demam

22
1 STUDI KASUS Seorang wanita berusia 65 tahun datang ke dokter gigi dengan keluhan utama berupa sariawan di pipi dalam kiri yang sangat sakit. Dari anamnesis pasien didapati riwayat febris dan malaise sebelum timbulnya sariawan tersebut. Pada pemeriksaan intra oral ditemukan ulser berjumlah banyak, berukuran 1-2 mm di pipi kiri bagian dalam, selain itu di pipi kiri bangian luar terdapat sisa vesikel yang pecah berwarna kuning hingga ke telinga kiri, oral hygiene baik namun terdapat gingivitis marginalis generilisata. Pasien sewaktu kecil terdapat riwayat cacar air. Setelah melakukan pemeriksaan, dokter gigi menjelaskan rencana perawatannya kepada pasien. BATASAN MASALAH 1. Klasifikasi Penyakit i. Menjelaskan definisi penyakit ii. Menjelaskan etiologi penyakit iii. Menjelaskan pathogenesis penyakit iv. Menjelaskan signs and symptoms penyakit 2. Penatalaksanaan Penyakit i. Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilaksanakan (intra oral dan penunjang) ii. Menjelaskan perawatan yang akan diberikan (obat antiviral) iii. Menjelaskan prognosis perawatan yang diberikan

description

thgf

Transcript of demam

Page 1: demam

1

STUDI KASUS

Seorang wanita berusia 65 tahun datang ke dokter gigi dengan keluhan

utama berupa sariawan di pipi dalam kiri yang sangat sakit. Dari

anamnesis pasien didapati riwayat febris dan malaise sebelum timbulnya

sariawan tersebut. Pada pemeriksaan intra oral ditemukan ulser berjumlah

banyak, berukuran 1-2 mm di pipi kiri bagian dalam, selain itu di pipi kiri

bangian luar terdapat sisa vesikel yang pecah berwarna kuning hingga ke

telinga kiri, oral hygiene baik namun terdapat gingivitis marginalis

generilisata. Pasien sewaktu kecil terdapat riwayat cacar air. Setelah

melakukan pemeriksaan, dokter gigi menjelaskan rencana perawatannya

kepada pasien.

BATASAN MASALAH

1. Klasifikasi Penyakit

i. Menjelaskan definisi penyakit

ii. Menjelaskan etiologi penyakit

iii. Menjelaskan pathogenesis penyakit

iv. Menjelaskan signs and symptoms penyakit

2. Penatalaksanaan Penyakit

i. Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilaksanakan

(intra oral dan penunjang)

ii. Menjelaskan perawatan yang akan diberikan (obat

antiviral)

iii. Menjelaskan prognosis perawatan yang diberikan

Page 2: demam

2

PEMBAHASAN

A. KLASIFIKASI VIRUS

Virus Family Disease

a. Herpesvirus

HSV 1 Primary Herpes Gingivostomatitis

Secondary Herpes Infections

HSV 2 Genital Herpes

Varicella-Zoster Varicella (Chickenpox)

Zoster (Shingles)

