perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS PENGARUH .../Analisis... · KATA PENGANTAR Puji...
Transcript of perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS PENGARUH .../Analisis... · KATA PENGANTAR Puji...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ANALISIS PENGARUH MODAL, TENAGA KERJA DAN BIAYA
BAHAN BAKU TERHADAP KEUNTUNGAN INDUSTRI KECIL BATIK
(STUDI KASUS DI KOTA SURAKARTA)
Skripsi
Dimaksudkan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat
untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
EDY HARIYANTO
F 0105052
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang”
(Al Faatihah :1)
Menjadi sukses itu penting, tapi menjadi orang besar jauh lebih
penting. Karena orang besar adalah orang yang tidak hanya sukses
untuk dirinya sendiri tetapi mampu membuat orang lain sukses (NN)
Selalu berusaha, berdoa dan bersyukur atas segala nikmat yang telah
Allah SWT limpahkan (Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan
kepada :
J Allah SWT
J Nabi Muhammad SAW
J Bapak dan Mamaku tercinta
J Adikku “Lilly” tersayang
J My Beloved “Nay”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia-Nya yang selalu dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul “Analisis Pengaruh Modal, Tenaga Kerja Dan Biaya
Bahan Baku Terhadap Keuntungan Industri Kecil Batik (Studi Kasus Di Kota
Surakarta)”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat dalam pencapaian gelar
Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persiapan, perencanaan, dan pelaksanaan hingga terselesaikannya
penyusunan skripsi merupakan tantangan tersendiri bagi penulis. Banyak
kesulitan dan hambatan yang harus dilalui. Tetapi berkat arahan, bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak, maka akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.
Tidak lupa penulis menghaturkan ucapan terima kasih sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan
bantuannya sehingga skripsi ini bisa diselesaikan. Oleh karena itu dengan
kerendahan hati dan ketulusan yang mendalam penulis menghaturkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Dr. A.M. Soesilo, MS selaku pembimbing yang dengan arif dan bijak
telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing dan
memberikan masukan yang berarti dalam penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Akt., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang secara langsung maupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
tidak langsung telah banyak membantu penulis selama menuntut ilmu di
Fakultas Ekonomi UNS.
3. Bapak Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Pembangunan.
4. Ibu Izza Mafruhah, SE, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi
Pembangunan.
5. Ibu Dra. Nunung Sri Mulyani, selaku pembimbing akademik yang telah
banyak membantu penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi UNS,
serta dalam proses penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Drs. Akhmad Daerobi, MS dan Ibu Dwi Prasetyani, SE, M.Si, selaku
tim penguji yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis.
7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta beserta seluruh staff dan karyawan yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dan pelayanan kepada penulis.
8. Badan Pusat Statistik Kota Surakarta yang telah banyak membantu penulis
dalam mengumpulkan data yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi.
9. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta yang telah banyak
membantu penulis dalam mengumpulkan data yang dalam penyusunan skripsi.
10. Seluruh pengusaha batik di Kota Surakarta yang telah bersedia meluangkan
waktu dan banyak membantu penulis dalam mengumpulkan data yang sangat
berguna dalam penyusunan skripsi.
11. Bapak, Mama dan Adikku ”Lilly” yang senantiasa mendukung, memberi
dorongan, semangat untuk menyelesaikan skripsi ini, bantuan moril dan
materiil, juga lantunan doa yang tiada henti-hentinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
12. Keluarga besar di Klaten dan Wonosari yang senantiasa selalu mendoakan
untuk keberhasilan penulis. Mbah Tanto, Om Harno, Om Sur, Om Edy, Om
Tarto, Bulek Endang, Bulek Ratih, Niya dan Semua keluarga yang tidak dapat
disebutkan satu per satu, terima kasih atas doanya.
13. My Beloved “Nay” yang senantiasa mendukung, mendoakan, memberi
dorongan motivasi dan semangat kepada penulis selama proses penulisan.
Makasih untuk semua waktu, tenaga, dan perhatiannya.
14. Teman-teman HMJ PeBe, Black, Odank, Jabay, Inug, Pukil, Wee2 & Doty,
Ferdi & Prima, Adi Marijan, Tegal. Semoga sukses buat kalian semua.
15. Anak-anak kos Don Krieg (Anto, Kebo, Drajad, Talok), anak-anak kontrakan
Jakarte (Wawan, Arba, Boleng, Geri, Bebek, Agil, Ai, Mamed, Cahyo) dan
anak-anak Akt’06 (Udjo, Boy, Reisya, Rowjack) makasih buat segalanya
selama kuliah di Solo. Tetep kompak & gokil.
16. Teman-teman di Ekonomi Pembangunan dan semua pihak yang tidak dapat
disebutkan satu per satu baik secara langsung maupun tidak atas bantuannya
kepada penulis hingga terselesaikannya penelitian ini.
Ibarat pribahasa tiada gading yang tak retak, begitu pula skripsi ini masih
memerlukan tanggapan, saran, kritik dan perbaikan. Semoga skripsi ini bisa
memberikan kontribusi yang berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan
dapat memberikan manfaat bagi semua pembaca. Saran serta kritik akan penulis
terima, sebagai bahan evaluasi bagi penulis.
Surakarta, Juli 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
MOTTO ........................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN ............................................................................................ v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
ABSTRAKSI ................................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 12
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 12
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 14
A. Konsep Industri ........................................................................ 14
1. Pengertian Industri .............................................................. 14
2. Pengelompokan Industri ...................................................... 15
3. Pengertian Industri Kecil ..................................................... 18
4. Karakteristik Industri Kecil ................................................. 21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
5. Misi dan Tujuan serta Tantangan Industri Kecil.................. 23
B. Struktur Pasar ............................................................................ 24
1. Pasar Persaingan Sempurna ................................................ 25
2. Pasar Oligopoli ................................................................... 25
3. Pasar Monopoli Murni ........................................................ 28
4. Pasar Persaingan Monopolistik .......................................... 28
C. Teori Produksi .......................................................................... 33
1. Pengertian Teori Produksi .................................................. 33
2. Fungsi Produksi ................................................................. 34
3. Fungsi Produksi Cobb-Douglas .......................................... 36
4. Fungsi Keuntungan Cobb-Douglas .................................... 38
D. Pengertian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keuntungan
Pengusaha Industri Kecil Batik di Surakarta ............................ 42
1. Modal ................................................................................... 42
2. Tenaga Kerja ......................................................................... 42
3. Biaya Bahan Baku ................................................................ 44
E. Penelitian Sebelumnya .............................................................. 45
F. Kerangka Pemikiran .................................................................. 47
G. Hipotesis Penelitian .................................................................... 49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 50
A. Jenis Penelitian .......................................................................... 50
B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling..................................... 50
C. Jenis dan Sumber Data .............................................................. 51
D. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
1. Metode Observasi ................................................................ 51
2. Metode Kuisioner ................................................................. 52
E. Definisi Operasional Variabel ................................................... 52
F. Metode Analisis Data ................................................................ 53
1. Analisis Deskriptif ............................................................... 53
2. Analisis Induktif ................................................................... 54
a. Metode Regresi Linier Berganda ................................... 54
b. Pengujian Secara Ekonomi ............................................ 55
BAB IV ANALISIS DATA DAN INTERPRETASI EKONOMI ................ 62
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ........................................ 62
1. Kondisi Geografis ................................................................. 62
2. Kondisi Sosial dan Sumber Daya Manusia .......................... 64
3. Aspek Sosial Ekonomi ......................................................... 66
a. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ...... 66
b. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian ......... 66
c. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) .................... 67
B. Gambaran Umum Industri Batik ............................................... 68
1. Sejarah Batik ........................................................................ 68
2. Perkembangan Usaha Batik ................................................. 69
3. Proses Pembuatan Batik ....................................................... 70
C. Deskripsi Responden Pengusaha Industri Kecil Batik di Kota
Surakarta ................................................................................... 72
D. Uji Empirik dan Interpretasi Statistik ....................................... 81
1. Hasil Regresi Linier Berganda ............................................. 81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
a. Uji Statistik Koefisien Regresi ....................................... 82
b. Uji Asumsi Klasik Model Regresi ................................. 84
2. Interpretasi Hasil secara Ekonomi ....................................... 88
a. Pengaruh modal terhadap keuntungan industri kecil
batik di Kota Surakarta .................................................. 88
b. Pengaruh tenaga kerja terhadap keuntungan industri
kecil batik di Kota Surakarta........................................... 88
c. Pengaruh biaya bahan baku terhadap keuntungan
industri kecil batik di Kota Surakarta ............................. 89
BAB V PENUTUP ....................................................................................... 91
A. Kesimpulan ............................................................................... 91
B. Saran .......................................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 94
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan
Surakarta Tahun 2006 – 2008 ...................................................... 5
Tabel 1.2 Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja di Sektor Industri
di Kota Surakarta Tahun 2006 - 2008 .......................................... 6
Tabel 1.3 Perkembangan Industri Kecil Kota Surakarta Tahun 2002 – 2006 7
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kota Surakarta menurut Jenis Kelamin
Tahun 2003 – 2008 .................................................................... 65
Tabel 4.2 Luas Daerah, Pembagian Wilayah Administrasi dan Jumlah
Penduduk Kota Surakarta Tahun 2008 ...................................... 65
Tabel 4.3 Banyaknya Penduduk Umur 5 Tahun Ke Atas Menurut Tingkat
Pendidikan di Kota Surakarta Tahun 2006 - 2007 ..................... 66
Tabel 4.4 Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian
(Usia 10 Tahun Ke Atas ) di Kota Surakarta tahun 2005 .......... 67
Tabel 4.5 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Konstan Kota Surakarta Tahun 2006 – 2008 68
Tabel 4.6 Distribusi Pengusaha Industri Kecil Batik Menurut Umur
di Kota Surakarta ........................................................................ 72
Tabel 4.7 Distribusi Pengusaha Industri Kecil Batik Menurut
Jenis Kelamin di Kota Surakarta.................................................. 73
Tabel 4.8 Distribusi Pengusaha Industri Kecil Batik Menurut Tingkat
Pendidikan di Kota Surakarta ..................................................... 74
Tabel. 4.9 Distribusi Pengusaha Industri Kecil Batik Menurut
Pengalaman Usaha di Kota Surakarta ........................................ 75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Tabel 4.10 Distribusi Pengusaha Industri Kecil Batik Menurut
Status Usaha di Kota Surakarta .................................................. 76
Tabel. 4.11 Distribusi Pengusaha Industri Kecil Batik Menurut
Jumlah Tenaga Kerja di Kota Surakarta .................................... 76
Tabel. 4.12 Distribusi Pengusaha Industri Kecil Batik Menurut
Upah Tenaga Kerja di Kota Surakarta ....................................... 77
Tabel 4.13 Distribusi Pengusaha Industri Kecil Batik Menurut
Biaya Bahan Baku di Kota Surakarta ........................................ 78
Tabel. 4.14 Distribusi Pengusaha Industri Kecil Batik Menurut
Sumber Modal di Kota Surakarta .............................................. 78
Tabel 4.15 Distribusi Pengusaha Industri Kecil Batik Menurut
Jumlah Modal di Kota Surakarta ................................................ 79
Tabel 4.16 Distribusi Pengusaha Industri Kecil Batik Menurut
Penjualan di Kota Surakarta ........................................................ 79
Tabel 4.17 Distribusi Pengusaha Industri Kecil Batik Menurut
Keuntungan di Kota Surakarta .................................................... 80
Tabel 4.18 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ..................................... 81
Tabel 4.19 Hasil Uji t ................................................................................... 82
Tabel 4.20 Hasil Uji Autokorelasi ............................................................... 85
Tabel 4.21 Hasil Uji Heteroskedastisitas ..................................................... 86
Tabel 4.22 Hasil Uji Multikolinearitas ........................................................ 87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran .................................................................... 47
Gambar 3.1 Daerah Kritis Uji t ....................................................................... 56
Gambar 3.2 Daerah Kritis Uji F ...................................................................... 57
Gambar 4.1 Peta Surakarta ............................................................................. 63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
ABSTRAKSI
Edy Hariyanto F 0105052
ANALISIS PENGARUH MODAL, TENAGA KERJA DAN BIAYA BAHAN BAKU TERHADAP KEUNTUNGAN INDUSTRI KECIL
BATIK (STUDI KASUS DI KOTA SURAKARTA)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh modal, tenaga kerja dan bahan baku terhadap keuntungan industri kecil batik (Studi Kasus Di Kota Surakarta) serta untuk mengetahui dari ketiga variabel yang digunakan di dalam model, variabel manakah yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap keuntungan industri kecil batik di Surakarta. Diduga variabel modal, tenaga kerja dan bahan baku berpengaruh terhadap keuntungan industri kecil batik di Surakarta. Dan diduga variabel modal adalah faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap keuntungan pada industri kecil batik di Surakarta.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh pembuktian dari sebuah hipotesis. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan kuesioner serta pengamatan langsung, dengan sampel sebanyak 90 pengusaha industri kecil batik di Surakarta dengan teknik sampling yaitu Simple Random Sampling. Analisis data digunakan pengujian statistik dengan bantuan program Eviews3.0. Dalam menganalisis digunakan teknik analisis regresi berganda double log dengan pendekatan fungsi keuntungan Cobb-Douglas, dengan uji statistik (uji t, uji F, koefisien determinasi (R2), serta uji asumsi klasik (uji autokorelasi, heteroskedastisitas dan multikolinieritas).
Hasil penelitian menunjukkan dengan uji terhadap koefisien regresi dengan α = 5% menunjukkan ketiga variabel (modal, tenaga kerja dan biaya bahan baku) berpengaruh terhadap keuntungan pada industri kecil batik di Surakarta. Hasil Uji F dengan α = 5% menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel modal, tenaga kerja dan biaya bahan baku berpengaruh terhadap keuntungan pada industri kecil batik di Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap keuntungan adalah modal ditunjukkan dengan nilai koefisien sebesar 0,475.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan: Pertama, pihak lembaga keuangan diharapkan dapat memberikan kemudahan dalam penyaluran kredit usaha bagi industri kecil batik. Kedua, Pemerintah sebagai fasilisator dapat memberikan bantuan berupa peralatan produksi yang lebih modern, sehingga produksi yang dihasilkan dapat meningkat yang nantinya akan meningkatkan keuntungan. Ketiga, dalam peningkatan kualitas SDM, Pemerintah dapat memberikan pelatihan yang berkaitan dengan ketrampilan kerja, desain produk dan penanganan limbah. Keempat, diharapkan Pemerintah membangun kawasan berikat sebagai suatu kawasan yang membuka peluang dan kemudahan sebesar-besarnya bagi usaha–usaha yang memerlukan bahan baku membatik.
Kata Kunci : keuntungan, industri kecil batik, modal, tenaga kerja, biaya bahan baku, simple random sampling, analisis regresi linier berganda double log, fungsi keuntungan Cobb-Douglas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAKSI
Edy Hariyanto F 0105052
ANALISIS PENGARUH MODAL, TENAGA KERJA DAN BIAYA BAHAN BAKU TERHADAP KEUNTUNGAN INDUSTRI KECIL
BATIK (STUDI KASUS DI KOTA SURAKARTA)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh modal, tenaga kerja dan bahan baku terhadap keuntungan industri kecil batik (Studi Kasus Di Kota Surakarta) serta untuk mengetahui dari ketiga variabel yang digunakan di dalam model, variabel manakah yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap keuntungan industri kecil batik di Surakarta. Diduga variabel modal, tenaga kerja dan bahan baku berpengaruh terhadap keuntungan industri kecil batik di Surakarta. Dan diduga variabel modal adalah faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap keuntungan pada industri kecil batik di Surakarta.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh pembuktian dari sebuah hipotesis. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan kuesioner serta pengamatan langsung, dengan sampel sebanyak 90 pengusaha industri kecil batik di Surakarta dengan teknik sampling yaitu Simple Random Sampling. Analisis data digunakan pengujian statistik dengan bantuan program Eviews3.0. Dalam menganalisis digunakan teknik analisis regresi berganda double log dengan pendekatan fungsi keuntungan Cobb-Douglas, dengan uji statistik (uji t, uji F, koefisien determinasi (R2), serta uji asumsi klasik (uji autokorelasi, heteroskedastisitas dan multikolinieritas).
Hasil penelitian menunjukkan dengan uji terhadap koefisien regresi dengan α = 5% menunjukkan ketiga variabel (modal, tenaga kerja dan biaya bahan baku) berpengaruh terhadap keuntungan pada industri kecil batik di Surakarta. Hasil Uji F dengan α = 5% menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel modal, tenaga kerja dan biaya bahan baku berpengaruh terhadap keuntungan pada industri kecil batik di Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap keuntungan adalah modal ditunjukkan dengan nilai koefisien sebesar 0,475.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan: Pertama, pihak lembaga keuangan diharapkan dapat memberikan kemudahan dalam penyaluran kredit usaha bagi industri kecil batik. Kedua, Pemerintah sebagai fasilisator dapat memberikan bantuan berupa peralatan produksi yang lebih modern, sehingga produksi yang dihasilkan dapat meningkat yang nantinya akan meningkatkan keuntungan. Ketiga, dalam peningkatan kualitas SDM, Pemerintah dapat memberikan pelatihan yang berkaitan dengan ketrampilan kerja, desain produk dan penanganan limbah. Keempat, diharapkan Pemerintah membangun kawasan berikat sebagai suatu kawasan yang membuka peluang dan kemudahan sebesar-besarnya bagi usaha–usaha yang memerlukan bahan baku membatik.
Kata Kunci : keuntungan, industri kecil batik, modal, tenaga kerja, biaya bahan baku, simple random sampling, analisis regresi linier berganda double log, fungsi keuntungan Cobb-Douglas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ekonomi selalu disertai dengan perubahan struktur yang
lebih non agraris, begitu pula peranan sektor industri yang ditujukan untuk
memperkukuh struktur ekonomi nasional dengan keterkaitan yang kuat dan
saling mendukung antar sektor, meningkatkan daya tahan perekonomian
nasional dan kesempatan kerja sekaligus mendorong berkembangnya
kegiatan-kegiatan pembangunan di berbagai sektor lainnya dan juga
diharapkan mampu meningkatkan pendapatan penduduk.
Pembangunan industri merupakan kegiatan untuk peningkatan
kesejahteraan dalam arti tingkat hidup yang lebih maju maupun taraf hidup
yang lebih bermutu. Industrialisasi juga tidak terlepas dari usaha untuk
meningkatkan produktivitas tenaga manusia disertai usaha untuk meluaskan
ruang lingkup kegiatan manusia. Dengan demikian, dapat diusahakan secara
vertikal semakin besarnya nilai tambah pada kegiatan ekonomi dan sekaligus
secara horizontal makin luasnya lapangan kerja produktif bagi penduduk yang
semakin bertambah (Lincolin Arsyad, 2001:5).
