DESAIN PENULANGAN - · PDF filec = rasio sisi terpanjang dan sisi terpendek kolom ... Beton K...
Transcript of DESAIN PENULANGAN - · PDF filec = rasio sisi terpanjang dan sisi terpendek kolom ... Beton K...
Bab 6
DESAIN PENULANGAN Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) Desain Dermaga General Cargo dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pulau Kalukalukuang Provinsi Sulawesi Selatan
6.1 Teori Dasar Perhitungan Kapasitas Lentur
6.1.1 Asumsi Dasar Dalam Teori Tegangan Lentur
Berdasarkan SNI Pasal 12.2 dijelaskan asumsi -asumsi yang dipakai dalam teori lentur sebagai berikut : Plane sections remain plane . Regangan baja sama dengan regangan beton pada level yang sama
( kompatibilitas) , εs = εc pada level yang sama. Tegangan pada beton dan baja dapat ditentukan dari diagram tegangan -
regangan σ−ε yang berlaku.
Peraturan Tambahan Berdasarkan SNI 12.2.6
Tegangan tarik beton diabaikan dalam perhitungan kuat lentur. Beton diasumsikan mencapai tegangan batas bila εc (regangan beton) = εcu
(regangan ultimit) = 0.003. Hubungan tegangan-regangan beton dapat diasumsikan berbentuk parabola,
persegi, trapesium atau bentuk lainnya asalkan memberikan prediksi kekuatan yang sama.
Apabila kita tinjau Gambar 6.1 (a) dan (b) dan mengasumsikan batang-batang tulangan tarik dinaikkan tegangannya hingga mencapai titik leleh sebelum beton pada sisi tekan balok mengalami kehancuran maka setelah tegangan tekan beton mencapai 0,50 fc’, tegangan ini tidak lagi berbanding lurus dengan jarak dari sumbu netral atau sebagai garis lurus. Sebaliknya tegangan bervariasi seperti ditunjukkan Gambar 6.1 (c) dan (d) .Diagram tekan yang berbentuk lengkung ini digantikan dengan diagram persegi dengan tegangan rata-rata 0.852 fc’. Diagram persegi dengan ketinggian a, jarak a = β1c dimana β1 diperoleh dari pengujian. Diagram persegi dengan ketinggian a ini diasumsikan mempunyai titik berat yang sama dan besar yang sama dengan diagram lengkung. Asumsi ini akan mempermudah dalam melakukan perhitungan kuat lentur secara teoritis atau kuat lentur nominal balok beton bertulang . Berdasarkan Peraturan SNI 03-2847 pasal 12.2(7), nilai β1 ditentukan sebagai berikut :
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-1
Untuk fc’ ≤ 30 Mpa
β1 = 0.85 untuk fc` ≤ 30 MPaβ1 = 0.85 untuk fc` ≤ 30 MPa Untuk fc’ > 30 Mpa
65.07
30*05.085.0 c1 ≥⎥⎦
⎤⎢⎣⎡ −
−= fβ 65.07
30*05.085.0 c1 ≥⎥⎦
⎤⎢⎣⎡ −
−= fβ
Gambar 6.1 Distribusi tegangan-regangan pada penampang balok
Zona tekan dapat dimodelkan dengan blok tegangan ekivalen seperti Gambar berikut ini
Gambar 6.2 Pemodelan zona tekan dengan blok tegangan ekivalen
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-2
6.1.2 Perhitungan Kuat Lentur Balok Beton Bertulang
6.1.2.1 Persyaratan Analisis Balok Beton Bertulang
1. Hubungan regangan-regangan Tegangan pada suatu titik harus bersesuaian dengan regangan yang terjadi menurut diagram tegangan-regangan yang berlaku.
2. Keseimbangan Gaya dalam harus seimbang dengan gaya luar (eksternal forces). Dengan meninjau kopel tekan dan tarik Gambar 6.3 pada penampang balok beton bertulang maka bisa dihitung kuat lentur nominal.
Gambar 6.3 Kopel tekan dan tarik yang menghasilkan momen nominal
Dari Gambar di atas, pada kondisi keseimbangan terdapat gaya-gaya sebagai berikut :
∑
∑
=⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ −⇒=
=
=⇒=
n
cys
x
M2
T 0
85.0CT 0
adM
abffAF
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-3
Perhitungan kuat lentur nominal (tulangan leleh) adalah sebagai berikut :
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ −=
=
=
=
2M
85.0
'85.0
n
c
ys
c
ys
adfA
bffA
a
abfC
fAT
ys
Keterangan :
As = Luas tulangan
fy = Kuat leleh spesifikasi dari tulangan fc’ = Tegangan tekan spesifikasi dari beton Mn = Momen nominal
Metode perhitungan kuat lentur nominal dijabarkan secara sederhana dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menghitung gaya tarik total s yT A f= .
2. Menyamakan gaya tekan total 0.85 'C fc ab= dengan s yA f sehingga bisa dihitung
nilai a. Dalam persamaan ini ab adalah luas daerah yang diasumsikan menerima tekan sebesar 0,85 'fc . Gaya tekan C dan gaya tarik T harus sama besar untuk mempertahankan keseimbangan gaya pada penampang.
3. Menghitung jarak antara titik berat T dan C. Untuk penampang persegi, jarak ini sama dengan 2
ad − .
4. Menghitung Mn yang besarnya sama dengan T atau C dikalikan jarak antara pusat - pusat titik beratnya.
6.1.2.2 Prosedur Desain Penulangan Lentur
Prosedur perencanaan penulangan lentur adalah sebagai berikut :
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-4
Data – data:f’c (MPa), fy (MPa), b (mm), d (mm), Mu (Nmm)
Tentukan ρmax tulangan tunggal & ρmin
( )0, 00255 * 1* '
0, 75 *max1 * 0, 003 / 200000
1, 4
f c
fy fy
min fy
βρ ρ
ρ
= =+
=
Tentukan ρ untuk memikul MU
( )2 2 / * *
*
fy R m fyufy
m fy
φρ
−−=
minρ ρ>
maxρ ρ<
Ya
Ya
Tulangan rangkap
Tentukan Mu1 yg dpt dipikul oleh 1ρ
dan tentukan As1 & Mu sisa
( )1 1 1* * * * * 1 0,5Mu b d d fy mρ ρφ= −
dimana m = fy / (0,85 * f’c)
As1 = ρ1 * b * d
Mu sisa = Mu – Mu1
Cek tulangan tekan sudah / belum leleh:
0,85 * ' * 1* 600* 600*
f c dK fyfy d
β=
−
Tidak
Tidak
Perbesar Penampang
Tulangan Tunggal As = ρ * b *d
SELESAI
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-5
ρ - ρ’ atau ρ1 ≥ K Ya Tulangan tekan sudah leleh f’s = fy
Tidak
Tulangan tekan belum leleh
0,85* ' * 1*' 0, 003 1
* *1' ' * 200000
f c ds
fy d
f s s
βε
ρ
ε
= −
=
⎛ ⎞⎜ ⎟⎜ ⎟⎝ ⎠
Tentukan A’s = As2
( )1
'* ' '
Mu MuA s
f s d dφ
−=
−
cek thd ρmax
0, 75 ' ' /f s fybρ ρ ρ≤ × + ×
1, 4 / fyρ ≥
Tidak Penampang diperbesar
Penampang diperkecil
Tidak Ya
Cek thd Mu yg dipikul tulangan terpasang
( )( ) ( )( )* ' * ' / 2 ' * ' 'Mu As fy A s f s d a A s f s d dφ= − − + −
Mu bekerja < Mu
SELESAI
jumlah tulangan diperbanyak
Tidak
Ya
Gambar 6.4 Flowchart desain penulangan lentur
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-6
6.2 Teori Dasar Perencanaan Penulangan Geser
Dalam desain penulangan geser perlu diperhatikan bahwa gaya geser nominal pada penampang harus lebih besar daripada gaya geser ultimate akibat beban-beban terfaktor. Berdasarkan SNI Pasal 13.1 persyaratan kuat geser ini dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :
n uV Vφ ≥
Keterangan :
nV = kuat geser nominal penampang
uV = gaya geser ultimate pada penampang akibat beban terfaktor
φ = faktor reduksi untuk kuat geser yang bernilai 0,6.
