desain skripsi sepak bola
-
Upload
ratno-ambuzak-pangalayo -
Category
Documents
-
view
411 -
download
11
description
Transcript of desain skripsi sepak bola
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Hakekat olahraga merupakan kegiatan fisik yang mengandung sifat
permainan dan berisi perjuangan melawan diri sendiri atau dengan orang lain
atau konfrontasi dengan unsur-unsur alam. Kegiatan olahraga meliputi gaya
pertandingan, maka kegiatan itu harus dilaksanakan dengan semangat atau jiwa
sportif. Pada olahraga kelompok mendorong manusia saling bertanding
dalam suasana kegembiraan dan kejujuran. Olahraga memberi
kemungkinan pada tercapainya rasa saling mengerti dan menimbulkan solidaritas
serta tidak mementingkan diri sendiri. Olahraga juga dapat dijadikan alat
pemersatu.
Untuk memperoleh tingkat kesehatan dan kebugaran yang baik, maka
dapat diperoleh dengan olahraga yang dimulai sejak dini melalui pendidikan
formal maupun non formal.
Cabang olahraga sepak bola merupakan olahraga yang memasyarakat
yang digemari banyak kalangan, dari kalangan anak kecil sampai kalangan
orang tua dan dimainkan dari kota sampai ke pelosok desa.
1
Bermacam-macam tujuan masyarakat dalam melakukan kegiatan
olahraga khususnya sepak bola antara lain: a) olahraga untuk pencapaian
prestasi, b) olahraga untuk kesehatan, c) olahraga untuk kebugaran, dan d)
olahraga untuk rekreasi.
Dalam pembelajaran sepak bola, kita mengenal aspek-aspek yang
perlu dikembangkan yaitu:
1. Pembinaan teknik (keterampilan)
2. Pembinaan fisik (kebugaran jasmani)
3. Pembinaan taktik
4. Kematangan juara (Soekatamsi, 1988:11).
Dalam peningkatan kecakapan permainan sepak bola, keterampilan
dasar erat sekali hubungannya dengan kemampuan koordinasi gerak fisik,
taktik dan mental. Keterampilan dasar harus betul-betul dikuasai dan
dipelajari lebih awal untuk mengembangkan mutu permainan yang
merupakan salah satu faktor yang menentukan menang atau kalahnya suatu
kesebelasan dalam suatu pertandingan.
Untuk meningkatkan prestasi sepak bola, banyak faktor yang harus
diperhatikan seperti sarana prasarana, pelatih yang berkualitas, pemain berbakat
dan kompetisi yang teratur serta harus didukung oleh ilmu dan teknologi yang
memadahi.
Faktor yang penting dalam pencapaian prestasi sepak bola adalah
fisik dan penguasaan keterampilan dasar yang dimiliki oleh pemain itu sendiri,
sehingga pandai bermain sepak bola.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian sepak bola diantaranya
ialah faktor fisik dan keterampilan gerak dasar permainan sepak bola para
pemainnya. Oleh karena itu, seorang pemain yang tidak memiliki fisik dan
keterampilan gerak dasar bermain sepak bola yang baik tidak mungkin akan
menjadi pemain yang baik dan sulit untuk mencapai prestasi maksimal.
Untuk meningkatkan kondisi fisik biasanya pelatih memberikan latihan
yang didalamnya mengandung beberapa aspek yang berhubungan dengan
kondisi fisik yang terdiri dari latihan kekuatan, kelentukan, kecepatan,
kelincahan dan daya tahan. Aspek latihan tersebut bertujuan untuk
mengetahui dan meningkatkan kondisi tiap pemain, karena tanpa fisik yang baik
maka seorang pemain tidak akan dapat mengembangkan permainannya.
Biasanya seorang pelatih akan memberikan latihan pada para pemainnya dan
setelah itu ia akan memberikan evaluasi mengenai hasil
latihan yang diberikan berhasil atau tidak didalam meningkatkan
kebugaran jasmani para pemainnya.
Disaat prestasi sepak bola yang kurang saat ini, upaya pembinaan pada
usia dini atau muda sangat diperlukan. PAR Rantau adalah salah satu klub
yang berada didaerah Kabupaten Bengkayang yang berdiri pada tahun
1997.
PAR itu sendiri adalah singkatan dari Persatuan Anak Rantau. Sebelum
adanya PAR tim di daerah tersebut mempunyai nama KOBRAN dengan
pemain gabungan antara rantau kecamatan monterado dan Pakumbang dari
kabupaten Landak. Perjalanan klub PAR itu sendiri telah mencapai beberapa
generasi dan sudah mencapai beberapa prestasi dalam regional lokal. Prestasi
tersebut diantaranya adalah :
1. Juara I piala kecamatan Samalantan tahun 1999 ( sebelum pemekaran
wilayah )
2. Juara II kejuaraan HUT RI Ke- 57 Kecamatan Monterado tahun 2003
3. Juara I Piala Natal Cup Paroki Santa Maria Nyarungkop tahun 2003
4. Juara I kejuaraan HUT RI Ke- 58 Kecamatan Monterado tahun 2004
5. Juara I Piala “6-6” Di Sempalet Singkawang Selatan tahun 2006
6. Juara I Piala Natal Cup Paroki Santa Maria Nyarungkop tahun 2006
7. Juara II Binuo Cup Tahun 2006 Di singkawang timur
8. Juara II piala Natal
9. Juara IV persibon Cup Tahun 2006
10. Juara IV piala Bintang Timur di Singkawang Timur
11. Juara I “ Three Flowers Cup “ Sempalet Singkawang Selatan
12. Juara I Sempalet Cup persembahan wali kota Singkawang
13. Juara I Cakra Cup tahun 2007 di Sempalet Singkawang Selatan
Berdasarkan pengamatan baik dalam kompetisi maupun non kompetisi
Klub PAR Rantau dari segi taktik yang terdiri dari cara bertahan, menyerang
dan cara mengkoordinir antar teman di dalam permainan sudah cukup baik. Hal
itu bisa dilihat di dalam setiap pertandingan-pertandingan yang telah dilakukan
oleh para pemain Klub PAR Rantau. Dengan kondisi fisik yang baik seorang
pemain dalam suatu pertandingan dapat menerapkan teknik, taktik, strategi dan
cara bermain sepak bola yang baik dan mampu bermain selama 2 x 45 menit.
