DETERMINAN ADOPSI APLIKASI PENCATATAN INFORMASI …

113
JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2 ISSN 2087-9776 93 DETERMINAN ADOPSI APLIKASI PENCATATAN INFORMASI KEUANGAN PADA UMKM Lismawati Program Studi Akuntansi, Universitas Bengkulu ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan dan menganalisis pengaruh kesiapan keuangan, ukuran perusahaan, dan persepsi kegunaan terhadap adopsi aplikasi pencatatan informasi keuangan pada UMKM. Sampel dalam penelitian ini adalah pemilik UMKM di Bengkulu. Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan regresi dengan aplikasi SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kesiapan keuangan dan persepsi kegunaan berpengaruh positif terhadap adopsi aplikasi pencatatan informasi keuangan. Sedangkan variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh. Penelitian ini berkontribusi dalam mengindetifikasi faktor yang harus dipersiapkan dalam mengaplikasikan pencatatan informasi keuangan pada UMKM yang berbasis komputerisasi dan android dalam penyusunan laporan keuangan hingga menyajikan hasil analisis laporan keuangan serta melihat kinerja keuangan secara lebih komperhensif. Kata Kunci : Kesiapan dan persepsi keuangan, ukuran perusahaan, aplikasi informasi PENDAHULUAN Perkembangan teknologi di dunia semakin maju yang dibuktikan dengan munculnya banyak perangkat teknologi sebagai sarana penunjang hidup masyarakat. Perkembangan yang terjadi pada bidang informasi akuntansi menyebabkan berkembangnya kebutuhan informasi bagi pihak pihak yang berkepentingan dan dibutuhkannya proses serta kinerja yang berkualitas dalam menghasilkan informasi, terutama informasi keuangan yang akurat dan tepat waktu. Sistim Informasi Akuntansi (SIA) lembaga- lembaga atau unit-unit bisnis telah banyak berkembang. SIA yang didukung oleh teknologi informasi terbaru atau yang disebut Sistem Informasi Akuntansi berbasis komputer berkembang untuk memudahkan user dalam menghasilkan informasi keuangan yang handal, akurat dan tepat waktu. SIA merupakan suatu kerangka pengkordinasian sumber daya untuk mengubah input berupa data yang bernilai ekonomis menjadi suatu keluaran berupa informasi keuangan yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan suatu entitas dan menyediakan informasi akuntansi bagi pihak-pihak yang berkepentingan (Utari W,A, 2014). Salah satu unit bisnis yang saat ini juga sudah menggunakan teknologi dalam pengelolaan usahanya adalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). UMKM adalah usaha bisnis yang dijalankan individu, rumah tangga atau badan usaha ukuran kecil. Penggolongan UMKM lazimnya dilakukan dengan batasan omset per tahun, jumlah kekayaan atau asset, serta jumlah karyawan. UMKM memiliki peranan sangat penting dalam perekonomian negara. Ini karena sektor UMKM adalah penyumbang PDB terbesar, paling banyak menyerap lapangan kerja, serta relatif tahan

Transcript of DETERMINAN ADOPSI APLIKASI PENCATATAN INFORMASI …

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

93

DETERMINAN ADOPSI APLIKASI PENCATATAN

INFORMASI KEUANGAN PADA UMKM

Lismawati

Program Studi Akuntansi, Universitas Bengkulu

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan dan menganalisis pengaruh kesiapan

keuangan, ukuran perusahaan, dan persepsi kegunaan terhadap adopsi aplikasi

pencatatan informasi keuangan pada UMKM. Sampel dalam penelitian ini adalah

pemilik UMKM di Bengkulu. Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan

regresi dengan aplikasi SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kesiapan

keuangan dan persepsi kegunaan berpengaruh positif terhadap adopsi aplikasi

pencatatan informasi keuangan. Sedangkan variabel ukuran perusahaan tidak

berpengaruh. Penelitian ini berkontribusi dalam mengindetifikasi faktor yang harus

dipersiapkan dalam mengaplikasikan pencatatan informasi keuangan pada UMKM

yang berbasis komputerisasi dan android dalam penyusunan laporan keuangan hingga

menyajikan hasil analisis laporan keuangan serta melihat kinerja keuangan secara

lebih komperhensif.

Kata Kunci : Kesiapan dan persepsi keuangan, ukuran perusahaan, aplikasi

informasi

PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi di dunia semakin

maju yang dibuktikan dengan munculnya banyak

perangkat teknologi sebagai sarana penunjang

hidup masyarakat. Perkembangan yang terjadi pada

bidang informasi akuntansi menyebabkan

berkembangnya kebutuhan informasi bagi pihak

pihak yang berkepentingan dan dibutuhkannya

proses serta kinerja yang berkualitas dalam

menghasilkan informasi, terutama informasi

keuangan yang akurat dan tepat waktu.

Sistim Informasi Akuntansi (SIA) lembaga-

lembaga atau unit-unit bisnis telah banyak

berkembang. SIA yang didukung oleh teknologi

informasi terbaru atau yang disebut Sistem

Informasi Akuntansi berbasis komputer

berkembang untuk memudahkan user dalam

menghasilkan informasi keuangan yang handal,

akurat dan tepat waktu. SIA merupakan suatu

kerangka pengkordinasian sumber daya untuk

mengubah input berupa data yang bernilai

ekonomis menjadi suatu keluaran berupa informasi

keuangan yang digunakan untuk melaksanakan

kegiatan suatu entitas dan menyediakan informasi

akuntansi bagi pihak-pihak yang berkepentingan

(Utari W,A, 2014).

Salah satu unit bisnis yang saat ini juga sudah

menggunakan teknologi dalam pengelolaan

usahanya adalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM). UMKM adalah usaha bisnis yang

dijalankan individu, rumah tangga atau badan usaha

ukuran kecil. Penggolongan UMKM lazimnya

dilakukan dengan batasan omset per tahun, jumlah

kekayaan atau asset, serta jumlah karyawan.

UMKM memiliki peranan sangat penting dalam

perekonomian negara. Ini karena sektor UMKM

adalah penyumbang PDB terbesar, paling banyak

menyerap lapangan kerja, serta relatif tahan

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

94

terhadap krisis keuangan (Chaerini. A., 2018).

Mengingat pentingnya peran UMKM, perlu

pengelolaan yang lebih professional terutama dalam

mengelola keuangan dan asset yang dimiliki.

Salah satu bentuk perwujudan UMKM yang

professional adalah dengan melakukan pengelolaan

keuangan dan asset menggunakan Sistem

infrormasi akuntansi berbasis komputer. SIA

berbasis komputer merupakan sistem yang

memproses data dan transaksi untuk menghasilkan

informasi yang berguna untuk perencanaan,

pengendalian dan sebagai dasar pengambilan

keputusan (Ningrum, dkk. 2017). Penggunaan SIA

terkomputerisasi ini sangat penting, terlebih saat ini

Bank Indonesia adalah mendorong akses keuangan

para pelaku UMKM, sehingga perlu akuntabilitas

keuangan yg dapat diandalkan yg mampu dihasil-

kan dengan penggunaan SIA terkomputerisasi.

Pentingnya penggunaan SIA terkomputerisasi

belum direspon cepat oleh kebanyakan UMKM.

Masih banyak UMKM yang belum memahami arti

penting SIA yang terimplementasi dalam

penciptaan laporan keuangan. Struktur industri di

Indonesia menunjukkan jumlah perusahaan kecil,

menengah dan koperasi justru lebih banyak di

bandingkan dengan perusahaan besar (Ismail dan

Mat., 2009). Tetapi, pada saat ini banyak UMKM

yang mengalami kesulitan untuk memperoleh kredit

(Hakiki. Arista., dkk 2020). Terbatasnya akses

terhadap pembiayaan dan kredit untuk UMKM

terlihat dari rendahnya alokasi pinjaman yang

diterima sektor tersebut, berdasarkan data Asian

Development Bank pada tahun 2014 menunjukkan

bahwa UMKM hanya menerima sebesar 18,9

persen dari seluruh total pinjaman perbankan yang

beredar di tahun 2012 (Chaerini. A., 2018). UMKM

kesulitan mendapatkan pinjaman dari bank, karena

bank menginginkan proses akuntabilitas pencatatan

transaksi keuangan secara andal dan tepat. UMKM

masih belum banyak yang menggunakan aplikasi-

aplikasi SIA yang ada. UMKM belum memahami

tentang pembukuan dan laporan keuangan karena

bagi mereka yang terpenting adalah mendapatkan

keuntungan dari usahanya (Auyar. A., 2013).

Padahal untuk mendapatkan permodalan dari

perbankan, UMKM perlu memenuhi salah satu

syarat administratif berupa adanya laporan

keuangan minimal neraca dan laporan laba rugi

(Edison. Dkk., 2012) yang handal yang dapat

dihasilkan dengan penggunaan beberapa aplikasi

SIA. Oleh sebab itu perlu mengkaji faktor atau

determinan yang mempengaruhi UMKM dalam

menerapkan atau menggunakan aplikasi pencatatan

informasi keuangan.

Technology Acceptance Model (TAM) dan

model technology organization environment (TOE)

merupakan dua model yang menjelaskan faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi pengadopsian

suatu inovasi teknologi. Technology Acceptance

Model (TAM) merupakan model yang memprediksi

penerimaan teknologi informasi (Palupi. Dkk.,

2012). TAM menjelaskan bagaimana pengguna

teknologi menerima dan menggunakan teknologi

dalam melakukan pekerjaan. Terdapat faktor utama

dalam penerimaan pengguna (user acceptance)

salah satunya adalah yaitu persepsi kegunaan

(perceived usefulness) yang sejalan dengan hasil

penelitian Syaninditha & Setiawan, (2017).

Model TOE mencakup tiga jenis konteks suatu

perusahaan yang mempengaruhi proses yang

mengadopsi dan menerapkan inovasi teknologi:

konteks teknologi, konteks organisasi dan konteks

lingkungan. konteks organisasi menjelaskan

langkah-langkah organisasi seperti struktur

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

95

pengambilan keputusan dan proses komunikasi

dengan manajemen puncak, kesiapan organisasi,

Ukuran organisasi dan organisasi budaya kerja

terhadap mengadopsi inovasi TI baru (Rosli et al.,

2012).

Penelitian yang dilakukan Habiba., dkk (2016)

menyatakan bahwa biaya sistem akuntansi

komputerisasi terdiri dari biaya peralatan, biaya

perakitan, biaya instalasi dan biaya pengujian. Staf

khusus yang terlatih diperlukan untuk mengoperasi-

kan sistem. Oleh karena itu, biaya pelatihan yang

besar dikeluarkan untuk memahami penggunaan

hardware dan software secara terus-menerus karena

jenis hardware dan software yang lebih baru

diperlukan untuk memastikan keefektifan dan

keefisienan penggunaan sistem akuntansi

komputerisasi. Jadi ketersediaan biaya dalam

pengadaan aplikasi pencatatan informasi keuangan

menjadi faktor penting.

Penelitian ini mencoba menguji beberapa

determinan yang mempengaruhi UMKM dalam

mengaplikasikan pencatatan informasi keuangan.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian

sebelumnya yang dilakukan Habiba dkk (2019);

Syaninditha dan Setiawan (2017); Chaerini aninda

(2018); Kurnia., dkk (2015); Mutia, A.H (2016);

Ningrum., dkk (2017). Penelitian ini mencoba

mengkompilasi model teori TAM dan TOE dalam

satu model penelitian untuk menguji determinan

yang mempengaruhi adopsi Aplikasi Pencatatan

Informasi Keuangan (APIK) pada UMKM.

Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan

beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah kesiapan keuangan berpengaruh

terhadap adopsi aplikasi pencatatan informasi

keuangan pada UMKM?

2. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh

terhadap adopsi aplikasi pencatatan informasi

keuangan pada UMKM?

3. Apakah persepsi kegunaan berpengaruh

terhadap adopsi aplikasi pencatatan informasi

keuangan pada UMKM?

METODE PENELITIAN

Jenis Dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif, yang mengkonfirmasi keandalan teori

sehingga dapat dibuat beberapa kesimpulan

penelitian. Desain penelitian ini adalah

menggunakan survey dengan menyebarkan

kuesioner kepada responden secara langsung

maupun secara tidak langsung melalui media

online.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah UMKM

yang ada di Bengkulu. Pengambilan sampel

dilakukan dengan menggunakan metode purposive

sampling, dengan kriteria-kriteria sebagai berikut:

a) UMKM yang terdaftar didinas Koperasi dan

UMKM provinsi Bengkulu.

b) UMKM yang memiliki jumlah karyawan

minimal 1 orang.

c) UMKM yang memiliki penghasilan minimal Rp

1.000.000,-

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini

menggunakan metode survey penyebaran

kuesioner. Kuesioner dibagikan ke responden

secara langsung dan tidak langsung menggunakan

link google doc. Jawaban responden terhadap

kuesioner yang dibagikan merupakan data primer

yang akan diolah dalam penelitian.

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

96

Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian ini

menggunakan software SPSS (Statistical Package

for the Social Sciences). SPSS merupakan aplikasi

yang bias digunakan untuk mengolah data statistic

dalam suatu penelitian (Ghozali Imam., 2018).

Analisis Data

Data penelitian dianalisis dengan mengguna-

kan analisis statistik deskriptif, uji kualitas data dan

uji hipotesis. Analisis statistik deskriptif berguna

untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu

data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar

deviasi, varian, maksimum, minimum. Uji kualitas

data dimaksudkan untuk mengetahui apakah

instrumen yang digunakan valid dan reliabel, sebab

kebenaran data yang diolah sangat menentukan

kualitas hasil penelitian. Uji hipotesis dalam

penelitian ini menggunakan regresi berganda untuk

melihat kelayakan model penelitian, hubungan

secara parsial dan simultan variabel independen dan

dependen.

HASIL PENELITIAN

Statistik Deskriptif

Berikut disajikan Tabel 3.1 Statistik Deskriptif

yang menggambarkan deskriptif dari data

penelitian:

Tabel 3.1

Statistik Deskriptif

Variabel N

Kisaran Teoritis Kisaran aktual

Min Mak Mean Min Mak Mean Std. Deviasi

KK 65 6 30 18 12.00 30.00 18.69 6.857

PK 65 4 20 12 9.00 20.00 16.64 2.791

Frequency Percent

UK

kategori 1 Usaha mikro yaitu UMKM yang

berpenghasilan Mak Rp 25 juta 57 87,7

kategori 2 Usaha kecil yaitu UMKM yang

berpenghasilan >Rp 25 juta – Rp 200 juta 8 12,3

kategori 3 Usaha menengah yaitu UMKM yang

berpenghasilan Rp 200 juta – Rp 4 M 0 0

Total 65 100

Frequency Percent

Adopsi

APIK

UMKM yang menggunakan sistem pencatatan akuntansi

secara manual 55 84,62

UMKM yang menggunakan sistem pencatatan akuntansi

secara komputerisasi 10 15,38

Total 65 100

Sumber: Data primer diolah 2021

Berdasarkan tabel 3.1, variabel kesiapan

keuangan (KK) dan persepsi kegunaan (PK) pada

kisaran actual memiliki nilai mean lebih besar dari

pada mean kisaran teoritis. Ini mengindikasikan

bahwa secara rata-rata responden menjawab cukup

setuju dan setuju atau pada skala 3 dan 4. Hal ini

mengindikasikan bahwa mayoritas UMKM di

Bengkulu cukup setuju dalam mempersiapkan

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

97

keuangan untuk perbaikan sistem, palatihan

pegawai dan pengembangan jaringan modern.

Selanjutnya UMKM juga setuju bahwa APIK

dapat meningkatkan efektivitas, meningkatkan

kecepatan, meningkatkan produktivitas, dan

membantu dalam membuat dan mengolah laporan

keuangan pada UMKM. Terkait ukuran perusahaan,

rata-rata UMKM di Bengkulu mayoritas

berpenghasilan dibawah Rp 25 juta dan tergolong

kedalam usaha mikro. Secara aktual terlihat bahwa

rata-rata UMKM di Bengkulu masih terbilang

kurang baik, dikarenakan sistem pencatatan

akuntansinya masih menggunakan sistem

pencatatan manual sehinggga dapat menimbulkan

besarnya peluang terjadinya kesalahan dalam

pencatatan dan waktu yang digunakan belum

efisien.

Uji Kualitas Data

1. Uji Validitas

Tabel 3.2

Hasil Uji validitas

No Variabel Korelasi

Pearson

Sig.

(2-tailed) Ket.

1 Kesiapan keuangan

X1.1

X1.2

X1.3

X1.4

X1.5

X1.6

0,898

0,936

0,959

0,963

0,947

0,946

0,000

0,000

0,000

0,000

0,000

0,000

Valid

2 Persepsi kegunaan

X3.1

X3.2

X3.3

X3.4

0,761

0,865

0,835

0,881

0,000

0,000

0,000

0,000

Valid

Sumber: Data primer diolah, 2021

Berdasarkan Tabel 3.2, semua item pernyataan

untuk variabel kesiapan keuangan dan persepsi

kegunaan, memiliki nilai pearson correlation

bernilai positif dengan signifikansi masing-masing

variabel 0,000 maka, dapat disimpulkan bahwa

semua variabel penelitian sudah valid.

2. Uji Reliabilitas

Tabel 3.3

Hasil Uji Reliabilitas

No Variabel Jumlah

instrumen

Cronbach’s

Alpha

Keterangan

1 Kesiapan

keuangan 6 0,974 Reliabel

2 Persepsi

kegunaan 4 0,874 Reliabel

Sumber: Data primer diolah, 2021

Berdasarkan pada tabel 3.3 diatas, dapat dilihat

bahwa item pernyataan kuisioner variabel kesiapan

keuangan dan persepsi kegunaan diperoleh hasil

dari nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari nilai

0,70. Jadi, dapat diartikan bahwa variabel kesiapan

keuangan dan persepsi kegunaan dalam penelitian

ini reliabel atau konsisten.

3. Uji Asumsi Klasik

Semua data terkait variable kesiapan keuangan

dan persepsi kemudahan adopsi APIK sudah

memenuhi uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang

dilakukan berupa uji normalitas dan uji

multikolinieritas.

Uji Hipotesis

Berikut disajikan tabel 3.4 resume hasil

pengujian hipotesis yang dilakukan mengguna

Analisis regresi logistik.

Tabel 3.4

Hasil Uji Hipotesis

Variabel Koefisien Sig Hasil

Constant -28.331 0.006

Kesiapan Keuangan 0.545 0.003 Diterima

Ukuran Perusahaan -2.796 0.084 Ditolak

Persepsi Kegunaan 0.553 0.046 Diterima

Cox & Snell R Square 0,277

Nagelkerke R Square 0,480

Overall Fit Model 1.751

Sig. 0.972

Sumber: Data Diolah 2021

Berdasarkan tabel 3.4 diatas, variabel kesiapan

keuangan memiliki nilai signifikan 0.003 lebih kecil

dari 0.05 dan nilai koefisiennya menunjukkan

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

98

angka yang positif. Hasil ini menunjukkan bahwa

variabel kesiapan keuangan berpengaruh positif

terhadap adopsi Aplikasi Pencatatan Informasi

Keuangan sehinggan hipotesis 1 diterima.

Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai

signifikan sebesar 0.084 lebih besar dari 0.05 yang

artinya variabel ukuran perusahaan ini tidak

berpengaruh terhadap adopsi Aplikasi Pencatatan

Informasi Keuangan dan hipotesis 2 ditolak.

Variabel persepsi kegunaan memiliki nilai

signifikan sebesar 0.046 dan nilai koefisien yang

menunjukkan angka yang positif. Nilai ini dapat

menjelaskan bahwa variabel persepsi kegunaan ini

berpengaruh positif terhadap adopsi Aplikasi

Pencatatan Informasi Keuangan dan hipotesis 3

diterima.

PEMBAHASAN

1. Pengaruh Kesiapan Keuangan Terhadap

Adopsi Aplikasi Pencatatan Informasi

Keuangan

Hasil penelitian menunjukan kesiapan

keuangan berpengaruh positif terhadap adopsi

aplikasi pencatatan informasi keuangan. Hasil ini

menunjukan bahwa semakin tinggi persiapan biaya

untuk perbaikan sistem, untuk pelatihan pegawai,

dan pengembangan jaringan modern, maka akan

semakin tinggi tingkat adopsi aplikasi pencatatan

informasi keuangan tersebut.

Pengaruh positif dari kesiapan keuangan

terhadap adopsi aplikasi pencatatan informasi

keuangan ini bisa dilihat bahwa responden

memahami semua item pernyataan kuesioner

penelitian. Dari semua jawaban responden tersebut,

yang paling berpengaruh dalam adopsi aplikasi

pencatatan informasi keuangan adalah sumber daya

keuangan dan alokasi keuangan untuk pelatihan

pegawai. Sedangkan faktor anggaran untuk

peningkatan sistem, alokasi keuangan untuk

perbaikan infrastruktur dan pengembangan jaringan

memiliki pengaruh yang biasa saja. Hal ini

dikarenakan masih kurangnya kesadaran responden

untuk mengalokasikan keuangan mereka dalam

meningkatkan sistem pencatatan akuntansi manual

UMKM menuju terkomputerisasi. Dilihat dari

semua jawaban responden, rata-rata jawaban

terdapat pada angka 3 yang artinya kesiapan

keuangan memberikan pengaruh terhadap adopsi

aplikasi pencatatan informasi keuangan.

Kesiapan keuangan sebagai salah satu variabel

yang mempengaruhi adopsi aplikasi pencatatan

informasi keuangan juga sejalan dengan kerangka

TOE (technology organization environment).

Seperti dalam penjelasan kerangka TOE

menyatakan bahwa inovasi bergantung pada kondisi

organisasi, lingkungan industri, dan perkembangan

teknologi. Kesiapan keuangan pada penelitian ini

dimasukan dalam konteks organisasi (kesiapan

organisasi). selain itu, Wan ismail dan Ali (2013)

mengemukakan bahwa kesiapan keuangan adalah

masalah penting yang harus dipertimbangkan dalam

adopsi inovasi. Dalam hal ini, dimana pelaku

UMKM memutuskan untuk menganggarkan biaya

untuk perbaikan sistem, pelatihan pegawai dan

pengembangan jaringan.

Hasil penelitin ini konsisten dengan penelitian

sebelumnya yang telah dilakukan oleh pan dan jang

(2008), rosli et al (2012) dan habiba (2019). Semua

penelitian yang telah dilakukan tersebut,

menghasilkan hasil yang sama dengan penelitian

ini, yaitu bahwa variabel kesiapan keuangan

memiliki pengaruh positif terhadap adopsi SI APIK.

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

99

2. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap

Adopsi Aplikasi Pencatatan Informasi

Keuangan

Hasil penelitian menunjukan ukuran

perusahaan tidak berpengaruh positif terhadap

adopsi aplikasi pencatatan informasi keuangan. Hal

ini menujukan bahwa semakin tinggi ukuran

UMKM tidak dipengaruhi oleh tingginya tingkat

adopsi aplikasi pencatatan informasi keuangan.

Ukuran perusahaan merupakan nilai besar

kecilnya suatu perusahaan. Dalam penelitian ini

ukuran perusahaan diukur dengan mengkategorikan

omzet penjualan UMKM perbulan. Ukuran

perusahaan dalam penelitian ini bertujuan untuk

melihat seberapa besar pengaruh ukuran perusahaan

terhadap adopsi aplikasi pencatatan informasi

keuangan dengan mengukur omzet penjualan yang

dihasilkan UMKM.

Penelitian ini menghasilkan bahwa ukuran

perusahaan tidak berpengaruh terhadap adopsi

aplikasi pencatatan informasi keuangan. Dengan

demikian, tidak terbukti bahwa ukuran perusahaan

mempengaruhi adopsi aplikasi pencatatan informasi

keuangan dengan cara meningkatkan omzet

pejualan UMKM sebagaimana dalam kerangka

TOE.

Pengaruh ukuran perusahaan dalam penelitian

ini bisa dilihat dari jawaban kuesioner yang sudah

disebarkan. Berdasarkan jawaban kuesioner,

variabel ukuran perusahaan menghasilkan nilai

yang menunjukan bahwa mayoritas UMKM yang

ada di Bengkulu memiliki omzet penjualan dibawah

Rp 25 juta dan tergolong dalam usaha mikro.

Hasil penelitian yang didapatkan, menunjukan

bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh

terhadap adopsi aplikasi pencatatan informasi

keuangan. Hal ini dikarenakan ada beberapa

UMKM yang memiliki omset yang rendah dan

tergolong kedalam usaha mikro namun UMKM

tersebut sudah melakukan sistem pencatatan

akuntansi secara terkomputerisasi dan sebaliknya

ada UMKM yang sudah tergolong kedalam usaha

kecil yang memiliki omzet > Rp 25 juta – Rp 200

juta namun UMKM tersebut masih menggunakan

sistem pencatatan akuntansi secara manual.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan

penelitian yang dilakukan Tilahun. M., (2019) dan

habiba (2019) yang menjelaskan bahwa ukuran

perusahaan berpengaruh positif terhadap adopsi

CAIS. Jadi, dapat dikonfirmasi bahwa semakin

tinggi atau besarnya ukuran perusahaan tidak

mempengaruhi tingkat adopsi aplikasi pencatatan

informasi keuangan.

3. Pengaruh Persepsi Kegunaan Terhadap

Adopsi Aplikasi Pencatatan Informasi

Keuangan

Hasil penelitian menunjukan persepsi

kegunaan berpengaruh positif terhadap adopsi

aplikasi pencatatan informasi keuangan. Hasil ini

menunjukan bahwa semakin tinggi persepsi

kegunaan tentang sistem informasi akuntansi

terkomputerisasi, maka akan semakin tinggi tingkat

adopsi aplikasi pencatatan informasi keuangan

tersebut.

Santoso (2010) mengemukakan bahwa

persepsi kegunaan sebagai sejauh mana seseorang

meyakini bahwa penggunaan sistem informasi

tertentu akan meningkatkan kinerja. Hal ini

menunjukan bahwa persepsi kegunaan merupakan

suatu kepercayaan tentang proses pengambilan

keputusan. Ini artinya bahwa semakin besar tingkat

persepsi kegunaan seseorang dan merasa percaya

bahwa sistem tersebut berguna maka semakin tinggi

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

100

pula tingkat adopsi aplikasi pencatatan informasi

keuangan tersebut.

Persepsi kegunaan yang memiliki pengaruh

positif terhadap adopsi aplikasi pencatatan

informasi keuangan ini sesuai dengan jawaban

kuesioner responden pada penelitian ini. Dalam hal

ini, responden telah menjawab semua item

pernyataan kuesioner mengenai persepsi kegunaan.

Dari semua item pernyataan kuesioner tersebut,

jawaban responden menunjukan bahwa responden

memiliki pesepsi kegunaan yang tinggi mengenai

efektifitas, meningkatkan kecepatan, meningkatkan

produktivitas dan manfaat untuk tugas dan

pekerjaan dalam membuat dan mengolah laporan

keuangan. Dari semua item pernyataan tersebut,

semua jawaban responden rata-rata berada pada

angka 4 yang dapat disimpulkan bahwa UMKM

memiliki persepsi kegunaan yang tinggi mengenai

adopsi aplikasi pencatatan informasi keuangan.

Persepsi kegunaan sebagai salah satu variabel

yang mempengaruhi adopsi aplikasi pencatatan

informasi keuangan juga sejalan dengan teori TAM.

Dalam hal ini dimana pelaku UMKM untuk

memutuskan mengadopsi aplikasi pencatatan

informasi keuangan atau tidak, apabila pelaku

UMKM semakin percaya akan persepsinya

terhadap kegunaan adopsi aplikasi pencatatan

informasi keuangan maka hal ini akan menjadikan

pelaku UMKM tersebut untuk melakukan adopsi

aplikasi pencatatan informasi keuangan.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Andrian, dkk

(2014) yang meneliti tentang analisis pengaruh

persepsi kegunaan, persepsi kemudahan dan sikap

penggunaan terhadap minat perilaku penggunaan

billing system. Dalam penelitian ini menghasilkan

persepsi kegunaan mempengaruahi minat wajib

pajak dalam menggunakan billing system.

Penelitian Syaninditha dan Setiawan (2017)

yang berjudul “Pengaruh Persepsi Kegunaan,

Persepsi Kemudahan, Faktor Sosial, dan Kondisi

yang Memfasilitasi Terhadap Minat Penggunaan E-

filling”. Penelitian menghasilkan bahwa variabel

persepsi kegunaan berpengaruh positif signifikan

terhadap minat perilaku wajib pajak orang pribadi

dalam penggunaan e-filling.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berikut beberapa kesimpulan yang dapat

dihasilkan dari penelitian ini:

1. Kesiapan keuangan berpengaruh positif terhadap

adopsi aplikasi pencatatan informasi keuangan.

Semakin besar kesiapan keuangan UMKM,

maka akan semakin tinggi untuk mengadopsi

aplikasi pencatatan informasi keuangan pada

UMKM di Bengkulu.

2. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh positif

terhadap adopsi aplikasi pencatatan informasi

keuangan. Semakin tinggi ukuran perusahaan

tidak mempengaruhi adopsi aplikasi pencatatan

informasi keuangan pada UMKM di Bengkulu.

3. Persepsi kegunaan berpengaruh positif terhadap

adopsi aplikasi pencatatan informasi keuangan.

Semakin tinggi persepsi kegunaan pelaku

UMKM, maka akan semakin tinggi untuk

mengdaposi aplikasi pencatatan informasi

keuangan pada UMKM di Bengkulu.

Saran

Saran yang dapat diberikan terhadap penelitian

selanjutnya adalah sebagai berikut:

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

101

1. Bagi penelitian selanjutnya perlu menambah

referensi lebih lagi mengenai adopsi aplikasi

pencatatan informasi keuangan agar semakin

luas pengetahuan mengenai aplikasi pencatatan

informasi keuangan.

2. Diharapkan pihak terkait untuk mengupdate data

UMKM terutama untuk contact person, agar

memudahkan peneliti menghubungi responden

pada saat membuat janji.

3. Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan

metode eksperimen.

DAFTAR PUSTAKA

Andrian Agus, Kertahadi, Susilo Heru. (2014).

Analisis pengaruh persepsi kegunaan, persepsi

kemudahan, dan sikap penggunaan terhadap

minat perilaku penggunaan billing system

(studi pada wajib pajak kantor pelayanan pajak

pratama malang utara), Jurnal Administrasi

Bisnis, 1-10.

Auvar Arialdi. (2013). Faktor-faktor yang

mempengaruhi penggunaan informasi

akuntansi pada UMKM (survei pada

perusahaan rekanan PT.PLN (persero) dikota

bandung, Skripsi. Bandung: Sarjana ekonomi

Universitas Widyatama.

Chaerini aninda. (2018).Kajian penggunaan

software akuntansi dengan pendekatan

technology acceptance model (TAM) (studi

pada UMKM dikota malang), Skripsi. Malang:

Sarjana ekonomi Universitas Islam Negeri

Maulana Ibrahim.

Edison Gwangwava, Manuere Faitira, Joseph

Mabvure, Gutu Kuadakwashe. (2012).

Evaluation Of Faktors Influencing Adoption

Of Accounting Information System By Small

To Medium Enterprises In Chinhoyi, Journal

of contemporary research in business, 4 (6),

1126-1141

Ghozali, Imam. (2018). Aplikasi Analisis

Miltivariate dengan Program IBM SPSS 25”.

Semarang: Badan Penerbit – Undip.

Habiba, Y., Azhar, M. N., Annuar, B. M.N.,

Mastora, Y. (2019). Computerized Accounting

Information System Adoption Among Small

and Medium Enterprises in Addis Ababa,

Ethiopia. International Journal of Accounting,

Finance and Business (IJAFB), 4(19), 44 - 60.

Hakiki. Arista., dkk. 2020. Penggunaan Sistem

Informasi Akuntansi untuk Usaha Mikro Kecil

dan Menengah (UMKM) di Desa Kota Daro,

Kabupaten Ogan Ilir. Sricommerce: Journal of

Sriwijaya Community Services. 1 (1); 55-62,

2020.

Ismail, N., & Mat Zin, R. (2009). Dengan

menggunakan Accounting Information among

Malaysian Bumiputra Small and Medium Non-

Manufacturing Firms. Journal of Enterprise

Resources Planning Studies, 1-7.

Kurnia, S., Choudrie, J., Mahbubur, R., &

Alzagooul, B. (2015). E-commerce technology

adoption : A Malaysian grocery SME retail

sector study . Journal of Business Research.

68(9), 1906–1918.

Mutiha, A. H. (2016). Analisis Penerapan Sistem

Informasi Akuntansi Di Universitas : Studi

Kasus Pada Universitas Indonesia. 4(2), 12-27

Ningrum Azfrizda Yuhan Diwanti Karlinda. (2017).

Analisis implementasi sistem informasi

akuntansi komputerisasi pada kantor

pelayanan pajak pratama karanganyar,

Skripsi. Surakarta: Sarjana Ekonomi dan

Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri

Surakarta.

Palupi, Majang dan Heru Kurnianto Tjahjono.

(2012). Aplikasi Technology Acceptance

Model (Tam) Dengan Mempertimbangkan

Gender Pada Perilaku Penggunaan Internet.

Universitas Muhammad iyah Yogyakarta.

Pan, M., & Jang, W. (2008). Determinants of the

adoption of enterprise resource planning

kategori technology-organization-environment

framework: Taiwan s communications

industry. The Journal of Computer technology-

organization-environment framework: Taiwan

s communications industry. The Journal of

Computer Information Systems, 48 ( 3), 94-

102.

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

102

Rosli, K., Yeow, P., & Siew, E. (2012). Faktors

influencing audit technology acceptance by

audit firms: a new I-TOE adoption framework.

Journal of Accounting and Auditing: Research

& Practice, pp. 1-11. http://doi.org/10.

Santoso budi. (2010). Pengaruh perceived

usefulness, perceived ease of use, dan

perceived enjoyment terhadap penerimaan

teknologi informasi (studi empiris di

kabupaten sragen), Jurnal Studi Akuntansi

Indonesia,1-15.

Syaninditha Sang Ayu Putu, Setiawan Putu Ery.

(2017). Pengaruh persepsi kegunaan, persepsi

kemudahan, faktor sosial, dan kondisi yang

memfasilitasi terhadap minat penggunaan e-

filing, E-Jurnal Akuntansi Universitas

Udayana, 21(1): 86-115.

Tilahun Manchilot. (2019). A Review on

Determinants of Accounting Information

System Adoption, Jurnal Sains Bisnis dan

Manajemen, 7 (1): 17-22.

Utari Widyaningdyah Agnes. (2014). Adopsi sistem

informasi akuntansi pada usaha kecil dan

menengah: sudahkah selaras? Studi empiris

pada usaha kecil dan menengah di surabaya

dan sekitarnya, Jurnal Keuangan dan

Perbankan, 11 (1) : 82-101.

Wan Ismail, N. & Ali, A. (2013). Conceptual

Model for Examining the Faktors That

Influence the Likelihood of Computerized

Accounting Information System (cais)

Adoption Among Malaysian SMEs It / Is

Adoption. Journal of Information Technology

and Business Management.15 ( 1), 122-151.

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

103

PERKEMBANGAN DANA OTONOMI KHUSUS ACEH 2008-2019

Adnan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala

ABSTRAK

Landasan hukum dana otonomi khusus Aceh adalah Undang-Undang No. 11 Tahun

2006 yaitu tentang Pemerintah Aceh. Dana otonomi khusus Aceh merupakan dana

Pemerintah Pusat yang diberikan kepada Pemerintah Aceh sebagai sumber penerimaan

yang dimasukkan ke dalam Anggaran Pendapatan Belanja Aceh (APBA). Metode

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kajian Pustaka dengan

mengumpulkan dokumen yang berkenaan dengan dana otonomi khusus Aceh. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa selama 12 tahun dana otonomi khusus Aceh sudah

ditransfer sebanyak Rp. 73,326 Triliun oleh pemerintah pusat dengan rata-rata Rp.

6,110 Triliun per tahun. Kontribusi dana otonomi khusus Aceh terhadap APBA rata-

rata sebesar 51,57% setiap tahun yang berarti bahwa APBA memiliki ketergantungan

yang sangat besar terhadap dana otonomi khusus dari pemerintah pusat.

Kata Kunci : Dana Otonomi Khusus Aceh, APBA

ABSTRACT

The legal basis for the special autonomy fund of Aceh is Undang-Undang No. 11 of

2006 concerning the Aceh Government. The special autonomy fund of Aceh is a

Central Government fund given to the Aceh Government as a source of revenue given

to the Aceh Revenue and Expenditure Budget (APBA). The research method used in

this study is a library study by collecting documents relating to the special autonomy

fund of Aceh. The results of this study indicate that special autonomy funds of Aceh

have amounted to Rp. 73,326 Trillion for 12 years provided by the Central

Government with an average of Rp. 6.110 Trillion. The contribution of the special

autonomy funds of Aceh to the APBA is an average of 51.57% annually, which means

the APBA has a high dependence on special autonomy funds from the central

government.

Keywords: Special Autonomy Fund of Aceh, APBA

PENDAHULUAN

Aceh merupakan salah satu provinsi yang

bersifat istimewa dan mendapatkan kewenangan

khusus dari Negara Kesatuan Republik Indonesia

untuk mengurus pemerintahan dan kepentingan

masyarakat sesuai dengan perundang-undangan.

Hal ini dilatarbelakangi oleh faktor pergolakan

politik yang panas, konflik kekerasan bersenjata

selama bertahun-tahun yang menyebabkan jatuhnya

korban tewas baik warga sipil maupun aparat

keamanan negara, kerugian moril dan materiil yang

besar, serta adanya dugaan pelanggaran HAM

(Suharyo, 2016). Oleh karena itu Pemerintah

Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka membuat

kesepakatan Memorandum of Understanding

(MoU) pada 15 Agustus 2005 di Helsinki.

Penandatanganan perjanjian damai ini menyebab-

kan status otonomi khusus dan suntikan dana besar-

besaran untuk wilayah Aceh (Basri dan Nabiha,

2014).

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

104

Pemberlakuan Aceh sebagai daerah otonomi

khusus berpedoman pada UU No 18 tahun 2001

tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Daerah

Istimewa Aceh Sebagai Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam dan UU No 11 tahun 2006 (Sukirno,

1996 dalam Mediyanti, 2019). Berdasarkan UU No.

11 tahun 2006 pasal 183 (2) dalam, pengalokasian

dana otonomi khusus memiliki jangka waktu 20

(dua puluh) tahun, dengan rincian tahun pertama

sampai dengan tahun kelima belas memiliki besaran

setara 2% (dua persen) plafon Dana Alokasi Umum

(DAU) Nasional. Sedangkan untuk tahun keenam

belas sampai dengan tahun kedua puluh, besarannya

setara 1% (satu persen) dari plafon DAU Nasional.

Penerimaan Dana Otonomi Khusus Aceh

(DOKA) bagi Pemerintah diharapkan dapat menjadi

stimulus peningkatan kesejahteraan masyarakat

Aceh (Ananto dkk, 2020; Mediyanti, 2019). Selain

itu, DOKA juga ditujukan untuk mengejar

ketertinggalan pembangunan daerah dengan

memperhatikan keseimbangan kemajuan

pembangunan antar kabupaten/kota (Syafei, 2013

dalam Taurina dkk, 2015). Namun, hal tersebut

kurang sejalan dengan hal yang diharapkan oleh

Pemerintah Pusat terhadap Pemerintah Aceh.

Cahyono (2016) menyatakan bahwa secara

ekonomi pembangunan belum berjalan maksimal

dan kesejahteraan rakyat secara umum belum

mengalami peningkatan.

DOKA dari tahun 2008 hingga 2021 secara

akumulatif telah mencapai senilai 89.36 triliun

rupiah yang digelontorkan oleh Pemerintah Pusat

untuk Aceh, dalam jangka waktu tiga belas tahun

terakhir. Dengan dana yang sangat besar idealnya

mampu memberikan dampak positif pada Aceh.

Akan tetapi pada data Biro Pusat Statistik (BPS)

tahun 2020 Aceh menempati urutan ke enam

dengan tingkat persentasi kemiskinan tertinggi dari

berbagai daerah lain di Indonesia, yaitu persentase

penduduk miskin sebesar 15,43%. Sehingga, dapat

dikatakan bahwa dana otonomi khusus yang

diberikan oleh Pemerintah Pusat belum mampu

menekan angka kemiskinan di Aceh.

Selain itu, hasil pemeriksaan BPK terhadap

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)

Aceh tahun 2008-2018 terkait Dana Otonomi

Khusus Aceh terdapat 10 temuan dan 41

rekomendasi senilai 32,38 miliar rupiah. 10

rekomendasi sudah ditindaklanjuti dan 15

rekomendasi sebesar 132,15 juta rupiah sedang

dalam penyelesaian. Sedangkan, masih terdapat 16

rekomendasi senilai 32,25 miliar rupiah yang masih

belum ditindaklanjuti oleh Pemerintah Aceh.

Seperti halnya, tahun 2017 diperoleh temuan oleh

hasil pemeriksaan BPK LKPD terkait Penyerapan

Dana Ekonomi Khusus se-Provinsi Aceh TA 2017

tidak optimal dan pengelolaan sisa dana Otonomi

Khusus alokasi Pemerintah Aceh tidak sesuai

dengan Peraturan Geburnur Aceh Nomor 79 Tahun

2013. Kemudian pada tahun 2018, temuan Dana

Otonomi Khusus Aceh pada pemeriksaan BPK RI

tahun 2018 terkait dengan kelebihan pembayaran

atas 31 paket pekerjaan pada delapan SKPA sebesar

Rp3.399.256.227,87.

Studi yang dilakukan oleh Bank Dunia (2006)

dalam Hasan dan Nabiha (2014) menunjukkan

bahwa lembaga pemerintah daerah di Aceh tidak

memiliki kapasitas untuk mengelola dan

menggunakan sumber daya tersebut secara efektif.

Kemudian, pengelolaan DOKA secara sentralisasi

oleh Pemerintah Aceh dalam implikasinya tidak

berjalan dengan efektif, proses transparansi

keuangan tidak dijalankan sejalan dengan prinsip-

prinsip Good Governance, sehingga hal ini

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

105

menunjukkan buruknya pengelolaan dana otonomi

khusus di Provinsi Aceh (Syafei, 2013 pada Taurina

dkk 2015).

TINJAUAN PUSTAKA

Dana Otonomi Khusus

Dalam Pasal 183 ayat 2 Undang-Undang N0.

11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, dana

otonomi khusus diberikan selama 20 (dua puluh)

tahun dimulai dari tahun 2008. Berkaitan besaran

dana yang diberikan, dari tahun pertama sampai

kelima belas (2008-2022) besarnya setara dengan 2

persen dari plafon Dana Alokasi Umum (DAU)

Nasional. Sedangkan sejak tahun keenam belas

sampai kedua puluh (2023-2028) besaran dana

setara dengan 1 persen dari plan DAU Nasional.

Dana otonomi khusus memiliki peranan yang

besar dalam pembangunan di Aceh. Hal ini dapat

dilihat dari kontribusi dana otonomi khusus yang

mencapai sekitar 50 persen dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Walaupun demikian, dana otonomi khusus

nampaknya belum begitu maksimal dipergunakan

(Sanur, 2019). Selain itu, tingkat kemiskinan di

Aceh juga masih begitu memprihatinkan. Padahal

keistimewaan dana otonomi khusus sangat

diharapkan dapat menunjang perekonomian

masyarakat Aceh.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

No. 26 Tahun 2009 Pasal 1 (26), dana otonomi

khusus adalah dana yang dialokasikan untuk

membiayai pelaksanaan otonomi khusus suatu

daerah, sebagaimana ditetapkan dalam Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2008 tentang Penetapan

Perpu Nomor 1 Tahun 2008 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang

Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua menjadi

Undang-Undang dan Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. Yani

(2009) menyeburkan bahwa ada beberapa alasan

yang menjadi konsideran terwujudnya UU No. 11

Tahun 2006 yaitu:

1. Sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI) menurut Undang-Undang

Dasar Negara Reoublik Indonesia 1945

menghormati dan mengakui pemerintahan

daerah yang bersifat khusus/istimewa

sebagaimana diatur dalam undang-undang.

2. Aceh merupakan pemerintahan daerah yang

bersiat khusus/istimewa terkait dengan sejarah

perjuangan masyarakat Aceh.

3. Memiliki pandangan hidup yang islami sehingga

mewujudkan budaya Islam yang kuat sebagai

daerah modal bagi Indonesia.

4. Bencana gempa bumi dan tsunami telah

membentuk solidaritas bangsa dalam

membangun Aceh serta menyelesaikan konflik

secara damai.

Dana Otonomi Khusus Aceh diarahkan

penggunaannya untuk mendanai pembangunan dan

pemeliharaan infrastruktur, pemberdayaan ekonomi

rakyat, pengentasan kemiskinan, serta pendanaan

pendidikan, sosial, dan kesehatan, sesuai dengan

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang

Pemerintahan Aceh, berlaku untuk jangka waktu 20

(dua puluh) tahun sejak tahun 2008, dengan rincian

untuk tahun pertama sampai dengan tahun kelima

belas besarnya setara dengan 2 (dua) persen dari

pagu Dana Alokasi Umum (DAU) secara nasional,

dan untuk tahun keenam belas sampai tahun

keduapuluh besarnya setara dengan 1 (satu) persen

dari pagu Dana Alokasi Umum (DAU) secara

nasional.

Untuk menindaklanjuti pelaksanaan dana

otonomi Aceh pemerintah Aceh telah membentuk

Rencana Induk Pemanfaatan Dana Otonomi Khusus

selama 20 tahun (2008-2027) melalui Peraturan

Gubernur Aceh No.78 tahun 2015 dan Jo Peraturan

Gubernur Aceh No.114 tahun 2018.

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

106

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode deskriptif, yaitu dengan melakukan

kajian pustaka. Pengumpulan data dari berbagai

literatur seperti buku, jurnal, artikel yang berkaitan

dengan penelitian. Sumber data diambil dari

dokumen Badan Akuntabilitas Keuangan Negara

DPR-RI dan laporan Pemerintah Aceh. Data dan

informasi yang didapatkan kemudian dianalisis

untuk mendapatkan kesimpulan dari penelitian.

HASIL PENELITIAN

1. Perkembangan Dana Otonomi Khusus Aceh

Selama 12 Tahun

Perkembangan penerimaan dana otonomi

khusus Aceh selama 12 tahun terakhir (2008-2019)

mengalami trend kenaikan. Secara lebih jelas dapat

dilihat pada tabel 1 di bawah ini:

Tabel 1

Perkembangan Dana Otonomi Khusus Aceh

(2008-2019)

No Tahun Total Dana Otsus

(dalam Triliun)

Kenaikan

(%)

1 2008 Rp. 3,590 -

2 2009 Rp. 3,728 3,84%

3 2010 Rp. 3,849 3,24%

4 2011 Rp. 4,510 17,17%

5 2012 Rp. 5,479 21,48%

6 2013 Rp. 6,222 13,56%

7 2014 Rp. 6,824 9,67%

8 2015 Rp. 7,057 3,41%

9 2016 Rp. 7,707 9,21%

10 2017 Rp. 7,970 3,41%

11 2018 Rp. 8,030 0,75%

12 2019 Rp. 8,360 4,10%

Rata-Rata Rp. 6,110 T 7,489

Sumber: Diolah (2021)

Sesuai dengan tabel 1 di atas trend dana

otonomi khusus Aceh mengalami kenaikan

disebabkan oleh Dana Alokasi Umum (DAU)

Nasional juga mengalami kenaikan. Kenaikan yang

paling menonjol dapat dilihat pada tahun 2012 yaitu

sebesar Rp. 5,479 Triliun, mengalami kenaikan

sebesar 21,48% dari tahun 2011, dan kenaikan

paling rendah dapat dilihat pada tahun 2018 yaitu

dana otsus Aceh sebesar Rp. 8,030 Triliun yang

mengalami kenaikan sebesar 0,75% dari tahun

2017. Rata-rata dana otsus Aceh selama 12 tahun

dari 2008-2019 adalah sebesar Rp. 6,110 Triliun

dimana kenaikan rata-rata setiap tahun sebesar

7,48%.

