DENGAN BANYAK · Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan. ... Tubuh mereka dibalut...

1
ANGGUN: Salah satu peserta mengenakan kostum yang didominasi warna biru dalam Parade Budaya dan Bunga di peringatan Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) ke-724, Minggu (7/5). layouter: dony RADAR SURABAYA l RABU, 31 MEI 2017 HALAMAN 54 K EMERIAHAN Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) ke-724 tampak di arena Parade Budaya dan Bunga (Culture Parade & Flowers) yang digelar di sepanjang jalan protokol di Surabaya, Minggu (7/5) lalu. Menempuh rute sejauh 5,3 km, acara ini menghibur ratusan ribu warga Surabaya yang tumplek blek turun ke jalan menyambut karnaval itu dengan antusias. Pawai bunga dan parade budaya itu diawali di Tugu Pahlawan. Acara dibuka mulai pukul 08.00. Namun satu jam sebelumnya, penonton sudah tampak menyemut di jalanan yang menjadi rute karnaval tersebut. Mereka seolah tak sabar menunggu even tahunan yang digelar Pemkot Surabaya dengan menempuh rute mulai start di Jalan Pahlawan dan finis di Taman Bungkul. Pelepasan arak-arakan puluhan mobil berhias bebungaan dan ratusan peserta karnaval budaya itu dilakukan langsung oleh Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini. Ia didampingi oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan. Sebelum melepas Parade Bunga dan Budaya ini, Risma memberi wejangan. Salah satunya adalah agar warga Surabaya yang heterogen dan majemuk ini bisa menjaga kerukunan di balik segala perbedaan. Selain menampilkan keindahan lewat aneka ragam bunga- bunga yang menjadi hiasan peserta. “Di ulang tahun Surabaya ke-724 ini, ayo kita terus bergandengan tangan. Jangan mudah dihasut. Tidak boleh ada perpecahan. Tidak boleh ada yang bertengkar. Kita ini cucu para pahlawan. Karena itu, mari jaga persatuan dan songsong masa depan,” ucap Risma sebelum melepas para peserta. Pesan itu disampaikan dalam momen yang tepat. Sebab, Parade Budaya dan Bunga juga diikuti oleh beragam peserta dari luar Surabaya. Bahkan, perwakilan dari beberapa konsulat jenderal (konjen) negara-negara sahabat juga turut hadir. Warga yang menyaksikan acara ini memang tak hanya terpusat di sekitar Tugu Pahlawan. Mereka menyemut di sepanjang rute yang dilalui Parade Bunga. Total rute yang dilalui sepanjang 5,3 kilometer dari depan Tugu Pahlawan, kemudian ke Jalan Tunjungan, Jalan Gubernur Suryo, Jalan Panglima Sudirman, hingga finis di Taman Bungkul. Momen Parade Budaya dan Bunga tahun ini memang lebih meriah. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Surabaya, Widodo Suryantoro mengatakan hal itu dikarenakan jumlah peserta yang lebih membludak. “Tahun lalu, jumlah peserta yang ikut Parade Bunga hanya 50. Tahun ini, total ada 75 peserta yang turut ambil bagian,” ungkapnya. Peserta yang makin banyak itu disebabkan gencarnya sosialisasi yang dilakukan Pemkot Surabaya. Widodo menyebutkan bahwa pihaknya sudah melakukan sosialisasi acara bahkan sejak Februari lalu. “Kami ajak daerah lain untuk bergabung dalam parade ini. Akhirnya beberapa kota di Jatim seperti Banyuwangi atau Ponorogo ikut serta. Bahkan, sister city asal Jepang juga ikut,” lanjutnya. Selain itu, peserta tahun ini juga lebih kreatif. Seperti yang dilakukan oleh Komunitas India. Mereka berdandan ala wayang. Tubuh mereka dibalut