56 - untb.ac.id · perjanjian antara pengelola KHDTK Senaru dengan masyarakat sehingga ada...

7
56 | Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No. 2355-9292 Volume 3, No.4, Desember 2017 http://www.untb.ac.id/Desember-2017/ ANALISIS KEBIJAKAN KAWASAN HUTAN DENGAN TUJUAN KHUSUS (KHDTK) DI SENARU KABUPATEN LOMBOK UTARA Oleh : Markum, Sitti Latifah, Budhy Setiawan Program Studi Kehutanan Universitas Mataram Abstrak: Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Senaru adalah ijin peruntukan kawasan hutan pendidikan yang dimandatkan kepada Universitas Mataram. Saat ini di KHDTK seluas 225,7 ha. Kawasan ini sudah dikukuhkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.392/Menhut-II/2004, tanggal 18 Oktober 2004. Namun dalam implementasinya, ditemui beberapa persoalan krusial, antara lain: terdapatnya bangunan tanpa ijin, perambahan, penebangan kayu illegal, bahkan klaim lahan oleh HTI. Tujuan penelitian ini adalah 1) Mengidentifikasi bentuk-bentuk pelanggaran di dalam kawasan KHDTK Senaru, 2) Mendeskripsikan peran dan tugas penanganan pelanggaran oleh para para pihak pemangku kehutanan, 3) Merumuskan langkah-langkah tindakan untuk mengatasi permasalahan yang ada. Metode yang digunakan adalah kaji dokumen dan survei. Teknik pengumpulan data menggunakan Rountable discussion, dan Focus Group Discussion kepada pengurus dan anggota kelompok tani yang ada di Senaru, sebanyak 30 orang. Analisis data dilakukan dengan uraian deskriptif, mengacu pada pertanyaan kunci yang telah disusun. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) bentuk-bentuk pelanggaran yang terjadi adalah terjadinya pemindah tangan hak kelola masyarakat, dan ada indikasi overlapping ijin kawasan dengan HTI, (2) peran dan tugas para pihak perlu dideskripsikan kedalam surat perjanjian antara pengelola KHDTK Senaru dengan masyarakat sehingga ada kejelasan dalam pengelolaan, dan (3) instrumen pendukung yang dibutuhkan untuk tata kelola KHDTK Senaru adalah tersedianya kelembagaan pelaksana, instrumen perencanaan jangka panjang dan jangka pendek, skema kerjasama dengan masyarakat, dan dukungan SOP dan sarana prasarana pengawasan dan pengamanan hutan. Kata kunci: Analisis kebijakan, pengelolaan KHDTK, Senaru PENDAHULUAN Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Senaru, merupakan suatu kawasan hutan yang dikhususkan untuk tujuan pendidikan di Nusa Tenggara Barat. Secara administrasi KHDTK Senaru terletak di Desa Senaru, Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara. Hutan Senaru ditetapkan berdasarkan SK Menteri Pertanian Nomor : 765/KPTS/UM/10/82 status sebagai hutan produksi dengan luas 225,7 ha. Kawasan ini sudah dikukuhkan menjadi hutan pendidikan diserahkan pengelolaannya kepada Universitas Mataram berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.392/Menhut-II/2004, tanggal 18 Oktober 2004. Dalam praktiknya, pengelolaan KHDTK Senaru masih menghadapi beberapa peramasalahan dan tantangan. Salah satu yang menonjol adalah terkait dengan ketidakpastian dalam penanganan pelanggaran yang dilakukan oleh para pihak, baik oleh masyarakat, maupun pihak lain. Pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat antara lain : (1) pendirian rumah mukim dan tempat-tempat usaha di dalam hutan, (2) penebangan illegal dan perambahan lahan untuk budidaya tanaman, (3) tata batas kawasan hutan, yang diklaim bukan termasuk kawasan KHDTK Senaru. Selain itu pelanggaran juga dilakukan oleh pihak lain, yaitu adanya pendirian pondok wisata oleh penduduk asing, dan perluasan areal tanam HTI memasuki KHDTK (Markum, 2016). Beberapa pelanggaran yang telah ada oleh beberapa pihak, saat ini belum dapat ditangani secara tegas oleh Universitas Mataram, disebabkan oleh adanya beberapa tafsir yang masih belum tuntas dan belum dirumuskan ke dalam SOP (standard operational proscedure) untuk melakukan pencegahan dan penanganan tindakan yang dipandang menyimpang dan layak diberikan sanksi. Beberapa pertanyaan yang senantiasa muncul antara lain adalah: (1) bolehkah Universitas Mataram, dalam hal ini Prodi Kehutanan Unram langsung bertindak sendiri jika terjadi pelanggaran oleh para pihak, atau hal ini masih menjadi kewenangan KPH Rinjani Barat dan Dinas Kehutanan Provinsi NTB ? (2) Peran dan tugas apa saja yang perlu dideskripsikan dengan jelas, antara

Transcript of 56 - untb.ac.id · perjanjian antara pengelola KHDTK Senaru dengan masyarakat sehingga ada...

