DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA fileKeanggotaan DPR RI Periode 2014-2019; 3. Pendapat...

43
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RISALAH RESMI Tahun Sidang : 2014-2015 Masa Persidangan : I Rapat ke- : 11 Jenis Rapat : Rapat Paripurna DPR RI Sifat Rapat : Terbuka Hari, tanggal : Selasa, 2 Desember 2014 Waktu : Pukul 13.00 WIB s.d. selesai T e m p a t : Ruang Rapat Paripurna Gedung Nusantara II Lt.3 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Acara : 1. Penyampaian Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I Tahun 2014 dan Penyerahan Laporan Hasil Pemeriksaan serta Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Lima Tahun (Semester ke-II Tahun 2009 sampai dengan Semester I Tahun 2014); 2. Laporan Badan Legislasi DPR RI tentang Penetapan terhadap RUU tentang Perubahan atas Undang-undang No. 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD dalam Prolegnas Tahun 2014 Masa Keanggotaan DPR RI Periode 2014-2019; 3. Pendapat Fraksi-fraksi dan Pengambilan Keputusan terhadap RUU Usul Inisiatif Anggota DPR RI tentang Perubahan atas Undang-undang No. 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD menjadi RUU Usul Inisiatif. Ketua Rapat : Ir. H. TAUFIK KURNIAWAN, M.M. (Wakil Ketua DPR RI Bidang Ekku/F-PAN) Didampingi: 1. Drs. Setya Novanto. (Ketua DPR RI/F-PG) 2. Fadli Zon, S.S., M. Sc. (Wakil Ketua DPR RI Bidang Polkam/F-P.Gerindra) 3. DR. Agus Hermanto (Wakil Ketua DPR RI Bidang Inbang/F-PD) 4. Fahri Hamzah, S.E. (Wakil Ketua DPR RI Bidang Kesra/F-PKS)

Transcript of DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA fileKeanggotaan DPR RI Periode 2014-2019; 3. Pendapat...

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RISALAH RESMI

Tahun Sidang : 2014-2015

Masa Persidangan : I

Rapat ke- : 11

Jenis Rapat : Rapat Paripurna DPR RI

Sifat Rapat : Terbuka

Hari, tanggal : Selasa, 2 Desember 2014

Waktu : Pukul 13.00 WIB s.d. selesai

T e m p a t : Ruang Rapat Paripurna Gedung Nusantara II Lt.3 Jl. Jend. Gatot Subroto – Jakarta

Acara

: 1. Penyampaian Ikhtisar Hasil Pemeriksaan

Semester I Tahun 2014 dan Penyerahan Laporan Hasil

Pemeriksaan serta Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Lima

Tahun (Semester ke-II Tahun 2009 sampai dengan

Semester I Tahun 2014);

2. Laporan Badan Legislasi DPR RI tentang

Penetapan terhadap RUU tentang Perubahan atas

Undang-undang No. 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR,

DPD, dan DPRD dalam Prolegnas Tahun 2014 Masa

Keanggotaan DPR RI Periode 2014-2019;

3. Pendapat Fraksi-fraksi dan Pengambilan

Keputusan terhadap RUU Usul Inisiatif Anggota DPR RI

tentang Perubahan atas Undang-undang No. 17 Tahun

2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD menjadi RUU

Usul Inisiatif.

Ketua Rapat

:

Ir. H. TAUFIK KURNIAWAN, M.M. (Wakil Ketua DPR RI Bidang Ekku/F-PAN) Didampingi: 1. Drs. Setya Novanto.

(Ketua DPR RI/F-PG) 2. Fadli Zon, S.S., M. Sc.

(Wakil Ketua DPR RI Bidang Polkam/F-P.Gerindra) 3. DR. Agus Hermanto

(Wakil Ketua DPR RI Bidang Inbang/F-PD) 4. Fahri Hamzah, S.E.

(Wakil Ketua DPR RI Bidang Kesra/F-PKS)

2

Sekretaris Rapat : Dr. WINANTUNINGTYASTITI S., M.Si. (Sekretaris Jenderal DPR RI)

H a d i r

: ANGGOTA DPR RI: 317 dari 560 orang Anggota dengan rincian: FRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN 80 dari 109 orang Anggota; FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA 11 dari 91 orang Anggota; FRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA 47 dari 73 orang Anggota; FRAKSI PARTAI DEMOKRAT 38 dari 61 orang Anggota; FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL 33 dari 48 orang Anggota; FRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA 32 dari 47 orang Anggota; FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA 23 dari 40 orang Anggota; FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN 15 dari 39 orang Anggota; FRAKSI PARTAI NASIONAL DEMOKRAT 27 dari 36 orang Anggota; FRAKSI PARTAI HANURA 11 dari 16 orang Anggota; SEKRETARIAT JENDERAL DPR RI 1) Achmad Djuned, S.H., M.H

(Wakil Sekretaris Jenderal DPR RI) 2) Tatang Sutharsa, S.H

(Deputi Bidang Persidangan dan KSAP) 3) K. Johnson Rajagukguk, S.H., M.H.

(Deputi Bidang Perundang-undangan) 4) Drs. Helmizar

(Kepala Biro Persidangan) 5) Hj. Nurila Furcony Putri Syakura, S.H., M.H.

(Kepala Bagian Persidangan Paripurna)

3

DAFTAR HADIR ANGGOTA DPR RI PADA RAPAT PARIPURNA TANGGAL 2 DESEMBER 2014

1. FRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN

NO URUT

NAMA

NOMOR ANGGOTA

1. H. IRMADI LUBIS (Sumut I)

125

2. dr. SOFYAN TAN (Sumut I)

126

3. TRIMEDYA PANJAITAN, S.H., M.H. (Sumut II)

127

4. Dr. JUNIMART GIRSANG, S.H., M.B.A., M.H. (Sumut III)

128

5. AGUS SUSANTO (Sumbar II)

130

6. Ir. EFFENDI SIANIPAR (Riau I)

131

7. MARSIAMAN SARAGIH (Riau II)

132

8. IHSAN YUNUS, M.E.Con.Std. (Jambi)

133

9. H. R. ERWIN MOESLIMIN SINGAJURU, S.H., M.H. (Sumsel II)

135

10. YULIAN GUNHAR, S.H., M.H. (Sumsel II)

136

11. Hj. ELVA HARTATI, S.I.P., M.M. (Bengkulu)

137

12. Ir. ISMAYATUN (Lampung I)

138

13. H. KRH. HENRY YOSODININGRAT, S.H. (Lampung II)

140

14. ITET TRIDJAJATI SUMARIJANTO, M.B.A. (Lampung II)

141

15. Ir. RUDIANTO TJEN (Bangka Belitung)

142

16. DWI RIA LATIFA, S.H., M.Sc. (Kepri)

143

17. Dra. SARWO BUDI WIRYANTI SUKAMDANI (DKI Jakarta I)

144

18. MASINTON PASARIBU, S.H. (DKI Jakarta II)

146

19. Drs. EFFENDI MS SIMBOLON, M.Ipol. (DKI Jakarta III)

147

20. DARMADI DURIANTO (DKI Jakarta III)

148

21. CHARLES HONORIS (DKI Jakarta III)

149

4

NO URUT

NAMA

NOMOR ANGGOTA

22. JUNICO BP SIAHAAN, S.E. (Jabar I)

151

23. Dr. JALALUDIN RAKHMAT, MSc (Jabar II)

152

24. H. YADI SRIMULYADI (Jabar II)

153

25. dr. RIBKA TJIPTANING P. (Jabar IV)

155

26. SUKUR H NABABAN, S.T. (Jabar VI)

158

27. RISKA MARISKA, S.H. (Jabar VI)

159

28. RIEKE DIAH PITALOKA (Jabar VII)

160

29. DANIEL LUMBAN TOBING (Jabar VII)

161

30. Drs. YOSEPH UMARHADI, M.Si.,M.A. (Jabar VIII)

162

31. ONO SURONO, S.T. (Jabar VIII)

163

32. MARUARAR SIRAIT (Jabar IX)

164

33. Dr. TB. HASANUDDIN, M.M. (Jabar IX)

165

34. PUTI GUNTUR SOEKARNO (Jabar X)

166

35. JULIARI P. BATUBARA (Jateng I)

168

36. Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO (Jateng II)

170

37. EVITA NURSANTY, M.Sc. (Jateng III)

171

38. AGUSTINA WILUJENG PRAMESTUTI, S.S. (Jateng IV)

174

39. ARIA BIMA (Jateng V)

176

40. RAHMAD HANDOYO, S.PI.,, M.M. (Jateng V)

177

41. Drs. UTUT ADIANTO (Jateng VII)

180

42. ADISATRYA SURYO SULISTO (Jateng VIII)

181

43. Ir. MUHAMMAD PRAKOSA (Jateng IX)

183

44. DAMAYANTI WISNU PUTRANTI (Jateng IX)

184

5

NO URUT

NAMA

NOMOR ANGGOTA

45. Prof. Dr. HENDRAWAN SUPRATIKNO (Jateng X)

185

46. MY ESTI WIJAYATI (DIY)

187

47. INDAH KURNIA (Jatim I)

189

48. HENKY KURNIADI (Jatim I)

190

49. NURSUHUD (Jatim III)

192

50. ARIF WIBOWO (Jatim IV)

193

51. Drs. AHMAD BASARAH, M.H. (Jatim V)

194

52. Ir. ANDREAS EDDY SUSETYO, M.M. (Jatim V)

195

53. Dr. Ir. H. PRAMONO ANUNG WIBOWO, M.M. (Jatim VI)

196

54. Drs. DJAROT SAIFUL HIDAYAT H, M.S. (Jatim VI)

197

55. Ir. BUDI YUWONO, Dipl, S.E. (Jatim VI)

198

56. Drs. SIRMADJI, M.Pd. (Jatim VII)

199

57. SADARESTUWATI (Jatim VIII)

201

58. ABIDIN FIKRI, S.H. (Jatim IX)

202

59. H. NASYIRUL FALAH AMRU, S.E. (Jatim X)

203

60. M.H. SAID ABDULLAH (Jatim XI)

204

61. MOCHAMMAD HASBI ASYIDIKI JAYABAYA (Banten I)

205

62. ICHSAN SOELISTIO (Banten II)

206

63. MARINUS GEA, S.E. (Banten III)

208

64. Dr. Ir. WAYAN KOSTER, M.M. (Bali)

210

65. I GUSTI AGUNG RAI WIJAYA, S.E., M.M. (Bali)

211

66. NYOMAN DHAMANTRA (Bali)

212

67. HONING SANNY (NTT I)

214

6

NO URUT

NAMA

NOMOR ANGGOTA

68. HERMAN HERRY (NTT II)

215

69. dr. KAROLIN MARGARET NATASA (Kalbar)

216

70. LASARUS, S.Sos, M.Si. (Kalbar)

217

71. Ir. G. MICHAEL JENO, M.M. (Kalbar)

218

72. ASDY NARANG, S.H., M.Comm.LAW (Kalteng)

219

73. Dr. Ir. WILLY M. YOSEPH, M.M. (Kalteng)

220

74. H. ADRIANSYAH (Kalsel II)

221

75. OLLY DONDOKAMBEY, S.E. (Sulut)

223

76. VANDA SARUNDAJANG (Sulut)

224

77. Ir. RENDY M. AFFANDY LAMADJIDO (Sulteng)

225

78. Drs. SAMSU NIANG, M.Pd. (Sulsel II)

227

79. IRINE YUSIANA ROBA PUTRI, S.Sos.,M.Comn & Media ST. (Maluku Utara)

229

80. TONY WARDOYO (Papua)

231

Jumlah kehadiran dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 80 dari 109 orang Anggota 2. FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA

NO URUT

NAMA

NOMOR ANGGOTA

1. BETTI SHADIQ PASADIGOE, S.E.Ak, M.M. (Sumbar I)

239

2. Dr. M. AZIS SYAMSUDDIN (Lampung II)

248

3. Ir. H. AIRLANGGA HARTARTO,M.M.T.,M.B.A. (Jabar V)

259

4. H. AHMAD ZACKY SIRADI (Jabar XI)

269

5. Hj. ENDANG MARIA ASTUTI, S.Sg. S.H. (Jateng IV)

274

6. ENDANG SRIKARTI HANDAYANI, S.H., M.Hum (Jateng V)

275

7. BAMBANG SOESATYO, S.E., M.B.A. (Jateng VII)

277

7

8. MELCHIAS MARKUS MEKENG (NTT I)

299

9. Drs. SETYA NOVANTO (NTT II)

300

10. Ir. H. AHMADI NOOR SUPIT (Kalsel I)

304

11. H. ANDI RIO IDRIS PADJALANGI, S.H, M.Kn. (Sulsel II)

313

Jumlah kehadiran dari Fraksi Partai Golongan Karya 11 dari 91 orang Anggota 3. FRAKSI PARTAI GERINDRA

NO URUT

NAMA

NOMOR ANGGOTA

1. FADHLULLAH (Aceh I)

324

2. H. GUS IRAWAN PASARIBU, S.E.,Ak., M.M. (Sumut II)

327

3. SUASANA DACHI, S.H. (Sumut II)

328

4. MARTIN HUTABARAT, S.H. (Sumut III)

329

5. ADE REZKI PRATAMA, S.E. (Sumbar II)

331

6. RITA ZAHARA, SH (Riau I)

332

7. H. NURZAHEDI, S.E. (Riau II)

333

8. Ir. H. A.R. SUTAN ADIL HENDRA, M.M. (Jambi)

334

9. Ir. SRI MELIYANA (Sumsel II)

336

10. SUSI MARLENY BACHSIN, S.E, M.M. (Bengkulu)

337

11. H. AHMAD MUZANI (Lampung I)

338

12. H. BIEM TRIANI BENJAMIN, B.Sc., M.M. (DKI Jakarta II)

341

13. ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO (DKI Jakarta III)

