DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … fileAcara : Penjelasan Menteri Komunikasi dan...

43
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT KOMISI I DPR RI Tahun Sidang : 2016-2017 Masa Persidangan : III Jenis Rapat : Rapat Kerja Komisi I DPR RI dengan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Rapat Dengar Pendapat dengan Ketua dan Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat Hari, Tanggal : Rabu, 1 Februari 2017 Pukul : 10.50 WIB – 14.55 WIB Sifat Rapat : Terbuka Pimpinan Rapat : Meutya Viada Hafid, S.Sos., Wakil Ketua Komisi I DPR RI Sekretaris Rapat : Suprihartini, S.IP., M.SI., Kabag Sekretariat Komisi I DPR RI Tempat : Ruang Rapat Komisi I DPR RI, Gedung Nusantara II Lt. 1, Jl. Jenderal Gatot Soebroto, Jakarta 10270 Acara : Penjelasan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Ketua dan Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat terkait dengan permohonan persetujuan atas penggunaan anggaran pengadaan Sarana Monitoring Isi Siaran pada Anggaran Komisi Penyiaran Indonesia Pusat Tahun 2017. Anggota yang Hadir : PIMPINAN: 1. Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari (F-PKS) 2. Dr. TB. Hasanuddin, S.E., M.M. (F-PDI Perjuangan) 3. Meutya Viada Hafid, S.Sos. (F-PG) 4. Asril Hamzah Tanjung, S.IP. (F-Gerindra) 5. H.A. Hanafi Rais, S.IP., M.P.P. (F-PAN) ANGGOTA: FRAKSI PDI-PERJUANGAN 6. Ir. Rudianto Tjen 7. Dr. Effendi MS Simbolon, M.I.Pol. 8. Charles Honoris 9. Tuti N. Roosdiono 10. Dr. Evita Nursanty, M.Sc. 11. Bambang Wuryanto 12. Marinus Gea, S.E., M.AK. 13. Andreas Hugo Pareira FRAKSI PARTAI GOLKAR (F-PG) 14. Dr. Fayakhun Andriadi 15. Tantowi Yahya 16. Bobby Adhityo Rizaldi, S.E. Ak., M.B.A., C.F.E. 17. Dave Akbarshah Fikarno, M.E. 18. Yayat Y. Biaro 19. Venny Devianti, S.Sos.

Transcript of DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … fileAcara : Penjelasan Menteri Komunikasi dan...

Page 1: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … fileAcara : Penjelasan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Ketua dan Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat terkait dengan permohonan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA

RISALAH RAPAT

KOMISI I DPR RI

Tahun Sidang

:

2016-2017

Masa Persidangan : III

Jenis Rapat : Rapat Kerja Komisi I DPR RI dengan Menteri Komunikasi dan

Informatika dan Rapat Dengar Pendapat dengan Ketua dan

Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat

Hari, Tanggal : Rabu, 1 Februari 2017

Pukul : 10.50 WIB – 14.55 WIB

Sifat Rapat : Terbuka

Pimpinan Rapat : Meutya Viada Hafid, S.Sos., Wakil Ketua Komisi I DPR RI

Sekretaris Rapat : Suprihartini, S.IP., M.SI., Kabag Sekretariat Komisi I DPR RI

Tempat : Ruang Rapat Komisi I DPR RI, Gedung Nusantara II Lt. 1,

Jl. Jenderal Gatot Soebroto, Jakarta 10270

Acara : Penjelasan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Ketua dan Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat terkait dengan permohonan persetujuan atas penggunaan anggaran pengadaan Sarana Monitoring Isi Siaran pada Anggaran Komisi Penyiaran Indonesia Pusat Tahun 2017.

Anggota yang Hadir : PIMPINAN:

1. Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari (F-PKS)

2. Dr. TB. Hasanuddin, S.E., M.M. (F-PDI

Perjuangan)

3. Meutya Viada Hafid, S.Sos. (F-PG)

4. Asril Hamzah Tanjung, S.IP. (F-Gerindra)

5. H.A. Hanafi Rais, S.IP., M.P.P. (F-PAN)

ANGGOTA:

FRAKSI PDI-PERJUANGAN

6. Ir. Rudianto Tjen

7. Dr. Effendi MS Simbolon, M.I.Pol.

8. Charles Honoris

9. Tuti N. Roosdiono

10. Dr. Evita Nursanty, M.Sc.

11. Bambang Wuryanto

12. Marinus Gea, S.E., M.AK.

13. Andreas Hugo Pareira

FRAKSI PARTAI GOLKAR (F-PG)

14. Dr. Fayakhun Andriadi

15. Tantowi Yahya

16. Bobby Adhityo Rizaldi, S.E. Ak., M.B.A., C.F.E.

17. Dave Akbarshah Fikarno, M.E.

18. Yayat Y. Biaro

19. Venny Devianti, S.Sos.

Page 2: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … fileAcara : Penjelasan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Ketua dan Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat terkait dengan permohonan

2

20. H. Andi Rio Idris Padjalangi, S.H., M.Kn.

FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA)

21. H. Ahmad Muzani

22. Martin Hutabarat

23. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M.

24. Rachel Maryam Sayidina

25. Andika Pandu Puragabaya, S.Psi., M.Si., M.Sc.

26. Elnino M. Husein Mohi., S.T., M.Si.

FRAKSI PARTAI DEMOKRAT (F-PD)

27. Dr. Sjarifuddin Hasan, S.E., M.M., M.BA.

28. Dr. Hj. Nurhayati Ali Assegaf, M.Si.

29. Dr. Ir. Djoko Udjianto, M.M.

30. Muhamad Afzal Mahfuz, S.H.

FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL (F-PAN)

31. Zulkifli Hasan, S.E., M.M.

32. Ir. Alimin Abdullah

33. Budi Youyastri

34. H.M. Syafrudin, S.T., M.M.

FRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (F-PKB)

35. Drs. H.A. Muhaimin Iskandar, M.Si.

36. Dra. Hj. Ida Fauziyah, M.Si.

37. Drs. H.M. Syaiful Bahri Anshori, M.P.

38. Arvin Hakim Thoha

FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (F-PKS)

39. Dr. H. Jazuli Juwaini, Lc., M.A.

FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN (F-

PPP)

40. Dr. H. A. Dimyati Natakusumah, S.H., M.H., M.Si.

41. H. Moh. Arwani Thomafi

42. Hj. Kartika Yudhisti, B.Eng., M.Sc.

43. H. Syaifullah Tamliha, S.Pi., M.S.

FRAKSI PARTAI NASIONAL DEMOKRAT (F-

NASDEM)

44. Prof. Dr. Bachtiar Aly, M.A.

45. Prananda Surya Paloh

46. Mayjen TNI (Purn) Supiadin Aries Saputra

47. Victor Bungtilu Laiskodat

FRAKSI PARTAI HATI NURANI RAKYAT (F-

HANURA)

48. Ir. Nurdin Tampubolon, M.M.

Anggota yang Izin : 1. Djendri Alting Keintjem (F-PDI PERJUANGAN)

2. H. Darizal Basir (F-PD)

3. Dr. H. M. Hidayat Nur Wahid, M.A. (F-PKS)

4. Dr. H. Sukamta, P.Hd. (F-PKS)

Page 3: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … fileAcara : Penjelasan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Ketua dan Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat terkait dengan permohonan

3

Undangan : 1. Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, S.Stat.,

MBA.

2. Ketua KPI Pusat, Yuliandre Darwis, Ph.D.

3. Wakil Ketua KPI Pusat, Sujarwanto Ahmad Arifin.

4. Sekjen Kemkominfo, Farida Dwi Cahyarini.

beserta jajaran.

Jalannya Rapat: KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.):

Selamat pagi, selamat datang kami ucapkan kepada Bapak Menkominfo, kemudian dari KPI ini ada Wakil Ketua KPI, hanya dua komisioner saat ini karena kami diberitahu sedang ada perjanjian MoU dengan Kementerian Anak dan Perempuan, tapi akan bergabung sebentar lagi.

Berdasarkan informasi juga sudah ada 6 fraksi dari Komisi I DPR RI, tapi sudah hadir 6 fraksi ya walaupun secara fisik mungkin nanti kita panggil, karena baru saja menerima Dubes Jerman. Jadi dapat kita mulai rapat kita hari ini dengan agenda penjelasan dari Menkominfo dan KPI terkait permohonan persetujuan atas penggunaan anggaran pengadaan sarana monitoring isi siaran pada anggaran KPI Pusat Tahun 2017. F-PKS (Dr. H. SUKAMTA, Ph.D.): Pimpinan, sebelum dimulai boleh saya mohon waktu sebentar. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Kita buka dulu ya, saya buka supaya itu tercatat dalam rapat, tadi belum saya buka. F-PKS (Dr. H. SUKAMTA, Ph.D.): Kalau bisa sebelum dibuka, sebentar saja. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Silakan. F-PKS (Dr. H. SUKAMTA, Ph.D.): Terima kasih, Pimpinan. Bapak Menteri beserta jajaran, anggota KPI dan semua peserta rapat. Beberapa waktu yang lalu, ada dari Kementerian Kominfo yang membuat statement bahwa pemblokiran website itu atas inisiatif DPR RI. Waktu itu, yang sedang ribut dan bertanya konfirmasi adalah para pemilik media Islam. Dan si pembuat statement mengatakan bahwa bahkan itu salah satu yang berinisiatif adalah Parpol Islam. Asal usul dari aturan yang dimasukkan dalam Undang-Undang ITE yang memberikan kewenangan kepada Kominfo untuk melakukan pemblokiran adalah dari DPR RI. Menurut saya ini statement salah dalam beberapa hal. Pertama pasti itu tidak benar isinya, yang kedua ada proses di dalam pembuatan Undang-Undang ITE yang hasil dialog bersama. Etikanya menurut saya tidak perlu dibicarakan kepada media dinamika yang terjadi, karena itu proses memasak di dapur. Tidak perlu seorang koki tukang masak yang diberikan ruang kewenangan oleh manager hotel itu untuk membicarakan apa yang terjadi didapur. Menurut saya statement itu sudah mencederai etika pembahasan Undang-Undang. Dan itu sudah melecehkan DPR RI dianggap seluruh persoalan itu larinya kepada DPR RI. Yang melakukan pemblokiran kan Kementerian Kominfo, kenapa ketika dikomplain dilarikan kepada DPR RI, menurut saya itu tidak fair. Oleh karena itu Pimpinan, sebelum rapat ini dibuka saya minta kalau yang bersangkutan ada saya minta untuk yang bersangkutan minta maaf kepada DPR RI khususnya Komisi I DPR RI. Dan kalau masih ada diruangan ini saya mohon untuk supaya tidak ikut rapat. Dan menurut saya yang bersangkutan tidak layak untuk diutus menjadi Pimpinan Pemerintah, Tim Pemerintah dalam membahas undang-undang, karena perilakunya yang seperti itu.

Page 4: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … fileAcara : Penjelasan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Ketua dan Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat terkait dengan permohonan

4

Saya tahu dia bukan PNS, bukan dari birokrasi, sehingga dia tidak layak untuk dipertahankan. Kalau yang bersangkutan masih ada diruangan ini kalau hadir karena saya tidak tahu persis satu per satu yang hadir disini. Saya mohon untuk rapatnya ditunda. Terima kasih Pimpinan. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Baik, jadi sebelum ini kita buka minta jawabannya. Mungkin dari Bapak Menkominfo silakan. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (RUDIANTARA, S.STAT., MBA.):

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam sejahtera bagi kita semua, Selamat pagi. Ibu Pimpinan rapat dan Bapak Sukamta. Pertama atas nama Kominfo, atas nama yang bersangkutan yang kebetulan tidak hadir disini saya memohon maaf secara terbuka atas kejadian tersebut. Nanti mekanismenya apabila masih perlu dihadirkan saya akan minta yang bersangkutan kami hadirkan setidaknya kepada Bapak yang ada diruangan ini. Sebetulnya adalah dua isu pada saat itu Bapak Sukamta, kalau tidak salah kita kan juga berkomunikasi. Satu mengenai proses pembuatan undang-undang, ada klausul baru kan, orang itu kurang lebih itu usulannya DPR RI gitu kan. Terus satu lagi ada berita mengenai penapisan yang mengatakan bahwa itu adalah permintaan dari DPR RI. Jadi sekali lagi saya secara terbuka memohon maaf, kebetulan orangnya tidak ada disini, PNS tapi bukan dari Kominfo. Kalau memang perlu dihadirkan nanti saya minta yang bersangkutan datang ke tempat Bapak atau Komisi I DPR RI. Terima kasih Pak. F-PKS (Dr. H. SUKAMTA, Ph.D.): Pimpinan, saya pikir saya nothing personal. Ini bukan persoalan saya dengan yang bersangkutan Pak Menteri. Saya kira itu menurut saya yang bersangkutan sudah tidak etis terhadap institusi DPR RI khususnya Komisi I DPR RI. Jadi kalau mau minta maaf, minta maaf kepada Komisi bukan kepada saya. Terima kasih. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Perlu dihadirkan atau cukup di Pak Menteri? Kalau tidak hadir seterusnya lebih bagus. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (RUDIANTARA, S.STAT., MBA.):

Saya tidak bisa mengatakan iya atau tidak Pak, tapi ini merupakan catatan bagi saya dan saya juga sudah menegur yang bersangkutan. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Baik, prinsipnya Pak Menteri bahwa setiap nanti kita kan ada Undang-Undang Penyiaran, kemudian ada Undang-Undang RTRI yang tentu kontroversinya lebih banyak dipublik sehingga ini memang harus seiring sejalan. Tidak boleh kemudian kalau ada yang kontroversial dibilang itu DPR RI, dan DPR RI pun tidak pernah mengatakan kalau ada yang kontroversial ini datang dari Pemerintah, karena etikanya memang undang-undang ini adalah produk bersama. Itu menjadi catatan sebelum rapat. Kita beranjak sekarang untuk memulai rapat dengan agenda tadi yang saya sebutkan terkait permohonan persetujuan anggaran pengadaan sarana monitoring isi siaran pada anggaran KPI Pusat tahun 2017. Rapat kita buka, saya dari meja Pimpinan sarankan dengan sifat terbuka. Disepakati? Baik, rapat kita buka dan bersifatnya terbuka.

(RAPAT DIBUKA PUKUL 10.50 WIB)

Page 5: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … fileAcara : Penjelasan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Ketua dan Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat terkait dengan permohonan

5

Bapak Menteri, Bapak dan Ibu Anggota Komisi I DPR RI yang terhormat. Sebagaimana kita tahu hari Senin kami telah mengadakan Rapat Dengar Pendapat dengan KPI dan ketika itu KPI sudah menjelaskan terkait kebutuhan pengadaan sarana monitoring dengan catatan kesimpulan ketika itu Komisi I DPR RI meminta agar KPI menjelaskan lebih rinci dan terukur serta terencana mengenai tahapan-tahapan pengadaan monitoring yang diperlukan bagi KPI untuk melakukan tugas dan fungsinya sebagai juga mengawasi tayangan-tayangan atau isi siaran. Mungkin saya akan minta dulu walaupun nanti penjelasannya lebih banyak di KPI, tapi saya minta Bapak Menteri dulu untuk membuka rapat ini dengan penjelasannya. Silakan. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (RUDIANTARA, S.STAT., MBA.):

Terima kasih Ibu Pimpinan Rapat. Izinkan saya menyampaikan beberapa hal dengan slide yang ditampilkan di screen. Yang pertama, sebetulnya proses ini dimulai pada tanggal 19 Oktober pada saat kita Raker Untuk APBN dengan point kesimpulan saat itu “Komisi I DPR RI meminta Menkominfo untuk melakukan perbaikan postur anggaran kuasi independen tahun anggaran 2017”. Kuasi independen itu ada beberapa salah satunya adalah KPI. Pada Raker 24 Oktober yang dihadiri oleh KPI, ada Dewan Pers. Kuasi Kementerian Kominfo disitu disebutkan bahwa pagu alokasi anggaran KPI adalah 52 miliar termasuk tambahan anggaran belanja modal sebesar 6,7 miliar untuk peningkatan fungsi pengawasan. Menindaklanjuti rapat tersebut, KPI mengirim surat kepada Kominfo tanggal 5 Desember perihal anggaran pengadaan sarana monitoring isi siaran dengan rincian sebagai berikut. Mohon maaf memang sebelumnya sudah kita bahas, bahwa kita bisa alokasikan kurang lebih 11,5 miliar tambahan bagi KPI yang pada tanggal 24 Oktober tersebut KPI meminta anggaran tersebut bisa dicairkan. Nah, menindaklanjuti surat tersebut, kami Ibu Sekjen sudah bersurat kepada Ketua Komisi I DPR RI, karena pada saat itukan kita sampaikan bahwa nanti pada saat pencairannya kurang lebih kita akan konsultasi lagi. Dan sudah menyampaikan bahwa prinsipnya Kominfo tidak keberatan atas permintaan KPI untuk mencairkan yang 11,5 miliar. Dan tentunya kita harus menindaklanjutinya bersama Komisi I DPR RI, karena memang pada saat itu kesepakatan adalah kita harus konsultasi kepada Komisi I DPR RI. Ini hanya gambaran saja dari sisi APBN, dari kertas kerja Satkernya yang ini KPI itu yang hijau ada 52 miliar. Kemudian halaman berikutnya itu belanja modal peralatan dan mesin. Mohon maaf ini belanja modal peralatan dan mesin itu angkanya Rp11.504.000.892,- itu berdasarkan proposalkan yang disampaikan oleh KPI pada rapat-rapat sebelumnya. Ibu Pimpinan dan Anggota Komisi I DPR RI yang kami hormati, Dari sisi ketersediaan dana kita sudah siap untuk mencairkan ini untuk KPI, intinya itu. Dan mohon nanti konsultasinya KPI sampaikan langsung mengenai pentahapan, mengenai apa yang diadakan dan lain sebagainya ini dalam konteks menguatkan peran KPI dalam pengawasan isi siaran dari industri penyiaran baik televisi maupun radio. Jadi intinya adalah penguatan fungsi pengawasan dari KPI. Ibu Pimpinan, demikian yang kami sampaikan. Terima kasih. Wallahu Muwafiq Ila Aqwamith Thariq, Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Wa'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Terima kasih, Bapak Menteri. Berikutnya Wakil Ketua KPI, sambil kita menunggu jajaran KPI yang lainnya untuk memberikan penjelasan lebih lanjut, sesuai dengan yang diminta oleh Komisi I DPR RI pada Rapat Dengar Pendapat Senin lalu. WAKIL KETUA KPI PUSAT (SUJARWANTO AHMAD ARIFIN):

Terima kasih. Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Page 6: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … fileAcara : Penjelasan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Ketua dan Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat terkait dengan permohonan

6

Yang kami hormati kepada Pimpinan Komisi I DPR RI serta Anggota Komisi I DPR RI, Yang kami hormati Bapak Menteri beserta jajarannya, Serta rekan-rekan dari KPI. Ibu Pimpinan, sebelumnya kami menghaturkan pamit karena sebagian komisioner KPI termasuk Ketua hari ini masih di kantor untuk menandatangani MoU dengan Ibu Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Dalam waktu secepatnya kami meminta ketua dan Anggota yang lain untuk menyusul ke tempat ini. Kami mohon izin untuk itu. Makanya saya disini hanya ditemani oleh Bapak Prof. Ofsatara Sinaga bersama staf. Ibu dan Bapak yang saya hormati, Pertama-tama kami menghaturkan terima kasih kepada Komisi I DPR RI yang pada Rapat Dengar Pendapat hari Senin kemarin telah menyetujui pencairan anggaran pengadaan dan kelengkapan alat pemantauan KPI untuk tahun 2017 pada tahun ini sebesar 11,5 miliar. Untuk itu sesuai dengan hasil Rapat Dengar Pendapat kemarin kami akan menjelaskan detail mengenai peralatan seperti apa serta proyeksi KPI untuk kelengkapan alat pemantauannya pada tahun-tahun mendatang. Dalam bahan yang sudah kami sampaikan kepada Bapak dan Ibu sekalian, kami mohon izin untuk langsung menginjak kepada halaman 6, karena halaman 1 sampai 5 sebenarnya sudah dipaparkan pada hari Senin kemarin, kami merasa perlu tetap mencantumkan apabila nanti Bapak dan Ibu sedikit flash back pada tahun 2016 serta tahun 2017 perencanaan kami. Pertama Bapak dan Ibu sekalian, langsung pada halaman 6. Kami pada tahun 2017 itu berencana untuk mengadaan alat pemantauan untuk makin memperbaiki sistem pemantauan KPI dan mendukung kinerja KPI. Perlu kami sampaikan disini, bahwa pengadaan alat monitoring sistem ini memang kondisi sekarang sudah tidak layak, karena alat ini diadakan pada tahun 2006 serta 2011. Untuk itu kondisi ruangan dan sebagainya karena tidak layak, maka kami mengadakan perencanaan ini. Dan perlu kami sampaikan kepada Bapak dan Ibu sekalian, kami saat ini sedang mempersiapkan perpindahan kantor dari Jalan Gajah Mada itu ke Jalan Juanda itu eks Gedung KPK di masa lalu, serta Gedung PNPB yang saat ini persiapannya sedang kami laksanakan. Kami sebelum semester I berakhir, KPI bisa berpindah ke gedung yang baru tersebut. Beginilah Bapak dan Ibu, kondisi gambaran alat-alat KPI saat ini, secara alat memang tidak update lagi, kemudian secara tata ruang memang sudah tidak layak sehingga memang perlu untuk dibenahi. Inilah Bapak dan Ibu, pengadaan alat monitoring sistem itu seperti ini yang kita harapkan. Kondisi yang kita harapkan adalah ada pembaharuan baik hardware maupun software serta aplikasi yang baik. Kemudian efisiensi dalam tata kerjanya, sebagai gambaran saat ini kalau dari layar monitor yang diawasi para analis sampai kemudian kita mengeluarkan hasil temuan yang kemudian akan ditindaklanjuti itu rata-rata memakan waktu sampai 3 hari. Kedepannya kita ingin efisienkan tidak sampai 1 hari alias 24 jam sistem itu bisa bekerja dan hasil analis itu langsung bisa diproses oleh komisioner dalam Rapat Pleno. Inilah Bapak dan Ibu, sistem pemantauan sebagaimana bahan di halaman 7. Jadi alat pemantauan kita nanti kita desain sedemikian rupa, jadi melingkar seperti itu. Pemantauan saat ini, itu dilakukan terhadap 15 lembaga penyiaran berjaringan, yaitu LPTVRI dan lembaga penyiaran swasta. Kemudian 10 lembaga penyiaran berbayar dan 20 lembaga penyiaran radio berjaringan. Kenapa kami membuat layout seperti ini, layout seperti ini menurut kami itu nanti pada lingkaran pertama itu akan bisa menampung sekitar 45 lembaga penyiaran, sekarang 15. Dengan layout yang seperti ini berbentuk lingkaran seperti itu, itu akan bisa menampung 45 lembaga penyiaran yang bisa kita awasi. Perlu kami sampaikan digitalisasi sudah dekat, sehingga kita sudah mengantasipasi era digitalisasi itu. Apabila 40 layar pemantauan nanti masih kurang, di tengah lingkaran itu masih bisa ditambah dengan 35 alat pemantauan lagi, sehingga maksimal kedepannya kita bisa proyeksikan bisa memantau sekitar 80 lembaga penyiaran, itu proyeksi kita. Jadi untuk layout tempat pemantauan ini kita prediksikan akan menghabiskan anggaran sekitar Rp2.155.398.000,- ini untuk ruangan pemantauan. Bapak dan Ibu, ini adalah gambaran mengenai monitoring serta perekaman yang cukup futuristic, cukup visioner untuk memantau TV-TV kedepan ketika kita memasuki era digitalisasi. Ibu dan Bapak sekalian yang saya hormati, Ruangan untuk monitoring serta pemantauan ini sesuai dengan penjelasan yang ada di buku yang sudah kami bagikan. Ini mempunyai kelebihan-kelebihan tertentu yang saat ini belum ada di alat pemantauan kita saat ini, yaitu apa? Nanti apabila dikenali potensi pelanggaran itu secara otomatis alat pemantauan kita, monitoring kita itu langsung semacam memberikan batasan terhadap adegan ataupun progam siaran yang terindikasi itu ada pelanggaran. Jadi semacam istilahnya ada fiture penanda atau bookmark fiture yang ada disitu. Fiture ini tentunya akan memudahkan para tenaga pemantau kami, tenaga editing kami untuk langsung bisa mengetahui mana yang mengandung potensi pelanggaran, sehingga dengan demikian temuan itu akan lebih cepat dan ini tidak manual

