DI KECAMATAN SEMARANG SELATAN DAN KECAMATAN …lib.unnes.ac.id/27425/1/3211412051.pdf · Negara...

45
i KOMPARASI DAYA LAYAN FASILITAS PELAYANAN ORDE RENDAH (LOW ORDER GOODS SERVICES) DI KECAMATAN SEMARANG SELATAN DAN KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Oleh: M. Agus Maulana Hidayat 3211412051 JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016

Transcript of DI KECAMATAN SEMARANG SELATAN DAN KECAMATAN …lib.unnes.ac.id/27425/1/3211412051.pdf · Negara...

i

KOMPARASI DAYA LAYAN FASILITAS PELAYANAN

ORDE RENDAH (LOW ORDER GOODS SERVICES)

DI KECAMATAN SEMARANG SELATAN DAN

KECAMATAN TEMBALANG

KOTA SEMARANG

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

Oleh:

M. Agus Maulana Hidayat

3211412051

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016

ii

iii

iv

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

1. Allah tidak akan mengambil sesuatu darimu kecuali Dia akan menggantinya

dengan yang lebih baik selama kamu bersabar dan mengharap kepada-Nya

(Al Hadist)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

Kedua orang tua tercinta, Bapak Eko Daryono dan

Ibu Musthofiyah yang tak pernah putus dukungan

dan doanya.

Adik-adik ku dan keluarga tersayang, Aldi dan

Harits

Almamaterku UNNES, yang telah memberiku

banyak pengetahuan dan pengalaman hidup yang

tak ternilai harganya.

vi

SARI

Hidayat, M Agus Maulana. 2016. Komparasi Daya Layan Fasilitas Low Order

Goods Services di Kecamatan Semarang Selatan dan Kecamatan Tembalang

Kota Semarang. Skripsi. Jurusan Geografi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas

Negeri Semarang. Aryani Indrayati. S.Si,.M.Sc. Dr. Sriyono M.Si. 167 Halaman.

Kata Kunci : Daya Layan, Fasilitas, SLTA

Negara berkembang seperti Indonesia memiliki banyak persoalan yang

harus segera dibenahi. Dalam upaya memajukan Indonesia pemerintah telah

mengupayakan perbaikan kualitas dari berbagai sektor diantaranya sektor

pendidikan. Pendidikan sangat penting khususnya pada jenjang SLTA. Kota

Semarang memiliki 16 Kecamatan dengan Kecamatan Semarang Selatan

merupakan Kecamatan dengan nilai APM dan APK tertinggi, sedangkan

Kecamatan Tembalang memiliki nilai APM dan APK terendah. Oleh karena itu

tujuan dari penelitian ini mengetahui perbedaan pelayanan SLTA yang

menyebabkan perbedaan nilai APM dan APK. Adapun manfaat dari penelitian ini

dapat dijadikan sebagai bahan dalam penentuan kebijakan oleh instansi terkait.

Penelitian ini membandingkan pelayanan SLTA di Kecamatan Semarang

Selatan dan Kecamatan Tembalang. Perbandingan SLTA dilihat dari

pelayanannya terhadap penduduk usia SLTA. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian diketahui bahwa Kecamatan Semarang Selatan lebih baik

dalam pemenuhan pelayanan fasilitas SLTA dibandingkan dengan Kecamatan

Tembalang. Kecamatan Semarang Selatan mampu memenuhi raio kebutuhan

penduduk usia SLTA sedangkan Kecamatan Tembalang mempunyai 10 SLTA

dengan jumlah penduduk usia SLTA mencapai 6.281 jiwa belum mampu

memenuhi rasio kebutuhan penduduk usia SLTA. Kecamatan Semarang Selatan

mempunyai persentase hingga 80% berareditasi A sedangkan Kecamatan

Tembalang mempunyai persentase 10% berakreditasi A. pada aspek

keterjangkauan pelayanan fasilitas Kecamatan Semarang Selatan mampu

menjangkau seluruh wilayahnya namun Kecamatan Tembalang terdapat wilayah

seluas 211,61 Ha yang tidak mendapat jangkauan pelayanan fasilitas SLTA.

Dari hasil penelitian yang sudah dilaksanakan penulis menyarankan untuk

Dinas Pendidikan Kota Semarang agar melakukan penambahan SLTA berstatus

negeri di Kecamatan Tembalang, pembenahan akreditasi SLTA di Kecamatan

Tembalang dan pemantauan serta peningkatan kualitas SLTA di Kecamatan

Semarang Selatan.

vii

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

hidayah-Nya, serta sholawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad

SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Komparasi

Daya Layan Fasilitas Low Order Goods Services di Kecamatan Semarang Selatan

dan Kecamatan Tembalang Kota Semarang.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa

adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Aryani Indrayati, S.Si,. M.Si, selaku Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis dalam menyusun

skripsi ini.

2. Drs. Sriyono M.Si, selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

3. Dr. Tjaturahono Budi Sanjoto, M.Si, Ketua Jurusan Geografi atas segala

bimbingan dan arahan selama menjadi mahasiswa Geografi.

4. Drs. Saptono Putro, M.si selaku penguji, terimakasih atas koreksi dan

masukan-masukan yang telah diberikan pada skripsi saya.

5. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Geografi yang telah memberikan ilmu

kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

6. Kepada Pemerintah Kota Semarang yang telah memberikan izin penelitian di

wilayah administrasinya.

7. Sudaryanto, S.Si selaku ketua staf Data dan Informasi Dinas Pendidikan yang

telah memberikan informasi yang di butuhkan dalam penelitian ini.

8. Dr. Juhadi, M.Si Yang telah memberikan izin peminjaman alat laboratorium

geografi UNNES

9. Kepada keluarga saya yang selalu memberikan doa serta kasih sayang

dan dukungan untuk saya, Bapak Eko Daryono Ibu Musthofiyah, Aldi, Harits.