2. Perkembangan Penerimaan Dana Otonomi

Khusus Dibanding dengan APBA

Perkembangan peneriman dana otonomi

khusus Aceh dibandingkan dengan pelaksanaan

Anggaran Pendapatan Belanja Aceh (APBA)

selama 12 tahun dapat dijelaskan pada tabel 2

berikut ini :

Tabel 2

Perkembangan Penerimaan Dana Otonomi

Khusus dibanding dengan APBA

No Tahun

Total

Dana

Otsus

(Milyar)

APBA

(Milyar)

Persentase

Dana

Otsus

1 2008 Rp. 3.590 Rp. 8.518 42,15%

2 2009 Rp. 3.728 Rp. 9.791 38,00%

3 2010 Rp. 3.849 Rp. 8.246 46,68%

4 2011 Rp. 4.510 Rp. 7.974 56,56%

5 2012 Rp. 5.479 Rp. 9.711 56,42%

6 2013 Rp. 6.222 Rp. 12.398 50,19%

7 2014 Rp. 6.824 Rp. 12.939 52,74%

8 2015 Rp. 7.057 Rp. 12.755 55,33%

9 2016 Rp. 7.707 Rp. 12.874 59,86%

10 2017 Rp. 7.970 Rp. 14.763 53,99%

11 2018 Rp. 8.030 Rp. 15.084 53,23%

12 2019 Rp. 8.360 Rp. 17.154 48,88%

Rata-

rata

pertahun

Rp. 6.111 51,57%

Sumber: BAKN DPR RI (2020)

Sesuai dengan tabel 2. di atas, dapat dijelaskan

bahwa perkembangan APBA Aceh selama 12 tahun

mengalami fluktuasi. Selama 12 tahun, adanya

trend penurunan pada tahun 2010, 2011, 2015, dan

2017. Sedangkan trend kenaikan pada tahun 2009,

2012, 2013, 2014, 2016, 2018, dan 2019. Rata-rata

APBA selama 12 tahun (2008-2019) adalah sebesar

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

107

Rp. 11,850 Triliun dimana APBA tertinggi pada

tahun 2019 sebesar Rp. 17,154 Triliun dan paling

rendah pada tahun 2011 sebesar Rp. 7,974 Triliun.

Persentase dana otonomi khusus yang paling

tinggi dibandingkan dengan APBA adalah tahun

2016 yaitu sebesar 59,86%, dan persentase yang

paling rendah adalah tahun 2009 yaitu sebesar 38%.

Apabila dilihat secara rata-rata sebagaimana

ditunjukkan pada tabel di atas dari tahun 2008

seenjak data otonomi khusus diberikan hingga

dengan tahun 2019 (12 tahun) adalah sebesar

51,57%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata dana

otonomi khusus Aceh setiap tahun dapat menunjang

APBA sampai di atas 50%. Ini merupakan angka

yang besar dalam menunjang pelaksanaan

pembangunan di Aceh.

Realisasi Dana Otonomi Khusus Berdasarkan

Bidang Prioritas

Dana Otonomi Khusus Aceh (DOKA)

memiliki porsi alokasi yang berbeda dan belum ada

aturan yang terkait dengan alokasi setiap bidang

kecuali pada bidang Pendidikan yang sudah

ditetapkan dalam anggaran sebesar 20%. Sisa dari

anggaran infrastruktur dan Pendidikan dialokasikan

ke beberapa bidang yang telah ditetapkan

berdasarkan Peraturan Gubernur (Pergub) Aceh

Nomor 9 Tahun 2017 pasal 10 (2). Untuk melihat

lebih rinci alokasi dana setiap bidang dapat dilihat

pada tabel 3 di bawah ini:

Tabel 3

Alokasi Dana Otonomi Khusus Untuk Bidang Prioritas

Bidang Tahun (milliar Rp) Rata-Rata

2014 2015 2016 2017 2018 %

Infrastruktur 3,521.20 3,219.87 3,710.64 2,867.35 3,643.75 45.32

Pemberdayaan

Ekonomi Rakyat 548.56 775.59 961.39 941.53 767.25 10.95

Pengentasan

Kemiskinan 166.27 168.81 183.36 412.42 462.34 5.37

Pendidikan 1,569.85 1,677.46 1,582.49 2,014.28 1,624.27 21.15

Sosial 165.72 213.54 131.02 218.23 147.9 2.30

Kesehatan 806.8 889.48 956.62 1,280.06 1,178.77 13.02

Keistimewaan

Aceh 45.88 112.99 181.69 237.78 205.51 1.89

Total 6,824.28 7,707.21 7,971.65 8,029.79 7,198.50

Sumber: Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (2020)

Pada tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa alokasi

dana otonomi khusus Aceh sejak tahun 2014-2018

paling besar pada bidang infrastruktur sebesar

45,32%. Kemudian dibawah itu di bidang

Pendidikan sebesar 21,15%, bidang kesehatan

sebesar 13,02%, bidang pemberdayaan ekonomi

rakyat 10,95%, bidang pengentasan kemiskinan

5,37%, bidang sosial 2,30% dan bidang

keistimewaan Aceh sebesar 1,89%.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan penjelasaan yang telah

dipaparkan sebelumnya, maka dapat diambil

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Dana otonomi khusus Aceh merupakan sumber

penerimaan Pemerintah Aceh (APBA) sesuai

dengan acuan Undang-undang No.11 tahun 2006

tentang Pemerintah Aceh, yang digunakan untuk

membiayai pembangunan, terutama

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

108

pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur,

dengan ekonomi rakyat, pengentasan

kemiskinan, serta pembinaan dibidang

pendidikan, sosial dan kesehatan.

2. Dana otonomi khusus Aceh akan diberikan

selama 20 tahun yaitu 2% dari DAU yaitu

selama 15 tahun dan sisanya 1% dari DAU

selama 5 tahun. Selama 12 tahun terakhir

pemerintah pusat sudah mengucurkan dana otsus

Aceh sebanyak Rp.73,326 Triliun atau rata-rata

setiap tahun sebesar Rp.6,110 Triliun.

3. Peranan dana otonomi khusus Aceh terhadap

Anggaran Pendapatan Belanja Aceh (APBA)

adalah sangat besar, melebihi angka 50% dari

total APBA itu secara rata-rata selama 12 tahun

terakhir sebesar 51,58%.

4. Sesuai dengan Pergub No.78/2015, junto Pergub

No.114/2018, alokasi dana otsus Aceh

diperuntukkan untuk tujuh bidang prioritas

yaitu: bidang infrastruktur, pemberdayaan

ekonomi rakyat, pengentasan kemiskinan,

pendidikan, sosial, kesehatan dan bidang

keistimewaan aceh.

Saran

1. Diharapkan kepada Pemerintah Aceh

(Eksekutif) dan Dewan Perwakilan Rakyat Aceh

(legislatif) harus sama-sama untuk menyamakan

persepsi untuk melobi Pemerintah Pusat dari

unsur DPR-RI, agar dana otonomi khusus Aceh

dapat diperpanjang kembali setelah berakhir

kontraknya tahun 2027 mendatang.

2. Dana otonomi khusus Aceh seharusnya harus

diprioritas untuk pekerjaan atau proyek-proyek

yang sifatnya monumental seperti halnya jalan

tembus provinsi, jalan tembus antar kabupaten,

pengembangan Mesjid Raya (bidang

infrastruktur), pengiriman program doktor untuk

1000 orang mahasiswa Aceh ke luar negeri

(bidang pendidikan), pengiriman 1000 orang

santri Aceh untuk melanjutkan pendidikan ke

Timur Tengah (bidang pendidikan)

pembangunan syariat Islam secara kaffah,

peningkatan ekonomi dan penurunan angka

kemiskinan dan proyek-proyek monumental

lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ananto, E. A., Darma, T. S., Ridwan, N. M., &

Rizaldi, A. (2018). Satu Dasawarsa Otsus

Aceh Tahun Anggaran 2008 s.d. 2018.

Aziz, N. L. L., Zuhro, R. S., Cahyono, H., Suryani,

D., Aulia, D., Maulana, Y., & Tryatmoko, M.

W. (2016). Efektivitas Pengelolaan Dana

Otonomi Khusus dan Istimewa. Policy Paper.

Retrieved from

http://www.ipsk.lipi.go.id/index.php/galeri/do

wnload/category/23-policy-paper.

Badan Akuntabilitas Keungan Negara. (2020).

Penelaahan Atas Dana Otonomi Khusus

Provinsi Aceh.

Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh. (2021).

Jumlah Penduduk Miskin (Ribu Jiwa), 2018-

2020. Retrieved June 4, 2021, from

https://aceh.bps.go.id/indicator/23/41/1/jumlah

-penduduk-miskin.html

Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh. (2019).

Pertumbuhan IPM [metode baru] 2018-2020.

Badan Pusat Statistik Propinsi Aceh. (2021).

Tingkat Pengangguran Terbuka (Persen),

2019-2021. Retrieved June 4, 2021, from

https://aceh.bps.go.id/indicator/6/206/1/tingkat

-pengangguran-terbuka.html

Basri, H., & Siti Nabiha, A. K. (2014).

Accountability of Local Government: the Case

of Aceh Province, Indonesia. Asia Pacific

Journal of Accounting and Finance, 3(1), 1–

14.

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

109

Cahyono, H. (2016). Evaluasi Atas Pelaksanaan

Otonomi Khusus Aceh: Gagal

Menyejahterakan Rakyat dan Sarat Konflik

Internal. Jurnal Penelitian Politik, 9(2), 1–22.

CNN Indonesia. (2018). Kasus Dana Otsus Aceh,

Irwandi Didakwa Terima Suap Rp1,05 M.

Retrieved June 1, 2021, dari

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20181

126182529-12-349379/kasus-dana-otsus-aceh-

irwandi-didakwa-terima-suap-rp105-m

Sanur, Debora L. (2020). Implementasi Kebijakan

Otonomi Khusus di Aceh. Politica Vol. 11 No.

1.

Gubernur Aceh. (2017). Peraturan Gubernur Aceh

Nomor 9 Tahun 2017 Tentang Petunjuk Teknis

Pengelolaan Tambahan Dana Bagi Hasil

Minyak Dan Gas Bumi Dan Dana Otonomi

Khusus. Banda Aceh: Gubernur Aceh.

Gubernur Aceh. (2018). Qanun Aceh Nomor 1

Tahun 2018 Tentang Perubahan Ketiga Atas

Qanun Aceh Nomor 2 Tahun 2008 Tentang

Tata Cara Pengalokasian Tambahan Dana Bagi

Hasil Minyak Dan Bumi Dan Pengunnaan

Dana Otonomi Khusus. Banda Aceh: Gubernur

Aceh.

Menteri Keuangan Republik Indonesia. (2017).

Peraturan Menteri Keuangan Republik

Indonesia Nomor 50/PMK.07/2017 Tentang

Pengelolaan Transfer Ke Daerah Dan Dana

Desa. Jakarta: Kementerian Keuangan

Republik Indonesia.

Putra, E. J. (2014). Mewujudkan Kesejahteraan

Melalui Dana Otonomi Khusus Aceh dalam

Perspektif Hukum Keuangan Negara. Kanun

Jurnal Ilmu Hukum, 16(3), 421–435.

Republik Indonesia. (2006). Undang Undang

Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2006

Tenteng Pemerintah Aceh. Jakarta:

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia.

Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2009

Tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 41 Tahun 2008 Tentang Anggaran

Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun

Anggaran 2009. Jakarta: Kementerian Hukum

dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

Rmol Aceh. (2021). BPKP Aceh: Masih Banyak

Ditemui Perencanaan Anggaran Melawan

Hukum. Retrieved June 1, 2021, from

https://www.rmolaceh.id/bpkp-aceh-masih-

banyak-ditemui-perencanaan-anggaran-

melawan-hukum

Suharyo, S. (2018). Otonomi Khusus di Aceh dan

Papua di Tengah Fenomena Korupsi, Suatu

Strategi Penindakan Hukum. Jurnal Penelitian

Hukum De Jure, 18(3), 305.

https://doi.org/10.30641/dejure.2018.v18.305-

318

Taurina, M., Basri, H., & Fahlevi, H. (2019).

Analisis Pengelolaan Dan Pemanfaatan Dana

Otonomi Khusus Di Kabupaten Bener Meriah.

Jurnal Perspektif Ekonomi Darussalam, 5(1),

32–47.

https://doi.org/10.24815/jped.v5i1.13821

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

110

PENGARUH KOMPETENSI, PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI AKUNTANSI

DAN PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP KINERJA PEGAWAI

(Study Kasus Pada Kantor Dinas Sosial Banda Aceh)

Maksalmina

Fakultas Ekonomi, Program Studi Akuntansi, Universitas Serambi Mekkah

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of competence, use of accounting information

technology and internal control on employee performance at Kantor Dinas Sosial

Banda Aceh. The population of this study were all employees at Kantor Dinas Sosial

Banda Aceh as many as 178 people and the sampling technique used the slovin

technique in order to obtain 64 employees. The model used in this study is multiple

linear regression analysis. The results of the study show that competence, use of

accounting information technology and internal control simultaneously and partially

have a significant effect on employee performance at Kantor Dinas Sosial Banda

Aceh.

Keywords : Competence, Use of Accounting Information Technology and

Internal Control, Employee Performance

PENDAHULUAN

Penilaian kinerja pegawai sangat penting

dilakukan, agar dapat meningkatkan kualitas

pelayanan publik. Keberhasilan suatu organisasi

sangat dipengaruhi oleh kinerja pegawainya. Setiap

organisasi akan selalu berusaha untuk

meningkatkan kinerja pegawai, dengan harapan apa

yang menjadi tujuan perusahaan akan tercapai

(Mangkunegara, 2014:67).

Kinerja pegawai yang masih rendah dan juga

tidak tepat dalam pembuatan laporan, gaji yang

belum sesuai dengan harapan, kondisi kerja yang

kurang memadai, hubungan rekan kerja yang

kurang mendukung. Keadaan seperti ini

menyebabkan pegawai acuh tak acuh kepada

peraturan yang telah ditetapkan di lingkungan kerja

Kantor Dinas Sosial Provinsi Aceh sehingga

kedisiplinan pegawai menjadi rendah. Untuk dapat

meningkatkan kinerja pegawai dalam mencapai

hasil kerja yang optimal di perlukan kompetensi,

pemanfaatan teknologi informasi akuntansi dan

pengendalian internal, karena dengan kompetensi,

pemanfaatan teknologi informasi akuntansi dan

pengendalian internal maka akan memudahkan

pimpinan atau pegawai dalam rangka pengambilan

keputusan tentang apa yang akan dilakukan untuk

pencapaian tujuan instansi (Fransiska 2015, Zahro

2016 dan Sari, Basri dan Indriani 2017), sehingga

diharapkan mampu meningkatkan kinerja pegawai

kearah yang lebih baik dan lebih professional.

Faktor pertama yang mempengaruhi kinerja

pegawai adalah kompetensi. Kompetensi adalah

mengacu pada pengetahuan, kemampuan,

kecakapan, atau kepribadian individu secara

langsung mempengaruhi kinerja mereka (Menurut

Rivai, Fawzi, dkk, 2013:568). Permasalahan

kompetensi pegawai di Kantor Dinas Sosial

Provinsi Aceh belum sesuai dengan ketentuan,

beberapa pegawai belum menempati posisi dan

tempat yang tepat sesuai dengan keahlian dan latar

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

111

belakang pendidikan yang dimiliki pegawai, serta

ada beberapa kompetensi pegawai yang dilakukan

tanpa melihat pengetahuan, keterampilan dan

kemampuan dari pegawai. Tanpa memiliki

pengetahuan mengenai pekerjaan yang

dilaksanakannya, pegawai tidak akan tahu apa yang

harus dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan

tersebut.

Selanjutnya yang dapat mempengaruhi kinerja

pegawai adalah pemanfatan teknologi informasi

akuntansi. teknologi informasi akuntansi adalah

studi penggunaan peralatan elektronika, terutama

komputer, untuk menyimpan, menganalisis, dan

mendistribusikan informasi apa saja, termasuk kata-

kata, bilangan, dan gambar (Kadir dan Triwahyuni,

2013:10) untuk mendukung manajemen dalam

pengambilan keputusan sehingga diharapkan

kinerja akan meningkat (Sari, Basri dan Indriani

2017) .

Berdasarkan survei awal yang dilakukan

bahwa keberadaan teknologi informasi akuntansi

berbasis komputer di Kantor Dinas Sosial Provinsi

Aceh belum optimal, hal ini diakibatkan belum ada

standar aplikasi yang dipakai, umumnya karena

belum adanya buku panduan pengembangan IT

serta masih kurangnya pemahaman pengembangan

IT sehingga dapat menyebabkan terganggunya

aliran informasi karena lambatnya informasi yang

dihasilkan. Mengingat pentingnya Kantor Dinas

Sosial Provinsi Aceh dalam pemanfaatan teknologi

informasi akuntansi berbasis komputer agar

menghasilkan informasi yang bernilai dan

berkualitas bagi pemakaiannya.

Sistem pengendalian intern merupakan suatu

sistem yang meliputi struktur organisasi dan segala

cara serta tindakan yang terkoordinasi dengan

tujuan untuk mengamankan harta milik perusahaan

dari penyimpangan maupun penyelewengan yang

dilakukan oleh pihak didalam maupun diluar

perusahaan. Dengan adanya pengendalian intern ini

tidak akan terjadi penyimpangan dan

penyelewengan, akan tetapi dapat menekan

terjadinya penyimpangan dan penyelewengan

dalam batas-batas yang layak sehingga dapat

dilakukan tindakan perbaikan yang tepat oleh pihak

manajemen perusahaan.

TINJAUAN PUSTAKA

Kinerja Pegawai

Mathis dan Jackson (2013:81) menyatakan

bahwa kinerja adalah proses evaluasi seberapa baik

karyawan mengerjakan pekerjaan mereka ketika

dibandingkan dengan satu set standar, dan

kemudian mengkomunikasikannya dengan para

karyawan. Menurut Hasibuan (2014:94) kinerja

merupakan suatu hasil kerja yang dicapai seseorang

dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang

dibebankan kepadanya yang didasarkan atas

kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta

waktu.

Mangkunegara (2014:67) menyatakan bahwa

kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan

kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung

jawab yang diberikan kepadanya. Menurut Wibowo

(2016:2) kinerja adalah tentang melakukan

pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan

tersebut. Kinerja adalah prestasi yang diperoleh

seseorang dalam melakukan tugas (Sutrisno,

2013:171).

Indikator Kinerja Pegawai

Pengukuran kinerja adalah suatu proses untuk

mengetahui seberapa bagus kinerja yang dilakukan

dalam rangka mencapai sasaran strategis.

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

112

Pengukuran kinerja yang dilakukan secara

berkelanjutan merupakan hal yang penting dalam

upaya perbaikan secara terus-menerus dan

mencapai keberhasilan dimasa mendatang sehingga

perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan

usahanya. Menurut Mangkunegara (2014:75)

menyatakan 4 (empat) indikator kinerja pegawai

yang menjadi penilaian hasil kerja yaitu:

1. Kualitas kerja yang meliputi ketepatan,

ketelitian, keterampilan dan kebersihan.

2. Kuantitas kerja meliputi output rutin dan non

rutin atau ekstra.

3. Keandalan atau dapat tidaknya diandalkan,

yakni dapat tidaknya mengikuti instruksi,

kemampuan, inisiatif, kehati-hatian serta

kerajinan.

4. Sikap yang meliputi sikap pegawai lain,

pekerjaan serta kerjasama terhadap organisasi.

Kompetensi

Menurut Robbins (2013:57) kompetensi berarti

kapasitas seseorang individu untuk melakukan

beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Lebih lanjut

Robbin menyatakan bahwa kemampuan (ability)

adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat

dilakukan seorang pegawai. Menurut Rivai, Fawzi,

dkk (2013:568) kompetensi adalah mengacu pada

pengetahuan (knowledge), kemampuan (skills),

kecakapan (abilities), atau kepribadian (personality)

individu secara langsung mempengaruhi kinerja

mereka.

Indikator Kompetensi

Menurut Thoha (2013:88) adapun indikator

yang mempengaruhi kompetensi dalam melakukan

pekerjaan, yaitu:

1. Motif (motive) yaitu sesuatu yang secara terus

menerus dipikirkan atau diinginkan oleh

seseorang yang menyebabkan adanya tindakan.

Motif ini menggerakan, mengerahkan dan

memiliki prilaku terhadap tindakan tertentu atau

tujuan dan perbedaan orang lain.

2. Sifat (trait) yaitu karakteristik fisik dan respon

yang konsisten terhadap situasi dan informasi.

3. Konsep pribadi (self concept) yaitu pelaku, nilai-

nilai dan kesan pribadi seseorang.

4. Pengetahuan (knowledge) yaitu informasi

mengenai seseorang yang memiliki bidang

substansi tertentu.

5. Ketrampilan (skill) yaitu kemampuan untuk

melakukan tugas fisik dan mental tertentu.

Pemanfaatan Teknologi Informasi Akuntansi

Menurut Mulyadi (2014:21) teknologi

informasi akuntansi adalah mencakup komputer

(baik perangkat keras dan perangkat lunak),

berbagai peralatan kantor elektronik, perlengkapan

pabrik dan telekomunikasi. Kadir dan Triwahyuni

(2013:10) menyatakan bahwa teknologi informasi

adalah studi penggunaan peralatan elektronika,

terutama komputer, untuk menyimpan,

menganalisis, dan mendistribusikan informasi apa

saja, termasuk kata-kata, bilangan, dan gambar.

Menurut Susanto (2013:72) teknologi

informasi akuntansi adalah kumpulan atau group

dari sub sistem / bagian / komponen apapun baik

phisik atau non phisik yang saling berhubungan

satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis

untuk mengolah data transaksi yang berkaitan

dengan masalah keuangan menjadi informasi

keuangan. Sedangkan Baridwan (2013:4)

menyatakan bahwa teknologi informasi kuntansi

adalah suatu komponen yang mengumpulkan,

menggolongkan, mengolah, menganalisa dan

mengkombinasikan informasi keuangan yang

relevan untuk pengambilan keputusan pihak-pihak

luar dan pihak-pihak dalam.

Indikator Pemanfaatan Teknologi Informasi

Akuntansi

Menurut Susanto (2013:76) indikator teknologi

informasi akuntansi adalah sebagai berikut:

kehandalan, intensitas pemanfaatan, frekuensi

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

113

pemafaatan, jumlah aplikasi/perangkat lunak,

relevansi hasil. Selanjutnya Widjajanto (2013:25)

menyatakan bahwa adapun indikator yang

mempengaruhi teknologi informasi akuntansi yang

berkualitas diantaranya, yaitu:

1. Kecermatan (accuracy)

2. Tepat Waktu (timeliness)

3. Kelengkapan (completeness)

4. Ringkas (conciseness)

Pengendalian Internal

Menurut Mulyadi (2014:163) pengendalian

internal meliputi struktur organisasi, metode dan

ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk

menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian

dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi

dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

Krismiaji (2013:218) menyatakan bahwa

pengendalian internal adalah merupakan rencana

organisasi dan metode yang digunakan untuk

menjaga atau melindungi aktiva, menghasilkan

informasi yang akurat dan dapat dipercaya,

memperbaiki efisiensi dan mendorong kebijakan

manajemen.

Indikator Pengendalian Internal

Bastian (2013:11-12) menyatakan bahwa

adapun indikator yang mempengaruhi pengendalian

internal adalah sebagai berikut:

1. Lingkungan pengendalian menggambarkan

keseluruhan sikap organisasi yang

mempengaruhi kesadaran dan tindakan personel

organisasi mengenai pengendalian.

2. Penilaian risiko. Pelaporan keuangan adalah

proses identifikasi, analisis, dan pengelolahan

resiko entitas yang berkaitan dengan

penyusunan laporan keuangan sesuai dengan

prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Penaksiran risiko mencakup identifikasii Resiko

dan analisis Risiko.

3. Kegiatan pengendalian adalah kebijakan dan

prosedur yang dibuat untuk memastikan

pelaksanaan pertunjuk yang dibuat oleh

manajemen.

4. Informasi dan komunikasi, kebijakan dan

prosedur pengendalian yang berkaitan dengan

sistem akuntansi adalah bahwa transaksi

dilaksanakan mencegah terjadinya salah saji

potensial terhadap pernyataan manajemen dalam

laporan keuangan.

5. Pemantauan. Proses penilaian kualitas kinerja

dari struktur pengendalian internal sepanjang

waktu. Dilaksanakan melalui pemantauan

berkelanjutan, evaluasi terpisah, dan tindak

lanjut rekomendasi hasil audit.

Kerangka Penelitian

1. Pengaruh Kompetensi Terhadap Kinerja

Pegawai

Kompetensi adalah mengacu pada

pengetahuan, kemampuan, kecakapan, atau

kepribadian individu secara langsung

mempengaruhi kinerja mereka (Menurut Rivai,

Fawzi, dkk, 2013:568). Pegawai harus memiliki

pengetahuan mengenai pekerjaan yang

dilaksanakannya, misalnya terkait dengan prosedur

operasi standar untuk menyelesaikan pekerjaan dan

peraturan-peraturan serta kebijakan instansi yang

terkait dengan pekerjaan tersebut. Tanpa memiliki

pengetahuan mengenai pekerjaan yang

dilaksanakannya,pegawai tidak akan tahu apa yang

harus dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan

tersebut.

Kompetensi memiliki pengaruh besar terhadap

kinerja pegawai karena dalam proses penyusunan

laporan keuangan, pegawai bagian keuangan harus

memiliki kompetensi yang baik sehingga laporan

keuangan dapat diselesaikan dengan baik.

Penyusunan laporan keuangan merupakan proses

terpenting dari suatu organisasi untuk mengetahui

bagaimana kinerja suatu organisasi dalam satu

periode. Hasil penelitian sebelumnya mengenai

pengaruh kompetensi pegawai terhadap kinerja

pegawai yang telah dilakukan oleh Fransiska (2015)

dan Sari, Basri dan Indriani (2017) bahwa

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

114

kompetensi pegawai berpengaruh positif terhadap

kinerja pegawai.

2. Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi

Akuntansi Terhadap Kinerja Pegawai

Pemanfaatan teknologi informasi akuntansi

adalah studi penggunaan peralatan elektronika,

terutama komputer, untuk menyimpan,

menganalisis, dan mendistribusikan informasi apa

saja, termasuk kata-kata, bilangan, dan gambar

(Kadir dan Triwahyuni, 2013:10). Pemanfaatan

teknologi informasi akuntansi merupakan sesuatu

yang umum disegala bidang akuntansi,

perkembangan pemanfaatan teknologi informasi

telah banyak membantu meningkatkan sistem

akuntansi perusahaan. Peningkatan pengguna

teknologi informasi akuntansi telah banyak

mengubah kegiatan pemrosesan data akuntansi

yang awalnya secara manual menjadi otomatis.

Pemanfaatan teknologi informasi akuntansi

tidak hanya dirasakan oleh organisasi bisnis, tetapi

juga oleh organisasi sektor publik, termasuk

pemerintahan. Dalam penjelasan Peraturan

Pemerintah No.56 Tahun 2005 tentang sistem

informasi keuangan daerah, dinyatakan bahwa

untuk menindak lanjuti terselenggaranya proses

pembangunan yang sejalan dengan prinsip tata

kelola pemerintahan yang baik, pemerintah dan

pemerintah daerah diwajibkan untuk mengembang-

kan dan memanfaatkan kemajuan teknologi

informasi untuk meningkatkan kemampuan

pengelolaan keuangan daerah dan menyalurkan

informasi keuangan daerah kepada pelayanan

publik. Pemerintah harus meningkatkan

memanfaatan teknologi informasi untuk

memungkinkan pemerintah bekerja secara terpadu

dengan mengedarkan akses antar unit kerja. Hal ini

sejalan dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Sari, Basri dan Indriani (2017)

bahwa teknologi informasi berpengaruh terhadap

kinerja pegawai.

3. Pengaruh Pengendalian Internal terhadap

Kinerja Pegawai

Pengendalian internal meliputi struktur

organisasi dan segala cara serta tindakan dalam

suatu perusahaan yang saling terkoordinasi dengan

tujuan untuk menjaga keamanan harta milik

perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran

informasi akuntansi, meningkatkan efisiensi

operasional perusahaan serta membantu menjaga

kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan

(Mardi, 2013:59). Pengendalian internal merupakan

salah satu tolak ukur yang harus di gencarkan

pemerintah daerah dalam penyusunan laporan

keuangan. Karena Pengendalian internal mampu

membentuk struktur organisasi, metode dan ukuran

yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan,

mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi,

mendorong efisiensi dan dipatuhinya kebijakan

pemerintah daerah.

Pengendalian internal ini sangat diperlukan

didalam pemerintahan agar terhindar dari

kecurangan yang mungkin akan dilakukan oleh

pihak-pihak didalam sebuah instansi pemerintahan

tersebut dan untuk memastikan penyelenggaraan

kegiatan organisasi berjalan sebagaimana mestinya.

Jika pengendalian intern terimplementasikan

dengan baik, maka kegiatan di dalam organisasi

akan selalu terawasi dan berdampak pada

peningkatan kinerja. Hasil penelitian sebelumnya

mengenai pengaruh pengendalian internal terhadap

kinerja pegawai yang telah dilakukan oleh Azwir

Nasir dan Ranti Oktari (2013) dan Fransiska (2015)

menunjukkan bahwa pengendalian internal

berpengaruh terhadap kinerja pegawai.

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

115

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat

digambarkan kerangka pemikiran yang terlihat pada

Gambar di bawah ini

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka

dibutuhkan suatu pengujian hipotesis untuk

mengetahui apakah terdapat hubungan antara

variabel bebas terhadap variabel terikat. Adapun

yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

H1 : Kompetensi, pemanfaatan teknologi informasi

akuntansi dan pengendalian internal secara

simultan berpengaruh terhadap kinerja

pegawai pada Kantor Dinas Sosial Provinsi

Aceh.

H2 : Kompetensi secara parsial berpengaruh

terhadap kinerja pegawai pada Kantor Dinas

Sosial Provinsi Aceh.

H3 : Pemanfaatan teknologi informasi akuntansi

secara parsial berpengaruh terhadap kinerja

pegawai pada Kantor Dinas Sosial Provinsi

Aceh.

H4 : Pengendalian internal secara parsial

berpengaruh terhadap kinerja pegawai pada

Kantor Dinas Sosial Provinsi Aceh.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Objek Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan pada Kantor

Dinas Sosial Provinsi Aceh yang beralamat di Jalan

Sultan Iskandar Muda No. 49, Kampung Baru,

Baiturrahman Kota Banda Aceh. Objek dalam

penelitian ini adalah pegawai pada Kantor Dinas

Sosial Provinsi Aceh.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek atau subyek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk ditarik kesimpulannya.

Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan

karateristik yang dimiliki oleh populasi tersebut

(Sugiyono, 2014:91). Populasi adalah seluruh

pegawai Kantor Dinas Sosial Provinsi Aceh

berjumlah 178 orang pegawai. Adapun jumlah

pegawai Dinas Sosial Provinsi Aceh dapat dilihat

pada Tabel di bawah ini

Tabel 1

Jumlah Pegawai Dinas Sosial Provinsi Aceh

No Nama Bagian PNS Total

IV III II I

1 Kepala Dinas 1 - - - 1

2 Bagian Sekretariat 1 - - - 1

3 Subag Program, Informasi dan Hubungan Mansyarakat

- 6 1 - 7

4 Subag Keuangan dan Aset - 13 1 - 14

5 Subag Hukum, Kepegawaian dan Umum

2 24 4 2 32

6 Bagian Penanganan Fakir Miskin 3 10 4 - 17

7 Bagian Pemberdayaan Sosial 1 14 4 - 19

8 Bagian Perlindungan Dan

Jaminan Sosial 1 13 5 - 19

9 Bagian Rehabilitasi Sosial 3 18 4 - 25

10 UPTD Rumoh Seujahtra Jroh

Naguna 3 5 5 - 13

11 UPTD Rumoh Seujahtra

Geunaseh Sayang 2 5 3 - 10

12 UPTD Rumoh Seujahtra Beujroh

Meukarya 1 7 - 8

13 UPTD Rumoh Seujahtra Aneuk

Nangroe 4 6 2 - 12

Jumlah 22 121 33 2 178

Sumber: Kantor Dinas Sosial Provinsi Aceh

Berdasarkan Tabel di atas maka penarikan

sampel dilakukan dengan mengunakan rumus

Kompetensi

(X1)

Pengendalian Internal

(X3)

Pemanfaatan Teknologi

Informasi Akuntansi

(X2)

Kinerja Pegawai

(Y)

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

116

slovin. Penentuan jumlah sampel menggunakan

rumus slovin, Suliyanto (2013:100) sebagai berikut:

𝑛 =𝑁

1 + 𝑁𝑒2

Dimana :

n : Ukuran sampel

N : Ukuran Populasi

e : Presentase kelonggaran ketelitian karena

kesalahan pengambilan sampel. ‘

Dengan menggunakan rumus tersebut diatas,

maka ukuran sampel dapat dilihat sebagai berikut:

n = 2)10,0(1781

178

+

n = )01,0(1781

178

+

n = 78,2

178

n = 64,03 dibulatkan menjadi 64 orang

Jadi sampel dalam penelitian ini adalah

sebanyak 64 orang pegawai Dinas Sosial Provinsi

Aceh, dimana penarikan sampel dilakukan dengan

metode slovin. Adapun pembagian sampel

berdasarkan jumlah populasi dapat dilihat pada

Tabel di bawah ini

Tabel

Sampel Berdasarkan Jumlah Populasi

No Nama Bagian Populasi Sampel

1 Kepala Dinas 1 1

2 Bagian Sekretariat 1 1

3 Subag Program, Informasi dan

Hubungan Mansyarakat

7 3

4 Subag Keuangan dan Aset 14 5

5 Subag Hukum, Kepegawaian dan

Umum

32 11

6 Bagian Penanganan Fakir Miskin 17 6

7 Bagian Pemberdayaan Sosial 19 6

8 Bagian Perlindungan Dan Jaminan Sosial

19 6

9 Bagian Rehabilitasi Sosial 25 10

10 UPTD Rumoh Seujahtra Jroh

Naguna

13 5

11 UPTD Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang

10 3

12 UPTD Rumoh Seujahtra Beujroh

Meukarya

8 3

13 UPTD Rumoh Seujahtra Aneuk Nangroe

12 4

Jumlah 178 64

Sumber: Kantor Dinas Sosial Provinsi Aceh

Peralatan Analisis Data

Peralatan analisis data menggunakan analisis

regresi berganda digunakan untuk mengolah data.

Analisis regresi berganda digunakan dalam

menghitung seberapa besar pengaruh variabel

dependen terhadap independen. Menurut Sugiyono

(2014:277) rumusan analisis regresi berganda

adalah sebagai berikut:

Y = α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ℮

Dimana :

Y = Kinerja Karyawan

= Konstanta

X1 = Kompetensi

X2 = Pemanfaatan Teknologi Informasi

Akuntansi

X3 = Pengendalian Internal

b1, b2 dan b3 = Koefisien regresi

e = Error term

Pengujian Hipotesis

1. Uji secara Simultan

Menurut Sugiyono (2014:264) uji F digunakan

untuk menguji variabel-variabel bebas secara

bersama-sama atau secara simultan terhadap

variabel terikat. Dasar pengambilan keputusan

pengujian, yaitu:

H01 : Jika Prob F > nilai kritis, maka Ho diterima

Ha ditolak, artinya kompetensi, pemanfaatan

teknologi informasi akuntansi dan

pengendalian internal secara simultan tidak

berpengaruh terhadap kinerja pegawai pada

Kantor Dinas Sosial Provinsi Aceh.

Ha1 : Jika nilai Prob F < nilai kritis, maka Ha

diterima Ho ditolak, artinya kompetensi,

pemanfaatan teknologi informasi akuntansi

dan pengendalian internal secara simultan

berpengaruh terhadap kinerja pegawai pada

Kantor Dinas Sosial Provinsi Aceh.

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

117

2. Uji secara Parsial

Menurut Sugiyono (2014:244) uji t pada

dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh

suatu variabel penjelas secara individual alam

menerangkan variasi variabel terikat. Dasar

pengambilan keputusan pengujian, yaitu:

H02: Jika Jika nilai Prob t > nilai kritis, maka Ho

diterima Ha ditolak, artinya kompetensi

secara parsial tidak berpengaruh terhadap

kinerja pegawai pada Kantor Dinas Sosial

Provinsi Aceh.

Ha2: Jika nilai Prob t < nilai kritis, maka Ha

diterima Ho ditolak, artinya kompetensi

secara parsial berpengaruh terhadap kinerja

pegawai pada Kantor Dinas Sosial Provinsi

Aceh.

H03: Jika Jika nilai Prob t > nilai kritis, maka Ho

diterima Ha ditolak, artinya pemanfaatan

teknologi informasi akuntansi secara parsial

tidak berpengaruh terhadap kinerja pegawai

pada Kantor Dinas Sosial Provinsi Aceh.

Ha3: Jika nilai Prob t < nilai kritis, maka Ha

diterima Ho ditolak, artinya pemanfaatan

teknologi informasi akuntansi secara parsial

berpengaruh terhadap kinerja pegawai pada

Kantor Dinas Sosial Provinsi Aceh.

H04: Jika Jika nilai Prob t > nilai kritis, maka Ho

diterima Ha ditolak, artinya pengendalian

internal secara parsial tidak berpengaruh

terhadap kinerja pegawai pada Kantor Dinas

Sosial Provinsi Aceh.

Ha4: Jika nilai Prob t < nilai kritis, maka Ha

diterima Ho ditolak, artinya pengendalian

internal secara parsial berpengaruh terhadap

kinerja pegawai pada Kantor Dinas Sosial

Provinsi Aceh.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis Regresi Linier Berganda

Sesuai dengan peralatan analisis data dengan

menggunakan peralatan statistik regresi linier

berganda seperti terlihat dari bagian output SPSS

yang digunakan untuk mengetahui hubungan

fungsional antara variabel yang diteliti dalam

penelitian ini. Dari hasil SPSS, kompetensi,

pemanfaatan teknologi informasi akuntansi dan

pengendalian internal sebagai fungsi dari kinerja

pegawai dapat dituliskan dalam persamaan dibawah

ini:m persamaan berikut:

Y = 1,819 + 0,227X1 + 0,116X2 + 0,704X3 + e

Pembuktian Hipotesis

Pembuktian hipotesis dalam penelitian ini

menggunakan One Way ANOVA dengan uji

signifikan garis regresi ini dilakukan dengan uji F-

tes., maka hipotesis yang diuji dalam penelitian ini

adalah:

1. Uji Simultan

Ha1 : Nilai Prob F < nilai kritis (0,000<0,05)

maka Ha diterima, artinya kompetensi,

pemanfaatan teknologi informasi

akuntansi dan pengendalian internal

secara simultan berpengaruh signifikan

terhadap kinerja pegawai pada Kantor

Dinas Sosial Provinsi Aceh.

2. Uji Parsial

Ha2 : Nilai Prob t < nilai kritis (0,001<0,05)

maka Ha diterima, artinya kompetensi

secara parsial berpengaruh signifikan

terhadap kinerja pegawai pada Kantor

Dinas Sosial Provinsi Aceh.

Ha3 : Nilai Prob t < nilai kritis (0,003<0,05)

maka Ha diterima, artinya pemanfaatan

teknologi informasi akuntansi secara

parsial berpengaruh signifikan terhadap

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

118

kinerja pegawai pada Kantor Dinas Sosial

Provinsi Aceh.

Ha4 : Nilai Prob t < nilai kritis (0,000<0,05)

maka Ha diterima, artinya pengendalian

internal secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap kinerja pegawai pada

Kantor Dinas Sosial Provinsi Aceh.

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembuktian

hipotesis bahwa kompetensi, pemanfaatan teknologi

informasi akuntansi dan pengendalian internal

secara simultan berpengaruh signifikan terhadap

kinerja pegawai pada Kantor Dinas Sosial Provinsi

Aceh. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Nasir dan Oktari (2013),

Fransiska (2015) dan Sari, Basri dan Indriani

(2017) menyatakan bahwa kompetensi,

pemanfaatan teknologi informasi akuntansi dan

pengendalian internal berpengaruh terhadap kinerja

pegawai. Nilai konstanta sebesar 1,819 artinya jika

kompetensi, pemanfaatan teknologi informasi

akuntansi dan pengendalian internal secara

serempak atau bersama-sama tidak mengalami

perubahan atau sama dengan nol (0), maka

besarnya kinerja pegawai pada Kantor Dinas Sosial

Provinsi Aceh sebesar 1,819 satuan.

Kompetensi secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap kinerja pegawai pada Kantor

Dinas Sosial Provinsi Aceh. Besar pengaruh

kompetensi adalah sebesar sebesar 0,227, artiya

apabila terjadinya perubahan pada kompetensi

sebesar 1 satuan, maka akan mempengaruhi kinerja

pegawai pada Kantor Dinas Sosial Provinsi Aceh

sebesar 0,227 atau 22,7%. Hal ini dikarenakan

bahwa dalam proses penyusunan laporan keuangan,

pegawai harus memiliki kompetensi yang

berkualitas dalam menyusun laporan keuangan agar

kinerja pegawai dapat meningkat. Hasil penelitian

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Fransiska (2015) dan Sari, Basri dan Indriani

(2017) bahwa kompetensi pegawai berpengaruh

positif terhadap kinerja pegawai.

Pemanfaatan teknologi informasi akuntansi

secara parsial berpengaruh signifikan terhadap

kinerja pegawai pada Kantor Dinas Sosial Provinsi

Aceh. Besar pengaruh pemanfaatan teknologi

informasi akuntansi adalah sebesar 0,116, artiya

apabila terjadinya perubahan pada pemanfaatan

teknologi informasi akuntansi sebesar 1 satuan,

maka akan mempengaruhi kinerja pegawai pada

Kantor Dinas Sosial Provinsi Aceh sebesar 0,116

atau 11,6%. Hal ini dikarenakan bahwa pemanfatan

teknologi informasi akuntansi merupakan penyedia

informasi penting untuk membantu manajer

mengendalikan aktivitasnya, sehingga informasi

yang tersedia dan digunakan manajemen sangat

membantu para manajer dalam menyelesaikan

tugasnya, sehingga diharapkan kinerja akan

meningkat. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Nasir dan Oktari (2013) dan Sari,

Basri dan Indriani (2017) bahwa pemanfaatan

teknologi informasi akuntansi berpengaruh terhadap

kinerja pegawai.

Pengendalian internal secara parsial

berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai

pada Kantor Dinas Sosial Provinsi Aceh. Besar

pengaruh pengendalian internal adalah sebesar

0,704, artiya apabila terjadinya perubahan pada

pengendalian internal sebesar 1 satuan, maka akan

mempengaruhi kinerja pegawai pada Kantor Dinas

Sosial Provinsi Aceh sebesar 0,704 atau 70,4 %.

Hal ini dikarenakan bahwa pengendalian internal

ini sangat diperlukan didalam pemerintahan agar

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

119

terhindar dari kecurangan yang mungkin akan

dilakukan oleh pihak-pihak di dalam sebuah

instansi. Jika pengendalian intern diimplementasi-

kan dengan baik, maka kegiatan di dalam instansi

akan selalu terawasi dan berdampak pada

peningkatan kinerja. Hasil penelitian ini sesuai

dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Nasir

dan Oktari (2013) dan Fransiska (2015)

menyatakan bahwa pengendalian internal

berpengaruh terhadap kinerja pegawai.

Nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,891

menunjukkan bahwa hubungan (korelasi) antara

variabel independen (bebas) dengan variabel

dependen (terikat) sebesar 89,1%, artinya kinerja

pegawai pada Kantor Dinas Sosial Provinsi Aceh

mempunyai hubungan yang kuat dengan

kompetensi, pemanfaatan teknologi informasi

akuntansi dan pengendalian internal sebesar 89,1%.

Sedangkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar

0,793, artinya setiap perubahan-perubahan dalam

variabel kinerja pegawai pada Kantor Dinas Sosial

Provinsi Aceh dapat dijelaskan oleh perubahan-

perubahan dalam variabel kompetensi, pemanfaatan

teknologi informasi akuntansi dan pengendalian

internal sebesar 0,793 atau 79,3% dan sisanya

sebesar 20,7% dijelaskan oleh variabel lain di luar

dari penelitian ini yang mungkin bisa

mempengaruhi kinerja pegawai.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan

yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Kompetensi, pemanfaatan teknologi informasi

akuntansi dan pengendalian internal secara

simultan berpengaruh signifikan terhadap

kinerja pegawai pada Kantor Dinas Sosial

Provinsi Aceh.

2. Kompetensi secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap kinerja pegawai pada Kantor

Dinas Sosial Provinsi Aceh, dengan

pengaruhnya sebesar 0,227 atau 22,7%.

3. Pemanfaatan teknologi informasi akuntansi

secara parsial berpengaruh signifikan terhadap

kinerja pegawai pada Kantor Dinas Sosial

Provinsi Aceh, dengan pengaruhnya sebesar

0,116 atau 11,6%.

4. Pengendalian internal secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap kinerja pegawai pada Kantor

Dinas Sosial Provinsi Aceh, dengan

pengaruhnya sebesar 0,704 atau 70,4%.

5. Nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,891 yang

menunjukkan bahwa derajat hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen

sebesar 0,891 atau 89,1%, maka kinerja pegawai

pada Kantor Dinas Sosial Provinsi Aceh

mempunyai hubungan yang kuat dengan

kompetensi, pemanfaatan teknologi informasi

akuntansi dan pengendalian internal.

6. Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,860,

artinya kompetensi, pemanfaatan teknologi

informasi akuntansi dan pengendalian internal

berpengaruh terhadap kinerja pegawai pada

Kantor Dinas Sosial Provinsi Aceh sebesar

0,793 atau 79,3% dan sisanya sebesar 20,7%

dijelaskan oleh variabel lain di luar dari

penelitian ini misalnya sistem informasi

akuntansi, penerapan standar akuntansi

pemerintahan, pengawasan intern, komitmen

organisasi dan lain-lain.

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

120

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan

yang telah dikemukakan maka dapat diberikan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Pada Kantor Dinas Sosial Provinsi Aceh

diharapkan semakin mendorong manajemen

pada Kantor Dinas Sosial Provinsi Aceh tidak

ragu-ragu untuk menerapkan kompetensi,

pemanfaat teknologi informasi akuntansi dan

pengendalian internal secara bertahap agar

kinerja pegawai meningkat.

2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi refrensi

bagi Kantor Dinas Sosial Provinsi Aceh untuk

meningkatkan ketrampilan pegawai dengan cara

pelatihan agar kompetensi karyawan meningkat,

3. Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya menambah

variabel independen yang memungkinkan dalam

mempengaruhi kinerja pegawai, misalnya sistem

informasi akuntansi, penerapan standar

akuntansi pemerintahan, pengawasan intern,

komitmen organisasi dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2013. Auditing. Penerbit Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia: Jakarta.

Baridwan, Zaki. 2013. Intermediate Accounting.

Yogyakarta: BPFE

Bastian, Indra. 2013. Akuntansi Sektor Publik Di

Indonesia. BPFE. Yogyakarta.

Fransiska, Emil Regina. 2015. Pengaruh Motivasi

Kerja, Kompetensi Kerja Dan Pengendalian

Intern Terhadap Kinerja Pegawai Satuan Kerja

Perangkat Daerah Kota Pariaman. Jurnal

FEKON Vol. 2 No. 2 Oktober 2015. Riau

University: Pekanbaru.

Hall, James A. 2013. Sistem Informasi Akuntansi.

Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Hasibuan, Malayu S.P. 2014. Manajemen Sumber

Daya Manusia. PT. Bumi Aksara: Jakarta.

Jusuf, A.A. 2013. Auditing. Penerbit Salemba

Empat: Jakarta.

Krismiaji. 2013. Sistem Informasi Akuntansi.

Yogyakarta: UPP STIM. YKPN.

Mahmudi. 2013. Analisa Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah. Penerbit UPP STIM

YPKN: Yogyakarta.

Mangkunegara. 2014. Manajemen Sumber Daya

Manusia Perusahaan. Bandung: Penerbit PT.

Remaja Rosda Karya.

Mardi. 2013. Sistem Informasi Akuntansi. Penerbit

Ghalia Indonesia: Bogor. .

Mathis, Robert R dan John H. Jackson. 2013.

Human Resource Management. Jakarta:

Penerbit Salemba Empat.

Mulyadi. 2014. Sistem Akuntansi. Jakarta Penerbit

Salemba Empat.

Nasir, Azwir dan Oktari, Ranti. 2013. Pengaruh

Pemanfaatan Teknologi Informasi Dan

Pengendalian Intern Terhadap Kinerja Instansi

Pemerintah (Studi Pada Satuan Kerja

Perangkat Daerah Kabupaten Kampar). Jurnal

Ekonomi. Riau University: Pekanbaru.

Rivai, Veithzal. 2014. Manajemen Sumber Daya

Manusia Untuk Perusahaan. Penerbit Raja

Grafindo Persada: Jakarta.

Rivai, Veithzal & Fawzi Mohd Basri, Ahmad.

2013. Performance Appraisal Sistem Yang

Tepat Untuk Menilai Kinerja Karyawan Dan

Meningkatkan Daya Saing Perusahaan.

Penerbit PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Robbins, Stephen P. 2013. Prinsip-Prinsip Perilaku

Organisasi. Penerbit Erlangga: Jakarta.

Sari, Basri dan Indriani. 2017. Pengaruh Pemanfaatan

Teknologi Informasi, Kompetensi Aparatur Dan

Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja

Manajerial Pengelolaan Keuangan Pada Satuan

Kerja Perangkat Kabupaten Pemerintah Daerah

Kabupaten Aceh Jaya. Jurnal Megister

Akuntansi, Volume 6, No. 2, Mei 2017.

Universitas Syiah Kuala: Banda Aceh.

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

121

Sarjono Haryadi, dan Julianita Winda. 2013. SPSS

vs LISREL. Penerbit Salemba Empat: Jakarta.

Sarwono, Jonathan. 2013. Metode Penelitian

Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta:

Penerbit Graha Ilmu.

Sedarmayanti. 2015. Sumber Daya Manusia dan

Produktifitas Kerja. CV Mandar Maju:

Bandung.

Sekar, Mayangsari dan Puspa Wandanarum. 2013.

Auditing. Media Bangsa: Jakarta.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif

Kualitatif dan R & D. Penerbit Alfabeta:

Bandung.

Suliyanto. 2013. Metode Riset Bisnis. Andi:

Yogyakarta.

Sunyoto, Danang. 2014. Manajemen Sumber Daya

Manusia. Penerbit CAPS: Yogyakarta.

Susanto, Azhar. 2013. Sistem Informasi Akuntansi.

Penerbit Lembaga Informasi Akuntansi:

Bandung.

Sutabri, Tata. 2014. Analisis Sistem Informasi.

Penerbit Andi: Yogyakarta.

Sutrisno, Edy. 2013. Manajemen Sumber Daya

Manusia. Kencana Perdana Media Grup:

Jakarta.

Umam, Khaerul. 2013. Perilaku Organisasi.

Pustaka Setia: Bandung.

Wibowo. 2016. Manajemen Kinerja. PT Raja

Grafindo Persada: Jakarta.

Widjajanto, Nugroho. 2013. Sistem Informasi

Akuntansi. Erlangga: Jakarta.

Wilkinson, Joseph W. 2012. Sistem Akuntansi dan

Informasi, Alih bahasa Marianus Sinaga.

Penerbit Erlangga: Jakarta.

Zahro, Nafi’Inayati. 2016. Pengaruh Sistem

Informasi Akuntansi Dan Pengendalian Intern

Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah

Kabupaten Kudus. Jurnal Ekonomi Akuntansi.

Universitas Muria Kudus: Kudus (Jawa

Tengah).

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

122

PENGARUH JUMLAH ZAKAT PRODUKTIF, UMUR PRODUKTIF MUSTAHIK DAN

LAMA USAHA MUSTAHIK TERHADAP PRODUKTIVITAS USAHA MUSTAHIK

PADA BAITUL MAL KABUPATEN PIDIE

Syamsidar1, Elviza2, Fitriani3 1,2 Fakultas Ekonomi, Program Studi Akuntansi, Universitas Muhammadiyah Aceh

3 Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Aceh

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh Jumlah Zakat Produktif, Umur Produktif

Mustahik dan Lama Usaha Mustahik terhadap Produktivitas Usaha Mustahik pada Baitul Mal

Kabupaten Pidie. Data penelitian dikumpulkan melalui daftar wawancara dan studi dokumentasi.

Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linier berganda, uji bersama-sama dan uji parsial

dimaksud untuk mengetahui secara bersama-sama dan secara parsial pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen. Objek penelitian ini adalah tentang Jumlah Zakat Produktif, Umur

Produktif Mustahik dan Lama Usaha Mustahik berpengaruh terhadap Produktivitas Usaha Mustahik

pada Baitul Mal Kabupaten Pidie. Ukuran sampel penelitian ini sebanyak 58 mustahik. Hasil

penelitian menunjukan bahwa Secara uji simultan antara variabel Jumlah Zakat Produktif, Umur

Produktif Mustahik dan Lama Usaha Mustahik secara simultan berpengaruh terhadap Produktivitas

Usaha Mustahik pada Baitul Mal Kabupaten Pidie. Kemudian secara parsial yaitu Jumlah Zakat

Produktif berpengaruh terhadap Produktivitas Usaha Mustahik pada Baitul Mal Kabupaten Pidie.

Umur Produktif Mustahik berpengaruh terhadap Produktivitas Usaha Mustahik pada Baitul Mal

Kabupaten Pidie. Lama Usaha Mustahik berpengaruh terhadap Produktivitas Usaha Mustahik pada

Baitul Mal Kabupaten Pidie.

.

Kata kunci : Jumlah Zakat Produktif, Umur Produktif Mustahik, Lama Usaha Mustahik dan

Produktivitas Usaha Mustahik

THE INFLUENCE OF TOTAL PRODUCTIVE ZAKAT, IMPOSSIBLE PRODUCTIVE AGE AND

IMPOSSIBLE BUSINESS LONG ON IMPOSSIBLE BUSINESS PRODUCTIVITY IN BAITUL

MAL PIDIE DISTRICT

ABSTRACT

The purpose of this study was to examine the effect of the amount of productive zakat, the productive

age of the mustahik and the length of the mustahik's business on the business productivity of

Mustahik in Baitul Mal, Pidie Regency. The research data were collected through a list of interviews

and documentation studies. Hypothesis testing using multiple linear regression analysis, joint test

and partial test is meant to know jointly and partially the effect of the independent variables on the

dependent variable. The object of this research is the amount of productive zakat, the productive age

of the mustahik and the length of mustahik's business have an effect on the productivity of Mustahik's

business in Baitul Mal, Pidie Regency. The sample size of this study was 58 mustahik. The results

showed that the simultaneous test between the variables of the Total Productive Zakat, Productive

Age Mustahik and Mustahik Business Time simultaneously affected the Mustahik Business

Productivity in Baitul Mal, Pidie Regency. Then partially, the amount of productive zakat has an

effect on the business productivity of Mustahik in Baitul Mal, Pidie Regency. Productive Age of

Mustahik affects Mustahik Business Productivity in Baitul Mal, Pidie Regency. The duration of

Mustahik's business affects Mustahik's business productivity at Baitul Mal, Pidie Regency.

Keywords : Total Productive Zakat, Mustahik Productive Age, Mustahik Business Time and

Mustahik Business Productivity

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

123

PENDAHULUAN

Provinsi Aceh sebagai serambi Mekah telah

menetapkan pelaksanaan Syariah Islam melalui

Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Aceh

Nomor 5 Tahun 2000 tentang Pelaksanaan Syari'at

Islam, kemudian Tahun 2002 melalui Qanun

Nomor 11 Tahun 2002 tentang pelaksanaan Syariat

Islam Bidang Aqidah, Ibadah dan Syiar Islam. Di

Provinsi Aceh memiliki Qanun yang mengatur

tentang pengelolan zakat daerah yang khusus

mengatur tentang zakat, yaitu Qanun Provinsi

Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 7 Tahun 2004.

Berdasarkan Qanun tersebut dibentuk sebuah

lembaga amil yang mengelola zakat mulai dari

pengumpulan sampai penyaluran, yang sekarang

dikenal dengan Baitul Mal Aceh (BMA) Provinsi

Aceh.

Masyarakat di Provinsi Aceh yang mayoritas

muslim memiliki potensi strategis yang layak

dikembangkan menjadi salah satu instrument

pemerintah dalam pemerataan pendapatan.

Realisasi penerimaan zakat di Provinsi Aceh masih

minim jika dibanding dengan target. Jika dihitung

dari PDRB (Produk Domestic Regional Bruto tahun

2012) potensi zakat mencapai Rp. 1,9 Triliun,

namun pada tahun tersebut Baitul Mal Aceh (BMA)

sebesar Rp. 28,78 M. Sedangkan jika digabung

dengan seluruh Baitul Mal Kabupaten/Kota sebesar

Rp. 98,19 (M. Armiadi Musa, 2018).

Zakat termasuk dalam ranah keuangan publik,

dana yang dihimpun dari masyarakat oleh badan

amil harus dipertanggung jawabkan secara terbuka.

Hal ini menjadi keharusan dan tidak boleh

diabaikan, karena dapat berdampak besar terhadap

kepercayaan masyarakat. Ketidakpercayaan

pembayar zakat (Muzakki) disebabkan belum

transparansinya laporan penggunaan dana zakat

untuk publik. Karena itu aturan pelaporan

penggunaan dana zakat diperlakukan pada semua

Amil di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa kredibilitas lembaga amil zakat berpengaruh

positif dan signifikan terhadap motivasi membayar

zakat.

Produktivitas usaha merupakan sebuah

keluaran fisik per unit dari usaha produksi dengan

tingkat efektivitas dari manajemen industri dalam

penggunaan fasilitas produksi, serta tingkat

efektivitas dari penggunaan tenaga kerja dan

peralatan. Berbagai konsep yang menggambarkan

hubungan antara hasil (jumlah barang dan atau jasa

yang diproduksi) dengan sumber (jumlah tenaga

kerja, modal, tanah, energi, dan sebagainya) untuk

menghasilkan hasil tersebut.

Jumlah zakat produktif merupakan pemberian

zakat yang dapat membuat para penerimanya

menghasilkan sesuatu secara terus menerus dengan

harta zakat yang telah diterimanya. Zakat produktif

dengan demikian adalah zakat dimana harta atau

dana zakat yang diberikan kepada para mustahik

tidak dihabiskan, akan tetapi dikembangkan dan

digunakan untuk membantu usaha mereka,

sehingga dengan usaha tersebut mereka dapat

memenuhi kebutuhan hidup secara terus menerus.

Umur mustahik cukup menentukan

keberhasilan dalam melakukan suatu pekerjaan,

baik sifatnya fisik maupun non fisik. Pada

umumnya, mustahik yang berumur tua mempunyai

tenaga fisik yang lemah dan terbatas, sebaliknya

mustahik yang berumur muda mempunyai

kemampuan fisik yang kuat. Namun umur yang

produktif memiliki batas usia tertentu.

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

124

Lama usaha merupakan berapa lamanya

usaha yang dijalankan mustahik atau berapa lama

pengalamannya dalam menjalankan aktivitas

usahanya sehingga ada asumsi yang menyatakan

bahwa semakin lama seseorang tersebut bekerja,

maka pengalaman yang dimiliki akan lebih banyak

sehingga lebih mengetahui strategi apa yang

harus dilakukan agar usahanya lebih maju dan

pada akhirnya produktivitasnya ikut meningkat

Sistem akuntansi yang baik dan transparan

yang sesuai dengan PSAK No 109 tentang

Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah, merupakan

salah satu faktor yang akan meningkatkan

kepercayaan masyarakat terhadap organisasi

pengelola zakat dan upaya untuk memantapkan

pengelolaan lembaga-lembaga amil zakat sebagai

suatu sistem pemberdayaan ekonomi umat Islam.

Sistem pendistribusian yang tepat guna dan efektif

serta profesional akan mampu membantu

masyarakat terlepas dari kemiskinan. Selain itu,

laporan keuangan yang dihasilkan lembaga

pengelola zakat merupakan bentuk akuntabilitas.

Sistem akuntansi yang baik berdampak

terhadap pihak yang menggunakan laporan

keuangan yang memiliki kepentingan bersama

dalam rangka menilai jasa yang diberikan oleh

Baitul Mal Kabupaten Pidie. Dimana Baitul Mal

Kabupaten Pidie merupakan implementasi dari

prinsip dasar yaitu bertanggungjawab dan

transparan (amanah) dalam pengelolaan zakat

mendapatkan kepercayaan dari muzzaki atau

masyarakat untuk membuat laporan keuangan,

sehingga dengan adanya laporan keuangan

mendapatkan bukti dasar implementasi kinerja yang

professional dan terpercaya.

Adapun alasan memilih Baitul Mal

Pidie sebagai objek penelitian yaitu

dikarenakan pada tahun 2017 diantara 23

Kabupaten/Kota di Aceh, Pidie merupakan salah

satu Kabupaten/Kota yang tingkat kemiskinannya

mencapai 21,43%, terjadi peningkatan dari

sebelumnya 21,25% di tahun 2016

(ModusAceh.com, 17 Agustus 2018). Sebenar-

nya program zakat produktif yang dijalankan

oleh Baitul Mal bertujuan untuk mengurangi

tingkat kemiskinan. Dikarenakan zakat produktif

dapat menjadikan mustahik menjadi lebih

produktif. Namun pada kenyataannya tujuan

tersebut masih belum tercapai. Permasalahan

utama yang menyebabkan hal tersebut terdapat

pada pihak internal dan eksternal Lembaga

pengelolaan zakat.

Adapun permasalahan internal dalam

menyelenggarakan program pemberdayaan melalui

pendayagunaan zakat atau biasa disebut

dengan zakat produktif adalah belum

matangnya perencana program, kurangnya SDM

pendamping yang handal, belum adanya alat

ukur kebehasilan program. Selain permasalahan

internal, terdapat juga permasalahan eksternal

lembaga pengelolaan zakat yaitu lemahnya

penataan sistematik kelembagaan, rendahnya jiwa

kewirausahaan mustahik, dan mustahik tidak

mengetahui aturan program zakat produktif (Arfan,

2016).

Berdasarkan hasil pengumpulan data diketahui

pada tahun 2015 dan 2016 jumlah dana zakat

produktif mengalami keseimbangan dari

tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp 100.000.000,-

dibandingkan dengan tahun 2017 dengan jumlah

dana zakat produktif yang disalurkan sebesar Rp

40.000.000.- hal ini merupakan adanya

penurunan dari tahun 2016 dan setelah itu

mengalami penurunan ditahun selanjutnya yaitu

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

125

Rp 10.000.000,-. Oleh karena itu perlu adanya

pengembangan dan peningkatan pada tahun

selanjutnya menjadi lebih baik dari tahun

sebelumnya. 25 tahun 2016 dan setelah itu

mengalami penurunan ditahun selanjutnya yaitu

Rp 10.000.000,-. Oleh karena itu perlu adanya

pengembangan dan peningkatan pada tahun

selanjutnya menjadi lebih baik dari tahun

sebelumnya. Salah satu hal yang menyebabkan

terhambatnya dana zakat produktif yaitu pihak

mustahik yang sudah menerima zakat

produktif tidak digunakan sesuai dengan

ketentuan yang telah ditetapkan. Dan dari segi

lainnya disebabkan kurangnya monitoring evaluasi

terhadap mustahik oleh pihak Baitul Mal

Kabupaten Pidie.

Berbagai macam jenis usaha mustahik yang

mendapatkan modal langsung dari Baitul Mal

Kabupaten Pidie yaitu usaha kue dan usaha

makanan jadi, usaha menjahit pakaian, usaha petani

sayur, pedagang dan lainnya. Jumlah dana yang

diterima oleh setiap mustahik tergantung usahanya

mulai dari Rp 1.000.000 sampai Rp 2.000.000

untuk tahun pertama, kemudian jumlah dana bagi

mustahik untuk tahun selanjutnya akan ditingkatkan

berdasarkan perkembangan usaha, semakin baik

perkembangan usaha, maka semakin besar dana

yang didapatkan oleh pihak mustahik. Jumlah

mustahik menurun pada Baitul Mal Kabupaten

Pidie disebabkan beberapa faktor seperti kurangnya

jumlah permohonan atau pengajuan dana pada

Baitul Mal Kabupaten Pidie, tingkat perkembangan

usaha mustahik yang menurun sehingga mustahik

tidak mengajukan peningkatan jumlah dana pada

Baitul Mal Kabupaten Pidie, adanya bantuan

lainnya dari pemerintah atau dari desa kepada

masyarakat.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut

dengan judul “Pengaruh Jumlah Zakat

Produktif, Umur Produktif Mustahik dan Lama

Usaha Mustahik terhadap Produktivitas usaha

mustahik pada Baitul Mal Kabupaten Pidie”.

KAJIAN PUSTAKA

Produktiftivitas Usaha

Menurut Wibowo (2016) produktivitas adalah

hubungan antara keluaran atau hasil organisasi

dengan masukan yang diperlukan. Produktivitas

dapat dikuantifikasi dengan membagi keluaran

dengan masukan. Menaikan produktivitas dapat

dilakukan dengan memperbaiki rasio produktivitas.

Menurut Syarifuddin dan Yani (2014:23)

produktivitas didefinisikan sebagai hubungan

antara input dan output suatu sistem produksi.

Hubungan ini sering lebih umum dinyatakan

sebagai rasio output dibagi input. Jika lebih

banyak output yang dihasilkan dengan input yang

sama, maka disebut terjadi peningkatan

produktivitas. Begitu juga kalau input yang lebih

rendah dapat menghasilkan output yang tetap,

maka produktivitas dikatakan meningkat

Menurut Hasibuan (2018:126) mengemukakan

bahwa “produktivitas adalah perbandingan antara

output (hasil dengan input (masukan). Jika

produktivitas naik ini hanya dimungkinkan oleh

adanya peningkatan efisiensi (waktu-bahan-tenaga)

dan sistem kerja, teknik produksi dan adanya

peningkatan keterampilan dari tenaga kerja”.

Menurut Ratnaningsih (2016:7) “Produktivitas

mengikut sertakan pendayagunaan secara terpadu

sumber daya manusia dan keterampilan, barang

modal, teknologi, manajemen, informasi, dan energi

kepada pengembangan dan peningkatan standar

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

126

hidup untuk seluruh masyarakat, melalui konsep

produktivitas total.

Menurut Ulfa (2019:64) produktivitas dana

zakat bagi mustahik dalam peningkatan usaha,

terdapat beberapa jenis:

1. Bantuan modal usaha

a. Bantuan modal usaha kecil.

b. Bantuan dana bergulir (UMKM).

c. Bantuan usaha menjahit masyarakata binaan

Baznas.

2. Pelatihan life skil

a. Pelatihan menjahit.

b. Service AC.

c. Service motor.

d. Pelatihan pengelasan.

3. Bantuan pengadaan gerobak dan modal usaha.

Jumlah Zakat Produktif

Menurut Huda, et al. (2015) zakat adalah

istilah Al-Qur’an yang menandakan kewajiban

khusus memberikan sebagian kekayaan individu

dan harta untuk amal. Salah satu faktor yang diduga

mempengaruhi produktivitas usaha mustahik adalah

jumlah zakat produktif. Zakat produktif adalah

zakat yang dikelola dengan cara produktif, yang

dilakukan dengan cara pemberian modal usaha

kepada para fakir dan miskin sebagai penerima

zakat dan kemudian dikembangkan, untuk

memenuhi kebutuhan hidup mereka pada masa

yang akan datang.

Menurut Rakhma (2018) menyatakan bahwa

jumlah zakat produktif yang diberikan kepada

mustahik akan digunakan sebagai modal usaha.

Menurut Arfan (2016:317) zakat produktif

adalah zakat yang dikelola secara produktif, yang

dilakukan dengan cara pemberian modal usaha

kepada fakir dan miskin sebagai penerima zakat dan

kemudian dikembangkan, untuk memenuhi

kebutuhan hidup mereka pada masa yang akan

datang.

Menurut Barkah, et al. (2020) zakat produktif

adalah pemberian zakat yang dapat membuat para

penerimanya menghasilkan sesuatu secara terus-

meneru, dengan harta zakat yang telah diterimanya.

Zakat produktif dengan demikian adalah zakat di

mana harta atau dana zakat yang diberikan kepada

para mustahik tidak dihabiskan, akan tetapi

dikembangkan dan digunakan untuk membantu

usaha mereka.

Menurut Arfan (2016:317) jumlah zakat

produktif yang diberikan kepada mustahik akan

digunakan sebagai modal usaha. Faktor modal

memiliki peranan penting dalam menjalankan

kegiatan produksi dan pengembangan usaha.

Semakin besar jumlah zakat produtif yang diterima

mustahik, maka skala yang dihasilkan semakin

besar pula sehingga akan berpengaruh terhadap

pada produktivitas mustahik.

Umur Produktif Mustahik

Faktor berikutnya yang diperkirakan

mempengaruhi produktivitas usaha mustahik adalah

umur produktif mustahik menurut Rakhma (2018).

Umur seseorang berpengaruh terhadap

pengambilan keputusan dan kemampuan

aktivitas fisiknya. Penduduk yang dikategorikan

dalam usia produktif adalah antara usia 15 –64

tahun, sedangkan usia anak-anak (di bawah 15

tahun) dan usia tua (di atas 65 tahun)

dikategorikan sebagai usia non produktif

berdasarkan umum mustahik. Umur mustahik

yang masih berada usia produktif akan

mempengaruhi kemampuan mustahik dalam

mengelola usaha, sehingga usahanya semakin

berkembang dan kesejahteraannya pun ikut

meningkat.

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

127

Menurut Mudah dan Arfan (2016:317) Umur

mustahik cukup menentukan keberhasilan dalam

melakukan suatu pekerjaan, baik sifatnya fisik

maupun non fisik. Pada umumnya, mustahik yang

berumur tua mempunyai tenaga fisik yang lemah

dan terbatas, sebaliknya mustahik yang berumur

muda mempunyai kemampuan fisik yang kuat.

Namun umur yang produktif memiliki batas usia

tertentu. Semakin bertambah umur semakin

produktif dalam berusaha karena dianggap memiliki

pengalaman kerja yang lebih banyak dibandingkan

dengan yang masih muda kecuali mustahik yang

memasuki waktu pensiun.

Lama Usaha Mustahik

Menurut Herawati dan Sasana (2013:4) faktor

lain yang diduga berpengaruh terhadap

produktivitas usaha mustahik adalah lama usaha

mustahik. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin

lama bekerja maka produktivitas tenaga kerja

semakin meningkat.

Menurut Rakhma (2018:4) lama usaha adalah

lamanya usaha yang telah dijalankan mustahik. Ada

asumsi yang menyatakan bahwa semakin lama

seseorang tersebut bekerja, maka pengalaman yang

dimiliki akan lebih banyak sehingga lebih

mengetahui strategi apa yang harus dilakukan agar

usahanya lebih maju dan pada akhirnya

kesejahteraannya pun ikut meningkat.

Menurut Arfan (2016:320) lama usaha adalah

berapa lamanya usaha yang dijalankan mustahik

atau berapa lama pengalamannya dalam

menjalankan aktivitas usahanya sehingga ada

asumsi yang menyatakan bahwa semakin lama

seseorang tersebut bekerja, maka pengalaman yang

dimiliki akan lebih banyak sehingga lebih

mengetahui strategi apa yang harus dilakukan agar

usahanya lebih maju dan pada akhirnya

produktivitasnya pun ikut meningkat.

Tambunan dan Woyanti (2012) menyatakan

bahwa pengalaman kerja berpengaruh signifikan

terhadap produktivitas tenaga kerja.

Penelitian Sebelumnya

Banyak penelitian sebelumnya yang

membahas tentang produktivitas usaha. Beberapa

penelitian tersebut menjadi acuan dalam penelitian

ini, yaitu:

Tanjung (2019) dengan judul Pengaruh Zakat

Produktif Baznas Kota Medan Terhadap

Pertumbuhan Usaha Dan Kesejahteraan Mustahik

Di Kecamatan Medan Timur. Penelitian ini

merupakan penelitian kuantitatif yang

menggunakan analisis pendekatan SPSS. Hasil

penelitian menunjukkan Zakat, Infaq dan Sedekah

Produktif berpengaruh terhadap pertumbuhan usaha

mikro mustahik di Kota Medan, sedangkan Zakat,

Infaq dan Sedekah Produktif tidak berpengaruh

terhadap kesejahteraan mustahik di Kota Medan,

adapun pertumbuhan usaha mikro mustahik tidak

berpengaruh terhadap kesejahteraan mustahik di

Kota Medan. Potensi ZIS di Kota Medan

sebenarnya cukup besar, apabila mereka

menyalurkan zakatnya melalui BAZNAS Kota

Medan akan terkumpul dana yang lebih besar bagi

kemaslahatan ummat.

Utami (2018) dengan judul Pengaruh

Pendayagunaan Zakat Produktif Terhadap

Pemberdayaan Mustahik Di Kota Medan. Hasil

analisis statistik melalui paired sample t-test

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat

pendapatan mustahik sebelum dan sesudah

menerima zakat produktif, dimana perbedaan

tersebut rata-rata mengalami peningkatan walaupun

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

128

dalam jumlah yang relatif sedikit. Kenaikan

pendapatan minimum mustahik yaitu sebesar Rp

300.000 perbulan dan kenaikan pendapatan

maksimum yaitu sebesar Rp 2.000.000 perbulan.

Kenaikan pendapatan rata-rata 37 responden dapat

dilihat dari nilai mean paired samples test yaitu

sebesar Rp 303.500 perbulan

Azhari (2018) dengan judul Pengaruh

Pendayagunaan Zakat Produktif Terhadap

Pertumbuhan Usaha Mikro Dan Penyerapan Tenaga

Kerja Mustahik Pada Program Jatim Makmur

Baznas Jawa Timur. Hasil perhitungan PLS

menunjukkan bahwa koefisien hasil pengujian

hipotesis (path modeling) zakat produktif terhadap

pertumbuhan usaha mikro sebesar 0,837 dan T-

statistic sebesar 9.835 dan p-value sebesar 0.000.

Jadi, nilai koefisien path lebih dari 1,96 serta nilai

p-value berada di angka yang lebih kecil dari 0,05

atau 5%, sehingga hipotesis adanya pengaruh

pendayagunaan zakat produktif terhadap

pertumbuhan usaha mikro diterima. Sedangkan

hipotesis adanya pengaruh pertumbuhan usaha

mikro terhadap penyerapan tenaga kerja dengan T-

statistic sebesar 0.919 dan p-value sebesar 0.000.

Jadi, nilai koefisien path 26.049 lebih dari 1,96

serta nilai p-value berada di angka yang lebih kecil

dari 0,05 atau 5% menunjukkan bahwa hipotesis

yang kedua juga diterima. Artinya semakin besar

manfaat, hasil dan juga besaran zakat produktif

yang diberikan kepada mustahik berpengaruh

terhadap tingkat pertumbuhan usaha mikro, dan

semakin tinggi tingkat pertumbuhan usaha mikro

maka dapat menaikkan indikator penyerapan tenaga

kerja.

Arfan (2016) dengan judul Pengaruh Jumlah

Zakat Produktif, Umur Produktif Mustahik, Dan

Lama Usaha Mustahik Terhadap Produktivitas

Usaha Mustahik (Studi pada Baitul Mal Kota Banda

Aceh). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

Jumlah zakat produktif, umur produktif mustahik,

dan lama usaha mustahik secara bersama-sama

berpengaruh terhadap produktivitas usaha mustahik.

Jumlah zakat produktif berpengaruh terhadap

produktivitas usaha mustahik. Umur produktif

mustahik berpengaruh terhadap produktivitas usaha

mustahik. Lama usaha mustahik berpengaruh

terhadap produktivitas usaha mustahik.

Kerangka Pemikiran

1. Hubungan Jumlah Zakat Produktif dengan

Produktivitas Usaha Mustahik

Salah satu faktor yang memberikan

dampak terhadap produktivitas adalah modal.

Modal merupakan faktor yang memiliki peranan

penting dalam kegiatan produksi dan

pengembangan usaha. Jumlah zakat produktif

yang diberikan kepada mustahik akan digunakan

sebagai modal usaha. Semakin besar jumlah zakat

produktif yang diberikan, maka proporsi yang

dihasilkan mustahik akan semakin besar pula

sehingga mampu mempengaruhi produktivitas

usaha. Penelitian Fajrin (2015) menyatakan bahwa

secara individual variabel modal usaha mikro

mempunyai dampak yang positif terhadap variabel

keuntungan usaha mustahik secara signifikan.

Semakin banyak usaha mikro, maka keuntungan

usaha mikro yang dihasilkan juga semakin

meningkat.

2. Hubungan Umur Produktif Mustahik dengan

Produktivitas Usaha Mustahik

Salah satu faktor umum yang mempengaruhi

produktivitas adalah manusia, yang meliputi

keahlian dan umur. Umur sangat mempengaruhi

keberhasilan suatu usaha, baik yang bersifat fisik

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

129

maupun nonfisik. Pada umumnya, mustahik yang

berumur tua mempunyai tenaga fisik yang lemah

dan terbatas. Namun sebaliknya,mustahik yang

berumur muda mempunyai tenaga fisik yang kuat.

Akan tetapi umur yang produktif mempunyai

batasan tertentu. Semakin bertambah umur

produktif mustahik maka dianggap semakin

produktif karena dianggap memiliki lebih banyak

pengalaman dibandingkan dengan mustahik yang

berumur muda kecuali mustahik yang sudah

memasuki usia pensiun.

3. Hubungan Lama Usaha Mustahik dengan

Produktivitas Usaha Mustahik

Lama usaha adalah berapa lamanya usaha yang

dijalankan mustahik atau berapa lama

pengalamannya dalam menjalankan aktivitas

usahanya sehingga ada asumsi yang menyatakan

bahwa semakin lama seseorang tersebut bekerja,

maka pengalaman yang dimiliki akan lebih banyak

sehingga lebih mengetahui strategi apa yang harus

dilakukan agar usahanya lebih maju dan pada

akhirnya produktivitasnya pun ikut meningkat

(Rakhma, 2014).

Kerangka berpikir merupakan sebuah model

konseptual tentang bagaimana teori dengan

berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai

masalah yang penting. Kerangka pemikiran yang

baik akan menjelaskan secara teoritis peraturan

antara variabel dependen dengan variabel

independen. Berdasarkan landasan teoritis dan

penelitian sebelumnya, maka hubungan antar

variabel dalam penelitian ini dapat digambarkan

sebagai berikut:

H1

H2

H3

H4

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Hipotesis

Berdasarkan landasan teoritis, penelitian

sebelumnya dan kerangka pemikiran, maka

hipotesis dalam penelitian ini yaitu:

H1 : Jumlah zakat produktif berpengaruh

terhadap produktivitas usaha mustahik pada

Baitul Mal Kabupaten Pidie

H2 : Umur produktif mustahik berpengaruh

terhadap produktivitas usaha mustahik pada

Baitul Mal Kabupaten Pidie

H3 : Lama usaha mustahik berpengaruh terhadap

produktivitas usaha mustahik pada Baitul

Mal Kabupaten Pidie

H4 : Jumlah zakat produktif, umur produktif

mustahik dan lama usaha mustahik secara

simultan berpengaruh terhadap produktif

usaha mustahik Baitul Mal Pidie

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah para mustahik terdaftar pada Baitul Mal

Pidie yang membuka berbagai usaha yaitu sebanyak

58 mustahik. Menurut Sugiyono (2017:80) populasi

merupakan subyek penelitian. Populasi merupakan

wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

Jumlah Zakat

Produktif

(X1)

Umur Produktif

Mustahik (X2)

Lama Usaha

Mustahik (X3)

Produktivitas

Usaha Mustahik

(Y)

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

130

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya.

Berdasarkan pengambilan data awal jumlah

mustahik yang berjualan kios penerima zakat

produktif dalam bentuk modal usaha pada tahun

2019 berjumlah 58 mustahik (berdasarkan data

pada Tabel I.1), sedangkan sampel adalah bagian

dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Kerana jumlah populasi dalam

penelitian ini dibawah 100 maka seluruh jumlah

populasi dijadikan sampel, sehingga jumlah sampel

dalam penelitian ini sebanyak 58 mustahik.

Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang di pergunakan dalam penelitan ini

adalah dengan cara data primer. Data primer adalah

data yang diperoleh oleh peneliti dari sumber asli.

Data tersebut dapat diperoleh langsung dari personi

yang di teliti dan dapat pula berasal dari lapangan

(Sugiyono, 2017:147). Data primer yang di proleh

dalam penelitian ini berasal dari hail wawancara

langsung kepada pihak yang berkompetan.

Teknik pengumpulan data adalah langkah yang

paling strategis dalam penelitian, karena tujuan

utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan

data sebagai berikut (Sugiyono, 2017:137):

a. Wawancara

Wawancara adalah merupakan pertemuan dua

orang untuk bertukar informasi dan ide melalui

tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan

makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara

akan dilakukan dengan bagian pelaporan

keuangan Baitul Mal Pidie.

b. Observasi

Observasi merupakan suatu proses yang

kompleks, suatu proses yang tersusun dari

berbagi proses bologis dan pisokologis. Dua

diantaranya yang terpenting adalah proses-

proses pengamatan dan ingatan. Tehnik

pengumpulan data dengan observasi, digunakan

bila, penelitian berkenaan dengan prilaku

manusia proses kerja, gejala-geja alam dan bila

responden yang diamati tidak besar. Observasi

ini akan dilakukan di Baitul Mal Pidie.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang

telah berlalu, dokumentasi bisa berbentuk

tulisan, gambar, atau karya-karya monumental

dari seseorang. Dokumentasi berbentuk tulisan

contohnya catatan harian, sejarah kehidupan

(life history), ceritra, bografi peraturan,

kebijakan.

Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan sebagai alat analisis

dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan

analisa regresi linier berganda dengan bantuan

program SPSS versi 21. Berikut rumus regresi linier

berganda menurut Sugiyono (2017:277) adalah:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Dimana :

Y : Produktif usaha mustahik

X1 : Jumlah zakat produktif

X2 : Umur produktif mustahik

X3 : Lama usaha mustahik

a : Nilai konstan

b1,b2,b3 : Koefisien regresi

Dalam penelitian ini data dianalisis dengan

menggunakan analisa kuantitatif terhadap jawaban

responden yang diukur menggunakan skala rasio

yaitu skala pengukuran yang ditujukan pada hasil

pengukuran yang bisa dibedakan, diurutkan,

mempunyai jarak tertentu, dan bisa dibandingkan

(paling lengkap, mencakup semuanya dibanding

skala-skala dibawahannya).

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

131

Pengujian Hipotesis

Dalam penelitian ini pengujian hipotesis

dilakukan dengan menggunakan uji t (t-test) yang

merupakan uji parsial dan uji F (F-test) yaitu uji

secara serentak pada tingkat kepercayaan 95%.

1. Dalam uji secara individu dapat dilihat dengan

cara berikut:

Ho2 : Jika ß1= 0, maka Ho tidak ditolak (Ha

tidak diterima), artinya jumlah zakat

produktif secara parsial tidak

berpengaruh terhadap produktivitas

usaha mustahik pada Baitul Mal

Kabupaten Pidie.

Ho2 : Jika ß1≠ 0 maka Ha tidak ditolak (Ho

tidak diterima), artinya jumlah zakat

produktif secara parsial berpengaruh

terhadap produktivitas usaha mustahik

pada Baitul Mal Kabupaten Pidie.

Ho3 : Jika ß2= 0 maka Ho tidak ditolak (Ha

tidak diterima), artinya umur produktif

mustahik secara parsial tidak

berpengaruh terhadap produktivitas

usaha mustahik pada Baitul Mal

Kabupaten Pidie.

Ho3 : Jika ß2≠ 0 maka Ha tidak ditolak (Ho

tidak diterima), artinya umur produktif

mustahik secara parsial berpengaruh

terhadap produktivitas usaha mustahik

pada Baitul Mal Kabupaten Pidie.

Ho4 : Jika ß3= 0 maka Ho tidak ditolak (Ha

tidak diterima), artinya lama usaha

mustahik secara parsial tidak

berpengaruh terhadap produktivitas

usaha mustahik pada Baitul Mal

Kabupaten Pidie.

Ho4 : Jika ß3≠ 0 maka Ha tidak ditolak (Ho

tidak diterima), artinya lama usaha

mustahik secara parsial berpengaruh

terhadap produktivitas usaha mustahik

pada Baitul Mal Kabupaten Pidie.

2. Dalam uji bersama-sama dapat dilihat dengan

cara berikut:

Ho1 : Jika ßi = ( i = 1, 2, 3 ) = 0 : maka Ho

tidak ditolak (Ha tidak diterima),

Artinya jumlah zakat produktif, umur

produktif mustahik dan lama usaha

mustahik secara bersama-sama tidak

berpengaruh terhadap produktivitas

usaha mustahik pada Baitul Mal

Kabupaten Pidie.

Ho1 : Jika ßi = ( i = 1, 2, 3 ) ≠ 0 : maka Ha

tidak ditolak (Ho tidak diterima),

Artinya jumlah zakat produktif, umur

produktif mustahik dan lama usaha

mustahik secara bersama-sama

berpegaruh terhadap produktivitas usaha

mustahik pada Baitul Mal Kabupaten

Pidie.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Jumlah Zakat Produktif, Umur

Produktif Mustahik Dan Lama Usaha Mustahik

Terhadap Produktivitas Usaha Mustahik

Koefisien regresi 'ß' dalam penelitian ini

merupakan kontribusi besarnya perubahan nilai

variabel bebas, semakin besar nilai koefisien regresi

maka kontribusi perubahan semakin besar,

demikian pula sebaliknya akan semakin lecil.

Kontribusi perubahan variabel bebas (X) juga

ditentukan oleh koefisien regresi positif atau

negatif. Berdasarkan hasil penelitian koefisien

regresi secara bersama-sama yaitu H01 ; β1 = 0,034,

β2 = -0,001, β3 = 0,000, maka ß1 ≠ 0, ß2 ≠ 0, ß3 ≠ 0,

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

132

dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H01

ditolak dan Ha1 diterima, artinya jumlah zakat

produktif, umur produktif mustahik dan lama usaha

mustahik secara bersama-sama berpengaruh

terhadap produktivitas usaha mustahik pada Baitul

Mal Kabupaten Pidie

Pengujian secara bersama-sama dalam

penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh

variabel jumlah zakat produktif, umur produktif

mustahik dan lama usaha mustahik bersama

terhadap produktivitas usaha mustahik pada Baitul

Mal Kabupaten Pidie. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa jumlah zakat produktif, umur

produktif mustahik dan lama usaha mustahik secara

bersama-sama berpengaruh terhadap produktivitas

usaha mustahik pada Baitul Mal Kabupaten Pidie.

Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yaitu

penelitian dari Arfan (2016) karena variabel yang

diteliti sama-sama berpengaruh terhadap

produktivitas usaha mustahik yaitu jumlah zakat

produktif, umur produktif mustahik dan lama usaha

mustahik.

Pengaruh Jumlah Zakat Produktif Terhadap

Produktivitas Usaha Mustahik

Salah satu faktor yang memberikan

dampak terhadap produktivitas adalah modal.

Modal merupakan faktor yang memiliki peranan

penting dalam kegiatan produksi dan

pengembangan usaha. Jumlah zakat produktif

yang diberikan kepada mustahik akan digunakan

sebagai modal usaha. Semakin besar jumlah zakat

produktif yang diberikan, maka proporsi yang

dihasilkan mustahik akan semakin besar pula

sehingga mampu mempengaruhi produktivitas

usaha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai

koefisien regresi untuk jumlah zakat produktif

adalah sebesar 0,034, dengan demikian dapat

disimpulkan H02 ditolak dan Ha2 diterima, artinya

jumlah zakat produktif mempengaruhi

produktivitas usaha mustahik pada Baitul Mal

Kabupaten Pidie.

Hasil analisis menunjukkan nilai β1 sebesar

0,034 dengan hasil perhitungan β1 ≠ 0, dapat

disimpulkan jumlah zakat produktif secara parsial

berpengaruh terhadap produktivitas usaha mustahik

pada Baitul Mal Kabupaten Pidie. Hal ini sejalan

dengan penelitian dari sebelumnya yaitu penelitian

dari Arfan (2016) karena variabel yang diteliti

yaitu jumlah zakat produktif berpengaruh terhadap

produktivitas usaha mustahik.

Pengaruh Umur Produktif Mustahik Terhadap

Produktivitas Usaha Mustahik

Salah satu faktor umum yang mempengaruhi

produktivitas adalah manusia, yang meliputi

keahlian dan umur. Umur sangat mempengaruhi

keberhasilan suatu usaha, baik yang bersifat fisik

maupun nonfisik. Pada umumnya, mustahik yang

berumur tua mempunyai tenaga fisik yang lemah

dan terbatas. Namun sebaliknya,mustahik yang

berumur muda mempunyai tenaga fisik yang kuat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai koefisien

regresi untuk umur produktif mustahik adalah

sebesar -0,001 dengan demikian dapat disimpulkan

H03 ditolak dan Ha3 diterima, artinya umur

produktif mustahik mempengaruhi produktivitas

usaha mustahik pada Baitul Mal Kabupaten Pidie.

Hasil analisis menunjukkan nilai β2 sebesar -

0,001 dengan hasil perhitungan β2 ≠ 0, dapat

disimpulkan umur produktif mustahik secara parsial

berpengaruh terhadap produktivitas usaha mustahik

pada Baitul Mal Kabupaten Pidie. Hal ini sesuai

dengan penelitian dari sebelumnya yaitu penelitian

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

133

dari Arfan (2016) karena variabel yang diteliti umur

produktif mustahik sama-sama berpengaruh

terhadap produktivitas usaha mustahik.

Pengaruh Lama Usaha Mustahik Terhadap

Produktivitas Usaha Mustahik

Lama usaha adalah berapa lamanya usaha yang

dijalankan mustahik atau berapa lama

pengalamannya dalam menjalankan aktivitas

usahanya sehingga ada asumsi yang menyatakan

bahwa semakin lama seseorang tersebut bekerja,

maka pengalaman yang dimiliki akan lebih banyak

sehingga lebih mengetahui strategi apa yang

harusdilakukan agar usahanya lebih maju dan pada

akhirnya produktivitasnya pun ikut meningkat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai koefisien

regresi untuk lama usaha mustahik adalah sebesar

0,000 dengan demikian dapat disimpulkan H04

ditolak dan Ha4 diterima, artinya lama usaha

mustahik mempengaruhi produktivitas usaha

mustahik pada Baitul Mal Kabupaten Pidie.

Hasil analisis menunjukkan nilai β3 sebesar

0,000 dengan hasil perhitungan β3 ≠ 0, dapat

disimpulkan lama usaha mustahik secara parsial

berpengaruh terhadap produktivitas usaha mustahik

pada Baitul Mal Kabupaten Pidie. Hal ini sesuai

dengan penelitian dari sebelumnya yaitu penelitian

dari Arfan (2016) karena variabel yang diteliti lama

usaha mustahik sama-sama berpengaruh terhadap

produktivitas usaha mustahik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian, pengolahan, dan

analisis data yang telah dilakukan, maka dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Jumlah zakat produktif, umur produktif

mustahik dan lama usaha mustahik secara

simultan berpengaruh terhadap produktivitas

usaha mustahik pada Baitul Mal Kabupaten

Pidie.

2. Jumlah zakat produktif berpengaruh terhadap

produktivitas usaha mustahik pada Baitul Mal

Kabupaten Pidie.

3. Umur produktif mustahik berpengaruh terhadap

produktivitas usaha mustahik pada Baitul Mal

Kabupaten Pidie.

4. Lama usaha mustahik berpengaruh terhadap

produktivitas usaha mustahik pada Baitul Mal

Kabupaten Pidie.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka penulis

ingin menyampaikan beberapa saran kepada Baitul

Mal Kabupaten Pidie sebagai berikut:

1. Baitul Mal Kabupaten Pidie hendaklah selalu

meningkatkan pengawasan kepada mustahik

yang meminjam modal untuk usaha produtif

agar dana bantuan yang didapatkan oleh

mustahik dapat dikelola sebagaimana mestinya.

2. Baitul Mal Kabupaten Pidie diharapkan dapat

meningkatkan pendistribusian zakat produktif

kepada mustahik yang membutuhkan,

dikarenakan hasil dari penelitian menunjukkan

bahwa zakat produktif dapat membantu untuk

meningkatkan produktivitas usaha mustahik.

Bagi Mustahik yang menerima zakat produktif

diharapkan dapat mempergunakan zakat

produktif tersebut dengan sebaik mungkin

sehingga dapat meningkatkan kualitas serta

kuantitas dari usaha yang dikelolanya

3. Untuk penelitian selanjutnya agar tidak berfokus

kepada variabel jumlah zakat produktif, umur

produktif mustahik dan lama usaha mustahik

saja, tapi juga meneliti variabel lainnya seperti

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

134

pengelolaan zakat, kemampuan aparat, sistem

akuntansi zakat dan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrhaman, Qadir. (2015). Zakat ( Dalam

Dimensi Mahdah dan Sosial), Jakrata: Raja

Grafindo Persada.

Afrida, BR. (2003). Ekonomi Sumber Daya

Manusia. Jakarta: Ghalia Indonesia

Aida, E. D. N. (2016). Pengaruh Kompensasi,

Kompetensi, Dan Penilaian Kinerja Terhadap

Produktivitas Kerja Karyawan Pada Pt. Bank

Tabungan Negara (Persero), Tbk Kantor

Cabang Kediri. Artikel Skripsi Universitas

Nusantara PGRI Kediri

Ali, Mohammad Daud. (2015). Sistem Ekonomi

Islam. Jurnal Zakat dan Wakaf.

Arfan, Muhammad. (2016). Pengaruh Jumlah Zakat

Produktif, Umur Produktif Mustahik, Dan

Lama Usahamustahik Terhadap Produktivitas

Usaha Mustahik (Studi pada Baitul Mal Kota

Banda Aceh). Jurnal Ilmiah Mahasiswa

Ekonomi Akuntansi (JIMEKA) Vol. 1, No. 1.

Arikunto, S. (2018). Prosedur Suatu Penelitian.

Jakarta: Rineka Cipta

Asnainu. (2008). Zakat Produktif dalam Perspektif

Islam. Bengkulu: Pustaka Pelajar.

Azhari, Roikha. (2018). Pengaruh Pendayagunaan

Zakat Produktif Terhadap Pertumbuhan Usaha

Mikro Dan Penyerapan Tenaga Kerja

Mustahiq Pada Program Jatim Makmur Baznas

Jawa Timur. Universitas Islam Negeri Sunan

Ampel Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam

Program Studi Ekonomi Syariah Surabaya

Barkah, Qodariah., et al. (2020). Fikih Zakat,

Sedakah dan Wakaf. Jakarta: Prenadamedia

Group

Busro, Muhammad. (2018). Teori-teori Manajemen

Sumber Daya Manusia. Jakarta:

Prenadamedia Grup

Departemen Agama RI, (2007). Petunjuk

Pelaksanaan Pemberdayaan Zakat, Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Bahasa,

(2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI.) Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Didin Hafinuddin. (2018). Zakat Dalam

Perekonomian Modern. Jakrata : Gema Insani

Fadli, A.A (2017) Analisis Kinerja Keuangan

Ditinjau Dari Aspek Likuiditas Dan

Rentabilitas Ekonomi Pada PT. Astra Argo

Lestari Tbk. Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen

Universitas Pamulang, Vol. 4, No.2

Hasibuan, M.S. (2018). Manajemen Sumber Daya

Manusia. Jakarta : Penerbit Bumi Aksara.