56 | Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No. 2355-9292

Volume 3, No.4, Desember 2017 http://www.untb.ac.id/Desember-2017/

ANALISIS KEBIJAKAN KAWASAN HUTAN DENGAN TUJUAN KHUSUS (KHDTK)DI SENARU KABUPATEN LOMBOK UTARA

Oleh :

Markum, Sitti Latifah, Budhy SetiawanProgram Studi Kehutanan Universitas Mataram

Abstrak: Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Senaru adalah ijin peruntukan kawasan hutanpendidikan yang dimandatkan kepada Universitas Mataram. Saat ini di KHDTK seluas 225,7 ha. Kawasanini sudah dikukuhkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.392/Menhut-II/2004,tanggal 18 Oktober 2004. Namun dalam implementasinya, ditemui beberapa persoalan krusial, antara lain:terdapatnya bangunan tanpa ijin, perambahan, penebangan kayu illegal, bahkan klaim lahan oleh HTI.Tujuan penelitian ini adalah 1) Mengidentifikasi bentuk-bentuk pelanggaran di dalam kawasan KHDTKSenaru, 2) Mendeskripsikan peran dan tugas penanganan pelanggaran oleh para para pihak pemangkukehutanan, 3) Merumuskan langkah-langkah tindakan untuk mengatasi permasalahan yang ada. Metodeyang digunakan adalah kaji dokumen dan survei. Teknik pengumpulan data menggunakan Rountablediscussion, dan Focus Group Discussion kepada pengurus dan anggota kelompok tani yang ada diSenaru, sebanyak 30 orang. Analisis data dilakukan dengan uraian deskriptif, mengacu pada pertanyaankunci yang telah disusun. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) bentuk-bentukpelanggaran yang terjadi adalah terjadinya pemindah tangan hak kelola masyarakat, dan ada indikasioverlapping ijin kawasan dengan HTI, (2) peran dan tugas para pihak perlu dideskripsikan kedalam suratperjanjian antara pengelola KHDTK Senaru dengan masyarakat sehingga ada kejelasan dalampengelolaan, dan (3) instrumen pendukung yang dibutuhkan untuk tata kelola KHDTK Senaru adalahtersedianya kelembagaan pelaksana, instrumen perencanaan jangka panjang dan jangka pendek, skemakerjasama dengan masyarakat, dan dukungan SOP dan sarana prasarana pengawasan dan pengamananhutan.

Kata kunci: Analisis kebijakan, pengelolaan KHDTK, Senaru

PENDAHULUAN

Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus(KHDTK) Senaru, merupakan suatu kawasan hutanyang dikhususkan untuk tujuan pendidikan di NusaTenggara Barat. Secara administrasi KHDTKSenaru terletak di Desa Senaru, Kecamatan BayanKabupaten Lombok Utara. Hutan Senaruditetapkan berdasarkan SK Menteri PertanianNomor : 765/KPTS/UM/10/82 status sebagaihutan produksi dengan luas 225,7 ha. Kawasan inisudah dikukuhkan menjadi hutan pendidikandiserahkan pengelolaannya kepada UniversitasMataram berdasarkan Surat Keputusan MenteriKehutanan Nomor : SK.392/Menhut-II/2004,tanggal 18 Oktober 2004.

Dalam praktiknya, pengelolaan KHDTKSenaru masih menghadapi beberapa peramasalahandan tantangan. Salah satu yang menonjol adalahterkait dengan ketidakpastian dalam penangananpelanggaran yang dilakukan oleh para pihak, baikoleh masyarakat, maupun pihak lain. Pelanggaranyang dilakukan oleh masyarakat antara lain : (1)pendirian rumah mukim dan tempat-tempat usahadi dalam hutan, (2) penebangan illegal dan

perambahan lahan untuk budidaya tanaman, (3) tatabatas kawasan hutan, yang diklaim bukan termasukkawasan KHDTK Senaru. Selain itu pelanggaranjuga dilakukan oleh pihak lain, yaitu adanyapendirian pondok wisata oleh penduduk asing, danperluasan areal tanam HTI memasuki KHDTK(Markum, 2016).

Beberapa pelanggaran yang telah ada olehbeberapa pihak, saat ini belum dapat ditanganisecara tegas oleh Universitas Mataram, disebabkanoleh adanya beberapa tafsir yang masih belumtuntas dan belum dirumuskan ke dalam SOP(standard operational proscedure) untukmelakukan pencegahan dan penanganan tindakanyang dipandang menyimpang dan layak diberikansanksi. Beberapa pertanyaan yang senantiasamuncul antara lain adalah: (1) bolehkah UniversitasMataram, dalam hal ini Prodi Kehutanan Unramlangsung bertindak sendiri jika terjadi pelanggaranoleh para pihak, atau hal ini masih menjadikewenangan KPH Rinjani Barat dan DinasKehutanan Provinsi NTB ? (2) Peran dan tugas apasaja yang perlu dideskripsikan dengan jelas, antara

ISSN No. 2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram| 57

http://www.untb.ac.id/Desember-2017/ Volume 3, No. 4, Desember 2017

Dinas Provinsi NTB, KPHL Rinjani Barat, danmasyarakat dalam penindakan terjadinyapelanggaran ? (3) Bagaimana seharusnya SOP disusun, apa saja yang perlu dirumuskan didalamnya?

