Deskripsi KHDTK Gombong – Jawa Tengah

28
Deskripsi KHDTK Gombong Jawa Tengah PENDAHULUAN eperti halnya satuan kerja Badan Litbang Kehutanan lainnya, Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Solo juga diberi mandat untuk mengelola Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK). Sesuai dengan tupoksi Badan Litbang Kehutanan maka KHDTK tersebut diarahkan untuk tujuan penelitian dan pengembangan. BPK Solo diamanati untuk mengelola 2 (dua) KHDTK yaitu KHDTK Cemoro- Modang di Cepu dan KHDTK Gombong di Kebumen. Kedua KHDTK tersebut merupakan kawasan hutan yang berada dalam pemangkuan Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Berdasarkan level KPH, KHDTK Cemoro Modang berada dalam pengelolaan KPH Cepu sedangkan KHDTK Gombong berada dalam pengelolaan KPH Kedu Selatan. Pengelolaan dan pemanfaatan Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Cemoro-Modang di Blora dan KHDTK Gombong di Kebumen sebagai hutan penelitian disepakati untuk diupayakan melalui kolaborasi tiga pilar, yaitu antara Balai Penelitian Kehutanan Solo, Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah dan Puslitbang Perum Perhutani. Kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan tersebut diarahkan untuk mewujudkan KHDTK guna kepentingan penelitian dan pengembangan di bidang kehutanan. Kegiatan penelitian dan pengembangan tersebut merujuk pada peningkatan kemampuan kegiatan pengurusan hutan untuk mewujudkan pengelolaan hutan secara lestari dan peningkatan nilai tambah hasil hutan seperti amanah yang terkandung dalam UU No. 41 tahun 1999. Dengan demikian bahwa kegiatan litbang kehutanan harus menjadi acuan dan menunjang bagi penyelenggaraan pengelolaan hutan. Penyelenggaraannya melalui lembaga pemerintah yang mempunyai kompetensi dan memiliki otoritas ilmiah ( scientific authority), dan dapat dilakukan melalui kerjasama dengan perguruan tinggi, dunia usaha dan masyarakat. Pengelolaan KHDTK Cemoro-Modang dan KHDTK Gombong diarahkan sebagai kawasan hutan untuk kepentingan kelitbangan di bidang kehutanan tanpa merubah fungsi pokok hutan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sehingga kepentingan kelitbangan akan disusun untuk mendukung pengembangan fungsi produksi hutan agar S

Transcript of Deskripsi KHDTK Gombong – Jawa Tengah

Page 1: Deskripsi KHDTK Gombong – Jawa Tengah

Deskripsi KHDTK Gombong – Jawa Tengah

PENDAHULUAN

eperti halnya satuan kerja Badan Litbang Kehutanan lainnya, Balai Penelitian

Kehutanan (BPK) Solo juga diberi mandat untuk mengelola Kawasan Hutan

Dengan Tujuan Khusus (KHDTK). Sesuai dengan tupoksi Badan Litbang

Kehutanan maka KHDTK tersebut diarahkan untuk tujuan penelitian dan

pengembangan.

BPK Solo diamanati untuk mengelola 2 (dua) KHDTK yaitu KHDTK Cemoro-

Modang di Cepu dan KHDTK Gombong di Kebumen. Kedua KHDTK tersebut merupakan

kawasan hutan yang berada dalam pemangkuan Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah.

Berdasarkan level KPH, KHDTK Cemoro Modang berada dalam pengelolaan KPH Cepu

sedangkan KHDTK Gombong berada dalam pengelolaan KPH Kedu Selatan.

Pengelolaan dan pemanfaatan Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK)

Cemoro-Modang di Blora dan KHDTK Gombong di Kebumen sebagai hutan penelitian

disepakati untuk diupayakan melalui kolaborasi tiga pilar, yaitu antara Balai Penelitian

Kehutanan Solo, Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah dan Puslitbang Perum Perhutani.

Kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan tersebut diarahkan untuk mewujudkan

KHDTK guna kepentingan penelitian dan pengembangan di bidang kehutanan. Kegiatan

penelitian dan pengembangan tersebut merujuk pada peningkatan kemampuan kegiatan

pengurusan hutan untuk mewujudkan pengelolaan hutan secara lestari dan peningkatan

nilai tambah hasil hutan seperti amanah yang terkandung dalam UU No. 41 tahun 1999.

Dengan demikian bahwa kegiatan litbang kehutanan harus menjadi acuan dan

menunjang bagi penyelenggaraan pengelolaan hutan. Penyelenggaraannya melalui

lembaga pemerintah yang mempunyai kompetensi dan memiliki otoritas ilmiah (scientific

authority), dan dapat dilakukan melalui kerjasama dengan perguruan tinggi, dunia usaha

dan masyarakat.

Pengelolaan KHDTK Cemoro-Modang dan KHDTK Gombong diarahkan sebagai

kawasan hutan untuk kepentingan kelitbangan di bidang kehutanan tanpa merubah

fungsi pokok hutan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sehingga kepentingan

kelitbangan akan disusun untuk mendukung pengembangan fungsi produksi hutan agar

S

Page 2: Deskripsi KHDTK Gombong – Jawa Tengah

2

tercapai kelestarian hutan yang menghasilkan manfaat ekonomi, ekologi dan sosial

budaya.

Upaya untuk mencapainya dilakukan melalui pengelolaan KHDTK secara

kolaborasi dan telah dibangun melalui tahapan sosialisasi dan koordinasi untuk

membangun kesepahaman. Beberapa tahapan yang telah dilakukan tersebut adalah:

1) Rapat Koordinasi dan Sosialisasi Pengelolaan Kawasan Hutan Dengan

Tujuan Khusus (KHDTK) Gombong dan Cemoro-Modang. Diselenggarakan

di Solo 2 Desember 2004. Menghasilkan butir kesepakatan tentang pengelolaan

kolaborasi KHDTK antara BP2TPDAS-IBB (BPK Solo), Perum Perhutani Unit I

Jateng, dan Pusbang SDH Perum Perhutani.

2) Workshop RENCANA DAN PROGRAM: Sinkronisasi Kegiatan Penelitian

dan Pengelolaan KHDTK antara Badan Litbang Kehutanan dengan Perum

Perhutani. Diselenggarakan di Jogjakarta tahun 2007, atas kerjasama BPK Solo

dengan Puslitbang Perum Perhutani.

3) Rapat Koordinasi Penyusunan Kegiatan Pengelolaan dan Pemanfaatan

KHDTK Cemoro-Modang dan KHDTK Silengkong-Watujali Lingkup BPK

SOLO dengan Jajaran Perum Perhutani. Diselenggarakan di Solo tahun 2008,

atas kerjasama BPK Solo dengan Puslitbang Perum perhutani. Menghasilkan

rencana program pengelolaan KHDTK dan MOU kerjasama, namun MOU tersebut

sampai dengan sekarang belum dapat ditandatangani dan rencana program belum

dapat dilaksanakan.