Kuat geser penampang berdasarkan SNI Pasal 13.1 terdiri atas komponen-
komponen sebagai berikut :
n cV V V= + s
Keterangan :
nV = kuat geser nominal penampang
cV = kuat geser nominal dari beton
sV = kuat geser nominal dari tulangan sengkang
Prosedur perencanaan geser adalah sebagai berikut :
Apabila pada balok hanya bekerja gaya geser maka balok memikul geser murni.
Besarnya gaya geser terfaktor = Vu.
dimana
Vu = 1,2 Vd + 1,6 Vl
Vd = gaya geser akibat beban mati
Vl = gaya geser akibat beban hidup
Gaya geser yang dapat dipikul beton (Vc) dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:
1 ' * *6cV f c bw= d (satuan N), SKSNI T-15-1991 ps.3.4.3 ayat 1
Keterangan :
satuan f’c adalah MPa
satuan bw adalah mm ( lebar badan balok)
satuan d adalah mm ( tinggi efektif balok – h – d’, dimana d’= selimut beton)
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-7
Apabila Vu ≥ φ.Vc maka penampang harus diberi tulangan geser dengan φ = faktor reduksi kekuatan yang bernilai 0,6 (untuk geser).
Menurut SKSNI T-15-1991 pasal 3.4.3 ayat 2:
Nilai Vc yang lebih teliti dapat ditentukan dengan persamaan:
*1 ' 120 . * *7
uc w
u
V dV f c bwM
ρ⎛ ⎞
= +⎜ ⎟⎝ ⎠
d
*dan 0,3 ' * * dan 1uc
u
V dV f c bw dM
≤ ≤
Keterangan:
Mu = momen terfaktor yang bekerja pada lokasi gaya geser Vu
Vu = gaya geser terfaktor
ρw = As/(bw.d)
Apabila Vu < φ.Vc dan Vu ≥ ½. φ. Vc maka penampang ditulangi dengan tulangan geser minimum berupa sengkang dengan luas = Av.
.3
= wv
b sAfy
(SKSNI T-15-1991, persamaan 3.4-14)
Keterangan :
s = jarak sengkang (mm)
fy = tegangan leleh baja tulangan (MPa)
Av = luas sengkang (mm2)
bw = lebar badan balok
Sengkang dapat dipasang 2 penampang (Av = 2 * 0,25 * 22/7 * DS * DS) dimana DS = diameter sengkang atau 3 penampang (Av = 3 * 0,25 * 22/7 * DS * DS) seperti pada ilustrasi berikut ini.
Tulangan sengkang 2 penampang
Tulangan sengkang 3 penampang
Jenis tulangan geser pada balok ada 2 yaitu:
a. Tulangan sengkang
b. Tulangan miring
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-8
6.2.1 Kriteria Tulangan Sengkang
1. Luas Tulangan Sengkang (Av)
Luas Tulangan Sengkang ×=
×s
vV sAfy d
dimana:
(satuan N)us c
VV Vφ
= −
s = jarak sengkang (mm) d = h – d’ d’ = selimut beton (mm) Diameter sengkang yang biasa digunakan adalah 6 mm, 8 mm, 13 mm di mana mutu baja untuk φ < 13 mm adalah BJTP24 dan φ > 13 mm adalah BJTD40. SKSNI T-15-1991 membatasi kuat leleh rencana untuk sengkang = 400 MPa (psl 3.4.5 ayat 2).
2. Jarak Antar Tulangan Sengkang (s)
Jika Vs ≤ 1/3 (√f’c) . bw .d maka jarak antar sengkang adalah nilai terkecil antara d/2 dan 600 mm. Jika Vs > 1/3 (√f’c) . bw .d maka jarak antar sengkang adalah nilai terkecil antara d/4 dan 300 mm. Biasanya jarak sengkang dibatasi 75 mm ≤ s ≤ 300 mm dan jika s <75 mm maka sengkang dapat dipasang 3 penampang atau 4 penampang dan jika s > 300 mm maka diameter sengkang dapat diperkecil atau diambil saja 300 mm. Jika Vs > 2/3 (√f’c) . bw .d maka tinggi penampang diperbesar. (SKSNI T-15-1991 ps. 3.4.5 ayat 6 point 8)
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-9
Data – data:b (mm), h (mm), selimut beton DD (mm), gaya geser terfaktor (Vu, N), diameter sengkang DS (mm), mutu beton f’c (MPa), mutu baja (fy, MPa), φ = 0,6
1* ' * *
6cV f c b d=
/u csV V Vφ= −
2 / 3 ' * *sV f c b d≥
Tidak
u cV Vφ≥
Ya
* *
dimana
A fy dvVs
VuV Vs c
s
φ= −
=
( )22 0.25vA DSπ= × ×
Tidak 1/ 2u cV Vφ≥
Ya
Tulangan geser minimum
( )22 0.25vA DSπ= × ×
3* *A fyvb
s =
Tidak
tdk perlu tul. geser
Ya Tinggi penampang diperbesar
Cek thd s maksimum
1 / 3 ' * *sV f c b d≤Ya
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-10
Tidak
s max pilih terkecil antara d/4 dan 300
s ≥ s max
s max pilih terkecil antara d/2 dan 600
s = s max atau diameter sengkang diperkecil
s < 75
Tidak
Tidak
s ≤ 300
Ya
SELESAI
Ya
penampang sengkang dijadikan 3 atau 4 penampang
diameter sengkang diperkecil Tidak
Gambar 6.5 Flowchart desain penulangan geser
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-11
6.3 Desain Penulangan
6.3.1 Penulangan Pelat Dermaga
1) Pengecekan Ketebalan Pelat Agar lendutan tidak perlu diperhitungkan maka tebal pelat minimum harus memenuhi persyaratan (SKSNI T-15-1991) berikut :
Gambar 6.6 Persyaratan tebal pelat minimum
Dalam perhitungan ini, diambil asumsi pelat satu ujung menerus. Diketahui L pelat = 4,5 tebal minimum = 4,5 / 24 = 0,1875 m Pada perhitungan digunakan tebal pelat 0,35m (> 0,1875 m OK!)
