DESKRIPSI DAMPAK SPIRITUALITAS BUNDA MARIA ...dokumen-dokumen Gereja dan berbagai pandangan dari...
Transcript of DESKRIPSI DAMPAK SPIRITUALITAS BUNDA MARIA ...dokumen-dokumen Gereja dan berbagai pandangan dari...
DESKRIPSI DAMPAK SPIRITUALITAS
BUNDA MARIA TERHADAP KEDEWASAAN IMAN
ANGGOTA LEGIO MARIA DI PAROKI
HATI SANTA PERAWAN MARIA TAK BERCELA
KUMETIRAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik
Oleh:
Yustina Dwi Novitasari
NIM. 151124016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada
Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu membimbing, mendampingi dan
menuntun setiap langkah dan proses pendidikan serta hidup penulis
Kedua orangtua penulis bapak Fransiscus Burgias Triyono
dan ibu Yudith Lasiyem yang selalu setia mendoakan, mendukung
dan memberikan semangat kepada penulis
Mbak Katarina Puji Rahayu dan Adik Teodorus Satria Priambodo yang selalu
setia dalam doa dan dukungan bagi penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
Bukan waktu yang penting, tetapi usaha yang penting. Percuma mempunyai
banyak waktu tetapi tidak ada usaha.
(Drakor Uncontrolably Fond)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “DESKRIPSI DAMPAK SPIRITUALITAS BUNDA
MARIA TERHADAP KEDEWASAAN IMAN ANGGOTA LEGIO MARIA
DI PAROKI HATI SANTA PERAWAN MARIA TAK BERCELA
KUMETIRAN”. Judul ini dipilih untuk mengetahui dampak spiritualitas Bunda
Maria terhadap kedewasaan iman anggota Legio Maria di Paroki Hati Santa
Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran. Bunda Maria adalah sosok ibu yang luar
biasa. Dalam kehidupannya, Bunda Maria selalu mencerminkan sikap beriman
yang dilandasi oleh belas kasih ilahi. Inilah spiritualitas Bunda Maria. Spiritualitas
Bunda Maria yang dihayati oleh anggota Legio Maria dapat membantu
mendewasakan iman dan menggerakkan mereka pada pelayanan dalam kehidupan
Gereja dan masyarakat. Persoalan dalam skripsi ini adalah menjawab pertanyaan
bagaimana anggota Legio Maria menghayati spiritualitas Bunda Maria dan
menemukan dampak bagi pelayanan mereka sebagai wujud kedewasaan iman.
Menanggapi persoalan tersebut, penulis melakukan studi pustaka dan penelitian
secara langsung di lapangan. Studi pustaka yang digunakan bersumber dari
dokumen-dokumen Gereja dan berbagai pandangan dari para ahli yang berkaitan
dengan spiritualitas Bunda Maria. Sedangkan penelitian yang digunakan oleh
penulis adalah penelitian kualitatif melalui kuesioner dan diperkuat dengan
wawancara terhadap anggota Legio Maria. Untuk memperoleh data, penulis
memberikan kuesioner kepada 40 responden dan diperkuat dengan mewawancarai
4 anggota Legio Maria. Hasil akhir penelitian menunjukkan bahwa anggota Legio
Maria telah menghayati spiritualitas Bunda Maria dengan baik. Para anggota Legio
Maria juga menyadari bahwa spiritualitas Bunda Maria berdampak pada kehidupan
mereka. Namun masih ada beberapa anggota Legio Maria yang belum terlalu
menghayati spiritualitas Bunda Maria. Hal ini disebabkan oleh faktor keluarga
ataupun orang lain. Oleh karena itu, penghayatan spiritualitas Bunda Maria masih
perlu ditingkatkan lagi demi kedewasaan iman dan pelayanan mereka dalam hidup
sehari-hari. Untuk menindaklanjuti hasil penelitian ini, penulis mengusulkan
kegiatan katekese sebagai upaya membantu para legioner untuk meningkatkan
penghayatan spiritualitas Bunda Maria.
Kata-kata Kunci: Spiritualitas Bunda Maria, kedewasaan iman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
The title of this thesis is “DESCRIPTION OF MOTHER MARY’S
SPIRITUALITY IMPACTS TOWARD FAITH MATURITY OF LEGIO OF
MARY MEMBERS AT PARISH HATI SANTA PERAWAN MARIA TAK
BERCELA KUMETIRAN”. The title was chosen in order to know an impact of
Mother Mary’s spirituality on the faith maturity of Legio of Mary members. Mother
Mary is an incredible mother. In her life, Mother Mary is always being faithful
which based on a feeling of love. This is a spirituality of Mother Mary. Mother
Mary’s spirituality is applied by members of Legio of Mary helping them to
maturate their faith and to move them in servicing Church life and society. The
concern of this thesis is that to answer the question: how could the members of
Legio of Mary appreciate Mother Mary’s spirituality and find an impact for their
servicing as a form of faith maturity. The writer did a literature study and a direct
research in the location. The literature study was based on Church documents and
point of view of the experts about Mother Mary’s spirituality. Whereas the research
method used by the writer was qualitative research by way of questionnaire and
also it was strengthened by an interview with the Legio of Mary members. In order
to get the data, the writer gave questionnaires to 40 respondents and it was also
strengthened by interviewing 4 members of Legio of Mary. The result of research
shows that the members of Legio of Mary are appreciating Mother Mary’s
spirituality in a good way. The members also realize that Mother Mary’s spirituality
give an impact to their life. However, there are some members of Legio of Mary
who do not fully appreciate Mother Mary’s spirituality. This is because of family
factor or someone else. Because of that, appreciating Mother Mary’s spirituality
needs to be improved for their servicing and daily life. In order to continue on the
result of this research, the writer is suggesting the catechetical activity as an effort
to help the members of Legio of Mary to improve their appreciation of Mother
Mary’s spirituality.
Keywords: Mother Mary’s spirituality, faith maturity
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
DESKRIPSI DAMPAK SPIRITUALITAS BUNDA MARIA TERHADAP
KEDEWASAAN IMAN ANGGOTA LEGIO MARIA DI PAROKI HATI
SANTA PERAWAN MARIA TAK BERCELA KUMETIRAN. Skripsi ini
ditulis untuk menemukan gambaran para legioner paroki Hati Santa Perawan Maria
Tak Bercela Kumetiran menghayati spiritualitas Bunda Maria dan dampaknya bagi
pelayanan mereka. Penulis menyadari bahwa terselesainya penulisan skripsi ini
tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis dengan sepenuh hati ingin
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, SJ., M.Ed selaku dosen pembimbing utama
yang dengan penuh kesabaran, membimbing, mendampingi, meluangkan
waktu, memberikan motivasi dan perhatian kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
2. Dr. B.A. Rukiyanto, SJ selaku Ketua Program Studi Pendidikan Keagamaan
Katolik sekaligus dosen penguji ketiga yang telah memberikan dukungan dan
semangat serta izin bagi penulis untuk menyelasaikan skripsi ini.
3. Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd selaku dosen penguji kedua yang telah bersedia
menguji, memberikan masukan dan saran serta semangat pada
pertanggungjawaban skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
4. Seluruh dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik
yang selalu setia dalam membimbing, mendidik dan memberikan pelayanan
kepada penulis sampai dengan menyelesaikan studi di kampus ini.
5. Pastor Yohanes Dwi Harsanto, Pr selaku Pastor Paroki Hati Santa Perawan
Maria Tak Bercela Kumetiran yang telah memberikan izin dan dukungan
kepada penulis dalam penyusunan skripsi.
6. Ibu Risminah, ibu Erna, ibu Ngatini selaku pengurus Legio Maria dan seluruh
anggota Legio Maria di Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela yang
telah bersedia membantu, meluangkan waktu, mendukung dan bekerja sama
dengan penulis untuk melaksanakan penelitian.
7. Orang tua penulis bapak Fransiscus Burgias Triyono, ibu Yudith Lasiyem,
mbak Katarina Puji Rahayu dan adik Teodorus Satria Priambodo yang selalu
setia mendoakan, memberikan dukungan, perhatian dan motivasi bagi penulis
hingga menyelesaikan studi.
8. Teman-teman Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik angkatan 2015
yang telah berdinamika dan belajar bersama serta memberikan pengalaman
yang luar biasa kepada penulis selama proses perkuliahan sampai pada
menyelesaikan studi.
9. Teman terdekat penulis Robertus Sarmahalam Saragih yang telah banyak
membantu, memberikan motivasi dan dukungan serta perhatian kepada penulis.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan
dukungan, mendoakan dan membantu penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………….. ii HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………….. iii HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... iv MOTTO ............................................................................................................ v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………………………... vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ……………………………. vii
ABSTRAK ....................................................................................................... viii ABSTRACT ........................................................................................................ ix KATA PENGANTAR ...................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. xvi DAFTAR TABEL ............................................................................................ xviii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ............................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH .......................................................................... 5
C. TUJUAN PENULISAN ............................................................................ 6
D. MANFAAT PENULISAN ........................................................................ 6
E. METODE PENULISAN ........................................................................... 7
F. SISTEMATIKA PENULISAN ................................................................. 7
BAB II POKOK-POKOK SPIRITUALITAS BUNDA MARIA DAN
KEDEWASAAN IMAN LEGIO MARIA …………………………………... 9
A. Spiritualitas Bunda Maria .......................................................................... 9
1. Pengertian Spritualitas Secara Umum ................................................... 9
2. Sosok Bunda Maria ............................................................................... 11
3. Spiritualitas Bunda Maria ..................................................................... 16
B. Tahap-tahap Kedewasaan Iman ................................................................. 24
1. Arti Kedewasaan Iman .......................................................................... 24
2. Kedewasan Iman ................................................................................... 35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
C. Legio Maria ............................................................................................... 36
1. Pengertian Legio Maria ......................................................................... 36
2. Pendiri Legio Maria .............................................................................. 37
3. Tujuan Legio Maria............................................................................... 38
4. Semangat Legio Maria .......................................................................... 38
5. Motivasi Menjadi Legioner ................................................................... 39
6. Tugas-tugas Pokok Para Legioner ........................................................ 40
7. Legio Maria Berkarya Di Paroki ........................................................... 41
BAB III GAMBARAN KEHIDUPAN ANGGOTA LEGIO MARIA
DI PAROKI HATI SANTA PERAWAN MARIA TAK BERCELA
KUMETIRAN MENGHAYATI SPIRITUALITAS BUNDA MARIA ……... 43
A.Gambaran Umum Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela
Kumetiran .................................................................................................. 44
1. Profil Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran ......... 44
2. Gambaran Kehidupan Anggota Legio Maria di Paroki Hati
Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran ...................................... 49
3. Gambaran Pelaksanaan Rapat Presidium Legio Maria ......................... 51
B. Penelitian Deskriptif Dampak Spiritualitas Bunda Maria terhadap
Kedewasaan Iman Anggota Legio Maria di Paroki Hati Santa Perawan
Maria Tak Bercela Kumetiran ................................................................... 57
1. Metodologi Penelitian ........................................................................... 57
2. Laporan dan Pembahasan Hasil Penelitian ........................................... 63
3. Kesimpulan Penelitian .......................................................................... 85
BAB IV PROGRAM KEGIATAN KATEKESE ANGGOTA
LEGIO MARIA DI PAROKI HATI SANTA PERAWAN MARIA
TAK BERCELA KUMETIRAN SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN
PENGHAYATAN SPIRITUALITAS BUNDA MARIA …………………… 88
A. Latar Belakang Kegiatan ........................................................................... 88
B. Pokok-pokok Katekese Model Berbagi Pengalaman Iman ....................... 90
1. Pengertian Katekese .............................................................................. 90
2. Katekese Model Berbagi Pengalaman Iman ......................................... 91
C. Rumusan Tema dan Tujuan ....................................................................... 97
D. Gambaran Pelaksanaan Kegiatan Katekese ............................................... 98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
1. Peserta ................................................................................................... 98
2. Model Pelaksanaan................................................................................ 98
3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan ........................................................... 99
E. Matriks Program Kegiatan Katekese ......................................................... 100
F. Contoh Persiapan Katekese ....................................................................... 103
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 115
A. Kesimpulan ................................................................................................ 115
B. Saran .......................................................................................................... 116
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 119 LAMPIRAN ...................................................................................................... 121
Lampiran 1: Surat Izin Penelitian .................................................................. (1)
Lampiran 2: Surat Keterangan Selesai Penelitian .......................................... (2)
Lampiran 3: Kuesioner Penelitian .................................................................. (3)
Lampiran 4: Contoh Jawaban Responden ...................................................... (7)
Lampiran 5: Hasil Transkrip Wawancara ...................................................... (16)
Lampiran 6: Daftar Anggota Legio Maria ..................................................... (25)
Lampiran 7: Foto Donor Darah ...................................................................... (27)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci
Singkatan nama-nama Kitab Suci disesuaikan dengan Alkitab
Deuterokanonika terbitan Lembaga Alkitab Indonesia (2016).
B. Singkatan Dokumen Gereja
LG :Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang Gereja,
21 November 1964
MC :Marialis Cultus, Surat Apostolik Paus Paulus VI tentanf Mariologi, 02
Februari 1974
C. Singkatan Lain
KLMTD : Kecil Lemah Miskin Tersingkir dan Difabel
SGA : Sekolah Guru Agama
PGPM : Pengurus Gereja dan Papa Miskin
SD : Sekolah Dasar
SMP : Sekolah Menengah Pertama
ASMI : Akademi Sekretari dan Manajemen Marsudirini
ARDAS : Arah Dasar
RI-KAS : Rencana Induk Keuskupan Agung Semarang
RW : Responden Wawancara
dsb. : dan sebagainya
dll. : dan lain-lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
SJ : Serikat Jesus
Pr. : Projo
PMY : Puteri Maria dan Yosef
HUT : Hari Ulang Tahun
MB : Madah Bakti
WIB : Waktu Indonesia Barat
KWI : Konferensi Waligereja Indonesia
hal. : halaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Kisi-kisi Penelitian …………………………………………………... 51
Tabel 2: Identitas Responden (N=40) …………………………………………. 53
Tabel 3: Penghayatan Spiritutualitas Bunda Maria oleh Anggota Legio Maria
(N=40) ………………………………………………………………. 54
Tabel 4: Dampak Spiritualitas Bunda Maria bagi Anggota Legio Maria
(N=40) ………………………………………………………………. 60
Tabel 5: Usulan Kegiatan untuk Meningkatkan Penghayatan Spiritualitas
Bunda Maria demi Kedewasaan Iman dan Kaitannya dalam
Hidup Menggereja dan Bermasyarakat ……………………………… 66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sabda Yesus (Yoh. 19:26-27) “Ibu, inilah anakmu…inilah ibumu”, sejak
abad IV dipahami sebagai misi Maria dalam menjalankan perutusannya.
Penyerahan ini melebihi perhatian seorang anak terhadap ibu yang ditinggalkannya.
Bunda Maria ikut bersama Putranya “untuk mengumpulkan dan mempersatukan
anak-anak Allah yang tercerai-berai” (Yoh 11:51-52). Karya ini biasanya disebut
oleh orang Yahudi: kebapaan-keibuan rohani (Sabato, 2006: 49-50). Ibu adalah
sosok wanita yang luar biasa yang telah mengandung selama sembilan bulan dan
melahirkan seorang anak dengan taruhan nyawanya. Ibu telah mengorbankan
seluruh jiwa dan raganya bagi anak yang dikasihinya, mulai dari waktu, tenaga, dan
bahkan hidupnya. Oleh karena itu ibu adalah sosok yang luar biasa sehingga dapat
menjadi panutan bagi anak-anaknya. Seperti halnya ibu-ibu yang ada di dunia,
Bunda Maria adalah sosok ibu yang amat luar biasa. Bunda Maria adalah ibu dari
semua anak manusia yang sekaligus merupakan ibu Tuhan kita Yesus Kristus.
Sebagai umat Katolik kita mengimani Tuhan Yesus yang hadir dan
menyertai hidup kita. Yesus lahir ke dunia melalui perantaraan Bunda Maria, tetapi
tidak diperanakkan oleh seorang manusia lain (Groenen, 1988:42). Seperti yang
dirumuskan dalam Mat 1:18 “kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: pada
waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari
Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri”. Ayat ini menyampaikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
bahwa Ibu Yesus mengandung Dia dari Roh Kudus, Roh daya cipta Allah sendiri.
Roh Kudus itu bukan ayah Yesus, tetapi Allah dari Roh-Nya, ialah daya penciptaan
yang menciptakan Yesus dari ibu-Nya dan langsung melepaskan proses
pembentukan anak yang biasanya dilepaskan oleh ayah anak itu (Groenen,
1988:42).
Oleh karena Maria adalah ibu dari Yesus, ia boleh disebut “Anthropo-
tokos” (yang melahirkan manusia) atau “Khisto-tokos” (Bunda Kristus). Maka dari
itu Konsili Efesus (tahun 431) menetapkan Bunda Maria sebagai “Theo-tokos”
(Bunda Allah) yang menjadi teladan dan pembawa kedamaian bagi manusia dalam
menjalani kehidupan (Groenen, 1988:41). Dapat dikatakan dalam rahim Bunda
Maria yang terjadi adalah proses pembentukan menjadi manusia. Maka dalam
rahim Bunda Maria kemanusiaan dan keilahian itu menjadi satu. Pribadi Yesus
bukanlah pribadi manusia belaka tetapi Pribadi Yesus adalah pribadi manusia dan
juga pribadi Sang Sabda Ilahi. Di sinilah arti proses perwujudan menjadi manusia
dan proses ini berlangsung dalam kandungan Bunda Maria.
Tentunya sebagai umat Katolik, kita tidak hanya mengenal dan meneladani
sikap dan semangat Yesus Kristus, akan tetapi kita juga perlu mengenal sosok
Maria yaitu Bunda Yesus Kristus yang kita imani. Maria merupakan Bunda-
Perawan sebagai ibu yang pertama-tama melahirkan Yesus yang kemudian secara
rohani menjadi ibu semua orang beriman. Maria disebut sebagai perawan karena
telah menyerahkan diri secara total kepada Allah. Maka dari itu Bunda Maria
merupakan sosok ibu yang menjadi teladan bagi seluruh umat manusia (Dister,
2004:491).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Bunda Maria adalah bunda semua orang beriman. Hal ini tampak ketika
Bunda Maria menyatakan kesanggupannya untuk menyerahkan dirinya secara total
pada Tuhan dengan menjawab “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah
padaku menurut perkataanmu itu” (Luk 1:38). Pernyataan tersebut menunjukkan
bahwa ketaatan dan kekudusan Bunda Maria menjadi teladan bagi kita sebagai umat
Allah yang beriman karena Bunda Maria telah memutuskan untuk menerima
kehendak Allah.
Spiritualitas adalah seluruh kenyataan hidup yang mencerminkan nilai-nilai
hidup berdasarkan iman yang dihayati, sikap-sikap atau keutamaan-keutamaan
hidup yang mendukung untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut dan tingkah laku
atau pilihan-pilihan konkrit beserta tindakan-tindakan untuk mewujudkan nilai-
nilai hidup tersebut (Konferensi Pemimpin Tarekat Religius Indonesia, 1987:4).
Spiritualitas adalah cara hidup dan berpikir berdasarkan bimbingan Roh Kudus
untuk mewujudkan iman kita dalam hidup sehari-hari. Maka dapat dikatakan bahwa
spiritualitas merupakan cara hidup yang berlandaskan pada Allah untuk terlibat
dalam masyarakat dengan mendasarkan pada nilai-nilai Injili. Oleh karena relasinya
yang mendalam dengan Allah, secara otomatis umat-Nya akan terlibat dalam
pembangunan masyarakat sehingga menjadi lebih manusiawi.
Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran adalah salah satu
paroki yang berada di Keuskupan Agung Semarang. Paroki ini terletak cukup
strategis di dalam Kota Yogyakarta. Paroki ini berdiri sejak tahun 1944 dan selalu
mengalami perubahan setiap masanya, baik perubahan dalam pembangunan fisik
maupun dalam perkembangan umat seturut dengan perkembangan Gereja. Di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Paroki ini terdapat berbagai macam komunitas-komunitas yang membangun iman
dan persaudaraan antar umat. Salah satunya adalah komunitas Legio Maria.
Legio Maria adalah salah satu paguyuban atau komunitas yang berkumpul
dengan semangat Bunda Maria untuk berkarya dalam panggilannya sebagai rasul
awam. Dalam hal ini, para anggota harus siap diutus ke dunia (masyarakat) untuk
mewartakan kabar sukacita seperti halnya Bunda Maria. Menjadi salah satu bagian
dari Legio Maria, tentu perlu menghayati dan meneladani sosok Maria tersebut.
Misalnya bagaimana cara hidupnya dan bagaimana ia menanggapi imannya atas
Yesus Kristus.
Legio Maria yang ada di Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela
Kumetiran menjadi bagian utuh komunitas-komunitas beriman Paroki. Legio Maria
yang berada di Paroki ini berdiri pada tahun 1982, yang pada saat itu dengan jumlah
anggota sebanyak 20 orang. Pada umumnya, legioner didominasi oleh orang yang
sudah lanjut usia. Legio Maria ini cukup terlibat aktif dalam kehidupan Gereja
karena selalu diadakan pertemuan rutin pada setiap presidium. Pertemuan ini
dilaksanakan selama 90 menit setiap satu minggu sekali. Adapun kegiatan rutin
yang dilaksanakan oleh legioner adalah berdoa bersama, rapat untuk pembagian
tugas yang dilaksanakan oleh 2 orang. Dalam rapat pun juga diberi kesempatan
untuk menyampaikan tugas yang telah dilaksanakan, misalnya melayat,
mengunjungi orang sakit, mengunjungi umat kurang aktif, penjara, dan kegiatan
baik lainnya demi Kerajaan Allah. Para legioner meyakini bahwa seluruh hidupnya
akan dipersembahkan kepada Allah melalui Bunda Maria. Hal ini ditunjukkan
dengan kesetiaan mereka dalam karya pelayanan di Gereja dan masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Semangat mencintai Bunda Maria menjadi landasan yang kuat bagi para legioner
untuk berkarya.
Berdasarkan pemaparan diatas dan keingintahuan penulis, penulis ingin
menggambarkan dampak spiritualitas Bunda Maria terhadap kehidupan anggota
Legio Maria dan hubungannya dengan kedewasaan iman. Karena itu penulis
memberi judul skripsi: “DESKRIPSI DAMPAK SPIRITUALITAS BUNDA
MARIA TERHADAP KEDEWASAAN IMAN ANGGOTA LEGIO MARIA
DI PAROKI HATI SANTA PERAWAN MARIA TAK BERCELA
KUMETIRAN”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Spiritualitas Bunda Maria dan kedewasaan iman?
2. Bagaimana anggota Legio Maria Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela
Kumetiran menghayati Spiritualitas Bunda Maria dan dampaknya bagi
kedewasaan iman?
3. Kegiatan apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penghayatan
Spiritualitas Bunda Maria terhadap kedewasaan iman anggota Legio Maria di
Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
C. TUJUAN PENULISAN
1. Menggambarkan pemahaman akan spiritualitas Bunda Maria dan kedewasaan
iman.
2. Mengetahui bagaimana anggota Legio Maria di Paroki Hati Santa Perawan
Maria Tak Bercela Kumetiran menghayati Spiritualitas Bunda Maria dan
dampaknya bagi kedewasaan iman.
3. Memberikan usulan kegiatan sebagai upaya untuk meningkatkan penghayatan
Spiritualitas Bunda Maria terhadap kedewasaan iman anggota Legio Maria di
Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran.
D. MANFAAT PENULISAN
1. Bagi penulis
Dapat memahami dan menambah wawasan akan spiritualitas Bunda Maria
sehingga menjadi teladan untuk melayani ketika menjadi seorang katekis atau
sebagai pendidik nantinya.
2. Bagi anggota Legio Maria Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela
Kumetiran
Anggota Legio Maria dapat termotivasi sosok Bunda Maria supaya semakin
menghayati panggilannya sebagai rasul awam yang berkumpul dalam semangat
Bunda Maria.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
3. Bagi Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik Universitas Sanata
Dharma
Mengajak mahasiswa untuk mendalami spiritualitas Bunda Maria sebagai
bekal dalam menjalani panggilannya menjadi seorang katekis.
4. Bagi para pelayan umat atau Gereja
Menyadari pentingnya dampak spiritualitas Bunda Maria sehingga mereka
senantiasa bersemangat dan setia dalam melayani Tuhan dan sesama.
E. METODE PENULISAN
Metode yang dipakai penulis adalah deskriptif analitis. Deskriptif analitis
adalah metode yang menggambarkan dan menganalisis data yang diperoleh melalui
studi pustaka atau dokumen-dokumen mengenai spiritualitas Bunda Maria dan
diperkuat dengan adanya penelitian. Penelitian ini menggunakan penelitian
kualitatif yang dilengkapi dengan instrumen berupa kuesioner.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Tulisan ini mengambil judul “DESKRIPSI DAMPAK SPIRITUALITAS
BUNDA MARIA TERHADAP KEDEWASAAN IMAN ANGGOTA LEGIO
MARIA DI PAROKI HATI SANTA PERAWAN MARIA TAK BERCELA
KUMETIRAN”. Kemudian dikembangkan menjadi 5 bab, yaitu:
BAB I berisi pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah,
identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan permasalahan, tujuan penulisan,
manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II menyampaikan kajian pustaka tentang spiritualitas Bunda Maria dan
kedewasaan iman. Pokok-pokok yang dibahas dalam bab ini, yang pertama adalah
gambaran/arti spiritualitas secara umum, sosok Bunda Maria dan spiritualitas
Bunda Maria. Bagian yang kedua adalah tahap-tahap kedewasaan iman. Sedangkan
bagian terakhir adalah pengertian, pendiri, tujuan, semangat, motivasi, spiritualitas
Legio Maria dan tugas-tugas pokok legioner serta Legio Maria berkarya di paroki.
BAB III mengumpulkan data serta melakukan pembahasan data dan
kaitannya dengan bagaimana anggota Legio Maria di Paroki Hati Santa Perawan
Maria Tak Bercela Kumetiran menghayati spiritualitas Bunda Maria.
BAB IV mengemukakan usulan kegiatan sebagai upaya untuk
meningkatkan penghayatan spiritualitas Bunda Maria terhadap kedewasaan iman
anggota Legio Maria di Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran
sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian yang telah dilakukan.
BAB V menyampaikan kesimpulan dan saran dari penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
POKOK-POKOK SPIRITUALITAS BUNDA MARIA DAN
TAHAP-TAHAP KEDEWASAAN IMAN LEGIO MARIA
Bab II adalah tindak lanjut dari bab sebelumnya dan akan menjawab
permasalahan yang pertama yang terkait dengan pokok-pokok spiritualitas Bunda
Maria dan tahap-tahap kedewasaan iman. Penulis akan mendeskripsikan pokok-
pokok spiritualitas Bunda Maria dan tahap-tahap kedewasaan iman serta
pengetahuan umum mengenai Legio Maria.
Pada bab II ini, penulis akan membaginya ke dalam dua pokok bahasan.
Pokok bahasan yang pertama mendeskripsikan pokok-pokok spiritualitas Bunda
Maria meliputi: gambaran arti spiritualiitas Bunda Maria, sosok Bunda Maria dan
spiritualitas Bunda Maria. Pokok bahasan kedua mendeskripsikan tahap-tahap
kedewasaan iman. Sedangkan pokok bahasan ketiga mendeskripsikan tentang
Legio Maria yang meliputi: pengertian, pendiri, tujuan, semangat, motivasi,
spiritualitas Legio Maria dan tugas-tugas pokok para legioner serta Legio Maria
berkarya di paroki.
A. Spiritualitas Bunda Maria
1. Pengertian Spritualitas Secara Umum
Spiritualitas adalah seluruh kenyataan pribadi manusia yang mencerminkan
nilai-nilai hidup berdasarkan iman yang dihayati, sikap-sikap, tingkah laku, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
pilihan-pilihan konkrit beserta tindakan-tindakan untuk mewujudkan nilai-nilai
hidup. Secara singkat, yang dimaksud dengan spiritualitas adalah kenyataan hidup
yang mencakup keyakinan iman, keutamaan beserta perwujudannya. Spiritualitas
juga dapat digambarkan dalam wujud keterlibatan kita pada kehidupan masyarakat.
Pada intinya kita ingin bersama dengan berbagai pihak untuk mengusahakan
terjadinya perubahan-perubahan hidup dan tata susunan sosial yang lebih adil dan
dilandasi cinta kasih dengan sasaran kepada orang yang KLMTD (Konferensi
Pemimpin Tarekat Religius Indonesia, 2004:4).
Spiritualitas bukanlah teologi akademis melainkan relasi manusia dengan
manusia serta relasi manusia dengan Tuhan. Banawiratma (2017:13)
menyampaikan pandangan Gregorius dari Nyssa yang menyatakan spiritualitas
merupakan cara umat beriman menempuh peziarahan menjadi sahabat Allah.
Banawiratma juga menyampaikan kembali pandangan dari Fransiskus Asisi yang
mengartikan spiritualitas bukan sebagai ajaran, yang bisa keluar dari mulut
siapapun. Spiritualitas yang dikejar adalah Injil, pribadi Kristus, Anak Allah yang
menjadi manusia, dan yang di dalam Roh-Nya berjalan bersama ibu bumi dan
segenap isinya.
Umat Katolik dipanggil dan menyanggupkan diri untuk melayani Kerajaan
Allah yang hadir dalam kenyataan hidup manusia. Kerajaan Allah pada masa kini
disadari sebagai daya kekuatan untuk mengubah situasi sosial manusia yang
ditandai oleh ketidakadilan, dalam segala bentuknya. Oleh karena itu, bila ingin
setia kepada pelayanan Kerajaan Allah, mau tidak mau harus ikut serta dalam usaha
membangun situasi sosial yang lebih baik. Pelayanan kita kepada pertumbuhan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
perkembangan Kerajaan Allah dalam kenyataan sosial masyarakat itulah yang
mendorong kita untuk mencoba merumuskan spiritualitas pelayanan. Spiritualitas
pelayanan ini dimengerti dalam usaha kita bekerja sama dengan kekuatan Kerajaan
Allah yang sedang bergulat untuk tumbuh dalam kenyataan sosial masyarakat
Indonesia (Konferensi Pemimpin Tarekat Religius Indonesia, 1987:5).
