DHF

15
I. DEFINISI Adalah penyakit demam akut disertai menifestasi perdarahan, trombositopenia dan hemokonsentrasi disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus. Dalam referensi lain dijelaskan bahwa penyakit dengue ialah suatu infeksi arbovirus (arthropod-borne virus) akut, ditularkan oleh nyamuk spesies aedes. Demam dengue / Dengue Fever (DF) adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak remaja atau orang dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot dan / nyeri sendi yang disertai luekopenia, dengan / tanpa ruam dan, limphadenophaty, sakit kepala hebat, nyeri pada pergerakkan bola mata, rasa mengecap yang terganggu, trombositopenia ringan. Demam Berdarah Dengue / Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit dengue dengan perdarahan. Sering terjadi pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama. Uji torniquet positif disertai beberapa atau semua gejala perdarahan seperti petekia spontan yang timbul serentak, purpura, ekimosis, epitaksis, hematemesis, melena, trombositopenia, masa perdarahan dan

description

askep

Transcript of DHF

Page 1: DHF

I. DEFINISI

Adalah penyakit demam akut disertai menifestasi perdarahan,

trombositopenia dan hemokonsentrasi disebabkan oleh virus Dengue dan

ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus.

Dalam referensi lain dijelaskan bahwa penyakit dengue ialah suatu

infeksi arbovirus (arthropod-borne virus) akut, ditularkan oleh nyamuk spesies

aedes.

Demam dengue / Dengue Fever (DF) adalah penyakit yang terutama

terdapat pada anak remaja atau orang dewasa, dengan tanda-tanda klinis

demam, nyeri otot dan / nyeri sendi yang disertai luekopenia, dengan / tanpa

ruam dan, limphadenophaty, sakit kepala hebat, nyeri pada pergerakkan bola

mata, rasa mengecap yang terganggu, trombositopenia ringan.

Demam Berdarah Dengue / Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah

penyakit dengue dengan perdarahan. Sering terjadi pada anak dan dewasa

dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang biasanya memburuk

setelah dua hari pertama. Uji torniquet positif disertai beberapa atau semua

gejala perdarahan seperti petekia spontan yang timbul serentak, purpura,

ekimosis, epitaksis, hematemesis, melena, trombositopenia, masa

perdarahan dan masa protrombin memanjang, hematokrit meningkat dan

gangguan maturasi megakariosit (= cikalbakal trombosit).

Sindrom renjatan dengue / Dengue Shock Syndrom (DSS) ialah DHF

yang disertai renjatan.

Virus dengue tergolong famili / suku / grup Flaviviridae dan dikenal

ada 4 serotip.

Dengue 1 dan 2 ditremukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia II.

Dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953-1954.

Virus dengue berbentuk batang bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi

oleh dietileter dan natrium dioksikolat, stabil pada suhu 70o C.

Page 2: DHF

Keempat serotipe tersebut telah ditemukan pada pasien di Indonesia, dan

dengue 3 merupakan serotipe yang paling banyak beredar.

II. PATOFISIOLOGI

Virus dengue menginfeksi tubuh manusia melalui gigitan nyamuk

spesies aedes. Setelah terinfeksi kedalam tubuh, pasien akan mengalami

keluhan dan gejala karena viremia seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri

otot, pegal seluruh badan, hepiremia ditenggorokan, timbulnya ruam serta

kelainan yang mungkin terjadi pada sistem retikuloendotelial seperti :

limphdenopathy, hepatosplenomegali.

Kelainan yang paling sering terjadi pada autopsi ialah perdarahan dikulit

berupa petekia, perdarahan di saluran pencernaan, paru dan jaringan

periadrenal. Petekia disebabkan oleh kongesti pembuluh darah dibawah kulit.

Pada 50% kasus autopsi ditemukan perdarahan subendokardial di septum

interventrikel kiri. Hati selalu membesar, kadang-kadang pada anak sampai 1

½ kali dari berat normal, terdapat perlemakkan yang disertai perdarahan

atau sarang necrosis haemoragic, kebanyakan di daerah sentral atau

parasentral lobulus hati.

Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan

membedakan DHF dengan Demam Dengue adalah peningkatan

permeabilitas pembuluh darah, penurunan volume plasma, hipotensi,

trombositopenia dan diatesis haemoragic (Tuchinda, 1973).

Meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah dikarenakan

pelepasan zat anafilaktosin, histamin, dan serotonin, serta aktivasi sistem

komplemen (proses imunologis) yang berakibat ekstravasasi cairan

intravaskular.

Berdasarkan hipotesis infeksi heterolog sekunder maka terbentuknya

kompleks virus-antibodi dalam sirkulasi akan mengaktivasi sistem

komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 dalam sistem komplemen, akan

Page 3: DHF

dilepaskan C3a dan C5a, yaitu dua peptida yang berdaya untuk melepaskan

histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya

permeabilitas dinding pembuluh darah.

Peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah inilah yang akan

mengakibatkan mengurangnya volume plasma, terjadi hipotensi,

hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan pada DHF.

Plasma merembes selama perjalanan penyakit mulai dari saat

permulaan demam dan mencapai puncaknya pada saat renjatan. Pada

pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat berkurang sampai lebih

dari 30 %.

Bukti adanya kebocoran plasma tersebut adalah dengan ditemukannya

cairan dalam rongga serosa, yaitu rongga pertoneum, pleura dan perikardium

yang pada autopsi ternyata melebihi jumlah cairan yang telah diberikan

sebelum melalui infus.

Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma,

bila tidak segera diatasi dapat berakibat anoksia jaringan, asidosis metabolik

dan kematian. Renjatan yang akut dengan perbaikan klinis yang drastis

setelah pemberian plasma yang efektif, sedangkan pada pemerikssaan tidak

ditemukan kerusakan pembuluh darah akibat radang, diduga merupakan

akibat dari mediator farmakologis yang bekerja singkat.

Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat, yang

biasanya timbul setelah renjatan berlangsung lama dan tidak teratasi.

Perdarahan pada DHF umumnya dihubungkan dengan trombositopenia,

gangguan fungsi trombosit dan kelainan sistem koagulasi.

Trombositopenia yang dihubungkan dengan meningkatnya

megakariosit muda dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup

trombosit menimbulkan dugaan distruksi trombosit.

Gangguan atau menurunya fungsi trombosit mungkin disebabkan proses

immunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran

Page 4: DHF

darah. Sedangkan kelainan sistem koagulasi disebabkan diantaranya oleh

kerusakan hati yang fungsinya memang terbukti terganggu oleh aktivitas

sistem koagulasi.

Masalah terjadi tidaknya “Disseminated Intravaskuler Coagulation (DIC) pada

DHF/DSS, terutama pada pasien dengan perdarahan hebat, sejak lama telah

menjadi bahan perdebatan. Diperlukan waktu yang cukup untuk memperoleh

kesepakatan bahwa DIC disamping trombositopenia, menurunnya fungsi

trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (Probrombin, faktor V, VII, IX, X

dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat,

terutama perdarahan traktus gastrointestinsal pada DHF.

III. GAMBARAN KLINIS

Gambaran klinis sangat bervariasi, dari yang ringan (Silent dengue

infection) hingga yang sedang seperti DHF dengan manifestasi demam akut,

perdarahan, serta kecendrungan terjadinya DSS yang dapat berakibat fatal.

Masa tunas berkisar antara 3 – 15 hari pada umumnya 5 –8 hari.

“ Demam Dengue “

Pada DF, suhu meningkat, nyeri kepala, nyeri yang hebat pada otot

dan tulang, anoreksia, menggigil dan malaise. Pada umumnya ditemukan

sindrom trias yaitu demam tinggi, nyeri anggota badan dan timbulnya ruam.

