Demokrasi (paisal)

20
BAB I PENDAHULUAN Sebagai sebuah ideologi, demokrasi kerap dihadapkan pada dua realita. Di satu pihak, demokrasi biasanya dijadikan ideologi yang menjadi basis bagi terciptanya pemerintahan yang aspiratif. Sedangkan di sisi yang lain, demokrasi kerap ditolak, karena klaim kebenaran yang dipegang demokrasi bersandar pada kebenaran mayoritas. Bagi para pengkritik demokrasi, kebenaran mayoritas tidak selamanya menghadirkan kebenaran yang sesungguhnya. Ujung dari kritik terhadap demokrasi ini biasanya ditunjukkan melalui pelbagai realita penyimpangan demokrasi di berbagai negara belakangan ini. Realita yang memperlihatkan ketidaksingkronan antara nilai-nilai demokrasi dengan terciptanya keteraturan di masyarakat. Penolakan terhadap demokrasi sesungguhnya berlangsung sejak ribuan tahun silam, bahkan di masa- masa awal ideologi ini muncul. Arestoteles, seorang filusuf yang amat masyhur, adalah salah seorang penentangnya. Arestoteles beranggapan bahwa, demokrasi adalah bentuk pemerosotan sistem pemerintahan. 1 Oleh Arestoteles, demokrasi disebut sebagai mobocracy atau the rule of mob, yaitu pemerintahan yang dilakukan oleh massa, yang pada ujungnya hanya akan melahirkan anarkhisme. Arestoteles nampaknya lebih setuju dengan sistem pemerintahan yang dikendalikan oleh sekelompok orang terpelajar. 2 Oleh Aristoteles ini 1 Sri Soemantri, Tentang Lembaga-Lembaga Negara Menurut UUD 1945, (Bandung: Alumni, 1973), hlm 1. 2 M.Rifqinizamy Karsayuda, Pilkada : Perspektif Hukum Tata Negara, (Yogyakarta: Total Media, 2006), hlm 12. 1

Transcript of Demokrasi (paisal)

Page 1: Demokrasi (paisal)

BAB I

PENDAHULUAN

Sebagai sebuah ideologi, demokrasi kerap dihadapkan pada dua realita. Di

satu pihak, demokrasi biasanya dijadikan ideologi yang menjadi basis bagi

terciptanya pemerintahan yang aspiratif. Sedangkan di sisi yang lain, demokrasi

kerap ditolak, karena klaim kebenaran yang dipegang demokrasi bersandar pada

kebenaran mayoritas. Bagi para pengkritik demokrasi, kebenaran mayoritas tidak

selamanya menghadirkan kebenaran yang sesungguhnya. Ujung dari kritik

terhadap demokrasi ini biasanya ditunjukkan melalui pelbagai realita

penyimpangan demokrasi di berbagai negara belakangan ini. Realita yang

memperlihatkan ketidaksingkronan antara nilai-nilai demokrasi dengan

terciptanya keteraturan di masyarakat.

Penolakan terhadap demokrasi sesungguhnya berlangsung sejak ribuan

tahun silam, bahkan di masa-masa awal ideologi ini muncul. Arestoteles, seorang

filusuf yang amat masyhur, adalah salah seorang penentangnya. Arestoteles

beranggapan bahwa, demokrasi adalah bentuk pemerosotan sistem pemerintahan.1

Oleh Arestoteles, demokrasi disebut sebagai mobocracy atau the rule of

mob, yaitu pemerintahan yang dilakukan oleh massa, yang pada ujungnya hanya

akan melahirkan anarkhisme. Arestoteles nampaknya lebih setuju dengan sistem

pemerintahan yang dikendalikan oleh sekelompok orang terpelajar.2 Oleh

Aristoteles ini disebut sebagai sistem pemerintahan oligharkhi dalam bentuk yang

positif. Ketika pemerintahan dikendalikan oleh ataupun atas nama rakyat

mayoritas, maka pemrintahan tersebut sukar dikendalikan, demikian argumen

penolakan Arestoteles atas demokrasi.

