Di Forum United Nations Commissions on Sustainable ... filekai mata pelajaran bahasa Inggris sejak...

1
KANTOR LAYANAN: Kantor Pusat Perkantoran Ciputat Indah Permai Blok C 28 – 29 Jl. Ir. H. Juanda No.50, Ciputat 15419 Ph : +62 21 7416050 // Fax: +62 21 7416070; Gedung Philantrophy Jalan Warung Buncit Raya Ujung No. 18, Jakarta Selatan 12510; Kantor Warung Buncit Gedung Harian Umum REPUBLIKA Jl. Warung Buncit Raya No. 37, Jakarta Selatan 12510 Ph: +62 21 7803747; Kantor Rawamangun Jl. Balai Pustaka V No. 3, Rawamangun Jakarta Timur Ph/Fax : +62 21 4704704; Kantor Karawaci Gedung Wardah Jl. Zaitun Raya Islamic Village Karawaci Tangerang Ph: +62 21 546 0356. agi sebagian orang, keter- batasan tidak menghalangi untuk berprestasi. Alih-alih memadamkan, keterbatasan malah menjadi api pengobar semangat yang menyala-nyala untuk menggapainya. Ini seperti yang dialami penerima Beastudi Etos Dompet Dhuafa asal Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, Achmad Rizal Mustaqim (19). Rizal, potret anak petani yang memi- liki visi kuat. Mahasiswa yang menyu- kai mata pelajaran bahasa Inggris sejak duduk dibangku SMP ini sering meng- ikuti ajang perlombaan seperti pidato, debat, dan baca berita bahasa Inggris baik lingkup daerah seperti Jawa dan Bali. Ia pun kerap menjadi juara. “Meski ayah yang petani, dan ibu yang ibu rumah tangga, saya tetap bangga. Dan ayah saya memang tidak punya penghasilan tetap, kalau dikisar mungkin hanya sekitar Rp 1,5 Juta/bu- lan. Itu pun kalau sedang banyak peng- hasilan,” ujar Rizal. Dengan sedikit berkaca-kaca, Rizal berkisah, orang tuanya kerap mengalami kesulitan finansial untuk biaya pendi- dikannya. Saat duduk di bangku SMP, Rizal tidak jarang menunggak pemba- yaran lantaran sang ayah belum memili- ki uang yang cukup untuk membayar biaya pendidikan setiap bulannya. Ia menghela nafasnya pelan.“Waktu SMP saya beberapa kali menunggak biaya SPP (Sumbangan Pembinaan Pendidikan). Hanya kalau panen, ayah kemudian menambal semua tanggungan SPP saya,” kenangnya. Tak sia-sia, jerih payah yang dilaku- kan kedua orang tua untuk Rizal. Anak pertama dari dua bersaudara ini pun lulus SMP sebagai sebagai lulusan ke- dua terbaik di sekolahnya. Sejak saat itu, ia bertekad untuk tidak membebani orang tuanya. Walha- sil, sejak SMA hingga kuliah Rizal hidup dengan beasiswa. Ia bersyukur diberi kemudahan hingga kuliah lantaran men- dapat beasiswa seperti Beastudi Etos Dompet Dhuafa. Bagi mahasiswa Teknik Mesin ITS ini, menjadi etoser (penerima manfaat Beastudi Etos Dompet Dhuafa) berdam- pak ada perubahan besar dalam dirinya. Menurutnya, Beastudi Etos Dompet Dhuafa telah mengajarkannya banyak hal, mulai dari nilai-nilai, menjaga amal yaumiyah sehari-hari dan mengajarkan indahnya ukhuwah islamiyah menjadi semakin erat. “Lebih berani dan percaya diri dalam mengungkapkan pendapat. Menjadi tahu gimana cara menjaga amanah. Saya juga lebih bisa memilih prioritas dalam melaksanakan amanah- amanah dan kegiatan sehari-hari,” tam- bahnya. Hingga ada suatu hari yang berhasil mendentumkan dadanya. Ikuti Konferensi di India, Raih Best Delegate Di Dehradun, salah satu kota di India Utara, bisa jadi tidak akan pernah dilupakan pemuda kelahiran Pasuruan, 3 Juli 1994 ini. Sebabnya, di ibu kota Provinsi Uttarakhan tersebut Rizal ter- pilih sebagai Best Delegate dalam kon- ferensi Model United Nations (MUN) yang digelar di kampus University of Petroleum and Energy Studies (UPES), pertengahan Februari lalu. Ia menjadi satu-satunya perwakilan dari Indonesia. “Alhamdulillah, bisa meraih Best Delegate di MUN pertama