DESKRIPSI TIPE KESALAHAN SISWA KELAS VII …

18
DESKRIPSI TIPE KESALAHAN SISWA KELAS VII BERDASARKAN KATEGORI NEWMAN DAN PEMBERIAN SCAFFOLDING PADA SOAL CERITA PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL JURNAL Disusun untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Disusun oleh : Maria Imas Andreana 202013080 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017

Transcript of DESKRIPSI TIPE KESALAHAN SISWA KELAS VII …

Page 1: DESKRIPSI TIPE KESALAHAN SISWA KELAS VII …

DESKRIPSI TIPE KESALAHAN SISWA KELAS VII BERDASARKAN

KATEGORI NEWMAN DAN PEMBERIAN SCAFFOLDING PADA

SOAL CERITA PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL

JURNAL

Disusun untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun oleh :

Maria Imas Andreana

202013080

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2017

Page 2: DESKRIPSI TIPE KESALAHAN SISWA KELAS VII …
Page 3: DESKRIPSI TIPE KESALAHAN SISWA KELAS VII …
Page 4: DESKRIPSI TIPE KESALAHAN SISWA KELAS VII …
Page 5: DESKRIPSI TIPE KESALAHAN SISWA KELAS VII …
Page 6: DESKRIPSI TIPE KESALAHAN SISWA KELAS VII …

DESKRIPSI TIPE KESALAHAN SISWA KELAS VII

BERDASARKAN KATEGORI NEWMAN DAN PEMBERIAN

SCAFFOLDING PADA SOAL CERITA PERSAMAAN LINEAR

SATU VARIABEL

Maria Imas Andreana, Sutriyono

Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga

e-mail : [email protected]

PENDAHULUAN Matematika merupakan salah

satu mata pelajaran yang penting untuk

diajarkan kepada siswa. Matematika

memiliki peranan dalam menanamkan

kebiasaan berpikir dan berperilaku

ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri

(Depdiknas, 2006). Matematika dengan

karakteristik objeknya yang bersifat

abstrak (Soedjadi, 2000: 13), yaitu

berupa fakta, konsep, operasi, dan

prinsip, memiliki keterkaitan satu sama

lain. Keterkaitan tidak hanya berlaku

antara konsep-konsep matematika

namun juga antara suatu konsep

matematika dengan disiplin ilmu lain

dan masalah dalam kehidupan sehari-

hari yang direpresentasikan dalam

bentuk soal cerita.

Bentuk soal cerita tidak hanya

digunakan dalam pembelajaran

matematika namun juga dalam evaluasi

hasil belajar yaitu Ujian Nasional.

Bentuk soal cerita dianggap dapat

melatih siswa berpikir dan berperilaku

ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri

dibanding soal-soal dalam bentuk

operasi hitung biasa. Hal ini karena

untuk dapat memperoleh penyelesaian

soal cerita, siswa harus terlebih dahulu

memahami isi soal cerita tersebut,

setelah itu menarik kesimpulan objek-

objek yang harus diselesaikan dan

memisalkannya dengan simbol-simbol

matematika, sampai pada tahap akhir

yaitu penyelesaian (Rindyana, dkk.,

2013).

Mulai berkembangnya bentuk

soal operasi hitung biasa menjadi soal

cerita ternyata menjadi kendala

tersendiri bagi siswa kelas VII B SMP

Pangudi Luhur Salatiga. Berdasarkan

hasil observasi dan wawancara kepada

guru mata pelajaran matematika yang

mengajar di kelas VII B, kemampuan

siswa dalam menyelesaikan soal cerita

tergolong rendah. Siswa yang terbiasa

menyelesaikan soal prosedural, sering

melakukan kesalahan dalam

menyelesaikan soal cerita khususnya

materi persamaan linear satu variabel.

Siswa sering melakukan kesalahan

dalam memahami maksud soal serta

membuat pemodelan matematika yang

tepat. Selain membuat pencapaian nilai

ulangan harian kurang maksimal,

kesalahan ini juga mengindikasi bahwa

siswa kesulitan untuk menyelesaikan

soal. Kesulitan ini perlu ditindaklanjuti

dengan terlebih dahulu mengidentifikasi

kesalahan yang dilakukan siswa.

Identifikasi kesalahan dilakukan

melalui analisis kesalahan

menggunakan kategori Newman yang

membagi tipe kesalahan menjadi 6

(Clements, 1980) yaitu kesalahan

membaca (reading error), kesalahan

memahami masalah (comprehension

error), kesalahan transformasi

(transformation error), kesalahan

keterampilan proses (process skill

error), kesalahan penulisan jawaban

(encoding error) dan kesalahan

kecerobohan (careless error).

Page 7: DESKRIPSI TIPE KESALAHAN SISWA KELAS VII …

Melalui analisis kesalahan

diperoleh gambaran yang jelas

mengenai bentuk-bentuk dan penyebab

kesalahan yang dilakukan siswa.

Gambaran ini berguna sebagai umpan-

balik bagi perencanaan bantuan yang

akan diberikan kepada siswa untuk

mengatasi kesalahannya tersebut.

Upaya pemberian bantuan belajar sering

disebut sebagai scaffolding. Scaffolding

dalam pembelajaran diartikan sebagai

bantuan belajar bagi siswa yang

dilakukan oleh orang yang lebih ahli

agar siswa tersebut dapat

menyelesaikan tugas-tugas (Sutiarso,

2009). Menurut Anghileri (2006: 39),

terdapat tiga tingkatan dalam pemberian

scaffolding yaitu: tingkat 1

environmental provisions, tingkat 2

explaining, reviewing and

restructuring, dan tingkat 3 developing

conceptual thinking.

