perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISASI ......karakterisasi cacing tanah dan sifat...
Transcript of perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISASI ......karakterisasi cacing tanah dan sifat...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KARAKTERISASI CACING TANAH DAN SIFAT FISIKA TANAH
PENENTU FUNGSI HIDROLOGIS PADA BERBAGAI JENIS
PENGGUNAAN LAHAN DI SUB DAS SAMIN HULU
SKRIPSI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh derajat sarjana S1 pertanian
di Fakultas pertanian Universitas Sebelas Maret
Disusun oleh :
JOKO MARYONO
H 0205044
PROGRAM STUDI ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
KARAKTERISASI CACING TANAH DAN SIFAT FISIKA TANAH
PENENTU FUNGSI HIDROLOGIS PADA BERBAGAI JENIS
PENGGUNAAN LAHAN DI SUB DAS SAMIN HULU
yang dipersiapkan dan disusun oleh :
JOKO MARYONO
H 0205044
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada tanggal : Oktober 2012
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Tim Penguji
Ketua Anggota I Anggota II
Ir. Sumarno, MS. NIP. 19540518198505 1 002
Dr. Ir. Widyatmani Sih Dewi, MP NIP. 19631123198703 2 002
Ir. Suryono, MP. NIP. 19580316 198503 1 006
Surakarta, Oktober 2012
Mengetahui,
Universitas Sebelas Maret
Fakultas Pertanian
Dekan
Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS. NIP. 19560225 198601 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penelitian dan penyusunan skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik. Penelitian dan penyusunan skripsi ini dapat terlaksana,
tidak terlepas dari bantuan berbagi pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Pertanian UNS Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS.,
2. Ir. Sumarno, MS., sebagai pembimbing utama atas segala ilmu, bimbingan,
arahan, kesabaran, keikhlasan, dan keramahan beliau, sehingga penulis dapat
termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Dr. Ir. Widyatmani Sih Dewi, MP., sebagai pembimbing pendamping I atas
segala bimbingan dan ilmu yang ditularkan kepada penulis, sifat sabar,
bijak, santun, intelektual, dan religius beliau yang tidak dapat penulis
lupakan.
4. Ir. Suryono, MP., sebagai pembimbing pendamping II, terima kasih atas
ilmu, saran dan masukan yang diberikan selama penyusunan skripsi .
5. Drs. Joko Winarno Msi., sebagai pembimbing akademik atas arahan,
bimbingan, dan nasehat bapak, sehingga penulis senantiasa termotivasi dan
optimis dalam menyelesaikan skripsi ini,
6. Bapak, Ibu, kakak2ku, Keluarga besarku, atas segala kasih sayang,
perhatian, inspirasi dan motivasi yang diberikan untukku.
7. Tim “LAWU” : Lady, Sistha dan Ahmad Ari terima kasih untuk
kerjasamanya selama ini, tak ada kata selain maaf dari penulis apabila
selama perjuangan kita bersama banyak kesalahan, kekurangan, dan
kekhilafan yang penulis lakukan.
8. Saudara-saudara seperjuangan (Joko Widodo, B’genk, Ari, Rian Tiarno),
atas segala kasih sayang, perhatian, semangat, dan motivasi serta dorongan
untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Keluarga besar MIT’05 (TANPA TERKECUALI) atas kekompakan,
kekeluargaan, kasih sayang, dan perhatian, yang diberikan selama ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
10. Keluarga MATANEM atas bantuan, dorongan, serta semangat yang teman-
teman berikan kepada saya selama ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas bantuan
dan dorongan serta pengorbanan yang tidak ringan dari awal hingga
terwujudnya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi tidak lepas dari kekurangan,
untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya. Amin.
Surakarta, Oktober 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ..................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. ix
RINGKASAN ............................................................................................ x
ABSTRACT ............................................................................................... xi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 3
D. Kerangka Berpikir .......................................................................... 3
E. Manfaat Penelitian ......................................................................... 3
II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 4
1. Permasalahan Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Samin, DAS
Bengawan Solo Hulu ............................................................... 4
2. Diversitas Cacing Tanah dan Peranannya Terhadap Sifat
Fisika dan Fungsi Hidrologi ..................................................... 5
3. Layanan Ekologi Cacing Tanah Dalam Memelihara Fungsi
Hidrologi Tanah dan Sifat Fisika Tanah .................................. 7
4. Pengaruh Jenis Penggunaan Lahan terhadap Fungsi Hidrologi
5. Sifat Fisika Tanah Penentu Fungsi Hidrologi .......................... 9
B. Kerangka Berpikir .......................................................................... 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu ......................................................................... 14
B. Data yang Diperlukan .................................................................... 14
C. Bahan dan Alat ............................................................................... 15
D. Desain Penelitian dan Teknik Pengambilan Contoh ...................... 15
E. Tata Laksana Penelitian ................................................................. 16
1. Tahap Sebelum Kerja Lapang .................................................. 16
2. Tahap Kerja Lapang ................................................................. 17
a. Penentuan lokasi SPL terpilih ............................................ 17
b. Pengambilan Sampel Cacing Tanah .................................. 17
c. Identifikasi Cacing Tanah .................................................. 17
d. Iklim Mikro ........................................................................ 19
e. Analisis laboratorium ......................................................... 20
F. Variabel Pengamatan ..................................................................... 20
G. Analisis Data .................................................................................. 21
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ........................................................... 22
B. Sifat Fisika Tanah Pengendali Fungsi Hidrologi Tanah ................ 23
1. Tekstur Tanah ............................................................................ 23
2. Porositas Tanah ......................................................................... 25
3. Kemantapan Agregat ................................................................. 27
4. Permeabilitas Tanah .................................................................. 28
C. Iklim Mikro .................................................................................... 29
D. Frekuensi Relatif Cacing Tanah (FR), Kepadatan Relatif (KR),
Indeks Nilai Penting (INP), dan Dominansi .................................. 31
E. Kepadatan Populasi dan Biomasa Cacing Tanah .......................... 34
V. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan .................................................................................... 37
2. Saran............................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Berdasarkan Wilayah, Posisi
Astronomi, dan Ketinggian Tempat ......................................... 26
Tabel 4.2 Data Rata-Rata Suhu Udara, Suhu Tanah, Dan Kelengasan Tanah
di Berbagai Jenis Penggunaan Lahan....................................... 29
Tabel 4.3.a Nilai Frekuensi Relatif, Kepadatan Relatif, Indeks Nilai Penting,
dan Dominansi Cacing Tanah di Jenis Penggunaan Lahan ..... 32
Tabel 4.3.b Nilai Frekuensi Relatif, Kepadatan Relatif, Indeks Nilai Penting,
dan Dominansi Cacing Tanah di Jenis Penggunaan Lahan ..... 32
Tabel 4.4 Kelas Indeks Diversitas Shannon-Wienner.............................. 34
Tabel 4.5 Nilai C, N, C/N,dan pH Tanah pada Berbagai Jenis Penggunaan
Lahan ........................................................................................ 35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Diagram Bagan Alir Kerangka Berfikir Penelitian .................. 13
Gambar 4.1 Grafik Rata-Rata Pasir, Debu, Lempung, dan Kelas Tekstur di
Berbagai Jenis Penggunaan Lahan ........................................... 24
Gambar 4.2 Grafik Porositas Tanah di Berbagai Jenis Penggunaan Lahan 25
Gambar 4.3 Grafik Kemantapan Agregat Tanah pada Berbagai Jenis
Penggunaan Lahan ................................................................... 27
Gambar 4.4 Grafik Permeabilitas Tanah pada Berbagai Jenis Penggunaan
Lahan ........................................................................................ 28
Gambar 4.5. Grafik Sifat Fisika Tanah Penentu Fungsi Hidrologis Tanah .. 30
Gambar 4.6 Nilai Indeks Diversitas Shannon-Wienner dan Jumlah Ordo pada
Berbagai Jenis Penggunaan Lahan ........................................... 33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lampiran Data ......................................................................... 42
Lampiran 2 Analisis Statistika ..................................................................... 43
Lampiran 2. Foto Kegiatan ........................................................................... 52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
ABSTRAK
KARAKTERISASI CACING TANAH DAN SIFAT FISIKA TANAH PENENTU FUNGSI HIDROLOGIS PADA BERBAGAI JENIS
PENGGUNAAN LAHAN DI SUB DAS SAMIN HULU
Joko Maryono *)
Penelitian ini dilaksanakan di sub DAS Samin Hulu, Kabupaten Karanganyar dari bulan Maret sampai dengan Juni 2011. Kawasan DAS Bengawan Solo Hulu, terutama sub DAS Samin, Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah telah mengalami degradasi fungsi hidrologis tanah yang serius, terutama ditunjukkan oleh erosi tanah dan longsor. Laju erosi tanah di sub DAS Samin mencapai > 250 ton ha-1 th-1 dan dikategorikan sangat berat. Fungsi hidrologis tanah dipengaruhi oleh permeabilitas tanah, tekstur tanah, porositas, dan kemantapan agregat tanah. Pergerakan makrofauna di dalam tanah ataupun aktivitasnya dalam membuat sarang dan mencari makanan secara tidak langsung dapat memperbaiki struktur tanah dan mampu menciptakan ruang pori di dalam tanah.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh jenis penggunaan lahan terhadap sifat fisika tanah yang mempengaruhi fungsi hidrologi tanah dan populasi serta diversitas cacing tanah di SUB DAS Samin Hulu Surakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif yang bersifat kuantitatif dengan pendekatan survei di lapangan dan didukung hasil analisis laboratorium. Penelitian dimulai pada bulan Maret 2011 sampai September 2011. Analisis data menggunakan uji F, DMRT, Correlation, and Stepwise Regression.