Tujuan penelitian adalah untuk (1)Mengetahui permasalahan yang dihadapi dalampengelolaan KHDTK Senaru (2) Melakukananalaisis kebijakan dalam urusan pengelolaan,pengamanan dan pengawasan hutan di KHDTKSenaru, (3) Merumuskan instrumen untukpengelolaan, pengamanan dan pengawasan hutan diHutan Pendidikan Unram di Senaru.

METODE

Metode yang digunakan adalah kaji dokumendan survei. Teknik pengumpulan datamenggunakan Rountable discussion, dan FocusGroup Discussion kepada pengurus dan anggotakelompok tani yang ada di Senaru, sebanyak 15orang, dan juga para pihak yang memiliki tupoksikehutanan . Analisis data dilakukan dengan uraiandeskriptif, mengacu pada pertanyaan kunci yangtelah disusun. Teknik pengumpulan datamenggunakan tiga cara yaitu (a) Kaji Dokumen, (b)observasi lapangan, (c) Focus Group Discussion(FGD), dan (c) Rountable Discussion.

Lokasi penelitian di Hutan Pendidikan UnramSenaru (KHDTK Senaru), di Desa Senaru,Kecamatan Bayan, Kabupaen Lombok Utara.Waktu penelitian dilakukan pada bulan Oktober2017.

Ada dua tujuan dalam penelitian ini, danmasing-masing tujuan akan dideskripsikanvariabelnya sebagai berikut : (1) Untukmengetahui permasalahan yang dihadapi dalampengelolaan KHDTK Senaru, variabel yang ditelitiadalah identifikasi permasalahan dalam hal tatabatas kawasan, perambahan, penebangan illegal,okupasi lahan untuk pembangunan sarana danprasarana dan permasalahan klaim atas wilayahkelola. (2) untuk analisis kebijakan dalam urusanpengelolaan, pengamanan dan pengawasan hutanKHDTK Senaru, variabel yang diteliti adalah :Identifikasi ragam kebijakan terkait denganKHDTK, identifikasi peran dan tugas para pihakuntuk pengelolaan, pengamanan dan pengawasanKHDTK Senaru, relevansi materi dan substansikebijakan; (3) untuk merumuskan materi atauinstrumen pendukung tata kelola kawasan hutan,variabel yang diteliti adalah: bentuk kelembagaanpengelola, instrumen perencanaan, dukungansarana prasarana.

Analisis kebijakan menggunakan analisisdeskriptif, menguraikan fakta dan data

menggunakan analisis kualitatif yang didukungoleh argumentasi pendalaman dengan merujukpada hasil FGD dan Roundtable discussion.

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Status Ijin Hutan Pendidikan Unram di Senaru

Status ijin Kawasan Hutan dengan TujuanKhusus (KHDTK) Senaru Unram, merupakansuatu kawasan hutan yang dikhususkan untuktujuan pendidikan di Nusa Tenggara Barat. Secaraadministrasi KHDTK Senaru terletak di DesaSenaru, Kecamatan Bayan Kabupaten LombokUtara. Hutan Senaru ditetapkan berdasarkan SKMenteri Pertanian Nomor : 765/KPTS/UM/10/82status sebagai hutan produksi dengan luas 225,7 ha.Kawasan ini sudah dikukuhkan menjadi hutanpendidikan diserahkan pengelolaannya kepadaUniversitas Mataram melalui Surat KeputusanMenteri Kehutanan Nomor : SK.392/Menhut-II/2004, tanggal 18 Oktober 2004 (Ichsan et al.2013). Dengan telah diberikan ijin kepadaUniversitas Mataram, maka kewenangan urusanpengelolaan menjadi tanggungjawab UniversitasMataram, dan pengelolaannya dapat diserahkankepada lembaga di bawah universitas seperti UnitPengelolaan Teknis (UPT) Universitas, fakultas,atau lembaga penelitian.

Dengan demikian, segala hal yangmenyangkut perencanaan, pemanfaatan,perlindungan, dan kerjasama dalam pengelolaankawasan adalah menjadi kewajiban pemegang ijinuntuk melaksanakannya. Pihak lain yang dengansengaja mengklaim memiliki ijin untukpemanfaatan KHDTK, maka selama penerbitan ijindiberikan setelah ijin KHDTK Senaru, status ijinyang bersangkutan batal demi hukum. Karenaprinsip ijin di kawasan hutan adalah tidak bolehada ijin ganda, atau ijin diatas ijin.

