DESAIN INTERIOR LAYANAN ANAK DI PERPUSTAKAAN UMUM … · interior meliputi : tatanan desain...
Transcript of DESAIN INTERIOR LAYANAN ANAK DI PERPUSTAKAAN UMUM … · interior meliputi : tatanan desain...
DESAIN INTERIOR LAYANAN ANAK DI PERPUSTAKAAN
UMUM KAPD KABUPATEN BOGOR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Pesyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
oleh :
Karina Putri Adita
NIM. 1111025100042
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1437 H / 2015 M
i
ABSTRAK
Karina Putri Adita (NIM. 1111025100042). Desain Interior Layanan Anak di
Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor. Di bawah bimbingan Alfida,
MLIS. Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2015.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengembangan desain
interior meliputi : tatanan desain interior, warna, akustik, elemen pembentuk
ruang, perabot dan pencahayaan pada ruang layanan anak di Perpustakaan Umum
KAPD Kabupaten Bogor dan membantu Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten
Bogor untuk meningkatkan layanan anak dengan menyediakan desain interior
yang sesuai dengan harapan pemustaka dan pustakawan. Jenis pendekatan ini
adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik yang
digunakan untuk pengumpulan data adalah observasi, wawancara dan kajian
pustaka. Sedangkan teknis analisis data adalah reduksi data dan penyajian data.
Hasil penelitian adalah pertama adalah tatanan desain interior yang ada pada
ruang layanan anak, sudah membuat nyaman para pemustaka. Pemustaka merasa
tatanan desain interior yang diberikan tidak menghambat aktivitas mereka di
perpustakaan. Kedua, ada beberapa variasi warna namun masih terlihat monoton
karena perpaduan warna yang digunakan kurang beragam. Pemustaka merssa
senang dengan warna-warna yang ada namun mereka juga menginginkan lebih
banyak warna lagi. Sesuai dengan teori Carol R. Brown bahwa penggunaan
variasi warna dapat membentuk mood anak. Ketiga, kebisingan yang terjadi
dikarenakan tidak adanya peredam suara pada ruang layanan anak. Pustakawan
merasa ruangan anak perlu menggunakan peredam suara, karena gangguan yang
terjadi adalah kebisingan yang dihasilkan oleh anak-anak menggangu pemustaka
di ruangan lain. Sedangkan pemustaka anak-anak merasa tidak terganggu dengan
lebisingan yang terjadi di luar ruang anak. Keempat, elemen pembentuk ruang
yang ada seperti lantai dan dinding ada bagian yang mengalami kerusakan, hal
tersebut dapat menggangu kemanan anak. Pustakawan juga berharap kerusakan
tersebut segera diperbaiki. Selain itu pustakawan dan pemustaka menginginkan
ditambahkannya aksesoris pada dinding yang berupa gambar pada dinding yang
bertujuan untuk meningkatkan imajinasi anak. Kelima, Rak salah satu dari
perabot yang seharusnya memiliki dua muka namun yang disediakan hanya rak
satu muka, hal tersebut berpengaruh terhadap tatanan desain interior. Selain itu
tidak adanya perbedaan perabot untuk anak prasekolah dan usia sekolah menjadi
hal yang kurang nyaman, anak-anak yang berumur 10-12 tahun terlihat bahawa
kursi dan meja yang disediakan tidak sesuai dengan tinggi mereka atau kurang
tinggi dan anak berumur 3 tahun tidak dapat menjangku rak sampai di tingkat
paling atas. Keenam, Pencahayaan pada ruang anak Perpustakaan Umum KAPD
Kabupaten Bogor, pustakawan dan pemustaka sepakat jika tidak ada masalah
dalam pencahayaan. Cahaya matahari yang masuk pada ruangan menyinari
dengan baik tanpa adanya hambatan. Tidak ada cahaya yang menyilaukan yang
dapat membuat tidak nyaman kepada anak.
Kata Kunci : Desain inteior, layanan anak, perpustakaan umum.
ii
ABSTRACT
Karina Putri Adita (NIM. 1111025100042). Interior Design Services Children’s
Public Library KAPD Bogor Regency. Under the guidance of Alfida, MLIS.
Library Science Program Faculty of Moral and Humanities Syarif Hidayatullah
State Islamic University Jakarta. 2015.
The purpose of this research is to understand about the development of interior design
including : interior design layout, colors, acoustic, space element maker, furniture and
children’s service room lighting in KAPD Kabupaten bogor public library and to help
KAPD Kabupaten bogor public library improving children’s service by providing
interior design that is suit to librarians expectation. This uses a descriptive and
qualitative approach. Data collection technique that is used such as observation,
interview and literature review, while data analysis technique used are data reduction
and data presentation. Firstly, this research results is interior design layout in
children’s service room has made the librarians feel comfortable. Librarians feel that
the interior design in the room is not obstructing their activities in the library.
Secondly, there are various colors though it still feels monotonous because of the not
good colors combination. They love the colors but few of them still want more
various colors. Based on Carol R. Brown theory, colors variation can form and affect
children’s mood. Thirdly, there is still noise coming in the library because of the
unavailability of sound reducer in the children’s service room. The librarians feels
that children’s service room needs to have sound reducer , since the noise is caused
from children disturbing librarian in other room, while librarian feels no problem
with the noise outside children’s service room. Fourthly, there is damage in space
element maker available such as floors and walls which can cause harm to children’s
safety. Librarians hope that the damage can be fixed at the soonest. Besides that,
librarians wish that accessories can be added in the walls – pictures for children to
enhance children’s imagination. Fifthly, they supposed to use two faced rack, but in
fact only one faced rack. This affects the interior design. Besides there is no
preschool and school aged kit, that makes uncomfortable. 10 – 12 years old child use
a not suitable desk and chairs that is look too short or small for them. Also for 3 years
old child cannot reach highest rack to get the books. Sixthly, the lighting of children’s
room in KAPD Kabupaten Bogor Public Library has been good enough for the
librarian. The sun light shines good into the room, not too light that may makes the
children’s uncomfortable.
Keywords : Design interior, Children’s services, Public library
iii
KATA PENGANTAR
Assalamilaikum Wr. WB.
Alhamdulillahirabbil‘Alamin, puji syukur selalu penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT karena kasih dan sayang-NYA penulisan skripsi yang
berjudul “Desain Interior Layanan Anak di Perpustakaan Umum KAPD
Kabipaten Bogor” dapat diselesaikan. Shalawat serta salam tetap tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW., beserta para sahabat dan keluarganya serta para
pengikutnya hingga hari kiamat. Penulisan skripsi ini merupakapan salah satu
syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas
Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan juga tidak terlepas dari bantuan,
motivasi dan bimbingan dari berbagai pihak. Penulis menyampaikan terimakasih
kepada :
1. Bapak Prof. Sukron Kamil, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora.
2. Bapak Pungki Purnomo, MLIS, selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan dan
Informasi.
3. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu
Perpustakaan dan Informasi.
4. Ibu Alfida, MLIS, selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu sabar
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Amir Fadhilah, S.Sos. M.Si, selaku pembimbing akademik yang
senantiasa membantu dan mendengarkan keluh kesah para mahasiswa/i
bimbingannya.
6. Seluruh jajaran Wakil Dekan dan para Staf Fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Bapak Drs. Ferry Adnan, M.Si selaku Kepala Kantor Arsip dan Perpustakaan
Daerah Kabupaten Bogor yang telah mengizinkan penelitian dan memberikan
bantuan agar lancarnya penulisan skripsi ini.
iv
8. Kepala, Ibu Nurmawati, S.Sos, Ibu Rini A.md dan seluruh Staf Perpustakaan
Umum KAPD Kabupaten Bogor yang sudah membantu dan meluangkan
waktunya dalam penulisan skripsi ini.
9. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi yang telah
memberikan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat.
10. Papa Hendi Heryadi dan mama Setiawati, Rio, Sresi, Uwan, Aki, Om, Tante
dan Sepupu-sepupu yang selalu memberikan bantuan materi, tenaga dan
selalu memotivasi penulis agar skripsi ini dapat terselesaikan.
11. Para sahabat yang telah memberikan bantuan dan selalu memberi motivasi
kepada penulis, Uty, Adzani, Maeta, Ka Arta, Widya, Alfi, Yudha, Iman,
Fajar, Fadil, Syahrum, Indira. Muhammad Putra Halifah yang telah bersedia
meluangkan waktu dan tenaganya untuk menemani serta membantu saat
proses pengerjaan skripsi ini.
12. Ummi dan Pathur teman seperbimbingan yang selalu membantu, serta seluruh
teman-teman seperjuangan Ilmu Perpustakaan dan Informasi angkatan 2011,
khususnya IPI B 2011, Denisya, Ade, Afda, Aini, Arif, Asma, Destia, Eka,
Eko, Maliky, Maria, Mita, Nurul, Syarif, Uli, Wahyu, Wildan dan Yogi.
13. Terimakasih juga untuk pembimbing Bapak Wahabman dan Mas Agung atas
kesempatan dan ilmunya, serta teman-teman saat magang di JOB Pertamina
Talisman Jambi Merang atas doa serta dukungannya Yukha, Maeta, Meina,
Fani, Victor, Mba sade, Mas Yudha dan seluruh staf JOB PTJM.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini,
oleh karena itu penulis meminta maaf dan mengharapkan kritik serta saran yang
membangun agar penulisan skripsi dapat lebih baik lagi. Semoga skripsi yang
telah penulis susun berguna untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Bogor, September 2015
Penulis
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
ABSTRAK .............................................................................................. i
ABSTRACT ........................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................ iii
DAFTAR ISI .......................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. ix
DAFTAR TABEL .................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................. 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 6
D. Definisi Istilah................................................................... 7
E. Sistematika Penulisan ........................................................ 8
BAB II TINJAUAN LITERATUR
A. Perpustakaan Umum ......................................................... 10
1. Pengertian Perpustakaan Umum ................................... 10
2. Tugas dan Fungsi Perpustakaan Umum......................... 11
3. Manajemen Perpustakaan ............................................. 12
B. Desain Interior Layanan Anak ........................................... 15
1. Perencanaan dan Pembentukan Gedung/Ruangan dalam
Perpustakaan ................................................................ 15
2. Desain Interior .............................................................. 16
3. Tatanan Desain Interior ................................................ 17
4. Warna ........................................................................... 18
5. Peredam Suara / Akustik ............................................... 22
6. Elemen dan Bentuk Ruangan ........................................ 23
vi
7. Perabot untuk Anak ...................................................... 27
8. Pencahayaan ................................................................. 29
C. Pedoman Desain Interior Ruang Anak dari Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia ............................................. 31
D. Penelitian Terdahulu ......................................................... 32
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ........................................ 34
B. Sumber Data ..................................................................... 34
a. Data Primer ................................................................ 34
b. Data Sekunder ............................................................ 35
C. Pemilihan Informan ........................................................... 35
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 35
a. Observasi ................................................................... 36
b. Wawancara................................................................. 36
c. Kajian Pustaka............................................................ 36
E. Teknik Analisis Data ......................................................... 37
a. Reduksi Data .............................................................. 37
b. Penyajian Data ........................................................... 37
c. Penarikan Kesimpulan ................................................ 37
F. Jadwal Penelitian............................................................... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor ........ 39
1. Sejarah ......................................................................... 39
2. Visi dan Misi ................................................................ 40
3. Tugas Pokok dan Fungsi ............................................... 40
4. Struktur Organisasi ....................................................... 42
5. Koleksi ......................................................................... 43
6. Ruang dan Perlengkapan pada Ruang Anak .................. 43
7. Lokasi........................................................................... 44
8. Jam Layanan ................................................................. 44
9. Fasilitas dan Layanan ................................................... 45
vii
B. Hasil Penelitian ................................................................. 46
1. Pengembangan tatanan desain interior ruang layanan anak
di Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor ......... 46
2. Warna-warna yang dipilih untuk ruang layanan anak di
Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor ............. 47
3. Kebutuhan peredam suara (akustik) pada ruang layanan
anak di Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor . 49
4. Kondisi elemen pembentuk ruangan yang ada di
Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor ............. 51
5. Perabot yang dibutuhkan untuk pemustaka pada ruang
layanan anak di Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten
Bogor ........................................................................... 56
6. Pencahayaan yang ada pada ruang layanan anak di
Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor ............. 57
C. Pembahasan ...................................................................... 58
1. Pengembangan tatanan desain interior ruang layanan anak
di Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor ......... 58
2. Warna-warna yang dipilih untuk ruang layanan anak di
Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor ............. 60
3. Kebutuhan peredam suara (akustik) pada ruang layanan
anak di Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor . 62
4. Kondisi elemen pembentuk ruangan yang ada di
Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor ............. 63
5. Perabot yang dibutuhkan untuk pemustaka pada ruang
layanan anak di Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten
Bogor ........................................................................... 68
6. Pencahayaan yang ada pada ruang layanan anak di
Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor ............. 71
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................... 73
B. Saran .............................................................................. 74
viii
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 76
LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Tatanan desain interior ruang layanan anak
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia yang terlahir memiliki kebutuhan yang beragam,
tidak terkecuali kebutuhan akan informasi. Informasi menurut para ahli
yang disimpulkan adalah keterangan, pemberitahuan, atau berita. Engkos
Kosasih mengatakan informasi sifatnya menambah pengetahuan atau
wawasan seseorang1. Informasi akan selalu berkembang namun setiap
manusia memerlukan informasi yang dapat di percaya akan kebenarannya.
Anak-anak atau pun orang dewasa selalu berkeinginan mendapatkan
informasi yang mereka butuhkan dengan tepat dan cepat.
Salah satu jenis lembaga informasi yang tersedia adalah
perpustakaan. Perpustakaan menurut Undang-Undang Republik Indonesia
nomor 43 tahun 2007 pasal 1 ayat 1 tentang perpustakaan bahwa
“Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak
dan karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna
memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan
rekreasi para pemustaka”. Salah satu fungsi dari perpustakaan selain
fungsi informasi adalah fungsi rekreasi. Di mana fungsi rekreasi tersebut
dapat diartikan sebagai perpustakaan merupakan tempat belajar yang
menyenangkan. Gambaran dari perpustakaan seharusnya bukan sebuah
tempat yang membosankan.
1Engkos Kosasih, Cerdas Berbahasa Indonesia (Jakarta : Erlangga, 2006), h. 130.
2
Perpustakaan memiliki berbagai macam layanan yang disediakan,
layanan-layanan tersebut disediakan sesuai dengan jenis perpustakaan itu
sendiri. Perpustakaan umum adalah salah satu jenis dari beberapa macam
jenis perpustakaan. Perpustakaan umum menurut Undang Sudarsana
perpustakaan umum adalah lembaga layanan informasi dan bahan bacaan
kepada masyarakat umum yang tidak membedakan lapisan, golongan,
lapangan pekerjaan, dan lain-lain yang akan menggunakan dan menjadi
sasaran layanan perpustakaan2. Selain itu ditegaskan kembali pada
Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum pengertian dari
perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diselenggarakan di
pemukiman penduduk (kota atau desa) diperuntukkan bagi semua lapisan
dan golongan masyarakat penduduk pemukiman tersebut untuk melayani
kebutuhannya akan informasi dan bahan bacaan3. Dapat disimpulakan
bahwa perpustakaan umum merupakan tempat dimana masyarakat
mendapatkan pengetahuan tanpa membedakan latar belakang, status
soalial, agama, suku, pendidikan dan lainnya.
Di dalam perpustakaan umum memiliki berbagai layanan, salah
satunya adalah layanan anak. Pada layanan anak disiapkan untuk melayani
kebutuhan informasi anak agar terpenuhi rasa ingin tahu anak-anak, maka
dari itu koleksi harus sesuai dengan kebutuhan anak. Layanan
perpustakaan menurut Darmono, layanan perpustakaan adalah
menawarkan semua bentuk koleksi yang dimiliki perpustakaan kepada
2 Undang Sudarsana, Materi Pokok Pembinaan Minat Baca (Jakarta : Universitas
Terbuka, 2008), h. 1.20. 3 Sukarman, Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (Jakarta :
Perpustakaan Nasional RI, 2000), h. 4.
3
pemakai yang datang ke perpustakaan dan meminta informasi yang
dibutuhkannya4. Perpustakaan umum wajib memiliki layanan anak karena
sebagai usaha dari perpustakaan umum untuk meningkatkan minat baca
kepada anak-anak, serta mengenalkan sedini mungkin perpustakaan dan
perpustakaan umum memiliki sasaran pemustaka adalah terdiri dari semua
kalangan.
Layanan anak amat penting terdapat pada perpustakaan, terlebih
lagi perpustakaan umum yang wajib memiliki layanan anak, karena
kebutuhan akan informasi anak berbeda dengan kebutuhan informasi
orang dewasa. Murti Bunanta mengatakan “Dan koleksi haruslah berupa
penyediaan bacaan yang bermutu (atau baik), karena bacaan yang baik
dapat menggugah dan mengembangkan potensi anak5”. Selain koleksi
yang disediakan harus sesuai dengan kebutuhan anak-anak, layanan anak
pada perpustakaan harus memperhatiakan desain interior pada ruangan.
Carol R. Brown mengatakan perlu di ingat bahwa desain ruangan akan
mempengaruhi bagaimana anak-anak berperilaku di perpustakaan6.
