Demensia Alzheimer

32
Laporan Kasus SKIZOFRENIA KATATONIK (F20.2) Oleh Dhia Raihana Rahdi I1A011003 Fariz Rahmat Ramadhan I1A011051 Shinta Putri Fidayanti I1A011078 Pembimbing dr. H. Achyar Nawi Husein, Sp.KJ Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa

description

alzheimer

Transcript of Demensia Alzheimer

Page 1: Demensia Alzheimer

Laporan Kasus

SKIZOFRENIA KATATONIK (F20.2)

Oleh

Dhia Raihana Rahdi I1A011003

Fariz Rahmat Ramadhan I1A011051

Shinta Putri Fidayanti I1A011078

Pembimbing

dr. H. Achyar Nawi Husein, Sp.KJ

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa

Fakultas Kedokteran UNLAM/RSUD Ulin

Banjarmasin

Februari, 2015

Page 2: Demensia Alzheimer

LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. T

Usia : 26 Tahun

Jenis Kelamin : Pria

Alamat : Jl. Karya Sari, Pekapuran Raya Banjarmasin

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Tidak bekerja

Agama : Islam

Suku : Banjar

Bangsa : Indonesia

Status Perkawinan: Belum menikah

Tanggal Berobat : 15 Februari 2015

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Diperoleh dari autoanamnesa pada tanggal 15 Februari 2015 pukul 11.15

WITA di bangsal Yakut RSUD Ansari Saleh dan alloanamnesa dengan Ny.

Rusnitah, ibu kandung pasien pada tanggal 15 Februari 2015, pukul 10.30

WITA di bangsal Yakut RSUD Ansari Saleh.

A. KELUHAN UTAMA :

Keluyuran

2

Page 3: Demensia Alzheimer

KELUHAN TAMBAHAN:

Tidak bisa diam, gaduh gelisah, melakukan hal-hal yang membahayakan

orang sekitar.

B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Alloanamnesis

Menurut ibu os, os sering keluyuran ke jalan, sering berjalan dari

Banjarmasin sampai ke Sungai Tabuk dan tidak bisa diam jika ada di rumah.

Kadang-kadang os terlihat marah dan ingin memukul orang yang ada di

rumah terutama ibunya jika disuruh minum obat. Os juga sering seperti

berbicara pada orang dan bergumam sendiri, mengamuk sambil tertawa dan

kadang tidak nyambung jika diajak bicara. Sudah 2 kali os memainkan

listrik dan memukul ibunya. Os sering bilang ingin membunuh orang yang

pernah memukul kepalanya sewaktu SMP. Keluarga tidak pernah melihat

os ingin melakukan percobaan bunuh diri seperti menyayat tangannya atau

gantung diri. Menurut keluarga, os mengalami hal ini karena pernah trauma

di pukul saat SMP oleh temannya dan terlalu banyak pikiran saat bersekolah

di pesantren, os pertama kali mengalami hal seperti ini pada tahun 2010,

sempat berhenti dan os sempat bekerja. Os pernah menjalani rawat inap di

RS Ansari Shaleh sebanyak 4 kali dan di RSJ Sambang Lihum sebanyak 1

kali. Os terakhir kali masuk RS Anshari Saleh pada awal 2014, os tidak

berobat jalan karena tidak mau mengkonsumsi obat yang dianggapnya

racun. Saat anak-anak os pernah mengalami kejang berulang dan menuju

3

Page 4: Demensia Alzheimer

dewasa os pernah mengalami trauma kepala sampai keluar darah di hidung

karena dipukul temannya di sekolah.

Autoanamnesis:

Selama dianamnesi os acuh dan kurang mau menjawab pertanyaan

pemeriksa sehinggga tidak kooperatif dengan pemeriksa.

C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

- Riwayat Kejang

- Riwayat trauma kepala

- Riwayat masuk rumah sakit

D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

1. Riwayat Antenatal dan Prenatal

Dilahirkan dengan bantuan vakum

2. Infancy (0 - 1,5 tahun) Basic Trust vs. Mistrust

Keluarga tidak tahu, ibu dan bapak os sudah meninggal

3. Early Childhood (1,5 – 3 tahun) Autonomy vs. Shame & Doubt

Keluarga tidak tahu, ibu dan bapak os sudah meninggal

4. Preschool Age (3 – 6 tahun) Inisiative vs. Guilt

Keluarga tidak tahu, ibu dan bapak os sudah meninggal

5. School Age (6 – 12 tahun) Industry vs. Inferiority

Tahap perkembangan baik

6. Adolescence (12 – 20 tahun) Identity vs. Role Diffusion

4

Page 5: Demensia Alzheimer

Os pernah berkelahi dengan temannya saat usia 13 tahun dan

mendapatkan pukulan di kepala hingga berdarah.

