Diaper Rash

10
DIAPER RASH 1. DEFINISI Diaper rash atau ruam popok merupakan peradangan kulit akut, pada daerah sekitar popok dan merupakan gangguan dermatologi umum dari masa anak-anak. Diaper rash adalah salah satu dermatitis yang umumnya terjadi pada bayi akibat dari pemakaian popok. Diaper rash sering terjadi pada bayi yang popoknya selalu basah dan jarang diganti sehingga menimbulkan dermatitis iritan. Dermatitis kontak merupakan bentuk yang paling sering terlihat pada ruam popok, tapi pada kasus lain mungkin merupakan hasil allergen dari popok. Dermatitis popok merupakan bentuk dermatitis kontak yang dianggap sebagai reaksi nonimmunologic terhadap iritasi di lingkungan popok, seperti gesekan, oklusi, kelembaban, maserasi, urin, feses, atau bahan kimia. 1 Gagguan ini dapat di katagorikan menjadi 3 katagori, yaitu: a. Ruam yang secara langsung atau tidak langsung yang disebabkan oleh penggunaan popok. Katagori ini termasuk penyakit kulit seperti, dermatitis kontak iritan, miliaria, intertrigo, dermatitis popok candida, dan infantum granuloma glutealis. b. Ruam yang muncul di daerah lain tetapi lebih banyak pada daerah selangkangan akibat penggunaan popok. Kategori ini 1

Transcript of Diaper Rash

Page 1: Diaper Rash

DIAPER RASH

1. DEFINISI

Diaper rash atau ruam popok merupakan peradangan kulit akut, pada daerah sekitar

popok dan merupakan gangguan dermatologi umum dari masa anak-anak. Diaper rash adalah

salah satu dermatitis yang umumnya terjadi pada bayi akibat dari pemakaian popok. Diaper

rash sering terjadi pada bayi yang popoknya selalu basah dan jarang diganti sehingga

menimbulkan dermatitis iritan. Dermatitis kontak merupakan bentuk yang paling sering

terlihat pada ruam popok, tapi pada kasus lain mungkin merupakan hasil allergen dari popok.

Dermatitis popok merupakan bentuk dermatitis kontak yang dianggap sebagai reaksi

nonimmunologic terhadap iritasi di lingkungan popok, seperti gesekan, oklusi, kelembaban,

maserasi, urin, feses, atau bahan kimia.1 Gagguan ini dapat di katagorikan menjadi 3 katagori,

yaitu:

a. Ruam yang secara langsung atau tidak langsung yang disebabkan oleh penggunaan

popok. Katagori ini termasuk penyakit kulit seperti, dermatitis kontak iritan, miliaria,

intertrigo, dermatitis popok candida, dan infantum granuloma glutealis.

b. Ruam yang muncul di daerah lain tetapi lebih banyak pada daerah selangkangan

akibat penggunaan popok. Kategori ini termasuk dermatitis atopik, dermatitis

seboroik, dan psoriasis.

c. Ruam yang muncul di daerah popok terlepas dari penggunaan popok. Kategori ini

termasuk ruam terkait dengan bulosa impetigo, sel Langerhans histiocytosis (Letterer-

Siwe disease, gangguan langka dan fatal dari sistem retikuloendotelial);

acrodermatitis enteropathica (defisiensi zinc); congengital sifillis, kudis, dan HIV. 2,3

1

Page 2: Diaper Rash

2. ETIOLOGI

Diaper rash dapat disebabkan oleh hal-hal berikut:

1. Diaper rash dapat disebabkan oleh beberapa hal di bawah ini:

Gesekan, penggunaan popok atau pakaian yang ketat akan sering tergesek dengan

kulit sehingga menyebabkan ruam.

2. Iritasi dari feses dan urine. Paparan urin dan feses yang lama dapat mengiritasi kulit

bayi yang sensitif. Bayi lebih cepat terkena diaper rash bila mengalami pergerakan

usus yang sering, karena feses lebih mengiritasi daripada urine.

3. Pengenalan makanan baru. Bayi mulai makan makanan padat atau diperkenalkan

makanan baru,umumnya ketika berumur antara 4-12 bulan, komposisi fesesnya

berubah, kemungkinan meningkatkan resiko diaper rash.

4. Infeksi bakteri atau jamur. Dimulai sebagai infeksi kulit yang bisa menyebar sampai

ke daerah sekitarnya. Daerah yang tertutup seperti pantat, paha, dan genital khususnya

yang mudah terserang karena hangat dan lembab membuat bakteri dan jamur tumbuh

subur.

5. Kulit sensitif. Bayi-bayi dengan kondisi kulit seperti dermatitis atopik atau eksema,

kemungkinan dapat berkembang menjadi diaper rash. Namun, iritasi kulit dari

dermatitis atopik dan eksema biasanya tidak hanya mempengaruhi daerah tertutup

popok.