Desain interior menurut Francis D.K Ching desain interior
merupakan merencanakan, menata dan merancang ruang-ruang interior
dalam bangunan7. Carol R. Brown juga berkata bahwa “daerah anak harus
dirancang sesuai dengan usia pengguna dan aman bagi anak, anak-anak
harus merasa nyaman dengan prabot, penataan ruangan dan koleksi yang
4 Darmono, Manajemen Dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah (Jakarta : Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2001), h. 134. 5 Murti Bunanta, Buku, Mendongeng dan Minat Membaca (Jakarta : Kelompok Pencinta
Bacaan Anak, 2008), h. 158. 6 Brown, Carol R. Planning Library Interiors : The Selection of Furnishing for the 21st
Century (Canada : Oryx Press, 1995), h. 95. 7 Ching, Francis D.K. Ilustrasi Desain Interior (Jakarta : Erlangga, 1996), h. 46.
4
dipilih”. Tatanan, warna, peredam suara, elemen pembentuk ruang,
perabot dan pencahayaan yang ada pada ruangan anak wajib di perhatikan.
Hal tersebut dapat mempengaruhi keamanan, kenyamanan serta
menciptakan mood terhadap anak. Anak akan tertarik untuk datang ke
perpustakaan jika perpustakaan tersebut memiliki desain interior yang
menarik, sehingga dapat membantu program lain dari perpustakaan
tersebut.
Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor merupakan salah
satu jenis perpustakaan umum yang memiliki layanan anak. Dari hasil
observasi yang sudah penulis lakukan, layanan anak yang ada di
Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor sering di kunjungi anak-
anak untuk belajar dan bermain. Letak yang strategis berdekatan dengan
beberapa sekolah menjadikan layanan anak di Perpustakaan Umum KAPD
Kabupaten Bogor sering di kunjungi. Terlebih lagi sering adanya
kunjungan dari sekolah TK dan PAUD yang terletak di Kabupaten Bogor,
menjadikan layanan anak sering dipergunakan. Desain interior yang
terdapat pada Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor terlihat
berbeda dengan Pedoman Tata Ruang Perabot Perpustakaan yang
dikeluarkan oleh PNRI. Oleh karena itu penulis ingin mengetahui lebih
dalam bagaimana desain interior yang ada di Perpustakaan Umum KAPD
Kabupaten Bogor. Mengapa desain interior layanan anak Perpustakaan
Umum KAPD Kabupaten Bogor berbeda dengan standar yang dikeluarkan
oleh PNRI.
5
Setelah penjabaran di atas, penulis memutuskan untuk meneliti dan
mendalami serta menuangkan dalam bentuk penulisan skripsi yang
berjudul “Desain Interior Layanan Anak di Perpustakaan Umum
KAPD Kabupaten Bogor”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini adalah kajian desain interior yang
dilihat dari aspek :
1. Tatanan desain interior ruang layanan anak seperti apa yang diberikan
Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor.
2. Warna seperti apa yang dibutuhkan untuk ruang anak Perpustakaan
Umum KAPD Kabupaten Bogor .
3. Kebutuhan penggunaan sistem peredam suara (akustik) pada ruang
layanan anak Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor.
4. Kondisi elemen pembentuk ruangan (material finishing) pada ruang
layanan anak di Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor.
5. Perabot yang dibutuhkan oleh anak dengan landasan teori yang
digunakan paada ruang layanan anak di Perpustakaan Umum KAPD
Kabupaten Bogor.
6. Pencahayaan yang dibutuhkan pada ruang layanan anak Perpustakaan
Umum KAPD Kabupaten Bogor.
6
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis jabarkan, maka penelitian
ini dapat dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana pengembangan tatanan desain interior ruang layanan anak
di Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor?
2. Bagaimana warna-warna yang dipilih untuk ruang layanan anak
Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor?
3. Bagaimana kebutuhan ruang layanan anak terhadap peredam suara
(akustik)?
4. Bagaimana kondisi elemen pembentuk ruangan yang ada di
Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor?
5. Bagaimana perabot yang dibutukan untuk para pemustaka layanan
anak di Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor?
6. Bagaimana pencahayaan yang ada di ruang layanan anak
Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berikut tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui bagaimana pengembangan desain interior meliputi :
tatanan desain interior, warna, akustik, elemen pembentuk ruang,
perabot dan pencahayaan pada ruang layanan anak di Perpustakaan
Umum KAPD Kabupaten Bogor.
2. Membantu Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor untuk
meningkatkan layanan anak dengan menyediakan desain interior yang
diharapkan oleh pustakawan untuk kenyamanan pemustaka.
7
Manfaat Penelitian yang penulis harapkan dari penelitian ini adalah:
1. Memberikan sumbangan yang berupa saran untuk membantu
mengembangkan desain interior layanan anak di Perpustakaan Umum
KAPD Kabupaten bogor mengenai tatanan desain interior, warna,
peredam suara, elemen pembentuk ruang, perabot dan pencahayaan.
2. Menambah khazanah ilmu pengetahuan tentang desain interior
layanan anak, bagi Jurusan Ilmu Perpustakaan.
D. Definisi Istilah
1. Perpustakaan Umum
Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum menyatakan
pengertian dari perpustakaan umum adalah perpustakaan yang
diselenggarakan di pemukiman penduduk (kota atau desa)
diperuntukkan bagi semua lapisan dan golongan masyarakat penduduk
pemukiman tersebut untuk melayani kebutuhannya akan informasi
dan bahan bacaan8.
2. Layanan Anak
Menurut Dictionary for Library and Information Science, layanan
anak (childern’ services) adalah layanan perpustakaan untuk anak-
anak sampai dengan umur 12-13 tahun, yang meliputi pengembangan
koleksi untuk remaja, mendongeng, bimbingan mengerjakan tugas,
serta summer reading programs, yang biasa disediakan oleh
8 Sukarman, Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (Jakarta :
Perpustakaan Nasional RI, 2000), h. 4.
8
pustakawan anak pada ruangan khusus untuk anak di sebuah
perpustakaan umum.
3. Desain Interior
Menurut Francis D.K Ching desain interior merupakan merencanakan,
menata dan merancang ruang-ruang interior dalam bangunan9.
Keadaan fisiknya memenuhi kebutuhan dasar kita akan perlindungan,
mempengaruhi bentuk aktivitas dan memenuhi aspirasi kita dan
mengekspresikan gagasan yang menyertai tindakan kita, disamping itu
sebuah desain interior juga mempengaruhi pandangan suasana hati
dan kepribadian kita.
E. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memuat argumentasi seputar penelitian, meliputi
latar belakang, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, metode penelitian, definisi istilah,
penelitian relevan dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN LITERATUR
Bab ini menjelaskan tentang landasan teori mengenai
definisi perpustakaan umum, tugas dan fungsi perpustakaan
umum, perencanaan dan pembentukan gedung /ruangan
perpustakaan, desain interior, tatanan desain interior,
warna, peredam suara, dan lain-lain.
9 Ching, Francis D.K., Ilustrasi Desain Interior (Jakarta : Erlangga, 1996), h. 46.
9
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang metode penelitian apa yang
digunakan seperti jenis dan pendekatan penelitian, sumber
data, pemilihan informan, teknik pengolahan data, teknik
analisis data, dan jadwal penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi mengenai sejarah berdirinya perpustakaan,
visi dan misi perpustakaan, personalia, struktur organisasi,
dan lainnya. Pembahasan yang lebih mendalam atau hasil
penelitian dijabarkan pada bab ini, jawaban-jawaban dari
segala hal yang diteliti.
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan bab penutup yang berisi penarikan
kesimpulan dan saran yang terkait dalam pelaksanaan
penelitian.
10
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. Perpustaakaan Umum
1. Pengertian Perpustakaan Umum
Perpustakaan umum menurut Taslimah Yusuf adalah perpustakaan
yang seluruh atau sebagian dananya disediakan oleh masyarakat dan
penggunaannya tidak terbatas pada kelompok tertentu10
. Perpustakaan
umum menurut Undang Sudarsana perpustakaan umum adalah
lembaga layanan informasi dan bahan bacaan kepada masyarakat
umum yang tidak membedakan lapisan, golongan, lapangan
pekerjaan, dan lain-lain yang akan menggunakan dan menjadi sasaran
layanan perpustakaan11
.
Selain itu pedoman umum penyelenggaraan perpustakaan umum
dari PNRI juga menyatakan bahwa perpustakaan umum adalah
perpustakaan yang diselenggarakan di pemukiman penduduk (kota
atau desa) diperuntungkan bagi semua lapisan dan golongan
masyarakat penduduk pemukiman tersebut untuk melayani kebutuhan
akan informasi dan bahan bacaan12
. Maka dapat disimpulkan bahwa
perpustakaan umum merupakan perpustakaan yang didirikan untuk
kepentingan kebutuhan informasi seluruh masyarakat tanpa membeda-
10 Taslimah Yusuf, Manajemen Perpustakaan Umum. (Jakarta: Universitas Terbuka,
2003), h. 17. 11 Undang Sudarsana, Materi Pokok Pembinaan Minat Baca (Jakarta : Universitas
Terbuka, 2008), h. 1.20. 12 Sukarman, Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (Jakarta :
Perpustakaan Nasional RI, 2000), h. 4.
11
bedakan golongan. Perpustakaan Umum wajib diselenggarakan di
masing-masing daerah karena kebutuhan informasi untuk masyarakat
harus terpenuhi secara tepat. Perpustakaan juga dapat menghindari
masyarakat dari informasi yang tidak benar, karena perpustakaan
menyediakan informasi yang ilmiah atau dapat dipertanggung
jawabkan. Tidak membatasi golongan salah satu ciri layanan yang
diberikan oleh perpustakaan umum, anak-anak merupakan pemustaka
yang harus diperhatikan akan kebutuhan informasi. Informasi-
informasi yang disediakan juga harus ditempatkan pada ruangan
khusus anak yang menarik dan aman. Untuk itu desain interior yang
baik pada ruangan anak sangat dibutuhkan oleh perpustakaan umum.
2. Tugas dan Fungsi Perpustakaan Umum
Dalam Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum
juga tertulis bahwa tugas pokok perpustakaan umum adalah
menyediakan, mengolah, memelihara dan mendayagunakan koleksi
bahan pustaka, menyediakan sarana pemanfaatannya dan melayani
masyarakat pengguna yang membutuhkan informasi dan bahan
bacaan. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, perpustakaan
umum melaksanakan fungsi di antaranya13
:
a. Pengkaji kebutuhan pemakai dalam hal informasi dan bahan
bacaan.
b. Penyedia bahan pustaka yang diperkirakan diperlukan, melalui
pembelian, langganan, tukar-menukar, dan lain-lain.
13 Sukarman, Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (Jakarta :
Perpustakaan Nasional RI, 2000), h. 4.
12
c. Pengolahan dan penyiapan setiap bahan pustaka.
d. Penyimpanan dan pemeliharaan koleksi.
e. Pendayagunaan koleksi.
f. Pemberian layanan kepada warga masyarakat baik yang datang
langsung di perpustakaan maupun yang menggunakan telpon,
faximil dan lain-lain.
g. Pemasyarakatan perpustakaan.
h. Pengkajian dan pengembangan semua aspek kepustakawanan.
i. Pelaksanaan koordinasi dengan pihak Pemerintah Daerah, tokoh-
tokoh masyarakat dan mitra kerja lainnya.
j. menjalani kerjasama dengan perpustakaan lain dalam rangka
pemanfaatan bersama koleksi dan sarana/prasarana.
k. Pengolahan dan ketata-usahaan perpustakaan.
Keberadaan perpustakaan umum sebagai sumber informasi untuk
masyarakat sangat diperlukan. Tugas dan fungsi perpustakaan umum
melahirkan harapan memenuhi kebutuhan informasi tidak terkecuali
akan informasi untuk anak-anak. Memperhatikan kebutuhan sarana
dan prasarana untuk anak-anak agar sesuai dengan standar.
3. Manajemen Perpustakaan
Manajemen merupakan kepemimpinan yaitu memimpin seluruh
aktivitas perpustakaan untuk mencapai tujuan, yang merupakan
terselenggaranya seluruh kegiatan perpustakaan dengan baik.
Keberhasilan dalam menjalankan manajemen tergantung kepada
seluruh komponen perpustakaan. Apabila tugas-tugas dan fungsi
13
manajemen tersebut belum dapat dijalankan dengan baik maka bisa
terjadi kesalahan manajemen, sehingga menjadi salah satu kendala
atau titik kelemahan perpustakaan yang dapat menghambat proses
penyelenggaraan perpustakaan.
Permasalahan atau hambatan yang terjadi pada perpustakaan
umum lain yang di uraikan oleh Romi Febriyanto pada artikelnya
meliputi14
:
1. Aspek Kelembagaan
Salah satu bukti bahwa aspek kelembagaan sangat rapuh adalah
tidak adanya struktur perpustakaan. Perpustakaan nasional,
perpustakaan provinsi dan perpustakaan umum tidak memiliki
koordinasi struktural, melainkan hanya sebatas koordinasi
fungsional. Terlebih lagi dengan perpustakaan sekolah dan
perpustakaan perguruan tinggi yang berada dibawah wewenang
Departemen/ Dinas Pendidikan Nasional.
2. Pendanaan
Kelembagaan yang tidak baik akan mengakibatkan minimnya
anggaran yang diberikan pemerintah pada bidang perpustakaan.
Bahkan ada perpustakaan yang didukung dengan anggaran nol
rupiah.
3. Sumber Daya Manusia
Minat baca masyarakat yang baik tergantung dari bagaimana
pustakawan yang berada dibalik kesuksesan tersebut. Namun pada
14 Romi Febriyanto Saputro, “Menutuju Perpustakaan Ideal : Sebuah Perpustakaan yang
Memperdayakan”, artikel pada 25 Juni 2015 dari
http://www.bpkp.go.id/pustakabpkp/index.php?p=perpustakaan%20ideal
14
kenyataannya profesi sebagai pustakawan belum menjadi perhatian
yang lebih dari pemerintah terutama pemerintah daerah.
4. Gedung/Ruang Perpustakaan
Masih banyaknya gedung atau ruang perpustakaan daerah yang
memiliki kondisi yang tidak layak, bahkan terletak di tempat yang
sangat tidak strategis.
5. Koleksi Bahan Pustaka yang Terbatas
Permasalahan tentang bahan pustaka yang terjadi pada
perpustakaan daerah secara umum adalah minimnya pengadaan
bahan pustaka. Pengadaan bahan pustaka merupakan cara untuk
selalu menyediakan informasi yang terbaru dan untuk
menggantikan bahan pustaka yang sudah tidak dapat digunakan
lagi. Selain permasalahan mengenai dana yang minim, masalah
lainnya adalah ada perpustakaan yang mengedepankan mentalitas
proyek dengan membeli buku pada satu penerbit yang
memeberikan komisi tinggi.
6. Minat Baca Masyarakat
Minat baca masyarakat seharusnya tidak dijadikan alasan untuk
tidak berkembanganya perpustakaan, namun sebaliknya kehadiran
perpustakaan diharapkan untuk meningkatkan minat baca
masyarakat. Jika minat baca masyarakat tidak juga meningkat
maka hal tersebut menjadi petunjuk bahwa adanya kebijakan yang
salah terhadadap perpustakaan.
15
B. Desain Interior Layanan Anak
1. Perencanaan dan Pembentukan Gedung/Ruangan dalam
Perpustakaan
Gedung perpustakaan adalah tempat yang dirancang untuk
menampung kegiatan perpustakaan bersama petugas, peralatan, dan
perabot yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan
perpustakaan15
. Ukuran untuk luas gedung yang diperuntukkan
Perpustakaan Umum Daerah Tingkat II adalah yang luas bangunannya
sekurang-kurangnya 200 m2 dengan luas tanah sekitar 2000 m216
.
Dalam pedoman tersebut juga dituliskan Perpustakaan Umum Daerah
Tingkat II harus memiliki Ruang koleksi bahan pustaka berkapasitas
sekurang-kurangnya 10.000 eksemplar bahan pustaka biasa dengan
ruang baca untuk anak dengan kapasitas 20 orang anak17
.
Ruang perpustakaan menyediakan salah satu lingkungan pertama
untuk memastikan bahwa anak-anak akan tumbuh menjadi pengguna
perpustakaan seumur hidup18
. Karen Latimer dan Ingrid Bon juga
menekannkan bahwa perpustakaan untuk anak-anak adalah tempat
dimana anak-anak mengembangkan pengalaman pertama mereka
dengan sastra dan media lainnya19
.
15 Taslimah Yusuf, Materi Pokok Manajemen Perpustakaan Umum (Jakarta : Universitas
Terbuka, 1996), h. 16 Sukarman, Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustkaan (Jakarta : Perpustakaan
Nasional RI, 2000), h. 50. 17 Sukarman, Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustkaan (Jakarta : Perpustakaan
Nasional RI, 2000), h. 51. 18 Carol R. Brown, Interior Design For Libraries : Drawing on function and appeal
(Chicago and London : American Library Association, 2002), h. 109. 19 IFLA, Library Buildings and Equipment and Libraries for Childern and Young Adults
16
Terlihat dari penyataan diatas, ruangan untuk anak dalam
perpustakaan sangat penting untuk diperhatiakan karena kesan yang
akan tercipta pada anak haruslah sebaik mungkin agar anak-anak
menjadikan perpustakaan tempat yang akan terus dikunjunginya
sampai mereka dewasa serta bermanfaat dan menyenangkan, oleh
karena itu ruangan untuk anak harus dibuat khusus dan sesuai dengan
kebutuhan anak terutama pada desain interior ruangan.