7. Riwayat Pendidikan

Os bersekolah sampai SMA, namun anak tidak tahu kenapa sampai

SD saja mungkin menurut anak os karena masalah biaya.

8. Riwayat Pekerjaan

Os mulai dapat pekerjaan saat os berusia 20 tahun. Os bekerja

diperusahaan kayu di pelabuhan namun sekitar 4 tahun ini tidak

bekarja lagi karena perusahaan bangkrut dan harus mem PHK semua

karyawannya.

9. Riwayat Perkawinan

Os belum menikah

E. RIWAYAT KELUARGA

Herediter (-)

Keterangan :

= Pasien

5

Page 6: Demensia Alzheimer

= Laki-laki

= Wanita

= Meninggal

Di keluarga os, tidak ada yang menderita penyakit gangguan jiwa.

F. RIWAYAT SITUASI SEKARANG

Os tinggal dengan orang. Os sekarang tidak bekerja. Kehidupan sehari-hari

os dibiayai oleh orang tua.

G. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN LINGKUNGANNYA

Os menunjukkan respon yang minimal saat diwawancara. Os juga terlihat

sedikit tidak menyukai pertanyaan yang terlalu banyak, cenderung menolak

saat diwawancara, hanya menjawab pertanyaan tertutup dengan pandangan

kosong dan tidak ada kontak mata dan malah kadang tak mau menjawab

sama sekali.

III.STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Os tampak tidak terawat. Os datang dengan menggunakan baju

kaosberwarna putih dan celana kain hitam. Os tampak duduk dengan

pandangan kosong dan murung.

2. Kesadaran

Compos mentis (E4 V5 M6)

3. Perilaku dan aktivitas psikomotor

6

Page 7: Demensia Alzheimer

Hipoaktif

4. Pembicaraan

Os berbicara pelan, tetapi seperti marah

5. Sikap terhadap pemeriksa

Tidak kooperatif

6. Kontak psikis

Kontak tidak ada

B. Keadaan Afektif, Perasaan, Ekspresi Afektif serta Empati

1. Afek : Datar, Hipothym

2. Ekspresi Afektif : Pandangan kosong, sedikit mimik

3. Keserasian : Appropriate

4. Empati : Tidak dapat dirabarasakan

C. Fungsi Kognitif

1. Intelegensi dan pengetahuan umum : sulit dievaluasi

2. Daya konsentrasi : sulit dievaluasi

3. Orientasi : Waktu : baik

Tempat : baik

Orang : baik

Situasi : terganggu

4. Daya Ingat : Segera : baik

Jangka Pendek : sulit dievaluasi

7

Page 8: Demensia Alzheimer

Jangka Panjang : sulit dievaluasi

5. Pikiran abstrak : sulit dievaluasi

6. Bakat kreatif : sulit dievaluasi

7. Kemampuan menolong diri sendiri : dapat menolong diri sendiri

D. Gangguan Persepsi

Halusinasi

auditorik/visual/olfaktorik/gustatorik/taktil: sulit di evaluasi

Ilusi : sulit di evaluasi

Depersonalisasi / derealisasi : sulit dievaluasi

E. Proses Pikir

1. Arus Pikir

a. Produktivitas : tidak realistik

b. Kontinuitas : inkoheren

c. Hendaya berbahasa : tidak ada

2. Isi Pikir :

a. Preokupasi : sulit dievaluasi

b. Gangguan Isi Pikir : sulit de evaluasi

F. Pengendalian Impuls

Cenderung stabil

8

Page 9: Demensia Alzheimer

G. Daya Nilai

1. Daya nilai sosial : baik

2. Uji daya nilai : sulit dievaluasi

3. Penilaian realitas : terganggu

H. Tilikan

Tilikan 1

I. Taraf dapat dipercaya

Dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

1. Status Internus

Keadaan Umum : Tampak sehat, kesadaran kompos mentis

Tanda Vital : Tekanan Darah : 110/70 mmHg

Nadi : 92 X/menit

Respirasi : 24 X/menit

Suhu : 36,3 oC

Bentuk badan : kurus

Kulit : Sawo matang, tidak sianosis, turgor cepat kembali,

kelembaban cukup, tidak anemis.

