DHF
-
Upload
amel-chuby -
Category
Documents
-
view
21 -
download
0
description
Transcript of DHF
LAPORAN PENDAHULUAN
A. KONSEP DASAR
I. DEFINISI
Demam berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam-deman akut
dengan ciri-ciri demam manifestasi perdarahan, dan bertendensi
mengakibatkan ranjatan yang dapat menyebabkan kematian. Puncak kasus
DBD terjadi pada musin hujan yaitu bulan desember sampai dengan maret.
(Arif Mansjoer, dkk : 419).
II. ETIOLOGI
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor
nyamuk Aedes Aegypti, nyamuk Aedes Dibopictus, Aedes Pdynesiensis, dan
beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan. Infeksi dengan
salah satu serotipe akan menimbulkan anti bodi seumur hidup terhadap
serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap saretipe lain.
III. PATOFISIOLOGI
Virus hanya dapat hidup dalam sel hidup sehingga harus bersaing
dengan zat manusia terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut
sangat tergantung pada daya tahan manusia.
Sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi :
(1). Auktluasi sistem komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilatoksin
yang menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler dan terjadi
perembesan plasma dari ruang intrauceskular ke ruang ekstrauaskular.
(2). Agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan
menyebabkan kelainan fungsi trombosit sebagai akibat mobilisasi sel
trombosit muda dari sumsum tulang.
(3). Kerusakan sel endotol pembuluh darah akan menrangsang /
mengaktivasi fraktur pembekuan.
Ketiga faktor diatas menyebabkan :
(1). Peningkatan permeabilitas kapiler.
(2). Kelainan hemostasis yang disebabkan oleh vaskulopati, trombositopenia
dan keagulopati.
WOC
Virus dengue
Nyamuk
Infeksi virus dengue
Inkubasi virus dengue
Resiko defisit pembentukan
nutrisi
Mual, muntah anoreksia
Hepatomegali
Demam
Hipertermi
Kebocoran sel darah merah
keruang ekstravaskuler
Gangguan sirkulasi
Kerja jantung pertambah
Cedera kapilerPengeluaran zat anafilaktosin
Perdarahan ekstra vaskuler
Trombositopenia
Peningkatan permeabilitas
vaskulker
Kebocoran plasma
Vol cairan kurang dari kebutuhan
Ansietas Hipovolemia Defisit HB
Intoleransi aktivitas
Lemah
Anemia
IV. MANIFESTASI KLINIS
Infeksi virus dengue mengakibatkan manifestasi klinis yang bervariasi
mulai dari asimtomatik, penyakit paling ringan (mild undifferantiated febrile
illness), demam dengue, demam berdarah dengue, sampai sydrom syok
dengue. Walaupun secara epidemiologis infeksi ringan lebih banyak, tetapi
pada awal penyakit hampir tidak mungkin membedakan infeksi ringan atau
berat.
Biasanya ditandai dengan demam tinggi, kenomena perdarahan,
hepatomegali, dan kegagalan sirkulasi. Demam dengue pada bayi dan anak
berupa demam ringan disertai timbulnya ruan makulopapular. Pada anak besar
dan dewasa dikenal sindrom trias dengue berupa demam tinggi mendadak,
nyeri pada anggota badan (kepala, bola mata, punggung, dan sendi), dan
timbul makulopapular. Tanda lain menyerupai demam dengueyaitu anoreksia,
muntah dan nyeri kepala.
Klinis :
(1). Demam tinggi dengan mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari.
(2). Manifestasi perdarahan, termasuk setidak-tidaknya uji banding positif
dan bentuk lain (petekia, purpura, ekimosis, epestaksis, perdarahan
gusi). Hematomesis atau melena.
(3). Pembesaran hati.
(4). Syok yang ditandai oleh nadi lemah, cepat disertai tekanan nadi
menurun (menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun
(tekanan sistolik menurun sampai 20 mmHg atau kurang) di sertai kulit
yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari, dan
kaki, pasien menjadi gelisah, timbul sianosis disekitar mulut.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Lakukan pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, hitung trombosit, uji
serologi HL (Haemagglutenation Inhibiting anty bodi), Dengua Blot.