2. Desain Interior
Desain interior menurut Francis D.K Ching desain interior
merupakan merencanakan, menata dan merancang ruang-ruang
interior dalam bangunan. Tatanan fisik di atas dapat memenuhi
kebutuhan dasar kita akan sarana untuk bernaung dan berlindung;
menentukan langkah sekaligus mengatur bentuk aktivitas kita;
memelihara aspirasi kita dan mengekspresikan ide-ide yang menyertai
segala tindakan kita; mempengaruhi penampilan, perasaan dan
kepribadian kita20
.
Interior desain adalah karya seni yang mengungkapkan dengan
jelas dan tepat tata kehidupan manusia dari suatu masa melalui media
ruang21
. Desain interior yang benar menghasilkan ruangan yang indah
juga sesuai dengan kebutuhan pengguna. Layanan anak membutuhkan
desain interior yang benar sesuai dengan perencanaan yang
memfokuskan dari kebutuhan dasar anak yang meliputi perasaan
20 Francis D.K Ching, Ilustrasi Desain Interior (Jakarta : Erlangga, 1996), h. 46. 21 J. Pamuji Suptandar, Disain Interior : Pengantar Merencana Interior Untuk
Mahasiswa Disain dan Arsitektur (Jakarta : Djambatan, 1999), h. 11.
17
senang, aman, dan membuat anak menjadi mudah dalam melakukan
kegiatan di perpustakaan.
3. Tatanan Desain Interior
Desain interior daerah anak-anak harus mempertimbangkan faktor-
faktor lain selain keinginan untuk membuat dampak estetika yang kuat
pada penggunaan perpustakaan remaja. Daerah anak harus dirancang
sesuai dengan usia pengguna dan aman untuk semua orang. Anak-
anak harus nyaman dengan perabot, pengaturan, dan bahan yang
ditawarkan22
.
Tatanan merupakan bagian dari dekorasi ruang, setiap penataan
desain interior dan baik dapat membuat suatu bentuk ruang menjadi
selaras. Hal ini perlu diperhatikan dan apabila penataan tanpa variasi
dapat mengakibatkan adanya sifat monoton dan membosankan, variasi
tanpa adanya tatanan menimbulkan kekacauan pada semua ruang.
Kesan untuk menyatukan berbagai variasi merupakan suatu yang
ideal23
. Anak-anak dari segala usia harus menemukan perpustakaan
tempat terbuka, mengundang, menarik, menantang dan tidak
mengancam untuk mengunjunginya24
.
Maka dari itu Tatanan desain interior salah satu hal yang penting
yang perlu diperhatikan dalam sebuah ruangan layanan anak, salah
dalam penataan bisa menjadi masalah besar untuk anak-anak.
22 Carol R. Brown, Interior Design For Libraries : Drawing on Function & Appeal
(Chicago and London : American Library Association, 2002), h. 110. 23 Francis D.K Ching, Arsitektur : Bentuk, Ruang dan Tatanan ed.2 (Jakarta : Erlangga,
2000), h. 320. 24 IFLA, Guidelines for Children’s Libraries Services (Croatia : IFLA, 2003), h. 10.
18
4. Warna
Warna dapat didefinisikan secara obyektif/fisik sebagai sifat
cahaya yang dipancarkan, atau secara subyektif/psikologis merupakan
bagian dari pengalaman indera penglihatan25
. Efek warna sangat
menentukan bagi suatu ruang dan prabot. Ia seolah-olah memberi
pakaian berwarna pada benda-benda dan menonjolkan bentuknya agar
lebih jelas. Bila kita pandai memilih warna, maka kekurangan-
kekurangan dalam bentuk dan kontruksi bangunanan dapat sedikit kita
tutupi26
.
Warna memegang peranan penting dalam menciptakan kesan
umum pada sebuah ruangan perpustakaan. Pengguanaan warna pada
perpustakaan umum harus dapat memberikan perasaan menyenangkan
bagi pengguna27
. Efek psikologis warna biasanya menjadi salah satu
faktor yang menentukan dalam memilih warna untuk perpustakaan.
Umumnya, biru, hijau, dan ungu dianggap keren, warna tenang
sementara merah, kuning, dan orange dianggap hangat, aktif,
merangsang warna. Warna-warna netral yang dianggap memiliki
dampak psikologis yang kurang dan konten kurang emosional28
.
Sebagai warna api dan darah, merah memiliki implikasi psikologis
panas dan intensitas yang mengarah ke hubungan dengan bahaya.
Dalam desain perpustakaan, merah terang jarang digunakan sebagai
25 Satria Multimedia, “Teori Warna” , artikel diakses pada 29 April 2015 dari
http://www.satriamultimedia.com/artikel_teori_warna.html 26 Fritz Wilkening, Tata ruang (Yogyakarta : Kanisus, 1993), h. 59. 27 Paramita Atmodiwirjo dan Yandi Andri Yatmo, Pedoman Tata Ruang dan Perabot
Perpustakaan Umum (Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, 2009), h. 40. 28 Carol R. Brown, Interior Design For Libraries : Drawing on Function & Appeal
(Chicago and London : American Library Association, 2002), h. 104.
19
warna utama, namun, mereka kadang-kadang digunakan di daerah-
daerah anak-anak dalam kombinasi dengan warna-warna primer
lainnya (kuning dan biru), atau di daerah dewasa sebagai warna aksen.
Kuning yang lebih sering digunakan daripada merah, karena kuning
dianggap lebih sedikit memiliki implikasi agresif. Seperti merah
terang, kuning sering digunakan di daerah-daerah anak-anak29
.
Warna memiliki efek psikologis pada manusia, ahli filosofi dan
psikologi menjelaskan terdapat empat warna utama yaitu merah, hijau
kuning dan biru. Berikut arrti warna dari sudut psikologis30
:
1) Merah : Warna merah melambangkan psikologis yang
mengurangkan tenaga, mendorong makin cepatnya denyut nadi,
menaikan tekanan darah dan mempercepat pernafasan. Warna
merah memiliki pengaruh produktiviti, perjuangan, persaingan
dan keberanian. Warna merah juga terbagi menjadi dua yaitu
merah terang dan merah jambu, arti dari warna tersebut adalah :
a. Merah terang melambangkan kekuatan kemauan dan cita-
cita. Pengaruh dari warna merah terang adalah berkemauan
keras, penuh gairah, semangat, dominasi, kelakian.
b. Merah jambu melambangkan romantisme, feminim. Warna
ini mempunyai sifat menurut dalam kepasrahan,
menggemaskan dan jenaka.
29 Carol R. Brown, Interior Design For Libraries : Drawing on Function & Appeal
(Chicago and London : American Library Association, 2002), h. 105. 30 Sinung Utami Hasri Habsari, “Aplikasi Semiotik & Efek Psikologis Tampilan Warna
Pada Rumah Minimalis” Riptek, Vol.4, No.1, Tahun 2010.
20
2) Biru : Warna biru melambangkan ketenangan yang
sempurna. memiliki kesan menenangkan pada jtekanan darah,
denyut nadi, dan tarikan nafas. Sementara semua menurun,
mekanisme pertahanan tubuh membangun organisme. Warna biru
juga terbagi menjadi dua yaitu :
a. Biru melambangkan perasaan yang mendalam. Sifat biru
adalah konsentrasi, kooperatif, cerdas, perasa, integratif.
Pengaruh dari warna biru adalah tenang, bijaksana, tidak
mudah tersinggung, ramai kawan.
3) Kuning : Warna kuning melambangkan kegembiraan.
Warna kuning mempunyai sifat leluasa dan santai, senang
menunda-nunda masalah. Berubah-ubah tapi penuh harapan,
memiliki cita-cita setinggi langit dan semangatnya juga tinggi.
Kuning terang melambangkan sifat spontan yang eksentrik.
Memiliki sifat toleran, investigatif, menonjol. Pengaruh dari
warna kuning terang adalah sikap yang berubah-ubah,
berpengharapan, pemurah, tidak percaya. Warna kuning terang
melambangkan adanya suatu keinginan, ketabahan dan kekerasan
hati.
4) Kelabu dan Hitam
a. Kelabu : Menunjukkan arti yang jelas. Tidak terang dan
sama sekali bebas dari kecenderungan psikologi. Warna
kelabu cenderung natural.
21
b. Hitam : Warna hitam melambangkan kehidupan yang
terhenti dan karenanya memberikan kesan kehampaan,
kematian, kegelapan, kebinasaan, kerusakan dan kepunahan.
5) Coklat dan Ungu
a. Coklat : Warna coklat menunjukkan ciri-ciri suka merebut,
tidak suka memberi hati, kurang toleran, pesimis terhadap
kesejahteraan dan kebahagiaan masa depan.
b. Ungu : Ungu melambangkan sifat gempuran keras yang
dilambangkan oleh warna biru. Perpaduan antara keintiman
dan erotis atau menjurus pengertian yang mendalam dan
peka. Sifatnya sedikit kurang teliti tetapi selalu penuh
harapan.
Kebutuhan lingkungan anak berbeda dengan orang dewasa, anak-
anak memerlukan lingkungan yang kreatif. Lingkungan yang keratif
bisa dibuat misalnya dengan mengunakan warna-warna yang
menimbulkan rasa “nyaman” bagi anak, sehingga mereka merasa
betah berada dalam lingkungan tersebut. Karena suasana yang
menyenangkat dapat tercipta dari komposisi warna tertentu dan secara
psikologis dapat memberi motivasi belajar atau rangsangan kepada
anak sehingga menunjang perkembangan pendidikan anak dengan
optimal31
. Perpustakaan menjadi salah satu pusat pendidikan anak
perlu membuat layanan anak yang nyaman dan menyenangkan, agar
anak betah dan meningkatkan kegiatan belajar menjadi lebih baik.
31 Sriti Mayang Sari, “Peran Warna Interior Terhadap Perkembangan dan Pendidikan
Anak di Taman Kanak-kanak”. Dimensi Interior, Vol. 2, No. 1, Juni 2004.
22
5. Peredam Suara / Akustik
Akustik atau sound system merupakan unsur penunjang terhadap
keberhasilan desain yang baik, pengaruh sound system menimbulkan
efek yang sangat luas dan dapat menimbulkan efek-efek psikis dan
emosional dalam ruangan32
. Prinsip-prinsip dari desain untuk akustik
ruangan perpustakaan biasanyan berfokus pada lokasi dan luasnya
materi penyerap suara, untuk mengurangi gema dan gangguan
berbicara, serta bentuk ruang untuk tercapainya karakteristik akustik
diterima pada ruangan33
. Ruangan anak juga memerlukan sistem
akustik yang baik, karena pada ruangan anak biasanya anak-anak
melakukan kegiatan yang mengeluarkan suara yang lebih tinggi di
bandingkan dengan ruang layanan yang lain. Anak-anak juga di
perbolehkan untuk bersuara dengan bebas saat di perpustakaan.
Sistem akustik yang di pakai pada ruangan anak bertujuan untuk
meredam suara yang akan menggangu kegiatan pada ruangan lain, dan
begitu pun sebaliknya. Kebisingan yang mengganggu merupakan
suara yang tidak diinginkan dalam ruang yang dihasilkan dari suara
yang datang dari pertemuan yang berdekatan dan / atau ruang belajar /
daerah dalam gedung, suara dari sistem pendingin udara / pemanas
(bangunan kebisingan mekanik), dan suara dari TOILET umum34
.
32 J. Pamuji Suptandar, Disain Interior : Pengantar Merencana Interior Untuk
Mahasiswa Disain dan Arsitektur (Jakarta : Djambatan, 1999), h. 247. 33 Charles M. Salter, Acoustics for Libraries (California : Libris Design, 2002), h. 7. 34 Celcus, “ A Library Architecture Resource” di akses pada 11 Mei 2015 pada
https://libraryarchitecture.wikispaces.com/Public+Library+Acoustics?responseToken=9c69c7d64b
5c0e2a0c172966f67c7641
23
6. Elemen dan Bentuk Ruangan
Elemen pembentuk ruangan merupakan struktur wadah ruang
kegitan diidentifikasikan sebagai lantai, dinding dan langit-
langit/plafond yang merupakan suatu kesatuan struktur dalam sehari-
hari35
. Elemen pembentuk ruang terdiri dari :
1) Lantai
Lantai adalah bidang ruang interior yang datar dan
mempunyai dasar yang rata. Sebagai bidang dasar yang
menyangga aktivitas interior dan prabot kita, lantai harus
terstruktur sehingga mampu memikul beban tersebut dengan
aman, dan permukaannya harus cukup kuat untuk menahan
penggunaan dan gesekan yang terus menerus36
. Lantai harus
mudah dalam hal perawatannya, untuk kekuatan dan
pemeliharahaan, material lantai harus tahan terhadap kotoran,
kelembaban, minyak dan noda, khususnya pada area lalu-lalang37
.
Lantai pada daerah anak harus kuat dan mudah dibersihkan,
karena ruang layanan anak harus selalu bersih agar anak-anak
nyaman dan terhidar dari penyakit, terlebih lagi jika ruangan
terutama lantai sulit di bersihkan dan terlihat kotor maka orang
tua dari anak-anak akan khawatir jika anak-anak mereka
mengunjungi perpustakaan.
35 Olih Solihat Karsono, “Darsar-dasar Desain Interior Pelayanan Umum I”. diakses pada
9 Mei 2015 pada http://repo.isi-
dps.ac.id/131/1/Dasar_Dasar_Desain_Interior_Pelayanan_Umum_I.pdf 36 Francis D.K Ching, Ilustrasi Desain Interior (Jakarta : Erlangga, 1996), h. 162. 37 Ibid,. h.164.
24
Penutup lantai (karpet) juga menjadi salah satu hal yang
ada pada ruangan anak, karpet yang empuk menjadikan laintai
lembut, lentur dan hangat dari segi visual maupun teksturnya.
Kelebihan dari penggunaan karpet adalah karena sifatnya dapat
meredam suara, mengurangi suara benturan, dan menjadikan
permukaan laintai aman dan nyaman untuk di injak38
. Berikut
adalah jenis bahan karpet39
:
a. Wol : Kelenturan dan kehangatannya sangat baik; namun
mudah kotor, mudah terbakar tetapi tahan terhadap larutan
kimia; dan karpet berbahan wol dapat dibersihkan.
b. Acrylic : Karpert berbahan acrylic mirip seperti karpet
berbahan wol; tidak mudah rusak karena benturan; serta
tahan terhadap kelapukan dan kelembaban.
c. Nylon : Permukaanya kuat dan sangat kuat menahan
gesekan ; tidak mudah kotor dan tidak mudah lapuk dan
karpet berbahan nylon bersifat antistatik.
d. Polyester: Mengkombinasikan bentuk wol dengan kekuatan
nylon; mudah kotor namun tahan abrasi dan harganya murah.
e. Olefin : Olefin atau polypropylene memiliki ketahanan
terhadap abrasi, kotoran dan kelapukan; biasanya digunakan
untuk pemasangan karpet di luar ruangan.
38 Francis D.K Ching, Ilustrasi Desain Interior (Jakarta : Erlangga, 1996), h. 172. 39 Ibid,. h. 172.
25
f. Katun : Tidak sekuat bahan karpet lainnya, tetapi katun
memiliki tekstur yng lembut dan memiliki warna yang
beragam.
Dari berbagai macam bahan yang telah dijelaskan pada
tabel, pemilihan yang cocok sesuai kebutuhan ruangan anak lah
yang akan dipilih. Ruangan anak membutuhkan karpet yang
lembut dan gampang untuk dibersihkan. Karena anak-anak
memerlukan alas yang nyaman dan bersih.
2) Dinding
Dinding adalah elemen arsitektur yang penting untuk setiap
bangunan. Secara tradisional, dinding telah berfungsi sebagai
struktur pemikul lantai di atas permukaan tanah, langit-langit dan
atap. menjadi muka bangunan. Memberi proteksi dan privasi pada
ruangan interior yang dibentuknya. Selain itu fungsi dari dinding
adalah sebagai pembantas ruangan, pembatasan menyangkut
penglihatan, sehingga manusia terlindung dari pandangan
langsung yang biasanya berhubungan dengan kepentingan
pribadi40
. Salah satu dari sifat-sifat untuk perpustakaan anak
adalah daerah anak harus menyediakan beberapa stimulasi visual
untuk membuat lingkungan yang menarik41
. Oleh karena itu
40 Olih Solihat Karsono, “Darsar-dasar Desain Interior Pelayanan Umum I”. diakses pada
9 Mei 2015 pada http://repo.isi-
dps.ac.id/131/1/Dasar_Dasar_Desain_Interior_Pelayanan_Umum_I.pdf 41 Carol R. Brown, Planning Library Interiors : The Selection of Furnishing for the 21st
Century (Kanada : Oryx Press, 1995), h. 93.
26
pemberian wall art pada dinding ruang anak dirasa salah satu
contoh untuk menarik minat anak.