Penelitian mengenai pemberian

scaffolding sebagai upaya mengatasi

kesalahan siswa pernah dilakukan oleh

Rahmawati (2012) yang berjudul

penelusuran kesalahan siswa dan

pemberian scaffolding dalam

menyelesaikan bentuk aljabar.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh

bahwa kesalahan yang dilakukan siswa

dalam menyelesaikan operasi bentuk

aljabar berupa kesalahan konseptual dan

kesalahan prosedural serta scaffolding

yang diberikan berada pada level 2

yaitu explaining, reviewing, dan

restructuring. Sementara Hanifah

(2014) dalam penelitiannya yang

berjudul penggunaan scaffolding untuk

mengatasi kesalahan siswa kelas VII H

SMP Negeri 2 Mojokerto dalam

menyelesaikan soal cerita pada materi

persamaan linear satu variabel,

memberikan hasil bahwa bahwa letak

kesalahan siswa antara lain menentukan

kondisi awal dan membuat model

matematika, dan scaffolding yang

digunakan di antaranya: reviewing,

restructuring, explaining dan making

connection.

Berdasarkan hasil observasi dan

hasil penelitian-penelitian terdahulu

dirasa perlu dilakukan penelitian untuk

mendeskripsikan tipe kesalahan siswa

dan pemberian scaffolding siswa kelas

VII B SMP Pangudi Luhur Salatiga pada

soal cerita persamaan linear satu variabel.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi

sarana untuk mengetahui tipe kesalahan

siswa serta deskripsinya sehingga dapat

menjadi pertimbangan dalam

memberikan bantuan. Scaffolding

diharapkan mampu membantu siswa

menyelesaikan soal cerita persamaan

linear satu variabel sehingga dapat

meminimalkan terjadinya kesalahan

dalam penyelesaian soal-soal cerita.

KAJIAN TEORI

Tipe Kesalahan Menurut Kategori

Newman

Menurut Newman kesalahan yang

dilakukan siswa dalam mengerjakan soal

cerita terdiri dari enam tipe (Clements:

1980), meliputi : (1) kesalahan membaca

(reading error), disebabkan siswa tidak

bisa membaca/mengerti simbol-simbol

dan kata kunci yang terdapat pada soal;

(2) kesalahan memahami masalah

(comprehension error), disebabkan siswa

tidak bisa memahami arti keseluruhan

dari suatu soal meliputi informasi yang

diketahui dan ditanyakan; (3) kesalahan

transformasi (transformation error),

disebabkan siswa tidak bisa menentukan

rumus atau operasi matematika untuk

menyelesaikan permasalahan dalam soal

dengan tepat; (4) kesalahan keterampilan

proses (process skill error), disebabkan

siswa tidak bisa menyelesaikan proses

perhitungan meskipun sudah dengan

tepat; (5) kesalahan penulisan jawaban

(encoding error), disebabkan siswa salah

menuliskan jawaban yang tepat; dan (6)

kesalahan kecerobohan (careless error),

disebabkan siswa tidak cermat atau tidak

teliti.

Page 8: DESKRIPSI TIPE KESALAHAN SISWA KELAS VII …

Scaffolding

Scaffolding pertama kali

dikemukakan oleh Lev Vygotsky dan

diartikan sebagai bantuan yang

disediakan oleh teman yang lebih

berkompeten atau orang dewasa kepada

siswa dalam mengerjakan tugas-tugas

yang tidak dapat dikerjakan siswa

tersebut secara mandiri (Slavin, 2011:

59). Guru dalam hal ini sebagai orang

yang lebih dewasa memiliki peran

penting membantu siswa menuntaskan

tugas atau konsep yang awalnya tidak

dapat dicapai siswa secara mandiri. Peran

guru fokus memberikan bantuan berupa

teknik/keterampilan tertentu dari tugas-

tugas yang diluar batas kemampuan

siswa sehingga diharapkan siswa mampu

menyelesaikan tugas-tugasnya. Menurut

Anghileri (2006: 39), tingkatan dalam

pemberian scaffolding merupakan

strategi pengajaran yang efektif yaitu: (1)

Tingkat 1: environmental provisions,

pemberian scaffolding pada tingkat ini

berupa penataan lingkungan belajar yang

memungkinkan berlangsung tanpa

intervensi langsung dari guru. Penataan

lingkungan belajar dengan membentuk

kelompok belajar, memberikan tugas

terstruktur, dan menyediakan alat bantu

belajar pada siswa bertujuan membangun

pemahaman dari masalah yang diberikan;

(2) Tingkat 2: explaining, reviewing and

restructuring, kegiatan pada pemberian

scaffolding tingkat 2 yaitu memberikan

penjelasan, peninjauan kembali, dan

penguatan pemahaman pada siswa.

Interaksi guru dimaksudkan untuk

semakin dapat mengarahkan siswa

menemukan masalah dengan benar,

meminta siswa menemukan kesalahan

yang dilakukan, meminta siswa

memperbaiki pekerjaannya, memberikan

bantuan belajar pada siswa dengan

memfokuskan aspek yang masih kurang

dikuasai siswa, dan meminta siswa

menyusun kembali jawaban yang tepat

untuk memperbaiki masalah; (3) Tingkat

3: developing conceptual thinking yaitu

mengembangkan konsep berpikir,

dimana pada tingkatan ini interaksi guru

diarahkan untuk mengembangkan konsep

yang sebelumnya sudah dikuasai siswa

dengan cara meminta siswa menemukan

alternatif jawaban lain untuk

menyelesaikan masalah.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah

penelitian deskriptif kualitatif dengan

menggunakan data berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang dapat diamati. Data hasil

penelitian ini dideskripsikan untuk

memberikan gambaran mengenai tipe

kesalahan yang dilakukan siswa selama

menyelesaikan soal cerita serta

pemberian scaffolding sebagai upaya

untuk mengatasi kesalahan tersebut.

