DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh...

80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001 SKRIPSI Oleh: IRYANI DESPIANTI NIM K 4404026 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Transcript of DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh...

Page 1: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID

23 JULI 2001

SKRIPSI

Oleh:

IRYANI DESPIANTI

NIM K 4404026

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID

23 JULI 2001

Oleh:

IRYANI DESPIANTI

NIM K 4404026

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 4: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

Page 5: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

Page 6: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRAK

Iryani Despianti. DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001, Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, April. 2012 Penelitian bertujuan untuk mengetahui (1) Latar belakang dikeluarkannya dekrit presiden Abdurrahman Wahid pada tanggal 23 Juli 2001. (2) Pelaksanaan dekrit presiden Abdurrahman Wahid pada tanggal 23 Juli 2001. (3) Dampak dari dikeluarkannya dekrit presiden Abdurrahman Wahid 23 Juli 2001 bagi Abdurrahman Wahid sebagai presiden pada saat itu serta sistem pemerintahan Indonesia setelah dikeluarkannya dekrit. Penelitian ini menggunakan metode historis dengan langkah-langkah, heuristik, kritik, interpretasi, historiografi. Sumber data yang digunakan adalah sumber tertulis berupa surat kabar (Kompas, Media Indonesia), dan sumber data sekunder berupa buku. Teknik pengumpulan data menggunakan studi kepustakaan. data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data historis yang mengutamakan ketajaman interpretasi sejarah. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Latar belakang dikeluarkannya dekrit oleh Presiden Abdurrahman Wahid pada tanggal 23 Juli 2001 adalah: (a) Adanya hubungan yang tidak harmonis antara presiden dengan DPR/MPR sebagai akibat pernyataan dan kebijakan presiden yang kontroversial (b) Dekrit presiden Abdurrahman Wahid merupakan perlawanan presiden atas politisasi kasus Bruneigate dan Buloggate yang bertujuan menjatuhkan presiden Abdurrahman Wahid melalui memorandum I dan memorandum II (c) Percepatan Sidang Istimewa MPR. (2) Dekrit presiden Abdurrahman Wahid 23 Juli 2001 tidak dilaksanakan karena tidak didukung oleh parlemen, TNI dan POLRI. (3) Dampak dikeluarkannya dekrit tanggal 23 Juli 2001 adalah: (a) Presiden Abdurrahman Wahid diberhentikan sebagai presiden melalui ketetapan MPR RI No II/MPR/2001. (b) Penetapan Megawati Soekarnoputri sebagai presiden melalui ketetapan MPR RI No. III/MPR/2001 dan Hamzah Haz sebagai wakil presiden melalui ketetapan MPR RI No. IV/MPR/2001. (c) Terjadi perubahan pada sistem pemerintahan presidensial yaitu mengatur adanya pembatasan dan pembagian kekuasaan kelembagaan negara yaitu pengangkatan presiden berdasarkan kedaulatan rakyat, presiden tidak dapat membubarkan DPR serta mekanisme pemberhentian presiden oleh MPR lebih dipersulit karena membutuhkan pembuktian dari Mahkamah Konstitusi. Kata kunci : Presiden Abdurrahman Wahid, Dekrit Presiden 23 Juli 2001

Page 7: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

ABSTRACT Iryani Despianti. DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001, Minithesis. Surakarta: teacher training and education faculty of Sebelas Maret University Surakarta, April. 2012.

The aims of the research were (1) To know the background of Abdurahman Wahid issued the presidential decree on 23rd July 2001 (2) To know the implementation of Abdurahman Wahid’s presidential decree on 23rd July 2001 (3) To know the impact of Abdurrahman Wahid issued the presidential decree on 23rd July 2001.

This research used historical method. The steps were heuristic, critical, interpretation, and historiography. Data sources used in this research is written sources which cover primary and secondary sources. The primary source used were in the form of article and the opinion of personages at that time and the relevant personages. The newspaper (Kompas and Media Indonesia). The secondary source was a book. The data were analyzed by using historical data analysis technique that emphasized to the sharpness of the historical interpretation.

Based on the research, it can be concluded that: (1) The background of Abdurahman Wahid issued the presidential decree on 23rd July 2001 is: (a) the inharmonic relationship between the president and the DPR as the result of the President’s controversial statement and policy which considered being disappointing by the MPR/DPR. (b) Abdurahman Wahid’s presidential decree was the president’s opposition for politicizing the Bruneigate and Buloggate cases with goal of dropping the president through the 1st and 2nd memorandums. (c) the acceleration of the MPR special memorandum sessions. (2) The enforcement of the decree on 23rd July 2001 could not be implemented because the TNI and POLRI were not support it. (3) the result of the issued of the presidential decree on 23rd July 2001 were: (a) The president Abdurrahman Wahid was dismissed as President trough the determination of MPR RI No. II/MPR/2001. (b) Determining Megawati Soekarnoputri as president through the determination of MPR RI No. III/MPR/2001 and Hamzah Haz as vice president through the determination of MPR RI No. IV/MPR/2001. (c) The government system changed to be presidential system which is president is directly elected by the citizens through the election and the mechanism of president demission by the MPR become more difficult because it needs constitutional court’s verification.

Key Words : The President Abdurrahman Wahid, The Presidential decree on

July 23rd, 2001.

Page 8: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

MOTTO

”Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka

merubah keadaannya yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah

menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tidak ada yang dapat

menolaknya, dan tidak ada pelindung bagi mereka selain-Nya”

(Q.S. Ar Ra’du: 11)

Page 9: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan kepada:

• Bapak dan Ibu tercinta...

• Mas Pipink dan Mbak Tini

yang kubanggakan

• Sahabatku ’Hierogliphers’

• Teman-teman Sejarah ’04

terima kasih atas persahabatan

dan hari-hari yang indah

• Almamater

Page 10: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala,

karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan, untuk

memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Dalam proses penulisan ini terdapat beberapa hambatan yang

menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, namun berkat

dorongan dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat

teratasi. Untuk itu atas segala bantuannya, disampaikan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi ini.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Sebelas

Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk penyusunan skripsi ini.

3. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial

FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin

penyusunan skripsi ini.

4. Drs. Djono, M.Pd selaku pembimbing I yang telah dengan perhatian dan sabar

dalam memberi pengarahan dan bimbingan.

5. Dra. Sri Wahyuni, M. Pd selaku pembimbing II yang telah dengan perhatian

dan sabar dalam memberikan pengarahan dan bimbingan.

6. Semua dosen Program Pendidikan Sejarah FKIP UNS.

7. Ayah dan Ibu tercinta yang telah memberikan doa dan kasih sayang yang tulus

8. Sahabatku Ana, Ela, Ega, Devi, Diah, Farida, Mba Nur, dan Yanik atas semua

bantuan, dukungan dan perhatian kalian selama ini.

9. Almamater.

Penulis menyadari dalam skripsi ini masih ada kekurangan, namun

diharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan

juga dunia pendidikan.

Surakarta, April 2012

Penulis

Page 11: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... ii

HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ v

HALAMAN ABSTRAK .................................................................................... vi

HALAMAN MOTTO ........................................................................................ viii

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ ix

KATA PENGANTAR ....................................................................................... x

DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

B. Perumusan Masalah ................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 8

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 9

1. Politik Pemerintah. ............................................................... 9

2. Dekrit ................................................................................... 13

B. Kerangka Pemikiran .................................................................. 17

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 19

1. Tempat Penelitian................................................................. 19

2. Waktu Penelitian .................................................................. 19

B. Metode Penelitian ...................................................................... 19

C. Sumber Data .............................................................................. 20

D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 22

Page 12: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

E. Teknik Analisis Data ................................................................. 22

F. Prosedur Penelitian .................................................................... 23

1. Heurisrik ............................................................................... 24

2. Kritik .................................................................................... 24

3. Intepretasi ............................................................................. 24

4. Historiografi ......................................................................... 26

BAB IV. HASIL PENELITIAN

A. Kondisi Umum Politik di Indonesia tahun 1998-1999 .............. 27

1. Kondisi Umum Politik di Indonesia sebelum Pemilihan

Presiden 1999. ..................................................................... 27

2. Pemilihan Presiden di Indonesia tahun 1999 ...................... 29

3. Sosok Abdurrahman Wahid ................................................ 33

B. Latar Belakang Dekrit Presiden Abdurrahman Wahid

23 Juli 2001 ............................................................................... 34

1. Kabinet Persatuan Nasional ................................................ 35

2. Kabinet Persatuan Nasional II ............................................ 42

C. Proses Terjadinya Dekrit Presiden Abdurrahman Wahid

23 Juli 2001 ............................................................................... 51

D. Dampak yang Timbul atas Dikeluarkannya Dekrit

23 Juli 2001 ............................................................................... 54

1. Pencabutan Mandat dan Pemberhentian Presiden

Abdurrahman Wahid oleh MPR RI .................................... 54

2. Penetapan Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden

dan Hamzah Haz sebagai Wakil Presiden Republik

Indonesia ............................................................................ 56

3. Terjadi Perubahan Sistem Pemerintahan Presidensial ........ 58

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................ 64

B. Implikasi .................................................................................... 65

1. Teoritis ................................................................................. 65

2. Praktis .................................................................................. 66

Page 13: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

C. Saran .......................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 68

LAMPIRAN ....................................................................................................... 72

Page 14: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak tahun 1997 kondisi ekonomi Indonesia terus memburuk seiring

dengan krisis keuangan yang melanda Asia. Memasuki pertengahan tahun 1997

beberapa negara Asia seperti Korea, Thailand, dan Malaysia mulai terlanda krisis

moneter. Kekhawatiran banyak pihak bahwa krisis itu bakal menulari Indonesia

menjadi kenyataan. Bulan juli 1997 nilai rupiah terus merosot. Di bulan agustus

nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah dari Rp. 2.575,- menjadi Rp.

2.603,-. Bulan berikutnya turun lagi menjadi Rp. 3.000,-per dolar AS. Bulan

oktober menjadi Rp. 3.845,- per Dolar AS. Dalam bulan-bulan berikutnya

kemerosotan nilai rupiah lebih tidak masuk akal lagi. Pada bulan mei 1998 rupiah

diperdagangkan Rp. 10.000,- dan dalam seminggu berikutnya anjlok menjadi Rp.

12.600,- ( Muhamad Hisyam, 2003: 56).

Dampak dari kemerosotan nilai tukar rupiah mengakibatkan harga barang

kebutuhan pokok melambung tinggi dan menurunnya daya beli masyarakat. Hal

ini menimbulkan aksi demonstrasi menuntut diturunkannya harga barang yang

terjadi di berbagai kota besar di Indonesia.

Aksi-aksi rakyat yang semula bermotifkan ekonomi dengan cepat

berkembang menjadi aksi politik, yaitu menuntut pengunduran diri Soeharto.

Gejolak politik ini terkait dengan situasi perekonomian yang semakin buruk

akibat krisis moneter yang menghantam sebagian kawasan asia seperti Thailand,

Korea Selatan, dan Filipina. Di Indonesia nilai tukar rupiah yang terus melorot,

menimbulkan rush: orang ramai-ramai melepas rupiah untuk ditukar dolar

Amerika. Harga-harga membumbung tidak terkendali (Tjipta Lesmana, 2009:

117).

Pelopor penentang Presiden Soeharto dan Orde Baru adalah para

mahasiswa dan pemuda. Gerakan mahasiswa yang berhasil menduduki Gedung

MPR/DPR di Senayan pada bulan Mei 1998 merupakan langkah awal kejatuhan

Presiden Soeharto dan tumbangnya Orde Baru. Kekuatan Mahasiswa yang

Page 15: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

menyebabkan sulitnya mereka diusir dari gedung tersebut dan semakin kuatnya

dukungan para mahasiswa dan masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia.

Pimpinan DPR secara terbuka meminta presiden mundur. Kemudian 14 orang

menteri Kabinet Pembangunan menyatakan penolakan mereka untuk bergabung

dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk

memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan politik ini, Presiden

Soeharto merasa yakin bahwa ia tidak mendapat dukungan dari rakyat dan orang-

orang dekatnya sendiri (Miriam Budiardjo, 2008:133).

Akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto mengundurkan

diri dari jabatannya sebagai presiden RI dan menyerahkan jabatannya kepada

wakil presiden B.J. Habibie. Peristiwa ini menandai berakhirnya kekuasaan Orde

Baru dan dimulainya Orde Reformasi. Menurut Mahfudz Sidiq (2003: 235) di

masa pemerintahan B. J. Habibie atas desakan elemen-elemen gerakan reformasi,

telah menyediakan sejumlah perangkat yang dibutuhkan bagi pemilu demokratis.

Diantaranya: Hak paten untuk mendirikan partai, adanya penyelenggara pemilu

yang independen, kebebasan pers, kebebasan untuk melakukan pengawasan

pemilu, birokrasi sipil dan militer yang netral, kehadiran pemantau asing, serta

keberanian rakyat untuk melakukan protes terhadap penyimpangan-penyimpangan

yang terjadi. Lembaga DPR pun telah mengesahkan tiga perangkat UU sebagai

landasan penyelenggaan pemilu ini.

Pemerintahan B. J. Habibie hanya bertahan selama 1 tahun 5 bulan (21

Mei 1998 - 20 Oktober 1999) dan dilaksanakan pemilihan umum untuk memilih

anggota MPR dan DPR pada 7 Juni 1999.

Menjelang pemilihan umum, partai politik yang terdaftar mencapai 141

dan setelah diverifikasi oleh Tim 11 Komisi Pemilihan Umum menjadi sebanyak

98, namun yang memenuhi syarat mengikuti pemilu hanya 48 partai politik saja.

Tanggal 7 Juni 1999, diselenggarakan pemilihan umum multipartai kedua sejak

tahun 1955. (P. N. H. Simanjutak, 2003:414)

Hasil pemungutan suara pada pemilu 1999 menempatkan lima partai

besar yang menduduki keanggotaan di MPR dan DPR. Sebagai pemenangnya

adalah PDI-Perjuangan meraih 35.689.073 suara atau 33,74% dengan perolehan

Page 16: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

153 kursi. Golkar memperoleh 23.741.758 suara atau 22,44% sehingga mendapat

120 kursi. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) memperoleh 13.336.982 suara atau

12,61% persen mendapat 51 kursi. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)

memperoleh 11.329.905 suara atau 10,71% mendapat 58 kursi. Partai Amanat

Nasioal (PAN) memperoleh 7.528.956 suara atau 7,12% mendapat 34 kursi.

(www.tempointeraktif.com).

Dari hasil pemilu 1999 dapat diketahui terdapat dua partai politik yang

memperoleh suara terbanyak, yakni PDI Perjuangan ( 33,74% ) dan Golkar

(22,44%). Dalam perjalanannya, kedua partai tersebut tidak serta merta bisa

menguasai percaturan politik di DPR. Hal ini dikarenakan munculnya kekuatan

koalisi baru yang dikenal dengan koalisi poros tengah.

Latar belakang kemunculan poros tengah, menurut Untung Wahono,

memiliki beberapa versi yang saling melengkapi. Pertama, dalam rangka menarik

Amien Rais ke kubu Islam. Kedua, dalam rangka memunculkan kekuatan politik

alternatif berbasis Islam. Ketiga, memecah kebekuan alternatif calon presiden RI

pasca Pemilu 1999. Keempat, untuk memberikan jaminan berjalannya agenda

reformasi melalui pendekatan penawaran kekuatan ( Mahfudz Sidiq, 2003:244)

Awalnya tidak ada yang tahu benar kelompok apa Poros Tengah itu,

tetapi menjelang akhir Juni 1999 kelompok ini mulai diperlakukan sebagai blok

kekuasaan ketiga yang dapat dipercaya dan pers menuliskannya dengan huruf

kapital. Awalnya orang beranggapan bahwa setelah pemilu, keseimbangan

kekuasaan terbagi rata antara kaum reformis yang dipimpin oleh PDI-P dan PKB

dan kelompok koalisi yang dipimpin Golkar dan PPP bersama dengan partai-

partai Islam kecil. Kini ada Poros Tengah yang dipimpin oleh Amien Rais dan

kelompok ini bisa menarik PPP, Partai Bulan Bintang (PBB), dan PK. Pada waktu

yang sama, Amien, atas nama Poros Tengah, mulai mengembangkan ide untuk

menjadikan Abdurrahman Wahid sebagai calon presiden. Pencalonan ini

dikatakan merupakan cara untuk menjaga keseimbangan kekuasaan antara

kelompok Megawati dan kubu Habibie (Greg Barton, 2010:361)

Pada 20 Oktober 1999, SU MPR sampai pada sesi pemilihan presiden RI

untuk periode 1999-2004, penghitungan suara yang berakhir pukul 14.35 WIB

Page 17: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

menghasilkan Abdurrahman Wahid memperoleh 373 suara dan Megawati meraih

313 suara. Dengan demikian, MPR akhirnya menetapkan Abdurrahman Wahid

sebagai presiden RI periode 1999-2004 (Mahfudz Sidiq, 2003: 245).

Pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid, hubungan yang dibangun

antara presiden dan DPR tidak harmonis karena banyak konflik yang lahir dari

kebijakan yang dikeluarkan presiden. Awal konflik presiden dengan DPR adalah

dari kebijakan pembubaran Departemen Sosial dan Departemen Penerangan.

Menurut Khamani Zeda, meski kebijakan itu cukup penting untuk menumbuhkan

budaya demokrasi dengan memberikan ruang publik yang bebas bagi media

massa dan sekaligus upaya pemberdayaan civil society yang selama ini selalu

dikooptasi negara, namun kebijakan itu tak ubahnya seperti menciptakan musuh

baru bagi pemerintahannya ( Mahfudz Sidiq, 2003: 250)

Kebijakan-kebijakan Presiden Abdurrahman Wahid dalam menjalankan

pemerintahan sering menimbulkan konflik dengan DPR. Ketegangan ini lebih

terlihat sebagai petarungan politik antara presiden dengan partai politik yang ada.

