ANALISIS PERBEDAAN PENDAPATAN USAHA MIKRO …/Analisis...KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah...
Transcript of ANALISIS PERBEDAAN PENDAPATAN USAHA MIKRO …/Analisis...KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ANALISIS PERBEDAAN PENDAPATAN USAHA MIKRO SEBELUM DAN SESUDAH MENERIMA BANTUAN KREDIT PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
( PNPM ) MANDIRI PERDESAAN
Studi Kasus Warung Kelontong di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007 -2009
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Konsentrasi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Keuangan Daerah
Oleh :
TRIANA NURHAYATI S 4207009
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
PROGRAM PASCA SARJANA
MAGISTER EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya
yang tak terhingga, akhirnya dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan
mengambil judul “Analisis Perbedaan Pendapatan Usaha Mikro Sebelum dan
Sesudah Menerima Bantuan Kredit Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandiri Perdesaan” (Studi Kasus Terhadap Warung Kelontong di
Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo Tahun 2007 – 2009). Dalam
penyelesaian tesis ini, banyak pihak yang memberikan dukungan baik secara
moril maupun materiil, sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan dengan
baik. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih
tak terhingga kepada :
1. Bapak Dr. JJ. Sarungu, MS. Selaku Ketua Program Magister Ekonomi dan
Studi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus
pembimbing utama, yang dengan penuh kesabaran meluangkan waktunya
untuk membimbing dan mengarahkan penulis.
2. Ibu Siti Aisyah TR, SE, Msi. Selaku pembimbing pendamping yang telah
meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan sampai tesis ini selesai.
3. Seluruh staf administrasi dan pendidikan MESP – UNS serta civitas
akademis Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
4. Suamiku tercinta yang tidak lelah memberikan dorongan semangat bagi
penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5. Kedua orangtuaku, adik-adikku dan keponakan-keponakanku tersayang
yang telah memberikan do’a, semangat dan dorongan kepada penulis
untuk menyelesaikan tesis ini
6. Teman-teman sejawat dan se-angkatan yang telah memberikan dorongan
dan banyak informasi berguna, sehingga membuat tesis ini makin lengkap
7. Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu
Terakhir penulis mengharapkan kritik dan masukan yang bersifat
membangun demi penyempurnaan tesis ini, baik dari segi metodologis maupun
segi analisis akademisnya, sehingga diharapkan dapat memberikan masukan yang
bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan dan dapat memperkaya khasanah
dalam pengembangan ilimu-ilmu. Amin
Surakarta, 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
JUDUL ……………………………………………………………….. ..
PERSETUJUAN PEMBIMBING ……..……………………………......
PENGESAHAN KELULUSAN..………………………………………..
PERNYATAAN ………………………………………………….……
ABSTRAK ………………………………………………………………
KATA PENGANTAR………………………………………………….
DAFTAR ISI ……………………………………………………………
DAFTAR TABEL ………………………………………………………
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ……………..…………………………………
1.2. Rumusan Masalah …………………………………………….
1.3. Tujuan Penelitian ……………………………………………
1.4. Manfaat Penelitian ……………………………………………
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pendapatan ………………………………………………………
2.2. Modal ……………………………………………………………
2.3. Kredit ……………………………………………………………
2.4. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan
2.5. Usaha Mikro ……………………………………………………
i
ii
iii
iv
v
vii
ix
xii
xiv
xv
1
5
5
6
7
7
7
9
12
14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2.6. Warung Kelontong ………………………………………………
2.7. Penelitian Terdahulu……………………………………………..
2.8. Kerangka Konseptual……………………………………………
2.9. Hipotesis…………………………………………………………..
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian ………………………………………
3.2. Unit Analisis ……………………………………………………
3.3. Teknik Pengambilan Sampel……………………………………
3.4. Jenis Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data ……………
3.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ….………………
3.6. Teknik Analisis Data …………………………...………………
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian
1. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Polokarto ……………
2. Kondisi Sosial Ekonomi ………………………………………
3. Gambaran Obyek Penelitian ……………………………………
4.2. Perkembangan PNPM Mandiri Perdesaan di Kecamatan
Polokarto…………………………………………………………
4.3. Keadaan dan Karakteristik Responden ………………………….
1. Karakteristik Responden Dilihat dari Usia……………………
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………
3. Tingkat Pendidikan Responden ……………………………..
4. Karakterisik Responden Dilihat dari Status Pernikahan ……..
16
17
19
21
22
22
22
22
24
25
26
29
29
29
29
30
31
34
34
36
36
37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5. Jumlah Anggota Keluarga Responden…………………………
6. Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan Pasangan (Suami
atau Istri)……………………………………………………
7. Lama Usaha Responden ……………………………………..
8. Karakteristik Menurut Besarnya Bantuan Kredit Yang
Diterima………………………………………………………
4.4. Perbandingan Tingkat Pendapatan Responden Sebelum Dan
Sesudah Menerima Bantuan Kredit PNPM Mandiri Perdesaan …
4.5. Hasil Estimasi Statistik Uji Beda Mean..………………………
4.6. Pembahasan …………………………………………………….
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ………………………………………………………
5.2. Saran …………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………
LAMPIRAN
42
43
44
45
46
48
50
55
55
56
57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Data Penduduk miskin Kabupaten Sukoharjo Tahun 2007 ……..
Tabel 3.1. Populasi sampel ………………………………………………….
Tabel 3.2. Pengelompokan besar bantuan kredit ……………………………
Tabel 4.1. Jumlah warung kelontong yang mendapat bantuan kredit……….
Tabel 4.2. Program penanggulangan kemiskinan yang ada di Kecamatan
Polokarto…………………………………………………………
Tabel 4.3. Alokasi bantuan program di Kecamatan Polokarto ……………...
Tabel 4.4. Responden menurut usia………………………………………...
Tabel 4.5. Jenis kelamin responden………………………………………….
Tabel 4.6. Responden menurut tingkat pendidikan..………………………...
Tabel 4.7. Responden menurut status pernikahan …………………………..
Tabel 4.8. Responden menurut jumlah anggota keluarga …………………..
Tabel 4.9. Responden menurut pekerjaan pasangan………………………...
Tabel 4.10. Responden menurut lama usaha ………………………………..
Tabel 4.11. Responden menurut besarnya pinjaman yang diterima tahun
2007……………………………………………………………..
Tabel 4.12. Responden menurut besarnya pinjaman yang diterima tahun
2008 …………………………………………………………….
Tabel 4.13. Responden menurut besarnya pinjaman yang diterima tahun
2009 …………………………………………………………….
Tabel 4.14. Responden berdasarkan pendapatan sebelum dan sesudah
menerima bantuan kredit PNPM Mandiri Perdesaan tahun
2007-2009…………………………………………………..…...
Tabel 4.15. Rata-rata Pendapatan sebelum dan Sesudah Menerima Bantuan
Kredit Tahun 2007 -2009 …………………...............................
3
4
14
24
27
32
34
35
37
38
39
40
41
43
44
45
47
48
48
49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1. Pendapatan Rata-rata Responden………. ………………..
20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Analisis Perbedaan Pendapatan Usaha Mikro Sebelum Dan Sesudah Menerima Bantuan Kredit Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandiri Perdesaan
(Studi Kasus Warung Kelontong di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007 -2009)
TRIANA NURHAYATI S 4207009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis data yang berkaitan dengan pemberian bantuan kredit dari PNPM Mandiri Perdesaan di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo. Tujuan khususnya adalah : (1) Menganalisis perbedaan pendapatan usaha mikro (warung kelontong) di Kecamatan Polokarto sebelum dan sesudah mendapat bantuan kredit PNPM Mandiri Perdesaan. Hal ini sangat penting untuk evaluasi dan perbaikan pelaksanaan pemberian bantuan kredit PNPM Mandiri Perdesaan di Kecamatan Polokarto khususnya. (2) Menganalisis perkembangan bantuan kredit PNPM Mandiri Perdesaan pada pelaku usaha mikro khususnya warung kelontong di Kecamatan Polokarto.
Bentuk desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik inferensif. Penelitian ini mengambil lokasi di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo sesuai dengan lokasi PNPM Mandiri Perdesaan. Objek dalam penelitian ini adalah mengenai pelaku usaha mikro khususnya warung kelontong yang mendapat bantuan kredit dari PNPM Mandiri Perdesaan dari tahun 2007 – 2009. Keseluruhan uji statistik mempergunakan alat bantu komputer dengan program SPSS versi 15.
Berdasarkan data, analisa dan pembahasan serta pembuktian hipotesis yang diajukan tentang analisa pendapatan pelaku usaha mikro warung kelontong penerima bantuan kredit pada program PNPM Mandiri Pedesaan, terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat pendapatan pelaku usaha mikro warung kelontong penerima bantuan kredit sebelum dan sesudah mendapatkan bantuan kredit. Program PNPM Mandiri pedesaan yang telah dilaksanakan dengan sasaran target pemberdayaan masyarakat dan pengentasan kemiskinan, mampu meningkatkan pendapatan rumah tangga dan berjalan cukup efektif di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo.
Kata Kunci : Pendapatan, Bantuan Kredit, PNPM Mandiri Perdesaan, Warung Kelontong
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
Analysis of Income Differences Before and After Micro Credit Assistance Receives from National Community Empowerment Program (PNPM)
Independent Rural
(Case Study Grocery Shop in District Polokarto Sukoharjo Regency of Central Java Province in 2007 -2009)
TRIANA NURHAYATI
S 4207009.
This study aims to determine and analyze the data associated with providing credit assistance from the NCEP Independent Rural in District Polokarto Sukoharjo. Particular purpose are: (1) Analyze the income disparities of micro enterpreneurs (grocery shop) Distric Polokarto before and after receiving assistance PNPM Independent Rural credit. It is very important for the evaluation and improvement of the implementation of credit assistance of NCEP Independent Rural in the District Polokarto particular. (2) analyze the development of PNPM Independent Rural credit assistance to micro businesses, especially grocery shop in District Polokarto.
Form of research design is taken in this paper is inferensive satatistik. This
study took place in Sub Polokarto Sukoharjo district in accordance with the NCEP Independent Rural. Objects in this research is on micro-businesses, especially grocery shop who got loans from the PNPM Independent Rural from 2007 to 2009. The overall statistical test to use computer tools with SPSS version 15.
Based on the data, analysis and discussion as well as proving a hypothesis put
forward about the micro analysis of the income beneficiary grocery store credit in the program NCEP Independent Rural, there are significant differences in income levels the micro credit beneficiaries grocery shop before and after getting credit assistance. NCEP Independent Rural which has been implemented with the goal of the target community empowerment and poverty alleviation, to increase household income and running quite effective in the District Polokarto Regent Sukoharjo.
Keyword : Income, Credit Assistance, NCEP Independent Rural, Grocery Shop.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi adalah usaha yang bertujuan untuk meningkatkan
taraf hidup, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan
masyarakat. Pembangunan ekonomi juga merupakan upaya yang dilakukan suatu
negara untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan ekonomi dan kualitas hidup
masyarakat (Arsyad, 2001). Dengan batasan ini maka pembangunan ekonomi
diartikan sebagai suatu proses yang berkelanjutan dengan tujuan menaikkan
pendapatan perkapita dalam jangka panjang disertai perbaikan sistem
kelembagaan diberbagai bidang.
