (BPN) Kota Surakarta ingin melakukan pembersihan
di daerah bantaran sungai Pepe dengan cara merelokasi rumah-rumah
tersebut ke lahan yang sudah disediakan oleh pemerintah yang sudah
disetujui oleh masyarakat setempat melalui beberapa kali pertemuan untuk
mencapai kata sepakat dan masyarakat relokasi tersebut mendapatkan
sertifikat tanah akan rumahnya. Lahan yang digunakan pemerintah adalah
lahan kosong yang masih berfungsi tapi tidak dirawat oleh warga. Lokasi
awal yang direlokasi adalah di Kelurahan Ketelan RT 03 RW 09. Namun
karena keterbatasan lahan, rumah-rumah tersebut dibangun hanya
sekedarnya saja. Sehingga menimbulkann pemukiman yang kumuh
dengan rumah-rumah yang tidak layak huni. Adapun hasil pendataan
jumlah RTLH per Kecamatan di Kota Surakarta oleh Bapermas P3AKB
bersama Dinas Sosial pada tahun 2006 melalui pendataan Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) sebagai berikut:
Tabel: 1.4. Jumlah RTLH Per Kecamatan di Kota Surakarta pada
Tahun 2006
NO. Kecamatan Jumlah RTLH
1 Laweyan 819
2 Serengan 530
3 Pasar Kliwon 2.115
4 Jebres 1.447
5 Banjarsari 1.701
TOTAL 6.612
Sumber : Bapermas P3AKB Kota Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah RTLH terbanyak
ada di Kelurahan Pasar Kliwon sebanyak 2.115 rumah, selanjutnya ada di
Kelurahan Banjarsari sebanyak 1.701 rumah, Kelurahan Jebres sebanyak
1.447 rumah, Kelurahan Laweyan sebanyak 819 rumah, dan Kelurahan
Serengan sebanyak 530 rumah. Hal ini berarti RTLH di Kota Surakarta
menyebar di seluruh Kota.
Oleh karena itu diperlukan pengelolaan rumah yang tidak layak
huni agar menjadi layak huni bagi masyarakat Surakarta. Melalui
Peraturan Walikota Surakarta No. 17-A Tahun 2009 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pemberian Bantuan Pembangunan/Perbaikan Rumah Tidak
Layak Huni Bagi Masyarakat Miskin Kota Surakarta, Badan
Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak
dan KB (Bapermas P3AKB) Kota Surakarta diberikan wewenang dan
tanggung jawab oleh Pemerintah Kota Surakarta untuk mengelola program
penanganan RTLH yang dilaksanakan dalam bentuk pemberian dana
bantuan pembangunan atau perbaikan rumah tidak layak huni sebagai
stimulant bagi masyarakat miskin Kota Surakarta.
Sehingga dalam masalah ini peran Bapermas P3AKB Kota
Surakarta sangat penting mengingat tugas pokok dan fungsinya sebagai
badan penyelenggara urusan pemerintah khususnya dalam melaksanakan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang Pemberdayaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga
Berencana khususnya di Kota Surakarta.
Dengan melihat permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka
peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Manajemen
Program Penanganan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) oleh Badan
Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan Perlidungan
Anak dan KB (Bapermas P3AKB) Kota Surakarta Tahun 2006-
2009”.
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah adalah pokok-pokok bahasan yang akan
dibahas dalam penelitian ini. Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
“Bagaimana manajemen Bapermas P3AKB Kota Surakarta dalam upaya
menangani Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) di Kota Surakarta tahun
2006-2009?”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan, maka
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana manajemen
program Bapermas P3AKB Kota Surakarta dalam upaya menangani
Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) di Kota Surakarta tahun 2006-2009.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi pemerintah kota, dalam hal ini Bapermas P3AKB Kota Surakarta
bisa memberikan masukan sehingga kedepannya tidak lagi terjadi masalah
lanjutan yang ditimbulkan.
2. Bagi pembaca, penelitian ini dapat memberikan pengetahuan, wacana
baru, dan menambah perbendaharaan bagi khasanah ilmu sosial pada
umumnya dan ilmu administrasi pada khususnya.
3. Bagi penulis, karya ini semakin melatih kepekaan penulis dalam
menemukan permasalahan publik. Karya ini juga sebagai salah satu syarat
untuk mendapatkan gelar kesarjanaan pada Jurusan Ilmu Administrasi
Program Studi Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
E. Studi Pustaka
1. Manajemen
Istilah manajemen (management) telah diartikan oleh berbagai
pihak dengan perspektif yang berbeda, misalnya pengelolaan,
pembinaan, pengurusan, ketatalaksanaan, kepemimpinan, pemimpin,
ketatapengurusan, administrasi, dan sebagainya (Siswanto, 2006:1).
Dalam literature manajemen terdapat batasan yang berbeda-beda
antara ahli yang satu dengan yang lain, diantaranya menurut George R.
Terry (1966) adalah:
“Management is distinct process consisting of
planning, organizing, actuating, controlling, utilizing in
each both science and art and follow in order to
accomplish predetermined objectives”. (Manajemen
adalah proses yang khas yang terdiri dari tindakan-
tindakan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
dan pengendalian yang masing-masing bidang tersebut
digunakan baik ilmu pengetahuan maupun keahlian dan
yang diikuti secara berurutan dalam rangka usaha
mencapai sasaran yang telah ditetapkan semula).
(George R. Terry dalam Pandji Anoraga, 1997:109)
Pendapat lain yang lebih kompleks dan mencakup aspek-aspek
penting pengelolaan dikemukakan oleh Stoner sebagai berikut:
“Manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-
usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber
daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan.” (Stoner dalam
T. Hani Handoko, 2003: 8)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Menurut Paul Hersey Kenneth H. Blanchard dalam Siswanto
(2006:2) memberikan batasan manajemen as a working with and
through individuals and groups accomplish organizational goals
(sebagai suatu usaha yang dilakukan dengan dan bersama individu atau
kelompok untuk mencapai tujuan organisasi). Sedangkan menurut
Siswanto sendiri (2006:2) manajemen adalah seni dan ilmu dalam
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemotivasian, dan
pengendalian terhadap orang dan mekanisme kerja untuk mencapai
tujuan.
Manajemen adalah seni memperoleh hasil melalui berbagai
kegiatan yang dilakukan oleh orang lain (Sondang P. Siagian, 2005:1).
Salah satu hal dalam manajemen yang sukses adalah komitmen
dalam organisasi yang bersangkutan. Baik itu komitmen dari
pemimpin maupun karyawan atau anggota organisasi seperti dikutip
dari jurnal internasional dibawah ini:
“The single most important element of successful
management improvement initiatives is the
demonstrated commitment of top leaders to change.
This commitment is most prominently shown through
the personal involvement of top leaders in developing
and directing reform efforts. Top leadership
involvement and clear lines of accountability for
making management improvements are crucial for
overcoming organizations' natural resistance to
change, marshalling the resources needed in many
cases to improve public management, and building and
maintaining the organization-wide commitment to new
working processes. Strong commitment of political
appointees has become one of the key success factors in
government reform”. (Satu elemen paling penting dari
prakarsa kesuksesan manajemen adalah dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menunjukkan komitmen dari pemimpin puncak untuk
melakukan perubahan. Komitmen ini harus ditunjukkan
dengan jelas secara terus menerus keterlibatan personal
dari pemimpin puncak dalam mangembangkan dan
mangatur perbaikan upaya. Keterlibatan kepemimpinan
puncak dan garis yang jelas dalam akuntabilitas dalam
membuat prakarsa manajemen adalah hal yang sangat
penting untuk menanggulangi perlawanan alami
organisasi untuk berubah, mengatur sumber penghasilan
diperlukan di dalam banyak kasus untuk memperbaiki
manajemen publik, dan membangun dan memelihara
komitmen luas organisasi untuk proses kerja yang baru.
Komitmen yang kuat dari orang yang diangkat sebagai
politikus akan menjadi salah satu faktor kunci sukses
dalam perbaikan pemerintahan.) (Pan Suk Kim;
Proquest Educational Journal, winter 2009 vol 38 issue
4 page 1).
Pendapat dari para ahli di atas dapat diambil garis besarnya, bahwa
manajemen merupakan tindakan-tindakan dari orang atau sekelompok
orang bahkan organisasi yang terdiri dari berbagai aktivitas yaitu mulai
dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan yang dapat di sebut
juga penggerakkan atau pengarahan, dan pengawasan baik usaha para
anggota organisasinya, penggunaan sumber daya-sumber daya
organisasinya, maupun keahlian-keahlian dari para anggota
organisasinya guna mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
semula.
Dimana melalui manajemen yang merupakan seni dalam
memperoleh hasil melalui berbagai kegiatan yang dilakukan oleh
orang lain tersebut dapat diharapkan di dalam proses pencapaian tujuan
dapat dilakukan dengan lebih efektif dan efisien melalui pembagian
tugas dan wewenang yang jelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Komitmen yang kuat untuk melakukan perubahan secara terus
menerus di suatu organisasi yang dilakukan baik itu oleh pemimpin,
karyawan maupun anggota organisasi ke arah yang lebih baik juga
dapat membawa suatu organisasi itu mencapai kesuksesan.
Kegiatan-kegiatan dalam manajemen merupakan tugas pokok yang
harus dijalankan pimpinan dalam organisasi apapun. Tugas pokok
tersebut pada hakikatnya merupakan fungsi manajemen dalam sebuah
organisasi. Mengenai macam fungsi manajemen itu sendiri, terdapat
persamaan dan perbedaan pendapat, namun sebenarnya pendapat-
pendapat tersebut saling melengkapi.
Menurut Skinner dalam Pandji Anoraga (1997:114-115), fungsi
manajemen meliputi:
a) Perencanaan (planning)
b) Pengorganisasian (organizing)
c) Pengerjaan (staffing)
d) Pengarahan (directing)
e) Pengendalian (controlling)
Sedangkan menurut G.R. Terry dalam Malayu S.P. Hasibuan
(2006:3) fungsi-fungsi manajemen dikemukan sebagai berikut:
a) Planning
b) Organizing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c) Actuating
d) Controlling
Menurut ahli lain yaitu Louis A. Allen dalam Brantas (2009:36)
menyatakan bahwa fungsi-fungsi manajemen terdiri dari empat fungsi
yaitu Leading, Planning, Organization, dan Controlling. Lain halnya
dengan Luther Gullick dalam Iwan Purwanto (2008:43) yang
menyebutkan bahwa fungsi-fungsi manajemen terdiri dari Planning,
Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Reporting, dan
Budgeting.
Dengan melihat dari pengertian manajemen yang ada diatas dan
juga mengenai fungsi fungsinya, maka mengenai manajemen program
penanganan RTLH di Kota Surakarta, peneliti memilih untuk
menggunakan pengertian manajemen didasarkan pada teori yang
dikemukakan oleh George R. Terry yang dikenal dengan POAC, yang
meliputi kegiatan-kegiatan yaitu Planning, Organizing, Actuating, dan
Controlling. Keempat fungsi manajemen tersebut dianggap relevan
dengan manajemen Bapermas P3AKB Kota Surakarta dalam program
penanganan RTLH di Kota Surakarta. Hal tersebut karena dipandang
lebih sesuai, lebih tepat, dan lebih mampu menggambarkan
manejemen Bapermas P3AKB Kota Surakarta dalam program
penanganan RTLH di Kota Surakarta serta kegiatan-kegiatan dalam
manajemen tersebut mampu mewakili dari beberapa fungsi-fungsi
manajemen yang sangat beragam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Selanjutnya akan dijelaskan masing-masing fungsi manajemen
yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1.1 Perencanaan (planning)
Definisi yang paling umum dibuat tentang perencanaan
mengatakan bahwa perencanaan merupakan usaha sadar dan
pengambilan keputusan yang telah diperhitungkan secara matang
tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa depan dalam dan
oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya (Sondang P. Siagian, 2005:36).
Menurut G. R. Terry dalam Siswanto (2006:42)
perencanaan adalah memilih dan menghubungkan fakta serta
membuat dan menggunakan dugaan mengenai masa yang akan
datang, untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Perencanaan adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan
pemutusan selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan,
bagaimana, dan oleh siapa (T. Hani Handoko, 2003:77-78).
Menurut Hayashi dalam Siswanto (2006:42) mendefinisikan
perencanaan sebagai suatu proses bertahap dari tindakan yang
terorganisasi untuk menjembatani perbedaan antara kondisi yang
ada dan aspirasi organisasi.
Perencanaan dihubungkan dengan masalah “memilih”,
artinya memilih tujuan dan cara terbaik untuk mencapai tujuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tersebut dari beberapa alternative yang ada, tanpa alternative
perencanaanpun tidak ada (Brantas, 2009:55-56).
Perencanaan merupakan fungsi manajemen yang paling
utama, tanpa adanya perencanaan tidak akan ada fungsi-fungsi
manajemen yang selanjutnya. Dengan kata lain, dengan adanya
perencanaan maka ada pula fungsi-fungsi manajemen yang lain. Di
dalam perencanaan ini organisasi harus menentukan arah
organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan
memperhitungkan fakta-fakta dan kemungkinan apa saja yang akan
terjadi di masa yang akan datang. Dengan begini perencanaan akan
memilih dan akhirnya memutuskan bagaimana cara yang efektif
dan efisien dalam pencapaian tujuan organisasi.
Di dalam Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM Nomor 1
Tahun I-2006 dengan judul Penelitian Dampak Keberadaan Pasar
Modern (Supermarket dan Hypermarket) terhadap Usaha Ritel
Koperasi Waserda dan Pasar Tradisional menjelaskan bahwa dari
sisi kelembagaan, perbedaan karakteristik pengelolaan pasar
modern dan pasar tradisional nampak dari lembaga pengelolanya.
Dari aspek kebijakan, dapat dijelaskan bahwa pemerintah telah
mengeluarkan kebijakan-kebijakan tentang penataan perpasaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Beberapa kebijakan yang telah dikeluarkan adalah SKB
Menperindag dengan Mendagri Nomor 57/1997 tentang Penataan
dan Pembinaan Pasar dan Pertokoan dimana di dalamnya
menjelaskan bahwa Menperindag mengatur, membina,
mengembangkan usaha perdagangan di pasar dan pertokoan dan
pedagang kecil dan menengah, Mendagri melakukan pembinaan
Pemerintah Daerah dalam penataan dan pembangunan pasar atau
pertokoan, dan Pemda menetapkan lokasi dan ijin pembangunan
pasar atau pertokoan.
Selain itu SKB Mendagri, Menkop, dan PPK Nomor
01/SKB/M/97 tentang Pembinaan dan Pengembangan Koperasi
dan PK dalam Pengembangan Pasar dan Pertokoan Substansi
Pokok dimana di dalamnya menjelaskan bahwa penciptaan iklim
kondusif pengadaan, pembangunan, pengelolaan penataan pasar
dan pertokoan yang layak bagi koperasi dan PK termasuk sector
informal, peningkatan kemampuan koperasi dan PK dalam
pengembangan pasar atau toko, dan kemitraan koperasi dan PK
dengan Bank, Pemda, BUMN, swasta, dan lainnya
(http://www.smecda.com/kajian/files/jurnal/Hal 85.pdf.).
Dengan melihat jurnal penelitian di atas, dapat dilihat
bahwa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah
itulah yang dijadikan dasar atau rencana dalam pengelolaan pasar,
pertokoan, dan koperasi yang hendak dicapai. Di dalam jurnal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sudah jelas di dalam penataan dan pembinaan pasar dan pertokoan
yang berperan untuk mengatur, membina, mengembangkan, dan
menetapkan usaha perdagangan di pasar dan pertokoan serta
pedagang kecil dan menengah adalah Mendagri beserta Pemda
yang menetapkan lokasi dan ijin pembangunan pasar dan
pertokoan.
Bagaimana pembinaannyapun sudah jelas dalam jurnal ini
yaitu dengan menciptakan iklim kondusif dalam hal pengadaan,
pembangunan, pengelolaan penataan pasar dan pertokoan yang
layak bagi koperasi dan PK termasuk sector informal dan
meningkatkan kemampuan koperasi dan PK dalam pengembangan
pasar atau toko serta meningkatkan kerjasama koperasi dan PK
dengan Bank, Pemda, BUMN, swasta, dan lainnya.
1.2 Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian adalah pembagian kerja yang
direncanakan untuk diselesaikan oleh anggota kesatuan kerja yang
direncanakan untuk diselesaikan oleh anggota kesatuan pekerjaan,
penetapan hubungan antarpekerjaan yang efektif diantara mereka,
dan pemberian lingkungan dan fasilitas pekerjaan yang wajar
sehingga mereka bekerja secara efisien (Siswanto, 2006:75).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sondang P. Siagian (2005:60) mendefinisikan
pengorganisasian ialah keseluruhan proses pengelompokkan orang-
orang, alat-alat, tugas-tugas, serta wewenang dan tanggung jawab
sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat
digerakkan sebagai suatu kesatuan yang utuh dan bulat dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Brantas (2009:73) meyebutkan bahwa pengorganisasian
adalah suatu kegitan dasar dari manajemen dan dilakukan untuk
menghimpun dan menyusun semua sumber-sumber yang
diperlukan, termasuk orang-orang, sehingga pekerjaan yang
dikehendaki dapat diselesaikan dengan yang paling utama menjadi
perhatian sukses adalah manusia.
Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen yang di
dalamnya membagi anggota-anggota organisasi ke dalam bagian-
bagian mereka masing-masing dengan memperhitungkan apakah
orang itu berkompeten di bidangnya atau tidak untuk menjalankan
kegiatan mereka masing-masing agar tercapai tujuan organisasi
yang telah disepakati.
1.3 Penggerakkan (actuating).
Penggerakkan menurut Sondang P. Siagian adalah sebagai
berikut :
“Penggerakkan dapat didefinisikan sebagai
keseluruhan usaha, cara, tehnik, dan metode untuk
mendorong para anggota organisasi agar mau dan
ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tercapainya tujuan organisasi dengan efisien, efektif,
dan ekonomis” (2005:95).
Menurut Brantas (2009:95) penggerakkan adalah kegiatan
yang dilakukan oleh pimpinan untuk membimbing, mengarahkan,
mengatur segala kegiatan yang telah diberi tugas dalam
melaksanakan suatu kegiatan usaha.
Pendapat lainnya mengenai penggerakaan dikemukakan
oleh George R. Terry sebagai berikut:
“Actuating is setting all members of the group to want
to achieve and to strike in achieve the objective
willingly and keeping with the managerial planning and
organizing efforts”. (Penggerakkan adalah membuat
semua anggota kelompok agar mau bekerja sama dan
bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk mencapai
sesuai dengan perencanaan dan usaha-usaha
pengorganisasian). (George R. Terry dalam Brantas,
2009:95).
Penggerakkan merupakan bagian yang sangat penting
dalam proses manajemen sebab tanpa penggerakkan maka
perencanaan dan pengorganisasian tidak dapat direalisasikan dalam
kenyataan. Penggerakkan ini sangat berkaitan erat dengan
bagaimana cara pimpinan organisasi dalam memberikan motivasi
kepada para anggota organisasinya agar mau bergerak untuk
menjalankan apa yang sudah direncanakan dan sesuai dengan
pembagian kerja mereka masing-masing untuk mencapai tujuan
organisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pentingnya motivasi dalam suatu kegiatan manajemen
khususnya di fungsi penggerakkan juga dikemukakan dalam jurnal
internasional sebagai berikut:
“There are numerous theories about what motivation is
and how it affects human behavior. Theories have
ranged from individual characteristics or traits to need-
based constructs to socially and culturally-derived ways
of thinking and acting. Examining several motivational
theories as described in research literature, Mitchell
notes motivation consists of an arousal to act followed
by a multitude of choices. Although social conventions
shape many of the choices, people often make choices
without a rational or predictable set of motives. In a
work context, the needs and choices are more
problematic because the work itself varies from day to
day. The changing nature of what is to be performed as
well as the variable character of individual motives
makes providing pay as a motivational tool difficult to
control. This is particularly true in the public sector, in
which jobs often involve multiple tasks, different
constituencies, difficulties in defining outputs, and
ambiguously-defined policies administered under
uncertain conditions”.(Ada banyak teori tentang apa itu
dan bagaimana motivasi mempengaruhi perilaku
manusia. Teori-teori mempunyai susunan dari
karakteristik individual atau cirri-ciri untuk kebutuhan
konsepsi sosial dan adat istiadat dari jalan pikiran dan
tindakan. Meskipun perjanjian sosial membentuk
banyak pilihan, orang terkadang membuat pilihan tanpa
sebuahh rasionalitas atau prediksi sebab. Dalam konteks
kerja, kebutuhan dan pilihan makin problematic karena
pekerjaan sendiri bervariasi dari hari ke hari. Perubahan
sifat dalam apa yang harus ditampilakn lebih baik dari
tiap karakter individu membuat ketersediaan bayaran
sebagai peralatan motivasional sulit untuk dikontrol.
Fakta ini terjadi dalam sector publik dimana pekerjaan
seringkali berbenturan dengan tugas yang sulit,
perbedaan pemberi kuasa, kesulitan dalam
mendefiniskan output, dan definisi ambigu
kebijaksanaan administrasi dibawah kondisi yang
bimbang).(Carol Ruslaw; Proquest Educatinal Journal,
winter 2009, vol 38 issue 4 page 38).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Selain itu juga penggerakkan berkaitan dengan gaya
kepemimpinan seseorang. Jika gaya kepemimpinannya dapat
mengayomi dan juga menjadi panutan, maka bukannya tidak
mungkin kalau anggota organisasinya akan mengerjakan
pekerjaannya dengan ikhlas, sungguh-sungguh dan penuh
tanggung jawab.
Di dalam jurnal Spririt Publik Vol. 5 No.2 Tahun 2009
dengan judul Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Peningkatan
Kualitas Pelayanan Surat Ijin Usaha Perdagangan (Studi Pada
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan) oleh Monang
Sitorus hal. 175-184 memberikan hasil penelitian yang diperoleh
dari hasil perhitungan uji statistik path analysis bahwa secara
umum atau menyeluruh kepemimpinan Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kota Medan tergolong cukup baik dalam memberikan
pelayanan perijinan SIUP. Meskipun kepemimpinan kepala Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan tergolong cukup
menurut persepsi aparatur, tetapi tidak serta merta diimbangi
dengan kualitas pelayanan perijinan SIUP yang berkualitas. Hal ini
terindikasi bahwa belum sepenuhnya dimensi-dimensi
kepemimpinan itu menyentuh ke dalam diri pegawai.
Dimensi personal, menunjukkan bahwa pegawai Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan telah memiliki
dorongan yang cukup untuk melaksanakan tugasnya dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pelayanan perijinan SIUP namun hasilnya belum optimal
diakibatkan belum adanya komitmen yang kuat terhadap dirinya,
bahwa pelayanan perijinan SIUP itu adalah amanah yang jika
dilaksanakan dengan baik akan meningkatkan harkatnya sebagai
manusia dengan profesi public servant.
Dimensi interpersonal meningkatkan kualitas pelayanan
perijinan SIUP belum optimal dilaksanakan oleh Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan. Hal itu terjadi karena
motivasi (kesejahteraan) yang diberikan Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kota Medan belum memadai. Gaji yang tidak cukup
diterima pegawai menyebabkan pegawai tersebut tidak disiplin dan
perilakunya tidak kondusif memberikan pelayanan perijinan SIUP
pikirannya tidak fokus memberikan pelayanan SIUP karena harus
memikirkan memperoleh kesempatan mencari tambahan
pendapatan di luar gaji. Motivasi yang berasal dari luar seperti
imbalan dari pemohon SIUP membuat mereka berupaya
mencapainya untuk menambah pendapatannya.
Dimensi manajerial kepemimpinan Kepala Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan masih tergolong
cukup untuk menciptakan semangat tim, mencapai produktivitas
melalui stafnya, mendelegasikan kewenangan sesuai dengan
tupoksi, memberdayakan orang lain, dan berkomunikasi pada
semua level (lini) yang ada dalam organisasi. Belum optimalnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dimensi ini diterapkan karena belum adanya ketegasan pemimpin
menciptakan pemberian mekanisme reward and punishment di
lingkungan birokrasi. Pegawai yang berhasil mencapai target
bahkan di atas target yang ditetapkan tidak diimbangi dengan
reward. Demikian juga yang bekerja di bawah standar tidak
disertai dengan punishment. Oleh karena pemberian mekanisme
reward and punishment yang belum dilaksanakan dengan tegas di
lingkungan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan,
akhirnya pegawai tidak termotivasi bekerja.
