Dengue Dan Common Cold

16
DENGUE DAN COMMON COLD BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang ISPA adalah suatu penyebab utama kesakitan pada bayi dan anak- anak muda. Walaupun paling sering self-limited dan terbatas pada saluran pernapasan bagian atas, tetapi pada akhirnya akan menimbulkan komplikasi pada saluran pernapasan bagian bawah. Asma, bronchiolitis, atau radang paru paru yang memerlukan perawatan di rumah sakit sering terjadi terutama pada bayi. Sebagai tambahan, beberapa infeksi saluran pernapasan disebabkan virus yang diperoleh pada awal kehidupan mungkin mendorong kearah sakit asma atau penyakit paru-paru kronik lain, salah satunya adalan Common Cold. Infeksi pernapasan akut yang pertama terjadi pada angka median umur 6 bulan ( cakupan, 0.5-12 bulan). Pada bayi yang lebih muda dari 3 bulan mengalami infeksi pernapasan akut yang pertama, hanya rhinovirus, coronavirus, RSV, dan PIVS dideteksi. Terdapat lebih dari separuh jenis virus yang terdeteksi adalah Rhinovirus dan coronaviruses pada bayi yang lebih muda dari 6 bulan ( 24 dari 44, 55%). Distribusi virus lebih banyak pada bayi yang lebih tua. Kebanyakan Infeksi pernapasan akut terjadi pada musim yang dingin: 34 (30%) peristiwa pada musim gugur, 41 ( 37%) pada waktu musim dingin, 26 ( 23%) pada musim semi dan 11 ( 10%) pada musim panas. Walaupun infeksi RSV, HMPV, IV, dan adenovirus terjadi terutama sepanjang musim dingin ( 65%, 50%, dan 86% pada kasus berturut-turut) dan infeksi dengan rhinovirus pada musim gugur ( 46%), distribusi yang musiman

Transcript of Dengue Dan Common Cold

Page 1: Dengue Dan Common Cold

DENGUE DAN COMMON COLD

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

ISPA adalah suatu penyebab utama kesakitan pada bayi dan anak-anak muda. Walaupun paling sering self-limited dan terbatas pada saluran pernapasan bagian atas, tetapi pada akhirnya akan menimbulkan komplikasi pada saluran pernapasan bagian bawah. Asma, bronchiolitis, atau radang paru paru yang memerlukan perawatan di rumah sakit sering terjadi terutama pada bayi. Sebagai tambahan, beberapa infeksi saluran pernapasan disebabkan virus yang diperoleh pada awal kehidupan mungkin mendorong kearah sakit asma atau penyakit paru-paru kronik lain, salah satunya adalan Common Cold.Infeksi pernapasan akut yang pertama terjadi pada angka median umur 6 bulan ( cakupan, 0.5-12 bulan). Pada bayi yang lebih muda dari 3 bulan mengalami infeksi pernapasan akut yang pertama, hanya rhinovirus, coronavirus, RSV, dan PIVS dideteksi. Terdapat lebih dari separuh jenis virus yang terdeteksi adalah Rhinovirus dan coronaviruses pada bayi yang lebih muda dari 6 bulan ( 24 dari 44, 55%). Distribusi virus lebih banyak pada bayi yang lebih tua.Kebanyakan Infeksi pernapasan akut terjadi pada musim yang dingin: 34 (30%) peristiwa pada musim gugur, 41 ( 37%) pada waktu musim dingin, 26 ( 23%) pada musim semi dan 11 ( 10%) pada musim panas. Walaupun infeksi RSV, HMPV, IV, dan adenovirus terjadi terutama sepanjang musim dingin ( 65%, 50%, dan 86% pada kasus berturut-turut) dan infeksi dengan rhinovirus pada musim gugur ( 46%), distribusi yang musiman nampak seragam untuk coronaviruses. PIV-1 dan - 2 infeksi terjadi hanya sepanjang musim gugur dan musim dingin, sedangkan PIV-3 infeksi ditemukan sepanjang tahun. Terdapat lebih dari separuh jenis virus yang terdeteksi adalah Rhinovirus dan coronaviruses selama musim panas dan musim gugur ( 26 dari 43, 61%). 

sedangkan untuk kasus Demam dengue banyak terjangkit di daerah tropis dan subtropis. Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita demam dengue tiap tahun. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena curah hujan di Asia yang sangat tinggi terutama di Asia timur dan selatan ditambah dengan sanitasi lingkungan yang tidak bagus.