Pemberdayaan dan keberpihakan kepada masyarakat golongan kecil di
pedesaan maupun di daerah perkotaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari pembangunan nasional yaitu sebagai upaya untuk mewujudkan masyarakat
yang maju, mandiri sejahtera dan berkeadilan, material maupun spiritual yang
mencakup seluruh lapisan masyarakat. Berkaitan dengan pembangunan ekonomi
guna mempercepat penanggulangan kemiskinan, pemerintah Indonesia telah
melaksanakan program pemberdayaan melalui berbagai pembangunan sektoral
maupun regional. Namun karena dilaksanakan secara parsial dan tidak
berkelanjutan, efektivitasnya terutama dalam penanggulangan kemiskinan
dipandang masih belum optimal sehingga angka kemiskinan masih tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Untuk itu melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Mandiri Perdesaan diharapkan dapat terjadi harmonisasi prinsip-prinsip dasar,
pendekatan, strategi, serta berbagai mekanisme dan prosedur pembangunan
berbasis pemberdayaan masyarakat sehingga proses peningkatan kesejahteraan
masyarakat dapat berjalan lebih efektif dan efisien. Percepatan penanggulangan
kemiskinan melalui PNPM-Mandiri Perdesaan dalam bentuk pinjaman kepada
masyarakat miskin diarahkan untuk meningkatkan/ mengembangkan usaha-usaha
ekonomi produktif yang pada gilirannya diharapkan dapat memberikan
peningkatan pendapatan keluarga. Pinjaman yang diberikan yang merupakan
pinjaman lunak diharapkan dapat menjadi pendorong perluasan usaha ekonomi
serta membuka lapangan kerja di perdesaan.
Usaha Kecil dan Mikro boleh dikatakan merupakan salah satu alternatif
solusi masyarakat untuk dapat meningkatkan pendapatan keluarga, yakni melalui
kegiatan usaha kecil terutama yang berkarakteristik informal. Dengan adanya
usaha kecil yang bergerak disektor informal ini, maka persoalan pengangguran
sedikit banyak dapat tertolong dan implikasi yang diharapkan adalah terjadi
peningkatan pendapatan juga. Berbagai kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat
Kecamatan Polokarto dalam upaya peningkatan pendapatan melalui berbagai
sektor usaha mikro, seperti jasa (salon, bengkel, rental komputer, penjahit),
pedagang retail/warung kelontong, warung makan, industri rumah tangga
(produksi tahu, pembuatan tempe, rambak/ kerupuk, kue, konveksi, batik dan lain-
lain).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Tabel 1.1 Data Penduduk Miskin Kabupaten Sukoharjo Tahun 2007
No KecamatanJumlah
Penduduk %
Jumlah Penduduk
Miskin %
1 Weru 66,076 7.86 18,899 7,26
2 Bulu 51,289 6.10 19,222 7,38
3 Tawangsari 58,130 6.92 26,761 10,28
4 Sukoharjo 84,192 10.02 22,886 8,79
5 Nguter 62,632 7.45 23,683 9,10
6 Bendosari 63,115 7.51 19,482 7,48
7 Mojolaban 78,925 9.39 23,929 9,19 8 Polokarto 77,366 9.21 29,766 11,43
9 Grogol 106,258 12.64 25,065 9,63
10 Baki 52,604 6.26 12,541 4,82
11 Gatak 47,880 5.70 17,598 6,76
12 Kartasura 92,010 10.95 20,524 7,88
Kab. Sukoharjo 840,477 100 260,356 100.00 Sumber : Data terolah dari Laporan Hasil Monev Data Kemiskinan
Kabupaten Sukoharjo Tahun 2007
Sebagai gambaran awal berdasarkan data dari hasil pelaksanaan
monitoring dan evaluasi data kemiskinan, yang dilakukan oleh Tim Monev Data
Kabupaten Sukoharjo seperti yang terlihat pada Tabel 1.1 terlihat bahwa
penduduk Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2007 berjumlah 840.477 orang, yang
terdiri dari penduduk laki-laki berjumlah 415.196 orang (49,4%) dan penduduk
perempuan berjumlah 425.281 orang (50,6%) dengan prosentase penduduk miskin
di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo menempati urutan tertinggi yakni
29,766% .
Berdasarkan data monografi Kecamatan Polokarto Tahun 2007 terlihat
bahwa sebanyak 1.587 warga yang berprofesi sebagai pengusaha baik itu bergerak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
dibidang jasa, produksi, maupun perdagangan, dimana sebanyak 316 orang
bergerak dibidang retail berupa warung kelontong. Sebaran pedagang kelontong
yang ada dikecamatan Polokarto dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2. Sebaran Warung Kelontong di Kecamatan Polokarto Tahun 2007
No Desa Warung Kelontong %1 Bakalan 18 5,702 Bugel 32 10,133 Bulu 26 8,234 Genengsari 14 4,435 Godog 20 6,336 Jatisobo 14 4,437 Karangwuni 15 4,758 Kayuapak 10 3,169 Kemasan 10 3,16
10 Kenokorejo 14 4,4311 Mranggen 27 8,5412 Ngombakan 17 5,3813 Polokarto 20 6,3314 Pranan 17 5,3815 Rejosari 20 6,3316 Tepisari 2 0,6317 Wonorejo 40 12,66
316 100Sumber : Data terolah dari Kecamatan Polokarto dalam
Angka Tahun 2007
Kecamatan Polokarto
Berdasarkan uraian dimuka, masalah yang akan dibahas dalam penelitian
ini adalah mengetahui bagaimana perbedaan pendapatan pelaku usaha mikro
khususnya warung kelontong di Kecamatan Polokarto sebelum dan setelah
menerima bantuan kredit dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandiri Perdesaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
1.2. Rumusan Masalah
Besarnya angka kemiskinan menjadi salah satu dasar penetapan
Kecamatan Polokarto sebagai salah satu sasaran program pemerintah, diantaranya
PNPM Mandiri Perdesan. Salah satu proses yang dilaksanakan PNPM Mandiri
Perdesaan yakni bersama masyarakat melakukan Focus Group Discusion (diskusi
kelompok terarah), tujuan dari FGD adalah untuk menemukenali akar masalah
penyebab kemiskinan dan sebagai hasil akhir kesimpulan diskusi tersebut
menyebutkan bahwa salah satu akar penyebab kemiskinan masyarakat Kecamatan
Polokarto adalah keterbatasan modal dan kesulitan dalam mengakses pinjaman
dari perbankan. Kesulitan permodalan ini dialami oleh pelaku usaha mikro, baik
itu yang bersifat produksi, jasa, maupun retail.
Permasalahan dalam penelitian ini yaitu apakah terdapat perbedaan
pendapatan bagi pelaku usaha mikro (khususnya warung kelontong) sebelum dan
sesudah menerima bantuan kredit PNPM Mandiri Perdesaan pada tahun 2007-
2009 di Kecamatan Polokarto?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis data yang
berkaitan dengan pemberian bantuan kredit dari PNPM Mandiri Perdesaan di
Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo. Tujuan khususnya adalah
Menganalisis perbedaan pendapatan usaha mikro di Kecamatan Polokarto
sebelum dan sesudah mendapat bantuan kredit PNPM Mandiri Perdesaan. Hal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
sangat penting untuk evaluasi dan perbaikan pelaksanaan pemberian bantuan
kredit PNPM Mandiri Perdesaan di Kecamatan Polokarto khususnya.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak
terkait dengan pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan, khususnya berkaitan
dengan upaya penanggulangan kemiskinan melalui bantuan kredit yang telah
dijalankan sehingga dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi
penyempurnaan kebijakan pada periode berikutnya.
Adapun manfaat akademis yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah
bertambahnya wawasan dan pengetahuan tentang bantuan kredit PNPM Mandiri
Perdesaan khususnya untuk penurunan angka kemiskinan melalui upaya
peningkatan pendapatan keluarga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pendapatan
Pendapatan adalah kenaikan kotor dalam aset atau penurunan dalam
liabilitas atau gabungan dari keduanya selama periode tetentu yang berakibat dari
investasi yang halal, perdagangan, memberikan jasa, atau aktivitas lain yang
bertujuan meraih keuntungan (Antonio, 2001).
Dalam akuntansi, pendapatan merepresentasi capaian atau hasil dan biaya
merepresentasi upaya. Dengan demikian, konsep upaya dan hasil mempunyai
implikasi bahwa pendapatan dihasilkan oleh biaya. Artinya hanya dengan biaya,
pendapatan dapat tercipta. Pendapatan timbul karena peristiwa atau transaksi pada
saat tertentu dan bukan karena proses selama satu periode (Suwardjono, 2005).
Berdasarkan definisi-definisi diatas pendapatan dalam penelitian ini adalah
aliran masuk kas yang dihitung dari jumlah barang dagangan yang terjual setelah
dikurangi biaya-biaya yang berupa pembelian barang dagangan maupun biaya-
biaya yang berasal dari hasil penggunaan pinjaman yang diberikan oleh PNPM
Mandiri Perdesaan.
2.2. Modal
Modal adalah segala bentuk sumberdaya baik berupa uang, barang,
maupun tenaga yang dapat dipergunakan dalam waktu tertentu untuk menjalankan
kegiatan usaha. Ketersediaan modal merupakan salah satu faktor penting yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
dibutuhkan dalam kegiatan usaha, dimana keberadaan modal diperlukan untuk
menunjang peningkatan efisiensi maupun produktivitas.
Penciptaan modal berarti menyisihkan sebagian kekayaan atau sebagian
hasil produksi untuk maksud-maksud yang produktif. Seringkali terjadi kerancuan
pengertian antara modal dan kredit, karena pembicaraan modal selalu terkait
dengan masalah kredit. Pemilikan modal tidak harus dari pengusaha itu sendiri,
modal dapat dipinjam dari pihak lain dengan janji pengembalian dalam jangka
waktu dan bunga tertentu yang dinamakan kredit. Dengan demikian modal dapat
dibagi menjadi dua yaitu modal sendiri (equity capital) dan modal pinjaman
(credit) (Mubyarto, 1987: 93).
Sebagian masyarakat khususnya mereka yang tinggal di wilayah perdesaan
mengalami kesulitan permodalan. Kekurangan modal berakibat pada terbatasnya
ruang gerak usaha yang ditujukan untuk meningkatkan pendapatan keluarga
sehingga untuk menambah modal usaha merekali seringkali meminjam dari pihak
lain.
Usaha yang dilakukan masyarakat untuk meningkatkan jumlah modal,
banyak dilakukan dengan cara meminjam kepada lembaga yang memang
menyediakan fasilitas kredit seperti bank atau lembaga jasa perorangan dengan
perjanjian-perjanjian yang telah disepakati sebelumnya oleh kedua belah pihak.
Sebagian besar masyarakat khususnya yang tinggal diperdesaan pada umumnya
tidak memiliki akses untuk menjangkau sumber permodalan bagi
keberlangsungan usaha ekonomi produktif yang mereka jalankan untuk
meningkatkan pendapatan keluarga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Sejalan dengan tujuan PNPM Mandiri Perdesaan yaitu untuk mempercepat
penanggulangan kemiskinan maka PNPM Mandiri Perdesaan dengan
menyediakan dana yang dapat diakses oleh setiap anggota masyarakat yang
memang membutuhkannya. Selanjutnya Manurung (1996: 50-54) menyatakan
bahwa untuk mengetahui dampak dari pemberian kredit kepada masyarakat
adalah dengan melihat dampaknya terhadap pendapatan masyarakat dan
kesempatan kerja. Untuk mengetahui dampak dari pemberian bantuan kredit
PNPM Mandiri Perdesaan dapat dilakukan dengan melihat selisih perbedaan rata-
rata dengan membadingkan kondisi sebelum dan sesudah masyarakat menerima
dan memanfaatkan bantuan kredit PNPM Mandiri Perdesaan yang mereka pinjam
tersebut. Pemberian bantuan kredit kepada masyarakat miskin dapat dikatakan
efektif bila telah memenuhi kriteria-kriteria seperti yang disebutkan Manurung
(1996: 41-60) bahwa : “dalam melakukan identifikasi pelaksanaan kredit /
efektivitas dalam pengembangan usaha kecil dapat dilakukan melalui : jangkauan
sasaran, penggunaan dana kredit, pelayanan kredit dan tingkat bunga kredit”.