2) Punch ng Shear i
Tipe keruntuhan geser yang perlu dicek dalam desain pelat yaitu geser dua arah (punching shear). Punching shear yang dicek adalah terhadap roda truk 7,8 ton. Beban roda truk 7,8 ton yang diambil adalah yang terbesar yaitu 23,5 kN dengan luas area 500 mm x 200 mm. Geser dua arah diasumsikan kritis pada penampang vertikal berjarak d/2 dari sekeliling muka kolom (Gambar 6.7)
Gambar 6.7 Tributari area geser
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-12
Desain geser dua arah untuk kondisi tanpa transfer momen adalah sebagai berikut :
u nV V≤
Dimana Vu dihitung sesuai luas tributari geser yang ditinjau
n cV V V= + s
Pada desain pelat, Vs umumnya 0. Sedangkan Vc diambil sebagai nilai terkecil dari :
a. 'c c
c
1 1V f6 3β
⎛ ⎞= +⎜ ⎟
⎝ ⎠0b d
b. 'sc c
o
d 1V f12b 6α⎛ ⎞
= +⎜ ⎟⎝ ⎠
0b d
c. 'c c
1V f b3
= 0d
Dimana :
cβ = rasio sisi terpanjang dan sisi terpendek kolom
sα = 40 untuk kolom interior
= 30 untuk kolom tepi
= 20 untuk kolom sudut
b0 = panjang/keliling penampang kritis
d = tinggi efektif penampang
Perhitungan punching shear pada pelat dapat dilihat seperti berikut
Beton K 300
f'c 25 Mpa
fy 240 Mpa
Tebal PELAT 350 mm
Selimut beton 75 mm
d 275 mm
d/2 137,5 mm
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-13
137,5 mm
137,5 mm
500 mm
200 mm
Gambar 6.8 Penampang kritis akibat beban roda truk 7,8 ton
lebar 475 mmpanjang 775 mmβc 1,63 mmbo 2500 mm
sα yang diambil adalah untuk kolom interior =40
Perhitungan Vc
Vc1 1272,65 kN
Vc2 1829,66 kN
Vc3 1143,54
Vc terkecil = 1143,54 kN
Φ = 0.6
ΦVc = 686,124 kN
Vu = 1,6 * 23,5 kN = 37,6 kN
Vu < ΦVc
Karena Vu < ΦVc, pelat yang didesain kuat terhadap beban roda truk 7,8 ton.
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-14
• Punch ng Shear Terhadap Pile Cap i
Punching shear pelat juga perlu dicek terhadap pile cap.
d/2
d/2
d/2
Droppanel
Gambar 6.9 Tributari area geser
Punching Shear Terhadap Pile Cap Tipe 1
Beton K 300 f'c 25 Mpa Tebal Pelat 350 mm Lebar Pile cap 1200 mm Selimut beton 75 mm d 275 mm d/2 137,5 mm Penampang kritis
lebar 1475 mm
panjang 1475 mm
βc 1
bo 5900 mm αs interior 40
Perhitungan Vc
Vc1 4048,13 kN
Vc2 2607,27 kN
Vc3 2698,75 kN
Vc terkecil 2607,27 kN
Φ = 0.6
ΦVc = 1564,36 kN
Vu = 454 kN
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-15
Nilai Vu diambil dari gaya aksial maksimum pilecap tunggal pada pemodelan SAP2000.
Vu < ΦVc
Karena Vu < ΦVc, pelat yang didesain kuat terhadap beban pile cap tipe 1.
Punching Shear Terhadap Pile Cap Tipe 2
Beton K 300 f'c 25 Mpa Tebal Pelat 350 mm Panjang Pile cap 2000 mm Lebar Pile cap 1200 mm Selimut beton 75 mm d 275 mm d/2 137,5 mm
Penampang kritis
lebar 1475 mm
panjang 2275 mm
βc 1,54
bo 7500 mm αs interior 40
Perhitungan Vc
Vc1 5145,93 kN
Vc2 2973,2 kN
Vc3 3430,62 kN
Vc terkecil 2973,2 kN
Φ = 0.6
ΦVc = 1783,92 kN
Vu = 871,9 kN
Vu < ΦVc
Karena Vu < ΦVc, pelat yang didesain kuat terhadap beban pile cap tipe 2.
3) Penulangan Pelat Dermaga
Perhitungan penulangan menggunakan asumsi pelat di atas 2 tumpuan sederhana.
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-16
Panjang pelat (p) = 4,5 m Lebar pelat (l) = 1 m Tebal pelat (t) = 0,35 m ρbeton = 2,4 t/m3
beban hidup = truk 7,8 ton = 1,4 ton/m2
Beban Mati qDL = ρbeton * l * t = 2,4 * 1 * 0,35 = 0,84 ton/m
Beban Hidup qLL = 1,4 ton/m2 * 1 m = 1,4 ton/m Beban Ultimate qU = (1,2 * qDL) + (1,6 *qLL) = 3,25 ton/m Momen MU = (1/8) * qU * l2
= (1/8) * qU * (panjang pelat)2
= 8,23 ton-m/m Penulangannya dibantu dengan software CONCAD.
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-17
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-18
Dari hasil perhitungan dengan CONCAD , pelat diberi tulangan diameter 19 mm dengan jarak 150 mm. Ilustrasi tulangan untuk pelat dermaga dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 6.10 Ilustrasi tulangan pelat dermaga
6.3.2 Penulangan Pelat Trestle
1) Pengecekan Ketebalan Pelat Agar lendutan tidak perlu diperhitungkan maka tebal pelat minimum harus memenuhi persyaratan (SKSNI T-15-1991) berikut :
Gambar 6.11 Persyaratan tebal pelat minimum
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-19
Dalam perhitungan ini, diambil asumsi pelat satu ujung menerus. Diketahui L pelat = 4,5 tebal minimum = 4,5 / 24 = 0,1875 m Pada perhitungan digunakan tebal pelat 0,35 m (> 0,1875 m OK!)
2) Punching Shear
• Punching Shear Terhadap Roda Truk 7,8 ton
Tipe keruntuhan geser yang perlu dicek dalam desain pelat yaitu geser dua arah (punching shear). Punching shear yang dicek adalah terhadap roda truk 7,8 ton. Beban roda truk 7,8 ton yang diambil adalah yang terbesar yaitu 23,5 kN dengan luas area 500 mm x 200 mm. Geser dua arah diasumsikan kritis pada penampang vertikal berjarak d/2 dari sekeliling muka kolom (Gambar 6.12)
Gambar 6.12 Tributari area geser
Desain geser dua arah untuk kondisi tanpa transfer momen adalah sebagai berikut :
u n
n c s
V V≤
Dimana Vu dihitung sesuai luas tributari geser yang ditinjau
V V V= +
Pada desain pelat, Vs umumnya 0. Sedangkan Vc diambil sebagai nilai terkecil dari :
a. 'c c
1 1V f6 3β
⎛ ⎞= +⎜ ⎟ 0
c
b d⎝ ⎠
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-20
b. 'sc c
o
d 1V f12b 6α⎛ ⎞
= +⎜ ⎟⎝ ⎠
0b d
c. 'c c
1V f b3
= 0d
Dimana :
cβ = rasio sisi terpanjang dan sisi terpendek kolom
sα = 40 untuk kolom interior
= 30 untuk kolom tepi
= 20 untuk kolom sudut
b0 = panjang/keliling penampang kritis
d = tinggi efektif penanmpang
Perhitungan punching shear pada pelat dapat dilihat seperti berikut :
Beton K 300
f'c 24.9 Mpa
fy 240 Mpa
Tebal PELAT 350 mm
Selimut beton 75 mm
d 275 mm
d/2 137,5 mm
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-21
137,5 mm
137,5 mm
500 mm
200 mm
Gambar 6.13 Penampang kritis akibat beban roda truk 7,8 ton
lebar 475 mmpanjang 775 mmβc 1,63 mmbo 2500 mm
sα yang diambil adalah untuk kolom interior =40
Perhitungan Vc
Vc1 1272,65 kN Vc2 1829,66 kN Vc3 1143,54
Vc terkecil = 1143,54 kN
Φ = 0.6
ΦVc = 686,12 kN
Vu = 1,6 * 23,5 kN = 37,6 kN
Vu < ΦVc
Karena Vu < ΦVc, pelat yang didesain kuat terhadap beban roda truk 7,8 ton.