Paparan diatas dapat menjelaskan bahwa secara mendasar kesepahaman dalam

pengelolaan kedua KHDTK telah dikomunikasikan dan tidak bermasalah. Hanya perlu

penekanan lebih terhadap tindaklanjut mengenai hal-hal yang bersifat teknis seperti

kesepakatan rencana program dan rencana aksi pengelolaan. Untuk itu, internal BPK

Solo dan atas dukungan Badan Litbang perlu lebih merealisasikan rencana-rencana

penelitian yang telah didesain di kedua KHDTK tersebut agar terwujud pengelolaan

KHDTK Cemoro-Modang dan KHDTK Gombong sebagai KHDTK yang berstatus hutan

tetap dan mandiri sebagai sarana litbang terpadu.

Page 3: Deskripsi KHDTK Gombong – Jawa Tengah

3

Gambar 1. Peta Lokasi KHDTK Gombong

1. Lokasi

KHDTK Gombong terbentuk oleh dua DAS yang saling berpasangan dan

mempunyai karakteristik biofisik sama yaitu SUBDAS Watujali SUBDAS Silengkong

dengan luas total ± 200 ha. Berdasarkan Berita Acara Pelaksanaan Tata Batas

definitif yang dilaksanakan oleh BPKH Wilayah XI, KHDTK Gombong berada pada

wilayah pemangkuan RPH Somagede, BKPH Karanganyar, KPH Kedu Selatan,

Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Secara administratif berada di Desa

Somogede, Kecamatan Sempor, Kabapaten Kebumen, Jawa Tengah. Secara

geografis, KHDTK Gombong terletak pada 109º32’33’’ - 109º33’48’’ BT dan 7º31’00’’

- 7º32’02’’ LS.

2. Aksesibilitas

Untuk mencapai lokasi KHDTK Gombong dapat ditempuh dengan route

perjalanan sebagai berikut :

- Route dari Semarang – Kebumen – Gombong – Somagede sepanjang 195 km

dapat ditempuh dengan menggunakan jalan darat dengan waktu tempuh ± 5 s/d

5,5 jam.

Page 4: Deskripsi KHDTK Gombong – Jawa Tengah

4

- Route dari Yogyakarta – Kebumen – Gombong – Somagede, dapat ditempuh

dengan menggunakan jalan darat sepanjang ± 150 km dengan waktu tempuh

selama ± 4 s/d 4,5 jam.

3. Kondisi Biofisik

Kondisi klimatologi di KHDTK Gombong antara lain; suhu udara 18,5 C –

25,4 C, kelembaban 46% - 92%, dan curah hujan 2.000 – 3.500 mm/tahun.

Musim kering terjadi antara bulan Mei-Oktober dan musim hujan pada bulan

Nopember-April. Lokasi KHDTK Gombong termasuk dalam zona geologi Pegunungan

Selatan, yang merupakan zona ekologi hutan perbukitan dengan kondisi

geomorfologi berombak sampai berbukit (perbukitan denudasional berbatu breksi

vulkanik), dengan ketinggian tempat berkisar antara 145 – 450 m.dpl. Perbukitan

tersebut dicirikan oleh lereng yang terjal dengan tingkat erosi permukaan sedang

dan banyak longsoran.

Tanah, termasuk jenis latosol pada daerah hulu dan podsolik pada daerah

hilir. Tekstur tanah pada umumnya geluh pasiran dan beberapa daerah hulu

termasuk tekstur lempungan. pH berkisar antara 5,5 – 6,7; BO antara 1,04 – 5,52

%, P tersedia antara 3,45 – 10,15 ppm, K tersedia antara 0,01 -0,73 me/100g, BJ

antara 1,9 – 2,34, BV antara 0,92 – 1,25, serta permeabilitas rata-rata 32,91

cm/jam dengan kelas sedang sampai sangat cepat.

Morfometri kedua SubDAS di KHDTK Gombong disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Morfometri SubDAS Watujali dan Silengkong di KHDTK Gombong

No. Parameter Morfometri DAS Sub DAS

Watujali Silengkong

1. Luas (ha) 95,7 105,2

2. Rata-rata slope DAS (%) 18,15 22,61

3. Rata-rata slope sungai (%) 5,03 5,06

4. Panjang DAS (km) 1,27 1,30

5. Lebar DAS (km) 1,12 1,23

6. Rata-rata elevasi DAS (m) 270,0 255,0

7. Panjang sungai utama (km) 1,79 1,58

8. Panjang jalur limpasan (km) 0,29 0,30

9. Kerapatan drainase (km/km2) 5,70 5,44

10. Keliling DAS (km) 4,23 4,06

Page 5: Deskripsi KHDTK Gombong – Jawa Tengah

5

11. Panjang sungai dari pusat DAS

(km) 0,83 0,85

12. Panjang sungai terpanjang (km) 1,75 1,51

13. Bifurcation ratio (Br) 5;2 2,75;4

14. Circularity ratio (Cr) 0,74 0,73

15. Lemniscate constant (Lc) 0,38 0,44

16. Faktor bentuk 0,33 0,38

4. Kondisi Hutan

Tegakan di KHDTK Gombong adalah Pinus merkusii dengan dominasi

tumbuhan bawah Pakis. Pertumbuhan tegakan pada umumnya cukup, dengan

kerapatan tegakan agak rata sampai rata dan kemurnian tegakan pada umumnya

murni. Kelas Umur hutan pinus terdiri dari KU II – VII, TBP, TPR, HLT, dan LDTI.

Kondisi penggunaan lahan di KHDTK Gombong disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi Tegakan Hutan Pinus di KHDTK Gombong

No.

Tahun Tanam /

Jenis Penggunaan

Lain

SubDAS Watujali

(Ha)

SubDAS Silengkong

(Ha)

1. 1974 - 40,94

2. 1977 43,18 -

3. 1979 51,89 -

4. 1987 - 4,67

5. 1997 - 18,75

6. 2001 - 18,93

7. TPR - 20,46

8. TPB - 0,57

Selain flora, KHDTK Gombong memiliki potensi fauna yang dilindungi seperti ayam hutan

(Gallus gallus bankiva Sp) dan jenis-jenis burung endemik pulau jawa.

Page 6: Deskripsi KHDTK Gombong – Jawa Tengah

6

5. Kegiatan Penelitian

b.5.1. Kegiatan Penelitian yang Pernah/Sedang dilakukan di KHDTK Gombong

Kegiatan penelitian yang telah dan sedang dilaksanakan di KHDTK selama

ini dibiayai dari dana Pembangunan Pemerintah. Kegiatan penelitian yang telah dan

sedang dilaksanakan baik oleh Tim Peneliti BPK Solo, mahasiswa, atau lembaga

penelitian lain tersaji pada Tabel 3.

