PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

85
PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP ACARA SILET PADA STASIUN RCTI (KASUS PENAYANGAN BENCANA GUNUNG MERAPI, 7 NOVEMBER 2010) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh: ACHMAD SYOFIAN HADY NIM:106051001772 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H./2011 M

Transcript of PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

Page 1: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA

TERHADAP ACARA SILET PADA STASIUN RCTI

(KASUS PENAYANGAN BENCANA GUNUNG MERAPI,

7 NOVEMBER 2010)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

ACHMAD SYOFIAN HADY

NIM:106051001772

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H./2011 M

Page 2: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA

TERHADAP ACARA SILET PADA STASIUN RCTI

(KASUS PENAYANGAN BENCANA GUNUNG MERAPI,

7 NOVEMBER 2010)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

ACHMAD SYOFIAN HADY

NIM:106051001772

Dibawah bimbingan,

Drs. H. Sunandar, MA

NIP. 1962062 199403 1 002

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H./2011 M

Page 3: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diakukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Maret 2011

Penulis

Page 4: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

i

ABSTRAK

Achmad Syofian Hady

PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP ACARA SILET

PADA STASIUN RCTI (KASUS PENAYANGAN BENCANA GUNUNG MERAPI ,

7 NOVEMBER 2010).

Informasi sebagai inti acara yang disampaikan kepada publik dengan menggunakan

metode atau cara yang menghibur. Kenyataan yang terjadi pada infotainment adalah

berupa informasi tentang hiburan, sisi hiburannya dijadikan subtansi untuk disampaikan

kepada masyarakat. Para ahli komunikasi dan media menyebut infotainment sebagai soft

journalism, jenis jurnalisme yang menawarkan berita-berita sensasional, lebih personal,

dengan selebriti sebagai perhatian liputan.

Tayangan infotainment yang merupakan gabungan informasi dan hiburan,

infotainment muncul karena tekanan pencapaian ekonomi dan munculnya pekerja media

khususnya infotainment yang memiliki keterkaitan namun minim dalam pemahaman kode

etik jurnalistik, Pedoman Undang-Undang terkait penyiaran, buku pedoman (P3SPS) dan

nilai-nilai moral serta substansi isi pesan yang disampaikan melalui televisi. Contoh kasus

dalam tayangan Silet di RCTI pada tanggal 7 November tentang bencana meletusnya

gunung merapi, berita bencana akibat letusan Merapi itu diarahkan kesisi mistis dengan

mewawancarai paranormal yang bernama Joyo Boyo. Prediksi-prediksi tentang kondisi

Merapi yang berlebihanpun diutarakan olehnya. Akibatnya, Dadang Rahmat Hidayat

selaku ketua Komisi Penyiaran Indonesia menjelaskan, dalam penayangan tersebut KPI

menerima 1.128 aduan karena isi tayangan Silet tampaknya tak benar dan ada dampak

kekhawatiran dan kegelisahan di masyarakat Yogyakarta.

Penelitian ini berusaha untuk menjawab pertanyaan berikut; Apa yang dimaksud

dengan infotainment dan realitasnya? Apa perbedaan berita dan infotainment? Apa fungsi

dan kewajiban Komisi penyiaran Indonesia selaku lembaga independen dalam mengawasi

penyiaran, khususnya pada tayangan infotainment Silet di RCTI mengenai pemberitaan

gunung Merapi 7 November 2010? Dengan demikian, maka penelitian ini memiliki tujuan:

1) Untuk memahami infotainment dan realitas tayangannya2) Untuk mengetahui

perbedaan berita dan infotainment? 3) Untuk memgetahui pengawasan Komisi penyiaran

Indonesia (KPI) selaku lembaga independen yang mengawasi penyiaran, khususnya pada

tayangan Silet di RCTI mengenai pemberitaan bencana gunung Merapi 7 November 2010.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka penelitian dilakukan melalui

pendekatan kualitatif deskriptif. Dalam hal pendekatan teori kualitatif deskriptif ini,

diantara beberapa model yang ditawarkan para ahli, penulis memilih model induksi, yang

menerangkan bahwa peneliti tidak perlu perlu mengetahui tentang sesuatu teori, akan

tetapi langsung ke lapangan. Pengumpulan data dilakukan melalui mix methode; telaah

teks, literatur, pengamatan partisipatif, observasi dan wawancara mendalam. Pembacaan

data diolah dan dianalisa dengan pencitraan atas realitas sosial Burhan Bungin tahun 2010

untuk memahami fenomena acara infotainment dan kaitannya dengan peran dan fungsi

KPI selaku lembaga independen yang mengawasi penyiaran, khususnya pada tayangan

infotainment Silet di RCTI. Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukkan adanya tiga

temuan, yaitu: Pengertian Infotainment dan realitas tayangannya, Perbedaan Berita dan

Infotainment, Fungsi dan kewajiban Komisi Penyiaran Indonesia dalam mengawasi

infotainment Silet di RCTI mengenai pemberitaan bencana gunung Merapi 7 November

2010.

Page 5: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia dan hidayah yang

dicurahkan-Nya kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan

baik. Shalawat teriring salam selalu tercurahkan keharibaan Nabi Muhammad

SAW semoga kita selaku pengikutnya mendapatkan Syafaat-Nya dihari akhir.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh

gelar sarjana strata satu (S1) pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada umumnya. Skripsi dengan judul

“PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP

ACARA SILET PADA STASIUN RCTI (KASUS PENAYANGAN

BENCANA GUNUNG MERAPI, 7 NOVEMBER 2010)” merupakan karya

yang banyak tantangan dan kekurangan, maka penulis sebagai hamba yang dhoif

mengucapkan mohon pengertian dalam penyelesaian apabila ada kekurangan dan

ketidak jelasan tulisan. Untuk itu dengan terselesaikannya karya ini penulis

berterimakasih dari berbagai pihak demi kelangsungan penyelesaian skripsi ini

akhirnya penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Dr. Komarudin Hidayat, MA, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta beserta seluruh jajaran civitas akademik.

2. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Dr. Arif

Subhan, MA,

3. Drs. H. Sunandar, MA, selaku dosen pembimbing. Terimakasih banyak

pak, atas kesabaran dan motivasi dalam membimbing penulis dari awal

Page 6: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

iii

sampai akhir, semoga semua yang telah bapak utarakan kepada penulis

dapat bermanfaat khususnya dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Umi Musyarafah, MA, selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam yang telah mendukung penulis dalam kelangsungan

skripsi ini sampai akhir, semoga segala apa yang telah diutarakan dapat

bermanfaat.

5. Drs. Jumroni, M.Si selaku Penasihat Akademik KPI A angkatan 2006.

6. Ibunda tercinta Dra. Hj. Supiati dan H. Djamal Sidik selaku orang tua

kandung yang telah memotivasi penulis dan membantu dalam

kelangsungan penyelesaian skripsi ini sampai akhir, tanpa ridha dan

dukungan dari mereka semua ini tidak akan berarti apa-apa bagi penulis

dan tidak lupa kasih sayang serta perhatian yang telah diberikan kepada

penulis sampai saat ini.

7. Adinda tersayang Sunita Juliantika, keluarga besar Bapak Suhardi dan Ibu

Sumiati atas segala dukungan dan juga perhatian.

8. Adinda tercinta Amelia Luthfiah, Musthafa Khemal

9. Wakil Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Nina Muthmainnah dan

Bapak H. Priyo selaku Anggota beserta staf pengurus lainnya.

10. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian

skripsi ini penulis ucapkan terimakasih.

Jakarta, Maret 2011

Penulis

Page 7: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.......................................... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 4

D. Metodologi Penelitian ................................................................. 5

E. Tinjauan Pustaka........................................................................... 7

F. Sistematika Penulisan.................................................................. 7

BAB II KERANGKA TEORITIS

A. Pengertian Pengawasan ............................................................... 9

1. Maksud dan Tujuan Pengawasan .......................................... 11

2. Teknik Pengawasan ............................................................... 11

3. Proses Pengawasan................................................................ 12

B. Pengertian Media Massa ............................................................ 13

1. Media Massa secara Etimologis ............................................ 13

2. Pendapat-pendapat beberapa ahli tentang media .................. 14

3. Jenis-jenis media massa berdasarkan jenis penyampaiannya 14

4. Pengaruh media massa secara umum .................................... 15

5. Media massa sebagai media pendidikan ............................... 17

Page 8: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

v

C. Pengertian Televisi ...................................................................... 18

1. Pengertian Televisi, Stasiun, dan Siaran ............................... 19

2. Kekurangan dan kekuatan televisi ......................................... 21

D. Pengertian Berita ......................................................................... 22

E. Perbedaan Berita Faktual dan Non Faktual ................................. 25

F. Pengertian Infotainment ............................................................. 27

G. Kode Etik Jurnalistik ................................................................... 32

BAB III TINJAUAN UMUM PROFIL KOMISI PENYIARAN

INDONESIA (KPI).

A. Sejarah berdirinya Komisi Penyiaran Indonesia ......................... 35

B. Latar Belakang Komisi Penyiaran Indonesia .............................. 37

C. Visi dan Misi Komisi Penyiaran Indonesia ................................. 39

D. Stuktur Kelembagaan Komisi Penyiaran Indonesia .................... 40

E. Tugas dan Kewajiban Komisi Penyiaran Indonesia.................... 42

F. Wewenang Komisi Penyiaran Indonesia .................................... 43

BAB IV PENYAJIAN HASIL PENELITIAN

A. Fungsi, Wewenang dan Kewajiban Komisi Penyiaran

Indonesia...................................................................................... 44

B. Infotainment sebagai Berita Faktual yang Dipertanyakan Nilai

Beritanya ..................................................................................... 47

C. Pengawasan Komisi Penyiaran Indonesia pada kasus Silet di

RCTI mengenai pemberitaan bencana gunung Merapi 7

November 2010 ........................................................................... 54

Page 9: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

vi

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................ 62

1. Pengertian Infotainment dan realitas tayangannya ................ 62

2. Perbedaan Berita dan Infotainment ....................................... 63

3. Fungsi dan kewajiban Komisi Penyiaran Indonesia dalam

mengawasi tayangan Silet di RCTI pada pemberitaan

bencana gunung Merapi 7 November 2010. ......................... 64

B. Saran ............................................................................................ 66

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 68

LAMPIRAN

Page 10: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Televisi adalah media yang paling luas dikonsumsi oleh masyarakat

Indonesia. Kehadiran televisi seolah-olah telah menjadi bagian dari anggota

keluarga. Jika kita amati dengan seksama, hampir setiap rumah di perkotaan

hingga pelosok desa hampir dipastikan memiliki pesawat televisi. Dominasi

media televisi (TV) tersebut tidak terlepas karena masih lemahnya budaya

baca tulis masyarakat dibanding dengan budaya menonton. Selain itu media

televisi bisa dibilang sarana hiburan yang relatif murah bagi sebagian besar

masyarakat kita.

Sebagai media massa, televisi merupakan sebuah kekuatan besar yang

sangat diperhitungkan dalam berbagai analisis tentang kehidupan sosial,

ekonomi dan politik, terlebih dalam posisinya sebagai suatu institusi

informasi. Televisi dapat pula dipandang sebagai faktor yang paling

menentukan dalam proses-proses perubahan sosial budaya dan politik.

Sebagai media massa yang dominan, televisi telah memberi dampak yang luar

biasa dalam kehidupan masyarakat. Bahkan kehadirannya sangat

berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap perilaku

dan pola fikir masyarakat di Indonesia. Seluruh proses produksi, distribusi

dan konsumsi pesan komunikasi merupakan hasil interaksi para pelaku,

konsumen dan distributor komunikasi melalui perantara media (televisi) yang

mau tidak mau menempatkan proses komunikasi dalam setiap tindakan

manusia.

Page 11: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

2

Televisi mempunyai idealisme untuk memberikan informasi yang

benar kepada khalayaknya. Idealisme seperti itulah media diharapkan

berperan menjadi sarana edukasi dan pendewasaan kepada masyarakat agar

lebih kritis yang disertai kedalaman dalam berfikir. Namun kadang-kadang

harapan tidak selalu sesuai dengan kenyataan, realitas pasar bisa berlawanan

arah dengan kebijakan dan tujuan awal idealisme media. Dalam persaingan

media yang semakin ketat, tidak sedikit menimbulkan kontra produktif dengan

etika dan norma yang ada dalam masyarakat. Komersialisme seakan menjadi

kekuatan dominan penentu makna pesan. Logika pasar mengarahkan

pengorganisasian sistem informasi itu. Seakan kompetensi jurnalisme hanya

merupakan faktor produksi yang fungsi utamanya adalah penopang

kepentingan pasar.1

Penayangan berita palsu atau bohong yang disiarkan pada tayangan

Silet 7 November 2010 sifatnya dalah provokatif hubungan kasus ini di

kaitkan pada firman Allah tentang larangan kepada hamba-hambaNya yang

beriman dari mengekor kepada isu yang tersebar, dan memerintahkan mereka

untuk meneliti kebenaran berita yang sampai kepada mereka, karena tidak

semua yang diberitakan itu benar adanya, dan tidaklah setiap yang dibicarakan

itu merupakan suatu kejujuran. Sesungguhnya, musuh-musuh kalian

senantiasa mengintai kelemahan kalian, maka wajib atas kalian agar selalu

terjaga, sehingga kalian bisa memergoki orang-orang yang hendak

membangkitkan dan menyebarkan kegelisahan serta isu-isu yang tidak benar

ditengah-tengah kalian. Berikut firman Allah SWT mengenai orang fasiq yang

membawa berita tidak benar:

1 Haryatmoko, Etika Komunikasi, (Yogyakarta, Kanisius, 2007), h. 9

Page 12: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

3

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik

membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu

tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa

mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas

perbuatanmu itu. (QS. Al-Hujurat: 6)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah menyelesaikan penelitian ini, maka penulis

membatasi mengenai PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN

INDONESIA TERHADAP ACARA SILET PADA STASIUN RCTI

(KASUS PENAYANGAN GUNUNG MERAPI, 7 NOVEMBER 2010)

KPI sebagai lembaga independen yang bertugas untuk mengawasi

tentang penyiaran, kontribusinya adalah keberperanan KPI dalam

mengontrol suatu tanyangan atau program penyiaran yang layak untuk

disiarkan atau tidak, khusunya dalam tayangan infotaiment Silet di RCTI

pada 7 November 2010 mengenai pemberitaan bencan gunung Merapi.

Contoh kasus dalam tayangan infotaiment di RCTI pada tanggal 7

November 2010 tentang bencana alam meletusnya gunung merpai yang

diberitakan oleh infotaiment Silet, berita bencana akibat letusan Merapi itu

diarahkan kesisi mistis dengan mewawancarai paranormal yang bernama

Joyo Boyo. Prediksi-prediksi tentang kondisi Merapi yang berlebihanpun

diutarakan olehnya. Akibatnya, Dadang Rahmat Hidayat selaku ketua

Komisi Penyiaran Indonesia menjelaskan, dalam penayangan tersebut KPI

menerima 1.128 keluhan dalam kurun waktu dua hari semenjak acara

Page 13: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

4

ditayangkan. Bahkan, lantaran isi tayangan Silet itu 550 orang berpindah

dari Muntilan, Magelang, Jawa Tengah, ke Nanggulan. Kesalahan utama,

menyampaikan informasi yang tampaknya tak benar dan ada dampak

kekhawatiran dan kegelisahan di masyarakat Yogyakarta. 2

2. Perumusan Masalah

Permasalahan di atas menunjukan tayangan yang dinilai berlebihan

karena menimbulkan kegelisahan dan kekhawatiran akibat pemberitaan

yang belum tentu terbukti kebenarannya (sifatnya masih menduga-duga)

dapat menyebabkan ganguan di masyarakat oleh karena pada penelitian ini

peneliti akan mencoba mengkaji persoalan tayangan yang layak atau tidak

untuk dipublikasikan setelah melalui ketentuan-ketentuan KPI. Untuk

mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data maka peneliti

membatasi dengan perumusan masalah sebagai berikut:

a. Apa yang dimaksud dengan infotainment dan realitas tayangannya?

b. Apa perbedaan berita dan infotainment?

c. Apa fungsi dan kewajiban Komisi penyiaran Indonesia selaku lembaga

independen yang mengawasi penyiaran, khususnya pada tayangan

infotainment Silet di RCTI pada pemberitaan bencana gunung Merapi,

7 November 2010?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian secara umum adalah:

1. Mengajak mahasiswa dan pembaca agar lebih kritis dan jeli dalam

menerima suatu tayangan.