Konsep pembangunan sering dikaitkan dengan industrialisasi karena
dianggap mempunyai pengertian yang sama, hal ini mempunyai arti bahwa
pembangunan ekonomi menekankan pada semua sektor. Baik itu sektor
industri, pertanian, maupun sektor lain. Dari berbagai sektor, sektor industri
merupakan sektor yang paling diprioritaskan, sebab dianggap mampu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
mendorong pembangunan secara cepat. Bahkan kemajuan dan peran yang
besar dari industri dalam perekonomian yang sering dijadikan tolak ukur
dalam kemajuan suatu bangsa (Boediono, 1996:17).
Banyaknya anggapan bahwa industrialisasi merupakan keharusan dari
setiap bangsa yang ingin maju, bahkan maju mundurnya suatu bangsa diatur
dalam keberhasilannya dalam melaksanakan industrialisasi. Dimana
industrialisasi yang makin efisien dalam suatu perekonomian nasional
membutuhkan perusahaan-perusahaan kecil, menengah, dan besar. Industri
kecil, menengah, dan besar mempunyai asas saling melengkapi, yaitu bahwa
fungsi-fungsi tertentu di bidang pemasokan, produksi, penjualan,
pengembangan teknologi, dan pemeliharaan serta perbaikan paling baik
dijalankan oleh perusahaan-perusahaan dengan ukuran yang berbeda-beda.
Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-
sektor lain dalam sebuah perekonomian. Produk-produk industri selalu
memiliki “dasar tukar” (terms of trade) yang tinggi atau lebih menguntungkan
serta menciptakan nilai tambah yang lebih besar dibandingkan produk-produk
sektor yang lain. Hal ini disebabkan karena faktor industri memiliki variasi
produk yang sangat beragam dan mampu memberikan manfaat marjinal yang
tinggi kepada pemakainya (Dumairy, 1997).
Peranan sektor industri yang ditujukan untuk memperkukuh struktur
ekonomi nasional dengan keterkaitan yang kuat dan saling mendukung antar
sektor, meningkatkan daya tahan perekonomian nasional dan kesempatan
kerja sekaligus mendorong berkembangnya kegiatan-kegiatan pembangunan
di berbagai sektor lainnya dan juga diharapkan mampu meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
pertumbuhan pendapatan perkapita. Pembangunan di sektor industri
dikembangkan secara bertahap dan terpadu melalui peningkatan keterkaitan
antar industri dan antar sektor industri yang memasukkan bahan baku industri,
melalui iklim yang merangsang bagi penanam modal dan penyebaran
pembangunan industri di daerah sesuai dengan potensi masing-masing dan
sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional
(Todaro, 2000:152).
Industri bukan hanya sekedar untuk menghasilkan barang semata,
melainkan berusaha untuk mampu menghasilkan sesuatu baik barang jadi
maupun barang setengah jadi yang selanjutnya dijual. Dimana hasil yang
dijual haruslah mampu memenuhi keinginan dan selera dari konsumen,
sekaligus berusaha menciptakan harga yang bisa dijangkau oleh para
konsumen. Perkembangan industri dewasa ini telah menunjukkan banyak
kemajuan, dimana hasilnya tidak saja kualitatif tetapi juga beragam.
Pengembangan sektor industri melalui industri hulu dan hilir tetap bertumpu
pada prinsip efisiensi dan efektifitas dalam tahap transisi selalu akan
menghasilkan keuntungan yang berbeda dikarenakan industri hulu adalah
industri padat modal dan padat teknologi, sedangkan industri hilir lebih padat
karya (Dumairy, 1997:227).
Pembangunan industri di Indonesia tidak hanya dititikberatkan pada
industri besar saja tetapi juga diperhatikan perkembangan industri kecil dan
kerajinan rumah tangga. Selain itu, perkembangan industri juga diupayakan
untuk mengembangkan potensi yang ada yaitu melalui pemanfaatan sumber
daya alam dan sumber daya lainnya secara optimal seperti adanya
pembangunan di sektor industri pedesaan dengan tujuan untuk meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
dan mengembangkan industri di daerah atau industri kecil di pedesaan
tersebut.
Adapun ciri-ciri industri kecil (Mubyarto, 1995) adalah sebagai
berikut :
1. Jumlah tenaga kerja kurang dari 5-9 orang.
2. Kebanyakan tenaga kerja diperoleh dari lingkungan atau dekat dengan
lokasi industri.
3. Teknologi yang digunakan bersifat sederhana dan lebih banyak
menggunakan tenaga tangan.
4. Bahan dasar umumnya didapat dari sekitarnya.
Pembangunan industri yang diarahkan untuk lebih meningkatkan
industri kecil dan kerajinan rakyat antara lain melalui penyempurnaan,
pengaturan, pembinaan, dan pengembangan usaha serta meningkatkan
produktifitas dan perbaikan mutu produksi dengan tujuan untuk memperluas
kesempatan untuk berusaha dan kesempatan kerja. Dengan perkembangan
industri kecil akan meningkatkan pola pendapatan pengusaha dan pengusaha
kecil, serta kemampuan untuk memasarkan dan mengekspor hasil-hasil
produksinya. Dalam hubungan ini diharapkan sekaligus diusahakan agar
peranan industri kecil dapat lebih ditingkatkan.
Industri kecil mempunyai peranan penting dalam kegiatan ekonomi
nasional, misalnya dapat menciptakan lapangan pekerjaan, ikut membantu
pelayanan masyarakat luas, mempercepat pemerataan distribusi, mendorong
pertumbuhan ekonomi dan ikut menjaga stabilitas nasional. Dengan demikian
industri kecil dan rumah tangga merupakan salah satu sasaran yang
memerlukan perhatian khusus. Sasaran tersebut sangat sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
permasalahan yang ada di Indonesia yaitu tingginya tingkat pengangguran
yang tidak dapat ditampung oleh lapangan pekerjaaan yang tersedia.
Salah satu tolak ukur untuk mengetahui keberhasilan pembangunan
ekonomi yang sudah dilaksanakan adalah dengan melihat nilai Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB). Dengan adanya data tersebut diketahui
tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah, struktur perekonomian daerah dan
juga tingkat kemakmuran penduduk.
Tabel 1.1 PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan
Surakarta Tahun 2006 – 2008 ( Juta Rupiah )
No Lapangan Usaha 2006 2007 2008
1 Pertanian 2.855,22 2.899,10 2.866,18
2 Pertambangan dan Galian 1.786,83 1.828,17 1.905,23
3 Industri Pengolahan 1.134.134,37 1.173.422,60 1.200.606,83
4 Listrik, Gas & Air Bersih 91.764,94 96.867,33 103.020,58
5 Bangunan 482.295,37 528.770,39 583.069,88
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 1.059.091,72 1.126.471,69 1.211.208,49
7 Pengangkutan & Komunikasi 404.594,41 428.864,77 449.973,94
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
401.749,42 425.590,18 449.992,44
9 Jasa-jasa 489.257,66 519.573,14 546.699,38
Jumlah 3.666.929,94 3.775.516,98 4.549.342,95
Sumber : BPS Kota Surakarta 2008
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa sektor industri sebagai salah
satu sektor strategis dalam pembangunan perekonomian di Surakarta. Jumlah
PDRB yang berasal dari industri pengolahan terus mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007, sektor industri di Surakarta memberikan
sumbangan terhadap PDRB sebesar Rp. 1.173.422,60 juta, meningkat sebesar
3,46% dari periode sebelumnya yakni sebesar Rp 1.134.134,37 juta pada tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
2006. Pada tahun 2007 industri pengolahan di Surakarta merupakan
penyumbang PDRB terbesar dengan persentase sebesar 27,26% terhadap
jumlah PDRB secara keseluruhan dari berbagai lapangan usaha. Sedangkan
jumlah PDRB Kota Surakarta yang berasal dari industri pengolahan pada
tahun 2008 adalah sebesar Rp 1.200.606,83 juta, meningkat sebesar 2,32% dari
tahun 2007. Hal ini menggambarkan bahwa industri di Surakarta memiliki
potensi yang dapat dikembangkan di masa mendatang.
Industri kecil kerajinan merupakan usaha yang tangguh dan mandiri
yang dapat memperkokoh struktur perekonomian nasional, khususnya sektor
industri yang mempunyai peranan penting ditinjau dari segi penyerapan tenaga
kerja. Untuk mengetahui peranan sektor industri dari segi kesempatan kerja
dapat ditunjukkan dengan melihat jumlah penyerapan tenaga kerja oleh sektor
industri tersebut. Jumlah tenaga kerja yang diserap oleh sektor industri di Kota
Surakarta mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal tersebut dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 1.2 Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja di Sektor Industri
di Kota Surakarta Tahun 2006-2008
Jenis Industri 2006 2007 2008
Besar 10.608 13.272 13.388
Menengah 7.560 7.770 7.938
Kecil 24.954 25.482 26.167
Non Formal 12.055 12.352 12.712
Jumlah 55.177 58.876 60.205
Sumber : Disperindag Surakarta (diolah)
Industri kecil di Surakarta pada tahun 2007 menyerap 25.482 tenaga
kerja, meningkat sebesar 2,12% dari periode sebelumnya tahun 2006 yakni
sebesar 24.954 tenaga kerja. Pada tahun 2008 jumlah tenaga kerja yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
diserap oleh industri di Surakarta adalah sebesar 26.167 tenaga kerja,
meningkat 2,69% dari tahun 2007. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat
bahwa industri kecil mampu menyerap tenaga kerja lebih besar dibandingkan
dengan penyerapan tenaga kerja yang dilakukan oleh industri besar dan
menengah. Persentase jumlah penyerapan tenaga kerja oleh industri kecil
terhadap jumlah keseluruhan tenaga kerja yang diserap oleh berbagai macam
industri di Surakarta adalah sebesar 45,22% pada tahun 2006, 43,28% pada
tahun 2007, dan 43,46% pada tahun 2008.
Kota Surakarta selain memiliki brand sebagai kota budaya, Surakarta
juga mempunyai potensi besar pada perdagangan batik. Dilihat dari
perkembangan peningkatan industri kecil (termasuk diantaranya industri
kerajinan batik) dari tahun 2002 sampai tahun 2006, telah memberikan
sumbangan nilai produksi, nilai investasi, penyediaan lapangan kerja dan unit
usaha yang lebih besar dibanding industri sedang dan besar. Kondisi ini
menunjukkan dimana sektor industri kecil di Surakarta lebih potensial untuk
dikembangkan terutama untuk memajukan sektor pariwisata, meningkatkan
ekspor non migas, dan meningkatkan pendapatan pengusaha itu sendiri.
Perkembangan industri kecil di Surakarta dapat dilihat pada Tabel 1.3 dibawah
ini.
Tabel 1.3 Perkembangan Industri Kecil Kota Surakarta Tahun 2002 – 2006
No. Uraian 2002 2003 2004 2005 2006
1. Unit Usaha 866 916 945 975 1.061
2. Tenaga Kerja 20.893 21.531 21.888 22.064 24.954
3. Nilai Investasi 50.424,92 51.292,07 53.954,060 55.091,910 57.895,790
4. Nilai Produksi 7.049.036,80 4.277.699,47 4.178.405,82 4.234.729,80 4.239.889,80
Sumber : Disperindag Surakarta (diolah)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Brand kota Surakarta sebagai kota budaya, tentunya menuntut kota ini
untuk menghadirkan atmosfir budaya di segala aspek. Kota Surakarta mampu
mengangkat sisi lain pariwisatanya melalui sentuhan kualitas peradaban yang
tinggi. Dengan menjadikan budaya Jawa sebagai daya tarik pariwisata, maka
timbul tantangan bagi Pemerintah kota maupun warga Kota Surakarta untuk
bertahan di tengah laju modernisasi.
Walaupun industri kecil sebagian besar berada di pedesaan dan masih
dikerjakan oleh golongan masyarakat ekonomi lemah, namun sudah ada yang
sebagian mampu berkembang. Sebagian usaha industri kecil yang belum
berkembang dikarenakan kekurangan modal, lemahnya pemasaran, dan proses
produksi yang masih sederhana.
Industri batik di Surakarta memberikan kontribusi yang cukup besar
dalam kebutuhan sandang. Sebagai salah bagian dari satu kebutuhan sandang,
batik dikenal dan digemari masyarakat dari berbagai kelas sosial. Batik
merupakan bagian dari kebudayaan Jawa dapat dikatakan cukup kuat
keberadaanya di masyarakat. Ini terbukti dengan meluasnya penggunaan kain
batik yang semula dipakai wanita dan sebagian kecil pria, kini diakui sebagai
pakaian Nasional Indonesia.
Sebagai daerah wisata, Surakarta mempunyai potensi yang sangat
besar dalam pengembangan produksi dan pemasaran barang kerajinan Batik.
Hal ini ditinjau dari tersedianya tenaga kerja yang terampil dan bahan baku
yang tersedia. Surakarta merupakan kota batik, sampai-sampai mempunyai
corak yang berbeda dengan daerah lain. Umur kerajinan batik sendiri sudah
cukup tua karena ketrampilan membuat Batik dimulai dari lingkungan Kraton
oleh para abdi dalem sehingga produk yang dihasilkan lebih kelilhatan elegan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
dan berkharisma. Industri batik sampai saat ini tetap merupakan komoditi
unggulan yang senantiasa dikembangkan baik dari segi desain maupun
mutunya. Produk kerajinan telah mampu menembus pasar Internasional dan
cukup besar minat konsumen Mancanegara sehingga dapat menambah sumber
devisa negara.
Sejalan dengan pengembangan pariwisata yang sedang berlangsung di
Surakarta maka industri kecil kerajinan memiliki proses yang
menggembirakan, terutama untuk industri kecil yang memproduksi barang-
barang seni seperti batik, dimana batik tersebut masih identik dengan nilai-
nilai tradisional, mengingat Surakarta sendiri masih memiliki peninggalan
bersejarah yaitu Keraton Surakarta dan masih ada sebagian kehidupan
masyarakat yang dilingkupi nuansa kehidupan keraton (kerajaan).
Industri kecil kerajinan berperan penting dalam pembangunan ekonomi
khususnya dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat kecil. Dengan
demikian, berbagai upaya akan dilakukan dalam rangka memajukan industri
kecil kerajinan. Industri batik di Surakarta sempat mengalami keruntuhan, hal
ini disebabkan karena secara nasional waktu itu industri batik kalah dengan
industri tekstil. Pada masa orde baru dimana perkembangan ekonomi cukup
tinggi, terutama perkembangan industri tekstil. Hal ini sangat berpengaruh
pada produksi batik. Batik yang tadinya merupakan pakaian wajib orang jawa,
tergeser oleh produksi pabrik tekstil bermotif batik. Tergesernya produk batik
karena pertumbuhan industri tekstil yang cukup besar saat itu telah membuat
posisi pengusaha batik semakin terhimpit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Selain itu, banyaknya kendala-kendala utama yang dihadapi oleh para
pengusaha industri kecil batik seperti (1) keterbatasan finansial, kebanyakan
para pengusaha mempunyai modal awal yang bersumber dari pinjaman (bank,
koperasi atau perorangan). Bank merupakan pinjaman yang dominan bagi
pengusaha industri batik. Tetapi banyak juga yang menggunakan modal
sendiri dikarenakan kesulitan meminjam dari bank karena tidak punya agunan,
tidak tahu prosedur peminjaman, prosedur yang sulit dan suku bunga yang
tinggi. (2) keterbatasan SDM, rata-rata tenaga kerja yang dipekerjakan di
industri kecil batik berpendidikan rendah. (3) masalah bahan baku, tingginya
biaya produksi yang disebabkan karena mahalnya harga-harga bahan baku
yang ternyata masih harus diimpor. (4) kesulitan pemasaran, tekanan-tekanan
persaingan baik pasar domestik maupun pasar ekspor. (5) keterbatasan
teknologi, umumnya industri kecil masih menggunakan teknologi lama atau
tradisional. Keterbelakangan teknologi ini hanya membuat rendahnya total
faktor produksi dan efisiensi proses produksi tetapi produk yang dihasilkan
memiliki kualitas yang rendah (Tambunan, 2002).
Akhir-akhir ini batik mulai menemukan keberhasilan kembali karena
trend penggunaan batik berkembang lagi. Dengan adanya pengakuan dari
UNESCO mengenai batik sebagai warisan budaya dunia milik Indonesia
berdampak terhadap pemesanan baju seragam batik dari berbagai instansi
perusahaan. Selain itu himbauan pemerintah untuk mengenakan pakaian batik
pada tanggal 2 Oktober sebagai tanggal penganugerahan batik sebagai warisan
budaya dunia dari Indonesia ikut mendongkrak jumlah penjualan pakaian
batik. Hal ini juga berdampak pada peningkatan permintaan pasar terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
batik di Kota Surakarta. Tingginya permintaan pasar terhadap batik
menyebabkan jumlah produksi batik mengalami peningkatan. Peningkatan
produksi batik tersebut mengakibatkan penjualan batik di Surakarta
meningkat, sehingga penghasilan yang diperoleh pengusaha batik juga
mengalami peningkatan. Dengan kata lain, kebijakan Pemerintah tersebut
secara ekonomis menguntungkan para pengusaha batik.
Beberapa alasan dan permasalahan yang dikemukakan di atas
mendorong Pemerintah Kota Surakarta untuk mendukung perkembangan
industri batik yang ada di Surakarta. Salah satu upaya yang dilakukan yakni
dengan memberikan peralatan produksi batik kepada beberapa Kelompok
Usaha Bersama (KUBE), di antaranya berupa alat cap batik berbagai motif
baik tradisional maupun kreasi, peralatan mencelup batik, tungku, dan mesin
jahit untuk memproses kain batik menjadi produk jadi. Hal ini dilakukan guna
mempercepat pertumbuhan produksi batik, sehingga kedepannya diharapkan
Kota Surakarta menjadi sentra industri batik sekaligus batik menjadi
trademark Kota Surakarta.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini ingin menganalisis pengaruh
modal, tenaga kerja dan biaya bahan baku terhadap keuntungan industri kecil
batik di Surakarta. Oleh sebab itu, penelitian ini mengambil judul
“ANALISIS PENGARUH MODAL, TENAGA KERJA DAN BIAYA
BAHAN BAKU TERHADAP KEUNTUNGAN INDUSTRI KECIL
BATIK (STUDI KASUS DI KOTA SURAKARTA)”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka
perumusan masalah dari penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah pengaruh faktor modal terhadap tingkat keuntungan
pengusaha industri kecil batik di Surakarta?
2. Bagaimanakah pengaruh faktor tenaga kerja terhadap tingkat keuntungan
pengusaha industri kecil batik di Surakarta?
3. Bagaimanakah pengaruh faktor biaya bahan baku terhadap tingkat
keuntungan pengusaha industri kecil batik di Surakarta?
