DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS...

12
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO BANDUNG Sari Kepustakaan : Tatalaksana Sphenoid Wing Meningioma Penyaji : Drasthya Zarisha Pembimbing : DR. dr. R. Angga Kartiwa, SpM(K)., Mkes Telah Diperiksa dan Disetujui oleh Pembimbing DR. dr. R. Angga Kartiwa, SpM(K)., Mkes Rabu, 8 Januari 2020 07.30

Transcript of DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS...

Page 1: DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/01/...1 I. Pendahuluan Sphenoid Wing Meningioma merupakan jenis meningioma pada tulang

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO

BANDUNG

Sari Kepustakaan : Tatalaksana Sphenoid Wing Meningioma

Penyaji : Drasthya Zarisha

Pembimbing : DR. dr. R. Angga Kartiwa, SpM(K)., Mkes

Telah Diperiksa dan Disetujui oleh

Pembimbing

DR. dr. R. Angga Kartiwa, SpM(K)., Mkes

Rabu, 8 Januari 2020

07.30

Page 2: DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/01/...1 I. Pendahuluan Sphenoid Wing Meningioma merupakan jenis meningioma pada tulang

1

I. Pendahuluan

Sphenoid Wing Meningioma merupakan jenis meningioma pada tulang

sfenoid yang membentuk dasar tulang tengkorak bagian anterior. Insidensi

kasus sphenoid wing meningioma adalah 40% dari total seluruh meningioma

intracranial dengan prevalensi pada wanita lebih banyak dibandingkan pada

pria. Sphenoid wing adalah lokasi tersering ketiga tempat terjadinya

meningioma intrakranial. Meningioma adalah tumor yang tumbuh perlahan

dari sel meningoepitel arakhnoid luar. 1,2

Kasus sphenoid wing meningioma dapat bergejala maupun tidak bergejala,

dan gejala maupun tanda yang menjadi keluhan utama dapat bervariasi.

Diagnosis dapat ditegakkan melalui pengambilan riwayat kesehatan,

pemeriksaan fisik serta beberapa modalitas pemeriksaan penunjang.

Manajemen yang tersedia dimulai dari non invasif hingga invasif dan

definitive. Sari kepustakaan ini akan membahas mengenai tatalaksana pada

kasus sphenoid wing meningioma.

II. Anatomi Dinding Orbita & Tulang Sfenoid

Orbita terdiri atas rongga tulang yang berisi bola mata, otot ekstraokuler,

saraf, lemak dan pembuluh darah. Dinding orbita dibentuk oleh 7 tulang yaitu

ethmoid, frontal, lakrimal, maksilla, palatine, sfenoid dan zigoma. Tujuh tulang

ini membentuk 4 dinding orbita. Tulang sfenoid terutama membentuk dinding

lateral dari orbita yaitu bagian greater wing of sphenoid, sementara lesser wing

membentuk dinding medial dari orbita terutama di bagian kanalis optik.3,4

Tulang sfenoid memiliki empat bagian utama yakni badan tulang, greater

wing, lesser wing dan prosesus pterygoid. Permukaan superior dari badan

tulang sfenoid membentuk bagian tengah dari permukaan lantai intracranial.

Bagian greater wing bersifat kuat dan membentuk dinding lateral orbita.

Rongga diantara greater dan lesser wing membentuk fisura orbita superior. Sisi

superior dari greater wing membentuk sebagian dari fossa kranial tengah, dan

berbentuk konkaf agar dapat mengakomodasi tulang temporal yang melekat.3,5

Page 3: DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/01/...1 I. Pendahuluan Sphenoid Wing Meningioma merupakan jenis meningioma pada tulang

2

10

Sumber: Jordan et al5

Gambar 2.1 (A) Tulang yang membentuk apeks orbita (B) Dinding orbita sisi lateral