Tabel 3. Kegiatan Penelitian yang Pernah/Sedang dilakukan di KHDTK

Gombong

No KHDTK Gombong Tahun

1. Kajian Optimalisasi Luas Penutupan Lahan Hutan terhadap

Tata Air

2006 s/d 2010

1. Teknik Konservasi Tanah di Hutan Pinus 2006 s/d 2008

2. Teknik Pemberdayaan Masyarakat dalam Upaya RLKT 2009

3. Kajian Kelembagaan Sosial Forestry di Kawasan Hutan

Tanaman

2005 s/d 2007

4. Kajian Kelembagaan Sosial Forestry 2005 s/d 2006

5. Kajian K & I Pengelolaan Hutan Tanaman Produksi Lestari 2004 s/d 2007

6. Peranan Jenis Penutupan Lahan DAS dalam Mengurangi C0₂ 2004 s/d 2006

7. Tehnologi Sosial Forestry di Kawasan Hutan Produksi

Tanaman

2003 s/d 2006

8. Kajian Model ANSWERS untuk Pendugaan Erosi-Sedimentasi 2005 s/d 2007

9. Kajian Sistem Monitoring Tata Air DAS 2002

10. Pengungkapan Tetapan Aliran (C) sebagai Fungsi dari

Karakteristik Penutupan Lahan, Intensitas Hujan Rata2 &

Kadar Lengas Awal

2002

11. Hubungan antara Waktu Konsentrasi Aliran Sungai dengan

Sifat fisik DAS di DAS Watujali & Silengkong

2004 (TPUGM)

12. Analisis Hubungan Nilai Tetapan Aliran (C) dengan

Karakteristik Penutupan Lahan & Karakteristik Hujan

2004 (TPUGM)

Page 7: Deskripsi KHDTK Gombong – Jawa Tengah

7

b.5.2. Usulan Kegiatan Penelitian

Usulan/rencana kegiatan ini diambil dari bahan pengelolaan teknis (Rakor

Penyusunan Kegiatan Pengelolaan dan Pemanfaatan KHDTK Cemoro-Modang dan

KHDTK Silengkong-Watujali Lingkup BPK SOLO dengan Jajaran Perum Perhutani

tahun 2008) yang disusun bersama narasumber BPK Solo, Perum Perhutani Unit I

Jateng dan Puslitbang Perum Perhutani. Usulan ini terdiri dari tiga aspek yaitu:

produksi, ekologi/lingkungan dan sosial ekonomi. Secara rinci tersaji dalam Tabel 4,

5 dan 6 berikut.

Tabel 4. Matrik Usulan Kegiatan Penelitian Aspek Produksi

Latar

Belakang

Topik

Penelitian

Tahun

Pelaksana

an

Altern

atif

Lokasi

Output yang

diharapkan

Adanya

alternatif jenis

dan teknik

silvikultur

tanaman pinus

yang dapat

dikembangkan

- Teknik silvikultur

tanaman pinus

- Uji coba

penanaman

berbagai jenis

tanaman pinus

Dimulai

pada tahun

2010

Dimulai

pada tahun

2010

- metode

silvikultur yang

tepat untuk hutan

tanaman pinus

dengan

memperhatikan

sosial-ekonomi

masyarakat sekitar

hutan

- Pengkayaan jenis

tanaman pinus

Adanya

berbagai

alternatif

teknik

penyadapan

getah pinus

- Aplikasi

berbagai teknik

penyadapan

getah pinus

Dimulai

pada tahun

2010

Petak

62j,

62z,

62i,

62h,

- Peningkatan

hasil produksi

getah pinus.

- Peningkatan

finansial

perusahaan

- Ergonomis

penyadap

- Peningkatan

Page 8: Deskripsi KHDTK Gombong – Jawa Tengah

8

pendapatan

penyadap.

Tabel 5. Matrik Usulan Kegiatan Penelitian Aspek Ekologi

Latar

Belakang/

Masalah

Topik Tahun

pelaksan

aan

Altern

atif

Lokasi

Output yang

diharapkan

Hutan

mempunyai

peran sebagai

pelindung

tanah dan

pengatur tata

air

- Pemodelan

hiidrologi DAS

sebagai dasar

formulasi luas

tutupan lahan

terhadap tata air

- Neraca air di hutan

pinus

- Terapan

konservasi tanah

pada sistem

penanaman

tumpangsari

- Pemodelan

hidrologi dengan

memanfaatkan

teknologi GIS

- Hubungan

morfometri DAS

terhadap hasil air

- Model pendugaan

erosi-runoff

(ANSWERS) pada

Sub DAS kawasan

2006

s/d

2009

Dimulai

pada

tahun

2010

Seluruh

areal

KHDTK

- Informasi

dampak pola

penggunaan

lahan terhadap

aspek konservasi

tanah dan air

- Teknologi

konservasi tanah

dan air yang

sesuai dengan

karakteristik

lahan

Page 9: Deskripsi KHDTK Gombong – Jawa Tengah

9

hutan pinus

- Inventarisasi dan

identifikasi sebaran

mata air kawasan

hutan pinus

- Kajian sedimen

transport di

kawasan hutan

pinus

- Tingkat erosi,

sedimentasi, run

off dan kualitas air

antara Sub DAS di

dalam kawasan

hutan Pinus

Dampak

pengelolaan

hutan

terhadap

lingkungan

- Pengaruh

penutupan lahan

terhadap proses

geomorfik

- Analisis perubahan

bentang lahan

- Degradasi lahan di

hutan pinus

- Neraca hara dalam

sistem DAS

kawsan hutan

pinus.

- Analisis potensi

sumberdaya lahan

- Analisis komparatif

kecenderungan

laju perubahan

proses geomorfik

pada DAS kawasan

hutan pinus

Dimulai

pada

tahun

2010

Seluruh

areal

KHDTK

- Informasi proses

geomorfik pada

berbagai

penutupan lahan

- Informasi

degradasi lahan

dan neraca hara

pada hutan pinus

- Informasi

potensi

sumberdaya

lahan

Page 10: Deskripsi KHDTK Gombong – Jawa Tengah

10

- Respon bentuk

lahan terhadap

perubahan

penutupan lahan

Degradasi

lahan pada

hutan pinus

pengaruh

aspek sosial-

budaya

masyarakat

sekitar

kawasan

- Pengaruh berbagai

sistem

penebangan

terhadap

perubahan sifat-

sifat tanah, erosi,

dan limpasan

- Efektivitas pola

tanam dan

komposisi jenis

tanaman terhadap

sifat-sifat tanah,

pengendalian

erosi, dan

limpasan

permukaan

- Pengendalian erosi

jurang dan longsor

- Dinamika lengas

tanah di bawah

tegakan hutan

pinus

- Kajian efektivitas

tanaman penguat

tebing sungai

- Kajian kemampuan

menahan air oleh

seresah di bawah

tegakan pinus

Dimulai

pada

tahun

2010

Seluruh

areal

KHDTK

- Pola tanam yang

efektif terhadap

sifat-sifat tanah,

erosi dan

limpasan

- Teknik

pengendalian

erosi jurang dan

longsor

- Jenis tanaman

yang sesuai

untuk penguat

tebing sungai

- Informasi

kemampuan

serasah dalam

menahan air

- Pola tumpangsari

yang tepat untuk

konservasi tanah

dan air

Page 11: Deskripsi KHDTK Gombong – Jawa Tengah

11

- Uji coba pola

tumpang sari

untuk konservasi

tanah

Keanekaragam

an hayati

ekosistem

hutan

tanaman pinus

- Studi

keanekaragaman

hayati (flora, fauna

dan mikrobiologi)

di areal tanaman

pinus

Dimulai

pada

tahun

2010

Seluruh

areal

KHDTK

Informasi

keanekaragaman

jenis flora dan

fauna pada

ekosistem pinus

Tabel 6. Matrik Usulan Kegiatan Penelitian dari Aspek Sosial Ekonomi

Latar

Belakang/

Masalah

Topik

Tahun

Pelaksana

an

Alternat

if

Lokasi

Output yang

diharapkan

Nilai ekonomi

hutan pinus

dan

peranannya

bagi hidup

dan

kehidupan

masyarakat

sekitar hutan

- Analisis

produksi dan

pemasaran getah

pinus

- Persepsi

masyarakat

terhadap

berbagai teknik

penyadapan

getah pinus.

