DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... · Pada masa sidang ini, Komite III DPD RI menerima...
Transcript of DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... · Pada masa sidang ini, Komite III DPD RI menerima...
DEWAN PERWAKILAN DAERAH
REPUBLIK INDONESIA
-----------
RISALAH
SIDANG PARIPURNA KE-2
MASA SIDANG I TAHUN SIDANG 2016-2017
DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA
I. KETERANGAN
1. Hari : Selasa
2. Tanggal : 20 September 2016
3. Waktu : 10.05 WIB – 13.25 WIB
4. Tempat : R. Rapat Nusantara V
5. Pimpinan Sidang : 1. GKR Hemas (Wakil Ketua DPD RI)
2. Prof. Dr. Farouk Muhammad (Wakil Ketua DPD RI)
6. Sekretaris Sidang : 1. Prof. Dr. Sudarsono Hardjosoekarto (Sekretaris Jenderal
DPD RI)
7. Panitera : 1. Ir. Sefti Ramsiaty, MM. (Kepala Biro Persidangan I)
2. Adam Bachtiar, S.H., M.H. (Kepala Biro Persidangan II)
8. Acara : 1. Laporan Pelaksanaan Tugas Alat Kelengkapan;
2. Pengesahan Keputusan DPD RI;
3. Pengesahan keanggotaan alat kelengkapan DPD RI Tahun
Sidang 2016-2017.
9. Hadir : 90 Orang
10. Tidak hadir : 41 Orang
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
1
II. JALANNYA SIDANG:
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera untuk kita sekalian.
Om swastiastu.
Yang saya hormati Bapak Waka, yang saya hormati para Anggota DPD Republik
Indonesia, dan yang saya hormati jajaran kesetjenan. Sebelumnya memulai Sidang Paripurna
Dewan Perwakilan Daerah, marilah kita menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan
kepada para seluruh hadirin serta para Anggota DPD dimohon untuk berdiri.
PEMBICARA: PADUAN SUARA
Hiduplah Indonesia raya…
Indonesia tanah airku.
Tanah tumpah darahku.
Disanalah aku berdiri.
Jadi pandu ibuku.
Indonesia kebangsaanku.
Bangsa dan Tanah Airku.
Marilah kita berseru.
Indonesia bersatu.
Hiduplah tanahku.
Hiduplah negriku.
Bangsaku Rakyatku semuanya.
Bangunlah jiwanya.
Bangunlah badannya.
Untuk Indonesia Raya.
Indonesia Raya.
Merdeka Merdeka.
Tanahku negriku yang kucinta.
Indonesia Raya.
Merdeka Merdeka.
Hiduplah Indonesia Raya.
Indonesia Raya.
Merdeka Merdeka.
Tanahku negriku yang kucinta.
Indonesia Raya.
Merdeka Merdeka.
Hiduplah Indonesia Raya.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Kami persilakan duduk kembali.
SIDANG DIBUKA PUKUL 10.05 WIB
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
2
Dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim, Sidang Paripurna ke-2 Dewan
Perwakilan Daerah Republik Indonesia dengan ini kami buka dan dinyatakan terbuka untuk
umum.
KETOK 1X
Berdasarkan catatan daftar hadir yang disampaikan oleh sekretariat jenderal, sampai
saat ini telah hadir 51 orang Anggota DPD dan telah menandatangani daftar hadir. Apakah
sidang harus ditunda karena belum memenuhi? Kami tunda selama lima menit.
KETOK 1X
Oke Bapak dan Ibu sekalian yang terhormat, skors kita cabut kembali.
KETOK 1X
Sidang yang mulia, mengawali Sidang Paripurna kali ini sesuai dengan hasil Rapat
Panmus tanggal 19 September 2016, Sidang Paripurna hari ini mempunyai tiga agenda pokok
di mana yang pertama adalah laporan pelaksanaan tugas alat kelengkapan, yang kedua
pengesahan keputusan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, yang ketiga
pengesahan keanggotaan alat kelengkapan DPD RI Tahun Sidang 2016-2017. Sambil kita
menunggu kehadiran para anggota untuk memenuhi ruangan ini, maka kita akan
mendahulukan nanti adalah yang bersifat tidak pengambilan keputusan.
Sidang Dewan yang mulia, tentu dengan mengawali sidang ini menjadi keprihatinan
kita bersama atas operasi tangkap tangan oleh KPK yang menjerat Saudara Irman Gusman
sebagai tersangka kasus dugaan suap. Menyikapi hal ini, kita perlu mengedepankan asas
praduga tak bersalah dengan tidak melakukan suatu tindakan dan justifikasi yang justru akan
mempengaruhi marwah lembaga yang kita cintai ini. Untuk itu, kami juga meminta kepada
seluruh anggota agar dapat secara proposional dalam memberikan respons terhadap berbagai
pemberitaan terkait kasus tersebut sehingga tidak memberi dampak yang lebih buruk, baik
bagi Saudara Irman Gusman maupun kelembagaan DPD RI. Terkait dengan hal ini, Rapat
Panmus kemarin telah menyepakati dan menyerahkan kepada pimpinan untuk membentuk
tim yang bertugas menyeimbangkan pemberitaan yang beredar di media massa dan
masyarakat. Secara kelembagaan, DPD RI menyerahkan penanganan kasus ini kepada KPK
dan akan terus mendukung upaya KPK dalam pengentasan korupsi dalam praktik bernegara
secara konsisten dan profesional dengan berdasarkan keadilan. DPD RI juga berharap dalam
menjalankan tugas pemberantasan korupsi, KPK dapat terus menjaga netralitas demi
menegakkan supremasi hukum di Indonesia. Penting bagi kita semua agar tetap fokus dalam
menjalankan tugas konstitusionalnya untuk memenuhi target kerja yang telah ditetapkan. Hal
ini perlu dilakukan untuk menjaga martabat kelembagaan Dewan Perwakilan Daerah
Republik Indonesia dalam mengemban tugas konstitusional untuk rakyat dan daerah.
Selanjutnya, mari kita memasuki agenda laporan perkembangan pelaksanaan tugas
alat kelengkapan, dan yang pertama adalah laporan tugas yang tidak mengambil keputusan.
SKORS DICABUT PUKUL 10.13 WIB
SIDANG DISKORS PUKUL 10.08 WIB
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
3
Maka dengan demikian, penyampaian laporan urutan pertama mungkin bisa dilaporkan oleh
Komite III. Kami persilakan Komite III.
PEMBICARA: Pdt. CARLES SIMAREMARE, S.Th. M.Si. (WAKIL KETUA
KOMITE III DPD RI)
Yang terhormat Ssaudara Pimpinan DPD RI, yang terhormat Saudara Pimpinan Alat
Kelengkapan DPD RI, yang terhormat Saudara-saudara Anggota DPD RI, serta Bapak Sesjen
dan seluruh pegawai di Sekretariat Jenderal DPD RI, dan yang kami hormati pula seluruh
wartawan media cetak maupun elektronik, dan hadirin yang berbahagia.
Asalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera bagi kita sekalian.
Om swastiastu.
Pada Sidang Paripurna yang mulia ini, perkenankan kami menyampaikan laporan
perkembangan pelaksanaan tugas Komite III DPD RI pada Masa Sidang I Tahun Sidang
2016-2017 ini yang mulai dari tanggal 22 Agustus–2 0 September 2016. Komite III DPD RI
telah melaksanakan serangkaian kegiatan berupa Rapat Pleno 3 kali, rapat dengar pendapat 1
kali, rapat dengar pendapat umum 2 kali, peer review sebanyak 1 kali, kunjungan kerja ke
dalam negeri sebanyak 1 kali, kunjungan kerja luar negeri 1 kali, dan finalisasi 1 kali.
Aadapun program kegiatan yang menjadi prioritas pembahasan Komite III pada rentang
waktu tersebut sebagaimana keputusan Sidang Pleno Komite III DPD RI pada tanggal 22
Agustus 2016 adalah:
1. Penyusunan RUU tentang Penghapusan Kekerasan Seksual;
2. Penyusunan RUU tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan;
3. Penyusunan pengawasan DPD RI atas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 tahun
2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji;
4. Penyusunan pertimbangan DPD RI atas Rancangan Undang-Undang tentang
Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh;
5. Penyusunan pandangan DPD RI atas Rancangan Undang-Undang tentang
Kewirausahaan Nasional; dan isu-isu lain yang berkaitan dengan bidang tugas Komite
III, seperti menerima audiensi dari Pergerakan Dokter Muda Indonesia yang
mengeluhkan adanya diskriminasi dalam sistem pendidikan kedokteran lanjutan.
Pimpinan Bapak Ibu Anggota DPD RI yang kami hormati, Sidang Dewan yang kami
muliakan, berkenaan dengan program-program Komite III DPD tersebut di atas, dapat kami
laporkan perkembangan pelaksanaan tugas Komite III, baik bidang penyusunan RUU
pandangan dan pendapat maupun pengawasan.
a. Penyusunan RUU tentang Penghapusan Kekerasan Seksual sebagai usul inisiatif
Komite III DPD RI.
Sebagaimana telah kami sampaikan di atas bahwa Rancangan Undang-Undang
tentang penghapusan kekerasan seksual sebagai inisiatif Komite III DPD RI
merupakan program prioritas Komite II. Terkait perkembangan penyusunan RUU
tersebut pada masa sidang ini, Komite III DPD RI bersama tim ahli Rancangan
Undang-Undang tentang Penghapusan Kekerasan Seksual telah melaksanakan
finalisasi atas RUU tersebut pada tanggal 30 s.d. 31 Agustus yang lalu dan hingga saat
ini draf RUU tersebut sedang kami persiapkan untuk selanjutnya akan disampaikan
kepada Panitia Perancang Undang-Undang DPD RI untuk diharmonisasi sebelum
disahkan pada Sidang Paripurna DPD RI. Dan, Komite III DPD RI berharap
Rancangan Undang-Undang tentang Penghapusan Kekerasan Seksual dapat
diputuskan dalam Sidang Paripurna DPD RI selanjutnya. Kami informasikan juga
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
4
bahwa penyusuanan Rancangan Undang-Undang tentang Penghapusan Kekerasan
Seksual merupakan hasil kerja sama antara DPD RI dan Komisi Nasional Anti
Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan).
b. Penyusunan RUU tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan sebagai usul inisiatif
Komite III DPD RI.
Adapun penyusunan Rancangan Undang-Undang tentang Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan selama Masa Sidang I ini Komite III DPD RI telah melaksanakan
serangkaian tindakan inventarisasi dan pendalaman materi atas RUU tersebut. Dalam
hal ini inventarisasi materi, Komite III DPD RI melaksanakan peer review pada
tanggal 29 Agustus 2016 dengan menghadirkan Gabungan Pengusaha Makanan dan
Minuman Seluruh Indonesia dan Kementerian Perindustrian. Sedangkan, pendalaman
materi Rancangan Undang-Undang tentang tanggung jawab sosial perusahaan juga
telah dilaksanakan antara Komite III DPD RI dengan tim ahli rancangan Undang-
Undang tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan pada rapat pleno Komite III DPD
RI tanggal 23 Agustus 2016. Dan, untuk menyelesaikan penyusunan RUU ini, Komite
III DPD RI menargetkan dapat menyelesaikan pada akhir Masa Sidang I Tahun
Sidang 2016-2017.
c. Pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Ibadah Haji.
Sebagaimana amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 bahwa DPD RI dapat melaksanakan pengawasan atas pelaksanaan undang-
undang yang salah satunya berkaitan dengan bidang agama. Oleh karena itu, DPD RI
dalam hal ini Komite III, setiap tahunnya selalu melaksanakan kegiatan pengawasan
atas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Ibadah Haji. Dalam pelaksanaan pengawasan atas penyelenggaraan ibadah haji ini,
Komite III DPD RI melaksanakan serangkaian kegiatan, baik melalui rapat kerja,
rapat dengar pendapat dengan pemerintah, serta rapat dengar pendapat umum dengan
pakar. Selain itu, untuk memperdalam materi pengawasan, Komite III DPD RI juga
terjun langsung ke lapangan, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, dalam hal
ini negara Arab Saudi yang menjadi lokasi pelaksanaan ibadah haji. Selain itu,
merespons atas terjadinya penahanan 177 jamaah haji Indonesia oleh pemerintah
Filipina akibat pemalsuan paspor. Pada tanggal 19 September kemarin, Komite III
DPD R RI melaksanakan kunjungan kerja mendesak ke Provinsi Sulawesi Selatan
untuk mengetahui secara langsung terkait dengan permasalahan tersebut.
d. Pertimbangan dan pandangan DPD RI atas Rancangan Undang-Undang.
Pada masa sidang ini, Komite III DPD RI menerima dua draf RUU, yaitu RUU
tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh serta RUU tentang Kewirausahaan
Nasional. Dan, sebagaimana amanat rapat Panmus serat kesepakatan rapat pleno
Komite III DPD RI pada tanggal 22 Agustus yang lalu telah disepakati bahwa Komite
III DPD RI akan menyusun pertimbangan dan pandangan terhadap kedua draf
Rancangan Undang-Undang tersebut. Dalam penyusunan pertimbangan DPD RI atas
Rancangan Undang-Undang tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji hingga saat ini
masih dalam tahap inventarisasi materi. Dalam kegiatan tersebut, Komite III DPD RI
telah melaksanakan rapat dengar pendapat dengan mengundang Indonesia Corruption
Watch dan Himpunan Penyelenggara Haji dan Umroh pada tanggal 6 September yang
lalu. Selanjutnya pada tanggal 7 September 2016, Komite III juga telah melaksanakan
kegiatan rapat dengar pendapat umum dengan menghadirkan Ade Marfudin selaku
Ketua Rabit Tahaji Indonesia. Sedangkan, dalam penyusunan pandangan DPD RI atas
Rancangan Undang-Undang tentang Kewirausahaan Nasional hingga saat ini juga
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
5
masih tahap inventarisasi di mana kegiatan tersebut ialah rapat dengar pendapat
umum dengan mengundang Ipeng Wahid pada tanggal 14 September yang lalu.
Pimpinan, Bapak Ibu Anggota DPD RI yang kami hormati, Sidang Dewan yang kami
muliakan, demikianlah laporan pelaksanaan tugas Komite III DPD RI selama Masa Sidang I
Tahun 2016-2017 mulai dari tanggal 22 Agustus sampai 20 September. Dan pada akhirnya,
perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat Pimpinan dan
seluruh Anggota DPD RI dan semua pihak yang telah membantu. Semoga segala upaya yang
diberikan dapat balasan kebaikan yang berlipat dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Tidak lupa
pula kami atas nama Pimpinan dan Anggota Komite III DPD RI juga menyampaikan rasa
prihatin atas terjadinya penangkapan Bapak Irman Gusman, bahkan yang sempat diisukan
telah tertangkap juga Pendeta Carles Simare-mare oleh KPK.
Demikianlah penyampaian kami. Atas perhatian kita semua kami mengucapkan
terima kasih.
Wasalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Damai sejahtera bagi kita sekalian
Om shanti shanti shanti om.
Terima kasih
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Terima kasih, Pak Pendeta Carles Simaremare yang mewakili Komite. Dilanjutkan
laporan dari BPKK. Kami persilakan BPKK, Pak John laporan dari BPKK, Pak.
PEMBICARA: Prof. Dr. JOHN PIERIS, S.H., M.S. (KETUA BPKK DPD RI)
Saya masih diganggung oleh Pak Abdurachman Lahabato, sorry. Untuk jaga Saudara
Basri itu.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Kami mohon siap PPUU.
PEMBICARA: Prof. Dr. JOHN PIERIS, S.H., M.S. (KETUA BPKK DPD RI)
Yang terhormat Pimpinan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, yang kami
hormati Anggota Dewan Perwakilan Republik Indonesia, dan hadirin yang berbahagia.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera bagi kita semua, dan
Om swastiastu.
Sidang Dewan terhormat, Badan Pengembangan Kapasitas Kelembagaan melalui
Kelompok DPD di MPR RI telah merumuskan materi perubahan konstitusi yang telah
dibahas melalui sidang pleno Kelompok DPD di MPR bertanggal 15 September 2016 yang
lalu dan telah menyepakati lima hal. Yang pertama, penataan atau penguatan kewenangan
DPD menjadi satu keharusan untuk diperjuangkan sebagai materi usul prubahan Undang-
Undang Dasar 1945 oleh Kelompok DPD di MPR RI. Dua, penandatanganan usul perubahan
Undang-Undang Dasar 1945 oleh Kelompok DPD di MPR RI. Dan yang ketiga, harus ada
sinergitas antara semua stakeholder untuk amademen kelima itu, antara lain Badan
Pengkajian MPR, Lembaga Pengkajian MPR ya, dan kelompok-kelompok masyarakat
lainnya. Atas hasil Pleno Kelompok tersebut, BPKK akan merumuskan strategi pengumpulan
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
6
tanda tangan Anggota DPD RI yang saat ini baru mencapai 54 dari 131 penanda tangan dan
menyusul kemudian penandatanganan dukungan dari Anggota-anggota Fraksi di MPR RI.
Hadirin sekalian, dalam upaya melakukan penataan sistem ketatanegaraan melalui
usul perubahan UUD 1945, kita tahu semua bahwa saat ini DPD tengah mengalami ujian
berat menghadapai proses hukum yang sedang dihadapi Ketua DPD Saudara Irman Gusman
di Komisi Pemberantasan Korupsi. Dan oleh karena itu, BPKK dan Kelompok DPD di MPR
mengimbau beberapa langkah strategis, khususnya mengenai keterkaitan dengan perjuangan
DPD terhadap perubahan amandemen kelima sebagai berikut.
1. Upaya untuk melakukan langkah-langkah taktis dan politis terkait perubahan Undang-
Undang Dasar 1945 untuk sementara akan di-pending sambil mengikuti dan
memantau perkembangan politik dan sikap-sikap fraksi di MPR, terutama mengenai
isu GBHN dan penguatan kewenangan MPR. Saya baru kembali dari Padang dan
Kendari, ternyata isu GBHN itu gencar dilakukan oleh Badan Pengkajian MPR, tetapi
juga mendapat penolakan yang serius dari kelompok-kelompok perguruan tinggi di
berbagai daerah. Dapat saya katakan bahwa justru isu penguatan DPD itu
mendapatkan simpati yang luar biasa ya, tinggal momentum politik yang kita pilih
untuk itu.
2. Diharapkan agar Anggota DPD tetap solid, kompak, dan menaruh perhatian serius
terhadap perkembangkan selanjutnya dalam amandemen kelima.
3. Sesuai hasil sidang pleno Kelompok DPD di MPR tanggal 15 September diharapkan
kepada Anggota Kelompok DPD yang belum mendatangangi dukungan amandemen
dapat segera menandatangani pada setiap hari kerja Senin sampai dengan Kamis,
mulai dari pukul 13 sampai dengan 14 di ruang rapat BKK lantai 1 Gedung A DPD.
4. Perlu ditingkat kebersamaan dan kerja sama yang solid antara Kelompok DPD BPKK,
Badan Pengkajian MPR, Lembaga Pengkajian dalam mengkonsolidasikan wawasan
dan visi strategis terkait dengan upaya penguatan kewenangan DPD melalui
amandemen kelima itu.
5. Kerja sama yang baik harus dilakukan juga dengan komunitas maupun entitas politik
yang mendukung amandemen, antara lain dengan gerakan Civil Society atau gerakan
masyarakat yang mendukung upaya amandemen kelima, juga dengan forum rektor
perguruan tinggi dan organisasi kemasyarakatan lainnya.
Saudara-saudara sekalian, lima poin penting ini sebenarnya merupakan hakikat
perubahan konstitusi untuk memperkuat institusi demokrasi, menyesuaikan sistem
pemerintah negara, dan mengoreksi pasal -pasal konstitusi yang belum sesuai dengan nilai-
nilai ideal sistem ketatanegaraan berdasarkan Pancasila.
Sidang Dewan yang terhormat, demikian laporan perkembangan pelaksanaan tugas
BPKK pada Sidang Paripurna yang terhormat ini. Atas perhatian Pimpinan dan Anggota
DPD kami ucapkan terima kasih. Semoga cobaan yang kita hadapi dapat segera dilalui
sehingga tekad dan semangat utuh untuk melaksanakan penataan sistem ketatanegaraan di
Indonesia melalui perubahan kelima UUD 1945 tetap terjaga dan mendapatkan kekuatan dari
Tuhan Yang Maha Esa. Bersama kita melangkah menuju amandemen kelima UUD 45,
khususnya dalam penataan penguatan kewenangan DPD RI.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Om shanti shanti shanti om.
Jakarta, 20 September 2016.
Ketua: John Pieris. Wakil Ketua: Instiawati Ayus. Sekretaris atau Wakil Ketua, sorry,
Wakil Ketua: Dr. Bambang Sadono, S.H., M.H.
Terima kasih.
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
7
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Terima kasih dari BPKK, Pak Prof. John Pieris.
Kami persilakan dari PPUU. Kami mohon dari PPUU.
PEMBICARA: Drs. MUHAMMAD AFNAN HADIKUSUMO (KETUA PPUU DPD RI)
Terima kasih, Pimpinan.
Yang terhormat Pimpinan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, yang
terhormat Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, dan hadirin yang
berbahagia.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera bagi kita semua.
Shalom.
Om swastiastu.
Hadirin yang kami hormati, puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga sidang pada
hari ini dapat kita laksanakan. Berhubung masih bulan Dzulhijah, izinkan kami atas nama
Pimpinan dan Anggota Panitia Perancang Undang-Undang mengucapkan Selamat Hari Raya
Idul Adha 1437 Hijriah.
Sesuai dengan agenda Sidang Paripurna hari ini, izinkan kami atas nama Panitia
Perancang Undang-Undang menyampaikan perkembangan pelaksanaan tugas Panitia
Perancang Undang-Undang selama Masa Sidang I Tahun Sidang 2016-2017, yang antara
lain:
1. Laporan perkembangan penyusunan Rancangan Undang-Undang tentang
Pembentukan Undang-Undang.
