Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat...

115
PENGARUH KEMATANGAN EMOSI DAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP ALTRUISME PADA MAHASISWA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Disusun Oleh SAFIRA AINUN ZAHRA 207070000738 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014/1435H

Transcript of Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat...

Page 1: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

PENGARUH KEMATANGAN EMOSI DAN POLA ASUH ORANG

TUA TERHADAP ALTRUISME PADA MAHASISWA UIN

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi

Disusun Oleh

SAFIRA AINUN ZAHRA

207070000738

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014/1435H

Page 2: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.
Page 3: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.
Page 4: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.
Page 5: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

iv

MOTTO

“Dan tolong menolonglah kalian dalam mengerjakan

kebaikan dan taqwa. Dan jangan tolong menolong

dalam perbuatan dosa dan pelanggaran dan

bertaqwalah kalian kepada Allah amat berat siksaan-

Nya.” (QS. Al-Maidah ayat 2)

“Kebaikan yang engkau lakukan hari ini, mungkin

saja besok sudah dilupakan orang, tetapi

bagaimanapun tetap berbuat baiklah” (Penulis)

Karya sederhana ini kupersembahkan untuk kedua orang tuaku tercinta, kakak-kakak dan adikku, serta sahabat-

sahabat terbaikku. Kalian penyemangat ku. Safira Ainun Zahra

Page 6: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

v

ABSTRAK

(A) Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(B) 20 Agustus 2014

(C) Safira Ainun Zahra (D) xii + 101 Halaman + Lampiran

(E) Pengaruh Kematangan Emosi dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Altruisme Pada

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(F) Altruisme adalah kepedulian yang tidak mementingkan diri sendiri melainkan

demi kebaikan orang lain. Namun seiring dengan kemajuan teknologi dan

komunikasi pada saat ini semakin banyak individu yang mementingkan dirinya

sendiri dan berkurangnya rasa tolong menolong antar sesama, terutama pada

mahasiswa. Penulis berhipotesis bahwa variable kematangan emosi (kemandirian,

kemampuan menerima kenyataan, kemampuan beradaptasi dan kemampuan

menguasai amarah) dan pola asuh orang tua (otoriter, otoritatif dan permisif) serta

variable jenis kelamin mempengaruhi perilaku altruisme pada mahasiswa UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kematangan emosi dan pola

asuh orang tua terhadap altruisme pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan melibatkan

250 responden mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Self-Report Altruism Scale (SRA) untuk

mengukur altruisme. Skala kematangan emosi yang dibuat sendiri oleh peneliti

berdasarkan karakteristik kematangan emosi menurut Smitson. Dan Parental

Authority Questioner (PAQ) untuk mengukur pola asuh orang tua. pengukuran

validitas skala penelitian ini menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA).

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik

analisis regresi berganda dengan penghitungan yang dibantu menggunakan

software SPSS versi 18.

Berdasarkan hasil perhitungan regresi berganda didapatkan R square sebesar

0.072. Hal ini berarti 7,2% variabel altruisme dapat dijelaskan oleh 8 variabel

yaitu kematangan emosi (kemandirian, mampu menerima kenyataan, mampu

beradaptasi dan mampu menguasai amarah) dan pola asuh orang tua (otoriter,

otoritatif dan permisif) dan jenis kelamin dengan indeks signifikansi sebesar 0.011

(p < 0.05), yang berarti hipotesis utama penelitian (Ho) yang menyatakan ada

pengaruh kematangan emosi dan pola asuh orang tua terhadap altruisme pada

mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dapat diterima. Terdapat tiga

independen variabel yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap altruisme

yaitu variabel kemampuan beradaptasi, kemampuan menguasai amarah, dan pola

asuh otoriter-permisif.

(G) Daftar bacaan : 20 bacaan + 14 jurnal + 5 artikel + 3 skripsi.

Page 7: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

vi

KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr. Wb

Syukur alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah swt atas segala rahmat,

hidayah, dan kekuatan yang telah diberikan, sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kematangan Emosi dan Pola

Asuh Orang Tua Terhadap Altruisme Pada Mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta”. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada

Nabi Muhammad SAW, atas segala perjuangannya sehingga kita dapat

merasakan indahnya hidup di bawah naungan Islam. Terwujudnya skripsi ini

tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam

kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag., M.Si sebagai Dekan Fakultas Psikologi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menjadi dekan inspiratif.

2. Dosen Pembimbing I, Bambang Suryadi,Ph.D dan Dosen Pembimbing II

Ilmi Amalia, M.Psi, Psi atas seluruh nasehat, masukan, motivasi, inspirasi,

serta saran dan kritik yang membangun sehingga penulis mampu

menyelesaikan skripsi ini.

3. Terima kasih untuk kak Puti Febrayosi, M.Si selaku Mentor Psikometri

yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya dengan kesabaran dan

keikhlasan. Semoga ilmu yang telah diberikan kepada penulis menjadi

ilmu yang tayyiban lagi barokah.

4. Untuk seluruh dosen Fakultas Psikologi yang tidak dapat disebutkan satu

persatu, terima kasih atas seluruh ilmu pengetahuan yang telah diberikan.

5. Seluruh staff akademik Fakultas Psikologi UIN Syarif hidayatullah

Jakarta yang telah banyak membantu peneliti dalam menjalani perkuliahan

dan menyelesaikan skripsi.

6. Para responden yaitu Mahasiswa/i UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

bersedia meluangkan waktu dan tenaganya dalam proses pengambilan

data.

7. Kedua orangtua penulis A. Malik MTT, M.Si dan Yunia Elvira, S.H terima

Page 8: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

vii

kasih banyak untuk setiap doa, dorongan, cinta dan kasih sayang yang tulus

kepada penulis.

8. Saudara-saudari penulis Destaria Himmawati, S.Kom, M. Ilmi Rizki

Tuanaya, S.Psi, M. Zufar Ramadhani terima kasih atas segala dukungan

kepada penulis.

9. Sahabat-sahabat terbaikku, Shinta, Uthe, Dyni, Mala, Maya, Lisa terima

kasih karena selalu ada dalam susah senangku, dan atas doa, semangat serta

bantuan yang tak pernah berhenti diberikan kepada penulis. Teman

seperjuangan skripsiku, Yashinta, Yono, Diky, Tirta, Milcham dan teman-

teman ekstensi 2007 terima kasih atas dukungannya selama ini kepada

penulis.

10. Kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih.

Semoga Allah memberikan pahala yang tak henti-hentinya, sebagai balasan atas

segala kebaikan dan bantuan yang di berikan. Harapan penulis, semoga skripsi ini

memberi manfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi seluruh pihak yang

terkait.

Jakarta, 20 Agustus 2014

Penulis

Page 9: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii

SURAT PERNYATAAN .............................................................................................. iv

MOTTO ................................................................................................................... v

ABSTRAK .............................................................................................................. vi

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .................................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xii

BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah .............................................. 7

1.2.1. Pembatasan Masalah ............................................................. 7

1.2.1. Perumusan Masalah................................................................. 8

1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 9

1.3.1 Tujuan Penelitian .................................................................... 9

1.3.2 Manfaat Penelitian .................................................................. 10

1.4.Sistematika Penulisan ........................................................................ 10

BAB 2. KAJIAN PUSTAKA............................................................................. 12

2.1. Altruisme.......................................................................................... 12

2.1.1. Pengertian Altruisme ............................................................. 12

2.1.2. Teori Altruisme ..................................................................... 13

2.1.3. Karakteristik Altruisme ......................................................... 14

2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Altruisme ...................... 17

2.1.5. Aspek Jenis Kelamin ............................................................. 19

2.1.6. Pengukuran Altruisme ........................................................... 20

2.2. Kematangan Emosi.......................................................................... 20

2.2.1. Pengertian Kematangan Emosi ............................................. 20

2.2.2. Aspek-aspek Kematangan Emosi .......................................... 21

2.2.3. Karakteristik Kematangan Emosi .......................................... 24

2.2.4. Faktor-faktor Kematangan Emosi ......................................... 27

2.2.5. Hubungan kematangan emosi dengan altruisme ................... 28

2.2.6. Pengukuran Kematangan Emosi ........................................... 29

2.3. Pola Asuh Orang Tua ...................................................................... 31

2.3.1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua .......................................... 31

2.3.2. Jenis-jenis Pola Asuh Orang Tua .......................................... 32

2.3.3. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Altruisme ............. 36

2.3.4. Pengukuran Pola Asuh Orang Tua ........................................ 37

2.4. Kerangka Berpikir ........................................................................... 38

2.5. Hipotesis Penelitian ......................................................................... 42

Page 10: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

ix

BAB 3. METODE PENELITIAN .................................................................... 44

3.1. Populasi dan Sampel ....................................................................... 44

3.2. Variabel Penelitian .......................................................................... 45

3.3. Definisi Operasional ........................................................................ 45

3.4. Pengumpulan Data .......................................................................... 47

3.4.1. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 47

3.4.2. Instrumen Pengumpulan Data ............................................... 47

3.4.2.1. Skala Altruisme ......................................................... 48

3.4.2.2. Skala Kematangan Emosi ......................................... 49

3.4.2.3. Skala Pola Asuh Orang Tua ...................................... 50

3.5. Uji Validitas Instrumen ................................................................... 51

3.5.1. Uji Validitas Konstruk Altruisme ......................................... 54

3.5.2. Uji Validitas Konstruk Kematangan Emosi .......................... 57

3.5.2.1. Kemandirian .............................................................. 57

3.5.2.2. Kemampuan Menerima Kenyataan .......................... 59

3.5.2.3. Kemampuan Beradaptasi .......................................... 61

3.5.2.4. Kemampuan Menguasai Amarah .............................. 62

3.5.3. Uji Validitas Konstruk Pola Asuh Orang Tua ....................... 64

3.5.3.1. Otoriter ...................................................................... 64

3.5.3.2. Otoritatif .................................................................... 66

3.5.3.3. Permisif ..................................................................... 68

3.6. Teknik Analisis Data ....................................................................... 70

3.7. Prosedur Penelitian ......................................................................... 73

BAB 4. HASIL PENELITIAN .......................................................................... 74

4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian ............................................... 74

4.2. Kategorisasi Deskripsi Variabel .......................................................... 74

4.2.1. Kategorisasi Skor Altruisme ..................................................... 76

4.2.2. Kategorisasi Skor Kematangan Emosi .................................. 76

4.2.2.1. Kemandirian .............................................................. 76

4.2.2.2. Kemampuan Menerima Kenyataan ......................... 77

4.2.2.3. Kemampuan Beradaptasi .......................................... 78

4.2.2.4. Kemampuan Menguasai Amarah .............................. 78

4.2.3. Ketegorisasi Skor Pola Asuh Orang Tua ............................... 79

4.4. Uji Hipotesis Penelitian ................................................................... 79

4.4.1. Analisis Regresi Variabel Penelitian ..................................... 79

4.3.2 Pengujian Varians masing-masing Independen Variabel ....... 84

BAB 5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ......................................... 87

5.1. Kesimpulan .................................................................................. 87

5.2. Diskusi ......................................................................................... 88

5.3. Saran............................................................................................. 92

5.3.1. Saran Teoritis ...................................................................... 93

5.3.2. Saran Praktis ....................................................................... 93

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 94

LAMPIRAN ........................................................................................................ 98

Page 11: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

x

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Tabel Tabel Bobot Nilai ...................................................................... 48

Tabel 3.2. Tabel Blue Print Skala Altruisme ........................................................ 50

Tabel 3.3. Tabel Blue Print Skala Kematangan Emosi ....................................... 51

Tabel 3.4. Tabel Blue Print Skala Pola Asuh Orang Tua .................................... 52

Tabel 3.5. Tabel Muatan Item Altruisme ............................................................. 58

Tabel 3.6. Tabel Muatan Item Kemandirian......................................................... 60

Tabel 3.7. Tabel Muatan Item Kemampuan Menerima Kenyataan ..................... 62

Tabel 3.8. Tabel Muatan Item Kemampuan Beradaptasi ..................................... 64

Tabel 3.9. Tabel Muatan Item Kemampuan Menguasai Amarah......................... 66

Tabel 3.10. Tabel Muatan Item Otoriter ............................................................ 68

Tabel 3.11. Tabel Muatan Item Otoritatif ............................................................ 70

Tabel 3.12. Tabel Muatan Item Permisif .............................................................. 72

Tabel 4.1. Tabel Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ............. 77

Tabel 4.2. Tabel Deskripsi Statistik Variabel Penelitian ...................................... 78

Tabel 4.3. Tabel Norma Skor ............................................................................... 79

Tabel 4.4. Tabel Kategorisasi Skor Altruisme ..................................................... 79

Tabel 4.5. Tabel Kategorisasi Skor Kemandirian................................................. 80

Tabel 4.6. Tabel Kategorisasi Skor Kemampuan Menerima Kenyataan ............. 80

Tabel 4.7. Tabel Kategorisasi Skor Kemampuan Beradaptasi ............................. 81

Tabel 4.8. Tabel Kategorisasi Skor Kemampuan Menguasai Amarah................. 81

Tabel 4.9. Tabel Kategorisasi Skor Pola Asuh Orang Tua ................................... 82

Tabel 4.10. Tabel R-Square .................................................................................. 83

Tabel 4.11. Tabel Anova ...................................................................................... 83

Tabel 4.12. Tabel Koefisien Regresi .................................................................... 84

Tabel 4.13. Tabel Proporsi Varian Masing-Masing Independent Variable ......... 88

Page 12: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ................................................................. 42

Gambar 3.1 Path Diagram Altruisme ................................................................... 57

Gambar 3.2 Path Diagram Kemandirian .............................................................. 60

Gambar 3.3 Path Diagram Kemampuan Menerima Kenyataan ........................... 62

Gambar 3.4 Path Diagram Kemampuan Beradaptasi ........................................... 64

Gambar 3.5 Path Diagram Kemampuan Menguasai Amarah .............................. 65

Gambar 3.6 Path Diagram Otoriter....................................................................... 67

Gambar 3.5 Path Diagram Otoritatif ................................................................... 69

Gambar 3.5 Path Diagram Permisif ...................................................................... 71

Page 13: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

1

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian,

serta sistematika penulisan skripsi.

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri.

Artinya manusia membutuhkan bantuan orang lain dalam segala aspek

kehidupannya. Sebagai makhluk sosial, manusia dididik untuk mematuhi

serangkaian peraturan dan norma dalam menjalani hidupnya. Salah satu hal yang

selalu diajarkan sejak kecil kepada kebanyakan orang adalah kebiasaan untuk

menolong orang lain. Perilaku menolong orang lain tersebut biasa disebut perilaku

“altruisme”.

Menurut Sears (1994), perilaku altruisme adalah tindakan sukarela yang

dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk menolong orang lain

tanpa mengharapkan imbalan apapun (kecuali perasaan telah melakukan

kebaikan).

Dapat dilihat tingkah laku altruisme terhitung cukup banyak seperti

bekerja keras, menjual kue, mengadakan konser mengumpulkan uang yang

bertujuan untuk disumbangkan kepada orang-orang kelaparan dan menolong

anak-anak yang menderita keterbelakangan mental dan ada pula remaja yang

mengambil dan merawat kucing yang terluka (Santrock, 2007).

Page 14: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

2

Perilaku altruisme juga sering kali kita temukan di kalangan remaja. Ada

beberapa fenomena yang terjadi di Indonesia seperti yang diberitakan pada Suara

Harian Merdeka yaitu aksi heroik tiga bocah yang telah menggagalkan upaya

pemerkosaan terhadap anak di hutan Tapos, Bogor (Suara Merdeka.com, 2013).

Fenomena lain masalah perilaku altruisme adalah penggalangan dana untuk

korban bencana banjir bandang di Wasior, Papua Barat. Ratusan siswa SMAN 6

Madiun, Jawa Timur, menggalang dana atas kejadian bencana tersebut (Antara,

2010)

Namun seiring dengan kemajuan teknologi dan komunikasi pada saat ini

semakin banyak individu mementingkan dirinya sendiri dan berkurangnya rasa

tolong menolong antar sesama. Semakin berkembangnya aktivitas pada setiap

orang, maka akan semakin sibuk dengan urusannya sendiri, yang memunculkan

sifat atau sikap individualisme yang menjadi ciri manusia modern.

Adanya sikap individualistik juga berakibat pada semakin tingginya

pertimbangan untung rugi dalam setiap perbuatan yang akan dilakukan, termasuk

juga perilaku menolong orang lain (Linch & Cohen dalam Sears, 1994), Jika

individu cenderung berpikir demi kepentingan sendiri tanpa memperdulikan

kepentingan orang lain (individualistik), maka hal itu akan mendorong munculnya

perilaku tidak peduli terhadap orang lain, baik dalam keadaan senang atau susah

bahkan dalam situasi kritis sekalipun. Akibatnya seseorang lebih memilih apatis,

pasif atau pura-pura tidak tahu ketika menjumpai situasi yang membutuhkan

pertolongan sebagai reaksi yang dilakukan agar terbebas dari resiko dan tanggung

jawab jika menolong dengan segera.

Page 15: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

3

Fenomena semakin berkurangnya perilaku altruisme terjadi pada kakak

beradik yang yang tewas dalam kecelakaan kendaraan di Trase Kering Kanal

Banjir Timur (KBT), Cakung Utara, Jakarta Timur yang menjadi tontonan warga.

Jasad dibiarkan tergeletak di lokasi kejadian hingga tiga jam (Kuwado, 2012).

Fenomena berkurangnya perilaku altruisme juga terjadi di negara lain,

misalnya di New Delhi, dimana mahasiswi india berusia 23 tahun tewas dirumah

sakit dua minggu setelah diperkosa di sebuah bis di New Delhi. Orang-orang yang

berjalan membiarkan mahasiswi india yang diperkosa tanpa busana dan berdarah-

darah di jalan sampai sekita satu jam (Radio Australia, 2013). Fenomena yang lain

terjadi di Negeri Tirai Bambu China, dimana Yueyue gadis berusia 2 tahun

ditabrak mobil dari arah berlawanan. Pengemudi yang menabraknya kabur dan 18

orang yang melintasi Yueyue lewat begitu saja dan hanya ada seorang wanita tua

yang menolongnya. Yueyue dirawat intensif di rumah sakit, tetapi akhirnya

meninggal dunia (Zonacoppaser, 2011)

Dapat dilihat dari fenomena-fenomena di atas menunjukkan melemahnya

perilaku altuisme dalam kehidupan masyarakat. Perilaku altruisme diharapkan ada

pada setiap diri remaja yang merupakan generasi penerus bangsa. Pada usia

remaja ini diharapkan seseorang mampu mengembangkan pribadinya sesuai

dengan nilai etika dan moral dalam bentuk perilaku altruisme. Perilaku altruisme

adalah perilaku yang menguntungkan orang lain dan memberi manfaat bagi orang

orang yang ditolong. Perilaku altruisme mengacu pada tindakan sukarela yang

dilakukan untuk kepentingan orang lain seperti berbagi, menyumbang, merawat,

menghibur dan membantu (Batson dalam Caprara et.al., 2011).

