Dermatiticsdcsws Seboroik 1

24
REFERAT DERMATITIS SEBOROIK Pembimbing : Dr. Chadijah Rifai, SpKK Disusun oleh : Ktut Yoga Rina Oktaviana KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT PERIODE 12 SEPTEMBER 2011 – 15 OKTOBER 2011 RSUD KOJA

description

adscwcswdc

Transcript of Dermatiticsdcsws Seboroik 1

Page 1: Dermatiticsdcsws Seboroik 1

REFERAT

DERMATITIS SEBOROIK

Pembimbing :

Dr. Chadijah Rifai, SpKK

Disusun oleh :

Ktut Yoga

Rina Oktaviana

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT

PERIODE 12 SEPTEMBER 2011 – 15 OKTOBER 2011

RSUD KOJA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA 2011

Page 2: Dermatiticsdcsws Seboroik 1

Dermatitis Seboroik

Definisi

Dermatitis seboroik adalah penyakit inflamatoir kulit yang biasanya dimulai pada kulit kepala,

dan kemudian menjalar ke muka, kuduk, leher dan badan.1 Istilah dermatitis seboroik (D.S.)

dipakai untuk segolongan kelainan kulit yang didasari oleh faktor konstitusi dan bertempat

predileksi di tempat-tempat seboroik.2 Penyakit ini sering kali dihubungkan dengan peningkatan

produksi sebum (seborrhea) dari kulit kepala dan daerah muka serta batang tubuh yang kaya

akan folikel sebaceous. Dermatitis seboroik sering ditemukan dan biasanya mudah dikenali.

Kulit yang terkena biasanya berwarna merah muda (eritema), membengkak, ditutupi

dengan sisik berwarna kuning kecoklatan dan berkerak.3,4 Penyakit ini dapat mengenai

semua golongan umur, tetapi lebih dominan pada orang dewasa. Pada orang dewasa penyakit ini

cenderung berulang, tetapi biasanya dengan mudah dikendalikan. Kelainan ini pada kulit kepala

umumnya dikenal sebagai ketombe pada orang dewasa dan “keluar saraf’ (cradle cap) pada bayi.5

Insidens dan Prevalensi

Tidak ada data pasti yang tersedia pada insiden dan prevalensi, tetapi penyakit ini diyakini lebih

banyak ditemukan daripada psoriasis, misalnya, mempengaruhi minimal 2-5 % dari populasi.

Dermatitis seboroik sedikit lebih sering terjadi pada laki-laki dan berusia kepala dua, satu di bayi

dalam 3 bulan pertama kehidupan dan yang kedua sekitar dekade keempat sampai ketujuh

kehidupan. Prevalensinya 40-80 % pada pasien dengan acquired immunodeficiency syndrome.3

Sedangkan di Amerika Serikat prevalensi dari Dermatitis seboroik adalah sekitar 1-3% dari

jumlah populasi umum, dan 3-5% terjadi pada dewasa muda.4

Etiopatogenesis

Penyebabnya belum diketahui pasti. Faktor presdiposisinya ialah kelainan konstitusi

berupa status seboroik (seborrhoic state) yang rupanya diturunkan, bagaimana caranya belum

dipastikan. Penderita pada hakekatnya mempunyai kulit yang berminyak (seborrhoea), tetapi

mengenai hubungan antara kelenjar minyak dan penyakit ini belum jelas sama sekali. Ada yang

Page 3: Dermatiticsdcsws Seboroik 1

mengatakan kambuhnya penyakit ini (yang sering menjadi chronis-recidivans) disebabkan oleh

makanan yang berlemak, tinggi kalori, akibat minum alkohol dan gangguan emosi.1,2

