DHF

14
LAPORAN PENDAHULUAN A. KONSEP DASAR I. DEFINISI Demam berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam-deman akut dengan ciri-ciri demam manifestasi perdarahan, dan bertendensi mengakibatkan ranjatan yang dapat menyebabkan kematian. Puncak kasus DBD terjadi pada musin hujan yaitu bulan desember sampai dengan maret. (Arif Mansjoer, dkk : 419). II. ETIOLOGI Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes Aegypti, nyamuk Aedes Dibopictus, Aedes Pdynesiensis, dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan anti bodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap saretipe lain. III. PATOFISIOLOGI Virus hanya dapat hidup dalam sel hidup sehingga harus bersaing dengan zat manusia terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan manusia. Sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi :

description

keperawatan

Transcript of DHF

Page 1: DHF

LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR

I. DEFINISI

Demam berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam-deman akut

dengan ciri-ciri demam manifestasi perdarahan, dan bertendensi

mengakibatkan ranjatan yang dapat menyebabkan kematian. Puncak kasus

DBD terjadi pada musin hujan yaitu bulan desember sampai dengan maret.

(Arif Mansjoer, dkk : 419).

II. ETIOLOGI

Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor

nyamuk Aedes Aegypti, nyamuk Aedes Dibopictus, Aedes Pdynesiensis, dan

beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan. Infeksi dengan

salah satu serotipe akan menimbulkan anti bodi seumur hidup terhadap

serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap saretipe lain.

III. PATOFISIOLOGI

Virus hanya dapat hidup dalam sel hidup sehingga harus bersaing

dengan zat manusia terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut

sangat tergantung pada daya tahan manusia.

Sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi :

(1). Auktluasi sistem komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilatoksin

yang menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler dan terjadi

perembesan plasma dari ruang intrauceskular ke ruang ekstrauaskular.

(2). Agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan

menyebabkan kelainan fungsi trombosit sebagai akibat mobilisasi sel

trombosit muda dari sumsum tulang.

(3). Kerusakan sel endotol pembuluh darah akan menrangsang /

mengaktivasi fraktur pembekuan.

Ketiga faktor diatas menyebabkan :

Page 2: DHF

(1). Peningkatan permeabilitas kapiler.

(2). Kelainan hemostasis yang disebabkan oleh vaskulopati, trombositopenia

dan keagulopati.

WOC

Virus dengue

Nyamuk

Infeksi virus dengue

Inkubasi virus dengue

Resiko defisit pembentukan

nutrisi

Mual, muntah anoreksia

Hepatomegali

Demam

Hipertermi

Kebocoran sel darah merah

keruang ekstravaskuler

Gangguan sirkulasi

Kerja jantung pertambah

Cedera kapilerPengeluaran zat anafilaktosin

Perdarahan ekstra vaskuler

Trombositopenia

Peningkatan permeabilitas

vaskulker

Kebocoran plasma

Vol cairan kurang dari kebutuhan

Ansietas Hipovolemia Defisit HB

Intoleransi aktivitas

Lemah

Anemia

Page 3: DHF

IV. MANIFESTASI KLINIS

Infeksi virus dengue mengakibatkan manifestasi klinis yang bervariasi

mulai dari asimtomatik, penyakit paling ringan (mild undifferantiated febrile

illness), demam dengue, demam berdarah dengue, sampai sydrom syok

dengue. Walaupun secara epidemiologis infeksi ringan lebih banyak, tetapi

pada awal penyakit hampir tidak mungkin membedakan infeksi ringan atau

berat.

Biasanya ditandai dengan demam tinggi, kenomena perdarahan,

hepatomegali, dan kegagalan sirkulasi. Demam dengue pada bayi dan anak

berupa demam ringan disertai timbulnya ruan makulopapular. Pada anak besar

dan dewasa dikenal sindrom trias dengue berupa demam tinggi mendadak,

nyeri pada anggota badan (kepala, bola mata, punggung, dan sendi), dan

timbul makulopapular. Tanda lain menyerupai demam dengueyaitu anoreksia,

muntah dan nyeri kepala.

Klinis :

(1). Demam tinggi dengan mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari.

(2). Manifestasi perdarahan, termasuk setidak-tidaknya uji banding positif

dan bentuk lain (petekia, purpura, ekimosis, epestaksis, perdarahan

gusi). Hematomesis atau melena.

(3). Pembesaran hati.