Page 7: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … fileAcara : Penjelasan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Ketua dan Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat terkait dengan permohonan

7

seperti yang sekarang ini terjadi. Untuk aplikasi monitoring dan perekaman ini kita rencanakan akan menghabiskan anggaran sekitar Rp2.400.000.000,-. Kemudian dalam rencana Rp11,5 miliar itu kita juga akan melengkapi KPI dengan media center dan pengaduan publik. Selama ini Ibu dan Bapak sekalian, kita menggunakan 7 media untuk menyalurkan aduan publik, yaitu facebook, twitter, email, kemudian SMS, telepon, surat masuk, tatap muka dan sebagainya. Kita nanti akan menambahkan beberapa fitur untuk pengaduan masyarakat, biar semakin optimal itu ada Path, kemudian ada Instagram. Dan kemudian semuanya itu akan terintegrasi dengan media center dan pengaduan publik ini. Dengan sistem yang baru ini kami berharap semua pengaduan yang masuk kepada KPI nanti akan lebih mudah ditrack, kemudian ujung-ujungnya juga akan mudah ditindalanjuti oleh KPI. Untuk media center dan pengaduan publik ini, ini kami rencanakan akan menelan anggaran sebesar Rp1.005.000.000,- Yang keempat Ibu dan Bapak sekalian, kami juga merencanakan lobby pelayanan publik. Selama ini memang di gedung yang lama kita lobby-nya itu sangat terbatas, baik tempatnya maupun tempat duduk bagi masyarakat yang mengadu jika ingin langsung datang di luar memakai media sosial tadi. Kami kedepannya merencanakan seperti ini, jadi ada lobby-nya seperti itu, ada petugasnya nanti, kemudian ada layar yang secara terbuka disitu menampilkan fitur yang bsia sekaligus memberikan pengetahuan kepada publik terhadap pelayanan apa yang diberikan oleh KPI. Jadi didalam layar, di dalam ruang lobby pelayanan publik itu nanti KPI bisa menampilkan sekaligus informasi kegiatan KPI, kemudian sosialisasi-sosialisasi, aturan-aturan yang dimiliki oleh KPI, sehingga masyarakat yang bisa langsung datang kepada KPI itu sekaligus bisa mendapatkan sosialisasi atau pemahaman dari KPI. Untuk lobby pelayanan publik ini kami merencanakan anggaran ini akan terserap sekitar Rp1.512.400.000,- itu sudah termasuk alat serta desain interior dari lobby pelayanan publik. Yang kelima Ibu dan Bapak sekalian, adalah server dan storage. Ibu dan Bapak sekalian, desain server atau storage-nya seperti ini yang kami rencanakan. Jadi server utama itu berfungsi untuk merekam video siaran persatuan waktu kemudian akan ditransmisikan kepada storage server. Kemudian menjalankan aplikasi perekanan dan monitoring sehingga dapat diakses oleh semua user internal. Kami merencanakan nanti sistem pemantauan serta server KPI ini nanti akan terintegrasi kepada semua staf serta komisioner KPI, bahkan akan kami integrasikan dengan software yang ada di alat komunikasi ataupun alat komunikasi yang dipakai masing-masing komisioner serta pengambilan kebijakan di KPI. Dengan sistem Ibu dan Bapak sekalian, kami akan merencanakan jika tahun ini, itu kami masih memantau 15 TV dan 10 lembaga penyiaran berbayar dan 20 lembaga penyiaran radio. Server storage ini akan bisa menampung file ataupun informasi selama 2 tahun dengan kapasitas sebesar 200 terra bite. Apabila tahun berikutnya kita akan menambah kapasitas kita hanya tinggal menambah tiap tahun kira-kira tapedisk sebanyak dengan kapasitas 100 terra bite per tahun. Untuk itu server serta storage ini kami merencanakan akan menghabiskan anggaran sekitar Rp4.432.094.000,- Kemudian ini Bapak dan Ibu, kira-kira alur kerja sistem pemantauan kita nanti. Intinya di dalam pengadaan alat baru serta gedung baru dengan apa yang kita sudah rencanakan nanti, kami merencanakan modernisasi, otomatisasi dan tentunya efisiensi dalam kerja KPI. Demikian Ibu Pimpinan, Anggota Komisi I DPR RI, presentasi kami dan selain ini kami juga telah menyiapkan detail penjelasan mengenai alat-alatnya. Demikian Ibu dan Bapak sekalian. Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Wa'alaikum Salam Warahmatullahi Wabarakatuh. Terima kasih. Kenapa kemudian ini disegerakan gitu ya oleh KPI, meminta kepada Kominfo kemudian surat dari Kominfo masuk ke Komisi I DPR RI, karena KPI akan pindah kantor. Dan ini keinginannya KPI adalah ini disesuaikan dengan waktu pemindahan kantor sehingga dana yang keluar tidak dua kali. Baik, apakah ada pendalaman dari Bapak dan Ibu sekalian. Bapak Supiadin, silakan. F-NASDEM (MAYJEN TNI (Purn) SUPIADIN ARIES SAPUTRA): Terima kasih, Pimpinan. Pertama yang ingin saya sampaikan adalah masalah pengadaan alat-alat ini. Diupayakan semaksimal mungkin produk dalam negeri, kalau memungkinkan ada catatan berkualitas bukan sekedar produk dalam negeri tapi tidak berkualitas. Saya kira kalau masalah teknologi negara kita ini sudah mampu, Bandung itu sudah banyak sekali industri masalah-masalah elektronik telekomunikasi itu banyak sekali, tinggal kita bagaimana.

Page 8: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … fileAcara : Penjelasan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Ketua dan Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat terkait dengan permohonan

8

Mungkin kalau kita mengambil produk-produk dalam negeri, bisa ditekan sedikit biayanya. Dan kalau ini terjadi kita boleh bangga ini loh KPI menggunakan produk dalam negeri sesuai dengan amanat Presiden semaksimal mungkin kita menggunakan produk-produk industri dalam negeri. Kita industri pertahanan saja menggunakan produk dalam negeri, kecuali yang memang belum ada produknya di dalam negeri. Saya kira itu dari saya yang pertama. Yang kedua, sekali lagi saya ingin desain ruangan. Desain ruangan itu membuat anggota yang memonitor kalau tidak salah 4 shift sekarang, berarti kan rata-rata 1 orang 6 jam. Saya kira 6 jam itu sangat manusiawi bagi seseorang duduk disebuah kursi dengan layar monitor yang itu juga sangat berpengaruh terhadap kesehatan mata. Bayangkan kita kalau naik pesawat, kalau 2 jam itu enak terasa joknya itu empuk, tapi kalau sudah lebih dari 3 jam itu lama-lama kursi itu terasa keras, lama-lama juga panas. Nah, ini artinya tadi analogi dengan itu jadi juga termasuk tempat duduknya didesain yang baik. Jangan sampai nanti saya misalnya teknis kualitas busanya, baru duduk sebulan sudah ketemu papan, busanya sudah tidak ada lagi. Yang begini-gini maksud saya benar-benar bagaimana kita membangun kenyamanan para operator yang memonitor, dia 6 jam harus konsentrasi di layar monitor mengamati tulisan, gambar, itu kalau tidak diimbangi dengan kondisi yang nyaman, enak, kemudian pelayanan ruang-ruang untuk pelayanan disitu seperti yang kemarin saya katakan, bagaimana mereka dengan mudah untuk misalnya rest room ini perlu. Saya kira itu masukan dari saya Pimpinan, agar benar-benar ini sekali lagi saya bangga kalau kita bisa memprediksi misalnya 70% adalah produk dalam negeri, apalagi kalau 100%. Saya kira itu Pimpinan, terima kasih. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Terima kasih, Bapak Supiadin. Berikutnya, Ibu Nurhayati Assegaf, silakan. F-PD (Dr. HJ. NURHAYATI ALI ASSEGAF, M.Si.): Terima kasih, Pimpinan. Bismillahirahmanirahim. Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua. Yang saya hormati dan banggakan Pimpinan dan Anggota Komisi I DPR RI, Yang saya hormati Menkominfo dan KPI Pusat dan seluruh jajarannya. Saya tadi mendengarkan dan mengapresiasi apa yang dipaparkan. Yang ingin saya tawarkan, saya lihat inikan media center dan pengaduan publiknya luar biasa, kemudian ada juga lobby pelayanan publik. Saya ingin bahwa kira KPI dari dulu punya pelayanan publik, tapi yang kita belum pernah dengar ini pelayanan ini diapakan, tindak lanjut dari pelayanan publik itu sendiri, misalnya pengaduan itu sendiri. Kita ingin pengaduannya itu bukan sekedar ditampung orang ngadu banyak sekali tapi sekali lagi saya ingatkan sejak waktu itu saya sudah ingatkan bahwa tolong KPI ini harus juga bersikap tegas dalam arti kata tidak yang TV-TV, media-media yang sudah menyiarkan tidak baik, sudah mendapatkan sanksi kemudian diberikan award. Ini selalu menekankan kepada hal ini, pelayanan publik bagus, pengaduan itu diterima, tetapi tindak lanjutnya harus diberikan efek jera. Kalau KPI sudah memberikan award baguskan, tapi efek jera ini saya lihat belum. Jadi tolong ini diperhatikan, karena disaat seperti ini, ini yang kita butuhkan adalah penegakan hukum. Jadi meskipun KPI belum segitunya tapi KPI harus punya kemampuan karena ada aduan, ada pengaduan publik harus punya kemampuan untuk mendesak Pemerintah untuk melakukan tadi menanggapi, melayani bersifat tegas terhadap pengaduan-pengaduan publik ini yang berdampak efek jera. Itu dari saya Pimpinan. Sekali lagi terima kasih, kurang lebihnya saya mohon maaf. Wabillahi Taufiq Walhidayah, Wassalamuálaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Baik, terima kasih Ibu Nurhayati. Ada lagi terkait pengadan sarana monitoring? Pak Sukamta, silakan.

Page 9: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … fileAcara : Penjelasan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Ketua dan Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat terkait dengan permohonan

9

F-PKS (Dr. H. SUKAMTA, Ph.D.): Terima kasih, Pimpinan. Sebelum soal peralatan saya kira yang perlu jadi catatan dari KPI itu adalah political will, karena peralatan itu hanya sekedar teknis, dia hanya tools yang digunakan untuk memperlancar tugas dan pekerjaan untuk tercapainya visi, misi dan target. Nah, urusan political will ini menurut saya perlu serius dikedepankan oleh KPI. Saya melihat urusan monitoring dan yang disampaikan Ibu Nur tadi soal follow up, ini perlu transparan dan accountable. Kemarin KPI sudah mengeluarkan rilis bahwa KPI sudah melakukan teguran kepada beberapa stasiun televisi ada 3 Lembaga penyiaran walaupun ketiga-tiganya ini hanya bernaung di bawah satu grup, karena dianggap 3 stasiun itu berpihak kepada salah satu calon. Tapi KPI saya tidak tahu lupa atau teledor tidak menegur 4 stasiun yang lain juga jelas-jelas punya keberpihakan yang sama dalam proses Pilkada DKI. Pertanyaannya kenapa 3 ini ditegur yang 4 dibiarkan. Apakah KPI juga mulai berpolitik atau KPI juga mulai menjadi alat politik. Sekarang banyak lembaga yang terseret ke dalam pusaran politik Pilkada DKI. Saya ingin KPI ini benar-benar netral dalam sesuai dengan Tupoksinya. Saya yakin dulu ketika Pimpinan, Komisioner KPI ini dilantik sumpahnya juga begitu berdiri diatas semua golongan. Jadi power yang sangat besar ini, saya minta untuk digunakan secara benar-benar adil dengan political will yang kuat. Nanti kalau kita kasih alat yang begini canggih, tapi political will tidak kena ini bisa jadi masalah besar. Saya kira KPI perlu memberikan statement yang clear dan tegas menurut saya sebelum kita beri acc terhadap permintaan anggaran untuk mengadaan alat yang sangat powerfull ini. Jangan sampai alat yang powerfull ini justru nanti dipakai untuk kepentingan politik, karena kalau itu yang terjadi ini nanti kerusakannya akan semakin besar. Jadi Pimpinan, itu pendapat saya dan sebelum nanti ada persetujuan kami ingin ini clear dulu sikap politik KPI terhadap dinamika politik practice khususnya yang sekarang berlangsung di Jakarta. Terima kasih. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Baik, berikutnya Bapak Sjarif Hasan bersiap-siap Ibu Evita. F-PD (Dr. SJARIFUDDIN HASAN, S.E., M.M., M.B.A.): Terima kasih, Ibu Ketua. Bismillahirahmanirahim. Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam sejahtera untuk kita semua. Yang saya hormati Bapak Menteri dan Ketua KPI beserta seluruh Komisioner KPI Pusat. Saya hanya sedikit ingin menggarisbawahi bahwa apa yang disampaikan oleh beberapa Anggota Komisi I DPR RI tentang komitmen KPI, sejauh ini saya belum melihat improvement-nya. Salah satu yang menjadi indikator kami menyatakan demikian karena pada saat Anggota KPI ini terpilih kami sudah mewanti-wanti, bahwa ke depan diperlukan ketegasan yang merupakan output daripada produk KPI Pusat tentang sikap dan kebijakannya menghadapi amanah yang diterima oleh para pemegang hak siar, dimana itu adalah merupakan frekuensi milik rakyat, sehingga khusus menyangkut masalah penggunaan daripada broadcasting ini, itu harus sesuai dengan aturan dan peratuan yang berlaku. Antara lain, tentang kampanye yang terselebung yang dilakukan oleh beberapa stasiun televisi yang belum boleh dilakukan, undang-undang secara tegas menyatakan hal itu. Dan sampai sekarang saya tegaskan itu masih berlangsung dan sampai sekarang pun saya melihat bahwa KPI tidak melakukan apa-apa. Saya melihat dari sisi output, bahwa ada prosedur yang para Anggota KPI lakukan itu hanya sekedar mungkin wacana, sekedar brainstorming ataupun sekedar konsolidasi. Yang jelas output daripada kebijakan itu tidak ada sama sekali, karena sampai sekarang itu masih berlangsung. Nah, itu sebenarnya yang salah satu indikator dari kami mengambil kesimpulan bahwa kinerja KPI ini belum memperlihatkan tanda-tanda yang sangat menjanjikan sesuai dengan yang diamanahkan oleh undang-undang dan juga komitmen pada saat terpilih sebagai Anggota KPI. Jadi Ibu Ketua, tentang permintaan equipment untuk monitoring sistem saya pikir perlu kita evaluasi lebih lanjut. Karena bagaimana pun juga basic performance yang kita harapkan itu sampai sekarang juga belum terlihat. Jadi apa yang disampaikan Anggota DPR RI lainnya kami khawatirkan ini justru malah memperburuk permasalahan yang ada, bukan malah memperbaiki tetapi malah memperburuk, akan lebih complicated. Tetapi intinya kita akan tetap mendukung KPI sepanjang itu benar-benar dilakukan secara transparan dan sesuai dengan undang-undang yang diatur. Saya pikir demikian Ibu Ketua.

Page 10: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … fileAcara : Penjelasan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Ketua dan Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat terkait dengan permohonan

10

Terima kasih. Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Baik Bapak Sjarif terima kasih. Sebelum ke Ibu Evita, mungkin saya refresh kembali dulu sejarah rapat kita hari ini, yaitu ketika kita membahas mengenai anggaran Kemkominfo TA 2017 untuk kuasi KPI itu waktu itu Komisi I DPR RI mendorong KPI untuk memiliki alat-alat pengawasan yang lebih baik. Karena ketika evaluasi izin TV-TV kita melihat KPI banyak kedodoran, karena tidak bisa melakukan pengawasan dengan baik. Ketika itu KPI mengatakan bahwa memang alat monitoring yang ada sekarang belum digital, sementara kita sekarang mau masuk era digitalisasi. Anggaran gelondonganya waktu itu sudah kita sepakati, ini sebenarnya dianggarannya sudah ada, hanya KPI minta izin untuk menggunakan alat itu karena waktu itu kalau tidak salah Bapak Effendi Simbolon mengatakan “kalau memang ketika akan melakukan pengadaan tolong konsultasi dengan Komisi I DPR RI untuk kita tahu bahwa alat yang mau dibeli ini bisa apa sih”, dia bisa mengukur iklan atau tidak karena kemarin permasalahan yang utama juga kita membahas iklan ada yang lewat dari 20% atau tidak. Dia bisa meng-capture betul kesalahan ada dimana atau tidak dan lain-lain. Tapi memang tidak pernah kita bintangi waktu itu, itu hanya kesepakatan diantara kita bahwa kalau mau melakukan pembelian konsultasi dulu dengan Komisi I DPR RI. Berikutnya Ibu Evita, silakan. F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, M.Sc.): Baik, terima kasih Ibu Pimpinan. Bapak Menteri, para komisioner KPI dan jajarannya. Jadi saya mengaminkan apa yang disampaikan oleh Ibu Meutya. Sebenarnya ini tidak persoalan kita setujui atau tidak kita setujui, karena sebenarnya anggaran ini kita yang minta, Komisi I DPR RI pada waktu itu. Hanya kita ingin tahu alatnya ini seperti apa, kemudian apa alat ini juga dipakai oleh negara lain, apakah kita sudah mengambil kajian-kajian. Kalau di negara lain itu sebenarnya peralatan apa yang dipakai kan begitu, kemudian kemampuan tambahan dari peralatan apa ini, apa ini yang bisa memudahkan pekerjaan KPI, misalnya apakah ini juga bisa melakukan analisis dengan sistem ini. Sistem ini bisa melakukan analisis misalnya berapa banyak iklan, berapa banyak yang namanya prosentase iklan sehari, berapa banyak kampanye politik, ini yang kita mesti tahu edit value daripada sistem yang akan dibeli, sehingga ini mempermudah daripada pekerjaan dan tanggungjawab daripada KPI di dalam monitoring. Kemudian kalau saya lihat dari informasi sebelumnya, Kominfo dan KPI punya kerjasama yang namanya e-lisencing kan begitu Pak Menteri. Nah, apakah e-lisencing ini bisa dikombinasikan menjadi e-monitoring. Nah, ini yang seperti ini yang harus kita lihat. Peralatan ini apakah nanti KPI Daerah bagaimana, apakah ini hanya KPI Pusat saja bagaimana dengan KPI Daerah. Jangan sampai terus terang saja walaupun diprogramkan dengan matang kita tahu saja pengadaan di alutsista kita, alat komunikasinya udara, laut dan ini tidak nyambung. Nah, ini yang saya bilang program ke depan ini kalau lihat anggaran hanya 11 miliar, maaf saya katakan hanya, karena tanggungjawab KPI ini besar sekali. Mereka ini safety belt untuk yang namanya penyiaran kita, security untuk penyiaran kita. Tanggungjawab kita meng-expect yang mengharapkan banyak daripada KPI ini melihat dinamika carut-marutnya dinamika informasi dan komunikasi yang beredar di tengah-tengah masyarakat sekarang ini kita berharap banyak, yaitu hakimnya ini KPI. Bagaimana KPI ini mampu menjadi hakim untuk hal ini, tentunya harus punya persenjataan, tanpa senjata bagaimana ya macan ompong gitu, gimana mau kerja. Jadi saya hanya inikan hanya peralatannya yang mana, benar-benar ketika membeli peralatan ini dipastikan itu terintegrasi antara pusat dan daerah nantinya. Bisa juga apa ini kerjasama antara KPI dan Kominfo itu juga bisa nyambung. Mungkin ada beberapa dari kita dapat akses kita bisa monitor langsung, fungsi pengawasan kita DPR RI bahwa kita bisa mendapat akses terhadap sistem monitoring yang dimiliki oleh KPI ini. Nah, hal-hal ini sebenarnya yang harus dipikirkan oleh KPI. Pada dasarnya kami dari PDI Perjuangan mendukung penuh atas pengadaan daripada sistem monitoring ini, karena ini sangat-sangat dibutuhkan. Terima kasih. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Bapak Asril juga ingin sambil masih ada waktu nanti kalau ada Bapak dan Ibu Anggota yang baru datang yang ingin memperdalam silakan. Setelah itu Bapak Nurdin.