Dimensi institusional sangat penting sebagai hasil dari
kepemimpinan secara melembaga ke dalam institusi. Dimensi ini
belum dimiliki pegawai sebagai komitmen yang kuat terhadap
dirinya, yaitu berjanji terhadap dirinya untuk memberikan
pelayanan perijinan SIUP yang benar dan menghindari kesalahan.
Nilai yang dimiliki aparatur masih sebatas cukup untuk
membedakan benar dan salah atau belum benar-benar dapat
membedakannya dengan baik. Artinya, sikap pegawai masih mau
menerima kutipan dari pemohon sepanjang tidak diketahui
pimpinan, tetapi jika diketahui pimpinan dan diberikan sanksi yang
tegas baru mereka sadar bahwa perbuatan itu salah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Indicator ini sangat mendasar dalam melaksanakan tugas sehari-
hari dalam pelayanan perijinan SIUP pada Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kota Medan.
1.4 Pengawasan (controlling)
Sondang P. Siagian (2005:125) menjelaskan bahwa
pengawasan merupakan usaha sadar dan sistematik untuk lebih
menjamin bahwa semua tindakan operasional yang diambil dalam
organisasi benar-benar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Menurut George R. Terry pengawasan adalah sebagai
berikut:
“Controlling can be defined as the process of
determining what is to be accomplished that is
the standard; what is being accomplished, that
is the performance, evaluating the performance
and if necessary applying corrective measure so
that performance takes place according to
plans, that is, in conformity with the standard”.
(Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses
penentuan, apa yang harus dicapai yaitu standar,
apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan,
menilai pelaksanaan dan apabila perlu
melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga
pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras
dengan standar). (George R. Terry dalam
Brantas, 2009:189-190).
Pengawasan dilakukan pada waktu berbagai kegiatan
sedang berlangsung dan dimaksudkan untuk mencegah jangan
sampai terjadi penyimpangan, penyelewengan, dan pemborosan
(Sondang P. Siagian, 2005:127).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pengawasan bukan hanya untuk mencari kesalahan-
kesalahan, tetapi berusaha untuk menghindari terjadinya kesalahan-
kesalahan serta memperbaikinya jika terdapat kesalahan-kesalahan.
Jadi, pengawasan dilakukan sebelum proses, dan setelah proses,
yakni hingga hasil akhir diketahui (Brantas, 2009:190).
Pengawasan di dalam suatu organisasi tidak hanya
dilakukan disaat menjalankan tugas-tugas organisasinya, namun
pengawasan di lakukan mulai dari sebelum proses pencapaian
tujuan organisasi sampai setelah proses pencapaian tujuan suatu
organisasi. Pengawasan dilakukan dengan maksud untuk
mengendalikan para anggota organisasi di dalam menjalankan
tugasnya masing-masing agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan dan dengan adanya pengawasan suatu organisasi akan
tahu dimana saja letak kesalahan mereka di dalam menjalankan
tugasnya untuk dikemudian hari dapat memperbaiki kesalahan
tersebut.
2. Program Penanganan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH)
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (2007: 991) rumah
diartikan sebagai bangunan tempat tinggal pada umumnya. Dalam
pengertian luas, rumah tinggal bukan hanya sebuah bangunan
(struktural), melainkan juga tempat kediaman yang memenuhi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
syarat-syarat kehidupan yang layak, dipandang dari berbagai segi
kehidupan.
Program penanganan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH)
merupakan salah satu program untuk mencapai Solo Bebas Kumuh
2010 . Program penanganan RTLH ini dilaksanakan dengan cara
memberikan dana bantuan pembangunan atau perbaikan sebagai
stimulant kepada warga miskin Kota Surakarta. Serta merupakan
program pro-rakyat yang dilatar belakangi dengan adanya realita
bahwa masyarakat miskin di Kota Surakarta masih menempati
rumah tinggal yang jauh dari memenuhi persyaratan rumah sehat,
sehingga berdampak pada penurunan kualitas hidup dan kesehatan
masyarakat. Selain itu juga kesediaan Pemerintah Kota Surakarta
untuk mengikuti program PNPM Mandiri Perkotaan Tahun 2008
disertai dengan proses Harmonisasi dan Sinkronisasi dari program-
program pemberdayaan dalam rangka mendukung program
penanggulangan kemiskinan yang ada di Kota Surakarta,
khususnya di bidang perumahan yang layak maka perlu
dilaksanakannya perbaikan rumah tidak layak huni dengan
pemberian bantuan atau stimulant dari Pemerintah Kota Surakarta
maupun dapat dari pihak ketiga.
Adapun kriteria rumah dinyatakan tidak layak huni
ditetapkan berdasarkan kondisi rumah dan kondisi lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan kondisi rumah, harus memenuhi sebagian dan atau
seluruh persyaratan berikut:
1. Luas tanah rumah, rata-rata per penghuni kurang dari
4m2.
2. Sumber air tidak sehat.
3. Tidak mempunyai akses MCK.
4. Bangunan tidak permanen.
5. Tidak memiliki pencahayaan matahari dan ventilasi
udara.
6. Tidak memiliki pembagian ruangan.
7. Lantai dari tanah dan rumah lembab atau pengap.
8. Kondisi rusak.
Berdasarkan kondisi lingkungan adalah sebagai berikut:
1. Lingkungan kumuh dan becek.
2. Saluran pembuangan air tidak memenuhi standard.
3. Jalan setapak tidak diatur.
4. Letak rumah tidak teratur dan berdempetan (padat)
Penanganan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) merupakan
program pro-rakyat yang membangun atau memperbaiki rumah
warga di daerah bantaran sungai Bengawan Solo, Sungai Pepe, dan
beberapa daerah di masing-masing di Kecamatan di Surakarta
seperti daerah Kelurahan Mojosongo Kecamatan Jebres, Kelurahan
Pajang Kecamatan Laweyan, Kelurahan Tipes Kecamatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Serengan, Kelurahan Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon,
Kelurahan Kadipiro Kecamatan Banjarsari, dan sebagainya dengan
pemberian dana bantuan pembangunan atau perbaikan RTLH
sebagai stimulant dari Pemerintah Kota Surakarta maupun dapat
dari pihak ketiga.
Melalui kebijakan Pemerintah Kota Surakarta dalam rangka
pemenuhan kebutuhan kondisi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH)
bagi keluarga miskin mengeluarkan Peraturan Walikota Surakarta
Nomor 17-A Tahun 2009 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Pemberian Bantuan Pembangunan / Perbaikan Rumah Tidak Layak
Huni Bagi Masyarakat Miskin Kota Surakarta dijelaskan bahwa
pemberian bantuan pembangunan atau perbaikan rumah tidak layak
huni diberikan kepada masyarakat miskin yang menempati atau
mempunyai rumah tidak layak huni hasil pendataan Bapermas
P3AKB Kota Surakarta dan rumah tidak layak huni yang belum
terdaftar dalam hasil pendataan yang ditetapkan oleh Kepala
Kelurahan setempat setelah mendapat pertimbangan dari Panitia
Pelaksana Pembangunan atau Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni
Tingkat Kelurahan dengan tujuan dalam rangka meningkatkan
kualitas hidup atau derajat kesehatan masyarakat miskin Kota
Surakarta.
Penetapan jumlah dan nama calon penerima bantuan uang
rumah tidak layak huni bagi masyarakat miskin ditetapkan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
keputusan Kepala Bapermas P3AKB. Bantuan pembangunan atau
perbaikan rumah tidak layak huni yang diberikan dari Pemerintah
Kota dalam bentuk uang, wajib digunakan selain untuk
membangun dan atau memperbaiki rumah tidak layak huni, kecuali
dalam program-program khusus yang akan diatur dengan peraturan
tersendiri.
Besarnya bantuan pembangunan dan atau perbaikan untuk
rumah tidak layak huni bagi masyarakat miskin berdasarkan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Surakarta
pada tahun berjalan. Pada tahun 2009 telah disiapkan anggaran
untuk bantuan bagi 1500 RTLH. Bapermas P3AKB Kota Surakarta
siap mengucurkan dana hibah bantuan pendukung dari SUF-UN
(United Nation) Habitat yang mencapai Rp 10 Milliar yang
merupakan dana untuk peningkatan kualitas perumahan. Dari Rp
10 Milliar tersebut, sebesar Rp 3 Milliar di tahun 2009 akan
digulirkan sebagai pendamping bagi Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang akan disalurkan
melalui Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) di masing-
masing Kelurahan untuk program penanganan RTLH.
Rencananya di tahun 2010 akan diupayakan pengalokasian
dana untuk warga miskin sebesar 10% dari total APBD. Apabila
dirinci, jika APBD Surakarta sebesar Rp 800 Milliard, maka Rp 80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Milliard diperuntukkan bagi warga miskin di Surakarta yang
kurang lebih Rp 30 Milliard akan dimanfaatkan untuk program
penanganan RTLH (http://konsorsiumsolo.multiply.com/journal).
Adapun hasil pendataan Bapermas P3AKB Kota Surakarta
pada tahun 2006 jumlah RTLH di Kota Surakarta sebanyak 6612
rumah dan pada tahun yang sama sebanyak 225 rumah sudah
tertangani yang masing-masing rumah diberikan bantuan sebesar
1,5 juta rupiah. Pada tahun 2007 sebanyak 1000 rumah yang
masing-masing diberikan bantuan sebesar 2 juta rupiah. Pada tahun
2008 dan 2009 masing-masing sebanyak 1500 rumah sudah
tertangani dengan masing-masing diberikan bantuan sebesar 2 juta
rupiah.
Dengan demikian, sudah 4225 rumah tak layak huni yang
tertangani oleh Bapermas P3AKB Kota Surakarta yang
bekerjasama dengan beberapa lembaga seperti SUF-UN Habitat,
UNS, LPMK, Camat, Lurah, dan Pokja. Permohonan bantuan
diajukan secara kolektif oleh Kepala Kelurahan dalam bentuk
proposal yang sudah ditentukan dan ditetapkan. Calon penerima
bantuan diutamakan rumahnya yang berkelompok atau rumahnya
saling berdekatan.
Adapun persyaratan yang harus dipenuhi calon penerima
bantuan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Penduduk di wilayah setempat yang dibuktikan dengan
foto copy KK dan KTP Kota Surakarta
2. Menyerahkan foto copy Bukti Kepemilikan Tanah yang
telah disyahkan oleh Kepala Kelurahan setempat dan
atau menyerahkan Surat Ijin Pembangunan / Pemugaran
rumah bila tanah yang ditempati bukan milik sendiri.
3. Berita Acara Kesepakatan besaran alokasi per Keluarga
Dana Bantuan Pembangunan / Perbaikan Rumah Tidak
Layak Huni.
F. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir merupakan suatu uraian yang menjelaskan
variabel-variabel serta keterkaitan yang terumuskan dalam perumusan
masalah. Tujuannya adalah untuk memudahkan pembaca dalam
memahami penelitian mengenai “Manajemen Program Penanganan
Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan KB (Bapermas
P3AKB) Kota Surakarta Tahun 2006-2009”. Selain itu, kerangka berfikir
ini merupakan landasan berfikir bagi penulis dalam menentukan tujuan
dan arah penelitian yang hendak dituju.
Pada tahun 2006 masih banyak ditemukan keberadaan rumah-
rumah tidak layak huni di bantaran sungai Bengawan Solo, bantaran
sungai Pepe, dan beberapa wilayah di Kota Surakarta seperti di Kelurahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Mojosongo Kecamatan Jebres, Kelurahan Pajang Kecamatan Laweyan,
Kelurahan Tipes Kecamatan Serengan, Kelurahan Semanggi Kecamatan
Pasar Kliwon, Kelurahan Kadipiro Kecamatan Banjarsari, dan sebagainya
(Sumber: Bapermas P3AKB Kota Surakarta). Hasil pendataan Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang dilakukan oleh Bapermas
P3AKB Kota Surakarta bersama Dinas Sosial Kota Surakarta
mendapatkan hasil sebanyak 6.612 rumah dari 29.764 rumah yang ada di
Kota Surakarta dinyatakan rumah yang tidak layak huni yang jauh dari
syarat rumah sehat.
Mengingat pemukiman, rumah, dan keluarga sangat erat kaitannya
dengan kesehatan, maka dengan masih banyaknya masyarakat miskin Kota
Surakarta yang menempati rumah yang tidak layak huni mengakibatkan
penurunan kualitas hidup dan derajat kesehatan masyarakat miskin Kota
Surakarta. Oleh karena itu, diperlukan penanganan rumah tidak layak huni
oleh Bapermas P3AKB Kota Surakarta selaku staff Walikota untuk
melakukan Program Penanganan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) di
Kota Surakarta melalui pemberian dana bantuan pembangunan atau
perbaikan RTLH sebagi stimulant kepada masyarakat miskin Kota
Surakarta. Program penanganan RTLH ini direncanakan pada tahun 2006
untuk dilaksanakan dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. Program
ini dilaksanakan selain untuk meningkatkan kualitas hidup dan derajat
kesehatan masyarakat miskin Kota Surakarta juga untuk mewujudkan Solo
Bebas Kumuh 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sesuai dengan judul penelitian dan studi pustaka, maka manajemen
program penanganan RTLH yang dilakukan oleh Bapermas P3AKB Kota
Surakarta tahun 2006-2009 akan dilihat berdasarkan fungsi manajemen
yang meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
penggerakkan (actuating), dan pengawasan (controlling). Perencanaan,
dilihat keputusan-keputusan termasuk penentuan tujuan, kebijaksanaan,
membuat program-program, menentukan metode dan prosedur serta
menetapkan jadwal waktu pelaksanaan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Pengorganisasian terkait dengan tujuan agar pelaksanaan berbagai
kegiatan yang merupakan tugas pokok maupun tugas penunjang masing-
masing unit atau bagian dapat terlaksana dengan efektif, efisien, dan
produktif sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Penggerakkan
berkaitan erat dengan orang-orang yang ada di dalam organisasi khususnya
di dalam Bapermas P3AKB Kota Surakarta dalam manajemen program
penanganan RTLH agar mereka mampu melaksanakan kegiatan yang telah
ditentukan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pengawasan merupakan penilaian dan koreksi atas pelaksanaan
kerja yang dilakukan oleh bawahan atau pegawai-pegawai yang ada di
Bapermas P3AKB Kota Surakarta untuk menjamin tujuan yang telah
ditetapkan. Namun di dalam manajemen program penanganan RTLH
tersebut pasti ada hambatan-hambatan yang ditemui oleh Bapermas
P3AKB Kota Surakarta sehingga Bapermas P3AKB Kota Surakarta harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
melakukan pengelolaan lebih keras dan lebih baik lagi agar hambatan-
hambatan itu bisa dilalui dan tidak mengganggu dalam manajemen
program penanganan RTLH.
Untuk lebih jelasnya, alur berfikir penulis akan dituangkan dalam
bagan berikut :
Gambar: 1.1. Bagan Kerangka Berfikir
Masih banyaknya
masyarakat miskin Kota
Surakarta menempati
rumah tinggal yang tidak
memenuhi persyaratan
rumah sehat sehingga
berdampak pada
penurunan kualitas hidup
dan derajat kesehatan
masyarakat miskin Kota
Surakarta.
Manajemen Program
Penanganan RTLH oleh
Bapermas P3AKB Kota
Surakarta :
1. Perencanaan
(planning)
2. Pengorganisasian
(organizing)
3. Penggerakkan
(actuating)
4. Pengawasan
(controlling)
Hambatan-Hambatan
Tepat Sasaran dan Tepat
Pemanfaatan Dana Bantuan
Peningkatan Kualitas Hidup
dan Derajat Kesehatan
Masyarakat Miskin Kota
Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
G. Metode Penelitian
Metode merupakan keseluruhan langkah ilmiah yang digunakan
untuk menemukan solusi atas suatu masalah (Ulber Silalahi, 2009:13).
Penelitian menurut Theodorson et.al dalam Y.Slamet (2006:1)
mengartikan penelitian sebagai suatu usaha untuk mempelajari suatu
problem (permasalahan) secara sistematik dan obyektif dengan maksud
menarik prinsip-prinsip umum.
Dengan demikian pengertian metode penelitian adalah cara yang
terdiri dari berbagai langkah ilmiah untuk mempelajari suatu masalah
secara sistematik dan obyektif guna menemukan solusi atas masalah
tersebut. Dalam penulisan ini, peneliti akan menggunakan metode
penelitian sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan diatas, maka
jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif bersifat kualitatif. Penelitian deskiptif bermaksud untuk
memberikan uraian mengenai suatu gejala social yang diteliti. Peneliti
mendiskripsikan suatu gejala berdasarkan indicator-indikator yang dia
jadikan dasar dari ada tidaknya suatu gejala yang dia teliti (Y. Slamet,
2006:7).
Menurut H.B Sutopo (2002:35) dengan penelitian deskriptif
kualitatif data yang dikumpulkan terutama berupa kata-kata, kalimat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
atau gambar yang memiliki arti lebih daripada sekedar angka atau
frekuensi.
Berdasarkan pengertian di atas, metode penelitian ini
dimaksudkan untuk memberikan data seteliti mungkin mengenai
manajemen program penanganan RTLH oleh Bapermas P3AKB Kota
Surakarta tahun 2006 sampai dengan tahun 2009.
2. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi penelitian di
Kantor Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan
Perlindungan Anak dan KB (Bapermas P3AKB) Kota Surakarta. Hal
ini didasarkan pada Peraturan Walikota Surakarta No. 17-A Tahun
2009 bahwa masyarakat miskin di kota Surakarta masih menempati
rumah tinggal yang jauh dari memenuhi persyaratan rumah sehat serta
bahwa dalam rangka mendukung Program Penanggulangan
Kemiskinan dan peningkatan salah satu hak-hak dasar masyarakat
miskin di kota Surakarta. Maka perlu dilaksanakannya perbaikan
Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) dengan pemberian bantuan atau
stimulan dari Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta maupun dapat
dari pihak ketiga. Selain itu bahwa kesediaan Pemkot Surakarta untuk
mengikuti program PNPM Mandiri Perkotaan Tahun 2008 serta
Pemkot Surakarta yang menargetkan kawasan bebas kumuh di tahun
2010. Oleh karena itu, penulis mengambil lokasi penelitian di Kantor
Bapermas P3AKB Kota Surakarta selaku penyusun kebijakan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pelaksana kebijakan di bidang pemberdayaan masyarakat Kota
Surakarta sesuai dengan Peraturan Walikota No. 30 Tahun 2008.
3. Sumber Data
Sumber data yang akan digunakan oleh peneliti dalam
penelitian ini adalah:
a. Sumber Data Primer
Merupakan sejumlah data atau fakta yang diperolah
secara langsung dari suatu penelitian lapangan melalui
wawancara dengan Kepala Bapermas P3AKB Kota
Surakarta, Kepala Bidang yang terkait dengan penelitian
ini, komunitas serta kelompok-kelompok kepentingan lain
yang terkait dengan program penanganan RTLH di Kota
Surakarta.
b. Sumber data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh
secara tidak langsung. Sumber data sekunder ini berupa
dokumen-dokumen yang dapat berbentuk tabel statistik,
buku peraturan, dan lain-lain. Peneliti menyalin atau
mencatat data yang tersedia. Data sekunder dalam
penelitian ini berasal dari buku-buku yang berkaitan dengan
manajemen, internet, dan dokumen Bapermas P3AKB Kota
Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan tiga (3) macam teknik
pengumpulan data yang meliputi:
a. Wawancara
Teknik wawancara adalah cara yang dipakai untuk
memperoleh informasi melalui kegiatan interaksi social antara
peneliti dengan yang diteliti. Di dalam interaksi itu peneliti
berusaha mengungkap gejala yang sedang diteliti melalui
kegiatan Tanya jawab (Y Slamet, 2006:101).
Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan secara tidak
terstruktur atau disebut wawancara mendalam, sehingga
diperoleh informasi yang jelas, wawancara dilakukan dengan
pihak-pihak terkait dan tahu tentang informasi yang dibutuhkan
oleh peneliti. Wawancara dilakukan dalam waktu dan kondisi
yang dianggap paling tepat guna mendapatkan kejelasan tentang
hal-hal yang berkaitan dengan manajemen program penanganan
RTLH oleh Bapermas P3AKB Kota Surakarta tahun 2006
sampai dengan tahun 2009.
b. Observasi
Teknik observasi adalah teknik pengumpulan data yang
bersifat nonverbal. Sekalipun dasar utama daripada metode
observasi adalah penggunaan indera visual, tetapi dapat juga
melibatkan indera-indera lain seperti pendengaran, rabaan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
penciuman (Y Slamet, 2006:85-86). Dalam penelitian ini,
peneliti hanya bertindak sebagai peneliti pasif dimana peneliti
hanya mendatangi lokasi, tetapi sama sekali tidak berperan
sebagai apapun selain sebagai pengamat pasif.
c. Dokumentasi
Teknik dokumentasi yaitu dilakukan dengan mencatat dan
mengambil sumber-sumber tertulis yang ada, baik berupa
dokumen atau arsip. Dokumen atau arsip merupakan bahan
tertulis yang bergayutan dengan suatu peristiwa atau aktifitas
tertentu (H.B Sutopo, 2002:54). Data yang diambil merupakan
dokumen atau arsip Bapermas P3AKB Kota Surakarta yang
berhubungan dengan penelitian ini, media massa serta literature
sebagai pelengkap informasi dalam penelitian.
5. Teknik Pengambilan Sampel
Untuk mendapatkan data dalam penelitian, maka peneliti harus
mewawancarai orang-orang yang terlibat dalam objek penelitian.
Oleh karena itu diperlukan pengambilan sampel dengan menggunakan
teknik sampling.
Dalam penelitian ini untuk menentukan sumber data digunakan
teknik penarikan sample dengan purposive sampling dan snowball
sampling. Purposive sampling merupakan pemilihan seorang
informan yang dianggap oleh peneliti berada pada posisi terbaik untuk
memberikan info yang dibutuhkan dan sesuai dengan maksud
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
penelitian (Ulber, 2009:272-273). Pertimbangan menggunakan teknik
snowball sampling dimana pemilihan informan yang pertama-tama
diidentifikasikan dapat memberikan informasi untuk diwawancara
kemudian orang ini dijadikan sebagai informan untuk
mengidentifikasi orang lain yang dapat memberi informasi dan
dijadikan sebagai informan lafi untuk mengidentifikasi orang lain
yang dianggap dapat memberikan informasi (Ulber, 2009: 273-274).
Dalam penelitian ini sampelnya adalah pegawai Bapermas
P3AKB Kota Surakarta khususnya Kepala Bidang Pemberdayaan
Masyarakat yang dianggap memiliki informasi mengenai manajemen
program penanganan RTLH di Kota Surakarta dan beberapa
Kelompok Kerja (Pokja) yang ada di beberapa kelurahan di Kota
Surakarta khususnya di lokasi pengembangan khusus seperti
Kelurahan Ketelan, Setabelan, dan Kratonan.
6. Validitas Data
Validitas data menunjukkan sejauh mana kualitas data dapat
dipertanggung jawabkan kebenarannya, untuk mendapatkan validitas
data dalam penelitian ini tehnik yang digunakan adalah triangulasi.
Menurut Moleong (2007:330) triangulasi merupakan teknik
pemerikasaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain
di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding
terhadap data itu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Menurut Patton dalam Sutopo (2002:78), teknik triangulasi
dibedakan menjadi empat yaitu Data trianggulation, Investigator
trianggulation, Methodological trianggulation, Theoretical
trianggulation. Untuk menguji keabsahan data yang diperoleh, dalam
penelitian ini akan digunakan cara “triangulasi data”. Dalam
triangulasi data peneliti wajib menggunakan beragam sumber data
yang tersedia. Artinya, data yang sama atau sejenis akan lebih mantap
kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda.
Dengan demikian apa yang diperoleh dari sumber yang satu, bisa
lebih teruji kebenarannya bilamana dibandingkan dengan data sejenis
yang diperoleh dari sumber lain yang berbeda-beda, baik kelompok
sumber sejenis maupun sumber yang berbeda jenisnya.
7. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan langkah selanjutnya untuk mengolah
hasil penelitian menjadi suatu laporan. Menurut Bogdan & Biklen
(1982) dalam Lexy J. Moleong (2007:248) analisis data kualitatif
adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang
dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Model analisis kualitatif yang digunakan adalah model analisis
interaktif atau yang lebih dikenal dengan “Interactif Modal Of
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Analysis” adalah model analisis yang memerlukan tiga komponen
pokok yaitu reduksi data, sajian data serta penarikan simpulan
verifikasi. Selain itu dilakukan pula suatu proses antara tahap-tahap
tersebut sehingga yang terkumpul berhubungan satu sama lain secara
otomatis (H. B. Sutopo, 2002:94-96).
Adapun penjelasan dari tahap-tahap tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis yang
mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal
yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga
simpulan penelitian dapat dilakukan.
b. Sajian Data
Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi
dalam bentuk narasi, kalimat, matriks, gambar/skema, tabel
maupun grafik yang disusun secara logis dan sistematis sehingga
mudah dilihat, dibaca, dan dipahami yang mempermudah
melakukan penarikan simpulan.
c. Penarikan Simpulan dan Verifikasi
Dari awal pengumpulan data, peneliti sudah harus memahami arti
dari berbagai data yang diperoleh. Simpulan akhir baru akan
diperoleh setelah proses pengumpulan data berakhir. Agar cukup
mantap dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan, setelah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
penarikan simpulan perlu verifikasi. Pada dasarnya makna data
perlu diuji validitasnya supaya simpulan penelitian menjadi lebih
kokoh dan dapat dipercaya (H.B. Sutopo, 2002:93).
Ketiga komponen tersebut berinteraksi dengan proses
pengumpulan data sehingga membentuk suatu siklus. Apabila dalam
penelitian data yang terkumpul dirasakan cukup kuat mendukung
proses analisa maka dapat disusun pertanyaan baru untuk
mengumpulkan data kembali, begitu seterusnya sampai penarikan
kesimpulan akhir sehingga analisa yang dihasilkan cukup mantap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
DESKRIPSI LOKASI
A. Keadaan Umum Kota Surakarta
Kota Surakarta yang lebih terkenal dengan Kota Solo, mempunyai
luas wilayah sekitar 44,04 km2. Wilayah Kota Surakarta terletak di tengah-
tengah antara wilayah pendukung yang cukup potensial, yaitu Kabupaten
Sukoharjo, Karanganyar, Sragen, Boyolali, dan Klaten. Kota Surakarta
terletak pada dataran rendah yang berada pada pertemuan Sungai Pepe,
Jenes, dan Bengawan Solo yang mempunyai ketinggian kurang dari 92
meter dari permukaan air laut, dan terletak secara astronomi antara 110‟
45” 15 - 110‟ 45” 35 BT dan 7‟ 56” 00 LS. Batas-batas wilayah Kota
Surakarta adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali
Sebelah Timur : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar
Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo
Sebelah Barat : Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Karanganyar,
dan Kabupaten Boyolali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Gambaran Umum Badan Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan KB
(Bapermas P3AKB) Kota Surakarta
1. Sejarah Singkat Bapermas P3AKB Kota Surakarta
Pada awalnya Bapermas P3AKB Kota Surakarta bernama
Dinas Kesejahteraan Rakyat dan Pemberdayaan Perempuan sesuai
dengan ketetapan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2001 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota
Surakarta.
Melihat perkembangan jaman, kebijakan otonomi dan
dengan ditetapkannya Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 4
Tahun 2004 tentang Perubahan Pertama peraturan Kota Surakarta
Nomor 6 Tahun 2001 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Perangkat Daerah Kota Surakarta, maka penggabungan dari
keempat instansi yaitu Dinas Kesejahteraan Rakyat (Dinkesra),
Dinas Sosial (Dinsos), Kantor Pembangunan Desa (Bangdes), dan
Kantor Keluarga Berencana (KB) tersebut dinamakan Dinas
Kesejahteraan Rakyat Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga
Berencana (DKRPP&KB) Kota Surakarta.
Pada akhirnya nama dinas ini menjadi Badan
Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan
Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (Bapermas P3AKB)
Kota Surakarta setelah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Nomor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1 Tahun 2008 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Perangkat Daerah Kota Surakarta. Dimana Bapermas P3AKB Kota
Surakarta ini mempunyai empat Bidang di dalamnya, yaitu :
a) Bidang Pemberdayaan Masyarakat
b) Bidang Pemberdayaan Perempuan
c) Bidang Perlindungan Anak
d) Bidang Keluarga Berencana
2. Visi dan Misi
a) Visi
Dalam melaksanakan dan mencapai keberhasilan Visi dan
Misi Pemerintah Kota Surakarta, maka Visi dari Badan
Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan
Perlindungan Anak dan KB Kota Surakarta adalah “Terwujudnya
Kesejahteraan Masyarakat, Kesetaraan dan Keadilan Gender,
Perlindungan Anak dan Keluarga Kecil Bahagia”.
b) Misi
Guna mencapai keberhasilan dari Visi tersebut, maka misi-
misi yang dilakukan Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan
Perempuan Perlindungan Anak dan KB Kota Surakarta adalah sebagai
berikut :
1) Menumbuhkembangkan kemandirian masyarakat melalui
pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) berbasis kompetensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Meningkatkan partisipasi lembaga masyarakat dalam
pemberdayaan perempuan, perlindungan anak, dan Keluaraga
Berencana
3) Meningkatkan kualitas hidup perempuan, anak, dan keluarga
4) Mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender di semua bidang
pembangunan
5) Mewujudkan perlindungan bagi perempuan dan anak
6) Meningkatkan partisipasi perempuan dan anak dalam proses
pengambilan keputusan
7) Mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera
3. Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi)
Pelaksanaan tugas-tugas dan fungsi Badan Pemberdayaan
Masyarakat Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan KB
(Bapermas P3AKB) Kota Surakarta menurut Peraturan Walikota
Surakarta Nomor 30 Tahun 2008 secara garis besarnya yaitu
melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang
pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan perempuan, perlindungan
anak, dan Keluarga Berencana. Untuk menyelenggarakan tugas
sebagaimana dimaksud, Bapermas P3AKB Kota Surakarta mempunyai
fungsi :
a. Penyelenggaraan kesekretariatan badan
b. Penyusunan rencana program, pengendalian, evaluasi, dan
pelaporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Pembinaan dan pengembangan kelembagaan masyarakat dan
sarana prasarana
d. Pembinaan dan pengembangan pengarustamaan gender dan
peningkatan kualitas hidup perempuan
e. Pembinaan dan peningkatan perlindungan anak dan kualitas hidup
anak
f. Pembinaan dan pengembangan keluarga berencana
g. Penyelenggaraan sosialisasi
h. Pembinaan jabatan fungsional
i. Pengelolaan Unit Pelaksana Teknis Badan (UPTB)
4. Program Kerja
Adapun program unggulan yang dilakukan oleh Bapermas
P3AKB Kota Surakarta di tahun 2009 adalah :
a. Penanganan Rumah Tidak Layak Huni
b. Pengembangan Kota Layak Anak (KLA)
c. Program Peningkatan Peran Pria dalam ber KB
d. Program Terpadu Pemberdayaan Masyarakat yang Berperspektif
Gender (P2MBG)
Dari keempat program unggulan yang dilakukan oleh
Bapermas P3AKB Kota Surakarta pada tahun 2009, penulis memilih
program penanganan RTLH di Kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Program penanganan RTLH ini direncanakan pada tahun 2006 dimana
pada tahun itu masih dapat dilihat banyaknya rumah-rumah yang ada
di bantaran sungai bengawan Solo, bantaran sungai Pepe, dan beberapa
wilayah lain di Kota Surakarta. Terbukti dari hasil pendataan PMKS
yang dilakukan oleh Bapermas 3AKB Kota Surakarta bersama Dinas
Sosial Kota Surakarta yaitu sebanyak 6.612 RTLH menyebar di
seluruh Kota Surakarta. Pada awalnya di tahun 2006 Pemerintah Kota
Surakarta menginginkan daerah bantaran sungai itu bersih dari rumah-
rumah tidak layak huni. Bertepatan dengan diadakannya Program
Nasional (Prona) pensertifikatan tanah untuk warga-warga yang belum
mempunyai sertifikat tanah maka Pemkot Surakarta melalui Badan
Pertanahan Nasional (BPN) Kota Surakarta menawarkan warga
program ini dengan syarat mereka yang bertempat tinggal di bantaran
sungai mau direlokasi ke lahan yang disediakan oleh pemerintah.
Penawaran ini dilakukan melalui sosialisasi dan mengadakan
pertemuan berkali-kali dengan warga di bantaran sungai beserta
masyarakat setempat untuk memperoleh kesepakatan dan persetujuan
untuk direlokasi ke lahan yang disediakan oleh pemerintah, namun
tidak jauh-jauh dari wilayah mereka tinggal dulu. Lahan yang
digunakan pemerintah adalah lahan kosong yang masih berfungsi tapi
tidak dirawat oleh warga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Melalui BPN Kota Surakarta bersama Pemkot Surakarta dan atas
persetujuan masyarakat sekitar, lahan tersebut diizinkan untuk
dijadikan tempat relokasi warga-warga di bantaran sungai tersebut.
Lokasi awal dilakukan program ini adalah di Kelurahan Ketelan RT 03
RW 09. Dimana sebanyak 44 kepala keluarga (KK) direlokasi ke lahan
yang disediakan oleh pemerintah dan mendapatkan persetujuan oleh
warga sekitar serta mereka mendapatkan sertifikat tanah akan rumah
mereka sekarang. Namun karena keterbatasan lahan, maka
pembangunan rumah relokasi ini hanya sekedarnya saja dan jauh dari
syarat rumah sehat dan layak huni. Sehingga menimbulkan
pemukiman dan rumah yang tidak layak huni.
Setelah itu, Bapermas P3AKB selaku staff Walikota
mengadakan program penanganan RTLH yang ditawarkan kepada ke-
44 KK di Kelurahan Ketelan RT 03 RW 09. Perencanaan untuk
pembangunan di lokasi ini dimulai pada tahun 2006 selesai
pembangunan atau perbaikan serta diresmikan pada tahun 2007. Di
saat peresmian itu dianggap berhasil oleh Bapermas P3AKB Kota
Surakarta dan masyarakat sekitar karena dengan adanya bukti bahwa
setelah diresmikan rumah-rumah tersebut, berbagai macam bantuan
dan tanggapan positif diberikan oleh lintas sektor kota lainnya dan
beberapa instansi lainnya. Ditambah lagi dengan adanya kunjungan
dari beberapa negara ke Kelurahan Ketelan RT 03 RW 09 untuk
melihat bagaimana penanganan RTLH di wilayah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Oleh karena itu, Kelurahan Ketelan RT 03 RW 09 ini dijadikan lokasi
percontohan untuk program penanganan RTLH di kelurahan-kelurahan
berikutnya.
Dengan bukti keberhasilan dalam penanganan RTLH di
Kelurahan Ketelan RT 03 RW 09 yang dilakukan Bapermas P3AKB
bersama pihak terkait lainnya dan dijadikan tempat percontohan untuk
penanganan RTLH inilah menjadi dasar penulis ingin meneliti
program penanganan RTLH di Kota Surakarta. Ditambah lagi dengan
adanya kunjungan-kunjungan yang dilakukan oleh negara lain ke
Kelurahan Ketelan RT 03 RW 09 dan beberapa bulan lalu tepatnya
pada tanggal 22 sampai dengan tanggal 24 Juni 2010 diselenggarakan
AMPCHUD ke 3 di Kota Surakarta yang merupakan konferensi Asia
Pasifik untuk membahas masalah perumahan dan tata kota yang
dihadiri oleh berbagai negara di dunia.
5. Susunan Organisasi
Susunan organisasi Badan Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan KB (Bapermas
P3AKB) Kota Surakarta terdiri dari :
a. Kepala Badan
b. Sekretariat :
1. Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan
2. Sub Bagian Keuangan
3. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Bidang Pemberdayaan Masyarakat :
1. Sub Bidang Kelembagaan
2. Sub Bidang Sarana dan Prasarana
d. Bidang Pemberdayaan Perempuan :
1. Sub Bidang Pengarustamaan Gender dan Perlindungan
Perempuan
2. Sub Bidang Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan
e. Bidang Perlindungan Anak :
1. Sub Bidang Pengembangan Perlindungan Anak
2. Sub Bidang Peningkatan Kualitas Hidup Anak
f. Bidang Keluarga Berencana :
1. Sub Bidang Pengendalian Penduduk dan Kesehatan Reproduksi
2. Sub Bidang Keluarga Sejahtera dan Usaha Ekonomi
g. Kelompok Jabatan Fungsional
h. UPTB
6. Rincian Tugas Pokok dan Fungsi
a. Kepala Badan
Mempunyai tugas memimpin pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi Bapermas P3AKB Kota Surakarta. Kepala Badan
membawahkan :
1) Sekretariat
2) Bidang Pemberdayaan Masyarakat
3) Bidang Pemberdayaan Perempuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4) Bidang Perlidungan Anak
5) Bidang Keluarga Berencana
6) Unit Pelaksana Teknis Badan (UPTB)
7) Kelompok Jabatan Fungsional
b. Secretariat
Mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan
kebijakan teknis, pembinaaan, pengkoordinasian penyelenggaraan
tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di
bidang perencanaan, evaluasi, dan pelaporan, keuangan, umum,
dan kepegawaian. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut,
Sekretariat mempunyai fungsi :
1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,
pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu,
pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang
perencanaan, evaluasi, dan pelaporan
2) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,
pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu,
pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang keuangan
3) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,
pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu,
pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang umum dan
kepegawaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Sekretariat membawahkan tiga Sub Bagian, yaitu :
a) Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan
Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan kebijakan teknis, pembinaan,
pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara
terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di
bidang perencanaan, evaluasi dan pelaporan, meliputi
koordinasi perencanaan, pemantauan, evaluasi dan
pelaporan di lingkungan Badan.
b) Sub Bagian Keuangan
Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan kebijakan teknis, pembinaan,
pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara
terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di
bidang keuangan, meliputi pengelolaan keuangan,
verifikasi, dan pembukuan serta akuntansi di
lingkungan Badan.
c) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan kebijakan teknis, pembinaan,
pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di
bidang umum dan kepegawaian, meliputi pengelolaan
administrasi kepegawaian, hukum, humas, organisasi
dan tatalaksana, ketatausahaan, rumah tangga, dan
perlengkapan di lingkungan Badan.
c. Bidang Pemberdayaan Masyarakat
Mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan
kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan
tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di
bidang pengembangan kapasitas kelembagaan masyarakat dan
pengembangan sarana prasarana. Untuk menyelenggarakan tugas
tersebut, Bidang Pemberdayaan Masyarakat mempunyai fungsi :
1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, dan
pelaksanaan di pengembangan kapasitas kelembagaan
masyarakat
2) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, dan
pelaksanaan di pengembangan sarana prasarana
3) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Bidang Pemberdayaan Masyarakat membawahkan dua Sub
Bidang, yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a) Sub Bidang Kelembagaan
Mempunyai tugas melakukan Penyiapan bahan
perumusan kebijakan teknis, pembinaan, dan
pelaksanaan di bidang pengembangan kapasitas
kelembagaan masyarakat, meliputi penetapan kebijakan
teknis, koordinasi, fasilitasi, pembinaan, pengawasan,
supervise, monitoring, evaluasi dan pelaporan
penguatan kelembagaan masyarakat, pengembangan
kapasitas kelurahan, pengembangan manajemen
pembangunan partisipatif, dan pendataan profil
kelurahan
b) Sub Bidang Sarana dan Prasarana
Mempunyai tugas melakukan Penyiapan bahan
perumusan kebijakan teknis, pembinaan, dan
pelaksanaan di bidang pengembangan sarana prasarana,
meliputi penetapan kebijakan teknis, koordinasi,
fasilitasi, pembinaan, pengawasan, supervise,
monitoring, evaluasi dan pelaporan penyediaan sarana
dan prasarana kelurahan, pengembangan social budaya
masyarakat, pemberdayaan kesejahteraan keluarga dan
kesejahteraan social serta pengembangan dan
perlindungan tenaga informal dan pekerja anak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d. Bidang Pemberdayaan Perempuan
Mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan
kebijakan teknis, pembinaan, dan pelaksanaan di bidang
pengarustamaan gender dan perlindungan perempuan, serta
peningkatan kualitas hidup perempuan. Untuk menyelenggarakan
tugas tersebut, Bidang Pemberdayaan Perempuan mempunyai
fungsi :
1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, dan
pelaksanaan di pengarustamaan gender dan perlindungan
perempuan
2) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, dan
pelaksanaan di peningkatan kualitas hidup perempuan
3) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Bidang Pemberdayaan Perempuan membawahkan dua Sub
Bidang, yaitu :
a) Sub Bidang Pengarustamaan Gender dan Perlindungan
Perempuan
Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang pengarustamaan gender (PUG)
dan perlindungan perempuan, meliputi perumusan
kebijakan teknis, pelaksanaan PUG, penyelenggaraan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
penguatan kelembagaan dan pengembangan mekanisme
PUG pada lembaga pemerintahan, PSW/PSG, lembaga
penelitian dan pengembangan, lembaga non
pemerintah, koordinasi, fasilitasi pelaksanaan
kebijakan, program dan kegiatan yang responsive
gender, pemberian bantuan teknis pelaksanaan PUG
(perencanaan anggaran yang responsive gender dan
pengembangan materi KIE PUG), pelaksanaan PUG di
semua bidang pembangunan, perumusan kebijakan
teknis perlindungan perempuan terutama perlindungan
terhadap tindak kekerasan, tenaga kerja perempuan,
perempuan lanjut usia dan penyandang cacat, dan
perempuan di daerah konflik dan daerah yang terkena
bencana, penyelengaraan perlindungan perempuan dari
tindak kekerasan, perlindungan perempuan lamjut usia
dan penyandang cacat, perempuan di daerah konflik dan
bencana, tenaga kerja perempuan, fasilitasi
pengintegrasian kebijakan teknis perlindungan
perempuan terutama perlindungan terhadap kekerasan
(upaya koordinasi, pencegahan, pemulihan,
pemulangan, dan reintegrasi social, perlindungan
hukum, dan partisipasi masyarakat), tenaga kerja
perempuan, perempuan lanjut usia dan penyandang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cacat, dan perempuan di daerah konflik dan daerah yang
terkena bencana ke dalam program dan kegiatan SKPD,
koordinasi dan fasilitasi pelaksanaan kebijakan teknis
perlindungan perempuan terutama perlindungan
terhadap kekerasan, tenaga kerja perempuan,
perempuan lanjut usia dan penyandang cacat, dan
perempuan di daerah konflik dan daerah yang terkena
bencana, dan penguatan kelembagaan perlindungan
perempuan.
b) Sub Bidang Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan
dan Perlindungan Perempuan
Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan bidang peningkatan kualitas hidup
perempuan dan perlindungan perempuan, meliputi
perumusan kebijakan teknis peningkatan kualitas hidup
perempuan yang terkait dengan bidang pembangunan
terutama bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi,
hukum dan HAM, politik, lingkungan, dan social
budaya, penyelenggaraan kegiatan peningkatan kualitas
hidup perempuan dalam bidang pendidikan, kesehatan,
ekonomi, hukum dan HAM, politik, lingkungan dan
social budaya, fasilitasi pengintegrasian upaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
peningkatan kualitas hidup perempuan dalam kebijakan
bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, hukum dan
HAM, politik, lingkungan, dan social budaya,
koordinasi dan fasilitasi pelaksanaan kebijakan teknis
kualitas hidup perempuan dalam bidang pendidikan,
kesehatan, ekonomi, hukum dan HAM,politik,
lingkungan, dan social budaya.
e. Bidang Perlindungan Anak
Mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan
kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaancdi bidang
pengembangan perlindungan anak dan peningkatan kualitas hidup
anak. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Bidang
Perlindungan Anak mempunyai fungsi :
1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, dan
pelaksanaan di pengembangan perlindungan anak
2) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, dan
pelaksanaan di peningkatan kualitas hidup anak
3) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Bidang Perlindungan Anak membawahkan dua Sub
Bidang, yaitu :
a) Sub Bidang Pengembangan Perlindungan Anak
Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan
di bidang perlindungan anak, meliputi perumusan
kebijakan teknis dalam rangka pemenuhan hak
perlindungan anak, penyelenggaraan dan pengembangan
mekanisme perlindungan, fasilitasi pengintegrasian hak-
hak anak bagi anak-anak yang memerlukan perlindungan
khusus dalam kebijakan dan program pembangunan,
koordinasi, fasilitasi, dan mediasi pelaksanaan kebijakan
teknis perlindungan anak terutama perlindungan
terhadap kekerasan dan anak-anak dalam situasi khusus,
pemberian bantuan teknis penyelenggaraan perlindungan
anak yang responsive hak anak, penguatan dan
pengembangan kelembagaan perlindungan anak
b) Sub Bidang Peningkatan Kualitas Hidup Anak
Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan
di bidang peningkatan kualitas hidup anak, meliputi
perumusan kebijakan teknis peningkatan kualitas hidup
anak untuk mewujudkan kesejahteraan anak,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pelaksanaan pengintegrasian hak-hak anak dalam
kebijakan dan program pembangunan, penyelenggaraan
kegiatan peningkatan kualitas hidup anak yang terkait
dengan pemenuhan hak hidup, hak tumbuh kembang,
dan hak partisipasi anak, koordinasi, fasilitasi, dan
mediasi pelaksanaan peningkatan kualitas hidup anak
untuk pemenuhan-pemenuhan hak hidup, hak tumbuh
kembang, dan hak partisipasi anak
f. Bidang Keluarga Berencana
Mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan
kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang
pengendalian penduduk, dan kesehatan reproduksi dan keluarga
sejahtera dan usaha ekonomi. Untuk menyelenggarakan tugas
tersebut, Bidang Keluarga Berencana mempunyai fungsi ;
1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, dan
pelaksanaan di
pengendalian penduduk dan kesehatan reproduksi
2) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, dan
pelaksanaan di
keluarga sejahtera dan usaha ekonomi
3) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Bidang Keluarga Berencana membawahkan dua Sub
Bidang, yaitu :
a) Sub Bidang Pengendalian Penduduk dan Kesehatan
Reproduksi
Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan
di bidang pengendalian penduduk dan kesehatan
reproduksi, meliputi perumusan kebijakan teknis
jaminan dan pelayanan keluarga berencana (KB),
peningkatan partisipasi pria, penanggulangan masalah
kesehatan reproduksi serta kelangsungan hidup ibu,
bayo, dan anak, penyelenggaraan dukungan operasional
pengelolaan jaminan dan pelayanan KB, peningkatan
partisipasi kesertaan KB, penanggulangan masalah
kesehatan reproduksi, serta kelangsungan hidup ibu,
bayi, dan anak skala provinsi, koordinasi, fasilitasi, dan
mediasi pelaksanaan pedoman upaya peningkatan
jaminan dan pelayanan keluarga berencana, peningkatan
partisipasi masyarakat, penanggulangan masalah
kesehatan reproduksi, serta kelangsungan hidup ibu,
bayi, dan anak, penyediaan sarana, alat, obat, dan cara
kontrasepsi, penyelenggaraan promosi pemenuhan hak-
hak reproduksi dan promosi kesehatan reproduksi, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
program KKR yang meliputi triad KKR serta
pendayagunaan SDM pengelola program keluarga
berencana
b) Sub Bidang Keluarga Sejahtera dan Usaha Ekonomi
Mempunyai tugas melakuka penyiapan bahan
perumusan kebijakan teknis pembinaan dan pelaksanaan
di bidang keluarga sejahtera dan usaha ekonomi,
meliputi perumusan kebijakan teknis dan pengembangan
ketahanan dan pemberdayaan keluarga, penyelenggaraan
pengelolaan ketahanan dan pemberdayaan keluaraga,
koordinasi, fasilitasi, dan mediasi pelaksanaan pedoman,
norma, standar, prosedur, criteria, dan pengembangan
ketahanan dan pemberdayaan keluarga, perumusan
kebijakan teknis pelembagaan keluarga kecil berkualitas,
Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR), pencegahan
HIV/AIDS, IMS, dan bahaya NAPZA skala provinsi,
penyelenggaraan penguatan pelembagaan keluarga kecil
berkualitas dan jejaring program, serta dukungan
operasional KRR, pencegahan HIV/AIDS, IMS dan
bahaya NAPZA, koordinasi, fasilitasi, dan mediasi
pelaksanaan pedoman, norma, standar, prosedur dan
criteria penguatan pelembagaan keluarga kecil
berkualita, jejaring program, KRR, pencegahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HIV/AIDS, IMS, dan bahaya NAPZA, pendayagunaan
SDM pengelola, pendidik sebaya dan konselor sebaya
KRR termasuk pencegahan HIV/AIDS, IMS, dan bahaya
NAPZA baik antara sector pemerintah dengan sector
LSOM, dan koordinasi dan fasilitasi pendayagunaan
SDM pengelola, pendidik sebaya dan konselor sebaya
KRR termasuk pencegahan HIV/AIDS, IMS, bahaya
NAPZA baik antara sector pemerintah dengan sector
LSOM
g. Kelompok Jabatan Fungsional
Mempunyai tugas sesuai dengan jabatan fungsional
masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yan
berlaku. Kelompok jabatan fungsioanal terdiri dari sejumlah tenaga
fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan
bidang keahliannya. Jumlah jabatan fungsional ditentukan
berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. Jenis dan jenjang jabatan
fungsional diatur sesuai dengan peratuaran perundang-undangan
yang berlaku. Pembianan terhadap pejabat fungsional dilakukan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7. Kondisi Pegawai
Secara keseluruhan, Bapermas P3AKB Kota Surakarta
mempunyai pegawai yang berjumlah 96 orang. Komposisi pegawai
tersebut dapat dibedakan menurut jenis kelamin dan tingkat
pendidikan. Adapun jumlah pegawai menurut jenis kelamin dapat
dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel: 2.1. Jumlah Pegawai Bapermas P3AKB Kota
Surakarta
Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber : Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa pegawai
Bapermas P3AKB Kota Surakarta paling banyak adalah pegawai
yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 66 orang
(68,75%). Sedangkan pegawai yang berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 30 orang (31,25%). Hal ini berarti bahwa perempuan
sudah berperan penting terbukti dengan perbandingan jumlah
pegawai perempuan dan laki-laki yang begitu besar. Jumlah
pegawai perempuan lebih dari separuh jumlah pegawai Bapermas
P3AKB Kota Surakarta secara keseluruhan.
