DETERMINAN PERMINTAAN OBJEK WISATA PEMANDIAN AIR …digilib.unila.ac.id/60714/3/3. SKRIPSI FULL...

77
DETERMINAN PERMINTAAN OBJEK WISATA PEMANDIAN AIR PANAS WAY BELERANG LAMPUNG SELATAN (Skripsi) Oleh SEPTRYANDA BARATAMA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

Transcript of DETERMINAN PERMINTAAN OBJEK WISATA PEMANDIAN AIR …digilib.unila.ac.id/60714/3/3. SKRIPSI FULL...

  • DETERMINAN PERMINTAAN OBJEK WISATA PEMANDIAN AIR

    PANAS WAY BELERANG LAMPUNG SELATAN

    (Skripsi)

    Oleh

    SEPTRYANDA BARATAMA

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS LAMPUNG

    BANDAR LAMPUNG

    2019

  • ABSTRAK

    DETERMINAN PERMINTAAN OBJEK WISATA PEMANDIAN AIR

    PANAS WAY BELERANG LAMPUNG SELATAN

    Oleh

    SEPTRYANDA BARATAMA

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

    permintaan Objek Wisata Pemandian Air Panas Way Belerang Lampung Selatan.

    Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah permintaan, biaya

    perjalanan, waktu tempuh, tingkat pendapatan, dan objek wisata lain. Data

    diperoleh dari hasil wawancara kepada 85 responden pengunjng Objek Wisata

    Pemandian Air Panas Way Belerang Lampung Selatan. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda (OLS) untuk

    mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil yang diperoleh

    dalam penelitian ini adalah biaya perjalana dan waktu tempuh berpengaruh negatif dan

    signifikan terhadap permintaan, tingkat pendapatan berpengaruh positif dan signifikan

    terhadap permintaan, sedangkan hasil menujukkan tidak ada perbedaan permintaan

    antara obyek Wisata Pemandian Air Panas Way Belerang dengan objek wisata

    lain.

    Kata Kunci: Air Panas Way Belerang, Ordinary Least Square (OLS), dan

    Permintaan

  • ABSTRACT

    DETERMINANT REQUESTS OF WAY BELERANG SOUTH LAMPUNG

    SOUTH WATER OBJECT TOURISM

    By

    SEPTRYANDA BARATAMA

    This study aims to determine the factors that influence the demand for Air Panas

    Way Belerang in Lampung Selatan. The variables used in this study are demand,

    travel costs, travel time, income levels, and other attractions. Data were obtained

    from interviews with 85 respondents visiting the Tourism Object of the Air Panas

    Way Belerang in South Lampung. The analytical model used in this study is

    multiple linear regression analysis (OLS) to determine the effect of independent

    variables on the dependent variable. The results obtained in this study are the cost

    of travel and travel time have a negative and significant effect on demand, the

    level of income has a positive and significant effect on demand, while the results

    show that there is no difference in demand between the Sulfur Way Hot Spring

    Tourism object and other tourist objects.

    Keywords: Air Panas Way Belerang, Demand, and Ordinary Least Square (OLS)

  • DETERMINAN PERMINTAAN OBJEK WISATA PEMANDIAN AIR

    PANAS WAY BELERANG LAMPUNG SELATAN

    Oleh

    SEPTRYANDA BARATAMA

    Skripsi

    Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

    SARJANA EKONOMI

    Pada

    Jurusan Ekonomi Pembangunan

    Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS LAMPUNG

    BANDAR LAMPUNG

    2019

  • RIWAYAT HIDUP

    Penulis bernama Septryanda Baratama yang lahir di Tanjung Enim pada tanggal

    15 September 1995. Merupakan putra dari pasangan Bapak Heryan dan Ibu

    Armidah. Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 2000 di TK Aisyiyah

    Bustanul Athfal Tanjung Enim, yang diselesaikan pada tahun 2001.Penulis

    melanjutkan sekolah di SD Al-Kautsar Bandar Lampung yang diselesaikan pada

    tahun 2007. Penulis melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri 2

    Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2010 dan Sekolah Menengah Atas

    (SMA) Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2013.

    Pada Tahun 2013, penulis melanjutkan ke perguruan tinggi, yaitu di Universitas

    Lampung Jurusan Ekonomi Pembangunan. Selama menjadi mahasiswa, penulis

    juga bergabung dalam kegiatan mahasiswa yaitu Himpunan Mahasiswa Ekonomi

    Pembangunan (HIMEPA) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Koperasi

    Mahasiswa Universitas Lampung. Pada tahun 2017 penulis Kuliah Kerja Nyata

    (KKN) selama 40 hari di Kampung Sendang Asri Kecamatan Sendang Agung

    Kabupaten Lampung Tengah.

  • MOTTO

    “Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik.”

    (Q.S At-Taubah: 120)

    “Hidup adalah kegelapan jika tanpa hasrat dan keinginan. Dan semua hasrat serta

    keinginan adalah buta, jika tidak disertai pengetahuan . Dan pengetahuan adalah

    hampa jika tidak diikuti pelajaran. Dan setiap pelajaran akan sia-sia jika tidak

    disertai cinta”

    (Kahlil Gibran)

  • PERSEMBAHAN

    Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT tiada daya tanpa kekuatan dari Nya.

    dengan segala ketulusan hati Ku persembahkan karya ilmiah ini kepada :

    Diriku sendiri

    Kedua orang tua yang paling ku cinta. Terima kasih kepada Papa Heryan dan

    Mama Armidah yang tak pernah lelah membesarkan dengan penuh kasih sayang,

    serta memberi dukungan, perjuangan, motivasi dan pengorbanan dalam hidup ini.

    Seluruh teman temanku

    Serta kepada Almamaterku Universitas Lampung

    Skripsi ini Saya persembahkan juga untuk yang selalu bertanya

    “kapan skripsimu selesai?”

    Terlambat lulus bukanlah sebuah kejahatan atau kriminal, bukan pula sebuah

    aib. Alangkah kerdilnya jika mengukur kepintaran seseorang dari siapa yang

    paling cepat lulus dengan IPK cumlaude. Jangan samakan prosesmu dengan

    prosesku, meskipun prosesmu baik namun prosesku lebih menarik walaupun

    sedikit terik.

    Bukankah sebaik-baiknya skripsi adalah yang selesai?, baik itu yang selesai

    tepat waktu maupun yang selesai tidak tepat waktu.

  • SANWACANA

    Puji syukurku ucapkan kepadaMu ya Allah, tuhan yang maha esa. karena atas

    karunia-Nya penulis bisa menjadi pribadi yang berpikir, berilmu, beriman dan

    bersabar sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul

    “Determinan Permintaan Objek Wisata Pemandian Air Panas Way Belerang

    Lampung Selatan. ”ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat

    dalammenyelesaikan studi Strata satu Ekonomi Pembangunan di Universitas

    Lampung.

    Proses pembelajaran yang penulis alami selama ini memberikan kesan dan makna

    mendalam bahwa ilmu dan pengetahuan yang dimiliki penulis masih sangat

    terbatas. Bimbingan, keteladanan dan bantuan dari berbagai pihak yang diperoleh

    penulis mempermudah proses pembelajaran tersebut. Untuk itu dengan segala

    kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

    kepada:

    1. Bapak Dr. Nairobi, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Universitas Lampung beserta jajarannya.

    2. Ibu Dr. Neli Aida, S.E., M.Si. sebagai Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan,

    Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

    3. Ibu Emi Maimunah, S.E., M.Si selaku sekretaris Jurusan Ekonomi

    Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

  • 4. Ibu Zulfa Emalia, S.E., M.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah banyak

    memberikan pelajaran, motivasi dan bimbingan yang sangat berharga bagi

    penulis.

    5. Ibu Dr. Lies Maria Hamzah, S.E., M.E. selaku dosen penguji yang telah

    memberikan nasehat-nasehat yang sangat bermanfaat untuk penulis.

    6. Ibu Emi Maimunah, S.E., M.Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan

    nasehat-nasehat yang sangat bermanfaat untuk penulis.

    7. Ibu Dr. Lies Maria Hamzah, S.E., M.E. selaku dosen Pembimbing Akademik.

    8. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya selama menuntut ilmu

    di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

    9. Staf dan pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang

    telah banyak membantu kelancaran proses penyelesaian skripsi ini.

    10. Kedua orang tuaku yang tercinta, Papa dan Mama yang telah memberikan

    kasih sayang dan segalanya demi kebaikanku.

    11. Adikku tersayang Monita, Abdil, Ario yang selalu menjadi penghibur saat

    lelah.

    12. Seluruh keluarga besarku tercinta yang telah memberikan semangat tiada

    henti.

    13. Keluarga Besar Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Koperasi Mahasiswa

    Universitas Lampung.

    14. The Guveks Kecamatan Sendang Agung yang telah berjuang bersama sampai

    untuk menyelesaikan perkuliahan ini.

    15. Anggota Ep Jantan Adi Ngad, Bunda Aris, Dores, Mbah Fajar, Om Dom

    Sahnan, Bungki Ricky Charel, Riki Tong, Lae Rido Hutasuhut, Ready, juga

    teman-teman Red Lipstick Milda, Fibri, Fitria, Fadila, Putri, Tesa, Sinta, Luh

    Ayu, Revi, Resvi, dyah. Terimakasih telah bersama-sama melewati suka duka

  • perkuliahan ini dan memberikan tawa disaat penat dalam mengerjakan tugas-

    tugas.

    16. Kantin Yuk Ani and the dengkot gengs . Terimakasih untuk secangkir kopi

    dan obrolan ringan, serta saling memberi masukan selama ini.

    17. Terimakasih juga untuk teman-teman seperbimbingan, Bimbingan Ibu Zulfa

    Team, dan teman-teman Ekonomi Pembangunan 2013 yang lainnya yang

    tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

    18. Teman-teman Band Musikku Ori, Nedi, Febri, Mian, Doan. Terimakasih telah

    menghiburku dan mencari inspirasi lewat alunan nada .

    19. Teman-teman Low Profile Family Ryan Ramadhan, Suju, Fadeli, Muthia,

    Mbak Hijjah, Buya, Walid, Fadil, Mas Arpian Fc, Andew. Terimakasih telah

    memberikan semangat dan dorongan motivasi selama ini.

    20. Teman-teman KKN Dandi, Dea, Fitra, Yolanda, Arum, Zefni , Desa Sendang

    Asri, Kecamatan Sendang Agung, Kabupaten Lampung Tengah.

    21. Terima Kasih juga untuk Mbah Dama, Aparatur Desa Sendang Asri, Pak

    Lurah, Pak bayan Tatang, Pak Carik, dan semua warga Desa Sendang Asri.

    22. Serta semua teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

    Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, akan

    tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita

    semua. Amin.