WHO memperkirakan lebih dari 500.000 dari 50 juta kasus demam dengue memerlukan perawatan di rumah sakit. Lebih dari 40% penduduk dunia hidup di daerah endemis demam dengue.

Page 2: Dengue Dan Common Cold

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Common cold

Definisi Common cold

Common cold ialah infeksi primer di nasofaring dan hidung yang sering dijumpai pada bayi dan anak. Pada infeksi lebih luas, mencakup daerah sinus paranasal, telinga tengah samping nasofaring disertai demam tinggi.

Common cold atau batuk pilek adalah infeksi primer nasofaring dan hidung yang sering mengenai bayi dan anak. Penyakit ini bisa juga mengenai orang dewasam tetapi berbeda karakteristiknya. Pada bayi dan anak penyakit ini cenderung berlangsung lebih berat karena infeksi mencakup daerah sinus paranasal, telinga tengah dan nasofaring disertai demam yang tinggi, sedangkan pada orang dewasa hanya terbatas dan tidak menimbulkan demam tinggi (Ngastiyah, 1997 : 12).

Etiologi common cold.

Penyakit ini merupakan penyakit virus yang paling sering ditemukan pada manusia. Penyebabnya ialah beberapa jenis virus dan yang paling penting adalah Rhinovorus. Virus-virus lainnya adalah Myxovirus, virus Coxackie dan virus ECHO.

Penyebab penyakit ini adalah virus. Masa menular penyakit ini beberapa jam sebelum gejala timbul sampai 1-2 hari sesudah hilangnya gejala. Komplikasi timbul akibat invasi bakteri invasi sekunder bakteri pathogen seperti pneu mococcus, strepto coccus, haemophilus influenza atau staphilo ccus. Faktor predisposisinya adalah kelelahan, gizi buruk, onemi dan kedinginan serta sering timbul pada waktu pergantian musim (FKUI, 1985 : 604). Penyakit ini sering ditemukan sehari-hari : bila daya tahan tubuh kurang dan adanya kontak dengan penderita.

Patofisiologi Common cold.

Penyakit ini sangat menular dan gejala dapat timbul sebagai akibat tidak adanya kekebalan atau menurunnya daya tahan tubuh (kedinginan, kelelahan, adanya penyakit menahun, dan sebagainya. Faktor predisposisi yang mungkin adalah  kelelahan, gizi buruk, anemia dan kedinginan, walaupun umur bukan faktor yang menentukan daya rentan, namun infeksi sekunder purulen lebih banyak dijumpai pada anak kecil. Penyakit ini lebih sering diderita pada pergantian musim.

Page 3: Dengue Dan Common Cold

Pada stadium prodromal yang berlangsung beberapa jam, didapatkan rasa panas, kering dan gatal di dalam hidung. Kemudian akan timbul bersin berulang-ulang, hidung tersumbat dan ingus encer, yang biasanya disertai dengan demam dan nyeri kepala. Permukaan mukosa hidung tampak merah dan membengkak.

Sumbatan hidung menyebabkan anak bernafas melalui mulut dan anak menjadi gelisah. Pada anak yang lebih besar kadang-kadang didapat rasa nyeri pada otot, pusing dan anoreksia. Kongesti hidung disertai selaput lendir tenggorok yang kering menambah rasa nyeri.

Stadium pertama biasanya terbatas tiga hingga lima hari. Secret hidung mula-mula encer dan banyak, kemudian menjadi mukoid, lebih kental dan lengket. Penyakit dapat berakhir di titik ini. Namun pada kebanyakan pasien, penyakitnya berlanjut ke stadium invasi bakteri sekunder dicirikan oleh suatu rinore purulen, demam dan sering kali sakit tenggorokan. Mukosa yang merah, bengkak dan ditutupi secret mudah diamati intranasal. Sensasi kecap dan bau berkurang. Mengendus dan menghembuskan napas secara berulang menyebabkan kemerahan lubang hidung dan bibir atas. Stadium ini dapat berlangsung hingga dua minggu, sesudahnya pasien akan sembuh tanpa menemui dokter. Dokter biasanya hanya dihubungi bilamana terjadi komplikasi lanjut seperti pneumonia, laryngitis, infeksi telinga tengah atau sinusitis purulen.

