Demokrasi dalam pandangan agama

23

Click here to load reader

Transcript of Demokrasi dalam pandangan agama

Page 1: Demokrasi dalam pandangan agama

1. PENGERTIAN DEMOKRASI a. Menurut bahasa dan istilah

Dari sudut bahasa (etimologis), demokrasi berasal dari bahasa Yunani

yaitu demos yang berarti rakyat dan cratosatau cratein yang berarti pemerintahan atau

kekuasaan. Jadi secara bahasa demis-cratein atau demos-cratos berarti pemerintahan

rakyat atau kekuasaan rakyat.

Sedangkan menurut istilah, ada satu pengertian mengenai demokrasi yang di

anggap paling populer diantara pengertian yang lain. Pengertian tersebut dikemukakan

pada tahun 1863 oleh Abraham Lincoln yang mengatakan demokrasi adalah pemerintahan

dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (government of the people, by the people, and for

the peolple). Pemerintahan dari rakyat berarti pemerintahan negara itu mendapat mandat

dari rakyat untuk menyelenggarakan perintahan. Pemerintahan oleh rakyat berarti

pemerintahan negara itu dijalankan oleh rakyat. Pemerintahan untuk rakyat berarti

pemerintahan itu menghasilkan dan menjalankan kebijakan-kebijakan yang di arahkan

untuk kepentingan dan kejahteraan rakyat.

Jadi, dalam demokrasi, yang dipresentasikan dalam bentuk Pemilihan Umum, suara

seorang pelacur, suara seorang perampok, suara seorang penzina, suara seorang

pembunuh, suara seorang munafik, dan suara seorang musuh Allah itu dianggap senilai dan

sederajat dengan suara seorang ustadz yang benar-benar ustadz, atau dianggap sama dan

sederajat dengan suara orang yang sungguh-sungguh memperjuangkan Islam.

b. Menurut pendapat beberapa ahli

1. Menurut Harris Soche

Demokrasi adalah bentuk pemerintahan rakyat, karena itu kekuasaan

pemerintahan itu melekat pada diri rakyat diri orang banyak dan merupakan hak bagi

rakyat atau orang banyak untuk menagtur, mempertahankan dan melindungi dirinya dari

paksaan dan pemerkosaan orang lain atau badan yang diserahi untuk memerintah.

1

Page 2: Demokrasi dalam pandangan agama

2. Menurut Hennry B. Mayo

Sistem politik demokratis adalah sistem yang menunjukan bahwa

kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang secara

diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemiliha-pemilihan yang didasarkan atas prinsip

kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjainnya kebebasan politik.

3. Menurut International Commission for Jurist

Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan dimana hak untuk

membuat keputusan-keputusan politik diselenggarankan oleh warga negara melalui wakil-

wakil yang dipilih oleh mereka dan yang bertanggung jawab kepada mereka melalui suatu

proses pemilihan yang bebas.

4. Menurut C.F Strong

Suatu sistem pemerintahan dalam mana mayoritas anggota dewasa

dari masyarakat politik ikut serta dalam atas dasar sistem perwakilan yang menjamin

bahwa pemerintah akhirna mempertanggung jawabkan tindakan- tindakan kepada

mayoritas itu.

5. Menurut Samuel Huntington

Sistem politik sebagai demokratis sejauh para pembuat keputusan

kolektif yang paling kuat dalam sistem itu di pilih melaui pemilihan umum yang adil, jujur,

dan berkala dan didalam sistem itu para calon bebas bersaing untuk memperoleh suara

dan hampir semua penduduk dewasa berhak memberikan suara.

2

Page 3: Demokrasi dalam pandangan agama

2. MENGETAHUI HUKUM DEMOKRASI

a. Melalui ijtima

Beberapa tokoh Islam di Indonesia membahas masalah mengenai

hukum demokrasi dan GOLPUT. Acara dihadiri oleh Ust. Abu Bakar Ba'asyir, Ust. Abu

Jibriel, Ust. Mush’ab Abdul Ghaffar (editor Kafayeh Media, pengganti Ust. Aman

Abdurrahman dalam acara tersebut), dan Ust. Labib (pengganti Ust. Ismail Yusanto). Hadir

beberapa tokoh Islam yaitu Dr. Jose Rizal Yurnalis Sp Oth, Ust. Fauzan Al Anshary, Achmad

Michdan SH MH, Ust. M. Al Khaththath, dan Ust. Zulkifli M. Ali Lc.