asesoris keemasan. Tampak juga seorang rupawan. Ternayata, Komunitas India itu membawakan tema kisah Mahabarata. Komunitas lokal tak mau kalah. Barisan Komunitas Reog Surabaya tampak atraktif. Membawa 20 Dadak Merak, mereka tak henti mempertontonkan aksi Jaranan dan Jatilan di sepanjang jalan yang dilalui. Hal itu membuat penonton berdecak kagum. (gus/jay) MENYEMUT: Ribuan warga berebut mendekati mobil hias peserta Parade Budaya dan Bunga saat melintas di Jalan Gubernur Suryo, Minggu (7/5). S URABAYA kembali memiliki duta pariwisata anyar. Keduanya adalah Cak Guruh dan Ning Chilla yang terpilih sebagai Cak dan Ning Surabaya 2017. Kedua duta wisata ini terpilih setelah berhasil menyisihkan 14 pasangan lain yang tampil sebagai finalis dalam malam grand final di Covention Hall Tunjungan Plaza, Jumat (12/5) lalu. Keduanya dipilih secara mutlak oleh tim juri karena dianggap mampu dan kompeten dalam mengemban tugas sebagai duta untuk mengenalkan pariwisata Surabaya ke dunia luar. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Surabaya, Widodo Suryantoro mengatakan bahwa pemilihan Cak Ning bersifat reguler dan diadakan setiap tahun. Kegiatan ini sengaja dipersembahkan kepada warga Surabaya dalam mempromosikan dan meningkatkan promosi pariwisata. Ia berharap para pemenang terpilih mampu menjalankan tugas dengan baik dan sepenuh hati. “Harapannya mereka bisa mempromosikan Kota Surabaya sebagai destinasi wisata yang tak kalah dengan beberapa daerah lain di Jawa Timur dan Indonesia. Promosi itu nantinya dilakukan tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga luar negeri,” kata Widodo seusai pemilihan. Widodo juga memberikan pesan khusus bagi Cak dan Ning terpilih agar lebih belajar lagi untuk mendalami seluk beluk Kota Surabaya. “Ini tugas yang tidak mudah bagi mereka. Khususnya yang jadi Cak Ning dan Wakil Cak Ning. Setelah ini kami berikan pendidikan dan pelatihan selama dua bulan untuk bisa memperdalam pengetahuan tentang Surabaya,” pungkasnya. Guruh Dwi Samudra dan Sthepahie Ruth Anchilla terpilih sebagai Cak dan Ning 2017 setelah mendapatkan nilai tertinggi dalam acara bertema Attraction in Diversity (daya tarik dalam keragaman) ini. Pengetahuan mereka seputar keberagaman yang ada di Surabaya membawanya sebagai peserta terbaik. Sedangkan Agustin Poliana, salah satu dewan juri yang juga politisi DPRD menegaskan bahwa pihaknya sangat mendukung dengan acara-acara seperti ini. Sebab menghadirkan bibit-bibit yang bisa memasarkan Kota Surabaya secara lebih bagus. “Peserta kali ini saya kira sudah I N D A H N Y A PERBEDAAN Parade Budaya Bunga Surabaya PARA PEMENANG: Kadisbudpar Widodo Suryantoro bersama para pemenang gelaran Cak dan Ning Surabaya 2017. sangat bagus. Sebab dari beberapa pertanyaan mereka terlihat bisa memasarkan daerahnya. Terpenting tahu potensi yang ada di Surabaya itu sendiri,” ujar politisi yang kerap disapa Titin ini. Titin berharap pengetahuan Cak dan Ning lebih luas lagi mengenai Surabaya. Sebab Surabaya masih banyak potensi yang bisa digali dan dipromosikan. “Harus benar-benar tahu Surabaya, mulai dari makanan, tempat wisata dan sejarah di Surabaya,” pungkasnya. (jar/jay) UJI KEMAMPUAN: Para finalis Cak dan Ning saat mendapatkan pertanyaan dari dewan juri untuk menentukan para pemenang. Cak Guruh dan Ning Chilla