Penyebaran flu yang disebabkan oleh berbagai virus terutama melalui infeksi droplets dan bukan karena tertelan. Jadi, infeksi pernapasan secara teoritik dapat dikendalikan dengan isolasi. Namun, masyarakat umum tidak terkesan dengan “flu” sehingga tidak mungkin melarang penderita flu pergi ke sekolah, ke tempat kerja, atau berkumpul dengan banyak orang. Kerentanan terhadap flu sangat bervariasi antar individu. Ada beberapa petunjuk bahwa anak hingga usia lima tahun bersifat lebih rentan. Keadaan seperti paparan udara lembab atau angin dingin dan kelemahan yang sering kali disebut-sebut mempermudah perkembangan gejala flu.

Manifestasi klinis common cold

Gejala klinis : panas, lesu, nyeri kepala, sakit kepala, sakit menelan, pilek dengan ingus encer jernih, hidung tersumbat dan nyeri pada otot. Bila terjadi infeksi sekunder oleh coccus secret menjadi kental dan parilen secret ini sangat mengganggu karena anak menjadi sudah bernafas karena adanya sumbatan secret pada hidung (Ngastiyah, 1992 : 13).

Gejala common cold biasanya adalah pilek, hidung tersumbat, batuk, sakit tenggorokan dan demam (flu like illness). Anak dengancommon cold biasanya disertai hidung meler atau tersumbat dan bersin-bersin. Setelah 3-5 hari sebagian besar gejala akan menghilang dengan segera dan demam biasanya mereda, meskipun kadang demam berlangsung sampai 5 hari. Penyakit flu umumnya akan sembuh sendiri setelah 3-5 hari, tentu jika dibarengi dengan istirahat dan asupan nutrisi yang cukup.

Demam diidentikkan dengan penyakit, sehingga saat demam berhasil diturunkan, orangtua merasa lega karena menganggap penyakit akan segera pergi bersama turunnya panas badan.

Page 4: Dengue Dan Common Cold

Keinginan untuk menenangkan kegelisahan orang tua inilah yang terkadang “memaksa” dokter memberikan obat penurun panas walaupun sebenarnya mungkin tidak perlu.

Pada knyataannya, demam merupakan reaksi alamiah tubuh terhadap adanya infeksi. Sehingga ketika seorang anak mengalami infeksi, keberadaan demam semestinya disyukuri, bukan ditakuti karena ini merupakan sinyal bahwa mekanisme pertahanan tubuh sedang bekerja untuk melawan penyakit. Artinya, menurunkan suhu tubuh ketika anak demam justru akan melemahkan sistem pertahanan tubuhnya. Demam memang tidak hanya dapat disebabkan oleh infeksi, bisa saja terjadi karena pencetus lain seperti reaksi transfusi, tumor, imunisasi, dehidrasi, dan lain sebagainya. Tetapi pada anak umumnya demam terjadi karena suatu infeksi kuman, entah itu virus maupun bakteri.

Penatalaksanaan medis common cold.

Simpatik yaitu diberikan espektoran untuk mengatasi batuk, sedative untuk menenangkan dan anti piretik untuk menurunkan panas. Obstruksi hidung pada bayi sangat sukar diobati, penghisapan lender dari hidung dengan berbagai alat tidak efektif dan baisanya berbahaya. Cara terbaik pengeluaran secret dengan mengusahakan posisi bayi dalam posisi pronepsition. Pada anak besar dapat diberikan tetes hidung larutan efedin 1%. Bila terjadi infeksi sekunder hendaknya diberikan anti biotic. Batuk yang produktif merupakan indikasi kontra pemberian antitusif karena terjadi depresi pusat batuk dan pusat muntah, mudah terjadi penumpukan secret sehingga terjadi brochoppneumoni.

