Dampak Perubahan Hidrologis Dan Perkembangan Tata Guna ...

5
Jurnal Arsltektur Universitas Bandar Lampung, Dcsember 2012 36 kemudian memasuki sungai-sungai dangkal yang dapat diarungi beberapa ratus meter dari huIu dcngan memakai jalan setapak berlumpur dari desa ke desa dan memusat ke tepi sungai. Hal ini menunjukan bahwa awal mulanya terbentuk pennukiman pada wilayah pcsisir pantai timur Pulau Sumatera cenderung berada pada wilayab sungai, namun akscsnya tetap melalui bibir pantai danmengarungi w ilay ah raw a sebel urn mernasuki wilayab permukiman.Namunpada saat ini, situasitersebutmungkin sudah terbalik, dikarenakan keberadaan permukiman yang dijumpai saat ini ccndcrung menggunakan lahan basah tropis, akibat pertambahan penduduk dan kebutuhan akan labanpertanianyangterusmeningkat. Karakter laban disekitar sungai berbeda antara wi Iayah satu dengan lainnya. Seperti halnya dengan Kota Dumai sebagai salah satu kota sungai yang terletak pada kawasan timur Pulau Sumatcra, kecenderungan terbentuknya aliran sungai disekitar laban basah dapat dilihat dengan keberadaan 15 buah sungai yang dapat dilalui oleh kapal, sampan dan perahu sampai jauh ke daerab bulu sungai. Hampir 50% wilayab administrative Kota Dumai di dominasi oleh karakter laban basah tropis (wetland).Lahan basab tropis (wetland) yang lebih dikenal sebagai laban gambut dicirikan dcngan kandungan bahan organikyangtinggi,sehinggatingkatkeasaman tanah tinggi, namun me:mpunyai ketersediaan hara makro dan mikro yangsangatrendah. Sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk di Kota Dumai maka kebutuhan akan perluasan laban permukiman juga rneningkat, Konversi laban gambut sebagai laban basah tropis yang diperuntukan bagi permukiman tak terelakan, disertai dengan kcgiatan normalisasi sungai serta pembangunan saluran-saluran drainase sebagai salah satu prasarana umum yang harus disediakan untuk mengatasi permasalahan banjir pada lingkungan pennukiman.Namun kenyataanya, kegiatan- kegiatan pembangunan pennukiman pada laban basab tropls tidak hanya rncnyebabkaonlsaknya kondisi biofisik lahan gambut, tapi perrnasalahan yang barus diperbitungkan aclalab bilangnya fungsi laban gambut sebagai penyimpan dan penyerap karboD.Akibatnya, program kegiatan Dormaljsasi sungai untuk permukiman dalam upaya mengatasi banjir akan sia-sia, karena fungsi labanbasabtropissudahberkurang(bahkancenderung Sungai biasanya memiliki hubungan yang erat dengan sejarab berdiri dan terjadinya suatu kota. Dalam kajian perkembangan kota-kota diAsia Tenggarakhususnya lingkup studi kota-kota sungai di pantai timur Pulau Sumatera, Manguin menggambarkan (dalamWilliam, Marsden. 1999) babwa pada mulanya struktur kota yang terbentuk pacla kawasan sungai dimulai dari jalan-jalan (akses) yang barus dilalui dari pantai-pantai di bagian utara Pulau Sumatera. Karakter laban yang mula-mula dijumpai adaJahpantaipasiratau rawa-rawa(1ahanbasahtropis), 1.PENDAHULUAN Kata kunci : Laban Basah Tropis, Daerab Aliran Sun.gai, Pembangunan Pcmukiman. Abstrak- 8erdasarkan fenomena-fenomena perubahan hidrologis dan perkembangan tata guna lahan pad a kawasan permukiman laban basab di Kota Dumat, telah mengakibatkan terjadioya percepatan aliran dan cactangan air yang ada diaw permukaan tauh menjadi berkurang. Jib tidak dikelola dengau bati-bali dan sesuai karakteristiknya akan menurunkan kualitas lingkuDgan dan menggangu keseimbangaa hidrologis kawasan tropis. Tujuan penelltian ini adalab untuk mengetabui dampak perubaban hidrologis kawasan dan perkembangan tata guna laban aklbat perkembangan debit suagai harlan sebelum dan scsudah kegiatan normalisasi sungaj dalam rangka pemanfaatan laban basah tropis sebagai fungsi lahan permukiman di Kota Dumai. PeneUtian ini dilakukan secara kualitatif untuk mengetahui dampak pernbabaan hldrologls kawasan dan tata guna laban yang dttlmbulkan aklbat pembangunan permukiman pada laban basab tropis di Kota Duma], Berdasarkan basil penelitian dapat diambil keslmpulan babwa perubahan tata guna lahan pada knwasan laban tropis diwilayah pcnelltian dari tahun 2001 bingga 2010 menunjukan pergesaran dalam pola pemaofaatao Iahan. Semakin berkembangnya Iahan permukiman diikuti dengan menynsutnya wUayab lahan basah tropls. Hal InI dikarenakan perubahan bidrologis kawasall akibat pembanguoan, sehingga terjadinya pengerlngan laban basah tropis dlsepanjang DAS, rusaknya kondisi biofisik laban, bllsngnya fungst laban basah sebagai penyimpan air dan memperlambat aUran air serta terganggunya ekosistem laban basab yang sangat produktif dan mempunyai banyak manfast yang penting sebagai ptngendall banj ir, •'Dosen Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Riau, email: [email protected] 02DosenProgram Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Riau, email: [email protected] Muhammad Rijal, ST, MT·J_ Pedia AMy, ST, Msc? . Dampak Perubahan Hidrologis Dan Perkembangan Tata Guna Lahan Pada Permukiman Lahan Basah Di Kota Dumai