2 http://bataviase.co.id/node/451458 (Akses 25 November 2010).

Page 14: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

5

2. Untuk mengetahui sejauh mana peran KPI dalam memberikan peringatan

terhadap tayangan yang melanggar peraturan yang telah ditetapkan .

Adapun tujuan secara khusus adalah:

1. Apa saja ketentuan KPI dalam memberikan batasan terhadap suatu

tayangan.

2. Untuk mengetahui kode etik yang ditentukan KPI mengenai penyiaran,

khususnya tayangan infotainment Silet di RCTI pada pemberitaan bencana

gunung Merapi, 7 November 2010. Manfaat penelitian secara akademis

yaitu untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang

pengawasan televisi.

Manfaat penelitian secara praktis adalah hasil penelitian ini diharapkan

dapat bermanfaat bagi peminat studi penyiaran sebagai bahan bacaan ketika

menjawab permasalahan konteporer dalam kehidupan. Khususnya

permasalahan penyiaran infotainment Silet di RCTI mengenai pemberitaan

bencana gunung Merapi, 7 November 2010.

D. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dilihat dari segi

tujuan penelitian, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu

dengan menggambarkan Peran Komisi Penyiaran Indonesia dalam

pemberitaan khususnya pada tayangan infotaniment Silet di RCTI

mengenai pemberitaan bencana gunung merapi 7 November 2010.

Page 15: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

6

Menurut Lexy J. Moelong metode kualitatif sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.3

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(intervieweer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Proses wawancara ini dilakuakan peneliti dengan wakil ketua

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Nina Muthmainnah, yang

berhubungan dengan infotainment khususnya pada infotainment Silet

di RCTI pada pemberitaan bencana gunung Merapi 7 November 2010.

b. Observasi

Karl Weick (dikutip dari Selitz, Wrigtsman, dan Cook 1976:

253) mendefinisikan observasi sebagai pemilih, pengubah, pencatatan,

dan pengkodean serangkain prilaku dan suasana yang berkenaan

dengan organismein situ, sesuai dengan tujuan-tujuan empiris.4

Pengamatan mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi

motif, kepercayaan perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan

sebagainya. Pengamatan ini akan dilakukan kepada komisi penyiaran

Indonesia (KPI) dalam melaksanakan perannya sebagai lembaga

penyiaran di indonesia.

3 Lexy J. Moeleong, "Metode Penelitian Kualitatif," PT. Remaja Rosdakarya, Bandung,

2007. 4 Rakmad Jalaludin. Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh Analisis Statistik.

(Bandung PT. Remaja Rosdakarya, 2005). Cet ke 12, h 83.

Page 16: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

7

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data-data atau arsip-arsip

tertulis mengenai hal-hal yang berhubungan masalah peneliti, yang

kemudian penulis analisis sehingga menjadi bahan untuk skripsi.

Pengumpulan data akan dikumpulkan dari data yang bersumber

dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), buku-buku, jurnal, koran,

internet dan sebagainya.

3. Analisis data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisa

deskriptif. Untuk memeriksa keabsahan data maka penulis menggunakan

triangulasi yaitu taknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data itu.

E. Tinjauan Pustaka

Agar penulisan skripsi ini tidak dikatakan menjiplak atau

menggandakan skripsi lain maka penulis merujuk kepada tinjauan pustaka

sebelumnya dengan judul PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA

DALAM MENGAWASI TAYANGAN MISTIK DI TELEVISI.

F. Sistematika penulisan

Penulisan laporan hasil penelitian disusun dengan sistematika sebagai

berikut:

Page 17: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

8

BAB I Bab ini akan dijelaskan mengenai, pendahuluan meliputi

gambaran umum mengenai Latar belakang masalah, Pembatasan

dan Perumusan masalah, Tujuan dan Manfaat penelitian,

Metode penelitian, Tinjauan pustaka serta Sistematika

penulisan.

BAB II Bab ini dijelaskan mengenai Kerangka teoritis yang terdiri dari:

Pengertian Pengawasan, Pengertian Media Massa (Pers),

Pengertian Televisi, Pengertian Berita, Perbedaan Berita Faktual

dan Non Faktual, Pengertian Infotainment, Kode Etik Jurnalistik

BAB III Bab ini dijelaskan tentang Tinjauan umum mengenai Profil

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), sejarah berdirinya KPI, visi

dan misi KPI, tugas dan kewajiban KPI, wewenang dan aturan

dalam mengawasi infotaiment khususnya pada penayangan Silet

di RCTI mengenai pemberitaan bencana gunung Merapi, 7

November 2010 .

BAB IV Bab ini dijelaskan tentang Pengawasan Komisi Penyiaran

Indonesia (KPI) dalam mengawasi Infotainment khususnya

tayangan infotainment Silet di RCTI mengenai pemberitaan

bencana gunung Merapi, pada 7 November 2010.

BAB V Penutup, memuat Kesimpulan dan Saran.

Page 18: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

9

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Pengawasan

Pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan

pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang

diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut. Controlling

is the process of measuring performance and taking action to ensure desired

results. Pengawasan adalah proses untuk memastikan bahwa segala aktifitas

yang terlaksana sesuai dengan apa yang telah direncanakan. The process of

ensuring that actual activities conform the planned activities.1

Istilah pengawasan dalam bahas inggris disebut controlling. The

modern concept of control provides a historical record of what has happened

and provides date the enable the executive to take corrective steps. Hal ini

berarti bahwa pengawasan tidak hanya melihat sesuatu dengan seksama dan

melaporkan hasil kegiatan mengawasi, tetapi juga mengandung arti

memperbaiki dan meluruskannya sehingga mencapai tujuan yang sesuai

dengan apa yang direncanakan.

Pengawasan merupakan fungsi manajerial yang keempat setelah

perencanaan, pengorganisasian dan pengarahan. Sebagai salah satu fungsi

manajemen, mekanisme pengawasan didalam suatu organisasi memang

mutlak diperlukan. Pelaksanaan suaturencana atau program tanpa diiringi

dengan suatu sistem pengawasan yang baik dan berkesinambungan, jelas akan

1 http://itjen-depdagri.go.id/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=25 (Akses 27 Maret

2011)

Page 19: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

10

mengakibatkan lambatnya atau bahkan tidak tercapainya sasaran dan tujuan

yang telah ditentukan terlebih dalam pengawasan mengenai penyiaran televisi.

Pengertian pengawasan sangat beragam dan banyak sekali pendapat

para ahli yang menemukannya akan tetapi disini di uraikan pengawasan yang

melibatkan penyiaran televisi khususnya yaitu sebagai kontrol sosial. Pada

prinsipnya kesemua pendapat yang dikemukakan para ahli adalah sama, yaitu

merupakan tindakan didalam membandingkan antara hasil dalam kenyataan

(dassein) dengan hasil yang diinginkan (das sollen), yang dilakukan dalam

rangka melakukan koreksi atas penyimpangan-penyimpangan yang terjadi

dalam kegiatan manajemen (penyiaran televisi).2

Elemen-elemen dasar komunikasi dari model tersebut adalah, Laswell

mengidentifikasikan tiga dari keempat fungsi media:

1. Fungsi pengawasan (surveillance), penyediaan informasi tentang

lingkungan.

2. Fungsi penghubungan (corellation), dimana terjadi penyajian pilihan

solusi untuk suatu masalah.

3. Fungsi pentransferan (budaya transmission), adanya sosialisasi dan

pendidikan.

4. Fungsi hiburan (entertaiment) yang diperkenalkan oleh Charles Wright

yang mengembangkan model Laswell dengan dengan memperkenalkan

model dua belas kategori dan daftar fungsi. Pada model ini Charles Wright

menambahkan fungsi hiburan. Wright juga membedakan antara fungsi

positif (fungsi) dan fungsi negatif (disfungsi).

2 http://sambasalim.com/manajemen/konsep-pengawasan.html (Akses 30 Maret 2011)

Page 20: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

11

1. Maksud dan Tujuan Pengawasan

Terwujudnya tujuan yang dikehendaki sebenarnya tidak lain

merupakan tujuan dari pengawasan. Sebab setiap kegiatan pada dasarnya

selalu mempunyai tujuan tertentu. Oleh karena itu pengawasan mutlak

diperlukan dalam usaha pencapaian suatu tujuan, maksud pengawasan adalah

untuk :

a. Mengetahui jalannya pekerjaan, apakah lancar atau tidak

b. Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pegawai dan

mengadakan pencegahan agar tidak terulang kembali kesalahan-kesalahan

yang sama atau timbulnya kesalahan yang baru.

c. Mengetahui apakah penggunaan budget yang telah ditetapkan dalam

rencana terarah kepada sasarannya dan sesuai dengan yang telah

direncanakan.

d. Mengetahui pelaksanaan kerja sesuai dengan program (fase tingkat

pelaksanaan) seperti yang telah ditentukan dalam planning atau tidak.

e. Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah ditetapkan

dalam planning, yaitu standart.

2. Teknik Pengawasan

Pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung:

a. Pengawasan langsung, adalah pengawasan yang dilakukan secara pribadi

oleh pimpinan atau pengawas dengan mengamati, meneliti, memeriksa,

mengecek sendiri secara on the spot di tempat pekerjaan, dan menerima

laporan, laporan secara langsung pula dari pelaksana. Hal ini dilakukan

dengan inspeksi.

Page 21: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

12

b. Pengawasan tidak langsung, diadakan dengan mempelajari laporan,

laporan yang diterima dari pelaksana baik lisan maupun tertulis,

mempelajari pendapat, pendapat masyarakat dan sebagainya tanpa

pengawasan on the spot.

Pengawasan preventif dan represif :

a. Pengawasan preventif, dilakukan melalui pre audit sebelum pekerjaan

dimulai. Misalnya dengan mengadakan pengawasan terhadap persiapan-

persiapan, rencana kerja, rencana anggaran, rencana penggunaan tenaga

dan sumber-sumber lain.

b. Pengawasan represif, dilakukan melalui post audit, dengan pemeriksaan

terhadap pelaksanaan di tempat (inspeksi), meminta laporan pelaksanaan

dan sebagainya.3

3. Proses Pengawasan

Pengawasan terdiri daripada suatu proses yang dibentuk oleh tiga

macam langkah-langkah yang bersifat universal yakni:

a. mengukur hasil pekerjaan

b. membandingkan hasil pekerjaan dengan standard dan memastikan

perbedaan (apabila ada perbedaan)

c. mengoreksi penyimpangan yang tidak dikehendaki melalui tindakan

perbaikan

3 file:///J:/konsep-pengawasan.html (Akses 02 April 2011)

Page 22: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

13

B. Pengertian Media Massa

1. Media Massa secara Etimologis

Kata Media berasal dari bahasa Latin Medium yang secara harfiah

berarti tengah, perantara atau pengantar. Atau dengan kata lain media

adalah perantara atau pengantar dari pengirim pesan kepada penerima

pesan (strategi belajar mengajar). Sedangkan Massa merupakan kata

serapan berasal dari bahasa Inggris yaitu mass yang artinya massa atau

jumlah besar (kata benda) atau dapat diartikan sebagai massa, rakyat, atau

besar-besaran (kata sifat). Dengan kata lain massa merupakan masyarakat

atau publik, dalam hal ini penerima pesan media.6

Media massa atau pers adalah suatu istilah yang mulai

dipergunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang

secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas.

Dalam pembicaraan sehari-hari, istilah ini sering singkat menjadi media.

yang benar. Dengan idealisme semacam itu, media ingin berperan sebagai

sarana pendidikan.7

Media memiliki idealisme, yaitu memberikan informasi.

Masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah memiliki ketergantungan dan

kebutuhan terhadap media massa yang lebih tinggi dari pada masyarakat

dengan tingkat ekonomi tinggi karena pilihan mereka yang terbatas.

Masyarakat dengan tingkat ekonomi lebih tinggi memiliki lebih banyak

pilihan dan akses banyak media massa, termasuk bertanya langsung pada

sumber atau ahli dibandingangkan mengandalkan informasi yang mereka

dapat dari media massa tertentu.

6 M. Echos, John and Hassan Sadily. Kamus Inggris-Indonesia. Jakrta: Gramedia.

7 Haryatmoko,ETIKA KOMUNIKASI, (Yogyakarta: Pt. Kanisius, 2007) hal 1

Page 23: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

14

2. Pendapat-pendapat beberapa ahli tentang media

Gearlach dan Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila

dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang

membangun suatu kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh

pengetahuan, keterampilan atau sikap.

Atwi Suparman (1997) mendefinisikan, media merupakan alat

yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim

kepada penerima pesan.8

AECT (Association Education Assocation) membatasi media

sebagai bentuk-bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk

menyalurkan pesan atau informasi.

NEA (National Education Assocation) membatasi media sebagai

bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta

peralatannya.9

Dalam aktifitas pembelajaran, media dapat didefinisikan sebagai suatu

yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang

berlangsung antara pendidikan dengan peserta didik.

3. Jenis-jenis media massa berdasarkan jenis penyampaiannya

a. Media Auditif

Media yang hanya mengandalkan pada kemampuan suara saja, seperti

radio, cassete recorder, dan piring hitam.

8 Pupuh Faturrohman, dan M Sobry Sutikono. Strategi belajar mengajar melalui

penanaman, Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama, 2007. 9 S. Sadiman, Arief, dkk. Media pendidikan, pengertian, pembangunan, dan

pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008.

Page 24: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

15

b. Media Visual

Media yang hanya mengandalkan pada indra penglihatan berupa gambar

atau simbol-simbol yang bergerak seperti film strip, foto gambar atau

lukisan, dan cetakan.

c. Media Audio-Visual

Media yang menampilkan suara dan gambar. Media audio-visual ini ada

yang diam seperti film bingkai suara, ada pula yang bergerak seperti film

suara dan video cassete. Media audio-visual ini juga terbagi menjadi

audio-visual murni yang unsur suara dan gambarnya berasal dari satu

sumber seperti film audio-cassete. Sedangkan film audio-visual tidak

murni unsur suara dan gambarnya berasal dari sumber yang berbeda,

seperti film bingkai suara yang unsur gambarnya bersumber dari slide

proyektor dan unsur suaranya bersumber dari tape recorder.

4. Pengaruh media massa secara umum

a. Pengaruh dan fungsi media massa pada budaya

Menurut Karl Erik Rosengren pengaruh media cukup kompleks,

dampaknya bisa dilihat dari:

1) Siapa (who)

2) Pesannya apa (says what)

3) Saluran yang digunakan (in what channel)

4) Kepada siapa (to whom)

5) Apa dampaknya (with what effect)

Page 25: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

16

Pesan media dan faktor yang berpengaruh

Penelitian akademis terhadap media massa sebagai organisasi

mulai intensif dilakukan dinegara Barat pada tahun 1980-an. Dalam

perkembangan penelitian terhadap media massa, perhatian para peneliti

brubah seiring dengan perkembangan zaman dan pengetahuan. Pada

perkembangan awal studi komunikasi massa di Amerika pada tahun 1950-

an, penelitian lebih ditunjukan pada effect yang dihasilkan media massa.

Media massa ketika itu dinilai memiliki pengaruh sangat kuat pada

masyarakat. Namun, dengan semakin banyaknya media yang muncul,

effect atau pengaruh media tidak lagi signifikan. Pada tahun 1970-an,

perhatian orang beralih pada isi pesan media karena ketika itu pemberitaan

media massa dinilai bias. Orang mempertanyakan ojektifitas berita yang

disampaikan media dan muncul perdebatan mengenai nilai berita.

penelitian yang dilakukan pada massa itu kebanyakan adalah untuk

mengetahui seberapa jauh objektifitas isi media.