Terapi terbaik pada flu virus tanpa komplikasi mungkin berupa istirahat baring dan isolasi sekitar dua hari. Antibiotik hanya bermanfaat dalam mengobati infeksi sekunder. Antihistamin, desensitisasi, dan tindakan anti alergi umum berguna dalam pengobatan gangguan alergi. Antihistamin digunakan untuk mengobati flu, batuk, dan alergi adalah penghambat H1. Dekongestan oral mengurangi secret hidung yang banyak, membuat pasien merasa nyaman, namun tidak menyembuhkan(4,5).Hanya terapi simtomatik yang diberikan pada anak dengan common cold yaitu diberikan ekspektoran untuk mengatsi batuk, sedativum untuk menenangkan dan antipiretik untuk menurunkan panas penderita. Obstruksi hidung pada bayi sangat sukar diobati. Pengisapan lendir dari hidung dengan berbagai alat tidak efektif dan biasanya berbahaya. Cara terbaik penyaluran secret ialah dengan mengusahakan posisi bayi prone position, pada anak besar dapat diberikan tetes hidung larutan efedrin 1%. Batuk yang produktif (pada bronchitis dan trakeitis) merupakan kontraindikasi pemberian antitusif (misal kodein) karena terjadi depresi pusat batuk dan pusat muntah, mudah terjadi pengumpulan secret sehingga mudah terjadi bronkopneumonia.

Sedangkan cara pengobatan menggunakan obat-obatan yakni dengan memberikan asetaminofen, ibuprofen (untuk anak usia diatas 6 bulan), tetes atau semprot hidung saline, ataupun dekongestntopikal bagi anak yang sudah cukup besar.

Common cold merupakan flu ringan jadi biasanya bisa ditangani di rumah. Namun disarankan segera ke dokter bila terjadi demam tinggi yang menetap, kesulitan bernapas, sakit telinga, dan gejala menetap lebih dari 10 hari. Khusus anak dibawah 3 bulan sebaiknya

Page 5: Dengue Dan Common Cold

memang dibawah ke dokter untuk penanganan. Cara pencegahannya adalah dengan memberikan imunisasi dan sering mencuci tangan.

Fakta lain yang lebih penting menginformasikan bahwa obat penurun panas dapat memberikan gejala palsu. Penderita demam yang disangka sedang dalam masa penyembuhan karena panasnya sudah turun, ternyata luput dari pengamatan dan mengakibatkan penyakitnya berlanjut semakin buruk akibat pemberian obat penurun panas.

Demam karena infeksi pada umumnya tidak akan menyebabkan kerusakan otak. Demam adalah hal yang biasa terjadi pada anak dan bukan merupakan suatu indikasi penyakit serius kecuali bila disertai dengan perubahan tingkah laku atau gejala-gejala tambahan seperti kesulitan bernafas, kaku kuduk atau kehilangan kesadaran. Hanya demam di atas 42,2 0C yang telah diketahui dapat menyebabkan kerusakan otak.

Penyakit common cold pada bayi dan anak-anak 95% disebabkan oleh virus, sehingga pemberian antibiotik tak ada gunanya. Menurut penelitian, dalam setahun seorang anak bisa menderita flu atau common colds sebanyak 8-12 kali. Pengecualian bagi bayi berusia di bawah 3 bulan, di mana gejala flu atau common cold mungkin bisa berkembang cepat menjadi penyakit serius, seperti bronchiolitis atau pneumonia. Karena itu, untuk bayi di bawah 3 bulan, penyakit batuk pilek biasa perlu mendapat perhatian khusus.

American Academy of Pediatrics (AAP) menegaskan, tidak ada obat untuk kasus ini. Antibiotik tidak boleh diberikan karena tidak akan berefek apapun. Perhatian dan kasih sayang dari orang tua lah yang merupakan obat terbaik. Sehingga AAP menganjurkan agar orang tua cukup menciptakan kondisi yang paling nyaman bagi anak.

1. Hidung mampet yang biasanya diderita anak akan menyebabkan anak bernafas lewat mulut. Akibatnya mulut dan tenggorokan anak menjadi kering. Untuk itu anak perlu diberi banyak jus buah-buahan dan cairan.

2. Air garam steril bisa diberikan sebagai tetes hidung, agar ingus menjadi encer dan tidak lagi menyumbat jalan napas.

3. Menghirup uap air panas untuk meringankan keluhan flu pada anak. Cara lainnya, bila anak tak dapat tidur di malam hari karena hidung tersumbat, orangtua dapat memberikan tetes hidung (breathy).

4. Berikan minum lebih banyak untuk mengencerkan lendir di tenggorokannya.5. Berikan obat batuk yang  bersifat mengencerkan dahak, misalnya bisolvon atau

mucopect atau vectrin. Hindari obat batuk yang bersifat menekan batuk karena menghambat lendir yang akan keluar.