Transcript of Dampak Perubahan Hidrologis Dan Perkembangan Tata Guna ...

Page 1: Dampak Perubahan Hidrologis Dan Perkembangan Tata Guna ...

Jurnal Arsltektur Universitas Bandar Lampung, Dcsember 2012 36

kemudian memasuki sungai-sungai dangkal yang dapatdiarungi beberapa ratus meter dari huIu dcngan memakaijalan setapak berlumpur dari desa ke desa danmemusat ketepi sungai. Hal ini menunjukan bahwa awal mulanyaterbentuk pennukiman pada wilayah pcsisir pantai timurPulau Sumatera cenderung berada pada wilayab sungai,namun akscsnya tetap melalui bibir pantai danmengarungiw il ay ah r aw a sebel urn mernasuki wilayabpermukiman.Namun pada saat ini, situasi tersebutmungkinsudah terbalik, dikarenakan keberadaan permukiman yangdijumpai saat ini ccndcrung menggunakan lahan basahtropis, akibat pertambahan penduduk dan kebutuhan akanlabanpertanian yang terusmeningkat.

Karakter laban disekitar sungai berbeda antarawi Iayah satu dengan lainnya. Seperti halnya dengan KotaDumai sebagai salah satu kota sungai yang terletak padakawasan timur Pulau Sumatcra, kecenderunganterbentuknya aliran sungai disekitar laban basah dapatdilihat dengan keberadaan 15 buah sungai yang dapatdilalui oleh kapal, sampan dan perahu sampai jauh kedaerab bulu sungai. Hampir 50% wilayab administrativeKota Dumai di dominasi oleh karakter laban basah tropis(wetland).Lahan basab tropis (wetland) yang lebih dikenalsebagai laban gambut dicirikan dcngan kandungan bahanorganik yang tinggi, sehingga tingkatkeasaman tanah tinggi,namun me:mpunyai ketersediaan hara makro dan mikroyang sangat rendah.

Sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk diKota Dumai maka kebutuhan akan perluasan labanpermukiman juga rneningkat, Konversi laban gambutsebagai laban basah tropis yang diperuntukan bagipermukiman tak terelakan, disertai dengan kcgiatannormalisasi sungai serta pembangunan saluran-salurandrainase sebagai salah satu prasarana umum yang harusdisediakan untuk mengatasi permasalahan banjir padalingkungan pennukiman.Namun kenyataanya, kegiatan­kegiatan pembangunan pennukiman pada laban basabtropls tidak hanya rncnyebabkao nlsaknya kondisi biofisiklahan gambut, tapi perrnasalahan yang barusdiperbitungkan aclalab bilangnya fungsi laban gambutsebagai penyimpan dan penyerap karboD.Akibatnya,program kegiatan Dormaljsasi sungai untuk permukimandalam upaya mengatasi banjir akan sia-sia, karena fungsilabanbasab tropis sudah berkurang (bahkan cenderung

Sungai biasanya memiliki hubungan yang eratdengan sejarab berdiri dan terjadinya suatu kota. Dalamkajian perkembangan kota-kota diAsia Tenggara khususnyalingkup studi kota-kota sungai di pantai timur PulauSumatera, Manguin menggambarkan (dalamWilliam,Marsden. 1999) babwa pada mulanya struktur kota yangterbentuk pacla kawasan sungai dimulai dari jalan-jalan(akses) yang barus dilalui dari pantai-pantai di bagian utaraPulau Sumatera. Karakter laban yang mula-mula dijumpaiadaJahpantai pasiratau rawa-rawa(1ahanbasah tropis),

1.PENDAHULUAN

Kata kunci : Laban Basah Tropis, Daerab Aliran Sun.gai,Pembangunan Pcmukiman.

Abstrak- 8erdasarkan fenomena-fenomena perubahanhidrologis dan perkembangan tata guna lahan pad a kawasanpermukiman laban basab di Kota Dumat, telahmengakibatkan terjadioya percepatan aliran dan cactangan airyang ada diaw permukaan tauh menjadi berkurang. Jibtidak dikelola dengau bati-bali dan sesuai karakteristiknyaakan menurunkan kualitas lingkuDgan dan menggangukeseimbangaa hidrologis kawasan tropis. Tujuan penelltian iniadalab untuk mengetabui dampak perubaban hidrologiskawasan dan perkembangan tata guna laban aklbatperkembangan debit suagai harlan sebelum dan scsudahkegiatan normalisasi sungaj dalam rangka pemanfaatan labanbasah tropis sebagai fungsi lahan permukiman di Kota Dumai.PeneUtian ini dilakukan secara kualitatif untuk mengetahuidampak pernbabaan hldrologls kawasan dan tata guna labanyang dttlmbulkan aklbat pembangunan permukiman padalaban basab tropis di Kota Duma], Berdasarkan basilpenelitian dapat diambil keslmpulan babwa perubahan tataguna lahan pada knwasan laban tropis diwilayah pcnelltiandari tahun 2001 bingga 2010 menunjukan pergesaran dalampola pemaofaatao Iahan. Semakin berkembangnya Iahanpermukiman diikuti dengan menynsutnya wUayab lahanbasah tropls. Hal InI dikarenakan perubahan bidrologiskawasall akibat pembanguoan, sehingga terjadinyapengerlngan laban basah tropis dlsepanjang DAS, rusaknyakondisi biofisik laban, bllsngnya fungst laban basah sebagaipenyimpan air dan memperlambat aUran air sertaterganggunya ekosistem laban basab yang sangat produktifdan mempunyai banyak manfast yang penting sebagaiptngendall banj ir,

•'Dosen Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Riau, email: [email protected] Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Riau, email: [email protected]

Muhammad Rijal, ST, MT·J_ Pedia AMy, ST, Msc? .

Dampak Perubahan Hidrologis DanPerkembangan Tata Guna Lahan Pada

Permukiman Lahan BasahDi Kota Dumai

Page 2: Dampak Perubahan Hidrologis Dan Perkembangan Tata Guna ...

Muhammad RijaI dan Pedia Aldy 37JA! No.3 VoLt

Dampak perubahan hidrologis lahanbasah tropis tidak hanya faktor fisik danlingkungannya saja namun juga campur tanganmanusia dalam aktifitasnya mengadakanpembangunan-pembangunan di wilayah sungai,Bentuk pengaruh campur tangan manusia salahsatunya adalah kegiatan normalisasi sungai untukkepentingan permukiman. Campur tanganmanusia dapat mengakibatkan perubahanhidrologi kawasan laban basah tropis yang jauhlebih cepat daripada pengaruh alami.

