Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208...

93
Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama Klasik dan Kontemporer (Studi Komparatif Pemikiran Ibnu Katsir dan Buya Hamka)(Kajian Tafsir Komparatif) SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Starata Satu (S1) Dalam Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Oleh: Ridwan UT. 140208 JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA UNIVERSITA ISLAM NEGERI (UIN) SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2018

Transcript of Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208...

Page 1: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

i

“Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama Klasik dan Kontemporer

(Studi Komparatif Pemikiran Ibnu Katsir dan Buya Hamka)”

(Kajian Tafsir Komparatif)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Starata Satu (S1) Dalam Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir

Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama

Oleh:

Ridwan

UT. 140208

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UNIVERSITA ISLAM NEGERI (UIN)

SULTAN THAHA SAIFUDDIN

JAMBI

2018

Page 2: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

ii

Page 3: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

iii

Page 4: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

iv

Page 5: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

v

MOTTO

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasulnya,

kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan jiwa dan raga

mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang sabar”. (QS. Al-

Hujurat: 15).1

1 Agus salim, “Jihad dalam Persepektif Al-Quran”, Jurnal Ushuluddin, XX, No. 2, (2013),

145.

Page 6: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

vi

PERSEMBAHAN

حيم بسم ٱلله ه ٱلره حم ٱلره

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, kemudahan dan

kepuasan. Sholawat teriring salam semoga selalu tercurahkan kepada insan

terbaik, Nabi Muhammad SAW.

Malu rasanya diri ini mengatakan aku lelah, dan tak pantas pula diri ini

mengatakan bahwa Skripsi ini telah mampu memuaskan kedua orangtuaku.

Meskipun begitu, harapan besar penulis semoga karya ini bisa memberikan

secercah senyum di bibir mereka. Maka kupersembahkan karya ini untuk kedua

orangtuaku tercinta.

Kupersembahkan juga karyaku ini untuk keluar-keluargaku, sahabat-sahabatku,

teman-temanku, rekan-rekanku, yang tak pernah putus memberikan semangat

selama proses penulisan karya ini.

Akhir kata penulis ucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada seluruh

pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian karya tulis ini. Semoga

kebaikan yang diberikan akan diberi balasan kebaikan yang berlipat ganda oleh

Allah SWT. Amiin

Your Dream is Your Choice, don‟t lazy.

Page 7: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

vii

ABSTRAK

Skripsi ini yang berjudul “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama Klasik

dan Kontemporer (Studi Komparatif Pemikiran Ibnu Katsir dan Buya

Hamka)” penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui konsep jihad yang

terkandung dalam dalam Al-Qur‟an dan bagaimana jihad menurut para ulama

Islam? Bagaimana jihad menurut Ibnu Katsir dan Buya Hamka?

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian kulitatif.

Dimana penulis harus berangkat dari suatu teori atau metode untuk menganalisis

permasalahan yang akan penulis angkat. Adapun teori atau metode yang penulis

gunakan untuk menganalisis permasalahan ini adalah adalah menngunakan

metode komparatif.

Konsep jihad Ibnu Katsir lebih cocok untuk diterapkan pada terdahulu

karena konsep beliau lebih megarah kepada peperangan fisik hal tersebut sesuai

dengan keadaan pada masa tersebut. karena pada masa itu islam benar-benar kuat

dalam menjalankan syariat islam dan sunnah rasul, sehingga aturan yang berlaku

benar-benar diterapkan dengan konsep islam secara murni.

Sedangkan dalam perspektif Buya hamka cendrung berpandangan lebih

inklusif (terbuka) cendrung kearah jalan tengah dalam memknai jihad itu sendiri

dan memiliki penafsiran yang berbeda-beda dalam mentafsirkan ayat-ayat yang

berkaitan dengan jihad. Jihad menurutnya adalah mencurahkan segala

kemampuan seperti kerja keras, bersungguh-sungguh atau berjuang dan amal

untuk membela agama agar kalimat Allah menjadi yang paling tinggi. Dimulai

jihad melawan setan, lalu jihad melawan kezaliman.

Kesimpulan yang dapat diambil dalam hasil penelitian ini adalah

penggambaran umum mengenai tentang jihad, baik dalam sisi sejarah dan

pemaknaan kata jihad, lalu mengetahui ayat-ayat tentang jihad dalam Al-Qur‟an,

dan mengetahui bentuk jihad dalam Al-Qur‟an serta tujuan dari jihad agar

masyarakat tidak salah memahami tentang makna jihad yang sesunguhnya dan

juga bisa membedakan mana perjuangan yang berbentuk jihad dan mana jihad

yang berbentuk teroris.

Kata kunci: Jihad.

Page 8: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur tiada henti-hentinya kehadirat Allah SWT.

Yang telah menganugerahkan penulis dengan sedikit ilmu pengetahuan, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan alam, yakni

Nabi besar Muhammad SAW. Seorang Nabi yang membawa umatnya dari

kejahilan menuju lautan ilmu agama dan menegakkan kalimat tauhid Laa ilaa ha

illallah Muhammada rasulullah.

Adapun maksud dan tujuan penulis ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana Stara Satu ( S I) dalam Ilmu Al-Qur‟an dan

Tafsir pada Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. tak luput

pula rasa terima kasih kepada yang terhormat.

1. Bapak Drs. H. Zikhwan, M.Ag Sebagai pembimbing I dan Bapak H.

Abdullah Firdaus, Lc, MA., Ph.d sebagai pembimbing II yang telah sabar

mebantu dalam menyelesaikan Skripsi ini.

2. Ibu Ermawati S.Ag, MA selaku ketua Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir

Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Universitas Islam Negeri Sulthan

Thaha Saifuddin Jambi.

3. Bapak Dr. H. Abdul Ghaffar, M.Ag Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

dan Studi Agama Universitas Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

4. Bapak Dr. Masiyan, M.Ag Selaku Wakil Dekan Bidang Akademik

Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

5. Bapak H. Abdullah Firdaus, Lc, M.A, Ph. D selaku Wakil Dekan Bidang

Adminisrasi Umum, Perencanaan dan keuangan. Fakultas Ushuluddin dan

Studi Agama Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

6. Bapak Dr. Firhat Abas, M.Ag selaku Wakil Dekan Bidang

Kemahasiswaan dan kerja sama Luar Fakultas Ushuluddin dan Studi

Agama Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

7. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, M.A selaku Rektor Universitas Islam Negeri

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

8. Bapak Frof. H. Su‟aidi Asy‟ari M.A Ph.D selaku Wakil Rektor Bidang

Akademik dan pengembangan Lembaga. Universitas Islam Negeri Sulthan

Thaha Saifudin Jambi.

Page 9: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

ix

9. Bapak Dr. Hidayat, M.Pd selaku Wakil Rektor Bidang Administrasi

Umum, perencanaan dan keuangan. Universitas Islam Negeri Sulthan

Thaha Saifuddin Jambi.

10. Ibu Dr. Hj. Fadhilah M.Pd selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan

dan Kerja sama Luar. Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin

Jambi.

11. Bapak Ibu Dosen Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Universitas Islam

Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

12. Bapak Ibu karyawan dan karyawati di lingkungan pakultas Ushuluddin

dan Studi Agama Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin

Jambi.

13. Bapak Pimpinan Perpustaakaan umum dan Fakultas, beserta staf-stafnaya

Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi..

14. Teman-teman seperjuangan Jurusan Ilmu Al-Qur‟an da Tafsir yang telah

memberi Motivasi Kepada Penulis.

15. Kepada kedua orang tua Tercinta yang selalu melimpahkan kasih dan

sayang, memberi dukungan, baik moral maupun Do‟a yang tak henti-

hentinya sehingga penulis mampu menyelesaikan jenjang pendidikan di

Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

16. Serta semua pihak yang turut membantu dalam menyelasaikan skripsi ini,

yang tidak bisa penulis sebut namanya satu persatu.

Jambi, Oktober 2018

Penulis,

Ridwan

UT.140208

Page 10: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

NOTA DINAS ........................................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ......................... iii

PENGESAHAN ....................................................................................... iv

MOTTO .................................................................................................... v

PERSEMBAHAN .................................................................................... vi

ABSTRAK .............................................................................................. vii

KATA PENGANTAR ........................................................................... viii

DAFTAR ISI ............................................................................................. x

PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................. x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................... 1

B. Rumusan Masalah ........................................................ 9

C. Batasan Masalah ......................................................... 11

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................. 12

E. Tinjauan Kepustakaan ................................................ 13

F. Metodologi Penelitian ................................................ 13

G. Sistematika Penulisan ................................................. 15

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG JIHAD

A. Pengertian Jihad ......................................................... 17

B. Lintas Sejarah Tentang Jihad ..................................... 19

C. Jihad Menurut Pandangan Ulama dan Para Tokoh .... 27

D. Macam-Macam Jihad ................................................. 32

E. Tujuan Jihad ................................................................. 34

F. Manfaat Jihad ............................................................... 36

BAB III BIOGRAFI IBNU KATSIR DAN BUYA HAMKA

A. Biografi Ibnu Katsir ..................................................... 40

1. Karya-karya Ibnu Katsir ......................................... 42

2. Lingkungan Sosial dan Politik Ibnu Katsir ............. 42

3. Metode Penafsiran Ibnu Katsir .............................. 44

B. Biografi Buya Hamka .................................................. 45

1. Karya-Karya Buya Hamka ..................................... 48

2. Lingkungan Sosial dan Politik Buya Hamka .......... 49

3. Metode Penafsiran Buya Hamka ........................... 51

Page 11: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

xi

BAB IV PENELITIAN DAN ANALISA JIHAD MENURUT

PEMIKIRAN IBNU KATSIR DAN BUYA HAMKA DALAM

MENAFSIRKAN AYAT-AYAT TENTANG JIHAD A. Konsep Jihad Menurut Ibnu Katsir dan Buya Hamka 53

B. Ayat Al-Qur‟an Yang Sama Dalam Penfasiran Keduanya

Mengenai Jihad .......................................................... 58

C. Ayat Al-Qur‟an Yang Berbeda Dalam Penafsiran Keduanya

Mengenai Jihad .......................................................... 62

D. Kontektualitas Jihad Di Masa Sekarang ...................... 69

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................ 72

B. Rekomendasi .............................................................. 73

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………… 74

CURICULUM VITAE

Page 12: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

xii

PEDOMAN TRANSLITERASI

A. Alfabet

Arab Indonesia Arab Indonesia

ṭ ط ʼ ا

ẓ ظ B ة

„ ع T ث

Gh غ Ts ث

F ف J ج

Q ق ḥ ح

K ك Kh خ

L ل D د

M م Dz ذ

N ن R ر

H ه Z ز

W و S ش

, ء Sy ش

Y ي ṣ ص

ḍ ض

B. Vokal dan Harkat

Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia

iˉ اى Ā ب a ا

Aw ا و Á ا ى u ا

Ay ا ى Ū ا و i ا

C. Tāʼ Marbūṭah

Transliterasi untuk ta marbutah ini ada dua macam:

1. Tāʼ Marbūṭah yang mati atau mendapat harakat sukun, maka transliterasinya

adalah /h/.

Contoh:

Arab Indonesia

Ṣalāh صلاة

Mirʼāh مراة

Page 13: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

xiii

2. Tāʼ Marbūṭah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah dan

dammah, maka transliterasinya adalah /t/.

Contoh:

Arab Indonesia

Wizārat al-Tarbiyah وزراة التبيت

Mir‟āt al-zaman مراة السمه

3. Tāʼ Marbūṭah yang berharkat tanwin maka translitnya adalah /tan/tin/tun.

Contoh:

Arab Indonesia

Tan فجئت

Page 14: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah jihad

Allah SWT memilih beberapa nama yang cocok untuk wahyu yang

diturunkannya. Nama-nama tersebut sangatlah berbeda dengan bahasa Arab yang

biasa dipakai oleh masyarakat. Di antara salah satu nana-nama tersebut ialah Al-

Quran, nama yang selalu dikenal oleh orang banyak dan juga sebuah nama yang

paling masyhur. Allah menamakan wahyunya dengan nama Al-Qur‟an, karena

Al-Quran mengandung pengertian bahwa, wahyu tersebut tersimpan didalam dada

seseorang ketika dia membacanya.2

Al-Qur‟an dikenal sebagai sumber hukum Islam yang pertama yang patut

dipahami dengan baik dan jelas yang mempunyai makna yang begitu besar di

dalamnya sebagaimana yang telah diungkapkan oleh pakar ushul dan ahli bahasa

yang pernah penulis baca ialah, kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad SAW melalaui malaikatnya, yang mengandung banyak Mu‟jizat

didalamnya dan mempunyai nilai pahala jika membacanya.

Al-Qur‟an juga sebagai kitab yang suci dan mulia yang terdapat banyak

mukjizat di dalamnya dikenal paling bagus dan argumentasi di dalamnya paling

kuat dan kekal sepanjang zaman yang patut dijadikan hujjah untuk seluruh

manusia.3

Selain sebagai sumber hukum Islam Al-Qur‟an juga sebagai petunjuk bagi

seluruh umat manusia yaitu sebagai petunjuk yang benar yang membawa manusia

ke jalan yang lebih baik selagi mereka mau berpegang teguh kepadanya.4

Para ulama berbeda pendapat dalam menerangkan makna dari kata Al-

Qur‟an. Ada sebagian mereka berpendapat seperti Al-Zujaj beliau berpendapat,

kata Al-Quran diambil dari kata dasar yaitu ”al-qara” yang diturunkan melalui

malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Karena kitab itu menghimpun

2Muhammad Jamil, Ulum Quran (Jakarta: Restu Ilahi, 2005),1.

3Syeihk Muhammad bin Muhammad Abu Syubah, Studi Al-Qur‟an Al-Karim (Bandung: CV

Putaka Setia, 2002), 14. 4Ahmad Syafi‟i Ma‟arif, Islam dan Masalah Kenegaraan (Jakarta: LP3ES, 1985), 10.

1

Page 15: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

2

seluruh surat, ayat, kisah-kisah, perintah, dan larangan yang ditetapkan oleh Allah

SWT. Sebagian lagi ada yang berpendapat seperti Al-Lihyani, kata Al-Qur‟an

merupakan dari kata jadian kata dasar “qara‟a” (membaca). Kata jadian ini

kemudian dijadikan sebagai nama firman Allah yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad SAW.5

Al-Asy‟ari dan para pengikutnya mengatakan lafaz Al-Qur‟an adalah

kalimat yang musytaq (pecahan) dari kata akar qorn. Karena di dalamnya banyak

mengemukakan contoh dan kalimat qarnusyi syai bisysyai (menggabungkan

sesuatu dengan sesuatu). Jadi kata qarn dalam hal itu bermakna gabungan atau

kaitan, karena surah-surah dan ayat-ayatnya saling bergabung dan saling

berkaitan.6

Al-Qur‟an diturunkan kepada Nabi Muhammad selama 22 tahun 2 bulan

22 hari tepatnya pada malam 17 Ramadhan tahun 41 dari kelahiran Nabi

Muhammad, sampai pada tanggal 9 Zulhijjah Haji Wada‟. Al-Quran diturunkan

secara berangsur-angsur sekaligus untuk menjawab permasalahan yang dihadapi

Rasulullah SAW saat itu.7

Dengan adanya Al-Qur‟an manusia bisa merujuk suatu hukum, yang

mana sebelumya mereka belum mengenal sama sekali tentang hukum dalam

Islam. Tetapi dengan adanya Al-Quran yang diturunkan oleh Allah melalui

malaikat nya mereka bisa mengetahuinya. Selain itu Al-Quran juga berfungsi

memberi petunjuk kepada semua manusia selagi manusia tersebut berpegang

kepada Al-Quran dan mengamalkannya. Sebagaimana telah dijelaskan didalam

oleh Allah dalam firmannya yang terdapat pada surah Al-Baqoroh ayat 2 yang

berbunyi:

5Rosihon Anwar,Ulum Al-Quran( Bandung: Cv Pustaka Setia, 2013), 31-32.

6Dr. Subhi as-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an (Jakarta: Pustaka Pirdaus, 2008), 5.

7Ibid.,34.

Page 16: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

3

“Kitab Al-Qur‟an ini tidak ada keraguan padanya sebagai bagi mereka yang

bertaqwa”. (QS. Al-Baqoroh:2)8

Di dalam ayat yang lain dijelaskan.

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di

dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia

dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang

hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri

tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu,

dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah

baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari

yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki

kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan

hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan

kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (Q.S. Al-Baqarah: 185).9

Pengertian ayat di atas dapatlah difahami bahwa Al-Qur‟an sebagai kitab

yang tidak ada keraguan lagi di dalamnya dan sekaligus memberi petunjuk bagi

manusia selagi mereka mengedepan Al-Qur‟an dalam kehidupannya. Karena Al-

Qur‟an sebuah kitab yang tidak pernah pudar kebenarannya hingga akhir zaman.

Al-Qur‟an juga banyak menerangkan berbagai aspek-aspek persoalan

tentang kehidupan, salah satu diantaranya ialah persoalan tentang jihad yang

8

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya Special for woman, (Bandung:

Sygma), 2. 9Ibid., 28.

Page 17: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

4

sekaligus menjadi penelitian penulis sendiri, persoalan jihad ini bukan hanya

terdapat dalam Al-Qur‟an saja, bahkan didunia maya sekarang pun persoalan

tentang jihad sedang hangatnya dibicarakan, karena jihad ini merupakan satu tema

besar yang ada dalam Al-Qur‟an. Jihad menjadi tema yang sangat unik, menarik

untuk diteliti dan dikaji, selain itu juga jihad sebagai salah satu tema selalu dalam

perdebatan yang terus menerus yang tidak pernah usai sehinggah banyak

menghasilkan banyak karya ilmiah, serta banyak mengeluarkan kajian-kajian yang

mendalam. Hal ini membuktikan bahwa jihad tema yang memiliki daya tarik yang

sangat tinggi dan tidak pernah kering untuk dikaji.

Dikarenakan jihad kerap diartikan sebagai perjuangan fisik yang berbuntut

penyerangan dan kekerasan. Oleh karenanya, makna jihad mestinya selalu

direkonstruksi sebagai sebuah ajaran yang substansial. Misalnya, membebaskan

makna jihad dari tirani kognitif-epistemologis yang sempit. Jihad harus diletakkan

sebagai sebuah pesan agama yang mengandung makna terdalam.10

Istilah jihad dalam islam, banyak dijelaskan didalam Al-Qur‟an salah satu

firmannya yang berbunyi ialah:

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasulnya,

kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan jiwa dan raga

mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang sabar”. (QS. Al-

Hujurat: 15).11

Jihad adalah suatu aturan yang harus dilakukan oleh umat Islam, hal ini

ditegaskan dalam Al-Qur`an yang menyebut jihad sebanyak empat puluh satu kali

dalam berbagai bentuk kalimat termasuk ayat yang diatas tadi, dengan maksud

bahwa jihad adalah konsep dasar bagi umat Islam dalam menjalankan kehidupan.

Jihad sering disalahartikan dan dikonotasikan kepada hal yang buruk, yang

10

Muhammad Harfin Zuhdi, “Fundamentalisme Dan Upaya Deradikalisasi Pemahaman Al-

Qur‟an Dan Hadis”, Jurnal Religia, 13, No. 1, April (2010), 81-102. 11

Agus salim, “Jihad dalam Persepektif Al-Quran”,Jurnal Ushuluddin, XX, No. 2, (2013),

145.

Page 18: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

5

berakibat pada anggapan buruk masyarakat yang awam terhadap kalimat jihad dan

memiliki kesan kasar dan tidak berperi kemanusiaan, mendudukkan makna dan

penempatan jihad dalam Islam sendiri menjadi hal yang penting demi pemulihan

nilai-nilai islami yang terkandung di dalam jihad, dalam pandangan sebagian

kaum muslim juga mengartikan jihad dengan perjuangan senjata yang

beranggapan hidup mulya atau mati syahid .12

Dalam sejarah, pada masa klasik hingga abad pertengahan, pengaktifan

jihad sebagai ajaran tentang “perang” semata-mata merupakan konsekuensi dari

dinamika konteks sosial-politik yang agresif, saat masyarakat Islam yang baru

terbentuk berupaya mempertahankan eksistensinya dari musuh-musuhnya. Namun

dalam perkembangan selanjutnya, terutama pada abad pertengahan hingga saat

ini, ajaran jihad berubah menjadi alat ganda, legitimasi teologis dan ideologis bagi

gerakan perlawanan kelompok Islam militan terhadap apa yang mereka

identifikasikan sebagai musuh-musuh Islam.

Dengan demikian jihad menjadi sesuatu yang problematik dalam konteks

ini, yang mana jihad memang seringkali dipergunakan untuk tujuan-tujuan

kekerasan yang bertentangan dengan nilai-nilai dasar kemanusiaan. Padahal

sumber ajaran tentang jihad itu sendiri adalah ajaran agama Islam yang secara

tegas mempromosikan perdamaian, toleransi, dan menjunjung tinggi harkat dan

martabat manusia.13

Agama Islam juga sangat menjunjung tinggi nilai-nilai persaudaraan dan

sikap saling menghargai tanpa memandang perbedaan suku dan agama, bahkan

melindungi agama-agama lain yang tinggal di dalam masyarakat Islam selama

menjaga keamanan masyarakat dan tidak mengganggu umat Islam.14

Islam adalah agama penebar kedamaian, keadilan dan rahmat bagi semesta

alam. Agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW ini didakwahkan melalui cara-

cara yang santun, damai dan penuh hikmah. Sayangnya, belakangan ini ada

12

Saidurrahman, “Fiqh Jihad Dan Terorisme Perspektif Tokoh Ormas Islam Sumatera

Utara”, Jurnal Ilmu Syari‟ah Dan Hukum, l. 46 No. I, (2012), 56. 13

Syamsul Kurniawan, “Pendidikan Islam Dan Jihad”, XXVIII No. 3(2013),424. 14

Firman, “Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural Dalam Al Qur‟an (Kajian terhadap Tafsir

Al-Azhar Karya Buya Hamka), Jurnal Syamil, 4 No.2, (2016), 34.

Page 19: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

6

sebagian umat Islam sendiri telah mencoreng wajah Islam sehingga ia diklaim

oleh masyarakat dunia internasional sebagai agama yang keras, anarkis dan

bahkan terorisme.15

Hal ini disebabkan karena pada akhir-akhir ini kata jihad banyak

dibicarakan masyarakat, baik kalangan awam maupun intelektual. Kata jihad ini

menyeruak ke permukaan dengan terjadinya peristiwa pengeboman yang

dilakukan oleh kelompok tertentu yang mengatasnamakan jihad. Bagi kelompok

ini jihad diartikan perang melawan musuh Islam, sehingga tindakan pengeboman

terhadap segala sesuatu yang dianggap musuh Islam, merupakan perbuatan jihad.

Akibatnya kata jihad menjadi sesuatu yang mengerikan, dan mengakibatkan Islam

menjadi tertuduh. Islam dalam kacamata orang di luar Islam dan Barat diberi label

agama teroris, dan tindakan yang dilakukan disebut terorisme.

Dapat kita lihat, beberapa dekade belakangan ini berita tentang tindak

kekerasan (terorisme) yang menempati berita teratas yang merenggut nyali

segenap umat Islam. Betapa tidak, tindakan teror tersebut nyaris selalu dikaitkan

dengan kelompok-kelompok Islam radikal, Ada yang melakukan tindakan teror

mengatas namakan jihad tapi sebaliknya ada juga jihad yang dipandang sebelah

mata sebagai tindakan teror. Sehingga muncullah spekulasi bahwa Islam adalah

teroris.

Seruan jihad memang merupakan isu yang sangat sensitif karena sering

dikaitkan dengan terorisme. Jihad menjadi bahan perdebatan dalam media massa

dan buku-buku akademis, baik di Timur maupun di Barat. Jihad merupakan salah

satu ajaran Islam yang paling sering disalah pahami, bahkan jihad seringkali

disebut sebagai penyebab munculnya aksi kekerasan atau teror. Sebagai seorang

muslim tentunya kita sangat tidak sepakat dan menolak dengan sangat keras jika

jihad dipahami sebagai tindakan kekerasan (terorisme). Karena sangat jelas garis

pemisah antara keduanya, bagaikan kutup utara dan kutub selatan.16

15

Ainol Yaqin, “Rekontruksi Dan Reorientasi Jihad Di Era Kontemporer; Kajian Tematik

Atas Ayat-Ayat Jihad”,Okara Journal of Languages and Literature, Vol. 1, (2016),1.

16Musda Asmara, “Reinterpretasi Makna Jihad Dan Teroris”,Jurnal Hukum Islam,l, No.1,

(2016), 64.