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-22
• Punch ng Shear Terhadap Pile Cap i
Punching shear pelat juga perlu dicek terhadap pile cap.
d/2
d/2
d/2
Droppanel
Gambar 6.14 Tributari area geser
Beton K 300 f'c 24.9 Mpa Tebal Pelat 350 mm Lebar Pile cap 1200 mm Selimut beton 75 mm d 275 mm d/2 137,5 mm
Penampang kritis
lebar 1475 mm
panjang 1475 mm
βc 1
bo 5900 mm αs interior 40
Perhitungan Vc
Vc1 4048,13 kN
Vc2 2607,27 kN
Vc3 2698,75 kN
Vc terkecil 2607,27 kN
Φ = 0.6
ΦVc = 1564,36 kN
Vu = 668,06 kN
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-23
Vu < ΦVc
Karena Vu < ΦVc, pelat yang didesain kuat terhadap beban pile cap.
3) Penulangan Pelat Trestle Perhitungan penulangan menggunakan asumsi pelat di atas 2 tumpuan sederhana.
Panjang pelat (p) = 4,5 m Lebar pelat (l) = 1 m Tebal pelat (t) = 0,35 m ρbeton = 2,4 t/m3
beban hidup = truk 7,8 ton = 1,4 ton/m2
Beban Mati qDL = ρbeton * l * t = 2,4 * 1 * 0,35 = 0,84 ton/m Beban Hidup qLL = 1,4 ton/m2 * 1 m = 1,4 ton/m Beban Ultimate qU = (1,2 * qDL) + (1,6 *qLL) = 3,25 ton/m Momen MU = (1/8) * qU * l2
= (1/8) * qU * (4,5)2
= 8,23 ton-m/m Penulangannya dibantu dengan software CONCAD.
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-24
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-25
Dari hasil perhitungan dengan CONCAD , pelat diberi tulangan diameter 19 mm dengan jarak 150 mm. Ilustrasi tulangan pada pelat trestle dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 6.15 Ilustrasi pemasangan tulangan pelat trestle
6.3.3 Penulangan Balok Dermaga
1) Penulangan Balok Arah Memanjang
Tulangan Lentur
Penulangan balok melintang dermaga menggunakan momen ultimate (Mu) sebesar 45,11 ton-m yang diperoleh dari hasil analisis 2D dermaga melintang pada SAP2000, yang telah dilakukan sebelumnya. Perhitungannya dibantu dengan menggunakan so ware CONCAD. Ilustrasi dimensi penampang balok melintang dapat dilihat pada gambar berikut ini.
ft
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-26
Gambar 6.16 Gambar Ilustrasi penampang balok melintang dermaga
Menghitung rasio penulangan minimum ( minρ )
min 0,004350
ρ = = =fy
1, 4 1, 4
Dari nilai rasio penulangan minimum ini kemudian dilakukan perhitungan penulangan tunggal dengan bantuan program CONCAD untuk mengecek apakah dengan tulangan tunggal telah memberikan kapasitas lentur yang lebih besar daripada momen ultimate (Mu). Berikut ini adalah perhitungan penulangan tunggal dengan menggunakan software CONCAD.
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-27
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-28
Menghitung As perlu
Dari perhitungan didapat nilai ρ = 0,01
2
0,01 500 720
3600
ρ= × ×
= × ×
=
perlu
perlu
perlu
As b d
As
As mm
Menghitung jumlah tulangan yang diperlukan
Tulangan yang dipakai adalah tulangan diameter 25 mm dengan fy= 350 Mpa dan fc’=25 Mpa. Luas satu buah tulangan diameter 25 mm adalah sebagai berikut :
( )2
2
254490,625
π=
=
As
As mm
Jumlah tulangan yang diperlukan (n) adalah sebagai berikut :
3600 7,337490,625
= = =perluAsn
As
Jadi untuk penulangan balok arah memanjang dermaga digunakan 8D25.
Pengecekan jarak antar tulangan
( ) ( )
b- 2c -(n d) 25 mmn-1
a 118,588c = 139,515 mm0,851
500 2 139,515 8 25b- 2c -(n d) 2,99 mmn-1 8 1
2,99 mm < 25 mm sehingga tulangan dipasang 2 lapis
β
×≥
= =
− − ××= =
−
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-29
Pengecekan Kapasitas Penampang
ØMn = 74,92 ton-m
Mu = 45,11 ton-m
Karena ØMn > Mu maka dengan pemasangan tulangan 8D25 sudah mampu menahan momen ultimate yang terjadi di penampang balok melintang dermaga.
Dari hasil perhitungan dengan CONCAD, balok diberi tulangan diameter 25 mm sebanyak 8 buah. Ilustrasi pemasangan tulangan dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 6.17 Ilustrasi pemasangan tulangan balok arah memanjang dermaga
Sengkang
Penulangan geser balok melintang menggunakan besar gaya geser maksimum yang diperoleh dari hasil analisis 2D dermaga melintang pada SAP2000, yang telah dilakukan sebelumnya. Perhitungannya dibantu dengan program CONCAD.
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-30
Tulangan sengkang yang digunakan adalah D13 dengan jarak 15 cm .
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-31
2) Penulangan Balok Arah Melintang
Tulangan Lentur
Penulangan balok memanjang dermaga menggunakan besar momen ultimate yang diperoleh dari hasil analisis 2D dermaga memanjang pada SAP yaitu sebesar 19,6 ton-m, yang telah dilakukan sebelumnya. Perhitungannya dibantu dengan menggunakan software CONCAD. Ilustrasi dimensi balok memanjang dermaga dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 6.18 Ilustrasi dimensi balok memanjang dermaga
Menghitung rasio penulangan minimum ( minρ )
min1, 4 1, 4 0,004
350ρ = = =
fy
Dari nilai rasio penulangan minimum ini kemudian dilakukan perhitungan penulangan tunggal dengan bantuan program CONCAD untuk mengecek apakah dengan tulangan tunggal telah memberikan kapasitas lentur yang lebih besar daripada momen ultimate (Mu). Berikut ini adalah perhitungan penulangan tunggal dengan menggunakan software CONCAD.
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-32
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-33
Menghitung As perlu
Dari perhitungan didapat nilai ρ = 0,007
20,007 500 720 2520
ρ= × ×
= × × =perlu
perlu
As b d
As mm
Menghitung jumlah tulangan yang diperlukan
Tulangan yang dipakai adalah tulangan diameter 25 mm dengan fy= 350 Mpa dan fc’=25 Mpa. Luas satu buah tulangan diameter 25 mm adalah sebagai berikut :
= perluAsn
As
( )2
2
254490,625
π=
=
As
As mm
Jumlah tulangan yang diperlukan (n) adalah sebagai berikut :
2520 5,136490,625
= = =perluAsn
As
Jadi untuk penulangan balok arah melintang dermaga digunakan 6D25.