4. Manakah dari faktor modal, tenaga kerja dan biaya bahan baku yang
mempunyai pengaruh paling dominan terhadap tingkat keuntungan
pengusaha industri kecil batik di Surakarta?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan perumusan masalah seperti yang telah diungkapkan
sebelumnya, maka tujuan studi yang ingin dicapai adalah :
1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh faktor modal terhadap tingkat
keuntungan pengusaha industri kecil batik di Surakarta.
2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh faktor tenaga kerja terhadap tingkat
keuntungan pengusaha industri kecil batik di Surakarta.
3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh faktor biaya bahan baku terhadap
tingkat keuntungan pengusaha industri kecil batik di Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
4. Untuk mengetahui manakah dari faktor modal, tenaga kerja dan biaya
bahan baku yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap tingkat
keuntungan pengusaha industri kecil batik di Surakarta.
D. MANFAAT PENELITIAN
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
sebagai berikut :
1. Sebagai bahan pertimbangan Pemerintah Daerah dalam menentukan
kebijakan pembangunan ekonomi, khususnya pada perkembangan dan
pertumbuhan industri batik di Kota Surakarta.
2. Untuk menambah pengetahuan dan informasi, serta sebagai bahan
referensi untuk melengkapi penelitian-penelitian selanjutnya terutama
yang membahas tentang industri batik.
3. Membantu untuk mengetahui keadaan pasar batik yang ada didaerah
wilayah penelitian maupun yang di luar daerah penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Industri
1. Pengertian Industri
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) definisi dari industri yaitu
suatu unit atau kesatuan produksi yang terletak pada suatu tempat tertentu
yang melakukan kegiatan untuk mengubah bahan baku dengan mesin atau
kimia atau dengan tangan menjadi produk baru, atau mengubah barang-
barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya
dengan maksud untuk mendekatkan produk tersebut pada konsumen akhir.
Industri memiliki pengertian yang luas, dapat dinyatakan dalam
lingkup mikro maupun makro (Nurimansjah Hasibuan, 1993:12).
Pengertian industri secara mikro dapat dikaitkan dengan pengertian pasar
secara abstrak yaitu ada kumpulan perusahaan yang melakukan transaksi
jual beli dalam satu waktu. Sehingga kajian-kajian mengenai ekonomi
industri dilakukan dalam sistem mekanisme pasar terbagi dua yaitu kondisi
permintaan dan kondisi penawaran. Secara makro, industri merupakan
kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai tambah.
Industri adalah kumpulan dari beberapa perusahaan yang
menghasilkan barang sejenis (Ary Sudarman, 1990:6). Sedangkan hasil
dari simposium hukum perindustrian, mendefinisikan industri sebagai
suatu rangkaian, kegiatan usaha ekonomi yang meliputi pengolahan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
pengerjaan, pengubahan, dan perbaikkan bahan baku atau barang jadi
sehingga lebih berguna dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat.
Ekonomi industri adalah ilmu ekonomi yang mempelajari
mengenai pentingnya pasar diorganisir dan bagaimana
pengorganisasiannya mempengaruhi cara kerja pasar industri. Ekonomi
industri menelaah struktur pasar dan perusahaan dan menekankan pada
penelitian struktur pasar, perilaku dan kinerja pasar (Structure-Conduct-
Performance). Hubungan Struktur-Perilaku-Kinerja merupakan hubungan
yang sederhana, dimana struktur mempengaruhi perilaku kemudian
mempengaruhi kinerja. Perilaku mempelajari bagaimana perilaku dari
produsen, dan tujuan dari perusahaan adalah memaksimalkan laba
(Wihana Kirana Jaya, 2001: 16).
2. Pengelompokan Industri
1. Menurut Departemen Perindustrian, Industri Nasional Indonesia
dikelompokan menjadi tiga kelompok besar yaitu (Lincolin Arsyad,
2001:10) :
a. Industri Dasar
Meliputi kelompok industri mesin dan logam dasar (IMLD)
dan kelompok kimia dasar (IKD), yang termasuk dalam kelompok
IMLD antar lain industri mesin pertanian, elektronika, kereta api, dan
sebagainya. Sedangkan yang termasuk dalam IKD antara lain industri
pengolahan kayu, industri karet alam, industri pestisida dan lain
sebagainya. Jika dilihat dari misinya industri dasar mempunyai tujuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, membantu penjualan
struktur industri yang bersifat padat modal.
b. Industri Kecil
Meliputi industri pangan (makanan, minuman dan tembakau);
industri sandang dari kulit (tekstil, pakaian jadi serta barang yang
berbahan dari kulit); industri kimia dan bangunan (industri kertas,
percetakan, penerbitan dan lain-lain); industri galian logam dan bukan
logam (mesin-mesin listrik, alat-alat ilmu pengetahauan dan lain
sebagainya). Kelompok industri kecil ini diharapkan dapat menambah
kesempatan kerja dan meningkatkan nilai tambah dan manfaat pasar
dalam negeri dan luar negeri.
c. Industri Hilir
Industri hilir adalah kelompok aneka industri (AI) yang
meliputi indsutri pengolahan sumber daya hutan, industri yang
mengolah hasil pertambangan, industri ysng mengolah sumber daya
pertanian secara luas. Aneka industri ini mempunyai misi
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan atau pemeretaan serta
memperluas kesempatan kerja.
2. Menurut BPS
BPS mengelompokan industri berdasarkan jumlah tenaga kerja
yang dipekerjakan menjadi empat bagian yaitu :
a. Industri besar, mempunyai jumlah pekerja 100 orang atau lebih.
b. Industri sedang, mempunyai pekerja antara 20 sampai 99 orang.
c. Industri kecil, mempunyai pekerja antara 5 sampai 19 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
d. Industri kerajinan rumah tangga, mempunyai pekerja kurang dari 5
orang.
3. Menurut Ekstensi Dinamisnya (Irsan Ashari Saleh, 1990:6) :
a. Industri Lokal
Industri lokal adalah kelompok jenis industri yang
menggantungkan kelangsungan hidupnya kepada pasar setempat yang
terbatas, serta relatif tersebar dari segi lokasinya. Skala usaha
umumnya sangat kecil dan mencerminkan suatu pola penguasaan yang
bersifat subsistem. Dalam target pemasarannya yang sangat terbatas
telah menyebabkan kelompok ini pada umumnya hanya menggunakan
sarana transportasi yang sederhana. Adapun karena pemasaran hasil
produksinya ditangani sendiri maka pada kelompok industri lokal ini
jasa pedagang perantara boleh dikatakn kurang menonjol.
b. Industri Sentra
Industri sentra adalah kelompok industri yang dari segi satuan
usahanya tergolong kecil tetapi membentuk suatu pengelompokan atau
kawasan produksi yang terdiri dari kumpulan unit usaha yang
menghasilkan barang yang sejenis. Ditinjau dari target pemasaran yang
tergolong kategori kedua ini umumnya menjangkau pasar yang lebih
luas dari pada industri lokal, sehingga peran pedagang perantara
menjadi cukup menonjol.
c. Industri Mandiri
Pada dasarnya dapat dideskripsikan sebagai kelompok industri
yang masih kecil, namun telah berkemampuan untuk mengadaptasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
teknologi produksi yang tinggi. Dalam pemasarannya relatif tidak
tergantung pada peranan pedagang perantara.
3. Pengertian Industri Kecil
Pengertian industri kecil secara mikro adalah kumpulan dari
perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang yang homogen, atau
barang-barang yang mempunyai sifat saling mengganti yang sangat erat
(Nurimansyah Hasibuan, 1993:12). Ada begitu banyak pengertian industri
kecil saat ini, karena masing-masing lembaga atau departemen
mendefinisikan pada kriteria yang saling berbeda. Beberapa pengertian
industri kecil menurut berbagai pihak adalah sebagai berikut :
a. Pengertian Industri Kecil Menurut Departemen Perindustrian
Peraturan Mentri Perindustrian menjelaskan beberapa
pengertian yang berkaitan dengan usaha kecil dan menengah yaitu :
1) Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah,
bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi
barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya,
termasuk kegiatan rancangan bangunan dan perekayasaan industri.
2) Perusahaan Industri Kecil yang selanjutnya disebut Industri Kecil
(IK) adalah perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di bidang
industri dengan nilai investasi paling banyak Rp. 200.000.000 (dua
ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan usaha.
3) Perusahaan industri menengah yang selanjutnya disebut industri
menengah (IM) adalah perusahaan yang melakukan kegiatan usaha
di bidang industri dengan nilai investasi lebih besar dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Rp.200.000.000 (dua ratus juta rupiah) sampai dengan paling
banyak Rp. 10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha.
4) Industri kecil dan Menengah (IKM) adalah perusahaan industri
yang terdiri dari industri kecil (IK) dan industri menengah (IM).
b. Pengertian Industri Kecil Menurut Departemen Perdagangan
Departemen perdagangan dalam mendefinisikan industri kecil
lebih menitik beratkan pada aspek permodalan, yaitu industri dengan
modal kurang dari Rp. 25.000.000 (Mudrajad Kuncoro, 2000:310).
c. Pengertian Industri Kecil Menurut BPS (Badan Pusat Statistik)
Menurut definisi BPS berdasarkan jumlah tenaga kerjanya,
dikelompokkan menjadi empat:
1) Perusahaan atau industri besar yang mempekerjakan 100 orang
atau lebih.
2) Perusahaan atau industri sedang yang mempekerjakan 20 orang
atau sampai 99 orang.
3) Perusahaan atau industri kecil jika mempekerjakan 5 orang sampai
19 orang.
4) Perusahaan atau industri kerajinan atau rumah tangga yang
mempekerjakan tenaga kerja kurang dari 5 orang tenaga kerja.
Jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam industri yang berskala
kecil adalah sektor industri yang mempekerjakan tenaga kerja
sekitar 5 sampai 19 orang (Lincolyn Arsyad, 2001:176-177).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
d. Pengertian Industri Kecil Menurut Kementrian Koprasi dan UKM
Kementrian Negara Koperasi dan UKM mendefinisikan UKM
adalah sebagai berikut (Mudrajad Kuncoro, 2000:310) :
1) Usaha mikro adalah suatu usaha yang memiliki aset diluar tanah
dan bangunan kurang dari Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah)
dan memiliki omset kurang dari Rp. 1.000.000.000 (satu milyar
rupiah) per tahun.
2) Usaha menengah adalah suatu usaha yang memiliki aset lebih dari
Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) dan memiliki omset antara
1 milyar rupiah sampai 10 milyar rupiah per tahun.
e. Departemen Perindustrian mengkategorikan industri kecil menjadi tiga
kategori ( Thee Kian Wee, 1994 :56) yaitu:
1) Industri Kecil Modern
Industri kecil modern ini meliputi industri yang
menggunakan teknologi proses madya intermediate proses
teknologi, mempunyai skala produksi yang terbatas, tergantung
pada dukungan Litbang dan usaha perekayasaan, dilibatkan dalam
sistem industri besar dan menengah dengan sistem pemasaran
domestik dan menggunakan mesin khusus dan alat perlengkapan
modal lainnya.
Industri kecil modern jumlahnya hampir 5% dari jumlah
total industri kecil di Indonesia, dimana industri kecil ini
mempunyai akses untuk menjangkau sistem pemasaran di pasar
domestik maupun di pasar ekspor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
2) Industri Kecil Tradisional
Industri kecil ini menggunakan proses yang sederhana,
teknologi pada bantuan Unit Pelayanan Teknis (UPT) yang
disediakan oleh Departemen Perindustrian sebagian dari bantuan
teknis dari industri kecil, mesin serta alat perlengakapan modal
relatif sederhana, lokasi di daerah pedesaan dan akses untuk
menjangkau pasar di luar lingkungannya yang berdekatan terbatas.
3) Industri Kecil Kerajinan
Industri kecil kerajinan didorong atas landasan budaya yaitu
pelestarian budaya Indonesia yang juga memberikan pendapatan
bagi kelompok masyarakat yang berpendapatan rendah, khususnya
yang berada di pedesaan. Industri kecil kerajinan juga meliputi
industri kecil yang sangat beragam mulai dari industri kecil yang
menggunakan teknologi yang sangat sederhana, teknologi madya,
maupun teknologi yang maju dimana industri kerajinan ini
menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup luas.
4. Karakteristik Industri Kecil
Industri kecil pada tahap awal berbentuk industri Rumah Tangga
(Home Industry), tempat tinggal dan tempat kerja menjadi satu. Semua
pekerjaan dari pimpinan, pelaksanaan produksi dan penjualan dilakukan
oleh para anggota keluarga dari satu keluarga. Modal yang digunakan
dalam kegiatan produksi tercampur dengan uang rumah tangga dalam
membiayai kehidupan sehari-hari, untung-rugi sulit dibedakan karena
modal dimana untuk barang yang dikonsumsi selalu sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Secara umum industri kecil memiliki karakteristik yang hampir
sama (Mudrajad Kuncoro, 2000:316) yaitu :
a. Tidak ada pembagian tugas yang jelas antara bidang administrasi,
pemilik dan pengelola industri, serta memanfaatkan tenaga kerja dari
keluarga dan teman dekatnya.
b. Rendahnya akses industri kecil terhadap lembaga-lembaga kredit
formal, industri kecil sebagian besar menggantungkan pembiayaan
usahanya dari modal sendiri atau bahkan sumber lain–lain seperti
keluarga, kerabat, pedagang perantara, bahkan rentenir.
c. Sebagian besar industri kecil ditandai dengan belum dipunyainya
status badan hukum. Menurut catatan BPS (1994), dan jumlah industri
kecil sebanyak 124.990 ternyata 90,6 persen merupakan perusahaan
perseorangan yang tidak berakta notaris; 4,7 persen teergolong
perusahaan perseorangan berakta notaris dan hanya 1,7 persen yang
sudah mempunyai badan hukum (PT, CV, Firma).
d. Ditinjau menurut golongan industri tampak bahwa hampir sepertiga
bagian dari sseluruh industri bergerak dibidang kelompok industri
makanan, minuman, tembakau yang kemudian diikuti oleh kelompok
industri bahan galian bukan logam. Adapun yang bergerak pada
kelompok usaha industri kertas dan kimia relatif masih sedikit sekali
yaitu kurang dari satu persen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
5. Misi Dan Tujuan Serta Tantangan Industri Kecil
a. Misi dan Tujuan Industri Kecil
Misi dan tujuan industri kecil dalam tata laksana kehidupan
nasional adalah untuk menunjang pemerataan kesempatan kerja dan
kesempatan berusaha. Selain itu, industri kecil bertujuan pula mengisi
subsektor industri sedang dan besar, serta kebutuhan masyarakat
disamping merupakan jembatan mata rantai dari pengadaan barang-
barang kebutuhan sehari-hari masyarakat yang menghubungkan
sektor-sektor primer penghasil bahan-bahan mentah dengan
masyarakat konsumen (Irsan Ashari Shaleh, 1986:7). Untuk mencapai
misi dan tujuan tersebut usaha pemerintah membentuk badan usaha
yang membantu mengadakan pembinaan pengembangan industri kecil
yang disebut juga (BIDIK).
b. Tantangan Industri Kecil
Pembinaan industri kecil harus lebih diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan seseorang pengusaha kecil menjadi
pengusaha menengah. Namun disadari pula bahwa pengembangan
industri kecil mengalami beberapa kendala seperti tingkat
kemampuan, ketrampilan, keahlian, manajemen keuangan, sumber
daya manusia, kewirausahaan pemasaran dan keuangan. Lemahnya
kemampuan manajerial dan sumber daya manusia ini mengakibatkan
industri kecil tidak mampu menjalankan usahanya dengan baik.
Secara spesifik, masalah dasar yang dihadapi oleh industri
kecil (Mudrajad Kuncoro, 2000) yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
1) Kelemahan dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar
pangsa pasar.
2) Kelemahan dalam bidang organisasi dan manajemen SDM.
3) Kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan untuk
memperoleh jalur terhadap sumber-sumber permodalan.
4) Keterbatasan jaringan usaha kerjasama antar pengusaha kecil.
5) Keadaan iklim usaha yang kurang kondusif, karena persaingan
yang saling mematikan.
6) Pembinaan yang telah dilaksanakan masih kurang terpadu dan
kurangnya kepercayaan serta kepedulian masyarakat terhadap
industri kecil.
Secara garis besar, tantangan yang dihadapi industri kecil
dapat dibagi dalam dua kategori (Mudrajad Kuncoro, 2000) yaitu:
1) Bagi industri kecil dengan omset kurang dari 50 juta umumnya
kendala yang mereka hadapi adalah bagaimana menjaga
kelangsungan hidup usahanya.
2) Bagi industri kecil dengan omset antara Rp 50 juta hingga 2
Trilyun persaingan yang dihadapi jauh lebih kompleks, umumnya
mereka mulai memikirkan ekspansi usaha lebih lanjut.
B. Struktur Pasar
Penggolongan bentuk-bentuk atau struktur pasar pada perekonomian
didasarkan pada (Sadono Sukirno, 2004) :
a) Ciri-ciri jenis barang yang dihasilkan.
b) Banyaknya perusahaan dalam kegiatan menghasilkan barang tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
c) Mudah tidaknya perusahaan baru menjalankan kegiatan untuk
memproduksi barang tersebut.
d) Besarnya kekuasaan sesuatu perusahaan di dalam pasar.
Analisa ekonomi membedakan struktur pasar dalam empat jenis pasar,
yaitu pasar persaingan sempurna, pasar oligopoli, pasar monopoli murni, dan
pasar persaingan monopolistik.
1. Pasar Persaingan Sempurna
Persaingan sempurna merupakan suatu kondisi yang ideal dan
dirancang untuk mendefinisikan persaingan sejelas mungkin. Sebuah
industri pasar persaingan sempurna biasanya mengikuti asumsi-asumsi,
yaitu :
a) Jumlah penjual dan pembeli sangat banyak, sehingga tidak ada
individu yang mempengaruhi harga maupun jumlah produksi.
b) Produk dari seluruh perusahan dalam pasar adalah homogen.
c) Terdapat mobilitas sumber daya yang sempurna sehingga perusahaan
sejenis dapat masuk ke dalam kegiatan industri tersebut.
d) Konsumen, pemilik sumber daya dan perusahaan dalam pasar
mempunyai pengetahuan yang sempurna mengenai keadaan pasar
barang dan jasa.
2. Pasar Oligopoli
Struktur oligopoli merupakan bentuk yang sebagian besar ada
dalam dunia nyata. Dimana kemungkinan pola perilaku pasar bertambah
kompleks. Dalam oligopoli, para produsen bereaksi atas tindakan satu
sama lain secara langsung (personal). Interaksi antar penjual dalam pasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
ini disebut saling ketergantungan. Dengan demikian produsen dalam
struktur oligopoli tidak hanya memperhitungkan reaksi pesaing atas
tindakan tersebut dimana saling ketergantungan ini mempunyai derajat
yang berbeda-beda.