Subjek dalam penelitian ini adalah 3

siswa kelas VII B SMP Pangudi Luhur

Salatiga. Subjek dipilih menggunakan

teknik purposive sampling dari 26 siswa

di kelas tersebut. Pengambilan subjek

berdasarkan nilai ulangan harian siswa

pada materi persamaan linear satu

variabel yang diurutkan dari nilai

tertinggi hingga terendah dan

digolongkan menjadi 3 kategori yaitu

tinggi, sedang, dan rendah. Kemudian

diambil 1 subjek dari masing-masing

kategori berdasarkan saran dari guru

mata pelajaran matematika kelas VII B.

Teknik pengambilan data yang

digunakan adalah tes tertulis dan

wawancara. Tes tertulis menggunakan

instrumen soal tes yang terdiri dari 3 soal

cerita materi persamaan linear satu

variabel. Kisi-kisi instrumen soal tes

dapat dilihat pada Tabel 1: Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Soal Tes

Tertulis

Indikator

Soal Fokus Soal

No.

Soal

Menyelesai

kan soal

cerita

mengenai

suatu

Menyelesaikan soal

cerita mengenai suatu

masalah sehari-hari

yang berbentuk

persamaan linear satu

1

Page 9: DESKRIPSI TIPE KESALAHAN SISWA KELAS VII …

masalah

sehari-hari

yang

berbentuk

persamaan

linear satu

variabel.

variabel yang

berkaitan dengan suatu

operasi hitung.

Menyelesaikan soal

cerita mengenai suatu

masalah sehari-hari

yang berbentuk

persamaan linear satu

variabel yang

berkaitan dengan

lebih dari satu operasi

hitung.

2

Menyelesaikan soal

cerita mengenai suatu

masalah sehari-hari

yang berbentuk

persamaan linear satu

variabel yang

berkaitan dengan

konsep keliling

persegi/persegi

panjang/segitiga.

3

Selain tes tertulis, data juga

diperoleh melalui wawancara,

pengamatan, dan dokumentasi.

Pengamatan dilakukan selama tes tertulis

dan wawancara berlangsung. Sementara

data yang terkumpul dari hasil tes

tertulis, wawancara, pengamatan maupun

dokumentasi dianalisis menggunakan

teknik analisis data deskriptif kualitatif

(Sugiyono, 2010: 337-345) meliputi: (1)

reduksi data; (2) penyajian data; (3)

penarikan kesimpulan/verifikasi. Reduksi

data dilakukan dengan menganalisis hasil

tes tertulis dan wawancara untuk

mendeskripsikan tipe-tipe kesalahan

siswa dalam menyelesaikan soal cerita

berdasarkan kategori Newman untuk

kemudian menjadi bahan pertimbangan

dalam pemberian scaffolding berdasarkan

tingkatan Anghileri. Penyajian data

dilakukan dengan menyajikan deskripsi

tipe kesalahan dan pemberian scaffolding

berdasarkan kesalahan yang dilakukan

subjek. Penarikan kesimpulan/verifikasi

diperoleh dari hasil tes tertulis dan

wawancara pemberian scaffolding.

Identifikasi tipe kesalahan dikategorikan

berdasarkan tipe kesalahan menurut

Newman dan pemberian scaffolding

berdasarkan tingkatan Anghileri.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN Hasil penelitian yang diperoleh

dari hasil tes tertulis dan wawancara

yaitu berupa deskripsi tipe kesalahan

siswa kelas VII B SMP Pangudi Luhur

Salatiga. Subjek melakukan 5 tipe

kesalahan dari 6 tipe kesalahan menurut

kategori Newman dalam menyelesaikan

soal cerita materi persamaan linear satu

variabel, seperti yang ditunjukkan Tabel

2 dan Tabel 3:

Tabel 2. Tipe Kesalahan Subjek pada

Setiap Soal

No.

soal

Subjek

Tinggi

(S1)

Sedang

(S2)

Rendah

(S3)

1 - Trans Trans

2 prc skll prc skll Trans

3 comp,

care

read,

comp, prc

skll,

read,

comp, prc

skll

Tabel 3. Jumlah Kesalahan Menurut

Kategori Newman pada Soal Cerita PLSV

Berdasarkan Tabel 3, 5 tipe kesalahan

menurut kategori Newman dilakukan

oleh subjek penelitian dengan persentase

sebagai berikut: kesalahan membaca

(reading error) 15%, kesalahan

memahami masalah (comprehension

error) 23%, kesalahan transformasi

No.

Soal

Banyak Subjek yang Melakukan Kesalahan

Read Comp Trans Prc

skll Enco Care ∑

1 - - 2 - - - 2

2 - - 1 2 - - 3

3 2 3 - 2 - 1 8

Jml 2 3 3 4 0 1 13

% 15% 23% 23% 31% 0% 8% 100

%

Keterangan:

Read = Reading Error Prc Skll = Process Skill Error

Comp = Comprehension Error Enco = Encoding Error Trans = Transformation Error Care = Careless Error

Page 10: DESKRIPSI TIPE KESALAHAN SISWA KELAS VII …

(transformation error) 23%, kesalahan

keterampilan proses (process skill error)

31%, dan kesalahan kecerobohan

(careless error) 8%. Deskripsi tipe

kesalahan yang dilakukan subjek

menunjukkan bahwa subjek tidak dapat

menyelesaikan soal cerita PLSV secara

tepat. Bentuk kesalahan yang dilakukan

subjek antara lain salah memaknai

informasi penting dalam soal yaitu

keliling persegi panjang, tidak

memahami apa yang sebenarnya

ditanyakan pada soal, serta salah dalam

melakukan operasi hitung aljabar.

a. Kesalahan Membaca (Reading

Error)

Kesalahan membaca (reading error)

adalah kesalahan yang disebabkan karena

siswa salah dalam membaca/memaknai

simbol-simbol, istilah, kata kunci, serta

informasi penting yang terdapat pada

soal. Kesalahan membaca dalam

menyelesaikan soal cerita PLSV

dilakukan oleh subjek Sedang (S2) dan

subjek Rendah (S3) pada soal nomor 3.