Penyakit ini berhubungan dengan kulit yang berminyak (seborrhea), meskipun

peningkatan produksi sebum tidak selalu dapat di deteksi pada pasien ini. Seborrhea merupakan

faktor predisposisi terjadinya dermatitis seboroik, namun dermatitis seboroik bukanlah penyakit

yang terjadi pada kelenjar sebasea. Kelenjar sebasea tersebut aktif pada bayi baru lahir,

kemudian menjadi tidak aktif selama 9-12 tahun akibat stimulasi hormone androgen dari ibu

berhenti. Dermatitis seboroik pada bayi terjadi pada umur bulan-bulan pertama, kemudian jarang

pada usia sebelum akil balik dan insidensinya mencapai puncaknya pada umur 18 – 40 tahun,

dan kadang-kadang pada umur tua. Tingginya insiden dermatitis seboroik pada bayi baru lahir

setara dengan ukuran dan aktivitas kelenjar sebasea pada usia tersebut. Hal ini menunjukkan

bahwa bayi yang baru lahir memiliki kelenjar sebasea dengan tingkat sekresi sebum yang tinggi.

Pada masa kecil, terdapat hubungan yang erat antara dermatitis seboroik dengan peningkatan

produksi sebum. Kondisi ini dikenal sebagai dermatitis seboroik pada bayi, hal tersebut normal

ditemukan pada bulan pertama kehidupan, berbeda dengan kondisi dermatitis seboroik yang

terjadi pada masa remaja dan dewasa. Pada dewasa sebaliknya, tidak ada hubungan yang erat

antara peningkatan produksi sebum dengan dermatitis seboroik, jika terjadi puncak aktivitas

kelenjar sebasea pada masa awal pubertas, dermatitis seboroik mungkin terjadi pada waktu

kemudian. Meskipun kematangan kelenjar sebasea rupanya merupakan faktor predisposisi

timbulnya Dermatitis seboroik, tetapi tidak ada hubungan langsung secara kuantitatif antara

keaktifan kelenjar tersebut dengan sukseptibilitas untuk memperoleh Dermatitis seboroik.2, 3, 4

Tempat terjadinya dermatitis seboroik memiliki kecenderungan pada daerah wajah,

telinga, kulit kepala dan batang tubuh bagian atas yang sangat kaya akan kelenjar sebasea.

Dua penyakit yang memiliki tempat predileksi yang sama di daerah ini yaitu dermatitis seboroik

dan Acne.3

Banyak percobaan telah dilakukan untuk menghubungkan penyakit ini dengan infeksi oleh

bakteri atau Pityrosporum ovale yang merupakan flora normal kulit manusia. Pertumbuhan

P.ovale yang berlebihan dapat mengakibatkan reaksi inflamasi, baik akibat produk metabolitnya

yang masuk ke dalam epidermis maupun karena sel jamur itu sendiri, melalui aktivasi sel

limfosit T dan sel Langerhans. Penelitian di Rosenberg telah menunjukkan bahwa 2%

Page 4: Dermatiticsdcsws Seboroik 1

ketokonazole kream dapat mengurangi jumlah dari organism yang terdapat pada lesi di kulit

kepala atau kulit yang berminyak, pada saat yang bersamaan juga dapat menghilangkan gejala

dermatitis seboroik. Penjelasan ini dimana jamur yang menjadi penyebabnya dapat dilkakukan

pencegahannya. Akan tetapi, penelitian lain menunjukkan bahwa P. ovale dapat terjadi pada kulit

kepala yang tidak menunjukkan gejala klinis dari penyakit ini. Status seboroik sering berasosiasi

dengan meningginya sukseptibilitas terhadap infeksi piogenik, tetapi tidak terbukti bahwa

mikroorganisme inilah yang menyebabkan dermatitis seboroik.2,3

Dermatitis seboroik dapat diakibatkan oleh proliferasi epidermis yang meningkat seperti

psoariasis. Hal ini dapat menerangkan mengapa terapi dengan sitostatik dapat memperbaikinya.

Pada orang yang telah mempunyai factor predisposisi, timbulnya D.S. dapat disebabkan oleh

faktor kelelahan, stress, emosional, infeksi, atau defisiensi imun.2

Kondisi ini dapat diperburuk dengan meningkatnya keringat. Stress emosional dapat

mempengaruhi penyakit ini juga. Dermatitis seboroik dapat juga menjadi komplikasi dari

Parkinsonisme, yang berhubungan dengan seborrhoea. Pengobatan dari parkinson dengan

levodopa mengurangi ekskresi sebum sejak seborrhea pertama kali ditemukan, tetapi tidak ada

efeknya pada kecepatan ekskresi sebum yang normal. Obat neuroleptik yang digunakan untuk

menginduksi parkinsonsnisme, salah satunya haloperidol, dapat juga menginduksi terjadinya

dermatitis seboroik.