    Bandar Lampung, Desember 2019

    Penulis,

    Septryanda Baratama

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    DAFTAR ISI

    DAFTAR TABEL

    DAFTAR GAMBAR

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

    B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 10

    C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 10

    D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 11

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Teoritis ....................................................................................... 12

    1. Permintaan ............................................................................................ 12

    a. Teori Permintaan .......................................................................... 12

    b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan ......................... 14

    c. Elastis Permintaan ........................................................................ 17

    d. Faktor-Faktor Penentu Elastis Permintaan ................................... 19

    2. Pariwisata dan Permintaan Pariwisata ................................................. 20

    a. Pengertian Pariwisata ................................................................... 20

    b. Permintaan Pariwisata .................................................................. 21

    3. Definisi Wisatawan ............................................................................ 22

    4. Aspek Ekonomi Pariwisata ................................................................. 25

    5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Pariwisata ............... 26

    6. Biaya Perjalanan (Travel Cost) ............................................................ 29

    7. Hubungan Antar Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen 33

    B. Penelitian Terdahulu ................................................................................... 35

  • C. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 37

    D. Hipotesis ..................................................................................................... 39

    III. METODE PENELITIAN

    A. Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 40

    B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................................ 41

    C. Metode Penentuan Sampel ......................................................................... 42

    D. Alat Analisis ............................................................................................... 44

    1. Skala Ordinal ....................................................................................... 44

    2. Transformasi Skala Ordinal Menjadi Skala Interval ........................... 44

    E. Metode Analisis Data ................................................................................. 45

    1. Uji Instrumen ...................................................................................... 45

    2. Estimasi Regresi Berganda Ordinary Least Square (OLS) ................ 46

    3. Pengujian Asumsi Klasik .................................................................... 47

    4. Uji Hipotesis ........................................................................................ 50

    F. Koefisien Determinasi (R2) ......................................................................... 52

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ........................................................... 54

    B. Karakteristik Responden ............................................................................. 56

    C. Hasil Regresi ............................................................................................... 64

    1. Hasil Uji Ordinary Least Square ........................................................... 64

    2. Hasil Pengujian Asumsi Klasik ............................................................. 65

    3. Pengujian Hipotesis Statistik ................................................................. 67

    D. Pembahasan ................................................................................................. 70

    V. KESIMPULAN DAN SARAN

    1. Kesimpulan .................................................................................................. 76

    2. Saran ............................................................................................................. 76

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1. Jumlah Wisatawan ke Provinsi Lampung tahun 2013-2017 .............. 3

    2. Distribusi Kunjungan Wisatawan Mancanegara danWisatawan Nusantara di Kabupaten dan Kota Se-Provinsi Lampung Tahun2017. 4

    3. Obyek Wisata di Kabupaten Lampung Selatan ................................ 5

    4. Pengunjung Pemandian Air Panas Way Belerang Tahun 2018 ......... 6

    5. Ringkasan Penelitian Terdahulu ....................................................... 35

    6. Responden Berdasarkan Tempat Tinggal .......................................... 57

    7. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............................................. 58

    8. Responden Berdasarkan Usia ............................................................ 58

    9. Jumlah Permintaan Wisatawan .......................................................... 59

    10. Biaya Perjalanan Wisata Individu ke Obyek Wisata Way Belerang . 60

    11. Waktu Tempuh ke Obyek Wisata Way Belerang .............................. 61

    12. Fasilitas Obyek Wisata Way Belerang .............................................. 62

    13. Tingkat Pendapatan ............................................................................ 63

    14. Obyek Wisata Lain ............................................................................ 63

    15. Hasil Uji Ordinary Least Square ....................................................... 64

    16. Hasil Uji Heteroskedastisitas ............................................................. 66

    17. Hasil Uji Autokorelasi ....................................................................... 67

  • 18. Hasil Uji Multikolinieritas ................................................................. 67

    19. Hasil Uji-t........................................................................................... 68

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    1. Kurva Permintaan…………………………………………………... 13

    2. Kerangka Pemikiran........................................................................... 39

  • I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki kekayaan alam yang

    melimpah yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai sektor salah satunya pariwisata.

    Pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara,

    dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan

    atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial,

    budaya, alam dan ilmu. Suatu perjalanan akan dianggap sebagai perjalanan wisata

    bila memenuhi tiga persyaratan yang diperlukan, yaitu bersifat sementara, bersifat

    sukarela (voluntary) dalam arti tidak terjadi karena paksaan, dan tidak bekerja

    yang sifatnya menghasilkan upah (Spillane, 2004).

    Perkembangan sektor pariwisata dapat meningkatkan pendapatan masyarakat

    sekitar, dan digunakan sebagai sarana menyerap tenaga kerja sehingga dapat

    mengurangi angka penggangguran dan meningkatkan angka kesempatan kerja.

    Pemerintah dalam hal ini sebagai stakeholders kepariwisataan menyadari

    besarnya potensi kepariwisataan di daerah berusaha menggali, mengembangkan

    serta membangun aset objek dan daya tarik wisata, yang merupakan modal awal

    untuk bangkitnya kegiatan pariwisata. Keputusan ini harus ditindak lanjuti dengan

  • 2

    memikirkan dan mengusahakan serta membenahi potensi objek dan daya tarik

    wisata (Tahwin, 2003).

    Berkembangnya objek wisata secara optimal mampu meningkatkan permintaan

    pariwisata. Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah

    permintaan dan harga. Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu

    hipotesis yang menyatakan bahwa semakin rendah harga suatu barang maka

    semakin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya, semakin tinggi

    harga barang maka semakin sedikit jumlah permintaan terhadap barang tersebut

    (Sukirno, 2013). Permintaan yang dilakukan oleh individu terhadap suatu

    komoditas dipengaruhi oleh berbagai faktor permintaan suatu produk pada teori

    ekonomi mikro bergantung pada harga barang itu sendiri, harga barang lain,

    pendapatan, selera, dan sebagainya hal ini pun terjadi pada permintaan pariwisata

    (Pindyck dan Rubinfeld, 2007). Seiring dengan meningkatnya pendapatan

    masyarakat menyebabkan meningkatnya konsumsi barang dan jasa. Salah satunya

    adalah permintaan wisata yang ditawarkan oleh industri-industri pariwisata pada

    saat ini.

    Determinan permintaan didasarkan pada anggaran dasar belanja yang dimiliki

    oleh seseorang, hal ini menjadi kunci dalam permintaan pariwisata. Seseorang

    akan mempertimbangkan anggarannya tersebut apakah akan digunakan untuk

    kegiatan wisata atau untuk memenuhi kebutuhan konsumsi lain, (Sinclair. et.al,

    1997). Permintaan pariwisata terdiri dari beberapa fasilitas atau produk yang

    berbeda bukan saja dalam sifat, akan tetapi juga manfaat dan kebutuhannya bagi

    wisatawan. Fasilitas dan produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang berbeda

  • 3

    dan diperlukan oleh wisatawan pada waktu yang berbeda-beda pula. Permintaan

    pariwisata tidak hanya terbatas pada waktu yang diperlukan pada saat perjalanan

    wisata diperlukan, akan tetapi jauh sebelum melakukan pejalanan, permintaan itu

    sudah mengemuka seperti informasi tentang daerah tujuan wisata, hotel tempat

    untuk menginap, transportasi yang akan digunakan, tempat-tempat yang akan

    dikunjungi dan berapa banyak uang yang harus dibawa (Oka Yoeti, 2008).

    Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang paling sering dikunjungi

    oleh para wisatawan domestik maupun mancanegara. Provinsi Lampung memiliki

    potensi sumber daya alam yang beraneka ragam, mulai dari pertanian,

    perkebunan, prikanan, perternakan, pertambangan, dan pariwisata. Macam-macam

    objek wisata yang berkembang di Provinsi Lampung menjadi salah satu faktor

    banyaknya kunjungan wisatawan ke Provinsi Lampung. Berikut adalah jumlah

    pengunjung di Provinsi Lampung.

    Tabel 1. Jumlah Wisatawan ke Provinsi Lampung tahun 2013-2017

    Tahun Wisatawan

    (Orang)

    Pertumbuhan (%)

    2013 3.467.715 31,4

    2014 4.422.716 27,5

    2015 5.645.710 27,6

    2016 7.496.827 33,7

    2017 11.641.199 55,3

    Rata-Rata 6.534.833 35,10

    Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2018

    Dari Tabel 1 menunjukan bahwa perkembangan jumlah kunjungan wisatawan di

    Provinsi Lampung dalam lima tahun terakhir mengalami peningkatan setiap

    tahunnya. Rata-rata wisatawan yang berkunjung ke Provinsi Lampung pada tahun

    2013-2017 sebanyak 6.534.833 orang dengan jumlah kunjungan tertinggi pada

  • 4

    tahun 2017 sebanyak 11.641.199 orang dengan presentase pertumbuhan sebesar

    35,6%. Berikut ini jumlah kunjungan wisatawan mancanegara maupun nusantara

    tahun 2017 di kabupaten atau kota di Provinsi Lampung.

    Tabel 2. Distribusi Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Wisatawan

    Nusantara di Provinsi Lampung Tahun 2017.

    Nama Kabupaten/Kota Wisatawan (orang) Total

    Nusantara Mancanegara

    Kota Bandar Lampung 1.004.114 13.169 1.017.283

    Kota Metro 16.843 36 16.897

    Kabupaten Lampung Selatan 857.828 6.295 864.123

    Kabupaten Lampung Timur 51.577 1.401 52.978

    Kabupaten Tulangbawang 21.070 269 21.339

    Kabupaten Lampung Tengah 14.261 749 15.010

    Kabupaten Way Kanan 727 0 727

    Kabupaten Lampung Utara 2.459 154 2.613

    Kabupaten Lampung Barat 47.364 12.077 59.441

    Pesisir Barat 41.021 422.528 463.549

    Kabupaten Tanggamus 9.500 3.250 12.750

    Kabupaten Pesawaran 7.653 675.344 682.997

    Kabupaten Pringsewu 135.685 455 136.140

    Kabupaten Mesuji 31.820 0 31.820

    Kabupaten tulang Bawang Barat 36.022 955 36.977

    Sumber: Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung Tahun 2018

    Dilihat dari Tabel 2 distribusi kunjungan wisatawan mancanegara maupun

    nusantara tahun 2017 di Provinsi Lampung setiap kabupaten atau kota

    menunjukan jumlah yang berbeda-beda. Hal tersebut terjadi karena setiap daerah

    kabupaten atau kota memiliki potensi wisata yang berbeda-beda. Kabupaten

    Lampung Selatan merupakan wilayah yang memiliki tingkat kunjungan yang

    tertinggi kedua pada tahun 2017. Kabupaten Lampung Selatan merupakan

    wilayah yang sangat potensial dalam usaha pengembangan pariwisata di Provinsi

    Lampung, hal ini bisa dilihat dari tingkat kunjungan wisatawan baik nusantara

  • 5

    maupun mancanegara yang menduduki peringkat kedua setelah Kota Bandar

    Lampung dengan jumlah 864.123 orang.