10. Sahabat terkasih saya yang selalu memberi semangat terbesar, Hestries Rizka

Aulia.

viii

ix

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................ iii

PERNYATAAN ..................................................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v

SARI ....................................................................................................................... vi

PRAKATA ............................................................................................................ vii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 5

E. Batasan Istilah .......................................................................................... 6

BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................. 8

A. Deskripsi Teoritis .................................................................................... 8

1. Teori Lokasi ......................................................................................... 8

x

2. Perencanaan Fasilitas Pelayanan ......................................................... 9

3. Teori Perencanaan Wilayah ............................................................... 12

4. Konsep Geografi ................................................................................ 14

5. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) ............................................ 16

6. Analisis Tetangga Terdekat ............................................................... 17

7. Sistem Informasi Geografis ............................................................... 19

B. Penelitian Sebelumnya .......................................................................... 21

C. Kerangka Berpikir ................................................................................. 23

BAB III METODE PENELITIAN......................................................................... 25

A. Sampel ................................................................................................... 26

B. Alat dan Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 26

1. Peralatan Yang Digunakan ................................................................ 28

2. Data Penelitian ................................................................................... 28

3. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 29

C. Analisis Data .......................................................................................... 30

1. Analisis Tetangga Terdekat ............................................................... 30

2. Daya Layan ....................................................................................... 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 34

A. Kondisi Umum Daerah Penelitian ......................................................... 34

1. Kondisi Geografis Kecamatan Semarang Selatan ............................. 34

2. Kondisi Fisik Kecamatan Semarang Selatan ..................................... 38

3. Kondisi Sosial Kecamatan Semarang Selatan ................................... 44

4. Kondisi Geografis Kecamatan Tembalang ........................................ 48

5. Kondisi Fisik Kecamatan Tembalang................................................ 51

6. Kondisi Sosial Kecamatan Tembalang .............................................. 58

xi

B. Hasil Penelitian ...................................................................................... 62

1. Ketersediaan SLTA di Kecamatan Semarang Selatan dan Kecamatan

Tembalang ......................................................................................... 62

2. Pola Spasial SLTA di Kecamatan Semarang Selatan dan Kecamatan

Tembalang Berdasarkan Jumlah dan Kualitas Sekolah ..................... 64

3. Daya layan SLTA di Kecamatan Semarang Selatan dan

Kecamatan Tebalang ......................................................................... 74

4. Keterjangkauan Pelayanan SLTA di Kecamatan Semarang

Selatan Dan Kecamatan Tembalang .................................................. 76

C. Pembahasan ........................................................................................... 83

1. Ketersediaan SLTA di Kecamatan Semarang Selatan ...................... 83

2. Ketersediaan SLTA di Kecamatan Tembalang ................................. 84

3. Pola Distribusi SLTA Berdasarkan Kuantitas Sekolah

Kecamatan Semarang Selatan ............................................................ 85

4. Pola Spasial SLTA Berdasarkan Kuantitas di Kecamatan

Tembalang ......................................................................................... 87

5. Pola Spasial SLTA Berdasarkan Kualitas Sekolah di Kecamatan

Semarang Selatan .............................................................................. 89

6. Pola Spasial SLTA Berdasarkan Kualitas Sekolah di Kecamatan

Tembalang ........................................................................................ 90

7. Daya Layan SLTA di Kecamatan Semarang Selatan ........................ 92

8. Daya Layan SLTA di Kecamatan Tembalang ................................... 93

9. Keterjangkauan Fasilitas SLTA di Kecamatan Semarang Selatan .... 95

10. Keterjangkauan Fasilitas SLTA di Kecamatan Tembalang ............ 96

BAB V PENUTUP ................................................................................................. 99

A. Kesimpulan ............................................................................................ 99

xii

B. Saran .................................................................................................... 101

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 103

LAMPIRAN ......................................................................................................... 105

xiii

DAFTAR TABEL

1.1 APK dan APM SLTA Kota Semarang per Kecamatan .................................... 4

3.1 Jumlah SLTA Kota Semarang ......................................................................... 25

3.2 Sampel SLTA Kecamatan Semarang Selatan dan Kecamatan Tembalang ..... 26

3.3 Data Sekunder Dalam Penelitian ..................................................................... 29

4.1 Luas Wilayah Kecamatan Semarang Selatan per Kelurahan ........................... 36

4.2 Luas Penggunaan Lahan di Kecamatan Semarang Selatan.............................. 39

4.3 Topografi di Kecamatan Semarang Selatan ..................................................... 41

4.4 Kemiringan Lereng di Kecamatan Semarang Selatan ..................................... 42

4.5 Hidrologi di Kecamatan Semarang Selatan ..................................................... 43

4.6 Geologi diKecamatan Semarang Selatan ......................................................... 43

4.7 Jumlah Penduduk Kecamatan Semarang Selatan per Kecamatan ................... 45

4.8 Kepadatan Penduduk Semarang Selatan per Kelurahan .................................. 47

4.9 Luas Wilayah Kecamatan Tembalang per Kelurahan ...................................... 49

4.10 Penggunaan Lahan Kecamatan Tembalang ................................................... 51

4.11 Topografi Kecamatan Tembalang .................................................................. 54

4.12 Kemiringan Lereng Kecamatan Tembalang .................................................. 55

4.13 Hidrologi Kecamatan Tembalang .................................................................. 56

4.14 Geologi di Kecamatan Tembalang ................................................................. 56

xiv

4.15 Jenis Tanah Kecamatan Tembalang .............................................................. 57

4.16 Jumlah Pebnduduk Kecamatan Tembalang per Kelurahan ........................... 59

4.17 Kepadatan Penduduk per Kelurahan Kecamatan Tembalang ........................ 61

4.18 Jumlah Ketersediaan Pelayanan SLTA Kecamatan Semarang Selatan dan

Kecamatan Tembalang ........................................................................................... 64

4.19 Akreditasi Fasilitas SLTA di Kecamatan Semarang Selatan ......................... 68

4.20 Akreditasi Fasilitas SLTA di Kecamatan Temabalang .................................. 72

4.21 Tabel Kebutuhan Pelayanan SLTA di Kecamatan Semarang Selatan dan

Kecamatan Tembalang ........................................................................................... 75

4.22 Daya Layan Fasilitas SLTA Berdasarkan Kebutuhannya dik Kecamatan

Semarang Selatan ................................................................................................... 76

4.23 Keterjangkauan Pelayanan Fasilitas SLTA Kecamatan Semarang Selatan

dan Kecamatan Tembalang .................................................................................... 77

xv

DAFTAR GAMBAR

2.1 Kerangka Berpikir ............................................................................................ 24

4.1 Peta Administrasi Kecamatan Semarang Selatan ............................................ 37

4.2 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Semarang Selatan ................................... 40

4.3 Peta Jumlah Penduduk Kecamatan Semarang Selatan..................................... 46

4.4 Peta Administrasi Kecamatan Tembalang ....................................................... 50

4.5 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Tembalang ............................................. 53