Pada bagian anteriornya terdapat foramen rotundum yang merupakan tempat

berjalannya saraf kranial V bagian maksila, di sisi posterior dan lateral terdapat

foramen ovale tempat berjalannya saraf kranial V bagian mandibular. Lesser wing

menyokong sebagian lobus frontalis dan membentuk daerah posterior dari atap

orbita, sementara daeah anterior nya berartikulasi dengan tulang frontal dan

membentuk prosesus klinoid anterior. Lesser wing merupakan tempat bagi

foramen optik dan kanalis optik.3,5

Gambar 2.2 Anatomi tulang sfenoid tampak anterior

Kanalis Optik

Foramen Ethmoid Posterior

Foramen Ethmoid Anterior

Tulang ethmoid

Optic strut

Tulang Maksilla

maxilla

Tulang Frontal

Tulang Sphenoid

(lesser wing)

Tulang Sphenoid

(greater wing)

Fissura Orbital Superior

Foramen Rotundum

Fissura Orbital Inferior

Tulang Frontal

Sinus Frontal

Foramen Zigomatikotemporal

Lateral orbital tubercle of

Whitnall

Tulang Zigoma

Foramen Zigomatikofasial

ZiFrontal

Fissura Orbital Inferior

Tulang Maksilla

maxilla Sinus Maksilla

Tulang Sphenoid

(greater wing)

Fissura Orbita Superior

Kanalis Optik

Prosesus Klinoid Anterior

Sinus Sfenoid

Fossa Pterygopalatine

A

B

Sumber: Cantor et al3

Fissura Orbita Superior

Sinus

Sfenoid

Permukaan Temporal

Permukaan Orbita

Permukaan Nasal

Plat Lateral Pterygoid

Kanal Pterygoid

Fossa Pterygopalatina Sphenoidal crest

Foramen

Optik

Page 4: DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/01/...1 I. Pendahuluan Sphenoid Wing Meningioma merupakan jenis meningioma pada tulang

3

10

III. Sphenoid Wing Meningioma

3.1 Definisi dan Klasifikasi

Pembagian berdasarkan morfologi dari meningioma adalah globoid dan en

plaque. Meningioma globoid berbentuk noduler sementara en plaque

berbentuk datar dan menutupi ridge dari tulang sfenoid. Meningioma dapat

tumbuh dan berkembang pada ketiga lapisan meninges. Meningioma pada

sphenoid wing dibagi oleh Cushing dan Eisenhardt menjadi: medial, middle

dan lateral. Meningioma medial merepresentasikan segmen sphenoid wing

yang paling dekat dengan prosesus klinoid anterior, bagian middle

menggambarkan daerah medial menuju lateral sementara bagian lateral

menggambarkan daerah anterior menuju posterior. 1,5,6

Gambar 3.1 Gambar skematik letak munculnya sphenoid wing meningioma

Sumber: Sughrue, M et al7

Pembagian lain dilakukan oleh Bonnal dan Brotchi, sphenoid wing

meningioma dibagi menjadi 5 kelompok berdasarkan lokasi yang spesifik

menimbulkan kemungkinan masalah pada proses pembedahan yaitu: klinoidal

atau sfenokavernosa, invading en plaque, invading en mass, middle ridge dan

pterional. Klasifikasi World Health Organization pada tahun 2016 membagi

meningioma menjadi tiga kelas keganasan berdasarkan morfologi. Kelas I

terdiri atas massa tumor jinak dan mayoritas kasus berada pada kelas ini

dengan rerata rekurensi yang rendah (7-25%). Kelas II atau kategori menengah

dengan rerata rekuensi kasus yang meningkat (29-52%) sehingga menurunkan

Page 5: DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/01/...1 I. Pendahuluan Sphenoid Wing Meningioma merupakan jenis meningioma pada tulang

4

10

angka keselamatan dan kelas III yaitu meningioma dengan tingkat keganasan

yang tinggi, meningkatkan resiko metastasis yang jauh, rekurensi yang tinggi

(50-94%) hingga menurunkan angka keselamatan pasien.5,6,8

Tabel 3 Derajat Klasifikasi Meningioma berdasarkan WHO9

Derajat I Derajat II Derajat III Varian Lain

Meningiothelial Clear Cell Rhabdoid Giant Cell

Fibrosis (fibroblastik) Kordoid Papillary Meningioma

dengan inklusi

eosinofilik

intrasitoplasma

Transisional (mixed) Atipikal Anaplastik

(Maligna)