Epstein-Barr Mononucleosis

Burkitt’s Lymphoma

Nasopharingeal Carcinoma

Hairy Leukoplakia

Cytomegalovirus Salivary Gland Inclusion Disease

HHV 6 Roseola Infantum

HHV 8 Kaposi’s Sarcoma

b. Papillomaviruses Oral Papillomas / warts

Condyloma Acuminatum

Focal Epitheal Hyperplasia

Some Carcinomas

c. Coxsackieviruses Herpangina

Hand-Foot-and-Mouth Disease

d. Measles Viruses Measles

e. Mumps Viruses Mumps Parotis

I. Herpesvirus Infections

A. PRIMARY HERPETIC GINGIVOSTOMATITIS

1. DEFINISI

Infeksi primer yang terjadi pada kavitas oral,sering

terjadi pada remaja dan anak-anak usia dibawah 6 tahun

-> insiden laki-laki dan perempuan sama

Page 3: demam

3

2. ETIOLOGI

Disebabkan herpes simplek tipe 1

Setelah infeksi primer virus masuk ke saraf sensorik

atau autonom dan terus berlangsung di neural

ginggiva yang menginervasi tempat selama HSV

bersembunyi

3. TANDA KLINIS

Difus,eritema,licin pada gingival dan mukosa oral

yang berdekatan dengan derajat edema dan

perdarahan gingival bermacam-macam

Taha awal: lesi berwarna abu-abu pada gingiva,

mukosa sub lingual,paltum lunak

Setelah 24 jam vesikel pecah dan berbentuk ulcer

kecil yang sangat sakit dan merah tinggi dan lingkaran

berwarna kuning atau putih keabu-abuan pada bagian

tengahnya

Durasi 7-11 hari,difus gingiva,eritema ,dan edema

yang muncul lebih dulu bertahan selama beberapa

hari setelah lesi ulcerative dihilangkan

30 % pasien yang pernah mendapat infeksi herpes

pada awal masa kehidupannya akan cenderung

mendapat infeksi rekuren setelah beberapa tahun

kemudian

4. GEJALA

Demam ringan/tinggi , temperattur tubuh meningkat

sampai 39,4o C

Pembesaran glandula limfa dan malaise,rongga

mulut,dan tenggorokan terasa sangat sakit

Pada anak infeksi mentyebabkan anak gelisah,saliva

mengalir terus dan tidak mau makan

Page 4: demam

4

Simptom akan reda dalam waktu 10-21 hari bila titer

antibodi pelindung meningkat

5. PATOGENESIS

Virus ditemukan melalui saliva yang terinfeksi atau

kontal lesi kulit

Infeksi pada bayi menimbulkan ensefalitis atau

meningitis,opada anak-anak atau orang dewasa

infeksi menimbulkan penyakit yang febril atau infeksi

sub klinis

Periode inkubasi adalah sekitar 5 hari

6. HPA

Hasil dari ruptur vesikel memilki bagian sentral dari

inflamasi akut dengan ulserasi dan tingkat purulen

eksudat yang bervariasi

Sitoplasma sel tampak mencair dam membran sel

dan nukleus berada di luar relief

7. PENATALAKSANAAN

Penatalaksaan akut herpetik gingivostomatitis

a. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Kultur virus

Test imunologi menggunakan antibodi monoklonal

atau teknik hibridisasi DNA

TZANC test

Jika vesikel utuh -> ujungnya diremove dan

fluid keluar

Dasar lesi dipotong dengan instrument panjang

Jaringan di smear,di slide kaca dan dikeringkan

Di stain dengan polikrom stain -> seperti wringt

or giesma

Karakteristik multinuklear giant cel tidak

ditemukan di penyakit lain

PAUL test

Page 5: demam

5

Herpes simplek virus menghasilkan encapalitis pada

48 -72 jam, dan 24 jam

Biopsi

Positif diagnostik ditemukan pada mikroskopo]ik

finding tipikal intranuclear invasion pada potongan tepi

dari vesikel

Hema tologi studies-> melihat adanya sel datia

karakteristik atau dengan persamaan antisera

fluorescent khusus HSV, kenaikan titer antibodi

sebagai indikasi

b. PERAWATAN

Variasi obat –obatan yag digunakan untuk herpes

gingivo stomatitis dengan sedikit keberhasilan :