4.6 Peta Jumlah Penduduk Kecamatan Tembalang ............................................... 60

4.7 Peta Sebaran SLTA Kecamatan Semarang Selatan ......................................... 66

4.8 Peta Sebaran SLTA Kecamatan Tembalang .................................................... 68

4.9 Peta Sebaran SLTA Berdasarkan Akreditasi Kecamatan Semarang Selatan ... 71

4.10 Peta Sebaran SLTA Berdasarakan Akreditasi Kecamatan Tembalang.......... 74

4.11 Peta Keterjangkauan Pelayanan Fasilitas SLTA di Kecamatan Semarang

Selatan ................................................................................................................... 80

4.12 Peta Keterjangkauan Pelayanan Fasilitas SLTA di Kecamatan Tembalang .. 82

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Gambar SLTA Kecamatan Semarang Selatan dan Kecamatan Tembalang ........ 105

Gambar Perhitungan Analisis Tetangga Terdekat SLTA Kecamatan Semarang

Selatan ................................................................................................................. 118

Gambar Perhitungan Analisis Tetangga Terdekat SLTA Kecamatan

Tembalang ........................................................................................................ 119

Pedoman Wawancara ........................................................................................... 120

Dokumentasi Wawancara..................................................................................... 124

Standar Pelayanan Minimum (SPM) SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara

Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan Penentuan Fasilitas

Pelayanan Lingkungan Permukiman.................................................................... 125

Data SLTA Kecamatan Semarang Selatan .......................................................... 127

Data SLTA Kecamatan Tembalang ..................................................................... 129

Rangkuman Data SLTA Kota Semarang tahun ajaran 2015/2016 ..................... 131

Surat Ijin Penelitian Ke Dinas Pendidikan Kota Semarang ................................. 164

Surat Ijin Mencari Data Ke Dinas Pendidikan ..................................................... 165

Surat Peminjaman Alat Ke Lab Geografi Unnes ................................................. 166

Surat Keputusan Penentuan Dosen Pembimbing Untuk Skripsi.......................... 167

1

BAB I

PENDAHULUAN

Isi daripada pendahuluan pada bab 1 ini menjelaskan mengenai beberapa sub

bab yang diantaranya: Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian,

Manfaat Penelitian dan Penegasan Istilah.

1.1. Latar Belakang

Negara berkembang seperti Indonesia memiliki banyak persoalan yang

harus segera dibenahi. Upaya memajukan Indonesia pemerintah telah

mengupayakan perbaikan kualitas dari berbagai sektor diantaranya adalah sektor

pendidikan. Berkaca pada Tujuan Nasional Bangsa Indonesia sebagaimana yang

tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 adalah melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan

ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan

sosial.

Sekolah adalah sarana penting dalam pemenuhan masyarakat akan

kebutuhan pendidikan. Sekolah harus berada pada lokasi yang strategis dan

tersebar secara merata di seluruh daerah. Lokasi sekolah harus mudah dicapai dan

berada pada wilayah yang jauh dari gangguan alam dan lingkungan, serta sekolah

tidak mengalami kekurangan siswa.

2

Peranan sekolah juga sangat penting untuk memajukan generasi muda

dalam proses pembangunan masyarakat, bahkan pendidikan sarana paling efektif

untuk meningkatkan kualitas hidup dan derajat kesejahteraan serta mengantarkan

bangsa Indonesia mencapai kemakmuran. Oleh sebab itu, instansi terkait tetap

menjadikan pembangunan kualitas pendidikan sebagai agenda penting dalam

pembangunan nasional sekaligus menjadi prioritas utama dalam rencana kerja

pemerintah.

Pendidikan sangat penting bagi semua kalangan masyarakat. Dari

kalangan atas, menengah dan ke bawah. Baik anak-anak dan orang tua.

Pendidikan sangat penting khususnya pada tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

(SLTA), karena pada tingkat SLTA siswa diajarkan untuk mengembangkan diri

sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Serta meningkatkan

kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan

timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitarnya. Jadi kita

harus bersama-sama meningkatkan kualitas pendidikan demi kemajuan negara

tercinta dan peningkatan kualitas masyarakat di masa depan.

Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) adalah jenjang lanjutan dari

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). SLTA ditempuh selama tiga (3) tahun

dengan pembangian kelas sepuluh (10) sampai kelas dua belas (12). Dengan

jenjang usia berkisar antara 16-18 tahun. SLTA merupakan tingkat satuan

pendidikan yang dianggap berpengaruh besar terhadap masa depan siswanya.

Karena setelah lulus pada jenjang ini siswa akan memutuskan untuk terjun ke

dalam dunia kerja atau melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi.

3

Kota Semarang yang merupakan Ibukota Provinsi Jawa Tengah adalah

satu-satunya kota di ProvinsiJawa Tengah yang dapat digolongkan sebagai

kotametropolitan. Sebagai ibukota provinsi, Kota Semarang menjadi parameter

kemajuan kota-kota lain di Provinsi Jawa Tengah.

Wilayah kota Semarang terbagi dalam 16 kecamatan diantaranya

kecamatan Semarang Tengah, Semarang Timur, Semarang Selatan, Semarang

Barat, Semarang Utara, Genuk, Pedurungan, Tembalang, Mijen, Gunung Pati,

Banyumanik, Candisari, Gayamsari, Tugu, Gajah Mungkur, Ngaliyan.

Keberhasilan pembangunan bidang pendidikan di Kota Semarang

ditentukan oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan merupakan

salah satu cara meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Oleh

Karena itu peningkatan mutu pendidikan harus terus diupayakan, dimulai dengan

membuka kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mengenyam

pendidikan, hingga pada peningkatan kualiatas dan kuantitas sarana dan prasarana

pendidikan. Pemanfaatan fasilitas pendidikan dapat dilihat dari angka partisipasi

sekolah (APS).

Dari 16 kecamatan yang berada di Kota Semarang masing-masing

memiliki angka partisipasi kasar (APK) dan angka partisipasi murni (APM) yang

variatif. Angka partisipasi kasar dan angka pertisipasi murni tertinggi adalah

Kecamatan Semarang Selatan dengan rata-rata APK 362,57 APM 271,07

sedangkan kecamatan yang memiliki angka partisipasi kasar dan angka pertisipasi

murni terendah adalah Kecamatan Tembalang dengan rata-rata APK 38,86 APM

4

28,50 (Dinas Pendidikan Kota Semarang 2015). Berikut ini disajikan informasi

tentang APK dan APM Kota Semarang pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 APK dan APM SLTA Kota Semarang per Kecamatan.