Pada tahun 1980-an, menyadari bahwa pembahasan mengenai

effect dan objektifitas media massa tidak akan memberikan jawaban yang

memuaskan, tanpa menelusuri situasi internal media, maka perhatian

beralih pada organisasi media itu sendiri. Bebagai penelitian menunjukan

bahwa isi pesan media sangat di pengaruhi oleh berbagai pengaruh internal

dan eksternal yang dialami media massa sebagai organisasi. Pengaruh

yang diberikan media kepada masyarakat atau sebaliknya sangat

bergantung pada bagaimana media bekerja. Dalam hal ini Mc Quail (2000)

Page 26: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

17

menyatakan, only buy knowing how the media themselves operate can we

understand how society influences the media and vice versa.10

Jika pada masa lalu, media massa cendrung di salahkan karena

effect yang ditimbulkannya atau objektifitas beritanya yang diragukan,

maka dewasa ini muncul pengertian yang lebih baik terhadap media

massa. Cara bertahap, perhatian juga diberikan pada isi media massa yang

bersifat nonberita, seperti drama, musik, dan hiburan.11

Penawaran yang dilakukan oleh media bisa jadi mendukung

pemirsanya menjadi lebih baik atau mengempiskan kepercayaan dirinya.

Media bisa membuat pemirsanya merasa senang akan diri mereka, merasa

cukup, atau merasa rendah dari yang lain. Selain bahwa media massa

memiliki pengaruh dan fungsinya, media massa juga memiliki tujuan.

Menurut Atang Syamsuddin secara universal tujuannya adalah:

1) Informasi

2) Hiburan

3) Pendidikan

4) Propaganda/ pengaruh

5) Pertanggung jawaban sosial12

5. Media massa sebagai media pendidikan

Pengertian media sangatlah luas, demikian juga fungsi dan

penerapannya. Jika kita kaitkan dan diterapkan dengan pendidikan yang

10

Morissan., Teori Komunikasi Massa, (Bogor: PT. Ghalia Indonesia, 2010), h. 42 11

Denis McQuail, McQuail’s Mass Communication Theory, 4th Edition, Sage

Publication, 200, Hal.244. 12

http://pendidikanmanusia.blogspot.com/2008/08/analisis-media-massa.html (Akses 3

Desember 2010)

Page 27: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

18

batasannya telah disebutkan diatas, maka media dapat diartikan sebagai

berikut:

a. Gagne (1970) menyebutkan media adalah berbagai jenis komponen

dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.

b. Briggs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang

dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.

Contohnya: buku, film, kaset dan film kaset.13

Dengan memperhatikan pendapat Gagne dan Briggs tersebut, kita

dapat menyimpulkan bahwa media merupakan alat dan bahan fisik yang

terdapat dilingkungan siswa untuk menyajikan pesan kegiatan

pembelajaran (proses kegiatan belajar-mengajar) sehingga dapat

merangsang siswa untuk belajar. Akan tetapi, dalam peristilahan dan

lingkungan istilah media terdapat beberapa istilah lain yang mengiringinya

atau berhubungan yang dapat disimpulkan sebagai unsur-unsur dari media.

C. Pengertian Televisi

Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi

berasal dari kata tele dan vision; yang mempunyai arti masing-masing jauh

(tele) dan tampak (vision). Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari

jarak jauh. Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena

penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia 'televisi'

secara tidak formal disebut dengan TV, tivi, teve atau tipi.14

13

S. Sadiman, Arief, dkk. Media Pendidikan, pengertian, pengembangan, dan

pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindi Persada, 2008. 14

http://id.wikipedia.org/wiki/Televisi (Akses 5 Desember 2010)

Page 28: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

19

1. Pengertian Televisi, Stasiun, dan Siaran

Televisi merupakan media komunikasi yang menyediakan berbagai

informasi yang update, dan menyebarkannya kepada khalayak umum.

Dalam Baksin (2006: 16) mendefinisikan bahwa: “Televisi merupakan

hasil produk teknologi tinggi (hi-tech) yang menyampaikan isi pesan

dalam bentuk audiovisual gerak. Isi pesan audiovisual gerak memiliki

kekuatan yang sangat tinggi untuk mempengaruhi mental, pola pikir, dan

tindak individu”.

Menurut ensiklopedia Indonesia dalam Parwadi (2004: 28) lebih

luas lagi dinyatakan bahwa: “Televisi adalah sistem pengambilan gambar,

penyampaian, dan penyuguhan kembali gambar melalui tenaga listrik.

Gambar tersebut ditangkap dengan kamera televisi, diubah menjadi sinyal

listrik, dan dikirim langsung lewat kabel listrik kepada pesawat penerima”.

Berdasarkan kedua pendapat di atas menjelaskan bahwa televisi

adalah sistem elektronis yang menyampaikan suatu isi pesan dalam bentuk

audiovisual gerak dan merupakan sistem pengambilan gambar,

penyampaian, dan penyuguhan kembali gambar melalui tenaga listrik.

Dengan demikian, televisi sangat berperan dalam mempengaruhi mental,

pola pikir khalayak umum. Televisi karena sifatnya yang audiovisual

merupakan media yang dianggap paling efektif dalam menyebarkan nilai-

nilai yang konsumtif dan permisif.

Stasiun televisi merupakan lembaga penyiaran atau tempat berkerja

yang melibatkan banyak orang, dan yang mempunyai kemampuan atau

Page 29: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

20

keahlian dalam bidang penyiaran yang berupaya menghasilkan siaran atau

karya yang baik.15

Dalam buku Morissan dinyatakan bahwa Stasiun Televisi adalah

tempat kerja yang sangat kompleks yang melibatkan banyak orang dengan

berbagai jenis keahlian. Juru kamera, editor gambar, reporter, ahli grafis,

dan staf operasional lainnya harus saling berintraksi dan berkomunikasi

dalam upaya untuk menghasilkan siaran yang sebaik mungkin Dari

penjelasan di atas maka dapat diuraikan bahwa televisi sangat berpengaruh

terhadap stasiun, karena stasiun merupakan suatu tempat atau kantor yang

mengupayakan untuk menghasilkan siaran yang sebaik mungkin, dengan

demikian melibatkan banyak orang dalam pengelolaan berita atau

informasi yang akan di publikasikan.

Umumnya siaran bertujuan untuk memberi informasi yang dapat

dinikmati dan dapat diterima dikalangan masyarakat, menurut Morissan

bahwa: “Siaran televisi merupakan pemancaran sinyal listrik yang

membawa muatan gambar proyeksi yang terbentuk melalui pendekatan

sistem lensa dan suara.16

Siaran televisi adalah merupakan gabungan dari segi verbal, visual,

teknologial, dan dimensi dramatikal. Verbal, berhubungan dengan kata-

kata yang disusun secara singkat, padat, efektif. Visual lebih banyak

menekankan pada bahasa gambar yang tajam, jelas, hidup, memikat.

Teknologikal, berkaitan dengan daya jangkau siaran, kualitas suara,

kualitas suara dan gambar yang dihasilkan serta diterima oleh pesawat

15

Morissan, Teori Komunikasi Massa, (Bogor: PT. Ghalia Indonesia, 2010), h. 9 16

Morissan, Teori Komunikasi Massa, (Bogor: PT. Ghalia Indonesia, 2010), h. 2

Page 30: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

21

televisi penerima di rumah-rumah. Dramatikal berarti bersinggungan

dengan aspek serta nilai dramatikal yang dihasilkan oleh rangkaian gambar

yang dihasilkan secara simultan.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat didefinisikan bahwa siaran

televisi adalah suatu pemancar yang diproyeksikan melalui pendekatan

sistem lensa, suara, dan menghasilkan gambar yang bergerak dan berisikan

suatu informasi yang beranekaragam yang dapat diterima oleh setiap

kalangan masyarakat.

2. Kekurangan dan kekuatan televisi

a. Kekurangan televisi

1) Karena bersifat transitory maka isi pesannya tidak dapat dimemori

oleh pemirsa.

2) Media televisi terikat oleh waktu tontonan.

3) Televisi tidak bisa melakukan kritik sosial serta pengawasan sosial

secara langsung dan vulgar. Hal ini terjadi karena faktor

penyebaran siaran televisi yang begitu luas kepada massa yang

heterogen.

4) Pengaruh televisi lebih cenderung menyentuh aspek psikologis

massa.

5) memerlukan biaya yang cukup besar

b. Kekuatan televisi

1) Media televisi menguasai jarak dan ruang karena teknologi televisi

telah menggunakan elektromagnetik, kabel dan fiber yang

dipancarkan melalui satelit.

Page 31: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

22

2) Sasaran yang dicapai untuk menjangkau massa cukup besar.

3) Nilai aktualitas terhadap suatu liputan atau pemberitaan sangat

cepat.

4) Daya rangsang seseorang terhadap media televisi cukup tinggi. Hal

ini disebabakan oleh kekuatan suara dan gambarnya yang bergerak.

5) menimbulkan efek atau dampak yang kuat terhadap pemirsa.

D. Pengertian Berita

Berita berasal dari bahsa sansekerta "Vrit" yang dalam bahasa Inggris

disebut "Write" yang arti sebenarnya adalah "Ada" atau "Terjadi".Ada juga

yang menyebut dengan "Vritta" artinya "kejadian" atau "Yang Telah Terjadi".

Menurut kamus besar, berita berarti laporan mengenai kejadian atau peristiwa

yang hangat.

Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang

benar, menarik dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media

berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau media on-line internet.17

News (berita) mengandung kata new yang berarti baru. Secara singkat

sebuah berita adalah sesuatu yang baru yang diketengahkan bagi khalayak

pembaca atau pendengar. Dengan kata lain, news adalah apa yang surat kabar

atau majalah cetak atau apa yang para penyiar beberkan.

Menurut Dean M. Lyle Spencer : Berita adalah suatu kenyataan atau

ide yang benar yang dapat menarik perhatian sebagian besar dari pembaca.

Menurut Willard C. Bleyer : Berita adalah sesuatu yang termasa (baru)

yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar. Karena itu ia

17

http://kries07.blogspot.com/2009/02/pengertian-berita.html (Akses 5 November 2010)

Page 32: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

23

dapat menarik atau mempunyai makana bagi pembaca surat kabar, atau karena

ika dapat menarik pembaca - pembaca tersebut. Menurut William S Maulsby :

Berita adalah suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta yang

mempunyai arti penting dan baru terjadi, yang dapat menarik perhatian

pembaca surat kabar yang memuat berita tersebut. Menurut Eric C. Hepwood :

Berita adalah laporan pertama dari kejadian yang penting yang dapat menarik

perhatian umum

Dari sekian definisi atau batasan tentang berita itu, pada prinsipnya ada

beberapa unsur penting yang harus diperhatikan dari definisi tersebut. Yakni:

Laporan kejadian atau peristiwa atau pendapat yang menarik dan penting

disajikan secepat mungkin kepada khalayak luas.

1. Dalam berita juga terdapat jenis-jenis berita yaitu, Straight News: berita

langsung, apa adanya, ditulis secara singkat dan lugas. Sebagian besar

halaman depan surat kabar berisi berita jenis ini,

2. jenis berita Straight News dipilih lagi menjadi dua macam. Hard News:

yakni berita yang memiliki nilai lebih dari segi aktualitas dan kepentingan

atau amat penting segera diketahui pembaca. Berisi informasi peristiwa

khusus (special event) yang terjadi secara tiba-tiba.

3. Soft News, nilai beritanya di bawah Hard News dan lebih merupakan

berita pendukung.

4. Depth News: berita mendalam, dikembangkan dengan pendalaman hal-hal

yang ada di bawah suatu permukaan.

5. Investigation News: berita yang dikembangkan berdasarkan penelitian atau

penyelidikan dari berbagai sumber.

Page 33: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

24

6. Interpretative News: berita yang dikembangkan dengan pendapat atau

penelitian penulisnya/reporter.

7. Opinion News: berita mengenai pendapat seseorang, biasanya pendapat

para cendekiawan, sarjana, ahli, atau pejabat, mengenai suatu hal,

peristiwa, kondisi poleksosbudhankam, dan sebagainya.

Bagian berita secara umum, berita mempunyai bagian-bagian dalam

susunannya yaitu

1. Headline

Biasa disebut judul. Sering juga dilengkapi dengan anak judul. Ia berguna

untuk menolong pembaca agar segera mengetahui peristiwa yang akan

diberitakan menonjolkan satu berita dengan dukungan teknik grafika.

2. Deadline.

Ada yang terdiri atas nama media massa, tempat kejadian dan tanggal

kejadian. Ada pula yang terdiri atas nama media massa, tempat kejadian

dan tanggal kejadian. Tujuannya adalah untuk menunjukkan tempat

kejadian dan inisial media.

3. Lead.

Lazim disebut teras berita. Biasanya ditulis pada paragraph pertama

sebuah berita. Ia merupakan unsur yang paling penting dari sebuah berita,

yang menentukan apakah isi berita akan dibaca atau tidak. Ia merupakan

sari pati sebuah berita, yang melukiskan seluruh berita secara singkat.

4. Body.

Atau tubuh berita. Isinya menceritakan peristiwa yang dilaporkan dengan

bahasa yang singkat, padat, dan jelas. Dengan demikian body merupakan

perkembangan berita.

Page 34: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

25

Unsur-Unsur Berita

Dalam Berita Harus terdapat unsur-unsur 5W 1H yaitu :

1. What - apa yang terjadi di dalam suatu peristiwa?

2. Who - siapa yang terlibat di dalamnya?

3. Where - di mana terjadinya peristiwa itu?

4. When - kapan terjadinya?

5. Why - mengapa peristiwa itu terjadi?

E. Perbedaan Berita Faktual dan Berita Non Faktual

1. Berita Faktual

a. Kritis Terhadap Fakta

Faktual artinya sesuai dengan kenyataan yang ada, atau

realevent. (dalam buku Bagaimana meliput dan menulis berita untuk

media massa. Ashadi Siregar, dkk:58). Ketika mengumpulan fakta,

wartawan pada dasarnya mengandalkan subjektifitas dirinya.sebagai

pengamat suatu kejadian, wartawan mengandalkan subjektifitas dirinya

untuk memperoleh fakta yang dapat ditangkap secara indrawi. Ketika

mewawancarai seseorang, wartawan mengandalkan subjektifitas orang

tersebut untuk memperoleh pengalaman, kesaksian, atau pendapatnya.

Persoalan yang muncul kemudian adalah bagaimana

subjektifitas itu berpengaruh terhadap kebenaran, kopetensi, dan juga

konsistensi dari setiap fakta yang diperoleh. Jika subjektifitas itu

dipengaruhi oleh adanya kepentingan atau keberpihakan, atau oleh

ukuran yang tidak berlaku umum, maka fakta yang diperoleh wartawan

mungkin mengalami bias. Fakta yang demikian akan gagal

menggambarkan realitas sesungguhnya.

Page 35: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

26

b. Informasi : News & Views

Informasi adalah pesan, ide, laporan, keterangan, atau

pemikiran. Dalam dunia jurnalistik, informasi dimaksud adalah news

(berita) dan views (opini). Berita adalah laporan peristiwa yang

bernilai jurnalistik atau memiliki nilai berita (news values) aktual,

faktual, penting, dan menarik. Berita disebut juga informasi terbaru.

Jenis-jenis berita:

1) berita langsung (straight news)

2) berita opini (opinion news)

3) berita investigasi (investigative news)

Views adalah pandangan atau pendapat mengenai suatu

masalah atau peristiwa. Jenis-jenis informasi ini adalah: kolom,

tajukrencana, artikel, surat pembaca, karikatur, pojok, dan esai. Ada

juga tulisan yang tidak termasuk berita juga tidak bisa disebut opini,

yakni feature, yang merupakan perpaduan antara news dan views. Jenis

feature yang paling populer adalah feature tips (how to do it feature),

feature biografi, feature catatan perjalanan/petualangan, dan feature

human interest. 18

2. Berita Non Faktual

Kabar yang dikemas berita non faktual diranah pertelevisian

Indonesia adalah sebagai informasi seputar artis, dan mengutamakan fakta

privat yang sering dikaitkan dengan kabar burung, kabar angin, rumor dan

18

http://sulfikar.com/dasar-dasar-jurnalistik-1.html (Akses 14 Desember 2010)

Page 36: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

27

isu sebagai gossip. Fakta privat dikemas secara terangterangan sehingga

merupakan pembeberan rahasia pribadi.

