perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari...
Transcript of perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING
DAN INQUIRY BEBAS TERMODIFIKASI TERHADAP PRESTASI
BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL
DAN KEINGINTAHUAN SISWA
(Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi Kelas XI IPA SMA
Negeri 2 Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Prasyarat Mencapai Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Sains
Oleh:
AFIF KURNIAWAN
S830809002
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
melimpahkan nikmat dan karunia-Nya bagi kita semua, sehingga kita tidak
sanggup menghitung-hitungnya. Semoga kenikmatan yang kita peroleh saat ini
semakin menambah keimanan dalam hati kita, Amin.
Tesis ini ditulis dan diajukan sebagai syarat mendapatkan gelar magister
Pendidikan Sains, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penyusunan tesis ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan berbagai
pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D. selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan bantuan
berupa sarana dan fasilitas dalam menempuh pendidikan program pascasarjana.
2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan izin untuk penulisan tesis ini.
3. Prof. Drs. H. Sutarno, M.Sc., Ph.D. selaku Pembimbing 1, yang selalu
memberikan dorongan, pengarahan, bimbingan dan nasehat hingga
terselesaikannya tesis ini.
4. Dr. H. Sarwanto, M.Si. selaku Pembimbing 2, yang selalu memberikan
dorongan, pengarahan, bimbingan dan nasehat hingga terselesaikannya tesis
ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
5. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Sains Program Pascasarjana UNS Surakarta
yang telah memberikan banyak pengalaman dan wawasan keilmuannya kepada
penulis.
6. Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Sragen yang telah memberikan izin kepada
penulis untuk mengadakan penelitian.
7. Guru Biologi SMA Negeri 2 Sragen untuk semua bantuan, bimbingan yang
diberikan kepada penulis.
8. Teman-teman mahasiswa Program Pascasarjana Pendidikan Sains UNS
Surakarta angkatan reguler September 2009 yang telah memberikan motivasi
dan masukan kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Keterbatasan pengalaman penulis dalam penyusunan tesis ini,
menimbulkan kekurangan sehingga banyak kendala-kendala yang dihadapi
penulis. Berbagai kendala jelas menjadikan tesis ini kurang sempurna, akan tetapi
tesis ini tidak akan terbit jikalau dituntut oleh sebuah kesempurnaan. Untuk itu
dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis mengharapkan kepada
pembaca untuk ikut serta menyempurnakan tesis ini dengan memberikan saran
dan kritik yang membangun. Semoga tesis ini bermanfaat bagi penulis khususnya
dan bagi para pembaca pada umumnya.
Surakarta, Februari 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERSETUJUAN
IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING DAN
INQUIRY BEBAS TERMODIFIKASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR
BIOLOGI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL
DAN KEINGINTAHUAN SISWA
(Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi Kelas XI IPA SMA Negeri 2
Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010)
Disusun oleh:
Afif Kurniawan
S830809002
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal Pembimbing I
Prof. Drs. Sutarno, M.Sc, Ph.D. NIP. 19600809 198612 1 001
_____________
__________
Pembimbing II
Dr. Sarwanto, M.Si NIP. 19690901 199403 1 002
_____________
__________
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Sains
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd.
NIP. 19520116 198003 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
ABSTRAK
Afif Kurniawan. S830809002. Implementasi Metode Pembelajaran Inquiry Terbimbing dan Inquiry Bebas Termodifikasi Terhadap Prestasi Belajar Biologi Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010). Tesis. Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Pembimbing: 1) Prof. Drs. Sutarno, M.Sc, Ph.D . 2) Dr. Sarwanto, M.Si. Surakarta. 2011.
Pembelajaran IPA di SMA menurut Peraturan Menteri Pendidikan No 22 Tahun 2006 berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis dan merupakan suatu proses penemuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi ditinjau dari kemampuan awal dan keingintahuan serta mengetahui interaksi antar variabel tersebut terhadap prestasi belajar biologi
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Sragen tahun pelajaran 2009/2010, sebanyak 5 kelas. Sampel penelitian ditentukan secara acak dengan teknik cluster random sampling sebanyak dua kelas. Teknik pengumpulan data menggunakan metode tes untuk mendapatkan data prestasi belajar kognitif dan kemampuan awal, metode angket untuk mendapatkan informasi keingintahuan dan prestasi belajar afektif, serta observasi untuk mengukur prestasi belajar aspek psikomotorik. Uji hipotesis penelitian menggunakan anava tiga jalan dengan desain faktorial 2x2x2 dan frekuensi sel tidak sama.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) ada pengaruh penerapan metode pembelajaran terhadap prestasi belajar Biologi aspek kognitif (p=0.000), afektif (p=0.004), dan psikomotorik(p=0.000), 2) ada pengaruh tingkat kemampuan awal terhadap prestasi belajar Biologi, aspek kognitif (p=0.000) dan afektif (p=0.004), namun tidak berpengaruh terhadap prestasi aspek psikomotorik (p=0.250), 3) tidak ada pengaruh tingkat keingintahuan siswa terhadup prestasi belajar Biologi aspek kognitif (p=0.127) dan afektif (p=0.104), namun berpengaruh terhadap prestasi belajar Biologi aspek psikomotorik (p=0.013), 4) ada interaksi antara metode pembelajaran dengam kemampuan awal terhadap prestasi belajar Biologi aspek kognitif (p=0.035), tetapi tidak terdapat interaksi metode pembelajaran dan kemampuan awal terhadap prestasi belajar Biologi aspek afektif (p=0.100) dan psikomotorik (p=0.250), 5) ada interaksi antara metode pembelajaran dan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi aspek kognitif (p=0.001), tetapi tidak ada interaksi metode pembelajaran dan keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi aspek afektif (p=0.117) dan psikomotorik (p=0.395). 6) tidak ada interaksi antara kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi aspek kognitif (p=0.376), afektif (p=0.387), dan psikomotorik (p=0.081), 7) tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi aspek kognitif (p=0.780), afektif (p=0.742), dan psikomotorik (p=0.660) Kata Kunci: inquiry terbimbing, inquiry bebas termodifikasi, kemampuan awal,
keingintahuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
ABSTRACT
Afif Kurniawan. S830809002. The implementation of Guided Inquiry and Modified Free Inquiry to Biology Achievements Overviewed from Students’ Prior Knowledge and Curiosity (A Case Study on Respiratory System Subject Matter for Grade XI of The State Senior High School 2 Sragen Academic Year 2009/2010). Advisor 1): Prof. Drs. Sutarno, M.Sc, Ph.D, 2): Dr. Sarwanto, M.Si. Thesis: Science Education Program Post-graduate program, Sebelas Maret University. Surakarta, 2011
Based on the role of Education Minister no 22 year 2006 science learning in SMA should be related to inquiry about nature phenomena systematically and the process of discovery. The purpose of the research was to know the effect of implementation of Guided Inquiry and modified free inquiry overviewed from Students’ prior knowledge studends curiosity and its interactions toward biology learning achievement
This research used experimental method. The population of this research is all the students of XI grade of The State Senior High School 2 of Sragen in Academic Year 2009/2010; consisted of 5 classes. The sample of this research are determined randomly with cluster random technique consisted classes. The data were collected using test for students achievement and students prior knowledge, questionnaire for students curiosity and affective learning achievement, and observation sheet for psychomotor. Hypothesis of this research were tested by a three way of analysis of variance with 2x2x2 factorial design and unequal cells.
The results showed that: 1) there was an effect of the use of learning method toward the Biology learning achievement in cognitive (p=0.000), affective (p=0.004), and psychomotor aspect (p=0.000), 2) there was an effect of the students prior knowledge toward the Biology learning achievement in cognitive (p=0.000), and affective aspect (p=0.004), but there was no effect in psychomotor aspect (p=0.250), 3) there was no effect of the students’ degrees of curiosity toward the Biology learning achievement in cognitive (p=0.127), and affective aspect (p=0.104), but there is an effect in psychomotor aspect, (p=0.013), 4) these was an interaction between learning method with prior knowledge to the Biology learning achievement in cognitive aspect (p=0.035), but there is no interaction between learning method and prior knowledge to the Biology learning achievement in affective (p=0.100), and psychomotor aspects(p=0.250), 5) there was an interaction between learning method and the students’ curiosity to the Biology learning achievement in cognitive aspect (p=0.001), but there was no interaction between learning method and students’ curiosity to the Biology learning achievement in affective (p=0.117), and psychomotor aspects (p=0.395), 6) There is no interaction between the students’ prior knowledge and the students degrees of curiosity to the Biology learning achievement in cognitive (p=0.376), affective (p=0.387), and psychomotor aspect (p=0.801), 7) there was an interaction among the learning method, the students’ prior knowledge, and the students’ degrees of curiosity to the Biology learning achievement in cognitive (p=0.780), affective (p=0.742), and psychomotor aspect (p=0.660). Key words: guided inquiry, modified free inquiry, prior knowledge, and curiosity
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi
pembangunan suatu bangsa. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang
melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan
dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dalam
konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan
pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan dan
rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum.
Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu
pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional, namun
tampaknya hal ini belum dapat direalisasikan secara maksimal. Salah satu masalah
yang dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah lemahnya proses
pembelajaran. Proses pembelajaran di sekolah merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh dalam keberhasilan siswa dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM). Banyak usaha untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, salah satunya
adalah dengan memperbaiki proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
Banyak faktor yang mempengaruh selama melakukan usaha untuk
memperbaiki kualitas pendidikan, diantaranya faktor internal yang keberadaannya
tidak dapat dipengaruhi oleh tenaga pendidik dalam hal ini peneliti, yang
termasuk dalam faktor internal diantaranya: kemampuan awal, motivasi, dan
keingintahuan. Selain faktor internal ada faktor luar (faktor eksternal) yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
mempengaruhi kualitas pendidikan, diantaranya: lingkungan, kurikulum, sarana
prasarana, media pembelajaran, proses pembelajaran meliputi model dan metode
pembelajan yang dipilih. Dari beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi
kulitas pendidikan, ada beberapa tindakan yang bisa dilakukan peneliti dalam
upaya memperbaiki kualitas pendidikan diantaranya pembuatan media, ICT, dan
memperbaiki proses pembelajaran.
Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
berdasarkan peraturan menteri pendidikan nasional (permendiknas) No. 22 Tahun
2006 menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa. Jadi, kegiatan belajar
berpusat pada siswa (student oriented), guru sebagai motivator dan fasilitator di
dalamnya agar suasana kelas lebih hidup. Namun pada kenyataanya proses
pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini cenderung
berorientasi pada pencapaian isi, dan lebih mementingkan pada penghafalan
konsep bukan pada pemahaman serta pencapaian kompetensi. Hal ini dapat dilihat
dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru.
Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode dan pendekatan
konvensional seperti: ceramah, penugasan, open book, sehingga siswa hanya
duduk, mencatat, dan mendengarkan informasi yang disampaikan oleh guru dan
sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana
pembelajaran menjadi tidak kondusif dan siswa menjadi pasif.
Perkembangan kognitif sebagian besar bergantung pada kemampuan
peserta didik berinteraksi dengan lingkungannya. Menurut Neila Ramdhani (2008)
bahwa “Sesungguhnya manusia tumbuh, beradaptasi, dan berubah melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
perkembangan fisik, kepribadian, sosio emosional, dan perkembangan kognitif”.
Belajar lebih bermakna jika anak mengalami sendiri konsep yang dipelajarinya,
bukan mengetahuinya. Kemudian, pengetahuan tersebut dihubungkan dengan
struktur kognitif mereka. Pembelajaran bermakna dapat diterapkan melalui
beberapa metode pembelajaran seperti: cooperative learning, inquiry learning,
problem based learning, dan contextual teaching and learning, karena metode
pembelajaran tersebut mengajak siswa untuk aktif secara kognitf, afektif, dan
psikomotorik dalam pembelajaran Ari Widodo (2007). Pengajaran yang
berorientasi pada target penguasaan materi terbukti berhasil dalam mengingat
jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam
kehidupan jagka panjang. Hal ini disebabkan siswa dikonsentrasikan hanya untuk
menguasai isi.
Peraturan menteri pendidikan nasional (permendiknas) No. 22 Tahun 2006
tentang standar isi untuk satuan pendidikan menengah dan dasar menyebutkan
bahwa:
Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SMA/MA/SMALB dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi lanjut ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri
Permendiknas tersebut mengisyaratkan adanya upaya-upaya untuk
mengenbangkan kemampuan siswa agar mereka lebih berpikir ilmiah, kreatif, dan
mandiri. Tokoh pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara mengungangkap tiga
prinsip pembelajaran, yaitu: ing ngarso sung tulodo (jadi pemimpin-guru jadilah
teladan bagi siswanya), ing madyo mangun karso (dalam pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
membangun ide siswa dengan aktivitas sehingga kompetensi siswa terbentuk), tut
wuri handayani (jadilah fasilitator kegiatan siswa dalam mengembangkan life skill
sehingga menjadi pribadi mandiri). Dengan perkataan lain, student-oriented
adalah solusi tepat untuk pelaksanaan kurikulum 2006, bukan dengan teacher-
oriented. Metode yang tepat untuk pembelajaran Biologi yaitu metode inquiry.
Implikasi terhadap pembelajaran adalah kegiatan pembelajaran identik dengan
aktivitas siswa secara optimal, tidak cukup dengan mendengar dan melihat, tetapi
harus dengan hands-on, minds-on, kontruktivis, dan dayly life.
Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMA Negeri 2 Sragen selama ini
proses pembelajaran masih belum optimal, hal ini terbukti dari siswa kurang aktif
dalam kegiatan belajar mengajar baik secara kognitif, afektif dan psikomotorik.
Selama ini keaktifan pembelajaran didominasi oleh guru, sehingga siswa
cenderung pasif dan hanya sekedar mendengarkan. Guru dalam proses Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM) masih konvensional dan siswa tidak diajak melakukan
suatu kegiatan selama kegiatan belajar mengajar. Di dalam proses belajar
mengajar seperti ini, siswa hanya mampu menguasai aspek kognitif saja, sehingga
aspek afektif dan psikomotorik masih belum tercapai, karena siswa tidak
dilibatkan dalam proses penemuan, pengamatan, pengelompokan, pengukuran,
analisis, dari suatu fenomena dalam pengalaman belajar. Pencapaian aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik dapat optimal jika kegiatan yang dilakukan
dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) juga optimal. Kegiatan-kegiatan yang
dilaukan merupakan pengalaman yang melibatkan fisik maupun mental yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
dilakukan oleh siswa dalam berinteraksi dalam Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM).
Ketercapaian proses pembelajaran untuk aspek kognitif dapat dilihat dari
prestasi nilai semester ganjil untuk mata pelajaran Biologi pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Nilai Biologi Kelas XI IPA Semester 1 Tahun Pelajaran 2009/2010 No Komponen Kelas
XI IPA 1 XI IPA 2 XI IPA 3 XI IPA 4 XI IPA 5
1 UH 1 Mean 44.6 50.1 44.5 42.8 46.9 Standar Deviasi 14.5 50.07 18.3 14.7 15.0
2 UH 2 Mean 84.9 84.1 83.5 80 80 Standar Deviasi 0.8 1.9 2.4 1.4 0
3 UH 3 Mean 59.8 26 62.6 71.4 67 Standar Deviasi 17.2 12.5 11.3 16.9 10.4
4 UAS Mean 68.3 69.0 69.9 70.3 69.9 Standar Deviasi 6. 6 4.8 5.9 4.7 5.9
(Sumber: Data statistik bagian pengajaran SMA Negeri 2 Sragen)
Berdasarkan Tabel 1.1, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata prestasi belajar yang
masih rendah. Hal tersebut dapat disebabkan penggunaan metode pembelajaran
yang kurang tepat, dalam arti kurang memberdayakan potensi siswa. Hasil
pembelajaran hanya tampak dari kemampuan siswa menghafal fakta, tetapi siswa
tidak memahami secara mendalam substansi dari materi tersebut.
Penyajian materi belum sepenuhnya menggunakan metode pembelajaran
yang sesuai, dan kurang dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran
sehingga mengakibatkan prestasi belajar tidak optimal. Sistem respirasi
merupakan materi pada siswa kelas XI IPA semester 2. Diperlukan kemampuan
untuk memahami konsep yang benar, kreatif dalam mentransfer pemahaman
secara abstrak menjadi nyata dan mampu menganalisis struktur dan fungsi dari
sistem pernapasan tersebut. Sebenarnya banyak metode yang dapat digunakan
dalam pembelajaran materi sistem respirasi, tetapi guru belum memanfaatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
model dan metode pembelajaran kontemporer yang ada dan hanya mengajak
siswa dengan proses pembelajaran konvensional.
Usaha yang dapat dilakukan untuk menjembatani dan menyelesaikan
masalah tersebut adalah dengan memilih metode pembelajaran yang tepat. Metode
pembelajaran yang tepat adalah yang berpusat pada siswa sehingga dapat
meningkatkan kemampuan berfikir aktif siswa dalam menentukan konsep serta
mampu mengaplikasikan life skill dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu metode
pembelajaran yang memungkinkan siswa terlibat aktif menggunakan proses fisik
untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip materi yang sedang dipelajari
adalah inquiry. Menurut Margono (1989: 52) bahwa dilihat besar kecilnya
informasi dari guru kepada siswa dalam proses pembelajaran, metode inquiry
dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu: 1) Inquiry terpimpin/terbimbing, 2)
Inquiry bebas, dan 3) Inquiry bebas yang dimodifikasi
Metode pembelajaran inquiry merupakan metode pembelajaran yang
diharapkan oleh kementrian pendidikan nasional yang dituangkan dalam peraturan
menteri pendidikan nasional (permendiknas) No. 22 Tahun 2006 dapat diterapkan
dalam kegiatan proses belajar mengajar IPA Biologi, mengingat Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan sehingga dalam proses belajar mengajar
Biologi diperlukan suatu bentuk kegiatan yang dapat mengubah siswa untuk dapat
menemukan sesuatu konsep melalui kreatifitas secara langsung dengan cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
mengamati, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara baik dan
benar mengajukan pertanyaan, menggolongkan dan menafsirkan data, serta
mengkomunikasikan hasil temuan secara lisan atau tertulis, menggali dan
memilah informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau
memecahkan masalah sehari-hari. Penerapan metode pembelajaran inquiry, pada
pokok bahasan tertentu antara lain bertujuan agar siswa mampu memecahkan
masalah dan menarik kesimpulan dari beberapa kegiatan yang dilakukan.
Pandangan terkini tentang metode inquiry muncul dari National Science
Education Standards (NSES) (1996). Salah satu area dalam standar pengajaran
sains dan standar pengembangan profesional adalah pengembangan program
pembelajaran berbasis inquiry dan pembelajaran konten sains melalui inquiry.
NSES mengesahkan kurikulum sains yang melibatkan siswa secara aktif dalam
sains menggunakan metode inquiry. Metode ini telah mengubah fokus pendidikan
sains dari penghafalan konsep-konsep dan fakta-fakta dalam mata pelajaran ke
belajar berdasar inkuiri, selanjutnya siswa mencoba menjawab untuk memahami
dan memecahkan suatu masalah.
Landasan filosofis inquiry adalah kontruktivisme, yaitu “belajar bukan
hanya menghafal tetapi juga mengkontruksi pengetahuan” (Sugiyanto, 2008: 19).
Dalam pennerapanya kontruktivisme masih mengalami kekurangan seperti hasil
penelitian yang dilakukan oleh Ari Widodo (2007) bahwa “penerapan prinsip-
prinsip konstruktivisme dalam pembelajaran kurang menunjukkan urutan
sebagaimana yang disarankan oleh kontruktivis”. Oleh karena itu, dalam
menerapkan prinsip-prinsip konstruktivisme atau inquiry guru perlu memberi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
bimbingan yang memadai agar pembelajaran tidak menimbulkan kesulitan bagi
siswa.
Metode pembelajaran seperti yang telah diuraikan di atas merupakan
faktor eksternal yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran, sedangkan faktor
internal yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran diantaranya adalah
kemampuan awal siswa. Dalam pandangan tentang belajar dikatakan bahwa siswa
membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitifnya
berdasarkan pengalaman. Perbedaan kemampuan awal yang dimiliki siswa akan
ditemui oleh guru dalam proses belajar mengajar, ada yang berkemampuan tinggi,
sedang ataupun rendah, akan tetapi dalam kenyataanya dalam proses
pembelajaran hal ini belum diperhatikan oleh tenaga pendidik atau guru sebelum
melakukan proses pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar siswa yang
memiliki kemampuan tinggi cenderung memiliki prestasi belajar tinggi pula,
sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan awal rendah akan menunjukkan
prestasi belajar yang juga rendah.
Faktor internal lainnya yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi
belajar adalah motivasi dan keingintahuan siswa. Motivasi adalah perubahan
energi dalam diri (pribadi seseorang) yang ditandai dengan perasaan dan reaksi
untuk mencapai tujuan dan keberhasilan (Legiman, 2007 :17). Jadi untuk
mencapai tujuan dan keberhasilan dalam pembelajaran diperlukan motivasi dalam
diri siswa. Motivasi internal ini tumbuh melalui stimulus-stimulus yang hadir
pada diri siswa, baik dihadirkan oleh lingkungan atau sengaja dihadirkan oleh
siswa. Stimulus dapat berupa stimulus material maupun stimulus non material.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Stimulus material antara lain sarana dan prasarana belajar, sedangkan stimulus
non material antara lain: suasana belajar, cara mengajar guru, dan lingkungan
belajar. Perbedaan stimulus material dan stimulus non material yang didapat siswa
akan menimbulkan tingkat motivasi yang berbeda-beda pula pada siswa. di SMA
Negeri 2 Sragen kelengkapan stimulus tersebut berbeda-beda sehingga tingkat
motivasi siswa juga berbeda.
Menurut Oemar Hamalik (2002 : 159-160), salah satu komponen dalam
diri motivasi adalah keadaan merasa tidak puas, selalu ingin tahu, dan
ketergantugan psikologis. Sejalan dengan teori motivasi di atas, maka tingkat
keingintahuan siswa dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran.
Keingintahuan yang tinggi akan mendorong siswa untuk mencari konsep dan
informasi baru yang sedang dipelajari, sehingga pengetahuannya bertambah dan
prestasinya meningkat, sedangkan siswa yang keingintahuannya rendah akan
mendapatkan hal yang sebaliknya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hesty Handayani (2010) yang menyimpulkan bahwa ada pengaruh
yang signifikan keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis kemukakan di atas maka
dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Selama ini metode pembelajaran yang digunakan guru belum sesuai dengan
karakter materi Biologi sehingga mengakibatkan prestasi belajar siswa belum
optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
2. Metode pembelajaran selama ini banyak bersifat konvensional, pembelajaran
masih berpusat pada guru, maka prestasi belajar siswa masih rendah karena
siswa belum terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
3. Terdapat berbagai macam metode inquiry akan tetapi pada kenyatannya
inquiry belum dilaksanakan sesuai dengan karakternya.
4. Ada kecenderungan guru memperlakukan anak didik sebagai objek tanpa
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih mengembangkan diri,
sehingga mengakibatkan tidak bisa aktif dalam kegiatan pembelajaran.
5. Keberhasilan belajar mengajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor terutama
faktor internal dan eksternal akan tetapi dalam praktiknya guru kurang
memperhatikan hal ini.
6. Dalam proses pembelajaran siswa hanya dikonsentrasikan untuk menguasai
isi, tanpa memperhatikan ketercapaian kompetensi yang harus dicapai
sehingga mengakibatkan pembelajaran kurang optimal
7. Kemampuan awal merupakan faktor internal yang mempengaruhi
keberhasilan proses pembelajaran, namun hal tersebut belum diperhatikan oleh
guru sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar.
8. Tingkat keingintahuan siswa merupakan faktor internal yang mempengaruhi
keberhasilan proses pembelajaran, namun hal tersebut belum diperhatikan oleh
guru sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar.
9. Biologi belum diajarkan sesuai dengan karakteristiknya sehingga proses
pembelajaran kurang optimal dan mengakibatkan prestasi belajar siswa masih
belum optimal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan dapat mencapai sasaran, maka perlu
pembatasan masalah, pembatasan masalah dititik beratkan pada :
1. Metode pembelajaran yang digunakan adalah inquiry terbimbing dan inquiry
bebas termodifikasi
2. Faktor internal yang akan ditinjau dalam penelitian ini adalah kemampuan
awal dan keingintahuan siswa yang dikelompokkan menjadi tinggi dan
rendah.
3. Materi pelajaran difokuskan pada pokok bahasan sistem respirasi
D. Perumusan Masalah
Dalam pembelajaran, banyak masalah yang dihadapi, akan tetapi dalam
penelitian ini hanya akan ditinjau pada pengaruh penerapan metode pembelajaran
inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi ditinjau dari kemampuan awal
dan keingintahuan siswa, maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai
berikut sebagai berikut:
1. Adakah pengaruh penerapan metode pembelajaran inquiry terbimbing dan
inquiry bebas termodifikasi terhadap prestasi belajar Biologi?
2. Adakah pengaruh tingkat kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar
Biologi?
3. Adakah pengaruh tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar
Biologi?
4. Adakah interaksi antara metode pembelajaran dengan tingkat kemampuan awal
siswa terhadap prestasi belajar Biologi?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
5. Adakah interaksi antara metode pembelajaran dengan tingkat keingintahuan
siswa terhadap prestasi belajar Biologi?
6. Adakah interaksi antara kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa
terhadap prestasi belajar Biologi?
7. Adakah interaksi antara metode dengan kemampuan awal dan tingkat
keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengaruh penerapan metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry
bebas termodifikasi terhadap prestasi belajar Biologi.
2. Pengaruh tingkat kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar Biologi.
3. Pengaruh tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi.
4. Interaksi antara metode pembelajaran dengan tingkat kemampuan awal siswa
terhadap prestasi belajar Biologi.
5. Interaksi antara metode pembelajaran dengan tingkat keingintahuan siswa
terhadap prestasi belajar Biologi.
6. Interaksi antara kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap
prestasi belajar Biologi
7. Interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal dan tingkat
keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini diantaranya
adalah:
1. Manfaat teoritis
a. Mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran inquiry terbimbing
dan inquiry bebas termodifikasi terhadap prestasi belajar Biologi ditinjau
dari kemampuan awal dan keingintahuan siswa.
b. Memberikan informasi tentang metode pembelajaran yang tepat dan sesuai
dengan materi
c. Menjadi bahan pustaka bagi penelitian yang sejenis
2. Manfaat praktis
a. Menambah perbendaharaan tentang metode pembelajaran yang lebih
inovatif sehingga menarik perhatian siswa dan tidak membosankan.
b. Memberi masukan kepada guru untuk menggunakan metode pembelajaran
yang tepat.
c. Meningkatkan prestasi belajar siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Belajar dan Pembelajaran
Ketika berkecimpung di dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang
pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang sanggat fundamental.
Berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan sanggat tergantung pada
proses belajar yang dialami siswa sebagai peserta didik, baik ketika berada di
sekolah maupun di lingkungan keluarga.
Muhaibin Syah (2006: 89) dalam bukunya psikologi pendidikan
menyatakan bahwa “Kekeliruan atau ketidak lengkapan persepsi proses belajar
dan hal-hal yang berkaitan dengannya kemungkinan akan mengakibatkan kurang
bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai peserta didik”. Oleh karena itu,
pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan
manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik.
a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses tindakan atau prilaku. Dalam kamus
umum bahasa Indonesia, secara etimologis belajar berarti berusaha memperoleh
kepandaian. Sehingga dengan belajar manusia menjadi tahu, memahami,
mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu. Belajar menurut
Gagne dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 11) didefinisikan sebagai suatu proses
perubahan prilaku suatu organisme sebagai akibat pengalaman. Jadi dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15 dikatakan bahwa dalam proses belajar, akan terjadi perubahan dan membutuhkan
waktu. Menurut Winkel (1996: 33) belajar adalah ”Suatu aktivitas mental atau
psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkunga yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan,
dan nilai sikap. Perubahan ini bersifat secara relatif, konstan, dan berbekas”.
Morgan dalam Ngalim Purwanto (1990: 84) mengemukakan “Belajar adalah
setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai
suatu hasil dari latihan atau pengalaman”. Belajar menurut Slameto (2003: 2)
adalah “Suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruahn, sebagai hasil pengalamnya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Sedangkan menurut Nana
Sudjana (1996:5) belajar adalah:
Suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam beberapa bentuk. Seperti berubah pengetahuan, pemahaman sikap, dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.
Berdasarkan pendapat tentang pengertian yang telah diungkapkan di atas,
maka belajar dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memperoleh kepandaian
atau ilmu melalui latihan atau pengalaman serta ditandai dengan perubahan
tingkah laku. Perubahan tingkah laku terdiri dari perubahan kognitif yang meliputi
pengetahuan atau pemahaman. Perubahan secara afektif atau perubahan sikap dan
perubahan psikomotorik (ketrampilan). Dalam belajar, siswa tidak akan lepas
denan interaksi antar siswa, siswa dengan fasilitas belajar, ataupun siswa dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16 guru. Kemampuan interaksi setiap individu akan mempengaruhi proses dan hasil
belajar yang bersangkutan dan membentuk kepribadian (Jack Conficld, 1992:27).
b. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan membelajarkan siswa menggunakan asas
pendidikan maupun teori belajar. Keberhasilan pendidikan ditentukan oleh proses
pembelajaran. “Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar
dilakukan oleh pendidik dan belajar dilakukan oleh peserta didik” (Syaiful Sagala,
2005: 61). Jadi untuk mencapai tujuan belajar dalam pembelajaran melibatkan
pendidik dan peserta didik. Pembelajaran memiliki dua karakteristik, pertama,
dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal,
bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar dan mencatat tetapi
menghendaki aktivitas siswa dalam proses berpikir, kedua, dalam pembelajaran
membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus yang
diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa,
sehingga memperoleh pengetahuan yang mereka kontruksi sendiri. Jadi
pembelajaran menurut penelitian ini merupakan usaha untuk membantu siswa
mempelajari sesuatu hal yang baru secara interaktif, sehingga siswa mampu
membangun pengetahuannya.
2. Teori Belajar Yang mendukung Penelitian
Untuk menjelaskan proses belajar itu berlangsung, timbul berbagai teori.”
Setiap teori memberi penjelasan tentang aspek belajar tertentu dan tidak sesuai
dengan macam bentuk belajar” (Nasution; 2005: 131-132). Menurut Nasution
(2005:135) ”Kita tidak perlu memilih satu teori belajar tertentu bagi segala bentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17 belajar, juga tidak perlu kita menolak teori tertentu”. Dengan demikian semua
teori belajar dapat memberi bantuan kepada guru dalam proses belajar mengajar.
”Belum diciptakan satu teori belajar yang mencakup semua bentuk belajar” (
Nasution; 2005: 131-132). Dalam penelitian ini digunakan beberapa teori belajar
diantaranya adalah:
a. Teori belajar Bruner
Jerome Bruner adalah seorang profesor psikologi dari Harvard University
di Amerika Serikat. Model instruksional kognitif dari Bruner dikenal dengan
belajar penemuan (discovery learning). Siswa hendaknya belajar melalui
kemampuannya untuk secara aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
Sebagaimana ungkapan Bruner dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 103) berikut:
Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya menghasilkan hasil yang lebih baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.
Proses pencarian pengetahuan ini memiliki beberapa keunikan. Pertama,
pengetahuan tersebut dapat bertahan lama dalam ingatan siswa. Kedua, hasil
belajar penemuan mempunyai efek tranfser yang lebih baik, dalam artian konsep-
konsep atau prinsip-prinsip yang dijadikan milik kognitif siswa lebih mudah
diterapkan pada situasi-situasi baru. Ketiga, secara menyeluruh belajar penemuan
meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berfikir secara bebas.
Secara khusus belajar penemuan melatih keterampilan kognitif siswa untuk
menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain,
membangkitkan keingintahuan siswa, memberi motivasi untuk bekerja keras terus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18 menerus dalam rangka mencari jawaban dan melatih siswa untuk menganalisis
dan memanipulasi informasi.
Pada teorinya Bruner juga mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga
proses yang berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses tersebut antara lain
adalah 1) Memperoleh informasi baru; 2) Transformasi informasi; dan 3) Menguji
relevansi dan ketepatan pengetahuan. Pendekatan Bruner terhadap belajar
berdasarkan dua asumsi. Asumsi yang pertama adalah bahwa orang memperoleh
pengetahuan merupakan proses interaktif. Asumsi yang kedua adalah orang yang
mengkonsruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk
dengan informasi sebelumnya. Jika aktivitas belajar dikaitkan dengan peranan
guru, maka akan terbentuk sebuah kegiatan pembelajaran yang efektif dan
menarik.
Menurut Bruner, jika seseorang mempelajari suatu pengetahuan,
pengetahuan tersebut perlu dipelajari dalam tahap-tahap tertentu, agar
pengetahuan tersebut dapat diinternalisasi dalam pikiran orang tersebut. Proses
internalisasi akan terjadi secara sungguh-sungguh jika pengetahuan yang
dipelajari itu melalui tiga tahap, yaitu: Pertama,tahap enaktif, yaitu suatu tahap
pembelajaran pengetahuan ketika pengetahuan itu dipelajari aktif, dengan
menggunakan benda-benda konkret atau menggunakan situasi yang nyata. Kedua,
tahap ikonik, yaitu tahap pembelajaran pengetahuan ketika pengetahuan itu
dipresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual, gambar atau
diagram yang menggambarkan kegiatan konkrit. Ketiga, tahap simbolik, yaitu
suatu tahap pembelajaran ketika pengetahuan itu di presentasikan dalam bentu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19 simbol-simbol abstrak, yaitu simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan
kesepakatan orang dalam bidang yang bersangkutan, baik simbol verbal (misalnya
huruf-huruf, kata-kata, kalimat-kalimat) maupun lambang-lambang abstrak yang
lain.