    Kabupaten Lampung Selatan merupakan salah satu kabupaten dari Provinsi

    Lampung yang memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dapat

    ditumbuh kembangkan lebih lanjut. Di kabupaten tersebut terdapat banyak objek

    wisata yang menarik perhatian wisatawan. Topografi alam yang cukup bervariasi

    mulai dari dataran rendah aliran sungai kemudian pantai laut. Adapun beberapa

    objek wisata yang terdapat di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada

    Tabel 3 berikut ini:

    Tabel 3. Objek Wisata di Kabupaten Lampung Selatan

    No Nama Objek Wisata Lokasi

    1 Pemandian Air Panas Way Belerang Kalianda

    2 Pulau Mengkudu Desa Canti

    3 Menara Siger Lampung Bakauhuni,

    4 Pulau Anak Krakatau Kalianda

    5 Pelau Sebesi Desa Tejang

    6 Pulau Sebuku Rajabasa

    7 Pulau Sekepal Kalianda

    8 Pantai Pasir Putih Katibung

    9 Pantai Alau-alau Desa Ketang

    10 Pantai Sebalang Tarahan

    11 Pantai Embe Merak Belatung

    12 Kampung Wisata Tabek Indah Natar

    13 Grand Elty Krakatau Resort Merak Belatung

    Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi Lampung, Tahun 2018

    Salah satu objek wisata yang cukup terkenal di Lampung Selatan adalah

    Pemandian Air Panas Way Belerang. Pemandian Air Panas Way Belerang

    merupakan sebuah tempat pemandian air panas yang bersumber dari air belerang

    yang keluar langsung dari bawah kolam, ada juga sumber air yang mengucur

    langsung dari Gunung Rajabasa Kalianda Lampung Selatan yang diyakini

  • 6

    mempunyai khasiat menyembuhkan penyakit kulit. Pemandian Air Panas Way

    Belerang menempuh perjalanan sejauh 65 kilometer dari pusat Kota Bandar

    Lampung. Jika menggunakan kendaraan roda empat bisa ditempuh selama 2 jam.

    Rute perjalanan dimulai dari jalan Soekarno-Hatta (By Pass) lalu jalan lintas

    Sumatera sampai menuju kota Kalianda. Adapun jumlah pengunjung objek

    wisata Pemandian Air Panas Way Belerang dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai

    berikut:

    Tabel 4. Pengunjung Pemandian Air Panas Way Belerang Tahun 2018

    No Bulan Jumlah Wisatawan

    (Orang)

    1 Januari 550

    2 Februari 594

    3 Maret 562

    4 April 547

    5 Mei 527

    6 Juni 568

    7 Juli 565

    8 Agustus 541

    9 September 468

    10 Oktober 395

    11 November 376

    12 Desember 307

    Rata-Rata 500

    Sumber: Manajemen Pemandian Air Panas Way Belerang, 2019

    Berdasarkan Tabel 4 Rata-rata wisatawan yang berkunjung ke Provinsi Lampung

    pada tahun 2013-2017 sebanyak 500 orang. Pada bulan Januari ke Februari

    mengalami peningkatan dengan jumlah 550 orang menjadi 594 orang, namun

    mengalami penurunan pada saat memasuki bulan juli hingga akhir tahun 2018

    dengan jumlah pengunjung yang paling rendah terjadi pada bulan Desember yaitu

    sebesar 307 orang. Hal tersebut terjadi dikarenakan adanya persaingan dari objek

    wisata lain yang sejenis, adanya perbaikan faslitas, serta adanya dampak dari

  • 7

    gempa bumi yang terjadi pada bulan Desember 2018 (Manajemen Pemandian Air

    Panas Way Belerang, 2019)

    Pada penelitian ini penulis tertarik meneliti tentang objek wisata Pemandian Air

    Panas Way Belerang sebagai tempat penelitian, karena mempunyai daya tarik

    tersendiri dimana lokasinya berada di lereng Gunung Rajabasa, suasananya masih

    sejuk, banyak pohon-pohon besar, dan air belerang pemandian ini muncul dari

    bawah kolam dan ada juga yang mengalir langsung dari Gunung Rajabasa,

    sehingga benar-benar masih murni dan memberikan manfaat bagi kesehatan.

    Tidak hanya pemandian air panas, kawasan rekreasi Way Belerang juga

    menyediakan taman bermain untuk anak-anak, bahkan ada fasilitas kolam renang

    air tawar, aula, mushola, dan kantin. Pemandian Air Panas Way Belerang semakin

    berkembang dengan segala fasilitas yang ditawarkan sehingga mempengaruhi

    minat wisatawan untuk berkunjung ke Pemandian Air Panas Way Belerang.

    Penelitian ini memfokuskan tentang determinan permintaan, khususnya

    permintaan pariwisata. Secara teori permintaan, variabel yang mempengaruhi

    jumlah barang yang diminta adalah permintaan harga barang itu sendiri, harga

    barang lain yang mempengaruhi, pendapatan dan selera. Hukum permintaan pada

    hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan bahwa semakin rendah

    harga suatu barang maka semakin banyak permintaan terhadap barang tersebut.

    Sebaliknya, semakin tinggi harga barang maka semakin sedikit jumlah permintaan

    terhadap barang tersebut (Sukirno, 2013).

    Menurut Oka Yoeti (2008) permintaan pariwisata dapat dibagi menjadi dua, yaitu

    potential demand dan actual demand. Potential demand adalah sejumlah orang

  • 8

    yang berpotensi untuk melakukan kegiatan wisata karena memiliki waktu luang

    dan tabungan yang relatif cukup. Actual demand adalah orang-orang yang sedang

    melakukan kegiatan wisata pada suatu daerah tujuan wisata tertentu.

    Permintaan pariwisata Pemandian Air Panas Way Belerang diduga dipengaruhi

    oleh pendapatan pengunjung, biaya perjalanan yang merupakan variabel implisit

    travel cost, waktu tempuh dan fasilitas, serta objek wisata lain yang merupakan

    variabel pendukung travel cost. Permintaan pariwisata dapat dilihat dari minat

    masyarakat terhadap objek wisata tersebut, semakin diminati maka semakin

    banyak jumlah kunjungan atau frekuensi kekerapan kunjungannya.

    Pendapatan pengunjung merupakan faktor penting dalam membentuk permintaan

    pariwisata. Tingkat pendapatan konsumen mencerminkan seberapa besar

    penghasilan yang diterima individu setiap bulannya, semakin tinggi tingkat

    pendapatan seseorang maka akan semakin tinggi keinginan untuk melakukan

    konsumsi baik berupa barang maupun jasa, sehingga pendapatan akan

    mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan melakukan permintaan

    pariwisata. Waktu tempuh menuju objek wisata merupakan hal yang perlu di

    pertimbangkan seseorang dalam melakukan berbagai aktivitas. Semakin dekat

    waktu tempuh suatu objek dengan suatu individu semakin besar pula keinginan

    seseorang untuk berkunjung ke objek wisata tersebut. Objek wisata lain mampu

    mempengaruhi keputusan seseorang dalam memilih tempat berwisata.

    Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan biaya perjalanan atau travel

    cost method. Metode ini digunakan dalam jasa lingkungan yang ditawarkan tidak

    memiliki nilai pasar sehingga penentuan tarif masuk kawasan wisata belum

  • 9

    menunjukkan nilai ekonomi yang sebenarnya dari jasa lingkungan yang didapat

    oleh karena itu, perlu adanya suatu pendekatan untuk menentukan nilai manfaat

    ekonomi dari jasa lingkungan yang ditawarkan dalam suatu kawasan wisata alam

    yang nantinya akan dijadikan pertimbangan dalam pengembangan kawasan wisata

    lebih lanjut.

    Pendekatan Biaya Perjalanan (travel cost method) secara prinsip mengkaji tentang

    biaya yang dikeluarkan individu untuk mengunjungi tempat-tempat wisata.

    sehingga biaya perjalanan mempengaruhi wisatawan untuk berkunjung ke objek

    wisata Pemandian Air Panas Way Belerang. Biaya yang dikeluarkan pada

    penelitian ini yaitu biaya konsumsi, biaya tiket masuk, biaya parkir, dan lain-lain.

    Pendekatan biaya perjalanan (travel cost method) diduga mempengaruhi

    keputusan seseorang untuk berwisata. Menurut Raharjo (2002), metode penilaian

    khususnya untuk mengukur nilai ekonomi wisata alam yang banyak dipakai

    adalah travel cost method. Metode biaya perjalanan (travel cost method) boleh

    dikatakan sebagai metode yang pertama kali digunakan untuk menduga nilai

    ekonomi sebuah komoditas yang tidak memiliki nilai pasar (non-market goods).

    Metode ini berasumsi dasar bahwa setiap individu baik aktual ataupun potensial

    bersedia mengunjungi sebuah daerah untuk mendapatkan manfaat tertentu tanpa

    harus membayar biaya masuk (no entry fee). Namun demikian, walaupun

    asumsinya tidak ada biaya masuk, namun secara aktual ditemukan pengunjung

    yang berasal dari lokasi yang jauh dari objek yang dikunjungi. Dalam kontes ini

    terdapat perbedaan “harga” yang harus dibayar antar pengunjung untuk

    mendapatkan manfaat yang sama. Kondisi ini dalam teori ekonomi dianggap

  • 10

    sebagai representasi dari permintaan (demand) pengunjung (konsumen) terhadap

    manfaat tersebut.

    Dengan melihat latar belakang tersebut peneliti ingin mengetahui masyarakat

    dalam melakukan dan permintaan pada suatu objek wisata, oleh sebab itu penulis

    tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Determinan Permintaan Objek

    Wisata Pemandian Air Panas Way Belerang Lampung Selatan”

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan dari permasalahan di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian

    sebagai berikut :

    1. Bagaimana pengaruh biaya perjalanan terhadap permintaan objek wisata

    Pemandian Air Panas Way Belerang?

    2. Bagaimana pengaruh waktu tempuh terhadap permintaan objek wisata

    Pemandian Air Panas Way Belerang?

    3. Bagaimana pengaruh tingkat pendapatan pengunjung terhadap permintaan

    objek wisata Pemandian Air Panas Way Belerang?

    4. Bagaimana pengaruh objek wisata lain terhadap permintaan objek wisata

    Pemandian Air Panas Way Belerang menurut persepsi responden?

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

    1. Menganalisis pengaruh biaya perjalanan terhadap permintaan objek wisata

    Pemandian Air Panas Way Belerang.

  • 11

    2. Menganalisis waktu tempuh terhadap permintaan objek Wisata Pemandian Air

    Panas Way Belerang.

    3. Menganalisis pengaruh tingkat pendapatan terhadap permintaan objek

    wisata Pemandian Air Panas Way Belerang.

    4. Menganalisis pengaruh objek wisata lain terhadap objek wisata Pemandian Air

    Panas Way Belerang menurut persepsi responden.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Sebagai syarat kelulusan untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi di

    Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

    2. Sebagai Ilmu Pengetahuan, secara umum penelitian ini diharapkan dapat

    menambah pengetahuan khususnya ekonomi pembangunan.

    3. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan upaya pengembangan

    Pemandian Air Panas Way Belerang di masa yang akan datang bagi

    pemerintah daerah.