Perlu kami sampaikan bahwa untuk penyusunan Rancangan Undang-Undang
tentang Pembentukan Undang-Undang kami telah melaksanakan kegiatan rapat
dengar pendapat umum untuk mendapatkan masukan dari ahli atau pakar terhadap
hasil uji sahih sebagai bahan untuk finalisasi Rancangan Undang-Undang tentang
Pembentukan Undang-Undang yang akan dilaksanakan pada tanggal 12 sampai
dengan 14 Oktober 2016. Diperoleh pandangan dan pendapat dari pakar yang antara
lain bahwa perlu penegasan terhadap materi Rancangan Undang-Undang tentang
Pembentukan Undang-Undang hanya mencantumkan materi yang berkaitan dengan
undang-undang atau sampai perundang-undangan. Bahwa berkaitan dengan
pengaturan mengenai partisipasi masyarakat, perlu adanya pengaturan yang lebih jelas
dan lebih aktual.
2. Laporan perkembangan penyusunan Rancangan Undang-Undang tentang Sistem
Perekonomian Nasional.
Untuk RUU tentang Sistem Perekonomian Nasional, PPUU juga telah
melaksanakan rapat dengar pendapat umum untuk mendapatkan masukan dari ahli
atau pakar terhadap hasil uji sahih sebagai bahan untuk finalisasi RUU tentang
pembentukan undang-undang yang akan dilaksanakan tanggal 12 sampai dengan 14
Oktober 2016. Diperoleh pandangan dan pendapat dari pakar yang antara lain bahwa
RUU tentang Sistem Perekonomian Nasional harus dapat mempertegas isi dari RUU
dengan memberikan batasan atau penjelasan terhadap undang-undang yang telah
ditetapkan sebelum RUU ini ada. Yang kedua, bahwa RUU tentang Sistem
Perekonomian Nasional harus menjadi RUU payung bagi undang-undang yang telah
ada atau menjadi RUU yang sama sekali baru.
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
8
3. Laporan perkembangan penyusunan Program Legislasi Nasional atau Prolegnas
Rancangan Undang-Undang Prioritas tahun 2017.
Selain kegiatan penyusunan RUU, PPUU juga telah melakukan rapat gabungan
dengan pimpinan komite yang telah dilaksanakan pada tanggal 1 September 2016
yang lalu. Disepakati akan mendorong kembali untuk segera dibahasnya RUU usulan
DPD RI yang masuk dalam daftar perubahan Prolegnas Prioritas tahun 2016 yang
sampai sekarang belum ditindaklanjuti perubahannya pembahasannya daftar RUU
tersebut, yakni RUU tentang Jabodetabekjur, RUU tentang Penyelenggaraan
Pemerintahan di Wilayah Kepulauan, RUU tentang Sistem Budidaya Tanaman, RUU
tentang Barang dan Jasa negara, dan RUU tentang Perkopesian. Apabila dari kelima
RUU tersebut belum dibahas di tahun 2016 ini, maka kelima RUU itu akan diusulkan
kembali menjadi RUU Prioritas tahun 2017 dan ditambah dengan sepuluh RUU
usulan dari komite dan PPUU yang masing-masing mengusulkan dua RUU.
Adapun kesepuluh RUU tersebut adalah: 1) RUU tentang Pengelolaan Kawasan
Perbatasan usulan Komite I; 2) RUU tentang perubahan UU Nomor 21 Tahun 2001
tentang Otonomi Khusus Papua usulan Komite I; kemudian 3) Rancangan Undang-
Undang tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang
Perlindungan Varietas Tanaman usulan Komite II, 4) RUU tentang perubahan atas
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
usulan Komite II; 5) Rancangan Undang-Undang tentang Bahasa Daerah usulan
Komite III; 6) Rancangan Undang-Undang tentang Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan usulan Komite III; 7) Rancangan Undang-Undang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional usulan Komite IV; 8) Rancangan Undang-Undang tentang
Penilai usulan Komite IV; 9) RUU tentang Pembentukan Undang-Undang usulan
PPUU; dan 10) RUU tentang Sistem Perekonomian Nasional usulan PPUU.
Sehingga, usul Prolegnas DPD RI Prioritas RUU tahun 2017 berjumlah 15 buah
RUU. Dari kelima belas RUU yang diusulkan tersebut, tentunya akan dipetakan lebih
lanjut terkait dengan persiapan dan kelengkapannya, baik naskah akademik maupun
draf RUU-nya.
Dalam rapat gabungan kemarin juga kita mintakan usul RUU yang akan dibahas
di internal masing-masing komite untuk tahun 2017 mendatang, dan telah ada
beberapa judul RUU yang diusulkan oleh komite, kecuali Komite I yang belum
mengusulkan RUU yang akan dibahas secara internal pada tahun 2017. Adapun usul
RUU dari komite yang dibahas pada tahun 2017 di internal masing-masing, yaitu
RUU tentang Indikasi Geografis usulan Komite II, RUU tentang Geologi usulan
Komite II, RUU tentang Kebidanan usulan Komite III, RUU tentang Perubahan UU
Nomor 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan usulan Komite III, RUU tentang
Pajak Penghasilan usulan Komite IV, RUU tentang Pengelolaan Kekayaan Negara
dan Daerah usulan Komite IV, RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor
12 Tahun 1980 tentang Hak-hak Keuangan Administratif Pimpinan dan Anggota
Lembaga Tinggi Negara usulan PPUU.
Sedangkan berdasarkan masukan dari LSM dan anggota, maka terdapat beberapa
RUU yang dapat kita ajukan sebagai salah satu usulan dalam Prolegnas Prioritas
tahun 2017, yaitu RUU tentang Pemilu dan RUU tentang Perubahan atas PPUU
tentang Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
Kedua RUU itu disampaikan oleh Perludem dan Masyarakat Penanggulangan
Bencana Indonesia di mana kedua RUU itu telah lengkap dari sisi naskah akademik
maupun RUU-nya. Kedua RUU yang masuk ini akan kami ajukan dalam Prolegnas
Prioritas 2017 agar pemerintah dan DPR dapat bergerak untuk segera membahas
kedua RUU ini.
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
9
Bapak Ibu yang saya hormati, kami juga menyampaikan turut perhatian atas musibah
yang menimpa Ketua DPD RI Bapak Irman Gusman dan kami sangat berhadap teman-teman
semua, Pimpinan juga, BK, dalam hal memberikan pandangannya bisa lebih adil karena adil
adalah pangkal dari kesejahteraan dan ketidakadilan itu pangkal dari kehancuran. Saya kira
itu dari saya. Kurang lebihnya mohon maaf.
Billahi taufik walhidayah.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Shalom
Om shanti shanti shanti om.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Yang saya hormati Pimpinan dan para Anggota DPD RI, kita akan memasuki laporan
dari Komite II dan IV yang dalam hal ini untuk pengambilan keputusan, dan saat ini sudah
hadir sebanyak 70 anggota sehingga dalam pengambilan keputusan bisa diambil. Kami
persilakan dari Komite II. Oh terbaru sudah 79 anggota dengan komposisi tugas 1, maaf Bu
Anna, izin 13, dan 2 sakit.
Silakan, Bu Anna.
PEMBICARA: ANNA LATUCONSINA (WAKIL KETUA KOMITE II DPD RI)
Yang kami hormati Pimpinan beserta seluruh Anggota Dewan Perwakilan Daerah
Republik Indonesia, yang kami hormati Saudara Sesjen berserta seluruh staf, yang kami
hadirin sekalian.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera untuk kita semua.
Om swastiastu.
Perkenankan pada saat ini saya akan menyampaikan laporan perkembangan
pelaksanaan tugas Komite II DPD RI pada Sidang Paripurna ke-2 DPD RI penutupan Masa
Sidang I Tahun Sidang 2016-2017. Perkembangan pelaksanaan tugas yang akan dilaporkan
Komite II pada sidang hari ini, yaitu mengenai pertama penyusunan RUU usul inisiatif DPD
RI, kedua pandangan DPD terhadap rancangan undang-undang.
Penyusunan RUU usul inisiatif DPD RI, yaitu tugas Komite II dalam menyusun RUU
inisiatif saat ini antara lain: 1) penyusunan RUU tentang perubahan atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; 2)
penyusunan RUU tentang Perubahan atas UU Nomor 23 tentang Perlindungan Varitas
Tanaman. Pada Masa Sidang I Tahun Sidang 2016-2017, Komite II telah melaksanakan uji
sahih terhadap RUU tentang Perubahan atas UU Nomor 23 tentang Perlindungan Varitas
Tanaman sebagai salah satu tahap penyusunan RUU usul inisiatif DPD dan penyusunan RUU
tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup akan dilaksanakan kegiatan diuji sahih. Komite II DPD RI
berharap pada masa sidang berikutnya dapat menyelesaikan dua RUU usul inisiatif tersebut.
Kedua, pandangan Komite II. Komite II DPD RI pada Masa Sidang I ini juga telah
menyelesaikan pandangan terhadap dua RUU, yakni RUU tentang Arsitek dan RUU tentang
Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan. Adapun beberapa poin penting pandangan DPD RI
adalah sebagai berikut.
RUU tentang Arsitek:
a. DPD RI berpendapat naskah akademik RUU Arsitektur tidak sesuai dengan
sistematika penyusunan naskah akademis. Naskah akademis RUU Arsitektur tidak
memuat landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis, dan jangkauan arah pengaturan dan
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
10
ruang lingkup materi undang-undang serta tidak menggunakan metode penelitian
hukum, baik yuridis, normatif, maupun yuridis empiris.
b. DPD RI berpandangan bahwa pada setiap diktum yang menyatakan pembentukan satu
undang-undang perlu mencantumkan dasar hukum yang memuat keberadaan DPD RI.
Untuk mempertegas fungsi dan kewenangan DPD RI, maka pada bagian dasar hukum
mengingat ditambahkan Pasal 22d.
c. DPD RI memandang RUU tentang Arsitek menekankan keberadaan profesi arsitek.
Penekanan profesi arsitek dalam RUU ini ditandai dengan menggunakan frasa profesi
arsitek berulang kali dalam beberapa pasal. Dengan demikian pengertian profesi
arsitek dengan prinsip dasar pada etika profesi yang memahami dan menguasai
permasalahan desain arsitek perlu didefinisikan dalam Bab Ketentuan Umum.
d. DPD RI berpandangan bahwa suatu rancangan RUU yang terdiri atas batang tubuh
memuat pengelompokan materi muatan yang dirumuskan secara lengkap sesuai
dengan kesamaan materi yang bersangkutan. Dan, jika terdapat materi muatan yang
diperlukan, tetapi tidak dapat dikelompokkan dalam ruang lingkup pengaturan yang
sudah ada, materi tersebut akan dimuat dalam Bab Ketentuan Lain-lain.
e. Dalam pandangan DPD RI, pendidikan arsitek mengacu pada Undang-Undang
Perguruan Tinggi Nomor 12 Tahun 2012 dan International Union of Architects (UIA)
yang mengatur kompetensi arsitek serta setara internasional.
f. DPD RI berpendapat arsitek harus memperhatikan artistik, estetik, savety, comfort,
dan konteks.
g. DPD RI berpandangan substansi standardisasi adalah kualitas arsitek yang diperoleh
dengan mendapatkan gelar akademik, gelar profesi, dan sertifikat keahlian tertentu
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 18 Ayat (1) dalam RUU ini.
h. DPD RI memandang Pasal 20 Ayat (5) yang berbunyi lisensi diberikan oleh
pemerintah daerah provinsi atas rekomendasi organisasi profesi arsitek dapat
menimbulkan perdebatan kewenangan di kemudian hari.
Bapak Ibu hadirin yang kami hormati, RUU berikutnya yaitu tentang Karantina
Hewan, Ikan, dan Tumbuhan.
a. Karantina adalah suatu lembaga yang dibentuk pemerintah di pelabuhan darat dan
udara untuk menangkal bahaya penyakit yang dilengkapi dengan beberapa
laboratorium dan sumber daya manusia tertentu.
b. DPD RI berpandangan bahwa salah satu hal yang harus mendapat perhatian dalam
penyusunan RUU Karantina ini adalah sebagaimana, adalah bagaimana mencegah
masuknya hama penyakit di satu sisi, tetapi juga meningkatkan daya saing produk
Indonesia di pasar dunia melalui efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan karantina
sehingga tidak menimbulkan high cost berupa biaya penumpukan produk di
pelabuhan bagi para importir dan eksportir.
c. DPD RI memandang bahwa fasilitas karantina yang selama ini kurang mendapat
perhatian dari pemerintah dan juga ketersediaan sumber daya manusia yang andal di
bidang karantina harus diperhatikan agar pelaksanaan fungsi dan peran karantina akan
lebih optimal ke depan.
d. DPD RI memandang bahwa untuk melaksanakan tujuan dan fungsi karantina hewan,
ikan, dan tumbuhan secara lebih optimal, maka diperlukan adanya badan khusus
karantina yang dapat menyinergikan fungsi karantina karena kelembagaan yang
menyelenggarakan karantina hewan, ikan, dan tumbuhan berada pada kondisi badan
yang berbeda, yakni Badan Karantina Pertanian yang berada di bawah karantina
Kementerian Pertanian dan Badan Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu Hasil
Perikanan berada di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan.
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
11
Bapak Ibu hadirin yang kami hormati, demikianlah dua rancangan undang-undang.
Sebelum kami menghadiri laporan Komite II ini, kami mengharapkan Sidang Paripurna ini
dapat menghasilkan: pertama, hasil penyusunan pandangan DPD RI terhadap RUU tentang
Arsitek, dan yang kedua hasil penyusunan DPD RI terhadap RUU tentang Karantina Hwean
dan Tumbuhan. Demikian laporan perkembangan pelaksanaan tugas Komite II pada Sidang
Paripurna ke-2 Masa Sidang I Tahun Sidang 2016-2017.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera untuk kita semua.
Om shanti shanti shanti om.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Sidang yang mulia, Bapak dan Ibu sekalian, setelah kita mendengarkan bersama
laporan Pimpinan Komite II, apakah kita dapat menyetujui: satu, pandangan DPD RI
terhadap RUU tentang Arsitek, yang kedua pandangan DPD RI terhadap RUU tentang
Karantina Hewan dan Tumbuhan, dapat disetujui?
KETOK 2X
Kemudian selanjutnya, kami persilakan kepada Komite IV untuk menyampaikan
laporan perkembangan pelaksanaan tugasnya.
PEMBICARA: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA KOMITE IV DPD
RI)
Bismillah.
Assalamu’alaikum warahmatulahi wabarakatuh.
Salam sejahtera bagi kita sekalian.
Om swastiastu.
Yang saya hormati Pimpinan Dewan Perwakilan Daerah selaku pimpinan siding, yang
saya hormati para Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, hadirin yang
berbahagia. Terlebih dahulu marilah kita memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT
Tuhan Yang Mahakuasa yang senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada kita sekalian
sehingga dapat menghadiri Sidang Paripurna ke-2 Dewan Perwakilan Daerah hari ini. Kami
atas nama Pimpinan dan segenap Anggota Komite IV menyampaikan terima kasih atas
kesempatan yang diberikan untuk menyampaikan laporan kinerja laporan tugas Komite IV
yang terdiri atas: pertama, kami laporkan bahwa saat ini sedang merampungkan Rancangan
Undang-Undang Penilai yang sudah pada tahap penyelesaian naskah akademik dan draf
RUU; yang kedua adalah penyelesaian RUU Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
yang telah disampaikan kepada PPUU untuk finalisasi dan sinkronisasi.
Hadirin Sidang Paripurna yang berbahagia, pada saat ini perkenankan saya
menyampaikan pertimbangan terhadap RAPBN tahun 2017 yang merupakan pertimbangan
tahap dua untuk melanjutkan pertimbangan atas kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok
kebijakan fiskal tahun 2017 yang telah disampaikan sebelumnya. Pertimbangan ini disusun
setelah melaksanakan rapat pleno Komite IV bersama tim anggaran Komite I, II, dan III;
rapat-rapat kerja dengan Menteri Keuangan, Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Ketua Bappenas, Gubernur Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik; dan telah
melaksanakan finalisasi dengan mengundang narasumber. Hasilnya sebagai berikut, karena di
tangan Bapak-bapak Ibu serta di layar sebelah kanan saya sudah ada, maka saya tidak akan
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
12
membacakan lengkap. Saya akan bacakan bagian-bagian yang merupakan rekomendasi
pertimbangan DPD RI.
Pertimbangan terhadap asumsi ekonomi makro tahun 2017:
1. DPD RI memberikan pertimbangan asumsi ekonomi makro tahun 2017 yang lebih
realistis sebesar 4,9% sampai 5,2%.
2. Inflasi tahun 2017, target inflasi tahun 2017 yaitu 4%. Rekomendasinya di sana agar
pemerintah berusaha bekerja keras menjaga stabilitas harga komoditas dan
mengurangi potensi kenaikan inflasi.
3. Nilai tukar rupiah, DPD RI merekomendasikan pemerintah harus menjaga rata-rata
nilai tukar rupiah terhadap dolar pada kisaran 13.300 sampai 13.600 perdolar US di
tahun 2017.
4. DPD RI merekomendasikan rata-rata tingkat bunga SPPN di tahun 2017 sebesar 5,0%
sampai 6,0%.
5. DPD RI merekomendasikan pemerintah untuk menyiapkan suatu pengaman, sistem
pengaman untuk mengurangi dampak fluktuasi harga minyak di pasar internasional,
termasuk penetapan pengurangan subsidi.
6. DPD merekomendasikan bahwa untuk mencapai lifting minyak pada tahun 2017,
pemerintah harus mengoptimalkan perolehan dari sumur minyak yang sudah ada,
peningkatan kapasitas produksi, dan percepatan produksi di sumur-sumur minyak
yang baru.
7. Angka kemiskinan, pengurangan angka kemiskinan tahun 2017 pemerintah pada
kisaran 9,5% sampai 10,5%. DPD RI merekomendasikan target penurunan tingkat
kemiskinan agar dibuat lebih progresif, yaitu di bawah 9%.
8. DPD RI merekomendasikan target tingkat pengangguran, pengurangan tingkat
pengangguran tahun 2017, yaitu 5,2% sampai 5,5%.
9. Gini ratio, DPD RI berpendapat agar target pengurangan tingkat kesenjangan atau gini
ratio tahun 2017 yang dibuat oleh pemerintah, yaitu sebesar 0,38%. Diperlukan
kebijakan jangka panjang yang dilaksana oleh pemerintah secara konsisten.
10. Pendapatan dalam negeri, ini sudah berkaitan dengan pendapatan, pendapatan tahun
2017 ditargetkan 1.736 triliun atau turun sebesar 2,7% jika dibandingkan dengan
APBNP tahun 2016. DPD RI merekomendasikan penurunan target pendapatan dalam
negeri masih realistis. Berdasarkan out log APBNP tahun 2016 gambaran
Kementerian Keuangan, realisasi pendapatan dalam negeri diestimasi akan terealisir
sebesar 1.583 triliun. Dengan demikian, sebenarnya target pendapatan dalam negeri
tahun 2017 masih bisa mengalami pertumbuhan sebesar 153 triliun. Ini ada kajiannya
terlampir yang disusun oleh Pusat Kajian Anggaran atau Budget Office DPD.
Pertimbangan DPD RI terhadap kebijakan fiskal tahun 2017, target penerimaan saya
sudah gambarkan seperti tadi. DPD RI merekomendasikan bahwa peningkatan target
penerimaan ini membutuhkan kecermatan dan keseriusan dalam pengelolaannya sehingga
pengalaman tahun 2016 tidak terulang yang menunjukkan adanya kesenjangan antara target
dan realisasi.
Poin B.
1. DPD merekomendasikan perlunya kecermatan, keseriusan dalam pengelolaan, saya
tidak bacakan dari atas angka-angkanya tadi. Langkah-langkah yang perlu dilakukan
meliputi: a) pembenahan sistem perpajakan, b) penetapan peta jalan wajib bagi pajak
yang telah dideklarasikan yang berkait dengan tax amnesty, c) pemberlakuan insentif
terhadap kekayaan yang direpatriasi malalui tax amnesty terutama yang digunakan
untuk membiayai pokok-pokok proyek-proyek strategis, d) pengintegrasian data lintas
departemen, dan e) mengintensifkan penerimaan pajak pada bisnis daur ulang.
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
13
2. DPD RI merekomendasikan agar seluruh kebijakan belanja negara, khususnya dana
transfer daerah harus dirumuskan secara realistis dengan mempertimbangkan
kebutuhan daerah yang strategis untuk menjamin keberlangsungan pembangunan,
penyelenggaran pemerintahan, dan pelayanan bagi masyarakat di daerah yang
berkepastian, ada kata yang hilang di situ.
3. DPD RI merekomendasikan subsidi, jadi ada subsidi, merekomendasikan subsidi
tersebut perlu dilanjutkan dengan memprioritaskan sasaran rumah tangga sebesar 15,5
juta keluarga.
4. Terhadap subsidi pupuk, DPD RI merekomendasikan bahwa dalam subsidi pupuk
perlu langkah-langkah sebagai berikut: ketepatan sasaran subsidi, kontrol atas harga
eceran tertinggi, penyederhanaan tata niaga, penataan basis data kelompok sasaran.
Pertimbangan DPD tentang dana transfer ke daerah dan dana desa tahun 2017:
1. DPD RI merekomendasikan pemerintah perlu fokus untuk mengatasi berbagai
kendala dalam pengelolaan dana transfer daerah, seperti terlambatnya penerbitan
petunjuk teknis sekalipun diakui akan terbit atau sudah terbit untuk petunjuk teknis
tiga tahunan melalui kepres, tetapi selalu ada penyempurnaan tiap tahun. Karena, ini
akan menyebabkan kesulitan administrasi anggaran yang dilakukan oleh pemerintah
daerah, kurang tertatanya manajemen pengolahan dana lokasi khusus atau DAK
sebagai akibat terlalu banyaknya jenis program DAK, terlambatnya penyaluran DAK
sebagai akibat keterlambatan pedoman penerbitan teknis, dan meningkatnya beban
aparat pemerintah daerah yang menyusun dana penggunaan DAK dengan dasar
hukum dalam pemeriksaan penggunaan DAK, dan kurang efektifnya pembangunan
DAK sebagai akumulasi dari berbagai permasalahan sebelumnya.
