DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filepengujian wawancara kepada para calon staf ahli...

26
DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ----------- RISALAH RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM KOMITE III DENGAN NARASUMBER MASA SIDANG III TAHUN SIDANG 2015-2016 DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA I. KETERANGAN 1. Hari : Senin 2. Tanggal : 18 Januari 2016 3. Waktu : 13.33 WIB16.02 WIB 4. Tempat : R. Rapat 2C 5. Pimpinan Rapat : 1. Drs. Hardi Selamat Hood (Ketua Komite III) 2. Fahira Idris, SE (Wakil Ketua Komite III) 3. Ir. Abraham Liyanto (Wakil Ketua Komite III) 6. Acara : Pembahasan terkait Rancangan Undang-Undang Penyandang Disabilitas dengan narasumber: 1. Fajri Nursyamsi, S.H., M.H. (Pusat Studi Hukum dan Kebijakan/PSHK); 2. Ariani Soekanwo (PPUA Penca); 3. Maulani Rotinsulu (Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia). 7. Hadir : Orang 8. Tidak hadir : Orang

Transcript of DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filepengujian wawancara kepada para calon staf ahli...

Page 1: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filepengujian wawancara kepada para calon staf ahli Komtie III. Pertama kami perkenalkan, tentu saja ini wajah lama, tetapi tetap eksis

DEWAN PERWAKILAN DAERAH

REPUBLIK INDONESIA

-----------

RISALAH

RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM KOMITE III

DENGAN NARASUMBER

MASA SIDANG III TAHUN SIDANG 2015-2016

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

I. KETERANGAN

1. Hari : Senin

2. Tanggal : 18 Januari 2016

3. Waktu : 13.33 WIB–16.02 WIB

4. Tempat : R. Rapat 2C

5. Pimpinan Rapat : 1. Drs. Hardi Selamat Hood (Ketua Komite III)

2. Fahira Idris, SE (Wakil Ketua Komite III)

3. Ir. Abraham Liyanto (Wakil Ketua Komite III)

6. Acara : Pembahasan terkait Rancangan Undang-Undang Penyandang

Disabilitas dengan narasumber:

1. Fajri Nursyamsi, S.H., M.H. (Pusat Studi Hukum dan

Kebijakan/PSHK);

2. Ariani Soekanwo (PPUA Penca);

3. Maulani Rotinsulu (Himpunan Wanita Disabilitas

Indonesia).

7. Hadir : Orang

8. Tidak hadir : Orang

Page 2: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filepengujian wawancara kepada para calon staf ahli Komtie III. Pertama kami perkenalkan, tentu saja ini wajah lama, tetapi tetap eksis

RDPU KOMITE III DENGAN NARASUMBER DPD RI MS III TS 2015-2016

SENIN, 18 JANUARI 2016

1

II. JALANNYA RAPAT :

PIMPINAN RAPAT: Drs. HARDI SELAMAT HOOD (KETUA KOMITE III)

Bapak-Ibu, mari kita fokuskan kegiatan kita pada sore hari ini, dan mari kita mulai

bersama.

Yang saya muliakan Bapak-Ibu para Senator, Anggota Dewan Perwakilan Daerah

Republik Indonesia Komite III, yang saya hormati Bapak-Ibu narasumber, para hadirin yang

berbahagia.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salam sejahtera bagi kita semua.

Mengawali Rapat Dengar Pendapat Umum Komite III DPD RI kali ini, marilah kita

panjatkan rasa puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan perkenan-Nya,

kita semua dapat menghadiri Rapat Dengar Pendapat Umum Komite III dalam keadaan sehat

walafiat.

Sebelum kami membuka Rapat Dengar Pendapat Umum Komite III DPD RI dalam

rangka penyusunan pandangan pendapat DPD RI atas Rancangan Undang-Undang tentang

Penyandang Disabilitas. Terlebih dahulu marilah kita berdoa menurut agama dan

kepercayaan kita masing-masing. Berdoa mulai, doa selesai.

Sebelum juga memasuki Rapat Dengar Pendapat Umum, izinkanlah kami

memperkenalkan terutama kepada para Senator, Anggota Dewan Perwakilan Daerah

Republik Indonesia Komite III, atas keputusan Pimpinan Komite III, seleksi terhadap staf

ahli Komtie III. Dengan atas bantuan juga beberapa rekan yang turut hadir dalam melakukan

pengujian wawancara kepada para calon staf ahli Komtie III. Pertama kami perkenalkan,

tentu saja ini wajah lama, tetapi tetap eksis bersama kita. Kami perkenalkan Raden

Muhammad Mihradi. Ya boleh kalau mau tepuk tangan, yang teuk tagan tadi saya doakan

masuk surge, yang belum silakan setelah ini. Selanjutnya kami perkenalkan, staf ahli yang

kedua, saudara Dr. H. Fery Muhammad Syah Siregar, LC., MA. Beliau S3 di UGM didalam

studi perbandingan agama selanjutnya kami perkenalkan yang ketiga, saudara Dr. Jonny

Siahaan, silakan, beliau S3 dari Universitas Negeri Semarang. Kemudian yang keempat kami

perkenalkan Dr. Andi Diah Sakinah, beliau adalah dibidang managemen pendidikan tamat di

Universitas Negeri Jakarta dan terahir karena ada penambahan satu orang untuk tahun ini,

kami perkenalkan Ambar Retnosih Widiantini, MA., beliau S2 Hubungan Internasional

Universitas Gajah Mada. Demikian dapat kami sampaikan dan tentu saja beliau yang akan

bersama kita di dalam kerja-kerja politik kita di Komite III.

Bapak-Ibu yang kami muliakan, selanjutnya, marilah kita bersama-sama mengikuti

Rapat Dengar Pendapat Umum Komite III DPD RI pada hari ini dengan mengucapkan

bismillahirrahmanirrahiim, Rapat Dengar Pendapat Komite III DPD RI dalam rangka

penyusunan pandangan dan pendapat DPD RI atas Rancangan Undang-Undang tentang

Penyandang Diabilitas dibuka dan terbuka untuk umum.

KETOK 1X

Sebagaimana undangan yang telah disampaikan oleh sekretariat kepada Bapak-Ibu

para Senator yang berbahagia, bahwa hari ini Komite III DPD RI mengatakan Rapat Dengar

Pendapat Umum dalam rangka penyusunan pandangan dan pendapat DPD RI atas

RAPAT DIBUKA PUKUL 13.33 WIB

Page 3: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filepengujian wawancara kepada para calon staf ahli Komtie III. Pertama kami perkenalkan, tentu saja ini wajah lama, tetapi tetap eksis

RDPU KOMITE III DENGAN NARASUMBER DPD RI MS III TS 2015-2016

SENIN, 18 JANUARI 2016

2

Rancangan Undang-Undang tentang Penyandang Disabilitas dan alhamdulillah di tengah-

tengah kita telah hadir yang pertama yang terhormat Bapak Fajri Nursyamsi, SH., MH., dari

pusat studi hukum dan kebijakan PSHK, tepuk tangan buat beliau. Yang kedua Ibu Ariani

Soekanwo dari pusat pemilihan umum akses penyandang cacat, silakan Ibu, ya terima kasih

kehadirannya, dan yang terakhir yang terhormat Ibu Maulani Rotinsulu dari himpunan wanita

disabilitas Indonesia, terima kasih kehadirannya Bu.

Bapak-Ibu anggota Komite III DPD RI, para narasumber, dan para hadirin yang

berbahagia sebagaimana telah kami sampaikan kepada yang terhormat para Anggota bahwa

kita telah menerima naskah akademik dan draft Rancangan Undang-Undang Penyandang

Disabilitas dari Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Oleh karena itu adalah

kewajiban kita bersama untuk dapat bersepakat melahirkan Undang-Undang Penyandang

Disabilitas tersebut. Hal ini dikarenakan keberadaan penyandang disabilitas sebagai bagian

dari tujuan utama pembangunan nasional Indonesia memiliki hak dan kewajiban yang sama

dengan warga negara lain dalam memperoleh setiap kesempatan, serta turut aktif dalam

setiap usaha pembangunan nasional sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-

Undang Dasar tahun 1945. Oleh karena itu pertemuan pada hari ini adalah pertemuan dalam

rangka memperbincangkan atas kesepakatan kita yang pada akhirnya nanti untuk bersama-

sama mendukung sepenuhnya, lahirnya Rancangan Undang-Undang tentang Penyandang

Disabilitas.

Bapak-Ibu yang kami hormati, izinkanlah untuk menggesa pertemuan ini kami

langsung saja mempersilakan kepada para narasumber yang telah kita undang bersama untuk

memberikan pengayaan kepada kita semua, untuk memaparkan materinya dan pada hari ini

juga kita mengucapkan terima kasih apa yang telah dibawa oleh para narasumber kita yang

merupakan buku-buku yang menurut hemat kami sangat tepat untuk dapat kita bahas

bersama.

Kepada yang terhormat Bapak Fajri, Ibu Ariani, dan Ibu Maulani kiranya bersepakat

siapa yang akan dahulu. Namun karena prianya ada satu, biasanya pria itu yang terakhir.

Oleh karena itu kepada Ibu Maulani, yang lebih muda, karena saya tahu Ibu Ariani lahirnya

tahun 1945. Nah luar biasa, menghitungnya gampang, setiap hari merdeka Ibu akan berulang

tahun. Oleh karena itu kepada yang terhormat Ibu Maulani kami persilakan.

PEMBICARA: MAULANI ROTINSULU/HIMPUNAN WANITA DISABILITAS

INDONESIA (NARASUMBER)

Terima kasih Bapak Pimpinan Sidang.

Bapak-Ibu sekalian, selamat sore.

Salam sejahtera.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Terimakasih para, saya meminjam istilah Pimpinan Rapat, para Senator Republik

Indonesia, atas kesediaan Bapak-Ibu semua untuk mendengarkan suara masyarakat

disabilitas dan dalam hal menggunakan wewenang Bapak-Ibu tentunya untuk memutuskan

penanganan penyandang disabilias di negara ini, terhadap kehidupan masyarakat disabilitas

tentunya. Saya Maulani Rotinsulu seorang penyandang disabilitas daksa dari umur 7 tahun.

Berkecimpung di organisasi penyandang disabilitas sejak tahun 1981 dan saat ini saya duduk

sebagai Ketua Umum Himpunan Wanita Disabilitasi Indonesia.

Bapak-Ibu sekalian, seperti yang Bapak-Ibu pasti pernah dengar bahwasannya

keinginan masyarakat penyandang disabilitas untuk mengganti peraturan yang mengatur

kehidupannya sehari-hari, dari Undang-Undang Dasar Nomor 4 tahun 1997, itu sudah

diwacanakan sejak periode parlemen maksud saya, itu dari periode yang lalu. Kali ini, ini

adalah yang ketiga kali RUU ini masuk dalam prioritas prolegnas, oleh karena itu kami

Page 4: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filepengujian wawancara kepada para calon staf ahli Komtie III. Pertama kami perkenalkan, tentu saja ini wajah lama, tetapi tetap eksis

RDPU KOMITE III DENGAN NARASUMBER DPD RI MS III TS 2015-2016

SENIN, 18 JANUARI 2016

3

sangat berharap sebenarnya, bahwasannya Bapak-Ibu sudah akan sangat lebih sensitif

terhadap penyandang disabilitas.

Bapak-Ibu sekalian mengawali, saya akan mengatakan ada beberapa perubahan

terkait dengan definisi yang sudah disampaikan didalam draft RUU Penyandang Disabilitas

inisiatif DPR, di sana dikatakan RUU Penyandang Disabilitas mendefinisikan penyandang

disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan

atau sensorik yang dapat berinteraksi dengan lingkungan, dan atau sikap masyarakat yang

mengalami hambatan dan kesulitan berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga

negara lainnya berdasarkan kesamaan kesempatan.

Mencermati definisi ini, kita akan masuk melihat bagaimana sebenarnya masyarakat

penyandang disabilitas mencoba menerapkan prinsip-prinsip perubahan dari peraturan-

peraturan perUndang-Undangan yang sudah ada, terkait dengan lebih menginklusikan

penyandang disabilitas. Di sini kami mencoba menuliskan prinsip yang ingin disampaikan

masyarakat penyandang disabilitas terkait dengan perubahan peraturan perUndang-Undangan

mereka adalah tentunya, masyarakat disabilitas ingin dihormati sebagaimana layaknya

manusia lainnya. Artinya landasan penghormatan itu harus berdasarkan hak-hak asasi

manusia.

Kemudian yang kedua, masyarakat disabilitas ingin diterima sebagai keragaman.

Selama ini keragaman ini agak berbeda, penyandang disabilitas dilihat lebih kepada hal-hal

yang subordinat, seperti ketidakmampuan, orang-orang yang tidak bisa membangun diri, dan

tidak mempunyai kesempatan sehingga penanganan-penanganan terhadap disabilitas selalu

berdasarkan penanggulangan. Kemudian penyandang disabilitas ingin tidak diskriminasi dan

dengan tidak didiskriminasi ini, penyandang disabilitas ingin bahwasanya mereka harus

masuk didalam program-program pembangunan, masuk didalam program-program

pembangunan. Kenapa kami disini mengatakan program-program pembangunan? Karena

selama ini penyandang disabilitas dimasukkan dalam kategori kelompok masyarakat yang

bermasalah. Di negara ini, setahu kami, kalau misalkan kita dimasukkan dalam kelompok

yang bermasalah, atau istilahnya PMKS, program-programnya hanyalah penanggulangan,

program-program meningatkan kapasitas diri kita tidak ada. Oleh karena itu, di sini kita

katakan bahwasanya penyandang disabilitas harus dipenuhi haknya melalui program-

program pembangunan yang inklusif, yang dimaksudkan dengan pembangunan yang inklusif

disini juga adalah ketika pemerintah atau negara ini ingin membangun penyandang

disabilitas, tidak dalam program-program yang terpisah, tetapi diperhitungkan disetiap

pembangunan program-program yang sudah ada. Program-program mainstream dari negara

ini harus memperhitungkan pembangunan penyandang disabilitas.

Nah, kalau misalkan sudah memperhitungkan penyandang disabilitas bagaimana

caranya? Caranya adalah memberikan kesamaan kesempatan melalui kesetaraan perlakuan.

Kesamaan kesempatan dan kesetaraan perlakuan juga adalah salah satu prinsip. Ketika kita

memberikan kesamaan kesempatan, bukan berarti kita tidak memperhatikan kebutuhan, jadi

bukan kesamaan kesempatan bukan jargon, tapi action. Nanti Bapak-Ibu akan melihat

dimana kesetaraan perlakuan itu adalah yang dimaksudkan dalam prinsip-prinsip penyandang

disabilitas, yaitu penyediaan lingkungan dan pelayanan publik yang akses bagi penyandang

disabilitas, atau seperti yang Bapak-Ibu kenal adalah aksesibilitas.