Page 11: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … fileAcara : Penjelasan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Ketua dan Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat terkait dengan permohonan

11

WAKIL KETUA/F-GERINDRA (MAYJEN TNI (Purn) ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.I.P.): Terima kasih Ibu Meutya. Saya hanya menyangkut sistem saja. Pertama saya mengucapkan selamat mudah-mudahan ini terlaksana monitoring sistem ini salah satu kemajuan yang memang kita sebagai mitra Komisi I DPR RI mengharapkan KPI memang bisa memanfaatkan ini dan bisa dapat alat ini. Satu lagi yang kita pikirkan mungkin saya latar belakangnya orang keamanan, sistem pengamanannya bagaimana ini, apakah ini hanya nanti intern para komisioner saja atau ada SOP-nya yang menjamin ini tidak bocor atau diintervensi, karena banyak sekali ini yang kita sadap baik dari 10 TV besar ditambah yang lain-lain. Belum lagi kalau nanti ditambah monitoring Pak Menteri Kominfo, ini seperti apa diatur SOP-nya kesini ini, karena ini penting, karena beliau ini sebagai leading sector di dalam penugasan ini. Jadi mungkin itu ya, saya sebagai Anggota Komisi I DPR RI sangat mendukung ini. Mudah-mudahan monitoring sistem ini cepat terealisir, berarti ini ada kemajuan setahap demi setahap. Jadi menyangkut apa yang disampaikan teman-teman tadi, ini betul-betul ada sistem pengamanan yang baik, jadi jangan sampai ditembus orang, orang sudah tahu, “oh, ini kita dimonitor soal ini, kita cari jawabnya”, kita khawatir itu. Jadi jangan sampai ditembus oleh pihak lain, mungkin bentuk SOP-nya siapa saja pihak internal KPI, apakah komisionernya seluruhnya atau ada bagian-bagian tertentu. Dan bagaimana nanti monitoring atau evaluasi dari Menkominfo Bapak Menteri dalam hal ini untuk melihat ini. Jadi ini walaupun kelihatannya teknis tetapi penting. Saya belum tahu apakah sudah ada SOP-nya, mungkin dalam proses, mungkin Bapak Rama atau Bapak Sinaga ini mungkin cukup bisa memahami ini. Mungkin segera saja dibentuk kalau memang belum ada, karena ini sangat bagus ini ya. Pasti juga kita sudah melihat negara lain seperti Ibu Evita bilang, kita kan belajar dari keliling kita juga dan ini satu langkah yang cukup baik saya kira. Dan kami sangat mendukung itu sebagai mitra. Terima kasih juga saya lihat Bapak Menteri juga mendukung ini, mudah-mudahan ini satu tahap lagi kemajuan untuk KPI. Tapi tolong betul-betul efektif, SOP-nya disusun, jangan sampai nanti ditembus oleh pihak lain terutama servernya. Ini yang kita khawatirkan. Mungkin ini saja, Ibu Pimpinan. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Terima kasih. Bapak Nurdin, silakan. F-HANURA (Ir. NURDIN TAMPUBOLON, M.M.): Terima kasih, Ibu Ketua. Ketua Komisi beserta para teman-teman wakil ketua, teman-teman Anggota Komisi I DPR RI yang saya hormati, Bapak Menteri yang saya hormati beserta jajarannya, Ketua KPI Pusat beserta jajaranya yang saya hormati juga. Saya kira di setiap pengawasan harus didukung daripada suatu peralatan yang memadai baik dari segi kualitas maupun jumlah. Tentunya kalau pengawasan daripada KPI ini mau kita harapkan maksimal tentunya peralatan mereka juga harus optimal. Jadi artinya, bagaimana sebenarnya kita mendukung daripada program-program yang dibutuhkan oleh KPI di dalam pengawasan konten siaran sesuai dengan amanah undang-undang yang mengatur daripada KPI. Yang menjadi pertanyaannya adalah sejauhmana pemilihan daripada teknologi yang diharapkan ini sudah sesuai dengan yang kita butuhkan. Jadi benchmark darimana yang sudah didapat. Kebetulan sekarang ini isi siaran kita inikan banyak yang bisa dikatakan kurang maksimal pengawasannya. Tentunya ini perlu ditingkatkan, kalau seperti itu Komisi I DPR RI pasti mendukung daripada pengawasan itu, karena kami juga bagian dari pengawasan. Pengawasan yang kami lakukan juga adalah mendukung bagaimana instansi atau institusi yang menjadi mitra Komisi I DPR RI juga berkompeten dan professional untuk melakukan pengawasan itu. Jadi saya ingin tahu teknologi yang digunakan ini apakah teknologi akhir dan sudah dipakai dimana, karena kalau teknologi lama ini teknologi yang baru di IT ini cepat sekali untuk berubah. Jadi jangan sampai kita memakai yang sudah akan datang lagi generasi berikutnya. Di samping juga yang mau kita awasi itu harus sejalan, misalnya kalau sekarang kita sudah masuk digitalisasi bahan yang mengawasinya juga bahan yang bisa mengawasi digitalisasi. Jangan diambil lagi bahan yang mengawasi analog atau teknologi lama. Nah, ini harus sinkron disana. Jadi pertama, masalah teknis itu saja dulu, kalau masalah anggaran saya kira kita akan mendukung.

Terus yang kedua, independensi daripada KPI ini harus cukup jelas ya. Jadi saya tidak tahu karena saya tidak ikut di dalam mengatur undang-undang, menyusun undang-undangnya. Jadi yang saya maksud independensi itu, KPI itu harus mampu menyatakan siaran ini tidak benar, tidak sesuai dengan aturan dan segala macam tanpa

Page 12: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … fileAcara : Penjelasan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Ketua dan Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat terkait dengan permohonan

12

ada penekanan dari institusi yang lain, sehingga hasil daripada pengawasan itu bisa maksimal, efektif dan efisien dan ke depan ini bisa terarah apa yang menjadi tujuan Pemerintah mendapatkan isi siaran yang mendukung pembangunan, yang mendukung stabilitas daripada warga, yang tidak menganggu daripada pendidikan kepada anak-anak dan tidak ada film-film yang menjadi membuat instability di dalam keluarga, karena itu yang menjadi tujuannya menurut saya. Dan undang-undang itu juga harus demikian.

Nah, untuk itu Pak Menteri mungkin nanti bisa melihat daripada hal ini, karena kerja Pak Menteri cukup banyak ini. Jadi kalau Pak Menteri lagi yang mengawasi konten apa gunanya KPI, karena KPI itukan sudah sampai dimana-mana ini. Rencananya KPI itu yang saya dengar masuk nanti kepada kabupaten kota tingkat II, tingkat I sudah bahkan itu suadh 10 tahun kalau tidak salah. Tetapi yang saya dengar dan saya lihat sendiri kerja mereka belum maksimal dan masih banyak daerah yang belum bisa dijamah atau dijangkau daripada penyiaran.

Jadi Ibu Ketua sebagai Pimpinan, masalah daripada penganggaran dan pelaksanaan anggaran disesuaikanlah dengan apa yang saya katakan tadi sesuai dengan kebutuhan, baik dari segi teknologinya, pengawasannya dan independesi nantinya sehingga KPI ini kita harapkan ke depan menjadi KPI yang kredibel, KPI yang bisa memberikan suatu pengaturan yang baik terhadap konten, dan juga menguntungkan bagi bangsa dan negara kita.

Saya kira itu saja Ibu Ketua. Terima kasih.

KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Baik, terima kasih Bapak Nurdin Tampubolon. Mungkin kita dengarkan dulu dari KPI, Bapak Menteri ada ini atau langsung kepada KPI saja untuk menanggapi. Silakan, Bapak Menteri. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (RUDIANTARA, S.STAT., MBA.):

Maaf teknis saja sedikit untuk teman-teman KPI, saya coba lakukan analisa cepat dari sini. Dari 11 miliar itu sekitar 39% dibelanjakan untuk sistem pemantauan monitoring perekaman. Memang intinya adalah demikian, kemudian 38,5% dipakai beli server dan storage, betul memang demikian, jadi 13% untuk lobby pelayanan publik, itu semuanya 100%. Nah, kalau kita baca halaman 14, bahwa ini untuk menampung 2 tahun pertama 15 lembaga penyiaran berjaringan, 10 penyiaran berbayar, 20 penyiaran radio sebesar 4,4 miliar. Ini angkanya mungkin harus dikoreksi, karena saat ini saja sudah ada 44 televisi di Jakarta saja ada LPK, ada analog 22, digital 17 dan TVRI 2. Jadi coverage-nya harus lebih banyak. Kemudian untuk radio disini ditulis ada 20 padahal sudah ada 39. Jadi yang dipantau itu lebih banyak. Jadi kalau boleh storage dan servernya ditambah mungkin dikurangi dibiaya lobby, lobby sih sebenarnya kalau lobby untuk orang pengaduan kan yang penting ada saja, yang penting ada kursi, ada ini, jangan malu-maluin, tapi mungkin tidak usah mewah-mewah sehingga kalau bisa saya usulkan relokasi tanpa merubah besaran keseluruhan sehingga betul-betul KPI fokus kepada apa yang harus dilakukan. Itu saja, Ibu Pimpinan. Terima kasih banyak. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Baik, silakan KPI. WAKIL KETUA KPI PUSAT (SUJARWANTO AHMAD ARIFIN):

Terima kasih kepada Ibu Pimpinan dan kami juga terima kasih kepada Bapak Menteri. Langsung hitung tadi ya Pak. Baik Bapak dan Ibu sekalian, dari tanggapan 7 Anggota Komisi I DPR RI yang saya hormati, nanti sebagian saya akan jawab langsung umum saja dan nanti sebagian akan dijawab oleh rekan-rekan saya khusus mengenai isi siaran, terutama dari Bapak Sukamta serta Bapak Sjarif Hasan. Yang pertama dari Bapak Supiadin, kami akan mengutamakan itu dan perlu karena kami sampaikan nanti tendernya itu di Kominfo Pak, karena kalau untuk unit pelaksanaan tender itu nanti di Kominfo. Jadi kebetulan Bapak Menteri hadir, sehingga Pak Menteri nanti bisa mengawasi proses tendernya sehingga sesuai dengan masukan Bapak Supiadin. Jadi mengutamakan produk dalam negeri. Kemudian soal desain ruangan, memang desain ruangan yang kami presentasikan tadi Pak, itu kita desain seefektif mungkin tapi sekaligus tidak mengabaikan soal kenyamaan ergonomis. Meskipun saat ini karyawan kami sudah semua kami lengkapi dengan BPJS, akan tetapi perencanaan situasi kerja serta lingkungan kerja yang baik tentunya kami pertimbangkan dalam desain ruangan kami.

Page 13: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … fileAcara : Penjelasan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Ketua dan Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat terkait dengan permohonan

13

Kemudian dari Ibu Nurhayati Assegaf, kami sekarang sedang juga melangkapi regulasi kami terutama soal penyiaran politik dengan regulasi yang akan makin ketat, sehingga ke depannya itu yang namanya efek jera, kemudian peluang-peluang kecil bahkan upaya untuk mengaburan yang halus itu dengan regulasi yang lebih baik nanti kami berharap itu bisa kena semua. Kalau regulasi kita saat ini memang kadang pemberitaan yang halus itu kadang masih bisa saja lolos. Tapi dengan regulasi kami yang lebih baik melalui peraturan KPI, tentunya nanti kami akan bisa agar upaya-upaya penyimpangan atau kesalahan itu sehalus mungkin bisa kita tapis dengan baik. Kemudian soal Ibu Evita, kami terima kasih atas dukunganya. Kemudian dari Bapak Asril, sistem pengamanannya akan kami buat sebaik mungkin. Yang jelas setiap proses pengaduan…. F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, M.Sc.): Izin, tidak dijawab pertanyaan saya, jangan terima kasih saja. Saya bertanya, disini anda bikin bahwa diakses oleh semua user internal KPI, yaitu analisis pemantau. Apa kemampuannya? Kan analisis pemantau, pemantau apa? Sementara kayak kemarin ini kita tahu bahwa problem kita itu, ketika KPI kita minta data 3 tahun terakhir mengenai prosentasi iklan dari media anda tidak bisa jawab. Prosentase dari teguran yang dijatuhkan oleh ini, anda tidak bisa jawab. Sekarang diyakinkan kita kalau misalnya dengan dibelikan alat ini tidak merubah performance dari KPI untuk apa. Bahwa anytime Komisi I DPR RI mau bertanya, “eh, itu yang namanya MNC itu sudah berapa kali teguran selama 6 bulan ini, RCTI misalnya, ANTV, TV One”, anda mampu untuk menjawab, atau kita dari Komisi I DPR RI diberi akses, kita juga bisa melihat langsung. Itu yang saya katakan dengan analisis, kita mau mendapatkan konfirmasi dulu ini peralatan apa. Kemudian saya tanyakan apakah pernah dilakukan comparation, kan anda bikin pertemuan KPI sedunia, segala macam, Bapak kan bisa tanya jawab sama teman-teman. Sebenarnya you itu di negara you itu pakai apa sih sistemnya, apa sih kemampuan dari sistem yang ada. Jadi jangan kita membuat sistem sendiri, itu gunanya ada asosiasi kita bertanya. Dengan ini jadi ngomong sana, ngomong sini, kita tahu sebenarnya sistem yang terbaik itu sistem apa. Kalau perlu ditambah uangnya ditambah uangnya, tapi jangan hanya sistem yang hanya last untuk selama anda bekerja saja 3 tahun, bukan itu yang kita mau. Tetapi bagaimana sistem ini bisa di-upgrade tanpa harus membeli semuanya totally ulang, bisa di-upgrade untuk kemajuan teknologi seperti yang disampaikan oleh Bapak Tampubolon. Itu yang harus dipastikan kepada kita dan itu belum dijawab oleh KPI. Terima kasih. WAKIL KETUA KPI PUSAT (SUJARWANTO AHMAD ARIFIN):

Baik, terima kasih. Boleh saya lanjutkan? Ini sekaligus menjawab dari Ibu Evita dan nanti akan ditambahkan oleh rekan kami dari isi siaran. Tolong ditampilkan yang proyeksi, jadi 2018 dan sebagainya, itu menjawab beberapa pertanyaan tadi. Ibu dan Bapak sekalian, Selain kita tadi sudah mempresentasikan kepada Bapak dan Ibu, sebenarnya kami juga sudah merencanakan bagaimana apa yang disampaikan oleh Ibu Evita tadi apa yang sekarang diadakan oleh KPI itu harus juga memproyeksi pengembangannya untuk tahun-tahun berikutnya. Kami saat ini sedang merencanakan juga untuk nanti dari 2017 sampai 2021 itu kira-kira seperti apa. Nah, untuk pengembangannya sampai 5 tahun ke depan, kami merencanakan akan ada tambahan anggaran yang kami harapkan nanti bisa dipenuhi, yaitu sebesar Rp63.004.892.000,- Lanjut, ini untuk perencanaan pengembangan 2018, kita berencana juga sampai ke 5 KPID dulu, yaitu untuk semacam percobaan di 5 KPID. Apalagi kalau nanti tersambung ke Line dan sebagainya. Jadi selain penambahan stasiun lembaga penyiaran yang kita awasi kita juga akan mengembangkan kepada KPID serta jaringan Line itu jug dengan perkiraan anggaran Rp6.500.000.000,- itu perkiraan harga tahun 2017. Kemudian tahun 2019 kita juga menyiapkan pengembangan data center KPI serta pengembangan server yang lebih baik serta pemeliharaan software serta hardware. Tahun 2020 kita juga merencanakan penambahan KPID, apalagi kalau misalnya nanti KPI Pusat dengan KPID memang di dalam regulasi nanti dikehendaki hierarkis tentunya kita akan mengembangkan proyeksi ini menjadi kepada KPID-KPID, sehingga pemantauan yang di KPID selama ini belum optimal, kami harapkan nanti bisa terintegrasi dengan KPI Pusat dengan sistem yang lebih baik. Kemudian tahun 2021 kita juga ada penambahan terhadap 18 KPID. Itu Ibu, mungkin perencanaan kami dan nanti soal apa yang sebagian ditanyakan Ibu Evita tadi nanti akan ditambahkan oleh rekan kami. Silakan Mbak Nuning, sekaligus Pak Kamta dan Bapak Sjarif tadi.

Page 14: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … fileAcara : Penjelasan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Ketua dan Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat terkait dengan permohonan

14

ANGGOTA KPI PUSAT (NUNING RODIYAH): Baik, mohon izin Pimpinan. Atas izin Wakil Ketua kami akan menyampaikan beberapa jawaban. Yang pertama Ibu Evita, terkait dengan hirarki monitoring atau autorisasi monitoring. Tadi disebutkan dilaporan kami di hand out-nya itu kita analis, ada TA, ada koordinator TA dan ada juga komisioner. Autorisasinya begini Ibu, untuk analis nanti di sistem itu akan bisa kemudian melakukan cutting secara otomatis. Jadi waktu pemantauan melihat ada potensi pelanggaran P3SPS tinggal klik nanti 2 menit sebelum tayangan itu akan kemudian kita potong dan kemudian temuannya setelah selesai di klik lagi kemudian itu akan memotong secara otomatis, itu autorisasi di analis. F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, M.Sc.): Saya tidak ngeh ini, apa saya yang telat mikir atau bagaimana. Maksudnya pemotongan secara otomatis, KPI lakukan untuk apa gunanya? ANGGOTA KPI PUSAT (NUNING RODIYAH): Untuk data temuan tayangan. F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, M.Sc.): Maksudnya? ANGGOTA KPI PUSAT (NUNING RODIYAH): Jadi begini Ibu, di kami hirarki dari monitoring itu yang pertama analis atau pemantau. Pemantau dikoordinir oleh TA, biasanya TA membawahi 2 televisi. Berikutnya diatasnya lagi ada kordinator TA yang kemudian membawahi seluruh LPS yang kemudian dipantau oleh KPI. Berikutnya data dari kordinator pemantau atau TA pemantau disampaikan kepada komisioner untuk dilakukan penjatuhan sanksi. Nah, ketika sistem ini baru nanti maka analis itu tidak seperti sekarang. Saya ceritakan yang sekarang, sekarang ini analisis nonton melototin televisi kemudian ketika ada pelanggaran P3SPS dicatat, dicatatnya manual. Ketika dicatat manual baru dibawa ke admin untuk diketik. Setelah diketik dibawa ke TA untuk didiskusikan potensi pelanggarannya. Nah, dengan sistem baru ini nanti tidak perlu kemudian dilakukan dengan tulis manual, tapi langsung diklik maka dilakukan secara otomatis pemotongan 2 menit sebelum terjadi pelanggaran agar tidak terpotong scene tayangannya tidak terpotong. Berikutnya nanti setelah diamati terus. Ketika tayangan itu pelanggarannya sudah selesai, maka diklik lagi itu memotong. Selama ini kita butuh waktu 3 hari untuk mendapatkan potongan tayangan dari tim editing. Dengan begini kita akan kemudian bisa minimal dibawah 24 jam kita sudah terima data potongan itu dan untuk dianalis. Berikutnya naik kepada TA dan komisioner, otorisasi komisioner bisa mengakses seluruh data yang ditemukan oleh analis. Dan komisioner tahu persis apa yang telah disortir dan difilter oleh TA, sehingga kita tahu persis kinerja analis mana yang kemudian kritis terhadap temuan-temuan tayangan dan lain sebagainya itu kita bisa tahu semuanya. Nah, otorisasi itu kemudian juga dibuka untuk komisioner dipenjatuhan sanksi. Semua komisioner 9 komisioner bisa tahu data penjatuhan sanksi televisi mana saja dan lain sebagainya tayangannya berupa kayak apa videonya itu bisa dilihat oleh semua komisioner. Nah, untuk nanti data yang bisa diakses oleh publik adalah data base televisi mana yang ditegur, pelanggarannya pasal berapa, sanksinya apa, itu bisa diakses oleh publik secara keseluruhan. Bayangan kami perkembangan sistem itu nanti akan seperti itu Ibu Evita. F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, M.Sc.): Pertanyaan saya mengenai prosentase iklan dan siaran iklan politik, itu tidak manual lagi kan tulis-tulis lagi tidak.Tolong dijelaskan bagaimana untuk prosentase iklan cara kerjanya. ANGGOTA KPI PUSAT (NUNING RODIYAH): Jadi kemarin sudah kita sampaikan ke beberapa calon rekanan yang sudah presentasi di KPI, ada 4 yang sudah nanti untuk detailnya teman-teman sekretariat yang tahu persis akan disampaikan kepada Pimpinan. Kita sudah sampaikan bahwa kalau kemudian memotong data tayangan saja bisa otomatis, tentu memotong iklan akan

Page 15: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … fileAcara : Penjelasan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Ketua dan Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat terkait dengan permohonan

15

lebih mudah. Kami juga meminta agar nanti bisa kemudian dipetakan iklan layanan masyarakat dan iklan komersial, karena nanti pajak dan lain sebagainya kan bisa kita cek dari sana. Itu sudah kita minta dan beberapa vendor sudah siap untuk kemudian bisa kalkulasi berapa jumlah iklan yang kemudian muncul di televisi. F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, M.Sc.): Itu yang saya maksud, jadi sebelum menetapkan vendor dipastikan dulu bahwa sistem monitoring ini ke depan mempunyai kemampuan yang disebutkan. Soalnya kalau yang namanya vendor kita kan juga pedagang, jadi kita bilangnya iya-iya saja semuanya. Tapi ketika nanti dilakukan programingnya tiba-tiba tidak jalan semua di tengah jalan, bagaimana kita bisa mendapat kepastian bahwa apa yang disampaikan itu memang jalan. Banyak Ibu, e-KTP juga dulu di tengah jalan mandek, semuanya mandek. Nah, pastikan ini tidak ada dan memang sistem ini bisa di upgrade. Jangan nanti 5 tahun ke depan kita perlu lagi, ini dibuang ganti dengan sistem baru. Jadi setiap kita beli sistem ini teknologinya harus teknologi yang mampu di-upgrade dan mampu disinergikan dengan kita nanti pasang-pasang di daerah. Terima kasih. ANGGOTA KPI PUSAT (NUNING RODIYAH): Siap, terima kasih Ibu, akan menjadi catatan bagi kami untuk kemudian calon vendor berikutnya akan kita lebih tegaskan lagi untuk kualifikasi yang akan kita mintakan. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Baik, Bapak Sukamta dulu. F-PKS (Dr. H. SUKAMTA, Ph.D.): Saya ingin mendalami dulu karena ini bicaranya teknis banget. Yang dimaksud pemotongan otomatis ini maksudnya otomatis hilang atau otomatis diperoleh sebagai bukti. ANGGOTA KPI PUSAT (NUNING RODIYAH): Otomatis diperoleh sebagai bukti. Perlu saya jelaskan Bapak Kamta bahwa dulu itu harus dicatat dulu jam sekian sampai jam sekian. F-PKS (Dr. H. SUKAMTA, Ph.D.): Yang kedua ini persoalannya ini hardware atau software-nya atau gabungan dari itu yang membuat alat ini menjadi powerfull ini hardwarenya atau softwarenya. ANGGOTA KPI PUSAT (NUNING RODIYAH): Izin, untuk teknis. F-PKS (Dr. H. SUKAMTA, Ph.D.): Karena ini terkait dengan pertanyaan Ibu Evita tadi. ANGGOTA KPI PUSAT (NUNING RODIYAH): Jadi begini, untuk yang disebut itu sudah kemudian masuk di software dari sistem monitoring yang ada di KPI Pak, tapi tentu kita juga sampaikan ke beberapa vendor bahwa ini harus ada potensi pengembangan atas sistem yang ada, baik software maupun hardware. Biar kita nanti ketika bicara sekian tahun ke depan itu juga sudah bisa menjawab kebutuhan KPI. Terkait dengan beberapa tayangan politik sebagaimana yang sudah kami sampaikan pada pertemuan yang kemarin. Teguran sudah dilayangkan oleh teman-teman KPID DKI, teguran ini terkait dengan tayangan iklan kampanye di luar masa kampanye dan itu sudah dikeluarkan teguran. Tidak hanya ketiga stasiun televisi yang disebutkan tadi tetapi stasiun televisi yang kemudian berpotensi melanggar pasti kita tegur. Yang kedua, peringatan terkait dengan penayangan iklan kampanye di luar masa kampanye, perlu kami sebutkan bahwa ada salah satu partai politik yang mengiklankan di stasiun televisi dan ketika kami tegur itu sudah kemudian besoknya langsung sudah dihentikan tayangannya.