Kriteria berita non faktual bisa dilihat dari persyaratan berita,

biasanya tidak memenuhi unsur-unsur berita. Seperti yang sudah

dijelaskan, berita bisa disebut fakta jika memenuhi 5W + 1H jika tidak

memenuhi kriteria tersebut maka berita tersebut dinamakan berita non

faktual. Dalam jurnalistik yang disebut berita harus mengandung nilai

(news value atau news worthy). Berita bisa disebut mempunyai nilai al.

jika mengutamakan fakta, mengedepankan kebenaran, menghargai harkat

dan martabat manusia, membela yang diabaikan, seimbang, dan lain-lain.

Jika sudah memenuhi unsur-unsur layak berita dan kelengkapan berita

maka berita tersebut bisa menjadi agent of change.19

F. Pengertian Infotainment

Infotainment, kata infotainment berasal dari dua kata yaitu

information dan entertainment yang berarti hiburan, namun infotainment

bukanlah berita hiburan. Infotainment adalah berita yang menyajikan

informasi mengenai kehidupan orang-orang yang dikenal masyarakat

(celebrity), dan karena sebagian besar dari mereka bekerja pada industri

hiburan seperti pemain film/ sinetron, penyanyi dan sebagainya maka berita

mengenai mereka disebut juga dengan infotainment. Infotainment adalah salah

satu bentuk berita keras karena memuat informasi yang harus segera

ditayangkan. Program berita reguler terkadang menampilkan berita mengenai

19

http://www.scribd.com/doc/34518749/Menyoal-Nilai-Beita-Infotainment (Akses 14

Desember 2010)

Page 37: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

28

kehidupan selebritis yang biasanya disajikan pada segmen akhir suatu program

berita. Namun dewasa ini infotainment disajikan dalam program berita sendiri

yang terpisah dan khusus menampilkan berita-berita mengenai kehidupan

selebritis.20

Mimetisme Infotainment & Etika Komunikasinya

Mimetisme dalam buku Haryatmoko tentang etika komunikasi

adalah “Gairah yang tiba-tiba menghinggapi media dan mendorongnya seperti

sangat urgen, bergegas untuk meliput kejadian, karena media lain

menganggapnya penting.4 Ikut-ikutan semacam ini pada akhirnya akan sampai

pada keyakinan bahwa semakin banyak media memberitakan akan suatu hal

secara kolektif maka dianggap hal itu penting. Sementara media membiarkan

diri untuk selalu membangkitkan keingintahuan pemirsanya dengan

menawarkan untuk memberikan informasi secara lebih.

Infotainment merupakan salah satu dari sekian banyak program di

televisi yang mengundang perdebatan. Namun demikian program ini masih

semarak di stasiun-stasiun televisi hingga saat ini. Program televisi yang satu

ini menggabungkan konsep informasi dengan entertainment (informasi dan

hiburan) dalam konsep acaranya. Program infotainment termasuk jenis

program yang berkembang dengan cepat dan dari aspek biaya produksi, acara

ini relatif termasuk yang termudah dan termurah. Program ini tidak terlalu

membutuhkan polesan dalam penyampaiannya. Tidak terlalu membutuhkan

banyak property atau kecanggihan teknologi tertentu dalam pembuatannya.

20

Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, (Jakarta,)h. 27 4 Haryatmoko, Etika Komunikasi, (Yogyakarta, Kanisius, 2007), h. 22

Page 38: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

29

Karena konsepnya yang sangat natural, dengan asumsi semakin polos cara

penyampaiannya maka akan semakin dahsyat efek komunikasinya.

Beberapa infotainment cenderung mengetengahkan gaya bahasa

presenternya yang cukup bombastis dan provokatif, meski dengan penguasaan

bahasanya yang pas-pasan. Penampilan yang seronok dan dandanan pakaian

yang kurang sopan dalam tayangan infotainment kerap dianggap membuat

risih dilihat dari tataran etika atau dianggap dapat meracuni publik.

Kehadiran infotainment di televisi sedang mendapat gugatan dari

berbagai kalangan, mulai dari masyarakat awam, tokoh masyarakat, LSM, dan

bahkan dari kalangan jurnalistik itu sendiri. Ada yang mempertanyakan

keabsahannya sebagai kegiatan jurnlistik, dan ada pula yang mempersoalkan

konten tayangan yang dianggapnya telah kebablasan.

Pengertian infotainment tersebut adalah: Infotainment berasal dari dua

kata yaitu information dan entertainment yang dianggap sebagai informasi

yang berisi kabar, kabar burung (tidak ada pada faktanya), dan kabar angin

(tidak jelas sumbernya) seputar dunia hiburan. Kabar seputar dunia hiburan ini

dianggap sebagai informasi yang kemudian dikaitkan dengan berita. Memang,

stasiun televisi menyiarkan berita dalam berbagai bentuk, seperti berita

langsung (hard news), reportase, dan lain sebagainya. Sehingga ada kesan

infotainment juga sebagai berita.

Bandingkan dengan informasi dalam infotainment lebih

mengutamakan fakta privat yang tidak terkait dengan kepentingan publik.

Informasinya lebih menonjolkan kabar burung dan kabar angin maka

Page 39: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

30

informasi yang ada di infotainment tidak mempunyai nilai sebagai berita

jurnalistik.

Kabar dalam infotainment dirancang agar memenuhi kritetia berita

jurnalistik yaitu dilengkapi dengan 5W + 1H, dengan check dan recheck serta

cover both side yang lebih mirip sebagai klarifikasi. Akan tetapi meski

informasi atau fakta sudah memenuhi 5W + 1H itu baru sebatas berita.

Sedangkan informasi atau fakta yang dikemas sebagai berita jurnalistik selain

ada 5W + 1H harus mengandung unsur-unsur layak berita.

Fakta privat bisa menjadi berita jurnalistik jika dibawa ke ranah publik

atau terkait dengan masalah publik dan hukum. Misalnya, informasi seputar

video porno mirip artis sudah menjadi fakta publik karena menyangkut

(pelanggaran) hukum. Maka, tidak ada alasan untuk menyalahkan media

massa dalam pemberitaan video mesum itu selama berpijak pada fakta publik

(penyidikan polisi), fakta empiris (data), dan fakta opini. (Pendapat yang

relevan dari berbagai kalangan).22

Belakangan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menyebut infotainment

sebagai berita nonfaktual. Ini membingungkan karena informasi yang dimekas

infotainment juga fakta. Semua kabar yang disiarkan infotainment adalah

fakta. Persoalannya adalah infotainment menyasar fakta privat. Padahal,

jurnalistik mengedepankan fakta publik dan fakta empiris.

Rencana menyensor materi inforainment oleh lembaga atau badan

semacam LSF (Lembaga Sensor Film) tidak akan berguna karena sensor yang

dijalankan lebih condong ke arah materi yang terkait dengan (adegan) seks.

22

http://www.unisba.ac.id/index.php/en/Artikel/qinfotainmentq.aspx (Akses 23

Desember 2010)

Page 40: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

31

Sedangkan yang dipersoalkan dalam tayangan infotainment adalah masalah

pribadi yang dijadikan sebagai materi dalam cengkeraman gossip.

Dikalangan pertelevisian internasional juga dikenal infotainment

sebagai pembeberan fakta seputar film dan musik beserta orang-orang yang

terlibat di dalamnya. Bisa juga berupa resensi film atau musik. Yang

ditampilkan adalah kabar tentang film dan tokoh yang terkait dengan film

tersebut.

Sudah saatnya kita mengubah paradigma dalam menghadapi siaran

televisi dengan mendorong masyarakat untuk memilih acara televisi melalui

pendidikan media. Masyarakat didorong agar bisa memilih siaran televisi

dengan muatan asas manfaat.23

Oleh karena itu kecepatan memperoleh berita belum cukup untuk

menjamin posisi keberlangsungan suatu media. Agar tidak ditinggal oleh

konsumen, maka media harus selalu mampu merpertegas kekhasannya dan

memberi presentasi yang menarik. Tuntan ini menyeret masuk kecendrungan

menampilkan yang spektakuler dan sensasional. Penampilan seperti itu isinya

biasanya cendrung superfisial. Karena ingin menyentuh banyak orang dan

tidak merugikan, maka dicari yang menyenangkan semua, lalu yang

ditampilkan mirip dengan acara serba-serbi.24

Jika demikian apa yang telah di sampaikan dalam buku Dr.

Haryatmoko seperti itu, maka infotainment bisa dikategorikan sebagai

kepentingan komersial (memperoleh kepentingan semata), bukanlah

kepentingan nilai berita dan objektifitas berita

23

http://www.swarakita manado.com/index.php/berita/berita-utama/14671-menyoal-nilai-

berita-infotainment.html. Sumber: Harian “Swara Kita”, Manado. (Akses 27 Desember 2010) 24

Haryatmoko, Etika Komunikasi (Yogyakarta, PT. Kanisius, 2007), h. 10.

Page 41: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

32

G. Kode Etik Jurnalistik

Jurnalisme merupakan sebuah pekerjaan yang menuntut seseorang

untuk berikap teliti, berimbang, objektif, dan akurat. Sebab hasil dari setiap

pekerjaan jurnalisme selalu harus bisa dipertanggunjawabkan kepada publik

secara menyeluruh. Seperti disebutkan pada sembilan elemen jurnalisme pada

elemen yang pertama, bahwa kewajiban jurnalisme pada kebenaran, dalam

jurnalisme sendiri lebih dimaksudkan kebenaran fungsional. Bukanlah

kebenaran yang sering dicari oleh orang filsafat. Kebenaran fungsional adalah

kebenaran yang senantiasa terus untuk dicari. Jurnalisme melaporkan materi

“kebenaran” apa yang dapat dipercaya dan dimanfaatkan masyarakat saat ini.

Berbekal kebenaran tersebut, masyarakat belajar dan berpikir mengenai segala

sesuatu yang terjadi di sekitarnya. Dengan demikian, jurnalisme

menyampaikan kebenaran tentang fakta-fakta yang ditemukan saat itu. Fakta-

fakta itu tentunya dilaporkan secara akurat dan jujur.

Untuk menegakkan martabat, intergeritas dan mutu jurnalis televisi

Indonesia, serta bertumpu kepada kepercayaan masyarakat, dengan ini Ikatan

Jurnalis Televisi (IJTI), menetapkan Kode Etik Jurnalis, yang harus ditaati dan

dilaksanakan oleh seluruh Televisi Indonesia. Jurnalis televisi Indonesia

mengumpulkan dan menyajikan berita yang benar dan menarik minat

masyarakat serta jujur dan bertanggung jawab sesuai dengan aturan dan

ketentuan seperti dibawah ini:

Page 42: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

33

BAB I. KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Kode Etik Jurnalis Televisi adalah penuntun perilaku jurnalis televisi dalam

melaksanakan profesinya.

BAB II. KEPRIBADIAN

Pasal 2

Jurnalis televisi Indonesia adalah pribadi yang mandiri dan bebas dari

benturan kepentingan, baik yang nyata maupun terselubung.

Pasal 3

Jurnalis televisi Indonesia menyajikan berita secara akurat, jujur, dan

berimbang, dengan mempertimbangkan hati nurani.

Pasal 4

Jurnalis televisi Indonesia tidak menerima imbalan apapun berkaitan dengan

profesinya.

BAB III. CARA PEMBERITAAN

Pasal 5

Dalam menayangkan sumber dan bahan berita secara akurat, jujur dan

berimbang, jurnalis Televisi Indonesia:

1. Selalu mengevakuasi informasi semata-mata berdasarkan kelayakan berita,

menolak sensasi, berita menyesatkan, memutarbalikkan fakta, fitnah,

cabul, dan sadis.

2. Tidak menayangkan materi gambar maupun suara yang menyesatkan

pemirsa.

3. Tidak merekayasa peristiwa, gambar maupun suara untuk dijadikan berita.

Page 43: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

34

4. Menghindari berita yang memungkinkan benturan yang berkaitan dengan

masalah SARA.

5. Menyatakan secara jelas berita-berita yang bersifat fakta, analisis,

komentar, dan opini.

Page 44: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

35

BAB III

TINJAUAN UMUM PROFIL

KOMISI PENYIARAN INDONESIA (KPI)

A. Sejarah berdirinya KPI

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) adalah sebuah lembaga independen

di Indonesia yang kedudukannya setingkat dengan lembaga negara lainnya

yang berfungsi sebagai regulator penyelenggaraan penyiaran di Indonesia.

Komisi ini berdiri sejak tahun 2002 berdasarkan Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran. KPI terdiri atas

Lembaga Komisi Penyiaran Indonesia Pusat (KPI Pusat) dan Komisi

Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) yang bekerja di wilayah setingkat

Provinsi. Wewenang dan lingkup tugas Komisi Penyiaran meliputi pengaturan

penyiaran yang diselenggarakan oleh Lembaga Penyiaran Publik, Lembaga

Penyiaran Swasta, dan Lembaga Penyiaran Komunitas. Saat ini Komisi

Penyiaran Indonesia diketuai oleh Sasa Djuarsa Sendjaja.

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), yang lahir atas amanat Undang-

undang Nomor 32 Tahun 2002, terdiri atas KPI Pusat dan KPI Daerah (tingkat

provinsi). Anggota KPI Pusat dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat RI dan

KPI Daerah (7 orang) dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi.

Selain itu, anggaran program kerja KPI Pusat dibiayai oleh APBN (Anggaran

Pendapatan Belanja Negara) dan KPI Daerah dibiayai oleh APBD (Anggaran

Pendapatan Belanja Daerah).

Page 45: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

36

Dalam pelaksanaan tugasnya, KPI Pusat dibantu oleh sekretariat

tingkat eselon II yang stafnya terdiri atas staf pegawai negeri sipil serta staf

profesional non PNS. KPI merupakan wujud peran serta masyarakat berfungsi

mewadahi aspirasi serta mewakili kepentingan masyarakat akan penyiaran

harus mengembangkan program-program kerja hingga akhir kerja dengan

selalu memperhatikan tujuan yang diamanatkan Undang-undang Nomor 32

tahun 2002 Pasal 3.

Penyiaran diselenggarakan dengan tujuan untuk memperkukuh

integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan

bertaqwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum,

dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil, dan

sejahtera, serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia.

Untuk mencapai tujuan tersebut organisasi KPI dibagi menjadi tiga

bidang, yaitu bidang kelembagaan, perizinan, dan pengawasan isi siaran.

Bidang kelembagaan menangani persoalan hubungan antar kelembagaan KPI,

koordinasi KPI Daerah serta pengembangan kelembagaan KPI.

Bidang struktur penyiaran bertugas menangani perizinan, industri dan

bisnis penyiaran. Sedangkan bidang pengawasan isi siaran menangani

pemantauan isi siaran, pengaduan masyarakat, advokasi dan literasi media.

Mekanisme pembentukan KPI dan rekrutmen anggota yang diatur oleh

Undang-undang nomor 32 tahun 2002 akan menjamin bahwa pengaturan

sistem penyiaran di Indonesia akan dikelola secara partisipatif, transparan,

akuntabel.1

1 http://www.kpi.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1799%3

Amozaik-kelembagaan-kpi-&catid=29%3Apublikasi&lang=id (Akses 28 Desember 2010)

Page 46: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

37

B. Latar Belakang KPI

Undang-undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 merupakan dasar

utama bagi pembentukan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Semangatnya

adalah pengelolaan sistem penyiaran yang merupakan ranah publik harus

dikelola oleh sebuah badan independen yang bebas dari campur tangan

pemodal maupun kepentingan kekuasaan.

