Dengan Meningkatnya Masalah Kesehatan Jiwa

9
PROGRAM PENCEGAHAN PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER UPAYA KESEHATAN JIWA Dengan meningkatnya masalah kesehatan jiwa, maka kebutuhan akan pelayanan kesehatan jiwa juga semakin meningkat. Jangkauan pelayanan kesehatan jiwa harus dapat mencapai masyarakat yang jauh dan bukan hanya yang bertempat tinggal di kota besar saja. Hal ini merupakan upaya pemerataan pelayanan kesehatan. Upaya ini tidak mungkin bisa dilaksanakan jikalau pelayanan kesehatan jiwa hanya diberikan oleh RSJ (Rumah Sakit Jiwa) saja yang jumlahnya terbatas dan umumnya berada di ibu kota provinsi (belum semua provinsi memiliki rumah sakit jiwa). Pelayanan kesehatan jiwa yang memadai yang dapat menjangkau seluruh masyarakat belum dapat dilaksanakan disebabkan oleh: Jumlah tenaga kesehatan jiwa masih sangat terbatas dan pada umumnya berada di kota besar. Masalah kesehatan jiwa sering kali bermanifestasi dalam bentuk keluhan fisik, sehingga tidak terdeteksi dan tidak teratasi dengan baik. Pengertian tentang kesehatan jiwa masih kurang dan stigma terhadap gangguan jiwa masih besar, sehingga mereka tidak datang ke pelayanan kesehatan jiwa, tapi banyak yang pergi ke pengobat tradisional atau pemuka agama.

description

hiperkes

Transcript of Dengan Meningkatnya Masalah Kesehatan Jiwa

Page 1: Dengan Meningkatnya Masalah Kesehatan Jiwa

PROGRAM PENCEGAHAN PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER

UPAYA KESEHATAN JIWA

Dengan meningkatnya masalah kesehatan jiwa, maka kebutuhan akan

pelayanan kesehatan jiwa juga semakin meningkat. Jangkauan pelayanan

kesehatan jiwa harus dapat mencapai masyarakat yang jauh dan bukan hanya yang

bertempat tinggal di kota besar saja. Hal ini merupakan upaya pemerataan

pelayanan kesehatan. Upaya ini tidak mungkin bisa dilaksanakan jikalau

pelayanan kesehatan jiwa hanya diberikan oleh RSJ (Rumah Sakit Jiwa) saja yang

jumlahnya terbatas dan umumnya berada di ibu kota provinsi (belum semua

provinsi memiliki rumah sakit jiwa).

Pelayanan kesehatan jiwa yang memadai yang dapat menjangkau seluruh

masyarakat belum dapat dilaksanakan disebabkan oleh:

Jumlah tenaga kesehatan jiwa masih sangat terbatas dan pada umumnya berada di

kota besar.

Masalah kesehatan jiwa sering kali bermanifestasi dalam bentuk keluhan

fisik, sehingga tidak terdeteksi dan tidak teratasi dengan baik.

Pengertian tentang kesehatan jiwa masih kurang dan stigma terhadap gangguan

jiwa masih besar, sehingga mereka tidak datang ke pelayanan kesehatan jiwa, tapi

banyak yang pergi ke pengobat tradisional atau pemuka agama.

Penduduk pedesaan (rural) sulit menjangkau fasilitas kesehatan jiwa dan

membutuhkan biaya yang cukup besar. Adanya otonomi daerah yang membuat

daerah menjadi penentu kebutuhan masing-masing, menyebabkan masalah

pelayanan kesehatan jiwa belum tentu dianggap sebagai kebutuhan prioritas.

Kesehatan Jiwa (UU No. 23 tahun 1992 Ps 24, 25, 26 dan 27): adalah suatu

kondisi mental sejahtera yang memungkinkan hidup harmonis dan produktif

sebagai bagian yang utuh dari kualitas hidup seseorang dengan memperhatikan

semua segi kehidupan manusia.

Orang yang sehat jiwa mempunyai ciri: Menyadari sepenuhnya kemampuan

dirinya. Mampu menghadapi stres kehidupan yang wajar. Mampu bekerja

produktif dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Dapat berperan serta dalam

Page 2: Dengan Meningkatnya Masalah Kesehatan Jiwa

lingkungan hidup. Menerima baik dengan apa yang ada pada dirinya. Merasa

nyaman bersama dengan orang lain

Masalah kesehatan jiwa meliputi: Masalah perkembangan manusia yang

harmonis dan peningkatan kualitas hidup, yaitu masalah kesehatan jiwa yang

berkaitan dengan siklus kehidupan, mulai dari anak dalam kandungan sampai usia

lanjut.

Masalah psikososial yaitu setiap perubahan dalam kehidupan individu baik

yang bersifat psikologis ataupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik

dan dianggap berpotensi cukup besar sebagai faktor penyebab terjadinya

gangguan jiwa (atau gangguan kesehatan) secara nyata, atau sebaliknya masalah

kesehatan jiwa yang berdampak pada lingkungan sosial, misalnya: tawuran,

kenakalan remaja, penyalahgunaan NAPZA, masalah seksual, tindak kekerasan,

stres pasca trauma; pengungsian/migrasi, usia lanjut yang terisolir, masalah

kesehatan jiwa di tempat kerja, penurunan produktivitas; gelandangan psikotik,

pemasungan, anak jalanan.

