demokrasi 8

37
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persoalan demokrasi di Indonesia selalu hangat dibicarakan bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka. Persoalan demokrasi bukan saja pad pengakuan formal semata sebagai sistem politik yang dianut bangsa kita, melainkan perlunya bangsa yang sama dalam hakekatnyademokrasi itu dan cara operasionalnya dalam sistem ketatanegaraan kita. Oleh karena itu, penulis mengangkat pembahasan demokrasi di Indonesia. B. Rumusan Masalah 1. Apa Pengertian Demokrasi ? 2. Bagaimana Sejarah Demokrasi di Indonesia ? C. Tujuan 1. Tujuan Mengetahui Pengertian Demokrasi 2. Untuk Mengetahui Sejarah Demokrasi di Indonesia. 1

description

khkkhg

Transcript of demokrasi 8

KATA PENGANTAR

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persoalan demokrasi di Indonesia selalu hangat dibicarakan bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka. Persoalan demokrasi bukan saja pad pengakuan formal semata sebagai sistem politik yang dianut bangsa kita, melainkan perlunya bangsa yang sama dalam hakekatnyademokrasi itu dan cara operasionalnya dalam sistem ketatanegaraan kita. Oleh karena itu, penulis mengangkat pembahasan demokrasi di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Demokrasi ?

2. Bagaimana Sejarah Demokrasi di Indonesia ?

C. Tujuan

1. Tujuan Mengetahui Pengertian Demokrasi

2. Untuk Mengetahui Sejarah Demokrasi di Indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengertian tentang demokrasi dapat dilihat dari tinjauan bangsa (etimologis) dan istilah (terminologis). Secara etimolgis demokrasi terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani yaitu demos yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat dan Cratein atau cratos yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Jadi secara bahasa demos-cratos (demokrasi) adalah keadaan negara dimana dalam sistem pemerintayhannya kedaulatan berada ditangan rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat, rakyat berkuasa, pemerintahan rakyat, dan kekuasaan oleh rakyat.Sedangkan pengertian demokrasi secara istilah aatau terminologi adalah seperti yang dinyatakan oleh para ahli sebagai berikut :1. Joseph A. Schmeter mengatakan demokrasi merupakan suatu perencanaan politik dimana individu-individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara perjuangan kompetetif atas suara rakyat.

2. Sidney Hook berpendapat demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan pemerintah yang penting secara langsung atau tidak langsung didasarkan kepada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa.3. Henry B. Mayo menyatakan demokrasi sebagai sistem politik merupakan suatu sistem yang menunjukan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didsarkan atas prinip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan poliyik.Dari beberapa pendapat diatas deperoleh kesimpulan kekuasaan pemerintahan berada ditangan rakyat mengandung pengertian tiga hal : pemerintahan oleh rakyat (govermen by people), pemerintahan dari rakyat (govermen of the people), dan pemerintahan untuk rakyat (govermen for the people).

B. Sejarah dan Perkembangan Demokrasi di Indonesia

1. Periode 1945-1959

Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan demokrasi parlementer. Sistem parlementer ini mulai berlaku sebulan sesudah kemerdekaan di proklamasikan. Namun demikian, model demokrasi ini dianggap kurang cocok untuk Indonesia. Persatuan yang digalang selama menghadapi musuh bersama dan tidak dapat dibina menjadi kekuatan-kekuatan konsuktif sesudah kemerdekaan tercapai. Karena lemahnya benih-benih demokrasi sistem parlementer memberi peluang untuk dominasi partai-partai politik dan DPR.Undang-undang Dasar 1950 menetapkan berlakunya sistem parlementer dimana badan eksekutif terdiri dari presiden sebagai kepala negara konstitusional (constitutional head) beserta menteri-menterinya yang mempunyai tanggung jawab politik. Fragmentasi partai-partai politik usia kabinet masa ini jarang dapat bertahan cukup lama, karena ketiadaan budaya demokrasi yang sesuai dengan sistem demokrasi parlementer ini akhirnya melahirkan fragmentasi, politik berdasarkan afiliasi kesukuan dan agama. Akibatnya, koalisi yang dibangun dengan sangat mudah pecah dan mengakibatkan destabilisasi politik nasional dibangun.

Faktor-faktor disintegratif di atas, ditambah dengan kegagalan partai-partai dalam majelis konstituate untuk mencapai konsensus mengenai dasar-dasar negara untuk undang-undang dasar baru, mendorong presiden pada 5 juli 1945, yang menegaskan berlakunya kembali UUD 1945. sistem parlementer berakhir.