- Kajian

kelayakan sektor

ekonomi off-site

- Kajian teknik

konservasi tanah

dan air pada

tingkat

Dimulai

pada tahun

2010

Masyarak

at sekitar

kawasan

Hutan

- Informasi

produktivitas

getah pinus dan

prospek pasarnya

- Meningkatnya

kesadaran

masyarakat

terhadap upaya

konservasi tanah

dan air dalam

pemanfaatan

lahan.

- Peningkatan

pendapatan

masyarakat.

- Peningkatan

kelestarian SDH.

- Peningkatan

Page 12: Deskripsi KHDTK Gombong – Jawa Tengah

12

masyarakat

- Pemberdayaan

masyarakat

sekitar hutan

dalam

pengelolaan

hutan lestari

- Kelembagaan

pengelolaan DAS

kawasan hutan

pinus

- Dampak

pembukaan

hutan pinus

terhadap kondisi

sosial ekonomi

masyarakat

sekitar kawasan

hutan pinus

- Prospek

pemasaran hasil

hutan non kayu

- Kajian

partisipasi

masyarakat

terhadap

konservasi

tanah dan air di

lahan hutan

pinus.

- Kajian kinerja

LMDH dan

implementasi

PHBM

produksi getah

Page 13: Deskripsi KHDTK Gombong – Jawa Tengah

13

6. Kegiatan Non Penelitian

Kegiatan non penelitian di KHDTK Gombong mencakup perbaikan, pemeliharaan

dan penyediaan sarana-prasarana untuk mendukung kegiatan penelitian di lapangan,

koordinasi dengan instansi terkait dan survey atau pengumpulan data. Rencana kegiatan

non penelitian di KHDTK Gombong tersaji pada Tabel 7.

Tabel 7. Kegiatan Non Penelitian di KHDTK Gombong

No Kegiatan

I Pemeliharaan dan Penyediaan Sarpras

1. Pengamanan fasilitas KHDTK

2. Pembinaan terhadap penjaga keamanan pondok

3. Pemeliharaan pondok kerja beserta fasilitasnya

4. Pemeliharaan sarpras penelitian

5. Pembinaan terhadap pengamat lapangan

6. Penambahan (pembuatan) display papan informasi hasil penelitian di

KHDTK Gombong

7. Pemeliharaan kendaraan operasional lapangan (roda 2, 1 buah)

II. Perencanaan dan Koordinasi

8. Rapat /diskusi Tim Pengelola KHDTK internal Balai

9. Koordinasi dan sinkronisasi dengan pihak Perum Perhutani (Biro

Perencanaan SDH Unit I, KPH Kedu Selatan), Dinas Kehutanan (Jateng

dan Kabupaten Kebumen).

10. Rapat Koordinasi dengan pihak terkait

11. Koordinasi Proses Pengukuhan KHDTK Gombong (BPKH-XI & Direktorat

Pengukuhan dan Penatagunaan kawasan hutan-Dirjen Planologi

Kehutanan)

III Pengumpulan Bahan Pengelolaan KHDTK

12. Rechecking Pal Batas

13. Inventarisasi mata air subDAS Watujali dan Silengkong (debit dan

kualitas)

14. Survey perambahan kawasan hutan (pembukaan lahan pertanian) di

subDAS Watujali dan Silengkong

IV. Evaluasi dan Pelaporan

15. Monitoring & evaluasi pelaksanaan kegiatan

Page 14: Deskripsi KHDTK Gombong – Jawa Tengah

14

7. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana penelitian yang ada belum memadai untuk mendukung

kegiatan penelitian yang dilaksanakan. Tabel 8 menyajikan sarana dan prasarana

pendukung dan penunjang yang ada di KHDTK Gombong.

Tabel 8. Sarana dan Prasarana Pendukung & Penunjang Penelitian di KHDTK

Gombong

NO. J E N I S Jumlah

Sarpras Pendukung

1 Automatic Water Level Recorder (AWLR) 2

2 Logger 5

4 Automatic Rainfall Recorder (ARR) 1

5 V-notch Weir 5

6 Cipoletti Weir 5

7 Winch 1

9 Stasiun Pengamat Arus Sungai (SPAS) 2

10 Stasiun Klimatologi (ARR, pan evaporimeter, anemometer,

termometer udara, termometer tanah, pengukur kelembaban

udara, sunshine recorder)

1 unit

Sarpras Penunjang

1 Lahan untuk stasiun klimatologi Sewa s/d

2010

2 Kendaraan bermotor roda 2 1

3 Genset 1

4 Pondok kerja (base camp) 1

5 Papan display & informasi 1

Page 15: Deskripsi KHDTK Gombong – Jawa Tengah

15

ASPEK LEGALITAS

erdasarkan UU No. 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan di Indonesia, hirarkhi perundangan di Indonesia

adalah Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-

Undang, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Peraturan

Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Daerah dan Peraturan lainnya.

Berdasarkan hirarkhi tertib hukum tersebut maka pengelolaan KHDTK harus didasarkan

pada perundangan sesuai dengan hirarkhinya. Pengelolaannya melibatkan Badan Litbang

Kehutanan dan pemangku kawasan hutan (Perum Perhutani untuk kawasan hutan non

konservasi di Jawa; Inhutani/HTI/HPH, Dinas Kehutanan untuk kawasan hutan di Luar

Jawa) dengan sistem manajemen kolaborasi.

Dasar hukum pengelolaan KHDTK mengacu pada perundangan yang berlaku.

Untuk pengelolaan KHDTK Cemoro Modang dan KHDTK Gombong, payung hukum yang

harus diacu adalah: 1) Undang-undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan; 2)

Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 2007 jo PP No. 3/2008 tentang Tata Hutan dan

Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan

Hutan; 3) Peraturan Pemerintah No. 30 tahun 2003 tentang Perusahaan Umum

Kehutanan Negara (Perum Perhutani); 4). Keputusan Menteri Kehutanan No. SK

89/Menhut-II/2004 tanggal 12 Maret tahun 2004 Tentang penunjukkan KHDTK Cemoro

Madang dan Keputusan Menetri Kehutanan No. 76/Menhut-II/2004 tanggal 10 Maret

2004 tentang penunjukan KHDTK Gombong; dan 5) SK. Kepala Badan Litbang

Kehutanan No. 96/Kpts /VIII/2004 tentang Penunjukan Penanggung jawab Pengelolaan

KHDTK.