Berbeda dengan semangat dalam Undang-undang penyiaran

sebelumnya, yaitu Undang-undang No. 24 Tahun 1997 pasal 7 yang berbunyi

"Penyiaran dikuasai oleh negara yang pembinaan dan pengendaliannya

dilakukan oleh pemerintah", menunjukkan bahwa penyiaran pada masa itu

merupakan bagian dari instrumen kekuasaan yang digunakan untuk semata-

mata bagi kepentingan pemerintah.

Proses demokratisasi di Indonesia menempatkan publik sebagai

pemilik dan pengendali utama ranah penyiaran. Karena frekuensi adalah milik

publik dan sifatnya terbatas, maka penggunaannya harus sebesar-besarnya

bagi kepentingan publik. Sebesar-besarnya bagi kepentingan publik artinya

adalah media penyiaran harus menjalankan fungsi pelayanan informasi publik

yang sehat. Informasi terdiri dari bermacam-macam bentuk, mulai dari berita,

hiburan, ilmu pengetahuan dan sebagainya. Dasar dari fungsi pelayanan

informasi yang sehat adalah seperti yang tertuang dalam Undang-undang

Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 yaitu Diversity of Content (prinsip

keberagaman isi) dan Diversity of Ownership (prinsip keberagaman

kepemilikan). Kedua prinsip tersebut menjadi landasan bagi setiap kebijakan

yang dirumuskan oleh KPI. Pelayanan informasi yang sehat berdasarkan

prinsip keberagaman isi adalah tersedianya informasi yang beragam bagi

Page 47: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

38

publik baik berdasarkan jenis program maupun isi program. Sedangkan

prinsip keberagaman kepemilikan adalah jaminan bahwa kepemilikan media

massa yang ada di Indonesia tidak terpusat dan dimonopoli oleh segelintir

orang atau lembaga saja. Prinsip ini juga menjamin iklim persaingan yang

sehat antara pengelola media massa dalam dunia penyiaran di Indonesia.

Apabila ditelaah secara mendalam, Undang-undang no. 32 Tahun 2002

tentang Penyiaran lahir dengan dua semangat utama, pertama pengelolaan

sistem penyiaran harus bebas dari berbagai kepentingan karena penyiaran

merupakan ranah publik dan digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan

publik. Kedua adalah semangat untuk menguatkan entitas lokal dalam

semangat otonomi daerah dengan pemberlakuan sistem siaran berjaringan.

Maka sejak disahkannya Undang-undang no. 32 Tahun 2002 terjadi perubahan

fundamental dalam pengelolaan sistem penyiaran di Indonesia, dimana pada

intinya adalah semangat untuk melindungi hak masyarakat secara lebih

merata. Perubahan paling mendasar dalam semangat UU ini adalah adanya

limited transfer of authority dari pengelolaan penyiaran yang selama ini

merupakan hak ekslusif pemerintah kepada sebuah badan pengatur

independen (independent regulatory body) bernama Komisi Penyiaran

Indonesia (KPI). Independen yang dimaksudkan adalah untuk mempertegas

bahwa pengelolaan sistem penyiaran yang merupakan ranah publik harus

dikelola oleh sebuah badan yang bebas dari intervensi modal maupun

kepentingan kekuasaan. Belajar dari masa lalu dimana pengelolaan sistem

penyiaran masih berada ditangan pemerintah (pada masa rezim orde baru),

sistem penyiaran sebagai alat strategis tidak luput dari kooptasi negara yang

dominan dan digunakan untuk melanggengkan kepentingan kekuasaan. Sistem

Page 48: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

39

penyiaran pada waktu itu tidak hanya digunakan untuk mendukung hegemoni

rezim terhadap publik dalam penguasaan wacana strategis, tapi juga

digunakan untuk mengambil keuntungan dalam kolaborasi antara segelintir

elit penguasa dan pengusaha. Terjemahan semangat yang kedua dalam

pelaksanaan sistem siaran berjaringan adalah, setiap lembaga penyiaran yang

ingin menyelenggarakan siarannya di suatu daerah harus memiliki stasiun

lokal atau berjaringan dengan lembaga penyiaran lokal yang ada didaerah

tersebut. Hal ini untuk menjamin tidak terjadinya sentralisasi dan monopoli

informasi seperti yang terjadi sekarang. Selain itu, pemberlakuan sistem siaran

berjaringan juga dimaksudkan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi

daerah dan menjamin hak sosial-budaya masyarakat lokal. Selama ini

sentralisasi lembaga penyiaran berakibat pada diabaikannya hak sosial-budaya

masyarakat lokal dan minoritas. Padahal masyarakat lokal juga berhak untuk

memperolah informasi yang sesuai dengan kebutuhan polik, sosial dan

budayanya. Disamping itu keberadaan lembaga penyiaran sentralistis yang

telah mapan dan berskala nasional semakin menghimpit keberadaan lembaga-

lembaga penyiaran lokal untuk dapat mengembangkan potensinya secara lebih

maksimal.

C. Visi dan Misi Komisi Penyiaran Indonesia

Visi:

Terwujudnya sistem penyiaran nasional yang berkeadilan dan

bermartabat untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan

masyarakat.

Page 49: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

40

Misi:

Membangun dan memelihara tatanan informasi nasional yang adil,

merata, dan seimbang.

Membantu mewujudkan infrastruktur bidang penyiaran yang tertib dan

teratur, serta arus informasi yang harmonis antara pusat dan daerah,

antarwilayah Indonesia, juga antara Indonesia dan dunia internasional.

Membangun iklim persaingan usaha di bidang penyiaran yang sehat

dan bermartabat.

Mewujudkan program siaran yang sehat, cerdas, dan berkualitas untuk

pembentukan intelektualitas, watak, mora, kemajuan bangsa, persatuan dan

kesatuan, serta mengamalkan nilai-nilai dan budaya Indonesia.

Menetapkan perencanaan dan pengaturan serta pengembangan SDM

yang menjamin profesionalitas penyiaran.

D. Struktur Kelembagaan Komisi Penyiaran Indonesia

Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002, Komisi

Penyiaran Indonesia terdiri atas KPI Pusat dan KPI Daerah (tingkat provinsi).

Anggota KPI Pusat (9 orang) dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI

dan KPI Daerah (7 orang) dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD) tingkat propinsi. Dan selanjutnya, anggaran untuk program kerja KPI

Pusat dibiayai oleh APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) dan KPI

Daerah dibiayai oleh APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) masing-

masing provinsi.

Page 50: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

41

Dalam pelaksanaan tugasnya, KPI dibantu oleh sekretariat tingkat

eselon II yang stafnya terdiri dari staf pegawai negeri sipil (PNS) serta staf

profesional non PNS. KPI merupakan wujud peran serta masyarakat berfungsi

mewadahi aspirasi serta mewakili kepentingan masyarakat akan penyiaran

harus mengembangkan program-program kerja hingga akhir kerja dengan

selalu memperhatikan tujuan yang diamanatkan Undang-undang Nomor 32

tahun 2002 Pasal 3:

“Penyiaran diselenggarakan dengan tujuan untuk memperkukuh

integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan

bertaqwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum,

dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil, dan

sejahtera, serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia.”

Untuk mencapai tujuan tersebut organisasi KPI dibagi menjadi tiga

bidang:

Bidang Kelembagaan, menangani persoalan hubungan antar

kelembagaan KPI, koordinasi KPID serta pengembangan kelembagaan KPI.

1. Azimah Soebagijjo (Koordinator)

2. Idy muzayyad

3. Judhariksawan

Bidang Struktur Penyiaran, bertugas menangani perizinan, industri

dan bisnis penyiaran.

1. Iswandi Syaputra (Koordinator)

2. Dadang Rahmat Hidayat (Merangkap Ketua KPI Pusat)

3. Mochamad Riyanto

Page 51: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

42

Bidang Pengawasan Isi Siaran, menangani pemantauan isi siaran,

pengaduan masyarakat, advokasi dan literasi media.

1. Ezki Tri Widianti (Koordinator)

2. Fetty Fajriati Miftach (Anggota/Merangkap Wakil Ketua KPI Pusat)

3. Nina Muthmainnah (Merangkap Wakil Ketua KPI Pusat)

Dengan adanya diatur oleh Undang-undang nomor 32 tahun 2002,

mekanisme pembentukan KPI dan rekrutmen anggotanya tentunya dapat

menjamin bahwa pengaturan sistem penyiaran di Indonesia akan dikelola

secara partisipatif, transparan, akuntabel sehingga menjamin independensi

KPI itu sendiri.

E. Tugas dan Kewajiban Komisi Penyiaran Indonesia

Sebagai lembaga independen yang bertugas mengawasi siaran media

massa, tentu KPI memiliki tugas dan kewajiban serta wewenang dalam ruang

lingkup siaran. Undang-undang dalam (P3SPS) adalah sebagai acuan dan

rujukan untuk melaksanakan kewajiban KPI. Demi kelangsungan penegakan

hukum mengenai siaran, KPI mempunyai integritas yang kuat untuk

mensinerjakan kelayakan siaran, tugas dan kewajiban tersebut adalah:

1. Menjamin masyarakat untuk memperoleh informasi yang layak dan benar

sesuai dengan hak asasi manusia.

2. Ikut membantu pengaturan infrastruktur bidang penyiaran.

3. Ikut membangun iklim persaingan yang sehat antarlembaga penyiaran dan

industri terkait.

4. Memelihara tatanan informasi nasional yang adil, merata, dan seimbang.

Page 52: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

43

5. Menampung, meneliti, dan menindaklanjuti aduan, sanggahan, serta kritik

dan apresiasi masyarakat terhadap penyelenggaraan penyiaran.

6. Menyusun perencanaan pengembangan sumber daya manusia yang

menjamin profesionalitas di bidang penyiaran.

Beberapa infotainment cenderung mengetengahkan gaya bahasa

presenternya yang cukup bombastis dan provokatif, meski dengan penguasaan

bahasanya yang pas-pasan. Penampilan yang seronok dan dandanan pakaian

yang kurang sopan dalam tayangan infotainment kerap dianggap membuat

risih dilihat dari tataran etika atau dianggap dapat meracuni publik. Oleh

karena itu dalam mengawasi KPI hal tersebut KPI berhak mengambil langkah

dalam wewenangnya hal ini dijelaskan dalam wewenang KPI.

F. Wewenang Komisi Penyiaran Indonesia

1. Menetapkan standar program siaran

2. Menyusun peraturan dan menetapkan pedoman perilaku penyiaran

(diusulkan oleh asosiasi/masyarakat penyiaran kepada KPI)

3. Mengawasi pelaksanaan peraturan dan pedoman perilaku penyiaran serta

standar program siaran.

4. Memberikan sanksi terhadap pelanggaran peraturan dan pedoman perilaku

penyiaran serta standar program siaran.

5. Melakukan koordinasi dan/atau kerjasama dengan Pemerintah, lembaga

penyiaran, dan masyarakat.

Page 53: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

44

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Fungsi, Wewenang dan Kewajiban Komisi Penyiaran Indonesia

Eksistensi KPI adalah bagian dari wujud peran serta masyarakat dalam

hal penyiaran, baik sebagai wadah aspirasi maupun mewakili kepentingan

masyarakat (UU Penyiaran, pasal 8 ayat 1). Legitimasi politik bagi posisi KPI

dalam kehidupan kenegaraan berikutnya secara tegas diatur oleh UU

Penyiaran sebagai lembaga negara independen yang mengatur hal-hal

mengenai penyiaran (UU Penyiaran, pasal 7 ayat 2). Secara konseptual posisi

ini mendudukkan KPI sebagai lembaga kuasi negara atau dalam istilah lain

juga biasa dikenal dengan auxilarry state institution.

Dalam rangka menjalankan fungsinya KPI memiliki kewenangan

(otoritas) menyusun dan mengawasi berbagai peraturan penyiaran yang

menghubungkan antara lembaga penyiaran, pemerintah dan masyarakat.

Pengaturan ini mencakup semua daur proses kegiatan penyiaran, mulai dari

tahap pendirian, operasionalisasi, pertanggungjawaban dan evaluasi. Dalam

melakukan semua ini, KPI berkoordinasi dengan pemerintah dan lembaga

negara lainnya, karena spektrum pengaturannya yang saling berkaitan. Ini

misalnya terkait dengan kewenangan yudisial dan yustisial karena terjadinya

pelanggaran yang oleh UU Penyiaran dikategorikan sebagai tindak pidana.

Selain itu, KPI juga berhubungan dengan masyarakat dalam menampung dan

menindaklanjuti segenap bentuk apresiasi masyarakat terhadap lembaga

penyiaran maupun terhadap dunia penyiaran pada umumnya bahwa

Page 54: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

45

kemerdekaan masyarakat menyatakan pendapat, menyampaikan, dan

memperoleh informasi, bersumber dari kedaulatan rakyat dan merupakan hak

asasi manusia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

yang demokratis. Dengan demikian, kemerdekaan atau kebebasan dalam

penyiaran harus dijamin oleh negara.

KPI mempunyai tugas dan kewajiban:

1. menjamin masyarakat untuk memperoleh informasi yang layak dan benar

sesuai dengan hak asasi manusia

2. ikut membantu dalam pengaturan infrastruktur bidang penyiaran

3. ikut membangun iklim persaingan yang sehat antara lembaga penyiaran

dan industri terikat

4. memelihara tatanan informasi nasional yang adil, merata dan seimbang

5. menampung, meneliti dan menindaklanjuti aduan, sanggahan, serta kritik

dan apresiasi masyarakat terhadap penyelenggaraan penyiaran dan

6. menyusun perencanaan pengembangan sumber daya manusia yang

menjamin profesionalitas dibidang penyiaran.

Pelanggaran yang dilakukan oleh infotainment Silet juga sesuai dengan

ketentuan undang-undang yang berlaku dalam (P3SPS) mengenai Peliputan

Bencana Alam:

Pasal: 34

Dalam meliput dan/ atau menyiarkan program yang melibatkan pihak-

pihak yang terkena musibah, lembaga penyiaran wajib mengikuti ketentuan

sebagai berikut:

1) melakukan peliputan subyek yang tertimpa musibah harus

mempertimbangkan proses pemulihan korban dan keluarganya

Page 55: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

46

2) tidak menambah penderitaan ataupun trauma orang dan/ atau keluarga

yang berada pada kondisi gawat darurat, korban kecelakaan atau korban

kejahatan, atau orang yang sedang berduka dengan cara memaksa,

menekan, mengintimidasi korban dan/ atau keluarganya untuk

diwawancarai dan/ atau diambil gambarnya dan/ atau

3) menyiarkan gambar korban dan/ atau orang yang sedang dalam kondisi

menderita hanya dalam konteks yang dapat mendukung tayangan

Pengamatan secara umum infotainment Silet jika disandarkan melalui

Pedoman Perilaku Penyiaran yang tertera dalam Undang-Undang Tentang

Penyiaran tentu program tersebut sangat keluar dari pedoman perilaku

penyiaran, disebutkan dalam Pasal 48 ayat (4).

Pengamatan secara khusus infotainment Silet, dalam kasusnya KPI

mendapatkan aduan-aduan dari masyarakat bencana Merapi dan warga

Yogyakarata akibata penyiaran yang dinilai berlebihan. Hal ini di tegaskan

dalam Undang-Undang Tentang Penyiaran.

Pasal 50:

1) KPI wajib mengawasi pelaksanaan pedoman perilaku penyiaran.

2) KPI wajib menerima aduan dari setiap orang atau kelompok yang

mengetahui adanya pelanggaran terhadap pedoman perilaku penyiaran.

3) KPI wajib menindaklanjuti aduan resmi mengenai hal-hal yang bersifat

mendasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) huruf e.

4) KPI wajib meneruskan aduan kepada lembaga penyiaran yang

bersangkutan dan memberikan kesempatan hak jawab.

Page 56: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

47

5) KPI wajib menyampaikan secara tertulis hasil evaluasi dan penilaian

kepada pihak yang mengajukan aduan dan Lembaga Penyiaran yang

terikat.