Kaitan teori belajar Bruner dengan penelitian ini adalah pada teori Bruner
pembelajaran yang baik adalah pembelajaran penemuan, dan pada penelitian ini
digunakan pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi
adalah pembelajaran yang mengaktifkan siswa untuk menemukan suatu konsep
sendiri. Salah satu contoh pada pembelajaran sistem respirasi yang sesuai dengan
teori belajar Bruner yaitu untuk menemukan bahwa respirasi menghasilkan H2O
dan energi. Siswa diminta mengamati, menduga, dan menganalisis perubahan
yang terjadi pada dua erlenmeyer, erlenmeyer yang pertama berisi krupuk dan
kecambah, sedangkan erlenmeyer ke dua hanya berisi kerupuk. Masing-masing
erlenmeyer dilengkapi dengan termometer dan ditutup dengan kapas. Diamati
perubahan yang terjadi pada termometer dan krupuk setiap 5 menit selama 15
menit pada kedua erlenmeyer, kemudian siswa diminta menduga, menyelidiki,
dan menganalisis kenapa suhu pada erlemeyer pertama menjadi meningkat dan
krupuk yang ada di dalam erlenmeyer tersebut menjadi basah sedangkan pada
erlemeyer ke dua keadaan suhu dan krupuk masih tetap seperti keadaan semula
dan pada akhirnya siswa menemukan bahwa respirasi menghasilkan H2O dan
energi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20 b. Teori belajar Ausubel
Salah satu teori belajar yang berprinsip bahwa pembelajaran akan lebih
bermakna bila siswa mengalami bukan mengetahui. Implikasi dari pembelajaran
ini adalah sesuatu yang harus dipelajari siswa baik itu pengetahuan atau
ketrampilan harus bermakna bagi siswa. Dengan demikian pengalaman belajar
baru akan masuk ke dalam memori jangka panjang dan akan menjadi pengetahuan
baru bila memiliki makna. Proses pembelajaran tidak hanya menyenangkan siswa
saat mempelajari materi (joyfull learning), tetapi juga bermanfaat bagi hidupnya
nanti. Sesuai dengan tujuan belajar dan pembelajaran sangat diharapkan
senantiasa mengaitkan pembelajaran dengan dunia nyata siswa.
Menurut Ausubel, ada dua jenis belajar, yaitu belajar bermakna
(meaningful learning) dan belajar menghafal (rote learning). Belajar bermakna
adalah suatu proses penerimaan informasi baru yang dihubungkan dengan struktur
pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar, sedangkan belajar
menghafal adalah kegiatan belajar seseorang dengan memperoleh informasi baru
dalam dunia pengetahuan yang sama sekali tidak berhubungan dengan apa yang
telah ia ketahui.
Belajar bermakna terjadi bila siswa mencoba menghubungkan fenomena
baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Ini terjadi melalui belajar konsep,
yaitu belajar dengan menempatkan obyek-obyek dalam kelompok tertentu dan
perubahan konsep yang telah ada mengakibatkan pertumbuhan dan perubahan
struktur konsep yang sudah dimiliki. Bila konsep yang cocok dengan fenomena
baru belum ada dalam struktur kognitif seseorang, informasi baru harus dipelajari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21 melalui belajar menghafal. Dalam proses ini informasi yang baru tidak
diasosiasikan dengan konsep yang telah ada dalam struktur kognitif. Berdasarkan
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang belajar dengan
mengasosiasikan fenomena baru ke dalam skema (konsep) yang telah dimiliki.
Dalam proses ini seseorang dapat mengembangkan skema yang sudah ada atau
dapat mengubahnya. Dalam proses belajar ini siswa mengkontruksi sesuatu yang
siswa pelajari sendiri.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut
Ausubel adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan
dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Sifat-sifat struktur
kognitif menentukan validitas dan kejelasan arti-arti yang timbul waktu informasi
baru masuk ke dalam struktur kognitif itu; demikian pula sifat proses interaksi
yang terjadi. Jika struktur kognitif itu stabil, dan diatur dengan baik, maka arti-arti
yang sahih dan jelas atau tidak meragukan akan timbul dan cenderung bertahan.
Tetapi sebaliknya jika struktur kognitif itu tidak stabil, meragukan, dan tidak
teratur, maka struktur kognitif itu cenderung menghambat belajar dan retensi
Menurut Ausubel dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 134) belajar dapat
diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan
cara informasi atau materi disajikan pada siswa, melalui penemuan atau
penerimaan. Belajar penerimaan menyajikan materi dalam bentuk final, dan
belajar penemuan mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri sebagian atau
seluruh materi yang diajarkan. Dimensi kedua berkaitan dengan bagaimana cara
siswa dapat mengaitkan informasi atau materi pelajaran pada struktur kognitif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22 yang telah dimilikinya, ini berarti belajar bermakna. Akan tetapi jika siswa hanya
mencoba-coba menghafal informasi baru tanpa menghubungkan dengan konsep-
konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya, maka dalam hal ini terjadi
belajar hafalan.
Kaitan teori belajar Ausubel dengan penelitian ini adalah pada teori belajar
Ausebel pembelajaran yang baik adalah belajar yang bermakna, dan pada
penelitian ini digunakan pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas
termodifikasi dan ditinjau dari kemampuan awal siswa, siswa mengalami sendiri
dalam menemukan konsep atau informasi, dan dalam menemukan konsep atau
informasi tersebut dikaitkan dengan kemampuan atau pengetahuan yang sudah
ada sehingga siswa yang memiliki kemampuan awal yang tinggi, karena konsep
atau informasi yang didapat sendiri akan bertahann lebih lama dan lebih
bermakna. Salah satu contoh pembelajaran yang sesuai dengan teori belajar
Ausubel adalah siswa memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kecepatan respirasi/pernapasan melalui percobaan dan pengamatan
dengan peralatan yang sederhana, sehingga siswa dapat mengaplikasikan
informasi yang diperoleh tersebut dalam kehidupan sehari-hari,
c. Teori Belajar Gagne
Menurut Gagne dalam Muhammad Surya (2003 : 60) ”Dalam
pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi untuk kemudian diolah
sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil pembelajaran. Dalam
pemrosen informasi terjadi antara kondisi internal dan eksternal”. Kondisi internal
adalah keadaan di dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23 pembelajaran dan proses kognitif yang terjadi dalam individu selama proses
belajar berlangsung. Sedangkan kondisi eksternal adalah berbagai rangsangan dari
lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran. Interaksi
antara kondisi internal dan eksternal akan menghasilkan hasil belajar.
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan
faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil
kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi
proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan
keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya
interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu.
Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk
mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan
kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu
dalam proses pembelajaran (Akhmad Sudrajat http://www.bpk penabur.or.id/file/
09.0.pdf, diakses 02 Desember 2009/13.10 WIB)
Gagne mengemukakan lima kategori hasil belajar yang merupakan
keluaran dari pemrosesan informasi yang berupa kecakapan manusia yang terdiri
atas informasi verbal, kecakapan intelektual, setrategi kognitif, dan kecakapan
motorik. Informasi verbal adalah kemampuan untuk menuangkan kemampuan
dalam bentuk bahasa yang memadahi sehingga dapat dikomunikasikan kepada
orang lain. Kemampuan ini diperoleh sebagai hasil belajar di sekolah, dari kata-
kata yang diucapkan oleh seseorang, televisi, radio, dan media lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Kecakapan intelektual adalah kecakapan individu dalam melakukan
interaksi dengan lingkungan dengan menggunakan simbol-simbol. Kecakapan ini
menyangkut dalam hal membedakan (diskriminasi), konsep konkret, konsep
abstrak, aturan-aturan, dan hukum-hukum. Strategi kognitif merupakan organisasi
ketrampilan internal yang diperlukan dalam belajar, mengingat, dan berpikir agar
terjadi aktivitas yang efektif. Sikap merupakan hasil pembelajaran yang berupa
kecakapan individu untuk berbagai tindakan yang akan dilakukan. Kecakapan
motorik adalah hasil pembelajaran yang berupa pergerakan yang dikontrol oleh
otot dan fisik.
Berdasarkan teori belajar Gagne ini, belajar juga dapat merupakan usaha
positip dari individu agar terjadi perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan
yang dimaksud oleh Gagne adalah perubahan mengenai segala aspek kepribadian,
yang meliputi penambahan pengetahuan, sikap kebiasaan, kecakapan-kecakapan,
minat, penyesuaian diri terhadap lingkungan, dan sebagainya. Perubahan-
perubahan tersebut terjadi melalui pengalaman atau latihan-latihan.
Dalam pembelajaran Biologi perlu menggunakan media yang ada di
lingkungan siswa. Pembelajaran Biologi tidak bisa dilepaskan dari peristiwa alam,
sehingga berdasarkan teori belajar Gagne pembelajaran Biologi akan menjadi baik
apabila dilakukan sesuai dengan karakteristiknya. Biologi merupakan
pembelajaran yang bersifat abstrak untuk itu harus diubah menjadi sesuatu yang
bersifat nyata. Dalam penelitian ini digunakan metode pembelajaran inquiry,
sehingga siswa akan menemukan konsep/informosi sendiri. Salah satu contoh
pembelajaran sistem respirasi pada penelitian ini yang sesuai dengan teori belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25 Gagne adalah ketika siswa melakukan kegiatan untuk menemukan konsep
masuknya udara pernapasan ke dalam paru-paru melaui kegiatan eksperimen.
d. Teori Belajar Jean Piaget
Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan
teori belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini
biasa juga disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan
kognitif. Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar,
yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa.
Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri
tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori
motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan (Ruseffendi, 1988: 132).
Selanjutnya, Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama (Ratna
Wilis Dahar, 1989: 159) menegaskan bahwa pengetahuan tersebut dibangun
dalam pikiran anak melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan
informasi baru dalam pikiran. Sedangkan, akomodasi adalah menyusun kembali
struktur pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut
mempunyai tempat (Ruseffendi 1988: 133). Pengertian tentang akomodasi yang
lain adalah proses mental yang meliputi pembentukan skema baru yang cocok
dengan ransangan baru atau memodifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok
dengan rangsangan itu (Paul Suparno, 1996: 7).
Lebih jauh Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh
secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Bahkan, perkembangan
kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26 berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan, perkembangan kognitif itu sendiri
merupakan proses berkesinambungan tentang keadaan ketidak seimbangan dan
keadaan keseimbangan (Poedjiadi, 1999: 61) dalam http://wahib-dr.com/teori-
belajar-konstruktivisme.html, diakses 03 Desember 2009/jam 13.10 Berdasarkan
pandangan Piaget tentang tahap perkembangan kognitif anak dapat dipahami
bahwa pada tahap tertentu cara maupun kemampuan anak mengkonstruksi ilmu
berbeda-beda berdasarkan kematangan intelektual anak.
Menurut Piaget dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 152) setiap individu
mengalami perkembangan intelektual yaitu: 1) Sensori motor (0-2 tahun), 2) Pra
operasional (2-7 tahun), 3) Operasional konkrit (7-11 tahun), dan 4) Operasional
formal (11 tahun ke atas).
Kaitan teori belajar Piaget dengan penelitian ini adalah dalam penelitian
ini metode pembelajaran yang digunakan adalah inquiry dan sampel yang
digunakan adalah siswa kelas XI SMA, siswa SMA rata-rata berumur 17-18
tahun, pada usia ini anak mengalami tahapan perkembangan intelektual
operasional formal. Menurut Piaget dalam Astri Budianingsih (2005: 39) dalam
tahapan operasional formal anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan
mengacu pada pola berpikir ”kemungkinan”. Anak pada tahapan ini sudah
memiliki metode berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-deductive dan inductive
dengan kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan, dan mengembangkan
hipotesis.
Piaget dalam Astri Budianingsih (2005: 39) menyebutkan bahwa pada
tahap operasional formal anak sudah dapat: 1) Bekerja secara efektif dan sistemis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27 2) Menganalisis secara kombinasi, 3) Berpikir secara proposional, dan 4) Menarik
generalisasi secara mendasar pada satu macam isi. Dalam penelitian ini digunakan
metode pembelajaran inquiry, metode pembelajaran inquiry adalah metode
pembelajaran induktif, menurut Trowbridge, Bybee, dan Sund dalam Ratna Wilis
Dahar (1989: 43) ”Inquiry adalah proses menemukan dan menyelidiki masalah-
masalah, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen, menggumpulkan data,
dan menarik kesimpulan tentang pemecahan masalah”. Berdasarkan uraian
tersebut di atas, maka metode inquiry cocok digunakan untuk siswa SMA kelas
XI dan sesuai dengan teori belajar yang dikemukakan oleh Piaget, selain metode
pembelajaran yang digunakan media yang digunakan siswa untuk membantu
dalam menmukan konsep dan informasi juga sesuai dengan pola berpikir anak,
dalam hal ini anak usia SMA sudah mampu berpikir abstrak dan logis.
3. Metode Pembelajaran Inquiry
a. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan cara-cara yang dilakukan oleh guru
untuk melaksanakan suatu proses pembelajaran. Menurut Winarno Surakhmad
(1190: 96) ”Metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk
mencapai tujuan”. Dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan, guru dituntut
untuk memiliki kemampuan memilih metode pembelajaran yang tepat.
Kemampuan tersebut sangat diperlukan oleh guru sehingga guru dalam
menyajikan materi pembelajaran dapat lebih efektif dan efisien. Sedangkan
menurut Dick dan Cary (1990: 1) ”Metode pembelajaran adalah suatu metode
dalam mengelola secara sistematis kegiatan pembelajaran sehingga sasaran didik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28 dapat mencapai isi pelajaran atau mencapai tujuan seperti yang diharapkan”.
Menurut Hasibuan dan Moedjono (200: 3) metode mengajar merupakan bagian
dari alat dan cara pelaksanaan suatu pembelajaran.
Metode mengajar dapat juga disebut teknik penyajian. Adapun teknik
penyajian menurut Roestiyah (2001: 1) adalah ”Suatu pengetahuan tentang cara-
cara mengajar yang dipergunakan guru atau instruktur”. Pengertian lain masih
menurut Roestiyah (2001: 1) teknik penyajian ialah ”Teknik yang dikuasai guru
untuk mengajarkan atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas
agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami, dan digunakan oleh siswa
dengan baik”. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulakan bahwa
metode pembelajaran merupakan pengetahuan mengenai cara-cara yang
digunakan oleh guru atau instruktur dalam melakukan kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran akan berhasil dengan baik apabila guru mampu memilih metode
yang tepat. Dengan metode yang tepat siswa dapat belajar secara efektif dan
efisien sehingga mengenai pada tujuan yang diharapkan. Ada beberapa metode
pembelajaran yang dapat digunakan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran
salah satunya adalah metode pembelajaran inquiry.
b. Pengertian Metode Pembelajaran Inquiry
Metode pembelajaran inquiry memungkinkan siswa terlibat secara aktif
menggunakan proses fisik maupun mental dalam proses pembelajaran. Metode
pembelajaran ini merupakan metode pembelajaran yang dapat dipilih dalam
proses kegiatan belajar mengajar terutama IPA Biologi, mengingat dalam proses
belajar mengajar diperlukan suatu bentuk kegiatan yang dapat mengubah siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29 untuk dapat menemukan suatu konsep melalui kreatifitas secara langsung. Inquiry
berasal dari bahasa Inggris yang berarti menyelidiki atau menanyakan tentang
sesuatu.
Upaya melakukan penyelidikan dalam rangka memecahkan suatu masalah
berarti metode pembelajaran inquiry adalah suatu metode pembelajaran yang
menekankan pengalaman-pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk dapat
menemukan konsep-konsep dan prinsip melalui proses mentalnya. Proses mental
yang dilakukan misalnya: mengamati, menggolongkan, mengukur, menduga, dan
mengambil kesimpulan. Proses pembelajaran dengan metode inquiry guru lebih
banyak menempatkan diri sebagai pembimbing dan fasilitator belajar baik secara
kelompok maupun perseorangan. Proses pembelajaran dengan metode inquiry
memberikan kesempatan luas kepada siswa yang merupakan prasyarat bagi siswa
untuk berlatih mandiri.
Ada beberapa definisi berkaitan dengan metode Inquiry antara lain
Trowbridge, Bybee, dan Sund dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 43) memberikan
bahasan inquiry sebagai berikut: ”Inquiry adalah proses menemukan dan
menyelidiki masalah-masalah, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen,
menggumpulkan data, dan menarik kesimpulan tentang pemecahan masalah”.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa untuk mendapatkan
kesimpulan dari suatu masalah harus melalui beberapa tahapan-tahapan ilmiah.
Margono (1995: 51) mengemukakan bahwa Inquiry adalah suatu metode dalam
pembelajaran yang menempatkan siswa secara bebas memilih atau mengatur
obyek belajarnya. Menurut webster dalam Good and Brophy (1997: 193) “Inquiry
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30 adalah the act or an instance of seeking truth, information or knowledge about
something of asking for information”, yang maknanya adalah pembelajaran
Inquiry merupakan suatu tindakan atau keadaan dalam mencari kebenaran,
keterangan atau pengetahuan tentang suatu hal untuk mendapatkan infromasi atau
pemahaman.
Menurut Bruner dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 43) pembelajaran
discovery mempunyai relevansi untuk pembelajaran Inquiry. Hal ini disebabkan
adanya strategi yang serupa, kedua-duanya menekankan pentingnya proses
kognitif siswa untuk mengungkap arti sesuatu yang dijumpai dalam
lingkungannya. Dalam proses pembelajaran sama-sama berpusat pada siswa,
siswa tidak hanya belajar konsep dan prinsip dari suatu materi pembelajaran,
namun juga melatih rasa tanggung jawab, komunikasi sosial, rasa puas dalam
belajar, dapat mengembangkan kemampuannya secara optimal. Pendapat lain,
menurut Muhammad Ali (2000: 86) mengatakan “Metode Inquiry dan discovery
pada dasarnya dua metode pembelajaran yang saling berkaitan. Inquiry artinya
penyelidikan, sedangkan discovery adalah penemuan”. Berdasarkan pernyataan
tersebut dapat disimpulkann melalui penyelidikan akhirnya memperoleh suatu
penemuan. Bahkan dengan penekanan pentingnya proses kognitif maka ada juga
yang menterjemahkan dari “Many consider inquiry to be synonyms with
discovery, inductive teaching, revlektive and problem solving”. Yang maksudnya
adalah banyak orang menganggap bahwa inquiry identik dengan discovery,
pengajaran induktif, pengajaran reflektif, dan pemecahan masalah (Kindsvateter
R, Wiliam W Margaret Ishler,1996: 258).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Ciri utama metode inquiry adalah guru menyajikan bahan pelajaran tidak
dalam bentuk jadi, tetapi siswalah yang diberikan peluang untuk mengadakan
penelaahan dan menemukan sendiri jawabannya melalui teknik pemecahan
masalah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dimnyati (1999: 173), bahwa “Tujuan
utama inquiry adalah mengembangkan ketrampilan intelektual, berpikir kritis, dan
mampu memecahkan masalah secara ilmiah”.
Berdasarkan berbagai definisi dan ciri-ciri metode pembelajaran inquiry di
atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran inquiry adalah merupakan
metode pembelajaran yang menitik beratkan pada upaya pemecahan masalah,
sehingga siswa harus melakukan eksplorasi berbagai informasi agar menemukan
konsep mentalnya sendiri dengan mengikuti petunjuk guru berupa pertanyaan-
pertanyaan yang mengarah pada pencapain tujuan pembelajaran.
Inquiry adalah sebuah sistem atau cara dalam melihat sebuah pengetahuan
atau hal baru. Cara pandang Inquiry membantu pengembangan pola dan cara
berfikir yang akan terus bertahan dan berkembang dalam perjalanan siswa sebagai
pembelajar. Apabila cara berfikir tersebut sudah menjadi cara berfikir siswa, maka
siswa akan menjadi pemikir yang kreatif dan pribadi yang mampu memecahkan
masalah. Mengacu pada UUSPN No. 20 tahun 2003 manyatakan bahwa
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang
dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat
meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32 mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan
konsep yang baik terhadap materi pelajaran.
Upaya pembelajaran yang dikembangkan diharapkan mempunyai berbagai
macam karakteristik. Karakteristik tersebut antara lain: dalam proses
pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya
menuntut siswa sekedar untuk mendengar dan mencatat saja, akan tetapi
menghenadaki aktivitas siswa dalam berfikir, kemudian pembelajaran dibangun
dengan suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan
untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa, yang pada
giliriannya kemampuan berfikir tersebut dapat membantu siswa untuk
memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.
Pembelajaran dengan metode inquiry sebagai suatu metode pembelajaran
penyelidikan yang mengembangkan cara berfikir ilmiah, menempatkan siswa
lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan keaktifan siswa dalam memecahkan
masalah. Peran guru dalam proses pembelajaran ini adalah membimbing dan
sekaligus sebagai fasilitator belajar. Tugas utama guru adalah memilih dan
mengarahkan masalah yang perlu dilontarkan kepada kelas untuk dipecahkan
bersama antar siswa sendiri.
c. Langkah-langkah Pembelajaran Inquiry
Ada beberapa pendapat tentang langkah-langkah pembelajaran dengan
metode inquiry. Secara garis besar prosedur pelaksanaan pembelajaran inquiry
menurut Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2002:22) adalah sebagai berikut:
1).Stimulation: guru mulai bertanya dengan mengajukan persoalan atau menyuruh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33 anak didik membaca ataupun mendengarkan uraian yang membuat persoalan, 2)
Problem statement: memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi
berbagai persoalan, 3) Data collection: perngumpulan berbagai informasi yang
relevan, membaca literatur, mengamati obyek, wawancara dengan nara sumber
atau melakukan uji coba sendiri dan lain-lain oleh siswa, 4) Data prossesing:
pengolahan, pengacakan, pengklasifikasian, pentabulasian bahkan penghitungan
data pada tingkat kepercayaan tertentu, 5) Verification atau pembuktian:
pembuktian dari hipotesis atau pernyataan yang telah dirumuskan berdasarkan
hasil pengolahan informasi yang telah ada, 6) Generalization: berdasarkan hasil
verifikasi, siswa menarik kesimpulan atau genaralisasi tertentu
Kindsvatter, Wilen, dan Ishler dalam Paul Suparno (1996: 66)
menjabarkan langkah-langkah Inquiry yaitu; 1) Identifikasi dan klarifikasi
persoalan, 2) Membuat hipotesis; 3) Mengumpulkan data; 4) Menganalisis data,
dan 5) mengambil kesimpulan. Menurut Joyce and Weil (2000: 179-181)
langkah-langkah pembelajaran adalah: 1) Menghadapi masalah dengan cara guru
menyajikan situasi problematik dan menjelaskan prosedur Inquiry kepada para
siswa; 2) Pengumpulan data dan verifikasi mengenai suatu informasi yang dilihat
dan dialami obyek (situasi problematik); 3) Pengumpulan data dan
eksperimentasi, para siswa diperkenalkan dengan elemen baru ke dalam situasi
yang berbeda dengan menyusun hipotesis hubungan kausal; 4) Memformulasikan
penjelasan.
Disisi lain Burden dan Byrd (1999: 104) berpendapat bahwa pembelajaran
Inquiry dibagi menjadi empat komponen yaitu: 1) Melontarkan masalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34 dihadapan siswa untuk menstimulasi dan memotivasi siswa; 2) Merumuskan
hipotesis; 3) Siswa mengumpulkan data untuk menyelesaikan masalah; 4) Siswa
menganalisa data dan membandingkan dengan hipotesis.
Menurut Margono (1989: 53) pembelajaran Inquiry dapat dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Siswa dirangsang oleh guru dengan
permasalahan, pernyataan, pertanyaan permainan, teka-teki dan gambar; 2) Siswa
diminta menentukan langkah mencari dan mengumpulkan informasi yang
diperlukan secara individual maupun kelompok; 3) Siswa mencoba merumuskan
pemecahan masalah; 4) Siswa menyusun prosedur.
d. Kelebihan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Inquiry
Setiap metode pembelajaran yang digunakan memiliki kelebihan dan
kelemahan masing-masing. Pada metode pembelajaran inquiry siswa dirancang
untuk menemukan sendiri konsep ilmu yang akan dipelajari sehingga diharapkan
dari penemuan sendiri suatu konsep oleh siswa selain lebih mudah dimengerti dan
diingat, juga dapat menumbuhkan motivasi intrinsik siswa karena siswa merasa
puas atas hasil dari penemuan mereka. Metode pembelajaran ini membutuhkan
waktu yang cukup banyak, karena dalam prosesnya siswa dihadapkan pada
permasalahan-permasalahan yang harus dipecahkan dengan cara mengumpulkan
data dan informasi dari berbagai sumber serta melakukan uji coba sendiri. Apabila
selama proses penemuan konsep kurang terbimbing atau kurang terarah, maka
akan terjadi kekacauan dan kekaburan atas konsep yang dipelajari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35 1) Kelebihan Metode Pembelajaran Inquiry
Menurut Moh. Amien (1987: 18) kelebihan dari pembelajaran ini antara
lain: a) Dapat membentuk dan mengembangkan “self concep” pada diri siswa
sehingga siswa dapat mengerti dan memahami dengan baik konsep dasar dan ide-
ide yang lebih banyak; b) Membantu dalam menggunakan ingatan dan trasnfer
pada situasi-situasi proses belajar baru; c) Mendorong siswa untuk berfikir dan
bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap jujur, obyektif dan terbuka; d)
Mendorong siswa untuk berfikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri; e)
Memberi kepuasan yang bersifat instrinsik.
Menurut Jerome Bruner dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 103)
menyebutkan beberapa kelebihan metode inquiry adalah: a) Pengetahuan lebih
tahan lama untuk diingat, atau mudah diingat, bila dibandingkan dengan
pengetahuan yang dipelajari dengan cara-cara lain; b) Hasil belajar inquiry
mempunyai efek transfer yang sangat baik, daripada hasil belajar lainnya; c)
Dapat meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berfikir secara bebas;
d) Dapat melatih keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan
masalah tanpa pertolongan orang lain; e) Dapat membangkitkan keingintahuan
siswa, memberi motivasi untuk bekerja terus sampai menemukan jawaban-
jawaban yang sesuai
2) Kelemahan Metode Pembelajaran Inquiry
Disamping beberapa kelebihan yang telah utarakan di atas, berikut
merupakan beberapa kelemahan yang dimiliki oleh metode pembelajaran inquiry.
Menurut Moh Amien (1987: 18) kelemahan pembelajaran dengan menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36 metode inquiry antara lain: a) Tidak semua guru atau siswa mampu menggunakan
metode ini, tanpa bimbingan fasilitas dan sumber fasilitas yang memadai; b) Jika
jumlah siswa banyak, tugas guru dalam membimbing dan mengawasi menjadi
lebih berat; c) Siswa yang gagal menyelesaikan tugasnya akan merasa frustasi
Menurut Momi Sahroni dalam Tantyo Hatmono dalam Tarono (2006: 36)
kelemahan dari metode inquiry adalah:a) Kesukaran untuk mengerti tanpa suatu
dasar pengetahuan faktual, dimana pengetahuan itu secara efisien diperoleh
dengan pengajaran deduktif; b) Ada kemungkinan hanya siswa pandai yang
terlibat secara aktif dalam pengembangan prinsip umum dan sebagian besar siswa
diam, pasif sambil menunggu adanya siswa yang menyatakan aturan umum
tersebut; c) Suatu keluhan umum bahwa metode inquiry memerlukan waktu
banyak, sedangkan waktu di sekolah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
dalam kurikulum; d) Tidak mungkin siswa diberi kesempatan sepenuhnya untuk
membuktikan secara bebas semua yang dipermasalahkan.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang kelebihan dan kelemahan yang
telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal dari kelebihan metode
pembelajaran inquiry antara lain: siswa akan terlihat lebih aktif, terlatih untuk
berfikir kritis dan bersikap ilmiah, dan belajar untuk menemukan konsep-konsep
sesuai dengan tingkat pengetahuannya. Sedangkan beberapa kelemahan metode
inquiry antara lain: dalam pelaksanannya membutuhkan waktu yang banyak,
membutuhkan kerja keras dan kesadaran dari seluruh siswa dan membutuhkan
kesabaran yang kuat untuk memperoleh suatu konsep.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37 e. Macam-Macam Metode Pembelajaran Inquiry
Menurut Margono (1989: 52) bahwa dilihat besar kecilnya informasi dari
guru kepada siswa dalam proses pembelajaran, metode inquiry dibedakan menjadi
tiga kelompok, yaitu: 1) Inquiry terpimpin/terbimbing, 2) Inquiry bebas, dan 3)
Inquiry bebas yang dimodifikasi. Dari ketiga jenis inquiry ini yang digunakan
dalam penelitian ini adalah inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi.
4. Inquiry Terbimbing (Guided Inquiry)
Salah satu pengembangan kemampuan “inquiry” pada diri siswa melalui
pengajan science dapat dilukiskan dengan kegiatan guided inquiry. Menurut Moh.
Amien (1979: 15) “Istilah “guided inquiry” digunakan apabila di dalam kegiatan
“inquiry” guru menyediakan bimbingan/ petunjuk yang cukup luas kepada siswa,
sebagian perencanaan dibuat oleh guru”. Berdasarkan pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa guided inquiry atau inquiry terbimbing adalah kegiatan
pembelajaran penemuan, permasalahan/problem diberikan oleh guru. Siswa tidak
merumuskan problema. Petunjuk yang cukup luas tentang cara menyusun dan
mencatat diberikan oleh guru.
Guru menyajikan bimbingan/petunjuk yang cukup luas kepada siswa.
Sebagian besar perencanaan dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan masalah.
Petunjuk yang luas dari guru biasanya berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang
sifatnya membimbing. Pertanyaan atau permasalahan yang akan dipecahkan oleh
siswa disusun oleh guru dalam Lembar Kerja Siswa (LKS). Dalam pelaksanaanya
guru masih dapat membantu siswa agar dapat menyimpulkan sendiri hasil
belajarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Menurut Moh. Amien (1979: 15-16) Pada umumnya suatu “guided
inquiry” terdiri dari: a. Pernyataan problema: problema untuk masing-masing
kegiatan dapat dinyatakan sebagai pertanyaan atau pernyataan biasa; b Prinsip
atau konsep yang diajarkan: prinsip-prinsip dan/atau konsep-konsep yang harus
ditemukan oleh siswa melalui kegiatan, harus ditulis dengan jelas dan tepat; c.
Alat/Bahan: alat/bahan harus disediakan sesuai dengan kebutuhan setiap siswa
untuk melakukan kegiatan; d. Diskusi pengarahan : berupa pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan kepada siswa (kelas) untuk didiskusikan sebelum para siswa
melakukan kegiatan “inquiry”; e. Kegiatan inquiry: kegiatan metoda “inquiry”
oleh siswa berupa kegiatan percobaan/penyelidikan yang dilakukan oleh siswa
untuk menemukan konsep-konsep dan/atau prinsip-prinsip yang telah ditetapkan
oleh guru; f. Proses berpikir siswa: proses berpikir kritis dan ilmiah menunjukkan
tentang “mental operation: siswa yang diterapkan selama kegiatan berlangsung; g.
Pertanyaan yang bersifat “open-ended”: harus berupa pertanyaan yang mengarah
ke pengembangan tambahan kegiatan penyelidikan yang dapat dilakukan oleh
siswa; h. Catatan guru : catatan guru berupa catatan-catatan lain yang meliputi:
penjelasan tentang hal-hal atau bagian-bagian yang sulit dari kegiatan/pelajaran,
isi/materi pelajaran yang relevan dengan kegiatan, faktor-faktor variabel yang
dapat mempengaruhi hasil-hasilnya.
5. Inquiry Bebas Termodifikasi (Modified Free Inquiry)
Metode pembelajaran inquiry bebas termodifikasi merupakan suatu
kegiatan inquiry bebas tetapi dalam penemuan masalahnya diberikan oleh guru.
Pada metode pembelajaran ini guru memberikan masalah tersebut melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39 pengamatan, eksplorasi atau prosedur penelitian untuk memperoleh jawaban dan
siswa harus didorong untuk memecahkan masalah dalam kerja kelompok atau
perorangan. Metode pembelajaran inquiry bebas termodifikasi memiliki kelebihan
dan kekurangan.
Kelebihan dari metode pembelajaran ini diantaranya: a. Membantu
perkembangan berfikir siswa, terutama dalam memproses menentukan bermacam-
macam keterangan; b. Siswa memperoleh penemuan tentang konsep dasar dan
ide-ide yang baik; c. Siswa terdorong untuk berfikir secara bebas terbuka sehingga
akan memberikan kepuasan kepada dirinya sendiri; siswa terdorong untuk berpikir
dan bekerja atas prakarsa sendiri. Sedangkan kelemahannya adalah: a) Siswa
yang motivasinya kurang dalam hal pengumpulan data dan keterangan hasilnya
akan kurang memuaskan; dan b. Siswa masih kurang inisiatif untuk mendapatkan
data, karena kurang pengalaman. c. Strategi pembelajaran ini memerlukan waktu,
tenaga, dan biaya yang banyak.
Pada penelitian ini digunakan pembelajaran dengan metode inquiry
terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi. Proses pembelajaran dengan metode
imquiry terbimbing siswa diarahkan pada proses berpikir dan memecahkan
masalah dengan cara problem solving, artinya siswa dihadapkan pada
permasalahan yang belum diketahui jawabannya. Untuk memperoleh jawaban dari
masalah tersebut perlu diperoleh melalui suatu percobaan, observasi, maupun
studi pustaka dan ditemukan hasilnya berupa konsep dan prinsip yang benar-benar
masih baru. Sedangkan pada proses pembelajaran inquiry bebas termodifikasi
siswa diberi suatu permasalahan terlebih dahulu, selanjutnya siswa diberi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40 kesempatan yang luas untuk menemukan masalah yang tujuannya telah
dirumuskan oleh guru.
6. Kemampuan Awal Siswa
a. Pengertian Kemampuan Awal
Proses pembelajaran guru akan selalu berinteraksi dengan siswa. Siswa
merupakan individu yang belajar yang mempunyai karakteristik sendiri-sendiri,
sehingga dalam melaksanakan kewajibannya tidak bisa memperlakukan sama
antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Perbedaan individu salah
satunya adalah kemampuan belajar siswa. Perbedaan ini akan membuat tingkat
penguasaan materi pelajaran yang berbeda pula. Hal ini dapat diasumsikan bahwa
siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi cenderung hasil belajar yang
dicapai juga tinggi sedangkan siswa yang memiliki kemampuan awal kurang akan
mengalami sedikit kesulitan dalam menerima materi pelajaran.
Kemampuan awal merupakan prasyarat yang diperlukan siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran dan diperlukan guru dalam menentukan tujuan
pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Winkel (2005: 150) yang
menyatakan bahwa tingkah laku awal itu menyangkut suatu kemampuan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan instruksional (prasyarat). Pada awal proses
pembelajaran, siswa belum mempunyai kemampuan yang dijadikan tujuan
instruksional dari interaksi guru dan siswa, bahkan terdapat suatu jurang antara
tingkah laku siswa pada awal proses pembelajaran harus menjembatani jurang itu.
Setiap proses pembelajaran mempunyai titik tolaknya sendiri atau
berpangkal pada kemampuan siswa tertentu (tingkah laku awal) untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41 dikembangkan menjadi kemampuan baru, sesuai dengan tujuan instruksional.
Oleh karena itu keadaan siswa pada awal proses pembelajaran tertentu
mempunyai relevansi terhadap penentuan, perumusan dan pencapaian tujuan
instruksional (tingkah laku akhir).