Deskripsi kesalahaan tersebut dapat

dilihat pada Tabel 4: Tabel 4. Deskripsi kesalahan membaca

(reading error) subjek sedang (S2) dan

subjek rendah (S3)

No.

soal Subjek

Subjek Sedang (S2)

3

Subjek Rendah (S3)

3

Menurut subjek sedang (S2) keliling

persegi panjang dapat diperoleh dengan

menjumlahkan panjang dan lebarnya.

Sementara subjek rendah (S3) beranggapan

keliling persegi panjang dapat diperoleh

dengan mengalikan panjang dan lebarnya.

Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa

subjek sedang (S2) dan subjek rendah

(S3) melakukan kesalahan membaca

(reading error) menurut kategori

Newman karena subjek salah dalam

memaknai informasi penting pada soal

yaitu keliling persegi panjang.

b. Kesalahan Memahami Masalah

(Comprehension Error)

Kesalahan memahami masalah

(comprehension error) yaitu kesalahan

yang disebabkan siswa tidak bisa

memahami arti keseluruhan dari suatu

soal meliputi informasi yang diketahui

dan ditanyakan. Kesalahan ini dilakukan

oleh semua subjek pada soal nomor 3.

Deskripsi kesalahan yang dilakukan

subjek dapat dilihat pada Tabel 5: Tabel 5. Deskripsi kesalahan memahami

masalah (comprehension error) subjek

tinggi (S1), subjek sedang (S2) dan subjek

rendah (S3)

No.

soal Subjek

Subjek Tinggi (S1)

3

Subjek Sedang (S2)

3 P :Jika sudah diperoleh x=6,

apakah Anda sudah dapat

menentukan panjang dan lebar

kolam?

S2: Belum.

P : Belum bisa?

S2: (subjek mengangguk)

P : diperoleh x=6, lalu pada soal

diketahui panjang kolam Ibu

Sari itu berapa?

S2: 2x meter. Lebar (x-4)

Page 11: DESKRIPSI TIPE KESALAHAN SISWA KELAS VII …

P : (x-4). Tadi diperoleh x=6,

berarti Anda sudah dapat

mencari panjangnya belum?

S2: (subjek terlihat berpikir) belum.

Subjek Rendah (S3)

3 P : Tentukan ukuran panjang dan

lebar kolam yang sebenarnya,

padahal di soal sudah ada

panjang=2x meter dan lebar=(x-

4) meter. Maksud

pertanyaannya itu apa?

S3: Kan ada (subjek terlihat

berpikir), kan diminta mencari

kelilingnya. Eh jika kelilingnya

28 meter.

P : Kelilingnya 28 meter, berarti

keliling kolamnya sudah

diketahui belum?

S3: Yang ini yang 2x ini?

P : Yang pada kolam itu, keliling

kolamnya sudah tahu atau

belum?

S3: Belum.

P : Belum? Lalu 28 itu sebagai

apa?

S3: (subjek diam dan terlihat

berpikir)

Subjek tinggi (S1) dapat memahami bahwa

ia harus mencari fungsi keliling

berdasarkan informasi yang diketahui, lalu

mencari nilai variabel 𝑥 yang memenuhi.

Namun nilai variabel 𝑥 yang telah

diperoleh digunakan oleh subjek S1

sebagai ukuran lebar kolam, lalu ukuran

panjang kolam diperoleh dengan cara

membagi 2 hasil dari pengurangan keliling

persegi panjang dengan 2 kali lebar

kolam/2 kali nilai variabel 𝑥 yang telah

diperoleh. Sementara itu subjek sedang

(S2) dan subjek rendah (S3) dapat

menyebutkan dan menuliskan informasi-

informasi yang diketahui dan ditanyakan

pada soal, namun subjek tidak benar-benar

memahami apa yang sebenarnya

ditanyakan pada soal sehingga subjek tidak

tahu apa yang harus dilakukan untuk

menjawab pertanyaan soal nomor 3.

Berdasarkan Tabel 5 terlihat semua

subjek melakukan kesalahan memahami

masalah (comprehension error) menurut

kategori Newman pada soal nomor 3

karena subjek tidak memahami dengan

benar maksud pertanyaan pada soal.

c. Kesalahan Transformasi

(Transformation Error)

Kesalahan transformasi (transformation

error) yaitu kesalahan karena siswa tidak

bisa menentukan rumus atau operasi

matematika untuk menyelesaikan

permasalahan dalam soal dengan tepat.

Kesalahan ini dilakukan oleh subjek

sedang (S2) pada soal nomor 1, subjek

rendah (S3) pada soal nomor 1 dan 2.

Bentuk kesalahan dapat dilihat pada

Tabel 6: Tabel 6. Deskripsi kesalahan transformasi

(transformation error) pada subjek sedang

(S2) dan subjek rendah (S3)

No.

soal Subjek

Subjek Sedang (S2)

1

Subjek Rendah (S3)

1

2

Subjek sedang (S2) dan subjek rendah (S3)

salah dalam menggunakan tanda operasi

hitung untuk menyelesaikan soal nomor 1.

