DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESAmakassar.bpk.go.id/.../01/11-PERDA-BUMDes-9-Mei-2011.docx · Web...

24
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARRU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan pendapatan desa gunamendukung terwujudnya kesejahteraan masyarakat desa dan menumbuhkembangkan ekonomi masyarakat melalui kesempatanberusaha, pemberdayaan masyarakat, dan pengelolaan aset milikdesa sesuai kebutuhan dan potensi desa, maka Pemerintah Desadiberi kewenangan untuk membentuk dan mengelola Badan UsahaMilik Desa; b. bahwa berdasarkan ketentuan dalam Pasal 81 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desadan pelaksanaanPeraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010 tentang Badan Usaha Milik Desa, maka perlu memberikanpedoman bagi Pemerintah Desa dalam membentuk dan mengelolaBadan Usaha Milik Desa; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah Kabupaten Barru 1

Transcript of DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESAmakassar.bpk.go.id/.../01/11-PERDA-BUMDes-9-Mei-2011.docx · Web...

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRUPERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU

NOMOR 11 TAHUN 2011TENTANG

PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESABUPATI BARRU,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan pendapatan desa

gunamendukung terwujudnya kesejahteraan masyarakat

desa dan menumbuhkembangkan ekonomi masyarakat

melalui kesempatanberusaha, pemberdayaan masyarakat,

dan pengelolaan aset milikdesa sesuai kebutuhan dan

potensi desa, maka Pemerintah Desadiberi kewenangan

untuk membentuk dan mengelola Badan UsahaMilik Desa;

b. bahwa berdasarkan ketentuan dalam Pasal 81 Peraturan

Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desadan

pelaksanaanPeraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39

Tahun 2010 tentang Badan Usaha Milik Desa, maka perlu

memberikanpedoman bagi Pemerintah Desa dalam

membentuk dan mengelolaBadan Usaha Milik Desa;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

pada huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan

Daerah Kabupaten Barru tentangPedoman Tata Cara

Pembentukan dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa;

Mengingat : 1. Undang–Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang

Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor

74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 1822);

2. Undang–Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003

1

Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4286);

3. Undang–Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah

diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4844);

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5234);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa

(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2005 Nomor

158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4587);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang

Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang

Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,

Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah

Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia

2

Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4737 );

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010

tentang Badan Usaha Milik Desa (Berita Negara Republik

Indonesia Tahun 2010 Nomor 316);

11. Peraturan Daerah Kabupaten Barru Nomor 2 Tahun 2007

tentang Organisasi Pemerintahan Desa (Lembaran Daerah

Kabupaten Barru Tahun 2007 Nomor 2);

12. Peraturan Daerah Kabupaten Barru Nomor 4 Tahun 2007

tentang Alokasi Dana Desa (Lembaran Daerah Kabupaten

Barru Tahun 2007 Nomor 4);

13. Peraturan Daerah Kabupaten Barru Nomor 3 Tahun 2008

tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan

Pemerintah Kabupaten Barru (Lembaran Daerah Kabupaten

Barru Tahun 2008 Nomor 24, Tambahan Lembaran Daerah

Kabupaten Barru Nomor 1);

14. Peraturan Daerah Kabupaten Barru Nomor 8 Tahun 2008

tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah

(Lembaran Daerah Kabupaten Barru Tahun 2008 Nomor 29,

Tambahan Lembaran Daearah Kabupaten Barru Nomor 6);

Dengan persetujuan bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BARRU

dan

BUPATI BARRU

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Barru.

2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh

Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi seluas-luasnya dalam

3

sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.

3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur

penyelenggara Pemerintahan Daerah.

4. Bupati adalah Bupati Barru.

5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Barru.

6. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Kepala Daerah dalam

penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang terdiri dari Sekretariat Daerah,

Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Dinas Daerah, Inspektorat,

Bappeda, Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan dan Kelurahan.

7. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah

yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan

dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia

dan berada di dalam wilayah Kabupaten Barru.

8. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh

Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat

istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

9. Pemerintah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah Kepala Desa

dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.

10. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain,

selanjutnya disingkat BPD, adalah lembaga yang merupakan perwujudan

demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan desa.

11. Alokasi Dana Desa adalah dana yang dialokasikan oleh Pemerintah

Kabupaten/Kota untuk desa, yang bersumber dari bagian dana perimbangan

keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota.

12. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa selanjutnya disingkat APBDesa

adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang dibahas dan

disetujui bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD, yang ditetapkan dengan

Peraturan Desa.

13. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh BPD

bersama Kepala Desa.

4

14. Badan Usaha Milik Desa selanjutnya disingkat BUMDes adalah Usaha Desa

yang dibentuk/didirikan oleh Pemerintah Desa yang kepemilikan modal dan

pengelolaannya dilakukan oleh Pemerintah Desa dan Masyarakat.

15. Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan desa dari usaha desa, hasil

kekayaan desa, hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong dan lain-

lain Pendapatan Asli yang sah.

16. Usaha Desa adalah jenis usaha yang berupa pelayanan ekonomi desa seperti

usaha jasa, penyaluran sembilan bahan pokok, perdagangan hasil pertanian,

serta industri dan kerajinan rakyat.

17. Penasehat/komisaris adalah unsur penasehat/komisaris BUMDes.

18. Direksi adalah unsur pelaksana operasional/Direksi BUMDes.

19. Anggaran Dasar yang selanjutnya disingkat AD adalah peraturantertulis yang

memuat dan terdiri dari aturan-aturan pokok organisasiyang berfungsi sebagai

pedoman dan kebijakan untuk mencapaitujuan organisasi serta menyusun

aturan-aturan lain.

20. Anggaran Rumah Tangga yang selanjutnya disingkat ART adalahaturan tertulis

sebagai bentuk operasional yang lebih terinci dariaturan-aturan pokok dalam

Anggaran Dasar (AD) dalammelaksanakan tata kegiatan organisasi.

21. Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga yang selanjutnyadisingkat AD/ART

adalah aturan tertulis organisasi yang dibuat dandisepakati bersama oleh

seluruh anggota yang berfungsi sebagaipedoman organisasi dalam mengambil

kebijakan serta menjalankanaktivitas dalam rangka mencapai tujuan yang telah

ditetapkanbersama.

BAB IIPEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DESA

Pasal 2(1) Dalam meningkatkan pendapatan masyarakat dan desa, Pemerintah Desa

dapat membentuk BUMDes sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa.

(2) Pembentukan BUMDes sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan

dengan Peraturan Desa dengan berpedoman pada Peraturan Daerah ini.

(3) BUMDes sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berbentuk badan hukum.

Pasal 3(1) BUMDes didirikan oleh Pemerintah Desa berdasarkan musyawarah warga

masyarakat dan ditetapkan dengan Peraturan Desa.

(2) Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), paling sedikitmemuat:

a. maksud dan tujuan pendirian BUMDes;

5

b. pendirian, nama, tempat kedudukan, dan wilayah usaha;

c. asas, fungsi, dan usaha;

d. modal;

e. kepemilikan;

f. organisasi;

g. kewajiban dan hak; dan

h. penetapan dan penggunaan laba.

(3) Hasil Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah

mendapat persetujuan BPD dan selanjutnya ditetapkan dengan Peraturan

Desa.

Pasal 4(1) Syarat pembentukan BUMDes:

a. atas inisiatif pemerintah desa dan/atau masyarakat berdasarkan

musyawarah warga desa;

b. adanya potensi usaha ekonomi masyarakat;

c. sesuai dengan kebutuhan masyarakat, terutama dalam pemenuhan

kebutuhan pokok;

d. tersedianya sumber daya desa yang belum dimanfaatkan secara optimal,

terutama kekayaan desa;

e. tersedianya sumber daya manusia yang mampu mengelola badan usaha

sebagai aset penggerak perekonomian masyarakat desa;

f. adanya unit-unit usaha masyarakat yang merupakan kegiatan ekonomi

warga masyarakat yang dikelola secara parsial dan kurang terakomodasi;

dan

g. untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan Pendapatan Asli Desa.