Gangguan jiwa yaitu suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan

adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu

dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial.

Jenis-jenis gangguan jiwa antara lain: gangguan mental dan perilaku akibat

penggunaan NAPZA, alkohol dan rokok; depresi; ansietas; gangguan somatoform

(psikosomatik); gangguan afektif; gangguan mental organik; skizofrenia;

gangguan jiwa anak dan remaja serta retardasi mental.

Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat. Dilaksanakan oleh masyarakat

sendiri, jadi merupakan pelayanan kesehatan non-formal oleh kader masyarakat.

Fasilitas pelayanan yang melaksanakan :

1. Posyandu,

2. Pos Upaya Kesehatan Kerja (UKK)

3. PKK

4. LKMD/PKMD

5. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

6. Palang Merah Remaja.

7. Pramuka (Saka Bakti Husada)

Page 3: Dengan Meningkatnya Masalah Kesehatan Jiwa

8. Karang Taruna.

9. Pengobatan Tradisional.

Pelayanan yang dilaksanakan meliputi upaya promotif, preventif, kuratif

dan rehabilitatif. Upaya promotif dan preventif bertujuan meningkatkan taraf

kesehatan jiwa dan mencegah terjadinya gangguan jiwa, berupa kegiatan

penyuluhan dan kegiatan pembinaan hidup sehat, agar dapat hidup produktif dan

harmonis.

Upaya kuratif merupakan pelayanan yang bertujuan merawat dan mengobati

agar penderita gangguan jiwa dapat disembuhkan atau dipulihkan kesehatannya.

Upaya rehabilitatif merupakan berbagai upaya yang medis, edukatif, vokasional,

danm social yang bertujuan memulihkan kemampuan fungsional seseorang yang

cacat (impairment, disability, dan handicap) seoptimal mungkin, sehingga dapat

hidup produktif dan beriontegrasi kembali ke dalam masyarakat.

Upaya kesehatan jiwa berbasis masyarakat lebih banyak diarahkan pada upaya

promotif dan preventif. Kegiatan ini biasanya berintegrasi dengan program-

program lain yang ada di instansi kesehatan. Sedangkan upaya kuratif biasanya

dianjurkan untuk dilaksanakan di fasilitas kesehatan seperti Puskesmas dan

Rumah Sakit. Upaya rehabilitatif merupakan upaya yang dilaksanakan juga oleh

masyarakat. Diharapkan dengan penerimaan yang baik dan lingkungan yang serasi

membantu memulihkan kemampuan penderita gangguan jiwa. Upaya Kesehatan

Jiwa berbasis masyarakat bertujuan : Masyarakat mengerti arti kesehatan jiwa .

Keadaan jiwa yang sehat menurut ilmu kedokteran sebagai unsure daripada

kesehatan, yang merupakan kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,

intelektual, dan emosional yang optimal dari seseorang, dan perkembangan itu

berjalan selaras dengan keadaan orang.orang lain.(Undang-undang No.3 thn 1966

tentang kesehatan jiwa) Makna kesehatn jiwa mempunyai sifat-sifat yang

harmonis (serasi dan memperhatikan semua segi-segi dalam kehidupan manusia

dalam hubungannnya dengan manusia lain. Masyarakat mengerti arti

perkembangan jiwa yang optimal Keseimbangan keadaan perilaku yang berfungsi

secara optimal dalam : Hubungan social yaitu semua hubungan dengan manusia,

khususnya teman dan anggota keluarga. Juga dipertimbangkan mengenai luas dan

Page 4: Dengan Meningkatnya Masalah Kesehatan Jiwa

kualitas dari hubungan social itu. Fungsi pekerjaan atau sekolah, yaitu kekhususan

dan kualitas atau kuantitas dari hasil yang dicapainya sebagai karyawan, siswa,

mahasiswa atau pengatur rumah tangga. Penilaian tertinggi hanya diberikan

apabila hasil produktivitasnya tinggi, yang dicapainya tanpa keluhan rasa tidak

enak.

Penggunaan waktu senggang, yaitu aktivitas rekreasi dan pengembangan

hobinya. Jadi perkembangan jiwa yang optimal itu adalah bila seseorang dapat

berfungsi secara optimal di dalam hubungan sosialnya, bidang pekerjaannya dan

penggunaan waktu senggangnya. Masyarakat mengenal ciri-ciri perkembangan

jiwa yang optimal dan gejala perkembangan jiwa yang tidak optimal.