saya. Semua ini tak luput dari dukungan Beastudi Etos Dompet Dhuafa. Sekarang terbukti tiada kata tidak mungkin dalam meng- gapai mimpi-mimpi kita, bahkan untuk target juara internasional sekalipun,” ucap Rizal. Dalam UPES MUN 2014 tersebut, Rizal yang mewakili negara Kenya sa- ngat tampil menonjol dalam forum Uni- ted Nations Commissions on Sustainable Development (UNCSD). “Mewakili negara bukan negara sendiri itu butuh banyak usaha dan research dalam men- dalami background, sejarah, dan pers- pektif negara terhadap permasalahan yang diangkat. Bukan suatu hal mudah, namun sangat menantang untuk dico- ba,” ujarnya. Mengikuti MUN, terang Rizal, men- jadi ajang tepat bagi dirinya untuk bela- jar berdiplomasi di kancah internasio- nal. Hal ini lantaran MUN digelar de- ngan mengusung konsep yang memper- temukan diplomat sebuah negara dalam konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Setiap peserta diwajibkan mengenakan pakaian formal, mewakili suatu negara, menyampaikan gagasan lewat pidato dan berdebat. Konferensi tersebut dihadiri oleh pelajar-pelajar dari berbagai negara di Asia. Beberapa negara yang mengikuti ajang bergengsi ini, di antaranya India, Bhutan, Sudan, Afganistan, dan Iran. MUN sejatinya adalah kegiatan akade- mik sebagai simulasi sidang PBB yang bertujuan untuk memberikan pendidik- an kepada generasi muda tentang ke- warganegaraan, komunikasi efektif, tek- nik negosiasi, dan diplomasi interna- sional. Dalam sidang semu PBB tersebut, para mahasiswa mengambil peran seba- gai diplomat dari berbagai negara. Pe- serta kompetisi mempelajari dan bertin- dak sebagai diplomat dari suatu negara, menyelidiki fakta-fakta yang ada, berar- gumen dalam debat dan memberikan solusi global atas permasalahan yang diangkat. UPES MUN 2014 berusaha men- jawab berbagai permasalahan dan tan- tangan yang ada dalam PBB saat ini. Adapun forum (committee) yang dita- warkan dalam kompetisi ini yakni, Ge- neral Assembly dengan bahasan agenda Status of Millennium Development Goals in Small Island Developing States: the Way Forward”, International Monetary Fund dengan bahasan agenda Revamping global credit agencies to foster accountability”, United Nations commissions on Sustainable Develop- ment dengan bahasan agenda “Comba- ting resource exploitation in the indus- trial framework whilst implementing a new, sustainable development agenda in the socio-environmental policies”, dan United Nations Human Rights Council dengan bahasan agenda “Protection of human rights while peace-building in post conflict zones”. Meraih berbagai prestasi mungkin sudah pernah dirasakan bagi Rizal, namun ia mengaku, masih ada cita-cita dan mimpi yang harus diwujudkannya. Ia masih terus bersemangat, berusaha dan berdoa untuk mewujudkan yang diimpikannya itu. “Saya ingin lulus tepat waktu, 4 tahun dengan IPK Cumlaude. Saya juga bercita-cita ingin menaikhajikan kedua orangtua saya. Selain itu, ingin sekali melanjutkan pendidikan ke jenjang S2 di Amerika. Itu adalah mimpi saya sejak SMA,” ungkap Rizal. “Dan ternyata benar, tidak ada yang tidak mungkin,” pungkas Rizal kepada tim Dompet Dhuafa. l Komentar dan masukan atas tulisan ini dapat dikirim ke [email protected] Di Forum United Nations Commissions on Sustainable Development, Model United Nations 2014 ”Sekarang Terbukti Tiada Kata Tidak Mungkin untuk Juara Internasional Sekalipun” B Achmad Rizal Mustaqim (tengah, mengenakan jas) bersama para peserta UPES MUN 2014 di India.

Transcript of Di Forum United Nations Commissions on Sustainable ... filekai mata pelajaran bahasa Inggris sejak...