342

14. Dr. Ir. H. D. SODIK MUDJAHID, M.Sc. (Jabar I)

343

15. RACHEL MARYAM SAYIDINA (Jabar II)

344

16. Ir, H. AHMAD RIZA PATRIA, M.B.A. (Jabar III)

345

17. HERI GUNAWAN (Jabar IV)

346

8

NO URUT

NAMA

NOMOR ANGGOTA

18. H. FADLI ZON, S.S., M.Sc. (Jabar V)

347

19. Drg. PUTIH SARI (Jabar VII)

349

20. Hj. SRIWULAN, S.E. (Jateng III)

355

21. RAHAYU SARASWATI DJOJOHADIKUSUMO (Jateng IV)

356

22. Ir. KRT. H. DARORI WONODIPURO, M.M. (Jateng VII)

359

23. Hj. NOVITA WIJAYANTI, S.E., M.M. (Jateng VIII)

360

24. MOHAMAD HEKAL, M.B.A. (Jateng IX)

361

25. ANDIKA PANDU PURAGABAYA, S.Psi.,M.Si, M.Sc. (DIY)

363

26. Ir. BAMBANG HARYO. SOEKARTONO (Jatim I)

364

27. Ir. H. SOEPRIYATNO (Jatim II)

365

28. Ir. SUMAIL ABDULLAH (Jatim III)

366

29. Dr. H. SAREH WIYONO M. ,S.H., M.H. (Jatim VIII)

371

30. WIHADI WIYANTO, S.H. (Jatim IX)

372

31. KHILMI (Jatim X)

373

32. H. MOH NIZAR ZAHRO, S.H. (Jatim XI)

374

33. H. ANDA, S.E.,M.M. (Banten I)

375

34. Ir. SUFMI DASCO AHMAD (Banten III)

377

35. H. WILLGO ZAINAR, S.E., M.B.A. (NTB)

379

36. PIUS LUSTRILANANG, S.I.P., M.Si (NTT I)

380

37. Ir. FARY DJEMY FRANCIS, M.M.A. (NTT II)

381

38. KATHERINE A. OENDOEN (Kalbar)

382

39. H. IWAN KURNIAWAN, S.H. (Kalteng)

383

40. Drs. H. SYAIFUL RASYID, M.M. (Kalsel I)

384

9

NO URUT

NAMA

NOMOR ANGGOTA

41. LUTHER KOMBONG (Kaltim)

386

42. Drs. WENNY WAROUW (Sulut)

387

43. HAERUL SALEH, S.H. (Sultra)

392

44. ELNINO M. HUSEIN MOHI, ST, M.Si (Gorontalo)

393

45. Dra. Hj. RUSKATI ALI BAAL (Sulbar)

394

46. AMRULLAH AMRI TUASIKAL, S.E. (Maluku)

395

47. ROBERTH ROUW (Papua)

396

Jumlah kehadiran dari Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya 47 dari 73 orang Anggota 4. FRAKSI PARTAI DEMOKRAT

NO URUT

NAMA

NOMOR ANGGOTA

1. H.TEUKU RIEFKY HARSYA, B.Sc., M.T. (Aceh I)

397

2. RUHUT SITOMPUL, S.H. (Sumut I)

399

3. ROOSLYNDA MARPAUNG (Sumut II)

400

4. H. DARIZAL BASIR (Sumbar I)

402

5. MUHAMMAD NASIR (Riau II)

405

6. Drs. H. ZULFIKAR ACHMAD (Jambi)

406

7. H. ZULKIFLI ANWAR (Lampung I)

409

8. Ir. H. MARWAN CIK ASAN, M.M. (Lampung II)

410

9. DWI ASTUTI WULANDARI (DKI Jakarta I)

412

10. Hj. MELANIE LEIMENA SUHARLI (DKI Jakarta II)

413

11. H. AGUNG BUDI SANTOSO, S.H., M.M. (Jabar I)

414

12. DR. SJARIFUDDIN HASAN, S.E, M.M, M.B.A. (Jabar III)

416

13. ANTON SUKARTONO SURATTO (Jabar V)

417

14. LINDA MEGAWATI, S.E., M.Si 420

10

NO URUT

NAMA

NOMOR ANGGOTA

(Jabar IX)

15. H. AMIN SANTONO, S.Sos. (Jabar X)

421

16. Dr. AGUS HERMANTO (Jateng I)

423

17. Dr. IR. DJOKO UDJIANTO, M.M. (Jateng III)

424

18. KHATIBUL UMAM WIRANU, M.Hum. (Jateng VIII)

426

19. AMBAR TJAHJONO (DIY)

427

20. EVI ZAINAL ABIDIN, B. Comm. (Jatim II)

429

21. Drs. AYUB KHAN (Jatim IV)

431

22. Dr. Hj. NURHAYATI ALI ASSEGAF, M.Si (Jatim V)

432

23. VENNA MELINDA, S.E. (Jatim VI)

433

24. EDHIE BASKORO YUDHOYONO, M.Sc. (Jatim VII)

434

25. SARTONO HUTOMO (Jatim VII)

435

26. Drs. H. GUNTUR SASONO, M.Si (Jatim VIII)

436

27. DIDIK MUKRIANTO, S.H. (Jatim IX)

437

28. I PUTU SUDIARTANA (Bali)

442

29. H.M. SYAMSUL LUTHFI (NTB)

443

30. Dr. BENNY K. HARMAN, S.H. (NTT I)

444

31. ERMA SURYANI RANIK, S.H. (Kalbar)

446

32. EVERT ERENST MANGINDAAN, S.IP. (Sulut)

448

33. Dr. Ir. BAHRUM DAIDO, M.Si. (Sulsel III)

452

34. Drs. H. UMAR ARSAL (Sultra)

453

35. MAYJEN TNI (PURN) SALIM MENGGA (Sulbar)

454

36. LIBERT KRISTO IBO, S.Sos., S.H., M.H. (Papua)

455

11

NO URUT

NAMA

NOMOR ANGGOTA

37. WILLEM WANDIK, S.Sos. (Papua)

456

38. MICHAEL WATTIMENA, S.E, M.M . (Papua Barat)

457

Jumlah kehadiran dari Fraksi Partai Demokrat 38 dari 61 orang Anggota 5. FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL

NO URUT

NAMA NOMOR

ANGGOTA

1. H. MUSLIM AYUB, S.H., M.M. (Aceh I)

458

2. MULFACHRI HARAHAP, S.H. (Sumut I)

459

3. Dr. SALEH PARTAONAN DAULAY, M.Ag.,M.Hum. M.A. (Sumut II)

460

4. H. MHD ASLI CHAIDIR, S.H. (Sumbar I)

462

5. H. JON ERIZAL, S.E. M.B.A. (Riau I)

463

6. H. A. BAKRI HM, S.E. (Jambi)

464

7. Ir. H. ACHMAD HAFISZ TOHIR (Sumsel I)

465

8. HANNA GAYATRI, S.H. (Sumsel II)

466

9. Hj. DEWI CORYATI, M.Si. (Bengkulu)

467

10. ZULKIFLI HASAN, S.E., M.M. (Lampung I)

468

11. H. ASMAN ABNUR, S.E., M.Si (Kepri)

470

12. AHMAD NAJIB QUDRATULLAH, S.E. (Jabar II)

471

13. DAENG MUHAMMAD, S.E., M.Si. (Jabar VII)

475

14. BUDI YOUYASTRI (Jabar X)

476

15. Hj. LAILA ISTIANA DS, S.E. (Jateng IV)

479

16. MOHAMMAD HATTA (Jateng V)

480

17. Ir. H. TJATUR SAPTO EDY, M.T. (Jateng VI)

481

18. Ir. TAUFIK KURNIAWAN, M.M. (Jateng VII)

482

12

NO URUT

NAMA NOMOR

ANGGOTA

19. Ir. H. TEGUH JUWARNO, M.Si. (Jateng IX)

484

20. H. A. HANAFI RAIS, SIP., M.P.P. (DIY)

486

21. H. SUNGKONO (Jatim I)

487

22. ANANG HERMANSYAH (Jatim IV)

488

23. H. TOTOK DARYANTO, S.E. (Jatim V)

489

24. VIVA YOGA MAULADI, M.Si. (Jatim X)

493

25. M. ALI TAHER PARASONG (Banten III)

495

26. H. MUHAMMAD SYAFRUDIN, S.T., M.M. (NTB)

496

27. H. SYAHRULAN PUA SAWA (NTT I)

497

28. HANG ALI SAPUTRA SYAH PAHAN, S.H. (Kalteng)

499

29. Dra. YASTI SOEPREDJO MOKOAGOW (Sulut)

500

30. INDIRA CHUNDA THITA SYAHRUL, S.E., M.M. (Sulsel I)

501

31. Ir. H. ANDI TAUFAN TIRO (Sulsel II)

502

32. AMRAN, S.E. (Sulsel III)

503

33. H. JAMALUDDIN JAFAR, S.H., M.H. (Papua)

505

Jumlah kehadiran dari Fraksi Partai Amant Narional 33 dari 48 orang anggota 6. FRAKSI PARTAI KEBANGIKTAN BANGSA

NO URUT

NAMA

NOMOR ANGGOTA

1. H. IRMAWAN. S.Sos, M.M. (Aceh I)

37

2. MARWAN DASOPANG (Sumut II)

38

3. Ir. H. MUHAMAD LUKMAN EDI, M.Si. (Riau II)

39

4. H. HANDAYANI, S.K.M. (Jambi)

40

5. BERTU MERLAS, S.T. (Sumsel II)

41

13

NO URUT

NAMA

NOMOR ANGGOTA

6. Drs. H. MUSA ZAINUDDIN (Lampung I)

42

7. Hj. CHUSNUNIA CHALIM, M.Si. (Lampung II)

43

8. H. CUCUN AHMAD SYAMSURIJAL, S.Ag. (Jabar II)

44

9. NENG EEM MARHAMAH ZULFA HIZ, S.Fil. (Jabar III)

45

10. H. MAMAN IMANULHAQ (Jabar IX)

48

11. H. ALAMUDIN DIMYATI ROIS (Jateng I)

51

12. Drs. H. MOHAMAD TOHA, S.Sos, M.Si. (Jateng V)

54

13. H. ABDUL KADIR KARDING, S.Pi, M.Si. (Jateng VI)

55

14. Drs. H. TAUFIQ R. ABDULLAH (Jateng VII)

56

15. H. BAHRUDIN NASORI, S.Si., M.M. (Jateng IX)

58

16. Drs. H. BISRI ROMLY, M.M. (Jateng X)

60

17. H. SYAIKHUL ISLAM ALI, Lc, M.Sos. (Jatim I)

63

18. ABDUL MALIK HARAMAIN, M.Si. (Jatim II)

64

19. Ir. M. NASIM KHAN (Jatim III)

66

20. Drs. H.M. SYAIFUL BAHRI ANSHORI, M.P. (Jatim IV)

67

21. HADI ZAINAL ABIDIN, S.Pd., M.M. (Jatim IV)

68

22. Drs. IBNU MULTAZAM (Jatim VII)

71

23. Drs. H. ABD. MUHAIMIN ISKANDAR, M.Si. (Jatim VIII)

72

24. Dra. Hj. IDA FAUZIYAH, M.Si. (Jatim VIII)

73

25. H. JAZILUL FAWAID, S.Q, M.A. (Jatim X)

75

26. Dr. KH. KHOLILURRAHMAN, S.H., M.Si (Jatim XI)

76

27. Dra. Hj. SITI MASRIFAH, M.A. (Banten III)

77

28. Ir. H.A. HELMY FAISHAL ZAINI (NTB)

78

14

NO URUT

NAMA

NOMOR ANGGOTA

29. DANIEL JOHAN (Kalbar)

79

30. Dr. H.ZAINUL ARIFIN NOOR, S.E, M.M. (Kalsel I)

80

31. ROHANI (Maluku)

82

32. PEGGI PATRISIA PATTIPI (Papua)

83

Jumlah kehadiran dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa 32 dari 47 orang anggota 7. FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA

NO URUT

NAMA

NOMOR ANGGOTA

1. TIFATUL SEMBIRING (Sumut I)

85

2. ANSORY SIREGAR, Lc. (Sumut III)

87

3. Dr. HERMANTO, S.E., M.M. (Sumbar I)

88

4. H. REFRIZAL (Sumbar II)

89

5. Drs. H. MOHD. IQBAL ROMZI (Sumsel II)

92

6. Drs. AL MUZZAMMIL YUSUF, M. Si. (Lampung I)

93

7. K.H. Ir. ABDUL HAKIM, M.M. (Lampung II)

94

8. H. AHMAD ZAINUDDIN, Lc. (DKI Jakarta I)

95

9. Dr. H.M. HIDAYAT NUR WAHID, M.A. (DKI Jakarta II)

96

10. Drs. H. ADANG DARADJATUN (DKI Jakarta III)

97

11. Hj. LEDIA H. AMALIAH, S.Si, M.Psi.T. (Jabar I)

98

12. H. MA’MUR HASANUDDIN, M.A. (Jabar II)

99

13. H. ECKY AWAL MUCHARAM, S.E.,Ak. (Jabar III)

100

14. Ir. H. YUDI WIDIANA ADIA, M.Si (Jabar IV)

101

15. H. TB. SOENMANDJAJA (Jabar V)

102

16. Dr. K.H. SURAHMAN HIDAYAT, M.A. (Jabar X)

107

15

NO URUT

NAMA

NOMOR ANGGOTA

17. Dr. H.M. GAMARI SOETRISNO (Jateng III)

109

18. Drs. H. HAMID NOOR YASIN, M.M. (Jateng IV)

110

19. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI, S.E., M. Si., Akt. (Jateng V)