lokal aplikasi dari eskarotik,vitamin,radiasi dan

antibiotik

Keberhasilan lebih di dapatkan dengan memakai

obat spesifik virus herpes seperti salep acyclovir

Laporan klinis baru ini mendapat hasil yang bagus

dengan menggunakan acyclovir systemik untuk

menjaga infeksi virus herpes kambuhan yang

berhubungan dengan perwatan gigi -> pasien

yang diketahui memilki infaksi kambuhan setelah

perwatan gigi tidak menampakkkan kekambuhan

ketika di obati dengan acyclovir -> banyak virus

herpes ampuh dengan acyclovir -> aplikasi topikal

acyclovir untuk menurunkan penyebaran dan

keparahan infeksi

Perawatan terdiri dari tindakanm ringan untuk

membuatb pasien nyaman selama berjalannya

penyakit-> plak ,sisa makanan dan kalkulus

superfisial dibersihkan untuk mengurangi inflamasi

Page 6: demam

6

giingiva yang mengkomplikasi keterlibatan herpes

akut

Perpanjangan terapi periodontal harus ditunda

sampai gejala akut mereda untuk mencegah

kemungkinan eksaserbasi

Untuk bentuk yang tanpa gejala,khususnya

sebelum makan -> anastesi lokal topikal (lidokain

hydrocholride viscous solution)-> aplikasi untuk

area yang terinfeksi,sebelum makan pasien

berkumur dengan 1 sendok makan untuk solusi ini

Jika pasien mengalami nyeri dengan durasi yang

lebih panjang, aspirin atau nonsteroid anti

inflamasi agent dapat diberikan secara sistemik

Aplikasi lokal atau sistemik dari antibiotik kadang

disarankan untuk mencegah infeksi oportunistik

dari ulcerasi-> khususnya pada individu yang

imunya berkompromi -> bila kondisi tidak

membaik setelah 2 minggu -> rujuk ke dokter

untuk konsultasi medis

Pasien di informasikan bahwa penyakit menular

pada tahap yahg pasti seperti ketika vesikula

terjadi

c. SUPPORTIVE TREATMENT

Banyak minum air

Antibiotik sistemik untuk mencegah komplikasi

sistemik

Untuk mengurangi nyeri -> aspirin 325 mg – 4000

mg setiap 4 jamn pada orang dewasa dan dosis

lebih kecil pada anak-anak

Istirahat di tempat tidur

Makan dingin dan lunak

Page 7: demam

7

Pada bayi berikan larutan susu magnesia /

dequadin 5% di ulaskan perlahan pada daerah lesi

B. RECURRENT HERPETIC GINGIVOSTOMATITIS

a. Definisi

Infeksi kambuhan yang hanya terjadi pada

pasien yang telah mengalami infeksi HSV 1

sebelumnya dan mempunyai proteksi serum antibodi

terhadap infeksi primer eksogen

b. Etiologi & Patogenesis

Herpes kambuhan bukanlah sebuah re-infeksi,

tetapi reaktivasi virus yang masih laten dalam jaringan

saraf dalam keadaan tidak replikasi. Herpes simpleks

telah dikultur dari ganglion trigeminal dari mayat

manusia, dan lesi herpes kambuhan biasanya muncul

setelah operasi yang melibatkan ganglion. Herpes

kambuhan juga dapat diaktifkan oleh trauma bibir,

demam, kulit terbakar, imunosupresi, dan menstruasi.

Perjalanan virus menuruni batang saraf menginfeksi

sel epitel, menyebar dari sel ke sel untuk

menyebabkan lesi.

Reaktivasi virus

- Reaktivasi virus akan timbul setelah “sembuh”.

Virus akan berkumpul pada simpul-simpul saraf

trigrminus pada tulang belakang (ganglia) dalam

bentuk laten untuk seumur hidup. Bila sewaktu-waktu

mendapat rangsangan tertentu, virus dapat aktif

kembali dan menyebabkan infeksi sekunder.

- Individu dengan defisiensi T-limfosit karena

AIDS atau transplantasi atau kemoterapi kanker dapat

Page 8: demam

8

terbentuk lesi kronis yang besar, jarang, &

disebarluaskan oleh Infeksi HSV.

Primary Herpetik Gingivostomatitis

Virus migarsi melalui periaxon nervus trigeminus

Trigeminal ganglion

Masa laten ( tidak terlihat infeksi virus, tidak diproduksi sel T )

Reaktivasi oleh faktor predisposisi

Diikuti fever blister, trauma, demam, stres, menurunnya sistem imun

Infeksi berat

Recurrent Herpetic Gingivostomatitis

c. Manifestasi Klinis

i. RHL ( Recurrent Herpes Labialis )

didahului periode prodromal berupa rasa

gatal,terbakar diikuti edema pada lokasi

lesi

timbul kumpulan vesikel-vesikel kecil

diameter 1-3 mm

immunocompromised ; lesi mencapai

beberapa cm dan mengakibatkan rasa

tidak nyaman

ii. RIH ( Recurrent Intraoral herpes )

Lesi sama dengan RHL

Page 9: demam

9

Vesikel pecah dengan cepat dan

membentuk ulser

lesi berupa kumpulan vesikel / ulser

kecil diameter 1-2 mm pada sebagian

kecil mukosa berkeratin digingiva,

palatum, alveolar ridge

d. Sign & Symptom

Mulut , gingiva, lidah, bibir bengkak dan melepuh.

Demam tinggi.

Kelelahan.

Mulut dan tenggorokan terasa sakit.