Dampak. perubaban hidrologis kawasandari kegiatan normalisasi sungai dapat ditinjaudari perubahan vegetasi, sedimentasi, dayatampung pada hulu dan hilir sungai yangmenggambarkan keterpaduan dalampembentukan hidrologis kawasan laban basahnya.

Sebelum tahun 2002 masih banyak jenistumbuhan keras atau vegetasi tinggi yang hiduppada daerah huiu dan hilir sekitarwilayah sungai.Pada sungai masih ditemui sisa-sisa vegetasimisalnya kayu mati yang posisinya melintangatau miring di sungai. Namun pada tabun 2010,vegetasi-vegetasi tesebut sudah jarang di jumpaiakibat pembukaan laban permukiman padawilayah tersebut.

Perubahan vegetasi ini menyebabkanhilangnya fungsi hidraulik kawasan laban basah,bahwa kumpulan kayu-kayu yang telah matiseharusnya berfungsi menghambat aliran air kehilir, aliran air terbendung sehingga air tertahan didaerah hulu, Hams disadari bahwa ekologidengan kumpulan kayu-kayu yang telah mati inidapat menciptakan keheterogenan kecepatanaliran air dan kedalaman muka air. Disamping itujuga terjadi terjunan-terjunan kecilyang dapat

3.1. Dampak Perubaban Bidrologis Laban Basah Tropis

3. PEMBAHASAN

dengan luas wilayah mencapai ± 7.500 Ha.Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secarasengaja (purposive) yaitu pada lahan rawabergambut disekitar Sungai Mampu di KelurahanTanjung Penyembal Kecamatan Sungai SembilanKota Dumai, dengan pertimbangan bahwa lokasitersebut terjadi pemanfaatan laban untukpermukiman. Kelurahan Tanjung PenyembalKecamatan Sungai Sembilan terletak pada posisi101°07'80" - 10 1°21'80" Bujur Timur dan1°47'50" -1°50'23" Lintang Utara.

Penelitian ini dilakukan secara kualitatifdengan memperhatikan hasil kajian bersama atasperkembangan debit ali ran sungai yangditimbulkan akibat kegiatan pembangunanpermukiman di Kota Dumai. Perhitungan debitaliran sungai dilakukan bersama oleh penelitidengan Roma Dona (2010), staf Dinas PekerjaanUmum Kota Dumai, yang digunakan sebagaibahan penyusunan tesisnya bidang ilmulingkungan eliUniversitas Riau.

Sebagian hasil analisis dari Roma Dona(2010) tentang dampak hidrologis kawasandituangkan peneliti dalam tulisan ini sebagaibentuk perhatian bidang lingkungan yangdikuasainya. Hasil analisa dampak hidrologiskawasan lahan basah cligunakan peneliti untukmengkaji lebih lanjut dan dibahas lebihmendalam secara kualitatif dampak yangditimbulkan akibat pembangunan pemukimanpada lahan basah tropis di tinjau dari sektorpermukiman.

Lokasi penelitian dilakukan pada wilayahSungai Mampu Kelurahan Tanjung PenyembalKecamatan Sungai Sembilan di Kota Dumai

2. METODE PENELITIAN

hilang) disebabkan kebijakan pcmbangunan permukimanyang salah,

Tindakan konversi laban gambut uutuk wilayahpermukiman sangat jelas akan mengganggu semua fungsilaha~ gambut. Tindakan terscbut dapat mengubahekosistem lahan basah tropis, menguras simpanan karbondan menghilangkan kemampuan kemampuan gambutuntuk mcnyirnpan air 13x lipat dari bobotnya dalam sistemhidrologi kawasan hilir sungai. Kegiatan normalisasi sungaiuntuk kepentingan wilayah permukiman akan~engakibatka~ terjadinya percepatan aliran dan cadanganair yang ada diatas permukaan tanah menjadi berkurang.Pemanfaatan fungsi lahan basah untuk pcrmukiman diKotaDumai jika tidak dikelola dengan hati-hati dan sesuaikarakteristiknya akan menurunkan kualitas lingkungansertamenggangu keseimbangan hidrologiskawasan.