Menurut Poerwadarminta (1994: 620), kemampuan berarti kesanggupan
melakukan sesuatu, sedangkan awal adalah mulai/pertama. Berdasarkan arti
tersebut kemampuan awal adalah suatu keadaan yang berupa kemampuan yang
terdapat sebelum proses belajar mengajar berlangsung dimulai, namun dapat
berperanan terhadap proses tersebut. Kemampuan awal merupakan dasar atau
bekal untuk memperoleh pengetahuan baru yang lebih tinggi tingkatnya, sehingga
dalam melakukan segala aktivitas kemampuan awal siswa akan berpengaruh
terhadap keberhasilan aktivitas yang dilakukan sebelumnya.
b. Cara Mengukur Kemampuan Awal
Menurut Abdul. Gafur (1982: 60) langkah-langkah untuk mengetahui
karakteristik siswa, kemampuan awal ada dua cara. Cara pertama adalah dengan
menggunakan catatan yang tersedia. Dokumen yang dimaksud adalah Surat Tanda
Tamat Belajar (STTB), nilai tes intelegensi, serta nilai tes masuk. Dan cara kedua
dengan menggunakan prasyarat dan tes awal atau pre-requisite tes dan pre-tes.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal
dapat diukur dengan tes tertentu dan hasilnya dapat digunakan oleh guru untuk
menentukan strategi pembelajarannya. Kemampuan awal dapat diperoleh dari
hasil tes yang terdokumentasi atau tes awal. Dalam penelitian ini diadakan tes
kemampuan awal tentang konsep Sistem Respirasi yang disusun sendiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42 berdasarkan silabus. Sebelum digunakan untuk pengambilan data, soal tersebut
diuji cobakan dahulu kemudian dianalisis mengenai reliabilitas, validitas, dan
daya pembeda.
7. Keingintahuan Siswa
a. Pengertian Keingintahuan Siswa
Keingintahuan tidak lepas dari kata keinginan yang didefinisikan sebagai
dorongan nafsu, yang tertuju pada suatu benda tertentu, atau yang kongrit.
Keinginan yang dipraktikkan dapat menjadi kebiasaan. Sedangkan keinginan
tertentu yang dapat diulang-ulang disebut dengan hasrat (Agus Sujanto, 2004: 86).
Dengan demikian keingintahuan dapat diartikan sebagai dorongan nafsu untuk
mengetahui suatu benda tertentu. Keingintahuan seseorang tentang keadaan suatu
obyek disebut dengan minat (Djemari Mardapi, 2004: 16).
Keingintahuan atau Curiosity merupakan salah satu aspek yang bersifat
kondisional bagi pengembangan siswa. Keingintahuan ini bahkan merupakan jiwa
dan hakekat budaya belajar. Tanpa rasa ingintahu, siswa akan kehilangan motivasi
belajar dan akhirnya tidak akan pernah belajar. Siswa yang memiliki
keingintahuan tinggi akan selalu ingin tahu segala hal. Di dalam kelas siswa akan
sering mengajukan pertanyaan bila diberi kesempatan. Di luar kelas siswa yang
termasuk kategori ini kelihatan selalu menginginkan sesuatu yang lebih dari apa
yang sudah diterima.
Keingintahuan dapat diartikan sebagai keinginan untuk tahu. Keinginan
adalah dorongan nafsu untuk menuju ke suatu hal yang kongkrit, sehingga
keinginan untuk tahu adalah dorongan untuk mengetahui suatu hal yang kongrit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43 Menurut Oemar Hamalik (2002: 159-160) keadaan selalu ingin tahu merupakan
salah satu komponen dalam dari motivasi. Siswa yang memiliki keingintahuan
yang tinggi akan sangat sensitif terhadap rangsangan yang mengenainya. Dalam
kelas siswa seperti ini akan tampak dari antusiasmenya mengikuti pembelajaran
dan banyaknya dia mengajukan pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan merupakan
eksplorasinya terhadap lingkungan dan rangsangan yang datang padanya. Menurut
Suharsimi Arikunto (1998: 81) Siswa dengan keingintahuannya yang tinggi akan
bersikap positif terhadap pelajaran yang disampaikan oleh gurunya, karena siswa
akan mengangap bahwa pembelajaran itu merupakan hal yang baru yang harus
diketahuinya dan bisa menjawab ketidaktahuannya.
b. Cara Mengukur Keingintahuan Siswa
Untuk mengetahui tingkat keingintahuan siswa, maka guru dapat
mengukurnya dengan angket yang diisi siswa. Menurut Ridwan (2004 : 94),
angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia
memberikan respon (responden) sesuai dengan permintaan pengguna. Sedangkan
angket sendiri dibedakan menjadi dua, yaitu angket terbuka (tidak terstruktur) dan
tertutup (terstruktur). Angket terbuka memungkinkan responden memberikan
respon sesuai dengan keadaan dan kehendaknya, sedangkan angket tertutp
responden diminta untuk memilih respon yang ditawarkan oleh peneliti. Dalam
penelitian ini digunakan angket tertutup dengan empat pilihan jawaban.
Berdasarkan teori tersebut tinggi, maka diharapkan siswa yang keingintahuan
tinggi memiliki prestasi tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44 8. Prestasi Belajar
Syaiful Bachri (1994: 23) berpendapat bahwa prestasi belajar adalah
sesuatu yang diperoleh dari suatu aktifitas yang mengakibatkan perubahan dalam
individu, sedangkan Muhibin Syah (1995: 141) mengungkapkan bahwa “Prestasi
belajar adalah alat ukur yang banyak digunakan untuk menentukan taraf
keberhasilan proses belajar mengajar”. Menurut Winkel (2005: 61) prestasi
belajar boleh jadi merupakan kemampuan baru boleh juga merupakan
penyempurnaan atau pengembangan dari suatu kemampuan yang telah dimiliki.
Sedangkan menurut Slameto (2003:23) prestasi belajar adalah penilaian hasil
usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf
maupun hal yang lain yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh
setiap anak dalam periode tertentu. BNSP (2006:26), menunjukkan bahwa
“Prestasi belajar merupakan ketuntasan belajar”. Ketuntasan belajar setiap indiator
yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%.
Kriteria ketuntasan ideal untuk masing-masing indikator. Satuan pendidikan harus
menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat
kemampuan rata-rata peserta didik serta kemampuan sumber daya pendukung
dalam menyelengarakan pembelajaran. Jadi, prestasi belajar adalah tingkat
kecakapan/keberhasilan yang diperoleh siswa berkat pengalaman dan lain-lain
yang diikutinya mealui proses belajar mengajar meliputi aspek kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Hal ini senada dengan pendapat Nana Sudjana (2001: 3) yang
menyatakan bahwa”Hasil belajar siswa adalah perubahan tingkah laku yang
mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45 a. Bidang Kognitif
Anderson dan Krathwohl (2001) dalam Ella Yulaelawati (2005: 71)
menyebutkan ranah/bidang kognitif terdiri dari enam tingkatan diantaranya: 1)
Mengingat, 2) Memahami, 3) Menerapkan, 4) Menganalisis, 5) Menilai, dan 6)
Menciptakan
b. Bidang Afektif
Martinis Yamin (2003: 32), menyatakan bahwa ”Tujuan afektif terdiri dari
yang paling sederhana yaitu memperhatikan suatu fenomena sampai kepada yang
komplek yang merupakan faktor internal seseorang seperti kepribadian dan hati
nurani”. Bidang afektif mencakup penilaian yang berkenaan dengan perasaan,
minat, keinginan, dan penghargaan ketika siswa dihadapkan pada objek tertentu.
c. Bidang Psikomotorik
Kawasan psikomotorik menurut Martinis Yamin (2003: 37), adalah
”Kawasan yang berorientasi kepada ketrampilan motorik yang berhubungan
dengan anggota tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf
dan otot”. Jadi hasil belajar psikomotorik dalam bentuk ketrampilan (skill) dan
kelompok bertimdak individu. Aspek psikomotorik terdiri dari: 1) Meniru
(perception), 2) Menyusun (manipulating), 3) Melakukan dengan prosedur
(precition), 4) Melakukan dengan aktif dan benar (articulation), dan 5)
Melakukan tindakan alami (naturalization).
Penilaian mengukur perkembangan dan kemajuan siswa yang menyangkut
dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan dalam kurikulum. Proses
pembelajaran berhasil atau tidak dapat diketaahui melalui evaluasi oleh guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Evaluasi mengandung unsur mengukur (measurement) dan tidak mengukur (non measurement) atau menilai. Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran tertentu. Menilai adalah mengambil sesuatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk, penilaian bersifat kualitatif (Endang Supartini, 2001)
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran.
Berdasarkan hasil evaluasi dapat dilakukan perbaikan terhadap metode
pengajaran, sarana, prasarana maupun bahan yang akann disampaikan. Tinggi
rendahnya prestasi belajar menunjukkan efektif atau tidaknya pembelajaran yang
diikuti oleh siswa. Kesimpulan yang diambil adalah prestasi belajar merupakan
hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan dan mengikuti proses
pembelajaran selama kurun waktu tertentu.
9. Sistem Respirasi
Bernapas adalah proses memasukkan dan mengeluarkan udara dari paru-
paru. Respirasi adalah proses penggunaan oksigen di dalam sel untuk
menghasilkan energi. Pada akhir proses ini, dihasilkan limbah berupa gas
karbondioksida. Gas tersebut akan dibawa darah ke paru-paru.
a. Sistem Respirasi Manusia
Sistem pernapasan atau sistem respirasi adalah sistem organ yang
digunakan untuk pertukaran gas. Sistem respirasi manusia termasuk sistem
respirasi tidak langsung. Respirasi tidak langsung adalah respirasi di mana
pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi pada alat-alat pernapasan atau
respirasi. Alat-alat pernapasan atau respirasi ialah rongga hidung, faring,
tenggorokan, bronkus; bronkiolus, dan alveolus. Berikut ini adalah uraian setiap
organ pernapasan atau respirasi tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47 1) Hidung
Hidung merupakan organ pernapasan yang letaknya paling luar, berfungsi
untuk menghirup udara. Pada permukaan rongga hidung terdapat rambut-
rambut halus dan selaput lendir yang berfungsi menyaring udara yang masuk
dari debu atau benda lainnya. Di dalam rongga hidung terjadi penyesuaian
suhu dan kelembapan udara sehingga udara yang masuk ke paru-paru tidak
terlalu kering ataupun terlalu lembap. Selain sebagai organ pernapasan, hidung
juga merupakan indra pembau yang sangat sensitif. Dengan kemampuan
tersebut, manusia dapat terhindar dari menghirup gasgas beracun atau berbau
busuk. Dari rongga hidung, udara selanjutnya akan mengalir ke tenggorokan.
2) Faring
Dari rongga hidung udara yang hangat dan lembab selanjutnya masuk ke
faring. Faring adalah suatu saluran yang menyerupai tabung sebagai
persimpangan tempat lewatnya makanan dan udara. Faring terletak di antara
rongga hidung dan kerongkongan. Pada bagian ujung bawah faring terdapat
Gambar.2.1. Alat pernapasan manusia (http://tigaserangkai.com/images/File/Dunia%20IPA%20SD%205.pdf)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
katup yang disebut epiglotis. Epiglotis merupakan katup yang mengatur agar
makanan dari mulut masuk ke kerongkongan, tidak ke tenggorokan. Pada saat
menelan, epiglotis menutup laring. Dengan cara ini, makanan atau cairan
tidak bisa masuk ke tenggorokan
3) Pangkal Tenggorokan (Laring)
Setelah melewati hidung, udara masuk menuju pangkal tenggorokan (laring)
melalui faring. Faring terletak di hulu tenggorokan dan merupakan
persimpangan antara rongga mulut ke kerongkongan dan rongga hidung ke
tenggorokan. Setelah melalui laring, udara selanjutnya menuju ke batang
tenggorokan (trakea). Pada batang tenggorokan ini terdapat suatu katup
epiglotis. Katup ini bekerja dengan cara membuka jika bernapas atau
berbicara dan menutup pada saat menelan makanan. Adanya katup tersebut,
udara akan masuk ke paru-paru dan makanan akan menuju lambung. Di
bawah epiglotis, terdapat pita suara. Ketika udara melewati pita suara, pita
suara akan bergetar dan menghasilkan suara.
4) Batang Tenggorokan (Trakea)
Batang tenggorokan tersusun dari cincin-cincin tulang rawan dan terletak di
depan kerongkongan. Batang tenggorokan memanjang dari leher ke rongga
dada atas. Di dalam rongga dada, batang tenggorokan ini bercabang dua.
Setiap cabangnya masuk menuju paru-paru kanan dan paru-paru kiri.
5) Cabang Batang Tenggorokan (Bronkus)
Cabang batang tenggorokan (bronkus) merupakan cabang dari trakea. Bronkus
terbagi menjadi dua, yaitu menuju paru-paru kanan dan menuju paru-paru kiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Bronkus bercabang lagi menuju bronkiolus. Masing-masing cabang tersebut
berakhir pada gelembung paru-paru atau alveolus. Alveolus merupakan tempat
terjadinya difusi oksigen ke dalam darah.
6) Paru-paru
Paru-paru terletak di dalam rongga dada dan dibatasi dengan rongga perut
dengan diafragma. Paru-paru merupakan cabang-cabang suatu saluran yang
ujungnya bergelembung (alveoli) tempat terjadinya pertukaran gas-gas. Paru-
paru terbagi menjadi paru-paru kanan dan paru-paru kiri. Paru-paru kanan
terdiri atas tiga belahan sedangkan paru-paru kiri hanya dua belahan. Paru-
paru kanan lebih besar dibandingkan yang kiri.
7) Bronkiolus dan Alveolus
Di dalam paru-paru bronkus bercabang-cabang membentuk saluran yang
semakin kecil ukurannya. Saluran yang terkecil disebut bronkiolus. Pada
setiap bronkiolus terdapat segerombol kantung kecil seperti anggur ,
berdinding tipis yang disebut alveolus. Pertukaran gas oksigen dan
karbondioksida terjadi di antara alveolus dengan kapiler darah. Oksigen
diikat oleh hemoglobin dan diedarkan ke seluruh tubuh. Seiring dengan
kejadian tersebut, gas karbondioksida dikembalikan oleh sel-sel tubuh
melalui kapiler darah. Karbondioksida akan meninggalkan tubuhmu pada saat
mengeluarkan napas. Terdapat sekitar 300 juta alveoli di kedua paru dengan
diameter masing-masing rata-rata 0,2 milimeter.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
b. Proses Respirasi
Proses pernapasan atau respirasi meliputi dua proses, yaitu menarik napas
(inspirasi) serta mengeluarkan napas (ekspirasi).
1) Inspirasi
Otot diafragma berkontraksi pada saat menarik napas, dari posisi melengkung
ke atas menjadi lurus. Bersamaan dengan itu, otot-otot tulang rusuk pun
berkontraksi. Akibat dari berkontraksinya kedua jenis otot tersebut adalah
mengembangnya rongga dada sehingga tekanan dalam rongga dada
berkurang dan udara masuk. Sewaktu menarik napas, udara masuk melalui
hidung. Dari hidung, udara menuju ke tenggorokan, kemudian masuk ke
paru-paru. Setelah mencapai paru-paru, udara akan mengalir sampai ke
alveoli yang merupakan ujung dari saluran. Oksigen yang terkandung dalam
alveolus bertukar dengan karbon dioksida yang terkandung dalam darah yang
ada di pembuluh darah alveolus melalui proses difusi. Dalam darah, oksigen
Gambar.2.2. Bronkiolus dan alveolus (http://tigaserangkai.com/images/File/Dunia%20IPA%20SD%205.pdf)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
diikat oleh hemoglobin. Selanjutnya darah yang telah mengandung oksigen
mengalir ke seluruh tubuh.
2) Ekspirasi
Saat mengeluarkan napas, otot diafragma dan otot-otot tulang rusuk melemas.
Akibatnya, rongga dada mengecil dan tekanan udara di dalam paru-paru naik
sehingga udara keluar. Gas karbondioksida yang dihasilkan selama proses
respirasi sel tubuh akan ditukar dengan oksigen. Selanjutnya, darah
mengangkut karbondioksida untuk dikembalikan ke alveolus paru-paru.
Karbondioksida dikeluarkan ke udara melalui hidung saat mengeluarkan
napas.
c. Mekanisme Respirasi
Ada dua macam mekanisme pernapasan, yaitu pernapasan dada dan
pernapasan perut
1) Pernapasan Dada
Pernapasan dada terjadi karena otot antartulang rusuk berkontraksi sehingga
rusuk terangkat dan akibatnya volume rongga dada membesar. Membesarnya
rongga dada ini membuat tekanan dalam rongga dada mengecil dan paru-paru
mengembang. Akibatnya, tekanan udara di luar lebih besar daripada di dalam
paruparu, akibatnya udara masuk. Sebaliknya, saat otot antartulang rusuk
berelaksasi, tulang rusuk turun. Hal ini menyebabkan volume rongga dada
mengecil sehingga tekanan di dalamnya pun naik. Pada keadaan ini paru-paru
mengempis sehingga udara keluar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
2) Pernapasan Perut
Pernapasan perut terjadi karena gerakan diafragma. Jika otot diafragma
berkontraksi, rongga dada akan membesar dan paru-paru mengembang.
Akibatnya, udara akan masuk ke dalam paru-paru. Saat otot diafragma
relaksasi, diafragma kembali ke keadaan semula. Saat itu, rongga dada akan
menyempit, mendorong paru-paru sehingga mengempis dan udara keluar.
Gambar. 2.3. Pernapasan dada, inspirasi (kiri), ekspirasi (kanan) (http://tigaserangkai.com/images/File/Dunia%20IPA%20SD%205.pdf)
Gambar. 2.4. Pernapasan perut, inspirasi (a), ekspirasi (b) (http://tigaserangkai.com/images/File/Dunia%20IPA%20SD%205.pdf)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53 d. Macam-Macam Udara Pernapasan
Oksigen sangat penting dibutuhkan oleh tubuh karena dengan adanya
oksigen, tubuh memperoleh energi. Oksigen dapat masuk ke dalam tubuh manusia
dalam bentuk udara pernapasan. Udara pernapasan manusia dapat dibedakan
menjadi enam macam, yaitu sebagai berikut:
1) Udara tidal (udara pernapasan):
Udara pernapasan adalah udara yang masuk dan keluar saat berlangsungnya
proses pernapasan biasa. Volume udara tidal orang dewasa kira-kira 500 mL.
2) Udara komplementer
Udara komplementer adalah volume udara yang dapat ditarik ketika menarik
napas dalam-dalam. Volume udara yang dapat ditarik mencapai 1500 mL.
3) Udara suplementer
Udara suplementer merupakan volume udara yang dapat dihembuskan jika
mengembuskan napas sekuat-kuatnya. Volume udara yang dapat diembuskan
juga sekitar 1500 mL.
4) Udara residu
Udara residu adalah sisa udara dalam paru-paru ketika mengeluarkan napas
sekuat-kuatnya. Sisa udara dalam paru-paru volumenya kira-kira 1500 mL.
5) Kapasitas vital
Kapasitas vital paru-paru adalah jumlah dari volume udara tidal, volume
udara komplementer, dan volume udara suplementer. Kapasitas vital
merupakan udara yang dapat dihembuskan semaksimal mungkin setelah
melakukan inspirasi secara maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54 6) Volume total paru-paru
Volume total paru-paru merupakan udara yang dapat tertampung secara
maksimal di dalam paru-paru secara keseluruhan. Volume total paru-paru
juga bisa diukur dengan menjumlahkan kapasitas vital dengan udara residu
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pernapasan
Kecepatan frekuensi pernapasan dipengaruhi beberapa faktor antaralain
sebagai berikut:
1) Umur
Semakin tua usia seseorang frekuensi pernapasannya semakin rendah
sehingga mudah terengah-engah. Hal ini, terjadi karena adanya penurunan
proporsi kebutuhan energinya.
2) Jenis kelamin
Umumnya laki-laki banyak melakukan aktivitas sehingga membutuhkan
energi yang lebih banyak. Hal itu mengakibatkan frekuensi pernapasannya
lebih cepat. Dengan banyaknya udara pernapasan yang masuk ke sel-selnya,
maka akan lebih banyak energi yang dihasilkannya sehingga laki-laki lebih
tahan dan kuat dalam bekaerja. Namu, apabila seorang laki-laki dan
perempuan dengan berat yang sama, usia sama, dan aktivitas sama, energi
yang dibutuhkan lebih banyak perempuan sehingga frekuensi pernapasannya
lebih cepat perempuan.
3) Suhu tubuh
Di lingkungan yang panas, tubuh mengalami peningkatan metabolisme untuk
mempertahankan suhu tubuh agar tetap stabil. Untuk itu, tubuh harus banyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
mengeluarkan keringat untuk menurunkan suhu tubuh. Aktivitas ini,
membutuhkan energi yang yang dihasilkan dari peristiwa oksidasi dengan
menguraikan oksigen sehingga akan dibutuhkan oksigen yang lebih banyak
untuk meningkatkan frekuensi pernapasan.
4) Posisi tubuh
Posisi tubuh berpengaruh terhadap beban otot pada sebagian organ tubuh
kita. Otot pada organ tubuh dapat mempertahankan posisi tubuh tertentu
untuk mempertahankan posisi tubuh tertentu untuk menyesuaikan kebutuhan
energinya. Energi dihasilkan dengan bantuan oksigen dalam peristiwa
respirasi. Dengan posisi tubuh tertentu, dibutuhkan energi yang lebih banyak
sehingga akan meningkatkan frekuensi pernapasan.
5) Kegiatan tubuh
Orang yang melakukan pekerjaan lebih berat membutuhkan energi yang
lebih banyak. Energi dihasilkan dengan bantuan oksigen dalam peristiwa
respirasi. Aktivitas atau kegiatan tubuh yang berlebih akan meningkatkan
frekuensi pernapasan.
f. Pernapasan Eksternal dan Internal
Untuk memperoleh oksigen dari luar, makhluk hidup mempunyai sistem
pernapasan yang berbeda-beda. Paru-paru merupakan alat respirasi manusia yang
mempunyai struktur tertentu untuk mengambil oksigen dan mengeluarkan karbon
dioksida. Oksigen masuk ke dalam paru-paru dan kemudian masuk ke dalam
pembuluh darah kemudian diikat oleh hemoglobin (Hb) dan di bawa ke organ-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56 organ serta jaringan-jaringan tubuh lainnya. Sebaliknya CO2 dari jaringan atau sel
diangkut oleh darah ke paru-paru untuk dikeluarkan.
Paru-paru tersusun oleh struktur bronkiolus yang merupakan percabangan
dari bronkus, kemudian bercabang-cabang lagi membentuk kantung-kantung
udara (alveolus). Alveolus tersusun atas satu lapisan sel yang tipis, lembab, dan
berlekatan dengan kapiler darah sehingga akan memudahkan proses difusi O2 dan
CO2. Pembuluh-pembuluh darah kapiler yang ada di alveolus akan meneruskan
proses difusi CO2 ke luar pembuluh darah menuju ke rongga alveolus, maupun
difusi O2 dari alveolus menuju pembuluh darah untuk ditranspor ke seluruh
jaringan.
Paru-paru manusia ada dua, terletakk di sebelah kanan dan kiri. Pada paru-
paru sebelah kanan tersusun atas tiga lobus, yaitu lobus atas, tengah, bawah. Paru-
paru ssebelah kiri hanya tersusun atas dua lobus, yaitu lobus atas dan bawah.
Dalam paru-paru orang dewasa tersusun ± 300 juta alveolus dan memberikan
daerah permukaan total seluas 160 m2 untuk pertukaran gas. Di dalam alveolus
berlangsung proses pertukaran O2 dan CO2 antara pembuluh darah yang
mengandung banyak CO2 dengan udara luar yang banyak mengandung O2.
Mekanisme pertukaran CO2 dan O2 berdasarkan tempatnya dibedakan
menjadi dua, yaitu pernapasan luar dan perapasan dalam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57 1) Pernapasan luar (eksternal), yaitu proses pertukaran O2 dan CO2 antara udara
luar dengan kapiler-kapiler darah yang ada di alveolus manusia
Pada sistem pernapasan luar, oksigen yang beada di permukaan alveolus
berdifusi masuk ke kapiler darah. Di dalam kapiler darah oksigen diikat
hemoglobin (eritrosit) dan oksigen berubah menjadi senyawa oksihemoglobin.
Reaksi pengikatan sebagai berikut:
Hb + O2 → HbO2 (oksihemoglobin)
Oksihemoglobin di dalam darah selanjutnya akan bergerak ke seluruh tubuh
untuk mengirimkan oksigennya ke sel/jeringan sebagai oksidator dalam
peristiwa respirasi di dalam mitokondria. Pada parnapasan eksternal ini, juga
terjadi pertukaran CO2 yang dibawa darah dari sel. Darah yang masuk ke
dalam kapiler paru-paru dari sel mengangkut CO2 dalam bentuk ion karbonat
(HCO3), asam karbonat (H2CO3) yang terlarut dalam plasma dan
karbonminoglobin (HbCO2). Reaksi pelepasan CO2 dari H2CO3, ion HCO3 dan
HbCO3 adalah sebagai berikut:
Gambar 2.5 Mekanisme pertukaran CO2 dan O2 pada pernapasan luar (Reaven Johnson,2003 :1006)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
H2CO3 → H2 + CO2
H+ + HCO2 → H2CO3 → H2O + CO2
HbCO3 → Hb + CO2
Ion H+ yang digunakan untuk mengubah ion HCO2 menjadi CO2 bereaksi dari
HHb. Proses pelepasannya yaitu:
HHb → H+ + Hb (hemoglibin)
Setelah Hb terbebas dari ion H+ maka Hb dapat mengikat oksigen yang
berdifusi dari udara bebas di alveolus membentuk oksihemoglobin.
2) Pernapasan dalam (internal), yaitu proses berlangsungya pertukaran O2 dan
CO2 dari aliran darah ke sel-sel atau jeringan tubuh.
Pada sistem pernapasan internal, oksihemoglobin sampai pada memran
sel/jeringan tubuh, di sini oksihemoglobin melepaskan oksigen. Oksigen
selanjutnya berdifusi masuk ke dalam cairan sel dan menuju ke mitokondria. Hb
yang sudah tidak mengikat oksigen selanjutnya akan bereaksi mengikat CO2 dari
Gambar 2.6 Mekanisme pertukaran CO2 dan O2 pada pernapasan dalam (Reaven Johnson, 2003: 1006)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59 dalam sel membentuk karbominoglobin. Tidak semua Hb mengikat olsigen,
selanjutnya akan berikatan dengan H+ membentuk HHb. Reaksinya adala sebagai
berikut:
HbO2 → Hb + O2
Hb + CO2 → HbCO2 (karbominoglobin)
Hb + H+ → HHb
Senyawa HHb terbentuk karena Hb yang kembali dari sel/jeringan setelah
melepaskan oksigen, tidak semuanya mengangkut CO2, Hb agar dapat kembali ke
alveolus dan mengikat oksigen lagi maka harus berikatan dengan H+ membentuk
HHb. Pada pernapasan internal CO2 dari sel tidak semuanya diangkut oleh
hemoglobin dslsm bentuk karbominoglobin. Tetapi sebagian besar CO2 akan
diubah menjadi ion karbonat (H2CO3), asam karbonat (HCO3). Reaksi
pengikatannya sebagai berikut:
H2O + CO2 → H2CO3
H2O + CO2 → H2CO3 → H+ + HCO3 -
Semua reaksi pengikatan dan pengubahan senyawa CO2 di atas dikatalis
oleh enzim karbonat anhidrase dan berlangsung di dalam eritrosit, tetapi tahap
selanjutnya ion karbonat (HCO3) dan asam karbonat (H2CO3) keluar dari eritrosit
menuju ke plasma darah dan diangkut menuju ke alveolus. Perpindahan ion
HCO3- dari eritrosit ke plasma diikuti dengan pergerakan ion Cl (clorida) dari
plasma ke eritrosit. Ini dikenal dengan mekanisme pertukaran klorida.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60 g. Sistem Pernapasan Pada Hewan
1) Pernapasan Pada Protozoa
Protozoa tidak memiliki alat pernafasan. Pengambilan oksigen dilakukan
secara difusi melalui permukaan tubuhnya. Oksigen masuk ke dalam mitokondria
dan terjadilah proses pernafasan. Oksigen dan karbon dioksida keluar-masuk
melalui membran sel secara difusi. Oksigen dan karbon dioksida tersebut
merupakan gas-gas yang terlarut di dalam air. Contoh: Amoeba sp.
2) Pernapasan Pada Porifera
Hewan phylum ini tubuhnya tersusun atas banyak sel dan memiliki jaringan
yang sangat sederhana. Udara pernapasan dipertukarkan langsung oleh sel-sel
di permukaan tubuh atau oleh sel-sel leher yang bersentuhan dengan air.
Contoh: Spongia sp.
Gambar 2.7 Pernapasan melalui membrane sel (John Kimball, 1990: 504)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61 3) Pernapasan Pada Coelenterata
Hewan phylum coelenterata tubuhnya tersusun tersusun atas banyak
banyak sel dan memiliki jaringan. Hewan ini tidak memiliki alat pernapasan
lengkap. Alat bantu pernapasan berupa lekukan-lekukan lapisan gastrodermal
yang berada sedikit di bawah mulut, yang disebut sifonoglifa. Namun sel-sel di
permukaan tubuh yang lain juga dapat melakukan pertukaran gas dengan
lingkungannya. Contoh: Aurelia aurita, Hydra sp. dan Metrium sp. (ubur-ubur).
4) Pernapasan pada cacing (Vermes)
Cacing (Vermes) dapat digolongkan ke dalam tiga phylum, yaitu:
a. Cacing pipih (Platyhelminthes) pernapasan pada cacibg pipih terjadi di
seluruh permukaan tubuh melalui difusi. Contoh: Planaria sp.
b. Cacing gilik tidak bersegmen (Nemathelminthes) pernapasan pada
Nemathelminthe juga melalui difusi lewat permukaan tubuhnya. Contoh:
Ascaris lumbricoides
c. Cacing gilik bersegmen (Annelida) pernapasan Annelida melalui permukaan
kulit yang selalu basah oleh cairan mukus. Contoh: Lumbricus sp.
5) Pernapasan Pada Serangga
Corong hawa (trakea) adalah alat pernapasan yang dimiliki oleh serangga
dan arthropoda lainnya. Pembuluh trakea bermuara pada lubang kecil yang ada di
kerangka luar (eksoskeleton) yang disebut spirakel. Spirakel berbentuk pembuluh
silindris yang berlapis zat kitin, dan terletak berpasangan pada setiap segmen
tubuh. Spirakel menmpunyai katup yang dikontrol oleh otot sehingga membuka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62 dan menutupnya spirakel terjadi secara teratur. Pada umumnya spirakel terbuka
selama serangga terbang, dan tertutup saat serangga beristirahat.
Oksigen dari luar masuk lewat spirakel. Kemudian udara dari spirakel
menuju pembuluh-pembuluh trakea dan selanjutnya pembuluh trakea bercabang
lagi menjadi cabang halus yang disebut trakeolus sehingga dapat mencapai
seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam. Trakeolus tidak berlapis kitin, berisi
cairan, dan dibentuk oleh sel yang disebut trakeoblas. Pertukaran gas terjadi antara
trakeolus dengan sel-sel tubuh. Trakeolus ini mempunyai fungsi yang sama
dengan kapiler pada sistem pengangkutan (transportasi) pada vertebrata.
Mekanisme pernapasan pada serangga, misalnya belalang, adalah sebagai
berikut: Jika otot perut belalang berkontraksi maka trakea mexrupih sehingga
udara kaya CO2 keluar. Sebaliknya, jika otot perut belalang berelaksasi maka
trakea kembali pada volume semula sehingga tekanan udara menjadi lebih kecil
dibandingkan tekanan di luar sebagai akibatnya udara di luar yang kaya O2 masuk
ke trakea..
Gambar 2.8 Sistem trakea pada serangga (Mukayat Djarubito,1990)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Sistem trakea berfungsi mengangkut O2 dan mengedarkannya ke seluruh
tubuh, dan sebaliknya mengangkut C02 basil respirasi untuk dikeluarkan dari
tubuh. Dengan demikian, darah pada serangga hanya berfungsi mengangkut sari
makanan dan bukan untuk mengangkut gas pernapasan. Di bagian ujung trakeolus
terdapat cairan sehingga udara mudah berdifusi ke jaringan.
Pada serangga air seperti jentik nyamuk udara diperoleh dengan
menjulurkan tabung pernapasan ke perxnukaan air untuk mengambil udara.
Serangga air tertentu mempunyai gelembung udara sehingga dapat menyelam di
air dalam waktu lama. Misalnya, kepik (Notonecta sp). mempunyai gelembung
udara di organ yang menyerupai rambut pada permukaan ventral. Selama
menyelam, O2 dalam gelembung dipindahkan melalui sistem trakea ke sel-sel
pernapasan. Selain itu, ada pula serangga yang mempunyai insang trakea yang
berfungsi menyerap udara dari air, atau pengambilan udara melalui cabang-
cabang halus serupa insang. Selanjutnya dari cabang halus ini oksigen diedarkan
melalu pembuluh trakea.
6) Pernapasan Pada Ikan
Insang dimiliki oleh jenis ikan (pisces). Insang berbentuk lembaran-
lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dare
insang berhubungan dengan air, sedangkan bagian dalam berhubungan erat
dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang filamen,
dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat
pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler sehingga memungkinkan O2
berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar. Insang pada ikan bertulang sejati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64 ditutupi oleh tutup insang yang disebut operkulum, sedangkan insang pada ikan
bertulang rawan tidak ditutupi oleh operkulum.
Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula
berfungsi sebagai alat ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat pertukaran
ion, dan osmoregulator. Beberapa jenis ikan mempunyai labirin yang merupakan
perluasan ke atas dari insang dan membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan
rongga-rongga tidak teratur. Labirin ini berfungsi menyimpan cadangan O2
sehingga ikan tahan pada kondisi yang kekurangan O2. Contoh ikan yang
mempunyai labirin adalah: ikan gabus dan ikan lele. Untuk menyimpan cadangan
O2, selain dengan labirin, ikan mempunyai gelembung renang yang terletak di
dekat punggung. Mekanisme pernapasan pada ikan melalui 2 tahap, yakni
inspirasi dan ekspirasi.
Pada fase inspirasi, O2 dari air masuk ke dalam insang kemudian O2
diikat oleh kapiler darah untuk dibawa ke jaringan-jaringan yang membutuhkan.
Sebaliknya pada fase ekspirasi, CO2 yang dibawa oleh darah dari jaringan akan
bermuara ke insang dan dari insang diekskresikan keluar tubuh. Selain dimiliki
oleh ikan, insang juga dimiliki oleh katak pada fase berudu, yaitu insang luar.