Histopatologis

Gambaran histologi bermacam-macam sesuai dengan stadium penyakitnya. Pada dermatitis

seboroik akut dan subakut, tersebar superficial infiltrat perivascular dari limfosit dan histiosit,

dari spongiosis yang ringan sampai yang berat, hiperplasia bentuk psoriasis ringan, Pinkus’s

“spurting papilla” hampir sering terlihat sebgai cirri khas dari dermatitis seboroik sama seperti

psoariasis, tetapi abses Munro tidak ada. Penyumbatan folikel oleh karena orthokeratosis dan

parakeratosis dan kerak-kerak yang mengandung neutrofil. Pada dermatitis seboroik yang kronis

terdapat dilatasi pembuluh darah kapiler dan vena pada plexus superficial.3

Gejala klinis

Page 5: Dermatiticsdcsws Seboroik 1

Kelainan kulit terdiri atas eritema dan skuama yang berminyak dan agak kekuningan,

batasnya agak kurang tegas. Dermatitis seboroik yang ringan hanya mengenai kulit kepala

berupa skuama-skuama yang halus, mulai sebagai bercak kecil yang kemudian mengenai seluruh

kulit kepala dengan skuama-skuama yang halus dan kasar. Kelaianan tersebut pitiriasis sika

(ketombe, dandruff). Bentuk yang berminyak disebut pitiriasis steatoides yang dapat disertai

eritema dan krusta-krusta yang tebal. Rambut pada tempat tersebut mempunyai kecenderungan

rontok, mulai di bagian vertex dan frontal.

Bentuk yang berat ditandai dengan adanya bercak-bercak yang berskuama dan berminyak

disertai eksudasi dan krusta tebal. Sering meluas ke dahi, glabela, telinga postaurikular dan leher.

Pada daerah dahi tersebut, batasnya sering cembung.

Pada bentuk yang lebih berat lagi, seluruh kepala tertutup oleh krusta-krusta yang kotor,

dan berbau tidak sedap. Pada bayi, skuama-skuama yang kekuningan dan kumpulan debris-

debris epitel yang lekat pada kulit kepala disebut cradle cap.

Gambar 1. Dermatitis seboroik yang berat

pada wajah

Page 6: Dermatiticsdcsws Seboroik 1

Pada daerah supraorbital, skuama-skuama halus dapat terlihat di alis mata, kulit di

bawahnya eritematosa dan gatal, disertai bercak-bercak skuama kekuningan, dapat terjadi pula

blefaritis, yakni pinggir kelopak mata merah disertai skuama-skuama halus. Pada tepi bibir bias

kemerahan dan berbintik-bintik (marginal blefaritis). Daerah konjungtiva pada saat bersamaan

juga dapat terkena. Lipatannya dapat berwarna kekuningan, dengan kerak, dengan batas yang

tidak jelas. Pruritus juga bias terlihat. Jika area glabela juga terkena, disana juga mungkin

terdapat kerak pada kerutan mata yang berwarna kemerahan. Pada lipatan bibir mungkin terdapat

perubahan warna berupa kerak yang kekuningan atau kemerahan, kadang-kadang dengan

lubang-lubang. Pada pria, radang folikel rambut pada kumis juga bisa terjadi.

Gambar 2. Dermatitis seboroik pada wajah

Selain tempat-tempat tersebut dermatitis seboroik juga dapat mengenai liang telinga luar,

lipatan nasolabial, daerah sterna, areola mamae, lipatan di bawah mamae pada wanita,

interskapular, umbilicus, lipat paha, dan daerah anogenital. Pada daerah pipi, hidung, dan dahi,

kelainan dapat berupa papul-papul.

Page 7: Dermatiticsdcsws Seboroik 1

Gambar 3. Dermatitis seboroik pada lipatan nasolabial pipi, alis mata, dan hidung.