Page 16: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

4

Secara rinci perilaku altruisme ditentukan oleh beberapa faktor, kita harus

melihat berbagai faktor yang dapat diasumsikan memberi pengaruh terhadap

munculnya perilaku altruisme. Diantara faktor yang mempengaruhi altruisme

dalam Sears (1994) adalah faktor perasaan dalam diri seseorang (emosi).

Penelitian yang berkaitan dengan altruisme antara lain penelitian dari Hoffman

membuktikan bahwa empati meningkatkan perilaku menolong orang lain (Sears,

1994). Enright and Educational Psychology Study Group (1989), telah melakukan

penelitian mengenai altruisme dan ditemukan bahwa kondisi yang melibatkan

altruisme adalah empati atau simpati terhadap orang lain yang membutuhkan, atau

adanya hubungan yang dekat antara si pemberi dan si penerima (Santrock, 2007).

Lebih lanjut mengenai kemampuan mengelola emosi, menurut Hurlock

(1990), individu yang dikatakan matang emosinya yaitu dapat melakukan kontrol

diri yang bisa diterima secara sosial. Individu yang emosinya matang mampu

mengontrol ekspresi emosi yang tidak dapat diterima secara sosial atau

membebaskan diri dari energi fisik dan mental yang tertahan dengan cara yang

dapat diterima secara sosial.

Smitson (dalam Katkovsky & Gorlow, 1976) mengatakan, kematangan

emosi adalah suatu proses dimana kepribadian secara terus menerus berusaha

mencapai keadaan emosi yang sehat baik secara intrafisik maupun secara

interpersonal. Kematangan emosi memiliki beberapa karakteristik. karakteristik

kematangan emosi menurut Smitson (dalam Katkovsky & Gorlow, 1976) terbagi

menjadi tujuh karakteristik yaitu: kemandirian, mampu menerima kenyataan,

Page 17: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

5

mampu beradaptasi, mampu merespon dengan tepat, kapasitas untuk seimbang,

mampu berempati, dan mampu menguasai amarah.

Kematangan emosi bagi mahasiswa merupakan unsur yang penting karena

individu yang emosinya matang mampu mengontrol ekspresi emosinya yang tidak

dapat diterima secara sosial atau membebaskan diri dari energi fisik dan mental

yang tertahan dengan cara yang dapat diterima secara sosial. Adapun dukungan

emosi yang matang berpengaruh dalam sosialisasi dengan orang lain yang

ditunjukkan dengan adanya perilaku menerima dan mengerti orang lain atau

kelompok lain.

Perkembangan perilaku menolong dipengaruhi oleh banyak faktor selain

empati. Salah satunya adalah faktor keluarga. Pola asuh orang tua memiliki

pengaruh yang amat besar dalam membentuk kepribadian anak yang tangguh

sehingga anak berkembang menjadi pribadi yang percaya diri, berinisiatif,

berambisi, beremosi stabil, bertanggung jawab, mampu menjalin hubungan

interpersonal yang positif, dan berprilaku altruisme. Sedangkan pola asuh yang

menerapkan disiplin dan sistem hukuman yang berlebihan, yang tidak berusaha

berkomunikasi, memberikan penjelasan, pengertian, dan menerapkan peraturan-

peraturan yang konsisten, dan yang secara keterlaluan memarahi anak-anak

cenderung menghalangi perkembangan perilaku prososial anak (Hastings, Zahn-

Waxler, Robinson, Usher & Bridge, 2000).

Tingkah laku sosial (altruisme) sebagai bentuk tingkah laku yang

menguntungkan orang lain tidak terlepas dari peranan pola asuh di dalam

keluarga. Pola asuh yang bersifar otoritatif secara signifikan memfasilitasi adanya

Page 18: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

6

kecenderungan anak untuk tumbuh menjadi seorang yang mau menolong, yaitu

melalui peran orang tua dalam menetapkan standar-standar ataupun contoh-contoh

tingkah laku menolong (Bern dalam Sarlito, 2009)

Pola asuh orang tua yang otoritatif juga turut mendukung terbentuknya

internal locus of control yang merupakan salah satu sifat dari kepribadian

altruistik (Baron, Byrne, & Branscombe dalam Sarlito 2009), yaitu orang yang

suka menolong memiliki locus of control internal lebih tinggi dibandingkan

dengan orang yang tidak suka menolong.

Selain faktor di atas peneliti juga ingin mengetahui apakah jenis kelamin

(demografi) juga berperan terhadap perilaku altruisme. Dalam penelitian yang

dilakukan oleh Zimmer-Gembeck, et.al, (2005) ditemukan bahwa kecenderungan

untuk menolong pada anak remaja lebih besar pada remaja perempuan

dibandingkan dengan remaja laki-laki (Sarlito, 2009), dari penelitian tersebut

peneliti akan memasukkan jenis kelamin sebagai faktor demografi untuk

pengetahui apakan jenis kelamin berpengaruh terhadap altruisme.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai

fenomena altruisme pada mahasiswa, karena sebagian orang ada yang

memberikan bantuan kepada orang lain, tetapi dilain pihak ada juga orang yang

sangat tidak peduli pada kesusahan orang lain. Penelitian ini dilakukan dengan

tujuan untuk mendapat pemahaman yang lebih jelas apakah ada pengaruh pola

asuh orang tua dan kematangan emosi terhadap altruisme.

Page 19: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

7

Pernyataan ini perlu dibuktikan lebih lanjut dalam suatu penelitian ilmiah,

yang akan dituangkan dalam tulisan dengan judu: “Pengaruh Kematangan Emosi

dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Altruisme Pada Mahasiswa UIN Jakarta”.

1.2. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah

1.2.1. Batasan Masalah

Agar penelitian ini tidak menyimpang dari sasaran yang dikehendaki dan supaya

lebih fokus dan terarah, maka peneliti membatasi hanya pada variabel yang akan

diteliti yaitu: altruisme, kematangan emosi, pola asuh orang tua dan jenis kelamin.

Adapun pembatasan masalahnya, yaitu:

a. Altruisme yang dimaksud dalam penelitian ini mengacu pada hasrat untuk

menolong orang lain tanpa memikirkan kepentingan diri sendiri dan salah

satu tindakan dengan alasan kesejahteraan orang lain tanpa ada kesadaran

akan timbal balik (Myers, 2003).

b. Kematangan emosi yang dimaksud dalam penelitian ini mengacu pada

mampu mengatur kondisi emosionalnya dalam menghadapi keadaan sekitar

maupun dirinya sendiri dan tidak lagi menampilkan pola emosional anak-

anak, yang ditandai dengan karakteristik yaitu: kemandirian, mampu

menerima kenyataan, mampu beradaptasi, mampu merespon dengan tepat,

kapasitas untuk seimbang, mampu berempati, dan mampu menguasai amarah

(Smitson dalam Katkovsky & Gorlow, 1976)

c. Kemandirian dalam penelitian ini mengacu pada kemampuan memutuskan

apa yang dikehendaki dan bertanggung jawab terhadap keputusan tersebut.

Page 20: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

8

d. Kemampuan menerima kenyataan dalam penelitian ini mengacu pada

kemampuan menghadapi kenyataan dan secara efektif menembangkan pola

tingkah laku dan pola hubungan dengan orang lain.

e. Kemampuan beradaptasi dalam penelitian ini mengacu pada kemampuan

berhubungan dengan orang lain atau situasi tertentu secara produktif.

f. Kemampuan menguasai amarah dalam penelitian ini mengacu pada

kemampuan dalam mengendalikan emosi.

g. Pola asuh orang tua yang dimaksud dalam penelitian ini mengacu pada sikap

orang tua terhadap anak dengan mengembangkan aturan-aturan dan kasih

sayang kepada anak. Dengan tiga tipe pengasuhan yang dikaitkan dengan

aspek-aspek yang berbeda dalam perilaku sosial anak: otoriter, otoritatif,

permisif (Baumrind dalam Santrock, 2002)

h. Pola asuh otoriter yang dimaksud dalam penelitian ini mengacu pada sikap

orang tua yang membatasi dan menghukum yang menuntut anak untuk

mengikuti perintah-perintah orang tua dan menghormati pekerjaan dan usaha.

i. Pola asuh otoritatif yang dimaksud dalam penelitian ini mengacu pada sikap

orang tua yang mendorong anak-anak agar mandiri tetapi masih menerapkan

batasan pada tindakan mereka.

j. Pola asuh permisif yang dimaksud dalam penelitian ini mengacu pada sikap

orang tua yang menghargai ekspresi diri dan pengaturan diri, hangat jarang

menghukum, tidak mengontrol dan tidak menghukum.

k. Jenis kelamin

Page 21: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

9

1.2.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah ada pengaruh kematangan emosi (kemandirian, mampu menerima

kenyataan, mampu beradaptasi, mampu merespon dengan tepat, dan mampu

menguasai amarah) dan pola asuh orang tua terhadap altruisme pada

mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

2. Apakah ada pengaruh kemandirian terhadap altruisme pada mahasiswa UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta?

3. Apakah ada pengaruh kemampuan menerima kenyataan terhadap altruisme

pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

4. Apakah ada pengaruh kemampuan beradaptasi terhadap altruisme pada

mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

5. Apakah ada pengaruh kemampuan menguasai amarah terhadap altruisme

pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

6. Apakah ada pengaruh pola asuh otoriter orang tua terhadap altruisme pada

mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

7. Apakah ada pengaruh pola asuh otoritatiforang tua terhadap altruisme pada

mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

8. Apakah ada pengaruh pola asuh permisif orang tua terhadap altruisme pada

mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

9. Apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap altruisme pada mahasiswa UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 22: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

10

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji, mengetahui dan menjelaskan

pengaruh kematangan emosi dan karakteristiknya (kemandirian, mampu

menerima kenyataan, mampu beradaptasi, mampu merespon dengan tepat,

kapasitas untuk seimbang, mampu berempati, dan mampu mengendalikan emosi),

pola asuh orang tua dan aspek-aspeknya (pola asuh otoriter, pola asuh otoritatif,

dan pola asuh permisif) dan jenis kelamin terhadap altruime pada mahasiswa UIN

Jakarta.

1.3.2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana keilmuan psikologi,

khususnya psikologi sosial dan psikologi klinis mengenai pengaruh

kematangan emosi dan pola asuh orang tua terhadap perilaku altruisme.

Selain itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi sebagai penelitian

selanjutnya.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis, penulis berharap hasil penelitian ini dapat membantu

menerangkan apa yang menyebabkan mahasiswa/i UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta berprilaku altruisme.

Page 23: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

11

1.4. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam bab ini yaitu:

BAB 1: Pendahuluan yang menguraikan latar belakang masalah, batasan dan

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB 2: Kajian Pustaka: pada bagian kedua merupakan kajian pustaka dari

penulis yang berisi tentang teori-teori dari penelitian ini, diantaranya teori tentang

altruisme yang terdiri dari pengertian dan penjelasannya. Selain itu juga teori

tentang pola asuh orang tua dan kematangan emosi.

BAB 3: Metodelogi Penelitian: pada bagian ini penulis juga membagi kedalam

beberapa bagian, diantaranya pendekatan penelitian, metode pengumpulan data,

subjek penelitian yang terbagi menjadi karakteristik dan jumlah subjek penelitian,

banyaknya alat bantu pengumpulan data, prosedur pengumpulan data, dan terakhir

adalah analisis data.

BAB 4: Hasil Penelitian: dalam bab ini penulis akan menjelaskan hasil penelitian

pada saat penulis di lapangan yaitu: gambaran umum subjek penelitian dan uji

hipotesis penelitian.

BAB 5: Penutup. Dalam bab ini diuraikan tentang kesimpulan dari hasil

penelitian, diskusi, dan saran yang terdiri dari saran teoriti dan juga saran praktis.

Page 24: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

12

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori dan hal-hal yang berhubungan

dengan perilaku altruisme, pola asuh dan kematangan emosi. Bab ini terdiri dari 5

subbab. Subbab pertama adalah membahas tentang altruisme, subbab kedua

membahas tentang kematangan emosi, subbab ketiga membahas tentang pola asuh

orang tua, subbab keempat membahas tentang kerangka berpikir dan subbab

kelima mengenai hipotesis penelitian.

2.1. Altruisme

2.1.1. Pengertian Altruisme

Istilah altruisme kadang-kadang digunakan secara bergantian dengan tingkah laku

prososial. Altruisme adalah keadaan motivasional seseorang yang bertujuan

meningkatkan kesejahteraan orang lain (Batson, 1991). Sementara itu Sears

(1994) menyebutkan altruisme adalah tindakan suka rela untuk menolong orang

lain tanpa mengharapkan imbalan dalam bentuk apapun atau disebut juga tindakan

tanpa pamrih.

Menurut Eisenberg and wang, (dalam Santrock, 2007), altruisme adalah

ketertarikan yang tidak egois dalam membantu orang lain. Myers (2003)

mendefinisikan altruisme sebagai hasrat untuk menolong orang lain tanpa

memikirkan kepentingan diri sendiri dan salah satu tindakan prososial dengan

alasan kesejahteraan orang lain tanpa ada kesadaran akan timbal balik (imbalan).

Page 25: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

13

Namun altruisme yang sejati adalah kepedulian yang tidak mementingkan diri

sendiri melainkan untuk kebaikan orang lain (Baron & Byrne, 2005).

Altruisme adalah tindakan sukarela untuk membantu orang lain tanpa

pamrih, atau sekedar ingin beramal baik (Schroeder, Panner, Dovidio, & Piliavin

dalam Taylor, 2009).

Bersadarkan definisi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa altruisme

adalah suatu tindakan kepedulian dan sukarela menolong orang lain tanpa

mengharapkan imbalan apapun dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

orang lain.

2.1.2. Teori Altruisme

Tiga teori menurut Myers (2003) yang dapat menjelaskan tentang motivasi

seseorang melakukan tingkah laku altruisme adalah sebagai berikut:

1. Social-exchange

Pada teori ini, tindakan menolong dapat di jelaskan dengan adanya pertukaran

sosial-timbal balik (imbalan-reward). Altruisme menjelaskan bahwa imbalan-

reward yang memotivasi adalah inner-reward (distress). Contohnya adalah

kepuasan untuk menolong atau keadaan yang menyulitkan (rasa bersalah)

untuk menolong.

2. Social Norm

Alasan menolong orang lain salah satunya karena didasari oleh "sesuatu"

yang mengatakan pada kita untuk "harus" menolong. "Sesuatu" tersebut

Page 26: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

14

adalah norma sosial. Pada altruisme, norma sosial tersebut dapat dijelaskan

denganadanya social responsibility (tanggung jawab sosial). Adanya

tanggung jawab sosial, dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan

menolongkarena dibutuhkan dan tanpa mengharapkan imbalan di masa yang

akan datang.

3. Evolutionary Psychology

Pada teori ini, di jelaskan bahwa pokok dari kehidupan adalah

mempertahankan keturunan. Tingkah laku altruisme dapat muncul (dengan

mudah) apabila "orang lain" yang akan disejahterakan merupakan orang yang

sama (satu karakteristik) seperti satu gen, satu suku, satu agama, satu gender,

satu negara, perasaan senasib dan Iain-Iain.

Dari penjelasan diatas, Myers (2003) menyimpulkan altruisme akan dengan

mudah terjadi dengan adanya :

1. Social Responsibility, seseorang merasa memiliki tanggung jawab sosial

dengan yang terjadi di sekitamya.

2. Distress-inner reward, kepuasan pribadi-tanpa ada faktor eksternal.

3. Kin Selection, ada salah satu karakteristik dari korban yang hampir sama.

2.1.3. Karakteristik Altruisme

Karakteristik individu yang memiliki kecenderungan altruis menurut Bierhoff,

Klein, and Kramp (dalam Baron & Byrne, 2005) antara lain adalah sebagai

berikut:

Page 27: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

15

1. Empati

Mereka yang menolong ditemukan mempunyai empati lebih tinggi dari pada

mereka yang tidak menolong. Seseorang yang paling altruis merasa diri

mereka bertanggung jawab, bersosialisasi, menenangkan, toleran, memiliki

self-control, dan termotivasi membuat kesan baik.

2. Mempercayai dunia yang adil

Karakteristik dari tingkah laku altruistik adalah percaya pada "a just world",

maksudnya adalah orang yang altruis percaya bahwa dunia adalah tempat

yang adil dan percaya tingkah laku yang baik diberi imbalan tingkah laku

yang buruk mendapat hukuman. Dengan kepercayaan tersebut, mengarah

pada kesimpulan bahwa menolong orang yang membutuhkan adalah hal yang

tepat untuk dilakukan dan adanya pengharapan bahwa orang yang menolong

akan mendapat keuntungan dari melakukan sesuatu yang baik.

3. Tanggung jawab sosial

Mereka mengekspresikan kepercayaan bahwa setiap orang bertanggung

jawab untuk melakukan yang terbaik untuk menolong orang yang

membutuhkan, sehingga ketika ada seseorang yang membutuhkan

pertolongan, orang tersebut harus menolongnya.

4. Locus Of Control internal

Hal ini merupakan kepercayaan individual bahwa dia dapat memilih untuk

bertingkah laku dengan cara yang memaksimalkan hasil akhir yang baik dan

meminimalkan hasil yang buruk.

5. Egosentrisme rendah

Page 28: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

16

Seorang yang altruis memiliki keegoisan yang rendah. Dia mementingkan

kepentingan lain terlebih dahulu dibandingkan kepentingan dirinya, self

absorbed, dan kompetrtif.

Cohen (dalam Nashori, 2008) mengungkapkan ada tiga ciri altruisme, yaitu:

1. Empati

Empati adalah kemampuan untuk merasakan perasaan yang dialami orang

lain.

2. Keinginan memberi

Keinginan memberi maksudnya adalah maksud hati untuk memenuhi

kebutuhan orang lain.

3. Sukarela

Sukarela adalah apa yang diberikan itu semata-mata untuk orang lain, tidak

ada keinginan untuk memperoleh imbalan.

Dari kedua karakteristik altruisme di atas, peneliti memilih karaktristik

yang dikemukakan oleh Bierhoff, Klein, and Kramp (dalam Baron & Byrne,

2005), yaitu empati, mempercayai dunia yang adil, tanggung jawab sosial, locus

of control internal, dan egsentrisme yang rendah. Karena dibandingkan dengan

karakteristik menurut Cohen (dalam Nashori, 2008) karakteristik menurut

Bierhoff, Klein, and Kramp (dalam Baron & Byrne, 2005) lebih detail dalam

menjelaskan karakteristik altruisme.