Berdasarkan pemikiran-pemikiran di atas penulis dapat menyatakan bahwa
spiritualitas adalah cara hidup dan bertindak umat beriman yang dilandasi oleh
peranan Roh Kudus atau Roh Ilahi yang bekerja dalam hidupnya. Dalam hal ini,
orang yang berspiritualitas dapat membawa perubahan kehidupan atau tatanan
masyarakat ke arah yang lebih baik.
2. Sosok Bunda Maria
Maria sebagai Bunda Allah ini tinggal di Nazaret. Ia menikah dengan
seorang laki-laki yang bernama Yusuf. Ia mengurusi rumah, memintal bahan
pakaian, menyalakan api, membuat roti, membersihkan kebun, mengasuh Anaknya
dan melayani suaminya. Ia menyaksikan pertumbuhan Yesus dari anak kecil sampai
anak belasan tahun, dari anak tukang kayu sampai Yang Diurapi Allah (Beckman,
2009:15).
Nazaret abad pertama hanyalah sebutir kerikil jika dibandingkan dengan
kota besar Yerusalem di Yudea selatan. Di Yerusalem, kenisah baru dan megah
dibangun oleh Herodes Agung yang berusaha mengambil hati orang Yahudi dengan
membuat proyek pembangunan besar-besaran. Maria dan orang beriman Yahudi
lainnya setiap tahun mengadakan ziarah iman untuk merayakan Paskah dan hari-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
hari raya lainnya. Maria juga melaksanakan banyak tata cara inisiasi dalam hidup
bermasyarakat yakni lahirnya seorang anak laki-laki yang disunatkan dan
dipersembahkan di kenisah, disapih dan dipersembahkan lagi di kenisah untuk
terakhir kalinya pada usia 13 tahun (Beckman, 2009: 22).
Maria adalah seorang gadis Yahudi yang masih muda dan penuh gairah
yang memiliki iman yang mendalam. Perwujudan iman Maria dapat dibayangkan
ketika ia melagukan kidung ratapan pada waktu melayat kematian seorang kawan
dekat atau menari-nari dalam perarakan perayaan perkawinan ketika pengantin
perempuan diarak melalui jalan-jalan ke rumah pengantin laki-laki. Kita pun dapat
menduga bahwa Maria seperti perempuan-perempuan Yahudi lainnya yang
merupakan ibu rumah tangga dan melaksanakan tugas meneruskan warisan
imannya kepada Anaknya dengan menceritakan kisah-kisah besar (Beckman,
2009:23).
Maria disebut sebagai perawan dan suci. Maria juga adalah seorang pendoa
dan perantara kepada Yesus Kristus. Maria terlibat secara bebas dan aktif dalam
rencana dan pelaksanaan keselamatan. Dalam hal ini pula, Maria menjadi ikon,
citra, dan teladan bagi Gereja menuju kepada Kerajaan Allah (Sabato, 2006:14-15).
Sabato (2006:16) mengatakan bahwa Kitab Suci Perjanjian Baru memuat
152 ayat yang berkaitan dengan Bunda Maria. Ke-152 ayat tersebut masing-masing
terdapat dalam Paulus 1 ayat, Lukas 89 ayat, Kis. 1 ayat, dan sisanya terdapat pada
Markus, Matius dan Yohanes. Inilah yang disebut keyakinan iman atas kedudukan
dan peranan Maria.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Semua Injil menggambarkan Maria sebagai perempuan beriman mendalam.
Hati Maria yang terbuka kepada Allah merupakan teladan bagi manusia yang
ditandai dengan kesanggupan Maria secara penuh terhadap panggilan Allah. Ia
adalah manusia pendoa yang menanggapi misteri Anaknya dengan menyimpan
baik-baik setiap tanda keallahan Yesus dan merenungkannya di dalam hati. Maria
adalah murid pertama yang bersedia mengikuti Yesus dan menunaikan
pelayanannya dalam jemaat Kristen (Beckman, 2009:16).
Bapa Konsili Vatikan II dalam dokumen LG bab VIII memandang Bunda
Maria sebagai ikon, gambar dan teladan Gereja. Dalam bab VIII ini juga berbicara
mengenai mariologi yang membahas keterlibatan Maria yang mendalam dalam
karya keselamatan Putranya, peranan, fungsi, spiritnya dalam hubungan dengan
Gereja, umat Allah, tubuh mistik, bait/kenisah Roh Kudus. Bunda Maria adalah
teladan umat beriman dalam berkomunikasi dengan firman Allah yang selalu
menuntut jawaban dan sikap bebas, tanggung jawab serta kerjasama atas rencana
Ilahi. Maria adalah sosok guru dan sekaligus murid sebagai bentuk penyerahan diri
kita kepada kehendak Ilahi (Sabato, 2006:75).
Bunda Maria mewujudkan Gereja yang berziarah secara sempurna yakni
bersatu dengan Putranya (koinonia), hamba dan pelayan Kerajaan Allah (diakonia),
mempersembahkan Putranya kepada dunia (kristofania), mewujudkan dan
menyatakan bagaimana keadaan manusia nanti (eskatologia). Gereja memandang
Maria sebagai: perawan (utuh bagi Tuhan) taat kepada-Nya dan keibuan bagi
seluruh manusia. Singkatnya, “Gereja seluruhnya adalah Marialis” (Sabato,
2006:80-82).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Konsili Vatikan II meminta semua umat Allah memandang Maria secara
demikian: “Bunda Allah adalah contoh Gereja, yaitu menurut iman, cinta kasih dan
persatuan sempurna dengan Kristus” (LG, 63). Hal ini terjadi karena manusia
merindukan suatu Gereja yang insani, suatu Gereja yang tidak lagi menyatakan diri
terutama sebagai maskapai atau lembaga melainkan sebagai persekutuan semua
orang yang beriman pada Kristus (Panitia Kehidupan Doa – F.I.C, 1970:37).
Paus Paulus VI melalui Anjuran Apostolik “Marialis Cultus” membahas
tema yang berkaitan dengan posisi Bunda Maria dalam ibadat Gereja. Gereja
menghormati Maria dengan liturgi untuk mengingat peristiwa-peristiwa atau peran
tertentu yang dimiliki olehnya. Maria dipandang Gereja sebagai teladan iman,
kasih, dan kesatuan penuh dengan Kristus (MC 16). Maria diakui Gereja sebagai
perawan yang mendengarkan Sabda Allah, yang pantas diteladani oleh Gereja
dalam beriman (MC 17). Maria diakui Gereja sebagai perawan yang berdoa, yang
pantas diteladan oleh Gereja dalam berdoa (MC 18). Maria juga diakui sebagai
perawan yang mempersembahkan diri kepada Allah, yang harus diteladan oleh
Gereja dalam mempersembahkan dirinya kepada Allah (MC 20). Gereja
menghormati Maria sebagai pengajar hidup rohani setiap orang beriman (MC 21).
Perlu digarisbawahi ajakan Konsili Vatikan II kepada semua orang beriman agar
mereka “dengan murah hati memajukan penghormatan kepada Santa Maria,
terutama dalam liturgi” (Hadiwardoyo, 2017:25-26).
Pada akhir Anjuran Apostolik ini, Paus Paulus VI ingin menegaskan lagi
bahwa Maria telah memainkan peran penting dalam karya penyelamatan dunia
yang dilaksanakan oleh Putranya dan juga dalam hidup serta karya Gereja. Saat ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
pun, Maria masih berperan di dalam Gereja. Ia berperan sebagai penghibur yang
berduka, penyembuh bagi yang sakit dan pelindung bagi yang berdosa
(Hadiwardoyo, 2017:31).
Paus Yohanes Paulus II menyatakan kembali pandangan Konsili di Efesus
yang mengakui Maria sebagai Bunda Allah karena Yesus, Putranya, sungguh-
sungguh ilahi. Konsili Vatikan II juga mengakui Maria sebagai Bunda Gereja,
teladan Gereja dalam hal iman, kasih, dan persatuan sempurna dengan Kristus
(Hadiwardoyo, 2017:32).
Kepengantaraan Maria erat berkaitan dengan keibuannya. Perantaraan
semacam ini adalah perantaraan yang membawahkan diri kepada perantaraan
Kritus, Putranya. Dengan diangkatnya ke surga, peran Maria dalam karya
penyelamatan dunia tidak berakhir melainkan terus berlangsung dan bahkan
berlipat ganda. Menurut Konsili Vatikan II, Maria diakui sebagai Ratu Semesta
Alam. Selain menjadi pola dan teladan Gereja, Maria juga ikut melahirkan dan
membesarkan putra-putri Gereja. Keibuan Maria bagi Gereja itu didasarkan pada
Sabda Tuhan yang menyerahkan ibu-Nya kepada para murid-Nya, sebagai ibu
mereka. Oleh karena itu, Maria hadir dalam Gereja sebagai Bunda Kristus, ibu
dalam misteri penebusan. Karena itu pula, Gereja menghormatinya sebagai ibu
rohani seluruh umat manusia (Hadiwardoyo, 2017:36).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
3. Spiritualitas Bunda Maria
a. Maria dan Panggilan Kerasulan Umat Awam
Panggilan dan kedudukan umat awam harus dipandang dari dua segi yaitu
berkaitan dengan hidup keseharian dan dari segi teologi. Pandangan ini ditekankan
Konsili Vatikan II dan refleksi teologi sesudahnya. Kesadaran akan peranan kaum
awam semakin berkembang (Sabato, 2006:89).
Panggilan Maria adalah adalah panggilan sebagai umat awam. Panggilan
umat awam, seperti panggilan Maria disebut keibuan mesianis. Saat ini refleksi
teologi berpusat pada panggilan keselamatan yaitu kesadaran bahwa hidup sebagai
umat adalah panggilan keselamatan. Maria menjadi gambaran umat awam karena
sudah menghayati tiga fungsi Yesus: imam, nabi, dan raja. Seluruh Gereja
mengambil bagian dalam peran Yesus sebagai imam, nabi, dan raja berdasar
pembaptisan dan pengurapan Roh Kudus (Sabato, 2006:90-91).
Santa Perawan Maria dipanggil dan dipilih oleh Allah untuk menjadi Bunda
Tuhan kita Yesus Kristus juga melulu karena karunia Allah. Tidak ada sesuatu pun
dalam diri Maria yang membuatnya layak sehingga Allah memilihnya sebagai ibu
Yesus Kristus. Allah memanggil dan memilih Maria menjadi Bunda Penebus
karena hal itu dikehendaki Allah sendiri (Martasudjita, 2003:15).
Kehidupan Maria mencerminkan sikap penyembahan kepada Allah Putra-
Nya dan Gereja. Bunda Maria adalah pewarta yang pertama yang diberi gelar
sebagai bintang dan pelopor evangelisasi, pendengar dan pelaksana Sabda Ilahi. Hal
tersebut tampak pada sikap dasar yang dimiliki oleh Bunda Maria. Umat diharapkan
memiliki sikap dasar yang sama seperti Maria yakni tekun dalam doa, beriman,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
merenung atas kejadian yang dialami untuk memahaminya, sabar dalam
menghadapi persoalan hidupnya (Sabato, 2006:91).
b. Iman Maria
Iman Maria adalah kegembiraan, tetapi juga usaha mencari dengan rendah
hati dan penuh rindu akan kehendak Allah. Di dalam imannya, Maria dapat melihat
tanda-tanda kehadiran Allah. Ia merupakan model bagi Gereja sebab ia memadukan
rasa syukur atas anugerah Allah dengan kesediaan menjadi pelayan bagi orang lain.
Melalui iman, Maria menjadi bahtera keselamatan bagi manusia karena olehnya
Juruselamat dunia datang kepada semua manusia (Haring, 1992:33).
Iman Maria memperkuat iman orang lain. Hal ini ditunjukkan ketika Maria
tetap berdiri tegak di bawah salib Yesus sebagai orang yang imannya tak goyah.
Sabtu Paska merupakan hari yang paling panjang bagi Maria. Ia berjaga dalam
kekosongan. Karena imannya itu ia disebut sebagai putri yang sejati dari Ibrahim,
Bapa segala orang beriman. Terlebih juga karena kebesaran cinta kasih Maria.
Maka sebagai umat beriman dapat meneladani Maria dengan merenungkan
imannya. Karena tak seorangpun dapat menghampiri Allah tanpa iman (Panitia
Kehidupan Doa – F.I.C, 1970:34).
Visi iman Maria adalah rahmat Allah yang meninggikan. Dengan
mengalami ditinggikan oleh Allah yang berkunjung dalam kedinaannya, Maria
melihat petunjuk bagaimana Allah yang melewati umat-Nya bertindak untuk
mengubah keadaan umat-Nya. Kunjungan Allah dilihat oleh Maria dalam iman,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
sebagai saat penataan dan pemulihan tata kehidupan yang lebih bermartabat
(Darminta, 1995:21).
Perjalanan iman Maria yang dinyatakan menjadi hamba Allah yang total tak
mudah dan lancar saja. Dengan nubuat Simeon bahwa hati Maria akan tertembus
pedang, yang dinyatakan bahwa pengabdian Maria kepada Allah akan disertai oleh
derita dan kesakitan. Terlebih pada saat ia melihat penderitaan Yesus sebelum
wafat. Derita dalam penyerahan diri kepada kehendak Allah dalam diri Maria sering
dilukiskan bahwa Maria mengalami tindakan yang tidak adil. Tetapi lewat itu
terjadilah proses pemurnian iman yang sesungguhnya, sehingga Maria semakin
mampu mengambil sikap yang benar terhadap karya Allah. Karena itu Bunda Maria
juga semakin dijadikan mampu ikut serta secara efektif dalam karya keselamatan
Allah dengan penuh iman dan kepasrahannya (Darminta, 1994:41-43).
c. Kekudusan Maria
Kekudusan Maria terungkap secara berangsur-angsur dipusatkan sekitar dua
pokok utama yaitu bahwa Maria dibebaskan dari dosa asal oleh jasa Yesus Kristus
pada saat ia dikandung dan berkembang dalam rahmat dan yang kedua kekudusan
berkat kerja samanya dengan anurah-anugerah Roh yaitu iman, harapan dan kasih.
Oleh karena itu, sepanjang hidupnya Maria tetap tanpa dosa dan kudus. Bagi Maria,
kekudusan berarti berkembang dalam kesadaran bahwa Allah benar-benar
mengelilingi dia dan menerobos sepenuhnya dalam dirinya. Ia harus mendorong
kesadarannya menuju kuasa Roh Kudus, ke tingkat-tingkat kesadaran baru bahwa
Allah adalah segalanya dan ia sendiri adalah kekosongan yang dipenuhi oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
anugerah kasih Allah (Maloney, 1990:98). Dalam hal ini, seluruh tindakan Maria
merupakan dorongan dari Roh Kudus untuk bekerja sama dengan rahmat Allah
selama hidup dalam karyanya di dunia.
Salah satu ciri kekudusan Maria dapat diringkas dengan kata sederhana
yaitu sikap pasrah. Sikap pasrah adalah kebalikan dari sikap gelisah secara jasmani,
jiwani dan rohani. Biasanya sikap gelisah yang tidak pernah tenang disebabkan oleh
hubungan yang kurang tepat antara manusia dan Allah. Sejak masa kanak-kanak,
Maria memiliki sikap pasrah yang dilandasi oleh iman mendalam, kepercayaan dan
kasih akan Allah yang dianugerahkan oleh Roh Kudus. Ia tahu bahwa dalam semua
peristiwa dalam hidupnya, ia dibimbing oleh kekuatan tangan Allah Bapa yang
penuh kasih (Maloney, 1990:114).
Sebelum Putra Ilahinya berkhotbah tentang Bapa surgawi yang penuh
perhatian dan kasih, Maria telah mengalami kedamaian dan kegembiraan memasuki
kehidupannya karena ia menghayati hidup penuh penyerahan, kepercayaan dan
kasih kepada Bapa surgawi. Kegembiraan Maria tidak tergantung dari keadaan-
keadaan yang sedang dialaminya. Entah ia sedang melarikan diri dari pedang
serdadu-serdadu Herodes yang dendam ke pembuangan di Mesir atau ia sedang
dihina oleh orang-orang yang memperolok Putranya (Maloney, 1990:114).
Maria tetap bersikap pasrah dan selalu dipenuhi kegembiraan, sebab
kekuatannya berada dalam Allah. Dari hal tersebut, Maria mengajarkan kita untuk
tidak lari dari keadaan yang membawa penderitaan melainkan menemukan sikap
pasrah dengan keadaan tersebut. Sikap pasrah Maria tersebut dibangun atas dasar
keyakinan bahwa Allah bekerja dalam semua peristiwa hidupnya. Pandangan inilah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
yang memperkembangkan dalam diri Maria suatu harapan yang mendalam. Bagi
Maria, harapan pada Allah menghasilkan sikap hormat yang memberikan kepada
Allah kebebasan sempurna untuk berbuat pada hamba-Nya, Maria, apapun yang
dikehendaki-Nya (Maloney, 1990:115).
d. Belas Kasih Spiritualitas Penyerahan Diri dan Pelayanan Maria
Belas kasih merupakan salah satu spiritualitas Maria yang amat dominan,
mulai dari kesediannya menjadi Bunda Yesus melalui kabar malaikat hingga tiba
saatnya ia berada di kaki salib ketika ia diserahkan oleh Sang Putera menjadi Bunda
Gereja. Gereja dari hari ke hari senantiasa mengalami belas kasih Maria. Cinta,
perhatian dan kelembutan Maria mengalir terus dalam perjalanan Gereja karena dia
adalah Bunda Gereja. Cinta, perhatian dan kelembutannya memporak-porandakan
hati yang beku, egoisme dan kesombongan sehingga semua berubah menjadi
keterbukaan, pelayanan dan persaudaraan (Talibonso, 1994:142-143).
Di kaki salib, Yesus menyerahkan ibu-Nya kepada murid yang dikasihi-
Nya. Penyerahan ini melambangkan bahwa Maria secara resmi diserahkan kepada
Gereja. Bunda yang menjadikan belas kasih sebagai spiritualitas pelayanannya
kepada Sang Putera, kini mewujudkan belas kasih itu kepada Gereja. Bunda Maria
adalah Bunda Gereja yang mewarnai gaya hidupnya dengan belas kasih. Oleh
karena itu Gereja mengambil alih belas kasih tersebut dan menjadi salah satu
spiritualitasnya dalam melayani umat (Talibonso, 1994:145).
Talibonso (1994:145) juga menyampaikan bahwa belas kasih yang menjadi
spiritualitas Bunda Maria juga nampak pada pelayanannya dalam keluarganya di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Nazaret yang patut diteladani oleh keluarga Kristiani. Dengan keibuan yang berakar
dari belas kasih, Maria bersama Yusuf membina keluarga mereka dalam
membesarkan Yesus. Dalam keluarga Kristiani, nilai-nilai luhur perkawinan
dipegang amat teguh. Teladan Maria dan Yusuf ketika membesarkan Yesus perlu
diperhatikan untuk mendidik anak-anak. Anak-anak adalah buah cinta, oleh karena
itu orang tua wajib membimbing anak-anak dan memperhatikannya dari berbagai
segi perkembangan anak.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dikatakan bahwa Maria adalah
teladan umat beriman. Dalam diri Maria nampak belas kasih yang menjadi
spiritualitasnya. Hal ini pun menjiwai seluruh karya pelayanannya terhadap Yesus
dan Gereja. Nilai-nilai keibuannya seperti ketenangan, kesabaran,
kelemahlembutan serta belas kasih tidak pernah terpisah dalam hidupnya
(Talibonso, 1994:147).
Talibonso (1994:147) menyampaikan bahwa dalam pelayanannya, belas
kasih yang menjadi spiritualitas Maria dapat digolongkan menjadi dua bagian.
Pertama berupa belas kasih dalam aksi. Belas kasih dalam aksi adalah spiritualitas
pelayanan Maria yang nyata dalam tindakannya mulai dari kesediannya
mengandung Sang Putra hingga pada penyerahan dirinya oleh Sang Putra kepada
Gereja di kaki salib. Kedua berupa belas kasih dalam kontemplasi. Ini adalah gaya
hidup Maria, sikap batin yang terutama dijiwai oleh kelembutan dan keibuannya
dimana ia selalu merenungkan peristiwa-peristiwa besar dalam hatinya untuk diolah
dan menjadi kekayaannya yang sekaligus menjadi kekayaan Gereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
e. Butir-butir Spiritualitas Bunda Maria yang Dapat Diteladani
Suparyanto (1994:150) menyampaikan bahwa kita perlu menyadari, Maria
mengahayati hidupnya di tengah-tengah masyarakat yang memandang rendah
wanita. Hidup Maria tidak bisa dilepaskan dari hidup Yesus. Dalam konteks
tersebut, kita akan menggali nilai-nilai hidup Maria yang bisa diteladani. Berikut
ini akan disampaikan beberapa pokok hidup Maria yang bisa diteladani oleh umat
jaman sekarang:
1) Terlibat dalam tata penyelamatan
Allah merupakan misteri bagi kehidupan manusia. Allah yang adalah
misteri itu membuka diri-Nya pertama-tama dengan memperkenalkan pribadi-Nya
yang penuh kasih. Pernyataan tersebut dinyatakan melalui janji-janji-Nya. Jawaban
terhadap janji tersebut adalah iman dan pengharapan (Suparyanto, 1994:150).
Iman bagi Maria adalah menerima Yesus dalam kandungannya,
memelihara-Nya dengan darahnya dan melindungi-Nya dengan hidupnya sendiri.
Sebelum Sabda menjadi Manusia dalam kandungannya, Maria menerima Sabda itu
dengan imannya. Dalam diri Maria, janji penyelamatan Allah menjadi konkret.
Janji Allah untuk menyelamatkan manusia seluruhnya dipenuhi dalam totalitas
hidup Yesus. Janji Allah terealisasi dalam diri Yesus. Dengan demikian, kesediaan
Maria untuk menjadi Bunda Yesus merupakan keterlibatan dalam tata
penyelamatan Allah (Suparyanto,1994:151).
2) Taat dalam Iman
Setelah malaikat membentangkan kepada Maria peranannya dalam tata
penyelamatan, maka Maria merelakan diri menjadi hamba Tuhan. Sebagai hamba
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Tuhan, Maria hidup taat. Dasar ketaatan Maria yang merelakan diri untuk menjadi
hamba Tuhan tampak pada saat Maria memberikan jawaban atas kesanggupannya
untuk mengandung Yesus (Suparyanto, 1994:151).
3) Percaya kepada Penyelenggaraan Ilahi
Suparyanto (1994:151) menyampaikan bahwa sikap iman Maria terungkap
dalam penyerahan dan jawaban YA-nya terhadap tawaran warta gembira dari
malaikat. Iman Maria dalam menerima kabar itu diungkapkan dengan nada
gembira. Hal ini ditunjukkan melalui nyanyian pujian. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa Maria mengandalkan penyelenggaraan ilahi dan percaya kepada
Allah. Kepercayaan itu mendorong dia untuk selalu berusaha mencari yang
dikehendaki Allah bagi dirinya.
4) Siap sedia selaku hamba
Di hadapan Allah, Maria bukan manusia sempurna. Maria sering mengalami
kegelapan iman. Namun Maria selalu terbuka kepada kehendak Allah sehingga
dalam keterbatasannya pun dia selalu terarah pada tawaran Allah dan bisa
mengatasi keterbatasannya yang menyesatkan. Kesiap-sediaan Maria ditunjukkan
dengan meninggalkan segala-galanya demi kehendak Allah yang dicintai dan
mencintainya. Dia tidak pertama-tama mencari kepentingan dirinya selain
kehendak Allah (Suparyanto, 1994:152).
5) Ibu yang Setia
Suparyanto (1994:152) menyampaikan bahwa kesetiaan Maria sangat
menonjol pada saat dibutuhkan. Pada saat banyak orang mulai ragu dan sangsi
mengenai isi imannya kepada Yesus, Maria hadir. Kehadiran Maria menyentuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Putranya yang tergantung pada kayu salib. Bagi Maria, dia menjadi setia karena dia
terus-menerus menjalin relasi dengan Putra yang dikasihinya. Makin dekat dan
personal hubungan itu makin menambah sikap untuk setia.
6) Pelindung
Dalam hidup menggereja, Maria sering dijadikan sebagai pelindung kota,
gereja-paroki, kelompok doa, atau tarekat-tarekat religious. Menjadikan Maria
sebagai pelindung merupakan salah satu cara untuk menghormatinya. Dalam
penghormatan kepada Maria, perhatian pada peristiwa-peristiwa hidupnya atau
segi-segi kepribadiaanya mendapat tekanan berbeda-beda. Penghormatan itu
memperlihatkan bahwa Maria dekat dengan setiap orang yang berusaha hidup
mengikuti Yesus (Suparyanto, 1994:152).
Berdasarkan butir-butir diatas, Maria menjadi teladan bagi para pengikut
Yesus Kristus. Maria menjadi pola dasar dalam beriman. Masing-masing orang
sesuai dengan kedudukan dan perannya dapat menemukan teladannya. Semua
wanita/ibu dapat melihat keteladanan Maria, khususnya sikap dasar Maria dalam
berelasi dengan Allah (Suparyanto, 1994:153).
B. Tahap-tahap Kedewasaan Iman
1. Arti Kedewasaan Iman
a. Pengertian Iman
Supratiknya (1995:47) menyampaikan pandangan Cantwell Smith dan
Fowler yang menyatakan perbedaan antara faith, belief dan religion. Menurutnya,
faith dapat diuraikan sebagai sesuatu yang terpisah dari perwujudan konkret ajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
doctrinal, keyakinan-keyakinan dan pernyataan kepercayaan (beliefs). Sedangkan
belief merupakan seluruh isi keyakinan dan pandangan religious yang diungkapkan
dalam representasi tertentu dan dianggap benar sebagai ajaran resmi agama yang
bersangkutan. Dapat dikatakan bahwa belief adalah suatu tindakan pengetahuan
yang didasarkan pada suatu tingkat evidensi yang rendah. Religion diartikan
sebagai suatu kumpulan tradisi kumulatif yang semua pengalaman religius dari
masa lalu dipadatkan dan diendapkan ke dalam seluruh sistem bentuk ungkapan
tradisional yang bersifat kebudayaan dan lembaga.
Faith adalah suatu tindakan percaya yang intens, fundamental dan sangat
pribadi. Faith adalah “orientasi seluruh pribadi” dan “merupakan cara fundamental
untuk percaya dan menanggapi hidup yang terjadi dalam bentuk keagamaan
tradisional, seperti Kristen dan Islam atau tidak”. Jika faith merupakan suatu
tindakan yang mendasar dari kepercayaan hidup dan kesetiaan eksistensional, faith
dapat dipandang sebagai “kepercayaan hidup” atau “kepercayaan eksistensional”
yang jauh lebih fundamental dan pribadi daripada religion dan belief (Supratiknya,
1995: 48).
Perlu ditekankan bahwa kepercayaan hidup harus dipandang sebagai suatu
tindakan asli eksistensi manusia sebagai upaya mencari arti dan makna. Hal tersebut
berarti bahwa human faith tidak boleh dipandang sebagai milik statis atau sebagai
kata sifat, melainkan sebagai aktus dinamis atau sebagai kata kerja. Oleh karena itu
Fowler menciptakan suatu istilah baru dalam bahasa bahasa Inggris yaitu faithing.
Faithing dipandang sebagai suatu dinamika pemberian arti supaya manusia dapat
menyingkapkan arti hidupnya (Supratiknya, 1995: 48-49).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
b. Tahap-tahap Perkembangan Iman
Supratiknya (1995:95) menyampaikan kembali pandangan Fowler bahwa
perkembangan iman mencerminkan suatu kesadaran diri yang semakin intens,
sesuai dengan urutan tahap yang dilewati oleh setiap pribadi. Tahap-tahap tersebut
adalah sebagai berikut:
1) Tahap Kepercayaan Awal dan Elementer (Primal Faith): Usia kanak-
kanak, 0 – 2 tahun
Tahap awal ditandai oleh cita rasa yang bersifat praverbal terhadap kondisi
eksistensi yaitu rasa percaya dan setia yang elementer pada semua orang dan
lingkungan yang mengasuh sang bayi dan pada gambaran kenyataan yang paling
akhir dan mendasar. Kepercayaan eksistensial menyusun gambaran tentang
kekuasaan akhir yang dapat dipercayai untuk mengatasi rasa takut yang timbul
dalam diri anak kecil sebagai akibat dari ancaman peniadaan hidup dan pemisahan
dirinya dari para pengasuhnya. Karena berkat lingkungan pengasuh dan orang lain
yang mencerminkannya secara berangsur-angsur, anak kecil belajar membedakan
kebaikan yang dirasai sebagai hal yang dapat dipercaya dan kejahatan yang harus
dicurigai dan dihindari sebagai sumber bahaya dan ancaman (Supratiknya, 1995:
96-99).
Fungsi kepercayaan elementer awal adalah menciptakan suatu jaringan kuat
yang terjalin oleh sejumlah arti vital yang dapat diandalkan dan sejumlah relasi
kepercayaan serta kesetiaan yang tidak dapat diragukan, demi menanggulangi
ketakutan yang mendasar akan ketiadaan dan perasaan asli tentang rapuhnya segala
sesuatu yang ada. Kepercayaan elementer adalah suatu rassa yang menyusun
gambaran atau pragambaran. Pragambaran Allah dan lingkungan yang mendalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
dan akhir mempunyai matriks ontogenetiknya pada gambaran anak tentang
pengasuhnya (Supratiknya, 1995: 99-100).