111

20. Drs. ABDUL FIKRI, M.M. (Jateng IX)

112

21. Dr. H. SUKAMTA (DIY)

113

22. Ir. H. SIGIT SOSIANTOMO (Jatim I)

114

23. H. FAHRI HAMZAH, S.E. (NTB)

118

Jumlah kehadiran dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera 23 dari 40 orang anggota 8. FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN

NO URUT

NAMA

NOMOR ANGGOTA

1. Drs. H. ANWAR IDRIS (Aceh III)

506

2. Drs. H. HASRUL AZWAR, M.M. (Sumut I)

507

3. MUHAMMAD IQBAL, S.E., M.Com. (Sumbar II)

510

4. H. ACHMAD FAUZAN HARUN, S.H, M.Kom.I. (DKI Jakarta I)

512

5. DR. H. R. ACHMAD DIMYATI NATAKUSUMAH, S.H., M.H., M.Si. (DKI Jakarta III)

514

6. H. DONY AHMAD MUNIR, S.T., M.M. (Jabar IX)

519

7. H. MUKHLISIN (Jateng II)

522

8. KH. MUSLICH ZA. (Jateng VI)

524

9. ACHMAD MUSTAQIM, S.P., M.M. (Jateng VIII)

526

10. H. ARSUL SANI, S.H., M.Si. (Jateng X)

528

11. SY. ANAS THAHIR (Jatim III)

530

12. Hj. IRNA NARULITA, S.E., M.M. (Banten I)

533

13. Dra. Hj. ERMALENA MHS. (NTB)

536

16

14. H. USMAN JA'FAR (Kalbar)

537

15. H. MUHAMMAD ADITYA MUFTI ARIFIN, S.H. (Kalsel II)

539

Jumlah kehadiran dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan 15 dari 39 orang Anggota 9. FRAKSI PARTAI NASDEM

NO URUT

NAMA

NOMOR ANGGOTA

1. Prof. Dr. BACHTIAR ALY, M.A. (Aceh I)

1

2. PRANANDA SURYA PALOH (Sumut I)

3

3. SAHAT SILABAN (Sumut II)

4

4. H.M. ALI UMRI, S.H,, M.Kn (Sumut III)

5

5. H. ENDRE SAIPOEL (Sumbar I)

6

6. IRMA SURYANI (Sumsel II)

7

7. PATRICE RIO CAPELLA, S.H. (Bengkulu)

8

8. Drs. H. NYAT KADIR (KEPRI)

10

9. H. AHMAD SAHRONI, S.E. (DKI Jakarta III)

11

10. MAYJEN TNI (Purn) SUPIADIN ARIES SAPUTRA (Jabar XI)

12

11. DONNY IMAM PRIAMBODO, S.T.,M.M. (Jateng III)

15

12. Drs. KH. CHOIRUL MUNA (Jateng VI)

16

13. AMELIA ANGGRAINI (Jateng VII)

17

14. Drs. H. HASAN AMINUDIN, M.Si (Jatim II)

18

15. Drs. T. TAUFIQULHADI, M.Si (Jatim IV)

19

16. KRESNA DEWANATA PHROSAKH (Jatim V)

20

17. Drg. Hj. YAYUK SRIRAHAYUNINGSIH, M.M., M.H. (Jatim VII)

22

18. Drs. H. SOEHARTONO (Jatim VIII)

23

19. H. SLAMET JUNAIDI (Jatim XI)

24

17

NO URUT

NAMA

NOMOR ANGGOTA

20. Hj. TRI MURNY, S.H. (Banten I)

25

21. Dr. H. KURTUBI, SE, M.Sp, M.Sc. (NTB)

26

22. JOHNNY G PLATE, S.E. (NTT I)

27

23. H. SYARIF ABDULLAH ALKADRIE (Kalbar)

29

24. Dr. H. ACHMAD AMINS, M.M. (Kaltim)

31

25. AHMAD H.M. ALI, S.E. (Sulteng)

32

26. AKBAR FAISAL (Sulsel II)

33

27. DR. ACHMAD HATARI, S.E., M.Si. (Maluku Utara)

35

Jumlah kehadiran dari Fraksi Partai Nasional Demokrat 27 dari 36 orang Anggota

10. FRAKSI PARTAI HANURA

NO URUT

NAMA

NOMOR ANGGOTA

1. Ir. NURDIN TAMPUBOLON (Sumut I)

545

2. SAMSUDIN SIREGAR, S.H. (Sumut III)

547

3. FAUZIH H. AMRO, M.Si (Sumsel I)

548

4. FRANS AGUNG MULA PUTRA,S.Sos, M.H. (Lampung I)

549

5. MOH. ARIEF S. SUDITOMO, S.H.,M.A (Jabar I)

550

6. H. DADANG RUSDIANA, S.E., M.Si. (Jabar II)

551

7. CAPT. H. DJONI ROLINDRAWAN, S.E., M.Mar., M.B.A. (Jabar III)

552

8. Dr. H. DOSSY ISKANDAR PRASETYO (Jatim VIII)

554

9. Dr. H. M. FARID ALFAUZI (Jatim XI)

555

10. LALU GEDE SYAMSUL MUJAHIDIN, S.E. (NTB)

557

11. H. SARIFFUDDIN SUDDING, S.H, M.H. (Sulteng)

559

Jumlah kehadiran dari Fraksi Partai Hati Nurani Rakyat 11 dari 16 orang Anggota

18

KETUA RAPAT (Ir. H. TAUFIK KURNIAWAN, M.M.): Bismillahirrahmanirrahim. Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera untuk kita semuanya, Yang kami hormati seluruh Pimpinan dan Anggota Sidang Dewan yang terhormat, Tentunya pada kesempatan kali ini pertama-tama kita mengucapkan rasa

syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala nikmat dan karunia-

Nya sehingga pada siang hari ini kita bisa melaksanakan rapat paripurna dan

sebagaimana yang telah disampaikan oleh Sekretariat Jenderal dihadiri lebih dari 281

orang yang terdiri dari:

1. Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan : 70 orang;

2. Fraksi Partai Golongan Karya : 5 orang, dan ini ada izin

karena ada kegiatan partai yang tidak bisa ditinggalkan yaitu di Munas Golkar di

Bali;

3. Fraksi Gerakan Indonesia Raya : 42 orang;

4. Fraksi Partai Demokrat : 35 orang;

5. Fraksi Partai Amanat Nasional : 25 orang;

6. Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa : 25 orang;

7. Fraksi Partai Keadilan Sejahtera : 22 orang;

8. Fraksi Partai Persatuan Pembangunan : 20 orang;

9. Fraksi Partai Nasdem : 25 orang; dan

10. Fraksi Partai Hati Nurani Rakyat : 10 orang.

Bapak/Ibu sekalian,

Tentunya dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim perkenankanlah saya

selaku Pimpinan Dewan mewakili Pimpinan Dewan yang lain untuk membuka Rapat

Paripurna yang ke-11 Masa Persidangan I Tahun 2014-2015, hari Selasa, 2 Desember

2014 dan dinyatakan terbuka untuk umum.

(RAPAT DIBUKA PUKUL 14:35 WIB)

Berdasarkan Pasal 59 ayat (1) huruf d Undang-undang No. 24 Tahun 2009

tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan disebutkan

bahwa lagu kebangsaan wajib diperdengarkan dan/atau dinyayinkan dalam acara

pembukaan Sidang Paripurna MPR, DPR, DPD, dan DPRD. Berkaitan dengan itu,

izinkanlah saya mengajak kepada seluruh hadirin sekalian Sidang Dewan yang terhormat

untuk menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Hadirin kami persilakan untuk

berdiri.

(MENYANYIKAN LAGU KEBANGSAAN INDONESIA RAYA)

Hadirin kami persilakan untuk duduk kembali.

19

Sidang Dewan yang kami hormati,

Sesuai dengan hasil keputusan Rapat Konsultasi Pimpinan Dewan dan

Pimpinan Fraksi-fraksi atau pengganti Rapat Bamus DPR RI tanggal 2 Desember 2014,

hari ini, pukul 10.00 WIB, pagi tadi, maka acara Rapat Paripurna Dewan hari ini adalah:

1. Penyampaian Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I Tahun 2014 dan

Penyerahan Laporan Hasil Pemeriksaan serta Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Lima

Tahun atau Semester ke-II Tahun 2009 sampai dengan Semester I Tahun 2014;

2. Laporan Badan Legislasi DPR RI tentang Penetapan terhadap RUU tentang

Perubahan atas Undang-Undang No. 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan

DPRD dalam Prolegnas Tahun 2014 Masa Keanggotaan DPR RI Periode 2014-

2019;

3. Pendapat Fraksi-fraksi dan Pengambilan Keputusan terhadap RUU Usul

Inisiatif Anggota DPR RI tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 17 Tahun

2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD menjadi RUU Usul DPR RI.

Dengan demikian saya menanyakan kepada Sidang Dewan yang terhormat,

apakah acara rapat tersebut dapat disetujui?

(RAPAT: SETUJU)

F-PKB (ABDUL MALIK HARAMAIN, M.Si.):

Interupsi Pimpinan.

KETUA RAPAT:

Silakan.

F-PKB (ABDUL MALIK HARAMAIN, M.Si.):

Terima kasih Pimpinan.

Malik Haramain dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa.

Pimpinan, yang pertama saya usul meskipun Rapat Pimpinan Pengganti

Bamus sudah menentukan 3 agenda dengan urutan seperti di atas, saya usul agar

komposisi atau urutan agendanya diubah Pimpinan, untuk agenda nomor 2 atau nomor 3

saya usul didahulukan Pimpinan, selanjutnya kemudian kita akan bahas agenda nomor 1.

Alasan kami Pimpinan, yang pertama bahwa agenda nomor 2 dan 3 itu sudah agenda

lama yang kemarin sempat tertunda, yang kedua agenda nomor 2 dan 3 ini menjadi

agenda penting karena ini menyangkut produktivitas parlemen, produktivitas DPR RI.

Karena itu saya usul kepada Pimpinan agar agenda nomor 2 dan 3 hendaknya dibahas

terlebih dahulu, baru kemudian masuk kepada agenda yang pertama.

Terima kasih Pimpinan.

20

KETUA RAPAT:

Baik Bapak/Ibu sekalian, tadi Pimpinan sebelum kita melakukan rapat

paripurna kita sempat berbincang-bincang dengan Pimpinan BPK, jadi tanpa mengurangi

rasa hormat masukan dan usulan dari Pak Malik Haramain, ini dari Bapak Pimpinan dan

seluruh Anggota BPK setelah ini ada agenda dari konstitusi yang tidak bisa ditinggalkan.

Jadi mohon berkenan tentunya dengan kelapangan dan kesadaran kita untuk tetap

diagendakan yang pertama. Setuju ya, Pak Malik ya?

(RAPAT: SETUJU)

Baik, terima kasih.

Bapak/Ibu sekalian,

Selanjutnya adalah mempersingkat waktu marilah kita memasuki acara

pertama Rapat Paripurn Dewan hari ini yaitu penyampaian Penyampaian Ikhtisar Hasil

Pemeriksaan Semester I Tahun 2014 dan Penyerahan Laporan Hasil Pemeriksaan serta

Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Lima Tahun atau Semester ke-II Tahun 2009 sampai dengan

Semester I Tahun 2014.

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa sesuai Pasal 72 huruf e Undang-

undang No. 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD menyatakan bahwa

DPR bertugas membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan

tanggung jawab keuangan negara yang disampaikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan.

Selanjutnya Pasal 163 ayat (3) huruf b dan huruf c, Peraturan Tata Tertib

Dewan menyatakan bahwa DPR mempunyai fungsi pengawasan pelaksanaan keuangan

negara dilakukan melalui pemeriksaan hasil semester BPK serta tindak lanjut hasil

pemeriksaan BPK. Untuk maksud tersebut kami persilakan kepada yang terhormat

Saudara Ketua BPK Republik Indonesia untuk menyampaikan hasil pemeriksaan yang

dimaksud, waktu dan tempat kami persilakan.

KETUA BPK RI (HARRY AZHAR AZIS):

Yang terhormat Ketua DPR RI,

Yang kami hormati para Wakil Ketua DPR RI,

Yang kami hormati para Anggota DPR RI,

Hadirin yang saya muliakan,

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Selamat siang, dan salam sejehtara untuk kita semua,

Pertama-tama marilah kita bersama memanjatkan puji dan syukur kehadirat

Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya

21

kepada kita semua, sehingga pada hari ini kita dapat menghadiri Rapat Paripurna DPR

RI yang mulia ini dalam rangka penyerahan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS)

I Tahun 2014.

Memenuhi amat Undang-Undang Dasar 1945 dan peraturan perundang-

undangan, hari ini BPK menyerahkan IHPS dan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)

Semester I Tahun 2014 kepada DPR RI. Penyerahan IHPS dan LHP kepada rakyat

melalui wakil-wakilnya di DPR RI bertujuan untuk memberikan informasi menyeluruh

mengenai hasil pemeriksaan BPK atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan

negara dalam kurun waktu satu semester.

Selain IHPS dan LHP, pada hari ini BPK juga menyerahkan buku Ikhtisar

Hasil Pemeriksaan Lima Tahun BPK (IHPL) yang meliputi hasil pemeriksaan dari

semester II Tahun 2009 hingga Semester I Tahun 2014.

Penyerahan buku ini meskipun bukan merupakan kewajiban BPK, namun

BPK menilai sangat bermanfaat sebagai masukan kepada lembaga perwakilan dan

pemerintah dalam menjalankan tugasnya masing-masing terkait dengan pengelolaan dan

tanggung jawab keuangan negara.