Didalam sepak bola adanya keterkaitan antara satu komponen dengan komponen
yang lain sangatlah penting artinya bahwa untuk dapat bermain sepak bola
dengan baik, seseorang harus dapat menguasai faktor fisik ataupun kebugaran
jasmani yang baik dan inilah yang kurang dimiliki oleh para pemain Klub
PAR Rantau. Berdasarkan pengamatan dalam setiap pertandingan para pemain
Klub PAR Rantau bermain cukup bagus di menit-menit awal baik dari segi
teknik dan taktik yang dimiliki para pemain. Tetapi itu semua tidak didukung
oleh kebugaran jasmani para pemainnya sehingga di menit-menit terakhir
kondisi fisik para pemain banyak yang menurun dan keadaan seperti inilah
yang biasanya dimanfaatkan oleh pemain lawan untuk mencetak gol.
Berdasarkan uraian pengamatan di atas, latihan untuk kebugaran jasmani
secara khusus sangat diperlukan bagi Klub PAR Rantau. Sebab latihan-
latihan mengenai kebugaran jasmani yang sudah dilakukan di Klub PAR Rantau
saat ini sangat kurang. Hal inilah yang kurang menjadi perhatian di Klub
PAR Rantau karena setiap kelompok umur hanya dipegang oleh satu
pelatih, dimana pelatih itu selain melatih fisik juga melatih teknik dan taktik
permainan sepak bola. Dengan demikian secara tidak langsung terjadi
kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Harapan yang diinginkan adalah
tercapainya suatu kebugaran jasmani yang baik. Tetapi kenyataannya yang ada
di lapangan, untuk mencapai kebugaran jasmani yang baik tidak disertai
dengan penanganan yang baik karena tidak adanya pelatih khusus. Hal inilah
yang menyebabkan pencapaian terhadap prestasi di dalam pertandingan sepak
bola sulit tercapai sehingga mulai saat ini kebugaran jasmani para pemain mulai
dibenahi dan ditingkatkan melalui latihan yang terprogram. Selain kebugaran
jasmani, taktik dan mental juga merupakan faktor yang mendukung pretasi
dalam sepak bola, akan tetapi kondisi fisik merupakan faktor yang
cukup dominan dalam menentukan kemampuan seeorang bermain sepak
bola.
Atas dasar uraian di atas, peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan
judul : “ Pengaruh Latihan Pull Up Dan Sprint 100 Meter Terhadap Kebugaran
Jasmani Pemain Klub Sepak Bola PAR Rantau Di Kecamatan Monterado
Kabupaten Bengkayang ”.
Adapun alasan peneliti memilih judul penelitian di atas, adalah sebagai
berikut :
1. Klub PAR Rantau dalam melakukan beberapa pertandingan terakhir
prestasi dan kualitas permainannya mulai menurun.
2. Penurunan prestasi ini disebabkan karena kebugaran jasmani atau kondisi
fisik pemain yang mengalami penurunan kualitas sehingga mempengaruhi hasil
permainan.
3. Kondisi fisik yang menurun disebabkan karena kurangnya latihan fisik
yang terprogram dan tidak adanya pelatih fisik yang menangani secara khusus.
5. Klub PAR antau pelaksanaan latihannya pada desa peneliti berdomisili dan
aktifnya peneliti dalam tim ini sehingga tidak banyak memerlukan transportasi.
B. Masalah dan sub masalah
Masalah penelitian adalah sebuah pernyataan yang merupakan perasaan
atau simpulan dari uraian tentang situasi problematik (Ihalauw, 2003). Menurut
Copper dan Emory (1995) masalah penelitian adalah satu atau dua kalimat yang
tidak dapat dijawab dengan “ya” atau “tidak” dan merupakan sebuah masalah
yang luas, akan diukur, digali dan diuji secara mendalam melalui hipotesis-
hipotesis yang dikembangkan.
Dalam penelitian ini permasalahan yang muncul adalah: “apakah ada
perbedaan pengaruh antara latihan pull up dan sprint 100 meter terhadap
kebugaran jasmani para pemain Klub PAR Rantau di Kecamatan Monterado
Kabupaten Bengkayang?”
Bertolak dari masalah tersebut, maka dapat dirumuskan sub – sub masalah
sebagai berikut :
1. Apa pengaruh latihan Pull up terhadap kebugaran jasmani pemain klub
sepak bola PAR rantau ?
2. Apa pengaruh latihan lari sprint 100 meter terhadap kebugaran jasmani
pemain klub sepak bola PAR rantau ?
3. Bagaimanakan kondisi kebugaran jasmani para pemain klub sepak bola
PAR Rantau ?
4. Apa pengaruh latihan Pull up dan sprint 100 meter terhadap kebugaran
jasmani para pemain klub sepak bola PAR Rantau.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian pada umumnya untuk menentukan kebenaran dan
mengkaji kebenaran suatu ilmu pengetahuan (Sutrisno Hadi, 1987:271). Oleh
karena itu penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara latihan Pull up dan
sprint terhadap kebugaran jasmani pemain klub sepak bola PAR
Rantau.
2. Bila ditemukan ada perbedaan pengaruh, maka akan di cari
metode latihan mana yang memberikan pengaruh baik.
D. Manfaat penelitian
Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat dalam
suatu perkembangan keilmuan ( teoritis ) dan secara nyata ( praktis ), adapun
manfaat yang di harapkan addalah sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini dapat menambah bahan kajian bagi
pengembangan ilmu pada umumnya dan kajian pengetahuan pendidikan
jasmani dan kesehatan pada khususnya. Sekaligus juga dapat dijadikan
bahan bagi penelitian dan sejenisnya.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
yang berarti pada Klub PAR Rantau dalam membina dan menciptakan
calon bibit-bibit pemain sepak bola yang profesional dan handal bagi
perkembangan sepak bola di Kabupaten Bengkayang khususnya
Kecamatan Monterado.
