DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filePenyelenggaraan Pemerintahan di Wilayah Kepulauan...
Transcript of DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filePenyelenggaraan Pemerintahan di Wilayah Kepulauan...
Nomor: RISALAHDPD/KMT I-RDP/I/2017
DEWAN PERWAKILAN DAERAH
REPUBLIK INDONESIA
-----------
RISALAH SEMENTARA
RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMITE I DPD RI
DENGAN NARASUMBER (SIANG)
MASA SIDANG III TS 2016 – 2017
I. KETERANGAN
1. Hari : Selasa
2. Tanggal : 31 Januari 2017
3. Waktu : 13.52 WIB - 15.49 WIB
4. Tempat : R.Sidang 2A
5. Pimpinan Rapat :
1. Benny Rhamdani (Wakil Ketua)
2. H. Fachrul Razi, M.IP (Wakil Ketua)
6. Sekretaris Rapat :
7. Acara : Review RUU tentang penyelenggaraan pemerintah di
wilayah kepulauan
8. Hadir : Orang
9. Tidak hadir : Orang
RDP KOMITE I DPD RI DENGAN NARASUMBER MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 1
II. JALANNYA RAPAT:
PIMPINAN RAPAT: BENNY RHAMDANI (WAKIL KETUA KOMITE I DPD RI)
Bapak Ibu kita akan mulai dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahiim.
Rapat Dengar Pendapat Umum dengan agenda membahas RUU tentang
Penyelenggaraan Pemerintahan di Wilayah Kepulauan pada hari ini 31 Januari 2017 kita
buka dan terbuka untuk umum.
KETOK 1X
Yang sangat saya hormati Bapak Dr. Janjte Tjiptabudi S.H., M.Hum dari Universitas
Patimura sebagai narasumber telah hadir bersama-sama kita. Pada hari ini kita akan
melaksanakan dengar pendapat berkaitan dengan upaya DPD RI sebagai lembaga tinggi
negara untuk melakukan review terhadap Undang-Undang berkaitan dengan
Penyelenggaraan Pemerintahan di Wilayah Kepulauan.
Untuk itu ingin saya perkenalkan lebih dulu, Bapak narasumber beberapa anggota
Komite I yang hadir. Yang pertama Bapak Nono Sampono, Anggota Komite I dari Maluku,
kemudian Bapak Ir. Aji Muhamad Mawardi Kalimantan Tengah, kemudian Bapak
Muhammad Nabil dari Kepulauan Riau atau Kepri. Sebelah kiri ada Bapak Muhammad Idris
dari Kalimantan Timur, kemudian Bapak Gede Pasek Suardika dari Bali, kemudian Ir. Hj.
Eni Sumarni, Jawa Barat. Kemudian Ibu Nofiatul Adawiyah dari NTB, kemudian Bapak Ade
Khali dari Gorontalo.
Pak Janjte sebagai narasumber pada kesempatan siang hari ini, Komite I sebetulnya
memiliki beberapa catatan kaitan dengan agenda RDPU siang hari ini namun karena waktu
yang sudah sangat mepet, kita telah melewati kurang lebih 40 menit dari jadwal yang
ditetapkan. Tentu secara material, maupun substantif kaitan acara hari ini, hal yang perlu
kami sampaikan, yang pertama bahwa Prolegnas 2017 DPD RI telah diberi amanah untuk
menginisiasi RUU tentang Penyelenggaraan Pemerintahaan di Wilayah Kepulauan yang
nanti akan dibahas bersama-sama DPR dan pemerintah.
Kemudian juga, catatan yang kedua DPD RI pada periode sebelumnya, kami telah
menyusun sebuah RUU Penyelenggaraan Pemerintahan di Wilayah Kepulauan, namun pada
tahun 2014 berkaitan telah diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah kita semua melihat bahwa sudah selayaknya konten dari RUU kepulauan
tersebut harus di review, demikian pandangan Komite I dan DPD.
Nah, hal ini karena ada sejumlah perubahan yang sangat mendasar dalam Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tersebut, khususnya terkait dengan kewenangan daerah baik
provinsi maupun kabupaten banyak catatan lain tapi karena waktu, ya, Pak Narasumber,
kami persilakan Pak Janjte untuk menyampaikan pikiran-pikirannya, gagasan-gagasannya
sebagaimana agenda RDPU yang kami lakukan pada siang hari ini dan nanti tentu disesi
berikutnya beberapa anggota komite akan memberikan tanggapan dan pandangannya. Saya
persilakan.
RAPAT DIBUKA PUKUL 13.52 WIB
RDP KOMITE I DPD RI DENGAN NARASUMBER MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 2
PEMBICARA: Dr. JANJTE TJIPTABUDI S.H., M.Hum. (NARASUMBER)
Terima kasih Pak Ketua.
Yang terhormat Bapak Ibu Anggota Komite I yang saya hormati.
Kita berbicara tentang dan pemerintahan daerah kepulauan, ini diperjuangkan dari
awal dari 2012. Waktu itu kebetulan saya ada di tim ahli dalam penyusunan RUU yang
dirancang oleh DPD. Ada beberapa hal yang terjadi kemudian dengan berlakunya Undang-
Undang Nomor 23 yang sebenarnya khusus tentang provinsi yang wilayah kepulauan,
menurut pendapat saya itu mereduksi makna sebenarnya yang dimaksud dengan dari aspek
filosofis maupun aspek ekonomi, itu sama sekali tidak menguntungkan dan sama sekali tidak
adil.
Oleh karena itu, menurut saya Rancangan Undang-Undang tentang Penyelenggara
Pemerintah Wilayah di Kepulauan ini secara umum tidak perlu dilakukan review yang secara
mendalam, kenapa? Sebab kalau kita kaji dari aspek filosofis, aspek filosofis, kita liat dari
sila pertama sampai kelima, terutama sila kelima yang menyebutkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Disitu disebutkan seluruh rakyat Indonesia dimanapun dia berada
oleh karena itu pengakuan secara adil, secara adil yang dimaksud dengan adil di sini
sebagaimana yang dimaksud dalam konsep kebhinekaan dan Pancasila kita mengenal konsep
bhineka tunggal ika, kita ini berbeda-beda. Oleh karena itu perlakuan yang dikatakan adil
perlakuannya juga mesti berbeda.
Nah, ini yang dari aspek filosofis karena kita ketahui sekali bahwa pembangunan di
Indonesia ini masih banyak kontinental, kalau untuk wilayah kepulauan, dimasukkan hanya
sebagai bagian kecil dari sistem pemerintah daerah, itu sama sekali tidak menguntungkan
wilayah kepulauan karena wilayah kepulauan di situ dampak, kita ukur saja bahwa sebagai
contoh APBN Provinsi Maluku, nilainya sama dengan APBN Kota Malang.
Data yang saya dapat 2 tahun lalu, pada saat penyusunan rancangan RUU
Penyelenggara Pemerintah Wilayah Kepulauan itu Provinsi Indonesia Timur, terutama
Provinsi Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat, itu tertinggal 50 tahun atau setengah
abad, kalau bilang 50 tahun terlalu enak, setengah abad dari provinsi yang ada di barat. Nah,
oleh karena itu, yang diminta sebenarnya ada rancangan undang-undang yang kita susun ini
kita tidak meminta yang aneh-aneh, rancangan ini kalau kita membaca dengan baik
rancangan undang-undang yang di susun tahun 2012 itu, yang diminta saat itu adalah bahwa
dari beberapa aspek, aspek perhubungan, aspek kesehatan, aspek pendidikan itu diberlakukan
sesuai dengan kondisi wilayah atau sesuai kondisi provinsi kepulauan itu.
Artinya, dari aspek, misalnya dalam aspek kesehatan, aspek kesehatan didalam
Undang-Undang Kesehatan kita tahu bahwa Puskesmas rawat inap itu ada di ibukota
kecamatan, kalau itu di provinsi continental tidak masalah orang sakit mau ke Puskesmas
bisa jalan kaki, tapi kalau itu terjadi di provinsi kepulauan hanya 1 jalan berenang, ke ibukota
kecamatan. Provinsi Maluku saja memiliki 1.400 sekian pulau, saya sudah lupa 1.400 berapa
saking banyaknya, tiap kabupaten memiliki rata-rata sekitar 100 pulau.
Nah, bagaimana akses kesehatan itu tidak dimiliki oleh rakyat di wilayah kepulauan.
Ini yang saya maksud, jadi harus diberlakukan dari aspek perhubungan. Kalau kita dari
Jakarta mau ke Surabaya ya bisa jalan kaki juga bisa tapi di Maluku, dari pulaunya mau ke
ibukota kecamatan saja, harus dengan kapal dan kapal yang tersedia di wilayah kepulauan itu
sama sekali tidak memadai karena yang dibangunkan jalan-jalan darat saja yang dibangun.
Bapak Ibu ke Ambon kan jalan-jalan aspal kan, bagus-bagus kan, mulus, padahal menurut
saya itu pembangunannya tidak tepat untuk wilayah kepulauan.
Yang harus dibangun wilayah kepulauan, wilayah Provinsi Maluku misalnya, itu
cuma hanya 2 pulau yang disebut dengan pulau sedang, semuanya pulau kecil. Ambon itu
pulau kecil, jalan tidak dibangun juga tidak apa-apa, 10 tahun tidak diaspal tidak apa-apa,
RDP KOMITE I DPD RI DENGAN NARASUMBER MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 3
paling-paling kita terlambat satu jam tapi kalau di Maluku tidak ada aspek perhubungan,
tidak memiliki dermaga, tidak memiliki airport antar ibukota kabupaten dan ibukota provinsi
maka celakalah kita. Kita terlambatnya bukan satu hari, Pak Nono asal dari sana pasti tahu,
itu bisa terlambatnya berbulan-bulan.
Nah, aspek perhubungan itu menyebabkan kalau kita kaitkan dengan kesehatan tadi, 1
tahun lalu, seorang dokter mati di ibukota kabupaten karena tidak punya transportasi.
Seorang dokter yang bertugas di rumah sakit umum, di Kabupaten Aru meninggal dunia
bukan karena tidak punya obat, karena tidak ada transportasi cepat untuk dirujuk ke ibu kota
provinsi.
Nah, ini kendala-kendala yang saya katakan tadi, oleh karena itu aspek subtansi
sebenarnya itu yang dulu dibuat itu tidak perlu diubah, sebaiknya diusulkan saja bahwa
kemudian dibahas, sebab yang diminta di sini itu perlakuan yang berbeda, sesuai dengan
kondisi wilayahnya, yang kondisi wilayah kepulauan itu banyak hal yang sangat sulit sekali.
Oleh karena itu ada beberapa hal, aspek filosofis, dari aspek ekonomi juga. Pemerintah boleh
mengembangkan apa saja di Maluku tapi mau jual kemana? Petani boleh diberdayakan, tapi
hasilnya mau jual kemana? Kalau dia di pulau-pulau yang terpencil, mau dijual kemana? Dia
mau bawa pangannya ke ibu kota provinsi, itu bisa 1 bulan baru sampai karena transportasi
kapal perintis itu 1 bulan.
Nah, ini yang menyebabkan rakyat miskin, menyebabkan provinsi yang berciri
kepulauan itu semuanya masuk diperingkat miskin, provinsi-provinsi termiskin dan hasil-
hasil pembangunan tidak bisa dinikmati karena pembangunan kontinental itu yang saya
maksudkan tadi. Nah, aspek geografis ini yang harusnya dipandang oleh pemerintah atau
oleh Bapak Ibu Anggota Dewan Yang Terhormat ini, yang perlu diperhatikan oleh kita
semua, kondisi geografis wilayah kepulauan yang memiliki ribuan pulau. Nah, ini yang
menyebabkan dibutuhkan biaya yang sangat besar hanya untuk koordinasi, hanya untuk
koordinasi saja dibutuhkan biaya yang sangat besar.
Kalau kita dari ibukota Ambon mau menuju ke Kabupaten Aru dengan menggunakan
transportasi udara, harga tiketnya Rp 1.890.000 lebih mahal dari kita ke Jakarta pulang pergi.
Nah, demikian juga dari aspek keadilan karena aspek keadilan kalau kita mengutip seorang
pakar keadilan misalahnya John Rose, dia mengatakan seharusnya kepada orang yang belum
beruntung diberikan perlindungan lebih maka dampaknya kita di Indonesia, wilayah
kepulauan itu sebenarnya dalam posisi pembangunannya kontinental, kita tidak beruntung.
Harusnya untuk wilayah-wilayah itu diberi perlindungan lebih.
Nah, perlindungan lebihnya dengan apa? Seharusnya dengan undang-undang.
