diare2

15
Diare Pendahuluan Penyakit diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi dan anak Indonesia. Diperkirakan angke kesakitan berkisar 150- 430 perseribu penduduknya setahunnya. Dengan upaya yang dilakukas sekarang, telah dilaksanakn, angka kematian di Rumah Sali akan ditekan menjadi kurang dari 3%. Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair ( setengah padat ), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/ 24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi , yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat atau tanpa disertai dengan lendir dan darah. Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan menurut World Gastroenterology Organisation global guidelines 2005, diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja yang cair/ lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari. Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari. Sebenarnya para pakar di dunia telah mengajukan beberapa kriteria mengenai batasan kronik pada kasus diare tersebut, ada yang 15 hari, 3 minggu, 1 bulan dan 3 bulan, tetapi di Indonesia dipili waktu 15 hari agar dokter tidak lengah, dapat cepat menginvestigasi penyebab diare yang lebih cepat. Diare persisten merupakan istilah yang dipakai di luar negeri yang menyatakan diare berlangsung 15- 30 hari yang merupakan kelanjutan dari diare akut ( peralihan dari diare akut ke diare kronik, dimana diare kronik yang di maksud bila lebih dari 30 hari). Diare infektif adalah bila penyebabnya infeksi. Sedangkan diare noninfektif bila tidak ditemukan infektif sebagaipenyebab kasus tersebut. Diare organik adalah bila ditemukan penyebabnya anatomi, bakteriologik, hormonal, atau toksikologik. Diare fungsional tidak dapat ditemukan penyebab organik.

description

makalah

Transcript of diare2

DiarePendahuluanPenyakit diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi dan anak Indonesia. Diperkirakan angke kesakitan berkisar 150- 430 perseribu penduduknya setahunnya. Dengan upaya yang dilakukas sekarang, telah dilaksanakn, angka kematian di Rumah Sali akan ditekan menjadi kurang dari 3%.Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair ( setengah padat ), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/ 24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi , yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat atau tanpa disertai dengan lendir dan darah.Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan menurut World Gastroenterology Organisation global guidelines 2005, diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja yang cair/ lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari.Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari. Sebenarnya para pakar di dunia telah mengajukan beberapa kriteria mengenai batasan kronik pada kasus diare tersebut, ada yang 15 hari, 3 minggu, 1 bulan dan 3 bulan, tetapi di Indonesia dipili waktu 15 hari agar dokter tidak lengah, dapat cepat menginvestigasi penyebab diare yang lebih cepat. Diare persisten merupakan istilah yang dipakai di luar negeri yang menyatakan diare berlangsung 15- 30 hari yang merupakan kelanjutan dari diare akut ( peralihan dari diare akut ke diare kronik, dimana diare kronik yang di maksud bila lebih dari 30 hari).Diare infektif adalah bila penyebabnya infeksi. Sedangkan diare noninfektif bila tidak ditemukan infektif sebagaipenyebab kasus tersebut.Diare organik adalah bila ditemukan penyebabnya anatomi, bakteriologik, hormonal, atau toksikologik. Diare fungsional tidak dapat ditemukan penyebab organik.