6. Penggunaan antibiotik. Antibiotik dapat membunuh bakteri, baik flora normal

maupun bakteri patogen. Ketidakseimbangan kedua bakteri ini, dapat menyebabkan

infeksi jamur. Ini dapat terjadi ketika bayi mengkonsumsi antibiotik atau pemberian

ASI oleh ibu yang mengkonsumsi antibiotik.4

3. PATHOGENESIS

Penyebab dari gangguan ini belum dapat di identifikasi dengan jelas. Penybabnya

dapat dikarenakan beberapa faktor, diantaranya kelembaban, iritasi(gesekan), urine dan feses,

atau kehadiran mikroorganisme. Iritan utama dari kondisi ini adalah enzim protease dan

lipase pada feses yang aktivitasnya meningkat secara tajam oleh peningkatan pH. Keasaman

permukaan kulit juga penting untuk mempertahankan mikroflora normal yang memberi

proteksi antimicroba pertama dalam melawan invasi oleh bakteri dan jamur patogen.

Aktivitas protease dan lipase feses juga meningkat oleh percepatan melintasi gastrointestinal,

2

Page 3: Diaper Rash

ini alasan untuk tingginya insiden dermatitis diaper iritan pada bayi yang diare kurang dari 48

jam.2

Penggunaan popok menyebabkan peningkatan yang jelas pada kelembaban kulit dan

pH kulit. Kelembaban yang lama dapat menyebabkan maserasi stratum korneum, lapisan

luar, lapisan proteksi kulit, yang berhubungan dengan kerusakan yang luas pada lapisan lipid

intraseluler. Kelemahan integritas fisik membuat stratum korneum lebih mudah terkena

kerusakan oleh gesekan permukaan popok dan iritasi lokal. Kulit bayi merupakan barier

efektif penyakit dan sama halnya pada kulit dewasa dengan memperhatikan permeabilitas

kulit. Tetapi, kelembaban, kekurangan paparan udara, keasaman atau paparan iritan, dan

meningkatnya gesekan kulit merusak barrier kulit. Kulit mempunyai pH normal antara 4,5

sampai 5,5. Ketika urea dari urin dan feses bercampur, urease mengurai urin, menurunkan

konsentrasi ion hidrogen (meningkatkan pH). Peningkatan nilai pH meningkatkan hidrasi

kulit dan membuat kulit lebih permeabel. Sebelumnya, ammonia dipercaya sebagai penyebab

primer diaper dermatitis. Penelitian baru-baru ini menyangkal hal ini, menunjukkan bahwa

ketika ammonia atau urin ditempatkan pada kulit selama 24-48 jam, kerusakan kulit tidak

terjadi.2

Infeksi sekunder akibat dari mikroorganisme seperti candida albicans sering timbul 72

jam (3 hari) setelah terjadinya diaper rash. Candida albicans sering di jumapai pada daerah

bayi yang mengalami diaper rash (41-85%). Pada kebanyakan studi menunjukkan lebih dari

separuh bayi yang mengalami diaper rash mempunyai hasil kultur candida albicans dalam

jumlah yang banyak. infeksi mikroorganisme akan memperberat inflamsi, tetapi tidak

berperan langsung terhadap timbulnya lesi primer.3,4

4. DIAGNOSIS

Sebuah studi yang di lakukan di United Kingdom melaporkan bahwa irritant diaper

dermatitis tidak selalu muncul setelah kelahiran, umumnya onsetnya antara 2 minggu sampai

2 tahun, dengan prevalensi yang tinggi pada umur 9 dan 12 bulan. Diper rash pada anak dapat

timbul dengan tipe lesi psoriasis, atau diffuse erythematous eruption dan eksudative yang

lebih banyak.2

Point penting untuk mendapatkan riwayat penyakit, yaitu:

- Onset, durasi, dan perubahan alami dari ruam yang timbul

- Presentasi ruam yang timbul di luar area bekas popok

3

Page 4: Diaper Rash

- Kontak dengan bayi lain dengan gejala yang sama

- Riwayat penyakit sebelumnya, diare atau penggunaan antibiotik.2

Diagnosis diaper dermatitis didasar pada pemeriksaan fisik. Jika dilakukan dengan

teliti maka dapat membantu menemukan petunjuk dan menyempitkan diferensial

diagnosisnya. Diagnosis dapat di nilai dengan adanya ruam yang terlihat merah cerah pada

daerah yang sering kontak dengan popok, seperti bokong, kelamin, perut bagian bawah,

daerah atas paha, mons pubis, labia mayor dan skrotum. Manifestasi awal diaper rash dapat

berupa eritem perianal ringan yang asimptomatis pada daerah kulit yang terbatas dengan

maerasi dan gesekan yang minimal. 2,3,5

5. DIFFERENTIAL DIAGNOSA

a. Intertrigo

Intertrigo mengacu pada suatu peradangan pada lipatan tubuh. Hal ini biasanya

terletak di paha bagian dalam, ketiak, dan bagian bawah payudara atau perut. Lipatan

tersebut membuat kulit tampak merah, gatal dan menyebabkan rasa sakit bila terjadi

gesekan. Umumnya terjadi pada bayi yang gemuk.

Penyebabnya bisa terjadi karena lembab berlebihan pada

lipatan bayi, yang tidak pernah mendapatkan udara.