(2) Mekanisme pembentukan BUMDes sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan melalui tahap:

a. rembug desa/musyawarah untuk menghasilkan kesepakatan;

b. kesepakatan dituangkan dalam AD/ART yang sekurang-kurangnya berisi:

organisasi dan tata kerja, penetapan personil, sistem pertanggung jawaban

dan pelaporan, bagi hasil dan kepailitan;

c. pengusulan materi kesepakatan sebagai draft peraturan desa; dan

d. penerbitan peraturan desa.

6

BAB IIIORGANISASI KEPENGURUSAN

Bagian KesatuOrganisasi Pengelola

Pasal 5Organisasi pengelola BUMDes terpisah dari organisasi pemerintahan desa.

Pasal 6(1) Organisasi pengelola BUMDes sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5,paling

sedikit terdiri atas:

a. penasihat atau komisaris; dan

b. pelaksana operasional atau direksi.

(2) Penasihat atau komisaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dijabat

oleh Kepala Desa.

(3) Pelaksana operasional atau direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf

b, terdiri atas:

a. direktur atau manajer; dan

b. kepala unit usaha.

(4) Struktur Organisasi dan Tata Kerja BUMDes lebih lanjut diatur dengan

Peraturan Desa.

(6) Penjabaran tugas, fungsi dan uraian tugas masing-masing pemangku

jabatan dalam organisasi BUMDes,diatur dan ditetapkan lebih lanjut oleh

Kepala Desa.

Bagian KeduaTugas dan Kewenangan

Pasal 7(1) Penasihat atau komisaris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf

a, mempunyai tugas melakukan pengawasan dan memberikan nasehat

kepada pelaksana operasional atau direksi dalam menjalankan kegiatan

pengelolaan usaha desa.

(2) Penasihat atau komisaris dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), mempunyai kewenangan meminta penjelasan pelaksana

operasional atau direksi mengenai pengelolaan usaha desa.

7

Pasal 8Pelaksana operasional atau direksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1)

huruf b, bertanggung jawab kepada pemerintahan desa atas pengelolaan usaha

desa dan mewakili BUMDes di dalam dan di luar pengadilan.

Bagian KetigaHak dan Kewajiban

Pasal 9BUMDes berhak menghimpun usaha-usaha milik Desa untuk dikelola dalam rangka

meningkatkan pendapatan Masyarakat dan Desa.

Pasal 10(1) Kepengurusan BUMDes wajib memperhatikan Sumber Daya Manusia Desa

Setempat.

(2) BUMDes wajib memberikan kontribusi keuntungannya terhadap Pendapatan

Asli Desa.

(3) BUMDes berkewajiban melestarikan Barang Inventaris Desa.

BAB IVPENGELOLAAN

Pasal 11Pengelolaan BUMDes sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5,dilakukan dengan

persyaratan:

a. pengurus yang berpengalaman dan/atau profesional;

b. mendapat pembinaan manajemen;

c. mendapat pengawasan secara internal maupun eksternal;

d. menganut prinsip transparansi, akuntabel, dapat dipercaya, dan rasional; dan

e. melayani kebutuhan masyarakat dengan baik dan adil.

Pasal 12(1) Pengelolaan BUMDes sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, berdasarkan

pada:

a. anggaran dasar; dan

b. anggaran rumah tangga.

(2) Anggaran dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a memuat paling

sedikit rincian nama, tempat kedudukan, maksud dan tujuan, kepemilikan

8

modal, kegiatan usaha, dan kepengurusan.

(3) Anggaran rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b memuat

paling sedikit hak dan kewajiban pengurus, masa bakti kepengurusan, tata

cara pengangkatan dan pemberhentian pengurus, penetapan operasional jenis

usaha, dan sumber permodalan.