Herawati, N & H. Sasana. (2013). Analisis

Pengaruh Pendidikan, Upah Pengalaman

Kerja, Jenis Kelamin Dan Umur Terhadap

Produktivitas Tenaga Kerja Industri

Shutllecock Kota Tegal. Diponegoro Journal

of Economics Vol. 2, No. 4: 1-8

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)., (2018). Standar

Professional Akuntan Publik (SPAP), Jakarta:

Salemba Empat.

Iskandar Muda. (2016). Pengaruh Jumlah Zakat

Produktif, Umur Produktif Mustahik, Dan

Lama Usahamustahik Terhadap Produktivitas

Usaha Mustahik, Jurnal Ilmiah Mahasiswa

Ekonomi Akuntansi (JIMEKA),Volume.1 No.1

Junaedy. (2016). Pengaruh Dana Alokasi Umum,

Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil, Sisa

Lebih Pembiayaan Anggaran Dan Luas

Wilayah,Terhadap Belanja Modal. Jurnal

Fakultas Ekonomi Universitas Yapis Papua

Kementerian Sekretariat Negara. (2013). Kajian

Kebijakan Penguatan Peran Pemerintah

Daerah Dalam Percepatan Pengentasan

Kemiskinan. Jakarta: Asisten Deputi Dukungan

Kebijakan Dalam Negeri Kedeputian Bidang

Dukungan Kebijakan.

Lestari., et al. (2009). Sistem Pendukung Keputusan

Pengukuran dan Analisis Produktivitas Usaha

Kecil Dan Menengah Menggunakan Metode

Objective Matrix Studi Kasus: Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten

Bangkalan. Jurnal Ilmiah KURSOR Vol. 5, No.

2:129-136

Nurhayati (2015) Analisis Rasio Keuangan Untuk

Mengukur Kinerja Pemerintah Daerah

Kabupaten Rokan Hulu. Jurnal Ilmiah Cano

Ekonomos Vol.4 No.1

Ratnaningsih, N. (2016). Pengaruh Motivasi Kerja

Dan Pengalaman Kerja Terhadap

Produktivitas Kerja Karyawan Pada PT.

Taspen (Persero) Kantor Cabang Yogyakarta.

Skripsi Manajemen Universitas Negeri

Yogyakarta

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

135

Ritonga, Pandapotan (2017). Analisis Akuntansi

Zakat Berdasarkan Psak No. 109 Pada Badan

Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Sumatera

Utara. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas

Muhammadiyah Sumatera Utara

Rusli. (2013). Analisis dampak pemberian modal

zakat Produktif terhadap pengentasan

kemiskinan di kabupaten Aceh Utara. Jurnal

Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah

Kuala, Vol 1, No 1: 56- 63.

Sekaran, U. (2017). Metodologi Penelitian Untuk

Bisnis. Jakarta: Salemba Empat

Soetrisno, Edy. (2009). Manajemen Sumber Daya

Manusia. Jakarta: Kencana.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Bisnis

(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).

Bandung: Alfabeta

Sulaeman, A. (2014). Pengaruh Upah dan

Pengalaman Kerja terhadap Produktivitas

Karyawan Kerajinan Ukiran Kabupaten

Subang. Jurnal Trikonomika Vol. 13, No. 1,

Juni 2014. Hlm 1-7

Syarifuddin dan Lisa, Yani. (2014). Analisis

Produktivitas Perusahaan Pada UD. Karya

Jaya. Malikussaleh Industrial Engineering

Journal Vol.3 No.2

Tanjung, Dewi, S. (2019). Pengaruh Zakat

Produktif Baznas Kota Medan Terhadap

Pertumbuhan Usaha Dan Kesejahteraan

Mustahik Di Kecamatan Medan Timur. AT-

TAWASSUTH: Jurnal Ekonomi Islam,

Volume IV No. 2 Juli

Ulfa, Marwiyah. (2019). Produktivitas Dana Zakat

Bagi Mustahik Dalam Peningkatan Usaha

(Studi Masyarakatbinaan Baznas Kota

Makassar). Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Islam Uin Alauddin Makassar

Utami, Siti, H. (2018). Pengaruh Pendayagunaan

Zakat Produktif Terhadap Pemberdayaan

Mustahiq Di Kota Medan. Jurnal Ekonomi

dan Keuangan Vol.2 No.6

Wibowo. (2016). Manajemen Kinerja. Jakarta:

Rajawali Pers

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

136

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN

PEMBELIAN HANDPHONE SAMSUNG KAJIAN TEORI

PERILAKU KONSUMEN DALAM ISLAM

(Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh)

Seri Murni Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh

Email: [email protected]

ABSTRACT

Samsung is the smartphone brand that is most in demand by consumers in Indonesia based

on the results of research by global news providers. This is certainly influenced by several

faktors that influence consumer behavior including brand faktors, price, and product quality.

This study aims to determine whether these three faktors influence the decision to purchase

Samsung mobile phones for students at Ar-Raniry State Islamic1University in Banda Aceh.

This type of research is quantitative with a questionnaire as a data collection tool. The

sampling method is Accident Sampling with a sample of 100 respondents namely students

who are on the campus of UIN Ar-Raniry Banda Aceh. The test used to test the research

instrument is the validity and reliability test with the Multiple Linear Regression research

model using SPSS 16. The results show that the brand variable, price, and product quality

both partially and simultaneously have a positive effect on purchasing decisions. Variable

price, product quality and brand are also able to explain its effect on the purchase decision

variable by 45.3% and the remaining 54.7% are influenced by other variables not included

in the study. So the more appropriate the price with the benefits, good product quality and a

good brand, the more it will improve the consumer's decision to make a purchase.

Keywords: Brand, Price, Product Quality, and Purchasing Decisions

ABSTRAK

Samsung merupakan merek smartphone yang paling banyak diminati oleh konsumen di

Indonesia dilihat berdasarkan hasil riset penyedia berita global. Hal ini tentu dipengaruhi

oleh beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen diantaranya faktor merek,

harga dan kualitas produk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ketiga faktor

tersebut mempengaruhi keputusan pembelian handphone Samsung pada Mahasiswa di

Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh. Jenis penelitian yang digunakan yaitu

kuantitatif dengan kuesioner sebagai alat bantu pengumpulan data. Metode pengambilan

sampel yaitu Accident Sampling dengan sampel sebanyak 100 responden yaitu Mahasiswa/i

yang berada di kampus UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Uji yang digunakan untuk menguji

instrumen penelitian adalah uji validitas dan reliabilitas dengan model penelitian Regresi

Linear Berganda menggunakan alat bantu SPSS 16. Hasilnya menunjukkan bahwa variabel

merek, harga dan kualitas produk baik secara parsial maupun simultan berpengaruh positif

terhadap keputusan pembelian. Variabel harga, kualitas produk dan merek juga mampu

menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel keputusan pembelian sebesar 45,3% dan sisanya

sebesar 54,7% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dicantumkan dalam penelitian. Jadi

semakin sesuai harga dengan manfaat, kualitas produk yang bagus dan merek yang baik

maka akan semakin meningkatkan keputusan konsumen untuk melakukan pembelian.

Kata Kunci : Merek, Harga, Kualitas Produk dan Keputusan Pembelian.

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

137

PENDAHULUAN

Kegiatan pemasaran sangat penting dilakukan

dalam sebuah perusahaan untuk mencapai tujuan

dari perusahaan tersebut. Keberhasilan perusahaan

dalam memasarkan suatu produk tidak hanya dilihat

dari seberapa banyak konsumen yang diperoleh,

lebih daripada itu yaitu untuk memastikan

bagaimana caranya mempertahankan konsumen

tersebut agar mereka tetap bertahan dengan produk

yang dipasarkan. Untuk masalah tersebut,

diperlukan konsep pemasaran yang baik disertai

dengan strategi yang menunjang keberhasilan suatu

perusahaan.

Pemasaran sendiri menurut Sofyan Assauri

(2004:5) merupakan aktivitas manusia yang

diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan

keinginan melalui proses pertukaran. Untuk

memuaskan konsumen, perusahaan harus jeli

melihat dan mencermati kebutuhan dan keinginan

konsumen dalam memilih suatu produk. Perilaku

konsumen adalah aktivitas konsumen yang

ditunjukkan melalui pencarian, pembelian,

penggunaan, pengevaluasian dan penentuan produk

atau jasa yang diharapkan dapat memuaskan

kebutuhan konsumen itu sendiri (Anoraga, 2004:

224).

Dari riset yang dilakukan oleh International

Data Corporation (IDC), yaitu sebuah perusahaan

penyedia berita global, layanan konsultasi dan acara

di bidang teknologi informasi, telekomunikasi dan

pasar teknologi konsumen mengemukakan bahwa

ada lima besar merek smartphone yang paling laris

di dunia tahun 2017 dan awal tahun 2018. Salah

satunya adalah Samsung. Hal ini dapat dilihat pada

tabel berikut: (Zakaria, 2018)

Tabel 1.1

Persentase Penjualan 5 Besar Smartphone Per

Kuartal Pada Tahun 2017 dan Awal Tahun 2018

Quarter 2017Q1 2017Q2 2017Q3 2017Q4 2018Q1 2018Q2

Samsung 23,2% 22,9% 22,1% 18,9% 23,5% 21,0%

Huawei 10,0% 11,0% 10,4% 10,7% 11,8% 15,9%

Apple 14,7% 11,8% 12,4% 19,6% 15,7% 12,1%

Xiaomi 4,3% 6,2% 7,5% 7,1% 8,4% 9,5%

OPPO 7,5% 8,0% 8,1% 6,9% 7,4% 8,6%

Sumber: International Data Corporation, 2018

Apabila dilihat dari sisi Indonesia, beberapa

tahun kebelakang Samsung juga berada pada

peringkat pertama, termasuk pada tahun 2017 yang

lalu, seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.2

Perbandingan 5 Besar Brand Smartphone Tahun

2016-2017

Pada tahun 2018 di kuartal I dan II, Samsung

masih tetap menduduki peringkat pertama dalam

tingkat penjualan. Hal ini dapat dilihat pada grafik

berikut:

Gambar 1.1

Grafik Perbandingan 5 Besar Penjualan

Smartphone Di Indonesia Kuartal Kedua

Tahun 2017 dan 2018

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

138

Dari data-data di atas dapat dilihat bahwa

perusahaan Samsung tidak pernah lepas dari 3 besar

dalam memasarkan produknya. Untuk menghasil-

kan produk yang berkualitas dan diminati banyak

konsumen, suatu perusahaan perlu menciptakan

berbagai model pemasaran dan strategi yang

mendukung. Amirullah (2002: 61) mengatakan

bahwa “pengambilan keputusan adalah suatu proses

penilaian dan pemilihan dari berbagai alternatif

sesuai dengan kepentingan-kepentingan tertentu

dengan menetapkan suatu pilihan yang dianggap

paling menguntungkan.” .

Adapun salah satu aspek yang mendukung

perilaku konsumen dalam memutuskan pembelian

suatu produk adalah kualitas dari produk itu sendiri.

Hal ini sesuai dengan penelitian Asep Wibowo

(2016) yang mengatakan bahwa kualitas produk

yang bagus berpengaruh terhadap keputusan

pembelian. Tetapi hasil penelitian Asep wibowo

bertentangan dengan Meiria Sari Suroso (2012)

yang mengatakan bahwa kualitas produk tidak

berpengaruh terhadap keputusan pembelian.

Pengertian kualitas produk menurut Kotler dan

Amstrong (2012: 283) adalah kemampuan sebuah

produk dalam memperagakan fungsinya, hal itu

termasuk keseluruhan durabilitas, reliabilitas,

ketepatan, kemudahan pengoperasian dan reparasi

produk juga atribut produk lainnya.

Dalam hubungannya dengan keputusan

pembelian, produk merupakan salah satu aspek

yang penting untuk mendorong konsumen

melakukan pembelian. Apabila produk yang

dipasarkan perusahaan baik dan memuaskan, maka

keputusan konsumen untuk membeli juga akan

meningkat. Begitu juga sebaliknya. Jika produk

yang dipasarkan memiliki kualitas yang buruk

maka keputusan konsumen untuk membeli produk

tersebut juga akan berkurang. Berdasarkan uraian di

atas, maka diperoleh hasil yang berbeda-beda

sehingga layak untuk dianalisis lebih lanjut.

Disebabkan karena banyaknya faktor-faktor yang

mempengaruhi keputusan pembelian, maka peneliti

hanya fokus untuk mengambil faktor merek, harga

dan kualitas produk, karena peneliti menganggap

ketiga faktor inilah yang berperan penting dalam

keputusan pembelian.

Dari penjelasan data-data di atas dapat dilihat

bahwa smartphone Samsung memiliki posisi dan

pengaruh yang cukup penting bagi perkembangan

teknologi baik di dunia maupun di Indonesia. Hal

ini tentu tidak lepas dari faktor-faktor yang

mempengaruhi keputusan konsumen dalam

melakukan pembelian. Oleh karena itu, penulis

tertarik untuk meneliti apakah Samsung juga

memiliki pengaruh pada mahasiswa di Universitas

Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh dilihat dari

faktor merek, harga, dan kualitas produk.

Tujuan dalam penelitian ini untuk menguji dan

menganalisis:

1. Pengaruh merek terhadap keputusan pembelian

Handphone Samsung pada mahasiswa

Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh.

2. Pengaruh harga terhadap keputusan pembelian

Handphone Samsung pada mahasiswa

Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh.

3. Pengaruh kualitas produk terhadap keputusan

pembelian Handphone Samsung pada mahasiswa

Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh.

4. Untuk mengetahui pengaruh perilaku mahasiswa

UIN Ar-Raniry Banda Aceh dalam perspektif

ekonomi Islam terhadap keputusan pembelian

Handphone Samsung.

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

139

LANDASAN TEORI

Keputusan Pembelian

Schiffman dan Kanuk (2004: 547) menyatakan

bahwa keputusan pembelian merupakan pemilihan

dari dua atau lebih alternatif untuk memutuskan

membeli suatu barang atau membatalkannya.

Kotler (2012: 176) mengatakan bahwa ada 5

tahap proses pengambilan keputusan yang akan

dilakukan oleh konsumen yaitu:

a. Pengenalan Masalah

Proses ini dimulai ketika pembeli mengenali

masalah atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut

dapat timbul karena adanya rangsangan internal

maupun eksternal.

b. Pencarian Informasi

Kotler (2012: 178) menjelaskan bahwa sumber

utama konsumen untuk mendapatkan informasi

dibagi menjadi empat kelompok, yaitu:

1. Sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga,

kenalan

2. Sumber komersial: iklan, wiraniaga,

penyalur, kemasan, pajangan di toko.

3. Sumber publik: media massa, organisasi

penentu peringkat konsumen.

4. Sumber pengalaman: penanganan,

pengkajian, pemakaian produk.

c. Evaluasi Alternatif

Pada tahap ini konsumen mulai melakukan

evaluasi terhadap beberapa merek yang

menghasilkan produk-produk yang sama.

d. Keputusan Pembelian

Pada tahap ini niat sudah membentuk di hati

para konsumen, sehingga keputusan untuk

membeli atau tidak sudah ditetapkan.

e. Perilaku Pasca Pembelian

Setelah membeli produk, konsumen akan

merasakan manfaat dari produk yang dibeli,

apakah menghasilkan level kepuasan atau malah

mengecewakan.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi

keputusan membeli konsumen adalah sebagai

berikut: (Swastha & Handoko, 2000: 111)

1. Lokasi Penjual yang Strategis

Lokasi yang strategis mempengaruhi keputusan

konsumen untuk membeli suatu produk.

2. Pelayanan yang Baik

Pelayanan sangat berpengaruh terhadap jadi

tidaknya transaksi pembelian oleh konsumen.

3. Kemampuan Tenaga Penjualnya

Tenaga kerja merupakan faktor utama dalam

mengembangkan sebuah perusahaan.

4. Iklan dan Promosi

Iklan dan promosi merupakan salah satu faktor

penentu keberhasilan program pemasaran.

5. Penggolongan Barang

Dalam melakukan kegiatan pembelian,

penggolongan barang akan menjadi faktor

pertimbangan bagi konsumen.

Merek

Buchari Alma (2007: 147) mengatakan bahwa

merek merupakan suatu tanda atau simbol untuk

memberikan identitas suatu barang/jasa tertentu

berupa kata-kata, gambar atau gabungan keduanya.

Menurut Rangkuti (2002: 244) merek adalah

sekumpulan pemikiran tentang suatu produk yang

terbentuk dan melekat di benak konsumen.

Merek Dalam Konsep Islam

Dalam pemasaran syari’ah, merek yang baik

akan menjadi identitas suatu produk untuk individu

atau perusahaan.

Harga

Harga adalah satuan moneter atau ukuran

lainnya (termasuk barang dan jasa) yang ditukarkan

untuk memperoleh hak kepemilikan atau

penggunaan suatu barang atau jasa atas barang yang

ditukar (Tjiptono, 2001).

Harga Dalam Konsep Islam

Harga dalam istilah fiqh disebut al-ba’i yang

memiliki pengertian menjual, membeli dan

menukar (Harun, 2000: 111). Jual beli

diperbolehkan dalam Islam sebagaimana yang

dicantumkan dalam Al-Qur’an dalam surah (Al-

baqarah: 275)n , yaitu: (Departemen Agama RI,

2010: 47)

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

140

Artinya: “Orang-orang yang makan (mengambil)

riba tidak dapat berdiri melainkan

seperti berdirinya orang yang

kemasukan syaitan lantaran (tekanan)

penyakit gila. Hal itu disebabkan karena

mereka berkata, Sesungguhnya jual beli

itu sama dengan riba, Padahal Allah

telah menghalalkan jual beli dan

mengharamkan riba. Orang-orang yang

telah sampai kepadanya larangan dari

Tuhannya, lalu terus berhenti (dari

mengambil riba), Maka baginya apa

yang telah diambilnya dahulu (sebelum

datang larangan); dan urusannya

(terserah) kepada Allah. Orang yang

kembali (mengambil riba), Maka orang

itu adalah penghuni-penghuni neraka;

mereka kekal di dalamnya.” (Q.S Al-

Baqarah [2]: 275)

Kualitas Produk

Kualitas produk merupakan kemampuan dari

suatu produk dalam menjalankan fungsinya yang

mencakup daya tahan, kehandalan atau kemajuan,

kekuatan, kemudahan dalam pengemasan dan

perbaikan produk serta ciri-ciri lainnya (Luthfia,

2012). Berdasarkan berwujud dan tidaknya,

klasifikasi produk dapat dibagi menjadi tiga, antara

lain:

1. Barang tidak tahan lama (nondurable goods),

yaitu barang berwujud yang biasanya habis

dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali

pemakaian. Contoh: makanan

2. Barang tahan lama (durable goods), yaitu

barang berwujud yang biasanya bisa bertahan

dengan banyak pemakaian. Contoh: pakaian

3. Jasa yaitu aktivitas atau manfaat yang

ditawarkan untuk dijual

Kualitas Produk Dalam Konsep Islam

Dalam ekonomi Islam, produk yang dihasilkan

perusahaan semestinya adalah produk yang dapat

bermanfaat bagi konsumennya dan juga sesuai

dengan koridor syariah yang telah ditetapkan.

Konteks produk menurut pandangan Islam:

a. Produk yang halal dan thayyib

b. Produk yang bermanfaat

c. Produk yang berpotensi ekonomi atau benefit

d. Produk yang bernilai tambah tinggi

e. Produk yang dapat memuaskan masyarakat.

(Muhammad, 2004: 110).

Pengaruh Merek Terhadap Keputusan

Pembelian

Merek merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.

Heru Febrianto (2015) dalam penelitiannya tentang

analisis pengaruh kualitas produk, harga dan citra

merek terhadap keputusan pembelian handphone

Samsung Android dengan minat beli sebagai

variabel interving menyatakan bahwa kualitas

produk, harga dan citra merek memiliki hubungan

yang signifikan terhadap minat beli, baik secara

parsial maupun simultan.

Pengaruh Harga Terhadap Keputusan

Pembelian

Augusty Ferdinand (2006: 225)

mengemukakan bahwa “harga merupakan salah

satu variabel penting dalam pemasaran, dimana

harga dapat mempengaruhi konsumen dalam

mengambil keputusan untuk membeli suatu produk,

karena berbagai alasan.”

Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Keputusan

Pembelian

Lupiyoadi dan Hamdani dalam bukunya

mengatakan bahwa “Konsumen akan menyukai

produk yang menawarkan kualitas, kinerja dan

pelengkap inovatif yang terbaik.

Hipotesis

Sugiyono (2009: 96) mengatakan bahwa

hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap

rumusan masalah penelitian, dimana rumusan

masalah dinyatakan dalam bentuk kalimat

pernyataan. Adapun hipotesis dari penelitian ini

adalah:

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

141

H01 = Merek tidak berpengaruh terhadap

keputusan pembelian Handphone

Samsung

H1 = Merek berpengaruh terhadap keputusan

pembelian Handphone Samsung

H02 = Harga tidak berpengaruh terhadap

keputusan pembelian Handphone

Samsung

H2 = Harga berpengaruh terhadap keputusan

pembelian Handphone Samsung

H03 = Kualitas produk tidak berpengaruh

terhadap keputusan pembelian Handphone

Samsung

H3 = Kualitas produk berpengaruh terhadap

keputusan pembelian Handphone

Samsung

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data Penelitian

Adapun jenis data dalam penelitian ini yaitu

menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan

sumber data yang digunakan adalah data primer.

Dalam penelitian ini yang akan dijadikan responden

atau objek penelitian adalah Mahasiswa di Kampus

UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan sumber data yang diteliti, maka

sumber data yang penulis gunakan adalah:

a. Teknik Kuisioner

b. Teknik Dokumentasi

Populasi dan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan dari objek

penelitian yang akan diteliti. Menurut Sugiyono

(2012: 119) “populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi

kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.” Populasi dari penelitian ini adalah

seluruh mahasiswa Universitas Islam Negeri Ar-

Raniry Banda Aceh yang menggunakan handphone

bermerek Samsung.

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan

diteliti yang dianggap dapat menggambarkan

populasinya (Soehartono, 2004: 57). Adapun

metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

nonprobability sampling, sedangkan teknik

pengambilan sampel menggunakan accidental

sampling yaitu teknik penentuan sampel

berdasarkan kebetulan, Adapun untuk menentukan

jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini,

Roscoe (1982: 253) dalam Uma Sekaran (2006:

160) memberikan aturan umum atau rule of thumb

untuk menentukan ukuran sampel. Dalam penelitian

ini jumlah indikator untuk semua variabel bebas

yaitu berjumlah 15 indikator, jumlah sampelnya

adalah 6 x 15 = 90, tetapi untuk mendapatkan

kuesioner yang lebih baik, penulis menggenapkan

sampel menjadi 100 orang.

Skala Pengukuran

Penelitian juga bertujuan untuk mengukur,

memperkirakan dan mengembangkan teori. Dalam

penelitian ini analisis data kuantitatif yang

digunakan adalah kuesioner dengan menggunakan

alat ukur skala likert. Djaali dan Muljono (2008:

28) mengatakan bahwa “skala likert adalah skala

yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat

dan pandangan seseorang atau sekelompok orang

tentang suatu peristiwa atau fenomena pendidikan

Model Penelitian

Dalam penelitian ini, model yang dipakai

adalah regresi linear berganda. Regresi linear

berganda merupakan teknik untuk menganalisis

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

142

pengaruh antara dua variabel atau lebih yang

mempunyai sebab akibat Adapun rumus yang

digunakan yaitu: (Subagyo & Djarwanto Ps, 2005:

67)

Y = a + b₁X₁ + b₂X₂ + b₃X₃ + e (3.1)

Dari persamaan model regresi di atas, dapat

dibentuk model persamaan berdasarkan penelitian

yang akan diteliti menjadi:

KP = a + b₁H + b₂KPr + b₃M + e (3.2)

Keterangan :

KP = Keputusan Pembelian

a = Konstanta

H = Harga

KPr = Kualitas Produk

M = Merek

b₁, b₂, b₃ = Koefisien Regresi

e = Standar Error

Teknik Analisis Data

Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui

sejauh mana kuesioner yang digunakan benar-benar

valid untuk mengukur variabel dan responden yang

menjawab sesuai dengan kriteria sampel dalam

penelitian kuantitatif.

Uji Reliabilitas

“Uji Reliabilitas bertujuan untuk mengetahui

sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten,

apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih

terhadap gejala yang sama dengan menggunakan

alat pengukur yang sama pula” (Siregar, 2013: 87).

Reliabilitas suatu model variabel dikatakan baik

jika memiliki nilai cronbach’s alpha di atas dari

0,60. Sebab kuesioner dinyatakan reliabel jika

mempunyai nilai koefisien alpha yang lebih besar

dari 0,60.

Uji Asumsi Klasik

Dalam uji asumsi klasik, ada beberapa jenis

pengujian asumsi yang dilakukan yaitu:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi yang digunakan variabel

residual atau variabel pengganggunya

terdistribusi secara normal (Ghozali, 2011: 165).

Pengujian normalitas dilakukan melalui uji

Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan program

SPSS. Kriteria pengujiannya adalah sebagai

berikut: (Sarjono & Julianita, 2011: 64)

a) Jika nilai signifikan < 0,05 berarti data tidak

berdistribusi normal.

b) Jika nilai signifikan > 0,05 berarti data

berdistribusi normal.

2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji

apakah pada model regresi ditemukan adanya

korelasi antar variabel independen/variabel

bebas. Untuk melihat ada atau tidaknya

multikolinearitas didalam model regresi dapat

dilihat dengan dua cara yaitu:

a) Melihat nilai variance inflation faktor (VIF <

10)

b) Nilai angka tolerance mendekati 1.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi terdapat

ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali,

2011: 70). Jika variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka

disebut Homokedastisitas dan jika berbeda

disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang

baik adalah yang tidak terjadi

heteroskedastisitas.

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

143

Pengujian Hipotesis

1. Uji t (Parsial)

Uji t digunakan untuk menguji apakah setiap

variabel bebas secara masing-masing parsial

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

variabel terikat (dependen) pada tingkat

kepercayaan sebesar 95% (α = 5% atau 0,05)

dengan menganggap variabel bebas bernilai konstan

(Nachrowi, 2006: 17). Rumus yang digunakan

untuk mencari 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 yaitu 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = t (α/2); n-k-1.

Keterangan:

n = jumlah sampel

k = jumlah variabel independen

Pengambilan keputusan dalam uji parsial

dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:

a. Jika sig. < α = 5% (0,05) atau 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

maka Ha diterima dan H0 ditolak artinya secara

parsial terdapat pengaruh signifikan antara

setiap variabel independen terhadap variabel

dependen.

b. Jika sig. > α = 5% (0,05) atau 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

maka Ha ditolak dan H0 diterima artinya secara

parsial tidak terdapat pengaruh signifikan antara

setiap variabel independen terhadap variabel

dependen.

2. Uji F (Simultan)

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah

semua variabel independen yang dimasukkan dalam

model regresi secara bersama-sama (simultan)

berpengaruh terhadap variabel dependen. Ketentuan

adalah sebagai berikut: (Nachrowi, 2006; 16)

a. Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak yang

artinya semua variabel independen secara

bersama-sama (secara simultan) berpengaruh

terhadap variabel dependen.

b. Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima yang

artinya semua variabel independen secara

bersama-sama (secara simultan) tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen.

3. Uji Determinasi (R²)

Koefisien determinasi (R²) pada intinya

mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam

menerangkan variasi variabel dependen. Nilai

koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.

Semakin besar nilai R² (mendekati satu) semakin

baik hasil regresi tersebut karena variabel

independen secara keseluruhan mampu

menjelaskan variasi variabel dependen dan

sebaliknya semakin mendekati angka nol berarti

semakin buruk hasil regresinya, karena variabel

independen secara keseluruhan tidak mampu

menjelaskan variasi variabel dependen (Ghozali,

2011: 97).

HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linear berganda dalam

penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan

memprediksi bagaimana variabel merek, harga, dan

kualitas produk mempengaruhi keputusan

pembelian dengan menggunakan data primer hasil

dari penyebaran kuesioner. Berdasarkan data yang

telah diolah, maka didapatkan hasil regresi yaitu:

Tabel 4.1

Hasil Uji Regresi Linear Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -9.131 3.237 -2.821 .006

Merek .669 .196 .346 3.410 .001

Harga .412 .185 .213 2.230 .028

Kualitas

Produk .348 .166 .230 2.093 .039

a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian

Sumber: SPSS Versi 16, 2018

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

144

Hasil persamaan regresi yang diperoleh

berdasarkan tabel 4.1 di atas adalah:

KP = -2,821 + 3,410 M + 2,230 H + 2,093 KPr + e

Berdasarkan persamaan regresi di atas, maka

dapat di interpretasikan sebagai berikut:

a. Nilai konstan sebesar -2,821 artinya jika

variabel merek, harga dan kualitas produk

dianggap konstan maka keputusan pembelian

handphone Samsung turun sebesar 2,821 atau

282,1%.

b. Nilai koefisien merek sebesar 3,410 menyatakan

bahwa apabila variabel merek (X1) meningkat

sebesar 1 satuan, maka keputusan pembelian

juga akan meningkat sebesar 3,410 satuan

dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap

konstan.

c. Nilai koefisien harga sebesar 2,230 menyatakan

bahwa jika variabel harga (X2) meningkat

sebesar 1 satuan, maka keputusan pembelian

juga akan ikut meningkat sebesar 2,230 satuan

dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap

konstan.

d. Nilai koefisien kualitas produk sebesar 2,093

berarti bahwa jika variabel kualitas produk (X3)

meningkat sebesar 1 satuan, maka keputusan

pembelian juga akan turut meningkat sebesar

2,093 satuan dengan asumsi bahwa variabel lain

dianggap konstan.

Analisis Uji Hipotesis

1. Uji t (Parsial)

Tabel 4.2

Hasil Uji t (Parsial)

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -9.131 3.237 -2.821 .006

Merek .669 .196 .346 3.410 .001

Harga .412 .185 .213 2.230 .028

Kualitas

Produk .348 .166 .230 2.093 .039

a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian

Sumber: SPSS Versi 16, 2018

Berdasarkan tabel 4.2 di atas, dapat diperoleh

hasil uji t (parsial) yaitu sebagai berikut:

a. Variabel merek (X1) memiliki nilai t hitung

sebesar 3,410 > t tabel sebesar 1,985 dan

signifikansi 0,001 < 0,05 sehingga dapat

disimpulkan bahwa variabel merek berpengaruh

terhadap keputusan pembelian sebesar 3,410.

b. Variabel harga (X2) memiliki nilai t hitung

sebesar 2,230 > t tabel sebesar 1,985 dan

signifikansi 0,028 < 0,05 sehingga dapat

disimpulkan bahwa variabel harga berpengaruh

terhadap keputusan pembelian sebesar 2,230.

c. Variabel kualitas produk (X3) memiliki nilai t

hitung sebesar 2,093> t tabel sebesar 1,985 dan

signifikansi 0,039 < 0,05 sehingga dapat

disimpulkan bahwa variabel kualitas produk

berpengaruh terhadap keputusan pembelian

sebesar 2,093.

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

145

2. Uji F (Simultan)

Tabel 4.3

Hasil Uji F (Simultan) ANOVAb

Model Sum of Squares df

Mean Square F Sig.

1 Regression 804.345 3 268.115 26.542 .000a

Residual 969.765 96 10.102

Total 1774.110 99

a. Predictors: (Constant), Merek, Harga, Kualitas Produk

b. Dependent Variable: Keputusan Pembelian

Sumber: SPSS Versi 16, 2018

Berdasarkan tabel 4.3 dari hasil uji F

(Simultan) diperoleh nilai F hitung sebesar 26,542

> F tabel sebesar 2,70 dan nilai probabilitas

signifikansi 0,000 < 0,05 sehingga dapat

disimpulkan bahwa variabel merek, harga, dan

kualitas produk terdapat pengaruh yang signifikan

secara bersama-sama (simultan) terhadap

keputusan pembelian handphone merek Samsung.

3. Uji Determinasi

Tabel 4.4

Hasil Uji Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

Estimate

1 .673a .453 .436 3.17832

a. Predictors: (Constant), Merek, Harga, Kualitas Produk

b. Dependent Variable: Keputusan Pembelian

Sumber: SPSS Versi 16, 2018

Berdasarkan tabel 4.23 di atas, diperoleh R

Square atau koefisien determinasi sebesar 0,453

atau 45,3%. Hal ini menunjukkan bahwa 45,3%

keputusan pembelian handphone Samsung

dipengaruhi oleh variabel harga, kualitas produk

dan merek. Sedangkan 54,7% sisanya dipengaruhi

oleh variabel lain yang tidak terdapat pada

penelitian ini.

Pembahasan Penelitian

1. Pengaruh Variabel Merek Terhadap

Keputusan Pembelian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada

variabel merek diperoleh nilai t hitung sebesar

3,410 dengan nilai signifikansi sebesar 0,001. Dari

hasil yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa

semakin baik merek di mata konsumen, maka

semakin tinggi juga keputusan konsumen untuk

melakukan pembelian..

2. Pengaruh Variabel Harga Terhadap

Keputusan Pembelian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada

variabel harga diperoleh nilai t hitung sebesar 2,230

dengan nilai signifikansi sebesar 0,028. Dari hasil

analisis yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa

penelitian ini berhasil membuktikan tentang

hipotesis pertama yang menyatakan bahwa “harga

berpengaruh terhadap keputusan pembelian

handphone Samsung. Hal ini berarti semakin sesuai

harga barang yang ditawarkan dengan manfaat yang

diperoleh maka semakin tinggi keputusan

konsumen untuk melakukan pembelian produk

handphone merek Samsung.

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan

oleh Stanton dalam Rosvita (2010: 24) yang

mengatakan bahwa salah satu indikator untuk

mengukur harga adalah dengan melihat kesesuaian

harga dengan manfaat yang diperoleh. Jika harga

sesuai dengan manfaat yang didapatkan atau

bahkan lebih, maka semakin kuat juga keputusan

konsumen untuk melakukan keputusan pembelian.

3. Pengaruh Variabel Kualitas Produk

Terhadap Keputusan Pembelian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada

variabel kualitas produk diperoleh nilai t hitung

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

146

sebesar 2,093 dengan nilai signifikansi sebesar

0,039. Dari hasil yang sudah dilakukan

menunjukkan bahwa kualitas produk berpengaruh

terhadap keputusan pembelian handphone

Samsung. Hal ini berarti semakin baik kualitas

produk, maka akan meningkatkan keputusan

konsumen untuk melakukan pembelian.

Kualitas produk merupakan salah satu aspek

yang penting dalam kegiatan mengkonsumsi.

Konsumen tentu tidak akan membeli suatu produk

yang tidak memenuhi harapan. Bagian dari produk

yang diharapkan seperti keandalan dan kualitas

kinerja yang dimiliki juga menjadi indikator

penting dalam memutuskan pembelian suatu

produk. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Asep Wibowo (2016: 97) yang

mengatakan bahwa kualitas produk yang bagus

berpengaruh terhadap keputusan pembelian.

4. Pengaruh Variabel Merek, Harga, dan

Kualitas Produk Terhadap Keputusan

Pembelian

Hasil pengujian yang telah dilakukan

memperoleh nilai 𝑓ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 sebesar 26,542 dengan

signifikansi sebesar 0,000. Dari hasil tersebut,

penelitian ini berhasil membuktikan bahwa ada

pengaruh secara simultan antara merek, harga, dan

kualitas produk terhadap keputusan pembelian

handphone Samsung pada Mahasiswa Universitas

Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh. Hasil uji R

square menunjukkan bahwa didapatkan nilai

sebesar 0,453. Hal ini menunjukkan bahwa

keputusan pembelian dipengaruhi oleh variabel

merek, harga, dan kualitas produk sebesar 45,3%,

sedangkan sisanya sebesar 54,7% dipengaruhi oleh

faktor lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini,

sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa semakin

baik harga, kualitas produk dan merek maka

semakin tinggi juga keputusan konsumen untuk

melakukan pembelian.

Deskripsi Hasil Kuesioner Kajian Teori Perilaku

Konsumen Dalam Islam

Untuk melihat kecenderungan responden

berperilaku sesuai konsep syari’ah dalam membuat

keputusan pembelian handphone bermerek

Samsung, maka dapat dirincikan berdasarkan

prinsip-prinsip berikut:

1. Prinsip Keadilan

Tabel 4.5

Perilaku Konsumen Berdasarkan Prinsip

Keadilan

Pertanyaan Skala Ukur Jumlah Persentase

Saya

menyeimbangkan

penggunaan

handphone

Samsung di setiap

aktivitas untuk

kesehatan jasmani

dan rohani

Sangat Setuju 25 25%

Setuju 36 36%

Kurang Setuju 20 20%

Tidak Setuju 9 9%

Sangat Tidak Setuju 10 10%

Total 100 100%

Sumber: Data Primer Telah Diolah Kembali (2018)

Berdasarkan tabel 4.5 memperlihatkan bahwa

jawaban responden berdasarkan prinsip keadilan

mendapatkan hasil yang paling besar dengan

jumlah 36 dengan skala ukur setuju, sedangkan

jumlah terkecil yaitu berjumlah 9 dengan skala ukur

tidak setuju. Hal ini dapat disimpulkan bahwa 36%

pengguna handphone Samsung dapat

menyeimbangkan penggunaan handphone Samsung

dalam setiap aktivitasnya sehari-hari. Maksud dari

kalimat dapat menyeimbangkan yaitu responden

berlaku adil terhadap dirinya sendiri dalam

menggunakan handphone, walaupun kebanyakan

responden lebih banyak menggunakan

handphonenya lebih dari 6 jam per hari berdasarkan

hasil kuesioner karakteristik responden, namun

penggunaan yang dimaksudkan adalah penggunaan

yang bermanfaat seperti mencari tugas, membaca

berita dan mencari informasi lainnya.

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

147

2. Prinsip Kebersihan

Tabel 4.6

Perilaku Konsumen Berdasarkan Prinsip

Kebersihan

Pertanyaan Skala Ukur Jumlah Persentase

Saya memilih

menggunakan

handphone

Samsung

lebih karena

nilai-nilai

manfaat yang

ditawarkan,

bukan untuk

mengikuti tren

Sangat Setuju 37 37%

Setuju 21 21%

Kurang Setuju 25 25%

Tidak Setuju 11 11%

Sangat Tidak Setuju 6 6%

Total 100 100%

Sumber: Data Primer Telah Diolah Kembali (2018)

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa

jawaban responden berdasarkan prinsip kebersihan

mendapatkan hasil yang paling besar dengan

jumlah 37 dengan skala ukur sangat setuju,

sedangkan jumlah terkecil yaitu berjumlah 6

dengan skala ukur sangat tidak setuju. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa 37% responden menggunakan

handphone Samsung karena manfaat yang

ditawarkan, bukan untuk mengikuti tren. Prinsip

kebersihan disini mengarah pada mengkonsumsi

produk yang halalan thayyiban, sehingga diperoleh

manfaat dari produk yang dikonsumsi tersebut.

3. Prinsip Kesederhanaan

Tabel 4.7

Perilaku Konsumen Berdasarkan Prinsip

Kesederhanaan

Pertanyaan Skala Ukur Jumlah Persentase

Saya merasa

cukup hanya

dengan

memiliki satu

handphone

yaitu yang

bermerek

Samsung

Sangat Setuju 25 25%

Setuju 39 39%

Kurang Setuju 17 17%

Tidak Setuju 12 12%

Sangat Tidak Setuju 7 7%

Total 100 100%

Sumber: Data Primer Telah Diolah Kembali (2018)

Berdasarkan tabel 4.7 memperlihatkan bahwa

jawaban responden berdasarkan prinsip

kesederhanaan mendapatkan hasil yang paling besar

yaitu berjumlah 39 dengan skala ukur setuju,

sedangkan jumlah terkecil yaitu berjumlah 7

dengan skala ukur sangat tidak setuju. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa 39% responden merasa cukup

hanya dengan memiliki satu handphone yaitu yang

bermerek Samsung. Prinsip kesederhanaan dalam

hal ini yaitu responden merasa qana’ah dan tidak

mengedepankan hawa nafsu dengan tidak

menimbulkan sifat tabzir atau israf sehingga

terwujudnya salah satu perilaku konsumen sesuai

syari’ah yaitu prinsip kesederhanaan.

4. Prinsip Kemurahan Hati

Tabel 4.8

Perilaku Konsumen Berdasarkan Prinsip

Kemurahan Hati

Pertanyaan Skala Ukur Jumlah Persentase

Saya mengguna-

kan handphone

Samsung dengan

salah satu tujuan

untuk mengerat-

kan tali

persaudaraan

dengan sesama

Sangat Setuju 18 18%

Setuju 46 46%

Kurang Setuju 24 24%

Tidak Setuju 13 13%

Sangat Tidak Setuju 9 9%

Total 100 100%

Sumber: Data Primer Telah Diolah Kembali (2018)

Berdasarkan tabel 4.8 memperlihatkan bahwa

jawaban responden berdasarkan prinsip kemurahan

hati mendapatkan hasil yang paling besar dengan

jumlah 46 dengan skala ukur setuju, sedangkan

jumlah terkecil yaitu berjumlah 9 dengan skala ukur

sangat tidak setuju. Hal ini dapat disimpulkan

bahwa 46% responden menggunakan handphone

Samsung dengan salah satu tujuan untuk

mengeratkan tali persaudaraan dengan sesama.

Perilaku konsumen dengan prinsip kemurahan hati

yaitu responden menumbuhkan kelembutan hati dan

sifat saling tolong menolong serta memiliki cinta

kasih terhadap sesama sehingga akan tumbuh rasa

persaudaraan satu sama lain.

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

148

5. Prinsip Moralitas

Tabel 4.9

Perilaku Konsumen Berdasarkan Prinsip Moralitas

Pertanyaan Skala Ukur Jumlah Persentase

Saya tidak

tergesa-gesa

saat membeli

handphone

Samsung

untuk

menghindari

penyesalan

dimasa yang

akan datang

Sangat Setuju 17 17%

Setuju 49 49%

Kurang Setuju 14 14%

Tidak Setuju 8 8%

Sangat Tidak Setuju 12 12%

Total 100 100%

Sumber: Data Primer Telah Diolah Kembali (2018)

Berdasarkan tabel 4.28 memperlihatkan bahwa

jawaban responden berdasarkan prinsip moralitas

mendapatkan hasil yang paling besar dengan

jumlah 49 dengan skala ukur setuju, sedangkan

jumlah terkecil yaitu berjumlah 8 dengan skala ukur

tidak setuju

KESIMPULAN

Kesimpulan dari hasil analisis yang telah

dilakukan yaitu sebagai berikut:

a. Secara parsial variabel merek (X1) berpengaruh

terhadap keputusan pembelian handphone

Samsung pada Mahasiswa Universitas Islam

Negeri Ar-Raniry Banda Aceh yaitu sebesar

3,410, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa

adanya hubungan positif antara variabel merek

terhadap keputusan pembelian.

b. Secara parsial variabel harga (X2) berpengaruh

terhadap keputusan pembelian handphone

Samsung pada Mahasiswa Universitas Islam

Negeri Ar-Raniry Banda Aceh yaitu sebesar

2,230, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa

adanya hubungan positif antara variabel harga

terhadap keputusan pembelian.

c. Secara parsial variabel kualitas produk (X3)

berpengaruh terhadap keputusan pembelian

handphone Samsung pada Mahasiswa

Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh

yaitu sebesar 2,093, sehingga dapat ditarik

kesimpulan bahwa adanya hubungan positif

antara variabel kualitas produk terhadap

keputusan pembelian.

d. Hasil kuesioner perilaku konsumen berdasarkan

perspektif ekonomi Islam menunjukkan bahwa

prinsip keadilan, kebersihan, kesederhanaan,

kemurahan hati dan moralitas memiliki

pengaruh pada perilaku konsumen berdasarkan

ekonomi Islam.

REFERENSI

Agama RI, Departemen. (2010). Al-Hikmah Al-

Qur'an dan Terjemahnya. Bandung:

Diponegoro.

Adriansyah, Muhammad Ari., Aryanto, Rudy.,

Toindo, Harly., Agustina, Shirley. (2012).

Jurnal. Peran Minat Pembelian Konsumen

Sebagai Mediasi Kualitas Produk Terhadap

Keputusan Pembelian Pada Perusahaan Kue,

volume 4 no.1. Binus Business Review.

Al-Haritsi, Jaribah Bin Ahmad. (2006). Fiqih

Ekonomi Umar Bin Al-Khattab, Cet.1. Jakarta:

Khalifa.

Alma, Buchari. (2007). Manajemen Pemasaran dan

Pemasaran Jasa. Bandung: Alfabeta.

Amirullah. (2002). Perilaku Konsumen Edisi

Pertama Cetakan Pertama. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Amstrong, P. Kotler. (2012). principles of

marketing. Ney Jersey: Pearson Education

Limited.

Angipora, Marius P. (2002). Dasar-Dasar

Pemasaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Anoraga, Pandji. (2004). Manajemen Bisnis,

Cetakan Ketiga. Jakarta: Rineka Cipta.

Assauri, Sofjan. (2004). Manajemen Pemasaran.

Jakarta: Rajawali Press.

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

149

Aziz, Abdul. (2013). Etika Bisnis Perspektif Islam.

Bandung: Alfabeta.

Chalil, Zaki Fuad. (2009). Pemerataan Distribusi

Kekayaan Dalam Ekonomi Islam. Jakarta:

Erlangga.

C.Mowen, John., & Yahya, Michael Minor. (2002).

Perilaku Konsumen. Jakarta: Erlangga.

Durianto, Darmadi., Sugiarto., Sitinjak, Tony.

(2004). Strategi Menaklukkan Pasar Melalui

Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Febrianto, Heru. (2015). Skripsi. Analisis Pengaruh

Kualitas Produk, Harga dan Citra Merek

Terhadap Keputusan Pembelian Handphone

Samsung Android Dengan Minat Beli Sebagai

Variabel Interverning. Surakarta: Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Ferdinand, August. (2006). Metode Penelitian

Modern. Semarang: Universitas Diponegoro.

G.Amstrong, P. Kotler. (2003). Manajemen

Pemasaran, Edisi Ke Sembilan. Jakarta: Indeks

Gramedia.

Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis

Multivariate Dengan Program SPSS.

Semarang: Badan Penerbit Universitas

Diponegoro.

Gilarso, T. (2003). Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro

(Edisi Revisi). Yogyakarta: Kanisius.

Hamdani, A., & Lupiyadi, Rambat. (2006).

Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi Kedua.

Jakarta: Salemba Empat.

Harun, Nasrun. (2000). Fiqh Muamalah. Jakarta:

Gaya Media Pratama.

Hidayat, Muhammad. (2010). An Introduction To

The Syaria Economic: Pengantar Ekonomi

Islam, cet.1. Jakarta: Zikrul Hakim.

Ismaya, Sujaya., Winarno, Sigit. (2007). Kamus

Besar Ekonomi. Bandung: Pustaka Grafika.

Julianita., Sarjono. (2011:64). SPSS VS LISREL:

Sebuah Pengantar, Aplikasi Untuk Riset.

Jakarta: Salemba Empat.

Kanuk., & Schifman. (2008). Perilaku Konsumen

Edisi 7. Jakarta: Indeks.

. (2004). Consumen Behaviour

8th Edition. New Jersey: Prentice Hall.

Kartajaya, Hermawan. (2004). Hermawan

Kartajaya On Brand, cet.1. Bandung: Mizan.

