Diaper Rash

14
DIAPER RASH I. PENDAHULUAN Diaper rash adalah istilah umum pada beberapa iritasi kulit yang berkembang pada daerah yang tertutup popok. Sinonim termasuk diaper dermatitis, napkin (atau nappy) dermatitis dan dermatitis ammonia. Selain itu ada kategori luas yang berat yang menyebabkan diaper rash, iritasi kontak adalah yang paling banyak terjadi. Penyakit-penyakit ini dapat dibagi secara konseptual ke dalam: 1-4 1. Ruam yang secara langsung atau tidak langsung disebabkan oleh penggunaan popok. Kategori ini termasuk dermatosis, seperti dermatitis kontak iritan, miliaria, intertrigo, dermatitis diaper kandida dan granuloma gluteal infantum 2. Ruam yang muncul ditempat lain tetapi dapat menyebar ke daerah paha yang teriritasi selama memakai popok. Kategori ini termasuk dermatitis atopik, dermatitis seboroik dan psoriasis 3. Ruam yang muncul pada daerah popok yang tidak disebabkan oleh penggunaan popok. Kategori ini terdiri dari ruam yang berhubungan dari impetigo bullosa, sel histiosit Langerhans, acrodermatitis enteropathica (defisiensi zinc), sifilis kongenital, scabies dan HIV. II. EPIDEMIOLOGI Diaper rash paling banyak terjadi pada bayi. Prevalensi bervariasi dilaporkan dari 4-35% pada 2 tahun pertama kehidupan. Dermatitis atopik dan diaper dermatitis lebih sering terjadi di daerah Amerika dan Afrika. Tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Diaper rash dapat bermula pada periode neonatus segera setelah anak memakai popok. Insiden tertinggi pada umur 1

description

ok

Transcript of Diaper Rash

Page 1: Diaper Rash

DIAPER RASH

I. PENDAHULUAN

Diaper rash adalah istilah umum pada beberapa iritasi kulit yang

berkembang pada daerah yang tertutup popok. Sinonim termasuk diaper dermatitis,

napkin (atau “nappy) dermatitis dan dermatitis ammonia. Selain itu ada kategori luas

yang berat yang menyebabkan diaper rash, iritasi kontak adalah yang paling banyak

terjadi. Penyakit-penyakit ini dapat dibagi secara konseptual ke dalam: 1-4

1. Ruam yang secara langsung atau tidak langsung disebabkan oleh penggunaan

popok. Kategori ini termasuk dermatosis, seperti dermatitis kontak iritan,

miliaria, intertrigo, dermatitis diaper kandida dan granuloma gluteal infantum

2. Ruam yang muncul ditempat lain tetapi dapat menyebar ke daerah paha yang

teriritasi selama memakai popok. Kategori ini termasuk dermatitis atopik,

dermatitis seboroik dan psoriasis

3. Ruam yang muncul pada daerah popok yang tidak disebabkan oleh penggunaan

popok. Kategori ini terdiri dari ruam yang berhubungan dari impetigo bullosa, sel

histiosit Langerhans, acrodermatitis enteropathica (defisiensi zinc), sifilis

kongenital, scabies dan HIV.

II. EPIDEMIOLOGI

Diaper rash paling banyak terjadi pada bayi. Prevalensi bervariasi

dilaporkan dari 4-35% pada 2 tahun pertama kehidupan. Dermatitis atopik dan diaper

dermatitis lebih sering terjadi di daerah Amerika dan Afrika. Tidak ada perbedaan

antara laki-laki dan perempuan. Diaper rash dapat bermula pada periode neonatus

segera setelah anak memakai popok. Insiden tertinggi pada umur 7-12 bulan,

menurun sesuai umur. Diaper rash berhenti setelah anak mendapatkan latihan toilet,

biasanya sekitar umur 2 tahun.2,5

1

Page 2: Diaper Rash

III. ETIOLOGI

Diaper rash dapat disebabkan oleh beberapa hal di bawah ini: 3,6-8

1. Gesekan, penggunaan popok atau pakaian yang ketat akan sering tergesek

dengan kulit sehingga menyebabkan ruam.