Di dalam UU No. 41 tahun 1999 Pasal 6 ayat (1) hutan mempunyai tiga fungsi

yaitu: a. fungsi konservasi, b. fungsi lindung, dan c. fungsi produksi. Pasal 6 ayat (2)

pemerintah menetapkan hutan berdasarkan fungsi pokok sebagai berikut: a. fungsi

konservasi, b. fungsi lindung, dan c. fungsi produksi. Pasal 8 ayat (1), Pemerintah dapat

menetapkan kawasan hutan tertentu untuk tujuan khusus, Pasal 8 ayat (2) Penetapan

kawasan hutan dengan tujuan khusus, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperlukan

untuk kepentingan umum seperti: a. penelitian dan pengembangan, b. pendidikan dan

latihan, dan c. religi dan budaya. Pasal 8 ayat (3) Kawasan hutan dengan tujuan khusus

B

Page 16: Deskripsi KHDTK Gombong – Jawa Tengah

16

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak mengubah fungsi pokok kawasan hutan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 6.

PP No. 6 tahun 2007 jo PP No. 3/2008 menyebutkan bahwa pemerintah dan

atau pemerintah daerah berkewenangan untuk melakukan tata hutan dan menyusun

rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan seperti

tertera dalam pasal 3 ayat (1), dan kewenangan pemerintah tersebut, dalam pasal 3

ayat (2) dapat dilimpahkan kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di

bidang kehutanan pada wilayah serta kegiatan tertentu. Pada kawasan hutan dengan

tujuan khusus, pasal 4 ayat (3) dan (4) dinyatakan bahwa tata hutan dan penyusunan

rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan dan penggunaannya ditetapkan oleh

Menteri diatur melalui Keputusan Menteri.

PP No. 30 tahun 2003 telah mengamanatkan pengelolaan seluruh hutan negara

kecuali kawasan hutan konservasi di Propinsi Jawa Tengah, Propinsi Jawa Timur,

Propinsi Jawa Barat, dan Propinsi Banten (Pasal 9 ayat (1)) kepada Perum Perhutani.

Wilayah kerja Perum Perhutani terbagi dalam 3 Unit dan masing-masing Unit dibagi

menjadi Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) yang penetapannya oleh Menteri

Kehutanan atas usul Direksi yang diatur dalam pasal 9 ayat (3) dan (4)

Keputusan Menteri Kehutanan No. SK 89/Menhut-II/2004 tahun 2004 menunjuk

kawasan hutan produksi tetap di (Sub DAS) Cemoro dan di (Sub DAS) Modang yang

terletak di Kabupaten Blora Propinsi Jawa Tengah dan Keputusan Menteri Kehutanan No.

SK 76/Menhut-II/2004 tahun 2004 menunjuk kawasan hutan produksi terbatas di (Sub

DAS) Watujali dan di (Sub DAS) Silengkong yang terletak di Kabupaten Kebumen

Propinsi Jawa Tengah sebagai KHDTK untuk hutan penelitian, serta menunjuk Badan

Penelitian dan Pengembangan Kehutanan sebagai pengelola KHDTK Cemoro-Modang

dan KHDTK Gombong

Kemudian melalui keputusan Kepala Badan Litbang Kehutanan No.

90/KPTS/VIII/2004 ditunjuk BP2TPDAS-IBB, yang sejak tahun 2007 diubah menjadi Balai

Penelitian Kehutanan (BPK) Solo, sebagai penanggungjawab pengelola KHDTK Cemoro-

Modang dan KHDTK Gombong.

Kedua KHDTK telah dilakukan penataan batas secara definitif oleh Balai

Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Wilayah XI dan telah dilaporkan melalui dokumen

Tata Batas Definitif KHDTK Cemoro-Modang No. 4/TTB/BPKH XI/2003 dan dokumen

Tata Batas Definitif KHDTK Gombong No. 5/TTB/BPKH XI/2003. Selanjutnya melalui

Page 17: Deskripsi KHDTK Gombong – Jawa Tengah

17

surat No. S.370/BPKH-XI-4/2004 tanggal 11 September 2004, Kepala BPKH Wilayah XI

Yogyakarta mengajukan kepada Kepala Pusat Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan

Hutan untuk memproses pengukuhan lebih lanjut KHDTK Cemoro-Modang dan KHDTK

Gombong. Kepala Badan Litbang Kehutanan melalui surat No. S.1619/VIII/Lit-1-3/2006

tanggal 22 Agustus 2006 mengajukan permohonan kepada Kepala Badan Planologi

Kehutanan untuk segera memproses penerbitan keputusan Menteri Kehutanan tentang

pengukuhan KHDTK Cemoro-Modang dan KHDTK Gombong.

Penetapan KHDTK Cemoro-Modang dan KHDTK Gombong sebagai hasil akhir

kegiatan pengukuhan suatu kawasan hutan sedang dalam proses penyelesaian oleh

Pusat Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan Hutan, Badan Planologi Kehutanan,

dengan didasari tahapan penunjukan, tata batas dan pemetaan. Penetapan KHDTK

Cemoro-Modang dan KHDTK Gombong tersebut diharapkan menjadi suatu kepastian

hukum terhadap status, letak, batas dan luas KHDTK Cemoro-Modang dan KHDTK

Gombong yang sebelumnya telah melalui penunjukan Menteri Kehutanan sebagai

Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus untuk hutan penelitian.

Penunjukan kawasan hutan di Sub DAS Cemoro-Modang dan di Sub DAS

Watujali-Silengkong sebagai KHDTK melalui keputusan Menteri Kehutanan adalah sudah

sesuai dengan peraturan perundangan yang ada. Namun bila melihat peraturan yang

lainnya yaitu PP No. 30 tahun 2003, kawasan hutan tersebut status kewenangan

pengelolaannya telah dilimpahkan dari pemerintah kepada Perum Perhutani, sebagai

BUMN kehutanan, dengan fungsi hutan produksi. Oleh sebab itu didalam pemanfaatan

dan pengelolaan untuk kepentingan kelitbangan di KHDTK diperlukan kesepahaman

yang dikonkretkan dalam suatu memori kerjasama antara BPK Solo, Perum Perhutani

Unit I dan Puslitbang Perum Perhutani.

Page 18: Deskripsi KHDTK Gombong – Jawa Tengah

18

Gambar 2. Aspek Legalitas Pengelolaan KHDTK Cemoro-Modang dan KHDTK Gombong

Keputusan Menhut: 1. No. SK 76/Menhut-II/2004

-> Penunjukan KHDTK Gombong 2. No. SK 89/Menhut-II/2004

-> Penunjukan KHDTK Cemoro-Modang

UU No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan

BAB V (Pengelolaan Hutan); BAB VII (Pengawasan);

BAB XV (Penyerahan Kewenangan)

Pasal 8 Ayat 1, Penetapan kawasan hutan tertentu untuk tujuan khusus Ayat 2, Penetapan KHDTK untuk kepentingan: kelitbangan, diklat, dan religi budaya Ayat 3, KHDTK tidak merubah fungsi pokok kawasan hutan tsb kawasan hutan

Pasal 6 (ayat 2) a. fungsi konservasi b. fungsi lindung

c. fungsi produksi

PP No. 30 Tahun 2003 Tentang Perusahaan Umum

Kehutanan Negara (Perhutani)

Pasal 9 Mengamanatkan pengelolaan seluruh hutan Negara kecuali kawasan hutan konservasi di

Propinsi Jateng, Jatim, Jabar dan Banten kepada Perum Perhutani. Wilayah kerjanya terbagi dalam 3

Unit dan masing-masing Unit dibagi menjadi KPH yang penetapannya dilakukan oleh Menteri Kehutanan

atas usul Direksi.

