Difusi Inovasi Dalam Komunikasi Pembangunan

24
DIFUSI INOVASI DALAM KOMUNIKASI PEMBANGUNAN A. Pengertian Difusi Inovasi Dalam Komunikasi Pembangunan Banyak sekali pengertian difusi inovasi yang dikemukakan oleh para ahli komunikasi pembangunan. Di antaranya adalah sebagai berikut: · Difusi adalah proses tersebarnya suatu inovasi ke dalam sistem sosial melalui saluran komunikasi selama periode waktu tertentu. Dalam kaitannya dengan sistem sosial, difusi juga merupakan suatu jenis perubahan sosial, yaitu proses terjadinya perubahan struktur dan fungsi dalam suatu sistem sosial. Ketika novasi baru diciptakan, disebarkan, dan diadopsi atau ditolak anggota sistem perubaha sosial, maka konsekuensinya yang uatam adalah terjadinya perubahan sosial (Everett M. Rogers dan F. Floyd Shoemaker.) · Difusi teknologi adalah kegiatan adopsi dan penerapan hasil inovasi secara lebih ekstensif oleh penemunya dan/atau pihak-pihak lain dengan tujuan untuk meningkatkan daya guna potensinya. Sedangkan inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, dan/ atau perekayasaan yang bertujuan mengem- bangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses produksi (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) · Difusi inovasi diartikan sebagai suatu proses penyebaran inovasi dari satu individu kepada individu lainnya dalam suatu sistem sosial yang sama (Leta Rafael Levis). · Seringkali difusi dipandang sebagai suatu proses otonom yang datang dari langit, yang pasti akan menyebarkan ide-ide tentang peningkatan pendapatan dan kemakmuran, yang oleh karena itu menjamin pemerataannya di antara anggota masyarakat (Niels G. Rolling dalam Rogers). · Difusi inovasi termasuk ke dalam pengertian peran komunikasi secara luas dalam mengubah masyarakat melalui penyebarserapan ide-ide dan hal-hal yang baru. Berlangsungnya suatu perubahan sosial, di antaranya disebabkan diperkenalkannya ataupun dimasukkannya hal-hal, gagasan-gagasan, dan ide-ide yang baru. Hal-hal baru tersebut dikenal sebagai inovasi (Zulkarimen Nasution). B. Latar Belakang Teori Difusi Inovasi

Transcript of Difusi Inovasi Dalam Komunikasi Pembangunan

Page 1: Difusi Inovasi Dalam Komunikasi Pembangunan

DIFUSI INOVASI DALAM KOMUNIKASI PEMBANGUNAN

A. Pengertian Difusi Inovasi Dalam Komunikasi PembangunanBanyak sekali pengertian difusi inovasi yang dikemukakan oleh para ahli komunikasi pembangunan. Di antaranya adalah sebagai berikut:· Difusi adalah proses tersebarnya suatu inovasi ke dalam sistem sosial melalui saluran

komunikasi selama periode waktu tertentu. Dalam kaitannya dengan sistem sosial, difusi juga merupakan suatu jenis perubahan sosial, yaitu proses terjadinya perubahan struktur dan fungsi dalam suatu sistem sosial. Ketika novasi baru diciptakan, disebarkan, dan diadopsi atau ditolak anggota sistem perubaha sosial, maka konsekuensinya yang uatam adalah terjadinya perubahan sosial (Everett M. Rogers dan F. Floyd Shoemaker.)

· Difusi teknologi adalah kegiatan adopsi dan penerapan hasil inovasi secara lebih ekstensif oleh penemunya dan/atau pihak-pihak lain dengan tujuan untuk meningkatkan daya guna potensinya. Sedangkan inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, dan/ atau perekayasaan yang bertujuan mengem-bangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses produksi (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi)

· Difusi inovasi diartikan sebagai suatu proses penyebaran inovasi dari satu individu kepada individu lainnya dalam suatu sistem sosial yang sama (Leta Rafael Levis).

· Seringkali difusi dipandang sebagai suatu proses otonom yang datang dari langit, yang pasti akan menyebarkan ide-ide tentang peningkatan pendapatan dan kemakmuran, yang oleh karena itu menjamin pemerataannya di antara anggota masyarakat (Niels G. Rolling dalam Rogers).

· Difusi inovasi termasuk ke dalam pengertian peran komunikasi secara luas dalam mengubah masyarakat melalui penyebarserapan ide-ide dan hal-hal yang baru. Berlangsungnya suatu perubahan sosial, di antaranya disebabkan diperkenalkannya ataupun dimasukkannya hal-hal, gagasan-gagasan, dan ide-ide yang baru. Hal-hal baru tersebut dikenal sebagai inovasi (Zulkarimen Nasution).

B. Latar Belakang Teori Difusi InovasiMunculnya Teori Difusi Inovasi dimulai pada awal abad ke-20, tepatnya tahun 1903,

ketika seorang sosiolog Perancis, Gabriel Tarde, memperkenalkan Kurva Difusi berbentuk S (S-shaped Diffusion Curve). Kurva ini pada dasarnya menggambarkan bagaimana suatu inovasi diadopsi seseorang atau sekolompok orang dilihat dari dimensi waktu. Pada kurva ini ada dua sumbu dimana sumbu yang satu menggambarkan tingkat adopsi dan sumbu yang lainnya menggambarkan dimensi waktu.

Pemikiran Tarde menjadi penting karena secara sederhana bisa menggambarkan kecenderungan yang terkait dengan proses difusi inovasi. Rogers (1983) mengatakan, Tarde’s S-shaped diffusion curve is of current importance because “most innovations have an S-shaped rate of adoption”. Dan sejak saat itu tingkat adopsi atau tingkat difusi menjadi fokus kajian penting dalam penelitian-penelitian sosiologi.

Pada tahun 1940, dua orang sosiolog, Bryce Ryan dan Neal Gross, mempublikasikan hasil penelitian difusi tentang jagung hibrida pada para petani di Iowa, Amerika Serikat. Hasil penelitian ini memperbarui sekaligus menegaskan tentang difusi inovasimodel kurva S. Salah satu kesimpulan penelitian Ryan dan Gross menyatakan bahwa “The rate of adoption of the agricultural innovation followed an S-shaped normal curve when plotted on a cumulative basis over time.”