Kondisi ini mengakibatkan terjadinya perubahan konstelasi politik di DPR yaitu

upaya untuk mengganti presiden. PDI Perjuangan sebagai partai pemenang pada

pemilu 1999 yang harus menerima kekalahan pada saat pemilihan presiden di

MPR, mendapat dukungan dari partai politik yang tergabung dalam poros tengah

yang semula mendukung Abdurrahman Wahid guna mengangkat Megawati

Soekarnoputri duduk di kursi kepresidenan. Dukungan didapat pada saat

pertemuan pimpinan partai politik tanggal 22 Juli 2001 di kediaman Megawati.

Pertemuan ini meningkatkan ketegangan antara presiden dengan pimpinan partai

politik yang juga pimpinan di DPR/MPR. P.N.H Simanjuntak, 2003: 450

menyebutkan ketegangan antara presiden dengan pimpinan DPR/MPR ( yang juga

pimpinan Partai Politik) mencapai puncaknya ketika pada tanggal 22 Juli 2001,

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarno Putri (yang juga sebagai Wakil

Presiden) mengadakan pertemuan dengan pimpinan partai politik di kediamannya.

Hadir dalam pertemuan tersebut Ketua Umum Partai Golkar ( ketua DPR), Ketua

Umum PAN Amien Rais ( ketua MPR), ketua umum PPP Hamzah Haz, Presiden

Partai Keadilan Hidayat Nur Wahid, Ketua Umum PBB Yuzril Ihza Mahendra,

Page 18: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Wakil ketua PKP Sutradara Ginting, Wakil ketua MPR Matori Abdul Jalil dan

wakil ketua MPR Hari Sabarno. Hasil dari pertemuan diberitahukan oleh Amien

Rais pada wartawan yang dikutip oleh Andreas Harsono (2009:16), Amien

menyatakan: “…tidak berapa lama lagi Indonesia akan melihat sebuah

kepemimpinan nasional yang baru, Insya Allah itu semua tergantung Allah, kami

semua disini sudah bersepakat untuk memberikan dukungan moral kepada ibu

Megawati Soekarnoputri”.

Pernyataan yang dibuat oleh Amien Rais tersebut dinilai oleh presiden

Abdurrahman Wahid sebagai ajakan untuk adu kekuatan, dan tidak mau

melakukan kompromi politik, ini dapat dilihat dalam pernyataan presiden dalam

pidatonya pada malam harinya, yang dikutip oleh P. H. Simanjutak (2003: 450).

Presiden Abdurrahman Wahid menyatakan:

”…Ini saya berarti akan diturunkan oleh mereka. Itu namanya sudah mengajak adu kekuatan. Sudah tidak mencari kompromi politik lagi. Belum ada sidang, arahnya sudah kesana. Oleh karena itu, tidak bisa lain. Kalau memang sudah politis, adu kuat. Ya mari adu kuat. Kekuatan siapa yang menang. Saya jamin tidak ada tindakan kekerasan dari masyarakat. Karena itu, saya juga minta aparat keamanan tidak menembak siapapun,” kata presiden.

Bentuk nyata dari perlawanan presiden Abdurrahman Wahid adalah

dengan mengeluarkan dekrit. Isi Dekrit Presiden Abdurrahman Wahid yang

dibacakan pada hari Senin 23 Juli 2001 pukul 01:10 WIB yaitu: (1) Membekukan

MPR dan DPR, (2) Mengembalikan kedaulatan ketangan rakyat dan mengambil

tindakan serta menyusun badan yang diperlukan untuk menyelenggarakan

pemilihan umum dalam waktu satu tahun, (3) Menyelamatkan gerakan Reformasi

total dari hambatan unsur-unsur Orde Baru dengan membekukan Partai Golkar

sambil menunggu keputusan Mahkamah Agung. Maklumat ini langsung disikapi

oleh para elite politik di Senayan dengan mempercepat Sidang Istimewa MPR.

Hanya delapan jam setelah Maklumat diumumkan presiden, MPR bersidang dan

memberhentikan Presiden. (Tjipta Lesmana, 2009: 215).

Di Indonesia dekrit pertama kali diberlakukan pada masa pemerintahan

Presien Soekarno. Dekrit presiden 1959 dilatar belakangi oleh kegagalan Badan

Konstituante untuk menetapkan UUD baru sebagai pengganti UUDS 1950.

Page 19: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Anggota konstituante mulai bersidang pada 10 November 1956, namun sampai

tahun 1958 belum berhasil merumuskan UUD yang diharapkan. Sementara

dikalangan masyarakat berpendapat untuk kembali ke UUD 1945 semakian kuat.

Menanggapi hal itu, Presiden Soekarno menyampaikan amanat di depan Sidang

Konstituante pada 22 April 1959 yang menganjurkan untuk kembali ke UUD

1945. Pada 30 Mei 1959 konstituante melaksanakan pemungutan suara, hasilnya

269 suara menyetujui untuk kembali ke UUD 1945 dan 199 suara tidak setuju.

Meskipun yang menyatakan setuju lebih banyak tetapi pemungutan suara ini harus

diulang, karena jumlah suara tidak memenuhi kuorum. Pemungutan suara kembali

dilakukan pada tanggal 1 dan 2 Juni 1959. Dari pemungutan suara ini

Konstituante juga gagal mencapai kuorum. Untuk meredam kemacetan,

Konstituante memutuskan reses yang ternyata merupkan akhir dari upaya

penyusunan UUD. Pada 5 Juli 1959 pukul 17.00, Presiden Soekarno

mengeluarkan dekrit yang diumumkan dalam upacara resmi di Istana Merdeka.

Isi dari Dekrit tersebut antara lain : (1) Pembubaran Konstituante, (2)

Pemberlakuan kembali UUD '45 dan tidak berlakunya UUDS 1950, (3)

Pembentukan MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat-singkatnya

(A.B. Lapian, dkk., 1996: 147-149).

Dekrit presiden Soekarno tanggal 5 juli 1959 dapat dilaksanakan dengan

baik. Sedangkan dekrit yang dikeluarkan oleh Presiden Abdurrahman Wahid

tanggal 23 Juli 2001 tidak dapat dilaksanakan dan menjadi penyebab jatuhnya

beliau dari kursi kepresidenan.

Latar belakang terjadinya dekrit presiden Abdurrahman Wahid pada

tanggal 23 Juli 2001 bermula dari pemilihan umum 1999, hasil pemilihan umum

1999 ini dimenangkan oleh PDI-Perjuangan, sebagai ketua partai pemenang

pemilu 1999 Megawati diperkirakan menjadi presiden selanjutnya, tapi

kemenangan pada pemilihan umum tersebut tidak mutlak dimenangkan oleh PDI-

Perjuangan, sehingga pencalonan Megawati sebagai presiden terganjal dengan

kemunculan Poros Tengah dimotori oleh Amien Rais, poros tengah ini

mengusung Abdurrahman Wahid sebagai calon presiden. Dan pada hasil

pemilihan presiden dimenangkan oleh Abdurrahman Wahid dengan mengalahkan

Page 20: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Megawati sebagai presiden Indonesia. Di masa pemerintahan Abdurrahman

Wahid, hubungan yang dibangun antara presiden dan DPR tidak harmonis karena

banyak konflik yang lahir dari kebijakan yang dikeluarkan presiden. Sehingga

menimbulkan kekacauan politik. Puncaknya presiden Abdurrahman Wahid

memberlakukan dekrit Presiden tertanggal 23 Juli 2001.

Pagi hari tanggal 23 Juli 2001, menanggapi dekrit presiden Abdurrahman

Wahid MPR Menggelar sidang istimewa dipimpin langsung oleh Ketua MPR

Amien Rais dengan agenda meminta pertanggungjawaban presiden Abdurrahman

Wahid. Dari hasil sidang memutuskan bahwa maklumat yang pada dasarnya

adalah dekrit presiden Abdurrahman Wahid adalah tidak sah karena bertentangan

dengan hukum dan tidak mempunyai kekuatan hukum. Dari sidang tersebut, juga

menghasilkan keputusan untuk memberhentikan Abdurrahman Wahid sebagai

presiden (P.N.H. Simanjuntak, 2003:453-454).

Permasalahan yang menarik bagi penulis dalam penelitian ini adalah

dimana hubungan antara DPR/MPR dengan Presiden pada masa kepemerintahan

Abdurrahman Wahid tidak berjalan harmonis sebagaimana seharusnya, dimana

puncak dari perselisihan antara Presiden dengan DPR/MPR, yakni dikeluarkannya

dekrit presiden oleh Presiden Abdurrahman Wahid tepat pukul 01: 10 WIB Senin

tanggal 23 Juli 2001 dinihari. Dari hal inilah penulis tertarik untuk mengkaji lebih

dalam mengenai Dekrit Presiden Abdurrahman Wahid 23 Juli 2001.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana latar belakang terjadinya Dekrit Presiden Abdurrahman

Wahid 23 Juli 2001?

2. Bagaimana proses terjadinya Dekrit Presiden Abdurrahman Wahid

23 Juli 2001?

3. Bagaimana dampak terjadinya Dekrit Presiden Abdurrahman Wahid

23 Juli 2001?

Page 21: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Latar belakang terjadinya Dekrit Presiden Abdurrahman Wahid 23

Juli 2001.

2. Proses terjadinya Dekrit Presiden Abdurrahman Wahid 23 Juli

2001.

3. Dampak terjadinya Dekrit Presiden Abdurrahman Wahid 23

Juli 2001.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian dapat diketahui kegunaan dari setiap kegunaan dari

setiap kegiatan ilmiah, adapun kegunaan penelitian ini adalah dapat dikelompokan

menjadi dua, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

a. Memberikan sumbangan pemikiran tentang berbagai strategi

pemerintah (presiden) dalam mengatasi masalah khususnya

permasalahan politik

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada setiap

pembaca supaya dapat digunakan sebagai tambahan bacaan dan

sumber data dalam penulisan sejarah

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

a. Bagi peneliti sebagai salah satu syarat meraih gelar sarjana

kependidikan program pendidikan sejarah Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b. Sebagai salah satu karya ilmiah yang diharapkan dapat melengkapi

koleksi penelitian ilmiah di perpustakaan khususnya di lingkungan

Universitas Sebelas Maret

Page 22: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

BAB II KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Politik Pemerintah

a. Politik

Said Gatara dan Dzulkiah Said (2007:20) menyatakan pengertian politik

sangat beragam tergantung dari konsep politik yang pernah ada dan sedang

berkembang saat ini. Ada lima konsep yakni negara, kekuasaan, keputusan atau

kebijakan, pengalokasian sumber-sumber (distribusi), dan konflik. Dari kelima

konsep ini, lahir pengertian atau definisi politik yang beragam. Lebih lanjut

politik didefinisikan antara lain sebagai :

1) Segala kehidupan atau kegiatan bernegara atau kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan negara;

2) Segala kegiatan mempertahankan dan/ atau merebut kekuasaan; 3) Kegiatan yang berkaitan dengan perumusan dan / atau melaksanakan

keputusan politik atau kebijakan publik; 4) Kegiatan yang berkaitan dengan pengalokasian dan penerimaan

sumber-sumber; dan 5) Segala kegiatan berbentuk perselisihan politik atau konflik politik. Menurut Ramlan Surbakti (1992:167) seluruh kegiatan politik

berlangsung dalam suatu sistem. Sistem politik bukan suatu yang jelas batas

teritorialnya, akan tetapi sistem politik merupakan suatu konstruksi analisis yaitu

suatu istilah yang digunakan untuk memudahkan analisis atas berbagai hal yang

konkret.

Budi Winarno (2008: 91) mengungkapkan bahwa dalam sistem politik

pemerintahan dan birokrasi merupakan struktur politik penting karena

menyangkut bagaimana pembuatan kebijakan dan implementasi kebijakan

dilakukan.

Ramlan Surbakti (1992 : 167) menyatakan bahwa perbedaan antara

sistem politik dengan sistem lainnya adalah pola-pola interaksi yang dalam sistem

politik melibatkan kekuasaan dan kewenangan. Unsur utama sistem politik adalah

pemerintah yang diberikan kewenangan memonopoli penggunaan paksaan fisik

Page 23: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

sesuai dengan undang-undang. Sebelum tahun 1960-an yang dipelajari dalam ilmu

politik terfokus pada kegiatan pemerintah. Namun, sejak tahun 1960-an para ahli

melihat kegiatan politik juga berlangsung dalam masyarakat (diluar pemerintah),

seperti partai politik, kelompok kepentingan, pers, dan golongan masyarakat yang

lain. Bahkan pemimpin pemerintahan berasal dari masyarakat melalui pemilihan

umum. Kebijakan umum yang dirumuskan merupakan hasil interaksi dengan

berbagai organisasi, kelompok, dan golongan dalam masyarakat. Itu sebabnya,

mengapa politik dirumuskan sebagai interaksi antara pemerintah dan masyarakat.

b. Pemerintah

Hartomo dan Arnicun Aziz (1999: 158) berpendapat bahwa

pemerintah tidak dapat dipisahkan dari pengertian negara, sebab negara sebagai

organisasi dan lembaga bangsa memiliki kekuasaan. Pengaturan penggunaan

kekuasaan dan batas-batas yang ditetapkan dalam undang-undang negara.

Demikian pula pengaturan urutan (hirarkhi) kekuasaan serta sumber kekuasaan

negara.

Menurut Ramlan Surbakti (1992: 168) pemerintah (government)

secara etimologis berasal dari kata Yunani, kubernan atau nakhoda kapal.

Artinya, menatap kedepan. Lalu memerintah berarti melihat kedepan,

menentukan berbagai kebijakan yang diselenggarakan untuk mencapai tujuan

masyarakat-negara, memperkirakan arah perkembangan masyarakat pada masa

yang akan datang, dan mempersiapkan langkah-langkah kebijakan untuk

menyongsong perkembangan masyarakat, serta mengelola dan mengarahkan

masyarakat ke tujuan yang ditetapkan. Istilah pemerintah dan pemerintahan

berbeda artinya, pemerintahan menyangkut tugas dan kewenangan, sedangkan

pemerintah merupakan aparat yang menyelenggarakan tugas dan kewenangan

negara.

Menurut C.F. Strong dalam Jimly Asshiddiqie (2005: 19), kekuasaan

legislatif, eksekutif dan yudikatif inilah yang secara teknis disebut dengan

istilah Government (Pemerintah) yang merupakan alat-alat perlengkapan

negara.

Page 24: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

c. Sistem Pemerintahan

Sistem pemerintahan di dunia terbagi atas sistem pemerintahan

parlementer dan presidensial. Pada umumnya, negara-negara di dunia

menganut salah satu dari sistem pemerintahan tersebut, dalam bentuk tipe ideal

yang diwakili negara Inggris (parlementer) dan Amerika Serikat (presidensial).

Adanya sistem pemerintahan lain dianggap sebagai variasi atau kombinasi dari

dua sistem pemerintahan tersebut.

Shively yang dikutip oleh Ramlan Surbakti (1992: 170) menjelaskan

tentang ciri-ciri sistem kabinet parlementer sebagai berikut:

1) Parlemen merupakan satu-satunya badan yang anggotanya dipilih secara langsung oleh warga negara yang berhak memilih melalui pemilihan umum.

2) Anggota dan pemimpin kabinet (perdana menteri) dipilih oleh parlemen untukl melaksanakan fungsi dan kewenangan eksekutif. Sebagian besar atau seluruh anggota kabinet biasanya juga menjadi anggota parlemen sehingga mereka memiliki fungsi ganda, yakni legislatif dan eksekutif.

3) Kabinet dapat bertahan sepanjang mendapat dukungan mayoritas dari parlemen

4) Manakala kebijakan tidak mendapat dukungan dari parlemen, perdana menteri dapat membubarkan parlemen, lalu menetapkan waktu penyelenggaraan pemilihan umum untuk membentuk parlemen yang baru.

5) Fungsi kepala negara (perdana menteri) dan fungsi kepala negara (presiden, raja) dilaksanakan oleh orang yang berlain.

Jimly Asshidiqie (2007:315-316) memaparkan karakteristik umum

yang menggambarkan sistem pemerintahan presidensial yaitu:

1) Terdapat pemisahan kekuasaan yang jelas antara cabang kekuasaan eksekutif dan legislatif.

2) Presiden merupakan eksekutif tunggal. Kekuasaan eksekutif Presiden tidak terbagi dan hanya ada Presiden dan Wakil Presiden saja.

3) Kepala pemerintahan adalah sekaligus kepala negara atau sebaliknya kepala negara adalah kepala pemerintahan.

4) Presiden mengangkat para menteri sebagai pembantu atau bawahan yang bertanggung jawab kepadanya.

5) Anggota parlemen tidak boleh menduduki jabatan eksekutif dan demikian pula sebaliknya.

6) Presiden tidak dapat membubarkan atau memaksa parlemen.

Page 25: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

7) Jika dalam sistem pemerintahan parlementer berlaku prinsip supremasi parlemen, maka dalam sistem pemerintahan presidensial berlaku prinsip supremasi konstitusi. Karena itu, pemerintahan eksekutif bertanggung jawab kepada konstitusi.

8) Eksekutif bertanggung jawab langsung kepada rakyat yang berdaulat.

9) Kekuasaan tersebar secara tidak terpusat seperti dalam sistem pemerintahan parlementer yang terpusat pada parlemen.

Indonesia sendiri merupakan salah satu negara yang menganut sistem

pemerintahan presidensial hal ini dapat dilihat dari konstitusi negara yaitu

UUD 1945. Walaupun dalam sejarahnya Indonesia juga pernah menyimpang

dari konstitusi dengan menganut sistem pemerintahan parlementer pada masa

awal kemerdekaan hingga tahun 1959.

Menurut Usep Ranawijaya (1983:35) Pada waktu ini kaidah-kaidah

hukum pokok mengenai organisasi negara kita yang berlaku termuat

diantaranya di dalam suatu konstitusi yang dinamakan Undang-Undang Dasar

1945. konstitusi tersebut dinyatakan berlaku lagi setelah bangsa Indonesia

mengalami penggunaan Konstitusi Republik Indonesia Serikat hasil

Konperensi Meja Bundar di Den Haag tahun 1949 yang kemudian diubah

menjadi Undang-Undang Dasar Sementara tahun 1950. Konstitusi Proklamasi

atau Undang-Undang Dasar 1945 dinyatakan berlaku kembali menggantikan

Undang-Undang Dasar Sementara tanggal 5 Juli 1959 melalui Dekrit Presiden.