Undang-undang itu yang nantinya dapat memberi perlindungan lebih itu. Nah, berkaitan
dengan apakah kita di Indonesia bisa membuat desentralisasi yang berbeda? Secara teoritis
Pak, itu ada yang disebut desentraslisasi asimetris, itu yang memungkinkan diberlakukan satu
aturan hukum yang berbeda dengan wilayah lain. Desentralisasi asimetris itu kalau di dunia
dengan tipe yang sama, itu diterapkan di Perancis. Ada satu provinsi diperlakukan karena itu
di wilayah kepulauan maka diperlakukan undang-undang khusus untuk provinsi itu. Negara
yang sama cirinya dengan Indonesia, negara republik, bentuk kesatuan yang menerapkan
juga desentralisasi asimetris ini adalah Republik Rakyat China dan di situ ada wilayah
Hongkong, ada wilayah Macau, ada wilayah provinsi-provinsi pantai yang diperlakukan
berbeda dengan provinsi di pedalaman.
Nah itulah beberapa catatan saya. Terima kasih Pak.
PIMPINAN RAPAT: BENNY RHAMDANI (WAKIL KETUA KOMITE I DPD RI)
Singkat sekali Pak Janjte ya.
RDP KOMITE I DPD RI DENGAN NARASUMBER MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 4
Kita agak sedikit mengalami kesulitan ini karena materi Pak Janjte ini tidak di tangan
anggota ya, tadi staf sebetulnya, terima kasih Pak Janjte. Sebetulnya selain Pak Janjte, RDPU
kita hari ini mengundang satu dekan fakultas perikanan dan kelautan Sam Ratulangi dan
yang kedua Prof. Dr. Agus Sudono dari Undip ya. Namun mereka berdua meminta
reschedule karena ada urusan yang mungkin tidak bisa untuk hadir di tempat ini.
Saya persilakan kepada teman-teman ya untuk memberikan pandangan, kemudian
pikiran-pikiran pembanding kepada narasumber yang bisa memperkuat sebetulnya RDPU
kita pada kesempatan siang hari ini. Namun sebelumnya anggota yang baru masuk saya ingin
perkenalkan, Pak Yusran Silondae dari Sulawesi Tenggara ada disebelah kanan. Beliau
Bapak DOB-nya untuk Sultra, sebelah kiri ada Bapak Rizal Sirait dari Sumatera Utara dan
tadi ada Ibu Antung Fatmawati, srikandinya Hanura. Sudah angkat tangan tadi Pak Nono ya,
sebelah kanan, silakan Pak Nono.
PEMBICARA: Letjen TNI (Marinir) Purn. Dr. NONO SAMPONO, M.Si (MALUKU)
Terima kasih Pimpinan.
Teman-teman senator dan Komite I dan Pak Janjte ya, narasumber kita yang baru
hadir satu-satunya.
Izinkan saya agak mendahului untuk menyampaikan, mungkin melengkapi apa yang
disampaikan oleh Prof. Janjte. Yang pertama, saya berawal dari sedikit kronologi saja,
lahirnya rancangan undang-undang atau undang-undang ini yang sekarang ini sedang kita
perjuangkan yang lalu 11 tahun yang lalu undang-undang ini pernah lahir dengan judul yang
lain yaitu Rancangan Undang-Undang Provinsi Kepulauan. Kemudian berganti lagi
diarahkan kepada, ada satu judul tapi berkaitan dengan keuangan tapi sekarang berganti lagi
dengan judul pemerintahan daerah wilayah kepulauan.
Yang lalu ini menjadi inisiatif dari DPR RI melalui Partai Demokrasi Indonesia
didepan ujung tombaknya Anggota DPR, almarhum Bapak Alexander Litaay, duta besar kita
yang meninggal yang lalu. Sedikit cerita, secara emosional memang, kami berdua sempat
ketemu sebelum beliau berangkat. Saya bilang Pak nanti, izinkan saya meneruskan
perjuangan ini dan teman-teman disana juga masih konsisten dengan itu, cuman setelah
menjadi inisiatif dari DPD ini menjadi bagian penting dari yang kita perjuangkan sekarang,
khususnya Komite I, itu yang pertama.
Saya tidak tahu apa yang menjadi isu penting di daerah kepulauan lain, 7 kepulauan
lain, tetapi di Maluku seperti yang pernah saya sampaikan, ditanya, jangan kita tanya
kalangan elite atau kalangan akademik. Kita tanya anak SD anak TK pun dia bisa menjawab.
Ada 4 isu penting menjadi kebutuhan Maluku, pertama undang-undang tentang Pemerintahan
Daerah Kepulauan, kedua DOB, ketiga lumbung ikan nasional dan keempat Blok Masela. Ini
menjadi isu penting di Maluku sekarang. Jadi anak SD, TK pun tahu ini Pak Pimpinan.
Artinya ini sesuatu yang sangat mendasar, yang tadi sudah digambarkan oleh beliau tadi.
Nah, untuk menggambarkan bahwa sesuatu itu penting adanya, harus ada, tentu harus
menjawab untuk apa, untuk apa dan mengapa itu terjadi dan itu sudah dijawab juga oleh tadi
oleh narasumber. Nah, itulah yang, yang, sedikit gambaran tentang apa yang kita
perjuangkan saat ini, 2 dari, ini satu dari 2 rancangan undang-undang yang sedang kita
perjuangkan menjadi prioritas di Prolegnas 2017 karena sudah masuk.
Nah terkait dengan ini semua, tentu tahapan-tahapan ini sedang kita upayakan tetapi
tadi sangat menarik dari narasumber. Bahwa kelengkapan dari data ini memang sudah, sudah
sangat cukup lengkap, tinggal kita melihat kembali ya apakah, relevansinya dengan judul
yang sedang kita buat ini, menurut saya seperti itu. Nah, sedikit tambahan juga kepada kita
semua bahwa memang kalau meneropong NKRI, meneropong suatu provinsi memang harus
kita lihat di ujung-ujung sana.
RDP KOMITE I DPD RI DENGAN NARASUMBER MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 5
Maluku kebetulan dengan 1400 pulau memiliki persoalan yang tadi sudah
digambarkan, di ujung sana bukan berarti masyarakatnya tidak berdaya, tidak punya
kemampuan, tidak punya penghasilan, tidak, tapi persoalan adalah infrastruktur, terutama
masalah transportasi. Nah, inilah yang membuat masyarakat di sana jauh dari kebutuhan
dasar yang dimiliki oleh termasuk saudaranya yang ada di pulau-pulau besar, apa lagi
kawasan barat. Nah, oleh karena itu, diperlukan sebuah regulasi, regulasi menurut saya yang
memang untuk memperlihatkan bahwa negara ini hadir dengan azas keadilan tadi itu.
Jangan sampai, ya tadi digambarkan, bayangkan satu provinsi memiliki anggaran
sama dengan kabupaten di wilayah barat karena bersandar pada jumlah manusia, kan lucu.
Kalau beli nasi bungkus, beli kerupuk mungkin iya, tapi kalau manusia tersebar dimana-
mana kemudian membutuhkan infrastruktur yah, kebijakan tentang itu harus ada. Maluku
sangat sadar bahwa Yogyakarta, maaf, memerlukan sebagai daerah istimewah, karena
memiliki posisi politis dan historis, Aceh, Papua juga demikian. DKI Jakarta juga memiliki
itu ya, kita juga rela seperti itu tetapi 7 provinsi ini juga mengalami persoalan serius. Kalau
tidak ada, coba kita bayangkan bahwa hasil yang dimiliki oleh daerah provinsi ini tidak kecil
kepada kontribusi, pendapatan domestik bruto dari secara nasional. Artinya kita meminta
lagi, porsinya kita lagi, dari hasil yang ada itu, apakah sekarang ini, setelah kumpul di
kantong nasional kemudian dibagi secara proporsional atau tidak?
Nah, terlahirnya undang-undang ini, tergantung maksud itu saya kira. Pak Benny
sudah pernah berdialog dengan Mantan Gubernur, Pak Sarundayang ya, sampai mengatakan
bahwa, ya kita ingin merampok kembali hasil-hasil kita yang sudah masuk ke pusat, kira-kira
begitu. Nah, saya kira ini gambarannya dan kalau ini dibiarkan terus, artinya terjadi
pembiaran oleh negara terhadap rakyatnya yang memerlukan perhatian. Nah, oleh karena itu
terlahirnya undang-undang ini, sama sekali bukan hanya kepentingan 7 provinsi kepulauan
ini saja, tidak, semata tetapi jauh lebih untuk kepentingan nasional, menurut saya seperti itu.
Nah, oleh karena itu saya mewakili teman-teman dari provinsi kepulauan ini
memohon kepada teman-teman yang mungkin tidak berada di wilayah itu agar, mohon untuk
mendukung, dan membantu kami, ya katakanlah begitu. Untuk memperjuangkan masyarakat
kita yang memang sudah tertinggal, yang perlu perhatian, apalagi nawacita Jokowi, presiden
Jokowi, pemberitaan sekarang ini membangun dari yang tertinggal, membangun dari yang
ter, ter, segala macam itu.
Nah, kalau pembangunan itu dilakukan tanpa ada payung hukum, undang-undang
saya kira sulit. Nah oleh karena itu, inilah saya kira jalan keluar kita untuk mengatasi
persoalan yang sedang kita hadapi, terima kasih.
PIMPINAN RAPAT: BENNY RHAMDANI (WAKIL KETUA KOMITE I DPD RI)
Terima kasih Pak Nono.
Pak Janjte, saya ini punya kebiasaan kalau diskusinya berkaitan dengan tema-tema
ketidakadilan dan ketimpangan kawasan timur barat, bawaanya pasti saya periksa ke dokter,
tensi darah, bawaannya itu marah, emosi, ngambek gitukan tapi saya pikir karena Pak Janjte
yang hadir, gak ada yang mewakili rezim yang berkuasa, ya kemarahan saya, saya tahanlah.
Saya ingin ada yang mewakili Jokowi disini gitu ya, apakah Luhut Binsar Panjaitan, bosnya
Pak Wawan, ataukah menteri keuangan, dan sebagainya gitu. Jadi saya cukup mengatur lalu
lintas saja lah ya untuk RDPU kesempatan siang hari ini.
Anggota yang baru hadir juga bergabung, saya perkenalkan Bapak Ahmad Subadri
beliau dari Banten, kebetulan urusan Banten saya dengan beliau berbeda Pak. Kemudian Pak
Fachrul Razi, ya ada Fachrul Razi beliau Wakil Ketua dari Aceh. Kita banyak berbeda
pendapat dengan beliau, tapi urusan pilkada gubernurnya sama ini kayanya bareng.
RDP KOMITE I DPD RI DENGAN NARASUMBER MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 6
Kemudian Pak Cholid Mahmud dari Yogya ya beliau suhu saya, guru saya, walaupun saya
sering musuhan sama Ibu Ratu tapi dengan beliau saya hormat. Guru saya beliau.
PEMBICARA: Letjen TNI (Marinir) Purn. Dr. NONO SAMPONO, M.Si (MALUKU)
Pendukung utama provinsi kepulauan dari Yogya.
PIMPINAN RAPAT: BENNY RHAMDANI (WAKIL KETUA KOMITE I DPD RI)
Silakan yang lainnya setelah Pak Nono, Pak Gede Pasek sebelah kiri. Silakan Pak
Pasek.
PEMBICARA: GEDE PASEK SUARDIKA, S.H., M.H. (BALI)
Baik, terima kasih.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera untuk kita semua.
Shalom.
Om swastiastu.
Jadi yang pertama soal RUU penyelenggaraan pemerintahan daerah kepulauan, saya
meskipun tinggal di Bali ya dipaksa-paksa kepulauan bolehlah, minimal Pulau Bali itu
ternyata ada 5 pulau di situ, meskipun kecil-kecil sekali sisanya itu loh Nusa Penida, Nusa
Lembongan, Nusa apa, Menjangan dan sebagainya pulau Menjangan, hanya 5, tapi yang
dihuni mungkin hanya 3.
Konsep ini kan konsep yang terkait dengan keadilan sosial sebenarnya, basisnya di
sana. Mencoba mengisi ruang-ruang kosong akibat peraturan perundangan yang ada memang
tidak mampu menjangkaunya, pengalaman saya dulu waktu masih di sebelah, di Komisi II
DPR RI, kita memang sempat berbicara cukup banyak soal ini. Kita nggak usah ngomong-
ngomong sampai ke Maluku dululah, tempatnya Pak Nono, kita ngomong yang di Jawa, yang
selama ini dianggap bagus saja, kita temukan di Madura itu, di Kabupaten Sumenep itu juga
problem-nya, kepulauannya sangat banyak sekali. Jadi pulaunya cukup banyak di Pulau
Kangean dan sebagainya kemudian tata pemerintahaannya juga menjadi sulit karena ada
Pulau Masalembo yang masuk Sumenep. Padahal belanja, aktivitas daerahnya itu ke
Sulawesi.