Dengan pengorbanan yang besar dari sisi kualitaslingkungan, penggunaan laban gambut untuk permukimanmemberikan keuntungan ekonomi yang relatif lebih kecildibandingkan dengan lahan mineral. Namun di satu sisi,pertambahan jumlah penduduk yang tinggi dan kebutuhanakan lahan permukiman yang terus meningkat, mau-tidakmau, wilayab lahan basah tropis menjadi target dalampengembangan permukiman. Harus ada solusi konkrituntuk mengatasi pennasalaban dengan bijaksana, salahsatunya mengkaji dampak kegiatan normalisasi das danpemanfaatan fungsi laban basah tropis bagi pembangunanpemukiman di Kota Dumai disertai solusi alternative­altematif dalam perancangan pennukiman pada wilayahlabanbasah tropis untuk direalisasikan.

Page 3: Dampak Perubahan Hidrologis Dan Perkembangan Tata Guna ...

Jurnal Arsitektur Universit.as Bandar Lampnng, Desember 2012 38

i

Berdasarkan tabel 1 dapat di deskripsikan bahwalahan hutan mendominasi wilayah lahan basah sekitar 82%daripada wilayah keseluruhan pada tahun 2002. Sedangkansisanya berupa pertanianlperkebunan dan permukiman.Dibandingkan pada tahun 2010 telah tcrjadi pernutarbalikankondisi antar lahan hutan dan perkebunan/pertanian. Di siniterlibat gambaran bahwa lahan permukiman danpertanian/perkebunan mendominasi wilayah ini sekitar78% dibandingkan lahan hutan. Melihat dariperkembangan lahan inimungkin akan ber:.,:d;,:;;am=.s;p;,;;;ak;;__

Sumber : Hasil analisa peta citra Kola Durnai tahun 2001 dan 2010, Dona(2010)

HUbo,Permo imlPerirebunuPe on .kim .nd U

II • F •• g sill b ••

7)

TABELl.Pergeseran Luas Fungsi Laban Pada Pada Catchment Area Wilayah

Sungai Mampu Tabun2002 Dan 2010L u a L'--. 7""b-•• -:-:%::-:----,

T.hu.2002 TakvlI-+--':2~; O~l0

Dampak perubahan hidrologis kawasan lahanbasah tropis tentu sangat berpengaruh terhadap peubahantata guna lahan.Kawasan lahan basah tropis akan berkurangakibat kegiatan normalisasi DASmenimbulkan laban yangsiap difungsikan sebagai lahan permukiman, karena sudahtidak berfungsinya lahan basah gambut sebagai tempatpenyimpanan eadangan air.

3.2. Dampak Perubaban Tata Gnna Laban

mungkin saja ekosistem laban basah pada sekitar lahanyang notabene terletak pada Sungai Semhilan dan sungaiNerbit tumbuh alami. Hal ini menunjukan bahwa konsepdrainase konvensional yang selama ini dianut yaitu sebagaiusaha untuk rncmbuanglmengalirkan air kelebihan di suatutemp at secepat-cepatnya menuju sungai dan sccepat­eepatnya dibuang ke laut, menurut tinjauan eko-hidrauliktidak bisa lagi dibenarkan. Dengan konsep pembuangansecepat-cepatnya ini, akan terjadi akumulasi debit dibagianhilir dan rendahnya konservasi air untuk ekologi di hulu.Sungai di hilir akan menerima beban debit yang lebih tinggidan waktu debit puncak lehih cepat dari pada keadaansebelumnya dan akan terjadi penurunan kualitas ckologidaerah huIu. Jika sungai kecil, menengah, dan besardijadikan sarana drainase dengan konsep konvensionelseperti diatas bagi, maka akan didapat suatu rezim salurandrainase sebagai ganti rezim sungai,