Page 20: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

7

Oleh karena itu Fenomena sekarang ini, ada semacam gejala untuk

mengalihkan dan mendangkalkan makna jihad dari selaras dengan prinsip-prinsip

utama Islam, menjadi pemaknaan jihad yang sebaliknya, atau pemaknaan jihad

yang cenderung mendekati faham ekstrimis yang pernah ada di dunia ini, contoh

paling kongkrit di saat sekarang adalah gejolak ISIS dan teroris yang ada

dibelahan dunia ini.

Pada hakikatnya jihad memiliki banyak arti, bukan hanya berperang

angkat senjata namun seiring waktu dan perkembangan zaman, jihad banyak

mengalami reduksi makna.17

Disatu sisi yang lain, Islam membolehkan dengan

tindak kekerasan (perang). Dengan adanya doktrin jihad yang dipahami oleh

sebagian ulama hanya sebagai tindakan mengangkat pedang terhadap musuh

Islam, dan juga adanya perintah perang.

Tetapi sisi lain, jihad sangat menekankan kepada suatu perdamaian.

Padahal perang dalam Islam hanya merupakan salah satu aspek dari jihad yang

pengertian dasarnya adalah melawan keburukan, baik yang ada dalam individu

maupun masyarakat.18

Oleh karena itu, pemaknaan jihad untuk saat ini semakin

relevan untuk dikaji ulang mengingat kondisi dan instrumen jihad selalu

mengalami perkembangan seiring perkembangan teknologi yang sangat pesat.

Persoalan ini juga menjadi amat penting bagi seluruh umat Muslim

terlebih khususnya bagi non-Muslim umunya untuk memperoleh jawaban yang

lebih jelas dan bertanggung jawab secara ilmiah tentang konsep jihad. Ketika

masalah ini tidak diterangkan secara jelas, dikhawatirkan nantinya akan semakin

banyak arti kata jihad yang didasari oleh kepentingan umum semata.

Sejak terjadinya teragedi 11 september 2001 di Amerika Serikat, isu

tentang terorisme kembali menghangatkan dunia. Bahkan isu tersebut berkaitan

dengan keagamaan, muncul dengan topik utamanya meledaknya WTC dilakukan

oleh sekelopok dari umat Islam. Peristiwa tersebut membuat penduduk Islam yang

ada di Indonesia menjadi gencar, karena di Indonesia terkenal dengan umat yang

17

M.Coirun Nizar Dan Muhammad Aziz, “Kontekstualisasi Jihad Persepektif

Keindonesia”,Ulul Albab,XVI, No. (2015), 22. 18

Ma'mun Efendi Nur, “Hukum Jihad Dan Terorisme Perspektif Al-Qur‟an”,Maslahah,I,

No.I, (2010), 22.

Page 21: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

8

mayoritas beragama Islam. Islam yang dikenal dengan umat yang damai,

sejahterah, tetapi menjadi faktor utama terjadinya peledakan bom salah satu

tempat hiburan di Bali. Infoermasi yang di dapati dari media bahwa pelakunya

adalah umat Islam yakni Amrozi dan kawan-kawan. Ironisnya mereka melakukan

perbuatan tersebut mengatasnamakan agama Islam dengan konsep jihad.19

Setelah kasus bom Bali sudah mulai pudar dari ingatan masyarakat

Indonesia, tidak lama kemudian dikejutkan kembali dengan kasus meledaknya

bom di Hotel JW Marriot Jakarta dan peledakan bom bunuh diri di Masjid Az-

Zikra, Kompleks Mapolresta Cirebon, Jawa Barat, yang dilakukan oleh seorang

yang bernama Muhammad Syarif dan masih banyak lagi kasus-kasus kekerasan

yang mengatas namakan jihad. Padahal jika dikaji ulang tentang pemaknaan jihad

pada saat ini, konsep jihad tidak selalu mengarahkan kepada kekerasan apa lagi

sampai menumpahkan darah baik kepada diri pribadi ataupun orang lain.20

Dari beberapa kasus di atas dan beberapa kasus yang lainnya yang terjadi

sehingga nama Islam tercoreng dari mata orang non Muslim dan seakan-akan

umat Islam menjadi “terdakwa” dari kasus tersebut. Sehingga dengan lantang dan

berani mereka berkata bahwa agama Islam adalah agama yang selalu menebarkan

teror. Konsep jihad dianggap sebagai biang suburnya terorisme dalam Islam.

Inilah pemahaman-pemahaman salah yang sengaja dibentuk oleh orang-orang

kafir, agar mainstream masyarakat tertanam bahwa jihad identic dengan teroris.

Padahal jika kita mengkaji ulang dan menela‟ah kembali konsep dakwah

Allah melarang dakwah dengan kekerasan, Allah memerintahkan dakwah dengan

lemah lembut, namun ketika orang-orang kafir sudah mulai main fisik untuk

menyerang dakwah Islam, mereka sudah melakukan penganiayaan terhadap

orang-orang Islam, barulah turun ayat-ayat jihad yang memerintahkan umat Islam

untuk berperang guna mempertahankan diri dan dakwah Islam.

Oleh karena itu, penulis sangat menekankan kembali jangan sampai salah

dalam memaknai jihad dan jangan sampai dipahami dalam artian yang salah

19

Moh. Cholil, “ Relevansi pemikiran Tafsir Jihad M.Quraish Shihab dalam Tafsir Al

misbah”, Jurnal Studi Keislaman, 1, No. 2, ( 2015), 540. 20

Mansur, “Perspektif Ham Dalam Fiqh Al-Jihad”, Jurnal Agama dan Hak Azazi Manusia,

Vol. 4, No. 1, November (2014), 185.

Page 22: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

9

apalagi bertentangan dengan ajaran agama Islam sebagai agama yang penuh

kedamaian.21

Dari latar belakang dan permasalahan di atas inilah timbul pertanyaan

yang pantas jadi kajian selanjutnya yaitu: “bagaimanakah konsep jihad yang

sebenarnya yang patut difahami bagi manusia yang menjadi tuntunan Allah

termaktub dalam Al-Qur‟an? Pertanyaan di atas mendorong penulis untuk

mengkaji lebih dalam lagi terhadap makna jihad yang sebenarnya tenang konsep

jihad yang dimaksudkan Al-Qur‟an) dengan alat pencarian berpedomankan

pendapat pakar khususnya (Dalam hal ini penulis tertarik memilih) pendapat Buya

Hamka dan Ibnu Katsir yang sudah termasyhur. Dari pendapat kedua fakar ini

penulis harapkan konsep jihad versi Al-Qur‟an yang sebenarnya bisa terwujud

sehingga tidak terjadi lagi di dalam masyarakat kesimpang siuran memaknai jihad

yang sebenarnya dari berbagai peristiwa berapa issue di dalam masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang (masalah) jihad dalam bentuk pertanyaan di

atas maka sebelum menentukan konsep jihad perlu direview berbagai peristiwa

dalam praktek jihad yang berlaku di dalam masyarakat dan keabsahan dalam

mengambil fakar skripsi ini sebagai pembanding menemukan konsep jihad yang

dimaksud. Penulis sendiri ingin mencoba menarik benang merah tentag konsep

jihad yang dimaksudkan Al-Qur‟an berpedomankan metoda kedua fakar Buya

Hamka dan Ibnu Katsir terkait praktek sehari-hari di dalam masyarakat. Hasil

analisis pebandingan kedua fakar akan penulis tarik benang merah sebagai bentuk

konsep jihad dalam Islam. Begitu pula,konsep jihad ini nanti dapat menjadi

panduan sejauh mana praktek jihad yang difahami masyarakat ketepatannya

menurut Al-Qur‟an.

Perbedaan pandangan kedua mufassir pada dasarnya dilatarbelakangi oleh

latar belakang, situasi dan kondisi antara keduanya. Ibnu katsir dilahirkan pada

tahun 705 H. Ibnu katsir dilahirkan keadaan Islam dalam masa keemasan, pada

masa ini islam benar-benar kuat dalam menjalankan syariat islam dan sunnah

21

Syamsul Kurniawan, “Pendidikan Islam Dan Jihad”, Pendidikan Islam Dan Jihad. XXVIII

No. 3 (2013), 425.

Page 23: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

10

rasul, sehingga aturan yang berlaku benar-benar diterapkan dengan konsep islam

secara murni. Sebagaimana yang dijelaskan di atas, penulis mengambil dua

konsep jihad dari perspektif Ibnu Katsir dan Buya Hamka. Kedua mufassir ini

memiliki perbedaan pandangan yang signifikan. Adapun konsep jihad menurut

Ibnu Katsir secara umum yaitu memerangi orang-orang kafir, orang-orang

munafiq dan lain-lain.

Sedangkan menurut pandangan Buya Hamka, konsep jihad berbeda dan

agak luas maknanya dibandingkan pandangan Ibnu Katsir. Jihad menurut buya

Hamka adalah kerja keras, bersungguh-sungguh atau berjuang. Agama Islam

tidak akan berdiri jika tidak ada semangat untuk kerja keras, besungguh-sungguh

dan semangat berjuang. Ketiga hal yang dijelaskan oleh buya hamka menjadi

perbedaan dengan ibnu katsir.

Pada masa inilah kajian teroritis tentang jihad mengalami perkembangan

yang sangat signifikan. Ia tidak hanya menjadi bahan diskusi para ahli hukum dan

hadith, tetapi juga para filosof dan sufi. Di antara dikursus yang berkembang

dalam pemikiran mereka antara lain adalah tentang jihad dan kewajiban imam

(pemimpin negara). Menurut mereka, Islam berkewajiban menjalankan misi

utamanya yaitu menegakkan supremasi firman Allah di atas dunia yang dibawa

dan disebarkan dengan jihad. Untuk meningkatkan kebijakannya, imam

menegakkan hukum yang mengatur hubungan antara umat dengan mereka yang

bukan umat, baik pada masa perang maupun masa damai, memutuskan kapan

jihad dilakukan dan kapan jihad harus dihentikan. Dalam menjalankan hubungan

luar negeri, imam mendelegasikan kewenangannya kepada para komandan di

lapangan atau gubernur untuk bernegosiasi, menjalankan jihad, dan membagi

harta rampasan perang.

Sedangkan Hamka dilahirkan pada tanggal 16 Februari 1908 M, pada

masa ini Buya Hamka tidak dilahirkan di Negara Indonesia yang tidak

menerpakan hukum islam secara keseluruhannya, Meskipun, sebagai muslim ia

menginginkan jika negara Indonesia berasaskan aturan Islam. Namun, ketika

berbenturan dengan kondisi dan masyarakat menyepakati model negara Pancasila,

ia bisa menerima kesepakatan itu sambil berupaya untuk terus

Page 24: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

11

menyempurnakannya. Apalagi baginya, bentuk negara tidaklah ditentukan secara

rinci dalam Al-Qur‟an. Ia bersifat sosiologis sesuai kadar perkembangan

masyarakat. Yang penting negara itu memungkinkan bagi pelaksanaan syari‟at

Islam. Sambil menghargai kesepakatan-kesepakatan yang ada, ia berupaya

melakukan penyempurnaan-penyempurnaan sesuai kadar dan kemampuan yang

dimiliki.

Sedangkan jihad di zaman sekarang ini ada sebagian kelompok atau

masyarakat yang lebih mengambil pendapat dari Ibnu Katsir di bandingkan Buya

Hamka. Menurut mereka konsep Ibnu Katsir lebih tepat di gunakan atau

diterapkan untuk menegakan hukum Islam yang bedasarkan tuntunan Al-Qur‟an

dan hadis Nabi sehingga mereka berani berbuat yang lebih ektrim yang konon nya

mereka memperjuangkan agama dengan harapan mati syahid tanpa mimikirkan

dampak akibat yang dialami dia, agama dan orang lain, sehingga agama lain

menganggap agama islam identik dengan terorisme.

Oleh kerena itu, hal inilah yang menjadi persoalan yang di angkat oleh

penulis. Penulis memandag perlu konsep jihad yang sesuai untuk diterapkan di

Negara indonesia.

Penulis mengambil dua pandangan dua mufassir ini karena kedua mufassir

ini sangat termasyhur dikalangan masyarakat umum nya di Indonesia, maka dari

itu, dapat ditarik tiga rumusan masalah pokok yang akan dikembangkan penulis

sebagai isi dan rumusan masalah yakni sebagai berikut :

1. Bagaimanakah Gambaran Umum Tentang Jihad Dalam Al-Qur‟an?

2. Bagaimana Konsep Jihad menurut Ibnu Katsir dan Buya Hamka?

3. Bagaimana Mengaktualisasikan konsep Jihad kedua mufassir di zaman

sekarang?

C. Batasan Masalah

Pembahasan tentang permasalahan jihad konsepnya sangat luas, maka

memandang perlu sebuah batasan masalah agar lebih terarah dan tidak melebar

dalam pembahasan ini. Sehubungan dengan itu, penulis hanya mengambil dan

Page 25: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

12

membatasi pada permasalahan, bagaimana pandangan Buya Hamka dan Ibnu

Katsir menjelaskan tentang jihad.)

Data yang digunakan dalam skripsi ini di dasarkan keterkaitan pemahaman

harian yang terjadi dalam bentuk berbagai peristiwa (social event) yang kalau di

cermati selayang pandang memerlukan kecermatan sebelum menetapkan peristiwa

itu adalah peristiwa jihad atau bukan peristiwa jihad. Oleh karena itu, penentuan

syarat minimum kefahman tentang jihad itu perlu ada, agar suatu peristwa atau

kejadian dapat diberi nama jihad atau justru bertentangan dengan petunjuk Al

Qur‟an. Kalau pemisahan belum terjadi di dalam konsep jihad tersebut tidak

sesuai dengan petunjuk Al-Qur‟an maka hal tersebut akan meresahkan

masyarakat.

Adapun data yang dipilih adalah telaahan berbagai peristiwa yang terjadi

diberitakan dalam media massa ataupun yang diamati sendiri oleh penulis.

Metoda pengambilan data melalui media massa di dengar, dibaca atau

dilihat. Pengambilan data peristiwa itu secara random kebetulan ketika peristiwa

itu masih ada sebagai issues. Peristiwa yang diangkat datanya adalah issue

kejadian mutahir dan atau dalam kurun waktu relative mutahir sebagai stimuli

(rangsangan) issue hidup (buah mulut) di dalam masyarakat.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Dalam penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

a. Untuk menambah wawasan pembaca dalam memahami pemaknaan

tentang Jihad menurut pandangan Buya Hamka dan Ibnu Katsir.

b. Untuk menambah wawasan pembaca dalam mengetahui hukum jihad

dalam Al-Qur‟an

c. Untuk memberikan imformasi kepada pembaca tentang ayat-ayat jihad.

2. Manfaat penelitian

a. Penilitian ini diharapkan dapat menambah wawasan sekaligus menjadi

khazanah bagi penulis dan kita semua

b. Menerangkan kepada pembaca tentang konsep jihaddalam Al-Qur‟an

Page 26: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

13

c. Agar pembaca tidak menganggap permasalahanjihad bukan hal yang

sepele

d. Sekaligus menjadi kontribusi keilmuan penulis terhadap UIN STS

Jambi.

E. Tinjauan Kepustakaan

Sejauh tinjauan dan penelusuran yang telah penulis lakukan, penulis belum

menemukan skripsi mengenai Konsep Jihad Dalam Al-Quran (Studi Komparasi

Pemikiran Buya Hamka dan Ibnu Katsir).

Namun penulis banyak menemukan penelitian terhadap masalah Jihad

yang hanya menjelaskan secara umum. Tidak menjelaskan secara khusus Konsep

Jihad Dalam Al-Quran (Studi Komparasi Pemikiran Buya Hamka dan Ibnu

Katsir).

Beberapa karya ilmiah yang meneliti tentang persoalan Jihad ialah, jurnal

yang berjudul Pendidikan Islam dan Jihad, karya Syamsul Kurniawan, jurnal ini

berusaha mengungkap tentang pemaknaan jihad dalam Islam bahwa pemaknaan

jihad tidak identik kepada perang, tetapi bisa juga dengan pendidikan.

Karya ilmiah selanjutnya berjudul Kontekstualisasi Jihad Perspektif

Keindonesiaan, karya Muhammad Chairun Nizar dan Muhammad Aziz, jurnal ini

menjelaskan bahwa jihad yang terdapat dalam Quran tidak hanya bermakna

peperangan melawan musuh. Ada yang berhubungan dengan peperangan, dan ada

pula yang tidak ada hubungannya dengan peperangan sama sekali. Pada intinya,

jihad dapat diartikan sebagai segala upaya maksimal yang dilakukan oleh seorang

muslim untuk menggapai ridho Allah SWT.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian

kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang sumber datanya buku-buku

dalam perpustakaan dan literature-literatur lainnya terutama yang berkaitan

dengan kitab-kitabTafsir.

Page 27: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

14

Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian bersifat deskriftif

analisis, yaitu bentuk penelitian yang meliputi proses pengumpulan dan

penyusunan data, kemudian data yang telah terkumpul dianalisis sehingga dapat

memperoleh data yang jelas dan akurat.

2. Sumber data dan Jenis data

Penulisan karya ilmiah ini merupakan penelitian pustaka, karena itulah

sumber data yang digunakan penulis adalah data-data literatur yang berbentuk

buku-buku ilmiah.

Secara umumnya, sumber dan jenis data yang akan digunakan dalam

penelitian ini berasal dari bahan tertulis, yang secara garis besarnya terdiri dari

dua data, yaitu data primer dan skunder. Sumber data yang digunakan dalam

penelitian dan penulisan skripsi ini adalah :

a. Data primer, yakni merupakan data literature yang secara langsung

memiliki keterkaitan dan berhubungan secara langsung dengan aspek

pembahasan penelitian. Diantaranya ialah kitab yang ditulis oleh para

ahli (khususnya ahli Tafsir). Diataranya seperti kitab Tafsir Ibnu Katsir,

karangan Ibnu Katsir dan kitab tafsir Al-Azhar karangan Buya Hamka.

b. Data skunder, yakni data-data penunjang dan pendukung dalam

penelitian ini seperti, jurnal dan buku-buku yang berkaitan dengan

permasalahan dalam penelitian ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam metode pengumpulan data, digunakan metode dokumentasi.

Metode ini diterapkan untuk mendokumentasi data-data terkait dengan berbagai

karya literature tafsir maupun yang membahas tentang tafsir. Adapun cara

menghimpunkan data pokok persoalan yang diteliti yang selanjutnya data tersebut

diolah dengan menganalisis dan memahami sehingga dapat memberikan

pengertian dan kesimpulan sebagai jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang

menjadi objek penelitian.

4. Analisis Data

Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis

yang telah di peroleh dari data-data literatur yang sesuai dengan pembahasan yang

Page 28: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

15

ingin dikaji. Data yang telah terkumpul dianalisis melalui metode analisis data

atau analisis deskriptif, yaitu memaparkan data yang ada kaitannya dengan

permasalahan sesuai keterangan yang di dapat.

Dalam hal ini penulis menggunakan metode pendekatan Muqorron.

Metode ini adalah suatu metode yang mengarahkan pandangan kepada satu tema

tertentu, lalu mencari pandangan Al-Qur‟an tentang tema tersebut, dengan jalan

menghimpun ayat yang membicarakannya, menganalisis dan memahami ayat

demi ayat, lalu menghimpunnya kedalam yang bersifat umum, kemudian dikaitan

dengan yang khusus, muthlaq dengan muqayad, dan lain-lain, sambil memperkaya

uraian dengan hadits-hadits yang berkaitan untuk kemudian disimpulkan dalam

satu tulisan pandangan menyeluruh dan tuntas menyangkut tema yang dibahas.22

Adapun langkah-langkah penerapan metode tersebut ialah:

a. Mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur‟an yang berbeda reaksinya satu dengan

yang lain, padahal sepintas terlihat bahwa ayat-ayat tersebut berbicara

tentang persoalan yang sama.

b. Ayat-ayat yang berbeda kandungan informasinya dengan hadis Nabi

SAW.

c. Perbedaan pendapat ulama menyangkut penafsiran ayat yang sama.23

G. Sistematika Penulisan

Untuk menjaga alur pembahasan dan mempermudahkan pembahasan,

maka penelitian ini dibagi menjadi beberapa bab dan sub bab dengan

rasioanalisasi pembahasan sebagai berikut:

Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang mencakup pembahasan

mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika

pembahasan.

Kemudian bab kedua sebagai pengantar untuk memasuki bab III dan IV,

dalam bab II penulis akan membahas tentang gambaran umum mengenai jihad,

22

Agus Sofyandi Kahfi, “Informasi dalam Perspektif Islam”, Jurnal Mediator, VII, II

(2006),324-325. 23

M.Quraish Shihab, Kaidah tafsir (Tanggerang: Lentera Hati, 2013), 382.

Page 29: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

16

Pengertian jihad, Lintasan Sejarah jihad, pandangan ulama tentang Jihad, Macam-

macam Jihad, tujuan jihad dan manfaat nya.

Bab ketiga penulis menjelaskan biografi Ibnu Katsir dan Buya Hamka,

riwayat hidup dan karya-karya.

Bab keempat analisa komparatif pemikiran Ibnu Katsir dan Buya Hamka

dalam menafsirkan ayat-ayat tentang jihad . Dalam bab ini penulis mencoba

membahas tentang bagaimana jihad menurut pandangan Ibnu Katsir dan Buya

Hamka, Ayat Al-Qur‟an yang sama dalam penafsiran keduanya yang Mengenai

dengan permasalahan jihad, Ayat Al-Qur‟an yang berbeda dalam penafsiran

keduanya yang mengenai dengan pemasalahan jihad, aktualisasi jihad di masa

sekarang.

Bab kelima mengenai penutup, yang meliputi kesimpulan dari seluruh

upaya yang telah penulis lakukan dalam penelitian ini beserta saran-saran dan

penutup.

Page 30: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

17

BAB II

GAMBARAN UMUM TENTANG JIHAD

A. Pengertian Jihad

Jihad dalam tata bahasa Arab yang berasal dari kata tiga huruf yaitu: al-jim,

al-haa, ad-daal. Sedangkan huruf alif pada kalimat به د itu adalah huruf tambahan ج

(Ziyadah). Menurut etimologi bahasa Arab kata “Jihad” diambil dari kata Isim

mashdar kedua, berasal dari kata jaahada, yujaahidu, mujahadatan dan jihadan.

Jihad yang berarti bekerja keras dengan sepenuh hati jiwa dan raga dan

mengharap ridha dari Allah semata.24

Jihad yang berarti kemampuan, menuntut seorang mujahid mengeluarkan

segala daya dan kemampuannya demi mencapai tujuan. Tidak ada satu amalan

keagamaan yang tidak disertai dengan jihad karena setiap amalan keagamaan

menuntut kemampuan kita yang terkadang melelahkan dan meletihkan, bahkan

kita dituntut untuk bekerja keras atau berusaha mengalahkan rayuan nafsu yang

selalu mengajak pada kedurhakaan dan pengabaian tuntunan agama.25

Syamsul Kurniawan di dalam tulisannya mengatakan bahwa Ibn Mandzur

dalam lisan al-Arab menulis, jihad ialah dapat diartikan dengan memerangi

musuh-musuh Islam, dengan mencurahkan segala kemampuan dan tenaga atau

berupa kata-kata yang bisa membuat hati musuh Islam luluh agar mereka

memeluk agama Islam. Ar-Raghib Al-Asfahani juga menyatakan dalam Al-

Mufradat li Gharib Al-Quran Jihad adalah mencurahkan segala kemampuan yang

dimiliki oleh sesoerang dalam menahan beberapa serangan musuh. Lebih lanjut

Al-Asfahani menambahkan, bahwa jihad itu terbagi kepada tiga macam, yaitu

berjuang menghadapi atau melawan musuh yang tampak, berjuang menghadapi

setan dan berjuang menghadapi hawa nafsu.26

Jihad juga memiliki dua pengertian umum dan khusus. Pengertian yang

umum adalah mencurahkan segala kemampuan dan kesungguhan dalam taat

24

Musthafa Al-khin dan musthafa Al-bugha, Konsep Kepemimpinan Dan Jihad Dalam Islam

( Jakarta: Darul Haq, 2014), 3. 25Agus Sutiyono, “Jihad Kontemporer di Indonesia (Solusi Alternatif dalam Membangun

Bangsa)”,Jurnal Ibda` . Vol. 3 No. 1 (2005),2. 26

Syamsul Kurniawan, “Pendidikan Islam Dan Jihad”, Pendidikan Islam Dan Jihad. XXVIII

No. 3 (2013), 426.