Pengalaman kepercayaan akan suatu Allah telah digariskan dan
dilambangkan oleh para pengasuh utama. Pada tingkat rendah ini Allah telah
dialami dalam keselarasan-Nya sebagai kehadiran yang ramah sekaligus tegas yang
mengarahkan kepada manusia sekaligus sebagai ketidakhadiran yang dirindukan
dan menakutkan karena menolah untuk memperlihatkan wajah-Nya kepada
manusia (Supratiknya, 1995: 101).
2) Tahap Kepercayaan Intuitif-Proyektif: Masa kanak-kanak, umur 2 – 6
tahun)
Jenis anak yang ditemukan pada tahap ini adalah anak yang didorong oleh
rasa diri yang terbagi antara keinginan untuk mengekspresikan dorongan hatinya
dan ketakutannya akan ancaman hukuman karena kebebasannya yang tanpa batas
dan tanpa kekang. Kira-kira pada umur 2 tahun, suatu revolusi kognitif baru akan
terjadi dalam hidup si anak. Tahap pertama yang preverbal diakhiri dengan
timbulnya kesanggupan berbahasa. Anak belajar menguasai dan menggunakan
bahasa menurut peraturan bahasa itu sendiri. Maka, ia memiliki suatu medium baru
untuk menyusun, mengatur dan mengantarai seluruh relasinya dengan dunia, orang
lain dan dirinya sendiri (Supratiknya, 1995: 104).
Seandainya Allah dibayangkan sebagai Pencipta dan Sumber Hidup, maka
anak pun memahami hal itu menurut pola pemikiran magi. Hal ini disebabkan
karena dunia pengalaman anak praoperasional bercorak magi dan menonjolkan sifat
berubah-ubah, kebetulan, penuh canda dan tidak dapat diramalkan. Dunia anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
masih penuh dengan “jiwa”, “dijiwai” oleh bermacam-macam roh halus. Keadaan
ini disebut “animisme” (Piaget) yaitu anak percaya pada roh-roh yang mendiami
sekalian benda seperti pohon, batu, sungai, gunung dan sebagainya. Menurut
pandangan animisme ini, awan-awan bisa tahu dengan tepat ke mana mereka mau
menjatuhkan hujan sehingga anak dapat memanggil Allah agar Ia menciptakan
keadaan tertentu dengan mengambil suatu tindakan magis. Tentu hal ini sesuai
dengan keinginan si peminta (Supratiknya, 1995:110).
Anak telah belajar berbahasa dan bercakap-cakap serta daya fantasinya
menguasai seluruh orientasi mental. Maka seluruh dunia pengalaman dipercaya dan
diperindah dengan cerita, simbol, isyarat dan perumpamaan konkret. Imajinasi,
pengamatan dan perasaan dirangsang dan dijiwai oleh gambaran-gambaran kuat
tentang makhluk dan kekuatan gaib yang melindungi atau mengancam hidup anak.
Sikap hormat dan doa orang tua dan orang dewasa lain membuktikan bahwa pasti
ada kekuatan tak kelihatan dengan kewibawaan lebih tinggi yang jauh melampaui
kekuatan dan daya mereka. Dengan kata lain, melalui sikap dan isyarat orang tua,
anak memperoleh dan memperkuat kesadaran mengenai adanya kekuatan gaib yang
samar-samar namun amat berdaya yang menguasai hidup orang tua dan seluruh
alam semeseta (Supratiknya, 1995:110).
3) Tahap Kepercayaan Mitis-Harfiah: Masa kanak-kanak dan selanjutnya,
umur 6-11 tahun)
Pada tahap ini, dunia anak seusia ini sudah memasuki dunia pengalaman
seorang anak usia sekolah. Pada usia ini, anak ingin memantapkan kemandirian dan
mengokohkan rasa harga dirinya dengan mengembangkan dan mengokohkan rasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
harga dirinya dengan mengembangkan dan meperlihatkan potensi sosialnya. Ia
sangat tahu bahwa apabila ia melaksanakan tugasnya secara mantap sesuai
kompetensi maksimal, orang lain akan mengakui dan dan memujinya sebagai orang
terampil yang dapat melaksanakan tugas tanpa bantuan dari orang lain. Dapat
dikatakan bahwa anak dapat menyusun identitasnya berdasarkan rasa yang ingin
diakui dan dimiliki oleh seluruh kelompok keanggotaannya (Supratiknya,
1995:121).
Alasan tahap ini ditandaskan dengan istilah “mitis” karena cerita “mitis”
merupakan unsur pembentuk kognitif dan struktural utama dalam proses
pembangunan identitas dari sosial dan hidup kepercayaan anak. Cerita mitos ini
sungguh penting karena dapat menjadi kunci utama bagi anak untuk membuka
rahasia dunia konkret yang terdalam serta menyediakan gambaran penuntun
religius anak mengenai lingkungan yang paling akhir yaitu Allah. Sedangkan alasan
tahap ini ditandaskan dengan istilah “harfiah” karena ternyata pada tahap ini anak
sebagian besar menggunakan simbol dan konsep menuju rujukan konkret
(Supratiknya, 1995: 127-128).
Pada tahap mitis-harfiah, Allah tidak lagi digambarkan dalam konteks
imajinasi pra-antropomorf, melainkan lebih dipahami menurut simbolisasi
antropomorf. Allah dipandang semata-mata sebagai seorang pribadi, ibarat orang
tua atau seorang penguasa yang bertindak dengan sikap memperhatikan secara
konsekuen, tegas dan jika perlu keras. Singkatnya, Allag bagaikan raja yang
membuat undang-undang. Allah semacam ini tidak hanya mempunyai kekuasaan
mutlak untuk menciptakan, tetapi juga memiliki perasaan dan kehendak tertentu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
yang sungguh memperhatikan niat dan motivasi manusia. Dalam membuat
keputusan, Allah bagaikan orang tua yang adil dan baik, terikat pada hokum
“resiprositas”, dan “keadilan-kejujuran” (fairness) serta “peraturan permainan
hidup sosial” yang menuntut bahwa Allah sendiri juga harus menenggang maksud
dan upaya perjuangan orag lain (Supratiknya, 1995: 130).
4) Tahap Kepercayaan Sintesis-Konvensional: Masa adolsen dan seterusnya,
umur 12 – masa dewasa)
Pada umur 12 atau 13 tahun suatu perubahan baru terjadi dalam struktur
pengartian si remaja. Muncullah berbagai macam kemampuan kognitif yang
berpolakan operasi formal dini sehingga anak secara terpaksan harus meninjau
kembali pandangan hidupnya. Gaya kognitif baru ini memungkinkan terjadinya
suatu cara interaksi sosial baru (Supratiknya, 1995: 134).
Pertanyaan mengenai jati dirinya mulai menghantui pikirannya. Fungsi dan
tugas kepercayaan adalah mensintesiskan dan mengintegrasikan bermacam-macam
bayangan diri serta menjadikannya satu kesatuan diri atau identitas diri yang
koheren dan yang dapat berfungsi baik. Di dalam sintesis identitas diri ini, berbagai
bagian ego yang dipantulkan kembali oleh semua orang lain dalam bentuk
bayangan diri serta aneka pengalaman dan keterlibatan sosial semuanya
dipersatukan. Oleh karena itu Fowler menyebut tahap ini dengan istilah “sintesis”
(Supratiknya, 1995: 135).
Sintesis identitas diri global yang nonanalitis dan nonrefleksif biasanya
didukung dan diperkuat secara ekstrinsik oleh suatu ideologi atau pandangan dunia
yang masih bersifat implisit, tak terucapkan dan belum direfleksikan secara kritis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
pula. Akibatnya, sintesis dari berbagai macam pandangan dan nilai kepercayaan
tersebut belum bersifat pribadi dan sebagian besar bersifat irefleksif. Visi global
yang memperkuat kesatuan identitas diri menjadi mungkin karena remaja semakin
sanggup untuk secara refleksif dan bersikap mengambil jarak mempersatukan
sekian banyak cerita spontan menjadi satu sintesis konstruktif berupa “supra-cerita”
(cerita utama) berdasarkan arti abstrak dan umum. Identitas diri dibangun
berdasarkan rasa kesetiakawanan, kesetiaan dan kepercayaan kepada orang lain.
Pola kepercayaan ini disebut “konvensional”, sebab secara kognitif, afektif dan
sosial seorang remaja menyesuiakan diri dengan orang lain (Supratiknya, 1995:
135).
Apabila remaja mengalami ketegangan kognitif-sosial atau soal-soal yang
mendua-arti lainnya, maka ia akan mencoba mengatasi segalanya itu berdasarkan
autoritas ekstern yang dipandang sah, karena ia belum dapat mengandalkan
perasaan dan pendapatnya secara pribadi yang belum mandiri dan masih terasa
sedikit kacau-aneh. Oleh karena itu, semua ini perlu memainkan peranan dalam
pergeseran yang terjadi pada gambarannya mengenai Allah. Allah dipandang
menurut model “kepribadian” dan sifat “pribadi” yaitu sebagai Pribadi Lain yang
penuh misteri dan daya pesona. Pribadi Lain yang ilahi ini terasa sangat penting
bagi pribadi remaja karena Dialah yang menopang seluruh daya upaya hidup remaja
tersebut (Supratiknya, 1995: 136).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
5) Tahap Kepercayaan Individuatif-Reflektif: Masa dewasa awal dan
sesudahnya, umur 18 tahun dan seterusnya
Usia 18 atau sekitar umur 20 tahun sekali lagi orang mengalami suatu
perubahan yang mendalam dan menyeluruh dalam hidupnya. Pertama, Pada tahap
ini muncul suatu kesadaran jelas tentang identitas diri yang khas dan otonomi
tersendiri, diperjuangkannya suatu jenis kemandirian baru, yakni kesadaran diri dan
refleksi yang mendalam. Perubahan penting yang kedua adalah bahwa berkat daya
operasional formal dan sikap refleksivitas dirinya yang tinggi, orang dewasa muda
mulai mengajukan pertanyaan kritis mengenai keseluruhan nilai, pandangan hidup,
keyakinan kepercayaan dan komitmen yang sampai saat itu bersifat tak diucapkan
serta diterima sebagai benar dan sah (Supratiknya, 1995: 160).
Orang dewasa muda sendiri yang harus memikul tugas menentukan pilihan
dan menyingkirkan sekian banyak alternatif lain menyangkut komitmen dalm hidup
dan kepercayaan yang terbuka baginya. Ia tidak dapat bersandar lagi pada orang
lain, tetapi dengan berani dan kritis ia sendiri harus memikul tanggungjawab
terhadap pilihannya secara eksplisit mengenai ideologinya. Perubahan juga terjadi
menyangkut pandangan dan sikapnya terhadap orang lain dan kelompok. Orang
dewasa muda sanggup memahami dirinya dan orang lain tidak hanya menurut pola
sifat “pribadi” atau “antarpribadi”, melainkan juga sebagai bagian dari suatu sistem
sosial institusional (Supratiknya, 1995:161).
Tahap ini juga menghasilkan sikap kritis terhadap seluruh simbol, mitos,
dsb., sehingga dengan tepat bisa disebut sebagai tahap “demitologisasi”. Segala
macam simbol dan mitos mulai diselidiki secara radikal-kritis. Ini berarti bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
simbol tidak lagi dipandang identic dengan isi sakral yang dilambangkan,
melainkan sebagai sarana ekstern (Supratiknya, 1995:161).
Gambaran orang dewasa muda mengenai Allah memperlihatkan unsur-
unsur individuatif-reflektif dan kritis-rasional. Dengan sikap kritis ia mencari dan
menyusun suatu gambaran tentang Allah yang dapat dipertanggungjawabkan secara
pribadi dan rasional. Sesuai dengan kecenderungan individuatifnya, kini Allah
dicari dalam diri pribadi sendiri dan dikaitkan dengan ego eksekutif yang bersumber
pada autoritasnya sendiri. Allah sering tampak dalam dirinya bahkan dihayati
sebagai suara hatinya sendiri yang mendorong orang dewasa muda untuk memikul
tanggungjawab, menentukan pilihan dan mengambil keputusan sendiri. Oleh
karena itu, gambaran Allah pun juga bergantung pada ego itu, bahkan mungkin
merupakan sejenis proyeksi diri dari ego tersebut (Supratiknya, 1995: 180).
6) Tahap Kepercayaan Konjungtif: Usia setengah baya dan selanjutnya,
umur minimum sekitar 35/40 tahun)
Dengan istilah konjungtif, Fowler hendak menjelaskan titik pandangan
hidup yang khas pada tahap ini. Segala hal yang bersifat pertentangan dan
kontradiksi kini dipersatukan dalam suatu kesatuan utuh yang lebih tinggi dan
melampaui segala pertentangan tanpa meniadakannya. Pada tahap ini sang pribadi
merasa sungguh-sungguh peka terhadap segala macam paradoks, pertentangan,
kontradiksi yang ingin dipersatukannya (Supratiknya, 1995: 187).
Pada tahap ini timbullah sejenis diri yang baru. Diri ini bukan lagi “diri
eksekutif dan institutif” dan tidak identic dengan ego rasional yang memiliki control
mutlak. Diri baru ini adalah “diri antarpribadi” dan merupakan suatu diri yang lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
utuh-integratif yang mengacu pada keutuhan keseluruhan pribadi. “Diri
antarpribadi” tidak lagi berakar dan meresap di dalam ego eksekutif, sang
pengontrol rasional, melainkan memiliki ego yang merupakan bagian dari seluruh
diri kepribadian yang lebih mendalam dan luas. Di dalam diri yang utuh-integral,
yang didorong oleh daya dan semangat keseluruhan dan keutuhan berbagai
pertentangan dan ketegangan diintegrasikan ke dalam kesatuan diri yang lebih
tinggi (Supratiknya, 1995: 191).
Pada tahap kepercayaan konjungtif, iman untuk pertama kali secara pribadi
dan kritis dirasakan sebagai kekuatan eksistensial yang paling benar dan paling
penting, jauh melampaui segala daya manusia yang terbatas. Meskipun kekuatan
itu bekerja dari dalam lubuk hati dan dasar terdalam eksistensi manusia,
pengaruhnya sangat halus, sedikit tersembunyi dan hanya tampak secara perlahan-
lahan. Cara kerja Allah terhadap manusia sungguh-sungguh halus dan niat-Nya itu
ditunjukkan secara berangsur-angsur melalui dan di dalam proses hidup sang
pribadi sendiri. Bukan melalui perintah-perintah yang ditetapkan dari luar atau atas.
Kehendak Allah tampak dalam seluruh perjalanan pengalaman hidup yang
berproses. Seluruh pribadi menanggapi undangan Allah untuk menjadi partner-Nya
dalam usaha bersama mewujudkan “Kerajaan Allah” (Supratiknya, 1195: 213).
7) Tahap Kepercayaan yang Mengacu pada Universalitas: Usia pertengahan
dan selanjutnya, sekitar 30 tahun)
Kepercayaan yang mengacu pada Universalitas sebenarnya jarang terjadi.
Jika terjadi, biasanya berkembang sesudah umur 30 tahun. Tahap kepercayaan ini
terutama muncul pada tokoh-tokoh besar di sejarah agama. Perubuhan kognitif,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
afektif dan sosial tampak dalam bentuk reorientasi diri pribadi. Pribadi melepaskan
diri sebagai pusat istimewa proses konstitusi kepercayaan dan semakin mundur ke
belakang. Pribadi mengosongkan diri, tetapi sekaligus mengalami diri sebagai
makhluk yang berakar dalam Allah dan daya kesatuan Adanya yang menjadi
inspirasi utama, pusat tunggal dan satu-satunya perspektif baginya (Supratiknya,
1995:218).
Pribadi yang berada dalam pola kepercayaan yang mengacu pada
universalitas ini mampu mengatasi seluruh ketegangan dan paradoks. Tahap ini
melampaui paradoks dengan cara hidup yang disiplin etis dan mati raga yang tinggi
mengaktualisasikan visi dan pemahaman universalitas konkret. Seluruh
pertentangan dan paradoks ini dihayati sebagai bagian hakiki dari seluruh kesatuan
utuh Adanya. Namun kini seluruhnya disatupadukan dalam suatu pemahaman
terhadap kesatuan dari seluruh yang ada, yang sifatnya tidak lagi paradoksal
(Supratiknya, 1995: 221).
2. Kedewasan Iman
Menjadi dewasa dalam iman berarti manusia dibentuk menurut Kristus yang
sebagai modelnya. Sebab Dialah Tuhan yang mewahyukan diri dan perwujudan
sempurna atas jawaban yang menanggapi panggilan Allah. Yesuslah perwujudan
kesempurnaan religious dan moral (Fuster, 1985: 14).
Dewasa dalam iman juga dapat diartikan bahwa manusia dengan bantuan
rahmat Allah mewujudkan kemampuan batin yang diterima sewaktu dibaptis untuk
menjadi serupa dengan Yesus. Namun, bukan berarti manusia kehilangan identitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
diri dalam kesatuannya dengan Yesus. Justru Kristus hidup dalam diri manusia
dengan segala keunikannya dan Ia hadir untuk membantu manusia mewujudkan
identitasnya yang unik sesuai dengan kehendah Allah (Fuster, 1985: 14).
Fuster (1985: 15) menyatakan bahwa menjadi dewasa dalam iman berarti
manusia secara perlahan-lahan semakin terlibat dalam perutusan Yesus. Yesus
diutus oleh Bapa-Nya ke dunia untuk mewahyukan Allah kepada manusia dan
membawa umat manusia kembali kepada Allah. Kedewasaan dalam iman dapat
bertumbuh kembang jika umat manusia bekerja sama dengan Kristus dalam
membangun Tubuh-Nya dan menyatukan seluruh umat manusia dengan Dia.
Kedewasaan iman yang tumbuh dan berkembang dapat menghasilkan buah-
buah yang bisa dilihat dan dialami oleh setiap manusia. Misalnya, seorang pemuda
tekun meresapkan Sabda Tuhan dalam hidupnya, ia menjadi lebih bertanggung
jawab dalam menyiapkan masa depannya, menjujung tinggi nilai-nilai moral, suara
hatinya lebih dipertajam, melihat kebutuhan orang lain, sabar, setia, giat
memperkembangkan iman rekan-rekannya (Fuster, 1985:15).
C. Legio Maria
1. Pengertian Legio Maria
Legio Maria adalah perkumpulan orang Katolik yang telah mendapat
pengesahan Gereja dan berdiri kuat di bawah pimpinan kuat Bunda Maria untuk
bertempur dalam peperangan abadi antara Gereja melawan dunia dan kekuatan
jahatnya. Legio dapat disebut sebagai pejuang cinta kasih. Maria dan para umat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
berkumpul untuk mewujudkan cinta kasih kepada semua umat (Rahman Tamin,
1960:7).
Penerimaan anggota pertama para legioner Maria dilaksanakan di Myra
House, Francis Street, Dublin, Irlandia pada tanggal 7 September, pukul 8 petang
tahun 1921 menjelang hari raya kelahiran Bunda Maria. Pada awalnya perkumpulan
ini dikenal sebagai “Puteri Kerahiman” dan kemudian perkumpulan ini dikenal
sebagai “Perkumpulan Puteri Kerahiman”. Berdasarkan penerimaan anggota
pertama, ditetapkanlah tanggal 7 September sebagai hari kelahiran Legio Maria
(Rahman Tamin, 1960:9).
2. Pendiri Legio Maria
Frank Duff adalah pendiri Legio Maria.Ia lahir di Dublin, Irlandia pada
tanggal 7 Juni 1889. Ia menjadi pegawai pemerintah pada usia 18 tahun. Pada saat
umur 24 tahun ia bergabung dengan Serikat Santo Vincentius dimana ia dibina
menuju penghayatan iman Katolik yang lebih dalam dan bersamaan dengan itu ia
memperoleh kepekaan tinggi akan kebutuhan orang miskin (Pandoyoputro,
1993:5).
Bersama-sama dengan sekolompok wanita Katolik dan Pater Michael
Toher, Uskup Agung Dublin, membentuk presidium Legio Maria yang pertama
pada tanggal 7 September 1921. Sejak hari itu sampai akhir hayatnya, 7 November
1980, ia membimbing perluasan Legio ke seluruh dunia dengan pengabdian gagah
berani. Ia hadir dalam Konsili Vatikan II sebagai pengamat awam. Pengertiannya
yang mendalam tentang peran “Perawan yang Terberkati” dalam rencana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
penyelamatan, seperti juga tentang peran awam yang setia dalam tugas misi
Gerejawi (Pandoyoputro, 1993:5).
3. Tujuan Legio Maria
Tujuan Legio Maria adalah kemuliaan Allah melalui pengudusan
anggotanya yang dikembangkan dengan doa dan kerjasama aktif di bawah
bimbingan Gereja. Dengan izin Konsilium dan peraturan-peraturan yang tercantum
dalam buku pegangan resmi Legio, maka Legio Maria menyediakan diri untuk
membantu Uskup setempat dan Pastor Paroki melaksanakan karya pelayanan sosial
dan aksi Katolik yang dirasa pantas oleh pejabat Gereja. Para Legioner tidak boleh
melakukan tugas-tugas di atas tanpa izin Pastor Paroki atau Uskup (Rahman Tamin,
1960:10).
4. Semangat Legio Maria
Semangat Legio Maria adalah semangat Maria sendiri. Semangat Maria ini
akan tampak pada kerendahan hati Maria yang luar biasa, ketaatannya yang
sempurna, keindahannya yang laksana malaikat. Legio Maria juga mencerminkan
sikap Maria yang berdoa terus-menerus, mati raga yang menyeluruh, kemurniannya
yang tak bercela, ketaatannya yang gagah berani, kebijaksanaannya yang surgawi,
pengorbanannya untuk kasih akan Allah dan di atas segala imannya bahwa
kebajikan tanpa batas hanya ada pada dirinya dan tidak ada duanya. Oleh karena
dijiwai oleh kasih dan iman Maria, maka para legioner sanggup melaksanakan tugas
apa saja yang diberikan dan tidak akan mengeluh (Pandoyoputro, 1993:13).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
5. Motivasi Menjadi Legioner
Senatus Legio Maria (2011: 5) menyampaikan bahwa dalam usaha
membangun dan menumbuhkembangkan motivasi menjadi legioner perlu
memahami dan menghayati karya Legio Maria dengan baik. Alasan dasar yang
keluar dari niat yang murni dan tulus inilah yang membuat seseorang akan punya
komitmen terhadap keputusan yang diambil. Motivasi yang diharapkan menjadi
Legioner adalah:
a. Ingin menghayati sakramen baptis
Dalam Gal 3:27 disebutkan bahwa semua umat beriman yang telah dibaptis
telah mengenakan Kristus. Maksudnya adalah umat yang telah dibaptis hidupnya
harus berpola pada Kristus, yakni berlandaskan kasih, hidup dalam kebenaran,
tekun melayani, menciptakan kerukunan dan kedamaian meskipun semua itu harus
disertai dengan pengorbanan (Senatus Legio Maria, 2011:5).
b. Memenuhi himbauan Kristus dalam sabda-Nya (Mat 28:18-20)
Yesus mendekati mereka dan berkata, “KepadaKu telah diberikan segala
kuasa si surga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-
Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarilah
kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu sampai akhir zaman”. Ayat
tersebut menegaskan bahwa para murid Yesus diundang untuk mewartakan kabar
sukacita atau keselamatan. Inilah yang harus menjadi alasan para legioner masuk
dalam Organisasi Kerasulan Awam Legio Maria, mau membantu karya Kristus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
untuk mewartakan ajaran-Nya dan menyebarluaskan Kerajaan-Nya (Senatus Legio
Maria, 2011:6).
c. Menjadikan Kerasulan Legio Maria sebagai persembahan hidup kepada
Tuhan dan Gereja-Nya
Merasul melalui Legio Maria ini merupakan persembahan kepada Kristus
dan Gereja-Nya. Persembahan kepada Kristus dan Gereja harus dilaksanakan
dengan baik dan sepenuh hati. Oleh karena itu, para legioner perlu ditegaskan untuk
menyadari dan memahami bahwa rapat dan tugas bukan sebagai beban melainkan
sebagai sarana untuk memperoleh rahmat (Senatus Legio Maria, 2011:6).
6. Tugas-tugas Pokok Para Legioner
Menjadi penjuang cinta kasih Maria diharapkan untuk melaksanakan tugas-
tugas pokok legioner. Tugas pokok ini dapat dilaksanakan dengan cara hadir teratur
dan tepat waktu dalam rapat mingguan presidium, melakukan tugas mingguan,
melengkapi rapat dengan laporan lisan tentang pekerjaan yang telah dilaksanakan,
kewajiban menyimpan rahasia yang didiskusikan selama rapat, kewajiban memiliki
buku catatan, kewajiban berdoa khas Legio Maria setiap hari (Rantai Doa Legio).
Para legioner juga wajib menjaga hubungan antar anggota dan rekan kerja. Di
samping itu, para legioner mempunyai tugas untuk merekrut anggota-anggota baru
supaya anggota Legio Maria semakin banyak. Menjadi legioner juga memiliki
kewajiban mempelajari buku pegangan, harus senantiasa bertugas, tekun berdoa
dan berbakti pada Ekaristi suci (Rahman Tamin, 1960:186-209).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
7. Legio Maria Berkarya Di Paroki
Legio Maria dapat dibentuk bila ada ijin dari Pastor Paroki dan Uskup
setempat. Apabila Legio Maria berdomisili di suatu paroki maka sudah selayaknya
Legio Maria berkarya di dalam paroki untuk kepentingan kedua belah pikah. Selain
itu, para legioner dapat bekerja sama dengan Pastor Paroki dan para imam di paroki
tersebut (Senatus Legio Maria, 2011:63).
Legio Maria diharapkan untuk bekerjasama dalam mensejahterakan rohani
umat. Dalam berkarya dan bekerjasama, para legioner diharapkan memiliki rasa
dedikasi dan tanggung jawab. Meskipun demikian, para legioner ditegaskan untuk
tetap memperhatikan kaidah-kaidah dan sistem Legio Maria supaya yang
bertentangan dengan sistem Legio Maria harus dihindari. Di sisi lain Legio Maria
juga mempunyai hak untuk mendapat pelayanan dan bimbingan dari Pastor Paroki
atau Pemimpin Rohani dan para imam, karena Legio Maria adalah salah satu
keluarga dari Paroki (Senatus Legio Maria, 2011:63).
Dalam karyanya di paroki, Legio Maria memiliki 3 peranan. Pertama
sebagai Katalisator, disini dimaksudkan bahwa Legio Maria di dalam paroki
menjadi jembatan penghubung antara umat dengan pastor paroki atau imam dan
sebaliknya. Dapat juga menjadi penghubung antara umat yang satu dengan yang
lainnya. Hal ini harus dilakukan secara bijaksana dan selektif. Bila salah langkah
akan timbul salah paham dan legioner akan dicap sebagai mata-mata pastor. Kedua
sebagai dinamisator, artinya keberadaan Legio Maria di dalam paroki dapat
membantu kehidupan paroki menjadi lebih dinamis, hidup dan berkembang. Ketiga
sebagai motor, artinya Legio Maria berperan sebagai penggerak. Legioner di paroki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
dapat menjadi penyumbang ide, pemrakarsa dan sekaligus menjadi pelaksana
(Senatus Legio Maria, 2011:63).
Di samping itu, Legio Maria juga diharapkan untuk berkarya di Paroki
dengan ikut mensukseskan program 5 tugas Gereja, yakni kerygma, liturgia,
diakonia, koinonia dan martyria. Hal ini dapat diwujudkan dengan mengajar
agama, bina iman usia dini, pemandu PI, membantu menyiapkan sakramen inisiasi,
pendampingan keluarga, melayani lansia, melayani para pemulung dan
gelandangan, melayani hubungan antar agama, mengurusi kegiatan sosial dan
kemasyarakatan, dsb (Senatus Legio Maria, 2011: 64).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
GAMBARAN KEHIDUPAN ANGGOTA LEGIO MARIA DI PAROKI
HATI SANTA PERAWAN MARIA TAK BERCELA KUMETIRAN
MENGHAYATI SPIRITUALITAS BUNDA MARIA DAN DAMPAKNYA
BAGI PELAYANAN MEREKA SEBAGAI BENTUK
KEDEWASAAN IMAN
Bab III merupakan tindak lanjut dari bab sebelumnya dan akan menjawab
permasalahan yang kedua. Pada bab sebelumnya telah dibahas pokok-pokok
spiritualitas Bunda Maria. Pokok-pokok spiritualitas Bunda Maria ini merupakan
unsur yang sangat penting bagi kehidupan para legioner. Oleh karena itu unsur
tersebut akan dipakai untuk melihat dan mendalami bagaimana para legioner
menghayati spiritualitas Bunda Maria dan kaitannya dengan usaha mendewasakan
iman mereka.
Pada bab ini, penulis membagi bagian ini ke dalam dua pokok bahasan.
Pokok bahasan yang pertama memaparkan gambaran umum Paroki Hati Santa
Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran. Dalam pokok bahasan ini, penulis juga
memaparkan kehidupan anggota Legio Maria di Paroki Hati Santa Perawan Maria
Tak Bercela Kumetiran. Penulis memaparkannya berdasarkan pengamatan
langsung serta wawancara dengan pengurus dan anggota Legio Maria. Pokok
bahasan kedua menyampaikan tentang penelitian dan pembahasan hasil penelitian
mengenai tindakan atau kehidupan para legioner dalam menghayati spiritualitas
Bunda Maria.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
A. Gambaran Umum Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela
Kumetiran
1. Profil Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran
a. Letak Geografis Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela
Kumetiran
Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran adalah salah satu
paroki yang berada dalam naungan Keuskupan Agung Semarang. Paroki ini terletak
cukup strategis di pusat kota Yogyakarta yang menjadi bagian dari kecamatan
Gedong Tengen. Batas-batas wilayah menurut gereja, di sebelah selatan Paroki ini
berbatasan dengan Paroki St. FX Kidul Loji dan Hati Kudus Yesus Pugeran. Di
sebelah barat berbatasan dengan Paroki Maria Assumpta Gamping. Di sebelah utara
berbatasan dengan Paroki St. Aloysius Gonzaga Mlati dan St. Albertus Agung Jetis.