3) Plafond/ langit-langit
Langit-langit adalah elemen yang menjadi naungan dalam
desain interior, dan menyediakan perlindungan fisik maupun
psikologis untuk semua yang ada dibawahnya42
. Plafond berasal
dari kata “celling”, yang memiliki arti melindungi dengan suatu
bidang (permukaan) yang letaknya di atas garis pandang normal
manusia yang berfungsi sebagai pelindung (penutup) lantai atau
atap dan sekaligus pembentuk ruang dengan bidang yang
dibawahnya. Celling memiliki keguanaan yang lebih besar
dibandingkan dengan unsur pembentuk ruang yang lain (lantai
dan dinding) yang di antaranya43
:
1) Pelindung kegiatan manusia.
2) Sebagai pembentuk ruang.
3) Sebagai skylight , maksudnya celling berfungsi untuk
menerusakan cahaya alamiah kedalam bangunan.
4) Untuk menonjolkan konstruksi pada gedung-gedung untuk
dekorasi, celling mampu mencerminkan struktur yang
mendukung beban-beban.
42 Francis D.K Ching, Ilustrasi Desain Interior (Jakarta : Erlangga, 1996), h. 43 Olih Solihat Karsono, “Darsar-dasar Desain Interior Pelayanan Umum I”. diakses pada
9 Mei 2015 pada http://repo.isi-
dps.ac.id/131/1/Dasar_Dasar_Desain_Interior_Pelayanan_Umum_I.pdf
27
5) Merupakan ruang atau rongga untuk pelindung berbagai
instalasi, docting AC, kabel listrik, gantungan armature,
loudspeaker dan lain-lain.
6) Sebagai bidang penempelan titik-titik lampu.
7) Menampilkan dengan jelas area ruangan.
8) Menghasilkan suatu dekorasi atau kesan dari ketinggian dan
motif yang ditampilkan.
7. Perabot untuk Anak
Perabot (furniture) di perpustakaan adalah barang-barang yang
berfungsi sebagai wadah atau wahana penunjang kegiatan
perpustakaan seperti meja, kursi, rak buku, papan peraga, dan lain-
lain44
. Syarat perabot yang baik dapat ditinjau dari tiga segi sebagai
berikut45
:
a. Segi pembuatan, perabot yang baik adalah perabot yang dibuat
dari bahan yang baik dan mudah didapat serta mempunyai
konstruksi kuat dan mudah dilaksanakan.
b. Segi pembiayaan, perabot yang baik adalah perabot yang
memerlukan biaya yang relatif murah.
c. Segi penggunaan, perabot yang baik adalah perabot yang benar-
benar sesuai dengan fungsinya, enak dan menyenangkan, mudah
diatur dan dipindah-pindahkan, serta dapat menjamin kesehatan
dan keamanan.
44 Taslimah Yusuf, Materi Pokok Manajemen Perpustakaan Umum (Jakarta : Universitas
Terbuka, 1996), h. 45 Undang Sudarsana, Materi Pokok Pembinaan Minat Baca (Jakarta : Universitas
Terbuka, 2008), h. 2.35
28
Perabotan anak harus tepat untuk ukuran usia muda dan
menggunakan mereka. ruang terbuka di lantai harus direncanakan di
daerah prasekolah untuk balita dan anak-anak prasekolah yang sering
duduk di laintai untuk melihat buku dan bermain dengan manipulatif
(mainan)46
. Untuk area koleksi dan area membaca untuk anak-anak
perlu dipertimbangkan penggunaan perabot yang sesuai dengan
ukuran tubuh anak, sehingga memberikan kenyamanan dalam duduk,
membaca dan mencari buku47
. Pengguna perpustakaan anak
prasekolah harus memiliki tinggi meja sekitar 20-22 inci dan dengan
ketinggian kursi 12-14 inci sedangkan untuk anak yang lebih tua
membutuhkan meja dengan tinggi sekitar 24-26 inci dan ketinggian
kursi 15-16 inci48
.
Rak untuk buku bergambar prasekolah dan pembaca pemula harus
memiliki tinggi 42 inci dan menjorok kedalam 12 inci. Di
Perpustakaan Umum, buku-buku dan bahan-bahan lain untuk anak
usia sekolah harus di simpan pada lemari yang berukuran maksimal
66 inci49
. Perabot untuk anak-anak tidak memiliki sudut. Meja bulat
atau oval lebih aman dari pada meja persegi atau persegi panjang dan
meningkatkan kecenderungan anak-anak untuk berinteraksi satu sama
46 Carol R. Brown, Interior Design For Libraries : Drawing on Function & Appeal
(Chicago and London : American Library Association, 2002), h. 110. 47 Paramita Atmodiwirjo dan Yandi Andri Yatmo, Pedoman Tata Ruang dan Perabot
Perpustakaan Umum (Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, 2009), h. 58. 48 Carol R. Brown, Planning Library Interiors : The Selection of Furnishings for the 21st
Century (Kanada : Oryx Press, 1995), h. 99. 49 Carol R. Brown, Interior Design For Libraries : Drawing on Function & Appeal
(Chicago and London : American Library Association, 2002), h. 112.
29
lain50
. Pada Pedoman Perencanaan Perabot dan Perlengkapan
Perpustakaan sedikit digambarkan jika maksimal ukuran rak untuk
anak adalah 114 cm, sedangkan ukuran meja yaitu 51 cm dan kursi
28cm51
.
8. Pencahayaan
Pengaturan cahaya yang baik harus mendapatkan perhatian yang
semestinya. Distribusi cahaya yang tidak teratur, adanya penyinaran-
penyinaran yang menyilaukan, ataupun pembagian cahaya yang
menimbulkan kontras-kontras yang tajam akan lebih tidak
menyenenangkan dari pada akibat yang ditimbulkan oleh kurangnya
cahaya itu sendiri52
. Pencahayaan berasal dari dua sumber cahaya,
yaitu sumber cahaya alami (natural lighting) yang di peroleh dari sinar
matahari, sinar bulan, sinar api dan sumber dari alam sedangkan
sumber cahaya buatan (artifical lighting) terdapat dari cahaya
lampu.53
. Penerangan atau cahaya untuk ruangan perpustakaan
sangatlah penting terlebih lagi untuk ruangan anak-anak. Pada
umumnya suasana yang gelap pada perpustakaan akan memberikan
50 Carol R. Brown, Planning Library Interiors : The Selection of Furnishings for the 21st
Century (Kanada : Oryx Press, 1995), h. 99. 51 Djamhari Somintardja, Pedoman Perencanaan Perabot dan Perlengkapan Perpustkaan
(Jakarta : Proyek Pengembangan Perpustakaan Depdikbud, 1977), h. 31. 52 Undang Sudarsana, Materi Pokok Pembinaan Minat Baca (Jakarta : Universitas
Terbuka, 2008), h. 2.33 53 Wanda Listiani dan Novalinda, “Desain Ruang Perpustakaan”, artikel diakses pada 1
Mei 2015 dari
http://www.pnri.go.id/iFileDownload.aspx?ID=Attachment%5CMajalahOnline%5cdesain+ruang+
perpustakaan.pdf.
30
ketidak nyamanan, dampak dari suasana gelap adalah sebagai
berikut54
:
1) Rasa takut
2) Rasa tidak jelas
3) Rasa menyeramkan
Pada Pedoman Tata Ruang Perabot Perpustakaan Umum dijelaskan
beberapa prisip dasar pencahayaan untuk ruang perpustakaan umum,
diantaranya55
:
1) Ruang perpustakaan membutuhkan pencahayaan yang merata pada
seluruh area, baik pada area koleksi maupun pada area membaca.
2) Penggunaan sumber cahaya alami perlu dimaksimalkan untuk
memberikan penerangan pada siang hari.
3) Cahaya matahari yang masuk melalui bukaan jendela harus dapat
menyinari ruangan tanpa terhalang.
4) Pengguanaan sumber cahaya buatan dapat diterapkan pada saat
tertentu, misalnya saat hari mendung atau hujan.
5) Penempatan sumber cahaya harus mempertimbangkan penataan
koleksi di dalam ruang perpustakaan.
6) Pencahayaan pada ruang perpustakaan harus diatur sedemikian
rupa agar tidak terjadi ‘glare’ atau silau yang menggangu
kenyamanan pengguna.
54 Wanda Listiani dan Novalinda, “Desain Ruang Perpustakaan”, artikel diakses pada 1
Mei 2015 dari
http://www.pnri.go.id/iFileDownload.aspx?ID=Attachment%5CMajalahOnline%5cdesain+ruang+
perpustakaan.pdf. 55 Paramita Atmodiwirjo dan Yandi Andri Yatmo, Pedoman Tata Ruang dan Perabot
Perpustakaan Umum (Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, 2009), h. 36-38.
31
Selain itu cayaha yang dipantulkan oleh lampu dari arah atas kepala
akan lebih baik untuk kegiatan membaca. Karena sinar dari lampu
menimbulkan bayangan manuasia yang jatuh kepermukaan meja
ketika pemustaka sedang membaca56
. Sebaiknya pada ruangan anak
pun seperti yang dijelaskan pada sebelumnya, seperti pencahayaan
yang cukup dan tidak menyiulaukan, ratanya pencahayaan dan letak
cahaya lampu yang menerangi dari atas agar tidak terjadi gangguan
untuk anak-anak saat membaca.
C. Pedoman Desain Interior Ruang Anak dari Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia
Ketidak samaan luas tanah dan bangun yang disediakan untuk
perpustakaan umum menjadi hal yang wajib dipikirkan untuk membuat
tata ruang perpustakaan agar efesien. Kebutuhan yang berbeda antara
pustakawan dengan pemustaka menjadi salah satu pertimbangan desain
interior. Pada lampiran penulisan skripsi ini akan ditampilkan beberapa
contoh tata ruang perpustakaan umum secara keseluruhan dan detail dari
ruang anak. Tampilan desain interior ruangan ini bertujuan untuk
memberikan gambaran untuk ruang layanan anak Perpustakaan Umum
KAPD Kabupaten Bogor, manakah dari salah satu contoh tersebut yang
56 Wanda Listiani dan Novalinda, “Desain Ruang Perpustakaan”, artikel diakses pada 1
Mei 2015 dari
http://www.pnri.go.id/iFileDownload.aspx?ID=Attachment%5CMajalahOnline%5cdesain+ruang+
perpustakaan.pdf.
32
dapat dijadikan referensi. Contoh tata ruang tersebut diambil dari Pedoman
Tata Ruang Perabot Perpustakaan Umum oleh PNRI57
.
D. Penelitian Terdahulu
1. Skripsi pertama berjudul “Desain Interior Bagian Layanan Anak di
Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta” disusun oleh Tb.
Dinda Arifiansyah, program studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab
dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012. Tujuan
dari skripsi tersebut ialah untuk mengetahui tatanan, material
finishing, warna, dan furnitur pada ruang bagian layanan anak di
Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta, mengetahui
kendala yang terjadi di dalam desain interior ruangan bagian layanan
anak di Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta. Dalam
penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, dan informan
ditentukan dengan cara mencari pihak yang mengetahui objek
penelitian. Perbedaan penelitian ini terdapat pada tempat penelitian
dilakukan.
2. Skripsi kedua berjudul “Evaluasi Desain Interior Ruang Baca
Perpustakaan MAN Yogyakarta III” disusun oleh Yustina Eriani,
program studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab, UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2010. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui
seperti apakah desain interior perpustakaan MAN Yogyakarta III.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kualitatif.
57 Paramita Atmodiwirjo dan Yandi Andri Yatmo, Pedoman Tata Ruang dan Perabot
Perpustakaan Umum (Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, 2009), h. 15-23.
33
Obyek penelitian ini adalah interior ruangan meliputi tata letak
perabotan, pencahayaan, pewarnaan, dan sirkulasi udara. Perbedaan
penelitian ini terdapat pada tempat penelitian dan bagian perpustakaan
yang di teliti.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Pada penelitian ini, jenis penelitian yang dipakai adalah jenis
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif . Metode penelitian
deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan mendeskripsikan atau
menjelaskan sesuatu hal seperti apa adanya58
. Metode deskriptif dipilih
karena untuk mendeskripsikan atau menjelaskan secara jelas bagaimana
tatanan desain interior, warna, peredam suara (akustik), elemen pembentuk
ruang, perabot dan pencahayaan pada layanan anak Perpustakaan Umum
KAPD Kabupaten Bogor.
Pendekatan yang digunakan merupakan pendekatan kualitatif,
Bogdan & Biklen menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah salah
satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan
atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati.
B. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil langsung, tanpa perantara,
dari sumbernya. Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari
pustakawan pada bagian layanan anak Perpustakaan Umum KAPD
Kabupaten Bogor.
58 Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian (Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu
Administrasi Lembaga Administrasi Negara, 2004), h. 60.
35
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung dari
sumbernya. Data sekunder dalam penelitian ini diambil dari penelitian
terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini dan buku-buku
yang menjadi pedoman dalam penelitian ini.
C. Pemilihan Informan
Informan merupakan narasumber yang dipilih peneliti dalam
penelitiannya. Narasumber yang dipilih haruslah menguasai apa yang
ditanyakan oleh peneliti. Biasanya informan merupakan seseorang yang
ahli dalam bidang yang ditanyakan. Pada penelitian ini peneliti memilih
pustakawan layanan anak sebagai informan. Pustakawan bagian layanan
anak yang akan menjadi informan dalam penelitian ini adalah Ade M.
Sa’ban, beliau dijadikan sebagai informan penting karena selain beliau
memiliki latar belakang pendidikan ilmu perpustakaan, beliau memahami
bagaimana seharusnya memberikan layanan anak yang baik dan beliau
pula adalah orang yang mengelola layanan anak di Perpustakaan Umum
KAPD Kabupaten Bogor.
D. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini membutuhkan data-data yang akurat. Untuk itu teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :
36
a. Observasi
Observasi menurut Mukhtar adalah proses keterlibatan peneliti
dalam situasi sosial, kemudian dia mengungkapkan keseluruhan
apa yang dilihat, dialami, dan dirasakan langsung oleh peneliti59
.
Observasi bertujuan untuk mengetahui keadaan desain interior
pada layanan anak. Setelah itu hasil observasi tersebut akan
dicatat menjadi suatu catatan observasi yang berisi deskripsi dari
keadaan tatanan ruang yang diamati secara lengkap.
b. Wawancara
Wawancara adalah proses tanya jawab antara peneliti dengan
subjek dalam situasi sosial untuk mendapatkan sejumlah
informasi atau data yang dibutuhkan. Peneliti akan mengajukan
beberapa pertanyaan kepada pustakawan layanan anak,
wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi pada layanan
anak.
c. Kajian Pustaka
Kajian pustaka menurut Prasetya Irawan adalah suatu penelitian
yang datanya diperoleh dari berbagai jenis bahan pustaka (buku,
dokumen, artikel, laporan, majalah, kliping dan sebagainya)60
.
59 Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif (Jakarta: Referensi, 2013), h.
109. 60 Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitia (Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu
Administrasi Lembaga Administrasi Negara, 2004), h. 65.
37
E. Teknik Analisis Data
Menganalisis data merupakan langkah selanjutnya yang akan
dilakukan. Analisis data adalah proses mengolah, memisahkan,
mengelompokkan dan memadukan sejumlah data yang dikumpulkan di
lapangan secara empiris menjadi sebuah kumpulan informasi ilmiah yang
terstruktur dan sistematis yang selanjutnya siap dikemas menjadi laporan
hasil penelitian61
. Peniliti akan melakukan kegiatan yang terdiri dari
rangkaian terhadap kondisi kelompok ruangan dalam (interior). Data akan
di analisa melaui tiga tahapan yaitu reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan :
a. Reduksi Data
Reduksi merupakan proses memilah dari seluruh data yang diperoleh,
data apa saja yang akan diperlukan dalam pembuatan penelitian dan
membuang data yang tidak diperlukan.
b. Penyajian Data
Data yang telah direduksi selanjutnya ditampilkan menggunakan teks
dalam bentuk narasi. Data yang ditampilkan merupakan penjelasan
dari perumusan masalah yang telah dibuat.
c. Penarikan Kesimpulan
Memutuskan makna dari penjabaran data dan penjelasannya, sesuai
dengan pertanyaan-pertanyaan yang dibuat pada perumusan masalah.
61 Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif (Jakarta: Referensi, 2013), h.
120.
38
F. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Perpustakaan Umum KAPD
Kabupaten Bogor yang terletak di Jalan . Penelitian ini dilaksanakan dari
bulan April 2015 - Juni 2015 dengan perincian sebagai berikut :
Tabel 3.1
Jadwal Penelitian
No Kegiatan
2014 2015
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep
1.
Penyusunan
Proposal
• •
2. Pengajuan Proposal •
3. Bimbingan Skripsi •
4. Penelitian • • •
5. Penyusunan Skripsi • • • • • • • •
6. Pengajuan Sidang •
7. Sidang Skripsi •
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor
1. Sejarah
Perpustakaan Umum Kabupaten Bogor dalam keberadaannya
mengalami beberapa perubahan dari mulai UPT Perpustakaan Umum
Daerah Tingkat II Bogor dibawah Diknas sesuai SK Bupati Bogor
tanggal 20 Agustus 1992. Kemudian pada tahun 1996 berubah menjadi
Kantor Perpustakaan Umum Kabupaten Tingkat II Bogor berdasarkan
Peraturan Daerah No.6 Tahun 1996 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Peraturan Umum Kabupaten Bogor Tingkat II Bogor.