Pada telinga, dermatitis seboroik sering disalahartikan dengan radang daun telinga ayng

disebabkan oleh jamur (otomikosis). Disana terdapat kulit terkelupas pada lubang telinga, dan

disekitar meatus auditivus, dan depan daun telinga. Pada daerah ini kulit biasanya berubah

menjadi kemerahan, dengan lubang-lubang dan bengkak. Eksudasi serosa, pembengkakan pada

telinga dan daerah sekitarnya. Pemberian tetes cortipsorin otic, berisi polymyxin B-

hydrocortisone, 4 tetes pada saluran telinga, biasanya untuk membersihkan. Tridesilon Otic

lotion, 0,5 persen desonide dan 2 persen asam asetat, juga efektif.

Page 8: Dermatiticsdcsws Seboroik 1

Gambar 4. Dermatitis seboroik pada telinga

Dermatitis seboroik pada wajah juga bisa berbentuk erupsi popular pada pipi, hidung dan

dahi. Kemerahan yang tampakpada area alar-malar disebut dyssebacea. Sodium sulfacetamide,

bisa digunakan pada 10% krim yang cocok diantaranya desonide (Tridesilon), hamper menajdi

pengobatan yang spesifik untuk dyssebacea.

Pada bibir dan mukosa tidak biasanya terkena, tapi kadang-kadang terdapat perubahan

pada bibir, yang disebut cheilits exfoliativa. Tampak bibir berwarna merha terang, kering,

terkelupas, dan berlobang.

Dermatitis seboroik biasa pada lipat paha dan bokong, dimana terlihat seperti kurap,

psoariasis, atau jamuran. Garinya terlihat seperti kulit terkelupas pada keduanya dan simetris.

Pada lokasi ini lobang-lobang dapat ditemukan dan mungkin juga terdapat garis psoariformis

dengan kulit kering pada beberapa kasus.

Dermatitis seboroik dapat bersama-sama dengan akne yang berat. Jika meluas dapat

menjadi eritroderma, pada bayi disebut penyakit Leiner.

Gambaran klinis dan perjalanan penyakit dari dermatitis seboroik berbeda pada bayi dan

orang dewasa.

Page 9: Dermatiticsdcsws Seboroik 1

A. Dermatitis seboroik pada bayi (usia 2 minggu – 10 minggu) 3

Penyakit ini terjadi pada bayi didominasi pada bulan-bulan pertama kehidupan sebagai

penyakit inflamasi yang terutama mempengaruhi rambut dan kulit kepala dengan lipatan

intertriginosa berminyak yang disertai sisik dan kerak. Daerah lainnya seperti wajah,

dada, dan leher juga dapat terpengaruh.

1. Pada kepala (kulit kepala daerah frontal dan parietal) khas disebut cradle crap, dengan

krusta tebal, pecah-pecah dan berminyak tanpa ada dasar kemerahan dan kurang /

tidak gatal

2. Pada lokasi lain seperti lipatan belakang telinga, pinna telinga, dan leher, lesi tampak

kemerahan atau merah kekuningan yang tertutup dengan skuama yang berminyak,

kurang / tidak gatal.

Perjalanan penyakit ini pada bayi biasanya berlanjut mingguan sampai bulanan.

Kekambuhan jarang terjadi. Dan prognosis penyakit ini pada bayi adalah baik.

Differensial diagnosis dari dermatitis seboroik pada bayi termasuk didalamnya dermatitis

atopik (yang biasanya dimulai setelah bulan ketiga kehidupan), psoriasis pada bayi baru

lahir, penyakit yang jarang seperti skabies dan histiositosis X. Yang paling baik untuk

membedakan ciri antara dermatitis atopik dengan dermatitis seboroik adalah

Erythroderma desquamativum (Leiner’s disease) 3

Komplikasi dari dermatitis pada bayi ini pertama kali dijelaskan oleh Leiner pada tahun

1908 dimana waktu itu penyakit ini ditemukan pada bayi yang baru lahir dan pada saat

perwatan di rumah sakit dari umur bayi 6 sapai 20 minggu yang terlihat sebagai

dermatitis exfoliativa pada seluruh tubuh dengan tanda kemerahan dan kulit yang

terkelupas, biasanya sama seperti beberapa type dari dermatitis seboroik.