Sebagian besar situasi pasar di dunia nyata, terletak di antara dua
kubu yang ekstrim, yaitu pasar persaingan sempurna dan pasar monopoli.
Salah satu kasus yang penting adalah pasar oligopoli, dimana hanya
terdapat beberapa penjual dari produk yang serupa maupun yang dengan
diferensiasi.
Unsur bentuk pasar ini adalah persaingan bukan harga dan unsur
monopoli, tetapi yang dominan dalam unsur monopoli. Pasar oligopoli
adalah pasar yang terdiri dari hanya beberapa produsen saja. Sebagai
akibat dari jumlah perusahaan yang sangat sedikit, kegiatan setiap
perusahaan adalah sangat dipengaruhi oleh kegiatan perusahaan lainnya di
dalam industri yang sama (Sadono Sukirno, 2004). Ciri-ciri pasar oligopoli
adalah sebagai berikut:
a) Menghasilkan barang standar maupun barang berbeda corak.
b) Kekuasaan menentukan harga adakalanya lemah dan adakalanya
sangat tangguh.
c) Pada umumnya perusahaan oligopoli perlu melakukan promosi secara
iklan.
Pasar oligopoli memiliki dua dampak seperti pada bentuk pasar
atau industri lain, ada aspek positif bentuk oligopoli yang menunjang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
efisiensi ekonomi serta aspek negatif akibat unsur-unsur serta ciri-ciri yang
ada padanya.
a) Aspek Positif dari Bentuk Pasar Oligopoli
Perusahaan-perusahaan pada pasar oligopoli mencoba
menghindari persaingan harga. Mereka lebih memusatkan diri pada
persaingan bukan harga. Hal ini mendorong mereka mengadakan
pengembangan tekhnik produksi serta perbaikan kualitas produk. Hal
ini akan membuat konsumen dapat lebih banyak memilih produk
sesuai dengan kualitas masing-masing produk dari industri tersebut.
Perbaikan teknik produksi juga akan mengakibatkan terjadinya
penurunan biaya per satuan output serta kenaikan permintaan bila
disertai advertensi. Dengan demikian, dalam industri oligopoli terdapat
dorongan kuat untuk memacu kebutuhan teknologi.
b) Aspek Negatif dari Bentuk Pasar Oligopoli
Bentuk pasar ini mirip dengan bentuk industri monopoli
dengan rintangan masuk dan menghasilkan pembatasan. Hal ini
memungkinkan adanya keuntungan yang terlalu besar (excess profit)
yang dinikmati oleh produsen oligopoli dengan ataupun tanpa kolusi
cenderung menetapkan harga dan output mendekati situasi industri
oligopoli. Hal ini memungkinkan adanya eksploitasi terhadap
konsumen dan buruh (karena P>MC : seperti pada kasus monopoli).
Dengan demikian, untuk pasar oligopoli yang seperti ini cenderung
merugikan konsumen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
3. Pasar Monopoli Murni
Monopoli murni adalah bentuk organisasi pasar dimana terdapat
perusahaan tunggal yang menjual komoditi yang tidak mempunyai
subtitusi sempurna. Produsen tunggal ini menguasai seluruh kurva
permintaan pasar tanpa ada pesaing lainnya sehingga ia bisa memilih
tingkat output yang akan memberikan keuntungan paling besar bagi
perusahaan. Monopoli ini bisa tercipta karena adanya batasan atau
rintangan untuk perusahaan baru yang ingin masuk ke dalam industri
tersebut. Adapun ciri-ciri pasar persaingan monopolistis adalah sebagai
berikut :
a) Pasar monopoli adalah industri satu perusahaan.
b) Tidak mempunyai barang pengganti yang mirip.
c) Tidak terdapat kemungkinan untuk masuk ke dalam industri.
d) Dapat mempengaruhi penentuan harga.
e) Promosi iklan kurang diperhatikan.
4. Pasar Persaingan Monopolistik
Struktur pasar yang digunakan oleh objek dalam penelitian ini
adalah pasar persaingan monopolistik. Pasar persaingan monopolistik pada
dasarnya adalah pasar yang berada diantara dua jenis pasar yang ekstrem,
yaitu persaingan sempurna dan monopoli. Oleh sebab itu, sifat-sifatnya
mengandung unsur sifat-sifat pasar monopoli, dan unsur-unsur sifat pasar
persaingan sempurna. Pasar persaingan monopolistis dapat didefinisikan
sebagai suatu pasar dimana banyak terdapat produsen yang menghasilkan
barang yang berbeda corak (differentiated product). Salah satu ciri khas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
pasar persaingan sempurna adalah pentingnya membuat iklan untuk
mempromosikan penjualan karena mereka menghasilkan barang yang
berbeda corak (Sadono Sukirno, 2004:297). Kegiatan membuat iklan tidak
diperlukan dalam dalam pasar persaingan sempurna dan monopoli. Dalam
pasar persaingan sempurna, memproduksikan barang yang serupa dan
tidak boleh dibedakan satu sama lain sehingga iklan tidak diperlukan.
Dalam pasar monopoli, iklan juga tidak diperlukan karena barang yang
dihasilkannya adalah satu-satunya barang di pasar. Salah satu ciri pasar
industri batik adalah persaingannya yang cenderung monopolistik. Setiap
batik-batik yang yang belum mempunyai brand image untuk bisa eksis
harus menaruh produknya ke perusahaan batik yang sudah terkenal. Hal
ini, menunjukkan pasar batik sangat tergantung pada label dan brand
image. Adapun ciri-ciri pasar persaingan monopolistis adalah sebagai
berikut (Sadono Sukirno, 2004) :
a) Terdapat banyak penjual
Terdapat cukup banyak penjual dalam pasar persaingan
monopolistis, namun demikian ia tidaklah sebanyak seperti dalam
pasar persaingan sempurna. Apabila di dalam pasar sudah terdapat
beberapa puluh firma, maka pasar persaingan monopolistis sudah
mungkin terwujud. Yang penting, tidak satupun dari firma-firma
tersebut ukuran atau besarnya jauh melebihi dari firma-firma lainnya.
Perusahaan dalam pasaran monopolistis mempunyai ukuran yang
relatif sama. Keadaan ini menyebabkan produksi sesuatu perusahaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
adalah sedikit kalau dibandingkan dengan keseluruhan produksi dalam
keseluruhan pasar.
b) Barangnya bersifat berbeda corak
Ciri ini merupakan sifat yang penting dalam membedakan di
antara pasar persaingan monopolistis dan pasar persaingan sempurna.
Dalam pasar persaingan sempurna produksi berbagai perusahaan
adalah serupa sehingga sukar untuk membedakan yang mana yang
merupakan produksi suatu firma dan yang mana pula produksi firma
lainnya. Produksi dalam pasar persaingan monopolistis berbeda
coraknya (differentiated product) dan secara fisik mudah dibedakan
diantara produksi yang dihasilkan oleh suatu firma dengan firma
lainnya.
Disamping perbedaan dalam bentuk fisik barang tersebut
terdapat pula perbedaan–perbedaan dalam pembungkusannya,
perbedaan dalam bentuk jasa perusahaan setelah penjualan (after sale
service) dan perbedaan dalam cara membayar barang yang dibeli.
Sebagai akibat dari perbedaan–perbedaan ini barang yang
diproduksikan oleh firma-firma dalam pasar persaingan monopolistis
bukanlah barang yang bersifat pengganti sempurna kepada barang
yang diproduksikan firma lain. Mereka hanya merupakan pengganti
yang dekat atau close substitute. Perbedaan dalam sifat barang yang
dihasilkan inilah yang menjadi sumber dari adanya kekuasaan
monopoli, walaupun kecil yang dimiliki oleh firma dalam pasar
persaingan monopolistis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
c) Firma mempunyai sedikit kekuasaan mempengaruhi harga
Berbeda dengan firma dalam pasar persaingan sempurna, yang
tidak mempunyai kekuasaan dalam mempengaruhi harga, firma dalam
pasar persaingan monopolistis dapat mempengaruhi harga. Namun
demikian, pengaruhnya ini relatif kecil kalau dibandingkan dengan
firma oligopoli dan monopoli. Kekuasaan mempengaruhi harga oleh
firma monopolistis bersumber dari sifat barang yang dihasilkannya,
yaitu yang bersifat berbeda corak atau differentiated product.
Perbedaan ini menyebabkan para pembeli bersifat memilih, yaitu lebih
menyukai barang yang dihasilkan oleh suatu firma dan kurang
menyukai barang yang dihasilkan oleh firma lainnya. Maka apabila
suatu firma menaikkan harga barangnya, ia masih dapat menarik
pembeli walaupun jumlah pembelinya tidak sebanyak sebelum adanya
kenaikan harga. Sebaliknya, apabila firma menurunkan harga tidaklah
mudah untuk menjual barang yang diproduksikannya. Banyak diantara
konsumen di pasar masih tetap membeli barang yang dihasilkan oleh
firma-firma lain, walaupun harganya sudah relatif menjadi lebih
mahal.
d) Masuknya produsen baru dalam pasar atau industri yang relatif
mudah
Firma yang akan masuk dan akan menjalankan usaha didalam
pasar persaingan monopolistis tidak akan banyak mengalami
kesukaran. Hambatan yang dihadapi tidaklah seberat seperti di dalam
oligopoli dan monopoli. Tetapi masuknya firma baru dalam pasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
tidaklah semudah dalam pasar persaingan sempurna. Yang pertama
ialah karena modal yang diperlukan adalah relatif besar kalau
dibandingkan dengan mendirikan firma dalam pasar persaingan
sempurna. Yang kedua ialah karena perusahaan itu harus menghasilkan
barang yang berbeda coraknya dengan yang sudah tersedia di pasar,
dan mempromosikan barang tersebut untuk memperoleh pelanggan.
Maka firma baru pada dasarnya harus berusaha memproduksikan
barang yang lebih menarik dari yang sudah ada di pasar, dan harus
dapat meyakinkan konsumen akan kebaikan mutu barang tersebut.
e) Persaingan mempromosikan penjualan sangat aktif
Harga bukanlah penentu utama dari besarnya pasar dari firma-
firma dalam pasar persaingan monopolisitis. Suatu perusahaan
mungkin menjual barangnya dengan harga yang relatif tinggi, tetapi
masih dapat menarik banyak pelanggan. Sebaliknya suatu firma lain
mungkin harganya relatif rendah, tetapi tidak banyak menarik
pelanggan. Keadaan seperti ini adalah disebabkan oleh sifat barang
yang mereka hasilkan, yaitu barang yang bersifat berbeda corak. Ini
menimbulkan daya tarik yang berbeda kepada para pembeli. Maka
untuk mempengaruhi cita rasa para pembeli, pengusaha melakukan
persaingan bukan harga (non price competition). Persaingan yang
demikian itu antara lain adalah di dalam memperbaiki mutu dan desain
barang, melakukan kegiatan iklan yang terus-menerus, memberikan
syarat penjualan yang menarik, dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
C. Teori Produksi
1. Pengertian Teori Produksi
Teori produksi adalah suatu teori yang mempelajari cara seorang
pengusaha dalam mengkombinasikan berbagai macam input pada tingkat
teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu seefisien
mungkin. Jadi sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat
produksi yang efisien dengan sumber daya yang ada (Ary Sudarman,
1990:51).
Produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output
sehingga nilai barang tersebut bertambah. Produsen adalah orang yang
melaksanakan suatu proses produksi (Sri Adiningsih, 1995:4).
Produksi sebagai pencipta guna, ditinjau dari segi pengertian teknis
merupakan suatu proses pendayagunaan sumber-sumber yang telah
tersedia yang diharapkan terwujud hasil yang diinginkan. Sementara itu
dari pengertian ekonomis merupakan suatu proses pendayagunaan segala
sumber yang tersedia untuk mewujudkan hasil yang terjamin kualitas dan
kuantitasnya, dikelola dengan baik sehingga merupakan komoditas yang
dapat diperdagangkan.
Produksi dapat ditinjau dari dua pengertian, yaitu pengertian teknis
dan pengertian ekonomis. Ditinjau dari pengertian teknis produksi
merupakan suatu proses pemberdayagunaan sumber-sumber yang telah
tersedia dengan mana diharapkan terwujudkan hasil yang yang lebih dari
segala pengorbanan yang telah diberikan. Ditinjau dari pengertian
ekonomis, produksi diartikan sebagai suatu proses pendayagunaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
sumber-sumber yang telah tersedia untuk mewujudkan hasil yang terjamin
kualitas dan kuantitasnya, sehingga hasilnya merupakan komoditi yang
dapat diperdagangkan.
2. Fungsi Produksi
Fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan hubungan
antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (input)
(Mubyarto, 1995:68). Analisis fungsi produksi sering digunakan, untuk
mengetahui informasi sumber daya yang terbatas seperti tanah, tenaga
kerja, dan modal dapat dikelola dengan baik agar produksi maksimum
dapat diperoleh. Oleh karena itu dalam fungsi produksi dikenal istilah
faktor ketidaktentuan (uncertainty) dan resiko (risk). Besarnya tingkat
faktor ketidaktentuan ini akan menentukan besarnya resiko yang dihadapi
(Soekartawi, 2003:151).
Dalam teori ekonomi, diambil pula suatu asumsi dasar mengenai
sifat dari fungsi produksi yaitu fungsi produksi dari semua produksi
dimana semua produsen dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut
The Law of Diminishing Return. Hukum ini mengatakan bahwa bila suatu
macam input ditambah penggunaannya sedang input-input yang lain tetap
maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit yang
ditambahkan tadi mula-mula naik, tetapi kemudian seterusnya menurun
bila input tersebut terus ditambahkan satu unit (Boediono, 1996).
Fungsi produksi dibedakan menjadi dua, fungsi produksi jangka
pendek dan fungsi produksi jangka panjang. Pembagian fungsi produksi
tidak didasarkan pada lama waktu yang dipakai dalam satu proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
produksi, akan tetapi dilihat dari macam input yang digunakan.
Berdasarkan jangka waktu yang memungkinkan apakah suatu input dapat
berubah jumlahnya atau tidak, maka ada dua macam input, yaitu input
tetap (fixed) dan input variabel (variable input). Input tetap adalah input
yang jumlahnya dalam jangka pendek tidak dapat diubah, sedangkan input
variabel adalah input yang dapat diubah jumlahnya (Ary Sudarman,
1990:95). Proses produksi dalam kurun waktu jangka pendek berlaku bila
salah satu faktor produksi atau lebih bersifat tetap. Dalam kurun waktu ini
output dapat diubah jumlahnya dengan jalan mengubah faktor produksi
variabel yang digunakan sedang faktor produksi tetap tidak berubah. Jika
produsen ingin menambah produksinya dalam jangka pendek, dapat
dilakukan dengan tingkat skala perusahaan. Dalam kurun waktu produksi
jangka panjang, produsen bebas mengubah semua faktor produksi. Dengan
demikian dalam jangka panjang tidak ada input tetap, semua faktor
produksi adalah bersifat variabel. Perubahan tingkat output dapat
dilakukan dengan cara mengubah faktor produksi dalam tingkat kombinasi
yang seoptimal mungkin (Sri Adiningsih, 1995:8-9).
Fungsi produksi merupakan sebuah deskripsi matematis atau
kuantitatif dari berbagai macam kemungkinan produksi yang dihadapi
perusahaan. Faktor produksi menunjukkan keterkaitan antara faktor
produksi dan tingkat produksi yang diciptakan. Faktor produksi disebut
dengan input (X) dan jumlah produksi disebut dengan output (Y) secara
matematis hubungan ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
Q = f (X1, X2, X3,…..,n)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Keterangan :
Q = Produksi atau variabel yang dipengaruhi oleh faktor produksi X
X = Faktor Produksi atau variabel yang mempengaruhi Q
Faktor produksi dengan dua input dapat diasumsikan bahwa salah
satu input adalah konstanta dalam jangka pendek, maka dapat dijelaskan
hubungan input output secara lebih luas.
Dalam pembahasan teori ekonomi produksi, penelitian yang
banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini.
Hal tersebut disebabkan karena beberapa hal antara lain (Soekartawi,
2003) :
a. Dengan fungsi produksi, maka diketahui hubungan antara faktor
produksi (input) dan produksi (output) secara langsung dan hubungan
tersebut lebih mudah dimengerti.
b. Dengan fungsi produksi maka diketahui hubungan antara variabel yang
dijelaskan (dependen variable), dengan variabel yang menjelaskan
(independen variable), sekaligus mengetahui hubungan antara variabel
penjelas.
3. Fungsi Produksi Cobb-Douglas
Fungsi Produksi Cobb-Douglas yaitu suatu fungsi atau persamaan
yang melibatkan dua atau lebih variabel, di mana variabel yang satu
disebut variabel dependen (Y) dan yang lain variabel independen (X).
Penyelesaian hubungan antara Y dan X, biasanya dengan cara regresi.
Dengan demikian, kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku dalam
penyelesaian fungsi Cobb-Douglas. Fungsi produksi Cobb-Douglas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
menjadi terkenal setelah diperkenalkan oleh Cobb, C.W dan Douglas, P.H.
Pada tahun 1928 melalui artikelnya yang berjudul “A theory of
production”. Artikel ini dimuat untuk pertama kalinya di majalah ilmiah
American Economic Review 18 (Suplement) halaman 139-165. Sejak itu
fungsi Cobb-Douglas dikembangkan oleh para peneliti sehingga namanya
bukan saja “fungsi produksi” tetapi juga dinamakan “fungsi biaya Cobb-
Douglas” dan fungsi keuntungan Cobb-Douglas (Soekartawi, 2003:159).
Bila fungsi Cobb-Douglas tersebut dinyatakan oleh hubungan
antara Y dan X maka dapat dituliskan sebagai berikut :
Y = f (X1, X2, X3, ………, Xn)
Secara matematik, fungsi Cobb-Douglas dapat dituliskan seperti
persamaan (Soekartawi, 2003) :
Y= α X1b1 X2
b2….Xibi….Xn
bn eu
dimana :
Y = variabel yang dijelaskan
X = variabel yang menjelaskan
a,b = besaran yang akan diduga
u = kesalahan (disturbance term)
e = logaritma natural, e = 2,718
Beberapa alasan penggunaan fungsi produksi Cobb-Douglas :
a. Fungsinya dapat diubah menjadi fungsi linear dengan transformasi
logaritma sehingga penyelesaian fungsi produksi Cobb-Douglas
menjadi relatif lebih mudah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
b. Dapat menunjukkan elastisitas produksi tiap input yang ditunjukkan
oleh besarnya nilai koefisien regresi.
c. Mampu menunjukkan skala usaha produksi.
d. Dapat untuk mengetahui besarnya produksi total, produksi rata-rata
dan produksi marginal.
5. Fungsi Keuntungan Cobb-Douglas
Untuk melihat hubungan antara keuntungan dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya dipergunakan model fungsi keuntungan Cobb-Douglas.