Pada tahun 2002 Perpustakaan Umum kembali berubah menjadi
UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas) Perpustakaan pada Dinas
Penddikan dengan Surat Keputusan Bupati No.11 Tahun 2001 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas
(UPTD) Dinas Pendidikan.
Pada tahun 2004 UPTD Perpustakaan Kabupaten Bogor kembali
mengalami perubahan dengan adanya Peraturan Daerah No.35 tahun
2004 tentang pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Kantor Arsip dan
Perpustakaan Daerah Kabupaten Bogor menjadi Seksi Pengelolaan
Perpustakaan. Pada tahun 2008 disesuaikan Peraturan Daerah No.12
Tahun 2008 tentang Pembentukan Lembaga Teknis Daerah.
Gedung Perpustakaan Umum di bangun tahun 2003 menggunakan
sumber dana murni dari APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah)
40
Kabupaten Bogor dengan luas tanah 1.303,4 meter persegi dan luas
bangunan 992 meter persegi.
2. Visi dan Misi
a. Visi
Memberdayakan Perpustakaan Guna Mencerdaskan Masyarakat
Kabupaten Bogor
b. Misi
1) Membina, mengembangankan dan mendayagunakan
perpustakaan.
2) Meningkatkan kecerdasan masyarakat dalam informasi ilmu
pengetahuan.
3) Menyelenggarakan layanan Perpustakaan Umum.
4) Mengembangkan minat baca masyarakat dan meningkatkan
kemampuan SDM pengelola Perpustakaan Umum.
3. Tugas Pokok dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Daerah yang berkaitan dengan Tugas Pokok
dan Fungsi (TUPOKSI) KAPD adalah Peraturan Daerah Kabupaten
Bogor Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pembentukan Lembaga Teknis
Daerah Kabupaten Bogor, maka tugas pokok dan fungsi Kantor Arsip
dan Perpustakaan Kabupaten Bogor adalah :
41
A. Tugas :
Membantu Bupati dalam melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan Daerah di bidang Arsip, Dokumentasi dan Perpustakaan
Daerah berdasarkan PERDA NO.12 Tahun 2008.
B. Fungsi :
1. Perumusan kebijakan teknis di bidang Arsip, Dokumentasi dan
Perpustakaan Daerah;
2. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintah daerah
di bidang Arsip, Dokumentasi dan Perpustakaan Daerah;
3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang Arsip, Dokumentasi
dan Perpustakaan Daerah;
4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
42
4. Struktur Organisasi
Keterangan :
: Garis Instruksi
: Garis Koordinatif
1) Kepala Kantor : Drs. Ferry Adnan, M.Si
2) Sub Bagian Tata Usaha : H. TB. Yupi Yusuf, A.Md
3) Kelompok Jabatan Fungsional :
1. Djoko Trijono
2. Hj. Yohana. F
3. Efriadi Efendi, A.Md
4. Hj. Ening Awalina L
5. Budi Tulusna, SE, MM
6. Niken Ayu, A.Md
7. Juli Martini, A.Md
8. Andri Wijayanto, S.Sos
9. Rini Naritha, A.Md
10. Ade Muhammad
KEPALA KANTOR
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
SEKSI
DOKUMENTASI
ELEKTRONIK
SUB BAGIAN
TATA USAHA
SEKSI
PENGELOLAAN DAN
PELESTARIAN ARSIP
SEKSI
PENGELOLAAN
PERPUSTAKAA
N
43
11. Nurmawati, S.Sos
4) Seksi Dokumentasi Elektronik : Susilawati, S.H
5) Seksi Pengelolaan & Pelestarian Arsip : Hermani, A.Md
6) Seksi Pengelolaan Perpustakaan : Hj.Melyani Dewi, S.H
5. Koleksi
Secara keseluruhan pada bulan Juli 2015 koleksi yang terdaftar
pada pangkalan data Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor
berjumlah 11.788 judul dan 32.075 eksemplar. Koleksi-koleksi
tersebut terbagi dalam berbagai macam subjek, subjek yang memiliki
judul paling banyak adalah pada subjek ilmu-ilmu terapan dan
teknologi yang berjumlah 2.000 judul. Hal tersebut didasari oleh
karena setiap waktu teknologi terus berkembang yang melahirkan
ilmu-ilmu baru yang lebih mutakhir.
6. Ruangan dan Perlengkapan pada Ruang Anak
Ruang layanan anak pada Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten
Bogor terletak di lantai 1, memiliki luas lebih kurangnya 12m x 7,8m
dengan bentuk persegi panjang. Luas tersebut sudah sesuai dengan
standar yang dikeluarkan oleh Perpustakaan Nasional karena dapat
menampung lebih dari 20 orang anak. Ruangan yang di tujukan untuk
anak samapai dengan usia sekolah kelas 6 SD tersebut di tata dengan
sedemikian rupa agar dapat menarik minat anak untuk datang serta
belajar di perpustakaan. Warna-warni pada ruangan menjadi ciri khas
44
yang membedakan ruangan anak dengan ruangan lain, bangku-bangku
mungil juga disediakan untuk anak-anak.
Perlengkapan seperti rak, meja, kursi yang tingginya disesuaikan
untuk anak serta terlapisnya lantai dengan karpet agar anak merasanya
senang dan nyaman juga disediakan, berikut peralatan yang ada ruangan
anak sesuai hasil observasi yang telah dilakukan:
a. Rak koleksi umum berjumlah 4 buah
b. Rak koleksi referensi berjumlah 1 buah
c. Rak maianan dan cendramata berjumlah 1 buah
d. Meja berjumlah 7 buah
e. kursi berjumlah 21 buah
7. Lokasi
Lokasi Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor
beralamatkan di JL. Bersih No.5 Komplek Pemda Kabupaten Bogor
Kelurahan Tengah Kec. Cibinong Bogor 16914.
Telepon : (021) 8754781 – 87901363
Fax : (021) 87901363
Website : http//:kapd.bogorkab.go.id
8. Jam Layanan
Senin – Jumat : 08.00 – 15.00 WIB
Sabtu : 08.00 – 13.00 WIB
Minggu : 08.00 – 13.00 WIB (di Lapangan Tegar Beriman)
45
9. Fasilitas dan Layanan
Setiap pengguan perpustakaan dapat menggunakan koleksi dan
fasilitas perpustakaan yang tersedia diantaranya sebagai berikut :
a. Ruang Baca Umum.
b. Ruang Baca Anak.
c. Ruang Referensi.
d. Sarana Audio Visual dan Internet.
e. Mushola.
f. Halaman Parkir.
g. Mobil Unit Perpustakaan Keliling.
Adapun jenis layanan yang disediakan adalah sebagai berikut :
1) Layanan informasi tentang perpustakaan.
2) Layanan membaca ditempat dan sirkulasi buku.
3) Layanan Audio Visula dan Internet.
4) Layanan bimbingan karya ilmiah, PSG, Observasi, dan lain-lain.
5) Layanan Referensi.
6) Layanan membaca melalui Mobil Unit Perpustakaan Keliling.
46
B. Hasil Penelitian
Pada bagian ini akan dipaparkan hasil dari wawancara peneliti dengan
informan yang telah dipilih. Hasil wawancara yang dijabarkan merupakan
hasil reduksi.
1. Pengembangan tatanan desain interior ruang layanan anak di
Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor
Suatu ruangan yang dibuat pasti tidak terlepas dari tatanan desain
interior, terlebih lagi pada ruangan anak disebuah perpustakaan. Sadar
atau tidak desain interior pada ruangan anak memiliki peran penting
untuk menunjang berlangsungnya kegiatan yang dilakukan oleh anak-
anak di perpustakaan. Tatanan desain interior pada ruang layanan anak
menurut informan sudah memberikan kenyamanan untuk anak. Hal
tersebut karena pimpinan memberikan toleransi untuk para pustakan
untuk menata ruangan agar nyaman untuk anak. Akan tetapi menurut
informan, pustakawan merasa kesulitan saat mencoba merubah
tatanan desain interior karena rak yang dimiliki hanya jenis rak satu
muka dan bagian belakang rak tidak di cat. Oleh karena itu jika
tatanan dirubah akan menjadi tidak nyaman. Berikut tatanan desain
interior yang ada di ruang layanan anak Perpustakaan Umum KAPD
Kabupaten Bogor :
47
Gambar 4.1 Tatanan ruang layanan anak di Perpustakaan Umum KAPD
Kabupaten Bogor
Perencanaan awal tatanan desain interior pada ruang layanan anak
adalah menyesuaikan dengan bentuk ruangan yang ada dan perabot
yang dipilih. Pada perencanaan awal rak yang dipilih untuk ruang
layanan anak adalah rak dua muka. Maka tatanan yang akan dibuat,
rak-rak tersebut tidak menempel di tembok. Peletakan kursi dan meja
saat perencanaan tidak menyebar seperti saat ini, pustakawan
merencanakan ada bagian yang tidak memakai kursi untuk anak-anak
yang ingin duduk di karpet. Namun karena pada tahap pelaksanaan
berbeda dengan perencanaan. Maka pustakawan menyesuaikan
tatanan desain interior dengan semenarik mungkin dan anak-anak
tidak merasa tergangu jika berlalu lalang di dalam ruang layanan anak.
2. Warna-warna yang dipilih untuk ruang layanan anak di
Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor
Pemberian warna dinding untuk ruang anak adalah penting, lebih
baik lagi jika setiap sudut ruang memiliki warna cat dinding yang
48
berbeda. Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor juga memberi
warna yang cat yang berbeda untuk ruang anak dengan ruang lainnya,
hal tersebut juga menjadi pembeda ruangan anak dengan ruangan lain.
Dari hasil observasi memang terlihat dinding pada ruang anak hanya
di cat dengan satu warna yaitu hijau. Tidak adanya gambar pada
dinding dan ada sedikit bagian dinding yang mengalami kerontokan.
Selain itu pada tembok ruang anak yang diberikan warna hijau
muda, cat yang digunakan adalah cat tembok biasa. Pada saat
pengerjaan dan setelah tembok di cat, cat tersebut berbau. Namun para
pustakawan mengantisipasi dengan cara tidak menggunakan ruangan
tersebut terlebih dahulu sampai bau tersebut tidak tercium lagi.
Berikut kutipan wawancaranya :
“Informasi yang saya dapat dari yang mengecat rak, meja dan
kursi, ini cat yang digunakan aman. Pada saat setelah pengecatan
tembok memang berbau namun kita antisipasi dengan tidak
menggunakan ruangan tersebut sampai tidak berbau lagi”.(Ade
M. Sa’ban)
Pada perencanaan awal dinding selain diberikan cat juga
ditambahkan dengan gambar-gambar. Begitu pula dengan rak-rak
pada perencanaan awal rak tidak hanya berwarna-warni tapi juga
diberikan gambar-gambar. Menurut informan hal tersebut lakukan
agar anak-anak menjadi tertarik untuk melihat koleksi apa yang ada di
rak-rak tersebut. Warna-warna yang ada sekarang memang terlihat
kurang bervariasi karena pemilihan warna yang digunakan tidak
49
banyak. Warna-warna yang digunakan cenderung warna yang kuat,
pada ruang anak kurangnya warna-warna lembut seperti kuning muda,
hijau tosca atau pun ungu muda.
Pendapat anak-anak mengenai warna-warna yang diberikan di
ruang layanan anak adalah mereka menyukai warna-warna yang ada.
Namun untuk lebih meningkatkan antusiasme anak terhadap
perpustakaan sebaiknya pustakawan mencari lebih banyak referensi
untuk memadukan warna-warna agar terciptanya mood yang berbeda
disetiap sisi ruang layanan anak.
3. Kebutuhan peredam suara (akustik) pada ruang layanan anak di
Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor
Suara merupakan hal yang penting dalam kehidupan, namun
kadang pula suara dapat menggangu aktivitas lain. Perpustakaan
merupakan salah satu tempat dimana sumber informasi berada,
pemustaka yang datang pun beragam terlebih lagi di perpustakaan
umum. Beragamnya pemustaka yang datang beragam pula karakter
yang ada, ada yang dapat berkonsentrasi dengan mudah dengan
keadaan apapun ada pula yang sulit berkonsentrasi dengan kedaan
yang ramai.
Tidak ada peraturan tertulis yang melarang anak untuk tidak
bersuara kencang di ruangan anak perpustakaan, anak pula lebih sulit
dikendalikan saat mereka sedang asik bermain di perpustakaan.
Kegiatan-kegiatan lain yang berlangsung juga dapat menghasilkan
suara yang dapat terdengar oleh orang lain bahkan ruangan lain.
50
Peran dari peredam suara dirasa penting untuk ditambahkan pada
ruangan anak. Peredam suara tersebut berguna untuk meredam suara
yang dihasilkan dari luar ruangan maupun dari ruangan tersebut agar
tidak menggangu kegiatan pemustaka di ruangan lain. Namun jarang
sekali perpustakaan yang memang dengan sengaja menambahkan
peredam suara pada ruangan-ruangan di perpustakaan, biasanya hanya
ruangan audio visual saja yang diberi peredam suara.
Seperti halnya pada ruang layanan anak di Perpustakaan Umum
KAPD Kabupaten bogor, belum adanya peredam suara yang
diberikan. Pintu ruangan yang seharusnya ada dan berguna juga untuk
meminimalkan suara yang dihasilkan dari dalam atau pun luar
ruangan juga tidak tersedia. Informan juga mengatakan bahwa tidak
adanya peredam suara sangat menggangu kegiatan lainnya.
Kebisingan yang dihasilkan oleh kegitan anak-anak menggagu
kegiatan yang ada diluar ruangan anak. Walaupun tidak sebaliknya,
anak- anak tidak terganggu dengan suara yang dihasilkan dari luar
ruangan.
Berikut kutipan wawancaranya :
“Terganggun sekali, yang kita konsep dulu juga pakai peredam.
Tapi ini kenyataannya kan tidak menggunakan peredam. ya sangat
menggangu sekali, terutrama yang sangat menggangu itu adalah
suara bising anak-anak dari dalam keluar bukan dari luar
kedalam”. (Ade M. Sa’ban)
51
Oleh sebab itu peredam suara pada ruang layanan anak memang
diperlukan untuk kenyamanan pemustaka dewasa maupun anak-anak.
Perencanaan yang dilakukan untuk ruang layanan anak, pustakawan
merencanakan ditambahkannya peredam suara di ruang anak.
Peredam suara yang direncanakan adalah peredam suara sederhana
yang dapat di aplikasikan dengan mudah untuk ruang layanan anak.
Peredam sederhana yang dapat dipakai pada ruang layanan anak
adalah dengan cara melapisi dinding dengan busa, karpet dan papan.
4. Kondisi elemen pembentuk ruangan yang ada di Perpustakaan
Umum KAPD Kabupaten Bogor
Ada tiga elemen pembentuk ruang yaitu lantai, dinding dan
plafond. Untuk membuat sebuah ruangan, harus terdapat tiga elemen
tersebut. Tiga elemen tersebut memiliki peran penting pada masing-
masing bagian yang saling berkaitan. Bukan sebuah ruangan jika tidak
memiliki dinding, ruangan juga tidak sempurna jika tidak adanya
lantai atau plafond.
1) Lantai
Lantai memiliki peran penting karena lantai menjadi
pijakan. Kenyaman dan keaman lantai di ruang layanan anak
adalah sangat penting untuk diperhatikan. Aktivitas anak yang lagi-
lagi menjadi pertimbangan mengapa kenyamanan dan keamanan
lantai harus selalu di perhatikan. Selain tekstur lantai yang halus,
lantai juga harus kokoh untuk menahan beban dan mudah
dibersihkan.
52
Jenis kramik pada ruang layanan anak, sama seperti kramik
pada ruangan lainnya. Tidak ada perbedaan jenis kramik di ruang
layanan anak. Karena menurut informan lantai pada ruang layanan
anak akan di tutupi oleh karpet. Hasil observasi yang telah penulis
lakukan bahwa kondisi lantai ruang anak di Perpustakaan Umum
KAPD Kabupaten Bogor, ada beberapa lantai yang telihat sudah
mengalami keretakan dan memiliki permukaan tidak halus lagi.
Informan mengatakan bahwa lantai tersebut memang harus
diperbaiki, pustakawan sudah melaporkan hal tersebut namun
belum diperbaiki juga hingga saat ini.
Sejauh pengamatan yang telah penulis lakukan saat
penelitian, kerusakan tersebut tidak memiliki pengaruh untuk
berlangsungnya kegiatan anak di ruang anak. tidak ada anak yang
menjadi korban karena kerusakan-kerusakan tersebut.
Berikut kutipan wawancaranya :
“Harusnya dibenerin dan anggarannya sudah ada namun
kembali lagi dengan kebijakan. Laporan sudah, nota dinas
juga sudah namun mohon maaf masih seperti itu”. (Ade M.