KlasifikasiDiare dapat diklasifikasi berdasarkan1. Lama waktu diare : akut atau kronik2. Mekanisme patofisiologisnya: osmotik atau sekretorik dll)3. Berat ringan diare: kecil atau besar4. Penyebab infeksi atau tidak: infeksi atau noninfeksi5. Penyebab organik atau tidak: organik atau fungsional

Etiologi diare1. Faktor infeksia. Infeksi enteral: infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak.infeksi enteral ini meliputi:Infeksi bakteri: vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersiniaa, Aeromonas dan sebaainya.Infeksi pada virus: Enteroovirus ( virus ECHO,Coxsackie,Poliomyelitis),Adenovirus, Rotavirus,Astrovirus dan lain- lain.Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides, protozoa (Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis), jamur ( Candida albicans).b. Infeksi paraenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain, seperti Otitis Media Akut ( OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan initerutama pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktrosa.2. Faktor malabsorbsiMalabsorbsi karbonhidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang tersering adalah intolenransi laktosa.Malabsorbsi lemakMalabsorsi protein 3. Faktor makanan: makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.4. Faktor psikologi : rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.Keadaan risiko dan kelompok resiko tinggi yang mungkin mengalami diare infeksi1. Baru saja berpergian/ melancong: ke negara berkembang, daerah tropis, kelompok perdamaian dan pekerja sukarela, orang yang sering berkemah( dasar berair).2. Makanan atau keadaan makanan yang tidak biasa: makanan laut dan shell fish, terutama yang mentah. Restoran dan rumah makan cepat saji ( fast food), banket dan piknik3. Homoseksual, pekerja seks, pengguna obat intravena, risiko infeksi HIV, sindrom usus homoseks ( Gay Bowel Syndrome) sindrom defisiensi kekebalan didapat ( Acquired immune deficiency syndrome)4. Baru saja menggunkan obat antimikroba pada institusi: institusi kejiwaan/mental, rumah- rumah perawatan, rumah sakit.Epidemiologi Pada penelitian diare akut pada 123 pasien di RS persahabatan dari 1 November 1993 s.d 30 April 1994 Hendrawanto, Setiawan B dkk. Mendapatkan etiologi infeksi seperti pada tabel 2.Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi /patomekanisme sebagai berikut:1.) Osmolaritas intraluminal yang meninggi, disebut diare osmotik2.) Sekresi cairan dan elektrolit meninggi, disebut diare sekretorik3.) Malarbsorbsi asam empedu, malarbsorbsi lemak4.) Defek sistem pertukaran anion/ transport elektrolit aktif di eritrosit5.) Motilitas dan waktu transit usus abnormal6.) Gangguan permeabilitas usus7.) Inflamasi dinding usus, disebut diare inflamatorik8.) Infeksi dinding usus disebut diare infeksiPatofisiologi/ patomekanismeDiare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi /patomekanisme sebagai berikut:1.) Osmolaritas intraluminal yang meninggi, disebut diare osmotik2.) Sekresi cairan dan elektrolit meninggi, disebut diare sekretorik3.) Malarbsorbsi asam empedu, malarbsorbsi lemak4.) Defek sistem pertukaran anion/ transport elektrolit aktif di eritrosit5.) Motilitas dan waktu transit usus abnormal6.) Gangguan permeabilitas usus7.) Inflamasi dinding usus, disebut diare inflamatorik8.) Infeksi dinding usus disebut diare infeksi