Adapun kelemahan dan kelebihan dalam pemerintahan presidensial

menurut Ramlan Surbakti (1992: 171) yakni pertama, kepimpinan dalam

melaksanakan kebijakan (administrasi) lebih jelas pada sistem presidensial,

yakni di tangan presiden, daripada dalam kabinet parlementer, tetapi siapa yang

bertanggung jawab dalam pembuatan kebijakan lebih jelas pada kabinet

parlementer dibandingkan kabinet presidensial. Kedua, kebijakan yang bersifat

komprehensif jarang dapat dibuat karena legeslatif dan eksekutif mempunyai

kedudukan yang terpisah, ikatan partai yang longgar, dan kemungkinan kedua

badan ini didominasikan oleh partai yang berbeda. Ketiga, jabatan kepala

pemerintahan negara berada pada satu tangan. Keempat, legislatif bukan

Page 26: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif, yang dapat diisi dari berbagai

sumber termasuk legislatif.

Jimly Asshidiqie (2007 : 321) menyebutkan dalam penjelasan UUD

1945, meskipun sekarang tidak berlaku normatif lagi secara langsung tetapi

sebagai dokumen historis masih tetap dapat dijadikan acuan ilmiah yang

penting, dinyatakan bahwa “Presiden bertunduk dan bertanggung jawab kepada

MPR”. Artinya, meskipun kepala negara dan kepala pemerintahan menyatu

dalam jabatan Presiden, tetapi dianut juga adanya prinsip pertanggungjawaban

Presiden sebagai kepala eksekutif kepada cabang kekuasaan legislatif. Hal

tersebut dapat kita lihat dari sistem pemerintahan negara sebelum amandemen

UUD 1945 yang ditegaskan dalam Penjelasan UUD 1945, yaitu

a) Presiden dipilih dan diangkat oleh MPR.

b) MPR adalah pemegang kekuasaan negara tertinggi.

c) Presiden adalah mandataris MPR.

d) Presiden tunduk dan bertanggung jawab kepada MPR.

2. Dekrit

Istilah dekrit berasal dari bahasa latin yakni kata “decretum” yang

mempunyai arti sebagai keputusan yang diambil diluar kebiasaan, sebagai

keputusan bersama (Usep Ranawijaya, 1983:37). Moh. Mahfud M.D. (2010: 108)

mendefinisikan dekrit Presiden sebagai tindakan inkonstitusional yang bisa

menjadi konstitusional jika didukung oleh kekuatan politik atau militer sehingga

dekrit bisa dimenangkan dalam pertarungan politik.

Penggunaan Dekrit menurut Usep Ranawijaya (1983:36) telah

digunakan di zaman Romawi dengan istilah “decretum” yang umumnya diartikan

sebagai suatu perintah dari pejabat-pejabat tinggi. Secara khusus perkataan

tersebut digunakan pada keputusan didalam perkara-perkara perdata diluar

kebiasaan (biasanya perkara perdata diperiksa oleh hakim yang diangkat untuk

pemeriksaan perkara). Perkataan decretum kemudian dipakai juga untuk

keputusan-keputusan kaisar Romawi di dalam perkara yang diperiksanya sendiri

atas pemohonanan yang berkepentingan di dalam instansi pertama atau dalam

Page 27: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

tingkat appel. Keputusan-keputusan kaisar dalam hal demikian itu dinamakan

“decreta principis” dan mempunyai kekuatan undang-undang untuk soal-soal

yang sama.

Dekrit pernah diberlakukan beberapa negara, seperti pengalaman Jerman

pada masa pemerintahan Adolf Hitler dimana Weimer Konstitusi 1919, oleh

Hitler diganti dengan konstitusi baru dengan alasan kewenangan luar biasa

presiden untuk mengatakan negara dalam keadaan bahaya. Sejak itu dekrit

keadaan darurat telah disalahgunakan kelompok Nazi untuk kepentingan

golongannya sendiri dengan mengubah struktur negara dan pemerintahan

demokrasi menjadi pemerintahan diktator (Danny Indrayana, 2010:263-264).

Harun Alrasid dalam Moh. Mahfud M.D. (2010: 106) berpendapat

bahwa, secara hukum presiden mempunyai wewenang mengeluarkan dekrit

sebagai tindakan darurat presiden. Menurut Denny Indrayana (2010: 261-262),

dekrit dikeluarkan berdasar teori hukum darurat negara (staatsnoodrecht). Lebih

spesifik, keduanya berlandaskan teori hukum darurat negara yang bersifat

subyektif dan tidak tertulis (subjectieve staatsnoodrecht atau ongeschreven

staatsnoodrecht). Artinya, klasifikasi negara dalam keadaan darurat yang menjadi

syarat keluarnya dekrit, ditetapkan menurut pendapat subyektif presiden pribadi

selaku kepala negara, tanpa berdasar ketentuan hukum perundangan. Karena itu,

dekrit adalah produk hukum yang istimewa dan merupakan penyimpangan

mendasar dari fungsi presiden yang melaksanakan hukum (eksekutif), menjadi

fungsi presiden selaku pembuat hukum (legislatif). Asas hukum yang mendasari

penyimpangan itu adalah: masa (situasi) yang tidak normal, harus dihadapi

dengan hukum yang tidak normal pula (abnormal recht voor abnormal tijd).

Menurut Herman Sihombing (1996:7-8), syarat-syarat yang harus

dipenuhi dalam satu peraturan darurat, yaitu:

a. Kepentingan tertinggi negara yakni: adanya atau eksistensi negara itu sendiri (het hoogste staatsbelang-het bestaan zelf van den staat-op het spel stand en afhan kelijk was van het al of niet maken der getroffenregeling)

b. Bahwa peraturan darurat itu harus mutlak atau sangat perlu (deze regeling noodzakelijk was)

Page 28: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

c. Syarat ketiga ialah, bahwa noodregeling itu bersifat sementara, provosoir, selama keadaan masih darurat saja, dan sesudah itu, diperlakukan aturan biasa yang normal, dan tidak lagi aturan darurat yang berlaku (in de derde plaats zal hi) de noodregelen geheel als “tijdeljk”, “provisoir”, beschouwen, nl. Zoolang geldende als de nood op dat bepaalde punt duurt, het daarna in stijd met het normale recht blijven gelden dier regels kan door hem niet wordengeduld).

d. Syarat berlakunya ialah: bahwa ketika dibuat peraturan darurat itu Dewan Perwakilan Rakyat atau Perwakilan Rakyat tidak dapat mengadakan sidang atau rapatnya secara nyata dan sungguh.

Denny Indrayana (2010:263) menyatakan indikator bahwa dekrit semata-

mata dikeluarkan karena negara dalam kondisi benar-benar genting, yaitu bila

dekrit itu memenuhi dua syarat utama yakni:

a. Merupakan satu-satunya cara yang dapat dilakukan untuk

menyelamatkan negara dalam keadaan bahaya (absolutely necessary

in the interest of the nation) dan;

b. Harus memenuhi teori keseimbangan (evenwichtstheorie) antara

bahaya yang datang dengan tindakan dan isi dekrit yang dikeluarkan.

Kedua kriteria itu terpenuhi apabila negara dalam keadaan bahaya yang

disebabkan perang atau negara darurat karena bencana alam. Kedua kondisi itulah

yang sebaiknya merupakan kriteria perlunya dikeluarkan dekrit.

Herman Sihombing (1996 : 1) berpendapat dalam pemberlakuan hukum

tata negara darurat harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

1) Adanya bahaya negara yang patut dihadapi dengan upaya luar biasa

2) Upaya biasa, pranata yang umum dan lazim tidak memadai lagi

untuk digunakan menanggapi dan menanggulangi bahaya yang ada

3) Kewenangan luar biasa yang diberikan dengan hukum kepada

Pemerintah Negara untuk secepatnya mengakhiri bahaya darurat

tersebut, kembali ke dalam kehidupan normal.

4) Wewenang luar biasa itu dan hukum tata negara darurat adalah untuk

sementara waktu saja, sampai keadaan darurat itu dipandang tidak

membahayakan lagi.

Page 29: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Pelaksanaan dekrit menurut Denny Indrayana (2010: 262) adalah isi

dekrit wajib bertentangan dengan konstitusi atau dimaksudkan sebagai tindakan

ekstrakonstitusional. Bila tidak, urgensi format dekrit menjadi tidak perlu dan

presiden cukup mengeluarkan hukum darurat semacam Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-undang (Perpu) sebagaimana diatur dalam Pasal 22 UUD 1945

dan Undang-Undang Keadaan Bahaya yang memuat secara tertulis kriteria-

kriteria obyektif hukum darurat negara (objectieve staatsnoodrecht atau

geschreven staatsnoodrecht).

UUD 1945 belum mengatur secara jelas mengenai pihak-pihak yang

terkait dalam Dekrit di Indonesia, Pasal 22 Ayat (1) dan (2) hanya menentukan

presiden berhak menetapkan peraturan pemerintahan sebagai pengganti undang-

undang dan peraturan pemerintahan tersebut harus mendapat persetujuan Dewan

Perwakilan Rakyat. Dengan demikian, pemberlakuan keadaan bahaya atau

keadaan darurat harus disampaikan kepada pihak-pihak yang terkait menurut

ketentuan hukum nasional, yaitu beberapa lembaga negara yang terkait melalui

pimpinannya masing-masing, lembaga-lembaga negara yang perlu diberitahu

secara resmi akan adanya pemberlakukan keadaan darurat adalah Dewan

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Majelis Permusyawaratan Rakyat,

Mahkamah Konstitusi, Mahkamah Agung, Badan Pemeriksa Keuangan, Tentara

Nasional Indonesia, Kepolisian Negara R. I., Kejaksaan Agung, Bank Indonesia,

Para menteri Kabinet, Kepala Daerah (Gubernur, Bupati, Walikota) dan DPRD

yang di daerahnya berlaku keadaan Darurat (Jimly Asshiddiqie, 2008:301-302).

Page 30: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

B. Kerangka Pemikiran

Kerangka Pemikiran Merupakan alur penalaran yang didasarkan pada

tema dan masalah penelitian, maka dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan:

Pasca jatuhnya kepemimpinan presiden Soeharto pada mei 1998 terjadi

perubahan dibidang politik pemerintahan. Gerakan reformasi telah membawa

perubahan di berbagai bidang kehidupan. Kehidupan politik dan pemerintahan

yang pada masa sebelumnya terkontrol, berubah menjadi sangat bebas. Pada masa

reformasi diadakan pemilu untuk memilih wakil rakyat yang duduk di DPR

Politik Pemerintah

Reformasi MPR / DPR

Terpilihnya Abdurrahman Wahid Sebagai Presiden

Masalah dan Kebijakan yang Diambil Presiden

Dekrit Presiden

Abdurrahman Wahid diberhentikan Sebagai Presiden

Page 31: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

sekaligus akan duduk di MPR. MPR hasil pemilu diberi kewenangan untuk

memilih presiden yang sesuai dengan harapan reformasi, yang dimenangkan oleh

Abdurrahman wahid.

Abdurrahman Wahid terpilih menjadi presiden ke empat Indonesia

mengemban harapan besar menuju kehidupan bernegara yang lebih baik. Dalam

perjalanannya, pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid dinilai tidak

maksimal dalam menyelesaikan permasalahan yang berkembang dan kebijakan

yang diambil sering menimbulkan kontroversi dimasyarakat yang berdampak

lahirnya konflik dengan pihak DPR. Pihak DPR yang juga sebagai anggota MPR

berupaya untuk menjatuhkan Presiden melalui Sidang Istimewa MPR. Sikap yang

diambil oleh DPR/MPR tersebut melahirkan perlawanan dari presiden dengan

mengeluarkan dekrit. Dekrit yang pada awalnya menjadi senjata presiden dalam

melakukan perlawanan terhadap pihak MPR, justru menjadi alasan

diberhentikannya Abdurrahman Wahid sebagai presiden.

Page 32: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A.Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Untuk memperoleh data-data sebagai sumber penulisan, peneliti

melakukan studi tentang buku-buku literatur, majalah, jurnal dan surat kabar yang

tersimpan di beberapa perpustakaan. Adapun perpustakaan yang digunakan

sebagai tempat untuk penelitian adalah sebagai berikut:

1. Perpustakaan program pendidikan sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

2. Perpustakaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta

3. Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

4. Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Surakarta

5. Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas

Maret

6. Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta

7. Perpustakaan Colose st. Ignatius, Yogyakarta

8. Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Surakarta

9. Perpustakaan Daerah Kabupaten Sukoharjo

10. Perpustakaan Monumen Pers Nasional Surakarta

2. Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah sejak pengajuan judul

skripsi yaitu bulan November 2011 sampai dengan April 2012.

B. Metode Penelitian

Dalam penelitian ilmiah diperlukan suatu metode tertentu sesuai dengan

objek dan tujuan penelitian. Metode merupakan cara kerja yang sistematis yang

Page 33: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

mengacu pada aturan baku yang sesuai dengan permasalahan ilmiah yang

bersangkutan dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah

(Koentjaraningrat, 1977: 12). Dalam penelitian ini digunakan metode sejarah.

Sartono Kartodirjo (1992: 37) berpendapat bahwa metode penelitian sejarah

adalah prosedur dari cara kerja para sejarawan untuk menghasilkan kisah masa

lampau berdasarkan jejak-jejak yang ditinggalkan oleh masa lampau tersebut.

Hadari Nawawi (1985: 67) mengatakan bahwa metode sejarah adalah prosedur

pemecahan masalah dengan menggunakan data peninggalan masa lampau untuk

memahami masa sekarang dalam hubungannya dengan masa lampau. Mohammad

Nazir (1988: 33) mengatakan bahwa metode penelitian sejarah merupakan suatu

usaha untuk memberikan interaksi dari bagian trend yang naik turun dari suatu

status generalisasi yang berguna untuk memahami kenyataan sejarah,

membandingkan dengan keadaan sekarang dan dapat meramalkan keadaan yang

akan datang.

Berdasarkan pandangan-pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa

metode historis adalah suatu kegiatan untuk mengumpulkan sumber-sumber

sejarah, menguji dan menelitinya secara kritis mengenai peninggalan masa

lampau sehingga menghasilkan suatu cerita sejarah. Dalam penelitian ini di

usahakan pembuatan rekonstruksi peristiwa sejarah tentang Dekrit Presiden

Abdurrahman Wahid 23 Juli 2001. Pertimbangan yang mendasar digunakannya

metode sejarah atau historis yaitu karena metode ini lebih sesuai dengan data yang

dikumpulkan, diuji, dan dianalisis secara kritis sumber-sumber sejarah yang

terkait.

C. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sumber data

historis atau data sejarah. Data dapat diartikan sebagai suatu fakta atau prinsip

yang diberikan atau ditampilkan, sesuatu yang menjadi dasar suatu argumen

dalam setiap susunan sistem intelektual, materi yang menjadi dasar untuk diskusi,

penetapan suatu kebijakan atau setiap informasi rinci (Helius Sjamsuddin,

Page 34: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

1996:1). Menurut Moh Nazir (1988: 57) data sejarah adalah sumber-sumber

sejarah yang digunakan dalam penelitian dengan metode sejarah.

Helius Sjamsuddin (1996: 74), sumber sejarah dapat diklasifikasikan

dengan beberapa cara, yaitu: (a) kontemporer (contemporary) dan lama (remote),

(b) formal (resmi) dan informal (tidak resmi), (c) pembagian menurut asal (dari

mana asalnya), (d) isi (mengenai apa), (e) tujuan (untuk apa), yang masing-masing

dibagi lebih lanjut menurut waktu, tempat, dan cara atau produknya. Pembagian

tersebut berkaitan dengan beberapa aspek dari sumber dan dapat membantu dalam

mengevaluasai sumber sejarah. Untuk kepentingan praktis, sumber sejarah dapat

dibagi atau diklasifikasi secara garis besar menjadi dua macam, yaitu

peninggalan-peninggalan (relics atau remains) dan catatan-catatan.

Menurut Moh. Nazir (1988: 58 - 59) sumber sejarah dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah

tempat atau gudang penyimpanan yang orisinil dari data sejarah. Data primer

merupakan sumber-sumber dasar yang merupakan bukti atau saksi utama dari

kejadian masa lampau. Contoh dari data atau sumber primer adalah catatan resmi

yang dibuat pada suatu acara atau upacara, suatu keterangan oleh saksi mata,

keputusan-keputusan rapat, foto-foto, dan sebagainya. Sedangkan sumber

sekunder adalah catatan tentang adanya suatu peristiwa atau catatan-catatan yang

jaraknya telah jauh dari sumber orisinil.

Dalam penelitian ini menggunakan sumber data primer dan sekunder,

adapun sumber primer yang digunakan berupa artikel, maupun pandangan para

tokoh yang sejaman dan relevan, adapun surat kabar tersebut antara lain: Kompas,

Media Indonesia,Majalah Gatra dan Majalah Tempo. Peneliti juga menggunakan

sumber teks dekrit, artikel maupun pidato serta pandangan politik dari tokoh yang

dibahas dalam penulisan ini yang pada umumnya diterbitkan melalui surat kabar,

dan internet, adapun buku yang memuat semua tersebut, yakni: “Biografi Gus Dur

(The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid)” karya Greg Barton,

“Setahun Bersama Gus Dur (Kenangan Menjadi Menteri di Saat Sulit) Tulisan

Moh. Mahfud M.D.

Page 35: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Selain digunakan sumber primer untuk menunjang penelitian juga

digunakan sumber sekunder yang berupa hasil penelitian dan pemikian sejarawan

atau praktisi atau politikus. Adapun sumber-sumber tersebut yang berupa buku,

antara lain: Gila Gus Dur (Editor: Ahmad Suedy), Perjalanan Politik Gus Dur

(Editor Irwan Suhanda).

D. Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, maka data

diperoleh dengan menggunakan teknik studi pustaka. Menurut Koenjaraningrat

(1986: 64) teknik studi pustaka adalah suatu metode penelitian yang dilakukan

dengan tujuan untuk memperoleh data atau fakta sejarah dengan membaca buku-

buku literatur, majalah, dokumen atau arsip, surat kabar atau brosur yang

tersimpan dalam perpustakaan. Dengan teknik ini maka peneliti mengadakan

kunjungan ke perpustakaan guna mendapatkan buku-buku sumber yang relevan

dengan penelitian yang sedang dilakukan, karena salah satu hal yang perlu

dilakukan dalam persiapan penelitian ialah memanfaatkan dengan maksimal

sumber informasi yang terdapat di perpustakaan dan jasa informasi yang tersedia.

Peneliti melakukan pengumpulan data tertulis dengan membaca buku-buku

literatur, majalah, surat kabar, jurnal berkala dan bentuk pustaka lainnya. Untuk

memperoleh data–data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, peneliti melakukan

studi mengenai sumber-sumber baik primer maupun sekunder.

Adapun kegiatan studi pustaka yang dilakukan, yaitu dengan membaca,

mencatat sumber-sumber tertulis yang dianggap penting dan relevan dengan tema

penelitian. Dengan demikian dapat diperoleh data yang akan digunakan dalam

penulisan skripsi.

E. Teknik Analisis Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk

memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada hubungan antara metode

mengumpulkan data dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan, yaitu

memberi arah dan mempengaruhi metode pengumpulan data (Moh. Nazir, 1988:

211). Berdasarkan metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode

Page 36: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

historis, maka teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik analisis data historis. Teknis analisis historis merupakan analisis yang

mengutamakan pada ketajaman dalam melakukan intepretasi sejarah. Intepretasi

dilakukan karena fakta-fakta tidak dapat berbicara sendiri, fakta mempuyai sifat

yang kompleks sehingga fakta tidak dapat dimengerti atau dilukiskan oleh fakta

itu sendiri (Sartono Kartodirjo, 1992: 63)

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam menganalisis data sejarah

didalam penelitian ini adalah pertama peneliti memilah sumber data sejarah yang

diperoleh dari buku-buku literatur, majalah, surat kabar, jurnal berkala dan bentuk

pustaka lainnya, kemudian membandingkan isi sumber yang satu dengan sumber

yang lain, langkah selanjutnya setelah membandingkan sumber data sejarah,

menemukan fakta sejarah tentang latar belakang terjadinya dekrit Presiden

Abdurrahman Wahid, proses dekrit Presiden Abdurrahman Wahid, dan dampak

dikeluarkannya dekrit presiden Abdurrahman Wahid, kemudian mencocokkan

temuan fakta sejarah tersebut dengan teori yang digunakan untuk disusun menjadi

sebuah karya yang mennyeluruh.

F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan langkah-langkah penelitian yang harus

dijalani seorang peneliti sebagai proses dalam penulisan skripsi yang

menggunakan metode sejarah. Dalam metode penelitian sejarah prosedur

penelitian yang penulis lakukan, yaitu: (1) Heuristik atau pencarian jejak–jejak

sejarah, (2) Kritik, atau kegiatan mengidentifikasi sumber - sember sejarah, (3)

interpretasi, atau penafsiran terhadap sumber – sumber yang relevan, (4)

penyampaian hasil rekontruksi sejarah dalam bentuk petulisan sejarah atau

historiografi.

Berdasar prosedur diatas dapat digambarkan skema metode historis

adalah sebagai berikut:

Page 37: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Gambar 2. Skema Prosedur Penelitian

Keterangan:

1. Heuristik

Kegiatan pertama yang dilakukan setelah menemukan tema adalah

dengan mencari atau mengumpulkan sumber dan bukti–bukti sejarah yang

relevan. Kegiatan inilah yang disebut dengan heuristik. Sumber sejarah tersebut

yang akan menuntun peneliti untuk mendapatkan gambaran tentang kehidupan

masa lampau yang telah ditinggalkan manusia. Pada tahap ini penulis berusaha

untuk mencari dan mengumpulkan sumber-sumber yang sesuai serta relevan

dengan penelitian, yaitu dengan mengadakan studi tentang buku-buku literatur,

ensiklopedia, majalah dan sumber-sumber tertulis lainnya. Data-data tersebut

diperoleh dari beberapa perpustakaan diantaranya Perpustakaan Universitas

Sebelas Maret Surakarta, Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Surakarta,

Perpustakaan Kolose St. Ignatius Yogyakarta, Perpustakaan daerah Surakarta,

Monumen Pers Nasional Surakarta dan perpustakaan lainnya.

2. Kritik

Setelah mengumpulkan data yang berakitan dengan permasalahan

penelitian, tahap selanjutnya yaitu langkah verifikasi atau kritik. Kritik ini

dimaksudkan untuk menentukan sumber-sumber yang dipilih apakah sumber

tersebut memiliki keabsahan tentang otentitas dan kredibilitas (kesahihan sumber).

Kritik terhadap sumber dilakukan dengan dua cara yaitu kritik intern dan kritik

ekstern.

Kritik ekstern adalah kritik yang meliputi apakah data itu otentik, yaitu

kenyataan identitasnya, bukan tiruan, turunan, palsu, kesemuanya dilakukan

dengan meneliti bahan yang dipakai, ejaan, tahun terbit, jabatan penulis. Dalam

penelitian ini langkah pertama yang dilakukan adalah dengan melakukan kritik

Heuristik

Fakta Sejarah

Historiografi Interpretasi Kritik

Page 38: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

ekstern yaitu peneliti melakukan penyelidikan pada bentuk sumber, yaitu

dilakukan dengan melihat tanggal, bulan, dan tahun sumber. Adapun Sumber

yang didapatkan sebagai sumber penulisan berupa Surat kabar yang sejaman

dengan peristiwa yang dialami tokoh. sumber tersebut pada tahun 2001. Selain itu

penulis juga memandang pengarang, pihak yang membuat dan pihak yang

mengeluarkan sumber tersebut sehingga peneliti dapat menarik kesimpulan

apakah sumber itu dapat dipercaya atau tidak. Untuk menyikapi hal ini, diperlukan

pembanding melalui penggunaan literatur yang lebih independen untuk

menjangkau obyektifitas penulisan semaksimal mungkin.

Kritik intern adalah kritik yang berkaitan dengan isi pernyataan yang

disampaikan oleh sejarawan atau praktisi atau politikus. Kritik intern juga

menyangkut apakah sumber tersebut dapat memberikan informasi yang

dibutuhkan. Setelah sumber dinilai keasliannya kemudian dilakukan kritik intern

untuk dapat memastikan kebenaran isi sumber yang dapat dirempuh dengan cara

membandingkan sumber sejarah yang satu dengan sumber sejarah yang lain.

Kebenaran isi dari sumber tersebut dapat dilihat dari isi pernyataan dan berita

yang ditulis dari sumber yang satu dengan sumber yang lain. Adapun kritik intern

dari penulisan ini adalah melihat pernyataan yang disampaikan oleh tokoh secara

langsung melalui media surat kabar, sehingga obyektifitas dari isi pernyataan

tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Hasil dari kritik sumber ialah fakta yang

merupakan unsur-unsur bagi penyusunan atau rekonstruksi sejarah. Setelah

dilakukan kritik maka data sejarah tersebut adalah fakta, maka langkah

selanjutnya adalah melakukan intepretasi.

3. Interpretasi

Intepretasi merupakan kegiatan menafsirkan data sejarah yang telah

diseleksi pada tahap sebelumnya untuk selanjutnya berusaha menemukan fakta

fakta sejarah yang berkaitan dengan objek dan tujuan penelitian Kemudian

menghubungkan fakta sejarah yang satu dengan fakta sejarah yang lain, sehingga

dapat diketahui hubungan sebab akibat antara peristiwa satu dengan lainnya.

Untuk merekonstruksikan peristiwa sejarah berdasar fakta sejarah yang ada, juga

Page 39: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

diperlukan ekplanasi. Ekplanasi dalam sejarah adalah menjelaskan atau

menerangkan fakta sejarah yang ada sehingga didapat hubungan antara data yang

satu dengan data yang lain sehingga diperoleh cerita yang utuh.

4. Historiografi

Sebagai bentuk dari hasil penelitian ini maka dilakukan historiografi,

yaitu pemaparan dengan bahasa ilmiah dengan seni yang khas menjelaskan apa

yang ditemukan beserta argumentasinya secara sistematis. Dalam penelitian ini

bentuk dari historiografi berupa karya ilmiah skripsi dengan judul “Dekrit

Presiden Abdurrahman Wahid 23 Juli 2001”.

Page 40: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Kondisi Umum Politik di Indonesia Tahun 1998-1999

1. Kondisi Umum Politik di Indonesia sebelum Pemilihan Presiden 1999

Berakhirnya masa kerja Kabinet Pembangunan VI dibawah Presiden

Soeharto pada Maret 1998, membuat Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

mengadakan Sidang Umum untuk menetapkan GBHN dan pemilihan presiden

dan wakil presiden. Untuk menyusun Kabinet VII, seluruh organisasi sosial

politik dan kekuatan sosial politik di tanah air telah sepakat mencalonkan Presiden

Soeharto untuk menjadi Presiden RI periode 1998-2003. Pencalonan tersebut

diawali oleh Ketua Umum DPP Golkar Harmoko yang menghadap Presiden

Soeharto untuk meminta kesediaan beliau. Menyusul langkah Golkar, Ketua

Umum DPP PPP, Ismail Hasan Metareum, mengumumkan pula bahwa PPP

mencalonkan kembali Pak Harto sebagai Presiden RI untuk periode lima tahun ke

depan (A. Makmur Makka, 2008:225). Kemudian pada akhir Januari 2008,

Presiden Soeharto menyatakan bahwa beliau akan mencalonkan diri untuk masa

kepresidenan yang ketujuh dan menisyaratkan bahwa Habibie sebagai wakil

presiden (M. C. Ricklefs, 2008:688).

Pada bulan Mei 1998 kejatuhan Presiden Soeharto mengejutkan sebagian

besar masyarakat Indonesia. Pemerintahan Soeharto dinilai telah gagal mengatasi

krisis ekonomi pada akhir tahun 1997 dan awal tahun 1998. Soeharto juga gagal

mengatasi praktik nepotisme yang telah berlangsung bertahun-tahun bersama

dengan pengempisan pemerintahannya sehingga ketika ada tekanan,

pemerintahannya pun jatuh. (Greg Barton, 2010:303).

Pagi tanggal 21 Mei 1998, media masa dipanggil ke istana negara untuk

mengabadikan momen pengunduran diri Soeharto. Wakil Presiden B. J. Habibie

segera disumpah sebagai Presiden Indonesia ketiga. Wiranto kemudian

mengumumkan bahwa ABRI tetap satu dan mendukung presiden baru. (M. C.

Ricklefs, 2008:688).

Page 41: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Tugas paling mendesak Presiden B. J. Habibie dengan Kabinet

Reformasi Pembangunan yang dipimpinnya adalah memulihkan kepercayaan

rakyat kepada pemerintah. Oleh karena itu, dalam menjalankan pemerintahan ia

tidak akan menunda pelaksanaan agenda reformasi. Sejalan dengan program

mendesak yang telah dicanangkan, beberapa langkah konkret dalam waktu singkat

telah ditempuh presiden, antara lain memantapkan prosedur dengan jadwal yang

jelas tentang pelaksanaan pemilihan umum yang luber, jujur dan adil. Presiden

menjelaskan bahwa pemilu akan menganut sistem multipartai yaitu semua pihak

boleh mendirikan partai baru, asal tidak bertentangan dengan Pancasila, UUD

1945, dan tidak mempersoalkan SARA (suku, ras, agama, dan antar golongan).

(A. Makmur Makka, 2008: 266-267)

Pemilu 1999 merupakan langkah awal menuju terwujudnya tatanan

politik demokratis yang dicita-citakan oleh gerakan reformasi. Penyelenggaraan

pemilu 1999 jauh lebih baik dibandingkan pemilu-pemilu pada masa Orde Baru.

Kondisi ini disebabkan adanya gerakan reformasi yang mendesak sejumlah

perubahan yang harus dipenuhi oleh pemerintahan transisional Habibie, bagi

terselenggaranya pemilu pertama yang demokratis pasca orde baru. Untuk

memenuhi desakan tersebut, presiden B.J Habibie menjalankan beberapa langkah

yakni menyediakan sejumlah perangkat yang dibutuhkan bagi pemilu demokratis,

diantaranya hak politik untuk mendirikan partai, adanya penyelenggaran pemilu

yang independen, kebebasan pers, kebebasan untuk melakukan pengawasan

pemilu, birokrasi sipil dan militer yang netral , kehadiran pemantau asing. Di

masa B. J. Habibie ini, lembaga DPR juga telah mengesahkan tiga perangkat

Undang-undang sebagai landasan penyelenggaraan pemilu, yaitu Undang-undang

No 20 Tahun 1999 tentang partai politik, UU No. 3 Tahun 1999 tentang pemilihan

umum dan Undang-undang No. 4 Tahun 1999 tentang susunan dan kedudukan

MPR-DPR-DPRD (Mahfud Sidiq, 2003:235).

Dampak dari adanya jaminan atas hak berpolitik memuncul banyak partai

politik baru yang menjadi peserta pada pemilu tahun 1999, sehingga peserta

pemilu sebelum tahun 1999 hanya diikuti tiga partai yakni Partai Golongan Karya

(Golkar), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Demokrasi Indonesia

Page 42: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

(PDI), di tahun 1999 diikuti multi partai. Menjelang pemilihan umum, partai

politik yang terdaftar mencapai 141 dan setelah diverifikasi oleh Tim 11 Komisi

Pemilihan Umum menjadi sebanyak 98, namun yang memenuhi syarat mengikuti

pemilu hanya 48 partai politik saja. Tanggal 7 Juni 1999, diselenggarakan

pemilihan umum multipartai kedua sejak tahun 1955. (P. N. H. Simanjutak,

2003:414)

Hasil pemungutan suara pada pemilu 1999 menempatkan lima partai

besar yang menduduki keanggotaan di MPR dan DPR. Sebagai pemenangnya

adalah PDI-Perjuangan meraih 35.689.073 suara atau 33,74% dengan perolehan

153 kursi. Golkar memperoleh 23.741.758 suara atau 22,44% sehingga mendapat

120 kursi. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) memperoleh 13.336.982 suara atau

12,61% persen mendapat 51 kursi. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)

memperoleh 11.329.905 suara atau 10,71% mendapat 58 kursi. Partai Amanat

Nasioal (PAN) memperoleh 7.528.956 suara atau 7,12% mendapat 34 kursi.

(www.tempointeraktif.com).

2. Pemilihan Presiden di Indonesia Tahun 1999

Pada masa pemerintahan BJ Habibie dilaksanakan pemilu pada tanggal 7

Juni 1999 untuk memilih anggota legislatif yang akan duduk di DPR tingkat pusat

sekaligus menjadi anggota MPR, DPRD tingkat provinsi dan DPRD tingkat

kabupaten. Pemilu tahun 1999 ini berbeda dengan pemilu pada masa orde baru

karena peserta pemilu diikuti oleh banyak partai. Jimly Asshidiqie (2007 : 321)

menyebutkan dalam penjelasan UUD 1945, meskipun sekarang tidak berlaku

normatif lagi secara langsung tetapi sebagai dokumen historis masih tetap dapat

dijadikan acuan ilmiah yang penting, dinyatakan bahwa “Presiden tunduk dan

bertanggung jawab kepada MPR”. Artinya, meskipun kepala negara dan kepala

pemerintahan menyatu dalam jabatan Presiden, tetapi dianut juga adanya prinsip

pertanggungjawaban Presiden sebagai kepala eksekutif kepada cabang kekuasaan

legislatif. Hal tersebut dapat kita lihat dari sistem pemerintahan negara sebelum

amandemen UUD 1945 yang ditegaskan dalam Penjelasan UUD 1945, yaitu

a) Presiden dipilih dan diangkat oleh MPR.

Page 43: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

b) MPR adalah pemegang kekuasaan negara tertinggi.

c) Presiden adalah mandataris MPR.

d) Presiden tunduk dan bertanggung jawab kepada MPR

Abdurrahman Wahid adalah presiden yang masih dipilih melalui proses

pemilihan di MPR hasil pemilu tahun 1999. Berdasarkan Ketetapan MPR No.

VI/MPR/1999 tentang Tata Cara Pencalonan Dan Pemilihan Presiden Dan Wakil

Presiden Republik Indonesia dalam pasal 8 disebutkan bahwa Fraksi dapat

mengajukan calon Presiden atau calon Presiden dapat juga diajukan oleh

sekurang-kurangnya 70 orang anggota Majelis yang terdiri atas satu Fraksi atau

lebih. Adapun tata cara pemilihan diatur dalam pasal 13 yaitu apabila calon yang

diajukan lebih dari satu orang, maka pemilihan dilakukan dengan cara

pemungutan suara. Apabila calon yang diusulkan ternyata hanya satu orang, maka

calon tersebut disahkan oleh Rapat Paripurna menjadi Presiden.

Pada Juni 1999, partai PKB dengan ketokohan Abdurrahman Wahid ikut

serta dalam arena pemilu legislatif. PKB memperoleh 12% dari total suara

sedangkan PDI-Perjuangan memenangkan pemilu dengan 33% suara. Dengan

kemenangan partainya, Megawati memperkirakan akan memenangkan pemilihan

presiden pada Sidang Umum MPR. Namun, PDI-Perjuangan tidak memiliki

mayoritas penuh, sehingga membentuk aliansi dengan PKB. Pada Juli 1999,

Amien Rais membentuk Poros Tengah, yang berisi koalisi partai-partai Muslim.