Pimpinan Rapat dan Hadirin yang saya muliakan,

Pada Semester I Tahun 2014, BPK memprioritaskan pemeriksaannya pada

pemeriksaan keuangan karena bersifat mandatory audit yang harus dilaksanakan oleh

BPK, namun tidak mengurangi program pemeriksaan kinerja dan pemeriksaan dengan

tujuan tertentu. Selama Semester I Tahun 2014, BPK memeriksa 670 objek pemeriksaan

yang terdiri dari 559 objek pemeriksaan keuangan, 16 objek pemeriksaan kinerja, dan 95

objek Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu.

Hasil pemeriksaan BPK mengungkapkan sebanyak 14.854 kasus senilai

Rp30,87 trilyun. Kasus tersebut terdiri dari ketidakpatuhan terhadap ketentuan

perundang-undangan sebanyak 8.323 kasus senilai Rp30,87 trilyun dan 6.531 kasus

kelemahan sistem pengendalian internal.

Dari jumlah kasus ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-

undangan terdapat 4.900 kasus senilai Rp25,74 trilyun mengakibatkan kerugian, potensi

kerugian, dan kekurangan penerimaan. Rekomendasi BPK terhadap kasus-kasus

tersebut antara lain berupa penyerahan aset dan/atau penyetoran uang ke kas

negara/daerah/perusahaan.

Temuan ketidakpatuhan yang lain adalah sebanyak 2.802 kasus kelemahan

administrasi dan 621 kasus senilai Rp5,13 trilyun merupakan temuan ketidakhematan,

ketidakefisien, dan ketidakefektifan. Rekomendasi BPK atas kasus tersebut adalah

perbaikan SPI dan/atau tindakan administratif dan/atau korektif lainnya.

Selama proses pemeriksaan, entitas telah menindaklanjuti temuan

ketidakpatuhan yang mengakibatkan kerugian, potensi kerugian, dan kekurangan

penerimaan dengan penyerahan aset dan/atau penyetoran uang ke kas

negara/daerah/perusahaan senilai Rp6,34 trilyun.

Pada Semester I Tahun 2014, BPK melakukan pemeriksaan keuangan

Tahun 2013 atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP), 86 Laporan Keuangan

22

Kementerian Negara dan Lembaga (LKKL), 456 Laporan Keuangan pemerintah Daerah

(LKPD), dan 13 Laporan Keuangan badan lainnya. Selain itu BPK juga melakukan

pemeriksaan atas LKPD Kabupaten Kepulauan Aru Tahun 2012, LK Perum Produksi Film

Ngara Tahun 2011 dan 2012. Pada umumnya laporan keuangan pemerintah pusat dan

pemerintah daerah sudah mengalami banyak kemajuan yang ditandai dengan perolehan

opini yang semakin baik.

BPK memberi opini Wajar dengan Pengecualian (WDP) atas LKPP Tahun

2013 atau opini yang selama empat tahun sejak 2009. Sebelum Tahun 2009, selama lima

tahun berturut-turut BPK memberi opini tidak memberikan pendapat atau disclaimer

opinion. Opini WDP diberikan terhadap LKPP Tahun 2013 karena BPK masih

menemukan permasalahan kelemahan pengendalian internal dan ketidakpatuhan

terhadap ketentuan perundang-undangan.

Selain LKPP, BPK juga memeriksa laporan keuangan tiap-tiap kementerian,

lembaga negara, lembaga pemerintah non kementerian, serta laporan keuangan

Bendahara Umum Negara. Pada Semester I Tahun 2014, BPK telah memeriksa 86

Laporan Kementerian dan Lembaga termasuk LK BUN Tahun 2013. Dalam pemeriksaan

tersebut BPK memberi opini WTP atas 64 lembaga kementerian dan lembaga, opini WDP

atas 19 Kementerian dan Lembaga termasuk lembaga BUN, dan opini TMP sebanyak 3.

Secara umum kualitas laporan keuangan pemerintah semakin meningkat

yang terlihat dari perolehan opini WTP yang makin banyak dari 44 entitas di Tahun 2009

menjadi 64 entitas di Tahun 2013. Secara lengkap BPK juga menyampaikan hasil

pemeriksaan atas LPKK dan LKKL kepada DPR RI pada 28 Mei 2014 yang lalu.

Pada pemeriksaan LKPD, sampai dengan Semester I tahun 2014, BPK telah

memeriksa 456 LKPD Tahun 2013 dari 524 pemerintahan daerah. Dari pemeriksaan

tersebut perolehan opininya adalah WTP sebanyak 153 atau 33,55%. WDP sebanyak

276 atau 60,52%, Tidak Wajar sebanyak 9 atau 1,97 %, dan Tidak Memberikan Pendapat

sebanyak 18 atau 3,94%.

Hasil pemeriksaan atas LKPD menunjukan peningkatan jumlah entitas yang

memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian selama lima tahun terakhir. Pada tahun

2009 LKPD yang memperoleh opini WTP sebanyak 15 dari 504 entitas atau baru sekitar

3%. Pada tahun 2013 yang memperoleh opini WTP sudah meningkat menjadi 153 dari

456 atau sekitar 33,55%.

Masalah yang menghambat perolehan opini WTP, baik pemerintah pusat dan pemerintah daerah, antara lain karena kelemahan pengelolaan aset tetap yang tidak didukung dengan pencatatan dan pelaporan yang memadai, penatausahaan kas tidak sesuai dengan ketentuan, penatausahaan persediaan tidak memadai, serta pelaksanaan belanja modal dan belanja barang tidak sesuai dengan ketentuan. Pimpinan Rapat dan Hadirin yang saya muliakan, Pada semester I Tahun 2014 BPK menemukan sejumlah permasalahan signifikan yang perlu mendapat perhatian dari pemerintah, lembaga perwakilan dan seluruh pemangku kepentingan. Hasil pemeriksaan BPK tersebut perlu mendapat perhatian antara lain karena terjadi di banyak entitas dan diperkirakan memiliki implikasi luas bagi kepentingan masyarakat baik untuk saat ini maupun masa mendatang. Hasil

23

pemeriksaan yang perlu mendapat perhatian pemangku kepentingan antara lain sebagai berikut. Pertama, persiapan penerapan akuntansi berbasis acrual pada pemerintah daerah. Penerapan akuntansi berbasis acrual merupakan amanat Undang-undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Dalam Undang-Undang tersebut diatur bahwa pemerintah menerapkan akuntansi berbasis acrual paling lambat tahun 2008. Meskipun pemerintah telah menyiapkan langkah-langkah untuk menerapkan akuntansi berbasis acrual namun melalui PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, pemerintah baru bisa menerapkan akuntansi kas menuju acrual, cash forward acrual. Selanjutnya pemerintah menerbitkan PP No. 71 Tahun 2010 tentang standar akuntansi pemerintahan sebagai pengganti PP No. 24 Tahun 2005. Dengan PP No. 71 Tahun 2010 pemerintah wajib menerapkan akuntansi berbasis acrual paling lambat Tahun 2015 yaitu tahun depan. Dengan demikian sejak terbit Undang-undang Keuangan Negara sampai pelaksanaan akuntansi berbasis acrual memerlukan waktu sekitar 12 tahun. BPK mengharapkan Tahun 2015 benar-benar merupakan tahun pelaksanaan akuntansi berbasis acrual secara penuh. Pemerintah pusat relatif sudah siap melaksanakan akuntansi berbasis acrual yang ditunjukkan dengan penyusunan suplement RKPP 2013 mengenai informasi pendapatan dan belanja secara acrual Tahun 2013. Berbeda dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah masih menghadapi permasalahan, penerapan akuntansi berbasis acrual dimaksud untuk memperbaiki kualitas penyajian laporan keuangan pemerintah dan menyajikan data yang akurat dalam mengukur kinerja pemerintah. Dalam akuntansi berbasis acrual lebih memungkinkan pengguna laporan untuk mengevaluasi kemampuan pemerintah saat ini dalam membiayai aktivitas dan memenuhi kewajibannya serta lebih rill menunjukkan posisi keuangan pemerintah dan perubahan posisi keuangannya. Berdasarkan pemeriksaan atas 184 LKPD, BPK menemukan kasus-kasus ketidaksiapan pemerintah daerah dalam menerapkan akuntansi berbasis acrual. Pada umumnya kasus-kasus tersebut terjadi karena belum diterbitkannya peraturan daerah mengenai penerapan akuntansi berbasis acrual. Belum adanya rencana pengembangan sistem aplikasi sesuai dengan keuangan akuntansi yang berbasis acrual dan keterbatasan sumber daya manusia yang kompeten dan memadai setiap satuan kerja pemerintah daerah. Meskipun pada umumnya pemerintah daerah masih menghadapi kendala dalam melaksanakan akuntansi berbasis acrual, namun BPK memberikan apresiasi kepada pemerintah Kota Semarang yang sudah melaksanakannya sejak Tahun 2004 dan mulai Tahun Buku 2014 LKPD Kota Semarang sudah mendapatkan opini WTP. BPK mengharapkan pemerintah daerah lain segera dapat menyusul pencapaian kota semarang ini. Kedua, pengalihan kewenangan pemunggutan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB-P2) dari pusat ke daerah. Kewenangan pemungutan PBB-P2 dialihkan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah paling lambat tanggal 1 Januari 2014. Pengalihan ini merupakan tindak lanjut kebijakan ekonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang dituangkan dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dengan pengalihan ini, maka kegiatan proses pendataan, penilaian, penetapan, pengadministrasian, pemungutan/penagihan, dan pelayanan PBB-P2 akan diselenggarakan oleh pemerintah daerah (kabupaten/kota). Selanjutnya, penerimaan

24

PBB-P2 sepenuhnya akan masuk ke kas pemerintah kabupaten/kota sehingga dapat meningkatkan jumlah pendapatan asli daerah. Permasalahan pengalihan kewenangan pemungutan PBB-P2 tersebut, antara lain, pemerintah daerah belum memiliki SDM yang memadai baik dalam hal jumlah maupun kompetensi untuk melakukan pungutan PBB-P2; pemerintah daerah belum melakukan verifikasi/validasi data piutang PBB-P2 hasil penyerahan dari pemerintah pusat; pemerintah daerah belum mencatat piutang PBB-P2 yang telah dilimpahkan oleh pemerintah pusat di neraca; peraturan dan SOP terkait pengelolaan PBB-P2 belum tersedia; dan piutang yang tercatat dalam Berita Acara Penyerahan PBB-P2 dan Aplikasi Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) berbeda nilainya. Ketiga, penambahan modal PT Bank Mutiara pada 23 Desember 2013, Dewan Komisioner Lembaga Penjaminan Sementara (LPS) memutuskan dan merealisasikan penambahan modal pada PT BM senilai Rp1,25 triliun. Hasil pemeriksaan BPK menyimpulkan bahwa proses penambahan modal oleh LPS tersebut belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu terdapat pengelolaan kredit oleh manajemen PT BM diduga tidak sesuai dengan ketentuan; PT BM tidak menyampaikan posisi Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) sesuai dengan kondisi yang sebenarnya pada laporan keuangan publikasi bulan Juni s.d. November 2013. Selain itu, penanganan PT BM oleh LPS belum sepenuhnya efektif yang ditunjukkan antara lain: adanya restrukturisasi dan penyaluran kredit tidak seseuai peraturan perbankan, pelaporan koletivilitas, kredit atas persetujuan direkti PT BM tidak sesuai dengan ketentuan, pelaporan posisi KPMM tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan implementasi good cooporate governance masih lemah. BPK juga menemukan proses penanganan PT BM oleh LPS melalui penambahan modal senilai Rp1,25 triliun belum mempertimbangkan alternatif lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yaitu menutup PT BM. Keempat, program penerapan KTP elektronik. Program ini bersifat nasional dengan lingkup pekerjaan menerbitkan KTP elektronik untuk 172 juta penduduk wajib KTP pada Tahun 2011 dan 2012. Anggaran yang dialokasikan sebesar Rp5,59 triliun. BPK melakukan pemeriksaan kinerja untuk menilai efektivitas penerapan KTP Elektronik Tahun 2013 pada Kementerian Dalam Negeri dan tujuh pemerintah provinsi. BPK menemukan antara lain 11 kasus ketidakefektifan senilai Rp357,20 miliar dan kasus kerugian negara senilai Rp24,90 miliar. Dalam pendistribusian KTP elektronik BPK menemukan masalah tidak tercapainya target pendistribusian KTP elektronik sampai dengan tanggal kontrak berakhir. KTP elektronik yang didistribusikan ke kabupaten/kota/kecamatan baru sebanyak 120,11 juta keping dari jumlah yang ditetapkan sebanyak 145 juta keping. Akibatnya, penduduk wajib KTP sebanyak 27 orang tidak memperoleh KTP elektronik dan minimal sebanyak 24,89 juta penduduk terlambat memperoleh KTP elektronik. Kelima, efektivitas pengangkatan dan pemberhentian direksi direksi, komisaris, dan dewan pengawas BUMN. BPK menemukan Kementerian BUMN belum mempunyai peraturan mengenai tata cara pengangkatan dan pemberhentian komisaris/dewan pengaws BUMN, sedang untuk direksi sudah ada peraturannya. Kelemahan lain, proses penjaringan komisaris/dewan pengawas tidak didukung dengan kriteria dan pedoman penilaian, dan jumlah komisaris/dewan pengawas independen belum sesuai dengan peraturan yaitu paling sedikit 20% dari jumlah komisaris/dewan pengawas. BPK juga menemukan masalah, masih terdapat direksi/komisaris/dewan pengawas yang merangkap sebagai direksi/pengawas/komisaris pada BUMN lain atau merangkap sebagai pejabat instansi pemerintah yang menjadi regulator dari bidang yang bersangkutan.