Diare osmotik: diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus halus yang disebabkan oleh obat- obat / zat kimia yang hiperosmotik ( a.l. MgSO4, Mg(OH)2, malarbsorbsi umum dan defek dalam arbsorbsi mukosa usus misalnya pada difisiensi disararidase , malarbsorbsi glukosa atau galaktosa.Diare sekretorik: diare tipe ini disebabkan meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus, menurunnya arbsorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare ini tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa makan dan minum. Penyebab dari diare tipe ini adalah efek enterotoksin pada Vibrio cholerae , atau Escherichia coli, penyakit yang menghasilkan hormon (VIPoma), rekresi ileum ( gangguan arbsorpsi garam empedu), dan efek obat laksatif dioctyl sodium sulfosuksinat dll).Malarbsorbsi asam empedu, malabsorpsi lemak: diare tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan/ produksi micelle empedu dan penyakit- penyakit saluran bilier dan hati.Defek sistem pertukaran anion transport elektrolit aktif di enterosit; diare tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif Na+ K+ ATPase di enterosit dan arbsorpsi Na+ dan air yang abnormal.Motilitas dan waktu transit usus abnormal: diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus. Penyebab gangguan motilitas antara lain: diabetes melitus, pasca vagotomi, hipertiroid.Gangguan permeabilitas usus: diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal disebabkan oleh adanya kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus halus.Inflamasi dinding usus ( diare inflamatorik): diare tipe i ni disebabkan adanya kerusakan pada mukosa usus karena proses inflamasi, sehingga terjadi produksi mukus yang berlebihan dan eksudasi air dan elektrolit ke dalam lumen, gangguan absorpsi air- elektrolit. Inflamasi mukosa usus halus dapat disebabkan infeksi (disentri shigella) atau non infeksi ( kolitis ulceratif dan penyakit Crohn).Diare infeksi: infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering pada diare. Dari sudut kelainan usus diare oleh bakteri dibagi atas non-invasif ( tidak merusak mukosa) dan invasif ( merusak mukosa). Bakteri non invasif menyebabkan diare karena toksin yang disekresi oleh bakteri tersebut, yang disebut diare toksigenik. Contoh diare toksigenik a.l kolera (eltor). Enterotoksin yang dihasilkan kuman vibrio cholerae/ eltor merupakan protein yang dapat menempel pada epitel usus, yang lalu membentuk adenosin monofosfat siklik (AMP siklik) di dinding usus yang menyebabkan sekresi aktif anion klorida yang dikuti air, ion bikarbonat dan kation natrium dan kalium. Mekanisme absorpsi ion natrium melalui mekanisme pompa natrium tidak terganggau karena itu keluarnya ion klorida (diikuti ion bikarbonat,air,natrium,ion kalium) dapat dikompensasi dengan meningginya absorpsi ion natrium( diiringi oleh air, ion kalium, dan ion bikarbonat,klorida). Kompensasi ini dapat dicapai dengan pemberian larutan glukosa yang diabsorpsi.PatogenesisYang berperan pada terjadinya diare akut terutama karena infeksi yaitu faktor kausal( agent) dan faktor penjamu( host). Faktor penjamu adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare akut, terdiri dari faktor- faktor daya tangkis atau lingkungan internal saluran cerna antara lain: keasaman lambung, motilitas usus, imunitas dan juga lingkungan mikroflora usus. Faktor kausal yaitu daya penetrasi yang dapat merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan usus halus dan daya lekat kuman. Patogenesis diare karena infeksi bakteri/parasit teridiri atasDiare bakteri non invasif (enterotoksigenik)Bakteri yang tidak merusak mukosa misalkan V.cholerae Eltor, Enterotoksigenik E.coli (ETEC) dan C. Periferingers. V. Cholera eltor mengeluarkan toksin yang terikat pada mukosa usus halus 15- 30 menit setelah diproduksi vibrio. Enterotoksin ini menyebabkan kegiatan yang berlebihan nikotamid adenin dinukleotid pada dinding sel usus, sehingga meningkatkan kadar adenosin 3 5- siklik monofosfat ( siklik AMP) dalam sel yang menyebabkan sekresi aktif anion klorida kedalam lumen usus yang diikuti oleh air, ion bikarbonat, kation natrium dan kalium.Diare karena bakteri/parasit invasif (enterovasif). Bakteri yang merusak( invasif) antara lain Enteroinvasive E.coli (EIEC), salmonella, shigella, Yersinia, C.perifringers