Page 29: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

17

2.1.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Aitruisme

Menurut Sears (1994), altruisme dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik

1. Faktor Intrinsik

a. Perasaan dalam diri seseorang dapat mempengaruhi altruisme karena

sudah dapat merasakan manfaat dari menolong itu sendiri.

b. Faktor sifat, bahwasannya seseorang menolong orang lain tanpa

mengharapkan imbalan sama sekali, kemungkinan karena adanya sifat

yang sudah tertanam dalam kepribadian seseorang.

2. Faktor Ekstrinsik

a. Bystender, adanya orang lain yang kebetulan berada bersama kita di

tempat kejadian. Jadi, semakin banyak orang lain, semakin kecil

kecenderungan orang untuk menolong. Sebaliknya orang yang sendirian

cenderung lebih bersedia untuk menolong.

b. Menolong jika orang lain menolon. Hal tersebut sesuai dengan prinsip

timbal balik dalam teori norma sosial, adanya seseorang yang sedang

menolong orang lain akan memicu yang lain untuk ikut menolong juga.

c. Desakan waktu, biasanya orang yang sedang sibuk lebih sulit

meluangkan waktunya untuk menolong orang lain di bandingkan orang

yang memiliki waktu luang.

d. Kemampuan yang dimiliki, jika seseorang merasa mampu maka ia akan

cenderung menolong, dan sebaliknya jika ia merasa tidak mampu, maka

ia tidak akan menolong.

Page 30: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

18

Latane & Darley (Baron & Byrne,2005) menemukan lima langkah penting, yang

dapat menimbulkan altruis atau tindakan berdiam diri saja, langkah-langkat

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Menyadari adanya keadaan darurat, atau tahap perhatian. Untuk sampai pada

tahap perhatian terkadang sering terganggu dengan adanya hal-hal lain seperti

kesibukan, ketergesahan, mendesaknya kepentingan lain dan sebagainya.

2. Menginterpretasi keadaan sebagai keadaan darurat. Bila pemerhati

menginterpretasi suatu kejadian sebagai suatu yang membuat orang

membutuhkan pertolongan, maka kemungkinan besar akan diinterpretasikan

sebagai korban yang perlu pertolongan.

3. Mengasumsikan bahwa adalah tanggung jawabnya untuk menolong. Ketika

individu memberi perhatian kepada beberapa kejadian eksternal dan

menginterpretasikannya sebagai suatu darurat, perilaku prososial akan

dilakukan hanya jika orang tersebut mengambil tanggung jawab untuk

menolong.

4. Mengetahui apa yang harus dilakukan. Bahkan individu yang sudah

mengasusmsikan adanya tanggung jawab, tidak ada hal yang berarti yang

dapat dilakukan kecuali orang tersebut tahu bagaimana ia dapat menolong.

5. Mengambil keputusan untuk menolong. Meskipun sudah sampai pada tahap

dimana individu merasa bertanggung jawab member pertolongan pada

korban, masih ada kemungkinan ia memutuskan untuk tidak memberi

pertolongan. Berbagai kekhawatiran bisa timbul yang menghambat

terlaksananya pemberian pertolongan. Pertolongan pada tahap akhir ini dapat

Page 31: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

19

dihambat oleh rasa takut (seringkali rasa takut yang realistis) terhadap adanya

konsekuensi negatif yang potensial.

2.1.5. Aspek Jenis Kelamin

Peranan jenis kelamin terhadap kecenderungan seseorang untuk menolong sangat

bergantung pada situasi dan bentuk pertolongan yang dibutuhkan. Laki-laki

cenderung lebih mau terlibat dalam aktivitas menolong pada situasi darurat yang

membahayakan, misalnya menolong seseorang dalam kebakaran. Hal ini

tampaknya terkait dengan peran tradisional laki-laki, yaitu laki-laki dipandang

lebih kuat dan lebih mempunyai keterampilan untuk melindungi diri. Sementara

perempuan, lebih tampil menolong pada situasi yang bersifat memberi dukungan

emosi, merawat, dan mengasuh (Deaux, Dane, & Wrightsman dalam Sarlito 2009)

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Zimmer-Gembeck, dkk, (2005)

ditemukan bahwa kecenderungan untuk menolong pada anak remaja lebih besar

pada remaja perempuan dibandingkan dengan remaja laki-laki (Sarlito, 2009)

Sedangkan Golberg (1995) mengungkapkan berdasarkan pengamatan

terhadap lebih dari 6300 orang pejalan kakidi Boston dan Canbridge, Amerika

Serikat, ternyata 1,6% menyumbang kepada peminta-minta jalanan. Di antara para

penyumbang itu laki-laki lebih banyak dari pada perempuan (dalam Sarlito,

2002).

Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui hubungan jenis kelamin

terhadap perilaku altruisme.

Page 32: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

20

2.1.6. Pengukuran Altruisme

Dari hasil membaca literatur tentang penelitian mengenai altruisme, peneliti

memperoleh instrumen untuk mengukur altruisme, yaitu:

1. Self-Report Altruism Scale (SRA) oleh Rutston, Chisjohn dan Fakken (1981).

SRA merupakan alat ukur yang paling popular dan selalu digunakan untuk

mengukur altruisme. SRA oleh Rutston, Chisjohn and Fakken (1981) didisain

berdasarkan teori Myers (2003) terdiri atas 20 item dan mengukur altruisme

dengan 5 aspek yaitu: peduli,penolong,perhatian kepada orang lain,penuh

perasaan, rela berkorban.

2. Self-Report Altruism Scale (SRA) oleh Rutston, Chisjohn dan Fakken (1981)

dan di adaptasi dan telah dimodifikasi oleh Krueger, Hicks and McGue

(2001) menjadi 45 item yang terdiri atas 4 konten klasifikasi yaitu terhadap

teman, kenalan, orang asing dan organisasi.

Altruisme dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Self-Report

Altruism Scale (SRA) yang dikembngkan oleh Rutston, Chisjohn and Fakken

(1981). Alat ukur ini diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia dan terdiri atas 20

item. Peneliti memilih alat ukur ini dengan alasan alat ukur tersebut merupakan

alat ukur altruisme yang paling sering digunakan.

2.2. Kematangan Emosi

2.2.1. Pengertian Kematangan Emosi

Smitson (dalam Katkovsky & Gorlow, 1976) mendefinisikan kematangan emosi

sebagai suatu proses dimana kepribadian secara berkesinambungan berupaya

Page 33: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

21

mencapai kematangan emosi yang sehat serta lebih besar baik secara intrafisik

maupun interpersonal.

Kematangan emosi dapat dikatakan sebagai suatu kondisi perasaan atau

reaksi perasaan yang stabil terhadap suatu objek permasalahan sehingga untuk

mengambil suatu keputusan atau bertingkah laku didasari dengan suatu

pertimbangan dan tidak mudah berubah-ubah dari satu suasana hati ke dalam

suasana hati yang lain (Hurlock, 2000).

Meskipun demikian menurut Chaplin (2006) emotional maturity

(kematangan emosional) satu keadaan atau kondisi mencapai tingkat kedewasaan

dari perkembangan emosional dan karena itu pribadi yang bersangkutan tidak lagi

menampilkan pola emosional yang pantas bagi anak-anak.

Dari berbagai definisi mengenai kematangan emosi, maka penulis

menyimpulkan bahwa kematangan emosi adalah dimana seseorang dikatakan

mampu mengatur kondisi emosionalnya dalam menghadapi keadaan sekitar

maupun dirinya sendiri dan tidak lagi menampilkan pola emosional anak-anak.

2.2.2. Aspek-aspek Kematangan Emosi

Aspek-aspek kematangan emosi menurut Overstreet (dalam Puspitasari &

Nuryoto, 2002) dibagi menjadi enam yaitu:

1. Sikap untuk belajar

Bersikap terbuka untuk menambah pengetahuan dari pengalaman hidupnya,

dalam artian individu yang matang mampu mengambil pelajaran dari

Page 34: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

22

pengalaman hidupnya, sehingga memungkinkan individu untuk menjadi

matang dalam menyikapi, memahami dan menilai kehidupan ini.

2. Memiliki rasa tanggung jawab

Memilki rasa tanggung jawab untuk mengambil keputusan atau melakukan

suatu tindakan dan berani untuk menanggung resikonya. Individu yang

matang tidak menggantungkan hidup sepenuhnya kepada individu lain karena

individu yang matang tahu bahwa setiap orang bertanggung jawab atas

kehidupannya sendiri-sendiri. Hal ini berarti individu tetap meminta saran

atau meniru tingkahlaku yang baik dari lingkungannya.

3. Memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan efektif

Adanya kemampuan untuk mengatakan apa yang hendak dikemukakan dan

mampu mengatakannya dengan percaya diri, tepat dan peka akan situasi.

Bower and Bower (dalam Puspitasari & Nuryoto, 2002) menyebut hal ini

sebagai perilaku asertif, yaitu kemampuan untuk mengekspresikan perasaan,

memilih apa yang akan dilakukan, mengemukakan pendapat, meningkatkan

penghargaan pada diri, membantu diri sendiri untuk meningkatkan

kepercayaan diri, dapat menyatakan ketidaksetujuan, mengemukakan rencana

untuk mengubah perilaku kita sendiri dan mampu mengatakan pada orang

lain untuk mengubah perilaku buruk mereka.

4. Memiliki kemampuan untuk menjalin hubungan sosial

Individu yang matang mampu melihat kebutuhan individu yang lain dan

memberikan potensi dirinya; dapat jadi berbentuk uang, waktu ataupun

tenaga untuk dibagi dengan individu lain yang membutuhkannya. Hal ini

Page 35: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

23

dikarenakan individu yang matang mampu menunjukkan ekspresi cintanya

kepada individu lain. Individu ini juga mampu menerima cinta dari individu

lain sedangkan individu yang tidak matang ditandai dengan adanya keinginan

untuk menerima, tetapi tidak ingin memberi.

5. Beralih dari egosentrisme ke sosiosentrisme

Individu yang matang mampu melihat dirinya sebagai bagian dari kelompok

individu dan mampu bertindak terhadap individu lain seperti harapannya

terhadap individu lain untuk bertindak terhadap dirinya. Dengan demikian

individu mengembangkan hubungan afeksi, saling mendukung dan bekerja

sama, untuk itu diperlukan adanya empati sehingga dapat memahami

perasaan individu lain. Individu yang memiliki kematangan emosi akan

memiliki rasa aman secara emosi karena dapat menikmati kelebihan dirinya

denga n cara membagi dengan individu lain yang membutuhkan.

6. Falsafah hidup yang terintegrasi

Hal ini berhubungan dengan cara berpikir individu yang matang bersifat

menyeluruh yaitu memperhatikan arti fakta- fakta tertentu secara tersendiri

dan menggabungkannya untuk melihat arti keseluruhan yang muncul. Dengan

demikian, tindakan saling dan rencana masa depannya dibuat dengan

berbagai pertimbangan, didasarkan pada penilaian yang objektif dan terlepas

dari prasangka. Dengan hidup yang terintegrasi, individu akan mengerjakan

segala sesuatu karena dorongan suara hati dan kesadaran diri bukan karena

orang lain sehingga akan melakukan sesuatu itu dengan sungguh-sungguh.

Page 36: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

24

2.2.3. Karakteristik kematangan Emosi

Smitson seperti dikutip Katskovsky, W and Garlow, L (1976) mengemukakan

tujuh karakteristik kematangan emosi.

a. Berkembang kearah kemandirian (toward independent)

Kemandirian merupakan kapasitas seseorang untuk mengatur kehidupannya

sendiri, individu lahir kedunia dalam keadaan tergantung pada orang lain

namun dalam perkembangannya mereka belajar untuk mandiri

danmengendalikan dorongan yang bersifat pleasure-oriented artinya mereka

mampu memutuskan apa yang dikehendaki dan bertanggung jawab terhadap

keputusan tersebut.

b. Mampu menerima kenyataan (ability to accept reality)

Seorang yang matang bisa menerima kenyataan hidup baik yang positif

maupun negatif tidak menyangkal atau lari darinya.la menggunakan apa yang

ada pada dirinya untuk menghadapi kenyataan tersebut dan secara efektif

mengembangkan pola tingkah laku dan pola hubungan dengan orang lain.

c. Mampu beradaptasi (adaptability)

Menurut Smitson (1976) aspek ini merupakan yang terpenting dalam

kematangan emosi orang yang matang emosinya mampu beradaptasi dan

menerima beragam karakteristik orang serta mampu menghadapi situasi

apapun maksudnya, ia dapat dengan fleksibel berhubungan dengan orang atau

situasi tertentu secara produktif. Namun bagi mereka yang tidak matang lebih

kaku (rigid), mudah menjatuhkan penilaian (judgmental), defensif dan

penolak (rejecting).Keadaan ini dapat disebabkan karena mereka terlalu sibuk

Page 37: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

25

dengan diri sendiri atau adanya konflik internal maupun eksternal yang

berkepanjangan.

d. Mampu merespon dengan tepat (readiness to responed)

Individu yang matang emosinya memliki kepekaanuntuk berespon terhadap

kebutuhan emosi orang lain, baik yang diekspresikan maupun yang tidak di

ekspresikan. Hal ini melibatkan kesadaran bahwa setiap individu unik,

memiliki hak dan perasaan.

e. Kapasitas untuk seimbang (capacity to balance)

Seseorang yang kurang matang memandang segala sesuatu dengan

pertimbangan apa yang akan ia dapatkan dari situasi atau orang, sedangkan

pada individu yang matang emosinya mereka akan menyeimbangkan

pemenuhan kebutuhan sendiri dan orang lain. Mereka mempertimbangkan

pula hal-hal apa yang mampu mereka berikan orang yang tingkat kematangan

emosi cukup tinggi menyadari bahwa sebagai makhluk sosial ia memiliki

ketergantungan pada orang lain.

f. Mampu berempati (empatic understanding)

Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain

dan memahami apa yang mereka pikir atau rasakan. Dengan kemampuan ini,

individu tidak hanya mengetahui apa yang dirasakan orang lain tetapi juga

memakami hal-hal dibalik munculnya pperasaan tersebut. Empati dapat

dikembangkan jika individu tidak lagi perhatian pada diri sendiri.

Page 38: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

26

g. Mampu menguasai amarah (controlling anger)

Menerima rasa marah serta kesadaran akan adanya perasaan-perasaan lain

yang mendasari kemarahan tersebut akan membantu mengetahui rasa marah

dan menyalurkannya dengan cara yang konstruktif individu yang matang

emosinya dapat mengetahui hal-hal apa saja yang dapat membuatnya marah

maka ia dapat mengendalikan perasaan marahnya.

Sedangkan Hurlock (1980) mengemukakan tiga karakteristik dari kematangan

emosi, antara lain:

1. Kontrol emosi

Individu tidak meledakkan emosinya dihadapan orang lain dan mampu

menunggu saat dan tempat yang tepat untuk mengungkapkan emosinya

dengan cara-cara yang dapat diterima. Individu dapat melakukan kontrol diri

yang bisa diterima secara sosial. Individu yang emosinya matang mampu

mengontrol ekspresi emosi yang tidak dapat diterima secara sosial atau

membebaskan diri dari energi fisik dan mental yang tertahan dengan cara

yang dapat diterima secara sosial.

2. Pemahaman diri

Memiliki reaksi emosional yang lebih stabil, tidak berubah-ubah dari satu

suasana hati ke suasana hati yang lain. Individu mampu memahami emosi diri

sendiri, memahami hal yang sedang dirasakan, dan mengetahui penyebab dari

emosi yang dihadapi individu tersebut.

3. Penggunaan fungsi kritis mental

Page 39: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

27

Individu mampu menilai situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi

secara emosional, kemudian memutuskan bagaimana cara bereaksi terhadap

situasi tersebut, dan individu juga tidak lagi bereaksi tanpa berfikir

sebelumnya seperti anak-anak atau individu yang tidak matang.

Dari kedua pendapat diatas tentang karakteristik kematangan emosi,

peneliti memilih menggunakan karakteristik Smitson (dalam Katkovsky &

Gorlow, 1976) dan karakteristik tersebut akan dijadikan sebagai alat ukur

kematangan emosi tetapi tidak semua karakteristik tersebut digunakan, peneliti

membuang karakteristik kapasistas untuk seimbang dan mampu berempati karena

memiliki pengertian yang sama dengan altruisme.

2.2.4. Faktor-faktor Kematangan Emosi

Faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan emosi menurut Hurlock (1980)

antara lain:

a. Usia. Semakin bertambah usia individu, diharapkan emosinya akan lebih

matang dan individu akan lebih dapat menguasai dan mengendalikan

emosinya. Individu semakin baik dalam kemampuan memandang suatu

masalah, menyalurkan dan mengontrol emosinya secara lebih stabil dan

matang secara emosi.

b. Perubahan fisik dan kelenjar. Perubahan fisik dan kelenjar pada diri individu

akan menyebabkan terjadinya perubahan pada kematangan emosi.

c. Pola asuh orang tua. Dari pengalamannya berinteraksi didalam keluarga akan

menentukan pula pola perilaku anak terhadap orang lain dalam

Page 40: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

28

lingkungannya. Salah satu faktor yang mempengaruhi dalam keluarga adalah

pola asuh orang tua. Cara orang tua memperlakukan anak-anaknya akan

memberikan akibat yang permanen dalam kehidupan anak.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kematangan emosi ada tiga, yaitu: usia, perubahan fisik dan

kelenjar dan pola asuh orang tua.

2.2.5. Hubungan Kematangan Emosi dengan Altruisme

Emosi sangat mempengaruhi kehidupan manusia ketika dia mengambil

keputusan. Tidak jarang suatu keputusan diambil melalui emosinya. Tidak ada

sama sekali keputusan yang diambil manusia murni dari pemikiran rasionya. Jika

seseorang memperhatikan keputusan-keputusan dalam kehidupan manusia,

ternyata keputusannya lebih banyak ditentukan oleh emosi dari pada akal sehat.

Emosi yang terkendali menyebabkan seseorang mampu berpikir secara

baik, melihat persoalan secara objektif (Walgito, 2004) Kematangan emosi

sebagai keadaan seseorang yang tidak cepat terganggu rangsang yang bersifat

emosional, baik dari dalam maupun dari luar dirinya, selain itu dengan matangnya

emosi maka individu dapat bertindak tepat dan wajar sesuai dengan situasi dan

kondisi dengan tetap mengedepankan tugas dan tanggung jawabnya, sehingga

dengan kematangan emosi yang dimilikinya, individu mampu memberikan atau

berperilaku prososial sesuai dengan yang diharapkan.

Penelitian Gusti dan Margaretha (2010) menunjukkan bahwa ada

hubungan yang positif yang sangat signifikan antara empati, kematangan emosi,

Page 41: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

29

jenis kelamin terhadap perilaku prososial. Empati terhadap perilaku prososial rxy

= 0,884 dan p = 0,000. Kematangan emosi terhadap perilaku prososial rxy = 0,794

dan p = 0,000. Jadi dapat dikatakan semakin matang emosi seseorang semakin

tinggi pula perilaku menolong.