Artinya apa? Sebenarnya masalah kepulauan, penataan pembangunan kepulauan ini
tidak hanya keluhan wilayah yang memang benar-benar provinsi kepulauan, tapi sebenarnya
di daerah-daerah yang juga kebetulan menjadi daerah kepulauan, meskipun di daerah yang
sudah cukup maju, ternyata Sumenep salah satu contoh, kabupaten yang diwilayah Jawa
Timur, kalau saja nanti tidak menjadi Provinsi Madura ya, kalau menjadi Provinsi Madura
maka Madura punya kepulauan yang cukup banyak.
Nah, itu saya liat kesenjangan pembangunan juga sangat besar gitu. Artinya kalau dari
kesimpulan ini kita lihat, ini undang-undang yang memang sangat penting, disegerakanm
ketika kita berbicara soal keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hanya yang penting
sekarang adalah dirumuskan jangan sampai RUU ini hanya isinya lebih banyak konsep
tuntutan tapi dia harus dibuat dalam norma yang utuh, bahwa dia memang dengan undang-
undang ini diatur, tidak sekedar ngomong soal perebutan kue anggaran tapi dia memang
dibuat sedemikian rupa untuk mendesain NKRI kita menjadi berimbang dalam segala
aspeknya.
Nah, bisa saja kalau misalnya urusan tambang, urusan apa dia tunduk dalam undang-
undang yang lain, dimasukkan disini dalam lex spesialis. Misalnya ada ketentuan yang
RDP KOMITE I DPD RI DENGAN NARASUMBER MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 7
mengatur untuk daerah-daerah kepulauan maka pengaturan soal sharing keuntungan di
bidang tambang, itu berbeda hitungannya dengan daerah-daerah daratan, misalnya, karena
dia harus membangun infrastruktur yang jauh lebih banyak kan, ya misalnya seperti itu, atau
norma-norma lain yang akhirnya menjadikan sesuatu yang dulunya terbelakang itu menjadi
sesuatu yang sangat maju.
Yang pola pak Jokowi sekarangkan perbatasan menjadi beranda, jadi tampak yang
mewah. Kita sudah lihat perhari ini misalnya, dulu kita tertinggal di Timur Leste dengan
NTT, perhari ini kita lihat Indonesia lebih maju fasilitas perbatasannya karena memang
goodwill pemerintahannya jalan. Begitu juga di perbatasan-perbatasan yang lain, semua
digarap harus 5 kali sampai 10 kali lipat lebih besar daripada negara tetangga, kan begitu.
Nah, kepulauan ini pun juga cara berpikirnya harus begitu, kalau dia digunakan
rumusan jumlah penduduk maka kalah lagi nih. Ketika kita ngomong soal bicara masalah
bahwa ini rakyat harus sejahtera, wilayah belakangan dululah gitu loh, nah kalau itu
logikanya dibangun maka dia akan terus tertinggal karena itu normanya harus dibangun
adalah pembangunan kawasan itu adalah kawasan yang kemudian bisa menarik orang untuk
datang kesitu untuk berinvestasi, kan begitu.
Jadi karena itu, saya sih berpikir RUU ini segera dijalankan, ke, diuji publik sehingga
dapat dukungan yang lebih masif sehingga ini dianggap sebagai sebuah kebutuhan.
Pengalaman kami ini tertolak waktu di Prolegnas. Saya sendiri yang bawa waktu itu ditolak
katanya cukup lewat PP saja, pengaturannya. Oh, itu kalah kita dengan DPR waktu itu dan
posisi pemerintah waktu itu juga menyatakan lebih baik lewat PP sehingga kita kalah suara.
Nah, saya kira sekarang sudah saatnya ini karena sudah masuk penanganan yang lebih
serius, mudah-mudahan ini tidak sampai menunggu 2019 bisa selesai. Hanya kita tajamkan
dulu, logika-logika dan alurnya itu sehingga ini bisa menjadi hadiah juga untuk Pak Nono
kan, selaku tulang punggungnya pejuang ini kan gitu dan kami dari Bali akan siap juga untuk
mengawal. Minimal kita ke Maluku kan jadi nyaman juga gitu, indah melihat semua
infrastruktur dia bagus dan saya melihat kalau daerah kepulauan ini infrastrukturnya bagus
itu ya kita akan melahirkan Raja Ampat, Raja Ampat baru diberbagai kawasan. Itu saya kira
mungkin tambahan dari saya.
Jadi kami sangat mendukung karena konteksnya ini adalah keadilan sosial bagian
daripada sumpah jabatan kita yang harus kita segera realisasikan gitu. Terima kasih.
PIMPINAN RAPAT: BENNY RHAMDANI (WAKIL KETUA KOMITE I DPD RI)
Terima kasih Pak Pasek.
PEMBICARA: Letjen TNI (Marinir) Purn. Dr. NONO SAMPONO, M.Si (MALUKU)
Satu menit saja mungkin.
PIMPINAN RAPAT: BENNY RHAMDANI (WAKIL KETUA KOMITE I DPD RI)
Setelah itu Pak Mawardi ya. Silakan Pak Nono.
PEMBICARA: Letjen TNI (Marinir) Purn. Dr. NONO SAMPONO, M.Si (MALUKU)
Periode yang lalu DPD RI atas inisiatif DPD menghasilkan Undang-Undang
Kelautan. Artinya inisiatif DPD, artinya kalau ini juga, insya Allah kalau memang menjadi
bagian penting yang akan kita perjuangkan dan bisa berhasil, artinya tarikannya ada itu dari
situ. Undang-Undang Kelautan kemudian turunannya Provinsi Kelautan. Terima kasih.
RDP KOMITE I DPD RI DENGAN NARASUMBER MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 8
PEMBICARA: GEDE PASEK SUARDIKA, S.H., M.H. (BALI)
Izin, izin, sebelum ke sana. Pak Nono jangan itu dipakai alasan karena kemarin justru
gara-gara itu katanya diatur dalam PP. Kalau bisa normanya jangan ditarik sudah ada
Undang-Undang Kelautan, dia jangan jadi undang-undang makannya itu kita waktu itu
debatnya cukup di PP. Nah, kalau bisa isunya justru dibalik, dari Undang-Undang
Pemerintahan Daerah kita sampaikan, bahwa masih ada kekosongan norma disitu sehingga
harus dibuat. Terima kasih.
PEMBICARA: Ir. H. MUHAMMAD MAWARDI, M.M., M.Si. (KALTENG)
Ya, baik, terima kasih Pimpinan.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera bagi kita sekalian.
Shalom.
Om swastiastu.
Ya saya hanya nyambung saja, walaupun saya punya daerah bukan provinsi
kepulauan, tapi saya provinsi, benua, nggak karena ini tadi bicara kepulauan dan
kontinennya, jadi saya kalau di indonesia mengaku benua. Kebetulan memang gak punya
pulau juga ya, Kalimantan Tengah itu adalah suatu pulau yang berada di tengah-tengah
Kalimantan, tapi secara prinsip sebenarnya saya dapat, apa ya memahami bahwa memang
kalau membangun antarprovinsi, antara kepulauan dengan yang kontinental itu pastilah jauh
lebih berat. Karena saya juga pernah merasakan ketika di Kalsel, waktu SMA tinggal di Kota
Baru itu, luar biasa persoalan transportasi lautnya.
Nah sehingga ada beberapa yang mungkin, yang kita lebih elaborasi begitu. Jadi
terkait tadi misalnya saja saya menanyakan Pak Nono berapa pulau, 1.400, kemudian dari
pulau itu berapa persen sih yang didiami manusia? Ternyata katanya 80% gitu. Nah artinya
begini, saya sepakat bilang Pak GPS tadi itu bahwa memang ada Undang-Undang Pemda ya
kan tentang pemeritahan daerah, disini harus dibuat spesifik. Walaupun ada Undang-Undang
Desa, misalnya taruhlah satu desa itu minimal 300 KK, disini harus diubah karena ini
memang ingin membangun. Kalau artinya kita tidak lagi bicara, angka 300 KK tetapi
misalnya hanya 100, artinya 1 desa di pulau itu ada beberapa pulau yang bisa dijadikan
misalnya desa.
Kenapa saya bilang demikian? Ini juga menyiasati terkait dengan apa yang Bapak
katakan tentang anggaran ya kan. Kalau desa itu pasti akan mengucurlah anggaran, mau tidak
mau pemerintah pusat wajib, tetapi didalam pembentukan desa ini, menurut hemat saya,
didalam undang-undang ini harus ada pengecualian. Tidak boleh disamakan dengan daerah-
daerah kontinental tadi. Nah mungkin ini juga perlu kita eloborasi di dalam undang-undang
ini sehingga kalau banyak bentuk pemerintahan kepulauan ini, banyak dibentuk di tingkat
bawah maka juga biaya pembangunan dari pemerintah pusat pun juga harus ada perhatian
yang berbeda, itu yang pertama.
Yang kedua, saya sebenarnya ingin sekali Pak Janjte mungkin ada suatu formulasi.
Kalau Bapak tadi mengatakan memang bahwa kepulauan ini minimal 3 aspek yang harus
dibangun, berbeda dengan kontinental yaitu aspek perhubungan, ya kan, pelabuhan
kemudian, transportasi lautnya feri kah, apakah juga kapal-kapalnya, kan begitu ya sehingga
memerlukan biaya besar, begitu juga pendidikan. Pastilah nanti orang-orang yang ditugaskan
di daerah-daerah ke pulau ini juga mendapat insentif yang berbeda dengan daerah kontinental
yang Bapak katakan bisa berjalan tadi. Kemudian begitu juga petugas-petugas kekesehatan,
yang saya sering lihat ditelevisi, di daerah timur ini ada, kelompok-kelompok yang
memberikan puskesmas berlayar, gitu di kapal-kapal begitu. Nah, ini mungkin kita juga perlu
RDP KOMITE I DPD RI DENGAN NARASUMBER MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 9
mendapatkan suatu informasi kalau kita formulasikan anggaran kontinental dengan
kepulauan ini berapa perpersen sih sebenarnya? Baru bisa sama.
Taruhlah di kontinental itu 100, ternyata disini 300 kan begitu, minimal menurut
hemat saya, nanti di dalam undang-undang ini, seperti juga Undang-Undang Desa itu ada
suatu bunyi, anggaran yang diberikan khusus kepada pendidikan adalah sekian persen,
perhubungan adalah sekian persen, kemudian juga kesehatan sekian persen. Saya pikir baru
bisa dengan formulasi itulah kecepatan antara di, membangun di provinsi kepulauan dengan
kontinental itu bisa nantinya bisa bersama. Kalau tidak saya bilang, artinya kalau saya
membaca konsep disini, akan dibicarakan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
waduh, saya bilang kasihan. Posisi pemerintah daerah itu selalu dalam, apa ya dalam
melakukan dialog dengan pemerintah pusat pasti agak-agak sulit. Saya pikir mungkin begitu.
Jadi saya ingin sekali, Pak Janjte kira-kira ada gambaranlah ya kita sehingga nanti
ketika disini ada bab pembiayaan, ada sesuatu yang kita bunyikan itu yang minimal yang
harus diberikan kepada misalnya apakah itu DAU khusus kepulauan. Walaupun sebenarnya
di, didalam rumusan DAU yang ada, itu memang ada tambahan untuk kepulauan itu DAU-
nya ada tambahan, tetapi saya melihat dalam praktiknya itu hanya sekedar rumus tapi tidak
pernah kita tahu persis berapa sih, anda membedakan antara provinsi kontinental dengan
provinsi kepulauan.
Nah jadi itu, yang ketiga memang saya sepakat, tapi itu saya pikir nanti di Undang-
Undang Pajak Daerah dan Distribusi Pak, kalau kita mau mendapatkan PAD yang untuk
kepulauan itu diberikan ada item tambahan-tambahan didalam pengelolaan kelautan. Saya
pikir itu mungkin, yang bisa dilakukan nantinya setelah Undang-Undang Pemerintahan
Kepulauan, baru nanti masalah PAD-nya itu mungkin munculnya di Undang-Undang Pajak
Daerah dan Restribusi Daerah.
Mungkin itu dulu, saya ingin mendapatkan masukan-masukan ataupun pemikiran-
pemikiran dari Profesor Janjte mudah-mudahan melebih mengaya, mengelaborasi,
menambah perbaikan didalam RUU Provinsi Kepulauan ini.
Demikian, terima kasih.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
PIMPINAN RAPAT: BENNY RHAMDANI (WAKIL KETUA KOMITE I DPD RI)
Terima kasih Pak Mawardi.
Saya perkenalkan 2 anggota yang ikut juga baru berabung, anggota Komite I sebelah
kanan ada Pak Hendri Zainuddin, kemejanya salah nih Pak Hendri, dari Sumatera Selatan
kemudian pak Jacob Komigi dari Jawa Barat Pak, Jawa Barat Pak, Papua Barat ya. Kalau
nggak, Pak Fachrul Razi, silakan Pak Fachrul.
