IDENTIFIKASI DESAIN INTERIOR PASAR GEDHE …

16
Institut Seni Indonesia Surakarta, 25 Oktober 2017 110 PENDAHULUAN Perkembangan perekonomian global mendesak pasar tradisional atau pasar rakyat untuk mampu bertahan di tengah persaingan tidak sehat dengan hadirnya sektor ritel modern seperti super- market, minimarket, dan hypermarket . Persoalan perdagangan di era globalisasi harus dipahami sebagai persoalan global bukan hanya persoalan lokal. Persoalanpasar tradisional atau pasar rakyat tidak hanya tentang ekonomi dan perdagangan, namun juga tentang pertimbangan nonekonomis, karena perdagangan harus ditempatkan dalam kerangka budayaatau “Rumah Budaya” Pertimbangan non ekonomis di antaranya perlindungan produk dalam negeri, kehidupan para petani dan keluarganya, para pelaku perdagangan dalam negeri, dan gaya kehidupan keseharian agar tetap terjaga 1 . Pasar tradisional dalam kerangka budaya, keberadaannyaharus tetap dirawat karena masih menjadi pusat kehidupan di daerah sampai sekarang.Keberadaannyamerupakan narasi kehidupan yang menceritakan budaya lokal di mana pasar tersebut terletak dan berpotensi sebagai destinasi pariwisata. IDENTIFIKASI DESAIN INTERIOR PASAR GEDHE HARDJONAGORO SEBAGAI DESTINASI PARIWISATA DI KOTA SOLO Ahmad Fajar Ariyanto Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Surakarta Email: [email protected] Amir Gozali Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Surakarta Email: [email protected] ABSTRACT The traditional market design mission in general is to provide comfortable, accessible, and accommodating social interaction spaces for economic and social activities. The market becomes a community place (trad- ers) in self-development. The success of traditional market design can also contribute to strengthening the local character of the community and become the identity of the city. This report is the result of research of Interior Design Pasar Gedhe Hardjonagoro: Tourism Destination that Represents Cultural House in Solo City. This research is about effort in rehabilitation program to maintain cultural heritage building that function as Traditional Market with best featured products. The research method used descriptive analytic method and design approach as design solution. The results achieved are: zoning and grouping are not well planned that cause problems to the hierarchy of space, the circulation provides less accessibility for visitors, traders, distribution of goods, and waste. Keywords: Pasar Gedhe Hardjonagoro Revitalization, Tourism Destination Kota Solo memiliki keluasan wilayah kurang lebih 44,04 km 2 memiliki 43 pasar tradisional. Jadi hampir setiap jarak satu kilometer terdapat pasar tradisional. Karakteristik produk di setiap pasar masing-masing memiliki kekhasan. Keberagaman pasar tradisional di Kota Solo mempunyai nilai tambah dalam upaya menarik para wisatawan untuk datang ke Kota Surakarta (Solo) dan mengunjungi pasar tradisional 2 .Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Solo didominasi dari pasar-pasar tradisional, seperti yang dijelaskan Kepala Dinas Pengelola Pasar (DPP) Subagiyo, retribusi pasar yang berhasil dihimpun PAD Solo tahun 2013 mencapai Rp 14 miliar. Pendapatan pasar yang dapat disumbangkan bagi PAD Kota mayoritas berasal dari penghasilan tarikan jasa perparkiran, retribusi pasar dan pemasangan iklan, yakni mencapai Rp 500 juta setahun 3 Subagiyo tersebut merupakan potensi besar dimiliki pasar tradisional untuk tetap hidup dan menghidupi Kota Solo. Potensi besar yang dimiliki pasar tradisional yang tetap hidup merupakan hasil kerja Pemerintah Kota Surakarta di era pemerintahan Walikota Jokowi, karena pasar tradisional dikembangkan melalui pro- gram rehabilitasi dan revitalisasi. Hal tersebut termuat dalam City Vision Profile yang dibuat oleh UN Habitat

Transcript of IDENTIFIKASI DESAIN INTERIOR PASAR GEDHE …

Page 1: IDENTIFIKASI DESAIN INTERIOR PASAR GEDHE …

 

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat II

Institut Seni Indonesia Surakarta, 25 Oktober 2017110

PENDAHULUAN

Perkembangan perekonomian globalmendesak pasar tradisional atau pasar rakyat untukmampu bertahan di tengah persaingan tidak sehatdengan hadirnya sektor ritel modern seperti super-market, minimarket, dan hypermarket. Persoalanperdagangan di era globalisasi harus dipahami sebagaipersoalan global bukan hanya persoalan lokal.

Persoalanpasar tradisional atau pasar rakyattidak hanya tentang ekonomi dan perdagangan,namun juga tentang pertimbangan nonekonomis,karena perdagangan harus ditempatkan dalamkerangka budayaatau “Rumah Budaya” Pertimbangannon ekonomis di antaranya perlindungan produk dalamnegeri, kehidupan para petani dan keluarganya, parapelaku perdagangan dalam negeri, dan gayakehidupan keseharian agar tetap terjaga1.

Pasar tradisional dalam kerangka budaya,keberadaannyaharus tetap dirawat karena masihmenjadi pusat kehidupan di daerah sampaisekarang.Keberadaannyamerupakan narasi kehidupanyang menceritakan budaya lokal di mana pasartersebut terletak dan berpotensi sebagai destinasipariwisata.

IDENTIFIKASI DESAIN INTERIOR PASAR GEDHE HARDJONAGOROSEBAGAI DESTINASI PARIWISATA DI KOTA SOLO

Ahmad Fajar AriyantoFakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Surakarta

Email: [email protected]

Amir GozaliFakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Surakarta

Email: [email protected]

ABSTRACT

The traditional market design mission in general is to provide comfortable, accessible, and accommodatingsocial interaction spaces for economic and social activities. The market becomes a community place (trad-ers) in self-development. The success of traditional market design can also contribute to strengthening thelocal character of the community and become the identity of the city. This report is the result of research ofInterior Design Pasar Gedhe Hardjonagoro: Tourism Destination that Represents Cultural House in Solo City.This research is about effort in rehabilitation program to maintain cultural heritage building that function asTraditional Market with best featured products. The research method used descriptive analytic method anddesign approach as design solution. The results achieved are: zoning and grouping are not well planned thatcause problems to the hierarchy of space, the circulation provides less accessibility for visitors, traders,distribution of goods, and waste.

Keywords: Pasar Gedhe Hardjonagoro Revitalization, Tourism Destination

Kota Solo memiliki keluasan wilayah kuranglebih 44,04 km2 memiliki 43 pasar tradisional. Jadihampir setiap jarak satu kilometer terdapat pasartradisional. Karakteristik produk di setiap pasarmasing-masing memiliki kekhasan. Keberagamanpasar tradisional di Kota Solo mempunyai nilai tambahdalam upaya menarik para wisatawan untuk datangke Kota Surakarta (Solo) dan mengunjungi pasartradisional2.Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Solodidominasi dari pasar-pasar tradisional, seperti yangdijelaskan Kepala Dinas Pengelola Pasar (DPP)Subagiyo, retribusi pasar yang berhasil dihimpun PADSolo tahun 2013 mencapai Rp 14 miliar. Pendapatanpasar yang dapat disumbangkan bagi PAD Kotamayoritas berasal dari penghasilan tarikan jasaperparkiran, retribusi pasar dan pemasangan iklan,yakni mencapai Rp 500 juta setahun3

Subagiyo tersebut merupakan potensi besar dimilikipasar tradisional untuk tetap hidup dan menghidupiKota Solo.

Potensi besar yang dimiliki pasar tradisionalyang tetap hidup merupakan hasil kerja PemerintahKota Surakarta di era pemerintahan Walikota Jokowi,karena pasar tradisional dikembangkan melalui pro-gram rehabilitasi dan revitalisasi. Hal tersebut termuatdalam City Vision Profile yang dibuat oleh UN Habitat

Page 2: IDENTIFIKASI DESAIN INTERIOR PASAR GEDHE …

 

Institut Seni Indonesia Surakarta, 25 Oktober 2017 111

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat II

bekerjasama dengan City Alliance: City WithoutSlums, Pemerintah Kota Surakarta, dan KementerianPekerjaan Umum RI. City Vision Profile merupakanringkasan komprehensif visi kota dan merupakan alatadvokasi dalam membantu kota mempromosikanprioritas investasi Kota Solo. Kota Solo sampaisekarang sedang melaksanakan visi pembangunanSolo Eco Cultural City. Strategi pembangunan kotaSolo berfokus pada empat komponen yaitu ekologiperkotaan, penjagaan warisan budaya, pengembanganekonomi lokal, dan pembangunan infrastruktur4. Pasartradisional menjadi bagian dari empat komponentersebut, utamanya pada penjagaan warisan budayadan pengembangan ekonomi lokal. Pendekatan incre-mental dalam membangun pasar tradisional telahmemberi perbaikan kualitas hidup bagi pedagang5.