Page 16: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … fileAcara : Penjelasan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Ketua dan Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat terkait dengan permohonan

16

F-PDIP (Dr. EFFENDI MS SIMBOLON, M.I.POL): Interupsi. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Silakan, Bapak Effendi. F-PDIP (Dr. EFFENDI MS SIMBOLON, M.I.POL): Itu ke Perindo itu ditegur tidak itu? ANGGOTA KPI PUSAT (NUNING RODIYAH): Baik, untuk Perindo perlu kami jelaskan. F-PDIP (Dr. EFFENDI MS SIMBOLON, M.I.POL): Tegurannya coba bagaimana? ANGGOTA KPI PUSAT (NUNING RODIYAH): Yang pertama pada nanti mohon izin Bapak Wakil Ketua juga menyampaikan, karena ini dilakukan juga diperiode 2016 nanti mohon untuk disampaikan karena kami belum masuk pada wilayah itu. Pada periode 2016-2019 kami sudah melakukan peringatan terhadap seluruh stasiun televisi yang menayangkan iklan Perindo. Kita sudah datangkan untuk klarifikasi lembaga penyiaran yang bersangkutan dan sudah memberikan klarifikasi kepada kita. Klarifikasi yang diberikan dan kita juga mencatat berdasarkan data, datanya adalah kita sudah melihat perkembangan yang saya pikir cukup positif. Kalau dulu kita bisa melihat ini pakai standarnya mungklin standart PKPU 1 hari 10 kali tayangan iklan. Tapi setelah kita verifikasi kemarin terakhir, rata-rata salah satu stasiun televisi itu hanya 2 kali per hari. Ada juga yang kemudian 4 kali, dulu itu sampai 9 kali sampai 10 kali. Jadi progresnya sudah menurun.

Mohon izin dan kami mohon support dari Pimpinan dan para Anggota Komisi I DPR RI, kami menemui kendala Bapak dan Ibu sekalian, ketika bicara regulasi kemarin juga kita sampaikan dan kita dorong mudah-mudahan di RU Partai Politik dan RUU Pemilu ini masuk, karena apa? Kami amat sangat kesulitan mengidentifikasi, karena apa? Karena Perindo ini bukan partai politik peserta Pemilu, sedangkan kemudian aturan yang kemudian berlaku hari ini terkait dengan larangan kampanye di luar masa kampanye adalah partai politik peserta Pemilu. Oleh karena itu, kami ini juga akan melakukan FGD, FGD-nya adalah kita akan mengundang seluruh partai politik untuk mendengarkan tingkat kebutuhan partai politik terhadap akses informasi dan penyampaian informasi. Ketika dibutuhkan maka harapan kami ada pembatasan frekuensi durasi yang sama antar partai politik, sehingga tidak ada yang dominan ketika salah satu partai politik memiliki lembaga penyiaran.

Jadi kami mohon support untuk kemudian bisa dikuatkan terkait dengan iklan kampanye, iklan politik nanti bisa dipetakan juga kemarin kita diskusikan di Rapat Dengar Pendapat sebelumnya ada iklan politik, ada iklan komersial, dan ada iklan layanan masyarakat, sehingga kami bisa tegas untuk kemudian melakukan teguran dan pemberian sanksi terhadap lembaga penyiaran.

Terima kasih.

F-PKS (Dr. H. SUKAMTA, Ph.D.): Pimpinan.

KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Sebelum kepada Pak Kamta. F-PDIP (Dr. EFFENDI MS SIMBOLON, M.I.POL): Kalau dia beriklan di TV lain monggo, inikan didirinya sendiri. Memangnya itu frekuensi punyanya dia, itu running text-nya dia, saya belum pernah lihat ada running text setahun hanya ada MNC Group itu. Satu tahun, kalau dia tidak suka sama Jaksa Agung dia tulis terus itu. Dia tidak suka sama PDI Perjuangan ditulis, kader PDIP tangkap begitu terus. Kalau kamu tidak mampu, saya mampu. Jadi jangan bilang saya minta dukungan, wong kewenangannya ada di KPI kok. Kenapa ILC bisa anda stop, itu Perindo itu mau koran monggo lah, tapi kalau

Page 17: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … fileAcara : Penjelasan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Ketua dan Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat terkait dengan permohonan

17

televisi kan frekuensinya milik rakyat, milik negara, itukan iklan. Saya mau tanya dulu mereka bayar tidak itu? Ini harus dilihat pajaknya bayar tidak, pajak iklan. Jadi kayaknya lemot banget ini KPI ini kalau sudah sama Hari Tanoe, ada apa sih dengan kalian? ANGGOTA KPI PUSAT (NUNING RODIYAH): Baik Bapak, akan menjadi perhatian. F-PDIP (Dr. EFFENDI MS SIMBOLON, M.I.POL): Jangan ada perhatian, saya mau ada ketegasan. ANGGOTA KPI PUSAT (NUNING RODIYAH): Siap, akan menjadi ketegasan bagi KPI. F-PDIP (Dr. EFFENDI MS SIMBOLON, M.I.POL): Saya bukan basa-basi ini, ini saya catat ya. Karena nanti di Rapat Kerja dengan Menkominfo saya minta lagi konfirmasinya. Sebut saja, coba itu dia ulang-ulang terus, running text, TV-nya, pelantikan ranting lah apa, memang boleh begitu. Pelantikan ranting dimana saja dia masuk TV, memangnya itu news? Kalau begitu semua boleh dong. Siapa bilang Perindo bukan partai politik? Ketika dia disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM, dia sudah badan hukum. Jadi Ibu jangan terbawa, diakan bukan peserta Pemilu. Nanti saya cek semua komisionernya KPI, berapa kali kalian dijamu oleh Hari Tanoe, kok lemot banget sama itu. Kita yang 10 partai tidak pernah dapat ada posisi yang, itu bukan ukan 10 kali Ibu, ratusan kali. Ibu sekali-kali melek dari Sholat Subuh sampai Ibu tidur lagi, berarti kira-kira 18 jam, Ibu catat saja manual, itu ratusan kali. Yang disawah, yang begitulah, itu iklan politik Ibu. Jadi saya minta Komisioner KPI untuk tegas hitam putih ada peringatan dan itu merujuk kepada Undang-Undang API. Nanti kita tolong dilaporkan progresnya seperti apa. ANGGOTA KPI PUSAT (NUNING RODIYAH): Peringatan sudah dikeluarkan, Pak. F-PDIP (Dr. EFFENDI MS SIMBOLON, M.I.POL): Terus peringatannya apa isinya? ANGGOTA KPI PUSAT (NUNING RODIYAH): Agar frekuensi publik agar digunakan sebagaimana mestinya, itu peringatan. Peringatan ini dikeluarkan karena ada potensi pelanggaran atas P3SPS. F-PDIP (Dr. EFFENDI MS SIMBOLON, M.I.POL): halah pakai bahasa potensi lagi, sudah ikut-ikutan badan hukum, penegak hukum. Sudah jelas-jelas terbukti kok, apalagi potensinya, kecuali masih seolah-olah, wong setiap hari, tiap detik dia iklan terus. Itu semua TV-nya loh, di News, MNC, RCTI, semuanya, sampai TV perempuannya semua. Semuanya isinya dia-dia saja dong, makanya kita ingin kembali kepada komitmen yang ditandatangani Pak Menteri Kominfo dengan mereka, dia harus ikut disitu dan Komisi I DPR RI punya kewenangan juga untuk membatalkan per tahun. Jangan main-main kita tidak urusan, bukan soal pribadinya, tapi apa boleh ruang publik frekuensi itu digunakan untuk kepentingan dirinya. Bagaimana sistem pembayarannya dan itu setiap dia tayang berarti ada konsekuensi pajak dong. Bapak dan Ibu hitung tidak itu? Jadi saya mohon KPI menyampaikan itu hasil dari peringatan itu konsekuensinya dan apa. Kalau dia tidak merubah maka saya lihat KPI-nya yang mohon maaf kurang tegas. Terima kasih, Ibu Ketua. F-PKS (Dr. H. SUKAMTA, Ph.D.): Pimpinan sekalian ya.

Page 18: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … fileAcara : Penjelasan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Ketua dan Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat terkait dengan permohonan

18

KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Topiknya sama? F-PKS (Dr. H. SUKAMTA, Ph.D.): Topiknya sama, tadi pertanyaan saya apakah yang 4 TV itu sudah ditegur juga. Yang 4 TV yang saya tanyakan, kan yang ditegur baru 3 itu, apakah yang 4 sudah ditegur. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Boleh disebut lagi Pak Kamta. F-PKS (Dr. H. SUKAMTA, Ph.D.): 4 TV yang kalau perlu disebut itu ada Metro TV, Kompas TV, ada CNN, ada Trans. Yang jelas-jelas itu mendukung pasangan calon, kenapa yang diperingatkan hanya satu. Bang Effendi tadi boleh protes TV itu iklan terus menerus untuk parpolnya. Mendingan seluruh Parpol kasih TV deh, daripada begitu yakan. Nah, yang kedua kalau yang begitu diprotes kenapa yang lain melakukan hal yang sama dibiarin juga. Ini yang saya sebut KPI jangan menjadi alat politik kalau tidak mau berpolitik. Kalau mau berpolitik jangan di KPI, masuk partai politik jadi Anggota DPR RI. Nah, ini sekali lagi bukan soal persetujuan ini political will. Jadi saya minta KPI dengan bukti-bukti yang sudah berserakan begini lakukan tindakan yang tegas sesuai dengan kewenangan. Kalau memang tidak bisa melakukan sesuai dengan kewenangan atau itu sengaja sikap untuk berpihak, lebih baik mundur saja dari KPI, biar diganti orang dari anak bangsa yang siap untuk bertindak netral sesuai dengan undang-undang karena ini situasi panas banget di DKI. Kalau petugas atau aparat itu tidak tegas di dalam sikapnya ini akan menimbulkan agitasi kepada orang. Nah, alat-alat negara bukan alat Pemerintah ya, alat negara dengan kewenanganya itu harus tegas siapapun yang melanggar potong saja. Sekali anda memberikan toleransi anda tidak punya legitimasi lagi untuk menindak yang lain, pasti akan diprotes. Dan sekali kewibawaan ini runtuh sulit memulihkan. Kemarin persoalan izin dengan segala macam teguran anda jalankan terus beri izin, ternyata sekarang ini berlanjut-lanjut, proses dari izin yang anda beri perpanjangan rekomendasi perpanjangan dan tidak selesai itu masih berlanjut sampai sekarang dan tidak ada teguran. Ini maunya bagaimana KPI? Dulu dengan komitmen yang dibuat atas inisiatif Bapak Menteri dan DPR RI kemarin, kita berasumsi okelah karena KPI memberikan rekomendasi artinya KPI bertanggungjawab bahwa besok ini akan ditegakkan aturan. Tapi ternyata ini justru ketika angina politik, suasana politik memanas ikut berat sebelah gitu. Ini jadi masalah, dengan cara apalagi kita ini akan percaya bahwa KPI ini akan tegak diatas aturan. Kemarin dalam urusan perpanjangan DPR RI belum selesai, KPI nekat jalan terus kasih rekomendasi, bahkan ketika kita minta di forum ini berkali-kali KPI untuk mengubah cara penilaiannya KPI jalan terus, terus sekarang belum satu tahun ini anda sudah berlaku begitu. Melakukan pembiaran kepada stasiun yang mungkin itu dianggap menguntungkan pada frekuensi pribadi dan memberikan teguran kepada yang lain. Ini bagaimana ini? Jadi Bapak dan Ibu, ini soal amanah menjalankan negara ini. Very serious matter, mau sampai kapan kita akan begini dalam urusan penyiaran publik, dalam penggunaan frekuensi milik negara, milik rakyat dan anda adalah wakil rakyat. KPI itu wakil rakyat untuk melakukan pengendalian dan pengontrolan ini. Jadi Pimpinan, saya ingin ada bukan hanya komitmen yang setengah-setengah, komitmen yang hanya lip service gitu, ini serius persoalan yang sangat serius. Mungkin bagi orang-orang di luar yang sedang terlibat dalam kontestsi politik “ah cuman kayak gitu”, tapi bagi orang yang sedang terlibat ini persoalan yang sangat serius. Nanti saya kira itu urusan Kominfo terus ada persoalan ini nanti ada gilirannya sendiri, saya kira ini KPI dulu tolong dibenahi, serius ini. Terima kasih, Pimpinan. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Baik, ini bukan hanya tanggapan Komisi I DPR RI bahwa media kita, Ketua Dewan Pers kemarin juga sudah mengakui bahwa sebagian dari media kita sakit setiap ada pemilihan kepala daerah, Presiden, Pileg dan lain-lain. Jadi ini bukannya mengarang-ngarang, opini, pendapat, masukan dari kami tapi ini fakta yang sudah diakui oleh Dewan Pers. KPI dan juga Kemkominfo jangan kemudian membiarkan ataupun mungkin menambah dari apa yang sudah sakit ini. Kalau dulu habisa sakit, habis Pemilu sembuh, sekarang karena Pemilu-nya berturut-turut jadi sakit terus menerus, tidak boleh kita biarkan. Pak Alimin, silakan.

Page 19: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … fileAcara : Penjelasan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Ketua dan Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat terkait dengan permohonan

19

F-PAN (Ir. ALIMIN ABDULLAH): Terima kasih, Ketua. Bapak Menteri dan jajarannya, KPI, seluruh komisioner dan Anggota Komisi I DPR RI yang saya hormati. Terus terang memang pada beberapa rapat yang lalu, kita sudah semua menyadari pentingnya….ini supaya jangan ada alasan lagi. Tapi terus terang pagi ini saya agak kaget juga sebenarnya. Yang pertama, sekian lama anda sudah lama disini membuat laporan ini masih ditegur Pak Menteri, Pak Menteri yang mengawasi tahu jumlah radio berapa, itu dikoreksi terang-terangan oleh Bapak Menteri. Inikan mestinya anda yang menyajikan kepada Pak Menteri, berapa jumlahnya harus tahu. Kalau jumlahnya saja anda tidak tahu bagaimana mengawasinya. Tadikan dikoreksi sama Pak Menteri betul kan. Nah, ini hal-hal yang menyebabkan kita jadi timbul ramai kurang percaya.

Nah, berikutnya kalau anda pernah mengajukan teguran kalau teguran anda itu berwibawa, teguran yang menjadikan dia dan yang lain menjadi waspada dan tidak akan mengulangi bukan hanya dia, diketahui semua. Sekarang ini terus terang kami juga saya tidak ngerti bunyi teguran kayak apa, jangan-jangan saya bilang sama teman saya tadi negurnya “hei lagi ngapain anda?”, kan negur juga namanya, apakah itu bentuk tegurannya yang disebut oleh undang-undang.

Oleh sebab itu, saya lihat di halaman 13, saya kalau memungkinkan karena anda di sektor utama itu menjalankan aplikasi perekaman dan monitoring sehingga dapat diakses oleh semua user internal KPI, ini analis pemantau penjatuhan sanksi legal dan komisioner. Saya berpendirian paling tidak dalam waktu tertentu sekarang ini setelah ini. Ini ketika anda mempunyai sesuatu analis pemantauan yang bertentangan sehingga harus dijatuhkan sanksi itu coba copy-nya karena ini direkam kepada Komisi I DPR RI, supaya kita juga on time tahu bahwa ini masalah yang akan dijatuhkan sanksi. Kayak apa teguran yang akan diberikan kita akan bicarakan, karena menurut saya sudah cukup untuk anda wibawanya, tapi selama ini tidak ada wibawanya. Teguran sampai ratusan kali, itu hanya melaporkan bahwa kami sudah menegur 1000 kali, itu prestasinya, tahun depan 2000 kali bukan itu prestasi saya kira. Semuanya tidak ada gunanya kalau tidak perubahan, jalan terus seperti kata teman-teman yang lain.

Nah, ini yang kita inginkan bahkan hampir sepakat kita semua soal anggaran itu karena ini penting, tentu saja apa yang dikatakan teman-teman tadi penting. Anda juga harus beberkan, anda ini niru negara mana cocok tidak dengan negara kita. Belum tentu negara kecil di Singapura berarti cocok di Indonesia, letak dan geografis kita beda-beda, luasnya beda, mungkin juga lembaga penyiarannya beda. Jadi dasar anda memilih ini juga harus transparan sama kita, jangan karena supplier-nya yang dorong-dorong itu terus dipili, sering terjadi itu disini. Bahkan bangsa Indonesia ini gemar betul beli barang bekas. Di bidang IT tidak boleh begitu, karena ini cepat sekali ketinggalan. Jangan sampai karena dapat informasi ini anda hanya dapat informasi dari supplier saja terus akhirnya memilih itu. Dimana anda punya 3-4 bandingan di negara mana, kenapa anda memutuskan lebih cocok ini kita pilih buat Indonesia dari segala aspek, terutama efektifitasnya. Ini sebenarnya yang kami tunggu sekarang menyangkut teknologi. Kalau dari jumlahnya saja anda tidak pas, bagaimana saya mau yakin bahwa pilihan anda ini sudah pas.

Jadi ini yang kita sebetulnya bukan tidak mau mendukung, karena ini penting bahkan harus lebih sesuai, lebih efektif untuk mendukung pekerjaan anda dan mencapai apa yang diharapkan oleh bangsa ini. Jadi mulai dari pemilihan dan apa yang dihasilkan itu yang kita sebetulnya sepakat.

Saya terakhir kalau memungkinkan karena supaya kami juga jangan terlalu lama, kami tidak tahu ini sudah ditegur apa belum. Pernah dianalisa belum bahwa produk mereka pernah melanggar, kan berbeda pendapat anda dengan pendapat kami. Terhadap analisa tertentu yang melanggar menurut saya tidak ada salahnya kami diberitahu, biar kita sama-sama juga melihatnya. Dan begitu juga anda memutuskan juga mengeluarkan sanksi kami juga boleh tahu. Dan ini saya kira ada baiknya bahwa anda melaporkan juga hasil analisa anda. Tidak seperti sekarang ini diujung-ujung baru kami tahu bahwa ini dapat teguran 170, ini 200, apa itu bentuk tegurannya dan tanggal berapa dan apa yang ditegur kami tidak tahu. Saya yakin teman-teman tidak punya semua, hanya jumlahnya terus berapa yang tegurannya.

Ini barangkali yang kita harapkan apabila anggaran negara ini kita setujui untuk anda bangun sistem monitoring ini kita memilih teknologi yang baik, yang sesuai dengan bangsa kita dan efektif untuk melakukan tugas. Barangkali saya setuju dengan Ibu Evita, kalau memang ternyata yang terbaik itu kita masih ada perbedaan anggaran mungkin kita harus carikan, supaya kita betul jangan asal-asalan. Sebab banyak juga rakyat sudah banyak ngomong sekarang, kita jadi mengorbankan bangsa kita sendiri, pilot kita sendiri karena beli pesawat yang tidak baru lagi. Jangan sampai IT juga dibilang begitu, diketawain kalah canggih dengan yang mau dikontrol.

Jadi inilah yang kami harapkan dengan pertemuan yang terakhir ini sebetulnya anda sudah mengemukakan kenapa kamu memilih teknologi ini, ini yang terbaru dan sudah pernah dicoba dimana, dan daerah yang memakainya lebih sesuai dengan negara kita, itu mendorong kami akan lebih merasa pas mendukung anggaran ini. Kalau tidak kan, kami keluar dari sini ditanya ini kira-kira teknologi yang mana yang dipakai, sudah cocok belum sama negara kita tidak ada penjelasan. Saya sudah dengarkan dari tadi, kenapa milih ini apa dasarnya kita mengatakan sudah pas dan cocok, tepat untuk ini. Belum dengar saya, apa yang saya tangkap ini masih banyak bertanya, belum lagi soal efektifitasnya.

Page 20: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … fileAcara : Penjelasan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Ketua dan Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat terkait dengan permohonan

20

Yang terakhir, bagaimana pun juga efektiftas ini kalau anda hanya tahu bahwa dia melanggar dan tidak ada tindakan yang pas juga. Anda harus berpikir dengan undang-undang itu memberikan sanksi, padahal melakukan langkah apa supaya anda berwibawa. Karena sudah dicoba berkali-kali jalan terus saja, artinya tidak berwibawa, anda tidak bisa mensukuri undang-undang yang kita buat bersama itu. Kalau gitu usul apa yang mau diemban lagi, sehingga dia bisa berfungsi. Ini sebenarnya pertemuan rapat kita ini termasuk kesana bukan sekedar hanya menyetujui anggaran terus anda bisa bebas membeli apa saja, harus dipertanggungjawabkan ini kegunaannya.

Saya kira itu Ibu Ketua, jadi tolong kita kalau keluar dari ruangan ini kita tahu kenapa kita memilih sistem ini. Kenapa yang harga walaupun dia mahal sedikit kita pilih, karena ada alasan yang kita bisa terima. Jadi menurut pendapat saya itu yang paling penting.