Ketidaknyamanan dan rasa sakit ketika

mengunyah maupun menelan makanan.

Nafsu makan turun.

Komplikasi yang muncul bisa berupa dehidrasi dan demam yang

sangat tinggi.

e. Diagnosis

Jika tes laboratorium diinginkan, RIH dapat

dibedakan dari RAS oleh sitologi smear diambil dari

dasar lesi segar. Smear dari lesi herpes menunjukkan

sel-sel dengan balon degenerasi dan sel raksasa

multinuklear; kalau dari lesi RAS tidak. Untuk hasil

lebih akurat, sitologi smear mungkin juga diuji untuk

HSV fluorescein-label menggunakan antigen HSV.

Kultur virus juga digunakan untuk membedakan

herpes simpleks dari lesi virus lainnya, khususnya

infeksi varicella-zoster.

f. Perawatan

Page 10: demam

10

Pasien yang mengalami lesi sering, besar,

menyakitkan, atau menodai dapat meminta konsultasi

profesional. Dokter pertama harus berusaha

meminimalkan pemicu. Beberapa kekambuhan dapat

diatasi dengan mengenakan tabir surya selama

paparan sinar matahari yang intens.

Obat-obatan yang tersedia yang menekan

pembentukan dan mempersingkat waktu

penyembuhan lesi kambuhan baru. Acyclovir, obat

antiherpes asli, telah terbukti baik, aman dan efektif.

Obat-obat antivirus yang baru seperti valacyclovir,

sebuah prodrug dari acyclovir, dan famcylovir, sebuah

prodrug dari pencyclovir, memiliki bioavailabilitas lebih

besar daripada acyclovir, tapi mereka tidak

menghilangkan laten HSV. Acyclovir 400 mg dua kali

sehari, valacyclovir 250 mg dua kali sehari, dan

famcyclovir 250 mg masing-masing sangat efektif

dalam mencegah kekambuhan. Penggunaan

antiherpes analog nukleosida untuk mencegah dan

mengobati RHL di individu normal adalah

kontroversial.

Terapi sistemik tidak boleh digunakan untuk

mengobati sesekali atau sepele RHL pada individu

sehat, tetapi digunakan untuk mencegah lesi pada

pasien rentan sebelum kegiatan beresiko tinggi

seperti ski pada ketinggian tinggi atau sebelum

menjalani prosedur seperti dermabrasi atau operasi

yang melibatkan saraf trigeminal adalah dibenarkan.

Beberapa klinisi menganjurkan penggunaan terapi

antiherpes untuk persentase kecil pasien RHL yang

mengalami sering pembentukan episode RHL.

Acycllovir 400 mg dua kali sehari telah terbukti

Page 11: demam

11

mengurangi frekuensi dan keparahan RHL di

kelompok pasien ini. Acyclovir kedua dan penciclovir

tersedia dalam formulasi topikal, namun penggunaan

ini persiapan mempersingkat waktu penyembuhan

RHL kurang dari 2 hari.

Acyclofir

Merupakan obat dari derivate guanosin yang

berkerja spesifik pada virus HSV karena tidak

mengganggu sel-sel tuan rumah. Asikloguanosin

berkerja setelah diaktivasi oleh enzim timidinkinase

(yaitu enzim yang dihasilkan oleh sel-sel yang

terinfeksi oleh virus HSV). Setelah mengalami

difosforilasi, asiklofit tripospat akan di gunakan oleh

virus untuk membentuk DNAnya. Degan demikian

pembentukan DNA virus akan kacau dan terhenti.

Dosis yang digunakan 15mg/ berat badan atau dosis

dewasa 400mg 2x sehari.

g. Penatalaksanaan

i. Diagnosis (pemeriksaan penunjang)