tipe C. Diare yang disebabkan karena kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi. Sifat diarenya sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat tercampur lendir dan darah. Walaupun demikian infeksi kuman- kuma ini dapat juga bermanifestasi sebagai diare koleriformis. Kuman salmonella yang sering menyebabkan diare S. Paratyphi B, Styphimurium, S enterriditis, S choleraesuis. Penyebab parasit yang sering yaitu E. Histolitika dan G.lamblia.DiagnosisDiagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemerikasaan fisik dan pemeriksaan penunjangAnamnesisPasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik tergantung penyebab penyakit dasarnya. Keluhan diarenya berlangsung kurang dari 15 hari. Diare karena penyakit usus alus biasanya berjumlah banyak, diare air dan sering berhubungan dengan malabsorbsi, dan dehidrasi dering didapatkan. Diare karena kelainan kolon seringkali berhubungan dengan tinja berjumlah kecil tetapi sering, bercampur darah dan sensasi ingin ke belakang. Pasien dengan diare akut infektif datang dengan keluhan khas yang nausea, muntah, nyeri badomen, demam dan tinja yang sering, bisa air, malabsorptif, atau berdarah tergantung bakteri patogen yang spesifik. Secara umum patogen usus halus tidak invasif, dan patogen ileokolon lebih mengarah ke invasif. Pasien yang memakan toksin atau pasien yang mengalami infeksi toksigenik secara khas mengalami nausea dan muntah sebagai gejala prominen bersamaan dengan diare air tetapi jarang mengalami demam. Muntah yang mulai beberapa jam dari masuknya makanan mengarah kita kepada keracunan makanan karena toksin yang di hasilkan. Parasit yang tidak menginvasi mukosa usus, seperti Giardia lamblia Cryptosporidium, biasanya menyebabkan rasa tidak nyaman di abdomen yang ringan. Giardiasis biasanya berhubungan dengan steatore yang ringan, perut bergas dan kembung.Bakteri invasif seperti Campylobacter , Salmonella, dan Shigella dan organisme yang menghasilkan sitotoksin seperti Clostridium defficile and enterohemorrhagic E coli (serotipe O 157: h7) menyebabkan inflamasi usus yang berat. Organisme Yersinia seringkali menginfeksi ileum terminal dan caecum dan memiliki gejala nyeri perut kuadran kanan bawah, menyerupai apendisitas akut. Infeksi Campylobacter jejuni sering bermanifestasi sebagai diare, demam dan kadang- kadang kelumpuhan anggota badan dan badan ( sindrom Guillain- Barre). Keluhan lumpuh pada infeksi usus ini sering disalahtafsirkan sebagai malprakter dokter karena ketidaktahuan masyarakat.Diare ini merupakan gejala tipikal dari organisme yang menginvasi epitel usus dengan inflamasi minimal, seperti virus enterik, atau organisme yang menempel tetapi tidak menghancurkan epitel, seperti enterophatogenic E coli, protozoa, dan helminths. Beberapa organisme seperti Campylobacter, Aeromonas, Shigella, da Vibrio species ( misal, V parahemolyticus) menghasilkan enterotoksin dan juga menginvasi mukosa usus; pasien karena itu menunjukan diare air diikuti diare berdarah dalam beberapa jam atau hari.Sindrom hemolitik- uremik dan purpura trombositopenik trombotik (TTP) dapat timbul pada infeksi dengan bakteri E.coli enterohemorragic dan Shigella, terutama anak kecil dan orang tua. Infeksi Yesernia dan bakteri enterik lain dapat disertai dengan simdrom Reiter (atritis, uretritis, dan konjuktivitis), tiroiditis, perikarditis, atau glomerulonefritis. Demam enterik, disebabkan oleh Salmonella tiphy atau Salmonella parathyphi, merupakan penyakit sistemik yang berat yang bermanifestasi sebagai demam tinggi yang lama, prostrasi, bingung, dan gejala respiratorik, nyeri tekan abdomen, diare dan kemerahan.Dehidrasi dapat timbul jika diare berat dan asupan oral terbatas karena nausea dan muntah, terutama pada anak kecil dan usia lanjut. Dehidrasi bermanifestasi sebagai rasa haus yang meningkat, berkurangnya