Sementara subjek rendah (S3) gagal

mengubah informasi pada soal nomor 2

menjadi bentuk model matematika yang

benar.

Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa

subjek sedang (S2) dan subjek rendah

(S3) melakukan kesalahan transformasi

(transformasi error) menurut kategori

Newman karena subjek salah dalam

menggunakan tanda operasi hitung dan

Page 12: DESKRIPSI TIPE KESALAHAN SISWA KELAS VII …

gagal dalam mengubah informasi pada

soal menjadi bentuk model matematika

yang benar.

d. Kesalahan Keterampilan Proses

(Process Skill Error)

Kesalahan keterampilan proses (process

skill error) yaitu kesalahan yang

disebabkan siswa tidak bisa

menyelesaikan proses perhitungan

meskipun sudah menentukan operasi

matematika atau rumus dengan tepat.

Kesalahan ini dilakukan oleh subjek

tinggi (S1) pada soal nomor 2, subjek

sedang (S2) pada soal nomor 2 dan

nomor 3, serta subjek rendah (S3) pada

soal nomor 3. Bentuk kesalahan tersebut

dapat dilihat pada tabel 7: Tabel 7. Deskripsi kesalahan keterampilan

proses (process skill error) pada subjek

tinggi (S1), subjek sedang (S2) dan subjek

rendah (S3)

No.

soal Subjek

Subjek Tinggi (S1)

2

Subjek Sedang (S2)

2

3

Subjek Rendah (S3)

3

Subjek tinggi (S1) salah dalam proses

perhitungan untuk menentukan nilai

variabel 𝑎. Subjek sedang (S2) juga salah

dalam proses perhitungan untuk

menentukan nilai variabel 𝑧 pada soal

nomor 2, serta salah dalam melakukan

operasi penjumlahan aljabar pada soal

nomor 3.Subjek rendah (S3) dalam

menentukan hasil operasi perkalian pada

soal nomor 3.

Berdasarkan Tabel 7 terlihat bahwa

subjek tinggi (S1), subjek sedang (S2)

dan subjek rendah (S3) melakukan

kesalahan keterampilan proses (process

skill error) menurut kategori Newman

karena subjek salah dalam perhitungan

atau komputasi selama proses

penyelesaian soal.

e. Kesalahan Kecerobohan (Careless

Error)

Kesalahan kecerobohan (careless error)

yaitu kesalahan yang disebabkan siswa

tidak cermat atau tidak teliti. Kesalahan

ini dilakukan oleh subjek tinggi (S1)

pada soal nomor 3. Deskripsi kesalahan

dapat dilihat pada Tabel 8: Tabel 8. Deskripsi kesalahan kecerobohan

(careless error) pada subjek tinggi (S1)

No.

soal Subjek

Subjek Tinggi (S1)

3

Subjek S1 tidak tepat dalam mensubtitusi

nilai keliling persegi panjang. Selain itu

subjek S1 juga tidak teliti dalam melakukan

perkalian aljabar.

Page 13: DESKRIPSI TIPE KESALAHAN SISWA KELAS VII …

Berdasarkan deskripsi di atas terlihat

bahwa subjek tinggi (S1) tidak teliti

dalam mensubstitusi maupun melakukan

perkalian aljabar, karena itu subjek S1

melakukan kesalahan kecerobohan

(careless error) menurut kategori

Newman.

Praktik Pemberian Scaffolding

a. Pemberian Scaffolding untuk

Kesalahan Membaca (Reading

Error) Pemberian scaffolding untuk tipe

kesalahan membaca (reading error)

adalah tingkat 2 menurut Anghileri

(2006) yaitu explaining, reviewing, and

restructuring, berupa memberikan

penjelasan, peninjauan kembali, dan

penguatan pemahaman pada siswa.

Bantuan scaffolding diberikan kepada

subjek sedang (S2) dan subjek rendah

(S3) karena keduanya melakukan bentuk

kesalahan membaca yang sama pada

penyelesaian soal nomor 3. Informasi

penting pada soal nomor 3 yaitu keliling

persegi panjang, tidak dapat dimaknai

subjek secara tepat. Subjek sedang (S2)

memaknai keliling persegi panjang

sebagai hasil penjumlahan panjang dan

lebarnya. Sementara subjek rendah (S3)

memaknai keliling persegi panjang

sebagai hasil perkalian panjang dan

lebarnya.

Praktik pemberian scaffolding

sebagai upaya mengatasi kesalahan

membaca yang dilakukan subjek sedang

(S2) dan subjek rendah (S3) adalah

sebagai berikut: (1) subjek diajak untuk

mengamati konsep keliling persegi

panjang melalui ilustrasi yang lebih

sederhana (keliling meja); (2) subjek

diarahkan untuk menemukan kesalahan

yang dilakukan dengan meminta subjek

memeriksa kembali jawabannya apakah

keliling persegi panjang sudah dimaknai

dengan tepat; (3) subjek diminta

menuliskan jawaban yang tepat; (4)

subjek diberikan arahan untuk lebih teliti

lagi dalam mengerjakan soal dengan

meminta subjek menjelaskan konsep

keliling persegi panjang yang benar.

