Demensia Alzheimer
-
Upload
dhia-raihana-mirtafani -
Category
Documents
-
view
26 -
download
0
description
Transcript of Demensia Alzheimer
Laporan Kasus
SKIZOFRENIA KATATONIK (F20.2)
Oleh
Dhia Raihana Rahdi I1A011003
Fariz Rahmat Ramadhan I1A011051
Shinta Putri Fidayanti I1A011078
Pembimbing
dr. H. Achyar Nawi Husein, Sp.KJ
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
Fakultas Kedokteran UNLAM/RSUD Ulin
Banjarmasin
Februari, 2015
LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. T
Usia : 26 Tahun
Jenis Kelamin : Pria
Alamat : Jl. Karya Sari, Pekapuran Raya Banjarmasin
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Islam
Suku : Banjar
Bangsa : Indonesia
Status Perkawinan: Belum menikah
Tanggal Berobat : 15 Februari 2015
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Diperoleh dari autoanamnesa pada tanggal 15 Februari 2015 pukul 11.15
WITA di bangsal Yakut RSUD Ansari Saleh dan alloanamnesa dengan Ny.
Rusnitah, ibu kandung pasien pada tanggal 15 Februari 2015, pukul 10.30
WITA di bangsal Yakut RSUD Ansari Saleh.
A. KELUHAN UTAMA :
Keluyuran
2
KELUHAN TAMBAHAN:
Tidak bisa diam, gaduh gelisah, melakukan hal-hal yang membahayakan
orang sekitar.
B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Alloanamnesis
Menurut ibu os, os sering keluyuran ke jalan, sering berjalan dari
Banjarmasin sampai ke Sungai Tabuk dan tidak bisa diam jika ada di rumah.
Kadang-kadang os terlihat marah dan ingin memukul orang yang ada di
rumah terutama ibunya jika disuruh minum obat. Os juga sering seperti
berbicara pada orang dan bergumam sendiri, mengamuk sambil tertawa dan
kadang tidak nyambung jika diajak bicara. Sudah 2 kali os memainkan
listrik dan memukul ibunya. Os sering bilang ingin membunuh orang yang
pernah memukul kepalanya sewaktu SMP. Keluarga tidak pernah melihat
os ingin melakukan percobaan bunuh diri seperti menyayat tangannya atau
gantung diri. Menurut keluarga, os mengalami hal ini karena pernah trauma
di pukul saat SMP oleh temannya dan terlalu banyak pikiran saat bersekolah
di pesantren, os pertama kali mengalami hal seperti ini pada tahun 2010,
sempat berhenti dan os sempat bekerja. Os pernah menjalani rawat inap di
RS Ansari Shaleh sebanyak 4 kali dan di RSJ Sambang Lihum sebanyak 1
kali. Os terakhir kali masuk RS Anshari Saleh pada awal 2014, os tidak
berobat jalan karena tidak mau mengkonsumsi obat yang dianggapnya
racun. Saat anak-anak os pernah mengalami kejang berulang dan menuju
3
dewasa os pernah mengalami trauma kepala sampai keluar darah di hidung
karena dipukul temannya di sekolah.
Autoanamnesis:
Selama dianamnesi os acuh dan kurang mau menjawab pertanyaan
pemeriksa sehinggga tidak kooperatif dengan pemeriksa.
C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
- Riwayat Kejang
- Riwayat trauma kepala
- Riwayat masuk rumah sakit
D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
1. Riwayat Antenatal dan Prenatal
Dilahirkan dengan bantuan vakum
2. Infancy (0 - 1,5 tahun) Basic Trust vs. Mistrust
Keluarga tidak tahu, ibu dan bapak os sudah meninggal
3. Early Childhood (1,5 – 3 tahun) Autonomy vs. Shame & Doubt
Keluarga tidak tahu, ibu dan bapak os sudah meninggal
4. Preschool Age (3 – 6 tahun) Inisiative vs. Guilt
Keluarga tidak tahu, ibu dan bapak os sudah meninggal
5. School Age (6 – 12 tahun) Industry vs. Inferiority
Tahap perkembangan baik
6. Adolescence (12 – 20 tahun) Identity vs. Role Diffusion
4
Os pernah berkelahi dengan temannya saat usia 13 tahun dan
mendapatkan pukulan di kepala hingga berdarah.
