DETERMINAN PERMINTAAN OBJEK WISATA PEMANDIAN AIR …digilib.unila.ac.id/60714/3/3. SKRIPSI FULL...
Transcript of DETERMINAN PERMINTAAN OBJEK WISATA PEMANDIAN AIR …digilib.unila.ac.id/60714/3/3. SKRIPSI FULL...
-
DETERMINAN PERMINTAAN OBJEK WISATA PEMANDIAN AIR
PANAS WAY BELERANG LAMPUNG SELATAN
(Skripsi)
Oleh
SEPTRYANDA BARATAMA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
-
ABSTRAK
DETERMINAN PERMINTAAN OBJEK WISATA PEMANDIAN AIR
PANAS WAY BELERANG LAMPUNG SELATAN
Oleh
SEPTRYANDA BARATAMA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan Objek Wisata Pemandian Air Panas Way Belerang Lampung Selatan.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah permintaan, biaya
perjalanan, waktu tempuh, tingkat pendapatan, dan objek wisata lain. Data
diperoleh dari hasil wawancara kepada 85 responden pengunjng Objek Wisata
Pemandian Air Panas Way Belerang Lampung Selatan. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda (OLS) untuk
mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil yang diperoleh
dalam penelitian ini adalah biaya perjalana dan waktu tempuh berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap permintaan, tingkat pendapatan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap permintaan, sedangkan hasil menujukkan tidak ada perbedaan permintaan
antara obyek Wisata Pemandian Air Panas Way Belerang dengan objek wisata
lain.
Kata Kunci: Air Panas Way Belerang, Ordinary Least Square (OLS), dan
Permintaan
-
ABSTRACT
DETERMINANT REQUESTS OF WAY BELERANG SOUTH LAMPUNG
SOUTH WATER OBJECT TOURISM
By
SEPTRYANDA BARATAMA
This study aims to determine the factors that influence the demand for Air Panas
Way Belerang in Lampung Selatan. The variables used in this study are demand,
travel costs, travel time, income levels, and other attractions. Data were obtained
from interviews with 85 respondents visiting the Tourism Object of the Air Panas
Way Belerang in South Lampung. The analytical model used in this study is
multiple linear regression analysis (OLS) to determine the effect of independent
variables on the dependent variable. The results obtained in this study are the cost
of travel and travel time have a negative and significant effect on demand, the
level of income has a positive and significant effect on demand, while the results
show that there is no difference in demand between the Sulfur Way Hot Spring
Tourism object and other tourist objects.
Keywords: Air Panas Way Belerang, Demand, and Ordinary Least Square (OLS)
-
DETERMINAN PERMINTAAN OBJEK WISATA PEMANDIAN AIR
PANAS WAY BELERANG LAMPUNG SELATAN
Oleh
SEPTRYANDA BARATAMA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
-
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Septryanda Baratama yang lahir di Tanjung Enim pada tanggal
15 September 1995. Merupakan putra dari pasangan Bapak Heryan dan Ibu
Armidah. Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 2000 di TK Aisyiyah
Bustanul Athfal Tanjung Enim, yang diselesaikan pada tahun 2001.Penulis
melanjutkan sekolah di SD Al-Kautsar Bandar Lampung yang diselesaikan pada
tahun 2007. Penulis melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri 2
Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2010 dan Sekolah Menengah Atas
(SMA) Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2013.
Pada Tahun 2013, penulis melanjutkan ke perguruan tinggi, yaitu di Universitas
Lampung Jurusan Ekonomi Pembangunan. Selama menjadi mahasiswa, penulis
juga bergabung dalam kegiatan mahasiswa yaitu Himpunan Mahasiswa Ekonomi
Pembangunan (HIMEPA) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Koperasi
Mahasiswa Universitas Lampung. Pada tahun 2017 penulis Kuliah Kerja Nyata
(KKN) selama 40 hari di Kampung Sendang Asri Kecamatan Sendang Agung
Kabupaten Lampung Tengah.
-
MOTTO
“Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik.”
(Q.S At-Taubah: 120)
“Hidup adalah kegelapan jika tanpa hasrat dan keinginan. Dan semua hasrat serta
keinginan adalah buta, jika tidak disertai pengetahuan . Dan pengetahuan adalah
hampa jika tidak diikuti pelajaran. Dan setiap pelajaran akan sia-sia jika tidak
disertai cinta”
(Kahlil Gibran)
-
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT tiada daya tanpa kekuatan dari Nya.
dengan segala ketulusan hati Ku persembahkan karya ilmiah ini kepada :
Diriku sendiri
Kedua orang tua yang paling ku cinta. Terima kasih kepada Papa Heryan dan
Mama Armidah yang tak pernah lelah membesarkan dengan penuh kasih sayang,
serta memberi dukungan, perjuangan, motivasi dan pengorbanan dalam hidup ini.
Seluruh teman temanku
Serta kepada Almamaterku Universitas Lampung
Skripsi ini Saya persembahkan juga untuk yang selalu bertanya
“kapan skripsimu selesai?”
Terlambat lulus bukanlah sebuah kejahatan atau kriminal, bukan pula sebuah
aib. Alangkah kerdilnya jika mengukur kepintaran seseorang dari siapa yang
paling cepat lulus dengan IPK cumlaude. Jangan samakan prosesmu dengan
prosesku, meskipun prosesmu baik namun prosesku lebih menarik walaupun
sedikit terik.
Bukankah sebaik-baiknya skripsi adalah yang selesai?, baik itu yang selesai
tepat waktu maupun yang selesai tidak tepat waktu.
-
SANWACANA
Puji syukurku ucapkan kepadaMu ya Allah, tuhan yang maha esa. karena atas
karunia-Nya penulis bisa menjadi pribadi yang berpikir, berilmu, beriman dan
bersabar sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul
“Determinan Permintaan Objek Wisata Pemandian Air Panas Way Belerang
Lampung Selatan. ”ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat
dalammenyelesaikan studi Strata satu Ekonomi Pembangunan di Universitas
Lampung.
Proses pembelajaran yang penulis alami selama ini memberikan kesan dan makna
mendalam bahwa ilmu dan pengetahuan yang dimiliki penulis masih sangat
terbatas. Bimbingan, keteladanan dan bantuan dari berbagai pihak yang diperoleh
penulis mempermudah proses pembelajaran tersebut. Untuk itu dengan segala
kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Dr. Nairobi, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung beserta jajarannya.
2. Ibu Dr. Neli Aida, S.E., M.Si. sebagai Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
3. Ibu Emi Maimunah, S.E., M.Si selaku sekretaris Jurusan Ekonomi
Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
-
4. Ibu Zulfa Emalia, S.E., M.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan pelajaran, motivasi dan bimbingan yang sangat berharga bagi
penulis.
5. Ibu Dr. Lies Maria Hamzah, S.E., M.E. selaku dosen penguji yang telah
memberikan nasehat-nasehat yang sangat bermanfaat untuk penulis.
6. Ibu Emi Maimunah, S.E., M.Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan
nasehat-nasehat yang sangat bermanfaat untuk penulis.
7. Ibu Dr. Lies Maria Hamzah, S.E., M.E. selaku dosen Pembimbing Akademik.
8. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya selama menuntut ilmu
di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
9. Staf dan pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang
telah banyak membantu kelancaran proses penyelesaian skripsi ini.
10. Kedua orang tuaku yang tercinta, Papa dan Mama yang telah memberikan
kasih sayang dan segalanya demi kebaikanku.
11. Adikku tersayang Monita, Abdil, Ario yang selalu menjadi penghibur saat
lelah.
12. Seluruh keluarga besarku tercinta yang telah memberikan semangat tiada
henti.
13. Keluarga Besar Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Koperasi Mahasiswa
Universitas Lampung.
14. The Guveks Kecamatan Sendang Agung yang telah berjuang bersama sampai
untuk menyelesaikan perkuliahan ini.
15. Anggota Ep Jantan Adi Ngad, Bunda Aris, Dores, Mbah Fajar, Om Dom
Sahnan, Bungki Ricky Charel, Riki Tong, Lae Rido Hutasuhut, Ready, juga
teman-teman Red Lipstick Milda, Fibri, Fitria, Fadila, Putri, Tesa, Sinta, Luh
Ayu, Revi, Resvi, dyah. Terimakasih telah bersama-sama melewati suka duka
-
perkuliahan ini dan memberikan tawa disaat penat dalam mengerjakan tugas-
tugas.
16. Kantin Yuk Ani and the dengkot gengs . Terimakasih untuk secangkir kopi
dan obrolan ringan, serta saling memberi masukan selama ini.
17. Terimakasih juga untuk teman-teman seperbimbingan, Bimbingan Ibu Zulfa
Team, dan teman-teman Ekonomi Pembangunan 2013 yang lainnya yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
18. Teman-teman Band Musikku Ori, Nedi, Febri, Mian, Doan. Terimakasih telah
menghiburku dan mencari inspirasi lewat alunan nada .
19. Teman-teman Low Profile Family Ryan Ramadhan, Suju, Fadeli, Muthia,
Mbak Hijjah, Buya, Walid, Fadil, Mas Arpian Fc, Andew. Terimakasih telah
memberikan semangat dan dorongan motivasi selama ini.
20. Teman-teman KKN Dandi, Dea, Fitra, Yolanda, Arum, Zefni , Desa Sendang
Asri, Kecamatan Sendang Agung, Kabupaten Lampung Tengah.
21. Terima Kasih juga untuk Mbah Dama, Aparatur Desa Sendang Asri, Pak
Lurah, Pak bayan Tatang, Pak Carik, dan semua warga Desa Sendang Asri.
22. Serta semua teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, akan
tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita
semua. Amin.