buang air kecil dengan warna urin gelap, tidak mampu berkeringat dan perubahan ortostatik. Pada keadaan berat, dapat mengarah ke gagal ginjal akut dan perubahan status jiwa seperti kebingungan dan sakit kepala.Dehidrasi berdasarkan keadaan klinisnya dapat dibagi atas 3 tingkatan:Dehidrasi ringan (hilang cairan 2-5% BB): gambaran klinisnya turgor kurang, suara serak (vox cholerica). Pasien belom jatuh dalam presyok.Dehidrasi sedang ( hilang cairan 5- 8% BB): turgor buruk, sura serak, pasien jatuh dalam presyok atau syok, nadi cepat , napas cepat dan dalam.Dehidrasi berat ( hilang cairan 8- 10 BB): tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadran menurun ( apatis sampai koma), otot- otot kaku sianosis. Pemeriksaan fisis Kelainan- kelainan yang ditemukan pada pemerikasaan fisik sangat berguna dalam menentukan beratnya diare daripada menentukan penyebab diare. Status volume dinilai dengan memperhatikan perubahan ortostatik pada tekanan darah dan nadi, temperatur tubuh dan tanda toksisitas. Pemerikasaan abdomen yang saksama merupakan hal yang penting. Adanya dan kulaitas bunyi usus dan adanya atau tidak adanya distensi abdomen dan nyeri tekan merupakan clue bagi penentuan etiologi.Pemerikasaan penunjang Pada pasien yang mengalami dehidrasi atau toksisitas berat atau diare berlangsung lebih dari beberapa hari, diperlukan beberpa pemeriksaan penunjang. Pemerikasaan tersebut a.l pemerikasaan darah tepi lengkap ( hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis leukosit), kadar elektronik serum, Ureum dan kreatinin, pemerikasaan tinja dan pemerikasaan Enzym-linked immunosorbent assay ( ELISA) mendeteksi gradiasis dan test serologik amebiasis, dan foto X-ray abdomen.Pasien dengan diare karena virus, biasanya memiliki jumlah dan hitung jenis leukositnya yang normal atau limfositosis. Pasien dengan infeksi bakteri terutama pada infeksi bakteri invasif ke mukosa, memiliki leukositosis dengan kelebihan darah putih muda. Neutropenia dapat timbul pada salmonellosis.Urcum dan kreatinin diperiksa untuk memeriksa adanya kekurangan volume cairan dan mineral tubuh. Pemerikasaan tinja dilakukan untuk melihat adanya leukosit dalam tinja yang menunjukan adanya infeksi bakteri, adanya telur cacing dan parasit dewasa.Pasien sudah mendapat pengobatan antibiotik dalam 3 bulan sebelumnya atau yang mengalami diare di Rumah Sakit sebaiknya diperiksa tinja untuk pengukuran toksin Clostridium defficile.Rektoskopi atau sigmoidoskopi perlu dipertimbangkan pada pasien- pasien yang toksik, pasien dengan diare berdarah, atau pasien dengan diare akut persisten. Pada sebagian besar pasien, sigmoidoskopi mungkin adekuat sebagai pemeriksaan awal. Pada pasien dengan AIDS yang mengalami diare, kolonoskopi dipertimbangkan karena kemungkinan penyeba infeksi atau limfoma di daerah kolon kanan. Biopsi mukosa sebaiknya dilakukan jika mukosa terlihat inflamasi berat.

Penentuan derajat dehidrasi Derajat dehidrasi dapat ditentukan berdasarkan:1. Keadaan klinis: ringan , sedang , berat ( telah dibicarak diatas)2. Berat jenis plasma: pada dehidrasi BJ plasma meningkata. Dehidrasi berat: BJ plasma 1,032-1,040b. Dehidrasi sedang; BJ plasma 1,028- 1,032c. Dehidrasi ringan : BJ plasma 1,025- 1,0283. Pengukuran Central Venous Pressure (CVP):Bila CVP +4 s/d +11 cm H2): normalSyok atau dehidrasi maka CVP kurang dari +4 cm H20