17

Page 31: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

18

kepada Allah SWT. Dalam pengertian ini jihad memiliki cakupan yang luas dan

sifatnya umum, meliputi jihad hawa nafsu, jihad politik, jihad lisan, jihad ibadah,

jihad ilmu, jihad dakwah, dan sebagainya. Sedangkan jihad khusus adalah perang

suci di jalan Allah swt. Sebagaimana yang dimaksud dalam ayat al-Quran yang

berbicara tentang jihad.27

Disamping itu, ada juga yang berpendapat bahwa arti jihad ialah menjahui

dari pada kesenangan dunia ini dengan segala kenikmatannya, dengan membunuh

kehendak hawa nafsu dan pergi beruzla ke hutan dan gunung untuk mencari

ketengan jiwa dan raga di tengan kesunyian. Berjalan ke suatu tempat ke tempat

yang lain tanpa tujuan yang jelas untuk mengikuti para rahib yang anti dengan

segala perhiasa dunia ini. Akhirnya ia menyimpulkan bahwa jihad melawan hawa

nafsu ialah jihad yang paling besar, sedangkan melawan musuh-musuh Islam

dengan cara berperang ialah jihad yang kecil.

Dengan pengertian ini lalu ia menyatakan bahwa Islam agama yang penuh

dengan kedamaian, ketenteraman Islam tidak mengajarkan tentang perkelahian,

permusuhan apalagi mengajarkan tentang peperangan. Akibat pemahaman yang

salah ini lah, musuh-musuh Islam semakin berani untuk menyerang agama Islam.

Akhirnya umat Islam hanya bisa menerima bantaian demi bantaian dari musuh-

musuh Islam tanpa perlawanan sehingga umat Islam terhina dan terbelakang

akibat dari pemahaman tersebut.28

Sedangkan menurut H. Amin Husein Nst seorang toko Nahdatul ulama

Sumut, ia membagi jihad itu kepada dua fase yaitu sebagai berikut:

Pertama fase pada masa Rasulullah saw dan Kedua fase masa sekarang.

Menurutnya jihad secara Qital atau perang hanya dilakukan ketika Rasul dan para

pengikutnya berada di kota Madinah dengan tujuan untuk mengembangkan

ajaran-ajaran Islam yang diperintahkan oleh Allah SWT. Tetapi jihad yang

dilakukan memiliki beberapa aturan yang di antaranya adalah tidak membunuh

wanita, orang tua, menghancurkan rumah ibadah dan sebagainya.

27

Saidurrahman, “Fiqh Jihad Dan Terorisme Perspektif Tokoh Ormas Islam Sumatera Utara”,

Jurnal Ilmu Syari‟ah Dan Hukum, l. 46 No. I, Januari-Juni (2012). 55-56. 28

Hilmy Bakar Almascaty, Panduan Jihad (Jakarta: Gema insani Pres, 2001), 12.

Page 32: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

19

Sedangkan jihad untuk masa sekarang ini menurutnya harus benar-benar

dilakukan sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam yang berarti mengubah citra

dan pola pikir umat Islam agar menjadi lebih baik. Islam tidak mengajarkan

kepada umatnya untuk selalu melakukan kekerasan yang tidak pada tempatnya,

hal inilah yang terkait dengan tanggapan terhadap aksi-aksi yang melakukan

tindakan Radikalisme yang mengatasnamakan Islam. Mereka beranggapan bahwa

jihad sebagai ajaran Islam.29

dari pengertian di atas dapat ditarik pemahaman bahwa jihad membutuhkan

kekuataan, kemampuan dan pengorbanan, baik tenaga, pikiran maupun harta.

Sementara pelaku jihad dinamakan mujahid, yaitu orang yang mengerahkan

seluruh daya dan kemampuannya dengan sukarela dalam berkorban, baik berupa

jiwa, harta, tenaga, pikiran dan apa pun yang bersangkut dengan totalitas diri

manusia.30

B. Lintas Sejarah Jihad

Jihad dalam Islam telah dimulai sejak awal Islam di mekkah, semenjak

Nabi Muhammad SAW menerima wahyu, pada hari senin, tanggal 17 Ramadhan

610 M. Beliau menerima wahyu dalam usia 40 tahun. Sebelum menyebarkan

agama Islam, terlebih dahulu beliau menyusun langkah-langkah yang akan

digunakan dalam menyebarkan Islam. Pertama memperhatikan fenomena yang

terjadi di kota mekkah, saat itu sedang mengalami dekadensi dalam segala segmen

kehidupan. Kedua, beliau mengajak umat muslim yang berada di kota mekkah

agar beriman kepada Allah SWT, secara sembunyi-sembunyi dan mengikuti

petunjuknya dan menerima kehadiran nabi Muhammad SAW.

Babak baru Perjuangan Nabi dalam menyiarkan agama dimulai sejak tahun

ketiga pada masa kenabiannya, setelah Allah memerintahkan menyiarkan Islam

secara terbuka. Nabi muhammad juga memperingatkan kepada umatnya agar

selalu mengingat kekuasaan Allah dan agar semua manusia terus berbakti kepada

Allah SWT, Artinya, perintah berjihad pada periode Mekkah lebih bermakna

29

Ibid.,69. 30

Ainol Yaqin, “Rekontruksi Dan Reorientasi Jihad Di Era Kontemporer; Kajian Tematik

Atas Ayat-Ayat Jihad”,Okara Journal of Languages and Literature, Vol. 1, (2016), 11.

Page 33: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

20

perjuangan spiritual, etis dan moral demi mendekatkan diri kepada Allah SWT

dan menundukkan nafsu dengan bersabar, yang hakikat dan hikmah dari jihad itu

sejatinya untuk umat Muslim sendiri.

Setelah Nabi Muhammad dan para pengikutnya berjihad di kota Makkah

kurang lebih 13 tahun lama nya. datanglah perintah Allah untuk berhijrah,

seketika itu juga umat Islam dan para pengikut yang lain meninggalkan kota

mekkah untuk berjihad ke tempat lain salah satunya ialah kota Madinah. Sebelum

Hijrah ke kota Madinah terlebih dahulu sebagian umat Islam Hijrah ke Habsyah

(Etiopia), setelah beberapa tahun kemudian barulah Nabi Muhammad menyusul

dengan kelompok nya yang lebih besar ke Yatsrib, yang diberi nama dengan kota

Madinah.31

Pada masa ini perang antara kaum muslim dengan kaum musyrikin belum

lah terjadi, walaupun sebagian umat Islam saat itu seringkali mengalami

penganiayaan dan siksaan dari kaum kafir dari mereka dipukul, dicambuk, tidak

diberi makan dan minum, diterlentangkan di atas padang pasir, ditindih dengan

batu besar. Salah satu penyiksaan yang sangat kejam yang dialami oleh Bilal bin

Rabbah dan keluarga Yasir. Di bawah sengatan matahari gurun pasir yang panas

membakar, tubuh Bilal bin Rabah dicambuk dan ditindih dengan batu besar oleh

majikannya, Umayyah bin Khalaf, selama berhari-hari tanpa diberi makan dan

minum. Hal yang tidak jauh berbeda juga dialami oleh Ammar bin Yasir dan

istrinya yang bernama Sumayyah, tidak hanya Bilal dan keluarga Yasir bahkan

hampir semua sahabat pernah mendapatkan perlakuan semacam itu dari para

kaum musyrikin pada saat itu demi untuk mempertahankan ke Islaman mereka.32

Bahkan tidak jarang ketika umat Islam mengadu kepada Nabi tentang

keadaan yang dialami mereka, penuh dengan bekas luka pukulan yang dilakukan

orang kafir. Mendengar pengaduhan dari para sahabat, Nabi pun merasa kasihan

dan berusaha menenangkan hati mereka dengan berkata “Bersabarlah kalian

semua, sesungguhnya aku belum diberi perintah untuk berperang” Jihad saat itu

belum diizinkan oleh Allah SWT, karena disamping Kaum Muslimin berada di

31

Mishbah Yazdi, Perlukah Jihad, (Jakarta: Al-Huda, 2006), 123. 32

Rustam Ibrahim, “Jihad Dalam Literatur Pesantren Salaf”, Teologia, Volume 23, Nomor 1,

( 2012), 178.

Page 34: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

21

Tanah Haram (Mekah), juga karena jumlah mereka masih sangat sedikit maka

sangat tidak memngkinkan untuk berperang. Disamping itu, Allah juga ingin

menguji kualitas keimanan dan kesabaran kaum Muslimin ketika itu dalam

menjalankan perintah-Nya, apakah dengan siksaan yang demikian berat itu

mereka masih konsisten menjalankan perintah Allah atau malah sebaliknya.33

Hijrah juga suatu faktor untuk mencapai kehidupan dan mendapatkan

kehidupan yang lebih baik bagi orang-orang yang tertindas. Mendengar Keadaan

kota Madinah saat itu dikenal dengan lemah lembut dan rakyatnya yang tenang

sehingga sangat mendorong umat Islam untuk berhijrah ke kota Madinah dan

menyebarkan ajaran Islam disana. Dalam menyebarkan ajaran Islam disana, tak

ada dari golongan bangsawan atau agama lain yang menentang ajaran agama

Islam saat itu.34

Faktor lain yang mendorong Nabi SAW untuk berhijrah ke

Madinah, menurut suatu analisis, adalah sebagai berikut:

Pertama, perbedaan iklim di kedua kota Mekkah dan Madinah,

mempercepat dilakukannya hijrah. Iklim Madinah yang lembut dan watak

rakyatnya yang tenang sangat mendorong penyebaran dan pengembangan Islam di

sana. Sebaliknya, kota Makkah tidak mempunyai keuda kemudahan itu.

Kedua, Nabi-nabi pada umumnya tidak dihormati di negeri-negeri mereka.

Nabi saw juga tidak diterima oleh kaumnya sendiri. Beliau justru mendapat

tantangan paling keras di Makkah. Akan tetapi beliau diakui sebagai Nabi oleh

orang-orang Madinah dan beliau sungguh-sungguh diminta untuk datang ke kota

mereka, dengan harapan bahwa melalui pengaruh pribadi serta nasehat Nabi,

perang yang berkepanjangan antara kedua suku yang bermusuhan, yakni Aus dan

Khazrat, yang hampir melumpuhkan kehidupan yang normal dari orang-orang

Madinah akan berakhir.

Ketiga, golongan bangsawan Quraisy secara bernafsu menentang agama

baru ini, karena ia sangat bertentangan dengan kepentingan mereka. Akan tetapi di

33

Ach. Fajruddin Fatwa, “Islam Dan Doktrin Militerisme”, Jurnal Pemikiran Islam, Volume

22, Nomor 1, April (2012), 85. 34

Agus Salim, “Jihad Dalam Persepektif Al-Quran”,Jurnal Ushuluddin,Xx, No. 2, (2013),

147.

Page 35: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

22

Madinah tidak ada golongan pendeta atau kaum bangsawan agama manapun yang

menentangnya.35

Jihad di periode Madinah ini umat Islam berhasil mendirikan masjid yang

pertama kali, diberi nama dengan masjid Quba‟, jaraknya lebih kurang tiga mil

menjelang Madinah, pada hari senin 8 Rabi‟ul Awal 1 H. Tahun ke 13 kenabian.

Setelah mendirikan masjid Quba‟, umat Islam juga mendirikan masjid di

berbagai tempat ibadah dan perkumpulan dan mempersaudarakan orang-orang

yang berhijrah (Muhajirin) dengan orang kaum Anshor atau dengan dikenal

(kaum penolong), tidak hanya itu saja umat Islam juga membuat suatu perjanjian

atau dikenal dengan “Piagam Madinah” bertujuan sebagai landasan kehidupan

masyarakat yang bersumber dari Islam, menetapkan hak-hak individual dan

Masyarakat.

Pada tahun kedua ditandai dengan perubahan arah Qiblat dari Yerussalaem

ke Ka‟bah (Masjidil Haram) di kota Makkah Al-Mukarromah, dan di tahun ini

juga perintah berjihad dalam tindakan perang fisik barulah dilakukan pertama kali

oleh Rasulullah SAW. Pada Perang Badar yang terjadi pada 17 Ramadhan 2 H/17

Maret 623 M. Peperangan ini dilatar belakangi, karena kaum kafir selalu

menebarkan kebencian dan permusuhan terhadap umat Islam misalnya

menganiaya, memusuhi dan menghalangi umat Islam ketika hedak menyampaikan

dakwah, bahkan yang lebih kejamnya lagi mereka tidak segan-segan menghina

dan mengusir Nabi Muhammad dari negerinya.

Hijrah ke Madinah, beliau juga berhasil mempersaudarakan kedua suku

yang selalu bertikai yaitu suku Aus dan Khazraj, demikian pula umat Islam hidup

rukun di Madinah yang notabene bukan hanya satu suku satu agama akan tetapi

terdapat beberapa suku dan agama seperti Yahudi dan Nasrani.36

Perintah jihad pada periode Madinah tidak selalu diarahkan kepada suatu

peperangan fisik semata. Karena di sisi lain Rasulullah SAW. banyak juga

menjelaskan dan menegaskan beberapa aktivitas yang dikategorikan sebagai

35

Amin Sihabuddin, “Konsep Dakwah Dan Jihad Sulthan Mahmud Badaruddin II”, Jurnal

Wardah: Vol. 17 No. 1, (2016), 40. 36

Firman, “Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural Dalam Al Qur‟an (Kajian terhadap Tafsir

Al-Azhar Karya Buya Hamka), Jurnal Syamil, 4 No.2, (2016), 34.

Page 36: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

23

tindakan jihad, antara lain menyampaikan kalimat yang benar di depan pemimpin

yang zholim, berbakti kepada kedua orang tua, ibadah haji dan umrah, berjuang

melawan hawa nafsu karena Allah, dan lain sebagainya.37

Dalam hal ini dapat diketahui bagaimana Allah SWT memberikan tahapan-

tahapan bagi umat Muslimin pada ketika itu, dalam menerapkan konsep jihad

melawan kaum kafir. Tahapan pertama, ketika kondisi umat Islam belum

memiliki kekuatan penuh dan sempurna pada periode Mekkah, Allah mem

erintahkan umat Muslim untuk berjihad dengan bersabar dan dengan

menggunakan Al-Qur‟an. Kemudian tahapan kedua setelah umat Islam sudah

memiliki kekuatan yang cukup kuat, mereka diberiizin untuk berperang demi

mempertahankan harga diri mereka. Tingkatan jihad terakhir ketika Nabi dan

pengikutnya telah kuat keimanan dan pasukannya untuk menaklukkan kota

Mekkah pada tahun 630 M, barulah dikatakan kewajiban dan tugas mereka untuk

berjuang sampai tidak ada lagi fitnah dan kemusyrikan38

.

Di tahun-tahun berikutnya umat Islam juga diwarnai dengan berbagai

macam pertempuran dan peperangan yang tidak bisa dihindarkan lagi. Hal ini

karena dilatarbelakangi oleh situasi dan kondisi yang mengharuskan umat Islam

untuk berjihad dengan peperangan.

Seketika wafatnya Rasulullah SAW. Banyak berbagai peristiwa dan

kejadian yang dialami oleh para sahabat-sahabat nya, misalnya peristiwa yang

terjadi dimasa kehalifaan Abu Bakar as-Shiddiq, seperti yang kita ketahui baliau

adalah khalifah yang pertama di antara sahabat nabi yang empat dan umurnya

lebih muda dari Nabi Muhammad SAW, orang-orang percaya bahwa Abu Bakar

salah seorang Muslim yang pertama yang beriman kepada Allah dan

membenarkan risalah Rasulullah SAW, dari kaum laki-laki. Dia adalah orang

menemani Rasulullah tatkala berhijrah ke Yatsrib (Madinah) dan dia juga orang

37

Ibid.,147. 38

Zakiya Darajat, “Jihad dinamis: menelusuri konsepdan praktik jihad dalam sejarah Islam

“,Jurnal Wacana Hukum Islam dan Kemanusiaan,Volume 16, No. 1, Juni (2016), 6-7.

Page 37: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

24

yang membebaskan para budak dari cengkeraman kaum Quraisy yang tiram dan

lalim.39

Adapun di antara peristiwa-peristiwa yang pernah dihadapi oleh Abu

Bakar sejak menjabat sebagai khalifah adalah sebagai berikut. Pertama banyak

orang-orang yang sebelumnya memeluk agama Islam kembali menjadi murtad,

makna dari murtad disini ialah orang-orang yang kembali kepada agama asalnya

kembali kepada keyakinannya semula keyakinan yang mereka anut semula yaitu

Jahiliya mereka tidak mau menyembah Allah lagi mereka lebih percaya kepada

keyakinannya terdahulu, Kedua banyak dai antaramereka yang selalu melakukan

pemberontakan selalu menindas orang-orang yang lemah dan Ketiga ada juga di

antara mereka yang tidak mau membayar zakat, keempat orang-orang yang

mengaku sebagai nabi, dan lain sebagainya. Orang-orang semacam ini mereka

tidak mau mengikuti dan mengakui pemerintahan Madinah, karena dari itu lah

mereka tidak mau menyerahkan zakat mereka kepada pemerintahan Islam dan

banyak melalukan yang jauh dari ajaran Islam.40

Beberapa faktor-faktor yang tersebut di atas, jihad pada masa

kepemimpinan Abu Bakar as-Shiddiq ra ditujukan untuk menghapuskan dan

melenyapkan bughat (pemberontakan) ini. Demikian juga pada masa kekhalifahan

Umar bin al-Khattab ra, di samping jihad dengan peperangan demi memperluas

dakwah Islamiyah, ia juga banyak melakukan jihad pemikiran (ijtihad), antara lain

menciptakan kalender Hijriyah sebagai permulaan penanggalan Islam, membuat

mata uang emas, mendirikan baitul mal, membagi wilayah kekuasaan Islam ke

dalam beberapa provinsi, membentuk korps tentara, dan masih banyak lagi.41

Dalam konteks sejarah pergerakan Islam di Indonesia, ideologi jihad

muncul beriringan dengan upaya membendung kolonialisme dan imperialisme

yang dilakukan Bangsa Barat. Kedatangan mereka ke Nusantara pada abad ke-16

dengan membawa missi gold, glory and gospel2 segera menerbitkan perasaan

39

Abdurrahman Umairah,Tokoh-tokoh yang diabadikan Al-Qur‟an (Jakarta: Gema Insani

Press, 2002), 12. 40

Rasul Ja‟farian, Sejarah Islam Sejak Wafat Nabi SAW Hingga Runtuhnya Dinasti Bani

Umayyah (Jakarta: PT. Lentera Basritama, 2004), 20. 41

Ibid., 8.

Page 38: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

25

permusuhan di kalangan bangsa Indonesia, terutama umat Islam beserta para

tokoh agamanya. Sejarah mencatat, Perang Sabil pertama di Nusantara terjadi

pada awal abad ke-16 M ketika Kerajaan Kristen Portugis, melalui panglima

perangnya bernama Alfonso de Albuquerque, pada tahun 1511 melakukan agresi

militer terhadap Kerajaan Islam Malaka yang saat itu diperintah Sultan Mahmud

Syah I (1488-1511M).42

Tercatat beberapa perlawanan di daerah antara lain Perang Jawa, Perang

Paderi, Perang Aceh, perlawanan Haji Wasidi di Cilegon, dan sebagainya, perang-

perang tersebut menjadikan faktor religiusitas dan semangat anti penjajahan kafir

dalam bingkai ideologi jihad (Perang Sabil), sekaligus menjadi faktor integratif

yang mampu memobilisir rakyat dan ulama dalam mempertahankan diri. Seruan

jihad melawan kolonialisme Belanda banyak yang mendukung dan ingin berjihad

oleh para ulama di berbagai daerah, yaitu seperti yang dilakukan Yusuf al-

Maqassari pada abad ke-17, Haji Abdul Karim, Haji Tubagus Salim Haji

Mardjuki, dan Haji Wasid yang memimpin pemberontakan Banten pada tahun

1888. Demikian juga dengan seruan jihad yang digelorakan Abdussamad al-

Palimbani pada abad ke-19 serta Hadratussyaikh Hasyim Asy„ari pada abad ke-

20, tepatnya tahun 1945. Semua seruan jihad ini ditujukan untuk melawan

kolonialisme Belanda.43

Dalam Perang Jawa yang dipimpin Pangeran Diponegoro dan Kyai Mojo

(1825-1830), Peter Carey melihat gerakan Diponegoro ini sebagai Perang Sabil

melawan penjajah karena adanya unsur dan motivasi agama dalam perang ini.

Carey merasa heran dengan banyaknya kyai dan santri yang terlibat dalam perang

Jawa ini,‟ antara lain 108 kyai, 31 orang haji, 15 syaikh, 12 pegawai penghulu

keraton Yogyakarta, dan 12 kyai guru. Pengaruh Kyai Mojo, ulama terkenal asal

Surakarta, juga Kyai Baderan, Kyai Kwaron dan Kyai Hasan Besari diyakini

sebagai unsur yang sangat efektif dalam memobilisir kaum santri ini. Selain itu,

pribadi Pangeran Diponegoro yang aslinya bernama Bendara Raden Mas

Mustahar, juga dikenal sangat religius. Ibunya adalah Raden Ayu Mangkarawati,

42

Ibid.,12. 43

Ibid.,13.

Page 39: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

26

merupakan seorang anak kyai dari Tembayat, sedangkan pengasuhnya adalah

anak seorang kyai dari Sragen. Untuk mengukuhkan posisinya tidak hanya

sebagai pemimpin sosial tetapi juga pemimpin agama. Diponegoro menyandang

gelar sebagai Sultan Ngabdulkamid Herucakra Kabirulmukminina Kalifatul

Rasulullah Hamengkubuwono Senapati Ingalaga Sabilullah ing Tanah Jawa.44

Selain itu juga salah satu tokoh, ulama yang berjuang berperang dalam

merebut kemerdekaan Indonesia adalah Sulthan Mahmud Badaruddin II, sebagai

Sultan Palembang ke-8 yang taat beragama dan bijaksana. Nama lengkapnya,

ialah Raden Muhammad Hasan anak Sultan Muhammad Bahauddin bin Sultan

Ahmad Najamuddin bin Sunan Lemabang. Ibunya bernama Ratu Agung bin

Datuk Murni bin Abdullah al-Haddadi. Sultan Mahmud Badaruddin II, dilahirkan

pada hari Ahad tanggal 1 Rajab 1181 H atau 1767 M di lingkungan keraton.

Sulthan Mahmud Badaruddin II, sebagai da‟i memiliki posisi sentral dalam

dakwah, sehingga ia harus memiliki image atau citra yang baik dalam masyarakat.

Citra terhadap da‟i adalah penilaian mad‟u terhadap da‟i, apakah da‟i mendapat

citra positif atau negatif. Pencitraan mad‟u terhadap diri seorang da‟i sangat

berpengaruh dalam menentukan apakah mereka akan menerima informasi atau

pesan dakwah atau sebaliknya.45

Semangat jihad terus bergemah pada masa revolusi kemerdekaan ketika

para ulama menyerukan Resolusi Jihad demi memberikan dukungan penuh para

pemimpin bangsa yang tampak gamang menghadapi tentara sekutu yang berniat

kembali mencengkeram bumi pertiwi. Dalam pertempuran 10 November 1945

yang heroik inilah umat Islam dari berbagai komponen seperti Muhammadiyah

dan NU, bersatu dalam tentara Sabilillah dan Hizbullah yang dikomandani para

kyai melawan penjajah sampai titik darah penghabisan.

Para kyai ini membuat suatu keputusan bahwa menjadi kewajiban individu

(fardhu „ayn) bagi setiap Muslim untuk mempertahankan kedaulatan wilayah

Indonesia ketika musuh telah berupaya kembali menginjakkan kaki dan menjajah

44

Ibid.,14. 45

Amin Sihabuddin, “Konsep Dakwah Dan Jihad Sulthan Mahmud Badaruddin II”, Jurnal

Wardah: Vol. 17 No. 1, (2016), 36.