E. Ruang lingkup penelitian
Agar penelitian tetap terfokus pada penomena yang di teliti, maka
dikemukakan ruang lingkup penelitian yang meliputi variabel penelitian serta
definisi operasional. Adapun variabel yang diteliti serta definisi operasional dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel penelitian
Variabel adalah fakto - faktor atau gejala – gejala yang diamati dalam
penelitian. Menurut Arikunto (2006:99) variabel adalah “ gejala – gejala yang
bervariasi, yang menjadi objyek penelitian “. Penelitian ini menggunakan dua
jenis variabel sebagai berikut :
a. Variabel bebas
Variabel bebas adalah sejumlah gejala atau faktor yang menentukan atau
mempengaruhi munculnya gejala – gejala lain, yang pada giliran nya gejala atau
faktor kedua itu disebut variabel terikat ( Arikunto,2006:118 ). Adapun variabel
bebas dalam penelitian ini adalah pull up dan sprint 100 meter
b. Variabel terikat
Menurut Arikunto (2006:119), variabel terikat adalah variabel yang muncul
karena di pengaruhi oleh variabel bebas. Adapun variabel terikat dalam penelitian
ini adalah kebugaran jasmani
2. Definisi operasional
Agar istilah-istilah yang ada dalam penelitian tidak menyimpang dan
terjadi salah pengertian dari yang diteliti, maka perlu penegasan istilah yang
sebagai berikut :
a. Pengaruh
Menurut Poerwo Darminto (1984: 731) pengaruh latihan adalah
daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda, dan sebagainya) yang
membedakan adalah dua hal. Atau daya yang timbul dari sesuatu yang
berkuasa atau yang berkekuatan.
b. Latihan
Latihan adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan melalui pengulangan-
pengulangan dengan menambah jumlah beban latihan. Latihan adalah suatu
proses yang sistematis dan berlatih atau bekerja yang dilakukan secara berulang-
ulang dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaan
( Harsono, 1988 :101 )
c. Pull up
Pull up merupakan salah satu latihan otot punggung (lattisimus dorsi)
terbaik yang dilakukan dengan bergantungan pada sebuah palang/bar besi dan
menarik tubuh sampai dagu bisa sejajar (atau sedikit di atas) dengan bar tersebut.
Posisi kaki bisa lurus maupun ditekuk, namun umumnya adalah dengan menekuk
kaki.
d. Sprint
Sprint atau lari cepat merupakan salah satu nomor lomba dalam cabang
olahraga atletik. Sprint atau lari cepat merupakan semua perlombaan lari dimana
peserta berlari dengan kecepatan maksimal sepanjang jarak yang ditempuh.
Sampai dengan jarak 400 meter masih digolongkan dalam lari cepat atau print.
Menurut Arma abdoellah (1981; 50) pada dasarnya gerakan lari itu untuk semua
jenis sama. Namun dengan demikian dengan adanya perbedaan jarak tempuh,
maka sekalipun sangat kecil terdapat pula beberapa perbedaan dalam
pelaksanaannya. Sedangkan yang dimaksud dengan perbedaan atau pembagian
jarak dalam nomor lari adalah lari jarak pendek (100 – 400 meter), lari menengah
(800 – 1500 meter), lari jauh (5000 meter atau lebih). Lari jarak pendek atau
sprint adalah semua jenis lari yang sejak start ampai finish dilakukan dengan
kecepatan maksimal. Beberapa faktor yang mutlak menentukan baik buruknya
dalam sprint ada tiga hal yaitu start, gerakan sprint, dan finish.
e. kebugaran jasmani
Kebugaran jasmani adalah kesanggupan dan kemampuan tubuh melakukan
penyesuaian ( adaptasi ) terhadap pembebasan fiisk yang diberikan kepadanya
( dari kerja yang dilakukan sehari-hari ) tanpa menimbulkan kelelahan yang
berlebihan. Tidak menimbulkan kelelahan yang berarti maksudnya ialah setelah
seseorang melakukan suatu kegiatan / aktivitas, masih mempunyai cukup
semangat dan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dan untuk keperluan-
keperluan lainnya yang mendadak.
f. PAR
PAR adalah salah satu klub sepak bola yang berada di kecamatan
monterado kabupaten bengkayang, terbentuk pada tahun 1997. PAR itu
sendiri adalah singkatan Persatuan Anak Rantau. Sebelum adanya PAR tim di
daerah tersebut mempunyai nama KOBRAN dengan pemain gabungan antara
rantau kecamatan monterado dan Pakumbang dari kabupaten Landak. Pada
pertandingan perdananya, tim PAR berhadapan dengan tim Gema merah
kecamatan monterado dan berakhir dengan kekalahan 3 : 8. Berkaca dari
kekalahan tersebut barulah tim PAR menata ulang timnya dan memulai
latihan rutin. Melakukan pertandingan kejuaraan resminya, pada tahun 1999
PAR berhasil mendapatkan hasil yang mengejutkan, yaitu juara I piala
kecamatan samalantan ( sebelum pemekaran ). Setelah itu tim PAR menjadi
salah satu tim yang dikatakan cukup di segani di daerah regional. Untuk
beberapa tahun kedepannya, dalam kompetisi tersebut tim PAR itu sendiri
masih rutin berada di posisi tiga besar.
F. Prosedur penelitian
1. Metode dan bentuk penelitian
a. Metode penelitian
Metode pengumpulan data dalam suatu penelitian adalah sangat
penting, karena berhubungan dengan data yang diperoleh.Untuk memperoleh
data yang sesuai dengan penelitian ini, peneliti menggunakan metode
eksperimen. Semakin kurangnya pengalaman pengumpulan data, semakin
mudah dipengaruhi oleh keinginan pribadinya, semakin condong atau bias
data yang terkumpul (Suharsimi Arikunto, 1998:226 )
Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat
(hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti
dengan mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang bisa mengganggu.
Bahwa untuk menyelidiki hubungan sebab-akibat yang akan diteliti dalam
penelitian ini adalah pengaruh latihan pull up dan sprint 100 meter terhadap
kemampuan kebugaran jasmani.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
metode eksperimen, yaitu dengan metode yang memberikan atau menggunakan
suatu treatment (perlakuan), dengan tujuan ingin mengetahui dan membandingkan
pengaruh suatu kondisi terhadap gejala yang timbul. Rancangan penelitian yang
digunakan adalah dengan macthed by subject group atau disingkat pola M.S. Pola
M.S menurut Sutrisno Hadi (1973:453) yaitu bahwa pola M.S matching dilakukan
terhadap subjek demi subjek. Hakekat subjek matching adalah sedemikian rupa
sehingga pemisahan masing-masing kelompok eksperimen I dan esperimen II
secara otomatis akan menyeimbangkan kedua kelompok itu. dengan membagi
kelompok eksperimen I dan Eksperimen II dengan rumus A-B-B-A. Adanya
kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen II tersebut sangat penting guna
mendapatkan kesimpulan dari penelitian yang benar, harus membandingkan
sedikitnya dua kelompok dalam segi-segi yang dieksperimenkan. Kelompok
ekperimen 1 dan kelompok eksperimen II secara otomatis akan menyeimbangkan
kedua kelompok itu. Untuk jelasnya Rancangan penelitian dengan pola M.S dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1 : Rancangan Penelitian
Kelompok Pre-test Treatment Pos-test
Eksperimen 1 Lari 1000 meter Pull up Lari 1000 meter
Eksperimen 2 Lari 1000 meter Sprint 100 meter Lari 1000 meter
Setelah pengambilan sampel dilakukan tes awal yaitu tes untuk
kebugaran jasmani dengan lari jarak jauh 1000 meter, pull up dan sprint 100
meter untuk mengetahui kemampuan awal sehingga pemberian dosis latihan
tepat sesuai kemampuan maksimal masing-masing individu. Dari hasil tes
kebugaran jasmani tersebut dilakukan rangking dari yang waktu tempuh tercepat
sampai terlama, kemudian dipasangkan dengan rumus A-B-B-A. Dari hasil
pasangan tersebut terbagi menjadi 2 kelompok, Untuk menentukan
kelompok eksperimen 2 dilakukan dengan cara diundi yaitu perwakilan
setiap kelompok mengambil undian untuk menentukan jenis latihan.. Didalam
undian tersebut tercantum kelompok pull up dan kelompok sprint 100 meter.
