RTBL Kawasan Pasar Gedhe

98
L A P O R A N A K H I R IV - 1 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009 RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PASAR GEDE 4.1. Rencana Pola Pemanfaatan Ruang 4.1.1. Arahan Peruntukkan Lahan Pertumbuhan perekonomian dan jasa yang semakin pesat selalu disertai dengan semakin banyaknya tuntutan pemenuhan kebutuhan akan ketersediaan fasilitas bangunan beserta prasarananya. Adanya berbagai fasilitas yang tumbuh dengan pesat di wilayah perencanaan tersebut perlu mandapatkan penanganan yang tepat bagi pengendaliannya untuk menghindari terjadinya degradasi lingkungan atau penurunan kualitas lingkungan. Perencanaan tata guna lahan secara makro diarahkan untuk menata kawasan perencanaan yang merupakan pusat pelayanan bagi masyarakat dalam skala lokal maupun regional serta menunjukkan ciri-ciri sebagai pintu gerbang ke arah pusat kota, sehingga tercipta penyebaran bangunan yang merata sesuai dengan peruntukannya, dengan memanfaatkan luas lahan yang ada. Perencanaan tata guna lahan dioptimalkan agar mampu menciptakan keseimbangan ruang antara fungsi bangunan dan fungsi ruang-ruang terbuka yang dipergunakan untuk pelayanan umum seperi kawasan parkir, taman, dan berbagai pelayanan umum lainnya, juga keseimbangan antara pemanfaatan aktivitas kegiatan yang muncul dari pemanfaatan guna lahan dengan jaringan jalan yang ada. Penetapan peruntukan lahan didasarkan atas beberapa pertimbangan bagi peruntukan penggunaan lahan secara tepat di wilayah perencanaan, yang antara lain adalah sebagai berikut : Arahan rencana kota serta rencana-rencana kota lainnya yang telah di-PERDA-kan. Kecenderungan dan perkembangan guna tanah di wilayah perencanaan. Secara keseluruhan, area terbangun di wilayah perencanaan sangat dominan dengan pemanfaatan ruang untuk fungsi perdagangan dan jasa yang bersifat grosir maupun ritel. Hal ini sejalan dengan penetapan peran dan fungsi wilayah perencanaan sebagai pusat pelayanan jasa komersial di tingkat Kota Surakarta dan regional. Menindak lanjuti penetapan peran dan fungsi tersebut, beberapa hal perlu diatur sebagai berikut : Kegiatan perdagangan grosir dialokasikan di kawasan Pasar Gede dengan pengaturan akses untuk kendaraan berat, dan pergudangan. Kegiatan pergudangan dibatasi.

Transcript of RTBL Kawasan Pasar Gedhe

Page 1: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 1 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

KAWASAN PASAR GEDE

4.1. Rencana Pola Pemanfaatan Ruang

4.1.1. Arahan Peruntukkan Lahan

Pertumbuhan perekonomian dan jasa yang semakin pesat selalu disertai dengan

semakin banyaknya tuntutan pemenuhan kebutuhan akan ketersediaan fasilitas bangunan

beserta prasarananya. Adanya berbagai fasilitas yang tumbuh dengan pesat di wilayah

perencanaan tersebut perlu mandapatkan penanganan yang tepat bagi pengendaliannya

untuk menghindari terjadinya degradasi lingkungan atau penurunan kualitas lingkungan.

Perencanaan tata guna lahan secara makro diarahkan untuk menata kawasan

perencanaan yang merupakan pusat pelayanan bagi masyarakat dalam skala lokal maupun

regional serta menunjukkan ciri-ciri sebagai pintu gerbang ke arah pusat kota, sehingga

tercipta penyebaran bangunan yang merata sesuai dengan peruntukannya, dengan

memanfaatkan luas lahan yang ada. Perencanaan tata guna lahan dioptimalkan agar

mampu menciptakan keseimbangan ruang antara fungsi bangunan dan fungsi ruang-ruang

terbuka yang dipergunakan untuk pelayanan umum seperi kawasan parkir, taman, dan

berbagai pelayanan umum lainnya, juga keseimbangan antara pemanfaatan aktivitas

kegiatan yang muncul dari pemanfaatan guna lahan dengan jaringan jalan yang ada.

Penetapan peruntukan lahan didasarkan atas beberapa pertimbangan bagi

peruntukan penggunaan lahan secara tepat di wilayah perencanaan, yang antara lain adalah

sebagai berikut :

Arahan rencana kota serta rencana-rencana kota lainnya yang telah di-PERDA-kan.

Kecenderungan dan perkembangan guna tanah di wilayah perencanaan.

Secara keseluruhan, area terbangun di wilayah perencanaan sangat dominan

dengan pemanfaatan ruang untuk fungsi perdagangan dan jasa yang bersifat grosir maupun

ritel. Hal ini sejalan dengan penetapan peran dan fungsi wilayah perencanaan sebagai pusat

pelayanan jasa – komersial di tingkat Kota Surakarta dan regional. Menindak lanjuti

penetapan peran dan fungsi tersebut, beberapa hal perlu diatur sebagai berikut :

Kegiatan perdagangan grosir dialokasikan di kawasan Pasar Gede dengan

pengaturan akses untuk kendaraan berat, dan pergudangan.

Kegiatan pergudangan dibatasi.

Page 2: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 2 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

Tumbuhnya fasilitas perdagangan dan jasa di kawasan Pasar Gede dibarengi dengan:

Berkembangnya luasan Sarana Perdagangan dan Jasa (Bangunan berkembang kearah vertikal) /Pemanfaatan Ruang Terbuka untuk usaha

Berkurangnya Ruang Terbuka

Bertambahnya jumlah pengunjung dikawasan

Pemenuhan kebutuhan ruang transit (untuk moda angkutan)

Arus lalu lintas padat

Kemacetan

Menurunnya kualitas lingkungan

PETA ARAHAN RENCANA POLA

PEMANFAATAN RUANG

Pasar Gede sebagai pusat perbelanjaan yang berdampak pada tumbuhnya fasilitas penunjang perdagangan dan jasa yang berada di sekitar

Pasar Gede.

Penghubung Utama Wilayah perencanaan dengan pusat kota

lainnya

Lokasi Loading/ unloading pada wilayah perencanaan

Penghubung Utama Wilayah perencanaan dengan pusat kota lainnya

Kawasan Permukiman (Pecinan) pada wilayah perencanaa

Penghubung Utama Wilayah perencanaan dengan BWK

Wilayah Lainnya

Tugu Jam sebagai Tetenger pada wilayah perencanaan

Page 3: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 3 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

4.1.2. Rencana Sistem Jaringan Utilitas

Ketersediaan utilitas kota, sarana pendukung kebutuhan dasar permukiman,

merupakan salah satu pra-syarat agar lingkungan permukiman kota menjadi layak huni bagi

penduduknya. Penyelenggaraan penyediaan sarana pendukung kebutuhan dasar ini

dimungkinkan dilaksanakan oleh pemerintah, swasta, maupun swadaya masyarakat

setempat. Beberapa dasar pertimbangan dalam perencanaan sistem jairngan utilitas kota

adalah :

Jenis – jenis dan sebaran lokasi kegiatan yang dilayani.

Persebaran penduduk atau area hunian

Kemudahan penyediaan.

A. Rencana Penyediaan Air Bersih

Pertimbangan dasar dalam perencanaan penyediaan air bersih pada di wilayah

perencanaan meliputi:

Konsumsi air per orang per hari + 150 liter.

Kebutuhan air untuk fasilitas umum dan sosial diperkirakan 150 % dari kebutuhan

rumah tangga.

Penyusutan air sewaktu pengaliran 25 %

Arahan perencanaan untuk pengembangan jaringan air bersih adalah sebagai berikut:

Page 4: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 4 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

Sistem jaringan air bersih di koridor perencanaan merujuk sepenuhnya pada sistem

jaringan air bersih menurut rencana kota.

Penempatan jaringan air bersih diupayakan agar tidak berada dalam deretan yang

sama dengan jaringan listrik dan telepon yang menggunakan jaringan kabel tanah,

guna meminimalkan gangguan pada jaringan tersebut. Sehingga, apabila terjadi

suatu kebocoran pipa, maka kebocoran tersebut tidak akan membahayakan dan

tidak mengganggu jaringan kabel tanah.

Usulan penempatan hidran merupakan bagian dari sistem keselamatan yang

ditujukan untuk mengantisipasi kebakaran. Sistem yang terpakai adalah sistem

yang terintegrasi dengan air bersih yaitu bergabung dengan jaringan distribusi air

bersih dengan pilar hidran single nozzle yang penempatannya diletakkan pada

persimpangan-persimpangan jalan dan tepi-tepi jalan yang lurus dengan jarak

penempatan 150-300 meter dan dapat diperpendek tergantung dari kebutuhan dan

kepadatan bangunan dari rencana lokasi penempatan hidran dengan syarat

pemasangannya yang tidak boleh mengganggu sirkulasi lalu lintas. Hidran-hidran

yang sudah terdapat diwilayah perencanaan yang sudah rusak agar dapat

difungsikan kembali penggunaannya. Setiap pipa hidran disadapkan pada pipa

distribusi air bersih dan debit setiap hidrant adalah 16,5 liter/detik dan pemasangan

dilengkapi dengan angker blok yang ditanam dibawah tanah

Arahan Rancangan untuk pengembangan jaringan air bersih adalah sebagai berikut:

Sistem jaringan air bersih di koridor perencanaan merujuk sepenuhnya pada sistem

jaringan air bersih menurut rencana kota.

Penempatan jaringan air bersih diupayakan agar tidak berada dalam deretan yang

sama dengan jaringan listrik dan telepon yang menggunakan jaringan kabel tanah,

guna meminimalkan gangguan pada jaringan tersebut. Sehingga, apabila terjadi

suatu kebocoran pipa, maka kebocoran tersebut tidak akan membahayakan dan

tidak mengganggu jaringan kabel tanah.

Lebih jelasnya jaringan air bersih pada wilayah studi disajikan pada peta berikut ini

Page 5: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 5 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

jaringan air bersih pada wilayah studi disajikan pada peta berikut ini

Page 6: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 6 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

B. Rencana Penyediaan Jaringan Listrik

Beberapa pertimbangan dalam perencanaan penyediaan jaringan listrik di wilayah

perencanaan meliputi :

Konsumsi penduduk adalah 90 watt/orang/hari

Kebutuhan listrik untuk non-domestik (perdagangan-jasa, fasilitas umum,

perkantoran) diasumsikan sebesar 30 %.

Kebutuhan akan listrik sudah dilayani oleh PLN, untuk pemenuhan kebutuhan rumah

tangga (domestik), perdagangan dan fasilitas sosial (non domestik). Kebutuhan voltase yang

digunakan untuk kawasan Pasar Gede ini tergolong besar tiap kavling nya, antara 900-

1300V dikarenakan rumah-rumah disini juga mempunyai fungsi sebagai toko, sehingga

membutuhkan daya yang tinggi. Untuk peletakan tiang-tiang listrik mengikuti pola jalan yang

ada dan sudah menjangkau ke semua kapling.

Rencana jaringan listrik pada wilayah studi harus sesuai dengan ketentuan yang mengatur,

yaitu :

1. Dalam hal sumber daya diambil dari pembangkit tenaga listrik, harus aman terhadap

gangguan dan tidak menimbulkan gangguan

2. Penempatan instalasi listrik harus aman terhadap keadaan sekitarnya, bagian –

bagian lain dari bangunan dan instalasi lain, sehingga tidak saling membahayakan,

menganggu dan merugikan, serta memudahkan pengambilan dan pemeliharaan

Arahan perencanaan untuk pengembangan jaringan listrik adalah sebagai berikut:

Memanfaatkan jaringan listrik yang sudah ada.

Mengatasi gangguan visual kabel udara, diusulkan penyelesaian sebagai berikut:

Pada tahap awal, langkah yang bisa dilakukan adalah merapikan jaringan kabel

udara di sepanjang tepi jalan maupun yang menyeberangi jalan’ antara lain dengan

penyeragaman posisi tiang dan merapikan kabel yang semrawut. Kabel udara yang

menyeberangi jalan disyaratkan mempunyai tinggi minimum 5 m di atas permukaan

jalan.

Pada tahap selanjutnya, 10 tahun ke depan direncanakan penggantian kabel udara

dialokasikan ke dalam tanah, sehingga tidak menimbulkan gangguan lingkungan.

Page 7: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 7 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

Arahan Rancangan untuk pengembangan jaringan listrik adalah sebagai berikut:

Memanfaatkan jaringan listrik yang sudah ada.

Mengatasi gangguan visual kabel udara, diusulkan penyelesaian sebagai berikut:

Mengganti kabel udara yang telah habis masa pakainya, dengan kabel tanah yang

pelaksanaannya disesuaikan dengan program PLN. Sehingga jaringan listrik di

sepanjang jalan utama kota dalam jangka panjang menggunakan kabel tanah.

Jaringan kabel tanah tidak ditempatkan pada deretan yang sama dengan jaringan air

bersih. Lebih jelasnya jaringan listrik pada wilayah studi disajikan pada peta berikut ini

Page 8: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 8 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

jaringan listrik pada wilayah studi disajikan pada peta berikut ini

Page 9: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 9 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

C. Rencana Penyediaan Sambungan Telepon

Jaringan telepon pada wilayah perencanaan sudah dijangkau merata oleh pihak

TELKOM. Sistem jaringan telpon tersebut mengikuti ruas jalan yang ada disepanjang

koridor Kawasan Pasar Gede. Pada saat ini, berdasarkan hasil survai dilapangan diperoleh

informasi bahwa tidak ada rencana pengembangan jaringan baru untuk wilayah

perencanaan.

Arahan perencanaan untuk pengembangan jaringan telepon adalah sebagai berikut:

Memanfaatkan jaringan telepon dan fasilitas telepon umum yang sudah ada.

Mengatasi gangguan visual kabel udara, diusulkan penyelesaian sebagai berikut:

‐ Pada tahap awal, langkah yang bisa dilakukan adalah merapikan jaringan

kabel udara di sepanjang tepi jalan maupun yang menyeberangi jalan antara

lain dengan penyeragaman posisi tiang dan merapikan kabel yang semrawut.

‐ Mengganti kabel udara yang telah habis masa pakainya, dengan kabel tanah

yang pelaksanaannya disesuaikan dengan program telkom. Sehingga

jaringan telepon di sepanjang jalan utama kota dalam jangka panjang

menggunakan kabel tanah.

Arahan rancangan untuk pengembangan jaringan telepon adalah sebagai berikut:

Memanfaatkan jaringan telepon dan fasilitas telepon umum yang sudah ada.

Mengatasi gangguan visual kabel udara, diusulkan penyelesaian sebagai berikut:

‐ Mengganti kabel udara dengan jaringan kabel bawah tanah

‐ Penggunaan jaringan telepon flexi tanpa kabel dengan perencanaan dari PT.

Telkom

D. Rencana Pengelolaan Sampah

Produksi sampah harian dapat dibedakan menjadi :

1. Sampah Permukiman

Sampah dari rumah tangga yang dikelola oleh penduduk secara perorangan

dilakukan dengan cara ditimbun atau dibakar. Sedangkan pengelolaan sampah oleh

organisasi masyarakat dilakukan dengan cara mengangkut sampah ke TPS yang

telah ditentukan dengan menggunakan gerobak atau becak sampah. Selanjutnya,

container TPS akan diangkut oleh petugas dari Dinas Kebersihan ke tempat

pembuangan akhir (TPA).

Page 10: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 10 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

2. Sampah pasar/pertokoan/kantor

Sampah dari pasar akan disapu dan dikumpulkan oleh petugas dari pengelola pasar

yang kemudian diangkut menuju ke TPS. Selanjutnya, oleh petugas dari Dinas

Kebersihan, sampah dari TPS diangkut menuju ke TPA.

Mengacu ke rencana peningkatan pelayanan pengelolaan sampah oleh Dinas

Kebersihan Kota Surakarta, akan dilakukan penambahan kontainer TPS dengan volume 6

m3. Rencana penambahan kontainer TPS di wilayah perencanaan dapat dicermati pada

peta terlampir.

Pengembangan areal sebagai suatu tempay pembuangan akhir (TPA) sebaiknya jauh dari

areal permukiman kyang ada, sehingga tidak mengganggu kualitas lingkungan dan jaraknya

harus jauh dari pusat kota. untuk tempat pembuangan sementara (TPS) bisa menggunakan

container atau transfer station yang diletakkan pada lokasi-lokasi tertentu.

Adapun sistem pembuangan sampah adalah sebagai berikut:

1. Sistem Pengumpulan

a. Sampah yang berasal dari rumah tangga dikumpulkan di bak sampah masing-

masing

b. Sampah yang berasal dari kawasan pertokoan dikumpulkan di tong sampah

masing-masing

c. Sampah yang berasal dari pasar ditampung di bak sampah dan container yang

ditempatkan dipasar tersebut.

2. Sistem Pengangkutan Sampah

a. Pengangkutan sampah dari setiap bak sampah ke tempat penampungan

sementara menggunakan gerobak dorong

b. Pengangkutan sampah dari pasar ke tempat pembuangan akhir (TPA) langsung

melalui truk container

c. Pengangkutan sampah dari TPS ke TPA dilakukan oleh Dinas Kebersihan Kota

dengan mempergunakan truk.

Kawasan perencanaan mempunyai lkarakteristik kepadatan penduduk, sebab aktivitas

yang ada di dalamnya meliputi aktivitas perkantoran dan perdagangan jasa. Hal ini

mengakibatkan penduduk yang beraktivitas dikawasan ini dapat digolongkan menjadi

penduduk tetap maupun penduduk tidak tetap/sementara. kepadatan didaerah kawasan,

Page 11: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 11 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

pada siang hari akan lebih besar dari pada malam hari, sebab jumlah penduduk yang

beraktivitas pada siang hari lebih banyak dari pada malam hari. Pada siang hari penduduk

yang beraktivitas tidak hanya penduduk kawasan itu saja tetapi dari luar kawasan uga. hal ini

dikarenakan fungsi utama kawasan secara eksisting merupakan kawasan perdagangan dan

jasa.

E. Rencana Jaringan Pematusan/Drainase

Lokasi kawasan yang terletak berdekatan dengan Kali Pepe memudahkan untuk

pembuatan saluran drainase dan sanitasi yang sangat bagus, sehingga Kali Pepe mampu

menjadi Saluran Pembuangan Primer.

Permasalahan drainase yang ada di wilayah perencanaan mencakup sedimentasi dan

kurangnya pembersihan (perawatan). Perencanaan sistem drainase untuk wilayah

perencanaan mencakup :

1. Mempertahankan pola pengaliran atau arah aliran yang sudah saat ini agar tidak

menambah masalah baru.

2. Melakukan pengaturan/sinkronisasi slope (kemiringan saluran) melalui

pengukuran dimensi saluran, pengerukan, peninggian saluran.

3. Perbaikan sistem drainase dan sanitasi sekunder dan rumah tangga serta

pengoptimalan pemanfaatan Kali Pepe sebagai sistem drainase primer

Arahan penataan dan pengembangan drainase meliputi:

Sistem jaringan drainase di koridor perencanaan merujuk sepenuhnya pada sistem

jaringan drainase menurut rencana kota.

Pembuatan saluran-saluran drainase harus memenuhi syarat sebagai berikut :

a) Di dalam tiap-tiap pekarangan harus disediakan saluran-saluran pembuangan air

hujan

b) Saluran-saluran tersebut di atas harus cukup besar dan cukup mempunyai

kemiringan untuk dapat mengalirkan air hujan dengan baik.

c) Air hujan yang jatuh di atas atap harus segera dapat disalurkan kesaluran di atas

permukaan tanah dengan pipa-pipa atau bahan lain dengan jarak antara sebesar-

besarnya 25 m

d) Curahan air hujan yang langsung dari atap atau pipa talang bangunan tidak boleh

jatuh keluar pekarangan dan harus dialirkan ke bak peresapan pada kavling

bangunan yang bersangkutan, dan selebihnya kesaluran umum kota

Page 12: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 12 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

e) Pemasangan dan peletakan pipa-pipa dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak

akan mengurangi kekuatan dan tekanan bangunan

f) Bagian-bagian pipa harus dicegah dari kemungkinan tersumbat kotoran

g) Pipa-pipa saluran tidak diperkenankan dimasukkan kedalam lubang lift.

h) Saluran pembuangan limbah tidak boleh berhubungan dengan saluran umum.

Lebih jelasnya jaringan Pematusan/Drainase pada wilayah studi disajikan pada peta berikut

ini

Page 13: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 13 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

jaringan Pematusan/Drainase pada wilayah studi disajikan pada peta berikut ini

Page 14: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 14 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

4.2. RENCANA STRUKTUR PEMANFAATAN RUANG

4.2.1. Rencana Pola Lingkungan.

Pertumbuhan dan perkembangan kegiatan jasa-

perdagangan di wilayah perencanaan cenderung

mendesak dan menggeser kegiatan permukiman

perkotaan yang ada, serta mendorong terjadinya

perubahan fungsi bangunan dari fungsi hunian menjadi

fungsi komersial. Kondisi ini tidak bisa dibiarkan begitu

saja karena akan mengancam kehidupan permukiman perkotaan yang sejak lama telah ada,

yang sudah dan akan semakin ditinggalkan oleh penduduk yang berkualitas. Karenanya

wilayah perencanaan sebagai wilayah permukiman atau human settlement akan mengalami

penurunan kualitas.

Wilayah perencanaan sebagai bagian dari pusat Kota Surakarta sebaiknya tetap

dipertahankan sebagai wilayah permukiman atau human settlement. Di wilayah perencanaan

ditemui beberapa permukiman pecinan yang merupakan cikal-bakal terbentuk permukiman

perkotaan di Kota Surakarta. Wilayah permukiman perkotaan yang ada di wilayah

perencanaan berupa perkampungan – perkampungan yang merupakan permukiman

pecinan sangat layak dipertahankan sebagai kesatuan permukiman perkotaan. Keberadaan

permukiman pecinan tersebut di daerah urban adalah 1) memiliki kemampuan untuk

mengakomodasi pertambahan penduduk; 2) keberadaan tradisi sosial-budaya yang ada

memberikan rona kehidupan urban yang khas (=unik), yang tidak dapat ditemukan pada

permukiman ”moderen” yang terencana.

Pola lingkungan mengacu pada kondisi eksisting melalui pembagian wilayah Rukun

Warga ( = RW ) dan Rukun Tetangga (= RT), yang terkait erat dengan keberadaan kampung

– kampung atau permukiman pecinan yang tumbuh kembang menjadi permukiman

perkotaan di wilayah perencanaan.

4.2.2. Pola Jaringan Jalan

Rencana sistem fungsi jalan di wilayah perencanaan dapat dicermati sebagai berikut :

Jalan Arteri

Sekunder : Jalan Urip Sumoharjo

Jalan Kolektor

Primer :

Fungsi utama jalan Kolektor Sekunder adalah

menghubungkan antar pusat kegiatan antar Bagian Wilayah

Kota.

Rencana jalan Kolektor Sekunder di wilayah perencanaan :

Page 15: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 15 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

Jl. Kapten Mulyadi

Jalan Kolektor

Sekunder :

Fungsi Utama jalan Kolektor Sekunder adalah jalan

menghubungkan pusat-pusat kegiatan utama di dalam Kota

Surakarta.

Secara umum pola jalan Kolektor sekunder ini sudah

terbentuk, sehinga tidak diperlukan pengembangan pola

jalan baru.

Jalan Kolektor Sekunder diwilayah perencanaan meliputi, Jl.

RE Martadinata, Jl. Suryopranoto

Jalan Lokal

Sekunder :

Fungsi utama jalan Lokal Sekunder adalah sebagai

penghubung jalan antar lingkungan dalam suatu wilayah.

Jalan Lokal Sekunder di wilayah perencanaan meliputi : jalan

Pasar Gede

4.2.3. Rencana Pola Transportasi

Perencanaan transportasi kawasan Pasar Gede difokuskan pada usaha untuk

melancarkan mobilisasi arus barang maupun orang. Untuk pergerakan orang terbagi menjadi

pergerakan secara langsung (pedestrian) maupun menggunakan sarana moda angkutan.

Tekanan permasalahan transportasi dan sistem hubung kawasan Pasar Gede pada

umumnya adalah kemacetan, kesembrawutan, pencemaran dan tundaan akibat gangguan

maupun hambatan samping yang ada. Hambatan ini antara lain yang diakibatkan aktivitas

kawasan, PKL, dan parkir on-street.

Dari hasil pemantauan yang dilakukan untuk aspek transportasi, faktor manusia

memiliki peranan yang penting di dalamnya. Hasil temuan fakta dan analisis serta beberapa

identifikasi pendukung mengenai potensi-problem dan prospek menjadi landasan di dalam

membuat skenario perencanaan transportasi kawasan Pasar Gede ini.

Transportasi merupakan bagian yang tidak dapat dibagi berdasarkan kewilayahan

atau keruangan. Berpikir mengenai pergerakan tesebut, maka didalam skenario umum

kawasan, merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipenggal perencanaannya oleh

koridor-koridor yang ditinjau.

Kawasan Pasar Gede secara makro tercangkup dalam wilayah perencanaan yang

dapat diakses melalui Jl. Suryopranoto, Jl. Urip Sumoharjo, Jl. RE Martadinata dan Jl.

Kapten Mulyadi. Pada daya hubung yang ada pada kawasan ini memiliki empat sektor daya

hubung yang masing-masing sektor tersebut terdapat beberapa pintu akses yang dapat ke

Pasar Gede ini. Akses-akses yang sudah terpola ini direncanakan tetap dipertahankan

Page 16: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 16 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

mengingat kawasan ini membutuhkan banyak koridor yang terakses dengan baik, hanya saja

untuk mengantisipasi kesembrawutan akibat pergerakan lalu lintas perlu dilakukan

penantaan sirkulasi pergerakan untuk menjadikan kondisi yang lebih baik kedepannya.

Skenario secara umum pada Kawasan Pasar Gede ini lebih mengarah ke

pergerakan baik orang, barang maupun moda yang ada, serta fasilitas-fasilitas hubungannya

satu dengan yang lainnya. Mengingat prasarana yang ada terbatas dan sulitnya

mengembangkan prasarana yang ada, sehingga hanya dapat mengandalkan prasarana

yang ada tidak akan cukup membuat transportasi kawasan Pasar Gede ini lebih baik lagi.

Untuk itu diperlukan penataan dengan memperlakukan sistem penataan melalui manajemen

lalu lintas dan pengendalian berupa kebijakan atau peraturan yang dapat diterapkan pada

kawasan ini untuk menegakkan disiplin lalu lintas.

Ditinjau secara makro kawasan Pasar Gede, memiliki beberapa pendukung yang

memungkinkan untuk diterapkan yang diharapkan dapat mengoptimalkan kinerja layan

transportasi yang ada serta mendukung pengendalian lalu lintas dan manajemen lalu lintas

yang akan diterapkan nantinya. Secara umum arahan rencana pengembangan kawasan

Pasar Gede pada sektor Transportasi adalah sebagai berikut:

Penataan rambu jalan dan penegakan penerapan disiplin terhadap lalu lintas

termasuk mematuhi rambu lalu lintas tersebut.

Peningkatan fasilitas pedestrianisasi dan fasilitas penyeberangan, serta

memperhatikan aksesbilitas bagi kaum penyandang cacat, dengan memberiakn

ruang khusu bagi kaum tersebut.

Penataan angkutan umum untuk tidak terlalu lama mengetem, sehingga dalam hal

ini fungsi terminal dioptimalkan

Mengoptimalkan fungsi jalan, dengan meminimalkan hambatan samping yang

dapat mempengaruhi fungsi jalan

Pemberdayaan off-street parking pada kawasan ini, hal ini untuk pengurangan

hambatan samping di badan jalan.

Secara makro pengendalian atau pengaturan berupa rambu-rambu jalan yang saat

ini kurang dipatuhi terutama angkutan becak, untuk kedepannya penegakkan rambu ini

tanpa kecuali harus dipatuhi. Sebagai kawasan secara makro memiliki kegiatan belanja

terutama pada sektor ritel maupun pasar tradisional (Pasar Gede) memelukan akses untuk

berjalan kaki. Untuk menfasilitasi hal tersebut diperlukan peningkatan fasilitas pedestrian.

Page 17: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 17 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

Seiring dengan tingkat perkembangan yang ada, sudah saatnya didalam aksesbilitas

kawasan menghilangkan distriminatif pengguna jalan. Melalui semangat tersebut diperlukan

akses pedestrian yang juga dapat mengakomodir untuk penyandang cacat maupun orang

usia lanjut. Kegiatan pasar yang dalam hal ini memiliki potensi tarikan yang besar

membutuhkan fasilitas transportasi baik kendaraan pribadi maupun angkutan umum.

Angkutan umum yang ada pada kawasan ini dilayani oleh Bus dan angkutan kota (MPU).

Keberadaan angkutan ini membutuhkan tempat untuk aktivitas menaik-turunkan penumpang

agar terjadi keteraturan. Budaya yang sudah lama dilakukan dan sampai saat ini tidak ada

pengaturan dari aparat pemerintah berkenaan mengetem dipinggir jalan memberikan

peluang angkutan lebih memilih mengetem disana daripada masuk di sub terminal, sehingga

timbul terminal bayangan. Agar angkutan umum tidak terkonsetrasi secara berlebihan di

kawasan tersebut perlu diatur dengan melalui pembatasan waktu mengetem. Fungsi dari

sistem tersebut agar mengurangi kemungkinan kesembrawutan dan kelancaran arus lalu

lintas. Di samping pengaturan angkutan umum, perlu dilakukan pengaturan kendaraan

pribadi terutama pada pemberlakuan sistem parkir. Secara umum parkir di prioritaskan untuk

dapat menggunakan sistem off street parking hal ini bertunjuan untuk menimalkan hambatan

samping sehingga kinerja layan jalan dapat maksimal. Namun pada kondisi tertentu, layanan

parkir pada badan jalan dapat ditolerir. Pemberdayaan parkir dengan menggunakan off

street parking perlu dioptimalkan terutama yang dapat mendukung kinerja lalu lintas yang

signifikan. Pengotimalan jalan dengan menimalisir ganguan-gangguan samping yang ada

seperti PKL, anak jalanan/pengemis, parkir, dan sebagainya perlu ditingkatkan. Berangkat

dari hal diatas, maka penataan tansportasi pada kawasan Pasar Gede yang ada lebih ke

arah perbaikan dengan meningkatkan kediplinan, menata ruang parkir, mengoptimalkan

penggunaan ruang lalu lintas dan parkir, menertiban pergerakan sehingga dapat terkesan

lebih teratur dan rapi. Apablia sudah tertata dengan baik pada tahapan selanjutnya pada

pemberian fasilitas penunjang.

4.2.4. Jenis Angkutan Umum

Angkutan umum yang tersedia di kawasan pasar gede terdiri dari 2 fungsi, yaitu

fungsi penghubung dengan kawasan lain dan penghubung dalam kawasan sendiri. moda

angkutan umum yeng tersedia untuk fungsi pertama adalah angkutan umum berupa agkot

dan bis kota, hal ini d dukung dengan temuan dilapangan berupa tersedianya fasilitas

pendukung berupa halte Bis di Koridor Urip Sumoharjo. namun untuk pelayanan dari 2 moda

Page 18: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 18 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

ini, hanya sebatas jalan-jalan utama kawasan seperti jalan Re Martadinata, jalan Urip

Sumoharjo, jalan Kapten Mulyadi.

sedangkan untuk pelayan perhubungan dalam kawasan didukung dengan tersedianya moda

angkuatan roda 3, berupa becak sepada. moda angkutan ini menjadi solusi untuk pelayan

dalam kawsan terutama untuk jarak tempuh yang dekat dan menjadi lapis 2 dalam

pergerakjan barang dan orang. moda ini melayani pergerakan yang tidak dilayani oleh

andkot dan bus, terutama untuk jalan Pasar gede, Jalan Suryopranoto dan jalan kali Pepe.

Untuk mendukung pergerakan barang dan orang di kawasan pasr gede, selain

kebutuhan akan moda transportasi, juga diperlukan ruang kosong sebagai lokasi transit

barang dan orang serta pangkalan untuk moda transportasi.

4.2.5. Pergerakan Angkutan Barang

Pergerakan angkutan barang yang ada pada kawasan Pasar Gede secara umum

sulit untuk dapat menerima angkutan barang yang menggunakan truk. Hal ini pada jalan

akes menuju Kawasan Pasar Gede pun keberadaan pergerakkan angkutan barang ini sudah

dibatasi lingkup pergerakkannya. Namun mengingat pergerakan barang merupakan salah

satu pendukung ekonomi yang vital, saat ini angkutan barang dapat masuk pada kawasan

Pasar Gede dengan menggunakan depensasi jalan pada koridor tertentu yang mengakses

ke kawasan ini.

Namun dengan depensasi jalan ini, tidak semata-mata angkutan barang dapat

bergerak dengan leluasa melintas pada jaringan jalan di Kawasan Pasar Gede ini. Arahan

kedepan mengenai pola pergerakan barang dengan membatasi angkutan yang boleh

melintas melalui jenis angkutan barang yang diperbolehkan melintas. Hal ini di bagi menjadi

beberapa jaringan pergerakkan. Untuk jalur angkutan barang utama, masih ditolerir atau

diperbolehkan angkutan barang melintas untuk truk ukuran besar. Hal ini disesuaikan

dengan kondisi jalan yang masih memungkinkan serta kondisi aktivitas lahan yang sangat

membutuhkan keberadaan angkutan barang tersebut, mengingat lahan yang ada diarahkan

berupa zona grosir dengan tingkat aktivitas dan mendukung ekonomi yang tinggi. Untuk

angkutan sekunder diarahkan melayani pergerakan campuran grosir dan ritel. Hal ini

diupayakan pada kawasan ini tetap berkembang dengan membatasi perkembangan grosir

terutama untuk penjualan bahan bangunan yang berada pada koridor Kawasan Pasar Gede.

Jalur angkutan barang tertier dengan membatasi pada jenis angkutan yang diperbolehkan

terbatas pada mobil hantaran dengan menggunakan mobil boks maupun pickup. Namun

tidak menutup kemungkinan pada kondisi tertentu pergerakkan dengan jenis angkutan

barang yang ada dapat menyimpang dari jalur yang ditetapkan, untuk kebutuhan khusus dan

Page 19: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 19 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

lebih penting denga frekuensi tertentu dapat diberikan ijin khusus (depensasi jalan) dengan

kontrol pengendalian yang ketat. Dengan adanya pergerakkan angkutan barang pada

Kawasan Pasar Gede ini, diperlukan fasilitas pendukung diantaranya adalah areal bongkar

muat. Dengan pertimbangan pelayanan pergerakan angkutan barang dan pertimbangan lain

seperti pedestrianisasi, pola aktivitas maka diusulkan jalur pergerakan angkutan barang dan

areal bongkar muat disajikan pada peta berikut ini.

4.2.6. Pergerakan Orang

Pergerakkan orang pada kawasan ini secara mendasarnya dibagi menjadi dua

bagian, yaitu pergerakan pejalan kaki dan dengan menggunakan moda transportasi. Secara

umum pergerakkan orang dengan moda transportasi khusus kendaraan pribadi diatur tidak

terlalu banyak dengan kondisi eksisting.Perubahan mendasar terdapat pada penegasan

jalur satu arah terutama pada kawasan Pasar Gede. Secara umum pergerakan kendaraan

disajikan pada peta berikut ini.

Untuk pola pergerakan pejalan kaki di arahkan pada mendukung fasilitas pejalan kaki

(pedestrian) yang ada pada kawasan Pasar Gede. Fasilitas orientasi pejalan kaki juga

difokuskan pada kawasan ritel di koridor kawasan pasar gede.

Untuk mendukung pergerakkan orang diperlukan fasilitas-fasilitas pendukung antara

lain berupa lokasi parkir dan transfer moda point dengan pelayanan angkutan umum internal

kawasan yang berupa angkutan paratransit yang dapat dikembangkan pada kawasan pasar

gede seperti zona parkir dan pangkalan becak/sepeda dan taksi. Pelayanan fasilitas pejalan

kaki juga perlu diperhatikan untuk memberikan pelayanan yang optimal pada kawasan ini.

4.2.7. Arus Lalu Lintas

Lalu lintas di Kota Surakarta masih terkonsentrasi pada jalan-jalan utama yang

berada di pusat kota dan Surakarta bagian Selatan, hal ini terlihat pada besarnya volume

lalu lintas yang besar yaitu diatas 1000 smp/jam diruas jalan Adi sucipto, Jl. Dr. Muwardi, Jl.

Ir. Juanda, Jl. Ir. Sutami, Jl. Jendral Sudirman, Jl. Kolonel Sutarto, Jl. Slamet Riyadi, Jl. Urip

Sumoharjo, Jl. Veteran dan Jl. Yos Sudarso. Ruas Jalan ini merupakan ruas jalan yang

berada di wilayah CBD dan ruas jalan yang menjadi akses masuk ke Kota Surakarta. Kondisi

ini menandakan bahwa kegiatan masyarakat Kota Surakarta masih terkonsentrasi di

tengah/pusat kota, sehingga arah perkembangan pembangunan akan cenderung ditengah

kota. Oleh karena itu agar lalu lintas tidak terkonsentrasi ditengah kota yang akan

menimbulkan kemacetan lalu lintas yang lebih parah maka perlu suatu kebijakan untuk

Page 20: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 20 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

penyebaran pusat-pusat kota. Lebih jelasnya volume lalu lintas Beberapa Ruas Jalan di Kota

Surakarta disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.1 Volume Lalu Lintas Beberapa Ruas Jalan

Kota Surakarta

No Nama Jalan Volume (SMP/Jam)

1 Jl. A. Yani 652

2 Jl. Adi Sucipto 1.536

3 Jl. Brigjen Sudiarto 975

4 Jl. Cokro A Suryo P 671

5 Jl. Dl Panjaitan 614

6 Jl. Diponegoro 713

7 Jl. Dr. Rajiman 905

8 Jl. Dr. Muwardi 1.291

9 Jl. Hasanudin 693

10 Jl. Ir. Juanda 1.079

11 Jl. Ir. Sutami 1.391

12 Jl. Jendral Sudirman 1.420

13 Jl. S. Parman 941

14 Jl. Kapt. Mulyadi 784

15 Jl. Kapt. Tendean 901

16 Jl. Kasunanan 489

17 Jl. Keb. Nasional 644

18 Jl. Kiai Gede 673

19 Jl. Kol. Sugiono 713

20 Jl. Kol Sutarto 1.381

21 Jl. Letjend Suprapto 623

22 Jl. Letjend Sutoyo 393

23 Jl. M. Yamin 461

24 Jl. Mayjend. Kusmanto 634

25 Jl. MT Haryono 648

26 Jl. Ronggo Warsito 568

27 Jl. Setia Budi 529

28 Jl. Slamet Riyadi 1.125

29 Jl. Sumpah Pemuda-Katamso 762

30 Jl Suryo Pranoto 562

31 Jl. Sutan Sahril 832

32 Jl. Tentara Pelajar 698

33 Jl. Teuku Umar 639

34 Jl. Urip Sumoharjo 1.345

35 Jl. Veteran 1.307

36 Jl. Veteran-Bhayangkara 971

37 Jl. Yos Sudarso 1.929

38 Jl. Yosodipuro 577

Sumber : DLLAJ Kota Surakarta

Page 21: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 21 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

Bangunan Pasar Gede dengan 1 jenis aktivitas berupa aktivitas perdagangan

Bagian koridor Suryopanoto dengan bangunan yang memiliki aktivitas campuran berupa perdagangan dan hunian

KEPATIHAN

BALAI KOTA

4.3. RENCANA KONDISI LOKASI PRIORITAS

4.3.1. Koridor Jalan Suryopranoto

A. Pemanfaatan Ruang

Ruang-ruang prioritas yang terdapat di wilayah perencanaan tepatnya di koridor jalan

Suryopranoto merupakan ruang yang telah terlanjur tumbuh sehingga dalam perencaannya

ruang ini tidak dapat dilihat sebagai suatu ruang kosong. Sesuai dengan konsep yang telah

ditentukan untuk koridor Suryopranoto yaitu memberikan keteraturan pada lahan campuran

maka diperlukan suatu rencana pemanfaatan ruang yang optimal agar mampu menciptakan

keseimbangan antara fungsi bangunan dan fungsi ruang-ruang terbuka yang dipergunakan

untuk pelayanan umum.

Adapun rencana untuk memanfaatkan ruang yang terdapat di koridor jalan Suryopranoto

adalah sebagai berikut:

Mempertahankan perpetakan bangunan yang telah ada dengan tujuan melindungi

keberadaan bangunan-bagunan lama.

Page 22: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 22 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

Penggunaan konsep fix used dan floating used untuk pemanfaatan lahan di

kawasan perencanaan. Konsep fix used berupa penggunaan lahan dan bangunan

hanya untuk satu fungsi kegiatan saja. Rencana ini diterapkan untuk bangunan

Pasar Gede yang kondisi eksisting telah digunakan untuk kegiatan perdagangan.

Sedangkan konsep floating used dapat diterapkan di kawasan yang aktivitasnya

berupa perdagangan dan bermukim yaitu berupa ruko-ruko.

B. Intensitas Pemanfaatan Lahan

Rencana penggunaan lahan untuk koridor Suryopranoto direncanakan untuk

aktivitas perdagangan permukiman. Adapun hal-hal yang diperhatikan dalam perencanaan

intensitas pemanfaatan lahan diantaranya adalah:

Keterangan:

Kawasan perdagangan dengan

KDB: 80-100% dan KLB 1-3 lantai.

Kawasan campuran dengan KDB:

50-70% dan KLB 1-3 lantai.

BALAI KOTA

KEPATIHAN

Page 23: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 23 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

KDB

Koefisien dasar bangunan merupakan angka perbandingan antara luas lantai dasar

bangunan dengan luas tapak/persil. Hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam

koefisien dasar bangunan ini adalah jenis penggunaan bangunan, tingkat

kepadatan penduduk serta kondisi fisik dan ekologi lingkungan.

Koefisien dasar bangunan ini dimaksudkan bagi penyediaan lahan terbuka yang

cukup dan memenuhi bagi resapan air hujan di kawasan perkotaan agar tidak

keseluruhan lahan diisi dengan bangunan fisik, guna keseimbangan ekosistem

lingkungan binaan. Besarnya KDB yang direncanakan untuk koridor Suryopranoto

yaitu sebesar 80-100% untuk bangunan dengan aktivitas perdagangan dan 50-70%

untuk bangunan yang diperuntukkan untuk aktivitas permukiman.

KLB

Koefisien lantai bangunan merupakan angka perbandingan antara luas seluruh

lantai bangunan dengan luas lahan atau kavling. Pengaturan ketinggian bangunan

bertujuan untuk membentuk skyline kawasan serta penciptaan image kawasan

yang khas. Batas ketinggian maksimal yang direncanakan untuk kawasan

perencanaan adalah 1-3 lantai atau setinggi 16 meter.

GSB (Garis Sempadan Bangunan)

Garis Sempadan Bangunan (GSB) ditetapkan untuk memberi batasan keamanan

bagi pengguna jalan dan lingkungannya. Kegunaan garis sempadan bangunan ini

antara lain adalah untuk pengamanan terhadap lalu lintas jalan, memberikan ruang

bagi sinar matahari, sirkulasi udara, peresapan air tanah dan juga berguna pada

keadaan darurat, misalnya kebakaran. GSB berlaku untuk kawasan terbangun

yang berada di tepi jalan dan sungai yang penentuannya setengah dari lebar badan

jalan. Adapun besarnya GSB yan terdapat di koridor Suryopranoto direncanakan

sebesar 10,85 m.

C. Sistem Penghubung

Rencana sistem penghubung yang terdapat di koridor Suryopranoto terdiri dari:

Sistem perparkiran

Pola parkir yang digunakan adalah parkir on-street dengan sudut kemiringan 450

terhadap jalan. Hal ini bertujuan untuk mempersingkat waktu memarkir waktu

kendaraan.

Page 24: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 24 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

D. Ruang Terbuka dan Tata Hijau

Ruang terbuka kota adalah ruang yang tidak terbangun dan terbuka di perkotaan

bisa berbentuk jalur atau bentuk teratur dan tidak teratur. Untuk rencana ruang terbuka

yang terdapat di koridor Suryopranoto adalah berupa rencana pengadaan trotoar. Trotoar

merupakan media penghubung suatu lokasi kegiatan dengan lokasi kegiatan lainnya

dengan keterikatan yang erat.

Adapun rencana untuk pengadaan trotoar di koridor Suryopranoto adalah sebagai

berikut:

Penentuan lebar trotoar sebesar 3 m untuk masing-masing sisi jalan.

Sedangkan untuk rencana pengadaan ruang terbuka hijau yaitu berupa rencana pengadaan

jalur hijau yang lebih memperhatikan penataan dan pemeliharaan tanaman yang ada.

Berdasarkan konsep yang telah disusun terdapat 2 bentuk arahan jalur hijau yaitu :

Arah pergerakan

Rencana arah pergerakan untuk koridor Suryopranoto

dipertahankan sesuai dengan kondisi eksisting yaitu

dengan pergerakan 2 arah. Pergerakan ini untuk

pelayanan ke arah koridor Sutan Syahrir dan arah Tugu

Jam.

Jumlah jalur dan lajur

Jumlah jalur yang direncanakan berjumlah 2 jalur,

dengan masing-masing jalur memiliki 2 lajur. Lebar tiap

lajur di rencanakan adalah 3 meter, hal ini untuk

memenuhi kebutuhan standar untuk Bus.

Sistem parkir on-street dengan sudut kemiringan

450

BALAI KOTA

KEPATIHAN

Page 25: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 25 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

BALAI KOTA

KEPATIHAN

Tanaman peneduh seperti ketapang dapat ditanam di jalur pedestrian untuk memberikan rasa nyaman bagi pejalan kaki.

Pengadaan trotoar dengan lebar 3 m

Tanaman peneduh

Tanaman peneduh yang telah ada tetap dipertahankan dan ditingkatkan upaya

pemeliharaannya. Penambahan dapat dilakukan di lokasi yang kurang memiliki

pohon peneduh. Penambahan pohon peneduh dapat berupa Angsana dan

ketapang. Ciri khas dari pohon ini adalah bermassa daun padat dan memiliki

ktinggian > 5 m serta percabangan 2 m dari tanah.

Tanaman pembatas

Tanaman pembatas (barrier) ini bertujuan untuk membatasi trotoar dengan sirkulasi

jalan sehingga diharapkan dapat memberikan kenyamanan dan keamanan bagi

pejalan kaki. Adapun jenis tanaman yang dapat digunakan diantaranya adalah

Bougenvil, Kembang sepatu, Kiara Payung, Cemara. Beberapa tanaman tersebut

berfungsi untuk penyerap kebisigan, pemecah angin, dan menyerap polusi. Ciri

khas pohon ini dalah bermassa daun padat dan memiliki ketinggian > 5 m.

Tanaman pembatas untuk membasi trotoar dengan sirkulasi jalan sehingga dapat memberikan rasa aman bagi pejalan kaki.

Page 26: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 26 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

E. Tata Bangunan

Dalam penyusunan rencana tata bangunan yang terdapat di koridor Suryopranoto,

terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan diantaranya adalah:

Orientasi bangunan

Orientasi bangunan merupakan arah dari tampak bukaan bangunan yang ditujukan

kepada potensi view yang optimal. Potensi view tersebut bisa merupakan unsur-

unsur alam, misalnya pemandangan pegunungan atau pemandangan kearah

sungai, atau merupakan unsur-unsur fisik bangunan atau ruang terbuka

diperkotaan yang dianggap penting atau menonjol pada wilayah tersebut.

Adapun rencana orientasi bangunan yang terdapat di kawasan perencanaan yaitu,

untuk bangunan yang terdapat disepanjang jalan Suryopranoto orientasi bangunan

diarahkan ke jalan Suryopranoto. Sedangkan untuk bangunan yang terletak pada

sudut jalan, baik itu pertigaan atau perempatan jalan yang mempunyai ruang

terbuka yang menarik maka arah orientasi bangunan dihadapkan pada ruang

terbuka yang terbentuk dari pertemuan jalan atau dengan mengarah pada sudut

persimpangan jalan tersebut.

Bentuk dasar bangunan

Bentuk dasar bangunan dapat dipertimbangkan dari berbagai segi, baik segi

kebutuhan ruangnya sendiri ataupun dari ekspresi budaya dan nilai-nilai arsitektur

yang ada pada saat ini. Pola-pola bentuk dasar sebagian besar bangunan di

wilayah perencanaan ini adalah bentuk segi-empat (baik persegi panjang maupun

bujur sangkar) kecuali bentuk dasar dari bangunan Pasar Gede.

Material eksterior

Penggunaan bahan material eksterior bangunan dengan beberapa pertimbangan

ditetapkan adalah sebagai berikut :

1. Penggunaan material exterior bangunan harus memperhatikan keserasian

ditinjau dari segi estetika serta kenyamanan lingkungan antara lain;

memberikan kesan estetis terhadap penggunaannya dan lingkungan sekitar.

2. Penggunaan material exterior agar mempertimbangkan dari ketahanan

terhadap pengaruh iklim (panas dan hujan), umur dan ketahanan bahan,

bahaya kebakaran, dan memudahkan pemeliharaan.

Page 27: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 27 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

F. Tata Informasi

Perencanaan untuk tata informasi dapat berupa pengaturan penandaan. Penandaan

apapun bentuknya harus didesain sedemikian rupa sehingga dapat dilihat dan dinikmati

publik sesuai dengan tujuan tanpa mengganggu pandangan dalam kawasan.

Rencana penataan dalam pemasangan penandaan adalah sebagai berikut:

Penandaan dapat dilakukan dengan eksplorasi bentuk dan unsur aspek arsitektur,

sehingga bentuk fasade suatu bangunan bisa menjadi tanda.

Penandaan yang dipasang dengan ditopang tiang harus dipasang sedemikian

sehingga tidak dan tidak boleh mengganggu pandangan pengguna jalan, terutama

Orientasi bangunan diarahkan menghadap ke jalan Suryopranoto Orientasi bangunan diarahkan pada ruang terbuka yang menarik yang terbenuk oleh pertemuan jalan. BALAI KOTA

UNS KEPATIHAN

Page 28: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 28 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

kendaraan bermotor. Penandaan ini tidak boleh menutupi bangunan-bangunan

tertentu dengan alasan estetis dan tidak merugikan pihak bangunan lain.

Jika tiang penyangga dekat dengan bangunan, maka ketinggian diusahakan lebih

tinggi dari 2 tingkat bangunan sehingga tidak menutupi.

Penandaan yang dipasang menempel pada fasade bangunan harus didesain

sesuai dengan kondisi fasade nya, sehingga memenuhi unsur keindahan dan

pendukung citra kawasan.

4.3.2. Koridor Jalan Urip Sumoharjo

A. Pemanfaatan Ruang

Pemanfaatan ruang di koridor Urip Sumoharjo berupa kegiatan perkotaan yang dapat

menunjang vitalitas kawasan, yaitu kegiatan perdagangan dan jasa, selain itu terdapat pula

kegiatan permukiman. Selain aktivitas di atas, ruang-ruang yang terdapat di koriodor Urip

Sumoharjo juga dimanfatkan oleh aktivitas lain, berupa perparkiran dan PKL (pedagang kaki

lima).

Penandaan yang terdapat di koridor Suryopranoto direncanakan agar memenuhi unsur keindahan.

BALAI KOTA

UNS KEPATIHAN

Page 29: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 29 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

Sehingga rencana pemanfaatan ruang yang dapat dilaukan adalah pengaturan dan

peyediaan ruang bagi kegiatan-kegiatan yang terdapat di wilayah perencanaan terutama

untuk kegiatan yang memberikan dampak negatif bagi kenyamanan di koridor Urip

Sumoharjo seperti parkir off-street dan PKL.

Hal tersebut bertujuan untuk untuk mencegah berkembangnya kegiatan-kegiatan

tersebut menjadi tidak terkendali dan mengakibatkan ketidakteraturan serta kekumuhan

kawasan.

B. Intensitas Pemanfaatan Lahan

a. KDB

Melihat kegiatan yang terdapat di koridor Urip Sumoharjo, yaitu berpa aktivitas

campuran yang terdiri dari perdaganag dan permukian. Maka KDB untuk masing masing

aktivitas terseut diencanakan sebesar 80-100% untuk aktivias perdagangan dan 50-70%

untuk aktivitas permukiman.

b. KLB

UNS

BALAI KOTA

Penataan pemanfaatan ruang yang terdapat di koridor Urip sumoharjo, terutama untuk aktivitas yang menimbulkan ketidakteraturan kawasan seperti parkir on street dan PKL

Page 30: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 30 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

Koefisien lantai bangunan merupakan angka perbandingan antara luas seluruh lantai

bangunan dengan luas lahan atau kavling. Pengaturan ketinggian bangunan bertujuan

untuk membentuk skyline kawasan serta penciptaan image kawasan yang khas. Batas

ketinggian maksimal yang direncanakan untuk kawasan perencanaan adalah 1-3 lantai

atau setinggi 16 meter.

c. GSB (Garis Sempadan Bangunan)

Garis Sempadan Bangunan (GSB) ditetapkan untuk memberi batasan keamanan bagi

pengguna jalan dan lingkungannya. Kegunaan garis sempadan bangunan ini antara lain

adalah untuk pengamanan terhadap lalu lintas jalan, memberikan ruang bagi sinar

matahari, sirkulasi udara, peresapan air tanah dan juga berguna pada keadaan darurat,

misalnya kebakaran. GSB berlaku untuk kawasan terbangun yang berada di tepi jalan

dan sungai yang penentuannya setengah dari lebar badan jalan. Adapun besarnya GSB

yan terdapat di koridor Suryopranoto direncanakan sebesar 18 m.

UNS

BALAI KOTA

Bangunan dengan aktivitas campuran, degan KDB sebesar 50-70% untuk aktivitas permukiman dan 80-100% untuk aktivitas perdagangan.

Bangunan dengan aktivitas perdagangan, rencana KDB 80-100%

Page 31: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 31 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

C. Sistem Penghubung

Rencana sistem penghubung yang terdapat di koridor Suryopranoto terdiri dari:

Sistem perparkiran

Pola parkir yang diguakan adalah parkir on-street dengan sudut kemiringan sejajar

dengan jalan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan faktor efisiensi dan mengatasi

permasalahan keterbatasan lahan. Lokasi parkir terpisah dari jalan utama atau jalur

lambat.

Arah pergerakan

Rencana arah pergerakan untuk koridor Urip Sumoharjo dipertahankan sesuai

dengan kondisi eksisting yaitu dengan pergerakan 2 arah. Pergerakan ini untuk

pelayanan ke arah koridor Sutan Syahrir dan arah Tugu Jam.

UNS

BALAI KOTA

Pola parkir dengan sudut kemiringan sejajar dengan jalan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan lahan

Diperlukan perbaikan fasilitas pendukung berupa jembatan penyeberangan dan halte agar berfungsi optimal

Page 32: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 32 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

Jumlah jalur dan lajur

Jumlah jalur yang direncanakan berjumlah 2 jalur, dengan masing-masing jalur

memiliki 3 lajur. Lebar tiap lajur di rencanakan adalah 3 meter, hal ini direncnakan

untuk memfasilitasi koridor Urip Sumoharjo sebagai jalur utama kawasan.

Fasilitas Pendukung

Koridor Urip Sumharjo direncaakan sebagai jalur utama penghubung kawasan.

Fasilitas penghubung yang direncanakan adalah perbaikan untuk jembatan

penyebrangan sebagai fasilitas penghbung dalam kawasan, dan pebaikan dan

pengoptimalan fungsi Halte sebagai fasilitas penghubung dengan kawasan lain.

D. Ruang Terbuka dan Tata Hijau

UNS

BALAI KOTA

Tanaman peneduh seperti ketapang dapat ditanam di jalur pedestrian untuk memberikan rasa nyaman bagi pejalan kaki.

Pengadaan trotoar dengan lebar 3m

Penggunaan konsep Arcade pada teras bangunan yang berfungsi sebagai trotoar dan pelindung bagi pejalan kaki

Tanaman pembatas untuk membatasi trotoar dengan sirkulasi jalan sehingga dapat memberikan rasa aman bagi pejalan kaki.

Page 33: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 33 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

Koridor Urip Sumoharjo direncanakan masuk ke dalam kelas jalan kolektor

sekunder. Melihat keadaan tersebut maka diperlukan suatu pengadaan ruang terbuka yang

dilengakapi dengan tata hijau untuk menunjang aktivitas yang terdapat di koriodor ini.

Rencana ruang terbuka untuk koridor Urip Sumoharjo yaitu :

Penyediaan trotoar untuk fasilitas pejalan kaki, dengan ketentuan lebar trotoar

sebesar 3 m.

Mempertahankan open space private sebagai area terbuka kawasan, serta

penggunaan konsep Arcade pada teras bangunan dengan fungsi sebagai ruang

pejalan kaki (trotoar).

Untuk mencapai fungsi yang ideal dari suau ruang terbuka, maka diperlukan suatu tata hijau

berupa penanaman pohon untuk menunjang pencapaian fungsi tersebut. Adapun jenis

pohon yang dapat ditanam di sepanjang koridor Urip Sumoharjo, diantaranya adalah:

Tanaman peneduh

Tanaman peneduh yang telah ada tetap dipertahankan dan ditingkatkan upaya

pemeliharaannya. Penambahan dapat dilakukan di lokasi yang kurang memiliki

pohon peneduh. Penambahan pohon peneduh dapat berupa Angsana dan

ketapang. Ciri khas dari pohon ini adalah bermassa daun padat dan memiliki

ktinggian > 5 m serta percabangan 2 m dari tanah.

Tanaman pembatas

Tanaman pembatas (barrier) ini bertujuan untuk membatasi trotoar dengan sirkulasi

jalan sehingga diharapkan dapat memberikan kenyamanan dan keamanan bagi

pejalan kaki. Adapun jenis tanaman yang dapat digunakan diantaranya adalah

Bougenvil, Kembang sepatu, Kiara Payung, Cemara. Beberapa tanaman tersebut

berfungsi untuk penyerap kebisingan, pemecah angin, dan menyerap polusi. Ciri

khas pohon ini dalah bermassa daun padat dan memiliki ketinggian > 5 m.

E. Tata Bangunan

Sebagian besar bangunan yang terdapat di koridor Urip Sumoharjo merupakan

bangunan ruko dengan ketinggian 1-3 lantai. Terdapat beberapa bangunan yang memiliki

arsitektur khas, seperti bangunan dengan atap berasitektur Cina.

Melihat kondisi yang terdapat di koridor Urip Sumoharjo, maka rencana yang dapat

dilakukan terkait dengan tata banguna yan terdapat di kawasan ini diantaranya adalah:

Orientasi bangunan

Page 34: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 34 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

Untuk bangunan yang terdapat di sepanjang koridor Urip Sumoharjo orientasi

bangunan diarahkan ke jalan Urip Sumoharjo. Sedangkan bangunan yang terletak

pada sudut jalan maka orientasi bangunan dapat diarahkan pada ruang terbka

yang terbentuk dari pertemuan jalan atau mengarah pada sudut persimpangan

jalan. Hal ini bertujuan agar dapat mengoptimalkan view yang terdapat dikoridor

tersebut berupa ruang terbuka kawasan.

Bentuk dasar bangunan

Bentuk dasar bangunan yang terdapat di koridor Urip dapat berupa bentuk segi-

empat (baik persegi panjang maupun bujur sangkar) dengan variasi bentuk atap.

Namun untuk bangunan dengan bentuk yang berasitektur dipertahankan hal ini

untuk menciptakan kekhasan kawasan serta menghindari kesan bosan di Koridor

Urip Sumoharjo.

Material eksterior

Rencana penggunaan material eksterior yang terdapat di kawasan perencanaan

harus memperhatikan faktor estetika, sehingga dapat menciptakan kesan estetis

kawasan. Kesan bosan juga dapat dihindari dengan variasi pada warna bangunan.

UNS

BALAI KOTA

Orientasi bangunan diarahkan menghadap ke jalan Urip Sumoharjo. Orientasi bangunan diarahkan pada ruang terbuka yang menarik yang terbentuk oleh pertemuan jalan.

Page 35: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 35 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

F. Tata Informasi

Tata informasi yang terdapat di koridor Urip berupa papan reklame dan papan

informasi. Peletakkan papan reklame yang tidak teratur dan papan informasi yang

seringkali tidak diletakkan di lokasi yang strategis berdampak pada ketidakteraturan

kawasan serta tidak optimalnya fungsi papan informasi sebagai pemberi informasi. Untuk

itu diperlukan suatu rencana pengaturan tata informasi yang terdapat di koridor ini,

diantaranya yaitu:

Penataan ulang pada papan reklame yang dipasang didinding bangunan, hal

ini bertujuan untuk menciptakan kesan keteraturan kawasan serta tidak

menutupi fasade bangunan.

Penandaaan diletakkan pada tempat-tempat simpul seperti nodes,

persimpangan, dan lokasi-lokasi strategis yang dapat dilihat langsung

berdasarkan skala manusia.

Penandaan yang bersifat komersial pada kawasan perdagangan dan jasa diintegrasikan

dengan bangunan pertokoan yang ada.

UNS

BALAI KOTA

Penataan penandaan pada lokasi strategis seperti persimpangan jalan yang terdapat di koridor Urip Sumoharjo

Dilakukan penatan ulang terhadap papan reklame yang dipasang di dinding bangunan yang terdapat di sepanjang koridor Urip Sumoharjo.

Page 36: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 36 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

4.3.3. Koridor Jalan RE Martadinata

A. Pemanfaatan Ruang

Koridor Jalan RE Martadinata dibingkai oleh bangunan-bangunan berlantai 1-3 lantai

dengan fungsi sebagai bangunan perdagangan, permukiman. Rencana pemanfaatan ruang

pada koridor Jalan RE Martadinata yaitu akan difungsikan sebagai kawasan perdagangan

dan jasa, kawasan permukiman dengan penambahan ruang sebagai kantong-kantong parkir,

ruang terbuka hijau serta pedestrian yang disediakan untuk pengunjung Pasar Gede. Selain

itu perlu penambahan vegetasi sebagai ruang tata hijau, penambahan street furniture dan

penyediaan tempat parkir untuk kendaraan pengunjung.

Juga akan diterapkan konsep fix used dan floating used, dimana penggunaan lahan

dan bangunan dalam satu fungsi saja akan diterapkan pada bangunan Pasar Gede,

sedangkan untuk floating used diterapkan pada bangunan yang berfungsi sebagai

perdagangan sekaligus tempat bermukim yaitu ruko-ruko.

Balaikota

Jl Suryopranoto Jl Urip Sumoharjo

Pemanfaatan ruang yang ada tetap dipertahankan dengan fungsi utama yaitu perdagangan dan jasa

Page 37: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 37 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

B. Intensitas Pemanfaatan Lahan

Koridor ini merupakan kawasan direncanakan sebagai kawasan campuran yaitu

sebagai kawasan perdagangan dan jasa serta permukiman, maka koefisien dasar bangunan

yang di rencanakan untuk kawasan perdagangan yaitu antara 80 -100%. Penentuan KDB ini

dimaksudkan agar tidak semua lahan yang ada di Koridor Jalan RE Martadinata ini diisi oleh

bangunan fisik saja, namun harus terdapat ruang terbuka guna keseimbangan ekosistem

lingkungan binaan. Untuk kawasan yang berfungsi sebagai permukiman KDB yang

direncanakan yaitu 50-70%. Kawasan permukiman berada pada sisi timur koridor Jalan RE

Martadinata ini belum memiliki ruang terbuka yang cukup, sehingga masyarakat harus

merelakan sebagian dari ruang pribadi mereka untuk dijadikan ruang publik.

Koefisien Lantai Bangunan pada bangunan dengan fungsi perdagangan dan jasa

tinggi bangunan 16 m, sehingga jumlah lantai yang disarankan yaitu 1-3 lantai. Sedangkan

untuk bangunan dengan fungsi sebagai perumahan tinggi rata-rata yaitu 12 m, jumlah lantaii

yang disarankan yaitu1-2 lantai. Penambahan bangunan pada koridor ini tidak

memungkinkan dilakukan secara horisontal, dikarenakan keterbatasan lahan maka

Balaikota

Jl Suryopranoto Jl Urip Sumoharjo

Rencana KDB pada kawasan perdagangan yaitu 80-100% dan KLB untuk koridor RE Martadinata ini yaitu 1-3 lantai

Batas ketinggian bangunan pada koridor ini yaitu 1-3 lantai untuk kawasan perdagangan dan untuk kawasan permukiman 1-2 lantai

Page 38: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 38 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

bangunan dengan fungsi perdagangan dan perumahan cenderung dikembangkan secara

vertikal.

Garis Sempadan Bangunan (GSB) ditetapkan untuk memberi batasan keamanan

bagi pengguna jalan dan lingkungannya. Kondisi eksisting Garis Sempadan Bangunan di

kordidor ini hampir bernilai 8,6 m. Sebagai rekomendasi garis sempadan di koridor ini yaitu

12,5 m.

C. Sistem Penghubung

Sistem penghubung yang ada di koridor jalan ini termasuk dalam kelas jalan kolektor

sekunder, banyaknya volume kendaraan pribadi, kendaraan bongkar muat di jalan ini

menyebabkan sering terjadi penundaan lalu lintas. Lebar jalan beerdasarkan kondisi

eksisting yaitu 8 meter,dan sebagian bahu jalan sudah dimanfaatkan sebagai tempat parkir

mobil.

Untuk sistem penghubung koridor Jalan RE Martadinata direncanakan untuk

merapikan parkir yang ada serta menyediakan tempat bagi pejalan kaki yang pada saat ini

ruang bagi pejalan kaki masih bercampur dengan kendaraan pengunjung. Jalur satu arah

masih dipertahankan di koridor ini, begitu juga parkir on street. Banyaknya toko disepanjang

koridor jalan ini memicu untuk menyediakan tempat bagi pejalan kaki di sepanjang kedua sisi

koridor serta ditambah dengan vegetasi sebagai pengarah, yang dapat mengajak

pengunjung untuk berjalan kaki di sepanjang koridor RE Martadinata ini, sehingga dapat

meminimalisasi kendaraan-kendaraan pribadi untuk masuk ketempat ini.

Balaikota

Jl Suryopranoto Jl Urip Sumoharjo

Sistem perparkiran seperti ini akan diubah menjadi sistem parkir 90 0(sejajar dengan jalan)

Untuk jalur 1 arah ini akan tetap dipertahankan di koridor Jalan RE Martadinata ini

Page 39: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 39 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

Jalur pejalan kaki sebagian dibuat dengan memanfaatkan bangunan-bangunan toko

yang mempunyai teras untuk direncanakan sebagai arcade. Memungkinkan disediakan 1

jalur lambat pada koridor ini untuk pergerakan moda transportasi becak, yang juga

disediakan untuk pengunjung .

D. Ruang Terbuka dan Tata Hijau

Ruang terbuka yang ada di koridor jalan ini hanya jalan raya yang dimanfaatkan

sebagai ruang pergerakan-pergerakan kendaraan dan manusia. Serta terdapat parkir on

street yang memanfaatkan bahu jalan di koridor ini. Adapun rencana untuk pengadaan

ruang terbuka dan tata hijau di koridor RE Martadinata adalah sebagai berikut:

Untuk ruang terbuka di koridor ini direncanakan akan disediakan jalur bagi pejalan kaki

(trotoar) dan jalur pejalan kaki dengan memanfaatkan bangunan sebagai arcade,

sehingga pengujung dapat terlindungi dari terik panas matahari. Ruang-ruang parkir

yang ada pun akan disediakan lebih dengan membuat kantong-kantong parkir untuk

kendaraan roda dua, dan untuk mobil parkir tetap disediakan pada pinggir jalan.

Untuk saat ini pada koridor Jalan RE Martadinata tidak terdapat ruang terbuka hijau,

baik itu berupa taman ataupun pohon-pohon yang berfungsi sebagai barrier. Untuk

merencanakan ruang terbuka berupa taman tidak memungkinkan pada koridor ini,

Balaikota

Jl Suryopranoto Jl Urip Sumoharjo

Peletakan vegetasi di sepanjang sisi barat koridor

Jalan RE Martadinata

Tanaman pembatas untuk membatasi trotoar dengan sirkulasi jalan .

Rencana pengadaan trotoar bagi pejalan kai dengan konsep arcade pada teras bangunan.

Page 40: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 40 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

dikarenakan tidak tersedia lahan yang cukup. Oleh karena itu ruang hijau di koridor ini

direnanakan dibentuk oleh vegetasi-vegetasi yang diletakkan pada salah satu sisi jalan

RE Martadinta. Vegetasi yang dipakai pun tidak berupa vegetasi sebagai peneduh,

dikarenakan lebar jalan yang sempit serta masih terdapat sarana utilitas berupa saluran

listrik dan telepon yang masih dipasang pada jalur udara. Jika di tanam vegetasi yang

berfungsi sebagai pelindung maka akan mengganggu pemasangan dan tata letak

saluran-saluran kabel listrik dan telepon. Dan juga memungkinkan untuk diberi tanaman

dalam pot-pot pada sepanjang teras bangunan-bangunan yang akan dimanfaatkan

sebagai arcade.

E. Tata Bangunan

Bangunan yang berada pada Koridor Jalan RE Martadinata sebagian besar berupa

bangunan pertokan dengan fungsi sebagai tempat tingal dan toko. Bangunan pertokoan ini

berada disepanjang sisi bagian barat koridor. Hampir semua bangunan toko ini berbentuk

kotak dengan ketingian antara 1-3 lantai dan mempunyai kombinasi warna yang bervariasi.

Untuk rencana tata bangunan di koridor ini diharapkan pada setiap bangunan-bangunan

yang ada tidak meninggalkan unsur asli kawasan pecinan.

Balaikota

Jl Suryopranoto Jl Urip Sumoharjo

Bangunan tua di koridor Jalan RE Martadinata

Orientasi bangunan diarahkan menghadap ke jalan Suryopranoto Orientasi bangunan diarahkan pada ruang terbuka yang menarik yang terbenuk oleh pertemuan jalan.

Pada persimpangan jalan ini bangunan Pasar Gede berorientasi pada jalan masuk menuju kawasan Pasar Gede

Page 41: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 41 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

Untuk koridor Jalan RE Martadinata sisi bagian timur terdapat bangunan tua yang

perlu dilestarikan keberadaanya. Untuk rencana tata bangunan di koridor jalan ini harus

dimulai dengan pengaturan bangunan-bangunan agar tidak menimbulkan kesan semrawut

dan untuk bangunan-bangunan yang baru yang akan dibangun diberi batasan-batasan

dalam membangun, yaitu dengan berkaca pada arsitektur pecinan. Perkembangan tata

bangunan di koridor ini sendiri sudah tidak dimungkinkan penambahan bangunan lagi sebab

sudah tidak tersedia lahan , maka pembangunan disini dilakukan secara vertikal.

Orientasi Bangunan

Orientasi bangunan merupakan arah dari tampak bukaan bangunan yang ditujukan

kepada potensi view yang optimal. Rencana orientasi penataan bangunan di koridor RE

Martadinata yaitu untuk setiap bangunan yang berada pada sisi koridor ini diarahkan ke

Jalan RE Martadinata, untuk bangunan yang berada pada persimpangan jalan ataupun

sudut-sudut jalan diarahkan pada sudut jalan tersebut.

Bentuk Dasar Bangunan

Rencana bentuk dasar bangunan di koridor ini disesuaikan dengan fungsi dari bangunan

itu sendiri (sebagai pertokoan) dan harus mengacu pada nila-nilai arsitektur yang

berkaitan dengan budaya (kawasan pecinan), misalnya saja dari bentukan khas atap

yang beronamen pecinan.

F. Tata Informasi

Balaikota

Jl Suryopranoto Jl Urip Sumoharjo

Perlu dilakukan penertiban reklame pada sepanjang koridor ini. Dan dibuat peraturan

khusus pemasangan reklame

Page 42: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 42 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

Tata informasi disini meliputi penandaan berupa papan reklame dan papan informasi.

Papan reklame banyak terdapat pada bangunan-bangunan yang berfungsi sebagai

perdagangan dan jasa dan biasanya pada simpul-simpul jalan. Banyaknya papan reklame

pada koridor jalan RE Martadinata ini sudah tidak bisa dikontrol lagi, diperlukan suatu

kebijakan khusus uantuk mengatur agar tidak banyak reklame yang berdiri dan menempel

pada wajah bangunan.

Rencana untuk tata informasi di koridor ini dapat dilakukan :

Penertiban pada reklame-reklame disepanjang koridor,

Ukuran-ukuran reklame pun harus dibatasi terutama pada reklame yang menempel

pada muka bangunan sebab dapat mengurangi nilai estetika bangunan tersebut.

Sehingga, akan terlihat keserasian dan keteraturan penataan reklame walaupun

dengan keragaman papan reklame.

Sedangkan untuk papan reklame tiang yang biasanya diletakkan pada pinggir-pinggir

jalan, sebaiknya disediakan suatu tempat khusus untuk peletakan papan reklame

tiang.

Peletakan papan reklame untuk bangunan diorientasikan pada pergerakan dan

kegiatan pejalan kaki, sedangkan reklame tiang diorientasikan pada kendaraan yang

melintas.

Untuk tata informasi berupa rambu lalu lintas di koridor ini tidak terlalu menonjol

peletakannya, oleh karena itu khusus untuk rambu-rambu lalu lintas, diperlukan

penataan khusus agar dapat dibaca oleh para pengendara kendaraan

4.3.4. Koridor Jalan Kapten Mulyadi

A. Pemanfaatan Ruang

Koridor Jalan Kapten Mulyadi dibingkai oleh bangunan-bangunan berlantai 1-3 lantai.

Rencana pemanfaatan ruang pada koridor Jalan Kapten Mulyadi yaitu akan difungsikan

sebagai kawasan perdagangan dan jasa, kawasan permukiman dengan penambahan ruang

sebagai kantong-kantong parkir, ruang terbuka hijau serta pedestrian yang disediakan untuk

pejalan kaki.

Lebar Jalan Kapten Mulyadi yang tidak begitu lebar kurang bisa menampung volume

kendaraan yang melntas, terutama pada jam-jam sibuk 11.00-14.00. Ruang antara

kendaraan, becak dan pejala kakai pada koridor ini masih bercampur, sehingga menambah

keruwetan lalu lintas.

Page 43: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 43 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

JL Sultan Syahrir

JL Pasar Gede

JL RE Martadinata

Untuk perencanaan disini, yang lebih di tonjolkan yaitu pembenahan tentang

kawasan permukiman, terutama permukiman yang berada pada dekat koridor jalan karena

akan berpegaruh terhadap citra kawasan .

B. Intensitas Pemanfaatan Lahan

Koridor ini merupakan kawasan yang direncanakan sebagai kawasan campuran yaitu

sebagai kawasan permukiman sekaligus kawasan perdagangan dan jasa, maka koefisien

dasar bangunan yang di rencanakan untuk kawasan permukiman yaitu antara 50-70%.

Penentuan KDB ini dimaksudkan agar tidak semua lahan yang ada di Koridor Jalan Kapten

Mulyadi ini diisi oleh bangunan fisik saja, namun harus terdapat ruang terbuka guna

keseimbangan ekosistem lingkungan binaan. Untuk kawasan yang berfungsi sebagai

perdagangan KDB yang direncanakan yaitu 80-100%. Untuk perkembangan kawasan

Pemanfaatan ruang di Koridor Jalan Kapten Mulyadi direncanakan berfungsi sebagai kawaan permukiman sekaligus perdagangan

Merupakan kawasan campuran yang akan diterapkan konsep fix used dan floating used

Page 44: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 44 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

JL Sultan Syahrir

JL Pasar Gede

JL RE Martadinata

perdagangan sudah tidak di mungkinkan lagi dibangun secara horizontal dikarenakan

ketersedian lahan yang minimal, dan harus dilakukan secara vertikal.

Pengaturan ketinggian bangunan bertujuan untuk membentuk skyline kawasan serta

penciptaan image kawasan yang khas. Koefisien Lantai Bangunandi koridor Jalan Kapten

Mulyadi hampir sama dengan koridor di Jalan RE Martadinata, pada bangunan dengan

fungsi perdagangan dan jasa tinggi bangunan 16 m, sehingga jumlah lantai yang disarankan

yaitu 1-3 lantai.

Sedangkan untuk bangunan dengan fungsi sebagai perumahan tinggi rata-rata yaitu 12 m,

jumlah lantai yang disarankan yaitu1-2 lantai.

Garis Sempadan Bangunan (GSB) ditetapkan untuk memberi batasan keamanan

bagi pengguna jalan dan lingkungannya. Garis Sempadan Bangunan di kordidor ini hampir

bernilai 10,6 m. Jarak muka bangunan dan as jalan terlihat menyatu. Rencana garis

sempadan bangunan terhadap jalan yaitu 12,5 m.

Untuk kawasan perdagangan ini KDB direncanakan 80-100% dengan ketinggian maksimal lantai bangunan 1-3 lantai

Kawasan permukiman direncanakan KDB sebesar 50-70 % dengan ketinggian lantai bangunan 1-3 lantai

Page 45: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 45 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

C. Sistem Penghubung

Rencana arah pergerakan pada koridor Jalan Kapten Mulyadi dipertahankan yaitu

dengan 2 arah pergerakan, yaitu menuju ke arah Jalan Sutan Syahrir dan ke arah Kali Pepe.

Untuk koridor ini akan dibuat 2 jalur pergerakan kendaraan dengan masing-masing

jalur terdapat 2 lajur kendaraan. Lebar tiap lajur di rencanakan adalah 3 meter, hal ini untuk

JL Sultan Syahrir

JL Pasar Gede

JL RE Martadinata

Sistem perparkiran yaitu onstreet dengan konfigurasi parkir yaitu sejajar dengan bahu jalan (90 0)

Sistem penghubung yang ada di koridor jalan ini

termasuk dalam kelas jalan kolektor primer, banyaknya

volume kendaraan pribadi di jalan ini menyebabkan

sering terjadi penundaan lalu lintas. Kurangnya

penataan pada sistem perparkiran dan pencampuran

ruang antara pejalan kaki dan kendaraan,menjadi salah

satu aspek yang akan menjadi perhatian.

Untuk sistem parkir sendiri akan direncanakan

parkir on street dengan konfigurasi 900 dan hanya

memanfaatkan satu sisi jalan untuk parkir . Parkir

tersebut dikhususkan untuk kendaraan pribadi berupa

mobil, sedangkan untuk kendaraan roda dua baik

kendaraan pemilik maupun pengunjung toko harus

parkir pada tempat yang disediakan oleh pemilik toko

itu sendiri.

Page 46: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 46 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

memenuhi kebutuhan standar untuk Bus, sebab pada koridor ini dilewati oleh angkutan

umum berupa bus kota.

D. Ruang Terbuka dan Tata Hijau

Trotoar merupakan media penghubung suatu lokasi kegiatan dengan lokasi kegiatan

lainnya dengan keterikatan yang erat. Rencana pembuatan trotoar yaitu 3m untuk masing-

masing sisi jalan.

Ruang-ruang parkir yang ada pun akan disediakan lebih dengan membuat kantong-

kantong parkir untuk kendaraan roda dua, dan untuk mobil parkir tetap disediakan pada

pinggir jalan.

JL Sultan Syahrir

JL Pasar Gede

JL RE Martadinata

Mempertahankan Open Space Public sebagai area

terbuka kawasan

Tanaman pembatas untuk membatasi trotoar dengan sirkulasi jalan .

Pengadaan trotoar pada kedua sisi koridor sebagai salah satu ruang terbuka yang ada

Penanaman pohon dengan jenis pengarah/pembatas disepanjang koridor Kapten Mulyadi sebagai tata hijau di kawasan ini

Ruang terbuka yang ada di koridor jalan ini hanya

jalan raya yang dimanfaatkan sebagai ruang pergerakan-

pergerakan kendaraan dan manusia. Serta terdapat parkir

on street yang memanfaatkan bahu jalan di koridor ini.

Untuk ruang terbuka di koridor ini direncanakan akan

disediakan jalur bagi pejalan kaki (trotoar).

Page 47: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 47 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

Ruang terbuka hijau di koridor ini direncanakan dengan penanaman pohon-pohon

sebagai pengarah yang akan ditanam di sepanjang koridor Jalan Kapten Mulyadi, karena

keterbatasan lahan maka vegetasi yang digunakan hanyalah vegetasi yang tidak cepat

tumbuh. Rencana jenis vegetasi yang akan digunakan yaitu vegetasi yang berupa pengarah

dan pembatas (barrier). Sedangkan untuk kawasan permukiman sendiri diharapkan mampu

menyediakan ruang tata hijau yang bersifat pribadi di setiap halaman rumah.

E. Tata Bangunan

JL Sultan Syahrir

JL Pasar Gede

JL RE Martadinata

Orientasi bangunan diarahkan menghadap ke jalan Suryopranoto Orientasi bangunan diarahkan pada ruang terbuka yang menarik yang terbentuk oleh pertemuan jalan.

Bangunan pada koridor ini umumnya berupa

bangunan permukiman yang juga digunakan sebagai

toko. Banyak terdapat bangunan tua yang menghiasi

koridor ini, dan memerlukan perhatian yang khusus

sehingga dapat dimanfaatkan sebagai aset yang dapat

memberikan daya tarik wisata.

Untuk rencana tata bangunan pada koridor ini

hanya dilakukan penataan saja, dikarenakan sebagian

besar bangunan di koridor ini berupa rumah yang juga

dimanfaatkan sebagai pertokoan oleh pemiliknya,

dimana bentuk bangunan kotak dengan atap

diatasnya.

Untuk orientasi bangunan tetap diarahkan

menghadap jalan-jalan utama dan untuk

bangunan yang berada pada suduut-sudut jalan

diarahkan pada ruang terbuka yang menarik

yang terbentuk oleh persimpangan jalan.

Bangunan dibatasi dengan ketinggian tertentu,

yaitu antara 1-3 lantai.

Bangunan yang baru harus menyesuaikan

ddengan bentuk bangunan yang lama sehingga

tidak terkesan menonjol sendiri.

Page 48: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 48 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

F. Tata Informasi

Perlu penataan ulang untuk papan reklame misalnya seperti emplek-emplek pedagang kaki lima

JL Sultan Syahrir

JL Pasar Gede

JL RE Martadinata

Perlu kebijakan khusus yang mengatur tentang pemasangan reklame. Reklame terlihat menutupi wajah bangunan

Tata informasi yang terdapat di koridor

Kapten Mulyadi berupa papan reklame dan papan

informasi. Peletakkan papan reklame yang tidak

teratur dan papan informasi yang seringkali tidak

diletakkan di lokasi yang strategis berdampak pada

ketidakteraturan kawasan serta tidak optimalnya

fungsi papan informasi sebagai pemberi informasi.

Untuk itu diperlukan suatu rencana pengaturan tata

informasi yang terdapat di koridor ini, diantaranya

yaitu:

Penataan ulang pada papan reklame yang

dipasang didinding bangunan, hal ini bertujuan

untuk menciptakan kesan keteraturan kawasan

serta tidak menutupi fasade bangunan.

Menyediakan tempat-tempat khusus terutama

pada parsimpangan jalan untuk peletakan

papan reklame yang berjenis reklame tiang.

Pembatasan pemasangan reklame pada wajah-

wajah bangunan dan penyamaan jenis dan

ukuran misalnya untuk reklame –reklame pada

bangunan ruko-ruko agar terkesan seimbang.

Page 49: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 49 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

4.3.5. Koridor Sungai Pepe

A. Pemanfaatan Ruang

Berdasarkan kondisi eksisting permukiman merupakan fungsi utama dari koridor

Sungai Pepe. Pertumbuhan permukiman disepanjang koridor ini sudah sangat pesat.

Bahkan ketersediaan lahan kososng di koridor ini sudah sangat minim. Untuk itu rencana

pemanfaatan ruang di koridor ini perlu pengkajian ulang., dengan tidak merubah fungsi

kawasan namun hanya memberlakukan penertiban pembangunan permukiman dengan

standar-standar yang telah ditentukan oleh pemerintah kota.

Bantaran Sungai Kali Pepe ini seharusnya difungsikan sebagai kawasan konservasi

untuk tetap menjaga kelestarian kondisi Sungai Pepe itu sendiri. Kawasan ini memerlukan

ruang terbuka hijau yang lebih luas lagi untuk rencana konservasi. Untuk saat ini

penanaman pohon hanya terdapat pada bantaran kali saja. Untuk bangunan-bangunan yang

Sepanjang koridor Sungai Pepe pemanfaatan ruangnya yaitu sebagai permukiman, diperlukan pengendalian untuk mengatasi pertumbuhan bangunan di koridor ini

Page 50: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 50 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

berada pada bantaran sungai tersebut sebaiknya dilakukan penertiban dikarenakan

bangunan liar ini mengurangi kelestarian ekosistem yang ada didalamnya.

B. Intensitas Pemanfaatan Lahan

Melihat aktivitas dominan awasan berupa aktivitas permukiman, maka rencana

untuk intensitas pemanfatan lahan kawasan ini adalah sebagai berikut:

KDB

Besarnya KDB yang direncanakan untuk aktivitas permukiman adalah sebesar 50-

70%. Kawasan inipun harus mempunyai rencana pembangunan yang berbeda

dengan koridor permukiman lainnya dikarenakan kawasan ini merupakan bantaran

sungai, dimana Sungai Pepe itu sendiri dijadikan sebagai kawasan konservasi.

Sehingga dalam pembangunan nantinya harus dibatasi, agar ruang-ruang terbuka

atau lahan-lahan kososng masih dapat ditemui di koridor ini

KLB

Rencana KLB yang terdpat di koridor permukiman direncanakan memiliki batas

ketinggian antara 1-2 lantai atau setinggi 10-14 meter. Dengan adanya batasan

ketinggian ini, maka diharapkan dapat menciptakan image kawasan yang khas dan

teratur.

Karena kawasan ini merupakan kawasan yang dominannya berupa permukiman , KDB yang disarankan 50-70%, dengan ketinggian bangunan antara 10-14 m yaitu 1-2 lantai

Page 51: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 51 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

C. Sistem Penghubung

Rencana sistem penghubung kawasan Sungai Pepe ini nantinya akan diperbaharui

dengan memperlebar jalan pada koridor sisi sebelah timur Sungai Pepe. Jalan untuk menuju

akses permukiman pada kawasan ini sangat sempit dan berbeda dengan akses jalan pada

sisi sebelah barat yang cukup lebar. Dan juga dapat direncanakan penambahan jembatan

untuk akses menuju ke permukiman yang terpisah dengan sungai sehingga tidak harus

melewati jembatan utama yang cukup jauh jaraknya.

Untuk sistem parkir pada kawaan ini, biasanya digunakan oleh para penduduk sekitar,

dengan sistem parkir onstreet. Sistem parkir ini akan dipertahankan dan mulai menertibkan

gerobak-gerobak milik warga yang diparkir pada bahu jalan. Rencana arah pergerakan itu

sendiri terdiri dari 2 arah dengan membagi menjadi 2 jalur kendaraan, serta menyediakan

jalur lambat bagi para pejalan kaki.

D. Ruang Terbuka dan Tata Hijau

Akses jalan menuju permukiman terlalu sempit. Diperlukan perlebaran jalan

Sepanjang bantaran sungai direncanakan di tanam vegetasi untuk mencegah pengikisan tanah

Rencana open space pada kawasan Kali Pepe

Page 52: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 52 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

Melihat keadaan eksisting yang terdapat di lapangan, diketahui bahwa ketersediaan

ruang terbuka dan tata hijau yang terdapat di koridor permukiman cukup minim. Sehingga

diperlukan suatu rencana untuk mengatasi keadaan ini. Adapun arahan yang dapat

dilakukan yaitu pengadan ruang terbuka (open space) di dalam kawasan permukiman di

koridor Sungai Pepe sebagai tempat beraktivitas sosial bagi para individu di luar ruangan.

Kawasan di koridor Sungai Pepe ini merupakan kawasan konservasi dimana harus

memiliki banyak ruang terbuka dan tata hijau untuk menjaga keseimbangan dan kelestarian

ekosistem yang di sekitarnya. Rencana untuk ruang terbuka dan tata hijau di koridor ini

mungkin hanya penambahan dan pengadaan ruang terbuka baik yang bersifat publik

maupun privat.

E. Tata Bangunan

Sebagian besar kawasan ini merupakan kawasan permukiman dengan bermacam-

macam jenis bangunan. Terdapat permukiman dengan bangunan permanen dan ada pula

bangunan yang belum permanen. Banyak bangunan yang tergolong bangunan liar,

dikarenakan berdiri sendiri tanpa adanya ijin mendirikan bangunan. Bentuk bangunan sendiri

tergolong sama yaitu kotak dengan tambahan atap dengan tinggi bangunan antara 1-3

lantai.

Untuk rencana tata bangunan di koridor ini yang paling utama yaitu diadakannya

penertiban bangunan yang tergolong liar dikarenakan akan berpengaruh terhadap view

kawasan. Selain itu untuk pengembangan kawasan ini kedepannya, pembangunan

dilakukan secara vertikal dikarenakan untuk tetap memepertahankan ruang-ruang terbuka

yang ada.

Pada banguanan pertama terlihat berorientasi dirahakan menghadap jalan Kapten Mulyadi

:Orientasi banguanan menghadap pada ruang terbuka (bagian belakang bangunan menghadap pada jalan lingkungan :Orientasi bangunan menghadap

Page 53: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 53 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

4.3.6. Koridor Jalan Pasar Gede

A. Pemanfaatan Ruang

Aktivitas yang terdapat di koridor jalan Pasar Gede didominasi oleh aktivitas

perdagangan dan jasa. Kegiatan yang berlangsung di dalamnya selain berdagang juga

terdapat aktivitas bongkar muat. Berkembangnya aktivitas perdagangan yang terdapat di

koridor ini, menimbulkan efek lanjutan berupa munculnya aktivitas lain seperti perparkiran

dan PKL (Pedagang Kaki Lima).

Namun dengan berkembangnya aktivitas tambahan tersebut, menimbulkan efek

negatif pada citra kawasan. Hal ini dikarenakan, ruang yang digunakan bukan merupakan

ruang yang diperuntukkan untuk aktivitas di atas, seperti badan jalan dan trotoar yang

digunakan sebagai lokasi parkir dan PKL.

Adapun rencana pemanfaatan ruang yang dapat dilakukan di koridor ini yaitu

penataan dan pengadaan ruang-ruang dengan peruntukkan aktivitas yang jelas. Hal ini

bertujuan untuk mengurangi kesemrawutan kawasan serta menciptakan lingkungan yang

nyaman.

JL Suryopranoto

JL Kapt

Mulyadi

Diperlukan penataan dan pengadaan ruang-ruang yang jelas bagi aktivitas di koridor Pasar Gede

Page 54: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 54 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

B. Intensitas Pemanfaatan Lahan

Melihat aktivitas yang mendominasi koridor ini yaitu berupa aktivitas perdagangan

dan jasa, maka rencana untuk intensitas pemanfaatan lahan di koridor ini adalah sebagai

berikut:

KDB

Besarnya KDB yng direncakan untuk aktivitas perdagangan yang terdapat di

koridor jalan Pasar Gede yaitu sebesar 80-100%. Hal ini juga dikarenakan

bangunan yang terdapat dikoridor ini memiliki intensitas kegiatan yang cukup tinggi

sehingga dibutuhkan ruang gerak yang semakin besar.

KLB

Penetapan besarnya koefisien lantai bangunan harus disesuaikan dengan koefisien

dasar bangunan. Besarnya KLB ini juga dipengaruhi oleh kondisi daya dukung

lahan dan harga lahan kawasan. Adapun baas ketinggian yangdirencanakan di

koridor Pasar Gede yaitu bangunan dengan 1-2 lantai atau sebesar 12 meter.

C. Sistem Penghubung

JL Suryopranoto

Rencana KDB sebesar 80-100% dengan bats ketinggian 12 lantai.

Page 55: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 55 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

Rencana sistem penghubung yang terdapat di koridor jalan Pasar Gede yaiu, untuk

sistem perprkiran dibuka kantong-kantong parikr di sepanjang koridor serta pengadaan

lahan parkir di bagian belakang bangunan Pasar Gede untuk memenuhi kebutuhan parkir

pengunjung.

Sedangkan untuk rencana arah pergerakan, koridor Pasar Gede direncanakan 1 arah

untuk melayani ke arah koridor Kapten Mulyadi dari Koridor Urip Sumoharjo. Selain itu

jumlah lajur yang direncakan di koridor ini adalah berjumlah 2 lajur.

D. Ruang Terbuka dan Tata Hijau

Melihat tingginya intensitas kegiatan yang terdapat di koidor Pasar Gede berupa

aktivitas bongkar muat, maka diperlukan suatu pengadaan ruang terbuka dan tata hijau unuk

menghindari kesan jnuh pada kawasan, serta memberikan kenyaman bagi pengunjung yang

terdapat di kawasan ini.

Sesuai dengan konsep yang telah disusun malkan rencana pengadaan ruang terbuk

yang terapat di koridor ini, adalah dengan pegadan jalur pejalan kaki atau trotoar yang

JL Suryopranoto

Bagian Belakang Bangunan Pasar Gede yang difungsikan untuk lahan parkir

Rencana Pergerakan satu arah koridor jalan Pasar Gede yang dapat diakses dari Jl. Urip Sumoharjo menuju Jl. Kapten Mulyadi

JL Kapt

Mulyadi

Page 56: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 56 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

dilengkapi dengan tata hijau berupa pepohonan yang berfungsi sebagai peneduh dan

pembatas.

Jenis pepohonan yang dapat digunakan sebagai pohon peneduh sebagai contoh adalah

Angsana dan Ketapang. Sedangkan jenis pohon yang dapt digunakan sebagai pembatas

(barrier) yaitu jenis tanaman seperti cemara, Kiara Payung dan sebagainya.

Selain pengadan trotoar dan penanaman pohon, pengadaan ruang terbuka untuk koriodr ini

yaitu mempertahankan Open Space Privae yang ada di kawasan.

E. Tata Bangunan

JL Suryopranoto

Pengadan trotoar dan tata hijau berupa pohon peneduh dan pembatas

Mempertahankan Open Space Private sebagai area terbuka kawasan

JL Kapt

Mulyadi

Orientasi bangunan diarahkan pada ruang

Orientasi bangunan diarahkan menghadap

JL Suryopranoto

JL Kapt

Mulyadi

Page 57: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 57 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

Bangunan yang terdapat di korido Pasar Gede memiliki ketinggian 1-2 lantai,

dengan bentuk dasar bangunan berupa kotak dengan variasi pada bentuk atap. Terdapat

beberapa bangunan penunjang yang bersifat non permanen dan dimanfaatkan sebagai

gudang dan warung makan atau minum.

Adapun rencana tata bangunan untuk koridor Pasar Gede yaitu orientasi bangunan

diarahkan menghadap ke arah jalan Pasar Gede, atau diarahkan pada ruang terbuka yang

terbentuk dari pertemuan jalan atau mengarah pada sudut persimpangan jalan, untuk

bangunan yang terdapat di sudut jalan.

Kondisi banguna yang ada tidak begitu baik, terlihat dari beberapa bangunan yang

dinding dan catnya terkelupas. Melihat keadaan tersebut maka diperlukan penataan

terhadap bangunan, sehingga meski koridor ini di dominasi oleh aktivitas bongkar muat

namun keindahan kawasan tetap terjaga.

F. Tata Informasi

JL Suryopranoto

Penempatan penandaan pada lokasi strategis seperti persimpangan jalan.

Penataan ulang terhadap reklame yang dipasang di dinding bangunan.

JL Kapt

Mulyadi

Page 58: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 58 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

Penanda jalan yang ada di koridor Jalan Pasar Gede sebagian besar merupakan

penanda jalan yang bersifat komersil atau reklame. Untuk itu diperlukan suatu rencana

berupa penataan lokasi dan bentuk penandaan agar tidak menimbulkan efek negatif

terhadap citra kawasan.

Untuk reklame tempel yang dipasang pada bidang dinding bangunan dirancang

sebagai bagian dari bangunan, bukan mendominasi bangunan. Sedangkan penandaan

berupa petunjuk jalan di tempatkan pada lokasi-lokasi yang strategis seperti persimpangan

jalan agar terlihat oleh pelintas atau pengendara yang melewati koridor ini.

Selain melakukan penataan ulang dan penambahan penandaan jika diperlukan,

maka tindakan lain yang dapat dilakukan untuk menjaga citra kawasan adalah dengan

melakukan perawatan terhadap penandan yang telah ada maupun yang akan ditambahkan.

4.3.7. Koridor Simpul Tugu Jam

A Sistem Penghubung

Tugu jam yang berada pada pintu masuk menuju kawasan pasar gede merupakan landmark yang harus ditonjolkan.

Penyediaan kantong-kantong parkir uantuk becak, taksi serta kendaraan pribadi

Page 59: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 59 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

Pada koridor ini memerlukan penataan yang dangat khusus karena simpul tugu jam

ini merupakan pintu masuk dan merupakan citra kawasan yang memperlihatkan kawasan

pasar Gede pada umumnya secara keseluruhan. Banyak aspek yang dipertimbangkan

dalam perencanaan koridor ini diantaranya memeprtimpangkan aspek sejarah dan budaya,

karena terdapat sebuah landmark kawasan Pasar Gede yang mengandung unsur sejarah

adanya kawasan Pasar Gede. Simpul ini juga merupakan pertemuan dari beberapa koridor

jalan sehingga sering terjadi kemacetan di simpul Tugu Jam ini. Kemacetan tersebut

disebabkan karena adanya parkir-parkir becak disembarang tempat yang memenuhi bahu

jalan serta adanya Pedagang yang berjualan di pinggir jalan seperti PKL.

Adapun rencana yang akan dibuat di koridor ini diantaranya yaitu:

Pembuatan kantong-kantong parkir untuk becak, taksi serta kendaraan-kendaraan

pengunjung dengan memanfaatkan lahan kosong yang ada di depan Pasar Gede.

Pembatasan fungsi lahan serta mempertegas fungsi lahan khususnya di sekitar simpul

Tugu Jam

Penyediaan jalur khusus bagi becak sehingga tidak mengganggu kelancaran

pergerakan kendaraan.

B Ruang Terbuka dan Tata Hijau

Membuat ruang-ruang terbuka dengan memanfaatkan sebagai lahan parkir becak, taksi dan kendaraan pribadi

Pengadaan jalur hijau pada sepanjang koridor-koridor jalan yang dapat juga berfungsi sebagai peneduh dan penyerap polusi udara

Page 60: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 60 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

Ruang terbuka pada koridor simpul Tugu Jam ini sudah sangat minim sehingga

pemanfaatan bahu jalan untuk tempat-tempat parkir sering dilakukan. Sehingga diperlukan

rencana untuk membuat ruang-ruang terbuka yang sedianya masih dapat dibuat pada

sekitar kawasan depan pasar dan antara Jalan Suryopranoto dan Jalan Urip Sumoharjo.

Dan nantinya ruang terbuka tersebut akan difungsikan sebagai tempat parkir untuk becak,

taksi serta kendaraan pribadi yang untuk saat ini tidak disediakan ruang khusus untuk

parkir.Pembuatan trotoar bagi pejalan kaki juga merupakan salah satu rencana pembuatan

ruang terbuka, yang di khususkan bagi pejalan kaki. Trotoar ini akan dimaksimalkan

keberadaannya mengingat belum tersedia ruang khusus bagi pejalan kaki di hampir semua

koridor Jalan yang ada.

Sedangkan untuk rencana pengadaan ruang tata hijau yaitu dengan penanaman

vegetasi-vegetasi di sepanjang koridor-koridor jalan, namun uantuk kawasan didepan Pasar

Gede tidak dilakukan penanaman pohon sebab akan menutupi wajah bangunan Pasar

Gede. Penanaman vegetasi ini dapat berupa vegetasi pelindung dan vegetasi pembatas

antara trotoar dan bahu jalan. Dengan adanya vegetasi tersebut maka akan menciptakan

suasana yang lebih asri dan untuk pengunjung yang berjalan kaki dapat terlindung dari

panas, selain itu juga dapat meminimalisasi polusi serta kebisingan yang timbul di koridor

Tugu Jam ini.

C Tata Bangunan dan Tata Informasi

Terdapat Tugu Jam dan bangunan Pasar Gede sebagai salah satu penanda kawasan ini yang mempunyai nilai historis yang cukup tinggai

Bangunan Pasar Gede dan Tugu Jam ini memiliki kemiripan tata warna sehingga citra kawasan yang terbentuk di sekitar koridor simpul Tugu jam ini seimbang.

Page 61: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 61 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

Rencana tata bangunan di koridor ini sebaiknya diberi bataasan-batasan khusus

dalam menentukan pembangunan kedepannya , batasan teresebut dapat berupa bentuk

bangunan, ketinggian bangunan agar seimbang dengan bangunan yang telah ada yaitu

Pasar Gede dan Tugu Jam, karena ditemui bangunan berada persis di depan muka Tugu

Jam yang bentuk nya terlihat menonjol dibandingkan Tugu Jam tersebut,dan hal ini akan

mengurangi fungsi Tugu jam itu sendiri sebagai landmark kawasan. Untuk rencana tata

informasi sendiri di koridor ini hanya perlu dilakukan penataan khususnya pada rambu-

rambu lalulintas yang penempatannya tidak dapat dilihat oleh pengendara.

4.3.8. Koridor Permukiman Pecinan

A. Pemanfaatan Ruang

Berkembangya aktivitas perdagangan yang terdapat di Pasar Gede juga

berpengaruh terhadap berkembangnya permukiman yang terdapat di kawasan tersebut.

Dengan bertambahnya ruang terbangun yang digunakan untuk permukiman, maka di

perlukan suatu rencana pemanfaatan ruang yang tepat agar menciptakan suatu kawasan

yang manusiawi.

Adapun rencana pemanfaatan tersebut adalah pengadaan open space di dalam

kawasan permukiman sebagai sarana interaksi sosial dan peningkatan kualitas lingkungan.

Selain pengadaan open space sesuai dengan konsep yang telah disusun, maka diperlukan

pembuatan jalan baru untuk memudahkan pergerakan dalam kawasan permukiman.

UTARA Pengadaan Open Space sebagai sarana interaksi sosial masyarakat.

Page 62: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 62 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

B. Intensitas Pemanfaatan Lahan

Melihat aktivitas dominan awasan berupa aktivitas permukiman, maka rencana

untuk intensitas pemanfatan lahan kawasan ini adalah sebagai berikut:

KDB

Besarnya KDB yang direncanakan untuk aktivitas permukiman adalah sebesar 50-

70%. Hal tersebut bertujuan agar terdapat penyediaan lahan terbuka yang cukup

dan memenuhi bagi resapan air hujan agar tidak keseluruhan lahan diisi dengan

bangunan fisik, guna keseimbangan ekosistem lingkungan binaan.

KLB

Rencana KLB yang terdpat di koridor permukiman direncanakan memiliki batas

ketinggian antara 1-3 lantai atau setinggi 16 meter. Dengan adanya batasan

ketinggian ini, maka diharapkan dapat menciptakan image kawasan yang khas dan

teratur.

C. Sistem Penghubung

UTARA

Penentuan besar KDB untuk bangunan permukiman yang terdapat di kawasan prencanaan adalah sebsar 50-70% dengan batasan ketinggian 1-3 lantai.

UTARA

Rencana lokasi jalan baru

Arah pergerakan dua arah untuk jalan yang berada di dalam permukiman

Page 63: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 63 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

Rencana sistem penghubung untuk koridor jalan Permukiman adalah dengan

penambahan jalan baru, hal ini bertujuan untuk mempermudah akses dari dan ke kawasan.

untuk sistem parkir, jika melihat dari aktivitas dominan berupa permukiman, maka ruang

untuk parkir menggunakan kavling dari bangunan rumah, sehingga setiap bangunan telah

mengalokasikan sebagian ruangnya untuk kegiatan parkir.

Adapun rencana arah pergerakan kendaraan di koridor ini adalah dua arah, yang

terdiri dari 2 jalur dengan 1 lajur dengan lebar jalan sebesar 5 m. berdasarkan penentuan

lebar jalan tersebut maka jenis kendaraan maksimal yang dapat melewati jalan permukiman

ini adalah kendaraan roda 4 dengan ukuran kecil.

D. Ruang Terbuka dan Tata Hijau

Melihat keadaan eksisting yang terdapat di lapangan, diketahui bahwa ketersediaan

ruang terbuka dan tata hijau yang terdapat di koridor permukiman cukup minim. Sehingga

diperlukan suatu rencana untuk mengatasi keadaan ini. Adapun arahan yang dapat

dilakukn yaitu pengadan ruang terbuka (open space) di dalam kawasan permkiman sebagai

media interaksi dan tempat beraktivitas sosial bagi para individu di luar ruangan.

Ruang terbuka ini juga patut ditunjang dengan tata hijau berupa pepohonan yan

ditanami di sisi jalan permukiman. Keberadaan marterial hijau membuat keindahan

pemandangan di lingkungan permukiman serta berfungsi sebagai pengendali pencemaran,

mengingat bahwa kawasan permukian ini berada di dekat dengan zona dengan aktivitas

tinggi berupa perdagangan, yang akan memunculkan berbagai polusi baik suara maupun

udara.

UTARA

Pengadaan Open Space di dalam kawasan permukiman sebagai tempat beraktivitas sosial di luar ruangan.

Tata hijau berupa penanaman pohon di sepanjang sisi jalan yang

Page 64: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 64 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

E. Tata Bangunan

Sebagian besar bangunan yang terdapat di koridor ini memiliki ketinggian 2 lantai.

Bentuk dari bangunan yang adapun bervariasi dengan bentuk atap yang berbed-beda.

Adapun rencana tata bangunan yang terdapat di koridor ini yaitu melakukan perawatan

terhadap bangunan yang telah ada.

Melihat ketersediaan lahan yang minim, maka rencana untuk penambahan atau pun

perluasan bangunan secara horizontal tidak dimungkinkan, untuk itu kendala ini dapat di

atasi dengan pembanguna vertikal (ke atas, tetapi tetap mengacu pada rencana batas

ketinggian bangunan (KLB) yang telah ditentukan.

Untuk rencana orientasi bangunan, yaitu diarahkan menghadap ke jlan maupun

diorientasikan pada ruang terbuka yang terbentuk dari pertemuan jalan atau dengan

mengarah pada sudut persimpangan jalan.

UTARA

Orientasi bangunan diarahkan menghadap ke jalan Permukiman

Orientasi bangunan diarahkan pada ruang terbuka yang menarik yang terbentuk oleh pertemuan jalan.

Page 65: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 65 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

F. Tata Informasi

Rencana untuk tata informasi yan terdapat di koridor permukiman diprioritaskan

untuk tata informasi yang bersifat non komersil seperti papan informasi. Adapun pengaturan

dari peletakan tata infomasi tersebut adalah sebagai berikut:

Penandaaan diletakkan pada tempat-tempat simpul seperti nodes,

persimpangan, dan lokasi-lokasi strategis yang dapat dilihat langsung

berdasarkan skala manusia.

Pembatasan ukuran, sehingga tidak banyak mengambil ruang, mengingat

minimnya rung terbka yang terdpat di koridor ini.

4.4. Rencana Kondisi Fasilitas Dan Utilitas

4.4.1. Kondisi Fasilitas

1. Tempat Sampah

Penataan tempat sampah di wilayah perencanaan diarahkan sebagai berikut :

Setiap pembangunan baru, perluasan suatu bangunan yang diperuntukkan sebagai

tempat kediaman harus dilengkapi dengan tempat pembuangan sampah yang

ditempatkan sedemikian rupa sehingga kesehatan umum masyarakat sekitarnya

terjamin.

UTARA

Rencana lokasi jalan baru

Penempatan penandaan pada lokasi strategis seperti persimpangan jalan.

Page 66: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 66 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

Dalam hal lingkungan di daerah pertokoan yang mempunyai dinas kebersihan kota,

kotak-kotak sampah yang tertutup disediakan sedemikian rupa sehingga petugas-

petugas dinas tersebut dapat dengan mudah melakukan tugasnya.

Penyediaan tempat sampah agar mempertimbangkan segi estetika.

Dipisahkan antara tempat sampah kering dan sampah basah.

Adapun arahan lokasi penambahan tong sampah adalah di sepanjang ruas jalan pada

wilayah perencanaan terutama pada jalan Jalan Suryopranoto, Jalan Urip Sumoharjo,

Jalan Kapten Mulyadi, Jalan RE Martadinata dan Jalan Pasar Gede dengan jarak antar

tong sampah sebesar 50 meter.

2. Halte

Arahan penempatan halte di wilayah perencanaan adalah sebagai berikut:

Bentuk halte yang diusulkan ada 2 alternatif yaitu halte yang beratap dan berupa

rambu-rambu saja.

Halte diletakkan pada jalur pejalan kaki, dengan membuat perbedaan ketinggian

lantai yang akan membedakan halte dengan pedestrian.

Halte dimungkinkan menggabung dengan boks telepon umum serta bis surat, tetapi

penempatannya dipisahkan secara fisik agar tidak saling mengganggu

Posisi jalan dibuat masukan ± 2 meter ke dalam halte, sehingga sewaktu kendaraan

angkutan kota menepi tidak menghambat sirkulasi kendaraan.

Bentuk dan tampilan halte dirancang sedemikian rupa agar tidak menutupi dan

mendominasi bangunan dilingkungan sekitarnya.

Halte bisa dimanfaatkan untuk memasang reklame yang dirancang di bagian dari

bangunan halte, dengan proporsi maksimum 20% dari bidang tampak halte.

Pengadaan dan penempatan halte di wilayah perencanaan perlu dikaji secara

makro mengenai sistem transportasi kota secara keseluruhan agar diketahui titik-

titik mana yang perlu ditempatkan halte, disamping itu juga perlu dipertimbangkan

bahwa pelayanan angkutan umum kota di Kota Rembang berupa bus antar kota.

4.4.2. Kondisi Utilitas

1. Air Bersih

Arahan perencanaan untuk pengembangan jaringan air bersih adalah sebagai berikut:

Sistem jaringan air bersih di koridor perencanaan merujuk sepenuhnya pada sistem

jaringan air bersih menurut rencana kota.

Page 67: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 67 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

Penempatan jaringan air bersih diupayakan agar tidak berada dalam deretan yang

sama dengan jaringan listrik dan telepon yang menggunakan jaringan kabel tanah,

guna meminimalkan gangguan pada jaringan tersebut. Sehingga, apabila terjadi

suatu kebocoran pipa, maka kebocoran tersebut tidak akan membahayakan dan

tidak mengganggu jaringan kabel tanah.

Usulan penempatan hidran merupakan bagian dari sistem keselamatan yang

ditujukan untuk mengantisipasi kebakaran. Sistem yang terpakai adalah sistem yang

terintegrasi dengan air bersih yaitu bergabung dengan jaringan distribusi air bersih

dengan pilar hidran single nozzle yang penempatannya diletakkan pada

persimpangan-persimpangan jalan dan tepi-tepi jalan yang lurus dengan jarak

penempatan 150-300 meter dan dapat diperpendek tergantung dari kebutuhan dan

kepadatan bangunan dari rencana lokasi penempatan hidran dengan syarat

pemasangannya yang tidak boleh mengganggu sirkulasi lalu lintas. Hidran-hidran

yang sudah terdapat diwilayah perencanaan yang sudah rusak agar dapat

difungsikan kembali penggunaannya. Setiap pipa hidran disadapkan pada pipa

distribusi air bersih dan debit setiap hidrant adalah 16,5 liter/detik dan pemasangan

dilengkapi dengan angker blok yang ditanam dibawah tanah

Arahan Rancangan untuk pengembangan jaringan air bersih adalah sebagai berikut:

Sistem jaringan air bersih di koridor perencanaan merujuk sepenuhnya pada sistem

jaringan air bersih menurut rencana kota.

Penempatan jaringan air bersih diupayakan agar tidak berada dalam deretan yang

sama dengan jaringan listrik dan telepon yang menggunakan jaringan kabel tanah,

guna meminimalkan gangguan pada jaringan tersebut. Sehingga, apabila terjadi

suatu kebocoran pipa, maka kebocoran tersebut tidak akan membahayakan dan

tidak mengganggu jaringan kabel tanah.

2. Drainase dan Sistem Pembuangan

Arahan penataan dan pengembangan drainase meliputi Sistem jaringan drainase di

koridor perencanaan merujuk sepenuhnya pada sistem jaringan drainase menurut

rencana.Berdasarkan permasalahan saluran drainase yang ada di wilayah perencanaan,

dibuatkan usulan jaringan drainase berupa perbaikan saluran drainase sekunder yaitu

berupa mengubah dari perkerasan tanah ke beton.

Arahan penataan dan pengembangan drainase meliputi:

Page 68: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 68 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

Sistem jaringan drainase di koridor perencanaan merujuk sepenuhnya pada sistem

jaringan drainase menurut rencana kota.

Pembuatan saluran-saluran drainase harus memenuhi syarat sebagai berikut :

a) Di dalam tiap-tiap pekarangan harus disediakan saluran-saluran pembuangan air

hujan

b) Saluran-saluran tersebut di atas harus cukup besar dan cukup mempunyai

kemiringan untuk dapat mengalirkan air hujan dengan baik.

c) Air hujan yang jatuh di atas atap harus segera dapat disalurkan kesaluran di atas

permukaan tanah dengan pipa-pipa atau bahan lain dengan jarak antara sebesar-

besarnya 25 m

d) Curahan air hujan yang langsung dari atap atau pipa talang bangunan tidak boleh

jatuh keluar pekarangan dan harus dialirkan ke bak peresapan pada kavling

bangunan yang bersangkutan, dan selebihnya kesaluran umum kota

e) Pemasangan dan peletakan pipa-pipa dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak

akan mengurangi kekuatan dan tekanan bangunan

f) Bagian-bagian pipa harus dicegah dari kemungkinan tersumbat kotoran

g) Pipa-pipa saluran tidak diperkenankan dimasukkan kedalam lubang lift.

h) Saluran pembuangan limbah tidak boleh berhubungan dengan saluran umum.

3. Listrik

Arahan perencanaan untuk pengembangan jaringan listrik adalah sebagai berikut:

Memanfaatkan jaringan listrik yang sudah ada.

Mengatasi gangguan visual kabel udara, diusulkan penyelesaian sebagai berikut:

Pada tahap awal, langkah yang bisa dilakukan adalah merapikan jaringan kabel udara di

sepanjang tepi jalan maupun yang menyeberangi jalan’ antara lain dengan

penyeragaman posisi tiang dan merapikan kabel yang semrawut. Kabel udara yang

menyeberangi jalan disyaratkan mempunyai tinggi minimum 5 m di atas permukaan

jalan.

Pada tahap selanjutnya, 10 tahun ke depan direncanakan penggantian kabel udara

dialokasikan ke dalam tanah, sehingga tidak menimbulkan gangguan lingkungan.

Arahan Rancangan untuk pengembangan jaringan listrik adalah sebagai berikut:

Memanfaatkan jaringan listrik yang sudah ada.

Page 69: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 69 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

Mengatasi gangguan visual kabel udara, diusulkan penyelesaian sebagai berikut:

‐ Mengganti kabel udara yang telah habis masa pakainya, dengan kabel tanah

yang pelaksanaannya disesuaikan dengan program PLN. Sehingga jaringan listrik

di sepanjang jalan utama kota dalam jangka panjang menggunakan kabel tanah.

‐ Jaringan kabel tanah tidak ditempatkan pada deretan yang sama dengan jaringan

air bersih.

4. Telepon

Arahan perencanaan untuk pengembangan jaringan telepon adalah sebagai berikut:

Memanfaatkan jaringan telepon dan fasilitas telepon umum yang sudah ada.

Mengatasi gangguan visual kabel udara, diusulkan penyelesaian sebagai berikut:

‐ Pada tahap awal, langkah yang bisa dilakukan adalah merapikan jaringan kabel

udara di sepanjang tepi jalan maupun yang menyeberangi jalan antara lain

dengan penyeragaman posisi tiang dan merapikan kabel yang semrawut.

‐ Mengganti kabel udara yang telah habis masa pakainya, dengan kabel tanah

yang pelaksanaannya disesuaikan dengan program telkom. Sehingga jaringan

telepon di sepanjang jalan utama kota dalam jangka panjang menggunakan kabel

tanah.

Arahan rancangan untuk pengembangan jaringan telepon adalah sebagai berikut:

Memanfaatkan jaringan telepon dan fasilitas telepon umum yang sudah ada.

Mengatasi gangguan visual kabel udara, diusulkan penyelesaian sebagai berikut:

Mengganti kabel udara dengan jaringan kabel bawah tanah

Penggunaan jaringan telepon flexi tanpa kabel dengan perencanaan dari PT. Telkom

Page 70: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 70 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

GAMBAR RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PASAR GEDE KOTA SURAKARTA

A. KORIDOR JL. SURYO PRANOTO

Page 71: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 71 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

Page 72: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 72 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

Page 73: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 73 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

Page 74: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 74 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

Page 75: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 75 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

B. KORIDOR JL. URIP SUMOHARJO

Page 76: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 76 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

Page 77: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 77 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

Page 78: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 78 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

Page 79: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 79 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

C. KORIDOR JL. RE MARTADINATA

Page 80: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 80 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

Page 81: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 81 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

D. KORIDOR JL. KAPTEN MULYADI

Page 82: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 82 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

Page 83: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 83 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

Page 84: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 84 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

Page 85: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 85 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

E. KORIDOR JL. PASAR GEDE 1

Page 86: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 86 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

Page 87: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 87 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

F. KORIDOR JL. PASAR GEDE 2

Page 88: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 88 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

G. KORIDOR SUNGAI PEPE

Page 89: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 89 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

Page 90: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 90 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

H. BLOK PLAN KAWASAN PASAR GEDE

Page 91: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 91 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

Page 92: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 92 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

I. DESAIN RTBL KAWASAN PASAR GEDE

Page 93: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 93 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

1. RENCANA TROTOAR

Page 94: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 94 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

2. STREET FURNITURE

Page 95: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 95 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

Page 96: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 96 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

Page 97: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 97 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009

3. DISAIN GUIDELINE

Page 98: RTBL Kawasan Pasar Gedhe

L A P O R A N A K H I R

IV - 98 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Pasar Gede Tahun 2009