Diagnosis bandingDiagnosis banding diare akut perlu dibuat sehingga kita dapat memberikan pengobatan yang lebih baik. Pasien diare akut dapat dibagi dengan diare akut yang disertai demam/ tinja bedarah dan diare akut yang tidak disertai demam/tinja tidak berdarah.Pasien diare akut disertai demam dan tinja berdarah Observasi umum: diare sebagai akibat mikroorganisme invasif, lokasi sering di daerah kolon, diarenya berdarah sering tapi jumlahnya sedikit, sering diawali dengan diare air.Patogen: 1.) shigella spp( disentri basiler, shigellosis) 2.) Campylobacter jejuni 3.) Salmonella spp, Aeromonas hydrophila, V. Parahaemolyticus, Plesiomonas shigeloides, Yersinia.Diagnosis : 1.) diferensiasi klinik sulit, terutama membedakan dengan penyakit usus inflamatorik idiopatik non infeksi, 2.) banyak leukosit di tinja ( patogen invasif). 3.) kultur tinja untuk Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, 4.) darah tebal untuk malaria.Diare akut tanpa demam atau pun darah tinjaObservasi umum: patogen non- invasif ( tinja air banyak, tidak ada leukosit tinja), sering disertai nausea, kadang vomitus, lebih sering manifestasi dari diare turis ( 85% kasus ), pada kasus kolera, tinja seperti cucian beras, sering disertai muntah.Patogen: 1. ETEC, penyebab tersering dari diare turis, 2. Giardia lamblia, 3. Rotavirus, virus Norwalk, 4. Eksotoksin Preformed dari S. Aureus, Bacillus cereus, Clostridium perfringens (tipe A), diare disebabkan toksin dikarakterisasi oleh lama inkubasi yang pendek 6 jam. 5. Penyebab lain: Vibrio parahaemolyticus ( ikan laut yang shell fish yang tidak cukup didinginkan), Vibrio cholerae (kolera), bahan toksik pada makanan ( logam berat misalnya peserfatif kaleng , nitrit, pestisida, histamin pada ikan), jamur , kriptosporidium, Isospora belli (biasa pada pasien HIV positif meskipun dapat terjadi juga pada manusia normal).Diagnosis: tidak ada leukosit dalam tinja , kultur tinja ( sangat rendah pada diare air), tes untuk ETEC tidak biasa, tersedia pada laboratorium rutin, pemeriksaan parasit untuk tinja segar, sering beberapa pemerikasaan ulangan dibuthkan untuk mendeteksi Giardia lamblia.Penatalaksanaan Penatalaksanaan pada diare akut antara lain:Rehidrasi. Bila pasien keadaan umum baik tidak dehidrasi , asupan cairan yang adekuat dapat dicapi dengan minuman ringan, sari buah, sup dan keripik asin. Bila pasien kehilangan cairan yang banyak dan dehidrasi, penatalaksanaan yang agresif seperti cairan intravena atau rehidrasi oral dengan cairan isotonik mengandung elektrolit dan gula atau starch harus diberikan. Terapi rehidrasi oral murah, efektif dan lebih praktis daripada cairan intravena. Cairan oral antara lain: pedialit, oralit dan lain- lain. Cairan infus antara cairan ringer laktat dll. Cairan diberikan 50 -200ml/kgBB/24 jam tergantung kebutuhan dan status hidrasi.Untuk memberikan rehidrasi pada pasien perlu dinilai dulu derjat dehidrasi. Prinsip menentukan jumlah cairan yang akan diberikan yaitu sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari tubuh. Macam- macam pemberian cairan:1. BJ plasma dengan rumusKebutuhan cairan = BJ plasma- 1,025 x berat badan x 4ml 0,0012. Metode Pierce berdasarkan klinisDehidrasi ringan, kebutuhan ringan = 5% x BB (kg)Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan= 8% x BB (kg)Dehidrasi berat, kebutuhan cairan= 10%x BB (kg)3. Metode Daldiyono berdasarkan skor klinis ( tabel 5.)Kebutuhan cairan = skor x 10 % x kgBB x 1 liter 15Bila skor kurang dari 3 dan tidak ada syok, maka hanya diberi cairan peroral ( sebanyak mungkin sedikit demi sedikit. Bila skor lebih atau sama 3 disertai syok diberikan cairan perintravena.Cairan rehidrasi dapat diberikan melaui oral,enteral melalui selang nasogastrik atau intravena.Bila dehidrasi sedang / berat sebaiknya pasien diberikan cairan melalui infus pembuluh darah. Sedangkan dehidrasi ringan/ sedang pada pasien masih dapat diberikan cairan melalui oral atau selang nasogastrik, kecuai bila ada kontra indikasi atau oral saluran cerna atas tidak bisa dipakai. Pemberian peroral diberikan larutan oralit yang hipotonik dengan komposisi 29 g glukosa , 3,5 g NaCl, 2,5 g Natrium Bikarbonat dan 1,5 g KCL per liter. Contoh oralit generik, renalyte, pharolit dll.Pemberian cairan dehidrasi terbagi atas:1. Dua jam pertama ( tahap redrasi inisial): jumlah total kebutuhan cairan menurut rumusBJ plasma atau skor Daldiyono diberikan langsung 2 jam ini agar tercapai rehidrasi optimal secepat mungkin.2. 