Bandar Lampung, Desember 2019
Penulis,
Septryanda Baratama
-
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 10
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 11
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis ....................................................................................... 12
1. Permintaan ............................................................................................ 12
a. Teori Permintaan .......................................................................... 12
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan ......................... 14
c. Elastis Permintaan ........................................................................ 17
d. Faktor-Faktor Penentu Elastis Permintaan ................................... 19
2. Pariwisata dan Permintaan Pariwisata ................................................. 20
a. Pengertian Pariwisata ................................................................... 20
b. Permintaan Pariwisata .................................................................. 21
3. Definisi Wisatawan ............................................................................ 22
4. Aspek Ekonomi Pariwisata ................................................................. 25
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Pariwisata ............... 26
6. Biaya Perjalanan (Travel Cost) ............................................................ 29
7. Hubungan Antar Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen 33
B. Penelitian Terdahulu ................................................................................... 35
-
C. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 37
D. Hipotesis ..................................................................................................... 39
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 40
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................................ 41
C. Metode Penentuan Sampel ......................................................................... 42
D. Alat Analisis ............................................................................................... 44
1. Skala Ordinal ....................................................................................... 44
2. Transformasi Skala Ordinal Menjadi Skala Interval ........................... 44
E. Metode Analisis Data ................................................................................. 45
1. Uji Instrumen ...................................................................................... 45
2. Estimasi Regresi Berganda Ordinary Least Square (OLS) ................ 46
3. Pengujian Asumsi Klasik .................................................................... 47
4. Uji Hipotesis ........................................................................................ 50
F. Koefisien Determinasi (R2) ......................................................................... 52
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ........................................................... 54
B. Karakteristik Responden ............................................................................. 56
C. Hasil Regresi ............................................................................................... 64
1. Hasil Uji Ordinary Least Square ........................................................... 64
2. Hasil Pengujian Asumsi Klasik ............................................................. 65
3. Pengujian Hipotesis Statistik ................................................................. 67
D. Pembahasan ................................................................................................. 70
V. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan .................................................................................................. 76
2. Saran ............................................................................................................. 76
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jumlah Wisatawan ke Provinsi Lampung tahun 2013-2017 .............. 3
2. Distribusi Kunjungan Wisatawan Mancanegara danWisatawan Nusantara di Kabupaten dan Kota Se-Provinsi Lampung Tahun2017. 4
3. Obyek Wisata di Kabupaten Lampung Selatan ................................ 5
4. Pengunjung Pemandian Air Panas Way Belerang Tahun 2018 ......... 6
5. Ringkasan Penelitian Terdahulu ....................................................... 35
6. Responden Berdasarkan Tempat Tinggal .......................................... 57
7. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............................................. 58
8. Responden Berdasarkan Usia ............................................................ 58
9. Jumlah Permintaan Wisatawan .......................................................... 59
10. Biaya Perjalanan Wisata Individu ke Obyek Wisata Way Belerang . 60
11. Waktu Tempuh ke Obyek Wisata Way Belerang .............................. 61
12. Fasilitas Obyek Wisata Way Belerang .............................................. 62
13. Tingkat Pendapatan ............................................................................ 63
14. Obyek Wisata Lain ............................................................................ 63
15. Hasil Uji Ordinary Least Square ....................................................... 64
16. Hasil Uji Heteroskedastisitas ............................................................. 66
17. Hasil Uji Autokorelasi ....................................................................... 67
-
18. Hasil Uji Multikolinieritas ................................................................. 67
19. Hasil Uji-t........................................................................................... 68
-
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kurva Permintaan…………………………………………………... 13
2. Kerangka Pemikiran........................................................................... 39
-
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki kekayaan alam yang
melimpah yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai sektor salah satunya pariwisata.
Pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara,
dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan
atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial,
budaya, alam dan ilmu. Suatu perjalanan akan dianggap sebagai perjalanan wisata
bila memenuhi tiga persyaratan yang diperlukan, yaitu bersifat sementara, bersifat
sukarela (voluntary) dalam arti tidak terjadi karena paksaan, dan tidak bekerja
yang sifatnya menghasilkan upah (Spillane, 2004).
Perkembangan sektor pariwisata dapat meningkatkan pendapatan masyarakat
sekitar, dan digunakan sebagai sarana menyerap tenaga kerja sehingga dapat
mengurangi angka penggangguran dan meningkatkan angka kesempatan kerja.
Pemerintah dalam hal ini sebagai stakeholders kepariwisataan menyadari
besarnya potensi kepariwisataan di daerah berusaha menggali, mengembangkan
serta membangun aset objek dan daya tarik wisata, yang merupakan modal awal
untuk bangkitnya kegiatan pariwisata. Keputusan ini harus ditindak lanjuti dengan
-
2
memikirkan dan mengusahakan serta membenahi potensi objek dan daya tarik
wisata (Tahwin, 2003).
Berkembangnya objek wisata secara optimal mampu meningkatkan permintaan
pariwisata. Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah
permintaan dan harga. Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu
hipotesis yang menyatakan bahwa semakin rendah harga suatu barang maka
semakin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya, semakin tinggi
harga barang maka semakin sedikit jumlah permintaan terhadap barang tersebut
(Sukirno, 2013). Permintaan yang dilakukan oleh individu terhadap suatu
komoditas dipengaruhi oleh berbagai faktor permintaan suatu produk pada teori
ekonomi mikro bergantung pada harga barang itu sendiri, harga barang lain,
pendapatan, selera, dan sebagainya hal ini pun terjadi pada permintaan pariwisata
(Pindyck dan Rubinfeld, 2007). Seiring dengan meningkatnya pendapatan
masyarakat menyebabkan meningkatnya konsumsi barang dan jasa. Salah satunya
adalah permintaan wisata yang ditawarkan oleh industri-industri pariwisata pada
saat ini.
Determinan permintaan didasarkan pada anggaran dasar belanja yang dimiliki
oleh seseorang, hal ini menjadi kunci dalam permintaan pariwisata. Seseorang
akan mempertimbangkan anggarannya tersebut apakah akan digunakan untuk
kegiatan wisata atau untuk memenuhi kebutuhan konsumsi lain, (Sinclair. et.al,
1997). Permintaan pariwisata terdiri dari beberapa fasilitas atau produk yang
berbeda bukan saja dalam sifat, akan tetapi juga manfaat dan kebutuhannya bagi
wisatawan. Fasilitas dan produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang berbeda
-
3
dan diperlukan oleh wisatawan pada waktu yang berbeda-beda pula. Permintaan
pariwisata tidak hanya terbatas pada waktu yang diperlukan pada saat perjalanan
wisata diperlukan, akan tetapi jauh sebelum melakukan pejalanan, permintaan itu
sudah mengemuka seperti informasi tentang daerah tujuan wisata, hotel tempat
untuk menginap, transportasi yang akan digunakan, tempat-tempat yang akan
dikunjungi dan berapa banyak uang yang harus dibawa (Oka Yoeti, 2008).
Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang paling sering dikunjungi
oleh para wisatawan domestik maupun mancanegara. Provinsi Lampung memiliki
potensi sumber daya alam yang beraneka ragam, mulai dari pertanian,
perkebunan, prikanan, perternakan, pertambangan, dan pariwisata. Macam-macam
objek wisata yang berkembang di Provinsi Lampung menjadi salah satu faktor
banyaknya kunjungan wisatawan ke Provinsi Lampung. Berikut adalah jumlah
pengunjung di Provinsi Lampung.
Tabel 1. Jumlah Wisatawan ke Provinsi Lampung tahun 2013-2017
Tahun Wisatawan
(Orang)
Pertumbuhan (%)
2013 3.467.715 31,4
2014 4.422.716 27,5
2015 5.645.710 27,6
2016 7.496.827 33,7
2017 11.641.199 55,3
Rata-Rata 6.534.833 35,10
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2018
Dari Tabel 1 menunjukan bahwa perkembangan jumlah kunjungan wisatawan di
Provinsi Lampung dalam lima tahun terakhir mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Rata-rata wisatawan yang berkunjung ke Provinsi Lampung pada tahun
2013-2017 sebanyak 6.534.833 orang dengan jumlah kunjungan tertinggi pada
-
4
tahun 2017 sebanyak 11.641.199 orang dengan presentase pertumbuhan sebesar
35,6%. Berikut ini jumlah kunjungan wisatawan mancanegara maupun nusantara
tahun 2017 di kabupaten atau kota di Provinsi Lampung.
Tabel 2. Distribusi Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Wisatawan
Nusantara di Provinsi Lampung Tahun 2017.
Nama Kabupaten/Kota Wisatawan (orang) Total
Nusantara Mancanegara
Kota Bandar Lampung 1.004.114 13.169 1.017.283
Kota Metro 16.843 36 16.897
Kabupaten Lampung Selatan 857.828 6.295 864.123
Kabupaten Lampung Timur 51.577 1.401 52.978
Kabupaten Tulangbawang 21.070 269 21.339
Kabupaten Lampung Tengah 14.261 749 15.010
Kabupaten Way Kanan 727 0 727
Kabupaten Lampung Utara 2.459 154 2.613
Kabupaten Lampung Barat 47.364 12.077 59.441
Pesisir Barat 41.021 422.528 463.549
Kabupaten Tanggamus 9.500 3.250 12.750
Kabupaten Pesawaran 7.653 675.344 682.997
Kabupaten Pringsewu 135.685 455 136.140
Kabupaten Mesuji 31.820 0 31.820
Kabupaten tulang Bawang Barat 36.022 955 36.977
Sumber: Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung Tahun 2018
Dilihat dari Tabel 2 distribusi kunjungan wisatawan mancanegara maupun
nusantara tahun 2017 di Provinsi Lampung setiap kabupaten atau kota
menunjukan jumlah yang berbeda-beda. Hal tersebut terjadi karena setiap daerah
kabupaten atau kota memiliki potensi wisata yang berbeda-beda. Kabupaten
Lampung Selatan merupakan wilayah yang memiliki tingkat kunjungan yang
tertinggi kedua pada tahun 2017. Kabupaten Lampung Selatan merupakan
wilayah yang sangat potensial dalam usaha pengembangan pariwisata di Provinsi
Lampung, hal ini bisa dilihat dari tingkat kunjungan wisatawan baik nusantara
-
5
maupun mancanegara yang menduduki peringkat kedua setelah Kota Bandar
Lampung dengan jumlah 864.123 orang.