Pada kenyataannya sebagian besar lahan sudahdikelola oleh masyarakat, namun statuspengelolaan hutan oleh masyarakat saat ini belumteridentfikasi dengan jelas. Pada saat awalkerjasama masyarakat dengan Unram, secaraumum hubungan pengelolaan adalah bersifatkerjasama atau kemitaraan. Namun tidak adadokumen yang jelas tentang bagaimana statuskemitraan tersebut dibangun, yang didalamnyaseharusnya memuat tentang prinsip dasar, hak,kewajiban dan sanksi yang harus diterapkan.

b. Identifikasi Masalah (Empiris)

Berdasarkan hasil wawancara denganmasyarakat, telah diidentifikasi bebeapa masalahyang muncul terkait dengan pengelolaan diKHDTK Senaru. Permasalahan tersebut adalah

58 | Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No. 2355-9292

Volume 3, No.4, Desember 2017 http://www.untb.ac.id/Desember-2017/

Tabel 1. Permasalahan di Hutan Pendidikan Unram

Aspek Identifikasi Masalah

1. KelolaKawasan

o Distribusi lahan yang dianggaptidak merata, berpotensi untukmerambah lahan di lokasi lain

o Pemindahtanganan (penjualansecara sembunyi-sembunyi) lahankelola petani kepada pihak lain,

o Pengelolaan lahan yang tidakmemperhatikan kerentanan lahanyang berpotensi terjadinyakerusakan lahan

o Penebangan pohon secara illegalyang dilakukan oleh petani untukmengurangi dominasi tegakankayu, yang dianggapmenghalangi pertumbuhantanaman dibawahnya.

o Kelompok pengelola tidakdidasarkan atas kedekatangeografis, sehinggamempengaruhi efektifitaskomunikasi dan pengamanankawasan

o Pengambilan satwa hutan, yangpopulasinya sudah berkurang,terdiri dari jenis burung danmamalia yang terdapat diKHDTK Senaru

2. Perijinan o Status ijin petani saat ini tidakjelas, tidak diikat oleh sebuahperjanjian atau kontrak antarapengelola KHDTK denganpetani, sehingga tidak adapanduan bagi petani, mana yangboleh dan mana yang tidak bolehdikerjakan

o Batas kawasan KHDTK Senaruseluas 225,7 ha belum dipahamioleh masyarakat, sehingga rentanterjadinya klaim batas wilayah

o Pihak PT Sadhana Arif Nusadiindikasikan telah memasukibatas kawasan KHDTK senaruyang dimasukkan kedalamwilayah HTI mereka.

Sumber : Hasil Focus Group Discussion

Dari aspek sosial, faktor-faktor yangmempengaruhi masalah tata kelola lahan di Senaruadalah 1) Kondisi penduduk di sekitar kawasanhutan yang sebagian besar miskin, sangattergantung pada sumber daya hutan, sehinggamemiliki desakan kuat untuk memanfaatkansumber daya hutan, 2) Masyarakat sebenarnyamemahami pentingnya konservasi, akan tetapikarena desakan kebutuhan rumah tanggamendorong perilaku eksploitatif, memprioritaskanlahan garapan untuk menghasilkan nilai ekonomi,3) Masih berlangsungnya praktik pemindahan

tangan lahan ke orang lain, pengambilan kayu danpengelolaan lahan yang belum memperhatikanprinsip-prinsip kelestarian, 4) Kelembagaan lokalyang ada tidak berjalan dengan efektif, dan 5)klaim atas tata batas wilayah Hutan PendidikanUnram di Senaru, dikarenakan belumtersosialisasinya batas-batas yang jelas olehmasyarakat termasuk oleh para pihak di luarUnram.

Persoalan teknis lain yang menonjol adalahadanya gejala pendirian bangunan untuk tempatsinggah dan rumah tinggal sementara yang bisamenjadi embrio mereka membuat bangunanpermanen. Di beberapa titik telah ada bangunanuntuk warung, terutama di sepanjang pintu masukke arah taman nasional G Rinjani. Selain tindakantersebut tidak memiliki ijin, juga mengurangiestetika ekowisata disekitarnya, karena perilakumasyarakat yang abai terhadap kebersihan.

Kasus pemindahtanganan garapan masihberlangsung sampai sekarang sebagaimana ini jugaterjadi di beberapa lokasi lain (Muktar,2011;Markum et al. 2012; Rahardjo et al., 2017). Datapenggarap yang ada saat ini belum tentu merujukpada pengelola sesungguhnya, karena beberapakasus lahan garapan telah berpindah tangan (dijualsecara illegal) kepada penggarap lain maupunkepada orang yang bukan penggarap di wilayahsenaru. Pada kasus pindah tangan seperti itu, bisasaja penggarap lahan tetap diserahkan kepadapenggarap aslinya. Hal ini terjadi karena pembelibukan petani dan membeli lahan hanya untukinvestasi. Jika pembelinya adalah penggarap(petani) yang ada diwilayah sekitar senaru,kecenderungannya akan dikelola sendiri. Sehinggadalam realitasnya, beberapa petani telah menambahluas areal lahan kelola, karena adanya jual beli dibawah tangan tersebut. Jika kasus ini terus terjadi,maka bisa jadi ada proses kapitalisasi lahan,dimana hak penggarapan lahan pada akhirnya akanterakumulasi kepada beberapa orang saja.