Sedangkan di sebelah timur berbatasan dengan Paroki St. Antonius Padua Kotabaru
(Harsanto, 2016: 8).
b. Sejarah Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran
Gereja Katolik Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran
beralamat di Jl. Kumetiran no. 13 Yogyakarta. Paroki ini memiliki sejarah yang
cukup panjang dan terkait erat dengan usaha dan misi situasi politik pada waktu itu.
Pada tahun 1917 Rm. H. Van Drissche, SJ, seorang imam Jesuit mengunjungi umat
pribumi di Yogyakarta. Beliau mengajar agama dan mempersiapkan baptisan baru.
Kemudian pada tahun 1922 Rm. Frans Strater, SJ, Pimpinan Novisiat Jesuit di
Yogyakarta (kemudian menjadi Kolese St. Iganatius, Kotabaru), mendukung karya
Rm. Van Drissche dengan mendirikan Sekolah Guru Agama (SGA). Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
adanya bantuan dari Bupati KRT Hardjokusumo, Rm. Strater mendapat tanah 5.400
m2 dan rumah joglo milik Bapak Rd. Penewu Kartokasyoso di kampong
Pringgokusuman dan diatasnamakan Rm. A. Djayasepoetra, SJ. Pada tahun 1939
tempat tersebut menjadi Asrama Calon Guru Agama (Harsanto, 2016: 15).
Tahun 1942 Tentara Dai Nippon menduduki Yogyakarta. Para Gembala
ditangkap, Seminari dan Gereja Kotabaru dijadikan gedung pemerintahan dan
gudang perbekalan Jepang. Tahun 1943, Gereja Kotabaru yang menjadi Asrama
SGA ditutup. Kaum awam Katolik terpanggil untuk berhimpun mengambil alih
kegiatan gerejani. Bruder Mathias Endradarsana, SJ, seorang putra Jawa kelahiran
Kadisaba, Sleman, yang saat itu menjadi pengurus Asrama Calon Guru Agama
menawarkan agar asramanya dipakai untuk kegiatan gerejani, pengganti Gereja
Kotabaru. Pada tanggal 13 Agustus 1944 pertama kalinya tempat tersebut diadakan
Perayaan Ekaristi oleh Rm. B. Sumarno, SJ dari Paroki Bintaran. Di tahap
selanjutnya tempat itu menjadi tempat beribadat dan pengembangan agama katolik
(Harsanto, 2016: 15).
Pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 jatuhnya bom atom atas Hiroshima dan
Nagasaki membuat tentara Jepang ditarik ke negerinya. Gereja Kotabaru
difungsikan kembali untuk peribadatan dan sebagian umat kembali ke Kotabaru.
Sebagian umat yang tinggal di sekitar Kumetiran tetap menginginkan beribadat di
Gereja Kampung bekas Asrama Sekolah Guru Agama. Sejak 31 Desember 1945,
secara administratif, Gereja Kampung Kumetiran ditetapkan sebagai paroki mandiri
dengan nama Pelindung Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela (Harsanto, 2016:
15).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Harsanto (2016: 16) menyampaikan bahwa pada tanggal 8 Desember 1950,
Rm. Alexander Sandiwan Broto, Pr membentuk PGPM. Romo Sandiwan juga
membentuk Pengurus Paroki untuk pertama kalinya di tahun 1951. Tahun 1952 Rm.
A. Sandiwan membagi Gereja Kumetiran dalam 8 Kring dan 1 Stasi Gamping.
Tanggal 25 Mei 1952 saat Krisma di Kumetiran, Rm. A. Sandiwan mengajukan ijin
pembangunan gedung gereja kepada Mgr. Albertus Soegijapranoto, SJ dan
dikabulkan. Peletakan batu pertama pembangunan gedung gereja oleh Mgr.
Albertus Soegijapranoto, SJ dilaksanakan pada tanggal 30 Desember 1955.
Kemudian gedung gereja diberkati dan diresmikan oleh Mgr. Albertus
Soegijapranoto, SJ pada tanggal 16 Februari 1958.
Sejak tahun 1944 sampai pada tahun 2016, paroki ini selalu mengalami
perubahan dan perkembangan dalam segi jumlah umat dan perkembangan iman
umat. Pada tahun 2016 yang bertepatan usia paroki 72 tahun, paroki ini membawahi
17 wilayah dan 59 lingkungan teritorial serta 14 kelompok kategorial. Dalam
wilayah paroki ada 4 buah Sekolah Taman Kanan-kanak, 4 buah SD, 1 buah SMP,
1 buah Akademi yang bernaung di bawah yayasan-yayasan pendidikan Katolik
(Harsanto, 2016: 8).
Paroki ini dianugerahi beberapa tempat berkumpul bagi umat untuk
beribadat. Gedung gereja dengan ukuran terbesar yang berdaya tamping 1.200 umat
ialah gereja Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela. Disusul gereja St. Lidwina
Bedog yang mampu menampung 500 umat. Kemudian Kapel ASMI Santa Maria
Bener yang mampu menampung 100 umat, aula ASMI Santa Maria Bener yang
mampu menampung 1.000 umat, kapel susteran Gembala Baik Gampingan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
menampung 50 orang umat, kapel susteran PMY Helen Keller Wirobrajan yang
menampung 25 umat, kapel Sudagaran berdaya tamping 50 umat, kapel adorasi di
lantai 1 pastoran Kumetiran yang dapat menampung 15 umat. Selain itu terdapat
juga tempat tinggal komunitas imam-imam Jesuit ada di lingkungan Bener Paroki
Kumetiran sehingga tenaga mereka dalam membantu pelayanan sakramen bagi
umat sangat berarti di paroki ini (Harsanto, 2016:8).
c. Visi dan Misi Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran
1) Visi Paroki
Visi Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran yang
diusulkan oleh Romo Harsanto mengarah pada semangat Bunda Maria Tak Bercela
yang dapat membangun Gereja yang inklusif, inovatif dan transformatif demi
terwujudnya peradaban kasih di Indonesia (sesuai ARDAS dan RI-KAS). Paroki
Kumetiran mendasarkan diri pada spiritualitas Bunda Maria yang Tak Bercela.
Nilai spiritual yang dapat diteladan dari pelindung Paroki yakni Maria adalah
seorang yang beriman mendalam sehingga memiliki keterbukaan hati terhadap
sapaan Alah, jawaban “YA” yang menunjuk pada sikap yang siap melayani,
mendampingi Yesus putranya dengan penuh cinta kasih. Oleh karena itu, Romo
Harsanto mencita-citakan menjadikan jemaat yang terbangun karena semangat
yang sama dalam diri Bunda Maria (Harsanto, 2016: 11-12).
Segala keturunan harus mengenal Allah dan berterimakasih kepada Bunda
Kristus yang membawa Dia ke dunia dengan mewartakan karya agung Allah yaitu
keselamatan. Para pelayan paroki, baik pastor maupun umat dipanggil dan diutus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
menjadi Umat Allah yang berintegritas dan “tak bercela” untuk membagikan
keselamatan yang telah diterima itu kepada sesama. Paroki Kumetiran selayaknya
berpatisipasi dalam karya penggembalaan Allah yang mengarahkan, menuntun,
mendampingi, melindungi, merawat, memberdayakan dan menyatukan (Harsanto,
2016: 12).
2) Misi Paroki
Misi Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran yang
diusulkan oleh Romo Harsanto mengarah pada semangat Bunda Maria Tak Bercela
yakni untuk mewujudkan Gereja yang ramah, merangkul, gembira, mewartakan
Injil seturut teladan Bunda Maria. Gereja paroki Kumetiran, di Kota Yogya hingga
di pinggiran jalan lingkar barat menghadapi masyarakat perdagangan bebas
ASEAN. Diakui bahwa kaum miskin yang tidak memiliki akses ke pendidikan,
kesehatan serta kemandirian ekonomi tersisih masih ada. Data statiskik pun
menunjukkan bahwa seperempat umat belum kokoh secara ekonomi. Gereja wajib
berpihak kepada mereka yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel
(KLMTD). Sebagian umat Kumetiran berada dalam lingkungan yang kumuh dan
kurang sehat. Oleh karena itu, umat dipanggil untuk membuat komplek Gereja dan
pastoran menjadi bersih, rapi, indah dan nyaman bagi siapapun yang hadir
(Harsanto, 2016: 11-12).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
2. Gambaran Kehidupan Anggota Legio Maria di Paroki Hati Santa
Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran
Legio Maria adalah salah satu komunitas umat beriman yang meneladani
semangat Bunda Maria untuk berkarya dalam panggilannya sebagai rasul awam di
tengah Gereja dan masyarakat. Legio Maria ini menjadi bagian utuh dari
komunitas-komunitas yang ada dalam Paroki. Untuk memperoleh data mengenai
kehidupan anggota Legio Maria di Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela
Kumetiran, penulis mengikuti dan mengamati langsung dalam pertemuan saat
diadakan rapat presidium pada tanggal 13 Februari 2019. Penulis juga melakukan
wawancara dengan ibu Risminah pada tanggal 27 Februari 2019 di kediaman
beliau. Ibu Risminah merupakan pengurus Legio Maria di paroki. Berdasarkan hasil
wawancara dengan ibu Risminah, jumlah legioner di Paroki Hati Santa Perawan
Maria Tak Bercela Kumetiran adalah 40 orang.
Pada mulanya Legio Maria di Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela
Kumetiran berawal dari Presidium Pangungsening Tiyang Dosa yang berdiri pada
tahun 1982 yang kemudian disusul oleh Presidium Ratu Pecinta Damai pada tahun
2004. Tidak lama kemudian pada tahun 2007 berdirilah Presidium Ratu Para Rasul.
Hingga saat ini ada tiga Presidium yang ada di bawah pimpinan Paroki Hati Santa
Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran, yakni Presidium Pecinta Damai, Presidium
Ratu Para Rasul, dan Presidium Pangungsening Tiyang Dosa.
Legio Maria di Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran
tidak begitu digemari oleh kalangan anak muda. Hal ini dikarenakan ditemukannya
kesenjangan antara orang muda dengan orang dewasa. Para orang muda merasa
bahwa dalam pertemuan Legio Maria ini cenderung membosankan dan tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
berjiwa muda. Legioner ini hanya didominasi oleh orang yang sudah lanjut usia.
Meskipun demikian, para legioner tetap memiliki semangat untuk mewujudkan
nilai-nilai Kerajaan Allah dengan terlibat secara aktif dalam kegiatan menggereja.
Selain itu para legioner juga tampak bahagia ketika mereka berkumpul bersama dan
menjalankan tugas perutusannya di tengah Gereja dan masyarakat. Hal ini tampak
ketika mereka berkumpul, mereka saling berbagi pengalaman iman sehingga dapat
ditemukan makna yang saling memperkaya dan meneguhkan.
Setiap presidium dalam satu minggu sekali selalu mengadakan pertemuan
atau rapat rutin bersama. Berdasarkan data yang diperoleh penulis melalui
wawancara dan pengamatan langsung, kegiatan yang dilakukan saat rapat
presidium adalah berdoa bersama, mempelajari dan mendalami buku pegangan
Legio Maria, sharing pengalaman dalam hal melayani dan mengenai Bunda Maria.
Dari sharing pengalaman ini, ada salah satu legioner bersaksi bahwa menjadi
legioner ia yakin bahwa Tuhan akan menyelamatkan. Kesaksian itu membawa para
legioner menjadi yakin dan mantap menjadi pejuang cinta kasih.
Ibu Risminah mengatakan bahwa presidium Legio Maria kevikepan setiap
satu sekali menyelenggarakan rekoleksi gabungan dari berbagai presidium. Dari
kegiatan rekoleksi tersebut, para anggota Legio Maria memperbaharui janji menjadi
legioner dan memperbaharui semangat kerasulan mereka untuk Gereja dan
masyarakat. Puncak dari rekoleksi itu diadakan misa akbar yang menyatakan bahwa
mereka sudah memperbaharui semangat mereka karena Bunda Maria.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
3. Gambaran Pelaksanaan Rapat Presidium Legio Maria
Senatus Legio Maria (2011: 30) menyampaikan bahwa dalam rapat
presidium Legio Maria ada 19 mata acara. Namun biasanya tidak lengkap
sepenuhnya dapat dilaksanakan. Misalnya acara penerimaan tamu karena tidak tiap
rapat ada tamu. Acara instruksi tetap hanya terjadi tiap minggu pertama dalam
setiap bulan. Acara surat menyurat hanya kalau ada surat masuk atau keluar. Acara
berita dari dewan hanya sebulan sekali. Acara laporan dilanjutkan hanya bila rapat
terjadi setelah satu jam laporan belum selesai. Dilanjutkan doa katena dan alokusio,
baru laporan dilanjutkan. Berikut ini adalah 19 mata acara tersebut:
a. Doa Pembukaan
Sikap berdoa berlutut menghadap altar Bunda Maria. Untuk legioner yang
tidak bisa berlutut dibebaskan. Tujuan dari doa pembukaan ini menjalin keakraban
dengan Allah Tritunggal, Bunda Maria dan para kudus pelindung legio. Doa
pembukaan ini menjadi kesempatan untuk memuji dan berbakti kepada Tuhan. Doa
adalah nafas dan kekuatan kerasulan Legio Maria serta menjadi nafas iman setiap
orang yang percaya kepada Tuhan (Senatus Legio Maria, 2011:30).
b. Bacaan Rohani
Bacaan rohani ini pada umumnya diambil dari dari Buku Pegangan Legio
Maria. Bab dan topik dapat dipilih, jika terlalu panjang tak perlu dibaca seluruhnya.
Sesekali bacaan rohani ini juga boleh diambil dari Kitab Suci atau bacaan rohani
yang lain, namun dengan syarat aplikasinya untuk kehidupan berlegio. Tujuan dari
bacaan rohani ini sebagai media pembinaan anggota sehingga berangsur-angsur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
mereka dapat memahami isi buku Pegangan Legio Maria. Selain itu bacaan rohani
ini sebagai salah satu kesempatan para legioner untuk mengembangkan iman
mereka menjadi lebih dewasa (Senatus Legio Maria, 2011:30).
c. Penerimaan Tamu
Jika dalam rapat presidium ada tamu, wakil ketua yang menyambutnya.
Akan tetapi jika tidak ada tamu, acara ini langsung dilewati. Penerimaan ini
dilakukan karena memperjuangkan nilai etika yakni sopan santun pergaulan
(Senatus Legio Maria, 2011:31).
d. Pembacaan Notulen
Notulen rapat presidium disebutkan nomor, tanggal, bulan dan tahun.
Tujuan dari pembacaan notulen ini supaya memberi gambaran apa yang terjadi pada
rapat presidium. Notulen ini juga dijadikan data yang berguna untuk laporan
tahunan (Senatus Legio Maria, 2011:31).
e. Instruksi Tetap
Disampaikan tiap bulan pada hari rapat minggu pertama dan bila ada
anggota yang baru pertama hadir dalam rapat. Tujuan dari instruksi tetap ini untuk
mengingatkan akan kewajiban legioner untuk menghadiri rapat dengan tepat waktu,
mengingatkan anggota untuk aktif mendoakan katena setiap hari. Selain itu, agar
dalam melaksanakan tugas legioner merasa yakin bahwa Bunda Maria bersama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
dengan mereka sehingga dapat menemukan Kristus dalam diri orang yang dijumpai
(Senatus Legio Maria, 2011:31-32).
f. Presensi
Presensi bukan absensi karena yang diharapkan kehadirannya bukan
ketidakhadirannya. Presensi ini adalah tugas wakil ketua. Maka wakil ketua perlu
membuat tabel kehadiran dalam prosentasi sehingga dengan cepat dapat
melaporkan pada sekretaris untuk dinotulen. Presensi ini dapat mencerminkan
kesetiaan anggota. Jika ada anggota yang tidak hadir 3 kali berturut-turut tanpa
keterangan hendaknya segera dikunjungi (Senatus Legio Maria, 2011:32).
g. Laporan dari Dewan
Menjadi tugas ketua atau perwira lain yang menghadiri rapat Kuria. Laporan
dilaksanakan secara lisan dan tertulis supaya dapat diarsipkan. Laporan dewan
dapat memberi gambaran jalannya rapat dewan, misalnya memberi gambaran
kehadiran, isi penting laporan tahunan, pengumuman kegiatan (Senatus Legio
Maria, 2011:32).
h. Laporan bendahara
Uang presidium biasanya tidak banyak karena Legio Maria tidak bergerak
di bidang ekonomi. Legio Maria adalah organisasi kerasulan. Keuangan presidium
diperoleh dari derma rahasia. Pola laporan keuangan presidium adalah melaporkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
saldo minggu lalu, uang masuk dari derma rahasia, apakah ada pengeluaran atau
tidak dan berapa jumlah uang hari ini (Senatus Legio Maria, 2011:33).
i. Surat Menyurat
Surat keluar presidium biasanya berupa undangan pertemuan auksilier,
undangan HUT presidium, undangan kelompok patrician. Kelompok patrician
adalah kelompok pendalaman iman ala legio. Surat masuk biasanya dari Kuria atau
dewan. Terkadang ada undangan dari paroki atau presidium lain. Laporan surat
menyurat berisi jumlah surat keluar dan surat masuk serta isi surat (Senatus Legio
Maria, 2011:33).
j. Laporan dari Para Anggota
Yang dilaporkan adalah tugas pokok dan tugas tetap (mengajar agama,
membina sekolah minggu, mengelola panti asuhan, dsb). Laporan kegiatan hanya
yang ada hubungannya dengan karya kerasulan. Laporan ditulis di lembar tugas
atau kertas lain yang sudah disiapkan dari rumah. Laporan disampaikan lisan
dengan suara jelas dan lantang. Ringaksan singkat, padat dan jelas diserahkan
kepada sekretaris. Jika mendapat tugas kelompok, laporan tugas dapat dibagi
dengan partnernya. Kemudian masing-masing partner dapat saling melengkapi dan
menambahkan dengan kegiatan (Senatus Legio Maria, 2011:34).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
k. Doa Katena
Doa katena adalah antiphon dari doa-doa Legio Maria. Dilaksanakan
dengan sikap berdiri. Dipimpin oleh Pemimpin Rohani atau ketua jika beliau tidak
datang. Doa katena ini didoakan setelah rapat berjalan selama satu jam atau pada
waktu laporan tugas sudah selesai namun belum satu jam. Doa katena juga wajib
didoakan setiap hari oleh anggota. Dengan berdoa katena setiap hari berarti para
legioner dapat berbakti dan menghormati Bunda Maria setiap hari (Senatus Legio
Maria, 2011:34-35).
l. Alokusio
Alokusio adalah pesan atau nasihat singkat namun terarah kepada karya
kerasulan Legio Maria. Terkadang berisi penjelasan bagaimana berlegio dengan
baik. Dapat juga berisi penjelasan isi bacaan rohani dan penjabarannya. Alokusio
tidak boleh diganti dengan pendalaman Kitab Suci atau pendalaman iman karena
waktunya hanya 5 – 10 menit saja (Senatus Legio Maria, 2011:35).
m. Derma Rahasia
Kantong kolekte diedarkan diam-diam sesudah alokusio. Tidak ditunggu
selesai namun bersamaan dengan pembagian tugas kantong rahasia diedarkan.
Perlu ditingkatkan semangat berderma karena menyadari keuangan Legio Maria
hanya mengandalkan derma rahasia. Namun jangan menjadikan derma rahasia ini
menjadi hambatan kehadiran (Senatus Legio Maria, 2011:35).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
n. Laporan dilanjutkan
Acara ini terjadi bila laporan diselingi doa katena dan alokusio. Sebab
laporan tugas belum selesai padahal rapat sudah berlangsung selama 1 jam, maka
rapat diselingi doa katena dan alokusio. Setelah itu laporan dilanjutkan (Senatus
Legio Maria, 2011:36).
o. Pembagian Tugas
Dalam membagi tugas hendaknya mempertimbangkan antara petugas dan
jenis tugasnya. Pembagian tugas ini diharapkan dapat mendorong semangat
pelayanan, memperkarya pengalaman hidup bermasyarakat, dapat membagi waktu
dan menumbuhkan rasa bertanggung jawab (Senatus Legio Maria, 2011:36).
p. Laporan Anggota Auksilier
Anggota auksilier adalah anggota pendoa Legio Maria. Biasanya adalah
kaum rohaniwan/wati atau para imam yang tidak mungkin menjalankan penugasan
seperti anggota aktif Legio Maria, tetapi mereka mendoakan karya Legio Maria.
Wakil ketua berkewajiban melaporkan keanggotaan auksilier mengenai jumlahnya
dan waktu diselenggarakan pertemuan pembinaan. Dengan laporan anggota
auksilier semua mengetahui kualitas dan jumlah anggota auksilier, jadwal
pertemuan auksilier, kapan dan dimana (Senatus Legio Maria, 2011:37).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
q. Soal-soal Lain
Acara ini biasanya diisi pembahasan pengumuman dari dewan Kuria atau
dewan lain. Acara ini juga dapat digunakan jika ada masalah yang belum
mendapatkan jalan keluar dapat didiskusikan pada acara ini (Senatus Legio Maria,
2011:38).
r. Doa Penutup
Doa penutup, mendoakan doa tessera yakni doa khas Legio Maria. Doa ini
didoakan secara bersama-sama. Kemudian ditutup dengan mendoakan jiwa-jiwa
para legioner dan orang beriman yang sudah meninggal (Senatus Legio Maria,
2011:38).
B. Penelitian Deskriptif Dampak Spiritualitas Bunda Maria terhadap
Kedewasaan Iman Anggota Legio Maria di Paroki Hati Santa Perawan
Maria Tak Bercela Kumetiran
1. Metodologi Penelitian
a. Latar Belakang Penelitian
Spiritualitas Bunda Maria merupakan cara hidup dan bertindak Maria yang
dilandasi oleh tindakan belas kasih. Spiritualitas Bunda Maria menjadi teladan umat
beriman karena ketenangan, kesabaran, kelemahlembutan, kesetiaan serta sikap
belas kasih yang tak terpisah dari dalam hidupnya (Talibonso, 1994:147). Belas
kasih juga menjadi spiritualitas pelayanan Gereja. Belas kasih adalah suatu sikap
dalam hidup yang didasari oleh 3 kata yakni melihat, merasakan dan bertindak.
Belas kasih ini harus disertakan dalam pelayanan dan komunitas religius. Tindakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
belas kasih membutuhkan latihan setiap hari yakni melalui keheningan, refleksi,
perjumpaan, saling berbagi, dengan memperhatikan, memberi dan menerima. Oleh
karena itu, melalui spiritualitas Bunda Maria, para legioner diajak untuk
mendewasakan iman mereka dengan ikut serta dalam mewujudnyatakan sikap belas
kasih yang dapat menghadirkan Kerajaan Allah.
Melihat pentingnya spiritualitas Bunda Maria bagi para legioner, maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian deskriptif mengenai dampak
spiritualitas Bunda Maria terhadap kedewasaan iman anggota Legio Maria di
Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran. Pentingnya penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui bagaimana anggota Legio Maria menghayati
spiritualitas Bunda Maria dan dampaknya spiritualitas Bunda Maria terhadap
kedewasaan iman mereka.
Legio Maria adalah sebuah komunitas yang menghayati dan meneladani
hidup dan semangat Bunda Maria untuk berkarya dalam melayani Gereja dan
masyarakat. Oleh karena itu, melalui penelitian ini penulis berharap anggota Legio
Maria di Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran dapat semakin
menghayati spiritualitas Bunda Maria dan kaitannya dalam mendewasakan iman
mereka. Dengan demikan para legioner semakin termotivasi untuk melaksanakan
panggilan hidup mereka sebagai rasul awam di Gereja dan masyarakat.
b. Tujuan Penelitian
1) Mengetahui bagaimana anggota Legio Maria menghayati Spiritualitas Bunda
Maria
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
2) Mengetahui bagaimana Spiritualitas Bunda Maria berdampak bagi kedewasaan
iman anggota Legio Maria
3) Menemukan usulan kegiatan untuk meningkatkan penghayatan Spiritualitas
Bunda Maria demi kedewasaan iman para legioner dan kaitannya dalam hidup
menggereja dan bermasyarakat
c. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan
menggunakan metode deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2012:4). Metode deskriptif adalah
metode yang menggambarkan dan menganalisis datayang diperoleh dari hasil
penelitian melalui kuesioner dengan para legioner dan didukung dengan studi
pustaka.
d. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini, desain penelitian yang digunakan adalah ex post-facto.
Dalam desain ex post-facto ini peneliti tidak perlu memberi perlakuan kepada
populasi yang akan diteliti karena populasi sudah mendapat pengetahuan mengenai
sesuatu yang akan diteliti. Pada dasarnya penelitian ini berdasarkan peristiwa yang
sudah terjadi dan hanya memaparkan hasilnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
e. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Kuesioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka
yang dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos,
internet, faximile (Sugiyono, 2015:199). Penelitian ini menggunakan kuesioner
tertutup dan terbuka dan diberikan kepada responden secara langsung. Jika
diperlukan penelitian ini akan dilengkapi dengan wawancara untuk cek dan ricek
data kuesioner.
f. Responden Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015:117). Penelitian
ini mengambil populasi Legio Maria di Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak
Bercela Kumetiran. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2015:118). Dari hasil prasurvey yang
dilakukan penulis, diketahui jumlah anggota Legio Maria di Paroki Hati Santa
Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran adalah 40 orang.
Pengambilan sampel pada penilitian ini menggunakan teknik sampling
jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
kecil atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang
sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota
populasi dijadikan sampel (Sugiyono, 2015:124). Penulis memilih teknik ini karena
cocok dengan penelitian yang dilakukan di lapangan yang berjumlah sedikit yaitu
40 orang. Penelitian ini dibuat dan diperuntukkan bagi para legioner yang telah
menjadi bagian dari Legio Maria.
g. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2019 dan dilaksanakan di Paroki
Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran, Yogyakarta. Berhubung data
penelitian membuat penulis ragu-ragu, maka penulis melakukan wawancara
terhadap legioner. Penulis melakukan wawancara pada bulan September 2019
dikediaman para anggota Legio Maria.
h. Fokus Penelitian
Fokus penelitian merupakan batasan masalah dalam penelitian kualitatif
yang berisi pokok masalah dan bertujuan untuk mempertajam penelitian (Sugiyono,
2015: 285-286). Berdasarkan hasil studi pustaka penulis menetapkan fokus
penelitian pada spiritualitas Bunda Maria dan hubungannya dengan penghayatan
spiritulitas Bunda Maria bagi para legioner. Spiritualitas Bunda Maria ini meliputi
apa saja dampak bagi para legioner dalam keterlibatannya sebagai legioner. Apakah
melalui keterlibatannya tersebut, mereka semakin mengenal kepribadian Bunda
Maria bukan hanya sebagai ibu Yesus melainkan sebagai pedoman supaya iman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
mereka semakin berkembang. Apakah mereka semakin mampu menghayati
panggilannya sebagai rasul awam untuk melayani sesama.
Berdasarkan fokus penelitian ini, penulis merumuskan kisi-kisi untuk
penelitian sebagai berikut:
Tabel 1.Kisi-kisi Penelitian
No Variabel-variabel No. Item Jumlah
(1) (2) (3) (4)
1 Penghayatan spiritualitas Bunda
Maria oleh anggota Legio Maria
1-10 10
2 Dampak spiritualitas Bunda
Maria bagi anggota Legio Maria
11-20 10
3 Usulan kegitan untuk
meningkatkan penghayatan
spiritualitas Bunda Maria demi
kedewasaan iman para legioner
dan kaitannya dalam hidup
menggereja dan bermasyarakat.
21 1
Total 21
i. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke
dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema
(Moelong, 2011:280). Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil kuesioner. Data penelitian diolah penulis
dengan cara membuat tabel distribusi frekwensi relatif dengan maksud menghitung
jumlah jawaban yang dipilih responden dibagi jumlah total responden yang diteliti,
dan dikalikan seratus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
2. Laporan dan Pembahasan Hasil Penelitian
a. Laporan Hasil Penelitian
Pada bagian ini penulis akan memaparkan laporan hasil penelitian yang
berkaitan dengan penghayatan spiritualitas Bunda Maria bagi anggota Legio Maria
di Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran. Hasil penelitian ini
diperoleh berdasarkan data yang diperoleh melalui kuesioner. Dalam penyebaran
dan pengumpulan kuesioner, penulis memberikan langsung kepada responden pada
saat sidang Legio Maria. Jumlah responden terdiri dari 40 orang anggota Legio
Maria dan termasuk para perwiranya. Penelitian dilaksanakan selama ± 1 minggu,
mulai dari tanggal 17 Juli 2019 sampai dengan tanggal 25 Juli 2019. Berhubung
penulis ragu-ragu dengan data, maka penulis melakukan wawancara yang
dilakukan pada tanggal 11 September 2019 dikediaman legioner.
Hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk tabel, yang meliputi:
penghayatan spiritualitas Bunda Maria oleh Legio Maria, dampak Spiritualitas bagi
Legio Maria dan usulan kegiatan untuk meningkatkan penghayatan spiritualitas
Bunda Maria demi kedewasaan iman para legioner dan kaitannya dalam hidup
menggereja dan bermasyarakat. Jawaban dari setiap item instrumen dalam
kuesioner mempunyai gradasi positif dan negatif. Jawaban Sangat Setuju (SS) dan
Setuju (S) menunjukkan keadaan yang positif atau sudah baik. Jawaban Tidak
Setuju (TS) menunjukkan keadaan yang sebaliknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
1) Identitas Responden
Tabel 2.