Perkembangan berikutnya dari teori Difusi Inovasi terjadi pada tahun 1960, di mana studi atau penelitian difusi mulai dikaitkan dengan berbagai topik yang lebih kontemporer,

Page 2: Difusi Inovasi Dalam Komunikasi Pembangunan

seperti dengan bidang pemasaran, budaya, dan sebagainya. Di sinilah muncul tokoh-tokoh teori Difusi Inovasi seperti Everett M. Rogers dengan karya besarnya Diffusion of Innovation (1961); F. Floyd Shoemaker yang bersama Rogers menulis Communication of Innovation: A Cross Cultural Approach (1971) sampai Lawrence A. Brown yang menulis Innovation Diffusion: A New Perpective (1981).

Pada tahun 1962 Everett Rogers menulis sebuah buku yang berjudul “ Diffusion of Innovations “ yang selanjutnya buku ini menjadi landasan pemahaman tentang inovasi, mengapa orang mengadopsi inovasi, faktor-faktor sosial apa yang mendukung adopsi inovasi, dan bagaimana inovasi tersebut berproses di antara masyarakat.C. Esensi Teori

Teori Difusi Inovasi pada dasarnya menjelaskan proses bagaimana suatu inovasi disampaikan (dikomunikasikan) melalui saluran-saluran tertentu sepanjang waktu kepada sekelompok anggota dari sistem sosial. Hal tersebut sejalan dengan pengertian difusi dari Rogers (1961), yaitu “as the process by which an innovation is communicated through certain channels over time among the members of a social system.” Lebih jauh dijelaskan bahwa difusi adalah suatu bentuk komunikasi yang bersifat khusus berkaitan dengan penyebaranan pesan-pesan yang berupa gagasan baru, atau dalam istilah Rogers (1961) difusi menyangkut “which is the spread of a new idea from its source of invention or creation to its ultimate users or adopters.”

Difusi adalah suatu jenis khusus komunikasi yang berkaitan dengan penyebaran pesan-pesan sebagai ide baru. Sedangkan Komunikasi didefinisikan sebagai proses di mana para pelakunya menciptakan informasi dan saling pertukaran informasi tersebut untuk mencapai pengertian bersama. Di dalam isi pesan itu terdapat ketermasaan (Newness) yang memberikan kepada difusi ciri khusus yang menyangkut ketidakpastian (Uncertainty). Ketidakpastian adalah suatu derajat di mana sejumlah alternatif dirasakannya berkaitan dengan suatu peristiwa beserta kemungkinan-kemungkinan pada alternatif tersebut. Derajat ketidakpastian oleh seseorang akan dapat dikurangi dengan jalan memperoleh informasi.

Rogers menyatakan bahwa inovasi adalah ““an idea, practice, or object perceived as new by the individual.” (suatu gagasan, praktek, atau benda yang dianggap/dirasa baru oleh individu). Dengan definisi ini maka kata perceived menjadi kata yang penting karena pada mungkin suatu ide, praktek atau benda akan dianggap sebagai inovasi bagi sebagian orang tetapi bagi sebagian lainnya tidak, tergantung apa yang dirasakan oleh individu terhadap ide, praktek atau benda tersebut.

Sesuai dengan pemikiran Rogers, dalam proses difusi inovasi terdapat 4 (empat) elemen pokok, yaitu:

Inovasi; gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan individu yang menerimanya. Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi untuk orang itu. Konsep ’baru’ dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama sekali.

Saluran komunikasi; ’alat’ untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima. Dalam memilih saluran komunikasi, sumber paling tidakperlu memperhatikan (a) tujuan diadakannya komunikasi dan (b) karakteristik penerima. Jika komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran interpersonal.

Jangka waktu; proses keputusan inovasi, dari mulai seseorang mengetahui sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan pengukuhan terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam

Page 3: Difusi Inovasi Dalam Komunikasi Pembangunan

(a) proses pengambilan keputusan inovasi (b) keinovatifan seseorang: relatif lebih awal atau lebih lambat dalammenerima inovasi, dan (c) kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem sosial.

Sistem sosial; kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama Sementara itu tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi mencakup:

1. Tahap Munculnya Pengetahuan (Knowledge) ketika seorang individu (atau unit pengambil keputusan lainnya) diarahkan untuk memahami eksistensi dan keuntungan/manfaat dan bagaimana suatu inovasi berfungsi

2. Tahap Persuasi (Persuasion) ketika seorang individu (atau unit pengambil keputusan lainnya) membentuk sikap baik atau tidak baik

3. Tahap Keputusan (Decisions) muncul ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya terlibat dalam aktivitas yang mengarah pada pemilihan adopsi atau penolakan sebuah inovasi.

4. Tahapan Implementasi (Implementation), ketika sorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya menetapkan penggunaan suatu inovasi.

5. Tahapan Konfirmasi (Confirmation), ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya mencari penguatan terhadap keputusan penerimaan atau penolakan inovasi yang sudah dibuat sebelumnya.

D. Kategori AdopterLebih lanjut teori yang dikemukakan Rogers (1995) memiliki relevansi dan argumen yang cukup signifikan dalam proses pengambilan keputusan inovasi. Teori tersebut antara lain menggambarkan tentang variabel yang berpengaruh terhadap tingkat adopsi suatu inovasi serta tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi. Anggota sistem sosial dapat dibagi ke dalam kelompok-kelompok adopter (penerima inovasi) sesuai dengan tingkat keinovatifannya (kecepatan dalam menerima inovasi). Salah satu pengelompokan yang bisa dijadikan rujuakan adalah pengelompokan berdasarkan kurva adopsi, yang telah duji oleh Rogers (1961). Gambaran tentang pengelompokan adopter dapat dilihat sebagai berikut:

1. Innovators: Sekitar 2,5% individu yang pertama kali mengadopsi inovasi. Cirinya: petualang, berani mengambil resiko, mobile, cerdas, kemampuan ekonomi tinggi.

2. Early Adopters (Perintis/Pelopor): 13,5% yang menjadi para perintis dalam penerimaan inovasi. Cirinya: para teladan (pemuka pendapat), orang yang dihormati, akses di dalam tinggi

3. Early Majority (Pengadopsi awal): 34% yang menjadi pera pengikut awal. Cirinya: penuh pertimbangan, interaksi internal tinggi.

4. Late Majority (Pengadopsi Akhir): 34% yang menjadi pengikut akhir dalam penerimaan inovasi. Cirinya: skeptis, menerima karena pertimbangan ekonomi atau tekanan social, terlalu hati-hati.