Kabupaten Lampung Selatan merupakan salah satu kabupaten dari Provinsi
Lampung yang memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dapat
ditumbuh kembangkan lebih lanjut. Di kabupaten tersebut terdapat banyak objek
wisata yang menarik perhatian wisatawan. Topografi alam yang cukup bervariasi
mulai dari dataran rendah aliran sungai kemudian pantai laut. Adapun beberapa
objek wisata yang terdapat di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada
Tabel 3 berikut ini:
Tabel 3. Objek Wisata di Kabupaten Lampung Selatan
No Nama Objek Wisata Lokasi
1 Pemandian Air Panas Way Belerang Kalianda
2 Pulau Mengkudu Desa Canti
3 Menara Siger Lampung Bakauhuni,
4 Pulau Anak Krakatau Kalianda
5 Pelau Sebesi Desa Tejang
6 Pulau Sebuku Rajabasa
7 Pulau Sekepal Kalianda
8 Pantai Pasir Putih Katibung
9 Pantai Alau-alau Desa Ketang
10 Pantai Sebalang Tarahan
11 Pantai Embe Merak Belatung
12 Kampung Wisata Tabek Indah Natar
13 Grand Elty Krakatau Resort Merak Belatung
Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi Lampung, Tahun 2018
Salah satu objek wisata yang cukup terkenal di Lampung Selatan adalah
Pemandian Air Panas Way Belerang. Pemandian Air Panas Way Belerang
merupakan sebuah tempat pemandian air panas yang bersumber dari air belerang
yang keluar langsung dari bawah kolam, ada juga sumber air yang mengucur
langsung dari Gunung Rajabasa Kalianda Lampung Selatan yang diyakini
-
6
mempunyai khasiat menyembuhkan penyakit kulit. Pemandian Air Panas Way
Belerang menempuh perjalanan sejauh 65 kilometer dari pusat Kota Bandar
Lampung. Jika menggunakan kendaraan roda empat bisa ditempuh selama 2 jam.
Rute perjalanan dimulai dari jalan Soekarno-Hatta (By Pass) lalu jalan lintas
Sumatera sampai menuju kota Kalianda. Adapun jumlah pengunjung objek
wisata Pemandian Air Panas Way Belerang dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai
berikut:
Tabel 4. Pengunjung Pemandian Air Panas Way Belerang Tahun 2018
No Bulan Jumlah Wisatawan
(Orang)
1 Januari 550
2 Februari 594
3 Maret 562
4 April 547
5 Mei 527
6 Juni 568
7 Juli 565
8 Agustus 541
9 September 468
10 Oktober 395
11 November 376
12 Desember 307
Rata-Rata 500
Sumber: Manajemen Pemandian Air Panas Way Belerang, 2019
Berdasarkan Tabel 4 Rata-rata wisatawan yang berkunjung ke Provinsi Lampung
pada tahun 2013-2017 sebanyak 500 orang. Pada bulan Januari ke Februari
mengalami peningkatan dengan jumlah 550 orang menjadi 594 orang, namun
mengalami penurunan pada saat memasuki bulan juli hingga akhir tahun 2018
dengan jumlah pengunjung yang paling rendah terjadi pada bulan Desember yaitu
sebesar 307 orang. Hal tersebut terjadi dikarenakan adanya persaingan dari objek
wisata lain yang sejenis, adanya perbaikan faslitas, serta adanya dampak dari
-
7
gempa bumi yang terjadi pada bulan Desember 2018 (Manajemen Pemandian Air
Panas Way Belerang, 2019)
Pada penelitian ini penulis tertarik meneliti tentang objek wisata Pemandian Air
Panas Way Belerang sebagai tempat penelitian, karena mempunyai daya tarik
tersendiri dimana lokasinya berada di lereng Gunung Rajabasa, suasananya masih
sejuk, banyak pohon-pohon besar, dan air belerang pemandian ini muncul dari
bawah kolam dan ada juga yang mengalir langsung dari Gunung Rajabasa,
sehingga benar-benar masih murni dan memberikan manfaat bagi kesehatan.
Tidak hanya pemandian air panas, kawasan rekreasi Way Belerang juga
menyediakan taman bermain untuk anak-anak, bahkan ada fasilitas kolam renang
air tawar, aula, mushola, dan kantin. Pemandian Air Panas Way Belerang semakin
berkembang dengan segala fasilitas yang ditawarkan sehingga mempengaruhi
minat wisatawan untuk berkunjung ke Pemandian Air Panas Way Belerang.
Penelitian ini memfokuskan tentang determinan permintaan, khususnya
permintaan pariwisata. Secara teori permintaan, variabel yang mempengaruhi
jumlah barang yang diminta adalah permintaan harga barang itu sendiri, harga
barang lain yang mempengaruhi, pendapatan dan selera. Hukum permintaan pada
hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan bahwa semakin rendah
harga suatu barang maka semakin banyak permintaan terhadap barang tersebut.
Sebaliknya, semakin tinggi harga barang maka semakin sedikit jumlah permintaan
terhadap barang tersebut (Sukirno, 2013).
Menurut Oka Yoeti (2008) permintaan pariwisata dapat dibagi menjadi dua, yaitu
potential demand dan actual demand. Potential demand adalah sejumlah orang
-
8
yang berpotensi untuk melakukan kegiatan wisata karena memiliki waktu luang
dan tabungan yang relatif cukup. Actual demand adalah orang-orang yang sedang
melakukan kegiatan wisata pada suatu daerah tujuan wisata tertentu.
Permintaan pariwisata Pemandian Air Panas Way Belerang diduga dipengaruhi
oleh pendapatan pengunjung, biaya perjalanan yang merupakan variabel implisit
travel cost, waktu tempuh dan fasilitas, serta objek wisata lain yang merupakan
variabel pendukung travel cost. Permintaan pariwisata dapat dilihat dari minat
masyarakat terhadap objek wisata tersebut, semakin diminati maka semakin
banyak jumlah kunjungan atau frekuensi kekerapan kunjungannya.
Pendapatan pengunjung merupakan faktor penting dalam membentuk permintaan
pariwisata. Tingkat pendapatan konsumen mencerminkan seberapa besar
penghasilan yang diterima individu setiap bulannya, semakin tinggi tingkat
pendapatan seseorang maka akan semakin tinggi keinginan untuk melakukan
konsumsi baik berupa barang maupun jasa, sehingga pendapatan akan
mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan melakukan permintaan
pariwisata. Waktu tempuh menuju objek wisata merupakan hal yang perlu di
pertimbangkan seseorang dalam melakukan berbagai aktivitas. Semakin dekat
waktu tempuh suatu objek dengan suatu individu semakin besar pula keinginan
seseorang untuk berkunjung ke objek wisata tersebut. Objek wisata lain mampu
mempengaruhi keputusan seseorang dalam memilih tempat berwisata.
Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan biaya perjalanan atau travel
cost method. Metode ini digunakan dalam jasa lingkungan yang ditawarkan tidak
memiliki nilai pasar sehingga penentuan tarif masuk kawasan wisata belum
-
9
menunjukkan nilai ekonomi yang sebenarnya dari jasa lingkungan yang didapat
oleh karena itu, perlu adanya suatu pendekatan untuk menentukan nilai manfaat
ekonomi dari jasa lingkungan yang ditawarkan dalam suatu kawasan wisata alam
yang nantinya akan dijadikan pertimbangan dalam pengembangan kawasan wisata
lebih lanjut.
Pendekatan Biaya Perjalanan (travel cost method) secara prinsip mengkaji tentang
biaya yang dikeluarkan individu untuk mengunjungi tempat-tempat wisata.
sehingga biaya perjalanan mempengaruhi wisatawan untuk berkunjung ke objek
wisata Pemandian Air Panas Way Belerang. Biaya yang dikeluarkan pada
penelitian ini yaitu biaya konsumsi, biaya tiket masuk, biaya parkir, dan lain-lain.
Pendekatan biaya perjalanan (travel cost method) diduga mempengaruhi
keputusan seseorang untuk berwisata. Menurut Raharjo (2002), metode penilaian
khususnya untuk mengukur nilai ekonomi wisata alam yang banyak dipakai
adalah travel cost method. Metode biaya perjalanan (travel cost method) boleh
dikatakan sebagai metode yang pertama kali digunakan untuk menduga nilai
ekonomi sebuah komoditas yang tidak memiliki nilai pasar (non-market goods).
Metode ini berasumsi dasar bahwa setiap individu baik aktual ataupun potensial
bersedia mengunjungi sebuah daerah untuk mendapatkan manfaat tertentu tanpa
harus membayar biaya masuk (no entry fee). Namun demikian, walaupun
asumsinya tidak ada biaya masuk, namun secara aktual ditemukan pengunjung
yang berasal dari lokasi yang jauh dari objek yang dikunjungi. Dalam kontes ini
terdapat perbedaan “harga” yang harus dibayar antar pengunjung untuk
mendapatkan manfaat yang sama. Kondisi ini dalam teori ekonomi dianggap
-
10
sebagai representasi dari permintaan (demand) pengunjung (konsumen) terhadap
manfaat tersebut.
Dengan melihat latar belakang tersebut peneliti ingin mengetahui masyarakat
dalam melakukan dan permintaan pada suatu objek wisata, oleh sebab itu penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Determinan Permintaan Objek
Wisata Pemandian Air Panas Way Belerang Lampung Selatan”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari permasalahan di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian
sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh biaya perjalanan terhadap permintaan objek wisata
Pemandian Air Panas Way Belerang?
2. Bagaimana pengaruh waktu tempuh terhadap permintaan objek wisata
Pemandian Air Panas Way Belerang?
3. Bagaimana pengaruh tingkat pendapatan pengunjung terhadap permintaan
objek wisata Pemandian Air Panas Way Belerang?
4. Bagaimana pengaruh objek wisata lain terhadap permintaan objek wisata
Pemandian Air Panas Way Belerang menurut persepsi responden?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Menganalisis pengaruh biaya perjalanan terhadap permintaan objek wisata
Pemandian Air Panas Way Belerang.
-
11
2. Menganalisis waktu tempuh terhadap permintaan objek Wisata Pemandian Air
Panas Way Belerang.
3. Menganalisis pengaruh tingkat pendapatan terhadap permintaan objek
wisata Pemandian Air Panas Way Belerang.
4. Menganalisis pengaruh objek wisata lain terhadap objek wisata Pemandian Air
Panas Way Belerang menurut persepsi responden.
D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai syarat kelulusan untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Sebagai Ilmu Pengetahuan, secara umum penelitian ini diharapkan dapat
menambah pengetahuan khususnya ekonomi pembangunan.
3. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan upaya pengembangan
Pemandian Air Panas Way Belerang di masa yang akan datang bagi
pemerintah daerah.
-
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Teoritis
I. Permintaan
a. Teori Permintaan
Permintaan sangat mempengaruhui jumlah output yang akan dihasilkan ketika
harga bersifat kaku. Permintaan adalah berbagai kombinasi harga dan jumlah
suatu barang yang ingin dan dapat dibeli oleh konsumen pada berbagai tingkat
harga untuk suatu periode tertentu (Nophirin dalam Irma Afia, S dan Indah, S,
2004). Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang
menyatakan bahwa semakin rendah harga suatu barang maka semakin banyak
permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya, semakin tinggi harga barang
maka semakin sedikit jumlah permintaan terhadap barang tersebut (Sukirno,
2013).