Bapak-Ibu sekalian, lalu ketika kita berpikir bahwasanya, atau menerima, mudah-

mudahan, menerima prinsip-prinsip dalam undang-undang ini harus ada penghormatan

terhadap hak, non diskriminasi, menerima kami sebagai bagian dari keberagaman

masyarakat, kemudian dipenuhi haknya, pemenuhan haknya, adalah memasukkan program-

program kami atau memperhitungkan keberadaan penyandang disabilitas dalam program-

program yang mainstream melalui kesamaan kesempatan dan perlakuan yang setara, yang

biasa dibilang aksesibilitas. Kemudian kami berpikir bahwasanya strategi pelaksanaan

Page 5: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filepengujian wawancara kepada para calon staf ahli Komtie III. Pertama kami perkenalkan, tentu saja ini wajah lama, tetapi tetap eksis

RDPU KOMITE III DENGAN NARASUMBER DPD RI MS III TS 2015-2016

SENIN, 18 JANUARI 2016

4

penghormatan dan perlindungan penyandang, pemenuhan hak penyandang disabilitas itu,

tentu saja kembali adalah pembangunan, tentu saja pembangunan yang inklusif.

Pembangunan yang memperhitungkan dan memasukkan isu-isu penyandang disabilitas

sebagai salah satu target yang harus dibangun berdasarkan hak-haknya di negara ini.

Kemudian ketika kita mau berbicara tentang pembangunan, kami berpikir

bahwasanya pembangunan itu ada di semua lini sektor negara ini. Penanganan harus ada di

multisektor karena kami adalah masyarakat, warga negara bangsa ini, ketika warga negara

bangsa ini mempunyai satu program pembangunan diberbagai sector, artinya kami pun harus

ada di sana. Oleh karena itu strategi yang kami tawarkan adalah strategi penanganan

multisektoral. Kemudian bagaimana caranya memenuhi hak-hak kami? Adalah dengan

penyediaan aksesibilitas dan layanan dukungan atau dikatakan support service. Penyediaan

aksesibilitas, mayoritas adalah memberikan fasilitas-fasilitas fisik untuk membantu kami

dapat berpartisipasi secara penuh di tengah masyarakat.

Selama ini penyandang disabilitas biasa sangat tereksklusifkan, tidak bisa

berpartisipasi, tidak bisa keluar karena memang fasilitas atau lingkungannya tidak

mendukung keberadaan kami di dalam masyarakat. Yang kedua adalah support service, tentu

saja ketika kami bicara tentang kami ingin menjadi subjek dari pembangunan, kemandirian,

bukan berarti kalau kami mandiri, segala sesuatu kami bisa sendiri karena seperti Bapak-Ibu

lihat, bahwasanya ada hal-hal yang tidak setara antara Bapak-Ibu yang nondisabilitas dengan

kami. Ada fungsi-fungsi yang tidak sama diantara Bapak dan Ibu. Oleh karena itu kami

menuju kesetaraan atau menuju kemandirian kami, kami butuh support service atau dan

fasilitas-fasilitas teknis.

Yang keempat adalah strategi yang ingin kami sampaikan adalah partisipasi penuh

kami sebagai masyarakat disabilitas didalam setiap proses perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi tentang segala bentuk pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas. Selain strategi ini

ada di dalam konvensi hak-hak penyandang disabilitas yang seperti Bapak-Ibu sudah ketahui

menjadi dasar pemikiran kami untuk mengusulkan RUU Penyandang Disabilitas ini,

partisipasi ini pun menjadi landasan kami mengusulkan terkait dengan pengalaman-

pengalaman kami. Bapak-Ibu sekalian seperti contohnya yang sederhana saja, tentang

program-program yang dibuat untuk penyandang disabilitas. Selama ini prosesnya adalah

given ya Bapak-Ibu sekalian, jadi pemerintah mencoba mendesain atau barangkali

pemerintah dan Bapak-Ibu sekalian yang ada di parlemen mencoba mendesain tapi tidak

pernah melakukan proses konsultasi atau proses menggalang pendapat dengan masyarakat

penyandang disabilitas itu sendiri sehingga banyak sekali program-program yang tidak cocok

dengan kebutuhan atau situasi yang kami alami atau yang sekarang kami jalani, tidak cocok

dengan keinginan, atau strategi yang kita, atau situasi-situasi sosial yang dialami penyandang

disabilitas. Itu dua pertimbangan besar dari dua apa yang ingin kami sampaikan dan kami

ingin Bapak-Ibu mempunyai jiwa yang sama, bersama kami tentang dasar pemikiran, ketika

kita nanti akan membahas isi dari RUU ini.

Kemudian terkait dengan pendataan, saya akan memberikan sedikit kata pengantar

saja karena nanti akan dibicarakan oleh Ibu Ariani secara detil tapi yang pastinya pendataan

yang diharapkan oleh penyandang disabilitas itu tentunya untuk mengukur keberhasilan dan

menghitung desain pembangunan yang inklusif bagi penyandang disabilitas karena selama

ini data terhadap penyandang disabilitas sangat rancu. Pendataan selalu dilakukan oleh

masing-masing sektor terkait dengan program-program yang akan mereka buat sehingga

barangkali ada overlap data atau pun ada penyandang disabilitas yang sama sekali tidak

terjangkau oleh pendataan tersebut. Kalau kita melihat, menurut badan kesehatan dunia itu

saat ini ada diangka 15% dari populasi dunia dan hasil sensus penduduk 2010 masih diangka

4,45% dari populasi atau sekitar 10.400.000. Bukannya kami menolak data-data yang ada,

tapi sebagaimana Bapak-Ibu tahu, Ibu Ariani dan saya adalah organisasi-organisasi yang

Page 6: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filepengujian wawancara kepada para calon staf ahli Komtie III. Pertama kami perkenalkan, tentu saja ini wajah lama, tetapi tetap eksis

RDPU KOMITE III DENGAN NARASUMBER DPD RI MS III TS 2015-2016

SENIN, 18 JANUARI 2016

5

mempunyai kepanjangan tangan sampai tingkat desa, di provinsi, kabupaten sampai tingkat

desa. Banyak sekali ketika kita mengkroscek kepada anggota-anggota kami, pelayanan-

pelayanan atau program-program penyandang disabilitas, program-program pemerintah tidak

menjangkau mereka, apa lagi program-program atau orang-orang yang datang mendata

secara spesifik kepada mereka.

Mengenai data, dan saya juga ingin berkomentar sedikit tentang lembaga pemajuan

dan pengawasan karena ini disampaikan oleh Bapak-Ibu didalam term of reference kepada

kami. Terkait dengan lembaga pemajuan dan pengawasan, kami berpikir atau kami

menginginkan Komisi Nasional Disabilitas harus ada sebagai mekanisme pemantauan

penghormatan, pemenuhan, perlindungan dan perlindungan hak penyandang disabilitas,

kenapa? Faktor-faktor sosial sebelumnya, kami banyak sekali program-program yang kami

pun duduk didalam koordinasi-koordinasinya, bersama pemerintah. Nah hal-hal ini selalu

sifatnya adalah mengumpulkan data program tapi tidak pernah terukur kualitas program

tersebut, kenapa? Karena kami tidak pernah mendapat program untuk pengawasan proses ya,

jadi biasanya kalau Bapak-Ibu dari pemerintah mengundang kami hanya mendengar tahunan,

akhir tahun mendengar, program-program yang sudah dilakukan oleh pemerintah, tapi di

dalam proses untuk menilai apakah sebenarnya program-program itu berkualitas dan

berdampak membangun si penyandang distabilitas, belum pernah kami dapatkan. Oleh

karena itu kami berpikir bahwasannya harus ada lembaga khusus yang mencoba menjadi

tim pengawasan dari proses pelaksanaan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas.

Kita juga bisa melihat bahwa di Undang-Undang nomor 19 tahun 2011, Undang-

Undang pengesahan tentang hak-hak asasi penyandang distabilitas, mengatakan negara pihak

membentuk suatu kerangka kerja, termasuk sebuah mekanisme independen untuk

memajukan, melindungi dan mengawasi implementasi hak penyandang distabilitas dan

masyarakat pengguna, serta organisasi perwakilannya, harus berpartisipasi penuh dalam

proses pengawasan.

Bapak-Ibu sekalian, sebagai pengantar karena yang paling muda disuruh ngomong

duluan, komen saya dalam konteks bab pemenuhan hak penyandang distabilitas didalam

RUU Inisiatif DPR, banyak sekali alat akomodasi maupun fasilitas aksesibilitas itu tidak

tertuliskan secara eksplisit. Yang kami inginkan adalah alat akomodasi maupun fasilitas

akses ini, sebaiknya dituliskan secara eksplisit, guna menetapkan standar aksesibilitas ketika

akan dikembangkan dalam peraturan-peraturan pemerintah. Kami membaca dan kami telah

beberapa kali bertemu dengan Tim Penyusunan di Panja sebelumnya, dan kami telah

memberikan banyak bahan-bahan kepada beliau, ketika kita menyampaikan bahan-bahan

yang terkait dengan fasilitas aksesibilitas, banyak sekali yang harus kami jelaskan terkait

dengan penggunaannya kepada para penyusun ini. Oleh karena itu kami heran ketika draft itu

sudah jadi, hal-hal yang sebenarnya sangat asing bagi mereka tidak dicantumkan di sana.

Seharusnya ketika para penyusun ini merasa ini sesuatu yang baru harusnya mereka juga

berpikir bahwasannya, ini juga pandangan orang yang lain, artinya mereka harus

mencantumkan itu sebagai standard dari pengetahuan mereka, dan itu bisa membantu

pengembangan-pengembangan, peraturan-peraturan lain yang dikemudian.

Kemudian beberapa pencermatan terhadap isu pembangunan, saya pikir yang sangat

terkait dengan aksesibilitas atau dalam pemenuhannya, harus ada modifikasi fasilitas-fasilitas

atau alat-alat, atau akomodasi yang layak bagi penyandang disabilitas adalah dalam sektor-

sektor pembangunan, informasi dan komunikasi, pendidikan, ketenagakerjaan,

kewirausahaan, perempuan dan anak, dalam hal perlindungan hukum, infrastruktur,

pendataan, kartu disabilitas, dan konsesi. Saya pikir itu yang harus dicermati terkait dengan

fasilitas atau support sercvice yang disediakan.

Demikian Bapak-Ibu pengantar, presentasi pengantar dari kami, tim, dan akan di

lanjutkan lebih detil kepada senior-senior saya, demikian.

Page 7: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filepengujian wawancara kepada para calon staf ahli Komtie III. Pertama kami perkenalkan, tentu saja ini wajah lama, tetapi tetap eksis

RDPU KOMITE III DENGAN NARASUMBER DPD RI MS III TS 2015-2016

SENIN, 18 JANUARI 2016

6

Walaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh

PIMPINAN RAPAT: Drs. HARDI SELAMAT HOOD (KETUA KOMITE III)

Terimakasih kepada Ibu Maulani dan telah memberikan beberapa hal masukan yang

kita lihat sangat luar biasa, dan juga beliau punya pengalaman, tentu juga masukan ke DPR

RI. Tepuk tangan sekali lagi untuk ibu Maulani. Ini alhamdulillah ini Komite III hadir luar

biasa hari ini. Ini menunjukkan semangat Komite III mendukung RUU Penyandang

disabilitas, tepuk tangan buat kita semua.

Ini selanjutnya kami ingin, kalau tadi junior, sekarang senior, Ibu Ariani Soekanwo.

Saya ralat kami berikan kepada bapak Fajri Nursyamsi, seorang peneliti dan juga dari pusat

studi hukum dan kebijakan Indonesia. Silakan Pak Fajri.

PEMBICARA: FAJRI NURSYAMSI, S.H., M.H./PUSAT STUDI HUKUM DAN

KEBIJAKAN (PSHK) (NARASUMBER)

Baik terimakasih Pak Pimpinan Rapat.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Selamat siang Bapak-Ibu sekalian, terima kasih atas kesempatannya. Saya mau

apresiasi dulu terkait dengan forum hari ini karena concern dari Bapak-Ibu sekalian dari

para Senator Indonesia yang ikut concern dengan isu disabilitas karena memang boleh

dikatakan di Indonesia saat ini, terutama pengambil kebijakan, memang belum banyak yang

punya concern lebihlah terkait dengan isu disasbilitas. Saya pikir DPD bisa jadi pionir awal

untuk kemudian bisa menjadikan ini sebagai kebijakan nasional dan kebijakan yang pro

terhadap para penyandang disabilitas.

Dalam kesempatan ini, saya akan mencoba mempresentasikan terkait dengan

Rancangan Undang-Undang ya, kalau tadi Bu Lani lebih terkait dengan prinsip-prinsip

umum, lalu kemudian perspektif yang harus dibawa. Kalau saya ingin mengerucut terkait

dengan Rancangan Undang-Undang-nya karena memang momentum atau wadah Rancangan

Undang-Undang inilah yang sekarang coba akan didorong oleh DPD sendiri berkaitan

dengan kewenangannya. DPD sendiri sebenarnya punya keterkaitan yang sangat kuat

didalam isu ini, ini karena memang permasalahan atau tantangan yang ada dalam disabilitas

bukan hanya ada di pusat, tapi juga justru ada di daerah, dan sangat mengakar ke masyarakat

yang bukan di kota besar, bahkan justru pedalaman dan wilayah-wilayah yang tersebar

diberbagai daerah. Kalau kita melihat pada prosesnya, dalam hal ini RUU ini sudah digagas

sebenarnya dari tahun 2009, Bapak-Ibu sekalian. Jadi ditahun 2009 itu, RUU ini sudah

masuk dalam prolegnas 5 tahun, tapi belum, tidak kunjung naik sebagai RUU tahunan,

sebagai rencana tahunan karena memang tadi saya katakan sebelumnya, bahwa concern

terhadap RUU ini masih sangat minim. Baru masuk RUU tahunan itu pada tahun 2014, itu

pun dengan desakan yang sangat luar biasa dari masyarakat penyandang disabilitas.

Kita tahu sendiri bahwa di tahun 2014 adalah tahun politik, dimana RUU ini

berjibaku dengan RUU-RUU lainya yang bersifat politik plus pemilu itu sendiri. Jadi bisa

dibayangkan bagaimana terpentalnya RUU ini, tapi memang sampai tahun 2014, RUU ini

sudah jadi usul inisiatif DPR. Langkah yang perlu diapresiasi namun akhirnya dilaksanakan

pada rapat terakhir DPR periode 2009 – 2014. Jadi langkah itu sudah terhenti begitu saja

dan kemudian dengan perjuangan masyarakat juga, saya pikir RUU ini masuk lagi ke long

list prolegnas 5 Tahun 2015 – 2019, dan bagusnya atau berhasilnya adalah RUU ini masuk

sebenarnya dalam prioritas tahun 2015. Jadi RUU ini sebenarnya ditahun ini sudah

diprioritaskan ditahun 2015, tahun lalu gitu tapi kemudian tidak selesai dan kemudian

dilanjutkan ditahun 2016.