Kepala : Tak tampak kelainan

9

Page 10: Demensia Alzheimer

Mata : Palpebra tidak edema, konjungtiva tidak anemis,

sklera tidak ikterik, pupil isokor

Hidung : Bentuk normal, tidak ada epistaksis, tidak ada

sekret

Mulut : Bentuk normal dan simetris, mukosa bibir terlihat

kering.

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

Thoraks :

Inspeksi : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada

Palpasi : Fremitus raba simetris kanan dan kiri

Perkusi :

Cor : batas jantung normal

Pulmo : sonor

Auskultasi :

Cor : S1=S2 tunggal, murmur (-)

Pulmo : Vesikuler, Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)

Abdomen :

Inspeksi : Simetris, cembung

Auskultasi : Peristaltik usus normal

Palpasi : Hepar/Lien tidak teraba, nyeri tekan (-)

Perkusi : Timpani, asites (-), nyeri ketuk (-)

Ektremitas : pergerakan bebas, tidak ada edema atau atrofi,

tidak ada tremor.

10

Page 11: Demensia Alzheimer

2. Status Neurologis :

Nervus I-XII : tidak ada kelainan

Gejala rangsang meningeal : tidak ada

Gejala TIK meningkat : tidak ada

Refleks fisiologis : normal

Refleks patologis : tidak ada

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Alloanamnesis:

Os sering nampak marah dan ingin memukul orang yang tak dikenalnya

(agustus 2014)

Os sering bicara dan ketawa sendiri, kadang tampak murung dan kalau

diajak bicara sering tidak nyambung

Os mudah curigaan dan kadang menatap keluar rumah seakan takut dan

seperti ada orang disana

Kadang seperti melihat orang dan mendengar bisikan.

Os pernah berobat jiwa sejak 5 bulan yang lalu (awal maret 2014) di RSJD

Sambang Lihum karena sering bicara dan suka tertawa sendiri

Autoanamnesis

Os tidak koperatif dan Cuma diam dan tidak mau menceritakan keluhan

os.

11

Page 12: Demensia Alzheimer

Pemeriksaan Psikiatri :

Perilaku dan aktifitas psikomotor : Hipoaktif

Kontak psikis : ada , wajar tetapi sulit dipertahankan

Pembicaraan : Os berbicara pelan, tetapi seperti marah

Afek : Datar, hipothym

Ekspresi afektif : pandangan kosong, sedikit mimik

Konsentrasi : sulit dievealuasi

Daya ingat segera : baik

Daya nilai sosial : sde

Uji Daya nilai : baik

Preokupasi : sulit dievaluasi

Gangguan pikiran : sulit dievaluasi

Produktivitas : tidak realistik

Kontinuitas : sulit dievaluasi

Penilaian realita : terganggu

Tilikan : Derajat 1

Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya

VI. EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis I : demensia pada penyakit alzheimer (F00)

Aksis II : paranoid

Aksis III : TB paru, HF

12

Page 13: Demensia Alzheimer

Aksis IV : Masalah berkaitan dengan keluarga,pekerjaan dan

lingkungan sosial.

Aksis V : GAF SCALE 50-41 (Gejala berat (serious), disabilitas

berat)

VII. PROGNOSIS

Diagnosis penyakit : ad malam

Perjalanan penyakit : ad malam

Ciri kepribadian : dubia

Riwayat herediter : ad bonam

Usia saat menderita : ad malam

Pola keluarga : dubia ad malam

Pendidikan : dubia ad malam

Aktivitas pekerjaan : ad malam

Ekonomi : ad malam

Lingkungan sosial : dubia ad malam

Organobiologi : dubia ad malam

Pengobatan psikiatri : dubia ad malam

Kesimpulan : dubia ad malam

VIII. RENCANA TERAPI

Psikoterapi : support terhadap penderita dari keluarga. Keluarga harus

mengawasi dan memperhatikan jadwal os minum obat.

13

Page 14: Demensia Alzheimer

Keluarga juga harus sering mengajak os berinteraksi

sehingga os dapat mengeluarkan perasaan os secara lebih

terbuka. Keluarga dianjurkan untuk mengadakan

aktivitas bersama, sehingga os tidak mengasingkan diri

lagi, dan dapat lebih bisa bergaul dengan orang lain.