Hasil yang didapat dari penelitian ini, jenis penggunaan lahan yang mampu menjaga fungsi hidrologis tanah secara berturut-turut adalah hutan (dengan nilai kemantapan agregat 35,74 %; permeabilitas 58,37 cm/jam; dan porositas 49,8 %), semak (dengan nilai kemantapan agregat 41,24 %; permeabilitas 36,55 cm/jam; dan porositas 43,39 %), agroforestri (dengan nilai kemantapan agregat 43,8 %; permeabilitas 46,02 cm/jam; dan porositas 21,05 %), pinus (dengan nilai kemantapan agregat 41,69 %; permeabilitas 33,04 cm/jam; dan porositas 24,53 %), wortel (dengan nilai kemantapan agregat 30,58 %; permeabilitas 9,45 cm/jam; dan porositas 34,06 %), dan ketela (dengan nilai kemantapan agregat 48,48 %; permeabilitas 7,76 cm/jam; dan porositas 5,05 %). Spesies yang yang mempunyai Indeks Nilai Penting tertinggi adalah Metaphire capensis Kata kunci : DAS Bengawan Solo Hulu, jenis penggunaan lahan, cacing tanah, dan sifat fisika tanah *) Mahasiswa Jurusan/Program Studi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UNS dengan
NIM H0205044
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
ABSTRACT
THE CHARACTERITATION OF SOIL PHYSICS AND EARTHWORMS
WHO DETERMINES OF HYDROLOGYS FUNCTION ON VARIOUS LANDUSE AT SAMIN SUB WATERSHED, UPSTREAM OF BENGAWAN
SOLO WATERSHED
Joko Maryono *)
The research was conducted in upstream of Samin sub watershed, Karanganyar regency from March until June 2011. Samin sub watershed is one of the areas that had environmental degradation due to forest conversion to agriculture and settlement. The rate of soil erosion in Samin sub watershed reached more than 250 tons-1ha-1year-1of with a category of very hard and caused landslides in some areas. Soil hydrologys function influenced by permeability, soil texture, porosity, and stabiliy of agregat. Activities of macrofaunas or their movement when makes a nest and hunting food, indirectly can repairing soil structure and make o pore in the soil.. The purpose of this research was to study influence of the character of soil physics and earthworms who determines of hydrologys function on various land use at samin sub watershed, upstream of bengawan solo watershed. This research was a survey and laboratory analysis with a descriptive-explorative-quantitative. Data analysis using the F test, DMRT, Correlation, and Stepwise Regression. Based on the research result, it is known that landuse who take care of hydrologi function from highest to the lowest row is owned by forest (with value of stability agregat 35,74 %; permeability 58,37 cm/hour; and porosity 49,8 %), bushes (with value of stability agregat 41,24 %; permeability 36,55 cm/hour; and porosity 43,39 %), agroforestry (with value of stability agregat 43,8 %; permeability 46,02 cm/hour; and porosity 21,05 %), pine (with value of stability agregat 41,69 %; permeability 33,04 cm/hour; and porosity 24,53 %), carrot (with value of stability agregat 30,58 %; permeability 9,45 cm/hour; and porosity 34,06 %), and swweet potato (with value of stability agregat agregat 48,48 %; permeability 7,76 cm/hour; and porosity 5,05 %). The most Important Index Value is Metaphire capensis.
Key word : Samin sub watershed, earthworm, soil physic, land use.
*) Student of Soil Science Agriculture Faculty Sebelas Maret University Surakarta with the
student’s number H0205044
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
KARAKTERISASI CACING TANAH DAN SIFAT FISIKA TANAH
PENENTU FUNGSI HIDROLOGIS PADA BERBAGAI JENIS
PENGGUNAAN LAHAN DI SUB DAS SAMIN HULU
Skripsi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret
Jurusan/Program Studi Ilmu Tanah
Disusun oleh :
JOKO MARYONO
H 0205044
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
DAS Samin merupakan salah satu anak Sungai Bengawan Solo Hulu.
Secara administrasi, DAS Samin bagian hulu dan tengah terletak di Kabupaten
Karanganyar, sedangkan bagian hilir termasuk Kabupaten Sukoharjo,
sedangkan secara geografis terletak diantara 7°33′57″ LS – 7°4′254″ LS dan
110°52′27″ BT – 110°71′27″ BT.
Kawasan DAS Bengawan Solo Hulu, terutama sub DAS Samin,
Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah telah mengalami degradasi
fungsi hidrologis tanah yang serius, terutama ditunjukkan oleh erosi tanah dan
longsor. Laju erosi tanah di sub DAS Samin mencapai > 250 ton ha-1 th-1 dan
dikategorikan sangat berat. Kejadian tanah longsor di DAS Samin
menimbulkan banyak korban jiwa, seperti yang terjadi pada bulan Desember
2007 hingga Maret 2008 (Nugraha dkk., 2006; 2007).
Salah satu penyebab terjadinya degradasi fungsi hidrologis tanah diduga
karena rusaknya sifat fisika tanah dan hilangnya diversitas cacing tanah akibat
konversi hutan menjadi berbagai agroekosistem berbasis pohon maupun
tanaman semusim yang dikelola secara intensif. Faktor penyebab lain dari
masalah tersebut adalah penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan fungsi
kawasan (Nugraha, 2008). Penggunaan lahan dengan fungsi lindung dan
penyangga pada kemiringan lebih dari 30%, dalam prakteknya banyak
digunakan untuk sistem pertanaman hortikultura (wortel, kentang, kobis)
dengan pengolahan tanah secara intensif, sehingga tanah menjadi peka
terhadap tenaga kinetik air hujan dan terjadi erosi (Nugraha dkk., 2006; 2007).
Sifat fisika tanah yang berperan penting dalam mempengaruhi fungsi
hidrologis tanah antara lain tekstur tanah, kemantapan agregat, dan porositas
tanah. Tekstur tanah pasiran cenderung lebih mudah meloloskan air ke dalam
tanah, akan tetapi kurang baik dalam menjaga fungsi hidrologis tanah. Hal
tersebut dikarenakan tanah pasiran kurang memiliki kemampuan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
mengikat lengas bila dibandingkan dengan tanah yang bertekstur debu atau
lempungan (Hillel, 1997).
Struktur tanah bisa mulai rusak secara jelas dan cepat, baik pada musim
penghujan maupun pada musim kemarau. Pada musim penghujan, tanah
menjadi sasaran gaya-gaya perusak yang dihasilkan hujan yang berselang-
seling, sehingga tanah akan mengalami pelumpuran, pengembangan,
penyusutan, dan erosi. Pada musim kemarau, tanah akan lebih mudah / rawan
terhadap perpindahan oleh angin. Tanah tentu saja mempunyai keragaman
kerawanan terhadap gaya-gaya perusak dari luar. Stabilitas agregat merupakan
ukuran dari kerawanan tanah terhadap gaya-gaya yang bersifat merusak yang
berasal dari luar (Hillel, 1997).
Pori-pori tanah terbentuk karena : (1) bentuk agregat-agregat tanah yang
tidak beraturan dalam suatu volume tanah, (2) aktivitas akar-akar, serangga-
serangga, cacing tanah, dan biota tanah lain yang mendesak jalan masuk ke
dalam tanah, dan (3) beberapa gas yang terperangkap dalam lapisan tipis air
tanah. Porositas tanah adalah salah satu karakter tanah yang sangat penting
karena menentukan : (1) kecepatan air hujan atau air irigasi terinfiltrasi ke
dalam tanah, (2) jumlah air yang dapat diikat oleh tanah, (3) kecepatan
kelebihan air dapat didrainase, (4) jumlah udara yang terdapat di dalam tanah,
dan (5) kecepatan pertukaran udara yang kaya CO2 dari dalam tanah dengan
udara yang kaya O2 (Wolf and Snider, 2003).
Cacing tanah merupakan grup fungsional organisme tanah yang berperan
penting dalam mempertahankan fungsi hidrologis tanah. Melalui aktivitasnya
menggali tanah, cacing tanah akan meningkatkan jumlah pori makro tanah dan
stabilitas agregat. Penambahan jumlah pori makro tanah tersebut juga
dipengaruhi oleh aktivitas perakaran tanaman (Blanchart et al., 1999;
Bastardie et al., 2002). Besarnya aktivitas cacing tanah di lapangan dapat
diestimasi dari jumlah pori makro tanah yang terbentuk, dan indikator fungsi
hidrologis tanah lainnya. Sebaran dan jumlah pori makro akan mempengaruhi
permeabilitas tanah, sehingga akan mengurangi limpasan permukaan dan
erosi, akhirnya sedimentasi sungai dapat dihambat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Berdasarkan landasan teori di atas, maka pada penelitian ini akan dikaji
lebih lanjut tentang sifat fisika tanah pengendali fungsi hidrologis dan
populasi cacing tanah pada berbagai jenis penggunaan lahan di sub DAS
Samin Hulu.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh jenis penggunaan lahan terhadap sifat fisika tanah
dan populasi serta diversitas cacing tanah ?
2. Pada jenis penggunaan lahan manakah yang mampu merawat sifat fisika
tanah dan populasi, serta diversitas cacing tanah yang lebih baik ?
3. Bagaimakah hubungan antara sifat fisika tanah pengendali fungsi
hidrologis dan populasi, serta diversitas cacing tanah ?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mempelajari pengaruh jenis penggunaan lahan terhadap sifat
fisika tanah yang mempengaruhi fungsi hidrologis tanah dan populasi serta
diversitas cacing tanah di SUB DAS Samin Hulu Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat
untuk masukan perbaikan pengelolaan lahan yang lebih merawat fungsi
hidrologis tanah di sub DAS Samin Hulu Kabupaten Karangayar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Permasalahan Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Samin, DAS Bengawan Solo Hulu
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu ekosistem dimana di
dalamnya terjadi suatu proses interaksi antara faktor-faktor biotik, abiotik,
dan manusia. Sebagai suatu ekosistem, maka setiap ada masukan (input)
ke dalamnya, proses yang terjadi dan berlangsung di dalamnya dapat
dievaluasi melalui keluaran (output) dari ekosistem tersebut. Ekosistem
DAS merupakan bagian yang penting karena mempunyai fungsi
pelindungan terhadap DAS. Aktivitas dalam DAS yang menyebabkan
perubahan ekosistem, misalnya perubahan tata guna lahan khusunya di
daerah hulu dapat memberikan dampak pada daerah hilir berupa perubahan
fluktuasi debit air dan kandungan sedimen serta material yang terlarut di
dalamnya (Suripin, 2000)
Fungsi hidrologi DAS hingga tingkat curah hujan tertentu adalah
berhubungan dengan kemampuan DAS dalam hal: (1) transmisi air, (2)
penyangga pada puncak kejadian hujan, (3) pelepasan air secara perlahan,
(4) memelihara kualitas air, (5) mengurangi pemindahan massa tanah,
misalnya longsor, (6) mengurangi erosi, dan (7) mempertahankan iklim
mikro (Van Noordwijk et al., 2004a,b). Semakin banyaknya kejadian
erosi, banjir, tanah longsor, dan kekeringan di berbagai daerah di Indonesia
mengindikasikan bahwa kerusakan lingkungan telah sampai pada tahap
yang memprihatinkan.