  • II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

    A. Tinjauan Teoritis

    I. Permintaan

    a. Teori Permintaan

    Permintaan sangat mempengaruhui jumlah output yang akan dihasilkan ketika

    harga bersifat kaku. Permintaan adalah berbagai kombinasi harga dan jumlah

    suatu barang yang ingin dan dapat dibeli oleh konsumen pada berbagai tingkat

    harga untuk suatu periode tertentu (Nophirin dalam Irma Afia, S dan Indah, S,

    2004). Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang

    menyatakan bahwa semakin rendah harga suatu barang maka semakin banyak

    permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya, semakin tinggi harga barang

    maka semakin sedikit jumlah permintaan terhadap barang tersebut (Sukirno,

    2013).

    Definisi Permintaan terhadap barang dan jasa adalah kuantitas barang atau jasa

    yang orang bersedia untuk membelinya pada berbagai tingkat harga dalam suatu

    periode tertentu. Dengan kata lain, orang bersedia untuk membeli untuk memberi

    penekanan konsumsi yang dipengaruhi oleh tingkat harga. Maksud dari kata

    bersedia disini adalah konsumen memiliki keinginan untuk membeli suatu barang

    atau jasa dan sekaligus memiliki kemampuan yaitu uang atau pendapatan.

  • 13

    Kemampuan seringkali disebut dengan istilah daya beli (Mustafa Edwin Nasution,

    dkk, 2006).

    Dengan kata lain, teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara

    jumlah permintaan dan harga. Berdasarkan ciri hubungan antara permintaan dan

    harga dapat dibuat grafik kurva permintaan.

    Tingkat Harga

    P1

    Penurunan P2

    Tingkat harga Permintaan Agregat

    0 Y1 Y2 Jumlah Output

    2. Meningkatkan jumlah permintaan Barang dan jasa

    Gambar 1. Kurva Permintaan

    Sumber: Mankiw (2012: 236)

    Hukum permintaan menyatakan bahwa jumlah barang yang diminta dalam suatu

    periode waktu tertentu berubah berlawanan dengan harganya, jika hal lain di

    asumsikan tetap, sehingga semakin tinggi harganya semakin kecil jumlah barang

    yang diminta atau sebaliknya semakin kecil harganya maka semakin tinggi jumlah

    barang yang diminta. Dari Gambar 1 dapat dilihat bagaimana hukum permintaan

    berlaku. Penurunan tingkat harga dari P1 ke P2 meningkatkan jumlah permintaan

  • 14

    barang dan jasa dari Y1 ke Y2. Apabila harga turun menjadi P2 permintaan

    barang pada harga tersebut meningkat menjadi sebesar Y2. Kurva permintaan

    menunjukkan hubungan antara jumlah (kuantitas) barang yang diinginkan dan

    harga barang, sedangkan pendapatan konstan. (Mankiw, 2012).

    b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan

    Menurut Sadono Sukirno (1994) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

    permintaan tersebut dijabarkan sebagai berikut :

    1. Harga barang itu sendiri

    Dengan asumsi ceteris paribus, memiliki hubungan yang terbalik yang sesuai

    dengan hukum permintaan yaitu “Apabila harga suatu barang mengalami

    kenaikan maka kuantitas yang diminta oleh konsumen akan turun, sebaliknya

    apabila harga suatu barang mengalami penurunan maka kuantitas yang diminta

    oleh konsumen akan naik”.

    2. Harga barang lain

    Barang konsumsi pada umumnya mempunyai kaitan penggunaan antara yang satu

    dengan yang lain. Berdasarkan kaitan penggunaan antara kedua macam barang

    konsumsi pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu:

    a. Barang Pengganti (subtitusi)

    Adalah suatu barang yang dapat menggantikan fungsi barang lain. Harga barang

    pengganti dapat mempengaruhi permintaan barang yang dapat digantikannya. Jika

    harga barang pengganti lebih murah, maka barang yang digantikannya akan

    mengalami pengurangan dalam permintaan.

    b. Barang Pelengkap (komplementer)

  • 15

    Adalah suatu barang yang digunakan bersama-sama barang yang lain, maka

    barang tersebut dinamakan barang pelengkap kepada barang lain tersebut.

    Kenaikan/penurunan barang komplementer selalu sejalan dengan perubahan

    permintaan barang yang digenapi.

    c. Barang Netral

    Adalah apabila dua macam barang tersebut tidak mempunyai hubungan yang

    rapat maka perubahan terhadap permintaan salah satu barang tersebut tidak akan

    mempengaruhi permintaan barang lainnya.

    3. Pendapatan

    Perubahan pendapatan selalu menimbulkan perubahan terhadap permintaan

    berbagai jenis barang. Berdasarkan kepada sifat perubahan permintaan yang

    berlaku apabila pendapatan berubah, berbagai barang dapat dibedakan menjadi

    empat golongan:

    a. Barang Inferior

    Adalah barang yang banyak diminta oleh orang-orang yang berpendapatan

    rendah. Jika pendapatan bertambah tinggi maka permintaan terhadap barang-

    barang yang tergolong inferior akan berkurang.

    b. Barang Esensial

    Adalah barang yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya barang

    itu terdiri dari kebutuhan pokok masyarakat.

    c. Barang Normal

    Sesuatu barang dinamakan barang normal apabila ia mengalami kenaikan dalam

    permintaan sebagai akibat dari kenaikan pendapatan.

  • 16

    d. Barang Mewah

    Jenis-jenis barang yang dibeli orang apabila pendapatan mereka sudah relatif

    tinggi termasuk dalam golongan ini. Biasanya barang-barang tersebut baru dibeli

    setelah dapat memenuhi kebutuhan yang pokok seperti sandang, pangan dan

    papan.

    4. Beberapa Faktor Lain

    Beberapa faktor lain yang cukup penting peranannya dalam mempengaruhi

    permintaan terhadap suatu barang adalah:

    a. Distribusi Pendapatan

    Sejumlah pendapatan masyarakat tertentu besarnya akan menimbulkan corak

    permintaan masyarakat yang berbeda apabila pendapatan tersebut diubah corak

    distribusinya.

    b. Cita Rasa Masyarakat

    Cita rasa mempunyai pengaruh cukup besar terhadap keinginan masyarakat untuk

    membeli barang dan jasa.

    c. Jumlah Penduduk

    Pertambahan penduduk tidak sendirinya menyebabkan pertambahan permintaan.

    Tetapi biasanya pertambahan penduduk diikuti oleh perkembangan dalam

    kesempatan kerja. Lebih banyak orang yang menerima pendapatan dan ini

    menambah daya beli dalam masyarakat sehingga penambahan daya beli ini akan

    menambah permintaan.

    d. Ekspektasi Tentang Masa Depan

    Perubahan-perubahan yang diramalkan mengenai keadaan pada masa yang akan

    datang dapat mempengaruh permintaan. Ramalan para konsumen bahwa harga-

  • 17

    harga akan menjadi bertambah tinggi pada masa depan akan mendorong mereka

    untuk membeli lebih banyak pada masa kini, untuk menghemat pengeluaran pada

    masa yang akan datang.

    c. Elastisitas Permintaan

    Dalam analisis ekonomi, secara teori maupun praktek sehari-hari adalah sangat

    berguna untuk mengetahui sampai sejauh mana responsifnya permintaan terhadap

    perubahan harga. Oleh sebab itu perlu dikembangkan satu pengukuran kuantitatif

    yang menunjukkan sampai di mana besarnya pengaruh perubahan harga terhadap

    perubahan permintaan. Ukuran ini dinamakan elastisitas permintaan (Sadono

    Sukirno, 1994).

    Dalam teori permintaan, terdapat tiga elastisitas permintaan, yaitu elastisitas

    permintaan terhadap harga (price elasticity of demand), elastisitas permintaan

    terhadap pendapatan (income elasticity of demand), dan elastisitas permintaan

    silang (cross price elasticity of demand). Faktor-faktor yang mempengaruhi

    elastisitas permintaan yaitu banyaknya barang pengganti yang tersedia, jumlah

    penggunaan barang tersebut, besarnya persentase pendapatan yang dibelanjakan

    dan jangka waktu dimana permintaan itu dianalisis (Percoyo Tri Kunawangsih

    dan Anton Pracoyo, 2006).

    1. Elastisitas Permintaan Tehadap Harga

    Koefisien harga permintaan (e) mengukur persentase perubahan jumlah komoditi

    yang diminta per unit waktu karena adanya persentase perubahan harga tertentu

    dari komoditi itu. Persentase perubahan dalam artian besar kecilnya dapat diukur

    dengan angka-angka dalam koefisien elastisitas permintaan. Karena hubungan

  • 18

    harga dan jumlah adalah terbalik, maka koefisien harga permintaan bertanda

    negatif.

    Oleh karena itu, dalam rangka menghindarkan nilai negatif dalam pembahasan,

    maka tanda minus sering kali dimasukan dalam rumus elastisitas harga

    permintaan sebagai berikut: (Budi S, 2009)

    Ed = ∆Q/Q

    = ∆Q

    x P

    ∆P/P ∆P Q

    Dimana:

    E : Elastisitas Q: Jumlah P: Harga

    ∆Q : Perubahan jumlah ∆P : Perubahan harga

    2. Elastisitas Silang

    Elastisitas permintaan silang merupakan suatu koefisien yang menunjukkan

    besarnya perubahan permintaan suatu barang jika terjadi perubahan terhadap

    harga barang lain. Persamaannya dinyatakan sebagai berikut:

    Ei = Persentase perubahan jumlah barang X yang diminta

    Persentase perubahan harga barang Y

    Nilai elastisitas silang berkisar tak terhingga yang negatif hingga tak terhingga

    positif. Barang-barang komplementer elastisitas silang bernilai negatif, sedangkan

    nilai elastisitas silang untuk barang-barang subsitusi adalah positif.

    3. Elastisitas Harga dan Jumlah Pengeluaran

    Menurut Richard H Leftwich (1984) yang paling penting bagi penjual, khususnya

    pada jasa pariwisata adalah hubungan antara perubahan harga, elastisistas dan

    jumlah uang yang dibelanjakan untuk suatu barang. Jumlah total uang yang

  • 19

    dibelanjakan dapat dianggap sebagai total pengeluaran konsumen atau total

    penerimaan perusahaan untuk barang tertentu.

    Misalkan bahwa untuk suatu penurunan harga yang kecil adalah elastisitas

    persentase kenaikan jumlah yang dijual lebih besar dari persentase penurunan

    harga. Karena kenaikan jumlah yang dijual secara proporsional lebih besar dari

    penurunan harga, penurunan harga seperti itu akan meningkatkan penerimaan

    rumah tangga perusahaan. Begitu juga halnya jika permintaan tidak elastis, maka

    untuk penurunan harga dan total penerimaan rumah tangga perusahaan. Jika

    elastis 1, kenaikan proporsional jumlah yang dijual sama dengan penurunan harga

    dan total penerimaan tetap tidak berubah.

    d. Faktor-faktor Penentu Elastisitas Permintaan

    Menurut Sadono Sukirno (1994) ada beberapa faktor yang menimbulkan

    perbedaan dalam elastisitas permintaan berbagai barang. Yang terpenting adalah:

    1. Banyaknya Barang Pengganti yang Tersedia

    Dalam suatu perekonomian terdapat banyak barang yang dapat digantikan dengan

    barang-barang yang lain yang sejenis dengannya. Tetapi ada pula yang sukar

    mencari penggantinya. Perbedaan ini menimbulkan perbedaan elastisitas di antara

    berbagai macam barang. Sekiranya suatu barang mempunyai banyak barang

    pengganti, permintan cenderung untuk bersifat elastis. Maksudnya perubahan

    harga yang kecil saja akan menimbulkan perubahan yang besar terhadap

    permintaan. Pada waktu harga naik para pembeli enggan membeli barang tersebut;

    mereka lebih suka menggunakan barang-barang lain sebagai penggantinya, yang

    harganya tidak mengalami perubahan maupun sebaliknya.