B. Infotainment sebagai berita faktual yang dipertanyakan nilai beritanya

Infotainment merupakan jelmaan dari dua kata yaitu information dan

entertainment yang dianggap sebagai informasi yang berisi kabar, misalnya

‘kabar burung’ (tidak ada faktanya), dan ‘kabar angin’ (tidak jelas sumbernya)

yang di kemas biasanya seputar dunia hiburan. Kabar seputar dunia hiburan

ini dianggap sebagai informasi yang kemudian dikaitkan dengan berita.

Memang, stasiun televisi menyiarkan berita dalam berbagai bentuk, seperti

berita langsung (hard news), reportase, dan lain-lain. sehingga ada kesan

infotainment juga sebagai berita.

Anggapan itulah kemudian yang rancu dan membingungkan oleh

karena itu penulis akan mengutarakan apakah infotainment temasuk berita

faktual atau sebaliknya berita non faktual. Penyiar berita di televisi selalu

mengatakan informasi untuk berita. Padahal, informasi tidak otomatis bisa

menjadi berita karena informasi atau fakta baru bisa menjadi berita jika

memenuhi unsur-unsur layak berita didalam buku Ashadi Siregar, dkk.

Bagaimana Menjadi Penulis Media Massa, Paket 4 Jurnalistik, yaitu

significance (menyangkut kepentingan publik), magnitude (angka), timelines

(aktualitas), proximity (kedekatan secara geografis atau psikologis),

prominence (ketenaran), dan human interest (manusiawi). Selain itu ada pula

kelengkapan berita yaitu 5W (what, who, when, where, why) + 1H (how).1

1 Ashadi Siregar, dkk. (Bagaimana Menjadi Penulis Media Massa), Paket 4 Jurnalistik,

PT Karya Unipers, Jakarta, 1982.

Page 57: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

48

Konten infotainment yang memiliki dampak negatif dan berada di

ruang publik saja yang dilarang, termasuk unsur yang terlibat dalam

mengekpliotasi berita itu sendiri. Setidaknya ada lima elemen yang dilarang

atau diharamkan membuka atau membuat berita aib, gosip dan lain-lainnya.

Pertama sumber berita, yaitu orang yang menceritakan aib itu sendiri. Karena

sekarang ini banyak orang yang senang mempublikasikan,walaupun itu aibnya

sendiri. Ini tidak boleh, kepada satu orang saja tidak boleh, apalagi ke publik

atau khalayak. Kedua, yang masuk larangan membuat berita aib dan gosip ini

adalah wartawan atau insan infotaimentnya. Ketiga, media penyiarannya.

Keempat, masyarakat sebagai konsumen, penonton, pembaca atau sebagai

penggunanya. Kelima, pihak yang mengambil keuntungan dari berita gosip

seperti Production House (PH), stasiun televisi, penerbit dan lain-lainnya.

Lima elemen ini dilarang keras untuk menyiarkan berita berisi aib dan gosip

itu, ini yang tidak boleh.

Dalam jurnalistik yang disebut berita harus mengandung nilai (news

value atau news worthy). Berita bisa disebut mempunyai nilai al. jika

mengutamakan fakta, mengedepankan kebenaran, menghargai harkat dan

martabat manusia, membela yang diabaikan, seimbang, dan lain-lain. Jika

sudah memenuhi unsur-unsur layak berita dan kelengkapan berita maka berita

tersebut bisa menjadi agent of change. Bandingkan dengan informasi dalam

infotainment lebih mengutamakan fakta privat yang tidak terkait dengan

kepentingan publik. Informasinya lebih menonjolkan ‘kabar burung’ dan

‘kabar angin’ maka informasi yang ada di infotainment tidak mempunyai nilai

sebagai berita jurnalistik.

Page 58: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

49

Pembahasan korelasi antara media (TV) dengan masyarakat umum

Indonesia (khalayak) dengan meneropong tayangan infotainment yang

berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat Indonesia serta peranan

pemerintah di dalamnya. Fenomena infotainment dapat dilihat dari beberapa

sudut pandang: sosiologi, antropologi, psikologi, komunikasi/jurnalistik,

hukum, agama. Dari hasil pengamatan infotainmet merupakan tayangan yang

penuh dengan gosip. Namun acara tersebut merupakan tayangan yang

memiliki rating tinggi dan sebagian besar dari televisi swasta di Indonesia

mempunyai program tayangan tersebut. Tidaklah heran beberapa televisi

swasta menjadikan program ini sebagai acara unggulan atau utama di stasiun

televisinya.

Hal tersebut memberikan beberapa bukti, dimana media merupakan

jendela yang memungkinkan kita untuk melihat fenomena yang terjadi

melebihi lingkungan di sekitar kita sehingga dapat kita katakana media

sebagai pembatas yang menghalangi kebenaran. Dari perspektif komunikasi,

acara infotainment yang disiarkan di telivisi swasta kita sangat kompleks.

Setidaknya ada dua konteks komunikasi di sini, yakni komunikasi antarpelaku

seperti yang dilaporkan oleh infotainment dan komunikasi media massa

antara TV dengan khalayaknya.

Bila mengamati dengan menggunakan program tayangan infotainment

di televisi swasta Indonesia, terlihat masyarakat berperan pasif. Dimana

masyarakat mudah terpengaruh oleh media. Hal tersebut dapat dibuktikan

dengan mengamati pengaruh tayangan program yang disukai oleh sebagian

besar masyarakat Indonesia ini. Ini disebabkan tayangan tersebut memenuhi

Page 59: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

50

naluri primitive manusia, yakni untuk tertarik pada misteri, drama, konflik,

dan sensualitas. Gosip tentang kaum selebritis dalam tayangan infotainment

yang di sajikan oleh TV swasta memiliki unsur -unsur diatas, khususnya

drama dan konflik. Sehingga masyarakat Indonesia lebih suka menonton

infotainment, daripada film.

Dari kenyataan yang terjadi dapat terlihat bagaimana peranan media

dalam masyarakat Indonesia. Peranan pemerintahan dalam menangani hal ini

cenderung tidak terlihat, media khususnya TV swasta tidak pernah

memikirkan pengaruh negative dari tayangan tersebut terhadap perilaku

masyarakat Indonesia, namun masyarakat Indonesia juga lebih memilih untuk

menikmati acara yang berunsurkan drama dan konflik.

Hubungan media, khususnya pada pembahasan ini adalah tayangan

infotainment dalam TV swasta dengan masyarakat Indonesia berpengaruh

dalam kehidupan nyata dari sebagian besar khalayak masyarakat umum

Indonesia. Terlihat bagaimana media memegang kendali dalam perilaku

masyarakat lewat program tayangan-tayangan yang ditampilkan di televisi.

Komunikasi bersifat irreversible, dimana sekali pesan, termasuk

penjulukan, disampaikan kepada khalayak pemirsa, maka amat sulit bagi

siapapun untuk meniadakan sama sekali efek dari penjulukan yang diberikan

oleh media. Ketika seseorang difitnah oleh media, pemberitaan tersebut sulit

untuk dihilangkan, walaupun pers atau media memohon maaf atas kesalahan

dari pemberitaan mereka. Karena akan ada saja sejumlah pemirsa yang kadang

diterpa berita negative tersebut, tanpa mengetahui permohonan maaf dari

media atau hal tersebut merupakan kesalahan informasi. 2

2 George Herbert Mead dalam bukunya Mind, Self, and Society (1934).

Page 60: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

51

Gosip yang ditayangkan pasti mengandung bias, karena bahasa itu

sendiri (termasuk bahasa gambar), merupakan serangkaian pesan yang

diciptakan oleh orang -orang yang hidup dalam konteks ruang dan waktu

tertentu. Semua perangkat nilai yang telah mereka cerap, plus kondisi

fisiologis dan psikologis mereka yang situasional, turut mempengaruhi

perumusan dan penyampaian gosip. Dengan kata lain gosip merupakan

rekontruksi dari wartawan (institusi pers) mengenai suatu peristiwa atau

pernyataan yang telah lewat. Hal ini akan berdampak pada sebagian besar cara

berpikir khalayak. Tidaklah salah ketika kita memandang pemberitaan dari

gosip tersebut adalah opini dan tidak obyektif, karena sudah dirancang atau

ada batasan-batasan penayangan oleh para wartawan. Dampak yang terjadi

pada khalayak adalah memandang seseorang atau sekelompok orang tertentu

sesuai dengan pemberitaan, tanpa mengamati lebih lanjut apa yang sebenarnya

terjadi. Contohnya ketika media memaparkan keburukan dari seseorang atau

kelompok, maka sebagian besar khalayakpun akan mempunyai anggapan yang

sama, tanpa mengetahui permasalahan yang sebenarnya.

Seperti kasus yang diangkat dalam meneropong infotainment sebagai

salah satu contoh melihat dan mengamati hubungan media massa dengan

khalayak. Sebagian besar masyarakat umum berperilaku cenderung sesuai

dengan apa yang ditayangkan oleh media massa. Peranan media sebagai

interpreter adalah memaknai segala sesuatu atau kejadian yang terjadi dalam

kehidupan seharin-hari, dimana kejadian tersebut penting untuk diberitakan

kepada khalayak. Namun setiap media mempunyai interpretasi yang berbeda-

beda sesuai dengan kepentingan, cara pandang, ideology, dan sebagainya

Page 61: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

52

yang digunakan oleh setiap media tertentu. Sedangkan masyarakat umum

cenderung terpancing terhadap pemberitaan media massa. Sebagian besar

khalayak menjadi pihak yang dirugikan, karena tidak sedikit media massa

menginterpretasikan sesuatu sesuai dengan kepentingannya, tanpa mau

berpikir dampak yang akan terjadi di masyarakat.

Terkadang media massa telah melupakan salah satu fungsi dari media

tersebut. Media ada bukan hanya sekedar untuk memberikan informasi namun

harus dapat mendidik dan membimbing khalayak (publik). Infotainment

hanyalah salah satu contoh dari sebagian besar program acara TV swasta yang

tidak memberikan didikan atau bimbingan yang mendidik. Karena media

ketika mengkaji satu isu tertentu harus dapat membedakan pemberitaan antara

opini dan fakta. Namun pada kenyataannya sangat sulit untuk memisahkan

antara fakta dan interpretasi yang dilakukan oleh wartawan media massa.

Sebagian besar masyarakat umum Indonesia kecanduan terhadap

media TV sangatlah tinggi dibandingkan media massa lainnya. Oleh karena

itu kita sebagai mahasiswa komunikasi harus dapat berpikir kritis; analitis,

kreatif, normatif, serta konstruktif dalam mengamati dan menganalisa

hubungan media dengan khalayak (masyarakat umum Indonesia) yang sudah

tidak sehat lagi.

Fungsi media jangan sampai keliru, padahal dalam kelangsungannya

media haruslah berperan dalam fungsinya yaitu dapat memberi feedback

positif kepada khalayak (public) diantaranya:

1. Fungsi pengawasan (surveillance), penyediaan informasi tentang

lingkungan.

Page 62: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

53

2. Fungsi penghubungan (correlation), dimana terjadi penyajian pilihan

solusi untuk suatu masalah.

3. Fungsi pentransferan budaya (transmission), adanya sosialisasi dan

pendidikan.

4. Fungsi hiburan (entertainment) yang diperkenalkan oleh Charles Wright

yang mengembangkan model Laswell dengan memperkenalkan model dua

belas kategori dan daftar fungsi. Pada model ini Charles Wright

menambahkan fungsi hiburan. Wright juga membedakan antara fungsi

positif (fungsi) dan fungsi negatif (disfungsi).

Media juga harus memiliki pengaruh yang baik terhadap pemirsanya

bukan malah membeberkan mengenai perceraian, perselingkuhan dan lain-lain

misalnya, masyarakat dalam hal ini tentu akan lebih respek secara langsung

dan dapat meniru apa yang ditayangkan televisi, terkecuali masyarakat yang

kritis dalam menentukan tontonannya yang lebih mampu menilai subtansi

suatu tayangan bukan hanya apa yang disampaikan kemudian ikut-ikutan.

Pengaruh positif media memberikan pesan kepada khalayak:

1. Pertama, media memperlihatkan pada pemirsanya bagaimana standar

hidup layak bagi seorang manusia, dari sini pemirsa menilai apakah

lingkungan mereka sudah layak, atau apakah ia telah memenuhi standar itu

dan gambaran ini banyak dipengaruhi dari apa yang pemirsa lihat dari

media.

2. Kedua, penawaran-penawaran yang dilakukan oleh media bisa jadi

mempengaruhi apa yang pemirsanya inginkan, sebagai contoh media

mengilustrasikan kehidupan keluarga ideal, dan pemirsanya mulai

Page 63: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

54

membandingkan dan membicarakan kehidupan keluarga tersebut, dimana

kehidupan keluarga ilustrasi itu terlihat begitu sempurna sehingga

kesalahan mereka menjadi menu pembicaraan sehari-hari pemirsanya, atau

mereka mulai menertawakan prilaku tokoh yang aneh dan hal-hal kecil

yang terjadi pada tokoh tersebut.

3. Ketiga, media visual dapat memenuhi kebutuhan pemirsanya akan

kepribadian yang lebih baik, pintar, cantik/ tampan, dan kuat.

4. Keempat, bagi remaja dan kaum muda, mereka tidak hanya berhenti

sebagai penonton atau pendengar, mereka juga menjadi "penentu", dimana

mereka menentukan arah media populer saat mereka berekspresi dan

mengemukakan pendapatnya.

C. Pengawasan Komisi Penyiaran Indonesia pada kasus Silet di RCTI

mengenai pemberitaan bencana gunung Merapi 7 November 2010

Program televisi, baik news, informasi, maupun hiburan seharusnya

tidak memuat pemberitaan yang mengandung unsur mistis, sekalipun

masyarakat Indonesia kebanyakan masih percaya pada alam metafisika,

kepercayaan, animisme, dan dinamisme. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)

bukan tanpa alasan menghentikan sementara program infotainment Silet di

salah satu stasiun televisi swasta. Tayangan informasi, bukan hanya Silet,

telah membuat masyrakat di sekitar lereng Gunung Merapi panik akibat

pemberitaan di dalamnya.

Seperti diketahui, Silet yang tayang pada 7 November 2010 lalu

memberitakan pernyataan paranormal Joyo Boyo bahwa bencana letusan

Page 64: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

55

Gunung Merapi akan lebih dahsyat. Melanjutkan aduan masyarakat dan LSM,

KPI akhirnya memberikan surat teguran kepada program tersebut. Anggota

KPI Pusat, Ezki Suyanto, mengatakan tayangan apa pun dilarang menyeret

bencana Merapi ke hal-hal mistis karena akan berpengaruh kepada aspek

sosiologis masyarakat di lereng Gunung Merapi. Ini kan bencana, kalau terjadi

kepanikan kan kasihan masyarakat. Media, dalam kasus Silet, tidak berfungsi

memberikan pemahaman kepada masyarakat (khalayak) tentang kondisi yang

realistis. Dengan mampu membaca keadaan yang realistis, masyarakat berlatih

untuk berpikir logis.

Pengemasan program acara semenarik mungkin sebetulnya memang

ada di kewenangan tim produksi siaran itu sendiri. Tetapi masalalahnya, cara

membumbui konten tersebut yang KPI anggap terlalu berlebihan. Kata

berlebihan ini sendiri memunyai makna abstrak, tidak jelas, dan ambiguitas.

Absurditas kata tersebutlah yang barangkali bagi KPI akhirnya menjaring

program-program bandel. Alangkah bijak jika media turut berempati terhadap

pemberitaan yang sangat sensitif dengan memilih narasumber yang kredibel,

kapabel, dan berimbang. Sebab, penonton sendiri sangat terganggu dengan

pemberitaan tersebut. Bencana alam memosisikan manusia pada level tekanan

psikologi yang tinggi. Situasi yang luar biasa itu memicu kepanikan,

kekalutan, rasa khawatir, dan rasa takut makin dominan. Faktor inilah salah

satu yang menjadi pertimbangangan utama KPI menindak tegas program-

program siaran yang dinilai provokatif. Kendati demikian, KPI tidak

berpretensi pada salah satu program tertentu, apalagi yang tengah mengalami

Page 65: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

56

kasus pencekalan. Tetapi aturan tersebut berlaku umum sesuai Undang-

Undang Penyiaran No 32 Tahun 2008.