No Kecamatan APK SMA dan SMK APM MA

L P Rata-

Rata

L p Rata-

Rata

1 Mijen 152.42 117.45 134.94 180.22 81.74 94.98

2 Gunungpati 74.12 80.19 77.16 49.31 55.67 52.49

3 Banyumanik 99.78 94.17 96.98 70.91 68.64 69.78

4 Gajahmungkur 85.18 73.02 79.10 58.46 49.67 54.07

5 Smg. Selatan 406.30 318.84 362.57 305.38 236.76 271.07

6 Candisari 93.20 41.16 67.18 71.90 30.72 51.31

7 Tembalang 39.12 38.59 38.76 28.62 28.37 28.50

8 Pedurungan 61.38 115.23 88.31 44.35 86.28 65.32

9 Genuk 74.96 105.43 90.20 44.83 62.09 53.46

10 Gayamsari 131.85 157.13 144.49 106.71 125.03 115.87

11 Smg. Timur 250.03 232.82 241.43 180.64 170.47 175.56

12 Smg. Tengah 240.23 273.72 256.98 162.59 186.60 174.60

13 Smg. Utara 70.91 31.56 51.24 48.40 20.81 34.61

14 Smg. Barat 86.33 83.89 85.11 59.77 58.01 58.89

15 Tugu 164.89 98,20 131.55 124.77 72.07 98.42

16 Ngaliyan 56.97 76.61 66.79 36.24 53.95 45.10

Rata-Rata 130.48 121.13 125.80 93.82 86.68 90.25

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Semarang 2015.

Dengan membandingkan rata-rata angka partisipasi kasar dan angka

partisipasi murni paling tinggi dengan angka partisipasi kasar dan angka

partisipasi murni paling rendah di Kota Semarang, dari latar belakang tersebut

penulis mengadakan penelitian tentang :

KOMPARASI DAYA LAYAN FASILITAS LOW ORDER GOODS SERVICES

DI KECAMATAN SEMARANG SELATAN dan KECAMATAN

TEMBALANG KOTA SEMARANG.

5

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pola distribusi SLTA di Kecamatan Semarang Selatan dan

Kecamatan Tembalang?

2. Bagaimanakah perbandingan fungsi pelayanan (daya layan) SLTA di

Kecamatan Semarang Selatan dan Kecamatan Tembalang?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pola distribusi SLTA di kecamatan Semarang Selatan dan

Kecamatan Tembalang.

2. Mengetahui perbadingan fungsi pelayanan (daya layan) SLTA di

Kecamatan Semarang Selatan dan Kecamatan Tembalang.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

teoritis maupun secara praktis.

1.4.1 Secara Teoritis

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan penelitian

sejenis dan sebagai pengembangan penelitian lebih lanjut.

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pihak

tertentu khususnya pemerintah agar dapat membenahi aspek-aspek yang

kurang baik pada sarana prasarana maupun pelayanannya.

6

1.4.2 Secara Praktis

Dapat digunakan sebagai bahan perbandingan antara teori-teori yang

diperoleh di bangku kuliah yang berhubungan dengan judul skripsi ini dengan

kenyataan daya layan sarana prasarana.

1.5 Penegasan Istilah

Peniliti memandang perlu adanya penegasan istilah dalam judul penelitian

ini untuk menghindari adanya ketidak jelasan dan keberagaman penafsiran,

adapun beberapa penegasan istilah yaitu sebagai berikut:

1.5.1 Komparasi

Komparasi berasal dari kata comparison, yang artinya perbandingan

(Echols dan Shadily, 1983:132). Komparasi dalam penelitian ini adalah

membandingkan daya layan Low Order Goods Services Kecamatan Semarang

Selatan dan Kecamatan Tembalang.

1.5.2 Pelayanan Orde Rendah (Low Order Goods Services)

Barang atau jasa pelayanan yang memiliki ambang (threshold) dan

jangkauan (range) kecil. Jenis pelayanan tersedia dalam jumlah besar dan terdapat

disemua tempat (merata) serta berada di desa atau daerah dengan hirarki yang

rendah. Jenis pelayanan ini umumnya tersedia dalam jumlah kecil dan terbatas.

Dalam penelitian ini pelayanan yang diteliti adalah Sekolah Lanjutan Tingkat

Atas (Muta’ali, 2015).

7

1.5.3 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)

Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) adalah Sekolah umum atau

kejuruan selepas sekolah menengah tingkat pertama, sebelum perguruan tinggi

(Kamus Besar Bahasa Indonesia).

1.5.4 Daya Layan

Daya layan merupakan perbandingan antara jumlah ketersediaan antara

jumlah ketersediaan fasilitas dengan variabel pembanding, seperti besarnya

pengguna aktual, pengguna potensial, penduduk keseluruhan, luas wilayah, dan

dengan pembanding standar (Muta’ali 2015:195).

8

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Deskripsi Teoritis

Deskripsi teoritis merupakan upaya untuk mengetahui hakikat suatu

variabel (penelitian kuantitatif) atau hakikat suatu konsep (penelitian kualitatif).

Pada penelitian ini teori-teori yang berhubungan pada penelitian ini meliputi :

2.1.1 Teori Lokasi

Dalam merencanakan lokasi suatu sekolah perlu memperhatikan pemetaan

sekolah. Peta sekolah tidak semata-mata menggambarkan objek dan lokasi suatu

sekolah, namun pemetaan sekolah juga dapat berfungsi sebagai menentukan

lokasi sekolah secara tepat berdasarkan kepadatan penduduk dan keadaan jumlah

anak usia sekolah serta sarana dan prasarana sekolah secara lengkap. Berkaitan

dengan pemilihan lokasi, maka letak suatu sekolah diharapkan dalam lokasi yang

baik dan optimal. Lokasi merupakan suatu area yang secara umum dapat dikenali

atau dibatasi, dimana terjadi suatu kegiatan tertentu (Gunawan 1981 dalam

Iskandar,2009).

Teori Palender menerangkan bahwa pendistribusian lokasi fasilitas yang

memberikan pelayanan jasa (Agustin 2006 dalam Iskandar,2009). Palender

menjelaskan bahwa barang dan jasa dihasilkan berdasarkan pertimbangan batas

penduduk minimal dan jangkauan pasar. Kelancaran dan keseimbangan

penawaran barang berkaca pada batas minimum penduduk. Apabila jumlahnya

9

dibawah jumlah standar maka pelayanan akan mahal dan kurang efisien, jika

meningkat diatas jumlah standar maka pelayanan akan menjadi kurang baik dan

kurang efektif. Sedangkan jangkauan pasar (range) adalah jarak yang menaungi

cakupan wilayah pelayanan. Apabila wilayah tidak termasuk dalam lingkup jarak

tertentu maka konsumen harus mencari wilayah lain yang lokasinya lebih dekat

untuk memenuhi kebutuhan akan jasa yang sama.