Sa’ban)
Karpet yang ada pada ruang anak tidak menutupi seluruh
lantai ruangan, ada bagian bagian lantai yang terlihat. Karpet yang
digunakan saat ini pada ruang layanan anak menurut informan
bukanlah karpet yang sesuai dengan perencanaan. Karpet yang
direncanakan anak digunakan pada ruang layanan anak adalah jenis
53
karpet yang permukaannya lebih lembut dan menutupi seluruh
lantai ruang layanan anak. Jenis dari bahan karpet yang digunakan
adalah terbuat dari woll, bahan tersebut memang memberikan
kesan kelembutan. Pustakawan yang menjadi informan pun
sependapat bahwa kondisi karpet yang ada sekarang belum
memberikan kenyamanan karena masih ada bagian lantai yang
belum tertutupi karpet dan ketebalan karpet belum sesuai.
Berikut kutipan wawancaranya :
“Belum, masih ada yang sobek-sobek.. kemudian kurang
tebal, ini kan kaya karpet biasa aja. Jadi yang saya dan
teman-teman harapkan lebih baik lagi”. (Ade M. Sa’ban)
Pemustaka yang memang anak-anak merasa nyaman
dengan kondisi karpet yang tersedia, namun mereka berharap
karpet yang disediakan berwarna-warni. Pemustaka yang menjadi
informan juga berkata jika karpet yang tersedia sekarang pernah
membuatnya tersandung, hal tersebut dikarenakan renggangnya
celah antar karpet. Memang seharusnya seluruh pengelola
perpustakaan memperhatikan hal-hal kecil yang ada pada ruang
layanan anak, karena semua yang tersedia seharusnya tidak
membahayakan bagi anak-anak.
Berikut kutipan wawancaranya :
“karpetnya enak tapi maunya warna-warni. Aku pas jalan
pernah kesandung ka disitu..” (Kesya, 10th)
54
2) Dinding
Dinding merupakan pembatas ruang, dinding berfungsi
untuk melindungi. Untuk anak-anak dinding yang menarik adalah
dinding yang diberi berbagai warna atau diberikan gambar-gambar.
Anak tidak mengerti harus seperti apakah dinding yang aman
untuk mereka. Pustakwan sebagai pengelola perpustakaan yang
harus memperhatikan keamanan dinding yang dibuat untuk
menyekat setiap ruang.
Pustakawan mengakui jika ada bagian dinding yang mulai
rontok. Hal tersebut juga sesuai dengan observasi yang dilakukan
penulis, jika terlihat ada bagian dinding ruang layanan anak yang
mulai rontok. Rontokan tersebut membuat karpet yang ada
dibawahnya menjadi kotor. Walaupun aktivitas anak tidak
terganggu, sebaiknya dinding tersebut segera diperbaiki.
Pemberian gambar pada dinding merupakan perencanaan
awal yang ternyata tidak dapat terlaksanakan. Warna dinding saat
ini hanya satu warna yaitu hijau muda. Anak-anak yang menjadi
informan menyatakan bahwa akan lebih menarik jika dinding pada
ruang layanan anak diberikan gambar-gambar. Pustakawan berkata
perencanaan awal untuk memberikan gambar-gambar pada dinding
bertujuan untuk meningkatkan gairah anak untuk datang
keperpustakaan serta memberikan kesan yang menyenangkan saat
berada pada ruang layanan anak.
55
Berikut kutipan wawancaranya :
“suka..aku maunya ada singa sama kerbau” (Khumairah,
3th)
“Yang bisa menarik perhatian anak seperti adanya
gambar-gambar, bisa dikatakan seperti taman kanak-
kanak” (Ade M. Sa’ban)
Dapat disimpulkan jika perencanaan awal yang dibentuk
oleh pustakawan dan di dampingi oleh ahli desain interior sesuai
dengan harapan pemustaka. Pemberian gambar pada dinding
ruangan anak menjadi daya tarik tersendiri. Namun pada tahap
pelaksanaan hal tersebut tidak terealisasikan karena adanya
kebijakan lain yang diputuskan oleh pimpinan.
3) Plafond
Hasil observasi pada plafond ruang layanan anak adalah
tidak ada kerusakan yang terlihat. Plafond juga masih berfungsi
sesuai dengan fungsinya yaitu melindungi dari atap dan
menyangga lampu serta kabel-kabel yang dibutuhkan pada ruang
layanan anak. Informan juga menyatakan bahawa tidak adanya
kerusakan pada plafond. Perencanaan awal untuk plafond sesuai
dengan apa yang terlaksana. Plafond diberi cat warna putih serta
diberi lis atau garis di sisi plafond.
Plafond juga dapat diberikan hiasan untuk anak-anak,
biasanya hiasan tersebut sama seperti gambar pada dinding. pada
plafond bisa ditambahkan gambar awan, matahari, pelangi atau
56
pun burung-burung. Anak-anak yang menjadi informan
menyatakan plafong yang ada sekarang sudah cukup, karena
mereka lebih mengharapkan dinding yang diberi tambahan
gambar-gambar agar lebih menyenangkan.
5. Perabot yang dibutuhkan untuk pemustaka pada ruang layanan
anak di Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor
Rak-rak yang ada juga diberi warna namun tidak bergambar. Selain
itu rak, meja dan kursi-kusri yang disediakan pada ruang anak
Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor berbentuk persegi
dengan sisi yang tidak runcing, hal tersebut aman untuk anak-anak.
Selain itu bahan yang digunakan untuk pembuatan perabot
menggunakan kayu yang memiliki permukaan yang halus. Namun
tidak disediakannya kursi dan meja individu dan terlihat monoton
karena tidak adanya variasi bentuk kursi-kursi dan meja yang
disediakan.
Untuk ukuran perabot yang terdiri dari meja, kursi dan rak pada
ruang anak menurut informan sudah sesuai dengan kebutuhan anak
karena pustakawan mengaku jika ukuran tersebut mengikuti Pedoman
Perpustakaan Nasional. Namun pada saat melakukan observasi
menunjukkan anak-anak yang rentang umurnya 3-12 tahun, anak yang
berumur 3-8 tahun terlihat jika kursi dan meja yang disedikan sesuai
dengan tinggi mereka, namun anak-anak yang berumur 10-12 tahun
terlihat bahawa kursi dan meja yang disediakan tidak sesuai dengan
57
tinggi mereka atau kurang tinggi. Untuk rak-rak yang ada di
perpustakaan memang sebagian besar tidak bermasalah, tetapi saat
penulis melakukan observasi melihat salah satu informan yang
berumur 3 tahun tidak dapat menjangku rak sampai di tingkat paling
atas.
Beragamnya warna-warni perabot yang ada di dalam ruang layanan
anak menjadi suatu ciri khas tersendiri atau pembeda antara ruang
anak dengan ruang lainnya. Pengguanaan cat dan material pembuat
rak, meja dan kursi sudah menjadi hal yang wajib untuk di
perhatiakan. selain keamanan untuk anak-anak, kekuatan bahan
tersebut juga menjadi pertimbangan. Informan mengatan jika cat yang
digunakan untuk mengecat rak, meja dan kursi pada ruang anak
menggunakan cat yang aman untuk anak.
6. Pencahayaan yang ada pada ruang layanan anak di Perpustakaan
Umum KAPD Kabupaten Bogor
Pencahayaan pada ruang layanan anak dirasa sudah cukup untuk
kegiatan-kegiatang yang dilakukan anak, seperti bermain dan
membaca. Pencahayaan yang baik akan membuat anak nyaman, jika
pencahayaan pada ruangan tidak baik selain membuat ketidak
nyamanan untuk anak, kesehatan mata anak juga dapat terganggu.
Informan menjelaskan jika ruang anak digunakan untuk daya tampung
maksimal 150 orang anak, maka harus menggunakan cahaya
58
tambahan yang berupa lampu. Namun jika pengunjung sehari-hari
hanya 10-50 anak, penggunaan tambahan lampu tidak diperlukan.
Berikut kutipan wawancaranya:
“Untuk pencahayaan sudah cukup karena kanan kiri sudah
dilengkapi dengan kaca, jadi tanpa lampu pun sudah bisa
dipergunakan. Tergantung seberapa banyak yang berkunjung, jika
jumlah yang berkunjung maksimal 150 orang pencahayaan alami
saja tidak mencukupi harus ditambah dengan lampu. Jika hanya
10-50 masih bisa”. (Ade M. Sa’ban)
Anak-anak yang menjadi informan mengatakan bahwa mereka
tidak merasa terganggu dengan pencahayaan. Mereka dapat melihat
tulisan pada buku dengan jelas. Selain itu anak-anak tidak merasa ada
bagian ruangan yang menyilaukan. Cahaya alami yang masuk pada
ruang layanan anak sangat cukup dan tidak menggangu penglihatan.
C. Pembahasan
1. Pengembangan tatanan desain interior ruang layanan anak di
Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor
Tatanan desain interior pada ruang layanan anak menurut informan
sudah memberikan kenyamanan untuk anak. Hal tersebut karena
pimpinan memberikan toleransi untuk para pustakan untuk menata
ruangan agar nyaman untuk anak. Akan tetapi menurut informan,
pustakawan merasa kesulitan saat mencoba merubah tatanan desain
interior karena rak yang dimiliki hanya jenis rak satu muka dan bagian
59
belakang rak tidak di cat. Oleh karena itu jika tatanan dirubah akan
menjadi tidak nyaman.
Pendapat pustakawan tersebut sesuai dengan teori yang ada bahwa
daerah atau ruangan harus dirancang sesuai dengan usia peengguna
dan aman untuk semua orang. Anak-anak harus nyaman dengan
perabot, pengaturan, dan bahan yang ditawarkan62
. Selain itu teori lain
yang sesuai dengan hasil dari penelitian mengenai tatanan desain
interior ini adalah anak-anak dari segala usia harus menemukan
perpustakaan merupakan tempat terbuka, mengundang, menarik,
menantang dan tidak mengancam untuk mengunjunginya63
.
Pustakawan sangat menyadari pentingnya tatanan desain interior
untuk anak, mereka selalu memperhatikan keamanan serta
kenyamanan ruang anak agar anak selalu ingin mengunjungi
perpustakaan. Perencanaan awal tatanan desain interior pada ruang
layanan anak adalah menyesuaikan dengan bentuk ruangan yang ada
dan perabot yang dipilih. Pada perencanaan awal rak yang dipilih
untuk ruang layanan anak adalah rak dua muka. Maka tatanan yang
akan dibuat, rak-rak tersebut tidak menempel di tembok. Peletakan
kursi dan meja saat perencanaan tidak menyebar seperti saat ini,
pustakawan merencanakan ada bagian yang tidak memakai kursi
untuk anak-anak yang ingin duduk di karpet. Namun karena pada
tahap pelaksanaan berbeda dengan perencanaan. Maka pustakawan
menyesuaikan tatanan desain interior dengan semenarik mungkin dan
62 Carol R. Brown, Interior Design For Libraries : Drawing on Function & Appeal
(Chicago and London : American Library Association, 2002), h. 110. 63 IFLA, Guidelines for Children’s Libraries Services (Croatia : IFLA, 2003), h. 10.
60
anak-anak tidak merasa tergangu jika berlalu lalang di dalam ruang
layanan anak.
Dengan demikian perkembangan tatanan desain interior layanan
anak di Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor belum dapat
dikembangkan karena pustakawan merasa jka merubah tatanan akan
menjadi tidak nyaman, hal tersebut dikarenakan perabot yang dimiliki
kurang bervariasi. Disisi lain pemustaka merasa nyaman dengan
tatanan desain interior yang disediakan saat ini. Tidak ada kesulitan
pada saat mereka melakukan aktifitas di dalam ruang layanan anak.
2. Warna-warna yang dipilih untuk ruang layanan anak di
Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor
Pengguanaan warna pada perpustakaan umum harus dapat
memberikan perasaan menyenangkan bagi pengguna64
. Kebutuhan
lingkungan anak berbeda dengan orang dewasa, anak-anak
memerlukan lingkungan yang kreatif. Lingkungan yang kreatif bisa
dibuat misalnya dengan mengunakan warna-warna yang menimbulkan
rasa “nyaman” bagi anak, sehingga mereka merasa betah berada
dalam lingkungan tersebut. Karena suasana yang menyenangkan dapat
tercipta dari komposisi warna tertentu dan secara psikologis dapat
memberi motivasi belajar atau rangsangan kepada anak sehingga
menunjang perkembangan pendidikan anak dengan optimal65
.
64 Paramita Atmodiwirjo dan Yandi Andri Yatmo, Pedoman Tata Ruang dan Perabot
Perpustakaan Umum (Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, 2009), h. 40. 65 Sriti Mayang Sari, “Peran Warna Interior Terhadap Perkembangan dan Pendidikan
Anak di Taman Kanak-kanak”. Dimensi Interior, Vol. 2, No. 1, Juni 2004.
61
Sejalan dengan teori yang ada bahwa Perpustakaan Umum KAPD
Kabupaten Bogor sudah menghiasi ruangan dengan berbagai macam
warna yang menarik, hal tersebut dilakukan untuk membuat anak
menjadi nyaman dan merasa senang ketika berkunjung ke
perpustakaan. Pustakawan layanan anak di Perpustakaan Umum
KAPD Kabupaten Bogor juga telah mengetahui bahwa warna-warna
yang diberikan dapat menarik minat anak untuk berkunjung ke
perpustakaan. Kondisi warna yang baik juga memiliki poin penting
dalam pewarnaan ruang anak.
Cat tembok yang digunak untuk ruang layanan anak seharusnya
memakai cat yang kusus untuk anak-anak. Biasanya cat untuk ruang
anak ketika dilakukan pengecatan, cat tersebut tidak menimbulkan bau
yang menyengat. Selain itu cat yang baik untuk anak anadalah cat
yang mudah kering, tahan lama dan mudah dibersihkan. Namun pada
saat pengecatan di ruang layanan anak di Perpustakaan Umum KAPD
Kabupaten Bogor, aroma cat yang digunakan sangat tercium.
Pustakawan mengantisipasinya dengan cara tidak menggunakan
layanan anak sampai bau cat yang ditimbulakn hilang.
Gambar dinding direncakan anak dibuat pada dinding-dinding
ruang layanan anak. Namun hal tersebut tidak dapat terealisasikan
karena kebijakan yang dibuat oleh pimpinan. Gambar-gambar dinding
yang direncanakan agar anak-anak dapat senang datang ke
perpustakaan. Selain dinding, perencanaan ditambahkannya gambar
juga untuk rak-rak pada ruang layanan anak.
62
Warna-warna yang ada sekarang memang terlihat kurang bervariasi
karena pemilihan warna yang digunakan tidak banyak. Warna-warna
yang digunakan cenderung warna yang kuat, pada ruang anak
kurangnya warna-warna lembut seperti kuning muda, hijau tosca atau
pun ungu muda. Karena suasana yang menyenangkat dapat tercipta
dari komposisi warna tertentu dan secara psikologis dapat memberi
motivasi belajar atau rangsangan kepada anak sehingga menunjang
perkembangan pendidikan anak dengan optimal66
.
3. Kebutuhan peredam suara (akustik) pada ruang layanan anak di
Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor
Akustik atau sound system merupakan unsur penunjang terhadap
keberhasilan desain yang baik, pengaruh sound system menimbulkan
efek yang sangat luas dan dapat menimbulkan efek-efek psikis dan
emosional dalam ruangan67
. Sistem akustik yang di pakai pada
ruangan anak bertujuan untuk meredam suara yang akan menggangu
kegiatan pada ruangan lain, dan begitu pun sebaliknya. Kebisingan
yang mengganggu merupakan suara yang tidak diinginkan dalam
ruang yang dihasilkan dari suara yang datang dari pertemuan yang
berdekatan dan / atau ruang belajar / daerah dalam gedung, suara dari
66 Sriti Mayang Sari, “Peran Warna Interior Terhadap Perkembangan dan Pendidikan
Anak di Taman Kanak-kanak”. Dimensi Interior, Vol. 2, No. 1, Juni 2004. 67 J. Pamuji Suptandar, Disain Interior : Pengantar Merencana Interior Untuk
Mahasiswa Disain dan Arsitektur (Jakarta : Djambatan, 1999), h. 247.
63
sistem pendingin udara / pemanas (bangunan kebisingan mekanik),
dan suara dari toilet umum68
.
Ruang layanan anak di Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten
bogor belum memakai peredam suara. Pintu ruangan yang seharusnya
ada dan berguna juga untuk meminimalkan suara yang dihasilkan dari
dalam atau pun luar ruangan juga tidak tersedia. Sejalan dengan teori
di atas, informan juga mengatakan bahwa tidak adanya peredam suara
sangat menggangu kegiatan lainnya. Kebisingan yang dihasilkan oleh
kegitan anak-anak menggagu kegiatan yang ada diluar ruangan anak.
Walaupun tidak sebaliknya, anak- anak tidak terganggu dengan suara
yang dihasilkan dari luar ruangan.
Pada saat pengembangan ruang layanan anak perlu ditambahkan
peredam suara. Penambahan peredam suara diharapkan agar para
pemustaka yang berada di luar ruangan anak tidak terganggu. Begitu
juga sebaliknya, jika terjadi kebisingan diluar ruangan maka anak-
anak tidak akan merasa terganggu.
4. Kondisi elemen pembentuk ruangan yang ada di Perpustakaan
Umum KAPD Kabupaten Bogor
Lantai, dinding dan plafond merupakan tiga elemen pembentuk
ruang. Keamanan serta kenyamanan anak-anak juga tergantung
apakah elemen pembenruk ruang yang ada berfungsi dengan baik.