Meskipun demikian, belakangan hari hampir seluruh negara mengklaim

menjadi negara demokrasi, termasuk Indonesia. Klausula Konstitusi kita yang

menyatakan bahwa “Kedaulatan berada di tangan rakyat” merupakan penerimaan

terhadap ide demokrasi secara tersirat.

Untuk itu pada kesempatan ini penulis akan mencoba mengulas tentang

demokrasi sehingga kita memahami bagaimana suatu ideologi demokrasi dapat

berjalan di suatu negara termasuk negara kita republik Indonesia.

1Sri Soemantri, Tentang Lembaga-Lembaga Negara Menurut UUD 1945, (Bandung: Alumni, 1973), hlm 1.

2M.Rifqinizamy Karsayuda, Pilkada : Perspektif Hukum Tata Negara, (Yogyakarta: Total Media, 2006), hlm 12.

1

Page 2: Demokrasi (paisal)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Demokrasi di Indonesia

Istilah “demokrasi” berasal dari Yunani Kuno yang tepatnya diutarakan di

Athena kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut dianggap sebagai contoh awal

dari sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Namun,

arti dari istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu, dan definisi modern telah

berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan perkembangan sistem

“demokrasi” di banyak negara. Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu

demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga

dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai

pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi

menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini

disebabkan karena demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator

perkembangan politik suatu negara.3

Sedangkan sistem perwakilan, dimana para wakil rakyat terpilih mewakili

rakyat untuk menjalankan tugas-tugas kekuasaan legislatif,mengawasi dan

meminta  pertanggungjawaban kekuasaan adalah perangkat yang menjadi

penyambung bagi demokrasi langsung dimana rakyat melakukan secara langsung

semua tugas-tugas kekuasaan ini dalam rangka mewujudkan tujuan-tujuan

demokrasi.4

Demokrasi yang dianut di Indonesia, yaitu demokrasi berdasarkan

Pancasila, masih dalam taraf perkembangan dan mengenai sifat-sifat dan ciri-

cirinya terdapat berbagai tafsiran serta pandangan. Tetapi yang tidak dapat

disangkal ialah bahwa beberapa nilai pokok dari demokrasi konstitusionil cukup

jelas tersirat di dalam Undang Undang Dasar 1945. Selain dari itu Undang-

Undang Dasar kita menyebut secara eksplisit 2 prinsip yang menjiwai naskah itu

dan yang dicantumkan dalam penjelasan mengenai Sistem Pemerintahan Negara,

yaitu:5

1. Indonesia ialah negara yang berdasarkan atas hukum (Rechstaat).

Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (Rechstaat), tidak berdasarkan

kekuasaan belaka (Machstaat).

3Mansoor al jamri, Islamiisme, Pluralisme and Civil society, terj Mahnun Husein (Yogyakarta:Tiara Wacana,2007) 111-112.

4Muhammad Imarah, Perang Terminologi Islam versus Barat, terj Musthalah Maufur, (Jakarta:Robbani Press,1998), hlm. 178-179.

5Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002),

hlm. 67.

2

Page 3: Demokrasi (paisal)

2. Sistem Konstitusionil

Pemerintahan berdasarkan atas Sistem Konstitusi (Hukum Dasar),

tidak bersifat Absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas). Berdasarkan 2

istilah Rechstaat dan sistem konstitusi, maka jelaslah bahwa demokrasi yang

menjadi dasar dari Undang-Undang Dasar 1945, ialah demokrasi

konstitusionil. Di samping itu corak khas demokrasi Indonesia, yaitu

kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan

perwakilana, dimuat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar.

Dengan demikian demokrasi Indonesia mengandung arti di samping nilai

umum, dituntut nilai-nilai khusus seperti nilai-nilai yang memberikan pedoman

tingkah laku manusia Indonesia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha

Esa, sesama manusia, tanah air dan Negara Kesatuan Republik Indonesia,

pemerintah dan masyarakat, usaha dan krida manusia dalam mengolah

lingkungan hidup. Pengertian lain dari demokrasi Indonesia adalah kerakyatan

yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan,

yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan

Beradab, Persatuan Indonesia dan bertujuan untuk mewujudkan keadilan sosial

bagi seluruh rakyat Indonesia (demokrasi pancasila). Pengertian tersebut pada

dasarnya merujuk kepada ucapan Abraham Lincoln, mantan presiden Amerika

Serikat, yang menyatakan bahwa demokrasi suatu pemerintahan dari rakyat, oleh

rakyat dan untuk rakyat, berarti pula demokrasi adalah suatu bentuk kekuasaan

dari – oleh untuk rakyat. Menurut konsep demokrasi, kekuasaan menyiratkan

arti politik dan pemerintahan, sedangkan rakyat beserta warga masyarakat

didefinisikan sebagai warga negara. Kenyataannya, baik dari segi konsep maupun

praktik, demos menyiratkan makna diskriminatif. Demos bukan untuk rakyat

keseluruhan, tetapi populus tertentu, yaitu mereka yang berdasarkan tradisi atau

kesepakatan formal memiliki hak preogratif forarytif dalam proses

pengambilan/pembuatan keputusan menyangkut urusan publik atau menjadi wakil

terpilih, wakil terpilih juga tidak mampu mewakili aspirasi yang memilihnya.6

Secara ringkas, demokrasi Pancasila memiliki beberapa pengertian

sebagai berikut:7

1. Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang berdasarkan kekeluargaan dan

gotong-royong yang ditujukan kepada kesejahteraan rakyat, yang

mengandung unsur-unsur berkesadaran religius, berdasarkan kebenaran,

6Idris Israil, Pendidikan Pembelajaran dan Penyebaran Kewarganegaraan, (Malang: Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, 2005), hlm. 51.

7Kaelan, Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta: Paradigma, 2004), hlm. 56.

3

Page 4: Demokrasi (paisal)

kecintaan dan budi pekerti luhur, berkepribadian Indonesia dan

berkesinambungan.

2. Dalam demokrasi Pancasila, sistem pengorganisasian negara dilakukan oleh

rakyat sendiri atau dengan persetujuan rakyat.

3. Dalam demokrasi Pancasila kebebasan individu tidak bersifat mutlak, tetapi

harus diselaraskan dengan tanggung jawab sosial.

4. Dalam demokrasi Pancasila, keuniversalan cita-cita demokrasi dipadukan

dengan cita-cita hidup bangsa Indonesia yang dijiwai oleh semangat

kekeluargaan, sehingga tidak ada dominasi mayoritas atau minoritas.

Awal mula berkembangnya gagasan dan konsep demokrasi di Indonesia

tidak dapat dilepaskan dengan perkembangan situasi sosial politik masa kolonial

pada tahun-tahun pertama abad 20 yang ditandai dengan beberapa perkembangan

penting: Pertama, mulai terbuka terhadap arus informasi politik di tingkat global.

Kedua, “migrasi” para para aktifis politik berhaluan radikal Belanda, umumnya

mereka adalah para buangan politik, ke Hindia Belanda. Di wilayah yang baru ini

mereka banyak memperkenalkan ide-ide dan gagasan politik modern kepada para

pemuda bumiputera. Dapat dicatat disini para “migran politik’ tersebut antara

lain; Bergsma, Baars, Sneevliet, dan beberapa yang lain. Ketiga, transformasi

pendidikan di kalangan masyarakat pribumi.

Di Indonesia, fenomena demokrasi dapat ditemui dalam sejarah

perkembangan politik pasca kolonial. Fokus demokrasi pada masa demokrasi

parlementer (1955-1959), demokrasi terpimpin (1959-1965) bentukkan Presiden

Soekarno, demokrasi Pancasila masa Orde Baru, dan karakteristik demokrasi

setelah berakhirnya kekuasaan otoritarian (periode transisi dan konsolidasi

demokrasi 1998-2007).

1. Masa Demokrasi Liberal

Momentum historis perkembangan demokrasi setelah kemerdekaan di

tandai dengan keluarnya Maklumat No. X pada 3 November 1945 yang

ditandatangani oleh Hatta. Dalam maklumat ini dinyatakan perlunya

berdirinya partai-partai politik sebagai bagian dari demokrasi, serta rencana

pemerintah menyelenggarakan pemilu pada Januari 1946. Maklumat Hatta

berdampak sangat luas, melegitimasi partai-partai politik yang telah terbentuk

sebelumnya dan mendorong terus lahirnya partai-partai politik baru.