2. Dana transfer yang ditargetkan di tahun 2016, 723, 9 triliun ini realisasinya hanya
diperkirakan 659,1. Target PABN 2017, 700 triliun, ada peningkatan sebesar 40,9
triliun atau 6,08%. DPD RI merekomendasikan agar dana transfer ke daerah pada
RUU APBN tahun 2017 berada pada kisaran 723,49 triliun.
3. poin 3 berkait dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Dana Desa,
DPD RI meromendasikan perlunya diberikan kewenangan dan sumber daya lebih
besar kepada masyarakat dan pemerintah desa untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintah yang berdasarkan prakarsa, asal usul, adat dan/atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Ini ada rumusan yang merupakan kajian Budget Office yang menjadi
lampiran nanti.
4. poin 4 pengelolaan dana desa dan seterusnya, rekomendasi DPD adalah pemerintah
perlu segera melakukan langkah-langkah perbaikan untuk mengatasi potensi
permasalahan pengelolaan dana desa.
5. poin 5 DPD merekomendasikan agar penataan target penerimaan negara yang
dilakukan secara lebih realistis dan berkepastian untuk menghindari ketidakpastian
daerah dalam penyusunan APBD provinsi, kabupaten, maupun kota.
6. Berkait dengan dana alokasi umum, DPD RI merekomendasikan agar besaran DAU
tidak mengalami penundaan dan pengurangan sekalipun target penerimaan negara
tidak tercapai sesuai dengan pengaturan pada Pasal 11 Ayat (8) Undang-Undang
Nomor 14 tahun 2015 tentang APBN tahun 2016 yang ditetapkan dan diberlakukan
pada APBN tahun 2016, yakni pada Pasal 11 Ayat (9) RUU APBN tahun 2017.
Komite IV dalam kaitannya dengan DAU tahun 2016 ini akan membentuk tim timja,
tim kerja, tim kajian untuk nanti akan mengeluarkan pertimbangan terhadap DAU
tertunda terbayar tahun 2016.
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
14
7. poin 7 DPD RI merekomendasikan perlu adanya kejelasan pemerintah tentang posisi
anggaran untuk pembayaran DAU yang tertunda tersebut dalam RUU APBN tahun
2017. Jika dana untuk pembayaran RUU ditunda telah diperhitungkan dalam RUU
APBN tahun 2017, maka DAU tahun 2017 semuanya hanya sebesar 385,4 triliun.
Dengan demikian, tidak ada penambahan DAU, melainkan justru terjadi penurunan
DAU. Jadi, analisis Komite IV seperti itu, DAU tertunda tahun 2016 masuk
pembayarannya pada tahun 2017, maka sesungguhnya tidak ada penambahan dalam
DAU tahun 2017 pada RAPBN tersebut.
8. poin 8 Yang berkait dengan tunjangan profesi guru dan lain sebagainya, DPD RI
merekomendasikan agar pemerintah menyesuaikan anggaran tunjangan profesi guru
(TPG) dalam RUU APBN tahun 2011 dengan jumlah minimal sebesar 46,4 triliun dan
bukan 56,6 triliun sebagaimana tercantum dalam nota keuangan dan RUU APBN
tahun 2017.
Pimpinan dan para Anggota serta Sidang Paripurna yang kami hormati, demikian
materi pertimbangan DPD RI yang dirumuskan oleh Komite IV yang kami mohonkan untuk
diputuskan pada Sidang Paripurna saat ini karena pembahasan RUU RAPBN oleh DPR
sedang berlangsung sekarang ini yang kemungkinan akan disahkan pada pertengahan
Oktober tahun 2016. Demikian laporan pelaksanaan tugas Komite IV yang dapat kami
sampaikan dalam Sidang Paripurna terhormat ini. Kami atas nama Pimpinan dan Anggota
Komite IV mengucapkan terima kasih atas partisipasi dan dukungan terhormat Pimpinan,
Anggota, dan seluruh jajaran Sekretariat Jenderal DPD RI, staf ahli, teman-teman wartawan,
dan terkhusus para tim anggaran Komite I, II, dan III. Demikian kami sampaikan, mohon
maaf atas segala kekurangannya.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Om shanti shanti shanti om.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Bapak dan Ibu sekalian, setelah kita mendengarkan laporan dari Komite IV, apakah
kita dapat menyetujui pertimbangan DPD RI terhadap Rancangan Undang-Undang APBN
tahun 2017?
PEMBICARA: Drs. H. ABDURACHMAN LAHABATO (MALUT)
Mohon izin bicara, Pimpinan. Dari Malut, Maluku Utara.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Silakan, Pak.
PEMBICARA: Drs. H. ABDURACHMAN LAHABATO (MALUT)
Terima kasih.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Rekan-rekan anggota yang saya hormati, pertama saya menyampaikan apresiasi
kepada Komite IV telah berhari-hari, bahkan sampai tengah malam berusaha untuk menyusun
pertimbangan APBN 2017. Tetapi, saya ingin meminta pertimbangan dalam satu poin yang
dibacakan oleh Ketua Komite IV tadi.
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
15
Subsidi pupuk mohon dipertimbangkan dalam jumlah puluhan triliun. Dalam amatan
saya, di wilayah-wilayah tertentu di republik Indonesia, utamanya di wilayah Maluku dan
Maluku Utara dan beberapa wilayah provinsi kepulauan, distribusi pupuk sangat jarang
terlihat. Karena itu, saya meminta pertimbangan agar subsidi pupuk sebagian diperuntukan
kompensasi pembiayaan terhadap pembangunan di bidang perikanan dan perkapalan. Saya
memberi contoh di wilayah Maluku Utara, tidak pernah saya dalam setiap reses saya
melakukan tatap muka dengan masyarakat petani, tidak pernah saya lihat distribusi pupuk
sampai di wilayah-wilayah pedesaan. Justru yang menjadi problem di wilayah-wilayah
provinsi kepulauan adalah bagaimana pengadaan kapal yang bisa menyaingi illegal fishing
yang dilakukan oleh negara-negara tetangga di Filipina. Itu yang menjadi problem bagi
wilayah-wilayah tertentu. Karena itu, mohon dengan sangat kepada Komite IV untuk
mempertimbangkan ulang subsidi pupuk sebagian dikompensasi untuk pengadaan kapal di
wilayah-wilayah provinsi tertentu.
Terima kasih
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Iya terima kasih, Pak. Saya kira, oh silakan Pak Bahar.
PEMBICARA: Drs. H. BAHAR NGITUNG, M.B.A. (SULSEL)
Terima kasih, Pimpinan yang saya hormati, Saudara-saudaraku Senator Indonesia.
Mendengarkan laporan Pimpinan Komite IV walaupun dia berada di samping saya
sama-sama dari Sulawesi Selatan, tetapi ada hal yang ingin saya sampaikan belajar dari
pengalaman selama 12 tahun keberadaan DPD. Bahwa, cara-cara kita membuat pertimbangan
dengan model seperti ini tidak satu pun yang pernah tahu apakah itu dipertimbangkan atau
tidak, bahkan kita tidak tahu ujung surat itu ada di mana. Kenapa kita tidak belajar dari 12
tahun pengalaman itu?
Kita mengubah cara memberikan pertimbangan dengan langsung masuk memberikan
pertimbangan terhadap kebutuhan daerah. Hasil dari reses maupun aspirasi masyarakat dan
daerah yang disampaikan kepada anggota itulah yang menjadi bahan pertimbangan yang
diajukan ke DPR, bukan dengan model sekarang ini. Yang ada sekarang ini, itu saya yakin
bahwa itu di tempat sampah, saya yakin sekali karena tidak satu pun pertimbangan DPD yang
pernah disebutkan di dalam nota pengantar APBN tahun 2017. Oleh karena itu, sekali lagi
belajar dari pengalaman itu, saya usulkan agar kita masing-masing anggota mengumpulkan
aspirasi masyarakat dan daerah dan dimasukkan ke sekretariat kesetjenan dan dirangkum
menjadi sebuah laporan. Itulah menjadi bahan pertimbangan yang disampaikan kepada DPR
sehingga masyarakat dan daerah bisa langsung merasakan manfaatkan kehadiran Anggota
DPD. Yang selama ini yang dikatakan bahwa kita adalah corong jembatan komunikasi antara
rakyat dan daerah dengan pusat itu tidak dapat terwujud karena kita tidak punya kewenangan
terhadap budgeting. Dengan cara seperti ini mungkin kita bisa menjawab tantangan ini ke
depan.
Terima kasih, Pimpinan.
PEMBICARA: M. SYUKUR, S.H. (JAMBI)
Izin, Pimpinan. Jambi. Pimpinan, kiri. Bu.
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
16
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Oh, Pak Syukur silakan. Kalau saya sebelah kanan, Pak.
PEMBICARA: M. SYUKUR, S.H. (JAMBI)
Bu Pimpinan yang saya hormati, saya melihat laporan dari pertimbangan Komite IV,
saya melihat laporan yang tahun lalu, kemudian apa yang disinggung oleh Pak Abdurachman
Lahabato dan di Komite II saya pernah menjadi Ketua Tim Panja untuk pupuk. Pupuk itu
subsidi hampir 35 triliun Bu, dan boleh dikatakan hampir seluruh daerah itu mengeluh soal
subsidi pupuk. Dan, lembaga ini pernah waktu itu Paripurna tidak salah saya
merekomendasikan supaya subsidi pupuk diganti menjadi subsidi harga. Itu pertimbangan
waktu itu saya melihat laporan sehingga 35 triliun itu bisa dinikmati oleh masyarakat.
Kejanggalan pupuk itu sangat besar sekali kalau kita telaah. Saya beri contoh seperti ini
supaya lebih gampang untuk ilustrasinya. Kita pernah studi di Bali. Di Bali itu rata-rata orang
punya sawah setengah hektar. Kalau setengah hektar itu bisa menghasilkan 6 ton gabah
dikalikan selama setahun berarti ada 12 ton gabah. Kalau dihitung dengan harga PP misalnya
4.000, maka penghasilan masyarakat dari padi hanya hanya sekitar 1.800.000. Hitungan saya
apakah mungkin masyarakat Indonesia bisa hidup dengan angka 1.800.000. Tetapi, kalau 35
triliun itu disubsidi menjadi harga, maka rata-rata dari penghasilan padi atau sawah gabah
bisa menghasilkan Rp3 juta. Maka, kalau pemerintah suap pada pangan, tidak perlu
sebenarnya kita impor lagi dari Thailand, Vietnam, beras. Saya pikir kita sudah bisa dengan
35 triliun itu dialihkan menjadi subsidi harga. Jadi, itu pertimbangan saya.
Terima kasih.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Ya terima kasih.
Pak Asri, silakan.
PEMBICARA: MUH. ASRI ANAS (SULBAR)
Terima kasih.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat pagi.
Salam sejahtera untuk kita semua.
Om swastiastu.
Yang pertama, Pimpinan, saya mendukung dua pendapat teman saya yang terdahulu
yang background-nya adalah petani, Pak Syukur dan Pak Abdurachman Lahabato yang
berbicara tentang pupuk. Saya sangat mengapresiasi pendapat beliau.
Kemudian yang kedua, ini kita butuh pendapat pandangan termasuk dari Pimpinan
dan Komite IV. Kami mengapresiasi laporan yang disampaikan oleh Komite IV, dari tahun
ke tahun rasanya inilah yang berulang-ulang kan begitu, dan tentu kita mengapresiasi kerja
ini. Saya hanya ingin bertanya, ketika kita turun ke daerah di pertengahan dan akhir tahun
2016 ini rasanya semua kepala daerah mengeluh kepada kita untuk dua hal. Yang pertama
adalah pemotongan anggaran transfer daerah tahun 2016 sebesar 68,8 triliun, kemudian 65
dari total 1.133 triliun pemotongan APBN 2016. Daerah lebih besar, apa itu? Banyak DAK
reguler yang sudah dilelang dipotong kembali membuat pelayanan publik berbengkalai. Lalu
pertanyaannya, di mana DPD waktu itu ketika daerah membutuhkan? Seluruh daerah
dipotong. Kita baru ribut-ribut ketika dana DPD dipotong, dana MPR dipotong, dan dana
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
17
kementerian semua dipotong. Tidak ada sikap yang jelas di DPD ketika transfer daerah itu
yang dipotong. Kemudian, ketika pemotongan kedua 19,4 triliun pemotongan DAU 2016,
mana DPD bersikap? Tatib jelas memberikan kewenangan kepada kita untuk memberikan
hak bertanya kepada pemerintah. Pimpinan DPD diam, lembaga diam. Kemudian, saya
berharap Komite IV memberikan klarifikasi berpihak ke daerah untuk itu. Saya butuh
klarifikasi dari ini.
Kita hadir di sini karena daerah. Saya ke dapil saya, gubernur bertanya yang juga ikut
dipotong, mana sikapnya DPD? Kenapa tidak berani berteriak tentang ini? Lalu, kita
berulang-ulang, berulang kali mengundang kementerian, lembaga Bappenas ketika dana DPD
dipotong, tetapi ketika dana daerah, DAU, DAK, kemudian teman-teman Komite IV mohon
maaf, ada dana tambahan DAK tambahan 2016 yang dikelola oleh teman-teman DPR lebih
20 triliun tanpa formula yang jelas. Saya yakin teman-teman Komite IV tahu. Ada tidak sikap
kita terhadap itu? Saya khawatir kita diam saja. Tidak jelas formulanya, ada daerah yang
mendapat 90, ada yang mendapat 100, ada daerah yang sama sekali miskin tidak
mendapatkan formula itu.
Ini mohon maaf ini teman-teman sekalian, saya hanya mau menggugah saja, teman-
teman di Komite IV kan begitu. Saya merasa, saya menunggu-menunggu secara jelas sikap
dari lembaga dan sikap dari Komite IV secara tegas ketika pemerintah melakukan ini, tetapi
rasanya tidak ada. Mohon maaf saya mengapresiasi apa yang dilakukan oleh Komite IV,
tetapi rasanya tidak ada sesuatu kebanggaan yang luar biasa kita temukan dari laporan ini.
Yang kita butuhkan adalah keberpihakan daerah yang jelas.
Terima kasih.
PEMBICARA: ADRIANUS GARU, S.E., M.Si. (NTT)
Pimpinan, saya mau bicara Pimpinan.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Ya silakan Pak Andre.
PEMBICARA: ADRIANUS GARU, S.E., M.Si. (NTT)
Saya terima kasih, Pimpinan. Saya mohon izin langsung terhadap kedua Saudara saya
dan Asri yang terakhir ini.
Jadi, saya harap semua komisi, Komite I, II, dan III juga kalau diundang rapat oleh
Komite IV jangan debat kusir di sini. Dikasih formulir kamu semua rapat karena tidak mau
hadir. Mental apa ini? Jangan omong di sini saja, jago omong di sini, waktu rapat komite
kamu tidak mau hadir ya. Setengah mati kita formulasikan setiap hari, kita rapat kementerian,
kok salahnya Komite IV. Komite lain di mana? Ya, jangan saya tidak mau dengar lagi begitu.
Kalau memang kamu Anggota DPD, kamu perjuangkan kamu punya daerah, diundang
Komite IV kamu harus hadir. Seenak saja mau persalahkan.
Terus yang kedua, saya minta sekali lagi kalau rapat-rapat penting juga hadir. Kita
mengeluh terus, meminta rengek-rengek terus untuk kewenangan, datang sidang juga nggak
mau. Kita sudah diserang, kok malah ndak mau menjaga diri sendiri. Sudah saatnya bangkit,
kita harus serius ya. Bukan apa-apa, kecewa saya kalau seakan-akan, kita sudah
rekomendasikan Menteri Keuangan termasuk pimpinan di depan supaya jangan dipotong. Ini
negara dalam keadaan begini. Kita punya anggaran sendiri saja nggak bisa ngomong
anggaran, anggaran daerah lagi. Marilah kita sadar, ini berbangsa dan bernegara yang baik,
ini kondisi. Dengan cara apa pemerintah pusat, nah karena apa? Keenakan. Sekian tahun
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
18
negara ini dijajah mafia, ya inilah risikonya. Baru mau dibenahi ... (kurang jelas, red.), kita
semua kelaparan, kebingungan. Saya minta dengan hormat ini seruan moral saya, kita mari
bersatu. Kalau mau daerah itu maju, bersatu kita bepikir di sini sama-sama, rapat juga harus
sama-sama, menjaga ini lembaga marwah, marwah lembaga ini.
Terima kasih.
Saya kembalikan, Pimpinan.
PEMBICARA: Drs. H. GHAZALI ABBAS ADAN (ACEH)
Saya sekarang, Pimpinan.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Silakan, Pak.
PEMBICARA: Drs. H. GHAZALI ABBAS ADAN (ACEH)
‘Ala kulli hal, terima kasih banyaklah kepada sohib-sohib kami dari beberapa orang
tadi atas masukannya, atas kritik membangunnya untuk kemaslahatan kita semuanya. Karena
kami sadar kami-kami Komite IV bukanlah orang-orang yang sangat sempurna, bukan
superman dan superwoman, tetapi adalah orang-orang yang banyak kelemahan ya, perlu
masukan dari sohib-sohiblah, tetapi dengan bahasa yang simpati, tidak perlu marah-marah.
Dan, saya pun sambil senyum-senyum, saya kan senyum ini kan tidak marah. Coba lihat
wajah saya di layar, senyum tidak ini? Kendati tidak keren-keren amat, tetapi lumayanlah.
Maaf ya saya tidak memuji-muji Komite IV. Yang paling rajin orang hadir itu Komite
IV, Anda boleh cek. Ketua kami Pak Ajiep Pandindang sangat pintar. Saya makmumnya,
saya tidak ngerti banyak masalah ekonomi karena saya sekolah “ah” dulu, “ah-ah” pokoknya
tidak pakai yang lain. Saya banyak belajar dari Pak Ajiep dan teman-teman yang lain, tetapi
saya ingin tetap rajin datang. Di situ saya akan banyak mendapatkan pelajaran-pelajaran. Itu
yang pertama. Kalau Bapak-bapak, teman-teman datang raker Komite IV dengan Bappenas,
tadi sudah kita omong semua di depan Bappenas, apakah masalah pupuk dan sebagainya.
Cuma kan Anda malas datang kalau kami undang, itu persoalannya. Begitu banyak bacot, di
sini. Bacotnya agar didengar orang banyak ya di sini, ini yang tidak benar. Tetapi, hadir rapat
tidak mau ya.
PEMBICARA: H. AHMAD SUBADRI, S. Pd. I. (BANTEN)
Jangan pakai istilah bacot, Pak.
PEMBICARA: Drs. H. GHAZALI ABBAS ADAN (ACEH)
Maaf ya saya harus ngomong begini, juga sambil senyum tidak marah saya, sambil
senyum. Lihat sambil senyum saya tidak ini, senyum kan, senyum Bu saya kan. Jadi, jangan
banyak bacot di sini sekarang pada teman-teman. Tolong datang kalau Komite IV rapat
dengan siapa pun. Kita selalu mengundang satu, dua, tiga komite kalau ada rapat-rapat ya,
penting. Tetapi, mereka kebanyakan datang pun terakhir, baru datang sudah selesai. Ini kan
sudah tidak benar. Ya senyum-senyum, ini senyum saya kan. Tolonglah ya, tetapi yang pasti
kami sangat berterima kasih yang tidak terhingga kepada para teman-teman yang sudah
memberi masukan. Kami tidak akan marah karena Komite IV bahagian daripada DPD RI.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
19
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Walaikumsalam.
Jadi, ada beberapa masukan. Saya kira tidak perlu di bahas di sini, dan kita
mendengarkan semua apa yang menjadi harapan daripada seluruh Anggota DPD, dan ini kita
akan melakukan pekerjaan yang besar dan yang juga cukup berat di waktu yang akan datang
sehingga kita tidak bahas di sini dan kemudian tidak juga dijawab oleh Komite IV di sini.
Sehingga, kita mengambil keputusan saja kalau disepakati. Sehingga, setelah mendengarkan
laporan dan juga tadi masukan dari kawan-kawan, termasuk Bapak yang senyum maupun
yang baterainya baru tadi Pak Asri, ya Pak Asri ya. Jadi, saya kira kita semua bisa
menyetujui....
PEMBICARA: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (JATENG)
Ketua, sedikit, Ketua. Ketua, Ketua, tengah, Ketua.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Yang mana, yang mana? Di mana?
PEMBICARA: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (JATENG)
Saya, Ketua.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Oh ini, ini baterainya baru juga. Silakan, Pak.
PEMBICARA: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (JATENG)
Iya terima kasih.
Jadi di antara komite itu, Ibu dan Bapak sekalian, yang paling suka mengundang itu
Komite IV ya, apalagi ada tim anggaran Komite I, Komite II, Komite III. Saya kira segenap
Anggota Komite IV, saya minta saksi saja, Komite I ketuanya sering hadir tidak? Saya minta
saksi saja. Lah karena itu, mbok tolong teman-teman yang merasa panitia anggaran dari
masing-masing komite hadirlah dalam kesempatan itu. Saya sebagai Ketua Komite I selalu
saya share, ayo panggar Komite I datang ke Komite IV. Jadi, saya kira ... (bahasa Arab, red.).
Terima kasih.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Ya ini mohon pengakuan Komite I hadir terus.
PEMBICARA: H. ABU BAKAR JAMALIA (JAMBI)
Ibu, Ibu ini dari Jambi, Bu.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Yang mana ini?