Kegiatan drainase yang dilakukan oleppemcrintah seternpat banya menghubungkan bagian huludan hilir sehingga bagian muara sungai tidak dilaksanakan.Penyelesaian masalah di wilayah keairan atau sungaijangan hanya melihat/membatasi pada daerah lokal sajatetapi juga hams memperhatikan secara keseluruhanwilayah hulu sampai hilir serta aspek ekologi sungai yangmemilik banyak keanekaragaman hayati (flora dan fauna).Normalisasi sungai akan berakibat terjadinya percepatanaliran air menuju hilir, Sungai dibagian hilir akanmenampung volume aliran air yang lebih besar dalamwaktu yang lebih singkat dibanding sebeJumnya. Jikatampung sungai di hilir tidak mcncukupi maka akan terjadibanjir. Mungkin di bagian bulu yang diluruskan masalahbanjir akan teratasi tetapi di bagian hilirnya akan menerimabeban banjir yang lebih besar.

Pada tabun 2002 masih terdapat jalan lingkungan,namun pada tahun 2010 jalan tersebut sudah hilang akibatgenangan air dari pelimpahan pekerjaan drainase di hilirsungai. Tcmyata sungai yang mengapit Sungai Mampuyaitu Sungai Sembilan dan Sungai Nerbit memiliki aliranpenghubung / Sub DAS yang sarna. Aliran penghubung iniberada pada posisi sejajar dengan bibir pantai yangterbentuk dari proses alam puIuhan atau ratusan bahkanribuan tahun lalu. Namun pada kenyataannya pemerintahsetempat lebih cendenmg untuk mcngutamakan :pe.rba~~saluran drainase yang arahnya tegak lurus atau sejajar bibirpantai. Hal ini menjadi tanda tanya apakah pekerjaandrainase yang arah vertikal terhadap bibir pantai(mengalirkan langsung aliran sungai ke laut) akanmenyebabkan genangan bam ataukah pekerjaan drainaseyang sejajar dengan bibir pantai akan menimbulkanvegetasi baru?

Fakta di atas mengungkapkan bahwa pekerjaannorrnalisasi sungai untuk kepcntingan pcrmukiman dengantujuan mempereepat arus dari hulu ke hilir sungai telahmenyebabkan hilangnya ekosistem laban basah pada muarasungai. Akibat dari kegiatan drainase dalam proses yanglama dan bcrkcsinambungan menghasilkan endapan­endapan baru pada muara sungai berupa delta dan ranting­ranting yang tidak terpakai sehingga kecepatan aliran airpada hulu Sungai Mampu lebih rendah dibanding denganaliran air pada daerah hilir. Endapan-endapan baru yangditimbulkan akibat kegiatan drainase ini pada bagian hulutidak dapat menampung aliran dati bagian hilir. Sedangkanpada bagian hilir akibat endapan-endapan yang terjadi akanmengganggu ekosistem pada daerah sungai. Endapan­endapan tersebut menghasilkan tumbuhan yang hidupdidaerah garnbut, Dari sini dapat dihitung, kosentrasi labanbasah pada bagian hilir sungai mampu akan menyempitsedangkan pada bagian hulunya kosentrasi laban basahakan makin melebar yaitu berupa rawa-rawa. Maryono(2001) mengusulkan konscp cko-drainase sebagai suatuusaha membuanglmengalirkan air kelebihan ke sungaidengan waktu seoptimal mungkin sehingga tidakmenyebabkan teIjadinya masalah kesehatan dan banjir disungai yang terkait (akibat kenaikan debit puncak danpernendekan waktu mencapai deb it puncak).

Apabila pekerjaan drainase dibuat dengan maksudmenghubungkan Sungai Marnpu dengan sungaidisekitarnya yaitu Sungai Sembilan dan Sungai Nerbit

gambar 1 : Perubahan Hidrologis LabanBasah Tropis Tahun 2002 - 2010PadaLokasiPenelitian

meningkatkan kandungan oksigen dalamair. Kondisi fisik yang demikian ini mcrupakanhabitat yang cocok untuk flora dan fauna suatusungai, sekaligus berfungsi sebagai retensi aliranair.