Koch, Richard. (2005). Manajemen Pemasaran

Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat.

Lembang, Rosvita Dua. (2010). Skripsi. Analisis

Pengaruh Kualitas Produk, Harga, Promosi

dan Cuaca Terhadap Keputusan Pembelian

Teh Siap Minum Dalam Kemasan Merek Teh

Botol Sosro (Studi Kasus Pada Mahasiswa

Fakultas Ekonomi S1 Reguler II Universitas

Diponegoro). Yogyakarta: Universitas

Diponegoro.

Lupiyadi, Rambat. (2001). Pemasaran Jasa.

Jakarta: Salemba Empat.

Luthfia, Widha Emil. (2012). Skripsi. Analisis

Pengaruh Kualitas Produk, Kualitas Layanan

dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian

Pada Coffee Shop Kofisyop Tembalang.

Semarang: Universitas Diponegoro.

Muhammad. (2004). Etika Bisnis Islami.

Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Mujahidin, Akhmad. (2007). Ekonomi Islam.

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Muljono., & Djaali. (2008). Pengukuran Dalam

Bidang Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

Nachrowi, Hardius Usman., Djalal, Nachrowi.

(2006). Pendekatan Populer dan Praktis

Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan

Keuangan. Jakarta: FEUI.

Narimawati, Umi. (2008). Metodologi Penelitian

Kualitatif dan Kuantitatif, Teori dan Aplikasi.

Bandung: Agung Media.

Nasir, Moh. (2003). Metode Penelitian (cetakan

kelima). Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nasution, Arman Hakim., Sudarso, Indung.,

Trisunarno, Lantip. (2006). Manajemen

Pemasaran Untuk Engineering. Yogyakarta:

Andi Offset.

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

150

Ningsih, Ekawati Rahayu. (2008). Manajemen

Pemasaran. Kudus: Nora Media Interprisse.

Prasetyani, Indriyatri Rima. (2012). Skripsi.

Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi

Perilaku Konsumen Netizen Terhadap Minat

Beli Produk Smartphone Samsung Galaxy

Series (Studi Pada Netizen Di Kota

Semarang). Semarang: Universitas

Diponegoro.

Prawirosentono, Suyadi. (2004). Manajemen Mutu

Terpadu Total Quality Manajemen Abad 21.

Jakarta: Bumi Aksara.

Rangkuti, Freddy. (2002). Riset Pemasaran.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Riofita, Hendra. (2013). Sistem Ekonomi Islam.

Pekan Baru: Sutra Benta Perkasa.

Sastradipoera, Komaruddin. (2003). Manajemen

Marketing Edisi Pertama. Bandung: Kappa-

Sigma.

Sekaran, Uma. (2006). Metodologi Penelitian

Untuk Bisnis, Edisi 4, Buku 1. Jakarta:

Salemba Empat.

Setiadi, Nugroho J. (2003). Perilaku Konsumen.

Jakarta: Kencana.

Simamora, Bilson. (2001). Memenangkan Pasar

Dengan Pemasaran Efektif dan Profitabel.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Siregar, Syofian. (2013). Metode Penelitian

Kuantitatif: Dilengkapi Perbandingan

Perhitungan Manual dan SPSS. Jakarta: Fajar.

Situmorang, Syafrizal Helmi. (2011). Bisnis Konsep

dan Kasus. Medan: USU Press.

Soehartono, Irawan. (2004). Metode Penelitian

Sosial. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Subagyo, Pangestu., & Djarwanto Ps. (2005).

Statistika Induktif Edisi 5. Yogyakarta: BPFE.

Sugiarto. Herlambang, Teddy., Brastoro. Sudjana,

Rachmat., Kelana, Said. (2007). Ekonomi

Mikro: Sebuah Kajian Komprehensif, Cetakan

keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyono. (2012). Metode penelitian Kuantitatif,

Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sukirno, Sadono. (2013). Mikro Ekonomi: Teori

Pengantar, Edisi Ketiga. Jakarta: Grafindo

Persada.

Sula, M. Syakir., & Kartajaya, H. (2008). Syariah

Marketing. Bandung: Mizan Pustaka.

Sunarto. (2003). Perilaku Konsumen. Yogyakarta:

Amus.

Suroso, Meiria Sari. (2012). Skripsi. Analisis

Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Minat

Beli Handphone Nokia Di Sidoarjo. Surabaya:

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”.

Swastha, B., & Handoko, T. (2000). Manajemen

Pemasaran (Analisa Perilaku Konsumen),

Edisi Pertama Cet.3. Yogyakarta: BPFE.

Tjiptono, Fandy. (2008). Strategi pemasaran Edisi

Pertama. Yogyakarta: Andi Ofset.

Wahjono, Sentot Imam. (2010). Manajemen

Pemasaran Bank. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wibowo, Asep. (2016). Skripsi. Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Pembelian Pada

Handphone Samsung Galaxy Series (Studi

Kasus pada Mahasiswa Universitas Sanata

Dharma, Kampus 1 Mrican). Yogyakarta:

Universitas Sanata Dharma.

Wibowo, Sukarno., & Supriyadi, Dedi. (2013).

Ekonomi Mikro Islam. Bandung: Pustaka Setia.

Wulandari, Dwi. (2018, Mei 16). Top 5 Smartphone

Di Indonesia Pada Q1 2018. Retrieved

November 30, 2018, from MIX Marcomm:

http://www.mix.co.id

Yuliadi, Imadudin. (2001). Ekonomi Islam Sebuah

Pengantar. Yogyakarta: Lembaga Pengkajian

dan Pengamalan Islam (LPPI).

Zainal, Veithzal Rivai., Djaelani, Firdaus.,

Basalamah, Salim., Yusran, Husna Leila.,

Veithzal, Andria Permata. (2018). Manajemen

Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan:

Dari Teori Ke Praktik, Edisi Ketiga. Bandung:

Adventure Word Press.

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

151

PENGARUH KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA, KOMITMEN ORGANISASI DAN

PENGENDALIAN INTERN TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN

PADA SKPK KOTA BANDA ACEH

Eva Susanti1, Intan Rizkia Chudri2, Putri Risdayanti3 1,2 Fakultas Ekonomi, Program Studi Akuntansi, Universitas Muhammadiyah Aceh

3 Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Aceh

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas sumber daya

manusia, komitmen organisasi dan sistem pengendalian internterhadap kualitas

laporan keuangan pada Satuan Kerja Perangkat Kota (SKPK) Banda Aceh. Populasi

penelitian ini adalah seluruh SKPK Banda Aceh sebanyak 94 responden. Model yang

digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian

menunujukkan bahwa kualitas sumber daya manusia, komitmen organisasi dan sistem

pengendalian internsecara simultan berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan

pada SKPK Banda Aceh. Sedangkan kualitas sumber daya manusia, komitmen

organisasi dan sistem pengendalian intern secara parsial berpengaruh terhadap kualitas

laporan keuangan pada SKPK Banda Aceh. Nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,500

menunjukkan bahwa hubungan (korelasi) antara variabel bebas dengan variabel terikat

sebesar 50,0%, artinya kualitas laporan keuanganpada SKPK Banda Acehmempunyai

hubungan yang erat dan positif dengan kualitas sumber daya manusia, komitmen

organisasi dan sistem pengendalian intern sebesar 50,0%. Sedangkan koefisien

determinasi (R2) sebesar 0,250, artinya setiap perubahan-perubahan dalam variabel

kualitas laporan keuangandapat dijelaskan oleh perubahan-perubahan dalam variabel

kualitas sumber daya manusia, komitmen organisasi dan sistem pengendalian

internsebesar 0,250 atau 25,0% dan sisanya sebesar 75,0% dijelaskan oleh variabel

lain diluar dari penelitian ini yang mungkin bisa mempengaruhi kualitas laporan

keuangan.

Kata Kunci : Kualitas Sumber Daya Manusia, Komitmen Organisasi, Sistem

Pengendalian Intern Dan Kualitas Laporan Keuangan

PENDAHULUAN

Dieraglobalisasi dalam penyusunan laporan

keuangan diharapkan berpedoman pada standar

yang telah ditentukan. Di dalam organisasi/instansi

fungsi keuangan menempati posisi yang sangat

penting yang akan mempengaruhi perkembangan

organisasi/instansi. Secara umum fungsi keuangan

dapat dikelompokkan menjadi dua kegiatan utama,

yaitu kegiatan mencari dana dan kegiatan

menggunakan dana (Fahmi, 2013:13). Kegiatan

mencari dana harus dilakukan secara efisien oleh

pihak manajemen terutama bagian keuangan.Dalam

rangka mewujudkan tata kelola pemerintah,

pengelolaan keuangan dilaksanakan berdasarkan

sistem informasi akuntansi, pelaksanaan sistem ini

tidak ada jaminan bahwa terdapat kesalahan atau

penyimpangan sehingga diperlukan suatu metode

pengendalian intern secara efektif dapat

mengakibatkan sistem informasi akuntansi yang

diterapkan berjalan dengan baik.

Laporan keuangan adalah hasil akhir dari suatu

proses akuntansi yaitu aktivitas pengumpulan dan

pengelolaan data keuangan untuk disajikan dalam

bentuk laporan keuangan atau ikthisar lainnya yang

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

152

dapat digunakan untuk membantu para pemakainya

dalam membuat atau mengambil keputusan

(Bastian, 2013:9). Penyusunan suatu laporan

keuangan dapat dipertanggung jawabkan dan dapat

diterima secara umum didasari pada prinsip-prinsip

akuntansi, prosedur metode serta teknik-teknik dari

segala sesuatu yang cukup dalam ruang lingkup

akuntansi (Bastian, 2013:213).

Laporan keuangan yang memiliki kualitas nilai

informasi yang baik, tidak terlepas dari penerapan

sistem pengendalian internal yang baik. Melalui

penguatan sistem pengendalian intern diharapkan

upaya perbaikan kualitas laporan keuangan lebih

dipacu agar kedepannya dapat dipercaya sebagai

alat pengambil keputusan oleh para pemakai

laporan keuangan. Penelitian yang dilakukan oleh

Mutiana, Diantimala dan Zuraida (2017) bahwa

sistem pengendalian intern berpengaruh terhadap

kualitas laporan keuangan sehingga sistem

pengendalian internal menjadi sangat penting untuk

menjaga kekayaannya.

Bedasarkan survei yang dilakukan pada Satuan

Kerja Perangkat Kota Banda Aceh bahwa

kelemahan 5 tahun terakhir ini adalah menurunnya

produktivitas kerja pegawai, kualitas dan kuantitas

sumber daya manusia yang kurang memadai, belum

optimalnya sumber daya manusia dalam mengelola

laporan keuangan, kurangnya sarana prasarana

dalam menyusun laporan keuangan. Hal ini

diakibatkan kelemahan didalam sistem pencatatan

akuntansi dan pelaporan keuangan antara lain

berupa pencatatan transaksi yang tidak dicatat dan

aset tetap yang belum diinventarisasi, sehingga hal

ini akan menyulitkan Satuan Kerja Perangkat Kota

Banda Aceh dalam menyusun laporan keuangan

yang andal (Hasil Wawancara Satuan Kerja

Perangkat Kota Banda Aceh).

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Manfaat Analisis Kualitas Laporan Keuangan

Munawir (2013:31) manfaat analisis laporan

keuangan merupakan alat yang sangat penting

untuk memperoleh informasi sehubungan dengan

posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai

perusahaan yang bersangkutan. Data keuangan

tersebut akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang

berkepentingan apabila data tersebut diperbanding-

kan untuk dua periode atau lebih, dan dianalisa

lebih lanjut sehingga akan dapat diperoleh data

yang akan dapat mendukung keputusan yang akan

diambil. Kasmir (2014:68) menyatakan ada

beberapa manfaat dari analisis laporan keuangan

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan

dalam satu periode tertentu, baik aset,

kewajiban, ekuitas, maupun hasil usaha yang

telah dicapai untuk beberapa periode.

2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa

saja yang menjadi kekurangan perusahaan.

3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang

dimiliki.

4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan

apa saja yang perlu dilakukan ke depan

berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan

saat ini.

5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen

ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak

karena sudah dianggap berhasil atau gagal.

6. Dapat juga digunakan sebagai pembanding

dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang

mereka capai.

Harahap (2013:195) menyatakan bahwa

manfaat analisis laporan keuangan ini dapat

dikemukakan sebagai berikut:

1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas,

lebih dalam dari pada yang terdapat dari laporan

keuangan biasa.

2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak

secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan

keuangan atau yang berada dibalik laporan

keuangan (implicit).

3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung

dalam laporan keuangan.

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

153

4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak

konsisten dalam hubungannya dengan suatu

laporan keuangan baik dikaitkan dengan

komponen intern maupun kaitannya dengan

informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.

5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya

dapat melahirkan model-model dan teori-teori

yang terdapat dilapangan seperti untuk prediksi,

peningkatan.

6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan

oleh para pengambil keputusan. Dengan

perkataan lain yang dimaksudkan dari suatu

laporan keuangan merupakan tujuan analisis

laporan keuangan juga antara lain:

a. Dapat menilai prestasi perusahaan

b. Dapat memproyeksi laporan perusahaan

c. Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu

dan masa sekarang dari aspek waktu tertentu

d. Menilai perkembangan dari waktu ke waktu

e. Menilai komposisi struktur keuangan, arus

dana

7. Dapat menentukan peringkat (rating)

perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah

dikenal dalam dunia bisnis.

Pengertian Kualitas Sumber Daya Manusia

Menurut Hasibuan (2013:10) mengemukakan

bahwa sumber daya manusia adalah ilmu dan seni

mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar

efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan

perusahaan, pegawai, dan masyarakat. Menurut

Nawawi dalam Gaol (2014:44) sumber daya

manusia adalah orangyang bekerja dan berfungsi

sebagai aset organisasi/perusahaan yang dapat

dihitung jumlahnya (kuantitatif), dan SDM

merupakan potensi yang menjadi penggerak

organisasi.

Pengertian Komitmen Organisasi

Menurut Sunyoto dan Burhanudin (2011:26)

komitmen organisasi adalah sejauhmana pegawai

memihak sebuah organisasi serta tujuan-tujuannya

dan keinginannya untuk mempertahankan

keanggotaan dalam organisasi tersebut. Mathis dan

Jackson dalam Sopiah (2012:155) menyatakan

bahwa komitmen organisasi adalah derajat dimana

pegawai percaya dan mau menerima tujuan-tujuan

organisasi dan akan tetap tinggal atau tidak akan

meninggalkan organisasinya.

Pengertian Sistem Pengendalian Intern

Menurut Mulyadi (2014:163) sistem

pengendalian intern meliputi struktur organisasi,

metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan

untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek

ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong

efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan

manajemen.Mahmudi (2013:20) menyatakan bahwa

sistem pengendalian internal adalah proses yang

integral dari tindakan dan kegiatan yang dilakukan

oleh manajemen dan jajarannya untuk memberikan

jaminan atau keyakinan memadai atas tercapainnya

tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan

efisien dan keandalan pelaporan keuangan.

Krismiaji (2013:218) menyatakan bahwa

pengendalian intern adalah merupakan rencana

organisasi dan metode yang digunakan untuk

menjaga atau melindungi aktiva, menghasilkan

informasi yang akurat dan dapat dipercaya,

memperbaiki efisiensi dan mendorong kebijakan

manajemen. Menurut Mardi (2013:59) sistem

pengendalian intern meliputi struktur organisasi dan

segala cara serta tindakan dalam suatu perusahaan

yang saling terkoordinasi dengan tujuan untuk

menjaga keamanan harta milik perusahaan,

memeriksa ketelitian dan kebenaran informasi

akuntansi, meningkatkan efisiensi operasional

perusahaan serta membantu menjaga kebijaksanaan

manajemen yang telah ditetapkan.

METODE PENELITIAN

Peralatan analisis data menggunakan analisis

regresi berganda digunakan untuk mengolah data.

Analisis regresi berganda digunakan dalam

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

154

menghitung seberapa besar pengaruh variabel

dependen terhadap independen. Menurut Sugiyono

(2014:277) rumusan analisis regresi berganda

adalah sebagai berikut:

Y = α+ b1X1+ b2X2 + b3X3 + e

Di mana :

Y = Kualitas Laporan Keuangan

α = Konstanta

X1 = Kualitas Sumber Daya Manusia

X2 = Komitmen Organisasi

X3 = Sistem Pengendalian Intern

b1-b3 = Koefisien regresi

e = Error term

Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang

menujukkan tingkat-tingkat valid suatu instrumen

(Sugiyono, 2014:168). Suatu instrumen yang valid

sahih mempunyai validitas tinggi dan sebaliknya.

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat

mengungkapkan data dari variabel yang diteliti

secara tepat. Alat ukur validitas adalah korelasi

product moment dari pearson (Sugiyono, 2014:170)

suatu indikator dikatakan valid, apabila n=59 dan α

= 0,05, maka rtable = 0,252 dengan hasil rhitung> rtable

(0,252) valid dan hasil rhitung< rtable (0,252) tidak

valid.

Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah suatu instrumen cukup

dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat

pengumpul data karena instrumen tersebut sudah

baik (Sugiyono, 2014:178). Instrument yang sudah

dapat dipercaya, yang reliabel yang menghasilkan

data yang dapat dipercaya, maka beberapa

kesimpulan diambil, tetap akan sama reabilitas

menunjukkan pada tingkat keandalan. Alat untuk

mengukur reliabilitas adalah alpha cronbach

(Sugiyono, 2014:196), suatu variabel dikatakan

reliabilitas apabila α ≥ 0,60 = reliabel dan α ≤ 0,60=

tidak reliabel.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Pengumpulan data primer dalam penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan kuesioner, yang

disampaikan secara langsung oleh peneliti kepada

para responden. Dalam hal ini yaitu sampel

berjumlah 94 reponden. Peneliti mengambil

kembali untuk selanjutnya ditabulasikan dan diolah

menggunakan program SPSS versi 23.0. Dalam

proses pembagian kuesioner, semua kuesioner

dapat terkumpul kembali kurang dari satu minggu.

Dalam jumlah kuesioner yang diedarkan

kepada responden sebanyak 94 kuesioner,

semuanya telah dikembalikan dengan tingkat

pengembalian kuesioner mencapai 100%, sehingga

sampel akhir penelitian berjumlah 94 (n=94).

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap 94

responden pada SKPK Banda Aceh dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Dilihat dari usia responden yang berusia kurang

dari 40 tahun sebanyak 15 responden atau 15%,

usia 40-45 tahun sebanyak 31 responden atau

31% dan usia lebih dari 45 tahun sebanyak 48

responden atau 48%.

2. Dilihat dari jenis kelamin bahwa laki-laki

sebanyak 36 responden atau 36% dan

perempuan sebanyak 58 responden atau sebesar

58%.

3. Dilihat dari pendidikan responden, pendidikan

DIII sebanyak 37 responden atau 37%,

pendidikan S1sebanyak 53 responden atau 53%,

dan pendidikan S2 sebanyak 4 orang pegawai

atau 4%.

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

155

4. Dilihat dari status perkawinan yang menikah

sebanyak 70 responden atau 70%, yang belum

menikah sebanyak 16 responden atau 16%,

duda sebanyak 4 responden atau 4% dan Janda

sebanyak 4 responden atau 4%.

5. Dilihat dari masa kerja yang bekerja <5 tahun

sebanyak 19 responden atau 19%, bekerja 5-10

tahun sebanyak 42 responden atau 42%, bekerja

11-15 tahun sebanyak 18 responden atau 18%,

bekerja 16-20 tahun sebanyak 7 responden atau

7% dan bekerja >20 tahun sebanyak 8 responden

atau 8%.

Hasil Pengujian Instrumen

Pengujian Validitas

Uji validitas adalah suatu ukuran yang

menujukkan tingkat-tingkat valid suatu instrumen

(Sugiyono, 2014:168). Suatu instrumen yang valid

sahih mempunyai validitas tinggi dan sebaliknya.

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat

mengungkapkan data dari variabel yang diteliti

secara tepat. Alat ukur validitas adalah korelasi

product moment dari pearson (Sugiyono, 2014:170)

suatu indikator dikatakan valid, apabila n=59 dan α

= 0,05, maka rtable = 0,252 dengan hasil rhitung> rtable

(0,252) valid dan hasil rhitung< rtable (0,252) tidak

valid.Untuk lebih jelasnya mengenai hasil

pengujian validitas dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1

Hasil Uji Validasi

No Variabel Butir Nilai

Rhitung

Nilai Kritis

5% (df=N-2)

Keterangan

1 Kualitas

Laporan

Keuangan

(Y)

A1 0,310

0,2028

Valid

A2 0,578 Valid

A3 0,295 Valid

A4 0,441 Valid

A5 0,462 Valid

2 Kualitas

Sumber Daya Manusia

(X1)

B1 0,381

0,2028

Valid

B2 0,559 Valid

B3 0,527 Valid

B4 0,267 Valid

B5 0,368 Valid

Tabel 4.1 Lanjutan

No Variabel Butir Nilai

Rhitung

Nilai Kritis

5% (df=N-2)

Keterangan

3 Komitmen

Organisasi

(X2)

C1 0,269

0,2028

Valid

C2 0,677 Valid

C3 0,658 Valid

C4 0,455 Valid

C5 0,243 Valid

4 Sistem

Pengendalian

Intern (X3)

D1 0,599

0,2028

Valid

D2 0,845 Valid

D3 0,611 Valid

D4 0,683 Valid

D5 0,585 Valid

Sumber: Data diolah (2021)

Berdasarkan Tabel 4.1, maka hasil pengujian

vadilitas pada setiap variabel mempunyai nilai yang

paling rendah, yaitu:

1. Variabel kualitas laporan keuangan yang terdiri

dari 5 (lima) item pernyataan dilambangkan

dengan kode item A1 hingga A5 menunjukkan

rhitung terendah sebesar 0,295 lebih kecil dari nilai

rtabel (n=94) sebesar 0,2028, maka seluruh item

pernyataan yang berhubungan dengan variabel

kualitas laporan keuangan dinyatakan valid.

2. Variabel kualitas sumber daya manusia yang

terdiri dari 5 (lima) item pernyataan dengan

kode item B1 hingga B5, menunjukkan nilai

rhitung terendah sebesar 0,368 lebih kecil dari

nilai rtabel (df=N-2) sebesar 0,2028, sehingga

seluruh item pernyataan yang berhubungan

dengan variabel kualitas sumber daya manusia

dinyatakan valid.

3. Variabel komitmen organisasi yang terdiri dari 5

(lima) item pernyataan dilambangkan dengan

kode item C1 hingga C5, bahwa nilai rhitung

terendah sebesar 0,243 lebih kecil dari nilai rtabel

(df=N-2) sebesar 0,2028, maka seluruh item

pernyataan yang berhubungan dengan variabel

komitmen organisasi dinyatakan valid.

4. Variabel sistem pengendalian intern yang terdiri

dari 5 (lima) item pernyataan dilambangkan

dengan kode item D1 hingga D5, bahwa nilai

rhitung terendah sebesar 0,585lebih kecil dari nilai

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

156

rtabel (n=59) sebesar 0,2028, maka seluruh item

pernyataan yang berhubungan dengan variabel

sistem pengendalian intern dinyatakan valid.

Pengujian Reliabilitas

Pengujian reliabilitas Cronbach Alpha

digunakan untuk menilai kehandalan kuesioner, uji

ini adalah sejauh mana hasil pengukuran dengan

menggunakan objek yang sama akan menghasilkan

data yang sama (Sugiyono 2012:177). Maka dalam

penelitian ini digunakan yang lazim digunakan

untuk pengujian kuesioner. Analisis ini digunakan

untuk menafsirkan korelasi antara skala yang dibuat

dengan skala variabel. Pengujian reliabilitas ini

dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana hasil

pengukuran tetap konsisten juga dilakukan secara

statistik yaitu dengan menghitung besarnya

Cronbach Alpha dengan bantuan Program SPSS

versi 23.0.Seperti terlihat pada Tabel 4.2

Tabel 4.2 Reliability Statistics

No Variabel Nilai

Alpha Kriteria Status

1 Kualitas Laporan

Keuangan (Y) 0,793 5 Reliable

2 Kualitas Sumber Daya

Manusia (X1) 0,646 5 Reliable

3 Komitmen Organisasi

(X2) 0,628 5 Reliable

3 Sistem Pengendalian

Intern (X3) 0,848 5 Reliable

Sumber: Data diolah (2021)

Berdasarkan Tabel 4.2, maka pengujian

reliabilitas dengan Cronbach Alpha terhadap 4

pernyataan yang telah dinilai jawabannya, maka

dapat dilihat bahwa alpha untuk variabel kualitas

laporan keuangan sebesar 0,793, karena memiliki

nilai > 0,6 mengacu kepada syarat suatu instrument

dikatakan reliabel memiliki alpha > 0,6, variabel

kualitas sumber daya manusia sebesar 0,646 karena

memiliki nilai > 0,6 mengacu kepada syarat suatu

instrument dikatakan reliabel memiliki alpha >

0,6,komitmen organisasi sebesar 0,628 karena

memiliki nilai > 0,6 mengacu kepada syarat suatu

instrument dikatakan reliabel memiliki alpha >

0,6,dan sistem pengendalian intern sebesar 0,848

karena memiliki nilai > 0,6 mengacu kepada syarat

suatu instrument dikatakan reliabel memiliki alpha

> 0,6, maka kuesioner penelitian ini dinyatakan

reliabel untuk penelitian selanjutnya yang lebih

mendalam.

Pembahasan

1. Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia,

Komitmen Organisasi dan Pengendalian

Intern Secara Simultan Terhadap Kualitas

Laporan Keuangan Pada SKPK Banda

Aceh

Pengujian secara bersama-sama dalam

penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh

kualitas sumber daya manusia, komitmen organisasi

dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas

laporan keuangan pada SKPK Banda Aceh. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa kualitas sumber

daya manusia, komitmen organisasi dan sistem

pengendalian intern secara bersama-sama

berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan

pada SKPK Banda Aceh. Nilai konstanta yang

diperoleh adalah sebesar 2,557.Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Nurillah dan Muid (2014), Mutiana, Diantimala dan

Zuraida (2017) dan Widari dan Sutrisno (2017)

menyatakan bahwa kualitas sumber daya manusia,

komitmen organisasi dan sistem pengendalian

internberpengaruh terhadap kualitas laporan

keuangan.

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

157

2. Kualitas Sumber Daya Manusia Secara

Parsial Terhadap Kualitas Laporan

Keuangan Pada SKPK Banda Aceh

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas

sumber daya manusia, secara parsial berpengaruh

terhadap kualitas laporan keuangan pada SKPK

Banda Aceh. Besar pengaruh Koefisien beta untuk

kualitas sumber daya manusia sebesar 0,284

bernilai positif dan nilai signifikan adalah

0,005<α=0,05. Hal ini menunjukkan bahwakualitas

sumber daya manusia secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pada

SKPK Banda Aceh, dengan demikian hipotesis

kedua (Ha2) diterima. Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian Mutiana, Diantimala dan Zuraida (2017)

kualitas sumber daya manusia berpengaruh

terhadap kualitas laporan keuangan, dimana

semakin tinggi kualitas sumber daya manusia maka

kualitas laporan keuangan juga akan meningkat.

3. Komitmen Organisasi Secara Parsial

Terhadap Kualitas Laporan Keuangan

Pada SKPK Banda Aceh

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

komitmen organisasi secara parsial berpengaruh

terhadap kualitas laporan keuangan pada SKPK

Banda Aceh. Besar pengaruh Koefisien beta untuk

komitmen organisasi sebesar 0,177 bernilai positif

dan nilai signifikan adalah 0,012<α=0,05. Hal ini

menunjukkan bahwa komitmen organisasi secara

parsial berpengaruh signifikan terhadap kualitas

laporan keuangan pada SKPK Banda Aceh, dengan

demikian hipotesis kedua (Ha2) diterima. Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Mutiana, Diantimala dan Zuraida (2017) dan

Widari dan Sutrisno (2017) komitmen organisasi

berpengaruh secara positif signifikan terhadap

kualitas laporan keuangan, dimana semakin tinggi

komitmen organisasi maka kualitas laporan

keuangan juga akan meningkat.

4. Pengendalian Secara Parsial Terhadap

Kualitas Laporan Keuangan Pada SKPK

Banda Aceh

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem

pengendalian intern secara parsial berpengaruh

terhadap kualitas laporan keuangan pada SKPK

Banda Aceh. Besar pengaruh Koefisien beta untuk

sistem pengendalian intern sebesar 0,191 bernilai

positif dan nilai signifikan adalah 0,008<α=0,05.

Hal ini menunjukkan bahwa sistem pengendalian

intern secara parsial berpengaruh signifikan

terhadap kualitas laporan keuangan pada SKPK

Banda Aceh, dengan demikian hipotesis kedua

(Ha2) diterima. Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Nurillah dan Muid

(2014), Mutiana, Diantimala dan Zuraida (2017)

dan Widari dan Sutrisno (2017) sistem

pengendalian intern berpengaruh terhadap kualitas

laporan keuangan, dimana semakin sistem

pengendalian intern maka kualitas laporan

keuangan juga akan meningkat.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan

yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat

disimpulkan sebagaiberikut:

1. Kualitas sumberdaya manusia, komitmen

organisasi dan sistem pengendalian intern secara

simultan berpengaruh terhadap kualitas laporan

keuangan pada SKPK Banda Aceh,sebesar

2,557.

2. Kualitas Sumber Daya Manusia berpengaruh

terhadap kualitas laporan keuangan pada SKPK

Banda Aceh, sebesar 0,284.

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

158

3. Komitmen organisasi berpengaruh terhadap

kualitas laporan keuangan pada SKPK Banda

Aceh, sebesar 0,177.

4. Sistem pengendalian intern berpengaruh

terhadap kualitas laporan keuangan pada SKPK

Banda Aceh, sebesar 0,191.

5. Nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,500 yang

menunjukkan bahwa derajat hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen

sebesar 0,500 atau 50,0%, maka kualitas laporan

keuangan mempunyai hubungan yang eratdan

positif dengan kualita ssumber daya manusia,

komitmen organisasi dan sistem pengendalian

intern.

6. Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,250,

artinya kualitas laporan keuangan dapat

dijelaskan oleh kualitas sumber daya manusia,

komitmen organisasi dan sistem pengendalian

internsebesar 0,250 atau 25,0%. Sedangkan

sisanya sebesar 75,0% dijelaskan oleh variabel

lain diluar dari penelitian ini yang mungkin bisa

mempengaruhi kualitas laporan keuangan.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. (2012). Auditing. Penerbit

Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia: Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian:

Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VII.

Penerbit PT. RinekaCipta: Jakarta.

Bastian, Indra.(2013). Akuntansi Sektor Publik Di

Indonesia. BPFE. Yogyakarta.

Fahmi, Irham. (2013). Analisis Laporan Keuangan.

Penerbit Alfabeta: Bandung.

Gaol, CHR. Jimmy L. (2014). A to Z Human

Capital (Manajemen Sumber Daya Manusia)

Konsep, Teori, dan Pengembangan Dalam

Konteks Organisasi Publikdan Bisnis. PT.

Gramedia Widiasarana: Jakarta.

Handoko, T. Hani. (2013). Manajemen. Penerbit

BPFE: Yogyakarta

Harahap, Sofyan S. (2013). Teori Akuntansi. PT.

Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Hasibuan, Malayu S.P. (2013). Manajemen Sumber

Daya Manusi. PT. Bumi Aksara: Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2013). Standar

Akuntansi Keuangan. Salemba Empat: Jakarta.

Ismawanto. (2012). Ekonomi: Untuk SMA dan MA

Kelas XII. Penerbit Pusat Pembukuan

Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta.

Jusuf, A.A. (2013). Auditing. Penerbit Salemba

Empat: Jakarta.

Kasmir.(2014). Analisis Laporan Keuangan.

PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Kreitner dan Kinicki.(2011). Perilaku Organisasi.

Salemba Empat: Jakarta.

Krismiaji.(2013). Sistem Informasi Akuntansi. AMP

YKPN: Yogyakarta.

Luthans, Fred. (2012). Perilaku Organisasi.

Penerbit Andi: Yogyakarta.

Mahmudi.(2013). Analisa Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah. Penerbit UPP STIM

YPKN: Yogyakarta.

Mardi.(2013). Sistem Informasi Akuntansi. Penerbit

Ghalia Indonesia: Bogor. .

Mulyadi.(2014). Sistem Akuntansi. Penerbit

Salemba Empat: Jakarta.

Munawir. (2013). Analisa Laporan Keuangan.

Penerbit Liberty: Yogyakarta.

Mutiana, Diantimala dan Zuraida.(2017). Pengaruh

Sistem Pengendalian Intern, Teknologi

Informasi, Kualitas Sumber Daya Manusia

Dan Komitmen Organisasi Terhadap Kualitas

Laporan Keuangan (Studi Pada Satker Di

Lingkungan Kementerian Agama Kabupaten

Aceh Utara). Jurnal Perspektif Ekonomi

Darussalam, Vol 3 No 2. Universitas Syiah

Kuala: Banda Aceh.

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

159

Ndaraha, Taliziduhu. (2012). Kybernology (Ilmu

Pemerintahan Baru). Penerbit Rineka Cipta:

Jakarta.

Nurillah, As Syifa dan Dul Muid (2014). Pengaruh

Kompetensi Sumber Daya Manusia, Penerapan

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD),

Pemanfaatan Teknologi Informasi, Dan Sistem

Pengendalian Intern Terhadap Kualitas

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi

Empiris Pada SKPD Kota Depok). Jurnal

Akuntansi. Universitas Diponegoro: Semarang.

Pasolong, Harbani. (2013). Kepemimpinan

Birokrasi. CV. Alfabeta: Bandung.

Raharjaputra, S. Hendra. (2012). Manajemen

Keuangan dan Akuntansi. Penerbit Salemba

Empat: Jakarta.

Rasdianto, Erlina. (2013). Akuntansi Keuangan

Daerah Berbasis Akrual. Brama Ardian:

Medan.

Rivai, Veithzal. (2013). Manajemen Sumber Daya

Manusia Untuk Perusahaan. Penerbit Raja

Grafindo Persada: Jakarta.

Robbins dan Timothy, A. Judge.(2013). Perilaku

Organisasi. Penerbit Salemba Empat: Jakarta.

Sarjono Haryadi, dan Julianita, Winda. (2012).

SPSS vs LISREL: Sebuah Pengantar, Aplikasi

untuk Riset. Penerbit Salemba Empat: Jakarta.

Sedarmayanti.(2013). Manajemen Sumber Daya

Manusia (Reformasi Birokrasi Manajene PNS.

Refika Aditama: Bandung.

Sekar, Mayangsari dan Wandanarumm, Puspa.

(2013). Auditing. Media Bangsa: Jakarta.

Sopiah.(2012). Perilaku Organisasi. Penerbit Andi:

Yogyakarta.

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

160

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN

RASIO KEUANGAN PADA PT. BTN (PERSERO)

CABANG BANDA ACEH

Rusnaidi1, Chaira Mauli Usrina2 1 Fakultas Ekonomi, Program Studi Akuntansi, Universitas Muhammadiyah Aceh

2 Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Aceh

ABSTRAK

Analisis laporan keuangan mencakup pengaplikasian berbagai alat dan teknik analisis

pada laporan dan data keuangan dalam rangka untuk memperoleh ukuran dan hubungan

yang berarti dan berguna dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian tujuan

analisis laporan keuangan adalah mengkonversikan data menjadi informasi. Ada beberapa

tujuan yang ingin dicapai dalam analisis laporan keuangan misalnya sebagai alat forecasting

mengenai kondisi dan kinerja keuangan di masa mendatang. Ada beberapa teknik yang

biasanya digunakan dalam melakukan suatu analisis, dimana salah satunya adalah analisis

rasio. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan PT.

Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Banda Aceh ditinjau dari rasio likuiditas,

solvabilitas dan profitabilitas.Data penelitian ini bersifat kualitatif yang dikumpulkan

menggunakan teknik wawancara, observasi, dokumentasi dan library research, yang

kemudian diolah dan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Adapun analisis yang digunakan

dalam penelitian ini adalah terhadap laporan keuangan berdasarkan rasio likuiditas,

solvabilitas dan profitabilitas. Hasil penelitian menunjukkan Kinerja keuangan Bank BTN

Cabang Banda Aceh bila ditinjau dari tingkat likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas selama

3 (tiga) periode menunjukkan bahwa tahun 2016 Bank BTN Cabang Banda Aceh memiliki

rasio kinerja keuangan yang berada pada kategori sangat baik dibandingkan dengan tahun

2017 dan 2018. Tahun 2018 merupakan tahun yang rasio kinerja keuangan Bank BTN

Cabang Banda Aceh kurang baik, bahkan pada rasio current ratio, di tahun 2018 kinerja

keuangan Bank BTN Cabang Banda Aceh berada pada kateogri buruk.

Kata kunci: Rasio Likuiditas, Solvabilitas dan Profitabilitas

ABSTRACT

Financial statement analysis includes the application of various analytical tools and

techniques to financial reports and data in order to obtain meaningful and useful measures

and relationships in the decision-making process. Thus the objective of financial statement

analysis is to convert data into information. There are several objectives to be achieved in

financial statement analysis, for example as a forecasting tool regarding future financial

conditions and performance. There are several techniques that are usually used in conducting

an analysis, one of which is ratio analysis. The purpose of this study was to determine the

financial performance of PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Banda Aceh Branch in terms

of liquidity ratios, solvency and profitability. The qualitative data of this study were

collected using interview, observation, documentation and library research techniques, which

were then processed and analyzed descriptively qualitatively. The analysis used in this study

is on financial statements based on liquidity ratios, solvency and profitability. The results

showed that the financial performance of Bank BTN Banda Aceh Branch when viewed from

the level of liquidity, solvency and profitability for 3 (three) periods shows that in 2016 Bank

BTN Banda Aceh Branch had financial performance ratios that were in the very good

category compared to 2017 and 2018 2018 was a year when the financial performance ratio

of Bank BTN Banda Aceh Branch was not good, even at the current ratio ratio, in 2018 the

financial performance of Bank BTN Banda Aceh Branch was in a bad category.

Keywords: Liquidity Ratio, Solvency and Profitability

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

161

PENDAHULUAN

Berdasarkan survei awal yang peneliti lakukan

pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang

Banda Aceh pada awal November 2020, diketahui

bahwa saat ini PT. Bank Tabungan Negara (Persero)

Cabang Banda Aceh telah menjadi salah satu

alternatif bagi masyarakat untuk menyalurkan

dananya dalam bentuk tabungan serta menjadi

pilihan yang terbaik dalam rangka pengajuan

pembiayaan kredit perumahan, bantuan biaya

pembangunan rumah atau renovasi rumah, serta

pembiayaan laiinya seperti kredit kendaraan

bermotor, kredit modal kerja dan lain-lain. Selain itu

kemajuan PT. Bank Tabungan Negara (Persero)

Cabang Banda Aceh juga terlihat dalam

peningkatan nasabah dan jumlah aset pada setiap

tahunnya, untuk lebih jelasnya peningkatan tersebut

dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1.1.

Jumlah Aset dan Nasabah PT. Bank Tabungan

Negara (Persero) Cabang Banda Aceh Periode

2015-2019

dalam jutaan rupiah No. Tahun Jumlah

Aset

Jumlah

Nasabah

1 2015 343.270 51.109

2. 2016 147.760 53.775

3. 2017 171.527 59.112

4. 2018 218.847 68.911

5. 2019 472.052 73.823

Sumber: PT. Bank Tabungan Negara

(Persero) Cabang Banda Aceh, 2020

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat, bahwa

pencapaian PT. Bank Tabungan Negara (Persero)

Cabang Banda Aceh selama kurun waktu 5 tahun

terakhir mengalami kemajuan yang cukup pesat.

Sehingga secara langsung mengindikasikan bahwa

PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang

Banda Aceh memiliki kinerja keuangan yang baik.

Sebuah predikat kinerja suatu bank berdasarkan

hasil identifikasi tingkat kesehatan merupakan tolak

ukur bagi manajemen bank dalam menilai prestasi

atas pengelolaan usahanya, sedang bagi Bank

Indonesia sendiri, ini sangat penting sebagai dasar

dalam menetapkan arah pembinaan dan

pengembangan bank dan dengan teridentifikasinya

tingkat kesehatan suatu bank, tentu ini sangat

berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan

terhadap bank, baik bagi pemilik dan pengelola

bank, bagi masyarakat sebagai pengguna jasa bank

dan juga bagi Bank Indonesia selaku pembina dan

pengawas bank.

Selanjutnya, meskipun data awal memperlihat-

kan peningkatan aset dan nasabah setiap tahunnya

pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang

Banda Aceh, hal itu belum bisa untuk dijadikan

indikator untuk mengukur kinerja keuangan PT.

Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Banda

Aceh secara keseluruhan, sehingga untuk

mengetahui kondisi kinerja keuangan PT. Bank

Tabungan Negara (Persero) Cabang Banda Aceh

yang sebenarnya haruslah dianalisis sesuai dengan

pendekatan penilaian kinerja keuangan perusahaan,

diantaranya adalah berdasarkan indikator likuiditas,

leverage dan profibilitas yang diperoleh dari

laporan keuangan perusahaan yang bersangkutang

(Jumingan, 2016:239).

Analisis rasio keuangan merupakan metode

analisis yang sering dipakai karena merupakan

metode yang paling cepat untuk mengetahui kinerja

keuangan perusahaan khususnya dalam hal ini

adalah PT. Bank Tabungan Negara (Persero)

Cabang Banda Aceh. Dengan mengetahui

kinerjanya, PT. Bank Tabungan Negara (Persero)

Cabang Banda Aceh akan dapat melakukan

perkiraan keputusan apa yang diambil guna

mencapai tujuannya. Dalam hal ini analisis rasio

keuangan pada PT. Bank Tabungan Negara

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

162

(Persero) Cabang Banda Aceh akan menggali

informasi dari laporan neraca dan laporan hasil

usahanya.

Analisis rasio keuangan kegiatannya meliputi

pengevaluasian aspek-aspek keuangan antara lain

adalah tingkat likuiditas, leverage dan profitabilitas.

Dengan mengetahui hasil evaluasi yang tentunya

juga dilakukan suatu analisa, maka PT. Bank

Tabungan Negara (Persero) Cabang Banda Aceh

akan mengetahui kinerjanya berdasarkan indikator

atau penyebab terjadinya masalah yang ada.

Hasil fakta lain dari survei awal yang peneliti

lakukan diketahui bahwa PT. Bank Tabungan

Negara (Persero) Cabang Banda Aceh juga masih

memiliki beberapa masalah-masalah yang harus

diperbaiki, yang meskipun sudah disusun dengan

baik, namun masih banyak yang belum sempurna.

Salah seorang nara sumber di PT. Bank Tabungan

Negara (Persero) Cabang Banda Aceh tersebut

mengatakan bahwa masih ada beberapa rasio-rasio

keuangan yang tidak mencapai target yang

direncanakan, bahkan tingkat besaran laba juga

terkadang meleset dari target awal. Sebagaimana

terlihat pada tabel berikut:

Tabel 1.2.

Jumlah Laba Bersih PT. Bank Tabungan

Negara (Persero) Cabang Banda Aceh Periode

2015-2019

dalam jurtaan rupiah No. Tahun Laba Bersih Naik Turun

1 2015 43.270 - 0

2. 2016 35.383 - 7.887

3. 2017 8.091 - 27.292

4. 2018 12.797 4.706 -

5. 2019 22.052 9.255 -

Sumber: PT. Bank Tabungan Negara

(Persero) Cabang Banda Aceh, 2020

Data di atas memperlihatkan trend menurun

dari laba bersih yang diterima Bank BTN Cabang

Banda Aceh pada 5 tahun terakhir, meskipun di 2

tahun terakhir mengalami peningkatan kembali, tapi

peningkatan tersebut tidaklah signifikan.

Berdasarkan hal tersebut di atas, dengan adanya

analisa laporan keuangan berdasarkan tingkat

kinerja keuangan, maka dapat diketahui tingkat

kinerja keuangan suatu bank, karena tingkat kinerja

keuangan merupakan salah satu alat pengontrol

kelangsungan hidup bank tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA

Kinerja Keuangan

Kinerja perusahaan adalah suatu usaha formal

yang dilaksanakan perusahaan untuk mengevaluasi

efisien dan efektivitas dari aktivitas perusahaan

yang telah dilaksanakan pada periode waktu

tertentu. Menurut Sucipto (2017:33) pengertian

kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran

tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu

organisasi atau perusahaan dalam menghasilkan

laba. Sedangkan menurut IAI (2015:17) Kinerja

Keuangan adalah kemampuan perusahaan dalam

mengelola dan mengendalikan sumberdaya yang

dimilikinya.

Pengertian kinerja menurut Bastian (2017:274)

adalah gambaran pencapaian pelaksanaan/program/

kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan,

misi dan visi suatu organisasi. Konsep kinerja

keuangan menurut Gitosudarmo dan Basri

(2018:275) adalah rangkaian aktivitas keuangan

pada suatu periode tertentu yang dilaporkan dalam

laporan keuangan diantaranya laporan laba rugi dan

neraca.

Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah gambaran dari

kondisi perusahaan yang terdiri dari neraca, laporan

laba rugi, ikhtisar/laporan laba ditahan, dan laporan

posisi keuangan, biasanya pada akhir tahun/kwartal

(Sakti, 2017:128). Prinsip-Prinsip Akuntansi

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

163

Indonesia (Ikatan Akuntan Indonesia, 2015:13)

menetapkan bahwa: “Laporan keuangan

memberikan informasi mengenai posisi keuangan,

kinerja keuangan, dan arus kas suatu perusahaan

yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan

pengguna laporan dalam pembuatan keputusan

ekonomi serta menunjukkan juga pertanggung-

jawaban manajemen atas penggunaan sumber daya

yang dipercayakan kepada mereka. Laporan

keuangan yang lengkap terdiri dari komponen

laporan posisi keuangan (neraca), laporan laba rugi

komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan

arus kas, catatan atas laporan keuangan dan laporan

posisi keuangan pada awal periode komparatif.”

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2015):5-

6), dalam PSAK No.1 terdapat enam jenis laporan

keuangan yaitu:

1. Laporan Posisi Keuangan (Neraca) pada akhir

periode

Neraca adalah ringkasan posisi keuangan

perusahaan pada tanggal tertentu yang

menunjukkan total aktiva sama dengan total

kewajiban dan modal. Aktiva adalah kekayaan

yang dimiliki perusahaan. Liabilitas atau

kewajiban adalah klaim terhadap aktiva oleh

kreditur, sedangkan modal adalah klaim

terhadap aktiva oleh pemilik.

Aktiva dalam perusahaan terdiri dari 3

komponen utama yaitu:

a. aktiva lancar terdiri atas kas dan bank, surat

berharga, deposito, piutang, tagihan, biaya

dibayar dimuka;

b. aktiva tetap terdiri atas peralatan, bangunan,

kendaraan serta tanah; dan

c. aktiva lain–lain terdiri atas bunga, uang

jaminan.

Liabilitas dalam perusahaan terdiri dari 2

komponen yaitu:

a. liabilitas lancar terdiri atas pinjaman, hutang

reasuransi, hutang klaim, hutang pajak, dan

hutang dividen; dan

b. liabilitas tidak lancar terdiri atas premi,

estimasi klaim, hutang lain-lain, obligasi.

2. Laporan Laba Rugi Komprehensif

Laporan laba rugi komprehensif adalah laporan

laba rugi berupa ringkasan pendapatan dan biaya

perusahaan ditambah dengan pendapatan

komprehensif lain yang berisikan pos–pos

pendapatan dan beban (termasuk penyesuaian

reklasifikasi) yang tidak diakui dalam laporan

laba rugi serta diakhiri dengan laba atau

kerugian bersih pada periode tersebut.

3. Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan perubahan ekuitas menggambarkan

peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau

kekayaan selama periode bersangkutan

berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang

dianut dan harus diungkapkan dalam laporan

keuangan.