Masyarakat sebenarnya memahami pentingnyakonservasi, tetapi karena luas lahan garapan yangada relatif kecil (0,5 – 1 ha), maka petani berusahamemanfaatkan lahan yang ada untuk mendapatkanpenghasilan yang cukup. Pilihan petani adalahlebih kepada tanaman yang memberikan manfaatekonomi dan sifatnya jangka pendek. Makatanaman yang banyak dimanfaatkan adalahtanaman buah-buahan dan MPTs lain, sepertinangka, alpukat, kopi, cokelat dan pisang. Masalahyang ada adalah, Senaru yang sejak tahun 1990-andi rencanakan untuk pusat pengembangan gaharudi NTB khususnya dan Indonesia pada umumnya,saat ini tanaman tersebut tinggal puluhan pohonsaja.

ISSN No. 2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram| 59

http://www.untb.ac.id/Desember-2017/ Volume 3, No. 4, Desember 2017

Masalah tanaman gaharu yang seharusnyamenjadi icon, harus tereduksi oleh karenabanyaknya faktor yang menyebabkan pertumbuhandan keberadaan tanaman tersebut menjadi semakinlangka. Faktor naungan adalah salah satu yangmenyebabkan tanaman gaharu tidak dapat tumbuhbaik, karena kalah bersaing unsur hara dan sinarmatahari dengan tanaman yang lainnya. Menurutpetani, selain faktor naungan, gaharu ternyatamudah terserang penyakit. Rentannya gaharu jugaditunjang tidak adanya motivasi kuat darimasyarakat untuk memelihara gaharu, menjadisemakin kompleksnya mempertahankan tanamangaharu sebagai icon Hutan Pendidikan Unram diSenaru.

Dari aspek kelembagaan, kelompok tani yangtelah dibentuk pada saat masyarakat dibina olehFakultas Pertanian Unram, saat ini secaraadministratif masih ada, tetapi ketika masyarakatditanyakan ada berapa kelompok, dan bagaimanaaktivitas kelompok tersebut, sebagian besarmengatakan bahwa kelompok tidak berperandengan baik. Masing-masing bekerja atas dasarhubungan kolektif yang diikat oleh kedekatanpemukiman. Hubungan dengan kelompok hanyasebatas pada pengakuan administratif sebagiamanauntuk memenuhi pendataan kawasan. Peraturanyang ada di kelompok masih kabur, tidak ada buktitertulis yang bisa dirujuk. Rambu-rambu yangdijadikan pedoman pengelolaan masyarakat dalamtata kelola kawasan didasarkan atas kesepekatanyang pernah dibangun oleh pendampingsebelumnya yaitu Fakultas Pertanian Unram.

Pemahaman masyarakat dalam mengelolakawasan hutan antara lain : (1) masyarakat hanyaboleh mengelola kawasan hutan dengan tidakmengganggu tanaman pokok (kayu dan tanamanMPTS lainnya), (2) masyarakat harus mengelolalahan dengan baik, tidak boleh menelantarkanlahan, dan tidak boleh menjual lahan garapankepada pihak lain, (3) jika masyarakat melanggar,maka akan dikenakan sanksi. Pada kenyataannya,ketentuan tersebut tidak diatur secara jelas kedalamkesepakatan kerjasama, dan juga, pernyataan-pernyataan tersebut masih mengandung maknaganda.

Penerapan sanksi juga tidak ada rujukan yangjelas, jika masyarakat melakukan pelanggaranterhadap hal-hal tersebut di atas. Sanksi yangberlaku saat ini masih merujuk pada ketentuan adatyang berlaku, misalnya kalau ada masyarakatmenebang pohon, sanksinya mulai dari menanampohon dengan jumlah lebih banyak sampai dengandenda harus menyembelih seekor kerbau.Meskipun faktanya selama ini ada beberapa

pelanggaran, namun dalam belum pernah adapenerapan sanksi tegas yang diberikan kepada parapelanggar. Karena dalam praktiknya belum adamekanisme yang mengatur tentang pemberiansanksi tersebut.