2. Peiode 1959-1965

Periode ini dikenal dengan sebutan demokrasri terpimpin (guided Democracy). Ciri-ciri demokrasi ini adalah dominasi politik presiden dan berkembangnya pengaruh komunis dan peranan tentara (ABRI) dalam panggung politik nasional. Hal ini disebabkan oleh lahirnya dektrit presiden 5 julli 1959 sebagai usaha untuk mencari jalan keluar dari kebuntuan politik melalui pembentukan kepemimpinan yang kuat. Sekalipun UUD 1945 memberi peluang seorang presiden untuk memimpin pemerintahan selama lima tahun, tetapi ketetapan MPRS No.III/1963 yang mengangkat Ir. Soekarno sebagai presiden seumur hidup.Kepemimpinan presiden tanpa batas ini terbukti melahirkan tindakan dan kebijakan yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan undang-undang dasar negara.Akhir dari sistem demokrasi terpemimpin Soekarno yang berakibat pada perseteruan politik-ideologis anatara PKI dengan TNI adalah peristiwa ini sejumlah pemimpin teras TNI dibunuh secarah mengenaskan oleh kader PKI.

3. Periode 1965-1998

Landasan formal dari periode ini adalah pancasila, UUD 1945 serta ketetapan-ketetapan MPRS. Periode ini disebut juga masa pemerintahan Soeharto dengan orde barunya. Dalam upaya untuk meluruskan kembali penyelewengan terhadap undang-undang dasar yang telah terjadi dalam masa demokrasi terpimpin. Jadi, pada masa ini sumber hukum berdasarkan pancasila dan UUD 1945.

Demokrasi pancasila secara garis besar menawarkan tiga komponen demokrasi. Pertama, demokrasi dalam bidang politik pada hakekatnya adalah menegakan kembali asas-asas negara hukum dan kepastian hukum. Kedua, demokrasi dalam bidang ekonomi pada hakikatnya adalah kehidupan yang layak bagi semua warga negara. Ketiga, demokrasi dalam bidang hukum pada hakekatnya bahwa pengakuan dan perlindungan HAM, peradilan yang bebas yang tidak memihak.Namun demikian demokrasi pancasila dalan rezin orde baru hanya sebagai retorika dan gagasan belum sampai pada tataran praktis atau penerapan. Karena dalam praktik kenegaraan dan pemerintahan, rezim ini sangat tidak memberikan ruang bagi kehidupan berdemokrasi. Seperti dikatakan oleh :1.dominannya peranan militer (ABRI), 2. Birokratisasi dan sentralisasi pengambilan keputusan politik, 3. pengebiran peran dan fungsi partai politik, 4. campur tangan pemerintah dalam berbagai urusan partai dan publik, 5. masa mengambang, 6. monolitisasi ideologi negara, 7. inkorporasi lembaga non pemerintah.4. Periode Pasca Orde Baru

Periode pasca orde baru sering disebut dengan era reformasi. Periode ini erat hubungannya dengan gerakan reformasi rakyat yang menuntut pelaksanaan demokrasi dan HAM secara konsekuen. Tuntutan ini ditandai oleh lengsernya presiden Soeharto dari tampuk kekuasaan Orde Baru pada Mei 1998, setelah lebih dari tiga puluh tahun bekuasa dengan demokrasi pancasilanya, penyelewengan atas dasar negara Pancasila oleh penguasa orde baru berdampak pada sikap antisipasi sebagian masyarakat terhadap dasar negara tersebut.

Pengalaman pahit menimpah pancasila, yang pada dasarnya sangat terbuka, inklusif dan penuh nuansa HAM, berdampak pada keengganan kalangan tokoh reformasi untuk menambahkan atribut tertentu pada kata demokrasi. Bercermin pada pengalaman manipulasi atas pancasila oleh penguasa orde baru, demokrasi yang hendak dikembangkan setelah kejatuhan rezim di mana hak rakyat merupakan komponen inti dalam mekanisme dan pelaksanaan pemerintahan pemberdayaan masyarakat madani (civil society) dan pengangkatan HAM secara sungguh-sungguh.

C. Unsur-unsur Pendukung Tegaknya Demokrasi

Beberapa unsur-unsur penting tegaknya demokrasi antara lain :1. Negara Hukum (Rechtsstaat atau The Rule Of Law)

Negara hukum memiliki pengertian bahwa negara memberikan perlindungan hukum bagi warga negara melalui pelembengan peradilan yang bebas dan tidak memihak serta penjaminan Hak Azai Manusia (HAM). Secara garis besar negara hukum adalah sebuah negara dengan gabungan kedua konsep rechtsstaat dan the rule of the law. Konsep rectsstaat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a. adanya perlindungan terhadap HAM.

b. Adanya pemisahan dan pembagian kekuasaan pada lembaga negara untuk menjamin perlindungan HAM.

c. Pemerintahan berdasarkan peraturan.

d. Adanya peradilan administrasi.