Definisi Permintaan terhadap barang dan jasa adalah kuantitas barang atau jasa
yang orang bersedia untuk membelinya pada berbagai tingkat harga dalam suatu
periode tertentu. Dengan kata lain, orang bersedia untuk membeli untuk memberi
penekanan konsumsi yang dipengaruhi oleh tingkat harga. Maksud dari kata
bersedia disini adalah konsumen memiliki keinginan untuk membeli suatu barang
atau jasa dan sekaligus memiliki kemampuan yaitu uang atau pendapatan.
-
13
Kemampuan seringkali disebut dengan istilah daya beli (Mustafa Edwin Nasution,
dkk, 2006).
Dengan kata lain, teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara
jumlah permintaan dan harga. Berdasarkan ciri hubungan antara permintaan dan
harga dapat dibuat grafik kurva permintaan.
Tingkat Harga
P1
Penurunan P2
Tingkat harga Permintaan Agregat
0 Y1 Y2 Jumlah Output
2. Meningkatkan jumlah permintaan Barang dan jasa
Gambar 1. Kurva Permintaan
Sumber: Mankiw (2012: 236)
Hukum permintaan menyatakan bahwa jumlah barang yang diminta dalam suatu
periode waktu tertentu berubah berlawanan dengan harganya, jika hal lain di
asumsikan tetap, sehingga semakin tinggi harganya semakin kecil jumlah barang
yang diminta atau sebaliknya semakin kecil harganya maka semakin tinggi jumlah
barang yang diminta. Dari Gambar 1 dapat dilihat bagaimana hukum permintaan
berlaku. Penurunan tingkat harga dari P1 ke P2 meningkatkan jumlah permintaan
-
14
barang dan jasa dari Y1 ke Y2. Apabila harga turun menjadi P2 permintaan
barang pada harga tersebut meningkat menjadi sebesar Y2. Kurva permintaan
menunjukkan hubungan antara jumlah (kuantitas) barang yang diinginkan dan
harga barang, sedangkan pendapatan konstan. (Mankiw, 2012).
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan
Menurut Sadono Sukirno (1994) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
permintaan tersebut dijabarkan sebagai berikut :
1. Harga barang itu sendiri
Dengan asumsi ceteris paribus, memiliki hubungan yang terbalik yang sesuai
dengan hukum permintaan yaitu “Apabila harga suatu barang mengalami
kenaikan maka kuantitas yang diminta oleh konsumen akan turun, sebaliknya
apabila harga suatu barang mengalami penurunan maka kuantitas yang diminta
oleh konsumen akan naik”.
2. Harga barang lain
Barang konsumsi pada umumnya mempunyai kaitan penggunaan antara yang satu
dengan yang lain. Berdasarkan kaitan penggunaan antara kedua macam barang
konsumsi pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
a. Barang Pengganti (subtitusi)
Adalah suatu barang yang dapat menggantikan fungsi barang lain. Harga barang
pengganti dapat mempengaruhi permintaan barang yang dapat digantikannya. Jika
harga barang pengganti lebih murah, maka barang yang digantikannya akan
mengalami pengurangan dalam permintaan.
b. Barang Pelengkap (komplementer)
-
15
Adalah suatu barang yang digunakan bersama-sama barang yang lain, maka
barang tersebut dinamakan barang pelengkap kepada barang lain tersebut.
Kenaikan/penurunan barang komplementer selalu sejalan dengan perubahan
permintaan barang yang digenapi.
c. Barang Netral
Adalah apabila dua macam barang tersebut tidak mempunyai hubungan yang
rapat maka perubahan terhadap permintaan salah satu barang tersebut tidak akan
mempengaruhi permintaan barang lainnya.
3. Pendapatan
Perubahan pendapatan selalu menimbulkan perubahan terhadap permintaan
berbagai jenis barang. Berdasarkan kepada sifat perubahan permintaan yang
berlaku apabila pendapatan berubah, berbagai barang dapat dibedakan menjadi
empat golongan:
a. Barang Inferior
Adalah barang yang banyak diminta oleh orang-orang yang berpendapatan
rendah. Jika pendapatan bertambah tinggi maka permintaan terhadap barang-
barang yang tergolong inferior akan berkurang.
b. Barang Esensial
Adalah barang yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya barang
itu terdiri dari kebutuhan pokok masyarakat.
c. Barang Normal
Sesuatu barang dinamakan barang normal apabila ia mengalami kenaikan dalam
permintaan sebagai akibat dari kenaikan pendapatan.
-
16
d. Barang Mewah
Jenis-jenis barang yang dibeli orang apabila pendapatan mereka sudah relatif
tinggi termasuk dalam golongan ini. Biasanya barang-barang tersebut baru dibeli
setelah dapat memenuhi kebutuhan yang pokok seperti sandang, pangan dan
papan.
4. Beberapa Faktor Lain
Beberapa faktor lain yang cukup penting peranannya dalam mempengaruhi
permintaan terhadap suatu barang adalah:
a. Distribusi Pendapatan
Sejumlah pendapatan masyarakat tertentu besarnya akan menimbulkan corak
permintaan masyarakat yang berbeda apabila pendapatan tersebut diubah corak
distribusinya.
b. Cita Rasa Masyarakat
Cita rasa mempunyai pengaruh cukup besar terhadap keinginan masyarakat untuk
membeli barang dan jasa.
c. Jumlah Penduduk
Pertambahan penduduk tidak sendirinya menyebabkan pertambahan permintaan.
Tetapi biasanya pertambahan penduduk diikuti oleh perkembangan dalam
kesempatan kerja. Lebih banyak orang yang menerima pendapatan dan ini
menambah daya beli dalam masyarakat sehingga penambahan daya beli ini akan
menambah permintaan.
d. Ekspektasi Tentang Masa Depan
Perubahan-perubahan yang diramalkan mengenai keadaan pada masa yang akan
datang dapat mempengaruh permintaan. Ramalan para konsumen bahwa harga-
-
17
harga akan menjadi bertambah tinggi pada masa depan akan mendorong mereka
untuk membeli lebih banyak pada masa kini, untuk menghemat pengeluaran pada
masa yang akan datang.
c. Elastisitas Permintaan
Dalam analisis ekonomi, secara teori maupun praktek sehari-hari adalah sangat
berguna untuk mengetahui sampai sejauh mana responsifnya permintaan terhadap
perubahan harga. Oleh sebab itu perlu dikembangkan satu pengukuran kuantitatif
yang menunjukkan sampai di mana besarnya pengaruh perubahan harga terhadap
perubahan permintaan. Ukuran ini dinamakan elastisitas permintaan (Sadono
Sukirno, 1994).
Dalam teori permintaan, terdapat tiga elastisitas permintaan, yaitu elastisitas
permintaan terhadap harga (price elasticity of demand), elastisitas permintaan
terhadap pendapatan (income elasticity of demand), dan elastisitas permintaan
silang (cross price elasticity of demand). Faktor-faktor yang mempengaruhi
elastisitas permintaan yaitu banyaknya barang pengganti yang tersedia, jumlah
penggunaan barang tersebut, besarnya persentase pendapatan yang dibelanjakan
dan jangka waktu dimana permintaan itu dianalisis (Percoyo Tri Kunawangsih
dan Anton Pracoyo, 2006).
1. Elastisitas Permintaan Tehadap Harga
Koefisien harga permintaan (e) mengukur persentase perubahan jumlah komoditi
yang diminta per unit waktu karena adanya persentase perubahan harga tertentu
dari komoditi itu. Persentase perubahan dalam artian besar kecilnya dapat diukur
dengan angka-angka dalam koefisien elastisitas permintaan. Karena hubungan
-
18
harga dan jumlah adalah terbalik, maka koefisien harga permintaan bertanda
negatif.
Oleh karena itu, dalam rangka menghindarkan nilai negatif dalam pembahasan,
maka tanda minus sering kali dimasukan dalam rumus elastisitas harga
permintaan sebagai berikut: (Budi S, 2009)
Ed = ∆Q/Q
= ∆Q
x P
∆P/P ∆P Q
Dimana:
E : Elastisitas Q: Jumlah P: Harga
∆Q : Perubahan jumlah ∆P : Perubahan harga
2. Elastisitas Silang
Elastisitas permintaan silang merupakan suatu koefisien yang menunjukkan
besarnya perubahan permintaan suatu barang jika terjadi perubahan terhadap
harga barang lain. Persamaannya dinyatakan sebagai berikut:
Ei = Persentase perubahan jumlah barang X yang diminta
Persentase perubahan harga barang Y
Nilai elastisitas silang berkisar tak terhingga yang negatif hingga tak terhingga
positif. Barang-barang komplementer elastisitas silang bernilai negatif, sedangkan
nilai elastisitas silang untuk barang-barang subsitusi adalah positif.
3. Elastisitas Harga dan Jumlah Pengeluaran
Menurut Richard H Leftwich (1984) yang paling penting bagi penjual, khususnya
pada jasa pariwisata adalah hubungan antara perubahan harga, elastisistas dan
jumlah uang yang dibelanjakan untuk suatu barang. Jumlah total uang yang
-
19
dibelanjakan dapat dianggap sebagai total pengeluaran konsumen atau total
penerimaan perusahaan untuk barang tertentu.
Misalkan bahwa untuk suatu penurunan harga yang kecil adalah elastisitas
persentase kenaikan jumlah yang dijual lebih besar dari persentase penurunan
harga. Karena kenaikan jumlah yang dijual secara proporsional lebih besar dari
penurunan harga, penurunan harga seperti itu akan meningkatkan penerimaan
rumah tangga perusahaan. Begitu juga halnya jika permintaan tidak elastis, maka
untuk penurunan harga dan total penerimaan rumah tangga perusahaan. Jika
elastis 1, kenaikan proporsional jumlah yang dijual sama dengan penurunan harga
dan total penerimaan tetap tidak berubah.
d. Faktor-faktor Penentu Elastisitas Permintaan
Menurut Sadono Sukirno (1994) ada beberapa faktor yang menimbulkan
perbedaan dalam elastisitas permintaan berbagai barang. Yang terpenting adalah:
1. Banyaknya Barang Pengganti yang Tersedia
Dalam suatu perekonomian terdapat banyak barang yang dapat digantikan dengan
barang-barang yang lain yang sejenis dengannya. Tetapi ada pula yang sukar
mencari penggantinya. Perbedaan ini menimbulkan perbedaan elastisitas di antara
berbagai macam barang. Sekiranya suatu barang mempunyai banyak barang
pengganti, permintan cenderung untuk bersifat elastis. Maksudnya perubahan
harga yang kecil saja akan menimbulkan perubahan yang besar terhadap
permintaan. Pada waktu harga naik para pembeli enggan membeli barang tersebut;
mereka lebih suka menggunakan barang-barang lain sebagai penggantinya, yang
harganya tidak mengalami perubahan maupun sebaliknya.