Kelompok eksperimen 1 melakukan pull up dan kelompok 2 melakukan sprint
100 meter.
b. Bentuk penelitian
Mengacu pada pendapat Suharsimi Arikunto (2002:2-3) tentang jenis-jenis
atau cara penelitian, maka penelitian ini adalah penelitian dengan bentuk
eksperimen.
Dengan cara ini, peneliti sengaja membandingkan timbulnya suatu
kejadian atau keadaan, kemudian diteliti baaimana akibatnya. Dengan kata lain,
eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan
kausal) antara dua faktoryang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan
mengeliminasikan atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang bisa
menggangu. Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat
dari suatu perlakuan (Arikunto, 2002:3)
2. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah sekumpulan individu atau obyek yang terdapat dalam
kelompok tertentu yang dijadikan sebagai sumber pengambilan data dengan ciri-
ciri, berada dalam daerah yang jelas batas-batas nya, mempunyai keseragaman
didalam nya yang dapat diukur untuk memperoleh kesimpulan dari suatu
penyelidikan.
Populasi adalah “ keseluruhan subyek penelitian. Apakah seseorang ingin
meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi
populasi atau studi sensus “ (Arikunto,2012:1008)
Berdasarkan penjelasan dan pendapat diatas, maka dalam penelitian ini
populasi yang digunakan adalah seluruh pemain klub sepak bola PAR Rantau
yang masih aktif baik senior maupun junior dengan jumlah keseluruhan 26 orang
b. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan obyek penelitian.
Menurut Arikunto (1998:117) mengatakan bahwa “Sampel adalah sebagian atau
wakil populasi yang diteliti. Dan masih menurut Arikunto (1998:120), dalam
pengambilan sampel apabila subyeknya kurang dari 100 orang, lebih baik diambil
semua sehingga penelitian nya disebut penelitian populasi. Selanjutnya jika
jumlah subyek besar lebih 100 dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau
lebih.
Berdasarkan pendapat diatas, maka dalam penelitian ini peneliti memutuskan
untuk meneliti seluruh populasi yaitu pemain klub sepak bola PAR Rantau. Jadi
penelitian ini bersifat penelitian populasi karena jumlah populasi nya kurang dari
100 sehingga peneliti mengambil seluruh populasi sebagai sampel penelitian.
3. Teknik dan alat pengumpul data
a. Teknik pengumpul data
Tehnik pengambilan data dilaksanakan dengan tes dan pengukuran,
untuk memperoleh data yang objektif tentang hasil latihan siswa.
Pengukuran menurut Nur Hasan (2001:2-5) menjelaskan tes adalah alat
ukur yang dapat digunakan untuk proses pengumpulan data atau
informasi dari suatu obyek tertentu dan dalam pengukuran diperlukan
suatu alat ukur. Ciri khas dari hasil pengukuran yakni dinyatakan dalam
skor kuantitatif yang dapat diolah secara statistik. Melalui pengukuran kita
akan memperoleh informasi yang obyektif sehingga kita dapat menentukan
prestasi seseorang pada saat tertentu.
Tes dan pengukuran dalam penelitian ini dilaksanakan untuk
mendapatkan data hasil tentang hasil tendangan lambung jauh yang
dilaksanakan dua kali yaitu pre-test dan post-test . Hasil tes dicatat dalam
satuan meter.
b. Alat pengumpul data
Menyusun instrumen adalah pekerjaan penting di dalam langkah
penelitian . akan tetapi, mengumpulkan data jauh lebih penting lagi, terutama
apabila menggunakan metode yang memiliki cukup besar celah untuk
dimasuki unsur minat yang lain. Itulah sebabnya menyusun instrumen
pengumpulan data harus ditanganisecara serius agar diperoleh hasil yang
sesuai dengan kegunaanya yaitu pengumpulan variabel yang tepat.
Alat atau instrumen pengumpul data ialah alat bantu yang dipilih dan
digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan agar kegiatan tersebut
menjadi sistematis dan dipermudah olehnya ( Riduwan, 2009 ). Sedangkan
Suharsimi Arikunto ( 2006 ) mengemukakan bahwa instrumen pengumpulan
data tidak ubahnya dengan berbicara masalah evaluasi. Mengevaluasi tidak
lain adalah memperoleh data tenteng status sesuatu dibandingkan dengan
standar atau ukuran yang telah ditentukan, karena mengevaluasi juga
mengadakan pengukuran. Berdasarkan pada pengertian ini, maka apabila kita
menyebut jenis metode dan alat atau instrumen pengumpul data, maka sama
saja denga menyebut alat evaluasi, atau setidak-tidaknya hampir seluruhnya
sama.
Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan sebanyak dua kali yaitu
sebelum perlakuan dan sesudah diberi perlakuan. Ini maksudnya untuk
mengetahui kemampuan awal seluruh populasi yang akan dijadikan sunyek
penelitian sebagai bahan dasar. Sedangkan tes yang dilakukan setelah
perlakuan dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang nantinya akan
diperoleh hasil penelitian yang diharapkan.