Sclerosing

Psammomatosa Onkositik

Angiomatosa

Mikrokistik

Sekretori

Limphoplasmocyte-rich

Metaplastik

3.2 Etiologi, Patogenesis dan Faktor Resiko

Kelainan genetik yang ditemukan pada meningioma adalah monosomy 22

dan mutasi inaktivasi dari neurofibromatosis tipe ke-2 (NF2). Meningioma

muncul dari dua jenis sel villi pada sel arachnoid dan sel pada dura mater. Dan

tumor ini tergolong tumor jinak dan memiliki vaskularisasi yang cukup

banyak. Vaskularisasi yang banyak akan menyokong pertumbuhan

meningioma menjadi lebih besar, proses ini membutuhkan ketersediaan

vascular endothelial growth factors. NF2 adalah tumor suppressor gene dan

mutasi pada gen ini terjadi pada 60% meningioma.1,9

Kode yang dihasilkan oleh NF2 adalah protein Merlin (Moesin-erzin-

radixin-like protein), yang menghubungkan antara aktin filamen dan antar-

protein membrane sel. Hubungan ini pada akhirnya akan menghambat

pertumbuhan sel, maka mutasi pada gen NF2 akan mengganggu proses supresi

Page 6: DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/01/...1 I. Pendahuluan Sphenoid Wing Meningioma merupakan jenis meningioma pada tulang

5

10

pertumbuhan serta terjadi reorganisasi dari komponen sitoskeletal pada sel.

Beberapa faktor pertumbuhan yang juga ditemukan pada meningioma adalah

platelet derived growth factor B dan reseptornya.9

Meningioma seringkali bersifat sporadik dan ditemukan beberapa faktor

resiko eksogen yang mungkin ikut memengaruhi tumbuhnya massa tumor ini.

Radiasi ion yang bersifat moderat hingga dosis tinggi merupakan salah satu

faktor resiko terjadinya meningioma seperti yang diteliti pada USA dan British

Childhood Cancer Survivor Study, ditemukan bahwa dosis radiasi yang

diterima berbanding linier dengan munculnya meningioma. Insidensi

meningioma juga terjadi dua kali lipat lebih banyak pada wanita dibandingkan

dengan pria, reseptor progesterone dan estrogen seringkali ditemukan pada

meningioma. Estrogen pada wanita memodulasi proliferasi dan mempercepat

siklus sel melalui mekanisme transkripsi, selain itu hormone ini juga

menstimulasi pertumbuhan tumor dan mencegah adanya apoptosis. Sindroma

metabolic dan obesitas juga ditemukan adanya peningkatan resiko untuk pasien

mengidap meningioma. 7

3.3 Tanda dan Gejala Klinis

Manifestasi okuler pada kasus sphenoid wing meningioma bergantung pada

lokasi munculnya tumor primer. Kasus meningioma dari rongga intrakranial

meluas menuju rongga orbita lalu mendesak ke fisura orbita superior, sinus

kavernosa, sella tursika, selubung saraf optik, sphenoid wing dan ceruk

olfaktori dapat menimbulkan gejala seperti benjolan yang timbul pada bola

mata maupun fossa temporal, dan bermakna secara oftalmologis. Tanda klinis

yang dapat dinilai antara lain proptosis, edema pada kelopak mata, kemosis dan

gangguan gerak bola mata hingga ptosis. Tumor yang meluas hingga daerah

sella tursika atau saraf optik dapat menyebabkan gangguan lapang pandang,

edema pada diskus optik atau atrofi optik. 1,5,6

Meningioma yang tumbuh pada sphenoid wing dapat menyebar ke arah

medial dan mendesak ke dalam dinding sinus kavernosa lalu ke arah bola mata

dan ke arah dinding tulang temporal. Pertumbuhan tumor ke arah inner wing

Page 7: DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/01/...1 I. Pendahuluan Sphenoid Wing Meningioma merupakan jenis meningioma pada tulang

6

Gambar 3.2 Gambaran hiperostosis Sphenoid Wing Meningioma

pada CT- Scan

Sumber: Fogh SE et al12

dan bola mata akan menimbulkan gejala secara langsung terhadap saraf optic.