2.2.6. Pengukuran Kematangan Emosi

Dari hasil membaca literatur mengenai kematanga emosi, peneliti memperoleh

beberapa instrumen untuk mengukur kematangan emosi, diantaranya yaitu:

1. Emotional Maturity Scale (EMS) yang dikembangkan oleh Singh and Bhargav

(1984). Skala tersebut memiliki lima komponen yaitu, ketidakstabilan,

regresiemosional, ketidakmampuan sosial, disintegrasi kepribadian dan kurangnya

kemerdekaan. Skala ini terdiri atas 10 item dalam setiap komponen kecuali untuk

komponen kurangnya kemerdekaan yang memiliki 8 item dengan menggunakan

lima poin format Likert dari “sangat sering” sampai “tidak pernah”

2. Skala Kematangan Emosi. Skala ini disusun oleh Fema Rachmawati (2013),

skala kematangan emosi ini terdiri atas 50 item. Skala ini disusunberdasarkan

ciri-ciri kematangan emosi menurut Walgito (2004), yaitu dapat menerima

keadaan diri sendiridan orang lain secara obyektif, tidak bersifat impulsive,

mampu mengontrol emosi,sabar dan penuh pengertian, dan mempunyai

tanggung jawab.

3. Skala Kematangan Emosi. Skala yang disusun oleh Dewi Pratiwi (2013) ini

terdiri atas 37 item dengan koefisien validitas bergerak dari 0,305 sampai

0,664. Reliabilitas skala kematangan emosi sebesar 0,919. Skala ini dsusun

berdasarkan ciri-ciri kematangan emosi menurut Walgito (2004), yaitu dapat

Page 42: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

30

menerima keadaan diri sendiridan orang lain secara obyektif, tidak bersifat

impulsive, mampu mengontrol emosi,sabar dan penuh pengertian, dan

mempunyai tanggung jawab.

Dari ketiga skala kematangan emosi yang telah peneliti sampaikan di atas,

peneliti tidak menggunakan semua skala kematangan emosi di atas tersebut,

Peneliti tidak menggunakan skala kematangan emosi yang pertama yaitu

Emotional Maturity Scale yang dikembangkan oleh Singh and Bhargav (1984), karena

peneliti tidak dapat menemukan pernyataan dari Emotional Maturity Scale oleh

Singh dan Bhargav (1984). Peneliti tidak menggunakan skala yang kedua dan ketiga

karena skala kematangan emosi tersebut disusun berdasarkan ciri-ciri kematangan

emosi menurut Walgito (2004), yaitu dapat menerima keadaan diri sendiri dan

orang lain secara obyektif, tidak bersifat impulsive, mampu mengontrol emosi,

sabar dan penuh pengertian, dan mempunyai tanggung jawab, Sedangkan

kematangan emosi yang peneliti gunakan dalam penelitian ini diukur

menggunakan skala kematangan emosi yang diadaptasi dari karakteristik

kematangan emosi menurut Smitson (dalam Katkovsky & Gorlow, 1976) yaitu

kemandirian, mampu menerima kenyataan, mampu beradaptasi, mampu merespon

dengan tepat, dan mampu menguasai amarah. Karena alasan diatas maka peneliti

menyusun sendiri skala kematangan emosi berdasarkan karakteristik Smitson

(dalam Katkovsky & Gorlow, 1976) dengan menggunakan empat point skala

Likert dari “sangat setuju” sampai “ sangat tidak setuju” yang terdiri dari item

favorable dan item unfavorable.

Page 43: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

31

2.3. Pola Asuh

2.3.1. Pengertian Pola Asuh

Pola asuh menurut Bee (2010) adalah kombinasi dari perilaku orangtua saat

mengasuh anak yang terdiri dari tingkat kontrol yang diberikan, keterbukaan

dalam berkomunikasi, tuntutan terhadap kedewasaan dan kehangatan dalam

pengasuhan.

Menurut Darling (1999) mendefenisikan pola asuh adalah kegiatan yang

kompleks yang mencakup berbagai tingkah laku spesifik yang bekerja

dengan sendirinya dan bersama-sama untuk mempengaruhi anak.

Sedangkan Baumrind (dalam Santrock, 2007) menjelaskan bahwa pola

asuh orang tua adalah sikap orang tua terhadap anak dengan mengembangkan

aturan-aturan dan mencurahkan kasih sayang kepada anak.

Meskipun setiap orang tua berbeda dalam mengontrol dan bersosialisasi

dengan anak-anak mereka dan sejauh mana mereka melakukannya tetapi

diasumsikan bahwa peran utama dari semua orang tua adalah untuk

mempengaruhi, mengajar, dan mengendali- kan anak-anak mereka.

Dari uraian-uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pola asuh

orang tua adalah sikap orang tua terhadap anak dengan mengembangkan aturan-

aturan dan kasih sayang kepada anak.

Page 44: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

32

2.3.2. Jenis-Jenis Pola Asuh

Baumrind (dalam Santrock, 2007) menjelaskan tiga jenis pengasuhan yang

dikaitkan dengan aspek-aspek yang berbeda dalam perilaku sosial anak

diantaranya pola asuh otoriter, otoritatif, dan permisif. Adapun masing-masing

jenis pola asuh tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

1. Pola asuh otoriter

Pola asuh otoriter ialah suatu gaya membatasi dan menghukum yang

menuntut anak untuk mengikuti perinta-perintah orang tua dan menghormati

pekerjaan dan usaha. Orang tua yang otoriter menetapkan batas-batas yang

tegas dan tidak memberi peluang yang besar kepada anak-anak untuk

berbicara (bermusyawarah). Anak-anak yang orang tuanya otoriter seringkali

cemas akan perbandingan sosial, gagal memprakarsai kegiatan, dan memiliki

ketrampilan komunikasi yang rendah. Dan di dalam suatu studi baru-baru ini,

disiplin awal yangterlalu kasar diasosiasikan dengan agresi anak (Weiss &

Other, 1992). Dimensi dalam pola asuh otoriter adalah dimensi kontrol yang

mencakup : pembatasan-pembatasan, tuntutan, keketatan, campur tangan, dan

penggunaan kekuasaan sewenang-wenang.

2. Pola asuh otoritatif

Pola asuh otoritatif ialah pola asuh yang mendorong anak-anak agar mandiri

tetapi masih menerapkan batas-batas dan pengendalian atas tindakan-tindakan

mereka. Musyawarah verbal yang ekstensif dimungkinkan, dan orang tua

memperhatikan kehangatan serta kasih sayang kepada anak. Pengasuhan yang

Page 45: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

33

otoritatif diasosiasikan dengan kompetensi sosial anak-anak. Anak-anak yang

memiliki orang tua yang otoritatif berkompeten secara sosial, percaya diri,

dan bertanggung jawab secara sosial. Dimensi dalam pola asuh otoritatif

adalah dimensi kehangatan yang mencakup: memperhatikan kesejahteraan

anak, cepat tanggap, bersedia meluangkan waktu dalam suatu kegiatan,

menunjukkan cinta kasih dan peka terhadap keadaan emosi anak.

3. Pola asuh permisif

Orang tua yang permisif adalah orang tua yang menghargai ekspresi diri dan

pengaturan diri. Mereka hanya membuat sedikit permintaan dan membiarkan

anak memonitor kegiatannya sendiri.Mereka sangat jarang menghukum, tidak

mengontrol dan tidak menuntut (Papalia, 2009). Menurut Maccoby and

Martin (dalam Santrock, 2007), pola asuh permisif dibagi menjadi dua

bentuk yaitu permissive-indifferent dan permissive-indulgent.

a. Pola asuh permissive-indifferent

Pola asuh permissive-indifferent ialah suatu gaya pengasuhan di mana

orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak, tipe pengasuhan ini

diasosiasikan dengan inkonpetensi sosial anak, khususnya kurangnya

kendali diri. Anak-anakyang orang tuanya bergaya permissive-indifferent

mengembangkan suatu perasaan bahwa aspek-aspek lain kehidupan orang

tua lebih penting daripada anak mereka.Anak-anak yang orang tuanya

bergaya permissive-indifferent inkompeten secara social, mereka

memperlihatkan kendali diri yang buruk dan tidak membangun

kemandirian yang baik.

Page 46: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

34

b. Pola asuh permissive-indulgent

Pola asuh permissive-indulgent, ialah suatu gaya pengasuhan di mana

orang tua sangat terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka tetapi

menetapkan sedikit batas atau kendali terhadap mereka. Pengasuhan yang

permissive-indulgent diasosiasikan dengan inkompetensi sosial anak,

khususnya kurangnya kendali diri. Orang tua seperti itu membiarkan anak-

anak mereka melakukan apa saja yang mereka inginkan, dan akibatnya

ialah anak-anak tidak pernah belajar mengendalikan perilaku mereka

sendiri dan selalu mengharapkan kemauan mereka dituruti. Anak-anak

yang orang tuanya permissive-indulgent jarang belajar menaruh hormat

pada orang lain dan mengaiami kesulitan mengendalikan perilaku mereka.

Menurut Hurlock (1978) ada beberapa sikap orang tua yang khas dalam

mengasuh anaknya, antara lain:

1. Melindungi secara berlebihan

Perlindungan orang tua secara berlebihan mencakup pengasuhan dan

pengendalian anak yang berlebihan.

2. Permisivitas

Terlihat pada orang tua yang membiarkan anak berbuat sesuka hati dengan

sedikit pengendalian.

3. Memanjakan

Permisivitas yang berlebihan memanjakan yang membuat anak egois,

menuntut dan sering tiranik.

Page 47: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

35

4. Penolakan

Penolakan dapat dinyatakan dengan mengabaikan kesejahteraan anak atau

dengan menuntut terlalu banyak dari anak dan sikap bermusuhan yang

terbuka.

5. Penerimaan

Penerimaan orang tua ditandai oleh perhatian besar dan kasih sayang pada

anak, orang tua yang menerima, memperhatikan perkembangan kemampuan

anak dan memperhitungkan minat anak.

6. Dominasi

Anak yang di dominasi salah satu atau kedua orang tua bersifat jujur, sopan

dan berhati-hati tetapi cenderung malu, patuh dan mudah dipengaruhi orang

lain, mengalah dan sangat sensitif.

7. Tunduk pada anak

Orang tua yang tunduk pada anaknya membiarkan anak memdominasi

merekadan rumah mereka

8. Favoritisme

Meskipun mereka berkata bahwa mereka mencintai semua anak mereka

samarata, kebanyakan orang tua mempunya favorit. Hal ini membuat mereka

lebih menuruti dan mencintai anak favoritnya dari pada anak lain dalam

keluarga.

9. Ambisi orang tua

Hampir semua orang tua mempunyai ambisi untuk anak mereka, dan sering

kali sangat tinggi sehingga tidak realistis.Ambisi ini sering di pengarui oleh

Page 48: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

36

ambisi orang tua yang tidak tercapai dan hasrat orang tua supaya anak mereka

naik di tangga status sosial.

Dari kedua jenis pola asuh di atas, peneliti memilih menggunakan jenis

pola asuh menurut Baumrind (dalam Santrock, 2007), yaitu pola asuh otoriter,

pola asuh otoritatif dan pola asuh permisif. Karena jenis pola asuh menurut

Baumrind (dalam Santrock, 2007) lebih mudah dipahami dan ketiga jenis pola

asuh tersebut telah mencakup semua jenis pola asuh yang biasa diterapkan oleh

orang tua.

2.3.3. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Altruisme

Banyak fakta dari hasil penelitian yang dilakukan beberapa para peneliti telah

menemukan hubungan antara pola asuh orang tua dengan altruisme. Dikatakan

oleh Staub (1978) bahwa hubungan afeksi antara anak dengan orang tua

merupakan dasar bagi perkembangan kecenderungan perilaku prososial.

Penelitian yang juga dilakukan oleh Grusec (1994), menunjukkan bahwa

ada bukti kuat jika model memperlihatkan perilaku menolong, berbagi atau

menunjukkan perharhatian kepada orang lain, maka anak akan melakukan hal

yang sama, karena ada proses identifikasi mandiri (dominasi sosial,

nonkonformitas dan bertujuan) termasuk didalamnya penggunaan perilaku

menolong yang dilakukan oleh orang tuanya.

Dari penelitian yang ada esensi hubungan antara orang tua dengan anak

sangat ditentukan oleh sikap orang tua dalam mengasuh anak, bagaimana

perasaan dan apa yang dilakukan orang tua. Hal ini bercermin pada pola asuh

Page 49: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

37

orang tua, yakni suatu kecenderungan cara-cara yang dipilih dan dilakukan orang

tua dalam mengasuh anak. Dayaksini (1988) mengemukakan bahwa pola asuh

adalah perilaku orang tua dalam rangka memenuhi kebutuhan, memberi

perlindungan, dan mendidik anak dalam kehidupan sehari-hari. Pola asuh orang

tua memiliki memiliki pengaruh yang amat besar dalam membentuk kepribadian

anak sehingga anak berkembang menjadi pribadi yang percaya diri, berinisiatif,

bertanggung jawab dan berprilaku prososial.

2.3.4. Pengukuran Pola Asuh

Dari hasil membaca literatur tentang penelitian mengenai pola asuh, peneliti

memperoleh beberapa instrumen untuk mengukur pola asuh, diantaranya yaitu:

1. Skala Pola Asuh Anak. Skala ini disusun oleh Yuniarti (1988) untuk

mengungkap jenis pola asuh yang diterima individu dari orang tua. Skala ini

terdiri atas 74 item dengan lima alternatif jawaban pilihan ganda a-e.

2. Parenting Style Questionnaire (PSQ) Berdasarkan Robinson, C., Mandleco, B.,

Olsen, SF, and Hart, CH (1995). PSQ didesain berdasarkan pengukuran tiga

pola pengasuhan yaitu pola asuh otoriter, otoritatif dan permisif. PSQ terdiri

atas 30 item, 13 item untuk item pola asuh otoritatif, 13 item untuk pola asuh

otoriter dan 4 item untuk pola asuh permisif.

3. Parental Authority Questionnaire (PAQ) yang dikembangkan oleh Buri

(dalam Riberio, 2009). PAQ didesain berdasarkan pengukuran tiga pola

pengasuhan Baumrind (dalam Riberio, 2009) yaitu pola asuh otoriter,

otoritatif dan permisif. PAQ terdiri atas 30 item, 10 untuk tiap item yang

berbeda dalam empat poin format Likert mulai dari “Sangat Setuju” sampai

Page 50: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

38

“Sangat Tidak Setuju”.

Pola asuh dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Parental

Authority Questionnaire (PAQ) yang diadaptasi kedalam bahasa Indonesia dan

telah peneliti modifikasi dengan hanya menggunakan satu komponen (orang tua)

dimana dalam pengukuran asli dan sebelumnya terdapat dua komponen (pola asuh

ibu dan pola asuh ayah). Parental Authority Questionnaire (PAQ) ini digunakan

karena merupakan alat ukur pola asuh yang popular, dapat dimodifikasi dan

memungkinkan perhitungan skor total dengan mengkombinasikan seluruh item

dan didesain berdasarkan teori pola asuh yang peneliti gunakan. Peneliti tidak

menggunakan Skala Pola Asuh Anak karena sample yang digunakan dalam

penelitian ini adalah remaja bukan anak-anak. Peneliti tidak menggunakan

Parenting Style Questionnaire (PSQ) Berdasarkan Robinson, Mandleco, Olsen, and

Hart (1995) karena meskipun sama-sama didesain berdasarkan tiga pola

pengasuhan seperti PAQ, PSQ memiliki item yang kurang seimbang antar

dimensinya.

2.4. Kerangka Berfikir

Perilaku altruisme diharapkan ada pada setiap diri remaja yang merupakan

generasi penerus bangsa. Pada usia remaja ini diharapkan seseorang mampu

mengembangkan pribadinya sesuai dengan nilai etika dan moral dalam bentuk

perilaku altruisme. Baron dan Byrne (2005) menyatakan bahwa perilaku altruisme

adalah suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa harus

menyediakan suatu keuntungan langsung pada orang yang menolong dan bahkan

mungkin melibatkan suatu resiko bagi orang yang menolong.

Page 51: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

39

Dalam hal ini ada beberapa faktor yang mempengaruhi altruisme

diantaranya kematangan emosi dan pola asuh orang tua. Faktor pertama yang

mempengaruhi altruisme dalam Sears (1994) adalah faktor perasaan dalam diri

seseorang (emosi). Penelitian yang berkaitan dengan altruisme antara lain

penelitian dari Hoffman membuktikan bahwa empati meningkatkan perilaku

menolong orang lain (Sears, 1994).

Kematangan emosi adalah suatu proses dimana kepribadian secara terus

menerus berusaha mencapai keadaan emosi yang sehat baik secara intrafisik

maupun secara interpersonal. Kematangan emosi memiliki beberapa karakteristik.

karakteristik kematangan emosi menurut Smitson (dalam Katkovsky & Gorlow,

1976) terbagi menjadi tujuh karakteristik yaitu: kemandirian, mampu menerima

kenyataan, mampu beradaptasi, mampu merespon dengan tepat, kapasitas untuk

seimbang, mampu berempati, dan mampu menguasai amarah.

Faktor kedua yang mempengaruhi altruisme yaitu pola asuh orang tua.

Pola asuh orang tua memiliki pengaruh yang amat besar dalam membentuk

kepribadian anak yang tangguh sehingga anak berkembang menjadi pribadi yang

percaya diri, berinisiatif, berambisi, beremosi stabil, bertanggung jawab, mampu

menjalin hubungan interpersonal yang positif, dan berprilaku altruistik.

Sedangkan pola asuh yang menerapkan disiplin dan sistem hukuman yang

berlebihan, yang tidak berusaha berkomunikasi, memberikan penjelasan,

pengertian, dan menerapkan peraturan-peraturan yang konsisten, dan yang secara

keterlaluan memarahi anak-anak cenderung menghalangi perkembangan perilaku

prososial anak (Hastings, Waxler, Robinson, Usher & Bridge, 2000).

Page 52: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

40

Selain faktor di atas peneliti juga ingin mengetahui apakah jenis kelamin

(demografi) juga berperan terhadap perilaku altruisme. Dalam penelitian yang

dilakukan oleh Gembeck, et. all, (2005) ditemukan bahwa kecenderungan untuk

menolong pada anak remaja lebih besar pada remaja perempuan dibandingkan

dengan remaja laki-laki (Sarlito, 2009), dari penelitian tersebut peneliti akan

memasukkan jenis kelamin sebagai faktor demografi untuk pengetahui apakan

jenis kelamin berpengaruh terhadap altruisme.