Hewan yang memiliki insang luar sepanjang hidupnya adalah salamander
Gambar 2.9 Mekanisme pernapasan pada ikan (Reaven Johnson,2003 :1057)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65 7) Pernapasan Pada Katak
Pada katak, oksigen berdifusi lewat selaput rongga mulut, kulit, dan
paru-paru. Kecuali pada fase berudu bernapas dengan insang karena hidupnya di
air. Selaput rongga mulut dapat berfungsi sebagai alat pernapasan karena tipis dan
banyak terdapat kapiler yang bermuara di tempat itu. Pada saat terjadi gerakan
rongga mulut dan faring, Iubang hidung terbuka dan glotis tertutup sehingga udara
berada di rongga mulut dan berdifusi masuk melalui selaput rongga mulut yang
tipis. Selain bernapas dengan selaput rongga mulut, katak bernapas pula dengan
kulit, ini dimungkinkan karena kulitnya selalu dalam keadaan basah dan
mengandung banyak kapiler sehingga gas pernapasan mudah berdifusi. Oksigen
yang masuk lewat kulit akan melewati vena kulit (vena kutanea) kemudian dibawa
ke jantung untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Sebaliknya karbon dioksida dari
jaringan akan di bawa ke jantung, dari jantung dipompa ke kulit dan paru-paru
lewat arteri kulit pare-paru (arteri pulmo kutanea). Dengan demikian pertukaran
oksigen dan karbon dioksida dapat terjadi di kulit.
Selain bernapas dengan selaput rongga mulut dan kulit, katak bernapas
juga dengan paru-paru walaupun paru-parunya belum sebaik paru-paru mamalia.
Katak mempunyai sepasang paru-paru yang berbentuk gelembung tempat
bermuaranya kapiler darah. Permukaan paru-paru diperbesar oleh adanya bentuk-
bentuk seperti kantung sehingga gas pernapasan dapat berdifusi. Paru-paru dengan
rongga mulut dihubungkan oleh bronkus yang pendek.
Dalam paru-paru terjadi mekanisme inspirasi dan ekspirasi yang keduanya
terjadi saat mulut tertutup. Fase inspirasi adalah saat udara (kaya oksigen) yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66 masuk lewat selaput rongga mulut dan kulit berdifusi pada gelembung-gelembung
di paru-paru. Mekanisme inspirasi adalah sebagai berikut. Otot Sternohioideus
berkonstraksi sehingga rongga mulut membesar, akibatnya oksigen masuk melalui
koane. Setelah itu koane menutup dan otot rahang bawah dan otot geniohioideus
berkontraksi sehingga rongga mulut mengecil. Mengecilnya rongga mulut
mendorong oksigen masuk ke paru-paru lewat celah-celah. Dalam paru-paru
terjadi pertukaran gas, oksigen diikat oleh darah yang berada dalam kapiler
dinding paruparu dan sebaliknya, karbondioksida dilepaskan ke lingkungan.
Mekanisme ekspirasi adalah sebagai berikut. Otot-otot perut dan sternohioideus
berkontraksi sehingga udara dalam paru-paru tertekan keluar dan masuk ke dalam
rongga mulut. Celah tekak menutup dan sebaliknya koane membuka. Bersamaan
dengan itu, otot rahang bawah berkontraksi yang juga diikuti dengan
berkontraksinya geniohioideus sehingga rongga mulut mengecil. Dengan
mengecilnya rongga mulut maka udara yang kaya karbondioksida keluar.
Gambar 2.10. Alat pernapasan pada katak (http://blog.unila.ac.id/wasetiawan/files/2009/10/respirasi-hewan.pdf)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67 8) Pernapasan Pada Burung
Pada burung, tempat berdifusinya gas pernapasan hanya terjadi di paru-
paru. Paru-paru burung berjumlah sepasang dan terletak dalam rongga dada yang
dilindungi oleh tulang rusuk. Jalur pernapasan pada burung berawal dari lubang
hidung. Pada tempat ini, udara masuk kemudian diteruskan pada celah tekak yang
terdapat pada dasar faring yang menghubungkan trakea. Trakeanya panjang
berupa pipa bertulang rawan yang berbentuk cincin. Bagian akhir trakea
bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Dalam
bronkus pada pangkal trakea terdapat sirink. Bagian dalamnya terdapat lipatan-
lipatan berupa selaput yang dapat bergetar. Bergetarnya selaput itu menimbulkan
suara. Bronkus bercabang lagi menjadi mesobronkus (bronkus sekunder). Bronkus
ini dapat dibedakan menjadi ventrobronkus (di bagian ventral) dan dorsobronkus
(di bagian dorsal). Ventrobronkus dihubungkan dengan dorsobronkus, oleh
parabronkus. Parabronkus berupa tabung tabung kecil, tempat bermuara banyak
kapiler sehingga memungkinkan udara berdifusi.
Gambar 2.11. Mekanisme pernapasan pada katak (http://blog.unila.ac.id/wasetiawan/files/2009/10/respirasi-hewan.pdf)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Selain paru-paru, burung memiliki pundi-pundi hawa (sakus
pneumatikus) yang menyebar sampai ke perut, leher, dan sayap. Pundi-pundi
hawa berhubungan dengan paru-paru dan berselaput tipis. Di pundi-pundi hawa
tidak terjadi difusi gas pernapasan. Pundi-pundi hawa hanya berfungsi sebagai
penyimpan cadangan oksigen dan meringankan tubuh. Pundi-pundi hawa terdapat
di pangkal leher (servikal), ruang dada bagian depan (toraks anterior), antara
tulang selangka (korakoid), ruang dada bagian belakang (toraks posterior), dan di
rongga perut (kantong udara abdominal).
Masuknya udara yang kaya oksigen ke paru-paru (inspirasi) disebabkan
adanya kontraksi otot antartulang rusuk (interkostal) sehingga tulang rusuk
bergerak keluar dan tulang dada bergerak ke bawah. Udara luar yang masuk
sebagian kecil tinggal di paru-paru dan sebagian besar akan diteruskan ke pundi-
pundi hawa sebagai cadangan udara. Udara pada pundi-pundi hawa dimanfaatkan
hanya pada saat burung sedang mengepakkan sayapnya. Saat sayap mengepak
atau diangkat ke atas maka kantung hawa di tulang korakoid terjepit sehingga
oksigen pada tempat itu masuk ke paru-paru (inspirasi). Ekspirasi terjadi apabila
otot interkostal relaksasi maka tulang rusuk dan tulang dada kembali ke posisi
semula. Akibatnya, rongga dada mengecil dan tekanannya menjadi lebih besar
dari tekanan di udara luar. Hal ini menyebabkan udara dari paru-paru yang kaya
karbon dioksida keluar. Bersamaan dengan mengecilnya rongga dada, udara dari
kantung hawa masuk ke paru-paru. Kemudian terjadi pelepasan oksigen dalam
pembuluh kapiler di paru-paru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69 Pernafasan burung saat terbang
Saat terbang pergerakan aktif dari rongga dada tidak dapat dilakukan karena
tulang dada dan tulang rusuk merupakan pangkal perlekatan n otot yang berfungsi
untuk terbang. Saat Saat mengepakan sayap (sayap diangkat ke atas), kantong
udara di antara tulang korakoid terjepit sehingga udara kaya oksigen pada bagian
itu masuk ke paru-paru
Gambar.2.12 Alat pernapasan pada burung (http://blog.unila.ac.id/wasetiawan/files/2009/10/respirasi-hewan.pdf)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70 9) Pernapasan Pada Reptil
Reptil mempunyai kulit bersisik atau kering, sehingga sulit ditembus oleh
air. Cairan yang hilang kulit sedikit sehingga reptil dapat bertahan hidup pada
habitat yang kering. Alat pernapasan pada reptil adalah paru-paru. Paru-paru pada
reptil dikelilinggi rongga dada yang dilindunggi oleh tulang rusuk. Tulang rusuk
ini dapat merapat dan merenggang secara bergantian. Mekanisme pernapasan
reptil terdiri dari fase inspirasi dan ekspirasi. Saat fase inspirasi, tulang rusuk
merengang dan volume rongga dada meningkat, sehingga paru-paru yang kosong
akan terisi oleh udara yang banyak mengandung oksigen, pada fase ekspirasi
tulang rusuk akan merapat, sehingga udara yang mengandung karbondioksida dan
uap air akan terdesak keluar dari paru-paru.
Gambar. 2. 13 Mekanisme pernapasan pada burung; (a) inspirasi (b) ekspirasi (http://blog.unila.ac.id/wasetiawan/files/2009/10/respirasi-hewan.pdf)
Gambar 2. 14. Alat pernapasan Pada Reptil (John Kimball, 1990: 465)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71 d. Macam-macam Kelainan Pada Sistem Respirasi
Udara yang dihirup oleh paru-paru tidak selamanya bebas dari senyawa
partikel ataupun makhluk hidup yang membahayakan manusia. Di kota-kota
besar, banyaknya asap dari kendaraan bermotor ataupun industri berpengaruh
pada kesehatan paru-paru, berikut ini adalah jenis-jenis gangguan pada alat
respirasi.
1) Tuberkulosis (TBC), merupakan penyakit paru-paru yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri tersebut menimbulkan bintil-bintil pada
dinding alveolus. Penyakit ini dapat menyebabkan sel-sel paru-paru mati.
Akibatnya, paru-paru akan kuncup atau mengecil dan menyebabkan napas
penderita sering terengah-engah.
2) Pneumonia: adalah merupakan radang paru-paru yang disebabkan oleh
bakteri Diplococcus pneumonia. Akibat peradangan alveolus dipenuhi oleh
nanah dan lendir sehingga oksigen sulit berdifusi mencapai darah.
3) Bronkhitis, merupakan gangguan pada cabang batang tenggorokan akibat
infeksi. Gejalanya adalah penderita mengalami demam dan menghasilkan
lendir yang menyumbat batang tenggorokan. Akibatnya penderita mengalami
sesak napas
4) Asma, merupakan kelainan penyumbatan saluran pernapasan yang
disebabkan oleh alergi. Kelainan ini dapat diturunkan dan dapat kambuh jika
suhu lingkungan cukup rendah atau keadaan dingin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72 5) Pleuritis: yaitu penyakit ini menyebabkan peradangan pada selaput
pembungkus paru-paru (pleura). Penyakit ini menyebabkan terdapatnya
cairan berlebih pada pleura sehingga penderita akan sesak napas.
6) Asfiksi: yaitu penyakit yang menyebabkan terganggunya pengangkutan
oksigen ke sel-sel atau jaringan tubuh.
7) Asidosis: yaitu kenaikan kadar asam karbonat dan asam bikarbonat dalam
darah, sehingga pernapasan terganggu.
8) Emfisema: yaitu robeknya dinding alveolus sehingga mengurangi daerah
pertukaran gas.
9) Difteri: yaitu penyumbatan oleh lender pada rongga faring maupun laring
yang dihasilkan oleh infeksi kuman difteri.
e. Pengaruh rokok dan asap pembakaran tak sempurna
Kanker paru-paru dapat menyebabkan kematian pada penderitanya.
Menghirup tar yang terdapat pada asap rokok adalah faktor terbesar penyumbang
penyebab penyakit kanker paru-paru. Merokok juga diyakini sebagai salah satu
faktor berkembangnya kanker mulut, kerongkongan, laring dan pankreas. Usaha
yang dapat untuk menjaga kesehatan saluran pernapasan dengan menghindari
merokok. Bahan berbahaya yang lain adalah senyawa karbon monoksida (CO).
Gas ini dihasilkan dari pembakaran yang tidak sempurna. Beberapa sumber gas
CO adalah asap kendaraan bermotor, asap pembakaran sampah dan asap hasil
pembakaran rokok. Gas CO amat berbahaya bagi kesehatan karena sifat kimia CO
yang lebih mudah berikatan dengan hemoglobin daripada dengan oksigen.
Sehingga, bila di udara kandungan CO tinggi maka hemoglobin akan berikatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73 dulu dengan CO, akibatnya sel-sel tubuh akan kekurangan oksigen. Keracunan
gas CO dalam waktu yang relatif lama dapat menyebabkan kematian.
f. Teknologi Penanggulangan Kelainan Sistem Pernapasan
1) Traekotomi, merupakan pembuatan lubang pada trakea untuk membantu
memberikan pernapasan buatan. Trakeotomi biasanya dilakukan pada
penderita dipteri akut yang dapat menyebabkan penyumbatan pada saluran
pernapasannya.
2) Pulmotor, merupakan alat untuk melakukan pernapasan buatan. Pernapasan
buatan biasanya dilakukan kepada orang-orang yang mengalami gangguan
pernapasan karena tenggelam dan shock karena sengatan listrik.
3) Oxygen catheter merupakan alat yang digunakan untuk mengalirkan oksigen
ke dalam lubang hidung.
4) Spirometer merupakan alat untuk mengukur secara langsung dan cepat
kemampuan paru-paru seseorang serta untuk diagnosa paru-paru yang
abnormal.
5) Pernapasan buatan darurat dengan menggunakan metode Sylvester dan
Hengger-Nelsen. Metode Sylvester dikenal sebagai metode pernapasan
buatan dari mulut ke mulut. Sedangkan metode Henger-Nelsen dilakukan
dengan cara penderita ditengkurapkan, kepala dimiringkan, dan diikuti
dengan menekan secara berirama pada bagian punggung untuk merangsang
paru-paru mengembang dan mengempis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74 B. Penelitian Yang Relevan
Sebagai bahan perbandingan, perlu dikemukakan penelitian-penelitian
yang rerdahulu yang ada hubungannya dengan yang akan dilakukan (penelitian
yang relevan) agar dapat memberikan gambaran yang jelas.
1. Tarono (2006) dalam penelitiannya yang berjudul ”Pengaruh Penggunaan
Metode Inkuir Terbimbing Dan Inkuiri Bebas Termodifikasi Terhapap Prestasi
Belajar Fisika Ditinjau Dari Sikap Ilmiah”, hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebelum perlakuan penguasaan konsep kedua kelas eksperimen adalah
sama, setelah diberi perlakuan hasil penelitian menunjukkan bahwa pada
pembelajaran inkuiri terbimbing prestasinya lebih baik daripada menggunakan
pembelajaran inkuiri bebas termodifikasi. Kelemahan atau yang menjadi
hambatan utama dalam penerapan pembelajaran ini adalah kurangnya
pengalaman siswa terutama dalam penggunaan LKS.
2. Sigit Triyono (2008), melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Pendekatan Ketrampilan Proses Melalui Metode Inkuiri Terbimbing dan
Demonstrasi Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi Terhadap Prestasi Belajar
Siswa”, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum perlakuan penguasaan
konsep kedua kelas eksperimen adalah sama, setelah diberi perlakuan hasil
penelitian menunjukkan bahwa pada pembelajaran inkuiri terbimbing
prestasinya lebih baik daripada menggunakan metode demonstrasi.
Persamaan atau relevansi yang dilakukan oleh kedua peneliti tersebut
adalah sama-sama meneliti pengaruh pembelajaran dengan metode inquiry,
sedangkan perbedaan tentang peninjauannya yaitu: penelitian sebelumnya yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75 dilakukan Tarono (2006) ditinjau dari Sikap Ilmiah sedangkan Sigit Triyono
(2008) ditinjau dari motivasi berprestasi pada siswa SMA, sedangakan pada
penelitian ini ditinjau dari kemampuan awal dan keingintahuan siswa.
3. Yulia Saraswati (2009) melakukan penelitian yang berjudul ”Pembelajaran
Fisika Melalui Inkuiri Terbimbing Dengan Metode Eksperimen dan
Demonstrasi Ditinjau Dari Kemampuan Awal dan Perhatian Siswa”. Dari
penelitian tersebut diperoleh hasil terdapat interaksi antara penggunaan metode
eksperimen dan demonstrasi melalui inkuiri terbimbing dengan kemampuan
awal dan perhatian siswa terhadap prestasi belajar Fisika.
Persamaan atau relevansi penelitian ini dengan penelitian Yulia Saraswati
tersebut adalah sama-sama meneliti pengaruh pembelajaran dengan metode
inquiry dan melengkapi pada komponen kemampuan awal.
4. Legiman (2008) melakukan penelitian yang berjudul ”Pengaruh Penggunaan
Model Pembelajaran 4Mat System dan Metode STAD Terhadap Prestasi
Belajar Kimia Ditinjau Dari Keingintahuan Siswa”. Keingintahuan menurut
penelitian ini merupakan sikap pribadi yang tercermin untuk ingintahu
terhadap sesuatu benda yang konkrit. Siswa yang mempunyai keingintahuan
tinggi dalam proses pembelajaran lebih aktif dan terbuka pikirannya
dibandingkan dengan siswa yang keingintahuannya rendah. Di samping itu,
siswa yang mempunyai keingintahuan tinggi akan bersemangat dalam
memperoleh dan mengembangkan konsep ilmu secara kritis dalam melengkapi
permasalahan. Keingintahuan memberikan hasil yang relatif berbeda dan
memaksimalkan hasil belajar. Pada penelitian ini menyatakan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
kemampuan merupakan pemacu berpikir. Oleh karena itu, pembelajaran
melalui metode inquiry merupakan metode pembelajaran yang tepat untuk
memunculkan keingintahuan siswa. Negosiasi kognitif dalam kelompok
menambah kekayaan berpikir siswa, sehingga timbul keingintahuan dan proses
akhir mampu mengidentifikasi masalah serta mampu mencari solusi.
Relevansi atau persamaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian
Legiman adalah melengkapi pada komponen keingintahuan siswa, sedangkan
perbedaannya terdapat pada metode pembelajaran yang digunakan.
5. Hesty Handayani (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Pembelajaran
Biologi Menggunakan Metode Proyek Dengan Lab Real dan Audio Visual
Ditinjau Dari Keingintahuan Siswa dan Kemampuan Kerjasama”.
Menyimpulkan bahwa aktifitas dan kegiatan observasi yang dilakukan siswa
untuk pemenuhan keingintahuan mengoptimalkan kemampuan siswa sehingga
meningkatkan prestasi belajar. Oleh karena itu, ada pengaruh yang signifikan
keingintahuan siswa terhadap prestasi belsjar.
Persamaan atau relevansi penelitian yang dilakukan dengan penelitian Legiman
adalah melengkapi pada komponen keingintahuan siswa, sedangkan perbedaannya
terdapat pada metode pembelajaran yang digunakan.
6. Ahmed Kiline (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “The Opinion Of
Turkish Highscohool Pupils On Inquiry Based Laboratory Activites”
berdasarkan kesimpulanya menyatakan bahwa pembelajaran dengan
pendekatan inkuiri berbasis laboratorium, berdasarkan opini para siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
memberikan suasana yang lebih menyenangkan dan hasil pemahaman yang
diperoleh lebih permanen.
7. Quitadano, Celia, James E Johnson, Martha J. Kurtz (2008) dalam
penelitiannya yang berjudul “Community-Based Inquiry Improve Critical
Thingking In General Biology” menyatakan bahwa pembelajaran CBI, di
dalam penelitian ini ternyata dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
bagi siswa pada pelajaran Biologi.
Relevansi kedua penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan adalah
sama-sama menggunakan metode pembelajaran inquiry.
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir atau kerangka pemikiran merupakan arahan penalaran
untuk sampai pada perumusan hipotesis. Berdasarkan permasalahan yang terjadi
di lapangan, kajian teori tentang teori belajar, metode pembelajaran inquiry,
kemampuan awal, keingintahuan, dan kajian penelitian yang relevan yang telah
disampaikan di atas, maka dapat disampaikan kerangka berpikir dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Penerapan metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas
termodifikasi terhadap prestasi belajar
Pada penelitian ini menggunakan pembelajaran inquiry yang dapat
mengaktifkan siswa dalam proses penyelidikan dan akhirnya menemukan konsep
sistem respirasi. Pada penelitian ini pembelajaran inquiry digunakan adalah
metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78 Pegunaan metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas
termodifikasi karena metode pembelajaran tersebut dapat mengaktifkan siswa
dalam melakukan penyelidikan dan akhirnya menentukan konsep system respirasi,
Pada pembelajaran dengan metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry
bebas termodifikasi siswa ditekankan untuk menemukan konsep sendiri sistem
respirasi melalui percobaan, pengamatan, observasi, studi pustaka, dan diskusi
dengan bimbingan guru. Pada pembelajaran dengan metode pembelajaran inquiry
terbimbing selain permaslahan diberikan oleh guru, siswa juga diberi pertanyaan
panduan untuk menuju konsep yang akan dicapai sedangkan pembelajaran dengan
metode inquiry bebas termodifikasi guru hanya memberikan permasalahan saja
tanpa memberikan panduan pertanyaan untuk mencapai konsep yang akan dituju.
Oleh karena itu, pada inquiry terbimbing siswa lebih terarah dalam penemuan
konsep-konsep sistem respirasi dengan bantuan pertanyaan panduan sedangkan
pada metode inquiry bebas termodifikasi siswa akan kebingungan dalam
menemukan konsep respirasi. Berdasarkan pemikiran tersebut dapat diperkirakan
pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing dapat lebih meningkatkan
penguasaan konsep siswa pada materi pokok bahasan sistem respirasi sehingga
perstasi belajarnya akan lebih baik dibanding menggunakan metode inquiry bebas
termodifikasi.
2. Pengaruh tingkat kemampuan awal terhadap prestasi belajar Biologi
Faktor lain yang kurang diperhatikan guru dalam pembelajaran Biologi di
SMA yang menyebabkan pembelajaran kurang berhsil adalah kemampuan awal
yang dimiliki siswa. Konsep-konsep awal yang dimiliki oleh setiap siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79 berbeda-beda, karena tidak setiap siswa memiliki kemampuan yang sama dalam
menerima materi-materi pelajaran. Pada penelitian ini ditinjau aspek kemampuan
awal dan dibagi menjadi dua kategori yaitu kemampuan awal tinggi dan rendah.
Semakin tinggi kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa, siswa akan lebih siap
dalam menerima materi pelajaran, sehingga siswa akan lebih mudah menguasai
konsep dan prestasi belajar yang dihasilkan juga lebih baik, dengan demikian
dapat diperkirakan kemampuan awal dapat mempengaruhi pencapaian prestasi
belajar siswa. Siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi akan memiliki
prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan awal
rendah.
3. Pengaruh tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi
Keingintahuan siswa merupakan faktor internal yang mempengaruhi
pencapaian prestasi belajar, juga kurang diperhatikan dalam pembelajaran Biologi
di SMA. Keingintahuan tentang materi Biologi antara satu siswa dengan siswa
lainnya berbeda-beda, hal ini dikarenakan motivasi atau dorongan untuk
mengetahui sesuatu hal yang baru yang dimiliki oleh setiap siswa berbeda-beda.
Pada penelitian ini keingintahuan siswa dikategorikan menjadi dua, yaitu : tinggi
dan rendah. Semakin tinggi keingintahuan yang dimiliki oleh siswa maka
motivasi untuk mengikuti pembelajaran Biologi semakin tinggi, sehinnga prestasi
belajarnya cukup baik, dengan demikian dapat diperkirakan bahwa keingintahuan
siswa terhadap suatu hal khususnya mengenai segala sesuatu hal yang
berhubungan dengan Biologi, akan mempengaruhi dalam pencapaian prestasi
belajar. Siswa yang memiliki keingintahuan yang tinggi akan memiliki prestasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80 belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki keingintahuan
yang rendah.
4. Interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal siswa terhadap
prestasi belajar Biologi
Pada proses pembelajaran Biologi, siswa yang mempunyai kemampuan
awal tinggi jika diajar dengan metode inquiry terbimbing akan mempunyai
prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang diajar dengan metode inquiry
bebas termodifikasi begitu juga dengan siswa yang memiliki kemampuan awal
rendah jika diajar dengan metode inquiry terbimbing akan memiliki prestasi
belajar yang lebih baik daripada siswa yang diajar dengan metode inquiry bebas
termodifikasi. Hal ini disebabkan karena dengan menggunakan metode inquiry
terbimbing dalam pembelajaran Biologi siswa diberikan pertanyaan panduan
untuk menuju konsep yang akan ditemukan, sehinnga akan memiliki pengguatan
terhadap kemampuan awal sebelumya, sedangkan pada pembelajaran Biologi
dengan menggunakan metode inquiry bebas termodifikasi, dalam memperoleh
konsep tanpa adanya panduan yang mengarah ke konsep yang akan ditemukan
sehingga siswa masih merasa kebingungan. Berangkat dari pemikiran tersebut,
maka dapat diperkirakan bahwa ada interaksi antara metode pembelajaran dengan
kemapuan awal terhadap pencapaian prestasi belajar.
5. Interaksi antara metode pembelajaran dengan tingkat keingintahuan siswa
terhadap prestasi belajar Biologi
Pembelajaran inquiry adalah metode pembelajaran yang menantang siswa
untuk melakukan sesuaatu penyelidikan baik dengan eksploitasi, eksperimen,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81 maupun dengan studi kasus sehingga siswa dapat menemukan suatu konsep atau
informasi, siswa yang memiliki keingintahuan rendah akan lebih tertantang untuk
melakukan proses inquiry. Berangkat dari pemikiran tersebut, maka dapat
diperkirakan bahwa ada interaksi antara metode pembelajaran dengan
keingintahuan siswa terhadap pencapaian prestasi belajar.
6. Interaksi antara kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap
prestasi belajar Biologi
Pada proses pembelajaran, siswa yang memiliki kemampuan awal dan
keingintahuan tinggi akan memiliki prestasi belajar yang tinngi pula. Namun
apabila kemampuan awal tinngi, tetapi keingintahuannya rendah, maka prestasi
belajarnya juga rendah. Siswa yang memiliki kemampuan awal rendah, apabila
memiliki keingintahuan yang tinggi, maka pencapaian prestasi belajarnya tinggi.
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka dapat diperkirakan bahwa ada interaksi
antara kemampuan awal dan keingintahuan terhadap prestasi belajar.
7. Interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal dan tingkat
keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi
Pada kegiatan belajar mengajar, siswa yang memiliki kemampuan awal
dan keingintahuan yang tinggi, jika diberi pembelajran dengan metode inquiry
terbimbing akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik dari pada siswa yang
memiliki kemampuan awal dan keingintahuan yang tinggi yang diberi
pembelajaran dengan metode inquiry bebas termodifikasi. Pada siswa yang
memiliki kemampuan awal dan keingintahuan yang rendah, jika diajar dengan
metode inquiry terbimbing akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82 pada siswa yang memiliki kemampuan awal dan keingintahuan yang rendah yang
diberi pembelajaran dengan metode inquiry bebas termodifikasi. Dengan
demikian dapat diperkirakan bahwa terdapat interaksi antara model pembelajaran,
kemampuan awal, dan keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar.
D. Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan dari tinjauan pustaka dan kerangka berpikir di atas, maka
dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
1. Ada pengaruh penerapan metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry
bebas termodifikasi terhadap prestasi belajar Biologi.
2. Ada pengaruh tingkat kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar Biologi
3. Ada pengaruh tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi
4. Ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal siswa
terhadap prestasi belajar Biologi
5. Ada interaksi antara metode pembelajaran dengan tingkat keingintahuan siswa
terhadap prestasi belajar Biologi
6. Ada interaksi antara kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa
terhadap prestasi belajar Biologi
7. Ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal serta
tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Sragen yang beralamat di Jl.
Angrek No. 34 Sragen Jawa Tengah 57212. Waktu pelaksanaannya pada
semester 2 tahun pelajaran 2009/2010.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu tahap persiapan,
pelaksanaan dan penyelesaian. Tahapan-tahapan tersebut disajikan dalam Tabel
3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
No. Kegiatan Tahun 2010 bulan ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Usulan judul dan penyusunan proposal
2. Seminar proposal dan revisi
3. Perijinan dan uji coba instrumen
4. Pelaksanaan penelitian
5. Olah data dan penyusunan laporan
6 Konsultasi pembimbing
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan metode eksperimen. Kegiatan penelitian selalu dilakukan sebagai
upaya untuk memecahkan masalah secara ilmiah. Dengan penelitian akan
diperoleh hasil secara cermat dan objektif. Menurut Suharsimi Arikunto
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
(1996:150) metode penelitian adalah cara yang dipakai dalam mengumpulkan dan
penelitiannya. Untuk menjawab permasalahan yang diajukan maka penelitian ini
menggunakan metode eksperimen. Budiyono (2003:73) berpendapat bahwa
metode eksperimen adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan cara
memanipulasi dan mengendalikan satu variabel bebas atau lebih dan melakukan
observasi terhadap variabel terikat untuk menemukan variasi yang muncul seiring
dengan manipulasi variabel bebas tersebut. Menurut Moh. Nazir (2003; 63)
eksperimen adalah “observasi di bawah kondisi buatan (artificial condition),
kondisi tersebut dibuat dan diatur oleh peneliti”. Dengan demikian penelitian
eksperimen dapat di artikan penelitian yang dilakukan dengan mengadakan
manipulasi terhadap objek penelitian.
Penelitian ini bersifat eksperimen, karena hasil penelitian ini akan
menegaskan kedudukan hubungan kausal antara variabel-variabel yang akan
diteliti. Tujuannya terletak pada penemuan fakta-fakta penyebab dan fakta-fakta
akibat tentang perbedaan penerapan metode pembelajaran inquiry terbimbing dan
metode inquiry bebas termidifikasi dalam pembelajaran Biologi terhadap prestasi
belajar. Selanjutnya dilakukan analisis perbandingan setiap variasi variabel bebas
yang dieksperimenkan, yaitu metode pembelajaran inquiry terbimbing dan metode
inquiry bebas termodifikasi, dan tingkat kemampuan awal serta tingkat
keingintahuan siswa, sekaligus dilihat faktor-faktor yang berinteraksi terhadap
prestasi belajar Biologi.
Dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian desain faktorial
2x2x2 seperti yang tersaji dalam Tabel 3.2 untuk memudahkan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
menggambarkan desain faktorial 2x2x2. Teknik analisis statistik atau statistik uji
yang digunakan adalah menggunakan analisis variansi ( ANAVA) 3 jalur dengan
sel tak sama kemudian dilanjutkan uji lanjut dengan uji t 1 ekor pada varian yang
hipotesisnya ditolak. Uji ini digunakan untuk mengetahui perbedaan penerapan
metode inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi terhadap prestasi
belajar Biologi yang ditinjau dari kemampuan awal dan keingintahuan siswa
dengan kategori tinggi dan rendah. Setiap data yang terdistribusi dalam kelompok
sel anava mewakili kelompok varian sel anava.
Tabel 3.2 Desain Metode Penelitian Faktorial 2x2x2 Metode pembelajaran inquiry (A)
Inquiry terbimbing
(A1) Inquiry bebas
termodifikasi (A2)
Kemampuan Awal (B) Tinggi (B1)
Rendah (B2)
Tinggi (B1)
Rendah (B2)
Keingintahuan Siswa ( C )
Tinggi (C1) A1B1C1 A1B2C1 A2B1C1 A2B2C1 Rendah (C2) A1B1C2 A1B2C2 A2B1C2 A2B2C2
Tabel 3.2 di atas menunjukkan tata letak data penelitian dengan desain
faktorial anava tiga jalan 2x2x2. Disebut demikian karena masing-masing variabel
bebas dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua bagian. Variabel bebas
tersebut antara lain: metode pembelajaran, kemampuan awal, dan keingintahuan.
Metode pembelajaran yang digunakan ada dua macam, yaitu metode inquiry
terbimbing (A1) dan inquiry bebas termodifikasi (A2); kemampuan awal
dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu kategori tinggi (B1) dan rendah (B2);
serta keingintahuan siswa dikelompokkan menjadi dua kategori juga, yaitu
kategori tinggi (C1) dan rendah (C2).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Berdasarkan Tabel 3.2 A1B1C1 adalah sel kelompok siswa metode
pembelajaran inquiry terbimbing, kemampuan awal tinggi, dan keingintahuan
tinggi. A1B1C2 adalah sel kelompok siswa metode pembelajaran inquiry
terbimbing, kemampuan awal tinggi, dan keingintahuan rendah. A1B2C1adalah sel
kelompok siswa metode pembelajaran inquiry terbimbing, kemampuan awal
rendah, dan keingintahuan tinggi. A1B2C2 adalah kelompok siswa metode
pembelajaran inquiry terbimbing, kemampuan awal rendah, dan keingintahuan
rendah.
Berdasarkan Tabel 3.2 A2B1C1 adalah kelompok siswa metode
pembelajaran inquiry bebas termodifikasi kemampuan awal tinggi, dan
keingintahuan tinggi. A2B1C2 adalah kelompok siswa metode pembelajaran
inquiry bebas termodifikasi kemampuan awal tinggi, dan keingintahuan rendah.
A2B2C1 adalah kelompok siswa metode pembelajaran inquiry bebas termodifikasi
kemampuan awal rendah, dan keingintahuan tinggi dan A2B2C2 adalah kelompok
siswa metode pembelajaran inquiry bebas termodifikasi kemampuan awal rendah,
dan keingintahuan rendah.
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006:
130). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA
Negeri 2 Sragen tahun pelajaran 2009/2010 yang terdiri dari 5 kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi
Arikunto, 2006: 131). Sampel dalam penelitian berupa unit kecil yaitu kelas,
sampel yang diambil dua kelas dari 5 kelas yang ada dalam populasi.
Pembagiannya satu kelas sebagai kelas eksperimen 1 dan satu kelas sebagai kelas
eksperimen 2.
3. Teknik pengambilan sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster random sampling
karena populasi terbagi dalam kelas-kelas. Kelas diambil secara acak dengan
melalui tahapan sebagai berikut :
a. Mengambil data nilai UAS semester ganjil seluruh siswa kelas XI IPA SMA
Negeri 2 Sragen.
b. Melakukan uji keseimbangan untuk mengetahui kelas-kelass yang
mempunyai kemampuan sama.
Sebelum eksperimen berlangsung, kelompok eksperimen 1 dan kelompok
eksperimen 2 diketahui keadaan awalnya. Hal ini dimaksudkan agar hasil
eksperimen benar-benar akibat dari perlakuan ynag dibuat, bukan karena
pengaruh lain. Untuk menguji keadaan awal kedua kelompok sampel digunakan
uji t dua pihak setelah terlebih dahulu diketahui populasi berdistribusi normal dan
sampel berasal dari populasi yang homogen. Uji kesetaraan dilakukan dengan
metode uji beda mean dengan menggunakan uji t-two sampel menggunakan
minitab 15, adapun prosedurnya adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
1) Pengajuan hipotesis
Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :
H0 = tidak terdapat perbedaan rerata kemampuan awal siswa kelompok inquiry
terbimbing dengan kelompok inquiry bebas termodifikasi
H1 = terdapat perbedaan rerata kemampuan awal siswa kelompok inquiry
terbimbing sama dengan kelompok inquiry bebas termodifikasi
2) Statistika uji t
Teknik uji yang digunakan adalah uji-t dua ekor, dengan rumus :
21
2
021
11nn
s
Dyyt
p +
--=
rv (3.1)
2)1()1(
21
222
2112
-+-+-
=nn
snsns (3.2)
Derajat bebas : (n1+n2 – 2)
Daerah penolakan : t > tα atau t < tα
Persamaan 3.1 dan 3.2 menunjukkan rumus yang digunakan untuk menghitung
perbedaan rata-rata antar dua kelompok dengan asumsi: kedua populasi mendekati
distribusi normal, varian kedua populasi adalah sama, dan kedua sampel adalah
independen (Nur Iriawan dan Septin Puji Astuti, 2006: 188).