4. Laporan arus kas

Laporan arus kas merupakan laporan yang

mengungkapkan kenaikan atau penurunan kas

perusahaan untuk periode tertentu, selain itu

dapat dijadikan dasar untuk menilai kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara

kas serta menilai kebutuhan perusahaan untuk

menggunakan arus kas tersebut. Laporan arus

kas terdiri dari tiga komponen yaitu aliran kas

dari aktivitas operasi, aktivitas investasi dan

aktivitas pendanaan.

5. Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan meliputi

penjelasan naratif atau jumlah yang tertera

dalam laporan neraca, laporan laba rugi

komprehensif, laporan arus kas dan laporan

perubahan ekuitas serta informasi tambahan

seperti kewajiban kontijensi dan komitmen.

Catatan atas laporan keuangan juga memberikan

informasi tentang dasar penyusunan laporan

keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih

serta diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi

yang penting, memberikan informasi yang

diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan yang tidak disajikan dalam laporan

neraca, laporan laba rugi komprehensif, laporan

arus kas, dan laporan perubahan ekuitas.

6. Laporan Posisi Keuangan pada awal periode

komparatif yang disajikan ketika entitas

menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara

restropektif atau membuat penyajian pos-pos

laporan keuangan atau ketika entitas

mereklasifikasi pos-pos dalam laporan

keuangannya.

Rasio Likuiditas

Menurut Syamsuddin (2017:41), rasio likuiditas

adalah suatu indikator mengenai kemampuan

perusahaan untuk membayar semua kewajiban

finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

164

dengan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Horne

(2017:205), likuiditas digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini

membandingkan kewajiban jangka pendek dengan

sumber daya jangka pendek (aktiva lancar) yang

tersedia untuk memenuhi kewajiban jangka pendek

tersebut.

Horne (2017:313) menyebutkan adanya

indikasi semakin besar likuiditas perusahaan

semakin kuat keseluruhan kondisi keuangan dan

semakin besar laba perusahaan berarti semakin

tinggi tingkat risiko pendanaan yang digunakan

yaitu pendanaan hutang semakin menarik dengan

adanya perbaikan dalam likuiditas. Rasio likuiditas

yang biasa digunakan perusahaan dan dipakai

dalam penelitian ini (Kasmir, 2015:119) adalah:

1. Rasio Lancar (Current Ratio)

Current ratio merupakan rasio untuk mengukur

seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia

untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang

segera jatuh tempo. Rumus current ratio yang

digunakan:

Current Ratio = x 100

Dalam mengukur likuiditas yang penting bukan

besar kecilnya perbedaan aktiva lancar dengan

hutang lancar melainkan harus dilihat pada

hubungannya atau perbandingannya yang

mencerminkan kemampuan membelikan hutang.

Current ratio yang tinggi mungkin

menunjukkan adanya tingkat kebutuhan atau

adanya unsur aktiva lancar yang rendah

likuiditasnya (seperti persediaan) yang

berlebihan. Dengan demikian, berdasarkan

rumus di atas dapat diketahui bahwa rasio ini

menunujukkan sebarapa besar kemampuan

aktiva yang dimiliki perusahaan dapat

digunakan jika kewajiban atau utang harus

dibayar pada saat jatuh tempo. Semakini besar

nilai rasio semakin lancar perusahaan dalam

memenuhi kewajibannya. Jika perusahaan

memiliki nilai rasio lancar dua, artinya

perusahaan memiliki aktiva lancar yang nilainya

dua kali dari utang yang harus dibayar. Nilai

rasio lancar dua sudah dianggap cukup baik bagi

beberapa perusahaan. Perusahaan sudah berapa

pada keadaan yang dianggap aman untuk jangka

pendek.

2. Rasio Kas (Cash Ratio)

Cash ratio merupakan rasio untuk mengukur

seberapa besar uang kas yang tersedia untuk

membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat

dilihat dari tersedianya dana kas atau yang setara

dengan kas seperti rekening perusahaan yang

ada di bank (misalnya tabungan atau giro).

Rumus cash ratio yang digunakan:

Cash Ratio = Lancar Hutang

Kas SetaraKas + x 100

Cash Ratio yang tinggi menunjukkan

kemampuan perusahaan untuk membayar utang

jangka pendeknya dengan menggunakan dana

kas yang tersedia. Sebaliknya, cash ratio yang

rendah menunjukkan bahwa perusahaan

mengalami kekurangan dana kas untuk

membayar hutang jangka pendeknya sehingga

perlu dilakukan penjualan aktiva lancar yang

lain untuk menutupi kekurangan dana kas.

Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas disebut juga ratio leverage

yaitu mengukur perbandingan dana yang disediakan

oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari

kreditur perusahaan tersebut. Perusahaan untuk

mendanai biaya operasional yang terus meningkat,

kerapkali perusahaan memakai dana pinjaman yang

dikenal dengan leverage keuangan. Leverage

Keuangan adalah penggunaan pembiayaan dengan

hutang. Leverage keuangan perusahaan akan

mempengaruhi laba per lembar saham, tingkat

resiko dan harga saham. Nilai perusahaan yang

tidak mempunyai hutang untuk pertama kali akan

naik pada saat kebutuhan akan tambahan modal

dipenuhi hutang dan nilai tersebut kemudian akan

mencapai puncaknya dan akhirnya nilai itu akan

menurun setelah penggunaan hutang berlebihan.

Menurut Riyanto (2016:331), rasio leverage

adalah rasio-rasio yang dimaksud untuk mengukur

sampai seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai

Lancar Hutang

Lancar Aktiva

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

165

dengan hutang (debt total assets ratio). Sedangkan,

menurut Sawir (2015:13), rasio leverage mengukur

tingkat solvitabilitas suatu perusahaan. Rasio ini

menunjukkan kemampuan perusahaan untuk

memenuhi segala kewajiban finansialnya dan

seandainya perusahaan tersebut dilikuidasi. Rasio-

rasio leverage yang umum digunakan adalah :

1. Rasio Utang (Debt Ratio/TDTA)

Rasio ini memperlihatkan proporsi antara

kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan

yang dimiliki. Semakin tingi hasil

persentasenya, cenderung semakin besar resiko

keuangannya bagi kreditur maupun pemegang

saham. Rumus rasio debt ratio yang digunakan :

Total Debt to Total Aset Ratio = Aktiva Total

Hutang Totalx 100

Adapun indikator dari rasio ini adalah semakin

tingi hasil persentasenya, cenderung semakin

besar resiko keuangannya bagi kreditur maupun

pemegang saham.

2. Rasio Utang terhadap ekuitas (Debt to Equity

Ratio/TDTE)

Rasio ini menggambarkan perbandingan utang

dengan ekuitas dalam pendanaan perusahaan

dan menunjukkan kemampuan modal sendiri

perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh

kewajibannya. Rumus rasio Debt to equity ratio

yang digunakan:

Total Debt to Total Equity Ratio = Ekuitas Total

Hutang Total x 100

Struktur modal adalah pembelanjaan permanen

dimana mencerminkan pengimbangan antar

hutang jangka panjang dan modal sendiri. Modal

sendiri adalah modal yang berasal dari

perusahaan itu sendiri (cadangan, laba) atau

berasal dari mengambil bagian, peserta, atau

pemilik (modal saham, modal peserta dan lain-

lain). Jadi dapat disimpulkan bahwa debt to

equity ratio merupakan perbandingan antara

total hutang (hutang lancar dan hutang jangka

panjang) dan modal yang menunjukkan

kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajibannya dengan menggunakan modal yang

ada.

Rasio Profitabilitas

1. Return On Investment (ROI)

“Return on investment (ROI) atau yang sering

juga disebut dengan “Return on Total Assets”

merupakan pengukuran kemampuan perusahaan

secara keseluruhan dalam menghasilkan

keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva

yang tersedia di dalam perusahaan” (Sartono,

2015: 123).

Menurut Munawir (2018:89) ROI (Return on

investment) adalah salah satu bentuk dari rasio

profitabilitas yang dimaksudkan dapat mengukur

kemampuan perusahaan dengan keseluruhan

dana yang ditanamkan dalam aktiva yang

digunakan untuk operasinya perusahaan untuk

menghasilkan keuntungan. Menurut Hanafi dan

Halim (2017: 84) rasio ini mengukur

kemampuan perusahaan menghasilkan laba

bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu.

ROI sering juga disebut ROA atau Return on

Assets. ROI ini dapat dihitung menggunakan

rumus sebagai berikut:

Return on investment (ROI) =

aktiva total

pajaksetelah Laba x 100

Dalam perusahaan, perhitungan ROi adalah

semakin tinggi rasio ini, semakin baik keadaan

suatu perusahaan. Return on investment atau

Return on Asset menunjukkan kemampuan

perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang

dipergunakan. Rata-rata ROI untuk industri

adalah 9% (Brigham dan Weston, 2016: 90).

ROI yang tinggi menunjukkan efisiensi

manajemen asset/aktiva. Rendahnya rasio ini

diakibatkan oleh (a) rendahnya basic earning

power (BEP) perusahaan, (b) tingginya biaya

bunga karena penggunaan kewajiban di atas

rata-rata yang menyebabkan laba bersih relatif

rendah.

2. Return on Equity (ROE)

Hasil pengembalian ekuitas atau Return on

Equity (ROE) atau rentabilitas modal sendiri

merupakan rasio untuk mengukur laba bersih

sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini

menunjukkan efisiensi penggunaan modal

sendiri semakin tinggi rasio ini semakin baik.

Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat,

demikian pula sebaliknya (Fahmi, 2016:79).

Sedangkan rumus untuk mencari Return on

Equity (ROE) adalah sebagaimana dikemukakan

Fahmi (2016:81) berikut ini.

Return On Equity (ROE) =

Equity

Tax and Interst after Earning x 100

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

166

Profitabilitas modal sendiri atau sering disebut

dengan rentabilitas usaha atau return on equity

(ROE) adalah perbandingan antara jumlah laba

yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu

pihak dengan jumlah modal sendiri yang

menghasilkan laba tersebut di lain pihak atau

dengan kata lain profitabilitas modal sendiri

adalah kemampuan suatu perusahaan den gan

modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk

menghasilkan keuntungan.

Menurut Hanafi dan Halim (2012: 84) angka

yang tinggi untuk ROE menunjukkan tingkat

profitabilitas yang tinggi. Rasio ROE tidak

memperhitungkan dividen maupun capital gain

untuk pemegang saham. Karena rasio ini bukan

pengukur return yang diterima pemegang saham

yang sebenarnya. Menurut Husnan dan

Pudjiastuti (2012: 74) “Return On Invesment

menunjukkan seberapa banyak laba yang bisa

diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki

oleh perusahaan”.

ROE dipengaruhi oleh ROA dan tingkat

penggunaan utang. Rasio ini juga dipengaruhi

oleh besar kecilnya utang perusahaan, apabila

proporsi utang semakin besar maka rasio ini

juga akan semakin besar. Rasio atau pedoman

yang baik adalah antara 2 0% - 40%. Fahmi

(2016:81) mengemukakan bahwa ROE dapat

dihitung dengan menggunakan rumus :

Return On Equity (ROE) = penjualan

pajaksetelah Laba x 100

Dengan memahami ROE secara mendalam, kita

akan menemukan tiga hal penting diantaranya :

(1) Kemampuan perusahaan menghasilkan laba

(profitability); (2) Efisiensi perusahaan dalam

mengelola aset (assets management); dan (3)

Hutang yang dipakai dalam melakukan usaha

(financial leverage).

METODE PENELITIAN

Tujuan Penelitian

Penelitian ini ingin menentukan cara

penyelesaian atas permasalahan yang terjadi. Jenis

investigasi yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah studi survey observasional. Studi ini

merupakan penelitian dengan cara mengamati dan

menganalisa data-data yang menjadi subjek dalam

penelitian, dalam hal ini adalah laporan keuangan

perusahaan periode 2017-2019 pada PT. Bank

Tabungan Negara (Persero) Cabang Banda Aceh.

Jenis Penelitian

Jenis penelitian merupakan penelitian deskriptif

analisis, adapun pengertian dari metode deskriptif

analitis menurut (Sugiyono, 2016:29) adalah suatu

metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau

memberi gambaran terhadap objek yang diteliti

melalui data atau sampel yang telah terkumpul

sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan

membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

Dengan kata lain penelitian deskriptif analitis

mengambil masalah atau memusatkan perhatian

kepada masalah-masalah sebagaimana adanya saat

penelitian dilaksanakan, hasil penelitian yang

kemudian diolah dan dianalisis untuk diambil

kesimpulannya. Maka untuk peranan menganalisis

data-data tentang kinerja keuangan PT. Bank

Tabungan Negara (Persero) Cabang Banda Aceh,

penulis menggunakan metode deskriptif analisis

karena dirasa cocok untuk mengetahui fenomena

yang saat ini sedang berlangsung.

Horizon Waktu

Horizon waktu dalam penelitian ini adalah

studi lapaangan yang bersifat kualitatfi. Menurut

Jogiyanto (2018:54) “panel data adalah gabungan

dari data yang melibatkan satu waktu tertentu

dengan banyak sampel dan data yang melibatkan

urutan waktu (time series)”. Data yang

dikumpulkan dalam tiga periode yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah survey data laporan

keuangan periode 2016-2018 pada PT. Bank

Tabungan Negara (Persero) Cabang Banda Aceh.

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

167

Unit Analisis

Unit analisis merujuk pada tingkat kesatuan data

yang dikumpulkan selama tahap analisis data

selanjutnya (Sekaran, 2017:73). Unit analisis dalam

penelitian ini adalah kinerja keuangan perusahaan

pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang

Banda Aceh, dalam hal ini berupa laporan tahuan

posisi neraca keuangan PT. Bank Tabungan Negara

(Persero) Cabang Banda Aceh tersebut.

Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh dan mendapatkan sejumlah

informasi dan data yang relevan serta akurat maka

diperlukan data yang akurat melalui penelitian

langsung di lapangan dengan mengambil lokasi

pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang

Banda Aceh yang beralamat di Jln. Sri Ratu

Safiatuddin No. 19-23 Peunayong, Banda Aceh.

Selanjutnya, yang menjadi objek dalam penelitian

ini adalah data sekunder berupa laporan tahuan

posisi neraca keuangan PT. Bank Tabungan Negara

(Persero) Cabang Banda Aceh.

Teknik Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah

menggunbakan deskriptif kuantitatif prosentase.

Deskriptif merupakan tulisan yang berisi paparan

uraian tentang suatu obyek sebagaimana adanya

pada waktu tertentu. Kuantitatif merupakan data

yang dapat diolah atau diukur. Sedangkan

prosentase merupakan data yang digunakan untuk

menyajikan analisis mengenai obyek dengan

prosentase. Jadi, metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan tulisan

yang berisi paparan uraian tentang suatu obyek

sebagaimana adanya pada waktu tertentu dimana

data yang digunakan dapat diolah atau diukur dan

hasil dari data yang telah dianalisis tersebut

berbentuk prosentase. Rumus yang digunakan

untuk mengkaji analisis data adalah dengan

menggunakan beberapa rasio keuangan

sebagaimana yang dikemukakan Gumanti

(2017:170-174), antara lain :

1. Rasio Likuditas

a. Rasio Lancar (current ratio)

Rasio ini menunjukan kemampuan

perusahaan untuk membayar hutangnya yang

segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar.

sLiabilitieCurrent

AssetCurrentRatioCurrent

= x 100%

b. Cash Ratio

Rasio ini menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam membayar kewajiban

jangka pendeknya dengan kas yang

dimilikinya.

Lancar Hutang

Bank Kas

+=RatioCash x 100%

2. Rasio Leverage

a. Total Debt to Total Assets Rasio

Pada rasio ini membandingkan jumlah total

hutang dengan aktiva total yang dimiliki

perusahaan.

Aktiva Total

Hutang Total =RasioAssetsTotaltoDebtTotal x 100%

b. Long Term Debt to Equity Ratio

Pada rasio ini membandingkan hutang jangka

panjang dan modal sendiri.

Sendiri Modal

Panjang Jangka Hutang =RasiouityDebt to EqLong Term x 100%

3. Rasio Profitabilitas

Rasio Rentabilitas bertujuan untuk mengetahui

kemampuan bank dalam menghasilkan laba

selama periode tertentu, juga bertujuan untuk

mengukur tingkat efektifitas manajemen dalam

menjalankan operasional perusahaannya.

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

168

a. Return on investment

Membandingkan laba setelah bunga dan

pajak dengan jumlah aktiva yang bekerja.

Jenis rasio ini sering disebut juga dengan

Rentabilitas Ekonomi.

Aktiva Total

PajakSetelah Laba =InvestmentonturnRe x 100%

b. Return on Equity

Membandingkan antara laba bersih (laba

setelah bunga dan pajak) dan jumlah modal

pemilik. Jenis rasio ini disebut dengan

Rentabilitas Modal Sendiri.

Sendiri Modal

PajakSetelah Laba =uityturn on EqRe x 100%

Selanjutnya, rasio keuangan yang telah

diperoleh dari hasil analisis data tersebut,

dibandingkan dengan nilai kriteria kinerja

keuangan perusahaan sebagaimana tabel

berikut.

Tabel. 3.1

Standar Penilaian Kinerja Keuangan

Perusahaan Berdasarkan Rasio Likuiditas,

Leverage dan Profitabilitas

No Komponen Standar

(%) Nilai Kriteria

1. Likuiditas

a. Current Ratio 175 – 200 100 Sangat Baik

150 – 174 75 Baik

125 – 149 50 Cukup Baik

100 – 124 25 Kurang Baik

< 100 0 Buruk

b. Cash Ratio 175 – 200 100 Sangat Baik

150 – 174 75 Baik

125 – 149 50 Cukup Baik

100 – 124 25 Kurang Baik

< 100 0 Buruk

2. Leverage

a. Rasio Total ≤ 39 100 Sangat Baik

a. Hutang dengan 50 – 39 75 Baik

a. Total Aktiva 60 – 51 50 Cukup Baik

80 – 61 25 Kurang Baik

> 80 0 Buruk

b. Rasio Hutang ≤ 39 100 Sangat Baik

a.Jangka Panjang 50 – 39 75 Baik

a. dengan Modal 60 – 51 50 Cukup Baik

a. Sendiri 80 – 61 25 Kurang Baik

> 80 0 Buruk

Lanjutan Tabel 3.1

No Komponen Standar

(%)

Nilai Kriteria

3. Profitabilitas

a. Return of ≥ 10 100 Sangat Baik

a. Investment 7 – 10 75 Baik

3 – 6 50 Cukup Baik

1 – 2 25 Kurang Baik

< 1 0 Buruk

b. Return of ≥ 10 100 Sangat Baik

a. Equity 7 – 10 75 Baik

3 – 6 50 Cukup Baik

1 – 2 25 Kurang Baik

< 1 0 Buruk

Sumber: Harahap, Sofyan (2017:128-132)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

1. Analisis Rasio Likuiditas Bank BTN Cabang

Banda Aceh

A. Rasio Lancar (Current Ratio)

1) Tahun 2017

Current Ratio = .74235.150.220

.29750.258.588 x 100

= 1.430

= 143.0

2) Tahun 2018

Current Ratio = 1875.827.136.

2464.972.872. x 100

= 0,853

= 85.3

3) Tahun 2019

Current Ratio = 2084.222.582.

3554.185.320. x 100

= 0.991

= 99.1

B. Rasio Kas (Cash Ratio)

1) Tahun 2017

Cash Ratio = .06162.531.834

2.300146.654.44 x 100

= 2,345

= 234,5

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

169

2) Tahun 2018

Cash Ratio = .99386.348.222

9.740117.785.92 x 100

= 1,364

= 136,4

3) Tahun 2019

Cash Ratio = .01086.025.758

2.860110.785.95 x 100

= 1,288

= 128,8

2. Analisis Rasio Solvabilitas Bank BTN

Cabang Banda Aceh

A. Rasio Utang (Debt Ratio/TDTA)

1) Tahun 2017

Total Debt to Total Aset Ratio = 6.475171.527.40

.06162.531.834 x 100

= 0,365

= 36,5

2) Tahun 2018

Total Debt to Total Aset Ratio =4.491218.847.82

.99386.348.222 x 100

= 0,395

= 39,5

3) Tahun 2019

Total Debt to Total Aset Ratio = 2.910204.472.42

.01086.025.758 x 100

= 0,421

= 42,1

B. Rasio Hutang Jangka Panjang terhadap

Ekuitas (Long Term Debt to Equity

Ratio/LTDE)

1) Tahun 2017

Long Term Debt to Total Equity Ratio =

9.414108.995.56

.10351.313.892 x100

= 0,471

= 47,1

2) Tahun 2018

Long Term Debt to Total Equity Ratio =

1.497132.499.60

.75373.806.056 x100

= 0,557

= 55,7

3) Tahun 2019

Long Term Debt to Total Equity Ratio=

0.140144.324.09

.50287.206.056 x 100

= 0,604

= 60,4

3. Analisis Rasio Profitabilitas Bank BTN

Cabang Banda Aceh

A. Return On Investment (ROI)

1) Tahun 2017

Return on investment (ROI) =6.475171.527.40

3398.091.200. x 100

= 0,047

= 4,7

2) Tahun 2018

Return on investment (ROI) =4.491218.847.82

.46912.797.302 x 100

= 0,058

= 5,8

3) Tahun 2019

Return on investment (ROI) = 2.910204.472.42

.20510.528.731 x 100

= 0,051

= 5,1

B) Return on Equity (ROE)

1) Tahun 2017

Return On Equity (ROE) =9.414108.995.56

3398.091.200. x 100

= 0,074

= 7,4

2) Tahun 2018

Return On Equity (ROE) =1.497132.499.60

.46912.797.302 x 100

= 0,097

= 9,7

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

170

3) Tahun 2019

Return On Equity (ROE) = 0.140144.324.09

.20510.528.731x 100

= 0,097

= 9,7

Pembahasan

Hasil penelitian dan perhitungan rasio

likuidtitas berdasarkan aspek rasio lancar (current

ratio), yang merupakan rasio untuk mengukur

seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk

menutupi kewajiban jangka pendek yang segera

jatuh tempo. Berdasarkan skala penilaian kinerja

keuangan berdasarkan aspek current ratio, yaitu

skor 100-200, maka tahun 2017 current ratio Bank

BTN Cabang Banda Aceh memiliki niai sebesar

143,8 atau berdasarkan rentang skala tersebut, rasio

ini hampir mendekati 200 sehingga dapat

dikategorikan cukup baik. Namun pada tahun 2018

current ratio Bank BTN Cabang Banda Aceh turun

cukup sangat menjadi 85,3. Meskipun di tahun

2019 current ratio Bank BTN Cabang Banda Aceh

naik menjadi 99,1 namun masih kurang dari 100.

Dari tahun ke tahun Bank BTN Cabang Banda

Aceh terlihat sedikit kesulitan untuk menjamin

kewajiban lancar sehingga tahun berikutnya selalu

terjadi penurunan, perubahan tiap tahun disebabkan

perusahaan tidak mampu menurunkan dan

meminimalisirkan biaya-biaya yang mengembang-

kan usahanya, dengan kata lain kemampuan Bank

BTN Cabang Banda Aceh untuk memenuhi

kewajiban lancarnya semakin buruk dari tahun

2017-2019.

Begitu juga halnya jika dilihat dari rasio

likuiditas berdasarkan aspek cash ratio, hal yang

tidak jauh berbeda seperti current ratio, namun

kinerja keuangan Bank BTN Cabang Banda Aceh

berdasarkan cash ratio sedikit lebih baik.

Namun bagi bank hal seperti ini tidak terlalu

masalah, karena dengan kondisi seperti itu bukan

berarti bank tidak sehat tetapi karena bank banyak

menyalurkan dana sehingga dana yang tinggal di

bank sangat sedikit, yang nampak pada kas dan

harta lancar lainnya. Hal ini terjadi karena kegiatan

dan fungsi bank memang bertindak sebagai penarik

dan penyalur dana kepada masyarakat. Oleh karena

itu setiap dana yang masuk misalnya melalui

tabungan dan usaha lainnya akan tersalur kembali.

Sehingga dana yang tinggal di bank akan tetap atau

bahkan berkurang karena permintaan dari nasabah

yang akan meminjam dana.

Likuiditas merupakan suatu hal yang sangat

penting bagi bank untuk dikelola dengan baik

karena akan berdampak kepada profiitabililitas serta

business sustainability dan continuity. Hal itu juga

tercermin dari peraturan bank Indonesia yang

menetapkan likuiditas sebagai salah satu dari

delapan risiko yang harus dikelola oleh bank

(Ichsan, 2013:102).

Likuiditas memiliki dua risiko, yang pertama

adalah ketika terlalu tinggi, maka akan terdapat

dana idle sehingga mengurangi kesempatan bank

untuk mendapatkan laba dari penyaluran dana, serta

apabila terlalu kecil maka bank tidak mampu

mencukupi kewajiban jangka pendek serta akan

mendapatkan pinalti dari Bank Indonesia. Apabila

bank tidak mampu memenuhi kewajiban jangka

pendek bisa terjadi peminjaman antar bank dengan

jatuh tempo yang pendek dan biaya imbal hasil

yang tinggi (Kasmir, 2012).

Tahun 2018 merupakan tahun yang kinerja

keuangan Bank BTN Cabang Banda Aceh

berdasarkan rasio likuiditas sangat menurun. Rasio

likuiditas Bank BTN Cabang Banda Aceh

berdasarkan aspek current ratio mengalami

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

171

penurunan yang cukup drastis, dengan current ratio

sebesar 85,3. Begitu juga halnya dengan rasio

likuiditas berdasarkan aspek cash ratio, dimana,

dimana pada tahun 2017 cash ratio Bank BTN

Cabang Banda Aceh memiliki nilai di atas 200,

namun pada tahun 2018 mengalami sedikit

penurunan, begitu juga dengan tahun 2019 yang

kembali mengalami sedikit penurunan.

Penurunan likuiditas yang terjadi setiap tahun

di Bank BTN Cabang Banda Aceh ini dikarenakan

menurunnya utang jangka pendek pada current ratio

serta menurunnya kas dan setara kas pada cash

ratio. Komponen-komponen utang jangka pendek

yang dapat mempengaruhi penurunan nilai rasio ini

diantaranya utang usaha, utang bank jangka pendek,

utang pajak, utang pihak berelasi, utang pihak

ketiga, dan beban akrual.

Current ratio tahun 2018 mengalami

penurunan karna disebabkan naiknya utang lancar

perusahaan yang awalnya tahun 2017 sebesar Rp.

9.948.612.628 menjadi Rp. 35.150.220.742. Pada

tahun 2019 utang lancar menurun dikarenakan pada

tahun tersebut sebagian utangnya telah dibayarkan,

hal ini dapat dilihat dari aset lancarnya yang

mengalami penurunan cukup signifikan sehingga

current ratio menjadi sangat rendah.

Tahun 2018 Bank BTN Cabang Banda Aceh

mengalami penurunan rasio, hal ini disebabkan

utang lancar mengalami kenaikan dikarenakan

kenaikan beban yang dikeluarkan pada tahun 2018

terutama pada beban operasional dan beban umum

dan administrasi. Sedangkan aset lancar pada tahun

2019 menurun terutama pada akun pajak dibayar

dimuka mengalami penurunan nilai yang

disebabkan pajak tersebut telah dibebankan ke

beban umum dan administrasi.

Pada cash ratio periode 2017 kinerja keuangan

Bank BTN Cabang Banda Aceh tergolong sangat

baik, namun pada tahun 2018 dan tahun 2019

mengalami sedikit penurunan, dan tidak terlalu

signifikan sehingga masih bisa dikategorikan cukup

baik. Hal disebabkan tahun 2019 jumlah kas + bank

Bank BTN Cabang Banda Aceh menurun menjadi

Rp. 110.785.952.860 dari sebelumnya sebesar Rp.

117.785.929.740. Hal tersebut dikarenakan

sebagian utangnya telah dibayarkan, dapat dilihat

dari akun kas dan bank tahun 2019 yang menurun

dari tahun-tahun sebelumnya.

Ketika pendapatan perusahaan naik secara

otomatis biaya atau beban yang dikeluarkan

perusahaan juga ikut mengalami kenaikan.

Sehingga dapat dikatakan biaya atau beban yang

dikeluarkan bersifat fluktuatif. Pada tahun 2017

memiliki tingkat likuiditas yang tinggi. Semakin

tinggi jumlah kelipatan aset lancar yang dimiliki

terhadap utang lancar atau utang jangka pendek

maka semakin besar jaminan yang perusahaan

miliki untuk dapat membayar utang lancar. Hal ini

juga menandakan kelebihan aset lancar atas utang

jangka pendek perusahaan mampu memberikan

margin keselamatan yang cukup.

Kinerja Keuangan Bank BTN Cabang Banda

Aceh Berdasarkan Rasio Solvabilitas

Selanjutnya, jika kinerja keuangan Bank BTN

dilihat dari rasio solvabilitas atau leverage, maka

diketahui berdasarkan dua aspek yaitu Rasio Utang

(Debt Ratio/TDTA) dan Rasio Utang terhadap

ekuitas (Debt to Equity Ratio/TDTE). Berdasarkan

skala penilaian kinerja keuangan berdasarkan aspek

rasio utang, maka tahun 2017 rasio utang Bank

BTN Cabang Banda Aceh memiliki nilai sebesar

36,5 atau berdasarkan rentang skala tersebut, rasio

ini berada di bawah 39 sehingga dapat

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

172

dikategorikan sangat baik. Namun pada tahun 2018

rasio utang tahun Bank BTN Cabang Banda Aceh

sedikit meningkat sehingga rasionya berada di atas

39 yang bisa dikatakan bahwa secara performance

menurun, dan trend menurunnya performance ini

juga terjadi di tahun 2019.

Hal ini juga hampir sama dengan rasio

solvabilitas atau leverage berdasarkan rasio total

jangka panjang terhadap ekuitas (Long Term Debt

to Equity Ratio/LTDTE) yang juga cenderung

mengalami penurunan performance setiap

tahunnya. Data di atas menunjukkan bahwa rasio

hutang jangka panjang terhadap ekuitas pada Bank

BTN Cabang Banda Aceh setiap tahunnya

mengalami peningkatan nilai persentase sehingga

secara kriteria kinerja keuangan terjadi penurunan

yang cukup signifikan. Berdasarkan skala penilaian

kinerja keuangan berdasarkan aspek rasio hutang

jangka panjang terhadap ekuitas, yaitu 80-39, maka

tahun 2017 rasio hutang jangka panjang terhadap

ekuitas Bank BTN Cabang Banda Aceh memiliki

niai sebesar 47,1 atau berdasarkan rentang skala

tersebut, rasio ini berada di rentang 50-39 sehingga

dapat dikategorikan baik. Namun pada tahun 2018

rasio hutang jangka panjang terhadap ekuitas Bank

BTN Cabang Banda Aceh naik menjadi 55,7 atau

berdasarkan skala kriteria berada di rentang 50-39

sehingga secara performance mengalami sedikit

penurunan. Trend menurun ini berlanjut lagi di

tahun 2019 dimana rasio hutang jangka panjang

menjadi 60,4 namun meskipun demikian rasio

hutang jangka panjang terhadap ekuitas Bank BTN

Cabang Banda Aceh tahun 2019 masih dapat

dikategorikan cukup baik.

Rasio ini menggambarkan perbandingan

hutang jangka panjang dengan ekuitas dalam

pendanaan perusahaan dan menunjukkan

kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut

untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Struktur

modal adalah pembelanjaan permanen dimana

mencerminkan pengimbangan antar hutang jangka

panjang dan modal sendiri. Modal sendiri adalah

modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri

(cadangan, laba) atau berasal dari mengambil

bagian, peserta, atau pemilik (modal saham, modal

peserta dan lain-lain). Jadi dapat disimpulkan

bahwa debt to equity ratio merupakan perbandingan

antara total hutang (hutang lancar dan hutang

jangka panjang) dan modal yang menunjukkan

kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajibannya dengan menggunakan modal yang

ada.

Kinerja Keuangan Bank BTN Cabang Banda

Aceh Berdasarkan Rasio Profitabilitas

Selanjutnya, rasio yang menjadi alat ukur

kinerja keuangan Bank BTN Cabang Banda Aceh

lainnya adalah rasio profitabilitas, dalam hal ini

menggunakan Return On Investment (ROI) dan

rasio Return On Equity (ROE), dimana berdasarkan

hasil perhitungan diketahui bahwa rasio yang

menjadi alat ukur juga memperlihatkan penurunan

kriteria kinerja.

Data di atas menunjukkan bahwa rasio return in

investment Bank BTN Cabang Banda Aceh, secara

nilai dan secara kriteria juga mengalami penurunan.

Berdasarkan skala ukur nilai rasio ROI yaitu 1-10,

dimana jika lebih dari 10 maka dapat dikategorikan

sangat baik, maka pada tahun 2017 kinerja ROI

Bank BTN Cabang Banda Aceh berniai 4,7 sehingga

dikategorikan cukup baik, lalu tahun 2018 rasio ROI

meningkat menjadi 5,8 atau masih berada dikategori

cukup baik, begiitu juga halnya dengan rasio ROI di

tahun 2019, meskipun kembali turun menjadi 5,1

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

173

namun rasio ROI Bank BTN Cabang Banda Aceh

tahun masih bisa dikategorikan cukup baik.

Sama halnya dengan rasio likuiditas dan rasio

solvabilitas, pada rasio profitabilitas ini kinerja

keuangan Bank BTN Cabang Banda Aceh pada

tahun 2019 juga menurun jika dibandingkan dengan

tahun 2017 dan 2018. Rasio utang terhadap aset dan

rasio utang terhadap ekuitas ini, menunjukkan

bahwa Bank BTN Cabang Banda Aceh masih

mempunyai aset dan ekuitas yang cukup untuk

membayar utang yang dimiliki. Pada periode 2017

dan 2018 rasio ini sangat baik karena tahun ini total

utang yang dimiliki perusahaan menurun

dikarenakan sebagian utangnya telah dibayarkan.

Hal ini dapat dilihat dari total aset Bank BTN

Cabang Banda Aceh juga mengalami penurunan

disebabkan piutang usaha telah tertagih untuk

membayar utang yang dimiliki oleh perusahaan.

Sedangkan ekuitas perusahaan menurun pada akun

saldo laba dikarenakan laba yang dihasilkan juga

menurun.

Sedangkan pada rasio utang terhadap ekuitas,

setiap tahun Bank BTN Cabang Banda Aceh

menambah hutang jangka panjangnya, dimana

modal sendiri yang dimiliki tidak bertambah secara

signifikan. Setiap tahunnya utang jangka panjang

mengalami peningkatan sekitar 40%, sedangkan

modal sendiri di tahun 2018 meningkat hanya

sekitar 10%. Begitu juga di tahun 2019, dimana

peningkatan utang jangka panjang sekitar 20%

tidak diringi dengan peningkatan modal sendiri,

yang di tahun 2019 hanya meningkat sekitar 15%.

Hal ini membuat rasio utang terhadap ekuitas selalu

menurun setiap tahunnya.

Hal ini juga terlihat dari hasil perhitungan rasio

Return On Equity (ROE) pada rasio perhitungan

rasio profitabilitas berdasarkan aspek ROE ini,

kinerja keuangan Bank BTN Cabang Banda Aceh

ini juga cenderung sedikit menurun. Data di atas

menunjukkan bahwa rasio return on equity (ROE)

Bank BTN Cabang Banda Aceh, secara nilai dan

secara kriteria juga mengalami penurunan.

Berdasarkan skala ukur nilai rasio ROE yaitu 1-10,

dimana jika lebih dari 10 maka dapat dikategorikan

sangat baik, maka pada tahun 2017 kinerja ROE

Bank BTN Cabang Banda Aceh berniai 7,4

sehingga dikategorikan baik, lalu tahun 2018

meningkat hampir mendekati 10 menjadi 9,7 dan

berkategori baik. Namun pada tahun 2019 ROE

Bank BTN Cabang Banda Aceh turun kembali

menjadi 7,3 tetapi hal ini masih tergolong baik.

Pada rasio profitabilitas ini, kinerja keuangan

Bank BTN Cabang Banda Aceh berdasarkan aspek

return on investment (ROI) dan return on equity

(ROE) juga hampir sama dengan rasio-rasio

sebelumnya, dimana tahun 2017, 2018 maupun

tahun 2019 masih bisa dikategorikan baik,

meskipun mengalami naik turun, namun tidak

terlalu berpengaruh terhadap perfomance kinerja

keuangan bank.

Pada tahun 2017 pendapatan perusahaan

menurun drastis dari tahun sebelumnya sekitar

sebesar 77%, sehingga berdampak pada laba yang

dihasilkan. Sedangkan tahun 2018 kembali naik,

namun hanya sedikit. Sehingga Bank BTN Cabang

Banda Aceh hanya menghasilkan lebih kurang 1%

margin laba bersih dikarenakan membesarnya

beban operasional dan beban umum dan

administrasi yang digunakan untuk operasional

bank. Ketika pendapatan bank naik secara otomatis

biaya atau beban yang dikeluarkan bank juga ikut

mengalami kenaikan.

Pada rasio return on investment (ROI) periode

2018 mengalami penurunan lebih dari 70%,

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

174

disebabkan total aset menurun terutama pada akun

piutang usaha. Terkait dengan turunnya piutang

usaha dikarenakan pendapatan yang dihasilkan juga

menurun. Sedangkan tahun 2019 mengalami

kenaikan meskipun tidak signifikan dikarenakan

beban-beban yang dikeluarkan juga menurun

terutama beban umum & administrasi dan beban

lain-lain. Kenaikan aset ditahun 2019 dikarenakan

bertambahnya aset tetap yang dibeli bank.

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan ROE

pada tahun 2017-2018 dapat dipahami bahwa laba

yang dihasilkan menurun. ROE mengalami

penurunan laba dan penurunan laba paling drastis

pada tahun 2018. Penurunan laba bersih disebabkan

berkurangnya tambahan modal disetor yang

digunakan untuk operasional bank, sehingga

pendapatan yang dihasilkan berkurang. Dampak

dari menurunnya ekuitas adalah menurunnya laba

bersih yang dihasilkan. Tahun 2019 hanya naik

beberapa persen dan tidak berpenaruh terhadap

kinerja keuangan bank mengalami penurunan

kembali yang disebabkan kenaikan beban

Penurunan ROE ini mencerminkan bahwa

manajemen bank kurang optimal dalam mengelola

modal untuk menghasilkan laba.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Kinerja keuangan Bank BTN Cabang Banda

Aceh bila ditinjau dari tingkat likuiditas secara

rata-rata cukup baik, meskipun di tahun 2018

mengalami penurunan yang cukup drastis

namun tidak terlalu berpengaruh terhadap

performance kinerja keuangan Bank BTN

Cabang Banda Aceh.

2. Kinerja keuangan Bank BTN Cabang Banda

Aceh berdasarkan rasio solvabilitas cukup stabil

selama rentang 2017-2019, dan mengalami

sedikit penurunan kinerja pada tahun 2019.

3. Kinerja keuangan Bank BTN Cabang Banda

Aceh berdasarkan rasio profitabilitas selama

2017-2019 menunjukkan kinerja yang baik dan

sangat baik jika dilihat pada tahun 2017.

Saran

1. Bank BTN Cabang Banda Aceh diharapkan

dapat memperbaiki manajemen likuiditasnya

khususnya pada aspek current ratio, hal ini harus

ditingkatkan dan dikelola dengan baik karena

memiliki tingkat likuiditas yang rendah dan akan

mempengaruhi profitabilitas bank.

2. Bank BTN Cabang Banda Aceh harus dapat

mengelola dan mengendalikan penggunaakan

aset semaksimal mungkin agar dapat

menghasilkan laba yang diharapkan.

3. Serta pengelolaan modal kerja yang lebih

optimal untuk memperoleh hasil yang lebih baik

terutama dalam menghasilkan laba.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Alawiyah, Tuti. 2017. Analisis Kinerja Keuangan

dengan Menggunakan Rasio Profitabilitas dan

Rasio Aktivitas Pada PT BATA Tbk. Jurnal

JIMFE. Vol 3, No 2 (2017).

Aditya, Cyndi. 2011. Analisis Tingkat Kesehatan

Keuangan PT. BPR Shinta Daya Sleman,

Yogyakarta. e-Jurnal UDINus. Vol 2 No. 12

2015.

Arikunto, Suharsimi, 2015, Prosedur Penelitian:

Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka

Cipta.

Bank Indonesia, Surat Edaran Bank Indonesia

No.27/5/UPPB/2005 tentang Format Laporan

Keuangan Bank. Jakarta. Available online at

http: \\www.bi.go.id.

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

175

Bank Indonesia, Surat Keputusan Direksi Bank

Indonesia No.31/146/KEP/DIR Tanggal 12

November 2006 tentang Pemberian Kredit

terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva

Produktif. Jakarta : Bank Indonesia.

Bastian. 2017. Akuntansi Perbankan. Liberty.

Yogyakarta.

Brigham & Weston. 2015. Manajemen Keuangan.

Jakarta: Penerbit Erlangga.

Dendawijaya, Lukman, 2018, Manajemen

Perbankan, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Fahmi, Irham, 2016. Analisis Kinerja Keuangan.

Jakarta: Alfabeta.

Gitosudarmo, dan Basri, 2018. Manajemen

Keuangan, edisi keempat. Yogyakarta: BPFE.

Gumanti, 2017. Manajemen Investasi: Konsep,

Teori, dan Aplikasi. Buku Satu, Edisi Empat,

Jember: Center for Society Studies.

Harahap, Sofyan 2017. Analisa Kritis Atas Laporan

Keuangan, Jakarta: PT Raja Grfindo Persada.

Hanafi dan Halim. 2012. Manajemen Keuangan.

Edisi Kedua. Jakarta : PT. Gelora Aksara

Pratama.

Horne, 2017. Fundamental of Financial

Management / Prinsip-prinsip Manajemen

Keuangan (Edisi Kedua belas). Jakarta:

Salemba Empat.

Husnan dan Pudjiastuti, 2012. Dasar-Dasar

Manajemen Keuangan. Edisi Keenam,

Yogyakarta, UPP AMP YKPN.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2015. Standar Akuntansi

Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Jogiyanto, 2018. Analisis dan Desain Sistem

Informasi Pendekatan Terstruktur Teori dan

Praktik aplikasi Bisnis. Yogyakarta: ANDI

Offset.

Jumingan, 2016. Analisis Kinerja Keuangan.

Cetakan Ke-Tiga. Jakarta: Bumi Aksara.

Kasmir, 2017. Analisis Laporan Keuangan. PT.

Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Munawir, S. 2016. Analisa Laporan Keuangan.

Edisi Keempat. Liberty. Yogyakarta.

Riyanto, 2016. Dasar-dasar Pembelanjaan

Perusahaan. Yogyakarta: Yayasan Badan

Penerbit Gadjah Mada.

Sahara. 2015. Analisis Kinerja Keuangan

Perusahaan dengan Menggunakan Rasio

Keuangan dan Metode Economic Value Added

(EVA). Jurnal Administrasi Bisnis, Unibraw.

VOL 19, NO 1 (2015).

Sawir, 2015. Analisa Kinerja Keuangan dan

Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta:

PT. Gramedia Pustaka Utama.

Siamat, Dahlan. 2015. Manajemen Lembaga

Keuangan. Edisi Keempat. Jakarta: Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia.

Simorangkir, O.P., 2017. Pengantar Lembaga

Keuangan Bank dan Non Bank, Jakarta:

Penerbit Ghalia Indonesia.

Sekaran, 2018. Metode penelitian untuk bisnis,

Jakarta: Salemba Empat.

Sucipto, 2017. Penilaian Kinerja Keuangan.

Medan: Universitas Sumatra Utara, Jurnal

Akuntansi.

Sugiyono, 2018. Metode penelitian kuantitatif,

kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Susilo, dkk. 2015. Bank dan Lembaga Keuangan

Lain, Jakarta: Salemba Empat.

Totok dan Sigit, 2017, Bank dan Lembaga

Keuangan Lain, Edisi 2, Jakarta: Salemba

Empat.

Wibowo, Herman, 2017. Teknik Analisis Keuangan.

Terjemahan dari buku Helfert. Edisi

kedelapan. Jakarta: Erlangga.

Weston & Brigham. 2015. Manajemen Keuangan.

Jakarta: Penerbit Erlangga

Widjanarto. 2018. Hukum dan Ketentuan

Perbankan Indonesia di Indonesia. Jakarta:

Pustaka Utama Grafiti.

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

176

PENGARUH SKEPTISISME PROFESIONAL, SITUASI AUDIT, ETIKA AUDIT,

PENGALAMAN DAN KEAHLIAN AUDIT TERHADAP KETEPATAN

PEMBERIAN OPINI AUDITOR

Surna Lastri1*, Fitri Yunina2, Anggun Dwi Handayani3 1,2 Fakultas Ekonomi, Program Studi Akuntansi, Universitas Muhammadiyah Aceh

3 Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Aceh

Email: 1*[email protected]

ABSTRAK

This study aims to examine the effect of professional skepticism, audit situations, audit

ethics, audit experience and expertise on the accuracy of giving auditor opinion by

accountants to the BPKRI Perwakilan Aceh. This study uses quantitative methods. The

sample in this study was all auditors at the BPK RI Perwakilan Aceh. Data collection

techniques using questionnaires were obtained by distributing questionnaires to

auditors working at the BPK RIPerwakilan Aceh. The analytical method used is

multiple linear regression. The results of this study found that professional

skepticism, audit situations, audit ethics, audit experience and expertise have an effect

on the accuracy of giving auditor opinion by accountants, both simultaneous and

partially

Keywords : Professional Skepticism, Audit Situations, Audit Ethics, Audit

Experience And Expertise

PENDAHULUAN

Auditing merupakan suatu proses

mengumpulkan data dan mengevaluasi bukti

tentang informasi dalam rangka menentukan dan

melaporkan derajat kesesuaian antara informasi dan

kriteria yang telah di tetapkan. Dalam pelaksanaan

audit ini diharapkan kontribusi auditor yang tidak

memihak atau netral dan independent dalam

memberikan opini atau pendapat terkait dengan

hasil audit yang diberikan sehingga meningkatkan

dan menumbuhkan kepercayaan para pemakai

informasi laporan keuangan. Diharapkan auditor

dapat menjalankan tugasnya, yakni melakukan

pemeriksaan secara sistematis dan kritis terhadap

laporan keuangan yang telah disusun oleh pengelola

suatu entitas beserta catatan-catatan pembukuan dan

bukti-bukti pendukungnya, sehingga pada akhirnya

dapat memberikan opini yang tepat mengenai

kewajaran laporan keuangan tersebut. Opini yang

diberikan oleh auditor tersebutsangat penting, maka

seorang auditor harus memilki kompetensi sesuai

dengan bidangnya dalam mengumpulkan dan

menganalisa bukti-bukti audit (Konrath, 2015).

Laporan keuangan daerah disusun sesuai

dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Kewajaran penyajian laporan keuangan tersebut

diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Dalam rangka pelaksanaan pemeriksaan BPK

mengacu kepada Standar Pemeriksaan Keuangan

Negara (SPKN). Standar Pemeriksaan Keuangan

Negara (SPKN) merupakan standar yang ditetapkan

dengan peraturan BPK Nomor 01 Tahun 2007

SPKN tersebut menggunakan referensi utama The

Generally Accepted Government Auditing

Standards (GAGAS) Tahun 2003. GAGAS telah

mengalami revisi sebanyak dua kali, dengan revisi

terakhir tahun 2011.

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

177

Standar Audit yang Berlaku Umum adalah

standar otoritatif yang harus dipenuhi oleh auditor

pada saat melakukan penugasan audit, merupakan

media profesi audit untuk menjamin kualitas hasil

audit (kualitas laporan hasil audit). Dimana

kompetensi merupakan bagian pertama dari standar

umum dalam standar audit, independensi

merupakan bagian kedua dari standar umum dalam

standar audit dan profesionalisme merupakan

bagian ketiga dari standar umum dalam standar

audit. Standar Umum Pemeriksaan Keuangan

Negara meliputi keahlian, independensi,

pertimbangan profesionalisme, kompetensi, kendali

dan jaminan kualitas. Dengan demikian, semua

standar tersebut merupakan standar yang

menentukan kualitas laporan audit yang dihasilkan

auditor.