2. Iritasi dari feses dan urine. Paparan urin dan feses yang lama dapat

mengiritasi kulit bayi yang sensitif. Bayi lebih cepat terkena diaper rash

bila mengalami pergerakan usus yang sering, karena feses lebih

mengiritasi daripada urine.

3. Pengenalan makanan baru. Bayi mulai makan makanan padat atau

diperkenalkan makanan baru,umumnya ketika berumur antara 4-12 bulan,

komposisi fesesnya berubah, kemungkinan meningkatkan resiko diaper

rash.

4. Infeksi bakteri atau jamur. Dimulai sebagai infeksi kulit yang bisa

menyebar sampai ke daerah sekitarnya. Daerah yang tertutup seperti

pantat, paha, dan genital khususnya yang mudah terserang karena hangat

dan lembab membuat bakteri dan jamur tumbuh subur.

5. Kulit sensitif. Bayi-bayi dengan kondisi kulit seperti dermatitis atopik

atau eksema, kemungkinan dapat berkembang menjadi diaper rash.

Namun, iritasi kulit dari dermatitis atopik dan eksema biasanya tidak

hanya mempengaruhi daerah tertutup popok.

6. Penggunaan antibiotik. Antibiotik dapat membunuh bakteri, baik flora

normal maupun bakteri patogen. Ketidakseimbangan kedua bakteri ini,

dapat menyebabkan infeksi jamur. Ini dapat terjadi ketika bayi

mengkonsumsi antibiotik atau pemberian ASI oleh ibu yang

mengkonsumsi antibiotik.

2

Page 3: Diaper Rash

IV. PATOGENESIS

Iritan utama dari situasi ini adalah enzim protease dan lipase pada feses

yang aktivitasnya meningkat secara tajam oleh peningkatan pH. Keasaman

permukaan kulit juga penting untuk mempertahankan mikroflora normal yang

memberi proteksi antimicroba pertama dalam melawan invasi oleh bakteri dan jamur

patogen. Aktivitas protease dan lipase feses juga meningkat oleh percepatan melintasi

gastrointestinal, ini alasan untuk tingginya insiden dermatitis diaper iritan pada bayi

yang diare kurang dari 48 jam.2,3

Penggunaan popok menyebabkan peningkatan yang jelas pada kelembaban

kulit dan pH kulit. Kelembaban yang lama dapat menyebabkan maserasi stratum

korneum, lapisan luar, lapisan proteksi kulit, yang berhubungan dengan kerusakan

yang luas pada lapisan lipid intraseluler. Kelemahan integritas fisik membuat stratum

korneum lebih mudah terkena kerusakan oleh (1) gesekan permukaan popok dan (2)

iritasi lokal. Kulit bayi merupakan barier efektif penyakit dan sama halnya pada kulit

dewasa dengan memperhatikan permeabilitas kulit. Tetapi, kelembaban, kekurangan

paparan udara, keasaman atau paparan iritan, dan meningkatnya gesekan kulit

merusak barrier kulit. Kulit mempunyai pH normal antara 4,5 sampai 5,5. Ketika

urea dari urin dan feses bercampur, urease mengurai urin, menurunkan konsentrasi

ion hidrogen (meningkatkan pH). Peningkatan nilai pH meningkatkan hidrasi kulit

dan membuat kulit lebih permeabel. Sebelumnya, ammonia dipercaya sebagai

penyebab primer diaper dermatitis. Penelitian baru-baru ini menyangkal hal ini,

menunjukkan bahwa ketika ammonia atau urin ditempatkan pada kulit selama 24-48

jam, kerusakan kulit tidak terjadi.2,3

V. GAMBARAN KLINIS

Iritasi primer dari dermatitis popok tidak selalu terlihat pada 3 minggu

pertama kelahiran. Onsetnya paling sering terjadi pada minggu ketiga sampai

minggu keduabelas, dan puncak prevalensinya terlihat antara bulan ketujuh dan

3

Page 4: Diaper Rash

keduabelas. Bentuk yang paling sering dijumpai pada dermatitis popok iritan primer