(4). Syok yang ditandai oleh nadi lemah, cepat disertai tekanan nadi

menurun (menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun

(tekanan sistolik menurun sampai 20 mmHg atau kurang) di sertai kulit

yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari, dan

kaki, pasien menjadi gelisah, timbul sianosis disekitar mulut.

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Lakukan pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, hitung trombosit, uji

serologi HL (Haemagglutenation Inhibiting anty bodi), Dengua Blot.

Trombosit opemia ringan sampai nyata bersamaan dengan

hemokoasentrasi adalah gejala yang spesifik. Leukosit normal pada hari 1-3

Page 4: DHF

hari pertama. Menurun saat akan terjadi syok dan meningkat saat syok

teratasi.

Air seni, mungkin di temukan albuminuria ringan, sumsum tulang pad

awal sakit biasanya hiposeluler, kemudian menjadi hiperseluler pada hari ke-5

dengan gangguan maturasi dan pada hari ke 10 sudah kembali normal untuk

semua sistem.

VI. PENATALAKSANAAN

Pada penderita demam haemorralagic fever ini dianjurkan untuk tirah

baring / bedrast dan diet disesuaikan dengan kebutuhan yaitu makan lunak dan

bila belum nafsu makan di beri minum 1,5 – 2 liter dalam 24 jam (susu air dan

gula atau sirop) antibiotik diberikan bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi.

B. ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan pendekatan yang sistematis untuk pengumpulan

data dan analisa data sehingga dapat diketahui masalah yang dihadapi oleh

klien.

a). Pengumpulan Data

a.1. Identitas klien meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat,

bahasa, status perkawinan, kebangsaan, pekerjaan, pendidikan,

tanggal MRS, nomer register dan diagnosa medis.

a.2. Keluhan utama

Pada umumnya klien merasa deman, mual, muntah, anoreksia,

pendarahan, nyeri kepala sampai dapat terjadi syok berat.

a.3. Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan sekarang

Hal ini meliputi keluhan utama mulai sebelum ada keluhan

sampai terjadi demam, mual, muntah, pendarahan, anoreksia,

nyeri, syok sampai klien masuk rumah sakit.

Riwayat kesehatan dahulu

Page 5: DHF

Klien merasa mual, muntah, demam, anoreksia, pendarahan,

nyeri, syok apakah terdapat hubungan dengan penyakit yang

diderita sebelumnya.

Riwayat kesehatan keluarga

Hal ini meliputi tentang bagaimana kesehatan dalam keluarga

apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit

menular.

a.4. Pola-pola fungsi kesehatan

Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.

Tanggapan klien mengenai kesehatan dan kebiasaan yang

kurang menjaga kebersihan meliputi 3M : menguras,

mengubur dan menutup sehingga perkembangan nyamuk

pembawa virus DBD berkurang.

Pola nutrisi dan metabolisme.

Pada umumnya klien DBD nafsu makannya menurun, ada

mual dan muntah.

Pola aktivitas dan latihan.

Pada klien DBD akan mengalami gangguan karena, bedrest,

anoreksia, mual, muntah, demam dan nyeri akan membuat

penurunan aktivitas klien.

Pola eliminasi.

Eliminasi alvi Kx kadang mengalami konstipasi sedangkan

pada eliminasi urine tidak mengalamai gangguan hanya warna

urine menjadi kecoklatan.

Pola istirahat dan tidur.

Pola tidur dan istirahat akan menurun karena pasien dengan

DHF terjadi peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat

banyak sehingga istirahat menurun juga disertai dengan nyeri

epigastrium.

Pola persepsi dan konsep diri.

Page 6: DHF

Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan penyakitnya,

dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri antara

lain: body image, ideal diri

Pola hubungan peran.

Bagaimana peran kx dalam keluarga meliputi hubungan klien

dengan keluarga dan orang lain.

Pola penanggulangan stress.

Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas atas

keadaan penyakit.

Pola tata nilai dan kepercayaan.

Biasanya klien akan terganggu dalam hal ibadanya karena

harus berobat sehingga aktivitas klien dibantu oleh

keluarganya.

a.5. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum

Didapatkan saat keadaan klien waktu pengkajian k/u lemah,

suhu tubuh meningkat (28-41C) muka kemerahan, mual +

muntah, nyeri (kepala, perut, sendi dll).

Pemeriksaan tanda-tanda vital.

- Peningkatan suhu tubuh.

- Penurunan denyut nadi (bradikardi).

- Tingkat kesadaran.