Sedangkan the rule of the law dicirikan oleh adanya :

a. supremasi aturan-aturan hukum.

b. Kesamaan kedudukan di depan hukum (equality before the law).

c. Jaminan perlindungan HAM.

Lebih luas dari ciri-ciri di atas, sebagaimana dinyatakan oleh Moh. Mahfud M.D., ciri-ciri negara hukum adalah sebagai berikut :

a. adanya perlindungan konstitusionalselain menjamin hak-hak individu, konstitusi harus pula menentukan cara prosedural untuk memperoleh atas hak-hak yang dijamin.

b. adanya badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak.

c. Adanya pemilu yang bebas.

d. Adanya kebebasan menyatakan pendapat.

e. Adanya kebebasan berserikat dan beroposisi.

f. Adanya pendidikan kewarganegaraan.

Istilah negara hukum di Indonesia dapat ditemukan dalam penjelasan UUD 1945 yang berbunyi Indonesia ialah negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat) dan bukan berdasar atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Penjelasan tersebut sekaligus merupakan gambaran sistem pemerintahan negara Indonesia.

2. Masyarakat Madani (Civil Society)

Masyarakat madani atau civil society adalah masyarakat dengan ciri-cirinya yang terbuka, egaliter, bebas dari dominasi dan tekanan negara. Masyarakat mendani merupakan elemen yang sangat signifikan dalam membangun demokrasi. Posisi penting masyarakat madani dalam pembangunan demokrasi adalah adanya partisipasi masyarakat dalam proses-proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh negara atau pemerintah.

Masyarakat madani mensyaratkan adanya keterlibatan warga negara melalui asosiasi-asosiasi sosial. Keterlibatan warga negara memungkinkan tumbuhnya sikap terbuka, percaya, dan toleran antar individu dan kelompok yang berbeda. Siikap-sikap ini sangat penting bgi pembangunan politik demokrasi.Perwujudan masyarakat madani secara konkret oleh berbagai organisasi-organisasi di luar negara (non-goverment organization) atau lembaga swadya masyarakat (LSM). Dalam praktiknya, masyarakat madani dapat menjalankan peran dan fungsinya sebagai mitra kerja lembaga-lembaga negara maupun melakukan fungsi kontrol terhadap kebijakan pemerintah. Dengan demikian masyarakat madani sebagaimana negar menjadi sangat penting keberadaannya dalam mewujudkan demokrasi. Dalam peran demokrasinya, masyarakat madani dapat tumpuan sebagai komponen penyeimbang kekuatan negara yang memiliki kecendrungan koruptif..

3. Aliansi Kelompok Strategis

Komponen berikutnya yang dapat mendukung tegaknya demokrasi adalah aliansi kelompok strategis yang terdiri dari partai politik, kelompok gerakan dn kelompok penekanan atau kelompok kepentingan termasuk di dalamnya pers yang bebas dan tanggung jawab.Partai politik merupakan struktur kelembagaan politik yang anggota-anggotanya mempunyai tujuan yang sama, yaitu memperoleh kekuasaan dan kedudukan politik untuk mewujudkan kebijakan-kebijakan politiknya. Sedangkan, kelompok gerakan yang diperankan oleh organisasi masyarakat merupakan sekumpulan orang-orang yang berhimpun dalam suatu wadah organisasi yang berorientasi pada pemberdayaan warganya, seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU), Persatuan Islam (Persis), Himpuanan Mahasiswa Islam (HMI), pergerakan Mahasiswa Kriten Indonesia (PMKRI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMI) dan Organisasi Masyarakat lainnya.Sejenis dengan in adalah kelompok penekanan atau kelompok kepentingan. Kelompok ketiga ini adalah sekelompok orang dalam sebuah wadah organisasi yang didasarkan pada kriteria keahlian seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Asosiasi Ilmuan Politik Indonesia (AIPI), Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), dan sebagainya.Ketiga kelompok atau asosiasi ini sangat besar perananya terhadap proses demokrstisasi sepanjang oraganisasi-organisasi ini memerankan dirinya secara kritis, independent, dan konstitusional dalam menyuarakan misi organisasi atau kepentingan organisasinya. Sebaliknya jika kelompok-kelompok ini menyerupai aspirasiny secara anarkis, sektarian, dan primodial, maka keberadaan kelompok ini akan menjadi ancaman serius bagi masa depan demokrasi dan bangunan masyarakat madani.