Proses timbulnya ruam ditemukan dalam 2 fase :

- Iritial rash : Terjadi pada awal demam, telrihat jelas pada muka dan

dada, berlangsungnya selama beberapa jam dan

biasanya tidak diperhatikan oleh pasien.

- Terminal rash : fase ruam berikutnya yang timbul mulai antara hari ke

3 – 6, mula-mula berbentuk makula-makula besar yang

kemudian bersatu mencuat kembali, serta timbulnya

bercak-bercak petekia pada dasarnya.

Page 5: DHF

Pada sekian banyak penderita, gejala klinis timbul dengan mendadak,

disertai kenaikan suhu, nyeri kepala hebat, nyeri dibelakang bola mata,

punggung, otot dan sendi disertai rasa menggigil.

Gejala klinis lain yang sering timbul adalah fotofobia, keringat

bercucuran, suara serak, batuk, epilaksis dan disuria. Dari sekian banyak

penelitian dilaporkan bahwa kelenjar getah bening survikal juga membesar.

Nadi pasien mula-mula cepat dan menjadi normal atau lebih lambat

pada hari ke-4 dan ke-5. bardikardi dapat menetap untuk beberapa hari

dalam masa penyembuhan.

“ Dengue Haemoragic Fever (DHF) ”

Pada DHF ditandai oleh 4 manifestasi klinis, yaitu : Demam tinggi,

perdarahan, terutama perdarahan dikulit, hepatomegali dan kegagalan

peredaran darah (Circulatory failure).

Gejala perdarahan mulai pada hari ke-3 atau ke–5 berupa petekia,

purpura, ekimosis, hematemesis, melena dan epilaksis.

Halstead (1965) mengemukakan gejala yang harus di pertimbangkan,

yang membedakan DHF dari demam dengue di Thailand, ialah :

1. DHF umumnya disertai pembesaran hati.

2. Leukositosis seringkali ditemukan pada DHF, berlainan dengan demam

dengue yang pada umumnya disertai leukopneia berat.

3. Manifestasi perdarahan seperti petekia, ekimosis, uji torniquet positif dan

trombositpenia lebih menonjol pada DHF.

4. Limphodenopati, ruam makulopapular dan mialgia bersifat lebih ringan

pada DHF.

Beberapa pengarang menggolongkan semua infeksi dengue yang

disertai manifestasi perdarahan sebagai DHF walaupun hanya uji torniquet

Page 6: DHF

yang positif. Sebaliknya Halstead dkk (1970) berpendapat istilah itu perlu

dibatasi, bahwa hanya pada pasien yang disertai kelainan khas berupa

hipoproteinemia dan trombositopenia. Dengan demikian, berdasarkan

pembagian ini walaupun seorang penderita infeksi dengue yang disertai

perdarahan hebat, bila pada penderita tidak ditemukan hipoproteinemia dan

trombositopenia, maka kasusnya tidak digolongkan DHF.

Gejala klinik lain pada DHF adalah : nyeri perut, radang saluran nafas

bagian atas, hematemesis, diare, obstipasi, nyeri otot, conjungtivitis dan

kelainan neurologik berupa renjatan, limpa teraba.

Persentase gejala klinis pada DHF (sepuluh tahun penelitian pada anak di

Jakarta / FKUI)

Kasus % Kasus %HepotomegaliNyeri PerutMuntahDiareObstipasiKejang

9243142

1319

9042132

1218

Radang Salauran Nafas bagian atasNyeri KepalaNyeri ototConjungtivitisSplenomegaliMeninggal

1911693

24

1810693

23

“ Dengue Shock Syndrome “ (DSS)

Pada pasien DSS, gejala renjatan ditandai dengan kulit yang teraba

lembab dan dingin, sianosis perifer yang terutama tampak pada ujung

hidung, jari-jari tangan dan kaki serta dijumpai pula penurunan tekanan

darah.

Renjatan biasanya terjadi pada waktu demam atau saat demam turun

antara hari ke-3 dan hari ke-7 penyakit. Bila tatalaksana renjatan tidak

sempurna, pasien dapat jatuh dalam irreversible shock.