- Tekanan darah menurun.

Pemeriksaan kepala dan leher.

Mukosa bibir kering dan pecah, wajah pucat, mata cowong,

wajah menyeringai kesakitan.

Pemeriksaan sistem integumen.

Kulit terlihat kering, turgor kulit menurun, muka kemerahan,

petakie, sianosis, keringat dingin, adanya ptechie yang

diketahui dengan rempelit test.

Page 7: DHF

Pemeriksaan sistem respirasi.

Pada klien DBD pernafasan rata-rata ada peningkatan inspirasi

dan eskspirasi.

Pemeriksan sistem kardiovaskuler.

Terjadi penurunan tekanan darah (bradikardi), relatik

haemoglobin rendah, tidak ada kelainan suara jantung, dan

dapat terjadi perdarahan pada sistem kardiovaskuler.

Pemeriksaan gastrointestinal tract.

Pada klien DBD lidah kotor, mual (+), muntah (+) dan

anoreksia peningkatan peristaltik usus, perut kembung, sering

haus, hematomesis (+).

Pemeriksaan muskuloskeletal.

Adanya kelemahan otot karena kehilangan cairan dan nutrisi

tubuh.

Pemeriksaan sistem endokrin.

Tidak ada yang mempengaruhi terjadinya DBD dalam sistem

endokrin.

Pemeriksan ganitouria.

Tidak terdapat dysuria, retensi urine dan inkontinersia urine,

dan bisa terjadi hematuri dan melena.

Pemeriksaan sistem persyarafan.

Pada umumnya motorik dan sensorik terjadi gangguan.

b). Analisa Data.

DS : pasien mengatakan nyeri ulu hati.

DO : mual (+) muntah (+) nyeri asigastriom (+).

Masalah : gangguan rasa nyaman karena nyeri.

Kemungkinan penyebab : peningkatan asam lambung.

DS : pasien mengatakan badannya panas.

DO : - suhu tinggi (38-40C).

- keluar keringat dingin.

Page 8: DHF

- Demam.

- Mukosa bibir kering.

Masalah : peningkatan suhu tubuh.

Kemungkinan penyebab : adanya invasi virus.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakitnya.

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

sehubungan dengan mual, muntah, anoreksia.

3. Potensi terjadinya hipovolemik syok sampai dengan adanya

perdarahan yang hebat.

4. Gangguan kebutuhan tidur (istirahat) sehubungan dengan suhu

tubuh yang meningkat.

5. Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya sehubungan dengan

informasi tentang penyakitnya.

III. RENCANA KEPERAWATAN

Dx Kep. Prioritas (Dx. Kep 3)

Hipovolemik syok sampai dengan adanya perdarahan yang hebat.

Tujuan : syok hipovolemik tidak terjadi.

Kriteria Hasil :

- Perfusi hangat.

- Klien tidak tampak gelisah.

- Nadi normal (70-80 x/mnt).

- Tensi normal (80-120 mmHg).

- Keadaan umum baik.

- Tidak terjadi perdarahan.

- Balance cairan normal

Intervensi :

1. Monitor keadaan umum klien.

R / : mengetahui tingkat penyakit klien.

2. Observasi tanda-tanda vital.

Page 9: DHF

R / : peningkatan TTV menunjukkan adanya peningkatan

suhu tubuh.

3. Catat pengeluaran dan pemasukan.

R / : Mengetahui intake dan out put.

4. Monitor tanda-tanda pendarahan.

R / : mengetahui secara dini pendarahan.

5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi cairan.

R / : menjalankan fungsi interdependent.

6. Kolaborasi dengan lab dalam pemeriksaan trombosit serial.

R / : mengetahui derajat penyakit

IV. IMPLEMENTASI

Adalah mengelola dan mewujudkan dari rencana keperawatan meliputi :

tindakan yang direncanakan oleh perawat, melaksanakan anjuran dokter dan

ketentuan rumah sakit.

V. EVALUASI

Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses perawatan yang

merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan

pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan dilakukan dengan cara melibatkan

pasien dan sesama tenaga kesehatn (Nasrul Efendi, 1995).

Page 10: DHF

DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer. Dkk (2001). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta, Media Aes CV

Laprus FKUI.

Marlyn E. Doenges, (2001)., Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC.

Nasrul Effendi (1995), Pengantar Proses Keperawatan, Jakarta, EGC.

Sylfia A. Price (1995), Patofisiologi, Jakarta, EGC.