Pada tahun 1953 Kabinet Wilopo berhasil menyelesaikan regulasi

pemilu dengan ditetapkannya UU No. 7 tahun 1953 Pemilu. Pemilu

multipartai secara nasional disepakati dilaksanakan pada 29 September 1955

4

Page 5: Demokrasi (paisal)

(untuk pemilhan parlemen) dan 15 Desember 1955 (untuk pemilihan anggota

konstituante). Pemilu pertama nasional di Indonesia ini dinilai berbagai

kalangan sebagai proses politik yang mendekati kriteria demokratis, sebab

selain jumlah parpol tidak dibatasi, berlangsung dengan langsung umum

bebas rahasia (luber), serta mencerminkan pluralisme dan

representativness.Fragmentasi politik yang kuat berdampak kepada

ketidakefektifan kinerja parlemen hasil pemilu 1955 dan pemerintahan yang

dibentuknya. Parlemen baru ini tidak mampu memberikan terobosan bagi

pembentukan pemerintahan yang kuat dan stabil, tetapi justru mengulangi

kembali fenomena politik sebelumnya, yakni “gonta-ganti” pemerintahan

dalam waktu yang relatif pendek.

Ketidakefektifan kinerja parlemen memperkencang serangan-serangan

yang mendelegitimasi parlemen dan partai-partai politik pada umumnya.

Banyak kritikan dan kecaman muncul, bahkan tidak hanya dilontarkan tokoh-

tokoh “anti demokrasi”. Hatta dan Syahrir menuduh para politisi dan

pimpinan partai-partai politik sebagai orang yang memperjuangkan

kepentingannya sendiri dan keuntungan kelompoknya, bukan mengedepankan

kepentingan rakyat. Namun begitu, mereka tidak menjadikan demokrasi

parlementer sebagai biang keladi kebobrokan dan kemandegan politik. Hal ini

berbeda dengan Soekarno yang menempatkan demokrasi parlementer atau

demokrasi liberal sebagai sasaran tembak. Soekarno lebih mengkritik pada

sistemnya.

Kebobrokan demokrasi liberal yang sedang diterapkan, dalam

penilaian Soekarno, merupakan penyebab utama kekisruhan politik. Maka,

yang paling mendesak untuk keluar dari krisis politik tersebut adalah

“mengubur” demokrasi liberal yang dalam pandangannya tidak cocok untuk

dipraktikkan di Indonesia. Akhirnya, Soekarno menyatakan demokrasi

parlementer tidak dapat digunakan untuk revolusi, “parliamentary democracy

is not good for revolution”.

2. Demokrasi Diktatorial (dibawah Soekarno dan Soeharto)

Dalam amanatnya kepada sidang pleno Konstitante di Bandung 22

April 1959, Soekarno dengan lugas menyerang konstituante, praktik

demokrasi liberal, dan menawarkan kembali konsepsinya tentang demokrasi

Indonesia yang disebutnya sebagai Demokrasi Terpimpin (Guided

Democracy) .

5

Page 6: Demokrasi (paisal)

Demokrasi Terpimpin Soekarno kemudian runtuh setelah terjadinya

peristiwa perebutan kekuasaan yang melibatkjan unsur komunis (PKI) dan

angkatan bersenjata, yang dikenal dengan Gerakan 30 September 1965.

Perebutan kekuasaan ini mengakibatkan hancurnya kekuasaan PKI serta

secara bertahap berakhirnya kekuasaan Orde Lama Soekarno. Muncul

kekuasaan baru dibawah militer dibawah Letjen. Soeharto yang menyatakan

diri sebagai “Orde Baru”.