Ijtima tersebut akhirnya menghasilkan keputusan sebagai berikut:

1. Sistem DEMOKRASI adalah SYIRIK AKBAR dan KUFUR AKBAR,

hukumnya HARAM.

2. Sistem DEMOKRASI akan menjerumuskan rakyat kepada KEMUSYRIKAN.

b. Dilihat dari perkembangannya

Dalam Revolusi Prancis tercetus dengan semboyannya yang terkenal

“kebebasan, persaudaraan, dan persamaan .” Prancis memasukkan demokrasi ke dalam

undang- undang dasarnya di bawah judul Hak-Hak Asasi Manusia pada pasal ketiga:

“Rakyat adalah sumber dan gudang kekuasaan. Setiap lembaga atau individu yang memegang kekuasaan tidak lain mengambil kekuasaan dari rakyat.”

Kemudian paham demokrasi inipun dicantumkan di dalam undang-

undang dasar sebagian negara Arab dan Islam. Sebagai contoh di Mesir ditetapkan di dalam

undang-undang kesatu tahun 1923 serta 1956. Dan pada tahun 1971 di dalam undang-

undang tersebut terdapat teks yang menyebutkan antara lain bahwa:

“Kepemimpinan adalah milik rakyat dan rakyat adalah sumber kekuasaan menurut cara yang dijelaskan di dalam undang-undang.”

3

Page 4: Demokrasi dalam pandangan agama

Pasal ini terdapat pada undang-undang nyaris semua negara Arab dan

Islam. Pasal semacam ini juga termaktub di dalam undang-undang Yaman, negara kami.

Pada pasal empat misalnya disebutkan :

“Rakyat adalah pemilik dan sumber kekuasaan. Kekuasaan itu bias diperoleh secara langsung dengan cara referendum atau lewat pemilihan umum demikian pula mencabut kekuasaan itu dapat dilakukan secara tidak langsung melalui lembaga legislatif, yudikatif, dan eksekutif serta melalui majelis-majelis perwakilan yang dipilih.”

Dari sini dapat diketahui bahwa demokrasi adalah “Rabb” yang berhak

menetapkan syariat. Maka tidak samar bagi seorang Muslim bahwa ini adalah perbuatan

kufur akbar, syirik akbar, dan kezaliman yang besar. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman

mengisahkan perkataan Luqman Al Hakim :

“Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS. Luqman : 13)

c. Menurut Fatwa Ulama

1. Al-Maududi

Dalam hal ini al-Maududi secara tegas menolak demokrasi. Menurutnya, Islam tidak

mengenal paham demokrasi yang memberikan kekuasaan besar kepada rakyat untuk

menetapkan segala hal. Demokrasi adalah buatan manusia sekaligus produk dari

pertentangan Barat terhadap agama sehingga cenderung sekuler. Karenanya, al-Maududi

menganggap demokrasi modern (Barat) merupakan sesuatu yang bersifat syirik.

2. Mohammad Iqbal

Menurut Iqbal, sejalan dengan kemenangan sekularisme atas agama, demokrasi

modern menjadi kehilangan sisi spiritualnya sehingga jauh dari etika. Demokrasi yang

merupakan kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat telah mengabaikan

keberadaan agama. Parlemen sebagai salah satu pilar demokrasi dapat saja menetapkan

4

Page 5: Demokrasi dalam pandangan agama

hukum yang bertentangan dengan nilai agama kalau anggotanya menghendaki. Karenanya,

menurut Iqbal Islam tidak dapat menerima model demokrasi Barat yang telah kehilangan

basis moral dan spiritual. Atas dasar itu, Iqbal menawarkan sebuah konsep demokrasi

spiritual yang dilandasi oleh etik dan moral Ketuhanan. Jadi yang ditolak oleh Iqbal bukan

demokrasi. Melainkan, prakteknya yang berkembang di Barat. Lalu, Iqbal menawarkan

sebuah model demokrasi sebagai berikut:

- Tauhid sebagai landasan asasi.