Penyakit ini biasanya dimulai dari bagian sekitar anus dan daerah ketiak, lalu terlihat

kulit terkelupas, area intertriginosa, leher, dan ekstremitas. Awal mulanya ditemukan

infalmasi kemerahan yang menyebar, yang meliputi seluruh tubuh. Semakin lama kulit

akan diliputi tumpukan kulit kering yang berwarna putih keabu-abuan. Pada faktanya,

Page 10: Dermatiticsdcsws Seboroik 1

dalam proses yang terjadi akan terjadi exfoliasi umum, dan penipisan dari kulit. Kulit

kepala selalu terlihat krusta tipis dan kulit yang hancur. Terdapat pembesaran kelenjar.

Menyerang pada bayi yang baru lahir yang kebanyakan ditemukan pada masyarakat yang

miskin. Diare, muntah, dan infeksi berkelanjutan pasti akan terjadi.

Gambar 4. Erythroderma desquamativum pada neonatus berusia 6 minggu

Gambar 5. Penyakit Leiner

Page 11: Dermatiticsdcsws Seboroik 1

B. Dermatitis seboroik pada dewasa (pada usia pubertas, rata-rata pada usia 18-40 tahun,

dapat pada usia tua) 3

Gambaran klinis dan perjalanan dari penyakit ini berbeda antara remaja dan bayi.

1. Umumnya gatal

2. Pada area seboroik berupa makula atau plakat, folikular, perifolikular, atau papulae,

kemerahan atau kekuningan, dengan derajat ringan sampai berat, inflamasi, skuama

dan krusta tipis sampai tebal yang kering, basah atau berminyak.

3. Bersifat kronis dan mudah kambuh, sering berkaitan dengan kelelahanm stress, atau

paparan sinar matahari.

Perjalanan penyakit biasanya berlangsung dalam waktu yang lama. Periode perbaikan

pada musim panas dan kambuh kembali pada musim dingin. Pembesaran lesi dapat

terjadi sebagai akibat dari perubahan musim terutama efek dari paparan sinar matahari.

Diagnosis banding

Gambaran klinis yang khas pada dermatitis seboroik ialah skuama yang berminyak dan

kekuningan dan berlokasi di tempat-tempat seboroik.

Psoariasis berbeda dengan dermatitis seboroik karena terdapat skuama-skuama yang

berlapis-lapis, disertai tanda tetesan lilin dan Auspitz. Tempat predileksinya juga berbeda. Jika

psoariasis mengenai scalp dibedakan dengan dermatitis seboroik Perbedaannya ialah skuamanya

lebih tebal dan putih seperti mika, kelaianan kulit juga pada perbatasan wajah dan scalp dan

tempat-tempat lain sesuai dengan tempat predileksinya. Psoariasis inversa yang mengenai daerah

fleksor juga dapat menyerupai dermatitis seboroik.

Pada lipatan paha dan perianal dapat menyerupai kandidosis. Pada kandidosis terdapat

eritema berwarna merah cerah berbatas tegas dengan satelit-satelit di sekitarnya.

Page 12: Dermatiticsdcsws Seboroik 1

Dermatitis seboroik yang menyerang saluran telinga luar mirip otomikiosis dan otitis

eksterna. Pada otomikosis akan terlihat elemen jamur pada sediaan langsung. Otitis eksterna

menyebabkan tanda-tanda radang, jika kaut terdapat pus.

Diffrensial diagnosis dari penyakit ini beragam di setiap tempatnya.

Kepala : dandruff, psoriasis, dermatitis atopic, impetigo

Saluran telinga : psoriasis atau dermatitis kontak, irritant atau alergi

Wajah : rosacea, dermatitis kontak, psoriasis, impetigo

Dada dan punggung : pityriasis versicolor, pityriasis rosea, psoriasis

Kelopak mata : dermatitis atopic, psoriasis, demodex folliculorum (demodicosis)

Daerah intertriginosa : psoriasis dan candidiasis

Pengobatan

Kasus-kasus yang telah mempunyai faktor konstitusi agak sukar disembuhkan, meskipun

penyakitnya dapat terkontrol. Faktor predisposisi hendaknya diperhatikan, misalnya stres

emosional dan kurang tidur. Mengenai diet, dianjurkan miskin lemak.