Terima kasih. F-PAN (H.M. SYAFRUDIN, S.T., M.M.):

Ketua, sebelah kiri. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Pak Syafrudin, silakan. F-PAN (H.M. SYAFRUDIN, S.T., M.M.):

Saya ingin menambahkan saja mungkin ini KPI atau Kominfo, tapi ini saya sampaikan penting. Di Indonesia khususnya di Jakarta ini mungkin Bapak dan Ibu tahu ada TV Mobile yang dioperasikan oleh M2V, saya tidak tahu kalau mobil-mobilnya ibu-ibu juga ada atau mungkin teman-teman di KPI belum sempat monitor berapa channel yang bisa dia kuasai dan tidak semua televisi tapi dia monopoli disitu. Saya minta dimonitor kalau bisa semua channel televisi itu harus ada disitu, terutama TVRI kalau Bapak dan Ibu KPI melihat ini punya kepentingan bangsa. Jadi saya sampaikan kepada Bapak dan Ibu. Jadi kalau M2V itu hanya meng-coverage Bogor sama Airport, tapi alhamdulillah itu bisa ditonton di Jakarta kalau macet. Tapi saya tidak tahu KPI apa sudah sempat monitor tentang operasional ini karena sangat penting dan monopoli. Monopolinya beberapa televisi tidak di-cover sama dia, saya tidak tahu ada apa, tapi setelah saya tanya sama teknisinya itu urusan management. Tolong KPI ini monitor, kami pelanggan-pelanggan itu agak telat sedikit saja itu langsung dimatikan sama dia tidak bisa menonton. Ini KPI juga harus melihat M2V ya itu monopoli sekali. Itu 90 ribu satu bulan per mobil kalau tidak salah, begitu anda telat membayar dia langsung off, tapi tidak semua channel televisi yang di-cover sama dia, apa itu? Saya minta kalau memang masih semua televisi bisa di-cover terutaam TVRI. Saya tidak tahu prosedurnya bagaimana, mungkin Bapak dan Ibu tahu. Yang kedua, di rumah-rumah kita ada Indovision dan First Media, itu juga monopoli dan mungkin saya tahu misalnya Bapak dan Ibu cek, pada saat pendaftaran itu ada 50 channel tapi coba Bapak dan Ibu panggil teknisinya itu tidak sampai 50 channel. Disitu saya tidak tahu apakah dispute yang berakibat itu berdampak positif buat dia dan merugikan kita. Sementara sama kalau sudah lewat waktu untuk tidak membayar maka dia langsung off. Itu tolong teman-teman KPI perhatikan dan saya akan menangih pada saat rapat yang akan datang terutama yang M2V itu, kemudian Indovision dan First Media. Dan yang terakhir, yang disampaikan oleh Abang saya tadi Abang Effendi. Saya nonton Ibu tadi dibawa-bawa salah satu partai itu bukan partai saya sedih juga mendengar seperti itu. Anak-anak kecil sudah bisa nyanyi mendengarkan itu kok Ibu bilang kayak gitu. Tolong ke depan kalau bisa tetap kami tagih agar bukan berarti KPI harus tapi ya memang harus seperti itu juga Ibu. Jadi jangan galak-galak tetapi kita tunjukkan keseriusan untuk mengabdi itu yang paling penting. Terima kasih. Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Baik, terima kasih Bapak Rudi. Sambil apa yang disampaikan teman-teman tadi kami di DPR RI bukan diam saja, kita juga membenahi dan merevisi Undang-Undang Penyiaran yang salah satunya membuat klasifikasi baru terhadap iklan. Jadi ada iklan komersil, ada iklan layanan masyarakat dan ada iklan politik. Yang dulu di peraturan Undang-Undang Penyiaran sebelumnya tidak ada, sehingga terjadi kegamangan. Baik, sebelum terakhir ini mungkin dari Ketua KPI selamat datang ada yang mau disampaikan terakhir atau sudah untuk meyakinkan kita sebelum ke kesimpulan, supaya kita bisa buat kesimpulan menyetujui atau tidak mengenai penggunaan anggaran untuk pengadaan sarana monitoring.

Page 21: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … fileAcara : Penjelasan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Ketua dan Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat terkait dengan permohonan

21

F-PPP (H. MOH. ARWANI THOMAFI):

Pimpinan, sebelum terakhir ini. Sebaiknya ada satu hal lagi yang untuk sekalian dijawab untuk meyakinkan kita atas beberapa pertanyaan tadi. Kira-kira dari KPI maupun Menkominfo juga boleh solusi apa terkait dengan maraknya monopoli pemberitaan atau monopoli atau iklan ilegal yang sekarang ini banyak sekali dilakukan oleh partai politik atau partai politik peserta Pemilu atau calon peserta pemiihan kepala daerah. Agar hal seperti ini tegas bisa diatur di dalam Undang-Undang Penyelenggara Pemilu nanti, sikap KPI itu atau soluasi KPI itu seperti apa. Saya kira itu menjadi rekomendasi KPI kepada Panitia Khusus atau Pansus Penyelenggara Pemilu. Jangan hanya kalau ditanya, inikan fakta sudah, kasus sudah ada ini, kasus sudah banyak sekali dan saya tidak tahu sikap atau pendirian teman-teman dari KPI seperti apa. Apakah benar seperti yang disampaikan salah satu teman jadi corong TV-TV swasta atau justru sebaliknya kita tidak tahu. Harus ada rekomendasi yang betul-betul pro terhadap kemerdekaan pers tapi juga dalam posisi bagaimana memposisikan media penyiaran itu betul-betul menjadi milik publik bukan monopoli kepentingan-kepentingan apalagi politik tertentu. Saya kira perlu untuk penekan disitu. Terima kasih. F-PAN (Ir. ALIMIN ABDULLAH): Pimpinan, sebelum diambil keputusan seperti Ibu Ketua tadi. Saya betul-betul berharap KPI menjelaskan alat pemilihan teknologi sekarang ini dasarnya apa dan sudah berhasil digunakan dimana. Ini karena kita sudah hampir sepakat untuk membangun, tapi dari segi teknologinya yang melakukan pemilihan ini saya belum paham. Pakai teknologi apa yang sudah terpakai terujui dimana, sesuai tidak untuk negara kita, karena dia memang profil yang menggunakan negaranya mirip sama kita. Saya ingin tahu itu kalau boleh dijawab dulu. Terima kasih. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Baik, tolong dijawab tadi mungkin ada yang masih tertinggal dari pertanyaan Bapak dan Ibu Anggota Komisi I DPR RI yang terhormat. Silakan. WAKIL KETUA KPI PUSAT (SUJARWANTO AHMAD ARIFIN):

Terima kasih, Ibu Pimpinan. Bapak dan Ibu Anggota Komisi I DPR RI yang saya hormati. Saya langsung menjawab pertanyaan dari Bapak Alimin yang terakhir tadi. Bahwa konsep yang kita paparkan kepada Bapak dan Ibu Dewan ini, ini berdasarkan kajian kami di beberapa negara, dua negara yaitu Thailand dan BBC di Inggris. Penggunaan alatnya modelnya seperti ini, selain itu kami kemarin juga meminta masukan dari beberapa televisi, karena salah satu TV contohnya saya sebut saja Net TV, itu memang soal digitalisasi serta pemutakhiran alatnya itu sudah melakukan yang seperti ini. Makanya masukan dari televisi itu kemudian masukan dari beberapa negara banckmarking itu, itu kita pakai Pak, yang akhirnya apa yang kami presentasikan itu kira-kira sinergi dari beberapa masukan itu. Insya Allah ini adalah teknologi yang paling mutakhir dipakai. Kemudian yang kedua, tadi Pak Alimin juga tanya sesuai dengan apa yang disampaikan Bapak Menteri tadi. Dalam rancangan kami, mohon ditampilkan setting yang untuk pemantauan. TV di Jakarta tadi menyampaikan ada sekitar 44 TV. Ruang pemantauan yang kita setting seperti ini Pak, ini kapasitasnya pada lingkaran pertama karena kita tahun 2017 merencanakan satu ini, ini bisa menampung alat pemantauan sekitar 45 Pak. Jadi kalau di Jakarta ada 44 TV, Insya Allah kita sudah meng-cover. Kemudian kalau tahun depan TV-nya sudah bertambah seiring dengan digital ditengahnya itu kita bisa tambah alat pemantauan juga kapasitasnya bisa 35 Pak, otomatis dalam mengantisipasi satu tahun ke depan itu kita sudah proyeksikan bisa memantau sekitar 80 televisi. F-PAN (Ir. ALIMIN ABDULLAH): Izin Ibu Ketua, supaya clear kenapa saya tanyakan tadi. Bukan soal alat ini bisa meng-cover jumlahnya, tapi data yang anda berikan sama kami berbeda. Itu yang saya tanya kenapa, apa anda tidak tahu hanya Menteri yang tahu. Menurut pendapat saya anda yang memonitor ini harus tahu, ini yang saya tanyakan kenapa sampai terjadi begitu bedanya. Bukan saya mempersoalkan alat anda yang bisa meng-cover 44 atau tidak, saya tidak tahu memang. Baru saya dengar anda bisa 45 bagus, tapi kalau begini cara kerjanya sampai jumlah yang mau dimonitor saja tidak betul kan jadi tanda tanya buat kita kemampuan KPI, itu yang saya tanyakan tadi. Kenapa sampai jumlah

Page 22: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … fileAcara : Penjelasan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Ketua dan Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat terkait dengan permohonan

22

radio danjumlah TV yang anda sampaikan di dalam kami ini prensetasi anda, dengan apa yang dikoreksi Bapak Menteri itu beda. Saya bukannya apa-apa, saya yakin Bapak Menteri tidak akan berani menyampaikan koreksinya, tadi kalau dia tidak punya data. Nah, kalau begitu data anda tidak begitu akurat. Itu pertanyaan saya kenapa terjadi, kan tidak mungkin saya menuduh anda sengaja menghilangkan televisi lain karena anda tidak bisa memonitor atau anda tidak suka memonitor, saya juga tidak bisa berpendirian seperti itu. Maka saya tanyakan kenapa sampai begitu besar bedanya, itukan jelas semua tidak ada yang tertutup, kalau betul orang-orang anda ini benar memonitornya. Makanya saya tanyakan, kenapa ini sampai begitu, sampai hari ini datang kemari. Untung Bapak Menteri koreksi kalau saya sendiri tidak tahu, apakah 44 atau 20 saya tidak ngerti saya. Makanya saya tadi waktu anda melakukan rekaman tadi menurut saya hal-hal yang penting dari analisa pemantauan itu kalau boleh kami dapat copy yang terkait dengan itu, kalau boleh, kalau tidak melanggar. Dan ketika anda memberikan sanksi juga kita juga tahu supaya kita lihat sanksi anda ini sudah benar atau belum, jangan juga ada yang mengatur kalimat sanksi itu, repot kita, sehingga dia tidak berfungsi. Sebab kalimat bahasa Indonesia bisa jadi bukan main pengertianya. Jadi ini kenapa saya bilang tadi saya mengusulkan Ketua, terhadap yang tadi halaman berapa yang mengenai perekaman itu, hal-hal yang sangat penting kalau boleh apalagi kalau menyangkut peringatan macam-macam, Komisi I DPR RI itu dapat copy-nya dari rekaman itu. Menurut saya kalau anda juga ini merupakan, mungkin kami punya pikiran begini teguran, kalau begini kesalahan analisanya, tegurannya harus begini tidak boleh lembek-lembek seperti barangkali. Nah, ini barangkali kita saling mendukung menurut saya ada halaman 13 itu. Kan di server pertama itu merekam siaran persatuan, kemudian akan disalurkan kepada storage server. Nah, terus menjalankan aplikasi perekaman dan monitoring sehingga dapat diakses oleh semua unsur internal KPI ini unsur KPI ya, yaitu analis pemantau jadi artinya ada yang menganalisa kan yang memantau dan menganalisa dan kepenjatuhan sanksi. Ketika ke penjatuhan sanksi itu kan anda harus buat itu, bukan tinggal pencet tombol. Kami ingin tahu juga dong, apakah sudah pas sanksinya itu, apa cukup kuat, cukup keras. Jangan-jangan nanti diperlembek juga sehingga bahasanya bisa berkembang macam-macam multi interpretasi. Ini yang saya usul tadi Ketua, menurut saya hal-hal yang sangat penting kayak gitu Komisi I DPR RI dapat, minimal Ketua dapat. Kalau dianggap serius kita bicarakan di Komisi I DPR RI, apa perlu kita dukung ini keputusan KPI ini. Selama ini keputusan anda peringatan begini dan begitu itu tidak dianggap orang, sehingga sampai berates-ratus kali. Kalau menurut saya 1-3 kali peringatan itu sudah bikin mereka gemetar itu, karena anda berdasarkan undang-undang. Kenapa jangan sampai alat ini sudah bagus, monitor bagus, rekamannya bagus, tapi tidak punya hasil, tidak punya daya yang kuat untuk mengendalikan kenakalan-kenalan lembaga penyiaran. Terima kasih, Ketua. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Baik, terima kasih Bapak Alimin. Masukan ya baik dan kemarin sudah kita ketok, kita sepakati di rapat bahwa setiap 3 bulan KPI memberikan laporan hasil evaluasi termasuk teguran dan sanksi. Namun, tadi saran dari Bapak Alimin juga tadi Ibu Evita sempat bicara mungkin nanti kita akan buat semacam timnya, per Poksi ada satu yang diberikan akses kepada video-video tayangan dari sanksi-sanksi yang diberikan oleh KPI. Silakan. F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, M.Sc.): Pimpinan, boleh sedikit tidak saya kelupaan. Kita bicara ketika kita melakukan pengadaan kan teknologi ya Pak, kan tadi dikatakan bahwa saya ingin tahu monitoring dari monitoring sistem ini disampaikan tadi sampai ke 80 TV. Nah, saya mauu tahu dari Kominfo di era digitalisasi nanti. Sebenarnya sampai seberapa besar, seberapa banyak sih, kita maunya kemampuan monitoring sistem dari KPI itu yang maksimum dari frekuensi dan yang bisa diberikan. Karena kalau tidak TV-nya ada 100, kemampuan 80 tidak ada gunanya ini sistem. Itu yang saya katakan sistem ini yang dibeli harus mampu untuk mengikuti perkembangan teknologi, contohnya sistem dibeli untuk monitoring HD, nanti sudah 4Q. Ketika orang sudah maju teknologinya sistem ini tidak bisa monitoring lagi, tidak bisa buka siaran TV itu, tidak ada gunanya. Makanya sekarang KPI kemana sampai kepada HD kemampuannya, sampai kemana ini kita mau tahu. Digitalisasi ini nanti kalau di Italia sudah 4Q di negara-negara lain. Ini alat monitoring ini ketika ada satu TV nanti yang dia berkembang pesat, anda membuka dia punya siaran saja tidak bisa, karena sistem ini tidak mampu. Nah, ini yang saya katakan itu harus benar-benar diantisipasi ketika kita membeli nanti, berapa jumlah TV yang bisa dimonitor. Tanya Kominfo berapa sih izin sebenarnya maksimum yang bisa diberikan dengan di era digitalisasi nanti. Harus mampu untuk monitor semua TV yang ada. Kemudian tadi saya katakan kualitasnya HD, 4Q sampai mana itu juga harus kita perhatikan. Anda hanya pakai ke sistem yang biasa begitu orang naik siaran sistem yang ini anda ngebuka saja tidak bisa nanti, apa gunanya ini sistem. Itu yang mesti benar-benar diperhatikan ketika sebelum kita melakukan pengadaan. Demikian, Ibu Pimpinan.

Page 23: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … fileAcara : Penjelasan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Ketua dan Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat terkait dengan permohonan

23

KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Baik, terima kasih. Silakan KPI untuk menyelesaikan penjelasannya. Yang dari KPI-nya sudah? Baik. Silakan, Pak Menteri. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (RUDIANTARA, S.STAT., MBA.):

Ibu Evita, Ibu dan Bapak sekalian. Secara teoritis kita bisa Jakarta, kota itu yang digital bisa sampai 72. Tapi apakah kita akan memberikan 72 atau tidak itukan ada faktor bisnis. Logika kita kalau setiap kota 72 apa akan hidup itu televisi, karena untuk masalah itukan televisinya adalah lokal Ibu. Untuk lokal pasang iklan paling berapa bisa 72 atau tidak. Memang ada televisi yang channelnya banyak sampai 100 tapi itukan TV kabel, LPB (Lembaga Penyiaran Berbayar). Jadi itu beda, kalau ini yang free to air, secara teoritis memang bisa 72 hanya Jakarta juga apakah kita nanti mau berikan 72. Bayangkan 72 televisi digital itu saling berlomba untuk memperebutkan kue iklan yang cenderung dari tahun ke tahun menurun. Jadi teknis begitu, teoritis tapi nanti ada faktor bisnis barangkali yang harus kita pertimbangkan juga. Terima kasih. F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, M.Sc.): Terima kasih Bapak Menteri atas keteranganya, saya lehih clear lagi. Karena begini Pak? Saya melihat kan misalnya nanti ada RTRI, TVRI atau siapa, kan nyewain kanal Pak, kan yang diawasi tidak hanya yang punya frekuensi saja yang free to air, yang digital yang nyewa-nyewa kanal ini kan harus ada hansipnya ini, kan dari KPI juga. Nah, dari frekuensi yang ada kanal yang bisa disewakan itu totalnya berapa, maksud saya kemampuan dari sistem yang dibeli itu harus mampu juga untuk meng-cover kemampuan daripada pengadaan siaran industri yang nanti akan berkembang. Terima kasih. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (RUDIANTARA, S.STAT., MBA.):

Ibu yang saya sampaikan bukan multi…tapi konten providernya Ibu, karena televisi digital itu adalah konten provider bukan multi…Nah, ini secara teoritis kalau kita berali kepada teknologi HD itu 72, hanya nanti mau diberi 72 atau tidak ada faktor sustainability dari industri yang harus kita perhatikan. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Yang nanti di draft RUU Penyiaran kita sebut itu berkonsultasi juga dengan DPR RI, jadi untuk garis besar pemberian frekuensi seperti apa, dari Kementerian berkoordinasi dengan DPR RI.

Bisa dilanjutkan teman-teman? Tadi dari KPI sudah selesai semua? Pak Menteri sebelum kita ke ini. Baik, kalau begitu saya akan tawarkan dari Pak Alimin yang banyak masukannya itu dijadikan catatan ke depan untuk menjadi lebih baik. Kita lihat dulu kesimpulan dari kita, pada prinsipnya tadi hampir semua Anggota menyetujui walaupun tadi banyak catatan-catatan yang saya rasa perlu oleh KPI dan Kominfo untuk benar-benar diingat bahwa ketika kita memberikan green light untuk pengadaan alat monitoring ini ada tugas yang lebih berat, ada tanggungjawab yang lebih besar kepada KPI dalam fungsi-fungsi pengawasan. Bukan hanya membuat lebih mudah saja tetapi membuat juga lebih banyak tanggungjawab. F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, M.Sc.): Pimpinan, pertanyaan saya tidak dijawab. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Tadi saya tanya dua-duanya. F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, M.Sc.): Alat ini mampu sampai kepada HD kah atau sampai ke 4Q? Dan saya mau tanya ini dari negara mana sih sistemnya.

Page 24: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … fileAcara : Penjelasan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Ketua dan Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat terkait dengan permohonan

24

KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Dijelaskan lagi, Pak Rahmat. WAKIL KETUA KPI PUSAT (SUJARWANTO AHMAD ARIFIN):

Saya tambahkan Ibu ya, tadi Ibu Evita juga sempat mempertanyakan soal jumlah perkembangan televisi walaupun sudah dijawab juga sebagian oleh Bapak Menteri. Kami memang KPI Pusat dengan KPI Daerah itu nanti berbagi. Pemantauan yang dilakukan oleh KPI Pusat terutama terhadap TV free to air itu memang akan lebih difokuskan kepada TV yang berjaringan. Karena kalau TV lokal nanti itu tugasnya kepada KPID masing-masing itu. Kemudian apakah kita sudah HD dan sebagainya, ini memang belum dan sekarang memang proyeksi kita nanti tiap tahun itu pengembangannya akan juga ada upgrade software itu. Tapi sementara yang kita presentasikan memang dalam kapasitas HD. F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, M.Sc.): Pimpinan, sekarang TV-TV banyak yang HD loh, anda mau beli alat yang HD saya tidak ngerti. Dulu orang bicara 4Q, kalau katakanlah software dan hardware itu kaitannya erat loh, kalau anda itu beli hardwarenya tidak mampu di-update nanti tidak ada gunanya. Itu yang saya katakan saya berpesan tolong sekali lagi sebelum dilakukan pengadaan sebelum kontrak dengan vendor duduk benar-benar sampai kemana. Jadi jangan nanti tahun ketiga ketika kita melakukan complain Komisi I DPR RI jawaban dari KPI kepada kita “maaf, alat monitoring kami tidak mempunyai kemampuan untuk memonitor yang sistem itu”, kita tidak bisa terima jawaban tersebut. Jadi anda harus bisa prediksi 5 tahun, 10 tahun ke depan teknologi ini bisa untuk dikembangkan dan diupgrade. Terima kasih. F-NASDEM (Prof. Dr. BACHTIAR ALY, MA.): Ketua. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Silakan Prof. Bachtiar. F-NASDEM (Prof. BACHTIAR ALY): Jadi semua sudah disampaikan dan semua juga dituntut melaporkan, tapi mudah-mudahan tidak menjadi Naro (No Action Report Only), jadi lapor-lapor tapi tidak ada action. Pada kesempatan terakhir ini, tidak ada maksud sama sekali mementahkan itu karena urusannya lain sama sekali. Saya mohon Pak Menteri, KPI untuk tolong memperhatikan ada surat dari KPI Aceh yang mohon untuk diperhatikan tentang surat izin kepada 14 radio di Aceh yang itu sudah terbengkalai lama dan itu warisan dari Meteri yang lalu. Jadi saya mohon Pak Menteri yang sekarang lebhih sigap untuk bisa menyelesaikan itu apalagi Aceh bulan-bulan ke depan akan ada Pilkada, ada bencana, jadi radio itu sangat diperlukan. Saya rasa itu saja, terima kasih. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Terima kasih Prof. Bachtiar, itu untuk Pak Menteri ya. Silakan menjawab sekali lagi, yakinkan kepada kita sekali lagi sebelum kita masuk ke kesimpulan. Silakan, Bapak Menteri. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (RUDIANTARA, S.STAT., MBA.):

Ibu dan Bapak sekalian, Di sistem televisi itu ada broadcaster, broadcaster juga ada studio dan ada transmisi. Kemudian ekosistem lainnya adalah penerima atau televisi yang dirumahnya ini. Saat ini memang banyak beredar televisi yang sudah digital bahkan HD Ibu. Nah, 4Q saat ini televisi digital belum boleh bersiaran karena kan harus menunggu undang-undang. Walaupun demikian kita melakukan uji coba, kalau uji coba kan tidak jadi masalah selama tidak komersil. TVRI multiflekser-nya kemudian ada 12 kota kalau tidak salah dan setiap kota ada konten provider atau televisi digital yang diberikan izinnya dulu melakukan uji coba. Nah, ini hanya bisa diterima siarannya apabila televisi di rumah juga sudah digital. Nah, memang semua televisi sudah digital. Mungkin Ibu Evita kita nanti akan mengetahui

Page 25: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … fileAcara : Penjelasan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Ketua dan Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat terkait dengan permohonan

25

lebih pasti tenggat waktunya kapan, automatic switch off, karena pada saat itulah semua ekosistem harus sudah digital, apakah transmisinya, apakah si penerima televisi yang dirumah. Pada saat itu tidak ada kata lain Ibu dan Bapak, istilahnya bagi KPI, KPI harus bisa memonitor semua televisi digital. Itu Ibu Evita penjelasannya, jadi saat ini memang masih istilahnya masih belang blonteng gitu ya, karena memang kebijakan kita mengenai digital belum ditetapkan mengenai automatic switch. Terima kasih. F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, M.Sc.): Saya rasa pertanyaan saya tidak kesana Pak Menteri. Saya ngerti apa yang Bapak Menteri sampaikan tadi. Pertanyaan saya adalah apakah sistem yang mau dibeli ini secara hardware maupun software itu bisa diupgrade sesuai dengan perkembangan dari adanya teknologi ke depan, itu pertanyaan saya. Tadi dijawab bahwa mereka masih sistem HD yang sekarang. Pertanyaan saya sekarang itu HD, ketika nanti digital HD apakah monitoring sistem yang kita beli ini. Sekarang kayak kita punya TV ini analog saja kita mau nonton digital kita mesti pakai setup box. Masa nanti kalau sistem ini kalau mau lihat yang digital nanti mesti lagi ada tambahan alat lagi yang namanya kayak setup box, itu yang saya bilang jangan sampai. Jadi teknologi secara hardware dan secara software harus mampu untuk mengikuti perkembangan teknologi ke depan. Tapi saya kaget Pak Menteri, ketika dia mengatakan dia pakai HD pengadaan ini, sementara sebagian besar sekarang sudah HD. TVRI saja sudah pakai HD. Terima kasih. WAKIL KETUA KPI PUSAT (SUJARWANTO AHMAD ARIFIN):

Mungkin jawaban saya pertama tadi persepsinya hampir sama dengan jawaban Bapak Menteri tadi. Jadi mohon maaf, tapi intinya sesuai dengan apa masukan dari Ibu Evita kita komit bahwa sistem yang kita beli ini memang bisa dikembangkan untuk mengantisipasi perkembangan tahun-tahun berikutnya. Terima kasih. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Baik, kita coba lihat draft kesimpulan, kalau memang sudah clear untuk saat ini. Saya akan bacakan.