Poros Tengah menominasikan Abdurrahman Wahid sebagai kandidat presiden

dan komitmen PKB terhadap PDI-Perjuangan mulai berubah. Pada 7 Oktober

1999, Amien dan Poros Tengah secara resmi menyatakan Abdurrahman Wahid

sebagai calon presiden. (Greg Barton, 2010: 360-361).

Kekuatan politik Poros Tengah yang dikomandani oleh Amien Rais

muncul jauh hari sebelum SU MPR 1999. Istilah Poros Tengah sendiri memiliki

beberapa versi kemunculan. Menurut Zarkasih Nur dalam Suharsono (1999: 86-

88), istilah ini muncul dalam diskusinya dengan Faisal Baasyir dan Husni

Thamrin, ketiganya politisi PPP. Versi lain menyatakan sebagai lontaran ide

Amien Rais dalam dialog politik yang diselenggarakan oleh LIPI dan Unicef.

Page 44: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Versi ketiga, menyebutkan sebagai hasil diskusi Soetjipto Wirosardjono dengan

Dr. Chiril Anwar dalam forum PPSK di Yogyakarta

Poros Tengah sesungguhnya tidak memiliki skenario tunggal untuk

hanya mengajukan Abdurrahman Wahid sebagai Calon Presiden. Untung Wahono

(2003:104-106) menyatakan awalnya ada gagasan kuat di Poros Tengah untuk

meng-goal-kan Habibie dalam pencalonan dan pemilihan presiden. Namun

konstelasi kekuatan politik di Poros Tengah sendiri tidak semuanya sepakat

dengan figur ini, sebagaimana kemudian tercermin dari hasil voting terhadap

pidato pertanggung-jawaban presiden B. J. Habibie. Setelah kekalahan Habibie,

Poros Tengah juga sempat mendorong Amien Rais untuk tampil sebagai calon

presiden, tetapi Amien Rais terjebak pada posisi dan situasi “harus menolak” usul

pencalonan ini. Alasan yang diajukan Amien Rais adalah bahwa dirinya sudah

terpilih sebagai Ketua MPR RI dan ia sendiri belum mencabut dukungannya

terhadap terhadap Abdurrahman Wahid. Masuknya figur Abdurrahman Wahid di

Poros Tengah bukanlah sebagai faktor pasif, tapi sebaliknya ia aktif memainkan

skenarionya yang ikut mempengaruhi skenario di Poros Tengah. Ketika Habibie

mundur dari pencalonan, ada skenario Poros Tengah untuk menaikan

Abdurrahman Wahid sebagai Ketua MPR, dan memajukan Amien Rais sebagai

calon presiden. Namun pada perkembangannya sebelum sesi pemilihan presiden,

faktor mundurnya Habibie dari pencalonan, terpilihnya Amien Rais dan Akbar

Tandjung sebagai Ketua DPR, akhirnya hanya menyisakan pilihan Abdurrahman

Wahid bagi Poros Tengah. Sementara PDI Perjuangan masih tetap optimis dengan

calon dari Ketua Umumnya, Megawati Soekarnoputri.

Pada 20 Oktober 1999, melalui voting pada sidang MPR, Abdurrahman

Wahid terpilih menjadi Presiden Indonesia ke-4 dengan 373 suara, mengungguli

Megawati yang hanya memperoleh 313 suara. Sedangkan 9 suara abstain dan 4

suara dinyatakan tidak sah. MPR menetapkan Abdurrahman Wahid sebagai

presiden melalui Ketetapan MPR No. VII/MPR/1999 tertanggal 20 Oktober 1999.

Sementara itu kekalahan Megawati disambut kemarahan pendukungnya di

beberapa kota di Jawa, Bali dan Medan dengan aksi kerusuhan massa. Aksi

kerusuhan dapat reda setelah Megawati terpilih sebagai wakil presiden setelah

Page 45: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

unggul dari Hamzah Haz dengan memperoleh 396 suara, Hamzah Haz hanya

mendapatkan 284 suara dan 5 suara abstain dari 685 anggota MPR yang hadir.

Kemudian MPR menetapkan Megawati Soekarnoputri sebagai wakil presiden

melalui Ketetapan MPR No. VIII/MPR/1999 tertanggal 21 Oktober 1999 (P.N.H.

Simanjuntak, 2003: 419).

Terpilihnya Presiden Abdurrahman Wahid dinilai sebagai suatu

kesuksesan dalam melewati masa-masa transisi pasca pemerintahan orde baru, hal

ini dapat dilihat dari pendapat Liddle, R. William (2001:208) yang

mengungkapkan:

At the end of 1999 Indonesia appeared to have completed a successful transition to democracy after more than four decades of dictatorship. Free elections had been held for the national legislature (DPR, Dewan Perwakilan Rakyat). The People’s Consultative Assembly (MPR, Majelis Permusyawaratan Rakyat), a uniquely Indonesian institution comprising members of the DPR plus regional and group representatives, had chosen a new president, the charismatic traditionalist Muslim cleric Abdurrahman Wahid (called Gus Dur) and vice-president, Megawati Sukarnoputri, daughter of Indonesia’s founding father and first president Sukarno, for the 1999-2004 term. Gus Dur, whose PKB (Partai Kebangkitan Bangsa, National Awakening Party) holds only 11% of the DPR seats, had then appointed a “national unity” cabinet consisting of representatives of all of the major parties. Yang dapat diartikan sebagai berikut: Pada akhir tahun 1999 Indonesia telah berhasil melewati masa transisi menuju demokrasi setelah lebih dari empat dekade dalam kediktatoran. Pemilu yang bebas telah dilaksanakan untuk memilih anggota legislatif (DPR, Dewan Perwakilan Rakyat). Majelis Permusyawaratan Rakyat, sebuah lembaga khas Indonesia yang anggotanya terdiri dari anggota DPR ditambah dari utusan daerah dan utusan golongan, telah memilih presiden baru yakni seorang ulama kharismatik Abdurrahman Wahid (sering dipanggil Gus Dur) dan wakil presiden Megawati Soekarnoputri, putri dari pendiri Bangsa Indonesia dan presiden pertama Soekarno, untuk jangka waktu 1999-2004. Gus Dur, yang berasal dari PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) hanya memperoleh 11% kursi DPR, kemudian membentuk sebuah kabinet bernama "persatuan nasional" yang anggotanya berasal dari perwakilan semua partai.

Page 46: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

3. Sosok Abdurrahman Wahid

Abdurrahman Wahid adalah putra pertama dari enam bersaudara yang

dilahirkan di Denanyar Jombang Jawa Timur pada tanggal 4 Agustus 1940.

Ayahnya, K.H. Wahid Hasyim adalah putra K.H. Hasyim Asy’ari, pendiri

jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU)-organisasi massa Islam terbesar di Indonesia-dan

pendiri Pesantren Tebu Ireng Jombang. Ibundanya, Ny. Hj. Sholehah adalah putri

pendiri Pesantren Denanyar Jombang, K.H. Bisri Syamsuri. Kakek dari pihak

ibunya ini juga merupakan tokoh NU, yang menjadi Rais ‘Aam PBNU setelah

K.H. Abdul Wahab Hasbullah. Dengan demikian, Abdurrahman Wahid

merupakan cucu dari dua ulama NU sekaligus, dan dua tokoh bangsa Indonesia

(http://www.roabaca.com/serba-serbi).

Pada tahun 1944, Abdurrahman Wahid pindah dari Jombang ke Jakarta,

tempat ayahnya terpilih menjadi Ketua pertama Partai Majelis Syuro Muslimin

Indonesia (Masyumi), sebuah organisasi yang berdiri dengan dukungan

tentara Jepang yang saat itu menduduki Indonesia. Setelah deklarasi kemerdekaan

Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Abdurrahman Wahid kembali ke Jombang

dan tetap berada di sana selama perang kemerdekaan Indonesia melawan Belanda.

Pada akhir perang tahun 1949, Abdurrahman Wahid pindah ke Jakarta dan

ayahnya ditunjuk sebagai Menteri Agama. Abdurrahman Wahid belajar di Jakarta,

masuk ke SD KRIS sebelum pindah ke SD Matraman Perwari. Abdurrahman

Wahid juga diajarkan membaca buku non-Muslim, majalah, dan koran oleh

ayahnya untuk memperluas pengetahuannya (Greg Barton, 2010:49)

Menjelang kelulusannya di Sekolah Dasar, Abdurrahman Wahid

memenangkan lomba karya tulis (mengarang) se-wilayah kota Jakarta dan

menerima hadiah dari pemerintah. Pengalaman ini menjelaskan bahwa

Abdurrahman Wahid telah mampu menuangkan gagasan/ide-idenya dalam sebuah

tulisan. Karenanya wajar jika pada masa kemudian tulisan-tulisan Abdurrahman

Wahid menghiasi berbagai media massa (http://www.roabaca.com/serba-serbi ).

Abdurrahman Wahid terus tinggal di Jakarta dengan keluarganya meskipun

ayahnya sudah tidak menjadi menteri agama pada tahun 1952. Pada April 1953,

ayah Abdurrahman Wahid meninggal dunia akibat kecelakaan mobil.

Page 47: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Pendidikan Abdurrahman Wahid berlanjut dan pada tahun 1954, ia

masuk ke Sekolah Menengah Pertama. Pada tahun itu, ia tidak naik kelas. Ibunya

lalu mengirim Abdurrahman Wahid ke Yogyakarta untuk meneruskan

pendidikannya dengan mengaji kepada K.H. Ali Maksum di Pondok Pesantren

Al-Munawwir di Krapyak dan belajar di SMP. Pada tahun 1957, setelah lulus dari

SMP, Abdurrahman Wahid pindah ke Magelang untuk memulai Pendidikan

Muslim di Pesantren Tegalrejo dibawah asuhan Kiai Khudori. Ia mengembangkan

reputasi sebagai murid berbakat, menyelesaikan pendidikan pesantren dalam

waktu dua tahun (seharusnya empat tahun). Pada tahun 1959, Abdurrahman

Wahid pindah ke Pesantren Tambakberas di Jombang untuk belajar penuh di

pesantren di bawah bimbingan Kiai Wahab Chasbullah. Di sana, sementara

melanjutkan pendidikannya sendiri, Abdurrahman Wahid juga menerima

pekerjaan pertamanya sebagai guru dan nantinya sebagai kepala

sekolah madrasah. Di kalangan pesantren, ia di anggap sebagai siswa yang

cemerlang. Studinya ini, yang banyak tergantung pada kekuatan ingatan, hampir-

hampir tidak memberikan tantangan kepada Abdurrahman Wahid yang

mempunyai ingatan amat kuat walaupun ia dikenal sebagai seorang yang malas

dan kurang disiplin dalam studi formalnya (Greg Barton, 2010:52-53).

Abdurrahman Wahid juga dikenal sebagai pemimpin yang nyeleneh dan

tanpa basa basi. Dari lontarannya selalu lahir ungkapan-ungkapan yang membuat

banyak orang tersenyum, menertawakan dirinya sendiri, dan panas telinga. Lalu

yang lebih mutakhir adalah komentar Abdurrahman Wahid ketika menjadi

presiden yang menyatakan sulit membedakan antara Dewan Perwakilan Rakyat

dengan Taman Kanak-kanak (Jaya Suprana, 2010:175).

B. Latar Belakang Dekrit Presiden Abdurrahman Wahid 23 Juli 2001

Permasalahan utama yang di hadapi oleh Presiden Abdurrahman Wahid

adalah kondisi politik yang tidak stabil sebagai dampak dari kebijakan-kebijakan

politik presiden yang dinilai kontroversial oleh lawan politik beliau yang duduk di

DPR. Permasalahan dan kebijakan presiden Abdurrahman Wahid dapat dilihat

Page 48: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

dari awal pembentukan kabinet persatuan nasional hingga pembentukan kabinet

persatuan nasional II.

1. Kabinet Persatuan Nasional

Dalam menjalankan tugasnya sebagai presiden, Abdurrahman Wahid

membentuk suatu kabinet yang disebut Persatuan Nasional dan hampir semua

menteri dipaksakan kepadanya. Dalam teorinya, memang Akbar, Megawati,

dan Amien, yang telah setuju untuk menjadi penjamin anggota-anggota partai

mereka yang ikut dalam kabinet. Pengumumam Kabinet dilaksanakan pada

hari Selasa tanggal 26 Oktober 1999 terdiri dari 35 orang Menteri (Greg

Barton, 2010:376).

TABEL I

Susunan Kabinet Persatuan Nasional

NO. Menteri Menteri Persatuan Nasional Nama Menteri 1. Menteri Negara Koordinator Bidang

Politik & Keamanan Jendral Wiranto

2. Menteri Negara Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan & Industri

Kwik Kian Gie (PDI-P)

3. Menteri Negara Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat & Pengentasan Kemiskinan

H. Hamzah Haz (PPP)

4. Menteri Luar Negeri Alwi A. Shihab (PKB) 5. Menteri Dalam Negeri Letjen. (Purn) Suryadi

Soedirdja 6. Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono 7. Menteri Hukum & Perundang-

undangan Yusril Ihza Mahendra (PBB)

8. Menteri Keuangan Bambang Sudibyo (PAN) 9. Menteri Perindustrian & Perdagangan Jusuf Kalla (P. Golkar)

10. Menteri Pertanian Mohammad Prakosa (PDI-P) 11. Menteri Kehutanan & Perkebunan Nurmahmudi Ismail (P.

Keadilan) 12. Menteri Pertambangan & Energi

Letjen. Susilo Bambang Yudhoyono

13. Menteri Perhubungan Letjen. Agum Gumelar 14. Menteri Eksplorasi laut Sarwono Kusumaatmadja (P.

Golkar) 15. Menteri Tenaga Kerja Bomer Pasaribu (P. Golkar) 16. Menteri Kesehatan Achmad Sujudi 17. Menteri Pendidikan Nasional A. Yahya Muhaimin (PAN)

Page 49: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

18. Menteri Agama

Mohammad Tholchah Hasan (PKB)

19. Menteri Pemukiman & Pengembangan Wilayah

Erna Witoelar

20. Menteri Negara Riset & Teknologi A. S. Hikam

21. Menteri Negara Koperasi & Pengusaha Kecil & Menengah

Zarkasih Noer (PPP)

22. Menteri Negara Lingkungan Hidup Alexander Sonny Keraf (PDI-P)

23. Menteri Negara Otonomi Daerah Ryaas Rasyid

24. Menteri Negara Pariwisata Kesenian Hidayat Djailani

25. Menteri Negara Penanaman Modal & Pembinaan BUMN

Laksamana Sukardi

26. Menteri Negara Pemuda & Olahraga Mahadi Sinambela (P. Golkar)

27. Menteri Negara Pekerjaan Umum Rafik Boediro Soetjipto

28. Menteri Negara Pemberdayaan Wanita

Khofifah Indar Parawansa (PKB)

29. Menteri Negara Transmigrasi & Kependudukan

Al Hilal Hamdi (PAN)

30. Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

Laksda. (Purn) Freddy Numberi

31. Menteri Negara Masala-masalah Kemasyarakatan

Anak Agung Gde Agung

32. Menteri Negara Urusan Hak Asasi Manusia

Hasballah M. Saad (PAN)

33. Jaksa Agung Marzuki Darusman (P. Golkar)

34. Sekretris Negara Ali Rahman

35. Panglima TNI

Laksamana (L) Widodo Adi Sutjipto

Sumber : Kompas, 27 Oktober 1999

Tindakan resmi dari Presiden Abdurrahman Wahid yang pertama

yaitu membubarkan dua departemen, yang pertama adalah departemen

penerangan dengan alasan banyak kerugian dari pada manfaatnya karena

adanya pengendalian informasi maupun karena kebiasaan untuk memeras uang

dari penerbit media. Yang kedua ditutupnya departemen sosial, alasan yang

diberikan adalah bahwa korupsi dan praktik-praktik pemerasan telah

sedemikian merasuki departemen tersebut. Penutupan kedua departemen ini

Page 50: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

dinilai kontroversial yang membuatnya kehilangan popularitas dikalangan

tertentu (Greg Barton, 2010: 382).

Penghapusan Departemen Penerangan dan Departemen Sosial

menimbulkan polemik dan ketidakpuasan. Reaksi keras datang dari DPR atas

pembubaran kedua departemen tersebut. DPR menggunakan hak interpelasinya

guna meminta keterangan kepada presiden. DPR menilai presiden mengambil

kebijakan tersebut tanpa berkonsultasi dengan mereka. Tanggal 18 November

1999, presiden dalam keterangannya di depan sidang pleno DPR mengatakan,

tidak akan mencabut kembali kebijakannya itu. Bahkan presiden menyebut

DPR seperti “Taman Kanak-kanak”. Oleh sebagian anggota DPR, hal ini telah

dianggap melecehkan DPR. Hal inilah yang merupakan awal perseteruan

antara Presiden dengan DPR. (P. N. H. Simanjuntak, 2003: 426-427).

Presiden Abdurrahman Wahid dikenal sebagai presiden yang terlalu

sering melakukan perjalanan / kunjungan ke luar negeri sehingga banyak yang

menilai hal tersebut sebagai pemborosan keuangan negara yang kala itu kondisi

ekonomi masih terpuruk. Dalam Greg Barton (2010: 379-381) Pada bulan

November 1999, Abdurrahman Wahid akan mengunjungi Yordania untuk

berpidato dalam Kongres Internasional Konfrensi Dunia mengenai Agama dan

Perdamaian. Abdurrahman Wahid juga ingin mengujungi Salt Lake City untuk

mengobati penglihatannya. Dalam perjalannannya ke Yordania, Abdurrahman

Wahid mengadakan Kunjungan singkat ke negara-negara anggota ASEAN,

Jepang, Amerika Serikat, Qatar, dan Kuwait. Sewaktu mengunjungi Amman

(Yordania), Abdurrahman Wahid bertemu dengan Raja Abdullah dan adiknya,

Putera Mahkota Hussein, dan juga Yasser Arafat. Sebelumnya, Abdurrahman

Wahid sangat ingin bertemu dengan PM. Israel, Ehud Barak, dan ia telah

mengutarakan kegembiraannya yang meluap-luap kemungkinan mengenai

diadakannya pertemuan itu. Pada saat terakhir, kunjungan tersebut dibatalkan

karena adanya tekanan yang besar dari tanah air. Hal ini juga diungkapkan

Untung Wahono (2003: 167) yaitu Keinginan presiden Abdurrahman Wahid

membuka hubungan dengan Isreal ini mendapat reaksi keras terutama dari

Page 51: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

partai-partai di Poros Tengah dan PAN, karena dianggap menyakiti perasaan

umat Islam.