5. Laggards (Kelompok Kolot/Tradisional): 16% terakhir adalah kaum kolot/tradisional. Cirinya: tradisional, terisolasi, wawasan terbatas, bukan opinion leaders,sumberdaya terbatas.

Inovator merupakan individu-individu yang selalu ingin mencoba sesuatu yang baru. Kemampuan finansialnya harus cukup mendukung keinginan tersebut, karena belum tentu inovasi yang dicobanya menghasilkan sesuatu yang menguntungkan secara finansial. Mereka juga berhadapan dengan resiko ketidakpastian dalam mengadopsi inovasi. Tidak jarang inovator harus kembali kepada praktek atau metode lama karena inovasi yang dicobanya ternyata tidak sesuai dengan kondisi lingkungannya. kategori inovator ini, yang memiliki akses yang lebih baik terhadap informasi, serta memiliki kemampuan finansial yang lebih baik pula. Hal ini dalam prosesnya dapat berakibat pada makin besarnya skala usaha petani

Page 4: Difusi Inovasi Dalam Komunikasi Pembangunan

besar, dengan kemampuannya untuk melakukan konsolidasi terhadap usahatani-usahatani yang lebih kecil. Apabila inovator cenderung bersifat kosmopolit, maka pengadopsi awal lebih bersifat lokalit. Banyak diantara mereka termasuk kedalam kelompok pembentuk opini. Mereka dapat menjadi panutan bagi anggota sistem sosial lainnya dalam menentukan keputusan untuk mencoba sesuatu yang baru. Hal ini berhubungan dengan jarak sosial mereka relatif dekat dengan sistem sosial yang lain. Mereka mengetahui dengan pasti bahwa untuk memelihara kepercayaan yang telah diberikan kepada mereka harus membuat keputusan-keputusan inovasi yang tepat, baik dari segi materinya maupun dari segi waktunya.

Pengadopsi awal dengan demikian harus mampu menerima resiko ketidakpastian, dan sekaligus evaluasi subyektifnya mengenai suatu inovasi kepada mereka di lingkungannya. Mayoritas awal mengadopsi suatu ide baru lebih awal dari pada kebanyakan anggota suatu sistem sosial. Mereka sering berhubungan dengan lingkungannya, tetapi jarang dipandang sebagai pembentuk opini. Kehati-hatian merupakan kata kunci bagi mereka sehingga jarang diangkat sebagai pemimpin.

Di pihak lain, mayoritas akhir memandang inovasi dengan skeptisme yang berlebihan, mereka baru mengadopsi suatu inovasi setelah sebagian besar anggota sistem sosial mengadopsi. Mereka memang memerlukan dukungan lingkungannya untuk melakukan adopsi. Hal ini berhubungan dengan ciri-ciri dasarnya yang cenderung kurang akses terhadap sumberdaya. Untuk itu mereka harus yakin bahwa ketidakpastian tidak harus menjadi resiko mereka.

Kelompok akhir adalah kelompok yang paling bersifat lokalit di dalam memandang suatu inovasi. Kebanyakan mereka terisolasi dari lingkungannya, sementara orientasi mereka kebanyakan adalah pada masa lalu. Keputusan-keputusan diwarnai dengan pertimbangan apa yang telah dilakukan pada masa lampau, sedangkan interaksi mereka kebanyakan hanya dengan sesamanya yang mempercayainya tradisi lebih dari yang lain. Mereka memiliki kecurigaan yang tinggi terhadap inovasi, kelompok terdahulu telah berpikir untuk mengadopsi inovasi yang lain lagi.

Semuanya bermula dari keterbatasan sumberdaya yang ada pada mereka, sehingga mereka benar-benar harus yakin bahwa mereka terbatas dari resiko yang dapat membahayakan ketersediaan sumberdaya yang terbatas tersebut. Dengan pengetahuan tentang kategorisasi adopter ini dapatlah kemudian disusun strategi difusi inovasi yang mengacu pada kelima kategori adopter, sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal, sesuai dengan kondisi dan keadaan masing-masing kelompok adopter. Hal ini penting untuk menghindari pemborosan sumberdaya hanya karena strategi difusi yang tidak tepat. Strategi untuk menghadapi adopter awal misalnya, haruslah berbeda dengan strategi bagi mayoritas akhir, mengingat gambaran ciri-ciri mereka masing-masing (Rogers, 1983).E. Penerapan Dan Keterkaitan Teori

Pada awalnya, bahkan dalam beberapa perkembangan berikutnya, teori Difusi Inovasi senantiasa dikaitkan dengan proses pembangunan masyarakat. Inovasi merupakan awal untuk terjadinya perubahan sosial, dan perubahan sosial pada dasarnya merupakan inti dari pembangunan masyarakat. Rogers dan Shoemaker (1971) menjelaskan bahwa proses difusi merupakan bagian dari proses perubahan sosial. Perubahan sosial adalah proses dimana perubahan terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Perubahan sosial terjadi dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu: (1) Penemuan (invention), (2) difusi (diffusion), dan (3) konsekuensi (consequences). Penemuan adalah proses dimana ide/gagasan baru diciptakan atau

Page 5: Difusi Inovasi Dalam Komunikasi Pembangunan

dikembangkan. Difusi adalah proses dimana ide/gagasan baru dikomunikasikan kepada anggota sistem sosial, sedangkan konsekuensi adalah suatu perubahan dalam sistem sosial sebagai hasil dari adopsi atau penolakan inovasi.

Sejak tahun 1960-an, teori difusi inovasi berkembang lebih jauh di mana fokus kajian tidak hanya dikaitkan dengan proses perubahan sosial dalam pengertian sempit. Topik studi atau penelitian difusi inovasi mulai dikaitkan dengan berbagai fenomena kontemporer yang berkembang di masyarakat. Berbagai perpektif pun menjadi dasar dalam pengkajian proses difusi inovasi,seperti perspektif ekonomi, perspektif ’market and infrastructure’ (Brown, 1981). Salah satu definisi difusi inovasi dalam taraf perkembangan ini antara lain dikemukakan Parker (1974), yang mendefinisikan difusi sebagai suatu proses yang berperan memberi nilai tambah pada fungsi produksi atau proses ekonomi. Dia juga menyebutkan bahwa difusi merupakan suatu tahapan dalam proses perubahan teknik (technical change). Menurutnya difusi merupakan suatu tahapan dimana keuntungan dari suatu inovasi berlaku umum. Dari inovator, inovasi diteruskan melalui pengguna lain hingga akhirnya menjadi hal yang biasa dan diterima sebagai bagian dari kegiatan produktif.