2. Persentasi Pendapatan yang Dibelanjakan
-
20
Harga akan memainkan peranan yang cukup menentukan dalam dalam melakukan
pilihan. Perbedaan harga dapat menyebabkan orang membatalkan untuk membeli
barang dari suatu merek tertentu dan membeli merek lain yang lebih murah.
Berdasarkan pengamatan seperti itu dapat dikatakan: semakin besar bagian
pendapatan yang diperlukan untuk membeli suatu barang, semakin elastis
permintaan terhadap barang tersebut.
3. Jangka Waktu Analisis
Semakin lama waktu di mana permintaan itu dianalisis, semakin elastis sifat
permintaan suatu barang. Dalam waktu yang singkat permintaan bersifat lebih
tidak elastis karena perubahan-perubahan yang baru terjadi dalam pasar belum
diketahui oleh para pembeli. Oleh sebab itu mereka cenderung untuk meminta
barang-barang yang biasa dibelinya walaupun harganya mengalami kenaikan.
Dengan demikian dalam jangka pendek permintaan tidak banyak mengalami
perubahan. Dalam waktu yang lebih panjang para pembeli dapat mencari barang
pengganti yang mengalami kenaikan harga dan ini akan mengurangi permintaan
terhadap barang, juga dalam jangka panjang barang pengganti mengalami
perubahan dalam mutu dan desainnya dan akan menyebabkan orang lebih mudah
pindah kepada membeli barang pengganti.
2. Pariwisata dan Permintaan Pariwisata
a. Pengertian Pariwisata
Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009, Bab 1, Pasal 1 tentang
Kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
pemerintah, dan pemerintah daerah. Sedangkan Wardiyanto dan Baiquni (2011),
-
21
mengemukakan bahwa secara etimologis kata “pariwisata” diidentikan dengan
kata “travel” dalam bahasa inggris yang diartikan sebagai perjalanan yang
dilakukan berkali-kali dari suatu tempat ke tempat lain. Atas dasar itu pula dengan
melihat situasi dan kondisi saat ini pariwisata dapat diartikan sebagai suatu
perjalanan terencana yang dilakukan secara individu atau kelompok dari suatu
tempat ke tempat lain dengan tujuan untuk mendapatkan kepuasan dan
kesenangan.
Dengan demikian bahwa pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan
untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain,
dengan maksud bukan untuk usaha atau mencari nafkah di tempat yang
dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna
bertamasya dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.
b. Permintaan Pariwisata
Menurut Oka Yoeti (2008) permintaan pariwisata dapat dibagi menjadi dua, yaitu
potential demand dan actual demand. Potential demand adalah sejumlah orang
yang berpotensi untuk melakukan kegiatan wisata karena memiliki waktu luang
dan tabungan yang relatif cukup. Actual demand adalah orang-orang yang sedang
melakukan kegiatan wisata pada suatu daerah tujuan wisata tertentu. Terdapat tiga
tingkah laku konsumen (consumer behavior) dalam memenuhi kebutuhan
terhadap barang dan jasa, yaitu :
1. Keterbatasan pendapatan (income)
2. Melakukan pembelian dengan bertindak secara rasional
3. Ingin mencapai kepuasan (to maximize their total satisfaction)
-
22
Data vital yang dapat dijadikan indikator permintaan wisatawan akan suatu daerah
wisata adalah :
1. Jumlah atau kuantitas wisatawan yang datang
2. Alat transportasi apa yang digunakan sehubungan dengan kedatangan
wisatawan tersebut
3. Berapa lama waktu tinggal
4. Berapa jumlah uang yang dikeluarkan
Permintaan pariwisata juga didasarkan pada anggaran belanja yang dimilikinya,
hal ini merupakan kunci dari permintaan pariwisata. dari uraian di atas bahwa
seseorang akan mempertimbangkan untuk mengurangi anggaran yang dimilikinya
untuk suatu kepentingan liburan. Merupakan kegiatan melakukan perjalanan
dengan tujuan mendatangkan kesenangan, mencari kepuasan, mencari sesuatu dan
memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan tugas,
berziarah dan lain–lain.
3. Definisi Wisatawan
Menurut undang – undang No. 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, disebutkan
wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. Wisatawan juga adalah orang–
orang yang datang berkunjung pada suatu tempat atau negara, biasanya mereka
disebut sebagai pengunjung (visitor) yang terdiri dari banyak orang dengan
bermacam–macam motivasi kunjungan, termasuk didalamnya. Jadi tidak semua
pengunjung adalah wisatawan. Sesuai dengan Pasal 5 Resolusi Dewan Ekonomi
dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa No. 870, yang dimaksud dengan
pengunjung adalah seperti yang diuraikan di bawah ini ”Untuk tujuan statistik,
-
23
yang dimaksud dengan visitor adalah setiap orang yang mengunjungi suatu negara
yang bukan merupakan tempat tinggalnya yang biasa, dengan alasan apapun juga,
kecuali mengusahakan sesuatu pekerjaan yang dibayar oleh negara yang
dikunjunginya”.
Sedangkan Oka Yoeti (2008) menjelaskan bahwa untuk tujuan penyesuaian
statistik pariwisata internasional, definisi pengunjung (visitors) dijelaskan sebagai
setiap orang yang mengunjungi suatu Negara selain dimana orang tersebut biasa
tinggal, untuk alasan apapun atau lebih daripada mengikuti suatu pekerjaan dan
mendapat penghasilan di negara yang dikunjungi, definisi tersebut mencakup :
1. Wisatawan
a. Pengunjung Sementara
Pengunjung sementara yang kurang lebih selama 24 jam dan tujuan perjalanannya
dapat dikategorikan sebagai kesenangan (rekreasi, berlibur, kesehatan, edukasi,
agama dan olahraga).
b. Bisnis, keluarga, misi dan pertemuan.
2. Pelancong
engunjung sementara yang menetap kurang dari 24 jam di negara yang dikunjungi
(termasuk penumpang kapal pesiar).
Adapun jenis – jenis wisatawan berdasarkan sifat perjalanan dan lokasi di mana
perjalanan itu diakukan, dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Oka Yoeti,
2008) :
-
24
a. Foreign Tourist (Wisatawan asing)
Orang asing yang melakukan perjalanan wisata, yang datang memasuki suatu
negara lain yang bukan merupakan Negara di mana ia biasanya tinggal.
Wisatawan asing disebut juga wisatawan mancanegara atau disingkat wisman.
b. Domestic Foreign Tourist
Orang asing yang berdiam atau bertempat tinggal di suatu negara karena tugas,
dan melakukan perjalanan wisata di wilayah negara di mana ia tinggal.
Misalnya, staf kedutaan Belanda yang mendapat cuti tahunan, tetapi ia tidak
pulang ke Belanda, tetapi melakukan perjalanan wisata di Indonesia (tempat ia
bertugas).
c. Domestic Tourist (Wisatawan Nusantara)
Seorang warga negara suatu negara yang melakukan perjalanan wisata dalam
batas wilayah negaranya sendiri tanpa melewati perbatasan negaranya.
Misalnya warga negara Indonesia yang melakukan perjalanan ke Bali atau ke
Danau Toba. Wisatawan ini disingkat wisnus.
d. Indigenous Foreign Tourist
Warga negara suatu negara tertentu, yang karena tugasnya atau jabatannya
berada di luar negeri, pulang ke negara asalnya dan melakukan perjalanan
wisata di wilayah negaranya sendiri. Misalnya, warga negara Perancis yang
bertugas sebagai konsultan di perusahaan asing di Indonesia, ketika liburan ia
kembali ke Perancis dan melakukan perjalanan wisata di sana. Jenis wisatawan
ini merupakan kebalikan dari Domestic Foreign Tourist.
-
25
e. Transit Tourist
Wisatawan yang sedang melakukan perjalanan ke suatu Negara tertentu yang
terpaksa singgah pada suatu pelabuhan/airport/stasiun bukan atas kemauannya
sendiri.
f. Business Tourist
Orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan bisnis bukan wisata tetapi
perjalanan wisata akan dilakukannya setelah tujuannya yang utama selesai.
Jadi perjalanan wisata merupakan tujuan sekunder, setelah tujuan primer yaitu
bisnis selesai dilakukan.
4. Aspek Ekonomi Pariwisata
Bagi suatu negara, pariwisata merupakan invisible export karena negara tidak
perlu menjual komoditi tersebut ke luar negeri untuk mendatangkan devisa,
dengan sendirinya devisa akan masuk ke negara yang mempunyai objek wisata.
Oleh karena itu setiap negara selalu berusaha untuk mendorong industri
pariwisatanya guna mendatangkan devisa. Selain itu pengembangan industri
pariwisata juga bisa mendatangkan efek multiplier yang besar bagi perekonomian
seperti berkembangnya industri jasa transportasi, perhotelan, perdagangan, dan
berkembangnya sektor-sektor lainnya.
Menurut Endah S (2011), mengklasifikasikan dampak ekonomi yang timbul
akibat adanya pariwisata, terdiri dari efek langsung, efek tidak langsung dan efek
induksi. Dimana efek tidak langsung dan efek induksi termasuk efek sekunder,
sedangkan efek tidak langsung merupakan efek primer. Dampak total ekonomi
pariwisata adalah keseluruhan jumlah dari pengaruh yang terjadi secara langsung
-
26
atau tidak, dan dapat di ukur sebagai pengeluaran bruto atau penjualan,
penghasilan, penempatan tenaga kerja dan nilai tambah.
Brandano (2013), memaparkan terdapat hubungan positif antara pariwisata
dengan pertumbuhan perekonomian di suatu Negara baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa perekonomian
internasional dapat maju jika pariwisata dikembangkan.