RIH (Reccuren intraoral HSV infection) dapat

dibedakan dari RAS (reccurent apthosa

stomatitis) oleh sitologi smear diambil dari

dasart lesi segar -> smear dari herpes

menunjukkazn sel-sel dengazn balon

degenerasi dan sel raksasa multinuklear,test

RAS tidak

Untuk hasil lebih akurat,sitologi smear mungkin

juga di uji dengan HSV fluorescent garis tabel

menunjukkan antigen HSV

Page 12: demam

12

Kultur virus juga digunakan untuk

membedakan herpes simplek dari lesi virus

lainnya khususnya infeksi varicellla zoster

(VCV)

ii. Perawatan

Pasien yang mengalami resi sering ,besar

menyakitkan dapat meminta konsultasi

perofesional dengan meminimalkan pemicu

Obat-obatan yang tersedia -> menekan

pembentukan dan mempersingkat

penyembuhan lesi kambuhan

PERBEDAAN STOMATITIS HERPETIKA PRIMER DAN SEKUNDER

Primer Recurrent

o Terjadi infeksi HSV 1

o Terjadi pada orang yang belum

pernah terinfeksi HSV 1

sebelumnya sehingga belum

mempunyai antibodi serum

o Terdapat gejala prodromal

sistemik

o Terdapat gingivitis marginalis

yang menyeluruh dan akut

o Tidak mempunyai faktor

predisposisi

o Pasien dapat mengalami

kesulitan makan dan bicara

akibat lesi. Bila disertai demam

dapat mengakibatkan dehidrasi

o Terjadi pada anak-anak

o Terapi dengan acyclovir.

Diberikan dengan sistemik parah.

o Terjadi reaktivasi virus

o Terjadi pada orang yang sudah

terinfeksi HSV 1 sebelumnya

sehingga sudah mempunyai

antibodi serum

o Terdapat gejala prodromal pada

lokasi lesi

o Tidak terdapat gingivitis

menyeluruh

o Mempunyai faktor presdiposisi

o Pasien hanya merasakan rasa

tidak enak sementara

o Terjadi pada orang dewasa

o Terapi hanya simtomatis dan

berusaha meminimalkan faktor

Page 13: demam

13

Pada kasus ringan hanya terapi

suportif

pemicu

B. HERPETIC WHITLOW

terjadi pada primary maupun secondary HSV infection

terjadi pada jari

terjadi pada praktisis yang berkontak langsung dengan

pasien yang terinfeksi

pada praktisi yang seronegative kontak dengan pasien

mengakibatkan vesiculoulcerative eruption pada jari yang

kemudian diikuti munculnya tanda dan gejala penyakit

sistemik primer

pada praktisi yang seropositive jarang terjadi karena

telah ada reaksi imun terhadap HSV

lesi merah, membengkak, dan nyeri

terdapat vesicles atau pustules yang dapat pecah dan

menjadi ulcer

terjadi lymphadenophaty axillary atau epitrochlear

durasi penyakit terjadi dalam rentang 4-6 minggu

II. Coxsackievirus Infections

Coxsackievirus merupakan RNA enterovirus, yang dibagi

menjadi dua kelompok, yaitu grup A dan Grup B. Masing-masing

grup terdiri dari 24 jenis coxsackievirus dan 6 jenis coxsackievirus.

Virus ini dapat menyebabkan hepatitis, meningitis, myocarditis,

pericarditis, dan penyakit respiratory akut.

Virus yang menginfeksi oral adalah coxsackievirus-grup A,

dapat mengakibatkan herpangina, hand-foot-and-mouth disease,

dan acute lymphonodular pharingitis. Juga dapat menyebabkan

mumpslike form parotitis.

A. HERPANGINA

Page 14: demam

14

1. DEFINISI

Herpangina: Herpangina (lepuh mulut)

merupakan infeksi mulut yang disebabkan oleh virus

coxsackie. Biasanya, herpangina dihasilkan oleh satu

strain tertentu virus coxsackie tipe A, tetapi juga dapat

disebabkan oleh virus coxsackie tipe B atau echoviruses

dan paling sering terjadi pada anak-anak. Meskipun

herpangina terkadang tanpa gejala, namun juga bisa

menimbulkan demam tinggi dan sakit tenggorokan.

Herpangina adalah penyakit akut yang sembuh

sendiri tanpa pengobatan, penyakit virus yang ditandai

dengan serangan tiba-tiba, berupa demam, sakit

tenggorokan disertai lesi pada faring berukuran 1 – 2 mm

berbentuk papulovesikuler berwarna abu-abu dengan

dasar eritematus dan berkembang secara perlahan

menjadi lesi yang sedikit lebih besar. Lesi ini yang

biasanya muncul pada dinding anterior faucium dari

tonsil, palatum molle, uvula dan tonsilnya sendiri, muncul

sekitar 4 – 6 hari sesudah mulai sakit. Penyakit ini tidak

fatal.