25

Keenam, pengelolaan subsidi dan public service obligation (PSO) yang meliputi subsidi energi, pupuk, beras dan PSO. Hasil pemeriksaan BPK telah membantu pemerintah menghemat pengeluaran subsidi/PSO Tahun 2013 sehingga total subsidi/PSO yang harus dibayar oleh pemerintah turun dari Rp385,46 triliun menjadi Rp380,04 triliun, atau turun sebesar Rp5,42 triliun. Koreksi BPK atas subsidi/PSO dilakukan terhadap unsur-unsur biaya yang tidak boleh dibebankan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan, serta besaran volume dan nilai subsidi. Ketujuh, pengalihan PT Askes menjadi BPJS Kesehatan dan PT Jamsostem menjadi BPJS Ketenagakerjaan. Hasil pemerintah atas pengalihan tersebut, BPK menemukan kelemahan SPI dan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, antara lain: data master file peserta penerima bantuan iuran BPJK Kesehatan belum akurat, tunggakan iuran Askes Sosial senilai Rp943,30 miliar belum diselesaikan oleh pemerintah daerah; pembentukan dana pengembangan Jaminan Hari Tua (JHT) penyangga/buffer di seluruh dana pengembangan JHT Tahun 2012; dan BPJK Ketenagakerjaan tidak memedomani peraturan dalam membagikan Dana Pengembangan Non JHT ke masing-masing program Jaminan Sosial senilai Rp1,79 triliun. Atas permasalahan signifikan tersebut, BPK mengharapkan kepada pemerintah untuk segera menindaklanjuti sesuai dengan rekomendasi yang diberikan. Tindak lanjut secara cepat oleh pemerintah akan mengurangi kemungkinan terjadinya kerugian negara dan berbagai dampak ketidakekonomisan, ketidakefisienan, dan ketidakefektifan dari pelaksanaan program dan kegiatan. Pimpinan Rapat dan hadirin yang saya muliakan, Selama periode Tahun 2010 s.d. Semester I Tahun 2014, BPK telah menyampaikan sebanyak 201.976 rekomendasi senilai Rp66,17 triliun kepada entitas yang diperiksa. Dari jumlah tersebut, sebanyak 50,86% atau 102.719 rekomendasi senilai Rp22,45 triliun telah ditindaklanjuti sesuai dengan rekomendasi. Sisanya dalam proses tindak lanjut (27,39%), belum ditindaklanjuti (21,64%), dan tidak dapat ditindaklanjuti (0,11%). Tindak lanjut atas rekomendasi BPK antara lain berupa penyerahan aset dan/atau penyetoran ke kas negara/daerah/perusahaan. Secara kumulatif dari Tahun 2010 s.d. Semester I Tahun 2014 jumlahnya Rp12,69 triliun, termasuk diatnaranya selama Semester I Tahun 2014 sebesar Rp1,94 triliun. Selama periode Tahun 2003 s.d. Semester I Tahun 2014, BPK telah memantau penyelesaian kerugian negara/daerah sebanyak 24.018 kasus senilai Rp2,68 triliun. Penyelesaian kasus kerugian negara/daerah tersebut berupa angsuran sebanyak 14.103 kasus senilai Rp585,08 miliar dan sebanyak 112 kasus senilai Rp7,33 miliar telah diselesaikan melalui proses penghapusan. Selama periode Tahun 2002 s.d. Semester I Tahun 2014, BPK telah menyampaikan hasil pemeriksaan yang mengandung unsur pidana kepada instansi yang berwenang sebanyak 441 temuan senilai Rp43,43 triliun, diantaranya sebanyak 9 temuan senilai Rp944,81 miliar disampaikan pada periode Semester I Tahun 2014. Dari 441 temuan tersebut, instansi yang berwenang telah menindaklanjuti 377 temuan atau 85,49% dan diantaranya sebanyak 131 temuan telah diputus peradilan. Pimpinan Rapat dan hadirin yang saya muliakan. Pada kesempatan ini, BPK juga menyampaikan laporan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Lima Tahun (IHPL) periode semester II Tahun 2009 s.d. semester I Tahun 2014 dengan tujuan memberikan informasi kepada seluruh pemangku kepentingan

26

mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara dalam periode lima tahun. Dengan demikian, IHPL berisi informasi tentang hasil pemeriksaan BPK dalam satu periode pemerintahan. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Lima Tahun ini juga menjadi informasi tambahan atas evaluasi pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014. Penyusunan IHPL ini juga bermaksud untuk membangun konvensi penyampaian ikhtisar hasil pemeriksaan selama 5 tahun periode pemerintahan, IHPL bisa menjadi bahan masukan bagi pemerintah berikutnya dalam membuat rencana dan kebijakan pembangunan, khususnya terkait dengan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara.

Selama kurung semester II tahun 2009 sampai dengan Semester I tahun 2014 BPK menerbitkan 6,900 LHP yang memuat 22,337 kasus yang mengakibatkan kerugian Negara senilai Rp. 20,93 triliun, 5,441 kasus potensi kerugian Negara senilai 52,91 triliun dan kasus kekurangan penerimaan 38,7 triliun. Total 40,854 senilai Rp.112,57 triliun.

Hasil pemeriksaan BPK atas bidang-bidang yang menjadi prioritas RPJMN 2010-2014 yang dimuat dalam IHPL antara lain mengenai perbaikan tata kelola pemerintahan dan reformasi birokrasi. BPK menemukan bahwa laporan keuangan baik pemerintah pusat dan pemerintah daerah mengalami peningkatan kualitas yang ditujukan dengan semakin banyaknya yang memperoleh opini WTP. Namun demikian terkait penanganan akuntansi berbasis akrual, pemerintah perlu segera mengambil langkah untuk menerapkan sesuai dengan amanat PP No. 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. menurut PP tersebut, mulai tahun 2015 pemerintah pusat dan daerah wajib menerapkan sistem pelaporan akuntansi berbasis akrual.

Hasil pemeriksaan atas pembangunan ekonomi dan lingkungan, khususnya tentang ketahanan energy, BPK menemukan subsidi energy yang tidak tepat sasaran yang dinikmati pelanggan menengah, pelanggan besar dan pemerintah. Atas hasil ini, BPK merekomendasikan peninjauan kembali kebijakan subsidi listrik agar terdistribusi hanya kepada warga yang layak mendapatkannya. Atas rekomendasi BPK, pemerintah telah menindaklanjuti dengan menerbitkan Peraturan Menteri ESDM No. 9 Tahun 2014 yang mengatur tariff listrik PT.PLN. BPK mengharapkan pemerintah selalu mengevaluasi pelaksanaan peraturan menteri tersebut agar subsidi selalu tepat sasaran.

Terkait dengan prioritas RPJMN mengenai pembangunan kesejahteraan rakyat, BPK menemukan antara lain dalam program pendidikan, jumlah pendidik dan tenaga kependidikan belum sesuai dengan kebutuhan. BPK menemukan masih banyak sekolah yang kekurangan guru baik di tingkat SD, SMP, dan SMA/ SMK. Selain itu, penyebaran jumlah pendidik dan tenaga kependidikan, berpendidikan menengah tidak merata.

Untuk program kesehatan, BPK memeriksa antara lain pengelolaan Program Jamkesmas dan Jamkesda meliputi kepersertaan, pelayanan, pendanaan, verifikasi, serta monitoring dan evaluasi. BPK menemukan data kepesertaan Jamkesmas dan Jamkesda belum mutakhir dan akurat. Ada kepesertaan ganda, alamat tidak lengkap, peserta tidak dikenal kelurahan, peserta telah meninggal dunia, berstatus PNS, TNI dan peniunan, serta ada perbedaan data dan jumlah orang miskin antar instansi.

IHPL juga membuat hasil pemeriksaan atas program-program RPJMN yang lain, yang tujuan untuk memberikan masukan kepada pemerintah dalam menyusun prioritas pembangunan dalam RPJMN berikutnya. Masukan BPK dapat di manfaatkan untuk memperbaiki pelaksanaan program dan kegiatan yang sama ataupun merumuskan program kegiatan yang baru, yang benar-benar tepat sasaran dan mencapai kinerja yang terbaik.

27

Pimpinan Rapat dan hadirin yang saya muliakan,

Dalam beberapa tahun terakhir, laporan keuangan pemerintah pusat, kementerian, lembaga Negara dan pemerintah daerah sudah mengalami peningkatan kualitas yang ditujukan dengan semakin banyak yang memperolh WTP. Ke depan, sejalan dengan ditujukannya penyusunan laporan keuangan tersebut, maka BPK akan semakin memprioritaskan pemeriksaan kinerja. Terutama, pemeriksaan kinerja atas program-program atau kegiatan yang dapat mendorong peningkatan indikator kemakmuran rakyat.

Hasus diakui, selama ini, meskipun semakin banyak instansi pemerintah memperoleh opini WTP, namun kita tidak dapat langsung memperoleh korelasi antara opini WTP tersebut dengan semakin meningkatnya kemakmuran rakyat. Oleh karena itu bagi instansi pemerintah tidak cukup hanya memperoleh opini WTP, tetapi juga harus berhasil dalam melaksanakan program-program pembangunannya.

Ke depan, BPK akan membuat kebijakan melakukan pemeriksaan atas program-program yang memberikan dampak bagi peningkatan kesejahteraan rakyat. BPK juga akan mengevaluasi apakah peganggaran yang dibuat benar-benar sudah mengarah kepada upaya-upaya peningkatan kesejahteraan rakyat. Secara lebih detail, BPK akan memprioritaskan pemeriksaan kinerja atas program-program yang bisa menekan tingkat kemiskinan, menekan angka pengangguran, mengurangi angka kesenjangan pendapatan dan meningkatkan indek pembangunan manusian yang meliputi kesehatan, pendidikan dan peningkatan daya beli masyarakat.

Dengan demikian BPK selain memberikan opini atas laporan keuangan, juga memberikan penilaian atas upaya-upaya instansi pemerintah dalam meningkatkan kemakmuran rakyat. Mudah-mudahan dengan cara demikian, BPK dapat mempertegas manfaat hasil pemeriksaan BPK dengan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat.

Pimpinan Rapat dan hadirin yang kami muliakan, Demikian hal-hal yang dapat kami sampaikan pada Rapat Paripurna DPR RI yang terhormat ini. Kami barharap informasi yang kami sampaikan dalam IHPS dan LHP BPK Semester I Tahun 2014, serta IHPL dapat mendukung tugas dan wewenang DPR RI sesuai peraturan perundang-undnagan. BPK selalu membuka diri kepada Pimpinan dan Anggota DPR RI untuk mendalami temuan-temuan yang telah kami sampaikan. Sekerar tambahan, bahwa kami telah bertemu dengan Pimpinan DPR dan kami sepakat untuk Sekjen BPK dan Sekjen DPR untuk merumuskan pola kerjasama di beberapa Negara, anggota DPR memiliki kewenangan untuk meminta BPK-nya memeriksa sesuatu di Dapilnya, atau berdasarkan komisinya. Mudah-mudahan ini bisa ditindaklanjuti dalam memorandum kerjasama BPK dan DPR RI. Sesungguhnya, efektivitas dan hasil pemeriksaan BPK adalah jika LHP-nya ditindaklanjuti oleh entitas yang diperiksa. Salah satu pihak yang dapat mendorong efektivitas tindaklanjut tersebut adalah pengawasan yang intensi dari Pimpinan dan para Anggota DPR RI. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih atas kerjasama dan perhatian Pimpinan dan Anggota DPR RI yang terhormat. Wabillahi taufik wal hidayah. Wasalamu'alaikum Warahmatulah Wabarakatuh.

28

KETUA RAPAT: Selanjutnya sesuai dengan ketentuan pasal 98 ayat (3) Undang-undang Nomor 17 tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD pada pasal 58 dan seterusnya, maka berdasarkan hal yang telah diserahkan untuk kita tindaklanjuti pada alat kelengkapan dewan. Bapak/Ibu sekalian, Tentunya, khususnya pada komisi-komisi terkait dapat menindaklanjuti dari hasil apa yang telah disampaikan oleh BPK. Sidang Dewan yang kami hormati, Dengan demikian selesailah sudah … silakan.