terdiri dari erytem yang menyatu dengan permukaan cembung pada daerah yang

tertutup popok, yaitu pantat, genitalia, lower abdomen dan daerah pubis, dan paha

atas. Bagian yang lebih dalam pada lipatan paha umumnya tidak terkena.1,3,6

Gambar 1 Diaper Rash*

Pada daerah yang terkena sering ditemukan eritem dengan vesikel

superfisial dan erosi. Pada bayi, erupsi berbatasan dengan tepi dari daerah popok.

Hipopigmentasi post-inflamasi mungkin memberikan gambaran yang khas pada bayi

dengan kulit berwarna.1,3

Gambar 2 Diaper Rash*

*Dikutip dari Kepustakaan no.9

4

Page 5: Diaper Rash

Adakalanya bentuk erosi dermatitits popok irritan primer dapat terlihat, di

mana vesikel dan erosinya dapat berkembang menjadi ulkus yang dangkal dengan

pinggir yang meninggi (jacquet’s dermatitis). Pada daerah tepi terlihat pustul kecil

yang juga terlihat menyebar ke perifer eritema yang disebut lesi satelit.3,10

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Pemeriksaan Laboratorium

Tes laboratorium sebaiknya dilakukan berdasarkan gambaran klinik dan

frekuensi kejadian. Pemeriksaan darah lengkap dapat membantu, khususnya jika

pasien demam dan dicurigai terjadi infeksi bakteri sekunder. Adanya anemia

berhubungan dengan hepatosplenomegali dan sebaiknya didiagnosa sel histiosit

Langerhans atau sifilis kongenital. Jika dicurigai dermatitis kontak, patch test dapat

membantu. Pemeriksaan serologi seperti jumlah zinc, tes Veneral Disease Research

Laboratory (VDRL), jumlah sel darah, atau kimia darah yang berhubungan dengan

penyakit dasarnya. Jumlah zinc serum yang kurang dari 50 mcg/dL dapat didiagnosa

acrodermatitis enterohepatica.2,10

B. Pemeriksaan Histologi

Biopsi untuk preparat histologi dapat memberikan informasi yang benar

untuk diagnosis. Gambaran umum histologi pada dermatitis iritan primer dengan

spongiosis epidermal dan inflamasi ringan berubah pada dermis.3,10

C. Pemeriksaan Lain

Kerokan kalium hidroksida (KOH) dari lesi papul atau pustul bisa

menunjukkan pseudohifa pada kasus yang dicurigai kandidiasis. Ditemukannya

tungau, ova, atau feses pada preparat mineral oil dari liang kerokan dapat

menegakkan diagnosis scabies.2,11

5

Page 6: Diaper Rash

VII. DIAGNOSIS

Diagnosis awal diaper rash dibuat dengan inspeksi kulit pada daerah

popok. Adanya lesi kulit pada daerah tersebut mengartikan bahwa bayi tersebut

mengalami diaper rash.5,12

VIII. DIAGNOSA BANDING

1. Neonatal Kandidiasis

Banyak variasi dari penyakit kulit dengan lesi pada daerah popok selama

bayi. Ruam yang mengkilat, eritem dengan tepi yang tajam dengan

deskuamasi perifer dan/atau pustula, dan biasanya dengan pustul satelit.