Salah satu dari program rehabi li tasi,revitalisasi, dan pembangunan pasar tradisional adalahrenovasi Pasar Gedhe Hardjonagoro. RevitalisasiKawasan Pasar Gedhe diharapkan mampu mendorongperbaikan pusat perdagangan sekaligus ikon kotajantung Kota Solo. Sebagai pusat distribusi,rev ital isasi Pasar Gedhe Hardjonagoro akanmemperbaiki sistem pasar secara menyeluruh di KotaSolo6. Pasar Gedhe merupakan pasar tertua yangmempunyai peran penting proses distribusike pasar-pasar di Kota Solo.

Pasar Gedhe Hardjonagoro merupakanbangunan cagar budaya yang ditetapkan dengan SuratKeputusan (SK) Wali Kota Nomor 646/101-F/I/2012.Pemerintah Kota Surakarta telah merevitalisasiPasar Gedhe sisi barat tahun 2015, setelah pada tahun2013 gagal pelaksanaannya karena tidak adapemenang lelang. Revi tal isasi Pasar GedheHardjonagoro sisi barat menjadi bagian dari proyekrevitalisasi kawasan Pasar Gedhe. Jika dilihat kondisiyang ada, Pasar Gedhe Hardjonagoro sisi barat tidaklepas dari keberadaaan Pasar Gedhe Hardjonagorosisi t im ur, yang sering menjadi venuediselenggarakannya acara seni dan budaya. Di antaraacara seni budaya tersebut adalah Solo City Jazz padatahun 2011, Garebeg Sudiro dan rangkaian perayaantahun baru Cina, acara Jagongan Pasar Gedhe setiapJumat malam oleh televisi lokal TA TV, dan lain-lain.Pada jam-jam tertentu di pagi hari, kurang lebih jam08.00-11.00 WIB rombongan wisatawan mancanegaraberkunjung ke pasar ini, tidak hanya sekedar untukmengabadikan suasana pasar namun juga berbelanjabuah-buahan lokal.

Dalam konteks pembangunan Kota Surakarta,pariwisata diharapkan mampu menjadi generator untukmengembangkan perekonomian daerah, merevitalisasi

budaya lokal, dan melestarikan pasar tradisional.Harapannya langkah tersebut berpeluang untukmeningkatkan kesejahteraan masyarakat.Kenyataannya peluang danpotensi keanekaragamanpasar tradisional tersebut belum menjadi perhatiankhusus dan dimanfaatkan secara optimal sebagaidasar pengembangan pariwisata dan daya saing daerahKota Solo.Pemanfaatan secara optimal tersebut jugabelum dilakukan untuk Pasar Gedhe Hardjonagoro,yang disebut sebagai ikon jantung kota pada City Vi-sion Profile.

Di samping potensi pasar tradisional sebagairepresentasi rumah budaya dan destinasi pariwisata,pasar tradisional tidak dipungkiri jika identik denganketidakteraturan, kumuh, sumber kemacetan,menyebarkan bau tidak sedap, becek, padat, penataanproduk yang melanggar batas area, dan lain-lain.Meskipun sebenarnya esensi berbelanja di pasartradisonal dapat menjadi daya tarik wisata, yaitu:interaksi sosial atau bersosialisasi sekaligusberekreasi.Dua hal yang bertolak belakang tersebutjuga terjadi di Pasar Gedhe Hardjonagoro, maka sudahselayaknya jika pemerintah kota melakukan revitalisasitidak hanya pada kawasan, namun juga pada fasilitasberdagang dengan perspektif desain interior dandisertai program pelatihan serta pendampingan bagipara pedagang. Namun dalam program revitalisasibelum menyentuh perspektif desain interior. Padahalfasilitas area berdagang merupakan jantung transaksiekonomi, interaksi sosial, dan representasi budayamasyarakat Solo. Sebagaimana diketahui PasarGedhe Hardjonagoro sebagai simbol alkuturasi budayaCina, Jawa, dan Eropa sejak proses pertama pasarini lahir pada masa Pakubuwana X. Berdasarkan haltersebut maka narasi sosial budaya yang terjadi setiaphari di pasar ini harus didukung oleh pembagian areaberdagang atau zoning dan grouping sesuai produkkomoditi, sirkulasi, dan lain-lain, baik di Pasar GedheHardjonagoro sisi timur maupun sisi barat.

Beberapa hasil dari penelitian para akademisi,Munirwanto7Pasar Gedhe termasuk salah satu dari 5pasar yang dapat menjadi alternatif destinasipariwisata. Penelitian tersebut merekomendasikanaspek sejarah dan arsitektur serta kuliner dari PasarGedhe Harjonagoro berpotensi untuk dikembangkanuntuk aktifitas wisata. Namun dari hasil penelitiantersebut, belum ada yang membawa pasar dalamkerangka budaya dengan perpektif desain interior.Situasi dan kondisi interior dan para pedagang yangseperti apa yang mampu mendukung Pasar GedheHardjonagoro sebagai destinasi pariwisata belummenjadi fokus kelima penelitian tersebut.Berdasarkan

Page 3: IDENTIFIKASI DESAIN INTERIOR PASAR GEDHE …

 

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat II

Institut Seni Indonesia Surakarta, 25 Oktober 2017112

kebutuhan tersebut maka penelitian desain interiorPasar Gedhe Hardjonagoro baik sisi barat maupunsisi timur sangat penting untuk dilakukan, karenahasilnya dapat memberikan kontribusi nyata bagikota.Penelitian ini sebagai bentuk keikutsertaanakademisi dalam mendukung program pembangunankota Solo yang bervisi Solo Eco Cultural City, sehinggaPasar Gedhe Hardjonagoro sebagaiikon jantung kotalayak disebut sebagaidestinasi pariwisata Kota Solo.Penting untuk diidentifikasi bagaimana pola desaininterior (zonasi, grouping, sirkulasi, dan lain-lain) PasarGedhe Hardjonagoro baik di sisi barat maupun sisitimur? Berdasarkan pertanyaan tersebut diharapkandapat teridentifikasi dan pola desain interior (zonasi,grouping, sirkulasi, dan lain-lain) Pasar GedheHardjonagoro baik di sisi barat (pasar buah) maupunsisi timur dapat dipahami. Kebutuhan konsep desaininterior Pasar Gedhe Hardjonagoro sisi barat dan sisitimur terkait dengan pola zonasi, grouping, sirkulasi,bentuk display, dan sign system sebagai konsep pro-gramming pasar tradisional sebagai destinasipariwisata.

KAJIAN LITERATUR DAN KEBIJAKANPEMERINTAH KOTA SURAKARTA

a. Program Dinas Pengelola Pasar (DPP)Pemerintah Kota Surakarta

Pemerintah Kota Surakarta memberikantanggung jawab pengelolaan pasar tradisional kepadaDinas Pengelola Pasar (DPP). DPP dalammenjalankan program kerjanya memiliki visi, yaitu: citrapasar bersih, tertib, aman dan nyaman. Misi yangdibawa, yaitu (1) Meningkatkan Kesempatan Bekerjadan Berusaha, (2) Meningkatkan Kebersihan,Ketertiban dan Keamanan Pasar, (3) MeningkatkanPelayanan kepada Pedagang dan Pengunjung, (4)Meningkatkan Kual itas SDM Pengelola danPedagang8. Visi dan keempat misi tersebut menjadipola kerja DPP. Dalam sambutannya yang dimuatdalam situs resmi DPP dijelaskan bahwa,

Rev ital isasi dimaksudkan untukmempertahankan roh pasar tradisional yangtidak hanya sekadar tempat aktivitas ekonomitetapi juga tempat berinteraksi sosial danbudaya. Oleh karena itu, Dinas PengelolaanPasar juga memperhatikan segala sesuatu diluar hal yang bersifat fisik. Hal yang utamaadalah kualitas sumber daya manusia (SDM),baik pegawai pengelola pasar maupunpedagang di pasar tradisional9.

Pemerintah Kota Surakarta menetapkanperaturan pengelolaan dan perlindungan pasartradisional melalui Peraturan Daerah Kota SurakartaNo 1 tahun 2010 pada era kepemimpinan JokoWidodo. Peraturan ini menjadi bekal awal informasibagi peneliti bagaimana kebijakan pengelolaan danperlindungan pasar tradisional diberlakukan.

b. Definisi Pasar Tradisional

Definisi pasar tradisional menurut PeraturanMenteri Perdagangan No. 53 Tahun 2008 tentangPedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional,Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern pasal 1 ayat 2,bahwa pasar tradisional adalah pasar tradisional adalahpasar yang dikelola oleh pemerintah, pemerintahdaerah, swasta, badan usaha milik negara, dan badanusaha milik daerah, termasuk kerjasama denganswasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los,dan tenda yang dimiliki atau dikelola oleh pedagangkecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasidengan usaha skala kecil, modal kecil dan denganproses jual beli barang dagangan melalui tawarmenawar.