Hal tidak kalah pentingnya bagi tegaknya demokrasi adalah keberadaan kalangan cendikiawan dan pers bebas. Kaum cendikiawan, kalangan civitas akademika kampus, dan kalangan pers merupakan kelompok penekan yang signifikan untuk mewujudkan sistem demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan negara yang akuntabel. Bersamaaan dengan kelompok lainya untuk melakukan oposisi terhadap pemerintah manakala ia berjalan tidak demokratis.

D. Parameter Tatanan Kehidupan Demokratis

Suatu pemerintahan dikatakan demokratis bila dalam mekanisme penyelanggaraanny melaksanakan prinsip-prinsip demokrasi. Prinsip-prinsip demokrasi itu adalah persamaan, kebebasan, dan pluralisme. Dalam pandangan Robert A. Dahl, terhadap tujuh prinsip yang harus ada dalam sistem demokrasi, yaitu kontrol atas keputusan pemerintah, pemilihan umum jujur, hak memilih dan dipilih, kebebasan menyatakan pendapatan tanpa ancaman, kebebasan mengakses informasi, dan kebebasan berserikat.Namun demikian, demokrasi tidak sekedar wacana yang mengandung prinsip-prinsip di atas, ia mempunyai parameternya sebagai ukuran apakah suatu negara atau pemerintahan bisa dikatakan demokratis atau sebaliknya. Sedikitnya tiga aspek dapat dijadikan landasan untuk mengukur sejauh mana demokrasi itu berjalan dalam suatu negara.

1. Pemilihan umum sebagai proses pembentukan pemerintah. Hingga saat ini pemilihan umum diyakini oleh banyak kalangan ahli demokrasi sebagai salah satu instrumen penting dalam proses pergantian pemerintahan.2. Susuna kekuasaan negara, yakni relasi kuasa yang berjalan secara distributif untuk menghindari penumpukan kekuasaan dalam satu tangan atau wilayah.

3. Kontrol rakyat, yaitu suatu relasi kuasa yang berjalan secara simetris, memiliki sambungan yang jelas , dan adanya mekanisme yang memungkinkan kontrol dan keseimbangan (chek and balance) terhadap kekuasaan yang dijalankan eksekutif dan legislatif.Parameter demokrasi juga bisa diketahui melalui adanya unsur-unsur sebagai berikut :

1. Hak dan kewajiban politik dapat dinikmati dan dilaksanakan oleh warga negara berdaasarkan prinsip-prinsip dasar HAM yang menjamin adanya kebebasan, kemerdekaan dan rasa merdeka.

2. Penegakan hukum yang berasaskan pada prinsip supremasi hukum (supremacy of law), kesamaan di depan hukum (equlity before the law), dan jaminan terhadap HAM.3. Kesamaan hak dan kewajiban anggota masyarakat.

4. Kebebasan pers dan pers yang bertanggung jawab.

5. Pengakuan terhadap hak minoritas.

6. Pembuatan kebijakan negara yang berlandaskan pada asa pelayanan, pemberdayaan, dan pencerdasan.

7. Sistem berlandaskan kerja yang kooporatif dan kolaboratif.

8. Keseimbangan dan keharmonisan.

9. Tentara yang profesional sebagai kekuatan pertahanan.

10. Lembaga peradilan yang independent.

E. Pemilu dan Partai Dalam Sistem Demokrasi

1. Pemilhan Umum

Pemilihan umum merupakan mekanisme demokrasi untuk memutuskan pergantian pemerintah dimana rakyat dapat menyalurkan hak politiknya secara bebas dan aman. Pemilu harus dilaksanakan secara teratur serta kompetisi yang terbuka dan sederajat diantara partai-partai politik. Melalui pemilihan umum rakyat memilih wakilnya untuk duduk dalam parlemen dan dalam struktur pemerintahan.Di Indonesia pemilu 1999 merupakan tonggak sejarah perjalan demokrasi selanjutnya. Pemilu 1999 adalah pemilu pertama yang dilangsungkan pasca pemerintahan orde baru. Pemilu 1999 merupakan peristiwa politik nasional yang sangat penting., karena, pertama, pemilu ini merupakan langkah strategis bagi proses konsilidasi demokrasi selanjutnya. Kedua, pemilu 1999 dimaknai sebagai perwujudan keinginan menciptakan pemerintahan yang baik, bersih, dan diterima oleh rakyat. Untuk itu, pelaksanaan pemilu 1999 mencoba memenuhi persyaratan pemilu demokratis di antaranya dengan melakukan bebarapa perubahan kebijakan, yaitu :

a. Kebijakan terkait denga peran birokrasi sipil dan meiliter dalam penyelenggaraan pemilu 1999.b. Kebijakan mengenai pembentukan lembaga-lembaga yang mewadahi kerja pemilu berikut strutur organisasi lembaga-lembaga tersebut.c. Kebijakan tentang berdirinya partai-partai politik peserta pemilu dan kebebasan pers.