Normalnya ruam timbul pada minggu kedua kehidupan, berbeda dengan

dermatitis popok iritan primer. Lesi ini biasanya bersamaan dengan

kandidiasis oral.3,13

Gambar 3 Kandidiasis Neonatus*

2. Sifilis kongenital

Makula merah kecoklatan, terkadang terang, pada prinsipnya timbul pada

ekstremitas termasuk telapak tangan dan telapak kaki, dan pada wajah

umumnya sekitar mulut. Daerah popok juga sering terkena. Lesi bula

*Dikutip dari Kepustakaan no 14

6

Page 7: Diaper Rash

dan erosi bisa terjadi pada daerah popok. Selain kelainan di daerah

popok, juga ditemukan Flexural condiloma, rhinitis, hepatosplenomegali

dan berat bayi lahir rendah.3,13

Gambar 4 Sifilis kongenital*

3. Defisiensi zinc

Harus dipertimbangkan pada beberapa bayi dengan dermatitis popok yang

gagal terhadap pemberian terapi. Bayi dengan erupsi popok yang

disebabkan oleh defisiensi zinc biasanya bersamaan dengan dermatitis

fasial yang merupakan perluasan dari daerah perioral, paronikia erosif dan

lesi erosi pada lipatan palmar telapak tangan.3,13

Gambar 5 Defisiensi zinc**

* Dikutip dari Kepustakaan no. 15

**Dikutip dari Kepustakaan no. 16

7

Page 8: Diaper Rash

IX. TERAPI

Keberhasilan pengobatan dermatitis popok iritan primer tergantung pada

hubungan faktor etiologi pada setiap individu walaupun secara umum mengikuti

standar pengobatan.3,13

A. Kortikosteroid Topikal

Kortikosteroid topikal membantu, dan diindikasikan pada semua tetapi

pada kasus yang lebih ringan. Bekerja menekan inflamasi dan gatal. Hidrokortison

(kortison, westcort, dermacort). Derivat adrenokortikosteroid cocok untuk kulit dan

membran mukosa eksterna. Mempunyai potensi yang paling rendah tetapi

merupakan steroid topikal yang aman. Mengandung mineralokortikoid dan

glukokortikoid yang mempunyai efek sebagai anti inflamasi. Dosis pada anak yaitu

dioleskan secara tipis pada ruam empat kali sehari selama 14 hari.2,3,13,17

B. Obat Antifungi

Digunakan untuk dermatitis popok kausa kandida. Mengikat steroid

pada membran sel fungi yang merusak sel. Antifungi oral diindikasikan jika disertai

sariawan.2,18

Nystatin

Bersifat sebagai fungisid dan fungistatik. Efektif melawan berbagai ragi

fungi dan yeastlike fungi. Mengubah permeabilitas membran sel fungi

setelah mengikat sterol membran sel, menyebabkan sel bocor. Obat ini

tidak diabsorbsi secara jelas pada traktus gastrointestinal. Dosis dewasa

disertai sariawan 4-6 mL peroral, kumur dan telan empat kali sehari. Dosis

pada anak, secara topikal dioleskan setiap kali ganti popok hingga sembuh.

Secara oral disertai sariawan, pada bayi prematur 1 mL peroral empat kali

sehari. Pada bayi 2 mL/dosis, 1 mL untuk setiap sudut mulut empat kali

sehari. Pada anak 4-6 mL peroral, kumur dan telan dilakukan 4 kali

sehari.2,18

Clotrimazole

8

Page 9: Diaper Rash

Obat antifungi broadspektrum yang mengikat fosfolipid membran sel

fungi, mengubah permeabilitas dinding sel sehingga menghilangkan

elemen esensial intraseluler. Dosis pada anak, dioleskan pada ruam setiap

kali mengganti popok sampai sembuh. Pada wanita hamil biasanya aman

tetapi manfaat lebih besar dari resiko.2,18

Miconazole

Bila dicurigai terjadi superinfeksi dengan kandida dapat digunakan

mikonazole 2%. Mikonazole merusak membran sel jamur dengan

menginhibisi biosentesis ergosterol. Permeabilitas membran meningkat

menyebabkan nutrisi keluar, sehingga sel fungi mati. Losion digunakan

pada daerah intertriginosa. Jika menggunakan krim, oles tipis untuk

menghindari efek maserasi. Dosis pada anak, oleskan secara topikal pada

ruam setiap kali mengganti popok sampai sembuh.2,13

Ketoconazole

Obat antifungi broadspektrum golongan imidazol. Menginhibisi sintesis

ergosterol, menyebabkan komponen seluler keluar, sehingga sel fungi mati.