2.1.2 Perencanaan Fasilitas Pelayanan

Pendidikan merupakan sarana untuk membangun individu. Pada era

globalisasi saat ini, pendidikan merupakan faktor penting bagi peningkatan derajat

sosial seseorang. Standar fasilitas pendidikan kawasan permukiman adalah untuk

setiap 4.800 penduduk harus disediakan 1 (satu) buah fasilitas pendidikan

setingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) (SNI 03-1733-2004 dalam

Muta’ali).

Prinsip dasar perencanaan pelayanan adalah pemahaman tentang dua tipe

jenis pelayanan, diantaranya:

1. Hight order goods services, yaitu barang atau jasa pelayanan yang

memiliki ambang (threshold) dan jangkauan (range) besar. Jenis

pelayanan ini umumnya tersedia dalam jumlah kecil dan terbatas.

2. Low order goods services, yaitu barang atau jasa pelayanan yang

memiliki ambang dan jangkauan (threshold) dan (range) kecil. Jenis

pelayanan tersedia dalam jumlah kecil dan terbatas. Sebagai contoh

fasilitas pendidikan adalah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA).

10

Mengetahui ketersediaan dan daya layan suatu fasilitas pelayanan penting

dilakukan, untuk memberikan gambaran realitas pencapaian pelayanan publik dan

evaluasi dari suatu fasilitas, sehingga dapat diperoleh penyusunan langkah-

langkah prioritas dalam penyediaan fasilitas tersebut. Metode teknik analisis

pelayanan yang dapat digunakan mendasarkan pada aspek ketersediaan pelayanan

(service availability), tingkat ketersediaan (Size of availability), dan Fungsi

Pelayanan (daya layan) atau function of availability (Muta’ali 2015).

Tingkat ketersediaan pelayanan diukur dengan jumlah unit pelayanan yang

tersedia. Jumlah pelayanan merupakan informasi penting dalam kaitannya dengan

penyediaan pelayanan dan alokasi atau wilayah yang membutuhkan. Jumlah

fasilitas pelayanan mengikuti keberadaan penduduk yang dilayani, sehingga

semakin tinggi jumlah penduduk maka jumlah pelayanan semakin banyak. Selain

itu dapat di tunjukan distribusi antar wilayah dan konsentrasi fasilitas.

Metode analisis fungsi pelayanan (daya layan) merupakan perbandingan

antara jumlah ketersediaan fasilitas dengan variabel pembanding, luas wilayah

dengan pembanding standart. Fungsi daya layan memberikan indikasi kualitas dan

tingkat ketercukupan pelayanan, sehingga semakin baik daya layan, kualitas

fasilitas juga semakin baik. Sedangkan jika memiliki standart pelayanan minimal

(SPM) tertentu, maka kondisi daya layan lebih baikjika nilainya melebihi standart

yang ditetapkan.

11

Rumus fungsi daya layan (Muta’ali:2014:196)

Tipe A Tipe B

DLi = JP/JF DLi = JF/JP

Keterangan :

DLi = Daya layan fasilitas i

JF = Jumlah Fasilitas

JP = Pembanding

Efektifitas kualitas daya layan fasilitas juga dapat dibandingkan dengan

standart normatif penggunaan minimal atau maksimal fasilitas yang bersangkutan.

Berikut rumusnya :

EDLi = SPMi / DLi

Keterangan :

EDLi = Efektifitas daya layan fasilitas i

SPMi = Standart Pelayanan Minimal

Jika EDLi >1, Pelayanan fasilitas I efektif

Jika EDLi <1, Pelayanan fasilitas I tidak efektif

12

2.1.3 Teori Perencanaan Wilayah

Perencanaan wilayah adalah proses perencanaan pembangunan untuk

melakukan perubahan menuju arah perkembangan yang lebih baik bagi

masyarakat, pemerintah dan lingkungannya dalam wilayah tertentu, dengan

memanfaatkan sumber daya yang ada dan harus memiliki orientasi yang

menyeluruh, lengkap, tetap berpegang pada azas prioritas (Riyadi dan

Bratakusumah, 2003 dalam Joni 2010:20).

Archibugi (2008) dalam Joni (2010:21-22) menerangkan bahwa

teori perencanaan wilayah dibagi dalam empat komponen yaitu :

1. Physical Planning (Perencanaan Fisik)

Perencanaan yang dilakukan untuk merencanakan fisik

pengembangan wilayah. Perencanaan ini diarahkan pada pengaturan

bentuk fisik kota dengan jaringan infrastuktur kota menghubungkan

antara beberapa titik simpul aktivitas. Teori ini membahas tentang

kota dan sub bagian kota secara komprehensif. Bentuk dari

perencanaan ini adalah perencanaan wilayah yang telah dilakukan

oleh pemerintah dalam bentuk master plan (tata ruang, lokasi tempat

tinggal, aglomerasi, dan penggunaan lahan).

2. Macro-Economic Planning (Perencanaan Ekonomi Makro)

Perencanaan ini berkaitan dengan wilayah. Mengingat

ekonomi wilayah menggunakan ekonomi makro yang berkaitan

13

dengan pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, pendapatan,

distribusi pendapatan, tenaga kerja, produktivitas, perdagangan,

konsumsi dan investasi. Perencanaan ekonomi makro wilayah adalah

membuat kebijakan ekonomi wilayah guna merangsang

pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut. Bentuk dari perencanaan

ekonomi makro ini adalah kebijakan bidang aksesbilitas lembaga

keuangan, kesempatan kerja dan tabungan.

3. Social Planning (Perencanan Sosial)

Perencanaan sosial berisi tentang pendidikan, kesehatan,

integrasi sosial, kondisi tempat tinggal dan tempat kerja, wanita,

anak-anak dan masalah kriminal. Perencanaan sosial ditujukan

membuat perencanaan yang menjadi acuan program pembanguanan

sosial di daerah. Bentuk dari perencanaan ini adalah kebijakan

demografis.

4. Development Planning ( Perencanaan Pembangunan)

Perencanaan ini berkaitan dengan pembangunan secara

komprehensif guna mencapai pembangunan wilayah. Pada penelitian

ini, peneliti hanya akan menggunakan satu komponen dari teori

perencanaan wilayah yaitu Social Planning (Perencanaan Sosial)

dalam bidang pendidikan.

14

.

2.1.4 Konsep Geografi

Menurut Sumaatmadja,1981 Geografi memiliki sepuluh konsep esensial

antara lain :

1. Konsep Lokasi

Lokasi sangat berkaitan dengan keadaan sekitarnya yang

dapat memberi arti sangat menguntungkan ataupun merugikan.