Setelah pemberian scaffolding

selesai, subjek diminta untuk

mengerjakan soal tes dengan materi dan

indikator soal yang sama, namun dengan

angka-angka yang berbeda. Pekerjaan

subjek setelah diberikan scaffolding

dapat dilihat pada Gambar 1: Gambar 1. Hasil pekerjaan subjek setelah

pemberian scaffolding untuk kesalahan

membaca

Berdasarkan hasil pekerjaan subjek

setelah diberi scaffolding, kesalahan

dalam memaknai keliling sudah tidak

terlihat lagi. Subjek sudah mampu

memaknai keliling sebuah bangun datar

secara tepat dan dapat menyelesaikan

soal dengan benar. Maka pemberian

scaffolding pada subjek untuk kesalahan

membaca (reading error) dianggap sudah

selesai.

b. Pemberian Scaffolding untuk

Kesalahan Memahami Masalah

(Comprehension Error) Kesalahan memahami masalah

dilakukan oleh semua subjek pada soal

nomor 3. Bentuk kesalahan yang

dilakukan subjek tinggi (S1) dalam

menyelesaikan soal nomor 3 adalah

menggunakan nilai variabel 𝑥 sebagai

ukuran lebar kolam. Sehingga subjek S1

diberikan scaffolding tingkat 2 menurut

Anghileri (2006), explaining, reviewing

and restructuring, yaitu memberikan

penjelasan, peninjauan kembali, dan

penguatan pemahaman pada siswa.

Scaffolding berupa: (1) subjek diminta

menyebutkan nilai variabel 𝑥 yang telah

diperolehnya dan menyebutkan fungsi

panjang dan lebar yang diketahui pada

soal; (2) peneliti mengulang jawaban

subjek dengan memberi penekanan dan

intonasi suara yang berbeda pada kata-

Page 14: DESKRIPSI TIPE KESALAHAN SISWA KELAS VII …

kata kunci; (3) setelah diberi arahan

untuk meninjau kembali jawabannya dan

infomasi pada soal, subjek menyadari

kesalahan yang dilakukannya; (4) subjek

diminta menuliskan jawaban yang tepat;

(5) subjek diberikan arahan untuk lebih

teliti lagi dalam memahami maksud dan

informasi-informasi yang diketahui pada

soal. Sementara itu subjek sedang (2) dan

subjek rendah (S3) pada soal nomor 3

dapat menyebutkan informasi-informasi

yang diketahui dan ditanyakan, namun

keduanya tidak benar-benar memahami

maksud soal dan bagaimana cara

menyelesaikannya. Kesalahan memahami

ini juga diatasi dengan memberikan

scaffolding tingkat 2 menurut Anghileri

(2006), explaining, reviewing and

restructuring, dengan langkah-langkah

sebagai berikut: (1) subjek diberikan

ilustrasi sederhana mengenai

permasalahan dalam soal; (2) subjek

diminta mengamati informasi-informasi

penting pada ilustrasi tersebut agar lebih

memahami permasalahannya dan

membandingkannya pada permasalahan

dalam soal; (3) berdasarkan hasil

pemahamannya subjek ditanya apa yang

harus dilakukan untuk dapat menjawab

permasalahan dalam soal.

Setelah diberikan scaffolding subjek

diminta untuk mengerjakan tes dengan

materi yang sama seperti yang telah

dilakukan, namun dengan angka-angka

yang berbeda. Pekerjaan subjek setelah

diberikan scaffolding dapat dilihat pada

Gambar 2: Gambar 2. Hasil pekerjaan subjek setelah

pemberian scaffolding untuk kesalahan

memahami masalah

Berdasarkan hasil pekerjaan subjek

setelah diberi scaffolding, subjek sudah

mampu menyelesaikan soal dengan

indikator menyelesaikan soal cerita

mengenai suatu masalah sehari-hari yang

berbentuk persamaan linear satu variabel

yang berkaitan dengan konsep keliling

persegi/persegi panjang/segitiga, tanpa

melakukan kesalahan dalam memahami

maksud soal seperti pada soal cerita tes

sebelumnya. Subjek sudah paham akan

maksud pertanyaan dari soal cerita

berupa informasi-informasi yang

diketahui dan ditanyakan, sehingga

subjek dapat menyelesaikan soal dengan

benar. Maka pemberian scaffolding pada

subjek yang mengalami kesalahan

memahami masalah (comprehension

error) dianggap sudah selesai.

c. Pemberian Scaffolding untuk

Kesalahan Transformasi

(Transformation Error) Kesalahan transformasi

(transformation error) dilakukan oleh

subjek sedang (S2) pada soal nomor 1

dan subjek rendah (S3) pada soal nomor

1 dan 2. Subjek sedang (S2) dan subjek

rendah (S3) melakukan bentuk kesalahan

transformasi yang sama pada soal nomor

1 yaitu salah dalam menggunakan tanda

operasi hitung untuk menyelesaikan soal.

Kesalahan ini diatasi dengan memberikan

scaffolding tingkat 1 menurut Anghileri

(2006), environmental provision, berupa

penataan lingkungan belajar yang

memungkinkan berlangsung tanpa

intervensi langsung dari guru. Jadi subjek

diminta untuk mengerjakan kembali soal

nomor 1. Alat-alat tulis dan lingkungan

belajar disiapkan secara kondusif

sehingga subjek lebih fokus dalam

mengerjakan soal. Sementara pada soal

nomor 2 subjek rendah (S3) gagal

mengubah informasi pada soal menjadi

model matematika yang benar. Sehingga

scaffolding yang diberikan yaitu tingkat 2

menurut Anghileri (2006), explaining,

reviewing and restructuring, yaitu

memberikan penjelasan, peninjauan

kembali, dan penguatan pemahaman pada

Page 15: DESKRIPSI TIPE KESALAHAN SISWA KELAS VII …

siswa. Pemberian scaffolding sebagai

berikut: (1) subjek diminta menyebutkan

informasi yang diketahui pada soal; (2)

peneliti mengulang jawaban subjek

dengan memberi penekanan dan intonasi

suara yang berbeda pada kata-kata kunci;

(3) subjek diminta menuliskan kembali

informasi yang diketahui dan

menggantinya dengan angka maupun

simbol operasi matematika yang sesuai;

(4) subjek diberikan arahan untuk lebih

teliti lagi dalam mengubah informasi-

informasi yang diketahui pada soal

menjadi model matematika.