2.3. Kredit
Kata kredit berasal dari bahasa Yunani “Credere” yang berarti
kepercayaan atau berasal dari bahasa Latin “Creditum” yang berarti kepercayaan
akan kebenaran. Selanjutnya pengertian tersebut dalam Undang-undang No.7
Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang
No.10 Tahun 1998, yang mendefinisikan kredit adalah sebagai penyediaan uang
atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam antara pihak bank dengan pihak lain yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan jumlah bunga (Suhardjono, 2003). Sedangkan menurut Hasibuan
(2005) Kredit adalah semua jenis pinjaman yang harus dibayar kembali bersama
bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.
Ditinjau dari sisi penyedia kredit, kredit perdesaan dikelompokkan
menjadi kredit formal, informal dan program. Kredit formal adalah kredit yang
disediakan oleh lembaga kredit formal yang berbadan hukum, baik bank maupun
non bank. Kredit informal adalah kredit yang disediakan oleh suatu lembaga atau
perorangan tidak berbadan hukum seperti pelepas uang, warung/toko, tukang
kredit dan kelompok simpan pinjam, sedang kredit program adalah kredit yang
disediakan melalui program-program pemerintah yang mempunyai tujuan khusus
dan diberikan dalam kurun waktu tertentu (Wibowo dan Munawar. 2002).
Menurut Robinson (2000), pinjaman dalam bentuk micro credit
merupakan salah satu upaya yang ampuh dalam menangani kemiskinan. Hal
tersebut didasarkan bahwa pada masyarakat miskin sebenarnya terdapat
perbedaan klasifikasi diantara mereka, yang mencakup: pertama, masyarakat yang
sangat miskin (the extreme poor) yakni mereka yang tidak berpenghasilan dan
tidak memiliki kegiatan produktif, kedua, masyarakat yang dikategorikan miskin
namun memiliki kegiatan ekonomi (economically active working poor), dan
ketiga, masyarakat yang berpenghasilan rendah (lower income) yakni mereka
yang memiliki penghasilan meskipun tidak banyak.
Kendala masyarakat dalam mengakses pinjaman dari lembaga keuangan
formal adalah persyaratan berupa pinjaman, sehingga masyarakat yang tidak dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
memenuhi persyaratan lembaga keuangan formal akan memilih kredit informal
dan kredit program yang mempunyai persyaratan sederhana dan tanpa jaminan.
Pinjaman dari kredit formal dan kredit informal digunakan masyarakat untuk
kegiatan produktif dan konsumtif. Sedangkan pinjaman dari kredit program
umumnya digunakan untuk kegiatan produktif (Wibowo dan Munawar, 2002).
Untuk mengatasi hambatan ini, pendekatan yang perlu dilakukan adalah
penyediaan jasa keuangan mikro (micro finance). Selama ini Lembaga Keuangan
Mikro (LKM) merupakan lembaga yang mampu memenuhi kebutuhan modal
UMKM karena mampu menyesuaikan dengan karakteristik UMKM yang
cenderung dianggap tidak bankable oleh sektor perbankan komersial. LKM
mampu memberikan pelayanan kredit dalam skala besar tanpa jaminan, tanpa
aturan yang ketat, dan dengan cara itu pula mampu untuk menutup seluruh biaya
yang mereka keluarkan. Selain itu LKM dapat juga menjadi perpanjangan tangan
dari lembaga keuangan formal, sebelum dana untuk pelayanan keuangan mikro itu
tersalur kepada kelompok swadaya masyarakat (atau usaha mikro tersebut).
Keberadaan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) sendiri juga memuat 3
(tiga) elemen kunci (versi dari Bank Pembangunan Asia dan Bank Dunia).
Pertama, menyediakan beragam jenis pelayanan keuangan yang relevan dengan
kebutuhan riil masyarakat yang dilayani. Kedua, melayani kelompok masyarakat
berpenghasilan rendah (masyarakat miskin menjadi pihak beneficiaries utama).
Ketiga, menggunakan prosedur dan mekanisme yang kontekstual dan fleksibel,
agar lebih mudah dijangkau oleh masyarakat miskin yang membutuhkan
pelayanan (Sumodiningrat, 2003).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Lembaga Keuangan Mikro atau Micro Finance Institution merupakan
lembaga yang melakukan kegiatan penyediaan jasa keuangan kepada pengusaha
kecil dan mikro serta masyarakat berpenghasilan rendah yang tidak terlayani oleh
Lembaga Keuangan formal dan yang telah berorientasi pasar untuk tujuan bisnis.
(Rudjito, 2003). Keuangan mikro berfungsi memberikan dukungan modal bagi
pengusaha mikro (microenterprises) untuk meningkatkan usahanya, setelah itu
usaha mereka akan berjalan lebih lancar dan lebih besar. Kebutuhan dana bagi
microenterprises setelah mendapat dukungan modal itu akan meningkat, sehingga
dibutuhkan Lembaga Keuangan Masyarakat (Mikro) yang dapat secara terus
menerus melayani kebutuhan mereka.
2.4. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Perdesaan
Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan tahun 2007 dimulai dengan
Program Pengembangan Kecamatan (PPK) sebagai dasar pengembangan
pemberdayaan masyarakat di perdesaan beserta program pendukungnya seperti
PNPM Generasi; Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP)
sebagai dasar bagi pengembangan pemberdayaan masyarakat di perkotaan; dan
Percepatan Pembangunan Daerah tertinggal dan Khusus (P2DTK) untuk
pengembangan daerah tertinggal, pasca bencana dan konflik. Mulai tahun 2008
Mandiri diperluas dengan melibatkan Program Pengembangan Infrastuktur Sosial
Ekonomi Wilayah (PISEW) untuk mengintegrasikan pusat-pusat pertumbuhan
ekonomi dengan daerah sekitarnya. PNPM Mandiri diperkuat dengan berbagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
departemen / sektor dan pemerintah daerah. Pelaksanaan PNPM Mandiri 2008
juga akan diprioritaskan pada desa-desa tertinggal.
Dengan pengintegrasian berbagai program pemberdayaan masyarakat
kedalam kerangka kebijakan PNPM Mandiri, cakupan pembangunan diharapkan
dapat diperluas hingga ke daerah-daerah terpencil dan terisolir. Efektivitas dan
efisiensi dari kegiatan yang selama ini sering berduplikasi antar proyek
diharapkan juga dapat diwujudkan. Mengingat proses pemberdayaan pada
umumnya membutuhkan waktu 5-6 tahun, maka PNPM Mandiri akan
dilaksanakan sekurang-kurangnya hingga tahun 2015. Hal ini sejalan dengan
target waktu pencapaian tujuan pembangunan milenium atau Millennium
Development Goals (MDGs).
Dasar hukum pelaksanaan PNPM Mandiri mengacu pada landasan
konstitusional UUD 1945 beserta amandemennya, landasan idiil Pancasila, dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Peraturan perundang-undangan
khususnya terkait sistem pemerintahan, perencanaan, keuangan Negara, dan
kebijakan penanggulangan kemiskinan sebagai berikut:
a. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 jo. Undang-undang Nomor 32
Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Pemerintahan Desa
c. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan
d. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2005 tentang Tim Koordinasi
Penanggulangan kemiskinan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
2.5. Usaha Mikro
Sesuai dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) pengertian UMKM adalah :
a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,
atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha
menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau
hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Tabel 2.1 Kriteria UMKM
Uraian Asset OmsetUsaha Mikro Max 50 Jt Max 300 JtUsaha Kecil >50 Jt - 500 Jt >300 Jt - 2,5 M
Usaha Menengah >500 Jt - 10 M >2,5 - 50 MSumber : UU No 20 Tahun 2008, tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Kendati beberapa definisi mengenai usaha kecil dan usaha menengah
beragam, namun agaknya usaha kecil mempunyai karakteristik yang hampir sama.
Pertama, tidak adanya pembagian tugas yang jelas antara bidang administrasi
dengan operasi. Kebanyakan industri kecil dikelola oleh perorangan yang
merangkap sebagai pemilik sekaligus pengelola perusahaan, serta memanfaatkan
tenaga kerja dari keluarga dan kerabat dekatnya. Kedua, rendahnya akses industri
kecil terhadap lembaga-lembaga kredit formal sehingga mereka cenderung
menggantungkan pembiayaan usahanya dari modal sendiri atau sumber-sumber
lain seperti keluarga, kerabat, pedagang perantara bahkan rentenir. Ketiga,
sebagian besar usaha kecil ditandai dengan belum dipunyainya status badan
hukum. Keempat, dilihat menurut golongan industri tampak bahwa hampir
sepertiga bagian dari seluruh industri kecil bergerak pada kelompok usaha industri
makanan dan minuman (Suhardjono, 2003).
UMKM juga masih dihadapkan pada masalah mendasar yang secara garis
besar mencakup : pertama, masih sulitnya akses UMKM pada pasar atas produk-
produk yang dihasilkannya, kedua, masih lemahnya pengembangan dan
penguatan usaha, serta ketiga, keterbatasan akses terhadap sumber-sumber
pembiayaan dari lembaga-lembaga keuangan formal khususnya dari perbankan.
Keterbatasan akses sumber-sumber pembiayaan yang dihadapi oleh pelaku Usaha
Kecil dan Mikro terutama dari lembaga-lembaga keuangan formal seperti
perbankan, menyebabkan mereka bergantung pada sumber-sumber informal.
Bentuk dari sumber-sumber ini beraneka ragam mulai dari rentenir hingga
berkembang dalam bentuk unit simpan pinjam, koperasi dan bentuk yang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Dalam perkembangannya, lembaga-lembaga keuangan informal ini lebih
mengena di kalangan pelaku UKM karena sifatnya yang lebih fleksibel, misalnya
dalam hal persyaratan dan jumlah pinjaman yang tidak seketat persyaratan
perbankan maupun keluwesan pada pencairan kredit. Hal ini merupakan salah
satu indikator bahwa keberadaan lembaga-lembaga keuangan informal sesuai
dengan kebutuhan pelaku UKM, yang umumnya membutuhkan pembiayaan
sesuai skala dan sifat usaha kecil (Wijaya, 2005).
Secara garis besar, tantangan yang dihadapi pengusaha kecil dapat dibagi
menjadi dua kategori: pertama, bagi pengusaha kecil (PK) dengan omset kurang
dari Rp 50 juta perbulan atau lebih dikenal dengan usaha mikro, umumnya
tantangan yang dihadapi adalah bagaimana menjaga kelangsungan hidup
usahanya. Bagi mereka, umumnya asal dapat berjualan dengan “aman” sudah
cukup. Mereka umumnya tidak membutuhkan modal yang besar untuk ekspansi
produk; biasanya modal yang diperlukan sekedar membantu kelancaran cashflow
saja (Suhardjono, 2003)
2.6. Warung Kelontong
Definisi Toko / warung kelontong berdasarkan BPS 2006 adalah pedagang
eceran yang menjual beraneka barang dengan harga yang telah ditentukan, selain
supermarket. Warung kelontong merupakan salah satu kegiatan perekonomian
yang bergerak di sektor informal. Simanjuntak (1995), memberikan ciri-ciri yang
tergolong sektor informal sebagai berikut :
a. Kegiatan usaha umumnya sederhana
b. Skala usaha relatif kecil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
c. Usaha sektor informal umumnya tidak mempunyai izin usaha
d. Untuk benerja di sektor informal lebih mudah daripada di sektor formal.
e. Tingkat pendapatan di sektor informal lebih mudah daripada sektor formal
f. Tingkat pendapatan di sektor informal biasanya lebih rendah dari sektor
formal
g. Keterkaitan sektor informal dengan usaha-usaha lain sangat kecil
h. Usaha-usaha di sektor informal sangat beaneka ragam.