Pasar tradisional sebagai tempat bertemuantara penjual dan pembeli melakukan transaksisecara langsung dengan aktivitas tawar menawarharga. Pasar tradisional sering disebut pasar basahkarena keadaannya yang cenderung tidak yaman,kotor, kumuh bahkan menjadi sumber kemacetan10.Kondisi pasar tradisional yang disebut pasar basahtersebut, umum ditemui di Indonesia, namun denganupaya penataan dan revitalisasi yang dilakukanPemerintah Kota Surakarta pasar tradisional menjadibagian dari norma internal atau indigenous dan tatanansosial masyarakat. Sejarah perkembangan pasartradisional, padamulanya terjadi dari ruang terbukadengansebuah naungan pepohonan, tanpa adabatasfisik yang permanen. Kebutuhan adanyanaunganyang lebih melahirkanfisik bangunan yang disebutdengan los. Padaperkembangan berikutnya komposisilos tidakhanya sekedar naungan tetapijugamempertimbangkan sirkulasi udara danalurpencahayaan alami. Pada dekade 1920-1935,diJawa, sejumlah pasar didirikan olehpemerintahkolonial. Ciri fisik ditandai olehkomposisi los besi yangmembentuk alur barattimursesuai dengan penyinaranmatahari.

c. Sejarah dan Profil Pasar Gedhe Hardjonagoro

Pasar Gedhe merupakan artefak bangunanpeninggalan Kerajaan Mataram, yang terletak di

Page 4: IDENTIFIKASI DESAIN INTERIOR PASAR GEDHE …

 

Institut Seni Indonesia Surakarta, 25 Oktober 2017 113

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat II

kampung Pecinan Kota Surakarta. Pada tahun 1927Pasar Gedhe dibangun dengan dana 300 guldenmenjadi pasar modern berlantai dua yang pertama diIndonesia. Situs Pasar Gedhe telah menjadi telahmemasuki tiga dimensi ruang dan waktu, yaitu masakerajaan, post colonial, dan masa kemerdekaan untukkepentingan structural fungsional pasar. Pasar Gedheadalah area yang dimiliki penguasa komunitas Cinayang bernama Babah Mayor11.

Pasar Gedhe telah berperan sebagai artefaksosial, budaya, dan sejarah bagi masyarakatSurakarta atau Solo. Proses alkuturasi sebagai hasilinteraksi budaya telah terbukti dan diabadikan oleharsitek Herman Thomas Karsten dengan desainbangunannya. Pasar Gedhe sebagai peninggalanberhasil menapakkan jejak masa lampaunya pada tigakategori fakta, yaitu artefak budaya, sociofact karenapasar sebagai tempat interaksi sosial (gedhekumandhange), dan mantifact melambangkan sakralmagis karena melahirkan konsep pasar candi 12.Secara struktural bangunan Pasar Gedhe berada padasatu kesatuan ekologi kultural (situs sakral pasarcandi) sebagai bagian dari bangunan njobo keraton,yaitu Pasar Gedhe, tugu Pamandengan ndalem, gapuraGladhag, gapura Pamurakan, alun-alun, masjid agung,pagelaran dan sitihinggil.

d. Definisi Pariwisata

Pariwisata adalah rangkaian kegiatan yangdilakukan oleh manusia baik secara peroranganmaupun kelompok didalam wilayah negara sendirimaupun negara lain. Kegiatan tersebut denganmenggunakan kemudahan, jasa dan faktor penunjanglainnya yang diadakan oleh pemerintah dan atauswadaya agar dapat mewujudkan keinginanwisatawan13. Sedangkan menurut bentuk dan jenisnya,kategori pariwisata terdiri dari Pariwisata untukmenikmati perjalanan (Leisure Tourism), Pariwisatauntuk bisnis (Bussines Tourism), Pariwisata untukKebudayaan (Cultural Tourism), Pariwisata untukrekreasi(Recreation Tourism), Pariwisata untukOlahRaga (Sport Tourism), dan Pariwisata untukberkonvensi (Convention Tourism).

e. Definisi Desain Interior

Desain interior suatu fasilitas selalu terkaitdengan Visual Perception dan visual Impression,sehingga keduanya membentuk karakter ruang. Jikadesain Interior Oleh John F. Pile didefinisikan dengan,

Interior design is a complex subject involvingmany related considerations.These include

building structure, functional planning, con-cern with spatial form three dimensions, therelationships of one space to another, theplacement of solid objects (furniture and ac-cessories) within larger spaces, effects ofcolor, pattern, texture, and light14.

Kebutuhan pendekatan desain interior untukpenelitian pasar tidak sebatas definisi di atas karenakonsep yang ditawarkan adalah pasar sebagai rumahbudaya maka, bagaimana para pedagang dan pembeliyang ada di pasar juga sebagai bagian dari subyekpenelitian yang harus diteliti. Bahkan komoditi atauproduk yang dijual juga menjadi subyek terkait dengankebutuhan tata displaynya. Strategi tata displaymerupakan upaya produsen untuk mengelompokkanproduk sesuai dengan jenisnya serta menyesuaikanharga dengan produknya. Strategi

memperoleh kesan bahwa barang yang tersedia selalubaru, baik dan menarik untuk dibeli oleh konsumen.Hal ini akan mempermudah proses selanjutnya bagikonsumen sebagai alat promosi dengan memberikaninformasi pada orang-orang di sekitarnya.

Tata display produk bagi seorang desainer in-terior adalah cara menyampaikan stimulasi desain,filosofi produk dan kekuatannya, serta identitas dariruang pajang produk tersebut. Menurut John F. Pile,“a well designed showroom or display space may beas important to sales as the design of actual prod-ucts offered for sale”15. Kutipan tersebut dapatdijelaskan berikut ini, ruang pajang atau tampilan ruangyang dirancang dengan baik mungkin sama pentingnyauntuk penjualan sebagai desain produk yangsebenarnya ditawarkan untuk dijual. Tahap akhir darisebuah produk adalah ketika produk tersebutditawarkan kepada konsumen, sehingga tata displaysangat penting untuk proses penjualan. Kebutuhanruang gerak pedagang dan pembeli, tata displaymenjadi satu kesatuan pendekatan dalam penelitianDesain Interior Pasar Gedhe Hardjonagoro, sehinggapasar tersebut sebagai representasi rumah budayadan destinasi pariwisata dapat tercapai.

Tolok ukur perancangan desain interior adalahmewujudkan gubahan ruang untuk manusia. Untukkepentingan tersebut dari sisi manusia sebagaipengguna desain, maka ada tiga unsur yang harusdiperhatikan yaitu akt if i tas, kapasitas dananthopometri. Ruang merupakan sarana aktifitasmanusia didalamnya, ada tiga unsur yang harusdiperhatikan yaitu fungsi dan dimensi. Merujuk padauraian tersebut maka interior sebagai sarana harus

Page 5: IDENTIFIKASI DESAIN INTERIOR PASAR GEDHE …

 

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat II

Institut Seni Indonesia Surakarta, 25 Oktober 2017114

memenuhi prasyarat teknis, estetis dan norma desain.Desain yang baik harus memuat tiga prasyarattersebut. Agar ketiga unsur tersebut dapat tercapaidibutuhkan beberapa pendekatan untuk pemecahandesain yang sesuai dengan permasalahan desain.

f. Pendekatan Pemecahan Desain

Misi perancangan pasar tradisional secaraumum adalah menyediakan ruang-ruang yang nyaman,aksesibel, dan mewadahi interaksi sosial untukaktivitas ekonomi dan sosial. Pasar menjadi tempatkomunitas (pedagang) dalam mengembangkan diri.Keberhasilan perancangan pasar tradisional juga bisaberkontribusi bagi penguatan karakter lokal darikomunitas tersebut, untuk kemudian menjadi identitaskota. Kenyamanan ditandai dengan pasar yang terlihatbersih, tertata, lapang, tidak pengap dan sumpek,serta terang. Aksesibilitas ditandai dengan mudahdijangkaunya kios-kios oleh pengunjung. Ruang sosialterlihat dengan adanya ruang untuk berinteraksi sosialantara pengunjung, pedagang, dan pelaku lainnya.Berdasarkan analisa permasalahan desain, kondisiPasar Gede Hardjonagoro pada sisi barat pascarehabilitasi belum menunjukkan keberhasilan secarasignifikan. Program rehabilitasi pasar tersebut digagasdengan maksud merespon permasalahan klasik darikondisi pasar tradisional yang dicitrakan sebagai suatutempat yang kumuh, kotor, becek, bau, tidak teraturdan memiliki tingkat kualitas ruang binaan yangrendah. Pembangunan area publik harus didasari padapertimbangan secara menyeluruh, penyediaan saranadan prasarana belum menjadi jaminan keberhasilan.Perencanaan desain yang matang khususnya padasubtansi pemrograman desain yang meliputi faktormanusia (human factor), faktor fisik (physical factor)dan faktor lainnya16 . Kebutuhan dan keinginanmasyarakat terus mengalami perubahan searahdengan perkembangan l ingkungan, tingkatpendapatan, referensi, dan gaya hidupmasyarakatnya, hal tersebut menjadikanpermasalahan semakin rumit dan beragam sehinggadalam sebuah perencanaan perlu menggunakanpendekatan pemecahan desain untuk menghasilkankeputusan desain yang baik.