KANTOR LAYANAN: Kantor Pusat Perkantoran Ciputat Indah Permai Blok C 28 – 29 Jl. Ir. H. Juanda No.50, Ciputat 15419 Ph : +62 21 7416050 // Fax: +62 21 7416070; Gedung Philantrophy Jalan Warung Buncit Raya Ujung No. 18, Jakarta Selatan 12510;Kantor Warung Buncit Gedung Harian Umum REPUBLIKA Jl. Warung Buncit Raya No. 37, Jakarta Selatan 12510 Ph: +62 21 7803747; Kantor Rawamangun Jl. Balai Pustaka V No. 3, Rawamangun Jakarta Timur Ph/Fax : +62 21 4704704; Kantor Karawaci GedungWardah Jl. Zaitun Raya Islamic Village Karawaci Tangerang Ph: +62 21 546 0356.

agi sebagian orang, keter-batasan tidak menghalangiuntuk berprestasi. Alih-alihmemadamkan, keterbatasanmalah menjadi api pengobar

semangat yang menyala-nyala untukmenggapainya. Ini seperti yang dialamipenerima Beastudi Etos Dompet Dhuafaasal Institut Teknologi SepuluhNovember (ITS) Surabaya, AchmadRizal Mustaqim (19).

Rizal, potret anak petani yang memi-liki visi kuat. Mahasiswa yang menyu -kai mata pelajaran bahasa Inggris sejakduduk dibangku SMP ini sering meng -ikuti ajang perlombaan seperti pidato,debat, dan baca berita bahasa Inggrisbaik lingkup daerah seperti Jawa danBali. Ia pun kerap menjadi juara.

“Meski ayah yang petani, dan ibuyang ibu rumah tangga, saya tetapbangga. Dan ayah saya memang tidakpunya penghasilan tetap, kalau dikisarmungkin hanya sekitar Rp 1,5 Juta/ bu -lan. Itu pun kalau sedang banyak peng-hasilan,” ujar Rizal.

Dengan sedikit berkaca-kaca, Rizalberkisah, orang tuanya kerap mengalamikesulitan finansial untuk biaya pend i -dik annya. Saat duduk di bangku SMP,Rizal tidak jarang menunggak pemba-yaran lantaran sang ayah belum memili-ki uang yang cukup untuk membayarbiaya pendidikan setiap bulannya.

Ia menghela nafasnya pelan.“WaktuSMP saya beberapa kali menunggakbiaya SPP (Sumbangan PembinaanPendidikan). Hanya kalau panen, ayahkemudian menambal semua tanggunganSPP saya,” kenangnya.

Tak sia-sia, jerih payah yang dila ku -kan kedua orang tua untuk Rizal. Anakpertama dari dua bersaudara ini punlulus SMP sebagai sebagai lulusan ke -dua terbaik di sekolahnya.

Sejak saat itu, ia bertekad untuktidak membebani orang tuanya. Wal ha -sil, sejak SMA hingga kuliah Rizal hidupdengan beasiswa. Ia bersyukur diberikemudahan hingga kuliah lantaran men-dapat beasiswa seperti Beastudi EtosDompet Dhuafa.

Bagi mahasiswa Teknik Mesin ITSini, menjadi etoser (penerima manfaatBeastudi Etos Dompet Dhuafa) ber dam -pak ada perubahan besar dalam dirinya.Menurutnya, Beastudi Etos DompetDhuafa telah mengajarkannya banyakhal, mulai dari nilai-nilai, menjaga amalyaumiyah sehari-hari dan mengajarkanindahnya ukhuwah islamiyah menjadisemakin erat.

“Lebih berani dan percaya diridalam mengungkapkan pendapat.Menjadi tahu gimana cara menjagaamanah. Saya juga lebih bisa memilihprioritas dalam melaksanakan amanah-amanah dan kegiatan sehari-hari,” tam-bahnya. Hingga ada suatu hari yangberhasil mendentumkan dadanya.

Ikuti Konferensi di India, Raih BestDelegate

Di Dehradun, salah satu kota diIndia Utara, bisa jadi tidak akan pernahdilupakan pemuda kelahiran Pasuruan,3 Juli 1994 ini. Sebabnya, di ibu kotaProvinsi Uttarakhan tersebut Rizal ter-pilih sebagai Best Delegate dalam kon-ferensi Model United Nations (MUN)yang digelar di kampus University ofPetroleum and Energy Studies (UPES),

pertengahan Februari lalu. Ia menjadisatu-satunya perwakilan dari Indonesia.