Saat ini tidak ada mekanisme yang dirujukmenyangkut proses dan pemberian sanksipelanggaran, terkait dengan jawaban pertanyaansebagai berikut: (1) bagaimana menyimpulkanbahwa memang telah terjadi pelanggaran ? (2)bagaimana proses musyawarah atau penindakannya? (3) siapa yang punya mandat untuk memberikansanksi jika terjadi pelanggaran ? Pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak bisa dijawab olehmasyarakat dengan tegas, mereka masihmendasarkan pengalaman pemberian sanksiberdasarkan mekanisme adat, yang selama 10 tahunini juga tidak pernah diterapkan.

c. Analisis Kebijakan

Penetapan Kawasan Hutan dengan TujuanKhusus (KHDTK) telah tercantum dalam pasal 8Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999. Penetapankawasan hutan dengan tujuan khusus, diperlukanuntuk kepentingan umum seperti : penelitian danpengembangan, pendidikan dan latihan, religi danbudaya. Dalam pengelolaan KHDTK tidakmengubah fungsi pokoknya. Siapa yang bolehmenerima hak kelola KHDTK adalah : masyarakathukum adat, lembaga pendidikan, lembagapenelitian, dan lembaga sosial dan keagamaan.Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.43/Menhut-II/2013 lebih khusus mengatur tentang pengaturantata batas KHDTK, dimana pemegang ijin wajibuntuk melakukan penataan batas, pemeliharaan danpelaporan terkait dengan batas-batas KHDTK olehpemegang ijin.

KHDTK Senaru telah jelas peruntukannyasebagai hutan pendidikan, maka orientasipengelolaannya adalah sebagai wadah pendidikan,pelatihan, penelitian dan pengembangan terkaitdengan kelola kawasan hutan. Namun karenakondisi hutan sudah tidak steril dari masyarakat,maka diperlukan langkah-langkah khusus untukpengelolaannya. Dengan demikian, konseppendidikan tidak lagi hanya bermuatan akademis,tetapi tentu menyangkut ruang yang lebih luastermasuk pendidikan kepada masyarakat.Hubungan lembaga universitas dengan masyarakatdapat dikembangkan skema kemitraan yang tentuharus diikat dengan ketentuan-ketentuan yang jelasantara pihak pemegang ijin dengan masyarakat.

Dalam pelaksanaannya Unram sebagaipemegang ijin dapat berkoordinasi denganpemerintah provinsi dalam hal ini Dinas

60 | Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No. 2355-9292

Volume 3, No.4, Desember 2017 http://www.untb.ac.id/Desember-2017/

Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) sebagaipihak yang memiliki domain urusan kehutanan didaerah. Permasalahan-permasalahan yang terkaitdengan pemanfaatan, perlindungan, danpengawasan, meskipun dalam PermenhutP.43/2013, menjadi tanggungjawab pemegang ijin,namun dalam praktiknya tidak dipungkiridiperlukan adanya koordinasi atas beragam aspektersebut.

Permasalahan tata batas dengan pihak lain,akan bisa dieliminir dengan dilakukannya penataanbatas Hutan Pendidikan, sebagaimana yang telahdiamanatkan dalam Peraturan Menteri KehutananP.43/Permenhut-II/2013. Dalam Permen tersebutdisebutkan setelah pemegang ijin melakukanpenataan batas, maka dilanjutkan dengan membuatdan menyampaikan laporan hasil penataan bataskepada Direktur Pengukuhan, Penatagunaan danTenurial Kawasan Hutan.

d. Kebutuhan Instrumen Tata Kelola HutanPendidikan Unram di Senaru

Menyikapi potensi dan juga permasalahanyang ada dalam kaitan dengan kondisi di HutanPendidikan Unram di Senaru, maka penting untukdirumuskan kebutuhan instrumen apa saja yangurgen untuk mewujudkan tata kelola yang lebihbaik dan bermanfaat di masa mendatang.Pemanfaatan tata kelola yang baik diantaranyaadalah memfungsikan kawasan hutan sesuaidengan tujuan utama yaitu pendidikan, penelitiandan pengembangan, dan disisi lain jugamenempatkan masyarakat yang ada sebagai sumberdaya penting yang memiliki simbiosis salingmenguntungkan antara masyarakat – kawasanhutan – Lembaga Unram. Oleh karena ituinstrumen yang dibutuhkan untuk mendukungterwujudnya tujuan tersebut, adalah : (1) adanyaorganisasi pelaksana, (2) menetapkan tata bataskawasan Hutan Pendidikan Unram, (3) rencana tatakelola Hutan Pendidikan Unram, (4) tersedianyaBusiness Plan (5) penyusunan Kesepakatankerjasama Unram dengan Masyarakat, (6)pembuatan SOP dan rambu-rambu untukpengamanan hutan.

Pengelolaan Hutan Pendidikan Unrammembutuhkan langkah-langkah terencana yangsistematis, memerlukan hubungan-hubungankerjasama dengan para pihak, pentingnya adasistem evaluasi dan pengawasan, dukungan saranadan prasarana, serta perlunya dukunganpenganggaran. Oleh karena itu agar semua itu bisaberjalan dengan baik, maka harus tersediaorganisasi yang secara khusus memiliki fungsi danperan mengelola hutan pendidikan tersebut.