PP No. 6/2007 jo PP 3/2008

Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan

Hutan

Pasal 3

Ayat 1. Kewenangan pada pemerintah dan atau pemerintah daerah

Ayat 2, kewenangan pemerintah tsb dapat dilimpahkan kpd BUMN kehutanan

Pasal 4 Pada KHDTK, bahwa tata

hutan, penyusunan rencana pengelolaan, pemanfaatan

dan penggunaannya ditetapkan oleh Menteri dan

diatur melalui Keputusan Menteri

Proses Pengukuhan/Penetapan

1. penunjukan 2. penataan batas 3. pemetaan 4. penetapan, melalui

Keputusan Menteri

-> Pusat Pengukuhan dan Penatagunaan

Kawasan Hutan

Keputusan Kepala Badan Litbang

Dephut No. 90/KPTS/VIII/2004

Menunjuk BP2TPDAS IBB (BPK Solo) sebagai penanggungjawab pengelolaan KHDTK Cemoro Modang dan KHDTK

Gombong

BPKH Wil. XI Jogjakarta 1. No. 4/TTB/BPKH XI/2003

Tata Batas Definitif KHDTK Cemoro Modang 2. No. 5/TTB/BPKH XI/2003

Tata Batas Definitif KHDTK Gombong 3. N0. S.370/BPKH-XI-4/2004

Pengajuan proses pengukuhan lebih lanjut KHDTK Cemoro-Modang dan KHDTK Gombong kepada Kepala Pusat Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan Hutan

Surat Ka. Badan Litbang Kehutanan No. S.1619/VIII/lit-1-3/2006 kepada Ka. Baplan untuk segera memproses penerbitan keputusan Menhut tentang pengukuhan KHDTK Cemoro-Modang

dan KHDTK Gombong

Manajemen Kolaborasi

KHDTK

BAB III (Pengurusan Hutan) Bagian Ketiga

Pasal 14 dan 15

Page 19: Deskripsi KHDTK Gombong – Jawa Tengah

19

TATA KELOLA

Berdasarkan peraturan yang berlaku dan kondisi yang ada maka pengelolaan

atas KHDTK dilaksanakan dengan mengacu pada 5 (lima) prinsip dasar, yaitu:

1. Tidak merubah fungsi pokok hutan yang telah ditetapkan.

2. Pengelolaan KHDTK terbagi menjadi aspek Pemangkuan Kawasan Hutan

dan aspek Penelitian dan Pengembangan.

3. Pengelolaan KHDTK dalam aspek Pemangkuan Kawasan Hutan diselenggarakan

untuk memenuhi fungsi pokok produksi (penanaman, pemeliharaan,

pengamanan dan penebangan), tetap berada dalam kewenangan jajaran Perum

Perhutani Unit I Jawa Tengah sesuai dengan teknis dan aturan yang ada.

4. Pengelolaan KHDTK dalam aspek Penelitian dan Pengembangan bidang

kehutanan berada pada kewenangan Badan Litbang Kehutanan melalui BPK Solo.

BPK Solo sebagai leading sector dalam mengkoordinasikan kegiatan litbang

bekerjasama dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perum Perhutani.

5. Untuk memperoleh manfaat pengelolaan KHDTK secara optimal dan efisien maka

pelaksanaannya dilakukan bersama-sama dengan dasar manajemen

kolaborasi antara BPK Solo, Perum Perhutani Unit I, serta Pusat Penelitian dan

Pengembangan Perum Perhutani.

(Berdasarkan rumusan Rakor dan Sosialisasi KHDTK, 2004 dan Rakor Renpro

KHDTK, 2008).

Berdasarkan pada UU No. 41 Tahun 1999 maka kawasan hutan yang

ditetapkan sebagai KHDTK, peruntukan fungsi pokoknya tetap dan tidak akan dirubah.

Perlu mendapat perhatian bersama bahwa dengan ditunjuk/ditetapkannya sebagai

KHDTK maka kawasan hutan tersebut juga mengemban kepentingan utama untuk

litbang di bidang kehutanan, dengan didasarkan arahan sebagai berikut:

a) Penelitian yang dilakukan meliputi aspek produksi, ekologi dan sosial ekonomi.

b) Penelitian dapat dilakukan secara kolaborasi antara BPK Solo dengan Puslitbang

Perum Perhutani, atau dilakukan secara mandiri.

c) Penelitian yang akan dilakukan di KHDTK mengacu pada Grand Design KHDTK,

dan tidak menutup kemungkinan untuk melakukan kegiatan penelitian baru yang

disesuaikan dengan rencana kerja yang ada.

d) Diseminasi hasil penelitian dapat diselenggarakan bersama-sama.

Page 20: Deskripsi KHDTK Gombong – Jawa Tengah

20

MANAJEMEN KOLABORASI

PRODUKSI RISET

Perencanaan Implementasi Monev Diseminasi Keamanan

MANAJEMEN KOLABORASI

PRODUKSI RISET

Perencanaan Implementasi Monev Diseminasi Keamanan

Gambar 3. Skema Ruang Lingkup Kolaborasi Pengelolaan KHDTK

e) Pendanaan kegiatan bersumber dari BPK Solo, dan atau Perum Perhutani, dan

atau sumber dana lainnya.

f) Pihak ketiga seperti Perguruan Tinggi, Balitbangda, dan lembaga penelitian

terkait lainnya dapat memanfaatkan KHDTK untuk kegiatan penelitian secara

kolaborasi dengan mengajukan usulan ke BPK Solo dan selanjutnya disetujui oleh

BPK Solo bersama Puslitbang Perum Perhutani. Penyusunan program dan

pengaturan penelitian bersama pihak ketiga akan dibahas detil dalam pertemuan

pada saat menyusun Rencana Teknis Tahunan.

Pengelolaan KHDTK melalui manajemen kolaborasi dilakukan dengan

semangat kebersamaan dan saling mendukung antar masing-masing pihak terkait

berdasarkan peraturan yang berlaku. Pengelolaan tersebut memerlukan pembagian

peran dan tanggungjawab secara proporsional serta menuntut terbangunnya padu serasi

(sinkronisasi) dengan cara komunikasi yang intensif, efektif, saling menghormati dan

saling bersinergi antara jajaran BPK Solo dengan jajaran Perum Perhutani. Hal tersebut

diupayakan dengan harapan untuk menjamin keberlangsungan fungsi produksi dan

kepentingan kelitbangan agar menghasilkan manfaat yang optimal.

Penerapan manajemen kolaborasi mencakup hal perencanaan, implementasi,

monev, diseminasi dan pengamanan kawasan dengan skema ruang lingkupnya dalam

Gambar 3.