- Kepatuhan pada hukum.

- Toleransi sesama warga.

- Tidak dibatasi wilayah, ras, dan warna kulit.

- Penafsiran hukum Tuhan melalui ijtihad.

3. Muhammad Imarah

Menurut beliau Islam tidak menerima demokrasi secara mutlak dan juga tidak

menolaknya secara mutlak. Dalam demokrasi, kekuasaan legislatif (membuat dan

menetapkan hukum) secara mutlak berada di tangan rakyat. Sementara, dalam sistem

syura' (Islam) kekuasaan tersebut merupakan wewenang Allah. Dialah pemegang

kekuasaan hukum tertinggi. Wewenang manusia hanyalah menjabarkan dan merumuskan

hukum sesuai dengan prinsip yang digariskan Tuhan serta berijtihad untuk sesuatu yang

tidak diatur oleh ketentuan Allah. Jadi, Allah berposisi sebagai al-Syâri’ (legislator)

sementara manusia berposisi sebagai faqîh (yang memahami dan menjabarkan) hukum-

Nya.

4. Yusuf al-Qardhawi

Menurut beliau, substansi demokrasi sejalan dengan Islam. Hal ini bisa dilihat dari

beberapa hal. Misalnya:

- Dalam demokrasi proses pemilihan melibatkkan banyak orang untuk

mengangkat seorang kandidat yang berhak memimpin dan mengurus

keadaan mereka. Tentu saja, mereka tidak boleh akan memilih sesuatu

yang tidak mereka sukai. Demikian juga dengan Islam. Islam menolak

5

Page 6: Demokrasi dalam pandangan agama

seseorang menjadi imam shalat yang tidak disukai oleh makmum di

belakangnya.

- Penetapan hukum yang berdasarkan suara mayoritas juga tidak

bertentangan dengan prinsip Islam.

- Juga kebebasan pers dan kebebasan mengeluarkan pendapat, serta

otoritas pengadilan merupakan sejumlah hal dalam demokrasi yang sejalan

dengan Islam.

5. Salim Ali al-Bahnasawi

Menurutnya, demokrasi mengandung sisi yang baik yang tidak bertentangan dengan

islam dan memuat sisi negatif yang bertentangan dengan Islam. Ia pun menawarkan

adanya islamisasi demokrasi sebagai berikut:

-Menetapkan tanggung jawab setiap individu di hadapan Allah.

-Wakil rakyat harus berakhlak Islam dalam musyawarah dan tugas-tugas lainnya.

-Mayoritas bukan ukuran mutlak dalam kasus yang hukumnya tidak ditemukan

dalam Alquran dan Sunnah (al-Nisa 59) dan (al-Ahzab: 36).

-Komitmen terhadap islam terkait dengan persyaratan jabatan sehingga hanya yang

bermoral yang duduk di parlemen.

Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep demokrasi tidak sepenuhnya

bertentangan dan tidak sepenuhnya sejalan dengan Islam.

Prinsip dan konsep demokrasi yang sejalan dengan islam adalah keikutsertaan

rakyat dalam mengontrol, mengangkat, dan menurunkan pemerintah, serta dalam

menentukan sejumlah kebijakan lewat wakilnya. Adapun yang tidak sejalan adalah ketika

suara rakyat diberikan kebebasan secara mutlak sehingga bisa mengarah kepada sikap,

tindakan, dan kebijakan yang keluar dari rambu - rambu ilahi. Karena itu, maka perlu

dirumuskan sebuah sistem demokrasi yang sesuai dengan ajaran Islam. Yaitu di antaranya:

6

Page 7: Demokrasi dalam pandangan agama

1.Demokrasi tersebut harus berada di bawah payung agama.

2.Rakyat diberi kebebasan untuk menyuarakan aspirasinya.

3.Pengambilan keputusan senantiasa dilakukan dengan musyawarah.

4.Suara mayoritas tidaklah bersifat mutlak meskipun tetap menjadi pertimbangan utama

dalam musyawarah.

5.Musyawarah atau voting hanya berlaku pada persoalan ijtihadi; bukan pada persoalan

yang sudah ditetapkan secara jelas oleh Alquran dan Sunah.

6.Produk hukum dan kebijakan yang diambil tidak boleh keluar dari nilai-nilai agama.