7. Riwayat Pendidikan
Os bersekolah sampai SMA, namun anak tidak tahu kenapa sampai
SD saja mungkin menurut anak os karena masalah biaya.
8. Riwayat Pekerjaan
Os mulai dapat pekerjaan saat os berusia 20 tahun. Os bekerja
diperusahaan kayu di pelabuhan namun sekitar 4 tahun ini tidak
bekarja lagi karena perusahaan bangkrut dan harus mem PHK semua
karyawannya.
9. Riwayat Perkawinan
Os belum menikah
E. RIWAYAT KELUARGA
Herediter (-)
Keterangan :
= Pasien
5
= Laki-laki
= Wanita
= Meninggal
Di keluarga os, tidak ada yang menderita penyakit gangguan jiwa.
F. RIWAYAT SITUASI SEKARANG
Os tinggal dengan orang. Os sekarang tidak bekerja. Kehidupan sehari-hari
os dibiayai oleh orang tua.
G. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN LINGKUNGANNYA
Os menunjukkan respon yang minimal saat diwawancara. Os juga terlihat
sedikit tidak menyukai pertanyaan yang terlalu banyak, cenderung menolak
saat diwawancara, hanya menjawab pertanyaan tertutup dengan pandangan
kosong dan tidak ada kontak mata dan malah kadang tak mau menjawab
sama sekali.
III.STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Os tampak tidak terawat. Os datang dengan menggunakan baju
kaosberwarna putih dan celana kain hitam. Os tampak duduk dengan
pandangan kosong dan murung.
2. Kesadaran
Compos mentis (E4 V5 M6)
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
6
Hipoaktif
4. Pembicaraan
Os berbicara pelan, tetapi seperti marah
5. Sikap terhadap pemeriksa
Tidak kooperatif
6. Kontak psikis
Kontak tidak ada
B. Keadaan Afektif, Perasaan, Ekspresi Afektif serta Empati
1. Afek : Datar, Hipothym
2. Ekspresi Afektif : Pandangan kosong, sedikit mimik
3. Keserasian : Appropriate
4. Empati : Tidak dapat dirabarasakan
C. Fungsi Kognitif
1. Intelegensi dan pengetahuan umum : sulit dievaluasi
2. Daya konsentrasi : sulit dievaluasi
3. Orientasi : Waktu : baik
Tempat : baik
Orang : baik
Situasi : terganggu
4. Daya Ingat : Segera : baik
Jangka Pendek : sulit dievaluasi
7
Jangka Panjang : sulit dievaluasi
5. Pikiran abstrak : sulit dievaluasi
6. Bakat kreatif : sulit dievaluasi
7. Kemampuan menolong diri sendiri : dapat menolong diri sendiri
D. Gangguan Persepsi
Halusinasi
auditorik/visual/olfaktorik/gustatorik/taktil: sulit di evaluasi
Ilusi : sulit di evaluasi
Depersonalisasi / derealisasi : sulit dievaluasi
E. Proses Pikir
1. Arus Pikir
a. Produktivitas : tidak realistik
b. Kontinuitas : inkoheren
c. Hendaya berbahasa : tidak ada
2. Isi Pikir :
a. Preokupasi : sulit dievaluasi
b. Gangguan Isi Pikir : sulit de evaluasi
F. Pengendalian Impuls
Cenderung stabil
8
G. Daya Nilai
1. Daya nilai sosial : baik
2. Uji daya nilai : sulit dievaluasi
3. Penilaian realitas : terganggu
H. Tilikan
Tilikan 1
I. Taraf dapat dipercaya
Dapat dipercaya
IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
1. Status Internus
Keadaan Umum : Tampak sehat, kesadaran kompos mentis
Tanda Vital : Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 92 X/menit
Respirasi : 24 X/menit
Suhu : 36,3 oC
Bentuk badan : kurus
Kulit : Sawo matang, tidak sianosis, turgor cepat kembali,
kelembaban cukup, tidak anemis.