Usaha-usaha sektor informal yang dimaksud diantaranya pedagang kaki
lima, pedagang keliling, tukang warung, sebagian tukang cukur, tukang becak,
sebagian tukang sepatu, tukang loak serta usaha rumah tangga seperti : pembuat
tempe, pembuat kue, pembuat es mambo, barang-barang anyaman dan lain-lain
2.7. Penelitian Terdahulu
a. Purwaningsih (1997), meneliti tentang Efisiensi Usaha perkreditan
KUD dan Kelayakan Kredit Bagi Debiturnya Di Kabupaten Boyolali,
dimana salah satu hasil penelitiannya menyebutkan bahwa jenis usaha
menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi rate of return dari kredit
yang disalurkan oleh KUD. Artinya bahwa jenis usaha yang dikelola
oleh kreditur KUD berpengaruh pada pendapatan yang diterima untuk
selanjutnya akan berpengaruh juga terhadap rate of return dari kredit
yang disalurkan oleh KUD tersebut.
b. Suprayoga (2000), yang menganalisa tentang pemberian Kukesra dan
Takesra dalam meningkatkan tahapan keluarga menggunakan alat analisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
regresi linier semi-log. Dimana variabel dependentnya adalah kenaikan
tahapan keluarga dan variabel independent yang digunakan adalah jumlah
keluarga penerima kredit, nominal kredit yang diberikan, dan tabungan
dari masing-masing keluarga penerima kredit. Hasil analisa menunjukkan
bahwa setiap perubahan pada variabel bebas akan mampengaruhi
perubahan variabel dependent. Makin besar kredit yang diberikan akan
memperbesar kesempatan bagi keluarga penerima untuk berpindah ke
tingkatan keluarga sejahtera yang lebih tinggi.
c. Awan Santosa dkk (2002), melaksanakan penelitian tentang Program
Penanggulangan Kemiskinan Bersasaran di Provinsi DIY yang bertujuan
untuk mengevaluasi dampak program IDT, PPK, dan P2KP serta
program padat karya dalam meningkatkan pendapatan penerima program
dan menurunkan tingkat kemiskinan penerima program, serta untuk
mengevaluasi tingkat efisiensi penyaluran dana setiap program dan
tingkat kelangsungan dana program yang dilaksanakan. Analisis dalam
penelitian ini menggunakan alat yang telah dirumuskan dalam Manual
Evaluasi Program Penanggulangan Kemiskinan yang dibuat oleh ESCAP
(Economic and Social Commision For Asia and Pacific), yang terdiri
dari 4 kategori, yaitu Income Indicator (A1), Poverty Reduction (PR),
Efficiency in Program Delivery (EP), dan Financial Viability (FV).
Perhitungan data untuk Program Pengembangan Kecamatan (PPK)
menghasilkan nilai income indicator sebesar 0,11 yang menunjukkan
adanya peningkatan pendapatan peserta PPK sebesar 11%. Nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
coverage of target group sebesar 0,71 menunjukkan adanya peserta
program yang dikategorikan tidak miskin sebesar 0,29 (29%).
Pengkategorian ini dilakukan dengan membandingkan tingkat
pendapatan peserta program dengan garis kemiskinan.
d. Mannasai (2005), meneliti tentang dampak IDT (Inpres Desa
Tertinggal) terhadap pendapatan Pendapatan masyarakat di desa
simpangan kecamatan Lamala Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah.
Mengungkapkan bahwa jumlah kredit yang diberikan, jumlah usaha yang
ditekuni masyarakat dan tingkat pendidikan menunjukkan pengaruh
positif dan signifikan terhadap peningkatan pendapatan masyarakat.
e. Nino Miguel Angel Zarazua (2007), meneliti tentang dampak
pemberian kredit pada pendapatan penduduk miskin di perkotaan
meksiko, dalam penelitiannya ditemukan adanya hubungan antara
kemiskinan dengan pemberian pinjaman, dimana kelompok miskin yang
mendapat program pinjaman lebih efektif dalam mengurai kesenjangan
kemiskinan dan memberikan dampak yang signifikan terhadap
penurunan angka kemiskinan.
Persamaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian sebelumnya
terletak pada masalah kredit perdesaan. Perbedaannya terletak pada lokasi dan
periode penelitian.
2.8. Kerangka Konseptual
Keberadaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perdesaan adalah diperuntukkan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
peningkatan pendapatan, penurunan tingkat pengangguran. Salah satu cara yang
ditempuh oleh pemerintah yakni dengan pemberian bantuan dalam bentuk
bantuan kredit modal usaha. Kebutuhan akan modal memang merupakan salah
satu penyebab utama lingkaran kemiskinan yang terjadi dalam masyarakat. Oleh
karena itu penelitian ini terutama ditujukan untuk menganalisis sejauh mana
pemberian bantuan kredit dari PNPM Mandiri Perdesaan ini dalam mendorong
peningkatan pendapatan yang pada akhirnya diharapkan dapat turut serta dalam
proses penanggulangan kemiskinan, sehingga terwujud masyarakat yang
sejahtera. Kerangka berpikir penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Penelitian.
Bantuan Kredit PNPM Mandiri Pedesaan
Warung Kelontong di
Kec.Polokarto
Pendapatan Warung Kelontong Sesudah
Mendapatkan Bantuan Kredit
Pendapatan Warung Kelontong Sebelum
Mendapatkan Bantuan Kredit
Komparasi/perbedaan
Uji Beda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
2.9. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah terdapat perbedaan pendapatan yang
signifikan dari pelaku usaha mikro khususnya pedagang kelontong di Kecamatan
Polokarto antara sebelum dan sesudah menerima bantuan kredit PNPM Mandiri
Perdesaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pendapatan pelaku
usaha mikro khususnya warung kelontong sebelum dan setelah mendapat bantuan
kredit dari PNPM mandiri pedesaan. Waktu penelitian dilaksanakan pada tahun
2009 setelah bantuan kredit usaha diterima oleh pelaku usaha di Kecamatan
Polokarto dan telah berjalan dalam kurun waktu 3 tahun.
Penelitian ini mengambil lokasi di Kecamatan Polokarto Kabupaten
Sukoharjo sesuai dengan lokasi PNPM Mandiri Perdesaan. Objek dalam
penelitian ini adalah mengenai pelaku usaha mikro khususnya warung kelontong
yang mendapat bantuan kredit dari PNPM Mandiri Perdesaan dari tahun 2007
sampai dengan tahun 2009.
3.2. Unit Analisis
Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu pedagang / pemilik warung
kelontong di Kecamatan Polokarto yang mendapat bantuan kredit PNPM Mandiri
Perdesaan pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2009.
3.3. Teknik Pengambilan sampel
Populasi dalam penelitian tentang Analisis Perbedaan Pendapatan
Sebelum Dan Sesudah Pemberian Bantuan Kredit Dari PNPM Mandiri Perdesaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Pada Usaha Mikro (Studi Kasus Pedagang / Warung Kelontong Di Kecamatan
Polokarto Kabupaten Sukoharjo Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007 – 2009)
adalah pengusaha mikro yang mempunyai usaha berupa warung kelontong yang
merupakan warga Kecamatan polokarto dan mendapat bantuan kredit dari PNPM
Mandiri Perdesaan dari tahun 2007 - 2009. Sedangkan dari besarnya populasi
yang diperoleh dari data dinas terkait terdapat 113 responden yang mendapatkan
bantuan kredit dari PNPM Mandiri Perdesaan di Kecamatan Polokarto selama tiga
tahun berturut-turut yang tersebar di 17 desa.
Sebagai sampel dalam penelitian ini adalah individu yang diselidiki dari
keseluruhan individu penelitian. Sesuai dengan judul penelitian, maka yang
menjadi unit sampel adalah rumah tangga yang mempunyai usaha warung
kelontong penerima bantuan kredit program PNPM Mandiri Perdesaan tahun
2007 – 2009 yang berdomisili di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo.
Berdasarkan data dari dinas terkait maka besarnya populasi dan sebaran
sampel dapat dilihat pada Tabel 3.1. Dari Tabel 3.1 dapat dilihat populasi warung
kelontong penerima bantuan kredit PNPM Mandiri Perdesaan pada Tahun 2007
sebanyak 138 pemanfaat, Tahun 2008 sebanyak 153 pemanfaat dan Tahun 2009
sebanyak 196 pemanfaat. Pemanfaat bantuan kredit yang memenuhi syarat untuk
dijadikan sampel dalam penelitian ini yakni sebesar 113 pemanfaat yang tersebar
di 17 desa se Kecamatan Polokarto, hal ini dikarenakan tidak semua pemanfaat
menerima bantuan kredit selama tiga tahun berturut-turut. Dari populasi yang ada
yakni 113 pemanfaat, jumlah sampel yang diteliti sebanyak 50%. Penetapan
responden dalam penelitian ini menggunakan metode Cluster Random Sampling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
atas dasar lokasi desa tempat usaha warung kelontong yang mendapat bantuan
kredit Program PNPM Mandiri pedesaan.
Tabel. 3.1. Populasi sampel
Sampel2007 2008 2009 2007 s/d 2009 50%
Bakalan 8 10 14 6 3 Bugel 17 16 20 15 7 Bulu 5 7 11 5 3
Genengsari 7 5 8 5 3 Godog 8 14 16 7 3
Jatisobo 12 10 12 9 4 Karangwuni 6 7 10 5 3 Kayuapak 6 8 9 6 3 Kemasan 6 7 7 6 3
Kenokorejo 7 13 13 6 3 Mranggen 14 12 20 12 6
Ngombakan 8 7 16 6 3 Polokarto 14 13 11 10 5
Pranan 2 4 3 1 1 Rejosari 1 0 0 0 - Tepisari 2 2 2 2 1
Wonorejo 15 18 24 12 6 Jumlah 138 153 196 113 57
DesaTahun Terima Bantuan Kredit
Sumber : Data penerima bantuan kredit PNPM Mandiri Perdesaan dari Unit
Pengelola Kegiatan Kecamatan Polokarto
3.4. Jenis Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data
a. Jenis Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 jenis sumber data yaitu:
1. Data primer
Data primer adalah data yang secara langsung diperoleh dari obyek
penelitian, dengan menyebarkan daftar pertanyaan yang diisi responden..
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Responden adalah para pelaku usaha mikro warung kelontong penerima
bantuan kredit dari PNPM Mandiri Perdesaan pada tahun 2007-2009 di
Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo.
2. Data sekunder
Data yang diperoleh dari data-data yang telah diolah oleh pihak-pihak
atau institusi-institusi terkait seperti Badan Pemberdayaan Masyarakat
dan Desa Kabupaten Sukoharjo, Badan Pusat Statistik Kabupaten,
Pemerintah Kecamatan Bendosari, Fasilitator PNPM baik tingkat
kabupaten maupun tingkat kecamatan, serta referensi dari media cetak
dan media elektronik.
b. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data primer yakni dengan memberikan daftar
pertanyaan kepada responden dengan teknik wawancara terstruktur dan
wawancara mendalam (in-depth interview) untuk menggali masalah atau hal
yang tidak dapat di kuantifikasi. Sedangkan kegiatan yang dilakukan Untuk
memperoleh data sekunder yang diperlukan, maka dilakukan kegiatan-
kegiatan sebagai berikut :
· Studi Kepustakaan, yaitu dengan cara membaca literatur-literatur
bidang ekonomi pembangunan dan sumberdaya manusia yang
digunakan sebagai landasan kerangka berpikir dan teori-teori yang
sesuai dengan topik penelitian.
· Dokumentasi, yaitu dengan menelaah dan menganalisis laporan-laporan
mengenai ekonomi dan pembangunan serta program-program
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
penanggulangan kemiskinan yang diterbitkan oleh Kantor Badan
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Sukoharjo, Tim
Koordinasi PNPM Mandiri Perdesaan Kabupaten Sukoharjo, Fasilitator
Kabupaten Sukoharjo, Fasilitator Kecamatan, Unit Pengelola Kegiatan
PNPM Mandiri Perdesaan, Kecamatan Polokarto, Kantor Statistik
Kabupaten Sukoharjo maupun instansi-instansi pemerintah lain yang
terkait dengan pokok penelitian ini.