7.Hukum dan kebijakan tersebut harus dipatuhi oleh semua warga

7

Page 8: Demokrasi dalam pandangan agama

3. DEMOKRASI DALAM AGAMA NON ISLAM

Samuel Huntington membuat empat kategori hubungan demokrasi dengan agama

yang diantaranya yaitu tindakan beragama yang moderat terhadap demokrasi seperti

masyarakat Hindu. Demokrasi dalam pandangan setiap agama sama, namun mungkin ada

sedikit perbedaannya. Yang dimana setiap agama pasti mengajarkan tentang kemanusiaan,

tentang perdamaian, dan tentang cinta kasih. Inilah bahasa universal yang mampu

mempertemukan perbedaan keyakinan. Dalam tataran isu strategis, bahasa yang sering

dipergunakan sebagai istilah bersama adalah toleransi, pluralisme, dan multikulturalisme. 

Ketiga idiom ini dalam esensinya memiliki irisan besar dengan gagasan demokrasi.

Dalam demokrasi, sebuah bangunan bersama didirikan atas dasar pluralitas dan disangga

melalui kontrak sosial yang disepakati bersama. Keragaman etnis, suku, agama, dan

kepercayaan akan bisa hidup dalam payung demokrasi ketika nilai-nilai kemanusiaan dan

keadilan dijunjung tinggi oleh semua orang.

Ada nilai-nilai atau ajaran-ajaran Hindu yang paralel dengan prinsip-prinsip demokrasi.

1. Pengakuan terhadap kemajemukan dan perbedaan

Hindu menghargai keberagaman (pluralisme) dan perbedaan pendapat menyangkut

hal-hal sangat prinsip sekalipun. Misalnya dalam konsep ketuhanan. Dalam agama

Hindu kita akan melihat pemahaman dan pemujaan Tuhan dalam bentuk pantheisme

(wihdat ul wujud) dalam Upanishad, Monotheisme dalam Bagawad Gita dan pencitraan

secara nyata pantheisme dalam Weda yang untuk mudahnya, walaupun tidak tepat,

disebut politheisme. Semua paham dan bentuk pemujaan ini dapat hidup

berdampingan dalam agama Hindu. Terhadap agama lainpun Hindu tidak menunjukkan

pandangan eksklusive. Orang-orang Hindu, seperti Gandhi menganggap semua agama

sederajat.

8

Page 9: Demokrasi dalam pandangan agama

2. Paham ketuhanan pantheisme

Paham ketuhanan Hindu yang pantheistik, dimana Tuhan Yang Mahakuasa

menyelusupi berbagai hal yang ada, menandakan adanya penyebaran kekuasaan. Tidak

ada satu Tuhan yang menentukan segala sesuatu dengan tangannya sendiri, seperti

seorang diktator. Tidak ada pemusatan kekuasaan.

3. Hukum Karma

Keyakinan akan hukum karma, masing-masing manusia memiliki kehendak bebas

dan bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Tuhan tidak memberi hadiah atau

menghukum orang secara sepihak dan sewenang-wenang. Tuhan menjalankan

kekuasaannya atas alam dan manusia melalui hukum. Hakikat demokrasi menghargai

supremasi hukum. Demokrasi menjamin kebebasan berkehendak dan berpendapat.

4. Doktrin Tat Twam Asi

Secara vertikal, esensi manusia sama dengan hakikat Tuhan. Atman adalah

Brahman. Ed Viswanathan menganalogikan listrik dalam bola lampu sama dengan

listrik dalam seluruh jaringan PLN. Secara horisontal, setiap manusia memiliki esensi

yang sama. Listrik dalam bola lampu yang satu sama dengan listrik dalam bola lampu

yang lain, sama dengan listrik dalam komputer. Konsep Atman adalah bagian dari

Brahman, menurut Dr. Sarvepalli Radhakrishnan, adalah merupakan penghargaan

terhadap martabat manusia. Each individual is a spark of the Divine. "deho devalayo

nama." Manusia yang bermartabat adalah salah satu tujuan utama yang diperjuangkan

oleh demokrasi.