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-34
Pengecekan jarak antar tulangan
( ) ( )
b- 2c -(n d) 25 mmn-1
a 83,0188c = 97,66 mm0,851
500 2 97,66 6 25b- 2c -(n d) 30,939 mmn-1 6 1
30,939 mm > 25 mm sehingga tulangan bisa dipasang 1 lapis
β
×≥
= =
− − ××= =
−
Pengecekan Kapasitas Penampang
ØMn = 53,86 ton-m
Mu = 19,6 ton-m
Karena ØMn > Mu maka dengan pemasangan tulangan 6D25 sudah mampu menahan momen ultimate yang terjadi di penampang balok dermaga.
Dari hasil perhitungan dengan CONCAD, balok diberi tulangan diameter 25 mm sebanyak 6 buah. Ilustrasi pemasangan tulangan dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 6.19 Ilustrasi pemasangan tulangan balok memanjang dermaga
Sengkang
Penulangan geser balok memanjang menggunakan besar gaya geser maksimum yang diperoleh dari hasil analisis 2D dermaga memanjang pada SAP, yang telah dilakukan sebelumnya. Perhitungannya dibantu dengan program CONCAD.
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-35
Tulangan sengkang yang digunakan adalah D13 dengan jarak setiap 15 cm.
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-36
6.3.4 Penulangan Balok Trestle
1) Balok Arah Memanjang Trest e l
Tulangan Lentur Penulangan balok melintang trestle menggunakan besar momen yang diperoleh dari hasil analisis 2D trestle melintang pada SAP, yang telah dilakukan sebelumnya. Perhitungannya dibantu dengan menggunakan software CONCAD. Ilustrasi dimensi penampang balok melintang dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 6.20 Ilustrasi dimensi balok melintang trestle
Menghitung rasio penulangan minimum ( minρ )
min 0,004350
ρ = = =fy
1, 4 1, 4
Dari nilai rasio penulangan minimum ini kemudian dilakukan perhitungan penulangan tunggal dengan bantuan program CONCAD untuk mengecek apakah dengan tulangan tunggal telah memberikan kapasitas lentur yang lebih besar daripada momen ultimate (Mu). Berikut ini adalah perhitungan penulangan tunggal dengan menggunakan software CONCAD.
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-37
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-38
Menghitung As perlu
Dari perhitungan didapat nilai ρ = 0,007
2
0,007 500 720
2520
ρ= × ×
= × ×
=
perlu
perlu
perlu
As b d
As
As mm
Menghitung jumlah tulangan yang diperlukan
Tulangan yang dipakai adalah tulangan diameter 25 mm dengan fy= 350 Mpa dan fc’=25 Mpa. Luas satu buah tulangan diameter 25 mm adalah sebagai berikut :
( )2
2
254490,625
π=
=
As
As mm
Jumlah tulangan yang diperlukan (n) adalah sebagai berikut :
2520 5,136490,625
= = =perluAsn
As
Jadi untuk penulangan balok arah memanjang trestle digunakan 6D25.
Pengecekan jarak antar tulangan
( ) ( )
b- 2c -(n d) 25 mmn-1
a 83,0188c = 97,66 mm0,851
500 2 97,66 6 25b- 2c -(n d) 30,939 mmn-1 6 1
30,939 mm > 25 mm sehingga tulangan bisa dipasang 1 lapis
β
×≥
= =
− − ××= =
−
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-39
Pengecekan Kapasitas Penampang
ØMn = 53,86 ton-m
Mu = 32,99 ton-m
Karena ØMn > Mu maka dengan pemasangan tulangan 6D25 sudah mampu menahan momen ultimate yang terjadi di penampang balok melintang trestle. Dari hasil perhitungan dengan CONCAD , balok diberi tulangan diameter 25 mm sebanyak 6 buah. Ilustrasi pemasangan tulangan dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 6.21 Ilustrasi pemasangan tulangan balok trestle
Sengkang
Penulangan geser balok melintang menggunakan besar gaya geser maksimum yang diperoleh dari hasil analisis 2D trestle melintang pada SAP2000 yaitu sebesar 31,44 ton, yang telah dilakukan sebelumnya. Perhitungannya dibantu dengan program CONCAD.
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-40
Tulangan sengkang yang digunakan adalah D13 dengan jarak setiap 15 cm .
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-41
2) Balok Arah Melintang
Tulangan Lentur
Penulangan balok memanjang trestle menggunakan besar momen yang diperoleh dari hasil analisis 2D trestle memanjang pada SAP2000 yaitu sebesar 21,6 ton-m, yang telah dilakukan sebelumnya. Perhitungannya dibantu dengan menggunakan software CONCAD. Ilustrasi dimensi penampang balok melintang dapat dilihat pada gambar berikut ini.
0,5 m
0,8 m
Gambar 6.22 Ilustrasi dimensi balok memanjang trestle
Menghitung rasio penulangan minimum ( minρ )
min 0,004350
ρ = = =fy
1, 4 1, 4
Dari nilai rasio penulangan minimum ini kemudian dilakukan perhitungan penulangan tunggal dengan bantuan program CONCAD untuk mengecek apakah dengan tulangan tunggal telah memberikan kapasitas lentur yang lebih besar daripada momen ultimate (Mu). Berikut ini adalah perhitungan penulangan tunggal dengan menggunakan software CONCAD.
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-42
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-43
Menghitung As perlu
Dari perhitungan didapat nilai ρ = 0,007
2
0,007 500 720
2520
ρ= × ×
= × ×
=
perlu
perlu
perlu
As b d
As
As mm
Menghitung jumlah tulangan yang diperlukan
Tulangan yang dipakai adalah tulangan diameter 25 mm dengan fy= 350 Mpa dan fc’=25 Mpa. Luas satu buah tulangan diameter 25 mm adalah sebagai berikut :
( )2
2
254490,625
π=
=
As
As mm
Jumlah tulangan yang diperlukan (n) adalah sebagai berikut :
2520 5,136490,625
= = =perluAsn
As
Jadi untuk penulangan balok trestle digunakan 6D25.
Pengecekan jarak antar tulangan
( ) ( )
b- 2c -(n d) 25 mmn-1
a 83,0188c = 97,66 mm0,851
500 2 97,66 6 25b- 2c -(n d) 30,939 mmn-1 6 1
30,939 mm > 25 mm sehingga tulangan bisa dipasang 1 lapis
β
×≥
= =
− − ××= =
−
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-44
Pengecekan Kapasitas Penampang
ØMn = 53,86 ton-m
Mu = 21,6 ton-m
Karena ØMn > Mu maka dengan pemasangan tulangan 6D25 sudah mampu menahan momen ultimate yang terjadi di penampang balok memanjang tres le. Dari hasil perhitungan dengan CONCAD , balok diberi tulangan diameter 25 mm sebanyak 6 buah. Ilustrasi pemasangan tulangan dapat dilihat pada gambar berikut ini.
t
Gambar 6.23 Ilustrasi pemasangan tulangan balok trestle
Sengkang
Penulangan geser balok melintang menggunakan besar gaya geser maksimum yang diperoleh dari hasil analisis 2D trestle memanjang pada SAP2000 yaitu sebesar 20,98 ton, yang telah dilakukan sebelumnya.
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-45
Jadi tulangan sengkang yang digunakan adalah D13 dengan jarak setiap 15 cm.
6.3.5 Penulangan Pilecap dan Pengecekan Punching Shear pile terhadap pilecap
6.3.5.1 Dermaga a. Pengecekan Punching Shear Pile Cap Tipe 1
Gaya tekan terbesar pada pilecap berasal dari tiang pancang.