Masalah kerusakan lingkungan di wilayah DAS Samin
diindikasikan oleh erosi dan longsor tanah yang serius (Ahmad, 2008).
Laju erosi tanah di DAS Samin mencapai > 250 ton ha-1 th-1 dengan
kategori sangat berat, dan banyak kejadian longsor tebing di beberapa
tempat di Kabupaten Karanganyar pada bulan Desember 2007 hingga
Maret 2008 (Nugraha dkk., 2006; 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Faktor penyebab dari masalah tersebut adalah perubahan tutupan
lahan hutan menjadi penggunaan lahan pertanian tanaman semusim dan
permukiman, serta penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan fungsi
kawasan (Nugraha, 2008). Penggunaan lahan dengan fungsi kawasan
lindung dan kawasan penyangga pada kemiringan lebih dari 30%, banyak
digunakan untuk sistem pertanaman hortikultura (wortel, kentang, kobis)
dengan pengolahan tanah secara intensif, sehingga tanah menjadi peka
terhadap tenaga kinetik air hujan dan terjadi erosi
(Nugraha dkk., 2006; 2007)
2. Diversitas Cacing Tanah dan Peranannya Terhadap Sifat Fisika dan Fungsi Hidrologi
Fungsi hidrologi tanah berkaitan erat dengan organisme kelompok
fungsional penggali tanah (ecosystem engineers). Wardle and Lavelle
(1997) mendefinisikan ecosystem engineers adalah invertebrata tanah yang
mempunyai kemampuan menggali tanah dan menghasilkan struktur
organomineral.
Studi diversitas cacing tanah dapat dipelajari dari 2 pendekatan
yang saling melengkapi, yaitu berdasarkan pada: taksonomi dan kelompok
ekologi-fungsional. Pendekatan secara taksonomi adalah studi diversitas
cacing tanah yang berkaitan dengan jumlah dan identitas dari spesies yang
berbeda, tanpa memperhatikan arti ekologi. Sedangkan pendekatan
ekologi-fungsional adalah studi diversitas cacing tanah yang lebih
difokuskan peran mereka dalam merawat ekosistem tanah
(Fragoso et al., 1997).
Cacing tanah secara umum dapat dikelompokkan berdasarkan
tempat hidupnya, kotorannya, kenampakan warna, dan makanan
kesukaannya (Edwards, 1998) sebagai berikut:
1. Epigaesis; cacing yang aktif dipermukaan, warna gelap, penyamaran
efektif, tidak membuat lubang, kotoran tidak nampak jelas, pemakan
serasah di permukaan tanah dan tidak mencerna tanah. Contohnya
Lumbricus rubellus dan Lumbricus castaneus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
2. Anazesis; berukuran besar, membuat lubang terbuka permanen ke
permukaan tanah; pemakan seresah di permukaan tanah dan
membawanya ke dalam tanah, mencerna sebagian tanah, warna
sedang bagian punggung, dengan penyamaran rendah, kotoran di
permukaan tanah atau terselip di antara tanah. Contohnya Eophila
tellinii, Lumbricus terrestris, dan Allolobophora longa.
3. Endogaesis; hidup di dalam tanah dekat permukaan tanah, sering
dalam dan meluas, kotoran di dalam lubang, tidak berwarna, tanpa
penyamaran, pemakan tanah dan bahan organik, serta akar-akar mati.
Contohnya Allolobophora chlorotica, Allolobophora caliginosa, dan
Allolobophora rosea.
4. Coprophagic; hidup pada pupuk kandang, seperti Eisenia foetida,
Dendrobaena veneta, dan Metaphire schmardae.
5. Arboricolous; hidup di dalam suspensi tanah pada hutan tropik
basah, seperti Androrrhinus spp.
Kehidupan cacing tanah dipengaruhi oleh: ketersediaan makanan
yang cocok dan memadai, kelengasan tanah, suhu tanah, pertukaran
oksigen, perlindungan terhadap cahaya, tekstur tanah, dan pH tanah
(Edward and Lofty, 1977; Lee, 1985). Cacing menyukai tanah yang
lembab, karena mekanisme konservasi air dalam tubuhnya tidak
berkembang dengan baik. Cacing tanah mampu bertahan hidup pada
kisaran suhu tanah antara 0-35 oC (Lee, 1985). Kadar air tanah optimum
sangat bervariasi tergantung pada spesies dan kelompok ekologi yang
berbeda, bahkan dalam spesies yang sama, tergantung pada kemampuan
adaptasinya terhadap kondisi lingkungan lokal (Lee, 1985; Curry, 1998).
Pada umumnya cacing tanah paling aktif pada kondisi kelembaban tanah
kapasitas lapangan (pF 2,5) (Lee, 1985; Curry, 1998; Lavelle and Spain,
2001). Fragoso and Lavelle (1995) berpendapat bahwa struktur komunitas
cacing tanah terutama ditentukan oleh kandungan hara tanah dan curah
hujan musiman. Sumber utama makanan cacing tanah adalah sisa organik
yang telah melapuk dan mikroorganisme (Lee, 1985).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Vegetasi dapat mempengaruhi cacing tanah. Hasil penelitian
Paoletti (1999); dan Jimenez et al. (1998) menunjukkan: (1) lahan
peternakan dan padang rumput memiliki kepadatan dan biomas cacing
tanah yang lebih tinggi; (2) hutan berdaun gugur lebih tinggi biomas dan
kepadatan cacing tanahnya dibandingkan hutan berdaun jarum; (3) lahan
pertanian yang diolah intensif lebih rendah populasi cacingnya
dibandingkan kebun buah-buahan.
Para peneliti biodiversitas pada umumnya menghipotesiskan bahwa
semakin intensif pengelolaan lahan pertanian maka diversitas cacing tanah
akan turun (Giller et al., 1997). Analisis terhadap data-data hasil penelitian
tentang cacing tanah yang dilakukan di beberapa negara tropis
mengindikasikan bahwa praktek pertanian intensif berkorelasi negatif
dengan jumlah spesies native (endemik) dan kepadatan total, serta
biomasa cacing tanah (Fragoso et al., 1999b).
3. Layanan Ekologi Cacing Tanah Dalam Memelihara Fungsi Hidrologi Tanah dan Sifat Fisika Tanah
Cacing tanah berperan penting dalam merawat ekosistem daratan,
mendukung multi-fungsi tanah, mempengaruhi struktur dan hidrologi
tanah (Shuster et al., 2002; Black et al., 2003). Aktivitas cacing tanah
meninggalkan liang dan kotoran dalam tanah, sehingga cacing dapat
memodifikasi profil tanah, porositas, infiltrasi air, pertukaran gas, transport
hara dan kapasitas memegang air dalam tanah
(Blanchart et al., 1999; Bastardie et. al., 2002).
Cacing tanah mempunyai peranan penting terhadap perbaikan sifat
tanah seperti menghancurkan bahan organik dan mencampuradukkannya
dengan tanah, sehingga terbentuk agregat tanah dan memperbaiki struktur
tanah (Peres et al., 1998). Cacing tanah juga memperbaiki aerasi tanah
melalui aktivitas pembuatan lubang dan juga memperbaiki porositas tanah
akibat perbaikan struktur tanah. Selain itu cacing tanah mampu
memperbaiki ketersediaan unsur hara dan kesuburan tanah secara umum
(Edward, 1998).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Cacing tanah sering merupakan komponen utama biomasa cacing
tanah di dalam tanah. Hal ini disebabkan cacing tanah hidup kontak
langsung dengan tanah dan memiliki kontribusi penting terhadap proses
siklus unsur hara di dalam lapisan tanah, tempat akar tanaman
terkonsentrasi. Selain itu lubang yang dibuat cacing tanah sering
merupakan proporsi utama ruang pori makro di dalam tanah, sehingga
cacing tanah dapat secara nyata mempengaruhi kondisi tanah yang
berhubungan dengan hasil tanaman.
Kotoran cacing tanah (kascing) yang sudah agak lama merupakan
makro agregat tanah yang stabil sehingga mampu menahan erosivitas air
hujan dan aliran air permukaan (Stott et al., 1999). Pemulsaan dan
pemupukan pada budidaya jagung tanpa olah tanah, menunjukkan bahwa
diameter kascing berkisar antara 6,3 – 7 mm, sedangkan diameter agregat
tanah berkisar antara 1,88 – 3,30 mm (Lal, 1991).
Cacing tanah membuat saluran-saluran yang sinambung dari
permukaan tanah ke lapisan tanah yang lebih dalam sehingga air bisa
terinfiltarsi lebih cepat ke sub soil. Cacing tanah menciptakan saluran-
saluran dengan cara mendesak partikel tanah ke sisi samping atau dengan
cara menelannya (Lal, 1987). Oleh karena itu tanah yang memiliki
aktivitas cacing tanah yang tinggi, memiliki laju infiltrasi yang lebih baik
bila dibandingkan dengan tanah yang tanpa cacing atau populasi cacingnya
sedikit.