Lokasi digunakan untuk mengetahui fenomena geosfer karena lokasi

suatu objek akan membedakan kondisi disekelilingnya. Konsep

Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini membahas mengenai

letak lokasi Sekolah Lanjutan Tingkat Atas yang ada diKecamatan

Selatan dan Kecamatan Tembalang.

2. Konsep Jarak

Jarak memiliki arti penting dalam kehidupan sosial ekonomi.

Jarak berkaitan erat dengan arti lokasi dan upaya pemenuhan

kebutuhan atau keperluan pokok kehidupan, pengangkutan barang dan

penumpang. Jarak dikatakan baik yang dikaitkan dengan waktu

perjalanan yang diperlukan ataupun satuan biaya.

15

3. Konsep Aksesbilitas

Aksesbilitas juga berkaitan dengan kondisi medan atau ada

tidaknya sarana angkutan atau komunikasi yang dapat dipakai.

Tempat-tempat yang memiliki keterjangkauan tinggi akan mudah

mencapai kemajuan mengembangkan perekonomiannya.

4. Konsep Pola

Konsep ini berkaitan dengan susunan persebaran fenomena

dalam ruang muka bumi, baik fenomena alami ataupun fenomena

sosial budaya. Konsep pola yang digunakan dalam penelitian ini untuk

menganalisis persebaran distribusi Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

yang ada dikecamatan Semarang Selatan dan Kecamatan Tembalang.

5. Konsep Morfologi

Menggambarkan perwujudan daratan muka bumi sebagai hasil

pengangkatan atau penurunan wilayah. Bentuk daratan merupakan

perwujudan wilayah yang mudah digunakan untuk usaha-usaha

perekonomian.

6. Konsep Aglomerasi

Konsep ini merupakan kecenderungan persebaran yang

bersifat mengelompok pada wilayah yang sempit yang paling

menguntungkan baik kesejenisan gejala maupun adanya faktor-faktor

menguntungkan lainnya.

16

7. Konsep Nilai Guna

Nilai-nilai kegunaan fenomena atau sumber-sumber di muka

bumi yang bersifat relatif yang artinya berbeda beda bagi semua orang

atau golongan penduduk tertentu.

8. Konsep Interaksi Interpendensi

Interaksi merupakan peristiwa saling mempengaruhi daya-

daya objek satu dengan lainnya.

9. Konsep Diferensiasi Area

Interaksi Fenomena menjadikan suatu wilayah mempunyai ciri

khas tersendiri sebagai suatu region yang berbeda dari tempat lainnya.

Fenomena lingkungan bersifat dinamis dan interaksi atau integrasinya

juga menghasilkan karakteristik yang berubah dari masa ke masa.

10. Konsep Keterkaitan Keruangan

Keterkaitan keruangan menunjukkan derajat keterkaitan persebaran

fenomena dengan fenomena yang lain.

2.1.5 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Nomor 20

Tahun 2003) Pasal 18 mendefinisikan pendidikan menengah sebagai berikut:

1. Pendidikan menengah merupakan lanjutan dari pendidikan dasar.

17

2. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan

pendidikan menengah kejuruan.

3. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA),

Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan

Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat.

2.1.6 Angka Partisipasi Kasar (APK) Dan Angka Partisipasi Murni (APM)

Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah persentase jumlah murid pada

satuan pendidikan terhadak jumlah penduduk usia yang berkaitan, baik secara

agregat maupun menurut karakteristik siswa. Angka Partisipasi Murni (APM)

adalah persentase jumlah murid pada usia sekolah tertentu terhadap jumlah

penduduk usia sekolah pada suatu satuan pendidikan yang bersangkutan, baik

secara agregat maupun menurut karakteristik siswa (Bappenas 2009:11).

2.1.7 Analisis Tetangga Terdekat Dalam Sistem Informasi Geografis

Analisis tetangga terdekat adalah suatu analisis untuk mengetahui pola

persebaran objek baik fisik maupun non fisik menggunakan aplikasi Sistem

Informasi Geografis (SIG) (Susilowati, 2010:2 dalam Nata, 2010). Dalam analisis

ini juga bisa digunakan untuk melakukan perencanaan letak suatu pusat

pelayanan. Analisis tetangga terdekat dapat dihitung dalam rumus :

T = Ju/Jh

Keterangan :

T= Indeks penyebaran tetangga terdekat

Ju = Jarak rata-rata yang diukur anatar titik dengan titik tetangga terdekat

18

Jh = Jarak rata-rata yang diperoleh andaikata semua titik mempunyai pola

random (acak) yang dihitung dengan rumus :

Jh = 1/2 p

P =kepadatan titik pada tiap kilometer persegi, yaitu jumlah titik (N)

dibagi dengan luas wilayah dalam luas wilayah dalam kilometer persegi

(A).

Parameter analisis tetangga terdekat (T) menurut Sumaatmadja (1988)

adalah :

T= 0,00-0,70 : Pola mengelompok (clustered)

T= 0,70-1,40 : Pola Random

T= 1,40-2,149: Pola Seragam

Rumus tersebut guna mengetahui pola spasial Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

(SLTA) di Kecamatan Semarang Selatan dan Kecamatan Tembalang.

Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Menentukan Batas Luas daerah yang akan diteliti, pada penelitian ini

adalahKecamatan Semarang Selatan dan Kecamatan Tembalang.

2) Memasukan data GPS ke peta sehingga diketahui letak koordinat

Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) di Kecamatan Semarang

Selatan dan Kecamatan Tembalang.

3) Mengubah pola spasial sekolah menjadi pola titik.

19

4) Mengubah satu titik ke titik lainnya yang terdekat dengan garis,

kemudian diukur. Setelah diketahui jumlahnya kemudian di

jumlahkan. Hasilnya akan menjadi data jumlah jarak, yang digunakan

untuk mengetahui jarak rata rata (Ju) yang diukur antara satu titik

tetangga sebelumnya.

5) Setelah luas wilayah (A) Kecamatan Semarang Selatan dan Kecamatan

Tembalang, jumlah titik Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)

diketahui maka Jh (jarak rata rata) dapat dirumuskan dengan rumus Jh

= 1/(2 p), dan nilai p dapat di temukan dengan membagi jumlah titik

sekolah dengan luas wilayah (A)

6) Untuk mengetahui nilai T yaitu dengan nilai Ju dibagi Jh. Hasilnya

akan diketahui Pola spasial Sekolah LanjutanTingkat Atas (SLTA) di

Kecamatan Semarang Selatan dan Kecamatan Tembalang.