Terdapat lima opini yang diberikan oleh

akuntan publik atas laporan keuangan yang terdapat

dalam standar audit, Adapun opini tersebut adalah

opini wajar tanpa pengecualian (unqualified

opinion), opini wajar tanpa pengecualian dengan

bahasa yang ditambahkan dalam laporan audit

bentuk baku (unqualified with explanatory

paragraph or modified wording), opinit wajar

dengan pengecualian (qualified opinion), opini

tidak wajar (adverse opinion), dan pernyataan tidak

memberikan opini (disclaimer of opinion).

Dalam memberikan opini terhadap kewajaran

sebuah laporan keuangan, seorang auditor harus

memiliki sikap atau pikiran yang dinamakan

skeptisme. Menurut Arens (2015:47), auditor harus

bertanggung jawab secara profesional dalam

pelaksanaan tugasnya untuk bersikap tekun dan

penuh hati-hati. Sebagai ilustrasi, perhatian

mendalam termasuk pertimbangan akan

kelengkapan kertas kerja, kecukupan bukti audit,

serta ketepatan laporan audit. Kemahiran

profesional menuntut pemeriksa untuk

melaksanakan skeptisme profesional. Pemeriksa

menggunakan pengetahuan, keahlian dan

pengalaman yang dituntut oleh profesinya untuk

melaksanakan pengumpulan bukti dan evaluasi

obyektif mengenai kecukupan, kompetensi dan

relevansi bukti. Karena bukti dikumpulkan dan

dievaluasi selama pemeriksaan, skeptisme

profesional harus digunakan selama pemeriksaan.

Hal tersebut tentu berpengaruh terhadap opini yang

akan diberikan oleh auditor.

Beberapa penelitian yang dilakukan mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan

pemberian opini auditor. Ditemukan bahwa adanya

pengaruh skeptisisme profesional audit. Semakin

tinggi tingkat skeptis auditor dalam

mempertanyakan bukti-bukti audit serta tidak

mudah begitu usaha percaya terhadap keterangan-

keterangan yang diberikan klien dapat

menimbulkan sikap profesional auditor, sikap

profesional tersebut menjadi salah satu faktor dalam

menentukan kemahiran profesional auditor, sikap

profesional tersebut menjadi salah satu faktor dalam

menentukan kemahiran profesional seorang auditor.

Kemahiran akan sangat mempengaruhi ketetapan

pemberian opini seorang auditor (Triyanto, 2014).

Demikian pula situasi audit ditemukan berpengaruh

terhadap ketetapan pemberian opini auditor.

Berpengaruhnya situasi audit terhadap ketetapan

pemberian opini auditor, dikarenakan situasi audit

akan memunculkan kepekaan pada diri auditor

dalam menghadapi situasi audit yang bermacam-

macam, dan dapat dijadikan pertimbangan dalam

memutuskan opini audit yang diberikan (Gusti dan

Syahril, 2008).

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

178

Etika auditor juga berpengaruh terhadap

ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan.

Tuntutan kepercayaan masyarakat atas mutu audit

yang diberikan sangat tinggi, oleh karena itu etika

merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh

auditor dalam melakukan tugasnya sebagai pemberi

opini atas laporan keuangan (Merici, 2015).

Berdasarkan hasil penelitian ini

mengindikasikan bahwa seorang auditor yang

berpengalaman akan memiliki sikap skeptisisme

yang lebih bagus, namun tidak dapat memberikan

opini yang semakin tepat. Hal ini disebabkan

karena semakin berpengalaman seorang auditor

maka semakin banyak relasi atau klien yang

diaudit, sehingga hubungan ini akan menyebabkan

opini yang diberikan auditor dapat dipengaruhi oleh

klien (Prihandono, 2012).

Seorang auditor yang memiliki keahlian audit

yang baik maka cenderung bersikap skeptis yang

lebih baik. Ketika auditor merasa bahwa dirinya

ahli maka auditor akan semakin berhati-hati dalam

proses audit sehingga akan berdampak pada

ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan

publik. Sebaliknya, Ketika auditor merasa bahwa

dirinya tidak begitu ahli maka auditor tidak terlalu

berhati-hati dalam proses audit sehingga akan

berdampak pada pemberian opini auditor oleh

akuntan publik yang tidak didasarkan pada bukti

yang kompeten (Kautsarrahmelia, 2013).

Beberapa temuan kasus di media juga banyak

dipaparkan tentang tidak obejektifnya seorang

auditor dalam memberikan opini audit diantaranya

kasus di Jakarta yaitu Auditor BPK Bagindo

Quirinno ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK) karena menerima

sejumlah uang dari kliennya untuk mengubah hasil

auditnya yang ternyata berindikasi penyalagunaan

anggaran. Ini menyebabkan laporan audit dan opini

yang dihasilkan tidak akurat dan objektif karena

informasi dalam laporan audit tidak sesuai dengan

fakta dan bukti-bukti yang terjadi

(www.liputan6.com). Kemudian ditemukan kasus

bahwa auditor ternyata bekerja tidak menggunakan

profesionalismenya namun menggunakan asumsi-

asumsi saat BPK RI mengaudit tentang

penyalahgunaan dana APBD. Hal ini disebabkan

kurangnya berkas-berkas atau bukti-bukti yang

diperlukan oleh auditor untuk melakukan proses

audit terhadap penggunaan APBD tersebut. Ini

menunjukan bahwasannya auditor tidak cukup

berskeptisme professional dalam bekerja, dan tidak

mencerminkan seorang auditor yang memiliki etika,

pengalaman, dan keahlian audit yang tidak baik

(antikorupsi.org).

Melihat pentingnya kemahiran dan

profesionalitas seorang auditor dalam ketepatan

pemberian opini, maka tujuan adalah penelitian

untuk mengetahui dan menguji pengaruh

skeptisisme profesional, situasi audit, etika audit,

pengalaman dan keahlian audit terhadap ketepatan

pemberian opini auditor oleh akuntan kantor BPK

RI Aceh

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Ketepatan Opini Auditor

Opini audit menurut kamus standar akuntansi

(Tugiman, 2013) adalah laporan yang diberikan

seorang akuntan publik terdaftar sebagai hasil

penilaiannya atas kewajaran laporan keuangan yang

disajikan perusahaan. Opini audit diberikan oleh

auditor melalui beberapa tahap audit sehingga

auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini

yang harus diberikan atas laporan keuangan yang

diauditnya.

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

179

Skeptisisme Profesional Auditor

Seorang auditor yang memiliki skeptisisme

profesional tidak akan begitu saja menerima

penjelasan dari klien, tetapi akan mengajukan

pertanyaan untuk memperoleh alasan, bukti, dan

konfirmasi mengenai objek tersebut. Skeptisisme

profesional akan mengarahkan auditor untuk

mengambil tindakan untuk memilih audit prosedur

yang efektif untuk memperoleh opini audit yang

tepat (Noviyanti, 2008). Menurut Wijaya (2015)

bahwa skeptisisme professional auditor adalah

sikap auditor yang selalu meragukan dan

mempertanyakan segala sesuatu, dan menilai secara

kritis bukti audit serta mengambil keputusan audit

berlandaskan keahlian auditing yang dimilikinya.

Situasi Audit

Kee dan Knox’s (2014), menyatakan bahwa

situasi audit adalah kondisi resiko yang dihadapi

oleh klien. Kondisi ini dimungkinkan karena situasi

audit yang semakin beresiko akan membuat auditor

lebih berhati-hati dalam memberikan hasil auditnya,

sehingga akan memberikan ketepatan pemberian

opini audit yang lebih baik.

Etika

Etika dalam auditing adalah suatu prinsip

untuk melakukan proses pengumpulan dan

pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang

dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi untuk

menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi

yang dimaksud dengan kriteria-kriteria yang

dimaksud yang dilakukan oleh seorang yang

kompeten dan independen (Ida, 2015:78).

Kerangka Pemikiran

1. Hubungan Antara Skeptisme Profesional

Auditor dengan Ketetapan Pemberian

Opini Auditor

Menurut SPAP (2011:2301) Skeptisisme

profesional yang dimaksud disini adalah sikap

skeptis yang dimiliki seorang auditor yang selalu

mempertanyakan dan meragukan bukti audit.

Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya bahwa

penggunaan kemahiran profesional dengan cermat

dan seksama menuntut auditor untuk melaksanakan

skeptisisme profesional. Dapat diartikan bahwa

skeptisisme profesional menjadi salah satu faktor

dalam menentukan kemahiran profesional seorang

auditor. Kemahiran profesional akan sangat

mempengaruhi ketepatan pemberian opini oleh

seorang auditor. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa semakin tinggi tingkat skeptisisime seorang

auditor dalam melakukan audit, maka diduga akan

berpengaruh pada ketepatan pemberian opini

auditor tersebut. Hal ini didukung oleh penelitian

yang dilakukan oleh Tania Kautsamahmelia (2013)

yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara

skeptisisme profesional auditor dengan ketetapan

pemberian opini auditor.

- H1 : Skeptisisme profesional auditor secara

parsial berpengaruh terhadap ketepatan

pemberian opini auditor oleh akuntan BPK

RI Aceh.

2. Hubungan Antara Situasi Audit dengan

Ketetapan Pemberian Opini Auditor

Dalam pelaksanaan audit, auditor sering

menjumpai situasi audit dalam keadaan resiko

tinggi dan resiko rendah (Mulyadi, 2012). Dalam

situasi audit yang beresiko tinggi, bukti audit yang

cukup dan kompeten harus dikumpulkan dalam

jumlah yang memadai (Arens, 2015). Hal ini

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

180

didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh

yang dilakukan oleh Syahril yang menyatakan

bahwa situasi audit memiliki hubungan yang erat

dengan ketetapan pemberian opini auditor.

- H2 : Situasi audit secara parsial berpengaruh

terhadap ketepatan pemberian opini auditor

oleh akuntan BPK RI Aceh

3. Hubungan Antara Etika dengan Ketetapan

Pemberian Opini Auditor

Menurut Arens, dkk (2015:101), etika

merupakan suatu kebiasaan yang baik dalam

masyarakat yang lalu mengendap menjadi norma-

norma atau kaidah-kaidah, atau dengan kata lain

menjadi normatif dalam kehidupan mereka. Dengan

demikian, seorang auditor yang akan berada pada

batas norma dan kaidah yang baik. Dengan

kesadaran etis yang tinggi, seorang auditor tidak

akan melakukan kecurangan atau terlibat dalam

skandal pemeriksaan laporan keuangan. Hal ini

didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Syahril (2008) yang menjelaskan bahwa terdapat

hubungan antara etika dengan ketetapan pemberian

opini auditor.

- H3 : Etika audit secara parsial berpengaruh

terhadap ketepatan pemberian opini auditor

oleh akuntan BPK RI Aceh.

Hubungan Antara Pengalaman dengan

Ketetapan Pemberian Opini Auditor

Menurut Agoes (2012), auditor yang

berpengalaman akan membuat judgement yang

relatif lebih baik dalam tugas-tugas profesionalnya,

daripada auditor yang kurang berpengalaman.

Mereka juga lebih mampu member penjelasan yang

masuk akal atas kesalahan-kesalahan dalam laporan

keuangan dan data mengelompokkan kesalah

berdasarkan pada tujuan audit dan struktur dari

sistem akuntansi yang mendasari (Mayangsari,

2013:4). Hal ini didukung oleh penelitian yang

dilakukan oleh Syahril (2008) yang mengemukakan

bahwa terdapat hubungan antara pengalaman

dengan ketetapan pemberian opini auditor.

- H4 : Pengalaman secara parsial berpengaruh

terhadap ketepatan pemberian opini auditor

oleh akuntan BPK RI Aceh.

4. Hubungan Antara Keahlian dengan

Ketetapan Pemberian Opini Auditor

Keahlian juga merupakan faktor penting yang

mempengaruhi tepat atau tidaknya opini yang

dihasilkan oleh auditor. Mayangsari (2013:65),

keahlian adalah mengerjakan pekerjaan secara

mudah, cepat, intuisi, dan sangat jarang atau tidak

pernah membuat kesalahan. Hal ini didukung oleh

penelitian yang dilakukan oleh Sabrina (2012) yang

menyatakan bahwa terdapat hubungan antara

keahlian dengan ketetapan pemberian opini auditor.

H5: Keahlian audit secara parsial berpengaruh

terhadap ketepatan pemberian opini auditor oleh

akuntan BPK RI Aceh.

Sebagai variabel independen yaitu skeptisme

profesional audit (X1), situasi audit (X2), etika

(X3), pengalaman (X4), dan keahlian audit (X5)

sedangkan variabel dependen yaitu ketetapan

pemberian opini auditor oleh akuntan (Y). Maka

skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada

gambar 2.1 berikut:

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

181

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.

Penelitian kuantitatif yaitu suatu metode analisa

yang setiap variabelnya diukur dengan memberikan

simbol-simbol angka yang berbeda-beda sesuai

dengan kategori informasi yang berkaitan dengan

variabel tersebut (Sugiyono, 2012).

Pada penelitian ini, penelitian kuantitatif

bertujuan untuk memberikan gambaran tentang

pengaruh skeptisisme profesional, situasi audit,

etika audit, pengalaman dan keahlian audit terhadap

ketepatan pemberian opini auditor. Populasi dalam

penelitian ini diambil sesuai dengan jabatan

fungsional sebanyak 60 orang auditor yang bekerja

sebagai auditor pemeriksaan pada Kantor BPK RI

Perwakilan Aceh. Karena jumlah populasi yang

dianggap relatif kecil maka penelitian ini

menggunakan metode sensus. Menurut Sugiyono

(2012:80) semua (sampling jenuh) adalah teknik

penentuan sampel bila semua anggota populasi

digunakan sebagai sampel.

Penelitian ini menggunakan sumber data

primer berupa kuesioner. Kuesioner adalah teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan memberi

pertanyaan tertulis kepada responden pada

penelitian untuk kemudian dijawab. Data primer

yang diambil dalam penelitian ini dengan

mengajukan pernyataan tertulis melalui kuesioner

dengan responden auditor yang bekerja pada kantor

BPK RI Aceh. Metode analisis data menggunakan

analisis regresi linear berganda dengan

menggunakan bantuan softwareStatistical Package

for the Social Science (SPSS) versi 20.0. Analisis

data tersebut dapat dirumuskan dengan persamaan:

Y = ɑ+ ß1X1+ ß2X2+ß3X3+ ß4X4 + ß5X5 + e

Keterangan:

Y = Ketetapan Pemberian Opini

Auditor oleh Akuntan

ɑ = Konstanta

X1 = Skeptisisme Profesional

Auditor

X2 = Situasi Audit

X3 = Etika

X4 = Pengalaman

X5 = Keahlian Audit

ß1,ß2, ß3, ß4, ß5 = Koefisien Regresi

e = Standar Error

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Berdasarkan uji hipotesis yang telah dilakukan

hasil regresi pengaruh masing-masing variabel

independen terhadap variabel dependen secara rinci

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1

Pengujian Regresi Linear Berganda

Model

Unstandardized Coefficients

B Std. Error

1 (Constant) 5,172 ,728

Skeptisisme

Profesional Auditor ,131 ,086

Situasi Audit ,077 ,066

Etika ,024 ,079

Pengalaman ,076 ,087

Keahlian Audit ,030 ,082

a. Dependent Variable: Ketepatan Pemberian Opini Auditor oleh Akuntan

Ketepatan Pemberian

Opini Auditor (Y)

Situasi Audit (X2)

Skeptisisme

Profesional Auditor

(X1)

Etika (X3)

Pengalaman (X4)

Keahlian Audit (X5)

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

182

Berdasarkan hasil perhitungan statistik seperti

yang terlihat pada Tabel di atas maka diperoleh

persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:

Y = 5,172+ 0,131X1 + 0,077X2+ 0,024X3 + 0,076X4

+ 0,030X5 + e

Dari persamaan regresi linear berganda di atas

dapat dilihat bahwa konstanta sebesar 5,172.

Konstanta ini menunjukkan bahwa jika tidak ada

perubahan skeptisisme profesional auditor, situasi

audit, etika, pengalaman dan keahlian audit maka

ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan

akan sebesar5,172.

Koefisien regresi skeptisisme profesional

auditor (X1) sebesar 0,131 yang menjelaskan bahwa

setiap kenaikan 1 nilai skeptisisme profesional

auditor, maka ketepatan pemberian opini auditor

oleh akuntan akan mengalami kenaikannilai sebesar

0,131. Dan sebaliknya jika mengalami penurunan 1

nilai skeptisisme profesional auditor, maka

ketepatan pemberian opini auditoroleh akuntanakan

mengalami penurunan nilai sebesar 0,131 dengan

asumsi variabel bebas lainnya konstan.

Koefisien regresi situasi audit (X2) sebesar

0,077 yang menjelaskan bahwa setiap kenaikan 1

nilaisituasi audit, maka ketepatan pemberian opini

auditoroleh akuntan akan mengalami kenaikan nilai

sebesar 0,077. Dan sebaliknya jika mengalami

penurunan 1 nilaisituasi audit, maka ketepatan

pemberian opini auditoroleh akuntan akan

mengalami penurunan sebesar 0,077 dengan asumsi

variabel bebas lainnya konstan.

Koefisien regresi etika (X3) sebesar 0,024yang

menjelaskan bahwa setiap kenaikan 1 nilaietika,

maka ketepatan pemberian opini auditor akan

mengalami kenaikannilai sebesar 0,024. Dan

sebaliknya jika mengalami penurunan 1 nilaietika,

maka ketepatan pemberian opini auditoroleh

akuntanakan mengalami penurunan sebesar

0,024dengan asumsi variabel bebas lainnya

konstan.

Koefisien regresi pengalaman (X4) sebesar

0,076 yang menjelaskan bahwa setiap kenaikan 1

nilai pengalaman, maka ketepatan pemberian opini

auditor oleh akuntan akan mengalami kenaikan

nilai sebesar 0,076. Dan sebaliknya jika mengalami

penurunan 1 nilai pengalaman, maka ketepatan

pemberian opini auditor oleh akuntan akan

penurunan kenaikan sebesar 0,076 dengan asumsi

variabel bebas lainnya konstan.

Koefisien regresi keahlian audit (X5) sebesar

0,030yang menjelaskan bahwa setiap kenaikan 1

nilaikeahlian audit, maka ketepatan pemberian

opini auditoroleh akuntan akan mengalami

kenaikannilai sebesar 0,030. Dan sebaliknya jika

mengalami penurunan 1 nilaikeahlian audit, maka

ketepatan pemberian opini auditoroleh akuntanakan

mengalami penurunan sebesar 0,030 dengan asumsi

variabel bebas lainnya konstan.

Koefisiensi Determinasi

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 ,166a ,028 ,000 ,54283

a. Predictors: (Constant), Keahlian_Audit,

Skeptisisme_Profesional_Auditor, Etika, Pengalaman,

Situasi_Audit

Dapat dilihat nilai korelasi antar variabel

adalah sebesar 0,166. Hal ini dapat dijelaskan

bahwa variabel skeptisisme profesional auditor,

situasi audit, etika, pengalaman dan keahlian audit

dipengaruhi sebesar 16,6% oleh variabel ketepatan

pemberian opini auditor oleh akuntan. Sedangkan R

square (𝑅2) diperoleh nilai sebesar 0,028 atau

sebesar 2,8%. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa 2,8% variasi ketepatan pemberian opini

auditor oleh akuntan dapat dipengaruhi oleh kelima

variabel independen dalam penelitian ini yaitu

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

183

skeptisisme profesional auditor, situasi audit, etika,

pengalaman dan keahlian audit, sedangkan sisanya

(100% - 2,8% = 97,2%) dipengaruhi oleh variabel

lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.

Pembahasan

1. Pengaruh Skeptisisme Profesional Pemberian

Opini Auditor, Situasi Audit, Etika,

Pengalamandan Keahlian Audit Terhadap

Ketepatan Pemberian Opini Auditor Oleh

Akuntan

Berdasarkan rancangan pengujian hipotesis

yang telah dijelaskan sebelumnya. Berhubung

penelitian ini menggunakan metode sensus, tidak

dilakukan pengujian signifikansi terhadap nilai

koefisiensi regresi yang diperoleh, karena nilai

koefisiensi regresi yang diperoleh adalah nilai

koefisiensi yang sesungguhnya dari populasi.

Berdasarkan rancangan pengujian hipotesis, Ha1

diterima jika paling sedikit ada satu ßi ≠ 0 (i =

1,2,3,4,5) yang berarti bahwa terdapat salah satu

nilai ß dari kelima variabel independen yaitu

skeptisisme profesional auditor, situasi audit, etika,

pengalaman dan keahlian audit yang nilainya tidak

sama dengan nol.

Nilai ß dari kelima variabel independen yaitu

skeptisisme profesional auditor, situasi audit, etika,

pengalaman dan keahlian auditdapat dilihat pada

1diatas. Dalam Tabel tersebut didapatkan hasil

bahwa ß1= 0,131, ß2 = 0,077,ß3= 0,024,ß4= 0,076,

ß5= 0,030 sehingga hipotesis diterima. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa skeptisisme

profesional auditor, situasi audit, etika, pengalaman

dan keahlian audit secara bersama-sama

berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini

auditoroleh akuntan.

Nilai korelasi antar variabel adalah sebesar

0,166 yang berarti bahwa kenaikan dan penurunan

ketepatan pemberian opini auditoroleh akuntan

sangat dipengaruhi oleh variabel skeptisisme

profesional auditor, situasi audit, etika, pengalaman

dan keahlian audit. Dalam hal analisis koefisien

determinasi diperoleh nilai sebesar 0,028 atau

sebesar 2,8%. Sehingga dapat dikatakan bahwa

2,8% variasi ketepatan pemberian opini auditoroleh

akuntan dipengaruhi oleh variabel independen

dalam penelitian ini yaitu skeptisisme profesional

auditor, situasi audit, etika, pengalaman dan

keahlian audit sedangkan 94,6% sisanya

dipengaruhi oleh variabel lain.

2. Pengaruh Skeptisisme Profesional Auditor

Terhadap Ketepatan Pemberian Opini

Auditor Oleh Akuntan

Berdasarkan rancangan pengujian hipotesis,

syarat untuk menyatakan bahwa skeptisisme

profesional auditor berpengaruh terhadap ketepatan

pemberian opini auditor oleh akuntan apabila ß1 ≠

0. Nilai koefisien regresi skeptisisme profesional

auditorpada Tabel 4.6 adalah sebesar 0,131.

Mengacu pada syarat tersebut, hasil penelitian ini

dan menerima hipotesis. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa skeptisisme profesional auditor

berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini

auditor oleh akuntan pada BPKRI Perwakilan Aceh.

Hal ini berarti bahwa dengan adanya sikap

skeptisisme profesional auditor mampu

mempengaruhi ketepatan pemberian opini auditor

oleh akuntan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Merici (2015) yang

menunjukkan bahwa skeptisisme profesional

auditor berpengaruh terhadap ketepatan pemberian

opini auditor oleh akuntan. Dan penelitian ini juga

didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh

Triyanto (2014), Gusti dan Syahril Ali (2008) yang

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

184

menemukan bahwa skeptisisme profesional

auditorjuga berpengaruh terhadap ketepatan

pemberian opini auditor oleh akuntan.

3. Pengaruh Situasi Audit Terhadap Ketepatan

Pemberian Opini Auditor Oleh Akuntan

Berdasarkan rancangan pengujian hipotesis,

syarat untuk menyatakan bahwa situasi

auditberpengaruh terhadap ketepatan pemberian

opini auditor oleh akuntan apabila ß2≠ 0. Nilai

koefisien regresi situasi auditpada Tabel 1 adalah

sebesar 0,077. Mengacu pada syarat tersebut, hasil

penelitian menerima hipotesis. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa situasi audit berpengaruh

terhadap ketepatan pemberian opini auditor oleh

akuntan pada BPKRI Perwakilan Aceh. Hal ini

berarti bahwa situasi pada saat proses audit akan

meningkatkan ketepatan seorang auditor dalam

pemberian opini.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

Gusti dan Syahril ali (2008), menyebutkan situasi

audit mempengaruhi ketepatan pemberian opini

auditor oleh akuntan. Penelitian ini juga didukung

oleh temuan dalam penelitian yang dilakukan oleh

Sabrina (2012) yang menyatakan bahwa situasi

audit mampu mempengaruhiketepatan pemberian

opini auditor oleh akuntan.

4. Pengaruh Etika Terhadap Ketepatan

Pemberian Opini Auditor Oleh Akuntan

Berdasarkan rancangan pengujian hipotesis,

syarat untuk menyatakan bahwa etika berpengaruh

terhadap ketepatan pemberian opini auditor oleh

akuntan apabila ß3 ≠ 0. Nilai koefisien regresi

etikapada Tabel 1 adalah sebesar 0,024. Mengacu

pada syarat tersebut, hasil penelitian ini dan

menerima hipotesis. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa etika auditor berpengaruh

terhadap ketepatan pemberian opini auditor oleh

akuntan pada BPKRI Perwakilan Aceh. Hal ini

berarti bahwa etika yang ada pada seorang auditor

akan mempengaruhi ketepatan pemberian opini

auditor oleh akuntan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Triyanto (2014) yang

menunjukkan bahwa etika auditor berpengaruh

terhadap ketepatan pemberian opini auditor oleh

akuntan. Hasil penelitian ini juga didukung oleh

penelitian yang dilakukan oleh Januarti (2012),

Gusti dan Syahril Ali (2008) yang menemukan

bahwa etikajuga berpengaruh terhadap ketepatan

pemberian opini auditor oleh akuntan.

5. Pengaruh Pengalaman Terhadap Ketepatan

Pemberian Opini Auditor Oleh Akuntan

Berdasarkan rancangan pengujian hipotesis,

syarat untuk menyatakan bahwa pengalaman

berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini

auditor oleh akuntan apabila ß4 ≠ 0. Nilai koefisien

regresi pengalaman pada Tabel 1 adalah sebesar

0,076. Mengacu pada syarat tersebut, hasil

penelitian ini dan menerima hipotesis. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa pengalaman

auditor berpengaruh terhadap ketepatan pemberian

opini auditor oleh akuntan pada BPKRI Perwakilan

Aceh. Hal ini berarti bahwa pengalaman yang

dimiliki oleh seorang auditor akan mempengaruhi

ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Triyanto (2014) yang

menunjukkan bahwa pengalaman berpengaruh

terhadap ketepatan pemberian opini auditor oleh

akuntan. Hasil penelitian ini juga didukung oleh

penelitian yang dilakukan oleh Merici (2015), Gusti

dan Syahril Ali (2008) yang menemukan bahwa

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

185

pengalamanjuga berpengaruh terhadap ketepatan

pemberian opini auditor oleh akuntan.

6. Pengaruh Keahlian Audit Terhadap

Ketepatan Pemberian Opini Auditor Oleh

Akuntan

Berdasarkan rancangan pengujian hipotesis,

syarat untuk menyatakan bahwa keahlian audit

berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini

auditor oleh akuntan apabila ß5 ≠ 0. Nilai koefisien

regresi keahlian auditpada Tabel 1 adalah sebesar

0,030. Mengacu pada syarat tersebut, hasil

penelitian ini dan menerima hipotesis. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa keahlian audit

auditor berpengaruh terhadap ketepatan pemberian

opini auditor oleh akuntan pada BPKRI Perwakilan

Aceh. Hal ini berarti bahwa keahlian seorang

auditor dalam proses mengaudit akan berdampak

pada ketepatan pemberian opini auditor oleh

akuntan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Tania Kautsamahmelia (2013)

yang menunjukkan bahwa keahlian audit

berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini

auditor oleh akuntan. Hasil penelitian ini juga

didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Januarti (2012), Triyanto (2014) dan Merici (2015)

yang menjelaskan bahwa keahlian audit juga

berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini

auditor oleh akuntan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang

dikemukakan sebelumnya, dapat disimpulkan

bahwa:

1. Skeptisisme profesional auditor, situasi audit,

etika, pengalaman dan keahlian audit secara

bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap

ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan

pada BPK RI Perwakilan Aceh dengan nilai

pengaruh sebesar 0,028 atau sebesar 2,8%

sedangkan sisanya 97,2% dipengaruhi oleh

variabel lain yang tidak dimasukkan dalam

penelitian ini.

2. Skeptisisme profesional auditor secara individu

(parsial) berpengaruh positif terhadap ketepatan

pemberian opini auditor oleh akuntan pada BPK

RI Perwakilan Acehdengan nilai pengaruh

sebesar 0,131.

3. Situasi audit secara individu (parsial)

berpengaruh positif terhadap ketepatan

pemberian opini auditor oleh akuntan pada BPK

RI Perwakilan Acehdengan nilai pengaruh

sebesar 0,077.

4. Etika secara individu (parsial) berpengaruh

positif terhadap ketepatan pemberian opini

auditor oleh akuntan pada BPK RI Perwakilan

Aceh dengan nilai pengaruh sebesar 0,024.

5. Pengalaman secara individu (parsial)

berpengaruh positif terhadap ketepatan

pemberian opini auditor oleh akuntan pada BPK

RI Perwakilan Aceh dengan nilai pengaruh

sebesar 0,076.

6. Keahlian audit secara individu (parsial)

berpengaruh positif terhadap ketepatan

pemberian opini auditor oleh akuntan pada BPK

RI Perwakilan Aceh dengan nilai pengaruh

sebesar 0,030.

Saran

Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan

penelitian ini, maka dapat dikemukakan saran-saran

sebagai berikut:

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

186

1. Untuk meningkatkan ketepatan pemberian opini

auditor oleh akuntan maka semua pihak yang

ada dalam instansi perlu menyadari pentingnya

skeptisisme profesional auditor, situasi audit,

etika, pengalaman dan keahlian audit yang

merupakan aspek penting bagi profesionalisme

akuntan.

2. Lingkup penelitian terbatas auditor pada BPK RI

Perwakilan Aceh, diharapkan penelitian

selanjutnya menambah objek penelitiannya

karena memungkinkan ditemukan hasil dan

kesimpulan yang berbeda jika dilakukan pada

objek yang berbeda.

3. Peneliti selanjutnya dapat memperbanyak

jumlah sampel, sehingga hasil yang didapatkan

lebih baik lagi dengan memperluas cakupan

geografis sampel, misal dengan mengambil

sampel auditor pemerintah di luar Provinsi Aceh

sehingga hasil penelitian memiliki daya

generalisiryang lebih kuat.

4. Penelitian selanjutnya, diharapkan untuk

memperluas penelitian dengan menambah

variabel penelitian yang diduga mempengaruhi

ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan,

seperti integritas, profesional dan risiko audit

sehingga akan tercapai hasil penelitian yang

lebih baik.

5. Peneliti diharapkan mengawasi pengisian

kuesioner dalam pengambilan jawaban dari

responden, sehingga hasil yang diperoleh sesuai

dengan kondisi yang sebenar-benarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. (2012). Auditing Petunjuk Praktis

Pemeriksaan Akuntan Oleh Akuntan Publik.

Jilid 1. Edisi Keempat. Jakarta: Salemba

Empat.

Alim, M. Nizarul (2013). Pengaruh Kompetensi

Dan Independensi Terhadap Kualitas

AuditorDengan Etika Auditor Sebagai

Variabel Moderasi. Simposium Nasional

Akuntansi X.

Arens Alvin A, Elder Randal J, Beasley Mark

S, Amir Abadi Jusuf. (2015). Auditing dan

Jasa Assurance. Jilid 1. Edisi Keduabelas.

Jakarta: Salemba Empat.

Arvian, Vidianto.(2014). Perilaku Etika dalam

Profesi Akuntansi. Makalah. Universitas

Gunadarma.

Auditing Standards Board (ASB). (2012).

“Concepts Statement 326.03 Objective of

Financial Reporting.

Budi, Susetyo. (2016). Pengaruh pengalaman Audit

Terhadap Pertimbangan Auditor Dengan

Kredibiltas Klien sebagai Variabel

Modereting. Tesis. Magister Sains Akuntansi

Universitas Diponegoro Semarang.

Budiman. (2001). Etika Profesi dan Mutu Audit

Kantor Akuntan Publik.

http://anthoex.multiply.com/journal/item/1/ETI

KA_PROFESI_DAN_MUTU_AUDIT/.

Diakses tanggal 28 Oktober 2018.

GAO. (2011).Government Auditing Standards 2011

Revision .Washington, D. C.: United States

Government Accountability.

Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis

Multivariate Dengan Program SPSS.

Semarang: Badan Penerbit Universitas

Diponegoro.

Gusti, Magfirah, Syahrir dan Ali. (2008). Hubungan

Skeptisme Profersional Auditor dan Situasi

Audit, Etika, Pengalaman serta Keahlian Audit

dengan Keputusan Pemberian Opini Auditor

oleh Akuntan Publik. Jurnal Simposium

Nasional Akuntansi Padang. Vol 8, No. 3.

Hery. (2012). Potret Profesi Audit Internal (di

Perusahaan Swasta & BUMN Terkemuka).

Bandung: Alfabeta.

Ida, Suraida. (2015). Pengaruh Etika, Kompetensi,

Pengalaman Audit dan Risiko Audit terhadap

Skeptisisme Profesional Auditor dan

Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik.

Sosiohumaniora. Vol. 7 No. 3. Hal: 186-202.

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

187

Indah, S. N. 2013, Pengaruh Kompetensi Dan

Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audi

t: Studi Empiris Pada Auditor KAP Di

Semarang. Skripsi Program Sarjana.

Universitas Diponegoro.

Indriantoro. (2002). Metodologi Penelitian Bisnis

Untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi

Pertama. Yogyakarta: BPFE.

Kautsarrahmelia, Tania (2013). Pengaruh

Independensi, Keahlian, Pengetahuan

Akuntansi dan Auditing Serta Skeptisme

Profesional Auditor Terhadap Ketepatan

Pemberian. Skripsi. Jakarta: Program Sarjana

Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah.

Kushasyandita R. S. dan Indira Januarti. (2012).

Pengaruh Pengalaman,Keahlian, Situasi Audit,

Etika, dan Gender Terhadap Ketepatan

Pemberian Opini Auditor melalui Skeptisisme

Profesional Auditor (Studi Kasus pada KAP

Big Four di Jakarta). Jurnal Sistem Informasi,

Etika dan Auditing.

Kee, H. W., Knox, R. E. 2014. “Conceptual and

Methodological Consideration in the Study of

Trust and Suspicion.” The Journal of Conflict

Resolution. Vol.14, No.3. Hal: 357-366.

Konrath. (2015). Auditing & Assurance Services: A

Systematic Approach. Jakarta: Salemba Empat.

Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal 2014

Standar Profesi Audit Internal. Jakarta.

Mayang, Sulastri. (2014). Pengaruh Skeptisisme

Profesional Auditor dan Audit Judgment

terhadap Ketepatan Pemberian Opini Audit

atas Laporan Keuangan. Jurnal Auditing. Vol.

3, No. 2.

Mayangsari, S. (2013). Pengaruh Kualitas Audit,

Independensi terhadap Integritas Laporan

Keuangan.Simposium Nasional AkuntansiVI.

Surabaya.

Merici, Cresensia Anggela. (2015). Pengaruh

Skeptisisme Profesional, Pengalaman Audit,

Keahlian Audit, Independensi, Dan

Kompetensi Terhadap Ketepatan Pemberian

Opini Auditor pada KAP Kota Malang. Jurnal

Riset Mahasiswa Akuntansi (JRMA). Vol. 20,

No. 20.

Mulyadi. (2014). Auditing. Jakarta: Salemba Empat.

Nasution. (2014). Akuntansi Guna Usaha (Leasing)

Menurut Pernyataan SAK No. 30.Jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

Sumatera Utara.

Noviyanti. (2008). Skeptisme Profersional Auditor

dalam Mendeteksi Kecurangan. Jurnal

Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol 5,

No. 1.

Opini Audit Oleh Akuntan Publik. Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Peraturan BPK RI No. 02 Tahun 2011 Tentang

Kode Etik BPK. Jakarta: Badan

Pemeriksa Keuangan.

Pernyatan Standar Pemeriksa (PSP). 2008. Komite

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara

(SPKN). Jakarta BPK RI.

Prihandono, Aldiansyah Utama. (2012). Hubungan

Skeptisisme Profesional Auditor, Situasi

Audit, Independensi, Etika, Keahlian, Dan

Pengalaman Dengan Keputusan Pemberian

Opini Audit Oleh Auditor pada Kantor

Akuntan Publik di Jakarta. Jurnal Akuntansi.

Vol. 3, No. 2.

Sabrina dan Indira Januarti (2002). Pengaruh

Pengalaman, Keahlian, Situasi Audit, Etika,

dan Gender terhadap Ketepatan Pemberian

Opini Audit melalui Skeptisme Profesional

Auditor (Studi Kasus Pada KAP Big Four di

Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi XV.

Banjarmasin.

Santoso, S. 2010. Statistik Multivariat Konsep dan

Aplikasi dengan SPSS. Jakarta: PT Elex Media

Komputindo.

Sekaran, & Bougie. (2013). Research Methods for

Business: A skill Building Approach. New

York: John wiley Sons.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif

Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Supranto, J. (2010). Statistik Teori dan Aplikasi.

Jakarta: UI Press.

SPKN (Standar Pemeriksaan Keuangan Negara).

Peraturan BPK RI No. 01 Tahun 2017. Ditama

Binbangkum BPK RI.

Standar Auditing. (SA230.6 2013). IAI (Ikatan

Akuntansi Indonesia). Jakarta: Salemba

Empat.

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

188

PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA (FAMILY OWNERSHIP) TERHADAP

KINERJA PERUSAHAAAN DENGAN AGENCY COST SEBAGAI VARIABEL

MODERATING PADA PERUSAHAAN INDUSTRI BARANG

DAN KONSUMSI YANG TERDAFTAR

DI BEI TAHUN 2017-2019

Cut Fitrika Syawalina1, Irmawati2, Tamara Elfa Sylyana3 1,2 Fakultas Ekonomi, Program Studi Akuntansi, Universitas Muhammadiyah Aceh

3 Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Aceh

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh kepemilikan keluarga terhadap

kinerja perusahaan dengan dimoderasi oleh agency cost. Kepemilkan keluarga

menggunakan indikator jumlah saham yang dimiliki oleh keluarga, kinerja perusahaan

meggunakan proksi Return On Asset (ROA) dan Agency cost diukur dengan biaya

operasi manajerial. Populasi dalam penelitian ini adalah sub sektor Manufaktur pada

industri Barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2017-

2019. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode sampel jenuh (sensus) dan

diperoleh 33 populasi pengamatan yang memnuhi kriteria. Tekhnik analisis

menggunakan analisis regresi moderated regression analysis (MRA). Hasil penelitian

ini menunjukkan adanya pengaruh positif kepemilikan keluarga terhadap kinerja

perusahaan. Dan agency Cost mampu memoderasi hubungan kepemilikan keluarga

terhadap kinerja perusahaan.

Kata Kunci : Kepemilikan Keluarga (Family Ownership), Kinerja Perusahaan,

Agency Cost

PENDAHULUAN

Tujuan utama sebuah perusahaan adalah untuk

memaksimalkan nilai pemegang saham. agar

meningkatkan nilai saham pemegang saham

manajer harus memperoleh laba/profit yang

maksimal. Perusahaan didirikan untuk

meningkatkan kesejahteraan pemegang saham,

kesejahteraan pemegang saham dapat ditigkatkan

dengan kinerja perusahaan (Firm Performance).

(Dharmawan & Wijaya, 2014).

Kinerja perusahaan yang baik juga bermakna

bagi konsumen, karyawan, komunitas, dan

pemasoknya adalah kreditur, yaitu sebagai pemasok

dana. Prestasi kerja perusahaan merupakan kinerja

perusahaan yang menunjukkan kemampuan

perusahaaan untuk memberikan keuntungan dari

aset, ekuitas, dan hutang-kinerja perusahaaan.

Kinerja perusahaan juga melihat suatu gambaran

tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang

dianalisis dengan alat alat analisis keuangan.

Sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya

keadaan keuangan suatu perusahaan yang

mencerminkan prestasi kerja dalam suatu suatu

periode tertentu. Kinerja perusahaan dalam

penelitian ini diukur dengan ROA (Return on

Asset).

Return on assets (ROA) adalah rasio

profitabilitas yang mengukur kemampuan

perusahaan menghasilkan laba dari penggunaan

seluruh sumber daya atau aset yang dimilikinya.

Sebagai rasio profitabilitas, ROA digunakan untuk

menilai kualitas dan kinerja perusahaan dalam

menghasilkan laba bersih dari pemanfaatan aset

yang dimilikinya. Rasio ROA dinyatakan dalam

persentase, semakin tinggi atau baik rasio ROA

yang dimiliki perusahaan, menandakan semakin

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

189

baik kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba

bersih.

Industri Barang Konsumsi merupakan salah

satu sektor dari perusahaan manufaktur yang

mempunyai peran aktif di pasar modal Indonesia.

Sektor industri barang dan konsumsi di Indonesia

sendiri terdiri dari lima sub sektor yaitu sub sektor

makanan dan minuman, sub sektor rokok, sub

sektor farmasi, sub sektor kosmetik dan barang

keperluan rumah tangga. Perkembangan sektor

industri barang dan konsumsi tentu saja akan

menarik minat investor dikarenakan saham-saham

dari perusahaan dalam industri manufaktur yang

masih menawarkan potensi kenaikan, dan beberapa

perusahaan menghasulkan kinerja yang baik

sehingga menghasilkan laba yang maksimal,

dengan laba yang maksimal maka investor tertarik

untuk berinvestasi.

Pencapaian prestasi sebuah perusahaan dari

kinerja perusahaan mampu memberikan gambaran

dan kondisi sebuah perusahaan pada suatu periode

tertentu. Perusahaan-perusahaan di Indonesia

memiliki karakteristik struktur kepemilikan yang

hampir sebagian besar perusahaan di indonesia

terkonsentrasi pada kepemilikan oleh pihak

keluarga. Fenomena berbagai perusahaan

kepemilikan keluarga yang kinerjanya ditentukan

dan diatur oleh keluarga mampu untuk membawa

dampak yang baik bagi perusahaan, karena keluarga

memiliki kendali terhadap perusahaan sehingga

pengambilan keputusan semakin mudah dan sesuai

keinginan dengan cara kerja turun temurun,

sehingga pengendalian secara efektif dapat

mendukung strategi yang dibuat berjalan lancar dan

sukses (Radiawati, 2015).

Pada dasarnya perusahaan keluarga (Family

Firm) adalah perusahaan yang didirikan, dimiliki,

dikontrol, dan dijalankan oleh sekelompok orang

yang memiliki hubungan atau ikatan darah serta

pernikahan dan sebagian besar memiliki mayoritas

saham pada suatu perusahaan (Komalasari & Nor

2014).

Suatu perusahaan yang pemiliknya didominasi

oleh keluarga baik itu berada di sisi kepemilikan

saham atau manajer biasanya keluarga merasa

senang karena memiliki perusahaaan yang bertahan

lama dan perhatian keluarga untuk menjaga

reputasi perusahaan terjamin dengan baik.

Dalam perusahaan yang kepemilikannya

terkonsentrasi pada keluarga, biasanya terjadi

transfer pengalaman dan pengetahuan atau

intelectual capital, dari generasi ke generasi

penerusnya. Apabila generasi keluarga ini tumbuh

di dalam perusahaan akan menciptakan hubungan

yang penuh rasa kepercayaan dengan karyawan dan

hubungan dengan para pemasok dan pihak eksternal

lainnya yang berorientasi jangka panjang.

Menurut Jensen dan Meckling (1976) di setiap

perusahaaan terdapat pemilik saham (shareholder)

yang merupakan bagian dari principle menyewa

orang lain sebagai manajer perusahaan (agent)

untuk melakukan jasa sesuai keinginan mereka,

yang termasuk dalam pendelegasian-kekuasaan

untuk mengambil keputusan kepada manajer

(agent).yang disebut agency theory. Apabila kedua

belah pihak dalam hubungan ini bertindak untuk

memkasimalkan kebutuhan dan keinginannya

masig-masing, maka ada alasan yang kuat untuk

dipercayai bahwa manajer (agent) tidak akan selalu

bertindak untuk kepentingan yang tebaik bagi

pemilik saham.

Maka dengan adanya perbedaan kepentingan

antara manajer dan pemilik saham menimbulkan

biaya yang disebut dengan biaya agensi (agency

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

190

cost). Biaya agensi adalah biaya yang timbul karena

adanya perbedaan kepentingan antara manajer

dengan pemilik saham, meliputi pengawasan

(monitoring) kinerja manajemen (jensen dan

meckling, 1976). Struktur kepemlikan yang

terfokus kepada keluarga biasanya dapat terlihat

dengan adanya anggota keuarga yang memiliki

jabatan di jajaran Top Management perusahaan.

Dalam manajemen perusahaan terdapat

anggota perwakilan keluarga pemilik yang turut

serta dan berpartisipasi dalam manajemen

perusahaaan tersebut (giovannini, 2009). Dengan

adanya perwakilan keluarga ini dapat mengurangi

pengaruh negatif atas masalah agensi yang

ditimbulkan oleh direktur non keluarga. Karena

anggota keluarga cenderung lebih patuh dalam

manajemen perusahaan, dan juga menyampaikan

informasi mengenai perusahaan secara lengkap

kepada pemilik perusahaan selaku principal

sehingga kecil kemungkinan terjadi konflik

kepentingan atau asimetri informasi diantara

principal dan agent. Maka kita ketahui bahwa

dengan hadirnya Biaya Agensi (agency cost)

memperlemah hubungan positif antara kepemilikan

keluarga terhadap kinerja perusahaan.

Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik

mengenai perusahaan keluarga. karena banyak

perusahaan keluarga menjadi perusahaan publik dan

tentunya keluarga masih memgang kendali.

Penelitian ini juga bertujuan untuk melihat

pengaruh kepemilikan keluarga (family ownership)

terhadap kinerja perusahaan dengan adanya Agency

Cost sebagai variabel moderasi. Riset ini

menggunakan data panel dari 33 perusahaan yang

tercatat di bursa efek indonesia (BEI) pada tahun

2017 sampai 2019 dengan menggunakan model

sampel jenuh.

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Teori Keagenan (Agency Theory)

Jensen dan meckling (1976), menjelaskan

bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak,

dimana satu atau beberapa pihak yang berperan

sebagai pemilik (principal) mempekerjakan orang

lain didalam manajemen yang bertidak sebagai agen

(agent) untuk melaksanakan sebuah jasa dan

mendelegasikan wewenang untuk mengambil

sebuah keputusan kepada agen tersebut.

Secara historis, pemisahan kepemilikan dan

manajemen untuk mengontrol perusahaan dapat

menyebabkan manajer mengerjakan apa yang

menjadi keingginanya serta kepentingannya diatas

kepentingan pemegang saham alam teori yang

dicetus oleh (Jensen & Meckling, 1976).

Elsenhardt (1989) berpendapat bahwa

hubungan yang mercerminkan sruktur dasar

keagenan antara pemilik (principal) dan manajer

(agent) yang terlibat dalam perilaku yang

kooperatif, tetapi memiliki tujuan dan dan sikap

terhadap risiko yang berbeda.

Menurut (Jensen & Meckling, 1976), potensi

yang terjadi yaitu konflik agensi akan muncul

apabila manajer perusahaan memiliki kurang dari

100 persen saham biasa perusahaan. Yang

mendorong manajer untuk memaksimalkan

keuntungan sendiri. Hal ini dikarenakan pemisahan

fungsi pengelola dan fungsi kepemilikan. Pemegang

saham akan menerima dampaknya apabila manajer

melakukan kesalahan dalam pengambilan

keputusan.