P = 676,4 kN
Geser dua arah diasumsikan kritis pada penampang vertikal berjarak d/2 dari sekeliling muka kolom (Gambar 6.24)
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-46
d/2
Gambar 6.24 Tributari area geser
Beton K 300
f'c 24.9 Mpa
diameter pile 457,2 mm tebal pile cap 700 mm
selimut beton 80 mm
d 620 mm
d/2 310 mm
Diameter Penampang Kritis = 457,2 +620 =1077,2 mm
b0 = π*Diameter Penampang Kritis
b0 = 3384,124 mm
cβ lingkaran adalah 1
sα =40 (untuk kolom interior)
Perhitungan Vc
Vc1 5234,89 kN
Vc2 6393,84 kN
Vc3 3489,927 kN
Vc terkecil = 3489,3 kN
Φ = 0.6
ΦVc = 2093,58 kN
P = 676,4 kN
P < ΦVc
Karena P < ΦVc, pile cap kuat terhadap gaya tekan dari pile.
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-47
b. Pengecekan Punching Shear Pile Cap Tipe 2 (Untuk Tiang Ganda)
Gaya tekan terbesar pada Pile cap berasal dari tiang pancang.
P = 1227,2 kN
Geser dua arah diasumsikan kritis pada penampang vertikal berjarak d/2 dari sekeliling muka kolom (Gambar 6.25)
Gambar 6.25 Tributari area geser
Beton K 300
f'c 24.9 Mpa
diameter pile (Ф) 457,2 mm tebal pile cap 700 mm
selimut beton 80 mm
d 620 mm
d/2 310 mm
Keliling Penampang Kritis (b0) = π*2 (457,2 +620)
b0 = 6768,25 mm
cβ lingkaran adalah 1
sα = 40 (untuk kolom interior)
Perhitungan Vc
Vc1 9903,59 kN
Vc2 10960,64 kN
Vc3 6993,86 kN
Vc terkecil = 6993,86 kN
Φ = 0,6
ΦVc = 4196,32 kN
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-48
P = 1227,2 kN
P < ΦVc
Karena P < ΦVc, pile cap kuat terhadap gaya tekan dari pile.
c. Penulangan Pilecap Tipe 1
Penulangan arah melintang
Untuk perhitungan penulangan pile cap digunakan momen maksimum balok di atas pilecap tipe 1 dari hasil analisis 2D dermaga memanjang yaitu 7,88 ton-m. Perhitungan dibantu dengan so ware CONCAD. Ilustrasi dimensi pilecap tipe 1 dapat dilihat pada gambar berikut ini.
ft
1,2 m
1,5 m
PILECAP TIPE 1DERMAGA
Gambar 6.26 Ilustrasi dimensi pilecap tipe 1 dermaga
Menghitung rasio penulangan minimum ( minρ )
min1, 4 1, 4 0,004
350ρ = = =
fy
Dari nilai rasio penulangan minimum ini kemudian dilakukan perhitungan penulangan tunggal dengan bantuan program CONCAD untuk mengecek apakah dengan tulangan tunggal telah memberikan kapasitas lentur yang lebih besar daripada momen ultimate (Mu). Berikut ini adalah perhitungan penulangan tunggal dengan menggunakan software CONCAD.
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-49
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-50
Menghitung As perlu
Dari perhitungan didapat nilai ρ = 0,005
2
0,005 1200 620
3720
= × ×
= × ×
=
perlu
perlu
perlu
As b d
As
As mm
ρ
Menghitung jumlah tulangan yang diperlukan
Tulangan yang dipakai adalah tulangan diameter 25 mm dengan fy= 350 Mpa dan fc’=25 Mpa. Luas satu buah tulangan diameter 25 mm adalah sebagai berikut :
( )2
2
254490,625
π=
=
As
As mm
Jumlah tulangan yang diperlukan (n) adalah sebagai berikut :
3720 7,58490,625
= = =perluAsn
As
Jadi untuk penulangan pilecap dermaga tipe 1 digunakan 8D25.
Pengecekan jarak antar tulangan
( ) ( )
b- 2c -(n d) 25 mmn-1
a 51,0588c = 60,069 mm0,851
500 2 51,0588 8 25b- 2c -(n d) 28, 26 mmn-1 8 1
28, 26 mm > 25 mm sehingga tulangan bisa dipasang 1 lapis
β
×≥
= =
− − ××= =
−
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-51
Pengecekan Kapasitas Penampang
ØMn = 69,66 ton-m
Mu = 7,88 ton-m
Karena ØMn > Mu maka dengan pemasangan tulangan 8D25 sudah mampu menahan momen ultimate yang terjadi di penampang pilecap tipe 1 dermaga.
Penulangan arah memanjang
Untuk perhitungan penulangan pile cap digunakan momen balok di atas pilecap tipe 1 terbesar dari hasil analisis 2D dermaga memanjang yaitu 15,77 ton-m. Perhitungan dibantu dengan software CONCAD. Ilustrasi dimensi pilecap tipe 1 dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 6.27 Ilustrasi dimensi pilecap tipe 1 dermaga
Menghitung rasio penulangan minimum ( minρ )
min1, 4 1, 4 0,004
350ρ = = =
fy
Dari nilai rasio penulangan minimum ini kemudian dilakukan perhitungan penulangan tunggal dengan bantuan program CONCAD untuk mengecek apakah dengan tulangan tunggal telah memberikan kapasitas lentur yang lebih besar daripada momen ultimate (Mu). Berikut ini adalah perhitungan penulangan tunggal dengan menggunakan software CONCAD.
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-52
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-53
Menghitung As perlu
Dari perhitungan didapat nilai ρ = 0,005
2
0,005 500 720
3720
ρ= × ×
= × ×
=
perlu
perlu
perlu
As b d
As
As mm
Menghitung jumlah tulangan yang diperlukan
Tulangan yang dipakai adalah tulangan diameter 25 mm dengan fy= 350 Mpa dan fc’=25 Mpa. Luas satu buah tulangan diameter 25 mm adalah sebagai berikut :
( )2
2
254490,625
π=
=
As
As mm
Jumlah tulangan yang diperlukan (n) adalah sebagai berikut :
3720 7,58490,625
= = =perluAsn
As
Jadi untuk penulangan pilecap dermaga tipe 1 digunakan 8D25.
Pengecekan jarak antar tulangan
( ) ( )
b- 2c -(n d) 25 mmn-1
a 51,0588c = 60,069 mm0,851
500 2 51,0588 8 25b- 2c -(n d) 28, 26 mmn-1 8 1
28, 26 mm > 25 mm sehingga tulangan bisa dipasang 1 lapis
β
×≥
= =
− − ××= =
−
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-54
Pengecekan Kapasitas Penampang
ØMn = 69,66 ton-m
Mu = 15,77 ton-m
Karena ØMn > Mu maka dengan pemasangan tulangan 8D25 sudah mampu menahan momen ultimate yang terjadi di penampang pilecap dermaga. Dari hasil perhitungan dengan CONCAD , balok diberi tulangan diameter 25 mm sebanyak 8 buah. Untuk menulangi pile cap tipe 1 digunakan tulangan diameter 25 mm sebanyak 8 buah baik untuk arah memanjang maupun melintang. Sketsa pemasangan tulangan untuk pilecap tipe 1 dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 6.28 Ilustrasi pemasangan tulangan pilecap tipe 1 dermaga
d. Penulangan Pile Cap Tipe 2
Penulangan arah melintang
Untuk perhitungan penulangan pile cap digunakan besar momen balok maksimum di atas pilecap tipe 2 dari hasil analisis 2D dermaga arah memanjang yaitu sebesar 28,97 ton-m. Perhitungan dibantu dengan software CONCAD. Ilustrasi dimensi pilecap tipe 2 dapat dilihat pada gambar berikut ini.