F-NASDEM (Drs. AKBAR FAIZAL, M.Si.): Saya Akbar Faizal Pimpinan dari Fraksi Parti Nasdem, untuk kali harus menyampaikan sesuai yang merupakan hutang lama dari DPR, bahkan sebelum periode ini. beruntung sekali di BPK ada 2 orang yang sekarang menjadi Pimpinan di sana, Abangda Harry Azhar Azis dan saudara Hasan Kosasi yang merupakan bagian dari tim Pansus Century, saya akan berbicara tentang point ketiga dari apa yang dilaporkan BPK barusan, menyangkut dengan posisi Bank Mutiara, saya tidak bisa mendiamkan keadaan ini, karena penjualan Bank Mutiara telah di declare, oleh para pihak yang dijual dibawah harga dari harga … itu sendiri dan selalu ada penjelasan-penjelasan dari para pihak yang mengatakan bahwa tidak melanggaran dan seterusnya, dan seterusnya, maka kemudian saya bersyukur sekali, hari ini BPK menyampaikan ada ketidaksingkronan dan seterusnya dan seterusnya dari apa yang dilakukan BPK. Pertanyaan saya adalah bagaimana sikap kita di DPR, saya juga meminta bahwa dari berbagai kasus ini, maka saya meminta juga kebetulan pada forum ini, saya meinta yang namanya Dewan Pengawas, Tim Pengawas Century dibentuk lagi, untuk menyelesaikan utang ini, saya mohon maaf kepada teman-teman yang baru saja datang di DPR, ini adalah utang DPR yang serta merta membuat wajah DPR menjadi tercoreng karena tidak selesai. Kepada Saudara Fahri Hamzah yang ada duduk di Pimpinan Dewan, ini adalah utang kita saudara banyak persoalan yang kita selesaikan di DPR tapi ada utang besar kita yang tidak kita selesaikan, maka kemudian saya meminta pertama Pimpinan Dewan dan DPR secara keseluruhan mengambil sikap terhadap seluruh pihak yang terlibat didalam Bank Mutiara dan Bank Century termasuk penjualannya untuk segera di ambil sikap hukum dan atas rekomendasi dari BPK maka ini harus selesai, Negara tidak boleh dipermaikan oleh beberapa orang di sana, yang atas nama Undang-undang dan atuaran-aturan yang mereka pahami dan mempermaikan kita dan mengakibatkan kerugian Negara. Yang terhormat Saudara Pimpinan DPR, Saya tidak main-main dengan ini, dan inilah kemudian membuat wajah DPR bisa lebih terhormat lagi di samping pertarungan-pertarungan kita yang sejujurnya sudah tidak penting lagi di sini. Pak Fahri Hamzah, saudara saya Fahri Hamzah, ini utang kita ini

29

menjadi personal bagi saya, saudara sekalian dan untuk itu saya berharap ada sikap segera dari sini, saya meminta dengan tidak malu-malu saya katakan, dan tidak ragu saya meminta semua orang yang terlibat dalam penjualan ini, segera harus menghadapi masalah hukum, di seret ke depan sidang hukum karena sudah mempermaikan kita, itu sikap saya tentang Bank Mutiara Pimpinan. Yang kedua, agar DPR ke depan menjadi, setidaknya bermartabat karena kita sudah memulai dengan tidak baik, saya meminta dengan hormat kepada Pimpinan BPK mohon di delivery kepada kami semuanya tentang laporan anda, tentang catatan-catatan yang anda bikin di BPK masing-masing per Dapil agar kami-kami yang mewakili rakyat di Dapil masing-masign tahu apa yang dilakukan oleh pemerintah daerah kami masing-masing dan bagaimana kami mengawasinya, di sinilah kemudian yang namanya pengawasan kepada Negara, setidaknya pada level daerah yang kami wakili menjadi lebih terimplementasi dengan baik, saya memohon, saya menggunakan kata memohon Pimpinan, karena banyak sekali permintaan anggota dewan yang tidak dilakukan baik oleh pemerintah maupun oleh para pihak, yang kita hadapkan atau kita mintakan baik di ruang komisi maupun di ruang Paripurna ini. maka untuk itu saya ulangi lagi atas nama DPR saya meminta kepada Pimpinan dan Pimpinan BPK saya memohon kami mendapatkan laporan pemeriksaan masing-masing daerah yang anda tangani di sampaikan kepada masing-masing dari wakil, dari Dapil supaya kami bisa mengawasi daerah kami lebih detail lagi, agar kemudian seluruh program pemerintah ini menjadi lebih terukur. Demikian apa yang harus saya sampaikan. Terima kasih Pimpinan. Wasalamu'alaikum Warahmatulah Wabarakatuh. KETUA RAPAT: Silakan. Sebentar saya catat dulu ya, habis Pak Faizal silakan, Dimyati ya. F-PPP (Dr. H. R. ACHMAD DIMYATI NATAKUSUMAH, S.H., M.H., M.Si.): Pimpinan PPP Pimpinan. Terima kasih Pimpinan dari PPP.

Saya hanya menggaris bawahi apa yang disampaikan oleh Ketua BPK, tapi yang pertama saya ucapkan selamat dulu kepada Pak Harry, Pak Hasanul yang menjadi Pimpinan dan Anggota Badan Pemeriksa Keuangan.

Teman-teman sekalian yang saya banggakan,

Ini berbicara tentang terjadi kolaborasi atau kebocoran destruktif yang begitu besar terhadap keuangan Negara kita, dari mulai awal saya berbicara ini P7, P7 itu yang pertama adalah Perencanaan, dari mulai Perencanaan sudah mulai di akal-akali, terus Penganggaran, Penganggaran ini kong kalingkong dan lain sebagainya ini harus menjadi lidik daripada BPK, terus yang paling penting adalah yang terkait dengan Penerimaan Negara dari sektor pajak, atau penerimaan lainnya yang saya lihat kalau betul-betul BPK melaksanakan pemeriksaannya tidak hanya uji petik, betul-betul diperhatikan dari semua sisi dan target sasaran itu sudah terhitung sebetulnya dengan mengikutsertakan pihak yang ahli, berhitung berapa sih pendapatan yang harus di dapat oleh Negara. Dari sektor

30

penerimaan saja sudah mulai kebocoran begitu besar, baik dari Pajak Bumi dan Bangunan maupun Pajak sumber daya alam lainnya, termasuk pajak-pajak penerimaan bukan pajak. Dan dari sektor pembiayaan, ini KKN begitu besar, kapan mau berhenti, kalau pemeriksaan BPN hanya uji petik dan suka-suka, yang mana diperiksa, yang mana yang tidak. Bisa dilihat dari kualitas. Kualitas sebuah pekerjaan, kuantitas sebuah pekerjaan, banyak sekali hal-hal yang tidak sesuai dengan spek dan Bestek. Banyak yang tidak sesuai dengan kualitas yang diharapkan, umur daripada pekerjaan itu sendiri. Nah Saya berharap BPK sekarang bisa menerobos itu. Apalagi tadi Pak Harry sudah menyampaikan, bahwa apabila alat kelengkapan atau komisi merekomendasikan untuk melakukan pemeriksaan, itu bisa ditindaklanjuti. Tapi jangan beralasan, anggarannya untuk pemeriksaan dari mana? Nah ini yang menjadi biasanya klise, alasan yang dibuat oleh para pejabat negara. Selanjutnya, dari sektor pengadaan. Tadi sudah Saya sampaikan, pengadaan ini walaupun menggunakan e-procurement atau e-e lainnya begitu, terkadang hanya main-main saja. Nah ini bisa saja oleh BPK dilihat, bagaimana permainan dari sektor pengadaan ini. Dan selanjutnya adalah pelaksanaan, setelah pelaksanaan ini akan kita lihat, kalau dari awal sudah di kongkalikong, dari awal sudah ada permainan-permainan, maka pelaksanaan tidak akan lebih dari 70%, tidak akan lebih dari 80%. Nah permainan-permainan ini harus sudah mulai diperhatikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan, karena ini menyangkut keuangan negara berdasarkan Undang-undang No. 17 Tahun 2003, termasuk BUMN-BUMN dan BUMD. Dan berikutnya adalah pengawasan. Pengawasan yang dilakukan oleh Inspektorat daerah maupun Inspektorat-inspektorat lainnya, ini biasanya esprit de corps, begitu. Esprit de corps ini adalah membela dari korps-nya. Nah maka yang terakhir adalah pemeriksaan. Nah Badan Pemeriksa Keuangan ternyata pada tahapan terakhir yang merupakan dari kumulatif semua, dari mulai perencanaan sampai pengawasan, itu adalah bidangnya pemeriksaan keuangan. Dan satu-satunya di negara ini yang melakukan pemeriksaan keuangan itu hanya Badan Pemeriksa Keuangan. Oleh sebab itu Pimpinan, kalau penegakkan pelaksanaan pemeriksaan itu benar, maka outputnya, keluarnya adalah kalau salah, dia akan dihukum melalui penegak hukum. Kalau benar, maka dengan sendirinya akan mendapatkan reward. Apa rewardnya? WTP, Wajar Tanpa Pengecualian. Nah oleh sebab itu Pimpinan, sampai kapan WTP ini di negara ini akan beres semua? Oleh sebab itu Pak Harry membuat sebuah rencana strategis, Indonesia dipimpin BPK sekarang, lima tahun ke depan, semua daerah WTP. Semua menggunakan berbasis accrual. Bisa tidak seperti itu? Kalau tidak, periksa terus sampai tuntas. Jangan sampai pemeriksaan itu discleamer. Kalau daerah discleamer, apa hukumannya? Discleamer, discleamer, discleamer, dibiarkan saja. Malah kepala daerahnya terpilih lagi, discleamer, discleamer, terpilih lagi. Nah ini problematika yang ada. Oleh sebab itu BPK sangat berperan terhadap pengendalian keuangan negara. Ke depan, Indonesia harus lebih maju lagi dan lebih hebat lagi. Terima kasih.

KETUA RAPAT: Baik, Terima kasih Pak Dimyati. Bapak-Ibu sekalian, Masih ada lagi? Silakan Ibu Ledia. Tadi Pak siapa? Sekarang Bu Ledia dulu.

31

F-PKS (HJ. LEDIA HANIFA AMALIAH, S.Si., M.Psi.T.): Ya, Terima kasih Pimpinan. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabakaratuh. Ledia Hanifa, F-PKS, Daerah Pemilihan Jawa Barat I, Kota Bandung dan Kota Cimahi. Pimpinan yang Saya hormati, Beserta Bapak-Ibu anggota DPR RI, Pimpinan BPK beserta seluruh jajaran, Saya sangat berterima kasih atas penjelasan di dalam Ikhtisar Laporan BPK yang disampaikan di halaman 9, yang mencantumkan bahwa sesungguhnya di dalam RPJMN di dalam Program Pendidikan, jumlah pendidik dan tenaga kependidikan belum sesuai dengan kebutuhan. Pimpinan yang Saya hormati, Ada satu catatan penting yang menurut Saya ini menjadi sebuah hal yang belum terselesaikan sampai sekarang. Di dalam pembahasan di Komisi VIII, sejak periode lalu telah ditekankan bahwa hutang pemerintah untuk pembayaran tunjangan sertifikasi guru tahun 2008-2013 yang nilainya Rp. 3,5 triliun itu harusnya bisa diselesaikan pada Bulan Oktober 2014. Jika kemudian BPK menemukan bahwa jumlah tenaga kependidikan dan jumlah pendidik ini belum sesuai dengan kebutuhan, yang sudah ada saja seharusnya itu bisa diperhatikan oleh Pemerintah tentunya. Persoalan berikutnya adalah ternyata tunjangan bagi guru tersertifikasi, guru agama dalam hal ini, ternyata itu belum terselesaikan semuanya, ditambah lagi dengan tunjangan sertifikasi guru pada tahun 2014 ini juga masih terhutang. Ada beberapa bulan yang terhutang dan ada yang belum terbayar sama sekali. Ini bisa dibayangkan, sulit bagi kita untuk menyelesaikan persoalan-persoalan ini jika menterinya tidak hadir di dalam Raker-raker di Komisi. Dalam hal ini kami meminta kepada Pimpinan DPR untuk kembali mengingatkan, ini adalah ujung tombak pembangunan SDM negeri ini, guru agama di seluruh pelosok negeri ini. Kita bisa bayangkan, betapa bersedihnya mereka, sudah luar biasa bekerja lantas kemudian tidak diberikan penghargaan oleh Pemerintah sama sekali, dan Bapak-Ibu bisa bayangkan, pada beberapa hari ini sejumlah guru tersertifikasi, guru agama Katholik, di Provinsi Maluku belum terbayar on going tunjangannya di tahun 2014. Padahal ini sudah bulan Desember, dan tentu mereka akan menghadapi 25 Desember, mereka akan merayakan Natal. Tapi sampai sekarang kejelasan tunjangan mereka belum turun juga. Bapak-Ibu sekalian, Juga Pimpinan yang Saya hormati, Mohon sekali lagi, mengingatkan kepada Pemerintah, persoalan ini adalah menjadi persoalan yang genting. Kita harus membayarkan tunjangan yang harusnya menjadi hak mereka, sebelum habis keringatnya. Keringat mereka sudah habis bertahun-tahun yang lalu, tetap saja kita belum membayarkannya juga.

32

Terima kasih Pimpinan. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabakaratuh. KETUA RAPAT: Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh. Baik, tadi yang mau menyampaikan lagi? Tidak, tadi Pak siapa ya? Cukup ya? F-PDI PERJUANGAN (RIEKE DIAH PITALOKA): Interupsi, Pimpinan. KETUA RAPAT: Terakhir ya, belakang ya. F-PDI PERJUANGAN (H. KRH. HENRY YOSODININGRAT, S.H.): Pimpinan, Saya interupsi dari tadi. Henry Yosodiningrat, F-PDI Perjuangan, No. Anggota 140 KETUA RAPAT: Oke, habis ini Bapak. F-PDI PERJUANGAN (RIEKE DIAH PITALOKA): Habis ini Saya, Pimpinan, daftar, Rieke Diah Pitaloka. KETUA RAPAT: Bu Rieke dulu, silakan. F-PDI PERJUANGAN (RIEKE DIAH PITALOKA): Terima kasih Pimpinan. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabakaratuh. Pimpinan DPR yang Saya hormati, Rekan-rekan anggota DPR yang Saya hormati, Serta BPK beserta jajarannya, Saya ingin mengulang sedikit, pada halaman 9 dikatakan bahwa “selama kurun semester II tahun 2009 sampai dengan semester I tahun 2014, BPK menerbitkan 6.900 LHP yang memuat 22.337 kasus mengakibatkan kerugian negara senilai Rp. 20, 93 triliun, 5.441 kasus potensi kerugian negara senilai Rp. 52,91 triliun, kasus