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
20
PEMBICARA: H. ABU BAKAR JAMALIA (JAMBI)
Jambi Ibu ini, Haji Abu Bakar.
Saya cuma mau mengingatkan teman-teman kita semua, kami di Komite IV itu
bekerja sudah luar biasa, Bu sebenarnya Bu ya. Jangan cuma minta perhatian orang saja ya
bicara itu ya. Lihat kerja kami, kami bukan asal-asalan ini. Kita punya Budget Office, kita
punya tim ahli, bukan sembarang-sembarang kita dalam menetapkan ini. Tolong hadir apa
seperti yang disampaikan Pak Andre tadi dengan Pak Ghazali Abbas. Itu saja permintaan
saya.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Oke, ya terima kasih.
Kita turunkan tensinya. Pak Farouk akan memberikan masukan sebentar, yang
membawahi Komite IV.
PEMBICARA: Prof. Dr. FAROUK MUHAMMAD (WAKIL KETUA DPD RI)
Baik, terima kasih masukan-masukan. Ada juga masukan yang perlu di-follow up saya
rasa, baik dari Pak Rachman maupun Pak Syukur, tetapi mungkin ini lebih tepat isunya isu
pupuk. Ini diserahkan saja nanti Komite II untuk mengangkat kembali isu pupuk ini begitu
tanpa kita harus mengubah apa yang dikemukakan.
Kemudian, yang lebih penting saya pikir sebagaimana kesepakatan kita yang lalu, Pak
Sesjen tolong setelah ini langsung buat surat, mudah-mudahan ini diketok setuju semua kan.
Langsung buat surat kepada DPR, kita minta waktu DPD secara resmi menyerahkan
pertimbangannya, termasuk pandangannya kepada Pimpinan DPR. Mudah-mudahan itu salah
satu wujud kita lakukan.
Terima kasih.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Ya terima kasih, Pak Farouk.
Jadi, Bapak dan Ibu sekalian, dapat kita setujui usulan Komite IV?
Oke.
KETOK 2X
Alhamdulillah.
Kita lanjutkan, Bapak dan Ibu sekalian, setelah pengambilan keputusan Komite III
dan Komite IV, mohon kita bersama mendengarkan laporan BK yang tidak mengambil
keputusan. Kami silakan, Pak.
PEMBICARA: DR (HC) A. M. FATWA (KETUA BK DPD RI)
Saudara Ketua, sekretariat belum siap ya. Diganti dulu yang lain.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Kenapa? Komite I sudah tadi.
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
21
PEMBICARA: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA KOMITE IV DPD
RI)
Interupsi, Pimpinan
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Komite I mau laporan?
PEMBICARA: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA KOMITE IV DPD
RI)
Interupsi, interupsi, Ibu Pimpinan. Komite IV.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Silakan, Pak Ajiep.
PEMBICARA: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA KOMITE IV DPD
RI)
Iya terima kasih, Ibu Ketua.
Sambil BK mempersiapkan laporannya, saya mau memberi informasi bukan
menjelaskan atas berbagai tanggapan tadi, dan saya sengaja tidak mau menjawab pada saat
kaitan dengan pengambilan keputusan Komite IV. Jadi, sifatnya informasi.
Pertama, Bapak-bapak Ibu sekalian, Komite IV dalam minggu depan akan, tadi saya
sudah laporkan akan membuat timja terhadap DAU, akan membuat timja di Komite IV
terhadap DAU daerah yang dipangkas atau ditunda pembayaran dana alokasi umumnya.
Karena itu, Ibu Pimpinan, Bapak Pimpinan, Pak Farouk, bagi daerah yang tidak memiliki
anggota di Komite IV, tolong diperhatikan kalimat saya, bagi daerah yang tidak memiliki
anggota di Komite IV, tetapi daerahnya termasuk dalam kategori yang ditunda pembayaran
DAU-nya, baik provinsi maupun kabupaten kota sebanyak 160 lebih daerah itu, saya undang
bergabung di Komite IV. Kita lakukan analisis, kita lakukan kajian, kita akan undang daerah
tersebut, dan nanti kita akan keluarkan rekomendasi. Penundaan DAU ini bukan hanya
sebagai konsekuensi keuangan, tetapi ini adalah pelecehan pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah provinsi dan kabupaten kota, Saudara-saudara sekalian. Karena itu, mari
nanti kita bicarakan sama-sama di Komite IV, terutama bagi daerah-daerah yang tidak punya
anggota di Komite IV. Dan, statement ini telah kami sampaikan kepada Menteri Keuangan
pada rapat kerja, rapat dengar pendapat di Komite IV. Bahkan, kalau perlu ujungnya nanti
kita minta ada audit dari BPK terhadap pengelolaan dana alokasi umum dari Kementerian
Keuangan ke daerah-daerah. Itu informasi, Bu Pimpinan.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Terima kasih, Pak Ajiep.
Saya kira ada, Bapak dan Ibu sekalian, ada satu lagi yang belum diambil
keputusannya berdasarkan dari rapat Panmus kemarin telah menyepakati penetapan anggota
alat kelengkapan 2016-2017 sesuai dengan usul dari masing-masing provinsi. Sedangkan,
untuk provinsi yang tidak atau belum mengajukan usul dan yang sudah menyerahkan usul,
tetapi masih belum mendapatkan kesepakatan di provinsinya. Keanggotaan alat
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
22
kelengkapannya mengikuti komposisi keanggotaan alat kelengkapan masa sidang
sebelumnya. Mungkin ini ditayangkan, Bapak Ibu bisa melihat, sehingga apakah kita
menyetujui apa yang sudah menjadikan kesepakatan kita untuk menetapkan keanggotaan alat
kelengkapan 2016 dan 2017, setuju? Oke.
PEMBICARA: Drs. H. A. BUDIONO, M.Ed. (JATIM)
Sebentar, interupsi. Sebentar, Bu. sebentar dari Jawa timur.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Mana, mana, Pak?
PEMBICARA: Drs. H. A. BUDIONO, M.Ed. (JATIM)
Jawa Timur.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Oh silahkan, Pak.
PEMBICARA: Drs. H. A. BUDIONO, M.Ed. (JATIM)
Dari Jawa Timur sejak tahun pertama itu belum pernah ada pergantian, baik di komite
maupun alat kelengkapan yang lain. Dan, kami berencana untuk melakukan rotasi di tahun
sidang ini, namun demikian sampai sekarang belum ada pembicaraan, belum ada kesepakatan
di antara empat anggota. Nah oleh sebab itu, untuk Jawa Timur ini bisa di-pending terlebih
dahulu karena yang ada sekarang yang sudah bersepakat adalah hanya dua anggota, yaitu
saya dan Pak Nawardi.
Terima kasih
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Ya terima kasih, Pak dari Jawa Timur.
Saya kira juga masih ada beberapa provinsi yang da permasalahan, jadi nanti kita
sepakati saja. Saya kira kita tunggu, kami masih menunggu, dan saya pikir kita harus segera
mungkin menyelesaikannya.
PEMBICARA: Drs. H. GHAZALI ABBAS ADAN (ACEH)
Cuma tambahan sedikit, Bu. Jangan berlama-lama, kita akan bekerja terus ini.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Iya Pak, saya sudah dengan senyum, jangan berlama-lama.
PEMBICARA: Drs. H. GHAZALI ABBAS ADAN (ACEH)
Ya sambil senyum juga ini.
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
23
PEMBICARA: EDISON LAMBE (PAPUA)
Izin, Pimpinan.
Papua juga di-pending, Pimpinan.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Yang mana ini?
PEMBICARA: EDISON LAMBE (PAPUA)
Izin.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Tangannya ke atas dong
PEMBICARA: EDISON LAMBE (PAPUA)
Izin belakang.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Oh iya silakan, Pak.
PEMBICARA: EDISON LAMBE (PAPUA)
Papua untuk sementara di-pending juga, Bu.
Terima kasih, Bu Pimpinan.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Oke Papua, kemudian tadi Jawa Timur, dan mungkin masih ada provinsi yang
sebetulnya Bapak bisa lihat di tabel ini dan kami masih menunggu.
Terim kasih.
Bisa kita lanjutkan ke BK? Kok malah tidak ada BK-nya.
PEMBICARA: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (JATENG)
Ibu mohon konfirmasi, Bu.
PEMBICARA: H. AHMAD SUBADRI, S. Pd. I. (BANTEN)
Skors dulu Bu, di-skorsing dulu, Bu.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Iya kita skors dulu ya.
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
24
PEMBICARA: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (SULSEL)
Usul skorsing saja dulu, Bu, 15 menit, 10 menit.
PEMBICARA: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (JATENG)
Yang di-pending itu adalah yang belum melakukan rapat provinsinya saja, Bu. Yang
sudah, diputuskan. Sehingga yang belum, itu nanti tinggal menyesuaikan saja dan itu sudah
menjadi keputusan yang terkait dengan ini begitu, Bu.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Oke, Silakan Pak Farouk.
PEMBICARA : Prof. Dr. FAROUK MUHAMMAD (WAKIL KETUA DPD RI)
Usul ya jadi kita putuskan itu yang sudah fix. Yang masih ada permasalahan, kita beri
kesempatan untuk menyelesaikan. Dalam waktu berapa lama? Satu minggu saya rasa, satu
minggu permasalahan. Begitu juga yang belum dimasukkan. Kita secara formal substansi kita
ketok setujui, tetapi administrasinya nantinya itu silakan dilengkapi, begitu saja.
PEMBICARA: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (JATENG)
Ketua, begini Ketua, mohon maaf.
Saya mohon agar ini diketok semuanya, tetapi bagi provinsi yang belum, itu menjadi
keputusan pada siang hari ini sehingga tidak perlu lagi Paripurna lagi. Jadi, Jawa Timur
bahwa apa pun misalnya Jawa Timur nanti, silakan diputuskan, kemudian tinggal masuk di
sini, tidak perlu Paripurna lagi, Ketua.
Terima kasih.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Ya, Pak Muqowam. Jadi, saya kira tadi sudah disampaikan juga bahwa apa yang
sudah selesai dari provinsinya dan yang belum sebetulnya tinggal melakukan koordinasi.
Jadi, yang sudah tadi sudah kita ketok ya.
PEMBICARA: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (RIAU)
Pimpinan.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Angkat tangan dong.
PEMBICARA: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (RIAU)
Saya, Bu. Dari sini, Bu.
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
25
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Silakan, Pak Gafar.
PEMBICARA: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (RIAU)
Untuk tidak timbul interpretasi dalam risalah Paripurna bahwa Paripurna telah
mengesahkan anggota alat kelengkapan sesuai dengan yang masuk dan yang belum masuk
disahkan pada Paripurna ini. Nah, ini nanti jangan yang sudah masuk saja. Jadi, yang masuk
atau tidak masuk sesuai dengan saran Pak Komite I telah disahkan pada Paripurna ini. Itu
saja, Bu,
Terima kasih.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Ya bahasanya mungkin lebih lengkap, Pak Gafar.
Jadi, saya kira yang sudah masuk daftarnya dari provinsi dan juga yang belum masuk
kita sahkan pada hari ini. Demikian? Oke. Dan, yang bermasalah sesegera mungkin
dilengkapi.
KETOK 2X
Pak Fatwa sudah? Kami persilakan.
PEMBICARA: DR (HC) A. M. FATWA (KETUA BK DPD RI)
Bismillahhirrahmannirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Laporan pelaksanaan tugas Badan Kehormatan DPD RI dalam Sidang Paripurna ke-2
Masa Sidang I Tahun Sidang 2016-2017 DPD RI, 20 September 2016.
Saudara Ketua Pimpinan DPD RI, rekan-rekan para Senator, Saudara Sekretaris
Jenderal, hadirin yang kami hormati, khususnya rekan-rekan wartawan. Badan Kehormatan
menyampaikan beberapa hasil pelaksanaan tugas dalam Masa Sidang I Tahun Sidang 2016-
2017, yaitu:
1. Badan Kehormatan telah mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 6 Tahun 2016
tanggal 1 September 2016, yaitu keputusan Badan Kehormatan Dewan Perwakilan
Daerah Republik Indonesia tentang perbaikan keputusan Dewan Perwakilan Daerah
Republik Indonesia Nomor 55/DPD RI/5/2015-2016 tentang panitia khusus peraturan
tata tertib. Karena ini sering menjadi perdebatan, kami bacakan.
1) Meminta Pimpinan DPD RI untuk menghapus diktum ke-5 dan ke-6 keputusan
DPD RI Nomor 55/DPD RI/5/2015-2016 tentang panitia khusus peraturan tata
tertib sebagaimana surat Badan Kehormatan kepada Pimpinan DPD RI perihal
saran penyempurnaan dan perbaikan SK DPD RI Nomor 55/DPD RI/5/2015-
2016 tanggal 15 Agustus 2016. Saya tambahkan catatan kepada Saudara
Pimpinan bahwa kalau saran dan keputusan Badan Kehormatan ini yang telah
sering menjadi perdebatan di Panmus dan di Paripurna ini tidak diperhatikan akan
menyimpan suatu perdebatan yang berkepanjangan. Jadi, janganlah dengan
terlalu banyak lika-liku akal-akal sehingga itu akan menyulitkan kita semua dan
menyulitkan Saudara Pimpinan sendiri.
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
26
2) Mengingatkan, kami sudah baca tadi.
2. Badan Kehormatan telah membentuk dua tim pencari fakta untuk menindaklanjuti
laporan enam orang Anggota DPD RI dan temuan di media terkait beberapa
permasalahan dugaan pelanggaran tata tertib dan kode etik yang terdiri dari....
PEMBICARA: INTSIAWATI AYUS, S.H., M.H. (RIAU)
Interupsi, Pimpinan. Interupsi, Pimpinan.
Ini dibaca? Saya hanya mau tanya yang poin 2 a, b ini yang TPF ini apakah dibaca
begitu? Kalau saya pribadi keberatan.
Terima kasih.
PEMBICARA: DR (HC) A. M. FATWA (KETUA BK DPD RI)
Oh, mohon nanti saja diinterupsi, nanti saja. Saya bacakan saja kesemuanya dulu.
PEMBICARA: INTSIAWATI AYUS, S.H., M.H. (RIAU)
Saya menegaskan jika ini dibacakan, saya keberatan. Ini tentang pribadi saya.
Terima kasih.
PEMBICARA: DR (HC) A. M. FATWA (KETUA BK DPD RI)
Saudara Ketua, izinkan saya membaca semua. Nanti saja dikoreksi.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Silakan, Pak Fatwa.
PEMBICARA: DR (HC) A. M. FATWA (KETUA BK DPD RI)
a. Keputusan Badan Kehormatan DPD RI Nomor 9 Tahun 2016 tentang
pembentukan tim pencari fakta Badan Kehormatan DPD RI terhadap dugaan
pelanggaran tata tertib dan kode etik yang dilakukan oleh Haji Irman Gusman
S.E., M.B.A. (B9) Anggota DPD RI dari Provinsi Sumatera Barat. Ini berkaitan
dengan penyewaan pesawat. Keanggotaan terdiri dari: 1) Drs. H. A. Budiono,
M. Ed. sebagai koordinator; 2) Dr. H. Andi Surya sebagai anggota; 3) Novita
Anakotta, S.H., M.H. sebagai anggota.
b. Keputusan Badan Kehormatan DPD RI Nomor 10 Tahun 2016 tentang
pembentukan tim pencari fakta Badan Kehormatan DPD RI terhadap dugaan
pelanggaran tata tertib dan kode etik yang dilakukan oleh Mesakh Mirin (B126)
Anggota DPD RI dari Provinsi Papua. Keanggotaan TPF adalah: 1) Hj.
Rachmiyati Jahja, S.Pd. sebagai koordinator; 2) H. Ahmad Kanedi, S.H., M.H.
sebagai anggota, 3) Saudara A.M. Iqbal Parewangi sebagai anggota.
3. Tim pencari fakta sebagaimana tersebut di atas telah melakukan dua kali rapat dalam
rangka pencarian data dan fakta dengan meminta keterangan dari beberapa pihak
terkait.
4. Sesuai dengan Pasal 119 Ayat (5) juncto Pasal 52 Ayat (3) Huruf c subsider Pasal 119
Ayat (4) juncto Pasal 52 Ayat (3) Huruf c Peraturan Tata Tertib DPD RI, Badan
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
27
Kehormatan telah mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 11 Tahun 2016 tanggal 19
September 2016 yang memutuskan Keputusan Badan Kehormatan Dewan Perwakilan
Daerah Republik Indonesia tentang pemberhentian Saudara Irman Gusman S.E.,
M.B.A. dari jabatan Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia. Kami
bacakan ini karena hal yang terakhir dan penting.
Keputusan Badan Kehormatan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia tentang
pemberhentian Saudara Irman Gusman S.E., M.B.A. dari jabatan Ketua Dewan
Perwakilan Daerah Republik Indonesia.
1) Memberhentikan Saudara Irman Gusman S.E., M.B.A. dari jabatannya sebagai
Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia.
2) Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila
di kemudian hari terdapat kekeliruan akan dilakukan perbaikan sebagaimana
mestinya.
PEMBICARA: Drs. H. BAHAR NGITUNG, M.B.A. (SULSEL)
Interupsi.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Sebentar biar selesai dulu.
PEMBICARA: DR (HC) A. M. FATWA (KETUA BK DPD RI)
Ditetapkan dijakarta pada tanggal 19 September 2016.
PEMBICARA: Drs. H. BAHAR NGITUNG, M.B.A. (SULSEL)
Tidak, ini ada hubungannya dengan yang dibaca, keputusan yang dibaca. Ini
melanggar tata tertib.
PEMBICARA: DR (HC) A. M. FATWA (KETUA BK DPD RI)
Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia.
Pimpinan Badan Kehormatan: Wakil Ketua: Lalu Suhaimy Ismi, Wakil Ketua:
Hudarni Rani, Ketua: A.M. Fatwa.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Saya kira ini Pak Fatwa ini tidak memutuskan, jadi mungkin nanti ada interupsi. Ya
saya kira ini tidak diambil keputusan ya saya kira, kami persilakan Pak Bahar.
PEMBICARA: Drs. H. BAHAR NGITUNG, M.B.A. (SULSEL)
Terima kasih, Pimpinan.
Terima kasih pada Ketua Dewan Kehormatan yang telah membacakan laporannya,
tetapi saya ingin menanggapi bahwa berdasarkan Pasal 54 Tata Tertib, keputusan
pemberhentian bukan dibacakan di Paripurna biasa seperti ini. Tetapi, Pasal 54 telah
mengamanatkan kepada kita semua untuk diadakan Paripurna Luar Biasa, khusus untuk itu.
Jadi, pembacaan surat keputusan itu bukan pada tempatnya.
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
28
Yang kedua, Badan Kehormatan ini adalah perwakilan wilayah sehingga di dalam
pengambilan keputusannya seharusnya anggota-anggota yang ada di Badan Kehormatan
dalam mengambil keputusan yang krusial seperti ini harus bisa berkonsultasi dengan anggota
dari wilayahnya karena mereka adalah perwakilan dari wilayah, bukan utusan dari provinsi.
Oleh karena itu, ada beberapa tata kerja Badan Kehormatan yang tidak dilalui sehingga
hasilnya juga akhirnya tidak valid. Kalau kita ambil rumus matematika, maksudnya baik
positif, tetapi karena dilakukan dengan cara yang salah, hasilnya salah, negatif. Oleh karena
itu, saya bisa menyebutkan Pasal 8 Ayat (2a) dalam tata cara beracara Badan Kehormatan,
Pasal 17 tentang harus membentuk tim, yang Pasal 20 dan Pasal 23. Selanjutnya, keputusan
Badan Kehormatan ini dilakukan terlalu terburu-buru, tidak ada fakta yang autentik yang
dipegang. Semua hanya katanya-katanya melalui berita televisi, melalui kata orang.
Seharusnya ada bukti autentik yang mendasari dalam pengambilan keputusan karena ini
menyangkut harkat dan martabat seseorang.
Saya tidak membela pribadi Pak Irman, tetapi kita semua prihatin. Kita ingin menjaga
marwah lembaga ini, tetapi bukan dengan cara-cara yang tidak benar. Oleh karena itu, di
dalam keputusan Badan Kehormatan, cara-cara yang diperoleh telah meninggalkan etika dan
adat kita sebagai orang timur. Kenapa kita tidak menghubungi Pak Irman untuk minta
mundur daripada diberhentikan dengan tidak hormat seperti ini? Masih adakah hati nurani
kita semua? Tidak adakah lagi hati nurani yang ada di dalam diri kita? Sejelek-jeleknya Pak
Irman, dia adalah Ketua DPD RI tiga periode dan saya tahu beliau orang baik. Dan,
keputusan ini pula akan berbahaya apabila upaya-upaya Pak Irman Gusman melakukan
PTUN itu dikabulkan, praperadilan. Bagaimana status dengan keputusan ini, sedangkan itu
tidak diatur dalam tata tertib? Oleh karena itu, mohon Pimpinan agar keputusan ini diabaikan.
Terima kasih.
PEMBICARA: Drs. H. GHAZALI ABBAS ADAN (NAD)
Pimpinan, saya juga ingin ngomong sedikit sebagai salah seorang anggota, nanti ada
yang lain-lain.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Silakan, Pak.