Kepala : Tak tampak kelainan
9
Mata : Palpebra tidak edema, konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik, pupil isokor
Hidung : Bentuk normal, tidak ada epistaksis, tidak ada
sekret
Mulut : Bentuk normal dan simetris, mukosa bibir terlihat
kering.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Thoraks :
Inspeksi : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
Palpasi : Fremitus raba simetris kanan dan kiri
Perkusi :
Cor : batas jantung normal
Pulmo : sonor
Auskultasi :
Cor : S1=S2 tunggal, murmur (-)
Pulmo : Vesikuler, Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
Abdomen :
Inspeksi : Simetris, cembung
Auskultasi : Peristaltik usus normal
Palpasi : Hepar/Lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani, asites (-), nyeri ketuk (-)
Ektremitas : pergerakan bebas, tidak ada edema atau atrofi,
tidak ada tremor.
10
2. Status Neurologis :
Nervus I-XII : tidak ada kelainan
Gejala rangsang meningeal : tidak ada
Gejala TIK meningkat : tidak ada
Refleks fisiologis : normal
Refleks patologis : tidak ada
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Alloanamnesis:
Os sering nampak marah dan ingin memukul orang yang tak dikenalnya
(agustus 2014)
Os sering bicara dan ketawa sendiri, kadang tampak murung dan kalau
diajak bicara sering tidak nyambung
Os mudah curigaan dan kadang menatap keluar rumah seakan takut dan
seperti ada orang disana
Kadang seperti melihat orang dan mendengar bisikan.
Os pernah berobat jiwa sejak 5 bulan yang lalu (awal maret 2014) di RSJD
Sambang Lihum karena sering bicara dan suka tertawa sendiri
Autoanamnesis
Os tidak koperatif dan Cuma diam dan tidak mau menceritakan keluhan
os.
11
Pemeriksaan Psikiatri :
Perilaku dan aktifitas psikomotor : Hipoaktif
Kontak psikis : ada , wajar tetapi sulit dipertahankan
Pembicaraan : Os berbicara pelan, tetapi seperti marah
Afek : Datar, hipothym
Ekspresi afektif : pandangan kosong, sedikit mimik
Konsentrasi : sulit dievealuasi
Daya ingat segera : baik
Daya nilai sosial : sde
Uji Daya nilai : baik
Preokupasi : sulit dievaluasi
Gangguan pikiran : sulit dievaluasi
Produktivitas : tidak realistik
Kontinuitas : sulit dievaluasi
Penilaian realita : terganggu
Tilikan : Derajat 1
Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya
VI. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : demensia pada penyakit alzheimer (F00)
Aksis II : paranoid
Aksis III : TB paru, HF
12
Aksis IV : Masalah berkaitan dengan keluarga,pekerjaan dan
lingkungan sosial.
Aksis V : GAF SCALE 50-41 (Gejala berat (serious), disabilitas
berat)
VII. PROGNOSIS
Diagnosis penyakit : ad malam
Perjalanan penyakit : ad malam
Ciri kepribadian : dubia
Riwayat herediter : ad bonam
Usia saat menderita : ad malam
Pola keluarga : dubia ad malam
Pendidikan : dubia ad malam
Aktivitas pekerjaan : ad malam
Ekonomi : ad malam
Lingkungan sosial : dubia ad malam
Organobiologi : dubia ad malam
Pengobatan psikiatri : dubia ad malam
Kesimpulan : dubia ad malam
VIII. RENCANA TERAPI
Psikoterapi : support terhadap penderita dari keluarga. Keluarga harus
mengawasi dan memperhatikan jadwal os minum obat.
13
Keluarga juga harus sering mengajak os berinteraksi
sehingga os dapat mengeluarkan perasaan os secara lebih
terbuka. Keluarga dianjurkan untuk mengadakan
aktivitas bersama, sehingga os tidak mengasingkan diri
lagi, dan dapat lebih bisa bergaul dengan orang lain.
Keluarga juga harus didukung dan diberikan penjelasan
tentang penyakit os, sehinggga keluarga bisa merawat os
dengan baik dan benar
Terapi Religi : pasien harus diajarkan untuk lebih mendekatkan diri
kepada Tuhan, lebih sering ke pengajian untuk
menambah ilmu keagamaan
Rehabilitasi : memberi kegiatan pada penderita yang sesuai bakat dan
minatnya agar membantu memepercepat penyembuhan.