Konsepsi demokrasi Soeharto, rencana praksis politiknya, awalnya

tidak cukup jelas. Ia lebih sering mengemukakan gagasan demokrasinya, yang

kemudian disebutnya sebagai Demokrasi Pancasila, dalam konsep yang sangat

abstrak. Pada dasarnya, konsep dasar Demokrasi Pancasila memiliki titik

berangkat yang sama dengan konsep Demokrasi Terpimpin Soekarno, yakni

suatu demokrasi asli Indonesia. Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang

sesuai dengan tradisi dan filsafat hidup masyarakat Indonesia. Demokrasi

Pancasila merupakan demokrasi yang sehat dan bertanggungjawab,

berdasarkan moral dan pemikiran sehat, berlandaskan pada suatu ideologi

tunggal, yaitu Pancasila.Langkah politik awal yang dilakukan Soeharto untuk

membuktikan bahwa dirinya tidak anti demokrasi adalah dengan merespons

penjadwalan pelaksanaan pemilihan umum (pemilu), sebagaimana dituntut

oleh partai-partai politik. Soeharto sendiri pada hakekatnya tidak

menghendaki pemilu dengan segera, sampai dengan terkonsolidasikannya

“kekuatan Orde Baru”.

Sebagai upaya lanjut mengatasi “peruncingan ideologi” Soeharto

melakukan inisiatif penggabungan partai politik pada 1973, dari 10 partai

menjadi 3 partai politik (Partai Persatuan Pembangunan, Golkar, Partai

Demokrasi Indonesia). Golkar sendiri yang notabene, dibentuk dan

dikendalikan oleh penguasa tidak bersedia menyatakan diri sebagai parpol

melainkan organisasi kekaryaan. Fusi atau penggabungan partai ini

merupakan wujud kekesalan Soeharto terhadap parpol dan hasratnya untuk

membangun kepolitikan “kekeluargaan”. Menjaga citra sebagai negara

demokrasi” terus dijaga oleh rezim Orde Baru.

 Terhadap tuntutan demokrasi yang berkembang kuat sejak

pertengahan 1980-an, sebuah momen perkembangan yang oleh Huntington

dinamakan “gelombang demokrasi ketiga” Soeharto menjawab dengan

kebijakan “mulur mungkret” liberalisasi politik terbatas, yang oleh para

pengkritik disebut sebagai demokrasi seolah-olah (democracy as if), tetapi

6

Page 7: Demokrasi (paisal)

sekaligus mempertahankan instrumen represif terhadap kelompok yang

mencoba-coba keluar dari “aturan main” yang ditentukan rezim.

Praktik democracy dictatorship yang diterapkan Soeharto mulai

tergerus dan jatuh dalam krisis bersamaan dengan runtuhnya mitos ekonomi

Orde Baru sebagai akibat terjadinya krisis moneter mulai 1997. Krisis

moneter yang semakin parah menjadikan porak porandanya ekonomi nasional

yang ditandai dengan runtuhnya nilai mata uang rupiah, inflasi, tingginya

angka pemutusan hubungan kerja (PHK), dan semakin besarnya

pengangguran. Krisis ekonomi memacu berlangsungya aksi-aksi protes

dikalangan mahasiswa menuntut Soeharto mundur.

3. Demokratisasi Pasca Orde Baru

Berakhirnya Orde Baru melahirkan kembali fragmentasi ideologi

dalam masyarakat. Berbagai kelompok dengan latar belakang ideologi yang

beranekaragam, mulai dari muslim radikal, sosialis, nasionalis, muncul dan

bersaing untuk mendapatkan pengaruh politik. Sebelum pemilu multi partai

1999 diselenggarakan, berlangsung pertikaian di kalangan pro demokrasi soal

bagaimana transisi demokrasi harus berjalan dan soal memposisikan elite-elite

lama dalam proses transisi.

Beberapa kemajuan penting dalam arsitektur demokrasi yang

dilakukan pemerintahan Habibie antara lain; adanya kebebasan pers,

pembebasan para tahanan politik (tapol), kebebasan bagi pendirian partai-

partai politik, kebijakan desentralisasi (otonomi daerah), amandemen

konstitusi antara lain berupa pembatasan masa jabatan presiden maksimal dua

periode, pencabutan beberapa UU politik yang represif dan tidak demokratis,

dan netralitas birokrasi dan militer dari politik praktis.Kesuksesan dalam

melangsungkan demokrasi prosedural ini merupakan prestasi yang

mendapatkan pengakuan internasional, tetapi di lain pihak, transisi juga

ditandai dengan meluasnya konflik kesukuan, agama, dan rasial yang terjadi

di beberapa wilayah di tanah air sejak 1998. Misalnya di Ambon, Poso,

Sambas dan lainnya.