Identitas Responden
(N=40)
No
Item Pernyataan
Total
Jawaban
Persentase
(%)
1. Jenis Kelamin
a. Laki-laki
b. Perempuan
4
36
10%
90%
2. Rentang Usia
a. 48 – 52 th
b. 53 – 57 th
c. 58 – 62 th
d. 63 – 67 th
e. 68 – 72 th
f. 73 – 77 th
g. 78 – 82 th
2
3
6
5
14
4
6
5%
7,5%
15%
12,5%
35%
10%
15%
2) Penghayatan spiritualitas Bunda Maria olehAnggota Legio Maria
Tabel 2 memaparkan hasil penelitian mengenai penghayatan spiritualitas
Bunda Maria oleh anggota Legio Maria. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam tabel
berikut:
Tabel 3.
Penghayatan spiritualitas Bunda Maria oleh anggota Legio Maria
(N=40)
No
Item Pernyataan
Total
Jawaban
Persentase
(%)
1. Saya berdoa dan berdevosi kepada Bunda
Maria
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
27
13
-
-
67,5%
32,5%
-
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
2. Saya meluangkan waktu untuk berefleksi
diri
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
14
24
2
-
35%
60%
5%
-
3. Saya semakin semangat untuk meneladani
cara hidup Bunda Maria dan berusaha
mewujudkannya dalam kehidupan sehari-
hari
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
29
11
-
-
72,5%
27,5%
-
-
4. Saya selalu rendah hati, bersyukur dan
bersukacita dalam menerima kehendak
Allah
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
14
26
-
-
35%
65%
-
-
5. Saya mengakui bahwa Bunda Maria
sebagai Bunda Allah dan Bunda umat
manusia
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
33
7
-
-
82,5%
17,5%
-
-
6. Saya merasa yakin terhadap kasih dan
kesetiaan Bunda Maria yang menjadi
sumber inspirasi bagi hidup saya
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
27
13
-
-
76,5%
32,5%
-
-
7. Saya percaya bahwa Bunda Maria sebagai
pembela, penolong, pelindung dan
pengantara bagi umat beriman
a. Sangat Setuju
b. Setuju
25
15
62,5%
37,5%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
-
-
-
-
8. Saya merasa yakin terhadap Bunda Maria
yang menjadi daya kekuatan bagi saya
untuk menjalani kehidupan ini
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
24
16
-
-
60%
40%
-
-
9. Saya menyadari bahwa Bunda Maria
mengajak saya untuk memaknai pelayanan
sebagai bentuk cinta kasih kepada sesama
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
23
17
-
-
57,5%
42,5%
-
-
10. Saya menyadari bahwa iman Bunda Maria
meneguhkan iman saya dalam mengimani
Yesus
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
27
13
-
-
67,5%
32,5%
-
-
Item 1 berbicara mengenai legioner berdoa dan berdevosi kepada Bunda
Maria. Data pada tabel 3 item 1 dapat dilihat sebanyak 67,5% responden memilih
dan menyatakan diri sangat setuju bahwa mereka berdoa dan berdevosi kepada
Bunda Maria untuk menghayati spiritualitas Bunda Maria. Sedangkan 32,5%
responden menyatakan setuju.
Item 2 berbicara mengenai legioner yang meluangkan waktu untuk
berefleksi diri. Data pada item 2 menunjukkan sebanyak 35% responden
menyatakan sangat setuju bahwa mereka meluangkan waktu untuk berefleksi diri.
Sebanyak 60% responden menyatakan setuju dan ada 5% responden menyatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
diri tidak setuju bahwa menghayati spiritualitas Bunda Maria tidak harus dengan
berefleksi diri.
Item 3 berbicara mengenai legioner semakin semangat untuk meneladani
cara hidup Bunda Maria dan berusaha mewujudkannya dalam kehidupan sehari-
hari. Item 3 pada tabel 3 menunjukkan data sebanyak 72,5% responden menyatakan
diri sangat setuju bahwa mereka semakin semangat untuk terus menerus
meneladani cara hidup Bunda Maria dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-
hari. 27,5% responden lainnya menyatakan setuju.
Item 4 berbicara mengenai legioner yang selalu rendah hati, bersyukur dan
bersukacita dalam menerima kehendak Allah. Data pada tabel 3 item 4
menunjukkan 35% responden menyatakan diri sangat setuju bahwa dirinya selalu
rendah hati, bersyukur, dan bersukacita dalam menerima kehendak Allah.
Kemudian sebanyak 65% responden menyatakan setuju.
Item 5 berbicara mengenai legioner yang mengakui bahwa Bunda Maria
sebagai Bunda Allah dan Bunda umat manusia. Tabel 3 item 1 menunjukkan data
sebanyak 82,5% responden menyatakan diri sangat setuju bahwa Bunda Maria
sebagai Bunda Allah dan Bunda umat manusia. 17,5% responden lainnya
menyatakan setuju.
Item 6 berbicara mengenai legioner yang merasa yakin terhadap kasih dan
kesetiaan Bunda Maria yang menjadi sumber inspirasi bagi hidupnya. Data pada
tabel 3 item 6 dapat dilihat sebanyak 76,5% menyatakan diri sangat setuju bahwa
kasih dan kesetiaan Bunda Maria menjadi sumber inspirasi bagi hidupnya.
Sedangkan 32,5% responden menyatakan setuju.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Item 7 berbicara mengenai legioner yang percaya bahwa Bunda Maria
sebagai pembela, penolong, pelindung dan pengantara bagi umat beriman. Item 7
menunjukkan data sebanyak 62,5% responden menyatakan diri sangat setuju bahwa
Bunda Maria sebagai pembela, penolong, pelindung dan pengantara bagi umat
beriman. Sedangkan 37,5% responden menyatakan setuju.
Item 8 berbicara mengenai legioner yang merasa yakin terhadap Bunda
Maria yang menjadi daya kekuatan bagi hidupnya untuk menjalani kehidupan. Data
pada tabel 3 item 8 menunjukkan sebanyak 60% responden menyatakan diri sangat
setuju bahwa dirinya merasa yakin terhadap Bunda Maria yang menjadi daya
kekuatan bagi hidupnya. Sedangkan 40% responden menyatakan setuju.
Item 9 berbicara mengenai legioner yang menyadari bahwa Bunda Maria
mengajak dirinya untuk memaknai pelayanan sebagai bentuk cinta kasih kepada
sesama. Item 9 pada tabel 3 menunjukkan data sebanyak 57,5% responden
menyatakan diri sangat setuju bahwa Bunda Maria mengajak dirinya untuk
memaknai pelayanan sebagai bentuk cinta kasih kepada sesama. Sedangkan 42,5%
responden menyatakan setuju.
Item 10 berbicara mengenai legioner yang menyadari bahwa iman Bunda
Maria meneguhkan imannya dalam mengimani Yesus. Data pada tabel 3 item 10
dapat dilihat sebanyak 67,5% menyatakan diri sangat setuju bahwa iman Bunda
Maria meneguhkan imannya dalam mengimani Yesus. Sedangkan 32,5%
responden menyatakan setuju.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
3) Dampak spiritualitas Bunda Maria bagi Anggota Legio Maria
Tabel 3 memaparkan hasil penelitian mengenai dampak spiritualitas Bunda
Maria bagi anggota Legio Maria. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 4.
Dampak spiritualitas Bunda Maria bagi anggota Legio Maria
(N=40)
No
Item Pernyataan
Total
Jawaban
Persentase
(%)
11. Saya bersikap terbuka dalam menanggapi
panggilan perutusan dari Allah
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
14
26
-
-
35%
65%
-
-
12. Saya mewujudkan cinta kasih dengan
terlibat dalam lingkup Gereja dan
masyarakat sebagai bentuk cinta saya
kepada Bunda Maria
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
19
21
-
-
47,5%
52,5%
-
-
13. Saya merasa yakin bahwa ketaatan dan
semangat Bunda Maria menjadi teladan
bagi legioner untuk melayani umat dan
sesama
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
30
10
-
-
75%
25%
-
-
14. Saya siap melayani dengan tulus dan penuh
sukacita berkat spiritualitas Bunda Maria
yang saya hayati
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
19
21
-
-
47,5%
52,5%
-
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
15. Saya mengedepankan pelayanan tanpa
pamrih
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
27
13
-
-
67,5%
32,5%
-
-
16. Hidup saya menjadi bahagia karena
mengenal dan mencintai Bunda Maria
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
26
14
-
-
65%
35%
-
-
17. Saya merasakan hidup dalam bimbingan
Roh Kudus karena menghayati spiritualitas
Bunda Maria
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
25
15
-
-
62,5%
37,5%
-
-
18. Saya menjadikan Legio Maria sebagai
persembahan hidup saya pada Allah
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
22
18
-
-
55%
45%
-
-
19. Saya terus-menerus berusaha untuk
bersikap tekun dan taat menjadi legioner
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
20
20
-
-
50%
50%
-
-
20. Saya mewujudkan kesetiaan kepada Bunda
Maria dengan menghadiri rapat presidium
dan melaksanakan tugas pelayanan
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
16
23
1
-
40%
57,5%
2,5%
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Item 11 berbicara mengenai legioner yang bersikap terbuka dalam
menanggapi panggilan perutusan dari Allah. Item 11 pada tabel 4 menunjukkan
35% responden menyatakan diri sangat setuju bahwa mereka bersikap terbuka
dalam menanggapi panggilan perutusan dari Allah. Sebanyak 65% responden
menyatakan setuju.
Item 12 berbicara tentang mewujudkan cinta kasih dengan terlibat dalam
lingkup Gereja dan masyarakat sebagai bentuk cinta mereka kepada Bunda Maria.
Data pada tabel 4 item 12 menunjukkan 47,5% responden menyatakan diri sangat
setuju bahwa mereka mewujudkan cinta kasih dengan terlibat dalam lingkup Gereja
dan masyarakat sebagai bentuk cintanya kepada Bunda Maria. Sebanyak 52,5%
responden menyatakan setuju.
Item 13 berbicara tentang legioner yang merasa yakin terhadap ketaatan dan
semangat Bunda Maria sebagai teladan untuk melayani umat dan sesama. Item 13
menunjukkan data sebanyak 75% responden menyatakan diri sangat setuju bahwa
ketaatan dan semangat Bunda Maria adalah sebagai teladan untuk melayani umat
dan sesama. Sedangkan 25% responden menyatakan setuju.
Item 14 berbicara tentang legioner yang siap melayani dengan tulus dan
penuh sukacita. Data pada tabel 4 item 14 ini menunjukkan 47,5% responden
menyatakan sangat setuju bahwa mereka siap melayani dengan tulus dan penuh
sukacita. Sebanyak 52,5% responden menyatakan setuju.
Item 15 berbicara mengenai legioner yang mengedepankan pelayanan tanpa
pamrih. Item 15 pada tabel 4 menunjukkan data sebanyak 67,5% responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
menyatakan diri sangat setuju bahwa mereka mengedepankan pelayanan tanpa
pamrih. Sedangkan 32,5% responden menyatakan setuju.
Item 16 berbicara mengenai hidup legioner yang menjadi bahagia karena
mengenal dan mencintai Bunda Maria. Data pada tabel 4 item 16 dapat dilihat
sebanyak 65% responden menyatakan diri sangat setuju bahwa hidup mereka
menjadi bahagia karena mengenal dan mencintai Bunda Maria. Sedangkan 35%
responden menyatakan setuju.
Item 17 berbicara tentang legioner yang merasakan bahwa hidupnya dalam
bimbingan Roh Kudus karena menghayati spiritualitas Bunda Maria. Data pada
tabel 3 item 17 menunjukkan sebanyak 62,5% responden menyatakan diri sangat
setuju bahwa mereka merasakan hidup dalam bimbingan Roh Kudus karena
menghayati spiritualitas Bunda Maria. Sedangkan 37,5% responden menyatakan
setuju.
Item 18 berbicara tentang legioner yang menjadikan Legio Maria sebagai
persembahan hidupnya pada Allah. Item 18 menunjukkan data sebanyak 55%
responden menyatakan diri sangat setuju bahwa mereka menjadikan Legio Maria
sebagai persembahan hidupnya pada Allah. Sedangkan 45% responden menyatakan
setuju.
Item 19 berbicara mengenai legioner yang terus-menerus berusaha untuk
bersikap tekun dan taat menjadi anggota Legio Maria. Data pada tabel 4 item 19
menunjukkan 50% responden menyatakan diri sangat setuju bahwa mereka terus-
menerus berusaha untuk bersikap tekun dan taat menjadi legioner. 50% responden
lainnya menyatakan setuju.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Item 20 berbicara mengenai legioner yang mewujudkan kesetiaan kepada
Bunda Maria dengan menghadiri rapat presidium dan melaksanakan tugas
pelayanan. Data pada tabel 4 item 20 menunjukkan 40% responden menyatakan diri
sangat setuju bahwa untuk mewujudkan kesetiaan kepada Bunda Maria yaitu
dengan menghadiri rapat presidium dan melaksanakan tugas pelayanan. Ada
sebanyak 57,5% responden menyatakan setuju dan 2,5% responden menyatakan
tidak setuju.
4) Usulan kegiatan untuk meningkatkan penghayatan spiritualitas Bunda
Maria demi kedewasaan iman para legioner dan kaitannya dalam hidup
menggereja dan bermasyarakat
Tabel 4 memaparkan hasil penelitian mengenai usulan kegiatan untuk
meningkatkan penghayatan spiritualitas Bunda Maria demi kedewasaan iman para
legioner dan kaitannya dalam hidup menggereja dan bermasyarakat. Setiap
responden tidak hanya memiliki satu jawaban, maka dalam tabel ini penulis akan
mengelompokkan jawaban-jawaban yang sama dari responden kemudian jumlah
jawaban yang sama akan di persentasekan. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam
tabel berikut.
Tabel 5.
Usuluan kegiatan untuk meningkatkan penghayatan spiritualitas Bunda
Maria demi kedewasaan iman dan kaitannya dalam hidup menggereja dan
masyarakat
(N=40)
No
Item Pertanyaan
Total
jawaban
Persentase
%
22. Kegiatan seperti apa yang legioner usulkan
untuk meningkatkan penghayatan
spiritualitas Bunda Maria dalam rangka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
menjalankan karya perutusan di tengah-
tengah Gereja dan masyarakat?
a. Rekoleksi
b. Retret
c. Sharing Pengalaman Iman
d. Ziarah
e. Kegiatan dalam bentuk pelayanan
f. Sarasehan
8
1
15
7
13
2
20%
2,5%
37,5%
17,5%
32,5%
5%
Berdasarkan tabel 4, item 22 berbicara tentang usulan kegiatan yang
diberikan untuk meningkatkan penghayatan spiritualitas Bunda Maria dalam
rangka menjalankan karya perutusan di tengah-tengah Gereja dan masyarakat. Data
menunjukkan 20% responden memilih kegiatan Rekoleksi, 2,5% responden
memilih kegiatan Retret, sebanyak 37,5% responden memilih kegiatan yang
bersifat sharing pengalaman iman, 17,5% responden memilih kegiatan Ziarah,
32,5% responden memilih kegiatan dalam bentuk pelayanan dan ada 5% responden
yang memilih kegiatan sarasehan.
b. Pembahasan Hasil Penelitian
Bagian ini merupakan pembahasan setiap fokus mengenai hasil penelitian.
Ada 3 bagian yang akan dibahas. Pertama adalah penghayatan spiritualitas Bunda
Maria oleh anggota Legio Maria. Kedua adalah dampak spiritualitas Bunda Maria
bagi anggota Legio Maria. Kemudian yang ketiga adalah usulan kegiatan untuk
meningkatkan penghayatan spiritualitas Bunda Maria demi kedewasaan iman para
legioner dan kaitannya dalam hidup menggereja dan bermasyarakat. Pada bagian
ini penulis memperkaya dan mengecek pembahasan hasil penelitian dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
mengungkapkan hasil wawancara dengan anggota Legio Maria. Penulis melakukan
cek dan ricek dengan mewawancarai 4 anggota Legio Maria.
1) Penghayatan spiritualitas Bunda Maria olehAnggota Legio Maria
Fokus ini mencakup 10 item pernyataan yang bertujuan untuk mendapatkan
gambaran mengenai penghayatan spiritualitas Bunda Maria oleh anggota Legio
Maria. Hasil penelitian menunjukkan 27 responden (67,5%) menyatakan sangat
setuju bahwa para legioner berdoa dan berdevosi kepada Bunda Maria. Hal tersebut
dapat diartikan sebagai salah satu bentuk sikap menghayati spiritualitas Bunda
Maria. Devosi adalah salah satu bentuk doa yang bukan bagian dari liturgi. Devosi
adalah suatu sikap bakti yang berupa penyerahan seluruh pribadi kepada Allah dan
kehendak-Nya sebagai perwujudan cinta kasih. Devosi ini dapat berupa devosi
kepada Hati Yesus, devosi kepada Sakramen Mahakudus, devosi kepada Maria, dll.
Devosi atau kebaktian kepada Maria yang paling pokok adalah doa Salam Maria
(KWI, 1996: 283).
Sebanyak 24 responden (60%) menyatakan setuju bahwa mereka
meluangkan waktu untuk berefleksi diri. Istilah refleksi dipakai dalam kegiatan
untuk mencermati kembali bahan studi tertentu, pengalaman, ide-ide, usulan, atau
reaksi spontan supaya dapat menangkap maknanya lebih mendalam. Jadi, refleksi
adalah suatu proses untuk menemukan makna dalam pengalaman manusiawi
(Subagya, 2012: 53). Refleksi diri juga dapat dikatakan sebagai pengolahan
pengalaman atau kejadian yang telah dialami agar menjadi pribadi yang lebih baik.
Refleksi diri menjadi salah satu usaha manusia untuk mengolah pengalaman supaya
dapat menemukan makna dari pengalaman. Ketika hidup merasa terpuruk atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
mengalami tekanan, refleksi diri dapat memberikan jawaban dan harapan bagi umat
manusia. Refleksi ini dilaksanakan supaya dapat merenungkan segala tingkah laku
atau perbuatan yang telah dilakukan apakah sudah baik dihadapan Allah dan
sesama. Jika perbuatan itu kurang baik maka manusia harus mencoba untuk tidak
mengulangi atau melakukan kesalahan yang sama. Oleh karena itu, refleksi diri ini
dapat menjadi salah satu cara bagi legioner untuk menumbuhkan semangat dan
kepercayaan diri ketika hidupnya merasa kurang baik atau kurang pantas. Dari
wawancara, terungkap fakta bahwa RW1, RW2, RW4 tidak meluangkan waktu
untuk berefleksi diri (lampiran 5). Dapat dikatakan bahwa legioner menjawab
pernyataan kuesioner berhenti pada pemikiran saja.
Hasil penelitian mengenai semangat para legioner dalam meneladani cara
hidup Bunda Maria dan berusaha untuk mewujudkan dalam kehidupan sehari-hari
menunjukkan 29 responden (72,5%) menyatakan sangat setuju. Hal ini dapat
dikatakan bahwa para legioner semakin semangat untuk meneladani cara hidup
Bunda Maria dan berusaha mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Meneladani cara hidup Bunda Maria berarti mencontoh atau meniru sikap yang ada
dalam diri Bunda Maria, baik dalam iman, harapan dan belas kasihnya. Cara hidup
Bunda Maria inilah yang harus terus-menerus dihidupi oleh para legioner. Dalam
wawancara, ditemukan bahwa ada beberapa legioner bersemangat untuk
meneladani cara hidup Bunda Maria. Misalnya dalam hal melayani, iman dan juga
keinginan untuk hidup mandiri. Namun RW3 mengungkapkan bahwa ia merasa
biasa-biasa saja dalam meneladani Bunda Maria, karena dalam menjalani hidupnya
ia jalani seperti air mengalir saja (lampiran 5).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Sebanyak 26 responden (65%) menyatakan setuju bahwa mereka selalu
rendah hati, bersyukur dan bersukacita dalam menerima kehendak Allah. Di dalam
kehidupan sehari-hari setiap manusia tentu mengalami pengalaman baik ataupun
buruk. Ketika pengalaman baik tiba, hidup menjadi bahagia dan tentram. Namun
apabila pengalaman buruk yang tiba, seringkali manusia merasa putus asa dan
cemas. Berkat menghayati spiritualitas Bunda Maria, para legioner mampu
menerima kehendak Allah yang terjadi dalam hidupnya. Meskipun hal tersebut
terkadang sulit dilakukan, para legioner berdoa supaya mereka bisa disadarkan
kembali setiap peristiwa yang mereka alami adalah karena kehendak Allah.
Demikian pula Bunda Maria yang selalu mengandalkan penyelenggaraan Ilahi dan
dan percaya kepada Allah. Dalam wawancara telah dibuktikan bahwa RW1, RW3
menerima kehendak Allah dengan rendah hati, bersyukur dan bersukacita yakni
ketika mendapat tugas perutusan, mendapat pekerjaan karena hidup seorang diri
sehingga bisa memberi bantuan kepada keponakannya (lampiran 5). Hal itu
dirasakan karena ia merasa bahwa Tuhan telah memilihnya dan itu sudah menjadi
kehendak-Nya. Dapat dikatakan bahwa legioner sudah menjawab pernyataan sesuai
apa yang ada di hati mereka dan sesuai dengan pengalaman yang dialami.
Hasil penelitian mengungkapkan lebih dari separuh jumlah responden 33
(82,5%) menyatakan bahwa Bunda Maria disebut sebagai Bunda Allah dan Bunda
umat manusia. Konsili Efesus (431) mengakui Maria adalah Bunda Allah karena
Yesus, Putranya sungguh-sungguh ilahi. Yesus menjelma sebagai Sang Putra yang
sehakekat dengan Bapa (Hardiwardaya, 2017: 32). Maria sebagai Bunda umat
manusia tercermin dalam Injil sebagaimana pesan Yesus sebelum Ia wafat, “ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya, Ia berkata: Ibu, inilah
anakmu! kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: Inilah ibumu!” (bdk. Yoh
19:26-27). Berdasarkan pengertian tersebut dan data dari hasil penelitian, para
legioner menyatakan bahwa mereka mengakui Bunda Maria sebagai Bunda Allah
dan Bunda umat manusia. Para legioner percaya bahwa Bunda Maria sebagai satu-
satunya ibu yang telah melahirkan Sang Putra yang menjelma menjadi manusia.
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 27 responden (76,5%) menyatakan
bahwa para legioner merasa yakin terhadap kasih dan kesetiaan Bunda Maria yang
menjadi sumber inspirasi bagi hidup mereka. Kasih dan kesetiaan Bunda Maria
tidak pernah terpisah dalam hidupnya. Secara garis besar kasih dan kesetiaan Bunda
Maria telah membantu para legioner untuk terus mewujudkan kasih yang sabar,
lemah lembut, penyayang, tidak sombong dan setia pada Allah. Kesetiaan tersebut
dapat diwujudkan dengan terus-menerus menjalin relasi dengan Yesus dan sesama.
Keyakinan atas kasih dan kesetiaan Bunda Maria harus terus-menerus disadari dan
diungkapkan dalam kehidupan sehari-hari yakni membantu mereka yang lemah dan
membutuhkan.
Sebanyak 25 responden (62,5%) menyatakan sangat setuju dan percaya
terhadap Bunda Maria sebagai pembela, penolong, pelindung dan pengantara umat
beriman. Dalam hidup menggereja, Maria dijadikan sebagai pelindung gereja,
kelompok doa, atau tarekat-tarekat religius. RW1, RW2, RW3, RW4 percaya
bahwa Bunda Maria ikut ambil bagian dalam hidup mereka. Hal ini tampak ketika
merasa takut, cemas dan capek, mereka berdoa Salam Maria atau novena. Setelah
berdoa mereka merasa tenang dan diberi kekuatan serta perlindungan (lampiran 5).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Dari pertanyaan wawancara dapat disimpulkan bahwa mereka betul menjawab
pernyataan berdasarkan pengalaman yang dialami.
Hasil penelitian mengenai keyakinan para legioner terhadap Bunda Maria
yang menjadi daya kekuatan bagi mereka untuk menjalani kehidupan ini
menunjukkan 24 responden (60%) menyatakan sangat setuju. Dalam kehidupan ini,
mereka menjadikan Bunda Maria sebagai sumber kekuatan. Namun dari
wawancara ditemukan bahwa legioner masih menjawab berdasarkan pemikiran
saja. Hal ini dibuktikan ketika penulis bertanya mengenai daya kekuatan seperti apa
yang diberikan oleh Bunda Maria kepada responden, justru RW3, RW4
memberikan jawaban akibat tidak berdoa Rosario dan cara meneladani Bunda
Maria dalam mendidik Yesus (lampiran 5).
Para legioner menyatakan bahwa mereka menyadari betul ajakan Bunda
Maria untuk memaknai pelayanan sebagai bentuk cinta kasih kepada sesama. Hal
tersebut ditunjukkan melalui hasil penelitian yang mengungkapkan sebanyak 23
responden (57,5%) menyatakan sangat setuju. Dalam kehidupan ini, para legioner
mendalami ajakan Bunda Maria yang menjadikan cinta kasih sebagai tujuan untuk
mencintai Yesus. Mereka pun merasa yakin bahwa untuk mewujudkan iman,
harapan dan cinta kasih kepada Allah yakni dengan mengasihi dan melayani
sesama. Para legioner menyadari bahwa Allah hadir melalui orang-orang yang
sedang mereka layani.
Sebanyak 27 responden (67,5%) menyatakan sangat setuju bahwa iman
Bunda Maria meneguhkan iman mereka dalam mengimani Yesus. Iman Bunda
Maria yang tetap setia berdiri di bawah salib Yesus dan imannya yang tak goyah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
telah meneguhkan iman para legioner. Iman Bunda Maria akan Yesus Kristus
membuat para legioner untuk terus berusaha mencari tanda-tanda kehadiran Allah
dalam hidup mereka. Melalui wawancara dengan beberapa legioner, dapat
dikatakan bahwa legioner menjawab pernyataan sudah pada penghayatan mereka
terhadap Bunda Maria. Hal ini tampak ketika RW1, RW2, RW3, RW4 menyatakan
bahwa mereka mau belajar rendah hati, sabar, mengayomi, setia pada Allah dan
menerima kehendak Allah dalam hidup mereka. Meskipun dalam kehidupan sehari-
hari terkadang merasa kecewa kepada anak serta cucu karena sulit diajak berdoa
bahkan ada yang pindah agama karena menikah dengan agama lain, para legioner
tetap berusaha meneladani iman Bunda Maria (lampiran 5).
2) Dampak spiritualitas Bunda Maria bagi Anggota Legio Maria
Fokus ini mencakup 10 item pernyataan yang bertujuan untuk mendapatkan
gambaran mengenai dampak spiritualitas Bunda Maria bagi anggota Legio Maria.
Data dari hasil penelitian menunjukkan sebanyak 26 responden (65%) menyatakan
setuju bahwa mereka bersikap terbuka dalam menanggapi panggilan perutusan dari
Allah. Dari hasil wawancara, dapat dikatakan bahwa pernyataan tersebut betul
sampai pada penghayatan mereka. Hal itu dibuktikan ketika RW1, RW2, RW3,
RW4 menyampaikan kisah atau pengalaman ketika Allah memanggil menjadi
pelayan Gereja, menjalani panggilan di sekolah swasta yang jarak tempuhnya jauh
dari rumah dan panggilan untuk menjadi anak Allah (lampiran 5).
Sebanyak 21 responden (52,5%) menyatakan setuju bahwa mereka dapat
mewujudkan cinta kasih dengan mau terlibat dalam lingkup Gereja dan masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Cinta kasih yang dimaksud adalah memiliki rasa peduli terhadap orang lain. Melalui
wawancara dapat dibuktikan yang paling menonjol bahwa pernyataan tersebut betul
berdasarkan penghayatan mereka. Hal itu diwujudkan melalui tindakan nyata yang
mereka berikan kepada Gereja, masyarakat dan keluarga. Dalam kehidupan Gereja
tampak ketika RW1, RW2, RW3, RW4 mau menyediakan diri untuk menggantikan
prodiakon yang berhalangan hadir, mengikuti perayaan ulang tahun Gereja, terlibat
dalam pelayanan di Gereja. Dalam kehidupan masyarakat terutama dengan tetangga
pun juga terjalin hubungan yang baik dan adanya toleransi umat beragama. Hal
tersebut dibuktikan dengan adanya keterlibatan umat Katolik khususnya para
legioner dalam kegiatan masyarakat. Misalnya RW1, RW2, RW3, RW4 ikut ambil
bagian dalam kegiatan kemasyarakatan seperti aktif koor di RT-RW, mengikuti
arisan, bendahara kas sosial, melayat, mensponsori kegiatan 17’an, dan lain
sebagainya. Dalam kehidupan keluarga, cinta kasih itu tampak pada kepeduliannya
terhadap iman anak serta memberi bantuan finansial untuk menyekolahkan
keponakan (lampiran 5).
Bunda Maria identik dengan ketaatannya pada Allah dan semangatnya
untuk mengasihi sesama. Sebanyak 30 responden (75%) menyatakan sangat setuju
untuk meneladani ketaatan dan semangat Bunda Maria. Para legioner menjadikan
hal tersebut sebagai teladan untuk melayani umat dan sesama. Mereka menyadari
bahwa dalam situasi sesulit apapun mereka akan tetap setia dan taat dalam iman
yakni dengan kerendahan hati untuk tidak mudah mengeluh dan putus asa. Begitu
pula semangat Bunda Maria senantiasa meneguhkan iman mereka untuk mengasihi
sesama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 21 responden (52,5%) menyatakan
bahwa mereka siap melayani dengan tulus dan sepenuh hati. Hal tersebut mereka
lakukan karena telah menghayati spiritualitas Bunda Maria. Spiritualitas Bunda
Maria merupakan cara hidup Bunda Maria yang didasari oleh tindakan belas kasih.