Dampak yang di timbulkan langsung dari adanya pariwisata di suatu daerah dapat
dilihat dari pemasukan yang diperoleh melalui pajak atau retribusi dari fasilitas
yang telah di sediakan berupa penyediaan jasa termasuk objek wisata pemandian
air panas way belerang. Wisatawan itu bertindak dengan kehendak hatinya dan
bebas memilih daerah wisata yang akan dikunjunginya, objek dan atraksi wisata
yang akan dilihatnya atau fasilitas serta produk apa yang dibutuhkan atau
diinginkannya. Permintaan dalam industri pariwisata terdiri dari beberapa fasilitas
atau produk yang berbeda, namun sangat erat kaitannya dengan kebutuhan
wisatawan selama dalam perjalanan wisata yang dilakukannya.
5. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Pariwisata
a. Harga
Harga yang tinggi pada suatu daerah tujuan wisata maka akan memberikan imbas
atau timbal balik pada wisatawan yang akan bepergian atau calon wisata, sehingga
permintaan wisatapun akan berkurang begitupula sebaliknya. hal tersebut berkait
erat dengan prasarana dan prasana yang ditawarkan oleh objek wisata tersebut.
Agar suatu objek wisata dapat dijadikan sebagai salah satu objek wisata yang
menarik, maka faktor yang sangat menunjang adalah kelengkapan dari sarana dan
-
27
prasarana objek wisata tersebut. Karena sarana dan prasarana juga sangat
diperlukan untuk mendukung dari pengembangan objek wisata.
Menurut Oka Yoeti (1985), mengatakan : “Prasarana kepariwisataan adalah
semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan
berkembang sehingga dapat memberikan pelayanan untuk memuaskan kebutuhan
wisatawan yang beraneka ragam”.
Prasarana tersebut antara lain :
1. Perhubungan : jalan raya, rel kereta api, pelabuhan udara dan laut.
2. Instalasi pembangkit listrik dan instalasi air bersih.
3. Sistem telekomunikasi, baik itu telepon, telegraf, radio, televisi,
4. Pelayanan kesehatan baik itu puskesmas maupun rumah sakit.
5. Pelayanan keamanan baik itu pos satpam penjaga objek wisata maupun pos
pos polisi untuk menjaga keamanan di sekitar objek wisata.
6. Pelayanan wistawan baik itu berupa pusat informasi ataupun kantor pemandu
wisata.
7. Pom bensin.
b. Pendapatan
Apabila pendapatan suatu negara tinggi maka kecendrungan untuk memilih
daerah tujuan wisata sebagai tempat berlibur akan semakin tinggi dan bisa jadi
mereka membuat sebuah usaha pada daerah tujuan wisata (DTW) jika dianggap
menguntungkan. Hal ini juga berlaku bagi individu. Apabia pendapatan individu
tinggi, maka kecenderungan untuk memilih daerah tujuan wisata sebagai tempat
berlibur akan semakin tinggi, begitu juga sebaliknya apabila pendapatan individu
-
28
rendah, maka kecenderungan untuk memilih daerah tujuan wisata akan semakin
rendah.
c. Sosial budaya
Dengan adanya sosial budaya yang unik dan bercirikan atau dengan kata lain
berbeda dari apa yang ada di negara calon wisata berasal maka, peningkatan
permintaan terhadap wisata akan tinggi hal ini akan membuat sebuah
keingintahuan dan penggalian pengetahuan sebagai khasanah kekayaan pola pikir
budaya mereka.
d. Sosial politik (sospol)
Dampak sosial politik belum terlihat apabila keadaan daerah tujuan wisata (DTW)
dalam situasi aman dan tenteram, tetapi apabila hal tersebut berseberangan dengan
kenyataan, maka sospol akan sangat terasa pengaruhnya dalam terjadinya
permintaan.
e. Intensitas keluarga
Banyak / sedikitnya keluarga juga berperan serta dalam permintaan wisata hal ini
dapat diratifikasi bahwa jumlah keluarga yang banyak maka keinginan untuk
berlibur dari salah satu keluarga tersebut akan semakin besar, hal ini dapat dilihat
dari kepentingan wisata itu sendiri.
f. Harga barang substitusi
Harga barang pengganti juga termasuk dalam aspek permintaan, dimana barang-
barang pengganti dimisalkan sebagai pengganti daerah tujuan wisata (DTW) yang
dijadikan cadangan dalam berwisata seperti : Bali sebagai tujuan wisata utama di
Indonesia, akibat suatu dan lain hal Bali tidak dapat memberikan kemampuan
dalam memenuhi syarat-syarat daerah tujuan wisata (DTW) sehingga secara tidak
-
29
langsung wisatawan akan mengubah tujuannya kedaerah terdekat seperti Malaysia
(Kuala Lumpur dan Singapura).
g. Harga barang komplementer
Merupakan sebuah barang yang saling membantu atau dengan kata lain barang
komplementer adalah barang yang saling melengkapi, dimana apabiladikaitkan
dengan pariwisata barang komplementer ini sebagai objek wisata yang saling
melengkapi dengan objek wisata lainnya.
6. Biaya Perjalanan (Travel Cost)
Jasa lingkungan yang ditawarkan tidak memiliki nilai pasar sehingga penentuan
tarif masuk kawasan wisata belum menunjukkan nilai ekonomi yang sebenarnya
dari jasa lingkungan yang didapat. Oleh karena itu, perlu adanya suatu pendekatan
untuk menentukan nilai manfaat ekonomi dari jasa lingkungan yang ditawarkan
dalam suatu kawasan wisata alam yang nantinya akan dijadikan pertimbangan
dalam pengembangan kawasan wisata lebih lanjut.
Aprilian (2009), menyatakan bahwa salah satu yang dapat dilakukan untuk
menilai wisata alam adalah dengan metode biaya perjalanan. Sedangkan (Cininta
et al., 2016) berpendapat bahwa metode biaya perjalanan merupakan metode yang
digunakan untuk memperkirakan nilai ekonomi suatu kawasan. Metode ini
kebanyakan digunakan untuk menganalisis permintaan terhadap rekreasi dan
sebagainya. Secara prinsip, metode ini mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap
individu untuk mendatangi tempat-tempat rekreasi. Pengkajian dari konsumen/
pengunjung, kita bisa mengkaji berapa nilai (value) yang diberikan.
-
30
Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method ; TCM) boleh dikatakan sebagai
metode yang pertama kali digunakan untuk menduga nilai ekonomi sebuah
komoditas yang tidak memiliki nilai pasar (non-market-goods). Metode ini
beranjak pada asumsi dasar bahwa setiap individu baik aktual maupun potensial
bersedia mengunjungi sebuah daerah untuk mendapatkan manfaat tertentu tanpa
harus membayar biaya masuk (no entry fee). Namun demikian, walaupun
asumsinya tidak ada biaya masuk, namun secara aktual ditemukan pengunjung
yang berasal dari lokasi yang jauh dari objek yang dikunjungi untuk mendapatkan
manfaat yang sama. Kondisi ini dalam teori ekonomi dianggap sebagai
representasi dari permintaan (demand) pengunjung (konsumen) terhadap manfaat
tersebut.
Pada mulanya pendekatan biaya perjalanan digunakan untuk menilai manfaat
yang diterima masyarakat dari penggunaan barang dan jasa lingkungan.
Pendekatan ini juga mencerminkan kesediaan masyarakat untuk membayar
barang dan jasa yang diberikan lingkungan dibanding dengan jasa lingkungan
dimana mereka berada pada saat tersebut. Banyak contoh sumber daya
lingkungan yang dinilai dengan pendekatan ini berkaitan dengan jasa-jasa
lingkungan untuk rekreasi di luar rumah yang seringkali tidak diberikan nilai
yang pasti. Untuk tempat wisata, pada umumnya hanya dipungut harga karcis
yang tidak cukup untuk mencerminkan nilai jasa lingkungan dan juga tidak
mencerminkan kesediaan membayar oleh para wisatawan yang memanfaatkan
sumber daya alam tersebut. Untuk lebih sempurnanya perlu diperhitungkan
pula nilai kepuasan yang diperoleh para wisatawan yang bersangkutan
(Suparmoko, 2000).
-
31
Dalam memperkirakan nilai tempat wisata tersebut akan menyangkut waktu
dan biaya yang dikorbankan oleh para wisatawan dalam menuju dan
meninggalkan tempat wisata tersebut. Semakin jauh waktu tempuh wisatawan
ke tempat wisata tersebut, akan semakin rendah permintaannya terhadap tempat
wisata tersebut. Permintaan yang dimaksud adalah permintaan efektifnya yang
disertai dengan kemampuan untuk membeli. Para wisatawan yang lebih dekat
dengan lokasi wisata tentu akan lebih sering berkunjung ke tempat wisata
tersebut dengan adanya biaya yang lebih murah yang tercermin pada biaya
perjalanan yang dikeluarkannya. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa
wisatawan mendapatkan surplus konsumen. Surplus konsumen merupakan
kelebihan kesediaan membayar atas harga yang telah ditentukan. Oleh karena
itu surplus konsumen yang dimiliki oleh wisatawan yang jauh tempat
tinggalnya dari tempat wisata akan lebih rendah dari pada mereka yang lebih
dekat tempat tinggalnya dari tempat wisata tersebut (Suparmoko, 2000).
Pendekatan travel cost banyak digunakan dalam perkiraan nilai suatu tempat
wisata dengan menggunakan berbagai variabel. Pertama kali dikumpulkan data
mengenai jumlah pengunjung, biaya perjalanan yang dikeluarkan, serta faktor
lain seperti tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, dan mungkin juga agama
dan kebudayaan serta kelompok etnik dan sebagainya. Data atau informasi
tersebut diperoleh dengan cara mewawancarai para pengunjung tempat wisata
untuk mendapatkan data yang diperlukan (Suparmoko, 2000).
Untuk menilai ekonomi dengan pendekatan biaya perjalanan ada dua teknik
yang dapat digunakan yaitu:
-
32
1) Pendekatan sederhana melalui zonasi
2) Pendekatan individual
Melalui metode biaya perjalanan dengan pendekatan zonasi, pengunjung dibagi
dalam beberapa zona kunjungan berdasarkan tempat tinggal atau asal
pengunjung, dan jumlah kunjungan tiap minggu dalam penduduk di setiap zona
dibagi dengan jumlah pengunjung pertahun untuk memperoleh data jumlah
kunjungan per seribu penduduk dan penelitiannya dengan menggunakan data
sekunder. Sedangkan metode biaya perjalanan dengan pendekatan individual,
metode biaya perjalanan dengan menggunakan data primer yang diperoleh
melalui survey.