Pendekatan pemecahan desain adalahseperangkat teori yang dirumuskan berdasarkanlandasan teori dan kreativitas untuk memecahkandesain atau menemukan desain yang tepat17. Dalampendekatan desain, seorang perancang sebelummemulai tugasnya harus mengesampingkangambaran-gambaran yang sudah ada, karena

perancangan desain interior tidak hanya sekedarmenyatukan susunan benda-benda yang sudah adamelainkan merupakan kreasi baru yang terpadudengan fungsi, bentuk, dan elemen-elemen yangterikat didalamnya18. Perancangan tata displayrehabilitasi desain interior Pasar Gede Hardjonagorodi Surakarta akan menggunakan beberapa pendekatandesain yaitu pendekatan fungsi, pendekatan ergonomidan pendekatan estetika.

1)Pendekatan Fungsi

Pendekatan fungsi untuk memecahkanpermasalahan desain merupakan kewajiban yang tidakdapat ditawar, artinya pendekatan fungsi harusmendapatkan skala prioritas, agar hasil desain dapatbermanfaat bagi pengguna/manusia. Pendekatanfungsi dalam rangka memperoleh desain yangmemberi kenyamanan, keamanan/keselamatan, dankemudahan baik dalam pemakaian maupun dalamperawatan, muaranya pada efektif i tas danproduktivitas.

Fungsi utama pasar tradisional adalah tempatbertemu antara penjualan pembeli melakukantransaksi secara langsung dengan aktivitas tawarmenawar harga. Kondisi pasar tradisional yang disebutpasar basah tersebut, umum ditemui di Indonesia,namun dengan upaya penataan dan revitalisasi yangdilakukan Pemerintah Kota Surakarta, pasartradisional menjadi bagian dari norma internal atauindigenous dan tatanan sosial masyarakat.Perkembangan perekonomian global mendesak pasartradisional untuk mampu bertahan di tengahpersaingan sektor ritel modern seperti supermarket,minimarket, dan hypermarket. Data menunjukkanPendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Solo didominasioleh pasar tradisional, PAD Solo tahun 2013 mencapaiRp 14 miliar, artinya fasil itas area berdagangmerupakan jantung transaksi ekonomi, interaksisosial, dan representasi budaya masyarakat Solo .Pengembangan ekonomi kreatif dengan berbasiskomunitas pada ruang publik pasar tradisional menjadialternatif pengembangan konsep pariwisata kreatif bagikota Solo.

Pasar tradisional adalah fasilitas yang bersifatkomersial yang menuntut sebuah perencanaan desainmampu memenuhi kebutuhan penggunanya. Saat iniaktifitas berbelanja mengalami pergeseran fungsi,dahulu orang berbelanja hanya untuk mencari ataumembeli barang kebutuhan hidup, sekarang belanjamenjadi daya tarik sebagai aktifitas rekreasi danmencari pengalaman emosi. Pergeseran fungsi inilah

Page 6: IDENTIFIKASI DESAIN INTERIOR PASAR GEDHE …

 

Institut Seni Indonesia Surakarta, 25 Oktober 2017 115

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat II

yang kemudian menuntut keberadaan pasar tradisionaluntuk dapat memenuhi tuntutan perkembangankebutuhan masyarakat saat ini.

2) Pendekatan Ergonomi

Ergonomi merupakan ilmu yang mempelajaritentang terapan yang berusaha untuk menyelaraskanpekerja dengan lingkungan kerjanya atau sebaliknya,dengan tercapainya produktifitas dan efisiensi yangsetinggi-tingginya melalui pemanfaatan manusiasecara optimal. Sedangkan sasaran ergonomis adalahtenaga kerja dapat mencapai prestasi kerja yangproduktif tetapi dalam suasana yang aman dannyaman. Pendekatan ergonomi pada Perancangantata display rehabilitasi desain interior Pasar GedeHardjonagoro di Surakarta mengacu pada matrik dataHuman Dimension and Interior Space oleh JuliusPanero dan Martin Zelnik maupun Architect Data olehErnst Neufert.

METODE PENELITIAN

Peneli t ian dilakukan di Pasar GedheHardjonagoro, jalan Urip Sumoharjo, kota Surakarta.Jangka waktu penelitian selama enam bulan, dalamtiga tahap, masing-masing tahap terdiri dari tiga bulan.Tahap pertama adalah tahap observasi awal, denganmempersiapkan perijinan, pengumpulan data tentanglatar belakang desain revitalisasi Pasar GedheHardjonagoro dan kebijakan dan kebijakan yangmenyertainya. Tahap kedua, peneliti melakukanpengumpulan data tentang identifikasi unsur-unsurDesain Interior ruang Pasar Gedhe dan kebutuhanpedagang di pasar timur dan barat.

Teknik pengumpulan data dengan wawancaradan observasi. Bantuan alat perekam suara untukwawancara dan kamera sebagai pendukungpengumpulan data. Leica disto sebagai alat ukur untukmenggambar ulang denah, program ruang areapedagang dan pembeli serta kebutuhan data ruanggerak lebih akurat.

Analisis data dilakukan secara deskriptifkualitatif dan interpretatif. Analisis data dilakukandengan cara mengatur secara sistematis pedomanwawancara, data kepustakaan, kemudianmemformulasikan secara deskriptif, selanjutnyamemproses data dengan tahapan reduksi data,menyajikan data, dan menyimpulkan. Miles danHuberman menetapkan langkah-langkah yang dapatdilakukan, yaitu (1) mereduksi data, dengan carapemilahan dan konversi data yang muncul di lapangan

(2) penyajian data, yaitu dengan merangkai danmenyusun informasi dalam bentuk satu kesatuan,selektif dan dipahami, dan (3) perumusan dalamsimpulan, yakni dengan melakukan tinjauan ulang dilapangan untuk menguji kebenaran dan validitasmakna yang muncul di sana.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pasar Gede Hardjonagoro merupakanbangunan cagar budaya, pasca renovasi bangunanoleh Pemerintah Kota Surakarta dengan beberapafungsi baru menuai beberapa permasalahan. Penelitianini bertujuan untuk mengidentifikasi Desain InteriorPasar Gedhe Hardjonagoro untuk kebutuhan senseof place historis Pasar Gede dan citra budayamasyarakat Surakarta yang plural dan dinamissebagai destinasi pariwisata.

1. Data Lapangan

a. Site

Pasar Gede Hardjonagoro merupakanbangunan cagar budaya yang ditetapkan dengan SuratKeputusan (SK) Walikota Nomor 646101-F/I/2012.Pasar Gede Hardjonagoro terletak di Jalan UripSumoharjo, Kelurahan Sudiroprajan, KecamatanJebres Surakarta. Tingkat aksesbilitas terhadap lokasidapat mudah dijangkau menggunakan kendaraanpribadi maupun angkutan umum. Di sebelah utara,

Gambar 13. Kondisi SitePasar Gedhe Hardjonagoro Sisi Barat dan

Timur(Sumber : Google Map, diakses pada 24ýOktober ý2016, þý10:21:32)

Page 7: IDENTIFIKASI DESAIN INTERIOR PASAR GEDHE …

 

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat II

Institut Seni Indonesia Surakarta, 25 Oktober 2017116

barat, timur dan selatan Pasar Gede Hardjonagoromerupakan deretan toko-toko dan perkantoran yangtumbuh sebagai akibat atau dipengaruhi oleh aktifitasPasar Gedhe Hardjonagoro yang ramai sehinggamenimbulkan peluang usaha disekitar pasar.Permasahahan yang terjadi pada site adalah rawanterjadi kemacetan disisi barat karena parkir masihdibadan jalan, tidak hanya pada satu ruas jalan, tetapidua sisi jalan kanan dan kiri dipergunakan untuk parkerkendaraan. Lingkungan pasar masih terlihat sangatkumuh dan banyak sampah berserakan hingga kejalan.

b. Data Fisik

1) Massa Bangunan

Gambar 14. Pasar Gedhe Hardjonagoro barat

Pasar Gede Hardjonagoro terdiri atas duamassa bangunan, yaitu bangunan sisi barat dan sisitimur. Pada sisi barat terdiri dua lantai, lantai pertamadifungsikan sebagai pasar buah dan lantai duadifungsikan sebagai area penyedia jasa dan produkkuliner, sedangkan Pasar Gede Hardjonagoro padasisi timur juga terdiri dari dua lantai. Posisi massabangunan Pasar Gede Hardjonagoro sisi baratmenghadap utara dan selatan dengan luas bangunan1.364m², sedangkan Pasar Gede sisi Timur memilikiluas 8.500m² membentuk alur Barat-Timur layaknyatipikal arsitektur kolonial yang mempertimbangkansirkulasi udara dan alurpencahayaan alami. Terdapat636 los pasar, 106 kios dan 200 pedagang oprokan,sehingga Pasar Gede Hardjonagoro kurang lebihmenampung 942 pedagang.