Teknologi yang terbaik untuk pengelolaan berkelanjutan sumber
daya air dan tanah adalah menjaga atau memperbaiki sejumlah populasi
dan keanekaragaman biota tanah (Blanchart et al., 1999). Pada umumnya
tanah yang tidak mengandung cacing tanah atau populasi cacing tanahnya
rendah lebih mudah tererosi dari pada tanah dengan aktivitas cacing
tanahnya tinggi (Lal, 1991).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
4. Pengaruh Jenis Penggunaan Lahan terhadap Fungsi Hidrologi
Agroforestri terdiri dari komponen-komponen kehutanan, pertanian
dan/atau peternakan, tetapi agroforestri sebagai suatu sistem mencakup
komponen-komponen penyusun yang jauh lebih rumit. Hal yang harus
dicatat,agroforestri merupakan suatu sistem buatan (man-made) dan
merupakan aplikasi praktis dari interaksi manusia dengan sumber daya
alam di sekitarnya. Mengapa demikian? Agroforestri pada prinsipnya
dikembangkan untuk memecahkan permasalahan pemanfaatan lahan dan
pengembangan pedesaan;serta memanfaatkan potensi-potensi dan peluang-
peluang yang ada untuk kesejahteraan manusia dengan dukungan
kelestarian sumber daya beserta lingkungannya. Oleh karena itu manusia
selalu merupakan komponen yang terpenting dari suatu sistem
agroforestri. Dalam melakukan pengelolaan lahan, manusia melakukan
interaksi dengan komponen-komponen agroforestri lainnya. Komponen
tersebut adalah:
a. Lingkungan abiotis : air, tanah, iklim, topografi, dan mineral.
b. Lingkungan biotis : tumbuhan berkayu (pohon, perdu, palem, bambu
dll) serta tumbuhan tidak berkayu (tanaman tahunan, tanaman keras,
tanamanmusiman dll), binatang (ternak, burung, ikan, serangga dll),
danmikroorganisme.
c. Lingkungan budaya : teknologi dan informasi, alokasi sumber-sumber
daya,infrastruktur dan pemukiman, permintaan dan penawaran, dan
disparitaspenguasaan/pemilikan lahan.
Komponen-komponen ABC (Abiotic, Biotic, dan Culture) tersebut
di atas tersusun dalam sistem agroforestri melalui berbagai cara. Beberapa
komponen biotis hadir secara alami, yang mungkin sebagian masih
bertahan atau tertinggal dari kegiatan penggunaan lahan sebelumnya.
Komponen yang lain memang secara khusus atau sengaja
ditempatkan/ditanam oleh manusia sebagai pengelola lahan. Berbagai
komponen dalam satu sistem akan bereaksi atau menunjukkan respon
berbeda dengan respon masing-masing pada kondisi terisolasi. Karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
adanya interaksi antar komponen tersebut, sistem pada dasarnya berbeda
dengan total penambahan secara sederhana dari beberapa komponen. Jadi
hutan lebih dari sekedar kumpulan pohon, demikian pula agroforestri
bukan sekedar upaya campur-mencampur kehutanan dengan pertanian dan
atau peternakan (Anonim, 2003a)
5. Sifat Fisika Tanah Penentu Fungsi Hidrologi
Kemantapan agregat adalah ketahanan rata-rata agregat tanah
melawan pendispersi oleh benturan tetes air hujan atau penggenangan air.
Kemantapan tergantung pada ketahanan jonjot tanah melawan daya
dispersi air dan kekuatan sementasi atau pengikatan. Faktor-faktor yang
berpengaruh dalam kemantapan agregat antara lain bahan-bahan penyemen
agregat tanah, bentuk dan ukuran agregat, serta tingkat agregasi. Stabilitas
agregat yang terbentuk tergantung pada keutuhan tanag permukaan agregat
pada saat rehidrasi dan kekuatan ikatan antarkoloid-partikel di dalam
agregat pada saat basah. Pentingnya peran lendir (gum) microbial sebagai
agen pengikat adalah menjamin kelangsungan aktivitas mikroba dalam
proses pembentukan ped dan agregasi (Anonim, 2003b).
Tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap kemampuan daya serap
air, ketersediaan air di dalam tanah, besar aerasi, infiltrasi dan laju
pergerakan air (perkolasi). Dengan demikian maka secara tidak langsung
tekstur tanah juga dapat mempengaruhi perkembangan perakaran dan
pertumbuhan tanaman serta efisien dalam pemupukan. Tekstur dapat
ditentukan dengan metode, yaitu dengan metode pipet dan metode
hydrometer, kedua metode tersebut ditentukan berdasarkan perbedaan
kecepatan air partikel di dalam air (Anonim, 2003b).
Semua jenis tanah bersifat lolos air (permeable) dimana air bebas
mengalir melalui ruang-ruang kosong (pori-pori) yang ada di antara
butiran-butiran tanah. Tekanan pori diukur relatif terhadap tekanan
atmosfer dan permukaan lapisan tanah yang tekanannya sama dengan
tekanan atmosfer dinamakan muka air tanah atau permukaan freasik, di
bawah muka air tanah. Tanah diasumsikan jenuh walaupun sebenarnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
tidak demikian karena ada rongga-rongga udara. Permeabilitas tanah
menunjukkan kemampuan tanah dalam meloloskan air. Struktur dan
tekstur serta unsur organik lainnya ikut ambil bagian dalam menaikkan
laju permeabilitas tanah. Tanah dengan permeabilitas tinggi menaikkan
laju infiltrasi dan dengan demikian, menurunkan laju air larian. Koefisien
permeabilitas terutama tergantung pada ukuran rata-rata pori yang
dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan struktur
tanah. Secara garis besar, makin kecil ukuran partikel, makin kecil pula
ukuran pori dan makin rendah koefisien permeabilitasnya
(Anonim, 2003b).
Tanah dengan tekstur halus mempunyai kisaran ukuran dan bentuk
partikelnya yang luas. Hal ini telah ditekankan bahwa tanah permukaan
yang berpasir mempunyai porositras kecil daripada tanah liat. Berarti
bahwa tanah pasir mempunyai volume yang lebih sedikit ditempati oleh
ruang pori. Ruang pori total pada tanah pasir mungkin rendah tetapi
mempunyai proporsi yang besar yang disusun daripada komposisi pori-
pori yang besar yang sangat efisien dalam pergerakan udara dan airnya.
Persentase volume yang dapat terisi oleh pori-pori kecil pada tanah pasir
rendah yang menyebabkan kapasitas menahan airnya rendah. Sebaliknya
tanah-tanah permukaan dengan tekstur halus memiliki ruang pori total
lebih banyak dan proporsinya relatif besar yang disusun oleh pori kecil.
Akibatnya adalah tanah mempunyai kapasitas menahan air yang tinggi.
(Anonim, 2003b).
Pengaruh manusia dalam daur hidrologi dapat terjadi sepanjang
aliran DAS, baik di bagian hulu, bagian tengah, dan atau di bagian hilir;
dengan sifat pengaruh ada yang langsung atau tidak langsung. Tindakan
manusia yang berpengaruh terhadap proses siklus hidrologi banyak
menyangkut alokasi penggunaan lahan, pembuatan bangunan air di dalam
DAS, pengelolaan vegetasi, pengelolaan tanah, tindakan konservasti tanah
dan air, pemanfaatan air tanah, dan masuknya polutan ke dalam siklus
hidrologi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Penggunaan lahan hutan dengan tingkat intersepsi hujan tinggi dan
memiliki sifat infiltrasi tanah yang baik, akan mengurangi jumlah aliran
permukaan. Namun dengan terjadinya konversi hutan menjadi lahan
pertanian intensif, bahkan menjadi kawasan industri dan pemukiman,
menyebabkan terganggunya proses hidrologi. Terbukanya permukaan
tanah menyebabkan kapasitas intersepsi hujan menurun drastis, hujan yang
jatuh langsung memukul permukaan tanah dan memecahkan matriks tanah
menjadi partikel tanah yang kecil-kecil. Sebagian dari partikel tanah
menutup pori tanah dan memadatkan permukaan tanah, sehingga
menurunkan kapasitas infilitasi. Dengan menurunnya kapasitas infiltrasi
maka jumlah aliran permukaan meningkat dan jumlah aliran air yang
menuju ke bawah permukaan untuk mengisi air tanah berkurang. Aliran
permukaan menjadi energi yang dapat menggerus partikel tanah di
permukaan dan mengangkutnya ke tempat lain sebagai bagian dari proses
erosi (Anonim, 2011c).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
B. Kerangka Berfikir
Gambar 1. Bagan Alir Kerangka Berfikir Penelitian
Iklim Mikro: Suhu Udara, Suhu Tanah
Cacing tanah: Diversitas dan Populasi
Sifat Fisika Tanah : Struktur tanah, Porositas
tanah, Kemantapan Agregat, Tekstur tanah,
BV, dan BJ tanah
Run off dan infiltrasi Prediksi Erosi
Alih Fungsi Hutan Alami
Agroekosistem : Monokultur dan Polikultur
Akar tanaman
Tajuk tanaman
Tumbuhan bawah
Seresah tanaman
Tanaman Semusim
Tanaman Tahunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada berbagai jenis penggunaan lahan di sub
DAS Samin Hulu Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar.
Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Kimia dan Fisika, sedangkan
Identifikasi cacing tanah dilakukan di Laboratorium Biologi Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian dilaksanakan pada
bulan Maret 2011.
B. Data yang Diperlukan
Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder, meliputi :
1. Data primer, meliputi :
1. Cacing tanah
2. Sifat fisika tanah, meliputi kadar lengas tanah kering angin, berat
volume (BV), berat jenis (BJ), kemantapan agregat, tekstur tanah dan
porositas tanah.
3. Sifat kimia tanah, yang meliputi pH H2O, bahan organik tanah, dan
nisbah C/N tanah.
4. Iklim mikro, yang meliputi data suhu tanah, suhu udara yang dilakukan
10 kali pengukuran selama penelitian dilaksanakan.
2. Data sekunder, meliputi :
1. Peta Administrasi sub DAS Samin, DAS Bengawan Solo, Kabupaten
Karanganyar
2. Peta Jenis Tanah sub DAS Samin, DAS Bengawan Solo, Kabupaten
Karanganyar
3. Peta Geologi sub DAS Samin, DAS Bengawan Solo, Kabupaten
Karanganyar
4. Peta Fungsi Kawasan sub DAS Samin, DAS Bengawan Solo,
Kabupaten Karanganyar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
5. Peta Satuan Lahan sub DAS Samin, DAS Bengawan Solo, Kabupaten
Karanganyar
C. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Aquades, alkohol
70%, formalin 4%, sampel tanah terusik dan tidak terusik, bahan-bahan kimia
untuk analisis tanah.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : kantong plastik, kuas,
monolith, nampan, flakon, cangkul, kertas label, kamera, alat tulis, mikroskop,
GPS, altimeter, pH meter, timbangan analitik, pipet, gelas ukur, tissue.