Herpangina adalah suatu infeksi yang

sembuh dengan sendirinya yangmengenai rongga

mulut. Penyakit ini disebabkan oleh virus

Coxsackie grup A,biasanya dijumpai pada anak-

anak selama musim panas dan sangat menular.

Kadang-kadang juga terjadi pada orang dewasa

muda (Heerden, 2006).

2. GAMBARAN KLINIS

Vesikel berpapil abu-abu muda yang pecah

membentuk ulkus-ulkus yang dangkal, besar, dan

Multipel.

Page 15: demam

15

Lesi ini mempunyai tepi erithematous dan berbatas

pada pilar-pilaranterior, palatum lunak, uvula, dan

tonsil.

3. GEJALA PRODROMAL

Gejala prodormal antara lain demam,

malaise, sakit kepala, limfadenitis, disfagia,sakit

tenggorokan, eritema faringeal difus. Perawatan

penyakit ini paliatif danpenyembuhanspontan dapat

terjadi dalam 1-2 minggu

B. HAND-FOOT-AND-MOUTH DISEASE

1. GAMBARAN UMUM

Diakibatkan oleh infeksi virus Coxsackie A16

pada banyak kasus, meskipun A5, A7, A9,A10, B2,

B5, serta enterovirus 71 telah terisolasi juga.

Karakteristik HFM adalah demam ringan, oral vesicles

dan ulser, nonpruritic macules, papules, dan vesicles

sebagian besar pada permukaan tangan dan kaki.

Lesi pada oral lebih ekstensif daripada herpangina.

Lesi terdapat pada pallatum durum, lidah, dan

mukosa bukal. Dari pasien 8 bulan-33 tahun, 75%

kasus terjadi pada anak di bawah 4 tahun. Manifestasi

klinis sekitar 3-7 hari. Pasien mengeluhkan sore

mouth, dan klinis menunjukkan lesi pada oral. Dokter

lebih sering melihat kasus ini daripada herpangina.

Perawatannya supportive care.

2. ETIOLOGI DAN PATOGENESIS

Penyakit HFM adalah infeksi virus yang sangat

menular diaibatkan Coxsackie tipe A16, meskipun

serologi tipe A5, A9, A10, B2, dan B5 serta

enterovirus 71 telah terisolasi. Metode transfer dari

satu individu ke individu yang lain menyebar melalui

udara ato fecal-oral contamination. Dengan

Page 16: demam

16

subsequent viremia, virus bertempat/menyerang pada

membran mukosa mulut dan regio cutaneous pada

tangan dan kaki.

3. GAMBARAN KLINIS

Infeksi virus biasanya terjadi pada epidemic

atau endemic dan didominasi anak-anak lebih muda

dari 5 tahun. Setelah masa inkubasi yang singkat.

Kondisi kembali secara spontan selama 1-2 minggu.

Tanda dan gejala biasanya ringan sampai

moderate dan disertai demam ringan, malaise,

lymphodenopathy, dan sakit mulut. Nyeri dari lesi oral

adalah keluhan utama pasien. Lesi oral muncul

sebagai vesikel yang cepat menjadi pecah dan

berubah menjadi ulcer yang ditutupi membran fibrous

berwarna kuning dikelilingi an erythematosus halo.

Lesi banyak dan dapat terjadi dimana saja di dalam

mulut, tetapi tempat yang biasa terjadi di palatum

durum, lidah, dan mukosa bukal. Beberapa lesi

maculopapular biasa terdapat pada jari2 tangan dan

kaki bersamaan atau tidak lama setelah lesi oral.

4. HISTOPATHOLOGY

Vesikel pada kondisi ini ditemukan dalam

epitelium karena obligate viral replication dalam

keratinocyte. Eosinofilic inclusions dapat terlihat

dalam beberapa sel epitel yang terinfeksi. Sebagai

keratinocyte yang dihancurkan oleh virus, vesikel

membesar dan menjadi penuh berisi debris

proteinaceous dan sel inflammatory.

5. DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

Karena penyakit ini timbul itself primarily dalam

rongga mulut, diferensial diagnosis mencakup primary

herpes gingivostomatitis dan mungkin varicella.

Page 17: demam

17

Gejala ringan, distribusi cutaneous, dan penyebaran

secara epidemic dapat membedakan kasus ini

dengan kasus lainnya.