Ciri-ciri perkembangan jiwa yang optimal, dapat dilihat misalnya : seseorang yang

berprestasi baik dalam pekerjaannya, hubungan yang baik dan harmonisdengan

keluarga dan kawan dekatnya, serta dapat mengisi waktu luang dengan bersantai

atau pengembangan hobinya. Contoh lain misalnya seorang anak SD kelas VI

yang mendapat nilai baik disekolahnya, mempunyai banyak kawan dan menonjol

dalam olah raga. Hal-hal tersebut dapat dicapainya dengan mudah dan cukup

santai.

Perkembangan yang sangat buruk yaitu adanya hendaya atau ketidak

sanggupan yang berat dalam hubungan social dan pekerjaan atau sekolahnya.

Contohnya : Seorang ibu rumah tangga yang tidak sanggup mengatur rumah

tangganya. Contoh lain : Seorang anak berusia 12 tahun yang tidak mempunyai

kawan dan selalu gagal dalam pelajarannya di sekolah sehingga perlu dibantu.

Perkembangan pasti menderita suatu gangguan jiwa. Karena seperti kita ketahui

bahwa diantara perkembangan jiwa yang optimal dan yang buruk masih terdapat

derajat variasi dari yang optimal baik, sedang, sampai buruk. Masyarakat

mengenal gangguan jiwa secara umum. Yang dimaksud dengan gangguan jiwa

adalah kumpulan gejala atau pola perilaku seseorang yang secara klinik cukup

bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan atau

hendaya (ketidak sanggupan) di dalam satu atau lebih fungsi yang dari manusia.

Gangguan fungsi itu dapat dilihat dari segi perilaku, psikologik atau biologic, dan

gangguan itu tidak hanya terletak dalam hubungan antara orang itu dengan

masyarakat, tetapi dapat juga terletak dalam diri orang itu sendiri. Bila melihat

Page 5: Dengan Meningkatnya Masalah Kesehatan Jiwa

konsep gangguan jiwa di atas, tentu sangat banyak variasinya, antar yang ringan

sampai berat. Sebagai contoh : Suatu gangguan jiwa berat dengan gejala-gejala

umum, yang menunjukkan adanya hendaya berat di dalam menilai realitas. Orang

itu akan salah menilai ketepatan fikirnya, penangkapan panca ideranya dan salah

menyimpulkan realitas dunia luar, meskipun telah tersedia bukti-bukti yang

menyangkal hal itu. Contoh : bicara kacau, perilaku aneh tanpa dapat dimengerti

maksudnya, dan tidak memperdulikan lingkungan. Masyarakat mengerti cara

pencegahan dan peningkatan taraf kesehatan jiwa secara umum.

Pencegahan dan peningkatan taraf kesehatan jiwa adalah berdasarkan azas

kesehatan jiwa sesuai dengan Undang-undang No.3 tahun 1966 tentang kesehatan

jiwa. Contoh yang dapat dilakukan sehari-hari misalnya dalam keluarga,

khususnya hubungan antara orang tua dan anak. Orang tua bukan hanya bertugas

memberi makan anaknya, tetapi juga perlu memperhatikan untuk memberikan

kasih saying, bimbingan, rasa kehangatan uang disesuaikan dengan perkembangan

jiwa anak. Di samping itu orang tua harus bersikap dan bertingkah laku sesuai

dengan ucapannya, sehingga dapat menjadi contoh yang baik vbagi anak-anak

mereka. Hubungan antara suami-isteri sebaiknya diwarnai oleh adanya kasih

saying dan saling pengertian. Dalam memilih dan menentukan sekolah atau

pekerjaan perlu disesuaikan dengan bakat dan kemampuan anak.

Masyarakat mengerti cara penanggulang gangguan jiwa secara umum dan sistim

rujukannya.

Bila sudah jelas bahwa seseorang menderita gangguan jiwa maka dapatlah

orang itu disarankan atau dibantu dengan membawanya ke fasilitas kesehatan

yang terdekat atau melaporkannya kepada petugas kesehatan yang terdekat. Dapat

juga untuk pertolongan pertama dilaporkan kepada Kepala Desa, Camat atau

pemuka masyarakat untuk dirujuk ke fasilitas kesehatan yang terdekat.

Fasilitas untuk penanggulangan ini dapat melalui Puskesmas yang kemudian bila

perlu dirujuk ke bagian Psikiatri dari Rumah Sakit Umum atau selanjutnya dirujuk

ke Rumah Sakit Jiwa.

Mayarakat dapat memberikan penyuluhan tentang pencegahan dan

peningkatan kesehatan jiwa secara umum.

Page 6: Dengan Meningkatnya Masalah Kesehatan Jiwa

Upaya pencegahan yang dilakukan pada kesehatan jiwa antara lain:

1. Tingkat pencegahan primer:

Promosi tentang insidensi gangguan jiwa

Penyuluhan tentang faktor risiko gangguan jiwa di masyarakat dan

sekolah

2. Tingkat pencegahan sekunder:

Deteksi dini gangguan perilaku pada anak usia pra sekolah dan usia

sekolah

Penanganan dini gangguan perilaku

3. Tingkat pencegahan tersier:

Edukasi keluarga pasien jiwa

Pelatihan residual impairment or disability

Kontrol pengobatan