D. Desain Penelitian dan Teknik Pengambilan Contoh
1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif yang
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada serta menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan. Penelitian ini juga bersifat
kuantitatif dengan pendekatan survei di lapangan dan didukung hasil
analisis laboratorium.
2. Teknik Pengambilan Contoh
a). Pengambilan contoh cacing di lapangan menggunakan prosedur
monolith tanah berukuran 25 cm x 25 cm x 30 cm merupakan
modifikasi dari metoda yang diperkenalkan oleh Anderson dan
Ingram (1989). Pada setiap transek tanah berukuran 40 m x 5 m dari
setiap agroekosistem diambil 3 monolith tanah.
Contoh cacing tanah diambil dari 4 lapisam kedalaman yaitu: (1)
lapisan seresah di permukaan tanah, (2) 0-10 cm, (3) 10-20 cm, dan
(4) 20-30 cm. Contoh cacing diambil secara manual, dimasukkan ke
dalam botol berisi larutan formalin 4%, dibersihkan, selanjutnya
dipindahkan ke dalam botol yang telah berisi alkohol 75%. Contoh
cacing telah siap diidentifikasi jenisnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
b) Teknik Pengambilan Contoh Tanah
- Tanah Terusik
Pengambilan contoh tanah terusik dilakukan dengan metode
simple random sampling atau pengambilan contoh tanah acak
sederhana dengan tujuan untuk menganalisis sifat fisika dan kimia
tanah.
- Tanah Tidak Terusik
Pengambilan contoh tanah untuk tanah tidak terusik
dilakukan dibawah tegakan individu pohon. Ini ditujukan untuk
menganalisis permeabilitas tanah di laboratorium.
E. Tata Laksana Penelitian
1. Tahap Sebelum Kerja Lapang
a. Penentuan batas-batas administratif daerah penelitian
DAS Samin bagian hulu dan tengah terletak di Kabupaten
Karanganyar, sedangkan bagian hilir termasuk Kabupaten Sukoharjo.
Kawasan DAS Samin yang dipilih sebagai daerah penelitian adalah
bagian hulu dengan letak astronomi antara 7°37′40″ LS – 7°40′12.9″
LS dan 110°57′39″ BT – 111°10′38.5″ BT dan dengan ketinggian
tempat antara 205-1741 m dpl.
b. Penentuan Jenis Penggunaan Lahan
Pengukuran sifat fisika tanah dan diversitas serta populasi cacing tanah
dilakukan pada berbagai SPL di sub DAS Samin, Kabupaten
Karanganyar, meliputi: (1) hutan yang masih tersisa di Gunung Lawu,
(2) jenis penggunaan lahan berbasis pohon secara monokultur (Pinus),
(3) jenis penggunaan lahan berbasis pohon secara polikultur atau
Agroforestry, (4) jenis penggunaan lahan hortikultura, (5) jenis
penggunaan lahan berbasis tanaman pangan, dan (6) semak-semak.
Masing-masing jenis penggunaan lahan diulang tiga kali pada lokasi
yang berbeda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
2. Tahap kerja lapang
a. Penentuan lokasi SPL terpilih
Cara menentukan lokasi untuk jenis penggunaan lahanL terpilih
dilakukan dengan overlay peta fungsi kawasan dengan peta jenis tanah
DAS Samin, sehingga didapatkan peta satuan lahan. Berdasarkan peta
satuan lahan tersebut, kemudian digunakan untuk menentukan lokasi
enam jenis penggunaan lahan terpilih. Tahap selanjutnya adalah
melakukan pengecekan kesesuaian antara kondisi di peta dengan
kondisi di lapangan. Pada lokasi pewakil yang akan dipilih, selanjutnya
dibuat transek berukuran 40 cm x 5 cm. Tiap kombinasi perlakuan
diulang tiga kali pada lokasi yang sama namun disesuaikan dengan
kondisi di lapangan.
b. Pengambilan Sampel Cacing Tanah
Pengambilan sampel cacing tanah dilakukan dengan metode hand
sorting dengan menggunakan monolith yang berukuran 25 cm x 25 cm
x 30 cm. Alat ini digunakan untuk pengamatan cacing tanah. Monolith
tersebut dimasukkan ke dalam tanah kemudian tanah disekeliling
monolith di cangkul untuk memudahkan membenamkan dan
mengangkat monolith tersebut. Monolith dibenamkan pada kedalaman
pertama yaitu 0-10 cm kemudian tanah diambil dan diletakkan pada
nampan kemudian mulai hand sorting, begitu juga untuk dua
kedalaman selanjutnya yaitu 10-20 cm dan 20-30 cm. Cacing tanah
yang ditemukan kemudian dimasukkan kedalam flakon yang sudah
diisi dengan formalin 4% untuk selanjutnya diidentifikasi di
laboratorium. Untuk satu jenis pohon dengan tiga ulangan dibutuhkan
6 monolith.
c. Identifikasi Cacing Tanah
Identifikasi cacing tanah dilakukan setelah pengambilan dari lapang,
yaitu dengan membersihkan cacing tanah yang tersimpan di dalam
flakon dengan menggunakan aquades atau air biasa kemudian diamati
dibawah mikroskop. Identifikasi cacing tanah dalam penelitian ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
hanya sampai pada tingkat ordo dan famili. Setelah cacing tanah
diketahui ordo maupun familinya kemudian ditimbang biomassanya
dan disimpan kembali ke dalam flakon yang sudah diisi dengan
alkohol 70%. Setelah itu dihitung Kepadatan Relatif (KR), Frekuensi
Relatif (FR), Indeks Nilai Penting (INP), dan Indeks Diversitas
Shannon-Wienner.
1. Kepadatan Relatif (KR)
Jenis hewan tanah yang terdapat dalam per satuan volume atau per
satuan penangkapan tidak hanya satu jenis saja yang diketemukan,
tetapi ada beberapa jenis hewan tanah. Maka perlu dilakukan
pengukuran kepadatan relatif (KR) untuk mengetahui atau
membandingkan suatu komunitas dengan komunitas lainnya,
dihitung dengan membandingkan kepadatan suatu jenis dengan
kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit contoh tersebut.
Rumus dari Kepadatan relatif adalah sebagai berikut:
Kepadatan jenis A = Jumlah individu jenis A Jumlah unit contoh/luas/volume
Kepadatan relatif jenis A =
(K jenis A : Jumlah K semua jenis) x 100% (Suin, 1997)
2. Frekuensi Relatif
Dalam suatu luasan tertentu terdapat beberapa jenis hewan atau
cacing tanah, namun terdapat satu jenis hewan saja yang sering
muncul atau yang banyak ditemukan. Dari kenyataan di atas dapat
diketahui Frekuensi Relatifnya yang digunakan untuk mengetahui
Frekuensi Relatif atau frekuensi kehadiran suatu jenis hewan dalam
suatu habitat atau menunjukkan keseringhadiran jenis tersebut di
habitat itu. Dapat dihitung dengan rumus:
FR jenis A = Jumlah contoh unit dimana A ditemukan x 100% Jumlah semua unit contoh
(Suin, 1997)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
3. Indeks Nilai Penting (INP)
INP digunakan untuk mengetahui jenis cacing tanah apa yang
paling dominan per satuan luasan tertentu. Dilihat dari hasil
penjumlahan antara KR dan FR. Ditulis rumus sebagai berikut:
INP = KR cacing tanah jenis A + FR cacing tanah jenis A
Dimana : KR = Kepadatan relatif FR = Frekuensi relatif (Suin, 1997) 4. Indeks Diversitas Shannon-Wienner
Hewan tanah atau cacing tanah tanah yang terdapat dalam suatu
luasan tertentu atau per satuan penangkapan terdapat bermacam-
macam jenis, sehingga perlu dilakukan suatu perhitungan untuk
mengetahui diversitas cacing tanah, dengan rumus :
H’ = - å-
s
i
pipi1
ln
Dimana :
H’ = Indeks Diversitas Shannon-Wienner Pi = Kepadatan relatif jenis cacing tanah ke-i (i = 1, 2,.....n) Pi = Jumlah individu jenis A : Jumlah total individu yang ditemukan. (Suin, 1997)
d. Iklim Mikro
1. Suhu udara
Pengukuran suhu udara dilakukan di bawah tajuk pohon selama 5-
10 menit dengan menggunakan termometer, dilakukan di pagi hari
antara pukul 07.00-10.00 WIB. Pengukuran suhu udara ini
dilakukan setiap satu minggu satu kali selama 10 kali pengukuran
selama periode penelitian.
2. Suhu tanah
Pengukuran suhu tanah diukur dengan cara membenamkan
termometer ke dalam tanah sedalam 5 cm di bawah pohon selama
5-10 menit, dilakukan di pagi hari antara pukul 07.00-10.00 WIB.
Pengukuran suhu udara ini dilakukan setiap satu minggu satu kali
selama 10 kali pengukuran selama periode penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
e. Analisis laboratorium
1. Sifat fisika tanah
v Tekstur tanah dengan metode pemipetan (Balai Penelitian
Tanah, 2005).
v Kadar lengas tanah dengan metode gravimetri (Balai Penelitian
Tanah, 2005).
v Porositas tanah dengan pengukuran BV dan BJ (Balai Penelitian
Tanah, 2005).
v Berat volume (BV) tanah dengan metode volumetri (Balai
Penelitian Tanah, 2005).
v Berat jenis (BJ) tanah dengan metode gravimetri (Balai
Penelitian Tanah, 2005).
v Kemantapan Agregat dengan metode pengayakan kering dan
basah (Balai Penelitian Tanah, 2005).
2. Sifat kimia tanah
v pH tanah dengan metode elektrometri (Balai Penelitian Tanah,
2005).
v Bahan organik tanah (BOT) dengan metode Walkey-Black
(Balai Penelitian Tanah, 2005).