Merujuk pada pengelolaan hutan pendidikandari universitas lain di Indonesia, wadah organisasi

dimaksud dapat berada di bawah fakultas (IPB danUGM), atau dibawah lembaga penelitian (Unlam).Mengingat di Universitas Mataram belum adafakultas kehutanan, namun masih dalam bentukprogram studi, maka pilihan yang memungkinkanadalah di bawah universitas (rektor) langsungdalam bentuk UPT (unit pelaksana teknis), dibawah Lembaga Penelitian, berupa pusatpenelitian, atau di bawah program studi dalambentuk laboratorium. Dengan mempertimbangkanbeberapa pilihan tersebut, status organisasi beradadi bawah Universitas (UPT) adalah pilihan yangprioritas. Beberapa pertimbanganya adalah :

Kelembagaan pengelola hutan; HutanPendidikan Unram membutuhkan kerja kolaboratifantar bidang ilmu yang berperan dalammemperkuat tata kelola terintegratif antara lain :kehutanan, pertanian, peternakan, biologi danpariwisata. Namun dalam struktur organisasi,disiplin ilmu kehutanan haruslah menjadi pengurusinti (ketua) dalam kepengurusan tersebut. Bentukstruktur organisasi, secara teknis perlu dirumuskanlebih lanjut. Namun sebagai pertimbangan, berikutadalah struktur organisasi pengelola HutanPendidikan Unram dalam bentuk UPT.

Penetapan pengukuhan tata batas;sebagaimana yang telah diatur dalam PeraturanMenteri Kehutanan No.43/Permenhut-II/2013,tentang Penataan batas areal kerja izin pemanfaatanhutan, persetujuan prinsip penggunaan kawasanhutan, persetujuan prinsip pelepasan kawasan hutandan pengelolaan kawasan hutan pada kesatuanpengelolaan hutan dan kawasan hutan dengantujuan khusus, maka salah satu ketentuan yangharus dipenuhi adalah tersedianya dokumen tatabatas kawasan Hutan Pendidikan Unram. Hasilpenataan batas harus dilaporkan kepada DirekturPengukuhan, Penatagunaan dan Tenurial KawasanHutan, Kementerian Lingkungan Hidup danKehutanan.

Rencana pengelolaan Hutan PendidikanUnram perlu dirumuskan sebagai pedomanpelaksanaan organisasi dalam menjalankan tugas-tugasnya. Rencana pengelolaan hutan di Indonesiamengacu pada Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan RencanaPengelolaan Hutan, Serta Pemanfaatan Hutan.Pengelolaan hutan dapat mencakup aspekpemanfaatan, pengawetan dan perlindungan.Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untukmemanfaatkan kawasan hutan, memanfaatkan jasalingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu danbukan kayu serta memungut hasil hutan kayu danbukan kayu secara optimal dan adil untukkesejahteraan masyarakat dengan tetap menjagakelestariannya.

ISSN No. 2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram| 61

http://www.untb.ac.id/Desember-2017/ Volume 3, No. 4, Desember 2017

Hutan Pendidikan Unram dapat merumuskanperencanaan yang sifanya jangka panjang danjangka pendek. Jangka panjang mencakup waktusampai 30 tahun, sedangkan jangka pendek 5tahun. Urgensi saat ini adalah penting untukdirumuskan perencanaan selama 5 tahun, sebagaidasar untuk mengembangkan rencana jangkapanjang. Dalam PP No 6 Tahun 2007, telah diatur,bahwa pemanfaatan sumber daya hutan yang sudahmendapatkan ijin, tetap harus membuat ijin baru,untuk pemanfaatan secara teknis, misalnya ijinpemanfaatan jasa lingkungan maupun ijinpemanfaatan hasil hutan kayu.

Bisnis plan menjadi dasar dalam mengetahuipotensi bisnis yang bisa dikembangkan dan nilaiinvestasi yang diperlukan untuk menjadikan HutanPendidikan Unram menjadi salah satu unit bisnis diUnram. Mengingat potensi Hutan PendidikanUnram yang memiliki nilai layak jual untukpengembangan jasa lingkungan, khususnyaekowisata, maka perlu dilihat kelayakan berbagaiunit usaha yang mungkin bisa dikembangkan dikawasan ini.

Beberapa potensi jasa lingkungan yangmenarik untuk dipasarkan di Senaru antara lainkeanekaragaman flora dan fauna, antara lain telahteridentifikasi beberapa satwa lokal seperti lutung,beragam aves, dan reptil. Selain itu telah dirintistracking sepeda, pengembangan lebah maduTrigona sp, dan lokasi camping ground. Dengandemikian hutan pendidikan perlu diintegrasikandengan paket-paket yang lain, sehingga dapatmenjadi salah satu fund rising universitas.

Penyusunan Kesepakatan dengan masyarakat.untuk memastikan bagaimana hubungan

kerjasama Unram dengan masyarakat dalam tatakelola kawasan. Mengingat selama ini masyarakattelah mengelola kawasan hutan pendidikan, namuntidak ada ikatan formal, bagaimana mekanismekerja, hak dan kewajiban masyarakat danpemegang ijin, serta sanksi yang dikenakan jikaterjadi pelanggaran. Skema kerjasama adalahinstrumen yang paling memungkinkan bisadikembangkan, karena Unram selaku pemegangijin memiliki hak pengelolaan atas kawasandimaksud.