5. Doktrin Ahimsa

Gandhi merumuskan relasi Ahimsa dengan politik dan demokrasi dengan tepat,

sebagai berikut :

9

Page 10: Demokrasi dalam pandangan agama

"Revolusi pantang kekerasan bukanlah program pengambilan kekuasaan. Ia

adalah program perubahan hubungan-hubungan yang berakhir pada peralihan

kekuasaan secara damai”

"Suatu negara yang menganut pantang-kekerasan harus secara luas berlandaskan

pada kehendak rakyat yang cerdas, yang mampu mengetahui pikirannya dan

bertindak sesuai dengan pikiran tersebut."

"Demokrasi hanya dapat diselamatkan melalui pantang-kekerasan, karena

demokrasi, selama ditopang oleh kekerasan tidak menjamin kebutuhan atau

melindungi kaum lemah. Pengertianku mengenai demokrasi ialah bahwa di bawah

demokrasi, golongan yang paling lemah harus mempunyai kesempatan yang sama

seperti golongan yang paling kuat. Ini tidak akan mungkin terjadi kecuali melalui

pantang-kekerasan ...demokrasi Barat, seperti yang berfungsi sekarang, adalah

nazisme atau fasisme yang diperlunak."

Apakah agama Hindu merupakan faktor positif bagi proses demokratisasi? Ide

tentang demokrasi memang tidak lahir dari agama Hindu, dan tidak dari agama apapun. Ide

tentang demokrasi lahir dari tradisi pemikiran Yunani. Tapi agama Hindu memiliki nilai-

nilai atau prinsip-prinsip yang menyokong tumbuhnya demokrasi.

Apakah agama Hindu berperan mencegah atau menjauhkan kekerasan dari proses

demokrasi? Ya, agama Hindu berupaya untuk itu tapi tidak selalu berhasil. Dalam berbagai

kasus, kekerasan terhadap demokrasi juga muncul dalam masyarakat yang mayoritas

memeluk Hindu. Namun demikian agama Hindu mampu menjaga kekerasan itu tidak

sampai mematikan demokrasi.

10

Page 11: Demokrasi dalam pandangan agama

4.DAMPAK DARI DEMOKRASI

Hal positif adanya demokrasi :

1) Menjunjung tinggi persamaan, 

2) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban, 

3) Membudayakan sikap bijak dan adil, 

4) Membiasakan musyawarah mufakat dalam mengambil keputusan, dan 

5) Mengutamakan persatuan dan kesatuan antar sesama.

Dampak paling buruk dari penerapan sitem demokrasi tentu saja adalah

tersingkirnya aturan-aturan Allah (syariah Islam) dari kehidupan masyarakat. Selama lebih

dari setengah abad, negeri yang notabene berpenduduk mayoritas Muslim ini menerapkan

sistem demokrasi. Selama itu pula syariah Islam selalu dicampakkan. Dampak buruk

lainnya antara lain sebagai berikut:

1) Akibat kebebasan beragama, muncul banyak aliran sesat di Indonesia.

2) Akibat kebebasan berpendapat, muncul ide-ide liberal seperti pendapat yang

mengatakan bahwa syariah Islam, misalnya, jika diterapkan, akan mengganggu

stabilitas, mengancam kemajemukan, menimbulkan disintegrasi, dll. Mereka yang

berpendapat demikian, yang jelas-jelas melecehkan Islam, juga dibiarkan tanpa

pernah bisa diajukan ke pengadilan.

3) Akibat kebebasan kepemilikan akhirnya banyak sumberdaya alam yang menguasai

hajat hidup orang banyak dikuasai oleh individu, swasta atau pihak asing.

4) Akibat kebebasan berperilaku. Tersebarluasnya pornografi dan pornoaksi.