2. Partai Politik

Unsur penting demokrasi yang perlu mendapat perhatian dalam pembangunan demokrasi adalah pemilihan umumdan partai politik. Partai politik memiliki peran yang sangat strategis terhadap proses demokrasi. Selain sebagai struktur kelembagaan politik yang anggotanya bertujuan mendapatkan kekuasaan dan kedudukan politik sebagai wadah bagi penampungan aspirasi rakyat. Peran tersebut merupakan implementasi nilai-nilai demokrasi, yaitu keterlibatan masyarakat untuk melakukan kontrol terhadap penyelenggaraan negara melalui partai-partai politik itulah segala aspirasi rakyat yang beraneka ragam dapat disalurkan secara teratur.

a. Sitem satu partai

Sistem ini tidak sama seperti tak ada partai politik, karena hanya ada satu partai untuk menyalurkan aspirasi rakyat. Dalam sistem ini aspirasi rakyat kurang berkembang. Contohnya, partai Nazi di Jerman, Partai Fasis di Italia, Partai Komunis di Uni Soviet, RRC, dan Vietnam.

b. Sistem Dwipartai

Sistem ini adalah sistem dua partai sebagai wadah penyalur aspirasi rakyat. Seperti di AS, ada partai Republik dan partai Demokrat. Adakalanya sistem kepartaian di Inggris dan Australis digolongkan sebagai sistem dwipartai, walaupun sebenarnya terdapat lebih dari dua partai, partai-partai lainnya bisa ikut dalam struktur pemerintahan jika berkoalisi partai besar, yaitu salah satu dari dua partai yang berpengaruh dan banyak pendukungnya.c. Sistem Banyak (multi) Partai

Sitem ini terdiri dari lebih dua partai. Negara yang menganut sistem multi partai antara lain Jerman, Perancis, Jepang, Malaisya, dan Indonesia. Dalam sistem ini jika tidak ada partai yang meraih suara mayoritas, maka dibentuk pemerintahan koalisis yang terdiri banyak partai politik.F. Analisis

Istilah Demokrasi sendiri diperkenalkan pertama kali oleh Aristoteles sebagai suatu bentuk pemerintahan, yaitu pemerintahan yang menggariskan bahwa kekuasaan berada di tangan orang banyak yang disebut dengan istilah rakyat. Di Yunani sendiri demokrasi telah muncul pada pertengahan abad ke-5 dan ke-4 SM. Demokdari ini merujuk pada sistem politik di negara kota Yunani Kuno.Demokrasi adalah salah satu bentuk pemerintahaan dalam sebuah negara dengan kekuasaan pemerintahannya berasal dari rakyat, baik secara langsung atau melalui perwakilan. Kata demokrasi itu sendiri berasal dari Yunani, yaitu dmokrata yang terbentuk dari kata dmos yang berarti rakyat, dan Kratos yang berarti kekuasaan, sehingga kata dmokrata berarti kekuasaan rakyat.

Indonesia sendiri merupakan salah satu negara yang berdasarkan Demokrasi Pancasila yang meliputi bidang politik, bidang sosial dan ekonomi serta yang dalam penyelesian masalah-masalah nasional berusaha sejuah mungkin menempuh jalan permusyawarantan untuk mencapai mufakat.

Berikut ini adalah pengertian Demokrasi Pancasila menurut para ahli, khususnya untuk mendefinisikan prisip Demokrasi yang diterapkan di Indonesia.

Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat yang sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip checks and balances.

Ketiga jenis lembaga-lembaga negara tersebut adalah lembaga-lembaga pemerintah yang memiliki kewenangan untuk mewujudkan dan melaksanakan kewenangan eksekutif, lembaga-lembaga pengadilan yang berwenang menyelenggarakan kekuasaan judikatif dan lembaga-lembaga perwakilan rakyat (DPR, untuk Indonesia) yang memiliki kewenangan menjalankan kekuasaan legislatif. Di bawah sistem ini, keputusan legislatif dibuat oleh masyarakat atau oleh wakil yang wajib bekerja dan bertindak sesuai aspirasi masyarakat yang diwakilinya (konstituen) dan yang memilihnya melalui proses pemilihan umum legislatif, selain sesuai hukum dan peraturan.