33

kekurangan penerimaan Rp. 38,73 triliun, total ada 40.854 kasus senilai Rp. 112, 57 triliun. Ini angka yang besar, dimana kita sering mengeluhkan ada persoalan defisit anggaran dan sebagainya, tentu laporan BPK ini menjadi sebuah catatan yang penting, bahwa sejak Semester II tahun 2009 sampai Semester I tahun 2014 terdapat kasus senilai Rp. 112, 57 triliun berpotensi kerugian keuangan negara. Yang kedua adalah pada bagian, Saya Komisi IX, sehingga Saya sangat membutuhkan tentu saja laporan lengkap dari BPK, terutama tentang pengalihan dari PT. Askes menjadi BPJS kesehatan dan PT. Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan, karena kita tidak memperoleh hasil audit yang jelas dari transformasi kedua badan tersebut dimana karena terutama PT. Jamsostek memiliki aset barangkali lebih dari triliunanlah. Dan disini dikatakan juga, untuk program kesehatan, memeriksa antara lain pengelolaan Program Jamkesmas dan Jamkesda, meliputi kepesertaan, pelayanan dan seterusnya, ini data belum mutakhir dan akurat. Saya atas nama anggota Komisi IX melalui Pimpinan, memohon data yang lengkap dari BPK mengenai hal tersebut. Terima kasih Pimpinan. KETUA RAPAT: Baik, yang terakhir dari F-PDI Perjuangan tadi, Pak Henry, silakan. F-PDI PERJUANGAN (H. KRH. HENRY YOSODININGRAT, S.H.): Terima kasih. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabakaratuh. Saudara Pimpinan, Saya menyimak dengan seksama, sambutan dari Ketua BPK. Disini dituliskan atau ditemukan ada 14.854 kasus senilai Rp. 30,87 triliun. Bahasanya sangat santun dan halus sekali. Kasus tersebut terdiri dari ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, sebanyak 8. 323 kasus nilainya Rp. 30,87 triliun dan selanjutnya. Kalau ini Saya kaitkan dengan ketentuan Pasal 2 dan Pasal 3 Undang-undang tentang Tindak Pidana Korupsi, maka apa yang dituliskan oleh BPK disini, sudah memenuhi unsur-unsur dari tindak pidana korupsi. Oleh karenanya Saya mendukung apa yang disampaikan oleh saudara, rekan Saya, Faisal Akbar, karena hal ini adalah hal yang sangat serius, apalagi kalau kita baca lebih lengkap, maka terlihat betapa buruknya pengelolaan keuangan Pemerintah pada periode yang lalu. Dan seperti dikatakan oleh rekan Saya terdahulu, Saya pun sangat serius dan tidak main-main terhadap hal ini. Oleh karena itu Saya minta Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia juga dengan sungguh-sungguh memperhatikan dan menindaklanjuti, bukan sekedar menerima laporan kemudian hanya sekedar kita baca. Itu yang bisa Saya sampaikan untuk sementara, terima kasih atas waktu dan kesempatan yang diberikan kepada Saya. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabakaratuh.

34

KETUA RAPAT: Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh. Baik, Terima kasih Pak Henry Yosodiningrat. Bapak-Ibu sekalian, Tentunya hasil pemeriksaan BPK tersebut nantinya kita serahkan kepada alat kelengkapan Dewan, untuk menindaklanjuti. Dan hasilnya kita harapkan dapat menjadi masukan yang sangat berharga buat Dewan, khususnya komisi-komisi DPR RI dalam rangka tugas pengawasan dan anggaran melalui Rapat Kerja dan Rapat Dengar Pendapat dengan mitra kerjanya masing-masing. Dengan demikian, selesailah untuk acara kita yang pertama, kita harapkan bersama-sama memberikan applaus kepada BPK kita semua, dan terima kasih atas kehadiran seluruh Pimpinan BPK dan seluruh anggota BPK. Rapat Saya skors 5 menit untuk memberikan kesempatan kepada BPK dan seluruh jajarannya untuk meninggalkan tempat sidang ini. Kami persilakan.

(RAPAT DISKORS PUKUL 15.40 WIB) Skors kami cabut.

(SKORS RAPAT DICABUT PUKUL 15.42 WIB) Assalamualaikum Warahmatullahi Wabakaratuh. Salam sejahtera untuk kita semuanya. Yang terhormat Saudara Menteri Hukum dan HAM beserta jajarannya, Bapak-Ibu sekalian seluruh Anggota Dewan yang kami hormati dan kami muliakan, Selanjutnya untuk mempersingkat waktu, marilah kita memasuki acara yang kedua, yaitu

Laporan Badan Legislasi DPR RI tentang Penetapan terhadap RUU tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 17 Tahun 2014, tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD dalam Program Prolegnas 2014 Masa Keanggotaan DPR RI Periode 2014-2019.

Perlu kami informasikan bahwa dalam Rapat Paripurna tanggal 26 November yang lalu, Ketua Badan Legislasi telah menyampaikan laporannya. Namun dalam laporan Paripurna tersebut masih mendapatkan banyak hal terkait dengan pendalaman-pendalaman materi yang dibutuhkan. Sehubungan dengan itu, kami persilakan kepada Saudara Ketua Badan Legislasi untuk menyampaikan kembali laporannya, yang terhormat Saudara DR. H. Sareh Wiyono, SH, MH, untuk disampaikan. Kami persilakan. F-PKS (ANSORY SIREGAR): Pimpinan, Pimpinan, sebelum dibacakan, Pimpinan.

35

KETUA RAPAT: Silakan, silakan. F-PKS (ANSORY SIREGAR): Sesuai tadi Rapat dalam Rapat Bamus, sebelum kita memulai ini, alangkah bagusnya diadakan lobi antar pimpinan fraksi. Tadi dalam rapat Bamus disepakati dulu disitu, lobi dulu kita barang seperempat jam atau berapa, sebelum nanti, takutnya nanti ada sesuatu yang tidak kita inginkan dalam perjalanan pembahasan, begitu. Saya kira lobi dulu, Pimpinan. KETUA RAPAT: Baik, Terima kasih Pak Ansory. Jadi kita langsung dulu, tadi terkait dengan beberapa agenda yang lain. Kita terima kasih diingatkan, tapi tentunya kita lebih sepakat, kita lebih memberikan waktu kepada Ketua Baleg terlebih dahulu untuk disampaikan laporannya. Sepakat ya? Baik, kami persilakan Saudara DR. H. Sareh Wiyono, SH, MH, silakan Pak Sareh. F-PKS (ANSORY SIREGAR): Pimpinan, setelah dibacakan, baru lobi, begitu. KETUA RAPAT: Baik, nanti kita anukan, terima kasih banyak masukannya. KETUA BALEG (DR. H. SAREH WIYONO M., S.H., M.H.): Assalamualaikum Warahmatullahi Wabakaratuh. Salam sejahtera bagi kita semua.

LAPORAN BADAN LEGISLASI TENTANG PENETAPAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN

UNDANG-UNDANG NO. 17 TAHUN 2014 TENTANG MPR, DPR, DPD DAN DPRD SEBAGAI PROLEGNAS

MASA KEANGGOTAAN DPR 2014-2019 DALAM RAPAT PARIPURNA DPR RI

TANGGAL 2 DESEMBER 2014 --------------------------------------------------

Yang terhormat Pimpinan DPR RI, Yang terhormat Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Yang terhormat rekan-rekan anggota DPR RI, Dan hadirin yang berbahagia.

36

Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas perkenan-Nya kepada kita semua, sehingga kita dapat menghadiri Rapat Paripurna pada hari ini dalam keadaan sehat wal afiat. Perlu kami sampaikan, bahwa pada Rapat Paripurna DPR RI tanggal 26 November 2014 yang lalu, Badan Legislasi telah menyampaikan Laporan mengenai Hasil Kesepakatan Badan Legislasi dengan Menteri Hukum dan HAM berkenaan dengan adanya usul Rancangan Undang-undang tentang Perubahan atas Undang-undang No. 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Namun rapat paripurna memutuskan menunda persetujuan terhadap penetapan RUU tentang Perubahan Atas Undang-undang tentang MD3 dalam prolegnas masa keanggotaan Dewan 2014 sampai 2019.

Sesuai dengan keputusan rapat konsultasi pengganti rapat Bamus pagi tadi perkenankan kami melaporkan kembali mengenai hasil kesepakatan yang telah tercapai Badan Legislasi dengan Menteri Hukum dan Ham atas usul RUU tentang Perubahan atas Undang-undang tentang MD3 sebagai bagian dari prolegnas masa keanggotaan 2014-2019. Perlu kami sampaikan bahwa Baleg telah menerima usulan RUU tentang Perubahan atas Undang-undang tentang MD3 yang diajukan oleh 20 orang anggota DPR RI untuk dilakukan pengharmonisasian, pembulatan dan pemantapan konsepsi sesuai dengan tugas Badan Legislasi sebagaimana diatur dalam Pasal 65 huruf c Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Nomor 1 Tahun 2014 tentang Tata Tertib. Adapun pengajuan RUU tentang Perubahan Atas Undang-undang tentang MD3 sesuai dengan ketentuan Pasal 112 ayat (1) Peraturan Tata Tertib DPR yang menyatakan bahwa rancangan undang-undang dapat diajukan oleh anggota komisi atau gabungan komisi sebagai usul inisiatif.

Berdasarkan ketentuan Pasal 45 ayat (1) Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembetukan Peraturan Perundang Undangan bahwa rancangan undang-undang baik yang berasal dari DPR maupun presiden serta rancangan undang-undang yang diajukan DPD disusun berdasarkan prolegnas. Sehubungan dengan pengajuan usulan Rencana Undang-undang tentang Perubahan Atas Undang-undang tentang MD3 dilakukan sebelumnya program legislasi nasional masa keanggotan DPR RI 2014-2019 untuk memenuhi ketentuan Pasal 45 ayat (1) Undang Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang Undangan dan mengacu pada ketentuan Pasal 23 ayat (2) Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang Undangan yang berbunyi “dalam keadaan tertentu DPR atau presiden dapat mengajukan rencana undang-undang diluar prolegnas mencakup: a. Untuk mengatasi keadaan luar biasa, keadaan komplek atau keadaan bencana alam

dan b. Keadaan tertentu lainnya yang memastikan adanya urgensi nasional atas suatu

rancangan undang-undang yang dapat disetujui bersama oleh alat kelengkapan DPR yang khusus menangani bidang legislasi dan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang hukum”.

Terhadap Pasal 23 ayat (2) tersebut sesuai putusan Mahkamah Konstitusi

Nomor 92/PUU-10/2012 DPD dapat mengajukan rencana undang-undang dalam keadaan tertentu tidak untuk menentukan pengajuan rencana undang-undang di luar prolegnas karena hal itu merupakan kewenangan Badan Legislasi dan Menteri Hukum dan Ham maka Badan Legislasi bersama dengan Menteri Hukum dan Ham pada tanggal 20 November 2014 telah menyepakati dapat menerima Rencana Undang Uundang tentang Perubahan atas Undang-undang tentang MD3 karena memenuhi

37

ketentuan Pasal 23 ayat (2) Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dan disepakati sebagai bagian dari Prolegnas masa keanggotaan DPR 2014-2019 yang akan ditetapkan di kemudian hari oleh DPR dan ke pemerintah dengan melibatkan DPD.

Adapun pokok-pokok pikiran dan urgensi kesepakatan untuk menetapkan Rancangan Undang-undang tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MD3 sebagai Prolegnas sebagai berikut: 1. Memperkuat sistem presidensial Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang

menyatakan bahwa presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar. Kemudian dalam ketentuan Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa presiden dibantu oleh menteri-menteri negara dan ayat (2) menyatakan bahwa menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh presiden.

Presiden telah menentukan nomenklatur dan nama-nama kementerian yang sebagian adalah baru oleh karena itu kita harus menyesuaikan dengan keputusan presiden tersebut maka untuk menyesuaikan dengan keputusan presiden tersebut beberapa ketentuan dalam Undang-undang nomor 17 Tahun 2014 tentang MD3 perlu disempurnakan.

2. Dewan Perwakilan Rakyat merupakan representasi dari rakyat, representasi rakyat tersebut tercermin dalam struktur kelembagaan DPR yang diharapkan dapat mengoptimalkan pelaksanaan fungsi, wewenang dan tugasnya. Oleh karena itu struktur kepemimpinan komisi, Badan Legislasi, Badan Anggaran, Badan Kerjasama Antar Parlemen dan Badan Urusan Rumah Tangga yang terdiri atas 1 orang ketua dan paling banyak 3 orang wakil ketua serta struktur kepemimpinan Mahkamah Kehormatan Dewan yang terdiri atas 1 orang ketua dan paling banyak 2 orang wakil ketua dianggap perlu untuk ditambah dan diubah untuk tujuan yang lebih representatif.

Pimpinan dan Anggota Dewan Yang terhormat.

Sebagai tambahan dapat kami laporkan bahwa Badan Legislasi telah melakukan pengharmonisasian, pembulatan dan pemantapan konsepsi terhadap Rencana Undang Undang tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MD3 dan fraksi-fraksi telah menyetujui konsepsi rencangan undang-undang kecuali Fraksi Partai Golongan Karya yang menarik kembali pendapat mini fraksinya dan Fraksi PKS yang menyetujui dengan memberikan 4 catatan.

Perlu kami laporkan disini bahwa Badan Legislasi pada tanggal 1 Desember 2014 telah mengadakan rapat koordinasi dengan Dewan Perwakilan Daerah yang dipimpin oleh wakil ketua DPD Profesor Doktor Faruk Muhammad yang disertai oleh 7 orang anggota DPD yang tergabung dalam tim kerja DPD RI. Pada dasarnya DPD memahami usul perubahan atas Undang-undang Nomor 17 Tahun 2014 dan DPD tidak berkeberatan apabila rencana undang undang ini diajukan dan disetujui sebagai bagian dari Program Legislasi. Namun demikian DPD mengusulkan juga materi perubahan melalui suratnya nomor HM.310/609/DPD/XI/2014 tanggal 19 November 2014 perihal perubahan terhadap Undang-undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD mengusulkan, DPD mengusulkan beberapa pasal yang diusulkan dalam perubahan terhadap Undang-undang Nomor 17 Tahun 2014 yang terkait dengan materi ketentuan yang mengatur mengenai DPD yaitu Pasal 71, Pasal 72, Pasal 164, Pasal 165, Pasal 166, Pasal 170, Pasal 171, Pasal 249, Pasal 250, Pasal 259, Pasal 276, Pasal 281

38

dan Pasal 284 serta suratnya nomor HM.310/610/DPD/XI/2014 tanggal 25 November 2014 perihald Keikutsertaan DPD dalam pembahasan perubahan Undang-undang MD3.