Untuk membantu kelancaran kegiatan pengelolaan KHDTK diperlukan suatu

perencanaan yang mengakomodir kegiatan penelitian dan kegiatan pengelolaan

pemangkuan kawasan. Karena tidak merubah fungsi hutan maka Rencana Teknis

Kelola KHDTK yang dibuat harus disinkronkan antara rencana kelitbangan dengan

rencana pengaturan kelestarian hutan (RPKH). Penyusunan Rencana Teknis Kelola

KHDTK disusun untuk jangka tahunan, menengah dan panjang bersumber dari Grand

Design KHDTK dan Rencana Program BPK Solo; RPKH Bagian Hutan; dan Masterplan

Puslitbang Perhutani.

Page 21: Deskripsi KHDTK Gombong – Jawa Tengah

21

Dari Gambar 3 dapat dijabarkan dalam Tabel 9, yaitu tentang pembagian

peran dan tanggungjawab pengelolaan KHDTK dalam kerangka manajemen kolaborasi.

Tabel 9. Pembagian Peran dan Tanggungjawab Pengelolaan KHDTK.

No Kegiatan Penanggungjawab Keterangan

Aspek

Kelitbang

an

Aspek

Pemangku

an Hutan

1 2 3 4 5

1. Pemangkuan - KPH Sepenuhnya tetap dilakukan oleh

jajaran Perhutani Unit I melalui

KPH.

2. Perencanaan BPK Solo

&

Pusprohut

KPH dan

atau

Biro

Renbang

1. Penyusunan Rencana Teknis

Kelola KHDTK (hasil sinkronisasi

antara Rencana Kelitbangan

dengan Rencana pengaturan

kelestarian hutan).

2. Secara periodik diperlukan

pertemuan antara pihak terkait

untuk melakukan pembahasan

Rencana Teknis Kelola KHDTK

Tahunan.

3. Rencana Teknis Kelola Tahunan

membahas program (T-1/T-2)

3. Penanaman BPK Solo

&

Pusprohut

KPH BPK Solo & Puslitbang memandu

kegiatan sesuai penelitian terkait

4. Pemeliharaan BPK Solo

&

Pusprohut

KPH 1. Kegiatan pemeliharaan

dilakukan oleh Unit I (cq KPH).

2. Untuk kegiatan pemeliharaan di

lokasi tanaman uji coba akan

dikomunikasikan dengan BPK

Solo dan/Puslitbang Perum

Perhutani.

3.

5. Pemanenan BPK Solo KPH 1. Kegiatan pemanenan hasil

Page 22: Deskripsi KHDTK Gombong – Jawa Tengah

22

&

Pusprohut

hutan dilakukan oleh Unit I (cq

KPH).

2. Untuk kegiatan pemanenan

hasil hutan di lokasi tanaman uji

coba akan dikomunikasikan

dengan BPK Solo

dan/Puslitbang Perum

Perhutani.

6. Pemasaran

hasil hutan

- KPH / KBM Hasil pemasaran tetap menjadi

milik Perum Perhutani.

7. Pengamanan BPK Solo

&

Pusprohut

KPH Terhadap aset masing-masing dan

saling mendukung.

8. Monev BPK Solo

&

Pusprohut

KPH Dilaksanakan periodik (2 kali

setahun), pada tahap pelaksanaan

dan akhir kegiatan.

9. Sosialisasi,

Diseminasi

dan

Pemanfaatan

Hasil

Penelitian

BPK Solo

&

Pusprohut

- 1. Data penelitian dapat diakses

dan digunakan secara bersama.

2. Pemanfaatan, diseminasi dan

sosialisasi hasil penelitian dapat

dilakukan secara bersama.

Butir 1 dan 2 dilandaskan pada

prosedur, kode etik keilmiahan dan

perlindungan terhadap Hak

Kekayaan Intelektual.

10. Pajak BPK Solo

&

Pusprohut

KPH Sesuai dengan beban aset masing-

masing yang dimiliki

11. Sarpras BPK Solo

&

Pusprohut

KPH Ada kontribusi dari para pihak, dari

pengadaan maupun pemeliharaan

yang disesuaikan dengan

kebutuhan.

12. Pendanaan BPK Solo

dan atau

KPH Sumber dana dari BPK Solo, dan

atau Perum Perhutani, dan atau

Page 23: Deskripsi KHDTK Gombong – Jawa Tengah

23

Gambar 4. Skema Pengelola KHDTK Lingkup BPK Solo

Pusprohut dana lainnya.

Sumber: Hasil Rakor Renpro Pengelolaan KHDTK, 2008.

Mengacu pada konsep kelembagaan pengelolaan kolaboratif dan selaku leading

sector kelitbangan di KHDTK maka BPK Solo menyusun struktur organisasi pengelola

KHDTK. Untuk melakukan pengelolaan KHDTK ditunjuk masing-masing

Penanggungjawab Teknis Lapangan yang akan mengkoordinir semua kegiatan penelitian

dan pengembangan di dalam KHDTK. Skema pengelola KHDTK lingkup BPK Solo

disajikan dalam Gambar 4.

Gambar 4. Skema Pengelola KHDTK Lingkup BPK Solo

Sistem tata hubungan pengelolaan KHDTK dirancang untuk seefektif dan

seefisien mungkin, dimana masing-masing pejabat pengelolanya melakukan koordinasi

sesuai dengan jenjangnya. Koordinasi tingkat pengambil kebijakan dilakukan oleh

masing-masing pimpinan instansi dan satker yaitu Kepala BPK Solo, Kepala Perum

Perhutani Unit I, Kepala Puslitbang Perum Perhutani, Kepala Biro Perencanaan SDH Unit

I, Administratur/KKPH Kedu Selatan dan Administratur/ KKPH Cepu. Koordinasi tingkat

teknis dilakukan oleh masing-masing pejabat dibawahnya. Untuk lebih detilnya, sistem

tata hubungan pengelolaan KHDTK tersaji dalam Gambar 6.

Stakeholders

1. Dinas Kehutanan (Prop & Kab) 2. Perguruan Tinggi 3. LSM, dll

PERUM PERHUTANI 1. Unit I ( Biro, KPH Cepu &

KPH Kedu Selatan)

2. Puslitbang

Nara Sumber

(Ketua Kelti)

Sekretaris

Kepala

BPK SOLO

Penanggungjawab Teknis Lapangan

KHDTK

Tim Pelaksana Penelitian

Koordinator Pengelola KHDTK

(Kepala Seksi PSP)

Keterangan: : garis komando : garis koordinasi : menjalankan fungsi pengelolaan kolaborasi

Petugas Teknis Lapangan

- Pelaksana Teknis

- Petugas harian setempat

- Pengamat lapangan

Page 24: Deskripsi KHDTK Gombong – Jawa Tengah

24

Administratur/ KKPH Cepu

Ka. Biro Perencanaan

SDH

Administratur/ KKPH Kedu Selatan

Asper/KBKPH Karanganyar

Mantri/KRPH Somagede

Mantri/KRPH Cabak

Mantri/KRPH Kemuning

Mantri/KRPH Ngawenan

Mantri/KRPH Pasarsore

Kasi PSDH

Kasi PSDH

Mantri/KRPH

Pengkok

KSS Penelitian dan

Pengembangan Usaha

Asper/KBKPH Pasarsore

Asper/KBKPH Cabak

Kepala Perum Perhutani Unit I

Nara Sumber (Ketua Kelti)