11

Page 12: Demokrasi dalam pandangan agama

5. DEMOKRASI DAN ISLAM

Sering kali ada pihak yang mengatakan sistem Islam tidak mencerminkan sikap

demokrasi. Siapa bilang?? Dalam Islam ada yang dikenal dengan istilah Syura atau

musyawarah. Yang merupakan derivasi (kata turunan) dari kata kerja ‘syawara’. Dan kata

‘syawara’ mempunyai beberapa makna, antara lain memeras madu dari sarang lebah;

memelihara tubuh binatang ternak saat membelinya; menampilkan diri dalam perang. Dan

makna yang dominan adalah meminta pendapat dan mencari kebenaran. Dan secara

terminologis, syura bermakna “memunculkan pendapat-pendapat dari orang-orang yang

berkompeten untuk sampai pada kesimpulan yang paling tepat.” (Nizhamul-Hukmi Fil-

Islam, Dr. ‘Arif Khalil, hal. 236)

Meminta pendapat dan mencari kebenaran adalah salah satu prinsip dalam demokrasi

yang dianut sebagian besar bangsa di dunia. Didalam Islam bermusyawarah untuk

mencapai mufakat adalah hal yang disyariatkan.

“Dan orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan

shalat, sedang urusan mereka diputuskan dengan musyawarah antara mereka; dan

mereka menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS. Asy-

syura: 36)

Dengan ayat itu, kita memahami bahwa Islam telah memposisikan musyawarah

pada tempat yang agung. Syari’at Islam yang lapang ini telah memberinya tempat yang

besar dalam dasar-dasar tasyri’ (yurisprudensi). Ayat itu memandang sikap komitmen

kepada hukum-hukum syura dan menghiasi diri dengan adab syura sebagai salah satu

faktor pembentuk kepribadian Islam, dan termasuk sifat-sifat mukmin sejati. Dan lebih

menegaskan urgensi syura, ayat di atas menyebutkannya secara berdampingan dengan

satu ibadah fardhu ‘ain yang tidaklah Islam sempurna dan tidak pula iman lengkap kecuali

dengan ibadah itu, yakni shalat, infak, dan menjauhi perbuatan keji.

Hal tersebut menunjukan bahwa, Islam secara langsung menerapkan prinsip

pengambilan keputusan;musyawarah yang menjadi sendi utama dalam demokrasi modern

(dari, oleh dan untuk kepentingan rakyat).

12

Page 13: Demokrasi dalam pandangan agama

Saat ini, memang demokrasi telah mendapat pasaran yang paling tinggi sebagai

jalan keluar atas segala permasalahan yang dihadapi oleh manusia.

Demokrasi, yang secara teorinya dimaksudkan sebagai suatu sistem yang dibentuk,

dijalankan, dan ditujukan bagi kepentingan rakyat ini dalam tataran praktiknya akan

sentiasa mengalami berbagai penyesuaian dan perubahan, sehingga seringkali

penerapannya bersifat trial and error, atau sebagai mana yang dikatakan para

pengusungnya, demokrasi itu bersifat projek. Hanya saja, perkembangan demokrasi di

negara-negara muslim cenderung kelihatan kaku ataupun perlahan, sehingga dianggap

oleh banyak pihak sebagai faktor utama yang telah menghalang kemajuan kaum muslim.

Dan tentu saja, pemahaman Islam ortodoks berpengaruh dalam membentuk eksklusivisme

hingga menyebabkan kebanyakan kaum muslim bersikap tertutup dari hal-hal yang berbau

modernisme, di samping mereka juga terbuai oleh romantisme masa lalu. Oleh kerana itu,

kaum muslim wajib menimbus semula kemunduran mereka menerusi binaan semula

kefahaman Islam mereka.

Meskipun demikian, banyak pula para apologis muslim yang menolak adanya

penerapan demokrasi ke dalam Islam, sebab menurut mereka, demokrasi dan Islam itu

adalah dua hal yang berbeza dan tidak mungkin dapat disetarakan. Ini kerana, bagi mereka,

demokrasi adalah pemikiran kufur yang tentunya haram untuk diamalkan oleh kaum

muslim. Lalu, bagaimanakah hubungan yang sebenarnya antara Islam dan demokrasi ini?

Secara sejarahnya, gagasan demokrasi berasal dari budaya kuno Yunani yang mahu

membentuk pemerintahannya yang dipimpin oleh ramai orang. Dan, pada tahun 508 SM,

Cleisthemes mula-mula memperkenalkan dan melaksanakan sistem “pemerintahan rakyat”

di Athens. Akan tetapi idea demokrasi itu muncul dan berkembang di Eropah sebagai jalan

tengah dia atas pertikaian antara kaum gerejawan yang mahu pemerintahan diserahkan

kepada raja yang dikatakannya sebagai wakil tuhan di dunia. Sbealiknya, kaum pemikir

pula mahukan agar gereja jangan mencampuri kehidupan kerana sejarah abad kegelapan

telah membuktikan betapa peranan gereja dalam kehidupan hanyalah melahirkan

kediktatoran dan kesengsaraan bagi rakyat.