F. Variabel Pengamatan
Variabel percobaan yang diamati meliputi :
1. Variabel Bebas
- Jenis Penggunaan Lahan
2.Variabel Terikat Utama
a. Diversitas dan Populasi Cacing Tanah
b. Sifat Fisika Tanah
1) Kadar Lengas Tanah
2) Tekstur Tanah
3) Stabilitas Agregat Tanah
4) Porositas Tanah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
5) BV Tanah dan BJ Tanah
3.Variabel Pendukung
a. pH Tanah.
b. Suhu tanah dan suhu udara
G. Analisis Data
Data yang diperoleh diuji menggunakan analisis keragaman (uji F)
untuk mengetahui pengaruh antara jenis penggunaan lahan dengan beberapa
variable (sifat fisika dan kimia tanah). Uji korelasi digunakan untuk
mengestimasi keeratan hubungan antara variabel biologi (diversitas,
kepadatan, dan biomasa) dengan variabel-variabel lingkungan. Uji stepwise
regression digunakan untuk variabel yang paling berpengaruh terhadap fungsi
hidrologi lahan. Perangkat lunak yang digunakan untuk analisis data adalah
Minitab 14.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Sub DAS Samin, merupakan anak Sungai Bengawan Solo Hulu,
Propinsi Jawa Tengah, merupakan salah satu contoh daerah yang mengalami
kerusakan lingkungan yang serius (Nugraha dkk., 2006; 2007). DAS Samin
merupakan salah satu dari 8 (delapan) sub DAS lain yang memberi input air
ke badan sungai Bengawan Solo Hulu (Ahmad, 2008). DAS Samin meliputi
wilayah seluas 32.378,79 ha, dengan bagian hulu dari lereng Gunung Lawu
sebelah barat, melalui wilayah Kabupaten Karanganyar, dan bagian hilir di
sebagian wilayah Sukoharjo (Nugraha dkk., 2006). Sebagian besar daerahnya
merupakan kawasan hutan lindung yang terletak di bagian barat Gunung
Lawu, namun telah banyak mengalami konversi menjadi lahan pertanian dan
permukiman. Sebagian besar penduduk di DAS Samin mengandalkan
sumberdaya alam sebagai sumber mata pencahariannya (Nugraha dkk., 2006;
2007)
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah sub DAS Samin, DAS
Bengawan Solo Hulu, Kabupaten Karanganyar. Penentuan lokasi penelitian
dilakukan dengan overlay peta fungsi kawasan dengan peta jenis tanah DAS
Samin, sehingga didapatkan peta satuan lahan. Berdasarkan peta satuan lahan
tersebut, kemudian digunakan untuk menentukan lokasi enam jenis
penggunaan lahan terpilih. Tahap selanjutnya adalah melakukan pengecekan
kesesuaian antara kondisi di peta dengan kondisi di lapangan. Adapun
ringkasan deskripsi lokasi penelitian disajikan pada Tabel 4.1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Tabel 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Berdasarkan Wilayah Administrasi, Letak Astronomi, dan Ketinggian Tempat
Pohon Lokasi S E Elevasi (mdpl)
Pinus Kalisoro 7º40'12.6" 111º8'45.1" 1253 Gondosuli 1 7º39'50.3" 111º10'38.2" 1737 Gondosuli 2 7º39'49.3" 111º10'38.5" 1741
Agroforestry Nglebak 1 7º40'5.5" 111º6'43.5" 913 Nglebak 2 7º40'5.3" 111º6'43.4" 911 Tawangmangu 7º40' 7.7" 111º07' 27,0" 1024
Wortel Gondosuli 7º9'51.9" 111º10'47.8" 1762 Tlogo dringo 1 7º40'9" 111º10'56.8" 1795 Tlogo dringo 2 7º40'10" 111º10'59.8" 1794
Ketela rambat
Krangean 1 7º39'43.5" 111º7'2.9" 748 Krangean 2 7º39'44.3" 111º7'2.6" 738 Krangean 3 7º39'44.8" 111º7'2.1" 731
Semak Gondosuli 1 7º39'52" 111º10'50" 1779 Gondosuli 2 7º39"52.4" 111º10'50.2" 1782 Gondosuli 3 7º39'52.3" 111º10'46.9" 1759
Hutan Tlogo dringo 7º40'9" 111º10'59.8" 1890 Gondosuli 1 7º39'52.3" 111º10'51.9" 1819 Gondosuli 2 7º39'52.3" 111º10'51.4" 1807
Keterangan : m dpl : meter di atas permukaan laut.
Setelah dilakukan pengecekan di lapangan, didapatkan bahwa
lokasi 6 jenis penggunaan lahan berada di wilayah Kecamatan
Tawangmangu. Letak astronomi lokasi penelitian berada pada kisaran
antara 7º39'44.3" LS sampai 7o40'12,6" LS dan 111º6'43.4" BT sampai
111º10'59.8" BT, pada ketinggian antara 731 hingga 1890 m di atas
permukaan laut.
B. Sifat Fisika Tanah Pengendali Fungsi Hidrologi Tanah
1. Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah perbandingan relative dari partikel-partikel
atau fraksi-fraksi primer tanah, yaitu pasir, debu, liat dan lempung atau
dilapangan dikenal dengan rasa kekasaran atau kehalusan dari tanah.
Partikel/ fraksi tanah adalah : Pasir < 2 - 0,05 mm ; Debu < 0,05 - 0,002
mm ; Liat < 0,002 mm atau < 2mm , lebih halus dikenal liat halus < 0,2
mm; Bahan koloid < 0,001 mm. Tekstur erat hubungannya dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
plastisitas, permeabilitas, keras dan kemudahan, kesuburan dan
produktivitas tanah pada daerah geografis tertentu (Hakim et al, 1986).
Gambar 4.1. Grafik Rata-Rata Pasir, Debu, Lempung, dan Kelas Tekstur
di Berbagai Jenis Penggunaan Lahan
Berdasarkan Grafik 4.1 dapat diketahui bahwa kandungan %pasir,
% debu, dan % lempung pada tiap-tiap lokasi penggunaan lahan berbeda-
beda. Nilai tekstur tanah (% pasir, % debu, dan % lempung) (Grafik 4.1)
menunjukkan bahwa semua kelas tekstur pada berbagai jenis penggunaan
lahan adalah sama, yaitu geluh debuan (Silty Loam).
Tekstur tanah mempunyai beberapa hubungan dengan pertumbuhan
tanaman dan sifat fisika tanah lain. Hubungan dengan pertumbuhan
tanaman, diantaranya adalah :
1. Apabila tekstur tanah baik, misalnya seperti lempung berpasir diatas
maka akan terjadi porositas tanah yang baik, atau aerasi tanah yang
baik. Hal ini akan memudahkan perembesan akar tanaman secara luas.
2. Sebagai pengaruh penetrasi akar yang luas, maka tanaman akan
mempunyai zona perakaran yang luas.
3. Dengan luasnya zona perakaran, akan menjamin tingginya
pengambilan (pengabsorbsian) unsur-unsur hara tanaman dari dalam
tanah, sehingga memungkinkan tanaman akan tumbuh dengan subur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
4. Sifat tekstur yang baik, akan menentukan pembentukan struktur tanah
tanah yang baik pula.
5. Dengan lebih halus tekstur tanah, relatif kapasitas tukar kation (KTK)
tinggi, hal ini tergantung pada berapa kandungan liat dan jenis dari
mineral liatnya.
6. Tekstur tanah berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah yang lain, sifat
erat berkaitan dengan pertumbuhan tanaman, misalnya sifat
kelengasan tanah, permeabilitas tanah dan sebagainya
(Suwarno, 2007).
Tekstur tanah berpengaruh dalam menyerap (menahan) air dan
unsur hara. Misalnya, pada tanah bertekstur pasir yang butir-butirnya
berukuran lebih besar, maka setiap satuan berat (misal setiap gram)
mempunyai luas permukaan lebih kecil. Sehingga lebih sulit untuk
menyerap (menahan) air dan unsur hara. Tanah-tanah bertekstur liat,
karena lebih halus maka setiap satuan berat (misal setiap gram)
mempunyai luas permukaan lebih besar sehingga kemampuan tanah dalam
menyerap (menahan) air dan unsur hara lebih tinggi bila dibandingkan
tanah bertekstur pasiran (Hardjowigeno, 1981)
2. Porositas Tanah
Gambar 4.2. Grafik Porositas Tanah di Berbagai Jenis Penggunaan Lahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Porositas tanah adalah kemampuan tanah dalam menyerap air.
Porositas tanah erat kaitannya dengan tingkat kepadatan tanah (Bulk
Density). Semakin padat tanah berarti semakin sulit untuk menyerap air,
maka porositas tanah semakin kecil. Sebaliknya semakin mudah tanah
menyerap air maka tanah tersebut memiliki porositas yang besar. Lalu apa
keuntungan kita mengetahui porositas suatu tanah? Tinggi rendahnya
porositas suatu tanah ini sangat berguna dalam menentukan tanaman yang
cocok untuk tanah tersebut. Bila suatu tanah dengan porositas rendah
dalam artian sulit menyerap air, maka bila kita menanam tanaman yang
tidak rakus air, akan sangat menghambat bahkan merusak. Dalam keadaan
air yang lama terserap (hingga tergenang) sementara tanaman yang di
tanam tidak membutuhkan banyak air justru akan menjadikan kondisi
lingkungan mikro di sekitar tanaman menjadi lembab akibatnya akan
mempengaruhi perkembangan penyakit tanaman. Selain itu, tanaman akan
mudah rusak bila tergenang air terlalu lama, karena tanaman tersebut
dalam kondisi tercekam kelebihan air yang dapat menyebabkan
pembusukan akar tanaman (Nabilussalam, 2011).
Particle Density didefinisikan sebagai berat suatu volume
kepadatan tanah. Jelasnya yang dimaksud dengan tanah disini adalah
volume tanah saja, jadi tidak termasuk volume ruang-ruang yang terdapat
diantara partikel (ruang pori).
Nilai porositas tertinggi dimiliki oleh jenis penggunaan lahan untuk
hutan (49,81%), sedangkan nilai porositas terendah dimiliki oleh jenis
penggunaan lahan untuk ketela (5,05%). Rendahnya nilai porositas pada
ketela bisa disebabkan o;eh kandungan liat yang tinggi bila dibandingkan
dengan jenis penggunaan lahan yang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
3. Kemantapan Agregat
Gambar 4.3. Grafik Kemantapan Agregat Tanah pada Berbagai Jenis Penggunaan Lahan
Kemantapan agregat adalah ketahanan rata-rata agregat tanah
melawan pendispersi oleh benturan tetes air hujan atau penggenangan air.