Perhitungan dilakukan dengan uji t-two sampel menggunakan software Minitab
15. Rinkasan hasil perhitungan seperti disajikan pada Tabel 3.3
Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Uji Keseimbangan Kelas N Mean StDev SE Mean P-Value XI IPA 3 XI IPA 4
40 40
69,1 69,9
5,2 5,9
0,8 0,9
0,543
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh harga p-value = 0,543 seperti
pada Tabel 3.3, yang berarti lebih besar dari taraf signifikan (α=0.05), sehingga
keputusan ujinya H0 diterima. Sampel berdasarkan keputusan uji ini dinyatakan
setara/seimbang, sehingga data prestasi diperoleh benar-benar dari hasil perlakuan
eksperimen yaitu pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing dan inquiry
bebas termodifikasu.
c. Menentukan kelas yang berfungsi sebagai kelas eksperimen 1 dan 2
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa kelas XI IPA 3 dam kelas
XI IPA 4 memiliki kemampuan setara atau seimbang, maka ditetapkan kelas XI
IPA 4 sebagai kelas eksperimen 1 yang melakukan pembelajaran dengan metode
inquiry terbimbing dam kelas XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen 2 yang
melakukan kegiatan pembelajaran dengan metode inquiry bebas termodifikasi
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang menjadi dasar objek pengamatan dan sebagai
faktor yang berperan dalam peristiwa yang diteliti. Variabel yang terdapat dalam
penelitian ini terdiri atas:
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang dipilih untuk dicari pengaruhnya
terhadap variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah:
a. Metode pembelajaran inquiry (inquiry learning)
1) Definisi operasional: Metode pembelajaran yang memungkinkan siswa
untuk terlibat secara aktif menggunakan proses fisik untuk penyelidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
dan akhirnya menemukan beberapa konsep dan prinsip materi yang sedang
dipelajari.
2) Indikator: pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas
termodifikasi
3) Skala pengukuran: nominal
4) Simbol: metode pembelajaran inquiry diberi simbol A
b. Metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi
1) Definisi operasional :
a) inquiry terbimbing adalah: cara belajar dengan penyelidikan kemudian
mencari dan menemukan sendiri, dimana permasalahan / problem dan
petunjuk penyususnan, serta pencatatan sudah diberikan oleh guru.
b) inquiry bebas termodifikasi adalah: merupakan suatu kegiatan inquiry
bebas tetapi dalam penyelidikan dan penemuan konsep
permasalahannya diberikan oleh guru.
2) Indikator : metode pembelajaran inquiry
3) Skala pengukuran: nominal
4) Simbol :
a) inquiry terbimbing diberi simbol A1
b) inquiry bebas termodifikasi diberi simbol A2
2. Variabel Moderator
Variabel moderator adalah: variabel yang tidak begitu diutamakan, tetapi
pengaruhnya terhadap variabel terikat dapat dipandu. Variabel moderator dalam
penelitian ini adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
a. Kemampuan awal
1) Definisi operasional: kemampuan atau pengetahuan yang dimiliki oleh
siswa tentang konsep atau materi tertentu sebelum diberi perlakuan
(sebelum proses pembelajaran)
2) Indikator: nilai tes kemampuan awal sebelum mempelajari materi sistem
respirasi
3) Skala pengukuran: interval dengan dua kategori yaitu : tinggi dan rendah
4) Simbol :
a) Kemampuan awal tinggi diberi simbol B1
nilai ≥ rata-rata
b) Kemampuan awal rendah diberi simbol B2
nilai < rata-rata
b. Keingintahuan
1) Definisi operasional: rasa ingin tahu yang dimiliki siswa terhadap konsep
atau materi yang akan dipelajari
2) Indikator : rasa ingintahu siswa terhadap materi sistem respirasi
3) Skala pengukuran: interval dengan dua kategori yaitu : tinggi dan rendah
4) Simbol
a) Keingintahuan tinggi diberi simbol C1
nilai ≥ rata-rata
b) Keingintahuan rendah diberi simbol C2
nilai < rata-rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
3. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang kehadirannya dipengaruhi oleh
variabel yang lain. Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar
Biologi:
a. Prestasi belajar
1) Definisi operasional: hasil maksimal yang diperoleh siswa dalam
menguasai materi-materi yang telah diajarkan
2) Indikator: prestasi belajar Biologi pada materi sistem respirasi
3) Skala pengukuran: nominal
4) Simbol
a) Prestasi belajar aspek kognitif diberi simbol Y1
b) Prestasi belajar aspek afektif diberi simbol Y2
c) Prestasi belajar aspek psikomotorik diberi simbol Y3
b. Prestasi belajar kognitif
1) Definisi operasional: adalah domain belajar yang dapat dilihat melalui
kemampuan berpikir, termasuk di dalamnya kemampuan menghafal,
memahami, dan mengaplikasi.
2) Indikator: prestasi belajar Biologi aspek kognitif materi sistem respirasi
3) Skala pengukuran: nominal
4) Simbol: Prestasi belajar aspek kognitif diberi simbol Y1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
c. Prestasi belajar afektif
1) Definisi operasional: adalah perilaku yang tercermin dalam bentuk bahasa
tubuh yang merupakan aktualisasi pengalaman, perasaan, minat, sikap, dan
emosi seseorang yang muncul saat terjadi proses interaksi.
2) Indikator: prestasi belajar Biologi aspek afektif materi sistem respirasi
3) Skala pengukuran: nominal
4) Simbol: Prestasi belajar aspek afektif diberi simbol Y2
d. Prestasi belajar psikomotorik
1) Definisi operasional: domain belajar yang dilihat dari gerakan-gerakan
baik kaku maupun lambat atau juga disebut sebagai keterampilan siswa
dalam melakukan sesuatu.
2) Indikator: prestasi belajar Biologi aspek psikomotorik materi sistem
respirasi
3) Skala pengukuran: nominal
4) Simbol: Prestasi belajar aspek psikomotorik diberi simbol Y3
E. Teknik Pengumpulan Data.
Untuk mengumpulkan data yang akan digunakan pengajuan hipotesis
digunakan beberapa teknik pengumpulan data. Teknik-teknik yang digunakan
dalam pengambilan data diantaranya adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
a. Dokumentasi
Suharsimi Arikunto (2002: 206) menjelaskan bahwa Dokumentasi adalah
mencari data mengenai hal-hal atau berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen, legger, agenda dan sebagainya.
Fungsi dari metode dokumentasi dalam penelitian ini adalah untuk
mendapatkan nilai Ujian Akhir Semester I mata pelajaran Biologi yang digunakan
untuk menguji keseimbangan kemampuan awal.
b. Angket
Suharsimi Arikunto (2002: 128) menyatakan bahwa angket atau kuesioner
adalah sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi
dari responden dalam arti laporan tentang priabadi, atau hal-hal yang ia ketahui.
Angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengambil data tentang
keingintahuan siswa terhadap materi yang akan diajarkan dan prestasi ranah
afektif.
Instrumen angket digunakan untuk pengambilan data keingintahuan dan
prestasi belajar aspek afektif. Menurut Depdiknas (2003: 91), instrumen penilaian
berupa angket. Jenis angket yang digunakan adalah angket langsung dan sekaligus
menyediakan alternatif jawaban. Responden atau siswa memberikan jawaban
dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Sebelum
menyusun angket terlebih dahulu dibuat konsep alat ukur yang mencerminkan isi
kajian teori. Konsep alat ukur ini berisi kisi-kisi angket. Konsep selanjutnya
dijabarkan dalam variabel dan indikator yang disesuaikan dengan tujuan penilaian
yang hendak dicapai, selanjutnya indikator ini digunakan sebagai pedoman dalam
menyusun item-item angket.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Penyusunan item-item angket berdasarkan indikator yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dalam menjawab pertanyaan, responden atau siswa hanya
dibenarkan dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan..
Pemberian skor tiap item pernyataan menurut skala Likert dalam Suryabrata
(2000: 186-190) yaitu sebagai berikut :1). Untuk item pernyataan positif (+): a)
Skor 4 untuk alternatif jawaban Sangat Setuju (SS), b) Skor 3 untuk alternatif
jawaban Setuju (S), c) Skor 2 untuk alternatif jawaban Tidak Setuju (TS), d) Skor
1 untuk alternatif jawaban Sangat Tidak Setuju (STS). 2) Untuk item pernyataan
negatif (-): a) Scor 1 untuk alternatif jawaban Sangat Setuju (SS), b) Skor 2 untuk
alternatif jawaban Setuju (S), c) Skor 3 untuk alternatif jawaban Tidak Setuju
(TS), d) Skor 4 untuk alternatif jawaban Sangat Tidak Setuju (STS). Sebelum
digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut diujicobakan
terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas item angket.
c. Tes
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 198) “Tes dilakukan dengan
pemberian serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok”. Dalam penelitian ini teknik tes digunakan
untuk mengetahui kemampuan awal dan prestasi belajar aspek kognitif kelompok
inquiry terbimbing dan kelompok inquiry bebas termodifikasi.
d. Observasi
Observasi merupakan suatu langkah yang sangat baik untuk memperoleh
data tentang pribadi dan tingkah laku setiap individu anak didik. Menurut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Sardiman (1994:120) menyatakan bahwa “guru tidak hanya memperhatikan hasil-
hasil pelajaran, melainkan perlu juga memperhatikan minat, bakat, sifat-sifat,
watak, kebiasaan, keterbukaan, dan cara kerja setiap siswa”. Teknik observasi
digunakan untuk mengambil data hasil belajar aspek psikomotorik.
F. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini instrumen penelitian terbagi menjadi dua yaitu
instrumen pelaksanaan penelitian dan instrumen pengambilan data
1. Instrumen Pelaksanaan Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian berupa silabus,
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), langkah-langkah pembelajaran dan
Lembar Kerja Siswa (LKS). Instrumen pelaksanaan penelitian tersebut disusun
oleh peneliti dan disesuaikan dengan silabus. Untuk menjamin bahwa instrumen
pelaksanaan penelitian valid, maka instrumen dikonsultasikan dengan
pembimbing.
2. Instrumen Pengambilan Data
Instrumen pengambilan data pada penelitian ini berupa instrumen angket,
instrumen tes, dan lembar observasi. Instrumen angket berupa angket
keingintahuan dan perstasi belajar ranah afektif, instrumen tes digunakan untuk
mengetahui kemampuan awal dan prestasi belajar ranah kognitif. Sedangkan
lembar observasi digunakan untuk mengukur prestasi belajar ranah psikomotorik.
Instrumen-instrumen pengambilan data tersebut disusun oleh peneliti dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
dikonsultasikan dengan dosen pembimbing, dan diuji cobakan terlebih dahulu
untuk mengetahui bahwa item dalam instrumen baik.
G. Uji Coba Instrumen
Item dalam instrumen dikatakan baik harus memenuhi persyaratan dalam
hal validitas, reliabilitas, derajat kesukaran, dan daya pembeda soal. Adapun
langkah-langkah yang ditempuh dalam uji coba instrumen diantaranya adalah: a.
Menentukan sampel ujicoba; b. Melakukan uji coba instrumen; c. Analisis data
hasil uji coba
Uji coba instrumen dilaksanakan pada salah satu kelas XI IPA SMA
Negeri 3 Sragen sejumlah 40 siswa. Penentuan tempat uji coba dengan
pertimbangan kedua sekolah tersebut memiliki tingkat prestasi dan budaya yang
tidak jauh berbeda. Data diperoleh dari hasil uji coba instrumen yang dikerjakan
oleh siswa, kemudian hasil tersebut dianalisis untuk mengetahui tingkat validitas,
reliabilitas, daya beda dan taraf kesukaran dari instrumen yang telah dibuat.
a. Validitas Instrumen
“Validitas merupakan dukungan bukti dan teori terhadap penafsiran skor
tes sesuai dengan tujuan penggunaan tes” (Djemari Mardapi, 2008:16) atau “taraf
sampai dimana suatu tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur“
(Masidjo, 1995: 242). Jadi suatu instrumen dikatakan valid atau sahih jika
menunjukkan kesesuaian dengan indikator yang akan diukur dalam penelitian.
Menurut Djemari Mardapi (2008: 15) “ada lima sumber bukti validitas yang
penting yaitu : bukti validitas berdasarkan isi tes (content), bukti berdasarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
proses respons, bukti berdasarkan struktur internal, bukti berdasarkan hubungan
dengan variabel lain”.
Untuk memperoleh instrumen yang valid terlebih dahulu membuat kisi-
kisi untuk instrumen dan melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing. Hal
ini untuk memenuhi validitas isi (content validity) artinya materi tes betul-betul
merupakan bahan-bahan yang representatif terhadap bahan pelajaran yang
diberikan (Masidjo, 1995: 243) Setelah ini dilalui kemudian peneliti melakukan
kegiatan uji coba (try out) untuk menguji validitas empiris dari data try out dengan
menggunakan rumus korelasi product moment ( rxy) seperti pada persamaan 3.3
berikut :
{ }{ }å åå åå å å=
2222xyY)(- YNX)(- XN
Y)X)(( - XYN r (3.3)
Keterangan : rxy : Koefisien Validitas X : Hasil pengukuran suatu tes yang ditentukan validitasnya Y : Kriteria yang dipakai
(Masidjo, 1995: 246)
Persamaan 3.3 menunjukkan rumus korelasi product moment yang
dikemukakan oleh Pearson. Persamaan tersebut digunakan untuk menentukan
validitas item soal tes dan angket. Validitas soal dinyatakan dengan nilai rxy yaitu
indeks korelasi antara dua variabel (x dan y) yang dikorelasikan. Indeks korelasi
(rxy) tersebut ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain: banyaknya subjek (N),
skor item nomor soal yang dijawab benar (x), dan jumlah skor total (y).
Untuk menentukan validitas dari setiap item soal maka rxy yang telah
diperoleh dibandingkan dengan rtabel (pada lampiran). Dengan mengetahui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
banyaknya subjek N dan taraf signifikansi 5% maka diperoleh rtabel. Setiap item
soal dikatakan valid jika nilai rxy > rtabel atau. Tabel 3.5 menampilkan ringkasan
hasil uji validitas instrumen pengambilan data, sedangkan tingkat validitas
masing-masing item dapat dilihat pada Tabel 3.6.
Taraf validitas empiris suatu tes dinyatakan dalam suatu koefisien yang
disebut koefisien validitas (rxy). Koefisien validitas suatu tes dinyatakan dalam
suatu bilangan koefisien antara-1,00 sampai dengan1,00. Adapun besar koefisien
yang dimaksud adalah:
Tabel 3.4.Koefisien Validitas Koefisien korelasi Kualifikasi 0,91 – 1,00 0,71 – 0,90 0,41 – 0,70 0,21 – 0,40 Negatif – 0,20
Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat Rendah
(Masidjo, 1995: 243)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Pengambilan Data
No. Instrumen
Pengambilan Data
Nomor Soal yang Valid
Jumlah Nomor Soal yang Tidak
Valid Jumlah Total
1. Prestasi kognitif
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 16, 17, 19, 22, 23, 24, 25, 28, 29, 31, 32, 33, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58,
47 11, 15, 20, 21, 26, 27, 30, 34, 43, 44, 49, 59, 60
13 60
2. Prestasi Afektif 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 10, 12, 13, 15, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30
24 4, 9, 11, 14, 16, 21
6 30
3. Kemampuan awal
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 25,
20 9, 10, 21, 23, 24
5 25
4. Keingintahuan 2, 4, 6, 7, 9, 11, 12, 14, 15, 16, 17, 19, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 28, , 29, 30, 31, 32, 34, 35, 36, 37, 39, 40, 42, 43
32 1, 3, 5, 8, 10, 13, 20, 25, 33, 38, 41, 44
12 44
Berdasarkan Tabel 3.5 diketahui bahwa pada soal tes prestasi kognitif, ada
tigabelas item soal yang tidak valid dengan nomor soal 11, 15, 20, 21, 26, 27, 30,
34, 43, 44, 49, 59, 60. Pada angket prestasi afektif, ada enam item soal yang tidak
valid dengan nomor soal 4, 9, 11, 14, 16, 21. Pada soal tes kemampuan awal, ada
lima item soal yang tidak valid dengan nomor soal 9, 10, 21, 23, 24. Pada angket
keingintahuan, ada duabelas item soal yang tidak valid dengan nomor soal 9, 18,
1, 3, 5, 8, 10, 13, 20, 25, 33, 38, 41, 44. Dari beberapa item soal yang tidak valid
tidak digunakan, hal ini dikarenakan item yang tersisa sudah dapat mewakili
indikator yang ingin dicapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Tabel 3.6 Rangkuman Kriteria Validitas Instrumen Pengambilan Data No Instrumen
Pengambilan Data
Kualifikasi validitas Total Samgat
Tinggi (ST ) Tinggi
(T) Cukup
(C ) Rendah
( R) Sangat
Rendah (SR) 1 Prestasi kognitif 1 4 39 5 11 60 2 Prestasi Afektif 0 0 13 11 6 30 3 Kemampuan awal 0 1 16 6 2 25 4 keingintahuan 0 2 21 10 11 44
Berdasarkan Tabel 3.6 dapat diketahui bahwa item instrumen pengambilan data
kebanyakan memiliki tingkat validitas yang cukup.
b. Reliabilitas instrumen
Menurut Budiyono (2003: 69), instrumen dikatakan reliabel berarti dapat
memberikan hasil yang relatif sama pada saat dilakukan pengukuran lagi pada
responden yang berbeda pada waktu yang berlainan. Menurut Arikunto (2002:
205) reliabilitas adalah keajegan suatu tes apabila diteskan kepada subyek yang
sama, dalam waktu yang berlainan atau kepada subyek tidak sama pada waktu
yang sama.
Untuk menghitung koefisien reliabilitas tes bentuk objektif digunakan
rumus Kuder-Richard 20 (KR 20) seperti persamaan 3.4 berikut :
úû
ùêë
é÷øö
çèæ= å
t
t211 S
pq- S
1-nn
r (3.4)
Keterangan :
r11 : Koefisien reliabilitas n : Jumlah item S : deviasi standar p : indeks kesukaran q : 1 – p
Persamaan 3.4 merupakan rumus untuk menhitung besarnya reliabilitas
tes bentuk objektif. Untuk dapat menghitung besarnya reliabilitas denan metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Kuder-Richard diperlukan data-data hasil pengukuran diantaranya: harga atau
prestasi rata-rata dari kelompok, yang dinyatakan dalam Mean (M), Deviasi
standar dari kelompok (S), Taraf kesukaran dari setiap item (IK=p), jumlah item
(n). ”Dengan metode Kuder-Richard akan diperoleh koefisien reliabilitas suatu tes
yang tinggi apabila distribusi skor-skor yang diperoleh dari tes merupakan
distribusi normal” (Masidjo, 1995: 233)
Untuk menghitung koefisien reliabilitas bentuk angket digunakan rumus
alpha dari Masidjo (1995: 238), seperi persamaan 3.5 :
÷÷ø
öççè
æ S-÷÷
ø
öççè
æ-
== 2
2
11 1)1( t
i
SS
nn
ar (3.5)
Keterangan : r11 : koefisien reliabilitas suatu tes n : jumlah item
S Si2 : jumlah kuadrat S dari masing-masing aitem
Si2 : kuadrat dari S total keseluruhan
Keputusan:
r 11 positif dan rhitung > rtabel maka item tersebut reliabel
r 11 negatif dan rhitung < rtabel maka item tersebut tidak reliabel
Persamaan 3.5 merupakan rumus untuk menghitung besarnya reliabilitas
tes bentuk angket. Untuk dapat menghitung taraf reliabilitas denan metode alpha
diperlukan data-data hasil pengukuran diantaranya: jumlah item atau soal dalam
suatu tes dan deviasi standar dari skor masing-masing item dan deviasi standar
dari total skor keseluruhan item atau soal dalam suatu tes (Masidjo, 1995: 239)
Koefisien reliabilitas seperti pada Tabel 3.7 berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Tabel 3.7.Koefisien Reliabilitas Koefisien korelasi Kualifikasi 0,91 – 1,00 0,71 – 0,90 0,41 – 0,70 0,21 – 0,40 Negatif – 0,20
Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat Rendah
(Masidjo, 1995: 209)
Tabel 3.8 merupakan ringkasan hasil uji reliabilitas instrumen secara keseluruhan.
Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Pengambilan Data No. Instrumen r11 rtabel Keputusan Kategori 1. Prestasi kognitif 0,93 0,312 Reliabel Sangat Tinggi 2. Prestasi Afektif 0,75 0,320 Reliabel Tinggi 3. Kemampuan awal 0,85 0,312 Reliabel Tinggi 4. keingintahuan 0,85 0,320 Reliabel Tinggi
Tabel 3.8 menunjukkan bahwa instrumen prestasi kogbitif memiliki nilai
r11 sebesar 0,93. Dengan mengacu pada klasifikasi yang ada maka dapat
diputuskan bahwa instrumen tersebut sangat tinggi reliabilitasnya. Sementara itu,
instrumen prestasi afektif, kemampuan awal, dan keingintahuan masing-masing
memiliki nilai r11 sebesar 0,75, 0,85, dan 0, 85 sehingga dapat diputuskan bahwa
ketiga instrumen tes tersebut tergolong tinggi reliabilitasnya. Dengan demikian,
keempat instrumen pengambilan data tersebut memenuhi syarat uji coba
reliabilitas instrumen sehingga dapat digunakan untuk mengambil data penelitian.
c. Taraf Kesukaran
Soal yang baik untuk digunakan sebagai alat ukur adalah soal yang
mempunyai derajat kesukaran yang memadai, dalam arti soal tidak terlalu sulit
dan tidak terlalu mudah. Derajat kesukaran soal dapat ditunjukkan dengan indeks
kesukaran, yaitu bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Indeks kesukaran soal dihitung dengan menggunakan persamaan (3.6).
maksimalskor NB
IK ´
= (3.6)
Ketarangan :
IK : Indeks Kesukaran B : Jumlah jawaban yang benar yang diperoleh siswa dari
suatu item N : Kelompok siswa Skor maksimal : Besarnya skor yang dituntut oleh suatu jawaban benar dari
suatu item N x skor maksimal : Jumlah jawaban benar yang seharusnya diperoleh dari
suatu item.
(Masidjo, 1995: 189) Adapun klasifikasi indeks kesukaran menurut Masidjo (1995:192) yang
digunakan adalah sebagai berikut :
Tabel 3.9. Indeks Kesukaran IK – IK Kualifikasi IK
0,81 – 1,00 Mudah Sekali (MS) 0,61 – 0,80 Mudah (Md) 0,41 – 0,60 Sedang / Cukup (Sd/C) 0,21 – 0,40 Sukar (Sk) 0,00 – 0,20 Sukar sekali (SS)
Persamaan 3.6 merupakan persamaan untuk menentukan tingkat kesukaran
suatu soal yang dinyatakan dengan nilai IK. Indeks kesukaran soal (IK)
merupakan nilai perbandingan antara jumlah siswa yang menjawab benar (B)
dengan jumlah keseluruhan siswa (N). Dengan demikian, indeks kesukaran soal
dipengaruhi oleh jumlah siswa yang menjawab benar dan jumlah keseluruhan
siswa. Semakin banyak jumlah siswa yang menjawab benar suatu soal maka
semakin besar pula nilai IK pada soal tersebut, begitu juga sebaliknya.
Uji taraf kesukaran hanya diujikan pada instrumen yang berbentuk tes
karena instrumen tes ini akan digunakan untuk mengukur kemampuan siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Dengan demikian, perlu adanya gambaran dari hasil uji taraf kesukaran ini untuk
mengetahui distribusi tingkat kesukaran soal. Tabel 3.10 merupakan tabel
distribusi tingkat kesukaran instrumen berbentuk tes.
Tabel.3.10. Distribusi Tingkat Kesukaran Instrumen Tes No
Instrumen Tes
Tingkat Kesukaran
Nomor soal Jumlah %
1 Prestasi kognitif
Mudah Sekali 50, 53, 56 3 5,.0 Mudah 5, 10, 12, 13, 15, 16, 22, 27, 31, 32,
35, 37, 43, 44, 45, 47, 48, 49, 52 19 31,7
Sedang/Cukup 2, 4, 6, 7, 8, 9, 11, 18, 19, 23, 24, 28, 29, 34, 38, 40, 46, 55, 58, 60
20 33,3
Sukar 3, 14, 17, 25, 33, 36, 39, 41, 42, 51, 54, 57, 59
13 21,7
Sukar Sekali 1, 20, 21, 26, 30 5 8,3 Total 60 100
2 Kemampuan awal
Mudah Sekali 8, 10 2 8,0 Mudah 2, 12, 13, 16, 17, 19 6 24 Sedang/Cukup 1, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 11, 14, 15, 20, 24,
25 13 52
Sukar 22 1 4.0 Sukar Sekali 18, 21, 23 3 12 Total 25 100
Berdasarkan Tabel 3.10 di atas, diketahui bahwa instrumen tes
kemampuan awal dan tes prestasi kognitif mempunyai distribusi soal yang
seimbang. Jumlah soal dengan kategori sedang/cukup lebih banyak dibandingkan
dengan soal kategori sukar dan mudah. Suatu instrumen tes dikatakan memiliki
distribusi tingkat kesukaran soal yang baik jika soal dengan kategori sedang
jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan soal kategori sukar dan mudah.
Sebagai gambaran, distribusi tingkat kesukaran instrumen tes yang baik harus
mengikuti bentuk kurva normal. Karena instrumen sudah memiliki tingat
kesukaran yang baik maka instrumen kemampuan awal dan prestasi kognitif
sudah dapat digunakan untuk pengambilan data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
d. Indeks Diskriminasi
Menurut Arikunto (2002: 201), taraf pembeda suatu item adalah taraf
sampai dimana jumlah jawaban benar dari siswa. Siswa yang tergolong kelompok
atas (pandai) berbeda dari siswa yang tergolong kelompok bawah (bodoh).
Perbedaan jawaban benar dari siswa yang tergolong kelompok atas dan bawah
disebut Indeks Diskriminasi (ID). Untuk menghitung indeks diskriminasi suatu
item digunakan persamaan 3.7
maksimalSkor nKBatau nKA KB -KA
ID´
= (3.7)
Keterangan : ID : Indeks Diskriminasi KA : Jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa kelompok atas K : Jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa kelompok
bawah NKA atau nKB : Jumlah siswa yang tergolong kelompok atas atau bawah.
(Masidjo, 1995: 198)
Klasifikasi indeks diskriminasi yang digunakan menurut Masidjo (1995:201)
adalah sebagai berikut :
Tabel 3.11 Indeks Diskriminasi ID - ID Kualifikasi 0,80 – 1,00 Sangat membedakan (SM) 0,60 – 0,79 Lebih membedakan (LM) 0,40 – 0,59 Cukup Membedakan (CM) 0,20 – 0,39 Kurang membedakan (KM) Negatif – 0,19 Sangat kurang membedakan (SKM)
Distribusi indeks diskriminasi atau daya beda soal untuk tes kemampuan awal dan
prestasi kognitif disajikan pada Tabel 3.12.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Tabel 3.12. Distribusi Daya Beda Instrumen Tes No Instrumen
Tes Tingkat
Kesukaran Nomor soal Jumlah %
1 Prestasi kognitif
Sangat Membedakan
- 0 0
Lebih Membedakan
5, 13, 16, 19, 25, 40, 41, 48, 52, 59
10 16,7
Cukup Membedakan
1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 14, 17, 18, 24, 28, 29, 31, 34, 35, 36, 38, 42, 45, 46, 47, 51, 54, 57, 58
29 48,3
Kurang Membedakan
22, 23, 32, 33, 37, 39, 50, 53, 55, 56
10 16,7
Sangat Kurang Membedakan
11, 15, 20, 21, 26, 27, 30, 43, 44, 49, 60
11 18,3
Total 60 100 2 Kemampuan
awal Sangat Membedakan
- 0
Lebih Membedakan
4, 7, 14, 18 4 16
Cukup Membedakan
1, 2, 3, 5, 6, 9, 12, 13, 15, 19, 22, 25
12 48
Kurang Membedakan
8, 11, 16, 17, 20 5 20
Sangat Kurang Membedakan
10, 21, 23, 24 4 16
Total 25 100 Tabel 3.12 di atas menunjukkan bahwa instrumen tes kemampuan
menggunakan awal dengan kualifikasi daya beda Sangat Kurang Membedakan
(SKM) hanya berjumlah empat soal (nomor soal 10, 21, 23, 24) atau sebesar 16%
dari keseluruhan soal tes kemampuan awal yang ada. Sementara itu, instrumen tes
prestasi kognitif dengan kualifikasi daya beda Sangat Kurang Membedakan
(SKM) hanya berjumlah sebelas soal (nomor soal 11, 15, 20, 21, 26, 27, 30, 43,
44, 49, 60) atau sebesar 18,3% dari keseluruhan soal tes prestasi kognitif yang
ada. Secara umum, kedua instrumen tes tersebut telah memenuhi uji daya beda
sehingga cukup untuk dapat membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa
yang kurang pandai. Item soal dengan kualifikasi daya beda Sangat Kurang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Membedakan (SKM) tidak digunakan untuk mengambil data penelitian karena
sisa soal yang ada sudah mewakili indikator yang ingin dicapai.
H. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa
variansi tiga jalan (anava 3 jalan) dengan desain faktorial 2x2x2 dengan sel tak
sama. Sebelum melakukan uji anava dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas
dan uji homogenitas dengan menggunakan software Minitab 15.
Untuk mempermudah dalam perhitugan dan teknik analisis data baik itu
uji kesetaraan/uji keseimbangan, uij prasyarat analisis, uji hipotesis, dan uji lanjut
digunakan software Minitab 15. Minitab merupakan salah satu program aplikasi
statistik yang banyak digunakan untuk mempermudah pengolahan data statistik.
Menurut Nur Iriawan dan Septin Puji Astuti (2006: 22-23), keunggulan
Minitab diantaranya adalah: a. Dapat digunakan dalam pengolahan data statistik
untuk tujuan sosial maupun teknik, b. Mampu memberi nilai taksiran yang
mendekati nilai sebenarnya, c. Minitab menyediakan beberapa pengolahan data
untuk melakukan analisis regresi, membuat ANOVA, membuat alat-alat
pengendalian kualitas statistika, membuat desain eksperimen (faktorial, response
surface, dan Taguchi), membuat peramalan dengan analisis time series, analisis
reliabilitas, dan analisis multivariat, serta menganalisis data kualitatif dengan
menggunakan cross tabulation, d. Tampilan menu lebih lengkap dan disertai
toolbar akan mempermudah pengguna dalam menjalankan perintah, e. Minitab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
menyediakan Sta tGuide yang menjelaskan cara melakukan interprestasi tabel dan
grafik statistik yang dihasilkan oleh Minitab dengan cara yang mudah dipahami, f.
Ukuran worksheet dinamis dan memuat kolom sampai 4.000, g. Bahasa
pemrogaman makro lebih mudah, hampir mirip dengan bahasa pemrograman
basic, h. Minitab menyediakan ReportPad agar mudah membuat laporan project
yang telah dibuat, i. Pengguna dapat membuat nama yang panjang pada file tanpa
harus menyingkat nama file.
a. Uji Normalitas.
Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Adapun prosedur yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
1) Menentukan hipotesis
Hipotesis nol (H0) adalah sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi
normal dan hipotesis alternatif (H1) adalah sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal
2) Menetapkan statistik uji
Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan software Minitab 15 dengan
uji Ryan-Joiner (RJ), karena uji ini memiliki daya yang bagus, selain itu uji
Ryan-Joiner (RJ) ini juga mendasarkan pada korelasi antara sampel data dan
salah satu data yang diharapkan berasal dari distribusi normal (Pribadi,
2008:40). Rumus yang digunakan pada test for normality adalah sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
...............................................................................................((3.8)
Dengan:
R = koefisien korelasi product moment antara N skor data (X) dengan Z
skor (Y)
= kovariansi sampel
= standar deviasi N skor data
= standar deviasi Z skor
Sedangkan rumus untuk mencari , , dan adalah sebagai berikut:
= ................................................................................(3.9)
= ....................................................................................(3.10)
= .....................................................................................(3.11)
Sedangkan untuk mengetahui nilai Z skor digunakan rumus koefisien
korelasi product moment, dengan persamaan berikut:
..............................................................................................(3.12)
Dengan:
skor sampel
mean rata-rata sampel
jumlah sampel
(Suharsimi Arikunto, 2005: 96)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
3) Menentukan taraf signifikansi (α)
Taraf signifikansi merupakan angka yang menunjukkan seberapa besar peluang
terjadinya kesalahan analisis. Pada uji normalitas ini, taraf signifikansi (α) yang
digunakan adalah 0,05 atau 5%.
4) Menetapkan keputusan uji
Keputusan uji normalitas ditentukan dengan kriteria:
Jika probabilitas < α maka H0 tidak ditolak artinya data berdistribusi tidak
normal.
Jika probabilitas > α maka H0 ditolak artinya data berdistribusi normal.
e. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui sampel penelitian berasal
dari populasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas dilakukan dengan
langkah sebagai berikut:
1) Menentukan hipotesis
Hipotesis nol (H0) adalah sampel berasal dari populasi yang tidak homogen
dan hipotesis alternatif (H1) adalah sampel berasal dari populasi yang
homogen.
2) Menentukan statistik uji
Uji homogenitas ini dihitung menggunakan software Minitab 15. Uji
homogenitas dapat dilakukan dengan beberapa uji yaitu F test dan Levene’s
Test.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
3) Menetapkan taraf signifikansi (α)
Taraf signifikansi merupakan angka yang menunjukkan seberapa besar peluang
terjadinya kesalahan analisis. Pada uji homogenitas ini, taraf signifikansi (α)
yang digunakan adalah 0,05 atau 5%.
4) Menentukan keputusan uji
Keputusan uji homogenitas ditentukan dengan kriteria:
Jika probabilitas < α maka H0 tidak ditolak artinya sampel berasal dari populasi
yang tidak homogen.
Jika probabilitas > α maka H0 ditolak artinya sampel berasal dari populasi yang
homogen.