Jadi, ide inilah yang kemudian dikenal sebagai sekularisme (pemisahan agama

13

Page 14: Demokrasi dalam pandangan agama

dalam kehidupan) yang juga menjadi dasar bagi lahirnya idea kapitalis itu sendiri. Sehingga

boleh dikatakan bahwa demokrasi itu lahir dari idea sekularisme yang notabene kepada

ideologi yang telah lahir dari peradaban barat.

14

Page 15: Demokrasi dalam pandangan agama

6. ANTARA DEMOKRASI ISLAM DAN ALA BARAT

Dapat disimpulkan di sini bahwa demokrasi yang berprinsipkan Barat yang mendorong

kuasa mutlak rakyat adalah berbeda dengan negara yang berdemokrasikan prinsip Islam.

Perbedaan tersebut adalah berdasarkan pegangan agama yang menggariskan batasan tertentu

dan undang-undang yang wajib diikuti mengikut syariat yang telah ditetapkan-Nya. Manakala

demokrasi dari pandangan Barat mempercayai bahawa pelembagaan dan agama adalah dua

sistem yang berbeda satu sama lain.

Demokrasi sebagai sebuah system Negara sekarang ini banyak dipakai oleh berbagai

Negara yang ada di dunia termasuk juga Negara-negara Muslim. Dengan diterapkannya system

demokrasi di Negara-negara Muslim menjadi obrolan atau pembahasan yang tak pernah habis

dibahas oleh para tokoh politik maupun pemikir-pemikir lainnya. Permasalahan demokrasi

Barat dan Islam ini menjadi semakin meruncing karena kompleksitas permasalahan Islam dan

demokrasi ini sehingga mendorong para pengkaji atau peneliti kepada pembahasan dengan

menggunakan satu atau beberapa macam pendekatan yang sangat spesifik. Dan dengan

banyaknya pandangan ideologis berbagai kelompok masyarakat Muslim. Akibatnya,

pembahasan tentang Islam dan demokrasi akan terus berkepanjangan, dan tak akan pernah

kering.

Faktor lain yang mempengaruhi hubungan antara Islam dan demokrasi sekuler adalah

pandangan yang berlaku dalam hubungan internasional, yang menggambarkan Islam dan Barat

sebagai kekuatan yang bertentangan. Hal ini menciptakan suatu mentalitas terkepung di

kalangan umat Muslim, dan mengubah Islam menjadi sebuah alat perlawanan politik. Karena

itu, wacana keagamaan menjadi sebuah elemen kunci dalam retorika masa perang, sebuah

kenyataan yang terlukis dalam tuntutan-tuntutan keagamaan yang dibuat oleh Saddam Hussein

yang sebenarnya sekuler selama Perang Teluk 1990. Sehingga permasalahan demokrasi dan

Islam ini membuat sebagian orang-orang yang berpegang teguh pada prinsip Islam semakin

takut kepada demokrasi.

15

Page 16: Demokrasi dalam pandangan agama

Hal tersebut kelihatannya seperti sebuah paradoks, tetapi umat Muslim kenyataannya

memuji demokrasi sebagai sistem politik terbaik. Dalam beberapa tahun terakhir, terbukti

begitu banyak jajak pendapat yang telah menunjukkan bahwa umat Muslim ingin hidup di

sebuah masyarakat demokratis: mereka memuji pemilihan umum yang bebas, kebebasan

berpendapat, dan hak-hak asasi manusia. Dan banyak juga Negara-negara mayoritas Muslim

menerapkan system demokrasi seperti Negara kita Indonesia. Di saat bersamaan, umat Muslim

mengakui pentingnya peran yang dimainkan syariah, atau hukum Islam, dalam kehidupan

mereka. Di sinilah letak perbedaan pengertian yang sering terjadi antara umat Muslim dan non-

Muslim dalam pembahasan tentang demokrasi. Sehingga timbul demokrasi versi Islam.