Selain pernyataan Joyo Boyo, dalam siaran Silet waktu itu pembawa

acara Fenny Rose tak luput dari kritikan KPI. Fenny Rose dianggap semakin

menguatkan ramalan mistis Joyo Boyo dengan mengatakan bahwa Yogyakarta

adalah kota malapetaka. Secara psikologis, pernyataan Fenny tersebut memicu

pikiran negatif semua masyarakat se-Indonesia. Betapa tidak, seusai

pemberitaan itu, KPI mendapat laporan sekitar 550 warga di lereng Gunung

Merapi mengungsi dengan sangat panik.

Media sedianya perlu banyak introspeksi diri apakah program yang

disajikan kepada khalayak sudah baik dan benar. Tujuan besar menciptakan

situasi pertahanan dan keamanan yang kondusif adalah kewajiban bersama

elemen terkait. Efek Psikologis paling tidak itulah yang tergambar dalam

kontroversi tayangan Silet pada 7 November 2010 lalu. Media mampu

menggerakkan massa melalui pola pikir ke arah yang mereka rencanakan.

Media ikut berperan penting dalam merekonstruksi masyarakat.

Sebaiknya para pekerja inftotainment agar mengedepankan data yang

digali dari narasumber bernilai faktual, bukan bersifat opini atau rekayasa,

maka kehati-hatian saat wawancara mutlak diperlukan. Secara motif psikologi,

tiap narasumber memiliki agenda tersembunyi saat berbicara kepada pers. Ada

yang karena ingin dipuji, ingin mendapat simpati, ingin menyerang pihak lain,

atau ingin menyembunyikan sesuatu. Seharusnya narasumber, dalam hal ini

Joyo Boyo memberikan sebuah pernyataan netral. Artinya, apa pun jenis

ramalan manusia bersifat unpredictable atau berpeluang fifty-fifty. Sementara

Page 66: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

57

pers pada posisi itu bukan malah mengangkat sudut pemberitaan (angle) pada

hal-hal yang berbau sensasional. Tapi, mengatakan bahwa maksud dari

tayangan tersebut sebagai upaya early warning system. Alam metafisika

individu tak dapat dikendalikan, satu-satunya cara adalah memberikan

ketenangan kepada mereka. Lantas siapa yang berperan untuk mengambil alih

kondisi kepanikan itu? Pemerintah dalam hal ini kementerian yang ditunjuk-

harus bersikap tanggap atas respons ketakutan warga lereng Merapi.

Pemerintah kembali menetralisasi keadaan, misalnya, melalui Badan

Vulkanologi dan Mitigasi Bencana, Kementerian Energi dan Sumber Daya

Mineral, supaya pemberitaan program yang bersangkutan tidak meresahkan

masyarakat.

Meski dampak pemberitaan kepada masyarakat dalam pola hidup

tradisional lebih besar sisi negatif tetapi, ada sisi positifnya. Keuntungan bagi

individu yang percaya teologisme ini akan mendorong ia jadi rajin beribadah.

Oleh karena itu yang perlu diperhatikan oleh para pekerja media

khususnya infotainment agar lebih berhati-hati dlam pemuatan berita

mengenai bencana alam, yang harus dikaji kembali dalam hal ini adalah

kembali kepada buku pedoman perilaku penyiaran (P3) BAB XXIV

mengenai PELIPUTAN BENCANA ALAM, dalam meliput dan/ atau

menyiarkan program yang melibatkan pihak-pihak yang terkena musibah,

lembaga penyiaran wajib mengikuti ketentuan sebagai berikut:

a. melakukan peliputan subyek yang tertimpa musibah harus

mempertimbangkan proses pemulihan korban dan keluarganya;

Page 67: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

58

b. tidak menambah penderitaan ataupun trauma orang dan/ atau keluarga

yang berada pada kondisi gawat darurat, korban kecelakaan atau korban

kejahatan, atau yang sedang berduka dengan cara memaksa, menekan,

mengintimidasi korban dan/ atau keluarganya untuk diwawancarai dan/

atau diambil gambarnya; dan/ atau

c. menyiarkan gambar korban dan/ atau orang yang sedang dalam kondisi

menderita hanya dalam konteks yang dapat mendukung tayangan;

Komisi Penyiaran Indonesia telah melaksanakan tugas dengan

sebenar-benarnya dalam mengawasi tayangan infotainment khususnya pada

Silet di RCTI. Contoh kasus tayangan yang disiarkan pada tanggal 7

November 2010 tersebut yaitu tentang bencana alam meletusnya gunung

merpai oleh infotaiment Silet, berita bencana akibat letusan Merapi diarahkan

kesisi mistis dengan mewawancarai paranormal yang bernama Joyo Boyo.

Prediksi-prediksi tentang kondisi Merapi yang berlebihanpun diuraikan

olehnya, lebih lagi hal ini diungkapkan kembali oleh Feni Rose yang

membacakan narasi sebagai berikut:

Puncak letusan Merapi kabarnya akan terjadi hari ini (Minggu) hingga

esok hari pada bulan baru yang jatuh pada tanggal 8 November 2010, ahli

lapan selalu mencatat hampir semua letusan dan guncangan gempa muncul

pada bulan baru. Lantas apa yang akan terjadi dengan Yogyakarta, kota

budaya yang elok akan tergolek lemah tak berdaya? Benarkah Jogja yang

dalam banyak lagu digambarkan begitu indah akan berubah penuh

malapetaka?. Akibatnya, Dadang rahmat Hidayat selaku ketua Komisi

Penyiaran Indonesia menjelaskan, dalam penayangan tersebut KPI menerima

Page 68: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

59

1.128 keluhan dalam kurun waktu dua hari semenjak acara ditayangkan,

karena mayoritas masyarakat setempat sangat yakin dengan apa yang

diucapkan oleh Joyo Boyo adahal benar, dan ini merupakan kejawen orang

jawa setempat percaya dengan sesepuh. Bahkan, lantaran isi tayangan Silet itu

550 orang berpindah dari Muntilan, Magelang, Jawa Tengah, ke Nanggulan.

Kesalahan utama, menyampaikan informasi yang tampaknya tak benar dan

ada dampak ketakutan di masyarakat Yogyakarta.

Dalam perkara ini tentu KPI menyikapi tayangan infotainment Silet

yang dinilai provokatif dan berlebiahan, KPI menindak tayangan infotainment

Silet melalui prosedural yang tertera dalam undang-undang penyiaran (P3SPS)

yaitu dengan menghentikan sementara tayangan infotainment Silet, serta

melalui tahapan-tahapan hukum siaran sesuai apa yang telah dilanggar oleh

infotainment Silet. Adapun tahapan-tahapan tersebut adalah:

1. KPI telah mengeluarkan surat teguran kepada infotainmet Silet, bahwa

Silet harus memohon permintaan maaf kepada masyarakat sekitar

bencana merapi yang di tayangkan pada siaran iklan di RCTI, namun hal

tersebut diabaikan oleh infotainment Silet, akan tetapi program

infotainment Silet yang dilarang tayang untuk sementara waktu oleh KPI

pada senin 15 November 2010 telah tayang kembali. Dalam hal ini KPI

tentu merasa tidak dihargai oleh pihak infotainment Silet atas sanksi yang

telah diberikan, maka KPI menindak lanjutinya.

2. Karena hal pertama tidak dilaksanakan Silet, maka izin siarannya dicabut

oleh KPI berupa penghentian sementara siaran, sampai dicabutnya status

bahaya menjadi status aman dari Badan Geologi Bencana Merapi.

Page 69: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

60

3. Pihak tergugat tidak boleh membuat acara dengan format yanag sama atau

sejenis selama penghentian sementara. Maka Silet mengganti program

acara menjadi Intens.

Apabila ketentuan kedua dan ketiga tidak dipenuhi oleh pihak tergugat

(infotainment Silet) maka KPI akan langsung menindak lanjuti izin siaran

tayangan infotainment Silet untuk ditutup sepenunhnya.

Sampai akhirnya Silet memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan oleh

KPI untuk menghentikan sementara siarannya selama kurang lebih tiga

setengah bulan. Pada tanggal 25 Februari 2011 Silet dapat kembali hadir di

televisi setiap hari pukul 17.30 tetapi hanya berdurasi 30 mentit saja karena

telah mendapatkan izin siaran dan Silet telah mengikuti ketentuan-ketentuan

yang telah ditetapkan oleh lembaga Independen Komisi Penyiaran Indonesia

(KPI).

Kekhasan Silet juga terlihat dari mottonya yaitu Mengangkat hal yang

dianggap tabu menjadi layak dan pantas untuk diperbincangkan”. Bahkan

presenter utamaSilet yaitu Fenny Rose berhasil tiga kali menjadi presenter

infotainment favorit dalam ajang penghargaan Panasonic Award di Indoensia

serta yang terbaru penghargaan yang diterima yaitu terpilihnya kembali Fenny

Rose menjadi presenter infotainment terfavorit dalam ajang yang sama pada

tahun 2007.

Kemunculan infotainment Silet dilayar kaca RCTI sebagai pelopor

tayangan infotainment yang berbau investigasi ikut menambah deretan jenis

hiburan di televisi. Sebagai pelopor tayangani infotainment investigasi Silet

sudah mendapat kepercayaan dari khalayak ini terbukti dengan terpilihnya

Page 70: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

61

infotainment Silet sebagai tayangan infotainment terbaik tahun 2007

mengalahkan acara infotainment lainnya. Karena itu infotainment Silet juga

turut andil dengan bermunculannya acara infotainmnet yang memiliki format

sama dengan tayangan Silet tersebut. Infotaiment boleh saja berada dalam

kebebasan pers atau pers bebas, akan tetapi kebebasan tersebut harus ada

batasan berupa kode etik dan nilai-nilai moral yang sesuai dengan kelayakan

uji siaran.

Page 71: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

62

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengertian Infotainment dan realitas tayangannya

Infotainment adalah suatu program tayangan yang bersisikan

information and entertainment. di Indonesia infotainment adalah salah satu

acara yang sangat digemari oleh pemirsa khususnya kaum wanita dan

lebih kesisi kaum ibu, karena didalamnya dikemas tentang kabar burung

atau gonjang-ganjing kehidupan selebritis (gosip). asumsi dasar peneleti

adalah untuk mencerahkan pembaca agar lebih kritis dalam mengkonsumsi

suatu tayangan yang ada di televisi khususnya dalam tayangan

infotainment. Ide dasar konsep infotainment berawal dari asumsi informasi

karena dibutuhkan oleh masyarakat atau publik namun tidak dapat

diterima begitu saja, apalagi untuk kepentingan merubah sikap negatif

menjadi sikap positif manusia. Karena itu diperlukan semacam pancingan

khusus untuk mengambil perhatian masyarakat. Pilihannya adalah dengan

menyusupkan entertainment (hiburan) yang dapat menarik perhatian

masyarakat ditengah-tengah information (informasi). dari sinilah

kemudian muncul istilah infotainment, yaitu kemasan suatu acara yang

bersifat informatif namun disisipi dengan entertainment untuk menarik

perhatian khalayak sehingga informasi sebagai pesan utamanya dapat

diterima sehingga infotainment dalam segi narasi juga bias berbentuk

pemberitaan yang bersifat provokatif sperti infitainment Silet dalam

Page 72: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

63

pemberitaan 7 November 2010 lalu mengenai pemberitaan bencana

gunung Merapi.

2. Perbedaan Berita dan Infotainment

Berita

Berita adalah sutu informasi yang yang faktual atau realevent

ketika mengumpulkan bahan untuk pemutan berita, didalamnya harus

berisikan unsur-unsur berita diantaranya:

a. What-Apa yang terjadi didalam suatu peristiwa?

b. Who-Siapa yang terlibat didalamnya

c. Where-Dimana terjadinya peristiwa itu?

d. When-Kapan terjadinya peristiwa itu?

e. Why-Mengapa peristiwa itu terjadi?

Suatu informasi dan peristiwa juga dapat dinyatakan berita jika

didalamnya terdapat nilai News, News adalah suatu informasi yang baru

saja terjadi atau masih hangat dan menarik untuk disajikan kepada

khalayak.

Suatu berita juga harus memiliki nilai faktual artinya sesuai fakta

dan tidak berebihan, subtansi isi berita harus mengarah kepada objektifitas

dan tidak provokatif.

Infotainment

Infotainment mempunyai nilai News artinya peliputan yang diambil

masih hangat untuk diperbincangkan atau informasi dan peristiwa yang

baru terjadi, akan tetapi terkadang infotainment tidak mementingkan nilai

Page 73: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

64

faktual atau sesuai fakta, tidak heran jika dalam penayangannya banyak

pihak yang merasa dirugikan. Infotainment bersifat provokatif karena

kebanyakan tayangan yang disiarkan mengarah kepada perselisihan,

perselingkuhan khususnya dalam dunia selebritis.

Jika dilihat dari konten berita memang infotainment didalamnya

terdapat nilai News artinya sesuatu yang baru, atau baru terjadi. Bila kita

merujuk pada latarbelakang historis munculnya konsep infotainment dan

edutainment sebagai pembandingnya, maka seharusnya acara infotainment

yang ditayangkan disejumlah televisi Indonesia bermakna informasi.

Informasi sebagai inti acara yang disampaikan kepada publik dengan

menggunakan metode dengan cara menghibur. Realitas yang ada di

Indonesia dalam hal ini adalah makna infotainment yang terjadi dalam

industri televisi Indonesia adalah informasi tentang hiburan, yang mana

sisi hiburannya dijadikan subtansi untuk disampaikan kepada masyarakat.

Apakah ini penting informasi hiburan yang ada disuatu tayangan berita

untuk kita konsumsi, kalau ingin hiburan lebih baik mengganti channel

dan beralih kepada tayangan pelawak, ini sebagai kritik penulis.

3. Fungsi dan kewajiban Komisi Penyiaran Indonesia dalam mengawasi

tayangan Silet di RCTI pada pemberitaan bencana gunung Merapi 7

November 2010.

Jika melihat pada Pasal 8 (1) KPI sebagai wujud peran serta

masyarakat berfungsi mewadahi aspirasi serta mewakili kepantingan

masyarakat akan penyiaran. Hal tersebut sudah dijalankan dengan sebenar-

Page 74: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

65

benarnya oleh KPI pada kasus infotainment Silet di RCTI pada

pemberitaan bencana gunung Merapi 7 November 2010 dengan

memberikan teguran, surat pencekalan dengan memberhentikan tayangan

Silet untuk sementara waktu.

Oleh karena itu penulis mengajak kepada pembaca sebagai

mahasiswa komunikasi khususnya semoga skripsi ini dapat menjadi

arahan dalam menyikapi dilematis dan etis dalam suatu tayangan

khusunya dalam tayangan infotainment, peneliti juga telah mengangkat

suatu permasalahan yang terjadi diranah siaran infotainment dengan

mengambil salah satu contoh kasus yang disiarkan oleh infotainment Silet

di RCTI pada 7 November 2010 dengan pemberitaan yang berlebihan dan

bersifat provokatif sehingga menimbulkan kegelisahan di masyarakat,

dengan melibatkan Lembaga Independen Komisi Penyiaran Indonesia

dalam mengawasi tayangan infotainment yang lebih dikhususkan kepada

infotainment Silet. kenyataan dilapangan bahwa infotainment hanya

menggambarkan dan mengambil nilai informasi sesuatu yang baru dan

dianggap penting lalu dibesar-besarkan kepada publik sehingga kita

seakan dijejali konsumsi informasi yang penting untuk diterima.