2.1.8 Sistem Informasi Geografis (SIG)

Menurut Star (1990 dalam Prahasta 2009:117) SIG adalah sistem

informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang tereferensi secara

spasial atau koordinat geografis. Atau dengan kata lain, SIG mempunyai system

basis data dengan kemampuan-kemampuan khusus dalam menangani data yang

tereferansi secara spasial, selain merupakan sekumpulan operasi yang dikenakan

terhadap data tersebut.

20

1. Subsistem SIG

Jika beberapa definisi yang disebutkan diatas diperhatikan dengan

teliti maka, SIG dapat diuraikan menjadi beberapa sub-sistem sebagai

berikut :

a. Data Input: Sub-sistem ini bertugas untuk mengumpulkan,

mempersiapkan, dan menyimpan data spasial dan attributnya

dari berbagai sumber. Sub-sistem ini yang bertanggung jawab

dalam mengonversikan atau mentaransformasikan format-

format data aslinya ke dalam format (native) yang dapat

digunakan oleh perangkat SIG yang bersangkutan.

b. Data Output: Sub-sistem ini bertugas untuk menampilkan atau

menghasilkan keluaran (termasuk mengekspornya ke format

yang dikehendaki) seluruh atau sebagian basis data (spasial)

baik dalam bentuk softcopy maupun hardcopy seperti halnya

tabel, grafik, report, peta dan lain sebagainya.

c. Data Management : Sub-sistem ini mengorganisasikan baik

data spasial maupun tabel-tabel attribute terkait kedalam

sebuah basis data sedemikian rupa hingga mudah dipanggil

kembali atau di-retrieve (di-load ke memori), di-update, dan

di-edit.

d. Data Manipulation & Analysis: Sub-sistem ini menentukan

informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG. Selain itu,

sub-sistem ini juga melakukan manipulasi (evaluasi dan

21

penggunaan dan fungsi-fungsi dan operator matematis &

logika) dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi

yang diharapkan.

2.2 Penelitian Sebelumnya

Berdasarkan hasil penelitian dan kajian yang sebelumnya pernah

dilakukan mengenai sebaran sekolah maupun penentuan lokasi sekolah diperoleh

gambaran mengenai faktor yang mempengaruhi persebaran sekolah maupun

penentuan lokasi. Penelitian yang dilakukan oleh Masitoh, Siti (2014) tentang “

Analisis Spasial Sekolah Menengah Pertama Di Kabupaten Brebes Bagian

Tengah” menyimpulkan bahwa :

1. Ketersediaan Sekolah Menengah Pertama kurang memadai dikarenakan

perbandiangan antara jumlah lulusan SD dan daya tampung Sekolah

Menengah Pertama kurang memadai.

2. Pola spasial berdasarkan jumlah di Kabupaten Brebes bagian tengah

adalah seragam. Sedangkan pola spasial berdasarkan kualitas sekolah

yang dilihat dari akreditasinya adalah mengelompok untuk akreditasi A,

menyebar untuk akreditasi B, dan seragam untuk akreditasi C.

Berdasarkan kapasitas sekolah terbagi menjadi 3 pola yaitu Pola

mengelompok untuk tipe A, seragam untuk tipe B, dan pola random

untuk tipe C.

3. Arahan lokasi prioritas perencanaan Sekolah Menengah Pertama di

Kabupaten Brebes Bagian Tengah terbagi menjadi 2 yaitu arahan

prioritas I di kecamatan Banjarharjo dengan arahan lokasi pada Desa

22

Cikuya, Desa Pende, Desa Banjar Lor, Kecamatan Ketanggung dengan

arahan lokasi pada Desa Buara, Desa Cikeusel Lor, Dan Desa Cikuesal

Kidul. Kecamatan Larangan denagan arahan lokasi pada Desa

Pamulihan, Desa Kamal, Desa Larangan. Kecamatan onggom dengan

arahan lokasi pada Desa Cenang, Desa Karangsembung, Desa

Gegerkunci. Sedangkan arahan prioritas II yaitu Kecamatan Jatibarang

dengan arahan lokasi pada Desa Kramat, Desa Tembeleng dan Desa

Pamengger, Kecamatan Kersana dengan arahan lokasi pada Desa

Kemukten, Desa Kersana, Desa Limbangan.

Pada penelitian dengan tema yang sama mengenai penentuan lokasi

pembangunan sekolah tingkat SLTA yang dilakukan oleh (Ahmadi:2014)

menyimpulkan bahwa :

1. Ketersediaan fasilitas-fasilitas tingkat SLTA dikabupaten Pati masih

kekurangan SMA maupun SMK.

2. Jangkauan pelayanan SLTA yang sudah ada belum mampu melyani

seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Pati. Hal ini dipengaruhi

karena persebaran dan pembangunan SLTA dilakukan tidak merata.

SLTA di kabupaten Pati cenderung memusat. Dan perlu adanya

penambahan sebanyak 10 SLTA.

3. Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Ahmadi:2014) arahan

penentuan letak SMK prioritas pertama adalah Desa Sitirejo, prioritas

ke dua Desa Karagmulyo, dan prioritas ketiga adalah desa Maitan.

23

Prioritas penentuan lokasi pembangunan SLTA ini dikarenakan

ketersediaan SLTA yang masih kurang memadai.

2.3 Kerangka Berpikir

Pemilihan fungsi pelayanan (daya layan) fasilitas Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas (SLTA) di Kecamatan Semarang Selatan dan Kecamatan Tembalang

berdasarkan rata-rata Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni

(APM) tertinggi dan terendah. Data APK dan APM didapatkan di Dinas

Pendidikan Kota Semarang.

Fungsi pelayanan (daya layan) fasilitas SLTA di Kecamatan Semarang

Selatan dan Kecamatan Tembalang dapat diketahui dengan memperhatikan data

jumlah SLTA, lokasi secara absolute dan lokasi administrasi, dan jumlah

penduduk usia SLTA (16-18 tahun). Data-data tersebut diperoleh pada Dinas

Pendidikan dan pengukuran dilapangan.

Berdasarkan data di atas dapat diketahui ketersediaan fasilitas SLTA, pola

distribusi spasial fasilitas SLTA dan daya layan fasilitas SLTA. Data-data tersebut

lalu dibandingkan guna mengetahui kelebihan dan kekurangan fasilitas SLTA di

Kecamatan Semarang dan Kecamatan Tembalang. Hasil perbandingan tersebut

didapatkan rekomendasi pembangunan SLTA yang tepat.