68 Celcus, “ A Library Architecture Resource” di akses pada 11 Mei 2015 pada
https://libraryarchitecture.wikispaces.com/Public+Library+Acoustics?responseToken=9c69c7d64b
5c0e2a0c172966f67c7641
64
1) Lantai
Sebagai bidang dasar yang menyangga aktivitas interior dan
perabot kita, lantai harus terstruktur sehingga mampu memikul
beban tersebut dengan aman, dan permukaannya harus cukup kuat
untuk menahan penggunaan dan gesekan yang terus menerus69
.
Lantai harus mudah dalam hal perawatannya, untuk kekuatan dan
pemeliharahaan, material lantai harus tahan terhadap kotoran,
kelembaban, minyak dan noda, khususnya pada area lalu-lalang70
.
Penutup lantai (karpet) juga menjadi salah satu hal yang ada
pada ruangan anak, karpet yang empuk menjadikan laintai lembut,
lentur dan hangat dari segi visual maupun teksturnya. Kelebihan
dari penggunaan karpet adalah karena sifatnya dapat meredam
suara, mengurangi suara benturan, dan menjadikan permukaan
laintai aman dan nyaman untuk di injak71
.
Sesuai dengan observasi yang telah penulis lakukan bahwa
bahan kramik yang digunakan untuk lantai ruang layanan anak
sama seperti kramik yang digunakan untuk ruangan lainnya.
Kondisi lantai ruang anak di Perpustakaan Umum KAPD
Kabupaten Bogor, ada beberapa lantai yang telihat sudah
mengalami keretakan dan memiliki permukaan tidak halus lagi.
Informan mengatakan bahwa lantai tersebut memang harus
diperbaiki, pustakawan sudah melaporkan hal tersebut namun
belum diperbaiki juga hingga saat ini.
69 Francis D.K Ching, Ilustrasi Desain Interior (Jakarta : Erlangga, 1996), h. 162. 70 Ibid,. h.164. 71 Francis D.K Ching, Ilustrasi Desain Interior (Jakarta : Erlangga, 1996), h. 172.
65
Sejauh pengamatan yang telah penulis lakukan saat penelitian,
kerusakan tersebut tidak memiliki pengaruh untuk berlangsungnya
kegiatan anak di ruang anak. Tidak ada anak yang menjadi korban
karena kerusakan-kerusakan tersebut.
Karpet yang ada pada ruang anak tidak menutupi seluruh lantai
ruangan, ada bagian bagian lantai yang terlihat. Pustakawan yang
menjadi informan pun sependapat bahwa kondisi karpet belum
nyaman karena masih ada yang sobek dan ketebalan karpet yang
belum sesuai. Pada saat perencanaan, karpet yang direncanakan
untuk ruang anak adalah karpet yang permukaannya lebih lembut
dan menutupi seluruh lantai ruang layanan anak. Karpet dari jenis
bahan woll dapat digunakan untuk ruang layanan anak, karena
bahan tersebut lentur, memberikan kehangatan dan mudah
dibersihkan.72
Oleh karena itu sebaiknya keramik lantai dan karpet yang
sudah dalam kondisi yang tidak baik lagi harus segera diganti
dengan yang baru. Keamanan anak adalahan hal yang paling
utama. Jika ada yang tidak aman yang terlihat oleh orang tua, maka
akan berdampak ana-anak mereka tidak di izinkan lagi untuk
datang ke perpustakaan.
2) Dinding
Dinding adalah elemen arsitektur yang penting untuk setiap
bangunan. Secara tradisional, dinding telah berfungsi sebagai
72 Francis D.K Ching, Ilustrasi Desain Interior (Jakarta : Erlangga, 1996), h. 172.
66
struktur pemikul lantai di atas permukaan tanah, langit-langit
dan atap menjadi muka bangunan. Memberi proteksi dan privasi
pada ruangan interior yang dibentuknya. Selain itu fungsi dari
dinding adalah sebagai pembantas ruangan, pembatasan
menyangkut penglihatan, sehingga manusia terlindung dari
pandangan langsung yang biasanya berhubungan dengan
kepentingan pribadi73
. Salah satu dari sifat-sifat untuk
perpustakaan anak adalah daerah anak harus menyediakan
beberapa stimulasi visual untuk membuat lingkungan yang
menarik74
. Oleh karena itu pemberian wall art pada dinding
ruang anak dirasa salah satu contoh untuk menarik minat anak.
Pemberian warna dinding untuk ruang anak adalah penting,
lebih baik lagi jika setiap sudut ruang memiliki warna cat
dinding yang berbeda. Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten
Bogor juga memberi warna yang cat yang berbeda untuk ruang
anak dengan ruang lainnya, hal tersebut juga menjadi pembeda
ruangan anak dengan ruangan lain. Dari hasil observasi memang
terlihat dinding pada ruang anak hanya di cat dengan satu warna
yaitu hijau. Tidak adanya gambar pada dinding dan ada sedikit
bagian dinding yang mengalami kerontokan.
Pada tahap perencanaan putakawan merencanakan jika
dinding pada ruang layanan anak diberikan gambar, sesuai
73 Olih Solihat Karsono, “Darsar-dasar Desain Interior Pelayanan Umum I”. diakses pada
9 Mei 2015 pada http://repo.isi-
dps.ac.id/131/1/Dasar_Dasar_Desain_Interior_Pelayanan_Umum_I.pdf 74 Carol R. Brown, Planning Library Interiors : The Selection of Furnishing for the 21st
Century (Kanada : Oryx Press, 1995), h. 93.
67
dengan terori yang disampaikan. Jika pemberian gambar pada
dinding ruang layanan anak dapat memberikan stimulasi untuk
anak. Anak-anak yang menjadi informan juga mengharapkan
bahwa dinding pada ruang layanan anak tidak hanya di cat
melainkan diberikan gambar-gambar.
Dapat disimpulkan mengenai dinding ruang layaanan anak
di Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor jika dinding
akan lebih baik segera di perbaiki jika ada kerusakan dan akan
lebih baik ditambahkan gambar-gambar. Hal tersebut dilakukan
agar minat berkunjung anak datang ke perpustakaan semakin
besar. Mood yang tercipta pun menyenangkan, mencerminkan
jika perpustakaan bukan tempat yang membosankan untuk
dikunjungi. Ide kreatif anak juga dapat terbangun dengan adanya
gambar-gambar dan warnawarna yang lebih bervariasi pada
ruang layanan anak.
3) Plafond
Langit-langit adalah elemen yang menjadi naungan dalam
desain interior, dan menyediakan perlindungan fisik maupun
psikologis untuk semua yang ada dibawahnya75
. Dari hasil
pengamatan penulis bahwa plafond yang ada pada ruang
layanan anak dalam kondisi yang baik. Tidak terlihat kerusakan
yang terjadi pada plafond. Fungsi plafond yang bertujuan untuk
melindungi secara fisik maupun psikologis terlaksana dengan
75 Francis D.K Ching, Ilustrasi Desain Interior (Jakarta : Erlangga, 1996), h.
68
baik. Informan dan pemustaka merasa plafond yang ada dirasa
aman untuk menyangga titik-titik lampu serta kabel-kabel yang
dibutuhkan pada ruang layanan anak.
Warna putih merupakan warna yang dipilih untuk mengecat
plafond. Jika ingin lebih menarik plafon juga dapat diberikan
hiasan untuk anak-anak, biasanya hiasan tersebut sama seperti
gambar pada dinding. Pada plafond bisa ditambahkan gambar
awan, matahari, pelangi atau pun burung-burung. Anak-anak
yang menjadi informan menyatakan plafond yang ada sekarang
sudah cukup, karena mereka lebih mengharapkan dinding yang
diberi tambahan gambar-gambar agar lebih menyenangkan.
5. Perabot yang dibutuhkan untuk pemustaka pada ruang layanan
anak di Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor
Untuk perabot anak seperti rak, meja dan kursi informan mengaku
jika ukuran yang diberikan mengikuti Pedoman Perpustakaan
Nasional. Namun pada saat melakukan observasi menunjukkan anak-
anak yang rentang umurnya 3-12 tahun, anak yang berumur 3-8 tahun
terlihat jika kursi dan meja yang disedikan sesuai dengan tinggi
mereka, namun anak-anak yang berumur 10-12 tahun terlihat bahawa
kursi dan meja yang disediakan tidak sesuai dengan tinggi mereka
atau kurang tinggi. Untuk rak-rak yang ada di perpustakaan memang
sebagian besar tidak bermasalah, tetapi saat penulis melakukan
69
observasi melihat salah satu informan yang berumur 3 tahun tidak
dapat menjangku rak sampai di tingkat paling atas.
Ukuran perabot yang disediakan di ruang layanan anak
Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor tidak menyediakan
perbedaan antara perabot untuk anak prasekolah dengan anak usia
sekolah, semua rak, meja dan kursi memiliki ukuran yang sama.
Sesuai dengan observasi yang dilakukan penulis ukuran meja, kursi
dan rak pada ruang anak tersebut diantaranya tinggi meja 10,23 inci,
tinggi kursi 6,70 inci dan ada 6 rak yang tersedia dengan tinggi yang
berbeda-beda yaitu tinggi 39,37 inci kedalaman 11,81 inci untuk rak 1
dan 2 , tinggi 59,05 inci kedalaman 14,56 inci untuk rak 3,4 dan 5,
tinggi 47,24 inci kedalaman 12,60 untuk rak 6.
Teori yang mengenai ukuran kursi dan meja anak oleh Carol R.
Brown pada buku Planning Library Interiors : The Selection of
Furnishings for the 21st Century adalah pengguana perpustakaan anak
prasekolah harus memiliki tinggi meja sekitar 20-22 inci dan dengan
ketinggian kursi 12-14 inci sedangkan untuk anak yang lebih tua
membutuhkan meja dengan tinggi sekitar 24-26 inci dan ketinggian
kursi 15-16 inci76
. Sedangkan teori ukuran rak menurut Carol R.
Brown pada buku Interior Design For Libraries : Drawing on
Function & Appeal, rak buku untuk prasekolah harus memiliki tinggi
42 inci dan menjorok kedalam 12 inci, tinggi rak anak usia sekolah
76 Carol R. Brown, Planning Library Interiors : The Selection of Furnishings for the 21st
Century (Kanada : Oryx Press, 1995), h. 99.
70
maksimal 66 inci77
. Pada Pedoman Perencanaan Perabot dan
Perlengkapan Perpustakaan sedikit digambarkan jika maksimal ukuran
rak untuk anak adalah 114 cm (44,88 inci), sedangkan ukuran meja
yaitu 51 cm (20,07 inci) dan kursi 28cm(11,02 inci).
Hal tersebut menunjukkan bahwa perabot yang ada diruang anak
Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor tidak sesuai dengan
teori yang ada. Carol R. Brown membedakan perabot untuk anak usia
prasekolah dengan usia sekolah memang benar harus dilakukan karena
pada kenyataan yang dibuktikan dengan hasil observasi anak yang
berusia 10-12 tahun kursi dan meja yang disediakan terlalu rendah dan
untuk anak yang berusia 3 tahun tidak dapat mengambil koleksi pada
rak bagian atas.
Ketidak sesuaian juga terjadi dengan teori yang ada pada Pedoman
Perencanaan Perabot dan Perlengkapan Perpustakaan. Penyesuaian
ukuran bisa dilakukan sesuai dengan tinggi rata-rata anak Indonesia,
karena mungkin teori Carol R. Brown diperuntukkan bagi anak-anak
diluar Indonesia. Penulis menggunakan teori Carol R. Brown
dikarenakan teori yang disampaikan pada Pedoman Perencanaan
Perabot dan Perlengkapan Perpustakaan tidak dijelaskan secara
terperinci.
Perabot untuk anak-anak tidak memiliki sudut. Meja bulat atau
oval lebih aman dari pada meja persegi atau persegi panjang dan
meningkatkan kecenderungan anak-anak untuk berinteraksi satu sama
77 Carol R. Brown, Interior Design For Libraries : Drawing on Function & Appeal
(Chicago and London : American Library Association, 2002), h. 112.
71
lain78
. Sesuai dengan teori yang ada meja yang tersedia pada ruang
anak Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor memiliki bentuk
persegi dengan sudut-sudut yang dibuat tumpul sehingga aman untuk
anak-anak.
6. Pencahayaan yang ada pada ruang layanan anak di Perpustakaan
Umum KAPD Kabupaten Bogor
Pencahayaan ruang layanan anak di Perpustakaan Umum KAPD
Kabupaten Bogor yang disampaikan informan dan juga hasil observasi
jika pencahayaannya baik, cahaya matahari masuk tanpa terhalang.
Kegiatan membaca dan bermain yang dilakukan anak di dalam
ruangan tidak akan terganggu. Informan menjelaskan jika ruang anak
digunakan untuk daya tampung maksimal 150 orang anak, maka harus
menggunakan cahaya tambahan yang berupa lampu. Namun jika
pengunjung sehari-hari hanya 10-50 anak, penggunaan tambahan
lampu tidak diperlukan.
Undang Sudarsana pada buku Materi Pokok Pembinaan Minat
Baca disitu tertulis distribusi cahaya yang tidak teratur, adanya
penyinaran-penyinaran yang menyilaukan, ataupun pembagian cahaya
yang menimbulkan kontras-kontras yang tajam akan lebih tidak
menyenenangkan dari pada akibat yang ditimbulkan oleh kurangnya
cahaya itu sendiri79
. Namun pada ruang layanan anak ini pencahayaan
78 Carol R. Brown, Planning Library Interiors : The Selection of Furnishings for the 21st
Century (Kanada : Oryx Press, 1995), h. 99. 79 Undang Sudarsana, Materi Pokok Pembinaan Minat Baca (Jakarta : Universitas
Terbuka, 2008), h. 2.33
72
ruangan tidak ada gangguan atau sinar-sinar yang meyilaukan.
Lampu-lampu yang ada pun siap membantu menerangi ruangan jika
dibutuhkan.
73
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan mengenai
pengembangan desain interior layanan anak di Perpustakaan Umum
KAPD Kabupaten Bogor, maka penulis memberikan beberapa
kesimpulan, yaitu :
1. Tatanan desain interior yang ada pada ruang layanan anak, sudah
membuat nyaman para pemustaka. Pemustaka merasa tatanan desain
interior yang diberikan tidak menghambat aktivitas mereka di
perpustakaan.
2. Ada beberapa variasi warna namun masih terlihat monoton karena
perpaduan warna yang digunakan kurang beragam. Pemustaka merssa
senang dengan warna-warna yang ada namun mereka juga
menginginkan lebih banyak warna lagi. Sesuai dengan teori Carol R.
Brown bahwa penggunaan variasi warna dapat membentuk mood
anak.
3. Kebisingan yang terjadi dikarenakan tidak adanya peredam suara pada
ruang layanan anak. Pustakawan merasa ruangan anak perlu
menggunakan peredam suara, karena gangguan yang terjadi adalah
kebisingan yang dihasilkan oleh anak-anak menggangu pemustaka di
ruangan lain. Sedangkan pemustaka anak-anak merasa tidak terganggu
dengan lebisingan yang terjadi di luar ruang anak.
74
4. Elemen pembentuk ruang yang ada seperti lantai dan dinding ada
bagian yang mengalami kerusakan, hal tersebut dapat menggangu
kemanan anak. Pustakawan juga berharap kerusakan tersebut segera
diperbaiki. Selain itu pustakawan dan pemustaka menginginkan
ditambahkannya aksesoris pada dinding yang berupa gambar pada
dinding yang bertujuan untuk meningkatkan imajinasi anak.
5. Rak salah satu dari perabot yang seharusnya memiliki dua muka
namun yang disediakan hanya rak satu muka, hal tersebut berpengaruh
terhadap tatanan desain interior. Selain itu tidak adanya perbedaan
perabot untuk anak prasekolah dan usia sekolah menjadi hal yang
kurang nyaman, anak-anak yang berumur 10-12 tahun terlihat bahawa
kursi dan meja yang disediakan tidak sesuai dengan tinggi mereka
atau kurang tinggi dan anak berumur 3 tahun tidak dapat menjangku
rak sampai di tingkat paling atas.
6. Pencahayaan pada ruang anak Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten
Bogor, pustakawan dan pemustaka sepakat jika tidak ada masalah
dalam pencahayaan. Cahaya matahari yang masuk pada ruangan
menyinari dengan baik tanpa adanya hambatan. Tidak ada cahaya
yang menyilaukan yang dapat membuat tidak nyaman kepada anak.
B. Saran
1. Pustakawan akan lebih baik jika mencari referensi lebih banyak untuk
pengembangan tatanan desain interior, agar tatanan desain interior
yang ada lebih memberikan kesan yang nyaman untuk anak-anak.
75
2. Warna-warna yang beragam dapat mempengaruhi mood anak pada
saat di perpustakaan. Sebaiknya warna-warna yang digunakan lebih
beragam. Pustakawan dapat menggunakan warna-warna lembut
seperti merah muda, kuning muda, hijau toska dan lainnya. Mencari
lebih banyak referensi untuk memvariasikan warna-warna akan lebih
baik.