Page 7: DHF

IV. DIAGNOSIS DHF MENURUT WHO

Tahun 1986 :

1. Demam akut, yang tetap tinggi selama 2-7 hari, kemudian turun secara

lisis. Demam disertai gejala tidak spesifik seperti anoreksia, lemah, nyeri

pada punggung, tulang persendian dan kepala.

2. Manifestasi perdarahan :

- Uji torniquet positif

- Petekia, purpura, ekimosis

- Epitaksis, perdarahan gusi

- Hematemesis, melena

3. Pembesaran hati yang nyeri tekan, tanpa ikterus

4. Dengan / tanpa renjatan

Renjatan biasanya terjadi saat demam menurun (hari ke-3 dan ke-7

sakit). Renjatan yang terjadi pada saat demam biasanya mempunyai

prognosis buruk.

5. Kenaikan nilai hematokrit / hemokonsentrasi

Tahun 1975 :

1. Demam tinggi dengan mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari.

2. Manifestasi perdarahan, termasuk setidak-tidaknya uji torniquet positif

dan satu bentuk lain (Petekia, purpura, ekimosis, epitaksis dan

perdarahan gusi), hematemesis dan atau melena.

3. Pembesaran hati

4. Renjatan yang ditandai oleh nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi

menurun (menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun

(tekanan sistole menurun sampai 80 mmHg atau kurang) disertai kulit

yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari tangan

dan kaki, penderita menjadi gelisah, timbul sianosis disekitar mulut.

Page 8: DHF

V. KLASIFIKASI DHF MENURUT WHO

Menurut WHO (1975), DHF dapat dibagi dalam 4 derajat, yaitu sbb :

Derajat I

Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi

perdarahan ialah uji turniquet positif.

Derajat II

Derajat I disertai perdarahan spontan dikulit dan atau perdarahan lain.

Derajat III

Ditemukannya kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan

nadi menurun (kurang dari 20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit yang

dingin, lembab dan penderita menjadi gelisah.

Derajat IV

Renjatan berat dengan nadi yang tidak dapat diraba dam tekanan darah

yang tidak dapat diukur.

VI. PENATALAKSANAAN DHF

1. Dirawat ditempat terpisah dari pasien lain

2. Untuk DF dan DHF tanpa penyulit :

a. Tirah baring

b. Makanan lunak

c. Medikamentosa yang bersifat simtomatik

d. Kompres dingin di kepala

e. Antibiotik mencegah infeksi sekunder.

3. Untuk DHF dengan renjatan (DSS) di tambah dengan IVFD NaCL 0,9 %,

Ringer Lactat, atau bila renjatan berat dipakai plasma / expander plasma.

4. Observasi di teliti untuk penemuan dini tandai renjatan, yaitu :

Page 9: DHF

a. Keadaan umum memburuk

b. Hati makin membesar

c. Masa perdarahan (BT) memanjang karena trombositopenia

d. Hematokrit meninggi pada pemeriksaan berkala

5. Transfusi darah dilakukan pada

a. Pasien dengan perdarahan yang membahayakan (hematemisis dan

melena)

b. Pasien DSS yang pada pemeriksaan berkala menunjukkan

penurunan kadar Hb dan Ht.

VII. ASUHAN KEPERAWATAN DHF

Page 10: DHF

DAFTAR PUSTAKA

Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak, 1985, FKUI. Jakarta

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi 3, FKUI Jakarta.

Demam Berdarah Dengue, Sepuluh Tahun Penelitian Pada Anak di Jakarta. 1985, FKUI Jakarta.

TUGAS INDIVIDU

MATA KULIAH KMB I

Tentang

DENGUE HAEMORAGIC FEVER ( DHF )

Page 11: DHF

Disusun Oleh :

NAMA : ISWANDI

NIM : PO. 62. 21. 1. 04. 162

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN PALANGKA RAYA

JURUSAN KEPERAWATAN KELAS KHUSUS

TAHUN 2005