1. Komisi I DPR RI menyetujui penggunaan anggaran Komisi Penyiaran Indonesia Pusat TA 2017 untuk mengadaan sarana monitoring isi siaran sebesar Rp11.504.892.000,- yang masuk dalam nomenklatur anggaran Kementerian Komunikasi dan Informatika Kemkominfo TA 2017.

2. Terkait dengan point 1 diatas, Komisi I DPR RI mendesak KPI Pusat untuk mengoptimalkan pelaksanaan tugas pengawasan ini siaran dan memiliki komitmen untuk mengedepankan prinsip adil, tegas dan transparan.

Adil tadi masukan dari Kamta, Pak Rudi dan lain-lain yang mengatakan bahwa jangan hanya menghukum

1, 2 TV, KPI harus betul-betul netral, ini mau Pilkada, kalau KPI sampai tidak netral dan ketahuan atau diketahui dan kemudian menjadi hal yang besar yang sakit itu bukan hanya KPI, sudah medianya sebagian sakit, KPI tidak netral, dampaknya ke apa yang masuk di kepala 240 juta bangsa Indonesia.

F-NASDEM (MAYJEN TNI (Purn) SUPIADIN ARIES SAPUTRA): Izin, Pimpinan. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Pak Supiadin dulu, kemudian Bapak Sukamta. F-NASDEM (MAYJEN TNI (Purn) SUPIADIN ARIES SAPUTRA): Masukan tambahan seperti apa yang saya sampaikan tadi penekanan. Kita setuju tetapi KPI harus mengutamakan produk dalam negeri seoptimal mungkin. Jadi alat-alat monitoring itu seoptimal mungkin bisa menggunakan produk dalam negeri, artinya boleh luar negeri tetapi seoptimal mungkin. Itu perlu menjadi catatan. Terima kasih.

Page 26: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … fileAcara : Penjelasan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Ketua dan Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat terkait dengan permohonan

26

KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Bagaimana alatnya, saya kurang paham mengenai alat teknis ini tapi bisa masukkan itu atau bagaimana. “Mengutamakan produk dalam negeri”. F-NASDEM (MAYJEN TNI (Purn) SUPIADIN ARIES SAPUTRA): Kalau tidak mau mengutamakan yang lebih lembut, “memperhatikan”. F-PKS (Dr. H. SUKAMTA, Ph.D.): Pimpinan, kalau hanya sekedar mengutamakan karena produk Indonesia untuk teknologi ini sebenarnya sudah cukup bagus. Sekarang ini Indonesia product dibandingkan dengan produk beberapa negara yang lain yang sudah lebih dahulu memproduksi itu lebih bagus kok, tinggal political will sebetulnya, sehingga apa yang disampaikan Bapak Supiadin itu masuk akal dan perlu. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): “Mengutamakan”, bahasanya Pak Supiadin. Cukup dengan kata “mengutamakan”? F-PKS (Dr. H. SUKAMTA, Ph.D.): Prioritaskan. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Boleh, “dalam pengadaan sarana monitoring isi siaran Komisi I DPR RI meminta KPI memprioritaskan…”. Ini KPI dan Kemkominfo ya, karena pelelangannya ada di Kominfo. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (RUDIANTARA, S.STAT., MBA.):

Memang berdua Ibu, di Kominfo dan KPI, karena substansi kan dari KPI. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Baik, berarti kami taruh 2 ya Pak Menteri. Tadi Pak Kamta ya yang ingin interupsi? F-PKS (Dr. H. SUKAMTA, Ph.D.): Iya Ibu. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Silakan. F-PKS (Dr. H. SUKAMTA, Ph.D.): Terkait dengan nomor 2 ini, inikan sudah penting mendesak, urgency-nya ini sudah penting mendesak. Kami ingin segera ada tindakan secepatnya. Jadi perlu ada batasan waktu Pimpinan, karena kalau terlambat Pilkada sudah selesai baru nanti diambil tindakan tidak ada gunanya. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Baik, ini terlepas dari point pengadaan sarana ya. Berarti point 2 ini masih terkait dengan sarana dan prasarana, jadi maksudnya dengan kita memberikan green light. F-PKS (Dr. H. SUKAMTA, Ph.D.): Point saya nomor 2, sorry bukan nomor 1.

Page 27: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … fileAcara : Penjelasan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Ketua dan Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat terkait dengan permohonan

27

KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Ya Pak, nomor 2 ini terkait dengan nomor 1 jadi ketika kita memberikan green light itu konsekuensinya bahwa ada komitmen untuk mengedepankan prinsip adil, tegas, transparan dalam memberikan teguran dan sanksi. Kemudian point nomor 3 mengenai produk dalam negeri. Kalau memang ada penambahan point kita masukkan di point 4, kalau yang tidak terkait dengan pengadaan sarana monitoring. F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, M.Sc.): Izin, Ibu Pimpinan. Saya rasa yang point 2 ini tidak ada kaitan dengan pengadaan izin monitoring. Point 2 ini adalah apa yang disampaikan oleh Bapak Kamta tadi. Batasan waktu memberikan sanksi, kalau point 3 iya ada hubungan, point 1 ada. Point 2 ini tidak ada hubungan dengan pengadaan Ibu Pimpinan. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Bisa dipisah tetapi point 2 itu maksudnya tadinya kita memberikan hak menggunakan anggaran itu tetapi ada komitmen ini loh. Tadikan Ibu Evita bilang dan beberapa Anggota mengatakan jangan sudah kita kasih membeli alat itu tidak digunakan atau bahkan digunakan secara tidak adil, dia hanya menghukum satu pihak, jadi itu ada kaitannya. Kita tambahkan ke point 4 saja, saran saya Pak Sukamta. Pak Kamta masukan kalimatnya, intinya yang diinginkan adalah dari KPI tindakan tegas atas. F-PKS (Dr. H. SUKAMTA, Ph.D.): Kalau tadi KPI itu mengatakan bahwa ada real time monitoring artinya sebetulnya pelanggaran itu diketahui treal time juga. Nah, mestinya dikasih batasan waktu, teguran itu maksimum 12 jam dari pelanggaran misalnya harus sudah diselesaikan. Karena ini Pilkada inikan hanya tinggal menghitung jam bukan menghitung minggu lagi. F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, M.Sc.): Tadi Mbak Nuning kan sudah mengatakan, karena alat inikan belum ada sekarang. Kalau alat ini sudah ada kita bisa minta ini, minta itu, tadi dikatakan untuk menyuntingnya saja tadi katanya menggunting apa itu mereka perlu 3 hari baru dapat laporan dengan sistem manual yang dilakukan sekarang. Nah, ini memang kita agak memang makanya saya katakan kita berharap banyak terhadap kinerja KPI tetapi memang persenjataannya belum ada untuk melakukan itu. Nah, ini yang kita mungkin bagaimana kita, saya mengerti maksud Bapak Sukamta dinamika yang terjadi sekarang ini di penyiaran kita memprihatinkan di Pilkada ini. Bagaimana KPI mungkin untuk yang benar-benar ini sanksi itu jangan nunggu lama-lama. Jangan Pilkada usai kayak waktu dulu Pilpres itukan terkesan pembiaran, maaf Pak Menteri baik di tingkat kementerian maupun di tingkat KPI, itu pembiaran apa yang terjadi di Pilpres tahun 2014 yang lalu, jangan terjadi di Pilkada ini. Terima kasih. F-PKS (Dr. H. SUKAMTA, Ph.D.): Pimpinan, Ibu Evita kalau yang terjadi ini bukan pembiaran yang satu ditegur, yang lain tidak. Ini persoalan keadilan dan keberpihakan politik. KETUA KPI PUSAT (YULIANDRE DARWIS, Ph.D.):

Usul kalimatnya Ibu Pimpinan. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Sebentar Pak Sukamta sudah? KETUA KPI PUSAT (YULIANDRE DARWIS, Ph.D.):

Saya usul kalimatnya saja barangkali bisa disepakati, saya mencoba merangkum apa yang disampaikan Bapak Sukamta. “Komisi I DPR RI mendesak KPI untuk segera melakukan pengawasan, teguran atas lembaga penyiaran yang bersikap tidak adil pada praktek penyiaran berkaitan dengan Pilkada selambat-lambatnya 1x24 jam”.

Page 28: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … fileAcara : Penjelasan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Ketua dan Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat terkait dengan permohonan

28

KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Bisa tidak 1x24 jam? Ini janjian dulu Ibu Nuning geleng-geleng, Bapak dan Ibu sambil mencerna kalimat ini saya bacakan kesimpulan rapat 30 Januari, yaitu 3 hari lalu dimana kita di point 3 juga sudah memberikan catatan kesimpulan yang kurang lebih sama. Saya bacakan “Komisi I DPR RI mendesak KPI Pusat untuk mengoptimalkan pengawasan terhadap pemberitaan dan siaran iklan politik terkait dengan pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah Serentak dengan bersikap tegas dalam memberikan teguran, sanksi kepada lembaga penyiaran yang melakukan pelanggaran”. Jadi sesungguhnya sudah ada pointnya di rapat 2 hari lalu, kalau mau kembali diulang disini silakan tetapi sebetulnya sudah ada. F-PDIP (Dr. EFFENDI MS SIMBOLON, M.I.POL): Saudara Ketua, saya agak terpisah ya, inikan soal Pilkada. Pilkada saya kira Bawaslu yang harus melapor menyampaikannya kepada KPI. Jadi kalau kita juga nebak-nebak kan susah itu, kalau soal Pilkada ya, karena ada aturanya itu, karena peserta atau Paslon kan tidak bisa mengiklankan, di ruang publik pun tidak bisa. Yang mengiklankan kan anggaran negara itu, jadi kalau dia mengiklankan dirinya di media itu juga ada aturannya. Rujuk kesana saja, itu yang pertama. Yang kedua, saya ingin tadi terhadap kasus Perindo tadi. Ini seperti apa penanganannya? Karena inikan tidak ada urusannya dengan Pilkada. Ini setiap detik, setiap menit, bolak balik itu dan hanya di group-nya saja. Ini kenapa tidak ada teguran gitu loh, tidak ada teguran yang memutus apakah menghentikan ataukah apa itu. Tolong konkrit dari kesimpulan ini juga masuk. Jadi terhadap masalah Pilkada ada konsekuensinya, tapi rujuk juga, rujuk aturannya. Jangan subjektif kepada pemikiran kita, saya kira ada aturannya semu itu, KPI pasti hafal itu. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Ada aturan bersama, KPI, KPU dan Bawaslu ya. F-PDIP (Dr. EFFENDI MS SIMBOLON, M.I.POL): Nah, untuk yang Pilkada kan. Ya, itu rujuk itu saja, tapi kalau case yang Perindo itu yang bolak balik TV kayak semaunya saja, running text juga semaunya, masang muka yang punya juga semaunya. Ya sudah kayak dirinya sendiri saja, ini apakah tidak melanggar komitmen dan aturan gitu. Tolong kita yang konkrit juga punishmentnya apa. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Baik, Pak Bachtiar silakan. F-NASDEM (Prof. Dr. BACHTIAR ALY, MA.): Ibu Ketua, saya ingin menggarisbawahi yang terakhir. Bahwa memang itu sudah masturbasi yang dilakukan oleh Perindo. Dia itu melakukan pengulangan-pengulangan itu saya tidak ulang lagi istilah yang saya sebutkan karena itu agak tabu sedikit istilahnya. Jadi dia itu sendiri tapi orang lain jadi mabok, jadi muak. Jadi saya minta memang KPI harus tegur tap tegur itu jangan hanya berhenti, kalau dia terus tidak memperhatikan “naun” kata orang Jerman lantas mau apa. Anda mesti tegas lagi, kalau anda sanksi itu harus ada, apakah ditinjau lagi dia punya izin dan sebagainya. Kalau anda kurang keberanian bawa itu ke Komisi I DPR RI atau lapor kepada Menteri. Jadi tidak hanya sekedar tulis begitu, kalau begitu tidak ada wibawa KPI ini. Saya sebenarnya diam-diam mengikuti juga, kita dikritik bahwa Undang-Undang Penyiaran seolah-olah melemahkan fungsi KPI. Yang ada begini saja pun mau dikasih kekuatan apa lagi, padahal anda itu punya otoritas untuk memberikan bahkan sanksi sekali pun. Jadi kalau menurut saya harus ada tahapan setelah peringatan 1 dan 2 tidak ada, anda disomasi atau anda diapain itu kita bisa secara politik bisa membantu di Komisi I DPR RI. Kemudian soal Pilkada betul, jangan sembrono karena itu ada aturan dari KPU sendiri. Saya rasa begitu, jadi anda jangan terlalu mengandalkan basic insting akhirnya anda mengalami fatal attraction. Terima kasih. F-NASDEM (MAYJEN TNI (Purn) SUPIADIN ARIES SAPUTRA): Pimpinan.

Page 29: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … fileAcara : Penjelasan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Ketua dan Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat terkait dengan permohonan

29

KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Silakan, Pak Supiadin. F-NASDEM (MAYJEN TNI (Purn) SUPIADIN ARIES SAPUTRA): Saya menambahkan sedikit saja, satu penekanan. Jadi sebetulnya apa yang disampaikan kita ingin KPI konsisten dengan aturan yang sudah ditegakkan. Teguran itukan hanya bagian dari sebuah tindakan tegas, sanksi, karena KPI sendiri pernah menyampaikan kepada Komisi I DPR RI waktu kita berkunjung ke KPI, itu ada industri penyiaran sudah ditegur, sudah disensor filmnya, tapi diputar ulang dengan lengkap, ada itu. Dia tidak terima kemudian dia putar ulang dalam keadaan tanpa sensor tadi itu. Nah, artinya apa? Harus ada tindakan, langkah-langkah tindakan yang tegas secara berurutan. Kalau sekarang misalnya aturan tindakan itu menurut KPI kurang tegas perbaiki. Jadi kalau sudah dilarang, sudah disensor, masih dia putar lagi itu, ini apa sanksinya. Kalau dia tidak melaksanakan apa, tapi kalau dia mengulangi malah tanda petik melawan sanksi dari KPI ini apa. Ini kita perlu, jadi jangan misalnya seperti Undang-Undang Ormas. Undang-Undang Ormas itu sanksinya tidak ada, dia mulai teguran tertulis, hentikan bantuannya, kemudian dibekukan, tapi tidak ada kalimat yang mengatakan kalau dia tidak mau dibekukan diapain, kan begitu. “Kalau gue tidak mau bubar mau apa loh”, kira-kira begitu bahasa Undang-Undang Ormas, makanya banyak Ormas yang dibubarkan tidak bubar. Karena ketika dia tidak mau bubar tidak ada sanksinya hanya dibekukan. Harusnya kan dicabut izinnya misalnya kan begitu, sehingga dia menjadi ilegal. Nah, saya pikir KPI ini tolong kalau memang itu dirasa prosedur atau langkah-langkah tindakan penegakan hukum itu masih kurang kuat tambah yang lebih keras pada point terakhir. Saya kira itu Ketua, terima kasih. F-PKS (Dr. H. SUKAMTA, Ph.D.): Pimpinan, boleh saya bicara. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Silakan, Bapak Sukamta. F-PKS (Dr. H. SUKAMTA, Ph.D.): Baik, saya ingin mengutib berita yang disampaikan di media massa pada hari Senin tanggal 30 Januari. Beritanya “Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) sudah memberikan teguran resmi kepada 3 stasiun televisi terkait penyiaran Pilkada”. KPI menyebut ada berpihakan terhadap salah satu pasangan calon. Jadi ingat stasiun ini ditegur karena keberpihakan bukan soal iklan Pilkada, tidak ada hubungan dengan Bawaslu. KPI menyebutkan ada keberpihakan terhadap salah satu pasangan calon, itu sebabnya dia ditegur. Ada keberpihakan salah satu pasangan calon ada di 3 lembaga penyiaran dan itu sudah diberikan peringatan keras. Proses pasca peringatan sudah kita bina lembaga bersangkutan, Ujar Komisioner KPI. Kita harap kembali tidak berpihak, sudah ada teguran resmi, TV-nya disebutkan. Nah, saya hanya meminta keadilan KPI yang berpihak tidak hanya 1 group ini kok, yang saya sebut 4 tadi itu berpihak juga kepada Paslon yang lain. Kenapa yang ditegur hanya yang berpihak pada calon itu, sementara kepada calon yang lain dibiarkan. Ini yang saya protes tadi, tidak ada hubungannya dengan aturan KPU, Bawaslu, ini soal sikap KPI, sikap politik KPI kok. F-PAN (Ir. ALIMIN ABDULLAH): Pimpinan ini serius, Pimpinan mohon maaf kalau bisa disebut yang satu yang mana, yang empat yang mana supaya kita tidak tutup-tutup lagi kalau mau menyelesaikan. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Ini rapat terbuka dan memang sengaja dibuka supaay media-medianya juga tahu siapa yang perlu memebenahi diri. Jadi silakan sebutkan saja namanya tidak apa-apa. F-PKS (Dr. H. SUKAMTA, Ph.D.): Biar saja KPI yang menyebutkan. Jadi saya hanya menuntut sikap adil dan tegas KPI, jangan bermain politik.

Page 30: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … fileAcara : Penjelasan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Ketua dan Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat terkait dengan permohonan

30

F-NASDEM (Prof. Dr. BACHTIAR ALY, MA.): Interupsi, Pimpinan. Saya tidak mau meninggalkan ruangan ini dengan kegalauan, bahwa jawaban itu apakah yang bersangkutan atau oleh KPI, harus diselesaikan sebelum sidang ini ditutup. Jadi kita tahu siapa orangnya. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Nama-namanya ya, coba Pak Menteri sebentar lagi harus ikut rapat kabinet. Coba segera dituntaskan sejelas-jelasnya supaya kita bisa keluar dengan pemahaman yang sama. ANGGOTA KPI PUSAT (NUNING RODIYAH): Baik, mohon izin Pimpinan. Saya akan sampaikan secara detail. Pertama, KPID DKI telah melakukan teguran tertulis kepada TV One dalam konteks iklan kampanye di luar masa tahapan kampanye. Yang kedua, KPID DKI juga mengeluarkan peringatan kepada Kompas TV terkait dengan iklan kampanye di luar masa tahapan kampanye. Yang berikutnya, peringatan yang dikeluarkan oleh KPI Pusat, peringatan tentang potensi pelanggaran terhadap SPS Pasal 40 tentang keberimbangan kepada RCTI, MNC TV, News TV. Perlu kami tegaskan bahwa dalam hirarki pemberian sanksi KPI peringatan adalah ketika ada potensi dan merupakan early warning bagi lembaga penyiaran yang bersangkutan. Yang kedua, teguran itu masuk pada katagori sanksi yang diberikan oleh KPI dalam hal ini teguran keluar karena sudah mendapatkan rekomendasi dari Bawaslu DKI, karena adanya iklan kampanye di luar masa tahapan kampanye Pilkada DKI tahun 2017. Demikian penjelasan. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Baik, Ibu Nuning. KPI melihat potensi pelanggaran terhadap SPS, yaitu ada keberpihakan hanya ada di 3 TV ini saja? KPI tidak melihat bahwa ada beberapa group TV yang memang dianggap berpihak pada pasangan calon. ANGGOTA KPI PUSAT (NUNING RODIYAH): Begini, ketika ada potensi tentu semua akan kita awasi dengan ketat. Kita sedang dalam pemantauan semua stasiun televisi, masukan dari Pak Kamta terkait dengan Metro TV, CCNTV, TV One dan Kompas TV, akan menjadi perhatian kami dan kami intensifkan kepada tim analis dan pemantau kami untuk segera menyampaikan data temuan kepada kami, jika ada. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Bergerak atas data temuan atau pengawasan KPI sendiri, artinya kalau Bapak Kamta tidak lapor apakah KPI tidak bisa mengawasi. ANGGOTA KPI PUSAT (NUNING RODIYAH): Kita selalu berbasis pada tayangan yang ada dan temuan dari KPI. Sebagaimaan yang disampaikan di Rapat Dengar Pendapat sebelumnya, kita tetap mendengar reaksi publik, aspirasi publik, pengaduan masyarakat terkait dengan tayangan televisi. Tayangan televisi kemudian kita kroscek kepada obyek tayangan televisi apakah memang benar-benar melanggar P3SPS atau tidak. Kalau melanggar baru kemudian kita putuskan ditahapan penjatuhan sanksi yang ada di KPI. F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, M.Sc.): Ibu Pimpinan, saya jadi bingung ini Ibu Nuning, dari cara Ibu menyampaikan ini. Jadi apabila ada pengaduan, sementara KPI inikan bertanggungjawab melakukan monitoring terhadap semua stasiun televisi. Kalau hanya terhadap pengaduan saja dasarnya menjadi pertanyaan bagi saya. Ibu mengatakan tadi 3 TV, saya nonton TV yang lain Ibu, saya tidak usah tutup-tutupi, Trans kita tahu Trans itu arahnya kemana, kita tahu TV Metro arahnya kemana, kita sudah bisa peta-petakan kok TV itu semua, masa KPI tidak bisa petakan keberpihakan tersebut. Pertanyaan besar bagi saya ketika KPI tidak mampu untuk memetakan yang ada, yang terjadi ini. Kita nonton hari-hari kita sudah tahu kok, ini si ini calonnya, ini si ini calonnya. Kalau mau negor jangan 3, wong

Page 31: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … fileAcara : Penjelasan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Ketua dan Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat terkait dengan permohonan

31

semuanya berpihak kok sekarang sudah terjadi kelompok-kelompok Ibu. Early warning itu kepada semua stasiun TV, jangan hanya kepada yang 3 itu saja dong. Saya tidak bilang bahwa apa namanya yang TV-TV tidak mengiklankan Ahok, berpihak kepada Ahok, tidak. Kepada semuanya netralitas KPI diperlukan. Ibu, gagal KPI adalah gagal kita Komisi I DPR RI, karena anda itu pilihan dari Komisi I DPR RI. Fit and proper itu di Komisi I DPR RI, jadi anda-anda gagal kita juga gagal, gagal dan salah memilih anda. Terima kasih. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Jadi untuk KPI, kita saja disini yang berasal dari unsur-unsur Partai Politik bisa bilang kenakan saja semua yang melanggar, padahal yang orang-orang Parpol itu disini. Kenapa KPI ketika itu early warning dan reaksi kegelisahan masyarakat sudah terlihat sekali di sosial media kenapa hanya 3 yang diberikan. Pak Sukamta, silakan. F-PKS (Dr. H. SUKAMTA, Ph.D.): Saya kira ini memprihatinkan ya, Parpol pendukung calon saja itu dalam urusan begini, ini serius mensikapi demi bangsa dan negara. Dukungan itu bisa dikesampingkan, kenapa aparat, alat negara yang ditunjuk untuk mengawasi justru bersikap begitu. Apalagi ini sedang dalam konteks pengajukan alat supaya pengawasannya bisa otomatis, terus tiba-tiba dinyatakan bahwa pengawasan itu berdasarkan laporan, apa gunanya beli alat, tidak ada konteksnya sama sekali kalau begitu. Sudah KPI diam saja kalau begitu tidak usah beli alat, tidak usah pindah gedung, tinggal menunggu laporan saja. Cara kerjanya persis dengan salah satu KPI di negara tertentu yang hanya berdasarkan pengaduan. Oke, fine kalau memang itu yang menjadi cara kerja, tapi secara undang-undang kan tidak begitu. Terus untuk apa anda mengajukan alay yang canggih, katanya alat yang sekarang sudah tidak memadai, padahal sebetulnya memadai juga tapi cara kerjanya bukan berdasarkan aduan warga. Ini teguran jelas banget soalnya keberpiihakan stasiun televisi kepada Paslon. Fair saja kalau mau begitu, semua stasiun kasih teguran sudah jelas petanya seperti yang disampaikan Ibu Evita itu. Kenapa yang satu sensitive banget, antenanya tinggi langsung berdering-dering langsung ditegur tapi yang lain bebal banget antenanya tidak kena, nunggu dilaporkan baru “oh, kalau ada laporan berarti ini melanggar”. Bagaimana cara kerja kita, ini lembaga negara, kegagaln KPI ini kegagalan Komisi I DPR RI dalam memilih komisioner, kegagalan Kominfo juga yang mengajukan calon, kalau cara kerjanya hanya begini. Ini test case yang sebetulnya belum berat sekali sebetulnya. Dan anda dari 3 tahun baru tahun pertama ini.