Cara fungsi keuntungan Cobb-Douglas ini pertama kali diperkenalkan oleh
Lau dan Yotopoulos pada tahun 1971. Fungsi keuntungan Cobb-Douglas
ini banyak digunakan untuk penelitian berbagai jenis usaha karena :
a) Anggapan bahwa pengusaha mempunyai sifat memaksimumkan
keuntungan baik jangka pendek maupun panjang.
b) Cara pendugaannya relatif mudah.
c) Memanipulasi terhadap cara analisis mudah dilakukan.
d) Peneliti dapat mengukur tingkatan efisiensi pada tingkatan atau cirri
yang berbeda.
Perkembangan lebih lanjut dari teori yang diperkenalkan oleh Lau-
Yotopoulos tersebut adalah menurunkan fungsi keuntungan Cobb-Douglas
dengan teknik yang dinamakan Unit Output Price (UOP) Cobb-Douglas
Profit Function. Cara ini mendasarkan diri pada asumsi bahwa pengusaha
adalah memaksimumkan keuntungan daripada memaksimumkan kepuasan
(utilitas) usahanya. UOP-CDFP adalah suatu fungsi (persamaan) yang
melibatkan harga faktor produksi dan harga produksi yang telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
dinormalkan dengan harga tertentu. Dinormalkan artinya besarnya
keuntungan dan variabel lain dibagi dengan besarnya harga produksi.
Untuk kasus di Indonesia, fungsi keuntungan Cobb-Douglas ini
digunakan oleh Saragih (1982) untuk menduga skala usaha pada
perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara, Indrawanto dan Yuhono
(1997) menggunakannya untuk menduga fungsi keuntungan dan skala
usahatani pala rakyat di Sulawesi Utara.
Fungsi keuntungan secara umum dapat dijabarkan melalui proses
penurunan matematika (Lau and Yotopoulus, 1972) sebagai berikut.
Misalkan fungsi produksi adalah :
Y = f (X1, X2,......, Xm ; Z1, Z 2 ,.....,Zn) .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(1)
Dimana :
p = keuntungan
P = harga output per unit
Xi = input tidak tetap ke-i (i=1,2,..,m)
Zj = input tetap ke-j (j=1,2,…,n)
Wi = harga input tidak tetap ke-i
Keuntungan maksimum dicapai pada nilai produksi marjinal
sama dengan harga input. Secara matematis, hal tersebut dapat ditulis
sebagai berikut :
……...………………………….….(3
)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Jika persamaan (3) dinormalkan dengan harga output, didapat
persamaan sebagai berikut :
…………………...………... (4)
Dimana Wi* = Wi / p = harga input ke-i yang dinormalkan dengan
harga output. Jika persamaan (2) dinormalkan dengan dengan harga
output, diperoleh persamaan sebagai berikut :
Dimana p* dikenal sebagai fungsi keuntungan UOP atau Unit
Output Price Profit Function.
Jumlah optimal dari input perubah Xi yang memberikan
keuntungan maksimum jangka pendek dapat diturunkan dari persamaan
(4), yaitu :
…........…………………...(6)
Substitusi persamaan (6) ke dalam persamaan (2) akan
mendapatkan :
Karena Xj
* sebagai fungsi dari Wi* dan Jz, maka persamaan (7)
dapat ditulis sebagai berikut:
……………………………….(8)
Persamaan (8) merupakan fungsi keuntungan yang
memberikan nilai maksimum dari keuntungan jangka pendek untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
masing-masing harga output, harga input tidak tetap Wi dan tingkat
input tetap Zj. Jika persamaan (8) dinormalkan dengan harga output,
maka didapat :
………………...(9)
Persamaan (9) merupakan fungsi keuntungan UOP sebagai
fungsi dari harga input tidak tetap yang dinormalkan dengan harga
output dan sejumlah input tetap.
Spesifikasi fungsi keuntungan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah fungsi keuntungan Cobb-Douglas yang diturunkan
dari fungsi produksi Cobb-Douglas. Melalui proses penurunan dari
persamaan (1) sampai (9) di atas, maka diperoleh fungsi keuntungan
Cobb- Douglas sebagai berikut :
Keterangan :
A = intersep
p* = keuntungan yang telah dinormalkan
Wi* = harga input tidak tetap ke-i yang telah dinormalkan
Zj* = input tetap ke-j yang telah dinormalkan
α i * = koefisien input tidak tetap
β j * = koefisien input tetap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
D. Pengertian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keuntungan Pengusaha
Industri Kecil Batik di Surakarta
1. Modal
Modal adalah seperangkat sarana yang digunakan para pekerja baik
berupa barang maupun uang guna menjalankan usahanya. Modal tersebut
dapat dikategorikan menjadi dua macam :
a. Modal investasi; diantaranya tanah, bangunan, peralatan produksi dan
lain-lain.
b. Modal kerja; diantaranya bahan baku, bahan penolong, teknologi dan
lain-lain.
Modal merupakan permasalahan sentral yang dihadapi oleh
pengusaha. Disini modal memegang peranan penting dalam
perekonomian. Penggunaan modal besar dalam proses produksi akan dapat
meningkatkan pendapatan yang diterima oleh pengusaha industri batik.
Tanpa adanya modal maka sangat tidak mungkin suatu proses produksi
dapat berjalan (Sadono Sukirno, 2004).
2. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan faktor yang sangat dominan dalam
kegiatan produksi, karena tenaga kerja itulah yang berperan
mengalokasikan dan memanfaatkan faktor produksi lain guna
menghasilkan suatu output yang bermanfaat. Sedangkan pengertian tenaga
kerja itu mempunyai beberapa pengertian antara lain sebagai berikut :
a) Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun)
atau jumlah penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga kerja mereka dan
jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut (Mulyadi,
2003:37).
b) Tenaga kerja adalah sejumlah penduduk yang dapat menghasilkan
barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga kerja mereka,
mereka akan berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. Tenaga kerja
sering pula disebut penduduk usia kerja dalam arti sudah bekerja,
sedang mencari kerja, dan sedang melakukan kegiatan lain yang belum
tercakup mencari kerja, bersekolah dan mengurus rumah tangga
walaupun sedang tidak bekerja, mereka dianggap secara fisik mampu
dan sewaktu–waktu dapat berpartisipasi dalam bekerja (Wiro Suhardjo
Kartoso, 1996:43).
c) Tenaga kerja berdasarkan definisi PBB adalah penduduk usia 15-64
tahun, sementara penduduk Indonesia usia 10 tahun telah ada yang
mulai bekerja atau membantu mendapatkan penghasilan dan penduduk
umur tua (65 tahun ke atas) juga ada yang masih bekerja, oleh karena
itu definisi tenaga kerja yang tampak lebih sesuai untuk Indonesia
adalah penduduk keluarga usia 10 tahun ke atas. Dalam definisi tenaga
kerja Indonesia tercakup keluarga umur 10-14 tahun dan keluarga
umur 64 tahun ke atas.
Faktor tenaga kerja merupakan faktor yang penting dan terus
diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup, bukan
cuma dilihat dari segi jumlah tenaga kerjanya tetapi juga dari segi
kualitasnya dan macam tenaga kerja yang memadai. Jumlah tenaga kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
yang diperkirakan disesuaikan dengan kebutuhan sampai pada tingkat
tertentu, sehingga jumlahnya optimal. Tenaga kerja memberikan
kontribusi penting terhadap keuntungan yang diperoleh pengusaha melalui
peningkatan produktivitasnya.
3. Biaya Bahan Baku
Bahan atau bahan mentah merupakan faktor produksi yang
dibutuhkan dalam setiap proses produksi. Menurut Gunawan Adi Saputro
dan Marwan Asri (1998), bahan baku atau bahan mentah yang digunakan
dalam proses produksi dikelompokkan menjadi dua yaitu :
a) Bahan mentah langsung (Direct Material)
Bahan mentah langsung yaitu semua bahan mentah yang
merupakan bagian barang jadi yang dihasilkan dan mempunyai
hubungan erat dan sebanding dengan jumlah barang jadi yang
dihasilkan sehingga biaya bahan langsung merupakan biaya variabel
bagi perusahaan.
b) Bahan mentah tidak langsung
Bahan mentah tidak langsung yaitu bahan mentah yang ikut
berperan dalam proses produksi, tetapi tidak secara langsung tampak
pada barang jadi yang dihasilkan. (Adi Gunawan Saputra dan Marwan
Asri, 1998: 225).
Bahan baku merupakan unsur terpenting dalam kegiatan
operasional. Penggunaan bahan baku yang dengan biaya terendah akan
meningkatkan kontribusi keuntungan yang lebih besar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
E. PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian yang dilakukan oleh Josephine Wuri dan Yuliana Rini
Hardanti tahun 2006 yang berjudul “Peranan Industri Kecil Dalam
Meningkatkan Pendapatan Masyarakat (Kasus Pada Industri Kerajinan Batik
Kayu di Dusun Krebet, Sendangsari, Pajangan, Bantul)”. Penelitian ini
melihat pengaruh nilai produksi, umur usaha, dan umur pengusaha terhadap
tingkat keuntungan. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
regresi linear berganda. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang
telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Variabel nilai
produksi merupakan variabel yang paling signifikan menentukan tingkat
keuntungan pengusaha. 2) Berdasarkan aspek produksi, diketahui bahwa ada
perbedaan rata-rata keuntungan yang signifikan pada kelompok pengusaha
berdasarkan sumber modal dan jumlah tenaga kerja. 3) Dari aspek pemasaran,
diketahui bahwa tidak ada perbedaan keuntungan rata-rata antara pengusaha
yang melakukan penjualan langsung maupun yang melalui perantara.
Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Sahara, Dahya dan Amiruddin
Syam tahun 2004 dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat
Keuntungan Usaha Tani Kakao di Sulawesi Tenggara”. Pada penelitian
tersebut untuk melihat hubungan antara keuntungan dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya digunakan model fungsi keuntungan Cobb-Douglas. Fungsi
keuntungan tersebut ditransformasikan ke dalam bentuk double logaritma
natural (ln), sehingga merupakan bentuk linier berganda. Berdasarkan hasil
analisis menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi tingkat keuntungan
usahatani kakao secara nyata adalah luas areal dan harga pupuk. Keuntungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
maksimal akan diperoleh petani dengan memperluas areal pertanaman dan
meningkatkan penggunaan pupuk sampai batas rekomendasi dosis
pemupukan. Disamping perluasan areal pertanaman, keuntungan masih dapat
ditingkatkan dengan penambahan pupuk sesuai dengan acuan rekomendasi,
artinya walau terdapat peningkatan biaya pupuk namun produksi yang dicapai
akan optimal sehingga keuntungan akan meningkat.
Penelitian yang dilakukan oleh Syafrudin Mandaka dan M. Parulian
Hutagaol tahun 2005 dengan judul “Analisis Fungsi Keuntungan, Efisiensi
Ekonomi Dan Kemungkinan Skema Kredit Bagi Pengembangan Skala Usaha
Peternakan Sapi Perah Rakyat Di Kelurahan Kebon Pedes, Kota Bogor”.
Studi kasus ini menggunakan alat analisis berupa model fungsi keuntungan
Unit Output Price (UOP) Profit Function dan analisis pendapatan serta
cashflow. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rendahnya tingkat
kepercayaan pada beberapa variabel input tidak tetap (75%) dalam model
fungsi keuntungan UOP menunjukkan bahwa peternak di wilayah tersebut
umumnya memiliki kecenderungan yang sama dalam teknis produksi maupun
biaya produksi dan hanya input tetap berupa jumlah induk produktif yang
berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan di atas 75%. Skala usaha
ekonomi peternakan sapi perah rakyat berada pada kondisi decreasing returns
to scale dimana penambahan input tetap menyebabkan kenaikan keuntungan
usaha ternak yang semakin menurun dalam jangka panjang.
Penelitian yang dilakukan oleh Lawrence J. Lau dan Pan A.
Yotopoulos tahun 1972 dengan judul “Profit, Supply, and Factor Demand
Functions”. Dalam penelitian ini ditunjukkan bagaimana memperoleh fungsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
faktor penawaran dan permintaan dari fungsi keuntungan secara umum.
Selanjutnya bagaimana estimasi empiris dapat diimplementasikan. Kerangka
ini diterapkan dengan mengestimasi secara bersama-sama fungsi keuntungan
dan fungsi permintaan tenaga kerja untuk pertanian Amerika. Gabungan
estimasi menggunakan informasi teoritis apriori yang melekat pada fungsi
keuntungan. Dalam analisis ini model dari keuntungan maksimum jangka
pendek konsisten dengan perilaku yang diamati dari perusahaan. Sejumlah
perkiraan yang umumnya setuju dengan gagasan apriori dan teori ekonomi
diperoleh dari model fungsi keuntungan. Mereka adalah koefisien dari fungsi
produksi serta permintaan tenaga kerja dan output penawaran elastisitas
terhadap tingkat upah, harga output, dan kuantitas faktor produksi tetap.
F. KERANGKA PEMIKIRAN
Guna mempermudah pelaksanaan penelitian agar tercapai tujuan yang
diinginkan digunakan kerangka pemikiran sebagai berikut :
Gambar 2.1
Kegiatan usaha industri kecil batik ini mempunyai tujuan guna
memperoleh keuntungan. Tingkat keuntungan tersebut dipengaruhi oleh
berbagai faktor antara lain :
MODAL
BIAYA BAHAN BAKU
KEUNTUNGAN TENAGA KERJA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
1. Modal
Permasalahan sentral dan klasik yang selalu dihadapi oleh
pengusaha dan pemilik usaha industri batik adalah permasalahan
permodalan, karena modal disini memegang peranan penting dalam
perekonomian. Penggunaan modal besar dalam proses produksi akan dapat
meningkatkan produksi yang dihasilkan oleh pengusaha, tetapi belum
menjamin naiknya keuntungan yang diterima. Tanpa adanya modal maka
sangat tidak mungkin suatu proses produksi dapat berjalan (Sadono
Sukirno, 2004).
2. Tenaga Kerja
Secara individu variabel tenaga kerja berpengaruh positif terhadap
output sektor industri batik, yaitu apabila tenaga kerja naik maka output
industri batik juga naik. Hal ini disebabkan karena kenaikan jumlah tenaga
kerja akan menambah jumlah produksi industri batik tersebut melalui
bertambahnya jumlah pekerja yang bekerja di industri tersebut.
3. Biaya Bahan Baku
Bahan baku sangat penting dalam suatu proses produksi. Dalam hal
ini biaya bahan baku adalah mempunyai hubungan yang negatif atau tidak
searah terhadap keuntungan. Hal ini berarti, jika biaya bahan baku
bertambah, maka akan mengakibatkan keuntungan pengusaha menurun
dan sebaliknya, jika pengeluaran untuk bahan baku berkurang maka
keuntungan akan meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
G. HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan yang
dikemukakan dalam perumusan masalah yang harus dibuktikan kebenarannya.
Hipotesis dalam penelelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Diduga faktor modal berpengaruh signifikan dan positif terhadap tingkat
keuntungan pengusaha industri kecil batik di Surakarta.
2. Diduga faktor tenaga kerja berpengaruh signifikan dan positif terhadap
tingkat keuntungan pengusaha industri kecil batik di Surakarta.
3. Diduga faktor biaya bahan baku berpengaruh signifikan dan negatif
terhadap tingkat keuntungan pengusaha industri kecil batik di Surakarta.
4. Diduga faktor modal mempunyai pengaruh paling dominan terhadap
tingkat keuntungan pengusaha industri kecil batik di Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh modal, tenaga kerja dan biaya bahan baku terhadap
keuntungan industri kecil batik di Surakarta.
B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari satuan-satuan atau individu-
individu yang karakteristiknya hendak diduga (Djarwanto, 2000:42). Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh pengusaha industri kecil batik yang ada di
wilayah Kota Surakarta. Di dalam penelitian ini tidak diketahui secara pasti
berapa jumlah populasi pengusaha industri kecil batik di Kota Surakarta
dikarenakan tidak ada data yang pasti yang dapat menjelaskan berapa jumlah
pengusaha industri kecil batik di Kota Surakarta.
Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak
diselidiki (Djarwanto, 2000:43). Menurut Roscoe dalam Sugiyono (2001:12)
ukuran sampel yang layak digunakan dalam penelitian adalah antara 30 s/d
500 agar memenuhi distribusi normal. Karena populasi pengusaha industri
kecil batik yang ada di Kota Surakarta tidak terdokumentasi secara akurat,
maka sampel penelitian diambil secara accidental yaitu dengan menentukan
sendiri jumlah sampel. Dengan cara ini dipilih sebanyak 90 sampel pengusaha
industri kecil batik secara keseluruhan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel yang
akan digunakan dalam penelitian. Pada dasarnya terdapat dua cara
pengambilan sampel, yaitu Random Sampling dan Nonrandom Sampling.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara acak
sederhana (Simple Random Sampling), seluruh individu dalam populasi diberi
kesempatan untuk dipilih menjadi anggota sampel. (Djarwanto, 2000:45).
Pemilihan teknik ini dikarenakan anggotanya sama/homogen.
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data primer diperoleh dari hasil metode observasi dan interview kepada
para pengusaha kerajinan batik dengan menggunakan daftar kuisioner.
2. Data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi terkait seperti,
a. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Surakarta,
b. Biro Pusat Statistik Surakarta, dan
c. Data lain yang bersumber dari referensi studi kepustakaan melalui,
jurnal, artikel dan bahan lain dari berbagai situs website yang
mendukung.
D. Metode Pengumpulan Data
1. Metode Observasi
Metode observasi yaitu teknik pengumpulan data dimana peneliti
mengadakan pengamatan secara langsung pada obyek yang diteliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
2. Metode Kuisioner
Metode kuisioner yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden
dilakukan secara sistematis, teratur dan berdasarkan pada tujuan penelitian
untuk dijawabnya.
D. Definisi Operasional Variabel
Ada dua jenis variabel yang perlu didefinisikan untuk keperluan dalam
penelitian ini yaitu :
1. Variabel Dependen
Variabel dependen (variabel terikat), yaitu variabel yang
dipengaruhi oleh variabel-variabel bebasnya. Variabel dependen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat keuntungan. Keuntungan
merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya input yang digunakan.
Total penerimaaan diperoleh dari penjualan produksi yang dihasilkan
dihitung dalam satu bulan dengan menggunakan fungsi keuntungan.
Dalam perhitungannya, nilai keuntungan (laba yang diterima oleh
pengusaha batik) dalam satu bulan dibagi dengan tingkat harga jual (harga
output) dengan dinyatakan dalam rupiah (Rp).