Transcript of DENGAN BANYAK · Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan. ... Tubuh mereka dibalut...

ANGGUN: Salah satu peserta mengenakan kostum yang didominasi warna biru

dalam Parade Budaya dan Bunga di peringatan Hari Jadi Kota Surabaya

(HJKS) ke-724, Minggu (7/5).

layouter: dony

DENGAN BANYAK

RADAR SURABAYA l RABU, 31 MEI 2017 HALAMAN 54

KEMERIAHAN Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) ke-724 tampak di arena Parade Budaya dan Bunga (Culture

Parade & Flowers) yang digelar di sepanjang jalan protokol di Surabaya, Minggu (7/5) lalu. Menempuh rute sejauh 5,3 km, acara ini menghibur ratusan ribu warga Surabaya yang tumplek blek turun ke jalan menyambut karnaval itu dengan antusias.

Pawai bunga dan parade budaya itu diawali di Tugu Pahlawan. Acara dibuka mulai pukul 08.00. Namun satu jam sebelumnya, penonton sudah tampak menyemut di jalanan yang menjadi rute karnaval tersebut. Mereka seolah tak sabar menunggu even tahunan yang digelar Pemkot Surabaya dengan menempuh rute mulai start di Jalan Pahlawan dan finis di Taman Bungkul.

Pelepasan arak-arakan puluhan mobil

berhias bebungaan dan ratusan peserta karnaval budaya itu dilakukan langsung oleh Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini. Ia didampingi oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral

(ESDM), Ignasius Jonan. Sebelum melepas Parade Bunga dan

Budaya ini, Risma memberi wejangan. Salah satunya adalah agar warga Surabaya yang heterogen dan majemuk

ini bisa menjaga kerukunan di balik segala perbedaan. Selain menampilkan keindahan lewat aneka ragam bunga-bunga yang menjadi hiasan peserta.

“Di ulang tahun Surabaya ke-724 ini, ayo kita terus bergandengan tangan. Jangan mudah dihasut. Tidak boleh ada perpecahan. Tidak boleh ada yang bertengkar. Kita ini cucu para pahlawan. Karena itu, mari jaga persatuan dan songsong masa depan,” ucap Risma sebelum melepas para peserta.

Pesan itu disampaikan dalam momen yang tepat. Sebab, Parade Budaya dan Bunga juga diikuti oleh beragam peserta dari luar Surabaya. Bahkan, perwakilan dari beberapa konsulat jenderal (konjen) negara-negara sahabat juga turut hadir.

Warga yang menyaksikan acara ini memang tak hanya terpusat di sekitar Tugu Pahlawan. Mereka menyemut di sepanjang rute yang dilalui Parade Bunga. Total rute yang dilalui sepanjang 5,3 kilometer dari depan Tugu Pahlawan, kemudian ke Jalan Tunjungan, Jalan Gubernur Suryo, Jalan Panglima Sudirman, hingga finis di Taman Bungkul.

Momen Parade Budaya dan Bunga tahun ini memang lebih meriah. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Surabaya, Widodo Suryantoro mengatakan hal itu dikarenakan jumlah peserta yang lebih membludak. “Tahun lalu, jumlah peserta yang ikut Parade Bunga hanya 50. Tahun ini, total ada 75 peserta yang

turut ambil bagian,” ungkapnya.Peserta yang makin banyak itu

disebabkan gencarnya sosialisasi yang dilakukan Pemkot Surabaya. Widodo menyebutkan bahwa pihaknya sudah melakukan sosialisasi acara bahkan sejak Februari lalu. “Kami ajak daerah lain untuk bergabung dalam parade ini. Akhirnya beberapa kota di Jatim seperti Banyuwangi atau Ponorogo ikut serta. Bahkan, sister city asal Jepang juga ikut,” lanjutnya.

Selain itu, peserta tahun ini juga lebih kreatif. Seperti yang dilakukan oleh Komunitas India. Mereka berdandan ala wayang. Tubuh mereka dibalut asesoris keemasan. Tampak juga seorang rupawan. Ternayata, Komunitas India itu membawakan tema kisah Mahabarata.