PEMBICARA: Drs. H. GHAZALI ABBAS ADAN (NAD)
Saya sebagai pribadi dan Anggota DPD RI nomor B2 dari Aceh, mengapresiasi dan
menghormati keputusan Badan Kehormatan karena namanya Badan Kehormatan. Jangan
selalu kita bertengkar hal-hal yang maaf “remeh temeh” daripada hal yang sangat prinsip
demi harkat martabat marwah DPD. Maaf ya kita memang sebagai teman sangat prihatin
dengan musibah. Saya katakan musibah ini, ini bahasa saya, yang menimpa sohib kita, sohib
saya almukaram walmukhtaram alhaj Irman Gusman dengan segala gelarnya dan sudah tiga
kali menjadi Ketua DPD RI. Saya sudah lama kenal beliau sejak kami sama-sama FOD dulu.
kami sama-sama pimpinan FOD. Saya juga salah seorang pimpinan dulu kendati bodoh-
bodoh seperti ini, tidak sepintar dia, tidak sehebat dia, tetapi juga pimpinan di bawah saya
juga dia dulu di pimpinan Utusan Daerah MPR RI. Maaf dengar dulu saya ngomong, saya
punya hak untuk berbicara, jangan interupsi dulu. Saya hargai pendapat orang-orang lain,
masih senyum juga kan ya. Baik ya, saya mendukung keputusan BK yang dalam anggotanya
representasi wilayah juga secara legal formal, bukan keputusan liar. Ini yang harus saya
katakan, repesentasi wilayah se-Indonesia. Ya barat, tengah, dan timur sangat kuat.
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
29
Yang kedua adalah teman-teman sebelah orang-orang pintar. Saya ulangi lagi, teman-
teman sebelah itu orang-orang pintar, kita pun tidak bodoh-bodoh amat. Mereka keren-keren,
kita pun tidak jelek-jelek amat. Tetapi, kita lihat preseden di sana, maaf saya tidak benci
kepada siapa pun, saya bicara apa adanya. Tolong lihat masih senyum juga saya ini ya. Di
sana itu begitu seseorang sudah pakai baju oranye apa pun statusnya, seseorang anggota
parlemen di sana yang sudah pakai baju oranye itu tidak lepas-lepas lagi. Oleh karena itu,
mereka langsung mengambil sikap tegas. Maaf ya, nggak ada masalah Ghazali tenggelam,
tetapi jangan DPD tenggelam. Iya DPD akan kita jaga kehormatan dan marwahnya kendati
Ghazali Abbas pribadi akan tenggelam karena satu masalah yang sudah merebak. Maka di
sana itu saya ulangi lagi, seseorang yang sudah pakai baju oranye itu tidak akan dicopot-
copot lagi. Ini pengalaman selama ini, jadilah itu sebagai ... (bahasa Arab, red.) kepada kita.
Maka, jangan main-main demi harkat martabat marwah DPD yang kita cintai bersama. Ini
prinsip saya, terserah teman-teman punya pendapat lain, ini demokrasi. Tolong wartawan-
wartawan catat bahasa saya, bahasa Ghazali Abbas dari Aceh ya. Saya juga lama di sebelah
sana dulu. Tidak bodoh-bodoh amat kok. 12 tahun saya di sana dulu, sekarang baru masuk
DPD. Tidak sombong sudah pernah jadi abang Jakarta nomor 1, bukan nomor 2, maaf.
Kendati dari udik, dari udik saya ini, tetapi pernah nomor 1 di ibu kota Republik ketika Pak
Cokro gubernur dulu, maaf-maaf. Terserah Anda nilai bagaimana ini.
PEMBICARA: Drs. H. BAHAR NGITUNG, M.B.A. (SULSEL)
Pimpinan, ini sudah tidak relevan lagi. Sudah tidak relevan lagi ini apa yang
disampaikan.
PEMBICARA: Drs. H. GHAZALI ABBAS ADAN (NAD)
Ini harus saya katakan, Pak, saya hargai pendapat yang lain dan inilah prinsip saya
dan tidak akan saya mundur selangkah pun.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Waalaikumsalam.
Iya terima kasih. Jadi sebentar, sebentar, kita dulu, mungkin Bapak dulu nanti dari
sini terus ke sini ya.
Pak Djasarmen.
PEMBICARA: DJASARMEN PURBA, S.H. (KEPULAUAN RIAU)
Baik terima kasih, Pimpinan.
Assalamu’alaikum wrahmatullahi wabarakatuh.
Selamat siang dan salam sejahtera buat kita semua.
Om swastiastu.
Saya secara pribadi menghargai keputusan BK, karena apa? Karena, dalam keadaan
yang sulit mereka memutuskan, tetapi ada tapinya. Tetapinya adalah agar juga menghargai
keluarga yang saat ini sedang mengajukan praperadilan. Jadi, ada saling menghargai. Jadi,
keputusan ini sebaiknya usai keputusan praperadilan. Karena apa? Pertimbangan yang
pertama adalah dari sisi kemanusiaan. Pertimbangan yang kedua adalah dari sisi keadilan.
Pertimbangan yang ketiga adalah kita menghargai keluarga yang sedang mengajukan gugatan
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
30
praperadilan. Pertimbangan yang keempat atau yang terakhir adalah ada yurisprudensi
tentang hal ini. Kasus BG itu tersangka, Pak, Pak apa ini tersangka, tetapi ketika mengajukan
gugatan, kemudian dia bebas daripada tersangka. Yurisprudensi yang lain adalah Walikota
Makassar. Walikota Makassar pun seperti itu tersangka baju merah, tetapi bebas oleh karena
PTUN. Nah ini harapan kita tolong dihargai kita. Kita setujui BK ini, tetapi dengan catatan
diundur keputusannya sesudah praperadilan. Ini adalah hal yang sangat bijaksana. Saya kira
itu dari saya.
Terima kasih, Pimpinan.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Pak Djasarmen sudah selesai. Sabar-sabar, Pak Andri.
PEMBICARA: ADRIANUS GARU, S.E., M.Si. (NTT)
Terima kasih. Mohon maaf Bu Emma karena saya duluan ya. Saya menawarkan
solusi saja.
PEMBICARA: H. AHMAD KANEDI, S.H., M.H. (BENGKULU)
Pimpinan-pimpinan. Bang Ken, Pimpinan.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Iya oke.
PEMBICARA:
Pimpinan daftar pimpinan
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Iya tolong kasih kesempatan sebentar yang bicara ya.
PEMBICARA: ADRIANUS GARU, S.E., M.Si. (NTT)
Oke, terima kasih, Pimpinan. Saya mohon izin langsung.
Saya terima kasih pendapat semua teman-teman, tetapi demi marwah lembaga ini kan
asas praduga tak bersalah, tetapi kita jalankan apa putusan yang sudah ada, tetapi tentunya
solusi seperti apa yang disampaikan oleh Saudara saya Pak Djasarmen. Kalau memang
melakukan PTUN sekarang, dari barat jangan diusulkan. Kita hanya PJS saja ya, PJS saja. Di
barat jangan ada pemilihan dulu karena nanti awas loh digugat kamu yang di barat itu. Beri
PJS saja dulu sambil berjalan dan 2,5 tahun di depan mata kan. Nanti tinggal kita bagaimana
setelah itu, jadi sehingga tidak usah debat kusir lagi. Demi marwah lembaga ini kita sepakat.
Dan beda ini lex specialis, ini OTT, bukan yang seperti disampaikan Pak Djasarmen tadi.
Kita hargai keputusan lembaga KPK, kita juga hargai keputusan lembaga kita dalam rangka
organisasi ini berjalan dengan baik. Makanya, saya minta teman-teman semua solusi yang
diambil oleh BK itu adalah dalam rangka menyenangkan lembaga ini supaya di mata publik
juga DPD ini masih dihargai.
Terima kasih. Saya kembalikan.
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
31
PIMPINAN SIDANG: GKR. HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Pak Basri Salama, silakan.
PEMBICARA: BASRI SALAMA, S.Pd. (MALUKU UTARA )
Assalammu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Terima kasih, Pimpinan.
Saya ingin menyampaikan pandangan saya terkait dengan putusan BK dan pendapat
Pak Bahar Ngitung. Ada dua pandangan dari sisi tata tertib ini. Pertama, apa yang diputuskan
oleh BK anutannya adalah ketaatan terhadap tata tertib dan itu mekanisme yang ada dalam
lembaga ini. Kedua, ada pandangan yang berbeda terkait dengan pidana terkait dengan
program masalah hukum yang ditangani oleh KPK.
Dua pandangan berbeda ini pasti memunculkan pertanyaan. Pertanyaan pertama,
kenapa BK harus buru-buru memberi putusan terhadap pemberhentian? Pertanyaan kedua,
kenapa kita harus buru-buru pula menjustifikasi yang bersangkutan bersalah? Jawabannya
adalah jawaban pertama terkait dengan pertanyaan kenapa BK terburu-buru adalah jawaban
ketaatan terhadap tata tertib. Yang kedua, kenapa kita dalam dalam posisi mentaati tata tertib
itu? Jabatan dan status kita adalah pejabat negara. Maka, tata tertib itu tidak mengatur tentang
persoalan pidana, dia mengatur tentang etik. Kenapa dia mengatur tentang etik? Karena,
jabatan dan posisi kita sebagai pejabat negara memiliki tanggung jawab moral dan tanggung
jawab etis. Maka, pertanggungjawaban kita itu adalah pertanggungjawaban etik. Jika ada
kesalahan, ada kesalahan adalah putusan-putusan etik, bukan putusan hukum . Kalau
pertanyaan kedua terkait dengan kenapa kita harus buru-buru menjustifikasi yang
bersangkutan bersalah, ini persoalan empati kita terhadap persahabatan, bukan empati
kemanusiaan, beda loh. Jangan menyebut kalimat itu sebagai empati kemanusiaan, beda.
Status korupsi dan status pelecehan seksual, status pembunuhan, itu beda. Jangan kita bicara
empati kemanusiaan, kita empati terhadap persahabatan dan pertemanan ya, tetapi empati itu
tidak boleh kita sandarkan pada perlawanan terhadap kode etik karena kode etik mengatur
tentang gelar, jabatan, dan status kita sebagai pejabat negara.
Prinsip kita adalah konsistensi mentaati terhadap kode etik adalah bagian dari
tanggung jawab kita sebagai pejabat negara. Itu dulu kita sandarkan. Soal kita empati secara
pribadi kepada persahabatan kita, pada pertemanan kita, itu di luar dari status gelar dan
jabatan kita yang diatur dalam tata tertib. Ini tidak boleh disamakan dalam satu kedudukan
yang sama. Kalau kita samakan dalam satu kedudukan yang sama, maka kita akan berbeda
dalam soal pandangan kita terhadap putusan BK. Kita harus pisahkan ini, mana empati
pribadi secara persahabatan dan mana ketaatan kita secara konsisten terhadap
pertanggungjawaban moral dan pertanggungjawaban etik itu.
Soal nanti putusan pengadilan tata usaha negara itu berbeda itu soal lain. Itu adalah
hak pengacara dan keluarganya, bukan tanggung jawab kita. Saya ingin membawa ini dalam
kasus Akil Mochtar. Akil Mochtar adalah pemimpin di lembaga tinggi negara. Sama ketika
yang bersangkutan ditetapkan sebagai tersangka, dalam waktu yang singkat yang
bersangkutan diberhentikan sebagai jabatan Ketua MK. Apa maksudnya ini dalam kasus
MK? Karena posisi kita sebagai lembaga tinggi negara, karena posisi itulah kita melakukan
konsistensi terhadap pertanggungjawaban moral dan pertanggungjawaban etik, bukan
pertanggungajwaban persahabatan. Jadi, jangan kita sandarkan ini dalam posisi yang sama.
Saya kira kalau ini kita petakan dalam posisi yang sama, otomatis kita telah mencederai
kepercayaan dan trust public terhadap posisi gelar kita sebagai pejabat negara.
Terakhir ingin saya mau sampaikan kepada Pimpinan, kalau bila orang berempati,
saya orang yang paling berempati terhadap Irman Gusman karena dia senior di HMI saya.
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
32
Saya sedih sebagai alumni HMI, saya sangat sedih, saya sangat berempati. Tetapi, sebagai
alumni HMI, kami bertegak betul bahwa yang namanya pemberantasan korupsi, yang
namanya penegakan korupsi harus kita taat dan konsisten terhadap itu. Kalau bilang
berkeluarga terhadap Irman Gusman, saya orang HMI yang paling dekat dengan Irman
Gusman. Tetapi, kita taat dan kita harus konsisten terhadap pertanggungjawaban etik dan
pertanggungjawaban moral terhadap gelar dan jabatan kita. Ini yang harus kita pegang,
sehingga jangan dibawa-bawa ini kepada ranah yang lain. Saya khawatir ini semua publik
tahu. Kita telah menandatangani kerja sama dengan KPK untuk penegakan hukum terkait
dengan pemberantasan korupsi. Tetapi, di sisi lain kita berdayung, kita bermain-bermain di
luar panggung seolah-oleh kita ini benar-benar pejuang pemberantasan korupsi, tetapi di
tengah-tengah itu kita sedang bermain mengolah sesuatu yang kita sebenarnya munafik dari
apa yang telah kita sepakati. Hindari ini sehingga trust terhadap DPD ini yang dibikin rusak
oleh satu orang jangan dijadikan semua satu lembaga.
Terima kasih
Billahi taufik walhidayah.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Terima kasih.
Sebentar. Ibu Emma dari depan.
PEMBICARA: Hj. EMMA YOHANNA (SUMBAR)
Izinkan saya untuk berbicara karena ini giliran saya, sebetulnya sudah terlewat tadi.
Ibu Wakil Ketua yang terhormat dan Bapak Wakil Ketua, para Senator yang saya hormati.
Apa yang telah disampaikan tadi oleh Badan Kehormatan kita patut mengapresiasi,
bagaimana pun tugas masing-masing alat kelengkapan, apalagi Badan Kehormatan. Saya
yakin 132 anggota itu akan setuju dengan apa yang telah dilakukan oleh BK. Tetapi, seperti
yang disampaikan oleh Saudara tadi bahwasanya kita harus menghormati yang namanya tata
tertib, yang namanya kode etik. Menurut tata tertib, kita tidak dapat memutuskan sebelum ada
sidang Panmus untuk menetapkan Paripurna Luar Biasa karena ini harus diputuskan dalam
Sidang Paripurna Luar Biasa.
Kemudian, juga kita tidak mengacaukan arti hukum arti dengan perikemanusiaan atau
hubungan dan lain-lainnya, mohon maaf nanti kalau tidak pas bahasanya. Kita tidak akan
mati besok insya Allah dan DPD tidak akan tutup besok insya Allah. Dan, saya yakin karena
kita punya pimpinan kolektif kolegial. Kita tidak perlu buru-buru hari ini menetapkan. Kita
masih ada waktu. Saya kira kita punya perasaan semua dalam keadaan berduka. Bukan
berarti kita mendukung praktik korupsi, kolusi, dan lain-lainnya, tetapi ini belum jelas. Dari
keterangan yang kita dapatkan baru dari media dan dari media kita mendengarkan berubah-
ubah. Bisa hari ini seperti itu, satu jam lagi berbeda. Yang disangkakan pertama dengan
Bulog, Bulog sudah menyatakan, dengan Kementerian Perdagangan juga sudah jelas. Jadi,
kita diharapkan saya sangat berharap kita semua di samping tentunya nomor satu adalah
penegakan hokum, itu pasti, itu tidak dapat kita pungkiri, tetapi ada hati nurani di sana. Tidak
ada salahnya kita menunggu waktu hanya 14 hari untuk praperadilan, dan ini juga bisa kita
lakukan. Ini menjadi pertanyaan bagi kita, pemberhentian. Tim pencari fakta, kapan itu tim
pencari fakta dibuat? Hebat sekali dalam waktu sekian jam bisa bekerja menghasilkan satu
keputusan, kita salut untuk itu. Tetapi, tolong tanya hati kita, hati nurani kita. Ini bukan
waktunya kita untuk bermain-main. Masyarakat menunggu betul, saya sangat yakin karena
saya termasuk mungkin salah satu yang setiap saat dihubungi. Kita menghormati itu, kita
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
33
tidak mendukung yang namanya praktik korupsi, kolusi, dan lain-lainnya. Apakah ini
korupsi, kolusi, itu kan belum jelas, apakah ini gratifikasi. Proses hukum kita hormati, kita
sangat menghormati karena bagaimana pun saya juga untuk periode pertama dan sampai saat
ini masih tercatat sebagai anggota Kaukus antikorupsi DPD RI dan KPK. Jadi, jangan sampai
disalahartikan bahwa kita tidak mendukung. Tetapi, kita ada aturan yang harus kita lalui.
Tambahan terakhir, karena ini masih dalam proses dari pengacara untuk mengajukan
praperadilan, melalui forum ini saya juga sampaikan keluarga meminta untuk bersabar.
Terima kasih.
Assalammu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Sabar, Pak. Mirza dulu.
PEMBICARA: AJI MUHAMMAD MIRZA WARDANA, S.T. (KALTIM)
Terima kasih, Pimpinan.
Assalammu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat pagi. Salam sejahtera buat kita semua.
Om swastiastu.
Namo Buddhaya.
Ibu Ketua yang saya hormati, Bapak dan Ibu Pimpinan yang saya hormati, para
Senator yang saya banggakan. Saya ingin memberikan sedikit pandangan dan mungkin
sedikit penjelasan bahwa mengklarifikasi apa-apa yang mungkin tadi disampaikan oleh
Bapak dan Ibu sekalian. Saya sebagai pribadi sangat berempati kepada Pak Irman Gusman
dan keluarga, tetapi di sisi lain saya juga mengapresiasi apa yang dilakukan BK karena saya
meyakini apa yang telah diputuskan oleh BK adalah sesui dengan tata tertib kita. Sebagai
Anggota Pansus Tatib juga, saya juga mempelajari tatib dan saya ingin membacakan bahwa
pada Pasal 52 Poin 3 Huruf c ada tulisan Ketua dan atau Wakil Ketua DPD RI diberhentikan
sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) Huruf b apabila c) berstatus tersangka dalam perkara
pidana. Jadi, yang saya pahami dalam tatib walaupun tidak diadakan, tidak diputuskan dalam
Sidang Paripurna automatically ketika sudah berstatus tersangka, automatically sudah
diberhentikan.
Tetapi, di tatib juga diberi ruang. Jangan salah Bapak dan Ibu sekalian, Bapak Irman
Gusman diberhentikan sebagai Ketua, tidak sebagai Anggota DPD RI. Diberi ruang juga pada
Pasal 57 Ayat (8) bahwa akan ada rehabilitasi apabila keputusan pengadilan ternyata tidak
sesuai dengan yang disangkakan. Jadi, kita jangan terlalu berpikir seperti apa ya, kita ini
ditunggu responsnya oleh publik. Kecepatan kita dalam merespons apa yang telah terjadi di
tengah masyarakat, kita ditunggu. Coba Bapak dan Ibu sekali lagi saya harapkan,
berpatokanlah pada tatib.
Dan, saya mungkin agak sedikit berbeda dengan yang disampaikan oleh Pak Bahar,
bahwa di Pasal 53 tercantum Pimpinan DPD tidak dapat diberhentikan dari jabatannya
apabila, eh Pimpinan DPD dapat diberhentikan dari jabatannya apabila laporan pelaksanaan
kinerja Pimpinan DPD ditolak oleh Anggota dalam Sidang Paripurna yang khusus diadakan
untuk itu. Jadi, tidak perlu diadakan Sidang Paripurna Luar Biasa, hanya Sidang Paripurna
Khusus dan Sidang Paripurna Khusus itu berlaku terkait kinerja, jadi bukan karena terkait
kasus tersangka ini, jadi harus dipahami ini. Kemudian, saya juga ingin membacakan pada
Pasal 54 Ayat (2), waktu pelaksanaan Sidang Paripurna Luar Biasa yang dimaksud, mohon
maaf saya ulangi, Ayat (1) apabila Ketua dan Wakil Ketua DPD berhenti dari jabatannya,
Panitia Musyawarah menjadwalkan Sidang Paripurna Luar Biasa dalam rangka pemilihan
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
34
ketua atau wakil ketua. Jadi, Sidang Paripurna Luar Biasa hanya diadakan untuk pemilihan
ketua dan wakil ketua. Kita jangan salah memahami, begitu.
Jadi sekali lagi, Bapak dan Ibu Senator yang saya hormati, saya sangat mengapresiasi
apa yang dilakukan oleh BK dan saya harap kita semua berpatokan kepada tatib yang sudah
kita sepakati bersama. Itu saja mungkin yang ingin saya sampaikan.
Terima kasih.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Ya terima kasih.
Pak Pasek dulu ya, Pak Gafar.
PEMBICARA: GEDE PASEK SUARDIKA, S.H., M.H. (BALI)
Baik, terima kasih.
Assalammu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera buat kita kemua.
Om swastiastu.
Jadi, dalam kasus ini saya kira ada dua dimensi yang harus kita pahami. Yang pertama
dimensi kelembagaan, yang kedua adalah dimensi hubungan personal sebagai sesama
anggota. Kalau dalam dimensi personal, saya kira itu hubungannya kemanusiaan yang mana
harus kita rawat kita jaga, baik dalam suka maupun duka. Tetapi ketika kita bicara dimensi
kelembagaan, maka sistemlah yang harus kita hormati.
Tadi Pak Mirza dan beberapa kawan-kawan sudah menyampaikan dan saya ingin
menekankan kembali bahwa di dalam mekanisme yang ada di sini sebenarnya tidak mesti
harus Paripurna Luar Biasa, itu yang pertama. Karena, kalau kita mengacu kepada ketentuan
yang ada di dalam BK, itu disebutkan di dalam Pasal 117 terkait wewenang dan tugas BK itu
terkait dengan melakukan penyelidikan dan verifikasi atas pengaduan anggota maupun
berapa kasus yang ada, di sana disebutkan menyampaikan keputusan sebagaimana dimaksud
Ayat (1) Huruf d pada Sidang Paripurna untuk ditetapkan. Jadi, artinya keputusan BK itu
tidak mesti. Yang harus ke Paripurna Luar Biasa adalah penggantian pimpinan. Jadi, kalau
kita baca pada Pasal 54 Tatib kita itu jelas paragraf 4 bunyinya pengisian kekosongan
Pimpinan DPD. Sementara, yang disampaikan BK tadi bukanlah soal pengisian kekosongan
Pimpinan DPD, tetapi keputusan dari hasil pemeriksaan BK yang mengacu pada pasal yang
sebelumnya.