2. Variabel Independen
Variabel independen (variabel bebas), yaitu variabel yang
mempengaruhi variabel terikat. Variabel independen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
a) Modal
Modal adalah besarnya dana yang dimiliki oleh pengusaha
batik untuk menjalankan usahanya atau seperangkat sarana yang
digunakan berupa barang maupun uang dengan satuan (Rp). Modal
yang digunakan oleh para pengusaha batik adalah modal kerja dimana
modal tersebut adalah jumlah nilai yang dikeluarkan dalam proses
produksi yang habis dalam satu kali proses produksi, meliputi jumlah
nilai rupiah yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku dan bahan
tambahan lainnya dalam satu bulan yang dinyatakan dalam Rupiah
(Rp).
b) Tenaga Kerja
Banyaknya tenaga manusia atau karyawan yang terlibat
langsung dalam proses produksi. Dalam penelitian ini satuan yang
digunakan untuk mengukur variabel tenaga kerja adalah satuan orang.
c) Biaya Bahan baku
Biaya Bahan baku adalah jumlah nilai rupiah yang dikeluarkan
untuk mengadakan bahan baku dalam satu bulan yang dinyatakan
dalam jumlah rupiah (Rp).
E. Metode Analisis Data
1. Analisis Deskriptif
Analisis ini dilakukan dengan penelitian secara langsung baik itu
melalui kuesioner maupun wawancara langsung dengan responden.
Analisis ini berisi tentang bahasan secara deskriptif mengenai tanggapan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
yang diberikan responden pada kuesioner. Statistik deskriptif adalah
statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku
untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2001:21).
2. Analisis Induktif
a. Metode Regresi Linier Berganda (Ordinary Least Square)
Untuk menguji hipotesis yang telah diajukan, dilakukan dengan
menggunakan analisis regresi linear berganda double log dengan
pendekatan fungsi keuntungan Cobb-Douglas. Model yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
dimana :
A = intersep
p* = keuntungan yang dinormalkan (Rp/bulan)
W1* = biaya bahan baku yang dinormalkan (Rp/bulan)
Z1* = modal yang dinormalkan (Rp/bulan)
Z2* = jumlah tenaga kerja (orang)
α i * = koefisien input tidak tetap
β j * = koefisien input tetap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
b. Pengujian Secara Ekonomi
a. Uji t Statistik (Pengujian Secara Individu)
Merupakan pengujian variabel-variabel penjelas secara
individual yang dilakukan untuk melihat apakah variabel inependen
secara individu berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen dengan menganggap variabel lain konstan. Pengujian ini
menggunakan uji dua sisi. Adapun langkah-langkahnya adalah
(Insukindro dkk, 2003:49) :
1) Menentukan formula hipotesis
Ho : b1 = 0
Berarti variabel dependen secara individu tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel independen.
Ha : b1 ¹ 0
Berarti variabel dependen secara individu memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel independen.
2) Menentukan level of significance, α = 5%
3) Menentukan t tabel dan menghitung t hitung
K)(N2α
Tabelt -=
dimana:
a = derajat signifikansi
N = jumlah sampel
K = jumlah variabel
) i β Se(i β
hitungt =
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
dimana :
bi = koefisien regresi
Se(bi) = standart error
4) Menentukan kriteria pengujian
Gambar 3.1
Uji - t
Daerah Daerah
Tolak Daerah Terima Tolak -t(a/2;n-k) t(a/2;n-k)
Sumber: Modul Lab. Ekonometrika
5) Hasil Pengujian :
a) Jika t-hit > t-tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya
variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara
signifikan.
b) Jika t-hit < t-tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya
variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen
secara signifikan.
b. Uji F Statistik (Uji Signifikansi Secara Keseluruhan)
Merupakan pengujian variabel-variabel independen secara
keseluruhan dan bersama-sama yang dilakukan untuk melihat apakah
variabel independen secara keseluruhan mempengaruhi variabel
dependen secara signifikan. Adapun langkah-langkahnya adalah
sebagai berikut (Insukindro dkk, 2003:50) :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
1) Merumuskan formula hipotesis
Ho : b1 = b2 = b3 = 0
Berarti variabel dependen secara bersama-sama tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel independen.
Ha : b1 ¹ b2 ¹ b3 ¹ 0
Berarti variabel dependen secara bersama-sama memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel independen.
2) Menentukan level of significance, α = 5%
3) Menentukan F tabel dan menghitung F hitung
F tabel ® a ; n-k ; k-1
k))/(nR(1
1)/(k2R Fhit
2 --
-=
dimana:
R2 = koefisien determinasi
k = banyaknya parameter dalam model termasuk intersep
n = banyaknya sampel
4) Kriteria Pengujian
Gambar 3.2
Uji F Statistik
Ho diterima Ho ditolak
F (a:N-k:k-1)
Sumber: Modul Lab. Ekonometrika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
5) Hasil Pengujian
a) Jika nilai F-hit > F-tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Artinya, variabel independen secara serentak mempengaruhi
variabel dependen secara signifikan.
b) Jika nilai F-hit < F-tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Artinya, variabel independen secara serentak tidak
mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.
c. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) untuk menunjukkan besarnya
variasi yang terjadi pada variabel terikat dapat dijelaskan perubahan-
perubahan yang terjadi pada variabel yang berada dalam persamaan,
digunakan R dengan rumus (Insukindro dkk, 2003:50) :
dimana :
R2 = Koefisien determinasi
N = Jumlah Observasi
k = Jumlah Variabel
Nilai R2 terletak antara 0 dan 1 (0 £ R2 £ 1). Jika R2 = 1, artinya
garis regresi terbut menjelaskan 100 % variasi dalam variabel tidak
bebas dan sebaliknya. Jika R2=0, artinya model tersebut tidak
menjelaskan sedikitpun variasi dalam variabel tidak bebas. Sehingga
suatu model dikatakan lebih baik apabila koefisien determinasinya
mendekati nilai 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
d. Uji Asumsi Klasik
Setelah dinyatakan tidak terdapat masalah atau penyimpangan
terhadap uji statistik maka dilanjutkan uji asumsi klasik. Untuk itu
perlu dilakukan pengujian yaitu uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas
dan uji multikolinieritas.
1) Uji Autokorelasi
Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara
anggota serangkaian obeservasi yang diurutkan menurut waktu
atau ruang (Gujarati, 1995: 400-401). Uji ini dimaksudkan untuk
mengetahui apakah terdapat autokorelasi di antara rangkaian
variabel yang diperoleh. Autokorelasi ditemukan jika terdapat
korelasi antara variabel gangguan sehingga penaksir tidak lagi
efisien baik dalam sampel kecil maupun dalam sampel besar.
Beberapa metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi
ada tidaknya autokorelasi yaitu, uji d Durbin-Watson (Durbin-
Watson d test), uji Lagrange Multiplier (LM Test), uji Breusch-
Godfrey (Breusch-Godfrey Test) dan uji ARCH (ARCH Test).
Dalam penelitian ini untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi
akan digunakan Lagrange Multiplier Test. Langkah dari Lagrange
Multiplier Test adalah sebagai berikut:
a) Melakukan regresi terhadap variabel independen dengan
menempatkan nilai residual dari hasil regresi OLS sebagai
variabel dependennya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
b) Memasukkan nilai R² hasil regresi OLS ke dalam rumus (n-1)
R², dimana n adalah jumlah observasi.
c) Membandingkan nilai R2 dari hasil regresi tersebut dengan nilai
c² dalam tabel statistik Chi Square. Kriterianya adalah, jika:
· Apabila nilai (n-1) R2 > nilai tabel c² berarti tidak terjadi
masalah autokorelasi.
· Apabila nilai (n-1) R2 < nilai tabel c² berarti terjadi masalah
autokorelasi.
Uji ini dilakukan dengan meregresi semua variabel bebas
dan variabel tidak bebas, kemudian dilakukan uji Breusch Godfrey
terhadap residu dari hasil regresi model tersebut.
2) Uji Heteroskedastisitas
Asumsi dari model regresi linier klasik yaitu kesalahan
pengganggu mempunyai varians yang sama. Apabila asumsi
tersebut tidak terpenuhi maka akan terjadi heteroskedastisitas yaitu
suatu keadaan dimana varians dari kesalahan pengganggu tidak
sama untuk semua nilai variabel bebas. Ada beberapa metode yang
dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas, seperti menggunakan uji Park, uji Glesjer, uji
White, uji Breusch-Pagan Godfrey. Pada penelitian ini
menggunakan uji ARCH LM test. Apabila nilai probabilitas
obs*R-squared > α=5%, maka tidak terdapat masalah
heteroskedastisitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
3) Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah suatu keadaan dimana terdapat
hubungan linier sempurna atau pasti di antar variabel-variabel
bebas dalam suatu regresi. Untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan linier yang pas di antara variabel yang menjelaskan
dalam model regresi ini dapat dilakukan berbagai cara pengujian.
Gejala multikolinier adalah pada saat R2 sangat tinggi, namun tidak
ada satupun dari koefisien regresi yang signifikan secara statistik
melalui uji-t.
Cara untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas salah
satunya adalah dengan menggunakan pendekatan korelasi parsial
dengan cara melihat besarnya R2 dan (r2). Pendekatan ini dapat
dilakukan dengan meregresi setiap variabel bebas dengan variabel
bebas lainnya, yang akan menghasilkan (r2) pada setiap regresi.
Apabila nilai R2 > (r2), berarti tidak terjadi gejala multikolinearitas,
begitu juga sebaliknya. Langkah-langkah untuk mendeteksi gejala
multikolinearitas adalah sebagai berikut :
Ø Melakukan regresi OLS terhadap model yang digunakan dan
dilihat adjusted r-squared (R2), disebut dengan regresi awal.
Ø Melakukan regresi antar variabel independen (X1, X2, X3) dan
dilihat r-squared (r2).
· Ln X1 = f (Ln X2, Ln X3)
· Ln X2 = f (Ln X1, Ln X3)
· Ln X3 = f (Ln X1, Ln X2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
BAB IV
ANALISIS DATA DAN INTERPRETASI EKONOMI
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian
1. Kondisi Geografis
Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah
yang menunjang kota-kota lainnya seperti Semarang dan Yogyakarta. Kota
Surakarta yang juga dikenal dengan sebutan kota Solo merupakan sebuah
dataran rendah yang terletak di cekungan lereng pegunungan Lawu dan
pegunungan Merapi dengan ketinggian sekitar 92 meter di atas permukaan
air laut. Dengan luas sekitar 44 km2, kota Surakarta secara astronomis
terletak di antara 110°45’15”-110°45’35” Bujur Timur dan 70º36’00”-
70°56’00” Lintang Selatan. Kota Surakarta dilalui oleh tiga aliran sungai
besar yaitu sungai Bengawan Solo, Kali Jenes dan Kali Pepe. Sungai
Bengawan Solo pada zaman dahulu kala sangat terkenal dengan keelokan
panorama serta lalu lintas perdagangannya. Wilayah Kota Surakarta ini
mempunyai suhu udara rata-rata 26ºC - 28ºC dengan tekanan udara rata-
rata 1.010,9 MBS, kelembaban udara 71 persen, kecepatan angin 4 knot
dan arah angin 240 derajat dan beriklim tropis.
Wilayah administratif Kota Surakarta terdiri dari lima kecamatan,
yaitu Kecamatan Laweyan, Kecamatan Serengan, Kecamatan Pasar
Kliwon, Kecamatan Jebres, Kecamatan Banjarsari dan terdiri dari 51
kelurahan yang mencakup 592 RW dan 2.644 RT.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Batas administratif Wilayah Kota Surakarta adalah :
a) Sebelah Utara : Kab. Karanganyar dan Kab. Boyolali
b) Sebelah Timur : Kab. Karanganyar dan Kab. Sukoharjo
c) Sebelah Selatan : Kab. Sukoharjo
d) Sebelah Barat : Kab. Sukoharjo dan Kab. Karanganyar
Gambar 4.1 Peta Surakarta
Letak wilayah Kota Surakarta yang diapit oleh wilayah lain
menjadikan Kota Surakarta merupakan wilayah yang strategis. Selain itu
posisi Kota Surakarta berada dalam jalur strategis di antara Yogyakarta
dan Semarang (Joglo Semar). Hal ini tentu saja menyebabkan sektor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
perdagangan terutama sektor informal mudah untuk dikembangkan di
Kota Surakarta, selain sektor pariwisata. Hal ini ditunjukkan dengan
kenyataan bahwa perkembangan perdagangan sektor informal dari tahun
ke tahun semakin meningkat, terutama pedagang kaki lima.
2. Kondisi Sosial dan Sumber Daya Manusia
Kondisi sosial politik selama tahun 2004 lalu dapat dikatakan
relatif tenang dan stabil. Pulihnya Pasar Gede juga memberi andil
bergeraknya pembangunan ekonomi di Kota Surakarta. Keadaan di atas
tentu merupakan hasil upaya terpadu baik dari pemerintah maupun
masyarakat. Tahun 2004 mungkin merupakan tahun dengan situasi sosial
politik yang paling kondusif sejak terjadinya krisis multidimensi beberapa
waktu yang lalu. Keadaan ini mendorong para pelaku ekonomi tumbuh
kembali secara sehat.
Jumlah penduduk yang besar di suatu wilayah merupakan unsur
penting bagi pembangunan. Penduduk yang besar jika dikembangkan
dengan baik dan terpadu akan menjadi potensi dan sumber daya manusia
yang tangguh dalam mendukung pembangunan. Penduduk merupakan
sumber daya manusia yang secara potensial dan dinamis mampu mengolah
sumber daya alam dan sumber daya buatan yang ada untuk mencapai
tingkat produktivitas yang optimal sehingga akhirnya dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat secara luas. Meningkatnya jumlah penduduk
disebabkan oleh urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi. Hal ini
dikarenakan Kota Surakarta termasuk dalam kota yang cukup maju dan
berkembang dibandingkan kota-kota lainnya di Jawa Tengah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kota Surakarta menurut Jenis Kelamin Tahun 2003-2008
Tahun Laki-Laki Perempuan Jumlah Total
Rasio Jenis Kelamin
2003 242.591 254.643 497.234 95.27 2004 249.278 261.433 510.711 95.35 2005 250.868 283.672 534.540 88.44 2006 254.259 258.639 512.898 98.31 2007 246.132 269.240 515.372 91.42 2008 247.245 275.690 522.935 89.68
Sumber : BPS Kota Surakarta
Jumlah penduduk Kota Surakarta pada tahun 2008 adalah 522.935
jiwa terdiri dari 247.245 laki-laki dan 275.690 perempuan. Jumlah
penduduk tahun 2008 jika dibandingkan dengan jumlah penduduk lima
tahun sebelumnya pada tahun 2003 hasil sensus sebesar 497.234 jiwa,
berarti dalam lima tahun terakhir kota Surakarta mengalami kenaikan
sebanyak 25.701 jiwa. Meningkatnya jumlah penduduk disebabkan oleh
urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan untuk di Jawa
Tengah Kota Surakarta termasuk dalam kota yang cukup maju dan
berkembang dibandingkan kota-kota lainnya di Jawa Tengah.
Tabel 4.2 Luas Daerah, Pembagian Wilayah Administrasi dan Jumlah Penduduk Kota Surakarta Tahun 2008
No. Kecamatan Luas
Wilayah (Km2)
Jumlah Penduduk
Kelurahan Kepadatan penduduk
(jiwa per km2) 1. Serengan 3.19 63.558 7 19.899
2. Laweyan 8.64 109.930 11 12.723
3. Jebres 12.58 142.292 11 11.311
4. Pasar Kliwon 4.82 87.980 9 18.272
5. Banjarsari 14.81 162.093 13 10.945
Jumlah 44,04 565.853 51 12.849
Sumber : BPS Kota Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Apabila jumlah penduduk pada tahun 2008 tersebut dibandingkan
dengan luas wilayah yang sebesar 44,04 km2, kepadatan penduduknya
adalah sebesar 12.849 jiwa/km2 yang tersebar di 5 (lima) kecamatan, 51
kelurahan yang mencakup 529 RW dan 2645 RT. Sebagian besar
penduduk bekerja di sektor perdagangan juga sektor industri dan jasa.
3. Aspek Sosial Ekonomi
a. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Komposisi berdasarkan tingkat pendidikan adalah jumlah
penduduk menurut tingkat pendidikan yang telah dan sedang
ditempuh, dalam hal ini pendidikan formal. Berdasarkan data dari
Badan Pusat Statistik Surakarta, komposisi penduduk dapat dilihat
pada Tabel 4.3 dibawah ini :
Tabel 4.3 Banyaknya Penduduk Umur 5 Tahun Ke atas Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Surakarta Tahun 2006 - 2007
No. Tingkat
Pendidikan 2006 2007
Pertumbuhan 2004-2005 (%)
1. Tamat Akademi/PT 33.823 30.090 -11,04% 2. Tamat SLTA 98.186 83.364 -15,1% 3. Tamat SLTP 102.494 77.830 -24,06% 4. Tamat SD 104.270 77.029 -26,12% 5. Tidak Tamat SD 43.302 28.018 -35,3% 6. Belum Tamat SD 66.223 49.199 -25,7% 7. Tidak Sekolah 24.389 12.468 -48,88%
JUMLAH 482.687 357.998 Sumber : Kota Surakarta Dalam Angka 2008 (diolah)
b. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Komposisi menurut mata pencaharian merupakan jumlah
penduduk yang bekerja ( usia 10 tahun ke atas ) menurut pekerjaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
yang dijalaninya. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik
Surakarta, pada tahun 2005 jenis lapangan pekerjaan yang ditekuni
penduduk Kota Surakarta ada berbagai macam. Pada Tabel 4.4 akan
memperlihatkan banyaknya penduduk menurut mata pencahariannya.
Tabel 4.4 Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian (Usia 10 Tahun Ke Atas ) di Kota Surakarta tahun 2005
No. Mata Pencaharian 2004 % 2005 % Pertumbuhan 2004-2005(%)
1. Petani Sendiri 768 0,18 486 0,12 -36,71 2. Buruh Tani 1.061 0,25 569 0,14 -46,37 3. Pengusaha 9.035 2,18 8.042 1,99 -10,99 4. Buruh Industri 76.059 18,36 70.254 17,44 -7,63 5. Buruh Bangunan 71.329 17,21 64.406 15,99 -9,70 6. Pedagang 33.226 8,02 31.975 7,93 -3,76 7. Angkutan 17.948 4,33 17.235 4,27 -3,97 8. PNS/TNI/POLRI 27.787 6,70 27.505 6,82 -1,01 9. Pensiunan 20.669 4,98 30.791 7,64 48,97 10. Lain-lain 156.358 37,74 151.494 37,61 -3,11 JUMLAH 414.240 100 402.757 100 Sumber : Kota Surakarta Dalam Angka 2008 (diolah)
c. Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB)
PDRB merupakan salah satu indikator perkembangan
perekonomian suatu daerah. Perhitungan PDRB yang dilakukan
dengan harga konstan berarti dalam perhitungan telah dihilangkan
pengaruh-pengaruh terhadap merosotnya nilai mata uang.