Keluarga juga harus didukung dan diberikan penjelasan

tentang penyakit os, sehinggga keluarga bisa merawat os

dengan baik dan benar

Terapi Religi : pasien harus diajarkan untuk lebih mendekatkan diri

kepada Tuhan, lebih sering ke pengajian untuk

menambah ilmu keagamaan

Rehabilitasi : memberi kegiatan pada penderita yang sesuai bakat dan

minatnya agar membantu memepercepat penyembuhan.

Psikofarmaka :

trihexylphenidil tablet 2 mg 3x1

Piracetam 400mg 1-1-0

Clozapine tablet 25 mg 3x 1

IX. DISKUSI

I. DISKUSI

Perjalanan berkembangnya skizofrenia sangatlah beragam pada setiap

kasus.Namun, secara umum melewati tiga fase utama, yaitu fase prodromal,

fase aktif gejala dan fase residual1.

a. Fase prodromal

14

Page 15: Demensia Alzheimer

Fase prodromal ditandai dengan deteriorasi yang jelas dalam fungsi

kehidupan, sebelum fase aktif gejala gangguan, dan tidak disebabkan oleh

gangguan afek atau akibat gangguan penggunaan zat, serta mencakup

paling sedikit dua gejala dari kriteria A pada kriteria diagnosis skizofrenia.

Awal munculnya skizofrenia dapat terjadi setelah melewati suatu periode

yang sangat panjang, yaitu ketika seorang individu mulai menarik diri

secara sosial dari lingkungannya

b. Fase aktif gejala

Fase aktif gejala ditandai dengan munculnya gejala-gejala

skizofrenia secara jelas.Sebagian besar penderita gangguan skizofrenia

memiliki kelainan pada kemampuannya untuk melihat realitas dan

kesulitan dalam mencapai insight. Sebagai akibatnya episode psikosis

dapat ditandai oleh adanya kesenjangan yang semakin besar antara

individu dengan lingkungan sosialnya

c. Fase residual

Fase residual terjadi setelah fase aktif gejala paling sedikit terdapat

dua gejala dari kriteria A pada kriteria diagnosis skizofrenia yang bersifat

mentap dan tidak disebabkan oleh gangguan afek atau gangguan

penggunaan zat. Dalam perjalanan gangguannya beberapa pasien

skizofrenia mengalami kekambuhan hingga lebih dari lima kali. Oleh

karena itu, tantangan terapi saat ini adalah untuk mengurangi dan

mencegah terjadinya kekambuhan.

15

Page 16: Demensia Alzheimer

Berdasarkan hasil anamnesa (alloanamnesa) serta pemeriksaan status

mental, dan merujuk pada kriteria diagnostik dari PPDGJ III, penderita dalam

kasus inimengarah kepada diagnosa Skizofrenia Tak Terinci (F20.3).

Pedoman diagnostik secara umum skizofrenia telah terpenuhi dan secara

spesifik digolongkan ke dalam skizofrenia tak terinsi1

Untuk diagnosis skizofrenia tak terinci harus memenuhi seluruh

persyaratan berikut yaitu 1:

(a) memenuhi kriteri umum untuk diagnosis skizofrenia.

(b) tidak memenuhi diagnosis skizofrenia paranoid, herbefrenik, atau

katatonik.

(c) tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca-

skizofrenia.

Pasien memiliki riwayat berobat jalan di RSJ Sambang Lihum 1 tahun

terakhir. Hal ini menandakan os sebelumnya mengidap penyakit kejiwaan.

Model ini menandakan bahwa seseorang mungkin memiliki suatu kerentanan

spesifik (diatessis) yang jika dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan yang

menimbulkan stress, memungkinkan perkembangan skizofrenia.

Komponennya dapat berupa lingkungan, mungkin biologikal (seperti infeksi)

atau psikologis (misal kematian orang terdekat). Sedangkan dasar biologikal

dari diathesis selanjutnya dapat terbentuk oleh pengaruh epigenetik seperti

penyalahgunaan obat, stress psikososial dan trauma.

Kerentanan yang dimaksud disini haruslah jelas, sehingga dapat

menerangkan mengapa orang tersebut dapat menjadi skizofrenia. Semakin

16

Page 17: Demensia Alzheimer

kecil kerentanan seseorang maka stressor kecil pun dapat menjadi skizofrenia.

Semakin kecil kerentanan maka butuh stressor yang besar untuk membuatnya

menjadi skizofren.