Dosis pada anak, oleskan secara topikal pada ruam setiap kali mengganti

popok sampai sembuh.2,11

C. Antibiotik Topikal

Digunakan untuk mengobati infeksi ringan bakteri. Bacitracin, melawan

pergerakan mukopeptida ke dalam dinding sel, menginhibisi pertumbuhan bakteri.

Dosis pada anak, oleskan secara topikal pada ruam setiap kali mengganti popok

sampai sembuh.2,19

D. Antibiotik Oral

Digunakan dalam mengobati infeksi bakteri agresif. Amoxicillin dan

clavulanat (augmentin), kombinasi obat melawan resistensi bakteri terhadap

9

Page 10: Diaper Rash

antibiotik betalactam. Indikasi untuk infeksi kulit yang disebabkan oleh beta-

lactamase turunan Staphylococcus aureus. Dosis dewasa 250-500 mg peroral 3 kali

sehari atau 500-875 mg peroral 2 kali sehari selama 7 hari. Dosis anak, umur kurang

dari 3 bulan: 125 mg/5 ML peroral ; 30 mg/kgBB/hari (berdasarkan komponen

amoxicillin) diberikan 2 kali sehari selama 7-10 hari. Pada umur lebih dari 3 bulan,

jika menggunakan 200 mg/5 ml atau 400 mg/5 mL, 45 mg/kgBB/hari peroral

diberikan per 12 jam. Jika menggunakan 125 mg/ 5 mL, 40 mg/kgBB/hari peroral

diberikan 2 kali sehari selama 7-10 hari.2,13

X. KOMPLIKASI

Adanya maserasi dan abrasi kulit yang tertutup popok, menyebabkan

ulserasi kulit dan infeksi sekunder oleh Candida albicans dapat terjadi. Reaksi

psoriasis mengarah ke suatu psoriaticlike erupsi papul dan plak setelah terapi awal

infeksi kandida yang mengenai anggota tubuh dan biasanya ekstremitas, terjadi

beberapa hari setelah terapi antifungi dimulai. Jacquet dermatitis adalah komplikasi

dari irritan berupa gesekan. Granuloma gluteal infantum yang timbul pada regio

anogenital bayi merupakan komplikasi diaper dermatitis.2,20

XI. PROGNOSIS

Dermatitis popok iritan primer hampir selalu menunjukkan respon

terhadap terapi, dan akan membaik bila pemakaian popok tidak terlalu lama.

Kebanyakan kasus sembuh setelah orang tua memerhatikan kebersihan popok.

Dermatitis iritan uncomplicated, intertrigo dan miliaria membutuhkan waktu

beberapa hari untuk sembuh. Infeksi kandida bertahan beberapa minggu setelah

pengobatan. Paling sedikit satu setengah dari kasus dermatitis atopic sembuh segera

pada umur ketiga kehidupan. Granuloma gluteal infantum cenderung sembuh secara

spontan dalam beberapa bulan. Sel histiosit Langerhans biasanya merupakan suatu

penyakit yang fatal.2,3,13

XII. KESIMPULAN

10

Page 11: Diaper Rash

Diaper rash adalah istilah umum pada beberapa iritasi kulit yang

berkembang pada daerah yang tertutup popok. Tidak ada perbedaan antara laki-laki

dan perempuan. Diaper rash dapat bermula pada periode neonatus segera setelah

anak memakai popok. Diaper rash dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu gesekan,

iritasi dari feses dan urine, pengenalan makanan baru, infeksi bakteri atau jamur,

kulit sensitif, dan penggunaan antibiotik. Bentuk yang paling sering dijumpai pada

dermatitis popok iritan primer terdiri dari erytem yang menyatu dengan permukaan

cembung pada daerah yang tertutup popok. Pengobatan yang digunakan pada diaper

rash yaitu kortikosteroid topikal, obat antifungi, antibiotik topikal, dan antibiotik oral.