PEMBICARA: FACHRUL RAZI, M.IP (WAKIL KETUA KOMITE I DPD RI)
Terima kasih, nara sumber yang sudah bersedia hadir, jauh-jauh dari Universitas
Patimura. Kita berikan apresiasi yang sudah menyempatkan waktunya untuk bisa
memberikan masukan dan berbagai pemikiran bagi kita di Komite I.
Ada beberapa hal yang ingin kita sampaikan di dalam rapat RDPU kita sore ini. Yang
pertama berkaitan dengan pengalaman Komite I melakukan kunjungan kerja ketiga negara.
Salah satunya adalah ke Perancis Pak, pada saat itu kita yang pimpin. Menariknya Perancis
adalah dia memiliki provinsi-provinsi kepulauan yang berada di, Benua Amerika dan di Asia
Pasifik, kita duduk sama senator disana, dan bertemu dengan parlemen disana, mereka
berikan referendum 3 kali. Selama 3 kali itu tidak ada kepulauan yang memilih untuk
merdeka dari Prancis. Ini menarik. Berbeda dengan Indonesia, kalau kita lakukan referendum
RDP KOMITE I DPD RI DENGAN NARASUMBER MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 10
terhadap kepulauan-kepulauan yang ada di Indonesia, 99,9% akan meminta merdeka dari
Indonesia. Nah, ini lah yang harus kita pelajari, inilah yang harus kita ambil satu, sebuah
metodologi, dan juga pendekatan approach yang dilakukan oleh pemerintah pusat. Ini
menarik sebenarnya. Saya mewakili provinsi, kepulauan, Sumatera juga kepulauan
sebenarnya, Sabang.
Yang kedua, mari kita belajar dengan Taiwan, ini menarik Pak. Bagaimana China, dia
mengembangkan sebuah provinsi Taiwan yang hari ini merdeka tidak, tidak merdeka juga
tidak, ini menarik ini. Jadi Taiwan ini, jangan dilihat dalam persepektif Taiwan, kita akan
mengatakan pasti kita akan perlu Taiwan tapi coba melihat dalam perspektif pemerintahan
China. Bagaimana China melakukan berbagai upaya-upaya yang akhirnya hari ini Taiwan
menjadi sebuah provinsi yang juga secara tidak langsung sudah menjadi state negara, Pak.
Ini menarik karena apa China dengan Indonesia sama, kita negara kesatuan.
Berkaitan dengan pemaparan dari Pak Tjiptabudi tadi saya ada kritik besar sekali
terhadap salah satu aspek yang disebut dengan desentralisasi asimetris, Pak. Saya ingin
katakan bahwa, memang tidak dikenal, saya sepakat ya, tidak dikenal otonomi daerah itu
didalam konsep negara kesatuan sebenarnya, tapi dikenal dengan 2 sistem. Desentralisasi
asimetris atau asimetris desentralisasi atau simetris desentralisasi atau desentralisasi simetris.
Nah, Indonesia memiliki 4 provinsi yang menerapkan sistem desentralisasi asimetris
Aceh, Papua, Yogya dan DKI, tapi mohon maaf dalam praktiknya ya karena saya dari Aceh,
saya melihat ada shadow gitu loh Pak, bayangan. Jadi asimetris desentralisasi yang shadow
yang bayangan. Nah, penekanan saya berkaitan dengan pemerintah daerah kepulauan apakah
pemerintah pusat, pemerintah Indonesia ini serius tidak sih untuk menanggani berbagai
kepulauan, provinsi-provinsi yang hari ini berada didalam kepulauan?
Kalau tawarannya asimetris desentralisasi saya lihat itu tidak all out, Pak. Kecuali dia
berikan desentralisasi asimetris murni penuh gitu, itu harus dilakukan kalau tidak ya
setengah-setengah. Semi desentralisasi asimetris terjadi di Aceh, iya kan, terjadi di Papua
gitu. Nah ini yang, yang kita sayangkan. Jadi menurut saya bagaimana grade Aceh dan
Papua, hari ini mendapat desentralisasi karena perang. Sementara provinsi-provinsi
kepulauan lainnya tidak pernah mengalami perang, tapi jangan melihat dalam sektor dari sisi
historis itu, yang harus dilihat adalah bagaimana kita memikirkan pemerintah daerah
kepulauan memiliki kewenangan yang sebenarnya “melebihi” dari kewenangan yang dimiliki
oleh provinsi yang memiliki desentralisasi asimetris 4 tadi.
Jadi kalau kita ingin benar-benar memikirkan provinsi kepulauan, berikan
kewenangan yang sepenuh-penuhnya kepada, hari ini provinsi yang memiliki kepulauan
penuh gitu. Jadi jangan disamakan, kalau Aceh, Papua dan sebagainya itu hari ini memang
masih, satu sisi desentralisasi dan di sisi lain masih sentralisasi gitu tapi kepada kepulauan
menurut saya tidak ada tawaran Pak, harus memang diberikan penuh kepada kepulauan ini,
improvisasi maupun kreativitas daerah itu untuk membangun. Kalau enggak kita hanya
menjadikan pilot project saja selama ini, itu satu.
Kemudian yang kedua disisi lain, nah ini menarik berkaitan dengan penyelenggaraan
pemerintah daerah kepulauan, kita sepakat dalam nawacitanya Pak Jokowi membangun ya,
yang kedua itu, membangun Indonesia pinggiran dan daerah terluar. Yang hari realitas politik
yang terjadi adalah pulau-pulau dijual, ada 13 pulau yang sudah terjual ke asing, ditambah
dengan 3 pulau. Saya sebutkan, Pulau Galau Baru itu ada di Riau, Pulau Sembatik itu juga
sudah dijual, kemudian Pulau Tatawa NTT, Pulau Panjang NTB, Pulau Bawah Natuna,
kemudian di Jawa Tengah ada 7 pulau yang sudah di jual, ditambah dengan, apa namanya, di
Sumatera Barat ada Pulau Makaroni, Pulau Siloina dan Pulau Kandui itu sudah dijual. Jadi
inikan antitesis dari nawacita yang sudah dikampanyekan selama ini, begitu. Nah, ini yang
menurut saya sangat luar biasa sekali ketika negara tidak mampu begitu melindungi
RDP KOMITE I DPD RI DENGAN NARASUMBER MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 11
kepulauan-kepulauan yang semestinya harus diperbesar namun akhirnya menjadi tempat-
tempat yang seksi bagi asing dan sebagainya.
Kemudian yang menarik lagi ingin saya sebutkan berkaitan dengan transmigrasi, Pak.
Nah ini kebijakan transmigrasi ini penting. Transmigrasi hari ini banyak yang diambil dari
pulau-pulau miskin, dari daerah miskin yang notabennya adalah nelayan, itu dibawa ke
Sumatera menjadi pekebun. Jadi yang dulunya turun-temurun, puluhan tahun yang lalu
adalah mencari ikan, akhirnya harus menanam atau menjadi petani atau ngeres sawit.
Istilahnya jadi tidak nyambung, secara culture tidak nyambung, secara budaya tidak
nyambung dan sebagainya tapi yang saya pikirkan kenapa tidak mereka-mereka yang
memiliki populasi tinggi itu di transmigrasikan kepada pulau-pulau terluar dan dibentuk
menjadi satu kecamatan, begitu. Nah ini menarik, jadi pemerintah bisa mengintervensi dari
kebijakan-kebijakan ekonomi program dan sebagainya.
Kemudian yang terakhir yang perlu saya sampaikan juga, apa jaminan ketika
kepulauan, pemerintah daerah kepulauan itu bisa berkembang. Jawaban dari saya intinya
adalah budgeting, Pak. Kalau kita ingin membangun provinsi kepulauan tapi tidak diberikan
uang, sama saja melepaskan satu daerah tapi tidak memberikan satu modal, itu yang terjadi.
Jadi menurut saya harus ada afirmasi budgeting kepada provinsi kepulauan yang notabennya
adalah diatur oleh undang-undang dan itu di, itu kalau daerah otsus itu ada dana otsus
namanya gitu dan itu 20 tahun misalkan. Nah, untuk pemerintah kepulauan, daerah
kepulauan ini apa namanya? Apakah APBN kepulauan? Kita sepakati namanya begitu. Jadi
memang tidak bisa itu negara memberikan alokasi anggaran yang sebenarnya tidak cukup
sehingga apa yang kita harapkan kepulauan yang terbentuk juga akan, istilahnya itu terbang
tidak bisa, ke bawah juga tidak bisa, ke atas tidak bisa, ke bawah juga tidak bisa.
Jadi saya rasa itu saja sedikit sebagai ilustrasi dan isu-isu yang ada disaya. Terima
kasih.
PIMPINAN RAPAT: BENNY RHAMDANI (WAKIL KETUA KOMITE I DPD RI)
Terima kasih Pak Fachrul.
Untuk staf ahli tolong untuk pulau-pulau yang sebutkanlah Pak Fachrul tadi dicek ya
kemudian dikonfirmasi apa betul atau tidak ya. Kalau memang pulau-pulau itu sudah dijual
kita bisa keluarkan petisi atas nama DPD kan, untuk meminta pulau itu kita rebut kembali
begitu ya, kalau benar ya, itu perlu dikonformasi, tolong staf ahli ya.
Kalau tema ketidakadilan kawasan itukan akibatnya hanya masalah saya harus periksa
tensi darah tapi kalau Pak Fachrul sudah menyerang Jokowi, saya periksa jantung ini Pak
karena presiden ini yang saya dukung Pak kemarin gitu. Nah ada 4 kata berulang-ulang, Pak
Fachrul tadi menyebut penting ini ketika kebijakan politik dalam negeri, dalam hal
pemerintahan otonomi, itu membandingkan Indonesia dengan Perancis kemudian China. 4
kali disebut bahwa penting China, Perancis ya. Ini artinya sinyal sebetulnya sinyal, ya Pak
Hendra bahwa begara ini memang penting untuk dikunjungi ya, dikunjungi lagi karena
penting itu tadi. Pak Cholid silakan.
PEMBICARA: Ir. H. CHOLID MAHMUD, MT (D.I. YOGYAKARTA)
Baik, terima kasih Pak Benny.
Bapak-ibu yang saya hormati, saya mohon maaf terlambat tapi ada satu pertama
pertanyaan ya, ini status dari draft RUU yang 2012 ini, bagi timja, ini apa, apakah ini
rujukan, ataukah ini akan di dilanjut sebagai bahan yang sudah jadi untuk diperjuangkan
kembali gitu. Nah entah itu rujukan, entah itu akan dilanjut, saya belum melihat di dalam
draft ini misalnya ketegasan tentang BAB budgeting dari pemerintah pusat. Jadi sama sekali
RDP KOMITE I DPD RI DENGAN NARASUMBER MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 12
belum di ditegaskan model budgeting yang diusulkan didalam undang-undang ini. Menurut
saya salah satu yang penting di dalam di dalam Undang-undang Kepulauan ini sama dengan
Undang-undang Otonomi Khusus, Undang-undang Keistimewaan itu adalah BAB bagaimana
mengatur keuangan yang bersifat spesifik begitu. Untuk keperluan kita mencapai, tujuan dari
dibentuknya Undang-undang Kepulauan ini. Nah saya mengusulkan, modelnya semacam
DAK khusus, ya DAK Kepulauan. Apalah namanya tetapi memang memang ada anggaran
yang spesifik terkait dengan kebutuhan-kebutuhan di kepulauan itu.
Nah yang kebutuhannya itu bisa meliputi pertama, model pemerintahan yang spesifik.
Misalnya di dalam draft ini sudah dituliskan pemerintah provinsi atau kabupaten berhak
membentuk unit-unit pemerintahan yang berbeda dari aturan di pemerintahan daerah karena
faktor kebutuhan. Jadi misalnya di satu pulau tertentu dibentuk unit pemerintahan level apa
begitu, yang itu tidak harus sama dengan yang diatur oleh, oleh undang-undang pemerintahan
daerah. Kemudian yang ke dua juga di sini misalnya kebutuhan perhubungan ya. Nah kita
mendengan bahwa salah satu problem besar di teman-teman di kepulauan itukan memang
biaya yang tinggi untuk transportasi gitu ya. Nah kalau itu dibebankan kepada masyarakat
setempat, untuk mengatasi problem itu, maka ini pasti akan menjadi beban yang yang sangat
berat. Nah karena kebutuhan transportasi ini bisa jadi infrastruktur pelabuhan lautnya, juga
kapal-kapalnya, dan sebagainya kalaulah itu dibebankan kepada pemerintah daerah pun, pasti
pemerintah daerah akan keberatan. Nah, saya maksudkan DAK khusus itu, termasuk di
dalamnya misalnya penyediaan sarana-sarana transportasi publik itu. Itu menjadi kewajiban
bagi pemerintah pusat, dalam kontek menjaga keutuhan NKRI, mencerdas, mensejahterakan
masyarakat dan sebagainya. Itu menjadi bagian yang yang dikhususkan. Nah yang di di
provinsi-provinsi nonkepulauan mungkin itu tidak, tidak menjadi sesuatu yang yang penting.