3.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel-variabel dan cara pengambilan data variabel yang digunakan
dalam menganalisis dampak pemberian bantuan kredit PNPM Mandiri Perdesaan
di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo adalah sebagai berikut :
a. Bantuan kredit adalah pinjaman dana dari PNPM Mandiri Perdesaan yang
diterima oleh pelaku usaha mikro /warung kelontong (rupiah);
b. Pendapatan adalah aliran masuk kas yang dihitung dari jumlah barang
dagangan yang terjual setelah dikurangi biaya-biaya yang berupa
pembelian barang dagangan maupun biaya-biaya yang berasal dari hasil
penggunaan pinjaman yang diberikan oleh PNPM Mandiri Perdesaan.
3.6. Teknik Analisis Data
Secara umum teknik analisis pada penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu,
teknik analisis deskriptif dan teknik analisa statistik infern (induktif). Penggunaan
dua teknik analisis ini bertujuan untuk mempermudah dalam menjelaskan hasil
dan pembahasan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Statistik deskriptif digunakan dalam penelitian ini untuk mendeskripsikan jumlah
kredit yang mampu mendorong usaha warung kelontong dalam memberikan
dampak peningkatan pendapatan dengan cepat. Sedangkan statistik infern
(induktif) digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui pendapatan pelaku
usaha mikro penerima bantuan sebelum dan sesudah menerima kredit usaha
program PNPM mandiri pedesaan.
Uji statistik dilakukan dengan menggunakan metode statistik parametrik,
yaitu dengan menggunakan Paired sample T-test. Uji-t berpasangan (paired t-test)
adalah salah satu metode pengujian hipotesis dimana data yang digunakan tidak
bebas (berpasangan). Ciri-ciri yang paling sering ditemui pada kasus yang
berpasangan adalah satu individu (objek penelitian) dikenai dua buah perlakuan
yang berbeda. Walaupun menggunakan individu yang sama, peneliti tetap
memperoleh 2 macam data sampel, yaitu data dari perlakuan pertama dan data
dari perlakuan kedua. Perlakuan pertama mungkin saja berupa kontrol, yaitu tidak
memberikan perlakuan sama sekali terhadap objek penelitian (Walpole dan
Myers, 1995). Dengan uji paired T-test ini maka hipotesisnya adalah sebagai
berikut :
H0 : pendapatan perempuan sebelum dan sesudah menerima bantuan
pinjaman program PNPM mandiri pedesaan adalah identik (tidak
berbeda secara nyata).
Hi : pendapatan perempuan sebelum dan sesudah menerima bantuan
pinjaman program PNPM mandiri pedesaan adalah berbeda secara
nyata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Sedangkan dasar pengambilan keputusanya adalah sebagai berikut :
a. Jika nilai probabilitas (nilai sig.) > 0,05 (α), H0 tidak ditolak.
b. Jika nilai probabilitas (nilai sig.) < 0,05 (α), H0 ditolak.
Pengolahan data ini dilakukan dengan menggunakan jasa komputer.
Analisis data melalui komputer dilakukan dengan program SPSS (Statistical
Product and Service Solutions).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian
1. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Polokarto
Kecamatan Polokarto terletak di dataran tinggi, dengan tinggi 96 m
diatas permukaan laut dan mempunyai batas-batas wilayah kecamatan
sebagai berikut :
a. Sebelah Utara dibatasi oleh Kecamatan Mojolaban;
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar;
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bendosari dan
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Grogol.
Secara keseluruhan luas wilayah Kecamatan Polokarto adalah 6.218 Ha
atau sekitar 13,32% dari luas wilayah Kabupaten Sukoharjo. Penggunaan
lahan terdiri dari 41,43% berupa sawah dan sisanya terdiri dari lahan tegal
9,86%, pekarangan 28,08%, perkebunan 11,43% dan lainnya 9,34%.
2. Kondisi Sosial Ekonomi
Wilayah Kecamatan Polokarto terbagi dalam 17 desa dan terdiri dari 53
dusun/lingkungan, 371 Rukun Tetangga dan 124 Rukun warga dengan jumlah
penduduk sebanyak 73.867 jiwa terdiri dari 36.813 pria dan 37.052 wanita
yang terbagi dalam 21.230 rumah tangga.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang merupakan nilai tambah
yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi disuatu daerah dalam kurun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
waktu tertentu merupakan salah satu indikator yang penting untuk mengukur
keberhasilan pembangunan disuatu daerah. Dengan melihat PDRB akan
diketahui banyak informasi mengenai perkembangan sektoral di suatu
wilayah. Secara sektoral peranan sektor pertanian (42,76%) mempunyai
andil terbesar dalam pembentukan PDRB Kecamatan Polokarto, diikuti oleh
sektor perdagangan (26,13%) dan jasa-jasa (12,40%). Untuk tahun 2006
PDRB perkapita atas dasar harga berlaku (ADHB) Kecamatan Polokarto
sebesar Rp 4.809.406,31,- sedang untuk PDRB kapita atas dasar harga
konstan (ADHK) sebesar Rp 3.157.646,10,-
3. Gambaran Umum Obyek Penelitian
Jumlah penerima bantuan kredit PNPM yang mempunyai usaha mikro
berupa warung kelontong, dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009
mengalami kenaikan seperti yang terlihat pada Tabel 4.1. Pada tahun 2007
penerima manfaat yang mempunyai usaha warung kelontong berjumlah 138
orang, dan pada tahun 2009 bertambah menjadi 196 orang.
Tabel 4.1. Perkembangan Jumlah Warung Kolontong yang Mendapat Bantuan Kredit dari PNPM Mandiri Perdesaan
2007 2008 2009
Jumlah penerima bantuan 138 153 196
Jumlah kenaikan penerima - 15 43
Persen kenaikan - 10,87% 28,10%
DesaTahun Terima Bantuan Kredit
Sumber : Data terolah dari mitra Unit Pengelola Kegiatan Kecamatan
Polokarto
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Pada tahun 2008 jumlah pemanfaat yang mempunyai usaha warung
kelontong bertambah sebanyak 15 orang dan pada tahun 2009 bertambah lagi
sebanyak 43 orang. Sehingga dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 ada
penambahan pemanfaat sebanyak 58 orang. Dari 196 penerima manfaat
tersebut, yang mendapatkan bantuan kredit selama tiga tahun berturut-turut
sebanyak 113 orang seperti yang terlihat pada Tabel 4.1.
4.2. Perkembangan PNPM Mandiri Perdesaan di Kecamatan Polokarto
Secara umum perkembangan pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan di
Kabupaten Sukoharjo dimulai sejak adanya program Kecamatan Development
Fund (KDF) pada tahun 1997, namun untuk Kecamatan Polokarto pelaksanaan
PNPM Mandiri Perdesaan diawali dengan adanya Program Pengembangan
Kecamatan (PPK) sebagai kegiatan pengentasan kemiskinan berbasis
pemberdayaan yang mulai dilaksanakan pada tahun 2003. Dalam
perkembangannya PPK ditetapkan menjadi program skala nasional mulai tahun
2007 dengan adanya proses integrasi berbagai program pemberdayaan agar terjadi
sinergi antar program maka PPK kemudian berganti nama menjadi Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan. Dari 12
kecamatan yang ada di Kabupaten Sukoharjo, enam kecamatan mendapatkan
program PNPM Mandiri Perdesaan salah satunya adalah Kecamatan Polokarto.
Sedangkan enam kecamatan lain mendapatkan PNPM Mandiri Perkotaan yang
sebelum adanya sinergi antar program pemberdayaan bernama Proyek
Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Tabel. 4.2. Program Penanggulangan Kemiskinan yang Ada di Kecamatan Polokarto
Tahun / Program Dana Bantuan
PPK Siklus 4 2003 1.000.000.000PPK Siklus 5 2004 1.000.000.000PPK Siklus 6 2005 1.000.000.000PPK III Tahun 2006 1.000.000.000PNPM PPK Th 2007 1.000.000.000PNPM MD Th 2008 1.500.000.000PNPM MD Th 2009 2.000.000.000
Jumlah 8.500.000.000 Sumber : Laporan Akhir Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan
Kecamatan Polokarto Tahun 2009
Seluruh dana program PNPM Mandiri Perdesaan yang diterima oleh
masyarakat Kecamatan Polokarto sejak program bernama PPK tahun 2003 sampai
dengan berganti nama menjadi PNPM Mandiri Perdesaan sebesar Rp 8,5 M
seperti terlihat pada Tabel 4.2. Namun demikian tidak seluruh dana bantuan
program tersebut dipergunakan untuk pemberian bantuan kredit usaha. Dari
Tabel 4.3. terlihat bahwa sebagian besar bantuan tersebut yakni sebesar Rp
4.953.543.250,- atau 58,28% merupakan hibah untuk kegiatan pembangunan fisik
/ sarana prasarana seperti jalan, jembatan, saluran irigasi, drainase, gedung TK,
gedung Pos Kesehatan Desa (PKD).
Bantuan program juga dipergunakan untuk kegiatan peningkatan kapasitas
masyarakat melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan ketrampilan. Besarnya
bantuan untuk kegiatan pendidikan yakni Rp 261.745.000,- atau 3,08%. Dan
sebesar Rp 886.056.000,- atau 10,42% untuk bantuan kegiatan kesehatan seperti
pemberian bantuan alat-alat kesehatan,subsidi PMT bagi balita, subsidi obat untuk
lansia, dan pelatihan kader kesehatan desa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Tabel 4.3. Alokasi Bantuan Pogram di Kecamatan Polokarto Tahun 2003-2009
Jenis Kegiatan Jumlah (Rp) ProsentaseSarana Prasarana 4,953,543,250 58.28 Pendidikan 261,745,000 3.08 Kesehatan 886,056,000 10.42 SPKP 802,500,000 9.44 UEP 1,171,180,000 13.78 Operasional Desa (TPK) 254,990,110 3.00 Operasional Kecamatan (UPK) 169,985,640 2.00 Total 8,500,000,000 100
Sumber : Laporan Akhir Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Polokarto tahun 2009.
Untuk kegiatan ekonomi dana bantuan kredit yang berasal dari PNPM
Mandiri Perdesaan dikelompokkan menjadi dua jenis yakni SPKP (Simpan
Pinjam Kelompok Perempuan) dan UEP (Usaha Ekonomi Produktif). Besar
bantuan dana PNPM Mandiri Perdesaan yang dialokasikan untuk kegiatan simpan
pinjam di Kecamatan Polokarto yakni UEP sebesar Rp 1.171.180.000,- atau
13,78% dan SPKP sebesar Rp 802.500.000,- atau 9,44%.
Perbedaan pembiayaan ini terletak pada kategori penerima bantuan kredit,
dimana untuk SPKP diperuntukkan bagi pemanfaat yang tergabung dalam
kelompok yang anggotanya perempuan semua, sedangkan untuk UEP
diperuntukkan bagi pemanfaat yang anggota kelompoknya campuran laki-laki dan
perempuan. Selain itu ada pendanaan untuk operasional ditingkat desa yang
dikelola oleh Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) dan operasional di tingkat
kecamatan oleh Unit Pengelola Kegiatan (UPK) masing masing Rp 254.990.110,-
atau 3% dan Rp 169.985.640,- atau 2%. Pengelolaan dana simpan pinjam tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
menggunakan mekanisme perguliran dana atau revolving fund dimana dana
bantuan program PNPM Mandiri Perdesaan digulirkan dari satu kelompok ke
kelompok lain dengan tanggung jawab perguliran dan pengelolaannya dilakukan
oleh lembaga ditingkat kecamatan yang bernama Unit Pengelola Kegiatan atau
disingkat UPK hasil bentukan masyarakat dalam forum yang dinamakan
Musyawarah Antar Desa (MAD).
4.3. Keadaan dan Karakteristik Responden
Pada bagian ini dijelaskan keadaan dan karakteristik responden dalam
penelitian ini yaitu pedagang warung kelontong penerima bantuan kredit mikro
PNPM Mandiri Pedesaan di wilayah Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo.