Gejala dan tanda yang timbul antara lain penurunan visus, kehilangan

kemampuan melihat warna hingga adanya defek aferen pupil. Massa yang

mendesak pada sinus kavernosa pun juga dapat menekan saraf kranial lainnya

misalnya okulomotor, troklear, abdusens dan trigerminal), serabut saraf

simpatis dan sirkulasi sistem vena. Penelitian yang dilakukan oleh Guduk et al

menemukan adanya 26 pasien mengalami penurunan visus dan 16 pasien

mengalami proptosis dari total 141 kasus sphenoid wing meningioma yang

dioperasi. 2,10

3.4 Diagnosis

Sphenoid wing meningioma tumbuh secara perlahan dan memiliki

kecenderungan untuk berkembang mengelilingi suatu struktur dan

menyebabkan kompresi, tumor ini jarang menyebabkan invasi ke dalam

struktur. Gambaran sphenoid wing meningioma menunjukkan adanya massa

tumor yang tebal, memiliki pencitraan homogen jika dibandingkan dengan

struktur yang berada di sekitarnya. Pada pencitraan menggunakan CT-Scan,

tumor ini memiliki gambaran iso atau hiperdens dibandingkan jaringan

sekitarnya, serta menunjukkan adanya penyengatan yang homogen dan intens

setelah diberikan kontras. Sphenoid wing meningioma juga menunjukkan

adanya hyperostosis dan kalsifikasi yang dapat terlihat menggunakan modalitas

CT atau MRI. Gambaran khas lain yang ditemukan adalah adanya ekstensi dari

dura atau yang dikenal sebagai dural tail, ciri khas ini membedakan

meningioma dari displasia fibrosa. 1,9, 12

Page 8: DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/01/...1 I. Pendahuluan Sphenoid Wing Meningioma merupakan jenis meningioma pada tulang

7

10

IV. Tatalaksana Sphenoid Wing Meningioma

Konsep tatalaksana untuk sphenoid wing meningioma adalah membuat

pasien berfungsi secara normal dan menyediakan adanya perbaikkan jangka

panjang serta mencegah adanya pertumbuhan yang meluas dari massa tumor

intrakranial. Tahapan yang dapat dilakukan yaitu observasi, pembedahan,

terapi radiasi dan kemoterapi. Lima faktor yang memengaruhi keputusan

tatalaksana pada kasus meningioma antara lain keuntungan dilakukannya

operasi, resiko prosedur operasi, karakteristik biologis dari massa tumor, gejala

dan tanda yang dihasilkan tumor serta preferensi pasien. Meningioma dengan

batas yang jelas dapat dipertimbangkan untuk dilakukan eksisi luas, dengan

tujuan utama mengurangi gejala dan tanda yang dimunculkan oleh lesi

tumor.1,10,11

Observasi biasanya dilakukan pada pasien yang asimtomatis dan berukuran

kecil. Observasi ketat terdiri atas pemeriksaan radiologi berkala serta kontrol

terkait ada atau tidaknya gejala terutama pada pasien usia muda karena

kemungkinan pertumbuhan tumor yang lebih cepat. Pembedahan merupakan

tatalaksana definitif untuk kasus ini, meskipun operasi pada meningioma

tergolong sulit karena pola pertumbuhan tumor yang dapat menyebar hingga ke

intrakranial, intraoseosa dan intraorbita. Pola pertumbuhan ini seringkali

menyebabkan adanya jarak tumor yang dekat dengan saraf maupun arteri

besar. Operasi dapat berguna untuk mengangkat lesi dengan segera,

mengurangi efek desakkan dari massa intrakranial dan pengambilan jaringan

yang cukup untuk penegakkan diagnosis. Jenis operasi yang direncanakan pada

pasien dengan sphenoid wing meningioma bervariasi tergantung pendekatan

pada lokasi tumor tersebut. Keterlibatan sinus kavernosa pada pertumbuhan

sphenoid wing meningioma yang ekstensif merupakan salah satu parameter

scoring yang menentukan berapa luas reseksi dilakukan. 1,5,10,11,12

Meningioma sphenoid wing lateral dapat dioperasi dengan tujuan

mengangkat seluruh massa tumor dan eksisi hingga batas aman. Tumor pada

sisi lateral dengan ukuran yang cukup besar dan melingkupi superior orbital

Page 9: DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/01/...1 I. Pendahuluan Sphenoid Wing Meningioma merupakan jenis meningioma pada tulang