Berdasarkan hasil kesepakatan kerjasamaUnram dengan masyarakat menjadi dasar untukdisusun Standar Operasional Prosedur, ataupengaturan hal-hal yang lebih teknis, terutamaterkait dengan pengawasan dan pengamanan hutan,sampai dengan penanganan kasus-kasuspelanggaran hutan. Misalnya jika seseoarangmenjumpai pelanggaran, langkah-langkah apa yangdibutuhkan untuk menindaklanjuti kasus tersebut.

Dengan demikian ada proses yang tuntas mulai dariadanya temuan, sampai dengan pemberian sanksi.

PENUTUP

a. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapatdisimpulkan bahwa (1) bentuk-bentukpermasalahan yang terjadi di kawasan KHDTKSenaru antara lain adalah terjadinya pemindahtangan hak kelola masyarakat, sistem tata kelolayang hanya mementingkan hasil ekonomi, dan adaindikasi pelanggaran tata batas oleh HTI PTSadhana Arief Nusa, (2) Sebagai pemegang ijinKHDTK Senaru, Universitas Mataram memilikihak untuk mengatur urusan tata kelola hutan,dalam hal pemanfaatan, pengawetan, perlindunganhutan. Termasuk adalah bagaimana mengaturskema hubungan kerjasama dengan para pihakterkait pengelolaan hutan, sebatas tidak merubahfungsi hutan dimaksud; (3) sebagai tindak lanjutuntuk mencapai tujuan tata kelola hutan pendidikanunram yang baik di masa akan datang, makadiperlukan beberapa instrumen pendukung yaitu :organisasi pelaksana, penetapan tata batas kawasan,rencana pengelolaan, business plan, kesepakatankerjasama dengan masyarakat, SOP dan rambu-rambu pengawasan dan pengamanan hutan.

b. Saran

Perlunya dilakukan analisis kebijakan yanglebih mendalam tentang (1) hubungan antarapemegang ijin dengan masyarakat, sampai padatingkat mana kewenangan yang dibolehkanpemegang ijin terhadap masyarakat. Misalnyaapakah dalam kondisi tertentu ada pelanggaranyang dilakukan oleh masyarakat, pemegang ijin apadiperbolehkan mengeluarkan masyarakat; (2) jikapemegang ijin menghendaki ada perubahan-perubahan dalam tata kelola hutan pendidikan,apakah memungkinkan perubahan tersebut cukupdilakukan kesepakatan dengan KPH ataupun DinasLHK Provinsi NTB, tanpa harus melibatkanKementerian LHK.

DAFTAR PUSTAKA

Ichsan A.C., Rato F.S., B. Setiawan, 2013. Analisiskondisi sosial ekonomi masyarakat disekitar kawasan hutan dengan tujuankhusus (KHDTK) Senaru denganmenggunakan pendekatan partisilatif.Laporan Penelitian. Prodi KehutananUnram. 43p

62 | Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No. 2355-9292

Volume 3, No.4, Desember 2017 http://www.untb.ac.id/Desember-2017/

Rahardjo, D, Markum, Andi P., Widji S., Ridha H.,2017. Perjalanan HKm di Pulau Lombokselama Tiga Dasawarsa. WWF NusaTenggara.

Markum, 2012. Faktor-faktor penyebabperambahan hutan di Kawasan HutanSesaot. Laporan Penelitian. UniversitasBrawijaya. 15p.

Markum, B. Setiawan, R. Sabani, 2014. HutanKemasyarakatan. Sebuah ikhtiarmewujudkan hutan lestari masyarakatsejahtera. BPDAS Dodokan MoyosariNTB. 163p.

Markum, B Setiawan, R.F. Silamon, 2016. AnalisisGap pengelolaan KHDTK Senaruberdasarkan prinsip-prinsip FSC. LaporanPenelitian. Universitas Mataram. 60p.

Muktar, 2011. Pengelolaan program HKm berbasiskearifan lokal : studi kasus di kawasanhutan lindung Sesaot. Thesis. Programstudi pengeolaan sumber daya alam danlingkungan, Universitas Brawijaya Malang.169p

Peraturan Menteri Kehutanan Republik IndonesiaNomor P.43/Menhut-II/2013 tentangPenataan Batas Areal Kerja IzinPemanfaatan Hutan, Persetujuan PrinsipPenggunaan Kawasan Hutan, PersetujuanPrinsip Pelepasan Kawasan Hutan DanPengelolaan Kawasan Hutan PadaKesatuan Pengelolaan Hutan DanKawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus.Berita Negara Republik Indonesia Tahun2013 Nomor 1050.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6Tahun 2007 tentang Tata Hutan danPenyusunan Rencana Pengelolaan Hutanserta Pemanfaatan Hutan. LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2007Nomor 22.

Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor :SK.392/Menhut-II/2004, tanggal 18Oktober 2004. Tentang Kawasan HutanDengan Peruntukan Khusus HutanPendidikan Unram di Senaru, Lombok.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41Tahun 1999 tentang Kehutanan.Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1999 Nomor 167.