Kalau di daerah daratan ya kan, kita punya jalan, ada jalan kabupaten, jalan provinsi,
jalan negara gitu ya. Nah ini mirip dengan itu, tetapi ini urusannya adalah laut dan udara gitu.
Nah sehingga hubungan antara pulau ini, bisa jadi dibebankan kepada anggaran khusus,
anggaran khusus yang memang diwajibkan kepada APBN untuk untuk mengalokasikan gitu.
Nah sehingga saya berharap bahwa Undang-undang Kepulauan ini betul-betul menyelesaikan
problem real di masyarakat kepulauan kita. Nah sehingga saya sering mengatakan, saya ingin
hidup di jakarta ini sama rasanya dengan hidup dengan di Morotai, sama rasanya dengan
hidup di di Maluku yang paling selatan itu, di mana pak Nono yang Pak Nono sudah kesana
itu ya. Kemudahan orang sebagai warga negara itu dirasakan sama. Jadi beban ekonominya
karena beban lebih dari masyarakat setempat, karena faktor-faktor lingkungan itu ditanggung
oleh negara gitu. Nah ini melalui melalui anggaran-anggaran khusus yang saya usulkan
misalnya, bentuknya adalah DAK ya, DAK untuk kelautan. Terima kasih Pak Benny.
PIMPINAN RAPAT: BENNY RHAMDANI (WAKIL KETUA KOMITE I DPD RI)
Terima kasih Pak Khalid, ada yang ingin menambahkan anggota, sebelah kiri sebelah
kiri, Pak Yusran silakan Pak Yusran.
PEMBICARA:Drs. H. YUSRAN A. SILONDAE, M.Si (SULTRA)
Terima kasih.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bapak Pimpinan yang sama kami hormati, Bapak Profesor Tjantje, rekan-rekan
senator, hadirin sekalian yang berbahagia. Tadi kami telah mendengarkan pemaparan yang
disampaikan oleh Bapak Profesor Tjantje dan ini menarik perhatian kami khususnya, pada
kesempatan ini kami membicarakan masalah rancangan undang-undang tentang
penyelenggaraan pemerintah di daerah kepulauan. Saya pikir ini barangkali salah satu upaya
RDP KOMITE I DPD RI DENGAN NARASUMBER MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 13
yang maksimal yang bisa kita lakukan dalam rangka mengatasi kesenjangan disparitas,
kesenjangan sosial terutama bagi daerah-daerah yang sudah maju daerah-daerah
terkebelakang, termasuk juga daerah-daerah kawasan kontinental, daerah daratan dan daerah
kepulauan.
Sebab seperti tadi sudah banyak disampaikan pada umumnya daerah-daerah
kepulauan itu banyak permasalahan-permasalahan yang dihadapi, sehingga merupakan
bagian dari daerah-daerah tertinggal. Antara lain masalah-masalah infrastruktur, kemiskinan,
keterbelakangan, kebodohan, masalah transportasi, dan sebagainya. Mudah-mudahan dengan
undang-undang yang akan dikeluarkan ini nanti merupakan lex specialis ya terhadap
perencanaan rancangan penyelenggaraan pemerintahan daerah, yang bisa mengatasi
kekosongan-kekosongan terhadap undang-undang pemerintahan daerah yang ada. Jadi
memang perlu ada perlakuan-perlakuan khusus yang diberikan melalui kewenangan-
kewenangan melalui undang-undang ini. Nah oleh karena itu barangkali salah satu yang
cukup penting yang perlu diperhatikan, kalau kita mengacu kepada kriteria saja, bahwa
daerah-daerah kepulauan atau provinsi kepulauan itu mengacu kepada letak strategisnya,
yang berbatasan dengan dari negara-negara luar, kemudian masalah-masalah yang berkaitan
dengan faktor keamanan dan sebagainya, itu barangkali kurang tepat.
Jadi pertama dulu sebelum kita lebih jauh ya dengan tujuan untuk mengatasi
kesenjangan, mengatasi kemiskinan, keterbelakangan, masalah transportasi, kriteria dulu
barangkali. Nah kriteria kita jangan terikat sama kriterianya dimaksud daerah atau provinsi
daerah kepulauan. Seperti sekarang ini yang ditetapkan sebagai provinsi kepulauan itukan
hanya tujuh. Nah kalau kita lihat secara geografis sebenarnya lebih daripada tujuh, sebagai
contoh misalnya Sulawesi Tenggara Pak. Sulawesi Tenggara itu kalau kita lihat ya secara
geografis luas wilayahnya jauh lebih luas wilayah lautnya, daripada wilayah daratanya.
Lautannya saja kurang lebih 140.000 km² sedangkan daratannya itu hanya 35.000 km ². Nah
kalau di lihat dari di pulau-pulau yang ada itu pulau-pulauanya saja, itu ada ada pulau yang
besar Pulau Buton, Pulau Muna, Pulau Wajik, Kaledupa, Tomia, Binongko belum pulau ini
Pulau Bakaena. Bahkan pulau-pulau ini sudah menjadi kabupaten juga tetap kondisikan
keadaanya sampai sekarang kalau Bapak lihat itu masih terbelakang. Padahal potensi yang
bsia dikembangkan sangat besar apakah itu potensi baharinya, potensinya kelautannya, atau
potensi parawisatanya tetapi kalau permasalahanya masalahnya ini ternyata tidak bisa kita
atasi. Nah mudah-mudahan ya dengan adanya undang-undang ini nanti, dengan perlakuan-
perlakuan khusus kemudian dukungan-dukungan dana yang cukup ini bisa kita lakukan.
Jadi khusus untuk kriteria ini mudah-mudahan nanti ya bisa diperjelas agar supaya
ada peluang kemungkinan selain dari tujuh provinsi yang sudah ditetapkan ini kemungkinan
juga bisa diperluas dengan provinsi-provinsi lain, seperti misalnya Sulawesi Tengah,
Sulawesi Tengah itu sebenarnya kalau kita lihat dari luas wilayah kepulauannya juga cukup
luas. Kemudian pulau-pulaunya juga banyak Pulau Bangkai, Pulau Lu dan seterusnya, itu
karena ada di wilayah itu. Nah mudah-mudahan dengan begitu nanti antara wilayah
kontinental kelihatannya sudah dengan segala macam fasilitas yang ada, ditambah juga
dengan daerah-daerah kepulauan, termaksud provinsi kepulauan dengan infrastruktur yang
dibangun melalui undang-undang yang akan diperlakukan ini nanti, yah bisa sejajar dengan
sama-sama untuk kita mengangkat agar supaya kesenjangan itu barangkali makin lama bisa
kita perkecil. Nah ini untuk kepentingan kita bersama sebagai satu negara kesatuan Republik
Indonesia. Saya kira ini sebagai masukan untuk Bapak profesor Tjantje. Terima kasih.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
RDP KOMITE I DPD RI DENGAN NARASUMBER MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 14
PIMPINAN RAPAT: BENNY RHAMDANI (WAKIL KETUA KOMITE I DPD RI)
Makasih Pak Yusran untuk Pak Cholid tadi ada pertanyaan Pak Cholid agenda politik
kita ini sifatnya review terhadap RUU yang diinisiasi pada tahun 2013 yang dokumennya di
tangan kita. Bedanya kan dulu payung rujukannya undang-undang 32 2004 tentang Pemda,
dan sekarang undang-undang Pemda telah mengalami perubahan yaitu 23 tahun 2014 ya.
Nah kalua pun dalam proses perkembangan pembahasan, dinamika yang berkembang baik
melalui RDPU, RDP kemudian raker, kunker ya perubahan-perubahan secara subtantif,
konten dari RUU ini ya, hampir keseluruhannya mengalami perubahan mungkin nanti
arahnya kepada perubahan ya, perubahan. Nanti judulnya juga mungkin bisa beda, atau
menggunakan judul yang sama tapi isi dari alur yang berbeda secara totalitaslah. Nah nanti
mekanisme dan technically secara kelembagaan bagaimana yang terjadi di DPR nanti Pak
Pasek bisa memberikan masukanlah antara review dan perubahan secara keseluruhan dari
undang-undang ini. Bisa Pak Pasek.
PEMBICARA: GEDE PASEK SUARDIKA, SH., MH (BALI)
Baik, kalau nggak salah ada beberapa RUU yang seperti ini, karena produk DPD
sudah berapa periode kemudian belum bisa masuk dalam Prolegnas ataupun tidak menjadi
undang-undang. Lalu kita mencoba membuat mekanisme yaitu, melakukan perubahan.
Hanya memang waktu itu, dari aspek anggaran yang kesulitan. Kalau di diperlakukan seperti
undang-undang yang baru, sehingga sifatnya hanya bisa sedikit sekali kegiatan yang
dibolehkan. Padahal kalau kita lihat inikan konteksnya dasar hukumnya sudah berubah dia,
hanya acuannya undang-undang Pemdanya pun sudah berubah lagi. Tapi itulah aturan di ini,
apa, di ini, kecuali memang melakukan penggantian kalau didalam undang-undang 12 tahun
2011 kan ada 2, perubahan dan penggantian. Syaratnya penggantian adalah memang lebih
50% konten itu berganti, itu kalau menurut Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011. Hanya
tentang data kalau keuangan yang saya kira agak kesulitan, tapi kalau dilihat dari problem
yang ada bisa saja kita ubah undang-undang tentang tata kelola wilayah kepulauan gitu
misalnya kan jadi lebih mengkhusus dia, tidak hanya ngomong pemerintahan daerah saja,
tapi dia juga akan mengikat seperti halnya beberapa undang-undang yang bisa banyak
stakeholder terikat dia di dalamnya. Baik menteri PU apa, dia terikat oleh undang-undang ini
jadi tata kelola kepulauan, misalnya gitu mungkin dia menjadi undang-undang baru dia, tapi
kontennya harus masuk yang tadi, tapi kalau untuk merubah ini sedikit itu memang kalau
ngga salah hanya expert meeting saja diakui yang lain nggak diakui itu, karena sudah di coba
dulu waktu di PPUU begitu.
PIMPINAN RAPAT: BENNY RHAMDANI (WAKIL KETUA KOMITE I DPD RI)
Makasih Pak Pasek, Pak Cholid silakan.
PEMBICARA: Ir. H. CHOLID MAHMUD, MT (D.I. YOGYAKARTA)
Jadi kalau di parlemen ini kan tidak ada prinsip carry offer ya. Nah artinya
sebenarnya, ketika satu rancangan undang-undang ini sudah tidak tidak masuk pada periode
yang lalu, apalagi anggota DPD-nya sudah ganti lagi gitu. Nah mestinya ini harus
diperjuangkan untuk diberlakukan sebagai sesuatu yang baru, karena bisa jadi bahwa konten
apapun yang nanti akan di bahas itu mungkin saja bisa berubah dari ini, tetapi prinsipnya
adalah prinsip ini tidak ada carry offer itu. Nah sehingga walaupun DPD mungkin pernah
RDP KOMITE I DPD RI DENGAN NARASUMBER MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 15
mengusulkan tahun 2010, 2008 nah mestinya kita sekarang mengusulkan baru begitu.
Makasih.
PIMPINAN RAPAT: BENNY RHAMDANI (WAKIL KETUA KOMITE I DPD RI)
Makasih Pak Pasek, Pak Cholid, ini informasi penting. Pak Indra tolong dicatat apa
yang disampaikan oleh Pak Waka tadi, Pak Fahrul ya ini yang ngomong Pak Fahrul, Wakil
Ketua dari Aceh. Kalau Aceh sudah berkoalisi sama kepulauan, ini lebih bahaya kan gitu.
Jadi 4 kali kata penting tadi, Perancis, Cina tinggal satu lagilah nanti terserah Pak Yacob
memilih mana. Pak Tjantje silahkan kita beri kesempatan untuk yang kedua kali, iya
menanggapi tentu pandangan-pandangan pemikiran dari beberapa anggota komite.