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji anava tiga jalan
dan uji lanjut anava jika antar metode pembelajaran, kemampuan awal, dan
keingintahuan terdapat pengaruh yang signifikan.
a. Uji Anava Tiga Jalan
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui hipotesis yang telah
diajukan ditolak atau tidak ditolak. Rancangan uji hipotesis ini terdiri dari tiga
variabel bebas yang meliputi metode pembelajaran, kemampuan awal, dan
keingintahuan siswa. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode
inquiry terbimbing (A1) dan metode inquiry bebas termodifikasi (A2).
Kemampuan awal dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu kategori tinggi (B1)
dan kategori rendah (B2). Keingintahuan siswa dikelompokkan menjadi dua
kategori, yaitu kategori tinggi (C1) dan kategori rendah (C2). Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah prestasi belajar Biologi siswa pada aspek kognitif,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
afektif, dan psikomotorik. Uji hipotesis/anava dilakukan dengan langkah sebagai
berikut:
1). Menentukan Hipotesis
a. H01: Tidak ada pengaruh penerapan metode pembelajaran inquiry terbimbing
dan inquiry bebas termodifikasi terhadap prestasi belajar Biologi
H11: Ada pengaruh penerapan metode pembelajaran inquiry terbimbing dan
inquiry bebas termodifikasi terhadap prestasi belajar Biologi
b. H02: Tidak ada pengaruh tingkat kemampuan awal siswa terhadap prestasi
belajar Biologi
H12: Ada pengaruh tingkat kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar
Biologi
c. H03: Tidak Adakah pengaruh tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi
belajar Biologi
H13: Ada pengaruh tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar
Biologi
d. H012: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal
siswa terhadap prestasi belajar Biologi
H112: Ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal
siswa terhadap prestasi belajar Biologi
e. H013: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan tingkat
keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi
H113: Ada interaksi antara metode pembelajaran dengan tingkat keingintahuan
siswa terhadap prestasi belajar Biologi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
f. H023: Tidak ada interaksi antara kemampuan awal dan tingkat keingintahuan
siswa terhadap prestasi belajar Biologi
H123: Ada interaksi antara kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa
terhadap prestasi belajar Biologi
g. H0123: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan
awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi
H1123: Ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal dan
tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi
3) Menentukan statistik uji
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Analisis Variansi (Anava) tiga
jalan dengan General Linear Model (GLM) yang perhitungannya dilakukan
dengan software Minitab 15. Sub-menu General Linear Model (GLM) dalam
software Minitab berfungsi membuat ANOVA untuk data pengamatan yang
sama maupun tidak dengan faktor-faktor saling silang atau nested dan faktor
fixed atau random (Nur Iriawan dan Septin Puji Astuti, 2006: 80).
4) Menetapkan taraf signifikansi (α)
Taraf signifikansi merupakan angka yang menunjukkan seberapa besar peluang
terjadinya kesalahan analisis. Pada uji hipotesis ini, taraf signifikansi (α) yang
digunakan adalah 0,05 atau 5%.
5) Menentukan keputusan uji
Keputusan uji hipotesis ditentukan dengan kriteria: jika p-value < 0,05 maka
hipotesis nol (H0) ditolak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
b. Uji Lanjut Anava
Jika dalam pengujian hipotesis, hipotesis nol (H0) ditolak yang berarti
hipotesis alternatif (H1) tidak ditolak, maka perlu dilakukan uji lanjut untuk
mengetahui tingkat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang diteliti.
Uji lanjut Anava dilakukan dengan uji t satu ekor (Budiyono, 2004: 201).
Statistika uji t satu ekor seperi disajikan pada persamaan 3.13
ns
yt
/01 m-
=v
(3.13)
Derajat bebas (df) : (n– 1)
Daerah penolakan : t > tα atau t < tα
(Nur Iriawan dan Septin Puji Astuti,2006: 198)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Berkaitan dengan hipotesis yang telah dikemukakan pada Bab II, maka
diperlukan data-data yang perlu dianalisis. Data ini berupa nilai kemampuan awal,
keingintahuan, dan prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem respirasi.
Prestasi belajar ini meliputi nilai kognitif, afektif, dan psikomotorik. Data-data
tersebut diambil dari siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Sragen Tahun Pelajaran
2009/2010 sebanyak 2 kelas, dengan jumlah sampel sebanyak 80 siswa yang
dibagi menjadi 2 kelas, yaitu: kelas eksperimen 1 (XI IPA 4) yang melakukan
pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing, dan kelas eksperimen 2 (XI IPA
3) yang melakukan pembelajaran dengan metode inquiry bebas termodifikasi.
Secara lebih jelasnya deskripsi data penelitian akan dibahas tiap variabel.
1. Deskripsi Data Nilai Prestasi Belajar Siswa
Data prestasi belajar siswa dalam penelitian ini berupa nilai pada aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik seperti disajikan padaTabel 4.1. nilai aspek
kognitif diperoleh melalui tes tertulis, sedangkan untuk nilai afektif diperoleh
melalui angket dan nilai aspek psikomotorik diperoleh melalui lembar observasi.
Tabel 4.1. Rangkuman Data Prestasi Belajar Hasil Penelitian Berdasarkan Metode Inquiry Terbimbing Dan Inquiry Bebas Termodifikasi
Metode Prestasi N Min Max Rara-rata Inquiry terbimbing
Kognitif 40 61 84 73.5 Afektif 40 60 88 73.0 Psikomotorik 40 47 69 59.1
Inquiry bebas termodifikasi
Kognitif 40 50 90 64.4 Afektif 40 58 85 70.0 Psikomotorik 40 41 64 52.6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa untuk kelas yang melakukan
pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing nilai Min, Max, dan rata-ratanya
lebih besar dibandingkan kelas yang melakukan pembelajaran dengan metode
inquiry bebas termodifikasi. Distribusi data nilai prestasi belajar siswa disajikan
dalam bagian berikut.
a. Aspek Kognitif
1) Kelas Inquiry Terbimbing
Prestasi belajar siswa aspek kognitif materi pokok sistem respirasi pada
siswa kelas eksperimen 1 (XI IPA 4) yang melakukan pembelajaran dengan
metode inquiry terbimbing, nilai terendah 61 dan nilai tertinggi 84, Standar
Deviasi (SD) sebesar: 6.1. Data dibagi menjadi 6 kelas dengan interval 4.
Distribusi frekuensi nilai prestasi belajar siswa disajikan pada Tabel 4.2 dan
Gambar 4.1.
Tabel 4.2. Distribusí Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Kognitif Kelas Inquiry Terbimbing
Interval Kelas Xi (nilai tengah) Frekuensi fxi Mutlak (f) Relatif (%)
61-64 62.5 2 5 125 65-68 66.5 6 15 399 69-72 70.5 10 25 705 73-76 74.5 11 27.5 819.5 77-80 78.5 5 12.5 392.5 81-84 82.5 6 15 495
Jumlah 40 100 2936 SD 6.1 Mean 73.5
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar terdapat
pada interval kelas 73-76 yaitu sebesar 11. Frekuensi terkecil terdapat pada
interval kelas 61-64 yaitu sebesar 2. Distribusi data prestasi belajar aspek kognitif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
62.5, Frekuensi, 2
66.5, Frekuensi, 6
70.5, Frekuensi,
10
74.5, Frekuensi,
11
78.5, Frekuensi, 5
82.5, Frekuensi, 6
62.5 66.5 70.5 74.5 78.5 82.5
Nilai Tengah
tersebut juga disajikan melalui diagram pada Gambar 4.1, untuk mengetahui lebih
jelas sebaran data tersebut merata atau tidak.
Gambar 4.1 merupakan gambaran dari interval data pada Tabel 4.2,
menerangakan bahwa frekuensi tertinggi yaitu 11 dengan nilai tengah 74,5 dan
frekuensi terendah yaitu 2 dengan nilai tengah 62.5.
2) Kelas Inquiry Bebas Termodifikasi
Prestasi belajar siswa aspek kognitif materi pokok sistem respirasi pada
siswa kelas eksperimen 2 (XI IPA 3) yang melakukan pembelajaran dengan
metode inquiry bebas termodifikasi, nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 90,
Standar Deviasi (SD) sebesar: 8.3. Data dibagi menjadi 6 kelas dengan interval 7.
Distribusi frekuensi nilai prestasi belajar siswa disajikan pada Tabel 4.3 dan
Gambar 4.2.
Gambar 4.1. Diagram data kognitif kelas inquiry terbimbing
Fre
kuen
si
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119 Tabel 4.3. Distribusí Frekuensi Prestasi Belajar Apek Kognitif Kelas Inquiry Bebas
Termodifikasi Interval Kelas Xi (nilai tengah) Frekuensi fxi
Mutlak (f) Relatif (%) 50-56 53 9 22.5 477 57-63 60 9 22.5 540 64-70 67 15 37.5 1005 71-77 74 5 12.5 370 78-84 81 1 2.5 81 85-91 88 1 2.5 88
Jumlah 40 100 2561 SD 8.3 Mean 64.5
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar terdapat
pada interval kelas 64-70 yaitu sebesar 15. Frekuensi terkecil terdapat pada
interval kelas 78-84 dan 85-91dengan frekunsi masing-masing sebesar 1.
Distribusi data prestasi belajar aspek kognitif tersebut juga disajikan melalui
diagram pada Gambar 4.2, untuk mengetahui lebih jelas sebaran data tersebut
merata atau tidak.
53, Frekuensi,
9
60, Frekuensi,
9
67, Frekuensi,
15
74, Frekuensi,
5
81, Frekuensi,
1
88, Frekuensi,
1
Fre
kuen
si
53 60 67 74 81 88
Nilai Tengah
Gambar 4.2. Diagram data kognitif kelas inquiry bebas termodifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
Gambar 4.2 merupakan gambaran dari interval data pada Tabel 4.3,
menerangakan bahwa frekuensi tertinggi yaitu 15 dengan nilai tengah 67 dan
frekuensi terendah yaitu 1 dengan nilai tengah 81 dan 88.
b. Aspek Afektif
1) Kelas Inquiry Terbimbing
Prestasi belajar siswa aspek afektif materi pokok sistem respirasi pada
siswa kelas eksperimen 1 (XI IPA 4) yang melakukan pembelajaran dengan
metode inquiry terbimbing, nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 88, Standar
Deviasi (SD) sebesar: 6.9. Data dibagi menjadi 6 kelas dengan interval 5.
Distribusi frekuensi nilai prestasi belajar siswa disajikan pada Tabel 4.4 dan
Gambar 4.3.
Tabel 4.4. Distribusí Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Afektif Kelas Inquiry Terbimbing
Interval Kelas Xi (nilai tengah) Frekuensi fxi Mutlak (f) Relatif (%)
60-64 62 3 7.5 186 65-69 67 9 22.5 603 70-74 72 13 32.5 936 75-79 77 7 17.5 539 80-84 82 5 12.5 410 85-89 87 3 7.5 216
Jumlah 40 100 2935 SD 6.9 Mean 73.0
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar terdapat
pada interval kelas 70-74 yaitu sebesar 13. Frekuensi terkecil terdapat pada
interval kelas 60-64 dan 85-89 dengan frekunsi masing-masing sebesar 3.
Distribusi data prestasi belajar aspek afektif tersebut juga disajikan melalui
diagram pada Gambar 4.3, untuk mengetahui lebih jelas sebaran data tersebut
merata atau tidak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
Gambar 4.3 merupakan gambaran dari interval data pada Tabel 4.4,
menerangakan bahwa frekuensi tertinggi yaitu 13 dengan nilai tengah 72 dan
frekuensi terendah yaitu 3 dengan nilai tengah 62 dan 87.
2) Kelas Inquiry Bebas Termodifikasi
Prestasi belajar siswa aspek afektif materi pokok sistem respirasi pada
siswa kelas eksperimen 2 (XI IPA 3) yang melakukan pembelajaran dengan
metode inquiry bebas termodifikasi, nilai terendah 58 dan nilai tertinggi 85,
Standar Deviasi (SD) sebesar: 7.7. Data dibagi menjadi 6 kelas dengan interval 5.
Distribusi frekuensi nilai prestasi belajar siswa disajikan pada Tabel 4.5 dan
Gambar 4.4.
53, Frekuensi, 3
60, Frekuensi, 9
67, Frekuensi,
13
74, Frekuensi, 7
81, Frekuensi, 5
88, Frekuensi, 3
62 67 72 77 82 87
Fre
kuen
si
Gambar 4.3. Diagram data afektif kelas inquiry terbimbing
Nilai Tengah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122 Tabel 4.5. Distribusí Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Afektif Kelas Inquiry Bebas
Termodifikasi Interval Kelas Xi (nilai tengah) Frekuensi fxi
Mutlak (f) Relatif (%) 58-62 60 6 15 360 63-67 65 9 22.5 585 68-72 70 8 20 560 73-77 75 7 17.5 525 78-82 80 7 17.5 560 83-87 85 3 7.5 255
Jumlah 40 100 2845 SD 7.7 Mean 70.1
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar terdapat
pada interval kelas 68-72 yaitu sebesar 9. Frekuensi terkecil terdapat pada interval
kelas 83-87 dengan frekuensi sebesar 3. Distribusi data prestasi belajar aspek
afektif tersebut juga dapat dilihat melalui diagram pada Gambar 4.4, untuk
mengetahui lebih jelas sebaran data tersebut merata atau tidak.
48.5, Frekuensi, 3
52.5, Frekuensi, 5
65.5, Frekuensi, 9
60.5, Frekuensi,
13
64.5, Frekuensi, 6
68.5, Frekuensi, 4
60 65 70 75 80 85
Nilai Tengah
Gambar 4.4. Diagram data afektif kelas inquiry bebas termodifikasi
Fre
kuen
si
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
Gambar 4.4 merupakan gambaran dari interval data pada Tabel 4.5,
menerangakan bahwa frekuensi tertinggi yaitu 9 dengan nilai tengah 65 dan
frekuensi terendah yaitu 3 dengan nilai tengah 85.
c. Aspek Psikomotorik
1) Kelas Inquiry Terbimbing
Prestasi belajar siswa aspek psikomotorik materi pokok sistem respirasi
pada siswa kelas eksperimen 1 (XI IPA 4) yang melakukan pembelajaran dengan
metode inquiry terbimbing, nilai terendah 47 dan nilai tertinggi 69, Standar
Deviasi (SD) sebesar: 5.5. Data dibagi menjadi 6 kelas dengan interval 4.
Distribusi frekuensi nilai prestasi belajar siswa disajikan pada Tabel 4.6 dan
Gambar 4.5.
Tabel 4.6. Distribusí Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Psikomotorik Kelas Inquiry Terbimbing
Interval Kelas Xi (nilai tengah) Frekuensi fxi Mutlak (f) Relatif (%)
47-50 48.5 3 7.5 145.5 51-54 52.5 5 12.5 265.5 55-58 56.5 9 22.5 508.5 59-62 60.5 13 32.5 786.5 63-60 64.5 6 15 387.5 67-70 68.5 4 10 274
Jumlah 40 100 2366.5 SD 5.5 Mean 5.1
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar terdapat
pada interval kelas 59-62 yaitu sebesar 13. Frekuensi terkecil terdapat pada
interval kelas 47-50 dengan frekuensi sebesar 3. Distribusi data prestasi belajar
aspek psikomotorik tersebut juga disajikan melalui diagram seperti pada Gambar
4.5, untuk mengetahui lebih jelas sebaran data tersebut merata atau tidak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
Gambar 4.5 merupakan gambaran dari interval data pada Tabel 4.6,
menerangakan bahwa frekuensi tertinggi yaitu 13 dengan nilai tengah 60.5 dan
frekuensi terendah yaitu 3 dengan nilai tengah 48.5.
2) Kelas Inquiry Bebas Termodifikasi
Prestasi belajar siswa aspek psikomotorik materi pokok sistem respirasi
pada siswa kelas eksperimen 2 (XI IPA 3) yang melakukan pembelajaran dengan
metode inquiry bebas termodifikasi nilai terendah 44 dan nilai tertinggi 64,
Standar Deviasi (SD) sebesar: 5.7. Data dibagi menjadi 6 kelas dengan interval 4.
Distribusi frekuensi nilai prestasi belajar siswa disajikan pada Tabel 4.7 dan
Gambar 4.6.
48.5, Frekuensi, 3
52.5, Frekuensi, 5
65.5, Frekuensi, 9
60.5, Frekuensi,
13
64.5, Frekuensi, 6
68.5, Frekuensi, 4
Fre
kuen
si
Gambar 4.5. Diagram data psikomotorik kelas inquiry terbimbing
48.5 52.5 56.5 60.5 64.5 68.5
Nilai tengah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125 Tabel 4.7. Distribusí Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Psikomotorik Kelas Inquiry
Bebas Termodifikasi Interval Kelas Xi (nilai tengah) Frekuensi fxi
Mutlak (f) Relatif (%) 41-44 42.5 4 10 170 45-48 46.5 6 15 279 49-52 50.5 9 22.5 454.5 53-56 54.5 10 25 545 57-60 58.5 8 20 468 61-64 62.5 3 7.5 187.5
Jumlah 40 100 2104 SD 5.7 Mean 52.6
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar terdapat
pada interval kelas 53-56 yaitu sebesar 10. Frekuensi terkecil terdapat pada
interval kelas 61-64 dengan sebesar frekuensi 3. Distribusi data prestasi belajar
aspek psikomotorik tersebut juga dapat dilihat melalui diagram pada Gambar 4.6,
untuk mengetahui lebih jelas sebaran data tersebut merata atau tidak.
42.5, Frekuensi, 4
46.5, Frekuensi, 6
50.5, Frekuensi, 9
54.5, Frekuensi,
10
58.5, Frekuensi, 8
62.5, Frekuensi, 3
42.5 46.5 50.5 54.5 58.5 62.5
Nilai Tengah
Fre
kuen
si
Gambar 4.6. Diagram data psikomotorik kelas inquiry bebas termodifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
Gambar 4.6 merupakan gambaran dari interval data pada Tabel 4.7,
menerangakan bahwa frekuensi tertinggi yaitu 10 dengan nilai tengah 54.5 dan
frekuensi terendah yaitu 3 dengan nilai tengah 62.5.
2. Deskripsi Data Nilai Kemampuan Awal
Data kemampual awal dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan
test materi prasyarat sebelum menempuh materi pokok sistem respirasi.
Pembagian kategori kemaampuan awal tinggi dan rendah berdasarkan nilai rata-
rata dari masing-masing kelas. Kemampuan awal tinggi jika skor total adalah ≥
mean dan kemampuan awal rendah jika skornya < mean. Deskripsi data hasil tes
kemampuan awal tersebut disajikan dalam Tabel 4.8
Tabel 4.8. Deskripsi Data Kemampuan Awal Kelas Jumlah Data Min Max Rata-rata
Inquiry terbimbing 40 60 95 77.0 Inquiry Bebas Termodifikasi 40 45 95 66.2
Berdasarkan Tabel 4.8 terlihat bahwa kelas Inquiry terbimbing mempunyai
rata-rata lebih besar daripada Inquiry Bebas Termodifikasi yaitu 77.00 > 66,25
akan tetapi nilai tertinggi yang didapat oleh kelas Inquiry terbimbing dan kelas
Inquiry bebas termodifikasi sama yaitu sebesar 95. Jadi dapat dikatakan bahwa
kelompok Inquiry terbimbing dan kelas Inquiry bebas termodifikasi mempunyai
kemampuan awal yang sama dalam mempelajari materi sistem respirasi, hal
tersebut juga didukung hasil uji t dua pihak pada kedua kelas eksperimen yang
diambil dari rapor semester gasal.
a. Kelas Inquiry Terbimbing
Data kemampual awal dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan
tes materi prasyarat sebelum menempuh materi pokok sistem respirasi. Pada siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127 kelas eksperimen 1 (XI IPA 4) yang melakukan pembelajaran dengan metode
inquiry terbimbing nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 95, Standar Deviasi (SD)
sebesar: 11.8. Data dibagi menjadi 6 kelas dengan interval 6. Distribusi frekuensi
nilai kemampuan awal siswa disajikan pada Tabel 4.9 dan Gambar 4.7.
Tabel 4.9. Distribusí Frekuensi Kemampuan Awal Kelas Inquiry Terbimbing Interval Kelas Xi (nilai tengah) Frekuensi fxi
Mutlak (f) Relatif (%) 60-65 62.5 10 25 625 66-71 68.5 4 10 274 72-77 74.5 9 22.5 670.5 78-83 80.5 2 5 161 84-89 86.5 4 10 346 90-95 92.5 11 27.5 1017.5
Jumlah 40 100 3094 SD 11.8 Mean 77.0
Berdasarkan Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar terdapat
pada interval kelas 90-95 yaitu sebesar 11. Frekuensi terkecil terdapat pada
interval kelas 78-83 dengan frekuensi masing-masing sebesar 3. Distribusi data
kemampuan awal tersebut juga disajikan melalui diagram seperti pada Gambar
4.7, untuk mengetahui lebih jelas sebaran data tersebut merata atau tidak.
Gambar 4.7 merupakan gambaran dari interval data pada Tabel 4.9,
menerangakan bahwa frekuensi tertinggi yaitu 11 dengan nilai tengah 92.5 dan
frekuensi terendah yaitu 2 dengan nilai tengah 78.5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
b. Kelas Inquiry Bebas Ternmodifikasi
Data kemampual awal dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan
test materi pra syarat sebelum menempuh materi pokok sistem respirasi. Pada
siswa kelas eksperimen 2 (XI IPA 3) yang melakukan pembelajaran dengan
metode inquiry bebas ternmodifikasi nilai terendah 45 dan nilai tertinggi 95,
Standar Deviasi (SD) sebesar: 11.2. Data dibagi menjadi 6 kelas dengan interval
9. Distribusi frekuensi nilai kemampuan awal siswa disajikan pada Tabel 4.10 dan
Gambar 4.8.
62.5
Nilai Tengah
Gambar 4.7. Diagram data kemampuan awal kelas inquiry terbimbing
62.5, Frekuensi,
10
68.5, Frekuensi,
4
74.5, Frekuensi,
9
80.5, Frekuensi,
2
86.5, Frekuensi,
4
92.5, Frekuensi,
11 F
reku
ensi
62.5 68.5 74.5 80.5 86.5 92.5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129 Tabel 4.10. Distribusí Frekuensi Kemampuan Awal Kelas Inquiry Bebas
Termodifikasi Interval Kelas Xi (nilai tengah) Frekuensi fxi
Mutlak (f) Relatif (%) 45-53 49 5 12.5 245 54-62 58 11 27.5 638 63-71 67 13 32.5 737 72-80 76 7 17.5 532 81-89 85 2 5 170 90-98 94 2 5 188
Jumlah 40 100 2510 SD 12.2 Mean 66.2
Berdasarkan Tabel 4.10 dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar terdapat
pada interval kelas 63-71 yaitu sebesar 13. Frekuensi terkecil terdapat pada
interval kelas 81-89 dengan frekuensi sebesar 3. Distribusi data prestasi belajar
aspek psikomotorik tersebut juga disajikan melalui diagram pada Gambar 4.8,
untuk mengetahui lebih jelas sebaran data tersebut merata atau tidak.
62.5, Frekuensi, 5
68.5, Frekuensi,
11
74.5, Frekuensi,
13
80.5, Frekuensi, 7
86.5, Frekuensi, 2
92.5, Frekuensi, 2
Fre
kuen
si
49 58 67 76 85 94
Nilai Tengah
Gambar 4.8. Diagram data kemampuan awal kelas inquiry bebas termodifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
Gambar 4.8 merupakan gambaran dari interval data pada Tabel 4.10,
menerangakan bahwa frekuensi tertinggi yaitu 13 dengan nilai tengah 67 dan
frekuensi terendah yaitu 2 dengan nilai tengah 85 dan 94.
3. Deskripsi Data Keingintahuan
Data keingintahuan dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan
angket yang dibagikan sebelum diberi perlakuan. Pembagian kategori
keingintahuan tinggi dan rendah berdasarkan nilai rata-rata dari masing-masing
kelas. Keingintahuan tinggi jika skor total adalah ≥ mean dan keingintahuan
rendah jika skornya < mean. Deskripsi data keingintahuan tersebut disajikan
dalam Tabel 4.11
Tabel 4.11. Deskripsi Data Keingintahuan Kelas Jumlah Data Min Max Rata-rata
Inquiry terbimbing 40 78 121 99.2 Inquiry Bebas Termodifikasi 40 73 122 98.8
Berdasarkan Tabel 4.11 dapat diketahui bahwa untuk kelas yang
melakukan pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing nilai Min, Max, dan
rata-ratanya lebih besar dibandingkan kelas yang menggunakan metode inquiry
bebas termodifikasi, akan tertapi perbedaan tersebut tidak begitu signifikan.
Distribusi data nilai keingintahuan siswa disajikan dalam bagian berikut.
a. Kelas Inquiry Terbimbing
Data keingintahuan dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan
angket yang diberikan sebelum melakukan proses pembelajaran. Pada siswa kelas
eksperimen 1 (XI IPA 4) yang melakukan pembelajaran dengan metode inquiry
terbimbing nilai terendah 78 dan nilai tertinggi 121, Standar Deviasi (SD) sebesar:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131 10.19. Data dibagi menjadi 6 kelas dengan interval 8. Distribusi frekuensi data
keingintahuan siswa dapat dilihat pada Tabel 4.12 dan Gambar 4.9.
Tabel 4.12. Distribusí Frekuensi Data Keingintahuan Kelas Inquiry Terbimbing Interval Kelas Xi (nilai tengah) Frekuensi fxi
Mutlak (f) Relatif (%) 78-85 81.5 4 10 815 86-93 89.5 8 20 1790
94-101 97.5 9 22.5 877.5 102-109 105.5 13 32.5 1371.5 110-117 113.5 5 12.5 567.5 118-125 121.5 1 2.5 121.5
Jumlah 40 100 5543 SD 10.2 Mean 99.2
Berdasarkan Tabel 4.12 dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar terdapat
pada interval kelas 102-109 yaitu sebesar 13. Frekuensi terkecil terdapat pada
interval kelas 118-125 dengan frekunsi sebesar 1. Distribusi data keingintahuan
tersebut juga disajikan melalui diagram pada Gambar 4.9, untuk mengetahui lebih
jelas sebaran data tersebut merata atau tidak.
81.5, Frekuensi,
4
89.5, Frekuensi,
8
97.5, Frekuensi,
9
105.5, Frekuensi,
13
113.5, Frekuensi,
5
121.5, Frekuensi,
1
81.5 89.5 97.5 10.5 113.5 121.5
Fre
kuen
si
Nilai Tengah
Gambar 4.9. Diagram data keingintahuan kelas inquiry terbimbing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
Gambar 4.9 merupakan gambaran dari interval data pada Tabel 4.12,
menerangakan bahwa frekuensi tertinggi yaitu 13 dengan nilai tengah 10.5 dan
frekuensi terendah yaitu 1 dengan nilai tengah 121.5.
b. Kelas Inquiry Bebas Termodifikasi
Data keingintahuan dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan
angket yang diberikan sebelum melakukan proses pembelajaran. Pada siswa kelas
eksperimen 2 (XI IPA 3) yang melakukan pembelajaran dengan metode inquiry
bebas termodifikasi nilai terendah 73 dan nilai tertinggi 122, Standar Deviasi (SD)
sebesar: 10.3. Data dibagi menjadi 6 kelas dengan interval 9. Distribusi frekuensi
data keingintahuan siswa disajikan pada Tabel 4.13 dan Gambar 4.10.
Tabel 4.13. Distribusí Frekuensi Data Keingintahuan Kelas Inquiry Bebas Termodifikasi
Interval Kelas Xi (nilai tengah) Frekuensi fxi Mutlak (f) Relatif (%)
73-81 77 1 2.5 77 82-90 86 4 10 890 91-99 95 18 45 1710
100-108 104 11 27.5 1144 109-117 113 9 10 1130 118-126 122 2 5 224
Jumlah 40 100 5145 SD 10.3 Mean 98.8
Berdasarkan Tabel 4.13 dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar terdapat
pada interval kelas 82-90 yaitu sebesar 13. Frekuensi terkecil terdapat pada
interval kelas 73-81 dengan frekuensi sebesar 1. Distribusi data keingintahuan
tersebut juga disajikan melalui diagram pada Gambar 4.10, untuk mengetahui
lebih jelas sebaran data tersebut merata atau tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
Gambar 4.10 merupakan gambaran dari interval data pada Tabel 4.13,
menerangakan bahwa frekuensi tertinggi yaitu 18 dengan nilai tengah 95 dan
frekuensi terendah yaitu 1 dengan nilai tengah 77.
B. Pengujian Prasyarat Analisis
Sebelum melaksanakan uji lebih lanjut yaitu uji analisis variansi tiga jalan
sel tak sama dan uji lanjut untuk menguji hipotesis penelitian terlebih dahulu
dilakukan uji prasyarat analisis yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan salah satu uji prasyarat analisis yang digunakan
untuk mengetahui sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau
tidak. Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan perhitungan dengan
bantuan program Minitab 15 series. Hipotesis untuk menguji normalitas data
77, Frekuensi,
1
86, Frekuensi,
4
95, Frekuensi,
18
104, Frekuensi,
11 113, Frekuensi,
9
122, Frekuensi,
2
Fre
kuen
si
Nilai Tengah
77 86 95 104 113 122
Gambar 4.10. Diagram data keingintahuan kelas inquiry bebas termodifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134 dalam penelitian ini adalah:
H0 = sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal
H1 = sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Untuk mengambil keputusan data penelitian yang diperoleh memiliki
distribusi normal atau tidak, maka harus dilakukan uji terlebih dahulu dengan
ketentuan, yaitu: jika p-value hasil perhitungan lebih besar dari harga taraf
signifikansi (α = 0,05) maka H0 ditolak, artinya data berdistribusi secara normal.
Namun, jika p-value hasil perhitungan lebih kecil dari harga taraf signifikansi (α =
0,05) maka H0 diterima, artinya data tidak berdistribusi normal.
a. Uji Normalitas Prestasi Belajar Aspek Kognitif
Hasil uji normalitas aspek kognitif berdasarkan perhitungan yang dilakukan
dengan menggunakan uji Ryan-Joiner disajikan pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Aspek Kognitif
No. Komponen Metode Uji Normalitas
p-value Keputusan
1. Metode inquiry terbimbing Ryan-Joiner > 0.100 H0 ditolak 2. Metode inquiry bebas termodifikasi Ryan-Joiner > 0.100 H0 ditolak 3. Kemampuan awal tinggi Ryan-Joiner > 0.100 H0 ditolak 4. kemampuan awal rendah Ryan-Joiner > 0.100 H0 ditolak 5. Keingintahuan tinggi Ryan-Joiner > 0.100 H0 ditolak 6. Keingintahuan rendah Ryan-Joiner > 0.100 H0 ditolak
Tabel 4.14 merupakan ringkasan hasil uji normalitas data prestasi belajar
aspek kognitif. Berdasarkan Tabel 4.14 di atas dapat diketahui bahwa H0 ditolak
yang berarti bahwa sampel tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi
normal, karena p-value > α
b. Uji Normalitas Prestasi Belajar Aspek Afektif
Hasil uji normalitas aspek afektif berdasarkan perhitungan yang dilakukan
dengan menggunakan uji Ryan-Joiner disajikan pada Tabel 4.15.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135 Tabel 4.15 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Aspek Afektif
No. Komponen Metode Uji Normalitas
p-value Keputusan
1. Metode inquiry terbimbing Ryan-Joiner > 0.100 H0 ditolak 2. Metode inquiry bebas termodifikasi Ryan-Joiner > 0.100 H0 ditolak 3. Kemampuan awal tinggi Ryan-Joiner > 0.100 H0 ditolak 4. kemampuan awal rendah Ryan-Joiner > 0.100 H0 ditolak 5. Keingintahuan tinggi Ryan-Joiner > 0.100 H0 ditolak 6. Keingintahuan rendah Ryan-Joiner > 0.100 H0 ditolak
Tabel 4.15 merupakan ringkasan hasil uji normalitas data prestasi belajar
aspek afektif. Berdasarkan Tabel 4.15 di atas dapat diketahui bahwa H0 ditolak
yang berarti bahwa sampel tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi
normal, karena p-value > α
c. Uji Normalitas Prestasi Belajar Aspek Psikomotorik
Hasil uji normalitas aspek psikomotorik berdasarkan perhitungan yang
dilakukan dengan menggunakan uji Ryan-Joiner disajikan pada Tabel 4.16.
Tabel 4.16 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Aspek Psikomotorik
No. Komponen Metode Uji Normalitas
p-value Keputusan
1. Metode inquiry terbimbing Ryan-Joiner > 0.100 H0 ditolak 2. Metode inquiry bebas termodifikasi Ryan-Joiner > 0.100 H0 ditolak 3. Kemampuan awal tinggi Ryan-Joiner > 0.100 H0 ditolak 4. kemampuan awal rendah Ryan-Joiner > 0.100 H0 ditolak 5. Keingintahuan tinggi Ryan-Joiner > 0.100 H0 ditolak 6. Keingintahuan rendah Ryan-Joiner > 0.100 H0 ditolak
Tabel 4.16 merupakan ringkasan hasil uji normalitas data prestasi belajar
aspek psikomotorik. Berdasarkan Tabel 4.16 di atas dapat diketahui bahwa H0
ditolak yang berarti bahwa sampel tersebut berasal dari populasi yang
berdistribusi normal, karena p-value > α
2. Uji Homogenitas
Syarat lain yang harus dipenuhi untuk uji prasarat analisis adalah variansi
populasi harus homogen. Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136 adalah dengan metode uji F (F-Test) dan sebagai pendukung keputusan digunakan
juga Levene’s Test untuk dua kelompok yang diuji. Variabel untuk uji ini adalah
prestasi kognitif, afektif, dan psikomotorik sedangkan sebagai faktornya adalah
metode pembelajaran (inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi),
kemampuan awal, dan keingintahuan siswa.
a. Uji Homogenitas Aspek kognitif
Variabel untuk uji ini adalah prestasi kognitif, sedangkan sebagai
faktornya adalah metode pembelajaran (inquiry terbimbing dan inquiry bebas
termodifikasi), kemampuan awal, dan keingintahuan siswa. Berdasarkan hasil
perhitungan yang telah dilakukan diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.17.
Tabel 4.17 Hasil Uji Homogenitas data Prestasi Brlajar Aspek Kognitif No. Respon Faktor p-value Keputusan
F-Test Levene’ Test
1 Prestasi belajar kognitif
Inquiry terbimbing 0.059 0.105 H0 ditolak Inquiry bebas termodifikasi
2 Prestasi belajar kognitif
Kemampan awal tinggi 0.434 0.309 H0 ditolak Kemampan awal rendah
3 Prestasi belajar kognitif
Keingintahuan tinggi 0.376 0.283 H0 ditolak Keingintahuan rendah
Berdasarkan Tabel 4.17 di atas dapat diketahui bahwa H0 ditolak yang berarti
bahwa populasi yang digunakan dalam penelitian ini memiliki variansi yang sama
atau homogen, karena p-value > α.
b. Uji Homogenitas Aspek Afektif
Variabel untuk uji ini adalah prestasi afektif, sedangkan sebagai faktornya
adalah metode pembelajaran (inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi),
kemampuan awal, dan keingintahuan siswa. Berdasarkan hasil perhitungan yang
dilakukan diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137 Tabel 4.18 Hasil Uji Homogenitas data Prestasi Brlajar Aspek Afektif
No.