Sekretaris

Penanggungjawab Teknis Lapangan

KHDTK

Tim Pelaksana Penelitian

Koordinator Pengelola KHDTK

(Kepala Seksi PSP)

Petugas Teknis Lapangan

- Pelaksana Teknis - Petugas harian setempat - Pengamat lapangan

Kepala BPK SOLO

Cemoro- Modang

Gombong

= Koordinasi Tingkat pengambil kebijakan

= Koordinasi Tingkat Teknis

= Sistem tata kelola KHDTK

Kepala Puslitbang Perum Perhutani

Ketua Kelti Lingkungan & Sosek

Wa. Kapuslitbang Bid. Penelitian

Wa. Kapuslitbang Bid. Pengembangan

Ketua Kelti SDH

Ketua Kelti Manajemen

Stakeholders

1. Perguruan Tinggi 2. Balitbangda 3. Lembaga Penelitian lainnya

Gambar 5. Skema Pengelola KHDTK dan Tata Hubungan Kerja

Page 25: Deskripsi KHDTK Gombong – Jawa Tengah

25

TANTANGAN DAN STRATEGI

DALAM PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN

KHDTK CEMORO-MODANG & KHDTK GOMBONG

engelolaan dan pengembangan KHDTK Cemoro-Modang dan KHDTK Gombong

yang ditunjuk untuk kepentingan kelitbangan dilakukan dalam upayanya untuk

mewujudkan fungsi KHDTK ini secara optimal. Berbagai kegiatan dan skenario

pengelolaan telah dibuat, namun beberapa kendala dihadapi dalam pelaksanaannya.

Tabel 10. Kondisi, permasalahan dan strategi pemecahan

Kondisi Tahapan

Perkembangan

Kendala Saran & Strategi

T

A

T

A

K

E

L

O

L

A

Legalitas Yuridis Formal:

1. Surat Penunjukan

Menteri Kehutanan:

a. SK No.

89/Menhut-

II/2004

KHDTK

Cemoro Modang

b. SK No.

76/Menhut-

II/2004

KHDTK

Gombong

2. Keputusan Kepala

Badan Litbang

Dephut No.

90/KPTS/VIII/2004

ttg tanggungjawab

pengelolaan kedua

KHDTK kepada

BP2TPDAS-IBB (BPK

Solo).

Proses Pengukuhan:

1. Proses pengukuhan

yang lama dari

tahun 2004 s.d

sekarang.

2. BATB (revisi) telah

diterima oleh

Puskuh. Secara

substansi, BATB

tersebut sudah

layak untuk proses

penetapan lebih

lanjut.

3. waktu untuk

menyelesaikan

proses

pengukuhan/

penetapan belum

diketahui.

4. Perlu pencermatan

status KHDTK

berdasarkan

Perlu dilakukan

koordinasi dan

pembahasan

secara intensif dan

komprehensif oleh

Badan Litbang

Kehutanan kepada

Badan (Ditjen)

Planologi

Kehutanan dalam

rangka penetapan

KHDTK.

P

Page 26: Deskripsi KHDTK Gombong – Jawa Tengah

26

3. Proses Pengukuhan,

dalam rangka untuk

penetapan KHDTK

melalui Keputusan

Menhut. (sejak

2004)

- Usulan Proses

pengukuhan telah

dilakukan dari

tahun 2004 oleh

BPKH Wil XI.

Mengalami

kevakuman,

kemudian tahun

2007 diusulkan

kembali kepada

Puskuh untuk

melanjutkan

proses dengan

mengirim ulang

berkas Berita

Acara Tata Batas

(BATB) KHDTK.

- Dari hasil

pencermatan BATB

oleh Puskuh

menemukan

beberapa

kesalahan dalam

BATB sehingga

perlu adanya revisi

oleh BPKH Wil XI.

(2007 s.d awal

2009).

- BATB (revisi) telah

perundangan dan

peraturan yang

berlaku agar tidak

terjadi tumpang

kepentingan. (PP

No.30 tahun 2003

versus ketetapan

Menhut atas

KHDTK)

Page 27: Deskripsi KHDTK Gombong – Jawa Tengah

27

diserahkan

kembali kepada

Puskuh untuk

proses lebih lanjut.

(awal 2009).

Kelola

Umum

Manajemen

Kolaborasi:

untuk

menjembatani 2 (dua)

kepentingan atas

pengelolaan

kawasan hutan ini

yaitu: dalam

aspek kelitbangan

(Badan Litbang

Kehutanan) dan

aspek pengelolaan

hutan produksi

(Perum Perhutani).

1. Telah

dirumuskannya 5

(lima) prinsip dasar

pengelolaan KHDTK

Cemoro-Modang

(2004).

2. Telah disusunnya

Rancangan Teknis

Penelitian DAS

Berpasangan di

KHDTK Gombong

(2002)

3. Telah disusunnya

1. Penandatanga

nan Memori

Kerjasama

Pengelolaan

KHDTK antara BPK

Solo dengan Perum

Perhutani Unit I

belum terlaksana.

Terkendala dalam

proses birokrasi

internal Perum

Perhutani Unit I.

2. Rencana

program yang

telah disusun dan

Pengelolaan

kolaborasi belum

berjalan secara

efektif karena

Perlu pendekatan

secara intensif

kepada jajaran

Perum Perhutani

oleh pimpinan BPK

Solo dan Badan

Litbang

Kehutanan.

Page 28: Deskripsi KHDTK Gombong – Jawa Tengah

28

Grand Design

KHDTK Cemoro-

Modang (2007)

4. Telah disusunnya

Rencana Program

KHDTK Cemoro-

Modang & KHDTK

Gombong (2008).

5. Telah disusunnya

Memori Kerjasama

Pengelolaan.

6. Telah turun instruksi

dari Plh. Direktur

Utama Perum

Perhutani kepada

Kepala Unit I untuk

menindaklanjuti

proses

penandatanganan

Memori Kerjasama

Pengelolaan KHDTK

(2009).

belum adanya

penandatangan

Memori Kerjasama

tersebut.

3. Desain

penelitian tidak

sinkron dengan

rencana

pengelolaan hutan.

SARAN DAN STRATEGI SECARA UMUM untuk TATA KELOLA KHDTK:

1. Perlu adanya koordinasi internal lingkup Badan Litbang untuk menghasilkan

arah kebijakan pengelolaan KHDTK. Berbagai persoalan dan kendala yang

dihadapi dalam pengelolaan KHDTK secara umum adalah: a) kendala

proses pengukuhan dan penetapan KHDTK, b) konflik pemangkuan

kawasan hutan yang telah ditunjuk sebagai KHDTK (conflict of interest)

antara Badan Litbang dengan stakeholders (BUMN, Pemda dan

Masyarakat)

2. Perlu adanya arahan Badan Litbang dalam rangka pengembangan dan

pengoptimalan fungsi KHDTK untuk kepastian kepentingan litbang.

3. Komitmen pihak terkait dalam pengelolaan dan pengembangan KHDTK