    2. Persentasi Pendapatan yang Dibelanjakan

  • 20

    Harga akan memainkan peranan yang cukup menentukan dalam dalam melakukan

    pilihan. Perbedaan harga dapat menyebabkan orang membatalkan untuk membeli

    barang dari suatu merek tertentu dan membeli merek lain yang lebih murah.

    Berdasarkan pengamatan seperti itu dapat dikatakan: semakin besar bagian

    pendapatan yang diperlukan untuk membeli suatu barang, semakin elastis

    permintaan terhadap barang tersebut.

    3. Jangka Waktu Analisis

    Semakin lama waktu di mana permintaan itu dianalisis, semakin elastis sifat

    permintaan suatu barang. Dalam waktu yang singkat permintaan bersifat lebih

    tidak elastis karena perubahan-perubahan yang baru terjadi dalam pasar belum

    diketahui oleh para pembeli. Oleh sebab itu mereka cenderung untuk meminta

    barang-barang yang biasa dibelinya walaupun harganya mengalami kenaikan.

    Dengan demikian dalam jangka pendek permintaan tidak banyak mengalami

    perubahan. Dalam waktu yang lebih panjang para pembeli dapat mencari barang

    pengganti yang mengalami kenaikan harga dan ini akan mengurangi permintaan

    terhadap barang, juga dalam jangka panjang barang pengganti mengalami

    perubahan dalam mutu dan desainnya dan akan menyebabkan orang lebih mudah

    pindah kepada membeli barang pengganti.

    2. Pariwisata dan Permintaan Pariwisata

    a. Pengertian Pariwisata

    Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009, Bab 1, Pasal 1 tentang

    Kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung

    berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,

    pemerintah, dan pemerintah daerah. Sedangkan Wardiyanto dan Baiquni (2011),

  • 21

    mengemukakan bahwa secara etimologis kata “pariwisata” diidentikan dengan

    kata “travel” dalam bahasa inggris yang diartikan sebagai perjalanan yang

    dilakukan berkali-kali dari suatu tempat ke tempat lain. Atas dasar itu pula dengan

    melihat situasi dan kondisi saat ini pariwisata dapat diartikan sebagai suatu

    perjalanan terencana yang dilakukan secara individu atau kelompok dari suatu

    tempat ke tempat lain dengan tujuan untuk mendapatkan kepuasan dan

    kesenangan.

    Dengan demikian bahwa pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan

    untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain,

    dengan maksud bukan untuk usaha atau mencari nafkah di tempat yang

    dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna

    bertamasya dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

    b. Permintaan Pariwisata

    Menurut Oka Yoeti (2008) permintaan pariwisata dapat dibagi menjadi dua, yaitu

    potential demand dan actual demand. Potential demand adalah sejumlah orang

    yang berpotensi untuk melakukan kegiatan wisata karena memiliki waktu luang

    dan tabungan yang relatif cukup. Actual demand adalah orang-orang yang sedang

    melakukan kegiatan wisata pada suatu daerah tujuan wisata tertentu. Terdapat tiga

    tingkah laku konsumen (consumer behavior) dalam memenuhi kebutuhan

    terhadap barang dan jasa, yaitu :

    1. Keterbatasan pendapatan (income)

    2. Melakukan pembelian dengan bertindak secara rasional

    3. Ingin mencapai kepuasan (to maximize their total satisfaction)

  • 22

    Data vital yang dapat dijadikan indikator permintaan wisatawan akan suatu daerah

    wisata adalah :

    1. Jumlah atau kuantitas wisatawan yang datang

    2. Alat transportasi apa yang digunakan sehubungan dengan kedatangan

    wisatawan tersebut

    3. Berapa lama waktu tinggal

    4. Berapa jumlah uang yang dikeluarkan

    Permintaan pariwisata juga didasarkan pada anggaran belanja yang dimilikinya,

    hal ini merupakan kunci dari permintaan pariwisata. dari uraian di atas bahwa

    seseorang akan mempertimbangkan untuk mengurangi anggaran yang dimilikinya

    untuk suatu kepentingan liburan. Merupakan kegiatan melakukan perjalanan

    dengan tujuan mendatangkan kesenangan, mencari kepuasan, mencari sesuatu dan

    memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan tugas,

    berziarah dan lain–lain.

    3. Definisi Wisatawan

    Menurut undang – undang No. 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, disebutkan

    wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. Wisatawan juga adalah orang–

    orang yang datang berkunjung pada suatu tempat atau negara, biasanya mereka

    disebut sebagai pengunjung (visitor) yang terdiri dari banyak orang dengan

    bermacam–macam motivasi kunjungan, termasuk didalamnya. Jadi tidak semua

    pengunjung adalah wisatawan. Sesuai dengan Pasal 5 Resolusi Dewan Ekonomi

    dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa No. 870, yang dimaksud dengan

    pengunjung adalah seperti yang diuraikan di bawah ini ”Untuk tujuan statistik,

  • 23

    yang dimaksud dengan visitor adalah setiap orang yang mengunjungi suatu negara

    yang bukan merupakan tempat tinggalnya yang biasa, dengan alasan apapun juga,

    kecuali mengusahakan sesuatu pekerjaan yang dibayar oleh negara yang

    dikunjunginya”.

    Sedangkan Oka Yoeti (2008) menjelaskan bahwa untuk tujuan penyesuaian

    statistik pariwisata internasional, definisi pengunjung (visitors) dijelaskan sebagai

    setiap orang yang mengunjungi suatu Negara selain dimana orang tersebut biasa

    tinggal, untuk alasan apapun atau lebih daripada mengikuti suatu pekerjaan dan

    mendapat penghasilan di negara yang dikunjungi, definisi tersebut mencakup :

    1. Wisatawan

    a. Pengunjung Sementara

    Pengunjung sementara yang kurang lebih selama 24 jam dan tujuan perjalanannya

    dapat dikategorikan sebagai kesenangan (rekreasi, berlibur, kesehatan, edukasi,

    agama dan olahraga).

    b. Bisnis, keluarga, misi dan pertemuan.

    2. Pelancong

    engunjung sementara yang menetap kurang dari 24 jam di negara yang dikunjungi

    (termasuk penumpang kapal pesiar).

    Adapun jenis – jenis wisatawan berdasarkan sifat perjalanan dan lokasi di mana

    perjalanan itu diakukan, dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Oka Yoeti,

    2008) :

  • 24

    a. Foreign Tourist (Wisatawan asing)

    Orang asing yang melakukan perjalanan wisata, yang datang memasuki suatu

    negara lain yang bukan merupakan Negara di mana ia biasanya tinggal.

    Wisatawan asing disebut juga wisatawan mancanegara atau disingkat wisman.

    b. Domestic Foreign Tourist

    Orang asing yang berdiam atau bertempat tinggal di suatu negara karena tugas,

    dan melakukan perjalanan wisata di wilayah negara di mana ia tinggal.

    Misalnya, staf kedutaan Belanda yang mendapat cuti tahunan, tetapi ia tidak

    pulang ke Belanda, tetapi melakukan perjalanan wisata di Indonesia (tempat ia

    bertugas).

    c. Domestic Tourist (Wisatawan Nusantara)

    Seorang warga negara suatu negara yang melakukan perjalanan wisata dalam

    batas wilayah negaranya sendiri tanpa melewati perbatasan negaranya.

    Misalnya warga negara Indonesia yang melakukan perjalanan ke Bali atau ke

    Danau Toba. Wisatawan ini disingkat wisnus.

    d. Indigenous Foreign Tourist

    Warga negara suatu negara tertentu, yang karena tugasnya atau jabatannya

    berada di luar negeri, pulang ke negara asalnya dan melakukan perjalanan

    wisata di wilayah negaranya sendiri. Misalnya, warga negara Perancis yang

    bertugas sebagai konsultan di perusahaan asing di Indonesia, ketika liburan ia

    kembali ke Perancis dan melakukan perjalanan wisata di sana. Jenis wisatawan

    ini merupakan kebalikan dari Domestic Foreign Tourist.

  • 25

    e. Transit Tourist

    Wisatawan yang sedang melakukan perjalanan ke suatu Negara tertentu yang

    terpaksa singgah pada suatu pelabuhan/airport/stasiun bukan atas kemauannya

    sendiri.

    f. Business Tourist

    Orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan bisnis bukan wisata tetapi

    perjalanan wisata akan dilakukannya setelah tujuannya yang utama selesai.

    Jadi perjalanan wisata merupakan tujuan sekunder, setelah tujuan primer yaitu

    bisnis selesai dilakukan.

    4. Aspek Ekonomi Pariwisata

    Bagi suatu negara, pariwisata merupakan invisible export karena negara tidak

    perlu menjual komoditi tersebut ke luar negeri untuk mendatangkan devisa,

    dengan sendirinya devisa akan masuk ke negara yang mempunyai objek wisata.

    Oleh karena itu setiap negara selalu berusaha untuk mendorong industri

    pariwisatanya guna mendatangkan devisa. Selain itu pengembangan industri

    pariwisata juga bisa mendatangkan efek multiplier yang besar bagi perekonomian

    seperti berkembangnya industri jasa transportasi, perhotelan, perdagangan, dan

    berkembangnya sektor-sektor lainnya.

    Menurut Endah S (2011), mengklasifikasikan dampak ekonomi yang timbul

    akibat adanya pariwisata, terdiri dari efek langsung, efek tidak langsung dan efek

    induksi. Dimana efek tidak langsung dan efek induksi termasuk efek sekunder,

    sedangkan efek tidak langsung merupakan efek primer. Dampak total ekonomi

    pariwisata adalah keseluruhan jumlah dari pengaruh yang terjadi secara langsung

  • 26

    atau tidak, dan dapat di ukur sebagai pengeluaran bruto atau penjualan,

    penghasilan, penempatan tenaga kerja dan nilai tambah.

    Brandano (2013), memaparkan terdapat hubungan positif antara pariwisata

    dengan pertumbuhan perekonomian di suatu Negara baik dalam jangka pendek

    maupun jangka panjang. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa perekonomian

    internasional dapat maju jika pariwisata dikembangkan.

    Dampak yang di timbulkan langsung dari adanya pariwisata di suatu daerah dapat

    dilihat dari pemasukan yang diperoleh melalui pajak atau retribusi dari fasilitas

    yang telah di sediakan berupa penyediaan jasa termasuk objek wisata pemandian

    air panas way belerang. Wisatawan itu bertindak dengan kehendak hatinya dan

    bebas memilih daerah wisata yang akan dikunjunginya, objek dan atraksi wisata

    yang akan dilihatnya atau fasilitas serta produk apa yang dibutuhkan atau

    diinginkannya. Permintaan dalam industri pariwisata terdiri dari beberapa fasilitas

    atau produk yang berbeda, namun sangat erat kaitannya dengan kebutuhan

    wisatawan selama dalam perjalanan wisata yang dilakukannya.