Sesuai dengan bentuk-bentuk tes yang digunakan dalam proses
pengumpulan data, maka instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Tes pull up ( dalam waktu 60 detik )
Tujuan : untuk mengukur kekuatan lengan bahu dan berapa jumlah yang dapat
dilakukan dalam pelaksanaan Pull up dengan waktu 60 detik
Adapun prosedur pelaksanaan pull up ( 60 detik ) adalah sebagai
berikut :
Alat / pasilitas ;
1) Lapangan dan alat untuk melaksanakan pull up
2) Peluit
3) stopwatch
b. Tes Lari Cepat (Sprint) 100 Meter
Tujuan : tes ini bertujuan untuk mengukur kecepatan lari seseorang
Adapun prosedur pelaksanaan pengukuran tes lari cepat (sprint) 100
meter adalah sebagai berikut ;
Alat / fasilitas :
a) Lintasan lurus, rata dan tidak licin serta jarak antara garis start dan
finish 100 meter
b) Peluit
c) Stop watch
d) Bendera start
Pelaksanaan :
a) Testi berdiri dibelakang garis start dengan sikap berdiri, pada waktu
diberi aba-aba “ya”, testi lari kedepan secepat mungkin untuk menempuh
jarak 100 meter. Pada saat testi menyentuh / melewati garis finish, stop
watch dihentikan.
b) Kesempatan lari diulang apabila :
1) Pelari mencuri start dan berlari diluar lintasan
2) Pelari terganggu oleh pelari lainnya
Skor :
Skor hasil tes yaitu waktu yang dicapai oleh pelari untuk menempuh jarak
100 meter. Waktu di catat sampai persepuluh detik.
4. Teknik analisis data
Dari hasil tes yang dilaksanakan dalam penelitian ini, semua masih berupa
data mentah yang belum diolah, oleh karena itu perlu diadakan pengolahan data
dan penganalisisan data. Data-data yang ada terdiri dari dua kelompok data, dan
tiap kelompok data terdiri dari satu item tes yang sama yaitu tes lari 1000 meter.
Kemudian data dari kedua kelompok tersebut dalam penelitian ini dibandingkan
dengan berpedoman pada kriteria hasil tes dengan standarlisasi data tes kebugaran
jasmani. Membandingkan data merupakan prosedur untuk mengetahui peerbedaan
data tes awal ( pretest ) dengan data tes akhir ( postest ) dengan penghitungan-
penghitunfan statistik. Namun suatu tes dari datan kelompok eksperimen yang
sudah disesuaikan dianalisis dan diolah dengan kalkulator komputer TI-59
Emulator v1.1 dan program microsoft excel xp yang disesuaikan dengan masing-
masing individunya maka untuk pengetesan signifikan menggunakan uji-t dengan
rumus pendek (short method) sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto
(2004:275 ). Untuk analisis data diperlukan suatu rumus uji-t, sebagai berikut :
1. Perhitungan t-test masing-masing kelompok eksperimen
t test = Md
√ ∑ xd2
N ( N−1 )
Keterangan :
t test = Rumus penghitunan t test untuk masing-masing eksperimen
Md = Selisih rata-rata nilai tes awal ( X1 ) – tes akhir ( X2 ) masing-
masing kelompok eksperimen
∑ xd2 = Total deviasi individu dari Md masing-masing kelompok
eksperimen
N = jumlah sampel atau teste pada masing-masing kelompok
eksperimen
Untuk dapat dikatakan signifikan pada tingkat kesempurnaan atau
kesalahan atau padda taraf signifikan 5 %, maka nilai tes 1 harus > t table. Derajat
kebebasan dari tes ini adalah N-1 ( Suharsimi Arikunto, 2002 )
2. Perbedaan kedua kelompok eksperimen
Selanjutnya, untuk mengetahui perbedaan pengaruh dari masing-masing variabel
bebas ( latihan pull up dan sprint 100 meter ) terdapat variabel terikat ( kebugaran
jasmani dengan tes lari ), maka digunakan analisis beda mean menurut Suharsimi
Arikunto (2002:280)
t test =
Md 2−Md1
√(∑ X1+∑ X 2
2
2
N1+N2
)( 1N 1
+ 1N 2 )
Keterangan :
Md1 = Selisih rata-rata nilai tes awal ( X2 ) – tes akhir ( X1 ) masing-
masing kelompok eksperimen 1
Md2 = Selisih rata-rata nilai tes awal ( X2 ) – tes akhir ( X1 ) masing-
masing kelompok eksperimen 2
∑ X12 = Total deviasi individual dari Md kelompok eksperimen 1
∑ X22 = Total deviasi individual dari Md kelompok eksperimen 2
N1 = Jumlah sampel atau teste kelompok eksperimen 1
N2 = Jumlah sampel atau teste kelompok eksperimen 2
G. Hipotesis
Pada umumnya hipotesis digambarkan untuk menggambarkan hubungan
dua variabel akibat. Hipotesis adalah sebagai suatu jawaban yang bersifat
sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul ( Suharsimi Arikunto,2006:71 ).
Hipotesis juga dapat diartikan sebagai suatu jawaban atau dugaan
sementara hasil suatu penelitian sebelum dilakukannya pengolahan data. Dalam
penelitian ini dapat disimpulkan hipotesisnya, yaitu :
1. Hipotesis Alternatif ( Ha )
Adanya pengaruh latihan pull up dan sprint 100 meter terhadap
kebugaran jasmani pada pemain klub sepak bola PAR Rantau .
2. Hipotesis Nol ( Ho )
Tidak ada pengaruh latihan pull up dan sprint 100 meter terhadap
kebugaran jasmani pemain klub sepak bola PAR Rantau
H. Jadwal penelitian
Adapun rencana jadwal penelitian yang akan dilaksanakan dalkam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 1.2
Rencana jadwal penelitian
NO Kegiatan Bulan atau tahun 2012Maret April Mei Juni Juli Agustus
1 Pengajuan outline
2 Pra observasi
3 Penyusunan desain
4 Seminar
5 Pelaksanaan penelitian
6 Pengolahan data
7 Konsultasi skripsi
8 Ujian skripsi
Jadwal yang telah direncanakan ini, sewaktu-waktu masih dapat berubah.
Hal ini disebabkan dalam proses penulisan skripsi , terdapat kegiatan konsultasi
dan tergantung pada kegiatan akademis kampus. Sehingga mungkin sebagian
perencanaan mengalami pergeseran
BAB II
PENGARUH LATIHAN PULL UP DAN SPRINT 100 METER
TERHADAP KEBUGARAN JASMANI
A. Kebugaran jasmani
1. Pengertian kebugaran jasmani
Kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk melakukan
pekerjaan atau aktifitas yang berat dengan mudahh tanpa merasa cepat lelah.
Kebugaran jasmani ialah seseorang yang cukup mempunyai kesanggupan dan
kemampuan untuk melakukan pekerjaan dengan efisien tanpa menimbulkan
kelelahan yang berarti ( A. Kamiso, 1991 : 58 ).