Page 8: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filepengujian wawancara kepada para calon staf ahli Komtie III. Pertama kami perkenalkan, tentu saja ini wajah lama, tetapi tetap eksis

RDPU KOMITE III DENGAN NARASUMBER DPD RI MS III TS 2015-2016

SENIN, 18 JANUARI 2016

7

Saya ingat betul RUU ini masuk ke Prolegnas juga atas usulan, atau atas dorongan

dari DPD juga. Jadi bukan hal yang baru sebenarnya buat DPD untuk mendorong ini, tapi

saya pikir langkah yang tepat untuk terus mendorong dan menyempurnakan substansi yang

ada dalam RUU tersebut. Posisinya hari ini RUU ini sudah masuk dalam persiapan dan

kemudian sudah siap untuk dibahas bersama antara pemerintah dan DPR, dan DPD bisa ikut

dalam pembahasan nanti dalam teknisnya. Kalau kita lihat profil dari RUU tersebut, kita bisa

lihat bahwa dalam draft terakhir jumlah pasalnya itu 161 pasal, lalu babnya ada 13 bab, lalu

ketentuan delegasiannya akan didelegasi kepada 14 peraturan pemerintah, 1 ketentuan

peraturan presiden dan 3 peraturan menteri. Nah dari postur itu sebenarnya yang menarik

adalah sebenarnya ini bukan RUU yang sedikit itu, bukan RUU yang sederhana karena

memang selain postur yang tadi saya bacakan, ternyata didalam RUU ini ada 19 sektor

terkait. Jadi selama pengalaman saya berkecimpung dibidang legislasi, saya bisa katakan

bahwa RUU ini adalah RUU yang paling besar karena tidak hanya mengatur satu sektor,

Bapak-Ibu sekalian.

Jadi kalau dilihat dari draft-nya itu, dari pendidikan yang memang menjadi concern

tinggi dalam konstitusi, sampai kepada misalkan aspek bencana, aspek transportasi, hal-hal

tersebut juga diatur dalam RUU ini. Itu hal yang positif sebenarnya, kenapa? Karena

dibandingkan dengan logika yang dibangun dilegislasi kita yang berkembang saat ini, dimana

satu sektor satu undang-undang, RUU ini menawarkan suatu hal yang baru. Jadi satu RUU

mencakup semua hal dan ini sangat-sangat efektif sebenarnya karena kalaupun memang akan

berjalan sangat, kedepannya terus berlanjut dengan baik, tidak kemudian menjadi hanya

mencantumkan sektor tapi kemudian tidak bermakna, gitu. Nah ini yang perlu dijaga,

dikawal bersama-sama oleh kita besama.

Nah adanya 19 sektor dalam RUU ini menjadikan satu konsekuensi yang harus dijaga

yaitu menempatkan isu disabilitas sebagai isu multi sektor Bapak-Ibu sekalian, tadi bu Lani

sudah menyatakan hal tersebut dan itu harus menjadi satu hal yang bisa dipegang dalam

pembahasan RUU Disabilitas kedepan. Kenapa RUU multi sektor ini, ya, penempatan

reposisi isu disabilitas sebagai isu multi sektor, ini sangat penting. Selain tadi ada 19 sektor

di RUU tersebut, yang kedua adalah RUU ini menempatkan urusan disabilitas sebagai urusan

yang lintas kementerian, begitu, jadi tidak hanya dalam satu kementerian. Nah ini pespektif

baru yang dibawa oleh RUU ini, kenapa? Karena seperti kita tahu bersama bahwa sudah

puluhan tahun, isu distabilitas yang dulu kita sebut sebagai cacat begitu ya, kecatatan itu

merupakan urusan dari kementerian sosial.

Nah kendalanya ketika berada di kementerian sosial memang isu disabilitas menjadi

isu yang sangat sempit, jadi isu yang sangat berbasis kepada belas kasih saja, hanya charity

saja, tidak kemudian menempatkan isu disabilitas sebagai isu kemanusiaan. Dimana seorang

manusia dengan kondisi yang disabilitas tentu bukan kondisi yang diinginkan, tidak ada

satupun diantara kita bersama begitu ya, mau dalam kondisi disabilitas, tapi ini adalah satu

keunikan dari masing-masing manusia yang kemudian menghasilkan satu kebutuhan yang

juga unik seperti itu dan keunikan itu dipandang sebagai satu kesetaraan dengan manusia

yang lain. Jadi tidak ada kemudian yang sempurna, tidak ada yang kemudian yang satu

normal, dan yang lainnya tidak normal, semuanya dalam kondisi sama, setara dengan

kebutuhannya masing-masing seperti itu.

Nah dengan tadi multi sektor, isunya lintas sectoral, dan kemudian urusannya menjadi

lintas kementerian, kemudian itu menjadikan bahwa RUU ini harus dipandang sebagai RUU

yang mainstream begitu, isu yang mainstream yang ada disetiap kementerian seperti itu.

Kalau kita lihat di-draft RUU-nya mungkin di-slide di depan bisa lihat ada 19 sektor mulai

dari hukum mungkin lanjut slide-nya. Ini ada 19 sektor yang, yang oh mungkin Bapak-Ibu

sekalian, sudah pegang kopiannya dari mulai bidang hukum, pendidikan, ketenagakerjaan,

Page 9: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filepengujian wawancara kepada para calon staf ahli Komtie III. Pertama kami perkenalkan, tentu saja ini wajah lama, tetapi tetap eksis

RDPU KOMITE III DENGAN NARASUMBER DPD RI MS III TS 2015-2016

SENIN, 18 JANUARI 2016

8

sampai ke urusan perlindungan perempuan dan anak. Jadi kita lihat lingkup dari RUU ini

sangat-sangat luas.

Nah di-slide berikutnya saya memasukkan data dimana pemerintah saat ini melalui

Bappenas itu merencanakan adanya deregulasi terhadap berbagai peraturan, mulai dari

keputusan presiden sampai ke undang-undang. Deregulasi ini salah satu penyebabnya adalah

karena terlalu sektoralnya undang-undang atau peraturan yang dibentuk. Nah RUU

Penyandang Disabilitas sebenarnya menjadi satu RUU yang memberikan contohlah, kira-kira

seperti itu, bahwa tidak perlu membentuk banyak undang-undang untuk kemudian bisa

mengatur suatu hal, jadi 19 sektor ini menjadi hal yang positif. Oleh karena itu, ketentuan

didalam RUU tersebut harus mengarah kepada membentuk suatu RUU yang multisektoral

dan ini merupakan suatu reposisi atau perubahan cara pandang, dari cacat yang kita sebut

dahulu kepada istilah disabilitas yang ada hari ini. Nah untuk itu ada hak pasal krusial yang

sebenarnya harus menjadi perhatian Bapak-Ibu sekalian.

Jadi di Pasal 1 angka 18 itu disebutkan bahwa menteri yang dimaksud dalam undang-

undang ini adalah menteri yang mengurusi bidang sosial. Saya pikir Pasal 1 angka 18 ini

menjadi batu sandungan untuk kemudian bisa menjadikan RUU ini sebagai RUU yang multi

sectoral, kenapa menjadi batu sandungan? Setidaknya ada tiga aspek yang harus kita

perhatikan. Pertama Pasal 1 angka 18 yang menempatkan menteri sosial sebagai leading

sector dalam dalam isu disabilitas pada dasarnya bertentangan dengan tujuan pembentukan

RUU ini sendiri . Lalu yang kedua, dia juga bertentangan dengan ketentuan dalam RUU itu

sendiri, dan yang ketiga dia bertentangan dengan peraturan perUndang-Undangan lainnya.

Kalau kita lihat dalam konsiderans huruf B di draft RUU Disabilitas, terakhir disebutkan

bahwa sebenarnya disabilitas ini sudah masuk kedalam isu HAM, tidak lagi berkutat di isu

sosial. Langkah ini, prinsip ini, sebenarnya sudah diaplikasikan oleh pemerintah.

Pertama, dalam ranham 2015, 5 tahun, ranham 5 tahun, isu disabilitas sudah masuk

dalam ranham jadi isu disabilitas sudah masuk dalam isu HAM, dan ranham itu sudah

dikawal oleh empat kementerian sebenarnya, kementerian hukum dan HAM, kementerian

dalam negeri, Bappenas, dan yang terakhir kementerian sosial. Jadi perspektif pemerintah

sebenarnya sudah menempatkan isu disabilitas sebagai isu multi sektor dan sudah

menempatkan disabilitas sebagai isu HAM, sebagian dari isu kemanusiaan. Jadi secara tujuan

menempatkan lini sektor di kementerian sosial suatu hal yang harus dihindari sebenarnya.

Lalu yang kedua, kalau berdasarkan penelitian dilakukan oleh pusat studi hukum dan

kebijakan, saya sendiri yang melakukan risetnya, sebenarnya kondisi di Indonesia saat ini

sudah menempatkan isu cacat, atau disabilitas yang kita sebut dalam RUU ini, itu sudah

multi sektor juga, kenapa saya bisa katakan seperti itu? Ada 114 peraturan yang sudah

mengatur tentang isu cacat seperti itu. Memasukkan kata cacat yang kita coba ubah dengan,

dengan istilah disabilitas ternyata ada, sudah diatur dalam 114 peraturan perUndang-

Undangan mulai dari Undang-Undang sampai kepada peraturan pemerintah. Jadi ada 114

peraturan yang sudah mencakup itu, apa artinya? Artinya adalah sebenarnya dalam birokrasi

atau pemerintahan saat ini, isu disabilitas sudah berada dibanyak sector, sudah mainstream

sebenarnya. Nah ketika kita membentuk undang-undang baru dan menempatkan kembali

menteri sosial sebagai leading sector, ini adalah suatu kemunduran sebenarnya. Jadi

seharusnya ini hal-hal yang dihindari untuk menempatkan satu leading sector.

Lalu yang ketiga, kalau kita lihat bahwa lingkup RUU Penyandang Disabilitas seperti

saya sudah katakan mencakup 19 sektor, lalu bagaimana mungkin kemudian ketika RUU itu

sudah menempatkan 19 sektor dalam substansinya, diserahkan begitu saja kepada menteri

sosial. Yang dikhawatirkan Bapak-Ibu sekalian adalah, pertama ketika isunya, misalkan isu

transportasi misalkan, karena memang disabilitas berkaitan dan sangat berkaitan dengan isu

transportasi, yang menjadi pemilik dari isu ini adalah kementerian perhubungan. Ketika ada

permasalahan didalam aspek perhubungan nanti mungkin bisa lebih jelas di Ibu Aryani,

Page 10: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filepengujian wawancara kepada para calon staf ahli Komtie III. Pertama kami perkenalkan, tentu saja ini wajah lama, tetapi tetap eksis

RDPU KOMITE III DENGAN NARASUMBER DPD RI MS III TS 2015-2016

SENIN, 18 JANUARI 2016

9

pertama kondisinya bisa jadi kementerian perhubungan menyerahkan kepada kementerian

sosial karena dia adalah leading sector disabilitas, tapi kemudian karena kewenangannya

terbatas, kementerian sosial tidak menangani isu hal tersebut, begitu. Jadi ada lempar

tanggung jawab yang dikhawatirkan terjadi ketika diserahkan kepada satu kementerian dan

itu selama ini, itulah yang terjadi Bapak-Ibu sekalian. Kenapa ada dorongan yang sangat kuat

dari masyarakat penyandang disabilitas terhadap undang-undang ini adalah banyak

diabaikannya hal-hal yang sifatnya lintas kementerian dan di luar kewenangan dari

kementerian sosial. Jadi itu salah satu kekhawatiran yang ada terkait dengan Pasal 1 angka 18

yang mencantumkan menteri sosial sebagai leading sector.

Untuk itu, sebenarnya kami mengajukan ada dua usulan terkait dengan kebijakan

tersebut, dan diharapkan bisa menjadi poin DPD sendiri untuk bisa menyempurnakan draft

yang ada. Yang pertama usulan kebijakannya itu yang pasti adalah dihapuskannya pasal 1

angka 18. Jadi memang mungkin akan ada komentar bahwa lalu gimana kalau misalkan tidak

ada leading sector? Pandangan kami, bisa dikatakan bahwa isu-isu disabilitas memang tidak

bukan isu yang seharusnya menjadi satu kementerian saja karena ada berbagai kementerian

yang bersinggungan urusannya dengan urusan disabilitas. Lalu siapa yang kemudian menjadi

leading sector? Bergantung kepada apa, irisan apa yang kemudian menjadi permasalahan.

Misalkan terkait dengan pendidikan untuk penyandang disabilitas, tentu kementerian

pendidikan yang akan menjadi leading sector dalam hal ini. Lalu misalkan terkait dengan isu

transportasi untuk penyandang disabilitas, tentu kementerian perhubungan yang akan

menjadi leading sector untuk urusan ini.

Hal itulah yang kami inginkan untuk dilakukan, bukan preseden baru sebenarnya

kalau kita lihat Undang-Undang Perlindungan Anak sebelum diubah yang baru, sebelum ada

kementerian perlindungan perempuan dan anak, itu juga menempatkan hal tersebut, dimana

isu disabilitas menjadi isu berbagai kementerian tidak ada leading sector yang diamanatkan

dalam Undang-Undang itu dan akhirnya dapat berjalan dengan baik sampai kemudian

pemerintah membentuk kementerian tersendiri.

Nah penghapusan Pasal 1 angka 18 sebenarnya tidak, jangan dilakukan secara tunggal

begitu ya, bisa dikatakan pertama harus ada kewenangan disetiap kementerian untuk

mengajukan anggaran isu disabilitas dalam APBN. Kalau kita ingat dengan gerakan gender

begitu ya waktu beberapa tahun sebelumnya, itu juga yang terjadi hari ini, bahwa setiap

kementerian punya satu slot anggaran untuk mengusulkan terkait dengan kebijakan gender.

Nah untuk itu, mungkin itu bisa jadi referensi untuk ditempatkan juga isu disabilitas. Dimana

setiap kementerian punya kewenangan untuk mengajukan anggaran terkait dengan program

yang berkaitan dengan perlindungan pemenuhan hak penyandang disabilitas.

Lalu kedua, memastikan adanya mekanisme koordinasi nasional antarkementerian

terkait isu disabilitas. Jadi koordinasi nasional yang dimaksud berada langsung dibawah

koordinator , seorang presiden sebagai kepala pemerintahan. Jadi disini bukan berarti setelah

diserahkan pada kemeneterian-kementerian terus dilepas, harus ada mekanisme koordinasi

dan sebagai kepala pemerintahan, presiden punya tanggung jawab, punya kewenangan untuk

membentuk mekanisme koordinasi seperti apa. Sempat didiskusikan hal ini sebenarnya

dengan beberapa Anggota DPR menyatakan, kalau begitu kenapa tidak dicantumkan di

undang-undang? Pencantuman di undang-undang itu punya konsukuensi, Bapak-Ibu

sekalian, kenapa? Karena ketika di Pasal 1 angka 18 sudah dicantumkan bahwa menteri

sosial sebagai leading sector, masyarakat yang akan membacanya, baik itu masyarakat

maupun pengambil kebijakan, akan melihat bahwa “oh ya sudah disabilitas adalah isu

sosial.” Ketika itu tidak dicantumkan, itu diserahkan pada mekanisme internal pemerintah

berarti undang-undang, parlemen di Indonesia dan presiden, pemerintah sebagai pembentuk

undang-undang itu sudah sepakat bahwa isu disabilitas adalah isu multisektor, bukan hanya

isu sosial.