Jadi Pimpinan, ini persoalan yang sangat serius. Kalau KPI gagal kemudian masyarakat tidak puas ini pertaruhannya bangsa dan negara ini. Kami saja partai politik kita kesampingkan kok urusan dukungan-dukungan kalau sudah begini.

Terima kasih Pimpinan. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Terima kasih. Saya tawarkan untuk saya mungkin tanyakan dulu untuk sarana pengadaan monitoring ini apakah kita setujui? Kita setujui ya Pak Kamta, jadi kita hanya menambahkan satu point lagi ya. F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, M.Sc.): Kita setuju dengan adanya alat ini, tapi kita juga ingin laporan alat ini secara software dan hardware itu kemampuannya sampai mana, kan tidak ada disini, dilaporan ini tidak ada. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Itu bisa disusulkan laporannya. F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, M.Sc.): Mesti disusulkan dikasih, pengadaan kita sepakat setuju karena memang kita yang minta sebenarnya, tetapi kemampuan daripada pengadaan ini yang kita ingin tahu. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Jadi tolong segera dikirimkan kepada sekretariat.

Page 32: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … fileAcara : Penjelasan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Ketua dan Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat terkait dengan permohonan

32

F-PKS (Dr. H. SUKAMTA, Ph.D.): Pimpinan, saya agak khawatir dengan statement tadi ya. Kalau bab-nya itu bab inikan perlu dibedakan cara kerja dengan tools. Inikan perbaikan pencanggihan alat tools, tapi kalau caranya begitu ini alat bisa tidak bermanfaat. Jadi harus ada perbaikan cara kerja untuk memanfaatkan alat ini dengan baik dan benar dulu, baru kita setujui. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Dipoint 2 bisa tidak saya tambahkan “mengoptimalkan pelaksanaan”, jadi tidak usah mengoptimalkan pelaksanaan tugas, memperbaiki cara kerja. Memperbaiki model dan metode pelaksanaan pengawasan isi siaran. Sambil nanti sebelum kita closing kita ketok ini, saya minta dari KPI entah siapa komitmen untuk tetap netral dan adil dalam bentuk pernyataan yang terekam, karena tadikan untuk bagian ini belum ada pernyataan bahwa kami KPI akan tetap adil dan lainnya. Jadi bahasanya seperti ini ya Pak Kamta, point 2 ya.

2. Terkait dengan point 1, Komisi I DPR RI mendesak KPI Pusat untuk memperbaiki model dan metode pelaksanaan pengawasan isi siaran dan memiliki komitmen untuk mengedepankan prinsip adil, tegas dan transparan dalam memberikan teguran dan sanksi terhadap lembaga penyiaran yang melakukan pelanggaran isi siaran dan iklan.

3. Dalam pengadaan sarana monitoring isi siaran, Komisi I DPR RI meminta Kominfo dan KPI Pusat untuk memprioritaskan produk dalam negeri. Point 4 saran saya karena sulit memformulasikan bahasanya kita hilangkan, kita ganti dengan pernyataan

komitmen dari KPI terhadap kerisauan tadi Bapak dan Ibu Anggota Komisi I DPR RI. F-PDIP (Dr. EFFENDI MS SIMBOLON, M.I.POL): Pimpinan. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Silakan, Bapak Effendi. F-PDIP (Dr. EFFENDI MS SIMBOLON, M.I.POL): Kita juga saya kira harus objektif juga kalau misalnya kan inikan kelembagaan yang punya kewenangan, tapi kewenangannya rujukannya undang-undang atau aturan. Jadi kalau kita mau katakanlah mereka melakukan tindakan yang keras, yang tegas kepada stasiun penyiaran swasta yang melakukan keberpihakan, ya kita harus menunjukkan secara objektif juga Pak Kamta dan Ibu Evita. Jangan juga kita dorong mereka itu akhirnya intervensi juga, sama seperti sekarang di Kepolisian misalnya, itu jadi alat nantinya. Kita juga tidak boleh, bukan tidak mau, tapi tidak boleh mengintervensi juga termasuk menteri pun tidak boleh mengintervensi itu, karena inikan persoalan objektifitas dalam assessment.

Oleh karenanya, kita sebagai pengawas juga harus bisa mengkoreksi kalau ada yang kurang seperti tadi contoh saya, saya konkrit mengatakan Perindo itu harus ditegur, tegurannya harus jelas. Nah, kalau Pak Kamta mengatakan pihak mana lagi, apa Metro TV, TV One, disebut juga yang mana. Jadi kita jelas juga, kita berani meminta agar mereka melakukan peringatan yang tegas tapi menunjukkan juga yang mana, sebab kita juga tidak suudzon teman-teman di komisioner sana, mereka juga punya integritas juga, tapi harus juga bisa kita tunjukkan.

Dan satu hal saya kira pengadaan alat ini tidak ada relevansinya dengan hasil yang kita harapkan. Ini memang harus ada, ini sudah given harusnya dan melekat. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Makanya point ini memang disepekati, Pak Effendi. F-PDIP (Dr. EFFENDI MS SIMBOLON, M.I.POL): Oleh karenanya, saya menghimbau teman-teman agar kita juga bisa fair, TV mana yang kita inginkan ada pengenaan hal yang sama. Kalau saya, saya sebut, karena kita bertanggungjawab, saya bertanggungjawab atas apa yang saya sampaikan. Saya khawatir soal iklan Perindo itu ada running text-nya terlalu melebihkan, saya berkali-kali ini. Mungkin ada lagi yang juga yang saya kira dari teman-teman saya, TV mana, apakah Metro TV terlalu sering menyampaikan yang pro Ahok misalnya sampaikan juga, apakah TV One, apakah karena apa. Jadi konkrit Trans TV kepada Agus misalnya, ada apa? Oh, karena ininya ini, sebutkan saja. Jadi kita juga artinya bisa secara objektif, secara transparan dan bertanggungjawab untuk melakukan koreksi terhadap kinerja daripada KPI.

Page 33: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … fileAcara : Penjelasan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Ketua dan Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat terkait dengan permohonan

33

Kita percayalah, kita harus menumbuhkan menjaga saling kepercayaan itu. Jadi itu saran saya agar dalam kesimpulan ini kalau memang tidak mungkin masalah yang saya sampaikan Perindo disampaikan, yang saya mohon juga yang lain juga tidak untuk distressing disini, walaupun itu penting sebenarnya. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Tadi yang saya tawarkan demikian Pak, tidak ditulis di point 4 tapi kami mohon ada komitmen pernyataan karena ini juga menjelang Pilkada. Kebetulan momennya pas, bahwa KPI akan tetap adil dan netral. Bahasanya silakan diatur yang lebih seperti apa, jadi pointnya sampai 3 saja. Silakan, Pak Kamta. F-PKS (Dr. H. SUKAMTA, Ph.D.): Pimpinan, terima kasih. Di dalam Undang-Undang Penyiaran itu Pak, itu sudah jelas bahwa KPI itu harus bersikap berimbang. Nah, persoalannya kenapa saya complain karena ada yang sudah ditegur dan yang lain dibiarkan itu tidak berimbang. Kalau sama-sama belum ditegur ya kita tidak punya pretense, kita tidak ingin mengintervensi KPI, kita hanya ingin KPI ini bersikap adil dan berimbang sesuai dengan undang-undang. Yang kedua, ini terkait dengan point kesimpulan ini Ibu Ketua. Saya usul supaya point 2 itu ditaruh nomor 1 dan nomor 1 taruh nomor 2. Terus untuk yang nomor 4, saya usul untuk ada tambahan jadi bukan dihapus. Redaksinya kira-kira begini “Komisi I DPR RI mendesak KPI Pusat untuk bersikap secara adil dan tegas terhadap lembaga penyiaran dengan alasan potensi keberpihakan kepada pasangan calon Pilkada DKI”. Nah, itu usulan saya. Terima kasih. F-NASDEM (Prof. Dr. BACHTIAR ALY, MA.): Kalau saya boleh kasih komentar Ibu Ketua. Yang terakhir itu lebih tegas, diatas itu sangat santun mengedepankan, kalau mereka tiba-tiba lupa tidak masuk itu kedepan. Tapi kalau ini tegas positioningnya bersikap adil. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): “Komisi I DPR RI mendesak KPI Pusat untuk bersikap adil dan tegas terhadap lembaga penyiaran…”. Tadi ada bahasa potensinya ya Pak Kamta. F-PKS (Dr. H. SUKAMTA, Ph.D.):

“Dengan alasan keberpihakan kepada pasangan calon Pilkada DKI”. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Mungkin karena perlu dipelajari kita masukkan kata “potensi keberpihakan”, karena kan mereka harus mengkaji dulu. Mungkin dimasukkan “alasan potensi keberpihakan”. Point 2 kalau mau dihapus tidak apa-apa. Pak Menteri harus jalan, Pak tunggu 5 menit lagi. F-PKS (Dr. H. SUKAMTA, Ph.D.): Point 2 justru itu penting Ibu, karena statement tadikan belum dicabut. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Baik, point 2 digeser kepada point 1. Kalimatnya tolong dipercantik terkait dengan potensinya sudah tidak perlu ada. Oke, seperti ini kemudian point 3 dan point 4. Bisa kita sepakati? F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, M.Sc.): Kalau memang ini masuk yang dikatakan Pak Effendi tadi seharusnya juga masuk. “Komisi I DPR RI mendesak KPI Pusat untuk bersikap adil dan tegas terhadap lembaga penyiaran yang menyiarkan berita politik tidak berimbang”. Di Undang-Undang Penyiaran jelas bahwa berita politik itu harus berimbang.

Page 34: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … fileAcara : Penjelasan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Ketua dan Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat terkait dengan permohonan

34

KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Sebentar, ini sebelum masukan Ibu Evita, Pak Menteri boleh meninggalkan tempat, karena beliau ada rapat kabinet. Sebelum meninggalkan tempat boleh bicara sedikit, kemudian nanti Ibu Sekjen yang mewakili. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (RUDIANTARA, S.STAT., MBA.):

Terima kasih. Yang kami hormati Pimpinan Komisi I DPR RI, serta Ibu dan Bapak Pimpinan Komisi I DPR RI. Dari rapat ataupun kesimpulan yang ini kami sangat memahami dan kami akan mendukung. Terima kasih, banyak. Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Mohon maaf saya jam 14.00 WIB harus sudah ada disana. F-NASDEM (Prof. Dr. BACHTIAR ALY, MA.): Sebaiknya bergegas kalau tidak nanti ada potensi keterlambatan. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Baik, Ibu Evita kita tulis saja dulu masukan dan sarannya seperti apa. F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, M.Sc.): Kalau kita kan disini hanya terpaku kepada industri penyiaran Pilkada peserta Pemilu. Tadi yang disampaikan Bapak Effendi kan kekhwatiran yaitu terhadap pemberitaan politik yang tidak berimbang. Nah, ini harus masuk ke dalam sini. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Dimasukkan satu point ya Ibu Evita, tetap di point 4, dan potensi keberpihakan kepada pasangan calon dalam Pilkada, jangan DKI saja ya. F-PDIP (Dr. EFFENDI MS SIMBOLON, M.I.POL): Ketua, kalau inikan norma ini, norma ini tidak perlu jadi kesimpulan, 3 dan 4. Kalau kita mau saya kan complain masalah Perindo harus disebut Perindo-nya. Pak Sukamta complain mengenai Trans, Metro TV disebut. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Pak Sukamta complainnya tentang keadilan. F-PDIP (Dr. EFFENDI MS SIMBOLON, M.I.POL): Tapi kalau norma buat apa kita masukkan memang begini normanya, masa norma hidup saja ditulis-tulis disini, tidak perlu lah. Tapi karena kita melihat ada yang katakanlah nyata jelas ya saya minta itu dimasukkan, kalau tidak ya tidak perlu. Mendesak KPI Pusat untuk bersikap adil dan tegas, memang begitu normanya begitu. Nah, terhadap apa? Kalau saya mengatakan terhadap masalah Perindo yang di group MNC-nya. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Sebentar, Perindo itu tadi sudah ada teguran. Inikan Pak Effendi bilang sudah ada peringatan. F-PDIP (Dr. EFFENDI MS SIMBOLON, M.I.POL): Itu per tanggal berapa Ibu? Bisa lihat tidak peringatannya? 5 Oktober, tapi tidak ada pengaruhnya saya lihat. Iklannya jalan, pemberitaannya jalan, running text jalan, semua jalan, itu jangan kemudian itu lolos begitu.

Page 35: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … fileAcara : Penjelasan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Ketua dan Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat terkait dengan permohonan

35

Saya harapkan juga untuk masalah pemberitaan Pilkada ini disebut juga, masa menyebut saja kita tidak bisa, terus apa yang mau kita koreksi. Apalagi kayak gini menimbulkan question mark jadi seolah-olah TV yang lain yang melakukan hal yang sama. Saya saran yang terhormat Bapak Sukamta, sebut saja, TV One, Metro, Kompas, Ahok atau misalnya pasangan nomor 1. Biar kita bisa ada koreksi dan itu kita pertanggungjawabkan, makanya saya mohon Perindo itu masuk dalam kesimpulan. Saya bertanggungjawab, sebab sudah menganggu dan itu pasti melanggar, masa running text berbulan-bulan. Running text itu paling lama 3-4 jam, kalau sudah berbulan-bulan sudah punya niat lain. Nah, mari ini kita samakan persepsi kita. Jadi saya sangat mendukung apa yang disampaikan yang terhormat Bapak Sukamta, tapi mohon disebutkan itu agar kita bisa mengetahui yang mana yang berpihak, mana yang berpotensi berpihak tapi tidak dilakukan teguran. Kita semua kan parti politik disini, tapi apa? Kalau ini norma saja yang dikutip, 3 dan 4 ini hanya norma yang sifatnya sangat umum. Saya tawarkan Pak Sukamta mumpung kita ini bertanggungjawablah. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Sebentar, kan kita tidak mewakili pribadi-pribadi, jadi yang tanggungjawab ini tidak bisa “saya tanggungjawab”, ini seluruh Komisi harus bertanggungjawab terhadap kesimpulan. Makanya kalau ada satu yang tidak sepakat kita tidak bisa masukkan kesitu. Saya tawarkan yang tadi Bapak Effendi sampaikan, apakah disepakati seluruhnya disini, kita menyebutkan nama per nama TV. Karena kalau ada satu yang tidak sepakat tidak bisa kita masukkan ini kesimpulan bersama. Jadi mungkin yang digambarkan adalah kita mengarahkan karena toh walaupun tidak masuk dalam kesimpulan rapat ini terbuka, tercatat, TV-TV-nya sudah kita sebut, pemberian sanksi silakan KPI lakukan tidak dituliskan dalam kesimpulan. Tapi kalau memang mayoritas mau masuk dalam kesimpulan kita persilakan juga. F-PDIP (Dr. EFFENDI MS SIMBOLON, M.I.POL): Saya kembali saja termasuk saudara Pimpinan juga apa sih kemudian yang ditulis disini gitu. Kalau tidak ada masalah ya jangan kita buat kesimpulan, kalau buat saya ada masalah soalnya dan itu dijawab oleh KPI terhadap Perindo. Kalau tidak ada masalah, siapa bilang tidak ada masalah, wong itu frekeunsi publik kok dipakai. Kalau dia arisan keluarga terserahlah, wong ini media publik frekuensinya digunakan untuk kepentinganya, kepentingan kelompoknya, ya jelas melanggar dong. F-NASDEM (Prof. Dr. BACHTIAR ALY, MA.): Ibu Ketua. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Pak Prof silakan. F-NASDEM (Prof. Dr. BACHTIAR ALY, MA.): Ini maksudnya jangan lempar batu sembunyi tangan, itukan maksudnya. Tapi mungkin ada kompromi lain adalah Komisi I DPR RI ingin mempertegas dan menindaklanjuti secara tegas peringatan KPI kepada televisi yang nakal itu. Tanpa menyebutkan itu tapi apa yang dibuat oleh KPI itu distressing dan itu bisa dilampirkan sebagai satu addendum bahwa pernah dilaporkan begini-begini. Itu salah satu bentuk kompromi bahwa kita tidak langsung kesana tapi tujuannya juga sama, tapi itu ada sanksi dalam tanda petik sanksi moral kepada KPI what’s next, setelah anda laporkan itu apa anda cukup melaporkan kesini saja, setelah itu apa lagi tindakan lanjutan. Sebenarnya kita juga memberikan tekanan kepada KPI setelah memberikan teguran itu apa tindakan anda selanjutnya. Itu salah satu cara kalau seandainya nama itu tidak dicantumkan. Jadi apa yang sudah dibuat peringatan oleh KPI itu distressing saja ini dan ini. Seperti tadi Oktober, apa ada perubahan sampai sekarang? Tidak ada perubahan. Berartikan KPI ikut bertanggungjawab kenapa setelah dikeluarkan itu tidak ada follow up, tidak ada lanjutan peringatannya. F-PDIP (Dr. EFFENDI MS SIMBOLON, M.I.POL): Contohnya kenapa ILC itu diperingatkan sore langsung bisa di stop? Berarti efektif kan. Kenapa ini tidak efektif? ILC itu langsung shot down, ini ada question mark disana. Mungkin tidak di Komisi I DPR RI tapi di sayalah. Saya terus terang aneh gitu, jelas-jelas kok. Demikian juga yang Pilkada, teman saya yang saya hormati Pak Sukamta mengangkat ini saya mohon disebut juga apa semua TV sama. Saya kira tidak semua TV, biar fair

Page 36: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … fileAcara : Penjelasan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Ketua dan Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat terkait dengan permohonan

36

terindikasi TV mana misalnya begitu, kalau misalnya tidak mau blak-blakan, tapi jangan seperti ini. Ini seolah-olah masih akan terjadi dan normanya masih berpotensi, wong terjadi kok. Ini yang saya kira Pimpinan juga harus bisa objektif terhadap persoalan kita, kita ini ruang politik disini. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Betul, dan kita tidak boleh ada yang merasa paling objektif diruangan ini karena semua sudah mengatur kepalanya bagaimana menuliskan rumusan yang terbaik untuk semua bukan untuk kelompok. Jadi question mark itu banyak sekali, tadi ada 10 lebih penanya toh tidak semua question mark kita masukkan kemari, tapi kita lihat dari question mark itu yang kira-kira sifatnya kebersamaan, bisa dipertanggungjawabkan bersama, itulah kita tulis. Sekarang dari Pimpinan monggo saja kalau misalnya saran Bapak Effendi Simbolon bahwa ditulis satu-satu ayo kita runut lagi, karena tadi banyak pertayaan yang menyebut TV. Kalau mau ditulisan satu-satu semua juga silakan saja. Saya minta pendapatnya mungkin Bapak Sukamta untuk lebih dahulu. F-PKS (Dr. H. SUKAMTA, Ph.D.): Terima kasih Pimpinan. Saya kira point yang disampaikan oleh Bapak Effendi ini menjadi keluhan kita bersama tapi bukan partainya, karena partai itukan ranahnya yang ngurus partai ini penyiarannya saya kira, industri penyiarannya ini, lembaga penyiarannya ini yang perlu ditegur. Nah, pointnya saya kira perlu dimasukkan disini karena ini menjadi keluhan kita bersama. Sudah kita diskusikan lama, tapi menurut saya sebagai sebuah kesimpulan yang akan di-acc oleh semua Anggota, saya kira mungkin tidak perlu menyebutkan nama satu per satu. Cukup dibuat kesimpulan umum tetapi point pentingnya yang disampaikan Bapak Effendi itu perlu masuk. Jadi bukan hanya soal Pilkada tetapi juga pemberitaan politik yang tidak berimbang. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Itu sudah masuk, sih. F-PKS (Dr. H. SUKAMTA, Ph.D.): Karena itu dibelakangnya Pilkada. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Coba Pilkadanya kita hapus. F-PKS (Dr. H. SUKAMTA, Ph.D.): Tapi yang Pilkada jangan hapus, karena yang Pilkada itu ada point masalah tersendiri yang diangkat Bapak Effendi itu point yang lain lagi. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Oke, jadi point yang lain lagi bunyinya persis sama seperti itu tapi tidak ada tulisan Pilkadanya, itu saja kan bedanya. Silakan mungkin sekretariat bisa dituliskan satu point lagi. Kalau mau lebih melengkapi karena tadi yang diberikan masukan oleh Bapak Effendi adalah iklan ditulis saja “pemberitaan politik dan iklan politik yang tidak berimbang”. Bisa disepakati? F-PDIP (Dr. EFFENDI MS SIMBOLON, M.I.POL): Saya ini ya sebab kalau kita ke point 5 ini yang mana gitu, wong kalau saya mengutarakan inikan tentu saya punya dasar juga dan semua kita saya kira pernah melihat itu. Makanya saya pertanyakan kepada KPI, sejauhmana efektifitasnya. Oleh karenanya, munculah itu harusnya didalam kesimpulan demikian juga yang Bapak Sukamta sampaikan. Menurut saya kita juga harus fair, kita harus berani juga menyampaikan TV mana. Saya tidak lihat iklannya Perindo di TV One misalnya, tidak ada apalagi di Metro TV misalnya, wong musuhan kok, bagaimana mau menaruh