2. Komponen kebugaran jasmani
Komponen-komponen kebugaran jasmani merupakan satu kesatuan dan
memiliki keterkaitan yang erat antara satu dengan yang lain, dan masing-masing
komponen memiliki ciri-ciri tersendiri serta memiliki fungsi pokok atau
berpengaruh pada kebugaran jasmani seseorang. Agar seseorang dapat dikatakan
tingkat kondisi fisiknya baik atau tingkat kebugaran jasmaninya baik, maka status
setiap komponen kebugaran jasmani harus dalam kategori baik. Beberapa
komponen kemampuan fisik yaitu :
a. Daya tahan kardiovaskuler (cardiovascule rendurance)
b. Daya tahan otot (muscle endurance)
c. Kekuatan otot (muscle strength)
d. Kelentukan (flexibility)
e. Komposisi tubuh (body composition)
f. Kecepatan gerak (speed of movement)
g. Kelincahan (agility)
h. Keseimbangan (balance)
i. Kecepatan reaksi (reaction time)
j. Koordinasi (coordination)
k. (Cholik dan Maksum, 2007:53).
Sedangkan Sajoto (1995:8) menjelaskan 10 komponen kebugaran jasmani sebagai
berikut :
a. Kekuatan (strenght )
Kekuatan adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang
kemampuannya dalam mempergunakan otot untul menerima beban sewaktu
bekerja.
b. Daya Tahan (Endurance)
Dalam hal ini dikenal dua macam daya tahan, yaitu :
1. Daya Tahan Umum (general endurance) yaitu kemampuan seseorang dalam
mempergunakan system jantung, paru-paru dan peredaran darahnya secara efektif
dan efisien untuk menjalankan kerja secara terus-menerus yang melibatkan
kontraksi sejumlah otot-otot dengan intensitas tinggi dalam waktu yang cukup
lama.
2. Daya Tahan Otot (local endurance) yaitu kemampuan seseorang dalam
mempergunakan ototnya untuk berkontraksi secara terus-menerus dalam waktu
yang relatif lama dengan beban tertentu.
c. Daya Otot (muscular power)
Daya Otot adalah kemampuan seseorang untuk mempergunakan kekuatan
maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya.
d. Kecepatan (speed)
Kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan
berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu sesingkat-singkatnya.
e. Daya Lentur (flexibility)
Daya lentur adalah efektifitas seseorang dalam penyesuaian diri untuk segala
aktivitas dengan penguluran tubuh yang lebih luas.
f. Kelincahan (agility)
Kelincahan adalah kemampuan seseorang mengubah posisi di area tertentu.
Seseorang yang mampu mengubah satu posisi yang berbeda dalam kecepatan
tinggi dengan koordinasi yang baik berarti kelincahannya cukup baik.
g. Koordinasi (coordination)
Koordinasi adalah kemampuan seseorang mengintegrasikan bermacam-
macam gerakan yang berbeda kedalam pola gerakan tunggal secara efektif.
h. Keseimbangan (balance)
Keseimbangan adalah kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ
syaraf otot.
i. Ketepatan (accuracy)
Ketepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan gerak-gerak
bebas terhadap suatu sasaran.
j. Reaksi (reaction)
Reaksi adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya
dalam menanggapi rangsangan yang ditimbulkan lewat indera.
3. Manfaat kebugaran jasmani
Adapun beberapa manfaat secara luas dari kebugaran jasmani itu sendiri
adalah sebagai berikut;
a. Mempertahankan atau meningkatkan derajat kebugaran jasmani
(Physical Fitness).
b. Untuk meningkatkan prestasi atlet.
c. Meningkatkan produktivitas kerja
d. Mencegah cidera selama melakukan kegiatan fisik yang berat.
e. Meningkatkan ketrampilan, kuat dan efisien dalam gerakannya.
f. Meningkatkan kemampuan sistim sirkulasi dan kerja jantung.
g. Respons yang cepat dari organisme tubuh kita apabila sewaktu-waktu
diperlukan.
h. Mengetahui perkembangan kemampuan fisik siswa / atlit.
i. Sebagai salah satu bahan masukan dalam memberikan nilai pelajaran
pendidikan jasmani kesehatan dari olahraga.
4. Faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani
a. Genetik (keturunan).
b. Umur
c. Jenis kelamin
d. Kegiatan fisik
e. Kebiasaan merokok
(Sumber : Pedoman pengukuran kesegaran jasmani, Departemen
Kesehatan RI).
B. Latihan
1. Pengertian latihan
Adapun pengertian dari latihan itu sendiri adalah suatu proses kegiatan
yang dilakukan melalui pengulangan-pengulangan dengan menambah jumlah
beban latihan, latihan adalah proses yang sistematis dan berlatih atau bekerja yang
dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian menambah jumlah beban
latihan atau pekerjaan ( Harsono, 1988 : 101 )
Latihan menurut Groser, Starishka/Zimerman (2001:8) terjemahan
dari Paulus Levinus Pasurney adalah kumpulan pengertian dari semua usaha
dalam proses peningkatan prestasi (termasuk pula usaha untuk mempertahankan
prestasi). Sisi biologi kedokteran olahraga pada proses peningkatan prestasi ini,
dilakukan rangsangan-rangsangan yang meningkat melalui gerak-gerak yang
terarah dan sistematis dengan tujuan terjadi penyesuaian pada otot dan fungsi
organ tubuh. Dari teori
pendidikan, proses peningkatan prestasi ini terjadi karena perencanaan dan cara
mempengaruhi yang di arahkan secara khusus pada peningkatan manusia
seutuhnya.
Penentu berhasilnya seorang atlet berprestasi ditentukan oleh banyak
faktor, menurut Uen Hartiawan bahwa skema atlet berprestasi adalah sebagai
berikut;
Gambar : Kualitas Latihan dan Faktor-Faktor PendukungSumber : Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching, Uen hartiwan (2006:139)
Hakekat dan tujuan kepelatihan olahraga ialah meningkatkan ilmu,
ketrampilan, dan kinerja peserta pelatihan setinggi mungkin agar para
olahragawannnya mampu berprestasi semaksimal mungkin. Karena itu
tugas seorang pelatih adalah membantu atlet-atletnya untuk meningkatkan
prestasi olahraga semaksimal mungkin. Menurut Rusli Lutan (2003: 1) ada
empat aspek yang perlu dilakukan pelatih kepada
para atlitnya untuk memaksimalkan prestasi, yaitu: a) aspek fisik, b) aspek
teknik, c) aspek taktik dan d) aspek mental. Keempat aspek tersebut harus
diterapkan secara sistematis berencana, sinergis dan serempak. Satu saja
aspek tidak dilatihkan, tidak mungkin prestasi maksimal akan terwujud.