NO Jenis Kelamin Jumlah Pegawai %
1 Laki-Laki 30 orang 31,25
2 Perempuan 66 orang 68,75
TOTAL 96 orang 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sedangkan jumlah pegawai Bapermas P3AKB Kota
Surakarta menurut pendidikan dapat dilihat dalam tabel di bawah
ini :
Tabel: 2.2. Jumlah Pegawai Bapermas P3AKB Kota Surakarta
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
NO Tingkat Pendidikan Jumlah Pegawai %
1 S2 10 orang 10,42
2 S1 56 orang 58,33
3 D3 4 orang 4,17
4 D1 1 orang 1,04
5 SMA 21 orang 21,88
6 SMP 3 orang 3,12
7 SD 1 orang 1,04
TOTAL 96 orang 100
Sumber : Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumlah pegawai
Bapermas P3AKB Kota Surakarta yang paling banyak tingkat
pertama adalah pegawai dengan tingkat pendidikan S1 yaitu
sebanyak 56 orang (58,33%), tingkat kedua adalah pegawai dengan
tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 21 orang (21,88%),
tingkat ketiga adalah pegawai dengan tingkat pendidikan S2 yaitu
sebanyak 10 orang (10,42%), diikuti oleh pegawai dengan tingkat
pendidikan D3 yaitu sebanyak 4 orang (4,17%), pegawai dengan
tingkat pendidikan SMP yaitu sebanyak 3 orang (3,12%), pegawai
dengan tingkat pendidikan D1 dan SD masing-masing 1 orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(1,04%). Hal ini berarti bahwa pegawai Bapermas P3AKB Kota
Surakarta rata-rata berpendidikan tinggi dengan dibuktikannya
pegawai dengan tingkat pendidikan S1 yang paling banyak dari
keseluruhan pegawai di Bapermas P3AKB Kota Surakarta.
C. Sekilas Tentang RTLH di Kota Surakarta
Rumah tidak layak huni di Kota Surakarta menyebar di
seluruh kota. Banyak warga miskin Kota Surakarta yang
menempati rumah tidak layak huni. Sehingga Bapermas P3AKB
Kota Surakarta mengadakan program penanganan RTLH dengan
memberikan dana bantuan kepada mereka yang menempati rumah
tidak layak huni tersebut. Adapun daftar penerima bantuan RTLH
tahun 2006-2009 dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel: 2.3. Daftar Penerima Bantuan RTLH Tahun 2006-2009
NO DESA/ DATA
REALISASI BANTUAN
TOTAL
URUT KELURAHAN RTLH PENERIMA
BANTUAN
2006 2006 2007 2008 2009 S/D2009
LAWEYAN 819 16 128 188 186 518
1 PAJANG 209 10 32 44 35 121
2 LAWEYAN 2 4 4 4 12
3 BUMI 95 15 22 15 52
4 PANULARAN 131 20 39 30 89
5 SRIWEDARI 61 6 14 15 35
6 PENUMPING 26 4 13 12 29
7 PURWOSARI 77 12 19 25 56
8 SONDAKAN 124 6 19 25 20 70
9 KERTEN 67 11 10 10 31
10 JAJAR 17 3 4 10 17
11 KARANGASEM 10 2 4 10 16
SERENGAN 530 14 82 24 157 277
1 JOYOTAKAN 100 6 7 0 0 13
2 DANUKUSUMAN 156 7 0 19 26
3 SERENGAN 43 8 5 10 0 23
4 TIPES 160 11 0 97 108
5 KRATONAN 21 50 11 29 90
6 JAYENGAN 27 2 0 12 14
7 KEMLAYAN 23 0 3 0 3
PASAR KLIWON 2115 85 322 533 448 1388
1 JOYOSURAN 237 42 77 60 179
2 SEMANGGI 1214 80 180 215 200 675
3 PASAR KLIWON 26 4 10 12 26
4 GAJAHAN 115 5 10 43 58
5 BALUWARTI 31 5 48 13 66
6 KAMPUNG BARU 14 6 6 2 14
7 KEDUNGLUMBU 96 15 23 23 61
8 SANGKRAH 313 5 55 139 80 279
9 KAUMAN 69 10 10 15 35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sumber : Bapermas P3AKB Kota Surakarta
JEBRES 1447 56 221 325 323 925
1 KEPATIHAN KULON 10 2 8 10
2 KEPATIHAN WETAN 67 4 0 4
3 SUDIROPRAJAN 28 11 50 25 86
4 GANDEKAN 83 13 50 25 88
5 SEWU 149 24 115 139
6 PUCANG SAWIT 199 14 29 60 20 123
7 JAGALAN 195 9 30 9 20 68
8 PURWODININGRATAN 124 20 20 40
9 TEGALHARJO 65 10 15 20 45
10 JEBRES 246 39 100 30 169
11 MOJOSONGO 281 33 39 65 40 177
BANJARSARI 1701 54 247 391 386 1078
1 KADIPIRO 590 34 41 45 100 220
2 NUSUKAN 313 20 27 42 70 159
3 GILINGAN 273 30 30 27 87
4 SETABELAN 42 10 48 10 68
5 KESTALAN 14 10 10 10 30
6 KEPRABON 54 13 20 15 48
7 TIMURAN 30 10 30 25 65
8 KETELAN 47 44 50 23 117
9 PUNGGAWAN 28 10 21 10 41
10 MANGKUBUMEN 46 10 20 20 50
11 MANAHAN 55 10 25 26 61
12 SUMBER 133 10 30 25 65
13 BANYUANYAR 76 22 20 25 67
JUMLAH 6612 225 1000 1500 1500 4225
PERSENTASE (%) 5,33 23,67 35,50 35,50 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar: 2.1. Bagan Organisasi Bapermas P3AKB Kota Surakarta
BAGAN ORGANISASI BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, PEMBERDAYAAN PEREMPUAN, PERLINDUNGAN
ANAK DAN KB KOTA SURAKARTA
SUBBAGIAN
PERENCANAAN
EVALUASI DAN
PELAPORAN
SUBBAGIAN
KEUANGAN
SUBBAGIAN
UMUM DAN
KEPEGAWAIAN
KEPALA
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
SEKRETARIAT
BIDANG
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
BIDANG
PEMBERDAYAAN
PEREMPUAN
BIDANG
PERLINDUNGAN
ANAK
BIDANG
KELUARGA
BERENCANA
SUBBIDANG
KELEMBAGAAN
SUBBIDANG
PENGARUSTAMAN
GENDER &
PERLINDUNGAN
PEREMPUAN
SUBBIDANG
SARANA DAN
PRASARANA
SUBBIDANG PENINGKATAN
KUALITAS HIDUP
PEREMPUAN
UPTB
SUBBIDANG
PENGEMBANGAN
PERLINDUNGAN
ANAK
SUBBIDANG PENINGKATAN
KUALITAS HIDUP ANAK
SUBBIDANG
PENGENDALIAN
PENDUDUK DAN KESEHATAN
REPRODUKSI
SUBBIDANG KELUARGA
SEJAHTERA DAN
USAHA EKONOMI
Sumber:Bapermas P3AKB
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai manajemen Bapermas P3AKB
Kota Surakarta dalam upaya menangani Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) di
Kota Surakarta tahun 2006 sampai dengan 2009. Sebagian data yang penulis
peroleh berasal dari wawancara dengan Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat
dan beberapa ketua Pokja (Kelompok Kerja) yang ada di beberapa Kelurahan di
kota Surakarta. Pertanyaan dalam wawancara yang penulis lakukan berdasarkan
pedoman wawancara. Berikut adalah hasil penelitian selengkapnya yang
berhubungan dengan manajemen program penanganan RTLH di Kota Surakarta
tahun 2006 sampai dengan 2009. Namun di dalam upaya menangani RTLH itu
tidak selalu berjalan mulus sehingga perlu diketahui hambatan-hambatan apa saja
yang ada.
Manajemen Bapermas P3AKB Kota Surakarta yang akan dibahas di dalam
bab ini adalah manajemen termasuk fungsi-fungsi manajemen yang meliputi
perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, dan pengawasan. Adapun
pembahasan lebih lanjut dapat dilihat dalam uraian di bawah ini :
A. Perencanaan (planning)
Program penanganan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) di Kota Surakarta
dilaksanakan melalui pemberian dana bantuan pembangunan atau perbaikan
RTLH sebagai stimulant kepada masyarakat dengan berbagai tahapan yang
diawali tahap perencanaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Perencanaan merupakan suatu usaha Bapermas P3AKB Kota Surakarta dalam
mengambil keputusan yang telah diperhitungkan secara matang dengan membuat
langkah-langkah yang perlu dikerjakan sebelum pekerjaan dilakukan dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan awal kegiatan
penanganan RTLH ini dibuat pada tahun 2006 untuk dilaksanakan sampai dengan
tahun 2010. Tahap-tahap perencanaan dalam penanganan RTLH ini diawali
dengan pendataan PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) langsung
ke keluarga-keluarga atau rumah-rumah yang ada di kota Surakarta yang
dilaksanakan pada tahun 2006. Dimana keluarga berumah tak layak huni
merupakan salah satu indikator PMKS. PMKS memiliki 27 indikator, yaitu anak
balita terlantar, anak terlantar, anak nakal, anak jalanan, anak korbann tindak
kekerasan, anak cacat, wanita rawan sosial ekonomi, wanita korban tindak
kekerasan, lanjut usia terlantar, lanjut usia korban tindak kekerasan, bekas
narapidana, penyandang cacat dewasa, penyandang cacat eks kronis, penyandang
cacat eks kusta, tuna susila, gelandangan, pengemis, pekerja migran bermasalah,
korban penyalahgunaan NAPZA, Komunitas Adat Terpencil (KAT), Keluarga
Fakir Miskin (FM), keluarga berumah tak layak huni, keluarga rentan, keluarga
bermasalah sosial psikologis, korban bencana alam, dan masyarakat yang tinggal
di daerah rawan bencana (Sumber: Bapermas P3AKB Kota Surakarta).
Indikator-indikator tersebut merupakan sistem secara nasional yang
dilakukan oleh Dinas Sosial bersama Bapermas P3AKB Kota Surakarta yang pada
saat itu masih bergabung menjadi satu dan sekarang Bapermas P3AKB Kota
Surakarta sudah terpisah dengan Dinas Sosial Kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pada waktu pendataan itu juga dilakukan bersama dengan Bidang Keluarga
Berencana (KB) dimana Bidang KB tersebut mempunyai kader di tiap Rukun
Tetangga (RT) yang mendata di masing-masing wilayahnya. Sehingga secara
keseluruhan dari pendataan pada waktu itu diperolehlah hasil 6.612 RTLH di Kota
Surakarta pada tahun 2006. Data rumah tidak layak huni sebanyak 6.612 RTLH
itu menyebar diseluruh kota disetiap Kecamatan dan Kelurahan di Kota Surakarta.
Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Bapak Sukendar Tri Cahyo Kemat
sebagai berikut:
“Tahun 2006 itu kita masih bareng Dinas Sosial bersama Bidang KB yang
punya kader di tiap RT melakukan pendataan langsung ke rumah-rumah
warga. Waktu itu kita melakukan pendataan PMKS, Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial. Warga yang tinggal di rumah tak layak huni masuk
ke dalam indikator PMKS itu. Dari pendataan langsung itu kita dapat data
6.612 rumah warga yang tak layak huni di seluruh Solo ini”.
(Wawancara, 5 Mei 2010)
Namun tidak semua RTLH di seluruh kota di setiap Kecamatan akan
diberikan dana bantuan perbaikan RTLH sebagai stimulant oleh Bapermas
P3AKB Kota Surakarta karena hanya RTLH yang mengelompok di beberapa
Kelurahan yang ada di beberapa Kecamatan yang diutamakan untuk diberikan
dana bantuan pembangunan atau perbaikan RTLH agar dapat dikerjakan secara
khusus. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Bapak Sukendar Tri Cahyo
Kemat sebagai berikut:
“…rumah 6.612 itu tidak semuanya juga langsung dikasih bantuan. Tapi
kita lebih memprioritaskan rumah yang tak layak huni yang mengelompok
di suatu Kelurahan. Supaya kita lebih mudah memberikan bantuan dan
mengawasinya, makanya kita lebih mengutamakan rumah yang
mengelompok itu.” (Wawancara, 5 Mei 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Adapun kriteria rumah dinyatakan tidak layak huni ditetapkan berdasarkan
Peraturan Walikota Surakarta Nomor 17-A Tahun 2009 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Pemberian Bantuan Pembangunan/Perbaikan Rumah Tidak Layak
Huni Bagi Masyarakat Miskin Kota Surakarta yang merupakan pembaharuan dari
Peraturan Walikota Surakarta Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Pemberian Bantuan Pembangunan/Perbaikan Rumah Tidak Layak
Huni Bagi Masyarakat Miskin Kota Surakarta Beserta Perubahannya yang sudah
tidak sesuai sebagai berikut :
1. Kondisi rumah :
a) Luas lantai rumah, rata-rata per penghuni kurang dari 4m2
b) Sumber air tidak sehat
c) Tidak mempunyai akses MCK
d) Bangunan tidak permanen
e) Tidak memiliki pencahayaan matahari dan ventilasi udara
f) Tidak memiliki pembagian ruangan
g) Lantai dari tanah dan rumah lembab atau pengap
h) Kondisi rusak
2. Kondisi lingkungan
a) Lingkungan kumuh dan becek
b) Saluran pembuangan air tidak memenuhi standar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c) Jalan setapak tidak diatur
d) Letak rumah tidak teratur dan berdempetan (padat)
Selama proses pendataan pada tahun 2006 Bapermas P3AKB turun
langsung ke masyarakat setempat untuk mendengarkan masalah dan keluhan
mengenai lingkungan tempat mereka tinggal. Setelah mendapatkan data
banyaknya RTLH di seluruh Kecamatan di Kota Surakarta dan mendengarkan
masalah-masalah yang disampaikan oleh masyarakat serta memberikan
pemahaman kepada warga, Bapermas P3AKB mengajukan data dan
menyampaikan masalah-masalah masyarakat tersebut kepada Walikota.
Selanjutnya setelah Walikota setuju, melalui proses mekanisme penganggaran
Bapermas P3AKB dipanggil untuk mengahadap DPRD Kota Surakarta. Hal ini
sesuai dengan yang dikatakan oleh Bapak Sukendar Tri Cahyo Kemat sebagai
berikut:
“…pas mendata itu, mendata PMKS itu kita turun langsung dan
mendengarkan keluh kesah warga disitu. Masalahnya banyak, salah
satunya masalah pemukiman dan rumah mereka. Kita mendengarkan
sambil mendata dan akhirnya data itu kita serahkan ke Walikota. Kepada
Walikota juga kita paparkan masalah yang terjadi di warga pada waktu itu.
Pak Walikota malah bilang kalo mau bantu, bantunya jangan setengah-
setengah. Bantu langsung yang memberikan dampak maksimal. Akhirnya
kita disetujui untuk selanjutnya melalui mekanisme penganggaran kita
dipanggil ke DPRD Kota Surakarta.” (Wawancara, 5 Mei 2010)
Melalui perencanaan anggaran DPRD Kota Surakarta ini rencana anggaran
Bapermas P3AKB ditetapkan menjadi anggaran dalam APBD pada tahun 2006
begitu juga untuk tahun-tahun selanjutnya sampai dengan tahun 2009.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hasilnya dalam bentuk pemberian dana bantuan pembangunan atau perbaikan
RTLH kepada masyarakat miskin Kota Surakarta. Hal ini juga sesuai dengan yang
dikatakan oleh Bapak Sukendar Tri Cahyo Kemat sebagai berikut:
“…dari DPRD itu rencana kita ditinjau dan dipertimbangkan. Seperti
masalah yang dipaparkan oleh Bapermas P3AKB, kegiatan yang akan
dilakukan dan rencana itu tadi. Setelah DPRD setuju, DPRD melakukan
perencanaan anggaran untuk kita dan ditetapkan menjadi anggaran dan
hasilnya dalam bentuk pemberian bantuan RTLH ini. Pada awal itu ya
APBD tahun 2006 dan begitu setiap tahunnya.” (Wawancara, 5 Mei 2010)
Pemberian dana bantuan pembangunan atau perbaikan RTLH kepada
masyarakat miskin mempunyai mekanisme aliran dana. Adapun mekanisme
aliran dana pada tahun 2009 sebagai berikut :
Gambar: 3.1. Mekanisme Aliran Dana Tahun 2009
Sumber : Bapermas P3AKB Kota Surakarta
DPPKAD PANITIA KOTA
Bapermas P3AKB sebagai
koordinator
*Koordinator Kota/BLUD
*SUF-UN Habitat
*dsb
PANITIA
KELURAHAN
POKJA
RTLH
LKM
Alur Pendanaan
Alur Perencanaan dan SPJ
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa yang melakukan
perencanaan mulai dari tingkat masyarakat itu sendiri melalui Pokja
(Kelompok Kerja), Panitia Pembangunan RTLH Tingkat Kelurahan,
Panitia Pembangunan RTLH Tingkat Kota dimana Bapermas P3AKB
Kota Surakarta merupakan koordinator dari program penanganan RTLH
ini. Begitu juga pertanggung jawaban mereka mulai dari masyarakat
melalui Pokja yang bertanggung jawab ke Panitia Pembangunan RTLH
Tingkat Kelurahan dan terus berlanjut sampai ke Panitia Pembangunan
RTLH Tingkat Kota.
Alur pendanaan untuk program penanganan RTLH itu sendiri
melalui Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
(DPPKAD) langsung diberikan kepada LKM (Lembaga Keswadayaan
Masyarakat) kemudian disalurkan kepada Pokja untuk dikelola yang
kemudian diberikan kepada masing-masing masyarakat penerima dana
bantuan pembangunan atau perbaikan bantuan RTLH.
Setelah melalui tahap-tahap perencanaan awal tadi, Bapermas
P3AKB Kota Surakarta melakukan kegiatan program yaitu penyuluhan
dan pengawasan kualitas lingkungan sehat perumahan melalui sosialisasi
bagi calon penerima dana bantuan perumahan tak layak huni disetiap
tahunnya dan di lima Kecamatan 51 Kelurahan se Kota Surakarta. Pada
tahun 2006 dilakukan sosialisasi bagi calon penerima dana bantuan
perumahan tidak layak huni sebanyak 225 orang, pada tahun 2007
dilakukan sosialisasi bagi calon penerima dana bantuan perumah tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
layak huni sebanyak 1.000 orang, pada tahun 2008 dilakukan sosialisasi
bagi calon penerima dana bantuan perumahan tidak layak huni sebanyak
1.500 orang, dan pada tahun 2009 dilakukan sosialisasi bagi calon
penerima dana bantuan perumahan tidak layak huni sebanyakk 1.500
orang dengan anggaran Rp 91.700.000,- dapat direalisasikan sebesar Rp
81.505.000,- dengan realisasi keuangan 88,9% namun realisasi fisik sudah
mencapai 100% (Sumber: Bapermas P3AKB).
Selanjutnya Bapermas P3AKB Kota Surakarta mempersiapkan
kelengkapan timnya untuk mengumpulkan data secara real di lapangan
untuk lokasi pengembangan RTLH. Lokasi pengembangan RTLH di Kota
Surakarta dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 yaitu Kecamatan
Laweyan antara lain Kelurahan Pajang, Kelurahan Laweyan, Kelurahan
Bumi, Kelurahan Panularan, Kelurahan Sriwedari, Kelurahan Penumping,
Kelurahan Purwosari, Kelurahan Sondakan, Kelurahan Kerten, Kelurahan
Jajar, dan Kelurahan Karangasem. Kecamatan Serengan antara lain
Kelurahan Joyotakan, Kelurahan Danukusuman, Kelurahan Serengan,
Kelurahan Tipes, Kelurahan Kratonan, Kelurahan Jayengan, dan
Kelurahan Kemilayan. Kecamatan Pasar Kliwon antara lain Kelurahan
Joyosuran, Kelurahan Semanggi, Kelurahan Pasar Kliwon, Kelurahan
Gajahan, Kelurahan Baluwarti, Kelurahan Kampung Baru, Kelurahan
Kedunglumbu, Kelurahan Sangkrah, dan Kelurahan Kauman. Kecamatan
Jebres antara lain Kelurahan Kepatihan Kulon, Kelurahan Kepatihan
Wetan, Kelurahan Sudiroprajan, Kelurahan Gandekan, Kelurahan Sewu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kelurahan Pucang Sawit, Kelurahan Jagalan, Kelurahan
Purworidiningratan, Kelurahan Tegalharjo, Kelurahan Jebres, dan
Keluraha Mojosongo. Kecamatan Banjarsari antara lain Kelurahan
Kadipiro, Kelurahan Nusukan, Kelurahan Gilingan, Kelurahan Setabelan,
Kelurahan Kestalan, Kelurahan Keprabon, Kelurahan Timuran, Kelurahan
Ketelan, Kelurahan Punggawan, Kelurahan Mangkubumen, Kelurahan
Manahan, Kelurahan Sumber, dan Kelurahan Banyuanyar (Sumber:
Bapermas P3AKB Kota Surakarta).
Namun seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa hanya RTLH
yang mengelompok di beberapa Kelurahan yang ada di beberapa
Kecamatan yang diutamakan untuk diberikan dana bantuan pembangunan
atau perbaikan RTLH. RTLH yang mengelompok itu disebut wilayah
pengembangan khusus. Adapun wilayah pengembangan khusus dari tahun
2006-2009 sebagai berikut:
1. Kecamatan Banjarsari :
a) Kelurahan Ketelan : 1) RT 03 RW 09
2) RT 01 RW 06
b) Kelurahan Setabelan : RT 04 RW 9 Pringgading
2. Kecamatan Serengan :
Kelurahan Kratonan : RT 01 RW 06
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Selain wilayah-wilayah pengembangan khusus tersebut, lokasi
pengembangan RTLH meyebar di lintas kota (Sumber: Bapermas P3AKB
Kota Surakarta).