Page 37: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … fileAcara : Penjelasan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Ketua dan Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat terkait dengan permohonan

37

iklan di sana. Tapi kalau di TV-nya sendiri semuanya ada dia, tentu kita protes dong. Saya minta ini apa keberatan saudara Meutya tidak boleh masukkan. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Saya tidak keberatan saya justru minta persetujuan. F-PDIP (Dr. EFFENDI MS SIMBOLON, M.I.POL): Tawarkan ke saya dong, kalau yang lain kan beda. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Saya tawarkan siapa yang mendukung, tapi tidak boleh ada pretensi disini ya saya minta. F-PDIP (Dr. EFFENDI MS SIMBOLON, M.I.POL): Saya menyampaikan ini dari awal pembahasan kita, jadi itu pokok bahasan rapat kita. Makanya tidak ada istilahnya ujug-ujug begitu, ini ada saya masalahkan tadi. Kok ketika di kesimpulan kok sumir begitu, siapa yang mau bertanggungjawab. Demikian juga Bapak Sukamta tadi, saya hanya himbau beliau “Pak, monggo Pak, sama kita”, kita juga keberatan terhadap masalah Pilkada, tapi mohon kalau tidak semua TV hanya 3 lagi-lagi yang perlu disebutkan juga Pak, agar terukur juga Pak. Itu maksud saya agar kita membangun perbaikan itu terukur Pak. Saya tidak masalah kebencian atau masalah katakanlah soal lain terhadap masalah Perindo, bukan. Tapi apa yang saya lihat di televisi itu selalu, saya tentu sampaikan kepada pihak KPI dan Pemerintah. Itu Ibu Ketua, terima kasih. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Terima kasih. Bapak dan Ibu bagaimana? Dari meja Pimpinan sekali lagi saya katakan tidak ada yang berusaha menghalang-halangi tapi kami memasukkan point yang menjadi kesepakatan bersama. Bapak Supiadin, silakan. F-NASDEM (MAYJEN TNI (Purn) SUPIADIN ARIES SAPUTRA): Terima kasih, Pimpinan. Saya menangkap apa yang dimaksud Bapak Effendi Simbolon, tapi disitu ada subtansi yang kita bisa kita susun dalam sebuah kalimat intinya. Biar nanti KPI yang implementasinya mengekselusi terhadap yang diminta Bapak Effendi Simbolon. Tapi kita disini kan bersifat umum, intinya kalau saya baca adalah eksplouitasi, artinya industri penyiaran yang mengeksploitasi kepentingan politiknya secara berlebihan. Jelas kan, jadi dia secara berlebihan mengeksploitasi tidak memperdulikan orang mau menikmati atau tidak, tidak pusing dia, pokoknya ini saya punya. Jadi mengeksploitasi kepentingan politiknya secara berlebihan. Nanti tinggal saya kira KPI mengeksekusinya dan lapor kepada Komisi I DPR RI. Ini langkah tegas kami. Saya kira itu saran saya Pimpinan. Jadi substansinya industri penyiaran yang melakukan eksploitasi kepentingan politiknya secara berlebihan dan tidak berimbang dengan mengabaikan kepentingan masyarakat umum. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Coba sekretariat ditulis dulu sedikit. Prof, silakan. F-NASDEM (Prof. Dr. BACHTIAR ALY, MA.): Jadi sejalan dalam kurung, sejalan dengan peringatan KPI, kalau tidak itu juga menjadi makro betul, luas betul meraba-raba yang mana mengeksploitasi karena ada beberapa TV, sementara ini sudah fokus yang Perindo itu. Dan Perindo itukan sudah diperingatkan, maka dibuat referensinya lihat peringatan KPI nomor sekian tentang itu, jadi kontekstual dia. Jadi Perindonya itu bersembunyi di surat peringatan KPI yang disampaikan sahabat saya Bapak Supiadin itu juga mempertegas bahwa mereka sudah terlalu melakukan eksploitasi yang luar biasa.

Page 38: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … fileAcara : Penjelasan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Ketua dan Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat terkait dengan permohonan

38

KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Saran kalimatnya bagaimana Prof, tadikan kita coba masukan ini dari Bapak Supiadin eksploitasi kepentingan politik secara berlebihan, kemudian dari Prof? Baik, ini sejalan dengan peringatannya kan tadi ada beberapa kita bahas, peringatan yang ditanyakan Bapak Kamta juga satu-satu kita tulis. Bapak Alimin silakan. F-PAN (Ir. ALIMIN ABDULLAH): Terima kasih, Ibu Ketua. Kita memang jadi berlarut-larut ini, tapi ada hal yang menarik siang ini. Saya terus terang, kalau saya tidak mengerti saya tidak mengerti, tapi kalau sekarang misalnya KPI ini tidak adil yang satu ditegur yang tiga tidak, yang mana yang tidak ditegur. Kita biar clear tahu, apakah KPI tahu tidak kalian itu berpihak satu atau tiga orang sehingga tidak ditegur. Coba disebutkan biar saya tahu benar apa tidak. Makanya dari awal saya bilang coba kita clear, ketika teman saya bilang ini Perindo jelas, saya juga mengakui dan saya lihat. Ketika disebutkan tegurannya saya ingat betul teguran Bapak Effendi, makanya saya usul tadi Ibu, kalau anda melakukan teguran, kalau boleh tidak melanggar, beri juga kita copy, sebab kalian mengatakan potensi, belum terjadi baru potensi. Jadi kalimat teguran anda itu menentukan juga sikap dari industri penyiaran ini. Makanya menurut saya karena kita akan mengawasi tolong kalau ada hasil analisa pelanggarannya kami juga diberi copy kalau boleh. Sedangkan 3 juga memberikan teguran kami juga tahu kalimatnya apa, kalau hanya tegur selamat pagi, ya buat apa. Teguran yang kayak apa ini yang dimaksud dengan teguran, ini kita harus sama. Saya bilang tadi ini saya tidak tahu mau dimasukkan dimana, apa boleh atau tidak, jangan juga disebut kita independen. Tapi saya melihat menurut pendapat saya dan teman-teman tadi, ini kurang wibawa kalian, sudah tegur tapi jalan terus. Siapa tahu kalimat teguran ini menurut kita…begitu anda sebut bunyi teguran, ditegur sama Bapak Effendi tadi, kenapa masih potensi sudah jelas begini. Inilah makanya saya mengusulkan Bapak Ketua, ke depan kalau memungkinkan rekaman yang dianalisa itu kami juga tahu, biar kita paham juga ini sebagai pengawas. Dan kemudian anda memutuskan harus membuat teguran, kayak apa teguran yang pertama dan kedua, kan ada tingkatan. Kalau sekarang saya tidak tahu anda berapa kali tegur sampai 100 kali teguran saya tidak mengerti, kok bisa beratus-ratus tegurannya. Ada salah satu TV, Trans TV yang tertinggi dulu. Kenapa itu? Memang kalian mau itu beradu, daripada hasil kalian asal melaporkan bahwa kami sudah menegur, seperti kata Bapak Naro tadi itu. Sekarang meningkat peneguran, tahun lalu hanya tertinggi 170 sekarang 500 apa itu prestasi anda. Kita ingin tahu, kita ingin tahu juga apa bunyinya prestasi anda ini, kan harus ada hasil teguran itu, supaya itu tidak terulang. Oleh sebab itu, saya terus terang terhadap Bapak Kamta saya apresiasi tetapi saya tidak mengerti yang mana yang tidak diadili itu, yang ditegur mana dan yang tidak ditegur mana, karena saya tidak tahu. Jangan-jangan sebenarnya tidak hanya tiga, mungkin 5 dan 6 hanya Pak Kamta hanya tahu yang 3, ini makanya kita buka. Begitu kita bilang 3 sebetulnya ada yang lain, kita angkat jempol atau kebalik yang 3 itu tidak, hanya tidak dihargai saja begitu. Seperti Bapak Effendi, ini bagaimana Perindo inikan MNC, kami sudah tegur. Ini kita lihat bagaimana bunyinya, ternyata Pak Effendi saja tidak setuju terhadap bunyi teguran itu. “Masih potensi, jangan-jangan”, kalau kalimatnya begitu repot kita. Jadi menurut saya Bukan Ketua, saya tetap mempertanyakan secara terbuka, saya tidak ingin melanggar hak independensi. Saya berharap tergantung juga KPI…atau tidak, bila ada analisa melakukan pelanggaran segera. Supaya kita ini aware, seluruh komisi tahu sekarang ada tim, mungkin dia lagi tidak menyetel itu, dapat laporan dari KPI, Pimpinan dapat ini pelanggaran, sekarang lihat kita sama-sama. Kayak ILC itukan cepat semua kita tahu, dan langsung berhasil, senang kita, begitu wibawa KPI. Jangan sampai kita tidak tahu, channel yang begini banyak, mungkin saja tidak senang, walaupun politik saya juga tidak senang bikin bosan saja. Kalau Bapak Effendi kan, MNC masih, saya sudah tidak mengikuti lagi sudah kelewat bosan itu ngelihat muka partai. Jadi menurut saya makanya kita ini ingin tahu, yang pertama kalau memang ada ketidak adilan, ada yang satu ditegur, yang tiga tidak, yang empat tidak yang mana saja. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Tadi sudah dijelaskan. F-PAN (Ir. ALIMIN ABDULLAH): Selanjutnya nanti Ibu Ketua, KPI nanti bisa menjawan “Tidak betul, kami sudah tegur seperti tadi”. Tapi kalau hanya ada tiga yang tidak ditegur, ada satu yang ditegur, sampai kapan saya tidak ngerti.

Page 39: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … fileAcara : Penjelasan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Ketua dan Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat terkait dengan permohonan

39

KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Barusan sudah disebutkan 3 TV-nya, Pak. F-PAN (Ir. ALIMIN ABDULLAH): Kenapa kita tadi mempersoalkan itu, sebenarnya saya tidak mau mengulang, karena itu saja lama betul itu sampai Bapak Effendi mengulang-ngulang lagi. Jadi menurut saya kita ini ke depan keluar dari sini sama-sama paham. Dan jawaban KPI jelas sudah ditegur hanya tidak dianggap, kan enak kita. Tetapi misalnya kalau yang ditegur itu….dan KPI tidak jawab. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Sudah dijawab Pak, tadi. F-PAN (Ir. ALIMIN ABDULLAH): Saya tidak dengar mungkin waktu saya keluar karena kebutuhan yang tidak bisa saya tinggalkan. F-NASDEM (Prof. Dr. BACHTIAR ALY, MA.): Ibu Ketua, saya ada interupsi. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Silakan, Prof. F-NASDEM (Prof. Dr. BACHTIAR ALY, MA.): Saya lebih tercengang lagi siang ini begitu banyak complain, KPI kok tenang saja tidak menjawab. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Karena kita belum kasih kesempatan. F-NASDEM (Prof. Dr. BACHTIAR ALY, MA.): Sebentar Ibu Ketua, saya ingin koreksi, saya mohon sidang ini diskors 10 menit karena saya juga ingin klarifikasi, ingin melihat surat teguran itu. Jadi skors 15 menit kita lihat surat-surat itu tadi, supaya kira rumuskan yang betul. Saya rasa itu lebih baik, jangan dipaksakan divorsir, karena ini harusnya sudah waktu istirahat dan waktu yang melakukan ibadah sholat itu. Jadi saya pikir supaya tensinya saya juga sadar betul ada kawan-kawan kita yang tidak sabaran nanti itu. Sebaiknya diskors saja dulu, 15 menit kita juga mau lihat dokumen-dokumen itu. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Sebelah kiri Bapak Sukamta, tadi belum bicara karena belum saya berikan kesempatan bicara karena anggota masih berbicara semua. Setelah semua Anggota selesai kita akan minta penjelasan dari KPI. Bapak Sukamta. F-PKS (Dr. H. SUKAMTA, Ph.D.): Terima kasih Pimpinan. Saya usul supaya semua bisa terakomodir, redaksional untuk point 4 dan 5 itu bisa seperti ini. “Komisi I DPR RI mendesak KPI Pusat untuk bersikap secar adil dan tegas terhadap lembaga penyiaran dengan alasan potensi keberpihakan pada pasangan calon Pilkada DKI dan pemberitaan politik yang bias dan diskriminatif”. Jadi stasiun yang hanya menyiarkan atau memberi porsi kepada satu partai politik yang sangat luar biasa besar, itukan jadi diskriminatif dan bias itu sudah terakomodir disitu. Terima kasih, Pimpinan.

Page 40: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … fileAcara : Penjelasan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Ketua dan Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat terkait dengan permohonan

40

F-NASDEM (Prof. Dr. BACHTIAR ALY, MA.): Ketua, saya ingin interupsi. Kalau ini dirumuskan nanti kita diskusi lagi tentang distriminatif. Dan saya juga yang menarik untuk saya istilah potensi masuk itu datang dari Ibu Ketua. Tadi awalnya tidak ada istilah potensi. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Bukan Pak, itu menggunakan kalimat…. F-NASDEM (Prof. Dr. BACHTIAR ALY, MA.): Diadopsi dimasukkan lagi alasan potensi, padahal disini ada juga orang sudah sangat alergi dengan potensi karena sudah jelas-jelas itu bukti, potensi apa lagi. Jadi kalau menurut saya itu jangan divorsir, ini sudah terlalu letih, berhenti saja sebentar 15 menit. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Saya klarifikasi dulu, tadi bahasa surat peringatannya Pak, bahwa ada potensi itu saya mengutib bahasa surat peringatan bukan ujug-ujug keluar dari saya. Oke, kita mau skors kalau belum ketemu, karena ini 4, 5, 6 sesungguhnya hampir sama point, tapi tingkat perumusan bahasanya. Kita makan siang dulu ya. Baik, rapat kita skors berapa lama Bapak dan Ibu? Cukup sholat dan makan siang. Kita kembali 14.30 WIB ya, kita skors dan kita kembali pukul 14.30 WIB.

(RAPAT DISKORS) Mari kita mulai, kebetulan Ketua Komisi juga sudah hadir, jadi mari kita lanjutkan Rapat Kerja hari ini antara Komisi I DPR RI dengan Kemkominfo dan Rapat Dengar Pendapat Komisi I DPR RI dengan KPI Pusat terkait agenda Persetujuan atas Penggunaan Anggaran Pengadaan Sarana Monitoring Isi Siaran pada Anggaran KPIP Tahun 2017. Skors kami cabut.

(SKORS DICABUT) Bapak dan Ibu sekalian, Kita kembali kepada draft kesimpulan. Jadi sesungguhnya dari tadi kita sudah membahas kesimpulan lalu ada 5 point, kita tunggu dari Sekretariat untuk menyiapkan. Saya bacakan saja point yang sudah disepakati.

1. Komisi I DPR RI mendesak KPI Pusat untuk memperbaiki modal dan metode pelaksanaan pengawasan isi siaran dan memiliki komitmen untuk mengedepankan prinsip adil, tegas, transparan dalam memberikan teguran dan sanksi terhadap lembaga penyiaran yang melalukan pelanggaran isi siaran dan iklan. Point ini telah disepakati.

2. Komisi I DPR RI menyetujui penggunaan anggaran Komisi Penyiaran Indonesia, KPI Pusat TA 2017 untuk mengadaan sarana monitoring isi siaran sebesar Rp11.504.892.000,- yang masuk dalam nomenklatur anggaran Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) TA 2017.

3. Dalam pengadaan sarana monitoring isi siaran, Komisi I DPR RI meminta Kemkominfo dan KPI Pusat untuk memprioritaskan produk dalam negeri. Tadi 3 point ini sudah disepakati, saya belum ketok jadi saya ketok dulu untuk 3 point ini ya.

(RAPAT: SETUJU)

Baik, point 4 dan 5 ada perbedaan pandangan tadi dari Anggota Komisi I DPR RI, dari meja Pimpinan kita tawarkan dulu kembali kerumusan point 4 dan 5 ini apakah dapat kita sepakati. Saya bacakan point 4.

Page 41: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … fileAcara : Penjelasan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Ketua dan Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat terkait dengan permohonan

41

4. Komisi I DPR RI mendesak KPI Pusat untuk bersikap adil dan tegas terhadap lembaga penyiaran terkait pemberitaan politik yang tidak berimbang dan potensi keberpihakan pada pasangan calon Pilkada di seluruh Indonesia.

Jadi tadi ada saran dari Prof, potensinya dihapus saja jadi supaya lebih jelas. Langsung “dan keberpihakan

kepada pasangan calon Pilkada diseluruh Indonesia”.

5. Komisi I DPR RI mendesak KPI Pusat untuk bersikap adil dan tegas terhadap lembaga penyiaran terkait pemberitaan politik dan iklan-iklan politik yang tidak berimbang serta industri penyiaran yang melakukan eksploitasi kepentingan politiknya secara berlebihan. Mungkin ini titik saja, karena kalau kita tulis sejalan dengan peringatan dan teguran KPI ada yang belum

ditegur Prof. Nah, supaya bisa merangkum semuanya ini kita hapus point 4 dan 5 ini apa sudah bisa disetujui? Tadikan ada perbedaan pandangan mengenai penulisan nama-nama, kalau sudah tidak ada perbedaan

bisa kita ketok. Pak Marinus, silakan.

F-PDIP (MARINUS GEA, S.E., M.Ak.): Saya kira itu sudah cukup Ketua, yang penting barangkali definisi daripada eksploitasi yang dimaksud kalau memungkinkan untuk bisa diterangkan lebih jelas, itu saja. Kalau soal penulisan nama-nama saya kira tidak diperlukan agar tidak ada tudingan-tudingan yang tidak beralasan untuk kita nanti di tempat ini. Terima kasih. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Baik, terima kasih. Apakah melakukan eksploitasi kepentingan politik secara berlebihan itu saya pikir cukup clear ya atau mau dijelaskan lagi. Alternatif nomor 4 bisa dihapuskan, karena tadi itu diusulkan oleh Bapak Sukamta sebagai pengganti 4 dan 5 tetapi kalau 4 dan 5 dapat disepakati kita ketok. Baik.

(RAPAT: SETUJU)

Seluruh point kesimpulan sudah kita sepakati. Tadi permintaannya adalah sebelum menutup kami meminta komitmen dari KPI bahwa akan tetap bersikap netral dan adil walaupun kita tahu ini musimnya Pilkada, kalau ada telepon-telepon dari sana-sini jadi masukan boleh, tetapi tidak boleh kemudian karena ada telepon ini untuk menegur yang ini atau ada telepon dari A untuk menegur C dan lain-lain itu tidak boleh terjadi. Saya minta mungkin dari Ketua KPI untuk memberikan pernyataan komitmennya. KETUA KPI PUSAT (YULIANDRE DARWIS, Ph.D.):

Terima kasih, Ibu Pimpinan. Apa yang menjadi panjang catatan pada hari ini menjadi sebuah semangat untuk kami dan kami siap berkomitmen dengan apa yang diharapkan oleh Bapak dan Ibu Pimpinan dan Anggota Komisi I DPR RI. Terima kasih. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Sepertinya belum ya, pernyataan komitmen makanya tadi saya bilang silakan dirumuskan dulu pernyataannya. KETUA KPI PUSAT (YULIANDRE DARWIS, Ph.D.):

Komisi Penyiaran Indonesia Pusat menyatakan berkomitmen bertindak tegas dan adil terhadap segala tayangan pemberitaan politik maupun profesi informasi mengenai Pilkada dan bagaimana menegakkan aturan sesuai keberimbangan dan netralitas dalam sebuah independen media.

Page 42: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … fileAcara : Penjelasan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Ketua dan Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat terkait dengan permohonan

42

KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Maksudnya apa sudah cukup itu apakah point netralitas mau dimasukkan juga atau sudah cukup. Jadi sudah cukup ya, intinya agar KPI paham betul kita keluar dari sini tahu kerisauan dan kegalauan yang membuat rapat ini akhrinya molor dari perkiraan adalah kami ingin yakin betul bahwa KPI independen, adil dan tegas. F-NASDEM (Prof. Dr. BACHTIAR ALY, MA.): Dan kata-kata insyaf tidak usah dimasukkan. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Baik, kalau begitu berikutnya dari Kemkominfo Ibu Sekjen silakan. SEKJEN KEMKOMINFO (FARIDA DWI CAHYARINI): Terima kasih, Ibu Pimpinan. Alhamdulillah kita sudah melewati waktu yang agak panjang tetapi akhirnya mendapatkan kesimpulan yang akan kami baik Kominfo maupun KPI akan perhatikan dan laksanakan, disertai dengan komitmen untuk netral, adil dan tidak memihak. Semoga saja pengadaan alat monitoring akan segera kita jadwal untuk time line-nya karena waktu kita sudah kehilangan 1 bulan, karena memang ini harus benar-benar kita cermati karena biaya yang cukup besar, jadi kita harus hati-hati juga. Terima kasih. Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Baik, Bapak dan Ibu sekalian. Silakan Bapak Biem. F-GERINDRA (H. BIEM TRIANI BENJAMIN, B.Sc., M.M.): Jadi ini penegasan saja, jadi apa yang disampaikan tadi itu juga termasuk pada LPP (Lembaga Penyiaran Publik), tidak saja lembaga penyiaran swasta ya. Kita tahu beberapa waktu yang lalu itu Radio Republik Indonesia mengadakan satu yang kurang baik. Jadi artinya, meskipun Lembaga Penyiaran Publik juga harus ditegur. Terima kasih. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID, S.SOS.): Baik, terima kasih. Catatan lagi satu sebelum kita akhirnya dari Biem. Bapak dan Ibu sekalian, Dengan demikian kalau memang sudah tidak ada hal yang dianggap urgent atau semua sudah disampaikan. Kita akan tutup rapat ini dengan mengucapkan terima kasih. Sekali lagi mewakili Menteri Komunikasi dan Informatika, Ibu Sekjen, kemudian Ketua KPI dan seluruh Komisioner KPI dan seluruh jajaran KPI. Bapak dan Ibu Anggota Komisi I DPR RI yang terhormat. Terima kasih. Wabillahi Taufik Walhidayah, Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

(RAPAT DITUTUP PUKUL 14.55 WIB)

Page 43: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … fileAcara : Penjelasan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Ketua dan Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat terkait dengan permohonan

43

Jakarta, 1 Februari 2017

a.n Ketua Rapat

SEKRETARIS RAPAT,

TTD.

SUPRIHARTINI, S.I.P.

NIP. 19710106 199003 2 001