“Alhamdulillah, bisa meraih BestDelegate di MUN pertama saya. Semuaini tak luput dari dukungan BeastudiEtos Dompet Dhuafa. Sekarang terbuktitiada kata tidak mungkin dalam meng-gapai mimpi-mimpi kita, bahkan untuktarget juara internasional sekalipun,”ucap Rizal.

Dalam UPES MUN 2014 tersebut,Rizal yang mewakili negara Kenya sa -ngat tampil menonjol dalam forum Uni -ted Nations Commissions on Sus tai nableDevelopment (UNCSD). “Mewa kilinegara bukan negara sendiri itu bu tuhbanyak usaha dan research dalam men-dalami background, sejarah, dan per s -pek tif negara terhadap permasalah anyang diangkat. Bukan suatu hal mu dah,namun sangat menantang untuk dico-ba,” ujarnya.

Mengikuti MUN, terang Rizal, men-jadi ajang tepat bagi dirinya untuk bela-jar berdiplomasi di kancah internasio -nal. Hal ini lantaran MUN digelar de -ngan mengusung konsep yang memper -temukan diplomat sebuah negara dalamkonferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa(PBB). Setiap peserta diwajibkan

menge nakan pakaian formal, mewakilisuatu negara, menyampaikan gagasanlewat pidato dan berdebat.

Konferensi tersebut dihadiri olehpelajar-pelajar dari berbagai negara diAsia. Beberapa negara yang mengikutiajang bergengsi ini, di antaranya India,Bhutan, Sudan, Afganistan, dan Iran.MUN sejatinya adalah kegiatan aka de -mik sebagai simulasi sidang PBB yangbertujuan untuk memberikan pendidik -an kepada generasi muda tentang ke -warganegaraan, komunikasi efektif, tek -nik negosiasi, dan diplomasi interna-sional.

Dalam sidang semu PBB tersebut,para mahasiswa mengambil peran seba-gai diplomat dari berbagai negara. Pe -serta kompetisi mempelajari dan bertin-dak sebagai diplomat dari suatu negara,menyelidiki fakta-fakta yang ada, berar-gumen dalam debat dan memberikansolusi global atas permasalahan yangdiangkat.

UPES MUN 2014 berusaha men-jawab berbagai permasalahan dan tan-tangan yang ada dalam PBB saat ini.Adapun forum (committee) yang dita -warkan dalam kompetisi ini yakni, Ge -neral Assembly dengan bahasan agenda“Status of Millennium DevelopmentGoals in Small Island Developing States:the Way Forward”, International

Monetary Fund dengan bahasan agenda“Revamping global credit agencies tofoster accountability”, United Nationscommissions on Sustainable Develop -ment dengan bahasan agenda “Com ba -ting resource exploitation in the indus-trial framework whilst implementing anew, sustainable development agenda inthe socio-environmental policies”, danUnited Nations Human Rights Councildengan bahasan agenda “Protection ofhuman rights while peace-building inpost conflict zones”.

Meraih berbagai prestasi mungkinsudah pernah dirasakan bagi Rizal,namun ia mengaku, masih ada cita-citadan mimpi yang harus diwujudkannya.Ia masih terus bersemangat, berusahadan berdoa untuk mewujudkan yangdiimpikannya itu.

“Saya ingin lulus tepat waktu, 4tahun dengan IPK Cumlaude. Saya jugabercita-cita ingin menaikhajikan keduaorangtua saya. Selain itu, ingin sekalimelanjutkan pendidikan ke jenjang S2di Amerika. Itu adalah mimpi saya sejakSMA,” ungkap Rizal. “Dan ternyatabenar, tidak ada yang tidak mungkin,”pungkas Rizal kepada tim DompetDhuafa. l

Komentar dan masukan atas tulisan inidapat dikirim ke [email protected]

Di Forum United Nations Commissions on Sustainable Development, Model United Nations 2014

”Sekarang Terbukti Tiada Kata Tidak Mungkinuntuk Juara Internasional Sekalipun”

B

Achmad Rizal Mustaqim (tengah, mengenakan jas) bersama para peserta UPES MUN2014 di India.