Spiritualitas Bunda Maria menjadi teladan karena ketaatannya, kerendahan hatinya,
imannya yang sempurna (Senatus Legio Maria, 2011: 9). Menghayati spiritualitas
Bunda Maria berarti merasakan dan menghidupi cara hidupnya. Dibuktikan melalui
wawancara bahwa pernyataan tersebut dijawabbetul sampai pada penghayatan. Hal
tersebut tampak ketika RW1, RW2, RW3 mau melayani orang gila, membantu
perawat di rumah sakit merawat orang sakit, melayani keluarga, rekan-rekan di
lingkungan dan di Legio Maria (lampiran 5).
Sebanyak 27 responden (67,5%) menyatakan bahwa mereka
mengedepankan pelayanan tanpa pamrih. Hal ini diwujudkan melalui tindakan
kasihnya tanpa mengharapkan imbalan. Dengan sepenuh hati mereka menyediakan
diri bagi orang lain. Meskipun terkadang mengalami berbagai kesulitan mereka
tetap rendah hati dan percaya bahwa Bunda Maria akan selalu mendampingi.
Hasil penelitian mengungkapan lebih dari separuh jumlah responden yakni
26 (65%) menyatakan bahwa hidup mereka menjadi bahagia karena mengenal dan
mencintai Bunda Maria. Hal ini membuat mereka semakin menyadari bahwa
menjadi bagian dari Legio Maria adalah suatu anugerah dan sebuah panggilan.
Mereka sungguh senang dan bersukacita karena mempunyai pengalaman serta
bekal untuk hidup di tengah Gereja dan masyarakat. Di samping itu, mereka juga
merasa bahagia karena iman semakin diteguhkan. Dari hasil wawancara memang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
pernyataan tersebut dijawab berdasarkan penghayatan. Hal itu dibuktikan ketika
RW4 mendapat tugas pelayanan semua dijalani dengan sepenuh hati dan tanpa ada
keterpaksaan (lampiran 5). Selain itu RW3 juga menyampaikan bahwa bisa
mensyukuri rahmat dan berkat bagi keluarganya (lampiran 5).
Sebanyak 25 responden (62,5%) menyatakan bahwa mereka merasakan
hidup dalam bimbingan Roh Kudus. Roh Kudus adalah anugerah yang diberikan
oleh Allah kepada umat-Nya. Roh Kudus memiliki peranan penting yang
menentukan kehidupan. Hidup dalam bimbingan Roh Kudus berarti menerima
kebahagian, hidup, ide, pandangan dan semangat baru. Hidup menjadi lebih
bergembira, bersemangat, damai dan hati lebih bersihkarena kasih-Nya. Melalui
wawancara didapatkan data bahwa RW4 memang menghayati apa yang telah
dikatakan. Hal ini tampak ketika ia melaksanakan tugas yang diberikan oleh
presidium dan buahnya merasa bahagia (lampiran 5).
Hasil penelitian mengenai para legioner yang menjadikan Legio Maria
sebagai persembahan hidup pada Allah menunjukkan sebanyak 22 responden
(55%) mengungkapkan bahwa mereka sangat setuju. Hal ini dapat diartikan bahwa
para legioner menjadikan Legio Maria sebagai persembahan hidup mereka pada
Allah. Menjadi rasul awam melalui Legio Maria merupakan persembahan hidup
kepada Kristus dan Gereja. Tanpa bergabung dalam Legio Maria, mereka
menyatakan tidak terpanggil oleh Allah. Namun karena telah menjadi bagian dari
Legio Maria, mereka merasakan bahwa hidup mereka adalah milik Bunda Maria.
Artinya bahwa mereka dengan kerelaaan hati akan menyediakan diri bagi orang lain
dan siap sedia menjadi pelayan Gereja. Hal tersebut diwujudkan dengan menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
prodiakon, mengajar sekolah minggu, mendoakan orang sakit, membantu orang
buta menyeberang jalan.
Hasil penelitian menunjukkan separuh dari jumlah responden yakni 20
responden (50%) menyatakan sangat setuju dan separuhnya lagi menyatakan setuju
bahwa mereka terus-menerus berusaha untuk bersikap tekun dan taat menjadi
legioner. Menjadi legioner yang tekun dan taat adalah sebuah tantangan bagi
mereka. Karena ada berbagai macam persoalan dan kendala yang datang silih
berganti. Namun karena ketaatannya kepada Bunda Maria dan Yesus mereka
berusaha untuk menghadapinya. Ketaatannya itu mereka wujudkan denganrajin
misa harian, rajin berdoa Rosario, senantiasa bersyukur atas karunia-Nya dan rutin
mendoakan doa-doa khas Legio Maria, seperti berdoa katena, berdoa Tessera.
Sebanyak 23 responden (57,5%) menyatakan bahwa mereka mewujudkan
kesetiaan kepada Bunda Maria dengan menghadiri rapat presidium dan
melaksanakan tugas pelayanan. Salah satu cara untuk mewujudkan kesetiaan
sebagai seorang legioner adalah menghadiri rapat presidium. Rapat presidium dapat
dikatakan sebagai sekolah kerasulan karena di dalamnya terdapat banyak latihan
kegiatan rohani. Para legioner juga mewujudkan kesetiaan kepada Bunda Maria
dengan melakukan tindakan kasih yakni mengunjungi orang sakit, memberikan
perhatian kepada mereka yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel. Dari hal
tersebut, para legioner juga dapat menjalin hubungan yang baik dengan sesama dan
anggota. Mereka pun merasa semakin memiliki banyak saudara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
3) Usulan kegiatan untuk meningkatkan penghayatan spiritualitas Bunda
Maria demi perkembangan Gereja
Berdasarkan hasil penelitian, para legioner mengusulkan kegiatan sharing
pengalaman iman. Kegiatan sharing pengalaman iman ini menjadi pilihan bagi para
legioner untuk meningkatkan penghayatan spiritualitas Bunda Maria dalam rangka
menjalankan karya perutusan di tengah-tengah Gereja dan masyarakat dan
hubungannya dalam mendewasakan iman. Selain itu, hal ini dilakukan supaya
orang-orang muda bersedia bergabung bersama dalam Legio Maria. Penulis merasa
kegiatan ini menjadi pilihan yang tepat bagi legioner untuk menghidupi spiritualitas
Bunda Maria dan hidup dalam menggereja. Melalui kegiatan ini, harapannya para
legioner dapat terbantu untuk meningkatkan penghayatan spiritualitas Bunda Maria
dan dapat menumbuhkan semangatnya untuk terus berkarya. Selain itu, dapat
bertambahnya anggota baru dalam Legio Maria khususnya orang-orang muda.
3. Kesimpulan Penelitian
Dari hasil dan pembahasan penelitian, dapat diketahui gambaran secara
umum mengenai penghayatan spiritualitas Bunda Maria bagi anggota Legio Maria
dan kaitannya dalam menjalankan karya perutusan di tengah Gereja dan
masyarakat. Di samping itu, melalui wawancara diketahui pula bahwa alasan Legio
Maria ini didominasi oleh ibu-ibu yang sudah sepuh adalah diduga karena ibu-ibu
muda belum ada panggilan, masih sibuk dengan urusan anak-anaknya yang sedang
sekolah dan kurangnya motivasi untuk berdevosi. Selain itu, bapak-bapak yang
tidak ikut dalam Legio Maria diduga karena faktanya di lingkungan pun bapak-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
bapak jarang muncul dan sulit sekali untuk diajak berdoa. Hal tersebut terjadi
mungkin karena sudah terpikir bahwa dalam Legio Maria harus banyak berdoa.
Berdasarkan hasil penelitian melalui kuesioner dan wawancara, telah
didapatkan data bahwa para legioner menghayati dengan baik spiritualitas Bunda
Maria. Hal ini mereka wujudkan dengan berdoa dan berdevosi kepada Bunda
Maria, menyerahkan diri untuk percaya kepada kehendak Allah, merasa yakin
bahwa mereka terinspirasi oleh kasih dan kesetiaan Bunda Maria kepada Allah,
merasa bahwa imannya diteguhkan, dan lain sebagainya. Tetapi namanya manusia
terkadang masih merasa kecewa kepada anak-anaknya serta cucu. Terutama dalam
keluarga, ada anak yang sulit untuk diajak berdoa bersama akibat pengaruh negatif
lingkungan. Bahkan ditemukan data bahwa ada anggota umat yang berpindah
keyakinan karena menikah dengan pasangan yang berbeda agama. Mereka
menyadari spiritualitas Bunda Maria menjadikan untuk lebih setia mengikuti
teladan Bunda Maria. Oleh karena itu, mereka akan terus berusaha untuk menerima
dengan ikhlas hati dan terus mendoakan yang terbaik.
Berdasarkan hasil penelitian, terutama dalam wawancara telah diperoleh
data bahwa spiritualitas Bunda Maria memiliki dampak positif bagi anggota Legio
Maria. Spiritualitas Bunda Maria mendorong mereka untuk menjadi umat Allah
yang setia, penyabar dan mengutamakan kasih. Spiritualitas memang sudah
dihidupi oleh diri sendiri, tetapi bagi kehidupan iman keluarga masih perlu
ditingkatkan. Dalam hidup bermasyarakat, spiritualitas Bunda Maria juga berperan
positif. Para legioner dapat melibatkan diri dalam kehidupan masyarakat dan
merasa mereka memiliki banyak saudara karena dapat menjalin hubungan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
baik dengan tetangga terutama dengan yang berkeyakinan lain. Penelitian
menunjukkan bahwa penghayatan terhadap spiritualitas Bunda Maria sudah baik
meskipun ada beberapa legioner yang menjawab pernyataan hanya berhenti pada
pemikiran. Oleh karena itu, penghayatan terhadap spiritualitas Bunda Maria perlu
ditingkatkan.
Berdasarkan usulan yang dikemukakan dalam penelitian, penulis akan
mengusulkanprogram kegiatan katekese dengan model berbagi pengalaman iman.
Melalui program ini diharapkan anggota Legio Maria semakin meningkatkan
wawasan dan penghayatan spiritualitas Bunda Maria dalam rangka menjalankan
karya perutusan di tengah Gereja dan masyarakat. Sasaran kegiatan ini tidak hanya
untuk para legioner saja namun juga terbuka bagi umat lain, khususnya bagi orang-
orang muda supaya terpanggil untuk menjadi bagian dari Legio Maria. Kegiatan ini
akan dijelaskan dalam bab IV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
PROGRAM KEGIATAN KATEKESE ANGGOTA LEGIO MARIA
DI PAROKI HATI SANTA PERAWAN MARIA TAK BERCELA
KUMETIRAN SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PENGHAYATAN
SPIRITUALITAS BUNDA MARIA
Bab IV merupakan tindak lanjut dari bab sebelumnya terkait dengan hasil
penelitian. Pada bab IV ini, penulis akan memaparkan usulan kegiatan bagi anggota
Legio Maria dalam bentuk katekese dengan model berbagi pengalaman iman.
Pemilihan kegiatan ini berdasarkan usulan yang dikemukakan dan diharapkan oleh
responden. Melalui kegiatan katekese ini para legioner diharapkan semakin
mendalami, memperkaya dan meningkatkan penghayatan akan spiritualitas Bunda
Maria. Di samping itu, melalui sharing pengalaman para legioner dapat saling
meneguhkan iman.
Penulis akan membagi bab IV ini ke dalam enam pokok bahasan. Pokok
bahasan tersebut terdiri dari latar belakang kegiatan katekese, pokok-poko katekese
model berbagi pengalaman iman, rumusan tema dan tujuan, gambaran pelaksanaan
kegiatan katekese, matriks program kegiatan katekese dan contoh persiapan
katekese.
A. Latar Belakang Kegiatan
Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran telah memberikan
berbagai macam wadah untuk meningkatkan iman umatnya. Pada kenyataannya, di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
paroki tersebut telah banyak kegiatan dan komunitas-komunitas yang menjadi
sarana untuk memperkaya iman umat, salah satunya adalah Legio Maria. Legio
Maria adalah kumpulan orang-orang dengan semangat Bunda Maria untuk berkarya
dalam panggilan sebagai rasul awam yang melayani Gereja. Legio Maria ini
bertujuan supaya anggotanya semakin dekat dengan Allah dan mencintai
sesamanya dengan meneladani hidup Bunda Maria.
Para legioner yang berkarya di paroki ini diajak untuk lebih mendalami dan
memperkarya penghayatan mereka akan spiritualitas Bunda Maria. Sejauh ini para
legioner sudah berupaya untuk meneladani Bunda Maria dengan menunjukkan
belas kasih terhadap sesama. Hal ini tampak ketika mereka melayani sesama yang
membutuhkan. Di samping itu, penghayatan spiritualitas Bunda Maria perlu terus
dibina dan dipupuk supaya penghayatan itu benar-benar dimaknai. Penghayatan itu
perlu didalami dan dimaknai supaya semakin berkembang dan berbuah dalam
kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan harapan yang disampaikan oleh para legioner, penulis
mengusulkan kegiatan katekese dengan model berbagi pengalaman iman. Kegiatan
katekese ini diadakan sebagai upaya meningkatkan penghayatan mereka akan
spiritualitas Bunda Maria. Di samping itu, penulis merasa yakin bahwa kegiatan
katekese ini sangat cocok untuk pengembangan spiritualitas sehingga dapat
membantu mereka dalam memperkembangkan atau mendewasakan iman. Melalui
kegiatan ini, para legioner diajak untuk saling berbagi pengalaman iman. Dengan
demikian para legioner dapat saling meneguhkan dan memperkaya sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
mereka semakin memiliki semangat untuk terus berkarya dalam hidup menggereja
dan bermasyarakat. Tentu hal ini juga berperan dalam kehidupan iman keluarganya.
B. Pokok-pokok Katekese Model Berbagi Pengalaman Iman
1. Pengertian Katekese
Katekese berasal dari kata Yunani Catechein dan Catechesis. Akar katanya
adalah kat dan echo. Kat artinya keluar, sedangkan echo artinya gema/bergema.
Maka katekese memiliki arti sesuatu yang membuat bergema, menyebabkan
sesuatu bergaung (Telaumbanua, 1999: 4).
Dalam anjuran apostolik Catechesi Tradendae, Sri Paus Yohanes Paulus II
menegaskan:
Katekese ialah pembinaan anak-anak, kaum muda dan orang-orang
dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran
Kristen, yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis,
dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup
Kristen.
Dengan kata lain, katekese adalah usaha-usaha dari Gereja untuk membantu
dan memfasilitasi umat agar semakin memahami, menghayati dan mewujudkan
imannya dalam kehidupan sehari. Di dalam katekese terdapat unsur pewartaan,
pengajaran, pendidikan, pendalaman, pembinaan, pengukuhan dan pendewasan.
Oleh karena itu, metode yang digunakan harus sesuai dengan sasaran agar katekese
dapat bergema dalam hati pendengar dan berbuah nyata (Telaumbanua, 1999:5).
Pembinaan iman perlu dilakukan secara terus-menerus supaya iman secara
terus-menerus dapat berkembang atau menjadi lebih dewasa. Oleh karena itu,
keadaan keluarga dan komunitas paroki yang berwarna Katolik memiliki peran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
untuk anggotanya agar menjadi semakin Katolik. Menjadi semakin katolik
diperlukan adanya pengungkapan dan perwujudan melalui penghayatan yang nyata
dalam hidup sehari-hari sehingga iman dapat berkembang. Iman menjadi sumber
kekuatan dan inspirasi dalam menghadapi tantangan hidup. Supaya iman atau
identitas kekatolikan semakin berkembang diperlukan pula katekese komunitas
yang total (Heryatno, 2018:1).
Menurut Groome, yang disadur oleh Heryatno (2018:2) katekese yang total
merupakan gerakan yang menyatukan seluruh potensi keluarga, paroki, sekolah-
sekolah katolik, organisasi-organisasi katolik dan komunitas-komunitas basis demi
perkembangan iman seluruh warga paroki. Katekese ini menyatukan seluruh
kegiatan paroki yang diarahkan demi perkembangan iman umat. Seluruh umat
diajak dan diarahkan untuk menyadari akan tanggungjawabnya sebagai pelaku
dalam pengembangan iman umat.
2. Katekese Model Berbagi Pengalaman Iman
Katekese model berbagi pengalaman iman merupakan salah satu model
katekese umat. Model ini menekankan proses berkatekese yang bersifat dialogis-
partisipatif supaya dapat mendorong peserta, berdasar komunikasi antara “tradisi”
dan visi hidup mereka dengan “Tradisi” dan visi Kristiani, sehingga baik secara
pribadi maupun bersama mereka mampu mengadakan penegasan dan pengambilan
keputusan demi makin terwujudnya nilai-nilai kerajaan Allah di dalam kehidupan
manusia. Model katekese ini bermula dari pengalaman hidup peserta yang
kemudian direfleksi secara kritis dan dikonfrontasikan dengan pengalaman iman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
dan visi kristiani supaya muncul pemahaman, sikap dan kesadaran baru yang
memberi motivasi pada keterlibatan baru (Heryatno, 1997:1).
Proses katekese ini haruslah bersifat multi arah. Hal ini berarti
memungkinkan adanya timbal balik antara pendamping dan peserta katekese. Pada
hakikatnya model katekese ini bersumber dari pengalaman hidup peserta. Oleh
karena itu, para peserta katekese diharapkan dapat saling terbuka untuk berbagi
pengalaman hidup mereka sehingga dapat saling memperkaya dan meneguhkan.
Inti dari katekese model berbagi pengalaman iman adalah mengintegrasikan
iman dengan kenyataan hidup sehari-hari. Proses dinamika yang terjadi dalam
katekese ini yaitu kenyataan hidup sehari-hari-iman-kenyataan hidup yang
berkembang atau hidup baru. Oleh karena itu, para legioner diharapkan menghayati
spiritualitas Bunda Maria dalam hidup sehari-hari supaya iman dapat terus
berkembang. Artinya dari pengalaman mereka ketika sidang atau rapat Legio Maria
diharapkan menjadi penggerak atau motivator untuk menghayati iman.
Katekese model berbagi pengalaman iman terdapat 5 langkah pokok.
Namun sebelum langkah 1, perlu diawali dengan pengantar sebagai pemusatan
aktivitas yang biasa disebut sebagai langkah pendahuluan. Langkah-langkah
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Langkah Pendahuluan: Pemusatan Aktivitas
Menurut Groome yang disadur oleh Heryatno (1997:39), pokok ini
bertujuan mendorong peserta supaya betul-betul bertolak dari kehidupan konkret
mereka yang selanjutnya menjadi tema dasar pertemuan. Tema dasar diharapkan
sungguh mencerminkan pokok-pokok hidup, keprihatinan, permasalahan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
kebutuhan mereka. Dalam menentukan tema dapat digunakan sarana simbol,
keyakinan, cerita, bahasa foto, poster atau sarana lain yang menunjang peserta
untuk menemukan salah satu aspek yang dapat dikembangkan menjadi topik dasar
berkatekese.
b. Langkah 1: Pengungkapan Pengalaman Hidup Faktual
Langkah ini bertujuan membantu peserta untuk mengungkapkan
pengalaman hidup faktual. Di samping menyampaikan pengalamannya sendiri,
peserta dapat mengungkapkan kehidupan dan permasalahan yang sedang terjadi di
dalam masyarakat. Pokok dalam langkah ini mempunyai arti yang penting, yaitu
sebagai medan untuk menghayati perannya sebagai subjek dan merupakan langkah
pokok yang menuju pada keikutsertaan mereka pada usaha untuk memperbaiki
kehidupan bersama atau terlibat dalam kehidupan Gereja dan masyarakat
(Heryatno, 1997:41).
Pada langkah ini, pendamping dapat menggunakan lambang, tarian,
nyanyian, puisi, cerita dan bentuk lainnya yang membantu peserta dalam
mengungkapkan pengalaman hidup faktual. Setelah itu pendamping dapat
memberikan pertanyaan yang sesuai dengan tema. Hal ini dimaksudkan untuk
membantu peserta mengungkapkan pengalamannya yang berkaitan dengan tema.
c. Langkah 2: Refleksi Kritis Pada Sharing Pengalaman Hidup Faktual
Tujuan dari langkah ini adalah memperdalam hasil sharing langkah pertama
dan mengantar peserta pada kesadaran kritis akan pengalaman hidup dan tindakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
mereka. Pada langkah ini ada tiga segi yang hendak diungkap, yaitu segi
pemahaman, kenangan dan imajinasi. Ketiga segi ini dapat dimanfaatkan peserta
untuk memahami dan mengolah pengalaman hidup merekasecara kritis dan kreatif
(Heryatno, 1997:43).
Pada segi pemahaman, peserta diajak untuk bersikap kritis pada hidupnya
sendiri dan Gereja serta masyarakat. Segi kenangan menekankan sejarah hidup
peserta dan pranata-pranata sosial yang saling membentuk dan mempengaruhi cara
hidup mereka. Sedangkan segi imajinasi mendorong peserta untuk membayangkan
konsekuensi kemungkinan dan tanggungjawabnya atas tindakan yang telah mereka
lakukan. Hal tersebut dapat membuka kesadaran keterlibatan dan solidaritas peserta
(Heryatno, 1997:43).
d. Langkah 3: Menggali Pengalaman Iman Kristiani
Langkah ini bermaksud mengkomunikasikan nilai-nilai tradisi dan visi
Kristiani agar lebih terjangkau dan lebih mengena untuk kehidupan peserta. Tradisi
Kristiani mengungkapkan tanggapan iman jemaat kristiani sepanjang sejarah
terhadap pewahyuan ilahi seperti yang terungkap dalam Kitab Suci, dogma,
pengajaran Gereja, liturgi, spiritualitas, devosi-devosi, kepemimpinan, seni dalam
Gereja dan kehidupan jemaat beriman. Visi Kristiani mengungkapkan janji dan
tanggungjawab yang berasal dari tradisi dan bertujuan untuk mendorong jemaat
beriman supaya berpartisipasi di tengah-tengah kehidupan dalam mewujudkan
nilai-nilai kerajaan Allah. Tradisi dan visi Kristiani ini disampaikan sesuai dengan
tema dasar supaya relevan dengan kehidupan peserta (Heryatno, 1997:45).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Dalam langkah ini, pendamping perlu menyampaikan tafsir yang sesuai
dengan tema sehingga dapat membantu peserta untuk mengusahakan nilai-nilai
tradisi dan visi Kristiani menjadi miliknya sendiri. Pada penyampaian tafsir,
pendamping dapat menggunakan metode kuliah, diskusi kelompok, memanfaatkan
produk-produk audio-visual atau media murah. Penyampaian dengan metode ini
tidak bersifat mendikte tetapi bersifat mengantar peserta pada tingkat kesadaran
baru (Heryatno, 1997:47).
e. Langkah 4: Menerapkan Iman Kristiani Dalam Situasi Konkrit
Pada langkah ini, peserta mendialogkan hasil pengolahan mereka pada
langkah pertama, kedua dan ketiga. Tujuan dari langkah ini yaitu mengajak peserta
(berdasar nilai tradisi dan visi Kristiani) untuk menemukan nilai hidup bagi dirinya,
sikap-sikap picik yang hendak dihilangkan dan nilai-nilai baru yang akan
dikembangkan. Pada pokok ini, peserta perlu menghindari subjektivisme dan
objektivisme. Subjektivisme berarti suatu sikap yang memandang bahwa pendapat
pesertalah yang paling benar, tafsiran pendamping dinilai tidak ada faedahnya.
Objektivisme berarti suatu sikap yang memandang tafsiran pendamping sebagai
kebenaran satu-satunya. Oleh karena itu, pertanyaan bantuan yang diberikan harus
bersifat aktif, artinya mendorong peserta supaya secara kritis dan kreatif
menemukan bagi dirinya sendiri nilai-nilai, kesadaran baru dari iman dan
perjuangan hidup yang hendak diwujudkan serta ditingkatkan (Heryatno, 1997:48-
49).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
f. Langkah 5: Mengusahakan Suatu Aksi Konkrit
Menurut Heryatno (1997:49) yang menyadur bukunya Groome, tujuan dari
langkah ini adalah mengajak peserta agar sampai pada keputusan praktis yang
dipahami sebagai tanggapan jemaat terhadap pewahyuan Allah. Langkah ini
dipengaruhi oleh topik dasar, maka keputusan dapat beraneka ragam bentuk dan
sifatnya sera subjek dan arahnya. Bentuknya ada yang menekankan aspek
pemahaman, ada yang menonjolkan aspek perasaan dan ada yang mengutamakan
aspek tingkah laku. Sifatnya menyangkut tingkat personal, interpersonal atau
sosial-politis. Subjeknya dapat bersifat aktivitas pribadi atau tindakan bersama
(semua peserta). Arahnya dapat lebih interen untuk kepentingan kelompok sendiri
atau demi kepentingan di luar kelompok.
Pada langkah ini, pendamping dapat membantu peserta dengan memberikan
pertanyaan bantuan yang terkait dengan keputusan yang akan diambil baik secara
pribadi atau bersama. Keputusan yang akan diambil ini sebagai bentuk keterlibatan
dalam mewujudkan nilai-nilai kerajaan Allah di dunia. Oleh karena itu pendamping
perlu mendorong peserta agar sampai pada keputusan yang praktis, realitis dan tidak
muluk-muluk. Sebagai penutupannya, peserta diajak untuk merayakan liturgi
sederhana atau mendoakan secara bersama keputusan mereka. Doa atau liturgi ini
dapat menjadi inspirasi ampuh bagi peserta yang dapat mendorong mereka agar
konsisten dengan keputusan yang telah diambil (Heryatno, 1997:50).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
C. Rumusan Tema dan Tujuan
Penulis mengusulkan tema dasar kegiatan katekese yaitu “Spiritualitas
Bunda Maria sebagai Teladan Hidupku”. Tujuan dari kegiatan katekese ini adalah
membantu para legioner di Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela
Kumetiran agar semakin memahami, meningkatkan dan memperkaya penghayatan
spiritualitas Bunda Maria sehingga mereka semakin dewasa dalam iman dan
semangat dalam menjalankan karya perutusan dalam hidup menggereja dan
bermasyarakat.
Tema umum dalam program ini dibagi dalam 4 kali pertemuan:
Sub-tema I : Belajar dari kesetiaan Bunda Maria
Tujuan : Peserta dapat belajar dari kesetiaan Bunda Maria yang menemani
Yesus hingga wafat di kayu salib, sehingga mereka dapat semakin
setia untuk menghadiri rapat presidium dan menjalankan tugas
pelayanan
Sub-tema II : Sikap Pasrah Bunda Maria menginspirasi hidupku
Tujuan : Peserta mampu meneladani sikap pasrah Bunda Maria, sehingga
mereka dapat mempercayai bahwa semua yang terjadi dalam
hidupnya adalah kehendak Allah
Sub-tema III : Iman Bunda Maria meneguhkan imanku
Tujuan : Peserta mampu menyadari bahwa kesetiaan iman Bunda Maria
menjadi teladan dalam mengimani Yesus
Sub-tema IV : Meneladani sikap Bunda Maria dalam melayani sesama
Tujuan : Peserta dapat menyadari pentingnya meneladani sikap Bunda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Maria dalam melayani sesama, sehingga mereka dapat
mewujudkan kasih Yesus kepada sesama
D. Gambaran Pelaksanaan Kegiatan Katekese
1. Peserta
Peserta yang akan mengikuti kegiatan katekese ini adalah para anggota
Legio Maria di Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran. Namun
kegiatan ini juga terbuka bagi umat lain. Tidak menutup kemungkinan juga bagi
para orang muda supaya terpanggil untuk menjadi bagi dari Legio Maria di Paroki
Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran.
2. Model Pelaksanaan
Model katakese ini bertolak dari pengalaman para legioner menghayati
iman mereka dalam hidup sehari-hari. Maka model pelaksanaan katekese ini
penting karena telah berusaha mengintegrasikan kenyataan hidup dengan iman.
Melalui model ini, para legioner diharapkan semakin menghayati iman di dalam
hidup sehari-hari sehingga iman sungguh-sungguh menyatu dengan kenyataan
hidup.
Program kegiatan katekese ini diusulkan untuk anggota Legio Maria di
Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran yang dikemas dengan
model berbagi pengalaman iman. Katekese model berbagi pengalaman iman ini
memiliki 5 langkah yang diawali dengan langkah pendahuluan sebagai pemusatan
aktivitas. Penulis mengusulkan pelaksanaan kegiatan katekese ini diadakan 4 kali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
pertemuan dan dilaksanakan pada saat sidang. Kegiatan katekese ini bisa
diintegrasikan dengan sidang sehingga dalam 1 bulan bisa dilaksanakan 2 kali
pertemuan.
3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Tempat kegiatan katekese akan dilaksanakan di tempat sidang masing-
masing presidium karena setiap presidium memiliki tempat sidang yang berbeda.
Sebagai contoh akan dilaksanakan di rumah sidang Presidium Ratu Pecinta Damai
Bumijo. Sedangkan waktu pelaksanaannya, penulis mengusulkan dimulai pada
tanggal 4 Februari 2020.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
0
E. Matriks Program Kegiatan Katekese
Tema umum : Spiritualitas Bunda Maria sebagai Teladan Hidupku
Tujuan umum : Membantu para legioner di Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran agar semakin memahami,
meningkatkan dan memperkaya penghayatan akan spiritualitas Bunda Maria sehingga mereka semakin dewasa
dalam iman terlebih semangat dalam menjalankan karya perutusan dalam hidup menggereja dan
bermasyarakat.
No Waktu Sub-Tema Tujuan Pertemuan Metode Sarana
1 04-02-20
(90’)
Belajar dari
kesetiaan
Bunda Maria
Peserta dapat belajar dari
kesetiaan Bunda Maria yang
menemani Yesus hingga wafat
di kayu salib, sehingga mereka
dapat semakin setia untuk
menghadiri rapat presidium
dan menjalankan tugas
pelayanan
- Refleksi pribadi
- Sharing kelompok
- Tanya jawab
- Informasi
- Mengambil keputusan
baru
- Kitab Suci (Injil Yoh 19:23-27)
- Kisah: ibu orang yang dihukum mati
(Gaud, Christine & Bernard
Descouleurs.(1988).Kisah
Maria.Yogyakarta:Kanisius. Hal 51-
54)
- Lilin dan Salib
- Teks lagu:
1. Ave-ave (MB 546)
2. Bunda Pelindung (MB 539)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
1
2 18-02-20
(90’)
Sikap Pasrah
Bunda Maria
menginspirasi
Hidupku
Peserta mampu meneladani
sikap pasrah Bunda Maria,
sehingga mereka dapat
mempercayai bahwa semua
yang terjadi dalam hidupnya
adalah kehendak Allah
- Refleksi pribadi
- Sharing kelompok
- Tanya jawab
- Informasi
- Mengambil keputusan
baru
- Kitab Suci (Injil Luk 1:26-38)
- Kisah: Jawaban Maria (Gaud,
Christine & Bernard
Descouleurs.(1988).Kisah Maria.
