Dengan Meningkatnya Masalah Kesehatan Jiwa
description
Transcript of Dengan Meningkatnya Masalah Kesehatan Jiwa
PROGRAM PENCEGAHAN PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER
UPAYA KESEHATAN JIWA
Dengan meningkatnya masalah kesehatan jiwa, maka kebutuhan akan
pelayanan kesehatan jiwa juga semakin meningkat. Jangkauan pelayanan
kesehatan jiwa harus dapat mencapai masyarakat yang jauh dan bukan hanya yang
bertempat tinggal di kota besar saja. Hal ini merupakan upaya pemerataan
pelayanan kesehatan. Upaya ini tidak mungkin bisa dilaksanakan jikalau
pelayanan kesehatan jiwa hanya diberikan oleh RSJ (Rumah Sakit Jiwa) saja yang
jumlahnya terbatas dan umumnya berada di ibu kota provinsi (belum semua
provinsi memiliki rumah sakit jiwa).
Pelayanan kesehatan jiwa yang memadai yang dapat menjangkau seluruh
masyarakat belum dapat dilaksanakan disebabkan oleh:
Jumlah tenaga kesehatan jiwa masih sangat terbatas dan pada umumnya berada di
kota besar.
Masalah kesehatan jiwa sering kali bermanifestasi dalam bentuk keluhan
fisik, sehingga tidak terdeteksi dan tidak teratasi dengan baik.
Pengertian tentang kesehatan jiwa masih kurang dan stigma terhadap gangguan
jiwa masih besar, sehingga mereka tidak datang ke pelayanan kesehatan jiwa, tapi
banyak yang pergi ke pengobat tradisional atau pemuka agama.
Penduduk pedesaan (rural) sulit menjangkau fasilitas kesehatan jiwa dan
membutuhkan biaya yang cukup besar. Adanya otonomi daerah yang membuat
daerah menjadi penentu kebutuhan masing-masing, menyebabkan masalah
pelayanan kesehatan jiwa belum tentu dianggap sebagai kebutuhan prioritas.
Kesehatan Jiwa (UU No. 23 tahun 1992 Ps 24, 25, 26 dan 27): adalah suatu
kondisi mental sejahtera yang memungkinkan hidup harmonis dan produktif
sebagai bagian yang utuh dari kualitas hidup seseorang dengan memperhatikan
semua segi kehidupan manusia.
Orang yang sehat jiwa mempunyai ciri: Menyadari sepenuhnya kemampuan
dirinya. Mampu menghadapi stres kehidupan yang wajar. Mampu bekerja
produktif dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Dapat berperan serta dalam
lingkungan hidup. Menerima baik dengan apa yang ada pada dirinya. Merasa
nyaman bersama dengan orang lain
Masalah kesehatan jiwa meliputi: Masalah perkembangan manusia yang
harmonis dan peningkatan kualitas hidup, yaitu masalah kesehatan jiwa yang
berkaitan dengan siklus kehidupan, mulai dari anak dalam kandungan sampai usia
lanjut.
Masalah psikososial yaitu setiap perubahan dalam kehidupan individu baik
yang bersifat psikologis ataupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik
dan dianggap berpotensi cukup besar sebagai faktor penyebab terjadinya
gangguan jiwa (atau gangguan kesehatan) secara nyata, atau sebaliknya masalah
kesehatan jiwa yang berdampak pada lingkungan sosial, misalnya: tawuran,
kenakalan remaja, penyalahgunaan NAPZA, masalah seksual, tindak kekerasan,
stres pasca trauma; pengungsian/migrasi, usia lanjut yang terisolir, masalah
kesehatan jiwa di tempat kerja, penurunan produktivitas; gelandangan psikotik,
pemasungan, anak jalanan.
Gangguan jiwa yaitu suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan
adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu
dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial.
Jenis-jenis gangguan jiwa antara lain: gangguan mental dan perilaku akibat
penggunaan NAPZA, alkohol dan rokok; depresi; ansietas; gangguan somatoform
(psikosomatik); gangguan afektif; gangguan mental organik; skizofrenia;
gangguan jiwa anak dan remaja serta retardasi mental.
Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat. Dilaksanakan oleh masyarakat
sendiri, jadi merupakan pelayanan kesehatan non-formal oleh kader masyarakat.