Berdasarkan atas data hasil pengisian kuisioner dan wawancara mendalam
terhadap responden maka diperoleh deskripsi karakteristik responden adalah
sebagai berikut :
1. Karakteristik Responden Dilihat dari Usia
Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas
seseorang yang nanti pada akhirnya akan berpengaruh pada kondisi sosial
ekonomi dan tingkat kemakmuran. Seperti diketahui kebanyakan keluarga
miskin bekerja dengan mengandalkan kemampuan fisik. Jadi dalam hal ini
usia juga menjadi faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas dan
akhirnya pada kemakmuran. Pada penelitian ini responden terbanyak adalah
responden dengan usia 31-40 tahun sebanyak 28 responden atau 49,12% dari
keseluruhan responden. Pada urutan kedua adalah responden dengan usia 41-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
50 tahun sebanyak 14 responden dengan persentase sebesar 24,56 % dari total
responden. Untuk responden yang berusia 21-30 tahun berjumlah 12
responden yaitu sebanyak 21,05 % adalah usia yang masih muda, namun
mempunyai keinginan yang tinggi untuk mampu merintis sebuah usaha
Tabel 4.4 Responden Menurut Usia
Usia Jumlah Persentase< 21 0 0
21-30 12 21,0531-40 28 49,1241-50 14 24,5651-60 2 3,51>60 1 1,75
Jumlah 57 100.00 Sumber: Data primer yang diolah
Sebagian besar responden berada dalam usia produktif, yaitu responden
yang berusia 21-50 tahun, hal ini disebabkan karena dalam usia tersebut
mereka akan mampu mencapai kemandirianya untuk berjuang mencukupi
kebutuhan rumah tangga. Responden yang mempunyai usia lebih dari 60
tahun hanya berjumlah 1 responden dengan persentase sebesar 1,75%, karena
pada usia tersebut produktivitas mulai menurun. Sedangkan sisanya usia
kurang dari 21 tahun adalah 0%, karena pada usia tersebut adalah usia untuk
melaksanakan pendidikan. Seperti yang terlihat pada deskripsi karakteristik
responden berdasarkan usia pada Tabel 4.4 bahwa pada usia 21-50 tahun
merupakan usia bagi mereka untuk berusaha lebih produktif dan lebih maju
dalam usahanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari 57 responden, sebanyak 50 responden atau 87,72% berjenis kelamin
perempuan, dan sisanya sebanyak 7 responden atau 12,28% berjenis kelamin
perempuan, lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 4.5. Usaha warung
kelontong lebih banyak dikelola oleh kaum perempuan yang sebagian besar
merupakan usaha sampingan keluarga. Sedangkan usaha kelontong yang
dikelola oleh laki-laki biasanya merupakan usaha pokok keluarga dengan
pengelolaan yang lebih baik dibandingkan dengan usaha yang dikelola oleh
perempuan.
Motivasi utama dari sebagian besar responden perempuan yang mengelola
warung kelontong ini adalah untuk menambah penghasilan keluarga.
Dikarenakan tugas domestik juga menjadi beban mereka dan tidak
memungkinkan untuk bekerja diluar rumah maka perempuan-perempuan ini
memilih untuk membuka usaha warung kelontong dirumah sebagai salah satu
cara untuk mendapat tambahan penghasilan bagi keluarga.
Tabel 4.5. Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin Jumlah PersentaseLaki-laki 7 12,28
Perempuan 50 87,72Jumlah 57 100,00
Sumber: Data primer yang diolah
3. Tingkat Pendidikan Responden
Dari Tabel 4.6. dapat dilihat ada 26 responden atau 45,61 % dari total
responden memiliki tingkat pendidikan SMA. Pada urutan kedua adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
responden dengan tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 14
responden atau 24,56 % dari total responden. Mereka yang hanya tamatan SD
hanya mampu berusaha sendiri untuk menambah penghasilan keluarga, karena
tamatan SD tidak memiliki ketrampilan yang mencukupi untuk mencari
pekerjaan disektor lain. Responden yang memiliki tingkat pendidikan sampai
Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu 12 responden dengan persentase
sebanyak 21,05% dari total responden.
Responden yang tidak tamat SD maupun responden yang tidak mengeyam
pendidikan sekolah berjumlah 3 responden dengan persentase 5,26% dari total
keseluruhan responden. Untuk jumlah yang paling sedikit yaitu hanya 2 orang
responden atau 3,51% yang mampu mengenyam pendidikan sampai tingkat
perguruan tinggi, karena sulitnya mencari pekerjaan dan karena jika bekerja di
perusahaan atau sektor formal lain harus jauh dari keluarga sehingga mereka
lebih memiliih untuk membuka usaha sendiri.
Tabel 4.6 Responden Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
Tidak tamat SD 3 5,26SD 14 24,56
SMP 12 21,05SMA 26 45,61
Perguruan tinggi 2 3,51Jumlah 57 100
Sumber: Data primer yang diolah
Pendidikan dan pengetahuan responden mempengaruhi cara berpikir dan
pola pengelolaan usaha warung kelontong. Responden yang memiliki
pendidikan cukup (SLTA dan Perguruan Tinggi) cenderung lebih tertib dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
pengelolaan usaha, seperti adanya pencatatan pendapatan dan pengeluaran
kegiatan usaha meskipun secara sederhana. Selain itu pencatatan tersebut
efektif untuk dapat memisahkan antara pendapatan hasil usaha dengan
pendapatan keluarga yang lain.
4. Karakteristik Responden Dilihat Dari Status Pernikahan
Dari pertanyaan tentang status pernikahan yang diajukan kepada
responden didapat hasil bahwa responden yaitu pedagang kelontong penerima
bantuan pinjaman PNPM yang memiliki status sudah menikah adalah 52
responden atau 91,23% dari total keseluruhan responden. Sedangkan yang
memiliki status janda terdapat 5 responden atau 8,77% dan tidak ada
responden yang memiliki status belum menikah. Untuk lebih jelas dapat
terlihat pada Tabel 4.7 berikut ini :
Tabel 4.7 Responden Menurut Status Perkawinan
Status Pernikahan Jumlah Persentase
Belum Menikah 0 0,00Sudah menikah 52 91,23Janda 5 8,77Jumlah 57 100,00
Sumber: Data primer yang diolah
Dari hasil wawancara terhadap salah satu nara sumber yakni ibu Kasinem
(46 tahun) menyebutkan bahwa usaha warung kelontongnya itu merupakan
satu-satunya mata pencaharian pokok untuk menghidupi keluarganya
semenjak suaminya meninggal. Alasan utama ibu Kasinem buka warung
kelontong karena berjualan di warung kelontong tidak memerlukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
ketrampilan khusus, dengan pendidikan yang hanya tamatan SD tanpa punya
ketrampilan lain maka warung kelontong merupakan pilihan paling tepat bagi
ibu Kasinem untuk dapat menghidupi keluarganya.
5. Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah anggota keluarga yang dimaksud disini adalah jumlah anggota
keluarga yang harus dipenuhi kebutuhanya dalam sebuah keluarga. Maka
jumlah anggota keluarga juga menentukan kondisi sosial ekonomi dan tingkat
kemakmuran suatu keluarga, hal ini disebabkan karena besar kecilnya beban
hidup yang ditanggung oleh suatu keluarga juga dapat di tentukan oleh banyak
sedikitnya jumlah anggota keluarga. Dari Tabel 4.8 menunjukkan bahwa
jumlah responden dengan anggota keluarga yang paling banyak adalah 3-5
orang yaitu berjumlah 39 responden atau sekitar 73,58% dari keseluruhan
responden. Sedangkan pada urutan kedua adalah keluarga dengan 6-8 orang
anggota keluarga, yaitu sebanyak 8 responden atau 15,09% dari total
responden.
Tabel 4.8 Responden Menurut Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah Anggota Keluarga Jumlah Persentase
< 3 orang 7 12,283 - 5 orang 42 73,686 - 8 orang 8 14,04> 8 orang 0 0,00Jumlah 57 100,00
Sumber: Data primer yang diolah
Di daerah pedesaan pada umumnya dalam suatu rumah tangga
mempunyai lebih dari 3 anggota keluarga, hal ini yang menyebabkan beban
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
hidup lebih berat. Responden yang memiliki anggota keluarga kurang dari 3
orang sebanyak 6 responden yaitu sebesar 11,32% dari total keseluruhan
responden. Dari seluruh responden tidak ada yang memiliki anggota keluarga
lebih dari 8 orang. Pada umumnya jumlah keluarga yang menjadi tanggungan
terdiri dari istri, anak dan sebagian kecil adalah kerabat seperti orang tua,
kakek/nenek, adik dan keponakan. Usaha warung kelontong dalam penelitian
ini sebagian merupakan usaha sampingan keluarga.
Beberapa responden juga menyatakan bahwa biaya hidup yang sangat
tinggi sekarang ini, menuntut mereka untuk tidak hanya menggantungkan
beban hidup keluarga mereka kepada suami saja. Dengan pendapatan yang di
dapat dari usaha warung kelontong tersebut, mereka berharap agar dapat
berperan serta mensejahterakan keluarga dan anak-anak mereka bisa
mengenyam pendidikan yang tinggi.
6. Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan Pasangan
Pekerjaan pasangan dari responden baik itu suami maupun istri, paling
banyak bekerja di sektor informal seperti pertanian / peternakan yakni 14
orang atau 24,56%, Buruh 12 orang atau 21,05%, pedagang 5 orang atau
8,77% dan jasa 4 orang atau 7,02%. Beberapa pekerjaan yang ditekuni oleh
pasangan responden di sektor informal tersebut merupakan pekerjaan dengan
penghasilan tidak tetap, dan cenderung berpenghasilan rendah, sehingga
responden menyikapi rendahnya penghasilan keluarga dengan membuka
usaha rumahan berupa warung kelontong. Sedangkan sebanyak 12 orang
atau 21.05% responden mempunyai pasangan yang bekerja di sektor formal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
dalam hal ini sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang mempunyai
penghasilan tetap.
Hasil wawancara dengan beberapa responden yang suaminya bekerja
sebagai PNS, kegiatan usaha yang mereka jalankan lebih banyak dikarenakan
mereka menangkap peluang usaha dilingkungan mereka serta untuk mengisi
kekosongan waktu diluar pekerjaan domestik, selain itu penghasilan dari
usaha warung kelontong mampu untuk membantu mengurangi beban
keluarga.
Tabel 4.9 Responden Menurut Pekerjaan Pasangan
Pekerjaan Pasangan Jumlah PersentaseTidak punya pasangan 6 10,53
Ibu Rumah Tangga 4 7,02Petani/Peternak 14 24,56
Buruh 12 21,05Jasa 4 7,02
Pedagang 5 8,77Pegawai Negeri Sipil (PNS) 12 21,05
Jumlah 57 100,00 Sumber : Data primer yang telah diolah.
7. Lama Usaha
Bantuan kredit PNPM Mandiri Perdesaan merupakan salah satu upaya
pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan pendapatan
usaha melalui penambahan modal. Sehingga kegiatan pemberian pinjaman
kredit PNPM Mandiri Perdesaan lebih difokuskan untuk masyarakat yang
telah memiliki usaha ekonomi produktif. Tabel 4.10 dibawah memperlihatkan
bahwa dari 57 responden yang memiliki usaha lebih dari 10 tahun berjumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
13 responden dengan persentase sebesar 22,81% dari total keseluruhan
responden. Sedangkan responden yang memiliki lama usaha 7-10 tahun yaitu
19 responden dengan persentase 33,33%. Responden yang memiliki lama
usaha 3-6 tahun sebanyak 24 responden atau 42,11%, dan yang mempunyai
usaha kurang dari 3 tahun sebanyak 1 responden atau 1,75%.
Tabel 4.10 Responden Menurut Lama Usaha
Lama Usaha Jumlah Persentase< 3 tahun 1 1,75
3 - 6 tahun 24 42,117 - 10 tahun 19 33,33> 10 tahun 13 22,81
Jumlah 57 100,00 Sumber: Data primer yang diolah
8. Responden Menurut Besarnya Bantuan Kredit yang Diterima
a. Bantuan Kredit tahun 2007
Modal memiliki peranan yang sangat penting, dapat dikatakan bahwa
modal merupakan sumbangan terbesar terhadap kegiatan usaha responden.