Dalam penelitian ini penulis menjelaskan tentang pengaruh kematangan

emosi dan pola asuh orang tua terhadap altruisme pada mahasiswa. Peneliti

mencoba mengembangkan teori Myers (2003) untuk Altruisme, teori Smitson

(dalam Katkovsky & Gorlow, 1976) kematangan emosi dan teori Baumrind

(dalam Santrock, 2007) untuk pola asuh orang tua.

Penulis menyajikan kerangka teoritis untuk mempermudah memahami

permasalahan yang sedang diteliti. Perkiraan kerangka teoritis ini disajikan dalam

bentuk skema atau gambar yang menunjukkan hubungan masing-masing variabel

sebagai berikut:

Page 53: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

41

Bagan 2.1. Gambar kerangka berpikir

Pola asuh orang tua

Pola Asuh Otoriter

Pola Asuh

Otoritatif

Pola Asuh Permisif

Demografi

Jenis Kelamin

Kematangan Emosi

Mampu

menerima

kenyataan

Mampu

beradaptasi

Kemandirian

Altruisme

Mampu

menguasai

amarah

Page 54: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

42

2.6. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori yang telah dibahas sebelumnya, maka diajukan hipotesis yang

akan diuji secara empiris. Hipotesis tersebut sebagai berikut:

Major : Kematangan emosi (kemandirian, mampu menerima kenyataan, mampu

beradaptasi, dan mampu menguasai amarah) dan pola asuh orang tua berpengaruh

secara signifikan terhadap altruisme pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Minor:

Ha1 : Ada pengaruh yang signifikan kemandirian terhadap altruisme

pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ha2 :Ada pengaruh yang signifikan kemampuan menerima kenyataan

terhadap altruisme pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Ha3 : Ada pengaruh yang signifikan kemampuan beradaptasi terhadap

altruisme pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ha4 : Ada pengaruh yang signifikan kemampuan menguasai amarah

terhadap altruisme pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Ha5 : Ada pengaruh yang signifikan pola asuh otoriter orang tua

terhadap altruisme pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Ha6 : Ada pengaruh yang signifikan pola asuh otoritatif orang tua

Page 55: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

43

terhadap altruisme pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Ha7 : Ada pengaruh yang signifikan pola asuh permisif orang tua

terhadap altruisme pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Ha8 : Ada pengaruh yang signifikan jenis kelamin terhadap altruisme

pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 56: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

44

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dipaparkan tentang populasi dan sampel, variabel penelitian,

definisi operasional variabel, instrumen pengumpulan data, teknik uji instrumen,

dan prosedur pengumpulan data.

3.1. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa S1 yang tercatat aktif kuliah pada tahun

ajaran 2013/2014 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjumlah 19.123

mahasiswa (Sistem Informasi UIN Jakarta, 2013). Jumlah sampel penelitian yang

digunakan sebanyak 250 responden. Penetapan jumlah tersebut disesuaikan

dengan kemampuan peneliti berdasarkan pertimbangan waktu, tenaga dan dana

penelitian.

Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan adalah teknik non-probabilty

sampling yang berarti peluang setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi

subyek penelitian tidak diketahui. Sedangkan metode sampling yang di gunakan

adalah accidental sampling, yaitu teknik sampling berdasarkan faktor spontanitas.

Artinya siapa saja yang bertemu dengan peneliti maka orang tersebut akan

dijadikan sampel.

2

Page 57: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

45

3.2. Variabel Penelitian

Adapun variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Altruisme

2. Kematang emosi yang meliputi:

a. Kemandirian

b. Kemampuan menerima kenyataan

c. Kemampuan beradaptasi

d. Kemampuan menguasai amarah

3. Pola asuh orang tua yang meliputi:

a. Pola asuh otoriter

b. Pola asuh otoritatif

c. Pola asuh permisif

4. Jenis kelamin (laki-laki dan perempuan)

Dependent variable dalam penelitian ini adalah altruisme, sedangkan

Independent variable dalam penelitian ini adalah kematangan emosi, pola asuh

orang tua dan jenis kelamin.

3.3. Definisi Operasional

Definisi operasional penelitian ini akan diuraikan sebagai berikut:

a. Altruisme adalah suatu tindakan kepedulian dan sukarela menolong orang

lain tanpa mengharapkan imbalan apapun dengan tujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan orang lain. Aspek-aspek altruisme menurut Rushton, Chrisjonh dan

Page 58: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

46

Fakken (1981) terdiri dari peduli (caring), Penolong (helpful), Perhatian kepada

orang lain (considerate of others), Penuh perasaan (feelings), Rela berkorban

(willing to make a sacrifice.

b. Kematangan emosi adalah kemampuan mengatur kondisi emosi dalam

menghadapi keadaan sekitar maupun dirinya sendiri dan tidak lagi

menampilkan pola emosional anak-anak. Karakteristik kematangan emosional

menurut Smitson (dalam Katkovsky dan Golman, 1976)

c. Kemandirian adalah mampu memutuskan apa yang dikehendaki dan

bertanggung jawab terhadap keputusan tersebut.

d. Mampu menerima kenyataan adalah mampu menghadapi kenyataan dan

secara efektif mengembangkan pola tingkah laku dan pola hubungan dengan

orang lain.

e. Mampu beradaptasi adalah mampu berhubungan dengan orang lain atau

situasi tertentu secara produktif.

f. Mampu menguasai amarah adalah mampu mengendalikan emosinya.

g. Pola asuh orang tua adalah sikap orang tua terhadap anak dengan

mengembangkan aturan-aturan dan mencurahkan kasih saying kepada anak.

Berdasarkan tiga pola pengasuhan Baumrind (dalam Santrock, 2007).

h. Pola asuh otoriter adalah sikap orang tua yang membatasi, menghukum dan

menuntut anak untuk mengikuti perintah orang tua.

i. Pola asuh otoritatif adalah sikap orang tua yang mendorong anak-anak agar

mandiri tetapi masih menerapkan batasan pada tindakan mereka.

j. Pola asuh permisif adalah sikap orang tua yang menghargai ekspresi diri dan

pengaturan diri, hangat jarang menghukum dan tidak mengontrol.

Page 59: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

47

k. Jenis kelamin yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.

3.4. Pengumpulan Data

3.4.1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah

dengan menggunakan skala. Adapun skala yang digunakan adalah skala model

Likert dengan empat alternatif jawaban, yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S),

Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Selain itu pernyataannya dibuat

dengan kategori positif atau kesetujuan (favorable) dan item yang disebut negatif

atau ketidaksetujuan (unfavorable)

Adapun perolehan skor dari item-item berdasarkan dari jawaban yang

dipilih sesuai dengan jenis pernyataan yakni favorable atau unfavorable. Jika

digambarkan dalam bentuk tabel, maka hasilnya sebagai berikut:

Tabel 3.1 Bobot Nilai

Kategori Respon SS S TS STS

Favorable 4 3 2 1

Unfavorable 1 2 3 4

3.4.2. Instrumen Pengumpulan Data.

Pada penelitian ini instrumen penelitian ini terdiri atas tiga skala, yaitu (1) skala

altruisme (2) skala pola asuh orang tua, dan (3) skala kematangan emosi yang

Page 60: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

48

menggunakan model skala Likert. Masing-masing skala akan diuraikan sebagai

berikut.

3.4.2.1 Skala Altruisme

Dalam penelitian ini, pernyataan mengenai altruisme dibuat berdasarkan Self-

Report Altruism Scale (SRA) yang dikembangkan oleh Rutston, Chrisjonh dan

Fakken (1981) yang telah dibakukan. Adapun blue print skala altruisme terdapat

dalam tabel berikut ini.

Tabel 3.2 Blue Print Skala Altruisme

No Aspek Indikator Item Jumlah

1 Peduli Prihatin terhadap masalah

orang lain

2,4,12,13 4

2 Penolong Memberikan sesuatu yang

dibutuhkan orang lain

1,8,9,20 4

3 Perhatian

kepada

orang lain

Tidak acuh terhadap orang

lain

6,7,10,15 4

4 Penuh

perasaan

Empati dan mampu

memahami orang lain

5,16,17,18 4

5 Rela

berkorban

Keinginan untuk memberikan

kesejahteraan terhadap orang

lain

3,11,14,19 4

Jumlah 20

Skala altruisme yang diuji terdiri atas 20 item. Selanjutnya untuk

menginterpretasi skor responden, peneliti menentukan 4 kategori jawaban, yaitu:

Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

Page 61: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

49

3.4.2.2 Skala Kematangan Emosi

Dalam penelitian ini, pernyataan mengenai kematangan emosi dibuat berdasarkan

karakteristik menurut Smitson (dalam Katkovsky dan Golman, 1976) yaitu

kemandirian, kemampuan menerima kenyataan, kemampuan beradaptasi, dan

kemampuan menguasai amarah. Adapun blue print skala kematangan emosi

terdapat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3.3 Blue Print Skala Kematangan Emosi

No Aspek Indikator Item Jumlah

Favorable Unfavorable

1 Kemandirian Tidak bergantung

kepada orang lain

Berani mengambil

keputusan sendiri

16,20

10,14

1,5

11

4

3

2 Kemampuan

menerima

kenyataan

Mampu menerima

kekurangan dan

kelebihan dirinya

dan orang lain

2,13 7,21 4

3 Kemampuan

beradaptasi

Dapat menyesuaikan

diri dengan

lingkungan

9,15,17 3,12,18 6

4 Kemampuan

menguasai

amarah

Mampu

mengendalikan

emosi

6, 4 8,19 4

Jumlah 11 10 21

Skala kematangan emosi yang diuji terdiri atas 21 item, terdiri atas 11 item

favorable dan 10 item unfavorable. Selanjutnya untuk menginterpretasi skor

Page 62: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

50

responden, peneliti menentukan 4 kategori jawaban, yaitu: Sangat Setuju (SS),

Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

3.4.2.3. Skala Pola Asuh Orang Tua

Dalam penelitian ini, pernyataan mengenai pola asuh orang tua dibuat

berdasarkan Parental Authority Questionnaire (PAQ) yang dikembangkan oleh

Buri (dalam Riberio, 2009). Skala ini didesain berdasarkan pengukuran tiga pola

pengasuhan Baumrind (dalam Riberio, 2009) yaitu pola asuh otoriter, otoritatif

dan permisif yang telah dibakukan dan peneliti adaptasi kedalam bahasa Indonesia

dengan hanya menggunakan satu komponen orang tua sedangkan skala asli

terbagi menjadi dua komponen ayah dan ibu. Adapun blue print skala pola asuh

orang tua terdapat dalam tabel dibawah ini.

Tabel 3.4 Blue Print Skala Pola Asuh Orang Tua

No Dimensi Indikator Item Jumlah

1 Otoriter a. Orang tua bersifat membatasi,

menghukum, dan hanya sedikit

melakukan komunikasi verbal

b. Mendesak anak untuk mengikuti

petunjuk dan usaha orang tua

7,12,18,25

2,3,9,26,29,1

6

4

6

2 Otoritatif a. Mendorong anak untuk bebas

tetapi tetap memberikan batasan

dan mengendalikan tindakan anak

b. Penetapat aturan dalam keluarga

berdasarkan kesepakatan bersama

8,22,27,15

11,20,23,30,4

,5

4

6

3 Permisif a. Orang tua bersikap membebaskan

b. Tidak memberikan pengawasan

dan pengarahan pada tingkah laku

anak

6,14,19,24,1,

10

13,17,21,28

6

4

Jumlah 23 30

Page 63: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

51

Skala pola asuh orang tua yang akan diuji terdiri atas 30 item. Selanjutnya

untuk menginterpretasi skor responden, peneliti menentukan 4 kategori jawaban,

yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju

(STS).

3.5. Uji Validitas Instrumen

Dalam penelitian ini validitas konstruk dari setiap instrument diuji dengan analisis

faktor konfirmatori atau Confirmatory Factor Analysis (CFA). Adapun yang

dimaksud dengan CFA adalah model teori-penguji yang bertentangan dengan

metode teori yang menghasilkan faktor seperti eksploratori. Dalam CFA,

penelitian dimulai dengan membuat hipotesis sebelum analisis. Model atau

hipotesis dengan spesifik menentukan variabel mana yang akan berkorelasi

dengan faktor dan faktor mana yang berkorelasi. Hipotesis ini berdasarkan teori

yang kuat atau landasan empiris. Menurut Umar (dalam Afifah, 2011) tujuan CFA

adalah:

1. Untuk menguji hipotesis tentang satu atau lebih faktor serta saling keterkaitan

antara faktor tersebut sesuai model teori yang ditetapkan.

2. Untuk menguji validitas dari setiap indikator yang digunakan untuk

mengukur faktor atau konstruk tersebut.

CFA sering digunakan dalam proses pengembangan skala untuk

memeriksa struktur laten dari suatu alat tes (Brown, 2006). Dalam konteks ini,

CFA digunakan untuk verifikasi jumlah dimensi yang mendasari instrument

(faktor) dengan pola hubungan item dengan faktor (faktor loading). Hasil CFA

Page 64: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

52

dapat memberikan bukti kuat validitas convergent dan diskriminan dari sebuah

konstruk teoritis. Validitas konvergen diindikasi oleh bukti bahwa alat tes dengan

konstruk yang sama dan secara teori juga mengukur hal yang sama, maka korelasi

antar tes tersebut tinggi. Sedangkan validitas diskriminan diindikasikan oleh hasil

yang menunjukkan bahwa indikator secara teoritis berbeda konstruk tidak saling

berkorelasi tinggi.

Untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan CFA (Joreskog & Sorbom, 1988). Caranya terdiri dari tiga

langkah, yaitu:

1. Menguji apakah hanya satu faktor saja yang menyebabkan item-item saling

berkorelasi (hipotesis unidimensionalitas item).

Hipotesis ini diuji dengan chi-square. Untuk memutuskan apakah memang

tidak ada perbedaan antara matriks korelasi yang diperoleh dari data dengan

matriks korelasi yang dihitung menurut teori/model. Jika hasil chi-square

tidak signifikan (p>0.05), maka hipotesis nihil yang menyatakan bahwa

“tidak ada perbedaan antara matriks korelasi yang diperoleh dari data dan

model” tidak ditolak yang artinya item yang diuji mengukur satu faktor saja

(unidimensional). Sedangkan, jika nilai chi-square signifikan (p<0.05) maka

hipotesis nihil tersebut ditolak yang artinya item-item yang diuji ternyata

mengukur lebih dari satu faktor (multidimensional). Dalam keadaan demikian

maka peneliti melakukan modifikasi terhadap model dengan cara

memperbolehkan item-item saling berkorelasi tetapi dengan tetap menjaga

bahwa item hanya mengukur satu faktor (unidimensional). Jika sudah

Page 65: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

53

diperoleh model yang fit (tetapi tetap unidimensional) maka dilakukan

langkah selanjutnya.

2. Menganalisis item mana yang menjadi sumber tidak fit.

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengetahui item mana

yang menjadi sumber tidak fit, yaitu:

a. Melakukan uji signifikansi terhadap koefisien muatan faktor dari masing-

masing item dengan menggunakan t-test. Jika nilai t yang diperoleh pada

sebuah item tidak signifikan (t<1.96) maka item tersebut akan didrop

karena dianggap tidak signifikan sumbangannya terhadap pengukuran

yang sedang dilakukan.

b. Melihat arah dari koefisien muatan faktor (factor loading). Jika suatu

item memiliki muatan faktor negatif, maka item tersebut didrop karena

tidak sesuai dengan pengukuran (berarti semakin tinggi nilai pada item

tersebut semakin rendah nilai pada faktor yang diukur).

c. Sebagai kriteria tambahan (optional) dapat dilihat juga banyaknya

korelasi partial antar kesalahan pengukuran, yaitu kesalahan pengukuran

pada suatu item yang berkorelasi dengan kesalahan pengukuran pada

item lain. Jika pada suatu item terdapat terlalu banyak korelasi seperti ini

(lebih dari tiga), maka item tersebut juga akan didrop. Alasannya adalah

karena item yang demikian selain mengukur apa yang ingin diukur juga

mengukur hal lain (multidimensional item).

Page 66: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

54

3. Menghitung faktor skor.

Jika langkah-langkah di atas telah dilakukan, maka diperoleh item-item yang

valid untuk mengukur apa yang ingin diukur. Item-item inilah yang kemudian

diolah untuk mendapatkan faktor skor pada tiap skala. Dengan demikian

perbedaan kemampuan masing-masing item dalam mengukur apa yang

hendak diukur ikut menentukan dalam menghitung faktor skor (true score).

True score inilah yang akan dianalisis dalam penelitian ini.

Dalam penelitian ini, penulis tidak menggunakan row score/skor mentah

(hasil menjumlahkan skor item). Oleh karena itu sebenarnya tidak diperlukan

informasi tentang reliabilitas masing-masing alat ukur (misalnya, cronbach alpha)

karena true score itu reliabilitasnya sama dengan satu (100%).

Untuk kemudahan di dalam penafsiran hasil analisis maka penulis

mentransformasikan faktor skor yang diukur dalam skala baku (Z score) menjadi

T score yang memiliki mean=50 dan standar deviasi (SD)=10 sehingga tidak ada

responden yang mendapat skor negatif. Adapun rumus T score adalah:

3.5.1 Uji Validitas Konstruk Altruisme

Peneliti menguji apakah 20 item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-

item tersebut benar-benar hanya mengukur altruisme. Dari hasil awal analisis

CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi

T skor = (10 x faktor skor) + 50

Page 67: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.
Page 68: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

56

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam

mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu

perlu di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang

koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t

bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut

signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item

pengukuran altruisme disajikan pada tabel 3.5 di bawah ini :

Tabel 3.5 Muatan Faktor Item altruisme

Keterangan : tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada 16 item yang signifikan ( t >

1,96) dan 4 item yang tidak signifikan (t < 1,96) yaitu item nomor 2,10,16 dan 17.

Selanjutnya melihat muatan faktor dari item apakah ada yang bermuatan negatif.

No Koefisien Standard Error Nilai t Signifikan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

0,27

0,05

0,14

1,39

0,41

0,40

0,33

0,11

0,16

0,03

0,20

0,28

0,38

0,47

0,57

0,04

-0,08

0,19

0,11

0,09

0,04

0,03

0,03

0,06

0,08

0,05

0,05

0,04

0,07

0,03

0,04

0,05

0,05

0,05

0,08

0,03

0,03

0,03

0,03

0,03

6,12

1,64

3,97

22,67

5,28

7,67

6,92

3,08

2,19

1,02

5,14

6,17

7,62

8,76

7,39

1,40

-2,26

3,19

3,19

3,07

V

X

V

V

V

V

V

V

V

X

V

V

V

V

V

X

X

V

V

V

Page 69: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

57

Dari nilai koefisien item diperoleh item yang bermuatan faktor negatif yaitu item

nomor 17. Dengan demikian item nomor 17 akan didrop. Artinya bobot nilai pada

item tersebut tidak ikut dianalisis dalam penghitungan faktor skor. Dalam model

pengukuran ini terdapat beberapa kesalahan pengukuran yang saling berkorelasi

satu sama lain, artinya dapat disimpulkan bahwa item - item tersebut bersifat

multidimensional atau tidak hanya mengukur satu faktor saja. terdapat dua item

yang memiliki lebih dari dua kesalahan pengukuran yang berkorelasi dengan

kesalahan pengukuran item lainnya, yaitu item nomor 9 dan 20. Dengan demikian

item nomor 2,10,16,17, 9, dan 20 akan didrop dan tidak digunakan dalam analisa.