BAB VJENIS USAHA DAN PERMODALAN

Pasal 13(1) BUMDes sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, terdiri atas jenis-jenis usaha.

(2) Jenis-jenis usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. dibidang jasa antara lain; jasa keuangan (simpan pinjam) jasa angkutan,

listrik, air minum, penyewaan alat dan jasa lainnya;

b. penyaluran sembilan bahan pokok masyarakat desa;

c. penjualan sarana produksi pertanian;dan/atau

d. perdagangan hasil pertanian kerajinan industri kecil dan rumah tangga.

(3) Jenis-jenis usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dikembangkan

sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa.

Pasal 14(1) Sumber-sumber modal BUMDes berasal dari:

a. pemerintah desa;

b. tabungan masyarakat;

c. bantuan pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah daerah;

d. pinjaman; dan/atau

e. kerja sama usaha dengan pihak lain.

(2) Selain sumber-sumber modal BUMDes sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Modal BUMDes dapat juga berasal dari dana bergulir program pemerintah

dan/atau pemerintah daerah yang diserahkan kepada desa dan/atau kepada

masyarakat melalui pemerintah desa.

Pasal 15(1) Modal BUMDes yang berasal dari pemerintah desa sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 14 huruf a, merupakan kekayaan desa yang dipisahkan.

(2) Modal BUMDes yang berasal dari tabungan masyarakat sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 14 huruf b, merupakan simpanan masyarakat.

9

(3) Modal BUMDes yang berasal dari bantuan pemerintah, pemerintah provinsi,

dan pemerintah daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf c, dapat

berupa dana tugas pembantuan.

(4) Modal BUMDes yang berasal dari pinjaman sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 14 huruf d, dari pinjaman lembaga keuangan atau pemerintah daerah.

(5) Modal BUMDes yang berasal dari kerjasama usaha dengan pihak lain

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf e, dapat diperoleh dari pihak

swasta dan/atau masyarakat.

BAB VIBAGI HASIL USAHA

Pasal 16(1) Bagi hasil usaha BUMDes adalah merupakan Pendapatan BUMDes yang

diperoleh selama 1 (satu) tahun buku dikurangi biaya-biaya yang dikeluarkan

selama proses usaha.

(2) Bagi hasil usaha BUMDesa ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB VIIKERJASAMA DENGAN PIHAK KETIGA

Pasal 17(1) BUMDes dapat melakukan kerjasama usaha antar 2 (dua) desa atau lebih

dan/atau dengan pihak ketiga.

(2) Kerjasama usaha antar 2 (dua) desa atau lebih sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dapat dilakukan dalam satu kecamatan atau antar kecamatan dalam

Daerah.

(3) Kerjasama antar 2 (dua) desa atau lebih sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

harus mendapat persetujuan masing-masing pemerintahan desa.

Pasal 18(1) Kerjasama usaha desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dibuat dalam

naskah perjanjian kerjasama.

(2) Naskah perjanjian kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling

sedikit memuat:

a. subyek kerjasama;

b. obyek kerjasama;

10

c. jangka waktu;

d. hak dan kewajiban;

e. pendanaan

f. keadaan memaksa;

g. penyelesaian permasalahan; dan

h. pengalihan.

Pasal 19(1) Naskah perjanjian kerjasama usaha desa antar 2 (dua) desa atau lebih dalam

satu kecamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2), disampaikan

kepada camat paling lambat 14 (empat belas) hari sejak ditandatangani.

(2) Naskah perjanjian kerjasama usaha desa antar 2 (dua) desa atau lebih antar

kecamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2), disampaikan

kepada bupati melalui camat paling lambat 14 (empat belas) hari sejak

ditandatangani.

BAB VIIILAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN

Pasal 20(1) Pelaksana operasional atau direksi melaporkan pertanggungjawaban

pelaksanaan BUMDes kepada Kepala Desa.