Pemerintahan baru hasil pemilu 1999 yang memunculkan pasangan

Abdurrahman Wahid-Megawati jauh dari performance yang optimal. Wahid

pada akhirnya dipaksa lengser setelah kurang dari dua tahun berkuasa.

Lengsernya Wahid yang terpilih dengan legitimasi demokratis dan dikenal

luas sebagai pendukung militan demokrasi, menjadi sebuah tragedi transisi

demokrasi.

7

Page 8: Demokrasi (paisal)

Praktik berdemokrasi di Indonesia masa transisi mendapatkan

pengakuan luas dari dunia internasional. Dalam indeks yang disusun oleh

Freedom House tentang hak politik dan kebebasan sipil Indonesia sejak

pemilu 1999 hingga masa konsolidasi demokrasi saat ini berhasil masuk

dalam kategori “negara bebas”. Hal ini berbeda dengan kepolitikan masa Orde

Baru yang dikategorikan sebagai dengan kebebasan yang sangat minimal

(partly free).Problem demokrasi yang populer belakangan ini adalah, dapatkah

demokrasi mampu mengantar bangsa ini ke arah sejahtera? Ataukah

sebaliknya, demokrasi menjadi amat mahal, ketika biaya Pemilu dan Pilkada

membutuhkan ongkos mahal, baik ongkos pemilu, maupun ongkos sosial

akibat kerusuhan pasca pemilu.

B. Unsur-unsur Tegaknya Demokrasi

Unsur – unsur yang dapat menopang tegaknya demokrasi antara lain :

1. Negara Hukum

Konsep negara hukum mengandung pengertian bahwa negara

memberikan perlindungan hukum bagi warga negara melalui perlembagaan

peradilanyang bebas dan tidak memihakdan penjaminan hak asasi manusia.

Konsep negara hukum berdasarkan atas istilah rechtsstaat dan the rule of law

yang dietjemahkan menjadi negara hukum. Rechtsstaat memiliki ciri – ciri

sebagai berikut:

a. Adanya perlindungan terhadap HAM;

b. Adanya pemisahan dan pembagian kekuasaan pada lembaga negara untuk

menjamin perlindungan HAM;

c. Pemerintahan berdasarkan peraturan;

d. Adanya peradilan administrasi.

Sedangkan the rule of law dicirikan oleh:

a. Adanya supremasi aturan – aturan hukum;

b. Adanya kesamaan kedudukan didepan hukum;

c. Adanya jaminan perlindunga HAM.

Dengan demikian konsep negara hukum sebagai gabungan dari kedua

konsep diatas dicirikan sebagai berikut:

a. Adanya jaminan perlindungan terhadap HAM;

b. Adanya supremasi hukum didalam penyelenggaraan pemerintahan;

c. Adanya pemisahan dan pembagian kekuasaan negara;

d. Adanya lembaga peradilan yang bebas dan mandiri.

8

Page 9: Demokrasi (paisal)

Dengan demikian berdasarkan penjelasan diatas, negara hukum baik

dalam arti formal yaitu penegakan hukum yang dihasilkan oleh lembaga

legislatifdalam penyelenggaraan negara, maupun dalam arti material yaitu

selain menegakan hukum, aspek keadilan harus diperhatikan menjadi

prasyarat terwujudkan demokrasi dalam kehudupan berbangsa dan bernegara.

Tanpa negara hukum tersebut yang merupakan elemen pokok suasana

demokratis sulit dibangun.

2. Masyarakat Madani

Masyarakat madani dicirikan dengan masyarakat terbuka, masyarakat

yang bebas dari pengaruh kekuasaan dan tekanan negara, masyarakat yang

kritis dan berpartisipasi aktif serta masyarakat egaliter. Masyarakat madani

merupakan elemen yang sangat signifikan dalam menbangun demokrasi.

Sebab salah satu syarat penting bagi demokrasi adalah terciptanay partisipasi

masyarakat dalam proses – proses pengambilan keputusan yang dilakuakn

oleh negara atau pemerintahan.

Masyarakat madani mensyaratka adanya civil engagement yaitu

keterlibatan masyarakat dalam asosiasi – asosiasi sosial. Civil engagement ini

merupakan tumbuhnya sukap terbuka, percaya dan toleran antar satu dan

dengan lain yang sangat penting artinya bagi terbangunnya politik demokrasi.