Page 11: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filepengujian wawancara kepada para calon staf ahli Komtie III. Pertama kami perkenalkan, tentu saja ini wajah lama, tetapi tetap eksis

RDPU KOMITE III DENGAN NARASUMBER DPD RI MS III TS 2015-2016

SENIN, 18 JANUARI 2016

10

Saya pikir itu harus ditegaskan secara tegas dalam norma yang ada dalam RUU ini

karena kalau kita coba lihat tujuan dari RUU ini bukan hanya membentuk birokrasi baru

Bapak-Ibu sekalian, tetapi juga membentuk pemahaman baru terhadap isu disabilitas. Kalau

bahasa saya mungkin reposisi, kita mereposisi begitu. Jadi tadinya yang ada di charity base,

hanya dibidang sosial tapi kita menginginkan ini sabagai isu kemanusiaan yang

menyetarakan antara disabilitas dan nondisabilitas.

Lalu yang berikutnya, usulan kebijakannya ada, ada satu pasal yang disisipkan di

antara Pasal 127 dan 128, terkait dengan, sebenarnya ini mendukung yang sebelumnya,

bahwa pembiayaan untuk pelaksanaan penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak

penyandang disabilitas dialokasikan dari APBN, terus setiap kementerian menetapkan

kerangka pembiayaan yang pelaksanaan penghormatan. Jadi ini aspeknya teknis, tapi intinya

adalah memberikan kewenangan kepada kementerian untuk mengalokasikan budget.

Lalu yang kemudian ada koordinasi ditingkat nasional, dipegang oleh presiden,

kemudian presiden adalah melakukan kordinasi untuk menyelenggarakan dan

menyingkronkan kebijakan, dan di daerah pelaksanaan mekanisme koordinasi merupakan

kewenangan dari gubernur, walikota, atau bupati sesuai dengan wilayahnya. Jadi pimpinan

daerah mempunyai tanggung jawab penuh terkait pelaksanaan dari isu disabilitas ini. Saya

pikir itu ada adaptasi birokrasi di Indonesia terkait dengan perubahan cara pandang terhadap

disabilitas, itu.

Lalu kemudian terkait dengan Komisi Nasional Distabilitas. Dari awal advokasi yang

kami lakukan memang kami sadar betul bahwa komisi ini akan menjadi batu sandungan yang

paling berat dan ternyata benar bahwa dim atau daftar inventaris masalah yang diajukan oleh

pemerintah itu untuk tidak banyak berkomentar, kecuali satu terkait dengan komisi ini.

Bapak-Ibu sekalian, nah kenapa kami bersikukuh untuk kemudian, penting untuk komisi

nasional disini karena selain tadi yang sudah diutarakan bahwa ini adalah sebenarnya amanat

juga dari konvensi yang sudah Indonesia tandatangani itu satu. Yang kedua realitas di

lapangan terkait dengan isu disabilitas ini sudah sangat kompleks Bapak-Ibu sekalian,

kenapa? Karena RUU ini, undang-undang, ini kelak nantinya tidak hanya bertugas untuk

membentuk birokrasi baru di pemeritah, tetapi juga mengubah pemahaman masyarakat

terkait dengan disabilitas, bukan lagi kemudian sebagian masyarakat yang dimarginalkan dan

dianggap sebagai tidak tidak normal, tetapi menghapus stigma-stigma itu. Jadi ada gap

sebenarnya hari ini, pemahaman antara ya, yang paham dan yang tidak, kira-kira seperti itu,

dan inilah tugas dari komisi itu. Bukan hanya kemudian menjembatani antara atau mengisi

lake yang selama ini tidak dijalankan oleh pemerintah, bukan hanya itu pembentukan komisi

ini, tapi justru jauh lebih dari itu, dimana pemahaman masyarakat terkait dengan isu

disabilitas belum banyak berkembang. Saya pikir keberadaan komisi ini bukan mengambil

fungsi dari pemerintah tapi justru melengkapi apa yang selama ini sudah dijalankan. Dalam

gambaran saya komisi ini akan berjalan disamping struktur pemerintah yang juga akan

berjalan. Masa depan, mungkin saya berpikir 10 – 20 tahun kemudian sistem yang akan

berjalan adalah sistem pemerintahan, sistem struktur di presiden ke bawah, kenapa? Karena

itu sebenarnya yang punya tanggung jawab penuh. Komisi nasional disabilitas akan

mengawal, mengawasi dan memastikan bahwa RUU Disabilitas bisa berjalan dengan baik

dan kemudian Indonesia mampu untuk menjalankan konvensi hak-hak penyandang

disabilitas dengan baik dan bisa melaporkan ke PBB. Saya pikir tugas yang berat sebagai

komisi ini dan hal itulah yang menjadi ugensi dari komisi ini sangat-sangat tinggi.

Nah terkait dengan proses, terakhir, Bapak-Ibu sekalian, terkait dengan proses

pembahasan. Yang saya cermati memang prosesnya sekarang Presiden sudah menyerahkan

surat Presiden kepada DPR dan DPR ternyata, kenapa saya pakai kata ternyata? Karena tidak

banyak informasi yang kami dapatkan, DPR sudah membentuk atau menyerahkan RUU ini

ke Komisi VIII Bapak-Ibu sekalian, ke Panja Komisi VIII. Kami sangat menyayangkan

Page 12: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filepengujian wawancara kepada para calon staf ahli Komtie III. Pertama kami perkenalkan, tentu saja ini wajah lama, tetapi tetap eksis

RDPU KOMITE III DENGAN NARASUMBER DPD RI MS III TS 2015-2016

SENIN, 18 JANUARI 2016

11

sebenarnya langkah itu, kenapa? Karena kalau kita melihat surat presiden yang diserahkan

presiden kepada DPR, seharusnya bukan panja, tetapi pansus karena dia melibatkan banyak

sekali isu didalamnya. Ketika dia dibahas di Komisi VIII, kekhawatiran utama adalah

perspektifnya kembali keperspektif sosial dan itu bukan hanya isu substansi tetapi juga isu

tadi dalam hal proses karena ketika prosesnya sudah berjalan sedemikian rupa dengan dibalut

isu hanya sosial saja, saya khawatir walaupun didalam RUU-nya sudah banyak sektor-sektor

tapi tidak maksimal untuk bisa menyerap masukkan. Nah mungkin justru dalam titik ini, ini

sebenarnya, saya tidak tahu apakah itu akan berjalan terus, atau ada koreksi-koreksi ditengah

jalan, kemudian bisa dibentuk pansus tetapi saya pikir ini titik strategis juga untuk DPD

kemudian bisa memberikan masukan kepada DPR. Kemudian bagaimana harus atau

sebaiknya menangkap isu ini karena pertama surface-nya sudah jelas bahwa presiden tidak

hanya mengutus kemensos tetapi bapak presiden menunjuk enam kementerian sekaligus

untuk bisa membahas RUU ini. Itu menandakan bahwa sebenarnya dari awal pemerintah

sudah firm bahwa isu disabilitas adalah isu multisektor, tapi saya belum tahu kenapa DPR

menyerahkannya ke Komisi VIII. Salah satu alasan yang bisa saya dapatkan adalah karena

Komisi VIII adalah penggagas awal, tapi saya pikir demi kepentingan substansi dan

kepentingan sektor yang dikawal tidak ada salahnya untuk bisa dibahas dalam pansus dan

tahun 2016 saya pikir kita punya komitmen sama untuk bisa menyelesaikan RUU ini karena

Bapak-Ibu sekalian, sudah sangat lama sebenarnya RUU ini dinantikan. Bahkan RUU

terakhir yang menjadi pegangan itu tahun 1997 Bapak-Ibu sekalian, Nomor 4 tahun 1997,

itupun sudah sangat tidak relevan hari ini dan sudah banyak penyimpangan. Oleh karena itu

RUU Penyandang Disabilitas saya pikir kita punya komitmen bersama untuk bisa

menggolkannya kira-kira di tahun 2016 ini tanpa mengenyampingkan substansi yang sangat

penting untuk kita kawal bersama.

Sekian dari saya, terima kasih.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

PIMPINAN RAPAT: Drs. HARDI SELAMAT HOOD (KETUA KOMITE III)

Terima kasih tepuk tangan untuk Pak Fajri.

Ya hanya juga untuk penambahan, bahwa kami juga DPD RI telah menerima surat

dari presiden sebagai amanat presiden untuk pembahasan bersama dan oleh sebab itulah kami

memulai pada hari ini, tentu saja apa yang dikatakan Pak Fajri akan menjadi pengayaan dan

pada saatnyalah sekarang, dengan adanya pembahasan bersama antara tiga lembaga, baik

pemerintah, DPR dan DPD, DPD dapat membuat juga sebuah katakanlah dalam tanda kutip

perlawanan terhadap RUU yang di DPR ya.

Nah tentu saja masukan Bapak akan menjadi catatan kami karena pada akhirnya kami

akan membahas cara tripartit atau tiga lembaga untuk pembahasan hal tersebut. Kami

lanjutkan senior kita Ibu Aryani Soekanwo, dipersilakan.

PEMBICARA: ARIANI SOEKANWO/PPUA PENCA (NARASUMBER)

Terima kasih Bapak moderator dan saya sangat genbira sekali bahwa diawal bulan

Januari DPD sudah mengundang kita untuk segera memberikan untuk tukar sharing untuk

RUU Penyandang Disabilitas. Ini sungguh luar biasa, setelah kita mendengarkan dari Pak

Fajri dan Ibu Maulani, maka kita sekrang ini akan membicarakan mungkin best practice di

dalam mengadvokasi pemenuhan hak penyandang disabilitas. Jadi yang tadi itu teori-teori,

tapi apa sebetulnya yang terjadi di lapangan, didalam kita memperjuangkan hak-hak dari

penyandang disabilitas dan pada kesempatan ini, saya juga ingin menyampaikan

Page 13: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filepengujian wawancara kepada para calon staf ahli Komtie III. Pertama kami perkenalkan, tentu saja ini wajah lama, tetapi tetap eksis

RDPU KOMITE III DENGAN NARASUMBER DPD RI MS III TS 2015-2016

SENIN, 18 JANUARI 2016

12

pengalaman-pengalaman ya terutama yang saya laksanakan, yang alami, kemudian bisa

ditambah nanti dari Maulani dan juga Pak Fajri dan teman-teman lain.

Yang terutama best practice tentang pemenuhan hak sipil dan politik, kemudian yang

kedua tentang hak atas aksesibilitas transportasi, dan kemudian yang ketiga adalah hak atas

pekerjaan. Ya ini yang suatu pengalaman yang sudah bisa berhasil penuh, yang belum

berhasil, dan yang baru, kita harus berbuat apa. Ini yang suatu pengalaman mungkin yang

Bapak-Ibu bisa ketahui dan mungkin saya tidak akan banyak berbicara, tetapi mungkin ada

nanti VCD atau foto-foto yang mungkin bisa di sampaikan kepada Bapak-Ibu sekalian dan

ada buku disini yang kita bagikan untuk masalah advokasi sipil dan politik itu ada buku

mengenai sosialisasi informasi pemilu. Nah itu mengenai apa yang terjadi di lapangan,

kemudian juga ada buku tentang Buklit tahun 2015, VCD, dan juga panduan tehnis

membangun transportasi yang bermartabat. Apa sudah diterima? Sudah ya? Maksud kami

sengaja kami sampaikan supaya Bapak-Ibu juga bisa menyampaikan di pemerintahan daerah

supaya bagaimanakah pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas itu.

Jadi dasar hukum pertama kali adalah dasar hukumnya untuk mengadvokasi hak sipil

dan politik itu ada di dalam Undang-Undang nomor 19 tahun 2011 pasal 29. Kemudian juga

didalam RUU penyandang disabilitas versi masyarakat, itu yang 268 ya, itu ada. Kenapa tadi

Pak Fajri dan Bu Maulani sudah membahas versi yang ke 161, Pasal dari baleg tapi saya

masih berbicara pada versi 268, versi masyarakat, karena apa? Karena didalam undang-

undang versi masyarakat itu adalah kebutuhan kita, bukan kebutuhan kita ya, jadi kita tidak

mengada-ada tetapi itulah yang kita butuhkan, gitu. Jadi kenapa versi yang saya masih pakai

adalah versi yang 268 pasal.

Kemudian yang kita pelaksananya dari advokasi hak sipil dan politik adalah PPU

Apenca (Pusat Pemberdayaan Akses Penyandang Cacat), masih penyandang cacat ya,

karena kita belum bikin ‘bubur merah putih’ untuk diganti disabilitas. Mungkin nanti kalau

RUU Penyandang Disabilitas sudah disahkan kita juga akan ganti namanya Pusat

Pemberdayaan Umum Akses Disabilitas, yang merasakan adalah PPU Apenca dan kita

berjuang sejak tahun 2002 sehingga sekarang ini, pilkada serentak, yaitu untuk

memperjuangkan hak politik, khususnya di pemilu, hak memilih, dan dipilih, serta untuk

menjadi penyelenggara pemilu. Mungkin Bapak-Ibu bisa menyimak contohnya, bisa

menyimak didalam buku “Sosialisasi Informasi Pemilu”. Perjuangan kami dari PPU Apenca

yang terdiri juga merupakan koalisi nasional dari PPDI, HWDI, Pertuni (Persatuan Tuna

Netra Indonesia), PJS dan juga Gerakan Tuna Rungu Indonesia, dan semua, IFDI, itu banyak

sekali yang menjadi anggota pendukung dari PPU Apenca ini, dan sekarang ini KPU RI

sudah inklusif disabilitas. Jadi itu bisa dilihat bahwa semua kebijakan dan juga peraturan

KPU dan panduan tekhnis itu semua sudah disability inklusif, disitu sudah dibuat semua

termasuk juga, jadi mulai pemilu 2014, kemudian pemilu Pilkada serentak kemarin itu semua

panduan teknis PPK, PPS, KPU provinsi, semua sudah disability inklusif, itu Bapak-Ibu bisa

melihat didalam web KPU.

Kemudian juga dalam pemilu itu sudah ada denah TPS yang aksesibel bagi

penyandang distabilitas, mungkin bisa juga ditayangkan selebarannya, Ibu-Bapak semuanya.

