Diet ASMA

download Diet ASMA

If you can't read please download the document

Transcript of Diet ASMA

Diet & Asma (Medical Progress)Asma secara klinis didefinisikan sebagai suatu wheezing episodik dan atau disertai batuk. Nutrisi dapat mempengaruhi gejala maupun fungsi paru pada penderita asma di bawah ini akan dibahas nutrisi yang dapat mempengaruhi penyakit asma. Vitamin C Pada pasien asma dilaporkan kadar asam askorbat dalam rendah dibandingkan kontrol orang sehat tetapi tidak dijumpai perbedaan bermakna berdasarkan derajat penyakit dengan kadar asam askorbat tersebut. Pada orang dengan diet rendah vitamin C dapat memperbaiki gejala asma dan mengurangi penurunan fungsi paru. Pada pasien asma setiap tahun terjadi penurunan fungsi paru lebih besar dibandingkan orang normal. Pada penelitian pemberian vitamin C 1 gram dapat menurunkan hipereaktiviti bronkus yaitu respons bronkus terhadap suatu zat yang bermakna metakolin atau histamin akan berkurang melalui uji provokasi terhadap pasien. Vitamin C berfungsi sebagai antioksida yang dapat mencegah stress oksidatif dan mencegah penglepasan histamin oleh sel mast. Pemberian vitamin C jangka panjang dapat menurunkan gejala asma. Asam Lemak Pada penelitian asam lemak dapat mempengaruhi timbulnya gejala asma. Asam lemak yang sering dihubungkan dengan gejala asma adalah asam omega 6 dan asam omega 3. Asam omega 6 yaitu asam linoleic dikatakan mempunyai hubungan dengan gejala asam, rinitis dan penyakit alergi. Kramer dkk melakukan penelitian terhadap orang-orang yang banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak asam omega 6 terdapat peningkatan prevalensi asma, sedangkan penelitian lain menemukan daerah yang penduduknya banyak mengkonsumi makanan yang mengandung asam omega 3 didapatkan angka prevalensi yang rendah. Asam omega 3 diduga dapat menurunkan sensitisasi terhadap alerge.

Keperawatan Keluarga Program Studi Ilmu Keperawatan FK UGM Tirtoadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta, Agustus 2004

Dietary Fuidelines for Americans tahun 1995 merekomendasikan pemberian asam lemak tak jenuh dengan perbandingan antar asam omega 6 dan asam omega 3, 4 : 16 dengan meningkatkan omega 3 atau menurunkan rasio akan memperbaiki kondisi pasien asma, seperti dengan mengkonsumsi ikan salmon atau jenis ikan laut dalam. Sodium Sodium dikatakan akan meningkatkan hipereaktiviti bronkus atau meningkatkan respons saluran napas terhadap alergen, selain itu sodium juga dapat menimbulkan kontraksi otot polos termasuk otot pada saluran napas, jadi pada pasien asma terutama pada saat serangan dianjurkan untuk pemberian makanan dengan rendah garam. Pada penelitian terhadap pasien asma yang diberikan diet dengan 80 mmol sodium perhari selama dua minggu terjadi penurunan 10EP1. Magnesium Magnesium dapat merelaksasi otot polos atau bekerja kebalikan dari sodium. Pada defisiensi sodium akan meningkatkan gejala asma. Pada penelitian 2.644 subyek yang diberikan 100 mg/hari magnesium didapatkan kenaikan VEP1. Pemberian magnesium yang dianjurkan pada pasien asma adalah 400 mg/hari dapat memberikan efek yang baik. Kesimpulan Nutrisi dapat mempengaruhi gejala asma berupa perubahan hipereaktiviti , perbaikan fungsi paru dan penurunan sensitisasi terhadap alergen. Asam omega 6 dan sodium mempunyai pengaruh buruk terhadap asma sedangkan vitamin C asam omega 3 dan magnesium dapat memperbaiki kondisi pasien asma.