6. Bila demam anak tak kunjung turun setelah lebih dari 3 hari (72 jam), orangtua perlu mengunjungi dokter. Selain itu bila terdapat gejala sesak napas, kuku dan bibir tampak biru, anak menjadi luar biasa rewel atau sangat mengantuk hingga tak bisa dibangunkan, segera bawa anak ke dokter.

Komplikasi common cold

Page 6: Dengue Dan Common Cold

Jika tidak segera ditangani dan bersifat kronis, maka common cold dapat berkembang pada komplikasi yang fatal, misalnya pneumonia, laryngitis, infeksi telinga tengah (ostitis media) atau sinusitis purulen

Prognosa dari common cold

Prognosa umumnya baik jika mendapatkan penanganan yang baik dengan segera, namun jika tidak segera ditangani dapat mengakibatkan komplikasi yang serius.

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

DATA SUBYEKTIF

1. Biodata

Page 7: Dengue Dan Common Cold

a. Common cold merupakan penyakit tropis yang insiden tinggi pada usia anakterutama pada bayi yang masih muda dengan usia 0-6 bulan.

b. Penyakit ini terutama mengenai pada masyarakat dengan social ekonomi rendah.

c. Pendidikan kurang dan hygiene sanitasi kurang

d. Common cold biasanya juga muncul pada saat pergantian musim

2.Keluhan utama

a. Pilek dengan ingus encer, jernih disertai dengan bersin

b. Panas

c. Batuk ringan

d. Conjungtiva merah dan mata berair

3.Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Penyakit Sekarang

Pilek dengan ingus jernih dan encer diawali dengan bersin, berlanjut pada batuk ringan tanpa dahak disertai dengan panas diikuti dengan hyperemia pada conjungtiva dan mata berair.

Keadaan menurun, pucat, lesu, rewel, nafsu makan menurun

b. Riwayat Penyakit Lalu

Faktor resiko antara lain :

ISPA Infeksi menahun / kronis Demam Malnutrisi

c.    Riwayat penyakit keluarga

Common cold adalah penyakit menular yang bersifat endemic (mewabah) danbiasanya didapat anak-anak dari orang dewasa.

d.   Riwayat Imunisasi

Ditanyakan untuk mengetahui jenis-jenis imunisasi yang pernah diberikan dan penting mengurangi morbiditas dan mortalitas terhadap penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi.

e.Perumbuhan / Perkembangan

Page 8: Dengue Dan Common Cold

Malnutrisi pada anak merupakan terhadap kejadian common cold, influenza danISPA yang perlu dikaji.

f.Pola aktivitas sehari-hari

1. Nutrisi         :Pada common cold ditemukan riwayat kebiasaan konsumsi makanan instant / snack seperti : chiki, permen, dll. Dari makanan tersebut dapat menyebabkan mual, muntah sampai anoreksia.

2.  Aktifitas     : Pada common cold anak lemas dan malas beraktivitas

3.  Istirahat      : terjadi sumbatan napas yang menyebabkan napas pendek, dangkal dan cepat sehingga istirahat malam terganggu.

DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Umum :

TTV  :

a.       Nadi :  Untuk mengetahui kenormalan Nadi 70 – 100 x/mat jika lebih dari normal menunjukkan adanya kelainan.

b.      Suhu :  Pertanda sehat suhu tubuh 36,5-37,50 C, Pertanda buruk suhu lebih dari normal.

c.       Pernapasan:  Untuk mengetahui pernapasan normal 20 –30 x/mat bila pernapasan lebih dari normal berarti ada kelainan

d.      Tekanan Darah :  jarang dilakukan pemeriksaan.

Antrofemetri   :

a.   Berat badan:  Merupakan indicator yang terbaik untuk keadaan gizi dan pertumbuhan serta perkembangan anak dan kesehatan, menyadari keadaan kesehatan missal pengelola nutrisi dan dasar perhitungan dosis obat dan makanan yang perlu diberikan ( Soetjiningsih  1995 : 38 ).

b. Tinggi Badan : Merupakan indicator yang baik untuk gangguan pertumbuhan pisik yang sudah lewat sebagai perbandingan terhadap pertumbuhan yang relatif ( Soetjiningsih   1998 : 39 )

c. Lingkar Kepala : Dipakai untuk menafsir pertumbuhan otak ( Buku Ajar. 2002 : 59 )

1.    Pemeriksaan Fisik

Untuk meliahat bentuk tubuh perbandingan bagian kepala, tubuh dan anggota tubuh lainnya (lihat format pemeriksaan fisik anak) dengan memperhatikan apakah ada cedera dan kelainan

Page 9: Dengue Dan Common Cold

untuk memperoleh kesan klinis tentang gejala / tanda dari Seborea pada bayi ( soetjiningsih   1995 : 43 ).