Al- Khoiriah, dkk. 2017 menyatakan kelebihan serta kelemahan dari metode
biaya perjalanan itu sendiri adalah sebagai berikut:
a. Kelebihan
1) Hasil perhitungan manfaat berdasarkan tingkah laku pasar yang diteliti.
2) Metode ini dapat mengestimasi besarnya surplus konsumen.
b. Kelemahan
1) Biaya perjalanan yang dipakai harus valid sedangkan dalam kenyataannya
susah untuk mengestimasi dengan tepat.
2) Opportunity cost harus dimasukkan dalam perhitungan.
3) Teori ekonomi gagal untuk menjelaskan hubungan jumlah kunjungan dengan
biaya perjalanan. Metode ini hanya berdasarkan pada ketegasan (fitting) garis
regresi pada satu set data yang dikumpulkan karena dibatasi pada nilai yang
memanfaatkan lokasi tersebut, sehingga jika pelestarian lingkungan pada lokasi
-
33
tersebut penting bagi non pengguna, maka manfaat yang diestimasi jauh lebih
kecil dari yang sebenarnya
7. Hubungan Antar Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen
a. Hubungan Antara Biaya Perjalanan Terhadap Permintaan Objek Wisata
Pemandian Air Panas Way Belerang.
Pada penelitian ini digunakan pendekatan Individual Travel Cost Method karena
lebih didasarkan pada data primer yang diperoleh melalui survei dan teknik
statistika sehingga hasil yang diperoleh relatif lebih akurat daripada metode
zonasi. Metode biaya perjalanan ini didasarkan pada model yang mengasumsikan
bahwa orang akan melakukan perjalanan berulang-ulang ke tempat rekreasi
tersebut sampai pada titik dimana nilai marjinal utilitas dari perjalanan terakhir
bernilai sama dengan nilai marjinal biaya baik dalam biaya uang yang dikeluarkan
untuk mencapai lokasi tersebut.
Secara umum, jumlah biaya perjalanan ini adalah biaya pulang pergi ditambah
dengan biaya karcis, biaya parkir, serta biaya biaya lain yang dihabiskan untuk
perjalanan dari rekreasi tersebut. Kemudian fungsi permintaan terhadap daerah
tersebut dapat diestimasi dengan menggunakan biaya perjalanan itu sebagai
representasi dari nilai atau harga dari lokasi kunjungan itu.
b. Hubungan Antara Waktu Tempuh Terhadap Permintaan Objek Wisata
Pemandian Air Panas Way Belerang.
Waktu tempuh merupakan lamanya waktu yang ditempuh oleh pengunjung untuk
mengunjungi objek wisata Pemandian Air Panas Way Belerang hingga kembali ke
-
34
tempat asal. Semakin sebentar waktu yang ditempuh menuju objek wisata terhadap
tempat tinggalnya maka seseorang akan tertarik mengunjungi objek wisata
tersebut dan sebaliknya. Dalam penelitian ini satuan perhitungannya yaitu
menggunakan satuan jam.
c. Hubungan Antara Tingkat Pendapatan Terhadap Permintaan Objek Wisata
Pemandian Air Panas Way Belerang.
Dalam melakukan kunjungan, pengunjung biasanya memerlukan biaya yang
berasal dari pendapatan. Semakin tinggi jumlah pendapatan maka akan semakin
tinggi pula tingkat konsumsinya.
d. Hubungan Antara Objek Wisata Lain Terhadap Permintaan Objek Wisata
Pemandian Air Panas Way Belerang.
Banyaknya objek wisata alternatif yang sejenis maupun tidak sejenis membuat
pengelola untuk bijak dalam mengatur strategi bisnis dan melakukan inovasi agar
objek wisata yang dikelola tetap banyak dinikmati pengunjung. Apabila
banyaknya wisata alternatif sejenis maka akan mengurangi jumlah permintaan
pengunjung dan sebaliknya, jika wisata alternatif itu sedikit maka jumlah
permintaan pengunjung akan meningkat.
-
35
B. Penelitian Terdahulu
Tabel 5. Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti
Judul
Penelitian
Ringkasan
Penelitian
Variabel
Penelitian 1 Endah
Saptutyani
ngsih dan
Cahaya
Musma
Ningrum
(2017)
Estimasi nilai
ekonomi
objek wisata
pantai goa
cemara
kabupaten
bantul
dengan
pendektan
travel Cost
Menunjukan bahwa
perkiraan manfaat
pengunjung pada
bentuk fungsional
yang terkait dengan
pantai goa cemara.
menerapka revaled
preference model
biaya perjalanan .
Dependen:
• Jumlah kunjungan
Independen:
• Biaya perjalanan
• jarak tempuh/ waktu perjalanan
• fasilitas
• pendapatan
2 Fanita
Osha
Tazkia
dan
Banatul
Hayati.
Diponogor
o journal
of
economics
.
(2012)
Analisis
permintaan
objek wisata
pemandian
air panas kali
anget,
kabupaten
wonosobo
dengan
pendekatan
travel cost
Dari Hasil estimasi
secara statistik dapat
diketahui ada
beberapa variabel
bebas dalam
penelitian ini yang
signifikan
pengaruhnya terhadap
variabel terikat yaitu
jumlah permintaan di
objek wisata
pemandian air panas
kalianget
Dependen:
• Permintaan pengunjung
objek wisata
pemandian air
panas kali anget
Independen :
• Biaya perjalanan
• Biaya Perjalanan objek wisata
lain,
• Pendapatan rata-rata keluarga per
bulan
• Jarak
• Kelompok kujungngan
• Tujuan kunjungan
-
36
Tabel 4 (lanjutan)
No Nama
Peneliti
Judul
Penelitian
Ringkasan
Penelitian
Variabel
Penelitian 3 Firman
Zulpikar,
Dandy E
Prasetyo
(2016)
Valuasi
ekonomi
objek wisata
bebasis jasa
lingkungan
menggunaka
n metode
biaya
perjalanan di
pantai batu
karas
Kabupaten
Pangandaran
Untuk mengestimasi
potensi ekonomi
aktivitas wisata di
pantai batu karas,
dengan memperhatikan
faktor- faktor yang
mempengaruhi.
Dependen :
• tingkat kunjungan
Independen :
• Biaya total Perjalanan
• Jarak tempuh
• Tingkat Pendapatan
• Durasi Kunjungan
• Tingkat Pendidikan
• Usia
• Jumlah Anggota
4 Purwanto
(2013)
Valuasi
Ekowisata
dengan
model Travel
Cost dan
dampaknya
terhadap
usaha kecil
pariwisata
Bertujuan untuk
melakukan valuasi
ekonomi guna menilai
manfaat yang
dihasilkan oleh
kawasn wisata alam
gading dengan
meninjau biaya
perjalanan.
Dependen:
• Jumlah kunjungan
Independen:
• Biaya perjalanan
• valuasi ekonomi
• usaha kecil input output model.
5 Djijono
(2002)
Valuasi
Ekonomi
menggunaka
n metode
Travel Cost
taman wisata
hutan di
taman wan
Abdul
Rachman,
provinsi
lampung
Untuk mengetahui
pengaruh jumlah
kunjungan secara
signifikan dengan
memperhatikan travel
cost
Dependen:
• Jumlah kunjungan
Independen:
Travel Cost method
• Biaya Perjalanan
• jumlah penduduk
• pendidikan
• waktu kerja
-
37
Tabel 4 (lanjutan)
Sumber: Olahan Peneliti
C. Kerangka Pemikiran
Perkembangan yang telah dialami oleh Objek Wisata Pemandian air Panas Way
Belerang sebagai hasil dari kegiatan pengembangan pariwisata dalam kawasan
tersebut tidak hanya cukup dirasakan manfaatnya bagi beberapa kelompok atau
golongan saja namun seluruh lapisan masyarakat juga ikut merasakan dampak
positif dari adanya kegiatan pengembangan objek wisata yang berada didaerah
mereka. Karena dengan semakin berkembangnya objek wisata yang ditandai
dengan banyaknya permintaan kunjungan wisatawan dan pendapatan yang
mampu dihasilkan oleh objek wisata tersebut juga akan membawa manfaat positif
yakni mendorong kemajuan ekonomi masyarakat pelaku wisata sehingga apa
yang menjadi tujuan utama pengembangan objek wisata yakni meningkatkan
kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat lokal dapat terpenuhi.
No Nama
Peneliti
Judul
Penelitian
Ringkasan
Penelitian
Variabel Penelitian
6 Irma Afia
Salma dan
Indah
Susilowati
(2004)
Analisis
Permintaan
Objek Wisata
Alam Curug
Sewu
Kabupaten
Kendak
dengan
Pendektan
Travel cost
Tujuan dari
penelitian ini
adalah untuk
mengukur nilai
ekonomi yang
diperoleh dari
pengunjung wisata
alam Curug Sewu
Kabupaten Kendal
Dengan
menggunakan
metode biaya
perjalanan individu
Dependen:
• Jumlah kunjungan
individu
Indevenden:
• Biaya perjalanan
• Biaya Objek wisata lain
• Umur
• Pendidikan
• Penghasilan perbulan
• Jarak
-
38
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kunjungan objek wisata
Pemandian Air Panas Way Belerang adalah biaya perjalanan. Biaya perjalanan
merupakan jumlah yang dikeluarkan digunakan orang untuk mencapai tempat
rekreasi untuk mengestimasi besarnya nilai keuntungan dari upaya perubahan kualitas
lingkungan dari tempat rekreasi yang dikunjungi. Pada mulanya pendekatan biaya
perjalanan digunakan untuk menilai manfaat yang diterima masyarakat dari
penggunaan barang dan jasa lingkungan. Selain biaya perjalan waktu tempuh,
fasilitas yang ditawarkan juga mempengaruhi permintaan seseorang. Semakin
meningkatnya kelengkapan fasilitas prasarana dan kualitas pelayanan didalam Objek
Wisata Pemandian Air Panas yang menjadikan salah satu alasan lain dibalik
semakin banyaknya wisatawan yang datang untuk berwisata.
Selanjutnya alternatif wisata lain juga mampu mempengaruhi permintaan
kunjungan seseorang, dan tingkat pendapatan juga mempengaruhi akan
permintaan jumlah kunjungan, hal ini terjadi bagi setiap individu. Apabila
pendapatan individu tinggi, maka kecenderungan untuk memilih daerah tujuan
wisata sebagai tempat berlibur akan semakin tinggi, begitu juga sebaliknya
apabila pendapatan individu rendah, maka kecenderungan untuk memilih daerah
tujuan wisata akan semakin rendah.