Responden yang merupakan pelaku usaha sangat membutuhkan tambahan
modal bagi kegiatan usahanya. Dengan adanya program pemerintah
tentang PNPM mandiri pedesaan yang memberikan pinjaman kredit
kepada pemilik usaha sangat membantu pengusaha warung kelontong
dalam pengembangan kegiatan usahanya. Walaupun besarnya pinjaman
tidak terlalu besar, namun mampu membantu kegiatan usaha masyarakat.
Bantuan kredit yang diberikan kepada pelaku usaha warung kelontong di
Kecamatan Polokarto berkisar antara Rp 500.000 sampai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Rp4.000.000. Besar kecilnya bantuan kredit tergantung dari besar kecilnya
usaha yang telah dimiliki, karakter responden, kemampuan pengembalian
pinjaman, kesanggupan untuk tanggung renteng dengan anggota
kelompoknya dan adanya jaminan berupa rekomendasi dari ketua
kelompok dan kepala desa. Dengan kata lain mempertimbangkan 5 C
(Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition of economic) dan 7 P
( Person, Purpose, Prospect, Payment, Protection ).
Tabel 4.11 Responden Menurut Besarnya pinjaman yang Diterima
Tahun 2007
Besarnya Kredit yang diterima Jumlah Persentase< Rp 1.000.000 16 28,07
Rp 1.000.001 - Rp 2.000.000 19 33,33Rp 2.000.001 - Rp 3.000.000 18 31,58Rp 3.000.001 - Rp 4.000.000 4 7,02
Jumlah 57 100,00 Sumber: Data primer yang diolah.
Pada Tabel 4.11 terlihat bahwa pada tahun 2007 sebagian besar
responden berada pada besar pinjaman Rp 1.000.001 sampai dengan Rp
2.000.000 sebanyak 19 responden atau 33,33%. Responden yang
mendapatkan bantuan kredit antara Rp 2.000.001,- sampai dengan
pinjaman sebesar Rp 3.000.000,- sebanyak 18 orang atau 31.58% dan
responden yang mendapat bantuan kredit kurang dari Rp 1.000.000 yaitu
16 orang atau 30,19%. Sedangkan untuk responden yang mendapat
bantuan kredit Rp 3.000.001 – Rp 4.000.000,- sebanyak 4 orang atau
7,02%. Adanya perbedaan besar kredit yang diterima masing-masing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
responden, disebabkan masing-masing pelaku usaha mempunyai
kemampuan yang berbeda dalam pengembalian pinjaman.
Menurut salah satu responden yang bernama ibu Sumingsih, bahwa
sebelum mendapatkan bantuan kredit PNPM Mandiri Perdesaan melalui
beberapa tahapan atau proses. Setiap pemanfaat harus tergabung dalam
sebuah kelompok, hal ini sesuai dengan aturan dan mekanisme pemberian
bantuan pinjaman kredit yang ada dalam Petunjuk Teknis Operasional
(PTO) PNPM Mandiri Perdesaan. Proses pengajuan pinjaman melalui
tahap pembuatan proposal, pengajuan proposal ke Unit Pengelola Kegiatan
(UPK), Verifikasi oleh Tim Verifikasi Kecamatan untuk menilai
kelayakan usaha masing-masing calon penerima bantuan kredit, karakter
calon penerima bantuan kredit, organisasi dan administrasi kelompok.
Pencairan dan penyaluran dana ke pemanfaat dilakukan UPK setelah
keluar rekomendasi dari Tim Verifikasi. Jangka waktu yang telah
ditentukan untuk pelunasan pinjaman maksimal adalah 12 bulan, dan
pembayaran angsuran setiap bulan. Besarnya bunga pinjaman yang
diberlakukan ditentukan oleh kesepakatan forum Musyawarah Antar Desa
(MAD) di Kecamatan Polokarto, dimana besarnya tidak boleh lebih tinggi
dari bunga bank yang berlaku dipasaran dalam hal ini, bank yang menjadi
acuan adalah suku bunga pinjaman bank BRI. Sehingga diperoleh hasil
kesepakatan forum MAD untuk bunga pinjaman dana bantuan kredit
PNPM Mandiri Perdesaan di Kecamatan Polokarto ditetapkan sebesar
18% pertahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
b. Bantuan Kredit Tahun 2008
Besar bantuan kredit pada tahun 2008 mengalami peningkatan
dibandingkan bantuan kredit pada tahun 2007. Responden yang menjawab
pada tahun 2007 mendapat bantuan kredit dibawah Rp 1.000.000,-
sebanyak 16 orang, pada tahun 2008 menurun dan hanya tinggal 3 orang.
Artinya sebanyak 13 orang responden menjawab bahwa pada tahun 2008
besar bantuan kredit yang diterima meningkat. Demikian juga responden
yang menjawab mendapat bantuan kredit Rp 3.000.001 – Rp 4.000.000,-
dari 4 orang bertambah menjadi 20 orang atau 35,09%.
Tabel 4.12 Responden Menurut Besarnya pinjaman yang Diterima
Tahun 2008
Besarnya Kredit yang diterima Jumlah Persentase< Rp 1.000.000 3 5,26
Rp 1.000.001 - Rp 2.000.000 16 28,07Rp 2.000.001 - Rp 3.000.000 18 31,58
Rp 3.000.001 - Rp 4.000.000,- 20 35,09Jumlah 57 100,00
Sumber: Data primer yang diolah. Peningkatan jumlah bantuan kredit yang diberikan oleh PNPM Mandiri
Perdesaan beberapa hal antara lain karena berdasarkan pengajuan bantuan
kredit dari responden, kegiatan usaha responden yang dinilai lebih
berkembang, dan juga karena ketepatan angsuran baik itu tepat waktu
maupun tepat jumlah. Setelah dilakukan verfikasi dan penilaian kelayakan
usaha maka UPK Kecamatan Polokarto menyetujui permohonan
responden untuk menambah jumlah bantuan kredit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
c. Bantuan Kredit Tahun 2009
Bantuan kredit yang diterima responden pada tahun 2009 terjadi
peningkatan. Dari seluruh responden yang mendapat bantuan kredit,
tidak ada satupun responden yang menjawab bantuan kredit yang
diterima pada tahun 2009 dibawah Rp 1.000.000,-. Peningkatan
jumlah bantuan kredit terbanyak yakni responden yang mendapatkan
bantuan kredit Rp 3.000.000 – Rp 4.000.000,-. Dimana terjadi
kenaikan jumlah responden penerima bantuan kredit kategori ini yang
semula pada tahun 2007 hanya 4 orang kemuadian tahun 2008 naik
menjadi 20 orang dan pada tahun 2009 naik lagi menadi 30 orang.
Kenaikan jumlah responden yang menjawab pinjaman bertambah
lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 4.13.
Tabel 4.13 Responden Menurut Besarnya Pinjaman yang Diterima pada
Tahun 2009
Besarnya kredit yang diterima Jumlah Persentase< Rp 1.000.000 0 0,00
Rp 1.000.001 - Rp 2.000.000 8 14,04Rp 2.000.001 - Rp 3.000.000 19 33,33Rp 3.000.001 - Rp 4.000.000 30 52,63
Jumlah 57 100,00 Sumber: Data primer yang diolah.
4.4. Perbandingan Tingkat Pendapatan Responden Sebelum Dan Sesudah Menerima Bantuan Kredit PNPM Mandiri Perdesaan.
Dari Tabel 4.14 dibawah dapat dideskripsikan bahwa setelah menerima
bantuan kredit, terjadi peningkatan pendapatan pada pelaku usaha mikro.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Sebelum menerima bantuan kredit terdapat 34 responden atau 59,65%
menjawab bahwa pendapatan yang diperoleh dari usaha mereka kurang dari
Rp 500.000 perbulan. Kemudian setelah mendapat bantuan kredit mulai tahun
2007, 2008 dan 2009 terjadi penurunan jumlah responden yang menjawab
pendapatan usaha mereka yang berada dibawah Rp 500.000,- yakni masing-
masing pada tahun 2007 sebesar 33 responden atau 57,89%, tahun 2008
sebanyak 23 responden atau 40,35% dan pada tahun 2009 sebanyak 11
responden atau 11,90%. Sedangkan responden yang menjawab pertanyaan
sebelum mendapat bantuan kredit mikro pendapatannya antara Rp 500.001,- –
Rp 1.000.000,- sebanyak 23 responden atau 40,35 %. Pada tahun 2007
responden yang menjawab pendapatannya antara Rp 500.001,- - Rp
1.000.000,- masih sama yakni 23 responden atau 40,35%, tahun 2008 baru
terjadi kenaikan jumlah responden yang pendapatannya antara Rp 500.001 –
Rp 1.000.000,- yakni sebesar 30 responden atau 52,63 % sedangkan pada
tahun 2009 jumlah responden yang menjawab pendapatan mereka antara Rp
500.001,- – Rp 1.000.000,- sebanyak 34 orang atau 59,65 %. Dari seluruh
responden tidak ada satupun yang menjawab sebelum mendapat bantuan
kredit mempunyai pendapatan antara Rp1.000.001,- – Rp 2.000.000,-. Baru
pada tahun 2007 ada satu responden yang menjawab pendapatannya antara Rp
1.000.001,- – Rp 2.000.000,- setelah mendapat bantuan kredit. Pada tahun
2008 dan 2009 ada penambahan jumlah responden yang mempunyai
pendapatan antara Rp 1.000.001,- – Rp 2.000.000,-, yaitu masing-masing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
sebanyak 4 responden atau 7,018% pada tahun 2008 dan 12 responden atau
21,05% pada tahun 2009.
Tabel 4.14 Responden Berdasarkan Pendapatan Sebelum dan Setelah
Menerima Bantuan Kredit PNPM Mandiri Perdesaan Tahun 2007-2009
Pendapatan
Sebelum mendapat bantuan kredit
%Tahun 2007
%Tahun 2008
%Tahun 2009
%
< Rp 500.000 34 59,65 33 57,89 23 40,35 11 19,3Rp 500.001 - Rp 1.000.000 23 40,35 23 40,35 30 52,63 36 59,65
Rp 1.000.001 - Rp 2.000.000 0 0 1 1,75 4 7,02 10 21,1057 100 57 100 57 100 57 100
Sumber: Data primer yang diolah
Pada tahun 2007 pemberian bantuan kredit belum terlihat adanya
perubahan pendapatan responden. Hal ini dimungkinkan karena jumlah
bantuan kredit masih relatif kecil yakni sebanyak 16 responden atau 28,07 %
mendapat bantuan kredit kurang dari Rp 1.000.000,-, sebanyak 19 reponden
atau 33,33% mendapat bantuan kredit sebesar Rp 1.000.001,- – Rp
2.000.000,- , dan 18 responden atau 31,58% mendapat bantuan kredit sebesar
Rp 2.000.001 – Rp 3.000.000,- sedangkan responden yang mendapat pinjaman
Rp 3.000.000 – Rp 4.000.000,- hanya 4 responden atau 7,02%.
4.5. Hasil Estimasi Statistik dengan Uji Beda Dua Mean
Dari Tabel 4.15. dapat ditunjukan bahwa mean pendapatan warung
kelontong setelah menerima bantuan kredit lebih besar daripada mean setelah
menerima bantuan kredit dari PNPM Mandiri Perdesaan. Bahwa semua
sampling yaitu warung kelontong pada kolom N berjumlah 57 memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
pendapatan yang lebih besar setelah menerima bantuan kredit PNPM Mandiri
Perdesaan.