Gambar 15. Pasar Gedhe Hardjonagoro timur

2) Orientasi Massa BangunanIklim dan arsitektur di Indonesia sangat

dipengaruhi oleh lintasan matahari. Kondisi alam akibatpengaruh iklim tersebut dapat direspon manusiadengan menciptakan lingkungan binaan. ArsitekturPasar Gede Hardjonagoro sisi barat memiliki orientasitapak bangunan menghadap Utara dan Selatan, namunpada sisi Timur dan Barat memiliki fasad yang lebihluas dan terdapat banyak pintu terbuka, sehinggamemungkinkan panas matahari masuk kedalam ruang.Permasalahan tersebut dipecahkan Karsten denganmembuat overhang cantilever disetiap pintu masuksehingga menciptakan bayangan dan memungkinkanuntuk mendapatkan ventilasi yang baik.

Arsitektur Pasar Gede Hardjonagoromempertimbangkan situasi orientasi bangunan dengantujuan ruang-ruang yang berada didalam pasarmendapatkan thermal comfort secara maksimal.Pada prinsipnya ketika siang hari terjadi prosespemanasan dan malam hari terjadi pelepasan panas.Proses pendinginan secara berantai pada bangunansatu lantai sangat efektif, tapi tidak untuk bangunanbertingkat. Masa udara menghambat radiasi dankonduksi yang kemudian berubah menjadi konveksi,akibatnya ruang menjadi pengap dan tidak nyaman.Untuk mengatasi masalah tersebut dipilih materialpembentuk ruang yang memiliki porousitas atauberpori. Langkah ini mengambil keuntungan dari sifatkapasi ti f (menyimpan) bahan untuk

siang hari, saat suhu hangat dan radiasi mataharibertindak meningkatkan suhu interior, massabangunan menyerap dan menyimpan panas. Padamalam hari, saat suhu udara luar yang dingin, udara

panas yang diserap selama siang hari dilepaskan darimassa udara dingin ke beredar melalui ruang dan luarruangan kemudian dibuang.

Page 8: IDENTIFIKASI DESAIN INTERIOR PASAR GEDHE …

 

Institut Seni Indonesia Surakarta, 25 Oktober 2017 117

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat II

Orientasi bangunan juga dimanfaatkan sebagaitit ik tolak perencanaan pencahayaan denganmemanfaatkan sinar matahari pada siang hari denganmemperhatikan gubahan ruang sehingga mendapatkantingkat kenyamanan visual yang baik. Gubahan ruangdilakukan dengan usaha memasukkan sinarsebanyak-banyaknya tapi meminimalisir radiasicahaya dengan cara pemilihan warna dan jenis mate-rial penutup elemen pembentuk ruang. Warna yangcenderung gelap akan menyerap panas sedangkanwarna terang cenderung memantulkan panas.

3) Bentuk Arsitektur

Gambar 16. Arsitektur Pasar Gedhe Hardjonagorosisi Barat dan Timur

Bentuk arsitektur khas kolonial Belandasetelah tahun 1900 mempunyai bentuk yang lebihspesifik. Bentuk bangunan sendiri merupakan bentukbangunan modern di Belanda pada saat itu, dandisesuaikan dengan iklim di tropis Indonesia. Elementradisional juga ditambahkan ke dalam pendirianbangunan. Gaya arsitektur Pasar Gede Hardjonagoromerupakan perpaduan antara gaya Eropa dan gayaJawa.

4) Interiora) Sistem Pendaerahan (Grouping dan Zoning)

Grouping dan Zoning adalah usahapengelompokan ruang menurut sifat, fungsi danfrekuensi aktifitas. Penentuan grouping dan zoningmengacu pada pola hubungan antar ruang. Sistempendaerahan dalam bangunan dapat dibagi menjadibeberapa kelompok yaitu,

I. Area PublikArea publik adalah area yang dapat diakses

dengan mudah oleh semua pelaku aktifitas, baikpengunjung maupun pengelola/pedagang. Area publik

pada pasar tradisional adalah tempat terjadinyainteraksi antara pengunjung sebagai calon pembelidengan pedagang. Berdasarkan fungsi tersebut makapenciptaan karakter pada area publik harus mampumemberikan kesan yang baik terhadap kualitasproduk, pelayanan, kenyamanan, dan kemudahanpenggunaan fasilitas dan jasa yang disediakan. Kriteriastandar pada area ini adalah tingkat aksesbilitas yangbaik sehingga menimbulkan kenyamanan secara fisikmaupun psikologis. Mengingat jenis pelayanan pasaradalah self selection yaitu pengunjung/calon pembelidapat memilih sendiri secara langsung barang yangakan dibeli maka kemudahan kepada pengunjung/calon pembeli untuk memilih dan mengamati barangdan kemudahan bagi pedagang dalam mengawasi danmemberikan pelayanan yang optimal menjadi faktorpenting.

II. Area ServisArea servis merupakan pengelompokan ruang

yang mengacu pada aktifitas penunjang kegiatanutama, pelayanan publik dan pemeliharaan internal.Area servis pada pasar tradisional misalnya toiletumum, area bongkar muat barang dan pengelolaansampah, janitor dan gudang.

Permasalahan sistem grouping dan zoningpada Pasar Gede Hardjonagoro di Surakarta adalahbelum dipisahkan hierarki secara jelas antara areapublik dengan area servis. Area servis yang seharusnyaberperan menjadi pendukung kelancaran aktifitas jualbeli justru keberadaannya sangat mengganggu.Sistem grouping dan zoning juga menimbulkan banyaksaleable area menjadi ruang yang tidak produktif.

Page 9: IDENTIFIKASI DESAIN INTERIOR PASAR GEDHE …

 

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat II

Institut Seni Indonesia Surakarta, 25 Oktober 2017118

Gambar 17. Grouping dan zoning yang kurangdirencanakan dengan baik menimbulkan

permasalahan terhadap hierarki dan fungsi ruang.

III. Area SirkulasiArea si rkulasi merupakan ruang yang

difungsikan untuk sirkulasi pelaku aktifitas dan barang.Zoning pada area sirkulasi dapat dipisahkan denganmempertimbangkan frekuensi aktifitas didalam ruang.Daerah dimana terjadi kegiatan dengan frekuensi tinggidan bersifat cepat, misalnya pada daerah main en-trance, daerah sirkulasi utama publik, area penerimaanbarang (loading area), area sortir barang, dan jalurpendistribusian barang sebaiknya dipisahkan dengandaerah yang memiliki frekuensi aktifitas yang rendahdan bersifat lebih lambat, misalnya pada daerahsirkulasi cabang yang lebih sempit.

Permasalahan pada Pasar Gede Hardjonagoroadalah sistem zonasi yang kurang direncanakandengan baik mengakibatkan banyak area sirkulasiterhalang oleh barang komiditi. Layout kios jugamenciptakan jalur sirkulasi yang membingungkansehingga mempersulit aksesbilitas pengunjung.

Gambar 18. Jalur sirkulasi terhalang tumpukanbarang sehingga mengganggu aksesbilitas semua

kegiatan

Zonasi berdasarkan jenis komoditi juga belumdilakukan. Jenis komoditi/produk pada Pasar GedeHardjonagoro sisi Barat berdasarkan jenisnya yaitu,i. Produk buah yang meliputi buah-buahan lokal dan

imporii. Produk Parsel Buahiii. Produk Kerajinan Kemasan Parceliv. Produk Penunjang yang meliputi keranjang buah,

packing (palet) untuk buah, keranjang (packaging)parcel.

Sedangkan sistem zonasi pada Pasar GedeHardjonagoro sisi Timur dibagi menjadi blok I, II, danIII pada lantai satu (dasar) dan blok IV pada lantai dua(atas). Blok I, II dan III menampung produkbuah,makanan dan snack, sayuran, ayam goreng,grabatan (peralatan rumah tangga) jamu racikan danlatengan (makanan siap saji). Blok IV menampungkomoditi buah lokal dan daging dengan kelengkapanfasilitas mushalla. Los K menyediakan produk buah,bunga segar, ayam hidup, ikan laut, dan daging. LosK juga terdapat fasilitas mushalla dan kantor pengelolapasar.

Gambar 19. Zonasi Blok PedagangPasar Gede sisi Timur

Usaha zonasi ruang berdasarkan jeniskomoditi sudah dilakukan, namun usaha tersebut tidakmempertimbangkan menurut sifatnya misalkanmembedakan area basah dan kering. Sistem zonasijuga belum mempertimbangkan frekuensi kegiatan,sehingga area-area dengan tingkat aktifitas rendahmenjadi tempat untuk menumpuk barang yang padaakhirnya mengganggu sirkulasi.