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-55
Gambar 6.29 Ilustrasi dimensi pilecap tipe 2 dermaga
Menghitung rasio penulangan minimum ( minρ )
min 0,004350
ρ = = =fy
1, 4 1, 4
Dari nilai rasio penulangan minimum ini kemudian dilakukan perhitungan penulangan tunggal dengan bantuan program CONCAD untuk mengecek apakah dengan tulangan tunggal telah memberikan kapasitas lentur yang lebih besar daripada momen ultimate (Mu). Berikut ini adalah perhitungan penulangan tunggal dengan menggunakan software CONCAD.
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-56
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-57
Menghitung As perlu
Dari perhitungan didapat nilai ρ = 0,005
2
0,005 1200 620
3720
= × ×
= × ×
=
perlu
perlu
perlu
As b d
As
As mm
ρ
Menghitung jumlah tulangan yang diperlukan
Tulangan yang dipakai adalah tulangan diameter 25 mm dengan fy= 350 Mpa dan fc’=25 Mpa. Luas satu buah tulangan diameter 25 mm adalah sebagai berikut :
( )2
2
254490,625
π=
=
As
As mm
Jumlah tulangan yang diperlukan (n) adalah sebagai berikut :
3720 7,58490,625
= = =perluAsn
As
Jadi untuk penulangan pilecap dermaga tipe 2 arah melintang digunakan 8D25.
Pengecekan jarak antar tulangan
( ) ( )
b- 2c -(n d) 25 mmn-1
a 51,0588c = 60,069 mm0,851
1200 2 51,0588 8 25b- 2c -(n d) 43,15 mmn-1 8 1
43,15 mm > 25 mm sehingga tulangan bisa dipasang 1 lapis
β
×≥
= =
− − ××= =
−
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-58
Pengecekan Kapasitas Penampang
ØMn = 69,66 ton-m
Mu = 28,97ton-m
Karena ØMn > Mu maka dengan pemasangan tulangan 8D25 sudah mampu menahan momen ultimate yang terjadi di penampang pilecap dermaga. Dari hasil perhitungan dengan CONCAD , balok diberi tulangan diameter 25 mm sebanyak 8 buah. Sketsa pemasangan tulangan untuk pilecap tipe 2 dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 6.30 Ilustrasi pemasangan tulangan arah melintang pilecap tipe 2 dermaga
Penulangan arah memanjang
Untuk perhitungan penulangan pile cap digunakan momen balok maksimum yang ada di atas pilecap 2 dari hasil analisis 2D dermaga arah melintang yaitu sebesar 57,24 ton-m. Perhitungan dibantu dengan software CONCAD. Ilustrasi dimensi pilecap tipe 2 dapat dilihat pada gambar berikut ini.
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-59
Gambar 6.31 Ilustrasi dimensi pilecap tipe 2 dermaga
Menghitung rasio penulangan minimum ( minρ )
min1, 4 1, 4 0,004
350ρ = = =
fy
Dari nilai rasio penulangan minimum ini kemudian dilakukan perhitungan penulangan tunggal dengan bantuan program CONCAD untuk mengecek apakah dengan tulangan tunggal telah memberikan kapasitas lentur yang lebih besar daripada momen ultimate (Mu). Berikut ini adalah perhitungan penulangan tunggal dengan menggunakan software CONCAD.
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-60
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-61
Menghitung As perlu
Dari perhitungan didapat nilai ρ = 0,004
2
0,004 2000 620
4960
= × ×
= × ×
=
perlu
perlu
perlu
As b d
As
As mm
ρ
Menghitung jumlah tulangan yang diperlukan
Tulangan yang dipakai adalah tulangan diameter 25 mm dengan fy= 350 Mpa dan fc’=25 Mpa. Luas satu buah tulangan diameter 25 mm adalah sebagai berikut :
( )2
2
254490,625
π=
=
As
As mm
Jumlah tulangan yang diperlukan (n) adalah sebagai berikut :
4960 10,1490,625
= = =perluAsn
As
Jadi untuk penulangan pilecap dermaga tipe 2 arah memanjang digunakan 11D25.
Pengecekan jarak antar tulangan
( ) ( )
b- 2c -(n d) 25 mmn-1
a 40,85c = 48,06 mm0,851
2000 2 48,06 11 25b- 2c -(n d) 162,89 mmn-1 11 1
162,89 mm > 25 mm sehingga tulangan bisa dipasang 1 lapis
×≥
= =
− − ××= =
−
β
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-62
Pengecekan Kapasitas Penampang
ØMn = 93,68 ton-m
Mu = 57,24 ton-m
Karena ØMn > Mu maka dengan pemasangan tulangan 11D25 sudah mampu menahan momen ultimate yang terjadi di penampang pilecap dermaga. Dari hasil perhitungan dengan CONCAD , balok diberi tulangan diameter 25 mm sebanyak 11 buah. Sketsa pemasangan tulangan untuk pilecap tipe 2 dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 6.32 Ilustrasi pemasangan tulangan memanjang pilecap tipe 2 dermaga
e. Penulangan Kantilever Fender V-Shaped
Ilustrasi balok kantilever fender adalah sebagai berikut :
Gambar 6.33 Balok kantilever fender
Gaya berthing = 14,3 ton Panjang balok fender = 4,6 m Lebar balok = 1200 mm Tinggi balok = 500 mm
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-63
4,6 m
0( )(4,6 ) ( 0,85 )
(4,6 ) 0,85
14,3 (4,6 ) 0,85 (1, 2 0,5 4,6 2, 4)71,3 .
1,5 71,3 .107,1 .
diA
berthing A
A berthing
u
MF m w m M
M F m w
ton m m tonton m
M ton mton m
=
− − × −
= − −
= − − × × ×= −= × −
=
∑
0diAV =∑
(1,2 0,5 4,6 2,4)6,6
1,6 6,611
A
u
V wton
tonV ton
ton
== × × ×== ×=
w
Mb
Vb
F Berthing
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-64
0( )(4,6 )
(4,6 )
14,3 (4,6 )65,78 .
1,5 65,7898,67 .
diB
berthing B
B berthing
u
MF m M
M F m
ton mton m
Mton m
=
− −
= −
= −= −= ×
=
∑0=
diB
B berthing
u
VV F
tonV ton
=
=
== ×
∑
0
(14,3)1,6 14,322,88ton=Dengan menggunakan bantuan software CONCAD diperoleh tulangan sebagai berikut.
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-65
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-66
Dari hasil perhitungan CONCAD diperoleh tulangan sebanyak 21 buah dengan diameter 25 mm. Menghitung As perlu
Dari perhitungan didapat nilai 0,02ρ =
perlu
perlu
2perlu
As = ρ.b.d
As = 0, 02 ×1200 × 420
As = 10080 mm
Menghitung jumlah tulangan yang diperlukan Tulangan yang dipakai adalah tulangan diameter 25 mm dengan fy= 350 Mpa dan fc’=25 Mpa. Luas satu buah tulangan diameter 25 mm adalah sebagai berikut :
( )2
2
254490,625
π=
=
As
As mm Jumlah tulangan yang diperlukan (n) adalah sebagai berikut :
10080n = = 20,5490.625
Jadi untuk penulangan balok kantilever dermaga digunakan 21 D25.