Berkaitan dengan proses difusi inovasi tersebut National Center for the Dissemination of Disability Research (NCDDR), 1996, menyebutkan ada 4 (empat) dimensi pemanfaatan pengetahuan (knowledge utilization), yaitu

1. Dimensi Sumber (SOURCE) diseminasi, yaitu insitusi, organisasi, atau individu yang bertanggunggung jawab dalam menciptakan pengetahuan dan produk baru.

2. Dimensi Isi (CONTENT) yang didiseminasikan, yaitu pengetahuan dan produk baru dimaksud yang juga termasuk bahan dan informasi pendukung lainnya.

3. Dimensi Media (MEDIUM) Diseminasi, yaitu cara-cara bagaimana pengetahuan atau produk tersebut dikemas dan disalurkan.

4. Dimensi Pengguna (USER), yaitu pengguna dari pengetahuan dan produk dimaksud.

Mengenai saluran komunikasi sebagai sarana untuk menyebarkan inovasi, Rogers menyatakan bahwa media massa lebih efektif untuk menciptakan pengetahuan tentang inovasi, sedangkan saluran antarpribadi lebih efektif dalam pembentukan dan percobaan sikap terhadap ide baru, jadi dalam upaya mempengaruhi keputusan untuk melakukan adopsi atau menolak ide baru.

Contoh yang lebih fenomenal adalah keberhasilan Pemerintah Orde Baru dalam melaksanakan program Keluarga Berencana (KB). Dalam program tersebut, suatu inovasi yang bernama Keluarga Berencana, dikomunikasikan melalui berbagai saluran komunikasi baik saluran interpersonal maupun saluran komunikasi yang berupa media massa, kepada suatu sistem sosial yaitu seluruh masyarakat Indonesia. Dan itu terjadi dalam kurun waktu tertentu agar inovasi yang bernama Keluarga Berencana Tersebut dapat dimengerti, dipahami, diterima, dan diimplementasikan (diadopsi) oleh masyarakat Indonesia. Program Keluarga Berencana di Indonesia dilaksanakan dengan menerapkan prinsip difusi inovasi. Ini adalah contoh difusi inovasi, dimana inovasinya adalah suatu ide atau program kegiatan, bukan produk.Sementara itu tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi mencakup:

1. Tahap Munculnya Pengetahuan (Knowledge) ketika seorang individu (atau unit pengambil keputusan lainnya) diarahkan untuk memahami eksistensi dan keuntungan/manfaat dan bagaimana suatu inovasi berfungsi

2. Tahap Persuasi (Persuasion) ketika seorang individu (atau unit pengambil keputusan lainnya) membentuk sikap baik atau tidak baik

Page 6: Difusi Inovasi Dalam Komunikasi Pembangunan

3. Tahap Keputusan (Decisions) muncul ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya terlibat dalam aktivitas yang mengarah pada pemilihan adopsi atau penolakan sebuah inovasi.

4. Tahapan Implementasi (Implementation), ketika sorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya menetapkan penggunaan suatu inovasi.

5. Tahapan Konfirmasi (Confirmation), ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya mencari penguatan terhadap keputusan penerimaan atau penolakan inovasi yang sudah dibuat sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKADilla, S. 2007. Komunikasi Pembangunan: Pendekatan Terpadu. Simbiosa. Bandung.Levis, L. R. 1996. Komunikasi Penyuluhan Pedesaan. Citra Aditya Bakti. Bandung.Nasution, Z. 2004. Komunikasi Pembangunan. Pengenalan Teori dan Penerapannya.

Rajawali Pers. Jakarta.Nurudin. 2005. Sistem Komunikasi Indonesia. Rajawali Pers. Jakarta.Rogers, E. M (Ed). 1989, Komunikasi dan Pembangunan: Perspektif Kritis. LP3S.

Jakarta.Rogers, Everett M. dan F. Floyd Shoemaker. Communication of Innovations.

Terjemahan Abdillah Hanafi Memasyarakatkan Ide-Ide Baru. Usaha Nasional. Surabaya.

Rogers, E. M. 2003, Diffusion of Innovations: Fifth Edition. Free Press. New York

Page 7: Difusi Inovasi Dalam Komunikasi Pembangunan

PESPEKTIF KOMUNIKASI PEMBANGUNAN DI   ERA   REFORMASI Mei 7, 2010 Choir Amri 1 comment

A. PENGERTIAN PEMBANGUNAN

1. Salah satu definisi pembangunan:

Perubahan menuju pola-pola masyarakat yang memungkinkan realisasi yang lebih baik dari nilai-nilai kemanusiaan, yang memungkinkan suatu masyarakat mempunyai kontrol yang lebih besar terhadap lingkungannya dan terhadap tujuan politiknya, dan yang memungkinkan warganya memperoleh kontrol yang lebih terhadap diri mereka sendiri (Inayatullah, 1967).

1. Kemajuan konsep pembangunan:

Rencana Marshall (Marshall Plan) Dalam ucapannya di Universitas Harvard, ia berpidato dengan gagasan pemerintah AS untuk membantu membangun negara-negara di Eropa yang hancur akibat Perang Dunia II. Tujuan gagasan bantuan adalah turut membangkitkan ekonomi mereka. Dengan gagasan ini, kemudian dikenal dengan sebutan Marshal Plan atau yang sangat terkenal sebagai suatu program berencana untuk membantu pembangunan ekonomi negara lain.

Pendapat dan analisis para ahli Barat, pembangunan seperti sekarang, bermula dan dipengaruhi oleh program pemerintah Amerika Serikat yang dicetuskan presiden Harry S. Truman dalam pidato pelantikannya 20 Januari 1949 yang dikenal sebagai Poin IV. Riwayat itu menyebabkan Lerner (1977) bahkan menyebut ”pembangunan” sebagai suatu ideologi internasional yang bermula dari suatu komunikasi: yakni pidato Presiden Truman kepada Kongres AS tersebut. Poin IV dianggap merupakan awal dari paradigma pembangunan: yaitu bantuan negara yang lebih kaya kepada negara yang miskin.