Pada saat mengadakan pertemuan di luar negeri bulan November

1999, Abdurrahman Wahid sering mengungkit masalah yang berkaitan dengan

politik dalam negeri. Pada salah satu konfrensi pers di Salt Lake City (Utah,

Amerika Serikat) Abdurrahman Wahid mengungkit masalah KKN (Kolusi,

Korupsi, dan Nepotisme), ia mengungkapkan secara tak langsung

kecurigaannya bahwa tiga menterinya terlibat KKN. Atas pernyataan

Abdurrahman Wahid tersebut timbul dugaan bahwa salah satu menteri tersebut

adalah Hamzah Haz (Greg Barton, 2010: 381).

Pada tanggal 26 November 1999, satu bulan setelah diumumkannya

susunan kabinet Persatuan Nasional, Hamzah Haz sebagai Menteri Koordinator

Bidang Kesejahteraan Rakyat & Pengentasan Kemiskinan mengumumkan

pengunduran dirinya, dan sebagai penggantinya diangkat Prof. Dr. Basri

Hassanudin, M. A. yang kemudian dilantik pada tanggal 30 November. (P. N.

H. Simanjuntak, 2003: 425).

Peristiwa pemecatan atau pengunduran diri Hamzah Haz

menimbulkan kekecewaan di kalangan PPP yang merasa ikut memberikan

kontribusi besar atas terpilihnya Abdurrahman Wahid. Kekecewaan itu

kemudian disuarakan melalui orang-orang PPP di DPR, untuk kemudian terus

menggelinding seperti bola salju, lebih-lebih setelah Abdurahman Wahid

menyingkirkan pula beberapa menterinya yang berasal dari partai-partai kuat di

DPR (Moh. Mahfud M.D., 2010: 93)

Gerakan separatis di Aceh dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM)

dan di Papua dengan Organisasi Papua Merdeka (OPM) membutuhkan

perhatian dan penanganan khusus dari presiden Abdurrahman Wahid. Pasca

turunnya Soeharto dan terlepasnya provinsi Timor-timur dari Indonesia,

gerakan separatis tersebut semakin gencar menunjukan identitasnya.

Abdurrahman Wahid terus mengadakan pertemuan dengan pemimpin-

pemimpin Aceh, dalam menghadapi tuntutan mengenai diselenggaraknnya

suatu referendum dalam hitungan minggu, Abdurrahman Wahid mencoba

Page 52: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

mengelak, pada saat yang sama Abdurrahman Wahid tidak dapat menjelaskan

apa yang tengah dikerjakannya, mengelak dan pada akhirnya menyatakan

dukungan akan referendum, Abdurrahman Wahid menjelaskan referendum

yang dimaksud adalah referendum menentukan otonomi dan bukan

kemerdekaan seperti referendum Timor Timur. Abdurrahman Wahid ingin

mengadopsi pendekatan yang lebih lembut terhadap Aceh dengan mengurangi

jumlah personel militer di Negeri Serambi Mekah tersebut. Pada 30 Desember,

Abdurrahman Wahid mengunjungi Jayapura di provinsi Irian Jaya. Selama

kunjungannya, Abdurrahman Wahid berhasil meyakinkan pemimpin-pemimpin

Papua bahwa ia mendorong penggunaan nama Papua. (Greg Barton, 2010:

384-386).

Ketika Abdurrahman Wahid melawat ke Eropa pada awal Januari

yang berakhir pada bulan Februari 2000, ia meminta Jendral Wiranto

mengundurkan diri dari jabatan Menteri Koordinator Bidang Politik dan

Keamanan. Karena diduga terlibat dalam pelanggaran HAM pasca jejak

pendapat di Timor Timur (Moh. Mahfud M.D.2010: 94). Dan ketika

Abdurrahman Wahid kembali ke Jakarta, pada tanggal 13 Februari 2000,

Wiranto berbicara dengannya dan berhasil meyakinkan Abdurrahman Wahid

agar tidak menggantikannya. Namun, Abdurrahman Wahid kemudian

mengubah pikirannya dan memintanya mundur (Greg Barton, 2010:389)

Tanggal 14 Februari 2000, Menteri Dalam Negeri Suryadi Soedirja

dilantik menjadi Menteri Koordinator Bidang Politik & Keamanan

menggantikan Jendral Wiranto yang dinonaktifkan sementara waktu berkenaan

dengan kasus pelangggaran HAM di Timor timur. Dan tanggal 16 Mei 2000

Jendral Wiranto resmi mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Menko

Polkam (P.N.H. Simanjuntak, 2003:425).

Pada 24 April 2000, Abdurrahman Wahid melakukan kesalahan yang

merupakan kesalahan yang fatal. Di bawah tekanan untuk mereformasi tim

ekonominya, Abdurrahman Wahid memecat Menteri Negara Perindustrian dan

Perdagangan Jusuf Kalla, yang berasal dari partai Golkar, dan Menteri Negara

BUMN, Laksamana Sukardi dari PDI Perjuangan. Alasan yang diberikan

Page 53: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Abdurrahman Wahid dalam pemecatan Laksamana adalah karena Laksamana

Sukardi tidak mampu bekerja dengan anggota-anggota timnya. Namun, laporan

media massa menyebutkan bahwa menurut Abdurrahman Wahid, baik Jusuf

Kalla maupun Laksamana Sukardi ternoda oleh korupsi. Tanggal 26 April

2000 Letjen. (Purn) Luhut Binsar Panjaitan dilantik menjadi Menteri Negara

Perindustrian dan Perdagangan menggantikan Jusuf Kalla, dan Rozi Munir

dilantik sebagai Menteri Negara Penanaman Modal & BUMN mrnggantikan

Laksamana Sukardi (Greg Barton, 2010: 398).

Ketika mendapat laporan bahwa Laksamana Sukardi dan Jusuf Kalla

(pernah) melakukan KKN, Abdurrahman Wahid segera memberhentikan

mereka tanpa melihat kekuatan publik yang ada di belakang mereka masing-

masing. Pemberhentian kedua menteri yang berasal dari partai pemenang

pemilu 1999, PDI-P dan Golkar, itu memancing reaksi keras di DPR. PDI-P

dan Golkar, melalui fraksinya, terus menerus mendesak Abdurrahman Wahid

untuk menunjukan bukti bahwa mereka melakukan KKN. Abdurrahman Wahid

sendiri tetap bersikeras dan mengatakan telah menyerahkan bukti-bukti kepada

berbagai pihak, termasuk aparat penegak hukum, untuk dilakukan

pemeriksaan. Tetapi, bukti-bukti tersebut tidak mampu menggiring keduanya

kehadapan aparat penegak hukum (Moh. Mahfud M. D., 2010:93)

Penggantian Jusuf Kalla dan Laksamana Sukardi memicu konflik

lanjutan dengan DPR yang tidak puas dengan penjelasan presiden. Khamami

Zada dalam Mahfud Sidiq ( 2003: 251) menjelaskan pucak konflik terjadi

ketika sejumlah anggota dewan memotori penggunaan hak interpelasi, yakni

hak DPR untuk meminta penjelasan pemerintah berkenaan dengan kebijakan

yang diambil oleh presiden. Akhirnya pada Sidang Paripurna bulan Juni 2000,

menyetujui dilakukannya hak interpelasi pada Sidang Paripurna DPR bulan

Juli 2000. Pada Kamis pagi tanggal 20 Juli 2000 ketika Sidang digelar,

jawaban presiden dibacakan oleh Djohan Effendi selaku Sekretaris Negara, isi

dari jawaban tersebut sama sekali tidak memberikan jawaban mengenai

sejumlah menteri, tetapi mempertanyakan hak interpelasi yang digunakan

DPR. Menurut presiden hak meminta keterangan atau interpelasi, sama sekali

Page 54: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

tidak dikenal dalam pemerintahan presidensial. Hak interpelasi dan hak angket

hanya ada dalam sistem parlementer. Jawaban presiden tersebut bukan

membuat tenang anggota DPR tapi justru membuat suasana semakin panas.

Pada malam harinya (malam Jum’at tanggal 21 Juli 2000), Djohan

mendesak presiden untuk memikirkan dengan teliti tanggapan tertulisnya

kepada DPR keesokan harinya. Malam itu juga Djohan dan yang lainnya

merancang surat guna meminta pengertian dan kesabaran anggota-anggota

DPR untuk memberi maaf dan menjanjikan bahwa di waktu yang akan datang

akan diberikan penjelasan yang lebih lengkap mengenai tindakan-tindakan

pemerintah. Akhirnya surat tanggapan diantar kekantor DPR, dan disambut

baik oleh anggota dewan. Selama akhir pekan tiga petisi disebarkan di antara

anggota-anggota DPR, yang terbesar dengan 252 tanda tangan, memaafkan

presiden tetapi mendesak agar memberikan penjelasan terbuka mengenai

pemecatan dua menteri ekonomi tersebut (Greg Barton, 2010:414). Ketegangan

antara DPR dan Presiden untuk sementara mereda setelah Abdurrahman Wahid

selaku presiden meminta maaf kepada ketua DPR, Akbar Tanjung. Permintaan

maaf presiden ternyata cukup efektif untuk meredakan ketegangan politik

memasuki Sidang Tahunan MPR Agustus 2000 (Mahfudz Sidiq, 2003:251).

Tanggal 7 hingga 18 Agustus 2000, Sidang Tahunan MPR untuk

pertama kali diadakan yang dipimpin langsung Ketua MPR Amien Rais.

Tanggal 7 Agustus sebelum dibacakan laporan tahunan presiden kepada MPR,

Presiden dalam kata pengantarnya mengisyaratkan adanya perombakan

struktur kabinet namun belum menentukan bagaimana perombakan kabinet

tersebut. Tanggal 8 Agustus, sebagian besar fraksi-fraksi MPR secara umum

sangat tidak puas dengan kinerja Pemerintahan Abdurrahman Wahid. Fraksi-

fraksi tersebut antara lain PPP, PBB, Reformasi, dan Golkar, sedangkan PDI-P,

TNI/Polri, Utusan Golongan, Daulatul Ummah, dan fraksi Kesatuan

Kebangsaan Indonesia (F-KKI), memberikan catatan atas kinerja presiden.

Selama Sidang Tahunan MPR, presiden diantaranya mengadakan pertemuan

dengan Amien Rais, Akbar Tanjung, Hamzah Haz, Yuzril Ihza Mahendra dan

Megawati Soekarnoputri (P.N.H. Simanjuntak, 2003:428)

Page 55: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

2. Kabinet Persatuan Nasional II (23 Agustus 2000)

Pada hari Rabu tanggal 23 Agustus 2000, presiden Abdurrahman

Wahid mengumumkan susunan kabinetnya, tanpa didampingi wakil presiden

Megawati Soekarnoputri, ketidak hadiran Megawati dengan cepat ditafsirkan

sebagai tanda buruk. Susunan Pembentukan Kabinet Persatuan II ini kemudian

dibacakan oleh Marsillam Simanjuntak (Greg Barton, 2010: 430), susunan

Kabinet Persatuan II sebagai berikut:

TABEL II

Susunan Kabinet Persatuan II

NO. Menteri-menteri Persatuan Nasional II Nama-nama Menteri 1. Menteri Negara Koordinator Bidang

Politik, Sosial & Keamanan Jend. (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono

2. Menteri Negara Koordinator Bidang Perekonomian

Rizal Ramli

3. Menteri Luar Negeri Alwi A. Shihab 4. Menteri Dalam Negeri & Otonomi

Daerah Letjen. (Purn) Suryadi Soedirdja

5. Menteri Pertahanan Moh. Mahfud M. D. 6. Menteri Kehakiman & Hak Asasi

Manusia Yusril Ihsa Mahendra

7. Menteri Keuangan dan Pemberdayaan BUMN

Prijadi Praptosuhardjo

8. Menteri Perindustrian & Perdagangan Letjen. (Purn) Luhut Binsar Panjaitan

9. Menteri Pertanian dan Kehutanan Bungaran Saragih 10. Menteri Energi & Sumber daya Mineral Purnomo Yusgiantoro 11. Menteri Perhubungan &

Telekomunikasi Letjen. (Purn) Agum Gumelar

12. Menteri Kelautan & Perikanan Sarwono Kusumaatmaja 13. Menteri Tenaga Kerja & Transmigrasi Al Hilal Hamdi 14. Menteri Kesehatan & Kesejahteraan

Sosial Achmad Sujudi

15. Menteri Pendidikan Nasional Yahya Muaimin 16. Menteri Agama Mohammad Tholchah Hasan 17. Menteri Kebudayaan & Pariwisata I Gde Ardika 18. Menteri Pemukiman & Pengembangan

Wilayah

Erna Witoelar

19. Menteri Negara Riset & Teknologi A.S. Hikam 20. Menteri Negara Urusan Koperasi &

Usaha kecil dan Menengah Zarkasih Noer

Page 56: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

21 Menteri Negara Lingkungan Hidup Alexander Sonny Keraf 22. Menteri Negara Pemberdayaan

Perempuan/ Ketua BKKBN Khofifah Indar Parawansa

23. Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara

Ryaas Rasyid

24. Menteri Muda Kehutanan (melekat pada Departemen Pertanian & Kehutanan)

Nurmahmudi Ismail

25 Menteri Muda Percepatan Pembangunan Kawasan Timur Indonesia (melekat pada Menko Polsoskam)

Manuel Kaisiepo

26. Menteri Muda Urusan Restrukturisasi Ekonomi Nasional (melekat pada Menteri Perekonomian)

Cacuk Sudarijanto

Sumber: Kompas, 24 Agustus 2004

Pengumumam kabinet baru ini disambut dengan rasa terkejut dan

kecewa oleh sejumlah tokoh politik. Kompetensi personalia yang diragukan,

dan kurang dilibatkannya wakil partai-partai politik dalam komposisi kabinet,

dikhawatirkan akan menyulitkan dukungan parlemen terhadap kabinet yang

baru dibentuk (P.N.H. Simanjuntak, 2003: 432). Dari susunan Kabinet tersebut

ada dua menteri yang menuai kritik karena dinilai tidak tepat menduduki posisi

tersebut. Salah satunya seperti pernyataan Arief Budiman (2010: 126) yang

menyatakan bahwa:

Indonesia kini menghadapi dua persoalan yang saling berkaitan: krisis ekonomi dan krisis politik. Krisis ekonomi Indonesia sukar diatasi tanpa keadaan politik membaik sampai pada tingkat yang bisa diterima investor. Sebaliknya krisis politik sangat tergantung pada perbaikan keadaan ekonomi. Yang membingungkan adalah karena pada dua bidang ini ditunjuk dua orang yang dianggap lemah untuk memimpin dua kementrian yang strategis. Yang pertama, Priyadi Praptosoehardjo. Menteri keuangan yang baru, kawan dekat Gus Dur yang tidak lulus fit and proper test dari Bank Indonesia ketika mau diangkat jadi Direktur Utama BRI. Nama kedua adalah Prof. Moh. Mahfud M.D. sebagai Menteri Pertahanan. Guru Besar Universitas Islam Indonesia di Yogyakarta ini adalah ahli hukum yang tidak punya pengalaman bekerja di lembaga militer. Untuk menjawab banyaknya kritik dan pernyataan serupa, presiden

menjelaskan bahwa Mahfud sebagai Menteri Pertahanan walaupun tidak

Page 57: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

memiliki pengalaman, namun Mahfud M. D. merupakan ahli dalam reformasi

hukum, karena hal itulah maka Mahfud dipilih untuk posisi Menhan karena

menurut pandangan presiden tantangan utama yang dihadapi oleh militer dan

polisi adalah reformasi hukum dan merapikan yurisdiksi hukum. Sedangkan

pembelaan presiden terhadap dipilihnya Prijadi sebagai Menteri Keuangan

karena presiden telah mengenal Prijadi selama 16 tahun dan merasa yakin

bahwa integritasnya tidak diragukan. Bahkan presiden menyatakan Prijadi

menjadi korban pertarungan politik dalam Bank Sentral yang dipimpin oleh

Syahril Sabirin dan kolega-koleganya yang kesemuanya diangkat oleh

Soeharto (Greg Barton, 2010: 431-432).

Pada tanggal 26 Agustus 2000, para Menteri-menteri Kabinet

Persatuan Nasional kedua dilantik dan diambil sumpahnya oleh Wakil Presiden

Megawati Soekarnoputri di saksikan Presiden Abdurrahman Wahid di Istana

Negara. Acara pelantikan ini berlangsung tanpa ada kata pengantar atau

sambutan dari presiden. Dalam Kabinet Persatuan Nasional II ini, hampir

seluruh Menteri berasal dari Kabinet Persatuan Nasional I dan hanya 8 Menteri

baru, yaitu Rizal Ramli, Mahfud M.D., Prijadi Praptosoeharso, Bungaran

Saragih, Purnomo Yusgiantoro, I Gde Ardhika, Manuel Kaisiepo, dan Cacuk

Sudarijanto. (P.N.H. Simanjuntak, 2003: 432)

Pembentukan Kabinet Persatuan Nasional II memperburuk hubungan

antara presiden dengan DPR. Ketika kasus Buloggate dan Bruneigate mencuat

ke permukaan, sejumlah 236 anggota DPR mengusulkan kepada DPR untuk

mengadakan hak angket dengan pembentukan panitia khusus (Pansus) untuk

menyelidiki kasus dana milik Yayasan Yanatera Bulog dan kasus dana bantuan

dari Sultan Brunei Darusalam kepada presiden Abdurrahman Wahid. Usulan

itu kemudian dibahas dalam rapat paripurna DPR, tanggal 28 Agustus 2000

(Mahfudz Sidiq, 2003:253).