Dana bantuan yang digunakan untuk program penanganan RTLH
ini murni dari APBD Kota Surakarta disetiap tahunnya sejak tahun 2006
sampai dengan tahun 2010. Dana tersebut disesuaikan semampunya untuk
mengerjakan RTLH disetiap tahunnya. Sedangkan bagi penerima dana
bantuan RTLH yang kekurangan dana untuk membangun atau
memperbaiki rumahnya, mereka bisa memanfaatkan dana hibah bantuan
pendukung yang berasal dari SUF-UN Habitat yang dikelola oleh Badan
Layanan Umum Daerah Griya Layak Huni (BLUD GLH).
Di dalam program penanganan RTLH ini bukan hanya Bapermas
P3AKB Kota Surakarta yang berperan tetapi ada beberapa institusi
pemerintah dan mitra kerja lainnya yang terkait, namun Bapermas P3AKB
Kota Surakarta adalah koordinator dalam program ini. Instansi-instansi
atau dinas-dinas yang terkait itu antara lain adalah Bapermas P3AKB
sendiri sebagai koordinator, Dinas Pekerjaan Umum (DPU), Dinas Tata
Kota (DTK), Badan Pendapatan Daerah (Bapeda), Badan Pertanahan
Negara (BPN) Kota Surakarta, Camat, Lurah, Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Kelurahan (LPMK), dan warga masyarakat melalui Pokja.
Selain instansi-instansi yang terkait tersebut adapula beberapa dukungan
lainnya dalam program penanganan RTLH, antara lain adalah Universitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sebelas Maret (UNS), Lembaga Sosial Masyarakat (LSM), SUF-UN
Habitat, dan Bank Indonesia Kota Surakarta.
Di dalam tahap perencanaan program penanganan RTLH ini sudah
pasti ada hambatan-hambatan di dalamnya. Hambatan itu antara lain
keterbatasan anggaran dan kondisi eksisting rumah-rumah tidak layak huni
tersebut. Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan oleh Bapak
Sukendar Tri Cahyo Kemat selaku Kepala Bidang Pemberdayaan
Masyarakat, sebagai berikut :
“Hambatannya biasanyakan dari sisi keterbatasan anggaran,
kemudian dari sisi kondisi eksisting. Eksisting dalam artian ada
daerah kawasan kumuh, kawasan RTLH tapi kawasannya itu tidak
legal. Nah, bantaran rel kereta api, itu dari sisi kami selaku
Bapermas itu RTLH yang harus digarap, tapi dari sisi legalitas
tempatnya kita tidak bisa menangani jadinya. Begitu juga kalau dia
menyewa/menempati rumah orang lain/istilah lainnya magersari,
tapi sebetulnya dia itu disuruh pergi sama yang punya tidak boleh
tinggal disitu. Itu menjadi masalah bagi kami untuk diperbaiki
artinya harus ada surat keterangan dari yang punya. Kalau yang
punya bersedia untuk didandani ya boleh.”
(Wawancara, 5 Mei 2010)
Bapak Sukendar Tri Cahyo Kemat menambahkan ;
“Terus satu lagi hambatannya ini dalam penyeleksian rumah mana
yang dianggap RTLH. Biar bagaimanapun yang namanya bantuan
pasti menimbulkan efek kecemburuan. Artinya itu dari data kita
6.612 setelah tau itu dapat bantuan, yang lain juga kepengen
rumahnya dicatat disitu. Itu hambatan program.”
(Wawancara, 5 Mei 2010)
Namun keberadaan hambatan-hambatan itu diusahakan untuk
diminimalkan oleh Bapermas P3AKB Kota Surakarta. Seperti dalam
keterbatasan anggaran diusahakan adanya dana hibah bantuan pendukung
dari SUF-UN Habitat yang dikelola oleh BLUD GLH.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Bagi masyarakat yang tinggal di kawasan terlarang diprogramkan untuk
dapat pindah menempati rumah susun sewa yang dibangun secara
bertahap, contohnya di runah susun sewa (Rusunawa) Semanggi. Bagi
masyarakat yang hanya magersari atau sewa sedang dipersiapkan program
yang bekerjasama dengan SUF-UN Habitat dimana akan dibangun pasar
yang di atasnya digunakan sebagai rumah tinggal yang dapat dibeli secara
dicicil oleh para pedagang dan umum dengan harga yang sangat murah.
Selain itu juga Bapermas P3AKB Kota Surakarta mengusahakan untuk
lebih selektif dan teliti lagi dalam menyeleksi rumah masyarakat mana
yang berhak dan pantas mendapatkan dana bantuan pembangunan atau
perbaikan RTLH.
B. Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian dimaksudkan sebagai keseluruhan proses
pengelompokkan pegawai, membagi tugas, wewenang serta tanggung
jawab masing-masing pegawai sehingga dapat tercipta suatu organisasi
dalam menangani RTLH yang dapat digerakkan dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan.
Pengorganisasian diperlukan untuk mempermudah dalam
pelaksanaan program nantinya. Di Bapermas P3AKB Kota Surakarta
sendiri yang menangani RTLH adalah Bidang Pemberdayaan Masyarakat.
Dimana Bidang Pemberdayaan Masyarakat ini mempunyai dua Sub
Bidang yaitu Sub Bidang Kelembagaan dan Sub Bidang Sarana dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Prasarana yang secara struktural masuk kedalam tim tingkat kota
penanganan RTLH yang disebut Panitia Pembangunan RTLH Tingkat
Kota. Di dalam Bidang Pemberdayaan Masyarakat sendiri yang sangat
berperan dalam RTLH adalah Sub Bidang Sarana dan Prasarana dimana
Sub Bidang Sarana dan Prasarana ini yang menyediakan peralatan-
peralatan untuk program penanganan RTLH, namun bukan hanya di
program penanganan RTLH saja karena Sub Bidang Sarana dan Prasarana
secara struktural sudah masuk ke dalam pengorganisasian Bapermas
P3AKB Kota Surakarta dimana untuk memberdayakan masyarakat. Jadi
tidak ada pengorganisasian khusus. Hal tersebut sesuai dengan yang
disampaikan oleh Bapak Sukendar Tri Cahyo Kemat selaku Kepala
Bidang Pemberdayaan Masyarakat, sebagai berikut :
“Saya rasa tidak ada pengorganisasian khusus dari Bapermas
P3AKB untuk program penanganan RTLH, jadi kita sudah secara
struktural masuk ke dalam tim itu yang disebut Panitia
Pembangunan RTLH Tingkat Kota. Untuk di bidang yang
menangani RTLH adalah Bidang Pemberdayaan Masyarakat. Di
mana di bawahnya ada Sub Bidang Sarana dan Prasarana yang
lebih berperan dalam program penanganan RTLH untuk
membackup peralatan kalo di situ membutuhkan alat-alat, misalnya
DKP berpotensi untuk memberikan bantuan pembangunan taman
maka peralatan untuk membangun taman tersebut disediakan oleh
Sub Bidang Sarana dan Prasarana.” (Wawancara, 5 Mei 2010)
Selain itu di tingkat Kelurahan juga ada tim yang disebut Panitia
Pembangunan RTLH Tingkat Kelurahan dan di masyarakat ada Kelompok
Kerja (Pokja) yang setelah ada PNPM Mandiri pada tahun 2008
diidentikkan dengan LKM (Lembaga Keswadayaan Masyarakat). Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar: 3.2. Diagram Struktur Kepanitiaan
Pembangunan/Perbaikan RTLH Bagi Masyarakat
Miskin Kota Surakarta
Panitia Pembangunan RTLH Tingkat
Kota, terdiri dari unsur : Bapermas
P3AKB, DPU, DTK, BAPEDA,
DKP, BPN, BIK, DISNAKER,
Camat, Forum LPMK, dan LSM.
(Panitia ini ditetapkan dengan SK
Kepala Bapermas P3AKB)
Panitia Pembangunan RTLH Tingkat
Kelurahan beranggotakan 5 orang
terdiri dari unsur : Kelurahan, LPMK,
Tokoh Masyarakat, Bendahara
Kelurahan, dan PLKB
(Panitia ini ditetapkan dengan SK
Kepala Bapermas P3AKB)
Kelompok Kerja (Pokja) Penerima
Bantuan Pembangunan/Perbaikan
RTLH beranggotakan Ketua,
Sekretaris, Bendahara, dan 4 anggota.
(Panitia ini ditetapkan dengan SK
Kepala Bapermas P3AKB atas usulan
Lurah dan hasil musyawarah warga
penerima bantuan)
Masyarakat Penerima
Bantuan
Pembangunan/Perbaikan
RTLH
Pembangunan/Perbaikan
Rumah oleh Masyarakat
Perumahan
Sumber: Bapermas P3AKB
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa Panitia Pembangunan
RTLH Tingkat Kota terdiri dari Bapermas P3AKB, Dinas Pekerjaan
Umum (DPU), Dinas Tata Kota (DTK), Badan Pendapatan Daerah
(BAPEDA), Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP), Badan Pertanahan
Nasional Kota Surakarta (BPN), BIK, Dinas Tenaga Kerja (DISNAKER),
Camat, Forum Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK),
dan Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) yang ditetapkan dengan Surat
Keputusan (SK) oleh Kepala Bapermas P3AKB Kota Surakarta. Begitu
juga dengan Panitia Pembangunan RTLH Tingkat Kelurahan yang juga
ditetapkan dengan SK oleh Kepala Bapermas P3AKB Kota Surakarta yang
beranggotakan lima orang terdiri dari Kelurahan, Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Kelurahan (LPMK), Tokoh Masyarakat, Bendahara
Kelurahan, dan Penyuluh Keluarga Berencana (PLKB). Di dalam
penentuan Kelompok Kerja (Pokja) Penerima Bantuan Pembangunan atau
Perbaikan RTLH ada sedikit yang berbeda yaitu anggotanya ditetapkan
dengan SK oleh Kepala Bapermas P3AKB Kota Surakarta berdasarkan
usulan Lurah dan hasil musyawarah warga penerima dana bantuan
pembangunan atau perbaikan RTLH yang beranggotakan Ketua,
Sekretaris, Bendahara, dan empat orang Anggota.
Pada awal pelaksanaan program penanganan RTLH di tahun 2006,
Bapermas P3AKB Kota Surakarta hanya murni memberikan bantuan saja.
Hingga pada tahun 2008 sampai 2009 selain tetap memberikan bantuan,
Bapermas P3AKB membentuk Pokja agar masyarakat juga berpartisipasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dalam program penanganan RTLH ini. Dari tahun ke tahun di dalam
pelaksanaan program penanganan RTLH terjadilah perkembangan-
perkembangan sehingga lintas sektor kota juga berperan di dalam program
penanganan RTLH dalam bentuk bantuan-bantuan. Di sini Bapermas
P3AKB Kota Surakarta sendiri sebagai koordinator yang secara struktural
sudah masuk ke dalam lintas sektor kota tersebut. Lintas sektor kota
disebut juga sebagai Panitia Pembangunan RTLH Tingkat Kota. Di dalam
program penanganan RTLH ini tugas masing-masing kepanitiaan adalah
sebagai berikut;
1. Panitia Pembangunan atau Perbaikan RTLH Tingkat Kota
a) Mengkoordinir pelaksanaan rencana pemberian bantuan
rumah tidak layak huni bagi masyarakt miskin
b) Melakukan verifikasi pengajuan proposal permohonan
bantuan pembangunan atau perbaikan rumah tidak layak
huni
c) Melaksanakan sosialisasi, monitoring, dan evaluasi
pelaksanaan pembangunan atau perbaikan rumah tidak
layak huni.
d) Melaporkan pelaksanaan kegiatan bantuan pembangunan
atau perbaikan rumah tidak layak huni kepada Walikota
Surakarta melalui Kepala Bapermas P3AKB Kota
Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Panitia Pembangunan atau Perbaikan Tingkat Kelurahan
a) Menginventarisasi rumah tidak layak huni di Kelurahan
tersebut
b) Mengusulkan bantuan rumah tidak layak huni hasil
inventarisasi yang ditandatangani oleh Kepala Kelurahan
c) Mengalihkan bantuan kepada penerima yang lain
berdasarkan musyawarah bilamana karena satu dan lain hal
ada permasalahan dengan penerima sebelumnya
d) Menerbitkan rekomendasi kepada LKM untuk pencairan
dana pembangunan atau perbaikan rumah tidak layak huni
e) Melaporkan semua tugas kepada Panitia Pembangunan atau
Perbaikan RTLH
3. Kelompok Kerja (Pokja) Penerima Bantuan Pembangunan atau
Perbaikan RTLH
a) Mengusulkan rencana kebutuhan pembangunan atau
perbaikan rumah tidak layak huni kepada Panitia Tingkat
Kelurahan
b) Mengkonsultasikan, mengkoordinasikan, dan melaporkan
pelaksanaan pembangunan atau perbaikan rumah tidak
layak huni secara periodic kepada Kepala Bapermas
P3AKB Kota Surakarta melalui Panitia Pembangunan atau
Perbaikan RTLH
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Selain mengemban tugas-tugas tersebut, masing-masing tingkat
kepanitiaan memberikan dukungan-dukungan dalam bentuk penyediaan
bantuan-bantuan yang mereka berikan kepada masyarakat penerima dana
bantuan pembangunan atau perbaikan RTLH. Adapun bantuan-bantuan
yang diberikan oleh Panitia Pembangunan Tingkat Kota adalah sebagai
berikut :
1. Bapermas P3AKB : a) Program RTLH
b) Pelatihan
2. DPU : Fasilitas Umum
3. DTK : a) Site plan
b) Ragam Bias
4. DKP : a) Taman
b) PJU
5. BPN : Sertifikat tanah (Program
Nasional/Swadaya)
6. DISNAKER : Peralatan Catering
7. Forum LPMK : Menyurun prioritas RTLH di masing-
masing
Kelurahannya
8. LSM : Sosialisasi pada masyarakat
Bantuan-bantuan yang diberikan oleh Panitia Pembangunan RTLH
Tingkat Kelurahan adalah penyediaan BRC atau pagar besi, Dub, taman,
dan listrik. Sedangkan di Tingkat Pokja dari masyarakat penerima dana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bantuan pembangunan atau perbaikan RTLH adalah dalam bentuk
partisipasi masyarakat dan dijadikan tempat untuk mengelola bantuan
yang sudah diberikan oleh Bapermas P3AKB. Selain itu ada beberapa
mitra kerja yang memberikan bantuan-bantuan tambahan antara lain
adalah :
1. Bank Indonesia Surakarta : MCK
2. Universitas Sebelas Maret : Kajian Akademis
3. PDAM : a) MCK
b) Hidran Umum
4. PNPM : a) Dapur atau MCK
Komunal
5. BLUD GLH : Penjaminan
Mitra kerja dari luar negeri seperti SUF-UN Habitat juga
memberikan beberapa bantuan yaitu bantuan teknis dalam penyediaan
profil dari lokasi-lokasi pengembangan RTLH dan pendukung dana
rehabilitasi.
Di Bapermas P3AKB Kota Surakarta proses pengisian jabatan
atau penempatan pegawai sudah menjadi wewenang kota. Walikota yang
mempunyai kewenangan sepenuhnya melalui Badan Kepegawaian Daerah
(BKD). Jadi bukan kewenangan Kepala Bapermas P3AKB Kota
Surakarta. Namun di dalam program penanganan RTLH ini untuk
menentukan Panitia Pembangunan RTLH Tingkat Kota, Panitia
Pembangunan RTLH Tingkat Kelurahan, dan Pokja adalah tugas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Bapermas P3AKB sebagai koordinator. Semua tingkat kepanitiaan
ditetapkan oleh SK Kepala Bapermas P3AKB Kota Surakarta dan khusus
Pokja juga berdasarkan hasil musyawarah masyarakat penerima bantuan.
Di dalam kegiatan pengorgansasian sudah tidak terjadi overlapping
pekerjaan, maka penempatan pegawai di dalam bidangnya masing-masing
sudah sesuai dengan kemampuan para pegawai dalam mengerjakan
tugasnya masing-masing di bidang tersebut. Hal tersebut sesuai dengan
yang disampaikan oleh Bapak Sukendar Tri Cahyo Kemat selaku Kepala
Bidang Pemberdayaan Masyarakat, sebagai berikut :
“Saya pikir kalau di Bidang Pemberdayaan Masyarakat sendiri
sudah tidak ada overlapping pekerjaan. Sudah tepat, artinya
pegawai-pegawai yang ada di bidangnya sekarang sudah sesuai
dengan kemampuan mereka masing-masing, sudah sesuai dengan
tugas mereka masing-masing.” (Wawancara, 5Mei 2010)
Walaupun di dalam pengorganisasian sudah tidak terjadi
overlapping pekerjaan dan para pegawai sudah menempati bidang masing-
masing yang sesuai dengan kemampuannya, bukan berarti tidak ada
hambatan lainnya. Hambatan itu bisa datang dari Panitia Pembangunan
RTLH. Salah satunya adalah hambatan yang bisa terjadi karena kesibukan
masing-masing Panitia Pembangunan RTLH Tingkat Kota. Kesibukan
masing-masing yang terjadi di Panitia Pembangunan RTLH Tingkat Kota
dapat diupayakan dengan lebih sering melakukan rapat di lapangan atau
lokasi pengembangan daripada rapat tingkat kota yang secara formal di
dalam gedung atau ruangan untuk membahas masalah penanganan RTLH.
Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan oleh Bapak Sukendar Tri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Cahyo Kemat selaku Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat, sebagai
berikut :
“Hambatannya ketika Panitia Pembangunan RTLH Tingkat Kota
mempunyai tingkat kesibukan masing-masing. Sehingga kita atasi
dengan kunjungan lapangan. Kita jarang melakukan rapat tingkat
kota untuk RTLH ini, namun rapat itu juga perlu tapi kita
minimkan karena yang rapat itu terkadang yang datang gantian gak
nyambung. Misalnya di Kratonan, kita undang Panitia ke Kratonan
melihat secara langsung keadaan di sana atau on the spot. Yang
penting kan Panitia Pembangunan RTLH Tingkat Kota mensupport
apa saja yang perlu dibantu di masyarakat sesuai dengan potensi
masing-masing yang dimiliki oleh Panitia.” (Wawancara, 5 Mei
2010)
C. Penggerakkan (actuating)
Fungsi penggerakkan (actuating) dilakukan agar Bapermas
P3AKB yang juga masuk kedalam Panitia Pembangunan RTLH Tingkat
Kota bersama Panitia Pembangunan RTLH Tingkat Kelurahan dan Pokja
merasa memiliki tanggung jawab dengan dukungan dan partisipasi dari
masyarakat sehingga pelaksanaan program penanganan RTLH dapat
berjalan dengan lancar. Penggerakkan juga bertujuan mencapai semua
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya sehingga tidak hanya menjadi
rencana yang berhenti tidak terealisasikan.
Dalam rangka peningkatan kualitas hidup dan derajat kesehatan
masyarakat miskin Kota Surakarta, Bapermas P3AKB Kota Surakarta
selaku staff Walikota yang merupakan tempat bagi masyarakat untuk
memohon atau mengajukan pemberian dana bantuan pembangunan atau
perbaikan RTLH mengambil langkah-langkah atau mekanisme dalam
pengajuan bantuan pembangunan atau perbaikan RTLH yang diharapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dapat membantu tercapainya tujuan tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar: 3.3. Skema Mekanisme Pengajuan Bantuan
Pembangunan/Perbaikan RTLH Kota Surakarta
Kepala Bapermas P3AKB
Mengeluarkan Surat
Keputusan nama-nama
penerima bantuan RTLH
yang diusulkan oleh Kepala
Kelurahan setelah dikaji
oleh Panitia Tingkat Kota
Kepala Kelurahan
Membuat proposal usulan
calon nama-nama penerima
bantuan RTLH di
daerahnya dengan atas hasil
inventarisasi Panitia di
Tingkat Kelurahan
Panitia Pembangunan
Tingkat Kelurahan
melakukan inventarisasi
RTLH di wilayahnya dan
hasilnya diusulkan kepada
Kepala Kelurahan guna
diusulkan ke Bapermas
P3AKB
Panitia
Pembangunan/Perbaikan
Bantuan RTLH Tingkat
Kota
Masyarakat Penerima
Bantuan RTLH
Kelompok Kerja
(Pokja) Masyarakat
Penerima Batuan
RTLH
Pembangunan/Perbaikan RTLH
Sumber: Bapermas P3AKB
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Program penanganan RTLH ini merupakan program yang
direncanakan pada tahun 2006 dengan waktu pelaksanaan sampai dengan
tahun 2010. Namun pada tahun 2010 ini masih dalam tahap perencanaan
untuk lokasi pengembangan di Kratonan II. Selanjutnya Pokja mencatat
para warga yang berhak menerima dana bantuan pembangunan atau
perbaikan RTLH yang kemudian diberikan kepada Panitia Pembangunan
RTLH tingkat Kelurahan. Panitia Pembangunan RTLH Tingkat Kelurahan
melakukan inventarisasi RTLH di wilayahnya dan hasilnya diusulkan
kepada Kepala Kelurahan. Persyaratan yang harus dipenuhi calon
penerima dana bantuan menurut Peraturan Walikota No. 17-A Tahun 2009
Tentang Pedoman Pelaksanaan Pemberian Bantuan
Pembangunan/Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni Bagi Masyarakat
Miskin Kota Surakarta sebagai berikut :
1. Penduduk di wilayah setempat yang dibuktikan dengan foto
copy KK dan KTP Kota Surakarta
2. Menyerahkan foto copy Bukti Kepemilikan Tanah yang telah
disyahkan oleh Kepala Kelurahan setempat dan atau
menyerahkan Surat Ijin pembangunan/pemugaran rumah bila
tanah yang ditempati bukan milik sendiri
3. Berita Acara Kesepakatan besaran alokasi per Keluarga Dana
Bantuan Pembangunan/Perbaikan RTLH
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Selanjutnya Kepala Kelurahan membuat proposal yang berisikan
usulan calon nama-nama penerima bantuan RTLH di daerahnya
berdasarkan data dari Pokja dan hasil inventarisasi Panitia di Tingkat
Kelurahan yang akan diajukan kepada Kepala Bapermas P3AKB Kota
Surakarta. Kepala Bapermas P3AKB berdasarkan proposal dari Kepala
Kelurahan dan persetujuan Panitia di Tingkat Kota mengeluarkan Surat
Keputusan nama-nama penerima bantuan RTLH. Selanjutnya Surat
Keputusan nama-nama calon penerima dana bantuan pembangunan atau
perbaikan RTLH tersebut diserahkan kembali ke Kelurahan yang akan
diberitahukan kepada para warga penerima dana bantuan pembangunan
atau perbaikan RTLH dan diserahkan kembali kepada Pokja sebagai wakil
dari masyarakat itu sendiri.
Setelah ditetapkan siapa saja dan berapa penerima dana bantuan
pembangunan atau perbaikan RTLH tersebut di masing-masing
Kecamatan dan di tiap-tiap Kelurahan yang sudah disesuaikan dengan
proporsi jumlah RTLH secara keseluruhan pada tahun 2006 yaitu 6.612
RTLH dengan jumlah RTLH di masing-masing Kecamatan dan di tiap-
tiap Kelurahan, maka tiap Kelurahan mendapatkan proporsi RTLH yang
akan diperbaiki berbeda-beda. Sebagai contoh di beberapa lokasi
pengembangan khusus yaitu di Kelurahan Ketelan RT 03 RW 09 yang
mendapatkan bantuan sebanyak 44 Kepala Keluarga (KK), di Kelurahan
Ketelan RT 01 RW 06 yang mendapatkan bantuan sebanyak 26 KK, di
Kelurahan Setabelan RT 04 RW 09 Pringgading yang mendapatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bantuan sebanyak 48 KK, dan di Kelurahan Kratonan RT 01 RW 06 yang
mendapatkan bantuan sebanyak 11 KK
Setelah mendapatkan banyaknya KK yang menerima bantuan
RTLH di masing-masing Kelurahan, setiap KK mendapatkan bantuan
sebesar 2 juta rupiah pada waktu itu. Dimana penganggarannya sudah
diatur oleh Bapermas P3AKB yang disetujui oleh DPRD dan diberikan
kepada DPPKAD yang disesuaikan dengan APBD Kota Surakarta di tiap
tahunnya. Melalui DPPKAD bantuan dalam bentuk uang itu langsung
diserahkan ke rekening Pokja masing-masing. Selanjutnya yang
melakukan pengelolaan dan perbaikan RTLH diserahkan kepada Pokja
dan para warga penerima bantuan RTLH, namun Bapermas P3AKB
sebagai koordinator tingkat kota tetap meninjau pelaksanaannya. Hal ini
dikarenakan Bapermas P3AKB ingin meningkatkan partisipasi masyarakat
untuk program penanganan RTLH ini dengan memberikan bantuan guna
menstimulant masyarakat. Selain itu Bapermas P3AKB juga
menginginkan masyarakat penerima dana bantuan pembangunan atau
perbaikan RTLH dapat mandiri guna memberdayakan masyarakat Kota
Surakarta khususnya masyarakat penerima dana bantuan pembangunan
atau perbaikan RTLH.