PEMBICARA: TJANTJE CIPTA BUDI (NARASUMBER)
Terima kasih Pak Ketua, Bapak-ibu Wakil Ketua dan Anggota DPD yang saya
hormati. Ada beberapa hal yang mungkin saya menanggapi. Yang pertama tadi yang pada
awal sudah saya katakan bahwa kalau kita mempelajari di Perancis dan di Cina, mereka juga
bentuk negara kesatuan republik sama dengan Indonesia mereka bisa berjalan dengan baik
karena bahasanan desesntralisasinya asimetrik dilaksanakan dengan baik. Nah berbeda
dengan Indonesia, ada satu komentar tadi yang Pak Pasek katakan bahwa di wilayah
perbatasan betul yang di, saya mengikuti juga di berbagai media tentang pembangunan di
wilayah perbatasan. Aaya jadi bingung Maluku kan berbatasan dengan Australia berbatasan
dengan Timor Timor, nggak diapa-apakan, masih hidup dalam kegelapan. Yang di TV
tampaknya aja saya katakan tadi, pola pembangunan di Indonesia memang sudah tertanam di
otak kita sifatnya kontinental. Jadi kalau perbatasan laut dengan Australia itu laut. Jadi tidak
perlu dibangun ya kan, kalau yang bisa di perbatasan darat itu yang dibangun, jadi
Kalimantan Utara saya sudah kesana, wah bagus sekali saya juga terkaget-kaget begitu. Di
timur, yang perbatasan dengan Timor Timur juga bagus sekali tapi di wilayah provinsi yang
perbatasan laut dengan Timor Timur tidak diperhatikan. Maluku di desa barat daya
berbatasan langsung dengan Australia tidak juga diperhatikan. Ke sana masih menderitanya
minta ampun ya Pak Nono menderitanya minta ampun, karena perlu saya sampaikan tempat
ini diwajibkan, karena ini katanya wilayah perbatasan untuk membuat namanya program
PDD, bukan Pendidikan Daerah Domisili, jadi bupati wajib menempatkan semacam
semacam cabang, bupati di wilayan NTB sana. Nah itu penderitaannya minta ampun
bagaimana kita pergi ke tempat yang kita harus kasih kuliah di situ, transportasinya satu
minggu kalau naik kapal cepat sampai tunggu satu minggu lagi baru bisa balik, itu pun kalau
tidak ada ombak, kalau musim ombak silakan siap-siap jadi pahlawan seperti dokter yang
mati di ibukota kabupaten itu yang sangat di apa, di Jakarta heboh, mati di pedalaman, tidak
mati di ibukota kabupaten. Pak Pasek bayangkan ibukota kabupaten transportasinya sulit
sekali, kapal perintis itu ngomong di atas kertas bahwa ada kapal perintis sebulan baru
sampai ketempat yang dituju karena 1.400 pulau jadi putarnya kapan kembali ke tempat
semula. Bahwa kapal perintis misalnya merekrut cuma ada 7 bisa membayangkan melayani
1.400 pulau dengan 7 kapal, kapan sampai ke tempat yang di semula itu, yang tadi jadi kita
diantar, nanti tunggu minggu depan kalau dia datang jemput lagi, itu yang persoalan.
Jadi yang saya katakan tadi saya sependapat mungkin dengan pak wakil ketua komite
I ini maksud saya ini, batas kesabaran kalau dikatakan orang Maluku itu setia kepada NKRI
ya setia, tapi satu waktu kalau dia datang ke jakarta, lho kok kita di kampung saya lampu aja
tidak ada, listrik masih, listrik saja tidak punya di kampung saya, saya mau, mau ke ibukota
kabupaten saya mesti tunggu berminggu-minggu, kalau di pulau jawa kok enak sekali. Satu
waktu akan meledak, itu yang saya katakan, suatu waktu, kapan pun kita akan tidak
RDP KOMITE I DPD RI DENGAN NARASUMBER MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 16
sebenarnya sekarang dalam pemindahan di Indonesia kita mempersiapkan bom waktu, bom
waktu untuk kapan kita melepaskan diri dari NKRI. Saya, saya sependapat kalau hari ini
dibuat referendum di Maluku mungkin bukan 99%, 100% dan lebih baik kita pisah dari
republik ini. Kalau diberi kesempatan, artinya penderitaan rakyat Maluku itu betul-betul
menderita. Saya katakan tadi untuk buka PDD saja saya menderita banget. Saya di bilang
Pak kesana untuk kasih kuliah saya bilang ngapain saya kesana, saya belum siap jadi
pahlawan untuk republik ini saya enggak siap nanti dia pahlawan, ngapain saya siap jadi
pahlawan tidak, menceritakan harus menjadi pahlawan.
Nah itu yang, yang saya bilang ombak ke, mungkin Pak Nono tahu, ombaknya itu
kalau di bagian selatan itu tingginya bisa 10 meter dan ombaknya tinggi sekali, siapa yang
mau menjadi pahlawan, tanpa biaya yang tidak jelas, tanpa pengakuan yang lebih adil,
artinya kalau kita di perlakukan secara adil oke saya masuk dari aspek keadilan dan
rancangan Undang-undang ini dulu kita buat bersama-sama, memang kita aspek yang paling
utama harus masuk, itu pembiayaan pemerintah pusat sesuai dengan kondisi wilayah.
Misalnya perhubungan yang kita minta tidak perlu jalan di bagus untuk gubernur lewat jalan
darat, enak-enak senang seklai dia. Padahal rakyatnya di pedalaman di pulau-pulau lain tidak
ada hubungan perhubungan tidak. Nah yang diutamakan itu yang di sini berarti ada perlu kita
perlu dermaga, kita perlu kapal, itu yang dibayar pemerintah pusat kita tidak perlu tetapkan,
berapa sih berapa persen tidak perlu. Arahnya jangan sifatnya kontinental, karena itu yang
kita arahnya sesuai konsep dan ciri wilayah kepulauan kalau ciri wilayah kepulauan maka
untuk perhubungan yang di bagun itu perhubungan laut, dermaganya diperbanyak, kapalnya
yang memadai. Kalau orang yang sudah pernah sampai ke Maluku bagian selatan itu tahu
Persis bahwa kapal perintis itu manusia naik bersama hewan. Begitukan Pak Nono? Manusia
naik bersama hewan, kapal perintis. Saya pernah naik itu, naik bersama hewan.
Nah itu yang saya katakan tadi, perlakukanya sama sekali tidak adil, apakah kita di
wilayah kepulauan ini merupakan anak tiri di republik ini. Kalau bukan arti mungkin ada
haram dan tidak, diharapkan bergabung di NKRI-nya di perlakukannya agak berbeda nah
undang-undang tujuannya itu. Data kalau kita mengambil data di Bappenas, yang saya
katakan tadi Maluku dan Papua itu tertinggal 50 tahun dari wilayah barat. Bayangkan 50
tahun kenapa tertinggal 50 tahun, nah karena pembiayaanya sama. Untuk perhubungan ya
misalnya tahu jumlah sekian ya jadi cukup dikasih untuk kebutuhan sekian tahun sekian
orang itu tinggal di 1400 per ini bagaimana mau membiayai perhubungannya. Nah ini
persoalan di Maluku ini, nah apakah pemerintah sekarang yang tadi nawacita ini saya juga
meragukan konsep sebab konsep poros maritim ini juga melewati Maluku, Maluku
terlewatkan. Maluku tidak masuk dalam wilayah poros maritime, terlewatkan saya juga ragu-
ragu, apa memang mendukung sih kita mendukung, demi untuk kepentingan bangsa dan
negara ini. Tapi jangan sampai ada wilayah-wilayah yang kalau kita menghitung dari 10
provinsi termiskin di Indonesia 7 provinsi kepulauan semua masuk di 10 itu jadi mau
dikatakan apa, kenapa miskin ya itu tadi, akses pendidikan tidak bisa, aksesnya jalan tidak
bisa, akses segala macam tidak bisa. Oleh karena itu saya juga mungkin untuk bisa mungkin
pada saat kunjungan ke Ambon Pak Nono bisa dibawa ke ibukota kabupaten paling selatan,
kita ke ibukota kabupaten Pak bukan kita ke kacamatan siapa berani kita naik kapal cepat.
Nah kalau sampai di Maluku Tenggara itu belum apa-apa, belum harusnya mesti sampai ke
Pulau Aruatau lebih ke selatan lagi yang namanya kabupaten Maluku Barat Daya. MBD nah
itu kalau memang mau melihat kondisi real sebenarnya di Provinsi Maluku di situ. Nah,
saya pernah berdebat dengan pada saat kunjungan, berkaitan dengan energi mengatakan
bahwa Maluku ini sejak alokasi listrik mau 65% memang kalau hitung jumlah yang banyak
pasang listrik kan, kan semua bertumpuk di kota Ambon saja, kota Ambon saja, sudah sudah
1/4 dari penduduk provinsi Maluku. yang mendiami sudah 1/4. Kalau tampak yang
kabupaten yang dekat-dekat seperti Masohi, Pulau Siram, SBB itu sudah dekat-dekat itu
RDP KOMITE I DPD RI DENGAN NARASUMBER MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 17
sudah 2/3 total tambah dengan kabupaten Maluku Tenggara itu sudah lebih dari 2/3. Nah sisa
kabupaten lain, itu tidak terlayani listrik dengan baik. Kalau di MBD itu, listriknya nyalanya
jam 6 sore dan padamnya jam 6 pagi. Mau apakan mau kerja apa dengan siang hari. Nah ini
yang banyak hal yang yang dikatakan tertinggal 50 tahun menurut saya bukan 50 tahun,
mungkin satu abad begitu. Bukan, karena persoalan itu listriknya saja listrik ini di
kabupaten itu nyalanya jam 6 sore padamnya jam 6 pagi padahal kalau dari jam 6 pagi
sampai 6 sore ya mengandalkan sinar matahari, ya mengandalkan cahaya sinar mentari buka
energi matahari, ada cahaya matahari ya bisa-bisa jalan. Nah iya kalau mau bikin tenaga
surya ya tidak pernah dipikirkan oleh negara ini.
Nah ini yang sangat prihatin sekali kalau saya juga pernah berdebat dengan dengan
Telkomsel, sebab pernah saya melihat di iklan Telkomsel 2 tahun lalu dia mengatakan bahwa
Telkomsel sampai ke ibukota kecamatan, saya tanya sama devisi Maluku itu, Maluku, Papua.
Bapak tunjuk di Maluku kecamatannya sudah terpenuhi di Maluku ada sekian 90 kecamatan
lebih dia hanya bisa menunjuk tidak lebih 15 kecamatan. Nah, kalau sisa kecamatan yang
Bapak ngomong di televisi itu bohong, saya bisa gugat Bapak di, Bapak menipu rakyat
Indonesia. itu yang saya katakan di ibukota kabupaten seperti yang apa tadi di Tiako
ibukota kabupatennya Tiako itu, itu mau telepon itu, cuma ada satu antena yang mungkin
bisa diakses,tidak lebih dari 100 orang, kita harus dekat-dekat dengan kantor bupatinya baru
bias, lewat dari situ sudah tidak ada lagi akses. Iya itu masalahnya, nah ini yang kendala-
kendala di kita. Nah ini yang tadi masukan-masukannya, saya ada usul ke Pak Ketua dan
Bapak Anggota Dewan yang saya hormati. Kalau kita mengusulkan satu Rancangan
Undang-undang baru atau kita merubah revisi yang total, mohon diperhatikan dengan baik
dari setuju di dalam Undang-ndang yang pernah di usulkan ini berpikir jelas budgetingnya
tidak jelas. Budgetingnya yang mesti dipertegaskan bahwa Pemerintah Pusat wajib
membiayai, Cuma persoalannya ujung-ujungnya juga Pemerintah Pusat mengatakan bahwa
terbatas anggaran ini juga masalah yang dari waktu ke waktu sama. Waktu ke waktu sama
dan menyebabkan kita di wilayah timur ini, perlu saya sampaikan bahwa saya bukan orang
asli Ambon saya bukan orang asli Ambon, istri saya dari Jogja dari Jogja tapi sapi saya
dilahirkan di ambon saya sangat prihatin, saya melihat bahwa ini betul-betul perlakuan yang
sangat tidak adil didalam republik ini, sangat-sangat tidak adil. Ada desa yang, kalau yang di
sebut di maluku itu daerah RMS Desa Aboru, itu sangat-sangat terisolasi dan saya
mengatakan bahwa akan lahir Aboru Aboru baru di tiap-tiap desa, karena begitu terisolasi
untuk jaraknya kalau dihitung kilometer mungkin dari kota Ambon sekitar 100 kilometer
sekitarnya Pak Nono, sekitar 100 kilometer, tapi tentunya sampai ke Pulau Ambon mungkin
dia butuh 2 hari. Nah itu isolasi, tanpa penerangan listrik yang ada perhubungan tidak ada,
semua tidak ada menyebabkan mereka itu identik dengan gerakan RMS dan gerakan MMM.