Page 40: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

27

tanah air. Resolusi Jihad ini diseru oleh para kyai NU pada tanggal 22 Oktober

1945 dan kembali dipertegas oleh Masyumi pada tanggal 7 November 1945.46

Sehingga pada tahun 1945 terwujudnya impian semua rakyat indonesia

yaitu Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Dwi Tunggal Soekarno untuk

menyatu dalam Nasionalisme negara kesatuan RI. Cita-cita untuk menjadikan

negara kesatuan di bawah satu wujud nasionalisme menjadi kenyataan walaupun

hal itu tidaklah mudah. Pada masa revolusi kemerdekaan yang berlangsung sekitar

lima tahun sejak 1945 sampai 1950, berbagai bentuk perjuangan melawan

kolonial Belanda yang ingin kembali menguasai Nusantara, merupakan bentuk

perjuangan untuk mempertahankan Nasionalisme di bawah satu negara yang

berdaulat. Perjuangan untuk mewujudkan cita cita kebangsaan atau Nasionalisme

pada masa revolusi tahun 1945-1950 memang mempunyai satu musuh utama dan

jelas yaitu Belanda.47

C. Jihad Menurut Pandangan Para Ulama dan Para Tokoh

Jihad merupakan kata yang cukup familiar di kalangan umat Islam, tidak

sedikit para ulama berpendapat tentang masalah jihad ini, dalam perspektif

sejarah, pada era klasik, pandangan jihad terfokus pada perlawanan terhadap

musuh. Kemudian pada erapertengahan, pandangan ini berkembang sebagaimana

diungkapkan oleh IbnuTaimiyah bahwa jihad lebih cenderung bermakna universal

dan tidak hanyaterpaku pada musuh-musuh tersebut. Menurut Ibnu Taimiyyah

jihad berarti mencurahkan segenap kemampuan untuk mencapai apa yang dicintai

Allah Azza wa Jalla dan menolak semua yang dibenci Allah.48

Selain itu, jihad sebagaimana tersebut diatas, mengandung arti

“kemampuan” yang menuntut sang mujahid mengeluarkan segala daya dan

kemampuannya demi untuk mencapai tujuan. Karena itu jihad adalah

pengorbanan, dan dengan demikian sang mujahid tidak menuntut untuk diberi,

46

Ibid.,15. 47

Rusdi Muchtar, “Peran Jihad Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Kebangsaan”,Jurnal

Multikultural & Multireligius,Vol. VIII No. 32Oktober – Desember(2009), 13. 48

M.Coirun Nizar dan Muhammad Aziz, “Kontekstualisasi Jihad Persepektif

Keindonesia”,Ulul Albab,XVI, No. (2015), 24.

Page 41: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

28

tetapi memberikan semua yang dimilikinya. Ketika memberi, dia tidak berhenti

sebelum tujuannya tercapai atau yang dimilikinya habis. Jihad adalah

pengorbanan baik harta maupun jiwa, kedudukan dan kehormatan, kekuatan dan

fikiran, tulisan dan ucapan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya untuk

meninggikan kalimat Allah SWT, untuk menjaga dan menyebarluaskan agamanya

padamasyarakat luas dan melindungi negara yang berada dibawah panji-panji

Islam. Oleh karena itu jihad diwajibkan kepada kaum muslimin demi membela

serta melindungi kehormatan agama Allah SWT.

Rasyid Ridha menerengkan jihad ialah sebagai usaha sungguh-sungguh

dengan mencurahkan segala daya dan upaya untuk menegakkan kebajikan demi

mengharapkan rahmat Allah dan kebaikan-Nya. Jihad merupakan kepribadian

mukmin paling khas dan tanda kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya yang

paling menonjol. Jihad lebih luas maknanya daripada perang untuk

mempertahankan agama dan membela pemeluknya. Jihad terdiri dari dua hal:

jihadun-nafs, berjuang menghadapi diri sendiri dan jihadul-'aduw, berjuang

menghadapi musuh-musuh Islam yang menentang dakwah dan petunjuknya.

Ridha tidak memilah perintah jihad dalam Al-Qur‟an antara periode Mekkah dan

Madinah.49

Mayoritas fuqaha` (Ahli fiqh) dalam literatur kitab-kitab fiqh memberi

pengertian jihad dengan pengertian yang khusus. Bahasan jihad dalam fiqh

diidentikkan dengan peperangan, pertempuran dan ekspedisi militer. Kalangan

Hanafiyah mendefinisikan jihad adalah berupaya dalam mengajak orang lain

untuk memeluk agama yang haq dan memeranginya dengan segenap jiwa dan

harta terhadap mereka yang tidak mau menerimanya. Sedangkan pendapat Imam

Maliki jihad ialah hanya di peruntukkan untuk orang Islam untuk memerangi

orang-orang kafir tanpa terikat perjanjian damai demi menegakkan agama Allah.50

Dari kalangan Syafi‟iyah mengartikan jihad secara istilah sebagai

memerangi orang-orang kafir untuk menegakkan agama Islam.

49

Muhammad Chirzin, “Jihad Dalam Al-quran Perspektif Modemis Dan Fundamentalis”,

Jurnal Kajiari Islam Interdisipliner, Vol. 2 No. 1 Januari-Juni (2003), 110. 50

Abdullah Azzam, Jihad adab dan Hukumnya (Jakarta: Gema Insani Press, 1991), 12.

Page 42: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

29

Sayyid Quthb berpandangan bahwa jihad merupakan fitrah mukmin. Setiap

Mukmin niscaya berjihad dengan segala bentuk perjuangan. Pesan jihad dalam

Al-Qur‟an itu bertahap, dari jihad secara damai dengan da'wah bil-lisan dan

bersabar menghadapi berbagai rintangan pada periode formatif Islam di Mekkah,

sesuai kondisi umat yang masih lemah, sampai dengan bentuk finalnya jihad

perang mengangkat senjata pada periode Madinah. Perang dalam Islam menurut

pandangan Sayyid Quthb bukan defensif melainkan ofensif , untuk merealisasikan

syariat Allah dalam kehidupan.51

Kemudian jihad juga dapat dibagi dengan kepada dua kategori ialah sebagai

berikut:

Pertama jihad hujjah, ialah jihad yang dilakukan dalam berhadapan dengan

pemeluk agama lain dengan mengemukakan argumentasi kuat. Jihad dalam

bentuk ini memerlukan seseorang yang punya kemampuan ilmiah tinggi yang

bersumber dari Al-Qur‟an dan sunnah-sunnah Nabi serta mampu berijtihad.

Kedua, jihad „amm, jihad yang mencakup segala aspek kehidupan, baik

bersifat moral maupun bersifat material, terhadap diri sendiri maupun terhadap

orang lain di tengah-tengah masyarakat. Jihad seperti ini dapat dilakukan dengan

pengorbanan harta, jiwa, tenaga, waktu, dan ilmu pengetahuan yang dimiliki.

Jihad ini juga bersifat berkesinambungan, tanpa dibatasi oleh lingkup ruang dan

waktu, dan bisa dilakukan terhadap musuh yang nyata, setan atau hawa nafsu.

Jihad melawan hawa nafsu adalah jihad yang paling besar. Perang Badar, perang

terbesar dan yang sangat menentukan bagi keberlangsungan komunitas Muslim.

Kemenangan kaum Muslim dalam perang Badar, dengan jumlah yang sedikit

melawan musuh yang berjumlah sangat banyak, memang dahsyat. Akan tetapi

Nabi Muhammad Saw mengatakan bahwa perang Badar adalah perang kecil dan

perang besar adalah perang melawan hawa nafsu. “Kita kembali dari jihad terkecil

menuju jihad terbesar, yakni jihad melawan hawa nafsu.”52

Hasan Al-Banna sebagaimana dikutip Yusuf al-Qardhawi, menyebutkan,

jihad adalah suatu kewajiban muslim yang berkelanjutan hingga hari kiamat;

51Ibid.,11.

52 Deni Irawan, “Kontroversi Makna DanKonsep Jihad Dalam AlquranTentang

Menciptakan Perdamaian”, Religi, Vol. X, No. 1, Januari ( 2014), 73.

Page 43: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

30

tingkat terendahnya berupa penolakan hati atas keburukan atau kemungkaran dan

tertinggi berupa jalan di jalan Allah. Di antara keduanya adalah perjuangan

dengan lisan, pena, tangan berupa pernyataan tentang kebenaran di hadapan

penguasa dzalim.53

Selain beberapa pendapat di atas ada juga sebagian ulama yang berpendapat

seperti Wahbah al-Zuhaili beliau mendefinisikan jihad dengan mencurahkan

segala kemampuan yang dimiliki seseorang dan mengorbankan jiwa, harta dan

lisan untuk memerangi musuh-musuh Islam. „Abd al-Shamad al-Falimbani juga

berpendapat jihad tidak hanya dimaknai dengan peperangan fisik tetapi jihad juga

dapat dimaknai seperti menjaga keberlansungan hak-hak manusia dalam

berkelompok, seperti menjaga harkat, martabat, hak hidup dalam kesamaan

emosi, konteks dan keberagamaan.54

Menurut Imam Al-Mubarak bin Muhammad bin Muhammad Jazari dalam

kitab An-Nihayah, jihad berarti bertempur melawan kaum kafir, dan hal ini adalah

perjuangan secara insentif (mubalanghah), dan berarti pula berjuang dengan

segala tenaga dan kekuatan baik dengan lisan (qaul) ataupun dengan perbuatan

(fi‟il).

Imam Ghozali seorang Mujaddid Islam abad ke lima Hijriah di dalam kitab

Mukasyafatul-Qulub beliau menulis sebagai berikut:

Diambil dari beberapa pendapat ahli ma‟rifah bahwa mereka mengatakan

bahwa jihad itu dibagi tiga macam:

pertama, jihad kepada musuh-musuh Islam, baik kafir ataupun munafiq

mereka menamakan jihad ini dengan jihad zhahir.

Kedua, jihad dengan Ilmu pengetahuan untuk menghadapi orang-orang

yang zhalim, baik itu pemimpin yang zhalim kepada rakyat nya yang tidak

menegakkan hukum dengan adil yang sering dikenal hukum lebih berpihak

kepada rakyat kecil semata dan samar kepada orang besar. dan lain sebagainya.

53

Ma'mun Efendi Nur, “Hukum Jihad dan Terorisme Perspektif Al-Qur‟an”,Maslahah,I,

No.I, (2010), 29. 54

Muhammad Julkarnain, “ Resulusi Jihad Muslim Nusantara Abad XVIII: Interpretasi Jihad

„Abd Al-Shamad Al-Falimbani, Tajdid, Vol. XV, No. 1, Januari - Juni (2016), 51.

Page 44: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

31

Ketiga, jihad dengan melawan hawa nafsu.Nafsu yang ada pada tiap diri

manusia selalu mendorong pemiliknya untuk melanggar perintah-perintah Allah

SWT yang sudah ditetapkannya, dengan tetap setia menjalankan perintah-Nya,

berarti umat Islam berjihad melawan hawa nafsu ini sudah termasuk jihad yang

paling besar.55

Munawar Chalil dalam buku Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Saw.

mengutip pendapat Muhammad Abduh, Ibnul-Qayyim dalam Zaad Al-Ma‟ad, dan

Syeikh Thanthawi Jauhari, menyatakan bahwa orang-orang kurang mengerti,

menyangka bahwa jihad itu tidak lain adalah berperang dengan kafir. Sebenarnya

tidak begitu. Jihad itu mengandung arti, maksud, dan tujuan yang luas.

Memajukan pertanian, ekonomi, membangun negara, serta meningkatkan budi

pekerti umat termasuk jihad yang tidak kalah pentingnya ketimbang berperang.56

Musdar Sahdan, salah satu tokoh Hizbut Tahrir Indonesia Sumut yang

menjabat sebagai ketua Humas, dalam wawancaranya menyatakan bahwa Jihad

dalam Islam yang bermakna perang fisik dilakukan di medan perang, dan

berhadap-hadapan langsung dengan musuh, memiliki hukum, aturan, dan akhlak

mulia antara lain tidak boleh membunuh anak-anak, wanita, orang tua, merusak

rumah, rumah ibadah, dan termasuk pepohonan. Musdar juga mengatakan bahwa

jihad itu harus dilakukan sesuai dengan aturan-aturan Islam dan amar ma`ruf nahi

munkar, Islam tidak pernah mengajarkan kekerasan yang tidak terarah yang

berdampak pada kebencian.57

Dari pendapat diatas dapat di katakan bahwa pemaknaan jihad bisa saja

berubah seiring berjalannya waktu atau dengan situasi dan kondisi yang dihadapi

oleh umat. Jihad pada hakikatnya bisa diartikan mencapai (meraih) sesuatu yang

di ridhoi oleh Allah kepada mahluknya, baik berupa iman dan amal shalih yang

dikerjakannya, seperti menjalankan ibadah sholat, puasa, zakat dan lain

sebagainya yang Allah perintahkan kepada semua mahluk yang ada di bumi ini,

55

Ali Syakir, Jihad Masa Kini( Jakarta:Darul Qutubi Islam, 2005), 15. 56 Deni Irawan, “Kontroversi Makna DanKonsep Jihad Dalam AlquranTentang

Menciptakan Perdamaian”, Religi, Vol. X, No. 1, Januari ( 2014), 72. 57

Saidurrahman, “Fiqh Jihad Dan Terorisme Perspektif Tokoh Ormas Islam Sumatera Utara”,

Jurnal Ilmu Syari‟ah Dan Hukum, l. 46 No. I, Januari-Juni (2012). 59.

Page 45: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

32

dan menjauhkan apa yang dibenci oleh Allah berupa kekufuran, kefasikan, dan

kemaksiatan. Selain itu juga pemaknaan jihad tidak terpaku kepada suatu

peperangan yang hanya dapat menimbulkan kerusuhan dan menumpahkan darah,

akan tetapi makna Jihad bisa diartikan dengan peperangan ketika umat Islam

berada dalam keadaan tertekan atau diserang oleh orang-orang kafir. Ketika jihad

diartikan dengan peperangan tidak semata-mata umat Islam langsung melakukan

tindakan anarkis dan pembunuhan, tetapi jihad juga mempunyai beberapa aturan

perang tidak dibenarkan bila dilakukan untuk memaksakan ajaran Islam kepada

orang non-Islam, untuk tujuan perbudakan, penjajahan, dan perampasan harta

kekayaan. Juga tidak dibenarkan membunuh orang yang tidak terlibat dalam

peperangan tersebut, seperti wanita, anak kecil, dan orang-orang tua yang harus

diketahui setiap orang Islam.

D. Macam-macam Jihad

Jihad fi sabillillah, dalam syariat Islam, tidak hanya bermakna memerangi orang-

orang kafir saja, tetapi jihad dalam perspektif syariat Islam dalam pengertian umum,

meliputi perkara:

1. Jihad melawan hawa nafsu,jihad melawan hawa nafsu adalah suatu bukti

bahwa jihad bukan hanya identik dengan perang mengangkat senjata. Jihad

melawan hawa nafsu adalah suatu bentuk jihad yang ada pada diri setiap

Muslim dan setiap Muslim adalah mujahid.

2. Jihad melawan setan, Quraish Shihab mengingatkan bahwa sumber dari

kejahatan adalah setan yang sering memanfaatkan kelemahan nafsu manusia.

Ketika manusia tergoda oleh setan, ia menjadi kafir, munafik, dan menderita

penyakit penyakit hati, atau bahkan pada akhirnya manusia itu sendiri menjadi

setan. Sementara setan sering didefinisikan sebagai “manusia atau jin yang

durhaka kepada Allah serta merayu pihak lain untuk melakukan kejahatan.”

Maka sebenarnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi umat manusia. Hal

ini sebagaimana firman Allah QS. al-Baqarah [2]: 168. Artinya: “Janganlah

kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata

bagimu.” Adapun bentuk jihad terhadap hawa nafsu dan setan bisa dilakukan

dengan Mempertahankan keyakinan serta nilai-nilai ajaran Islam dengan

Page 46: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

33

segala daya yang dimiliki, bersabar dalam mengemban tugas-tugas

keagamaan, dan tabah menghadapi rintangan hingga akhir umurnya.

3. Jihad melawan orang-orang kafir adalah bukan berarti memusuhi pribadinya,

atau memaksakan mereka masuk Islam, atau merusak tempat ibadah dan

menghalangi mereka melaksanakan tuntunan agama dan kepercayaan mereka.

Tetapi yang dimaksud adalah bersikap tegas terhadap permusuhan mereka,

atau upaya-upaya mereka melecehkan ajaran agama dan kaum muslimin.

Apalagi jika mereka merebut hak-hak yang sah dari kaum muslimin. Quraish

Shihab menambahkan, dalam menerapkan jihad dengan cara yang sesuai.

Quraish Shihab memberikan contoh bahwa jihad tidak mencakup upaya

membela agama dengan senjata, tetapi juga dengan pena dan lidah serta cara-

cara yang lain sesuai dengan situasi dan perkembangan ilmu dan teknologi.

4. Jihad melawan orang-orang musyrikin. Secara literal, kata musyrik memiliki

dua makna, pertama orang yang menyekutukan Allah, kedua orang yang

menyembah berhala. Sedangkan secara terminologis, musyrikialah orang yang

menyekutukan Allah dengan yang lain, baik melalui keyakinan, ucapan,

ataupun perbuatan. Musyrik merupakan pebuatan dosa yang sangat besar dan

Allah tidak akan mengampuninya. Menurut Quraish Shihab jihad melawan

orang-orang musyrik disebutkan dalam Tafsir al-Mishbah pada QS. al-

Nah{l/16:110 yang turun berkenaan dengan sejumlah kaum Muslim yang

dianiaya seperti halnya pada sahabat „Ammar ibn Yasir sehingga mereka

terpaksa mengucap kalimat kufur, lalu setelah itu berhasil mengungsi dengan

berhijrah dari Makkah.

5. Jihad melawan orang-orang munafik. Menurut Quraish Shihab, Nabi

Muhammad diperintahkan untuk berjihad oleh Allah karena Nabi Muhammad

telah diabaikan dan dilecehkan oleh mereka. Orang-orang munafik yang

menyembunyikan dalam hati mereka kekufuran dan atau maksud buruk

terhadap Nabi Muhammad dan terhadap ajaran IslamSelain itu, orang-orang

kafir dan munafik sering kali „mengotori‟ Islam dengan ide dan perbuatan

mereka. Menurut Quraish Shihab jihad dalam menghadapi orang-orang

munafik, seperti halnya jihad dalam menghadapi orang-orang kafir, adalah

dengan jalan cara yang sesuai. Hal itu dikarenakan perbedaan pendapat para

ulama‟, ada yang mengatakan bahwa: “berjihadlah dengan senjata melawan

orang-orang kafir dan dengan lidah melawan orang munafik.” Ada juga yang

Page 47: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

34

memahami perintah berjihad terhadap orang munafik dengan tangan atau lidah

dan paling sedikit dengan menampakan air muka yang keruh terhadap

mereka.58

E. Tujuan Jihad

Jihad adalah spirit utama dalam Islam untuk membangun perkembangan

dan kemajuan agam Islam. Tanpa semangat jihad, misi mulya Islam itu hanya

dalam impian semata. Untuk itu, spirit jihad mesti selalu menyala dalam dada

umat Islam dalam situasi dan kondisi apa pun disepanjang masa. Namun yang

penting dan harus digarisbawahi bahwa jihad dalam Islam tidaklah diidentikkan

dengan peperangan, pertempuran, pengeboman dan ekspedisi militer, sehingga

menimbulkan keresahan dan kegelisahan dikalangan masyarakat Islam dan non

Muslim. Tapi jihad memiliki pengertian yang komprehensif.

Sungguh sangat disayangkan, apabila makna jihad sebagai ajaran Islam

yang suci telah mengalami pergeseran makna sedemikian rupa. Ada sebagian

aliran dalam Islam yang menyalahgunakan jihad sebagai dalil untuk melakukan

tindakan kekerasan, terorisme dan pembunuhan manusia yang tidak berdosa.

Beberapa dekade terakhir ini, perjuangan melalui jihad dengan kekerasan dan

sangat efektif dipergunakan oleh kelompok-kelompok muslim ekstrim untuk

melegalkan bom bunuh diri dan aksi aksi anarkis yang lain sebagai simbol

perlawanan dan perjuangan.59

Islam datang membawa nilai-nilai kebaikan dan menganjurkan manusia

agar menghiasi diri mereka dengan memerintahkan manusia agar

memperjuangkannya hinggah mengalahkan kebatilan. Artinya manusia harus bisa

melawan hak yang batil dan menghancurkannya demi untuk menegakkan dan

menjunjung agama Islam yang tinggi. Tetapi hal yang semacam itu tidak lah bisa

dilakukan dengan sendiri tetapi harus dilakukan perjuangan.60

58

Thoriqul Aziz, “Tafsir Moderat Konsep Jihad Dalam Perspektif M. Quraish Shihab”,

Jurnal Kontemplasi, Volume 05 Nomor 02, (2017), 470-475. 59

Mansur,” Perspektif Ham Dalam Fiqh Al-Jihad”, Jurnal Agama Dan Hak Azazi Manusia,

4, No. 1, (2014), 188. 60

M.Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur‟an, ( jakarta: PT Mizan Pustaka, 2007), 501.

Page 48: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

35

Agama Islam datang ke muka bumi ini ialah sebagai agama yang mengajak

semua umat manusia untuk menuju agama yang benar ialah agama Islam, jadi

barang tentulah tujuan dari berjihad ini ialah untuk untuk melindungi sampainya

dakwah Islam kepada seluruh lapisan umat manusia.61

Jihad juga bertujuan dan berupaya untuk mengajak seluruh penduduk di

dunia ini untuk memeluk agama Islam agama yang di ridhoi oleh Allah SWT.

Jihad dalam Islam tidak akan pernah padam selama-lamanya karena syaitan terus

mengganggu manusia dan merayu manusia untuk berbuat kesesatan, pertarungan

antara hak dan bathil tidak akan pernah purnah hinggah akhir zaman.62

Selain itu juga tujuan dari jihad agar terlaksananya syariat Islam dalam arti

yang sebenarnya, serta terciptanya suasana damai dan tentram. Tanpa motivasi

tersebut, Islam tidak membenarkan pemeluknya untuk menyerang musuh-musuh

Islam. Di sini mengandung arti bahwa setelah tercapai syariat Islam yang

membawa kebajikan bagi Islam, serta adanya perlindungan terhadap Islam atau

ketika Islam tidak lagi dalam ancaman marabahaya, maka jihad harus segera

dihentikan.

kemudian jihad juga bertujuan menghilangkan kekafiran dan kesyirikan,

mengeluarkan manusia dari gelapnya kebodohan, membawa mereka kepada

cahaya iman dan ilmu, menumpas orang-orang yang memusuhi Islam,

menghilangkan fitnah, meninggikan kalimat Allah, menyebarkan agamaNya, serta

menyingkirkan setiap orang yang menghalangi tersebarnya dakwah Islam. Jika

tujuan ini dapat dicapai dengan tanpa peperangan, maka tidak diperlukan

peperangan. Tidak boleh memerangi orang yang belum pernah mendengar

dakwah kecuali setelah mendakwah mereka kepada Islam. Namun jika dakwah

telah disampaikan dan mereka menolak maka pemimpin Islam harus

memerintahkan mereka untuk membayar jizyah, dan jika mereka tetap menolak,

maka barulah memerangi mereka.63

61

Dr.Abdullah Azzam, Perang Jihad Di Jaman Modern, (Jakarta:Gema Insani Press), 47. 62

Ali Bin Nafayyi‟al Al-Alyani, Tujuan dan Sasaran Jihad (Jakarta:Gema Insani Press,

1992), 69. 63

Agus Sutiyono, “Jihad Kontemporer di Indonesia (Solusi Alternatif dalam Membangun

Bangsa)”, Jurnal Ibda`, Vol. 3 No. 1 (2005), 4.

Page 49: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

36

F. Manfaat Jihad

Dengan semangat luar biasa yang dilakukan oleh para mujahid Islam dari

sejak zaman Rosulullah SAW dan para sahabat nya, hingga kepada para pejuang

Indonesia para kyiai dan santri, menjadi sebuah bukti penting bahwa jihad harus

benar-benar dilakukan oleh setiap orang Muslim. Saudara Rusdi Muchtar dengan

judul “Peran Jihad dalam Menanamkan Nilai-Nilai Kebangsaan,” menunjukkan

betapa jihad telah memberikan semangat para pahlawan kemerdekaan dahulu.

Searah dengan itu, Achmad Rosidi, menegaskan bahwa ajaran agama harus lebih

dapat dijadikan sebagai faktor yang memperkuat NKRI kini.

Jihad merupakan suatu tonggak dan penyangga pondasi Islam bahkan ia

merupakan puncak urusan Islam. Jihad merupakan cara untuk menjaga dan

menolong negeri-negeri kaum muslimin dari setiap penjajahan dan penindasan, ia

merupakan perisai kokoh yang bisa menjaga keberlangsungan dakwah dari

gangguan moncong senjata musuh-musuh Islam, ia merupakan sarana atau alat

yang bisa menjaga maqâshid as syarî‟ah sehingga agama, jiwa, harta, akal, nasab

dan kehormatan bisa terlindungi.