Selain pemilihan umum legislatif, banyak keputusan atau hasil-hasil penting, misalnya pemilihan presiden suatu negara, diperoleh melalui pemilihan umum. Pemilihan umum tidak wajib atau tidak mesti diikuti oleh seluruh warganegara, namun oleh sebagian warga yang berhak dan secara sukarela mengikuti pemilihan umum. Sebagai tambahan, tidak semua warga negara berhak untuk memilih (mempunyai hak pilih).

Kedaulatan rakyat yang dimaksud di sini bukan dalam arti hanya kedaulatan memilih presiden atau anggota-anggota parlemen secara langsung, tetapi dalam arti yang lebih luas. Suatu pemilihan presiden atau anggota-anggota parlemen secara langsung tidak menjamin negara tersebut sebagai negara demokrasi sebab kedaulatan rakyat memilih sendiri secara langsung presiden hanyalah sedikit dari sekian banyak kedaulatan rakyat. Walapun perannya dalam sistem demokrasi tidak besar, suatu pemilihan umum sering dijuluki pesta demokrasi. Ini adalah akibat cara berpikir lama dari sebagian masyarakat yang masih terlalu tinggi meletakkan tokoh idola, bukan sistem pemerintahan yang bagus, sebagai tokoh impian ratu adil. Padahal sebaik apa pun seorang pemimpin negara, masa hidupnya akan jauh lebih pendek daripada masa hidup suatu sistem yang sudah teruji mampu membangun negara. Banyak negara demokrasi hanya memberikan hak pilih kepada warga yang telah melewati umur tertentu, misalnya umur 18 tahun, dan yang tak memliki catatan kriminal (misal, narapidana atau bekas narapidana).

Isitilah demokrasi berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal dari sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Namun, arti dari istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu, dan definisi modern telah berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan perkembangan sistem demokrasi di banyak negara.

Kata demokrasi berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara.

Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya pembagian kekuasaan dalam suatu negara (umumnya berdasarkan konsep dan prinsip trias politica) dengan kekuasaan negara yang diperoleh dari rakyat juga harus digunakan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Prinsip semacam trias politica ini menjadi sangat penting untuk diperhitungkan ketika fakta-fakta sejarah mencatat kekuasaan pemerintah (eksekutif) yang begitu besar ternyata tidak mampu untuk membentuk masyarakat yang adil dan beradab, bahkan kekuasaan absolut pemerintah seringkali menimbulkan pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia.

Demikian pula kekuasaan berlebihan di lembaga negara yang lain, misalnya kekuasaan berlebihan dari lembaga legislatif menentukan sendiri anggaran untuk gaji dan tunjangan anggota-anggotanya tanpa mempedulikan aspirasi rakyat, tidak akan membawa kebaikan untuk rakyat. Intinya, setiap lembaga negara bukan saja harus akuntabel (accountable), tetapi harus ada mekanisme formal yang mewujudkan akuntabilitas dari setiap lembaga negara dan mekanisme ini mampu secara operasional (bukan hanya secara teori) membatasi kekuasaan lembaga negara tersebut.

Sistem politik Indonesia telah menempatkan Partai Politik sebagai pilar utama penyangga demokrasi. Artinya, tak ada demokrasi tanpa Partai Politik. Karena begitu pentingnya peran Partai Politik, maka sudah selayaknya jika diperlukan sebuah peraturan perundang-undangan mengenai Partai Politik. Peraturan perundang-undangan ini diharapkan mampu menjamin pertumbuhan Partai Politik yang baik, sehat, efektif dan fungsional.

Dengan kondisi Partai Politik yang sehat dan fungsional, maka memungkinkan untuk melaksanakan rekrutmen pemimpin atau proses pengkaderan, pendidikan politik dan kontrol sosial yang sehat. Dengan Partai Politik pula, konflik dan konsensus dapat tercapai guna mendewasakan masyarakat. Konflik yang tercipta tidak lantas dijadikan alasan untuk memecah belah partai, tapi konflik yang timbul dicarikan konsensus guna menciptakan partai yang sehat dan fungsional.

Pentingnya keberadaan Partai Politik dalam menumbuhkan demokrasi harus dicerminkan dalam peraturan perundang-undangan. Seperti diketahui hanya Partai Politik yang berhak mengajukan calon dalam Pemilihan Umum. Makna dari ini semua adalah, bahwa proses politik dalam Pemilihan Umum (Pemilu), jangan sampai mengebiri atau bahkan menghilangkan peran dan eksistensi Partai Politik. Kalaupun saat ini masyarakat mempunyai penilaian negatif terhadap Partai Politik, bukan berarti lantas menghilangkan eksistensi partai dalam sistem ketatanegaraan. Semua yang terjadi sekarang hanyalah bagian dari proses demokrasi.