Selanjutnya Pokja yang dibentuk melalui musyawarah dan
berdasarkan kepercayaan masyarakat setempat pada waktu itu mendatangi
rumah-rumah warga penerima dana bantuan pembangunan atau perbaikan
RTLH untuk mencatat keluhan-keluhan warga penerima dana bantuan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
keperluan masing-masing rumah yang akan diperbaiki. Bantuan yang
diberikan dalam bentuk uang oleh Bapermas P3AKB kepada Pokja
direalisasikan kepada warga penerima dana bantuan pembanggunan atau
perbaikan RTLH dalam bentuk bahan bangunan. Hal ini dilakukan untuk
menghindari kemungkinan-kemungkinan buruk yang dapat terjadi apabila
diberikan langsung dalam bentuk uang kepada warga dan agar lebih efektif
serta efisien dalam melaksanakan pembangunan atau perbaikan RTLH.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Warsito selaku Ketua Pokja
Kelurahan Setabelan, sebagai berikut :
“Dana bantuan yang dari pemerintah itu sebesar 2 juta rupiah tidak
kami berikan dalam wujud uang kepada warga tapi dalam bentuk
material. Karena kalo dikasih dalam bentuk uang menurut saya
nanti jadinya bukan berwujud pembangunan atau perbaikan rumah,
malah dipakai buat modal usaha, bayar uang sekolah, paling parah
buat nyaur utang.” (Wawancara, 21 Juni 2010)
Hal serupa juga disampaikan oleh Bapak Giyanto selaku Ketua
Pokja di Kelurahan Ketelan RT 03 RW 09, sebagai berikut :
“Bantuan 2 juta rupiah saya kasih kepada warga berupa bahan
bangunan yang diperlukan seluruh warga waktu itu supaya lebih
gampang dan berwujud. Bahan bangunan dibeli secara borongan
supaya cepat dapat digarap sekaligus 44 KK.”
(Wawancara, 14 Juni 2010)
Dalam hal pengadaan bahan-bahan material tersebut dibeli
sekaligus sesuai dengan pencatatan kebutuhan masing-masing rumah yang
dikalkulasikan semuanya oleh Pokja khususnya bendahara Pokja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Contohnya jika di Kelurahan Kratonan dari keseluruhan rumah yang akan
diperbaiki dikalkulasikan membutuhkan satu truk pasir, sepuluh sak
semen, dan lain-lain maka akan dibeli sekaligus oleh Pokja agar lebih
efektif dan efisien. Pada umumnya di tiap-tiap Kelurahan khususnya di
Kelurahan yang dijadikan lokasi pengembangan khusus diberikan waktu
selama satu bulan untuk memperbaiki RTLH di wilayahnya masing-
masing. Oleh karena itu, Pokja bersama masyarakat setempat melakukan
pembangunan atau perbaikan setiap hari guna tercapai penyelesaian
selama satu bulan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Giyanto selaku
Ketua Pokja Kelurahan Ketelan RT 03 RW 09, sebagai berikut :
“Wah..penggarapannya itu mbak kita dikasih target 1 bulan untuk
membenahi 44 KK. Gimana caranya supaya itu selesai tepat waktu,
ya saya bersama warga yang lain dari pagi sampai malam setiap
harinya mengerjakan itu bersama-sama.” (Wawancara, 14 Juni
2010)
Begitu pula yang disampaikan oleh Bapak Anom selaku Ketua
Pokja Kelurahan ketelan RT 01 RW 06, sebagai berikut :
“Pada waktu itu rencananya harus selesai dalam 1 bulan. Selama 1
bulan itu saya dan temen-temen Pokja lainnya bareng masyarakat
memperbaiki rumah-rumah itu setiap hari, yang penting rumah
dapat jadi dalam waktu 1 bulan.”
(Wawancara, 19 Juni 2010)
Selama satu bulan itu pembagian kerjanya diatur oleh Pokja yang
diserahkan seluruhnya kepada warga penerima dana bantuan
pembangunan atau perbaikan RTLH. Pokja sendiri terdiri dari Ketua,
Sekretaris, Bendahara, dan beberapa orang anggota. Di dalam
melaksanakan pembangunan atau perbaikan RTLH tersebut selain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
masyarakat penerima yang turun tangan dalam membangun atau
memperbaiki rumah mereka, warga sekitar yang tidak menerimapun tetap
membantu dalam pembangunan atau perbaikan RTLH ini yang disebut
swadaya dalam bentuk tenaga yang disumbangkan kepada warga lainnya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa tidak semua warga penerima dana bantuan
dapat setiap saat mengerjakan perbaikan RTLH dikarenakan kesibukan
mereka masing-masing seperti bekerja. Oleh karena itu, tetap dibutuhkan
beberapa tukang batu yang dapat membantu mereka mengerjakan
pembangunan atau perbaikan RTLH di saat mereka tidak dapat membantu
mengerjakannya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bapak
Wagiman selaku Ketua Pokja Kelurahan Kratonan, sebagai berikut :
“Setiap warga penerima maupun yang tidak menerima bantuan
kalo ada waktu ya ngebantu membangun rumah-rumah itu, tapi kan
kita juga punya kewajiban yang lain yaitu harus kerja. Paling-
paling kalo malam sepulang kerja kami baru bisa membantu.
Untuk itu kita memerlukan tukang batu.”
(Wawancara, 15 Juni 2010)
Hal senadapun disampaikan oleh Bapak Giyanto selaku Ketua
Pokja Kelurahan Ketelan RT 03 RW 09, sebagai berikut :
“Tiap orang yang ada di rumah-rumah itu belum tentu setiap hari
dan setiap waktu dapat ikut membantu membangun rumah-rumah
itu. Jadi saya memanggil beberapa tukang batu untuk membantu
mengerjakannya. Mungkin baru malam kami bisa membantu
sepenuhnya” (Wawancara, 14 Juni 2010)
Tukang batu tersebut dibayar dari uang bantuan yang diberikan
oleh Bapermas P3AKB Kota Surakarta. Begitu juga dengan beberapa
warga yang ikut membantu membangun atau memperbaiki RTLH di
wilayah mereka masing-masing yang posisinya dalam keadaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menganggur. Mereka bekerja sekaligus membantu warga lainnya dan
mendapatkan penghasilan seperti tukang batu yang dipanggil oleh Pokja
sehingga mereka juga tidak menganggur di rumah. Tukang batu dan
beberapa warga yang membantu tapi dalam keadaan menganggur dibayar
setiap minggunya. Hal ini terjadi di Kelurahan Kratonan dan sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Bapak Wagiman selaku Ketua Pokja
Kelurahan Kratonan, sebagai berikut :
“Jika di dalam rumah penerima dana bantuan atau di warga sekitar
ada yang menganggur dan dia ingin membantu ya boleh saja.
Sekalian dia juga bisa dibayar dan tidak nganggur lagi untuk
sementara. Mereka seperti tukang batu lainnya dibayar disetiap
akhir minggu.” (Wawancara, 15 Juni 2010)
Di dalam mengerjakan pembangunan atau perbaikan RTLH ini
yang menjadi hambatan paling utama adalah masalah dana yang kurang.
Hampir setiap Pokja di beberapa Kelurahan mengalami hambatan dalam
hal pendanaan. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh Bapak Warsito selaku
Ketua Pokja Kelurahan Setabelan, sebagai berikut :
“…dengan bantuan 2 juta itu kita tidak bisa bicara
banyak,mbak..jadi dibilang kurang ya kurang banget, tapi sudah
kesepakatan kami selaku Pokja, masyarakat, dan dengan Bapermas
P3AKB untuk 2 juta itu dicukup-cukupkan. Selanjutnya swadaya
masyarakat.” (Wawancara, 21 Juni 2010)
Hal serupa juga diungkapkan oleh Bapak Wagiman selaku Ketua
Pokja di Kelurahan Kratonan, sebagai berikut :
“Hambatannya itu ada beberapa, tapi yang paling pertama adalah
hambatan dalam hal pendanaan. Waktu itu dananya terlambat
turun. Dana itu turun setelah pengerjaan rumah sudah mencapai
beberapa persen.” (Wawancara, 15 Juni 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hambatan dalam masalah dana disaat pelaksanaan bukan hanya
dirasakan oleh Pokja dan warga penerima dana bantuan pembangunan atau
perbaikan RTLH. Bapermas P3AKB Surakarta selaku koordinator di
dalam program penanganan RTLH ini juga merasakannya. Misalnya di
tahun 2009 dana bantuan untuk RTLH yang sudah disesuaikan dengan
APBD pada tahun itu dan mendapatkan dana hibah bantuan pendukung
sebesar 3 Milliar dari SUF-UN Habitat dicairkan seluruhnya, tetapi dari
pihak Bapermas P3AKB tidak dapat seenaknya memberikan bantuan
begitu saja kepada beberapa warga yang mendatangi langsung kantor
Bapermas P3AKB tanpa melalui mekanisme pengajuan yang jelas. Hal ini
sesuai dengan yang dikatakan oleh Bapak Sukendar Tri Cahyo Kemat
selaku Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat, sebagai berikut :
“…dana yang langsung dicairkan misalnya 3 Milyar rupiah pada
tahun 2009, kami selaku Bapermas P3AKB tidak dapat seenaknya
sendiri memberikan bantuan itu langsung ke warga-warga.
Contohnya waktu itu dan ini sering terjadi, ada beberapa warga
yang langsung datang kesini menumpuk proposal untuk memohon
diberikan bantuan. Tapi karena ini sudah terprogram jadi kami
tidak bisa langsung kasih.” (Wawancara, 5 Mei 20010)
Untuk mengatasi hal seperti itu, Bapermas P3AKB selaku
koordinator bersama dengan DPPKAD mengupayakan pengaturan
keuangan yang lebih teratur dan terkoordinasi dengan lebih
memperhatikan cash flow yang lebih baik lagi melalui keuangan
(Wawancara, 5 Mei 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari hambatan yang dirasakan oleh Pokja dan warga penerima bantuan
RTLH tersebut, untuk mengatasi hal pendanaan yang kurang itu para
warga penerima dana bantuan pembangunan atau perbaikan RTLH yang
masih merasa kurang dengan keadaan rumah yang sudah diperbaiki maka
semua sudah diserahkan kepada masing-masing penerima dana bantuan
tersebut. Artinya itu sudah tanggung jawab warga penerima dana bantuan
pembangunan atau perbaikan RTLH tersebut dengan kata lain mereka
dapat swadaya atau mengusahakan sendiri untuk mewujudkan rumah
sesuai yang mereka inginkan. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan
oleh Bapak Giyanto selaku Ketua Pokja Kelurahan Ketelan RT 03 RW 09,
sebagai berikut :
“…kekurangan dana itu bisa diatasi dengan swadaya masing-
masing warga pemilik rumah. Jika mereka merasa kurang dengan
keadaan rumah mereka, mereka harus berusaha sendiri untuk
memperbaikinya lagi dengan cara bekerja untuk mendapatkan
penghasilan.” (Wawancara, 14 Juni 2010)
Pernyataan di atas diperkuat oleh Bapak Sukendar Tri Cahyo
Kemat selaku Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat, sebagai berikut :
“Bantuan itu masing-masing diberikan 2 juta rupiah, namun pada
kenyataannya kami tau pasti kurang. Di sini kami Bapermas
P3AKB memberikan bantuan itu dengan maksud mendorong
kesadaran masyarakat untuk setelah diberikan bantuan dan ternyata
masih kurang agar mau menyisihkan pendapatannya untuk
kebutuhan rumahnya masing-masing. Karena kami memberikan
bantuan yang bermaksud menstimulant kepada warga.”
(Wawancara, 9 Juni 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Swadaya tersebut juga bisa dalam bentuk warga penerima bantuan
RTLH dengan warga sekitar baik yang sama-sama penerima maupun yang
tidak menerima bantuan tetap membantu menyumbang tenaga dalam
perbaikan RTLH. Warga penerima bantuan maupun warga sekitar juga
menyediakan konsumsi atau makanan ringan untuk para pekerja dengan
inisiatif mereka masing-masing di luar dari dana bantuan, seperti yang
dikatakan oleh Bapak Warsito selaku Ketua Pokja Kelurahan Setabelan di
bawah ini :
“Kekurangan dana bantuan itu bisa diatasi dengan swadaya.
Swadaya yang dilakukan disini seperti apabila di dalam rumah
yang sedang diperbaiki itu ada yang mampu untuk ikut
memperbaiki, mereka bisa bergabung. Begitu juga dengan warga
sekitar walaupun dia gak dapat bantuan, dia bisa membantu tanpa
dibayar seperti tukang batu itu. Ini disebut swadaya dalam bentuk
tenaga mbak..ada juga warga yang rumahnya diperbaiki
menyediakan konsumsi untuk para pekerja tanpa mengurangi dana
bantuan. Bentuk swadayanya bisa seperti itu mbak…”
(Wawancara, 21 Juni 2010)
Selain dengan swadaya masing-masing warga penerima bantuan
RTLH, antar warga penerima bantuan tersebut juga ada subsidi silang.
Contohnya di Kelurahan Ketelan RT 03 RW 09 Bapak Giyanto selaku
Ketua RT dan Ketua Pokja pada waktu itu juga mendapatkan jatah
bantuan sebesar 2 juta rupiah, tapi karena dia merasa belum membutuhkan
dan masih banyak warganya yang lebih membutuhkan dia menyerahkan
batuannya itu bagi siapa saja warga penerima bantuan RTLH di
wilayahnya tersebut yang merasa kekurangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Bapak Giyanto Selaku Ketua
Pokja Kelurahan Ketelan RT 03 RW 09, sebagai berikut :
“Dari 44 KK yang mendapatkan bantuan itu saya juga dapat, tapi
saya merasa banyak warga saya yang lebih membutuhkan. Jadi
saya menyerahkan bantuan saya itu untuk mereka yang
membutuhkan dan kekurangan, walau saya yang memperjuangkan.
Misalnya waktu itu ada warga saya yang dana bantuan untuknya
sudah habis, tapi dia masih memerlukan beberapa genteng. Melalui
bendahara Pokja dia akan dikasih bantuan dalam bentuk genteng
yang banyaknya sesuai dengan penghitungan dia. Uang untuk beli
genteng itu diambil dari jatah saya dan begitu pula untuk warga
yang kurang lainnya jika dana di bendahara masih ada.”
(Wawancara, 14 Juni 2010)
Subsidi silang tersebut juga terjadi di Kelurahan Ketelan RT 01
RW 06, jika ada warga penerima bantuan yang masih mempunyai dana
lebih dia akan memberikan sebagian dananya untuk warga penerima dana
bantuan yang masih kurang (Wawancara, 19 Juni 2010). Setelah para
penerima dana bantuan pembangunan atau perbaikan RTLH
mengupayakan swadaya dan mendapat subsidi silang dari warga lainnya
namun tetap merasa kurang puas. Maka mereka dapat mengajukan
permohonan pinjaman. Pinjaman tersebut berasal dari Pemerintah Kota
yang dikelola oleh Badan Layanan Umum Daerah Griya Layah Huni
(BLUD GLH) yang pembayarannya dengan cara mengangsur, seperti yang
dikatakan oleh Bapak Wagiman selaku Ketua Pokja Kelurahan Kratonan
di bawah ini :
“…rumah-rumah yang biayanya kurang akan dipinjami oleh
BLUD GLH, namun itu juga berasal dari Pemkot tapi yang
mengelola BLUD GLH. Dengan catatan warga yang dapat
mengajukan pinjaman adalah warga penerima bantuan RTLH dan
mempunyai usaha atau setidaknya bekerja agar dapat mengangsur
pinjaman tersebut. Waktu itu sudah cair di wilayah saya masing-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
masing rumah mendapatkan 7,5 juta rupiah. Nanti juga akan ada
pinjaman lunak masing-masing KK 7,5 juta rupiah untuk
pembangunan rumah.”
(Wawancara, 15 Juni 2010)
Mengenai janji pinjaman lunak yang disampaikan oleh Bapak
Wagiman tersebut adalah pinjaman lunak yang berasal dari hibah SUF-UN
Habitat yang dikelola oleh BLUD GLH. Pinjaman lunak yang dijanjikan
tersebut belum dirasakan oleh warga. Beberapa Kelurahan yang menjadi
lokasi pengembangan khusus RTLH ini mengalami hal tersebut. Mereka
merasa dulu pernah dijanjikan mendapatkan pinjaman tersebut namun
sampai sekarang belum ada. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh
Bapak Giyanto selaku Ketua Pokja Kelurahan Ketelan RT 03 RW 09,
sebagai berikut:
“Pemerintah masih hutang satu sama saya, yaitu masalah SUF-UN
Habitat. Itu „kan mau membantu dengan dana lunak per KK 5 juta
rupiah, tapi jaminannya ini sampai sekarang 2010 belum cair.
Padahal kalo liat di koran-koran itu sudah cair.” (Wawancara, 14
Juni 2010)
Hal serupa juga disampaikan oleh Bapak Anom selaku Ketua
Pokja Kelurahan Ketelan RT 01 RW 06, sebagai berikut :
“…belum pernah ditawarkan pinjaman dan saya rasa juga kalo
memang pemikiran masyarakat itu sendiri untuk pinjaman, itu
mereka pinjam untuk modal usaha. Dulu tahun 2008 dari SUF-UN
Habitat menjanjikan ada pinjaman lunak, tapi sampai sekarang
belum ada.” (Wawancara, 19 Juni 2010)
Di Kelurahan Setabelan sendiri masyarakat bersama Pokja dan
Kelurahan memutuskan untuk tidak menerima pinjaman. Pinjaman lunak
yang berasal dari SUF-UN Habitat yang dikelola oleh BLUD GLH tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
diketahui disini. Pinjaman itu justru ditawarkan dari Kota Yogyakarta,
seperti yang dikatakan oleh Bapak Warsito selaku Ketua Pokja Kelurahan
Setabelan di bawah ini :
“…jaminan pinjaman dari BLUD GLH? Waktu itu memang kami
pernah ditawarkan pinjaman dari Jogja, World Bank kalo gak
salah…tapi atas musyawarah dengan masyarakat kami
memutuskan untuk tidak menerima pinjaman tersebut. Karena daya
angsur masyarakat disini sangat rendah. Nanti ngutangnya enak,
tapi ngangsurnya kewalahan.”
(Wawancara, 21 Juni 2010)
Dari masalah mengenai pinjaman lunak yang dijanjikan oleh SUF-
UN Habitat ini dapat dilihat bahwa Kelurahan-Kelurahan di lokasi
pengembangan khusus RTLH ini hanya dijanjikan saja, tapi wujud
pinjaman lunak itu belum ada. Lebih ironisnya lagi ada Kelurahan yang
tidak tahu mengenai pinjaman lunak tersebut.
Hambatan-hambatan lainnya yang dapat terjadi contohnya adalah
di Kelurahan Kratonan. Jalan atau akses bagi pengantar bahan bangunan
sangat sempit apalagi pada pagi hari. Oleh karena itu untuk mengatasinya
dengan cara sedikit demi sedikit memasukkan bahan-bahan bangunan ke
dalam wilayah pembangunan atau perbaikan RTLH. Hal ini sesuai dengan
yang dikemukakan oleh Bapak Wagiman selaku Ketua Pokja Kelurhan
Kratonan, sebagai berikut :
“…hambatan yang kedua sewaktu material-material itu dikirim ke
sini. Karena jalan sempit dan dekat dengan sekolah, jadi kalau
pengantaran material dipagi-pagi hari itu pasti padat tidak bisa
masuk. Untuk itu kita memasukkan material sedikit demi sedikit.”
(Wawancara, 15 Juni 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Selain itu cuaca juga dapat menghambat jalannya perbaikan RTLH
ini. Apabila disaat mengerjakan perbaikan rumah terkena hujan terus
menerus maka cor-coran rumah tersebut akan lama keringnya
(Wawancara, 15 Juni 2010). Hal ini dapat menghambat jadwal atau target
1 bulan selesai penggarapan. Hambatan-hambatan lainnya yang mungkin
terjadi dalam memperbaiki RTLH ini sudah diantisipasi waktu pertama
kali mensosialisasikan program ini. Sosialisasi pertama kali itu dilakukan
oleh Bapermas P3AKB bersama Panitia Tingkat Kota lainnya untuk
menjelaskan mengenai program penanganan RTLH dan melakukan
penyuluhan kepada warga agar warga paham mengenai program ini.
Sosialisai yang dilakukan oleh Bapermas bersama Panitia Tingkat Kota
lainnya tidak hanya pada awal penggarapan, tetapi melalui sosialisasi
terus-menerus. Sosialisasi ini berisikan penjelasan mengenai penanganan
RTLH ini program seperti apa dan bagaimana bentuk mekanisme program
penanganan RTLH ini. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Bapak
Wagiman selaku Ketua Pokja Kelurahan Kratonan, sebagai berikut :
“Pertama kali sosialisasi itu didatangi oleh Bapermas P3AKB dan
lintas kota yang tidak hanya sekali datang. Sudah dijelaskan RTLH
itu program seperti apa dan mekanismenya seperti apa sehingga
dapat mengantisipasi hambatan yang bisa terjadi. Contoh masalah
6 rumah sewa yang ada di wilayah saya. Rumah-rumah itu dapat
diperbaiki jika ada perjanjian hitam di atas putih antara yang punya
rumah dengan yang menyewa. Kalo sudah ada perjanjian seperti
itu, maka rumah-rumah itu dapat diperbaiki dan kedua pihak tidak
akan ada kesalah pahaman.” (Wawancara, 15 Juni 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Di dalam melakukan sosialisasi itu juga dijadikan sarana oleh
Bapermas P3AKB bersama Panitia Tingkat Kota dan Pokja masing-
masing untuk memotivasi dan meyakinkan warga bahwa program ini akan
sangat berguna bagi mereka. Program ini dapat menjadikan kondisi rumah
menjadi lebih sehat, rapi, dan teratur yang dapat membuat mereka hidup
sehat. Dengan hidup sehat mereka mendapatkan peluang untuk berusaha
memenuhi kebutuhannya dan meminimalkan kemungkinan terkena
penyakit.