Pada pasien tidak didapatkan stressor utama. Informasi yang didapat

dari keluarga menyatakan bahwa os tiba-tiba mengalami gangguan kejiawaan

tanpa didahului stressor tertentu. Hal tersebut mungkin disebabkan karena

orang tua os cenderung kurang memperhatikan os dari segi pergaulan dll yang

menyebabkan ketidaktahuan dari orang tua terhadap kegiatan keseharian os.

Dari os sendiri juga mengaku tidak memiliki pikiran atau permasalahan yang

berarti.

Berdasarkan pemeriksaan psikiatrik didapatkan penampilan os tampak

tidak terawat, menggunakan baju berwarna hijau dan celana putih dengan

jaket klub sepakbola dan terlihat luka terbuka di bagian frontal dahi os yang

tidak dirawat sehingga terlihat adanya nanah. Artinya os cenderung tidak bisa

mengurus dirinya sendiri dan tidak peduli dengan kebaikan diri os sehingga

os dengan mudahnya mencelakai dirinya sendiri. Os juga menunjukkan

respon yang minimal saat diwawancara. Os terlihat sedikit tidak menyukai

pertanyaan yang terlalu banyak, cenderung menolak saat diwawancara, hanya

menjawab “tidak tahu” dengan pandangan kosong dan sedikit kontak mata.

Dapat diambil kesimpulan pasien tidak dapat berkomunikasi dengan baik

terhadap lingkungan sekitarnya, pasien dapat membuka mata dengan tatapan

kosong yang menandakan bahwa ia sedang mengalami guncangan jiwa tetapi

ia sendiri tidak tahu apa yang sedang dialaminya.

17

Page 18: Demensia Alzheimer

Gejala-gejala skizofrenia menurut Bleuler dibagi atas dua yaitu primer

dan sekunder. Gejala-gejala primer meliputi gangguan proses pikiran (bentuk,

proses, dan isi pikiran). Pada skizofrenia inti gangguan memang terdapat pada

proses pikiran. Yang terganggu terutama adalah asosiasi. Kadang-kadang satu

ide belum selesai diutarakan, sudah timbul ide lain atau terdapat pemindahan

maksud, umpamanya maksudnya ‘tani’ tetapi dikatakan ‘sawah’.

Pada skizofrenia terdapat gangguan afek dan emosi dimana kadangkala

efek dan emosi (‘emotional blunting’) misalnya penderita menjadi acuh tak

acuh lagi terhadap hal-hal penting untuk dirinya sendiri seperti keadaan

keluarga dan masa depannya. Oleh karena itu pasien sering membenturkan

kepalanya sampai berdarah-darah karena ketidakpeduliannya terhadap diri

sendiri dan berhenti bekerja tanpa ada alasan yang jelas, hanya karena faktor

malas. Emosi pasien juga bisa berubah menjadi labil dan sulit untuk

dipahami.

Gejala-gejala positif skizofrenia/psikotik antara lain agresifitas

(kecenderungan untuk berkelahi), hiperaktif, sikap permusuhan, halusinasi

dan waham, negativisme, insomnia dan mannerisme. Pada kasus ini pasien

mengalami gejala positif berupa halusinasi auditorik yang tidak jelas selama

10 tahun terakhir dan pasien juga sering terlihat keluyuran tidak jelas, begitu

memasuki pintu rumah dan duduk, os langsung keluar rumah kembali. Hal

tersebut sering diulang-ulangi pasien dan terjadi setiap hari. Menurut teori,

pada skizofrenia, halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran dan hal ini

merupakan gejala yang hampir tidak dijumpai pada keadaan lain. Paling

18

Page 19: Demensia Alzheimer

sering pada keadaan skizofrenia ialah halusinasi (oditif atau akustik) dalam

bentuk suara manusia, bunyi barang. Kadang-kadang terdapat halusinasi

penciuman (olfatorik), halusinasi citarasa (gustatorik) atau halusinasi

singgungan (taktil). Halusinasi penglihatan (visual) agak jarang pada

skizofrenia lebih sering pada psikosa akut yang berhubungan dengan sindrom

otak organik bila terdapat maka biasanya pada stadium permulaan misalnya

penderita melihat cahaya yang berwarna atau muka orang yang menakutkan.

Menurut keluarga pasien juga mempunyai cenderung lebih suka sendiri

dan diam sebelum dibawa ke rumah sakit untuk berobat jalan. Hal ini juga

menunjukkan adanya gejala negatif skizoprenia tetapi tidak dominan.