Kasus Bulog adalah kasus bobolnya 35 miliar rupiah Yayasan Dana

Kesejahteraan (Yanatera) Bulog yang melibatkan orang yang dikenal sebagai

teman presiden Abdurrahman Wahid, Suwondo. Kasus ini dikaitkan dengan

Abdurrahman Wahid karena, selain melibatkan Suwondo, sebelum dana itu

Page 58: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

bobol ada peristiwa yang mendahuluinya, yakni bertemunya para pelaku

dengan Abdurrahman Wahid.

Wakil Kepala Bulog Sapuan dengan ditemani Suwondo, bertemu dengan Gus Dur dikantornya. Tidak jelas, apakah mereka datang karena dipanggil Gus Dur atau atas inisiatif mereka sendiri. Tetapi ketika itu Gus Dur menanyakan pada Sapuan, apakah ada dana di Bulog yang bisa dimanfaatkan oleh pemerintah untuk mengatasi pergolakan di Aceh. Sapuan mengatakan bahwa ada dana di Yanatera Bulog, tetapi pengeluarannya harus dengan perintah Kepala Bulog, Jusuf Kalla, yang ketika itu merangkap juga sebagai Menteri Perdagangan dan Perindustrian. Ketika pada akhirnya diperoleh informasi bahwa, menurut Jusuf Kalla, dana bisa dikeluarkan asalkan ada Keputusan Presiden untuk itu, Gus Dur mengatakan ‘tidak jadi’ menggunakan dana Bulog. Gus Dur tidak mau menggunakan dana Bulog jika harus dengan Kepres. Tetapi, beberapa waktu setelah itu, ternyata dana Bulog sebesar 35 miliar rupiah bisa cair tanpa Kepres dan tanpa sepengetahuan Jusuf Kalla…” (Moh. Mahfud M. D., 2010:96).

Pada awal Mei 2000, Abdurrahman Wahid mendengar dari orang

yang bekerja di Bulog bahwa uang dalam jumlah yang cukup besar, sebesar 35

miliar telah hilang dari rekening cadangan. Ia juga mendengar bahwa orang

yang diserahi uang itu adalah Suwondo bekas tukang pijit presiden untuk

beberapa lama. Jelas Suwondo telah mendatangi Bulog dan mengatakan bahwa

ia mengambil uang karena presiden memerintahkannya sebagai utusan

khususnya. Sebagian besar dari uang tersebut dapat diperoleh kembali dalam

beberapa bulan walaupun Suwondo sendiri menghilang dan bersembunyi.

(Grag Barton, 2010: 401)

Presiden Abdurrahman Wahid bereaksi keras atas tuduhan

keterlibatannya pada kasus hilangnya dana Bulog atau kasus Buloggate,

Abdurrahman Wahid menjawab bahwa dirinya tidak tahu tentang pembobolan

dana Bulog. Oleh Karena itu, Abdurrahman Wahid meminta agar kasus

tersebut diselesaikan secara hukum dan siap diperiksa sewaktu-waktu. Keadaan

menjadi rumit ketika Presiden Abdurrahman Wahid mengatakan bahwa dia

tidak lagi membutuhkan dana Bulog untuk mengatasi pergolakan di Aceh

karena telah ada bantuan dana dari Sultan Brunei Darussalam. Disini

Abdurrahman Wahid telah melakukan kekeliruan dalam memberikan

Page 59: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

penjelasan sebab dana bantuan dari Brunei itu sebenarnya adalah dana bantuan

keluarga Sultan melalui Ario Wowor yang kemudian disalurkan melalui Gus

Dur pribadi. Benar saja, keterangan Gus Dur tentang adanya bantuan dana dari

Brunei itu memperuncing perdebatan karena sebelumnya tidak pernah disebut-

sebut. Menurut parpol-parpol di DPR, seharusnya dana tersebut dilaporkan ke

kas negara dan penggunaannya harus dipertanggungjawabkan (Moh. Mahfud

M.D., 2010:98).

Menurut catatan Majalah Tempo (2001 : 38-41), dana yang berasal

dari keluarga Sultan Brunei dalam kasus Bruneigate diperoleh melalui

perantara seorang pengusaha bernama Ario Wowor yang dekat dengan

Presiden Wahid. Keluarga Sultan Brunei memberikan dana tersebut untuk

tujuan kemanusiaan di Indonesia. Ario Wowor menyampaikan kepada presiden

Wahid mengenai bantuan tersebut, Selanjutnya presiden menganjurkan H.

Masnuh seorang bendahara NU untuk menangani bantuan tersebut.

Tanggal 5 September 2000, dengan keputusan DPR-RI No.

05/DPRRI/2000-2001, DPR membentuk Panitia Khusus (Pansus) untuk

mengadakan penyelidikan terhadap keterlibatan Presiden Abdurrahman Wahid

dalam kasus milik Yanatera Bulog dan kasus dana bantuan Sultan Brunei.

Pansus yang beranggotakan 50 orang tersebut diketuai oleh Bachtiar

Chamsyah dari Fraksi PPP. Meski pembentukan Pansus dinilai illegal oleh

presiden, namun DPR dalam Rapat Paripurnanya tanggal 29 Januari 2001

menerima laporan hasil kerja Pansus secara aklamasi. Dalam kesimpulannya

pansus menyatakan bahwa presiden patut diduga berperan dalam pencairan dan

penggunaan dana Yanatera Bulog, serta presiden inkonsistensi dalam

pernyataannya mengenai aliran dana dari Sultan Brunei. Rapat Paripurna DPR

tersebut diwarnai aksi walk out-nya 6 orang anggota Fraksi Kebangkitan

Bangsa yang tidak setuju rapat diteruskan. (P.N.H. Simanjuntak, 2003:437)

Sidang paripurna DPR pada tanggal 1 Februari 2001 dengan agenda

mendengarkan pandangan umum fraksi-fraksi atas laporan kerja pansus

buloggate dan bruneigate, menghasilkan keputusan menyetujui dan menerima

laporan hasil kerja pansus Buloggate dan Bruneigate. Pada pukul 22.15 Sidang

Page 60: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

paripurna DPR akhirnya menjatuhkan memorandum I kepada presiden yang

dinilai melanggar haluan negara dan tidak bebas KKN. Memorandum tersebut

dikeluarkan berdasar pasal 7 TAP MPR No. III/MPR/1978, yang menyangkut

DPR RI dapat menyampaikan memorandum untuk mengingatkan presiden.

Dalam hal ini menurut penilaian DPR, Presiden Abdurrahman Wahid telah

melanggar haluan negara, yaitu Pasal 9 UUD 1945 tentang sumpah jabatan,

dan melanggar TAP MPR No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan negara

yang bersih dan bebas KKN (Mahfudz Sidiq, 2003 : 253).

Tanggal 20 April 2001, pada suatu konferensi internasional penting di

Istana Bogor yang terdiri dari orang-orang penting Indonesia dan dihadiri oleh

ratusan pengusaha nasional dan internasional, pada kesempatan itu presiden

mengatakan bahwa ia khawatir akan kekerasan apabila ia dicopot dari

jabatannya karena ada 400.000 orang akan siap menyerbu Jakarta. Pernyataan

presiden ini menunjukan bahwa ia mendukung orang-orang itu ke ibu kota. Hal

ini serupa dengan pernyataan Alvin Lie (Mei 2001:22) mengungkapkan :

Instead of showing goodwill in heeding and obeying the censuring memorandum, Wahid has been showing signs of retaliation. In limited meetings he has expressed his desire to declare a state of emergency and dissolve the parliament. He, also, has not shown a concerted effort in preventing and halting his fanatical supporters in East Java from mass violence, destruction and human rights violations. In fact, his remarks can be interpreted as condoning mass terrorism as a form of political blackmail on parliament in order to retract the memorandum. In front of an international audience in Jakarta, Wahid even made a statement that should he be removed from office before his term ends in 2004, 400,000 of his supporters will stage a national rebellion. It is evident that Wahid is attempting to shore up his power through very undemocratic means.

Yang dapat di artikan sebagai berikut:

Bukannya menunjukkan iktikad baik untuk mengindahkan dan mematuhi memorandum, Wahid justru menunjukkan sikap perlawanan. Dalam pertemuan terbatas ia telah menyatakan keinginannya untuk menyatakan keadaan darurat dan membubarkan parlemen. Dia juga belum menunjukkan upaya terpadu dalam mencegah dan menghentikan kekerasan massa, perusakan dan pelanggaran HAM yang dilakukan pendukung fanatiknya di Jawa Timur. Bahkan, pernyataannya dapat diartikan sebagai memaafkan

Page 61: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

terorisme massa sebagai bentuk politik pemerasan di parlemen untuk menarik kembali memorandum tersebut. Di hadapan sebuah pertemuan internasional di Jakarta, Wahid bahkan membuat pernyataan apabila ia harus diberhentikan sebelum masa jabatannya berakhir pada tahun 2004, 400.000 pendukungnya akan melancarkan pemberontakan nasional. Jelas bahwa Wahid berusaha untuk menopang kekuasaannya melalui sarana yang sangat tidak demokratis.

Pada tanggal 28 Maret 2001, presiden Abdurrahman Wahid

menyampaikan jawaban tertulis atas memorandum I dihadapan Sidang

Paripurna DPR yang dibacakan Menteri Kehakiman dan HAM Baharudin

Lopa. Dalam jawabanya yang dibacakan Baharuddin Lopa, Abdurrahman

Wahid menerima memorandum sebagai kenyataan politik yang tidak dapat

dihindarkan. Namun, presiden Wahid tidak menerima isi memorandum

tersebut karena tidak memenuhi alasan konstitusional. Dalam jawabannya

tersebut presiden tetap menyatakan dirinya tidak bersalah atas dugaan kasus

buloggate dan bruneigate (P.N.H Simanjuntak, 2003 : 438-439).

Terkait jawaban Presiden Wahid atas memorandum I, Mahfudz Sidiq

(2003 : 254) mengungkapkan pandangan umum sebagian besar fraksi-fraksi di

DPR tidak puas atas jawaban presiden dan menilai Presiden Wahid menolak

atau mengabaikan memorandum I. Dalam rapat paripurna DPR tanggal 30

April 2001 menghasilkan keputusan dikeluarkannya memorandum II bagi

Presiden Abdurrahman Wahid setelah melewati voting dengan hasil 363 angota

menyatakan setuju, 52 tidak setuju dan 42 abstain. Presiden diberi waktu satu

bulan untuk memperhatikan memorandum II tersebut, sebelum rapat paripurna

berikutnya memutuskan apakah fraksi-fraksi bisa menerima perubahan kinerja

yang dilakukan presiden atau tidak. Apabila DPR bisa menerima perubahan

yang dilakukan presiden, maka selesailah peringatan tersebut. Namun apabila

DPR menganggap tidak, maka DPR bisa mengundang MPR untuk

menyelenggarakan Sidang Istimewa.

Pada tanggal 28 Mei 2001 Jaksa Agung menyampaikan hasil

penyelidikan Kejaksaan Agung mengenai kasus buloggate dan bruneigate ke

pimpinan DPR. Dalam kasus ini Kejaksaan Agung menyatakan Presiden

Page 62: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Abdurrahman Wahid tidak terbukti terlibat dalam kedua kasus tersebut (P.N.H.

Simanjuntak, 2003 : 441).

Pada tanggal 29 Mei 2001 Presiden Abdurrahman Wahid menjawab

Memorandum II melalui surat yang ditujukan pada pimpinan DPR. Surat

jawaban presiden setebal tiga halaman dan lampiran setebal 33 halaman

disampaikan oleh Menko Polkam Susilo Bambang Yudoyono kepada ketua

DPR Akbar Tanjung. Dalam suratnya presiden Wahid menyimpulkan bahwa

landasan hukum memorandum II belum jelas, presiden juga menegaskan

berdasarkan TAP MPR No. III tahun 1978 tidak ada keharusan untuk

menjawab memorandum, karena sifatnya hanya peringatan. Menurut presiden

Wahid isi dari memorandum II tidak jelas dan telah keluar dari substansi

memorandum I yang mempersoalkan kasus bulog dan bantuan dari sultan

brunei. Dalam jawabannya terhadap memorandum II dilampirkan juga Surat

dari jaksa agung Marzuki Darusman yang menyatakan Presiden Abdurrahman

Wahid tidak terlibat dalam kasus penyelewengan dana Bulog dan dana bantuan

dari Sultan Brunei. Jawaban Presiden Wahid ini menimbulkan reaksi keras di

kalangan DPR ( Mahfudz Sidiq, 2003 : 454).

Pada tanggal 30 Mei 2001 rapat paripurna DPR yang dipimpin Wakil

Ketua DPR Soetardjo Soerjogoeritno (F-PDIP) secara resmi meminta MPR

melaksanakan Sidang Istimewa dengan agenda meminta pertanggungjawaban

presiden. Hasil rapat paripurna dituangkan dalam surat keputusan DPR No.

51/DPR RI/IV/2000-2001, DPR menyatakan bahwa Presiden Abdurrahman

Wahid tidak mengindahkan memorandum II yang isinya menganggap presiden

telah melanggar haluan negara yaitu melanggar UUD 1945 Pasal 9 tentang

sumpah jabatan dan Tap MPR No. XI/MPR/1998 Tentang Penyelenggaraan

Negara yang Bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (P.N.H. Simanjuntak,

2003 : 443).

Menindaklanjuti permintaan DPR, pada tanggal 31 Mei 2001

diadakan rapat pimpinan MPR dan rapat konsultasi pimpinan MPR dengan 11

pimpinan Fraksi MPR (P.N.H. Simanjuntak, 2003 : 444). Mahfudz Sidiq

(2003:255) menyebutkan rapat pimpinan MPR memutuskan Badan Pekerja

Page 63: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

MPR akan melakukan rapat dimulai pada tanggal 1 Juni 2001 untuk

mempersiapkan agenda Sidang Istimewa MPR. Rapat Pimpinan MPR juga

memutuskan Sidang Istimewa MPR akan dilaksanakan pada tanggal 1 Agustus

2001.

Pada awal Juli, Presiden Abdurrahman Wahid berinisiatif untuk

bertemu dengan enam partai besar yakni PDI-Perjuangan, Golkar, PPP, PKB,

PAN, dan PBB di Istana Bogor. Namun, pertemuan ini gagal, karena hanya

Ketua Umum PKB Matori Abdul Djalil yang datang. Seperti yang dimuat

Media Indonesia tanggal 10 Juli 2001 yang berjudul “Pertemuan Wahid-Parpol

Gagal” sebagai berikut:

...Pertemuan Presiden Abdurrahman Wahid dan para pemimpin Parpol di Istana Bogor, kemarin Gagal. Presiden kemudian memberikan batasan waktu sampai 20 Juli 2001 kepada DPR/MPR untuk melakukan rekonsiliasi. Jika tidak, dekrit dalam keadaan bahaya akan dikeluarkan. Penegasan itu disampaikan Presiden Wahid dalam keterangan pers Di Istana Bogor, kemarin. Wahid berada di dalam Istana Bogor dalam rangka silaturahmi dengan pimpinan parpol. Dari ketua umum enam parpol besar yang diundang –PDI-Perjuangan, Golkar, PPP, PKB, PAN, dan PBB—hanya Ketua Umum PKB Matori Abdul Djalil yang datang. “karena tidak ada yang datang, dengan ini saya tegaskan pertemuan gagal, karena pihak parpol tidak bersedia datang, bukan pihak pemerintah,” tegas Wahid diawal keterangannya…

Menanggapi pernyataan dari Presiden Abdurrahman Wahid yang akan

memberlakukan Dekrit, MPR melalui tujuh Fraksi sepakat menggelar rapat

pleno. Seperti yang diungkapkan Media Indonesia tanggal 18 Juli 2001 dengan

judul “Tujuh Fraksi Sepakat Gelar Rapat Pleno 20 Juli 2001” yaitu:

…Tujuh Fraksi MPR sepakat Gelar Rapat Pleno fraksi pada 20 Juli nanti. Bertepatan dengan rencana Presiden Abdurrahman Wahid mengumumkan dekrit negara dalam keadaan bahaya dan pembubaran MPR/DPR. Tujuh fraksi itu adalah Fraksi Partai Golkar, PPP, Reformasi, PDI-P, Perserikatan Daulatul Ummah, Bulan Bintang, dan Utusan Golongan. “Insya Allah, tanggal 20 Juli, fraksi-fraksi akan mengadakan pertemuan di tempat masing-masing di Gedung MPR ini, untuk

Page 64: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

mengantisipasi kemungkinan dikeluarkannya Dekrit Presiden,” tegas Ketua MPR Amien Rais… Amien Rais mengulang lagi bahwa kalau Presiden berani mengeluarkan dekrit, dua jam setelah itu, pimpinan MPR akan mengundang anggota untuk Rapat Paripurna. Rapat Paripurna itu untuk menentukan SI dan jadwalnya, sekaligus meminta Presiden memenuhi kewajiban hadir di SI… Pada tanggal 20 Juli 2001 suasana politik ditanah air semakin

memanas. Pada hari itu sekitar pukul 17.30 WIB di Istana Negara, presiden

Abdurrahman Wahid melantik Komisaris Jendral Chaeruddin Ismail sebagai

Pemangku Jabatan Sementara Kapolri dengan pangkat Jendral. Pelantikan ini

segera dijadikan alasan oleh pimpinan MPR pada malam harinya untuk

melaksanakan sidang paripurna dalam rangka Sidang Istimewa pada tanggal 21

Juli 2001. Pada tanggal 21 Juli 2001 sidang paripurna MPR digelar dan

memutuskan sidang istimewa dipercepat dan dilaksanakan pada hari itu juga.

Sebagian besar fraksi setuju untuk melakukan percepatan sidang istimewa

karena presiden dinilai telah melanggar Ketetapan MPR No. VII/MPR/2000

dalam memberhentikan Kapolri Jendral Surojo Bimantoro lalu

menggantikannya dengan Komisaris Jendral Chaeruddin sebagai PJS Kapolri

dengan pangkat Jendral (P.N.H Simanjuntak, 2003: 447).