Sosialisasi itu tidak hanya dilakukan pada awal diadakannya
program penanganan RTLH, namun jika sewaktu-waktu didalam
pelaksanaan pembangunan atau perbaikan RTLH ini ada masalah maka
Pokja dan warga melakukan pertemuan untuk membahas masalah yang
ada. Pada umumnya mereka mengadakan pertemuan di setiap bulannya
pada awal minggu. Pertemuan ini tidak hanya membahas masalah
pembangunan atau perbaikan RTLH tapi segala masalah yang ada di setiap
warga di wilayahnya masing-masing. Hal ini sesuai dengan yang
dikatakan oleh Bapak Giyanto selaku Ketua Pokja Kelurahan Ketelan RT
03 RW 09, sebagai berikut :
“Warga disini setiap awal minggu disetiap bulan mengadakan
pertemuan antar warga. Kami semua membahas masalah yang
belakangan terjadi di warga. Jadi bisa dibilang setelah sosialisasi
itu kami selalu membicarakan setiap masalah yang ada, tapi tidak
hanya masalah RTLH.” (Wawancara, 14 Juni 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hal serupa disampaikan oleh Bapak Wagiman selaku Ketua Pokja
Kelurahan Kratonan, sebagai berikut :
“…untuk mengatasi masalah warga disini sudah jadi kebiasaan
kita mbak untuk mengadakan pertemuan tiap bulan di awal
minggu. Yang dibicarakan seputar keluhan warga selama 1 bulan
sebelumnya, baik masalah RTLH, program pemerintah yang lain
maupun masalah-masalah yang lain. Semuanya kita bicarakan
disini.” (Wawancara, 15 Juni 2010)
Namun jika dengan musyawarah untuk menentukan solusi dari
masalah yang terjadi di saat pelaksanaan pembangunan atau perbaikan
RTLH tidak menemukan jalan keluar, maka Pokja dapat meminta bantuan
kepada Bapermas P3AKB, Panitia Tingkat Kota, dan Kelurahan. Hal ini
sesuai dengan yang dikatakan oleh Bapak Warsito selaku Ketua Pokja
Kelurahan Setabelan, sebagai berikut :
“Waktu itu kami sudah mengusahakan untuk bermusyawarah
melakukan pertemuan dengan maksud untuk mencari solusi
masalah kepemilikan tanah di wilayah Pringgading. Namun titik
terang tidak ditemukan untuk masalah itu. Akhirnya pada waktu itu
Bapermas P3AKB dan BPN datang 2 kali bersama Lurah yang
terus memantau.” (Wawancara, 21 Juni 2010)
Di dalam Bapermas P3AKB sendiri khususnya di Bidang
Pemberdayaan Masyarakat untuk meningkatkan motivasi dan pengetahuan
para pegawai tidak ada pelatihan khusus. Terkadang untuk program
penanganan RTLH ini Bapermas P3AKB melakukan kunjungan ke
beberapa Kota atau Kabupaten untuk melihat model-model penanganan
perumahan dan pemukiman serta mengikuti beberapa perlombaan untuk
lebih memotivasi mereka dalam bekerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Bapak Sukendar Tri Cahyo
Kemat selaku Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat, sebagai berikut :
“..kami tidak bisa mengadakan diklat sendiri karena itu wewenang
provinsi untuk menyelenggarakannya. Jadi kami tidak ada
pelatihan khusus, tapi kadang-kadang kami berkunjung ke kota
atau kabupaten lain melihat model-model penangan perumahan
disana dan mengikuti lomba.” (Wawancara, 5 Mei 2010)
Pemberian bantuan sebesar 2 juta rupiah untuk masing-masing
rumah di setiap Kelurahan yang diberikan oleh Bapermas P3AKB
mendapatkan dukungan dari beberapa Panitia Tingkat Kota, Kelurahan,
dan mitra kerja lainnya. Hampir di setiap Kelurahan yang dijadikan
wilayah pengembangan khusus mendapatkan dukungan yang sama dari
beberapa Panitia Tingkat Kota dan mitra kerja lainnya. Adapun daftar
dukungan kegiatan di lokasi pengembangan khusus bantuan RTLH tahun
2006 sampai 2009 sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel: 3.1. Daftar Dukungan Kegiatan di Lokasi Pengembangan Khusus Bantuan RTLH tahun 2006-2009
Sumber : Bapermas P3AKB
NO INSTANSI/LEMBAGA
KELURAHAN
SETABELAN KETELAN
KRATONAN RT 03 RW 09 RT 01 RW 06
1 BPN Sertifikat (Prona) Sertifikat (Swadaya) Sertifikat (Prona) Sertifikat (Prona)
2 BI MCK
3 PDAM Hidran Umum MCK,Hidran Umum MCK,Hidran Umum MCK,Hidran Umum
4 DISNAKER Latihan,Alat Catering Latihan,Alat Catering Latihan,Alat Catering Latihan,Alat Jahit
5 DTK Site Plan,Ragam Bias Site Plan,Ragam Bias Site Plan,Ragam Bias Site Plan,Ragam Bias
6 DPU Fasilitas Umum Fasilitas Umum Fasilitas Umum Fasilitas Umum
7 DKP Taman,PJU Taman,PJU Taman,PJU Taman,PJU
8 BAPERMAS P3AKB RTLH, Pelatihan RTLH, Pelatihan RTLH, Pelatihan RTLH, Pelatihan
9 Kelurahan BRC,DUB,Taman,Listrik BRC,Taman,Listrik
10 PNPM Dapur Komunal
11 BLUD GLH Penjaminan
12 SUF-UN Habitat Profil Profil Profil Profil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hampir seluruh Panitia Tingkat
Kota bersama mitra kerja lainnya memberikan bantuan dalam bentuk yang
sama kepada setiap Kelurahan pada tahun 2006 sampai dengan 2009. Namun
ada beberapa perbedaan seperti bantuan dari BPN dalam bentuk
pensertifikatan tanah dengan swadaya masyarakat hanya terjadi di Kelurahan
Ketelan RT 03 RW 09, sedangkan di dua Kelurahan lainnya dan di Kelurahan
Ketelan RT 01 RW 06 pensertifikatan tanah karena Program Nasional
(Prona) pada waktu itu. Selain itu BI dalam bentuk penyediaan MCK hanya
ada di Kelurahan Setabelan. Untuk Kelurahan Ketelan RT 03 RW 09 dan RT
01 RW 06 serta Kratonan penyediaan MCK berasal dari bantuan PDAM.
Bantuan yang diberikan oleh DISNAKER di ketiga Kelurahan yang
ada sama yaitu pelatihan keterampilan kerja, namun di Kelurahan Ketelan RT
03 RW 09 dan RT 01 RW 06 serta Setabelan mendapatkan bantuan alat
catering sedangkan di Kelurahan Kratonan mendapatkan alat jahit. Bantan
yang diberikan oleh Kelurahan yang berasal dari anggaran Kelurahan masing-
masing adalah berupa BRC, DUB, taman, dan listrik di Kelurahan Setabelan.
Di Kelurahan Ketelan RT 03 RW 09 bantuan yang diberikan oleh
Kelurahannya hampir sama dengan Kelurahan Setabelan hanya di Kelurahan
Ketelan tidak ada DUB, sedangkan di Kelurahan Kratonan dan Kelurahan
Ketelan RT 01 RW 06 sama sekali tidak mendapatkan bantuan dari
Kelurahannya. PNPM dan BLUD GLH memberikan bantuan masing-masing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
berupa dapur komunal dan penjaminan pinjaman hanya di Kelurahan
Kratonan.
D. Pengawasan (controlling)
Supaya program dapat berjalan dengan lancar dan transparan maka
perlu dilakukan pengawasan (controlling) dan evaluasi yang dilakukan secara
efektif dan terpadu. Secara umum tujuan kegiatan ini adalah untuk
meyakinkan bahwa dana bantuan pembangunan atau perbaikan RTLH yang
diberikan oleh Bapermas P3AKB diterima oleh masyarakat yang berhak
dalam jumlah, waktu, cara, dan penggunaan yang tepat.
Bapermas P3AKB memberikan bantuan ini guna masyarakat miskin
Kota Surakarta khususnya yang berumah tak layak huni mendapatkan kondisi
hunian yang lebih baik lagi. Selain itu bantuan yang diberikan itu diharapkan
dapat meningkatkan partisipasi masyarakat. Oleh karena itu, setelah dana
bantuan itu diberikan oleh Bapermas P3AKB untuk selanjutnya yang
mengatur adalah Pokja beserta warga penerima dana bantuan di wilayah
masing-masing. Adapun mekanisme pengawasan dan alur pertanggung
jawaban program penanganan RTLH sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar: 3.4. Mekanisme Pengawasan dan Alur Pertanggung
Jawaban dalam Program Penanganan RTLH
LPJ diterima oleh
Bapermas P3AKB Kota
Surakarta untuk ditinjau
kembali.
Kelurahan merapihkan
laporan yang diberikan
oleh Pokja dan warga
dalam bentuk Laporan
Pertanggung Jawaban
(LPJ).
Pokja bersama warga
membuat laporan selama
pelaksanaan pembangunan
atau perbaikan RTLH di
wilayahnya.
Pokja dan warga sekitar
melakukan pengawasan
jalannya pembangunan
atau perbaikan RTLH di
wilayahnya serta
mengawasi arus keluar
masuknya uang.
Pokja dan Kelurahan
memverifikasi daftar
penerima dana bantuan
pembangunan atau
perbaikan RTLH di
wilayahnya.
Panitia Pembangunan
RTLH Tingkat Kota.
E
V
A
L
U
A
S
I
A
L
U
R
L
P
J
Sumber: Bapermas P3AKB
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dilihat dari gambar di atas pengawasan yang dilakukan pertama kali
adalah memverifikasi daftar nama penerima bantuan yang dilakukan oleh
Pokja dan Kelurahan setempat. Selanjutnya disaat menjalankan
pemabangunan atau perbaikan RTLH itu Pokja bersama warga yang
mengawasi serta mengawasi arus keluar masuknya uang. Selama proses
pengawasan di dalam pelaksanaannya itu Pokja dan warga membuat hasil
pengawasan mereka selama ini untuk selanjutnya diserahkan kepada
Kelurahan. Kelurahan merapihkan laporan tersebut ke dalam satau bentuk
Laporan Pertanggungjawaban (LPJ). LPJ tersebut untuk selanjutnya
diserahkan kepada Bapermas P3AKB Kota Surakarta untuk ditinjau bersama
Panitia Pembangunan RTLH Tingkat Kota. Bersama dengan Panitia RTLH
Tingkat Kota Bapermas P3AKB Kota Surakarta melakukan evaluasi bersama
Pokja dan dihadapan warga setempat.
Dari gambar mekanisme pengawasan dan alur pertanggung jawaban di
dalam program penanganan RTLH ini kita dapat melihat bahwa Bapermas
P3AKB Kota Suarakarta melakukan pengawasan secara tidak langsung dari
laporan-laporan yang diserahkan oleh Pokja melalui Kelurahan wilayah
masing-masing penerima dana bantuan pembangunan atau perbaikan
RTLH.Namun beberapa kali Bapermas P3AKB melakukan peninjauan ke
lapangan atau lokasi pengembangan RTLH. Hal ini sesuai dengan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
disampaikan oleh Bapak Sukendar Tri Cahyo Kemat selaku Kepala Bidang
Pemberdayaan Masyarakat, sebagai berikut :
“Bapermas P3AKB disini melakukan pengawasan, tapi
pengawasannya itu secara tidak langsung. Karena seperti yang saya
bilang tadi bahwa setelah diberikan dana bantuan tersebut, Pokja dan
Kelurahanlah yang mengaturnya. Begitu juga dengan pengawasan.
Untuk secara langsung dilapangan yang mengawasinya adalah mereka
beserta warga sekitar kemudian mereka membuat laporan. Melalui
laporan-laporan itulah kami mengawasinya. Beberapa kali kita juga
melakukan peninjauan ke lokasi. Biasanya pada awal penggarapan,
disaat penggarapan, dan sewaktu tahap finishing.” (Wawancara, 5 Mei
2010)
Hal ini diperkuat oleh pernyataan dari Bapak Warsito selaku Ketua
Pokja Kelurahan Setabelan, sebagai berikut :
“Pengawasannya itu dilakukan bareng-bareng. Pengawasannya
dilakukan sebelum dilaksanakan perbaikan, di saat penggarapan,
tahap-tahap akhir penggarapan atau tahap finishing. Setelah itu jadi,
RT, Lurah, dan masyarakat melihat bentukkannya. Bapermas P3AKB
juga memonitoring selama tahap awal sampai jadinya rumah-rumah
ini.” (Wawancara, 21 Juni 2010)
Dari pernyataan-pernyatan di atas dapat diketahui bahwa pengawasan
secara tidak langsung dilakukan oleh Bapermas P3AKB dalam bentuk
tinjauan. Pengawasan secara langsungnya dilakukan oleh Pokja dan
masyarakat sekitar baik yang menerima dana bantuan maupun masyarakat
yang tidak menerima dana bantuan juga Kelurahan. Pengawasan itu dilakukan
semenjak data penerima dana bantuan pembangunan atau perbaikan RTLH itu
ditetapkan oleh Kepala Bapermas P3AKB. Pokja dan Kelurahan masing-
masing memverifikasi data penerima dana bantuan. Selanjutnya mereka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
melakukan pengawasan selama pelaksanaan pembangunan atau perbaikan
RTLH serta mengawasi penggunaan anggarannya, sesuai dengan yang
dikatakan oleh Bapak Sukendar Tri Cahyo Kemat selaku Kepala Bidang
Pemberdayaan Masyarakat di bawah ini :
“…Pokja dan Kelurahan awalnya memverifikasi kebenaran data
penerima dana bantuan apakah sudah benar atau belum. Maksudnya
apakah para penerima itu benar-benar menempati rumah tak layak
huni. Jangan karena salah satunya kerabat dari Camat atau Lurah maka
dia dimasukkan ke dalam daftar penerima dana bantuan padahal
rumahnya udah bagus. Itu gak boleh dikasih, kasihan yang lain. Terus
mereka mengawasi pelaksanaannya, apakah penggunaan anggarannya
sudah tepat atau belum.” (Wawancara, 5 Mei 2010)
Hal ini diperkuat oleh pernyataan Bapak Giyanto selaku Ketua Pokja
Kelurahan Ketelan RT 03 RW 09, sebagai berikut :
“Setelah dapat bantuan 2 juta per KK itu saya bersama Lurah
mendatangi tiap-tiap rumah warga penerima dana bantuan untuk
mencatat apa saja masalah rumah mereka sekaligus mengecek apa
benar mereka berhak menerima dana bantuan ini? Selanjutnya selama
penggarapan kita mengawasi bareng-bareng setiap hari.”
(Wawancara, 14 Juni 2010)
Setelah melakukan pengawasan data penerima dana bantuan dengan
memverifikasi data, selanjutnya pengawasan dilakukan disaat pelaksanaan
pembangunan atau perbaikan RTLH di wilayah Kelurahan masing-masing. Di
saat pelaksanaan pembangunan atau perbaikan RTLH ini yang dilakukan oleh
Pokja bersama warga penerima dana bantuan dan warga sekitarnya, maka
pengawasan itu dilaksanakan setiap hari. Pokja beserta warga sekitarlah yang
melakukan pengawasan disaat pelaksanaan pembangunan atau perbaikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
RTLH. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Bapak Wagiman selaku
Ketua Pokja Kelurahan Kratonan, sebagai berikut :
“Selama pembangunan itu kita mengawasi terus mbak..baik yang
punya rumah atau warga sekitar. Kita mengawasi bagaimana para
tukang batu dan warga sekitarnya mengerjakan pembangunan.
Bendahara Pokja sendiri mengawasi penggunaan dana, semua dia
catat. Setiap harinya itu membeli apa, harga semuanya berapa.
Disetiap akhir minggu mencatat pembayaran tukang batu selama
seminggu per orang.” (Wawancara, 15 Juni 2010)
Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Bapak Anom selaku
Ketua Pokja Kelurahan Ketelan RT 01 RW 06, sebagai berikut :
“Pengawasan sehari-hari dilakukan oleh warga bareng-bareng di saat
pembangunan. Itu setiap hari dilakukannya untuk semua rumah.
Pokoknya kita melihat jalannya pembangunan rumah-rumah tersebut,
siapa saja dan setiap waktu bisa mengawasi. Misalnya saya baru
pulang kerja, lewat di lokasi penggarapan saya mengamati bagaimana
cara mereka bekerja setelah itu ikut membantu. Warga yang sedang
ikut memperbaiki juga bisa sambil mengawasi. Masalah pemakaian
dana, bendahara Pokja yang mengawasinya dibantu dengan anggota
Pokja lainnya.” (Wawancara, 19 Juni 2010)
Di Kelurahan Ketelan RT 03 RW 09 pengawasannya pada awalnya
sama dengan Kelurahan-Kelurahan di lokasi pengembangan khusus lainnya
yaitu memverifikasi data penerima dana bantuan dan mengawasi pelaksanaan
pembangunan atau perbaikan RTLH. Tapi di Kelurahan ini pengawasannya
dibagi-bagi untuk berapa rumah diawasi oleh satu orang pengawas yang
berasal dari warga penerima dana bantuan dan warga sekitar, sesuai dengan
yang dikatakan oleh Bapak Giyanto selaku Ketua Pokja Kelurahan Ketelan
RT 03 RW 09 di bawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
“Pengawasannya dilakukan oleh masyarakat sendiri dengan cara
menugaskan satu orang pengawas untuk mengawasi jalannya
pembangunan atau perbaikan beberapa rumah warga. Jadi satu orang
itu bisa lebih fokus mengawasi beberapa rumah yang jadi
kewajibannya untuk diawasi. Semua ini dilaksanakan selama masa
pembangunan itu.” (Wawancara, 14 Juni 2010)
Setelah mengawasi selama 1 bulan pelaksanaan pembangunan atau
perbaikan RTLH di wilayah masing-masing, Pokja membuat laporan atas
hasil pengawasannya bersama warga untuk diserahkan ke Kelurahan masing-
masing yang selanjutnya akan diserahkan ke Bapermas P3AKB, sesuai
dengan yang disampaikan oleh Bapak Wagiman selaku Ketua Pokja
Kelurahan Kratonan di bawah ini :
“LPJ akan dibuat setelah pembangunan mencapai batas waktu 1 bulan.
Dari setiap hari pembangunan yang diawasi oleh Pokja beserta
masyarakat dicatat dan dikumpulkan langsung ke Kelurahan. Setelah
itu Kelurahan melihat dan memeriksa terus diberikan kepada
Bapermas P3AKB. Namun selama 1 bulan itu belum tentu semua
rumah sudah selesai diperbaiki, tapi karena ketetapan dari Bapermas
P3AKB untuk menyelesaikan semua dalam waktu 1 bulan jadi kita
menyerahkan laporan yang selama 1 bulan itu. Jadi untuk selanjutnya
jika ada rumah yang masih belum selesai kami tetap melakukan
pembangunan dan pengawasan.” (Wawancara, 21 Juni 2010)
Hal ini diperkuat oleh Bapak Sukendar Tri Cahyo Kemat selaku
Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat, sebagai berikut :
“…setelah Pokja dan masyarakat melakukan pengawasan, mereka
membuat LPJ yang diserahkan kepada Kelurahan setempat yang
selanjutnya akan dibawa ke sini. LPJ itu berisikan kegiatan
pembangunan selama 1 bulan. Tapi pada kenyataannya di lapangan
mungkin masih ada beberapa rumah yang selama 1 bulan itu belum
sepenuhnya beres. Namun kita tetap meminta laporan yang selama 1
bulan itu. Untuk rumah-rumah yang masih belum beres itu tetap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dilakukan pengawasan oleh Pokja dan warga sekitar sampai benar-
benar selesai. Tapi rata-rata dalam 1 bulan mereka beres.”
(Wawancara, 5 Mei 2010)
Dari pernyatan-pernyatan di atas kita dapat mengetahui bahwa
Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) harus diserahkan setelah 1 bulan
pembangunan atau perbaikan RTLH di setiap Kelurahan. LPJ tersebut
diserahkan pertama kali dari Pokja masing-masing kepada Kelurahan
setempat dan selanjutnya diserahkan kepada Bapermas P3AKB. Selama 1
bulan pembangunan atau perbaikan RTLH itu belum tentu semua rumah dapat
selesai diperbaiki sehingga Pokja dan warga sekitar tetap harus melakukan
perbaikan atau pembangunan dan pengawasan sampai semua RTLH di
wilayahnya selesai diperbaiki. Namun LPJ yang diberikan kepada Bapermas
tetap laporan pembangunan selama 1 bulan pembangunan dan harus
diserahkan tepat pada waktunya.
Pengawasan di Kelurahan Ketelan RT 03 RW 09 yang dilakukan
dengan cara membagi-bagi beberapa rumah yang sedang diperbaiki diawasi
oleh seorang pengawas yang berasal dari warga sekitar itu sendiri sedikit
berbeda alur penyerahan LPJnya. Masing-masing pengawas membuat laporan
beberapa rumah yang mereka awasi. Dari laporan-laporan itu dikumpulkan
kepada Pokja, setelah itu Pokja menggabungkannya menjadi satu dalam
bentuk proposal LPJ yang akan diserahkan kepada Kelurahan Ketelan.
Selanjutnya dari Kelurahan Ketelan diserahkan kepada Bapermas P3AKB,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sesuai dengan yang disampaikan oleh Bapak Giyanto selaku Ketua Pokja
Kelurahan Ketelan RT 03 RW 09 di bawah ini :
“…dari beberapa pengawas yang mengawasi penggarapan beberapa
rumah, mereka membuat laporan masing-masing yang nantinya
semuanya dikumpulkan ke saya. Semua laporan-laporan itu saya
periksa dan sempurnakan jadi satu. Setelah saya jadikan satu dalam
bentuk proposal LPJ, saya berikan ke Kelurahan. Dari Kelurahan nanti
diberikan lagi ke Bapermas P3AKB.”
(Wawancara, 14 Juni 2010)
LPJ yang diserahkan kepada Bapermas P3AKB tersebut kurang
lebih berisikan tentang laporan keuangan, kwitansi-kwitansi pembelian
barang, absensi tukang batu dan pembayarannya, sejauh mana pembangunan
itu selesai serta gambar-gambar dari lokasi pembangunan atau perbaikan
RTLH di Kelurahan masing-masing. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan
oleh Bapak Giyanto selaku Ketua Pokja Kelurahan Ketelan RT 03 RW 09,
sebagai berikut :
“Laporan tersebut isinya laporan keuangan yaitu pencairan yang dari
pemerintah dan swadaya dari masyarakat beserta tanggal-tanggal
pembelian bahan bangunan dan jumlahnya, fotokopi kwitansi-kwitansi
pembelian bahan bangunan, dan absen para tukang batu. Disitu ada
nama, tanggal, paraf, jumlah hari, dan jumlah keseluruhan gaji mereka
per minggu. Kurang lebih sepertii itu proposalnya, mbak..”
(Wawancara, 14 Juni 2010)
Hal di atas sesuai dengan yang dikatakan oleh Bapak Warsito selaku
Ketua Pokja Kelurahan Setabelan, sebagai berikut :
“Di LPJ itu ada kwitansi-kwitansi pembelian material, absensi para
tukang batu di lokasi penggarapan, laporan keuangan, keluar
masuknya uang, berapa persen penggarapan yang dirasa sudah selesai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
juga ada gambar-gambar rumah disini yang sedang diperbaiki yang
saya cantumkan di dalam LPJ.”
(Wawancara, 21 Juni 2010)
Di dalam pertanggung jawabannya ini Pokja mempertanggung
jawabkannya bukan hanya kepada Bapermas P3AKB saja, tapi juga kepada
masyarakat setempat terutama warga penerima dana bantuan pembangunan
atau perbaikan RTLH di wilayah masing-masing. Oleh karena itu ada dua
laporan pertanggungjawaban yang mereka buat, namun format isinya sama
seperti yang diserahkan kepada Bapermas P3AKB. Tetapi untuk
dipertanggungjawabkan ke masyarakat itu sesuai dengan apa yang terjadi di
lapangan, sedangkan LPJ yang diberikan kepada Bapermas P3AKB sesuai
dengan prosedur yang sudah ditetapkan oleh Bapermas P3AKB. Hal ini sesuai
dengan yang dikatakan oleh Bapak Wagiman selaku Ketua Pokja Kelurahan
Kratonan, sebagai berikut :
“…setelah menjalankan perbaikan rumah selama 1 bulan itu kita
membuat laporan. Laporan itu diserahkan ke Bapermas P3AKB
melalui Kelurahan. Isinya tentang pelaksanaan perbaikan rumah-
rumah disini selama 1 bulan. Selain itu juga ada laporan yang harus
diserahkan kepada warga. Sebenarnya kedua laporan ini sama, ada
catatan keluar masuknya uang, pembayaran tukang batu, dan lain-lain.
Tapi yang diberikan ke Bapermas P3AKB itu harus sesuai dengan
prosedur yang diberikan kepada kita. Contohnya dari Bapermas
P3AKB telah ditetapkan gaji tukang batu per hari itu 35 ribu rupiah
per orang, namun pada kenyataannya tukang batu itu dibayar 40 ribu
per orang setiap harinya. Yang kenyataannya itulah yang
dipertanggungjawabkan ke warga.”