Masyarakat nadani dan demokrasi dua kata kunci yang tidak dapat dipisahkan.

Demokrasi dapat dianggap senagai hasil dinamika masyarakat yang

menhendaki adanya partisipasi. Selain itu demokrasi merupakan pandangan

dalam kaitan pengungkapan kehendak, adanya perbedaan pandangan, adanya

keragaman dan konsesus. Tatanan nilai – nilai masyarakay tersebut ada dalam

masyarakat madani. Karena itu dmokrasi membutuhkan tatanan nilai – nilai

sosial yang ada dalam masyarakata madani.

3. Infrastruktur Politik

Komponen berikutnya yang dapat mendukung tegaknya demokrasi

adalah infrastruktur politik. Infrastruktur politik terdiri dari partai politik,

kelompok gerakandan kelompok penekan atau kelompok kepentinga. Partai

politik merupakan unsur kelembagaan politik yang anggota – anggotanya

merupakan orientasi, nilai – nilai dan cita – cita yang sama yaitu memperoleh

kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik dalam mewujudkan

kebijakan – kebijakannya. Kelompok gerakan yang lebih dikenal dengan

9

Page 10: Demokrasi (paisal)

organisasi masyarakat merupakan sekumpulan orang – orang yang terhimpun

dalam suatu wadah organisasiyang berorientasi pada pemberdayaan

warganya. Sedangkan kelompok penekan atau kelompok kepentingan

merupakan sekelompok orang dalam suatu wadah organisasiyang didasarka

pada kriteria profesionalitas dan keilmuan tertentu.

Partai politik memiliki beberapa fungsi dalam tegaknya demokrasi

diantaranya:

a. Sebagai sarana komunikasi politik;

b. Sebagai sarana sosialisasi politik;

c. Sebagai sarana rekrutmen kader dan anggota politik;

d. Sebagai sarana pengatur konflik.

Keempat fungsi tersebut merupakan penjawantahan dari nilai – nilai

demokrasi yaitu adanya partisipasi, kontrol rakyat melelui pertai politik

terhadap kehidupan kenegaraan dan pemerintahan serta adanya penyelesaian

konflik secara damai. Begitu pula aktivitas yang dilakukan oleh kelompok

gerakan dan kelompok penekan yang merupakan perwujudan adanya

kebebasan berorganisasi, kebebasan berpendapat dan melakuakn oposisi

terhadap negara dan pemerintah. Hal itu merupakan indikator tegaknya

sebuah demokrasi.

C. Parameter Demokrasi

Unsur-unsur tegaknya demokrasi yang telah tersebutkan di atas kemudian

dituangkan dalam konsep yang praktis untuk dapat diukur dan dicirikan. Ciri-ciri

inilah yang kemudian dijadikan parameter untuk mengukur tingkat pelaksanaan

demokrasi suatu Negara dalam menjalankan tata pemerintahanya sehingga

dikatakan demokratis atau tidak, ada 4 aspek dalam mengukur hal ini, yaitu:

1. Masalah pembentukan Negara.

2. Dasar kekuasaan Negara.

3. Susunan kekuasaan Negara.

4. Masalah kontrol rakyat.8

Menurut Miriam parameter kehidupan demokratis adalah sebagai berikut:

1. Dinikmati dan dilaksanakan hak serta kewajiban politik oleh masyarakat

berdasarkan prinsip-prinsip dasar HAM yang menjamin adanya kebebasan,

kemerdekaan, dan rasa merdeka.

8Abdillah Masykuri, Demokrasi di Persimpangan Makna, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1999), hlm. 78.

10

Page 11: Demokrasi (paisal)

2. Penegakan hukum yang mewujud pada supremasi hukum.

3. Kesamaan hak dan kewajiban anggota masyarakat.

4. Kebebasan pers yang bertanggung jawab.

5. Pengakuan pada hak minoritas.

6. Pembuatan kebijakan Negara yang berlandaskan asas pelayanan,

pemberdayaan, dan pencerdasan.