Seorang pemain Sepakbola yang terampil dan sukses menurut Timo
Scheunemann (2005:17) menjelaskan bahwa faktor yang menentukan
kesuksesan yaitu: a) faktor genetic, b) faktor kedisiplinan, c) faktor latihan, dan
d) faktor keberuntungan. Beberapa anjuran bagi pelatih dalam mendidik
pemain agar kesuksesan dapat tercapai antara lain: a) canangkan
pentingnya disiplin, b) anjurkan makan- makanan yang bergizi, hidup sehat
dan istirahat cukup, c) jadilah contoh yang baik, d) luaskan wawasan anda
sebagai pelatih (Never stop learning), dan e) buat program yang terarah.
2. Prinsif-prinsif latihan
Latihan harus berpedoman pada teori dan prinsip latihan yang benar
dan sudah diterima secara universal. Tanpa berpedoman pada teori dan
prinsip latihan, latihan sering kali menjurus ke praktek mala pelatih (Mal-
praktek) dan latihan tidak sistematis-metodis sehingga peningkatan
prestasi tidak tercapai.
Menurut Tohar (2002:4) prinsip-prinsip latihan yang paling penting
untuk dijadikan pedoman dalam meningkatkan prestasi dan performa
dalam olahraga adalah:
a) Pemanasan tubuh (Warming Up), b) Metode latihan, c) Berfikir
positif, d) Prinsip beban lebih, e) Intensitas latihan.
Ngurah Nala (1998:12) menambahkan bahwa dasar latihan
mengandung 7 buah prinsip, yakni: a) Prinsip aktif dan bersungguh- sungguh
dalam latihan, b) Prinsip pengembangan lateral, c) Prinsip spesialisasi,
d) Prinsip Individualisasi, e) Prinsip Variasi
atau keserbaragaman, f) Prinsip menggunakan model, g) Prinsip
peningkatan beban progesif dalam pelatihan.
Prinsip latihan yang lainnya menurut E.L. Fox yang dikutip M.
Sajoto (2002.30) menyebutkan prinsip latihan ada 4 yaitu: a) Prinsip over
load, b) Prinsip penggunaan beban secara progresif, c) Prinsip
pengaturan latihan, d) Prinsip kekhususan program latihan.
Prinsip-prinsip latihan olahraga menurut J.C. Radclife dan R.C.
Farentinous yang diterjemahkan oleh M. Furqon dan Muchsin Doewes
(2002:8), menjelaskan bahwa prinsip-prinsip olahraga tertentu bisa
diterapkan kedalam bentuk-bentuk latihan yang lain, juga berlaku untuk
Pliometrik. Salah satu prinsip yang paling mendasar dan banyak diterima
adalah prinsip beban lebih yang progresif (Progresif Overload), prinsip
spesifikasi (kekhususan) keterlibatan utama dengan semua olahraga.
Prinsip latihan menurut Annarino, A.A(1976:287) bahwa prinsip
latihan adalah sebagai berikut : a) Kekhususan latihan (Specific of
training), b) Determining the pre dominan energy system, c) The
Overload principle-intensitas, frekuency and duration of training, d)
Training phases, e) Pre liminary exercise (warm-up), e) Warm down or
cooldown
Berdasakan beberapa teori dari ilmuwan di atas bahwa prinsip-
prinsip latihan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Pemanasan Tubuh (Warming Up)
Pemanasan tubuh (Warming up) penting dilakukan sebelum
berlatih. Tujuan pemanasan ini adalah untuk mengadakan perubahan
dalam fungsi organ tubuh, guna menghadapi kegiatan fisik yang lebih
berat. Selain itu untuk: 1) menghindari diri kemungkinan cedera,
2) mengkoordinasikan gerakan yang mulus, 3) menyesuaikan diri
organ tubuh untuk bekerja lebih berat, dan 4) kesiapan mental kian
meningkat. Pemanasan mempunyai manfaat yang utama adalah untuk
menghindari kemungkinan terkena cedera otot dan sendi.
Tata cara pemanasan tubuh dengan aktifitas jasmani yang baik
adalah sebagai berikut: 1) semua otot dan sendi diregangkan dengan
menggunakan metode latihan peregangan statis, 2) melakukan jogging, 3)
senam dengan menggunakan metode latihan peregangan dinamis
terutama pada otot dan sendi, 4) Wind-Sprint yaitu suatu jenis kegiatan lari
dengan kecepatan yang kian lama kian tinggi (lari akselerasi) sejauh 50 – 60
km (Tohar, 2002:4)
b. Metode Latihan
Untuk mempercepat peningkatan prestasi menurut Tohar
(2002:5), latihan tidak cukup hanya dilakukan secara motorik (gerakan
saja). Latihan nirmotorik (tanpa gerakan). Latihan ini dilakukan dengan
melihat gambar atau film mengenai gerakan yang akan dilakukan.
c. Berpikir Positif
Berpikir positif adalah perilaku positif untuk melakukan kata hati
yang kuat, tak mau menyerah dan mampu, maka hasil latihan tersebut
juga positif dan betul-betul mampu melaksanakan latihan dengan baik
(Tohar, 2004: 6)
d. Prinsip beban lebih (Overload)
Prinsip beban lebih adalah prinsip latihan yang menekankan pada
pembebanan latihan yang semakin berat. Prinsip ini mengatakan bahwa
beban latihan diberikan pada atlet haruslah secara periodik dan progresif
ditingkatakan, kalau beban latihan tidak pernah ditambah, maka berapa
lamapun dan seringpun atlet berlatih, prestasi tak mungkin akan meningkat
(Rusli Lutan 2003:2).
Prinsip beban lebih yang progresif, telah berhasil digunakan untuk
mengembangkan kekuatan, power dan daya tahan. Hubungan antara
meningkatnya kekuatan otot dan beban lebih yang resistif yang
menggunakan beban telah dipahami dengan baik, karena penekanannya
pada pengembangan power dalam latihan Pliometrik, dan karena power
diartikan sebagai kekuatan dan frekuensi atau kekutan yang terbagi
dengan waktu, maka beban lebih resistif dan temporal harus diberikan.