Page 10: IDENTIFIKASI DESAIN INTERIOR PASAR GEDHE …

 

Institut Seni Indonesia Surakarta, 25 Oktober 2017 119

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat II

Gambar 20. Area dengan tingkat frekuensi rendahmenjadi tempat untuk menumpuk barang dan

membuang sampah

Pengelola pasar belum konsisten dan tegasdalam membagi tempat berdagang, zonasi yangseharusnya untuk kategori menjual produk jamuracikan, namun diisi juga dengan pedagang yangmenjual makanan dan minuman. Permasalahan yangmuncul produk makanan terkontaminasi aroma bahanjamu dan sebaliknya depot minuman menimbulkanlingkungan menjadi lembab, basah, dan becek.Kelembaban yang ditimbulkan pada akhirnya memicutumbuhnya jamur baik pada bahan jamu danlingkungan sekitar.

Gambar 21. Zonasi menurut jenis produk masihbercampur dengan jenis produk lainnya

b. LayoutTerminologi layout sering digunakan untuk

merujuk pada tugas spesifik perancangan ruangberdasarkan program kebutuhan ruang, aktifitaspengguna ruang dan kebutuhan spasialnya. Layoutruang pada pasar atau area penjualan harusmempertimbangkan adanya pemisahan yang jelasantara daerah publik dengan daerah servis. Pemisahandaerah ini bertujuan agar tidak terjadi sirkulasi silang(cross cicullation) antara sirkulasi calon pembeli/

pedagang dengan barang. Pertimbangan layout padaPasar Gede Hardjonagoro berdasarkan padapembagian jumlah pedagang atau kios yang akanditampung yaitu sebanyak 120 pedagang atau kiosdisisi utara dan rencana kedepan akan ditambah 20-25 kios disisi selatan. Kios dirancang denganpembagian ruang melalui pembangunan partisi ataudinding masif yang dilengkapi dengan pintu rolling door.Keputusan desain layout tersebut keuntungannyaadalah setiap pedagang mempunyai area penjualanyang tetap secara dimensi ruang dagang dan memilikitingkat privasi atau keamanan yang cukup baik.Namun disisi lain dari keputusan desain layout modelini, kios yang terletak didalam bangunan menjaditerhalang dan tidak terjangkau oleh calon pembelisehingga mengurangi ratio penjualan. Selainmenyulitkan orientasi pengunjung untuk menjangkauke seluruh area, keputusan desain ini berdampak padaburuknya tata kondisi bangunan misalnya tingkatpencahayaan dan penghawaan secara alami kurangdapat dioptimalkan. Pada dasarnya penghawaan alamidi dalam bangunan merupakan jaminan akan adanyaaliran udara yang baik dan sehat dengan kesejukanyang sewajarnya. Untuk mendapatkan penghawaanyang baik perlu dirancang bentuk, elemen dan detailarsitektur yang bertujuan mengoptimalkan aliran udarasejuk. Secara teoritis untuk mendapatkan kualitaspenghawaan dan pencahayaan yang baik, bukaan atauventilasi udara yang dianjurkan adalah paling tidaksebesar 15% dari luas lantai bangunan. Existingarsitektur Pasar Gede Hardjonagoro sebenarnya sudahmenyediakan elemen penunjang tata kondisi interiortersebut, namun karena rehabilitasi atau renovasimenerapkan sistem layout dengan partisi ruang secaramasif maka tata kondisional gedung menjadi tidaksehat dan tidak berfungsi dengan baik.

Gambar 22. Layout kios yang dibatasi dengan ruangdan partisi masif menyulitkan orientasi dan sirkulasipengunjung. Dampak lain adalah kurang optimalnya

tata kondisi didalam ruang

Layout pada interior Pasar Gede Hardjonagoro

Page 11: IDENTIFIKASI DESAIN INTERIOR PASAR GEDHE …

 

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat II

Institut Seni Indonesia Surakarta, 25 Oktober 2017120

pada sisi Timur sejak awal direncanakan denganmemisahkan antara area sirkulasi dengan areapenjualan. Pemisahan area tersebut dapat dilakukandengan membuat perbedaan ketinggian lantai, lantaipada area penjualan ditinggikan sekitar 70 cm darilantai area sirkulasi. Selain untuk menjaga kondisilingkungan area penjualan tetap kering, perlindunganterhadap produk penjualan agar tidak mudah rusak,memberikan batas antar kios juga memberikankenyamanan orientasi pandang bagi pembeli dalammemilih produk. Kondisi saat ini sangat berbedadengan pertimbangan awal diatas, jalur sirkulasidipenuhi dengan barang, batas ketetapan antar kiosterhalang oleh barang yang menumpuk sehinggamenimbulkan ketidakteraturan. Layout diatur dengancara memisahkan berdasarkan jenis barang daganganjuga sudah dilakukan, namun dalam pelaksanaannyamasih terdapat beberapa jenis barang yang tidaksesuai dengan penempatannya. Permasalahan yangtimbul adalah apabila bercampur antara produkdagangan kering dengan produk basah. Selainmenyulitkan dalam perawatan lingkungan pasarseperti ketiadaan sanitasi dan air bersih, menimbulkanlingkungan kotor dan bau, juga berpotensi merusakkualitas produk kios disekitarnya terutama padaproduk kering dan produk segar.

Gambar 23. Batas antara area penjualan denganarea sirkulasi dipisahkan melalui leveling lantai

c. SirkulasiSirkulasi berasal dari kata circullatio dalam

bahasa Latin, yang kemudian dalam bahasa Inggrismenjadi circulation yang artinya jalur keli ling,menampung peredaran (Fowler, 1968:216). Pengertiansirkulasi berkaitan dengan aktifitas dalam ruangsehingga jarak sirkulasi terpendek akan memberikangerak terhemat pada kegiatan manusia didalamnya.Kriteria menentukan sirkulasi adalah pengarahan tapak

yang logis sehingga dapat menunjukkan arah sendiritanpa adanya petunjuk arah, jarak antar ruang yangberhubungan erat dengan jenis kegiatan tertentu dibuatsedekat-dekatnya dan terbebas dari hambatanpersilangan atau cross circulation (Neufert, 1975:210-211). Sirkulasi pada area perjualan menurut pendapatDavid Mund terdapat 3 (tiga) jenis sirkulasi yaitusirkulasi untuk calon pembeli, pedagang, dan barang.

Plan for circullation in selling zone must pro-vide for the three traffic, customer, employess,and merchandise19

Sirkulasi Pasar Gede Hardjonagoro sisi Baratdan Timur saat ini kurang memberikan aksesibilitasyang baik bagi pengunjung, pedagang maupun dalampendistribusian barang. Bangunan kios-kios dengandinding tinggi mengakibatkan jalur yangmembingungkan sehingga sulit dijangkau olehpengunjung. Kondisi ini juga ditandai dengan hilangnyaruang sosial yang merupakan tempat berinteraksiantara pengunjung dengan pembeli. Pemisahan areasirkulasi penjualan dengan sirkulasi barang (servis)juga belum dilakukan, baik dengan adanya perbedaanlebar jalur sirkulasi maupun penyediaan jalur khusus.

d. Sistem DisplayRuang interior terbentuk dari sistem struktur

bangunan yang dipertegas dengan elemen lantai,dinding dan langit-langit. Setiap bangunan mempunyaipola yang dapat dikenali dari elemen-elemen dansistem tersebut. Masing-masing pola memiliki bentukgeometris awal yang kemudian menurunkan danmembentuk suatu volume ruang berdasarkankesamaannya (Ching, 1996:26). Kebutuhan luas ruangdapat diperkirakan dari analisis jumlah orang yangdilayani, peralatan ruang yang dibutuhkan, dan sifataktifitas yang akan berlangsung di setiap ruang.

Luas area penjualan/kios pada rehabilitasiatau renovasi Pasar Gede Hardjonagoro adalah hasildari kompromi dan negosiasi antara Dinas PengelolaPasar dengan para pedagang. Hasil perhitungan inilahyang menjadi dasar pertimbangan penyediaan luaskios, lokasi kios dan fasilitas penunjang lainnya. Vol-ume kios yang bermacam-macam memang cukupmenyulitkan baik bagi Dinas Pengelola Pasar dalampenyediaannya maupun bagi pihak pedagang dalammengelola area pajang/display pada kiosnya. Masalahini sampai sekarang belum terpecahkan sehinggakondisi ini justru memperburuk citra pasar yang barusaja di rehabilitasi. Sistem display yang baik tidakhanya terciptanya kualitas visual yang baik terhadap

Page 12: IDENTIFIKASI DESAIN INTERIOR PASAR GEDHE …

 

Institut Seni Indonesia Surakarta, 25 Oktober 2017 121

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat II

barang dagangan tetapi juga jaminan perlindungankualitas terhadap barang dagangan sehingga tidakmudah rusak, busuk, dan kotor. Saat ini pedagangbuah Pasar Gede Hardjonagoro menggunakan bekaskemasan buah sebagai display dagangannya,sehingga permasalah klasik muncul kembali yaituketidakteraturan, kumuh, padat, dan penataan produkyang melanggar batas area.