Memang semua di situ, karena begitu terisolasi dan itu yang saya katakan tadi, kalau semakin
orang pada puncak tertentu dia akan merasa, ngapain kita berada di dalam NKRI kalau hanya
untuk mendapat kemiskinan, kemiskinan diperoleh. Artinya setiap bergabung dengan
republik Indonesia Provinsi Maluku itu, menjadi termiskin ke-4 di Indonesia. Berbeda
sebelum Indonesia merdeka sebelum indonesia merdeka itu, Provinsi Maluku, wilayah
Maluku, waktu itu kan belum ada provinsi, wilayah Maluku adalah wilayah yang kaya
sumber daya manusianya bagus-bagus, sumber daya manusia terutama dalam bidang
kesehatan, hebat-hebat dalam bidang apa kesejahteraan sangat memadai, karena pada saat itu
menguasai rempah-rempah di timur, karena menguasai rempah-rempah di timur, kita punya
sumber daya manusia saat itu, sangat baik. Kita punya dokter-dokter jaman sebelum merdeka
itu betul-betul hebat ada, saya perlu ingatkan bahwa ada 3 rumah sakit di pulau jawa yang
menggunakan nama orang Maluku, rumah satu-satunya rumah sakit kusta di indonesia itu
namanya dokter rumah sakit Dokter Sitanara.
RDP KOMITE I DPD RI DENGAN NARASUMBER MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 18
PIMPINAN RAPAT: BENNY RHAMDANI (WAKIL KETUA KOMITE I DPD RI)
Bahwa kita butuh regulasi yang bersifat khusus, itu pasti. Kemudian tentu omong
kosong regulasi yang bersifat khusus ini jika tidak juga kita mendorong ada anggaran yang
bersifat khusus. Pada pandangan Pak Tjantje simulasi anggaran negara seperti apa, untuk
memenuhi kebutuhan daerah dari kepulauan ini, provinsi kepulauan ini, kalau tadi Pak
Cholid menawarkan formulasi DAK, kemudian beberapa pakar di RUU yang juga diinisiasi
oleh Komite I pengelolaan kawasan perbatasan itu formulasinya menawarkan 5% dari DAU,
itu dialokasikan untuk daerah perbatasan, dalam pandangan Pak Tjantje bagaimana ini untuk
anggaran
PEMBICARA: TJANTJE CIPTA BUDI (NARASUMBER)
Nah dalam segi anggaran jajaran ada target tertentu, ada target tertentu untuk
mewujudkan keseimbangan yang lebih baik jadi kalau kita tertinggal wilayah timur,
tertinggal 50 tahun, jangan kemudian setelah 10 tahun kemudian bukan 50 tahun lagi
tertinggalnya menjadi 100 tahun tertinggalnya. Nah untuk mewujudkan ini seharusnya di
dalam undang-undang itu di sebut berapa tahun dan berapa persen harusnya bukan dari DAU
kalau saya sependapat dari beberapa persen dari APBN yang dialokasikan untuk
kepentingan pembangunan di wilayah timur, sehingga kepulauan ini sehingga keseimbangan
itu bisa dikurangi, ketimpangan itu berkurang dan targetnya kalau bisa ya sekitar 15 - 20
tahun, dan dalam setiap tahun teralokasikan berapa persen, bisa 1%, 2 % kalau 1% dari 2000
triliun kan 20 triliun, ya dari 1% dari 2000 triliun kan 20 triliun, 20 triliun di bagi untuk
sekian kabupaten sekian provinsi kepulauan. Nah pesertanya disebut, pesertanya disebut
jangan disebut besarannya, kalau menyebut besarannya bisa-bisa APBN 4 triliun besarnya
dari awal cuma disebut 1 triliun setiap tahun terima itu.
Nah presentasinya presentasi dari APBN, makanya itu saya ada usulkan Komite I
perlu membentuk apa semacam tim apakah untuk melakukan revisi terhadap RUU ini, saya
punya saran jangan mengambil pangkat dari Indonesia barat karena kabupaten yang
Indonesia Barat pada prinsipnya mereka menolak ini, karena tidak berpihak, kan tidak
mungkin dia mau melepaskan, apa melepaskan maka mereka nikmati itu, karena
pengalaman kami khusus tentang beberapa pertemuan beberapa tahun lalu tentang aklimasi
mahasiswa Papua itu, itukan keluhannya bukan dari Universitas di timur, tapi kurangnya
universitas barat. Nah itu yang menyebabkan rektor universitas Papua marah besar, hanya
untuk mendidik saudara-saudara kalian saja komennya panjang. Nah itu saya usulkan jangan
mengambil pakar dari bagian barat karena mereka tidak berpihak ke kita di timur. Mereka
pasti lebih senang dibiarkan saja. Nah kalau ini cuma kalau perjuangannya, saya minta juga
Anggota DPD dari bagian barat itu mendukung, kalau tidak, satu waktu Indonesia mungkin
mineus wilayah kepulauan, provinsi-provinsi kepulauan suatu waktu akan meminta melepas,
dan ada rancangan pertemuan gubernur-gubernur wilayah kepulauan di Maluku, di Ambon
tanggal 9 itu agak ada deferasi
PEMBICARA: FACHRUL RAZI, M.IP (ACEH)
Khusus sedikit Pak,kalau ada pakar dari barat yang tidak setuju untuk wilayah
timur, saya pikir dia belum memenuhi syarat sebagai pakar itu. Iya. Jadi tidak usah kita
undang, silahkan pak.
RDP KOMITE I DPD RI DENGAN NARASUMBER MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 19
PEMBICARA: Letjen TNI (Marinir) Purn. Dr. NONO SAMPONO, M.Si (WAKIL
KETUA DPD RI)
Iya pimpinan. Silakan. Sedikit saja.
PIMPINAN RAPAT: BENNY RHAMDANI (WAKIL KETUA KOMITE I DPD RI)
Rekan-rekan ada yang menambahkan mungkin. Pak Nono silakan pak Nono.
PEMBICARA: Letjen TNI (Marinir) Purn. Dr. NONO SAMPONO, M.Si (WAKIL
KETUA DPD RI)
Iya begini saya terima kasih pak Cholid, Pak GPS membantu kita untuk
mempertegas apa bedanya usulan kita, perbaikan, dan kemudian baru dan lain sebagainya.
Makasih ini wawasan tersendiri untuk kita karena itu jugakan nanti kontennya menyangkut
isinya juga nanti, seperti apa nanti, itu yang pertama. Yang kedua teman-teman sekalian
khususnya mungkin yang beberapa pada wilayah di luar kepulauan, jadi kenapa diperlukan
undang-undang inikan, pembangunan kita kan menganut membagi-bagi sektor di dalam
pembangunan. Nah turun ke bawah contoh misalnya infrastruktur ya akan sulit kalau tidak
diatur dengan undang-undang yang membagi sektor itu. Saya ambil contoh misalnya power
plan, PLN PLN yang dibangun di kota bogor atau di kabupaten Bogor sangat berbeda dengan
PLN yang dibangun di provinsi kepulauan di sini cukup satu power-nya gede, tapi di sana
banyak tapi kecil, kan itu misalnya ya, ini contoh saja. Tentu anggarannya berbeda, ada yang
menggunakan dan lain sebagainya, ini bicara PLN bicara puskesmas sama juga. Nah karena
hitungan jumlah itu maka tentu prioritas, misalnya rumah sakit hari ini kalau rumah sakit di
MBD ada masalah, rujukannya ke Dili, negara orang lain, kalau dulu, Dili itu provinsi,
sekarang ini dalam tingkat tertentu ya ke Dili. Untung di sana tidak menggunakan pasport
karena ada kedekatan emosional dan kultural ini contoh saja. Nah tentu lainnya juga
demikian.
Nah kita menghendaki misalnya begini transportasi tadi sudah dijelaskan oleh beliau
tapi dalam apiliksinya agak berbeda pak di sini kereta api dapat subsidi dari pemerintah di
sana angkutan laut tidak ada, padahal itu diperlukan misalnya. Kalau toh ada kapal tidak ada,
subsidi sehingga arus barang dan manusia tidak terjadi dengan baik. Pak yang terjadi simpul-
simpul yang tadi, tidak bergerak. Nah oleh karena itu Pak Wakil Ketua, Pak Benny, Pak
Fachrul Razi kenapa DOB itu menjadi bagian penting juga. Ini ini saya membias sedikit
Maluku ini 1000 sebagai contoh 1.400 pulau, tapi dia tidak tersebar berserakan tapi dia
terdiri dari gugus-gugus pulau. Nah itu di gugus pulau ini ada beberapa pulau merupakan
kesatuan sosial budaya merupakan satuan idealnya kesatuan juga karena dia terpisah
ggugus-gugus ini kebetulan juga adat istiadatanya juga berbeda-beda antara orang Kei
dengan orang Tanimbar dengan orang MBD beda, dengan orang yakni contoh sehingga
kenapa ini kita rangkum sehingga menjadi sebuah kesatuan pemerintahan dalam DOB
misalnya gitu. Jadi perjuangannya arahnya juga kesitu jadi semua ini tidak lepas dari
pertimbangan-pertimbangan ke sana. Jadi inilah yang menurut saya kalau ini tidak
diperhatikan maka persoalannya serius, sangat serius ya ini yang menjadi catatan penting kita
oleh karena itu supaya contoh juga pendidikan misalnya betul pendidikan itu misalnya
dialokasikan 20 % secara nasional.
Nah begitu turun sampai ke bawah ke Maluku misalnya dengan alokasi yang segitu
tidak cukup kalau dia berlaku simetris berapa sekolah yang harus dibangun di dan
seterusnya. Nah ini yang membedakan antara manusia yang hidup di pulau pulau-pulau itu
dengan yang satu pulau besar. Bukan ingin membedakan dalam arti perlakuan, tidak, tapi
RDP KOMITE I DPD RI DENGAN NARASUMBER MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 20
memang kondisinya seperti itu, sehingga undang-undang ini sangat diperlukan untuk
mengatur sehingga adanya asas keadilan asas pemerataan, ya saya kira itu masalahnya
sehingga mungkin ke depan ini juga semua menjadi bagian penting. Bahkan maaf teman-
teman sekalian di maluku itu dengan 4 wakil dari provinsu di dewan sana DPR misalnya, dia
larut tenggelam di antara alat kelengka an yang ada, ya misalnya 4 padahal alat
kelengkapannya lebih dari itu, sedangkan perjuangannya berada pada aspek-aspek iya. Ini
contoh, sehingga ini nanti berkembang kesana mungkin ini sebagai gambaran saja, tapi ya
saya kira kalau undang-undang ini kita lahirkan, dan memang menjadi bagian penting, untuk
kepentingan NKRI maka, saya kira ini penting sekali, penting, sangat penting saya kira, ini
sebagai obat saya kira terhadap sekian puluh tahun, terbengkalai, katakanlah begitu, dan ini
menjadi paling tidak kalau ini terlahir syarat psikologis, syarat psikologis ada, ada, ada gairah
ada gairah di daerah-daerah itu, untuk oh iya, kita juga mendapat perhatian, walaupun
tahapannya seperti misalnya undang-undang desa kan tidak 100% sekaligus bisa diatur ya
mungkin 40% dulu di depan, 70% dan seterusnya, misalnya begitu.
Saya sepakat kalau itu dalam peresentase, seperti halnya kita membahas pada waktu
perbatasan. Jadi tidak di angka dalam arti angka rupiahnya tetapi persentase. Tinggal kita
hitung saja Pak Cholid seperti apa bentuknya tapi intinya adalah di situ, kita bisa, bisa
membuat perbedaan kok. Contohnya paling gampang ya tadi itu, PLN yang kita bangun di di
daratan, dengan PLN di sana kan beda sangat beda sekali kan tidak mungkin laut terdalam di
banda, laut banda itu kita pasang kabel kaya laut pulau seribu sini, kabel cukup antara pulau
tapi di sana tidak bias, jauh. Nah padahal disana juga butuh pendidikan butuh tumbuhnya
ekonomi industri perikanan kelautan misalnya juga tumbuh, dan seterusnya. Saya kira itu,
terima kasih.
PEMBICARA: GEDE PASEK SUARDIKA, SH., MH (BALI)
Pimpinan, dikit.
PIMPINAN RAPAT: BENNY RHAMDANI (WAKIL KETUA KOMITE I DPD RI)
Pak Pasek silakan.