(Wawancara, 15 Juni 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hal senada disampaikan oleh Bapak Giyanto selaku Ketua
Pokja Kelurahan Ketelan RT 03 RW 09, sebagai berikut :
“…kita tanggungjawabnya bukan hanya kepada Bapermas
P3AKB atau pemerintah saja, mbak…yang lebih penting itu
tanggungjawab sesuai dengan kenyataan selama 1 bulan
pembangunan kepada warga sekitar. Terutama warga penerima
dana bantuan ini. Tanggungjawab ke Bapermas P3AKB harus
dikumpulkan selama 1 bulan sesuai dengan masa renovasi
yang ditetapkan. Isinya ya laporan selama penggarapan 1 bulan
itu. Tapi „kan tidak semua rumah benar-benar selesai dalam 1
bulan, jadi kita masih jalankan pembangunan dan pengawasan
bersama. Oleh sebab itu dilaporan untuk Bapermas P3AKB
disebutkan berapa persen penyelesaiannya. Selanjutnya
pembangunan dan pengawasan tetap kita jalankan sampai
selesai dan tetap dipertanggungjawabkan ke warga.”
(Wawancara, 19 Juni 2010)
Di dalam waktu pembangunan atau perbaikan RTLH itu
sampai dengan pengawasan diadakanlah evaluasi di setiap akhir
minggunya. Evaluasi ini dilakukan oleh Pokja dihadapan masyarakat
yang membahas tentang satu minggu kebelakang masa pembangunan
atau perbaikan RTLH di wilayahnya masing-masing. Begitu juga
dengan Bapermas P3AKB yang ikut serta dalam evaluasi tersebut. Hal
ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Bapak Sukendar Tri Cahyo
Kemat selaku Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat, sebagai
berikut :
“Iya mbak, evaluasi itu „kan penting. Setiap akhir pekan itu
kita melakukan evaluasi. Evaluasi itu dilakukan bersama
dengan Pokja setempat yang disaksikan oleh masyarakat
setempat juga. Di saat evaluasi itu kita membahas apa saja
sekiranya yang masih kurang di dalam pelaksanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pembangunan rumah tersebut selama satu minggu
kebelakangan itu.” (Wawancara, 5 Mei 2010)
Hal ini diperkuat oleh Bapak Anom selaku Ketua Pokja
Kelurahan Ketelan RT 01 RW 06, sebagai berikut :
“…selama 1 bulan itu kita yang mengerjakan dan mengawasi
jalannya pembangunan rumah-rumah disini. Selama 1 bulan itu
juga disetiap akhir minggu kita mengevaluasi semuanya
selama satu minggu terakhir. Evaluasi itu bukan saja dilakukan
oleh Pokja dan warga Ketelan sini, tapi juga ada Bapermas
P3AKB yang datang.”
(Wawancara, 19 Juni 2010)
Hambatan yang dirasakan oleh Bapermas P3AKB sewaktu
melaksanakan pengawasan dalam bentuk peninjauan ini adalah disaat
laporan-laporan pertanggungjawaban Pokja masing-masing Kelurahan
terlambat diserahkan kepada Bapermas P3AKB. Upaya yang
dilakukan oleh Bapermas P3AKB untuk mengatasi hambatan seperti
ini adalah dengan cara mendatangi Pokja tersebut untuk segera
menyerahkan LPJ mereka masing-masing. Hal ini sesuai dengan yang
disampaikan oleh Bapak Sukendar Tri Cahyo Kemat selaku Kepala
Bidang Pemberdayaan Masyarakat, sebagai berikut :
“Hambatannya pada waktu disaat sudah sampai 1 bulan,
seharusnya Kelurahan menyerahkan LPJ yang berasal dari
Pokja kepada kami. Tapi terkadang diantara mereka ada yang
telat memberikannya kepada kami. Untuk mengatasi hal ini
saya menyuruh pegawai disini khusunya pegawai Bidang
Pemberdayaan Masyarakat untuk menagih terus-menerus LPJ
ittu kepada mereka.” (Wawancara, 5 Mei 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hambatan di dalam pengawasan ini juga terjadi di Kelurahan
Ketelan RT 03 RW 09. Di saat para pengawas itu mengawasi beberapa
rumah bagian yang ditugaskan kepada mereka untuk diawasi,
terkadang pemilik rumah membandingkan keadaan rumah lain yang
juga sedang diperbaiki namun tidak diawasi dengan pengawas yang
sama dengan dia. Sehingga para pengawas tersebut harus meyakinkan
lagi kepada mereka bahwa semua sudah ada tahapannya dan masing-
masing rumah itu mempunyai masalah yang berbeda-beda. Hal ini
sesuai dengan yang dikatakan oleh Bapak Giyanto selaku Ketua Pokja
Kelurahan Ketelan RT 03 RW 09, sebagai berikut :
“Ada mbak, sewaktu pengawasan itu ada hambatannya.
Contohnya disaat saya mengawasi rumah-rumah yang ada
disini waktu itu dan pengawas-pengawas lain mengawasi
rumah yang lain. Rumah yang saya awasi baru dibenahi
gentengnya, sedangkan di depan gang sana pintu dan jendela
sudah diperbaiki dan bagus. Pemilik rumah yang saya awasi ini
bertanya terus ke saya, kok rumah saya belum dibenahi
pintunya? Akhirnya lagi-lagi saya harus meyakininya kalo
semua rumah itu mempunyai keluhan yang berbeda, jadi
mengatasinya berbeda. Lagipula semua akan mendapatkan
seperti yang mereka inginkan, toh kalopun kurang mereka
harus swadaya sendiri.” (Wawancara, 14 Juni 2010)
Selama pelaksanaan pembangunan atau perbaikan RTLH dari tahun
2006 sampai dengan tahun 2009 telah terehab sebanyak 4.225 RTLH yang
menyebar diseluruh kota Surakarta. tabel jumlah RTLH yang sudah
direhabilitasi per Kecamatan menurut Kecamatan Kota Surakarta tahun 2006-
2009 di bawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel: 3.1. Jumlah RTLH yang Sudah Direhabilitasi Per Kecamatan
Kota Surakarta Tahun 2006-2009
Sumber : Bapermas P3AKB Kota Surakarta
Bisa dilihat dari tabel di atas bahwa sebanyak 225 RTLH sudah
diperbaiki pada tahun 2006 yang masing-masing rumah diberikan dana
bantuan sebesar 1,5 juta rupiah, kemudian pada tahun 2007 atas telaah
pelaksanaan tahun sebelumnya DPRD Kota Surakarta ditetapkan sebanyak
1.000 RTLH yang masing-masing rumah diberikan bantuan sebesar 2 juta
rupiah dan sudah diperbaiki. Pada tahun 2008 dan 2009 memiliki jumlah
RTLH yang sudah diperbaiki sama banyaknya dan diberikan bantuan sama
besarnya yaitu masing-masing rumah diberikan 2 juta rupiah.
DATA 2006REHAB
2006
REHAB
2007
REHAB
2008
REHAB
2009
1 LAWEYAN 819 16 128 188 186
2 SERENGAN 530 14 82 121 157
3 PASAR KLIWON 2,115 85 322 476 448
4 JEBRES 1,447 56 221 325 323
5 BANJARSARI 1,701 54 247 390 386
KOTA SURAKARTA 6,612 225 1,000 1,500 1,500
KELUARGA DENGAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI
NO KECAMATAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Perencanaan (planning)
Program penanganan RTLH di Kota Surakarta dilaksanakan melalui
pemberian dana bantuan pembangunan atau perbaikan RTLH sebagai
stimulant atau dorongan untuk masyarakat agar ikut berpartisipasi dalam
rangka mewujudkan lingkungan pemukiman yang bersih, sehat, dan
indah. Tahap awal Perencanaan program ini adalah pendataan PMKS
langsung ke masyarakat Kota Surakarta oleh Bapermas P3AKB Kota
Surakarta dan Dinas Sosial Kota Surakarta serta Kader KB di setiap RT
pada tahun 2006. Keluarga berumah tidak layak huni merupakan salah
satu dari 27 indikator PMKS. Sehingga diperolehlah data sebanyak 6.612
RTLH menyebar diseluruh Kota Surakarta. Selama proses pendataan
tersebut Bapermas P3AKB juga mendengarkan keluh kesah dan
mensosialisasikan program ini kepada masyarakat. Dari data tersebut
diserahkan kepada Walikota dan melalui mekanisme penganggaran
diajukan kepada DPRD Kota Surakarta. DPRD Kota Surakarta melalui
perencanaan anggaran menetapkan anggaran tersebut dalam APBD Kota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
di setiap tahunnya mulai dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010.
Setelah itu, Bapermas P3AKB Bapermas P3AKB Kota Surakarta
melakukan kegiatan program yaitu penyuluhan dan pengawasan kualitas
lingkungan sehat perumahan melalui sosialisasi bagi calon penerima dana
bantuan perumahan tak layak huni disetiap tahunnya dan di lima
Kecamatan 51 Kelurahan se Kota Surakarta. Pada tahun 2009 dilakukan
sosialisasi bagi calon penerima dana bantuan perumahan tidak layak huni
sebanyakk 1.500 orang dengan anggaran Rp 91.700.000,- dapat
direalisasikan sebesar Rp 81.505.000,- dengan realisasi keuangan 88,9%
namun realisasi fisik sudah mencapai 100% (Sumber: Bapermas P3AKB).
Selanjutnya mempersiapkan kelengkapan timnya untuk mengumpulkan
data secara real di lokasi pengembangan RTLH. Lokasi pengembangan
RTLH di seluruh Kecamatan dan di setiap Kelurahan di Kota Surakarta.
Namun ada lokasi pengembangan khusus RTLH yang lebih diutamakan
diberikan bantuan karena mereka RTLH yang mengelompok. Hal ini
untuk mempermudah memberikan dana batuan RTLH oleh Bapermas
P3AKB. Lokasi itu antara lain di Kelurahan Ketelan RT 03 RW 09, RT 01
RW 06, dan RT 04 RW 02. Di Kelurahan Setabelan RT 04 RW 09 serta
Kelurahan Kratonan RT 01 RW 06. Selain itu, lokasi pengembangan
RTLH menyebar di seluruh kota. Dana bantuan yang digunakan untuk
program ini murni dari APBD Kota disesuaikan semampunya untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mengerjakan RTLH sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2010.
Sehingga masalah dana jadi hambatan dalam perencanaan program ini.
Selain itu kondisi eksisting rumah tersebut dan masalah masyarakat yang
menyewa rumah atau magersari. Namun hambatan-hambatan tersebut
dapat diupayakan oleh Bapermas P3AKB dengan cara masyarakat dapat
memanfaatkan pinjaman lunak dari SUF-UN Habitat yang dikelola oleh
BLUD GLH untuk penjamin pinjaman. Memprogramkan Rumah Susun
Sewa (Rusunawa) di Semanggi, serta sedang dipersiapkan pembangunan
pasar yang di atasnya dijadikan tempat tinggal bekerjasama dengan SUF-
UN Habitat. Selain itu Bapermas P3AKB mengusahakan untuk lebih
selektif dalam menseleksi RTLH di Kota Surakarta.
2. Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian dalam program ini dilakukan oleh Bapermas P3AKB
selaku koordinator dalam program ini. Kepanitiaan dalam program ini
terdiri dari :
a) Panitia Pembangunan RTLH Tingkat Kota
Meliputi beberapa instansi pemerintah yang terkait dimana Bapermas
P3AKB termasuk di dalamnya serta Forum LPMK dan LSM.
Kepanitiaan ini ditetapkan oleh SK Kepala Bapermas P3AKB.
b) Panitia Pembangunan RTLH Tingkat Kelurahan
Kepanitiaan ini juga ditetapkan oleh SK Kepala Bapermas P3AKB.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c) Kelompok Kerja (Pokja) Penerima Bantuan Pembangunan/Perbaikan
RTLH
Kepanitiaan ini ditetapkan oleh SK Kepala Bapermas P3AKB atas
usulan Lurah dan hasil musyawarah masyarakat penerima dana
bantuan.
Di dalam Bapermas P3AKB sendiri yang menangani program ini adalah
Bidang Pemberdayaan Masyarakat. Sub Bidang Sarana dan Prasarana
yang lebih berperan untuk menyediakan peralatan-peralatan untuk
program ini. Selain melaksanakan tugasnya masing-masing, setiap panitia
juga memberikan dukungan dan bantuan untuk masyarakat. Dari Pokja
sendiri adalah dalam bentuk partisipasi masyarakat penerima dana
bantuan. Hambatan dalam pengorganisasian disaat Panitia Pembangunan
RTLH Tingkat Kota mempunyai kesibukkan masing-masing sehingga
tidak mungkin diadakan rapat secara formal. Untuk itu rapat lebih sering
dilakukan secara langsung di lokasi pengembangan RTLH atau on the
spot.
3. Penggerakkan (actuating)
Penggerakkan untuk pengajuan bantuan dalam program ini berawal dari
Pokja setempat yang mencatat warga penerima dana bantuan sesuai
dengan criteria yang telah ditetapkan. Selanjutnya diserahkan Panitia
Pembangunan RTLH Tingkat Kelurahan untuk menginventarisasi RTLH
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
di wilayahnya sesuai dengan syarat yang ditetapkan dan hasilnya
diusulkan kepada Kelurahan. Kelurahan membuat proposal usulan calon
nama penerima dana bantuan. Diserahkan kepada Kepala Bapermas
P3AKB untuk ditetapkan nama-nama penerima dana bantuan yang dikaji
oleh Panitia Pembangunan RTLH Tingkat Kota. Selanjutnya diserahkan
kembali kepada Kelurahan untuk diberitahukan kepada penerima dan
diserahkan ke Pokja setempat. Setelah Bapermas P3AKB mendapatkan
anggaran dari DPRD, maka anggaran tersebut melalui DPPKAD
diserahkan langsung kepada Pokja setempat untuk dikelola bersama warga
dan diberikan kepada warga penerima dana bantuan. Hal ini dilakukan
oleh Bapermas P3AKB untuk meningkatkan partisipasi dan melatih
kemandirian masyarakat penerima dana bantuan. Di dalam Bapermas
P3AKB sendiri untuk meningkatkan motivasi para pegawai tidak ada
pelatihan khusus. Namun untuk menambah pengetahuan tentang penataan
perumahan mereka melakukan kunjungan ke Kabupaten atau Kota lain
melihat model penanganan perumahan dan pemukiman serta mengikuti
beberapa lomba. Hambatan dalam melaksanakan pembangunan RTLH
paling utama adalah masalah dana yang kurang yang dikeluhkan hampir
semua Pokja begitu juga Bapermas P3AKB. Selain itu akses menuju
lokasi pengembangan RTLH yang sempit dan cuaca yang terkadang tidak
mendukung. Beberapa Pokja juga mengeluhkan masalah pinjaman lunak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dari SUF-UN Habitat yang sampai saat ini belum dirasakan oleh mereka,
tapi di media cetak maupun elektronik dikatakan dana tersebut sudah
dicairkan.
4. Pengawasan (controlling)
Di dalam pengawasan program ini karena setelah bantuan diberikan oleh
Bapermas P3AKB kepada Pokja dan warga penerima maka yang
melakukan pengawasan secara langsung adalah Pokja bersama warga
setempat. Bapermas P3AKB melakukan pengawasan tidak langsung
dengan meninjau melalui laporan disetiap akhir pembangunan RTLH di
setiap Kelurahan yang rata-rata diberikan waktu pengerjaan satu bulan dan
beberapa kali melakukan tinjauan ke lapangan. Selanjutnya Pokja
memverifikasi data penerima dana bantuan dan bersama warga mengawasi
jalannya pembangunan RTLH serta penggunaan anggarannya. Dari hasil
pengawasan mereka selama satu bulan itu diberikan kepada Kelurahan
yang selanjutnya diserahkan kepada Bapermas P3AKB. Evaluasi di setiap
akhir pekan dilakukan oleh Pokja setempat dan Bapermas P3AKB
bersama warga setempat. Hambatan dalam pengawasan yang dirasakan
oleh Bapermas P3AKB adalah disaat laporan-laporan
pertanggungjawaban terlambat diserahkan oleh Kelurahan sehingga dari
Bapermas P3AKB memerintahkan salah seorang pegawainya untuk
menagih laporan tersebut ke Pokja atau Kelurahan setempat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Saran
Sejumlah saran yang dapat disampaikan sehubungan dengan
manajemen program penanganan RTLH oleh Bapermas P3AKB Kota
Surakarta, antara lain adalah :
1. Mengingat masih adanya beberapa warga yang langsung datang dengan
sendirinya ke Bapermas P3AKB dengan membawa proposal pengajuan
permohonan dana bantuan tanpa melalui mekanisme pengajuan yang
sudah ditetapkan, Bapermas P3AKB harus mensosialisasikan lagi
mengenai persyaratan dan mekanisme pengajuan dana bantuan
pembangunan atau perbaikan RTLH kepada masyarakat Kota Surakarta.
Sosialisasi ini juga dapat dilakukan dengan memasang papan
pengumuman yang berisikan persyaratan dan mekanisme tersebut di setiap
Kantor Kelurahan yang ada di Kota Surakarta.
2. Kendala batas waktu yang hanya 1 bulan diberikan oleh Bapermas
P3AKB untuk pelaksanaan pembangunan atau perbaikan RTLH ada
kalanya tidak dapat tercapai karena Pokja dan warga sekitar sebagian dari
mereka memiliki pekerjaan sebagai mata pencaharian. Bapermas P3AKB
Kota Surakarta harus mempertimbangkan lagi masalah waktu
pembangunan atau perbaikan RTLH yang dapat dijadikan 2 bulan
misalnya agar semua pembangunan atau perbaikan RTLH di setiap
Kelurahan dapat lebih terselesaikan secara maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Untuk masalah pinjaman lunak yang berasal dari hibah SUF-UN Habitat
yang belum dirasakan warga sampai saat ini padahal di media cetak dan
elektronik dikatakan sudah dicairkan, Bapermas P3AKB harus dapat
menjelaskan secara lebih transparan langsung kepada warga khususnya
warga penerima dana bantuan RTLH yang sudah dijanjikan dana
pinjaman tersebut bukan hanya pada Ketua Pokja. Hal ini dapat dilakukan
dengan mengadakan pertemuan antara Bapermas P3AKB bahkan
mengajak SUF-UN Habitat beserta Pokja dan warga penerima dana
bantuan untuk mengungkapkan masalah-masalah apa saja yang
sebenarnya terjadi sehingga mengakibatkan kesalah pahaman seperti ini
kepada warga hingga mereka paham dan dapat mengajak mereka untuk
membantu mencari solusi bersama. Dengan begitu komunikasi dua arah
akan terjalin dengan baik.
4. Mengingat ada salah seorang Ketua Pokja yang tidak mengetahui
keberadaan dan fungsi BLUD GLH selama program penanganan RTLH
ini. Bapermas P3AKB disaat mensosialisasikan program penanganan
RTLH harus mensosialisasikan pula keberadaan dan fungsi BLUD GLH
kepada masyarakat khususnya warga penerima dana bantuan RTLH.
Dengan cara menampilkan profil selengkapnya tentang BLUD GLH.
5. Bapermas P3AKB tidak ada pelatihan khusus untuk menangani RTLH.
Oleh karena itu, Pemerintah Kota Surakarta harus melaksanakan pelatihan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
khusus mengenai penanganan RTLH atau perumahan dan pemukiman
agar pegawai Bapermas P3AKB dapat melaksanakan penanganan RTLH
dengan lebih baik lagi. Sehingga pihak Bapermas P3AKB dapat
menangani segala masalah perumahan dan pemukiman secara cepat di
Kota Surakarta serta untuk meningkatkan kualitas pegawai Bapermas
P3AKB Kota Surakarta,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR PUSTAKA
Brantas. 2009. Dasar-Dasar Manajemen. Bandung : Alfabeta
H. Malayu S.P. Hasibuan. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia (Edisi Revisi).
Jakarta : Bumi Aksara
H.B. Siswanto. 2006. Pengantar Manajemen. Jakarta : Bumi Aksara
H.B. Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif, Dasar Teori dan Terapannya
dalam Penelitian. Surakarta : UNS Press
Iwan Purwanto. 2008. Manajemen Strategi. Bandung : Yrama Widya
Lexy J. Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung :
Remaja Rosdakarya
Monang Sitorus. 2009. Jurnal Spirit Publik Vol. 5 No. 2 Pengaruh Kepemimpinan
Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Surat Ijin Usaha Perdagangan
(Studi Pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan) hal. 175-
184. Surakarta : UNS.
Pandji Anoraga. 1997. Manajemen Bisnis. Jakarta : Rineka Cipta
Randy R. Wrihatnolo dan Riant Nugroho Dwidjowijoto. 2007. Manajemen
Pemberdayaan Sebuah Pengantar dan Panduan untuk Pemberdayaan
Masyarakat. Jakarta : Elex Media Komputindo Gramedia
Sondang P. Siagian. 2005. Fungsi-Fungsi Manajerial (Edisi Revisi). Jakarta : Bumi
Aksara
T. Hani Handoko. 2003. Manajemen (Edisi 2). Yogyakarta : BPFE
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Ulber Silalahi. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung : Refika Aditama
W.J.S. Poerwadarminta. 2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga).
Jakarta : Balai Pustaka
Y. Slamet. 2006. Metode Penelitian Sosial. Surakarta : UNS Press
Sumber-Sumber dari Internet:
Antara News. 2009. Gizi Buruk di Solo Cenderung Menurun
http://www.antarajateng.com/detail/index.php?id=15807 diakses pada tanggal
3 Maret 2010 pukul 13.57 WIB
Badan Pusat Statistik. 2009. Data Strategis BPS
http://www.bps.go.id/download_file/data_strategis.pdf diakses pada tanggal 8
Maret 2010 pukul 18.20 WIB
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. 2009. Berita Resmi Statistik
http://jateng.bps.go.id/offrel/brs_kemiskinan_0903_33.pdf diakses pada
tanggal 8 Maret 2010 pukul 18.47 WIB
D. T. Saraswati. 2004. Analisis Kebijakan Penataan Kawasan Permukiman Kumuh
Perkotaan di D.K.I. Jakarta (Studi Kasus Kelurahan Kapuk, Kecamatan
Cengkareng, Kotamadya Jakarta Barat)
http://www.digilib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-71989.pdf diakses pada
tanggal 2 Maret 2010 pukul 11.18 WIB
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM Nomor 1 Tahun I. 2006. Penelitian Dampak
Keberadaan Pasar Modern (Supermarket dan Hypermarket) Terhadap Usaha
Ritel Koperasi/Waserda dan Pasar Tradisional.
http://www.smecda.com/kajian/files/jurnal/Hal_85.pdf diakses pada tanggal
16 Maret 2010 pukul 15.38 WIB.
Konsorsium Solo. 2009. APBD 2010 Pro Rakyat.
http://konsorsiumsolo.multiply.com/journal diakses pada tanggal 20 Januari
2010 pukul 11.22 WIB
Murtanti Jani Rahayu. 2007. Strategi Perencanaan Pembangunan Permukiman
Kumuh (Kasus Pemukiman Bantaran Sungai Bengawan Solo, Kelurahan
Pucangsawit, Surakarta
http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/gem/article/viewPDFInterstitial/1
7589/17503 diakses pada tanggal 2 Maret 2010 pukul 11.33
Pratiwi Ari Hendrawati. 2008. Hubungan Antara Partisipasi Pengawas Menelan
Obat (PMO) Keluarga dengan Sikap Penderita Tuberkulosis Paru di Wilayah
Kerja Puskesmas Banyuanyar Surakarta
http://etd.eprints.ums.ac.id/2731/1/J210040054.pdf diakses pada tanggal 3
Maret 2010 pukul 14.18 WIB
Proquest Educational Journal. Carol Ruslaw, winter 2009, vol 38, issue 4, page 38
(www.proquest.com)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Proquest Educational Journal. Pan Suk Kim, winter 2009, vol 38, issue 4, page 1
(www.proquest.com)
Sumber-Sumber Lain:
Daftar Penerima Bantuan RTLH Tahun 2006-2009 .
Jumlah Penduduk Miskin Kota Surakarta Menurut Kecamatan Tahun 2007.
Peraturan Walikota Surakarta NO. 17-A Tahun 2009 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Pemberian Bantuan Pembangunan/Perbaikan Rumah Tak Layak Huni Bagi
Masyarakat Miskin Kota Surakarta.
UU No. 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman.
UU No 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user