11

Page 12: Diaper Rash

DAFTAR PUSTAKA

1. Mersch . Diaper Rash. [online]. 2008. [cited 2008 April 17]: [2 screens].

Available from: URL:http://www.medicinet.com/diaper_rash/article.htm

2. Kazzi AA. Pediatrics Diaper Rash. [online]. 2006. [cited 2008 April 17]: [20

sreens]. Avalaible from: URL:

http://www.emedicine.com/emerg/topic374.htm

3. Champion RH, Burton JL, Ebling FJG, eds. Textbook of Dermatology. London

: Blackwen Scientific Publications; 1992.p.396-7,399-400

4. Fitzpatrick TB, Eisen AZ, Wolff K, Freedberg IM, Austen KF, et al.

Dermatology in General Medicine Fourth Edition Volume II. New york :

McGraw-Hill;1993.p.2958

5. Greene A. Diaper Rash. [online]. [cited 2008 April 17]: [3 screens]. Available

from: URL:http://www.drgreene.com/21_1069.html

6. Mayo Foundation for Medical Education and Research. [online]. 2006. [cited

2008 April 17]: [5 screens]. Available from

URL:http://www.cnn.com/HEALTH/library/DS/00069.html

7. BabyCenter Medical Advisory Board. Diaper Rash. [online]. 2006. [cited 2008

April 17]: [5 screens]. Available from: URL: http://www.babycenter.com

8. American Academy of Pediatrics. Diaper Rash. [online]. 2007. [cited 2008

April 17]: [2 screens]. Available from: URL:

http://www.aap.org/publiced/BR_DiaperRash.htm

9. New Zealand Dermatological Society Incorporated. Napkin Dermatitis.

[omline]. 2007. [cited 2008 April 20]: [2 screens]. Available from: URL:

http://www.dermnetnz.org/dermatitis/napkin-dermatitis.html

10. Moschella SL, Hurley HJ, eds. Dermatology 3nd ed. Philadelphia: WB. Saunders

Company; 1985.p.487

12

Page 13: Diaper Rash

11. Lewis RA. Diaper Dermatitis Candida associated Health Article. [online]. 2007.

[cited 2008 April 17]: [3 screens]. Available from: URL:

http://www.usnews.healthline.com

12. Turner J. Diaper Rash Health Article. [online]. 2002. [cited 2008 April 17]: [4

sreens]. Available from: URL: http://www.usnews.healthline.com

13. Amiruddin MD. Ilmu Penyakit Kulit. Indonesia: Bagian Ilmu Penyakit Kulit

dan Kelamin FK UH; 2003. p.360,2

14. Scheinfeld SN. Candida Cutaneous. [online]. 2008. [cited 2008 May 3]: [18

screens]. Available from: URL:http://www.emedicine.com/derm/topic67.htm

15. Hardin MD. Syphilis Pictures from CDC. [online]. 2008. [cited 2008 May 3]: [2

screens]. Available from:

URL:http://www.lib.uiowa.edu/hardin/md/cdc/syphilis.html

16. Wooddall GT. Acrodermatitis Enteropathica. [online]. 2007. [cited 2008 May

3]: [9 screens]. Available from:

URL:http://www.emedicine.com/derm/topic5.htm

17. Habif TP. Clinical Dermatology A Color Guide to Diagnosis and Therapy 4 th

ed. London: Mosby; 2004.p.25

18. Anonym. Diaper Rash. [online]. [cited 2008 April 17]: [3 screens]. Available

from: URL: http://www.askdrsears.com/html

19. Iannelli V. Diaper Rash. [online]. 2007. [cited 2008 April 12]: [2 screens].

Available from: URL:

http://www.pediatric.about.com/od/weeklyquestion/a/04_diaper_rash.htm

20. Bolognia JL, Jorizzo JL, Rapini RP. Dermatology Volume one. London:

Mosby;2003.p.1186

13