Salah satu contohnya adalah kemerdekaan Indonesia yang dilakukan oleh

para pejuang Indonesia selain berkat dan pertolongan dari Allah kemudian juga

atas semangat jihad para ulama dan rakyat Indonesia yang beriman. Indonesia

dapat merdeka dan lepas dari cengkraman penjajah, salah satunya adalah karena

adanya semangat jihad dalam jiwa para ulama, santri dan masyarakat Islam.

Tokoh-tokoh yang tidak mau menyerahkan tanah kepada penjajah meskipun

hanya sejengkal bisa terlihat dari jihad dan perlawanan Teuku Umar dan Tjut Nja

Dhien dalam.64

Jihad juga untuk menegakkan sistem ajaran Islam dalam kehidupan

manusia, dan sama sekali tidak dimaksudkan untuk memaksa manusia menerima

ajaran Islam. jihad tidaklah bersifat defensif (difâ‟iyyah), tetapi bersifat opensif

(indifâ‟). Oleh karena itu, tidak benar pandangan sebagian orang yang

memandang jihad Islam bersifat defensif, dalam arti jihad diwajibkan sekedar

64

Anung Al Hamat1, Endin Mujahidin1, Abas Mansur Tamam1, Didin Hafidhuddin2,

“Pendidikan Jihad Menurut Imam Bukhari (Studi Naskah Hadits-Hadits Kitab Al Jihad

Dalam Shahih Bukhari), JurnalTa‟dibuna, Vol. 5, No. 2, Oct,(2016) , 209.

Page 50: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

37

untuk bertahan, melindungi Islam dan negeri Islam dari serangan musuh.

Pandangan seperti ini dinilai tidak berdasar dan tidak punya pijakan yang kuat

baik berdasarkan nash-nash Al-Qur‟an maupun fakta-fakta sejarah. Pandangan ini

adalah pandangan orientalis Barat yang tidak mengerti watak Islam, namun

berhasil mengelabui kaum Muslim yang lemah dan tidak berdaya menghadapi

mereka. Jihad dalam Islam berarti jihad untuk mengokohkan sistem ajaran Islam

dan mengokohkan pemerintahan Islam. Membangun pemerintahan Islam bukan

alternatif (pilihan), tetapi imperatif (kewajiban). Oleh karena itu, bilamana

perubahan dari dalam tidak mungkin dilakukan, maka jihad (perang suci) mesti

dilakukan dalam rangka menegakkan sistem Islam dan melawan sistem jahiliah.65

Jihad juga memiliki beberapa manfaat di antaranya ialah sebagai berikut:

pertama untuk melihat dan menyingkapi orang-orang munafik, orang-orang

munafik orang-orang yang mengaku dirinya beriman tetapi didalam hatinya tidak

beriman, maka dengan adanya jihad ini dapat membuka kedok dari pada mereka,

apakah mereka memang tulus memperjuangkan agama Allah atau tidak sama

sekali. Karena Jihad bukanlah suatu perkara main-main hal ini bersangkutan

dalam menegak agama Allah, sebab di dalam jihad terdapat suatu pengorbanan

yang sangat besar yang menyangkut segala potensi yang dimilikinya, bahkan

nyawa yang menjadi taruhannya demi untuk menegakan agama Allah.

Orang-orang munafik tidak mau memberikan potensinya dan mereka tidak

mau menyerahkan nyawanya untuk agama Allah mereka lebih memilih tidak ikut

berjihad bersama Rasulullah demi untuk menyelamatkan diri mereka. Maka ketika

mereka diseru berjihad, dengan jihad yang dilakukan orang-orang Islam jihad

yang sanggup mengorbankan jiwa dan raga, tetapi mereka menolaknya. Dengan

demikian nampklah kemunafikan mereka. Hal ini dinyatakan di dalam firman

Allah yang berbunyi:

65

.Sidi Ritaudin, “Ideologi Mati Syahid Bendera Pembenaran Melakukan Teror Kekerasan

Politik M”, Jurnal Tapis Vol.8 No.2 Juli-Desember,(2012) , 8.

Page 51: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

38

“Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam

Keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik)

dari yang baik (mukmin). dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan

kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang

dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya karena itu berimanlah kepada

Allah dan rasul-rasulNya; dan jika kamu beriman dan bertakwa, Maka bagimu

pahala yang besar”.66

Kedua untuk membersihkan dosa-dosa orang-orang mukmin bagi mereka

yang ikut berjihad untuk menegakkan agama Allah, sesungguhnya bagi orang-

orang yang beriman kepada Allah dan Rasulnya lalu mereka berjihad dijalan

Allah dengan yang tulus dan ikhlas hanya karena Allah semata maka baginya

pahala yang sangat besar. Sebagaimana yang telah disebutkan oleh Allah dalam

Firmanya:

“jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, Maka Sesungguhnya kaum

(kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. dan masa

(kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka

66

Dr. Ali bin Nafayy al-„Alyani, Tujuan dan sasaran Jihad (Jakarta: Gema Insani Press

1992), 60-64.

Page 52: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

39

mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman

(dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai)

syuhada' dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim, dan agar Allah

membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan

orang-orang yang kafir.Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga,

Padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihaddiantaramu dan belum

nyata orang-orang yang sabar.”

Dari ayat di atas dapatlah dikatakan bahwa Allah akan memberi pahala

kepada mereka yang berjihad karena Allah dan mengorbankan diri mereka untuk

agama Allah, hal inilah yang telah dilakukan oleh para sahabat-sahabat nabi

terdahulu mereka berjuang menegakkan agama Allah dan mereka pula berlomba-

lomba ingin mendapatkan syahid di sisi Allah SWT dan banyak lagi manfaat dari

jihad lainnya.

Page 53: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

40

BAB III

BIOGRAFI MUFASSIR

A. Biografi Ibnu Katsir

Dalam kajian ilmu Al-Qur‟an dan tafsir, nama Ibnu Katsir sama sekali tidak

asing lagi di kalangan masyarakat umum beliau adalah salah satu termasuk

mufassir yang terkenal di seluruh penjuru dunia. Nama lengkap beliau adalah

Abul Fida‟, Imaduddin Ismail bin Umar bin Katsir al-Qurasyi al-Bushrawi ad-

Dimasyqi, lebih dikenal dengan nama Ibnu Katsir. Beliau lahir pada tahun 701 H.

Ada jga yang berpendapat beliau dilahirkan pada tahun 705 H. Di sebuah desa

yang bernama mijdal di daerah Bashr sebelah timur kota Damaskus. Ibn Katsir

tumbuh besar di kota Damaskus. Pada tahun 706 H, beliau pindah dan menetap di

kota Damaskus.

Pada usia 4 tahun, ayah beliau meninggal sehingga kemudian Ibnu Katsir

diasuh oleh pamannya. Ibnu Katsir adalah anak dari Shihab ad-Din Abu Hafsh

Amar Ibn Katsir Ibn Dhaw Ibn Zara‟ al- Quraisyi, yang merupakan seorang ulama

terkemuka pada masanya. Ayahnya bermazhab Syafi‟i dan pernah mendalami

mazhab Hanafi. Menginjak masa kanak- kanak, ayahnya sudah meninggal dunia.

Kemudian Ibnu Katsir tinggal bersama kakaknya (Kamalad-Din Abdul Wahhab)

dari desanya ke Damaskus dan beliau menetap di sana, di kota ini juga beliau

banyak menimba ilmu dari para ulama di kota tersebut.67

Dengan berbagai macam keahliannya dalam bidang ilmu beliaupun

mendapat gelar dari para ulama antara lain ialah ahli sejarah, pakar tafsir, ahli

fiqih,dan juga seorang yang ahli dalam bidang hadits. Sebagaimana yang

dikatakan oleh Manna‟ al-Qatthan dalam Mabahits fil Ulum al-Qur‟an,sebagai

berikut:

“Ibn Katsir merupakan pakar fiqh yang dapat dipercaya, pakarhadits yang

cerdas, sejarawan ulung, dan pakar tafsir yang paripuna”.

67

KH. A. Baijuri Khotib, “Corak Penafsiran Al-Qur‟an (Periode Klasik – Modern)”,

Hikamuna I Edisi 1 Vol. 1. No.1. Tahun (2016), 123.

40

Page 54: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

41

Pada usia 11 tahun Ibnu Katsir menyelesaikan hafalan al-Qur‟an,

dilanjutkan memperdalam Ilmu Qiraat, dari studi Tafsir dan Ilmu Tafsirdari

Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah (661 – 728 H).

Ibnu Katsir dibesarkan di kota Damaskus, di sana beliau banyak menimba

Ilmu dari para ulama di kota tersebut, salah satunya adalah Burhanuddin al-Fazari

(660-729 H) yang merupakan guru utama Ibnu Katsir, terkenal dengan Ibnu al-

Farkah, syaikh Kamaluddin bin Qodi Syuhbah, Isa bin Muth‟im, Syeh Ahmad bin

Abi Thalib al-Muammari (w. 730), Ibnu Asakir (w. 723), Ibn Syayrazi, Syaikh

Syamsuddin al-Dzahabi (w. 748), Syaikh Abu Musa al-Qurafi, Abu al-Fatah al-

Dabusi, Syaikh Ishaq bin al-Amadi (w. 725), Syaikh Muhamad bin Zurad.

Kemudian dia juga berguru kepada Syekh Jamaluddin Yusuf bin Zaki al-Mizzi

(w. 742), pengarang kitab “Tahżīb al-kamāl” dan “Aṭrāf al-kutūbi al-sittah,“ dan

Ibnu Katsir dinikahkan dengan putrinya al-Mizzi dan dikaruniai 5 orang anak, dan

seorang puteri.68

Selain mepelajari ilmu tafsir Ibnu Katsir juga mendalami dalam bidang

ilmu Hadits, beliau belajar dari Ulama Hijaz dan mendapat ijazah dari Alwani

serta meriwayatkannya secara langsung dari Huffadz terkemuka di masanya,

seperti Syeikh Najm al-Din ibn al-„Asqalani dan Syhihab al-Din al-Hajjar yang

lebih terkenal dengansebutan Ibnu al-Syahnah.

Ibnu Hajar al-Asqalani menyatakan bahwa Ibnu Katsir adalah sosok yang

disibukkan dengan hadis, menelaah matan-matan dan para rijalnya, memiliki

ingatan yang sangat kuat. Beliau juga ahli dalam bidang ilmu Sejarah, peranan al-

Hafizh al-Birzali (w. 730 H), sejarawan dari kota Syam, cukup besar. Dalam

mengupas peristiwa–peristiwa Ibnu Katsir mendasarkan pada kitab Tarikh karya

gurunya tersebut. Berkat al-Birzali dan Tarikh nya, Ibnu Katsir menjadi sejarawan

besar yang karyanya sering dijadikan rujukan utama dalam dalam penulisan

sejarah Islam.

68

Saifuddin Zuhri Qudsy Dan Mamat S. Burhanuddin, “Penggunaan Hadis-Hadis Poligami

Dalam Tafsir Ibnu Katsir”Musâwa, Vol. 15 No. 2 Juli (2016), 184.

Page 55: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

42

1. Karya-karya Ibnu Katsir

Berkat kegigihan dan ketekunannya dalam menuntut ilmu, akhirnya beliau

menjadi ahli tafsir ternama, ahli hadits, sejarawan serta ahli fiqih besar abad ke-8

H. Kitab beliau dalam bidang tafsir yaitu Tafsir al-Qur‟an al-„Azhim menjadi

kitab tafsir terbesar dan tershahih hingga saat ini, di samping kitab tafsir

Muhammad bin Jarir ath-Thabari. Para ulama mengatakan bahwa tafsir Ibnu

Katsir adalah sebaik-baik tafsir yang ada di zaman ini, karena ia memiliki

berbagai keistimewaan. Keistimewaan yang terpenting adalah menafsirkan al-

Qur‟an dengan al-Qur‟an (ayat dengan ayat yang lain), menafsirkan al-Qur‟an

dengan as-Sunnah (Hadits), kemudian dengan perkataan para salafush shalih

(pendahulu kita yang sholih, yakni para shahabat, tabi‟in dan tabi‟ut tabi‟in),

kemudian dengan kaidah-kaidah bahasa Arab.

Selain Tafsir al-Qur‟an al-„Azhim, beliau juga banyak menulis kitab-kitab

lain yang sangat berkualitas dan menjadi rujukan bagi generasi sesudahnya, di

antaranya adalah al-Bidayah Wa an-Nihayah yang berisi kisah para nabi dan

umat-umat terdahulu, Jami‟ Al Masanid yang berisi kumpulan hadits, Ikhtishar

„Ulum al-Hadits tentang ilmu hadits, Risalah Fi al-Jihad tentang jihad dan masih

banyak lagi.69

Setelah menjalani kehidupan yang panjang, pada tanggal 26 Sya‟ban 774 H

bertepatan dengan bulan Februari 1373 M pada hari kamis, Ibn Katsir

menghembuskan napas terahirnya dan dimakamkan di sebelah makam gurunya

yang bernama Ibnu taimiyah.70

2. Lingkungan Sosial dan Politik Ibnu Katsir

Ibnu

Katsir adalah anak yang paling kecil di keluarganya. Hal ini sebagaimana

yang ia utarakan “ Anak yang paling besar di keluarganya laki-

69

KH. A. Baijuri Khotib, “Corak Penafsiran Al-Qur‟an (Periode Klasik – Modern)”,

Hikamuna I Edisi 1 Vol. 1. No.1. Tahun (2016), 124. 70

Muqtashidin Fahrusy Syakirin Al Hazmi, “Hukum Non Muslim Sebagai Pemimpin

Muslimin Ditinjau Dari Perspektif Tafsir Ibnu Katsir”, Tapis, Vol. 01, No. 02 Juli – Desember

(2017), 222.

Page 56: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

43

laki, yang bernama Ismail, sedangkan yang paling kecil adalah saya”. Kakak

laki-laki yang paling besar bernama Ismail dan yang paling kecilpun Ismail.

Sosok ayah memang sangat berpengaruh dalam keluarga. Kebesaran ser

ta tauladan ayahnyalah pribadi Ibnu

Katsir mampu menandingi kebesaran ayahnya,

bahkan melebihi keluasan ilmu

ayahnya. Dibesarkan dalam keluarga yang taat

beragama, serta senantiasa menjunjung nilai-

nilai keilmuan, mampu melahirkan

sosok anak saleh dan bersemangat dalam mencari mutiara-

mutiara ilmu yang berharga dimanapun. Dengan modal usaha dan kerja keras

Ibnu Katsir menjadi sosok ulama yang diperhitungkan dalam percaturan

keilmuan.

Beliau hidup di zaman yang penuh dengan kemajuan berbagai macam

ilmu pengetahuan karena di zaman ini Islam telah mencapai puncak keemasan

ialah di zaman Daulah „Abbasiyah yang telah berkuasa hampir selama 5 abad

(750-1258 M). Meski sering diwarnai dengan berbagai serangkaian konflik

politik, akan tetapi Daulah ini telah menorehkan tinta emas dalam sejarah

peradaban Islam. Al-Mansur, khalifah pengganti Abu al-„Abbas, pada bulan

Shaffar 146 H/762 M memindahkan ibu kota kekhalifahan dari Damaskus pada

masa Umayyah, ke Baghdad, sebuah kota yang dialiri Sungai Eufrat dan Tigris

yang sangat cocok bagi kemaharajaan „Abbasiyah. Nama resmi kota ini adalah

Madinatussalam, Kota Perdamaian.71

Pada masa „Abbasiyah, terutama pada masa kekhalifahan Harun Al-

Rasyid (786-809 M) dan dilanjutkan anaknya, Al-Ma‟mun (813-833 M), Islam

menjadi pusat peradaban dunia, bahkan ketika dunia Barat sedang dalam keadaan

masti suri (The Dark Age). Kecintaannya kepada ilmu pengetahuan mengantarkan

masa kekhalifahannya mengalami apa yang disebut sebagai masa keemasan, The

71 Zakiya Darajat, “Jihad dinamis: menelusuri konsep dan praktik jihad dalam sejarah Islam”,

Ijtihad, Jurnal Wacana Hukum Islam dan Kemanusiaan Vol. 16, No. 1 (2016), 10

Page 57: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

44

Golden Age, terutama di bidang ilmu pengetahuan dan peradaban. Pada masa ini,

lahir banyak intelektual Muslim dari berbagai bidang keilmuan, baik filsafat,

hukum, ilmu hadith, kedokteran, fisika, astronomi, arsitektur, geografi, sejarah,

matematika, dan sebagainya.

Ibnu katsir banyak menuai pujian berkat kepandaiannya dalam memahami

berbagai macam ilmu pengetahuan tidak sedikit murid-murid beliau yang

memujinya, diantaranya Syihabuddin bin haji.

Pengakuan yang jujur lahir dari muridnya, “Ibnu

Katsir adalah ulama yang mengetahui matan hadits, serta takhrij rijalnya.

Ia mengetahui yang shahih dan dha‟if”. Guru-

guru maupun sahabat beliau mengetahui, bahwa ia bukan saja ulama

yang kapabel dalam bidang tafsir, juga hadits dan sejarah. Sejarawan sekali

ber al-Dzahabi, tidak ketinggalan memberikan sanjungan kepada Ibnu Katsir,

“Ibnu Katsir adalah seorang mufti, muhaddits, juga ulama yang faqih dan kapabel

dalam tafsir”.72

3. Metode Penafsiran Ibnu Katsir

Penafsiran yang dilakukan Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat Al-Qur‟an

ialah memiliki karakteristik tertentu karena dalam hal ini terlihat cara beliau

dalam menafsirkan ayat Al-Qur‟an didalam kitabnya yang berjudul Tafsir Al-

Qur‟anul „Azim. Dalam hal ini Ibnu Katsir menggunakan metode bil ma‟tsur yang

terkenal diseluruh penjuru tanah air. Selain itu ada juga tafsir yang sama metode

nya dalam menafsirkan Al-Qur‟an yaitu tafsir yang benama Ibnu Jarir al-Thabary.

Adapun karakteristik yang dilakukan Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat Al-

Qur‟an ialah sebagai berikut:

a. Dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur‟an, Ibnu Katsir menggunakan metode

bi al-ma‟sur, caranya ialah dengan mengemukakan seluruh ayat dalam Al-

Qur‟an dengan ayat-ayat yang lain yang mempunyai maksud yang sama dan

didukung beberapa hadis yang berhubungan dengan ayat tersebut lengkap

72 https://ibnkasir.blogspot.com/2016/10/biografi-ibnu-katsir.htm diakses pada tanggal 24

Oktober 2018.

Page 58: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

45

dengan sanadnya, dan disertai dengan riwayat-riwayat dan pendapat para

shabat, tabi‟in dan tabi‟tabi‟in.

b. Dalam menfasirkan Al-Qur‟an Ibnu Katsir juga tidak memasukkan cerita-

cerita Israiliyyat dengan memberitahukan kesahihan dan tidaknya cerita

tersebut hal ini sekaligus memberitahukan kepada semua pembaca agar selalu

sigap dalam menaggapi cerita-cerita.

c. Mengenai ayat-ayat yang berkaitan tentang hukum, Ibnu katsir juga

menyebutkan pendapat-pendapat ulama tentang masalah hukum tersebut dan

terdadang beliau menolak pendapat tersebut.73

B. Biografi Buya Hamka

Hamka merupakan singkatan dari Haji Abdul Malik Karim Abdulla. Ia

adalah orang yang mempunyai integritas yang tinggi dalam bidang moral dan

keilmuan.74

Hamka dilahirkan di Tanah Sirah desa Sungai Batang di tepi Danau

Maninjau (Sumatra Barat) tepatnya pada tanggal 16 Februari 1908 M atau 14

Muharram 1326 H. Belakangan ia diberikan gelar Buya yaitu panggilan untuk

orang Minang kabau yang berasal dari kata abi, abuya dalam bahasa Arab yang

berarti ayahku, atau seseorang yang dihormati. Ayahnya, Dr. H. Abdul Karim

Amrullah yang dikenal dengan sebutan Haji Rasul termasuk keturunan Abdul Arif

bergelar Tuanku Pauh Pariaman Nan Tuo, salah seorang Pahlawan Paderi yang

juga dikenal dengan sebutan Haji Abdul Ahmad.

Dr. H. Abdul Karim Amrullah juga merupakan salah seorang ulama

terkemuka yang termasuk dalam tiga serangkai yaitu Syaikh Muhammad Jamil

Djambek, Dr. H. Abdullah Ahmad dan Dr. H.Abdul Karim Amrullah sendiri,

yang menjadi pelopor gerakan “Kaum Muda” di Minangkabau. Ayahnya adalah

pelopor Gerakan Islam (Tajdîd) di Minangkabau, setelah dia kembali dari Makkah

73

Nurdin, ”Analisi Penerapan Metode Bi Alma‟sur Dalam Tafsir Ibnu Katsir Terhadap

Penafsiran Ayat-Ayat Hukum” Jurnal Ilmu Syari‟ah Dan Hukum, Vol. 47. No 1, (2013), 86. 74

Novi Maria Ulfa, Dwi Istiyani, “Etika Dalam Kehidupan Modern: Studi Pemikiran Sufistik

Hamka”, Esoterik: Jurnal Akhlak Dan Tasawuf, Volume 2 Nomor 1 (2016), 97.

Page 59: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

46

pada tahun 1906, sementara Ibunya bernama Shafiyah binti Bagindo Nan Batuah,

wafat pada tahun 1934.75

Sedangkan kakeknya sendiri, Syaikh Muhammad Amrullah adalah

penganut tarekat mu‟tabarah Naqsabandiyah yang sangat disegani dan dihormati

bahkan dipercaya memiliki kekeramatan dan disebut-sebut sebagai wali.

Kerapkali masyarakat setempat mencari berkah melalui sisa makanan, sisa

minuman atau sisa air wudhu dan sebagainya.76

Hamka mengawali masa pendidikan di dalam pengawasan langsung oleh

ayahnya. Ia juga termasuk salah satu ulama yang cendekiawan terkemuka di

Indonesia yang memiliki pemikiran yang cerdas bisa dikatakan manusia yang

bertalenta. Ahmad Syafei Maarif dalam kata pengantar buku Adicerita Hamka:

Visi Islam Sang penulis Besar untuk Indonesia , lima kualitas yang dimiliki oleh

Hamka, yakni pengarang, pemikir, sastrawan, sejarawan publik, dan mufasir (ahli

tafsir) menyatu dalam pribadi Hamka. Artinya, seorang Hamka tidak saja sebagai

seorang sastrawan, namun juga sebagai pemikir, penulis, mufasir, dan sekaligus

sejarawan77

.

Ketika berusia enam tahun, ia pindah bersama ayahnya ke Padang panjang.

Sebagaimana yang dilakukan umumnya anak-anak laki-laki di Minangkabau,

sewaktu kecil ia belajar mengaji dan silek serta tidur di surau. Selain itu, ia suka

mendengarkan kisah-kisah yang dinyanyikan dengan alat-alat musik tradisional

Minangkabau. Ketika berusia tujuh tahun, ia dimasukkan ke Sekolah Desa, belajar

setiap paginya. Di samping itu, pada sore harinya, ia belajar di Diniyah School.

Namun sejak dimasukkan ke Thawalib (sekolah yang didirikan ayahnya), ia tidak

dapat lagi mengikuti pelajaran di Sekolah Desa.

Beliau merupakan anak yang patuh dan menuruti perintah ayahnya. Karena

kepatuhan kepada ayahnya, sejak itu ia rela berhenti di Sekolah Desa dan

bersekolah di Thawalib pagi hari. Selama belajar di Thawalib, Hamka lebih sering

75

Avif Alviyah, “Metode Penafsiran Buya Hamka Dalam Tafsir Al-Azhar”, Ilmu

Ushuluddin, Vol. 15, No. 1 (2016), 26. 76

Muhammad Yusuf, “Pintu-Pintu Menuju Tuhan Telaah Pemikiran Hamka”, Teologia, Vol

25, Nomor 2, Juli-Desember (2014), 3. 77

Armini Arbain, “Pemikiran Hamka Dalam Novel-Novelnya:Sebuah Kajian Sosiologis”,

Jurnal Puitika Volume 13 No. 2, September (2017), 76.