1. Pembangunan sebagai Pertumbuhan

Prioritas masalah utama, dalam pandangan para ahli ekonomi adalah perbedaan yang mencolok dalam tingkat pendapatan masyarakat di negara-negara maju dengan negara-negara miskin, Inilah sebabnya timbul perhatian para perencana pembangunan waktu itu terpusat keinginan meningkatkan pendapatan perkapita bagi negara-negara baru. Hal tersebut diasumsikan, jika pendapatan perkapita berhasil ditingkatkan, maka masyarakat ataupun bangsa yang bersangkutan dengan sendirinya berhasil pindah dari tahap lessdeveloped ke tahap developed.

Berdasarkan asumsi ini, gambaran anak panah pembangunan meliputi unsur-unsur berikut ini: Produksi –> Pendapatan perkapita –> Tabungan –> Investasi

Rostow mengemukakan tahap-tahap pertumbuhan yang dilalui negara modern, hingga mencapai keadaan yang sekarang, yaitu:

1. Masyarakat Tradisional

2. Prakondisi tinggal landas

Page 8: Difusi Inovasi Dalam Komunikasi Pembangunan

3. Tinggal landas (take off)

4. Masa menjelang kedewasaan

5. Abad konsumsi massa yang tinggi

d.   Pembangunan sebagai Poses Modernisasi

Pendapat Rogers dan Svenning (1969), modernisasi pada tingkat individual berkaitan dengan pembangunan pada tingkat masyarakat. Modernisasi merupakan proses perubahan individual dari gaya hidup tradisional ke suatu cara hidup yang lebih kompleks, secara teknologis lebih maju dan berubah cepat.

1. Konsep Pembangunan

Pembangunan meniru model Barat, sebenarnya belum tentu cocok bagi konsep untuk negara-negara berkembang. Yang mencolok dirasakan adalah terciptanya keadaan ketergantungan negara-negara berkembang kepada negara maju, terutama dalam bidang ekonomi.

1. Teori Ketergantungan dan Keterbelakangan

Teori Depedensi Secara garis besar, maksud depedensi adalah, suatu keadaan di mana keputusan-keputusan utama yang mempengaruhi kemajuan ekonomi di negara berkembang seperti keputusan harga komoditi, pola investasi, hubungan moneter, dibuat oleh individu atau institusi di luar negara yang bersangkutan. Proses keterbelakangan yang melanda negara-negara baru, menurut Furtado (1972), meliputi tiga tahapan historis yang terdiri atas:

1. Tahap keuntungan komperatif

2. Tahap substitusi impor.

3. Tahap berkembangnya perusahaan multi nasional (PMN).

g.   Kritik Terhadap Teori Depedensi

Menurut Serves (1968), hal-hal yang dikritik pada teori depedensi dan keterbelakangan itu pada pokoknya adalah :

1. Tidak berhasil memperhitungkan struktur- struktur kelas yang bersifat internal dan kelas produksi di ngera-negara Pinggiran yang mendambakan terbentuknya tenaga produktif.

2. Cenderung berfokus pada masalah Pusat dan modal internasional, daripada masalah pembentukan kelas-kelas lokal.

3. Telah gagal dalam membedakan kapitalis dengan feodalis.

4. Mengabaikan produktivitas tenaga kerja sebagai titik sentral dalam pembangunan ekonomi nasional, dan meletakkan tenaga penggerak pembangunan kapitalis dan masalah keterbelakangan pada transfer surplus ekonomi Pusat dan Periferi.

Page 9: Difusi Inovasi Dalam Komunikasi Pembangunan

5. Dinilai menggalakkan suatu ideologi berorientasi ke Dunia Ketiga yang meruntuhkan potensi solidaritas kelas Internasional dengan menyatukan semuanya sebagai ”musuh”, baik elit maupun massa yang berada di bangsa-bangsa pusat.

6. Dinilai statis, karena ia tidak mampu untuk menjelaskan dan memperhitungkan perubahan-perubahan ekonomi di negara-negara terbelakang menurut waktunya.

B.  PENGERTIAN KOMUNIKASI

Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris “communication”),secara etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata communis Dalam kata communis ini memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna.

Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Karena itu merujuk pada pengertian Ruben dan Steward(1998:16) mengenai komunikasi manusia yaitu :

Human communication is the process through which individuals –in relationships, group, organizations and societies—respond to and create messages to adapt to the environment and one another. Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain.

Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga dapat dilancarkan secara efektif dalam Effendy(1994:10) bahwa para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?

Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu,yaitu:

1. Komunikator (siapa yang mengatakan?)2. Pesan (mengatakan apa?)3. Media (melalui saluran/ channel/media apa?)4. Komunikan (kepada siapa?)5. Efek (dengan dampak/efek apa?).

Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, secara sederhana proses komunikasi adalah pihak komunikator membentuk (encode) pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran tertentu kepada pihak penerima yang menimbulkan efek tertentu.

C. PENGERTIAN KOMUNIKASI PEMBANGUNAN

Dalam penyelenggaraan pembangunan, diperlukan suatu sistem komunikasi agar terjalin komunikasi efektif dan memiliki makna yang mampu mengarahkan pencapaian tujuan pembangunan. Hal itu perlu sekali dilakukan karena proses pembangunan melibatkan

Page 10: Difusi Inovasi Dalam Komunikasi Pembangunan

berbagai elemen masyarakat. Komunikasi pembangunan ini harus mengedepankan sikap aspiratif, konsultatif dan relationship. Karena pembangunan tidak akan berjalan dengan optimal tanpa adanya hubungan sinergis antara pelaku dan obyek pembangunan. Apalagi proses pembangunan ke depan cenderung akan semakin mengurangi peran pemerintah, seiring semakin besarnya peran masyarakat.

Konsep komunikasi pembangunan sangat membuka peluang untuk mendorong komunikasi intensif melalui dialog dengan kelompok-kelompok strategis dalam rangka membangun kemitraan untuk mempengaruhi kebijakan publik sebelum diputuskan. Berbagai kelompok yang perlu dilibatkan dalam kemitraan antara lain Perguruan Tinggi, LSM, pers dan berbagai elemen pendukung pembangunan lainnya. Agar komunikasi pembangunan berjalan dengan efektif, maka diperlukan suatu pusat komunikasi yang menjadi rujukan dari pelaku-pelaku pembangunan maupun pihak-pihak yang berkompeten dalam penyelenggaraan pembangunan untuk memperoleh informasi dan koordinasi pembangunan secara terpadu.

Uraian di atas sesuai dengan pengertian komunikasi pembangunan yang dikemukakan oleh beberapa sumber, antara lain:

Aplikasi komunikasi dalam program pembangunan (Andi Faisal Bakti. Communication and Family Planning Islam in Indonesia, South Sulawesi Muslim Perseptions of Global Development Program. Jakarta: Seri INIS XLV, 2004).