 3.2.3. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan sekret

2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat.

3.2.4. Planning

Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental/darah.

Tujuan : Kebersihan jalan napas efektif.

Kriteria hasil :

  Mencari posisi yang nyaman yang memudahkan peningkatan pertukaran udara.

  Mendemontrasikan batuk efektif.

  Menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi.

Rencana Tindakan :

1.    Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat penumpukan sekret di sal. pernapasan.

R: Pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.

2.    Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.

R: Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif, menyebabkan frustasi.

3.    Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.

R: Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.

4.    Lakukan pernapasan diafragma.

R: Pernapasan diafragma menurunkan frek. napas dan meningkatkan ventilasi alveolar.

5. Tahan napas selama 3 - 5  detik kemudian secara perlahan-lahan, keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut.

Page 10: Dengue Dan Common Cold

Lakukan napas ke dua , tahan dan batukkan dari dada dengan melakukan 2 batuk pendek dan kuat.

R: Meningkatkan volume udara dalam paru mempermudah pengeluaran sekresi sekret.

6.    Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.

R:  Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien.

7.    Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi : mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan cairan 1000 sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi.

R: Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan dapat menyebabkan sumbatan mukus, yang mengarah pada atelektasis.

9.    Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk.

R:Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan mencegah bau mulut.

10.    Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :

 Dengan dokter, radiologi  dan fisioterapi.

Pemberian expectoran.

Pemberian antibiotika.

         Konsul photo toraks.

R: Expextorant untuk memudahkan mengeluarkan lendir dan menevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.

BAB 4

PENUTUP

Kesimpulan

 Common cold ialah infeksi primer di nasofaring dan hidung yang sering dijumpai pada bayi dan anak. Pada infeksi lebih luas, mencakup daerah sinus paranasal, telinga tengah samping nasofaring disertai demam tinggi. 

Page 11: Dengue Dan Common Cold

Sedangkan demam dengue adalah penyakit infeksi akibat virus dengue yang menyerang manusia saat kekebalan manusia menurun.

Prevalensi terjadinya kedua penyakit ini sangat tinggi di Indonesia dan merupakan faktor yang memegang peranan yang cukup besar terhadap tingginya angka morbiditas dan mortalitas bayi dan anak di Indonesia.

 Saran

Penulis berharap semoga penyusunan makalah tentang Asuhan keperawatan pada anak dengan Common cold dan dengue fever ini dapat memberikan ilmu dan pengetahuan dalam bidang pendidikan dan praktik keperawatan. Dan juga dengan makalah ini dapat menjadi acuan untuk tindakan proses keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Abdoerrachman, MH. (2002). Demam: Patogenesis dan pengobatan - Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak: Infeksi dan Penyakit Tropis. Edisi ke-1. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

2. Carpenito, Lynda Jual-Moyet.(2008). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta : EGC.

3. Effendi, Christantie. 1995. Perawatan Pasien DHF edisi 1. Jakarta : EGC4. Gibson, John. 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat Edisi 2. Jakarta ;

EGC5. Ginanjar, Genis. 2008. Demam Berdarah. Yogyakarta : PT Bentang Pustaka6. Kliegman RM, Behrman RE. (1992). Fever. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM,

Nelson WE, Vaughn VC, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia: WB Saunders.

Page 12: Dengue Dan Common Cold

7. Mansjoer, Arif et all. (2000). Kapita selekta Kedokteran edisi 3.Jakarta : Media aesculapius

8. Merdjani A. (2002). Influenza. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak: Infeksi dan Penyakit Tropis. Edisi ke-1. Jakarta:Balai Penerbit FKUI.

9. Monica, Ester. 1999. Demam Berdarah Dengue ( Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan dan Pengendalian. Jakarta : EGC

10. Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi 3. Jakarta ; FKUI11. Syaifuddin. (2001). Fisiologi Sistem Tubuh Manusia. Jakarta : Widya Medika