Respon Faktor p-value Keputusan
F-Test Levene’ Test
1 Prestasi belajar afektif
Inquiry terbimbing 0.521 0.229 H0 ditolak Inquiry bebas termodifikasi
2 Prestasi belajar afektif
Kemampan awal tinggi 0.313 0.517 H0 ditolak Kemampan awal rendah
3 Prestasi belajar afektif
Keingintahuan tinggi 0.411 0.178 H0 ditolak Keingintahuan rendah
Berdasarkan Tabel 4.18 di atas dapat diketahui bahwa H0 ditolak yang berarti
bahwa populasi yang digunakan dalam penelitian ini memiliki variansi yang sama
atau homogen, karena p-value > α.
c. Uji Homogenitas Aspek Psikomotorik
Variabel untuk uji ini adalah prestasi psikomotorik, sedangkan sebagai
faktornya adalah metode pembelajaran (inquiry terbimbing dan inquiry bebas
termodifikasi), kemampuan awal, dan keingintahuan siswa. Berdasarkan hasil
perhitungan yang telah dilakukan diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.19
Tabel 4.19 Hasil Uji Homogenitas data Prestasi Brlajar Aspek Psikomotorik No.
Respon Faktor p-value Keputusan
F-Test Levene’s Test
1 Prestasi belajar psikomotorik
Inquiry terbimbing 0.819 0.761 H0 ditolak Inquiry bebas termodifikasi
2 Prestasi belajar psikomotorik
Kemampan awal tinggi 0.477 0.742 H0 ditolak Kemampan awal rendah
3 Prestasi belajar psikomotorik
Keingintahuan tinggi 0.860 0.955 H0 ditolak Keingintahuan rendah
Berdasarkan Tabel 4.19 di atas dapat diketahui bahwa H0 ditolak yang berarti
bahwa populasi yang digunakan dalam penelitian ini memiliki variansi yang sama
atau homogen, karena p-value > α.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138 C. Pengujian Hipotesis Penelitian
1. Anava Tiga Jalan
Pengujian hipotesis untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pengaruh
atau ada tidaknya interaksi terhadap penerapan kedua metode pembelajaran
inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi, kemampuan awal, dan
keingintahuan.
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan anava tiga jalan desain
faktorial 2x2x2 dengan isi sel tidak sama karena faktor yang terlibat dan bertindak
sebagai variabel bebas ada tiga faktor, yaitu metode pembelajaran, kemampuan
awal, dan keingintahuan siswa. Pengajuan hipotesis dilakukan untuk ketiga aspek
prestasi belajar, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Adapun hasil
analisis variansi (anava) tiga jalan dengan frekuensi sel tidak sama yang dihitung
menggunakan software minitab 15 dengan metode GLM (General Linear Model)
menghasilkan perhitungan sebagai berikut:
a. Uji Hipotesis Prestasi Belajar Aspek Kognitif
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan dengan bantuan software Minitab
15 diperoleh hasil seperti disajikan pada Tabel 4.20
Tabel 4.20. Rangkuman Hasil Uji Anava Tiga Jalan Aspek Kognitif Sumber Adj SS df/dk Adj MS p-value Fobs Keputusan
Metode (A) 339.32 1 339.32 0.000 14.86 H0 ditolak Kemampuan awal (B) 2030.24 1 2030.24 0.000 88.89 H0 ditolak Keingintahuan (C ) 54.58 1 54.58 0.127 2.39 H0 diterima Interaksi AB 104.92 1 104.92 0.035 4.59 H0 ditolak Interaksi AC 290.29 1 290.29 0.001 12.71 H0 ditolak Interaksi BC 27.55 1 27.55 0.276 1.21 H0 diterima Interaksi ABC 1.80 1 1.80 0.780 0.08 H0 diterima Eror/Galat 1644.46 72 22.84 - - - Total 4493.16 79 - - - -
Berdasarkan rangkuman analisis variansi (anava) tiga jalan sel tak sama yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139 disajikan pada Tabel 4.20, dapat diambil keputusan sebagai berikut:
1) H01: Tidak ada pengaruh penerapan metode pembelajaran inquiry terbimbing
dan inquiry bebas termodifikasi terhadap prestasi belajar Biologi ditolak,
berarti H11: Ada pengaruh penerapan metode pembelajaran inquiry terbimbing
dan inquiry bebas termodifikasi terhadap prestasi belajar Biologi diterima, hal
ini dikarenakan p-value < 0,05 (0.000 < 0.05)
2) H02: Tidak ada pengaruh tingkat kemampuan awal siswa terhadap prestasi
belajar Biologi ditolak berarti H11: Ada pengaruh tingkat kemampuan awal
siswa terhadap prestasi belajar Biologi diterima, hal ini dikarenakan p-value <
0,05 (0.000 < 0.05).
3) H03: Tidak Adakah pengaruh tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi
belajar Biologi diterima, berarti H13: Ada pengaruh tingkat keingintahuan
siswa terhadap prestasi belajar Biologi ditolak, hal ini dikarenakan p-value >
0,05 (0.127 > 0.005).
4) H012: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal
siswa terhadap prestasi belajar Biologi ditolak, berarti H112: Ada interaksi
antara metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas
termodifikasi dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar Biologi
diterima, hal ini dikarenakan p-value < 0,05 (0.035 < 0.005).
5) H013: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan tingkat
keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi ditolak, berarti H113:
Ada interaksi antara metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
bebas termodifikasi dengan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi
belajar Biologi diterima, hal ini dikarenakan p-value < 0,05 (0.001 < 0.005).
6) H023: Tidak ada interaksi antara kemampuan awal dan tingkat keingintahuan
siswa terhadap prestasi belajar Biologi diterima, berarti H123: Ada interaksi
antara kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi
belajar Biologi ditolak, hal ini dikarenakan p-value > 0,05 (0.276 > 0.005).
7) H0123: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan
awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi
diterima, berarti H1123: Ada interaksi antara metode pembelajaran inquiry
terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi dengan kemampuan awal dan
tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi ditolak, hal ini
dikarenakan p-value > 0,05 (0.780 > 0.005).
b. Uji Hipotesis Prestasi Belajar Aspek Afektif
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan dengan bantuan software Minitab
15 diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.21
Tabel 4.21. Rangkuman Hasil Uji Anava Tiga Jalan Aspek Afektif Sumber Adj SS df/dk Adj MS p-value Fobs Keputusan
Metode (A) 427.19 1 427.19 0.004 8.80 H0 ditolak Kemampuan awal (B) 422.91 1 422.91 0.004 8.71 H0 ditolak Keingintahuan (C ) 131.72 1 131.72 0.104 2.71 H0 diterima Interaksi AB 134.43 1 134.43 0.100 2.77 H0 diterima Interaksi AC 90.05 1 90.05 0.177 1.85 H0 diterima Interaksi BC 36.73 1 36.73 0.387 0.76 H0 diterima Interaksi ABC 5.31 1 5.31 0.742 0.11 H0 diterima Eror/Galat 3495.43 72 48.55 - - - Total 4743.81 79 - - - -
Berdasarkan rangkuman analisis variansi (anava) tiga jalan sel tak sama yang
disajikan pada Tabel 4.21, dapat diambil keputusan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141 1) H01: Tidak ada pengaruh penerapan metode pembelajaran inquiry terbimbing
dan inquiry bebas termodifikasi terhadap prestasi belajar Biologi ditolak,
berarti H11: Ada pengaruh penerapan metode pembelajaran inquiry terbimbing
dan inquiry bebas termodifikasi terhadap prestasi belajar Biologi diterima, hal
ini dikarenakan p-value < 0,05 (0.004< 0.05)
2) H02: Tidak ada pengaruh tingkat kemampuan awal siswa terhadap prestasi
belajar Biologi ditolak berarti H11: Ada pengaruh tingkat kemampuan awal
siswa terhadap prestasi belajar Biologi diterima, hal ini dikarenakan p-value <
0,05 (0.004 < 0.05).
3) H03: Tidak Adakah pengaruh tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi
belajar Biologi diterima, berarti H13: Ada pengaruh tingkat keingintahuan
siswa terhadap prestasi belajar Biologi ditolak, hal ini dikarenakan p-value >
0,05 (0.104 > 0.005).
4) H012: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal
siswa terhadap prestasi belajar Biologi diterima, berarti H112: Ada interaksi
antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi
belajar Biologi ditolak, hal ini dikarenakan p-value > 0,05 (0.100 > 0.005).
5) H013: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan tingkat
keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi diterima, berarti H113:
Ada interaksi antara metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry
bebas termodifikasi dengan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi
belajar Biologi ditolak, hal ini dikarenakan p-value > 0,05 (0.177 > 0.005).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142 6) H023: Tidak ada interaksi antara kemampuan awal dan tingkat keingintahuan
siswa terhadap prestasi belajar Biologi diterima, berarti H123: Ada interaksi
antara kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi
belajar Biologi ditolak, hal ini dikarenakan p-value > 0,05 (0.387 > 0.005).
7) H0123: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan
awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi
diterima, berarti H1123: Ada interaksi antara metode pembelajaran inquiry
terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi dengan kemampuan awal dan
tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi ditolak, hal ini
dikarenakan p-value > 0,05 (0.742 > 0.005).
c. Uji Hipotesis Prestasi Belajar Aspek Psikomotorik
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan dengan bantuan software Minitab
15 diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.22
Tabel 4.22. Rangkuman Hasil Uji Anava Tiga Jalan Aspek Psikomotorik Sumber Adj SS df/dk Adj MS p-value Fobs Keputusan
Metode (A) 872.25 1 872.25 0.000 29.66 H0 ditolak Kemampuan awal (B) 39.64 1 39.64 0.250 1.35 H0 diterima Keingintahuan (C ) 191.64 1 191.64 0.013 6.52 H0 ditolak Interaksi AB 41.37 1 41.37 0.240 1.41 H0 diterima Interaksi AC 21.52 1 21.52 0.395 0.73 H0 diterima Interaksi BC 1.87 1 1.87 0.801 0.06 H0 diterima Interaksi ABC 5.73 1 5.73 0.660 0.19 H0 diterima Eror/Galat 2117.74 72 29.41 - - - Total 3291.76 79 - - - -
Berdasarkan rangkuman analisis variansi (anava) tiga jalan sel tak sama yang
disajikan pada Tabel 4.22, dapat diambil keputusan sebagai berikut:
1) H01: Tidak ada pengaruh penerapan metode pembelajaran inquiry terbimbing
dan inquiry bebas termodifikasi terhadap prestasi belajar Biologi ditolak,
berarti H11: Ada pengaruh penerapan metode pembelajaran inquiry terbimbing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
dan inquiry bebas termodifikasi terhadap prestasi belajar Biologi diterima, hal
ini dikarenakan p-value < 0,05 (0.000 < 0.05)
2) H02: Tidak ada pengaruh tingkat kemampuan awal siswa terhadap prestasi
belajar Biologi diterim berarti H11: Ada pengaruh tingkat kemampuan awal
siswa terhadap prestasi belajar Biologi ditolak, hal ini dikarenakan p-value >
0,05 (0.250 > 0.05).
3) H03: Tidak Adakah pengaruh tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi
belajar Biologi ditolak, berarti H13: Ada pengaruh tingkat keingintahuan siswa
terhadap prestasi belajar Biologi diterima, hal ini dikarenakan p-value < 0,05
(0.013 < 0.005).
4) H012: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal
siswa terhadap prestasi belajar Biologi diterima, berarti H112: Ada interaksi
antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi
belajar Biologi ditolak, hal ini dikarenakan p-value > 0,05 (0.240 > 0.005).
5) H013: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan tingkat
keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi diterima, berarti H113:
Ada interaksi antara metode pembelajaran dengan tingkat keingintahuan siswa
terhadap prestasi belajar Biologi ditolak, hal ini dikarenakan p-value > 0,05
(0.395 > 0.005).
6) H023: Tidak ada interaksi antara kemampuan awal dan tingkat keingintahuan
siswa terhadap prestasi belajar Biologi diterima, berarti H123: Ada interaksi
antara kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi
belajar Biologi ditolak, hal ini dikarenakan p-value > 0,05 (0.801 > 0.005).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144 7) H0123: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan
awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi
diterima, berarti H1123: Ada interaksi antara metode pembelajaran inquiry
terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi dengan kemampuan awal dan
tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi ditolak, hal ini
dikarenakan p-value > 0,05 (0.660 > 0.005).
2. Uji Lanjut Anava
Jika dalam pengujian hipotesis, hipotesis null (H0) ditolak yang berarti
hipotesis alternatif (H1) diterima, maka perlu dilakukan uji lanjut untuk
mengetahui tingkat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang diteliti.
Hal ini dikarenakan uji Anava hanya dapat digunakan untuk mengetahui diterima
atau ditolaknya H0, maka diperlukan uji lanjut dengan menggunakan uji t, yang
bertujuan mengetahui lebih lanjut rerata yang sama dan rerata yang berbeda. Uji
lanjut Anava dilakukan dengan uji t yang perhitungannya dilakukan dengan
software Minitab 15.
a. Uji Lanjut Aspek Kognitif
Uji lanjut anava dilakukan untuk mengetahui karakteristik pada variabel
bebas dan variabel terikat. Uji lanjut anava menggunakan uji t. Pada hasil
penelitian untuk prestasi belajar aspek kognitif uji lanjut dilakukan pada hipotesis
pertama, kedua, keempat, dan kelima. Pada hipotesis ketiga, keenam, dan ketujuh
tidak dilakukan uji lanjut karena keputusan H0 tidak ditolak atau diterima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145 1) Hipotesis pertama
Hasil uji lanjut untuk hipotesis pertama ini digunakan untuk mengetahui metode
yang memiliki pengaruh paling signifikan terhadap prestasi belajar Biologi. Hasil
uji lanjut disajikan pada Tabel 4.23.
Tabel 4.23 Hasil Perhitungan Uji t Pengaruh Metode Terhadap Prestasi Kognitif Metode N Mean StDev SE Mean T P-Value Inquiry terbimbing Inquiry bebas termodifikasi
40 40
73.5 64.5
6.1 8.3
0.9 1.3
76.16 49.17
0,000
Berdasarkan Tabel 4.23 diketahui bahwa metode memiliki efek yang
berbeda terhadap pencapaian prestasi belajar Biologi, yaitu siswa yang melakukan
proses pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing mendapatkan prestasi
yang lebih baik daripada siswa yang melakukan proses pembelajaran dengan
metode inquiry bebas termodifikasi, hal ini ditunjukkan dari nilai mean pada
siswa yang melakukan pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing lebih
besar dari siswa yang belajar dengan metode inquiry bebas termodifikasi, dan p-
value < 0.05
2) Hipotesis Kedua
Hasil uji lanjut untuk hipotesis kedua ini digunakan untuk mengetahui pengaruh
tingkat kemampuan awal terhadap prestasi belajar Biologi. Hasil uji lanjut
disajikan pada Tabel 4.23.
Tabel 4.24 Hasil Perhitungan Uji t Pengaruh Tingkat Kemampuan Awal Terhadap Prestasi Kognitif
Kemampuan awal N Mean StDev SE Mean T P-Value Tinggi Rendah
37 43
75.9 63.0
5.2 5.9
0.8 0.9
88.64 69.74
0,000
Berdasarkan Tabel 4.24 diketahui bahwa kemampuan awal memiliki efek
yang berbeda terhadap pencapaian prestasi belajar Biologi, yaitu siswa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146 memiliki kemampuan awal tinggi mendapatkan prestasi yang lebih baik daripada
siswa yang memiliki kemampuan awal rendah, hal ini ditunjukkan dari nilai mean
pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi lebih besar dari siswa yang
memiliki kemampuan awal rendah, dan p-value < 0.05
3) Hipotesis Keempat
Hasil uji lanjut untuk hipotesis keempat ini digunakan untuk mengetahui
interaksi metode dengan tingkat kemampuan awal terhadap prestasi belajar
Biologi. Hasil lanjut hipotesis keempat disajikan pada Gambar 4.11
Gambar 4.11 merupakan plot hasil uji lanjut anava. Berdasarkan plot pada
Gambar 4.11 dapat diambil keputusan bahwa terdappat intraksi antara metode dan
kemampuan awal, hal ini berarti bahwa pada siswa yang memiliki kemampuan
awal tinggi yang melakukan pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing
menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki
Gambar 4.11. Hasil uji lanjut interaksi metode dan kemampuan awal terhadap prestasi belajar kognitif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147 kemampuan awal rendah, begitupula pada siswa yang memiliki kemampuan awal
tinggi yang melakukan pembelajaran dengan metode inquiry bebas termodifikasi
menghasilkan presatasi yang tinggi disbanding siswa yang memiliki kemampuan
awal rendah.
4) Hipotesis Kelima
Hasil uji lanjut untuk hipotesis keempat ini digunakan untuk mengetahui
interaksi metode dengan tingkat keingintahuan terhadap prestasi belajar Biologi.
Hasil lanjut hipotesis keempat disajikan pada Gambar 4.12
Gambar 4.12 merupakan plot hasil uji lanjut anava. Berdasarkan plot pada
gambar 4.12, plot hubungan antara netode dengan keingintahuan siswa
menunjukkan keterkaitan atau interaksi. Hal ini dapat diasumsikan demikian
karena kedua garis pada plot tersebut saling berpotongan. Perpotongan antara
kedua garis tersebut dapat diartikan sebagai siswa dengan keingintahuan kategori
rendah justru menghasilkan prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa
Gambar 4.12. Hasil uji lanjut interaksi metode dan tingkat keingintahuan terhadap prestasi belajar kognitif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148 yang memiliki keingintahuan kategori tinggi.
b. Uji Lanjut Aspek Afektif
Uji lanjut anava dilakukan untuk mengetahui karakteristik pada variabel
bebas dan variabel terikat. Uji lanjut anava menggunakan uji t. Pada hasil
penelitian untuk prestasi belajar aspek afektif, uji lanjut dilakukan pada hipotesis
pertama dan kedua. Pada hipotesis ketiga, keempat, kelima, keenam dan ketujuh
tidak uji lanjut karena keputusan H0 tidak ditolak atau diterima.
1) Hipotesis pertama
Hasil uji lanjut untuk hipotesis pertama ini digunakan untuk mengetahui metode
yang memiliki pengaruh paling signifikan terhadap prestasi belajar Biologi. Hasil
lanjut hipotesis pertama disajikan pada Tabel 4.25
Tabel 4.25 Hasil Perhitungan Uji t Pengaruh Metode Terhadap Prestasi Afektif Metode N Mean StDev SE Mean T P-Value Inquiry terbimbing Inquiry bebas termodifikasi
40 40
73.0 70.0
6.9 7.6
0.9 1.3
66.72 57.73
0,000
Berdasarkan Tabel 4.25 diketahui bahwa metode memiliki efek yang
berbeda terhadap pencapaian prestasi belajar Biologi, yaitu siswa yang melakukan
proses pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing mendapatkan prestasi
yang lebih baik daripada siswa yang melakukan proses pembelajaran dengan
metode inquiry bebas termodifikasi, hal ini ditunjukkan dari nilai mean pada
siswa yang melakukan pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing lebih
besar dari siswa yang belajar dengan metode inquiry bebas termodifikasi, dan p-
value < 0.05
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149 2) Hipotesis Kedua
Hasil uji lanjut untuk hipotesis kedua ini digunakan untuk mengetahui pengaruh
tingkat kemampuan awal terhadap prestasi belajar Biologi. Hasil lanjut hipotesis
kedua disajikan pada Tabel 4.26
Tabel 4.26 Hasil Perhitungan Uji t Pengaruh Tingkat Kemampuan Awal Terhadap Prestasi Afektif
Kemampuan awal N Mean StDev SE Mean T P-Value Tinggi Rendah
37 43
70.0 72.8
7.9 6.7
1.3 1.0
53.66 70.68
0,000
Berdasarkan Tabel 4.26 diketahui bahwa kemampuan awal memiliki efek
yang berbeda terhadap pencapaian prestasi belajar Biologi, yaitu siswa yang
memiliki kemampuan awal rendah mendapatkan prestasi yang lebih baik daripada
siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi, hal ini ditunjukkan dari nilai mean
pada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah lebih besar dari siswa yang
memiliki kemampuan awal tinggi, dan p-value < 0.05
c. Uji Lanjut Aspek Psikomotorik
Uji lanjut anava dilakukan untuk mengetahui karakteristik pada variabel
bebas dan variabel terikat. Uji lanjut anava menggunakanuji t. Pada hasil
penelitian untuk prestasi belajar aspek apsikomotorik, uji lanjut dilakukan pada
hipotesis pertama dan ketiga. Pada hipotesis kedua, keempat, kelima, keenam dan
ketujuh tidak dilakukan uji lanjut karena keputusan H0 tidak ditolak atau diterima
1) Hipotesis Pertama
Hasil uji lanjut untuk hipotesis pertama ini digunakan untuk mengetahui
metode yang memiliki pengaruh paling signifikan terhadap prestasi belajar
Biologi. Hasil lanjut hipotesis pertama disajikan pada Tabel 4.27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150 Tabel 4.27 Hasil Perhitungan Uji t Pengaruh Metode Terhadap Prestasi
Psikomotorik Metode N Mean StDev SE Mean T P-Value Inquiry terbimbing Inquiry bebas termodifikasi
40 40
59.1 52.6
5.4 5.6
0.8 0.9
68.44 58.67
0,000
Berdasarkan Tabel 4.27 diketahui bahwa metode memiliki efek yang
berbeda terhadap pencapaian prestasi belajar Biologi, yaitu siswa yang melakukan
proses pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing mendapatkan prestasi
yang lebih baik daripada siswa yang melakukan proses pembelajaran dengan
metode inquiry bebas termodifikasi, hal ini ditunjukkan dari nilai mean pada
siswa yang melakukan pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing lebih
besar dari siswa yang belajar dengan metode inquiry bebas termodifikasi, dan p-
value < 0.05
2) Hipotesis Ketiga
Hasil uji lanjut untuk hipotesis kedua ini digunakan untuk mengetahui pengaruh
tingkat keingintahuan terhadap prestasi belajar Biologi. Hasil lanjut hipotesis
ketiga disajikan pada Tabel 4.28
Tabel 4.28 Hasil Perhitungan Uji t Pengaruh Tingkat Keingintahuan Terhadap Prestasi Psikomotorik
Keingintahuan N Mean StDev SE Mean T P-Value Tinggi Rendah
43 37
54.6 57.2
6.2 6.4
0.9 1.0
57.23 54.10
0,000
Berdasarkan Tabel 4.28 diketahui bahwa tingkat keingintahuan memiliki
efek yang berbeda terhadap pencapaian prestasi belajar Biologi, yaitu siswa yang
memiliki keingintahuan rendah mendapatkan prestasi yang lebih baik daripada
siswa yang memiliki keingintahuan tinggi, hal ini ditunjukkan dari nilai mean
pada siswa yang memiliki keingintahuan rendah lebih besar dari siswa yang
memiliki kemampuan awal tinggi, dan p-value < 0.05
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151 D. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Hipotesis Pertama
Berdasarkan hasil uji analisis variansi tiga jalan sel tak sama diperoleh
besarnya p-value = 0.000 < 0.005 (kognitif dan psikomotorik), p-value = 0.004 <
0.005 (afektif), maka H01 ditolak. Hal ini berarti metode inquiry terbimbing dan
metode inquiry bebas termodifikasi mempunyai efek yang tidak sama terhadap
prestasi belajar. Hal ini juga diperkuat dengan hasil uji lanjut anava dengan uji t
seperti pada Tabel 4.23, 4.25, dan 4.27.
Berdasarkan Tabel 4.23, 4.25, dan 4.27 diketahui bahwa metode memiliki
efek yang berbeda terhadap pencapaian prestasi belajar Biologi, yaitu siswa yang
melakukan proses pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing mendapatkan
prestasi yang lebih baik/tinggi daripada siswa yang melakukan proses
pembelajaran dengan metode inquiry bebas termodifikasi, dengan demikain
berarti metode pembelajaran berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar
Biologi baik itu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmed Kiline (2007) dalam
penelitiannya yang berjudul “The Opinion Of Turkish Highscohool Pupils On
Inquiry Based Laboratory Activites” berdasarkan kesimpulanya menyatakan
bahwa pembelajaran dengan pendekatan inkuiri berbasis laboratorium,
berdasarkan opini para siswa memberikan suasana yang lebih menyenangkan dan
hasil pemahaman yang diperoleh lebih permanen.
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penilitan yang dilakukan oleh
Elliot P. Douglas dan Chu-Chuan Chiu (2009:1-6), dalam penelitiannya yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152 berjudul “Use of guided inquiry as an active learning technique in engineering”.
Dari hasil penelitian tersebut bertujuan untuk menguji efektivitas pembelajaran
inkuiri terbimbing dalam materi pendahuluan untuk kelas besar. Selama proses
pembelajaran fasilitator menyediakan ruang kelas yang nyaman untuk melakukan
kegiatan penyelidikan yang dipandu dengan pertanyaan-pertanyaan. Sebagai
komparasi perbandingan yaitu kuliah biasa sebagai kelas kontrol dan kelas inkuiri
terbimbing, instruktur dan materi yang diajarkan pada kedua kelas tersebut sama.
Hasil prestasi belajar menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara
dua perlakuan tersebut, namun dari survei dan data wawancara, menunjukkan
alasan tersebut yaitu siswa tidak mengetahui manfaat menjadi pembelajar aktif,
namun mahasiswa merasa bingung tanpa ada pernyataan yang menunjukkan
jawaban mereka benar atau salah. Maka diharapkan implementasi pembelajaran
inkuiri terbmbing lebih dikaji lagi secara mendalam.
Berdasarkan Tabel 4.23, 4.25, dan 4.27 ditunjukkan bahwa nilai rerata atau
mean berbeda, nilai mean pada kelas inquiry terbimbing (A1) > mean pada kelas
inquiry bebas termodifikasi (A2). Hal ini berarti ada beda rerata yang signifikan
antara siswa yang melakukan proses pembelajan dengan metode inquiry
terbimbing (A1) dengan siswa yang melakukan proses pembelajaran dengan
metode inquiry bebas termodifikasi (A2). Siswa yang melakukan proses
pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing memperoleh prestasi belajar
yang lebih tinggi baik kognitif, afektif, dan psikomotorik dibanding dengan siswa
yang melakukan proses pembelajaran dengan metode inquiry bebas termodifikasi.
Hal ini sesuai dengan teori yang telah diungkapkan bahwa metode pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153 merupakan faktor ekstrim yang berpengaruh terhadap prestasi belajar. Dua
metode pembelajaran yang karakteristiknya sama hanya berbeda pada peranan
guru dalam pembimbingan, namun memberikan pengaruh hasil prestasi belajar
yang berbeda.
Rata-rata prestasi belajar siswa yang melakukan proses pembelajaran
dengan metode inquiry terbimbing sebesr 73.5 (kogniti), 73.0 (afektif), dan 59.1
(psikomotorik) sedangkan rata-rata prestasi belajar siswa yang melakukan proses
pembelajaran dengan inquiry bebas termodifikasi adalah 64.5 (kognitif), 70.0
(afektif) dan, 52.6 (psikomotorik), dengan demikian pada siswa yang melakukan
proses pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing mempunyai prestasi
belajar lebih baik daripda prestasi belajar siswa yang melakukan proses
pembelajaran dengan inquiry bebas termodifikasi.
Soun dalam Moomi Sahroni (1986:55) Inquiry terbimbing “inquiry yang
banyak dicampuri guru”. Guru banyak mengarahkan dan memberikan petunjuk
baik melalui prosedur yang lengkap maupun pertanyaan-pertanyaan pengarahan
selama proses inquiry, sehingga siswa dalam melakukan penyelidikan lebih
terarah, baik dalam berhipotesis, pengumpulan data atau pencarian informasi
sampai penarikan kesimpulan disbanding siswa yang melakukan proses
pembelajaran dengan metode inquiry bebas termodifikasi.
Bruner dalam Syaiful Bahri (1995: 20) menyatakan bahwa:
Hasil belajar dengan inquiry lebih mudah dihafal dan diingat, mudah ditransfer untuk memecahkan masalah. Pengetahuan dan kecakapan anak didik merasa puas atas penggunaan sendiri. Sedangkan kelemahan metode inquiry memakan waktu yang sangat banyak, dan kalau kurang terpimpin atau kurang terarah dapat menjurus pada kekacauan dan kekaburan atas materi yang dipelajari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154 Beberapa kendala tersebut diatas mengakibatkan pada proses pembelajaran
dengan metode inquiry bebas termodifikasi pada materi system respirasi
menimbulkan beberapa kelemahan diantaranya: memerlukan waktu yang relatif
lama sehingga kurang efektif, sering terjadi pada tiap pertemuan dalam
pembelajran tidak dapat menyisakan waktu untuk diskusi kelas dalam menarik
kesimpulan, dan bahkan beberapa kelompok tertentu belum berhasil menjawab
pertanyaan dalam LKS yang disediakan, karena belum berhasil menemukan
hasil/informasi yang tepat.
Beberapa kendala metode inquiry bebas termodifikasi tersebut di atas
menghambat proses inquiry untuk menemukan konsep atau prinsip materi Biologi
yang sedang dipelajari sehingga menghasilkan prestasi belajar yang lebih rendah
dibanding metode inquiry terbimbing.
Pada proses pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing, siswa
cenderung aktif dan lebih terarah pada saat mendapat data maupun saat
melaporkan hasil penyelidikan. Semntara pada metode inquiry bebas
termodifikasi hanya siswa yang pandai yang aktif, hal ini karena metode inquiry
dianggap hal baru pada saat di SMP biasanya dengan metode eksperimen,
sehingga bimbingan pada proses-proses inquiry masih sangat diperlukan.
Pembelajaran inquiry juga didukung teori belajar kontruktivistik, menurut
Ari Widodo (2007), bahwa sebagai sebuah ilmu kontruktivistik merupakan
dinamika yang menguntungkan, namun bagi orang yang mempelajari (terutama
pemula) terkadang menimbulkan kesulitan. Oleh karena itu, sebelum
melaksanakan pembelajaran, guru memberikan pengarahan dan pemahaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155 kepada siswa mengenai proses inquiry dan tahapan-tahapanya agar kegiatan yang
terlaksana dapat memberikan kontribusi terhadap pengalaman belajar siswa.
Pembelajaran IPA yang bertolak dari konsep pada umumnya akan lebih
efektif bila diselenggarakan melalui metode pembelajaran yang termasuk rumpun
pemrosesan informasi. Metode pemrosesan informasi bertitik tolak dari prinsip-
prinsip pengolahan informasi yang diterima individu. Metode ini menjelaskan
cara individu memberi respon yang datang dari lingkungannya, yakni dengan cara
mengorganisasi data, memformulasi masalah, membangun konsep dan rencana
pemecahan masalah serta menggunakan simbol-simbol verbal dan non-verbal.
(Joyce & Weil, 1992).
2. Hipotesis kedua
Setiap individu mempunyai kemampuan belajar yang berlainan.
Kemampuan awal siswa adalah kemampuan yang telah dipunyai oleh siswa
sebelum mengikuti pembelajaran yang akan diberikan. Kemampuan awal ini
menggambarkan kesiapan siswa dalam menerima pelajaran yang akan
disampaikan oleh guru.
Kemampuan awal siswa penting untuk diketahui guru sebelum memulai
pembelajarannya, karena dengan demikian dapat di ketahui apakah siswa telah
mempunyai kemampuan atau pengetahuan yang merupakan prasyarat untuk
mengikuti pembelajaran. Sejauh mana siswa telah mengetahui materi apa yang
akan di sajikan. Dengan mengetahui hal tersebut, guru akan dapat merancang
pembelajaran dengan lebih baik. Sebab apabila siswa diberi materi yang telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
156 diketahui maka akan merasa cepat bosan (Nizar Al-kadiri dalam
http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/22/kemampuan-awal-siswa)
Berdasarkan hasil uji analisis variansi tiga jalan sel tak sama diperoleh
besarnya p-value = 0.000 < 0.005 (kognitif), p-value = 0.004 < 0.005 (afektif),
dan p-value = 0.250 >0.005 (psikomotorik) maka H02 ditolak untuk prestasi aspek
kognitif dan afektif,. Sedangkan H02 diterima untuk prestasi aspek psikomotorik.
Hal ini mempunyai arti bahwa terdapat pengaruh perbedaan antara siswa yang
memiliki kemampuan awal tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan awal
rendah terhadap prestasi belajar biologi.
Belajar biologi seperti halnya belajar menaiki anak tangga, untuk bisa
sampai pada puncak prestasi maka disyaratkan sudah melewati dan memahami
dasar-dasarnya yyang sudah dipelajari sebelumnya. Pada pembelajaran sistem
respirasi syarat yang harus dimiliki siswa adalah tentang konsep sistem respirasi
yang meliputi anatomi, konsep tekanan, dan konsep difusi-osmosis.
Kemampuan awal dalam belajar Biologi akan menentukan kelancaran
siswa dalam memhami materi yang sedang dipelajarinya. Siswa yang mempunyai
kemampuan awal tinggi adalah siswa yang sudah memahami sebagian besar
dasar-dasar dalam belajar sistem respirasi, sedangkan siswa dengan skor
kemampuan awal rendah adalah kebalikannya yaitu siswa yang kurang memahami
sebagian besar materi dasar dalam belajar sistem respirasi. Berdasarkan hail uji
lanjut pada kemampuan awal terhadap prestasi belajar Biologi didapat bahwa
siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi memberika pengaruh posistif yang
signifikan sedangkan kemampuan awal rendah memberikan pengaruh negatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
157 yang signifikan terhadap prestasi belajar Biologi. Hasil tersebut sependapat
dengan penelitian Andi Sutonda Situmorang (2008), yang menunjukkan bahwa
kemampuan awal tinggi memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar, yaitu
siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi mempunyai prestasi belajar yang
lebih baik daripada siswa dengan kemampuan awal rendah. Hasil serupa juga
diungkapkan oleh Dwi Retna Asminah (2010) dalam penelitiannya membuktikan
bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempnyai kemapuan
awal tinggi dan rendah (p-value = 0,017), yaitu siswa dengan kemapuan awal
tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik.