PEMBICARA: GEDE PASEK SUARDIKA, SH., MH (BALI)
Terakhir izin. Pertama terkait dengan jenis RUU ya saya kira memang perlu dipikir
ulanglah, karena kalau saya baru pahami dengan masalah yang tadi disampaikan narasumber,
ini kalau dia, dibicarakan terkait dengan kelautan, percuma, lari lagi ke PP nanti jadinya, dan
itu sudah sikap pemerintah waktu itu. Kemudian yang kedua saya lihat, kalau dari RUU yang
sudah pernah ada tahun 2012-2013 ini penyelenggaraan pemerintahaan daerah di wilayah
kepulauan, nanti dia acuannya hanya lanjutan dari pemerintahaan daerah, nanti disana hanya
bicara DAU, DAK dan sebagainya. kalau saya berpikir kalau ini mau di buat secara holistik
dan monumental dia lebih baik bicara tentang tata kelola wilayah kepulauan, sehingga ini
akan melibatkan tidak hanya stake holder pemerintahan daerah, tapi semua kementerian-
kementerian terkait dia terikat anggaran-anggaran yang ada di kementerian yang memang
alokasi dana pusat itu, dia harus alokasikan dia. Secara khusus untuk wilayah kepulauan.
Misalnya ketika dia ngomong soal energi maka pola mengelola daerah kepulauan dia berbeda
cara pandangnya dengan ketika dia daratan diatur di sini ,sehingga mau tidak mau
kementerian terkait terikat ,tapi kalau dia bicara soal penyelenggaraan pemerintah daerah di
wilayah kepulauan, nanti paling silsilahnya dikit-dikit aja, di antara kewenangan Pemda saja.
Jadi saya kira itu mungkin, sehingga dia bisa menjadi undang-undang baru undang-undang
RDP KOMITE I DPD RI DENGAN NARASUMBER MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 21
baru dengan pemikiran yang lebih komprehensif melibatkan semua kalau kita ngomong soal
infrastruktur, ya PU-nya terikat di sini bagaimana kita mengatur normanya sehingga ketika
undang-undang ini selesai membuat anggaran mereka harus masuk dia, sehingga kalau
semua kementerian terlibat, terikat di dalamnya termasuk kominfo, semua terikat kan mau
tidak mau dia menjadi program, turunannya akan jadi program yang kemudian secara
simultan semua bergerak ketika undang-undangnya udah disahkan.
Jadi usul saya ini serius ini, serius kalau kita memang dan hanya bicara Maluku saja
nanti dukungan dari Kepulauan Riau kurang semangat ya ada Pak Nabil di sanakan, jadi cara
berpikirnya bahwa untuk mengelola kepulauan misalnya apakah harus dikelola PLN kalau
PLN tunggu listrinya susah, karena dia udah berhitung perusahaan itu rugi nggak akan
untung dia. Tapi kalau dia bicara tata kelola kepulauan, bisa saja ada sebuah pendelegasian
kewenangan tidak mesti harus terpusat, daerah diberikan kewenangan untuk membuat sistem
kelistrikan sendiri, dengan dibantu dana dari pusat, sehingga pengelolanya di sana tidak oleh
PLN karena kalau PLN pasti dia akan berhitung lama sekali ditunda-tunda Pak karena
sekarang aja sudah monopoli aja rugi, apalagi mau masuk kepulauan yang sudah jelas-jelas
secara ini paling, rugi dia juga, nah contoh aja. Begitu juga soal perhubungan, perhubungan
dia akan terikat, mengelola pola kepulauan itu sudah jelas, pola subsidi apa, diatur di situ,
mau tidak mau dia pengadaan kapal, dan sebagainya sudah dihitung dengan alokasi anggaran
yang dia dapat dari kementerian keuangan di kementerian itu, dia sudah masuk hitungan
dengan wilayah ini. Jadi semua kementerian itu terikat, tapi kalau dia pakai pemerintahan
daerah, paling mendagri aja yang terikat. Saya kira begitulah jadi kalau memang ini
dipikirkan lebih serius, saya usulkan undang-undang tentang tata kelola wilayah kepulauan
sehingga membendung, bagaimana mengelola kepulauan ini menjadi lebih komperhensif dan
dia menjadi undang-undang baru komperhensif dia. Terima kasih .
PIMPINAN RAPAT: BENNY RHAMDANI (WAKIL KETUA KOMITE I DPD RI)
Pak Indra.
PEMBICARA: Letjen TNI (Marinir) Purn. Dr. NONO SAMPONO, M.Si (WAKIL
KETUA DPD RI)
Pimpinan ada satu pengumuman kalau boleh.
PIMPINAN RAPAT: BENNY RHAMDANI (WAKIL KETUA KOMITE I DPD RI)
Usul Pak Kadek, Pak Gede Pasek menjadi catatan penting kita.
PEMBICARA: Letjen TNI (Marinir) Purn. Dr. NONO SAMPONO, M.Si (WAKIL
KETUA DPD RI)
Kalau boleh pimpinan ada pengumuman sedikit saja pengumuman, tanggal 8 ini
melekat dengan hari pers nasional, tanggal 9 di Maluku di Ambon dengan tema besar poros
maritim, Indonesia poros maritim dunia. Forum rektor 7 provinsi kepulauan membuat
seminar nasional, mengundang kita semua, khususnya anggota DPD, DPR tentu stake holder
pemerintah, dan lain-lain yang terkait termasuk ke kepala-kepala daerah para gubernur
semuanya diundang. Seminar ini akan dibuka oleh Ketua DPD RI akan hadir wakil Ketua
Pak Farouk sebagai wakil dari NTB salah satu Pak OSO wakil ketua MPR akan hadir juga
beberapa menteri akan memberikan narasumber. Tadi pagi saya baru saja menghadap,
menteri Pak Luhut dengan Pak menteri perhubungan akan mengisi juga dengan beberapa
RDP KOMITE I DPD RI DENGAN NARASUMBER MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 22
pakar. Nah saya kira ini forum yang baik secara politis saya kira ini baik untuk mendukung
yang sedang kita bicarakan ini. Intinya adalah mendukung undang-undang ini, rancangan
undang-undang ini, dari sisi sudut kampus dan saya kira ini penting. kalau pemerintahan
sudah oke kemudian pemerintahan sudah oke, senayan ini sudah oke juga, kampus juga oke,
kajian-kajian akademik tentu akan ikut menyertai kita mendukung dan tanggaal 8 ini saya
kira momentum bagus untuk itu, secara politis. Terima kasih pimpinan.
PIMPINAN RAPAT: BENNY RHAMDANI (WAKIL KETUA KOMITE I DPD RI)
Terima kasih Pak Nono. Terakhir Pak terakhir kita kasih kesempatan Pak Fachrul
dan setelah itu kita bisa tutup ya RDPU sore hari ini. Silahkan Pak Fachrul.
PEMBICARA: FACHRUL RAZI, M.IP (ACEH)
Iya Terima kasih, Saudara-saudara sekalian saya pertama memberikan apresiasi ya
mengenai RUU yang dirancang tahun 2012 oleh teman-teman DPD di periode sebelumnya,
Namun catatan saya kembali lagi sepertinya saya ingin katakan, perlu dirombak total RUU
ini, ini mohon maaf. Paradigmanya itu masih desentralisasi, lho. Jadi kalau ini mau di
terapkan harapan dari pak Nono itu tidak akan terakomodir dengan RUU yang sedang kita
baca ini. Mohon maaf saya subjektif, saya baca ini berapa menit gitu, tapi inti-inti
kewenangannya lemah Pak, kewenangannya itu lebih besar kewenangan daerah-daerah yang
sifatnya kaya sekarang udah, udah kita kenal dengan adanya kebijakan kaya, kalau disabang
ada BPKS dan sebagainya. Namun kalau di sini kebijakannya apa bedanya dengan daerah-
daerah yang hari ini sudah melaksanakan sistem desentralisasi tidak ada beda, sama saja gitu.
Jadi menurut saya, ini teman-teman kajian tim ahli ya, mohon dibuat suatu kajian yang lebih
komperhensif lagi, nanti kita akan perdalam lagi, iya nanti. Makannya besok kalau ada
recruitment tim ahli jangan dari barat semua pak, makanya kita bingung ini karena semua
dari barat ini, ada yang dari timur ya, Pak Fendi, pak Fendi oh itu pak itu juga dari timur itu
jangan mentimur-timurkan ya, jangan mentimur-timurkan diri. Kemudian yang masalah
kewenangan ini, ini menurut saya ini fatal ini kalau ini diberikan ya menurut saya, ya sapi
dilepas pak, tapi talinya di ikat ya sama juga. Kemudian pengelolaan laut pak tidak ada sama
saja diberikan, pemerintah daerah kepulauan tapi laut tidak boleh dikelola ya sama juga.
Potensi kepulauan laut itu adalah berada di laut gitu, kemudian penekanannya pada
pariwisata. ini yang penting pak nah disini pariwisata menjadi otoritas pusat ya sama juga. Ini
gitu lho, gimana satu kabupaten atau provinsi kepulauan, tapi pariwisata ini di kontrol oleh
pusat, kelautannya di kontrol oleh pusat, ya kitakan seperti saya bilang, sapi di lepas tali
diikat di leher tapi tidak boleh kemana-mana.
Nah gitu jadi, kemudian yang kedua ini Pak Nono mohon maaf. Saya memberikan
apresiasi sebenarnya, ini teman-teman Aceh ini pada saat saya melakukan sosialisasi 4 pilar
saya katakan, di Maluku masih miskin, di Papua lebih parah lagi, di NTT, NTB dan
sebagainya, makanya teman-teman Aceh merasa wah ada yang lebih parah dari pada kita ya.
Jadi lupa mereka ingin merdeka, ini jangan-jangan ini sekenario pusat, sengaja membuat
daerah-daerah timur lebih susah, supaya Aceh dan papua ini tidak merdeka, mungkin seperti
itu Pak, tapi mohon maaf intinya yang ingin saya katakan, nah kita berharap mari kita
perkuat NKRI ini Pak, mudah-mudahan tidak muncul wancana NKRM, ya makasih pak,
silahkan diterjemahkan apa itu NKRM.
RDP KOMITE I DPD RI DENGAN NARASUMBER MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 23
PIMPINAN RAPAT: BENNY RHAMDANI (WAKIL KETUA KOMITE I DPD RI)
Makasih Pak, Pak Tjantje dan juga semua anggota komite, saya ingin mengingatkan,
2011, 8 gubernur dari provinsi kepulauan menginisiasi sebuah RUU provinsi kepulauan
2012, masuk prolegnas di DPR ya, tapi hingga hari ini seluruh anggota DPR tidak ikhlas
untuk segera mengesahkan RUU itu menjadi undang-undang ini juga pertanyaan besar
sebetulnya, ya. Nah inilah yang kemudian memunculkan sentimen-sentimen masyarakat
timur Indonesia kelompok separatis, mereka yang ingin merdeka, memisahkan diri
menyampaikan ketidakpuasan dan sebagainya ya. Sya ingin mengingatkan kepada bapak ibu
sekalian anggota di luar agenda-agenda politik komite ke depan, selain RDP, RDPU nanti
juga raker akan diagendakan dengan beberapa menteri dan kelembagaan juga kunker yang
akan disiapkan oleh secretariat, termasuk SR baru 2 negara tadi yang disebut, Cina dan apa
Perancis ya ya nanti pak Pasek biasanya yang, sering menambahkan referensi negara itu
karena pengalaman di kamar sebelah ya. Nanti Indra tolong dicatat ya. Kita punya agenda
yang sangat penting, dan mudah-mudahan ini bisa hadir tanggal 21 februari 2017, 2 agenda
pagi jam 9 sampai jam 12, kemudian jam 1 siang sampai selesai. Agenda ini akan dihadiri
yang pagi oleh para mantan gubernur. Ya, para mantan gubernur dari 8 provinsi kepulauan
mereka adalah orang-orang yang menginisiasi iya RUU provinsi kepulauan RUU
pemerintahan provinsi kepulauan. Jadi secara roh dan batiniah, isi secara subtantif undang-
undang atau RUU tersebut, ini ada di mereka ya, ini ada di mereka termasuk Gubenur
Sulawesi Utara Pak Doktor S.H. Sarundayang ya, saya ingat persis namanya karena dulu
ketua tim suksesnya saya waktu di Sulawesi Utara dan menang 2 periode ya.
Nah siangnya, adalah gubernur-gubernur, masih dari 8 provinsi kepulauan, yang
sekarang masih menjabat sebagai gubernur, nah ini penting ya, kita akan mendengarkan
suara langsung dari mereka, yang mewakili rakyat dan daerahnya. Bapak-ibu sekalian saya
pikir cukup ya, RDPU pada siang hari ini, terima kasih atas kehadiran Pak Tjantje Cipta
Budi yang telah memberikan waktu dan juga pikiran-pikirannya. Mudah-mudahan RDPU
hari ini tentu bermanfaat bagi kita sekalian, dalam melaksanakan tugas-tugas kebangsaan dan
ke indonesiaan kita dan mudah-mudahan apa yang kita lakukan hari ini juga bernilai ibadah
di mata Allah subhanahu wa ta'ala. Demikian RDPU saya tutup, dengan mengucapkan
Alhamdulillahi Rabbil Alamin
KETOK 3X
RAPAT DITUTUP PUKUL 15.49 WIB