Kemudian, putusan itu tentu ada dasarnya tadi sudah disampaikan terkait dengan
masalah pemberhentian pimpinan, di situ ada Ayat (1), (2), (3), kemudian tegas di sana pada
Ayat (3) Huruf c berstatus tersangka dalam perkara pidana. Nah kita saya kira, kita tidak usah
berdebat soal praduga tidak bersalah atau menganggap bersalah bahwa orang yang berompi
oranye pasti akan dihukum, kemudian bahwa yang tidak berompi oranye pasti akan bebas,
tidak juga begitu. Jadi, cara berpikirnya di sini adalah tegas, berstatus tersangka dalam
perkara pidana. Yang namanya tersangka itu dalam KUHP itu tentu yang bersangkutan
memang dianggap belum bersalah. Dia baru dianggap bersalah kalau sudah menjadi
terpidana. Terdakwa pun masih belum salah. Jadi, kita perdebatannya tidak dalam praduga
tidak bersalah, tetapi lebih kepada substansi formalitas apakah resmi berstatus tersangka atau
tidak. Nah, pengujian berstatus tersangka atau tidak tentu BK yang melakukan. Saya tidak
tahu bagaimana memverifikasinya, apakah lewat surat resmi yang diterima oleh KPK atau
bukti visual karena sekarang dengan pengembangan alat bukti yang ada, penjelasan resmi
dari sebuah lembaga itu secara visual itu sudah bisa juga menjadi alat bukti. Apalagi, BK
bukanlah lembaga peradilan, tetapi dia adalah lembaga etik yang menguji secara etik. Apabila
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
35
sudah secara visual lembaga yang resmi menyampaikan, saya kira itu sudah bisa menjadi satu
petunjuk dan alat bukti untuk menentukan kebenaran apakah yang bersangkutan berstatus
tersangka atau tidak. Jadi, pembicaraannya sederhana. Apabila siapa pun berstatus tersangka
terkait dengan perkara pidana, maka dia berlaku adalah Pasal 52.
Saya kira itu, Pimpinan.
PEMBICARA: Drs. H. BAHAR NGITUNG, S.E., M.M. (SULSEL)
Interupsi Pimpinan, ini kita tidak usah diajak mengajar di sini.
PEMBICARA: GEDE PASEK SUARDIKA, S.H., M.H. (BALI)
Tunggu dulu, ini hak saya dulu berbicara.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Tolong diberi kesempatan sebentar.
PEMBICARA: Drs. H. BAHAR NGITUNG, SE., MM (SULSEL)
Ini, ini saya kira, saya kira, saya kira.
PEMBICARA: GEDE PASEK SUARDIKA, S.H., M.H. (BALI)
Sudah diberikan bicara, yang interupsi, Pimpinan.
PEMBICARA: Drs. H. BAHAR NGITUNG, SE., MM (SULSEL)
Sekarang tanya BK, ada tidak bukti BK pegang? Bukti autentik beliau tersangka.
PEMBICARA: GEDE PASEK SUARDIKA, S.H., M.H. (BALI)
Ini yang interupsi sudah diberikan bicara atau belum?
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Tolong, tolong , Pak.
PEMBICARA: GEDE PASEK SUARDIKA, SH., MH (BALI)
Kalau belum, tolong berhenti dulu.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Silakan, silakan lanjut, Pak.
PEMBICARA: GEDE PASEK SUARDIKA, S.H., M.H. (BALI)
Jadi saya mencoba menyampaikan sesuatu secara konstruksi, tidak asal ngomong
sehingga apa yang saya sampaikan ada dasarnya. Jadi, pemahaman seseorang menjadi
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
36
tersangka itu adalah masih asas praduga tidak bersalah. Orang baru dianggap bersalah setelah
statusnya terpidana. Tata tertib kita mengatur tidak dalam posisi sebagai terpidana baru
berhenti, tetapi dalam posisi tersangka dia sudah berhenti. Ini tatib kita yang kita sepakati
bersama. Karena itu, konsekuensinya adalah dia harus berhenti dan melalui mekanisme BK.
BK sudah melakukan keputusan.
Tetapi juga, tata tertib ini tadi sudah ditegaskan ada mekanisme rehabilitasi, nah kita
melihat ada yurisprudensi baru. Apa benar tidak bahwa beliau Pak Irman Gusman akan
mengajukan praperadilan atau tidak, lembaga ini tidak bisa memutuskan karena itu urusannya
daripada lawyer dan beliau. Kita tidak mungkin menunggu, DPD lembaga ini menunggu
mekanisme itu yang belum tentu. Kita baru dengar-dengar. Tidak bisa kabar burung dibawa
ke Paripurna. Yang ada adalah perhari ini berdasarkan bukti visual dari lembaga resmi KPK
bahwa Pak Irman Gusman resmi sebagai tersangka. Karena itu, otomatis berlakulah tatib ini.
Itu saya kira, Pimpinan. Jadi saya kira mekanisme di sana, jadi ada mekanisme itu.
Yang belum bisa dilakukan adalah pengantian pimpinan untuk unsur wilayah barat karena ini
baru sebatas antisipasi dari Pasal 52 Ayat (3). Saya kira itu, Pimpinan, yang bisa kami
sampaikan. Ini adalah pendapat kami berdasarkan fakta yang berlaku. Jadi, kami hormati
putusan BK dengan harapan keputusan BK itu tidak mesti harus Paripurna Luar Biasa. Jadi,
ini kami klarifikasi karena yang disebutkan tadi Pasal 54 saya tegaskan lagi, itu titelnya
pengisian kekosongan Pimpinan DPD, saya ulang pengisian kekosongan Pimpinan DPD
Pasal 54 itu, bukan soal masalah tersangka atau tidak yang kemudian berstatus diberhentikan
atau tidak.
Terima kasih.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Ya saya kira berurutan dulu ya, Pak Bahar sebentar ya Pak Bahar. Biar Pak Gafar
dulu, kemudian Pak Mervin, baru Bapak. Atau Bapak mau interupsi?
PEMBICARA: Drs. H. BAHAR NGITUNG, M.B.A. (SULSEL)
Maksud saya begini Bu....
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Sebentar, sebentar Pak.
PEMBICARA: Drs. H. BAHAR NGITUNG, M.B.A. (SULSEL)
Terima kasih atas kesempatan.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Bapak interupsi?
PEMBICARA: Drs. H. BAHAR NGITUNG, M.B.A. (SULSEL)
Saya interupsi, Bu. Saya lanjutkan.
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
37
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Oke silakan, silakan.
PEMBICARA: Drs. H. BAHAR NGITUNG, M.B.A. (SULSEL)
Terlalu panjang biasa perdebatan apa, penjelasan, seakan-akan mengajar. Mengajar
dan mau menjustifikasi bahwa pendapatnya itu benar, terus pakai belakang saya kira, saya
kira. Itu tidak bisa, ini menyangkut keputusan yang harus ada di dalam mengambil keputusan
harus ada bukti autentik. Tidak bisa saya kira bukti visual itu, itu tidak di atur di tatib. Kalau
mengambil keputusan tersangka, mana buktinya? Kalau hanya saya kira, saya kira, tidak bisa.
Terima kasih.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Iya interupsi sudah. Silakan, Pak Gafar.
PEMBICARA: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (RIAU)
Terima kasih, Ibu Pimpinan, Bapak Pimpinan, rekan-rekan senator yang saya
muliakan.
Pertama, bahwa apa disampaikan oleh BK hanya laporan, tidak ada kata-kata minta
keputusan, satu. Oleh karena itu, laporan diterima dan tidak ada keputusan pada Paripurna ini
karena yang di hanya melapor, tidak minta keputusan. Nah oleh karena itu, laporan diterima,
keputusan tidak ada. Ini dalam setelah kami baca secara teliti bahwa BK hanya laporan dan
tidak ada kata-kata minta keputusan. Oleh karena itu, kita terima saja laporan ini, dan tidak
mengambil keputusan. Dengan demikian, tidak ada keputusan tentang ini sesuai dengan apa
yang tertulis dan apa yang dibaca dan apa yang disampaikan.
Itu barangkali Pak Ketua yang dapat kami sampaikan. Dan kita tidak perlu berdebat,
kita terima laporan, dan tidak ada keputusan karena tidak ada kata-kata minta keputusan, baik
secara lisan maupun secara tertulis.
Terima kasih, Pak Ketua.
PIMPINAN SIDANG: Prof. Dr. FAROUK MUHAMMAD (WAKIL KETUA DPD RI)
Terima kasih. Berikut tadi Pak Mervin. Silakan.
PEMBICARA: MERVIN SADIPUN KOMBER (PAPUA BARAT)
Terima kasih, Pimpinan.
Saya masih ingat beberapa tahun yang lalu di dalam ruangan ini kita mengadakan
kerja sama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi dan dalam ruangan ini semuanya
bersepakat, semuanya satu kata untuk memberantas korupsi di negeri ini.
Yang kedua, kasus yang terjadi ini sudah kita bicarakan begitu panjang lebar dalam
sidang semalam, bahkan kita mendengarkan begitu banyak dari keterangan dari para ahli
tentang kasus ini duduk permasalahannya seperti apa. Perlu kita ketahui kita mempunyai tata
tertib dan turunan dari tata tertib adalah kode etik dan tata beracara. Di dalam tata beracara,
ada disebutkan ketika terdapat temuan dari media dan sudah diketahui oleh publik. Apakah
dalam ruangan ini kita masih meragukan apa yang disampaikan oleh KPK? Permasalahannya
begini, Pak IG sebagai anggota dan Pak IG sebagai ketua. Kita sedang membicarakan
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
38
peristiwa etik, jabatan dia sebagai ketua, kita tidak membicarakan peristiwa pidana dalam
jabatan beliau sebagai anggota. Kesempatan ini kita tidak akan memecat beliau sebagai
anggota, tetapi peristiwa etik beliau sebagai ketua yang kita bicarakan saat ini. Saya berharap
teman-teman tidak hanya membaca tata tertib, tetapi juga menyimak tata beracara dan kode
etik kita sehingga bagi saya, Pimpinan, sudah sangat jelas.
Dan satu lagi, apa yang sudah diputuskan oleh BK itu merupakan keputusan yang
tinggal disetujui di Paripurna, bukan lagi diperdebatkan di Paripurna, tolong bedakan itu.
Sehingga, jangan kemudian BK disamakan seperti alat kelengkapan lainnya. BK kan berbeda,
makanya kan dipilih pergugusan. Jadi, jangan kita menyesatkan pikiran kita dalam Paripurna
ini bahwa keputusan BK itu adalah keputusan yang harus kita perdebatkan lagi pasal
perpasal. Kita punya orang-orang di BK, masing-masing wilayah sudah punya utusan di BK.
Sehingga, saya berharap, Pimpinan, harus kita mengambil persetujuan atas keputusan BK
tersebut.
Terima kasih.
PIMPINAN SIDANG: Prof. Dr. FAROUK MUHAMMAD (WAKIL KETUA DPD RI)
Baik, terima kasih.
Masih ada? Sebelum saya kembalikan kepada Ketua BK. Pak Azis silakan.
PEMBICARA: H. AHMAD SUBADRI (BANTEN)
Pak, Banten Pak.
Terima kasih.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
PIMPINAN SIDANG: Prof. Dr. FAROUK MUHAMMAD (WAKIL KETUA DPD RI)
Oke, tiga ya mudah-mudahan.
PEMBICARA: H. AHMAD SUBADRI (BANTEN)
Pimpinan dan Bapak Ibu Anggota yang saya hormati, pertama saya mengapresiasi apa
yang sudah dilakukan Badan Kehormatan. Tentu yang menjadi keputusan BK adalah melalui
proses yang sudah dilakukan. Namun, tadi dari pendapat Bapak Ibu yang disampaikan, saya
kira ini semua didasari oleh sebuah niat baik. Tadi ada yang membawa pembicaraan ini ke
seolah-oleh persoalan hukum, kemudian ke etik begitu. Nah, ini memang kalau sebuah
keputusan, apa pun itu keputusannya ini adalah sebuah produk hukum. Jadi produk hukum itu
saya kira ada tata caranya, ada mekanismenya, dan kita semua sepakat tadi mengacu kepada
tata tertib. Nah, tatib sudah menyebutkan status tersangka itu bisa dijadikan dasar untuk
memberhentikan Pimpinan DPD, baik itu ketua ataupun wakil ketua. Nah, yang menjadi
pertanyaan saya atau kami tadi mungkin yang juga ada pertanyaan yang sama, ini dasar
keputusan BK itu mengacu kepada pasal yang mana begitu, itu yang pertama. Dan, kalau
memang ini forum tidak terus mengambil keputusan, ya saya kira segera selesaikan rapat ini,
nanti ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku di kita.
Kemudian, mengenai pendapat yang disampaikan tentang etik ya, ini tentu juga ada
prosedur saya kira tadi, ada tata beracara. Yang menjadi dasar tentang keluarnya keputusan
BK tentang pemberhentian Pak Irman ini adalah karena Pak Irman berstatus sebagai
tersangka, nah ini mengenai itu saya kira ini clear ya. Kita setuju tata tertib ini ditegakkan,
apa namanya dijalankan, tetapi pertanyaan berikutnya apakah ini pemberhentian sementara
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
39
atau pemberhentian definitif dari jabatan? Nah ada pandangan bijak tadi dari Pak Mirza atau
Pak Pasek tadi tentang rehabilitasi. Kalau memang ini ada sebuah komitmen, komitmen etik
kita tentang menjaga marwah kehormatan DPD bahwa walaupun baru berstatus tersangka,
kita ingin menunjukkan kepada publik komitmen kita untuk menegakkan good governance di
sini, silakan saja. Tetapi tadi, apakah ini pemberhentian definitif atau pemberhentian
sementara? Kalau pemberhentian sementara, itu kan berarti ada mekanisme bilamana
praperadilan ini yang memang ini juga bukan omong kosong saya kira karena praperadilan
ini kan juga sudah disampaikan lawyer-nya kepada Pimpinan DPD, surat resmi. Ini juga saya
kira harus kita hargai ya.
Jadi, di sini saya mengajak kita semua mengedepankan akal sehat dan hati nurani
secara bersamaan bahwa kita menyetujui penegakan tata tertib ini, kita setuju, tetapi tadi
apakah ini bisa dieksekusi atau tidak? Dieksekusinya seperti apa? Apakah berhenti tetap,
artinya yang bersangkutan tidak boleh lagi menjabat Pimpinan DPD manakala status
tersangkanya jadi batal? Nah, ini saya kira memang di tatib ini saya bolak-balik baca ini
belum ketemu mekanisme secara rigid, secara rinci bagaimana ketika lembaga ini mengambil
keputusan memberhentikan seseorang atau dalam jabatannya. Nah, ini mohon nanti
barangkali walaupun tidak ditanggapi dalam forum ini, saya kira Pimpinan melalui
mekanisme Panmus ya dan atau mekanisme apa pun ini kita bisa diskusikan lebih bijaksana,
lebih konstruktif sehingga ini tidak menimbulkan seolah-olah ada anggota yang membela
Irman Gusman, ada anggota yang ingin menjerumuskan Irman Gusman begitu. Saya kira
saya percaya teman-teman semua tidak ada pemikiran yang negatif terhadap itu. Semua kita
menghormati proses hokum. Apa yang dilakukan KPK kita dukung, tetapi sebagai warga
negara Pak Irman punya hak konstitusi untuk mengajukan praperadilan, ini juga saya kira
proses hukum yang harus kita hargai dan hormati.
Sekian. Terima kasih, Pimpinan.
PEMBICARA: M. SYUKUR, S.H. (JAMBI)
Izin, Ketua.
PEMBICARA: H. AHMAD NAWARDI, S.Ag (JATIM)
Pimpinan.
PIMPINAN SIDANG: Prof. Dr. FAROUK MUHAMMAD (WAKIL KETUA DPD RI)
Oke silakan tadi yang sudah mendaftar.
PEMBICARA: H. AHMAD NAWARDI, S.Ag (JATIM)
Ahmad Nawardi dari Jawa Timur.
PIMPINAN SIDANG: Prof. Dr. FAROUK MUHAMMAD (WAKIL KETUA DPD RI)
Tadi yang sudah angkat tangan sebelum Pak ini, ada tadi dari sebelah sini. Silakan.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Dari Aceh, Pak.
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
40
PEMBICARA: FACHRUL RAZI, M.IP. (ACEH)
Baik, terima kasih.
Saya Fachrul Razi dari Aceh PKU ke Maluku Utara.
Yang saya muliakan Saudara-saudara sekalian, hari ini kita sedang berduka berkaitan
dengan peristiwa yang terjadi di lembaga kita yang bertubi-tubi semenjak kita dilantik sampai
sekarang tidak pernah berhenti. Saya sangat sesalkan adalah peristiwa ini saya yakin akan
terus berulang. saya khawatir betul dan ini akan menjadi pelajaran buat kita ketika sampai
hari ini pun ketika ada orang yang bertemu dengan kita, kita akan menjadi ketakutan
tentunya. Dia bawa paket atau tidak, ini jebakan atau tidak, jadi sesama kita saling curiga
sekarang. Nah, yang harus kita lakukan adalah bagaimana memunculkan kesolidan dari kita,
kekompakan, dan juga mekanisme yang setidaknya bisa membuat masalah ini keluar dari
masalah. Saya khawatir nanti akan banyak titipan-titipan di ruangan kita, akan banyak orang-
orang yang hadir menemui kita. Seorang Pak Irman saja bisa kena, apalagi seoarang kita-kita
ini yang menurut saya masih baru betul di dalam apa namanya sistem yang ada. Jadi, saya
minta sebenarnya solidaritas kitalah semua. Kita hargai KPK, kita hargai Pak Irman Gusman
yang hari ini juga sedang melakukan mekanisme hokum, kita hargai tatib kita. Namun, bukan
berarti pada hari ini kita putuskan apa yang menjadi kehendak beberapa orang seakan-akan
menggiring opini publik yang saya khawatir nanti keputusan politik kita hari ini akan
mempengaruhi keputusan hukum yang sedang dilaksanakan oleh keluarga Pak Irman dan
sebagainya.
Coba kita lihat di Tatib kita saat ini, apakah ada putusan hari ini yang memaksakan
kita harus memutuskan. Jadi menurut saya, kita cooling down dulu, tidak reaksioner, mari
kita berpikir jernih, mari kita mendinginkan diri kita. Biarkan proses hukum berjalan
sebagaimana aturan yang ada, silakan KPK mengusut dan sebagainya, silakan keluarga Pak
Irman melakukan PPUN dan lain sebagainya, dan kita juga dalam arti ini tidak tergesa-gesa
mengambil satu langkah yang nanti akan merugikan kita sendiri. Saya khawatir kalau ini
benar-benar terjadi, ini akan menjadi track record yang paling buruk dalam sejarah bagi
lembaga DPD. Tetapi, ketika Pak Irman melawan dan menang, saya khawatir juga dan saya
yakin betul ini akan berbalik sebuah perlawanan yang menunjukkan begitu mulianya lembaga
DPD RI. Jadi, harus dilihat dari dua sisi. Tidak bisa kita menutup mata, tidak bisa kita
melihat saudara-saudara kita hari ini kena musibah dan kita bertubi-tubi menyerang dan
sebagainya. Mungkin hari ini Pak Irman, besok Prof. Farouk, besok Ibu Ratu, besok saya
sendiri dan kita semua, nauzubillah. Ini realita, Saudara-saudara. Makanya, harus kita
bersama-sama bagaimana mencari jalan keluar terhadap ini semua.
Berkaitan dengan tatib, saya ingin kembalikan lagi, Pimpinan. Saya ingin
mengembalikan kepada tatib, tidak ada putusan. Hari ini kita menerima yang dibacakan oleh
BK, kemudian masih ada mekanisme lain, Paripurna Khusus, jadi tidak di sini. Jadi, saya rasa
selesaikan segera rapat ini, kita terima apa yang dibacakan oleh MK, biarkan mekanisme
berjalan, dan insya Allah saya yakin kita akan keluar dari krisis secepatnya.
Terima kasih.
Wabillahi taufiq walhidayah.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Aamiin.
Kami persilakan, Pak Nawardi.
Sebentar ya, Bu Anna.
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
41
PEMBICARA: H. AHMAD NAWARDI, S.Ag. (JATIM)
Terima kasih.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Terima kasih Bapak, eh Ibu Ketua.
Saya telah menyimak dan tidak perlu membacakan lagi tatib yang sudah kita sepakati
bersama dan saya yakin kita semuanya paham, tidak perlu pemahaman kembali. Tetapi, yang
ingin saya tegaskan pada hari ini bahwa rakyat Indonesia, seluruh TV pasti melihat pada kita,
apa yang kita ucapkan, apa yang kita lakukan. Rakyat, publik tidak bodoh, siapa yang pro
terhadap koruptor dan siapa yang pro terhadap pemberantasan korupsi pasti akan menilai.
Tidak perlu menyampaikan bahwa saya antikorupsi, saya pendukung korupsi, tidak perlu
menyampaikan, tetapi dari ucapan, dari perkataan, dari tindakan, saya kira masyarakat
seluruh Indonesia akan menilai terhadap apa yang akan kita sampaikan pada hari ini.
Bapak dan Ibu, yang saya sampaikan sebenarnya saya sangat prihatin. Kita
menginginkan bersama-sama bahwa marwah DPD RI yang dalam tiga hari ini tercabik-cabik
lewat media di-bully, di medsos, di koran, dan lain sebagainya, maka dengan keputusan
Badan Kehormatan itu sebenarnya itu meringankan saudara kita Bapak Irman Gusman.
Karena, dengan keputusan itu saya yakin media akan berhenti memberitakan tentang Bapak
Irman Gusman yang terkait dengan DPD RI. Tetapi, apabila kita ayun terus persoalan ini,
maka berita-berita di media tidak akan berhenti dan kita DPD RI semakin habis bahwa sikap
kita, sikap kita, kenegarawanan kita diuji pada hari ini. Apakah kita berpihak kepada tata
tertib, berpihak pada rakyat?