Tabel 4.15 Rata-rata Pendapatan Sebelum dan Sesudah Menerima
Bantuan Kredit Tahun 2007 – 2009
Ketentuan Pendapatan Jumlah
Sebelum 494782,46 57 Sesudah 619845,81 57
Sumber : Lampiran 3 Keterangan : t hitung = -6,12817, df = 56 Asyimptotic Significance (2-tailed) = 0,000
Rangkuman hasil analisis Uji Beda Mean yang dilakukan pada pendapatan
sebelum dan setelah menerima bantuan kredit PNPM Mandiri Perdesaan
terlihat pada Tabel 4.15. Berdasarkan Uji Beda Mean maka pengambilan
keputusan yang dipergunakan sebagai berikut:
H0 : Kedua Variabel memiliki nilai median yang sama, atau bisa dikatakan
pendapatan sebelum dan sesudah menerima bantuan kredit adalah
sama.
H1 : Kedua Variabel memiliki nilai median yang berbeda secara nyata,
atau bisa dikatakan pendapatan sebelum dan sesudah menerima
bantuan kredit adalah berbeda secara nyata.
Sedangkan rangkuman hasil analisis yang dilakukan pada pedagang warung
kelontong menggunakan hipotesis sebagai berikut :
1. Jika Asyim.Sig.(2-tiailed) > 0,05, maka Ho tidak ditolak / diterima
2. Jika Asyim.Sig.(2-tiailed) < 0,05, maka Ho ditolak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Berdasarkan hasil tes estimasi, maka kedua variabel tersebut memiliki
median yang berbeda karena Asyim.Sig.(2-tiailed) < 0,05 (sehingga H0
ditolak), sehingga dapat disimpulkan bahwa pendapatan sebelum dan sesudah
menerima bantuan kredit dari PNPM Mandiri perdesaan untuk pelaku usaha
warung kelontong adalah berbeda secara nyata.
4.6. Pembahasan
Besar kecilnya tingkat pendapatan umumnya digunakan untuk melihat
tingkat kemakmuran dari seseorang atau suatu keluarga. Jika tingkat
pendapatan besar, sedangkan jumlah anggota keluarga yang harus ditanggung
banyak, berarti sebagian besar porsi pendapatan dipergunakan untuk
konsumsi sedangkan porsi untuk ditabung kecil atau bahkan tidak ada.
Akibatnya pembentukan modal pada rumah tangga miskin sangat rendah
sehingga kesempatan untuk memperbaiki taraf kehidupan juga sangat
terbatas.
Sasaran pemberian bantuan kredit PNPM Mandiri Perdesaan ini adalah
rumah tangga yang mempunyai usaha atau berpotensi mengembangkan usaha
yang memiliki prospek pasar, dengan kegiatan utamanya berupa pemberian
bantuan kredit modal usaha serta pendampingan dan pembinaan bagi usaha
ekonomi produktif yang menjadi sasaran program. Hasil yang diperoleh dari
57 responden di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo, setelah
dilakukan analisa dan uji statistik dengan menggunakan Uji Beda T test,
diperoleh hasil bahwa pendapatan sebelum dan sesudah menerima bantuan
dari program PNPM Mandiri pedesaan di Kecamatan Polokarto berbeda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
secara nyata dan meningkat secara keseluruhan. Dengan Uji Beda T terbukti
bahwa setelah diberi bantuan pinjaman kredit untuk memberikan bantuan
modal bagi pelaku usaha warung kelontong perbedaan pendapatan sebelum
dan sesudah menerima bantuan adalah signifikan, dengan taraf signifikansi
5%, dimana nilainya 0,000 (berarti 0,00 < 0,05) dengan kata lain H0 ditolak
(kedua variabel dinyatakan berbeda secara nyata).
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terdapat perbedaan pendapatan
yang signifikan atau cenderung meningkat antara pendapatan sebelum dan
pendapatan sesudah menerima bantuan kredit. Faktor-faktor tersebut
menurut Bintari dan Suprihatin (1984:35) yaitu: 1) Kesempatan kerja yang
terbatas. Semakin banyaknya kesempatan bekerja yang tersedia berarti
semakin banyak penghasilan yang biasa diperoleh dari hasil kerja tersebut. 2)
Kecakapan dan keahlian. Dengan bekal kecakapan dan keahlian yang tinggi
akan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas yang pada akhirnya
bepengaruh pula terhadap penghasilan. 3) Motivasi. Motivasi atau dorongan
juga mempengaruhi jumlah penghasilan yang diperoleh, semakin besar
dorongan seseorang untuk melakukan pekerjaan semakin besar pula untuk
memperoleh penghasilan. 4) Keuletan bekerja. Pengertian keuletan dapat
disamakan dengan ketekunan, keberanian untuk menghadapi segala macam
tantang bila saat menghadapi kegagalan maka kegagalan tersebut dijadikan
sebagai bekal untuk meniti kearah kesuksesan dan keberhasilan PNPM
Mandiri Pedesaan dengan tujuanya untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat melalui pemberian bantuan kredit baik itu berupa SPKP maupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
UEP cukup efektif dalam membantu peningkatan pendapatan pelaku usaha
warung kelontong.
Gambar 4.1. Pendapatan Rata-rata Responden
Pendapatan sesudah menerima bantuan kredit lebih besar dari pada
pendapatan sebelum menerima kredit, dengan rata-rata kenaikan Rp 28.339,-
untuk tahun 2007, Rp 102.582,- untuk tahun 2008 dan Rp 100.358,- di tahun
2009. Kemudian untuk masing-masing kategori pinjaman yang mengalami
kenaikan paling tinggi yakni untuk kategori pinjaman sampai dengan Rp
4.000.000,- yakni pada tahun 2007 dengan kenaikan Rp 159.400,-, tahun
2008 kenaikan pendapatan sebesar Rp 199.900,- dan tahun 2009 sebesar Rp
320.850,-.
Hasil penelitian ini mendukung teori yang telah ada bahwa hubungan
antara modal usaha dan pendapatan usaha adalah positif. Hal ini sesuai
dengan fungsi produksi, bila terjadi penambahan modal maka secara tidak
langsung akan menaikan tingkat pendapatan. Seperti yang disampaikan oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Tim Peneliti Puslitbangda LPPM UNS (2006), bahwa dana PPK ternyata
sangat bermanfaat utamanya dalam pengembangan ekonomi produktif, sebab
dengan bertambahnya modal akan dapat menambah variasi dagangan dan
menambah jumlah usaha.
Hasil wawancara mendalam terhadap responden ditemukan adanya
beberapa responden yang pendapatannya justru semakin menurun. Seperti
yang disampaikan oleh Ibu Tuminem (47 tahun), dimana setelah memperoleh
pinjaman pendapatan bersih yang diterima justru lebih rendah dari sebelum
mendapat bantuan kredit. Hasil wawancara menunjukkan bahwa Ibu
Tuminem tidak menggunakan seluruh dana bantuan kredit untuk menambah
dagangan ataupun untuk kegiatan yang mendukung perkembangan usaha,
tetapi bantuan kredit sebagian dipergunakan untuk membiayai sekolah
anaknya dan juga pembelian barang-barang konsumtif. Hal ini tentu saja
membuat Ibu Tuminem merasa dengan adanya pinjaman membuat
pendapatannya menurun dari sebelumnya karena dia juga berkewajiban
mengembalikan pinjaman tersebut disertai dengan bunganya. Apabila Ibu
Tuminem mengalami kesulitan dalam pengembalian biasanya beliau
mengandalkan kiriman dari suaminya yang bekerja sebagai buruh bangunan
di Jakarta.
Selain itu beberapa responden yang menyebutkan bahwa pendapatannya
kurang meningkat disebabkan beberapa hal, selain minimnya modal sehingga
mengakibatkan jumlah barang dagangan sedikit dan kurang variatif, adanya
pesaing dan lokasi berjualan, juga berdampak pada pendapatan. Seperti yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
disampaikan oleh Ibu Kamayi (65 tahun), yang telah menjalani usaha
berdagang warung kelontong selama 35 tahun, dahulu pelaku usaha warung
kelontong di pinggir jalan desanya hanya satu milik Ibu Kamayi, namun
dengan berjalannya waktu pedagang warung kelontong yang berjualan di
sepanjang jalan desa dan lingkungannya menjadi lima buah. Hal ini membuat
tingkat persaingan semakin tinggi, apalagi dengan modal yang terbatas
membuat Ibu Kamayi tidak mampu bersaing dengan pedagang lain dalam
jumlah barang dagangan maupun variasi dagangan, akibatnya banyak
pelanggan berpindah ke warung kelontong lain sehingga makin lama
pendapatan usaha warung kelontong Ibu Kamayi menurun.
Dari hasil analisa statistik dapat dilihat bahwa pemberian bantuan kredit
pada pelaku usaha mikro warung kelontong memberikan dampak positif
terhadap peningkatan pendapatan. Pada akhirnya pemberian bantuan pelaku
usaha mikro warung kelontong diharapkan menjadi salah satu motor
penggerak ekonomi perdesaan, sehingga memerlukan perhatian khusus agar
dapat tumbuh dan berkembang diantara pelaku ekonomi lainnya.
Alasan yang mendasari perlunya menumbuhkembangkan usaha mikro ini
antara lain karena usaha mikro khususnya warung kelontong dapat menyerap
tenaga kerja yang berasal dari sumberdaya lokal cukup banyak tanpa harus
memiliki keahlian khusus, sehingga diharapkan dapat mengurangi jumlah
pengangguran dan penurunan tingkat kemiskinan. Dari usaha perdagangan
warung kelontong di perdesaan akan ada pemerataan dalam distribusi
pendapatan dan pembangunan ekonomi perdesaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan data dan analisa pembahasan serta pembuktian hipotesa yang
diajukan tentang analisa pendapatan pelaku usaha mikro warung kelontong
penerima bantuan kredit pada program PNPM Mandiri Pedesaan, maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat pendapatan pelaku usaha
mikro warung kelontong penerima bantuan kredit sebelum dan sesudah
mendapatkan bantuan kredit. Dari hasil penelitian ini dengan 57
responden, untuk tahun 2007 - 2009 sesudah menerima bantuan kredit,
terjadi kenaikan pendapatan dengan rata-rata kenaikan Rp 28.339,- untuk
tahun 2007, Rp 102.582,- untuk tahun 2008 dan Rp 100.358,- di tahun
2009. Kenaikan paling tinggi yakni untuk pemberian bantuan kredit Rp
3.000.001 - Rp 4.000.000,- yakni pada tahun 2007 dengan kenaikan Rp
159.400,-, tahun 2008 kenaikan pendapatan sebesar Rp 199.900,- dan
tahun 2009 sebesar Rp 320.850,-.
2. Program pemerintah PNPM Mandiri pedesaan yang telah dilaksanakan
dari mulai tahun 2007 sampai sekarang dengan sasaran target
pemberdayaan masyarakat dan pengentasan kemiskinan, berjalan cukup
efektif di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo. Hal ini terlihat pada
salah satu kegiatannya yaitu pemberian bantuan kredit dalam bentuk SPKP
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
dan UEP yang mampu meningkatkan pendapatan rumah tangga bagi
penerima manfaatnya.
5.2. Saran
Dari pengujian yang telah dilakukan diperoleh beberapa kesimpulan
mengenai analisa pendapatan warung kelontong penerima bantuan kredit
program PNPM Mandiri Pedesaan di Kecamatan Polokarto Kabupaten
Sukoharjo, maka ada beberapa saran sebagai berikut :
1. Konsep dari PNPM Mandiri Pedesaan yang telah dicanangkan pada tahun
2007, dengan pelaksana program salah satunya adalah Kecamatan
Polokarto, telah memberikan alternatif dalam upaya peningkatan modal
usaha yang selanjutnya dapat meningkatkan pendapatan pelaku usaha
mikro dalam hal ini warung kelontong, sehingga diharapkan dapat
dikembangkan bagi daerah lain dengan kondisi serupa
2. Program ini terbukti memberikan efek bagi peningkatan pendapatan
penerima bantuan kredit di Kecamatan Polokarto sehingga program ini
layak untuk tetap dilanjutkan.