Menumbuhkan Partai Politik yang sehat dan fungsional memang bukan perkara mudah. Diperlukan sebuah landasan yang kuat untuk menciptakan Partai Politik yang benar-benar berfungsi sebagai alat artikulasi masyarakat. Bagi Indonesia, pertumbuhan Partai Politik telah mengalami pasang surut. Kehidupan Partai Politik baru dapat di lacak kembali mulai tahun 1908. Pada tahap awal, organisasi yang tumbuh pada waktu itu seperti Budi Oetomo belum bisa dikatakan sebagaimana pengertian Partai Politik secara modern. Budi Utomo tidak diperuntukkan untuk merebut kedudukan dalam negara (public office) di dalam persaingan melalui Pemilihan Umum. Juga tidak dalam arti organisasi yang berusaha mengendalikan proses politik. Budi Oetomo dalam tahun-tahun itu tidak lebih dari suatu gerakan kultural, untuk meningkatkan kesadaran orang-orang Jawa.

Sangat boleh jadi partai dalam arti modern sebagai suatu organisasi massa yang berusaha untuk mempengaruhi proses politik, merombak kebijaksanaan dan mendidik para pemimpin dan mengejar penambahan anggota, baru lahir sejak didirikan Sarekat Islam pada tahun 1912. Sejak itulah partai dianggap menjadi wahana yang bisa dipakai untuk mencapai tujuan-tujuan nasionalis. Selang beberapa bulan, lahir sebuah partai yang di dirikan Douwes Dekker guna menuntut kebebasan dari Hindia Belanda. Dua partai inilah yang bisa dikatakan sebagai cikal bakal semua Partai Politik dalam arti yang sebenarnya yang kemudian berkembang di Indonesia.

Pada masa pergerakan nasional ini, hampir semua partai tidak boleh berhubungan dengan pemerintah dan massa di bawah (grass roots). Jadi yang di atas, yaitu jabatan puncak dalam pemerintahan kolonial, tak terjangkau, ke bawah tak sampai. Tapi Partai Politik menjadi penengah, perumus ide. Fungsi Partai Politik hanya berkisar pada fungsi sosialisasi politik dan fungsi komunikasi politik.

Pada masa pendudukan Jepang semua Partai Politik dibubarkan. Namun, pada masa pendudukan Jepang juga membawa perubahan penting. Pada masa Jepang-lah didirikan organisasi-organisasi massa yang jauh menyentuh akar-akar di masyarakat. Jepang mempelopori berdirinya organisasi massa bernama Pusat Tenaga Rakyat (Poetera). Namun nasib organisasi ini pada akhirnya juga ikut dibubarkan oleh Jepang karena dianggap telah melakukan kegiatan yang bertujuan untuk mempengaruhi proses politik. Praktis sampai diproklamirkan kemerdekaan, masyarakat Indonesia tidak mengenal partai-partai politik.

Perkembangan Partai Politik kembali menunjukkan geliatnya tatkala pemerintah menganjurkan perlunya di bentuk suatu Partai Politik. Wacana yang berkembang pada waktu itu adalah perlunya partai tunggal. Partai tunggal diperlukan untuk menghindari perpecahan antar kelompok, karena waktu itu suasana masyarakat Indonesia masih diliputi semangat revolusioner. Tapi niat membentuk partai tunggal yang rencananya dinamakan Partai Nasional Indonesia gagal, karena dianggap dapat menyaingi Komite Nasional Indonesia Pusat dan dianggap bisa merangsang perpecahan dan bukan memupuk persatuan. Pasca pembatalan niat pembentukan partai tunggal, atas desakan dan keputusan Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat, pemerintah mengeluarkan maklumat yang isinya perlu di bentuk Partai Politik sebanyak-banyaknya guna menyambut Pemilihan Umum anggota Badan-Badan Perwakilan Rakyat.

Pada keadaan seperti itulah Partai Politik tumbuh dan berkembang selama revolusi fisik dan mencapai puncaknya pada tahun 1955 ketika diselenggarakan Pemilihan Umum pertama yang diikuti oleh 36 Partai Politik, meski yang mendapatkan kursi di parlemen hanya 27 partai. Pergolakan-pergolakan dalam Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Konstituante hasil Pemilihan Umum telah menyudutkan posisi Partai Politik. Hampir semua tokoh, golongan mempermasalahkan keberadaan Partai Politik. Kekalutan dan kegoncangan di dalam sidang konstituante inilah yang pada akhirnya memaksa Bung Karno membubarkan partai-partai politik, pada tahun 1960, dan hanya boleh tinggal 10 partai besar yang pada gilirannya harus mendapatkan restu dari Bung Karno sebagai tanda lolos dari persaingan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

a. Demokrasi adalah sebuah sistem sosial politik yang paling baik dari sekian banyak sistem politik lainya. Pengertian umum demokrasi adalah suatu model pemerintahan atau sistem sosial yng bertumpu pada kepentingan rakyat dari, oleh dan atau rakyat.

b. Prinsip-prinsip inilah merupakan tiga faktor yang menjadi tolak ukur umum dari suatu pemerintahan yang demokratis, yaitu :

pemerintahan dari rakyat (goverment of the law).