Page 60: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

47

berada di perpustakaan umum milik gurunya, Zainuddin Labay El Yunusy. Dari

sinilah, ia leluasa membaca bermacam-macam buku, bahkan beberapa buku ia

pinjam untuk dibawanya pulang untuk dibaca dirumahnya. sedangkan sorenya

tetap belajar di Diniyah School dan malamnya kembali ke surau. Di surau, Hamka

mempelajari agama dan mendalami bahasa Arab di bawah bimbingan ulama

terkenal.78

Hamka dikenal sebagai sosok pengelana sehingga ayahnya memberi gelar

Si Bujang Jauh. Pada tahun 1924, ia berencana pergi ke Jawa dalam usia 16 tahun,

tapi sayang kepergian Hamka ke tanah Jawa tidak kesampaian karena Hamka

terkena wabah cacar di daerah Bengkulen. Kondisi tersebut membuat Hamka

harus terbaring di tempat pembaringan selama dua bulan, setelah sembuh ia tidak

melanjutkan perjalanannya malahan ia kembali ke Padang Panjang dengan wajah

penuh bekas luka cacar. Kegagalan Hamka untuk pergi ke Jawa tidak membuat

surut niatnya, setahun kemudian Hamka mewujudkan keinginannya untuk pergi

ke Jawa. Perjalanan kedua ini ternyata berhasil dan Hamka sampai di Jawa,

sekaligus ingin mengunjungi kakak iparnya, Ahmad Rasyid Sutan Mansur yang

tinggal di Pekalongan, Jawa Tengah.79

Dengan semangat keilmuan yang tinggi dan dengan tekat yang kuat yang

dimilikinya pada tahun 1927, ia pergi ke Mekah dengan biaya di tanggung sendiri

untuk menunaikan ibadah haji sekaligus memperdalam ilmu agama dan bahasa

Arab. Dan setelah sampai disana ia bekerja di perusahaan percetakan yang

memberinya peluang untuk membaca kitab-kitab klasik, buku-buku, dan buletin

Islam dalam bahasa Arab.

Ketika beliau sampai di Mekah, disana ia berjumpa dengan seseorang yang

bernama Agus Salim dan sempat menyampaikan hasratnya untuk menetap di

Mekah, tetapi Agus Salim justru menasihatinya untuk segera pulang. Ia pun

segera kembali ke tanah air, namun bukannya pulang ke Padang panjang, ia malah

menetap di Medan, kota tempat berlabuhnya kapal yang membawanya pulang.

Selama di Medan, Hamka bekerja sebagai guru agama di samping aktif

78

Ibid.,78. 79

Mulizar, S.Pd.I, M.Th,” Pengaruh Makanan Dalam Kehidupan Manusia (Studi Terhadap

Tafsir Al-Azhar)”, Jurnal At-Tibyan Vol. I No.1 Januari–Juni (2016), 126.

Page 61: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

48

berdakwah melalui tulisan. Selain itu, ia juga menuliskan laporan-laporan

perjalanannya.80

Pada tanggal 5 april 1929, ketika ia berumur 21 tahun, Hamka menikah

dengan seorang gadis yang bernama Siti Rahan, perkawinan yang dilaksanakan

sepulangnya dari Mekkah, yang kemudian selepas itu ia aktif sebagai pengurus

Muhammaddiyah, yang membuatnya berkeliling ke berbagai daerah di

Indonesia.81

Hamka juga termasuk salah satu ulama yang banyak menuai pujian dan

penghargaan misalnya yang pernah pujian yang lantunkan oleh presiden Indonesia

yang bernama Abdurrahman Wahid dalam artikelnya, beliau mengatakan, bahwa

meskipun bukan sebagai pendidik dalam arti guru profesional, Hamka merupakan

prototipe pendidik yang berhasil dan sangat meyakinkan pada zamannya. Kiprah

Hamka dalam perjuangan, pendidikan, dakwah Islam serta intelektualitasnya

menjadikan namanya melejit dalam dunia internasional dan mendapat kedudukan

terhormat pada berbagai organisasi, seperti Ketua Majelis Ulama Indonesia (1975-

1981). Ia pun mendapat berbagai penghargaan dari beberapa lembaga seperti

Doktor Honoris Causa dari Universitas al- Azhar.82

1. Karya-karya Buya Hamka

Sebagai seorang yang ahli dalam bidang agama, sejarah, budaya, sastra

danpolitik, Buya Hamka banyak menuangkan pengetahuannya tersebut ke dalam

karya-karya tulis. Beliau adalah seorang penulis yang banyak menghasilkan

karya, hasil-hasil karya tulisnya baik yang berhubungan dengan sastra dan agama

semuanya berjumlah sekitar 79 karya. Diantara karya-karyanya tersebut yaitu

Khatib Ummah jilid 1-3 yang ditulis dengan menggunakan bahasa

Arab, Layla Majnun

Di Bawah Lindungan Ka‟bah

80

Armini Arbain, “Pemikiran Hamka Dalam Novel-Novelnya:Sebuah Kajian Sosiologis”,

Jurnal Puitika Vol 13 No. 2, September (2017), 79. 81

Ahmad Muttaqin, “Pemimpin Non Muslim Dalam Pandangan Hamka (Kajian Tafsir Al-

Azhar),Al-Dzikra Vol.Xi No. 1 Januari-Juni (2017), 38. 82

Ris‟an Rusli, “Agama dan Manusia dalam Pendidikan Hamka(Studi Falsafat Agama)”,

JurnalIntizar, Vol. 20, No. 2, (2014), 211.

Page 62: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

49

Tasawuf Modern

Islam dan Demokrasi

Perkembangan Tasawuf dari Abad ke Abad

Mengembara di Lembah Nil

Di Tepi Sungai Dajlah

Islam dan Kebatinan

Ekspansi Ideologi

Falsafah Ideologi Islam

Urat Tunggang Pancasila

Adat Minangkabau Menghadapi Revolusi

Muhammadiyah di Minangkabau

dan karyanya yang begitu masyhur, yakni Tafsir al-Azhar Juz 1-30,

dan masih banyak lagi.83

2. Lingkungan Sosial dan Politik Buya Hamka

Menelusuri sososk Hamka memang tidak akan pernah ada habisnya.

Sebagian ada yang mengatakan bahwa beliau adalah Hamzah Fansuri-nya di masa

modern ini. Karena beliau selain seorang ulama, juga dari aspek sosial, peranan

beliau begitu signifikan di tengah-tengah kehidupan masyarakat muslim modern

Indonesia, sistem pemerintahannya, baginya bersifat lentur sesuai kondisi sosial

budaya sebuah negara. Dengan menunggangi kendaraan Muhammadiyyah,

Hamka melanjutkan perjuangan Ahmad Dahlan sebagai pendirinya untuk fokus

berdakwah melalui pendidikan dan layanan sosial masyarakat.84

Setelah beberapa lama menetap di kampung halamannya, beliau pindah ke

Jakarta dan meneruskan aktivitas menulis literatur dan budayanya. Disana beliau

mengikuti dunia politik dan mengikuti pemilu tahun 1955 di bawah partai Islam

Masyumi dan terpilih sebagai anggota Dewan Konstituante. Beliau menemukan

adanya gerakan komunis secara terbuka dan menyebarkan paham ateis di tengah-

83

Avif Alviyah, “Metode Penafsiran Buya Hamka Dalam Tafsir Al-Azhar”, JurnalIlmu

Ushuluddin,Vol. 15, No. 1, (2016), 27. 84

Usep Taufik Hidayat, “Tafsir Al-azhar : Menyelami Kedalaman Tasawuf Hamka”, Al-

Turāṡ: Vol. XXI, No. 1, (2015), 50.

Page 63: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

50

tengah masyarakat. Pada tahun 1959, partai Masyumi dibubarkan oleh Sukarno

karena kemajuan di Sumbar melibatkan para pemimpinnya. Selain Hamka,

diantaranya M. Natsir dan Syafruddin Prawiranegara. Kemudian Hamka

melanjutkan aktivitasnya dalam menulis dan menerbitkan majalah Panji

Masyarakat yang berorientasi dakwah dan kultur Islam. Kemudian beliau menjadi

Imam Besar Masjid al-Azhar, Kebayoran Baru serta aktif memberikan Kuliah

Subuh dan Tafsir Al-Qur‟an. Pada tanggal 27 Agustus 1964 beliau dipenjara

dengan alasan telah melakukan Subversiv.85

Kegiatan politik Hamka bermula pada tahun 1925 ketika beliau menjadi

anggota partai politik Sarekat Islam. Pada tahun 1945, beliau membantu

menentang usaha kembalinya penjajah Belanda ke Indonesia melalui pidato dan

menyertai kegiatan gerilya di dalam hutan di Medan. Pada tahun 1947, Hamka

diangkat menjadi ketua Barisan Pertahanan Nasional, Indonesia.86

Dari tahun 1964 hingga tahun 1966, Hamka dipenjarakan oleh Presiden

Soekarno karena dituduh pro-Malaysia. Semasa dipenjarakan, beliau mulai

menulis Tafsir al-Azhar yang merupakan karya ilmiah terbesarnya. Setelah keluar

dari penjara, Hamka diangkat sebagai anggota Badan Musyawarah Kebajikan

Nasional, Indonesia, anggota Majelis Perjalanan Haji Indonesia dan anggota

Lembaga Kebudayaan Nasional Indonesia.

Selain itu Hamka juga terpilih sebagai ketua MUI (Majelis Ulama

Indonesia) pada tahun 1975 oleh pemerintahan Orde Baru, yang kemudian terpilih

kembali pada periode kedua tahun 1980, dengan salah satu ungkapannya yang

terkenal “Kalau saya diminta menjadi ketua Majelis Ulama, saya terima. Akan

tetapi ketahuilah, saya sebagai ulama tidak dapat dibeli”. Hamka tidak hanya

memiliki kemampuan memberikan pidato atau mengisi ceramah di depan podium,

akan tetapi ia juga seorang penulis yang sangat produktif. Jumlah tulisannya

85

Usep Taufik Hidayat1, “Tafsir Al-Azhar : Menyelami Kedalaman Tasawuf Hamka”, Al-

Turāṡ: Vol. Xxi, No. 1, Januari (2015), 54. 86

http://bio.or.id/biografi-buya-hamka/ diakses pada tanggal 24 Oktober 2018.

Page 64: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

51

dalam bentuk buku hingga mencapai 118 buah, dari Khatibul Ummah, Tasawuf

Modern (1939), dan yang terakhir Tafsir al-Azhar 30 Juz.87

Pada tahun 1978, Hamka lagi-lagi berbeda pandangan dengan pemerintah.

Pemicunya adalah keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed Joesoef

untuk mencabut ketentuan libur selama puasa Ramadan, yang sebelumnya sudah

menjadi kebiasaan.

Idealisme Hamka kembali diuji ketika tahun 1980 Menteri Agama

Alamsyah Ratu prawiranegara meminta MUI mencabut fatwa yang melarang

perayaan Natal bersama. Sebagai Ketua MUI, Hamka langsung menolak

keinginan itu. Sikap keras Hamka kemudian ditanggapi Alamsyah dengan rencana

pengunduran diri dari jabatannya. Mendengar niat itu, Hamka lantas meminta

Alamsyah untuk mengurungkannya. Pada saat itu pula Hamka memutuskan

mundur sebagai ketua MUI.88

3. Metode Penafsiran Buya Hamka

Tafsir Hamka dinamakan al-Azhar karena serupa dengan nama masjid yang

didirikan di tanah halamannya, Kebayoran Baru. Nama ini diilhamkan oleh

Syaikh Mahmud Syalthuth dengan harapan agar benih keilmuan dan pengaruh

intelektual tumbuh di Indonesia. Hamka awalnya mengenalkan tafsirnya tersebut

melalui kuliah subuh pada jama‟ah masjid al-Azhar Kebayoran Baru Jakarta.

Pada Senin, 12 Rabi‟ul Awwal 1383/27 Januari 1964, Hamka ditangkap

penguasa Orde Lama dengan tuduhan berkhianat terhadap tanah airnya sendiri

dan dipenjara selama 2 tahun 7 bulan (27 Januari 1964-21 Januari 1967). Di

sinilah Hamka memanfaatkan waktunya untuk menulis dan menyempurnakan

tafsir 30 juznya. Dengan keinsyafan dan rasa syukur yang tinggi, ia menyatakan

penghargaannya terhadap berbagai dukungan yang telah diberikan padanya dari

para ulama, para utusan dari Aceh, Sumatera Timur, Palembang, ulama‟ dari

Mesir, ulama‟ di al-Azhar, Syaikh Muhammad al-Ghazali, Syaikh Ahmad

87

Muhammad Yusuf, “Pintu-Pintu Menuju Tuhan Telaah Pemikiran Hamka”, Teologia,

Volume 25, Nomor 2, Juli-Desember (2014), 6. 88 Ibid,.

Page 65: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

52

Sharbasi, dari Makassar, Banjarmasin, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat dan

lain-lain.20 Pada tahun 1967, akhirnya Tafsir al-Azhar pertama kali diterbitkan.89

Kitab tafsir al-Azhar merupakan karya gemilang Hamka. Penulisan tafsir al-

Azhardi mulai sejak tahun 1958, yang berbentuk uraian dalam kuliah subuh

bagijama‟ah mesjid Agung al-Azhar. (Yunan Yusuf: 1990) Yang dimuat

dalammajalahGema Islam sejak tahun 1969. Penulisan hingga juz XXX pada

tanggal 11 Agustus 1964 di rumah tahanan politik Mega Bandung.

Penyempurnaan dan perbaikanterhadap penafsirannya dilakukan sejak dibebaskan

dari pemerintah Orde Baru padatanggal 21 Januari 1966 di rumahnya di

Kebayoran Baru hingga bulan Agustus 1975.

Hamka memulai aktivitas menafsirkan al-Qur‟an (tafsir al-Azhar) berasal

dari penghayatan terhadap perjalanan hidup sejak dia menerima pelajaran tafsir al-

Qur‟an dari KI Bagus Hadikusumo di Yogyakarta tahun 1924-1925. Dari

pertemuan itumengantar Hamka tampil sebagai intelektual dan pengajar Islam

baik lewatorganisasi, dakwah dan tulisan-tulisan. Di samping itu, salah satu niat

Hamka adalahhendak meninggalkan pusaka yang bermanfaat atau punya nilai

bagi bangsa danumat muslim Indonesia jika kelak kembali ke hadirat Allah swt.

(Hamka: 1984). Danniat itu sejak pertama kali menafsirkan atau menulis

tafsirnya. Salah satu hasil karyailmiah keislamannya dipublikasikan yang sangat

berharga adalah Kitab Tafsir al-Azhar yang terdiri dari 15 jilid.

Tafsir al-Azhar layak disebut tafsir Al-Qur‟an Karena pemahaman mufasir

(Hamka) memenuhi kriteria penafsiran. Di antara kriteria itu ialah dari segi

penjelasan lafaz, kalimat atau ayat dengan sumber, alat dan satuan kajian dan

pemahaman, mufassir telah menerapkan prinsip-prinsip penafsiran yang berlaku.

Secara umum metode yang digunakan dalam tafsir al-Azhar adalah metode tahlili

dengan pendekatan sastra, dan bercorak adaby ijtima‟i. Dengan metode tahlili

(analitis) Hamka menafsirkan Al-Qur‟an mengikuti sistem Al-Qur‟an

sebagaimana yang ada dalam mushaf, dibahas dari berbagai segi mulai dari asbab

al-nuzul, munasabah, kosa kata, susunan kalimat dan sebagainya. Pendekatan

89

Avif Alviyah, “Metode Penafsiran Buya Hamka Dalam Tafsir Al-Azhar”, Jurnal Ilmu

Ushuluddin,Vol. 15, No. 1, (2016), 28.

Page 66: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

53

yang digunakan Hamka dalam menafsirkan adalah pendekatan sastra yakni

penjelasan dan pembahasan ayat atau lafaz dengan menggunakan ungkapan

sastra.90

90

Ratnah Umar, “Tafsir Al-Azhar Karya Hamka (Metode Dan Corak Penafsirannya)”,Jurnal

Al-Asas, Vol. Iii, No. 1, (2015). 21

Page 67: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

54

BAB IV

PENELITIAN DAN ANALISA JIHAD MENURUT PEMIKIRAN

IBNU KATSIR DAN BUYA HAMKA DALAM MENAFSIRKAN AYAT-

AYAT TENTANG JIHAD

A. Konsep Jihad menurut Ibnu Katsir dan Buya Hamka

Berbicara tentang konsep jihad, tidak sedikit para ulama yang berpendapat

tentang permasalahan ini sebagaimana yang telah penulis paparkan di atas tadi

banyak di kalangan ulama yang berpendapat tentang masalah ini diantaranya juga

Ibnu Katsir dan Buya Hamka, karena jihad merupakan ajaran yang begitu amat

penting dalam Islam karena Al-Qur‟an adalah sumber hukum Islam dan begitu

banyak memuat kata-kata jihad di dalamnya sebagaimana yang telah pnulis sebut

di atas yaitu sebanyak 41 kali dalamnya. Jihad juga merupakan bagian wacana

Islam sejak masa awal hingga masa kini banyak pemikir Muslim yang terlibat

dalam membicarakan tentang tentang jihad, baik dalam kaitannya dalam doktrin

fiqih maupun dalam politik Islam.

Dalam terminologis Islam, jihad bisa didefinisikan sebagai perjuangan

secara bersungguh-sungguh dalam mencurahkan segenap potensi dan kemampuan

yang dimiliki untuk meraih tujuan, terutama dalam menghadapi musuh maupun

untuk menyuarakan kebenaran, menebarkan kebaikan dan keluhuran. Oleh karena

itu, tidak semua kata jihad yang termaktub dalam Al-Qur‟an diarahkan dalam arti

berperang di jalan Allah. Sebab didapati sejumlah kata jihad dalam ayat-ayat Al-

Qur‟an yang menunjukkan makna bersungguh-sungguh untuk memperoleh tujuan

secara mutlak.91

Mayoritas kata jihad yang tertera dalam Al-Qur‟an mengarah pada

pengertian umum. Dalam pengertian, makna jihad bersifat general tidak hanya

tersekat pada peperangan, pertempuran, penumpahan darah, perusakan,

penganiayaan dan sebagainya. Tetapi, ia meliputi segala bentuk perbuatan yang

mengandung kebaikan yang diupayakan secara maksimal dalam rangka

91

Ainol Yaqin, “Rekontruksi Dan Reorientasi Jihad Di Era Kontemporer; Kajian Tematik

Atas Ayat-Ayat Jihad”,Okara Journal of Languages and Literature, Vol. 1, (2016),13.

53

Page 68: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

55

meninggikan ajaran Islam, menegakkan keadilan dan kebenaran, menumpas

kebathilan dan melawan kedhaliman serta segala bentuk Amar Ma‟ruf Nahi

Mungkar oleh karena itu, semangat jihad harus terus menyala dalam dada umat

Islam secara terus-menerus, baik dalam kondisi aman maupun situasi perang,

karena ia merupakan urat nadi tegak dan majunya agama Islam. Sebaliknya, bila

semangat jihad telah meredup dari jiwa umat Islam, maka gairah dalam meraih

hidup yang lebih baik dan maju akan merosot. Hal ini akan berdampak pada

kemunduran dan ketertinggalan umat Islam itu sendiri.92

Dalam Islam, jihad merupakan puncak ajaran, pagar penjaga dasar-dasar

agama, dan juga pelindung bagi negara Islam dan umat Islam. Jihad merupakan

salah satu dasar ajaran Islam yang paling utama sebab jihad merupakan media

untuk meraih kejayaan, kemuliaan, dan juga kedaulatan. Atas dasar itulah jihad

baik dalam artian fisik maupun non fisik diwajibkan hingga hari kiamat.93

Sedangkan menurut Ibnu Katsir jihad ialah memerangi musuh-musuh yang

nyata, memerangi orang-orang kafir yakni dengan menggunakan pedang atau

senjata. Beliau juga berpendapat bahwa jihad merupakan salah satu amal ibadah

yang bisa mendekatkan diri seorang hamba kepada rabnya, ketika mereka

mengerjakan suatu amalan yang di perintahkan oleh Allah SWT, maka amalan

tersebut kembali kepada dirinya sendiri, begitu pula ketika Allah memerintahkan

mereka orang-orang Isam untuk berjihad memerangi dan melawan orang-orang

kafir yang memusuhi umat Islam maka mereka yang beriman menyambutnya

dengan lapang dada dengan hati yang terbuka dan segera mengerjakannya.94

Ibnu Katsir menegaskan selain berjihad dengan menggunakan fisik, jihad

juga bisa menggunakan dengan harta benda yang dimiliki orang-orang muslim

untuk digunakan dalam kepentingan berperang melawan musuh-musuh Islam.95

Jihad dengan harta menjadi prioritas utama karena dilihat dari sisi kebututuhan,

para mujahid yang menginfakkan hartanya lebih bermanfaat untuk orang banyak,

92

Ainol Yaqin, “Rekontruksi Dan Reorientasi Jihad Di Era Kontemporer; Kajian Tematik

Atas Ayat-Ayat Jihad”,Okara Journal of Languages and Literature, Vol. 1, (2016),13 93

Musda Asmara, “Reinterpretasi Makna Jihad Dan Teroris”,Jurnal Hukum Islam,l, No.1, (2016), 66.

94Ibnu Katsir, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir (Surabaya PT Bina Ilmu, 1990), 52.

95Ibid., 123-124.

Page 69: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

56

karena secara langsung mereka akan memenuhi kebutuhan para pejuang ketika

dalam peperangan. Pada dasarnya jihad dengan perang bisa dikatakan hampir

sama pentingnya, akan tetapi para mujahid yang menginfakkan hartanya

dipandang memiliki kontribusi yang lebih dalam jihad karena harta yang mereka

infakkan dapat mencukupi semua kebutuhan mujahid yang lain yang tidak bisa

berinfak dengan harta terutama bagi mereka yang miskin atau tidak memiliki harta

untuk berinfak.96

Namun di sisi yang lain makna jihad juga di tekankan kepada sebuah

kesabaran dan ketabahan seseorang hamba dalam pengabdiannya kepada sang

penciptanya, baik dalam ujian berdakwah dalam menyampaikan misi dan visi

agama Islam ataupun ujian yang yang lainnya.

Achmad Mubarok mendefinisikan sabar sebagai tabah hati tanpa mengeluh

dalam menghadapi godaan dan rintangan dalam jangka waktu tertentu dalam

rangka mencapai tujuan. Karena sabar bermakna kemampuan mengendalikan

emosi, maka nama sabar berbeda-beda tergantung objeknya dalam sabar dibagi

mejadi delapan kategori :

1. Ketabahan menghadapi musibah, disebut sabar, kebalikannya adalah

gelisah dan keluh kesah.

2. Kesabaran menghadapi godaan hidup nikmat disebut mampu menahan diri

(dhobith an nafs), kebalikannya adalah tidaktahanan (bathar).

3. Kesabaran dalam peperangan disebut pemberani, kebalikannya disebut

pengecut.

4. Kesabaran dalam menahan marah disebut santun (hilm), kebalikannya

disebut pemarah (tazammur).

5. Kesabaran dalam menghadapi bencana yang mencekam disebut lapang

dada, kebalikannya disebut sempit dadanya.

6. Kesabaran dalam mendengar gosip disebut mampu menyembunyikan

rahasia.

96

Abdul Fattah, “Memaknai Jihad Dalam Al-Qur‟an Dan Tinjauan Historis Penggunaan

Istilah Jihad Dalam Islam”, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol, 03 No. 01(2016), 80.

Page 70: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

57

7. Kesabaran terhadap kemewahan disebut zuhud, kebalikannya disebut

serakah.

8. Kesabaran dalam menerima yang sedikit disebut kaya hati (qana‟ah).97

Sedangkan Jihad menurut Buya Hamka sendiri di dalam tafsirnya yang

berjudul Tafsir al-Azhar, bahwa arti jihad ialah kerja keras, bersungguh-sungguh

atau berjuang dijalan Allah, agama tidaklah akan berdiri kalau tidak ada semangat

berjuang.98

Terkadang juga arti jihad dikhususkan kepada suatu peperangan apabila

peperangan sudah diserukan kepada semua orang, besar atau kecil, muda maupun

tua, dalam ringan ataupun berat. Arti dari ringan dan berat di sini banyak

dikalangan ulama yang berpendapat antara lain ialah, seperti Ibnu Zaid ia

berpendapat ringan adalah orang yang tidak banyak mempunyai harta benda,

sedangkan berat orang yang mempunyai banyak harta benda yang sukar untuk

meninggalkan. Sedangkan menurut An-Nakhai beliau berpendapat berat ialah

tentara pelopor yang baru atau pemula mengikuti peperangan dan berhadapan

dengan musuh sedangkan ringan ialah tentara yang sudah biasa dalam mengikuti

peperangan. Sedangkan menurut Al-Auz arti dari ringan ialah tentara yang tidak

menggunakan kendaraan, berat ialah tentara yang berjalan kaki dalam mengikuti

peperangan. 99

Arti yang pokok daripada jihad menurut Buya Hamka adalah bekerja keras,

bersungguh-sungguh, tidak mengenal kelalaian, siang dan malam, petang dan

pagi. Berjihad agar agama ini maju, jalan Allah tegak dengan utuhnya. Berjuang

dengan mengutamakan tenaga, harta benda, dan kalau perlu jiwa sekalipun. Arti

jihad adalah umum dan luas, perang adalah salah satu diantaranya, kesungguhan

dan kegiatan yang didorong oleh hati tulus ikhlas melakukan amar ma‟ruf nahi

munkar serta berdakwah dijalan Allah.100

97 M. Yusuf, “Sabar Dalam Perspektif Islam Dan Barat”, Jurnal Al-Murabbi, Vol 4, Nomor

2, (2018), 236. 98

AbdulMalik Karim Amrullah, Tafsir Al-azhar (Singapura : Pustaka Nasional, 1990), 2876. 99

Ibid., 2974. 100

AbdulMalik Karim Amrullah, Tafsir Al-azhar (Singapura pustaka Nasional, 1990), 2887.