Page 4: Dampak Perubahan Hidrologis Dan Perkembangan Tata Guna ...

Muhammad Rijal dan PediaAldy 39JA! No.3 Vol.l

[1] Agus, F.2009. Cadangan karbon, emisi gas rumah kaeadan konservasi laban gambut.Prosiding Seminar DiesNatalis Universitas Brawidjaya ke 46,31 Januari 2009,Malang.

[2] Asdak. 1995.Hidrologi dan PengelolaanDaerabAliranSungai.Universitas GajabMada.Yogyakarta.

[3] Badan Perencanaan Kota Dumai, 2001.LaporanRencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Dumai,Pemerintah DaerahKotaDumai.

[4] Brinson,.MM (1993). A hydrogeomorphic soil carbonloss over a quarter century and it's plans for thefuture.

5.DAFTAR PUSTAKA

kelebihan di suatu tempat permukian dengan secepat­cepatnya menuju sungai dan dibuang ke laut, menuruttinjauan eko-hidraulik tidak bisa lagi dibenarkan padalahan basah tropis.Dengan konsep pembuangan secepat­cepatnya ini, akan terjadi akumulasi debit di bagian hilirdan rendahnya konservasi air untuk ekologi eli hulu.Sungai eli hilir akan menerima beban debit yang lebihtinggi dan waktu debit puncak lebih cepat dari padakeadaan sebelurnnya dan akan terjadi penurunan kualitasekologi daerah hulu, Normalisasi sungai akan berakibatterjadinya pereepatan aliran air menuju hilir. Sungaidibagian hilir akan menampung volume aliran air yanglebih besar dalam waktu yang lcbih singkat dibandingsebelumnya. Jika tampung sungai di hilir tidakmencukupi maka akan terjadi banjir. Jika d.i bagian buluyang diluruskan, masalab banjir mungkin akan teratasi,tetapi di bagian hilirnya akan menerima bcban banjiryang lebih besar,

2. Perubahan tata guna laban pada kawasan laban tropisdiwilayah penelitian dari tahun 2001 hingga 2010menunjukan pergesaran dalam pola pemanfaatan lahan.Semakin berkembangnya laban permukiman danperkebunan diikuti dengan menyusutnya wilayab labanbasah tropis. Pengaruh campur tangan manusia dapatmengakibatkan perubaban hidrologi kawasan yang jauhlebihcepat daripadapengaruh alami.

3. Pekerjaan drainase/normalisasi sungai bagi permukimanyang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum sebarusnyamemperhatikan konsep-konsep ekologi. Pengelompokanwilayah sungai olehpara ahli sipil sebelum tahun 1980-ankebanyakan hanya bcrdasarkan pada pertimbangan fisikhidraulik. Dalam konsep eko-hidraulik, pengelompokansungai tidak lagi hanya didasarkan pada pertimbangankomponen fisik hidraulik namun juga harus berdasarkankomponen ekologi.

4. Konservasi lahanbasah untukwilayah permukimanjugaharus memikirkan kaidah-kaidah dan fungsiekosistemnya sehingga kontribusi yang penting bagipembangunan dapat tetjaga. Jadi untuk memperkeciltingkat kerusakan laban basab rnaka ada beberapa solusiyang bisa dilakukan seperti: renaturalisasi sungai yaitumengembalikan sungai kepada bentuk yang alamiahdemi mempertabankan dan menjaga kelangsunganekosistem eli sungai; mempertahankan vegctasi dibantaran sungai; membuat lubang resapan biopori yangberguna untuk mengubah sampah organik menjadikompos; serta membuat sumur resapan yang bertujuanuntuk menggantikan peresap alami yang hilang akibatmeluasnya labanpembangunan yang telah tertutup.