Berdasarkan rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian, maka peneliti
menggabungkan menjadi satu kesatuan dalam bentuk beberapa variabel.
-
39
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan singkat yang disimpulkan dari telaah pustaka
(yaitu landasan teori dan penelitian terdahulu), serta merupakan jawaban
sementara terhadap masalah yang diteliti.
Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini sebagai pedoman dan arah
dalam melakukan penelitian adalah :
1. Diduga biaya perjalanan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
permintaan objek wisata Pemandian Air Panas Way Belerang.
2. Diduga waktu tempuh berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
permintaan objek wisata Pemandian Air Panas Way Belerang.
3. Diduga tingkat pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
permintaan objek wisata Pemandian Air Panas Way Belerang.
4. Diduga Objek Wisata Lain berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
permintaan objek wisata Pemandian Air Panas Way Belerang
Biaya Perjalanan
Tingkat Pendapatan
Waktu Tempuh
Objek Wisata Lain
Permintaan Objek
Wisata Pemandian
Air Panas Way
Belerang
-
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi
pertimbangan dalam menentukan metode pengumpulan data. Data yang
digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua jenis berdasarkan pada
pengelompokannya yaitu:
1. Data Primer
Dalam penelitian ini untuk memperoleh data primer yang lengkap akan dilakukan
pengambilan sampel berupa kuesioner dan wawancara kurang lebih selama satu
bulan yaitu pada bulan Maret 2019 dan di laksanakan pada hari libur akhir pekan
atau weekend di objek wisata Pemandian Air Panas Way Belerang Kalianda,
Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung.
2. Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan Kabupaten Lampung selatan, internet, serta berbagai literatur
baik buku maupun jurnal - jurnal yang relevan.
-
41
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
a. VariabelPenelitian
Variabel diartikan sebagai objek pengamatan penelitian atau faktor - faktor yang
berperan dalam peristiwa dan fenomena - fenomena yang akan diteliti. Variabel –
variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel dependen (dependent variabel), yaitu jumlah permintaan wisata oleh
individu di objek wisata Pemandian Air Panas Way Belerang.
2. Variabel bebasnya (independent variabel), yaitu biaya perjalanan ke objek
wisata Pemandian Air Panas Way Belerang, waktu tempuh, tingkat pendapatan,
dan objek wisata lain.
b. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini menggunakan 5 variabel, yaitu sebagai berikut:
1. Jumlah Kunjungan (Y) (Lampiran Kuesioner Pertanyaan No. 11)
Jumlah permintaan wisata ke objek wisata Pemandian Air Panas Way Belerang
diukur melalui banyaknya kunjungan yang dilakukan oleh individu selama satu
tahun terakhir ke Objek Wisata Pemandian Air Panas Way Belerang di Kabupaten
Lampung selatan. Variabel ini diukur berdasarkan frekuensi kekerapan (kali)
dalam periode per tahun.
2. Biaya Perjalanan (BP) (Lampiran Kuesioner Pertanyaan No. 14)
Keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh pengunjung untuk mengunjungi
objek wisata Pemandian Air Panas Way Belerang di Kabupaten Lampung
selatan. Biaya perjalanan ini menyangkut biaya-biaya yang dikeluarkan
-
42
pengunjung termasuk biaya transportasi pulang pergi, biaya parkir, biaya karcis
masuk, biaya penginapan, biaya konsumsi, biaya dokumentasi, serta biaya-
biaya lain yang relevan. Variabel ini diukur menggunakan skala kontinyu
dengan satuan rupiah (Rp/kunjungan).
3. Tingkat Pendapatan (TP) (Lampiran Kuesioner Pertanyaan No. 9)
Merupakan tingkat pendapatan rata-rata pengunjung per bulan yang diukur
dengan menggunakan satuan rupiah (Rp).
4. Waktu Tempuh (WT) (Lampiran Kuesioner Pertanyaan No. 7)
Waktu tempuh dari daerah asal atau domisili pengunjung dengan objek wisata
Pemandian Air Panas Way Belerang di Kabupaten Lampung Selatan. Variabel
ini diukur secara kontinyu dengan satuan jam.
5. Objek Wisata Lain (OWL) (Lampiran Kuesioner Pertanyaan No. 27)
Banyaknya tempat wisata alternatif lain dan dapat dikunjungi selain Pemandian
Air Panas Way Belerang, pada penelitian ini menggunakan subtitusi objek
wisata Pemandian Air Panas Natar. Variabel ini merupakan variabel dummy
dengan nilai 1 yaitu tahu dan 0 yaitu tidak tahu
C. Metode Penentuan Sampel
Sampel adalah sebagian, atau subset (himpunan bagian), dari suatu populasi.
Populasi dapat berisi data yang besar sekali jumlahnya, yang mengakibatkan tidak
mungkin atau sulit untuk dilakukan pengkajian terhadap seluruh data tersebut,
sehingga pengkajian dilakukan terhadap sampelnya saja. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah dengan teknik random sampling yaitu suatu cara
-
43
pengambilan sampel yang dilakukan secara accidental random sampling, setiap
pengunjung penentuan sampel berdasarkan kebetulan dengan kriteria umur 17
tahun sampai dengan 50 tahun. Untuk mengetahui besarnya ukuran sampel
digunakan rumus pendekatan Slovin (Umar, 2005) sebagai berikut:
Keterangan:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e2= persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel
yang masih dapat ditolerir, untuk penelitian ini digunakan 10%.
Jumlah populasi ditentukan berdasarkan data jumlah kunjungan per bulan
terbanyak pada periode bulan Februari 2018 terhadap objek wisata tersebut adalah
sebesar 594 orang.
dibulatkan menjadi 85
Sehingga sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 85 orang pengunjung.
Pengambilan sampel dengan menggunakan metode accidental random sampling.
-
44
D. Alat Analisis
1. Skala Ordinal
Persepsi pengunjung dinilai dengan menggunakan skala likert. Variabel yang
dianalisis dalam penelitian ini merupakan tanggapan responden. Untuk mengukur
sikap, pendapat dan persepsi seseorang tentang suatu hal yang ditetapkan secara
spesifik oleh peneliti (Sugiyono, 2005). Pengukuran jawabannya adalah sebagai
berikut: Skor
Tidak memadai (kondisi yang tidak diharapkan) 1
Kurang memadai (kondisi yang kurang diharapkan) 2
Cukup memadai (kondisi yang cukup diharapkan) 3
Memadai (kondisi yang diharapkan baik) 4
Sangat memadai (kondisi yang sangat diharapkan/terbaik) 5
2. Transformasi Skala Odinal menjadi skala interval
Menurut tingkatannya, data secara beruntut dari skala terendah ke tertinggi adalah
data nominal, ordinal, interval dan rasio. Transformasi dilakukan dengan
menggunakan Method Sucsessive Interval (MSI) yaitu suatu metode yang
digunakan untuk menaikkan atau mengubah tingkat pengukuran dari data ordinal
menjadi interval (Al-Rasyid, 1994). Pengelompokan interval dilakukan dengan
rumus (Sudjana, 1992):
k = 1 + 3,3 (log n),
c = j/k
-
45
Dimana,
j = Jangkauan (Nilai Tertinggi – Nilai Terendah)
k = Banyaknya Kelas Interval
n = Jumlah Observasi
c = Panjang Inverval Kelas
E. Metode Analisis Data
1. Uji Instrumen
a. Uji Validitas
Untuk mengukur validitas digunakan rumus yang dikemukakan oleh Pearson,
yang dikenal dengan rumus Korelasi Product Moment yaitu sebagai berikut:
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi antara X dan Y
X = Skor masing-masing pernyataan dari tiap responden
Y = Skor total semua pernyataan dari tiap responden
Dengan kriteria pengujian apabila r hitung > r tabel dengan 0,05= maka, alat
ukur tersebut dinyatakan valid, dan sebaliknya apabila r hitung < r tabel maka alat
ukur tersebut adalah tidak valid.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas menunjukkan sejauh mana instrument dapat memberikan hasil
pengukuran yang konsisten apabila pengukuran dilakukan berulang-ulang.
-
46
Pengukuran reliabilitas tersebut dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha
Cronbach, yaitu sebagai berikut:
rxy =
Keterangan:
rxy = Kereliabelan instrumen
K = Jumlah pertanyaan
= Jumlah varian total
= Jumlah varian pertanyaan
Jika rxy < r tabel, maka daftar pertanyaan dinyatakan tidak valid.
2. Estimasi Regresi Berganda Ordinary Least Square (OLS)
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear
berganda untuk mengetahui pengaruh biaya perjalanan, waktu tempuh, fasilitas,
tingkat pendapatan dan alternatif objek wisata lain terhadap permintaan objek
wisata Pemandian Air Panas Way Belerang Lampung Selatan yang dinyatakan
dalam bentuk fungsi sebagai berikut:
Y= F (BP, WT, F, TP, OWL)
Adapun spesifikasi model yang digunakan dalam penelitian:
LnY = β0 + β1LnBP + β3LnTP + β2LnWT + β4 DOWL + εt
-
47
Dimana:
LnY : Jumlah kunjungan objek wisata pemandian air panas way
belerang
β0 : Konstanta
βi : Parameter
LnBPi : Logaritma Natural Biaya Perjalanan
: Logaritma Natural Waktu Tempuh
LnTPi : Logaritma Natural Tingkat Pendapatan
D : Dummy Objek Wisata Lain
(1: Tahu dan 0: Tidak Tahu)
εt : Error Term
3. Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian terhadap asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui apakah model
regresi tersebut baik atau tidak jika digunakan untuk melakukan penaksiran.
Untuk mendapatkan estimator yang terbaik, penelitian ini menggunakan regresi
linier dengan estimasi OLS (Ordinary Least Square). Dalam menghasilkan
estimator OLS yang memiliki sifat BLUE (Blue Linier Unbiased Estimator) yaitu
memenuhi asumsi klasik atau terhindar dari masalah-masalah normalitas,
heteroskedastisitas, danautokorelasi.
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas adalah untuk mengetahui apakah residual terdistribusi secara
normal atau tidak, pengujian normalitas dilakukan menggunakan metode Jarque-
-
48
Bera (Gujarati, 2010). Residual dikatakan memiliki distribusi normal jika Jarque
Bera > Chi square, dan atau probabilitas (p-value) > α = 5%.