DHF

5
DHF EPIDEMIOLOGI Epidemi Demam dengue dan DBD telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting di Indonesia sejak pertama kali dikenal pada tahun 1968, yaitu di Surabaya. (buku,jurnal). Namun konfirmasi virologis baru diperoleh pada tahun 1970 (buku). Kasus DBD berubah menjadi sesuatu yang mengkhawatirkan mengingat meningkatnya jumlah infeksi yang dilaporkan dari seluruh provinsi (jurnal).. Persentase kasus DBD meningkat pada remaja dan dewasa (jurnal). Di Jakarta kasus pertama dilaporkan pada tahun 1969(buku). Usia rata-rata pasien DBD di Jakarta adalah 11 bulan dan 4 tahun selama periode 1979-1984 (jurnal). Data terakhir dari Departemen Kesehatan menunjukkan peningkatan jumlah DBD pada anak usia 15 tahun ke atas (data tidak dipublikasikan, Departemen Kesehatan). Pada saat ini DBD sudah endemis di banyak kota-kota besar bahkan sejak tahun 1975 penyakit ini telah berjangkit di daerah pedesaan (buku). Berdasarkan jumlah kasus DBD, Indonesia menempati urutan kedua setelah Thailand. Sejak tahun 1968 angka kesakitan rata-rata DBD terus meningkat dan mencapai angka tertinggi pada tahun 1998, yaitu 35,19/100.000 penduduk.

description

dengue

Transcript of DHF

Page 1: DHF

DHF

EPIDEMIOLOGI

Epidemi Demam dengue dan DBD telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang

penting di Indonesia sejak pertama kali dikenal pada tahun 1968, yaitu di Surabaya.

(buku,jurnal). Namun konfirmasi virologis baru diperoleh pada tahun 1970 (buku).

Kasus DBD berubah menjadi sesuatu yang mengkhawatirkan mengingat

meningkatnya jumlah infeksi yang dilaporkan dari seluruh provinsi (jurnal)..

Persentase kasus DBD meningkat pada remaja dan dewasa (jurnal). Di Jakarta kasus

pertama dilaporkan pada tahun 1969(buku). Usia rata-rata pasien DBD di Jakarta

adalah 11 bulan dan 4 tahun selama periode 1979-1984 (jurnal). Data terakhir dari

Departemen Kesehatan menunjukkan peningkatan jumlah DBD pada anak usia 15

tahun ke atas (data tidak dipublikasikan, Departemen Kesehatan). Pada saat ini DBD

sudah endemis di banyak kota-kota besar bahkan sejak tahun 1975 penyakit ini telah

berjangkit di daerah pedesaan (buku). Berdasarkan jumlah kasus DBD, Indonesia

menempati urutan kedua setelah Thailand. Sejak tahun 1968 angka kesakitan rata-rata

DBD terus meningkat dan mencapai angka tertinggi pada tahun 1998, yaitu

35,19/100.000 penduduk.

gambar. Angka morbiditas dan mortalitas DBD di Indonesia tahun 1968-2005 (jurnal)

Page 2: DHF

Dari semua kasus yang didiagnosa secara klinis sebagai DBD / DSS, trombositopenia

(<100.000/mm3) ditemukan pada 34% kasus saat pertama kali datang dan 49% dalam

masa rawatan. Pada kasus yang dikonfirmasi dengan pemeriksaan serologi,

didapatkan prevalensi trombositopenia (<100.000/mlm3) adalah 58% saat pertama kali

datang dan 83% selama rawatan. Trombositopenia ditemukan pada 47% dari kasus

DBD dan 74% dari kasus DSS. Sebagian besar kasus memberikan gambaran

trombositopenia antara hari ketiga dan ketujuh penyakit, baik pada DBD maupun

pada kondisi DSS (Thrombocytopenia and Platelet Transfusions in Dengue

Haemorrhagic Fever and Dengue Shock SyndromebyAlex Chairulfatah*#,

Djatnika Setiabudi*, Ridad Agoes** and Robert Colebunders).

PATOGENESA TERJADINYA TROMBOSITOPENIA PADA DBD

Trombositopenia merupakan kelainan hematologis yang ditemukan pada sebagian

besar kasus DBD. Nilai trombosit mulai menurun pada masa demam dan mencapai

terendah pada masa syok. Jumlah trombosit secara cepat meningkat pada masa

konvalesen dan nilai normal biasanya tercapai 7-10hari sejak permulaan sakit.

Trombositopenia dihubungkan dengan meningkatnya megakariosit muda dalam

sumsum tulang, dan pendeknya masa hidup trombosit diduga akibat meningkatnya

destruksi trombosit. Duagaan mekanisme lain trombositopenia adalah depresi fungsi

megakariosit. Penyelidikan dengan radioisotop membuktikan bahwa penghancuran

trombosit dalam sistem retikuloendotelial, limpa dan hati. Penyebab peningkatan

destruksi trombosit sampai saat ini belum diketahui, tapi beberapa faktor dapat

menjadi penyebab, yaitu virus dengue, komponen aktif sistem komplemen, kerusakan

sel endotel, aktivasi sistem pembekuan darah secara bersamaan atau secara terpisah.

Lebih lanjut, fungsi trombosit pada DBD terbukti menurun. Hal ini mungkin

disebabkan ditemukannya komplek imun dalam darah. Trombositopenia dan

gangguan fungsi trombosit dianggap sebagai penyebab utama terjadinya perdarahan

pada DBD.

Page 3: DHF

MANIFESTASI KLINIK

DIAGNOSIS

Diagnosis DBD menurtu WHO ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan

laboratorium.

Gejala klinis :

Demam tinggi mendadak dan terus – menerus selama 2-7 hari.

1. Manifestasi perdarahan, minimal uji tourniquet positif dan salah satu bentuk

Page 4: DHF

perdarahan lain (purpura, petekie, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi),

hematemesis dan atau melena

2. Pembesaran hati

3. Syok, yang ditandai oleh nadi lemah dan cepat disertai tekanan nadi menurun

(kecil sama 20mmHg), tekanan darah menurun (tekanan sistolik kecil sama

80mmHg) disertai kulit yang teraba dingin dan lembab teutama pada ujung

hidung, jari, dan kaki, pasien menjadi gelisah, dan timbul sianosis di sekitar

mulut.

Laboratorium

Trmobositopenia (<100.000/mm3) dan hemokonsentrasi yang dapat dilihat dari

peningkatan nilai hematocrit besar sama 20% dibandingkan dengan nilai

hematocrit pada masa sebelum sakit atau masa konvalesen.

Diagnosis DBD dibuat dengan ditemukannya dua atau tiga patokan klinis disertai

trombositopenia dan hemokonsentrasi.

PENATALAKSANAAN