Yogyakarta: Kanisius. Hal 15-16)
- Lilin dan Salib
- Teks lagu:
1. Perawan Pilihan Allah (MB 538)
2. Mengasih Maria (MB 543)
3 03-03-20
(90’)
Iman Bunda
Maria
meneguhkan
imanku
Peserta mampu menyadari
bahwa kesetiaan iman Bunda
Maria menjadi teladan dalam
mengimani Yesus
- Refleksi pribadi
- Sharing kelompok
- Tanya jawab
- Informasi
- Mengambil keputusan
baru
- Kitab Suci (Why 12:1-6)
- Syair: Maria (Panitia Kehidupan Doa
F.I.C. (1970). Berdoa Bersama Maria.
Yogyakarta: Kanisius. Hal 80-83)
- Lilin dan Salib
- Teks lagu:
1. Ya Namamu Maria (MB 547)
2. Jadilah Saksi Kristus (MB 455)
4 17-03-20
(90’)
Meneladani
sikap Bunda
Maria dalam
Peserta dapat menyadari
pentingnya meneladani sikap
Bunda Maria dalam melayani
- Refleksi pribadi
- Sharing kelompok
- Tanya jawab
- Kitab Suci (Injil Yoh. 2:1-11)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
2
melayani
sesama
sesama, sehingga mereka
dapat mewujudkan kasih
Yesus kepada sesame
- Informasi
- Mengambil keputusan
baru
- Eko, St. Riyadi. 2011. YOHANES
“Firman Menjadi Manusia”.
Yogyakarta: Kanisius, hal. 86-87
- Foto: Kepedulian Sosial
(http://www.bankpasar-
kulonprogo.co.id/index.php/berita/35-
tumbuhkan-rasa-kepedulian-sosial-
dengan-donor-darah)
- Lilin dan Salib
- Teks lagu:
1. Mari Muliakan Maria (MB 536)
2. Magnificat (MB 540)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
F. Contoh Persiapan Katekese
1. Identitas
a. Tema : Meneladani sikap Bunda Maria dalam Melayani Sesama
b. Tujuan : Peserta dapat menyadari pentingnya meneladani sikap
Bunda Maria dalam melayani sesama, sehingga mereka
dapat mewujudkan kasih Yesus kepada sesama
c. Peserta : Anggota Legio Maria
d. Tempat : Rumah Sidang Presidium Ratu Pencinta Damai, Bumijo
e. Hari/Tanggal : Selasa/17 Maret 2020
f. Waktu : 10.00 – 11.30 WIB
g. Metode : Refleksi pribadi
Sharing kelompok
Tanya-jawab
Informasi
Mengambil keputusan baru
h. Model : Berbagi Pengalaman Iman
i. Sarana : Kitab Suci
Foto: kepedulian sosial
Lilin dan Salib
Teks lagu
j. Sumber bahan : Yoh 2:1-11
Eko, St. Riyadi. 2011. YOHANES “Firman Menjadi
Manusia”. Yogyakarta: Kanisius, hal. 86-87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
http://www.bankpasar-
kulonprogo.co.id/index.php/berita/35-tumbuhkan-rasa-
kepedulian-sosial-dengan-donor-darah
2. Pemikiran Dasar
Orang Kristiani bersemangat dalam memuji Tuhan dan mengikuti
persekutuan tapi hanya sedikit yang tekun mempelajari Firman Tuhan. Oleh karena
itu, Firman Tuhan yang sudah didengarkan dan dipelajari perlu diwujudkan dalam
tindakan nyata. Hal ini dapat diungkapkan dengan mewujudkan kasih kepada
sesama. Mewujudkan kasih Yesus menjadi tanggung jawab bagi para pengikutnya.
Usaha untuk mewujudkan kasih Yesus dalam kehidupan konkrit yaitu dengan
melayani sesama. Seringkali umat Kristiani kurang memiliki kepekaan untuk
melayani sesama. Manusia pun lebih cenderung memilih untuk dilayani dari pada
melayani. Dalam mewujudkan kasih yang nyata dalam kehidupan sehari-hari yaitu
dengan melayani yang didasari dengan ketulusan dan keikhlasan yang penuh
dengan sukacita tanpa mengharapkan imbalan. Namun seringkali sebagian orang
mau melayani orang lain hanya demi uang, pujian, dan popularitas.
Injil Yoh. 2:1-11 menguraikan bahwa Bunda Maria menyatakan kasihnya
kepada sesama yakni dengan melayani keluarga yang sedang mengadakan
pernikahan di Kana. Ketika acara pernikahan di Kana, Yesus dan murid-murid-Nya
berada disana. Ketika sang tuan kehabisan anggur, Bunda Maria
memberitahukannya kepada Yesus. Namun Yesus menjawab bahwa saat-Nya
belum tiba. Meskipun demikian, Bunda Maria tetap meminta para pelayan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
mengerjakan apa yang diperintahkan Yesus. Yesus meminta para pelayan untuk
mengisi enam tempayan yang biasanya untuk pembasuhan kaki menjelang
perjamuan. Mereka mengisi tempayan-tempayan itu dengan air. Inilah tanda
pertama yang dikerjakan Yesus. Oleh karena itu, Bunda Maria telah mengantarkan
doa kepada Yesus untuk mengisi anggur di tempayan-tampayan itu.
Pertemuan ini mengajak kita semua untuk semakin menyadari dan
meneladani Bunda Maria yang memiliki sikap mau melayani dengan tulus dan
rendah hati. Dengan demikian kita semakin mampu untuk menjalankan karya
perutusan di tengah-tengah Gereja dan masyarakat. Dalam hal pun ini kita mampu
mewujudkan kasih dengan melayani sesama yang membutuhkan.
3. Pengembangan Langkah-langkah
a. Pembukaan
1) Kata Pengantar
Bapak, ibu dan saudara/i yang terkasih di dalam Yesus Kristus, pada pagi
menjelang siang hari ini kita berkumpul bersama di tempat ini karena berkat kasih
Allah yang senantiasa Ia limpahkan kepada kita. Seringkali kita mendengarkan
ungkapan kasih. Mengasihi sesama sudah menjadi tanggung jawab bagi umat
Krstiani sehingga mampu untuk melayani sesama bukan dilayani. Melayani yang
dimaksudkan yaitu didasari dengan ketulusan dan keikhlasan bukan semata-mata
demi popularitas ataupun ingin dipuji oleh orang lain. Injil Yohanes 2:1-11
mengajak kita untuk memiliki hati yang mau mengasihi, menolong, dan melayani
sesama seperti yang diteladankan oleh Bunda Maria dalam perkawinan di Kana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Bunda Maria telah mengantarkan doa kepada Yesus sehingga pesta perkawinan di
Kana tidak kekurangan anggur. Hal ini menjadi penting bagi kita karena seringkali
kita mengatakan bahwa mengasihi hal yang mudah untuk dilakukan, namun kita
kurang mewujudkannya dalam tindakan konkrit dalam hidup sehari-hari. Maka
dalam pertemuan hari ini, kita bersama-sama diajak untuk semakin menyadari dan
meneladani Bunda Maria untuk melayani sesama dengan tulus dan bersukacita
sehingga kasih Yesus dapat kita wujudkan dalam hidup sehari-hari.
2) Lagu Pembuka: “Mari Muliakan Maria” (MB 536)
3) Doa Pembuka
Bapa yang penuh kasih, kami bersyukur kepada-Mu atas segala rahmat dan
penyertaanMu yang Kau limpahkan pada kami. Kami juga berterimakasih karena
pada kesempatan pagi menjelang siang hari ini kami presidium Ratu Pencinta
Damai dapat berkumpul bersama sebagai satu ikatan persaudaraan dalam iman akan
Dikau. Pada hari ini kami akan menggali, merefleksikan, dan mensharingkan sejauh
mana dalam kehidupan sehari-hari kami sudah mewujudkan kasih dengan melayani
sesama. Ya Bapa bimbinglah kami selalu, agar kami sebagai murid-murid-Mu
semakin sadar dan mampu untuk melayani sesama kami yang membutuhkan uluran
tangan kami, terutama kepada mereka yang KLMTD. Berkatilah pula pertemuan
kami ini agar dapat semakin membangkitkan semangat kasih kami kepada sesama
dalam hidup sehari-hari. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami. Amin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
b. Langkah I: Mengungkapkan Pengalaman Hidup Peserta
1) Pendamping membagikan foto “kepedulian sosial” kepada peserta dan memberi
kesempatan pada peserta untuk mendapatkan dan mengembangkan ide dari foto
tersebut, dengan tuntunan pertanyaan-pertanyaan berikut:
a) Foto tersebut ingin mengungkapkan apa? (lampiran 7)
b) Ceritakanlah pengalaman Anda dalam mengasihi sesama?
2) Peserta diberi kesempatan untuk mensharingkan tanggapan dan pengalaman
mereka sehubungan dengan pertanyaan diatas. Pendamping diharapkan dapat
bersikap terbuka supaya peserta dapat dengan bebas mengungkapkan
pengalaman hidup mereka. Setelah itu, pendamping dapat membuat rangkuman
dari jawaban perserta.
3) Suatu contoh arah rangkuman:
Kita ketahui bahwa foto tersebut adalah salah satu bentuk kepedulian
terhadap sesama yakni dengan berdonor darah. Tidak semua orang mau untuk
mendonorkan darah karena dengan alasan takut, tidak kenal atau karena alasan
lainnya. Namun melalui foto ini, kita dapat melihat bahwa mereka sungguh
merelakan diri untuk mendonorkan darahnya.
Dapat kita lihat bahwa foto tersebut merupakan salah satu contoh untuk
mengungkapkan kasih kepada sesama. Begitupun dalam pengalaman kita banyak
sekali cara untuk mengungkapkan kasih kepada sesama terutama kepada mereka
yang KLMTD. Bapak/ibu menyatakan bahwa untuk mengungkapkan kasih kepada
sesama yakni dengan melayani, mencintai dengan tulus dan lain sebagainya. Tentu
dalam mengungkapkan kasih banyak sekali pengalaman-pengalaman yang kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
dapatkan. Ada pengalaman yang memunculkan perasaan gembira, terharu, sedih,
bersyukur dan lain sebagainya.
c. Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta
1) Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalaman hidup yang telah
diungkapkan, dengan panduan pertanyaan sebagai berikut:
a) Mengapa dan untuk apa Anda peduli/mengasihi sesama?
b) Sesama ini sesama siapa yang akan Anda pedulikan atau kasihi?
2) Dari jawaban yang telah diungkapkan oleh peserta, pendamping memberikan
arahan rangkuman singkat, misalnya:
Bapak/ibu yang terkasih, setelah kita berefleksi atas pengalaman-
pengalaman dalam mengasihi, terdapat berbagai macam alasan Anda sekalian
ketika mengungkapkan sikap peduli kepada sesama. Saya menyimpulkan bahwa
titik tolak yang menjadi alasan bapak/ibu untuk peduli kepada sesama adalah karena
hati. Hati bapak/ibu merasa tersentuh kepada mereka yang Anda kasihi terutama
kepada mereka sangat membutuhkan bantuan. Bapak/ibu juga mengatakan bahwa
dengan melayani mereka kita semua dapat semakin belajar bersyukur atas
kehidupan yang kita terima dari Allah. Tentu dalam mengungkapkan sikap peduli
ini adalah yang terutama untuk keluarga. Jika kita sudah mau peduli kepada
keluarga tentu kita juga bisa mengungkapkan rasa peduli kepada orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
d. Langkah III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani
1) Salah seorang peserta dimohon bantuannya untuk membacakan perikop
langsung dari Kitab Suci, Injil Yohanes 2:1-11
2) Peserta diberi waktu sebentar untuk hening sejenak, sambil secara pribadi
merenungkan dan menanggapi pembacaan Kitab Suci dengan dibantu beberapa
pertanyaan, sbb:
a) Ayat manakah yang berhubungan dengan mengasihi?
b) Apa pesan inti dari bacaan tersebut sehubungan dengan meneladani Bunda
Maria dalam mengasihi sesama?
3) Peserta diajak untuk menemukan inti dari bacaan tersebut sehubungan dengan
jawaban atas 2 (dua) pertanyaan diatas.
4) Pendamping memberikan tafsir dari Injil Yohanes 2:1-11 dan
menghubungkannya dengan tanggapan peserta dalam hubungan dengan tema
dan tujuan. Misalnya, sbb:
Ayat 3 menunjukkan sikap pelayanan Bunda Maria kepada keluarga di
Kana yang mengadakan pesta perkawinan di Kana. Hal ini diungkapkan ketika
Bunda Maria menghantarkan doa kepada Yesus.
Ayat 7 ingin mengungkapkan bahwa Yesus telah menunjukkan sikap
mengasihi kepada sesama, terkhusus bagi tuan rumah yang kehabisan anggur pada
saat pesta perkawinan. Sikap pelayanan ini ditandai dengan kesediaan Yesus untuk
merubah air menjadi anggur, meskipun sebelumnya Yesus mengungkapkan bahwa
saat-Nya belum tiba.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Pesan yang dapat dipetik dari perikop ini adalah meneladani kasih dari
Bunda Maria yang muncul melalui pesta perkawinan di Kana.Bunda Maria
mengajak kita untuk percaya kepada penyelenggaraan Sang Ilahi. Hal ini
ditunjukkan ketika Bunda Maria menghantarkan doa kepada Yesus. Karena rasa
kasih-Nya kepada ibu-Nya dan sesama, Yesus mengabulkan permohonan ibu-Nya.
Oleh karena itu, sebagai murid Kristus kita perlu belajar dari Bunda Maria dalam
hal mengasihi. Dengan mengasihi berarti kita berani untuk berkorban, siap
meluangkan waktu dan tenaga, memberikan sukacita, meringankan beban dan lain
sebagainya.
e. Langkah IV: Menerapkan Iman Kristiani Dalam Situasi Peserta Konkrit
1) Pengantar
Bapak/Ibu yang terkasih, dalam pembicaraan tadi kita bersama-sama sudah
menemukan pesan apa yang terkandung dalam perikop Kitab Suci. Kita dapat
meneladani Bunda Maria dalam mengasihi sesama melalui pesta perkawinan di
Kana. Bunda Maria memberi teladan untuk mengasihi sesama dengan ikhlas dan
tulus. Sikap untuk mengasihi sesama ini didasarkan pada sikap kasih Bunda Maria
kepada umat manusia yakni kesediaannya untuk mengandung Yesus. Kita sebagai
murid-murid Kristus sekaligus tentara Maria di presidium Ratu Pecinta Damai, juga
diajak untuk meneladani Bunda Maria dalam mengasihi sesama.
2) Sebagai bahan refleksi untuk semakin menghayati dan meneladani Bunda Maria
dalam mengasihi sesama, marilah kita melihat situasi konkrit kehidupan sehari-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
hari kita sebagai legioner presidium Ratu Pecinta Damai, dengan mencoba
merenungkan pertanyaan berikut:
Menurut Anda apa arti mengasihi dan mengapa perlu mengasihi sesama?
3) Peserta diberikan kesempatan untuk mengungkapkan hasil renungan dan
refleksi pribadi dalam pleno. Hasil pleno dirangkum oleh pendamping dan
diteguhkan sehubungan dengan tema dan tujuan pertemuan katekese ini,
misalnya sebagai berikut:
Kasih adalah sebuah tindakan yang menghasilkan kegembiraan, perdamaian
dan sukacita. Wujud dari kasih adalah sebuah tindakan nyata. Oleh karena itu kasih
itu perlu diwujudkan dalam hidup sehari-hari agar tidak berhenti pada kata-kata
saja. Dengan mengasihi artinya kita menyatakan dan mewujudkan kasih Tuhan itu
dalam diri orang yang kita jumpai. Kita perlu mengasihi sesama supaya orang yang
kita jumpai atau kasihi tersebut dapat merasakan buah-buah kasih. Pada akhirnya
mereka akan tersentuh hatinya karena telah merasakan kehadiran Tuhan melalui
tindakan kasih yang kita berikan. Sebab dimana ada kasih yang tulus maka disitulah
Allah hadir.
f. Langkah V: Mengusahakan Suatu Aksi Konkrit
1) Pendamping mengawali langkah ini dengan merangkum seluruh isi dan proses
yang berlangsung selama pertemuan ini, dari Langkah I s/d Langkah IV dan
menghubungkan dengan tema dan tujuan katekese ini, misalnya sbb:
Bapak/Ibu yang terkasih di awal pertemuan tadi kita bersama-sama sudah
menyadari dan menggali pengalaman kita tentang mengasihi. Melalui foto
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
kepedulian sosial yang diwujudkan melalui donor darah, kita kita bisa menemukan
pengalaman dalam mengasihi. Dari sharing pengalaman tadi, banyak sekali
jawaban-jawaban yang dapat saling meneguhkan dan menginspirasi kita dalam
berbuat kasih. Melalui terang Injil, terkhusus dari perikop Kitab Suci yang kita
dengarkan tadi kita dapat semakin memperdalam dan memperkuat iman kita,
khususnya dalam menjalankan perintah-Nya yakni untuk berbuat kasih. Kita dapat
melihat bahwa kasih Bunda Maria tampak kepada keluarga di Kana. Oleh karena
itu, kita diajak untuk meneladani Bunda Maria dalam mengasihi sesama. Hal ini
menjadi penting, karena dengan menerapkan sikap mengasihi, kita juga akan
semakin banyak merasakan kasih Tuhan. Dengan demikian, marilah sekarang kita
memikirkan niat dan tindakan apa yang dapat kita lakukan bersama sehingga kita
mampu mewujudkan kasih dengan meneladani Bunda Maria dalam kehidupan
konkret sehari-hari.
2) Pendamping memberikan waktu hening kepada peserta untuk memikirkan
tindakan konkrit yang bisa diusahakan dalam mengasihi sesama dengan
panduan pertanyaan:
Keputusan apa yang hendak kita lakukan (baik secara bersama maupun pribadi)
untuk mewujudkan kasih kepada sesama dan bagaimana kita akan
melakukannya?
3) Kemudian peserta diberi kesempatan untuk mengungkapkan dan
mensharingkan keputusan pribadi. Kemudian peserta diajak untuk
mendiskusikan dan mengambil keputusan bersama sehubungan dengan niat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
atau tindakan yang bisa dilakukan secara bersama sebagai presidium Ratu
Pecinta Damai.
g. Penutup
1) Setelah selesai memutuskan niat pribadi dan bersama, kemudian lilin dan salib
diletakkan di tengah peserta dan dinyalakan.
2) Doa umat (diawali dari pendamping, setelah itu mempersilahkan peserta untuk
mengungkapkan doa mereka secara spontan), kemudian doa permohonan
ditutup dengan doa Bapa Kami.
3) Doa Penutup
Allah Bapa kami, kembali kami mengucap syukur kepadaMu karena
Engkau telah memberkati pertemuan pendalaman iman kami pada hari ini. Terima
kasih ya Bapa karena kami boleh merefleksikan bersama mengenai pengalaman
kami dalam mengasihi sesama. Ada banyak cara yang bisa kami lakukan untuk
mewujudkan kasih-Mu ditengah-tengah kami. Ya Bapa kami mohon
bimbinganMu, semoga melalui sabda yang kami dengar dapat semakin
meneguhkan dan mendewasakan iman kami terutama dalam mengasihi sesama.
Bunda Maria, kami juga ingin bersyukur karena engkau telah mengajak kami dan
memberi teladan untuk berbagi kasih dan rahmat dari Tuhan untuk sesama. Ya
Bunda Maria, bantulah kami agar kami sungguh-sungguh dapat menjalankan ajaran
Tuhan untuk mengasihi sesama supaya mereka dapat menerima kebahagian.
Semoga kami menjadi pelaku dalam mengasihi sesama dengan penuh sukacita dan
tulus dari dalam hati. Akhirnya Ya Bapa kami juga mohon berkatMu semoga segala
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
keputusan yang kami ambil dapat kami lakukan dan wujudkan dalam kehidupan
sehari-hari. NamaMu kami puji kini dan sepanjang masa. Amin
4) Lagu Penutup: “Magnificat” (MB 540)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
PENUTUP
Pada bagian penutup ini, penulis akan membaginya ke dalam dua pokok
bahasan. Pada pokok bahasan yang pertama, penulis akan memberikan kesimpulan
terkait dengan dampak spiritualitas Bunda Maria terhadap kedewasaan iman
anggota Legio Maria di Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran.
Pokok bahasan kedua, penulis akan menyampaikan saran bagi pihak-pihak yang
terkait dalam penulisan skripsi ini.
A. Kesimpulan
Spiritualitas Bunda Maria adalah cara hidup dan bertindak Bunda Maria
yang selalu mencerminkan sikap beriman yang dilandasi oleh belas kasih.
Kehidupan beriman Bunda Maria menjadi teladan bagi para pengikut Kristus.
Bunda Maria dapat menjadi role model bagi orang beriman khususnya dalam
berelasi dengan Allah. Oleh karena itu, spiritualitas Bunda Maria berdampak
penting bagi para anggota Legio Maria di Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak
Bercela Kumetiran dalam rangka melaksanakan karya perutusan di tengah Gereja
dan masyarakat.
Legio Maria menjadi salah satu jalan bagi para legioner di Paroki Hati Santa
Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran untuk mendewasakan iman. Dalam
mendewasakan iman, para legioner tentu perlu mewujudkannya dalam tindakan
konkrit melalui keteribatannya dalam hidup menggereja dan bermasyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Keterlibatan para legioner dapat memberikan manfaat yang besar bagi
perkembangan Gereja dan umatnya. Oleh karena itu, Legio Maria dapat menjadi
salah satu cara untuk mewujudkan iman anggotanya dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa legioner yang masih kurang
dalam menghayati spiritualitas Bunda Maria. Namun sebagian besar legioner telah
menghayati dan menghidupi spiritualitas Bunda Maria. Penghayatan akan
spiritualitas ini tidak terbatas hanya pada berdoa dan berdevosi saja, namun mereka
juga menghidupi spiritualitas Bunda Maria yakni dengan cara terlibat dalam hidup
menggereja dan bermasyarakat. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
spiritualitas Bunda Maria telah memberikan manfaat bagi anggota Legio Maria.
Spiritualitas Bunda Maria membantu para legioner untuk semakin
memperkembangkan dan menguatkan iman maupun hidup pelayanan mereka.
Sebagai langkah awal untuk terus meningkatkan penghayatan spiritualitas
Bunda Maria, penulis mengusulkan kegiatan katekese anggota Legio Maria.
Melalui kegiatan katekese ini para legioner diharapkan dapat meneladani sikap dan
iman Bunda Maria. Dengan demikian, para legioner juga semakin bersemangat
dalam menjalankan karya perutusan dalam hidup menggereja dan bermasyarakat.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyampaikan beberapa saran
sebagai upaya untuk membantu anggota Legio Maria agar semakin menghayati
spiritualitas Bunda Maria dan kaitannya dalam tugas pelayanan di Gereja dan
masyarakat. Saran yang akan disampaikan penulis adalah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
1. Pastor Paroki
Pastor paroki perlu memberikan dukungan dan perhatian kepada Legio
Maria supaya para anggotanya merasa tersapa dan semakin semangat untuk
melaksanakan tugas pelayanannya. Oleh karena itu peranan Pastor paroki sangat
diperlukan untuk memberdayakan para anggota Legio Maria. Bentuk perhatian dan
dukungan Pastor Paroki dapat diwujudkan dengan mendukung seluruh kegiatan
Legio Maria guna meningkatkan penghayatan spiritualitas Bunda Maria. Pastor
paroki juga perlu memberikan pengetahuan terkait Bunda Maria supaya para
legioner mendapatkan pemahaman baru sehingga penghayatan spiritualitas Bunda
Maria dan imannya semakin diteguhkan.
2. Pengurus Legio Maria
Pengurus Legio Maria juga memiliki peranan penting dalam perkembangan
iman dan penghayatan spiritualitas Bunda Maria para anggotanya. Pengurus Legio
Maria perlu memberikan dorongan dan motivasi untuk anggotanya supaya mereka
semakin bersemangat untuk menghadiri rapat presidium dan karya pelayanan dalam
hidup menggereja. Oleh karena itu, pengurus Legio Maria perlu ikut membantu
dalam pemberdayaan para legioner. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
mengagendakan berbagai kegiatan yang berguna untuk penghayatan spiritualitas
Bunda Maria. Misalnya meneruskan kegiatan katekese yang telah diusulkan oleh
penulis, rekoleksi, seminar, sarasehan dan lain sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
3. Anggota Legio Maria
Para anggota Legio Maria perlu menyadari bahwa dirinya juga menjadi
pelaku dalam meningkatkan penghayatan spiritualitas Bunda Maria. Oleh karena
itu, para anggota Legio Maria perlu bekerja sama satu sama lain. Dalam usaha untuk
meningkatkan iman maupun penghayatan spiritualitas Bunda Maria, para legioner
harus sering berdiskusi, bertukar pengalaman maupun saling berbagi informasi
supaya dapat saling meneguhkan. Para legioner juga perlu mendukung dan
memanfaatkan sebaik-baiknya berbagai macam kegiatan yang telah disediakan oleh
paroki. Melalui kegiatan tersebut diharapkan para legioner dapat menambah
pengetahuan, pemahaman dan meningkatnya penghayatan spiritualitas Bunda
Maria. Selain itu, para legioner dapat meningkatkan karya pelayanannya terhadap
umat maupun sesama. Oleh karena itu, kegiatan tersebut tidak akan sia-sia
melainkan bisa menghasilkan buah bagi sesama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
DAFTAR PUSTAKA
Banawiratma, J.B, ed. (2017). Spiritualitas dari Berbagai Tradisi. Yogyakarta:
Kanisius Beckman, Betsey. dkk. (2009). Bunda Maria, Dominikus, dan Ignatius:
Terjemahan. Yogyakarta: Kanisius. Darminta, J. (1995). Dari Madah Maria Ke Spiritualitas Gerakan. Yogyakarta:
Kanisius __________ .(1994). Maria Bunda Iman Kita.Yogyakarta: Kanisius
Dister, N.S. (2004). Teologi Sistematika 2. Yogyakarta: Kanisius
Dwi Harsanto, Yohanes. (2016). Gereja Paroki HSPMTB Kumetiran yang Ramah,
Merangkul, Membaharui Diri, Berdaya Ubah, Gembira Menginjil seturut
Teladan Bunda Maria. 9 Windu Paroki Kumetiran 2016, hal 8 – 12 Eko. St. Riyadi. (2011). YOHANES “Firman Menjadi Manusia”. Yogyakarta:
Kanisius Fuster, J.M. (1985). Teknik Mendewasakan Diri. Yogyakarta: Kanisius
Gaud, Christiane & Bernard Descouleurs. (1988). Kisah Maria. Yogyakarta:
Kanisius Groenen, C. (1988). Mariologi: Teologi dan Devosi. Yogyakarta: Kanisius
Hadiwardoyo, A.P. (2017). Pandangan Katolik Tentang Maria. Yogyakarta:
Kanisius Haring, Bernard. (1992). Maria Dalam Hidup Kita Sehari-hari. Flores: Nusa Indah Heryatno W.W, F.X. (1997). Shared Christian Praxis: Suatu Model Berkatekese
(Seri Puskat No. 356). Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Kateketik
Puskat. (Disadur dari Groome, Thomas. 1990. Sharing Faith: A
Comperhensive Approach to Religious Education and Pastoral Ministry.
New York: HarperCollins) _________________. Diktat Mata Kuliah Sintesis Pendidikan. (2018). Katekese
yang Total Demi Mewujudkan Perkembangan yang Terus-menerus.
Yogyakarta: PAK Konferensi Pemimpin Tarekat Religius Indonesia. (1987). Spiritualitas
Pelayanan.Jakarta Konferensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik. Yogyakarta: Kanisius
Maloney, George A. (1990). Maria Rahim Allah. Yogyakarta: Kanisius
Martasudjita, E. (2003). Menjadi Murid Bersama Maria. Yogyakarta: Kanisius
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Moleong, Lexy.J. (2012). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Kualitatif Pandoyoputro, H.J.S. (1999). Buku Pegangan Legio Maria: Terjemahan. Malang:
Dioma
Panitia Kehidupan Doa – F.IC. (1970). Berdoa Bersama Maria. Yogyakarta:
Kanisius Rahman Tamin. (1960). Buku Pegangan Resmi Legio Maria. Surabaya: Vicarius
Apostolicus Sabato, P.S.M. (2006). Inilah Ibuku. Yogyakarta: Kanisius
Senatus Legio Maria. (2011). Bahan Kaderisasi dan Pembinaan Legio
Maria.Malang: Sinar Bunda Karmel Subagya, J. (2012). Paradigma Pedagogi Reflektif. Yogyakarta: Kanisius
(Diterjemahkan dari Ignatian Pedagogy, A Practical Approach, Gujarat
Sahitya Prakash, Post Box 70, Anand Gujarat 388001, India) Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Suparyanto, P. (1994). Butir-butir Keteladanan Maria Bagi Hidup Orang Kristen.