Fasilitas pelayanan yang melaksanakan :
1. Posyandu,
2. Pos Upaya Kesehatan Kerja (UKK)
3. PKK
4. LKMD/PKMD
5. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
6. Palang Merah Remaja.
7. Pramuka (Saka Bakti Husada)
8. Karang Taruna.
9. Pengobatan Tradisional.
Pelayanan yang dilaksanakan meliputi upaya promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif. Upaya promotif dan preventif bertujuan meningkatkan taraf
kesehatan jiwa dan mencegah terjadinya gangguan jiwa, berupa kegiatan
penyuluhan dan kegiatan pembinaan hidup sehat, agar dapat hidup produktif dan
harmonis.
Upaya kuratif merupakan pelayanan yang bertujuan merawat dan mengobati
agar penderita gangguan jiwa dapat disembuhkan atau dipulihkan kesehatannya.
Upaya rehabilitatif merupakan berbagai upaya yang medis, edukatif, vokasional,
danm social yang bertujuan memulihkan kemampuan fungsional seseorang yang
cacat (impairment, disability, dan handicap) seoptimal mungkin, sehingga dapat
hidup produktif dan beriontegrasi kembali ke dalam masyarakat.
Upaya kesehatan jiwa berbasis masyarakat lebih banyak diarahkan pada upaya
promotif dan preventif. Kegiatan ini biasanya berintegrasi dengan program-
program lain yang ada di instansi kesehatan. Sedangkan upaya kuratif biasanya
dianjurkan untuk dilaksanakan di fasilitas kesehatan seperti Puskesmas dan
Rumah Sakit. Upaya rehabilitatif merupakan upaya yang dilaksanakan juga oleh
masyarakat. Diharapkan dengan penerimaan yang baik dan lingkungan yang serasi
membantu memulihkan kemampuan penderita gangguan jiwa. Upaya Kesehatan
Jiwa berbasis masyarakat bertujuan : Masyarakat mengerti arti kesehatan jiwa .
Keadaan jiwa yang sehat menurut ilmu kedokteran sebagai unsure daripada
kesehatan, yang merupakan kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,
intelektual, dan emosional yang optimal dari seseorang, dan perkembangan itu
berjalan selaras dengan keadaan orang.orang lain.(Undang-undang No.3 thn 1966
tentang kesehatan jiwa) Makna kesehatn jiwa mempunyai sifat-sifat yang
harmonis (serasi dan memperhatikan semua segi-segi dalam kehidupan manusia
dalam hubungannnya dengan manusia lain. Masyarakat mengerti arti
perkembangan jiwa yang optimal Keseimbangan keadaan perilaku yang berfungsi
secara optimal dalam : Hubungan social yaitu semua hubungan dengan manusia,
khususnya teman dan anggota keluarga. Juga dipertimbangkan mengenai luas dan
kualitas dari hubungan social itu. Fungsi pekerjaan atau sekolah, yaitu kekhususan
dan kualitas atau kuantitas dari hasil yang dicapainya sebagai karyawan, siswa,
mahasiswa atau pengatur rumah tangga. Penilaian tertinggi hanya diberikan
apabila hasil produktivitasnya tinggi, yang dicapainya tanpa keluhan rasa tidak
enak.
Penggunaan waktu senggang, yaitu aktivitas rekreasi dan pengembangan
hobinya. Jadi perkembangan jiwa yang optimal itu adalah bila seseorang dapat
berfungsi secara optimal di dalam hubungan sosialnya, bidang pekerjaannya dan
penggunaan waktu senggangnya. Masyarakat mengenal ciri-ciri perkembangan
jiwa yang optimal dan gejala perkembangan jiwa yang tidak optimal.
Ciri-ciri perkembangan jiwa yang optimal, dapat dilihat misalnya : seseorang yang
berprestasi baik dalam pekerjaannya, hubungan yang baik dan harmonisdengan
keluarga dan kawan dekatnya, serta dapat mengisi waktu luang dengan bersantai
atau pengembangan hobinya. Contoh lain misalnya seorang anak SD kelas VI
yang mendapat nilai baik disekolahnya, mempunyai banyak kawan dan menonjol
dalam olah raga. Hal-hal tersebut dapat dicapainya dengan mudah dan cukup
santai.
Perkembangan yang sangat buruk yaitu adanya hendaya atau ketidak
sanggupan yang berat dalam hubungan social dan pekerjaan atau sekolahnya.