Badan Legislasi menghargai usulan DPD tersebut namun fraksi-fraksi dalam tanggapannya tetap pada posisi bahwa perubahan terhadap Undang-undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MD3 dilakukan secara sangat terbatas sesuai dengan kesepakatan yang telah dicapai oleh fraksi-fraksi pada tanggal 11 November Tahun 2014.

Mengenai usulan untuk keikutsertaan DPD dalam pembahasan Rencana Undang-undang MD3 dalam tanggapan fraksi-fraksi tidak keberatan sepanjang sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 22D Undang-Undang Dasar RI Tahun 1945.

Masukan DPD tentu akan tetap berharga dan berguna bagi perubahan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MD3 yang akan datang jika tidak dapat diterima saat ini.

Demikian laporan hasil kesepakatan Badan Legislasi dengan Menteri Hukum dan Ham mengenai usul Rencangan Undang-undang tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MD3 sebagai Prolegnas 2014 masa keanggotan Dewan 2014-2019 pada tanggal 20 November 2014 dan laporan hasil koordinasi Badan Legislasi dengan DPD tanggal 1 Desember 2014 untuk ditetapkan dalam rapat paripurna yang terhormat ini.

Sekian dan terima kasih.

Wassalaamu'alaikum warrahmatullaahi wabarakatuh.

Pimpinan Badan Legislasi

Sareh Wiyono KETUA RAPAT:

Baik terima kasih disampaikan kepada Ketua Baleg DPR RI yang telah menyampaikan laporan Badan Legislasi DPR RI tentang penetapan terhadap RUU tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD dalam Prolegnas Tahun 2014 masa keanggotaan DPR RI periode 2004-2019. Bapak Ibu sekalian, Seluruh sidang Dewan yang kami hormati.

Sebetulnya dalam hal ini terkait dengan agenda berikutnya ini masih terkait artinya pada agenda yang ketiga adalah pendapat fraksi-fraksi dan pengambilan keputusan terhadap RUU usul inisiatif anggota DPR RI tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD menjadi RUU usul inisiatif DPR.

Kami mengusulkan apabila disetujui bapak ibu sekalian tentunya ini tanpa kita apa berlama-lama sehingga kita dalam satu tarikan nafas sekaligus setuju dan kemudian di sekaligus diinisiatifkan, ini kalau disepakati ya. Jadi bapak ibu sekalian tentunya tanpa mengurangi substansi yang ada kita harapkan segera ditindaklanjuti sesuai dengan mekanisme yang berlaku, jadi disepakati ya dalam satu tarikan keputusan? Setuju ya? sepakat?

39

(RAPAT: SETUJU)

Baik terima kasih. Bapak ibu sekalian.

Dengan demikian 2 agenda sekaligus menjadi keputusan kita bersama-sama. F-PD (Dr. BENNY KABUR HARMAN, S.H.):

Pimpinan pimpinan. KETUA RAPAT:

Silakan Pak Benny.

F-PD (Dr. BENNY KABUR HARMAN, S.H.):

Ini kan sudah diputuskan Pimpinan saya mau interupsi. KETUA RAPAT:

Kurang keras Pak Benny.

F-PD (Dr. BENNY KABUR HARMAN, S.H.): Ya.

Pimpinan yang kami hormati, Bapak ibu Anggota Dewan yang kami banggakan.

Tidak lupa kami sampaikan juga yang kami hormati Bapak Menteri Hukum dan Ham.

Saya masih ingat 3 minggu silam Pimpinan di tempat ini saya

menyampaikan usulan, usulan saya pada saat itu adalah saya sebagai anggota Dewan ingin menggunakan hak-hak konstitusional yang disediakan oleh konstitusi dan undang-undang dalam kaitan dengan kebijakan Pemerintah. pada saat itu dijawab oleh Pimpinan silakan dibuat mekanismenya, dibuat pertanyaannya.

Berkenaan dengan itu Pimpinan saya sudah menyiapkan sejumlah pertanyaan untu disampaikan kepada Presiden Jokowi. Jadi mohon berkenan saya ingin membacakan apa yang saya tanyakan supaya memenuhi asas keterbukaan publik. Isi suratnya sebagai berikut:

Jakarta 1 Desember 2014

Kepada Yang Terhormat Saudara Presiden Republik Indonesia

40

Perihal: Hak Mengajukan Pertanyaan Dengan hormat,

Preambule

1.1. Pada tanggal 21 Oktober 2014 Presiden Republik Indonesia telah mengirimkan

surat kepada Ketua Dewan, isi suratnya adalah menyampaikan adanya perubahan beberapa kementerian yang berimplikasi pada perubahan nomenklatur APBN yang menimbulkan berbagai pertanyaan di kalangan masyarakat luas. Mestinya Pimpinan saya menyampaikan pertanyaan ini dirapat Komisi, tetapi selama ini kan rapat-rapat komisi belum pernah diadakan, para menteri yang kita undang tidak pernah bisa datang. Melalui perubahan tersebut saudara Presiden telah melakukan restrukturisasi secara fundamental terhadap beberapa kementerian, baik penggabungan, maupun pemisahan yang sangat berpengaruh terhadap APBN, misalnya:

1. Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Perumahan Rakyat digabungkan menjadi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

2. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, menjadi Kementerian Pariwisata. 3. Kementerian Pendidikan dan Kementerian Ristek menjadi Kementerian

Kebudayaan Pendidikan Dasar dan Menengah, serta Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi.

4. Kementerian Kehutanan dan Kementerian Lingkungan Hidup menjadi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

5. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal dipisahkan menjadi Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

6. Menko Bidang Kesejahteraan Rakyat menjadi Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan;

1.2. pemerintah pada tanggal 17 November 2014 yang silam, yang disampaikan

melalui pidato saudara Presiden Republik Indonesia, telah menerbitkan kebijakan guna mengalihkan subsidi BBM, dari sektor konsumtif ke sektor produktif yang tujuannya adalah untuk kebutuhan anggaran membangun infastruktur pendidikan dan kesehatan. Konsekuensi pengalihan subsidi tersebut adalah kenaikkan harga BBM sebesar Rp 2000/liter, dimana BBM jenis premium yang semula Rp 6500/liter menjadi Rp 8500/liter dan BBM jenis solar naik Rp 5500/liter menjadi Rp 7500/liter.

Pimpinan dan Bapak Ibu Anggota Dewan yang sangat kami banggakan,

Kondisi tersebut jelas telah mengundang keresahan di masyarakat secara

luas, dimana kenaikkan harga BBM tersebut sangat membebani masyarakat kecil dan berdampak signifikan pada tekanan ekonomi secara makro.

Yang ketiga, kedua kebijakan pokok Presiden sebagaimana kami telah sampaikan diatas, telah menimbulkan kontroversi dan keresahan, dan juga telah menimbulkan berbagai pertanyaan di tengah-tengah masyarakat, termasuk di kalangan PNS di tingkat pusat maupun di daerah, kelompok nelayan, kelompok petani, para buruh dan masyarakat sipil lainnya secara luas. Sehingga kami berpandangan dibutuhkan penjelasan secara terbuka dari yang terhormat Saudara Presiden Republik Indonesia.

41

Pada hakekatnya kedua kebijakan tersebut mempunyai implikasi penting dan strategis, mempunyai dampak luas terhadap seluruh kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara kita. Atas pertimbangan-pertimbangan sebagaimana kami sebutkan di atas, Pimpinan dan Bapak/Ibu sekalian yang kami banggakan, maka kami yang bertandatangan di bawah ini, maka kami yang bertandatangan dibawah ini ada 60 Anggota Dewan Periode 2014 – 2019 masing-masing secara perorangan merasa perlu meminta keterangan dan penjelasan pemerintah melalui penggunaan hak mengajukan pertanyaan kepada saudara Presiden Republik Indonesia.

Yang kedua landasan yuridis dan konstitusional, adapun yang menjadi landasan yuridis konstitusional penggunaan hak mengajukan pertanyaan ini adalah:

1. Pasal 20 A ayat (3) konstitusi kita UUD 1945 yang telah mengalami perubahan,

2. Pasal 218 Undang-undang MD3 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2014, dan

3. Pasal 186 Peraturan Tata Tertib Dewan.

Yang ketiga pertanyaan-pertanyaan, adapun hal-hal yang kami tanyakan kepada Saudara Presiden adalah sebagai berikut: ini pertanyaannya Pak Ketua mohon disampaikan nanti, pertanyaannya sederhana, hanya selama ini kami tidak punya kesempatan, tidak punya forum untuk menyampaikannya, maka inilah yang kami anggap sebagai forum yang tepat untuk kami sampaikan pertanyaan-pertanyaan ini. apalagi besok kami sudah kembali ke Dapil masing-masing pasti kami ditagih, sebagai Anggota Dewan pasti kami ditanya apa yang saudara lakukan untuk memperjuangkan kepentingan rakyat. Oleh sebab itu pertanyaannya:

1. Apa urgensi Saudara Presiden, menaikkan harga BBM pada saat ini mengingat: 1) Harga minyak mentah dunia turun secara tajam dibawah asumsi makro

dalam APBNP tahun anggaran 2014; 2) Defisit anggaran dan cashflow dalam keadaan aman; 3) Tahun 2013 lalu harga BBM baru kita naikkan, juga bulan Juli dan bulan

September 2014, tarif dasar listrik, dan bahan bakar gas mengalami kenaikkan. Tentu kebijakan ini kami pandang sungguh membebani rakyat, terutama rakyat miskin, dan hampir miskin, sebab akibat kebijakan tersebut harga kebutuhan pokok mengalami kenaikkan.

Itu pertanyaan 1 Pimpinan, Bapak/Ibu Anggota yang kami banggakan.

2. Untuk mengurangi beban masyarakat miskin dan hampir miskin yang menjadi

korban akibat kenaikkan BBM. Saudara Presiden telah menerbitkan KIS, KIP dan KKS, Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar, dan Kartu Keluarga Sejahtera. Apabila KIS dan KIP serta KKS ini merupakan kompensasi kenaikan harga BBM, pertanyaan kami kepada yang terhormat Saudara Presiden adalah: 1) Dari manakah sumber dana untuk membiayai KIS, KIP serta KKS tersebut,

mengingat nomenklatur KIP, KIS dan KKS sama sekali tidak dikenal dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2013, APBN Tahun Anggaran 2014.

Saya lanjutkan Pak karena diinterupsi kadang kala lupa waktu saya.

42

F...(…):

Bahannya dibagikan saja pimpinan. F...(…):

Dipersingkat Pak ketua. Efektifkan waktunya Pak Ketua. Pimpinan, Pimpinan mohon maaf Pimpinan, Pimpinan anda harus adil juga

kepada yang lain, Pak Benny. Pak Benny dengan segala hormat kepada anda, bacakan saja

KETUA RAPAT:

Satu menit ya satu menit lagi, F-PD (Dr. BENNY KABUR HARMAN, S.H.):

2) Mengingat KIS, KIP dan KKS itu diterbitkan satu bulan setelah saudara Presiden dilantik,

3) Bagaimana mendapatkan, KETUA RAPAT

Sebentar Bapak/Ibu sekalian, ini Pak Benny yang kami hormati sudah

ketemu Pimpinan, intinya kita sudah bisa memahami apa yang disampaikan dan tentunya tanpa mengurangi rasa hormat semua, dan seluruhnya nanti disampaikan. Dan nanti tentunya menjadi bahan buat kita, nanti seluruh Anggota bisa mendapatkan copy dari surat terbuka tersebut.

Ya saya pikir seperti itu, kita memberikan apresiasi sekali lagi kepada Pak Benny yang telah menyampaikan, dan tentunya kita harapkan bisa berjalan dengan baik. Jadi jelas ya bisa diterima?

F...(…):

Saudara Pimpinan harus paham apa yang disampaikan oleh saudara Benny.

KETUA RAPAT:

Ya saya sudah paham Pak Aliudin, kita hargai semua ini penyampaian terbuka, artinya nanti kita sudah sikapi untuk kemudian menjadi catatan buat kita bersama. Baik ya disepakati itu,

Baik bapak/Ibu sekalian kalau tidak ada yang disampaikan lagi tentunya agenda kita berikan kesempatan kepada Pak Benny untuk menyerahkan ke meja Pimpinan. Disepakati ya untuk kemudian diserahkan, dibagikan kepada seluruh Anggota Dewan yang terhormat.

Silakan Pak Benny maju kedepan. Oke kita beri kesempatan Pak Benny maju ke depan untuk menyerahkan materinya kepada kami, karena kalau dikasih perangko nanti repot lagi lama lagi.

Pak Fahri, Pak Fahri mengambil, silakan karpet merah semua. Kita beri applaus buat Pak Benny.

43

Baik Bapak/Ibu sekalian, jadi alhamdulillah pada sore hari ini semuanya sudah selesai, dan sebagaimana sesuai dengan jadwal dan agenda kita, apabila tidak ada yang disampaikan lagi tentunya dengan mengucap Alhamdulillahirrabilalamin Rapat Paripurna pada sore hari ini kita tutup sama-sama. Kurang lebihnya mohon maaf, dan sekali lagi berikan apresiasi kepada Saudara Menteri Menkumham atas kehadirannya, sehingga ini bisa cepat terselesaikan agenda kita Undang-undang MD3 ini.

Terima kasih.

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

(RAPAT DITUTUP PUKUL : 16.15 WIB)

Jakarta, 2 Desember 2014