TPS yang akses itu adalah tempatkan di tempat yang rata, kemudian pintunya TPS itu

lebarnya 90cm, itu bisa untuk lewat untuk kursi roda kemudian juga meja untuk mencoblos

itu tingginya adalah 75cm, jadi bisa untuk kursi roda mencoblos, gampang. Kemudian TPS

juga tidak ditambahkan, tidak di tempatkan di tempat yang bertangga-tangga, atau yang

melompati parit, itu sudah ada aturannya semua didalam panduan tekhnis. Kemudian

disediakan juga alat, ada itu juga selebaran panduan tekhnis layanan ramah disabilitas, jadi

bagaimana menggandeng tuna netra untuk mencoblos, bagaimana kursi roda, mendorong

kursi roda, mengangkat kursi roda karena karena terpaksa harus ditempat yang tertangga-

tangga. Kemudian juga ada juga alat bantu coblos tuna netra, itu sudah dipersiapkan dan ini

Page 14: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filepengujian wawancara kepada para calon staf ahli Komtie III. Pertama kami perkenalkan, tentu saja ini wajah lama, tetapi tetap eksis

RDPU KOMITE III DENGAN NARASUMBER DPD RI MS III TS 2015-2016

SENIN, 18 JANUARI 2016

13

mungkin bisa ditayangkan Mba Dita, tentang pemilih disabilitas, jadi semua penyandang

disabilitas, termasuk yang fisik itu yang berkursi roda, pakai tongkat, amputasi tangan, tidak

punya tangan dua duanya juga ikut nyoblos, tidak punya kaki juga juga ikut nyoblos, itu

semuanya diberikan. Kesempatan ada juga untuk tunanetra diberikan alat bantu coblos yang

namanya template, alat bantu seperti ini ya, mungkin saya lupa membawanya, umpamanya

ini surat suara nah itu diberikan alat bantu coblos tunanetra yang bentuknya seperti ini, kayak

map, terus ini surat suaranya dimasukkan kedalam sini, kemudian di atas foto itu diberi

lubang untuk mencoblos sehingga para tunanetra, pemilih tunanetra, distabilitas netra itu bisa

mencoblos secara rahasia, langsung dan mandiri, ada disediakan. Kemudian dengan pemilik

disabilitas intelektual itu juga dengan pendampingan. Kemudian pemilih dengan psikososial

yaitu seperti depressi, skizhophrenia, semua itu boleh ikut memilih, bipolar semuanya ikut

memilih. Kemudian juga untuk tuna rungu itu diadakan layanan, bagaimana memberi tahu

mereka komunikasi kepada mereka, saat tiba gilirannya men-coblos karena tuna rungu sudah

mendaftar, sudah lama duduk, dipanggil dengan microfon kan tidak mendengar, makin keras

kan juga tidak mendengar kan? Nah ini ada caranya, jadi memberikan kode-kode kepada

pemilih tuna rungu/ wicara atau ditepuk bahunya diberi tahu itu giliran supaya mereka

mendapatkan kesempatan yang plus. Ini ternyata partisipasi pemilu dengan adanya pemilih

disabilitas ini meningkat, dan KPU sendiri itu memberikan penilaian KPU award itu yang

dinilai termasuk adalah pemilu akses, dari semua KPU-KPU di daerah itu mendapatkan KPU

award antara lain adalah pemilu akses.

Kemudian juga KPU RI telah mendapatkan penghargaan dari menteri sosial pada saat

hari disabilitas internasional di istana negara karena sudah inklusif disabilitas. Ini adalah

contoh dari bagaimana kita para penyandang disabilitas diseluruh Indonesia mengavokasi

hak politik para penyandang disabilitas dan kita juga melihat bagaimana KPU terbuka

terhadap penyandang disabilitas. Pada tahun 2004 itu masih ada pemilih tuna netra itu datang

ke TPS malah dikasih uang receh karena mereka tidak tahu kalau penyandang disabilitas

punya hak pilih, tapi sekarang tidak, sekarang undangan untuk menyoblos itu sudah diberi

keterangan di bawah, untuk pemilih disabilitas diberikan kemudahan. Itu juga perjuangan ya,

yang dilakukan oleh organisasi ini, setelah berapa tahun, 13 tahun, dan sekarang pun semua

kegiatan KPU selalu melibatkan penyandang disabilitas, sampai kemarin juga aplikasi Up

channel dimana website dari KPU itu harus bisa diakses oleh penyandang disabilitas, netra.

Jadi punya sistem sendiri bagaimana penyandang, pemilih tuna netra bisa mengikuti website

dari KPU bisa membaca web-nya. Kemudian juga bisa aplikasi “DPR kita” jadi kalau perlu

menyampaikan aspirasinya kepada Anggota-Anggota DPR dan DPD. Ini yang dari best

practice ya, yang dari itu.

Kemudian sekarang ini ada best practice yang kedua mengenai hak advokasi, hak

atas aksesibilitas transportasi, dan ini ada dalam CRPD dalam Undang-undang nomor 19

Tahun 2011 itu ada didalam pasal 9, dan penjabarannya di dalam Undang-undang versi 268

itu juga ada, sudah. Kemudian siapa yang melaksanakan, itu ada kemarin yang dalam

pengalaman kita ada, grup yang terakhir ini mangadakan advokasi yaitu Pokja RUU

Penyandang Disabilitas sendiri. Waktu itu dalam rangka hari Perhubungan Nasional, itu kita

mengumpulkan 100 orang penyandang disabilitas, dari berbagai ragam disabilitas

mengadakan survei bersama-sama naik kereta api Commuter Line dari Cikini dan kemudian

sampai ke Stasiun Kota dan ganti busway, langsung beraudiensi dengan kemenhub, ada

gambarnya Mba Dita? Foto-fotonya? Ya ini 100 orang. Jadi bagaimana tidak aksesnya

transportasi untuk penyandang disabilitas, sangat repot sekali, tidak bersahabat dan tidak

ramah. Kemudian juga setelah itu hasilnya apa? Ternyata gerakan itu juga ada hasilnya yaitu

adanya informasi perjalanan kereta api yang audiovisual, itu yang dulunya tidak ada

diberbagai stasiun sekarang sudah ada, kereta apinya dimana, ini rutenya kemana, semua ada.

Selama ini untuk tuna rungu dan tuna netra itu sangat kesulitan dan untuk penyandang

Page 15: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filepengujian wawancara kepada para calon staf ahli Komtie III. Pertama kami perkenalkan, tentu saja ini wajah lama, tetapi tetap eksis

RDPU KOMITE III DENGAN NARASUMBER DPD RI MS III TS 2015-2016

SENIN, 18 JANUARI 2016

14

disabilitas fisik itu sudah ada juga dibuatkan ram. Ram disamping tangga sehingga

memudahkan pengguna kursi roda atau yang bertongkat untuk masuk stasiun, ada beberapa

stasiun yang sudah dibangun, kemudian juga ram untuk naik turun kereta api ada yang,

padahal waktu kemarin, ini mungkin Bu Mariani bisa berpengalaman ya memimpin ya waktu

itu Bu Mariani untuk gerakan ini.

Kemudian berbagai juga informasi perjalanan yang di kereta api macet yang sudah

tidak dijalankan sekarang sudah bisa dinyalakan lagi, yaitu dengan sudah sampai di stasiun

mana, ini jurusan mana, itu ada tertulis untuk penumpang tuna rungu dan juga bersuara untuk

penumpang tuna netra karena apa mereka sering kebablasan kalau tidak ada informasi. Ya

jadi harusnya turun di stasiun Senen jadi kebablasan ke stasiun yang lebih jauh lagi, ini

sering terjadi. Nah ini hasilnya nyata tapi harus dengan gerakan yang seperti itu.

Kemudian yang berikutnya ini adalah dari gerakan aksesibilitas umum nasional atau

GAUN tahun 2015 yang diinisiasi oleh DNIKS, Dewan Nasional Indonesia untuk

Kesejahteraan Sosial dan juga PPDI, Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia itu

menerbitkan tadi audio, buklet, dan juga panduan teknis yang bagi tranportasi yang

bermatabat.

Saya kira video bisa diputar sebentar ya Bapak-Ibu supaya Bapak-Ibu itu terbuka

sebetulnya apa toh yang kita omongkan ya, di lapangan itu ada apa. Mohon Mba Dita

dipasang (pemutaran video dari narasumber).

Ya inilah untuk gerakan kampanyenya dan ini sudah kita kirim keseluruh Indonesia

maka setiap provinsi sudah ada melalui Dewan Nasional Indonesia yaitu BK3S PPDI di

daerah untuk bersama-sama mengadvokasi transportasi di daerah dan saya mohon juga

bantuan dari Bapak-Ibu sekalian Anggota DPD ini. Nah inipun juga kita sudah menghadap

Pak Ahok, Gubernur DKI yang sangat memberikan dukungan untuk itu dan sekarang ini

dinas PU binamarga dan juga dinas perhubungan dan dinas pertamanan bersama-sama

mengajak penyandang disabilitas untuk membuat sekarang ini adalah trotoar yang akses bagi

penyandang disabilitas yang dimulai dari trotoar di depan RSTM yaitu trotoarnya selebar 6m

dan kemudian disitu akses untuk disabilitas, dan tidak boleh ada yang parkir di luar dan

bagaimana kita juga mengoreksi semua dari fasilitas akses itu. Jadi pemasangan gading blok

untuk tuna netra agar bisa berjalan secara mandiri, kemudian portal S anti sepeda motor agar

trotoar itu tidak dilewati sepeda motor. Nah ini kemungkinan akan diresmikan nanti pada

awal Februari. Bapak-Ibu bisa juga ikut menyaksikan nanti kalau melewati RSTM inilah

inklusif disabilitas dibidang transportasi di Jakarta dan kami ingin juga Bapak-Ibu DPD bisa

membangun semangat ini di daerah.

Kemudian sekarang advokasi yang ketiga itu mengenai hak atas tenaga kerja, atas

pekerjaan yaitu ada juga didalam CRPD kemudian ada undang-undang di 268, kemudian ada

surat edaran menteri BUMN tentang penempatan tenaga kerja penyandang disabilitas di

BUMN itu pada Januari 2014 masih Pak Dahlan Iskan, tapi baru saja pada akhir Desember

2015 kemarin ada MoU antara, atas desakan kita dan juga hasil audiensi ini, kita dengan

Bapak Menteri Naker akhirnya ada MoU antara menteri kemenaker dengan Ibu Rini

Sumarno dari BUMN tentang penempatan penyandang disabilitas. Nah siapakah yang harus

mengadvokasi disini? Karena belum ada organisasi disabilitas yang bisa mempunyai

kapasitas yang memadai untuk ini dan MoU itu hanya berumur tiga tahun jadi kalau kita

tidak bisa mengadvokasi akhirnya seperti juga peraturan bersama antara naker, apindo, dan

kemsos akhirnya juga tidak, mubazir saja, karena tidak diadvokasi oleh penyandang

disabilitas, organisasi disabilitas. Disinilah kita membutuhkan suatu adanya lembaga khusus,

tadi ya KNPI, untuk ikut mengawasi dan mengikuti proses-proses yang demikian ini. Kalau

yang diharapkan dari kita seperti dari PPUA mengadvokasi pemilu, Pokja mengadvokasi

transportasi, ini sangat tidak mungkin. Kita sekarang sedang juga mengejar pengesahan RUU

Page 16: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filepengujian wawancara kepada para calon staf ahli Komtie III. Pertama kami perkenalkan, tentu saja ini wajah lama, tetapi tetap eksis

RDPU KOMITE III DENGAN NARASUMBER DPD RI MS III TS 2015-2016

SENIN, 18 JANUARI 2016

15

Penyandang Disabilitas. Kita membuntuti penempatan tenaga kerja disabilitas di BUMN ini

sangat sulit. Ini sebagai yang terjadi di lapangan.

Kemudian mengenai yang ketiga adanya kebutuhan akan adanya lembaga khusus

tadi, yang dimaksudkan adalah dasar hukumnya ada didalam CRPD Undang-Undang nomor

19 tahun 2011 kemudian juga didalam RUU kita, yang versi masyarakat dan juga ada di yang

dibaleg, itu juga ada, dan kenapa kita masih membutuhkan itu? Karena yaitu seperti tadi

untuk MoU saja yang tiga tahun itu siapa yang mengerjakan? Hak-hak penyandang

disabilitas didalam Undang-Undang nomor 19 itu ada 26 hak, kemudian yang terlibat

didalam situ, tadi Pak Fajri sudah bilang sembilan belas sektor, dan kita tahu juga didalam ya

bagaimana kita ini bisa mengadvokasi kementerian, 19 kementerian dan 26 hak. Disinilah

kesulitan kami kalau tidak ada KNDI tadi, semuanya peraturan akan hilang melulu, menguap

begitu dan disamping kita tidak ada organisasi yang 19 banyaknya, yang mempunyai

kapasitas mengadvokasi hak-hak disabilitas, kita harus mencari dana karena peran serta

masyarakat itu tidak mendapatkan uang, tidak bisa didanai semua. Dana itu jatuh pada

pemerintah, pada kementerian sehingga kalau kita mengadvokasi harus mencari dana sendiri,

ya jadi ini sangat lama. Kemudian kita tahu juga ruang lingkup dari pekerjaan itu ada yang

khusus ada di Indonesia itu ada empat kementerian ya disini ada kemenaker, ada kemen-

BUMN, ada kemenpan dan juga ada kemen-UKM. Jadi ada UKM itu sama sekali belum

sensitif disabilitas, belum memberikan kesempatan kepada penyandang disabilitas itu belum

terbuka. Kemenpan juga gagal sudah mengalokasikan 300 orang untuk penempatan pegawai

sipil disabilitas, hanya bisa tertampung 30 orang saja. Nah ini adalah perlu adanya suatu

penelitian dan penempatan ini diserahkannya kepada kemsos dan tidak melibatkan organisasi

disabilitas sehingga perspektif disabilitasnya tidak ada, disamping berbagai banyaknya

kegagalan karena job yang diminta tidak sesuai dengan keahlian, umur penyandang

disabilitas tidak bisa menyampai standard umur yang dipersyaratan, dan banyak lagi, dan

pendidikan penyandang disabilitas masih rendah. Ini merupakan kegagalan dari kementerian

Pan ini.

Kemudian juga MoU itu, yang dari, kemudian juga kita membutuhkan lembaga ini

karena selama ini pemahaman pejabat negara itu tentang disabilitas itu sangat kurang.

Akhirnya tadi menyebabkan adanya persepsi keliru, persepsi keliru itu apa? Yaitu...

PIMPINAN RAPAT: Drs. HARDI SELAMAT HOOD (KETUA KOMITE III)

Ya Ibu karena kita tersisa waktu sangat sedikit sekali Bu, mungkin ada hal-hal pokok

saja yang disampaikan.

PEMBICARA: ARIANI SOEKANWO/PPUA PENCA (NARASUMBER)

Yaitu persepsi yang keliru maksudnya ya itu, penyandang disabilitas menjadi isu

kementerian sosial, leading sector-nya adalah bidang sosial itulah perspektif keliru.

Kemudian juga masalah penyandang disabilitas itu kemudian harusnya dibentuk pansus,

tetapi kenapa dibentuk panja? Padahal bagaimana Komisi VIII bisa menangani masalah

transportasi, masalah pemilu akses ini, yaitukan sulit sekali. Dilain pihak KemenPAN tidak

menerima urgensi dari RUU Pendanaan Disabilitas, sudah 3 kali kita bersurat, tetapi beliau

tidak mau menerima kita. Apakah penderita disabilitas itu bukannya warga negara Indonesia?