Kemantapan tergantung pada ketahanan jonjot tanah melawan daya
dispersi air dan kekuatan sementasi atau pengikatan. Faktor-faktor yang
berpengaruh dalam kemantapan agregat antara lain bahan-bahan
penyemen agregat tanah, bentuk dan ukuran agregat, serta tingkat agregasi.
Stabilitas agregat yang terbentuk tergantung pada keutuhan tanah
permukaan agregat pada saat rehidrasi dan kekuatan ikatan antarkoloid-
partikel di dalam agregat pada saat basah. Pentingnya peran lendir (gum)
microbial sebagai agen pengikat adalah menjamin kelangsungan aktivitas
mikroba dalam proses pembentukan ped dan agregasi (Anonim, 2003b)
Berdasarkan Grafik 4.3, diketahui bahwa nilai kemantapan agregat
tertinggi dimiliki oleh jenis penggunaan lahan ketela (48,8%). Sedangkan
nilai kemantapan agregat terendah dimiliki oleh jenis penggunaan lahan
wortel (30,58%).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Nilai kemantapan agregat pada penggunaan lahan wortel
disebabkan oleh struktur tanah yang remah dan lepas. Sehingga ketika
menerima pukulan air hujan, tanah akan mudah hancur.
4. Permeabilitas Tanah
Gambar 4.4. Grafik Permeabilitas Tanah pada Berbagai Jenis Penggunaan Lahan
Permeabilitas adalah tanah yang dapat menunjukkan kemampuan
tanah meloloskan air. Tanah dengan permeabilitas tinggi dapat menaikkan
laju infiltrasi sehingga menurunkan laju air larian. Pada ilmu tanah,
permeabilitas didefenisikan secara kualitatif sebagai pengurangan gas-gas,
cairan-cairan atau penetrasi akar tanaman atau lewat (Nabilussalam, 2011).
Pada tabel 4.2.b bahwa nilai permeabilitas tanah tertinggi terdapat
pada jenis penggunaan lahan hutan (58,37%). Sedangkan nilai
permeabilitas tanah terendah terdapat pada jenis penggunaan lahan untuk
tanaman wortel (9,45%).
Besar kecilnya permeabilitas dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Faktor yang mempengaruhi permeabilitas:
a) Tekstur tanah. Tekstur tanah sangat mempengaruhi permeabilitas
tanah. Hal ini dikarenakan permeabilitas itu adalah melewati tekstur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
tanah. Misalnya tanah yang bertekstur pasir akan mudah melewatkan
air dalam tanah
b) Struktur tanah. Struktur tanah juga mempengaruhi permebilitas.
Semakin banyak ruang antar struktur, maka semakin cepat juga
permeabilitas dalam tanah tersebut. Misalnya tanah yang berstruktur
lempeng akan sulit di tembus oleh air daru pada berstruktur remah
c) Porositas. Porositas atau ruang pori adalah rongga antar tanah yang
biasanya diisi air atau udara. Pori sangat menentukan sekali dalam
permeabilitas tanah, semakin besar pori dalam tanah tersebut, maka
semakin cepat pula permeabilitas tanah tersebut
d) Viskositas. Viskositas sama juga dengan kekentalan air, semakin
kental air tersebut, maka semakin sulit juga air untuk menembuas
tanah tersebut
e) Gravitasi. Gaya gravitasi atau gaya tarik bumi juga sangat menentukan
permeabilitas tanah, karena permeabilitas adalah gaya yang masuk ke
tanah menurut gaya gravitasi (Nabilussalam, 2011).
Bulk density merupakan petunjuk kepadatan tanah. Makin padat
suatu tanah makin tinggi Bulk density berarti makin sulit meneruskan air
atau ditembus akar tanaman. Pada umumnya Bulk density kurang dari 0,85
(S.Hardjowigeno, 1981).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
5. Ringkasan Sifat Fisika Tanah Penentu Fungsi Hidrologis Tanah
Gambar 4.5. Grafik Sifat Fisika Tanah Penentu Fungsi Hidrologis Tanah
Berdasarkan Grafik 4.5, diketahui bahwa berdasarkan data-data sifat
fisika tanah, jenis penggunaan lahan yang mampu menjaga fungsi hidrologis
tanah secara berturut-turut adalah hutan (dengan nilai kemantapan agregat
35,74 %; permeabilitas 58,37 cm/jam; dan porositas 49,8 %), semak (dengan
nilai kemantapan agregat 41,24 %; permeabilitas 36,55 cm/jam; dan porositas
43,39 %), agroforestri (dengan nilai kemantapan agregat 43,8 %;
permeabilitas 46,02 cm/jam; dan porositas 21,05 %), pinus (dengan nilai
kemantapan agregat 41,69 %; permeabilitas 33,04 cm/jam; dan porositas
24,53 %), wortel (dengan nilai kemantapan agregat 30,58 %; permeabilitas
9,45 cm/jam; dan porositas 34,06 %), dan ketela (dengan nilai kemantapan
agregat 48,48 %; permeabilitas 7,76 cm/jam; dan porositas 5,05 %).
C. Iklim Mikro
Kondisi iklim mikro (suhu tanah, suhu udara, dan kelengasan tanah)
pada saat pengambilan sampel antara bulan Maret-Mei 2011 selama 10
minggu berbeda-beda antar lokasi. Besarnya rata-rata suhu udara, suhu tanah,
dan kelengasan tanah lokasi jenis penggunaan lahan disajikan pada Tabel 4.2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Tabel 4.2 Data Rata-Rata Suhu Udara, Suhu Tanah, Dan Kelengasan Tanah di Berbagai Jenis Penggunaan Lahan
Pohon Suhu Udara (oC)
Suhu Tanah (oC)
Kelengasan Tanah Kondisi Lapang(%)
Pinus 19,54 18,73 52,86 Hutan 17,83 17,00 57,55 Ketela 21,17 20,25 49,91 Semak 18,23 17,13 54,52 Agroforestri 21,08 19,96 53,29 Wortel 17,83 17,04 53,51
Berdasarkan Tabel 4.3, kadar lengas tertinggi terdapat pada jenis
penggunaan lahan hutan (57.55 %), sedangkan terendah pada jenis
penggunaan lahan ketela (49.91 %).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar lengas adalah pengaruh
temperatur terhadap sifat-sifat tanah lebih kecil dibandingkan curah hujan
(lengas), karena sebagian energi digunakan untuk evaporasi dan transpirasi.
Jadi pengaruh temperatur berpengaruh terhadap kegiatan perombakan bahan
organik serta laju reaksi pelapukan kimia. Iklim merupakan faktor yang
mempengaruhi kadar lengas tanah. Curah hujan dan temperatur merupakan
bagian dari iklim yang berpengaruh pada kandungan kadar lengas tanah.
Faktor topografi berpengaruh pada kandungan lengas tanah dalam
mempercepat kehilangan lengas atau sebaliknya, yaitu mengawetkannya
(Anonimd, 2010).
Manfaat mengetahui kandungan lengas tanah dalam bidang pertanian
adalah lengas berperan sangat penting dalam proses genesa tanah.
Kelangsungan hidup tanaman dan renik tanah. Setiap reaksi kimia dan fisika
yang terjadi di dalam tanah hampir selalu melibatkan air sebagai pelarut
garam-garam mineral. Senyawa asam dan basa, serta ion-ion dan gugus-
gugus organik maupun anorganik. Manfaat lain dari perhitungan kadar lengas
ini dalam bidang pertanian antara lain, pengetahuan kadar lengas tanah
digunakan untuk menduga kebutuhan air untuk persawahan, menduga
kebutuhan air selama proses irigasi dan mengetahui kemampuan suatu jenis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
tanah mengenai daya simpan lengas atau airnya. Selain itu digunakan untuk
mengetahui daya tahan tanah terhadap erosi.
Berdasarkan Tabel 4.2, suhu udara dan suhu tanah tertinggi terjadi di
ketela, berturut-turut yaitu 21,7 oC dan 20,25 oC, serta terendah pada hutan,
berturut-turut yaitu 17,83 oC dan 17,00 oC. Suhu udara dan suhu tanah
terendah terjadi di hutan, hal ini diduga karena lokasi hutan yang terletak di
dataran tinggi dengan ketinggian tempat antara 1807-1890 m dpl (Tabel 4.1),
sehingga suhu udara dan suhu tanah lebih rendah dibandingkan dengan lokasi
yang lain.
D. Frekuensi Relatif Cacing Tanah (FR), Kepadatan Relatif (KR), Indeks Nilai Penting (INP), dan Dominansi
Indeks Nilai Penting (INP) ini digunakan untuk menetapkan
dominansi suatu jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai
penting menggambarkan kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas.
Indeks Nilai Penting dihitung berdasarkan penjumlahan nilai Kepadatan
Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR) dan Dominansi Relatif (DR).
Pengambilan sampel cacing tanah dilakukan pada bulan Maret-Mei 2011.