8

10

fisura atau sinus kavernosa membutuhkan pembedahan. Massa akan didekati

melalui flap tulang frontotemporal untuk melakukan eksisi pada dura,

kemudian pterion akan dibor kemudian akan dilakukan kontrol pada suplai

darah utama tumor melalui cabang dural dan pterional dari arteri karotid

meningeal. Pendekatan operasi dilakukan pada daerah frontotemporal di sisi

lateral, dilakukan dekompresi internal kemudian dilakukan diseksi secara

berhati-hati pada massa tumor. Pemisahan arteri middle cerebral dan cabang-

cabang mayor nya untuk dilakukan identifikasi, koagulasi dan membagi

pembuluh darah yang memberi suplai pada tumor. 7,15

Meningioma pada sisi medial sphenoid wing dapat ditatalaksana dengan

kraniotomi pterional standar diikuti dengan dekompresi internal. Klinoidektomi

ekstradural dapat dilakukan dengan membuka kanalis optic dan mengurangi

kompresi ketika tumor sudah menekan saraf optik atau kiasma. Pada beberapa

kasus meningioma medial dapat meluas ke sinus kavernosa, sehingga lapisan

luar dari sinus kavernosa dapat direseksi. Pengangkatan massa tumor dapat

dilanjutkan dengan radioterapi pasca pembedahan untuk membersihkan sisa

massa tumor. Meningioma yang melibatkan spheno-orbita dapat menggunakan

pendekatan pterional dan frontotemporal dan/ orbitozigoma. Tumor yang

menginfiltrasi tulang dapat dibuang, dilakukan reseksi pada prosesus klinoid

anterior serta dapat dilakukan unroofing dari kanalis optic secara ekstradural.

Pada kebanyakan kasus tumor melibatkan sisi superior dan atau lateral dari

orbita, jika terdapat keterlibatan otot maka hanya bagian eksofitik nya yang

akan direseksi. Tumor yang mengenai annulus of Zinn, apeks Orbita dan fisura

orbita superior tidak diambil dengan agresif.7,15

Radioterapi juga merupakan salah satu modalitas terapi untuk sphenoid

wing meningioma, terapi ini dapat dimodifikasi untuk mengobati perseorangan

(individualized) dan dapat dikombinasikan dengan pembedahan untuk hasil

yang lebih baik. Beberapa jenis radioterapi yang digunakan untuk kasus ini

antara lain stereostatic radiosurgery, fractionated stereotactic radiotherapy

(FSRT), intensity stereotatic radiotherapy dan radioterapi partikel yang dikenal

sebagai “Proton Beam”. Pada radioterapi jenis stereotatic, semua radiasi

Page 10: DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/01/...1 I. Pendahuluan Sphenoid Wing Meningioma merupakan jenis meningioma pada tulang