Trombosit opemia ringan sampai nyata bersamaan dengan
hemokoasentrasi adalah gejala yang spesifik. Leukosit normal pada hari 1-3
hari pertama. Menurun saat akan terjadi syok dan meningkat saat syok
teratasi.
Air seni, mungkin di temukan albuminuria ringan, sumsum tulang pad
awal sakit biasanya hiposeluler, kemudian menjadi hiperseluler pada hari ke-5
dengan gangguan maturasi dan pada hari ke 10 sudah kembali normal untuk
semua sistem.
VI. PENATALAKSANAAN
Pada penderita demam haemorralagic fever ini dianjurkan untuk tirah
baring / bedrast dan diet disesuaikan dengan kebutuhan yaitu makan lunak dan
bila belum nafsu makan di beri minum 1,5 – 2 liter dalam 24 jam (susu air dan
gula atau sirop) antibiotik diberikan bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan pendekatan yang sistematis untuk pengumpulan
data dan analisa data sehingga dapat diketahui masalah yang dihadapi oleh
klien.
a). Pengumpulan Data
a.1. Identitas klien meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat,
bahasa, status perkawinan, kebangsaan, pekerjaan, pendidikan,
tanggal MRS, nomer register dan diagnosa medis.
a.2. Keluhan utama
Pada umumnya klien merasa deman, mual, muntah, anoreksia,
pendarahan, nyeri kepala sampai dapat terjadi syok berat.
a.3. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
Hal ini meliputi keluhan utama mulai sebelum ada keluhan
sampai terjadi demam, mual, muntah, pendarahan, anoreksia,
nyeri, syok sampai klien masuk rumah sakit.
Riwayat kesehatan dahulu
Klien merasa mual, muntah, demam, anoreksia, pendarahan,
nyeri, syok apakah terdapat hubungan dengan penyakit yang
diderita sebelumnya.
Riwayat kesehatan keluarga
Hal ini meliputi tentang bagaimana kesehatan dalam keluarga
apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit
menular.
a.4. Pola-pola fungsi kesehatan
Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.
Tanggapan klien mengenai kesehatan dan kebiasaan yang
kurang menjaga kebersihan meliputi 3M : menguras,
mengubur dan menutup sehingga perkembangan nyamuk
pembawa virus DBD berkurang.
Pola nutrisi dan metabolisme.
Pada umumnya klien DBD nafsu makannya menurun, ada
mual dan muntah.
Pola aktivitas dan latihan.
Pada klien DBD akan mengalami gangguan karena, bedrest,
anoreksia, mual, muntah, demam dan nyeri akan membuat
penurunan aktivitas klien.
Pola eliminasi.
Eliminasi alvi Kx kadang mengalami konstipasi sedangkan
pada eliminasi urine tidak mengalamai gangguan hanya warna
urine menjadi kecoklatan.
Pola istirahat dan tidur.
Pola tidur dan istirahat akan menurun karena pasien dengan
DHF terjadi peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat
banyak sehingga istirahat menurun juga disertai dengan nyeri
epigastrium.
Pola persepsi dan konsep diri.
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan penyakitnya,
dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri antara
lain: body image, ideal diri
Pola hubungan peran.
Bagaimana peran kx dalam keluarga meliputi hubungan klien
dengan keluarga dan orang lain.
Pola penanggulangan stress.
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas atas
keadaan penyakit.
Pola tata nilai dan kepercayaan.
Biasanya klien akan terganggu dalam hal ibadanya karena
harus berobat sehingga aktivitas klien dibantu oleh
keluarganya.
a.5. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Didapatkan saat keadaan klien waktu pengkajian k/u lemah,
suhu tubuh meningkat (28-41C) muka kemerahan, mual +
muntah, nyeri (kepala, perut, sendi dll).
Pemeriksaan tanda-tanda vital.
- Peningkatan suhu tubuh.
- Penurunan denyut nadi (bradikardi).
- Tingkat kesadaran.
- Tekanan darah menurun.
Pemeriksaan kepala dan leher.
Mukosa bibir kering dan pecah, wajah pucat, mata cowong,
wajah menyeringai kesakitan.