Perhitungan PDRB Kota Surakarta Tahun 2006-2008
berdasarkan harga konstan dapat dilihat pada Tabel 4.5 dibawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Tabel 4.5 PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan
Surakarta Tahun 2006 – 2008 ( Juta Rupiah )
No Lapangan Usaha 2006 2007 2008
1 Pertanian 2.855,22 2.899,10 2.866,18
2 Pertambangan dan Galian 1.786,83 1.828,17 1.905,23
3 Industri Pengolahan 1.134.134,37 1.173.422,60 1.200.606,83
4 Listrik, Gas & Air Bersih 91.764,94 96.867,33 103.020,58
5 Bangunan 482.295,37 528.770,39 583.069,88
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 1.059.091,72 1.126.471,69 1.211.208,49
7 Pengangkutan & Komunikasi 404.594,41 428.864,77 449.973,94
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
401.749,42 425.590,18 449.992,44
9 Jasa-jasa 489.257,66 519.573,14 546.699,38
Jumlah 3.666.929,94 3.775.516,98 4.549.342,95
Sumber : Kota Surakarta Dalam Angka 2008 (diolah)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2006–
2007 sektor industri pengolahan memberikan kontribusi paling besar
pada PDRB Kota Surakarta adalah sektor perdagangan, hotel dan
restoran memberikan kontribusi paling besar pada tahun 2008.
Sedangkan sektor yang memberikan kontribusi paling kecil pada tahun
2006-2008 adalah sektor pertambangan dan galian.
B. Gambaran Umum Industri Batik
1. Sejarah batik
Batik berasal dari bahasa Jawa "amba" yang berarti menulis dan
"nitik". Kata batik sendiri merujuk pada teknik pembuatan corak
menggunakan canting atau cap dan pencelupan kain dengan menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
bahan perintang warna corak "malam" (wax) yang diaplikasikan di atas
kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna. Teknik membatik telah
dikenal sejak ribuan tahun yang silam. Tidak ada keterangan sejarah yang
cukup jelas tentang asal usul batik. Ada yang menduga teknik ini berasal
dari bangsa Sumeria, kemudian dikembangkan di Jawa setelah dibawa
oleh para pedagang India. Saat ini batik bisa ditemukan di banyak negara
seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, India, Sri Lanka dan Iran. Selain di
Asia, batik juga sangat populer di beberapa negara di benua Afrika.
Walaupun demikian, batik yang sangat terkenal di dunia adalah batik yang
berasal dari Indonesia, terutama dari Jawa.
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun
temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari
batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status
seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya
dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.
Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia ( Jawa ) yang sampai
saat ini masih ada.
2. Perkembangan Usaha Batik
Perkembangan yang dapat diikuti sampai saat ini adalah
perkembangan desain batik yang tercermin pada motif yang sangat
sederhana pada mulanya, sampai pada motif yang ada saat ini,
menunjukkan karya seni yang halus, rumit, dan indah. Motif batik adalah
kerangka gambar yang mewujudkan batik secara keseluruhan. Motif batik
disebut juga corak batik atau pola batik (Sewan Susanto, 1973:212).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Kemudian perkembangan usaha batik dari segi teknologi dimulai
dari cara mengikat dan mewarnai sampai pada penggunaan zat perintang
warna yang digunakan semula dari bubur ketan sampai lilin batik. Sebagai
alat pembatik, semula dari bambu/lidi sampai canting tulis dan canting
cap. Sedangkan perkembangan usaha batik dari segi kegunaan produknya
dapat dilihat, mulanya hanya sebagai kain panjang (jarik) tetapi saat ini
kegunaanya tidak terbatas untuk busana saja melainkan digunakan juga
untuk keperluan alat rumah tangga seperti gorden, alat pelapis kursi, sprei,
taplak meja dan lain-lain.
Jawa Tengah telah lama menjadi barometer perkembangan batik
Indonesia. Hampir tiap wilayah sub-budaya di provinsi ini
mengembangkan berbagai motif tersendiri yang akhirnya dianggap sebagai
batik khas daerah itu. Corak dan variasi batik Jawa sendiri berjumlah
ratusan. Tiap variasi tersebut memiliki makna dan filosofi tersendiri. Jawa
Tengah paling tidak memiliki tiga daerah yang menjadi sentra batik
tingkat regional maupun nasional, yaitu Pekalongan, Yogjakarta dan
Surakarta. Tidak hanya memproduksi batik dalam jumlah besar, seniman
di tiga daerah ini aktif memajukan batik dengan cara menciptakan motif-
motif baru. Ketiga daerah ini juga memelopori produksi batik dengan
harga terjangkau tanpa mengorbankan keindahannya.
2. Proses Pembuatan Batik
a. Pelekatan lilin batik
Fungsi dari lilin batik adalah untuk menolak terhadap warna
yang diberikan pada kain pada pengerjaan berikutnya. Agar dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
dituliskan pada kain, lilin tadi perlu dipanaskan dahulu kurang lebih
60º-70ºC. Pelekatan lilin dilakukan pada kain untuk membuat motif
batik yang dikehendaki. Dengan cara canting tulis, dengan dicapkan
dengan canting cap atau dilukiskan dengan kuas. Untuk proses
pembatikan cap digunakan canting cap. Proses cap jauh lebih cepat
dibandingkan dengan sistem tulis.
b. Pewarnaan batik
Pekerjaan pewarnaan ini dapat berupa pencelupan, secara
lukisan atau painting. Kain yang telah dilukis dengan lilin kemudian
dicelup dengan warna yang diinginkan, biasanya dimulai dari warna-
warna muda. Pencelupan kemudian dilakukan untuk motif lain dengan
warna lebih tua atau gelap. Setelah beberapa kali proses pewarnaan,
kain yang telah dibatik dicelupkan ke dalam bahan kimia untuk
melarutkan lilin. Pewarnaan dilakukan secara dingin dan zat pewarna
yang dipakai tidak hilang warnanya pada saat menghilangkan lilin.
c. Menghilangkan lilin
Menghilangkan lilin batik ini berupa penghilangan sebagian
pada tempat tertentu dengan cara mengerik atau menghilangkan lilin
batik secara keseluruhan. Dengan tiga macam proses utama tersebut
dapat dibuat batik dengan beberapa macam teknik pembuatan batik.
Teknik pembuatan batik dibagi dalam dua kelompok, yaitu :
· Proses tradisional : kerokan, lorodan, bedesan, dan radionan.
· Proses batik bebas : dalam artian tidak harus mengikuti aturan
proses sebagaimana batik tradisional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
C. Deskripsi Responden Pengusaha Industri Kecil Batik di Kota Surakarta
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 90 responden dari hasil
kuesioner dalam penelitian ini, diperoleh data-data tentang industri kecil batik
di Kota Surakarta. Data-data tersebut antara lain mengenai keuntungan,
modal, tenaga kerja dan biaya bahan baku dari pengusaha batik itu sendiri
ditambah dengan data tentang kelompok umur, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, pengalaman usaha, status usaha, jumlah dan upah tenaga kerja
guna memperjelas deskripsi mengenai industri kecil batik di Kota Surakarta.
Data-data yang ditampilkan pada penelitian ini antara lain sebagai berikut :
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Yang dimaksud umur yaitu umur responden pada saat penelitian
dilakukan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini :
Tabel 4.6 Distribusi Pengusaha Industri Kecil Batik Menurut Umur
Kelas Kelompok Umur
(dalam tahun) Frekuensi Persentase
1. < 30 1 1,11 % 2. 30 < 34 6 6,67 % 3. 35 < 39 10 11,11 % 4. 40 < 44 15 16,67 % 5. 45 < 49 18 20 %
6. 50 < 54 34 37,78 %
7. 55 < 59 4 4,44 % 8. ≥ 60 2 2,22 %
Jumlah 90 100 % Sumber: Data Primer, diolah
Dari tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa dari 90 responden
penelitian ini, jumlah responden terbanyak berusia 50 < 54 tahun yaitu
sebesar 37,78% sebanyak 34 responden. Sedangkan responden yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
memiliki prosentase paling sedikit, yaitu berusia < 30 sebesar 1,11%
sebanyak 1 responden.
Hal ini menunjukkan bahwa untuk menjadi pengusaha batik
diperlukan kematangan usaha dan pengalaman yang cukup sehingga dalam
menjalankan usaha batik di Kota Surakarta para pengusaha akan dapat
mengatasi semua permasalahan dengan bijaksana.
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan data responden yang telah dikumpulkan, mengenai
jenis kelamin dapat dilihat bahwa sebagian besar responden pengusaha
batik kecil di kota Surakarta adalah laki-laki seperti terlihat pada tabel
berikut ini :
Tabel. 4.7 Distribusi Pengusaha Industri Kecil Batik Menurut Jenis Kelamin di Kota Surakarta
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
1. Laki-laki 60 66,67 % 2. Perempuan 30 33,33 %
Jumlah 90 100 % Sumber : Data primer, diolah
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 90 pengusaha batik yang
menjadi responden penelitian ini sebanyak 60 orang berjenis kelamin laki-
laki dan 30 orang berjenis kelamin perempuan. Hal ini terjadi, salah
satunya dikarenakan laki-laki merupakan tulang punggung keluarga yang
bertugas untuk mencari nafkah, sedangkan untuk perempuan sering kali
bekerja hanya untuk mendapatkan uang belanja tambahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan mempunyai pengaruh bagi pengusaha industri batik
dalam mengelola usaha. Semakin tinggi tingkat pendidikan diharapkan
memiliki pola pikir yang semakin rasional.
Tabel 4.8 Distribusi Pengusaha Industri Kecil Batik Menurut Tingkat
Pendidikan di Kota Surakarta
Kelas Pendidikan Frekuensi Persentase
1. SD - - 2. SMP 8 8,89 % 3. SMA 40 44,44 % 4. DIPLOMA 24 26,67 %
5. S1 15 16,67 %
6. S2 3 3,33 % Jumlah 90 100 %
Sumber : Data primer, diolah
Dari tabel 4.8 diatas dapat dilihat bahwa dari 90 responden
penelitian ini jumlah responden terbanyak telah menempuh tingkat
pendidikan sampai SMA yaitu sebesar 44,44% sebanyak 40 responden.
Jumlah responden dengan tingkat pendidikan sampai dengan SMP sebesar
8,89% sebanyak 8 responden. Jumlah responden dengan tingkat
pendidikan sampai dengan Diploma sebesar 26,67% sebanyak 24
responden. Jumlah responden dengan tingkat pendidikan sampai dengan
S1 sebesar 16,67% sebanyak 15 responden. Sedangkan responden dengan
tingkat pendidikan sampai S2 memiliki prosentase paling sedikit, yaitu
sebesar 3,33% sebanyak 3 responden.
Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar pengusaha industri batik
di Kota Surakarta berpendidikan cukup tinggi, karena tidak ada pengusaha
yang berpendidikan lulusan SD. Hal ini juga dipengaruhi karena hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
kepemilikan hampir semua perusahaan batik ini adalah milik sendiri
sekaligus adalah pengelolanya. Sebagai pengelola, sangat diperlukan
pendidikan formal yang berguna dalam pengambilan keputusan maupun
strategi dalam menjalankan usaha.
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Usaha
Tabel 4.9 Distribusi Pengusaha Industri Kecil Batik Menurut
Pengalaman Usaha di Kota Surakarta
Kelas Pengalaman Usaha (tahun) Frekuensi Persentase
1. < 10 6 6,67 % 2. 10 < 15 11 12,22 % 3. 15 < 20 16 17,78 %
4. 20 < 25 24 26,67 %
5. 25 < 30 30 33,33 % 6. ≥ 30 3 3,33 %
Jumlah 90 100 % Sumber : Data primer, diolah
Dari tabel 4.9 diatas dapat dilihat bahwa dari 90 responden
penelitian ini jumlah responden terbanyak telah memiliki pengalaman
usaha antara 25 sampai dibawah 30 tahun yaitu sebesar 33,33% sebanyak
39 responden. Sedangkan jumlah responden dengan pengalaman di atas 30
tahun memiliki prosentase paling sedikit yaitu sebesar 3,33% sebanyak 3
responden. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama pengusaha batik
menjalankan usahanya, maka pengusaha tersebut memiliki peluang yang
lebih besar untuk maju dan berkembang, karena telah banyak mengenal
potensi daerah, sumber daya dan kondisi pasar di Surakarta sehingga
mengetahui pangsa pasar penjualan batik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Usaha
Tabel 4.10 Distribusi Pengusaha Industri Kecil Batik Menurut Status
Usaha di Kota Surakarta
Kelas Status Usaha Frekuensi Persentase
1. Usaha Utama 58 64,44 % 2. Usaha Sampingan 32 35,55 %
Jumlah 90 100 % Sumber : Data primer, diolah
Dari tabel 4.10 di atas dapat dilihat bahwa dari 90 responden
penelitian ini jumlah responden terbanyak yang menggunakan status usaha
sebagai usaha utama sebesar 64,44% sebanyak 58 responden. Sedangkan
yang menggunakan status usaha sebagai usaha sampingan memiliki
prosentase paling sedikit yaitu sebesar 35,55% sebanyak 32 responden.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden menggantungkan
hidup di sektor industri batik.
5. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja
Tabel 4.11 Distribusi Pengusaha Industri Kecil Batik Menurut
Jumlah Tenaga Kerja di Kota Surakarta
Kelas Tenaga Kerja (orang) Frekuensi Persentase
1. < 5 10 11,11 % 2. 5 ≤ 9 35 38,89 % 3. 10 ≤ 14 24 26,67 % 4. 15 ≤ 19 12 13,33 %
5. 20 ≤ 24 6 6,67 %
6. ≥ 25 3 3,37 % Jumlah 90 100 %
Sumber : Data primer, diolah
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari 6 kelas dengan 90
responden pada kelas kedua memiliki frekuensi jumlah tenaga kerja yang
paling besar yaitu sebanyak 35 responden (38,89%). Sedangkan pada kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
terakhir memiliki frekuensi jumlah tenaga kerja yang paling kecil yaitu
berjumlah 3 responden (3,37%). Pada kelas kedua memiliki frekuensi
jumlah tenaga kerja yang paling besar, hal ini menggambarkan bahwa
sebagian besar industri kecil batik di Kota Surakarta memiliki jumlah
tenaga kerja rata-rata yaitu antara 5 orang sampai dengan lebih kecil sama
dengan 9 orang.
6. Karakteristik Responden Berdasarkan Upah Tenaga Kerja
Tabel 4.12 Distribusi Pengusaha Industri Kecil Batik Menurut Upah
Tenaga Kerja di Kota Surakarta
Kelas Upah Tenaga Kerja (Rp) Frekuensi Persentase
1. < 2.000.000 1 1,11 % 2. 2.000.000 < 4.000.000 35 38,89 % 3. 4.000.000 < 6.000.000 25 27,78 % 4. 6.000.000 < 8.000.000 14 15,56 %
5. 8.000.000 < 10.000.000 9 10 %
6. ≥ 10.000.000 6 6,67 % Jumlah 90 100 %
Sumber : Data primer, diolah
Dari tabel 4.12 di atas dapat dilihat bahwa dari 90 responden
penelitian ini, jumlah responden terbanyak memiliki budget untuk upah
tenaga kerja antara 2.000.000 sampai di bawah 4.000.000 sebesar 38,89%
sebanyak 35 responden, sedangkan untuk budget upah tenaga kerja di
bawah 2.000.000 memilki prosentase yang paling sedikit yaitu sebesar
1,11% sebanyak 1 responden.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
7. Karakteristik Responden Berdasarkan Biaya Bahan Baku
Tabel 4.13 Distribusi Pengusaha Industri Kecil Batik Menurut Biaya
Bahan Baku di Kota Surakarta
Kelas Biaya Bahan Baku (Rp) Frekuensi Persentase
1. < 12.000.000 38 42,22 % 2. 12.000.000 < 24.000.000 22 24,44 % 3. 24.000.000 < 36.000.000 14 15,56 % 4. 36.000.000 < 48.000.000 4 4,44 %
5. 48.000.000 < 60.000.000 2 2,22 %
6. ≥ 60.000.000 10 11,11 % Jumlah 90 100 %
Sumber : Data primer, diolah
Dari tabel 4.13 di atas dapat dilihat bahwa dari 90 responden
penelitian ini, jumlah responden terbanyak yang mengeluarkan biaya
untuk bahan baku adalah di bawah 12.000.000 sebesar 42,22% sebanyak
38 responden. Sedangkan untuk biaya bahan baku antara 48.000.000
sampai dibawah 60.000.000 memiliki prosentase yang paling sedikit yaitu
sebesar 2,22% sebanyak 2 responden.
8. Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Modal
Tabel 4.14 Distribusi Pengusaha Industri Kecil Batik Menurut
Sumber Modal di Kota Surakarta
Kelas Sumber Modal Frekuensi Persentase
1. Bank Pemerintah 50 55,56 % 2. Bank Swasta 24 26,67 % 3. Koperasi 6 6,67 % 4. Sendiri 10 11,11 %
Jumlah 90 100 % Sumber : Data primer, diolah
Dari tabel 4.14 di atas dapat dilihat bahwa dari 90 responden
penelitian ini jumlah responden terbanyak yang mendapatkan sumber
modal untuk mendirikan usaha industri batik adalah berasal dari bank
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
pemerintah sebesar 55,56% sebanyak 50 responden, sedangkan untuk
sumber modal yang dari koperasi memiliki prosentase yang paling sedikit
yaitu sebesar 6,67% sebanyak 6 responden.
9. Karakteristik Responden Berdasarkan Modal
Tabel 4.15 Distribusi Pengusaha Industri Kecil Batik Menurut
Jumlah Modal di Kota Surakarta
Kelas Modal (Rp) Frekuensi Persentase
1. < 10 Juta 14 15,56 % 2. 10 Juta < 20 Juta 23 25,56 % 3. 20 Juta < 30 Juta 18 20 % 4. 30 Juta < 40 Juta 14 15,56 %
5. 40 Juta < 50 Juta 7 7,78 %
6. ≥ 50 Juta 14 15,56 % Jumlah 90 100 %
Sumber : Data primer, diolah
Dari tabel 4.15 di atas dapat dilihat bahwa dari 90 responden
penelitian ini, jumlah responden terbanyak yang mempunyai modal untuk
produksi selama sebulan adalah antara 10 Juta sampai di bawah 20 Juta
sebesar 25,56% sebanyak 23 responden. Sedangkan untuk modal produksi
selama sebulan antara 40 Juta sampai di bawah 50 Juta memiliki
prosentase paling sedikit yaitu sebesar 7,78% sebanyak 7 responden.