Kita tahu bahwa keputusan KPK selama ini dalam OTT tidak pernah salah. Jangan
samakan OTT KPK yang saat ini dengan kasus BG dan kasus-kasus yang lain karena itu
bukan OTT. Tetapi, kita samakan di negara ini terus terang hanya ada dua OTT yang
melibatkan ketua lembaga. Saya sebenarnya tidak ingin berbicara tentang beliau pada hari ini.
Saya sebenarnya berharap tidak ada perdebatan tentang beliau. Kasihan beliau dan
keluarganya diperdebatkan di sini di depan publik. Saya kasihan. Justru yang selalu
membicarakan di depan publik tentang beliau itu selalu menjerumuskan beliau. Seharusnya
tidak boleh seperti ini, kasihan. Biarlah lembaga BK yang berwenang memutuskan, kita
terima, sudah selesai, maka persoalan besok sudah tenang, kita berbicara tentang penguatan
lagi. Kita bedakan antara DPD dengan KPK, antara DPD dengan Bapak Irman Gusman
secara personal, Bapak Irman Gusman sebagai ketua, kita bedakan. Kalau kita mengayun
terus seperti ini, tidak akan pernah selesai. Setiap kita satu minggu lagi kita berkumpul di sini
akan di sini akan membicarakan soal ini lagi, maka keluarga Bapak Irman Gusman, istrinya,
anaknya masuk di koran lagi, masuk di TV lagi karena kita bicarakan. Kasihan mereka.
Marilah kita sama-sama menjadi negarawan.
Mohon maaf, kawan-kawan, saat ini kita dilihat oleh seluruh rakyat Indonesia. Saya
hanya ingin kalau tadi berbicara tentang menjaga marwah lembaga ini, mari kita jaga
marwah lembaga ini. Kita hormati proses hukum yang ada di KPK, kita hormati. Biarlah
proses hukum itu berjalan, kita sebagai lembaga juga berjalan, saling hormat-menghormati
dan tatib kita jalankan, undang-undang kita jalankan. Itu saja.
Terima kasih.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Ya terima kasih, Pak Nawardi.
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
42
PEMBICARA: Drs. H. ABDURRAHMAN LAHABATO (MALUKU UTARA)
Pimpinan.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Mungkin, Bapak dan Ibu sekalian, sebentar-sebentar.
PEMBICARA: Drs. H. ABDURRAHMAN LAHABATO (MALUKU UTARA)
Pimpinan.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Sebentar, Pak, saya boleh bicara. Kami baru saja mendapatkan surat dari KPK setelah
Bapak Ibu semua mengeluarkan masukan-masukan pada kami.
Kami silakan Prof. John dulu. Pak Syukur nanti ya, Prof. John dulu ya. Ayo Prof.
John.
Tolong agak tenang.
PEMBICARA: Prof. Dr. JOHN PIERIS, S.H., M.S. (MALUKU)
Ya saya sebetulnya menahan hati saya untuk berbicara, tetapi akhirnya saya juga
harus berbicara, sedikit berbicara.
Yang pertama, kita harus menjaga wibawa politik sebagai DPD sebagai lembaga
negara, itu prinsip utama. Prinsip yang kedua, harus menjaga wibawa negara hukum ya,
artinya supremasi hukum negara itu harus ditegakkan. Yang ketiga, menjaga komitmen moral
kita untuk mendukung KPK memberantas korupsi. Ini prinsip-prinsip yang umum saya kira
di situ. Nah, persoalan yang dihadapi oleh kawan kita, teman kita Irman Gusman, memang
ada berbagai perspektif yang dikemukakan untuk itu. Semuanya menurut saya tidak salah.
Tadi dikatakan dalam pengantar pidato Ibu Ketua bahwa praduga tak bersalah, oke semua itu
sesuai dengan asas hukum yang kita kenal ya.
Nah, saya juga mendengar bahwa Saudara Ketua info terakhir benar atau salah,
Saudara Ketua mempertimbangkan untuk mengundurkan diri. Itu semua harus kita tamping
ya.
Yang ketiga, kita juga harus punya bukti autentik apakah surat penetapan sebagai
tersangka itu sudah kita dapat? Kita sebagai lembaga, pimpinan sebagai pimpinan lembaga
apakah sudah dapat itu dan kalau sudah ada saya kira tidak ada salahnya untuk dibacakan.
Satu hal yang paling penting juga menurut saya bahwa Pansus Tatib sedang bekerja
untuk menyempurnakan konsep tatib yang kita perdebatkan cukup lama ya. Dalam
pandangan saya, hasil kerja Pansus Tatib itu belum kita sahkan juga ya. Nah, kalau kita
diperhadapkan dengan perdebatkan-perdebatan hukum seperti itu, ada yang menyatakan
bahwa kita harus menggunakan tatib lama, itu berarti status tersangka itu gugur dengan
sendirinya, kemudian ada yang mengatakan kita harus menggunakan tatib yang baru.
Pimpinan, apakah itu sudah kita tetapkan tatib yang baru? Menurut saya, perdebatan itu perlu
juga dilakukan ya, tetapi Pimpinan, saya kira berdasarkan prinsip-prinsip umum yang saya
kemukakan tadi, saya barangkali mau mengambil inisiatif dengan beberapa teman untuk
bertemu dengan Irman Gusman, apakah dia bermaksud untuk mengundurkan diri. Kalau itu
dilakukan, saya kira lebih baik asal sesuai dengan kehendaknya sendiri, juga setelah
berkonsultasi dengan keluarganya, itu bagus. Bukti Akil Mochtar bagus, Novanto bagus.
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
43
Artinya, itu juga menguntungkan wibawa politik dari lembaga negara ini. Saya mencoba
untuk berpikir proporsional saja, jernih soal itu, tetapi ada hal-hal yang menganjal kita tadi
adalah apakah Tatib 2016 itu yang masih dipersoalkan itu langsung diberlakukan? Menjadi
persoalan bagi kita juga dalam Sidang Paripurna kali ini.
Itulah sebabnya barangkali jalan kita tengah kita ambil, kita menunggu dulu apakah
Irman Gusman akan mengundurkan diri? Itu lebih elegan, dengan demikian tidak ada soal.
Ataukah kita paksakan dia harus diundurkan pada Sidang Paripuna ini? Itu juga jadi soal
karena dalam sambutan Ketua tadi bahwa dalam Rapat Paripurna ini tidak ada pengambilan
keputusan, hanya mendengar laporan. Itu dulu kita clear-kan, Pak Ketua dan Ibu Ketua.
Terima kasih.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Iya kami persilakan Ibu Anna.
PEMBICARA: ANNA LATUCONSINA (MALUKU)
Terima kasih, Ibu Wakil Ketua dan Pak Wakil Ketua yang saya hormati.
Saya ingin mengoreksi laporan BK di poin yang pertama di mana di sini disebutkan
Badan Kehormatan telah mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 6 Tahun 2016 Tanggal 1
September 2016, memutuskan keputusan Badan Kehormatan Dewan Perwakilan Daerah
Republik Indonesia tentang perbaikan, keputusan Dewan Perwakilan Daerah Republik
Indonesia Nomor 55/DPD RI/5/2015-2016 tentang Panitia Khusus Peraturan Tata tertib. Kita
ketahui bersama tugas BK menyangkut etika dan kehormatan, sedangkan SK Nomor 55/DPD
ini tentang kebijakan. Apakah bisa BK membatalkan surat keputusan yang telah dikeluarkan
oleh Paripurna? Apakah sebegitu besarnya kewenangan BK sehingga bisa membatalkan atau
melakukan perbaikan terhadap keputusan yang telah diputuskan dalam Paripurna, yaitu
keputusan Nomor 55 tadi? Nah, ini pertanyaan saya. Apakah tidak melalui mekanisme di
mana BK bila ingin melakukan perbaikan atau ada masukan atau dari alat kelengkapan
manapun mengusulkan kepada Panmus, kemudian Panmus akan mengagendakan dan
diperbaiki dengan keputusan Paripurna, tidak masing-masing alat kelengkapan melakukan
perbaikan dan mengeluarkan keputusan sendiri. Saya pikir ini koreksi kepada kita semua dan
khususnya kepada Badan Kehormatan. Sekali lagi Badan Kehormatan tidak menganulir
kebijakan yang sudah diputuskan di dalam Paripurna.
Terima kasih, Pimpinan.
PEMBICARA: DR (HC) A. M. FATWA (KETUA BK DPD RI)
Interupsi, Saudara Ketua. Karena ini pertanyaan, saya mau jawab.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Ya sebentar ya, Pak Fatwa ya. Sebentar-sebentar.
PEMBICARA: Drs. H. ABDURACHMAN LAHABATO (MALUKU UTARA)
Interupsi, Pimpinan. Maluku Utara.
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
44
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Interupsi ya, silakan Pak Lahabato.
PEMBICARA: Drs. H. ABDURACHMAN LAHABATO (MALUKU UTARA)
Saya ingin mengingatkan kita kepada kita semua, Pimpinan.
PEMBICARA: DR (HC) A. M. FATWA (DKI JAKARTA)
Saya kira soal lain ini, soal lain ini. Bukan soal, ini soal Saudara Irman sudah soal
panjang nanti. Ini soal lain. Satu saja ini saya mau karena interupsi.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Oke, sebentar Pak Fatwa.
PEMBICARA: Drs. H. ABDURACHMAN LAHABATO (MALUKU UTARA)
Saya mau mengingatkan saja bahwa putusan Panmus kemarin itu menyetujui Badan
Kehormatan untuk bersidang kemarin sore sampai tadi malam. Setuju Panmus adalah setelah
sidang itu dilakukan oleh Badan Kehormatan, Badan Kehormatan kemudian membacakan
hasil keputusan di Paripurna, dan Ketua Badan Kehormatan yang terhormat telah
membacakan. Saya kira kita tidak diberi ruang untuk memperdebatkan apa yang telah
dibacakan oleh Pimpinan Badan Kehormatan karena amanat dari Panmus adalah
menyerahkan kepada Badan Kehormatan untuk bersidang, kemudian menyampaikan hasil
sidang yang dilakukan oleh Badan Kehormatan. Sampai di situ, titik. Kemudian, diteruskan
kepada Panmus untuk melanjutkan sebagaimana mekanisme yang diatur oleh tatib. Saya kira
begitu saja, saya kira tidak perlu diperdebatkan.
Terima kasih.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Oke silakan, Pak Fatwa.
PEMBICARA: DR (HC) A. M. FATWA (KETUA BK DPD RI)
Ini selipan saja dari pertanyaan Ibu Anna. Jadi, isinya itu 1) meminta Pimpinan DPD
RI untuk menghapus diktum kelima dan keenam keputusan Dewan Perwakilan Daerah
Republik Indonesia Nomor 55/DPD RI/5/2015-2016 tentang Panitia Khusus Peraturan Tata
Tertib sebagaimana surat Badan Kehormatan kepada Pimpinan DPD RI perihal saran
penyempurnaan dan perbaikan SK DPD RI Nomor 55, seterusnya. Kedua, mengingatkan
kepada Pimpinan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia agar menjaga marwah
lembaga untuk bersikap kenegarawanan dengan menjaga stabilitas kelembagaan. Jadi, ini
lihat saja ini nanti akan terjadi terus perdebatan soal ini.
Kami sebenarnya cuma menghargai kehadiran adanya pansus sekarang ini. Kami
tidak ingin mengganggu pansus yang sekarang ini, tetapi hanya mengenai masalah poin
kelima dan keenam itu dihapus karena itu mengundang perdebatan, akan menjadi bom waktu,
akan terjadi perdebatan terus-menerus. Jadi, kami bermaksud baik saja untuk, kami tidak
ingin mengganggu pansus yang sedang bekerja, tetapi ini kesalahan fatal dan sebenarnya
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
45
berpotensi untuk batal demi hukum karena ada menyinggung masalah Tatib 2014. Cuma,
kami tidak ingin mengangkat itu, tetapi kalau Saudara memperdebatkan, mari kita
memperdebatkan, tetapi ini demi kebaikan. Demi kebaikan, kami minta Pimpinan berjiwa
kenegarawanan, jangan yang kami kemukakan tadi itu dengan segala akal ini dan ini untuk
mempertahankan, demi untuk bisa mempertahankan kepemimpinan, akhirnya tangan Tuhan
nanti yang akan mengambil jabatan itu. Kalau Saudara terlalu banyak akal-akalan itu, tangan
Tuhan nanti akan mengambil jabatan itu kalau Saudara macam-macam akal untuk
mempertahankan itu. Kami hanya ingin ini dicabut poin kelima dan poin keenam surat
keputusan Saudara.
Terima kasih.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Ya, Bapak Ibu sekalian, sebentar sabar.
PEMBICARA : ANNA LATUCONSINA (MALUKU)
Pimpinan, pimpinan, saya mohon maaf interupsi satu menit, satu detik.
Saya tidak, saya persoalkan di sini adalah mekanisme, mekanisme kerja. Apakah bisa
satu alat kelengkapan menganulir keputusan Sidang Paripurna?
Terima kasih, Pimpinan.
PEMBICARA : DR (HC) A. M. FATWA (DKI JAKARTA)
Interupsi, itu meminta, meminta, bukan menganulir. Tetapi, hanya ada dua alat
kelengkapan yang berhak mengeluarkan surat keputusan, yaitu Pimpinan DPD RI dan Badan
Kehormatan. Dua alat kelengkapan itu berhak mengeluarkan surat keputusan dan
keputusannya ini hanya meminta kepada Pimpinan DPD RI berjiwa kenegarawanan.
Terima kasih.
PEMBICARA : Drs. H. ABDURACHMAN LAHABATO (MALUKU UTARA)
Pimpinan, saya interupsi. Saya ingatkan kita terima....
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Bapak dan Ibu sekalian. Sebentar, boleh saya bicara.
PEMBICARA : Drs. H. ABDURACHMAN LAHABATO (MALUKU UTARA)
Kita terima apa yang disampaikan oleh Badan Kehormatan. Sekali lagi saya interupsi.
kita terima apa yang disampaikan oleh Badan Kehormatan untuk diteruskan ke Panmus.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Bolehkah saya bicara sebentar? Bahwa di Sidang Paripurna ini sebetulnya tidak ada
pembahasan yang lebih lanjut, tetapi bisa dilanjut di Panmus karena di Panmus itu yang akan
diputuskan pada memberikan kesempatan untuk disampaikan ke Sidang Paripurna. Jadi, saya
ambil tengahnya. Semua masukan kita ambil, kita dengar, dan kita mendapatkan masukan,
dan mungkin nanti kita juga akan meminta BK untuk juga bisa menyelesaikan. Jadi, saya kira
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
46
saya ambil tengahnya hari ini bahwa nanti semua apa yang disampaikan detail-detail yang
disampaikan tadi itu kita bahas di Panitia Musyawarah? Setuju?
PEMBICARA: DR (HC) A. M. FATWA (KETUA BK DPD RI)
Ketua, Saudara Ketua, kalau kita menunda-nunda ini, kita akan digoreng oleh
pemberitaan masyarakat, kita akan dihukum oleh masyarakat.
PEMBICARA: H. AHMAD NAWARDI, S.Ag. (JATIM)
Pimpinan, interupsi. Mohon surat penetapan dari KPK dibacakan. Tolong surat dari
KPK dibacakan, kami belum tahu surat itu ada apa tidak. Tolong dibacakan dulu surat itu,
Pimpinan. Surat itu dibacakan, surat dari KPK biar kita tahu. Biar kita semuanya tahu ada
surat dari KPK.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Tadi saya sudah sampaikan. Sebentar, sebentar saya kasih kesempatan dulu. Pak
Pasek silakan.
PEMBICARA: GEDE PASEK SUARDIKA, S.H., M.H. (BALI)
Baik, mohon maaf teman-teman, giliran-giliran, giliran-giliran. Tenang, tenang,
tenang, kita bisa berdebat sampai malam, diatur saja, digilir saja. Mau dua menit, tiga menit,
lima menit diatur. Kalau bersamaan nanti kita tidak jelas suara yang mana kita dengar ya.
Diatur saja sambil istilahnya beliau, sambil senyum saja. Ini masalah serius karena
menyangkut memang kehormatan lembaga. Kami pahami pasti akan nuansanya akan
berbeda, tetapi yang pertama kami ingin sampaikan bahwa kita fokus dulu terhadap problem
yang inti, jangan melebar meskipun itu juga serius. Itu yang pertama.
Yang kedua, saya setuju karena ada surat yang sudah ditunggu disampaikan juga oleh
Pimpinan. Dibacakan saja seperti layaknya surat yang masuk ke dalam Paripurna, dibacakan
sehingga kita tahu.
Yang ketiga, saya kira mari kita pisahkan antara kepentingan lembaga dengan
kemanusiaan yang akan kita bangun saja. Terus terang saja saya pihak yang sangat setuju
proses ini secepat mungkin untuk menyelamatkan lembaga. Saya pribadi setuju ini
secepatnya. Bahwa kalau memang harus tatibnya mengatakan status tersangka dia berhenti,
sudah jangan diperdebatkan, itu pendapat saya. Tetapi, secara kemanusiaan pun saya siap
juga kalau memang beliau ingin mengajukan penangguhan penahanan, saya pribadi siap
untuk ikut menjaminkan diri saya sebagai bentuk kemanusiaan. Tetapi, jangan sampai ini
dicampuradukkan begitu loh, kira-kira seperti itu. Dan, sampai sekarang mekanismenya
beliau berstatus tersangka, sudah diselesaikan, itu dulu. Saya kira itu, Pimpinan dari kami.
Terima kasih.
Giliran yang lain biar enak didengar. Terima kasih.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Ya sebentar, Pak Kanedi, ini belakang dulu dari Papua. Sebentar ya, Pak Kanedi.
Silakan, Papua.
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
47
PEMBICARA: YANES MURIB, M.M. (PAPUA)
Dari Papua.
Pimpinan dan Anggota yang saya hormati, ini seperti dikatakan oleh Gusdur, kita ini
seperti taman bunga katanya. Anak-anak begitu, belum dewasa, atau mungkin karena
pengalaman baru ya dengan persoalan politik dan hukum yang kita hadapi ini. Kelihatan
ekspresi kita.
Saya ingin memberikan masukan sekaligus usulan bahwa posisi kita sekarang bukan
berbicara soal pribadi Irman Gusman sebagai tersangka, tetapi kita berbicara soal lembaga
dan kode etik. Dan, keputusan sudah diambil oleh BK, kita harus hargai.
Yang kedua, senior-senior tadi menyampaikan bahwa kita harus menunggu
perkembangan PTUN dan sebagainya. Berarti, Anggota DPD tidak mengakui KPK sebagai
lembaga penegak hukum. Dan saya sebagai anggota lembaga, Anggota DPD, keputusan BK
itu dasarnya bukan PTUN dan sebagainya atau surat dari siapa-siapa, bukan dari media. Itu
dasarnya adalah status tersangka dan sudah dinyatakan oleh BK, eh apa KPK. Jelas itu, siapa
yang tidak akui di sini? Karena itu, hargai itu keputusan BK.
Sekarang kita berhadapan dengan publik. Anggota DPD dan lembaga ini kita akan
diuji oleh publik, sikap kita ke mana nanti. Saya tidak mau hanya kepentingan untuk
hubungan saya dengan Irman Gusman atau mungkin kita punya hubungan Irman Gusman
sehingga 134 anggota ini mau memasang badan untuk hanya kepentingan hubungan keluarga.
Karena, saya punya kepentingan untuk membelah DPD, bukan individu. Karena itu, kita
punya opini-opini, pikiran-pikiran tadi bahwa kita harus mengikuti perkembangan hukum dan
sebagainya, tidak perlu. Kita langsung kepada apa yang diputuskan BK kalau memang
begitu. Kekosongan pimpinan itu yang harus kita pikirkan agar lembaga ini kita harus
memberikan kepercayaan kepada masyarakat bahwa sikap lembagai ini adalah ada pada
aturan tatib yang benar. Ini yang mau ingin saya sampaikan.
Terima kasih.
PEMBICARA: DR (HC) A. M. FATWA (KETUA BK DPD RI)
Saudara Ketua.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Ya terima kasih.
PEMBICARA: DR (HC) A. M. FATWA (KETUA BK DPD RI)
Saudara Ketua, saya mohon Saudara Sesjen bisa mengulangi apa yang bagian yang
dia kemukakan tadi malam bahwa, karena kami panggil Sesjen tadi malam, bahwa keluarga
dan pengacara sudah menerima surat penahanan dan pernyataan tersangka. Itu kita percaya
keterangan Saudara Sesjen, keluarga dan pengacara sudah menerima surat penahanan dan
status tersangka.
Terima kasih.
PEMBICARA: H. AHMAD NAWARDI, S.Ag. (JATIM)
Tolong dibaca suratnya, minta tolong bacakan suratnya, Pimpinan. Surat dari KPK
dibacakan kepada kita semua.
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
48
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Tolong hargai ada teman yang mau bicara. Silakan Pak Kanedi.
PEMBICARA: H. AHMAD NAWARDI, S.Ag. (JATIM)
Tolong dibacakan suratnya biar tidak ada tanya-tanya lagi.
PEMBICARA: H. AHMAD KANEDI, S.H., M.H. (BENGKULU)
Terimakasih.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Pimpinan yang kami hormati dan Saudara-saudaraku Senator se-Indonesia yang saya
cintai dan banggakan. Yang pertama tentunya saya sebagai salah satu senator mengimbau
kita bersama, kita sekarang ini perlu menghadapi semua permasalahan ini, mohon izin Dek
Kadek ya, mohon izin dulu Bang Ken mau bicara dulu. Jadi, saya minta yang lain tolong saya
ini dari tadi mau ngomong, baru kesempatan terakhir ini ngomong ini. Saya hanya
mengimbau moral, marilah kita hadapi semua permasalahan kita dengan kesabaran. Yang
Islam tambah salat, ini yang penting. Saya ingatkan sekali, saya lihat ini kita sudah tidak
sabar ini. Jadi, saya ingatkan itu.