Setelah diberikan scaffolding subjek

diminta untuk mengerjakan tes dengan

materi yang sama seperti yang telah

dilakukan, namun dengan angka-angka

yang berbeda. Pekerjaan subjek setelah

diberikan scaffolding dapat dilihat pada

Gambar 3.

Gambar 3. Hasil pekerjaan subjek setelah

pemberian scaffolding untuk kesalahan

transformasi

Berdasarkan hasil pekerjaan subjek

setelah diberi scaffolding, subjek sudah

mampu menyelesaikan soal tanpa

melakukan kesalahan transformasi.

Subjek sudah tidak melakukan kesalahan

dalam menggunakan tanda operasi hitung

untuk menyelesaikan soal dan dapat

mengubah informasi-informasi yang

diketahui pada soal menjadi model

matematika yang benar. Maka pemberian

scaffolding pada subjek yang mengalami

kesalahan memahami transformasi

(transformation error) dianggap sudah

selesai.

d. Pemberian Scaffolding untuk

Kesalahan Keterampilan Proses

(Process Skill Error) Kesalahan keterampilan proses

(process skill error) dilakukan oleh

subjek tinggi (S1) pada soal nomor 2,

subjek sedang (S2) pada soal nomor 2

dan 3, serta subjek rendah (S3) pada soal

nomor 3. Bentuk kesalahan yang

dilakukan ketiga subjek sama yaitu salah

dalam melakukan operasi hitung aljabar

dan menentukan nilai suatu variabel.

Pemberian scaffolding untuk kesalahan

tipe ini adalah tingkat 2 menurut

Anghileri (2006), explaining, reviewing

and restructuring, yaitu memberikan

penjelasan, peninjauan kembali, dan

penguatan pemahaman pada siswa.

Pemberian scaffolding sebagai berikut:

(1) subjek diminta mengingat kembali

cara melakukan penjumlahan dan

perkalian aljabar; (2) subjek diajak untuk

menerapkan cara tersebut pada soal yang

sedang dikerjakan; (3) dengan penerapan

tersebut subjek menyadari kesalahannya

dan diminta menuliskan kembali jawaban

yang tepat; (4) subjek diberikan arahan

untuk lebih teliti lagi dalam melakukan

operasi hitung aljabar. Namun terdapat

perbedaan dalam pemberian scaffolding

bagi subjek sedang (S2) untuk mengatasi

kesalahan keterampilan prosesnya pada

soal nomor 2 yaitu salah menentukan

nilai variabel. Scaffolding yang diberikan

tingkat 1 menurut Anghileri (2006),

environmental provision. Pemberian

scaffolding pada tingkat ini berupa

penataan lingkungan belajar yang

memungkinkan berlangsung tanpa

intervensi langsung dari guru. Scaffolding

diberikan dengan cara meminta subjek

untuk mengerjakan kembali soal nomor 2

dengan lingkungan belajar yang dibuat

kondusif sehingga subjek lebih fokus

dalam mengerjakan soal.

Setelah diberikan scaffolding

subjek diminta untuk mengerjakan tes

dengan materi yang sama seperti yang

telah dilakukan, namun dengan angka-

angka yang berbeda. Pekerjaan subjek

Page 16: DESKRIPSI TIPE KESALAHAN SISWA KELAS VII …

setelah diberikan scaffolding dapat dilihat

pada Gambar 4.

Gambar 4. Hasil pekerjaan subjek setelah

pemberian scaffolding untuk kesalahan

keterampilan proses

Berdasarkan hasil pekerjaan subjek

setelah diberi scaffolding, subjek sudah

dapat melakukan operasi hitung aljabar

secara benar dan dapat menentukan nilai

suatu variabel. Subjek sudah tidak

melakukan kesalahan seperti pada

penyelesaian soal sebelumnya. Maka

pemberian scaffolding pada subjek yang

mengalami kesalahan keterampilan

proses (proses skill error) dianggap

sudah selesai.

e. Pemberian Scaffolding untuk

Kesalahan Kecerobohan (Careless

Error) Kesalahan kecerobohan (careless

error) dilakukan oleh subjek tinggi (S1)

pada soal nomor 3. Bentuk kesalahannya

yaitu tidak teliti saat mensubstitusikan

nilai keliling persegi panjang ke dalam

fungsi kelilingnya. Selain itu subjek juga

tidak teliti dalam melakukan perkalian

aljabar. Kesalahan subjek S1 dalam

mensubstitusikan nilai keliling persegi

panjang diatasi dengan memberikan

scaffolding tingkat 1 menurut Anghileri

(2006), environmental provision berupa

penataan lingkungan belajar yang

memungkinkan berlangsung tanpa

intervensi langsung dari guru. Scaffolding

diberikan dengan cara meminta subjek

untuk mengerjakan kembali soal nomor 3

dengan lingkungan belajar yang dibuat

kondusif sehingga subjek lebih fokus

dalam mengerjakan soal. Sementara itu

pemberian scaffolding untuk kesalahan

dalam melakukan perkalian aljabar

adalah tingkat 2 menurut Anghileri

(2006), explaining, reviewing and

restructuring, yaitu memberikan

penjelasan, peninjauan kembali, dan

penguatan pemahaman pada siswa.