    5. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Pariwisata

    a. Harga

    Harga yang tinggi pada suatu daerah tujuan wisata maka akan memberikan imbas

    atau timbal balik pada wisatawan yang akan bepergian atau calon wisata, sehingga

    permintaan wisatapun akan berkurang begitupula sebaliknya. hal tersebut berkait

    erat dengan prasarana dan prasana yang ditawarkan oleh objek wisata tersebut.

    Agar suatu objek wisata dapat dijadikan sebagai salah satu objek wisata yang

    menarik, maka faktor yang sangat menunjang adalah kelengkapan dari sarana dan

  • 27

    prasarana objek wisata tersebut. Karena sarana dan prasarana juga sangat

    diperlukan untuk mendukung dari pengembangan objek wisata.

    Menurut Oka Yoeti (1985), mengatakan : “Prasarana kepariwisataan adalah

    semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan

    berkembang sehingga dapat memberikan pelayanan untuk memuaskan kebutuhan

    wisatawan yang beraneka ragam”.

    Prasarana tersebut antara lain :

    1. Perhubungan : jalan raya, rel kereta api, pelabuhan udara dan laut.

    2. Instalasi pembangkit listrik dan instalasi air bersih.

    3. Sistem telekomunikasi, baik itu telepon, telegraf, radio, televisi,

    4. Pelayanan kesehatan baik itu puskesmas maupun rumah sakit.

    5. Pelayanan keamanan baik itu pos satpam penjaga objek wisata maupun pos

    pos polisi untuk menjaga keamanan di sekitar objek wisata.

    6. Pelayanan wistawan baik itu berupa pusat informasi ataupun kantor pemandu

    wisata.

    7. Pom bensin.

    b. Pendapatan

    Apabila pendapatan suatu negara tinggi maka kecendrungan untuk memilih

    daerah tujuan wisata sebagai tempat berlibur akan semakin tinggi dan bisa jadi

    mereka membuat sebuah usaha pada daerah tujuan wisata (DTW) jika dianggap

    menguntungkan. Hal ini juga berlaku bagi individu. Apabia pendapatan individu

    tinggi, maka kecenderungan untuk memilih daerah tujuan wisata sebagai tempat

    berlibur akan semakin tinggi, begitu juga sebaliknya apabila pendapatan individu

  • 28

    rendah, maka kecenderungan untuk memilih daerah tujuan wisata akan semakin

    rendah.

    c. Sosial budaya

    Dengan adanya sosial budaya yang unik dan bercirikan atau dengan kata lain

    berbeda dari apa yang ada di negara calon wisata berasal maka, peningkatan

    permintaan terhadap wisata akan tinggi hal ini akan membuat sebuah

    keingintahuan dan penggalian pengetahuan sebagai khasanah kekayaan pola pikir

    budaya mereka.

    d. Sosial politik (sospol)

    Dampak sosial politik belum terlihat apabila keadaan daerah tujuan wisata (DTW)

    dalam situasi aman dan tenteram, tetapi apabila hal tersebut berseberangan dengan

    kenyataan, maka sospol akan sangat terasa pengaruhnya dalam terjadinya

    permintaan.

    e. Intensitas keluarga

    Banyak / sedikitnya keluarga juga berperan serta dalam permintaan wisata hal ini

    dapat diratifikasi bahwa jumlah keluarga yang banyak maka keinginan untuk

    berlibur dari salah satu keluarga tersebut akan semakin besar, hal ini dapat dilihat

    dari kepentingan wisata itu sendiri.

    f. Harga barang substitusi

    Harga barang pengganti juga termasuk dalam aspek permintaan, dimana barang-

    barang pengganti dimisalkan sebagai pengganti daerah tujuan wisata (DTW) yang

    dijadikan cadangan dalam berwisata seperti : Bali sebagai tujuan wisata utama di

    Indonesia, akibat suatu dan lain hal Bali tidak dapat memberikan kemampuan

    dalam memenuhi syarat-syarat daerah tujuan wisata (DTW) sehingga secara tidak

  • 29

    langsung wisatawan akan mengubah tujuannya kedaerah terdekat seperti Malaysia

    (Kuala Lumpur dan Singapura).

    g. Harga barang komplementer

    Merupakan sebuah barang yang saling membantu atau dengan kata lain barang

    komplementer adalah barang yang saling melengkapi, dimana apabiladikaitkan

    dengan pariwisata barang komplementer ini sebagai objek wisata yang saling

    melengkapi dengan objek wisata lainnya.

    6. Biaya Perjalanan (Travel Cost)

    Jasa lingkungan yang ditawarkan tidak memiliki nilai pasar sehingga penentuan

    tarif masuk kawasan wisata belum menunjukkan nilai ekonomi yang sebenarnya

    dari jasa lingkungan yang didapat. Oleh karena itu, perlu adanya suatu pendekatan

    untuk menentukan nilai manfaat ekonomi dari jasa lingkungan yang ditawarkan

    dalam suatu kawasan wisata alam yang nantinya akan dijadikan pertimbangan

    dalam pengembangan kawasan wisata lebih lanjut.

    Aprilian (2009), menyatakan bahwa salah satu yang dapat dilakukan untuk

    menilai wisata alam adalah dengan metode biaya perjalanan. Sedangkan (Cininta

    et al., 2016) berpendapat bahwa metode biaya perjalanan merupakan metode yang

    digunakan untuk memperkirakan nilai ekonomi suatu kawasan. Metode ini

    kebanyakan digunakan untuk menganalisis permintaan terhadap rekreasi dan

    sebagainya. Secara prinsip, metode ini mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap

    individu untuk mendatangi tempat-tempat rekreasi. Pengkajian dari konsumen/

    pengunjung, kita bisa mengkaji berapa nilai (value) yang diberikan.

  • 30

    Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method ; TCM) boleh dikatakan sebagai

    metode yang pertama kali digunakan untuk menduga nilai ekonomi sebuah

    komoditas yang tidak memiliki nilai pasar (non-market-goods). Metode ini

    beranjak pada asumsi dasar bahwa setiap individu baik aktual maupun potensial

    bersedia mengunjungi sebuah daerah untuk mendapatkan manfaat tertentu tanpa

    harus membayar biaya masuk (no entry fee). Namun demikian, walaupun

    asumsinya tidak ada biaya masuk, namun secara aktual ditemukan pengunjung

    yang berasal dari lokasi yang jauh dari objek yang dikunjungi untuk mendapatkan

    manfaat yang sama. Kondisi ini dalam teori ekonomi dianggap sebagai

    representasi dari permintaan (demand) pengunjung (konsumen) terhadap manfaat

    tersebut.

    Pada mulanya pendekatan biaya perjalanan digunakan untuk menilai manfaat

    yang diterima masyarakat dari penggunaan barang dan jasa lingkungan.

    Pendekatan ini juga mencerminkan kesediaan masyarakat untuk membayar

    barang dan jasa yang diberikan lingkungan dibanding dengan jasa lingkungan

    dimana mereka berada pada saat tersebut. Banyak contoh sumber daya

    lingkungan yang dinilai dengan pendekatan ini berkaitan dengan jasa-jasa

    lingkungan untuk rekreasi di luar rumah yang seringkali tidak diberikan nilai

    yang pasti. Untuk tempat wisata, pada umumnya hanya dipungut harga karcis

    yang tidak cukup untuk mencerminkan nilai jasa lingkungan dan juga tidak

    mencerminkan kesediaan membayar oleh para wisatawan yang memanfaatkan

    sumber daya alam tersebut. Untuk lebih sempurnanya perlu diperhitungkan

    pula nilai kepuasan yang diperoleh para wisatawan yang bersangkutan

    (Suparmoko, 2000).

  • 31

    Dalam memperkirakan nilai tempat wisata tersebut akan menyangkut waktu

    dan biaya yang dikorbankan oleh para wisatawan dalam menuju dan

    meninggalkan tempat wisata tersebut. Semakin jauh waktu tempuh wisatawan

    ke tempat wisata tersebut, akan semakin rendah permintaannya terhadap tempat

    wisata tersebut. Permintaan yang dimaksud adalah permintaan efektifnya yang

    disertai dengan kemampuan untuk membeli. Para wisatawan yang lebih dekat

    dengan lokasi wisata tentu akan lebih sering berkunjung ke tempat wisata

    tersebut dengan adanya biaya yang lebih murah yang tercermin pada biaya

    perjalanan yang dikeluarkannya. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa

    wisatawan mendapatkan surplus konsumen. Surplus konsumen merupakan

    kelebihan kesediaan membayar atas harga yang telah ditentukan. Oleh karena

    itu surplus konsumen yang dimiliki oleh wisatawan yang jauh tempat

    tinggalnya dari tempat wisata akan lebih rendah dari pada mereka yang lebih

    dekat tempat tinggalnya dari tempat wisata tersebut (Suparmoko, 2000).

    Pendekatan travel cost banyak digunakan dalam perkiraan nilai suatu tempat

    wisata dengan menggunakan berbagai variabel. Pertama kali dikumpulkan data

    mengenai jumlah pengunjung, biaya perjalanan yang dikeluarkan, serta faktor

    lain seperti tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, dan mungkin juga agama

    dan kebudayaan serta kelompok etnik dan sebagainya. Data atau informasi

    tersebut diperoleh dengan cara mewawancarai para pengunjung tempat wisata

    untuk mendapatkan data yang diperlukan (Suparmoko, 2000).

    Untuk menilai ekonomi dengan pendekatan biaya perjalanan ada dua teknik

    yang dapat digunakan yaitu:

  • 32

    1) Pendekatan sederhana melalui zonasi

    2) Pendekatan individual

    Melalui metode biaya perjalanan dengan pendekatan zonasi, pengunjung dibagi

    dalam beberapa zona kunjungan berdasarkan tempat tinggal atau asal

    pengunjung, dan jumlah kunjungan tiap minggu dalam penduduk di setiap zona

    dibagi dengan jumlah pengunjung pertahun untuk memperoleh data jumlah

    kunjungan per seribu penduduk dan penelitiannya dengan menggunakan data

    sekunder. Sedangkan metode biaya perjalanan dengan pendekatan individual,

    metode biaya perjalanan dengan menggunakan data primer yang diperoleh

    melalui survey.

    Al- Khoiriah, dkk. 2017 menyatakan kelebihan serta kelemahan dari metode

    biaya perjalanan itu sendiri adalah sebagai berikut:

    a. Kelebihan

    1) Hasil perhitungan manfaat berdasarkan tingkah laku pasar yang diteliti.

    2) Metode ini dapat mengestimasi besarnya surplus konsumen.

    b. Kelemahan

    1) Biaya perjalanan yang dipakai harus valid sedangkan dalam kenyataannya

    susah untuk mengestimasi dengan tepat.

    2) Opportunity cost harus dimasukkan dalam perhitungan.