3.5.2 Uji Validitas Konstruk Kematangan Emosi

3.5.2.1 Kemandirian

Peneliti menguji apakah 7 item yang benar-benar bersifat unidimensional, artinya

benar-benar hanya mengukur kemandirian. Dari hasil analisis CFA dengan model

satu faktor, ternyata fit dengan Chi Square =13,63 , df = 14 , P-value = 0,47738 ,

RMSEA = 0,000 . Artinya, model dengan satu faktor (unidimensional) dapat

diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu kemandirian.

Model fit tersebut ditunjukkan pada gambar 3.2.

Page 70: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.
Page 71: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

59

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa seluruh item nomor 1,5,dan 20 tidak

signifikan (t >1,96) Dengan demikian item-item tersebut akan di-drop.

Selanjutnya melihat muatan faktor dari item apakah ada yang bermuatan negatif.

Dari nilai koefisien item diperoleh item yang bermuatan faktor negatif yaitu item

nomor 5, dengan demikian item nomor 5 akan didrop. Artinya bobot nilai pada

item tersebut tidak ikut dianalisis dalam penghitungan faktor skor.

3.5.2.2 Kemampuan Menerima Kenyataan

Peneliti menguji apakah 4 item yang benar-benar bersifat unidimensional, artinya

benar-benar hanya mengukur kemampuan menerima kenyataan. Dari hasil analisis

CFA dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi Square = 62,96 , df =

2 , P-value = 0, RMSEA = 0,350 . Namun, setelah dilakukan modifikasi sebanyak

2 kali terhadap model dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran

diantara item-item yang dianalisis, maka diperoleh model fit dengan nilai Chi

Square = 0 , df = 0 , P-value = 1 , RMSEA = 0 . Artinya, model dengan satu faktor

(unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor

saja yaitu mampu menerima kenyataan. Model fit tersebut ditunjukkan pada

gambar 3.3.

Page 72: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.
Page 73: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.
Page 74: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

62

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam

mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu

perlu di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang

koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t

bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut

signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item

pengukuran kemampuan beradaptasi disajikan pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.8 Muatan Item Kemampuan Beradaptasi

No Koefisien Standard

Error

Nilai t Signifikan

3 1,26 0,13 9,73 V

9 -0,29 0,07 -4,17 X

12 0,15 0,05 2,80 V

15 0,23 0,06 4,01 V

17 0,66 0,09 7,61 V

24 -0,19 0,06 -3,17 X

Keterangan : tanda V = signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada 4 item yang signifikan ( t > 1,96)

dan 2 item yang tidak signifikan (t < 1,96) yaitu item nomor 9 dan 24.

Selanjutnya melihat muatan faktor dari item apakah ada yang bermuatan negatif.

Dari nilai koefisien item diperoleh item yang bermuatan faktor negatif yaitu item

nomor 9 dan 24. Dengan demikian item nomor 9 dan 24 akan didrop. Artinya

bobot nilai pada item tersebut tidak ikut dianalisis dalam penghitungan faktor

skor.

3.5.2.3 Kemampuan Menguasai Amarah

Peneliti menguji apakah 4 item yang benar-benar bersifat unidimensional, artinya

benar-benar hanya mengukur kemampuan menguasai amarah. Dari hasil analisis

Page 75: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.
Page 76: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

64

Tabel 3.9 Muatan Item Kemampuan Menguasai Amarah

No Koefisien Standard

Error

Nilai t Signifikan

6 0,66 0,06 10,58 V

8 0,65 0,06 10,47 V

19 0,67 0,06 10,80 V

25 0,83 0,06 13,89 V

Keterangan : tanda V = signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan (t >1,96) dan

semua koefisien sudah bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor

dari item sesuai dengan sifat item yang semuanya bersifat favorable. Dengan

demikian item-item tersebut tidak akan di-drop.

3.5.3 Uji Validitas Konstruk Pola Asuh Orang Tua

3.5.3.1 Otoriter

Peneliti menguji apakah 10 item yang benar-benar bersifat unidimensional,

artinya benar-benar hanya mengukur otoriter. Dari hasil analisis CFA dengan

model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi Square = 58,84 , df = 35 , P-value

= 0,00705 , RMSEA = 0,052. Namun, setelah dilakukan modifikasi sebanyak 1

kali terhadap model dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran

diantara item-item yang dianalisis, maka diperoleh model fit dengan nilai Chi

Square = 46,14, df = 34 , P-value = 0,08000 , RMSEA = 0,038 . Artinya, model

dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item hanya

mengukur satu faktor saja yaitu otoriter. Model fit tersebut ditunjukkan pada

gambar 3.6.

Page 77: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.
Page 78: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.
Page 79: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

67

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam

mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu

perlu di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang

koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t

bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut

signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item

pengukuran otoritatif disajikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.11 Muatan Item Otoritatif

No Koefisien Standard

Error

Nilai t Signifikan

4 -0,11 0,10 -1,13 X

5 -0,16 0,10 -1,65 X

8 0,29 0,10 2,77 V

11 0,54 0,13 3,98 V

15 -0,04 0,10 -0,13 X

20 0,22 0,10 2,17 V

22 0,22 0,10 2,19 V

23 0,17 0,10 1,74 X

27 0,06 0,04 1,68 X

30 0,26 0,10 2,59 V

Keterangan : tanda V = signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada 5 item yang signifikan ( t > 1,96)

dan 5 item yang tidak signifikan (t < 1,96) yaitu item nomor 4,5,15,23 dan 27.

Selanjutnya melihat muatan faktor dari item apakah ada yang bermuatan negatif.

Dari nilai koefisien item diperoleh item yang bermuatan faktor negatif yaitu item

nomor 4,5 dan 15, dengan demikian item tersebut akan didrop. Artinya bobot nilai

pada item tersebut tidak ikut dianalisis dalam penghitungan faktor skor. Dengan

demikian item yang akan didrop dengan tidak ikut dianalisis adalah item nomor

4,5,15,23 dan 27

Page 80: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.
Page 81: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

69

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam

mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu

perlu di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang

koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t

bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut

signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item

pengukuran permisif disajikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.12 Muatan Item Permisif

No Koefisien Standard

Error

Nilai t Signifikan

1 0,33 0,08 3,94 V

6 0,21 0,08 2,58 V

10 -0,12 0,08 -1,47 X

13 -0,45 0,09 -4,98 X

14 -0,07 0,08 -0,88 X

17 0,16 0,08 2,02 V

19 -0,14 0,11 -1,22 X

21 -0,15 0,08 -1,85 X

24 0,70 0,12 5,83 V

28 0,06 0,08 0,78 X

Keterangan : tanda V = signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada 4 item yang signifikan ( t > 1,96)

dan 6 item yang tidak signifikan (t < 1,96) yaitu item nomor 10,13,14,19,21 dan

28. Selanjutnya melihat muatan faktor dari item apakah ada yang bermuatan

negatif. Dari nilai koefisien item diperoleh item yang bermuatan faktor negatif

yaitu item nomor 10,13,14,19 dan 21 dengan demikian item tersebut akan didrop.

Artinya bobot nilai pada item tersebut tidak ikut dianalisis dalam penghitungan

faktor skor. Dengan demikian item yang akan didrop dengan tidak ikut dianalisis

adalah item nomor 10,13,14,19,21 dan 28.

Page 82: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

70

3.6. Teknik Analisis Data

Metode pengolahan data adalah suatu metode yang digunakan untuk menganalisa

data hasil penelitian dalam rangka menguji hipotesis. Untuk menjawab pernyataan

penelitian, peneliti menggunakan teknik analisis regresi berganda. Teknik analisis

berganda ini digunakan untuk menentukan ketepatan prediksi dan ditujukan untuk

mengetahui besarnya pengaruh dari variabel bebas (IV), yaitu kematangan emosi

dan pola asuh terhadap variabel terikat (DV) altruism

Regresi berganda merupakan metode statistika yang digunakan untuk

membentuk model hubungan antara variabel terikat (dependen; respon; Y) dengan

lebih dari satu variabel bebas (independen; predictor; X).

Persamaan garis regresi penelitian, yaitu:

Keterangan:

Y` = Dependent Variable (DV)

a = Konstanta

X1, X2,….,Xp = Independent Variable(IV)

p = Jumlah independent variable (IV)

b1, b2,….,bp = Koefisien regresi untuk masing-masing IV

Untuk menilai apakah model regresi yang dihasilkan merupakan model

yang paling sesuai (memiliki error terkecil) dibutuhkan beberapa

pengujian dan analisis, yaitu:

Y` = a + b1X1 + b2X2 + …… + bpXp

Page 83: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

71

1. R2

(koefisien determinasi berganda)

Melalui regresi berganda ini akan diperoleh nilai R, yaitu koefisien

korelasi berganda antara komitmen organisasi dengan independent

variable. Besarnya komitmen organisasi yang disebabkan faktor-

faktor yang telah disebutkan tadi ditunjukkan oleh koefisien

determinasi berganda R2. R

2 menunjukkan variasi atau perubahan

variabel terikat (Y) disebabkan variabel bebas (X) atau digunakan

untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas (X) terhadap

variabel terikat (Y) atau merupakan perkiraan proporsi varians dari

komitmen organisasi yang dijelaskan oleh independent variable.

Untuk mendapatkan nilai R2, digunakan rumus:

Keterangan:

R2

= Proporsi varians

SSreg = Sum of Square Regression (jumlah kuadrat regresi)

SSy = Sum of Square Y (jumlah kuadrat Y)

2. Uji F

Untuk membuktikan apakah regresi Y pada X signifikan atau tidak, maka

digunakan uji F. dari hasil uji F yang dilakukan, maka dapat dilihat

apakah independent variable yang diujikan memiliki pengaruh terhadap

Page 84: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

72

dependent variable. Untuk membuktikan hal tersebut menggunakan

rumus:

( ) ( )

Keterangan:

R2 = Proporsi varians

K = Jumlah independent variable

N = Jumlah sampel

3. Uji T

Uji T digunakan untuk melihat apakah pengaruh yang diberikan variabel

bebas (X) signifikan terhadap variabel terikat (Y) secara sendiri-sendiri

atau parsial. Uji ini digunakan untuk menguji apakah sebuah variabel

bebas (X) benar-benar memberikan kontribusi terhadap variable terikat

(Y). Hasil uji T ini akan diperoleh dari hasil regresi yang akan dilakukan

oleh peneliti nantinya. Uji T yang akan dilakukan menggunakan rumuas

sebagai berikut:

Keterangan:

b = Koefisien regresi

Sb = Standart error Estimate

Page 85: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

73

3.7. Prosedur Penelitian

Penelitian ini berjalan dengan melalui tiga tahapan prosedur penelitian, yaitu

tahap persiapan, pengambilan data, serta pengolahan data.

1. Tahap persiapan penelitian

Dimulai dengan perumusan masalah, menentukan variabel yang akan diteliti,

melakukan kajian teori untuk mendapat gambaran, dan penjelasan yang tepat

mengenai variabel penelitian. Kemudian menentukan, menyusun, dan

menyiapkan alat ukur yang akan digunakan.

2. Tahap pengmbilan data

Peneliti melakukan pengambilan data penelitian dengan memberikan

instrumen yang telah dipersiapkan kepada subyek penelitian. Pengumpulan

data dilakukan pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Pengolahan data

Setelah data terkumpul, peneliti melakukan pengolahan data dari hasil

instrumen penelitian yang telah diisi oleh responden. Melakukan analisis data

dengan bantuan software LISREL 8.80 untuk menguji hipotesis dan regresi

antar variabel penelitian.

Page 86: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

74

74

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pada bab empat ini peneliti akan membahas mengenai hasil penelitian yang telah

dilakukan. Pembahasan tersebut meliputi, gambaran umum subyek

penelitian, hasil analisis deskriptif, dan hasil uji hipotesis.

4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian

Subbab ini membahas mengenai gambaran umum subyek penelitian. Adapun

subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1 UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang tercatat aktif di tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 250 orang.

Berdasarkan jenis kelamin responden dalam penelitian ini dapat digambarkan

sebagai terlihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan jenis kelamin

JENIS KELAMIN JUMLAH PERSENTASE

Perempuan 136 54,4%

Laki-laki 114 45,6%

JUMLAH 250 100%

Berdasarkan data pada tabel 4.1 diatas, diketahui bahwa responden

penelitian ini terdiri atas perempuan dan laki-laki. Perempuan sebanyak 136 orang

(54,4%), dan laki-laki sebanyak 65 orang (29,54%).

4.2. Kategorisasi Deskripsi Variabel

Berikut ini akan diuraikan penggolongan kategorik dan penyebaran skor

altruisme, skor kematangan emosi, dan pola asuh orang tua menjadi dua

kategorisasi yaitu tinggi dan rendah. Untuk mengkategorisasikanya, terlebih

Page 87: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

75

dahulu peneliti menghitung mean, standar deviasi (SD) , nilai maksimum dan

minimum dari masing-masing variabel. Nilai tersebut dapat dilihat dari tabel 4.2.

Tabel 4.2 Statistik Deskriprif Variabel Penelitian

N Min Max Mean SD

Altruis 250 34,80 63,78 46,80 8,30

Kemandirian 250 32,63 68,63 49,99 9,51

Kemampuan

menerima kenyataan

250 20,98 58,35 50,00 9,74

Kemampuan

Beradaptasi

250 29,32 66,94 50,00 9,49

Kemampuan

menguasai amarah

250 25,09 60,11 50,00 8,60

Valid (listwise) 250

Berdasarkan tabel di atas, data yang didapat dengan sampel berjumlah 250

responden untuk skor terendah skala altruisme adalah 34,80, skor tertinggi adalah

63,78 dengan rata-rata sebesar 46,80 dan standar deviasi sebesar 8,30. Skor

kemandirian terendah adalah 32,63, skor tertinggi adalah 68,63, dengan rata-rata

sebesar 49,99, dan standar deviasi sebesar 9,51. Skor kemampuan menerima

kenyataan terendah adalah 20,98, skor tertinggi adalah 58,35, dengan rata-rata

skor adalah 50.00, dan standar defiasinya adalah 9,74. Skor kemampuan

beradaptasi terendah adalah 29,32, skor tertinggi adalah 66.94, dengan skor rata-

rata adalah 50.00 dan standar deviasinya sebesar 9,49. Skor kemampuan

menguasai amarah terendah adalah 25,09, skor tertinggi 60,11, dengan rata-rata

adalah 50,00 dan standar deviasinya sebesar 8,60.

Dengan menggunakan standar deviasi dan mean dari norma skor, maka

dapat ditetapkan norma seperti tertera pada tabel 4.3.

Page 88: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

76

Tabel 4.3 Norma Skor Kategori

Kategori Norma

Tinggi X ≥ Mean

Rendah X < Mean

Setelah kategorisasi tersebut didapatkan, maka akan diperoleh nilai

persentase kategorisasi untuk altruisme, kematangan emosi dan pola asuh orang

tua.

4.2.1 Kategorisasi Skor Altruisme

Adapun untuk kategorisasi skor altruisme pada 250 responden, dapat dilihat pada

tabel 4.4 berikut.

Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Altruisme

Kategorisasi Nilai Jumlah Responden Persentasi

Tinggi 47,34 - 63,78 102 40.8%

Rendah 34,8 - 44,6 148 59.2%

Total 250 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden yang memiliki skor

altruisme yang tinggi sebanyak 102 (40,8%) dan 148 responden (59,2%) memiliki

skor altruisme yang rendah. Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku altruisme

yang dimiliki sebagian besar mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

memiliki skor altruisme yang rendah.

4.2.2 Ketegorisasi Skor Kematangan Emosi

4.2.2.1 Kategorisasi Skor Kemandirian

Adapun untuk kategorisasi skor kemandirian pada 250 responden dapat dilihat

pada tabel 4.5.

Page 89: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

77

Tabel 4.5 Kategorisasi Skor Kemandirian

Kategorisasi Nilai Jumlah Responden Persentasi

Tinggi 53,33 - 68,63 114 45,6%

Rendah 32,63 - 47,73 136 54,4%

Total 250 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden yang memiliki

skor kemamdirian yang tinggi sebanyak 114 orang (45,6%) dan 136 responden

(54,4%) memiliki skor kemandirian yang rendah. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa sebagian besar mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki skor

kemamdirian yang rendah.

4.2.2.2 Kategorisasi Skor Kemampuan Menerima Kenyataan

Adapun untuk kategorisasi skor kemampuan menerima kenyataan pada 250

responden dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 Kategorisasi Skor Kemampuan Menerima Kenyataan

Kategorisasi Nilai Jumlah Responden Persentasi

Tinggi 56,05 - 58,35 132 52,8%

Rendah 20,98 - 46,08 118 47,2%

Total 250 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden yang memiliki

skor kemampuan menerima kenyataan yang tinggi sebanyak 132 orang (52,8%)

dan 118 responden (47,2%) memiliki skor kemampuan menerima kenyataan yang

rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta memiliki skor kemampuan menerima kenyataan yang tinggi.

Page 90: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

78

4.2.2.3 Kategorisasi Skor Kemampuan Beradaptasi

Adapun untuk kategorisasi skor kemampuan beradaptasi pada 250 responden

dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7 Kategorisasi Skor Kemampuan Beradaptasi

Kategorisasi Nilai Jumlah Responden Persentasi

Tinggi 52,98 - 66,94 167 66,8%

Rendah 29,32 - 49,52 83 33,2%

Total 250 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden yang memiliki

skor kemampuan menerima kenyataan yang tinggi sebanyak 167 orang (66,8%)

dan 83 responden (33,2%) memiliki skor kemampuan beradaptasi yang rendah.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta memiliki skor kemampuan beradaptasi yang tinggi.

4.2.2.4 Kategorisasi Skor Kemampuan Menguasai Amarah

Adapun untuk kategorisasi skor kemampuan menguasai amarah pada 250

responden dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8 Kategorisasi Skor Kemampuan Menguasai Amarah

Kategorisasi Nilai Jumlah Responden Persentasi

Tinggi 50,06 - 60,11 157 62,8%

Rendah 25,09 - 47,48 93 37,2%

Total 250 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden yang memiliki

skor kemampuan menerima kenyataan yang tinggi sebanyak 157 orang (62,8%)

dan 93 responden (37,2%) memiliki skor kemampuan menguasai amarah yang

Page 91: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

79

rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta memiliki skor kemampuan menguasai amarah yang tinggi.