Pemeriksaan sistem integumen.
Kulit terlihat kering, turgor kulit menurun, muka kemerahan,
petakie, sianosis, keringat dingin, adanya ptechie yang
diketahui dengan rempelit test.
Pemeriksaan sistem respirasi.
Pada klien DBD pernafasan rata-rata ada peningkatan inspirasi
dan eskspirasi.
Pemeriksan sistem kardiovaskuler.
Terjadi penurunan tekanan darah (bradikardi), relatik
haemoglobin rendah, tidak ada kelainan suara jantung, dan
dapat terjadi perdarahan pada sistem kardiovaskuler.
Pemeriksaan gastrointestinal tract.
Pada klien DBD lidah kotor, mual (+), muntah (+) dan
anoreksia peningkatan peristaltik usus, perut kembung, sering
haus, hematomesis (+).
Pemeriksaan muskuloskeletal.
Adanya kelemahan otot karena kehilangan cairan dan nutrisi
tubuh.
Pemeriksaan sistem endokrin.
Tidak ada yang mempengaruhi terjadinya DBD dalam sistem
endokrin.
Pemeriksan ganitouria.
Tidak terdapat dysuria, retensi urine dan inkontinersia urine,
dan bisa terjadi hematuri dan melena.
Pemeriksaan sistem persyarafan.
Pada umumnya motorik dan sensorik terjadi gangguan.
b). Analisa Data.
DS : pasien mengatakan nyeri ulu hati.
DO : mual (+) muntah (+) nyeri asigastriom (+).
Masalah : gangguan rasa nyaman karena nyeri.
Kemungkinan penyebab : peningkatan asam lambung.
DS : pasien mengatakan badannya panas.
DO : - suhu tinggi (38-40C).
- keluar keringat dingin.
- Demam.
- Mukosa bibir kering.
Masalah : peningkatan suhu tubuh.
Kemungkinan penyebab : adanya invasi virus.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakitnya.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
sehubungan dengan mual, muntah, anoreksia.
3. Potensi terjadinya hipovolemik syok sampai dengan adanya
perdarahan yang hebat.
4. Gangguan kebutuhan tidur (istirahat) sehubungan dengan suhu
tubuh yang meningkat.
5. Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya sehubungan dengan
informasi tentang penyakitnya.
III. RENCANA KEPERAWATAN
Dx Kep. Prioritas (Dx. Kep 3)
Hipovolemik syok sampai dengan adanya perdarahan yang hebat.
Tujuan : syok hipovolemik tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
- Perfusi hangat.
- Klien tidak tampak gelisah.
- Nadi normal (70-80 x/mnt).
- Tensi normal (80-120 mmHg).
- Keadaan umum baik.
- Tidak terjadi perdarahan.
- Balance cairan normal
Intervensi :
1. Monitor keadaan umum klien.
R / : mengetahui tingkat penyakit klien.
2. Observasi tanda-tanda vital.
R / : peningkatan TTV menunjukkan adanya peningkatan
suhu tubuh.
3. Catat pengeluaran dan pemasukan.
R / : Mengetahui intake dan out put.
4. Monitor tanda-tanda pendarahan.
R / : mengetahui secara dini pendarahan.
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi cairan.
R / : menjalankan fungsi interdependent.
6. Kolaborasi dengan lab dalam pemeriksaan trombosit serial.
R / : mengetahui derajat penyakit
IV. IMPLEMENTASI
Adalah mengelola dan mewujudkan dari rencana keperawatan meliputi :
tindakan yang direncanakan oleh perawat, melaksanakan anjuran dokter dan
ketentuan rumah sakit.
V. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses perawatan yang
merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan dilakukan dengan cara melibatkan
pasien dan sesama tenaga kesehatn (Nasrul Efendi, 1995).
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer. Dkk (2001). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta, Media Aes CV
Laprus FKUI.
Marlyn E. Doenges, (2001)., Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC.
Nasrul Effendi (1995), Pengantar Proses Keperawatan, Jakarta, EGC.
Sylfia A. Price (1995), Patofisiologi, Jakarta, EGC.