Komunitas lokal tak mau kalah. Barisan Komunitas Reog Surabaya tampak atraktif. Membawa 20 Dadak Merak, mereka tak henti mempertontonkan aksi Jaranan dan Jatilan di sepanjang jalan yang dilalui. Hal itu membuat penonton berdecak kagum. (gus/jay)

MENYEMUT: Ribuan warga berebut mendekati mobil hias peserta Parade Budaya dan Bunga saat melintas di Jalan Gubernur Suryo, Minggu (7/5).

SURABAYA kembali memiliki duta pariwisata anyar. Keduanya adalah Cak Guruh dan Ning Chilla yang terpilih

sebagai Cak dan Ning Surabaya 2017. Kedua duta wisata ini terpilih setelah berhasil menyisihkan 14 pasangan lain yang tampil sebagai finalis dalam malam grand final di Covention Hall Tunjungan Plaza, Jumat (12/5) lalu.

Keduanya dipilih secara mutlak oleh tim juri karena dianggap mampu dan kompeten dalam mengemban tugas sebagai duta untuk mengenalkan pariwisata Surabaya ke dunia luar.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Surabaya, Widodo Suryantoro mengatakan bahwa pemilihan Cak Ning bersifat reguler dan diadakan setiap tahun.

Kegiatan ini sengaja dipersembahkan kepada warga Surabaya dalam mempromosikan dan meningkatkan promosi pariwisata. Ia berharap para pemenang terpilih mampu menjalankan tugas dengan baik dan sepenuh hati.

“Harapannya mereka bisa mempromosikan Kota Surabaya sebagai destinasi wisata yang tak kalah dengan beberapa daerah lain di Jawa Timur dan Indonesia. Promosi itu nantinya dilakukan tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga luar negeri,” kata Widodo seusai pemilihan.

Widodo juga memberikan pesan khusus bagi Cak dan Ning terpilih agar lebih belajar lagi untuk mendalami seluk beluk Kota Surabaya. “Ini tugas yang tidak mudah bagi mereka. Khususnya

yang jadi Cak Ning dan Wakil Cak Ning. Setelah ini kami berikan pendidikan dan pelatihan selama dua bulan untuk bisa memperdalam pengetahuan tentang Surabaya,” pungkasnya.

Guruh Dwi Samudra dan Sthepahie Ruth Anchilla terpilih sebagai Cak dan Ning 2017 setelah mendapatkan nilai tertinggi dalam acara bertema Attraction in Diversity (daya tarik dalam keragaman) ini. Pengetahuan mereka seputar keberagaman yang ada di Surabaya membawanya sebagai peserta terbaik.

Sedangkan Agustin Poliana, salah satu dewan juri yang juga politisi DPRD menegaskan bahwa pihaknya sangat mendukung dengan acara-acara seperti ini. Sebab menghadirkan bibit-bibit yang bisa memasarkan Kota Surabaya secara lebih bagus.

“Peserta kali ini saya kira sudah

I N D A H N Y A

PERBEDAANParade Budaya Bunga Surabaya

PARA PEMENANG: Kadisbudpar Widodo Suryantoro bersama para pemenang gelaran Cak dan Ning Surabaya 2017.

sangat bagus. Sebab dari beberapa pertanyaan mereka terlihat bisa memasarkan daerahnya. Terpenting tahu potensi yang ada di Surabaya itu sendiri,” ujar politisi yang kerap disapa Titin ini.

Titin berharap pengetahuan Cak dan

Ning lebih luas lagi mengenai Surabaya. Sebab Surabaya masih banyak potensi yang bisa digali dan dipromosikan. “Harus benar-benar tahu Surabaya, mulai dari makanan, tempat wisata dan sejarah di Surabaya,” pungkasnya. (jar/jay)

UJI KEMAMPUAN: Para finalis Cak dan Ning saat mendapatkan

pertanyaan dari dewan juri untuk menentukan para pemenang.

Cak Guruh dan Ning Chilla