4.2.3 Ketegorisasi Skor Pola Asuh Orang Tua

Adapun untuk kategorisasi skor pola asuh orang tua pada 250 responden dapat

dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.9 Kategorisasi Skor Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh Jumlah Persentase

Otoriter 76 30,4%

Otoritatif 74 29,6%

Permisif 100 40%

Total 250 100%

Dari tabel di atas, dapat dilihat dari 250 responden, 76 responden (30,4%)

pola asuh orang tua cenderumg bersifat otoriter, 74 responden (29,6%) pola asuh

orang tua cenderung bersifat otoritatif, dan 100 responden (40%) pola asuh orang

tua bersifat permisif. Dengan demikian responden terbanyak pada penelitian ini

yaitu pola asuh permisif.

4.3 Uji Hipotesis Penelitian

4.3.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian

Pada tahapan ini peneliti menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi

berganda dengan menggunakan software SPSS 18. Uji regresi dilakukan untuk

melihat tiga hal yaitu, apakah IV berpengaruh signifikan terhadap DV, melihat

besaran R-square untuk mengetahui berapa persen (%) varians pada DV yang

Page 92: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

80

dijelaskan oleh IV, yang terakhir untuk melihat signifikan atau tidaknya koefisien

regresi dari masing-masing IV. Langkah pertama yang dilakukan peneliti adalah

untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh dari IV secara bersama-sama

terhadap DV. Hasil analisis determinasi dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut.

Tabel 4.10 R-Square

Model R R Square Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate

1 .269a .072 .045 8.11927

a. Predictors: (Constant), JK, MANDIRI, PA2, AMARAH, KENYATAAN,

MENYESUAIKAN, PA1

Dari tabel 4.10 di atas dapat kita lihat bahwa perolehan R-square sebesar 0.072

atau 7,2%. Artinya proporsi varians dari altruisme yang dijelaskan oleh semua

variabel independen adalah sebesar 7,2% sedangkan 92,8% sisanya dipengaruhi

oleh variabel di luar penelitian ini.

Langkah selanjutnya menganalisis dampak dari keseluruhan variabel

independen terhadap altruisme. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.11

berikut.

Table 4.11 ANOVAb

Model Sum of

Squares

Df Mean

Square

F Sig.

1 Regression 1241.324 7 177.332 2.690 .011a

Residual 15953.265 242 65.923

Total 17194.588 249

a. Predictors: (Constant), JK, MANDIRI, PA2, AMARAH, KENYATAAN,

MENYESUAIKAN, PA1

b. Dependent Variable: ALTRUIS

Page 93: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

81

Hasil penghitungan pada tabel 4.10 diatas menunjukkan bahwa nilai p =

0,011 (p < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nihil yang menyatakan

tidak ada pengaruh yang signifikan seluruh variabel independen terhadap

altruisme ditolak. Artinya, ada pengaruh yang signifikan dari jenis kelamin,

kemandirian, pola asuh 2, kemampuan menguasai amarah, kemampuan menerima

kenyataan, kemampuan beradaptasi dan pola asuh 1 terhadap altruisme pada

mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Langkah terakhir adalah melihat koefisien regresi tiap variabel independen

pada tabel 4.12.

Tabel 4.12 Koefisien Regresi

a. Dependent Variable: ALTRUIS

Berdasarkan koefisien regresi pada Tabel 4.11 koefisien IV, dapat

disampaikan bahwa persamaan regresi adalah sebagai berikut:

Self control = 27,452 - 0,010 kemandirian + 0,094 kemampuan menerima

kenyataan + 0,117 kemampuan beradaptasi* + 0,208

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.

B Std.

Error

Beta

1 (Constant) 27.452 6.703 4.095 .000

MANDIRI -.010 .056 -.012 -.186 .852

KENYATAAN .094 .055 .111 1.720 .087

BERADAPTASI .117 .058 .134 2.030 .043

AMARAH .208 .063 .215 3.303 .001

PA1 -2.546 1.251 -.139 -2.036 .043

PA2 -1.084 1.248 -.060 -.869 .386

JK -.083 1.038 -.005 -.080 .936

Page 94: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

82

kemampuan menguasai amarah* -2,546 pola asuh 1* - 1,084

pola asuh 2 – 0,083 jenis kelamin

Keterangan: Tanda (*) menunjukan variabel signifikan

Selanjutnya untuk melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang

dihasilkan , cukup melihat pada nilai signifikan pada kolom ke-6 pada tabel 4.12

di atas. Jika signifikansinya kurang dari 0,05 (p<0,05), maka koefisien regresi

yang dihasilkan signifikan juga pengaruhnya terhadap altruisme, begitu pula

sebaliknya. Dari hasil tabel di atas, terdapat tiga IV yang signifikan terhadap

altruisme yaitu kemampuan beradaptasi, kemampuan menguasai amarah dan pola

asuh 1. Sedangkan konstanta sebesar 27,452 pada tabel, diartikan jika seluruh IV

dalam penelitian diasumsikan nilainya 0, maka altruisme nilainya 27,452. Adapun

penjelasan mengenai nilai koefisien regresi yang diperoleh dari masing-masing

IV adalah sebagai berikut:

1. Kemandirian, diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,010 dengan

signifikansi sebesar 0,852 (p>0,05), yang berarti bahwa kemandirian pada

kematangan emosi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap altruisme.

2. Kemampuan menerima kenyataan, diperoleh nilai koefisien regresi sebesar

0,094 dengan signifikansi sebesar 0,087 (p>0,05), yang berarti bahwa

kemampuan menerima kenyataan pada kematangan emosi tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap altruisme.

3. Kemampuan beradaptasi, diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,117

dengan signifikansi sebesar 0,043 (p<0,05), yang berarti bahwa kemampuan

Page 95: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

83

beradaptasi pada kematangan emosi secara positif memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap altruisme. Artinya jika semakin tinggi kemampuan

beradaptasi pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta maka semakin

tinggi pula tingkat altruisme.

4. Kemampuan menguasai amarah, diperoleh nilai koefisien regresi sebesar

0,208 dengan signifikansi sebesar 0,001 (p<0.05), yang berarti bahwa

kemampuan menguasai amarah pada kematangan emosi secara positif

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap altruisme. Artinya jika semakin

tinggi kemampuan menguasai amarah pada mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta maka semakin tinggi pula tingkat altruisme.

5. Pola asuh (Otoriter-Permisif), diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -

2,546 dengan signifikansi sebesar 0,043 (p<0.05), yang berarti bahwa pola

asuh otoriter-permisif secara negatif memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap altruisme. Jadi semakin rendah skor pola asuh otoriter-permisif

maka semakin tinggi altruisme.

6. Pola asuh (Otoritatif-Permisif), diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -

1,084 dengan signifikansi sebesar 0,386 (p>0,05), yang berarti bahwa variabel

pola asuh otoritatif-permisif tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

altruisme.

Page 96: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

84

7. Jenis kelamin, diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,083 dengan

signifikansi sebesar 0,936 (p>0,05), yang berarti bahwa jenis kelamin tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap altruisme.

Selanjutnya, dari tabel 4.12 di atas dapat juga diketahui urutan IV yang

berpengaruh secara signifikan terhadap DV dari yang terbesar sampai yang

terkecil. Untuk melihat urutan dari yang terbesar sampai yang terkecil dari

pengaruh tiap IV terhadap DV dapat diketahui melalui dua cara, yaitu melalui

nilai signifikansi (p) dan melalui standardized coefficient beta (Umar dalam

Anggis,2014). Maka dari tabel Koefisien Regresi di atas dapat diketahui urutan IV

yang memiliki pengaruh dari yang terbesar terhadap DV, yaitu:

1. Kemampuan menguasai amarah dengan beta = 0,215

2. PA (otoriter-permisif) dengan beta = 0.139

3. Kemampuan beradaptasi dengan beta = 0.134

4.3.2 Pengujian Varians Masing-masing Independen Variabel

Peneliti ingin mengetahui sumbangan atau kontribusi dari masing-masing

independent variable terhadapa dependent variabl. Besarnya sumbangan masing-

masing IV yaitu kemamdirian, kemampuan menerima kenyataan, kemampuan

beradaptasi, kemampuan menguasai amarah, pola asuh otoriter, pola asuh

otoritatif, pola asuh permisif dan jenis kelamin terhadap DV yaitu altruisme dapat

dilihat pada tabel 4.13.

Page 97: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

85

Tabel 4.13 Proporsi Varians Masing-masing Independent Variabel

Model R R

Square

R

Square

Cahnge

Sumbangan F

Change

Sig.

Change

Sig

1 .040a .002 .002 0,2% .395 .530 X

2 .092b .008 .006 0,6% 1.698 .194 X

3 .112c .012 .004 0,4% 1.008 .316 X

4 .237d .056 .044 4,4% 11.381 .001 V

5 .263e .069 .013 1,3% 3.398 .066 X

6 .269f .072 .003 0,3% .763 .383 X

7 .269g .072 .000 0% .006 .936 X

a. Predictors: (Constant), MANDIRI

b. Predictors: (Constant), MANDIRI, KENYATAAN

c. Predictors: (Constant), MANDIRI, KENYATAAN, BERADAPTASI

d. Predictors: (Constant), MANDIRI, KENYATAAN, BERADAPTASI, AMARAH

e. Predictors: (Constant), MANDIRI, KENYATAAN, BERADAPTASI, AMARAH, PA1

f. Predictors: (Constant), MANDIRI, KENYATAAN, BERADAPTASI, AMARAH, PA1, PA2

g. Predictors: (Constant), MANDIRI, KENYATAAN, BERADAPTASI, AMARAH, PA1, PA2, JK

Besarnya kontribusi masing-masing variabel dapat dilihat pada tabel 4.13

yang akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Kemamdirian memberikan sumbangan sebesar 0,2% dalam varians altruisme.

Sumbangan tersebut tidak signifikan (sig>0,05) dengan F change=0,395.

2. Kemampuan menerima kenyataan memberikan sumbangan sebesar 0,6%

dalam varians altruisme. Sumbangan tersebut tidak signifikan (sig>0,05)

dengan F change=1.698

3. Kemampuan beradaptasi memberikan sumbangan sebesar 0,4% dalam

varians altruisme. Sumbangan tersebut tidak signifikan (sig>0,05) dengan F

change=1.008.

4. Kemampuan menguasai amarah memberikan sumbangan sebesar 4,4% dalam

varians altruisme. Sumbangan tersebut signifikan (sig<0,05) dengan F

Page 98: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

86

change=11.381. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kemampuan

menguasai amarah, diikuti dengan semakin tinggi altruisme.

5. Pola asuh 1 memberikan sumbangan sebesar 1,3% dalam varians altruisme.

Sumbangan tersebut tidak signifikan (sig>0,05) dengan F change=3,398.

6. Pola asuh 2 memberikan sumbangan sebesar 0,3% dalam varians altruisme.

Sumbangan tersebut tidak signifikan (sig>0,05) dengan F change=0,763.

7. Jenis kelamin memberikan sumbangan sebesar 0% dalam varians altruisme.

Sumbangan tersebut tidak signifikan (sig>0,05) dengan F change=0,006.

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat satu IV yaitu

kemampuan menguasai amarah yang sumbanganya signifikan terhadap DV.

Page 99: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

87

BAB V

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Pada bab ini dikemukakan mengenai kesimpulan hasil penelitian, diskusi tentang

hasil penelitian serta saran teoritis dan saran praktis.

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan uji hipotesis utama yang dilakukan dengan menggunakan uji multiple

regression, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan

antara kematangan emosi dan pola asuh orang tua terhadap altruisme pada

mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hari hasil uji hipotesis minor yang

menguji masing-masing koefisien regresi terhadap depenndent variable diperoleh

tiga koefisien regresi yang signifikan, yaitu kemampuan beradaptasi, kemampuan

menguasai amarah dan pola asuh otoriter-permisif.

Dalam penelitian ini, terdapat beberapa independent variable yang

memiliki pengaruh positif maupun pengaruh negatif yang signifikan terhadap

altruisme pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun variabel yang

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap dependent variable diantaranya

adalah kemampuan beradaptasi dan kemampuan menguasai amarah. Sedangkan

untuk variabel yang berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap dependent

variable adalah pola asuh otoriter-permisif.

Kontribusi variabel kematangan emosi (kemamdirian, kemampuan

menerima kenyataan, kemampuan beradaptasi dan kemapuan menguasai amarah),

Page 100: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

88

pola asuh orang tua (otoriter, otoritatif dan permisif) dan jenis kelamin dalam

penelitian ini memberikan sumbangsih sebanyak 7,2% terhadap bervariasinya

variabel altruisme pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5.2 Diskusi

Variabel independen pertama adalah kematangan emosi. Secara

keseluruhan kematangan emosi berpengaruh signifikan terhadap perilaku

menolong (altruisme), hasil ini sesuai dengan penelitian Gusti dan Margaretha

(2010), bahwa kematangan emosi berpengaruh positif terhadap perilaku altruisme.

Selanjutnya terdapat dua aspek kematangan emosi yang terbukti

berpengaruh secara signifikan terhadap altruism, yaitu:

a. aspek kemampuan beradaptasi, memiliki pengaruh yang positif signifikan

terhadap altruisme, hal ini berarti semakin tinggi kemampuan seseorang

beradaptasi maka semakin tinggi tingkat altruis seseorang, hal ini selaras

dengan penelitian Gusti dan Margaretha (2010). Menurut Smitson (dalam

Katskovsky & Garlow, 1976), seseorang yang mampu beradaptasi dengan

baik, ia dapat dengan fleksibel berhubungn dengan orang lain atau situasi

tertentu secara produktif, sehingga lebih mudah untuk memberi pertolongan

kepada orang lain.

b. Aspek kemampuan menguasai amarah, memiliki pengaruh yang positif

signifikan terhadap altruisme, hal ini berarti semakin tinggi kemampuan

seseorang menguasai amarah maka semakin tinggi tingkat altruis seseorang,

Page 101: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

89

hal ini selaras dengan penelitian Gusti dan Margaretha (2010). Seseorang

yang mampu menguasai amarah tahu bagaimana mengontrol emosi yang

tidak dapat diterima secara sosial dan mampu bertahan dengan cara yang

diteriama sosial (Hurlock, 1980). Jadi dapat dikatakan seseorang yang

mampu mengontrol emosinya tahu kapan ia harus menolong orang lain.

Selanjutnya mengenai aspek kematangan emosi yang terbukti tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap altruisme.

a. Aspek kemandirian, hasil penelitian menunjukkan bahwa kemandirian tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap altruisme. Seseorang yang mandiri

adalah seseorang yang mampu mengatur kehidupannya sendiri, mampu

memutuskan apa yang dikehendakinya dan bertanggung jawab terhadap

keputusan tersebut (Smitson, dalam Katskovsky & Gorlow, 1976). Overstreet

(dalam Puspitasari & Nuryoto, 2002) mengungkapkan seseorang yang

matang tidak menggantungkan hidup sepenuhnya kepada orang lain karena

seseorang yang matang tahu bahwa setiap orang bertanggung jawab atas

kehidupannya sendiri-sendiri. Peneliti menduga kemandirian tidak

berpengaruh terhadap altruisme karena adanya perasaan bahwa setiap orang

bertanggung jawab terhadap kehidupannya sendiri-sendiri.

b. Aspek kemampuan menerima kenyataan, hasil penelitian menunjukkan

bahwa kemampuan menerima kenyataan tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap altruisme. Ini tidak sesuai dengan pendapat Smitson ( Katskovsky &

Gorlow, 1976) yang mengatakan seseorang yang mampu menerima

Page 102: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

90

kenyataan adalah seseorang yang menggunakan apa yang ada pada dirinya

untuk menghadapi kenyataan dan secara efektif mengembangkan pola

tingkah laku dan pola hubungan dengan orang lain. Sehingga, seharusnya

seseorang yang mampu menerima kenyataan adalah seseorang yang

memahami kondisi orang lain yang membutuhkan pertolongan. Peneliti

menduga kemampuan menerima kenyataan tidak berpengaruh terhadap

altruisme karena tidak semua mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah mapu

menerima kenyataan hidup dan lebih memilih untuk menyangkal atau lari

dari masalah karena takut akan resiko yang dihadapi.

Variabel independen yang kedua adalah pola asuh orang tua.

a. Pola asuh 1 (otoriter-permisif) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

perilaku altruism dengan arah yang negatif. Artinya bahwa ada perbedaan

rata-rata altruisme kelompok pola asuh otoriter dengan kelompok pola asuh

permisif diman nilai rata-rata kelompok pola asuh permisif lebih besar

dibandingkan nilai rata-rata kelompok pola asuh otoriter.

b. Pola asuh 2 (otoritatif-permisif) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

altruisme.

Variabel demografi jenis kelamin tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap perilaku altruisme. Hal ini selaras dengan pendapat Deaux, Dane, and

Wrightsman (dalam Sarlito 2009). Peranan jenis kelamin terhadap kecenderungan

seseorang untuk menolong sangat bergantung pada situasi dan bentuk pertolongan

yang dibutuhkan. Laki-laki cenderung lebih mau terlibat dalam aktivitas

Page 103: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

91

menolong pada situasi darurat yang membahayakan, misalnya menolong

seseorang dalam kebakaran. Hal ini tampaknya terkait dengan peran tradisional

laki-laki, yaitu laki-laki dipandang lebih kuat dan lebih mempunyai keterampilan

untuk melindungi diri. Sementara perempuan, lebih tampil menolong pada situasi

yang bersifat memberi dukungan emosi, merawat, dan mengasuh

Perbedaan hasil penelitian ini dengan hasil penelitian sebelumnya dapat

disebabkan oleh beberapa faktor. Perbedaan tersebut dapat terjadi karena konteks

budaya yang berbeda antara budaya wilayah asal digunakannya skala dengan

budaya Indonesia. Skala baku yang dipergunakan dalam penelitian ini awalnya

digunakan pada negara dengan pola masyarakat yang lebih terbuka. Dibandingkan

dengan penggunaan pada masyarakat Indonesia yang lebih banyak menolong

karena adanya faktor personal dan situasional. Robert Trivers (dalam Sears, 1994)

mengungkapkan bahwa seseorang lebih mudah menolong orang yang disukainya,

atau memiliki kesamaan dengan dirinya, faktor situasional juga diduga menjadi

pengaruh seseorang dalam menolong orang lain, seperti saat adanya bencana

nasional, atau dalam kondisi yang mengharuskan seseorang menolong orang lain.

Perbedaan-perbedaan inilah mempengaruhi sudut pandang responden terhadap

item-item yang ada pada skala.