9

10

diberikan pada tumor pada satu kali fraksi sementara pada FSRT dan IMRT

dosis radioterapi dibagi ke dalam beberapa fraksi. Jenis radioterapi IMRT

dapat mengakomodir tumor yang berukuran lebih besar dengan kompleksitas

bentuk yang tinggi, radioterapi jenis ini dapat memaksimalkan kemampuan

radiasi hingga ke tepi dari tumor dan meminimalisir kerusakan pada struktur

normal yang berada di sekitar tumor.1,11

Terapi radiasi merupakan salah satu alternatif tatalaksana apabila pasien

bukan merupakan kandidat yang baik untuk menjalani reseksi tumor melalui

pembedahan dasar tengkorak. Radiasi FSRT atau IMRT memiliki kekurangan

dapat merusak struktur yang sensitif terhadap radiasi misalnya kiasma optic

atau saraf optik. Tatalaksana alternatif yang juga dapat digunakan untuk

mengobati meningioma adalah kemoterapi. Kasus meningioma yang

ditatalaksana dengan kemoterapi adalah kasus yang bersifat progresif, rekuren

atau tidak dapat dioperasi. Agen sitotoksik yang digunakan antara lain

mifepristone dan agen sitotoksik tipikal.1,9,11

V. Simpulan

Tatalaksana sphenoid wing meningioma bervariasi mulai dari tindakan non

invasif seperti observasi ketat hingga invasif dan definitif seperti reseksi

melalui pembedahan. Penanganan kasus dilakukan secara personal dan kasus

per kasus sehingga tidak ada manajemen pilihan yang terbaik yang dapat

disamakan untuk semua kasus. Kasus yang bersifat asimtomatis atau penemuan

lesi yang kecil dapat ditatalaksana dengan observasi ketat sementara lesi yang

lebih besar dan menyebabkan gejala dan tanda yang mengganggu harus

diterapi dengan pilihan terapi yang lebih invasif seperti pembedahan,

kemoterapi atau radioterapi.

Page 11: DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/01/...1 I. Pendahuluan Sphenoid Wing Meningioma merupakan jenis meningioma pada tulang

10

10

DAFTAR PUSTAKA

1. Downes KM, Peralta RJ, Silkiss RZ, Wendt S. Sphenoid Wing Meningioma

[Internet]. American Academy of Ophthalmology. 2019. Didapatkan dari:

https://eyewiki.aao.org/Sphenoid_Wing_Meningioma

2. Us O, Kaya D. Clinical Presentation of Meningiomas. In: Meningiomas, A

Comprehensive Text. 2010. hal. 165–73.

3. Cantor LB. Orbital Anatomy. In: Oculofacial Plastic and Orbital Surgery. San

Fransisco: American Academy of Ophthalmology; 2019. hal. 25–35.

4. Nikolaenko VP, Astakhov YS, Gaivoronsky I V. Clinical Anatomy of the Orbit

and Periorbital Area. In: Orbital Fractures. Saint-Petersburg: Springer

International Publishing; 2015. hal. 9–12.

5. Jordan DR, Mawn L, Anderson RL. Orbital Bones. In: Surgical Anatomy of the

Ocular Adnexa. Second. New York: Oxford University Press; 2012.

6. Kansu T. Neuroophthalmology of Meningioma. In: Meningiomas, A

Comprehensive Text. 2010. hal. 177–82.

7. Tomasello F, La Torre D, Angileri FF, Conti A, Cardali SM. Sphenoid Wing

Meningiomas. In: Meningiomas of the Skull Base. 2019. hal. 84–90.

8. Sughrue M, Ruthkowski J, Chen J, Shangari G, Kane AJ, Parsa AT. Modern

surgical outcomes following surgery for sphenoid wing meningiomas. J

Neurosurg. 2013;119:86–93.

9. De Caro MDB, Guadagno E, Giangaspero F. Inside the Pathology. In:

Meningiomas of the Skull Base. 2019. hal. 10–6.

10. Anindhita T. Meningioma dan Tumor Meningeal Lainnya. In: Buku Ajar

Neuroonkologi. I. Jakarta: Penerbit Kedokteran Indonesia; 2019. p. 115–29.

11. Guduk M, Ozduman K, Pamir MN. Sphenoid Wing Meningiomas: Surgical

Outcomes in a Series of 141 Cases and Proposal of a Scoring System Predicting

Extent of Resection. World Neurosurg. 2019;1–12.

12. Fogh SE, Johnson DR, Barker FG, Brastianos PK. Case-Based Review:

meningioma. Neuro-Oncology Pract. 2016;3(2):120–134.

13. Alexioua GA, Gogou P, Markoula S, Kyritsis AP. Management of Meningiomas.

Clin Neurol Neurosurg. 2010;112:177–82.

14. Tamura R, Takahashi S, Horikoshi T, Yoshida K. Improvement of long‑term

blindness caused by compression from inner‑third sphenoid wing meningioma

after optic canal decompression: An extremely rare case report. Surg Neurol Int.

2016;7(67):1–4.

15. Simon M, Schramm J. Sphenoid Wing Meningiomas. In: Meningiomas: A

Comprehensive Text. Pennsylvania: Saunders Elsevier; 2010. hal. 427–39.

Page 12: DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/01/...1 I. Pendahuluan Sphenoid Wing Meningioma merupakan jenis meningioma pada tulang

11

10