Strategi yang menekankan pada perlunya sosialisasi pembangunan kepada para pelaku pembangunan daerah dan masyarakat secara umum melalui berbagai media strategis. Penggunaan media-media strategis tersebut sangat disesuaikan dengan karakteristik khalayak sasaran yang berkepentingan dengan informasi pembangunan daerah (Rosalita Bekti dalam Pranata Pusat Komunikasi Pembangunan Daerah, Bangda Depdagri).

Suatu cabang teori atau praktek komunikasi yang mempunyai kaitan dengan penerapan pengertian yang mendalam dari teori komunikasi untuk menunjuk permasalahan pengembangan dan modernisasi. Tujuannya yaitu menemukan strategi untuk mengerahkan orang-orang dan sebagai konsekwensi sumber daya, untuk tujuan pengembangan (The Free Encyclopedia. Development communication. http://en.wikipedia.org/wiki/Development_communication).

Proses penyebaran pesan oleh seseorang atau sekelompok orang kepada khalayak guna mengubah sikap, pendapat, dan perilakunya dalam rangka meningkatkan kemajuan lahiriah dan kepuasan batiniah, yang dalam keselarasannya dirasakan secara merata oleh seluruh rakyat (Onong Uchjana Effendy)

Suatu wilayah yang luas untuk menemukan pendekatan dari seseorang kepada khalayak dari berbagai ideologi dengan pendekatan metodologis, dengan menggarisbawahi pentingnya penekanan interaktif dan proses partisipasi untuk perluasan informasi dari masyarakat yang sedang berproses (Guy Bassette dalam Development communication. http://web.idrc.ca)

Komunikasi yang berdampak langsung pada hal-hal yang berkaitan dengan pembangunan untuk mencapai tujuan-tujuan dalam pembangunan itu (http://www.commit.com/interac.html)

Usaha-usaha terorganisir menggunakan proses komunikasi dan media untuk membawa kemajuan sosial dan ekonomi, umumnya di negara-negara berkembang (http//:www.museum.tv/archives).

Usaha yang terorganisir untuk menngunakan proses komunikasi dan media dalam meningkatkan taraf sosial dan ekonomi, yang secara umum berlangsung dalam negara sedang berkembang (Peterson dalam Dila).

Page 11: Difusi Inovasi Dalam Komunikasi Pembangunan

Berdasarkan pandangan dan kenyataan yang berkembang, dapat dirangkum dalam dua perspektif pengertian:

a. Dalam arti luas

Melibatkan masalah yang luas: komunikasi politik, komunikasi sosial-budaya, dan kebijakan komunikasi. Komunikasi pembangunan dalam arti luas meliputi peran dan fungsi komunikasi sebagai suatu aktivitas pertukaran pesan secara timbal balik di antara masyarakat dan pemerintah, mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembangunan.

b. Dalam arti sempit

Dalam arti sempit pengertian komunikasi pembangunan adalah segala upaya, cara dan teknik penyampaian gagasan dan keterampilan pembangunan yang berasal dari pihak yang memprakarsai pembangunan kepada masyarakat yang menjadi sasaran, agar dapat memahami, menerima dan berpartisipasi dalam pembangunan.

Dalam konteks ini kompem dilihat sebagai rangkaian usaha mengomunikasikan pembangunan kepada masyarakat, agar mereka ikut serta dalam memperoleh manfaat dari kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu bangsa. Usaha tersebut mencakup studi, analisis, promosi, evaluasi, dan teknologi komunikasi untuk seluruh sektor pembangunan. Pengertian ini tercermin dalam sejumlah kegiatan sistematis yang dilakukan oleh berbagai badan, dan lembaga yang bersifat lokal, nasional maupun internasional dalam menyebarkan gagasan pembangunan kepada khalayak ramai.

Menurut Academy Educational Development, komunikasi pembangunan selama ini selalu bersifat elektrik atau merupakan kumpulan dari berbagai disiplin ilmu: desain instruksional, jurnalisme, periklanan, pemasaran, teknik, psikologi bahavioral, antropologi, teater dan seni visual untuk memproduksi program komunikasi.

D. PERMASALAHAN KOMUNIKASI PEMBANGUNAN DI ERA REFORMASI

a. Strategi Komunikasi Pembangunan

Berdasarkan berbagai pemikiran yang dikemukakan para ahli komunikasi, Dila (2007) menyimpulkan bahwa komunikasi pembangunan merupakan proses penyebaran informasi, penerangan, pendidikan dan keterampilan, rekayasa sosial dan perubahan perilaku.

Sebagai proses penyebaran informasi dan penerangan kepada masyarakat, titik pandang komunikasi pembangunan difokuskan pada usaha penyampaian dan pembagian (sharing) ide, gagasan, dan inovasi pembangunan antara pemerintah dan masyarakat. Pada proses tersebut, informasi dibagi dan dimanfaatkan bersama-sama dan seluas-luasnya sebagai sesuai yang berguna untuk kehidupan.

Sebagai proses pendidikan dan keterampilan bagi masyarakat, titik pandang komunikasi pembangunan difokuskan pada penyediaan model pembelajaran publik yang murah dan mudah dalam mendidik, dan mengajarkan keterampilan yang bermanfaat. Dengan bekal pendidikan dan keterampilan yang dimiliki, masyarakat dapat lebih kritis dan mandiri memahami posisinya serta lingkungannya. Melalui interaksi, informasi, komunikasi, dan sosialisasi dalam berbagai saluran, proses komunikasi pembangunan kemudian dianggap

Page 12: Difusi Inovasi Dalam Komunikasi Pembangunan

sebagai bentuk pencerahan, penguatan dan pembebasan dari ketergantungan dan keterbelakangan sehingga mempermudah menerima suatu inovasi yang ditujukan kepada mereka.

Sebagai proses rekayasa sosial, komunikasi pembangunan dipandang sebagai bentuk pengembangan tindakan komunikasi yang sistematis, terencana dan terarah, dalam melakukan transformasi ide, gagasan atau inovasi melalui informasi yang disebarluaskan dan diterima sehingga menimbulkan partisipasi masyarakat dalam melakukan perubahan. Pada tingkat ini, intervensi komunikasi dalam mengarahkan bentuk rekayasa sosial yang diinginkan dapat berwujud interaksi, partisipasi, dan dukungan atas informasi yang mereka terima.