Dia mengalokasikan 300 porsi untuk PNS disabilitas, tetapi hanya 30%. Ini perlu

komunikasi, tapi mereka tidak mau. Ini adalah persepsi yang keliru. Kemudian stigma bahwa

penyandang disabilitas adalah orang yang tidak bisa diberdayakan, tidak mampu, semuanya

itu adalah yang keliru.

Page 17: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filepengujian wawancara kepada para calon staf ahli Komtie III. Pertama kami perkenalkan, tentu saja ini wajah lama, tetapi tetap eksis

RDPU KOMITE III DENGAN NARASUMBER DPD RI MS III TS 2015-2016

SENIN, 18 JANUARI 2016

16

Kemudian membuat bangunan-bangunan infrastruktur yang mubadzir seperti banyak

sekali di DKI kita lihat bahwa pembuatan ubin pemandu untuk tuna netra itu harusnya bebas

hambatan tetapi justru ditabrakkan. Ditabrakkan tiang listrik, dimasukkan lubang karena

mereka tidak mengajak disabilitas gitu. Kemudian dibuatkan RAM, RAM yang telalu curam,

akhirnya, bukannya yang landai tetapi itu harus malah mencelakakan penyandang disabilitas,

ini contoh-contohnya.

Yang terakhir kesimpulan, bahwa sebetunya RUU Penyandang Disabilitas adalah

pendekatan yang berdasarkan hak asasi yang diharapkan oleh ya terhadap penyandang

disabilitas yang dilakukan oleh negara. Jadi adanya goodwill dan understanding yang bisa

mendapatkan solusi dari inklusif penyandang disabilitas dari pada penyandang, dari para

pejabat negara yang saat ini masih keliru, itu diperlukan adanya goodwill dan understanding

sehingga ada solusi untuk disabilitas inklusif, disemua pembangunan di Indonesia, kalau di

Asia bisa, kenapa Indonesia, kan juga harus bisa, terimakasih.

PIMPINAN RAPAT: Drs. HARDI SELAMAT HOOD (KETUA KOMITE III)

Tepuk tangan kepada Ibu Ariani sudah panjang lebar menjelaskan kepada kita semua.

Saya memang terpaksa mengingatkan Ibu karena bagi politisi memulai boleh terlambat tapi

mengakhirinya harus tepat waktu itu, itu persoalan tersendiri memang. Oleh karena itu kami

tidak memperkenalkan sahabat kami satu persatu, nanti yang bertanya atau yang ingin

mendiskusikan langsung menyebutkan namanya.

Dipersilakan Ibu Eni, Ibu Maria, Bapak Abraham, kemudian Ibu Fahira. Ibu Eni

Khairani dipersilakan.

PEMBICARA: Dra. ENI KHAIRANI, M.Si. (BENGKULU)

Bismillahirrahmanirrahiim.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Saya memenuhi janji ketika dulu kita bertemu sama-sama Bu Ariani di ruangan ini,

saya bilang sama di forum bahwa saya Insya Allah akan mendukung RUU disabilitas ini

sampai kemudian DPD bisa melakukan pengawalan lebih cepat dari harapan kita semua dan

saya juga menitipkan dengan Pimpinan ketika itu, di daerah juga saya ngecek di daerah. Nah

sempat saya berbicara bersama-sama Bu Maulani di acara KPI dan ketika itu menghadirkan

PLT Kakanwil Departemen Sosial dan sekaligus kita mengkritisi karena Departemen Sosial

sendiri tidak ramah terhadap distabilitas dan lansia. Untuk ngurus urusan yang terkait dengan

hak-hak penyandang distabilitas ditempatkanlah petugasnya di lantai 2, sementara mereka

yang berkursi roda tidak akan bisa akses ke atas, dan saya uji coba juga waktu saya ngajak

rekan distabilitas untuk talk show di media lokal, di daerah, nggak bisa naik karena liftnya

nggak ada, lantai 3, saya saja ngos-ngosan, bagaimana mereka yang pakai kursi roda ataupun

tongkat? Ini luar biasa membuat saya menjadi gelisah.

Akhirnya saya ajak kawan-kawan rekan disabilitas didaerah untuk bertemu besok

harinya dengan gubernur, alhamdulillah kemudian disetujui desakan kita, gubernur membuat

surat edaran untuk semua pembangunan di provinsi Bengkulu yang akan datang

memperhatikan, mewajibkan akses untuk akses kawan-kawan disabilitas. Jadi saya pikir

penting punya kedekatan secara fisional dengan gunernur, untuk bisa membantu banyak

pihak. Jadi senyum Ibu Maulani, senyum Ibu Ariani, dan kawan-kawan semua menurut saya

jadi representasi senyum-senyum kawan-kawan diseluruh Indonesia, ketika DPD

memberikan dukungan penuh terhadap perjuangan kawan-kawan ini.

Page 18: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filepengujian wawancara kepada para calon staf ahli Komtie III. Pertama kami perkenalkan, tentu saja ini wajah lama, tetapi tetap eksis

RDPU KOMITE III DENGAN NARASUMBER DPD RI MS III TS 2015-2016

SENIN, 18 JANUARI 2016

17

Nah saya pikir saatnya DPD lebih concern bisa memastikan, mempercepat proses ini

dan kami juga sudah titip lewat bu Maulani dan kawan kawan untuk isu-isu strategis, isu-isu

penting terkait dengan Rancangan Undang-Undang ini jangan sampai ada yang tercecer

karena mungkin ada hal-hal kepekaan Anggota yang ada di parlemen ini, belum sama dengan

kawan-kawan yang memang penyandang disabilitas. Itu kawan-kawan penyandang

disabilitas ini penting untuk selalu diajak berbicara mengenai pasal-pasal yang menyangkut

kebutuhan yang isu-isu pokoknya itu bisa dimasukkan didalam Rancangan Undang-Undang

disabilitas ini.

Lalu saya sangat setuju untuk perlindungan perempuan disabilitas. Ini harusnya serta

merta dalam pengarusutamaan gender, tapi selama ini tertinggal, berikut dengan anggaran

untuk perempuan penyandang disabilitas. Kalau Jakarta menjadi percontohan saya sangat

setuju. Itu Ibu Ariani sangat cerdas mengambil Jakarta sebagai daerah contoh, percontohan

daerah yang ramah terhadap disabilitas dan lansia. Kita berharap itu bisa di konkritkan oleh

pemerintah daerah DKI dan mudah-mudahan diikuti oleh daerah-daerah yang lainnya.

Ibu, saya pikir dalam kunjungan kerja saya di daerah, sesuai dengan bidang tugas

kami pendidikan, agama, kesra saya selalu bahwa sekarang isu-isu soal disaabilitas ini.

Ternyata banyak dipendidikan, didiknas provinsi kabupaten/kota selalu saya bisa bicarakan

tentang diantaranya distribusi guru pendidikan luar biasa ini. Ternyata di daerah saya untuk

lima tahun yang akan datang semua guru SLB, SMPLB itu pensiun. Jadi saya ingatkan

dengan kepala dinas provinsi/kabupaten/kota pastikan bahwa sebelum lima tahun akan

datang guru-guru itu sudah tersedia, sehingga hak-hak anak kita dibidang pendidikan khusus

untuk disabilitas bisa terpenuhi.

Saya pikir perlu kita dukung secara penuh RUU Disabilitas ini untuk memberikan

sebuah keyakinan bahwa tidak ada masyarakat yang didiskriminasikan. Terima kasih dari

saya.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

PIMPINAN RAPAT: Drs. HARDI SELAMAT HOOD (KETUA KOMITE III)

Terimakasih untuk Senator Eni Khairani dari provinsi Bengkulu. Beliau sangat

concern terhadap penyandang disabilitas, sebagai Pimpinan saya juga selalu diingatkan untuk

berkomitmen terhadap penyandang disabilitas. Terimakasih Bu Eni

Senator Maria Goreti, Kalimantan Barat dipersilakan.

PEMBICARA: MARIA GORETI, S.Sos., M.Si (KALBAR)

Terimakasih Ketua.

Ibu-Bapak Anggota Komite III yang saya hormati dan banggakan, Ibu dan bapak

narasumber.

Pada sore hari yang berbahagia ini saya minta maaf kepada Pimpinan karena sedikit

terlambat sehingga saya tadi sebentar bertanya kepada narasumber mengenai batasan-batasan

dari distabilitas itu.

Saya mengamati, terus terang saya tadi juga googling ya, Bu ya karena sempat tidak

tune lagi ke isu Ibu terakhir. Kurang lebih satu setengah tahun yang lalu, mungkin kita

bertemu. Satu dari saya adalah sebuah tanggapan ya bu, kami ini yang datang ke sini ini

memang hasil dari pemilihan umum, pemilu, gitu ya Bu, tapi sejujurnya, rasa-rasanya seluruh

Anggota DPD itu tidak pernah, kalau boleh saya, mungkin tidak terlalu cocok gitu ya Bu

memperalat, memperalat teman-teman atau saudara-saudara kita yang penyandang disabilitas

ini gitu. Oleh sebab itu Bu, kalau bisa jangan terlalu banyak pembahasan diporsi

kepentingan politis tadi itu karena kan ini kadang-kadang berbahaya bagi kami dan bisa jadi

Page 19: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filepengujian wawancara kepada para calon staf ahli Komtie III. Pertama kami perkenalkan, tentu saja ini wajah lama, tetapi tetap eksis

RDPU KOMITE III DENGAN NARASUMBER DPD RI MS III TS 2015-2016

SENIN, 18 JANUARI 2016

18

bumerang karena kalau kita membicarakan hal ini di daerah, di provinsi kita masing-masing

ataupun di kabupaten, khawatirnya pemerintah daerah itu, seolah atau ada implisit

menginginkan kita itu ada cash and carry Bu dengan para penyandang disabilitas itu. Kalau

boleh saya ingin menitikberatkan, ditekankan pada negara itu harus memberikan

penghargaan tertinggi pada hak-hak pendidikan penyandang disabilitas ini.

Coba kita lihat di Pasal 42 kalau ini masih benar ya, masih berlaku dan semoga sudah

dianulir, di Pasal 42 dikatakan di sini malah ini Ibu dan Bapak sekalian yang memberikan

catatan. Saya rasa ini di bold, di garis bawah begitu bawah RUU ini versi baleg menghapus

ketentuan mengenai lembaga pendidikan yang wajib menerima peserta didik penyandang

disabilitas gitu. Nah bertepatan dalam pengalaman saya dua tahun terakhir, Ibu, saya juga ada

mengamati, Ibu dan Bapak ya, mengamati sekolah-sekolah di provinsi kami dan di kabupaten

betul ada yang memang menolak terutama kaum autis. Tadi saya tanya dengan Ibu Maulani

apakah mereka tergolong pada distabilitas, ternyata kata Ibu iya gitu, nah berarti kan kita

luput. Kami luput gitu lho Bu, tapi juga kami kan tidak bisa mem-pressure pemerintah

daerah karena memang undang-undangnya belum ada gitu. Nah saya menginginkan

sebenarnya titik tekan kita pada selain hak politik dan sipil tadi, tapi hak-hak kependidikan.

Justru menurut saya inilah penghargaan tertinggi dari negara kita terhadap saudara-

saudari yang menyandang disabilitas ini Bu karena tapi juga untuk hak politik saya ingin

menitiktekankan selain, kalau dalam hak politik itu kan ada hak dipilih dan memilih. Jadi

jangan hanya memilih tapi juga dipilih gitu karena saya percaya saudara-saudari yang begitu

itu kadang-kadang malah lebih apa ya bu, lebih punya hati, lebih caring dibandingkan orang

yang menganggap dirinya sehat gitu sehingga kalau mereka dipercaya, ditempat kami

bertepatan ada, wakil bupati tapi yang bersangkutan, disabilitas Bu di Singkawang, kalau Ibu

pernah dengar. Nah itu kan kemarin orangnya caring sekali terhadap sesama manusia Bu dan

juga sangat pluralis gitu.

Nah jadi dua titik poin saya Pak Ketua, tolong kita inikan karena kita juga kan di

Komite yang membidangi pendidikan. Titik tekannya mesti lebih kepada di sana dan negara

wajib memberikan penghargaan tertinggi pada pengakuan mereka juga terhadap pendidikan,

baik Sekolah Dasar maupun Pendidikan Tinggi. Terimakasih Ketua.

PIMPINAN RAPAT: Drs. HARDI SELAMAT HOOD (KETUA KOMITE III)

Terimakasih Senator Maria Goreti, Kalimantan Barat. Dipersilakan Senator Abraham

Liyanto, Nusa Tenggara Timur.

PEMBICARA: Ir. ABRAHAM LIYANTO (NTT)

Terima kasih Pimpinan.

Bapak-Ibu narasumber yang saya hormati, saya hanya ada satu pertanyaan untuk Pak

Fajri ya dan sebelumnya saya terima kasih banyak untuk ke Ibu Maulani dan Ibu Ariani

yang sudah memberikan banyak pencerahan bagi kita menyangkut Undang-Undang

disabilitas ini. Undang-Undang ini sebenarnya sudah ada ya tahun 1997 dan ini kan kita mau

sempurnakan ya. Jadi sebenarnya saya ingin tadi bertanya ke Pak Fajri dan mungkin ini juga

teman-teman atau mungkin juga ke KNDI ya. Apakah sudah ada semacam usulan-usulan

konkrit DIM-nya itu pasal-pasal mana yang perlu dibahas sehingga kita lebih mempertajam

dan apa yang menjadi keinginan. Kalau saya membaca tadi usulnya Ibu Maulani bahwa ya

perubahan-perubahan itu terutama melibatkan didalam pembahasan program-programnya

tentunya menyangkut sampai ke anggaran. Kemudian juga butuh support fasilitas bersama

Andriani. Kalau mau jujur sebenarnya orang-orang disabilitas ini kalau kita bandingkan

dengan negara-negara maju itu banyak prestasinya gitu ya. Jadi walaupun mereka ini

Page 20: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filepengujian wawancara kepada para calon staf ahli Komtie III. Pertama kami perkenalkan, tentu saja ini wajah lama, tetapi tetap eksis

RDPU KOMITE III DENGAN NARASUMBER DPD RI MS III TS 2015-2016

SENIN, 18 JANUARI 2016

19

catatnya berbagai macam tapi jika kita lihat banyak negara itu justru expose keberhasilan

dari orang-orang cacat itu dan kadang lebih normal, lebih prestasi daripada orang normal.

Saya melihat yang paling pokok disini Pak Pimpinan, Pimpinan, dan mungkin juga

para staf ahli kita, yang perlu dicatat dan perlu dimasukkan nanti didalam pembahasan kita

dengan DPR kan ini, dibawa DPR nanti. Kita yang perlu untuk penekanan memberikan

masukan-masukan yang konkrit saja. Yang pertama saya lihat mungkin perlu sosialisasi juga,

banyak fasilitas kalau saya lihat misalnya tempat khusus untuk orang cacat dan sebagainya,

tapi kalau kita berebut naik kereta, atau jangan jauh-jauh mau naik pesawat itu, di bis itu ada

tempat duduk yang untuk orang disabilitas tapi biasanya anak muda yang duduk disitu.