3. Peredam suara sangat dibutuhkan untuk ruang layanan anak,
sebaiknya segera diberikan karena kebisingan yang terjadi menggangu
kegiatan yang ada di luar layanan anak.
4. Elemen pembentuk ruang yang rusak sebaiknya segera diperbaiki agar
tidak menjadi ancaman untuk anak-anak. Penambahan gambar pada
dinding ruang anak sebaiknya dilakukan karena selain dapat
memperkaya kreatifitas anak, anak-anak juga menjadi semakin senang
berada di perpustakaan.
5. Pengembangan desain interior dari aspek-aspek seperti perabot yang
disediakan pada ruang layanan anak akan lebih baik jika adanya
perbedaan anatara perabot usia prasekolah dengan usia sekolah, selain
itu penambahan gambar pada rak akan meningkatkan rasa ingin tau
anak tentang koleksi apa saja yang ada di rak.
76
DAFTAR PUSTAKA
Brown, Carol R. Interior Design for Libraries : Drawing on function and
appeal. Chicago and London : American Library Association, 2002.
Brown, Carol R. Planning Library Interiors : The Selection of Furnishing for
the 21st Century. Canada : Oryx Press, 1995.
Bogdan, R., & Biklen, S. Qualitative Research for Education. Boston, MA :
Allyn and Bacon, 1992.
Celcus, “ A Library Architecture Resource” di akses pada 11 Mei 2015 pada
https://libraryarchitecture.wikispaces.com/Public+Library+Acoustics?
responseToken=9c69c7d64b5c0e2a0c172966f67c7641
Ching, Francis D.K. Arsitektur : Bentuk, Ruang dan Tatanan ed.2. Jakarta :
Erlangga, 2000.
Ching, Francis D.K. Ilustrasi Desain Interior. Jakarta : Erlangga, 1996.
Darmono. Manajemen Dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah. Jakarta :
Gramedia Widiasarana Indonesia, 2001.
Djamhari Somintardja. Pedoman Perencanaan Perabot dan Perlengkapan
Perpustkaan. Jakarta : Proyek Pengembangan Perpustakaan
Depdikbud, 1977.
Engkos Kosasih. Cerdas Berbahasa Indonesia. Jakarta : Erlangga, 2006.
IFLA. Library Buildings and Equipment and Libraries for Childern and
Young Adults
IFLA. Guidelines for Children’s Libraries Services. Kroasia : IFLA, 2003.
J. Pamuji Suptandar. Disain Interior : Pengantar Merencana Interior Untuk
Mahasiswa Disain dan Arsitektur. Jakarta : Djambatan, 1999.
Mukhtar. Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta: Referensi,
2013.
Murti Bunanta. Buku, Mendongeng dan Minat Membaca. Jakarta : Kelompok
Pencinta Bacaan Anak, 2008.
Olih Solihat Karsono, “Darsar-dasar Desain Interior Pelayanan Umum I”.
diakses pada 9 Mei 2015 pada http://repo.isi-
77
dps.ac.id/131/1/Dasar_Dasar_Desain_Interior_Pelayanan_Umum_I.pd
f
Paramita Atmodiwirjo dan Yandi Andri Yatmo. Pedoman Tata Ruang dan
Perabot Perpustakaan Umum. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI,
2009.
Prasetya Irawan. Logika dan Prosedur Penelitian. Jakarta: Sekolah Tinggi
Ilmu Administrasi Lembaga Administrasi Negara, 2004.
Romi Febriyanto Saputro, “Menutuju Perpustakaan Ideal : Sebuah
Perpustakaan yang Memperdayakan”, artikel pada 25 Juni 2015 dari
http://www.bpkp.go.id/pustakabpkp/index.php?p=perpustakaan%20id
eal
Salter, Charles M, Acoustics for Libraries. California : Libris Design, 2002.
Sriti Mayang Sari, “Peran Warna Interior Terhadap Perkembangan dan
Pendidikan Anak di Taman Kanak-kanak”. Dimensi Interior, Vol. 2,
No. 1, Juni 2004.
Sukarman, Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum. Jakarta :
Perpustakaan Nasional RI, 2000.
Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat Edisi Revisi. Jakarta : Sagung
Seto, 2006.
Sinung Utami Hasri Habsari, “Aplikasi Semiotik & Efek Psikologis Tampilan
Warna Pada Rumah Minimalis”. Riptek, Vol.4, No.1, Tahun 2010.
Taslimah Yusuf. Manajemen Perpustakaan Umum. Jakarta: Universitas
Terbuka, 2003.
Tim Penyusun. Pedoman Akademik UIN Syarif Hidayatullah 2011-2012.
Jakarta: Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan UIN Syarif
Hidayatullah, 2011.
Undang Sudarsana, Materi Pokok Pembinaan Minat Baca. Jakarta :
Universitas Terbuka, 2008.
Wanda Listiani dan Novalinda, “Desain Ruang Perpustakaan”, artikel diakses
pada 1 Mei 2015 dari
http://www.pnri.go.id/iFileDownload.aspx?ID=Attachment%5CMajal
ahOnline%5cdesain+ruang+perpustakaan.pdf.
LAMPIRAN
PERTANYAAN & HASIL WAWANCARA
Informan Pustakawan
Nama : Ade M. Sa’ban
Jabatan : Pustakawan Layanan Anak
Keterangan :
P = Peneliti
I = Informan
P : Bagaimana cara merencanakan desain interior untuk ruang anak?
I : Dalam proses perencanaan perpustakaan awalnya dimulai dari intern, para
pengelola perpustakaan dan para pustakawan itu mendesain seperti apa yang di
inginkan. Nah kami pun tidak hanya membuat seperti yang kami inginkan
tetapi kami juga berkonsultasi dengan ahli atau konsultan, kita menjelaskan
seperti apa keinginan kita nanti konsultan menterjemahkan seperti apa. Nah
selanjunya kita membuat skect apa yang kita inginkan bersama-sama dengan
meminta kepada ahlinya, ahli gambar tata ruang. Kemudian dari hasil gambar
itu baru nanti kita hitung kira-kira berapa yang dibutuhkan dan nanti
dimasukkan dalam perencanaan anggaran, melalui BAPEDA (Badan
Perencanaan Daerah) nanti di BAPEDA ini nanti dihitung-hitung lagi apakah
budget sudah sesuai dengan yang kita inginkan nanti di lihat kepada standar
harga yang ada di Kabupaten Bogor. Nah setelah itu baru ditentukan apakah
memang disetujui atau tidak, jika sudah disetujui di tingkat BAPEDA nanti
baru akan masuk di tingkat pembahasan TAPD. Pembahasan anggaran di
anggota dewan dan lainnya, jika sudah disetujui anggran tersebut masuk dalam
rancangan anggran tahun berikutnya, misalnya kita merencanakan di tahun
2014 berati masuk pada rancangan anggaran tahun 2015 selanjutnya
pelaksanaan pada tahun 2016. Jadi kita merencanakan tidak bisa langsung ada
tetapi harus melalui proses yang seperti itu.
P : Ahli ini dipilih atau memang sudah ada?
I : Itu biasanya kita mencari rekomendasi dari perpustakaan-perpustakaan lain
yang sudah menggunakan konsultan tersebut. Kalau pun tidak, ya kita tetep
cari ahli-ahli interior tapi nanti seperti apa interiornya sesuai dengan yang kita
inginkan perpustakaannya dengan pengetahuan-pengetahuan yang kita miliki
sebagai pustakawan.
P : Mengacu atau tidak dengan standar yang di keluarkan oleh Perpustakaan
Nasional?
I : Ya kalau mengacu atau tidak kita mengacu pada pedoman namun acuan itu kita
lihat bukan bentuk-bentuknya tetapi biasanya mengacu dari segi ukuran, dari
segi kekuatan dan sebaginya... yang penting kita menyentandarkan jika
perpustakaan daerah itu mempunyai standar bahwa sarana-sarananya itu harus
apa aja. Nah selanjutnya sarana-sarana apa saja yang harus ada yang mengacu
pada pedoman itu kita modivikasi sesuai dengan keinginan kami, sesuai
dengan keinginan masyarakat. Supaya masyarakat nyaman, supaya masyarakat
enak betah di perpustakaan itu semua kita buat sendiri dengan berkonsultasi
pada ahlinya.
P : Apakah ini semua sudah sesuai dengan apa yang bapak dan teman-teman
harapkan?
I : Yang sudah saya dan teman-teman rencanakan itu sebenarnya tidak sesuai
dengan sekarang terlihat. Kita sudah merencanakan, kita sudah membuat
gambar dengan ahli interior kemudian ternyata saat pelaksanaan kami tidak
dilibatkan. Rencana yang sudah dibuat berserta anggarannya sudah ada namun
saat pelaksanaan kami tidak dilibatkan, yang akhirnya hasilnya seperti ini. Itu
adalah kebijakan para pimpinan ya, kami ini hanyalah tenaga teknis dan
pelaksana yang bisa menginginkan sesuatu tetapi belum tentu keinginan kita
dapat di terjemahkan dengan baik oleh pimpinan-pimpinan kita.
P : Apakah bapak mengetahui pimpinan melakukan hal seperti ini, pengerjaan
yang dilakukan tidak sesuai dengan apa yang sudah direncanakan?
I : Ini kan berbicara soal kebijakan, jika berbicara soal kebijakan itu sudah suatu
hak pimpinan. Kami hanya melaksanakan, sebenarnya kami sudah
mempertahankan apa yang kami inginkan tetapi jika kebijakan pimpinan
seperti itu ya kami tidak bisa berbuat banyak.
P : Menurut bapak apakah pimpinan mengetahui pedoman desain interior anak?
I : Kalo dari segi pengalaman dan segi pengetahuan beliau seharusnya tau,
karena beliau juga pernah menjabat dijabatan strategis kemuadian pengelaman
beliau yang pernah melakukan study banding yang bukan hanya di dalam
negeri namun juga diluar negeri harusnya beliu tau. Tapi entah pertimbangan
apa yang terjadi ya seperti ini lah hasilnya. Yang pasti ini tidak sesuai dengan
apa yang telah direncanakan.
P : Memang yang bapak dan teman-teman pustakawan harapkan desain interior
ruang anak yang seperti apa?
I : Yang bisa menarik perhatian anak seperti adanya gambar-gambar, kursi-kursi
yang emapuk, ada bantal, ada mainan. Kemuadian raknya berwarna-warni dan
ada gambarnya, bisa dikatakan seperti taman kanak-kanak. Ini ada panggung
namun tidak sesuai dengan keinginan, kita menginginkannya lebih dari ini
seperti karpet warna-warni yang menarik kemudian diberikan background
bergambar yang bisa menarik anak-anak.
P : Apakah bapak mengetahui ukuran meja, kursi dan rak untuk anak-anak?
I : Ya ada di standar pedoman juga ada, insha Allah yang ada disini sudah sesuai
dengan standar perpustakaan nasiaonal. Disini kami tambahkan karpet agar
dapat muat lebih banyak walaupun disini sudah ada meja dan kursi.
P : Menurut bapak apakah karpet yang ada sudah nyaman?
I : Belum, masih ada yang sobek-sobek.. kemudian kurang tebal, ini kan kaya
karpet biasa aja. Jadi yang saya dan teman-teman harapkan lebih baik lagi.
P : Masalah tatanan desain interior seperti peletakan kursi, meja, dan rak apakah
menurut bapak sudah sesuai?
I : untuk peletakan rak, meja, kursi itu masih bisa dirubah. Pimpinan
memberikan toleransi untuk itu. Tetapi yang jadi masalah adalah saat kita
mencoba untuk merubah kita bingung karena rak yang ada hanya srak satu
muka saja. Jika kita rubah lagi kita merasa malah menjadi kurang nyaman
karena bagian belakang rak tidak tercat, jadi jika kita jadikan background dan
lainnya malah jadi tidak bagus.
P : Rak, meja dan kursi kan sudah warna-warni apakah bapak mengetahui apakah
cat yang digunakan aman untuk anak?
I : kalo dari cat informasi yang saya dapat dari yang mengecat rak, meja dan
kursi, ini cat yang digunakan aman. Kami juga belum mengetahui benar atau
tidaknya cat tersebut aman namun dari pengakuan pihak yang mengecat jika
cat yang digunakan tersebut aman.
P : Bagaimana dengan cat tembok?
I : pada saat setelah pengecatan tembok memang berbau namun kita antisipasi
dengan tidak menggunakan ruangan tersebut sampai tidak berbau lagi.
P : menurut bapak soal pencahayaan di ruang anak sudah cukup atau belum?
I : Untuk pencahayaan InSha Allah sudah cukup karena kanan kiri sudah
dilengkapi dengan kaca, jadi tanpa lampu pun sudah bisa dipergunakan.
P : Apakah pencahayaan sudah cukup untuk membaca dan bermain?
I : Tergantung seberapa banyak yang berkunjung, jika jumlah yang berkunjung
maksimal 150 orang pencahayaan alami saja tidak mencukupi harus ditambah
dengan lampu. Jika hanya 10-50 masih bisa.
P : Bagian sebelah kiri ini kan terlihat lebih redup ya pak apakah perlu tambahan
lampu?
I : Bisa saja karena lampunya juga sudah ada ya jadi tinggala digunakan saja.
tetapi dengan kondisi yang kita lihat seperti sekarang ini masih nyaman.
P : Tidak adanya peredam suara pada ruang anak ini menurut bapak menggangu
atau tidak?
I : Terganggun sekali, yang kita konsep dulu juga pakai peredam. Tapi ini
kenyataannya kan tidak menggunakan peredam. ya sangat menggangu sekali,
terutrama yang sangat menggangu itu adalah suara bising anak-anak dari dalam
keluar bukan dari luar kedalam. Kalo dari luar ke dalam sepertinya anak-anak
sudah terbiasa ya dengan kebisingan yang menggangu itun kegaduhan anak-
anak yang menggangu ke luar ruangan.
P : Saat perencanaan peredam apa yang ingin bapak gunakan pada ruang anak
ini?
I : Jika berbica seperti apa dulu, yang biasa digunakan untuk studio musikseperti
lapisan kain yang ada kawatnya. Jika menggunakan karpet saja kurang
meredam, masih tersengan kebisingan-kebisingan yang terjadi.
P : Pada saat saya melakukan observasi banyak lantai yang rusak, bagaimana
menurut bapak?
I : Harusnya dibenerin dan anggarannya sudah ada namun kembali lagi dengan
kebijakan. Laporan sudah, nota dinas juga sudah namun mohon maaf masih
seperti itu. bukan hanya keramik kan? toliet juga. kami sudah melaporkan
bahwa kondisinya rusak dan harus segera diperbaiki
P : Jadi boleh saya simpulkan jika permasalahan disini adalah masalah
transparansi ya pak?
I : iya betul terlebih lagi menyangkut dengan perawatan dan pengadaan barang,
kalau yang lain soal perjalanan dinas kita bisa mengetahuinya
Contoh tata ruang tersebut diambil dari Pedoman Tata Ruang Perabot
Perpustakaan Umum oleh PNRI
1. Ukuran Luas Bangunan 30m x 20m
Contoh layout luas bangunan perpustakaan 30m x 20m
Model desain interior layanan anak yang ditawarkan
Tampak dalam ruang layanan anak
2. Ukuran Luas Bangunan 15m x 20m dengan 2 Lantai
Lantai 1 Lantai 2
Contoh layout luas bangunan perpustakaan 15m x 20m dengan 2 lantai
Model desain interior layanan anak yang ditawarkan
Tampak dalam ruang layanan anak ke-1
Tampak dalam ruang layanan anak ke-2
2. Ukuran Luas Bangunan 20m x 15m dengan 2 Lantai
Lantai 1
Lantai 2
Contoh layout luas bangunan perpustakaan 20m x 15m dengan 2 lantai
Model desain interior layanan anak yang ditawarkan
Tampak dalam ruang layanan anak
Gambaran Ruang Anak di Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor
Tatanan perabot ruang anak :
Rak penyimpanan mainan dan cendamata :
Rak koleksi referensi :
Rak koleksi :
Panggung :
Sumber pencahayaan :
Aktivitas pemustaka :
BIODATA PENULIS
Penulis lahir di Bogor pada tanggal 10 Mei
1993, putri pertama dari Bapak Hendi Heryadi dengan
Ibu Setiawati. Penulis bertempat tinggal di Jl. Bintang
mas no.22 RT.004/006 Kel. Nanggewer, Kec.
Cibinong, Kabupaten Bogor. Menyelesaikan
pendidikan dasar di SDN Mampang 3 Depok (tahun
2005). Kemudian melanjutkan sekolah menengahnya
di SMPN 9 Depok (tahun 2008) dan Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Depok
(tahun 2011). Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan pada
program studi (S1) Jurusan Ilmu Perpustakaan pada Fakultas Adab dan
Humaniora di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Menyelesaikan kuliahnya dengan menulis skripsi berjudul “Desain Interior
Layanan Anak di Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor”. Penulis pernah
menjalani Praktek Kerja Lapangan di Perpustakaan STEI SEBI pada tahun 2013
selama satu bulan, Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI
pada tahun 2014 selama satu bulan, Perpustakaan UNESCO untuk Indonesia pada
tahun 2014 selama satu bulan dan magang di Document Control Departemen
Finance JOB Pertamina Talisman Jambi Merang selama empat bulan pada tahun
2015.