Page 71: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

58

Selain itu Buya Hamka juga menerangkan hukum pergi berjihad bagi

orang-orang Mu‟min ketika nafir atau panggilan berjihad telah dibunyikan dengan

dalam hal ini beliau mengambil pendapat yang lain salah satunya ialah pendapat

dari ulama Fiqh. Menurut ulama ahli Fiqh menetapkan bahwa hukum pergi jihad

ialah pardu kifayah, artinya terlepas semua kewajiban orang Mu‟min yang lain

jika telah ada Mu‟min yang lain untuk pergi berperang. Tetapi hukum jihad akan

menjadi wajib jika musuh-musuh Islam masuk ke dalam negeri orang Islam,

mereka menyerang, melakukan pemberontakan dan membunuh orang Islam maka

setiap orang Mu‟min wajib berjihad membela agamanya untuk melawan musuh-

musuh Islam.101

Umat Islam dalam kehidupannya diharuskan untuk memperbanyak amal

kebajikan, dengan demikian berjihad adalah suatu keharusan bagi mereka. Namun

perlu diinterpretasi lebih lanjut bahwa jihad dalam artian mengangkat senjata

melawan orang kafir adalah fardhu kifāyah, artinya bahwa jika sudah ada yang

melaksanakan-nya, maka kewajiban berjihad menjadi gugur bagi orang lain. Jika

tidak, maka siapa pun yang mengetahuinya berdosa, kecuali dalam tiga kondisi

yang merupakan merupakan „ain, yaitu :

a. Jika dua pihak sedang saling berhadapan, sehingga diharamkan untuk

mundur dan berbalik

b. Jika musuh menyerang suatu negeri dan mengepungnya, yang berarti

mengharuskan semua orang untuk menghadapinya.

c. Jika imam (pemimpin Islam atau pemimpin perang) meminta umat Islam

untuk berangkat berperang secara umum atau secara khusus ditujukan

kepada orang-orang tertentu.102

Hal yang senada juga di ungkapkan oleh fakar ahli tafsir yakni Quraish

Shihab mengenai permasalahan jihad beliau berpendapat arti jihad ialah tidak

hanya perjuangan berbentuk perang pisik atau perlawanan bersenjata saja karena

101

Ibid.,1366. 102 St. Jamilah Amin, “Ranah Jihad Perempuan Dalam Perspektif Hadis”, Jurnal Al-Maiyyah,

Vol 9 No. 1 (2016), 122.

Page 72: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

59

arti dari jihad itu luas. Walaupun memang di akui bahwa salah satu bentuk jihad

adalah perjuangan fisik atau perang.103

Dari penjelasan yang di paparkan oleh Quraish Shihab di atas maka

dapatlah dipahami bahwa jihad banyak memiiki beragam makna dan bentuk,

seperti jihad melawan orang-orang kafir, munafik, setan, dan lain sebagainya.

Tidak hanya terhenti disitu saja jihad juga dapat dilakukan sesuai dengan profesi

dan kemampuan masing-masing individu, seperti seorang ilmuwan bisa jihad

dengan memanfaatkan ilmunya, pemimpin bisa jihad dengan keadilannya dan

lainnya, Asalkan semuanya itu diniatkan hanya karena Allah SWT.104

B. Ayat Al-Qur’an Yang sama dalam penafsiran keduanya Yang Berkenaan

Dengan Permasalahan Jihad

Pertama terdapat pada surah At-taubah ayat 41

“Berangkatlah kalian, baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat,

dan berjihadlah dengan harta dan diri kalian di jalan Allah. Yang demikian itu

adalah lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui.105

Ibnu Katsir menafsirkan ayat di atas ialah bahwa Allah memerintahkan

kepada orang-orang yang beriman untuk memerangi musuh-musuhnya, seperti

orang-orang kafir dan ahli kitab dari bangsa Romawi, dan mengimbau kepada

kaum muslim buruh atapun para petani agar berangkat bersama-sama Rasulullah

menuju medan jihad. Menurut Assudi perintah Jihad ini Allah mengajak semua

orang baik kaya maupun miskin untuk bersama-sama jihad di jalan Allah.106

103

M.Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur‟an, ( jakarta: PT Mizan Pustaka, 2007), 505. 104

Mambaul Ngadhimah dan Ridhol Huda, “Konsep Jihad Menurut M. Quraish Shiahab

Dalam Tafsir Al-Mishbah Dan Kaitannya Dengan Materi Pendidikan Agama Islam”, Jurnal

Cendekia, 13, No.2 (2015), 06. 105

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya Special for woman, (Bandung:

Sygma), 194. 106

Ibnu Katsir, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 2005), 59.

Page 73: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

60

Buya Hamka menafsirkan ayat di atas bahwa ketika ada panggilan perang

maka bersegeralah bersiap baik dalam keadaan ringan ataupun dalam keadaan

berat sekalipun. Adapun yag dimaksud berat dan ringan ialah, disni Buya Hamka

mengambil beberapa pendapat dari kalangan ulama yaitu sebagai berikut.

Pertama pendapat dari Ibnu Abbas dan Qatadah keduanya berpendapat bahwa

yang dimaksud ringan dan berat disni ialah seseorang memiliki badan yang sangat

lincah sedangkan kedaan ringan ialah seseorang sangat lambat.

Kedua pendapat dari al-Hasan beliau menerangkan bahwa yang dimaksud

dengan Ringan ialah mereka yang masih muda sedangkan Berat mereka yang

sudah tua dan lain sebaginya. Di samping itu Buya Hamka menafsirkan ayat ini

dengan mengutip dari pendapat ahli tafsir lainnya bahwa ayat ini menerangkan

ketika panggilan jihad telah datang maka setiap orang akan masuk di dalam nya

tua dan muda semua harus siap.

Didalam tafsirnya juga Buya Hamka menceritakan bagaimana perjuangan

sahabat Nabi Muhammad SAW yang bernama Ibnu Ummi Makhtum sahabat

Nabi yang buta yang terkenal shahihnya dan menjadi seorang Mu‟azzin

Rasulullah, ketika ada peperangan uhudpun dia ikut berperang bersama Raulullah

walaupun dia dalam keadaan buta.

Bahkan dengan gagah dan berani nya Ibnu Ummi Makhtum meminta

supaya bendera diberikan kepadanya supaya dia yang memegangnya dan

mengibarkannya ketika peperangan berlangsung. Apa kata beliau “ saya adalah

orang yang buta yang tidak dapat melihat sama sekali, maka kepada sayalah

serahkan bendera itu, karena jika pembawa bendera telah jatuh maka akan

kalahlah pasukan umat Muslim dan tentaranya. Tetapi sedangkan aku tidaklah aku

ketahui siapa-siapa yang datang kepadaku dengan pedangnya, oleh sebab itu aku

tidak akan meninggalkan tempatku ini walaupun siapa yang datang

menghampiriku.” Meskipun bendera yang dia minta tidak diberikan kepadanya

malainkan kepada sahabat Nabi yang lainnya yang bernama Mush‟ab bin „Umair,

Page 74: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

61

namun pelajaran yang bisa kita ambil dari beliau ialah semangat yang begitu luar

biasa dari diri nya walaupun keadannya yang dialaminya buta.107

Selain itu Hamka juga menafsirkan ayat ini bahwa makna berjihad itu

tidak semata-mata dengan menggunakan perang pisik tetapi jihad juga dapat

dilakukan dengan harta benda yang di miliki orang muslim. Berjihad dengan harta

ialah menyumbangkan sebagian dari hartanya bagi yang kaya raya sebagaimana

yang dilakukan oleh sahabat Nabi yang bernama Usman bin Affan beliau yang

telah menyumbangkan barang dagangannya dengan seratus ekor unta untuk

diserahkan kepada mujahid Islam.108

Surah At-taubah ayat 81

“Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut perang) itu, merasa gembira

dengan tinggalnya mereka di belakang Rasulullah, dan mereka tidak suka

berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah dan mereka berkata:

"Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini".

Katakanlah: "Api neraka Jahannam itu lebih sangat panas (nya)" jika mereka

mengetahui”.109

Dalam tafsir Ibnu katsir ayat di atas menerangkan bahwa Allah mencela

orang-orang munafik yang tidak mau ikut berjihad dengan harta dan jiwa mereka

di jalan Allah. Mereka juga sangat bergembira dan senang karena tidak ikut

berperang bersama Rasulullah saw. Sampai-sampai merekapun berkata kepada

yang lain “ jangan lah kalian ikut berperang dalam keadaan cuaca yang sangat

pana ini”

107

H. Abdul Malik Adullah Amrullah, Tafsir Al-Azhar, ( Singapura: Pustaka Nasional, 2003)

2976 108Ibid,. 2977 109

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya Special for woman, (Bandung:

Sygma), 200.

Page 75: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

62

Sehingga Allah pun berfirman kepada nabi Muhammad, “katakanlah

wahai Muhammad, bahwa api neraka yang akan menjadi tempat kamu karena

ulah pelanggaranmu, lebih sangat panas dari pada cuaca yang kamu jadikan alasan

dan uzur tidak ikut perang”.110

Buya Hamka menafsirkan ayat ini bahwa mereka bergembira dan senang

karena tidak ikut memikul kewajiban yang telah dipikulkan tuhan kepada meraka,

supaya mereka berperang di bawah pimpinan Rasul. jiwa seprti inilah yang

merusak diri mereka sendiri bergembira dalam hal salah. Di samping itu mereka

juga bergembira karena tidak mengorbankan harta benda mereka untuk jihad di

jalan Allah, bahkan mereka mengajak kepada kelompok yang lain agar mereka

tidak ikut berperang di bawah pimpinan Rasul dengan berkata “ janganlah kamu

pergi berperang di waktu panas”. Mereka berkata dengan memberi alasan bahwa

di padang pasir sangat panas. Tetapi Rasulullah dan para sahabat sanggup pergi

berperang walaupun di pasan terik yang menyengat. Alasan panas yang mereka

berikan adalah salah satu alasan yang hanya timbul dari orang-orang munafik.111

Surah An-nisa ayat 95

“Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang

tidak mempunyai 'uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah

dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang

berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduksatu derajat.

kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan

110

Ibnu Katsir, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 2005), 113. 111

H. Abdul Malik Adullah Amrullah, Tafsir Al-Azhar, ( Singapura: Pustaka Nasional, 2003)

3058

Page 76: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

63

Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang dudukdengan

pahala yang besar”.112

Maksud dari ayat di atas ialah bagi mereka yang tidak bisa ikut berperang

karena ada uzur sehingga mereka tidak dapat ikut berjihad bersama Rasul dan

para sahabat yang yang lain.

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat di atas memberi keringanan dan jalan

keluar bagi orang-orang yang mempunyai uzur yang membolehkan mereka untuk

tidak ikut berjihad, seperti tuna netra, pincang, dan sakit; hingga kedudukan

mereka tetap sama dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta

dan jiwanya. Setelah itu Allah memberitakan perihal keutamaan yang dimiliki

oleh orang-orang yang berjihad, bahwa keutamaan mereka berada di atas orang-

orang yang duduk tidak ikut berperang satu derajat.

C. Ayat Al-Qur’an Yang Berbeda Dalam Penafsiran Keduanya Yang

Berkenaan Dengan Pemasalahan Jihad

Surah At-Taubah ayat 73

“Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap

keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah jahannam dan itu adalah

seburuk-buruknya tempat kembali.”113

Allah SWT menyuruh Rasulnya Nabi Muhammad SAW, berjihad

melawan orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan agar besikap keras

terhadap mereka dan Allah memberitahukan bahwa orang-orang kafir dan

munafik kelak di akhirat akan dimasukkan kedalam neraka Jahannam.114

112

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya Special for woman, (Bandung:

Sygma), 94. 113

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya Special for woman, (Bandung:

Sygma), 198. 114

Ibnu Katsir, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 2005), 100.

Page 77: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

64

Seperti kita ketahui orang-orang kafir dan munafik ialah dua golongan

yang sangat berbahaya tujuan mereka ialah ingin menghancurkan umat Islam,

agar umat Islam mengikuti agama mereka. Di sini penulis ingin menerangkan

sedikit dari pengertian kafir dan munafik dan ciri-ciri mereka. Kafir ialah orang-

orang yang tidak mau sujud kepada Allah dan ingkar kepada apa yang orang

Mukmin dan tidak mempercayai terhadap apa yang Mukmin percayai dan mereka

termasuk orang-orang yang sesat. Kafir juga selalu menyembunyikan kebaikan

dan nikmat yang telah Allah berikan kepada mereka.115

Ciri-ciri orang kafir ialah sebagai berikut:

1. Tidak mau beriman kepada kepada Allah, rasulnya, hari kiamat, hari

pembalasan, dan takdirnya Allah SWT.

2. Tidak mau menyembah kepada Allah, bahkan mereka lebih memilih

menyembah kepada yang tidak bisa memberi manfaat kepadanya.

3. Tidak senang kepada orang-orang yang beriman, dan selalu iri hati

kepadanya khusus nya kepada orang-orang yang beriman yang selalu

mendapat dari Allah SWT.116

Sedangkan orang munafik ialah orang yang mengaku beriman kepada

Allah dan rasul, tetapi iman mereka hanya di mulut saja, di dalam hati mereka

tidak beriman sama sekali kepada Allah dan rasul. Orang-orang munafik lebih

berbahaya dari orang-orang kafir, ketika mereka bertemu dengan orang beriman,

mereka mengaku dirinya beriman kepada Allah dan rasul, tetapi ketika mereka

bertemu sesama nya dan mereka ingkar tidak mengimani Alllah dan rasulnya.

Mereka hanya ingin menipu Allah dan orang-orang mukmin, walapun

sebenarnya perbuatan mereka itu hanya menipu diri mereka sendiri sedangkan

mereka tidak menyadari. Ciri-ciri munafik ialah:

1. Apabila mereka berbicara selalu berdusta.

2. Apabila mereka berjanji selalu mengingkari

115

Azhar, “Analisis Komparatif Konsep Takfir Antara Salaf Dan Khalaf” Jurnal Al-Lubb,

Vol.2, No.1 (2017) 121 116

Irfan Afandi, “Kafir dan Munafik : Politik Identitas Kewargaan di awal Islam (Kajian

Tentang Qs. Al-Baqoroh: 1-20) “ Jurnal Darussalam; Jurnal Pendidikan dan Pemikiran Hukum

Islam, Vol, IX , No 1: 66-85, ( 2017) 69.

Page 78: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

65

3. Dan apabila diberi suatu amanah mereka selalu berkhianat atas amanah

yang diberikan tersebut.117

Dalam ayat ini juga, selain Allah memerintakan untuk berjihad melawan

orang-orang kafir, Allah juga menyeru agar umat Islam berjihad melawan orang-

orang munafik dan bersikap keraslah terhadap keduanya dan janganlah bersikap

lemah lembut terhadapnya serta sedapat mungkin harus menjahui mereka. Orang-

orang munafik mereka tidak hanya terhenti dengan kemunafikannya tetapi mereka

berusaha dan berupaya menarik orang-orang yang beriman untuk ikut kedalam

golongan mereka dengan harapan agar orang-orang beriman bersikap seperti

mereka.118

Muhammad Chizrin di dalam Jurnal nya yang berjudul Jihad dalam Al-

Qura‟an perspektif Modernis dan Fundamentalis mengutip pendapat dari Rasyid

Ridha dan Sayyid Qutb menulis bahwa ayat tersebut memerintahkan kepada Nabi

agar mencurahkan tenaga, jerih payah dan perhatian menghadapi kelompok kafir

dan munafik, sebagaimana mereka memusuhi orang beriman. Orang munafik

diperlakukan seperti muslim, kecuali jika menampakkan kekafiran atau tindak

aniaya terhadap umat Islam melarang muslim menegakkan syiar agama Islam.

Menurut Quthb, Allah menggabungkan orang munafik dengan orang kafir untuk

dihadapi Nabi dengan jihad yang tak tanggung-tanggung. Jika tempo untuk

berlemah-lembut sudah habis, maka tiba saatnya bersikap keras.119

Sedangkan menurut Ibnu Katsir sendiri ayat di atas menjelaskan bahwa

Allah Ta‟ala berfirman seraya memerintahkan Rasul-Nya, Muhammad saw. untuk

berjihad melawan orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap

keraslah terhadap mereka, untuk menjelaskan bagaimana maksud dari bersikap

keras, Ibnu Katsir mengutip dari penafsiran beberapa para sahabat di antaranya

ialah Pendapat dari Ibnu Abbas tentang ayat ini, Allah SWT, memerintahkan

kepada Nabinya untuk memerangi orang-orang kafir dengan menggunakan

117

Ibid., 70. 118

Taqi Misbah Yazdi, Perlukah Jihad? Meluruskan Salah Paham seputar Jihad, ( Jakarta:

Al-Huda, 2006), 144-145. 119

Muhammad Chirzin,”Jihad Dalam Al-Qur‟an Perspektif Modemis Dan Fundamentalis”,

Jurnal Kajian Islam Interdisipliner Vol. 2 No. 1 Januari- Juni (2003), 109.

Page 79: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

66

pedang, sedangkan terhadap orang munafik yaitu dengan menggunakan kata-kata

dan bersikap keras. Sedangkan menurut ad-Daahak, ayat ini menerangkan dan

bermaksud perangilah orang-orang kafir itu dengan menggunakan pedang,

sedangkan dengan orang munafik menggunakan kata-kata dan ini sudah termasuk

jihad terhadap mereka.120

Adapun alasan Ibnu Katsir memaknai jihad dengan perang karena

dilatarbelakangi oleh situasi dan kondisi Islam yang cukup kuat di masa itu dan

masyarkat pada masanya sangat berpegang teguh pada ajaran Al-Qur‟an dan hadis

sehingga peraturan-peraturan yang diterapkan pada masa itu memang aturan yang

benar-benar yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.

Selain masa keemasan, pertengahan terakhir masa Daulah „Abbasiyah

ditandai dengan masa disintegrasi. Harun Nasution mencatat bahwa masa

disintegrasi terjadi pada tahun 1000-1250 M, ditandai dengan pecahnya keutuhan

umat Islam di bidang politik. Demikian juga khilafah sebagai lambang kesatuan

politik umat Islam menjadi hilang hingga Hulagu Khan menghancurkan Baghdad

pada tahun 1258. Kekuasaan khalifah di Baghdad hanyalah boneka saja.

Sementara di beberapa daerah, para sultanlah yang secara real berkuasa. Pada

masa-masa inilah hingga awal abad ke-20, jihad sering digunakan sebagai

panggilan untuk tindakan radikal melawan kekuasaan yang tidak legitimate.

Ibnu Taymiyyah menyerukan kewajiban revolusi melawan penguasa yang

melampaui atau meninggalkan hukum Islam. Karena itu, sejarah mencatat, mulai

dari Bani Almoravid abad ke-11, jihad Sholahuddin melawan kaum Salib pada

abad ke-12 (Perang Salib berlangsung dari tahun 1095-1291 M, pada tanggal 7

Juni 1099 tentara Salib berhasil menguasai Jerussalem, akan tetapi pada 2 Oktober

1189 Shalahuddin al-Ayyubi berhasil merebut kembali Baitul Maqdis. dari tentara

Salib), jihad melawan suku-suku kafir dan penguasa Spanyol, jihad di Kurdistan

melawan penguasa Timurid, dan awal abad ke-16 jihad sebagai kekuatan

antikolonial.121

120

Ibnu Katsir, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir (Surabaya PT Bina Ilmu, 1990), 101. 121

Zakiya Darajat, Jihad Dinamis: Menelusuri Konsep Dan Praktik Jihad Dalam Sejarah

Islam, Ijtihad, Jurnal Wacana Hukum Islam Dan Kemanusiaan Vol. 16, No. 1 (2016), 10-11

Page 80: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

67

Konsepsi jihad yang dipraktikkan umat Islam pada periode klasik dan

periode pertengahan paling tidak menggambarkan beberapa pola hubungan antara

otoritas religio-politik dunia Islam dengan praktik jihad di antaranya ialah.

Pertama, pada masa Islam klasik, khalifah yang merepresentasikan dirinya

sebagai penerus Nabi memiliki satu-satunya otoritas yang sah untuk memimpin

jihad, yang konsepsinya langsung berasal dari Al-Qur‟an dan Hadith Nabi. Perang

ofensif dilakukan melalui jihad melawan para pengganggu kedamaian Islam

seperti kaum bid„ah, mereka yang murtad, dan mereka yang menyimpang. Kedua,

jihad dan otoritas memimpin jihad berasal dari para ahli hukum klasik, tetapi

mengambil bentuk baru dalam perang untuk mengusir tentara Perang Salib.

Tokoh seperti Nuruddin dan Solahuddin al-Ayyubi melakukan perang defensif

dalam jihad yang bertujuan merebut kembali wilayah-wilayah yang sebelumnya

masuk dalam dar al-Islam. Ketiga, konsep jihad yang mengambil bentuk tradisi

ghaza yang dipraktikkan para Sultan „Uthmaniyyah, yaitu jihad ofensif yang

bertujuan untuk memperluas kekuasaan Islam pada ketika ketika itu.

Jihad melawan orang-orang kafir, ialah dilakukan dengan kekuatan

senjata, peperangan dan pertempuran, serta berperang di jalan Allah. Agar mereka

masuk dan memeluk agama Islam dan mengembalikan mereka kepada tujuan

Allah yang menciptakan mereka, kemudian agar mereka sujud dan menyembah

kepada Allah yang telah memeberikan mereka rizki serta nikmat-nikmatnya

kepada mereka. Maka hanya Allah lah yang wajib di sembah dan tidak boleh

memalingkan bentuk ibadah apa pun kepada selain Allah, seperti kepada berhala,

patung, sekutu pepohonan, bebatuan, jin dan lain sebagainya. Inilah tujuan

berjihad melawan orang-orang kafir serta meninggikan kalimat Allah.122

Sedangkan jihad dalam menangani orang munafik ialah bahwa mereka

tidak boleh langsung diperangi dengan menggunakan pedang, kecuali mereka

memberontak. Dalam pendapat ulama yang lain hukum orang-orang munafik ini

sama hal nya dengan orang-orang Mu‟min. Mereka tidak boleh diperang ataupun

122

Abul Asybal Ahmad bin Salim Al-Mishri, Fatwa-fatwa Terlengkap Seputar Terorisme,

Jihad dan Mengkafirkan Muslim (Jakarta:Darul Haq, 2006), 498.

Page 81: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

68

diserang kecuali mereka telah menyatakan kufur dan murtad secara terang-

terangan.

Sedangkan Buya Hamka menafsirkan ayat di atas dengan menghimpun

antara orang-orang kafir dan orang munafik, berkenaan dengan perintah berjihad

dan bersikap keras terhadap keduanya. Karena kedua kelompok ini memiliki

peran untuk mendatangkan ancaman dan bahaya bagi pasukan Islam, adapun misi

dari keduanya ialah ingin sama-sama menghancurkan dan mencerai beraikan umat

Islam dengan cara mereka. Oleh karena itu Allah SWT, menyuruh berjihad dan

bersikap keras terhadap mereka, sekaligus menunjukkan dan membuktikan

keteguhan hati seorang Mu‟min dalam menjalankan perintah Allah, yaitu berjihad

dan berperang melawan orang-orang musyrikin. Peperangan yang berturut itu

yang dilakukan oleh orang Mu‟min ialah sekaligus untuk menyaring mana di

anatara kaum Mu‟min yang benar-benar berjihad karena Allah dan mana di antara

mereka yang masih ragu-ragu dalam berjihad.123

Makna jihad dalam hal ini jangan sampai dipahami dalam artian yang

keliru apalagi sampai bertentangan dengan misi agama Islam sebagai agama

rahmatan lil „alamin. Peperangan/konflik (antar agama khususnya), pembakaran

rumah ibadah, bom bunuh diri yang diklaim sebagai gerakan jihad, tentu

menggambarkan sedikit banyak kecenderungan yaitu ketika jihad dipahami dalam

artian yang bertentangan dengan maknanya yang hakiki.