Psikofarmaka :
trihexylphenidil tablet 2 mg 3x1
Piracetam 400mg 1-1-0
Clozapine tablet 25 mg 3x 1
IX. DISKUSI
I. DISKUSI
Perjalanan berkembangnya skizofrenia sangatlah beragam pada setiap
kasus.Namun, secara umum melewati tiga fase utama, yaitu fase prodromal,
fase aktif gejala dan fase residual1.
a. Fase prodromal
14
Fase prodromal ditandai dengan deteriorasi yang jelas dalam fungsi
kehidupan, sebelum fase aktif gejala gangguan, dan tidak disebabkan oleh
gangguan afek atau akibat gangguan penggunaan zat, serta mencakup
paling sedikit dua gejala dari kriteria A pada kriteria diagnosis skizofrenia.
Awal munculnya skizofrenia dapat terjadi setelah melewati suatu periode
yang sangat panjang, yaitu ketika seorang individu mulai menarik diri
secara sosial dari lingkungannya
b. Fase aktif gejala
Fase aktif gejala ditandai dengan munculnya gejala-gejala
skizofrenia secara jelas.Sebagian besar penderita gangguan skizofrenia
memiliki kelainan pada kemampuannya untuk melihat realitas dan
kesulitan dalam mencapai insight. Sebagai akibatnya episode psikosis
dapat ditandai oleh adanya kesenjangan yang semakin besar antara
individu dengan lingkungan sosialnya
c. Fase residual
Fase residual terjadi setelah fase aktif gejala paling sedikit terdapat
dua gejala dari kriteria A pada kriteria diagnosis skizofrenia yang bersifat
mentap dan tidak disebabkan oleh gangguan afek atau gangguan
penggunaan zat. Dalam perjalanan gangguannya beberapa pasien
skizofrenia mengalami kekambuhan hingga lebih dari lima kali. Oleh
karena itu, tantangan terapi saat ini adalah untuk mengurangi dan
mencegah terjadinya kekambuhan.
15
Berdasarkan hasil anamnesa (alloanamnesa) serta pemeriksaan status
mental, dan merujuk pada kriteria diagnostik dari PPDGJ III, penderita dalam
kasus inimengarah kepada diagnosa Skizofrenia Tak Terinci (F20.3).
Pedoman diagnostik secara umum skizofrenia telah terpenuhi dan secara
spesifik digolongkan ke dalam skizofrenia tak terinsi1
Untuk diagnosis skizofrenia tak terinci harus memenuhi seluruh
persyaratan berikut yaitu 1:
(a) memenuhi kriteri umum untuk diagnosis skizofrenia.
(b) tidak memenuhi diagnosis skizofrenia paranoid, herbefrenik, atau
katatonik.
(c) tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca-
skizofrenia.
Pasien memiliki riwayat berobat jalan di RSJ Sambang Lihum 1 tahun
terakhir. Hal ini menandakan os sebelumnya mengidap penyakit kejiwaan.
Model ini menandakan bahwa seseorang mungkin memiliki suatu kerentanan
spesifik (diatessis) yang jika dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan yang
menimbulkan stress, memungkinkan perkembangan skizofrenia.
Komponennya dapat berupa lingkungan, mungkin biologikal (seperti infeksi)
atau psikologis (misal kematian orang terdekat). Sedangkan dasar biologikal
dari diathesis selanjutnya dapat terbentuk oleh pengaruh epigenetik seperti
penyalahgunaan obat, stress psikososial dan trauma.
Kerentanan yang dimaksud disini haruslah jelas, sehingga dapat
menerangkan mengapa orang tersebut dapat menjadi skizofrenia. Semakin
16
kecil kerentanan seseorang maka stressor kecil pun dapat menjadi skizofrenia.
Semakin kecil kerentanan maka butuh stressor yang besar untuk membuatnya
menjadi skizofren.
Pada pasien tidak didapatkan stressor utama. Informasi yang didapat
dari keluarga menyatakan bahwa os tiba-tiba mengalami gangguan kejiawaan
tanpa didahului stressor tertentu. Hal tersebut mungkin disebabkan karena
orang tua os cenderung kurang memperhatikan os dari segi pergaulan dll yang
menyebabkan ketidaktahuan dari orang tua terhadap kegiatan keseharian os.