Gambar 24. Sistem display mengembalikanmasalah klasik tentang kondisi pasar yang kotor,kumuh, tidak teratur dan melanggar batas area

e. Unsur Pembentuk Ruang1) Lantai

Lantai adalah bidang pada ruang interior ditingkat dasar yang datar. Sebagai platform yangmendukung aktifitas interior dan furnishing, lantai harusterstruktur untuk menahan dengan aman beban yangdihasilkan. Permukaannya harus cukup tahan dalampenggunaannya secara berkelanjutan20. Karakter lantaiakan memberikan ciri tertentu terhadap ruang yangbersangkutan dengan jenis kegiatan yang ada padabidang tersebut21. Keputusan desain lantai padarehabilitasi atau renovasi Pasar Gede Hardjonagoromenggunakan material terazzo berukuran 20 x 20 cmwarna merah pada bidang utama dan border lantaimenggunakan warna hitam dengan jenis material yangsama. Pertimbangan utama penggunaan material iniadalah berusaha mengembalikan kembali karakteristiksebagai arsitektural cagar budaya. Karakteristik ma-terial terazzo cukup baik digunakan pada bangunanpasar meskipun mempunyai beberapa kekuranganyaitu tingkat porousitas yang tinggi sehingga mudahsekali kotor dan tidak tahan terhadap zat kimia. Treat-

ment pada lantai adalah dengan kenaikan level lantaipada area penjualan sekitar 20cm pada pasar sisi baratdan 60 cm pada pasar sisi timur dengan tujuanmemisahkan antara area display dengan areasirkulasi atau membuat batas imajiner terhadap bataskios.kelemahan treatment ini adalah pengunjung ataupembeli kurang dapat leluasa dalam mengamati danmemilih produk dagangan, dari sisi pedagang jugacukup sulit untuk memberikan pelayanan kepada calonpembeli. Ruang menjadi lebih sempit sehingga intraksiantara calon pembeli dan pedagang jadi kurangnyaman.

Gambar 25. Kenaikan lantai pada area penjualanbertujuan untuk memberikan batas antara area

sirkulasi dengan area penjualan

b. DindingDinding pada bangunan dapat berfungsi

sebagai dinding struktur, dapat juga sebagai pembatassaja, hal ini tergantung dari sistem struktur yangdipakai dalam perencanaannya. Oleh karena itu secarastruktur dinding dibedakan menjadi dinding struktur/pendukung (bearing wall) dan dinding partisi (non bear-ing wall). Dinding mempunyai pengaruh yang sangatkuat dalam menciptakan suasana psikologis suaturuang. Dari pengolahan bentuk dinding akan diperolehpenciptaan suasana privat, nyaman, keleluasaan danlain-lain. Hal lain yang perlu diperhatikan dalampemakaian material untuk dinding adalah ditinjau darisegi fungsi, bahan, bentuk, efek yang ditimbulkanserta sifat perawatannya yang secara keseluruhanmemenuhi persyaratan baik secara teknis maupunestetis. Selain berfungsi sebagai pembatas, dinding

Page 13: IDENTIFIKASI DESAIN INTERIOR PASAR GEDHE …

 

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat II

Institut Seni Indonesia Surakarta, 25 Oktober 2017122

pada area penjualan dapat pula difungsikan sebagaitempat penyimpanan atau untuk memajang produkdagangan. David Mund menjelaskan bahwa, Wall unitshave normal height between 1900mm and 2100 mm,they maybe full size cabinets or split cabinets, wherethe lower half is off different type from the top half22

Uraian tersebut menjelaskan bahwa unit-unitdinding dengan ketinggian normal berkisar antara1900mm sampai dengan 2100mm dapat berupatempat penyimpanan yang berukuran penuh atauterpisah dimana pada bagian bawahnya berbedadengan yang diatasnya. Keputusan desain dindingpada rehabi l i tasi atau renovasi Pasar GedeHardjonagoro sisi barat adalah dengan membagisetiap kios dengan dinding partisi yang masifmenggunakan batu bata. Keuntungan dari keputusanini adalah masing-masing kios memiliki privasi yangbaik, dari sisi keamanan desain ini memberikanperlindungan yang sangat baik terhadap barangdagangan. Masing-masing kios dilengkapi denganpintu rollingdoor sebagai pengamanan disaat kiostutup. Namun keputusan desain dinding masif inimenimbulkan masalah lain, yaitu ruang-ruang didalambangunan pasar menjadi sulit untuk diakses olehpengunjung. Bagian kios yang berada ditengah ataudidalam bangunan tidak terjangkau oleh pengunjungsehingga konsekuensi logis menurunkan ratiopenjualan. Treatment dinding ini juga membuat ruang-ruang yang berada didalam menjadi gelap danminimnya sirkulasi udara sehingga menimbulkanketidaknyamanan baik secara fisik maupun psikis.

Gambar 26. Penempatan kolom struktur baru yangkurang tepat sehingga pedagang kesulitan

mengelola display dagangannya.

Dalam pekerjaan rehabilitasi atau renovasiPasar Gede Hardjonagoro dilakukan penambahanpenguatan struktur terutama pada kolom struktur lamadan penambahan struktur baru untuk menopang bebanpenguatan konstruksi lantai atas. Struktur barutersebut cukup mengganggu terutama ketika tahapzoning pembagian kios pedagang. Pedagang yangmendapatkan kios didekat kolom struktur baru kurangleluasa dalam memajang display dagangannya.

c. CeilingCeiling atau langit-langit (plafond) ruang

adalah struktur dan penutup ruang bagian atas. Ceil-ing berperan sangat penting dalam persepsi terhadapruang. Ceiling yang rendah akan menciptakan ruangyang sempit atau memberikan penekan tertentuterhadap dimensi ruang, mengarahkan tapak.Sedangkan ceiling yang tinggi akan memberikanpersepsi ruang yang luas, terbuka, nyaman dan lega.Dalam merencanakan ceiling perlu diperhatiakbeberapa faktor yaitu, fungsi ceiling, ketinggian ceil-ing, bentuk penyelesaian pada ceiling, konstruksipemasangan, pengaturan fixture ceing seperti lampu,ac, speakers dan lain-lain.

Gambar 27. Ceiling memanfaatkan duct lantai atas,kurang fleksibel apabila ada penambahan fixture diceiling, nampak beberapa kabel listrik liar melintas

antar kios

Ketinggian ceil ing pada Pasar GedeHardjonagoro adalah 437cm dengan mengekposeducting lantai atas dicat warna putih dan warna creampada balok-balok strukturnya. Upaya ini sangat efisiendalam pembiayaan pekerjaan karena tidak perlupengadaan material penutup ceiling beserta

Page 14: IDENTIFIKASI DESAIN INTERIOR PASAR GEDHE …

 

Institut Seni Indonesia Surakarta, 25 Oktober 2017 123

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat II

pelaksanaan konstruksinya. Namun perencanaanyang kurang cermat mengakibatkan titik-titik peletakanfixture ceiling seperti lampu menjadi kurang fleksibel,sehingga untuk penambahan fixture menjadi kurangrapi dan membahayakan keamanan bangunan maupunpelaku aktifitas didalamnya.

c. Data Non Fisik1) Sistem Operasional

Pasar Gede Hardjonagoro adalah pasartradisional yang dikelola oleh Pemerintah kota Solodibawah naungan Dinas Pengelolaan Pasar KotaSurakarta beserta anggota masyarakat dan dinasterkait seperti Kelompok Paguyuban Pasar Gede(KOMPPAG) dan Kepolisian Sektor Jebres, Surakarta.Waktu operasional pasar buka setiap hari dari Seninsampai Minggu pada jam 06.00 -19.00 pada PasarGede sisi Barat, sedangkan Pasar Gede sisi Timur05.00 – 15.00 WIB.

2) Fasilitas Ruanga) Kantor Pengelola Pasarb) Pos Keamananc) Sarana Pemadam Kebakarand) Mushallae) Toilet Umumf) Tempat Bongkar Muat Barangg) Tempat Pembuangan Sampah Sementarah) Kotak Sampah

3) Lahan Parkir dengan luas 390m2Identifikasi semua unsur desain interior

tersebut memberikan gambaran detail bagaimanaruang-ruang di Pasar Gedhe Hardjonagoro terbentukdan menjadi pusat aktivitas sosial budaya di Kota Solo.Layaknya Destinasi Pariwisata kenyamanan untukberinteraksi dan display produk di pasar ini perlumendapatkan perhatian, terlebih bagi pengguna, baikpengunjung maupun pedagang, bahkan untuk barangdan sampah. Dibutuhkan perencanaan yang baik untuksemua unsur menjadi bagian dari Pasar GedheHardjonagoro.

SIMPULAN

Misi perancangan pasar tradisional secaraumum adalah menyediakan ruang-ruang yang nyaman,aksesibel, dan mewadahi interaksi sosial untukaktivitas ekonomi dan sosial. Pasar menjadi tempatkomunitas (pedagang) dalam mengembangkan diri.Keberhasilan perancangan pasar tradisional juga bisaberkontribusi bagi penguatan karakter lokal dari

komunitas tersebut, untuk kemudian menjadi identitaskota. Kenyamanan ditandai dengan pasar yang terlihatbersih, tertata, lapang, tidak pengap dan sumpek,serta terang. Aksesibilitas ditandai dengan mudahdijangkaunya kios-kios oleh pengunjung. Ruang sosialterlihat dengan adanya ruang untuk berinteraksi sosialantara pengunjung, pedagang, dan pelaku lainnya.Salah satu tujuan desain interior adalah memperkayanilai estetika dan meningkatkan aspek psikologis dariruang interior. Tolok ukur perancangan desain interioradalah mewujudkan gubahan ruang untuk manusia,untuk kepentingan tersebut dari sisi manusia sebagaipengguna desain. Dengan demikian desain interiorbukan lagi sebuah karya yang hanya bisa dinikmatikarena kemegahan atau keindahannya saja, tetapiyang lebih penting adalah mampu menjadi solusi bagimasalah-masalah lingkungan binaan secara utuh.

Endnotes1 M. Chatib Basri, dkk. Rumah Ekonomi Rumah

Budaya: Membaca Kebijakan Perdagangan Indone-sia, (Jakarta: PT. Pustaka Utama Gramedia, 2012),hlm. xi.

2 Lv. Ratna Devi, Model Pelayanan Prima (StrategiKetahanan Pasar Tradisional), Seminar PerencanaanPasar Tradisional Menghadapi Tekanan Hypermarketdi Perkotaan, Fakultas Teknik UNS, 2006.

3 Tribun News, 39 PAsar Tradisional di Solo Over-load, 17 Februari 2014, diakses 29 Maret 2016 Pukul03.55 WIB.

4 United Nations Human Settlements Programme(UN Habitat), City Vision Profile: Solo, Jawa Tengah(Jakarta: UN Habitat, 2011)

5 UN Habitat, 2011, hlm. 17.6UN Habitat, 2011, hlm. 17.7Munirwanto, Surakarta tahun 2009.

Perancangan arsitektur tersebut berjudul KonservasiKawasan Segitiga”Stasiun-Benteng-Gede (SBG)” KotaSolo, Teknik Arsiktektur Fakultas Teknik UniversitasMuhammadiyah

8http://simpasarsurakarta.diginetmedia.co.id/v2/profil/visi_misi, diakses 15 Maret 2016 pukul 22.40WIB

9http://simpasarsurakarta.diginetmedia.co.id/v2/sambutan/index, diakses 15 Maret 2016 pukul 22.35WIB.

10www.pu.go.id, diakses tanggal 17 Maret 2016pukul 06.30 WIB.

11Wawancara dengan Sudharmono SU, dalamacara Archipelago Trails, 20 Agustus 2007.

Page 15: IDENTIFIKASI DESAIN INTERIOR PASAR GEDHE …

 

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat II

Institut Seni Indonesia Surakarta, 25 Oktober 2017124

12Wawancara dengan Sudharmono SU, dalamacara Archipelago Trails, 20 Agustus 2007

13 Hari Karyono, Kepariwisataan (Jakarta:Grasindo,1997) hal. 9

14John F. Pile, Interior Design, (New York:Precentice Hall, 1998), hal. 43.

15John F. Pile, Interior Design, (New York:Precentice Hall, 1998), hal. 346

16 Palmer, Mickey, The Architect’s Guide to Fa-cility Programming (New York: The American Instituteof Architects Washington, D.C. and ArchitecturalRecords Book, 1981) hal 98-102

17 Sunarmi, Ahmad Fajar Ariyanto, Buku AjarMatakuliah Desain Interior Public (Surakarta: UNSPress, 2012, Edisi 1) hal.55

18 Pamudji Suptandar, Interior Design I & II (Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Trisakti,1980)hal.7

19 David Mund, Shops: Manual Planning and De-sign (New York: F.W. Dodge Corporation, 1981) hal.20

20 Francis DK. Ching, Desain Interior denganIlustrasi (Jakarta: Indeks, 2011) hal.148

21 Pamudji Suptandar, Desain Interior: PengantarMerencana Interior Untuk Mahasiswa Desain danArsitektur (Jakarta: Djambatan, 1992) hal.129

22 David Mund, Shops: Manual Planning and De-sign (New York: F.W. Dodge Corporation, 1981) hal.42

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Natahamijaya, Manajemen PeneranganEtalase dan Ruang Toko , Bandung: KamarDagang dan Industri, 1975.

David Mund, Shops: A Manual Planning and Design ,New York: F.W. Dogde Corporation,1981.

Francis D.K. Ching, Corky Binggeli, Desain Interiordengan Ilustrasi , Jakarta: Indeks, 2011.

Franz Sates Mayer, Handbooks of Ornament , NewYork: Prentice Hall New Jersey,1998

H.B.Sutopo, Metodologi Penelitian Kualitatif, DasarTeori dan Penerapannya dalam Penelitian(Surakarta: Unversitas Sebelas Maret, 2006.

Huberman, A. Michael dan Mathew B. Miles, AnalisisData Kualitatif, Jakarta: UI, 2003

John F. Pile, Interior Design, New York: PrecenticeHall, 1998.

Joseph de Chiara and Hancook Callender ,Time SaverStandard for BuildingTypes , New York:Mc.Graw Hill ,1980.

Julius Panero and Martin Zelnik, Human Dimensionand Interior System, New York: Whitney Li-

brary of Design,1980.Lv. Ratna Devi, Model Pelayanan Prima (Strategi

Ketahanan Pasar Tradisional), SeminarPerencanaan Pasar Tradisional MenghadapiTekanan Hypermarket di Perkotaan,Fakultas Teknik UNS, 2006.

M. Chatib Basri, dkk, Rumah Ekonomi RumahBudaya: Membaca Kebijakan PerdaganganIndonesia, Jakarta: PT. Pustaka UtamaGramedia, 2012

Palmer, Mickey, The Architect’s Guide to Facility Pro-gramming, New York: The American Insti-tute of Architects Washington, D.C. andArchitectural Records Book, 1981.

Pamudji Suptandar, Interior Design I &II , Jakarta:Fakultas Teknik Universitas Trisakti,1980

R.M. Soedarsono, Metodologi Penelitian SeniPertunjukan dan Seni Rupa (Bandung:Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia,2001.

Sunarmi, Ahmad Fajar Ariyanto, Buku Ajar MatakuliahDesain Interior Public , Surakarta: UNSPress, 2012, Edisi 1.

United Nations Human Settlements Programme (UNHabitat), City Vision Profile: Solo, JawaTengah , Jakarta: UN Habitat, 2011.

Widagdo, Desain dan Kebudayaan , Bandung:Penerbit ITB, 2005.

Websitewww.surakarta.go.id, diakses 23 Februari 2016 pukul

07.25 WIBhttp://simpasarsurakarta.diginetmedia.co.id/v2/profil/

visi_misi, diakses 15 Maret 2016 pukul 22.40WIB

http://simpasarsurakarta.diginetmedia.co.id/v2/sambutan/index, diakses 15 Maret 2016pukul 22.35 WIB.

www.pu.go.id, diakses tanggal 17 Maret 2016 pukul06.30 WIB.

http://www.ar.itb.ac.id/pa/wp-content/uploads/2007/11/201212geniuslocipasar.pdf, diakses tanggal20 Pebruari 2016, pukul 06.20 WIB.

http://www.ar.itb.ac.id/pa/wp-content/uploads/2007/11/201212geniuslocipasar.pdf, diakses tanggal20 Pebruari 2016, pukul 06.20 WIB.

http://www.ar.itb.ac.id/pa/wp-content/uploads/2007/11/201212geniuslocipasar.pdf, diakses tanggal20 Pebruari 2016, pukul 06.20 WIB.

Electronic Theses and Dissertations UniversitasGadjamada, www.etd.repository.ugm.ac.id,

Page 16: IDENTIFIKASI DESAIN INTERIOR PASAR GEDHE …

 

Institut Seni Indonesia Surakarta, 25 Oktober 2017 125

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat II

diakses tanggal 25 April 2016 pukul 05.15WIB.

Jurnal Ilmiah Gema Teknik, Nomor 2/Tahun X Juli 2007,hlm. 111-118.ht tp://simpasarsurakarta.diginetmedia.co.id/v2/profil/visi_misi, diakses 15 Maret 2016 pukul22.40 WIB

http://simpasarsurakarta.diginetmedia.co.id/v2/sambutan/index, diakses 15 Maret 2016pukul 22.35 WIB.

Surat Kabar OnlineTribun News, 39 Pasar Tradisional di Solo Overload,

17 Februari 2014, diakses 29 Maret 2016Pukul 03.55 WIB.

Surat KabarSolopos, edisi 20 Mei 2015.

WawancaraWawancara dengan Sudharmono SU, dalam acara

Archipelago Trails, 20 Agustus 2007