    3) Teori ekonomi gagal untuk menjelaskan hubungan jumlah kunjungan dengan

    biaya perjalanan. Metode ini hanya berdasarkan pada ketegasan (fitting) garis

    regresi pada satu set data yang dikumpulkan karena dibatasi pada nilai yang

    memanfaatkan lokasi tersebut, sehingga jika pelestarian lingkungan pada lokasi

  • 33

    tersebut penting bagi non pengguna, maka manfaat yang diestimasi jauh lebih

    kecil dari yang sebenarnya

    7. Hubungan Antar Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen

    a. Hubungan Antara Biaya Perjalanan Terhadap Permintaan Objek Wisata

    Pemandian Air Panas Way Belerang.

    Pada penelitian ini digunakan pendekatan Individual Travel Cost Method karena

    lebih didasarkan pada data primer yang diperoleh melalui survei dan teknik

    statistika sehingga hasil yang diperoleh relatif lebih akurat daripada metode

    zonasi. Metode biaya perjalanan ini didasarkan pada model yang mengasumsikan

    bahwa orang akan melakukan perjalanan berulang-ulang ke tempat rekreasi

    tersebut sampai pada titik dimana nilai marjinal utilitas dari perjalanan terakhir

    bernilai sama dengan nilai marjinal biaya baik dalam biaya uang yang dikeluarkan

    untuk mencapai lokasi tersebut.

    Secara umum, jumlah biaya perjalanan ini adalah biaya pulang pergi ditambah

    dengan biaya karcis, biaya parkir, serta biaya biaya lain yang dihabiskan untuk

    perjalanan dari rekreasi tersebut. Kemudian fungsi permintaan terhadap daerah

    tersebut dapat diestimasi dengan menggunakan biaya perjalanan itu sebagai

    representasi dari nilai atau harga dari lokasi kunjungan itu.

    b. Hubungan Antara Waktu Tempuh Terhadap Permintaan Objek Wisata

    Pemandian Air Panas Way Belerang.

    Waktu tempuh merupakan lamanya waktu yang ditempuh oleh pengunjung untuk

    mengunjungi objek wisata Pemandian Air Panas Way Belerang hingga kembali ke

  • 34

    tempat asal. Semakin sebentar waktu yang ditempuh menuju objek wisata terhadap

    tempat tinggalnya maka seseorang akan tertarik mengunjungi objek wisata

    tersebut dan sebaliknya. Dalam penelitian ini satuan perhitungannya yaitu

    menggunakan satuan jam.

    c. Hubungan Antara Tingkat Pendapatan Terhadap Permintaan Objek Wisata

    Pemandian Air Panas Way Belerang.

    Dalam melakukan kunjungan, pengunjung biasanya memerlukan biaya yang

    berasal dari pendapatan. Semakin tinggi jumlah pendapatan maka akan semakin

    tinggi pula tingkat konsumsinya.

    d. Hubungan Antara Objek Wisata Lain Terhadap Permintaan Objek Wisata

    Pemandian Air Panas Way Belerang.

    Banyaknya objek wisata alternatif yang sejenis maupun tidak sejenis membuat

    pengelola untuk bijak dalam mengatur strategi bisnis dan melakukan inovasi agar

    objek wisata yang dikelola tetap banyak dinikmati pengunjung. Apabila

    banyaknya wisata alternatif sejenis maka akan mengurangi jumlah permintaan

    pengunjung dan sebaliknya, jika wisata alternatif itu sedikit maka jumlah

    permintaan pengunjung akan meningkat.

  • 35

    B. Penelitian Terdahulu

    Tabel 5. Ringkasan Penelitian Terdahulu

    No Nama

    Peneliti

    Judul

    Penelitian

    Ringkasan

    Penelitian

    Variabel

    Penelitian 1 Endah

    Saptutyani

    ngsih dan

    Cahaya

    Musma

    Ningrum

    (2017)

    Estimasi nilai

    ekonomi

    objek wisata

    pantai goa

    cemara

    kabupaten

    bantul

    dengan

    pendektan

    travel Cost

    Menunjukan bahwa

    perkiraan manfaat

    pengunjung pada

    bentuk fungsional

    yang terkait dengan

    pantai goa cemara.

    menerapka revaled

    preference model

    biaya perjalanan .

    Dependen:

    • Jumlah kunjungan

    Independen:

    • Biaya perjalanan

    • jarak tempuh/ waktu perjalanan

    • fasilitas

    • pendapatan

    2 Fanita

    Osha

    Tazkia

    dan

    Banatul

    Hayati.

    Diponogor

    o journal

    of

    economics

    .

    (2012)

    Analisis

    permintaan

    objek wisata

    pemandian

    air panas kali

    anget,

    kabupaten

    wonosobo

    dengan

    pendekatan

    travel cost

    Dari Hasil estimasi

    secara statistik dapat

    diketahui ada

    beberapa variabel

    bebas dalam

    penelitian ini yang

    signifikan

    pengaruhnya terhadap

    variabel terikat yaitu

    jumlah permintaan di

    objek wisata

    pemandian air panas

    kalianget

    Dependen:

    • Permintaan pengunjung

    objek wisata

    pemandian air

    panas kali anget

    Independen :

    • Biaya perjalanan

    • Biaya Perjalanan objek wisata

    lain,

    • Pendapatan rata-rata keluarga per

    bulan

    • Jarak

    • Kelompok kujungngan

    • Tujuan kunjungan

  • 36

    Tabel 4 (lanjutan)

    No Nama

    Peneliti

    Judul

    Penelitian

    Ringkasan

    Penelitian

    Variabel

    Penelitian 3 Firman

    Zulpikar,

    Dandy E

    Prasetyo

    (2016)

    Valuasi

    ekonomi

    objek wisata

    bebasis jasa

    lingkungan

    menggunaka

    n metode

    biaya

    perjalanan di

    pantai batu

    karas

    Kabupaten

    Pangandaran

    Untuk mengestimasi

    potensi ekonomi

    aktivitas wisata di

    pantai batu karas,

    dengan memperhatikan

    faktor- faktor yang

    mempengaruhi.

    Dependen :

    • tingkat kunjungan

    Independen :

    • Biaya total Perjalanan

    • Jarak tempuh

    • Tingkat Pendapatan

    • Durasi Kunjungan

    • Tingkat Pendidikan

    • Usia

    • Jumlah Anggota

    4 Purwanto

    (2013)

    Valuasi

    Ekowisata

    dengan

    model Travel

    Cost dan

    dampaknya

    terhadap

    usaha kecil

    pariwisata

    Bertujuan untuk

    melakukan valuasi

    ekonomi guna menilai

    manfaat yang

    dihasilkan oleh

    kawasn wisata alam

    gading dengan

    meninjau biaya

    perjalanan.

    Dependen:

    • Jumlah kunjungan

    Independen:

    • Biaya perjalanan

    • valuasi ekonomi

    • usaha kecil input output model.

    5 Djijono

    (2002)

    Valuasi

    Ekonomi

    menggunaka

    n metode

    Travel Cost

    taman wisata

    hutan di

    taman wan

    Abdul

    Rachman,

    provinsi

    lampung

    Untuk mengetahui

    pengaruh jumlah

    kunjungan secara

    signifikan dengan

    memperhatikan travel

    cost

    Dependen:

    • Jumlah kunjungan

    Independen:

    Travel Cost method

    • Biaya Perjalanan

    • jumlah penduduk

    • pendidikan

    • waktu kerja

  • 37

    Tabel 4 (lanjutan)

    Sumber: Olahan Peneliti

    C. Kerangka Pemikiran

    Perkembangan yang telah dialami oleh Objek Wisata Pemandian air Panas Way

    Belerang sebagai hasil dari kegiatan pengembangan pariwisata dalam kawasan

    tersebut tidak hanya cukup dirasakan manfaatnya bagi beberapa kelompok atau

    golongan saja namun seluruh lapisan masyarakat juga ikut merasakan dampak

    positif dari adanya kegiatan pengembangan objek wisata yang berada didaerah

    mereka. Karena dengan semakin berkembangnya objek wisata yang ditandai

    dengan banyaknya permintaan kunjungan wisatawan dan pendapatan yang

    mampu dihasilkan oleh objek wisata tersebut juga akan membawa manfaat positif

    yakni mendorong kemajuan ekonomi masyarakat pelaku wisata sehingga apa

    yang menjadi tujuan utama pengembangan objek wisata yakni meningkatkan

    kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat lokal dapat terpenuhi.

    No Nama

    Peneliti

    Judul

    Penelitian

    Ringkasan

    Penelitian

    Variabel Penelitian

    6 Irma Afia

    Salma dan

    Indah

    Susilowati

    (2004)

    Analisis

    Permintaan

    Objek Wisata

    Alam Curug

    Sewu

    Kabupaten

    Kendak

    dengan

    Pendektan

    Travel cost

    Tujuan dari

    penelitian ini

    adalah untuk

    mengukur nilai

    ekonomi yang

    diperoleh dari

    pengunjung wisata

    alam Curug Sewu

    Kabupaten Kendal

    Dengan

    menggunakan

    metode biaya

    perjalanan individu

    Dependen:

    • Jumlah kunjungan

    individu

    Indevenden:

    • Biaya perjalanan

    • Biaya Objek wisata lain

    • Umur

    • Pendidikan

    • Penghasilan perbulan

    • Jarak

  • 38

    Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kunjungan objek wisata

    Pemandian Air Panas Way Belerang adalah biaya perjalanan. Biaya perjalanan

    merupakan jumlah yang dikeluarkan digunakan orang untuk mencapai tempat

    rekreasi untuk mengestimasi besarnya nilai keuntungan dari upaya perubahan kualitas

    lingkungan dari tempat rekreasi yang dikunjungi. Pada mulanya pendekatan biaya

    perjalanan digunakan untuk menilai manfaat yang diterima masyarakat dari

    penggunaan barang dan jasa lingkungan. Selain biaya perjalan waktu tempuh,

    fasilitas yang ditawarkan juga mempengaruhi permintaan seseorang. Semakin

    meningkatnya kelengkapan fasilitas prasarana dan kualitas pelayanan didalam Objek

    Wisata Pemandian Air Panas yang menjadikan salah satu alasan lain dibalik

    semakin banyaknya wisatawan yang datang untuk berwisata.

    Selanjutnya alternatif wisata lain juga mampu mempengaruhi permintaan

    kunjungan seseorang, dan tingkat pendapatan juga mempengaruhi akan

    permintaan jumlah kunjungan, hal ini terjadi bagi setiap individu. Apabila

    pendapatan individu tinggi, maka kecenderungan untuk memilih daerah tujuan

    wisata sebagai tempat berlibur akan semakin tinggi, begitu juga sebaliknya

    apabila pendapatan individu rendah, maka kecenderungan untuk memilih daerah

    tujuan wisata akan semakin rendah.

    Berdasarkan rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian, maka peneliti

    menggabungkan menjadi satu kesatuan dalam bentuk beberapa variabel.