Siswa yang tekun belajar memahami materi sebelum pelajaran tersebut
disampaikan oleh guru akan tampak selalu aktif dalan proses pembelajaran. Hal
tersebut tampak ketika guru melemparkan pertanyaan-pertanyaan yang
mendukung sebuah penemuan sendiri oleh siswa, maka siswa yang mempunyai
dasar pengetahuan yang cukup akan dapat menjawab dengan waktu yang lebih
cepat dan akan lebih memahami materi daripada siswa yang mempunyai
kemampuan awal rendah yang masih mencari-cari dengan membuka buku untuk
mencari jawaban pertanyaan yang disampaikan oleh guru. Dengan dasar
pengetahuan yang tinggi siswa akan lebih berorientasi dalam mengembangkan
pemahaman materi pengetahuannya sedangkan siswa yang kemampuan awalnya
masih kurang harus belajar dua kali yaitu memahami materi dasar dan materi yang
sedang dipelajarinya. Dengan demikian siswa yang mempunyai kesiapan
kemampuan awal dalam belajar sistem respirasi akan mendapatkan nilai yang
lebih baik daripada siswa yang mempunyai pemahaman materi dasar atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
158 kemampuan awal dalam belajar sistem respirasi. Hasil penelitian ini juga sesuai
dengan hasil penelitian Antonius Kartolo (2010) yang menyatakan terdapat
perbedaan kemampuan awal tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa.
Siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi memberikan rata-rata prestasi yang
lebih tinggi (66.53) dibanding siswa yang memiliki kemampuan awal rendah
(61.83).
3. Hipotesis Ketiga
Berdasarkan hasil uji analisis variansi tiga jalan sel tak sama diperoleh
besarnya p-value = 0.127> 0.005 (kognitif), p-value = 0.104 > 0.005 (afektif), dan
p-value = 0.013 <0.005 (psikomotorik) maka H03 diterima untuk kognitif dan
afektif, dan H03 ditolak untuk aspek psikomotorik. Hal ini berarti keingintahuan
siswa kategori tinggi dan rendah mempunyai efek yang tidak sama terhadap
prestasi belajar siswa untuk aspek psikomotorik.
Keingintahuan merupakan faktor internal yang memotivasi untuk belajar
dan melakukan penyelidikan, sesuai dengan hasil penelitian Engelhard dan Judith
(1988), bahwa “Curiosity representens broadly conveived exploratory behavior”
serta menurut Talip Alkiyumi M (2009) bahwa “Curiosity as the inner drive that
motivates people to learn and investigate. It drives people to search information
abaut on object, or idea through exploration”. Keingintahuan muncul apabila
siswa dihadapkan pada situasi yang menarik yaitu situasi yang realistis dan
mencerminkan kehidupan sehari-hari. Rasa keingintahuan berkembang karena
aktivitas yang dilakukan dalam pembelajaran materi sistem respirasi masih asing
bagi siswa, pada umumnya siswa hanya merasakan hasil dari proses respirasi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
159 untuk sistem anatominya siswa hanya melihat di buku. Penyajian materi yang
berbeda, menyebabkan siswa merasa tertarik. Ketertarikan tersebut
mengakibatkan faktor internal siswa berkembang, salah satunya adalah
keingintahuan. Keingintahuan siswa muncul, menyebabkan terjadinya negoisasi
kognitif diantara siswa untuk memperbanyak pengetahuan yang mereka peroleh.
Hal ini mengakibatkan bagian kelompok saling berhubungan sehingga
pengetahuan yang dipunyai seseorang akan menjadi output yang lain dan output
ini menjadi input bagi yang lainnya.
Keingintahuan sebagai modal awal yang dimiliki siswa, inquiry sebagai
metode untuk menyalurkan keingintahuan dengan mengadakan eksplorasi,
observasi, dan penyelidikan. Keingintahuan yang berbeda menyebabkan
perbedaan aktivitas selama kegiatan pembelajaran. Perbedaan aktivitas ini terletak
pada seringnya bertanya dan mencari tahu. Siswa dengan keingintahuan tinggi
berusaha untuk mencari sesuatu yang belum dimengerti begitu pula sebaliknya
karena siswa yang tidak memiliki keingintahuan jarang untuk mendapatkan
dorongan atau rangsangan untuk berpikir. “Anak yang memiliki keingintahuan
yang tinggi akan menanggapi positif terhadap pelajaran yang diberikan oleh
gurunya” (Suharsimi Arikunto, 2006: 81). Siswa dengan keingintahuan tinggi
mengajak temnya untuk aktif dalam kegiatan karena permasalahan yang
ditemukan merupakan tanggung jawab kelompok untuk menyelesaikannya. Untuk
itu kelompok yang berisi siswa dengan keingintahuan tinggi dan rendah sama-
sama aktif bekerja. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Nuri Dewi Mildayanti (2010) menyimpulkan bahwa ”keingintahuan tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
160 memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap prestasi daripada
keingintahuannya rendah.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa siswa dengan
keingintahuan kategori rendah memiliki prestasi belajar yang lebih baik dari pada
siswa yang memiliki keingintahuan tinggi hal ini disebabkan karena siswa dengan
keinggintahuan tinggi disibukan oleh aktivitas-aktivitas untuk memenuhi hasrat
keingintahuannya sehingga siswa dengan keinggintahuan tinggi kurang
konsentrasi belajar.
4. Hipotesis Keempat
Berdasarkan hasil uji analisis variansi tiga jalan sel tak sama diperoleh
besarnya p-value = 0.035 < 0.005 (kognitif), p-value = 0.100 > 0.005 (afektif),
dan p-value = 0.240 > 0.005 (psikomotorik) maka H04 diterima untuk afektif dan
psikomotorik, dan H04 ditolak untuk aspek kognitif.
Berdasarkan plot pada Gambar 4.13 dapat diambil keputusan bahwa
terdappat intraksi antara metode dan kemampuan awal, hal ini berarti bahwa pada
siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi yang melakukan pembelajaran
dengan metode inquiry terbimbing menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik
dibandingkan siswa yang memiliki kemampuan awal rendah, begitupula pada
siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi yang melakukan pembelajaran
dengan metode inquiry bebas termodifikasi menghasilkan presatasi yang tinggi
disbanding siswa yang memiliki kemampuan awal rendah.
Pada penelitian ini tidak ditemukan pengaruh bersama yang signifikan
antara kemampuan awal tinggi dan rendah dengan penggunaan metode inquiry
terhadap prestasi belajar Biologi. Pengaruh yang diberikan kemampuan awal
tinggi merupakan pengaruh yang berdiri sendiri dan tidak berhubungan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
161 kemampuan awal rendah. Begitu pula sebaliknya, pengaruh yang diberikan oleh
kemampuan awal rendah terhadapa prestasi belajar Biologi merupakan pengaruh
yang berdiri sendiri dan tidak berhubungan dengan kemampuan awal tinggi. Dua
variabel yang diteliti tidak menghasilkan kombinasi efek yang signifikan,
sehingga disimpulkan tidak ada interaksi yang signifikan antara kemampuan awal
tinggi dengan kemampuan awal rendah. Namun hal ini bukan berarti tidak ada
interaksi sama sekali antara kemampuan awal tinggi dengan kemampuan awal
rendah.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa prestasi belajar rata-rata
dengan kemampuan awal tinggi adalah 76.9 (kognitif), 72.2 (afektif), dan 59.38
(psikomotorik) pada inquiry terbimbing dan 73.7 (kognitif), 65 (afektif), dan 50
(psikomotorik) pada kelas inquiry bebas termodifikasi sedangkan nilai rata-rata
kemampuan awal rendah adalah 67.9 (kognitif), 74.5 (afektif), dan 58.6
(psikomotorik) untuk inquiry terbimbing dan 60.9 (kognitif) ), 72 (afektif), dan
53.2 (psikomotorik) pada inquiry bebas termodifikasi. Berdasarkan data-data pada
penelitian ini, ditemukan bahwa siswa dengan kemampuan awal tinggi maupun
rendah pada materi sistem respirasi lebih cocok menggunakan inquiry terbimbing
sebagi metode pembelajaran daripada inquiry bebas termodifikasi.
5. Hipotesis Kelima
Berdasarkan hasil uji analisis variansi tiga jalan sel tak sama diperoleh
besarnya p-value = 0.001 < 0.005 (kognitif), p-value = 0.117 > 0.005 (afektif),
dan p-value = 0.395 > 0.005 (psikomotorik), maka H05 diterima untuk afektif dan
psikomotorik dan H05 ditolak untuk aspek kognitif. Hipotesis yang diterima yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
162 ada interaksi antara metode pembelajaran dan keingintahuan terhadap prestasi
belajar Biologi aspek kognitif
Salah satu faktor yang mempengaruhi tumbuhnya keingintahuan belajar
pada siswa adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, yang meliputi
dorongan, perasaan, cita-cita dan pengalaman masa lalu. Dorongan yang berasal
dari dalam berhubungan dengan perasaan senang dan tidak senang, simpati atau
tidak, dan perasaan lain yang timbul dalam diri terhadap sesuatu objek. Oleh
karena itu, maka untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, siswa harus berusaha
meningkatkan keingintahuan belajarnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat interaksi metode inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi
dengan keingintahuan terhadap prestasi belajar aspek kognitif. Keinginan yang
dipraktekkan dapat menjadikebiasaan. Sedangkan “Keinginan tertentu yang dapat
diulang-ulang disebut dengan hasrat’ (Agus Sujianto,1983:95). Dengan demikian
keingintahuan dapat diartikan sebagai dorongan nafsu untuk mengetahui suatu
benda tertentu.”Keingintahuan seseorang tentang keadaan suatu objek disebut
dengan minat” (Djemari Mardapi, 2004:16).
Keinginan atau curiosity merupakan aspek yang bersifat kondisional bagi
pengembagan siswa. Keingintahuan ini bahkan merupakan jiwa dan hakekat
belajar. Tanpa rasa ingintahu, siswa akan kehilangan motivasi belajar dan
akhirnya tidak akan pernah belajar. Siswa yang memiliki keingintahuan tinggi
selalu ingin tahu akan segala hal. Di dalam kelas akan sering mengajukan
pertanyaan bila diberi kesempatan. Di luar kelas siswa yang termasuk kategori ini
kelihatan selalu menginginkan sesuatu yang lebih dari apa yang sudah diterima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
163
Siswa yang mampu bergaul adalah siswa siswa yang mampu
berkomunikasiatau memberikan informasi selama berkomnukasi. Jadi, orang yang
mampu bergaul dapat menyesuaikan diri dengan baik. Menurut Ari Widodo
(2007), bahwa lingkungan pembelajaran bukanlah hanya lingkungan fisik semata
namun juga lingkungan sosial dan emosional. Oleh karena itu, untuk
berkomunikasi dengan lingkungan diperlukan penyesuaian diri dengan baik.
Stimulus yang ada dalam diri siswa secara mental dapat mempengaruhi hasil
belajar, apabila keingintahuan dan metode tidak ada interaksi dikarenakan siswa
bekerja dalam sebuah kelompok kecil, ada perlakuan saling mengabaikan dan
menerima beban tugas yang tidak sama. Hal tersebut mengakibatkan siswa
bekerja kurang kooperatif dengan anggota lain sehingga rasa keingintahuan
berkurang dan hasil akhir informasi yang diperoleh dari kegiatan inquiry tersebut
sangat terbatas. Aspek psikomotorik kurang berkembang melalui metode ini,
maka aspek afektif sebagai salah satu hasil belajar tidak ada interaksi dengan
metode.
Keingintahuan siswa berbeda-beda meliputi keingintahuan kategori tinggi
dan rendah, sehingga diperlukan rangsangan yang berbeda pula untuk setiap
siswa, sesuai dengan pendapat Talib Alkiyuni M (2009), bahwa “The teachers
must appreciate that there are individual differences between students in their
styles of curiosity. Some explore using only their minds, others use more physical
ways, touching, smelling, and tasting. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui
bahwa dengan inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi menimbulkan
berbagai macam respon, baik negatif maupun positif. Keingintahuan sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
164 modal awal dan pemacu berpikir dapat dikelola dengan baik, harus ada bimbingan
dari guru. Keingintahuan bersifat kondisional, tergantung dari situasi yang
dihadapi. Apabila situasi dirasa cukup menarik dan berbeda, maka siswa
merespon dengan mengadakan eksplorasi berdasarkan sesuatu yang inggin
diketahui. Penyajian materi dengan metode yang berbeda, merupakan rangsangan
yang cukup untuk menimbulkan keingintahuan siswa. Tetapi metode yang
digunakan terbilang baru bagi siswa, sehingga siswa masih beradaptasi dengan
langkah-langkah dalam metode tersebut. Adaptasi setiap siswa berbeda-beda dan
menimbulkan perbedaan dalam aktifitas selama kegiatan penyelidikan.
6. Hipotesis Keenam
Berdasarkan hasil uji analisis variansi tiga jalan sel tak sama diperoleh
besarnya p-value = 0.376 > 0.005 (kognitif), p-value = 0.387 > 0.005 (afektif),
dan p-value = 0.801 > 0.005 (psikomotorik) maka H06 diterima. Hipotesis yang
diterima yaitu tidak ada interaksi antara kemampuan awal dan keingintahuan
Berdasarkan hasil penelitian ini tidak ditemukan pengaruh bersama yang
signifikan antara kemampuan awal dengan keingintahuan terhadap prestasi
belajar. Pengaruh yang diberikan kemampuan awal terhadap prestasi belajar
merupakan berdiri sendiri dan tidak berhubungan dengan keingintahuan. Begitu
pula sebaliknya, pengaruh yang diberikan oleh keingintahuan terhadap prestasi
belajar merupakan prestasi yang berdiri sendiri dan tidak berhubungan dengan
kemampuan awal. Dua variabel yang diteliti tidak menghasilkan kombinasi efek
yang signifikan, sehingga disimpulkan tidak ada interaksi yang signifikan antara
kemampuan awal dengan keingintahuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
165
Faktor yang berkaitan dengan prestasi belajar menurut Farid Nasution
(2001), yaitu faktor internal dan eksternal peserta didik. Kedua faktor tersebut
memberikan pengaruh yang cukup berarti terhadap faktor lain. Ketrampilan
belajar siswa, sarana belajar, dan lingkungan belajar juga berperan untuk
mencapai prestasi belajar. Kemampuan awal dan keingintahuan merupakan faktor
internal, maka disajikan kegiatan pembelajaran melalui inquiry terbimbing dan
inquiry bebas termodifikasi untuk memaksimalkan faktor internal dan
mengkontruksi kemampuan awal guna mendapatkan hasil yang baik.
Tahap perkembangan berpikir siswa SMA adalah operasional formal, yaitu
anak dapat berpikir abstrak, hal ini didukung keingintahuan untuk membentuk
pengetahuan yang berbentuk informasi abstrak. Kemampuan awal tidak ada
interaksi dengan keingintahuan, karena tingkat kemampuan awal siswa berbeda
atau belum ada high order thinkin. Hal ini berpengaruh terhadap kemampuan
dalam melakukan penyelidikan untuk menyelesaikan permasalahan yang
diberikan.
7. Hipotesis Ketujuh
Berdasarkan hasil uji analisis variansi tiga jalan sel tak sama diperoleh
besarnya p-value = 0.780 > 0.005 (kognitif), p-value = 0.742 > 0.005 (afektif),
dan p-value = 0.801 > 0.660 (psikomotorik) maka H07 diterima. Hipotesis yang
diterima yaitu tidak ada interaksi antara metode inquiry terbimbing dan inquiry
bebas termodifikasi, kemampuan awal dan keingintahuan terhadap prestasi belajar
Biologi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
166
Hasil temuan dalam Farid Nasution bahwa metode mengajar merupakan
variabel yang memberikan sumbangan terbesar yaitu 10.73%, sedangkan variabel
lainnya yaitu: ketrampilan belajar (3.27%), suasana belajar (2.26%), dan
lingkungan belajar (3.35%) sedangkan 80.4% lagi merupakan sumbangan dari
variabel lain yang tidak menjadi variabel dalam penelitiannya. Quitadano, Celia,
James E Johnson, Martha J. Kurtz (2008) menyatakan bahwa pembelajaran CBI,
di dalam penelitian ini ternyata dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
bagi siswa pada pelajaran Biologi.
Dalam penelitian ini tidak ada interaksi antara metode inquiry terbimbing
dan inquiry bebas termodifikasi, kemampuan awal, dan keingintahuan.Hal ini
disebabkan karena tahap-tahap dalam pembelajaran inquiry dirasa terlalu berat
oleh siswa, metode tersebut terdiri dari beberapa tahap pelaksanaan dan
diintegrasikan dengan dengan waktu yang singkat. Oleh karena itu siswa
mengalami kesulitan dan menyebabjan faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi hasil belajar tidak maksimal. Hasil belajar bukan hanya
disebabkan oleh vaeiabel yang diteliti, tetapi juga disebabkan variabel lain yaitu:
intelegensi, motivasi, minat, dan bakat seperti yang disebutkan oleh Farid
Nasution. Meskipun tidak terdapat interaksi, siswa telah menjalani kegiatan
berupa pengalaman belajar yang melatih kemampuan mereka baik kognitif, afektif
dan psikomotorik. Stimulus yang diberikan adalah sesuatu yang nyata, dengan
kata lain siswa menghadapi hal-hal yang ada dan dirasakan oleh diri mereka,
maka respon dari siswa berupa kecakapan hidup/kemampuan, bukan hanya
pengetahuan saja. Kecakapan hidup dalam membangun konsep sains, ketrampilan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
167 dan sikap. Kemampuan individu dalam memproses informasi, juga menjadi faktor
penentu keberhasilan proses pembelajaran. Informasi yang diterima, akan diolah
sesuai dengan kemampuan siswa itu sendiri. Pengolahan informasi memiliki
keterbatasan, tergantung dari sering tidaknya berinteraksi dengan lingkungan dan
mengikuti kegiatan belajar yang menampilkan kerja ilmiah.
E. Kelemahan dan Keterbatasan Penelitian
Penelitian telah diupayakan semaksimal mungkin dengan harapan hasilnya
dapat mengungkap kondisi yang sesungguhnya, namun masih terdapat beberapa
hal yang dapat dianggap sebagai kelemahan dan keterbatasan penelitian yang
mempengaruhi hasil penelitian. Adapun hal-hal tersebut adalah sebagai berikut:
1. Menejemen waktu yang dilakukan pada saat proses pembelajaran belum
optimal
2. Metode inquiry yang digunakan belum diperkenalkan kepada siswa sebelum
metode digunakan
3. Efektivitas kinerja kelompok masih rendah, sehingga hanya sebagaian siswa
yang bekerja menyelesaikan LKS dan masih banyak siswa yang tidak bekerja
secara optimal.
4. Instrumen penelitian yang digunakan baru diujicobakan satu kali.
5. Prestasi belajar aspek psikomotorik masih berupa ketrampilan proses
6. Observer untuk prestasi belajar aspek psikomotorik belum diuji coba untuk
menyamakan persepsi.
7. Pengisian angket afektif dan keingintahuan yang dilakukan oleh responden
kurang diperhatikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
168
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya,
penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Inquiry merupakan suatu proses bagi siswa untuk memecahkan masalah,
merencanakan dan melakukan eksperiemn, mengumpulkan dan menganalisis
data, dan menarik kesimpulan. Jadi, dalam pembelajaran berbasis inquiry siswa
terlibat sacara mental dan secara fisik untuk memecahkan masalah yang
diberikan guru. Dengan kata lain para siswa akan menjadi terbiasa berperilaku
sebagai saintis (objektif, jujur, kreatif, dan menghargai yang lain).
Pembelajaran dengan inquiry terbimbing memberikan pengaruh terhadap
prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan inquiry bebas termodifikasi.
Oleh karena itu, pembelajaran dengan menerapkan metode inquiry terbimbing
sebagai wahana dalam kegiatan pembelajaran sistem respirasi cenderung lebih
baik daripada menggunkan inquiry bebas termodifikas. Berarti ada perbedaan
pengaruh pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikas
terhadap prestasi belajar Biologi materi pokok sistem respirasi. Hal ini
ditunjukkan berdasarkan analisis variansi tiga jalan untuk prestasi belajar
diperoleh p-value = 0.000 < 0.005 (kognitif dan psikomotorik), p-value = 0.004
< 0.005 (afektif)
2. Setiap individu mempunyai kemampuan belajar yang berlainan. Kemampuan
awal siswa adalah kemampuan yang telah dipunyai oleh siswa sebelum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
169
mengikuti pembelajaran yang akan diberikan. Kemampuan awal ini
menggambarkan kesiapan siswa dalam menerima pelajaran yang akan
disampaikan oleh guru. Siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi
mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki
kemampuan awal rendah. Hal ini berarti ada pengaruh tingkat kemampuan
awal terhadap prestasi belajar Biologi aspek kognitif dan afektif, namun tidak
berpengaruh terhadap prestasi belajar aspek psikomotorik. Hal ini ditunjukkan
berdasarkan hasil analisis variansi tiga jalan untuk prestasi belajar diperoleh p-
value = 0.000 < 0.005 (kognitif), p-value = 0.004 < 0.005 (afektif), dan p-value
= 0.250 > 0.005 (psikomotorik)
3. Keingintahuan merupakan faktor internal yang memotivasi untuk belajar dan
melakukan penyelidikan, Keingintahuan muncul apabila siswa dihadapkan
pada situasi yang menarik yaitu situasi yang realistis dan mencerminkan
kehidupan sehari-hari. Siswa yang memiliki kategori keingintahuan rendah
memiliki prestasi belajar aspek psikomotorik yang lebih baik dibandingkan
siswa yang memiliki tingkat keingintahuan kategori tinggi, namun siswa
dengan keingintahuan kategori tinggi dan rendah memiliki prestasi belajar
yang tidak berbeda untuk aspek kognitif dan afektif. Berarti bahwa tidak ada
pengaruh tingkat keiningintahuan terhadap prestasi belajar aspek kognitif dan
afektif, akan tetapi berpengaruh terhadap prestasi belajar aspek psikomotorik.
Hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil analisis variansi tiga jalan untuk prestasi
belajar diperoleh besarnya p-value = 0.127> 0.005 (kognitif), p-value = 0.104 >
0.005 (afektif), dan p-value = 0.013 <0.005 (psikomotorik).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
170 4. Ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal terhadap
prestasi belajar Biologi aspek kognitif, tetapi tidak ada interaksi antara metode
pembelajaran dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar Biologi aspek
afektif dan psikomotorik. Hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil analisis
variansi tiga jalan untuk prestasi belajar diperoleh besarnya p-value = 0.035 <
0.005 (kognitif), p-value = 0.100 > 0.005 (afektif), dan p-value = 0.240 > 0.005
(psikomotorik)
5. Ada interaksi antara metode pembelajaran dengan tingkat keingintahuan siswa
terhadap prestasi belajar Biologi aspek kognitif, tetapi tidak terdapat interaksi
metode pembelajaran dengan tingkat keingintahuan terhadap prestasi belajar
Biologi aspek afektif dan psikomotorik. Berdasarkan hasil uji analisis variansi
tiga jalan sel tak sama diperoleh besarnya p-value = 0.001 < 0.005 (kognitif),
p-value = 0.117 > 0.005 (afektif), dan p-value = 0.395 > 0.005 (psikomotorik).
6. Tidak ada interaksi antara kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa
terhadap prestasi belajar Biologi. Hal ini berdasarkan hasil uji analisis variansi
tiga jalan sel tak sama diperoleh besarnya p-value = 0.376 > 0.005 (kognitif),
p-value = 0.387 > 0.005 (afektif), dan p-value = 0.801 > 0.005 (psikomotorik)
7. Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal dan
tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi Berdasarkan hasil
uji analisis variansi tiga jalan sel tak sama diperoleh besarnya p-value = 0.780
> 0.005 (kognitif), p-value = 0.742 > 0.005 (afektif), dan p-value = 0.801 >
0.660 (psikomotorik)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
171 B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini memberikan gambaran yang jelas tentang metode
pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi yang dapat
digunakan dalam proses pembelajaran Biologi pada materi pokok sistem respirasi.
Metode inquiry terbimbing lebih mampu merangsang siswa untuk mendapatkan
prestasi belajar yang lebih optimal daripada metode inquiry bebas termodifikasi.
Selain memberikan gambaran metode pembelajaran, hasil penelitian ini juga
mendeskripsikan tentang pengaruh kemampuan awal dan keingintahuan.
2. Implikasi Praktis
a. Metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi
memberikan pengaruh yang berbeda terhadap prestasi belajar Biologi, siswa
yang melakukan proses pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing
memiliki prestasi belajar yang lebih baik dari pada siswa yang melakukan
proses pembelajaran dengan metode inquiry bebas termodifikasi pada materi
pokok sistem respirasi. Oleh karena itu, dalam menyampaikan materi
Biologi/melakukan kegiatan pembelajaran metode inquiry terbimbing dapat
digunakan.
b. Tingkat kemampuan awal memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar
Biologi, oleh karena itu sebelum melakukan kegiatan pembelajaran harus
memperhatikan tingkat kemampuan awal peserta didik untuk meningkatkan
psestasi belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
172 c. Tingkat keingintahuan memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar Biologi,
oleh karena itu sebelum melakukan kegiatan pembelajaran harus
memperhatikan tingkat keingintahuan peserta didik untuk meningkatkan
prestasi belajar.
C. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi sebelumnya, dapat dikemukakan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Saran untuk para guru
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sebagai penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-
prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Untuk menyampaikan
konsep-konsep Biologi diperlukan metode pembelajaran yang mampu membantu
siswa pada kondisi senang, rileks atau santai, dan mudah untuk menerima dan
memahami materi. Metode inquiry terbimbing merupakan metode pembelajaran
yang tepat untuk penyampaian materi Biologi, hal ini terbukti dari hasil penelitian
yang telah dilakukan, metode inquiry menghasilkan prestasi belajar yang lebih
baik dibanding metode inquiry bebas termodifikasi
2. Saran untuk para peneliti
a. Selama kegiatan pembelajaran menejemen waktu harus diperhatikan, untuk
tahapan Stimulation dan Problem statement sebesar 10 %, tahapan Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
173
collection, Data prossesing, dan Verification sebesar 75 %, sedangak untuk
tahapan Generalization sebesar 15 % dari alokasi waktu yang tersedia
b. Metode inquiry yang akan digunakan seharusnya diperkenalkan terlebih dahulu
maksimal satu bulan sebelum metode tersebut digunakan.
c. Dalam proses pembelajaran guru harus memotivasi seluruh siswa untuk aktif
bekerja dalam kelompok dengan cara memberikan pertanyaan yang menantang
d. Instrument yang akan digunakan sebaiknya diujicobakan lebih dari satu kali,
ujicoba pertama untuk perbaikan dan ujicoba berikutnya untuk validasi.
e. Prestasi belajar aspek psikomotorik diukur setelah proses pembelajaran.
f. Observer untuk prestasi aspek psikomotorik harus diujicoba dan diberi
pengarahan untuk menyamakan persepsi pada saat proses penilaian.
g. Untuk responden yang tidak serius dalam pengisian angket harus ditindak
lanjuti dengan teknik wawancara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
174
DAFTAR PUSTAKA
Abdul. Gafur. 1982. Desain Intruksional: Suatu Langkah Praktis Penyusunan
Pola Dasar Kegiatan Belajar dan Mengajar. Surakarta : Tiga Serangkai Agus Sujanto. 1983. Psikologi Umum. Jakarta: Bumi Aksara ___________. 2004. Psikologi Umum. Jakarta: Bumi Aksara Akhmad Sudrajat http://www.bpkpenabur.or.id/files/09 0.pdf, diakses 02
Desember 2009/13.10 WIB
Andi Suntoda Situmorang. 2008. Gaya Mengajar dan Kemampuan Awal Dalam Pembelajaran Keterampilan Forehand Groundstroke Petenis Pemula. Bandung: Universitas Indonesia
Antonius Kartolo. 2010. Pembelajaran Kooperatif Model STAD Dan TGT Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi Dan Kemampuan Awal. Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Ari Widodo. 2007. Kontruktivisme dan Pembelajaran Sains. Jurnal pendidikan
dan kebudayaan, No. 064, Tahun ke-13 Astri Budianingsih. 2005. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta BNSP. 2006. Panduan Penyusunan KTSP. Jakarta: BNSP Budiyono. 2003. Statistik Dasar Penelitian. Surakarta: Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret _______. 2004. Statistik Dasar Penelitian. Surakarta: Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Burden Paul. M dan Byrd David M. 1997. Methods Of Effective Teaching.
Massachuset: Allyn dan Bocan Depdiknas. 2003. Panduan Pengembangan Program Penilaian Kelas. Jakarta:
Depdiknas Dick, Walter and Cary, Iou. 1999. The Systenic Design Of Instruction. New
York: Harper Cpllins pupliser Inc Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
175 Djemari Mardapati. 2004. Pedoman khusus Pengembangan Instrumen dan
Penilaian Ranah Afektif. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikdasmen Direktorat Pendidikan Sekolah Menengah Umum
________________. 2008. Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Non Tes.
Yogyakarta. Mitra Cendikia Dwi Retna Asminah. 2010. Pembelajaran Fisika dengan Metode Inkuiri
Terbimbing dan Inkuiri Training Ditinjau dari Kemapuan Awal dan aktifitas Siswa. Tesis. Universitas Sebelas Maret
Ella Yulaelawati. 2004. Kurikulum Dan Pembelajaran Filosofi Teori Dan
Aplikasi. Jakarta: Pakar Arya.
Elliot P. Douglas dan Chu-Chuan Chiu. 2009. Use Guided Inquiry as an Active Learning in Engineering. ASEE/IEEE Frontiers in Education Conference. Session M4C
Endang Supartini. 2001. Diagnostik Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remidial. Yogyakarta: FIP UNY
Engelhard, George and Judith A.M. 1988. Grade level, gender, and school
related curiosity in urban elementary schools. The journal of education research vol.82 no 1. http://.jstor.org/stabel/27540332. Diakses pada tanggal 01 Januari 2010
Hesty Handayani. 2010. Pembelajaran Biologi Menggunakan Metode Proyek
Dengan Lab Real dan Audiovisual Ditinjau Dari Keingintahuan dan Kemampuan Kerjasama. Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
http://tigaserangkai.com/images/File/Dunia%20IPA%20SD%205.pdf. Diakses 12
Februari 2010 http://blog.unila.ac.id/wasetiawan/files/2009/10/respirasi-hewan.pdf . Diakses 12
Februari 2010 Johnson, Reaven. 2003. Biology. USA: Graw Hill Hingher Education. Inc Joyce Bruce and Weil. 2000. Models Of Teaching 6 th Education. New Jersey:
Prentice-Hall Kiline, Ahmed. 2007. The Opinion Of Turkish Highscohool Pupils On Inquiry
Based Laboratory Activites http://www.jiamse/journals.edu.com, diunduh 03 Nopember 2009/12.15
Kimball, John. W. 1998. Biologi Jidil 2. Jakarta: Erlangga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
176 Kindswatter R. William and Margareth Isher. 1996. Dinamic of effectif
Teaching. New York: Harper and Row Legiman. 2009. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran 4Mat System
dan Metode STAD Terhadap Prestasi Belajar Kimia Ditinjau Dari Keingintahuan Siswa. Tesis. Surakarta : Universitas Sebelas Maret
Margono. 1989. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: Sebelas Maret University
Press Martinis Yamin. 2008. Desain Pembelajaran Berbasis KTSP. Jakarta: Gaung
Persada Press Masidjo. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa Disekolah.
Yogyakarta: Kanisius Moh. Amien. 1979. Apakah Metoda Discovery-Inquiry Itu?. Jakarta :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Normalisasi Kehidupan Kampus.
___________. 1987. Pengajaran IPA Dengan Menggunakan Metode
Discovery dan Inquiry. Jakarta: Depdikbud. Moh. Nazir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia
Muhibbin Syah. 2006, Psikologi Pendidikan dengan Pembelajaran Baru.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya Mukayat Djarubito. 1990. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga Muhammad Ali. 2000. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algensindo Muhammad Suryo. 2003. Pedoman Penilaian Ranah Afektif. Jakarta:
Depdiknas Nana Sudjana. 1996. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT
Remaja Rosdakarya
____________. 2002. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT Remaja Rosdakarya
Nasution. 2005. Belajar dan Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara
National Academy of Science, (1996), National Science Education Standards,Washington, DC: National Academy Press.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
177 Nizar Al-Kadiri.. http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/22/kemampuan-awal-
siswa/. Diakses 11 Januari 2011
Nur Irawan dan Septin Puji Astuti. 2006. Mengolah Data Statistik Dengan Mudah Menggunakan Minitab 14. Yogyakarta: Andi
Nuri Dewi Mldayanti. 2010. Pembelajaran Biologi Model STAD dan TGT Ditinjau Dari Keingintahuan Dan Minat Belajar Siswa. Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Oemar Hamalik. 2002. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Paul Supaeno. 1997. Filsafat Kontruktifisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius
Poedjiadi. 1999. Teori belajar kontruktivisme. http://wahib-dr.com/teori-belajar
konstruktivisme.html. Purwodarminto. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22
Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah, Jakarta, 2006
Quitadano, Celia, James E Johnson, Martha J. Kurtz.2008. Community-Based Inquiry Improve Critical Thingking In General Biology. http://www.jiamse/journals.edu.com, diunduh 03 Nopember 2009/12.15
Ratna Willis Dahar. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga Ridwan. 2004. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta Roestiyah. N K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta Sardiman, A, M.1994. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rajawali Press Sigit Triyono. 2008. Pengaruh Pendekatan Ketrampilan Proses Melalui Metode
Inkuiri Terbimbing dan Demonstrasi Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Edisi
Revisi. Jakarta : PT Rineka Putrsa Suharsimi Arikunto. 1995. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
178 ________________. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta ________________. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta ________________. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Suryabrata, S. 1995. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Grafindo Persada Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta : Rineka Cipta Syaiful Sagala. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Talib, Alkiyuni M. 2009. Instructional Strategies Of Intrinsic Motivation And
Curiosity For Developing Creative Thingking. 14th international conference on thingking (2009 Malaysia). Malaysia: University Sains Malaysia
Tarno. 2006. Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri Terbimbing Dan Inkuiri
Bebas Termodifikasi Terhadap Prestasi Belajar Fisika Ditinjau Dari Sikap Ilmiah Siswa Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Yogyakarta; Media Wacana Press Winarno Surakhmad. 1990. Pengantar Interaksi Mengajar Belajar. Bandung:
Tarsito Winkel. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Gramedia Widiaswara
Indonesia ______. 2005. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Gramedia Widiaswara
Indonesia Yulia Saraswati, 2009. Pembelajaran Fisika Melalui Inkuiri Terbimbing
Dengan Metode Eksperimen dan Demonstrasi Ditinjau Dari Kemampuan Awal dan Perhatian Siswa. Tesis. Surakarta : Universitas Sebelas Maret