5.3 Saran

Peneliti menyadari banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penelitian ini

sehingga dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk melengkapi kekurangan dan

keterbatasan tersebut. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti

Page 104: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

92

membagi saran menjadi dua, yaitu saran teoritis dan saran praktis. Saran tersebut

dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi peneliti lain yang hendak meneliti

variabel terikat yang sama.

5.3.1. Saran Teoritis

1. Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, pada penelitian selanjutnya

disarankan meneliti lebih lanjut mengenai altruisme dengan menambah

variabel yang memiliki hubungan dengan altruisme, seperti faktor

kepribadian, religiusitas.

2. Disarankan juga agar tidak menggunakan item terlalu banyak, hal ini untuk

mengurangi kelelahan dan kejenuhan responden saat mengisi kuestioner

penelitian.

3. Diharapkan mengadakan penelitian dengan sampel yang lebih banyak lagi,

sehingga dapat diperoleh jawaban yang lebih bervariasi tentang perilaku

altruisme.

2.1.5 Saran Praktis

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan yang positif bagi

perkembangan ilmu psikologi remaja.

2. Setiap orang tua memiliki cara dan pola asuh yang berbeda, namun sebaiknya

mampu memilih pola asuh yang tepat dan yang terpenting adalah orang tua

dapat mendidik dan mengasuh anak-anak sehingga mereka dapat

menumbuhkan rasa percaya diri, kemandirian, serta mengembangkannya.

Sehingga anak mampu menghadapi situasi dan kondisi yang serba tak terduga

dikemudian hari.

Page 105: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

93

3. Bagi remaja disarankan untuk belajar membiasakan diri untuk bersikap saling

tolong menolong dalam hal kebaikan, karena sangat berguna demi terciptanya

hubungan sosial yang baik.

Page 106: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

94

DAFTAR PUSTAKA

Afifah. (2011). Studi validitas konstruk general aptitude test battery (gatb) dengan

metode CFA. Skripsi. Jakarta: Fakultas Psikologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Antara. (2010). Siswa SMA galang bantuan untuk wasior. Diunduh tanggal 2

februari dari http://www.merdeka.com/pernik/siswa-sma-galang-

bantuan-untuk-wasior.html

Azwar, S. (2010). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: PUSTAKA

PELAJAR.

Baron, Robert A., Donn Byrne. (2005). Psikologi sosial. Jakarta: Erlangga

Batson, C. Daniel. (1991). Empathy-induced altruistic motivation. Department of

Psychology University of Kansas.

Bee, H.L. (2010). The developing child. Boston: Pearson Education.

Brown, T. A. (2006). Confirmatory factor analysis for applied research, New

York, NY ;London, New York, NY ; London : Guilford Press.

Caprara, G, V., Alessandri, G,. & Eisenberg, N. (2011). Prosociality: The

contribution of traits, value, and self-afficacy belief. Journal of

Personality and Social Psychology. 1-15. Doi: 10.1037/a0025626

Carlo, G., Meginley, M., Hayes, R., Batenhorst, C., & Wilkinson, J. (2007).

Parenting styles or practice? Parenting, sympaty, and prosocial behavior

among adolescents. The Journal of Genetic Psychology, 168(2), 147-176.

Chaplin J.P. (2006). Kamus lengkap psikologi. Jakarta: PT Raja Grapindo

Persada.

Darling, N. (1999). Parenting style and its correlates. University of Illinois; Eric

Digest EDO-PS-99-3.

Dayakisni, T. ( 1988). Perbedaan intensi prososial siswa-siswi ditinjau dari

pola asuh orang tua, Jurnal Psikologi. Yogyakarta: Universitas

Gajah Mada.

Grusec, J. E., & Goodnow, J. J. (1994). Impact of parental discipline methods on

the child’sinternalization of values: A reconceptualization of current

points of view. Journal of Developmental Psychology.

Page 107: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

95

Gusti dan Margaretha. (2010). Perilaku sosial ditinjau dari empati dan

kematangan emosi. Volume (I). Universitas Muria Kudus.

Hastings, Zahn-Waxler, Robinson, Usher & Bridge, (2000). The development of

concern for others in children with behavior problems. Development

Psychology. 36 (5): 531-546

Hurlock, E. B. (1978). Child Development. Perkembangan anak. Meitasari

Tjandrasa (terj). Jakarta: Erlangga.

Hurlock, E. B . (1980). Psikologi perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Hurlock, E. B. (1990). Adolescent development. McGraw-Hill Kogakusha LTD.

Tokyo.

Hurlock E. B. (2000). Adolescent development. McGraw-Hill Kogakusha LTD.

Tokyo

Joreskog, K.G. & Sorbom. (1988). D. LISREL 8: A guide to the program and

application SPSS inc. 2nd. Edition.

Katkovsky, Walter & Gorlow, Leon. (1976). The psychology of adjusment;

current concepts and application. McGraw-Hill Book Company, New

York.

Krueger, Hicks & McGue. (2001). Altruism and antisocial behavior: independent

tendencies, unique personality correlates, Distinct Etiologies.

Psychological Science 12:397-402.

Kuwado, F. J. (2012). Jasad korban tabrakan pick up vs motor dibiarkan 3 jam.

Diunduh tanggal 13 september 2014 dari

http://megapolitan.kompas.com/read/2012/08/02/21331021/artikel-detail-

komentar-mobile.html.

Myers, D. G. (2003). Social psychology 8th

edition. New York: Mc Graw Hill

Nashori, H. F. (2008). Psikologi sosial islam, Jakarta: PT Refika Aditama.

Pertiwi, Dewi dkk. (2013). Kematangan emosi dan psikosomatis pada mahasiswa

tingkat akhir. Universitas Wangsa Manggala Yogyakarta.

Pradini, A. (2014). Pengaruh kepribadian dan resiliensi terhadap kepuasan hidup

perempuan korban KDRT. Skripsi. Jakarta: Fakultas Psikologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Page 108: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

96

Puspitasari, E. Sartini N. (2002). Penerimaan diri pada lanjut usia ditinjau dari

kematangan emosi. Yogyakarta: Universias Gajah Mada.

Rachmawati, F. (2013). Hubungan kematangan emosi dengan konformitas pada

remaja. Skripsi. Jakarta: Universitas Ahmad Dahlan.

Radio Australia. (2013). Saksi pemerkosaan India: 'Tidak ada yang menolong

kami sampai satu jam. Diunduh tanggal 12 september 2014 dari

http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/2013-01-05/saksi-

pemerkosaan-india-tidak-ada-yang-menolong-kami-sampai-satu-

jam/1070046

Riberio, (2009). Parental authority questionnaire. Journal of Personality

Assessmant, 1991, 57 (1), 110-119.

Robinson, C., Mandleco, B., Olsen, SF, &Hart, CH. (1995). Authoritative,

authoritarian, and permisive parenting practice: Development of A New

Measure. Psychological Report, 77, 819-830.

Rushton, J. P., Chrisjohn, R. D., & Fekken, G. C. (1981). The altruistic

personality and the self-report altruism scale. Personality and Individual

Differences, 2(4), 293-302.doi:10.1016/0191-8869(81)90084-2.

Santrock, J. W. (2007). Life-span development. Perkembangan anak. Milla

Rachmawati & Anna Kuswati (terj). Jakarta: Erlangga.

Sarlito, W. S. (2002). Psikologi sosial: Individu dan teori-teori psikologi sosial.

Jakarta: Balai Pustaka.

Sarlito, W. S., & Eko, A. M. (2009). Psikologi sosial. Jakarta: Salemba

Humanika.

Sears, D. O., Freedman, J, L., & Peplau, L. A. (1994). Psikologi sosial. Michael

Adryanto (terj). Jakarta: Erlangga.

Suara Merdeka. (2013). Trio MIA dapat penghargaan. Diunduh tanggal 13

september 2014 dari

http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2013/05/24/2257

25/Trio-MIA-Dapat-Penghargaan.

Staub, E. (1978). The psychology of good and evil: Why children. adults and

group help and harm others. Cambridge: University Press.

Taylor, S. E., Peplue, L. A., & Sears, D. O. (2009). Psikologi sosial, edisi kedua

Page 109: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

97

belas. Tri wibowo B.S (terj). Jakarta: Erlangga.

Walgito, B. (2004). Pengantar psikologi umum. Yogyakarta: Andi.

Zonacoppaser. (2011). Seorang anak tertabrak, 18 orang lewat tak ada yang

menolong. Diunduh pada tanggal 13 september 2014 dari

http://forum.viva.co.id/aneh-dan-lucu/214731-seorang-anak-tertabrak-

18-orang-lewat-tak-ada-yang-menolong-nya.html.

Page 110: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

LAMPIRAN

Page 111: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

PERYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Assalamu’alaikumWr. Wb

Saya, Safira Ainun Zahra mahasiswi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang sedang mengadakan penelitian mengenai “Pengaruh Kemtangan Emosi Dan Pola

Asuh Orang Tua Terhadap Altruisme”. Penelitian ini sebagai tugas akhir untuk memperoleh

gelar Sarjana Psikologi.

Oleh karena itu, saya mengharapkan kesediaan anda untuk berpartisipasi dalam

penelitian ini. Silahkan anda mengisi kuesioner ini dengan mengikuti petunjuk yang

diberikan. TIDAK ADA JAWABAN YANG SALAH dalam kuesioner ini. Pilihlah jawaban

sesuai dengan keadaan anda saat ini. Data diri dan semua jawaban anda akan sangat

bermanfaat bagi penelitian dan dijamin KERAHASIAANNYA. Atas perhatian dan

partisipasinya, saya ucapkan terima kasih.

HormatPeneliti,

SafiraAinun Zahra

PERNYATAAN PERSETUJUAN PARTISIPASI

Dengan ini saya secara sukarela menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian

ini. (WAJIB DIISI)

Inisial :

Jenis Kelamin : P / L (Lingkari)

SKALA A

PETUNJUK

Di bawah ini terdapat pernyataan-pernyataan, baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan.

Saudar/i diminta untuk mengemukakan apakah peryataan-pernyataan tersebut sesuai dengan

Page 112: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

diri saudara/i, dengan cara memberikan tanda checklist (√) dalam pilihan jawaban yang telah

tersedia. Tidak ada jawaban yang benar atau salah, semua jawaban saudara/i adalah benar.

SS : Sangat sesuai

S : Sesuai

TS : Tidak sesuai

STS : Sangat tidak sesuai

Contoh

No. Pernyataan SS S TS STS

1 Saya sukamenolongteman yang sedang kesusahan √

No Pernyataan SS S TS STS

1 Saya bersedia menolong seseorang mendorong mobilnya

yang mogok

2 Saya memberikan petunjuk kepada seseorang yang tidak

saya kenal

3 Saya membuat perubahan untuk orang yang tidak saya kenal

4 Saya memberikan uang untuk amal

5 Saya akan memberikan uang untuk seseorang yang

membutuhkannya (atau yang meminta kepada saya)

6 Saya menyumbangkan barang atau pakaian untuk sebuah

amal

7 Saya melakukan kerja suka rela untuk sebuah amal

8 Saya memdonorkan darah saya

9 Saya menolong membawakan sesuatu milik orang yang

tidak saya kenal (buku, parcel, dll)

10 Saya menunda elevator dan memencet tombol untuk

membuka pintu untuk orang yang tidak saya kenal

11 Saya mengijinkan seseorang kedepan saya dalam sebuah

antrian (loket, supermarket)

12 Saya memberikan tumpangan di mobil saya kepada

seseorang yang tidak saya kenal

13 Saya memjelaskan kesalahan pramuniaga (di sebuah bank,

supermarket) yang melakukan pengurangan pembayaran

untuk saya pada barang/item yang saya ambil

Page 113: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

No Pernyataan SS S TS STS

14 Saya membiarkan tetangga yang tidak terlalu saya kenal

meminjam benda berharga saya (piring, peralatan, dll)

15 Saya membeli kartu natal/lebaran “amal” karna saya tahu itu

memiliki tujuan yang baik

16 Saya menolong teman sekelas yang tidak terlalu saya kenal

baik mengerjakan tugasnya ketika pengetahuan saya lebih

baik dari pada yang lain

17 Sebelum diminta, saya dengan sukarela ikut menjaga

binatang peliharaan atau anak seorang tetangga tanpa upah

18 Saya menawarkan diri untuk membantu seseorang yang

cacat atau orang tua yang tidak saya kenal menyebrang jalan

19 Saya menawarkan tempat duduk saya di bus atau kereta

kepada orang yang tidak saya kenal yang sedang berdiri

20 Saya menolong orang yang cacat memindahkan perabotan

rumahnya

SKALA B

No Pernyataan SS S TS STS

1 Saya meminta bantuan teman dalam memecahkan masalah

yang saya hadapi

2 Saya dapat menyelesaikan tugas saya sendiri

3 Saya meminta teman saya untuk mengerjakan tugas saya

4 Saya selalu membuat catatan kegiatan harian saya sendiri

5 Saya mengandalkan pendapat sendiri dalam mengambil

keputusan meskipun itu masalah besar

6 Saya memerlukan bantuan orang lain untuk mengambil

keputusan

7 Saat saya dihadapka dengan dua pilihan, maka saya dapat

memastikan pilihan saya sendiri

8 Saya menyukai diri saya apa adanya

9 Terkadang saya merasa bodoh diantara teman-teman saya

10 Saya bangga dengan kemampuan yang saya miliki

11 Kadang saya merasa iri dengan teman yang lebih beruntung

dari saya

12 Saya tidak malu untuk memulai pembicaraan dengan

seseorang yang baru saya kenal

13 Saya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk

menyesuaikan diri di lingkungan baru

14 Saya aktif dalam kegiatan di lingkungan saya

15 Berada di tengah banyak orang membuat saya gugup

Page 114: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

No Pernyataan SS S TS STS

16 Saya berani mengemukakan pendapat saya didepan umun

17 Saya tidak berani mengemukakan pendapat saya sendiri

bahkan cenderung hanya mengikuti pendapat orang lain

18 Saya peka apabila ada perubahan suasana hati teman saya

19 Saya acuh pada masalah teman saya

20 Saya mengetahui apa yang dirasakan sahabat saya meskipun

dia tidak cerita

21 Ketika marah saya lebih suka diam

22 saya mudah marah ketika teman saya menyinggung perasaan

saya

23 saya berusaha tidak marah ketika teman saya menyinggung

saya

24 Saya memaki dan mengumpat jika sedang marah

SKALA C

No Pernyataan SS S TS STS

1 Orang tua saya merasa, bahwa anak-anak memiliki cara

mereka sendiri didalam keluarga

2 Menurut orang tua, saya harus setuju dengan pendapat

mereka, karena hal tersebut demi kebaikan saya sendiri

3 Setiap kali orang tua menyuruh saya melakukan sesuatu, ia

mengharapkan saya melakukannya segera mungkin tanpa

bertanya

4 Meskipun kebijakan keluarga telah ditetapkan, orang tua

membahas alasan kebikajan tersebut dengan anak-anak.

5 Orang tua saya memberikan penjelasan setiap kali saya

merasa aturan dan batasan dalam keluarga tidak masuk akal

6 Orang tua membebaskan saya untuk berfikir dan berbuat

sesuai dengan apa yang ingin saya lakukan, bahkan jika hal

tersebut tidak sesuai dengan apa yang mereka inginkan

7 Orang tua tidak mengijinkan saya untuk bertanya pada setiap

keputusan yang mereka buat

8 Orang tua saya mengarahkan kegiatan dan keputusan anak-

anak dalam keluarga melalui pemahaman dan kedisiplinan

9 Orang tua saya merasa bahwa paksaan harus lebih digunakan

agar anak-anak bersikap sesuai dengan apa yang orang tua

inginkan

10 Orang tua saya tidak merasa saya perlu mematuhi peraturan

dan mengatur perilaku saya

11 Saya mengetahui apa yang orang tua saya harapkan dari

saya, tapi ketika saya merasa bahwa harapan tersebut tidak

masuk akal, saya bebas untuk mendiskusikan harapan-

harapan itu dengan orang tua

12 Orang tua saya menganggap bahwa orang tua yang bijaksana

harus mengajari anak-anak mereka sejak kecil tentang

siapakah pemimpin dalam keluarga

Page 115: Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27919/1/SAFIRA... · kematangan emosi. dan . pola asuh orang . tua.

No Pernyataan SS S TS STS

13 Orang tua saya jarang memberi saya harapan dan bimbingn

untuk perilaku saya

14 Orang tua saya mengikuti apa yang anak-anak inginkan

ketika membuat keputusan keluarga

15 Orang tua saya secara konsisten memberikan arahan dan

bimbingan dengan rasional dan objektif

16 Orang tua saya akan marah jika saya mencoba untuk tidak

setuju dengannya

17 Orang tua saya merasa bahwa tidak seharusnya orang tua

membatasi kegatan, keputusan, dan keinginan anak-anak

mereka

18 Orang tua memberi tahu perilaku apa yang mereka harapkan

dari saya, dan jika saya tidak memenuhi harapan mereka,

mereka akan menghukum saya

19 Orang tua saya memperbolehkan saya untuk memutuskan

suatu hal sendiri tanpa banyak arahan dari mereka

20 Orang tua mempertimbangkan pendapat dari anak-anaknya

ketika membuat keputusan keluarga, tapi meraka tidak akan

memutuskan sesuatu hanya karena anak-anak

menginginkannya

21 Orang tua jarang memberikan contoh kepada saya tentang

cara berprilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari

22 Orang tua memiliki aturan tentang perilaku anak-anaknya

dirumah, tetapi mereka bersedia menyesuaikan aturan

tersebut dengan kebutuhan masing-masing anak dalam

keluarga

23 Orang tua memberi arahan untuk perilaku dan kegiatan saya

dan mereka mengharapkan saya mengikuti arahannya, tetapi

mereka selalu bersedia mendengarkan keinginan saya dan

mendiskusikan arahan itu dengan saya

24 Orang tua mengizinkan saya untuk memutuskan sendiri apa

yang akan saya lakukan

25 Orang tua saya bersikap memaksa dan ketat dalam membuat

kesepakatan dengan anak-anaknya ketika tidak melakukan

apa yang seharusnya dilakukan

26 Orang tua saya sering mengatakan kepada saya apa yang

mereka inginkan dari saya mereka mengharapkan agar saya

dapat mewujudkan keinginan tersebut

27 Orang tua saya memberikan arahan yang jelas untuk perilaku

dan kegiatan saya, tetapi mereka juga memahami ketika saya

tidak setuju dengannya

28 Orang tua saya tidak mengarahkan perilaku, kegiatan, dan

keinginan anak-anaknya

29 Orang tua bersikeras bahwa saya harus sesuai dengan

harapan-harapannya

30 Jika orang tua saya membuat suatu keputusan di dalam

keluarga yang menyakiti saya, mereka bersedia

membicarakan keputusan itu dengan saya dan mengakui jika

mereka melakukan kesalahan

Terima Kasih