Pada Bayi 3

1. Kulit kepala

Pengobatan terdiri dari 3-5% asam salisilat dalam minyak zaitun atau air, diaplikasikan

emollientngan glukokortikosteroid dalam cream atau lotion selama beberapa hari, sampo bayi,

perawatan kulit yang teratur dengan emollient, cream, dan pasta.

2. Area intertriginosa

Pengobatan meliputi lotion pengering, seperti 0,2-0,5 % clioquinol dalam zinc lotion atau zinc

oil. Pada kandidiasis lotion atau cream nistatin atau amphotericin B dapat dicampur dengan pasta

lembut.

Page 13: Dermatiticsdcsws Seboroik 1

Pada dewasa

1. kulit kepala

Dianjurkan sampo yang mengandung selenium sulfide, imidazoles, zinc pyrithion, benzoyl

peroxide, asam salisilat, tar atau deterjen. Keraknya dapat diperbaiki dengan pemberian

glucocorticosteroid pada malam hari, atau asam salisilat dalam larutan air. Tinctura, larutan

alkohol, tonik rambut, dan produk sejenis biasanya memicu terjadinya inflamasi dan harus

dihindari.3

2. Wajah dan badan

Pasien harus menghindari salep berminyak dan mengurangi penggunaan sabun. Larutan alkohol,

penggunaan lotion sebelum dan sesudah cukur tidak dianjurkan. Glucocorticosteroid dosis

rendah (hydrocortison) cepat membantu pengobatan penyakit ini, penggunaan yang tidak

terkontrol akan menyebabkan dermatitis steroid, rebound phenomenon steroid, steroid rosacea

dan dermatitis perioral.3

Dermatitis seboroik adalah salah satu manifestasi klinis yang sering terjadi pada pasien dengan

AIDS. Sehingga merupakan salah satu lesi tanda dan harus lebih hati-hati dalam menangani

pasien dengan resiko tinggi.

3. Antifungal

Pengobatan antifungal seperti imidazole dapat memberikan hasil yang baik. Biasanya digunakan

2 % dalam sampo dan cream. Dalam pengujian yang berbeda menunjukkan 75-95 % terdapat

perbaikan. Dalam percobaan ini hanya ketokonazol dan itakonazol yang dipelajari, imidazole

yang lain seperti econazole, clotrimazol, miconazol, oksikonazol, isokonazol, siklopiroxolamin

mungkin juga efektif. Imidazol seperti obat antifungal lainnya, memiliki spektrum yang luas, anti

inflamasi dan menghambat sintesis dari sel lemak.3

4. Metronidazole

Metronidazol topikal dapat berguna sebagai pengobatan alternatif untuk dermatitis seboroik.

Metronidazol telah berhasil digunakan pada pasien dengan rosacea. Tidak ada studi yang formal,

Page 14: Dermatiticsdcsws Seboroik 1

dan obat ini hanya terdaftar sebagai pengobatan untuk rosacea. Rekomendasi ini berdasarkan

pengalaman pribadi.3

Pengobatan sistemik

Kortikosteroid digunakan pada bentuk yang berat, dosis prednisone 20-30 mg sehari. Jika

telah ada perbaiakn, dosis diturunkan perlahan-lahan. Kalau disertai infeksi sekunder diberi

antibiotic.

Isotretinoin dapat digunakan pada kasus yang rekalsitran. Efeknya mengurangi aktivitas

kelenjar sebasea. Ukuran kelenjar tersebut dapat dikurangi sampai 90%, akibatnya terjadi

pengurangan produksi sebum. Dosinya 0,1-0,3 mg per kg berat badan per hari, perbaikan tapmak

setelah 4 minggu. Sesudah itu diberikan dosis pemeliharaan 5-10 mg per hari selama beberapa

tahun yang ternayta efektif untuk mengontrol penyakitnya.