24

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Peta Administrasi

Kecamatan Semarang

Selatan

Peta Administrasi

Kecamatan

Tembalang

Jumlah SLTA Lokasi Absolut Lokasi Administrasi

Peta Distribusi

SLTA Kecamatan

Semarang Selatan

Peta Distribusi SLTA

Kecamatan

Tembalang

Peta Pola

Distribussi SLTA

Kecamatan

Semarang Selatan

Peta Pola Distribusi

Kecamatan

Tembalang

Peta Daya Layan

SLTA Kecamatan

Semarang Selatan

Peta Daya Layan

Kecamatan

Tembalang

Komparasi

Analisis

Rekomendasi Rencana

Pembangunan SLTA

99

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari pembahasan yang sudah dipaparkan diatas dapat ditarik kesimpulan

bahwa :

1. Pola distribusi fasilitas SLTA di kecamatan Semarang Selatan dihitung

dengan menggunakan analisis tetangga terdekat ( Analysis Nearest

Nighbour) yang ada di dalam softwere ArcGIS 10.1 diperoleh nilai T=

1,55. Nilai T= 1,55 berarti pola spasial fasilitas SLTA di Kecamatan

Semarang Selatan adalah tersebar merata (dispersed pattern). Sedangkan

pola Spasial fasilitas SLTA di Kecamatan Tembalang diketahui berpola

tersebar tidak merata (random pattern) dengan nilai T= 1,22 yang didapat

dengan perhitungan analisis tetangga terdekat (Analysis Nearest Nighbour)

yang terdapat pada sofwere ArcGIS 10.1.

2. Daya layan (fungsi pelayanan) fasilitas SLTA di Kecamatan Semarang

Selatan dengan membandingakn antara kebutuhan sekolah dengan

ketersediaan sekolah termasuk dalam kelas sangat efektif. Kecamatan

Semarang Selatan mempunyai 15 fasilitas SLTA namun kebutuhan

sekolah yang seharusnya tersedia di Kecamatan Semarang Selatan adalah

4 sekolah. Sehingga Kecamatan Semarang Selatan bukan hanya mampu

100

menampung seluruh penduduk usia sekolah di Kecamatan Semarang

Selatan sendiri, namun mampu menampung penduduk usia sekolah dari

kecamatan-kecamatan lain. Rasio daya tampung keseluruhan SLTA di

Kecamatan Semarang Selatan mencapai 13.024 dan jumlah penduduk usia

SLTA yang harus terlayani adalah 3.503. Sedangkan daya layan (fungsi

pelayanan) fasilitas SLTA Kecamatan Tembalang termasuk dalam kelas

kurang efektif. Kelas kurang efektif diketahui dengan membandingkan

antara Ketersediaan fasilitas SLTA dengan kebutuhan fasilitas SLTA yang

seharusnya tersedia di Kecamatan Tembalang. Kecamatan Tembalang

hanya tersedia 10 fasilitas SLTA namun kebutuhan fasilitas SLTA yang

seharusnya tersedia adalah 18 fasilitas SLTA. Jumlah penduduk usia

SLTA yang dilayani adalah 6.281, namun fasilitas SLTA di Kecamatan

Tembalang hanya mampu menampung 1.152 siswa.

101

5.2 Saran

1. Penambahan fasilitas SLTA di Kecamatan Tembalang Sangat dibutuhkan

untuk memenuhi kebutuhan penduduk usia sekolah di Kecamatan

Tembalang

2. Penambahan fasilitas SLTA di Kecamatan Tembalang lebih diutamakan

SMA/SMK yang berstatus negeri.

3. Memperbaiki akreditasi fasilitas SLTA di Kecamatan Tembalang

4. Penambahan fasilitas SLTA di Kecamatan Tembalang harus

memperhatikan lokasi yang tepat guna menghindari penumpukan

pelayanan sehingga pelayanan dapat menjangkau seluruh Kecamatan

Tembalang

5. Pemantauan dan meningkatkan kualitas pelayanan SLTA di Kecamatan

Semarang Selatan supaya mampu memberikan pelayanan SLTA yang

sangat baik bagi penduduk usia SLTA kecamatan Semarang Selatan dan

kecamatan di sekitar Kecamatan Semarang Selatan.

6. Instansi terkait diharapkan mampu memberikan kebijakan-kebijakan yang

tepat untuk meningkatkan kualitas SLTA di Kecamatan Semarang Selatan

dan Kecamatan Tembalang.

102

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Ali. 2014. Studi Penentuan Lokasi Pembangunan Sekolah Tingkat SLTA

Di Kecamaan Tambakromo Kabupaten Pati. Skripsi. Jurusan

Geografi UNNES.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. RinekaCipta

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia. Angka

Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni. 2009.

Badan Pusat Statistik Kota Semarang. Data Morfologi Kecamatan Semarang

Selatan dan Kecamatan Tembalang. 2015.

Dinas Pendidikan Kota Semarang.2015.Angka Partisipasi Kasardan Angka

Partisipasi Murni Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Semarang: Dinas

Pendidikan.

Masitoh, Siti, 2014. Analisis Spasial Sekolah Menengah Pertama Di Kabupaten

Brebes Bagian Tengah.Skripsi: Jurusan Geografi UNNES.

Muta’ali, Lutfi. 2000. Teknik Analisis Regional Handout Untuk Mata Kuliah

Teknik Perencanaan Pengembangan Wilayah. Yogyakarta: Jurusan

Perencanaan Pengembangan Wilayah Fakultas Geogragfi Universitas

Gadjah Mada.

Muta’ali, Lutfi. 2013. PenataanRuang Wilayah Dan Kota. Yogyakarta: Badan

Penerbit Fakultas Geografi (BPFG) Universitas Gadjah Mada

Muta’ali, Lutfi. 2015. Teknik Analisis Regional Untuk Perencanaan Wilayah,

Tata Ruang Dan Lingkungan. Yogyakarta: Fakultas Geografi

Universitas Gadjah Mada.

Peraturan Menteri Pendidikan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang

Standar Sarana dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar/Madrasah

103

Ibtidaiyah (Sd/Mi), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah

(SMP/MTs), Dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah

(SMA/MA).

Prahasta, Eddy. 2009. Sistem Informasi Geografis Konsep-Konsep Dasar

(Prespektif Geodesi & Geomatika). Surabaya: Informatika Bandung.

Setyowati, Dewi Liesnoordkk. 2015. Panduan Penulisan Skripsi. Semarang:

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.

Standar Pelayanan Minimum (SPM) SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara

Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan.Sarana

Pendidikan: Badan Standar Nasional Indonesia.

Yunus, Hadi Sabari. 2010. Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.