Dari os sendiri juga mengaku tidak memiliki pikiran atau permasalahan yang
berarti.
Berdasarkan pemeriksaan psikiatrik didapatkan penampilan os tampak
tidak terawat, menggunakan baju berwarna hijau dan celana putih dengan
jaket klub sepakbola dan terlihat luka terbuka di bagian frontal dahi os yang
tidak dirawat sehingga terlihat adanya nanah. Artinya os cenderung tidak bisa
mengurus dirinya sendiri dan tidak peduli dengan kebaikan diri os sehingga
os dengan mudahnya mencelakai dirinya sendiri. Os juga menunjukkan
respon yang minimal saat diwawancara. Os terlihat sedikit tidak menyukai
pertanyaan yang terlalu banyak, cenderung menolak saat diwawancara, hanya
menjawab “tidak tahu” dengan pandangan kosong dan sedikit kontak mata.
Dapat diambil kesimpulan pasien tidak dapat berkomunikasi dengan baik
terhadap lingkungan sekitarnya, pasien dapat membuka mata dengan tatapan
kosong yang menandakan bahwa ia sedang mengalami guncangan jiwa tetapi
ia sendiri tidak tahu apa yang sedang dialaminya.
17
Gejala-gejala skizofrenia menurut Bleuler dibagi atas dua yaitu primer
dan sekunder. Gejala-gejala primer meliputi gangguan proses pikiran (bentuk,
proses, dan isi pikiran). Pada skizofrenia inti gangguan memang terdapat pada
proses pikiran. Yang terganggu terutama adalah asosiasi. Kadang-kadang satu
ide belum selesai diutarakan, sudah timbul ide lain atau terdapat pemindahan
maksud, umpamanya maksudnya ‘tani’ tetapi dikatakan ‘sawah’.
Pada skizofrenia terdapat gangguan afek dan emosi dimana kadangkala
efek dan emosi (‘emotional blunting’) misalnya penderita menjadi acuh tak
acuh lagi terhadap hal-hal penting untuk dirinya sendiri seperti keadaan
keluarga dan masa depannya. Oleh karena itu pasien sering membenturkan
kepalanya sampai berdarah-darah karena ketidakpeduliannya terhadap diri
sendiri dan berhenti bekerja tanpa ada alasan yang jelas, hanya karena faktor
malas. Emosi pasien juga bisa berubah menjadi labil dan sulit untuk
dipahami.
Gejala-gejala positif skizofrenia/psikotik antara lain agresifitas
(kecenderungan untuk berkelahi), hiperaktif, sikap permusuhan, halusinasi
dan waham, negativisme, insomnia dan mannerisme. Pada kasus ini pasien
mengalami gejala positif berupa halusinasi auditorik yang tidak jelas selama
10 tahun terakhir dan pasien juga sering terlihat keluyuran tidak jelas, begitu
memasuki pintu rumah dan duduk, os langsung keluar rumah kembali. Hal
tersebut sering diulang-ulangi pasien dan terjadi setiap hari. Menurut teori,
pada skizofrenia, halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran dan hal ini
merupakan gejala yang hampir tidak dijumpai pada keadaan lain. Paling
18
sering pada keadaan skizofrenia ialah halusinasi (oditif atau akustik) dalam
bentuk suara manusia, bunyi barang. Kadang-kadang terdapat halusinasi
penciuman (olfatorik), halusinasi citarasa (gustatorik) atau halusinasi
singgungan (taktil). Halusinasi penglihatan (visual) agak jarang pada
skizofrenia lebih sering pada psikosa akut yang berhubungan dengan sindrom
otak organik bila terdapat maka biasanya pada stadium permulaan misalnya
penderita melihat cahaya yang berwarna atau muka orang yang menakutkan.
Menurut keluarga pasien juga mempunyai cenderung lebih suka sendiri
dan diam sebelum dibawa ke rumah sakit untuk berobat jalan. Hal ini juga
menunjukkan adanya gejala negatif skizoprenia tetapi tidak dominan.