Pada D.S. yang parah juga dapat diobati dengan narrow band UVB (TL-01) yang cukup

aman dan efektif. Setelah pemberian terapi 3 x seminggu selama 8 minggu, sebagian besar

penderita mengalami perbaikan.

Bila pada sediaan langsung terdapat P. ovale yang banyak dapat diberikan ketokonazol,

dosisnya 200 mg per hari.

Pengobatan topical

Pada pitiriasis sika dan oleosa, seminggu 2 – 3 kali scalp dikeramasi selama 5 – 15 menit,

misalnya dengan selenium sufida (selsun). Jika terdapat skuama dan krusta diberi emolien,

misalnya krim urea 10%. Obat lain yang dapat dipakai untuk D.S. ialah :

- ter, misalnya likuor karbonas detergens 2-5% atau krim pragmatar

- resorsin 1-3%

- sulfur praesipitatum 4 – 20%, dapat digabung dengan asam salisilat 3 - 6%

- Kortikostreroid, misalnya krim hidrokortison 2½ %. Pada kasus dengan inflamasi yang

berat dapat dipakai kostikosteroid yang lebih kuat, misalnya betametason valerat, asalkan

jangan dipakai terlalu lama karena efek sampingnya.

Page 15: Dermatiticsdcsws Seboroik 1

- Krim ketokonasol 2% dapat diaplikasikan, bila pada sediaan langsung terdapat banyak P.

ovale.

Obat-obat tersebut sebaiknya diapakai dalam krim.

Prognosis

Seperti telah dijelaskan pada sebagian kasus yang mempunyai factor konstitusi penyakit ini agak

sukar disembuhkan, meskipun terkontrol.2

Edukasi Pasien

1. Ajari pasien tentang pengendalian daripada pengobatan dermatitis seboroik

2. Tekankan tentang pentingnya membiarkan sampo medikasi sedikitnya 5-10 menit

sebelum membilas

3. Ajarib tentang menggunakan kortikosteroid topikal seperlunya untuk mengendalikan

eritema, skuama, atau rasa gatal.

Page 16: Dermatiticsdcsws Seboroik 1

DAFTAR PUSTAKA

1. Juanda A, Dermatosis eritroskuamosa. Dalam Juanda A, Hamzah M, Aisah S, Ilmu

penyakit kulit dan kelamin. Edisi keempat. Cetakan kedua. Jakarta : Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia ; 2005 : 200-2

2. Plewig G. Seborrheic dermatitis. In Fitzpatrick TB, Eisen AZ, Wolff K, Freedberg IM,

Austen KF. Dermatology in general medicine. Volume 1. Fourth edition. United States of

America : Mc Grow Hill ; 1993 : 1569-73

3. Champion RH, Burton JL, Ebling FJG. Seborrhoic dermatitis. Textbook of dermatology.

Volume 1. Fifth edition. Oxford : Blackwell Scientific Publications ; 1992 : 545-51

4. Goldstein BG, Goldstein AO. Dalam Dematologi praktis. Cetakan pertama. Jakarta :

Hipokrates ; 1998 : 188-90

5. Barakbah J, Pohan SS, Sukanto H, Martodihardjo S, Agusni I, Lumintang H, et al.

Dermatitis seboroik. Atlas penyakit kulit dan kelamin. Cetakan ketiga. Surabaya :

Airlangga University Press ; 2007 : 112-6

6. Arnold HL, Odom RB, James WD. Seborrheic dermatitis. Diseases of the skin. Eighth

edition. Philadelphia : WB Saunders Company ; 1990 : 194-98

7. Reeves JRT, Maibach H. Dermatitis seboroika. Atlas dermatologi klinik. Cetakan

pertama. Jakarta : Hipokrates ; 1990 : 1-3

8. Clark AF, Hopkins TT. Dermatitis seboroik. In Moscella SL, Hurley HJ, Dermatology,

third edition. Fourth edition. United states of america : WB Saunders Company ; 1992 :

465-72

Page 17: Dermatiticsdcsws Seboroik 1