Selanjutnya Buya Hamka menafsirkan ayat di atas bahwa Allah SWT

memerintahkan Rasul untuk berjihad melawan orang-orang kafir dan munafik,

dalam ayat ini juga dikatakan bahwa kedudukan orang munafik itu sama dengan

orang-orang kafir, karena tingkah laku orang-orang munafik juga ingin menentang

Rasul dari dalam. Sedangkan orang kafir sudah nyata atau nampak mereka ingin

menentang dan melawan Rasul. Maka dari itu hendaklah mereka itu dijihad,

dilawan dan ditangkis tantangan mereka dengan berbagai cara.

Buya Hamka juga menegaskan jihad tidak semata kepada peperangan

yang hanya menimbulkan kepada pertumpahan darah, tetapi arti dari jihad disni

123

H. Abdul Malik Adullah Amrullah, Tafsir Al-Azhar, ( Singapura: Pustaka Nasional, 2003)

2876.

Page 82: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

69

bermakna luas dan perangpun termasuk di dalamnya. Satu di antaranya juga

hendaklah bersikap keras atau gagah terhadap mereka.124

Alasan Buya Hamka dalam menafsirkan jihad dengan usaha sungguh-

sungguh, bekerja keras dalam artian tidak semata kepada peperangan karena Buya

Hamka adalah seorang ulama yang hidup di tengah-tengah menjamurnya berbagai

paham nasional dan keagamaan, serta pernah menyaksikan dan terlibat dalam

gerakan revolusi melawan penjajahan.

beliau juga menyaksikan semangat jihad anak bangsa yang luar biasa baik

saat merebut, mempertahankan, maupun mengisi kemerdekaan. Selain itu, ia juga

pernah mengabdikan dirinya secara formal pada negara sebagai PNS, anggota

parlemen, dan Ketua Majelis dari sisi substansi, pemaknaan Hamka terhadap ayat-

ayat kenegaraan dan jihad memperlihatkan konsistensinya dalam

memperjuangkan Islam di satu sisi namun juga memperlihatkan keterbukaan dan

kelenturannya dengan kondisi sosial yang dihadapinya. Terkait konsep

kenegaraan, ia misalnya, konsisten memandang bahwa relasi agama dan negara

bersifat integral. Baginya persoalan agama tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan

bernegara.

Namun ia juga tidak bersikukuh untuk memaksakan bentuk negara menjadi

negara Islam. Meskipun, sebagai muslim ia menginginkan jika negara Indonesia

berasaskan Islam. Namun, ketika berbenturan dengan kondisi dan masyarakat

menyepakati model negara Pancasila, ia bisa menerima kesepakatan itu sambil

berupaya untuk terus menyempurnakannya. Apalagi baginya, bentuk negara

tidaklah ditentukan secara rinci dalam Al-Qur‟an. Ia bersifat sosiologis sesuai

kadar perkembangan masyarakat. Yang penting negara itu memungkinkan bagi

pelaksanaan syari‟at Islam. Sambil menghargai kesepakatan-kesepakatan yang

ada, ia berupaya melakukan penyempurnaan-penyempurnaan sesuai kadar dan

kemampuan yang dimiliki Ulama Indonesia (MUI). Karenanya, pemaknaannya

terhadap konsep negara dan jihad dalam kehidupan bernegara dan berbangsa perlu

124

Ibid., 3036.

Page 83: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

70

kembali diapresiasi, terutama di tengah menjamurnya pemaknaan yang radikal

belakangan ini.125

Rifa‟at Husnul Ma‟afi mengutip dari kitab tafsir Al-Mishbah karangan

dari Muhammad Quraish Shihab mengatakan bahwa orang kafir dan munafik

harus diperangi karena mereka sering mengotori lingkungan umat Islam dengan

ide-ide dan perbuatan-perbuatan mereka. Dalam penjelesan selanjutnya, Quraish

Shihab juga berpendapat bahwa perang melawan orang kafir dan munafik dalam

ayat di atas ialah bisa menggunakan hati, lisan, harta, dan jiwadan kemampuan

yang dimiliki seseorang.126

Menurut Mambaul Ngadhimah dan Ridhol Huda, di dalam jurnalnya yang

berjudul Konsep Jihad Menurut M. Quraish Shiahab dalam Tafsir Al-Mishbah

Dan Kaitannya Dengan Materi Pendidikan Agama Islam, mengutip pendapat dari

Quraish Shihab menurut Ibnu Mas‟ud jihad yang dilakukan kepada orang kafir

dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu dengan menggunakan tangan atau dengan

jalan perang, menampakkan dengan muka masam dan mendoakan dalam hati.

Tetapi berbeda halnya dengan orang-orang munafik, karena orang-orang munafik

secara lahirya mereka bergaul seakan-akan mereka beriman dan menjadi orang

Islam, sehingga cara yang digunakan dalam meghadapi orang munafik ini dengan

cara berdialog. Kecuali jika mereka melakukan perlawan dan menyerang orang-

orang Mu‟min maka boleh dilawan dengan peperangan pula.127

D. Kontekstualisasi Pemikiran Ibnu Katsir dan Buya Hamka

Jihad Di Masa Sekarang

Jika dilihat dari kontekstualitas jihad di masa ini, sangat dapat dipahami

bahwa jihad sangat diperlukan dan dilaksanakan melihat keadaan situasi dan

kondisi sekarang ini sudah semakin kacau. Pada masa sekarang, pemikiran

125 Sidik, Deradikalisasi Pemaknaan Konsep Negara Dan Jihad Dalam Tafsir Al-Azhar,

Jurnal Analisa , 19 No, 01, (2012), 70-71. 126

Rifa‟at Husnul Ma‟afi, “konsep Jihad dalam Perspektif Islam”, Jurnal Kalimah, II, No. 1,

(2013), 139. 127

Abdul Fattah,”Memaknai Jihad Dalam Al-Qur‟an Dan Tinjauan Historis Penggunaan

Istilah Jihad Dlam Islam”, Jurnal Pendidikan Islam, III, No.1 (2016), 81.

Page 84: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

71

tentang jihad dari kedua tokoh yang dikaji oleh penulis sama-sama baik untuk

diterapkan. Namun ketika pendapat Ibnu Katsir ini di terapkan di zaman sekarang

yakni ketika agama Islam sedang terancam dan diserang oleh orang-orang kafir,

kaum kafir yang memberontak dan teraang-terangan menyerang umat Islam

seperti yang terjadi di Negara saudara orang muslim di Palestina, maka kita selaku

umat Islam wajib memerangi atau melawan kembali orang-orang kafir tersebut

yakni dengan menggunakan senjata, pedang atau dengan menggunakan alat

lainnya.Tetapi ketika orang-orang kafir tidak mengganggu kampung halaman

orang-orang Islam dan tidak menyakitinya maka umat Islam tidak boleh

memerangi mereka,karena agama Islam tidak mengajarkan kekerasan.

Jihad di era modern ini sangatlah luas maknanya sebagaimana telah

dijelaskan oleh Buya Hamka ialah dengan bekerja keras, dalam hal ini yang di

maksud dengan bekerja keras ialah dalam hal yang fositif seperti yang dilakukan

oleh seorang ayah sebagai kepala rumah tangga dalam mencari nafkah demi untuk

menghidupkan keluarganya. Bagi seorang yang pekerja keras, Allah SWT akan

mengganti setiap tetesan keringatnya tak hanya dengan materi di dunia tetapi juga

dengan pahala di akhirat kelak. Islam tidak menganjurkan umatnya untuk

menengadahkan tangan mengharap belas kasih orang lain.Selain itu juga agama

Islam memandang bekerja adalah bagian dari ibadah dan jihad, jika sang pekerja

bersikap konsisten terhadap peraturan Allah SWT, suci niatnya dan tidak

melupakan-Nya. Dengan bekerja, masyarakat bisa melaksanakan tugas

kekhalifahannya, menjaga diri dari maksiat, dan meraih tujuan yang lebih besar.

Kemuadian Buya Hamka menjelaskan arti dari jihad ialah dengan

berusaha sungguh-sungguh seperti yang dilakukan oleh seorang pelajar

bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu untuk mencapai kesuksesan dunia dan

akhirat, selain bermanfaat untuk dirinya sendiri dan bermanfaat juga untuk orang

lain ketika dia mengajarkannya, karena di zaman sekarang ini perlawanan

terhadap Islam yang paling menonjol adalah melalui ilmu atau pemikiran, selain

untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, menuntut ilmu adalah bentuk jihad

rakyat Indonesia dalam melawan kepentingan asing di tanah pertiwi Indonesia.

Page 85: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

72

Kekuasaan asing mengelola SDA di negeri ini mungkin berawal dari lemahnya

pengetahuan dan skill SDM kita yang kurang, maka dengan dengan menuntut

ilmu dengan bersungguh-sungguh menjadi jihad sangat penting untuk dizaman

sekarang ini.

Page 86: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

73

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagai akhir dari berbagai uraian dan pemaparan mengenahi jihad di atas

yang berjudul “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama Klasik dan Kontemporer

(Studi Komparatif Pemikiran Ibnu Katsir dan Buya Hamka)” ada baiknya

disimpulkan secara ringkas agar mudah untuk dipahami dan dicerna oleh setiap

pembaca dengan beberapa kategori.

1. Jihad merupakan suatu kata yang digunakan untuk menunjukan perjuangan

dan usaha sungguh-sungguh dalam mendekatkan diri seorang hamba kepada

sang penciptanya karena jihad merupakan suatu amal ibadah yang sangat

tinggi nilai pahalanya jika dikerjakan dengan tulus dan ikhlas hanya

mengharap ridha Allah. tidak hanya demikian jihad juga dapat diartikan

dengan memerangi musuh-musuh Islam, dengan mencurahkan segala

kemampuan dan tenaga atau berupa kata-kata yang bisa membuat hati musuh

Islam luluh agar mereka memeluk agama Islam..

2. Jihad menurut Ibnu Katsir ialah memerangi orang-orang kafir yakni dengan

menggunakan senjata karena untuk menegakkan agama Allah SWT.

Sedangkan jihad menurut buya hamka ialah bekerja keras, bersungguh-

sungguh, tidak mengenal kelalaian, siang dan malam, petang dan pagi.

Berjihad agar agama ini maju, jalan Allah tegak dengan utuhnya.

3. Jihad di era zaman modern harus benar-benar dilakukan sesuai dengan

tuntunan ajaran agama Islam yang berarti dengan mengubah citra dan pola

pikir umat Islam agar lebih terbuka lagi dalam memahami makna jihad. Jihad

di masa sekarang lebih tepat digunakan dengan konsep jihadnya Buya hamka

mengapa karena Jihad di era modern ini sangatlah luas maknanya

sebagaimana telah dijelaskan di atas tadi jihad ialah dengan bekerja keras,

usaha sungguh-sungguh dan lainnya.

72

Page 87: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

74

B. Rekomendasi

Jihad memang memiliki ganjaran pahala yang berlipat ganda yang Allah

janjikan kepada semua manusia yang berjihad dijalan Allah yang hanya

mengharapkan ridho darinya, tetapi dalam hal ini juga, kita harus berhati-hati

dalam menyikapi ajakan-ajakan ataupun seruan jihad yang menyimpang dari

ajaran agama Islam seperti yang banyak terjadi dizaman sekarang ini. Alih-alih

ingin mengharapkan mati syahid disisi Allah, ternyata mala sebaliknya yang

didapat ialah mati konyol. Sebagai umat Islam siapapun mereka dimanapun

mereka berada wajib mengamalkan perintah jihad, tapi harus sesuai dengan

rambu-rambu ajaran Islam.

Page 88: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

75

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdullah Amrullah, H. Abdul Malik, Tafsir Al-Azhar, Singapura: Pustaka

Nasional, 2003.

Ahmad, Abul Asybal bin Salim Al-Mishri, Fatwa-fatwa Terlengkap Seputar

Terorisme, Jihad dan Mengkafirkan Muslim, Jakarta:Darul Haq, 2006.

Al-Alyani, Ali Bin Nafayyi‟al, Tujuan dan Sasaran Jihad, Jakarta:Gema Insani

Press, 1992.

Al-khin, Musthafa dan musthafa Al-bugha, Konsep Kepemimpinan Dan Jihad

Dalam Islam, Jakarta: Darul Haq, 2014.

Almascaty, Hilmy Bakar, Panduan Jihad, Jakarta: Gema insani Pres, 2001.

Anwar, Rosihon, Ulum Al-Quran, Bandung: Cv Pustaka Setia, 2013.

As-Shalih, Subhi, Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an, Jakarta: Pustaka Pirdaus,

2008.

Azzam, Abdullah, Jihad adab dan Hukumnya, Jakarta: Gema Insani Press, 1991.

Azzam, Abdullah, Perang Jihad Di Jaman Modern, Jakarta:Gema Insani Press.

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya Special for woman,

Bandung: Sygma.

Jamil, Muhammad, Ulum Quran, Jakarta: Restu Ilahi, 2005.

Ja‟farian, Rasul, Sejarah Islam Sejak Wafat Nabi SAW Hingga Runtuhnya

Dinasti Bani Umayyah, Jakarta: PT. Lentera Basritama, 2004.

Katsir, Ibnu, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir, Surabaya PT Bina Ilmu, 1990.

Ma‟arif, Ahmad Syafi‟i, Islam dan Masalah Kenegaraan, Jakarta: LP3ES, 1985.

Muhammad, Syeihk bin Muhammad Abu Syubah, Studi Al-Qur‟an Al-Karim

Bandung: CV Putaka Setia, 2002.

Shihab, M.Quraish, Kaidah tafsir, Tanggerang: Lentera Hati, 2013.

Shihab, M.Quraish, Wawasan Al-Qur‟an, jakarta: PT Mizan Pustaka, 2007.

Syakir, Ali, Jihad Masa Kini, Jakarta:Darul Qutubi Islam, 2005.

Umairah, Abdurrahman, Tokoh-tokoh yang diabadikan Al-Qur‟an, Jakarta: Gema

Insani Press, 2002.

Yazdi, Mishbah, Perlukah Jihad, Jakarta: Al-Huda, 2006.

Page 89: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

76

Yazdi, Taqi Misbah, Perlukah Jihad? Meluruskan Salah Paham seputar Jihad,

Jakarta: Al-Huda, 2006.

Jurnal

Afandi, Irfan, “Kafir dan Munafik : Politik Identitas Kewargaan di awal Islam

(Kajian Tentang Qs. Al-Baqoroh: 1-20) “ Jurnal Darussalam; Jurnal

Pendidikan aan Pemikiran Hukum Islam, Vol, IX , No 1: 66-85, 2017.

Al Hamat, Anung, Endin Mujahidin1, Abas Mansur Tamam1, Didin

Hafidhuddin2, “Pendidikan Jihad Menurut Imam Bukhari (Studi Naskah

Hadits-Hadits Kitab Al Jihad Dalam Shahih Bukhari), Ta‟dibuna, Vol. 5,

No. 2, Oct, 2016.

Alviyah, Avif, “Metode Penafsiran Buya Hamka Dalam Tafsir Al-Azhar”, Ilmu

Ushuluddin, Vol. 15, No. 1, 2016.

Arbain, Armini, “Pemikiran Hamka Dalam Novel-Novelnya: Sebuah Kajian

Sosiologis”, Jurnal Puitika Volume 13 No. 2, September, 2017.

Asmara, Musda, “Reinterpretasi Makna Jihad Dan Teroris”, Jurnal Hukum Islam,

l, No.1, 2016.

Azhar, “Analisis Komparatif Konsep Takfir Antara Salaf Dan Khalaf” Jurnal Al-

Lubb, Vol.2, No.1, 2017.

Chirzin, Muhammad, “Jihad Dalam Al-quran Perspektif Modemis Dan

Fundamentalis”, Jurnal Kajiari Islam Interdisipliner, Vol. 2 No. 1 Januari-

Juni, 2003.

Cholil, Moh., “ Relevansi pemikiran Tafsir Jihad M.Quraish Shihab dalam Tafsir

Al-misbah”, Jurnal Studi Keislaman, 1, No. 2, 2015.

Darajat, Zakiya, “Jihad dinamis: menelusuri konsepdan praktik jihad dalam

sejarah Islam “,Jurnal Wacana Hukum Islam dan Kemanusiaan, Volume

16, No. 1, Juni, 2016.

Fattah, Abdul, “Memaknai Jihad Dalam Al-Qur‟an Dan Tinjauan Historis

Penggunaan Istilah Jihad Dalam Islam”, Jurnal Pendidikan Agama Islam,

Vol, 03 No. 01, 2016.

Fatwa, Ach. Fajruddin, “Islam Dan Doktrin Militerisme”, Jurnal Pemikiran Islam,

Volume 22, Nomor 1, April, 2012.

Page 90: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

77

Firman, “Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural Dalam Al Qur‟an (Kajian terhadap

Tafsir Al-Azhar Karya Buya Hamka), Jurnal Syamil, 4 No.2, 2016.

Hidayat, Usep Taufik, “Tafsir Al-Azhar : Menyelami Kedalaman Tasawuf

Hamka”, Al-Turāṡ: Vol. Xxi, No. 1, Januari, 2015.

Ibrahim, Rustam, “Jihad Dalam Literatur Pesantren Salaf”, Teologia, Volume 23,

Nomor 1, Januari, 2012.

Irawan, Deni, “Kontroversi Makna Dan Konsep Jihad Dalam Alquran Tentang

Menciptakan Perdamaian”, Religi, Vol. X, No. 1, Januari, 2014.

Julkarnain, Muhammad, “ Resulusi Jihad Muslim Nusantara Abad XVIII:

Interpretasi Jihad „Abd Al-Shamad Al-Falimbani, Tajdid, Vol. XV, No. 1,

Januari – Juni, 2016.

Kahfi, Agus Sofyandi, “Informasi dalam Perspektif Islam”, Jurnal Mediator, VII,

II, 2006.

Khotib, A. Baijuri, “Corak Penafsiran Al-Qur‟an (Periode Klasik – Modern)”,

Hikamuna I Edisi 1 Vol. 1. No.1. Tahun 2016.

Kurniawan, Syamsul, “Pendidikan Islam Dan Jihad”, XXVIII No. 3, 2013.

Ma‟afi, Rifa‟at Husnul, “konsep Jihad dalam Perspektif Islam”, Jurnal Kalimah,

II, No. 1, 2013.

Mansur, “Perspektif Ham Dalam Fiqh Al-Jihad”, Jurnal Agama dan Hak Azazi

Manusia, Vol. 4, No. 1, November 2014.

Muchtar, Rusdi, “Peran Jihad Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Kebangsaan”,

Jurnal Multikultural & Multireligius, Vol. VIII No. 32 Oktober – Desember

2009.

Mulizar ” Pengaruh Makanan Dalam Kehidupan Manusia (Studi Terhadap Tafsir

Al-Azhar)”, Jurnal At-Tibyan Vol. I No.1 Januari–Juni, 2016.

Muttaqin, Ahmad, “Pemimpin Non Muslim Dalam Pandangan Hamka (Kajian

Tafsir Al-Azhar), Al-Dzikra Vol.Xi No. 1 Januari-Juni, 2017.

Ngadhimah, Mambaul dan Ridhol Huda, “Konsep Jihad Menurut M. Quraish

Shiahab Dalam Tafsir Al-Mishbah Dan Kaitannya Dengan Materi

Pendidikan Agama Islam”, Jurnal Cendekia, 13, No.2, 2015.

Page 91: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

78

Nizar, M.Coirun dan Muhammad Aziz, “Kontekstualisasi Jihad Persepektif

Keindonesia”, Ulul Albab, XVI, No. 2015.

Nurdin, ”Analisi Penerapan Metode Bi Alma‟sur Dalam Tafsir Ibnu Katsir

Terhadap Penafsiran Ayat-Ayat Hukum” Jurnal Ilmu Syari‟ah Dan Hukum,

Vol. 47. No 1, 2013.

Nur, Achmad, “Agama Populer Potret Gerakan Fpi Dalam Tatapan Budaya”,

Jurnal al-„Adâlah, Volume 16 Nomor 2 November 2013.

Nur, Ma'mun Efendi, “Hukum Jihad Dan Terorisme Perspektif Al-Qur‟an”,

Maslahah,I, No.I, 2010.

Ritaudin, Sidi, “Ideologi Mati Syahid Bendera Pembenaran Melakukan Teror

Kekerasan Politik M”, Jurnal Tapis Vol.8 No.2 Juli-Desember, 2012.

Rusli, Ris‟an “Agama dan Manusia dalam Pendidikan Hamka Studi Falsafat

Agama”, Jurnal Intizar, Vol. 20, No. 2, 2014.

Saidurrahman, “Fiqh Jihad Dan Terorisme Perspektif Tokoh Ormas Islam

Sumatera Utara”, Jurnal Ilmu Syari‟ah Dan Hukum, l. 46 No. I, 2012.

Salim, Agus, “Jihad dalam Persepektif Al-Quran”, Jurnal Ushuluddin, XX, No.

2, 2013.

Sihabuddin, Amin, “Konsep Dakwah Dan Jihad Sulthan Mahmud Badaruddin II”,

Jurnal Wardah: Vol. 17 No. 1, 2016.

Sutiyono, Agus, “Jihad Kontemporer di Indonesia (Solusi Alternatif dalam

Membangun Bangsa)”,Jurnal Ibda` . Vol. 3 No. 1, 2005.

Syakirin Al Hazmi, Muqtashidin Fahrusy, “Hukum Non Muslim Sebagai

Pemimpin Muslimin Ditinjau Dari Perspektif Tafsir Ibnu Katsir”, Tapis,

Vol. 01, No. 02 Juli – Desember, 2017.

Ulfa, Novi Maria, Dwi Istiyani, “Etika Dalam Kehidupan Modern: Studi

Pemikiran Sufistik Hamka”, Esoterik: Jurnal Akhlak Dan Tasawuf, Volume

2 Nomor 1, 2016.

Umar, Ratnah, “Tafsir Al-Azhar Karya Hamka (Metode Dan Corak

Penafsirannya)”, Jurnal Al-Asas, Vol. Iii, No. 1, 2015.

Qudsy, Saifuddin Zuhri Dan Mamat S. Burhanuddin, “Penggunaan Hadis-Hadis

Poligami Dalam Tafsir Ibnu Katsir” Musâwa, Vol. 15 No. 2 Juli, 2016.

Page 92: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

79

Yaqin, Ainol, “Rekontruksi Dan Reorientasi Jihad Di Era Kontemporer; Kajian

Tematik Atas Ayat-Ayat Jihad”, Okara Journal of Languages and Literature,

Vol. 1, 2016.

Yusuf, Muhammad, “Pintu-Pintu Menuju Tuhan Telaah Pemikiran Hamka”,

Teologia, Vol 25, Nomor 2, Juli-Desember, 2014.

Zuhdi, Muhammad Harfin, “Fundamentalisme Dan Upaya Deradikalisasi

Pemahaman Al-Qur‟an Dan Hadis”, Jurnal Religia , 13, No. 1, April 2010.

Internet

http://bio.or.id/biografi-buya-hamka/

https://ibnkasir.blogspot.com/2016/10/biografi-ibnu-katsir.htm

Page 93: Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar …repository.uinjambi.ac.id/855/1/UT140208 Ridwan Ilmu Al... · 2020. 2. 5. · i “Konsep Jihad Dalam Perspektif Ulama

80

CURRICULUM VITAE

A. Informasi Diri

Nama : Ridwan

Tempat dan Tanggal Lahir : Mersam 05-15-1993

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : Kasang rt 02 kec Jambi Timur

Email : [email protected]

No Hp : 081271609110

B. Riwayat Pendidikan

Ridwan memperoleh Ijazah S1 dari Kampus Biru UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi

pada Tahun 2018, Pernah menimbah Ilmu di Madrasah Saadatuddarein.

C. Pengalaman Organisasi dan Kerja

Ridwan mempunyai sejumlah pengalaman organisasi, sebagai COSMA Tafsir Hadis dari

semester dua sampai tujuh. Sedangkan pengalaman kerja yaitu : Pernah menjadi pengajar

private ilmu agama, dan Pernah menjadi guru Tahfiz di Yayasan Jelutung.