Yang kedua, dalam masalah-masalah kita hadapi, mari kita kembali kepada aturan-
aturan yang ada, ada juga alat-alat kelengkapan. Saya ingin menyampaikan terhadap
permasalahan yang kita hadapi ini, ada BK yang sudah menangani, Bu. Di BK itu malam tadi
perdebatan lebih sengit daripada hari ini dan sama, tetapi dengan kesadaran kami sebagai
orang yang mencintai DPD, akhirnya selesai juga dengan mekanisme ya saya mohon
pemahaman dengan kawan-kawan ya, perasaan kita memang semuanya dalam keadaan galau
ya, dalam keadaan yang tentunya semuanya mempunyai ini. Inilah kita dalam keadaan
musibah begitu. Tetapi, dengan kenegarawan, dengan kecintaan kita, dengan kita yakin
bahwa tidak ada kusut yang tidak terurai, tidak ada keruh yang tidak jernih, maka kita
mengambil. Dan, saya ingin menyampaikan bahwa di BK itu juga sudah melalui tahapan-
tahapan yang komprehensif begitu dan perdebatan yang panjang.
Pimpinan dengan Anggota sekalian ya, kita bisa membedakan di dalam pembahasan-
pembahasan di dewan ini hanya dalam lapangan etika saja begitu, tidak masuk kepada ranah
hukum. Ini yang perlu kita ketahui supaya nanti jangan campur aduk. Saya ingin menegaskan
yang terakhir, setiap orang Anggota DPD itu bisa dia melanggar etika, tidak melanggar
hukum. Tetapi dia bila melanggar hukum, pasti melanggar etika. Nah, ini yang perlu
dipahami. Nah, kami kita semua supaya bisa memahami dan kita jernih dan kita satu
menghadapi permasalahan ini permasalahan kita bersama, mari kita berjalan dari ranah etika
kita.
Saya rasa itu saja dan mari kita hentikan perdebatan-perdebatan yang semuanya baik
ini. Kita mulai berjalan saja untuk menyelesaikan supaya permasalahan yang kita hadapi ini
dapat selesai dengan baik dan membuat kebaikan bagi DPD dan bagi masyarakat. Saya rasa
demikian saja. Perbanyak maaf.
Billahi taufik walhidayah.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Walaikumsalam.
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
49
Jadi, Bapak dan Ibu sekalian, mari kita dengarkan, tolong sabar Pak Kadek, kita
dengarkan bersama Pak Farouk akan membacakan surat dari KPK kepada DPD. Jadi jangan,
mohon ya tenang Pak Kadek.
Silakan, Pak Farouk.
Mohon tenang.
PEMBICARA: Prof. Dr. FAROUK MUHAMMAD (WAKIL KETUA DPD RI)
Sudah tenang semua?
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Oke, ini kita bacakan ya, mohon tenang.
PEMBICARA: Prof. Dr. FAROUK MUHAMMAD (WAKIL KETUA DPD RI)
Ya tenang. Tepuk tangan dululah kekompakan kita.
Baik, forum yang saya hormati, ada dua surat yang diterima oleh Pimpinan. Keduanya
bertanggal 19 September, yaitu surat dari KPK. Yang tadi dalam amplop rahasia, tetapi
diserahkan oleh Pimpinan dalam tertutup. Saya bicara, kita buka. Ini surat rahasia, tetapi di
dalam suratnya tidak ada klasifikasi rahasia. Amplopnya rahasia, dalamnya tidak ada
klasifikasi rahasia. Isinya juga ya rahasia umumlah begitu kira-kira. Oke.
Nomor: 609/23/09/2016.
Lampiran: 1 eksemplar.
Pemberitahuan: Penahananan atas nama tersangka Irman Gusman.
Yang terhormat Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia,
Dasar, dan seterusnya.
Dua, disampaikan kepada Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia bahwa saat
ini Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia sedang melakukan penyidikan dugaan
tindak pidana korupsi penyelenggaraan negara yang menerima hadiah atau janji. Padahal,
diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan
agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan
kewajibannya terkait dengan pengurusan kuota gula impor yang diberikan oleh Bulog kepada
CV Semesta Berjaya di tahun 2016 yang diduga dilakukan oleh tersangka Irman Gusman
selaku Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 Huruf a atau Pasal 12 Huruf b, mohon ini gratifikasi, atau atau Pasal 11 Undang-
Undang No. 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang
No. 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi.
Tiga, sehubungan dengan hal tersebut di atas, diberitahukan kepada Dewan
Perwakilan Daerah RI bahwa untuk kepentingan penyidikan, sejak hari Sabtu tanggal 17
September 2016, tersangka Irman Gusman telah dilakukan penahanan di Rumah Tahanan
Negara Kelas I Jakarta Timur Cabang KPK yang beralamat di Rutan Pomdam Jaya Guntur.
Surat Perintah Penahanan terlampir.
Demikian, atas nama Pimpinan Direktur Penyidikan, ditandatangani cap Aris
Budiman.
Surat Perintah Penahanan memperkuat itu saja seperti biasa. Jadi terkait dugaan tadi.
Untuk menyingkat waktu saya mungkin tidak perlu membacakan.
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
50
Sementara dari Tommy S. Bael and Partner Advokat Legal Consultant Receiver
Administrator Mediator No. 01.071 dan seterusnya tanggal 19 September.
Kepada Yth. Pimpinan DPD RI di Jakarta.
Perihal: Permohonan perihal penundaan proses hukum dan politik Bapak Irman
Gusman dalam kelembagaan DPD RI.
Dengan hormat, dan seterusnya.
Isinya:
Satu, bahwa klien kami telah menyampaikan kepada kami apa yang terjadi dan
dikabarkan di media massa yang menurut klien kami adalah tidak sepenuhnya benar dan
untuk itu klien kami telah menegaskan akan....
PEMBICARA: H. AHMAD NAWARDI, S.Ag. (JATIM)
Interupsi, Pimpinan
PEMBICARA: Prof. Dr. FAROUK MUHAMMAD (WAKIL KETUA DPD RI)
Ini kewajiban Pimpinan loh membaca itu. Jadi tolong didengar dulu. Tenang.
Menguji dugaan atau tuduhan dari pihak KPK sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku termasuk, tetapi tidak terbatas pada upaya hukum praperadilan di pengadilan
yang berwenang, khususnya yang menyangkut proses penangkapan dan penetapan klien kami
sebagai tersangka yang merupakan hak hukum klien kami.
Dua, bahwa sebagaimana kami uraikan pada butir satu demi keadilan, kepastian
hukum, dan untuk menghormati asas praduga tak bersalah, kami meminta dan mengimbau
sesuai dengan ketentuan yang berlaku, khususnya Undang-Undang MD3 dan Peraturan Tata
Tertib No. 1 Tahun 2016 tentang tata tertib agar DPD RI tidak tergesa-gesa mengambil sikap
dan langkah-langkah, baik hukum maupun politik, khususnya yang menyangkut status,
kedudukan, dan jabatan klien kami dalam struktur kelembagaan DPD sampai adanya atau
diperolehnya suatu keputusan yang berkekuatan hukum tetap dari proses upaya hukum
praperadilan yang akan kami ajukan dalam waktu secepatnya.
Demikan, dan seterusnya.
Ditandatangani oleh Dr. Tommy S. Bael, dan seterusnya.
Kalau berkenan, saya mencoba setelah mendengarkan tadi beberapa masukan,
mungkin suatu jalan. Mudah-mudahan bisa disepakati sehingga mengakhiri perdebatan-
perdebatan seperti ini. Kalau diperkenankan saya lanjutkan, Bu.
Jadi begini, sebenarnya tadi malam juga saya berbicara dengan salah seorang anggota
yang kebetulan Ketua MPR. Jadi, kita memang pada saat itu meminta penetapan, terus
ditelepon, tetapi ini off the record, saya tidak komunikasi, ini sifatnya tidak untuk media
massa ya. Komunikasi dengan Pimpinan KPK minta penetapan sebagai tersangka, tetapi
disampaikan tidak bisa, tetapi bisa disampaikan tentang ini. Jadi, kira-kira surat ini mungkin
merespons itu, begitu.
Nah kemudian begini, mari kita pahami ini dengan kepala dingin. Saya harapkan, tadi
juga saya berkomunikasi dengan Ketua BK sehingga Ketua BK sudah semakin spesifik
menyampaikan laporannya, berangkatnya dari pasal mana. Dalam hal ini, kita harus pahami
BK berangkat dari Pasal 119, sedangkan proses penindaklanjutan terkait dengan apa yang di
dalam Pasal 52, ada di Pasal 54. Jadi, di sini saya pelajari BK sama sekali tidak masuk ke
“ranah politik” di dalam Pasal 54. BK mendasarkan pada Pasal 119, oke. Dalam Pasal 119
mungkin sudah pernah dibaca, tetapi untuk clear-nya, Ayat (4), dalam hal ditemukan terdapat
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
51
indikasi pelanggaran dan/atau diperoleh informasi tentang penyelidikan yang dilakukan oleh
aparat penegak hukum, Badan Kehormatan menyampaikan keputusan tentang penonaktifan
pimpinan dimaksud. Tadi kita sudah sadar bahwa pertama, Paripurna tidak mengambil
keputusan, tetapi mendengarkan laporan dari Badan Kehormatan. Badan Kehormatan telah
melakukan sidang dan saya mendengar juga menghadirkan ahli hukum, jadi itu yang
dilakukan. Makanya, penekanannya BK berangkat dari 119, itu Ayat (4). Ayat (5)-nya, dalam
hal terbukti bahwa pimpinan dimaksud melakukan pelanggaran dan/atau dinyatakan sebagai
tersangka oleh pejabat penegak hukum, pimpinan dimaksud diberhentikan dari jabatannya.
Jadi, dari rumusan di sini ada dua. Karena itu, Ketua BK dalam penjelasannya pakai subsider,
ada primer dan ada subsider. Primernya di Ayat (5) diberhentikan, subsider-nya di Ayat (4)
penonaktifan. Itu bunyinya. Jadi, ini sama sekali belum masuk ke Pasal 54. Mari kita sama-
sama juga harus bisa menghormati karena kita tidak mengambil keputusan di sini, tetapi
kalau memang ini kita kembalikan kepada BK sebagaimana dikatakan oleh Ibu Ketua tadi,
masukan-masukan dari kita semua mari kita kembalikan kepada BK, apakah mempertegas,
mempertajam keputusannya bagaimana, itu hak sepenuhnya dari BK karena ini sudah diatur
di dalam Peraturan No. 4 Tahun 2012 tentang bagaimana menangani suatu temuan, bukan
pengaduan.
Jadi karena itu, saya pikir mari kita bersama-sama dua kepentingan. Jadi, keputusan
BK tidak serta merta lalu menghapuskan hak dari pimpinan. Masih ada proses rehabilitasi,
masih ada proses peninjauan kembali, tetapi aspirasi dari BK itu dan mungkin sebagian
teman supaya kita menunjukkan respons kepada publik bahwa kita telah menunjukkan
respons, tetapi kita belum mengambil keputusan, sampai selesai di sini. Masih ada nanti kita
akan mengikuti, mendengar hak-haknya yang dari keluarga tersangka masih menggunakan
haknya. Jadi, saya pikir mudah-mudahan kita sudah tidak perlu lagi memperdebatkan ini ya.
Tidak usah kita sepakati, kita sudah menerima masukan, kembalikan kepada BK, apa yang
diputuskan BK tidak salah melakukan Pasal 119. BK berangkat dari dasar Pasal 119, berarti
menegakkan kehormatan dan etika, bukan Pasal 5, begitu.
Jadi, mari kita terima bersama dan ini belum, masih ada kemungkinan untuk
direhabilitasi dan untuk ditinjau kembali. Mudah-mudahan ini jalan keluar yang bisa kita
terima sehingga kita tidak perlu berbeda pendapat soal ini ya, dan kita kepada publik kita juga
memberitahukan bahwa kita memberikan respons, bukan berarti sejalan dengan ... (kurang
jeals, red.) sikap kita tetap menghargai dan menyerahkan sepenuhnya kepada KPK
penanganan masalah ini.
Sekian, dan mudah-mudahan kita akhiri dengan tepuk tangan dan inilah yang bisa kita
sepakati.
Terima kasih.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
PEMBICARA: GEDE PASEK SUARDIKA, S.H., M.H. (BALI)
Pimpinan, sedikit. Sedikit saja menambahkan, menyempurnakan.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Iya, silakan Pak Mervin.
PEMBICARA: MERVIN SADIPUN KOMBER (PAPUA BARAT)
Saya minta keputusan kita tegas, dalam Paripurna ini harus tegas. Saya dulu, saya
dulu, saya dulu. Pimpinan, saya minta keputusan kita tegas hari ini. Harus tegas, tidak bisa
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
52
abu-abu, harus tegas apakah kita menerima apa yang disampaikan oleh BK dengan
memberhentikan Saudara Ketua ataukah kemudian kita menunggu dan menunggu? Ingat
agenda utama kita adalah amandemen, penguatan DPD, ingat itu. Jangan nila setitik merusak
susu sebelanga.
Terima kasih.
PEMBICARA: GEDE PASEK SUARDIKA, S.H., M.H. (BALI)
Pimpinan, menyempurnakan saja sedikit.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Sebentar. Pak Farouk ya.
PEMBICARA: DR (HC) A. M. FATWA (KETUA BK DPD RI)
Saya ingin bicara, Saudara Ketua.
PEMBICARA: Prof. Dr. FAROUK MUHAMMAD (WAKIL KETUA DPD RI)
Tadi saya sudah jelaskan. Kita tidak dalam kapasitas untuk membahas
mempersoalkan Keputusan BK karena itu final dan mengikat. Itu sudah. Persoalan di sana
adalah masalah administrasi penetapan SK, kita kembalikan kepada BK untuk nanti melihat
dan juga kita bukan berarti tidak ada sama sekali, masih ada peluang nanti. Kalau perlu
rehabilitasi karena itu bukan berarti langsung diganti, tidak. Ini masih, kalau bisa nonaktif
dulu, ya itu yang kita anu. Kalau pemberhentian dalam pengertian ... (kurang jelas, red.) saya
rasa itu tidak perlu. Jelas itu, jelas semua? Alhamdulillah.
Sekian dan terima kasih.
PEMBICARA: GEDE PASEK SUARDIKA, S.H., M.H. (BALI)
Pimpinan, menyempurnakan sedikit saja. Soal masalah penggunaan subsider mungkin
lebih pas kalau disetujui biar lebih tepat. Pasal 52 juncto Pasal 119 Ayat 4-5), sehingga dia
kolektif kedua-duanya terpakai, begitu.
Terima kasih.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Iya, silakan ke BK nanti. Jadi sudah kita sepakati. Masih ada? Pak Ketua BK, silakan
Pak. Iya, terakhir ya.
PEMBICARA: DR (HC) A. M. FATWA (KETUA BK DPD RI)
Saudara Ketua dan Saudara-saudara sekalian, yang pertama saya juga ingin secara
pribadi izinkan bahwa saya kira di ruangan ini saya orang pertama dengan orang tuanya
sampai Saudara Irman sendiri, orang yang paling dulu mengenal dan saya bersahabat sejak
dengan orang tuanya. Meninggal orang tuanya, saya datang sendiri dan keluarganya itu
adalah dermawan Muhammadiyah di Sumatera Barat, dan kami sama-sama keluarga
Muhammadiyah, saya aktivis Muhammadiyah. Jadi kalau dari sudut itu, sungguh-sungguh
sangat sedih saya secara pribadi. Oleh karena itu, saya orang pertama pada hari Sabtu datang
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
53
ke sana untuk meminta ketegasan siapa sebenarnya yang ditahan di sini karena bertubi-tubi
dari pagi menerima telepon, SMS tidak jelas. Saya ingin bertemu dengan Saudara Irman,
tetapi tidak diizinkan oleh pihak penyidik. Pimpinan KPK juga tidak bisa memberikan
keterangan keluar.
Saya bertemu dengan pengacaranya di sana, tetapi saya menyayangkan bahwa
pengacaranya itu tidak mengenalkan diri secara benar kepada saya. Saya mendatangi dia,
“Saudara, rasanya saya ini pernah bertemu dengan Saudara, tetapi saya tidak mengenal
dengan baik Saudara ini namanya siapa?” Dia kenalkan namanya Tommy Singh dan saya
bilang, “Posisinya akan datang ke sini bagaimana?” Dia bilang, “Saya dekat dengan Ketua.”
Saya bilang, “Di sini ada persoalan dua ketua. Ketua DPD RI atau Ketua KPK?” Dia bilang,
“Saya dekatnya dengan Ketua KPK.” Jadi tidak mengenalkan dengan jelas kepada saya
sebagai pengacara. Ini juga saya sayangkan. Dan, sebenarnya saya juga bisa bertukar pikiran
kalau dia sebagai pengacara dengan keluarganya, apanya, tetapi ini sebenarnya bukan hanya
keluarganya yang saya datangi, Saudara Irman sendiri saya mau datangi pribadi. Jadi, ada
kewajiban moral secara persahabatan dan ada kewajiban formal bagi saya sebagai Ketua
Badan Kehormatan untuk mendapatkan kejelasan. Itu secara pribadi ya.
Yang pertama, saya sampaikan bahwa ahli hukum Saudara Refly Harun itu dengan
jelas sekali menerangkan permasalahan ini juga praktisi hukum yang 27 tahun di Senayan ini
Saudara Zain Badjeber menjelaskan betul permasalahan ini sehingga bagi kami di BK itu
tidak ada sama sekali keraguan untuk menjatuhkan sanksi ini dan itu diputuskan dengan
aklamasi yang dari 17 anggota, hadir 11 anggota. Jadi, tadi saudara saya Saudara Bang Ken
itu sudah menjelaskan, saya ulangi kembali bahwa masalah praperadilan itu adalah masalah
proses pengadilan, pengadilan pidana. Kita tidak masuk sama sekali, BK tidak masuk sama
sekali di dalam proses peradilan pidana. Ini adalah peradilan etik. Jadi, hanya sampai kepada
masalah etika dan juga hanya sampai kepada masalah jabatan. Kita tidak mengganggu gugat
masalah keanggotaan Saudara Irman Gusman.
Jadi Saudara-saudara, saya mohon betul untuk persoalan ini tidak ditunda-tunda. Hari
ini kita selesaikan. Saya mendukung apa yang dikemukakan oleh Saudara Wakil Ketua,
Saudara Farouk Muhammad bahwa ini final dan mengikat bagi kami di Badan Kehormatan
dan tidak bersedia membicarakan lagi kembali, untuk meralat atau apa. Sudah, ini putusan
yang final dan mengikat. Persoalan ini melaporkan, ini ada juga memang perdebatan bahwa
yang lalu-lalu juga dilaporkan, ya sudah diterima begitu. Ada perbedaan pernafsiran di dalam
persoalan ini bahwa diterima apa adanya dari Badan Kehormatan dan itu yang sudah
dilakukan yang lalu. Jadi Saudara-saudara, saya mohon betul sekali lagi tidak ditunda-tunda
permasalahan ini karena kita menjaga marwah kehormatan lembaga kita DPD RI. Kita akan
diperdebatkan terus setiap hari, akan digoreng ini di televisi, dan koran dibahas terus kalau
tidak mengambil suatu keputusan yang jelas hari ini, yaitu diberhentikannya, yaitu
memberhentikan Saudara Irman Gusman dari jabatan Ketua DPD RI. Keanggotaan kita tidak
menyinggung-nyinggung.
Terima kasih.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Terima kasih.
Bapak dan Ibu sekalian, tadi ada satu hal yang dipertanyakan mengenai usul PJS. Dan
kami sejak awal begitu kasus Pak Irman muncul, saya dan Pak Farouk sebagai pimpinan
kolektif kolegial sudah melakukan rapat berdua dan ini juga sudah menjadi kesepakatan kami
berdua, dan Bapak Ibu sekalian, sekali lagi kepada BK beserta jajarannya, kami ucapkan
terima kasih. Dan juga sebagai rangkaian akhir Sidang Paripurna, kami informasikan bahwa
SIDANG PARIPURNA KE-2 DPD RI MS I TS 2016-2017
SELASA, 20 SEPTEMBER 2016
54
Rapat Panmus kemarin telah memutuskan untuk pelaksanaan Sidang Paripurna ke-3 yang
akan dilaksanakan pada tanggal 25 Oktober dengan agenda laporan perkembangan tugas Alat
Kelengkapan DPD RI dan pengesahan Keputusan DPD RI sekaligus penutupan Masa Sidang
I Tahun Sidang 2016-2017.
Beragamnya volume maupun jenis permasalahan daerah yang harus diartikulasikan
oleh lembaga Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, baik melalui komite maupun
anggota secara perseorangan ke depan, perlu disikapi melalui kerja keras dan kerja cerdas
kita bersama. Artikulasi politik tersebut kami harapkan tidak terpengaruh oleh adanya isu
pemotongan anggaran karena kita tetap perlu menjaga komitmen kerja perseorangan maupun
kerja-kerja alat kelengkapan secara terencana dengan mengoptimalkan anggaran yang ada
dan disesuaikan pula dengan ketersediaan waktu.
Akhirnya dengan mengucapkan alhamdulillahirabilalamin, Sidang Paripurna tahun....
PEMBICARA: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (JAWA TENGAH)
Ketua, Ketua. Mohon maaf, Ketua....
PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Akhirnya dengan mengucapkan alhamdulillah, Sidang Paripurna ke-2 Tahun Sidang
2016-2017 kami tutup dengan mengucapkan wassalamu'alaikum warahmatullahi
wabarakatuh.
KETOK 3X
SIDANG DITUTUP PUKUL 13.25 WIB