Keperawatan Keluarga Program Studi Ilmu Keperawatan FK UGM Tirtoadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta, Agustus 2004

Asma Tidak Bisa Sembuh, Tapi Bisa DikontrolGloriaNet - Penyakit asma tidak bisa sembuh tetapi hanya bisa dikontrol. Kontrol yang baik membuat asma tidak kambuh dalam waktu bertahun-tahun, tetapi bisa kambuh jika ada faktor pencetus, seperti infeksi, bahan alergen, bahan-bahan yang bersifat iritasi (hair spray, rokok), kerja jasmani dan olahraga, obat-obatan (aspirin), makanan dan emosi. Hal itu diutarakan spesialis penyakit paru-paru dr Ida Bernida SpP, dalam seminar "Penanganan Asma Mandiri" yang diselenggarakan Rumah Sakit Mitra Internasional di Jakarta, beberapa waktu yang lalu. Menurut Ida Bernida, asma adalah penyakit yang kerap tidak diketahui karena gejalanya tidak khas, terutama pada anakanak, sehingga sering salah duga. Penyakit itu membuat si pengidap bolos kerja atau sekolah, kurang memahami cara pengobatan yang benar dan merasa rendah diri. Asma adalah radang (inflamasi) kronis saluran pernapasan. Pada keadaan itu saluran napas sangat peka terhadap rangsangan dengan manifestasi penyempitan saluran napas yang dapat membaik secara spontan atau dengan pengobatan. Penyempitan saluran napas terjadi akibat kontraksi otot saluran napas, peradangan selaput lendir (bengkak), dan produksi lendir berlebihan sehingga napas jadi sesak. "Seseorang yang mengidap penyakit asma dan terkontrol, hanya akan kambuh dalam waktu yang lama, bisa ketika dia berusia 40 tahun. Gejala penyakit itu tidak khas, misalnya batuk menjelang pagi terutama pada anak-anak, sesak mengi yang hilang timbul, dan riwayat keluarga," kata Bernida. Untuk memastikan apakah seseorang mengidap asma perlu diperiksa secara medis berupa pemeriksaan fisik, pemeriksaan dada dengan rontgen, uji faal paru (spirometer/peak flow meter), uji kepekaan bronkus, dan uji alergi terutama pada anak-anak.Kebutuhan ObatKeperawatan Keluarga Program Studi Ilmu Keperawatan FK UGM Tirtoadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta, Agustus 2004

Dijelaskan, asma dikatakan terkontrol apabila gejala kronis tidak ada, serangan jarang, tidak ada kunjungan Instalasi Gawat Darurat (IGD), kebutuhan obat minimal (bahkan tidak perlu obat), tidak ada keterbatasan aktivitas termasuk olah raga, nilai arus puncak espirasi (APE) kurang dari 20 persen, dan tidak ada efek samping obat. Agar asma terkontrol, menurut Bernida, seorang pengidap asma harus memahami seluk beluk asma, mampu menilai derajat penyakit, menghindari faktor pencetus, menentukan rencana pengobatan jangka panjang, dan menentukan rencana pengobatan pada keadaan serangan (eksaserbasi). Tidak kalah penting adalah meningkatkan kebugaran dengan latihan dan senam asma. Sedangkan, jenis obat yang digunakan ada dua, yaitu obat pengontrol dan obat pelega. Obat pengontrol bermanfaat mencegah asma agar dalam jangka panjang tidak kambuh, seperti kortikosteroid, sodium kromolin, teofilin. Sementara obat pelega digunakan ketika asma kambuh untuk melonggarkan pernapasan, seperti beta-2 agonis oral, xantin, antikolinergik (inhalasi) dan kortikosteroid (sistemik). Obat-obatan itu ada yang berbentuk tablet (oral), infus (suntikan) yang diberikan pada asma yang akut dan inhalasi (semprot). Bernida menjelaskan, obat inhalasi mempunyai beberapa keuntungan dibanding bentuk obat asma lain, karena obat bekerja cepat, dosis kecil, efek samping kecil, dan mengencerkan dahak. "Penanganan asma berbeda untuk setiap orang, karena itu pengelolaan asma secara mandiri perlu dilakukan. Namun, tidak berarti mengobati sendiri karena mereka perlu ke dokter untuk mengetahui jenis obat dan cara pemakaiannya," katanya. Penanganan asma mandiri dapat dilakukan dengan pelangi asma, yaitu berupa pencatatan terhadap kondisi si pasien selama sebulan, dan berfungsi sebagai alat bantu dokter serta penderita agar penyakit asma itu terkontrol. (GCM/SP)

Keperawatan Keluarga Program Studi Ilmu Keperawatan FK UGM Tirtoadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta, Agustus 2004

Keperawatan Keluarga Program Studi Ilmu Keperawatan FK UGM Tirtoadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta, Agustus 2004