  • 39

    Gambar 1. Kerangka Pemikiran

    D. Hipotesis

    Hipotesis merupakan pernyataan singkat yang disimpulkan dari telaah pustaka

    (yaitu landasan teori dan penelitian terdahulu), serta merupakan jawaban

    sementara terhadap masalah yang diteliti.

    Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini sebagai pedoman dan arah

    dalam melakukan penelitian adalah :

    1. Diduga biaya perjalanan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

    permintaan objek wisata Pemandian Air Panas Way Belerang.

    2. Diduga waktu tempuh berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

    permintaan objek wisata Pemandian Air Panas Way Belerang.

    3. Diduga tingkat pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

    permintaan objek wisata Pemandian Air Panas Way Belerang.

    4. Diduga Objek Wisata Lain berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

    permintaan objek wisata Pemandian Air Panas Way Belerang

    Biaya Perjalanan

    Tingkat Pendapatan

    Waktu Tempuh

    Objek Wisata Lain

    Permintaan Objek

    Wisata Pemandian

    Air Panas Way

    Belerang

  • III. METODE PENELITIAN

    A. Jenis dan Sumber Data

    Jenis dan sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi

    pertimbangan dalam menentukan metode pengumpulan data. Data yang

    digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua jenis berdasarkan pada

    pengelompokannya yaitu:

    1. Data Primer

    Dalam penelitian ini untuk memperoleh data primer yang lengkap akan dilakukan

    pengambilan sampel berupa kuesioner dan wawancara kurang lebih selama satu

    bulan yaitu pada bulan Maret 2019 dan di laksanakan pada hari libur akhir pekan

    atau weekend di objek wisata Pemandian Air Panas Way Belerang Kalianda,

    Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung.

    2. Data Sekunder

    Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Dinas Pariwisata

    dan Kebudayaan Kabupaten Lampung selatan, internet, serta berbagai literatur

    baik buku maupun jurnal - jurnal yang relevan.

  • 41

    B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

    a. VariabelPenelitian

    Variabel diartikan sebagai objek pengamatan penelitian atau faktor - faktor yang

    berperan dalam peristiwa dan fenomena - fenomena yang akan diteliti. Variabel –

    variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

    1. Variabel dependen (dependent variabel), yaitu jumlah permintaan wisata oleh

    individu di objek wisata Pemandian Air Panas Way Belerang.

    2. Variabel bebasnya (independent variabel), yaitu biaya perjalanan ke objek

    wisata Pemandian Air Panas Way Belerang, waktu tempuh, tingkat pendapatan,

    dan objek wisata lain.

    b. Definisi Operasional

    Dalam penelitian ini menggunakan 5 variabel, yaitu sebagai berikut:

    1. Jumlah Kunjungan (Y) (Lampiran Kuesioner Pertanyaan No. 11)

    Jumlah permintaan wisata ke objek wisata Pemandian Air Panas Way Belerang

    diukur melalui banyaknya kunjungan yang dilakukan oleh individu selama satu

    tahun terakhir ke Objek Wisata Pemandian Air Panas Way Belerang di Kabupaten

    Lampung selatan. Variabel ini diukur berdasarkan frekuensi kekerapan (kali)

    dalam periode per tahun.

    2. Biaya Perjalanan (BP) (Lampiran Kuesioner Pertanyaan No. 14)

    Keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh pengunjung untuk mengunjungi

    objek wisata Pemandian Air Panas Way Belerang di Kabupaten Lampung

    selatan. Biaya perjalanan ini menyangkut biaya-biaya yang dikeluarkan

  • 42

    pengunjung termasuk biaya transportasi pulang pergi, biaya parkir, biaya karcis

    masuk, biaya penginapan, biaya konsumsi, biaya dokumentasi, serta biaya-

    biaya lain yang relevan. Variabel ini diukur menggunakan skala kontinyu

    dengan satuan rupiah (Rp/kunjungan).

    3. Tingkat Pendapatan (TP) (Lampiran Kuesioner Pertanyaan No. 9)

    Merupakan tingkat pendapatan rata-rata pengunjung per bulan yang diukur

    dengan menggunakan satuan rupiah (Rp).

    4. Waktu Tempuh (WT) (Lampiran Kuesioner Pertanyaan No. 7)

    Waktu tempuh dari daerah asal atau domisili pengunjung dengan objek wisata

    Pemandian Air Panas Way Belerang di Kabupaten Lampung Selatan. Variabel

    ini diukur secara kontinyu dengan satuan jam.

    5. Objek Wisata Lain (OWL) (Lampiran Kuesioner Pertanyaan No. 27)

    Banyaknya tempat wisata alternatif lain dan dapat dikunjungi selain Pemandian

    Air Panas Way Belerang, pada penelitian ini menggunakan subtitusi objek

    wisata Pemandian Air Panas Natar. Variabel ini merupakan variabel dummy

    dengan nilai 1 yaitu tahu dan 0 yaitu tidak tahu

    C. Metode Penentuan Sampel

    Sampel adalah sebagian, atau subset (himpunan bagian), dari suatu populasi.

    Populasi dapat berisi data yang besar sekali jumlahnya, yang mengakibatkan tidak

    mungkin atau sulit untuk dilakukan pengkajian terhadap seluruh data tersebut,

    sehingga pengkajian dilakukan terhadap sampelnya saja. Teknik pengambilan

    sampel yang digunakan adalah dengan teknik random sampling yaitu suatu cara

  • 43

    pengambilan sampel yang dilakukan secara accidental random sampling, setiap

    pengunjung penentuan sampel berdasarkan kebetulan dengan kriteria umur 17

    tahun sampai dengan 50 tahun. Untuk mengetahui besarnya ukuran sampel

    digunakan rumus pendekatan Slovin (Umar, 2005) sebagai berikut:

    Keterangan:

    n = ukuran sampel

    N = ukuran populasi

    e2= persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel

    yang masih dapat ditolerir, untuk penelitian ini digunakan 10%.

    Jumlah populasi ditentukan berdasarkan data jumlah kunjungan per bulan

    terbanyak pada periode bulan Februari 2018 terhadap objek wisata tersebut adalah

    sebesar 594 orang.

    dibulatkan menjadi 85

    Sehingga sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 85 orang pengunjung.

    Pengambilan sampel dengan menggunakan metode accidental random sampling.

  • 44

    D. Alat Analisis

    1. Skala Ordinal

    Persepsi pengunjung dinilai dengan menggunakan skala likert. Variabel yang

    dianalisis dalam penelitian ini merupakan tanggapan responden. Untuk mengukur

    sikap, pendapat dan persepsi seseorang tentang suatu hal yang ditetapkan secara

    spesifik oleh peneliti (Sugiyono, 2005). Pengukuran jawabannya adalah sebagai

    berikut: Skor

    Tidak memadai (kondisi yang tidak diharapkan) 1

    Kurang memadai (kondisi yang kurang diharapkan) 2

    Cukup memadai (kondisi yang cukup diharapkan) 3

    Memadai (kondisi yang diharapkan baik) 4

    Sangat memadai (kondisi yang sangat diharapkan/terbaik) 5

    2. Transformasi Skala Odinal menjadi skala interval

    Menurut tingkatannya, data secara beruntut dari skala terendah ke tertinggi adalah

    data nominal, ordinal, interval dan rasio. Transformasi dilakukan dengan

    menggunakan Method Sucsessive Interval (MSI) yaitu suatu metode yang

    digunakan untuk menaikkan atau mengubah tingkat pengukuran dari data ordinal

    menjadi interval (Al-Rasyid, 1994). Pengelompokan interval dilakukan dengan

    rumus (Sudjana, 1992):

    k = 1 + 3,3 (log n),

    c = j/k

  • 45

    Dimana,

    j = Jangkauan (Nilai Tertinggi – Nilai Terendah)

    k = Banyaknya Kelas Interval

    n = Jumlah Observasi

    c = Panjang Inverval Kelas

    E. Metode Analisis Data

    1. Uji Instrumen

    a. Uji Validitas

    Untuk mengukur validitas digunakan rumus yang dikemukakan oleh Pearson,

    yang dikenal dengan rumus Korelasi Product Moment yaitu sebagai berikut:

    Keterangan:

    rxy = Koefisien korelasi antara X dan Y

    X = Skor masing-masing pernyataan dari tiap responden

    Y = Skor total semua pernyataan dari tiap responden

    Dengan kriteria pengujian apabila r hitung > r tabel dengan 0,05= maka, alat

    ukur tersebut dinyatakan valid, dan sebaliknya apabila r hitung < r tabel maka alat

    ukur tersebut adalah tidak valid.

    b. Uji Reliabilitas

    Uji reliabilitas menunjukkan sejauh mana instrument dapat memberikan hasil

    pengukuran yang konsisten apabila pengukuran dilakukan berulang-ulang.

  • 46

    Pengukuran reliabilitas tersebut dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha

    Cronbach, yaitu sebagai berikut:

    rxy =

    Keterangan:

    rxy = Kereliabelan instrumen

    K = Jumlah pertanyaan

    = Jumlah varian total

    = Jumlah varian pertanyaan

    Jika rxy < r tabel, maka daftar pertanyaan dinyatakan tidak valid.

    2. Estimasi Regresi Berganda Ordinary Least Square (OLS)

    Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear

    berganda untuk mengetahui pengaruh biaya perjalanan, waktu tempuh, fasilitas,

    tingkat pendapatan dan alternatif objek wisata lain terhadap permintaan objek

    wisata Pemandian Air Panas Way Belerang Lampung Selatan yang dinyatakan

    dalam bentuk fungsi sebagai berikut:

    Y= F (BP, WT, F, TP, OWL)

    Adapun spesifikasi model yang digunakan dalam penelitian:

    LnY = β0 + β1LnBP + β3LnTP + β2LnWT + β4 DOWL + εt

  • 47

    Dimana:

    LnY : Jumlah kunjungan objek wisata pemandian air panas way

    belerang

    β0 : Konstanta

    βi : Parameter

    LnBPi : Logaritma Natural Biaya Perjalanan

    : Logaritma Natural Waktu Tempuh

    LnTPi : Logaritma Natural Tingkat Pendapatan

    D : Dummy Objek Wisata Lain

    (1: Tahu dan 0: Tidak Tahu)

    εt : Error Term

    3. Pengujian Asumsi Klasik

    Pengujian terhadap asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui apakah model

    regresi tersebut baik atau tidak jika digunakan untuk melakukan penaksiran.

    Untuk mendapatkan estimator yang terbaik, penelitian ini menggunakan regresi

    linier dengan estimasi OLS (Ordinary Least Square). Dalam menghasilkan

    estimator OLS yang memiliki sifat BLUE (Blue Linier Unbiased Estimator) yaitu

    memenuhi asumsi klasik atau terhindar dari masalah-masalah normalitas,

    heteroskedastisitas, danautokorelasi.

    a. Uji Normalitas

    Uji Normalitas adalah untuk mengetahui apakah residual terdistribusi secara

    normal atau tidak, pengujian normalitas dilakukan menggunakan metode Jarque-

  • 48

    Bera (Gujarati, 2010). Residual dikatakan memiliki distribusi normal jika Jarque

    Bera > Chi square, dan atau probabilitas (p-value) > α = 5%.