7. System kerja yang kooperatif dan kolaboratif.

8. Keseimbangan dan keharmonisan.

9. Tentara yang professional.

10. Lembaga peradilan yang independent.9

Amien Rais menambahkan kriteria lain dalam parameter demokrasi, yaitu:

1. Adanya partisipasi dalam pengambilan keputusan.

2. Distribusi pendapatan secara adil.

3. Kesempatan memperoleh pendidikan.

4. Ketersediaan dan keterbukaan informasi.

5. Mengindahkan fatsoen politik.

6. Kebebasan individu.

7. Semangat kerjasama.

8. Hak untuk protes.

Pendapat berikutnya adalah pendapat dari Sri Soemantri yang menyatakan

bahwa:

1. Hukum diterapkan dengan persetujuan wakil rakyat yang dipilih secara bebas.

2. Hasil pemilu dapat menyebabkan pergantian orang-orang dalam

pemerintahan.

3. Pemerintahan harus terbuka.

4. Kepentingan minoritas harus dipertimbangkan.10

BAB III

KESIMPULAN

1. Sedangkan sistem perwakilan, dimana para wakil rakyat

terpilih mewakili rakyat untuk menjalankan tugas-tugas kekuasaan

legislatif,mengawasi dan meminta  pertanggungjawaban kekuasaan adalah

perangkat yang menjadi penyambung bagi demokrasi langsung dimana rakyat

9Miriam, Demokrasi di Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1996), hlm. 11.10Sri Soemantri, Demokrasi dan HAM, (Jakarta: Publising, 19991), hlm. 27.

11

Page 12: Demokrasi (paisal)

melakukan secara langsung semua tugas-tugas kekuasaan ini dalam rangka

mewujudkan tujuan-tujuan demokrasi

2. Demokrasi Indonesia mengandung arti di samping nilai

umum, dituntut nilai-nilai khusus seperti nilai-nilai yang memberikan

pedoman tingkah laku manusia Indonesia dalam hubungannya dengan Tuhan

Yang Maha Esa, sesama manusia, tanah air dan Negara Kesatuan Republik

Indonesia, pemerintah dan masyarakat, usaha dan krida manusia dalam

mengolah lingkungan hidup. Pengertian lain dari demokrasi Indonesia adalah

kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan

perwakilan, yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan

Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia dan bertujuan untuk

mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (demokrasi

pancasila).

3. Aktivitas yang dilakukan oleh kelompok gerakan dan

kelompok penekan yang merupakan perwujudan adanya kebebasan

berorganisasi, kebebasan berpendapat dan melakuakn oposisi terhadap negara

dan pemerintah. Hal itu merupakan indikator tegaknya sebuah demokrasi.

4. Pelaksanaan demokrasi suatu Negara dalam menjalankan tata

pemerintahanya sehingga dikatakan demokratis atau tidak, ada 4 aspek dalam

mengukur hal ini, yaitu:

a. Masalah pembentukan Negara.

b. Dasar kekuasaan Negara.

c. Susunan kekuasaan Negara.

d. Masalah kontrol rakyat.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Al-Jamri, Mansoor. Islamiisme, Pluralisme and Civil society, terj Mahnun Husein Yogyakarta:Tiara Wacana, 2007.

Budiardjo, Miriam. Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002.

12

Page 13: Demokrasi (paisal)

Imarah, Muhammad. Perang Terminologi Islam versus Barat, terj Musthalah Maufur, Jakarta:Robbani Press,1998.

Israil, Idris. Pendidikan Pembelajaran dan Penyebaran Kewarganegaraan, Malang: Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, 2005.

Kaelan. Pendidikan Pancasila, Yogyakarta: Paradigma, 2004.

Karsayuda, M.Rifqinizamy. Pilkada : Perspektif Hukum Tata Negara, Yogyakarta: Total Media, 2006.

Masykuri, Abdillah. Demokrasi di Persimpangan Makna, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1999.

Miriam. Demokrasi di Indonesia, Jakarta: Gramedia, 1996.

Soemantri, Sri. Demokrasi dan HAM, Jakarta: Publising, 19991.

Soemantri, Sri. Tentang Lembaga-Lembaga Negara Menurut UUD 1945, Bandung: Alumni, 1973.

13