ROHANI April 1994, hal 148-153 Supratiknya, A. (Ed.). (1995). Tahap-tahap Perkembangan Kepercayaan Menurut
James W. Fowler. Yogyakarta: Kanisius Talibonso, D. (1994). Belas Kasih Spiritulitas Penyerahan Diri dan Pelayanan
Maria.ROHANI April 1994, hal 142-147 Telaumbanua, Marinus. (1999). Ilmu Kateketik. Jakarta: Obor
Yohanes Paulus II. (1992). Catechesi Tradendae: Penyelenggaraan Katekese.
Jakarta: Departemen Dokumentassi dan Penerangan KWI
Sumber Internet:
http://www.bankpasar-kulonprogo.co.id/index.php/berita/35-tumbuhkan-rasa-
kepedulian-sosial-dengan-donor-darah(diakses pada tanggal 25 Oktober 2019)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(1)
Lampiran 1: Surat Izin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
Lampiran 2: Surat Keterangan Selesai Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3)
Lampiran 3: Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
DESKRIPSI DAMPAK SPIRITUALITAS BUNDA MARIA TERHADAP
KEDEWASAAN IMAN ANGGOTA LEGIO MARIA DI PAROKI HATI
SANTA PERAWAN MARIA TAK BERCELA KUMETIRAN
Disusun Oleh:
Yustina Dwi Novitasari
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
Salam Damai dalam Yesus Kristus,
Yang saya hormati dan saya kasihi para legioner di Paroki Hati Santa Perawan
Maria Tak Bercela Kumetiran. Dalam rangka penyusunan tugas akhir saya bermaksud
mengadakan penelitian tentang Deskripsi Dampak Spiritualitas Bunda Maria
Terhadap Kedewasaan Iman Anggota Legio Maria di Paroki Hati Santa
Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran, saya memohon kesediannya untuk
mengisi kuesioner ini.
Jawablah pernyataan dan pertanyaan yang tersedia berdasarkan keterbukaan,
kejujuran dan pengalaman Anda. Jawaban yang Anda berikan akan dijamin
kerahasiaannya. Atas kesedian para Legioner dalam mengisi kuesioner ini saya
ucapkan terima kasih.
Tuhan memberkati Anda sekalian. Berkah Dalem.
Petunjuk Pengisian Kuesioner:
1. Bacalah secara cermat dan teliti sebelum mengisi kuesioner di bawah ini.
2. Sebelum mengisi kuesioner silahkan Anda melengkapi identitas diri.
3. Jawablah pernyataan dengan memberikan tanda centang (√) pada kotak yang
tersedia dibawah ini. Dengan keterangan: (SS=Sangat Setuju, S=Setuju,
TS=Tidak Setuju, STS=Sangat Tidak Setuju)
4. Untuk nomor 21 dan 22 silahkan mengisi jawaban sesuai dengan kenyataan dan
pengalaman Anda masing-masing.
Contoh:
Identitas Responden
1. Nama : Angela
2. Umur : 22 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
No Pernyataan SS S TS STS
1 Berdoa adalah cara untuk berkomunikasi
dengan Tuhan
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
INSTRUMEN PENELITIAN
Identitas Responden:
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
Keterangan:
SS = Sangat Setuju TS = Tidak Setuju
S = Setuju STS = Sangat Tidak Setuju
No PERNYATAAN SS S TS STS
1 Saya berdoa dan berdevosi kepada Bunda Maria
2 Saya meluangkan waktu untuk berefleksi diri
3
Saya semakin semangat untuk meneladani cara
hidup Bunda Maria dan berusaha mewujudkannya
dalam kehidupan sehari-hari
4 Saya selalu rendah hati, bersyukur dan bersukacita
dalam menerima kehendak Allah
5 Saya mengakui bahwa Bunda Maria sebagai Bunda
Allah dan Bunda umat manusia
6
Saya merasa yakin terhadap kasih dan kesetian
Bunda Maria yang menjadi sumber inspirasi bagi
hidup saya
7
Saya percaya bahwa Bunda Maria sebagai
pembela, penolong, pelindung dan pengantara bagi
umat beriman
8
Saya merasa yakin terhadap Bunda Maria yang
menjadi daya kekuatan bagi saya untuk menjalani
kehidupan ini
9
Saya menyadari bahwa Bunda Maria mengajak
saya untuk memaknai pelayanan sebagai bentuk
cinta kasih kepada sesame
10 Saya menyadari bahwa iman Bunda Maria
meneguhkan iman saya dalam mengimani Yesus
11 Saya bersikap terbuka dalam menanggapi
panggilan perutusan dari Allah
12
Saya mewujudkan cinta kasih dengan terlibat
dalam lingkup Gereja dan masyarakat sebagai
bentuk cinta saya kepada Bunda Maria
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
13
Saya merasa yakin bahwa ketaatan dan semangat
Bunda Maria menjadi teladan bagi legioner untuk
melayani umat dan sesama
14
Saya siap melayani dengan tulus dan penuh
sukacita berkat spiritualitas Bunda Maria yang saya
hayati
15 Saya mengedepankan pelayanan tanpa pamrih
16 Hidup saya menjadi bahagia karena mengenal dan
mencintai Bunda Maria
17
Saya merasakan hidup dalam bimbingan Roh
Kudus karena menghayati spiritualitas Bunda
Maria
18 Saya menjadikan Legio Maria sebagai
persembahan hidup saya pada Allah
19 Saya terus-menerus berusaha untuk bersikap tekun
dan taat menjadi Legioner
20
Saya mewujudkan kesetiaan kepada Bunda Maria
dengan menghadiri rapat presidium dan
melaksanakan tugas pelayanan
21. Buah macam apa yang Anda dapatkan setelah menghayati spiritualitas Bunda
Maria dalam kelompok Legio Maria? Jelaskan!
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
………………………………………………
22. Kegiatan seperti apa yang Anda usulkan untuk meningkatkan penghayatan
spiritualitas Bunda Maria dalam rangka menjalankan karya perutusan di tengah-
tengah Gereja dan masyarakat?
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
………………………………………………
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(7)
Lampiran 4: Contoh Jawaban Responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(8)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(9)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(10)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(11)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(12)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(13)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(14)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(15)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(16)
Lampiran 5: Hasil Transkrip Wawancara
No Identitas Kode: RW1
1 Nama Ngatini
Umur
Penulis mengajukan pertanyaan apakah betul responden meluangkan waktu
untuk berefleksi diri. Responden menjawab bahwa ia tidak meluangkan waktu untuk
berefleksi diri tetapi terkadang tanpa disadari beliau melakukan refleksi. Tidak tentu
kapan melakukan refleksi diri. Refleksi ini dilakukan hanya ketika ada yang
mengganjal dalam dirinya.
Pertanyaan yang diajukan penulis adalah “apakah responden mempunyai kisah
ketika menerima kehendak Allah yang dilandasi dengan sikap yang rendah hati,
bersyukur dan bersukacita”. Responden menjawab bahwa semua yang terjadi dalam
hidupnya disyukuri. Satu hal yang membuat beliau bersyukur adalah ketika
mendapatkan pekerjaan dan gaji karena beliau hidup seorang diri. Maksudnya adalah
beliau tidak bersuami. Beliau sungguh bersyukur karena dari gaji yang beliau
dapatkan, beliau dapat memberi sedikit bantuan finansial kepada keponakannya.
Responden diberi pertanyaan bahwa dalam hal apa ia mempercayai Bunda
Maria adalah sebagai pembela, penolong, pelindung dan pengantara umat beriman.
Responden menjawab “ketika saya merasa capek ya saya berdoa rosario. Saya berdoa
kepada Bunda Maria: Bunda Maria saya merasa capek, ingin beristirahat, berilah
semangat dalam hidup saya karena saya masih banyak pekerjaan dan tugas-tugas.
Keesokan harinya saya bisa bersemangat lagi”.
Kemudian penulis mengajukan pertanyaan mengenai daya kekuatan seperti
apa yang diberikan Bunda Maria kepada responden untuk menjalani kehidupan sehari-
hari. Responden menjawab “banyak sekali Bunda Maria memberikan kekuatan kepada
saya. Misalnya ketika saya bertugas di Kuningan, bila naik kendaraan kan susah.
Tetapi saya percaya Bunda Maria akan kasih jalan. Kenyataannya pun saya bisa pergi
dan pulang dengan selamat”.
Penulis bertanya mengenai iman Bunda Maria seperti apa yang dapat
meneguhkan iman responden dalam mengimani Yesus. Responden menjawab bahwa
rendah hati, sabar dan mau belajar terus dari Bunda Maria.
Penulis meminta responden untuk mengisahkan pengalamannya ketika
bersikap terbuka terhadap panggilan perutusan dari Allah. Responden menjawab “saya
kan tinggalnya di pelosok dan tempat bertugas itu sangat jauh. Namun karena ini
panggilan dari Allah maka saya terus bersyukur karena sudah diberi pekerjaan ini
sehingga meskipun tempat bertugas jauh saya tetap menjalani panggilan ini. Hal ini
terus saya laksanakan karena saya juga merasa mendapat dorongan dari Bunda Maria”.
Pertanyaan yang diajukan penulis adalah “cinta kasih seperti apa yang dapat
diwujudkan dalam hidup Gereja dan masyarakat serta kepada anggota keluarga”.
Responden menjawab “dikeluarga, saya mengasihi adik-adik karena saya sendiri tidak
berkeluarga. Hal ini saya wujudkan dengan memberi bantuan untuk membiayai kuliah
ponakan. Jika di masyarakat saya wujudkan dengan ikut berbelasungkawa ketika ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(17)
warga yang meninggal yakni dengan melayat. Sedangkan dalam hidup menggereja
saya wujudkan dengan aktif dalam kegiatan Gereja, misalnya saya ini termasuk dalam
pengurus Legio Maria. Ketika itu ada rapat Kuria, tetapi banyak yang sudah sepuh dan
tidak bisa mengendarai kendaraan sendiri. Akhirnya saya mewujudkan cinta kasih itu
dengan mau memberikan diri untuk meminta bantuan kepada umat yang mempunyai
mobil”.
Berbicara mengenai pelayanan, penulis bertanya mengenai kira-kira siapa saja
yang dilayani oleh responden. Responden menjawab bahwa beliau pernah melayani
orang gila, membantu perawat di rumah sakit untuk merawat orang sakit, melayani
ibu-ibu yang sudah sepuh.
Kebahagian seperti apa yang responden dapatkan setelah mengenal dan
mencintai Bunda Maria. Responden menjawab bahwa ketika menjalani kehidupan ini
terasa enjoy, maksudnya adalah seperti tidak ada beban.
Responden menyampaikan bahwa hidup dalam bimbingan Roh Kudus adalah
hidup yang selalu ada yang mendorong dan mengingatkan. Misalnya saja ketika malas
bangun pagi untuk berangkat misa pagi, tetapi seperti ada yang mendorong untuk cepat
bangun pagi. Selain itu, pada saat jam 12 kan doa angelus, tidak tahu kenapa kok
seperti ada yang mengingatkan untuk segera berdoa.
Penulis bertanya dalam hal apa responden semakin semangat untuk
meneladani cara hidup Bunda Maria. Responden menjawab bahwa karena hidup
sendiri tanpa suami tanpa anak, maka harus bisa hidup mandiri dengan meneladani
Bunda Maria.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(18)
No Identitas Kode: RW2
2 Nama Lis
Umur
Pertanyaan pertama yang diajukan adalah “apakah betul responden
meluangkan waktu untuk berefleksi diri, jika iya, kapan dilaksanakan”. Responden
menjawab bahwa “tidak pernah meluangkan waktu, tetapi jika ada kesempatan untuk
berefleksi, saya ya berfleksi diri”.
Penulis meminta responden untuk mengisahkan ketika ia menerima kehendak
Allah yang dilandasi dengan sikap rendah hati, bersyukur dan bersukacita. Responden
menjawab “selama ini apapun yang terjadi dalam hidup saya ya saya syukuri. Pernah
saya merasa kecewa sama anak karena menikah dengan orang muslim dan masuk
agama islam. Tetapi ya bagaimana lagi, mungkin itu sudah menjadi kehendak Tuhan.
Saya hanya bisa mendoakan saja dan mengikuti teladan Bunda Maria”.
Responden mengungkapkan bahwa ia mempercayai Bunda Maria adalah
pembela, penolong, pelindung dan pengantara hidup umat beriman adalah ketika ia
sedang menginginkan sesuatu, beliau langsung berdoa novena tiga Salam Maria.
Melalui novena itu doanya dikabulkan. Jadi ia merasa bahwa Bunda Maria itu telah
membantu menyampaikan doanya kepada Allah.
Jawaban responden atas pertanyaan daya kekuatan seperti apa yang diberikan
oleh Bunda Maria kepada responden untuk menjalani kehidupan ini adalah “sungguh
besar ya kekuatan Bunda Maria, khususnya iman saya. Iman saya semakin kuat, tidak
seperti dulu. Dulu saya jarang sekali berdoa, tetapi sekarang saya lebih rajin untuk
berdoa, pergi misa harian, dan doa di lingkungan juga”.
Iman Bunda Maria yang dapat meneguhkan iman responden dalam mengimani
Yesus adalah kesetian iman Bunda Maria pada Yesus. Responden termotivasi untuk
menjadi kuat dalam iman. Intinya adalah jangan sampai berbelok arah dan
meninggalkan Yesus.
Penulis meminta responden untuk mengisahkan pengalamannya ketika
bersikap terbuka terhadap panggilan perutusan dari Allah. Responden menjawab “saya
ini kan sudah sepuh, tetapi meskipun sudah sepuh saya tidak malas untuk pergi misa
harian, menghadiri doa lingkungan dan melayani sesama. Seperti menjenguk orang
sakit, memberi bantuan doa dan finansial meskipun hanya sedikit. Jadi saya merasa
ini adalah panggilan Tuhan dan saya harus tetap menjalaninya.
Penulis bertanya mengenai cinta kasih seperti apa yang dapat responden
wujudkan dalam hidup Gereja dan masyarakat serta anggota keluarga. Responden
menjawab “kalau di Gereja ya saya sebisa mungkin terlibat dalam hidup menggereja,
seperti mengikuti kegiatan-kegiatan di Gereja. Kalau di masyarakat saya melayat,
menyemangati anak-anak dalam 17’an dengan mensponsori kegiatan. Di keluarga
saya ya saling membantu dan melayani anggota keluarga. Anak saya sudah berumah
tangga dan sekarang saya hanya tinggal dengan suami, jadi ya melayani suami.
Terkadang kalau cucu mengunjungi, ya saya sangoni”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(19)
Dalam hal melayani, responden sudah melayani orang yang ada disekitarnya.
Orang-orang yang dilayani adalah anggota keluarga, orang sakit, tetangga ketika
sedang kerepotan, misalnya pas ada hajatan.
Kebahagian yang responden dapatkan setelah mengenal dan mencintai Bunda
Maria adalah ketika responden mendapatkan sikap baru yang positif. Sikap tersebut
adalah sikap yang displin. Misalnya saja ketika ada rapat jam sekian maka harus siap
sebelum rapat dimulai, doa jam sekian maka dalam hati sudah tertanam untuk segera
berdoa. Oleh karena itu, responden bahagia karena ia bisa untuk belajar displin.
Menurut responden, hidup dalam bimbingan Roh Kudus itu hidup adalah
hidup yang selalu di jalan Tuhan. Misalnya saja ketika malas berdoa, selalu merasa
ada yang mengingatkan. Ketika ada godaan untuk melawan Tuhan selalu diingatkan.
Jadi dengan adanya bimbingan Roh Kudus hidup menjadi terarah.
Penulis mengajukan pertanyaan dalam hal apa responden semakin semangat
untuk meneladani cara hidup Bunda Maria. Responden menjawab dalam hal iman,
belas kasih kepada sesama, kesabarannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(20)
No Identitas Kode: RW3
3 Nama Risminah
Umur
Penulis bertanya kepada responden apakah pernah meluangkan waktu untuk
berefleksi diri. Responden menjawab bahwa beliau pernah meluangkan waktu untuk
berefleksi diri. Hal itu beliau laksanakan setiap sebelum tidur. Beliau melihat dan
merenungkan kembali apakah yang ia lakukan itu sudah baik atau belum.
Responden mengungkapkan bahwa ia tidak mempunyai kisah ketika menerima
kehendak Allah yang dilandasi dengan sikap rendah hati, bersyukur dan bersukacita.
Semua itu beliau jalankan ya seperti air yang mengalir saja. Semuanya memang tidak
perlu dijalani dengan sikap yang ngoyo, karena rasanya semua berjalan sesuai dengan
rencana Allah. Jadi menjalaninya seperti air yang mengalir saja.
Kemudian penulis bertanya dalam hal apa responden mempercayai bahwa
Bunda Maria sebagai pembela, penolong, pelindung dan pengantara umat beriman.
Responden menjawab di dalam segala hal yang terjadi dalam hidup. Misalnya ketika
merasa takut dan cemas ia berdoa Salam Maria kemudian merasa seperti ditemani oleh
ibu sendiri.
Pertanyaan yang diajukan kepada responden adalah “daya kekuatan seperti apa
yang diberikan Bunda Maria kepada responden untuk menjalani kehidupan ini”.
Responden menjawab bahwa “kekuatan yang diberikan Bunda Maria sangat besar.
Misalnya saja saya ini kan sering berdoa Rosario tetapi kemudian hari saya lupa untuk
berdoa. Kemudian ada suatu kejadian yang tidak mengenakkan dan akhirnya
membuatnya saya sadar: ooh iya saya lupa tidak melaksanakan doa Rosario”.
Penulis bertanya mengenai iman Bunda Maria seperti apa yang dapat
meneguhkan iman responden dalam mengimani Yesus. Responden menjawab bahwa
rendah hati dan mau mengayomi.
Responden mengisahkan pengalamannya ketika ia bersikap terbuka terhadap
panggilan perutusan dari Allah adalah ketika beliau menerima panggilan yang pada
saat itu belum katolik, beliau menerima Rosario dari suaminya yang sekarang ini. Pada
tahun 70’an saat itu belum ada buku untuk belajar berdoa Rosario. Kemudian ia
mencari sendiri cara untuk berdoa Rosario yakni dengan bertanya kepada teman
sekolahnya dulu. Ia mendekati temannya dan bertanya caranya berdoa Rosario. Dari
hal tersebut ia merasa dipanggil oleh Allah dan masuk dalam agama katolik.
Cinta kasih yang dapat responden wujudkan dalam hidup Gereja dan
masyarakat serta anggota keluarga adalah dengan melayani. Sebisa mungkin dapat
terlibat dalam bentuk pelayanan di Gereja.
Berbicara mengenai melayani, penulis bertanya siapa saja yang dilayani oleh
responden dan apakah juga siap melayani keluarga. Responden menjawab bahwa
beliau melayani keluarga, teman, rekan-rekan di lingkungan, teman-teman di Legio
dan jika mendapatkan tugas-tugas di gereja juga dilaksanakan. Jadi responden merasa
sudah melayani.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(21)
Kebahagiaan yang responden dapatkan setelah mengenal dan mencintai Bunda
Maria adalah ketika apa yang diinginkan itu berjalan dan sesuai dengan kehendak
Tuhan. Maksudnya apa yang menjadi kehendak Tuhan ya sudah sesuai. Meskipun
tidak muluk-muluk permohonannya ya sudah sesuai. Misalnya semua diberi
keselamatan dan kesehatan. Responden mengatakan bahwa itu semua sudah anugerah
terlebih anak-anak tidak ada yang macam-macam. Apalagi zaman sekarang, anak-
anak sudah tidak berbuat macam-macam itu sudah merupakan anugerah terindah dari
Allah.
Penulis mengajukan pertanyaan mengenai hidup dalam bimbingan Roh Kudus
yang dialami responden itu hidup yang seperti apa. Responden menjawab bahwa hidup
yang dapat melaksanakan kehendak Tuhan. Maksudnya melaksanakan sesuai dengan
ajaran Kristus yang selalu di terimanya setiap hari melalui bacaan-bacaan Kitab Suci
dan renungan-renungan yang sekarang banyak dilihat melalui youtube atau grup.
Responden menyampaikan bahwa tidak ada suatu peristiwa yang membuat ia
semakin semangat meneladani hidup Bunda Maria. Semua dijalani dengan biasa saja,
sesuai dengan air mengalir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(22)
No Identitas Kode: RW4
4 Nama Erna
Umur
Penulis mengajukan pertanyaan apakah betul responden meluangkan waktu
untuk berefleksi diri. Responden menjawab “jika dikhususkan tidak ada, maksudnya
meluangkan waktu untuk berefleksi sekian menit atau sekian jam itu tidak ada. Namun
setiap melihat kejadian kadang-kadang beliau menyadari pernah menolong
menyebrangkan orang buta, orang lain kok tidak ada yang mau menolong. Beliau
merasa tersentuh bahwa orang ini harus ditolong, sehingga setelah menolong orang
tersebut dalam perjalanan pulang seperti menyadari kembali bahwa sudah menolong
Tuhan karena Tuhan hadir pada orang-orang miskin. Saya merefleksikannya langsung
pada kejadian itu. Pernah juga ada anak kecil yang menjual koran dan saya menjawab
dek di rumah sudah ada koran. Begitu saya jalan lagi, menyadari cuma beli koran dua
ribu saja kok gak mau. Oleh karena itu saya langsung menyadari begitu saja setiap
kejadian tanpa harus meluangkan waktu”.
Pertanyaan yang diajukan penulis adalah “apakah responden mempunyai kisah
ketika menerima kehendak Allah yang dilandasi dengan sikap yang rendah hati,
bersyukur dan bersukacita”. Responden menjawab bahwa hal tersebut dialami ketika
mendapat perutusan sebagai prodiakon. Ia merasa bahwa Tuhan sudah memilihnya.
Penulis bertanya kepada responden dalam hal apa mempercayai bahwa Bunda
Maria adalah pembela, penolong, pelindung dan pengantara bagi hidup umat beriman.
Responden menjawab bahwa setiap doa atau novena. Beliau percaya bahwa doa
novena tidak selalu terkabul. Beliau menyadari bahwa berdoa jangan terlalu berharap
bahwa akan dikabulkan pada saat itu juga. Mungkin tidak dikabulkan pada saat ini
tetapi akan dikabulkan pada saat nanti atau di waktu yang lain.
Responden diberi pertanyaan mengenai kira-kira daya kekuatan seperti apa
yang diberikan Bunda Maria kepada responden untuk menjalani kehidupan ini.
Responden menjawab bahwa dengan meneladani Bunda Maria. Bunda Maria yang
menjadi Bunda Yesus. Ia sering membayangkan bagaimana cara Bunda Maria
mendidik Tuhan Yesus. Dengan begitu ia membayangkan mendidik anak-anaknya
seperti Bunda Maria mendidik Yesus.
Pertanyaan selanjutnya yang diajukan adalah “iman Bunda Maria seperti apa
yang meneguhkan iman responden dalam mengimani Yesus”. Responden menjawab
bahwa rendah hati, sikap pasrahnya Bunda Maria menerima kehendak Allah dengan
menjawab “aku ini hamba Tuhan terjadilah padaku menurut kehendak-Mu”.
Penulis meminta kepada responden untuk mengisahkan pengalamannya ketika
bersikap terbuka terhadap panggilan perutusan dari Allah. Responden mengisahkan
“dari awal saya aktif karena orang tua juga aktif di Legio Maria dan berpikir daripada
di rumah tidak ada kegiatan, lebih baik saya ikut. Seiring berjalannya waktu tugas itu
semakin banyak, dulunya hanya menemani ibu mengirim komuni, membantu bapak
menyiapkan alat misa tetapi entah mengapa pada saat pemilihan prodiakon saya dipilih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(23)
menjadi calon prodiakon. Saya menerima itu karena ibu saya tidak aktif lagi menjadi
prodiakon. Akhirnya saya memutuskan untuk maju dan kemudian pada saat tes banyak
pertanyaan yang diajukan oleh Romo. Setelah dilantik saya dapat tugas lagi, saya
dipilih menjadi pengurus di prodiakon. Saya merasa belum siap untuk menerima
panggilan pelayanan tersebut. Tetapi karya perutusan ini datangnya dan dipilih Allah.
Saya menjadi teringat akan Sabda Tuhan bahw: bukan kamu yang memilih Aku tetapi
Aku yang memilih kamu. Teladan Tuhan lah yang menjadi motivasi saya”.
Kemudian penulis bertanya kepada responden mengenai cinta kasih seperti apa
yang dapat responden wujudkan dalam hidup Gereja dan masyarakat serta anggota
keluarga. Responden menjawab bahwa “cinta kasih untuk keluarga, misalnya untuk
anak malas diajak koor ya sudah pilih kegiatan yang lain. Yang lain juga tidak mau
dan sampai sekarang anaknya masih belum mau. Tetapi diajak untuk sembahyangan
di lingkungan atau misa ya kadang-kadang mau, kadang-kadang juga tidak mau karena
ada tugas dari sekolah yang tidak bisa ditinggalkan. Untuk lingkungan misalnya misa
1000 hari orang meninggal. Di lingkungan ada 3 yang ditugaskan dan ternyata bu
diding tidak bisa, ya sudah saya yang menggantikan menemani Pastor. Kemudian
untuk yang di masyarakat khususnya RT-RW saya jika diajak gabung paduan suara,
oh ya saya mau. Lalu di RT dapat tugas jadi bendahara kas sosial, saya akan terima
selama saya masih bisa menjalankan tugas itu”.
Penulis mengajukan pertanyaan kepada responden mengenai kira-kira siapa
saja yang dilayani dan apakah juga siap melayani keluarga. Responden menjawab
bahwa “melayani keluarga itu adalah yang paling utama. Pernah sekali saya di protes
sama suami dan anak. Misalnya besok anak mau ujian dan harus didampingi tetapi
waktunya bertepatan dengan rapat di gereja malam itu. Namun saya lebih
mementingkan rapat di gereja. Saya merasa sudah didampingi oleh suami dan
kakaknya tetapi anak saya yang kecil ini lebih mantap kalau di damping oleh ibunya.
Ini yang terkadang membuat saya dilema, saya harus berangkat rapat atau
mendampingi anak. Oleh karena itu saya harus bisa mempertimbangkan mana yang
lebih utama”.
Jawaban responden atas pertanyaan kebahagian seperti apa yang didapatkan
setelah mengenal dan mencintai Bunda Maria adalah “menjalani setiap kegiatan itu
dengan senang hati tanpa ada paksaan. Misalnya mendapat tugas koor dan otomatis
akan ada latihan-latihan tentu harus meluangkan waktu. Tetapi itu saya jalani dengan
tanpa keterpaksaan gitu, rasanya sulit untuk dijelaskan. Dan setelah melaksanakan
tugas itu ya rasanya senang aja gitu sudah bertugas koor artinya ikut ambil bagian
dalam pelayanan gitu. Bahkan melaksanakan tugas prodiakon juga merasa begitu.
Terkadang sampai di protes sama anak-anak. Pernah saya mendapat tugas menjadi
prodiakon pas misa Bahasa inggris, tetapi saya tidak berangkat karena saya tidak
lancar Bahasa inggris. Namun saya menyadari bahwa saya harus terus belajar dan jika
mendapat tugas ya harus dilaksanakan. Kemudian setelah melaksanakan itu ada
kebanggan tersendiri”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(24)
Penulis mengajukan pertanyaan kepada responden mengenai hidup dalam
bimbingan roh kudus itu hidup yang seperti apa. Responden menjawab bahwa beliau
merasa dirinya mendapat tugas lalu dapat melaksanakan tugas itu dengan baik dan
akhirnya bisa merasa bahagia. Maksudnya adalah hidupnya terasa bahagia karena
selalu dibimbing oleh Roh Kudus. Semua kegiatan yang dilaksanakan terasa ada yang
mendampingi.
Pertanyaan terakhir yang diajukan penulis adalah “dalam hal apa responden
semakin semangat untuk meneladani hidup Bunda Maria”. Responden menjawab
dalam hal pelayanan, doa yang terkadang masih merasa malas dan masih belum bisa
menepati janji kepada Bunda Maria.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(25)
Lampiran 6: Daftar Anggota Legio Maria
DAFTAR ANGGOTA LEGIO MARIA DI PAROKI HATI SANTA PERAWAN
MARIA TAK BERCELA KUMETIRAN
A. Presidium Pangungsening Tiyang Dosa
No Nama Jabatan
1 Lucia Ngatini Ketua
2 Th. Tumiyem Kadirin Wakil Ketua
3 Florentina Suhardilah Bendahara
4 Yohana Sudarwinarsi Sekretaris
5 Monica Suryati Sari
Anggota
6 M. Th. Widarti Soedjono
7 V. Samirah Agus
8 Marcelina Amin Sarwosih
9 P. Wimbo Hardjono
10 V. Sarjiyem
11 Fransisca Sunarni
12 C. Hartini
13 Th. Sudiyanti
14 Fr. Ami Ismawati
15 Sumartinah
16. C. Sudaryanti
17 Inviolata Maria Sopiah
18 Th. Sugirah
B. Presidium Ratu Pencinta Damai
No Nama Jabatan
1 Maria Regina Diding Roeswi Rahmiyani Ketua
2 Agnes Erna Christi Astuti Wakil Ketua
3 Bernadetha Lies Watini Maryono Sekretaris
4 Meliana Sri Rochani Pudjio Bendahara
5 Agustinus Irawan Soebagio
An
gg
ota
6 Margareta Karmini
7 Veronica Tin Swastiningsih
8 Magdalena Tukiyem
9 Yustina Ismawarti Sugiyanti
10 Anastasia Suratinah Felix
11 Katharina Tukinah Sukardjo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(26)
C. Presidium Ratu Para Rasul
No Nama Jabatan
1 Nh. Agus Setiawan Ketua
2 Vincentia Suwartini Wakil Ketua
3 Agustina Monica Risminah Bendahara
4 Makaryus Sumaryanto Sekretaris
5 Angela Ismaharsi
An
gg
ota
6 G. Anggraeni S.
7 Ludovica Triyatmi
8 Cecilia Sarjuningsih
9 Florentina Ninik Suparlina
10 Fransiska Romana Supinah
11 Christina Arnie Suparni
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(27)
Lampiran 7: Foto Donor Darah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI