Desa Kesubenrev
-
Upload
herdiantikusumawardhani -
Category
Documents
-
view
4 -
download
1
description
Transcript of Desa Kesubenrev
LAPORAN AKHIR PENUGASAN BIDAN PTT
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
OLEH:
NAMA : LUTFIAH
NRPTT : 11.4.047.2312
DESA : KESUBEN
KECAMATAN : LEBAKSIU
PUSKESMAS : LEBAKSIU
KABUPATEN : TEGAL
ANGKATAN : XIV
DINAS KESEHATAN KABUPATEN TEGAL
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan disarankan untuk peningkatan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat lagi setiap orang agar peningkatan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud, pembangunan
kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan perikemanusiaan, pemberdayaan
dan kemandirian, serta pengutamakan perhatian khusus pada penduduk rentan
antara lain kesehatan ibu, anak, dan bayi.
Perhatian khusus harus diberikan terhadap peningkatan kesehatan ibu,
balita termasuk bayi yang baru lahir, dengan menyelenggarakan berbagai upaya
terobosan yang didukung oleh kemampuan managemen tenaga pengelola dan
pelaksana program KIA (Depkes RI 2010)
Untuk peningkatan kemampuan pengelolaan dan pelaksanaan program
KIA pada Tingkat Desa, puskesmas dan kabupaten pengelola program khususnya
bidan di desa harus mampu mengelola data KIA guna memperkuat manajemen,
program sebagai bahan perencanaan dan monitoring program KIA di desa,
puskesmas dan kabupaten. Dalam melaksanakan tugasnya bidan wajib melakukan
pencatatan dan pelaporan sesuai dengan pelayanan yang diberikan (Permenkes
2010 :10 )
System pencatatan dan pelaporan dimulai dengan mencatat seluruh ibu
hamil, bayi yang baru lahir dan balita yang ada disuatu desa, hasil dilaporkan
secara berjenjang. Selanjutnya dilakukan analisis dengan menilai hasil cakupan
kunjungan ibu hamil, persalinan oleh tenaga kesehatan, kunjungan nifas,
penanganan komplikasi obsectrik dan neonatal. Kunjungan bayi, balita, cakupan
pelayanan KB.
Hasil dari keseluruhan Proses tersebut disampaikan pada sektor :Terkait
untuk ditindak lanjuti sesuai dengan tingkat pelayanan di desa, kecamatan, dan
kabupaten kota (Dep Kes RI :2010 :V)
1
B. Tujuan Penyusunan Laporan
Dengan adanya hasil evaluasi kesehatan ibu dan anak diharapkan:
1. Gambaran profil kesehatan Desa Kesuben.
2. Gambaran hasil cakupan kesehatan ibu dan anak.
3. Mencakup gambaran tentang hasil analisis penelusuran data kohor dan
rencana tindak lanjut program kesehatan ibu dan anak di Desa Kesuben.
2
BAB II
ANALISIS SITUASI
A. Kondisi Geografi
Desa Kesuben merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan
Lebaksiu Kabupaten Tegal yang terdiri dari 6 RW dan 34 RT. Luas wilayahnya
memiliki luas 1.035,75 ha/m2, dengan morfologi wilayah (bentang alam) 5 km,
letak geografis ± 900 DL, kepadatan penduduk 1000/km. Curah hujan 392 mm,
dengan jumlah bulan hujan 6 bulan dan suhu rata-rata harian 28 0C.
Adapun batas wilayah Desa Kesuben adalah
a.Sebelah Utara : Desa Balaradin
b. Sebelah Selatan : Desa Timbangreja
c.Sebelah Barat : Desa Karangmulya Kecamatan Balapulang
d. Sebelah Timur : Desa Yamansari
B. Kondisi Demografi
Desa Kesuben terdiri atas 45 RT, 8 RW, 11 pedukuhan memiliki 3.040 KK
dengan total jumlah penduduk 11.977 jiwa, jumlah penduduk laki-laki 5.965 jiwa,
perempuan 6.012 jiwa. Jumlah penduduk Desa Kesuben menurut pekerjaan dapat
dilihat pada tabel 1:
Tabel 1 Jumlah Penduduk menurut golongan pekerjaan Desa Kesuben tahun 2013
No Pekerjaan Jumlah (Jiwa)1 Petani 4072 Buruh tani 11233 Buruh/Swasta 1584 Polri & Pegawai Negeri 3095 Pengrajin 326 Pedagang 5537 Peternak 108 Montir 13
Sumber: profil Desa Kesuben, 2013
Penduduk Desa Kesuben mayoritas beragama Islam sebanyak 11.982 jiwa,
beragama kristen sebanyak 25 orang, dan etnis Cina sebanyak 15 orang. Desa
3
Kesuben dipimpin oleh seorang kepala desa, dan jumlah perangkat desa 12 orang.
Jumlah lembaga pendidikan yaitu 5 TK, 7 SD, 2 SLTP, dan 1 SLTA. Sedangkan
madrasah berjumlah 16 unit. Sarana transportasi terdiri dari; angkutan pedesaan,
ojeg, dan truk umum. Sedangkan sarana ibadah terdiri dari 11 masjid dan 26
mushala. Di desa ini juga terdapat 2011 Televisi dan 125 unit parabola.
C. Kondisi Sarana dan Prasarana Kesehatan Dasar
Prasarana kesehatan masyarakat Desa Kesuben dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 2. Prasarana kesehatan masyarakat Desa Kesuben
No Prasarana Kesehatan Jumlah
1 Posyandu 11
2 Tempat Praktek Dokter 1
3 Dokter umum 1
4 Dukun terlatih 4
5 Bidan desa 2
Sumber: profil Desa Kesuben, 2013
Berdasarkan data kesehatan tahun 2013 menunjukkan bahwa jumlah ibu
melahirkan sebanyak 229 orang, cakupan imunisasi polio 3 sebanyak 93,4%,
cakupan imunisasi DPT 1 sebanyak 97,3%, cakupan imunisasi campak sebanyak
90%, cakupan imunisasi BCG sebanyak 106,8%, cakupan imunisasi DPT 2
sebanyak 92,3%, dan cakupan imunisasi HBO sebanyak 122,3%. Sedangkan
jumlah bayi yang lahir ada 261 bayi, meninggal 3 bayi. Pola makan 3 x sehari ,
jumlah balita 1.386 terdiri dari 20 balita gizi buruk dan 907 balita dengan gizi
baik.
Jumlah penduduk Desa Kesuben menurut pendidikan dapat dilihat pada
tabel 3:
4
Tabel 3 Jumlah Penduduk menurut golongan pendidikan Desa Kesuben
No Pendidikan Jumlah (jiwa)1 Buta Huruf < 802 Tidak tamat SD ± 1.5443 Tamat SD ± 1.6734 Tamat SLTP 8635 Tamat SLTA 1.8526 Tamat D1 207 Tamat D2 748 Tamat D3 969 Tamat S1 18410 Tamat S2 1
Sumber: profil Desa Kesuben, 2013
Berdasarkan tabel 3 mayoritas pendidikan di Desa Kesuben adalah telah
menyelesaikan pendidikan SLTA, dan sebagian lagi hanya menyelesaikan
pendidikan sekolah dasar.
Kondisi perumahan Desa Kesuben menurut lantai yaitu keramik 940
keluarga, semen 1.800 keluarga dan tanah 300 keluarga. Sedangkan tingkat
kesejahteraan penduduk terdiri dari 1.500 keluarga miskin, 1.298 keluarga pra
sejahtera, 652 keluarga sejahtera 1, 762 keluarga sejahtera 2, 319 keluarga
sejahtera 3, dan 9 keluarga sejahtera 3+.
D. Status kesehatan
Status kesehatan masyarakat Desa Kesuben dengan jumlah lansia 965 orang,
dengan status kesehatan yang mengalami hipertensi sebanyak 203 orang, rematik
45 orang, asam urat ada 38 orang, Diabetus milletus ada 12 orang, jantung 11
orang dan penyakit kulit ada 15 orang.
5
BAB III
HASIL KEGIATAN
1. Target Pencapaian KIA Tahun 2005-2013
Pengelolaan program KIA bertujuan meningkatkan dan memantapkan
jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pemantapan
pelayanan KIA dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut :
a Peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di
semua fasilitas kesehatan
b Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten
diarahkan ke fasilitas kesehatan
c Peningkatan pelayanan seluruh ibu nifas sesuai standar di semua fasilitas
kesehatan
d Peningkatan pelayanan seluruh Neonatus sesuai standar di semua fasilitas
kesehatan
e Peningkatan deteksi dini faktor resiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus
oleh tenaga kesehatan dan masyarakat
f Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan neonatus secara adekuat
dan pengamatan secara terus menerus oleh tenaga kesehatan
g Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar di semua
fasillitas kesehatan
h Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh balita sesuai standar di semua
fasillitas kesehatan
i Peningkatan pelayanan KB sesuai standar
Sebagai tenaga kesehatan, bidan desa telah melaksanakan semua program
KIA tersebut diatas dengan segala upaya untuk mencapai target yang diharapkan
walaupun dalam akhir tahun masih ada beberapa desa yang belum bisa mencapai
target,tetapi secara keseluruhan (Kumulatif Puskesmas) semua indikator sudah
mencapai target yang diharapkan. Berikut Hasil Kegiatan Program KIA Desa
Kesuben
6
Secara umum upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan
masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau
masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat.
Upaya kesehatan masyarakat mencakup upaya-upaya promosi kesehatan,
pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular, pengendalian penyakit
tidak menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan
gizi masyarakat, kesehatan jiwa, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan,
pengamanan penggunaan zat aditif dalam makanan dan minuman, pengamanan
narkotika, psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya, serta penanggulangan
bencana dan bantuan kemanusiaan.
Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan. Upaya kesehatan perorangan mencakup
upaya-upaya promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan,
pengobatan rawat inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan
terhadap perorangan.
Seorang ibu mempunyai peran yang sangat besar di dalam pertumbuhan
bayi dan perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu
yang sedang hamil dapat mempengaruhi kesehatan janin dalam kandungannya
hingga kelahiran dan masa pertumbuhan bayi dan anaknya.
Kebijakan tentang kesehatan ibu dan bayi baru lahir secara khusus
berhubungan dengan pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan perawatan bayi
baru lahir yang diberikan di semua jenis fasilitas pelayanan kesehatan, dari
posyandu sampai rumah sakit pemerintah maupun fasilitas pelayanan kesehatan
swasta.
a. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil (K1 dan K4)
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan
7
standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan
Kebidanan (SPK). Sedangkan tenaga kesehatan yang berkompeten
memberikan pelayanan antenatal kepada ibu hamil antara lain dokter spesialis
kebidanan, dokter, bidan dan perawat.
Pelayanan antenatal yang sesuai standar meliputi timbang berat badan,
pengukuran tinggi badan, tekanan darah, nilai status gizi (ukur lingkar lengan
atas), tinggi fundus uteri, menentukan presentasi janin dan denyut jantung
janin (DJJ), skrining status imunisasi tetanus dan memberikan imunisasi
Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan, pemberian tablet zat besi minimal 90
tablet selama kehamilan, test laboratorium (rutin dan khusus), tatalaksana
kasus, serta temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K), serta KB pasca persalinan.
Pelayanan antenatal disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga
kesehatan serta memenuhi standar tersebut. Ditetapkan pula bahwa distribusi
frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan,
dengan ketentuan waktu pemberian pelayanan yang dianjurkan yaitu: minimal
1 kali pada triwulan pertama, 1 kali pada triwulan kedua, dan 2 kali pada
triwulan ketiga. Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk
menjamin perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor risiko,
pencegahan dan penanganan komplikasi.
Hasil pencapaian program pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai
dengan menggunakan indikator cakupan K1 dan K4 yang dihitung dengan
membagi jumlah ibu hamil yang melakukan pemeriksaan antenatal pertama
kali oleh tenaga kesehatan (untuk penghitungan indikator K1) atau jumlah ibu
hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali sesuai standar
oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu (untuk
penghitungan indikator K4) dengan jumlah sasaran ibu hamil yang ada di
wilayah kerja dalam 1 tahun.
Gambar 4.1 memperlihatkan cakupan kunjungan K1 dan K4 pada ibu
hamil selama sembilan tahun terakhir. Terlihat bahwa cakupan K1 selama
tahun 2005 sampai 2013 terus mengalami peningkatan dari 100,9% pada
8
tahun 2006 menjadi 108,33 % pada tahun 2013. Sedangkan cakupan K4 pada
tahun 2006-2010 cenderung naik, namun pada tahun 2013 sedikit menurun
dari 106,63% pada tahun 2012 menjadi 84,21% pada tahun 2013, demikian
angka tersebut masih dibawah target SPM 2015 sebesar 95%.
b. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dengan
Kompetensi Kebidanan (Pn)
Periode persalinan merupakan salah satu periode yang berkontribusi
besar terhadap Angka Kematian Ibu di Indonesia. Kematian saat bersalin dan
1 minggu pertama diperkirakan 60% dari seluruh kematian ibu (Maternal
Mortality: who, when, where and why; Lancet, 2006). Sedangkan dalam target
MDG’s, salah satu upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan
kesehatan ibu adalah menurunkan angka kematian ibu menjadi 102 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 dari 425 per 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 1992 (SKRT) serta meningkatkan pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan menjadi 90% pada tahun 2015 dari 40,7% pada tahun
1992 (BPS).
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan
persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan
kompetensi kebidanan. Cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga
kesehatan sejak tahun 2005 sampai tahun 2013 yang cenderung meningkat.
Pada tahun 2013 cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di
Kabupaten Tegal telah mencapai 100%.
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Desa
Kesuben Kecamatan Lebaksiu Kabupaten Tegal pada tahun 2013 sebesar
100% mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan pencapaian tahun
2005 yaitu sebesar 69,58%. Angka tersebut telah mencapai target SPM 2015
sebesar 90%. Namun demikian masih perlu dilakukan assesment untuk
mengetahui penyebab menurunnya cakupan pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan tersebut.
9
c. Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
Pelayanan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada
ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Untuk
deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan
terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3
kali dengan distribusi waktu: 1) kunjungan nifas pertama (KF1) pada 6 jam
setelah persalinan sampai 3 hari; 2) kunjungan nifas ke-2 (KF2) dilakukan
pada minggu ke-2 setelah persalinan; dan 3) kunjungan nifas ke-3 (KF3)
dilakukan minggu ke-6 setelah persalinan. Diupayakan kunjungan nifas ini
dilakukan pada saat dilaksanakannya kegiatan di posyandu dan dilakukan
bersamaan pada kunjungan bayi.
Pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan meliputi: 1) pemeriksaan
tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu; 2) pemeriksaan lokhia dan
pengeluaran per vaginam lainnya; 3) pemeriksaan payudara dan anjuran ASI
eksklusif 6 bulan; 4) pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua
kali (2 x 24 jam); dan 5) pelayanan KB pasca persalinan.
Pemeriksaan kesehatan pasca persalinan untuk mengetahui apakan
terjadi perdarahan pasca persalinan, keluar cairan berbau dari jalan lahir,
demam lebih dari 2 (dua) hari, payudara bengkak kemerahan disertai rasa
sakit dan lain-lain.
Cakupan pelayanan pada ibu nifas di Desa Kesuben Kecamatan
Lebaksiu Kabupaten Tegal pada tahun 2013 sebesar 87,92% mengalami
penurunan dibandingkan tahun 2012 sebesar 106,18%. Angka tersebut sudah
mencapai target SPM 2015 sebesar 90%.
d. Penanganan Komplikasi Obstetri dan Neonatal
Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh tenaga bidan di desa
dan Puskesmas, ibu hamil yang memiliki risiko tinggi (risti) dan memerlukan
pelayanan kesehatan, karena terbatasnya kemampuan dalam memberikan
pelayanan, maka kasus tersebut perlu dilakukan upaya rujukan ke unit
pelayanan kesehatan yang memadai.
10
Risti/komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal, yang
secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi.
Risti/komplikasi kebidanan meliputi Hb < 8 g%, tekanan darah tinggi (sistole
> 140 mmHg, diastole > 90 mmHg), oedeme nyata, eklampsia, perdarahan per
vaginam, ketuban pecah dini, letak lintang pada usia kehamilan >32 minggu,
letak sungsang pada primigravida, infeksi berat/sepsis, dan persalinan
prematur.
Neonatus risti/komplikasi meliputi asfiksia, tetanus neonatorum,
sepsis, trauma lahir, BBLR (Berat Badan Lahir < 2.500 gram), sindroma
gangguan pernafasan dan kelainan neonatal. Neonatus risti/komplikasi yang
ditangani adalah neonatus risti/komplikasi yang mendapat pelayanan oleh
tenaga kesehatan yang terlatih yaitu dokter dan bidan di polindes, puskesmas,
rumah bersalin dan rumah sakit.
Pada tahun 2010 cakupan penanganan neonatal komplikasi yang
dilaporkan sebesar 23,8%. Sementara target standar pelayanan minimal
bidang kesehatan untuk indikator tersebut yang harus dicapai pada tahun 2010
yaitu 80%
e. Cakupan Kunjungan Neonatal
Bayi sampai umur 28 hari merupakan golongan umur yang memiliki
risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan
untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (0-
28 hari) minimal tiga kali, yaitu pada 6 jam sampai 48 jam setelah lahir; pada
hari ke 3 – 7 hari, dan hari ke 8 – 28 hari.
Dalam melaksanakan pelayanan neonatal, petugas kesehatan di
samping melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling
perawatan bayi kepada ibu. Pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan
neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI
dini dan eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit
dan pemberian imunisasi); pemberian vitamin K; Manajemen Terpadu Balita
11
Muda (MTBM); dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan
buku KIA.
Pencapaian target pelayanan kesehatan bayi berdasarkan laporan rutin
tahun 2012 yaitu cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1) yang sebesar
106,18%, masih sudah mencapai target nasional yang diharapkan yaitu 85%.
Sejak tahun 2008 terjadi perubahan kebijakan waktu pelaksanaan kunjungan
dari semula minimal 2 kali menjadi 3 kali, yang mulai disosialisasikan pada
tahun 2008. Pada tahun 2010 target cakupan kunjungan neonatal lengkap (KN
Lengkap) di Kabupaten Tegal sebesarr 91,8% melebihi target nasional tahun
2009 sebesar 75%.
2. Pelayanan Imunisasi
Bayi dan anak-anak memiliki risiko yang lebih tinggi terserang penyakit
menular yang dapat mematikan, seperti: Difteri, Tetanus, Hepatitis B, Typhus,
radang selaput otak, radang paru-paru, dan masih banyak penyakit lainnya. Untuk
itu salah satu pencegahan yang terbaik dan sangat vital agar kelompok berisiko ini
terlindungi adalah melalui imunisasi.
Pada saat pertama kali kuman (antigen) masuk ke dalam tubuh, maka
sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang disebut dengan antibodi.
Pada umumnya, reaksipertama tubuh untuk membentuk antibodi tidak terlalu
kuat, karena tubuh belum mempunyai "pengalaman." Tetapi pada reaksi yang ke-
2, ke-3 dan seterusnya, tubuh sudah mempunyai memori untuk mengenali antigen
tersebut sehingga pembentukan antibodi terjadi dalam waktu yang lebih cepat dan
dalam jumlah yang lebih banyak. Itulah sebabnya, pada beberapa jenis penyakit
yang dianggap berbahaya, dilakukan tindakan imunisasi atau vaksinasi. Hal ini
dimaksudkan sebagai tindakan pencegahan agar tubuh tidak terjangkit penyakit
tersebut, atau seandainya terkena pun, tidak akan menimbulkan akibat yang fatal.
Imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif
adalah pemberian kuman atau kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan
dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. Contohnya
adalah imunisasi Polio atau Campak. Sedangkan imunisasi pasif adalah
12
penyuntikan sejumlah antibodi, sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat.
Contohnya adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang
mengalami luka kecelakaan.
a. Imunisasi Dasar pada Bayi
Program imunisasi dasar lengkap (LIL/Lima Imunisasi dasar Lengkap)
pada bayi meliputi: 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio, 4 dosis Hepatitis
B, dan 1 dosis Campak. Di antara penyakit pada balita yang dapat dicegah
dengan imunisasi, campak adalah penyebab utama kematian pada balita. Oleh
karena itu pencegahan campak merupakan faktor penting dalam mengurangi
angka kematian balita. Dari beberapa tujuan yang disepakati dalam pertemuan
dunia mengenai anak, salah satunya adalah mempertahankan cakupan
imunisasi campak sebesar 89,29%. Target tersebut masih dibawah target
Renstra Dinas Kesehatan yang menetapkan target cakupan imunisasi campak
90% pada tahun 2014.
Seorang bayi seharusnya mendapat imunisasi dasar lengkap yang terdiri
dari : BCG 1 kali, DPT-HB 3 kali, Polio 4 kali, HB Uniject 1 kali dan campak
1 kali. Sebagai indikator kelengkapan status imunisasi dasar lengkap bagi
bayi dapat dilihat dari hasil cakupan imunisasi campak, karena imunisasi
campak merupakan imunisasi yang terakhir yang diberikan pada bayi umur 9
bulan dengan harapan imunisasi sebelumnya sudah diberikan dengan lengkap
(BCG, DPT-HB, Polio, dan HB).
Selain pemberian imunisasi rutin, program imunisasi juga melaksanakan
program imunisasi tambahan/suplemen yaitu Bulan Imunisasi Anak Sekolah
(BIAS) DT, BIAS Campak yang diberikan pada semua usia kelas I
SD/MI/SDLB/SLB, sedangkan BIAS TT diberikan pada semua anak usia
kelas II dan III SD/MI/SDLB/SLB, Backlog Fighting (melengkapi status
imunisasi).
Cakupan imunisasi dasar lengkap bayi di Desa Kesuben Kecamatan
Lebaksiu Kabupaten Tegal dari semua antigen sudah mencapai target minimal
nasional (85%), pencapaian dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada
13
tahun 2005, di Desa Kesuben Kabupaten Tegal telah mencapai cakupan
imunisasi dasar mencapai 88,1%, dan pada 2013 cakupan mencapai 92,8%.
Angka tersebut menurun dibandingkan dengan capaian tahun
sebelumnya, namun demikian cakukpan imunisasi di Kabupaten Tegal telah
mampu mencapai target imunisasi dasar lengkap yang telah ditetapkan oleh
Kementerian Kesehatan RI dan target Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten
Tegal tahun 2014.
b. Cakupan Imunisasi pada Ibu Hamil
Tetanus disebabkan oleh toksin yang diproduksi oleh bakteri yang
disebut Clostridium tetani. Tetanus juga bisa menyerang pada bayi baru lahir
(Tetanus Neonatorum) pada saat persalinan dan perawatan tali pusat. Tetanus
merupakan salah satu penyebab kematian bayi di Indonesia. Akan tetapi
masih banyak calon ibu di masyarakat terutama yang tinggal di daerahdaerah
terpencil berada dalam kondisi yang bisa disebut masih "jauh" dari kondisi
steril saat persalinan. Hal inilah yang bisa menimbulkan risiko ibu maupun
bayinya terkena tetanus. Maternal and Neonatal Tetanus Elimination
(MNTE) merupakan program eliminasi tetanus pada neonatal dan wanita usia
subur termasuk ibu hamil. Strategi yang dilakukan untuk mengeliminasi
tetanus neonatorum dan maternal adalah 1) pertolongan persalinan yang aman
dan bersih; 2) cakupan imunisasi rutin TT yang tinggi dan merata; dan
3)penyelenggaraan surveilans. Beberapa permasalahan imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) pada wanita usia subur yaitu pelaksanaan skrining yang belum
optimal, pencatatan yang dimulai dari kohort WUS (baik kohort ibu maupun
WUS tidak hamil) belum seragam, dan cakupan imunisasi TT2 bumil jauh
lebih rendah dari cakupan K4.
Cakupan imunisasi TT2 selama tahun 2005-2013 tidak mengalami
perkembangan, bahkan cenderung menurun. Namun sejak dua tahun terakhir
terjadi peningkatan cakupan imunisasi TT2+, dari 41,66% kemudian
penurunan lagi menjadi 27,6% pada tahun 2015.
14
3. Masalah dan Solusi Pemecahan Masalah
No Masalah Solusi Pemecahan Masalah
1. Masih adanya dukun paraji yang belum melaksanakan kemitraan dengan bidan di desa
a Memanggil/ mendatangi dukun paraji yang belum melaksanakan kemitraan dengan bidan di desa
b Melaksanakan pembinaan paraji setiap 1 bulan 1 kali di kecamatan
2. Kurangnya dukungan lintas sektoral baik desa maupun kecamatan
a Menjalin kerjasama yang baik dengan lintas sektoral baik desa maupun kecamatan
b Menyampaikan evaluasi pencapaian program KIA di desa maupun di kecamatan, agar pihak-pihak terkait program KIA dapat mengetahui dan membantu dalam pelaksanaan program
15
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara umum hasil pencapaian program prioritas di Desa Kesuben ada
sebagian yang sudah mencapai target bahkan melebihi target dan ada sebagian
lagi yang belum mencapai target. Adapun hasil pencapaian program yang belum
mencapai target karena adanya beberapa kendala yang perlu di tempuh dengan
langkah-langkah penyelesaian.
B. Saran
Diharapkan adanya kerjasama lintas program dan lintas sektoral yang
terkait di karenakan program kesehatan melibatkan seluruh komponen
masyarakat untuk mencapai hasil yang maksimal.
16