Pada Pliometrik beban lebih resistif berupa perubahan-perubahan arah
yang tepat pada suatu anggota tubuh atau seluruh tubuh. (J.C. Radclife dan
R.C. Farentinous diterjemahkan oleh M. Furqon H. dan Muchsin Doewes,
2002.8)
e. Prinsip aktif dan bersungguh-sungguh
Setiap pemain dituntut untuk selalu bertindak aktif dalam segala
hal, tidak pasif hanya berlatih jika ada pelatih, dan berlatih jika pelatih tidak
ada. Disamping itu, pemain jarang berani mengambil inisiatif sendiri untuk
melakukan jenis latihan yang cocok. Bila ingin menjadi pemain yang
berprestasi, maka partisipasi dan kesungguhan berlatih harus sudah tertanam
dalam diri pemain (Ngurah Nala, 1998:12)
f. Prinsip Pengembangan Lateral
Latihan dijuruskan kepada spesifikasi olah raga yang digeluti,
hendaknya atlet dibekali terlebih dahulu dengan pelatihan dasar
kebugaran badan (Physical Fitnes) dan komponen biomotorik yang mampu
menunjang latihan berikutnya. Selain mengembangkan sepuluh komponen
kondisi fisik, dikembangkan pula seluruh organ dan sistema yang ada dalam
tubuh, baik yang menyangkut proses fisiologis maupun psikologisnya.
g. prinsif spesialisasi
Pengembangan latihan multilateral sesudahnya maka dilanjutkan
dengan pengembangan khusus atau spesialisasi sesuai dengan cabang olah
raga yang digeluti prinsip pada pelatihan ini, jika menyangkut anak-anak,
maka masalah umur mereka perlu di perhatikan. Pelatihan spesialisasi baru
dimulai setelah disesuaikan dengan umur yang sesuai untuk cabang olahraga
yang dipilih oleh anak atau atlet yang bersangkutan (Ngurah Nala, 1998: 13).
Spesialisasi cabang olahraga menurut Ngurah Nala, khusus cabang
olahraga bahwa anak mulai dilatih olahraga sepakbola pada umur
10 – 12 tahun, umur-umur dilatih spesialisasi pada umur 11 – 13 tahun, dan
puncak prestasi dicapai pada umur 18 – 24 tahun.
Seorang pemain sepakbola untuk memulai latihan menurut Bompa
yang dikutip Tohar (2002;15) menjelaskan bahwa cabang olahraga
sepakbola juga dimulai pada usia 10 – 12 tahun, spesialisasi 11– 13 tahun,
dan prestaasi puncak 18 – 24 tahun.
h. Prinsip Individualisasi
Sepakbola merupakan olahraga beregu yang di dalamnya berisi
banyak pemain yang mempunyai kemampuan, potensi, karakter berlatih dan
spesifikasi berbeda, oleh karena itu pelatihannyapun akan berbeda, tidak
semua jenis pelatihan dapat disama ratakan atau diseragamkan untuk
seluruh pemain, Ngurah Nala (1998:296)
i. Pinsip keberagaman/ variasi
Prinsip keberagaman yaitu macam dan jenis pelatihannya harus
bermacam-macam (variasi ) tidak monoton agar para pemain tetap bersemangat
dalam berlatih. Variasi pelatihan yang dipilih harus tetap mengacu pada
tujuan pelatihan. Bila variasi pelatihan yang diberikan menyimpang dari
tujuan pelatihan, maka hasil yang dicapai tentunya akan berbeda dari tujuan.
j. Prinsip penggunaan model proses latihan.
Model latihan adalah suatu pelatihan simulasi, suatu bentuk pelatihan
isomorphosis, yang mirip atau hampir meyerupai permainan atau
pertandingan yang sesungguhnya. Contohnya: atlet berlatih melakukan
semua gerakan atau simulasi dengan kondisi yang mungkin akan dialami
tatkala bertanding, dengan kata lain prinsip penggunaan model disebut juga
pelatihan bayangan (shadow playing). Artinya, pemain tersebut ketika
berlatih melakukan gerakan-gerakan yang mirip ketika dia menghadapi
lawan yang sebenarnya (Ngurah Nala, 1998;296)
k. Fase-fase Latihan (Training Phases)
Fase-fase latihan diklasifikasikan kedalam 3 periode . Total
training pada atlet kedalam 3 fase, yaitu: off season, pre season, dan in-
season. Fase-fase latihan juga biasanya untuk menentukan tujuan dan
program latihan dari tahap satu ke tahap lainnya.
l. Prinsip penggunaan Energi system (Determining the predominant
energy system)
m. Pendinginan (Cooling Down)
Cooling down bertujuan untuk memulihkan kondisi badan
kekondisi semula. Tujuan melakukan cooling down menurut Annarino,
A.A (1976: 300) yaitu:
……… blood and muscle lachid acid levels decrease more rapidly
during exercise – recovery than during rest recovery. This, warm-down
would promote faster recovery from fatique. Artinya: …….. darah dan kadar
asam laktat otot akan berkurang secara cepat selama istirahat aktif (Excerise-
recovery) dari pada istirahat pasif (Rest recovery)
C. Lari sprint
Sprint atau lari cepat merupakan salah satu nomor lomba dalam cabang
olahraga atletik. Sprint atau lari cepat merupakan semua perlombaan lari dimana
peserta berlari dengan kecepatan maksimal sepanjang jarak yang ditempuh.
Tujuan dari pelaksanaan latihan lari sprint adalah untuk melatih kecepatan
lari dan peningkatan kecepatan ( speed )
D. Pull up
Pull-up adalah latihan tubuh bagian atas terbaik yang dapat Anda lakukan
dengan berat badan Anda. Hampir setiap orang menggunakan dua tangan, tetapi
ada beberapa di luar sana yang dapat melakukan satu tangan dagu-up dan pull-up.
Tujuan dari pelaksanaan latihan pull-up adalah untuk untuk mengukur
kekuatan dan ketahanan otot lengan dan bahu
E. Latihan Pull-up dan Sprint 100 Meter Terhadap Kebugaran Jsamani
DAFTAR PUSTAKA
Aggoro M. Toha, 2008. Metode Penelitian. Jakarta : Universitas Terbuka
Arikunto Suharsimi, 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi
Revisi III. Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto Suharsimi, 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi
Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi
Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta
Hairi Yunusul,2004. Dasar-dasar kesehatan olahraga. Jakarta : Universitas
Terbuka
Denroni, 2008. Teknik Dan Prinsif Latihan.
http://www.dydo.wordpress.com/2008/03/teknik_dan_prinsif_latihan/html
Hermidsyah, 1993. Kepelatihan Dasar. Jakarta: Universitas terbuka
Hamid AKib, 2007. Statistik dasar. Jakarta : Universitas Terbuka
Nurhasan, 2001. Tes Dan Pengukuran Dalam Kebugaran Jasmani : Prinsif-prinsif
Dan Penerapannya. Departemen Pendidikan Nasional