Yang harus dilakukan adalah Cuci bagian dalam lipatan kulit

bayi dengan air dan oleskan krim penghalang zinc-

oxide atau petroleum jelly untuk melindungi kulit bayi.4

b. Eksim 

Eksim dapat muncul di manapun pada tubuh bayi mulai dari usia 3 sampai 4

bulan, meskipun sangat jarang ditemukan di daerah bekas pemakaian popok. Eksim atau

sering disebut eksema, atau dermatitis adalah peradangan hebat yang menyebabkan

pembentukan lepuh atau gelembung kecil (vesikel) pada kulit hingga akhirnya pecah dan

4

Page 5: Diaper Rash

mengeluarkan cairan. Kondisi yang lebih parah, penyakit ini juga dapat menyebabkan

kulit berubah menjadi merah, mengeluarkan nanah, dan kerak.

Penyebabnya apa pun bisa menjadi pemicu bayi rentan terhadap eksim (dengan

predisposisi genetik atau riwayat alergi dalam keluarga). Setiap bayi mempunyai

pencetus eksim yang berbeda-beda. Ada orang yang setelah memegang sabun atau

deterjen akan merasakan gatal yang luar biasa, ada pula yang disebabkan oleh bahan atau

alat rumah tangga yang lain.

Tujuan utama dari pengobatan adalah menghilangkan rasa

gatal untuk mencegah terjadinya infeksi. Ketika kulit terasa sangat

kering dan gatal, lotion dan krim pelembab sangat dianjurkan untuk

membuat kulit menjadi lebih lembab. Untuk kasus yang lebih parah,

konsultasikan dengan dokter soal penggunaan salep steroid, untuk

mengurangi peradangan.4

c. Candidal diaper dermatitis

Candidal diaper dermatitis yakni ruam popok yang disebabkan

oleh infeksi jamur Candida albicans. Sekitar 40-70% ruam popok yang

berlangsung lebih 3 hari dapat memicu terjadinya kolonisasi jamur

kandida.4

d. Bacterial diaper dermatitis

Bacterial diaper dermatitis yakni ruam popok yang

disebabkan oleh infeksi kuman (bakteri), terutama

Staphylococcus, Streptococcus dan Enterobacteriaceae.

Jenis ruam popok karena infeksi kuman yang kerap

dijumpai adalah impetigo dan selulitis serta folikulitis.4

e. Granuloma gluteal infantum

5

Page 6: Diaper Rash

Granuloma gluteal infantum merupakan gangguan kulit pada ruam popok yang

jarang terjadi. Biasanya timbul karena terlalu lama iritasi dan infeksi mikroorganisme

yang tidak diobati.4

6. PENATALAKSANAAN

Pengobatan terbaik untuk diaper rash adalah menghindari agen yang menyebabkan

iritasi kontak dan daerah menjadi sekunder terinfeksi oleh bakteri kulit atau jamur. Frekuensi

pergantian popok dapat membatasi paparan tinja dan urin ke daerah lain dan menjadi dasar

untuk pencegahan dan pengelolaan diaper rash.6 Pencegahan adalah pengobatan terbaik.

Popok yang mengandung jely superabsorbent merupakan pencegan yang baik untuk diaper

rash.7

Aplikasi dari pencampuran salep Nystatin and 1% salep hydrocortisone di stiap

pergantian popok dan dapat memproteksi dari urine dan feses.4,7

6

Page 7: Diaper Rash

DAFTAR PUSTAKA

1. Alberta Lauren, Sweeney Susan M., Wiss Karen. Diaper Dye Dermatits. Pediatrics

Official Journal Of The American Academy Of Pediatrics, 2006.

2. MedScape.(2013, 11 Februari).Diaper Rash.Diperoleh 11 Februari 2013, dari

http://emedicine.medscape.com/article/801222-overview

3. MedicineNet.com.(2013, 11 Februari).Diaper Rash(Diaper Dermatitis).Diperoleh 11

Februari 2013, dari http://www.medicinenet.com/diaper_rash/article.htm

4. Fitzpatrick TB, Eisen AZ, Wolff K, Freedberg IM, Austen KF, et al. Dermatology in

General Medicine Fourth Edition Volume II:Neonatal, Pediatric, & Adolescent

Dermatology:Chang Mary Wo, Orlow Seth J. New york. McGraw-Hill. hal: 980-983

5. Buxton Paul K. ABC of Dermatology fourth edition:Psoriasis. London. BMJ

Publishing Group. 2003. Hal: 19-20

6. Adhi Juanda. Prof. Dr. dr, Mochtar Hamzah. dr., Siti Aisah. Prof. Dr. dr.,editor. Ilmu

Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta. Balai Penerbit FK UI:Kadidiosis. 2000. hal : 108

7. James William D, Berger Timothy G, Elston Dirk M. Andrews’ Disease of The Skin:

Clinical Dermatology Tenth Edition:Atopic Dermatitis, Eczema dan Noninfectious

Immunodefeciency Disorders. Canada. Sanders Eleviers. 2006. hal : 91-92

7