Nah ini saya kira bukan salah ini, tapi barangkali belum sosialisasi saja. Nah

bagaimana penekanan itu tadi, misalnya perlu ada pasal yang harus diini, bila perlu tadi ada

denda, misalnya walikota yang tidak membuat jalan khusus itu tapi di anggaran sudah

ditetapkan karena kalau ingin dilibatkan dalam anggaran, tentu itu ya, kita sudah tekankan

didalam anggaran tetapi nanti implementasinya kan persoalannya disitu. Implementasi ini

nanti bisa jadi mubadzir. Nah kalau ada hal-hal yang bersifat begitu apakah ada pasal yang

perlu kita atur di dalam sini supaya ada semacam denda atau punishment apa begitu. Nah

saya minta pandangan konkrit dari Pak Fajri itu yang ahli disini.

Yang berikut tadi pasal 1 nomor 18 sebenarnya ya mensos sudah dianggap sebagai

leading sector begitu ya tapi kelihatan tidak sependapat dengan Bapak dan Ibu sekalian

apakah ada usul lagi dari Bapak-Ibu? Kalau tadi disebutkan transparansi saja multi sektor

boleh, itu justru saya ragu nanti, tidak ada koordinator dan tidak ada mengikatkan

bertanggungjawab itu justru ini tadi pemahaman kita saja justru masih seperti itu. Nanti ini

lebih parah, apakah ini dimasukkan didalam HAM? Misalnya ya menyangkut tadi ada

sanksi dan denda sehingga lebih keras harus ada usul konkrit gitu, harus ada, kalau dilepas

begitu saja bagi saya, kalau dipikir kembali itu mungkin bisa jadi distorsi.

Jadi ada usul konkrit juga ya, barangkali ada hal-hal yang sifatnya lebih spesifik.

Kalau saya bandingkan tadi, ini kebetulan dalam praktik sosial ditempat saya, di daerah, ada

kasus bahwa kita ingin membantu orang cacat ya, itu alat-alat peraganya, ini kereta ini, dapat

sumbangan misalnya dari yayasan sosial di luar negeri, negara yang sudah punya perhatian

khusus tentang ini, tetapi justru masuk disini itu kena pajak, bea cukai itu tinggi. Itu jadi soal

gitu, jadi selain kita sendiri sudah punya undang-undang, nggak dilaksanakan dan daerag

ngerti karena masalahnya ada disosialisasi, disisi lain ada banyak perhatian, bantuan, karena

tadi jumlah kita 10 juta ya, 10%, 25 juta penyandang cacat di Indonesia, penyandang cacat,

ooh itu sudah ada aturannya tentang itu. Saya ingin masukkan poin-poin lebih konkrit gitu ya

Pimpinan ya, jika mungkin ini dicacat oleh staf ahli saja supya mungkin pembahasan kita

tidak sia-sia buang waktu gitu.

Kemudian ada hak-hak bermain misalnya, kalau olahraga prestasi sudah ada, di

tempat-tempat rekreasi gitu ya, hiburan, makanan, dan sebagainya, fasilitas parkir, yang lebih

umumlah. Kalau kita sering ke luar negeri itu ada parkir, ada gambar kereta disitu, yang lain

nggak boleh parkir disitu kecuali kereta disabilitas. Disini belum ada ya yang saya sudah

lihat di bis-bis itu ada tapi kurang digunakan.

Nah barangkali Pak Fajri tolong dipertajam itu masuk dibagian mana dari pasal-pasal

itu atau bab mana itu sehingga kita lebih fokus dan yang tadi itu, setuju nggak kalau kita

masuk multi sektor tapi harus dicari kelembagaan yang bisa mengkoordinir ini. Saya kira ini

usulan konkrit saya, Pimpinan mohon direkondisikan dengan narasumber, terimakasih.

Page 21: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filepengujian wawancara kepada para calon staf ahli Komtie III. Pertama kami perkenalkan, tentu saja ini wajah lama, tetapi tetap eksis

RDPU KOMITE III DENGAN NARASUMBER DPD RI MS III TS 2015-2016

SENIN, 18 JANUARI 2016

20

PIMPINAN RAPAT: Drs. HARDI SELAMAT HOOD (KETUA KOMITE III)

Terimakasih Bapak Abraham Liyanto dari Nusa Tenggara Timur. Kami persilakan

Ibu Emilia Contessa, ini tidak tuna suara ini Bu, malah lebih bagus kali ini. Senator dari Jawa

Timur dipersilakan.

PEMBICARA: Hj. EMILIA CONTESSA (JAWA TIMUR)

Terima kasih Pimpinan.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salam sejahtera bagi kita semua.

Bapak dan Ibu sekalian, saya langsung saja karena kita sudah, waktu ya. Jadi saya

dari Jawa Timur dan terus terang, saya selama saya reses, atau tidak reses pun, saya agak

sering berkunjung ke SLB-SLB dari Jawa Timur, sampai saya tahu perusahaan mana saja

yang merekrut disabilitas untuk menjadi karyawannya, itu termasuk ada beberapa perusahaan

dan itu menjadi catatan saya dan saya sangat mengapresiasi apa yang sudah mereka lakukan.

Kemudian, tapi banyak sekali yang membuat saya prihatin antara lain apabila saya ke SLB

selalu mereka keluhannya adalah mereka minta bantuan untuk bisa diberikan alat-alat

sekolah, alat alat belajar. Salah satunya adalah sampai-sampai yang minta bantuan alat-alat

salon, segala macam. Saya menjadi bingung dan saya mohon saya diberi penjelasan,

sebetulnya kita bicara pendidikan, kita mempunyai dana pendidikan yang ribuan triliun dan

20%-nya itu kalau saya tidak salah itu untuk pendidikan. Saya tidak tahu apakah 20% dari

2040 triliun itu termasuk untuk dana pendidikan bagi disabilitas. Itu yang saya ingin tanya

karena sangat tidak adil begitu berlimpahnya dana untuk pendidikan bagi anak-anak kita

yang lain, sedangkan tidak mengucur, tidak mengalir kepada anak-anak kita yang disabilitas.

Tahun lalu, RDP dengan ibu menteri sosial itupun saya sampaikan, saya bilang, kita ini

sebetulnya merancang anak-anak kita yang disabilitas ini mau kemana? Apakah mereka

hanya dipersiapkan untuk menjadi tukang pijit? Dan itu saya sangat prihatin dan saya sangat

ada sedikit kecewa, kekecewaanlah. Jadi apa yang diharapkan di gaul 2015 ini sangat-sangat

wajar apabila, karena, anak anak kita yang disabilitas itu mempunyai, memiliki hak dan

kewajiban yang sama dengan anak-anak kita yang lain, seperti di luar negeri. Mereka

mempunyai hak yang sama, mereka, mohon maaf, tidak punya kaki tapi mereka adalah ahli

komputer sehingga mereka mempunyai gaji yang ribuan dolar setiap bulannya, setara dengan

para ahli komputer yang normal, seperti itu.

Nah itu, saya rasa seharusnya memang kita perjuangkan supaya dengan rasa keadilan,

supaya anak-anak kita yang disabilitas ini bisa mendapatkan haknya sesuai atau sama dengan

warga negara yang lain. Jadi Pimpinan, mohon ini diperjuangkan agar Rancangan Undang-

Undang ini, sudah menjadi Rancangan Undang-Undang kan? Bisa disahkan menjadi

Undang-Undang dengan sekali lagi, demi rasa keadilan. Terimakasih Pimpinan.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

PIMPINAN RAPAT: Drs. HARDI SELAMAT HOOD (KETUA KOMITE III)

Terima kasih Senator Emilia Contessa. Terakhir dan mohon izin pada Anggota kita

sudah melewati 10 menit, mohon diizinkan untuk kita teruskan, kita tambah sekitar 15 menit.

Kami persilakan Ibu Fahira, setelah itu selesai itu pertanyaan.

Page 22: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filepengujian wawancara kepada para calon staf ahli Komtie III. Pertama kami perkenalkan, tentu saja ini wajah lama, tetapi tetap eksis

RDPU KOMITE III DENGAN NARASUMBER DPD RI MS III TS 2015-2016

SENIN, 18 JANUARI 2016

21

PEMBICARA: FAHIRA IDRIS, S.E., M.H. (WAKIL KETUA KOMITE III)

Terima kasih Pimpinan.

Terima kasih kepada narasumber yang hari ini sangat menginspirasi. saya sebagai

perwakilan dari Jakarta sangat berharap bahwa berbagai organisasi disabilitas ini, kan tadi

wanita terus kemudian masalah pemilu dan lain sebagainya itu punya satu bentuk organisasi

khusus yang merupakan kumpulan dari beberapa organisasi disabilitas, dan kalau bisa itu

berada diseluruh daerah di Indonesia. langkah penting adalah bersama-sama dengan DPD RI

kita melakukan audiensi dengan kepala daerah yang bersangkutan karena salah satu

tujuannya adalah kalau kita memang mengharapkan undang-undang ini, memang inilah

problematika kita di Indonesia, undang-undang kita ini sangat lama sekali bisa terbentuk

tetapi sambil menunggu undang-undang itukan ada beberapa kebijakan yang bisa diciptakan,

salah satunya perda.

Di Jakarta sendiri saya mencatat bahwa pada tahun 2014 Pemprov DKI itu sudah

pernah mengirimkan bantuan sekitar 1 miliar untuk kebutuhan pokok dan 500 juta untuk

program penguatan kemandirian. Saya bertanya apakah para narasumber tahu akan hal ini

yang terjadi di DKI? Terus sebetulnya kalau melihat dari pors sumbangan tersebut agak

disayangkan ya karena sebetulnya yang saya harapkan adalah sebetulnya kebutuhan kita

untuk kemandirian itu lebih penting, pelatihan-pelatihan dan lain sebagainya itu menurut

saya lebih penting, dari hanya sekedar memberikan kebutuhan pokok saja, dan memang saya

sangat prihatin karena yang terjadi saat ini advokasi untuk para penyandang disabilitas itu

tidak ada. Contohnya, ada satu pekerja ya, yang dia sebetulnya lulusan S1, dia hanya buta

warna tetapi apa yang terjadi, dia ditolak oleh banyak perusahaan, akhirnya sekarang jadi

kuli bangunan. Bayangkan, dan itu juga saya bertanya, bagaimana sih kira-kira nanti badan

ini yang bisa membantu teman-teman disabilitas untuk mengadvokasi mereka dan juga saya

juga menginginkan teman-teman untuk terus konsisten memaksa kepada kepala daerah

memastikan bahwa 1% dari karyawan di perusahaan itu adalah penyandang disabilitas.

Tetutama perusahan-perusahaan besar tentunya karena kalau perusahaan kecil dipaksa juga

mereka mungkin kurang mampu. Ini teruslah semangat untuk bersuara ya.

Kalau di Jakarta sendirikan sudah keluar Pergub nomor 24 tahun 2013 yang

merupakan turunan dari Perda nomor 10 tahun 2011 tentang Penyandang Disabilitas. Nah ini

saya minta didorong untuk seluruhnya wilayah Indonesia itu harus punya. Terus kemudian

karena dulu DKI sudah ingin membentuk badan pengawas disabilitas, pertanyaan saya

apakah niat tahun 2014 itu sekarang ini sudah terwujud? Karena menurut saya itu penting.

Itukan bisa terdiri dari dinas sosial, pengamat organisasi-organisasi disabilitas, dan itu adalah

pernyataan dari saya.

Dua pertanyaan adalah apakah sudah pernah melihat negara-negara mana saja yang

sudah disabilitas friendly? Setahu saya dulu saya pernah menjenguk om saya di Belanda, itu

disana cukup disabilitas friendly. Terus kemudian saya diakhir acara mau minta nomor hp

yang buat video tadi, video itu bagus sekali karena saya mau buat untuk ada satu keperluan,

terima kasih.

PIMPINAN RAPAT: Drs. HARDI SELAMAT HOOD (KETUA KOMITE III)

Terima kasih Ibu Fahira.

Senang sekali kalau punya om di Belanda ini. Saya om saya di Pacitan ini, sponsor

ya, di Inggris itu orang tua angkat.

Baiklah para Senator yang berbahagia, kita coba tersisa 15 menit, mohon izin kepada

narasumber untuk dapat menggunakan waktu itu selama 10 menit, setelah itu kita 5 menit

Page 23: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filepengujian wawancara kepada para calon staf ahli Komtie III. Pertama kami perkenalkan, tentu saja ini wajah lama, tetapi tetap eksis

RDPU KOMITE III DENGAN NARASUMBER DPD RI MS III TS 2015-2016

SENIN, 18 JANUARI 2016

22

akan closing statement untuk acara ini. Dipersilakan silakan siapa saja untuk memulai, kami

persilakan, dan saya izin sebentar keluar, nanti Ibu Fahira yang mimpin, silakan.

PEMBICARA: FAJRI NURSYAMSI, S.H., M.H./PUSAT STUDI HUKUM DAN

KEBIJAKAN (PSHK) (NARASUMBER)

Baik, mungkin saya mengawali respon terhadap komentar dan pertanyaan pertama

dari Pak Abraham ya. Pak mohon izin, semua yang dikatakan Pak Abraham sebenarnya

sudah ada di RUU, namun sayangnya ada beberapa hal klausul yang bisa dikatakan hilang

pasca diproses di DPR Pak. Jadi memang tidak ada, jadi tidak ada di draft terakhir. Misalkan

tadi Bapak katakan terkait dengan fasilitas parker, lalu hak mendapatkan hiburan, lalu, kalau

haknya ada, tapi bagaimana kemudian norma untuk melaksanakannya itu, itu yang

dihilangkan. Lalu pengurangan bea masuk saya belum cek lagi tapi ada di draft terakhir.

Nah yang terkait dengan fasilitas parker, lalu yang lain-lain dianggap klausul-klausul

itu adalah terlalu detail bagi DPR Pak. Namun bagi kami sebenarnya, hal-hal itulah sebagai

permasalahan riil yang terjadi terhadap penyandang disabilitas. Saya bisa ceritakan bahwa

hal dari awal proses saya bantu Koalisi Penyandang Disabilitas ini untuk drafting Pak, untuk

merumuskan pasal-pasal yang dilakukan adalah menyerap sebanyak mungkin masukan atau

bahkan bisa dikatakan keluhan, tantangan di lapangan seperti apa dan kemudian dikonversi

kepada pasal-pasal. Akhirnya memang menyebabkan pasal, selain, sebelum 160 pasal yang

draft terakhir ini, itu ada 268 Pasal. Memang secara postur sangat besar, namun kemudian itu

sebenarnya menyentuh permasalahan dan menjadi solusi terhadap permasalahan yang ada.