10. Karakteristik Responden Berdasarkan Penjualan
Tabel 4.16 Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Penjualan
Kelas Pendapatan (Rp) Frekuensi Persentase
1. < 10 Juta 6 6,67 % 2. 10 Juta < 20 Juta 21 23,33 % 3. 20 Juta < 30 Juta 20 22,22 % 4. 30 Juta < 40 Juta 11 12,22 %
5. 40 Juta < 50 Juta 10 11,11 %
6. ≥ 50 Juta 22 24,44 % Jumlah 90 100 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Dari tabel 4.16 di atas dapat dilihat bahwa dari 90 responden
penelitian ini, mayoritas responden mempunyai penjualan produksi selama
sebulan adalah diatas 20 Juta sebesar 24,44% sebanyak 22 responden.
Sedangkan untuk penjualan produksi selama sebulan antara 40 Juta sampai
di bawah 50 Juta memiliki prosentase paling sedikit yaitu sebesar 11,11%
sebanyak 10 responden.
11. Karakteristik Responden Berdasarkan Keuntungan
Tabel 4.17 Distribusi Pengusaha Industri Kecil Batik Menurut
Keuntungan di Kota Surakarta
Kelas Keuntungan (Rp) Frekuensi Persentase
1. < 5 Juta 24 26,67 % 2. 5 Juta < 10 Juta 31 34,44 % 3. 10 Juta < 15 Juta 17 18,89 % 4. 15 Juta < 20 Juta 9 10 %
5. 20 Juta < 25 Juta 3 3,33 %
6. ≥ 25 Juta 6 6,67 % Jumlah 90 100 %
Sumber : Data primer, diolah
Dari tabel 4.17 diatas dapat dilihat bahwa dari 90 responden
penelitian ini, mayoritas responden mempunyai keuntungan produksi
selama sebulan adalah antara 5 Juta sampai dibawah 10 Juta sebesar
34,44% sebanyak 31 responden. Sedangkan untuk keuntungan produksi
selama sebulan antara 20 Juta sampai dibawah 25 Juta memilki prosentase
paling sedikit yaitu sebesar 3,33% sebanyak 3 responden.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
D. Uji Empirik dan Interpretasi Statistik
1. Hasil Regresi Linier Berganda
Tabel 4.18
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Dependent Variable: LUNT Method: Least Squares Date: 05/24/10 Time: 12:59 Sample: 1 90 Included observations: 90
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 2.580283 0.577851 4.465307 0.0000 LMOD 0.475061 0.045014 10.55370 0.0000 LTK 0.385026 0.086594 4.446323 0.0000 LBB -0.129601 0.045213 -2.866466 0.0052
R-squared 0.991006 Mean dependent var 5.868729 Adjusted R-squared 0.990692 S.D. dependent var 0.728618 S.E. of regression 0.070294 Akaike info criterion -2.428836 Sum squared resid 0.424947 Schwarz criterion -2.317733 Log likelihood 113.2976 F-statistic 3158.706 Durbin-Watson stat 2.010483 Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber Eviews3.0
Dari hasil analisa regresi diatas diperoleh persamaan regresi
sebagai berikut :
LUNT = 2.580283 + 0.475061 LMOD + 0.385026 LTK - 0.129601 LBB
Selanjutnya berdasarkan formula di atas, dapat diketahui nilai
konstanta dan koefisien regresi yang menunjukkan kontribusi masing-
masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Dari hasil regresi tersebut
dapat diketahui bahwa ketiga variabel bebas, yaitu modal, tenaga kerja, dan
biaya bahan baku signifikan dengan t probabilitas lebih kecil dari batas
signifikan 5% (0,05). Dari hasil perhitungan koefisien regresi diketahui
bahwa variabel modal dan tenaga kerja mempunyai kontribusi positif dalam
hubungannya terhadap keuntungan industri kecil batik di Kota Surakarta.
Tetapi variabel biaya bahan baku memiliki kontribusi yang negatif terhadap
keuntungan industri kecil batik di Kota Surakarta. Besarnya kontribusi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
pengaruh dari masing-masing variabel dapat dilihat dari nilai koefisien
regresi dalam hasil analisis tersebut.
a. Uji Statistik Koefisien Regresi
1) Uji t ( uji secara individual)
Untuk menguji asumsi adanya pengaruh antara variabel
modal, tenaga kerja dan biaya bahan baku terhadap keuntungan maka
perlu dilakukan uji hipotesis guna mengetahui ada tidaknya pengaruh
tingkat signifikan diantara variabel bebas dan variabel terikat.
Kriteria pengujian dapat dilakukan dengan melihat nilai
probabilitas untuk menguji signifikan tidaknya koefisien regresi. Jika
nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikan 5% maka Ho
ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa variabel bebas secara
statistik mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
terikat, demikian juga sebaliknya. Hasil uji pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.19 Hasil Uji t
Variabel t-Statistik Sig
Modal 10.55370 0.0000
Tenaga Kerja 4.446323 0.0000 Biaya Bahan Baku -2.866466 0.0052
Sumber Eviews3.0 (diolah)
a) Modal
Nilai t-statistik variabel modal sebesar 10.55370 dengan
probabilitas sebesar 0.0000, maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Hal ini menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel modal
signifikan pada tingkat signifikansi 5%, sehingga dapat ditarik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
kesimpulan bahwa modal secara statistik berpengaruh signifikan
dan positif terhadap keuntungan industri kecil batik di Kota
Surakarta.
b) Tenaga Kerja
Nilai t-statistik variabel upah tenaga kerja sebesar
4.446323 dengan probabilitas sebesar 0.0000, maka H0 ditolak
dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa koefisien regresi
variabel tenaga kerja signifikan pada tingkat signifikansi 5%,
sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tenaga kerja secara
statistik berpengaruh signifikan dan positif terhadap keuntungan
industri kecil batik di Kota Surakarta.
c) Biaya Bahan Baku
Nilai t-statistik variabel biaya bahan baku sebesar
-2.866466 dengan probabilitas sebesar 0.0052, maka H0 ditolak
dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa koefisien regresi
variabel biaya bahan baku signifikan pada tingkat signifikansi
5%, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya bahan baku
secara statistik berpengaruh signifikan dan negatif terhadap
keuntungan industri kecil batik di Kota Surakarta.
2) Uji F
Uji F merupakan uji terhadap koefisien regresi parsial secara
bersama-sama. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah
variabel independen yang ada secara bersama-sama mempengaruhi
variabel dependennya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh nilai F-statistik
sebesar 3158.706 dengan probabilitas sebesar 0.000. Maka Ho
ditolak dan Ha diterima, berarti semua koefisien regresi secara
bersama-sama signifikan pada tingkat 5%. Ini berarti faktor modal,
tenaga kerja dan biaya bahan baku secara bersama-sama berpengaruh
nyata terhadap keuntungan industri kecil batik di Kota Surakarta.
3) Koefisien Determinasi R2
Digunakan untuk mengetahui seberapa jauh variasi dari
variabel bebas dapat menerangkan variasi dari variabel terikat. Jika
R2 mendekati nol, maka variabel bebas tidak menerangkan dengan
baik variasi dari variabel terikatnya. Jika R2 mendekati 1, maka
variasi dari variabel tersebut dapat menerangkan dengan baik dari
variabel terikatnya.
Dari hasil estimasi diatas diketahui nilai koefisien
determinasi (R2) sebesar 0.991006. Ini berarti 99,10% variasi
variabel dependen (keuntungan) dapat dijelaskan oleh variabel
independennya (modal, tenaga kerja dan biaya bahan baku),
sedangkan sisanya (1-R2) yaitu 0,90% dijelaskan oleh variabel lain
diluar model.
b. Uji Asumsi Klasik Model Regresi
1) Uji Autokorelasi
Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai adanya korelasi
antara unsur-unsur variabel pengganggu sehingga penaksir tidak lagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
efisien baik dalam sampel kecil ataupun sampel besar. Dalam
penelitian ini untuk mendeteksi ada tidaknya masalah autokorelasi
akan digunakan Lagrange Multiplier Test.
Kriteria pengujiannya adalah jika nilai probabilitas obs*R-
squared lebih besar dari 0,05 maka tidak terdapat masalah
autokorelasi, dan sebaliknya bila nilai probabilitas obs*R-squared
lebih kecil dari 0,05 maka terdapat masalah autokorelasi.
Tabel 4.22 Hasil Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 0.005394 Probability 0.941624 Obs*R-squared 0.005711 Probability 0.939759
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 05/24/10 Time: 13:04
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.002676 0.582363 -0.004595 0.9963 LMOD -1.23E-05 0.045277 -0.000271 0.9998 LTK 0.000448 0.087312 0.005129 0.9959 LBB 0.000275 0.045630 0.006017 0.9952
RESID(-1) -0.008071 0.109885 -0.073446 0.9416
R-squared 0.000063 Mean dependent var -6.94E-19 Adjusted R-squared -0.046992 S.D. dependent var 0.069099 S.E. of regression 0.070704 Akaike info criterion -2.406677 Sum squared resid 0.424920 Schwarz criterion -2.267798 Log likelihood 113.3005 F-statistic 0.001349 Durbin-Watson stat 1.997246 Prob(F-statistic) 0.999996
Sumber Eviews3.0 (diolah)
Berdasarkan hasil estimasi dengan B-G Test, diketahui nilai
probabilitas Obs*R-squared adalah sebesar 0.939759 lebih besar
dari 5% (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada masalah
autokorelasi di dalam model.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
2) Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas terjadi jika gangguan muncul dalam
fungsi regresi yang mempunyai varian yang tidak sama, sehingga
penaksir Ordinary Least Square (OLS) tidak efisien baik dalam
sampel kecil maupun besar. Salah satu cara untuk mendeteksi
masalah heteroskedastisitas adalah dengan Uji LM ARCH.
Kriteria pengujiannya adalah jika nilai probabilitas obs*R-
squared lebih besar dari 0,05 maka tidak terdapat masalah
heteroskedastisitas, dan sebaliknya bila nilai probabilitas obs*R-
squared lebih kecil dari 0,05 maka terdapat masalah
heteroskedastisitas.
Tabel 4.21 Hasil Uji Heteroskedastisitas
ARCH Test:
F-statistic 0.072925 Probability 0.787764 Obs*R-squared 0.074539 Probability 0.784839
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 05/24/10 Time: 13:04 Sample(adjusted): 2 90 Included observations: 89 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.004912 0.000836 5.874484 0.0000 RESID^2(-1) -0.028872 0.106914 -0.270047 0.7878
R-squared 0.000838 Mean dependent var 0.004775 Adjusted R-squared -0.010647 S.D. dependent var 0.006233 S.E. of regression 0.006266 Akaike info criterion -7.285014 Sum squared resid 0.003416 Schwarz criterion -7.229090 Log likelihood 326.1831 F-statistic 0.072925 Durbin-Watson stat 1.805306 Prob(F-statistic) 0.787764
Sumber Eviews3.0 (diolah)
Berdasarkan hasil estimasi dengan uji LM ARCH, diketahui
nilai probabilitas Obs*R-squared adalah sebesar 0.784839 lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
besar dari 5% (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada masalah
heteroskedastisitas di dalam model.
3) Uji Multikolinieritas
Salah satu asumsi model regresi linear klasik adalah bahwa
tidak terdapat masalah multikolinearitas diantara variabel
independen dalam model regresi. Cara untuk mendeteksi ada
tidaknya multikolinearitas salah satunya dengan membandingkan
R2a (koefisien determinasi) regresi awal dengan R2 pada regresi
dengan masing-masing variabel bebas. Adapun kriteria pengujian
adalah sebagai berikut :
· Jika nilai R2a > R2, maka tidak ada masalah multikolinearitas
· Jika nilai R2a < R2, maka ada masalah multikolinearitas
Tabel 4.20 Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel R2a R2 Kesimpulan Lmod – Ltk Lbb 0.991006 0.960306 Tidak ada multikolinieritas Ltk – Lmod Lbb 0.991006 0.972520 Tidak ada multikolinieritas Lbb – Lmod Ltk 0.991006 0.975255 Tidak ada multikolinieritas
Sumber Eviews3.0 (diolah)
Dari Tabel 4.20 di atas dapat diketahui bahwa nilai R2a pada
hasil regresi awal lebih besar dari nilai R2 pada hasil regresi dengan
masing-masing variabel independen, yang berarti bahwa dalam
model regresi tidak terdapat masalah multikolinieritas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
2. Interpretasi Hasil Secara Ekonomi
a. Pengaruh Modal Terhadap Keuntungan Industri Kecil Batik di Kota
Surakarta
Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel modal dengan tingkat
signifikansi 5% berpengaruh signifikan dan positif terhadap keuntungan
pada industri kecil batik di kota Surakarta, dengan nilai koefisien regresi
modal sebesar 0.475061. Hal ini menunjukkan apabila ada peningkatan
modal sebesar 1 %, maka akan meningkatkan keuntungan sebesar
0.475061 %.
Implikasi hubungan antara variabel modal dengan variabel
keuntungan adalah sesuai dengan hipotesis yang diajukan, yaitu adanya
pengaruh yang signifikan dan positif antara modal dengan keuntungan.
Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya penambahan modal yang
digunakan akan menyebabkan peningkatan keuntungan yang diperoleh
pengusaha pada industri kecil batik. Jadi untuk meningkatkan
keuntungan pada industri kecil batik dapat dilakukan dengan
penambahan modal.
b. Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Keuntungan Industri Kecil Batik di
Kota Surakarta
Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel tenaga kerja dengan
tingkat signifikansi 5% berpengaruh signifikan dan positif terhadap
keuntungan pada industri batik di kota Surakarta, dengan nilai koefisien
regresi tenaga kerja sebesar 0.086749. Hal ini menunjukkan apabila ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
peningkatan jumlah tenaga kerja sebesar 1 %, maka akan meningkatkan
keuntungan sebesar 0,086749 %.
Implikasi hubungan antara variabel tenaga kerja dengan variabel
keuntungan adalah sesuai dengan hipotesis yang diajukan, yaitu adanya
pengaruh yang signifikan dan positif antara tenaga kerja dengan
keuntungan. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan jumlah tenaga
kerja yang digunakan akan menyebabkan peningkatan keuntungan yang
diperoleh pengusaha pada industri kecil batik. Jadi untuk meningkatkan
keuntungan pada industri kecil batik dapat dilakukan melalui
penambahan jumlah tenaga kerja.
c. Pengaruh Biaya Bahan Baku Terhadap Keuntungan Industri Kecil Batik
di Kota Surakarta
Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel bahan baku dengan
tingkat signifikansi 5% berpengaruh signifikan dan negatif terhadap
keuntungan pada industri batik di kota Surakarta, dengan nilai koefisien
regresi bahan baku sebesar -0.330499. Hal ini menunjukkan apabila ada
peningkatan biaya bahan baku sebesar 1 %, maka akan mengurangi
keuntungan sebesar 0,330499 %.
Implikasi hubungan antara variabel biaya bahan baku dengan
variabel keuntungan adalah sesuai dengan hipotesis yang diajukan, yaitu
adanya pengaruh yang signifikan dan negatif antara biaya bahan baku
dengan keuntungan. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan biaya
bahan baku yang digunakan akan mengurangi keuntungan yang
diperoleh pengusaha pada industri kecil batik. Jadi untuk meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
keuntungan pada industri kecil batik dapat dilakukan dengan lebih
mengoptimalkan penggunaan bahan baku. Sehingga biaya yang
dikeluarkan untuk pengadaan bahan baku tersebut tidak hanya akan
menambah total biaya pengeluaran yang dapat mengurangi keuntungan.
Akan tetapi, dengan penggunaan bahan baku yang lebih optimal maka
hasil produksi industri kecil batik juga akan meningkat. Sehingga
keuntungan yang diperoleh juga akan meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 90 pengusaha
industri kecil batik di Kota Surakarta, maka dapat diambil kesimpulan dan saran
sebagai berikut :
A. Kesimpulan
1. Variabel modal berpengaruh signifikan dan positif terhadap keuntungan
pada industri kecil batik di Kota Surakarta pada tingkat signifikansi 5%.
Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan variabel
modal berpengaruh signifikan dan positif terhadap keuntungan industri
kecil batik di Kota Surakarta terbukti.
2. Variabel tenaga kerja berpengaruh signifikan dan positif terhadap
keuntungan pada industri kecil batik di Kota Surakarta pada tingkat
signifikansi 5%. Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang
menyatakan variabel tenaga kerja berpengaruh signifikan dan positif
terhadap keuntungan industri kecil batik di Kota Surakarta terbukti.
3. Variabel biaya bahan baku berpengaruh signifikan dan negatif terhadap
keuntungan pada industri kecil batik di Kota Surakarta pada tingkat
signifikansi 5%. Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang
menyatakan variabel biaya bahan baku berpengaruh signifikan dan negatif
terhadap keuntungan industri kecil batik di Kota Surakarta terbukti.
4. Dilihat dari koefisien regresinya, variabel yang mempunyai pengaruh
paling dominan terhadap keuntungan pada industri kecil batik di Surakarta
adalah modal. Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
menyatakan variabel modal mempunyai pengaruh paling dominan
terhadap keuntungan industri kecil batik di Kota Surakarta terbukti.
5. Secara bersama-sama ketiga variabel modal, tenaga kerja dan biaya bahan
baku dengan tingkat signifikansi 5% di dalam penelitian ini berpengaruh
signifikan terhadap keuntungan pada industri kecil batik di Kota Surakarta.
B. Saran
1. Mengingat modal berpengaruh terhadap keuntungan, para pengusaha
industri kecil batik hendaknya mengupayakan penambahan modal.
Tambahan modal tersebut dapat diperoleh dari pembiayaan baik dari
perbankan maupun lembaga keuangan lainnya. Oleh sebab itu, pihak
lembaga keuangan diharapkan dapat memberikan kemudahan dalam
penyaluran kredit usaha bagi industri kecil batik.
2. Pemerintah sebagai fasilisator dapat memberikan bantuan modal selain
berupa uang juga berupa peralatan produksi yang lebih modern, sehingga
produksi yang dihasilkan dapat meningkat dan akan meningkatkan
keuntungan.
3. Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, Pemerintah dapat
memberikan pelatihan yang berkaitan dengan ketrampilan kerja, desain
produk dan penanganan limbah. Contoh : Pelatihan tentang pemakaian zat
warna alam yang ramah lingkungan.
4. Diharapkan Pemerintah membangun kawasan berikat sebagai suatu kawasan
yang membuka peluang dan kemudahan sebesar-besarnya bagi usaha–usaha
yang memerlukan bahan baku membatik. Hal ini dilakukan agar harga bahan
baku dapat ditekan, karena pengadaan bahan baku batik masih
ketergantungan bahan baku impor. Dengan ini diharapkan, biaya yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
dikeluarkan untuk pembelian bahan baku dapat ditekan, sehingga dapat
menghasilkan keuntungan yang optimal.
5. Penelitian ini mungkin masih banyak kekurangan, diharapkan pada
penelitian selanjutnya dapat membuat penelitian yang lebih baik dan lebih
mendalam mengenai industri kecil batik di Kota Surakarta.