Pengecekan jarak antar tulangan
1
b - 2c - (n × d) ³ 25mmn -1
a 138,35c = = = 162,76mmβ 0,85
b - 2c - (n × d) 1200 - 2(162, 76) - (8× 25)= =n -1 21-1
33, 7
33, 7 > 25mm sehingga tulangan dipasang satu lapis
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-67
Pengecekan Kapasitas Penampang ØMn = 113,6 ton-m Mu = 98,67 ton-m Karena ØMn > Mu maka dengan pemasangan tulangan 21 D25 sudah mampu menahan momen ultimate yang terjadi di penampang balok kantilever dermaga. Sengkang Penulangan geser balok memanjang menggunakan besar gaya geser maksimum yang diperoleh dari perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya. Perhitungannya dibantu dengan software CONCAD.
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-68
Tulangan sengkang yang digunakan adalah D13 dengan jarak setiap 15 cm. 6.3.5.2 Trestle
a. Pengecekan Punching Shear
Gaya tekan terbesar pada pilecap berasal dari tiang pancang.
P = 742,4 kN
Geser dua arah diasumsikan kritis pada penampang vertikal berjarak d/2 dari sekeliling muka kolom (Gambar 6.34)
d/2
Gambar 6.34 Tributari area geser
Beton K 300
f'c 24.9 Mpa
diameter pile 457,2 mm tebal pile cap 700 mm
selimut beton 80 mm
d 620 mm
d/2 310 mm
Diameter Penampang Kritis = 457,2 +620 =1077,2 mm
b0 = π*Diameter Penampang Kritis
b0 = 3384,124 mm
cβ lingkaran adalah 1
sα =40 (untuk kolom interior)
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-69
Perhitungan Vc
Vc1 5234,89 kN
Vc2 6393,84 kN
Vc3 3489,927 kN
Vc terkecil = 3489,3 kN
Φ = 0.6
ΦVc = 2093,58 kN
P = 742,4 kN
P < ΦVc
Karena P < ΦVc, pile cap kuat terhadap gaya tekan dari pile.
b. Penulangan Pilecap Trestle
Penulangan arah melintang
Untuk perhitungan penulangan pile cap arah melintang digunakan momen balok di atas pilecap maksimum dari hasil analisis 2D trestle arah memanjang yaitu sebesar 24,45 ton-m. Perhitungan dibantu dengan software CONCAD. Ilustrasi dimensi pilecap yang digunakan pada struktur trestle dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 6.35 Ilustrasi dimensi pilecap trestle
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-70
Menghitung rasio penulangan minimum ( minρ )
min1, 4 1, 4 0,004
350ρ = = =
fy
Dari nilai rasio penulangan minimum ini kemudian dilakukan perhitungan penulangan tunggal dengan bantuan program CONCAD untuk mengecek apakah dengan tulangan tunggal telah memberikan kapasitas lentur yang lebih besar daripada momen ultimate (Mu). Berikut ini adalah perhitungan penulangan tunggal dengan menggunakan software CONCAD.
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-71
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-72
Menghitung As perlu
Dari perhitungan didapat nilai ρ = 0,005
2
0,005 1200 620
3720
= × ×
= × ×
=
perlu
perlu
perlu
As b d
As
As mm
ρ
Menghitung jumlah tulangan yang diperlukan
Tulangan yang dipakai adalah tulangan diameter 25 mm dengan fy= 350 Mpa dan fc’=25 Mpa. Luas satu buah tulangan diameter 25 mm adalah sebagai berikut :
( )2
2
254490,625
π=
=
As
As mm
Jumlah tulangan yang diperlukan (n) adalah sebagai berikut :
3720 7,58490,625
= = =perluAsn
As
Jadi untuk penulangan balok arah melintang trestle digunakan 8D25.
Pengecekan jarak antar tulangan
( ) ( )
b- 2c -(n d) 25 mmn-1
a 51,0588c = 60,069 mm0,851
1200 2 51,0588 8 25b- 2c -(n d) 128, 27 mmn-1 8 1
128, 27 mm > 25 mm sehingga tulangan bisa dipasang 1 lapis
β
×≥
= =
− − ××= =
−
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-73
Pengecekan Kapasitas Penampang
ØMn = 69,66 ton-m
Mu = 24,45 ton-m
Karena ØMn > Mu maka dengan pemasangan tulangan 8D25 sudah mampu menahan momen ultimate yang terjadi di penampang pilecap trestle. Dari hasil perhitungan dengan CONCAD , pilecap diberi tulangan diameter 25 mm sebanyak 8 buah. Sketsa pemasangan tulangan untuk pilecap trestle dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 6.36 Ilustrasi pemasangan tulangan pilecap trestle
Penulangan arah memanjang
Untuk perhitungan penulangan pile cap arah memanjang digunakan momen balok di atas pilecap maksimum dari hasil analisis 2D trestle arah melintang yaitu sebesar 39,42 ton-m. Perhitungan dibantu dengan software CONCAD. Ilustrasi dimensi pilecap yang digunakan pada struktur trestle dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 6.37 Ilustrasi dimensi pilecap trestle
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-74
Menghitung rasio penulangan minimum ( minρ )
min1, 4 1, 4 0,004
350ρ = = =
fy
Dari nilai rasio penulangan minimum ini kemudian dilakukan perhitungan penulangan tunggal dengan bantuan program CONCAD untuk mengecek apakah dengan tulangan tunggal telah memberikan kapasitas lentur yang lebih besar daripada momen ultimate (Mu). Berikut ini adalah perhitungan penulangan tunggal dengan menggunakan software CONCAD.
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-75
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-76
Menghitung As perlu
Dari perhitungan didapat nilai ρ = 0,005
2
0,005 1200 620
3720
= × ×
= × ×
=
perlu
perlu
perlu
As b d
As
As mm
ρ
Menghitung jumlah tulangan yang diperlukan
Tulangan yang dipakai adalah tulangan diameter 25 mm dengan fy= 350 Mpa dan fc’=25 Mpa. Luas satu buah tulangan diameter 25 mm adalah sebagai berikut :
( )2
2
254490,625
π=
=
As
As mm
Jumlah tulangan yang diperlukan (n) adalah sebagai berikut :
3720 7,58490,625
= = =perluAsn
As
Jadi untuk penulangan pilecap trestle arah memanjang digunakan 8D25.
Pengecekan jarak antar tulangan
( ) ( )
b- 2c -(n d) 25 mmn-1
a 51,0588c = 60,069 mm0,851
1200 2 51,0588 8 25b- 2c -(n d) 128, 27 mmn-1 8 1
128, 27 mm > 25 mm sehingga tulangan bisa dipasang 1 lapis
β
×≥
= =
− − ××= =
−
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-77
Pengecekan Kapasitas Penampang
ØMn = 39,42 ton-m
Mu = 69,66 ton-m
Karena ØMn > Mu maka dengan pemasangan tulangan 8D25 sudah mampu menahan momen ultimate yang terjadi di penampang pilecap trestle. Dari hasil perhitungan dengan CONCAD , pilecap trestle diberi tulangan diameter 25 mm sebanyak 8 buah. Sketsa pemasangan tulangan untuk pilecap trestle dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 6.38 Ilustrasi pemasangan tulangan pilecap trestle
BAB 6 DESAIN PENULANGAN 6-78