Pemerintahan oleh rakyat (goverment by the people).

Pemerintahan untuk rakyat (goverment for the people).

c. untuk mendukung terlaksananya demkrasi, perlu didukung oleh enam norma atau unsur pokok yang dibutuhkan oleh tatanan masyarakat pluralisme, yaitu :

pertama, kesadaran akan adanya pluralisme.

Kedua, musyawarah

Ketiga, sejalan dengan tujuan Keempat, ada norma kejujuran dan mufakat

Kelima, kebebasan nurani, persamaan hak, dan kewajiban

Keenam, adanya trial dan error (percobaan dan salah).

Sedangkan unsur-unsur penting penopang tegaknya demokrasi antara lain :

1. negara hukum

2. masyarakat madani

3. aliansi kelompok strategis.

B. Saran

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan sarannya dari semua pihak demi kebikkan makalah ini dimasa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKAAbdillah,masykuri,1999.Demokrasi di Persimpangan Makna:Respons Intelektual Muslim Indonesia Terhadap Konsep Demokrasi (1966-1993).Yogyakarta:Tiara Wacana.

Budiarjo, Miriam, 1996.Demokrasi di Indonesia: Demokrasi Parlementer da Demokrasi,Jakarta:Gramedia.Azyumardi Azra, pendidikan kewarganegaraan (aviceducation) : demokrasi, Ham dan masyarakat mudani, Jakarta. Tim ICCE UIN:2000

Ubaedillah dan Abdul Rozak Demokrasi, HAM dan MAsyarakat Madani.Jakarta:2006

KATA PENGANTAR

Puji syukur dengan hati yang tulus dan pikiran yang jernih kita panjatkan kehadirat Illahi rabbi sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Demokrasi di Indonesia. Shalawat beriring salam semoga tercurahkan kepad ajunjungan kita nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya yang setia mengorbankan jiwa raga hingga tets darah penghabisan demi tegaknya Al-Islam di seluruh penjuru dunia.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu penulis dalam pembuatan makalah ini dan teman-teman yang memberi motivasi dan dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kepada pembaca yang budiman dan para pakar, dimohaon saran dan kritik konstruktif demikesempurnaan pembuatan makalah kedepannya.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat, taupik dan hidayahNya kepada kita semua. Amin ya robbal alamin.

Bengkulu, Juni 2014Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

i

DAFTAR ISI

ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

1

B. Rumusan Masalah

1C. Tujuan

1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian

2B. Sejarah dan Perkembangan Demokrasi di Indonesia

3C. Unsur-unsur Pendukung Tegaknya Demokrasi

6D. Parameter Tatanan Kehidupan Demokratis

9E. Pemilu dan Partai Dalam Sistem Demokrasi

10F. Analisis

13

BAB III PENUTUPA. Kesimpulan

18B. Kritik dan Saran

18DAFTAR PUSTAKA

i

ii

Azyumardi Azra, pendidikan kewarganegaraan (aviceducation) : demokrasi, Ham dan masyarakat mudani, Jakarta. Tim ICCE UIN:200,hal:110

Azyumardi Azra, pendidikan kewarganegaraan (aviceducation) : demokrasi, Ham dan masyarakat mudani, Jakarta. Tim ICCE UIN:200,hal:111

Ubaedillah dan Abdul Rozak Demokrasi, HAM dan MAsyarakat Madani.Jakarta:2006,hal:140

Azyumardi Azra, pendidikan kewarganegaraan (aviceducation) : demokrasi, Ham dan masyarakat mudani, Jakarta. Tim ICCE UIN:200,hal:115

Budiarjo, Miriam, Demokrasi di Indonesia: Demokrasi Parlementer da Demokrasi,Jakarta:Gramedia. 1996 hal 44

Ubaedillah dan Abdul Rozak Demokrasi, HAM dan MAsyarakat Madani.Jakarta:2006,hal:148

Ubaedillah dan Abdul Rozak Demokrasi, HAM dan MAsyarakat Madani.Jakarta:2006,hal:149

Ubaedillah dan Abdul Rozak Demokrasi, HAM dan MAsyarakat Madani.Jakarta:2006,hal:150

PAGE 24