Nah ini ketika masuk di DPR, diharmonisasi, banyak yang di-cut dan kemudian

dianggap pasal-pasal yang sifatnya sangat detail itu dianggap itu ketentuan untuk peraturan

pemerintah. Saya dalam hal ini memang karena terlibat penuh dalam proses sebenarnya tidak

terlalu sepakat dengan hal itu karena itulah yang menjadi inti dari undang-undang ini. Kalau

isinya hanya hak-hak saja, misalnya penyandang disabilitas berhak apa, berhak apa, saya

pikir konvensi CRF ini sudah cukup dan bukan itu yang kita butuhkan, yang kita butuhkan

justru bagaimana kemudian hak mendapatkan pendidikan misalnya, itu bisa terjamin dengan

norma-norma yang sifatnya tadi, misalkan, dilarang untuk menolak calon peserta didik

karena alasan kedisabilitasannya, itu yang kami inginkan. Norma itu, bagaimana kemudian

hak atas pendidikan itu diterjemahkan dalam satu norma yang lebih operasional seperti itu.

Mungkin ini yang menjadi masukan terkait dengan draft baru tersebut. Lalu kami sudah

membuat dim dari draft terakhir 161 itu dan mungkin sudah dibagikan sebagian kepada

Bapak-Ibu sekalian.

Nah terkait dengan komisi nasional disabilitas, kami mengkritisi dari aspek

kewenangannya pertama, lalu yang kedua perekrutan komisionernya bisa dikatakan seperti

itu, yang kami usulkan pada awalnya adalah sebagai lembaga independen dimana isinya

adalah berbagai elemen, terutama melibatkan penyandang disabilitas, tapi ketika masuk ke

DPR ada berbagai perubahan. Terutama yang pertama ada ex officio dari pemerintah saya

belum terlalu paham kenapa harus ada ex officio dari pemerintah. Yang kedua justru unsur-

unsur disabilitasnya tidak ada Pak. Jadi hanya golongan akademisi, yang saya ingat, tokoh

masyarakat, seperti tadi sudah digolongkannya, padahal justru unsur penyandang disabilitas

yang akan sangat merasakan apa yang akan dibutuhkan gitu walaupun belum tentu harus

melalui seleksi yang sangat baik karena kami tidak mau juga setelah ada lembaganya tapi

diisi oleh mereka yang tidak kompeten dan seperti itu tapi kemudian kesempatan prioritas

untuk para penyandang disabilitas bisa duduk sebagai komisioner saya pikir harus

dipertimbangkan karena mereka yang paling tahu apa sebenarnya yang diperlukan,

dibutuhkan.

Page 24: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filepengujian wawancara kepada para calon staf ahli Komtie III. Pertama kami perkenalkan, tentu saja ini wajah lama, tetapi tetap eksis

RDPU KOMITE III DENGAN NARASUMBER DPD RI MS III TS 2015-2016

SENIN, 18 JANUARI 2016

23

Lalu terkait dengan denda, denda yang sifatnya, sanksinya ada tiga yang saya ingat,

ada administrasi, ada sanksi denda untuk pengusaha, biasanya pemberi kerja dan lain-lain,

lalu ada sanksi pidana juga. Nah ini pertimbangan kami memberikan, mengusulkan untuk

sanksi adalah tidak terlalu ringan, tetapi juga tidak kemudian mengkriminalisasi banyak

pihak yang ingin terlibat, terutama misalkan aspek orangtua ya. Misalkan, ada orangtua yang

terpaksa harus memasung misalkan, tidak dikriminalisasi karena memang minimnya fasilitas

atau pemahaman.Ssaya pikir pidana ini menjadi ultimum remedium, menjadi hal yang paling

akhir dilakukan, kenapa karena level pemahaman itu dulu yang harus dipenuhi oleh

implementasi dari undang-undang ini. Selebihnya mungkin bisa nanti masukan melalui DIM.

Sebetulnya konstruksi dari Pasal 1 angka 18 ini dia dimasukkan dalam ketentuan

umum Pak, jadi dipasal paling pertama. Nah sedangkan secara substansi ada sektor lain

selain sektor sosial Pak, nah usulan kami yang lebih konkrit adalah ketentuan leading sector

tidak ada dipasal 1 angka 18 tapi dia diturunkan ke subbab dibawahnya Pak. Jadi misalkan

terkait dengan subbab pendidikan, nah disitu disebutkan bahwa menteri yang dimaksud

dalam subbab ini adalah menteri urusan pendidikan, satu-satu Pak, kenapa? Karena agar

tidak misleading sebenarnya akhirnya dan memang ada argumentasi misalkan disebutkan

kenapa dipasal 1 agar menjadi coordinator, justru karena ini undang-undang memunculkan

stigma lagi akhirnya, sedangkan orang setelah baca pasal itu baru baca ke bawah karena

kalau tidak baca naskah akademiknyakan kadang kita tidak paham Pak. Nah usul kami,

selain tadi memberikan kewenangan kepada kementerian untuk memberikan anggaran, yang

kedua menurunkan leading sector itu perbidang karena jadi ketika bicara disabilitas, bidang

apa dulu nih? Perhubungankah? PU-kah? atau apa nanti kita merujuk kepada kementrian

terkait agar kemudian tidak ada misleading dan terjaga kewenangnannya mungkin itu Pak.

Baik terima kasih.

PEMBICARA: MAULANI ROTINSULU/HIMPUNAN WANITA DISABILITAS

INDONESIA (NARASUMBER)

Menanggapi saja apa yang disampaikan Pak Abraham tadi bahwasanya kita

sebenarnya sudah ada surat edaran dari menteri keuangan tentang pembebasan pajak

terhadap alat-alat bantu penyandang disabilitas Pak. Jadi itu bisa dimanfaatkan, sebenarnya

pemerintah sudah mengeluarkan itu sejak lama dari tahun 1900-an sudah ada, terkait dengan

itu.

Kemudian Ibu Fahira, oh tidak orangnya, tapi tidak apa-apa, saya pikir Bapak-Ibu

sekalian di Indonesia ada kurang lebih 24 peraturan daerah tentang disabilitas yang sudah

dikeluarkannya baik dari bupati/walikota maupun gubernur. Ini memperlihatkan indikasi

bahwasanya sebenarnya pemerintah daerah sudah sangat responsif. Jadi kalau misalkan ada

keragu-raguan dari parlemen terkait dengan hal ini sebenarnya ini sangat tidak relevan sekali

kelihatannya, terkait dengan itu. Desain yang sudah Bapak-Ibu, kalau misalkan Bapak-Ibu

mau melihat juga yang paling sempurna desain itu versi parlemen, itu ada di RUU inisiatif

DPR tahun 2014. Itu sudah diresmikan sebagai inisiatif DPR itu ada 251 Pasal, kami hanya

menambahkan sedikit disana menjadi 268 Pasal. Nah kalau misalkan ini juga ditolak oleh

desain panja yang baru ini juga kelihatannya aneh.

Terkait dengan lembaga pengawas, seperti yang tadi Ibu Fahira Idris katakan,

bahwasanya diperda DKI itu sudah diamanahkan ada satu lembaga pengawasan dan

koordinasi dan bukan hanya di perda DKI, tapi diberbagai macam perda seperti perda

Bangka Belitung, perda Kalimantan Barat terkait dengan penyandang disabilitas, ada

beberapa yang sudah mengakomodir tentang lembaga. Satu lembaga yang mengawal

pemajuan yang seperti Mas Fajri sampaikan, lembaga pemajuan dan lembaga dan lembaga

pengawasan terhadap penyandang disabilitas, terhadap jalannya peraturan perda yang sudah

Page 25: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filepengujian wawancara kepada para calon staf ahli Komtie III. Pertama kami perkenalkan, tentu saja ini wajah lama, tetapi tetap eksis

RDPU KOMITE III DENGAN NARASUMBER DPD RI MS III TS 2015-2016

SENIN, 18 JANUARI 2016

24

dikeluarkan. Jadi sebenarnya indikasi-indikasi positif bahwasanya kominisi nasional

disabilitas itu sudah terbentuk sudah di-frame-kan, sudah dikerangkakan semenjak dari level

daerah. Jadi sebenarnya tingkat nasional yang akan dimasukkan di dalam RUU Penyandang

Disabilitas ini, itu sudah tinggal rangkuman dari desain-desain daerah, saya pikir begitu, jadi

aneh kalau kita mendengar ini ditolak oleh pemerintah, saya pikir demikian.

Kemudian juga jalan keluar, permasalahan yang disampaikan Ibu Fahira Idris terkait

dengan tidak adanya fasilitas atau kesempatan kerja bagi hanya seorang yang buta warna itu

kita masukkan jalan keluarnya adalah membuat setiap kementerian membuat pusat-pusat

layanan, informasi terhadap pusat-pusat informasi penyandang disabilitas terhadap sektor-

sektor yang terkait. Misalkan pusat informasi layanan penyandang disabilitas, layanan tenaga

kerja bagi penyandang disabilitas, lalu pusat informasi layanan pendidikan terhadap

penyandang disabilitas itu sudah kita masukkan didalam RUU Penyandang Disabilitas dan

saya harap ini akan menjadi jalan keluar permasalahan-permasalahan yang Ibu-ibu, juga Ibu

Emilia Contessa sampaikan. Demikian, terima kasih.

PIMPINAN RAPAT: Drs. HARDI SELAMAT HOOD (KETUA KOMITE III)

Silakan Ibu.

PEMBICARA: ARIANI SOEKANWO/PPUA PENCA (NARASUMBER)

Saya tadi menanggapi Ibu Maria Goreti ya, dari Kalimantan Barat. Saya pikir Ibu

masih berpikiran charity, jadi Ibu menginginkan bahwa hak politik itu adalah hak asasi,

jangan Ibu merasa bahwa para penyandang disabilitas itu dimanfaatkan, tidak. Itu justru

memang keinginan kita dari penyandang disabilitas untuk bisa memilih, dipilih dan menjadi

penyelenggara pemilu karena kita bisa berpartisipasi penuh didalam masyarakat dan selain

itu memang selama ini KPU kita advokasi dan memang terbuka sehingga semua peraturan-

peraturan KPU, sampai Undang-Undang Pemilu pun sudah inklusif disabilitas, memberikan

hak-hak politiknya kepada penyandang disabilitas.

Kemudian juga, bahwa melalui pemenuhan hak politik ini bisa dijadikan mile stone

untuk pemenuhan hak-hak yang lain karena untuk memilih harus punya ktp dan selama ini

penyandang disabilitas tidak bisa punya ktp karena diskriminasi. Nah ini kan kehilangan,

tidak hanya hak politiknya, tapi hak-hak yang lain sebagai warga negara. Penyandang

disabilitas tidak punya akte kelahiran, tidak punya akte kelahiran, tidak dimasukkan didalam

KK. Jadi melalui pemenuhan hak politik ini, merembet kepada yang lain dan selama ini

penyandang disabilitas yang terisolir didalam kamar, tidak boleh keluar sekarang ikut milih.

Jadi merasa dirinya itu dihargai, jadi ini one man one vote meskipun kita tuna netra, sama

haknya sama presiden, satu suara. Jadi meskipun penyandang disabilitas punya hak suara

sama dengan Pak Gubernur, sama. Jadi ini suatu, meningkatkan harkat martabat dan

kemudian juga selama ini kalau kita ada munas, ada acara HDI, hari disabilitas, itu yang

sibuk hanya komunitas disabilitas, tetapi begitu pemilu, seluruh Indonesia bicara tentang

disabilitas. Ini adalah sesuatu keunggulan dari pemenuhan hak politik. Di sinilah bahwa

inklusi disabilitas itu sudah ada, contohnya KPU. KPU itu tidak berkeberatan memasukkan

didalam semua panduan teknis semua apa-apanya tahapan-tahapan itu tanpa keberatan. Jadi

ada good will-nya ada understanding dan inipun yang harus dicontoh oleh berbagai pejabat

negara kita yang selama ini selalu diskriminasi, merasa melihat dengan mata sebelah begitu.

Mungkin untuk Ibu Fahira, memang teman-teman di DKI sudah ingin mengadvokasi

dibentuknya tadi dewan pengawas disabilitas yang sudah ada diperda, tapi kan selalu kalau

tidak bergerak, ya tidak bergerak ya tidak ada apa-apa, nothing about us without us. Jadi

Page 26: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filepengujian wawancara kepada para calon staf ahli Komtie III. Pertama kami perkenalkan, tentu saja ini wajah lama, tetapi tetap eksis

RDPU KOMITE III DENGAN NARASUMBER DPD RI MS III TS 2015-2016

SENIN, 18 JANUARI 2016

25

disinilah didalam perspektif pemenuhan hak penyandang disabilitas itu harus melibatkan

partisipasi penuh penyandang disabilitasnya. Jadi ini yang menjadi keprihatinan kami.

Kemudian juga kepadaku Ibu Fahira karena ada di Jakarta, jadi kami juga ingin Ibu

men-support gerakan kita, gitu ya. Jadi nanti kita akan sampaikan juga siapa yang membuat

vcd tadi kalau Ibu menginginkan alamat ya, kalau Bapak-Ibu yang lain pun, kami ingin

bantuannya untuk terus mendorong terus pemenuhan hak disabilitas yang sudah selama ini

terdiskriminasi. Rasanya pemahaman-pemahaman masih terus harus kita berjuang terus,

untuk itu kami sangat berbahagia mendapat support dari Senator-Senator di DPD ini semoga

RUU Penyandang Disabilitas ini bisa berhasil dan bisa sesuai dengan kebutuhan kita.

Jadi seperti tadi parkir, selama ini sepeda motor roda tiga kalau mau parkir itu mesti

kelahi dulu karena tidak ada tempat parkir, hanya untuk roda dua dan roda empat. Nah yang

roda tiga kan tidak punya. Padahal yang harley davidson itu parkirnyakan di depan lobby

hotel boleh, lah kenapa kita tidak boleh. Lah ini pentingnya dimasukkan di dalam Undang-

Undang kita ini, jadi Undang-Undang versi 268 tadi, yang 251 sudah disampaikan Ibu Lani,

kemudian ditambah beberapa pasal. Ini adalah memang kebutuhan kita, tidak mengada-ada,

tetapi akomodasi yang layak yang kita butuhkan, terima kasih.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

PIMPINAN RAPAT: Drs. HARDI SELAMAT HOOD (KETUA KOMITE III)

Terima kasih kepada tiga narasumber dan berikan hadiah tepuk tangan hangat pada

narasumber. Sekali kami ucapkan terima kasih karena waktulah yang membatasi kita, tapi

insya Allah karena ini adalah perjuangan bersama, kami akan kamu selalu menghubungi

Bapak-Ibu sekalian untuk sama-sama kita perdalam, walaupun mungkin tidak dalam

pertemuan formal seperti ini. Oleh karena itu dari meja sidang sekali lagi kami

berterimakasih dan banyak manfaat sekali yang kami hasilkan pada pertemuan sore hari ini.

Oleh itu juga izinkanlah kami menghadiahkan sebuah pantun buat kita semua.

Mari bersama memakan kurma,

kurma disimpan berbungkus kertas,

mari terus berjuang bersama,

untuk lahirnya Undang-Undang penyandang disabilitas.

Karena sudah ditepuktangan maka berakhirlah pertemuan ini, dengan mengucapkan

hamdalah, alhamdulillahi robbil 'alamin.

Izinkanlah saya menutup pertemuan pada sore hari ini

KETOK 3X

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Selamat sore.

RAPAT DITUTUP PUKUL 16.02 WIB