1. Konsep drainase konvensional yang selarna ini dianutyaitu sebagai usaha untukmembuanglmengalirkan air

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadapperubahan tataguna laban akibat besarnya perubahan airlarian adalah tanah, iklim dan persentase luasDAS.Semakin besar perubahan, misalnya perubahan darihutan menjadi ladang pertanian, semakin besar pulaperubaban yang terjadi pada air larian (Asdak, 1995).Program kegiatan normalisasi sungai bermaksud untukrncmpcrhalus dinding sungai, sehingga daya pengalirandebit sungai di tempat tersebut dapat dipertinggi dan levelmuka air dapat direndahkan, sehingga tidak membanjiripermukiman setempat. Dengan kondisi ini, diharapkanmasyarakat akan rnerasa aman tinggal di wilayah DAStersebut. Tetapi rasa aman ini akan berakibat fatal dikemudian bari. Dalam contoh kasus yang keeil, disinidijumpai gejala perubaban kondisi laban yang eukupsignifikan, dimana terjadinya pengeringan pada labanbasah/lahan gambut± 250m dariparit melati (parit buatan).Parit buatan yang dibangun pada tahun 2010 pada labanbasah tcrscbut dibuat oleh Dinas Pekejaan Umum KotaDumai bertujuan untuk mengalirkan air yang tergenang disekitar kawasan bulu Sungai Mampu sehingga

• mempengaruhi luas lahan basah sekitar muara. Masyarakatawam tidak pernah berpikir akibat dari tuntutan merekayang menginginkan normalisasi sungai untuk mengatasimasah banjir di daerahnya. Akibat dari pekerjaannormalisasi parit buatan tersebut diperkirakan telah terjadipenyusutan labanbasah tropis seluas± 37,5Ha. Bayangkanjika begitu banyaknya parit melati- parit melati lainnyayang akandipersiapkan olehpemerintah untukkepentinganmengatasi banjir bagi permukiman. Banjir mungkin bisateratasi, namun hilangnya fungsi laban basah akanmenirnbulkanpermasalahan bam dikemudianharinya.

Gambar 2. Perubahan Tala Guna Lahan dari Tabun 2002 -20 JOpada LabanBasah Tropis

hilangnya fungsi laban butan gambut bila tidakmemperhatikan konsep fungsi hidrologis kawasan lahanbasah tropis.

Dona (2010) mengungkapkan bahwa perubahanpola tata guna laban pada kawasan sungai mampu untuktahun 2002 dan 2010 menunjukan pergesaran dalampemanfaatan lahan pada catchment area seluas 2790 Ha,Dari gambar dibawah ini dapat disimpulkan babwa makinberkembangnya laban permukiman dan perkebunan diikutidengan menyusutnya wilayah butan tropis. Pesatnyaperkembanganjumlab penduduk salabsatu faktorpenyebabmenyusutnya wilayah bulan tropis sebagai daerahtangkapan air dalam rangka membuka laban permukimanbam.

Page 5: Dampak Perubahan Hidrologis Dan Perkembangan Tata Guna ...

Jurnal Arsitektur Universitas Bandar Lampung, Descmbcr 2012 40

classification for wetlands. Wetland researchprogramme technical report WRP·DE·4. US ArmyEngineer Waterways Experiment Station, Vicksburg,USA.

[5] Dona, R. 2010, Kajian Normalisasi Sungai TerbadapPerkembangan Lahan BasahDi Kecamatan SungaiSembilan,UniversitasRiau. Pekanbaru.

[6] Finlayson, eM., Begg, Gw., Howes, J., Davies, J.,Tagi, K., dan Lowry, J, 2003. Panduan InventarisasiLahanBasahASIA Versi 1.0,Indonesia.

[7] Maryono.A, 2001. Eko-hidraulik PembangunanSungai,Universitas GajahMada,Yokyakarta.

[8] William, Marsden. 1999. Sejarah Sumatra. RemajaRosdaKarya.Bandung.

[9] WWF. 2008. Deforestation, forest degradation,biodiversity loss and C02 emision in Riau,Sumatera, Indonesia: one Indonesian propinve'sforest and peat soil carbon loss over a quartercentury and it's plansfor the.future. WWF IndonesiaTecnicalReport.www.wwf.or.id.

[10] Yuwono, S.B. 2005, Kajian Penggunaan LabanDalam Pengelolaan DAS, Lampung UniversityPress.