Pengobatan pada skizofren sebenarnya tidak ada yang spesifik untuk
masing-masing subtipe skizofrenia. Pengobatan hanya dibedakan berdasarkan
gejala apa yang menonjol pada pasien. Pada skizofrenia tak terinci, pada
pasien ini terdapat gejala positif yang dominan maka adapun pengobatan
yang disarankan adalah obat-obatan antipsikotik golongan tipikal yang dapat
memblokade dopamin pada reseptor pascasinaptik neuron di otak. Memang
obat tertentu (terutama obat antipsikotik baru) telah dinyatakan efektif secara
spesifik terhadap gejala positif pada gangguan psikotik, tetapi bukti yang
mendukung pendapat ini masih tidak konsisten.
Chlorpromazin termasuk obat psikotik tipikal yang mempunyai
aktivitas memblokade dopamin pada reseptor pascasinaptik neuron di otak,
terutama di simtem limbik dan sistem ekstrapiramidal (dopamin D2 reseptor
antagonis). Efek samping dapat berupa sedasi dan inhibisi psikomotor
19
(mengantuk, kemampuan kognitif menurun), gangguan otonomik (hipotensi,
antikolinergik), ganguan ekstrapiramidal (distonia akut, sindrom Parkinson),
gangguan endokrin (ginekomastia) biasanya pada pemakaian jangka panjang.
Halloperidol untuk menghilangkan gejala psikotik berupa halusinasi. Selain
gejala positif, os juga menunjukan sedikit gejala negatif sehingga dapat
diberikan Clozapine sebagai obat antipsikotik atipikal yang mampu mengatasi
gejala positif dan negatif yang timbul.
Adapun efek samping dari pemberian obat anti psikotik yaitu:
1. Sedasi dan inhibisi psikomotor
2. Gangguan otonomik (hipotensi ortostatik, antikolenergik berupa mulut
kering, kesulitan miksi dan defekasi, hidung tersumbat, dan mata kabur).
3. Gangguan endokrin
4. Gangguan ekstrapiramidal (distonia akut, akathisia dan sindrom Parkinson
berupa : tremor, bradikinesia, rigiditas)
5. Hepatotoksik
Efek samping obat anti psikotik salah satunya adalah hepatotoksik
sehingga untuk memonitornya perlu pemeriksaan fungsi hati berkala. Adapun
pemeriksaan penunjang seperti laboratorium darah untuk mengevaluasi
pemberian antipsikosis yang mempunyai efek samping terhadap fungsi hati
dan ginjal karena hati merupakan organ utama untuk metabolisme obat-obat
psikotik.
Selain terapi obat-obatan juga bisa diterapkan terapi psikososial yang
terdiri dari terapi perilaku, terapi berorientasi keluarga,terapi kelompok,
20
psikoterapi indivisual. Terapi perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan
latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial,
kemampuan menolong diri sendiri, dan konunikasi interpersonal.Terapi
berorientasi keluarga cukup berguna dalam pengobatan skizofrenia.Terapi
kelompok biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan dalam
kehidupan nyata. Psikoterapi, rehabilitasi, terapi religius dan perilaku juga
perlu diberikan pada pasien ini.
Prognosis untuk penderita ini adalah dubia ad malam, karena dilihat
dari diagnosis penyakit, perjalanan penyakit, stressor, usia saat menderita,
pendidikan, perkawinan, ekonomi dan lingkungan sosial yang buruk.
DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari PPDGJ-III. Jakarta : PT Nuh Jaya, 2001
2. Maramis WF, Maramis AA. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press, 2009.
3. Kusumawardhani AAAA, Husain AB, Adikusuma A, et al. 2010. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: FK UI.
4. Sinaga Banhard Rudyanto. 2AA7. Skizofrenia dan Diagnosis Banding. Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
21
5. Kaplan, HI, Sadock BJ, Skizofrenia, In :Synopsis of Psychiatry : Behavioral Scienc es/Clinical Psychiatry, 10th Edition,2007.
6. Anonymous. Skizofrenia. http://www.scribd.com/doc/71066591/makalah-skizofrenia. Diakses pada tanggal 16 Juni 2014.
7. Syamsulhadi dan Lumbantobing. Skizofrenia. Jakarta: FK UI. 2007. 26-34.
8. Goodman dan Gilman Dasar Farmakologi Terapi vol 1. Jakarta : EGC. 2007. 475,480-482.
22