Biaya Agensi (Agency Cost)

Menurut (Asuti,2015) di dalam jurnalnya

menjelaskan bahwa hubungan keagenan adalah

sebuah kontrak antara principle dan agent atau

kontrak antar manajer dengan pemilik saham. Yang

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

191

mana diliat sebagai satu rangkaian kontrak yang

pihaknya saling berkaitan. Pemegang saham akan

mengontrak atau menyewa manajer untuk

mengelola perusahaan agar perusahaan tersebut

menghasilkan aliran kas yang meningkatkan nilai

perusahaan, maka demikianpula akan meningkatkan

kemakmuran pemegang saham.

Agency Cost adalah suatu biaya tambahan yang

muncul saat principal sebagai pemegang saham

menunjuk manajer sebagai agent untuk membuat

keputusan mewakili kepentingan mereka (Jensen &

Meckling, 1976).

Menurut (Jensen & Meckling, 1976)

mendefinisikan biaya agensi adalah sebagian

jumlah biaya yang dikeluarkan principal untuk

melakukan pengawasan terhadap agen. Hampir

mustahil bagi perusahaan tidak ada biaya agensi.

Dalam rangka menjamin manajer akan mengambil

sebuah keputusan yang optimak dari pemegang

saham kareana adanya kepentingan besar yang

berbeda.

Jensen & Meckling (1976) membagi jenis

biaya agensi menjadi 3 jenis yaitu:

1. Monitoring Cost : Biaya yang muncul untuk

mengawasi, mengukur, mengamati dan

mengontrol perilaku agen

2. Bonding Lost : Biaya yang ditanggung oleh

manajemen untuk mematuhi dan menetapkan

cara kerja yang ingin menunjukkan bahwa agen

tersebut telah berprilaku sesuai dengan

kepentingan principal.

3. Residual Loss : Biaya yang berupa turunnya

kesejahteran principal akibat dari adanya

perbedaan kepentingan principal dan keputusan

agen.

Kinerja Perusahaan

Perusahaan adalah suatu bentuk usaha yang

menjalankan jenis usaha yang sifatnya tetap dan

terus menerus tujuannya untuk memperoleh laba

atau keuntuntungan. Perusahaan juga merupakan

sebuah organisasi yang memiliki kesatuan antara

fungsi dan kinerja operasional mengolah dan

memproses masukan secara sistematis menjadi

sebuah keluaran barang dan jasa agar memenuhi

kebutuhan ekonomi untuk mencapai tujuan tertentu

dan memperoleh keuntungan yang maksimal yang

dikemukakan oleh (Astuti, 2914).

Menurut (Rivai & Basri, 2004) Kinerja

Perusahaan (companies performance) merupakan

sesuatu yang dihasilkan oleh sesuatu perusahaan

pada periode tertentu dengan mengacu kepada

standar yang ditetapkan. Pengukuran aktivitas

kinerja perusahaaan dirancang untuk melihat

bagaimana kinerja aktivitas dari hasl akhir yang

diperoleh.

Menurut Moerdiyanto (2010) Kinerja

Perusahaan adalah kegiatan perusahaan yang

menghasilkan serangkaian proses bisnis dengan

memerlukan berbagai macam sumber daya. Jika

kinerja perusahaan meningkat, bisa diliat dari

gencarnya kegiatan perusahaan dalam

menghasilkan keuntungan yang besar.

Helfert (1996) mendefinisikan, Kinerja

Perusahaan merupakan gambaran keadaan utuh atas

suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu, dan

merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi

oleh kegiatan operasional dalam pemanfaatan

sumber daya yang dimiliki.

Kepemilikan Keluarga (Family Ownership)

Menurut (Anderson & Reeb, 2003)

mendefinisikan Kepemilikan keluarga adalah

Kepemilikan dimana keluarga keluarga memiliki

saham dalam perusahaan atau keluarga memiliki

peran dalam manajemen sebuah perusahaan

sehingga keluarga turut mengambil bagian dalam

keputusan perusahaan.

Dalam risetnya (Shyu, 2011) mendefinisikan

sebuah perusahaan keluarga menganggap

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

192

perusahaan mereka sebagai aset untuk diteruskan

kepada generasi berikutnya, sehingga mereka

cenderung untuk memantau dan mengontol kinerja

manajer agar kinerja manajer dapat lebih efektif dan

efisien terhadap perusahaan.

Penelitian Terdahulu

Astuti (2015) melakukan penelitian berjudul’’

Pengaruh kepemilikan keluarga terhadap kinerja

perusahaan dengan agency cost sebagai variabel

moderating pada perusahaan manufaktur yang

terdapat di BEI tahun 2011-2013” hasil penelitian

ini ditemukan bahwa adanya pengaruh positif

kepemilikan keluarga terhadap kinerja perusahaan,

namun agency cost sebagai variabel moderating

memperlemah hubungan kepemilikan keluarga dan

kinerja perusahaan.

Komalasari (2014) melakukan penelitian yang

berjudul “pengaruh struktur kepemilikan keluarga,

kepemimpinan dan perwakilan keluarga terhadap

kinerja perusahaan pada perusahaan go public yang

terdaftar di BEI 2009-2011”. Hasil peneltian ini

ditemukan bahwa kepemilikan keluarga mempunyai

pengaruh positif pada kinerja perusahaan (ROA).

Kausari (2014) melakukan penelitian berjudul

“Pengaruh kepemilikan keluarga terhadap kinerja

perusahaan dengan mempertimbangkan strategi

bisnis sebagai varioabel moderasi pada perusahaan

industri makanan dan minuman yang terdaftar di

BEI tahun 2005-2011” Hasil penelitian ini

ditemukan bahwa kepemilikan keluarga

berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja

perusahaan (ROA).

Pranata, purwanto & lindrawati (2019)

melakukan penelitian yang berjudul”Pengaruh

Family ownership dan Direktur independen

terhadap kinerja perusahaan sektor non-keuangan

yang terdaftar di BEI tahun 2015-2017” hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa Family

ownership tidak berpengaruh terhadap kinerja

perusahaan.

Sukamto & Juniarti (2016) melakukan

penelitian yang berjudul “Pengaruh struktur

kepemilikan keluarga terhadap kinerja perusahaan

pada sektor infrastruktur, Utilitas dan transportasi

yang terdaftar di BEI tahun 2010-2015 “.

Kerangka Pemikiran

Berikut ini kerangka pemikiran pengaruh

family ownership terhadap kinerja perusahaan

dengan Agency Cost sebagai variabel moderasi :

Gambar 2.1

Kerangka pemikiran

1. Hubungan Family Ownership Kinerja

Perusahaan

Perusahaan dikatakan memiliki struktur

kepemilikan keluarga apabila keluarga memiliki

saham dalam perusahaan atau keluarga menduduki

posisi manajerial pada perusahaan, membuat

keluarga melihat perusahaan sebagai aset penting

sehingga perusahaan mempunyai visi jangka

panjang agar bertujuan untuk diwariskan ke

generasi selanjutnya ( Shleifer & Vishny. 1986).

Disisi lain pada perusahaan keluarga, keluarga

yang mengontrol perusahaan seringkali melakukan

tindakan tindakan yang mementingkan keuntungan

dirinya sendiri dengan kerugian yang dibebankan ke

Family

Ownership

(X)

Kinerja

Perusahaan

(Y)

Agency Cost

(Z)

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

193

perusahaan atau pihak lain seperti mempertahankan

anggota keluarga tidak kompeten di manajerial. Hal

tersebut mengakibatkan kinerja perusahaan menjadi

tidak efektif dan efisien sehingga perusahaan tidak

dapat menghasilkan kinerja yang bagus, tindakan

lainnya seperti pemberian kompensasi yang lebih

tinggi kepada keluarga dibandingkan keluarga lain

(Mirucci, 2008). Tindakan ini berdampak pada

penurunan kinerja perusahaan. (Subekti &

Sumargo, 2015).

2. Hubungan Agency Cost Pada Kepemilikan

Keluarga dengan Kinerja Perusahaan

Agency Cost atau juga disebut biaya keagenan

merupakan inti mekanisme tata kelola perusahaan

yang bertugas untuk meminimalisir masalah

keagenan dalam perusahaan. Agency Cost yang

sedikit menunjukkan masalah keagenan yang

sedikit pula, sehingga kinerja perusahaan semakin

efisien dibandingkan dengan perusahaan yang

memiliki biaya keagenan yang besar yang menjadi

penyebab banyaknya masalah keagenan dalam

perusahaan. Dengan kepemilikan keluarga yang

mempunyai saham yang dominan dalam

perusahaan, pengendalian manajemen akan lebih

efektif dibandingkan struktur kepemilikan lainnya

sehingga biaya-biaya keagenan dapat diminimalisir,

dengan sedikitnya biaya-biaya keagenan yang

dikeluarkan perusahaan maka kinerja perusahaan

lebih efisien terkait berkurangnya masalah

keagenan dalam perusahan (Komalasari, 2014).

Menurut Jensen & Meckling (1976) ketika

keluarga sebagai pemegang saham, mereka akan

memiliki insetif untuk meminimalisasi masalah

keagenan dan mengawasi keputusan keputusan

manajerial yang berkaitan dengan proyek

perusahaan yang efektif yang dapat meningkatkan

kinerja perusahaan. Kinerja yang meningkat maka

ditandai dengan profit perusahaan yang semakin

tinggi melalui pengurangan beban operasional.

Dengan kata lain, peningkatan kinerja akibat dari

penurunan biaya cost.

Hipotesis

Berdasarkan hubungan variabel yang

dipaparkan sebelumnya maka hipotesis penelitian

ini adalah :

1. Hipotesis Pertama

− H01 : Family Ownership tidak berpengaruh

terhadap kinerja Perusahaan

− Ha1 : Family Ownership berpengaruh positif

terhadap kinerja Perusahaan

2. 2. Hipotesis Kedua

− H02 : Agency Cost tidak memoderasi

pengaruh Family Ownership terhadap

Kinerja perusahaan

− Ha2 : Agency Cost memoderasi pengaruh

Family Ownership terhadap Kinerja

perusahaan

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel

Ferdinand (2011), populasi adalah gabungan

dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa, hal

atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa

yang menjadi pusat perhatian seorang peneliti

karena itu dipandang sebagai sebuah semesta

penelitian. Populasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah perusahaan Barang Konsumsi

yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI)

tahun 2017-2019 yang telah memenuhi kriteria

populasi yaitu berjumlah perusahaan.

Jumlah populasi penelitian berjumlah 33 data

laporan keuangan perusahaan. Selanjutnya 33

laporan keuangan perusahaan ini akan di olah

datanya untuk menguji hipotesis penelitian. Hasil

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

194

dari pengujian hipotesis tersebut akan menjawab

rumusan masalah penelitian. Sampel dalam

penelitian ini adalah memasukkan semua populasi

menjadi sampel, sehingga disebut teknik

pengambilan sampel jenuh (sensus).

Sumber dan teknik pengumpulan data.

Sumber data yang diperlukan dalam penelitian

ini adalah data sekunder yang diperoleh secara

historis dari laporan tahunan perusahaan industri

barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia dalam periode waktu tahun 2017-2019,

dengan Teknik pengumpulan data dalam penelitian

ini menggunakan metode dokumentasi.

Pengumpulan data dilakukan dengan

mengumpulkan data maupun literatur yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti diantara

lainnya berupa laporan tahunan (annual report)

yang diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia,

serta studi pustaka (literatur) melalui buku teks,

artikel dan berita yang berhubungan dengan

permasalahan yang diteliti. Jenis data penelitian

merupakan data kuantitatif berupa annual report dan

laporan keuangan untuk periode 2017-2019.

Operasional Variabel

1. Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena

adanya variabel bebas (sugiono, 2012). Variabel

dependen dalam penelitian ini adalah kinerja

perusahaan. Kinerja perusahaan dapat dilihat dari

segi analisis laporan keuangan berupa rasio

keuangan. Pada penelitian ini, kinerja perusahaan

diukur menggunakan Return On Asset (ROA). ROA

merupakan rasio profabilitas yang mengukur

kemampuan yang mengukur kemampuan

perusahaan menghasilkan laba dari penggunaan

seluruh sumber daya atau aset yang dimilikinya.

ROA sebagai rasio yang digunakan untuk

mengukur efisiensi perusahaan dalam menghasilkan

pendapatan atau keuntungan dari sumber daya

ekonomi atau asrt yang dimiliki dalam neracanya.

Secara lebih sederhana, ROA dapat didefinisikan

sebagai hasil perbandingan antara laba bersih

setelah pajak dengan total asrt yang dimiliki suatu

perusahaan, salah satu contoh rumusnya sebagai

berikut :

ROA = Laba Bersih

Total Aset

2. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang

menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel

dependen atau faktor faktor yang diukur,

dimanipulasi atau dipilih oleh peneliti untuk

menentukan hubungan fenomena yang diobservasi

atau diamati (sugiono, 2012). Variabel independen

dalam penelitian ini adalah Family Ownership

(Kepemilikan Keluarga). Kepemilikan keluarga

merupakan kepemilikan saham minimal 20 %

saham dikuasai oleh suatu suatu keluarga tertentu

untuk diklasifikasikan sebagai perusahaan

keluarga.dimensi kepemilikan keluarga dengan

komposisi saham keluarga yang diukur melalui

presentase jumlah saham yang dimiliki oleh

keluarga.

3. Variabel Moderasi

Variabel moderasi mempunyai pengaruh

(memperkuat dan memperlemah) hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen.

(Sugiono, 2012). Variabel moderasi digunakan

karena diduga terdapat variabel lain yang

mempengaruhi hubungan antara kepemilikan

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

195

keluarga (Family Ownership) dengan kinerja

perusahaan.

Dalam penelitian ini terdapat satu variabel

moderasi yaitu biaya keagenan atau biaya agen.

Biaya agen atau biaya keagenan adalah biaya

tambahan yang muncul ketika principal menunjuk

agen untuk membuat keputusan mewakili

kepentingan mereka. Dimesnsi dalam biaya agen

dalam penelitian ini dengan melihat biaya

operasional manajerial melalui indikator beban

operasi, umum dan administrasi terhadap total

penjualan.

Teknik Analisis Data

Penelitian ini melakukan uji interaksi untuk

menguji variabel moderasi yaitu variabel corporate

governance dengan menggunakan Moderated

Regression Analysis (MRA). Moderated Regression

Analysis merupakan aplikasi khusus regresi linear

berganda yang mengandung unsur interaksi yang

merupakan perkalian dua atau lebih variabel

independen (Ghozali, 2018). Variabel moderasi

dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis

berdasarkan hubungan dimensi ada tidaknya

hubungan interaksi antara variabel moderasi dan

variabel independen dan dimensi ada tidaknya

hubungan antara variabel moderasi dengan variabel

dependen.

Persamaan 1:

Y = a + β1X + e

Keterangan:

Y : Kinerja Perusahaan

a : Konstanta

β1 : Koefisien

X : Kepemilikan Keluarga (Family Ownership)

e : Error

Persamaan 2:

Y = a + β1X + β2Z + e

Keterangan:

Y : Kinerja perusahaan

A : Konstanta

β1, β2 : Koefisien

X : Family ownership

Z : Agency Cost

e : error

Persamaan 3:

Y = a + β1X + β2Z + β3X*Z + e

Keterangan:

Y : Kinerja Perusahaan

A : Konstanta

β1, β2, β3 : Koefisien

X : Kepemilikan Keluarga (Family

Ownership)

Z : Agency Cost

X*Z : Interaksi Family Ownership terhadap

Agency Cost

e : error

Pengujian Hipotesis

1. Kriteria Pengujian Hipotesis Pertama

− H01 : Family Ownership tidak berpengaruh

terhadap kinerja Perusahaan.

− Ha1 : Family Ownership berpengaruh

terhadap kinerja Perusahaan.

2. Kriteria Pengujian Hipotesis Kedua

− H02 : Agency Cost tidak memoderasi

pengaruh Family Ownership terhadap

Kinerja perusahaan.

− Ha2 : Agency Cost memoderasi pengaruh

Family Ownership terhadap Kinerja

perusahaan.

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

196

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil pengujian telah di peroleh melalui uji

Moderated Regression Analysis (MRA) pada

bagian sebelumnya. Selanjutnya pembahasan untuk

hasil tersebut yaitu pengaruh kepemilikan keluarga

terhadap kinerja perusahaan dengan Agency Cost

sebagai variabel moderating akan dibahas sebagai

berikut :

Pengaruh Kepemilikan Keluarga Terhadap

Kinerja Perusahaan

Hasil pengujian statistik memperlihatkan

bahwa nilai Koefisien β # 0 (0,037#0,000), artinya

Hipotesis pertama (Ha1) diterima. artinya

kepemilikan keluarga berpengaruh terhadap kinerja

perusahaan.. Hal ini menunjukan bahwa

kepemilikan keluarga berpengaruh terhadap kinerja

perusahaan.

James (1999) berpendapat bahwa keluarga

berinvestasi dalam pola yang efisien karena mereka

lebih fokus dengan transfer kekayaan bagi

generasinya dibanding mengkonsumsi sendiri masa

hidupnya.kebutuhan untuk mempertahankan suatu

hubungan baik masyarakat investasi untuk

memfasilitasi peningkatan kas masa depan dana

memperoleh biaya modal yang lebih rendah

mendorong keputusan-keputtusan optimal bagi

perusahaan yang diharapkan akan berpengaruh

positif terhadap kinerja perusahaan.

Hal ini juga sejalan dengan (Muttakin et all.,

2014) yang berpendapat bahwa kepemilikan

keluarga memiliki motivasi yang kuat dalam

melakukan kontrol perusahaan dan meningkatkan

kinerja perusahaan.hal ini menyebabkan

kepemilikan keluarga memiliki pengendalian yang

lebih ketat terhadap manajemen perusahaan

sehingga berpengaruh positif terhadap kinerja

perusahaan. selain itu (Anderson & Reeb, 2003)

kepemilikan keluarga terus meningkatkan kinerja

perusahaan dalam jangka panjang yang dapat

memlihara kekayaannya untu generasi mendatang.

Agency Cost Memoderasi Pengaruh Kepemilikan

Keluarga Terhadap Kinerja Perusahaan

Berdasarkan hasil penelitian interaksi

kepemilikan keluarga x kinerja perusahaan bernilai

tidak signifikan..pada Persamaan (2) b2Z, b2

significan (-0,061 # 0,000) dan Persamaan (3)

b3X*Z, b3 signifikan (0,037 # 0,000). Maka Ha2

diterima, artinya Agency Cost dapat memoderasi

secara Quasi moderator pengaruh kepemilikan

keluarga terhadap kinerja perusahaan. Kemudian

nilai b3X*Z sebsar 0,037, artinya agency cost

tmemperkuat pengaruh positif kepemilikan keluarga

terhadap kinerja perusahaan.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh (Xiao, 2009).Hal ini menunjukkan

bahwa biaya keagenan merupakan inti dari

mekanisme tata kelola perusahaan yang bertugas

meminimalisir masalah keagenan dalam

perusahaan. Secara konsep biaya keagenan yang

sedikit menunjukkan masalah keagenan yang

sedikit pula sehingga kinerja perusahaan semakin

efisien dibandingkan dengan perusahaan yang

memiliki biaya keagenan yang besar yang menjadi

indiikator banyaknya masalah keagenan dalam

perusahaan.

Dengan kepemilikan saham yang dominan

dalam perusahaan keluarga, pengendalian terhadap

manajemen akan lebih efektif dibandingkan struktur

kepemilikan lainnya sehingga biaya-biaya keagenan

dapa diminimalisir. Dengan sedikitnya biaya-biaya

keagenan yang dikeluarkan perusahaan maka

kinerja perusahaan lebih efisien terkait

berkurangnya masalah keagenan dalam perusahaan.

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

197

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pengujian

hipotesis yang telah dilakukan, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Kepemilikan keluarga ( Family Ownership )

tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Karena pada nilai Koefisien β # 0 (0,037 #

0,000). Maka Ha1 diterima, H0 ditolak. Sehingga

kepemilikan keluarga (Family Ownership)

berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan

Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa efek

Indonesia tahun 2017-2019.

2. Agency cost sebagai variabel Quasi moderator

yang tidak memperkuat atau memperlemah

hubungan antara kepemilikan keluarga terhadap

kinerja perusahaan. Karena di hipotesis kedua,

pada persamaan 2 dan 3 terdapat B2Z sebelum

adanya interaksi bernilai -0,061. dan setelah ada

interaksi terdapat b3X*Z bernilai 0,037. Maka

pada persamaan 2 dan 3 terdapat (0,037 > -

0,061). Sehinga Agency Cost memoderasi

kepemilikan keluarga terhadap kinerja

perusahaan. Barang Konsumsi yang terdaftar di

Bursa efek indonesia tahun 2017-2019.

Saran

1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan,

jika akan mengembangkan penelitian ini,ada

baiknya menggunakan periode waktu yang lebih

panjang. Dan dapat mengembangkan hasil riset

penelitian ini pada industri non manufaktur

2. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan variabel

lain sebagai variabel moderasi untuk

memperkuat hubungan antara variabel

independen terhadap kinerja perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, R. C dan Reeb. (2003). Founding Family

Ownership and firm perfomance ; Evidence

From S and P 500 author. The Journal of

Finance, Volume 58, no. 3, 1301-1328.

Andres, C. 2008. Large Shareholder and Firm

Performing – An Empirical Examination of

Founding-Family Ownership. Journal of

Corporate Finance. Vol 14, No 4, pp.431-445.

Astuti, Dwi Apri. (2015). Pengaruh Kepemilikan

Keluarga Terhadap Kinerja Perusahaan

Dengan Agency Cost Sebagai Variabel

Moderating. Jurnal Dinamika Akuntansi, vol 7.

Semarang : Universitas Dipenogoro.

Claessens, S., Djankov, S & Lang, L. H. P (2000).

The seperation of ownership and control in

East Asian Corporations. Journal of Financial

Economics, 58, 81-112.

Dhamsetz, H & Villalonga, B. (2001). Ownership

structure and corporate performance. Journal

of corporate finance. Vol 7, No 1, pp.209-223.

Dharmawan, Isma & Wijaya Erric. (2014).

Pengaruh Keluarga Terhadap Kinerja

Perusahaan. Jurnal Keuangan & Perbankan,

Vol.10, No.2.

Elsenhard, Kathleen M. (1989). Agency Theory :

An Assesme and Review. Academy of

Management Review. Vol 14, No 1: 57-74.

Giovannini, Renato. (2009). “Corporate

Governance, Family Ownership and

Performance”. Springer science & Business

Media, Vol 14, h. 145-166.

Hadiprajitno, Paulus Basuki. (2013). Struktur

Kepemilikan, Mekanisme tata kelola

Perusahaan dan Biaya Keagenan di Indonesia.

Jurnal Akuntansi dan Auditing. Vol 9. No 2,

97-127.

Hanafi, Mamduh. (2008). Manajemen Keuangan.

BPFE-Yogyakarta.

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

198

Harianto, Lidia dan Juniarti, (2014). Pengaruh

Family Control, Firm Risk, Firm Size dan Firm

age terhadap profitabilitas dan nilai Perusahaan

Sektor Keuangan. Business accounting review,

Vol 2, no 1.

Helfert, E. A. (1996). Teknik Analisis Keuangan,

Jakarta: PT Erlangga.

James, H. (1999). Owner as Manager, Extended

Horizons and the Family Firm. International

Journal of Economics and Business, 6. 41-56.

Klein, P., Shapiro, D., & Young , J. (2005).

Corporate governance, Family ownership, and

Firm value: the canadian evidence. Corporate

Governance. Family Ownership,and Firm

Value 13, 769-784.

Komalasari, Tri Puput dan Nor, Alfin Muhammad.

(2014). Pengaruh Struktur Kepemilikan

Keluarga, Kepemimpinan Dan Perwakilan

Keluarga Terhadap Kinerja Perusahaan. Jurnal

Akuntansi. Univesitas Airlanga.

Masdupi, Erni. (2005). Analisis Dampak struktur

Kepemilikan pada Kebojakan Hutang dalam

Mengontrol Konflik Keagenan. Jurnal

Ekonomi & Bisnis Indonesia, Vol 2,. No 1.

Hal 57-69.

Moerdiyanto. (2010). Tingkat Pendidikan Manajer

dan Kinerja perusahaan Go- Public.

Yogyakarta: FISE. Universitas Negeri

Yogyakarta.

Pranata, J., Purwanto & Lindrawati. (2017).

Pengaruh Family Ownership terhadap Kinerja

Perusahaan. Universitas Katolik Widya

Mandala Surabaya.

Pranata, Jimmy. Purwanto, Marini dan Lindrawati.

(2014). Pengaruh Family Ownership dan

Direktur Independen Terhadap Kinerja

Perusahaan. Surabaya : Universitas Widya

Mandala Surabaya.

Rivai, V & Basri, A.F.M. (2004). “Performance

Appraisal”. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Shleifer, A & R.Vishny. (1986). Large shareholders

and corporate control. Journal of Political

Economy, 94: 461-488.

Shyu, J. (2011). Family ownership and firm

performance: evidence from Taiwanese firms.

International Journal of Managerial Finance,

7(4), 397-411.

Sukamto, J, C. & Juniarti (2016). Pengaruh Struktur

Kepemilikan Keluarga terhadap Kinerja

Perusahaan pada Sektor Infrastruktur, Utilitas,

Transportasi. Akuntansi Bisnis. Universitas

Kristen Petra.

Tsao, S., & Lien, W. (2013). Family Management

and Internationalization: The Impact on Firm

Performance and Innovation. MIR:

Management International Review, 53(2), 189-

213.

www. Idx.co.id/[15 November 2020]

www. Sahamok. Com/[25 November 2020

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

199

ANALISIS PENGAKUAN PENDAPATAN PADA PERUSAHAAN

KONSTRUKSI CV. CENTRALINDO CONSULTAN

Maidar1, Emmi Suryani Nst2, Adel Viani3 1,2 Fakultas Ekonomi, Program Studi Akuntansi, Universitas Muhammadiyah Aceh

3 Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Aceh

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengakuan pendapatan pada

perusahaan konstruksi CV. Centralindo Consultan apakah sudah sesuai dengan PSAK

No 34 tentang kontrak konstruksi. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian

ini adalah metode deskriptif-kualitatif, yaitu metode dimana data yang dikumpulkan

disusun, dikelompokkan dan dianalisis sehingga dapat memberikan gambaran yang

sebenarnya tentang pengakuan pendapatan perusahaan. Data yang digunakan adalah

data primer dan sekunder. Data primer dalam hal ini, yaitu dengan melakukan

wawancara langsung dengan direktur CV. Centralindo Consultan, adapun data

sekunder yaitu dengan melakukan pengambilan data dokumentasi berupa laporan

keuangan perusahaan, juga penelitian kepustakaan berupa literatur yang relevan. Hasil

dari penelitian ini menunjukkan bahwa CV. Centralindo Consultan dalam mengakui

pendapatannya sudah sesuai dengan PSAK No 34 dimana dalam PSAK No 34 metode

kontrak selesai digunakan untuk proyek jangka pendek.

Kata Kunci: Pengakuan Pendapatan, Perusahaan Konstruksi

PENDAHULUAN

Informasi akuntansi perusahaan konstruksi

dapat dilihat dari pengakuan pendapatan dan beban

yang mengacu pada Prinsip Akuntansi yang

Diterima Umum terutama pada Pernyataan Standar

Akuntansi Keuangan No. 34 yang mengatur

perlakuan pada transaksi yang secara khusus

berkaitan dengan aktivitas konstruksi.

Pengakuan pendapatan dan beban adalah untuk

mendapatkan perhitungan laba yang wajar maka

sangat penting diperhatikan mengenai penentuan

dasar untuk menentukan pengakuan pendapatan dan

beban. Ada dua metode dalam menentukan

pendapatan kontrak konstruksi yaitu metode

kontrak selesai (Completed Contract Method) dan

metode persentase penyelesaian (Percentage Of

Complection Method).

CV. Centralindo Consultan adalah salah satu

perusahaan jasa konstruksi di Aceh yang telah

berdiri sejak tahun 2012. Perusahaan ini bergerak

dibidang usaha konstruksi meliputi sub bidang

pekerjaan yang terdiri dari: bangunan sipil, jalan

dan jembatan. Pekerjaan tersebut diperoleh melalui

lelang atau penunjukan langsung oleh pemberi

kerja. Proyek yang dikerja oleh CV. Centralindo

Consultan ada yang diselesaikan kurang dari satu

periode akuntansi dan ada pula yang lebih. Sebagai

salah satu perusahaan konstruksi di Indonesia, maka

CV.Centralindo Consultan mengikuti dan

menerapkan perkembangan PSAK No. 34 dalam

perlakuan pendapatan perusahaan.

Berdasarkan survei awal dan hasil wawancara

terhadap Laporan Laba Rugi CV. Centralindo

Consultan, dapat diketahui bahwa pengukuran

pendapatan pendapatan dari CV. Centralindo

Consultan menggunakan metode kontrak selesai.

Pendapatan CV. Centralindo Consultan mengalami

kenaikan pada tahun 2018 tetapi mengalami

penurunan pada tahun 2019. Walaupun tahun 2018

mengalami kenaikan, tetapi pada tahun 2019

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

200

mengalami penurunan yang jauh dibanding dengan

pendapatan tahun 2017. Terkait hal tersebut maka

dilakukan penelitian mengenai “Analisis

Pengakuan Pendapatan pada Perusahaan Jasa

Konstruksi CV. Centralindo Consultan”.

KAJIAN KEPUSTAKAAN

Pendapatan

Pengertian pendapatan menurut Kartikahadi,

dkk (2012:186) adalah Penghasilan (income) adalah

kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode

akuntansi dalam bentuk pemasukan atau

penambahan aset atau penurunan kewajiban yang

mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal

dari kontribusi penanam modal.

Ikatan Akuntan Indonesia (2015:23.1)

mendefinisikan: Pendapatan adalah penghasilan

yang timbul dari pelaksanaan aktivitas entitas yang

normal dan dikenal dengan sebutan yang berbeda,

seperti penjualan, penghasilan jasa, bunga, dividen,

royalti, dan sewa. Selanjutnya pada halaman 23.2

paragraf 7 dijelaskan bahwa pendapatan adalah arus

masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari

aktivitas normal entitas selama suatu periode jika

arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan

ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi

penanaman modal.

PSAK Nomor 23 tentang Pendapatan

menyatakan bahwa “Pendapatan adalah arus masuk

bruto dari manfaat ekonomi yg timbul dari aktivitas

normal entitas selama periode jika arus masuk

tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak

berasal dari kontribusi penanam modal”.

Pengakuan Pendapatan

Menurut Warren (2006:124) dasar pengakuan

pendapatan atau revenue secara umum ada dua cara

yaitu:

1. Dasar Kas (Cash Basis).

Pada dasar kas, pendapatan dan beban

dilaporkan dalam laporan laba rugi pada

periode dimana kas diterima atau dibayar.

Misalnya, penghasilan dicatat ketika kas ditirima

dari klien, dan upah dicatat ketika kas

dibayarkan kepada karyawan. Laba (rugi) bersih

merupakan selisih antara penerimaan kas

(pendapatan) dan pengeluaran kas (beban).

2. Dasar Akrual (Accrual Basis).

Pada dasar akrual, pendapatan dilaporkan dalam

laporan laba rugi pada periode saat pendapatan

tersebut dihasilkan (earned). Misalnya,

pendapatan dilaporkan pada saat jasa diberikan

kepada pelanggan tanpa melihat apakah kas

telah diterima atau belum dari pelanggan selama

periode ini.

Menurut PSAK 34 (2014:34.1) Kontrak

Konstruksi adalah suatu kontrak yang

dinegosiasikan secara khusus untuk konstruksi

suatu aset atau suatu kombinasi aset yang

berhubungan erat satu sama lain atau saling

tergantung dalam hal rancangan, teknologi, dan

fungsi atau tujuan pokok penggunaan. Pengertian di

atas menyebutkan bahwa kontrak kontruksi

merupakan suatu perjanjian atau kesepakatan untuk

melaksanakan suatu proyek yang sebelumnya telah

tercapai suatu kata sepakat antara perusahaan

pemberi jasa dengan pengguna jasa, dimana proyek

yang akan dilaksanakan dapat berupa pembuatan

jalan raya, pendirian suatu asset, atau dalam bentuk

lainnya.

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui deskriptif atau gambaran secara

sistematis dan aktual mengenai fakta-fakta secara

hubungan antar permasalahan yang sedang diteliti

kemudian diinterpretasikan untuk mendapatkan

informasi yang diperlukan selanjutnya

dibandingkan dengan teori yang ada untuk

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

201

mendapatkan simpulan penyelesaian masalah yang

tepat.

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-

kualitatif, karena menggambarkan keadaan

objek penelitian atau masalah yang ada dalam

penelitian, dalam penelitian ini masalah metode

pengakuan pendapatan dengan pendekatan

kontrak selesai dalam penyajian laporan

keuangan.

2. Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada CV. Centralindo

Consultan yang beralamat di Dusun Tgk. Mat

Areh Gampong Bireuen Meunasah Reuleut,

Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen

Aceh. Usaha jasa kontruksi CV. Centralindo

Consultan mulai beroperasi awal tahun 2012.

Beberapa proyek perencanaan yang pernah

digarap berupa pembangunan puskesmas dan

rumah sakit tersebar di seputar Bireuen.

3. Jenis dan Teknik Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data primer dan data sekunder. Data primer

dalam hal ini peneliti melakukan wawancara

langsung dengan Direktur CV. Centralindo

Consultan. Data sekunder, dalam hal ini peneliti

melakukan pengambilan data dokumentasi

berupa laporan keuangan perusahaan, penelitian

kepustakaan berupa kontak konstruksi dan

literatur lainnya yang relevan.

4. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan

teknik analisis deskriptif kualitatif yaitu metode

dimana data yang dikumpulkan disusun,

dikelompokkan, dan di analisis sehingga dapat

memberikan gambaran yang sebenarnya tentang

pengakuan pendapatan pada perusahaan

konstruksi CV. Centralindo Consultan.

HASIL PEMNELITIAN

Pengakuan Pendapatan CV. Centralindo

Consultan

Seperti pada umumnya pendapatan merupakan

suatu hal yang penting bagi kelangsungan CV.

Centralindo Consultan. Sehingga pengakuan

pendapatan yang dihasilkan oleh CV. Centralindo

Consultan haruslah menguntungkan perusahaan

atau tidak banyak merugikan perusahaan. Pada CV.

Centralindo Consultan Pendapatan diakui saat

pekerjaan telah selesai dikerjakan dan metode yang

digunakan adalah metode kontrak selesai, dimana

pendapatan perusahaan diakui setelah pekerjaan

selesai dikerjakan sesuai dengan perjanjian waktu

dalam perjanjian kontrak. Tetapi seringkali kas

tidak langsung diterima walaupun pekerjaan sudah

selesai, bisa saja kas diterima pada bulan berikutnya

saat Surat Perintah Membayar telah diterbitkan.

Metode Kontrak selesai biasa digunakan oleh

perusahaan yang mempunyai kontrak jangka

pendek atau proyek yang memiliki resiko yang

tidak diestimasi secara andal. Dimana pendapatan

dan laba kotor hanya diakui pada saat kontrak

diselesaikan secara keseluruhan. Dalam metode

kontrak selesai biaya-biaya dari kontrak yang

dikerjakan diakumulasikan, dan tidak ada

pembebanan yang dilakukan atas rekening

pendapatan, biaya dan laba kotor sampai dengan

kontrak selesai dikerjakan. Metode kontrak selesai

tidak melakukan pencatatan sebelum penyelesaian

kontrak, sehingga untuk kerugian-kerugian yang

sudah dapat diduga harus dilakukan penyisihan.

Selain itu, dalam metode kontrak selesai terdapat

pendapatan yang tidak dilaporkan sampai tahun

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

202

penyelesaiannya sehingga menimbulkan

penyimpangan dalam pencatatan laba.

Tabel 1

Akumulasi Pendapatan CV. Centralindo

Consultan Tahun 2017

No Tanggal Nilai Kontrak

1 26 Mei 2017 Rp. 34.940.000

2 26 Mei 2017 Rp. 49.700.000

3 05 Juni 2017 Rp. 24.000.000

4 19 Juni 2017 Rp. 54.670.000

5 14 Juli 2017 Rp. 14.800.000

6 14 Juli 2017 Rp. 29.900.000

7 14 Juli 2017 Rp. 22 400.000

8 19 Juli 2017 Rp. 184.106.000

9 19 Juli 2017 Rp. 84.106.000

10 21 Oktober 2017 Rp. 49.850.000

11 21 Oktober 2017 Rp. 48.750.000

12 02 November 2017 Rp. 37.990.000

TOTAL Rp. 635.212.000

Tabel 2

Akumulasi Pendapatan CV. Centralindo

Consultan Tahun 2018

No Tanggal Nilai Kontrak

1 07 Maret 2018 Rp. 12.890.000

2 13 Maret 2018 Rp. 5.000.000

3 27 Maret 2018 Rp. 23.800.000

4 27 Maret 2018 Rp. 18.810.000

5 27 Maret 2018 Rp. 14.910.000

6 27 Maret 2018 Rp. 113.970.000

7 27 Maret 2018 Rp. 120.494.000

8 21 Mei 2018 Rp. 19.969.000

9 30 Mei 2018 Rp. 13.976.000

10 30 Mei 2018 Rp. 17.970.000

11 31 Mei 2018 Rp. 10.000.000

12 31 Mei 2018 Rp.24.400.000

13 31 Mei 2018 Rp. 24.400.000

14 26 Juni 2018 Rp. 35.000.000

15 26 Juni 2018 Rp.42.000.000

16 17 Juli 2018 Rp. 69.195.000

17 17 Juli 2018 Rp. 65.345.000

18 25 Juli 2018 Rp. 16.500.000

19 27 Juli 2018 Rp. 16.679.000

20 27 Juli 2018 Rp. 19.679.000

21 29 Oktober 2018 Rp. 3.600.000

TOTAL Rp. 688.587.000

Tabel 3

Akumulasi Pendapatan CV. Centralindo

Consultan 2019

No Tanggal Nilai Kontrak

1 22 M ei 2019 Rp. 86.240.000

2 17 Juni 2018 Rp. 263.879.000

3 01 November 2019 Rp. 44.275.000

4 01 November 2019 Rp. 65.312.000

5 01 November 2019 Rp. 83.149.000

6 01 November 2019 Rp. 58.258.000

TOTAL Rp. 601.113.500

Tabel 4

Pendapatan CV. Cenntralindo tahun 2017-2019

Tahun Pendapatan

(laba kotor)

Kenaikan/

Penurunan %

2017 Rp. 635.212.000 - -

2018 Rp. 688.587.000 Rp.53.375.000 8,4 %

2019 Rp. 601.113.500 (Rp.87.473.500) (12,7 %)

Sumber: CV. Centralindo Consultan

Analisis Pengakuan Pendapatan CV.

Centralindo Consultan

Sebagian besar dari proyek CV. Centralindo

Consultan yaitu kontrak jangka pendek dimana

pelaksanaannya tidak lebih dari satu tahun. Dalam

penelitian ini, peneliti mengambil ruang lingkup

penelitian dari data CV. Centralindo Consultan dari

tahun 2017-2019.

CV. Centralindo Consultan lebih banyak

mengerjakan proyek-proyek pemerintah dimana

pengerjaanya tidak lebih dari satu tahun, kas dapat

ditagih jika proyek selesai dikerjakan sesuai dengan

yang tertera dalam kontrak perjanjian. Apabila kas

tidak diterima di tahun berikutnya maka dianggap

hangus dan perusahaan mengalami kerugian.

Berikut ini disajikan salah satu proyek yang

telah dikerjakan oleh CV. Centralindo Consultan

sebagai ilustrasi dari pembahasan masalah yaitu

pada tahun 2019 CV. Centalindo Consultan bekerja

sama dengan Dinas Pengairan Aceh dalam proyek

pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

203

permukaan, rawa dan tambak yang berlokasi di

Kabupaten Aceh Barat Daya dengan nilai kontrak

sebesar Rp. 86.240.000,- dengan jangka waktu

penyelesaian 168 hari kalender (lampiran 4).

Perusahaan mengukur pendapatannya dengai

nilai wajar yaitu nilai yang ada dalam kontrak

perjanjian proyek Rp. 86.240.000,- terhitung

dimulai dari tanggal 22 Mei 2019 sampai dengan 05

November 2019 dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 5

Pengakuan Pendapatan yang diakui Perusahaan

Bulan Pendapatan

Mei 2019 Rp.0

Juni 2019 Rp.0

Juli 2019 Rp.0

Agustus 2019 Rp.0

September 2019 Rp.0

Oktober 2019 Rp.0

November 2019 Rp. 86.240.000

TOTAL Rp. 86.240.000

Sumber: CV. Centalindo Consultan

Berdasarkan tabel di atas pengakuan

pendapatan pada CV. Centralindo Consultan

mengakui pendapatannya menggunakan accrual

basis dimana pendapatan diakui pada saat

pendapatan itu dihasilkan walaupun secara fisik kas

belum diterima dan beban diakui saat beban terjadi

tanpa memperhatikan arus kas keluar dalam usaha

menghasilkan pendapatan. CV. Centralindo tidak

melakukan pembukuan tiap bulan, seluruh

pendapatan pekerjaan diakumulasikan diakhir tahun

berjalan.

Setelah peneliti menganalisis data yang

disajikan oleh perusahaan maka terlihat bahwa

masalah pengakuan pendapatan dan beban dalam

kegiatan perusahaan berpengaruh terhadap

kepentingan intern perusahaan dalam membuat

perencanaan pada perusahaan dimasa yang akan

datang.

CV. Centralido Consultan dalam mengakui

pendapatannya sudah sesuai dengan PSAK No. 34

tentang kontrak konstruksi, karena menggunakan

metode kontrak selesai untuk proyek jangka

pendek. Metode pengakuan pendapatan kontrak

selesai adalah metode pengakuan dimana

pendapatan dan laba kotor hanya diakui pada saat

kontrak diselesaikan.

Terdapat beberapa jurnal penelitian terdahulu

sebagai acuan peneliti dalam menyelesaikan

penelitian ini yang menjelaskan bahwa pengakuan

pendapatan dengan metode kontrak selesai

digunakan untuk proyek jangka pendek dan metode

pesentase penyelesaian digunakan untuk proyek

jangka panjang dimana perusahaan mengakui

pendapatannya berdasarkan estimasi kemajuan fisik

atas pekerjaan yang telah dicapai di lapangan,

diantaranya yaitu penelitian dari Wijaya et al (2015)

dengan judul Analisis Pengakuan Pendapatan dan

Beban dalam Penyajian Laporan Laba Rugi PT.

Karya Jaya Dedy Mulia dimana dalam penelitian ini

PT. Karya jaya Dedy Mulia menggunakan metode

kontrak selesai untuk proyek jangka panjang, hal

tersebut belum sesuai dengan PSAK No 34 karena

metode kontrak selesai digunakan untuk proyek

jangka pendek.

Menurut PSAK No. 34 jika hasil kontrak

konstruksi tidak dapat diestimasi secara andal maka

pendapatan diakui hanya sebesar biaya yang telah

terjadi sepanjang biaya tersebut diperkirakan

dapatan dipulihkan dan biaya kontrak harus diakui

sebagai beban dalam periode terjadinya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang

terdapat dalam bab sebelumnya, maka dapat

disimpulkan bahwa :

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

204

1. CV. Centralindo Consultan dalam menetapkan

metode pengakuan pendapatan sesuai dengan

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.

34, dimana perusahaan menerapkan metode

kontrak selesai dalam mengakui pendapatannya

untuk proyek jangka pendek, proyek jangka

pendek sendiri tidak lebih dari satu periode

akuntansi.

2. Pendapatannya diakui dengan menggunkan

acrual basis dimana pendapatan diakui saat

pendapatan dihasilkan walaupun kas belum

diterima. Tetapi CV. Centralindo Consultan

tidak melakukan pencatatan pembukuan tiap

bulan, hanya di akhir tahun berjalan saja

sehingga tidak dapat diketahui pendapatan tiap

bulannya.

Setelah menganalisis pengakuan pendapatan

pada CV. Centralindo Consultan, maka penulis

mencoba memberi saran yang mungkin berguna

dan dapat menjadi bahan pertimbangan demi

kemajuan perusahaan, yaitu:

CV. Centralindo Consultan agar dapat

membuat pencatatan pembukuan tiap bulan,

sehingga dengan demikian maka laporan laba rugi

yang disajikan oleh perusahaan akan memberikan

informasi yang tepat untuk pengambilan keputusan

perusahaan.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Baridwan, Zaki. 2014. Intermediate Accounting.

Edisi Kedelapan. Yogyakarta: BPFE.

Darmayanti, Elmira Febri. 2016. Analisis

Pengakuan Pendapatan pada Perusahaan

Kontruksi. ISSN Cetak 1978-6579. Universitas

Muhammadiyah Metro.

Farmuzi, Aris dkk. 2015. Analisis Pengakuan

Pendapatan Perusahaan Konstruksi Proyek

Bendungan Marangkayu pada PT. Luhribu

Naga Jaya Samarinda. Universitas Samarinda.

Greuning, Hennie Van dkk. 2013. International

Financial Reporting Standards. Edisi 6.

Jakarta: Salemba Empat.

Harahap, Sofyan Safri. 2011. Teori Akuntansi. Edisi

Revisi. Cetakan Kelima. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Perseda.

Hery. 2013. Akuntansi Dasar 1 dan 2. Jakarta: PT.

Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2014. Pernyataan

Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Ikatan

Akuntan Indonesia.

Joni, Afandi. 2018. Pengakuan Pendapatan

menurut SAK dan Pengakuan Pendapatan

menurut SAP. Melalui

(https://www.ksap.org/sap/pengakuan-

pendapatan-menurut-sak-dan-pengakuan-

pendapatan-menurut-sap/). Diakses pada

tanggal 9 Juli 2020.

Kartikahadi, dkk. 2012. Akuntansi Keuangan

berdasarkan SAK berbasis IFRS. Jakarta:

Salemba.

Lam, Nelson dan Peter Lau. 2014. Akuntansi

Keuangan (Intermediate Financial Reporting)

: Perspektif Ifrs Buku 2. Jakarta: Salemba

Empat.

Martani, Dwi dkk. 2016. Akuntansi Keuangan

Menengah Berbasis PSAK. Jakarta: Salemba

Empat.

Pemerintah Republik Indonesia. 2017. Undang-

Undang Republik Indonesia No 2 Tahun 2017

Tentang Jasa Konstruksi. Jakarta.

Rahayu dan Kardinal. 2013. Analisis Pengakuan

Pendapatan Jasa Konstruksi pada CV.

Samudera Konstruksi Palembang Berdasarkan

PSAK No. 34. STIE MDP.

Ratunuman, Sisilia Merry. 2013. Analisis

Pengakuan Pendapatan dengan Persentase

Penyelesaian dalam Penyajian Laporan

Keuangan PT. Pilar Dasar. Jurnal EMBA ,

Vol. 1, No. 3, Juni 2013. HAL 578-586. ISSN:

2303-1174.

Smith, Jay. M and K. Fred Skousen. 2001.

Intermediate Accounting. Terjemahan .

Jakarta: Airlangga

Sodikin dan Riyono. 2014. Akuntansi Pengantar I.

Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen

YKPN

JURNAL AKUNTANSI MUHAMMADIYAH

Edisi : Januari – Juni 2021 VOL. 11 NO. 2

ISSN 2087-9776

205

Warren, Carl S., James M Reeve and Phillip E. Fees

2006, Pengantar Akuntansi, Edisi Keduapuluh

Satu, Terjemahan. Jakarta: Salemba Empat

Wijaya, Hendra dkk. 2015. Analisis Pengakuan

Pendapatan dan Beban dalam Penyajian

Laporan Laba Rugi PT. Karya Jaya Dedy

Mulia. STIE MDP.