1 jam berikutnya/ jam ke 3 ( tahap ke-2) pemberian diberikan berdasarkan kehilangan cairan selama 2 jam pemberian cairan rehidrasi inisial sebelumnya. Bila tidak ada syok atau skor Daldiyono kurang dari 3 dapat diganti dengan cairan peroral.3. Jam berikutnya pemberian cairan diberikan berdasarkan kehilangan cairan melalui tinja dan Insensibel water Loss (IWL)Diet. Pasien tidak dianjurkan puasa, kecuali bila muntah-muntah hebat. Pasien dianjurkan justru minum- minuman sari buah , teh, minuman tidak bergas, makan makanan yang mudah di cerna seperti pisang, nasi, keripik dan sup. Susu sapi harus dihindarkan karena ada difesiensi laktase transien yang disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri. Minuman berkafein dan alkohol harus dihindari karena dapat meningkatkan motilitas dan sekresi usus.Obat anti-diare. Obat- obat ini dapat mengurangi gejala- gejalaa) Yang paling efektif yaitu derivat opioid misal loperamid, difenoksilat- atropin dan tinkur opium. Loperamid paling disukai karena tidak adiktif dan memiliki efek samping paling kecil. Bismuth subsalisilat merupakan obat lain yang dapat digunakan tetapi kontraindikasi pada pasien HIV karena dapat menimbulkan ensefalopati bismuth. Obat antimotilitas penggunaanya harus hati- hati pada pasien disentri yang panas ( ternasuk infeksi Shigella) bila tanpa disertai anti mikroba, karena dapat memperlama penyembuhan penyakit.b) Obat yang dapat mengeraskan tinja: atapulgite 4x 2 tab/hari, smectite 3x1 saset diberikan tiap diare/BAB encer sampai diare berhenti.c) Obat antisekretorik atau anti enkephalinase. Hidrase 3 x 1 tab/hari.Obat antimikrobaKarena kebanyakan memiliki penyakit yang ringan, self limeted disease karena virus atau bakteri non invasif, pengobatan emperik tidak dianjurkan kepada semua pasien. Pengobatan emperik diindikasikan pada pasien- pasien yang diduga mengalami infeksi bakteri invasif, diare truris ( travelers diarrhea) atau imunosupresif. Obat pilihan yaitu kuinolon (misalnya siprofloksasin 500 mg 2x/hari selama 5-7 hari). Obat ini baik terhadap bakteri patogen invasif termasuk Campylobacter, Shigella, Salmonella, Yersinia, dan Aeromonas species. Sebagai alternatif yaitu kotrimoksazol (trimetropim/sulfametoksazol, 160/800 mg 2 x/ hari, atau eritromisin 250-500 mg 4 x/ hari. Metronidazol 250 mg 3 x/hari selama 7 hari diberikan bagi yang dicurigai giardiasis.Untuk turis tertentu yang berpergian ke daerah risiko tinggi, kuinolon ( misal siprofloksasin 500 g/hari) dapat dipakai sebagai profilaktik yang memberikan perlindungan sekitar 90 %. Obat profilaktik lain termasuk trimetoprim-sulfameksazol dan bismuth subsalisilat. Patogen spesifik yang harus diobati a.l Vibrio cholerae, Clostridum deficile, parasit, travelers diarrhea, dan infeksi karena penyakit seksual (gonorrhea, sifilis, klamidiosis, dan herpes simpleks). Patogen yang mungkin diobati termsk Vibrio non kolera, Yersinia dan Campylobacter, dan bila gejala lebih lama pada infeksi Aeromonas, Plesiomonas, dan E coli enterophatogenic. Obat pilihan bagi diare karena Clostridium defficile yaoti metronidazole 25- 500 mg 4 x/ har selama 7- 10 hari. Vankomisin merupakan obat alternatif tetapi lebih mahal dan harus dimakan oral karena tidak efektif bila diberikan secara paraenteral. Metronidazol intravena diberikan pada pasien yan tidak dapat mentoleransi pemberian per oral. Obat antimikroba dapat dilihat pada tabel no 6.KESIMPULANPada diare akut harus dilakukan harus dilakukan anamnesis dan pemeriksaan klinis yang baik untuk mentukan diagnosis penyebab diare akut dan ada tidaknya dehidrasi. Penatalkasanaan diare akut terdiri dari rehidrasi, diet, obat antidiare dan obat antimikroba bila penyebabnya infeksi.