Pemberian scaffolding sebagai berikut:

(1) subjek diminta menjelaskan kembali

langkah apa yang ia lakukan untuk

membuat fungsi keliling; (2) subjek

diminta mengingat kembali cara

melakukan perkalian aljabar hingga

akhirnya subjek menyadari kesalahannya

dan diminta menuliskan kembali jawaban

yang tepat; (3) subjek diberikan arahan

untuk lebih teliti lagi dalam melakukan

operasi hitung aljabar.

Setelah diberikan scaffolding subjek

diminta untuk mengerjakan tes dengan

materi yang sama seperti yang telah

dilakukan, namun dengan angka-angka

yang berbeda. Pekerjaan subjek setelah

diberikan scaffolding dapat dilihat pada

Gambar 5.

Gambar 5. Hasil pekerjaan subjek setelah

pemberian scaffolding untuk kesalahan

kecerobohan

Berdasarkan hasil pekerjaan subjek

setelah diberi scaffolding, subjek sudah

tidak melakukan kesalahan seperti pada

penyelesaian soal sebelumnya. Subjek

sudah lebih teliti dalam mensubstitusikan

informasi-informasi yang diketahui

maupun dalam melakukan operasi

aljabar. Maka pemberian scaffolding

pada subjek yang mengalami kesalahan

kecerobohan (careless error) dianggap

sudah selesai.

PENUTUP

Berdasarkan analisis data hasil

penelitian dan pembahasan sebelumnya

dapat disimpulkan bahwa hampir semua

tipe kesalahan menurut kategori Newman

dilakukan oleh subjek kecuali kesalahan

penulisan jawaban (encoding error). Tipe

kesalahan yang paling banyak terjadi

adalah kesalahan keterampilan proses

Page 17: DESKRIPSI TIPE KESALAHAN SISWA KELAS VII …

(process skill error), dengan persentase

kesalahan 31% dan terjadi sebanyak 4

kali dengan bentuk-bentuk kesalahan

meliputi kesalahan dalam melakukan

operasi hitung aljabar dan kesalahan

dalam menentukan nilai suatu variabel.

Kesalahan yang paling sedikit terjadi

adalah kesalahan kecerobohan (careless

error), dengan persentase kesalahan 8%

dan terjadi satu kali, kesalahan yang

dilakukan subjek adalah tidak teliti dalam

mensubstitusikan nilai dari informasi-

informasi penting yang diketahui pada

soal dan tidak teliti dalam melakukan

operasi aljabar. Pemberian scaffolding

tingkat 1 dan tingkat 2 berdasarkan

Anghileri yaitu environmental provision

dan explaining, reviewing, and

restructuring pada tipe-tipe kesalahan

yang dilakukan subjek penelitian

menunjukkan hasil yang memuaskan, hal

ini ditunjukkan dengan tidak terjadinya

pengulangan kesalahan yang dilakukan

subjek saat diberikan soal tes dengan

materi yang sama setelah pemberian

scaffolding.

Berdasarkan kesimpulan di atas,

maka dapat disampaikan masukan

kepada sekolah, guru, siswa, dan peneliti

lain. Kepada sekolah, perlunya

penanaman konsep yang kuat kepada

siswa terutama pada materi yang menjadi

materi prasyarat untuk materi berikutnya.

Kepada guru dan siswa, peneliti

menyarankan untuk setiap tipe kesalahan

diberikan perhatian khusus, dengan

memberi bimbingan pada siswa mulai

dari materi prasyarat dan konsep dasar

persamaan linear satu variabel. Selain itu

disarankan pula kepada guru untuk

memperbanyak latihan soal berbentuk

soal cerita guna mengasah kemampuan

siswa menyelesaikan soal cerita secara

benar. Bagi peneliti selanjutnya

disarankan untuk meneliti metode

pembelajaran yang tepat untuk

keterampilan proses siswa dalam

penyelesaian soal, khususnya soal cerita.

DAFTAR PUSTAKA

Anghileri, Julia. 2006. Scaffolding

Practices That Enhance Mathematics

Learning. Journal of Mathematics

Teacher Education. Volume 9. 33–52.

Clements, M, N. 1980. Analyzing

Children’s Errors on Written

Mathematical Tasks. Educational

Studies in Mathematics. Vol. 11. 1-21.

Depdiknas. 2006. Permendiknas No 22

Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk

Satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah. Jakarta.

Hanifah, Agustina Nur. 2014.

Penggunaan Scaffolding untuk

Mengatasi Kesalahan Siswa Kelas VII H

SMP Negeri 2 Mojokerto dalam

Menyelesaikan Soal Cerita pada Materi

Persamaan Linear Satu Variabel. Jurnal

Ilmiah Pendidikan Matematika. Volume

3 No. 3.

Pratamasari, Ria Rahmawati. 2012.

Penelusuran Kesalahan Siswa dan

Pemberian Scaffolding dalam

Menyelesaikan Bentuk Aljabar. Jurnal.

Universitas Negeri Malang.

Ridyana, Bunga, dkk. 2013. Analisis

Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan

Soal Cerita Matematika Materi Sistem

Persamaan Linear Dua Variabel

Berdasarkan Analisis Newman. Jurnal.

Universitas Negeri Malang.

Slavin, Robert E. 2011. Psikologi

Pendidikan: Teori dan Praktik. Jakarta:

PT Indeks.

Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan

Matematika di Indonesia. Jakarta:

Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Sutiarso, Sugeng. 2009. Scaffolding

dalam Pembelajaran Matematika.

Page 18: DESKRIPSI TIPE KESALAHAN SISWA KELAS VII …

Prosiding Seminar Nasional Penelitian,

Pendidikan, dan Penerapan MIPA.