Akhirnya peneliti berharap kepada pembaca sekali lagi untuk lebih

kritis dan jeli dalam menerima suatu tayangan dan untuk para orang tua,

guru, dosen mereka juga sebagai penentu dalam mengawasi generasi

penerus bangsa.Amat sangat disayangkan kalau nilai-nilai berita yang utuh

untuk informasi agen sosialisasi masyarakat dan pemerintah sekarang

Page 75: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

66

sedikit-demi sedikit dekesampingkan nilai berita dan dikemas menjadi

informasi hiburan. Para ahli komunikasi dan media menyebut infotainment

sebagai soft journalism, jenis jurnalisme yang menawarkan berita-berita

sensasional, lebih personal, dengan selebriti sebagai perhatian liputan.

B. Saran

1. Hendaknya kepada lembaga Komisi Penyiaran Indonesia sebagai lembaga

Independen mempertahankan kerja yang baiknya untuk menjadi lebih baik

dalam menngawasi infotainment khususnya, dan segala jenis siaran pada

umumnya. Penulis sangat mendukung dalam agenda rapat yang dibuka

antara DPR dan fraksi terkait masalah penyiaran untuk menambahkan

wewenang yang ada pada Komisi Penyiaran Indonesia hal tersebut tentu

sebagai acuan yang kuat untuk mengkritisi permasalah penyiaran dan

membuat efek jera kepada indutri siaran sehingga dapat meminimalisir

kerusakan dalam penyiaran.

2. Untuk lembaga terkait mengenai penyiaran seperti Dewan Pers, Lembaga

Sensor Film (LSF) dan lain sebagainya. Penulis berharap agar likut serta

dan berperan lebih, saling membantu dengan hubungan yang erat kepada

Komisi Penyiaran Indonesia dalam mengawasi dan memegang teguh serta

menjunjung tinggi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun

2002 Tentang Penyiaran dan Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan

Standar Program Siaran (SPS).

Page 76: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

67

3. Khusus mengenai infotainment Komisi Penyiaran Indonesia hendaknya

lebih ekstra tegas lagi dalam mengawasi tayangan infotainment, karena

penulis merasa ada beberapa hal yang dianggap remeh dan sepele untuk

industri infotainment, dari kasus Silet misalnya terkait pemberitaan

bencana Merapi 7 November 2010. Pertama, KPI telah meminta Silet

untuk meminta maaf kepada masyarakat sekitar bencana, dan hal tersebut

dihiraukan. Kedua, Silet kembali tayang sebelum waktu yang telah

ditetapkan oleh KPI, seakan-akan tidak ada masalah baginya untuk siaran.

Page 77: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

68

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Burhan, Bungin, “Imaji Media Massa,; Konstruksi dan Makna Realitas Sosial

Iklan Televisi Dalam Masyarakat Kapitalistik,” Yogyakarta: Jendela, 2001.

Djuroto, Totok. ”Manajemen Penerbitan Pers,” Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2004.

Faturrohman, Pupuh, dan M Sobry Sutikono. Strategi belajar mengajar melalui

penanaman, Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: Refika

Aditama, 2007.

George Herbert Mead dalam bukunya Mind, Self, and Society 1934.

Haryatmoko, Etika Komunikasi, Yogyakarta: PT. Kanisius, 2007

___________, Etika Komunikasi, Dilematis dan Etis program Televisi PT.

Kanisius, 2007.

___________, Etika Komunikasi Mimetisme Infotainment Televisi PT. Kanisius,

2007

___________, Etika Komunikasi Infotainment atau jamaah gosip PT. Kanisius,

2007.

Ignacio Ramonet, Infotainment dan Logika Bisnis Media 2001.

Katz, Elihu and Paul F. Lazarsfeld,“Between Media and Mass/the Part Played by

People/the Two-Step Flow of Communication” in Boyd-Barret, Oliver

and Chris Newbold (eds.) Approaches to Media a Reader, London:

Arnold Press, 1995.

Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi Sosiologi, Jakarta: Lembaga Penerbit

Fakultas Ekonomi UI, 1993.

Lexy J. Moeleong, "Metode Penelitian Kualitatif," PT. Remaja Rosdakarya,

Bandung, 2007.

M. Echos, John and Hassan Sadily. Kamus Inggris-Indonesia. Jakrta: Gramedia.

Mason, N. Gross, W. S., and A. W. Mc eachern. Explorations in Role Analysis,

dalam David Barry, pokok-pokok Pikiran dalam sosiologi Jakarta: Raja

Grafindo Persada 1995

Mc Quail, Denis and Sven Windahl, “Communication Models for the Study of

Mass Communications,” Singapore: The Print House, 1984.

_______, Mass Communication Theory, 4th Edition, Sage Publication, 200

Page 78: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

69

Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, Jakarta

_______, Teori Komunikasi Massa, Bogor: PT. Ghalia Indonesia, 2010

Pupuh Faturrohman, dan M Sobry Sutikono. Strategi belajar mengajar melalui

penanaman, Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: Refika

Aditama, 2007.

Rakmad Jalaludin. Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh Analisis

Statistik. Bandung PT. Remaja Rosdakarya, 2005. Cet ke 12, h 83.

S. Sadiman, Arief, dkk. Media pendidikan, pengertian, pembangunan, dan

pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008.

Sarlito Wirawan Sarwono, Teori Psikologi Sosial, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2003.

Sarwono, Sarlito Wirawan, Teori Psikologi Sosial, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 003

Siregar, Ashadi, dkk. Bagaimana Menjadi Penulis Media Massa, Paket 4

Jurnalistik, PT Karya Unipers, Jakarta, 1982.

Sunarto, Kamanto, Pengantar Sosiologi Sosiologi, Jakarta: Lembaga Penerbit

Fakultas Ekonomi UI, 1993

WJS, Poerwadarminta, , Kamus Modern, Jakarta: Jembatan, 1976

Website

http://bataviase.co.id/node/451458 (Akses 25 November 2010).

http://itjen-depdagri.go.id/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=25 (Akses 27

November 2010)

http://pendidikanmanusia.blogspot.com/2008/08/analisis-media-massa.html

(Akses 3 Desember 2010)

http://id.wikipedia.org/wiki/Televisi (Akses 5 Desember 2010)

http://kries07.blogspot.com/2009/02/pengertian-berita.html (Akses 5 November

2010)

http://sulfikar.com/dasar-dasar-jurnalistik-1.html (Akses 14 Desember 2010)

http://www.scribd.com/doc/34518749/Menyoal-Nilai-Beita-Infotainment (Akses

14 Desember

Page 79: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

70

http://www.unisba.ac.id/index.php/en/Artikel/qinfotainmentq.aspx (Akses 23

Desember 2010)

http://www.swarakita manado.com/index.php/berita/berita-utama/14671-menyoal-

nilai-berita-infotainment.html. Sumber: Harian “Swara Kita”, Manado.

(Akses 27 Desember 2010)

http://www.kpi.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1799%3

Amozaik-kelembagaan-kpi-&catid=29%3Apublikasi&lang=id (Akses 28

Desember 2010)

http://itjen-depdagri.go.id/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=25 (Akses 27

Maret 2011)

http://sambasalim.com/manajemen/konsep-pengawasan.html (Akses 30 Maret

2011)

file:///J:/konsep-pengawasan.html (Akses 02 April 2011)

Page 80: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …
Page 81: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

Tangerang, 14 Februari 2011

Wawancara Penelitian Skripsi

Dalam menyelesaikan skripsi ini, dengan judul “Peran Komisi Penyiaran

Indonesia (KPI) Dalam Mengawasi Pemberitaan, Studi Kasus Tayangan

Infotainment Silet di RCTI”. Penulis menggunakan metode deskriptif analisis

berupa wawancara, pengamatan, dan analisis dokumen untuk mendapatkan data-

data yang digunakan, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan penyelesaian

masalah.

Untuk itu peneliti berharap kepada lembaga Independen Komisi

Penyiaran Indonesia agar dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Mohon penjelasan mengenai sejarah berdirinya lembaga Independen

Komisi Penyiaran Indonesia?

2. Mohon penjelasan mengenai Visi dan Misi Komisi Penyiaran Indonesia?

3. Mohon penjelasan mengenai tugas dan kewajiban Komisi Penyiaran

Indonesia dalam mengawasi siaran televisi?

4. Bagaimana batasan dan ketentuan yang dilakukan oleh Komisi Penyiaran

Indonesia dalam mengawasi siaran televisi?

5. Bagaimana wewenang dan aturan Komisi Penyiaran Indonesia dalam

mengawasi siaran televisi?

6. Tindakan apa yang dilakukan oleh Komisi Penyiaran Indonesia jika ada

tayangan infotainment menayangkan pemberitaan yang masih menduga-

duga (tidak sesuai fakta)?

7. Mohon penjelasan perbedaan berita dan infotainment?

8. Apakah infotainment termasuk berita faktual?

9. Bagaimana KPI menyikapi infotainment Silet pada kasus 7 November

2010 dalam pemberitaan bencana merapi yang berlebihan?

10. Bagaimana kerjasama antara KPI dengan lembaga lainnya seperti Lembaga

Sensor Film (LSF) dan Dewan Pers dalam mengawasi penyiaran lebih

khuhus terhadap infotainment?

11. Mengenai Kasus Silet sebagai pertimbangan dan kebijakan Silet tergugat

karena melanggar pasal?

12. Apakah Silet melanggar karena dalam tayangan 7 November 2010 tidak

sesuai dengan Pedoman Standar Siaran (P3SPS)?

13. Bagaimana tahapan-tahapan atau metode KPI dalam menyikapi kasus

Silet?

Demikian outline wawancara yang dapat peneliti sampaikan. Atas

perhatian dan kerjasama yang baik kami ucapkan terima kasih.

Achmad Syofian Hady

Page 82: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

Syofian: Mohon penjelasan ibu mengenai sejarah berdirinya KPI?

Bu Nina: Komisi ini berdiri sejak tahun 2002 berdasarkan Undang-undang

Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran.

KPI terdiri atas Lembaga Komisi Penyiaran Indonesia Pusat (KPI

Pusat) dan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) yang

bekerja di wilayah setingkat Provinsi. Wewenang dan lingkup

tugas Komisi Penyiaran meliputi pengaturan penyiaran yang

diselenggarakan oleh Lembaga Penyiaran Publik, Lembaga

Penyiaran Swasta, dan Lembaga Penyiaran Komunitas. untuk

lebih jelasnya anda bisa membuka internet dengan kata kunci

mozaik kelembagaan KPI.

Syofian: Mohon penjelasan ibu mengenai Tugas dan Kewajiban KPI?

Bu Nina: Baik, sebagai lembaga independen KPI yang bertugas mengawasi

siaran media massa, tentu KPI memiliki tugas dan kewajiban serta

wewenang dalam ruang lingkup siaran diantaranya:

1. Menjamin masyarakat untuk memperoleh informasi yang layak

dan benar sesuai dengan hak asasi manusia.

2. Ikut membantu pengaturan infrastruktur bidang penyiaran.

3. Ikut membangun iklim persaingan yang sehat antarlembaga

penyiaran dan industri terkait.

4. Memelihara tatanan informasi nasional yang adil, merata, dan

seimbang

Syofian: Bagaimana KPI menyikapi tayangan infotainment Silet di RCTI

dalam pemberitaan bencana Merapi?

Bu Nina: ya, KPI menerapkan sanksi yang sesuai dalam buku SPS dalam

pasal 67:2 mengenai sanksi berupa teguran tertulis, penghentian

sementara untuk tayangan yang bermasalah, pembatasan durasi,

bisa merupakan denda administratif. Nah, untuk kasus Silet adalah

dia melakukan pelanggaran pada tanggal 7 November dengan

mengatakan bahwa akan ada bencana yang lebih besar menimpa

Yogya, Merapi dengan letusan yang hebat berdasarkan ramalan

Joyo Boyo dan orang jawa mengatakan bahwa ramalan Joyo Boyo

Page 83: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

itu benar dan akan terbukti, hal ini tentu membuat kepanikan warga

sekitar bencana dan KPI mendapatkan surat aduan sebanyak 1.128.

Maka KPI menindaknya dengan ketentuan yang empat tadi, salah

satunya menghentikan sementara dengan tidak menayangkan

program acara dan format acara sejenis.

Syofian: Apakan Silet Dengan Intens sama dalam hal penayangan?

Bu Nina: Kalau dilihat dalam tayangannya Silet jauh lebih provokatif dari

segi narasi dibandingkan dengan Intens, housenya juga berbeda

Syofian: Apakah ini kebijakan KPI setelah menghentikan sementara

kemudian Silet mengganti program yang baru seperti Intens?

Bu Nina: Anda menilai sama, KPI sejauh ini masih menganalisanya, artinya

sanksi yang dilakukan oleh Silet itu yang pertama KPI

menghentikan sementara dan dia hentikan dan pada tanggal 15

Silet sempat tayang lagi dan dia diminta untuk meminta maaf di

iklan RCTI, dan meminta maaf disuratkabar Nasional dan daerah

Yogya, yang keempat tidak membuat acara sejenis dan format

acara sejenis rasanya yang dia penuhi hanya yang keempat ini yang

pertama dia penuhi sebagian dia langgar.

Bu Nina: Pada Silet KPI langsung menghentikan sementara karena dalam

tayanganya ada kesalahan seperti ada gambar darah berceceran

yang ini menimbulkan kegelisahan di masyarakat

Syofian: Bagaimana menurut ibu mengenai fungsi televisi?

Bu Nina: Televisi merupakan media yang punya fungsi informasi, hiburan,

punya fungsi pendidikan dan kontroversial, tetapi dalam

pengamatan kami itu apa boleh buat dari fungsi itu televisi itu lebih

banyak melaksanakan fungsi hiburannya. Apakah mayarakat butuh

hiburannya? ya jawabannya dengan demikian apakah masyarakat

harus dijejali hiburan, “tidak”. Nah, sayangngnya televisi kita yang

berkembang menjadi provide orientide ini lebih banyak

melaksanakan fungsi hiburannya ini yang menyebabkan acara

televisi seperti itu, kita mengerti keinginan televisi adalah cara

untung apalagi industri televisi yang padat modal fine tetapi dia

tidak boleh meninggalkan fungsi-fungsi lainnya pendidikan,

control sosial itu yang sangat minim dia lakukan.

Page 84: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

Syofian: Mohon penjelasan mengenai berita dan infotainment?

Bu Nina: Ok gini, sebenarnya berita itu dalam buku P3SPS ini infotainment

masuk dalam program faktual, Syofian klo kamu baca didepan di

P3 ada ketentuan umum pasal 1 ada yang disebut program faktual

adalah program siaran yang menyajikan fakta non fiksi seperti

berita, feature, dokumentasi, infotainment. Jadi baca di kententuan

umum penyiaran di pasal 1:10 itu ada infotainment masuk disitu.

Jadi dengan demikian infotainment masuk dalam kategori program

faktual akan tetapi dia harus memenuhi semua standart program

faktual apa itu karya jurnalistik karena itu untuk infotainment

diberlakukan juga SPS pasal 42 misalnya yang menyebutkan:

Bahwa

1) program siaran pemberitaan wajib memperhatikan prinsip-

prinsip jurnalistik:

a. tunduk kepada peraturan perundang-undangan dan

pedoman pada Kode Etik Jurnalistik yang ditetapkan oleh

Dewan Pers.

b. akurat, adil, berimbang,tidak berpihak, tidak beritikad

buruk, tidak menghasut dan menyesatkan, tidak

mencampurkan fakta dan opini pribadi, tidak menonjolkan

unsur kekerasan, tidak mempertentangkan suku, agama,

ras dan antar golongan, serta tidak membuat berita

bohong, fitnah, sadis dan cabul; dan

c. melakukan ralat atas informasi yang tidak akurat

2) Program siaran pemberitaan yang bersifat informatif tentang

rekonstruksi suatu peristiwa wajib mengikuti ketentuan

sebagai berikut:

a. menyertakan penjelasan yang eksplisit bahwa apa yang

disajikan tersebut adalah hasil rekonstruksi dengan

menampilkan kata “rekonstruksi”, “ilustrasi”, atau

“rekayasa” di pojok gambar dan pernyataan verbal di awal

siaran; dan

Page 85: PENGAWASAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP …

b. dilarang melakukan perubahan atau penyimpangan

terhadap fakta atau informasi yang dapat merugikan pihak

yang terlibat.