Sebagai proses perubahan perilaku, komunikasi pembangunan dipandang sebagai proses psikologis, proses sebagai tindakan komunikasi yang berkesinambungan, terarah, dan bertujuan. Proses ini berhubungan dengan aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental, dalam melakukan perubahan. Kredibilitas sumber, isi pesan dan saluran komunikasi sangat berpengaruh dan menentukan perubahan perilaku.

E. PEMECAHAN MASALAH KOMUNIKASI PEMBANGUNAN DI ERA REFORMASI

Menurut Academy Educational Development (1985:Beyond the flipchart: Three decades of development communication. Washington DC) ada empat strategi komunikasi pembangunan yang telah digunakan saat ini:

1. Strategi-strategi yang didasarkan pada pada media yang dipakai

Para komunikator biasanya mengelompokkan kegiatan mereka di sekitar medium tertentu yang mereka sukai. Strategi ini paling mudah, paling populer, tapi kurang efektif. Secara tipikal strategi ini memulai rencananya dengan mempertanyakan:

§ Apa yang dapat saya lakukan dengan menggunakan radio?

§ Bagaimana caranya agar saya dapat menggunakan televisi untuk menyampaikan pesan saya?

Sejumlah penelitian yang diarahkan pada strategi media tertentu telah dilakukan terutama untuk mengetahui:

§ Media manakah yang terbaik?

§ Media apakah yang termurah biayanya?

§ Media apakah yang terbaik untuk mempopulerkan, mengajarkan, memantapkan, atau mengingatkan sesuatu hal?

2. Strategi-strategi desain instruksional

Umumnya yang menggunakan pendidik. Mereka memfokuskan strateginya pada pembelajaran individu-individu yang dituju sebagai suatu sasaran yang fundamental. Strategi

Page 13: Difusi Inovasi Dalam Komunikasi Pembangunan

kelompok ini, mendasarkan diri pada teori-teori belajar formal, dan berfokus pada pendekatan sistem untuk mengembangkan bahan-bahan belajar.

Para desainer intruksional merupakan orang-orang yang berorientasi rencana dan sistem (plan and system oriented). Mereka pertama-tama melakukan identifikasi mengenai:

a. Tujuan yang hendak dicapai

b. Kriteria keberhasilan

c. Partisipan

d. Sumber-sumber

e. Pendekatan yang digunakan

f. Waktu

Secara tipikal kegiatan mereka digolongkan ke dalam tiga tahapan yang luas dan saling berkaitan:

- Perencanaan

Menekankan pengumpulan informasi yang dibutuhkan untuk menyiapkan suatu desain program yang efektif. Informasi diperlukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penting seperti:

a. Siapakah yang dipilih sebagai khalayak utama dari keseluruhan populasi?

b. Saluran komunikasi apakah yang paling tepat untuk khalayak ini?

c. Perilaku apa yang akan ditegakkan dengan program ini?

d. Sumber-sumber apa yang diperlukan untuk melaksanakan program?

- Implementasi

Terbagi atas siklus yang jelas. Setiap putaran meliputi informasi dasar yang sama dengan suatu pendekatan yang sedikit berbeda.

- Evaluasi

Melalui monitoring dikaji:

1. Bagaimana suatu mikrokosmik dari khalayak yang dituju merasakan petunjuk yang mereka terima melalui program komunikasi pembangunan tertentu?

2. Apakah khalayak menerima petunjuk tersebut?3. Hambatan apa yang mereka hadapi?

3. Strategi-strategi partisipasi

Page 14: Difusi Inovasi Dalam Komunikasi Pembangunan

Dalam strategi ini, prinsip-prinsip penting dalam mengorganisir kegiatan adalah kerjasama komunitas dan pertumbuhan pribadi. Yang dipentingkan dalam strategi ini bukan berapa banyak informasi yang dipelajari seseorang melalui program komunikasi pembangunan, tapi lebih pada pengalaman keikutsertaan sebagai seorang yang sederajat dalam proses berbagi pengetahuan atau keterampilan.

4. Strategi-strategi pemasaran

Strategi ini tumbuh sebagai suatu strategi komunikasi yang sifatnya paling langsung dan terasa biasa. “Kalau anda bisa menjual produk, kenapa tidak dapat menjual kesehatan, pertanian, dan keluarga berencana?”.

b. Difusi Inovasi Dalam Komunikasi Pembangunan

Banyak sekali pengertian difusi inovasi yang dikemukakan oleh para ahli komunikasi pembangunan. Di antaranya adalah sebagai berikut:

Difusi adalah proses tersebarnya suatu inovasi ke dalam sistem sosial melalui saluran komunikasi selama periode waktu tertentu. Dalam kaitannya dengan sistem sosial, difusi juga merupakan suatu jenis perubahan sosial, yaitu proses terjadinya perubahan struktur dan fungsi dalam suatu sistem sosial. Ketika novasi baru diciptakan, disebarkan, dan diadopsi atau ditolak anggota sistem perubaha sosial, maka konsekuensinya yang uatam adalah terjadinya perubahan sosial (Everett M. Rogers dan F. Floyd Shoemaker.)

Difusi teknologi adalah kegiatan adopsi dan penerapan hasil inovasi secara lebih ekstensif oleh penemunya dan/atau pihak-pihak lain dengan tujuan untuk meningkatkan daya guna potensinya. Sedangkan inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, dan/ atau perekayasaan yang bertujuan mengem-bangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses produksi (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi)

Difusi inovasi diartikan sebagai suatu proses penyebaran inovasi dari satu individu kepada individu lainnya dalam suatu sistem sosial yang sama (Leta Rafael Levis).

Seringkali difusi dipandang sebagai suatu proses otonom yang datang dari langit, yang pasti akan menyebarkan ide-ide tentang peningkatan pendapatan dan kemakmuran, yang oleh karena itu menjamin pemerataannya di antara anggota masyarakat (Niels G. Rolling dalam Rogers).

Difusi inovasi termasuk ke dalam pengertian peran komunikasi secara luas dalam mengubah masyarakat melalui penyebarserapan ide-ide dan hal-hal yang baru. Berlangsungnya suatu perubahan sosial, di antaranya disebabkan diperkenalkannya ataupun dimasukkannya hal-hal, gagasan-gagasan, dan ide-ide yang baru. Hal-hal baru tersebut dikenal sebagai inovasi (Zulkarimen Nasution).