6. TREATMENT

Karena durasi yang relatif pendek dan dapat

pulih dengan sendirinya (self-limiting), terapi yang

biasa dilakukan adalah symptomatic. Bisa dengan

berkumur Sodium bicarbonate dan air hangat untuk

meringankan rasa tidak nyaman pada mulut.

C. ACUTE LYMPHONODULAR PHARINGITIS

Acute Lymphonodular Pharingitis terjadi karena

serangan coxsackievirus A10. Distribusi penyakit ini sama

dengan herpangina. Terlihat yellow-white nodules yang tidak

berkembang menjadi vesicle atau ulcer. Penyakit ini bersifat

self-limiting, dan hanya memerlukan perawatan pendukung

(supporting care)

III. Varicella-Zoster Virus Infections

A. GAMBARAN KLINIK

Varicella zoster (VZV) adalah sebuah herpesvirus dan

seperti herpes virus lain, virus ini menyebabkan infeksi

primer dan rekuren. Dan bisa juga berbentuk laten di neuron

dan gangloia sensory. VZV bertanggunng jawab terhadap

dua infeksi klinis mayor pada manusia. Chikenpox dan

(Varicella) dan shingles (herpes Zoster)

Chiken pox secara umum merupakan infeksi primer

yang terjadi pertama kali pada saat Virus berkontak dengan

manusia. Beranalog denagn acute herpetic gingivostomatitis

padaa herpes simplex virus. Setelah primer disease sembuh

VXV menjadi laten di dorsal root ganglia pada spinal nerve

atau exta medular ganglia pada syaraf cranial. . seorang

Page 18: demam

18

anak tanpa prior conktak dengan VZV dapat

mengembangkan cikenpox setelah kontak dengan individu

dengan HZ.

VXV menjadi reaktif menjadi penyebab lesi localized

herpes zoster. Insiden HZ meningkat dengan semakin

bertambahnya usia dan imunosupresi.

Pasien immunokonpromise terhadap HIV,

Chemoterapi kanker, terapi obat imunosupresif, atau

hematologic malignancy mempunyai suspectbilitas yang

tinnggi terhadap severe dan potensial fatal HZ. Dengan

tingkat parah HZ menyebabkan pneumonia,

meningocepalitis, dan hepatitis ; bagaimanpun di pasien

yang terkena HZ tidak mempunyai insiden yang significant

pada tingkat keganasan.

B. MANIFESTASI KLINIS

Temuan Umum. Chikenpox adalah sebuah penyakit

yang mempunya karakter terjadi pada anak-anak, dengan

tanda-tanda sistemik ringan dan secara umum dan sebuah

pruritic erupsi pada maculopapular lesi yang secara cepat

berkembang menjadi vesikel pada base erythematous. Oral

vesicle yang secara cepat menjadi ulcer kadang terlihat, tapi

lesi oral bukan merupakan tanda-tanda penting, diagnostic,

atau management permasalahan. HZ secara umum

mempunyai periode prodromal 2-4 hari, ketika sakit

menyerang, parestesia, rasa terbakar, dan kelunakan terlihat

sepanjang jalur syaraf yang dia lalui.

Ketika gambaran klinik pnuh pada HZ terlahat

bersama sakitnya dan vesikel unilateral, diagnose tidak

terlalu sulit. Diagnosis masalah terlihat sepanjang periode

prodromal, ketika sakit terliat tanpa lesi.

Page 19: demam

19

Diagnosis kasus ini berdasarkan tanda-tanda klinis

dan serology terhadap meningkatnya titer antibody. HZ

mungkin berasosiasi berefek pada motor syaraf. HZ region

sacralis menyebabkan paralysis of the bladder. Ektrimitas

dan diaoragma sudah juga berparalisis sepanjang perjalanan

penyakit HZ.

Komplikasi umum dari HZ adalah postherpetic

neuralgi, yang didefinisikan sebagai sakit yang berbulan-

bulan setelah lesi mukokutaneus sudah tersembuhkan.

Temuan oral. Herpes zoster menyerang satu dari

beberapa bagian dari nervus trigeminal dalan 18-20% kasus,

tapi cabang optalmatik terefek beberapa waktu lebih sering

dari pada bagian kedua atau ketiga. HZ di bagian pertama

dapat menyebabkan kebutaan sekunder dengan corneal

scarring dan seharusnya oleh ophthalmologist. Lesi fasial

dan intraoral adalah karakteristik dari serangan HZ yang

mempengaruhi bagian pertama dan kedua di nervus

trigeminal. HZ berasosiasi dengan dental anomaly, necrotic

pulpa, dan resorpsi internal akar.