(2) Kepala Desa melaporkan pertanggungjawaban BUMDes kepada BPD dalam

forum musyawarah desa.

(3) Mekanisme Pengelolaan dan Pertanggungjawaban BUMDes diatur lebih lanjut

dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

BAB IXPEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 21

(1) Bupati melakukan pembinaan, monitoring, evaluasi, upaya pengembangan

manajemen dan sumber daya manusia serta prakarsa dalam permodalan yang

ada di perdesaan.

(2) Kepala Desa mengkoordinasikan pelaksanaan pengelolaan BUMDes di wilayah

kerjanya.

11

Pasal 22

(1) BPD dan/atau pengawas internalyang dibentuk melalui musyawarah desa

melakukan pengawasan atas pengelolaan BUMDes.

(2) Inspektorat Daerah melakukan pengawasan atas pengelolaan BUMDes.

BAB XKETENTUAN PENUTUP

Pasal 23Ketentuan lebih lanjut mengenai teknis pelaksanaannya diatur dengan peraturan

Bupati.

Pasal 24Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah

ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten.

Ditetapkan di Barru

pada Tanggal

BUPATI BARRU,

ANDI IDRIS SYUKUR

Diundangkan

pada tanggal

Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BARRU,

NASRUDDIN ABDUL MUTTALIB

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2011 NOMOR .

PENJELASAN

12

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU

NOMOR TAHUN 2011

TENTANG

PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

I. UMUMDesa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah

yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan

dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

mengakui adanya otonomi yang dimiliki oleh desa dan kepada desa dapat

diberikan penugasan ataupun pendelegasian dari pemerintah ataupun

pemerintah daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu. Maka

otonomi desa yang merupakan hak, wewenang, dan kewajiban untuk

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat berdasarkan hak asal usul dan nilai-nilai sosial budaya yang ada

pada masyarakat setempat diberikan kesempatan untuk tumbuh dan

berkembang mengikuti perkembangan desa itu sendiri.

Bahwa dalam rangka meningkatkan pendapatan desa guna mendukung

terwujudnya kesejahteraan masyarakat desa dan menumbuh kembangkan

ekonomi masyarakat melalui kesempatan berusaha, pemberdayaan

masyarakat, dan pengelolaan aset milik desa sesuai kebutuhan dan potensi

desa, maka Pemerintah Desa diberi kewenangan untuk membentuk dan

mengelola Badan Usaha Milik Desa.

Landasan pemikiran pengaturan mengenai Badan Usaha Milik Desa dengan

melihat potensi dan kekhususan desa. Pada Prinsipnya Desa yang beragam

memiliki beberapa karakteristik, yaitu;

13

(1) Keanekaragaman, yang memiliki makna bahwa Badan Usaha Milik

Desa (BUMDes) dapat disesuaikan dengan asal usul dan kondisi sosial

budaya masyarakat setempat;

(2) Partisipasi, memiliki makna bahwa penyelenggaraan Badan Usaha

Milik Desa harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat agar

masyarakat senantiasa memiliki dan turut serta bertanggungjawab

terhadap perkembangan kehidupan bersama sebagai sesama warga

desa;

(3) Otonomi asli, memiliki makna bahwa kewenangan pemerintahan desa

dalam mengatur dan mengurus masyarakat setempat didasarkan pada

hak asal usul dan nilai-nilai sosial budaya yang terdapat pada

masyarakat setempat namun harus diselenggarakan dalam perspektif

administrasi pemerintahan negara yang selalu mengikuti

perkembangan jaman termasuk dalam penyusunan, pembentukan dan

penyelenggarakan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes);

14

(4) Demokratisasi, memiliki makna bahwa penyelenggaraan pemerintahan

dan pelaksanaan pembangunan di Desa harus mengakomodasi

aspirasi masyarakat yang diartikulasi dan diagregasi melalui BPD dan

Lembaga Kemasyarakatan sebagai mitra Pemerintah Desa sehingga

pembentukan dan tata pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

merupakan rangkaian yang harus melalui Prisnsip Demoratisasi ini

dengan dibahas bersamanya Pembentukan Peraturan daerah;

(5) Pemberdayaan masyarakat, memiliki makna bahwa penyelenggaraan

pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan di termasuk Badan

Usaha Milik Desa (BUMDes)di Desa ditujukan untuk meningkatkan

taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat melalui penetapan

kebijakan, program dan kegiatan yang sesuai dengan esensi masalah

dan prioritas kebutuhan masyarakat.

Dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan desa dan untuk peningkatan pelayanan serta pemberdayaan

masyarakat, desa mempunyai sumber pendapatan yang terdiri atas

Pendapatan Asli Desa, bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah

kabupaten/kota, bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah

yang diterima oleh kabupaten/kota, bantuan dari Pemerintah dan Pemerintah

Daerah serta hibah dan sumbangan dari pihak ketiga.

Sumber pendapatan lain yang dapat diusahakan oleh desa berasal dari Badan

Usaha Milik Desa sehingga berdasarkan ketentuan dalam Pasal 81 Peraturan

Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa dan sebagai pelaksanaan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010 tentang Badan Usaha

Milik Desa, maka perlu memberikan pedoman bagi Pemerintah Desa dalam

membentuk dan mengelola Badan Usaha Milik Desa.

Permasalahan yang harus diatasi dengan norma-norma dalam peraturan

daerah, adalah:

a. perlunya menyeragamkan langkah dan tindakan yang diperlukan dalam

Pembentukan dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa sesuai dengan

peraturan perundang-undangan;

b. perlunya pedoman pelaksanaan bagi pemerintah Desayang dapat

dijadikan acuan dalam rangka pembentukan Badan Usaha Milik Desa

(BUMDes) ditiap Desa dalam wilayah Kabupaten Barru.

Berdasarkan hal tersebut, maka Peraturan Daerah tentang Pedoman Tata

Cara Pembentukan dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) ini

disusun dengan tujuan sebagai berikut :

15

1. Mendorong pengembangan ekonomi masyarakat Desa melalui kegiatan

usaha ekonomi produktif;

2. Memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat

Desa;

3. Meningkatkan perputaran roda perekonomian masyarakat melalui

peningkatan modal, barang dan jasa dilingkungan Desa;

4. Mengelola bantuan hibah yang diperuntukkan bagi usaha ekonomi

produktif dari pemerintah kepada pemerintah Desa, sehingga bantuan

tersebut berdaya guna dan berhasil guna dalam upaya peningkatan

kesejahteraan masyarakat;

5. Mengelola aset-aset produktif milik desa agar dapat menghasilkan nilai

tambah; dan

6. Menyalurkan modal usaha bagi masyarakat desa untuk mengurangi

dampak negatif sistem ijon, gadai gelap dan rentenir dilingkungan

masyarakat desa.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Cukup jelas.

Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4

Cukup jelas.

Pasal 5

Cukup jelas.

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7

16

Cukup jelas.

Pasal 8

Cukup Jelas.

Pasal 9

Cukup jelas.

Pasal 10

Cukup jelas.

Pasal 11

Cukup jelas.

Pasal 12

Cukup jelas.

Pasal 13

Cukup jelas.

Pasal 14

Cukup jelas.

Pasal 15

Cukup jelas.

Pasal 16

Ayat (1)

Cukup Jelas.

Ayat (2)

Peraturan Bupati mengenai Bagi Hasil Usaha Bumdes ditetapkan

paling lama 6 bulan.

Pasal 17

Cukup jelas.

Pasal 18

17

Cukup jelas.

Pasal 19

Cukup jelas.

Pasal 20

Cukup jelas.

Pasal 21

Cukup jelas.

Pasal 22

Cukup jelas.

Pasal 23

Cukup jelas.

Pasal 24

Cukup jelas.

Pasal 25

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR

18