DAFTAR PUSTAKA

Berger, Charles R, dkk, 1987, Handbook of Communication Science, The Publisher of

Professional Social Science.

Depari, Eduard dan Mc Andrew, Collin, 1991. Peranan Komunikasi Massa Dalam

Page 15: Difusi Inovasi Dalam Komunikasi Pembangunan

Pembangunan, Gadjah Mada University : Yogyakarta.

Dilla, S. 2007. Komunikasi Pembangunan: Pendekatan Terpadu. Simbiosa. Bandung. Harmoko, 1985. Komunikasi Sambung Rasa, Pustaka Sinar Harapan : Jakarta. Levis, L. R. 1996. Komunikasi Penyuluhan Pedesaan. Citra Aditya Bakti. Bandung.Nasution, Z.

2004. Komunikasi Pembangunan. Pengenalan Teori dan Penerapannya. Rajawali Pers. Jakarta.

Nurudin. 2005. Sistem Komunikasi Indonesia. Rajawali Pers. Jakarta. Rogers, E. M (Ed). 1989, Komunikasi dan Pembangunan: Perspektif Kritis. LP3S. Jakarta. Rogers, Everett M. dan F. Floyd Shoemaker. Communication of Innovations. Terjemahan

Abdillah Hanafi Memasyarakatkan Ide-Ide Baru. Usaha Nasional. Surabaya. Rogers, E. M. 2003, Diffusion of Innovations: Fifth Edition. Free Press. New York. Effendy, Onong Uchjana, Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Pengantar Ilmu

Komunikasi, Jakarta:Grasindo.Rosdakarya Cangara, Hafidz,2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta:PT RajaGrafindo Persada Littlejohn, Stephen W. 2001. Theories of Human Communication. USA: Wadsworth

Publishing. Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Rosda. Ruben, Brent D,Stewart, Lea P, 2005, Communication and Human Behaviour,USA:Alyn and

Bacon Sendjaja,Sasa Djuarsa,1994,Pengantar Komunikasi,Jakarta:Universitas Terbuka. Wiryanto, 2005, Beberapa buku, jurnal, dan internet yang relevan

Page 16: Difusi Inovasi Dalam Komunikasi Pembangunan

MAKALAH PANCASILA

KEDUDUKAN PANCASILA DI INDONESIA

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangKesetiaaan , nasionalisme, dan patriotisme warga Negara kepada bangsa dan negaranya dapat diukur dalam bentuk kesetiaan mereka terhadap filsafat negaranya secara formal diwujudkan dalam bentuk peraturan perundang-undangan (Undang-undang Dasar 1945, dan peraturan perundang-undangan lainnya). Kesetiaan warga Negara tersebut tampak dalam sikap dan tindakan, menghayati, mengamalkan dan mengamankan peraturan Perundangan-Undangan itu.Pancasila adalah sendi, asas, dasar atau peraturan tingkah laku yang penting dan baik. Secara singkat dapat diuraikan bahwa kedudukan pancasila adalah sebagai dasar Negara RI. Untuk mengatur pemerintahan dan penyelenggaraan Negara, sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia dan sebagai ligature bangsa Indonesia.Kesetiaan ini akan semakin kokoh apabila mengakui dan menyakini kebenaran, kebaikan dan keunggulan pancasila sepanjang masa. Pancasila dalam kedudukannya sebagai ideology Negara, di harapkan mampu filter untuk menyerap pengaruh perubahan zaman di era globalisasi ini.1.2 Rumusan MasalahAdapun yang dibahas dalam masalah ini1. Pengertian Pancasila ?2. Apa saja kedudukan Pancasila bagi bangsa Indonesia ?3. Bagaimana proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara ?

Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pancasila memiliki arti lima asas dasar digunakan oleh presiden Soekarno untuk memberi nama pada lima prinsip dasar Negara Indonesia yang di usulkannya.Pada tanggal 17 agustus 1945 bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya dan keesokan harinya (18 agustus 1945) mengesahkan Undang-undang Dasar Republik Indonesia yang di dalamnya memuat isi rumusan lima prinsip dasar Negara yang diberi nama pancasila.

B. Proses Perumusan Pancasila sebagai Dasar NegaraSecara ringkas proses perumusan tersebut adalah sebagai berikut :a. Budianto, 2006, “Pendidikan Kewarganegaraan”, Erlangga, Jakarta. Mr. Muhammad Yamin, pada sidang BPUPKI tanggal 29 Mei 1945 menyampaikan rumusan asas dasar Negara sebagai berikut :1. Peri Kebangsaan2. Peri Kemanusiaan3. Peri Ketuhanan4. Peri Kerakyatan5. Kesejahteraan RakyatSetelah menyampaikan pidatonya, Mr Muhammad Yamin Menyampaikan usul tertulis naskah Rancangan Undang-undang Dasar. Di dalam pembukaan Rancangan UUD itu tercantum lima asas

Page 17: Difusi Inovasi Dalam Komunikasi Pembangunan

dasar Negara yang berbunyai sebagai berikut :

1. Ketuhanan yang Maha Esa2. Kebangsaan Persatuan Indonesia3. Rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab4. kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmah dan Kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilanb. Budianto, 2006, “Pendidikan Kewarganegaraan”, Erlangga, Jakarta. Mr Soepomo, pada tanggal 31 Mei 1945 antara lain pidatonya menyampaikan usulan lima dasar Negara, yaitu sebagai berikut :1. Paham Negara Kesatuan2. Perhubungan Negara dengan Agama3. Sistem Badan Permusyawaratan4. Sosialisasi Negara5. Hubungan antar bangsac. Ir. Soekarno, dalam sidang BPUPKI pada tanggal 1 juni 1945 mengusulkan rumusan dasar Negara adalah sebagai berikut :1. Kebangsaan atau Perikemanusiaan2. Internasional atau Perikemanusiaan3. Mufakat dan Demokrasi4. Kesejahteraan Sosial5. Ketuhanan Yang berkebudayaan

Daftar Pustaka

Budiyanto, 2006, Pendidikan Kewarganegaraan, Erlangga, Jakarta.Winarno, S.Pd. M.Si. 2008, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, PT. Bumi Aksara, JakartaMuhammad Yamin Notonegoro, Ir. Seokarno Berdasarkan TermilogiProf. Dr. Roland Peanak, dalam bukunya “ Demokratic political Theory”. Memberi makna ligature sebaga i Ikatan Budaya” atau Cultural bond