C. LABORATORY FINDINGS

Cytology is a rapid method of evaluation that can be

used in cases in which the diagnosis is uncertain.

Fluorescent-antibody stained smears using fluorescein

conjugated monoclonal antibodies is more reliable than is

routine cytology and is positive in over 80% of cases. The

most accurate method of diagnosis is viral isolation in tissue

culture, but this test is more expensive and the results take

days rather than hours. Demonstration of a rising antibody

titer is rarely necessary for diagnosis except in cases of

zoster sine eruptione, when it is the only means of confirming

suspected cases.

Page 20: demam

20

D. TREATMENT

Management should be directed toward shortening

the course of the disease, preventing postherpetic neuralgia

in patients over 50 years of age, and preventing

dissemination in immunocompromised patients. Acyclovir or

the newer antiherpes drugs valacyclovir or famciclovir

accelerate healing and reduce acute pain, but they do not

reduce the incidence of postherpetic neuralgia.35 The newer

drugs have greater bioavailability and are more effective in

the treatment of HZ.

The use of systemic corticosteroids to prevent

postherpetic neuralgia in patients over 50 years of age is

controversial; a recent review of the data indicated a

reduction of pain and disability during the first 2 weeks but no

effect on the incidence or severity of post-herpetic

neuralgia.33,34 Some clinicians advocate the use of a

combination of intralesional steroids and local anesthetics to

decrease healing time and prevent postherpetic neuralgia,

but a controlled study of this therapy has not been

performed. Effective therapy for postherpetic neuralgia

includes application of capsaicin, a substance extracted from

hot chili peppers. Topical capsaicin is safe but must be used

for a prolonged period to be effective and may cause a

burning sensation of the skin.When topical capsaicin therapy

is ineffective, use of a tricyclic antidepressant or gabapentin

is indicated.. Chemical or surgical neurolysis may be

necessary in refractory cases

IV. Measles (Rubeola, Campak)

Measles merupakan penyakit yang sangat menular.

Disesbabkan oelh paramyxovirus yang merupakan virus DNA.

Page 21: demam

21

Penyakit ini tersebar melalui udara dan pernapasan. Tanda dan

gejala penyakit ini antara lain demam, gejala pernapasan dan ruam.

Campak jerman atau rubeola merupakan penyakit menular

juga.Arti penting dariVirus campak Jerman terletak pada

kemampuannya untuk menyebabkan bawaan

cacat pada janin berkembang. Kelainan yang dihasilkan adalah

bervariasi dan bisa berat, terutama

jika infeksi inlrauterine terjadi selama yang trimester pertama

kehamilan.

Penaykit ini sering muncul pada musim dingin dan semi.

Measles sangat dominan terjadi apda anak anak. Setelah ams

inkubasi selama 7- 10 hari muncul gejala prodomal yaitu demam,

malaise coryza, conjunctivitis,photophobia and batuk. Dalam 1

sampai 2 hari, pathognomonic makula eritematosa kecil dengan

pusat nekrotik putih muncul di mukosa buccal. Bintik Koplik secara

umum mendahului ruam kulit selama 1 sampai 2 hari. Ruam

awalnya mempengaruhikepala dan leher, diikuti dengan trunk dan

mata kaki

Histopatologi : Sel epitel terinfeksi dan akhirnya menjadi

nekrotik.jarinagn ikat yang berisi pembuluh darah meradang dans

aluran melebar itu emrupakan respon inflamasi.

Tidak terdapat pengobatan khusus pada penyakit ini ahnya

butuh supportive therapy sperti istirtahat yang cukup, fluid,

adequate diet dan analgesic.

Page 22: demam

22

DAFTAR PUSTAKA

1. Greenberg S. Martin dan Glick Michael. 2003. Burkett’s Oral Medicine

Diagnosis and Treatment Tenth Edition. BC Decker Inc.

2. Regezi, Sciubba, Jordan. 2003. Oral Phatologhy Clinical Pathologic

Correlations Fourth Edition. Saunders Elsevier.