Frekuensi Relatif, Kepadatan Relatif, Indeks Nilai Penting, dan dominansi
cacing tanah epigeik disajikan pada Tabel 4.3.a dan Tabel 4.3.b.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Tabel 4.3.a Nilai Frekuensi Relatif, Kepadatan Relatif, Indeks Nilai Penting, dan Dominansi Cacing Tanah di Jenis Penggunaan Lahan
Spesies Pinus Hutan Ketela
FR KR INP Dominansi FR KR INP Dominansi FR KR INP Dominansi Pontoscolex corethrurus
66,67%
70,76% 137,43% Pontoscolex corethrurus
- - - Metaphire capensis
66,67% 75,56% 142,26%
Pontoscolex corethrurus
Metaphire capensis
33,33% 29,24% 62,57% 100% 100% 200% 11,11% 9,52% 20,63%
Kokon - - - - - - 22,22% 14,48% 37,10% Jumlah Spesies 2 1 3
H’ 0,524 0 0,668
Tabel 4.3.b Nilai Frekuensi Relatif, Kepadatan Relatif, Indeks Nilai Penting, dan Dominansi Cacing Tanah di Jenis Penggunaan
Lahan
Spesies Semak Agroforestri Wortel
FR KR INP Dominansi FR KR INP Dominansi FR KR INP Dominansi Pontoscolex corethrurus
42,86%
32,26% 17,69% Metaphire capensis
60,00% 60,04% 15,40% Pontoscolex corethrurus
- - - Metaphire capensis
Metaphire capensis
57,14% 67,74% 156,31% 25,00% 24,95% 137,45% 100% 100% 200%
Kokon - - - 15,00% 15,01% - - - - Jumlah Spesies 2 3 1
H’ 0,692 0,937 0
Keterangan : FR : Frekuensi Relatif KR : Kepadatan Relatif INP : Indeks Nilai Penting
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Gambar 4.6. Grafik Nilai Indeks Diversitas Shannon-Wienner dan Jumlah Spesies pada Berbagai Jenis Penggunaan Lahan
Indeks Diversitas Shannon-Wienner
Hewan tanah atau makrofauna tanah yang terdapat dalam suatu luasan
tertentu atau per satuan penangkapan terdapat bermacam-macam jenis,
sehingga perlu dilakukan suatu perhitungan untuk mengetahui diversitas
makrofauna, dengan rumus:
H’ = - å-
s
i
pipi1
ln
Dimana : H = Indeks Diversitas Shannon-Wienner
pi= Kepadatan relatif jenis makrofauna ke-i (i = 1, 2,..n)
pi= anangditemuklindividuyjumlahtota
vidujenisAjumlahindi
(Suin, 1997)
Berdasarkan Tabel 4.3.a dan Tabel 4.3.b, jumlah spesies cacing tanah
tertinggi ditemukan di agroforestri, dibuktikan dengan jumlah spesies dan
Nilai Indeks Diversitas, berturut-turut yaitu 3 dan 0,937, yang terendah
dibandingkan dengan di jenis penggunaan lahan wortel dan hutan, yaitu 1
spesies dan 0.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Tabel 4.4 Kelas Indeks Diversitas Shannon-Wienner
No Nilai Keterangan
1 > 3 Keanekaragaman tinggi, penyebaran jumlah individu tiap spesies tinggi dan kestabilan komunitas tinggi
2 1 - 3 Keanekaragaman sedang, penyebaran jumlah individu tiap spesies tinggi dan kestabilan komunitas sedang
3 < 1 Keanekaragaman rendah, penyebaran jumlah individu tiap spesies tinggi dan kestabilan komunitas rendah
Dari lokasi penelitian, didapatkan bahwa semua jenis penggunaan
lahan mempunyai nilai <1. Hal tersebut menunjukkan bahwa jenis
penggunaan lahan mempunyai keanekaragaman rendah, penyebaran jumlah
individu tiap spesies tinggi dan kestabilan komunitas rendah. Tetapi, jenis
penggunaan lahan agroforestri mempunyai nilai lebih tinggi bila
dibandingkan dengan yang lain.
Dominansi cacing tanah dapat diketahui dari nilai INP dari tiap-tiap
jenis cacing tanah yang ditemukan. INP merupakan hasil penjumlahan dari
KR dan FR, dimana cacing tanah dominan ditunjukkan dengan Indeks Nilai
penting tertinggi. Spesies yang yang mempunyai Indeks Nilai penting
tertinggi adalah Metaphire capensis.
E. Kepadatan Populasi dan Biomasa Cacing Tanah
Kepadatan populasi adalah jumlah individu tiap satuan luas, volume,
atau satuan penangkapan. Kepadatan hewan tanah sangat bergantung pada
habitatnya, karena keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis hewan
tanah di suatu daerah sangat ditentukan keadaan daerah tersebut (Suin, 1997).
Hal ini diduga karena pengaruh aktifitas cacing tanah yang selalu
bergerak dalam mencari makan dan mencari habitat yang sesuai, sedangkan
pada jenis penggunaan lahan terdapat cukup nutrisi untuk kelangsungan hidup
cacing tanah sehingga kepadatan populasi di daerah jenis penggunaan lahan
menjadi kecil. Wallwork (1970) menyatakan bahwa jumlah dan distribusi
seresah mempengaruhi kepadatan populasi cacing tanah. Cacing tanah dapat
menghancurkan sejumlah besar seresah di lantai hutan. Jika tempat tersebut
populasi cacing tanah tinggi menunjukkan jenis seresah tersebut disukai oleh
cacing tanah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Cacing tanah yang ditemukan pada penelitian ini terdapat 2 spesies,
yang masing-masing memiliki jumlah kepadatan populasi maupun biomassa
yang berbeda-beda. Berdasarkan lampiran, rata-rata kepadatan populasi dan
biomassa cacing tanah tertinggi disumbangkan oleh spesies Oligochaeta
(cacing tanah) dengan spesies Pontoscolex corethrurus sebesar 5,57
(ekor/tangkapan) dan Metaphire capensis sebesar 2,93 (ekor/tangkapan).
Kedua spesies tersebut ditemukan hampir diseluruh jenis penggunaan lahan.
Hal ini membuktikan bahwa ke-6 jenis penggunaan lahan yang digunakan
pada penelitian ini memiliki kondisi habitat yang sesuai bagi kedua spesies
tersebut.
Gambar 4.7. Grafik Nilai Suhu Udara, Suhu Tanah, dan pH Tanah pada Berbagai Jenis Penggunaan Lahan
Kondisi iklim mikro, pH, dan seresah dapat mempengaruhi keberadaan
cacing tanah di jenis penggunaan lahan. Seresah bersama akar tanaman
merupakan sumber bahan organik yang dapat mempengaruhi aktifitas cacing
tanah tanah. Aktifitas tersebut berperan dalam memperbaiki sifat fisik tanah.
Proses dekomposisi bahan organik menghasilkan keasaman tanah (pH) yang
nantinya menciptakan habitat bagi cacing tanah tanah. Populasi cacing tanah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
berkembang baik pada pH netral dan pH yang ideal untuk cacing tanah adalah
5,8-7.2 (Rukmana, 1999).
Suin (1997) menyatakan bahwa pada tanah dengan vegetasi dasarnya
rapat, cacing tanah akan banyak ditemukan, karena fisik tanah lebih baik dan
sumber makanan yang banyak ditemukan berupa seresah. Menurut Edwards
dan Lofty (1977) faktor makanan, baik jenis maupun kuantitas vegetasi yang
tersedia di suatu habitat sangat menentukan keanekaragaman spesies dan
kerapatan populasi cacing tanah di habitat tersebut.
Pontoscolex corethrurus termasuk dalam famili Glossoscolecidae
dengan tanda-tanda khusus yaitu memiliki panjang total tubuh berkisar antara
35-120 mm, diameter 2-4 mm, dengan jumlah segmen berkisar antara 83-215
segmen, warna bagian dorsal cokelat kekuningan, warna bagian ventral abu-
abu keputihan. Warna ujung anterior kekuningan dan warna ujung posterior
cokelat kekuningan. Prostomium prolobus atau epilobus dengan satu segmen
yang ditarik kembali. Seta kecil berlekuk-lekuk serta garis melintang dan
bagian anterior seta kelihatan tidak jelas tetapi pada bagian posterior seta
kelihatan dangat jelas, biasanya sekitar 10-12 bagian depan sangat jelas dan
lebar dari seta berpasangan. Klitelium bentuk pelana mulai dari segmen 14-20
(John, 1998).
Menurut Hanafiah (2005), pH tanah sangat mempengaruhi populasi
dan aktivitas cacing tanah sehingga menjadi faktor pembatas penyebaran dan
spesiesnya. Menurut Edwards dan Lofty (1977), cacing tanah sangat sensitif
terhadap keasaman tanah, karena itu pH menjadi faktor pembatas dalam
menentukan jumlah spesies yang dapat hidup pada tanah tertentu.
Cacing tanah menyukai pH tanah sekitar 5,8-7,2. Penyebaran vertikal
maupun horizontal cacing tanah sangat dipengaruhi oleh pH tanah.
Selanjutnya Wallwork (1970) menyatakan bahwa keberadaan spesies cacing
tanah pada suatu areal sangat ditentukan oleh kandungan bahan organik pada
areal tersebut. Hal ini dibuktikan dengan nilai pH di jenis penggunaan lahan
Pinus, Hutan, Ketela, Semak, Agroforestri, dan Wortel berturut-turut yaitu
5,69; 5,81; 5,74; 5,68; 5,72; dan 5,76.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Fungsi hidrologi lahan dipengaruhi oleh beberapa sifat fisika tanah, antara
lain: tekstur tanah, permeabilitas tanah, dan kemantapan agregat.
2. Berdasarkan data-data sifat fisika tanah, jenis penggunaan lahan yang
mampu menjaga fungsi hidrologis tanah secara berturut-turut adalah hutan
(dengan nilai kemantapan agregat 35,74 %; permeabilitas 58,37 cm/jam;
dan porositas 49,8 %), semak (dengan nilai kemantapan agregat 41,24 %;
permeabilitas 36,55 cm/jam; dan porositas 43,39 %), agroforestri (dengan
nilai kemantapan agregat 43,8 %; permeabilitas 46,02 cm/jam; dan
porositas 21,05 %), pinus (dengan nilai kemantapan agregat 41,69 %;
permeabilitas 33,04 cm/jam; dan porositas 24,53 %), wortel (dengan nilai
kemantapan agregat 30,58 %; permeabilitas 9,45 cm/jam; dan porositas
34,06 %), dan ketela (dengan nilai kemantapan agregat 48,48 %;
permeabilitas 7,76 cm/jam; dan porositas 5,05 %).
3. Aktivitas cacing tanah dalam menggali tanah akan meningkatkan jumlah
pori makro tanah dan stabilitas agregat. Pada hutan, mempunyai rata-rata
kepadatan relatif cacing tanah yang tinggi (2,90) dibandingkan dengan
lokasi yang lain. Sehingga, nilai porositas hutan juga tinggi (49,8 %).
4. Spesies yang yang mempunyai Indeks Nilai Penting tertinggi adalah
Metaphire capensis.
B. Saran
1. Perlu diadakannya penelitian lanjutan yang dilakukan selama 2 musim
berturut-turut dan perlu adanya pengkajian lebih lanjut terhadap sifat kimia
pada lokasi-lokasi penelitian.
2. Jenis penggunaan lahan yang disarankan pada lokasi penelitian adalah
hutan dan semak. Karena, hutan dan semak merupakan jenis penggunaan
lahan yang mampu menjaga fungsi hidrologi.