Contohnya : Seorang ibu rumah tangga yang tidak sanggup mengatur rumah
tangganya. Contoh lain : Seorang anak berusia 12 tahun yang tidak mempunyai
kawan dan selalu gagal dalam pelajarannya di sekolah sehingga perlu dibantu.
Perkembangan pasti menderita suatu gangguan jiwa. Karena seperti kita ketahui
bahwa diantara perkembangan jiwa yang optimal dan yang buruk masih terdapat
derajat variasi dari yang optimal baik, sedang, sampai buruk. Masyarakat
mengenal gangguan jiwa secara umum. Yang dimaksud dengan gangguan jiwa
adalah kumpulan gejala atau pola perilaku seseorang yang secara klinik cukup
bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan atau
hendaya (ketidak sanggupan) di dalam satu atau lebih fungsi yang dari manusia.
Gangguan fungsi itu dapat dilihat dari segi perilaku, psikologik atau biologic, dan
gangguan itu tidak hanya terletak dalam hubungan antara orang itu dengan
masyarakat, tetapi dapat juga terletak dalam diri orang itu sendiri. Bila melihat
konsep gangguan jiwa di atas, tentu sangat banyak variasinya, antar yang ringan
sampai berat. Sebagai contoh : Suatu gangguan jiwa berat dengan gejala-gejala
umum, yang menunjukkan adanya hendaya berat di dalam menilai realitas. Orang
itu akan salah menilai ketepatan fikirnya, penangkapan panca ideranya dan salah
menyimpulkan realitas dunia luar, meskipun telah tersedia bukti-bukti yang
menyangkal hal itu. Contoh : bicara kacau, perilaku aneh tanpa dapat dimengerti
maksudnya, dan tidak memperdulikan lingkungan. Masyarakat mengerti cara
pencegahan dan peningkatan taraf kesehatan jiwa secara umum.
Pencegahan dan peningkatan taraf kesehatan jiwa adalah berdasarkan azas
kesehatan jiwa sesuai dengan Undang-undang No.3 tahun 1966 tentang kesehatan
jiwa. Contoh yang dapat dilakukan sehari-hari misalnya dalam keluarga,
khususnya hubungan antara orang tua dan anak. Orang tua bukan hanya bertugas
memberi makan anaknya, tetapi juga perlu memperhatikan untuk memberikan
kasih saying, bimbingan, rasa kehangatan uang disesuaikan dengan perkembangan
jiwa anak. Di samping itu orang tua harus bersikap dan bertingkah laku sesuai
dengan ucapannya, sehingga dapat menjadi contoh yang baik vbagi anak-anak
mereka. Hubungan antara suami-isteri sebaiknya diwarnai oleh adanya kasih
saying dan saling pengertian. Dalam memilih dan menentukan sekolah atau
pekerjaan perlu disesuaikan dengan bakat dan kemampuan anak.
Masyarakat mengerti cara penanggulang gangguan jiwa secara umum dan sistim
rujukannya.
Bila sudah jelas bahwa seseorang menderita gangguan jiwa maka dapatlah
orang itu disarankan atau dibantu dengan membawanya ke fasilitas kesehatan
yang terdekat atau melaporkannya kepada petugas kesehatan yang terdekat. Dapat
juga untuk pertolongan pertama dilaporkan kepada Kepala Desa, Camat atau
pemuka masyarakat untuk dirujuk ke fasilitas kesehatan yang terdekat.
Fasilitas untuk penanggulangan ini dapat melalui Puskesmas yang kemudian bila
perlu dirujuk ke bagian Psikiatri dari Rumah Sakit Umum atau selanjutnya dirujuk
ke Rumah Sakit Jiwa.
Mayarakat dapat memberikan penyuluhan tentang pencegahan dan
peningkatan kesehatan jiwa secara umum.
Upaya pencegahan yang dilakukan pada kesehatan jiwa antara lain:
1. Tingkat pencegahan primer:
Promosi tentang insidensi gangguan jiwa
Penyuluhan tentang faktor risiko gangguan jiwa di masyarakat dan
sekolah
2. Tingkat pencegahan sekunder:
Deteksi dini gangguan perilaku pada anak usia pra sekolah dan usia
sekolah
Penanganan dini gangguan perilaku
3. Tingkat pencegahan tersier:
Edukasi keluarga pasien jiwa
Pelatihan residual impairment or disability
Kontrol pengobatan