Pengobatan pada skizofren sebenarnya tidak ada yang spesifik untuk

masing-masing subtipe skizofrenia. Pengobatan hanya dibedakan berdasarkan

gejala apa yang menonjol pada pasien. Pada skizofrenia tak terinci, pada

pasien ini terdapat gejala positif yang dominan maka adapun pengobatan

yang disarankan adalah obat-obatan antipsikotik golongan tipikal yang dapat

memblokade dopamin pada reseptor pascasinaptik neuron di otak. Memang

obat tertentu (terutama obat antipsikotik baru) telah dinyatakan efektif secara

spesifik terhadap gejala positif pada gangguan psikotik, tetapi bukti yang

mendukung pendapat ini masih tidak konsisten.

Chlorpromazin termasuk obat psikotik tipikal yang mempunyai

aktivitas memblokade dopamin pada reseptor pascasinaptik neuron di otak,

terutama di simtem limbik dan sistem ekstrapiramidal (dopamin D2 reseptor

antagonis). Efek samping dapat berupa sedasi dan inhibisi psikomotor

19

Page 20: Demensia Alzheimer

(mengantuk, kemampuan kognitif menurun), gangguan otonomik (hipotensi,

antikolinergik), ganguan ekstrapiramidal (distonia akut, sindrom Parkinson),

gangguan endokrin (ginekomastia) biasanya pada pemakaian jangka panjang.

Halloperidol untuk menghilangkan gejala psikotik berupa halusinasi. Selain

gejala positif, os juga menunjukan sedikit gejala negatif sehingga dapat

diberikan Clozapine sebagai obat antipsikotik atipikal yang mampu mengatasi

gejala positif dan negatif yang timbul.

Adapun efek samping dari pemberian obat anti psikotik yaitu:

1. Sedasi dan inhibisi psikomotor

2. Gangguan otonomik (hipotensi ortostatik, antikolenergik berupa mulut

kering, kesulitan miksi dan defekasi, hidung tersumbat, dan mata kabur).

3. Gangguan endokrin

4. Gangguan ekstrapiramidal (distonia akut, akathisia dan sindrom Parkinson

berupa : tremor, bradikinesia, rigiditas)

5. Hepatotoksik

Efek samping obat anti psikotik salah satunya adalah hepatotoksik

sehingga untuk memonitornya perlu pemeriksaan fungsi hati berkala. Adapun

pemeriksaan penunjang seperti laboratorium darah untuk mengevaluasi

pemberian antipsikosis yang mempunyai efek samping terhadap fungsi hati

dan ginjal karena hati merupakan organ utama untuk metabolisme obat-obat

psikotik.

Selain terapi obat-obatan juga bisa diterapkan terapi psikososial yang

terdiri dari terapi perilaku, terapi berorientasi keluarga,terapi kelompok,

20

Page 21: Demensia Alzheimer

psikoterapi indivisual. Terapi perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan

latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial,

kemampuan menolong diri sendiri, dan konunikasi interpersonal.Terapi

berorientasi keluarga cukup berguna dalam pengobatan skizofrenia.Terapi

kelompok biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan dalam

kehidupan nyata. Psikoterapi, rehabilitasi, terapi religius dan perilaku juga

perlu diberikan pada pasien ini.

Prognosis untuk penderita ini adalah dubia ad malam, karena dilihat

dari diagnosis penyakit, perjalanan penyakit, stressor, usia saat menderita,

pendidikan, perkawinan, ekonomi dan lingkungan sosial yang buruk.

DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari PPDGJ-III. Jakarta : PT Nuh Jaya, 2001

2. Maramis WF, Maramis AA. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press, 2009.

3. Kusumawardhani AAAA, Husain AB, Adikusuma A, et al. 2010. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: FK UI.

4. Sinaga Banhard Rudyanto. 2AA7. Skizofrenia dan Diagnosis Banding. Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

21

Page 22: Demensia Alzheimer

5. Kaplan, HI, Sadock BJ, Skizofrenia, In :Synopsis of Psychiatry : Behavioral Scienc es/Clinical Psychiatry, 10th Edition,2007.

6. Anonymous. Skizofrenia. http://www.scribd.com/doc/71066591/makalah-skizofrenia. Diakses pada tanggal 16 Juni 2014.

7. Syamsulhadi dan Lumbantobing. Skizofrenia. Jakarta: FK UI. 2007. 26-34.

8. Goodman dan Gilman Dasar Farmakologi Terapi vol 1. Jakarta : EGC. 2007. 475,480-482.

22