C. Proses Terjadinya Dekrit Presiden Abdurrahman Wahid 23 Juli 2001

Pada 20 Juli 2001 setelah pelantikan Jendral Chaerudin, Amien Rais

mengadakan rapat diruang kerjanya di gedung parlemen. Amien Rais memimpin

rapat yang dihadiri sekitar 20 legislator untuk menanggapi pelantikan Cheruddin

Ismail. Keputusan rapat diungkapkan Amien Rais dalam Andreas Harsono (2009:

4) menyatakan:

… Besok, Sabtu 21 Juli, mulai pukul 10.00 pagi kami mengundang seluruh anggota majelis untuk mengadakan rapat paripurna dalam rangka Sidang Istimewa MPR. …Pengangkatan Cheruddin Ismail dapat membuat institusi kepolisisan retak dan pecah sehingga mengganggu keamanan.

Page 65: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Amien Rais juga menyatakan bahwa Sidang Istimewa MPR akan

dimajukan pada 23 Juli. Namun pada sidang paripurna MPR tanggal 21 Juli 2001

memutuskan bahwa Sidang Istimewa MPR dilaksanakan pada hari itu juga. Dari

600 anggota MPR yang hadir dalam rapat paripurna, 592 di antaranya setuju

melakukan percepatan Sidang Istimewa MPR. Pendapat Fraksi-fraksi terhadap

pelaksanaan Sidang Istimewa MPR-RI dapat dilihat pada lampiaran III. Dan

beberapa saat kemudian, rapat pleno telah menjelma menjadi sebuah Sidang

Istimewa, yang direncanakan berlangsung sampai 29 Juli.

Pada Minggu 22 Juli 2001, dijadwalkan fraksi-fraksi di MPR akan

menyiapkan materi rapat. Di luar persidangan, direncanakan pula akan terjadi

pertemuan para pemimpin partai politik di rumah dinas Wakil Presiden Megawati,

Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat. Selanjutnya, Megawati Soekarnoputri

mempersilahkan Amien Rais, Ketua Partai Amanat Nasional sekaligus Ketua

MPR, maupun Akbar Tanjung, Ketua Partai Golongan Karya sekaligus Ketua

DPR, untuk memberitahu wartawan Hasil pertemuan itu yang dikutip oleh

Andreas Harsono (2009:16), Amien Rais menyatakan :”…tidak berapa lama lagi

Indonesia akan melihat sebuah kepemimpinan nasional yang baru, Insya Allah itu

semua tergantung Allah, kami semua disini sudah bersepakat untuk memberikan

dukungan moral kepada ibu Megawati Soekarnoputri”.

Pernyataan yang dibuat oleh Amien Rais tersebut dinilai oleh presiden

Abdurrahman Wahid sebagai ajakan untuk adu kekuatan, dan tidak mau

melakukan kompromi politik, ini dapat dilihat dalam pernyataan presiden dalam

pidatonya pada malam harinya, yang dikutip oleh P. H. Simanjutak (2003: 450).

Presiden Abdurrahman Wahid menyatakan:

”…Ini saya berarti akan diturunkan oleh mereka. Itu namanya sudah mengajak adu kekuatan. Sudah tidak mencari kompromi politik lagi. Belum ada sidang, arahnya sudah kesana. Oleh karena itu, tidak bisa lain. Kalau memang sudah politis, adu kuat. Ya mari adu kuat. Kekuatan siapa yang menang. Saya jamin tidak ada tindakan kekerasan dari masyarakat. Karena itu, saya juga minta aparat keamanan tidak menembak siapapun,” kata presiden.

Page 66: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Menanggapi keputusan MPR tentang pelaksanaan Sidang istimewa pada

tanggal 29 Juli tersebut, tepat pukul 01:05 WIB Senin, tanggal 23 Juli 2001

dinihari, Presiden KH. Abdurrahman Wahid, di Istana Merdeka Jakarta, berpidato

dan menyatakan akan memberlakukan dekrit, beliau mengatakan bahwa itu bukan

tindakan yang menyenangkan tetapi dia harus mengambil tindakan untuk

keselamatan negara. Presiden meminta agar TNI dan Polri mengamankan

pelaksanaan dekrit (Andreas Harsono, 2009:36). Isi lengkap Dekrit dibacakan

oleh salah satu juru bicara presiden yaitu Yahya C. Staquf yaitu: (1) Membekukan

MPR dan DPR, (2) Mengembalikan kedaulatan ketangan rakyat dan mengambil

tindakan serta menyusun badan yang diperlukan untuk menyelenggarakan

pemilihan umum dalam waktu satu tahun, (3) Menyelamatkan gerakan Reformasi

total dari hambatan unsur-unsur Orde Baru dengan membekukan Partai Golkar

sambil menunggu keputusan Mahkamah Agung. Isi dekrit dapat dilihat pada

lampiran IV

Setelah dibacakannya Dekrit atau Maklumat Presiden, malam itu juga,

Akbar Tanjung meminta Fatwa kepada Mahkamah Agung yang menilai

keabsahan Maklumat itu, sedangkan MPR memutuskan untuk menggelar Sidang

Istimewa. Karena situasi politik yang mendahului, MA sendiri sejak sehari

sebelumnya, memang sudah diminta bersiap pada malam itu untuk bersidang dan

segera memberi fatwa. Begitu juga dengan MPR yang para anggotanya telah lama

dikumpulkan di Jakarta untuk sewaktu-waktu hadir jika Sidang Istimewa

diselenggarakan secara mendadak (Moh. Mahfud M.D., 2010:210).

Menanggapi di keluarkannya Dekrit Presiden Kapuspen TNI Marsda TNI

Graito Usodo menegaskan bahwa TNI tidak mendukung pemberlakuan dekrit

tersebut, dengan tidak akan melaksanakan perintahah presiden dan tetap akan

mengamankan pelaksanaan Sidang Istimewa Majelis Permusyawaratan Rakyat.

(Media Indonesia, 23 Juli 2001) Hanya delapan jam setelah Dekrit diumumkan

presiden, Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidang dan memberhentikan

Presiden. (Tjipta Lesmana, 2009: 215).

Page 67: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

D. Dampak Yang Timbul Atas Dikeluarkannya Dekrit 23 Juli 2001

Dekrit yang dikeluarkan oleh Abdurrahman Wahid merupakan puncak

Kontroversi dan Konflik antara presiden dan DPR/MPR. Dekrit yang dikeluarkan

presiden tidak dapat dilaksanakan, dikarenakan tidak didukung oleh TNI dan Polri

serta tidak didukung oleh Mahkamah Agung. Adapun dampak dari

dikeluarkannya Dekrit 23 Juli 2001 adalah sebagai berikut:

1. Pencabutan Mandat dan Pemberhentian Presiden Abdurrahman Wahid oleh

MPR RI

Dikeluarkannya dekrit menuntut lembaga-lembaga negara untuk

mengeluarkan sikap. DPR selaku pihak yang terkait langsung dengan isi

dekrit presiden berinisiatif untuk memakzulkan (impeachment) presiden

Abdurrahman Wahid melalui sidang istimewa MPR. Untuk landasan

hukumnya, DPR mengajukan permohonan kepada MA untuk mengeluarkan

fatwa/keputusan MA terkait dengan dikeluarkannya dekrit. Rodjil Ghufron

(2001 : 124-126) menyebutkan MA selaku lembaga yudikatif yang

memegang kekuasaan kehakiman mengeluarkan fatwa/keputusan MA

nomor KMA/419/VII/2001 tertanggal 23 Juli 2001 dimana Mahkamah

Agung memberikan pertimbangan hukum terkait dikeluarkannya dekrit,

yang isinya sebagai berikut:

a. Dalam hal Pembekuan MPR-RI dan DPR-RI, Mahkamah Agung

berpendapat bahwa berdasarkan Penjelasan UUD 1945 angka VII

dibawah sub Judul Kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat yang

menyatakan kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat itu kuat. Kemudian

berdasarkan pasal 2 UUD 1945 beserta penjelasan umum sub judul VII

dan berdasarkan Bab II bagian pertama pasal 2 UU-RI No. 4 tahun 1999

tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR, dan DPRD yang

menyatakan bahwa anggota DPR karena kedudukannya adalah juga

anggota MPR. Kemudian berdasar penjelasan umum UUD 1945 sub

judul III tentang kekuasaan negara yang tertinggi ditangan MPR yang

menyatakan bahwa presiden diangkat, tunduk dan bertanggungjawab

Page 68: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

kepada MPR. Oleh karena itu, ditinjau dari segi hukum presiden tidak

bisa membekukan DPR-RI, apalagi membekukan MPR-RI.

b. Dalam hal pembentukan badan guna menyelenggarakan pemilihan

umum dalam waktu satu tahun, MA berpendapat:

Mengenai pembentukan badan guna menyelenggarakan pemilihan

umum dalam jangka waktu satu tahun merupakan kewenangan MPR-RI

berdasarkan ketetapan No. XIV/MPR/1998 tentang perubahan dan

tambahan atas ketetapan MPR No. III/MPR/1988 tentang pemilihan

umum dan penanggung jawaban pemilihan umum adalah presiden

berdasar UU No. 3 tahun 1999 tentang pemilu.

c. Dalam hal pembentukan Partai Golongan Karya, MA berpendapat :

Berdasarkan pasal 17 ayat (2) UU no. 2 tahun 1999 tentang partai

politik yang berwenang untuk membekukan partai adalah Mahkamah

Agung. Sehingga tindakan membekukan partai Golkar oleh presiden

merupakan tindakan mencampuri kewenangan badan peradilan. Selain

itu, alasan presiden untuk membekukan partai Golkar tidak jelas. Oleh

karena itu, pembekuan tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum. Atas

pertimbangan hukum diatas, MA Republik Indonesia berpendapat

bahwa dikeluarkannya Dekrit Presiden tertanggal 23 Juli 2001 adalah

bertentangan dengan hukum.

Setelah Fatwa dari MA telah didapat, DPR yang juga menjadi

anggota MPR membawa permasalahan dekrit ini ke sidang istimewa MPR

pada tanggal 23 Juli 2001. Dalam persidangan di sidang istimewa MPR

menghasilkan beberapa ketetapan yang terkait dengan dekrit presiden

Abdurrahman Wahid dan jabatan yang dipegangnya. Pagi hari tanggal 23

Juli 2001, MPR menggelar sidang istimewa dipimpin langsung oleh Ketua

MPR Amien Rais. Dalam persidangan ini, dari 601 anggota MPR yang

hadir, 599 anggota menolak Maklumat Presiden dan hanya ada dua anggota

abstain. Sikap resmi MPR ini dituangkan ke dalam Ketetapan MPR

No.1/MPR/2001 tentang Sikap MPR RI terhadap Maklumat Presiden

Republik Indonesia tanggal 23 Juli 2001. Dalam Tap MPR tersebut

Page 69: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

dinyatakan bahwa Maklumat Presiden Republik Indonesia tanggal 23 Juli

2001 adalah tidak sah karena bertentangan dengan hukum dan tidak

mempunyai kekuatan hukum ( P.N.H. Simanjuntak, 2003:453).

Setelah menetapkan ketetapan MPR No. I/ MPR/2001 yang berisi

sikap MPR RI terhadap maklumat presiden 23 Juli 2001 kemudian

dilanjutkan sidang paripurna dalam agendanya meminta pertanggung

jawaban presiden karena dianggap mengabaikan memorandum I,

memorandum II, dan dikeluarkannya maklumat yang pada dasarnya dekrit

presiden 23 Juli 2001 jam 01.05 WIB. Pada sidang paripurna tersebut

Presiden Abdurrahman Wahid menolak keberadaan sidang istimewa karena

dianggap tidak konstitusional dan menyatakan tidak akan menghadirinya (

Media Indonesia, 24 Juli 2001).

Mulyanto, dkk (2010 : 116) menyebutkan hasil dari Sidang

paripurna ini menghasilkan ketetapan MPR RI No. II/MPR/2001 tentang

Pertanggung jawaban Presiden Republik Indonesia K.H. Abdurrahman

Wahid. Dalam pasal 1 Ketetapan MPR ini menyatakan ketidak hadiran dan

penolakan presiden untuk memberikan pertanggung jawaban dalam sidang

istimewa MPR RI tahun 2001 serta penerbitan maklumat presiden tanggal

23 Juli 2001 sungguh-sungguh melanggar haluan negara. Kemudian dalam

pasal 2 menyatakan memberhentikan K.H. Abdurrahman Wahid sebagai

presiden dan mencabut serta menyatakan tidak berlaku lagi Ketetapan MPR

RI No. VII/MPR/1999 tentang pengangkatan presiden Republik Indonesia.

Dengan diterbitkannya ketetapan MPR No. II/MPR/2001 maka

Abdurrahman Wahid resmi diberhentikan sebagai presiden RI mandataris

MPR pada tanggal 23 Juli 2001

2. Penetapan Megawati Soekarnoputri Sebagai Presiden dan Terpilihnya

Hamzah Haz Sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia

Ketetapan MPR No. II/MPR/2001 yang memberhentikan

Abdurrahman Wahid sebagai presiden membuka peluang bagi Megawati

selaku wakil presiden untuk menduduki jabatan presiden yang kosong.

Page 70: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Berdasarkan peraturan pasal 8 UUD 1945 yakni Jika Presiden mangkat,

berhenti, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya,

ia diganti oleh Wakil Presiden ( Mulyanto dkk, 2010 : 117).

P.N.H Simanjuntak (2003 : 454) menyatakan penetapan Megawati

Soekarnoputri sebagai presiden menggantikan Abdurrahman Wahid diatur

dalam Ketetapan MPR No. III/ MPR/ 2001. Isi dari ketetapan tersebut

adalah :

a. Menetapkan Wakil Presiden Republik Indonesia Megawati

Soekarnoputri sebagai presiden Republik Indonesia

menggantikan K.H. Abdurrahman Wahid (Pasal 1).

b. Masa jabatan Presiden Republik Indonesia sebagaimana mana

diatur dalam pasal 1 ketetapan ini adalah terhitung sejak

diucapkannya sumpah atau janji di hadapan Rapat Paripurna

Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia sampai

habis sisa masa jabatan Presiden Republik Indonesia 1999-

2004 (pasal 2).

c. Dengan ditetapkannya Ketetapan MPR RI tentang Penetapan

Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden

Republik Indonesia ini, maka Ketetapan MPR No VIII/ MPR/

1999 tentang Pengangkatan Wakil Presiden Republik

Indonesia dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

Megawati Soekarnoputri dilantik sebagai presiden pada pukul 17.30

dalam rapat paripurna keempat Sidang Istimewa MPR tanggal 23 Juli 2001.

Beberapa jam usai dilantik, Presiden Megawati Soekarnoputri menyatakan

kabinet Persatuan Nasional dalam status demisioner terhitung hari selasa

dini hari pukul 00.00 WIB. Ia tetap meminta para menteri tetap

melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya. Ia juga meminta menteri tidak

mengambil keputusan dan kebijakan prinsipil sampai susunan kabinet

terbaru terbentuk ( Kompas, 24 juli 2001 hal 1).

Setelah Megawati dilantik sebagai Presiden, MPR pun segera

menyelenggarakan pemilihan wakil presiden untuk mendampingi Megawati.

Page 71: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Muncul lima calon wakil presiden yakni, Hamzah Haz, Akbar Tanjung,

Susilo Bambang Yudhoyono, Agum Gumeler dan Siswono Yudohusodo.

Setelah melakukan voting sebanyak tiga putaran, akhirnya Hamzah Haz

terpilih menjadi wakil presiden ke- 9 pada tanggal 26 Juli 2001 setelah

memperoleh 38,8% pada putaran I, 41,7% pada putaran ke II, dan akhirnya

unggul 55,7% pada putaran ke III (www.forum.detik.com/para-wapres-ri).

Pengangkatan Hamzah Haz sebagai wakil presiden diatur dalam

ketetapan MPR RI No. IV/MPR/2001 tentang pengangkatan wakil presiden

Hamzah Haz sebagai wakil presiden dengan melanjutkan sisa masa jabatan

hingga tahun 2004 (P.N.H Simanjuntak, 2003 : 455).

3. Terjadi Perubahan Sistem Pemerintahan Presidensial

Keluarnya dekrit pada dasarnya adalah upaya terakhir yang

dilakukan oleh presiden Abdurrahman Wahid untuk menyelesaikan

perseteruan politik yang berkepanjanagan antara lembaga penyelenggara

negara yakni presiden dengan DPR/MPR yang pada akhirnya berdampak

pada upaya saling menjatuhkan antara kedua lembaga negara tersebut. Dekrit

dikeluarkan sebagai bentuk perlawanan Presiden Abdurrahman Wahid

menghadapi Sidang Istimewa MPR yang Agenda utamanya adalah

memberhentikan beliau sebagai presiden. Namun pada akhirnya dekrit

tersebut dijadikan alasan oleh MPR untuk memberhentikan Abdurrahman

Wahid sebagai presiden.

Walaupun dekrit presiden Abdurrahman Wahid tidak dapat

diberlakukan sesuai dengan keinginan beliau, dampak dari di keluarkannya

dekrit tersebut berpengaruh pada sistem pemerintahan presidensial Indonesia.

Perubahan sistem tersebut terjadi melalui perubahan dalam Undang-undang

Dasar 1945 yang di amandemen. Ada beberapa ketentuan dalam amandemen

UUD 1945 yang terkait langsung dengan isi dari dekrit presiden

Abdurrahman Wahid dan penyempurnaan ketentuan pasal-pasal yang lain

terkait dengan kekuasaan dan kewenangan presiden.

Page 72: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Undang Undang Dasar 1945 hasil amandemen mengatur adanya

pembatasan dan pembagian kekuasaan kelembagaan negara. Hal ini

berdampak terjadi perbaikan pada sistem pemerintahan presidensial

Indonesia. Berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen, Abdul Ghoffar

(2009:59-60) mengungkapkan perubahan dalam sistem pemerintahan

presidensial di Indonesia antara lain :

a. Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-

Undang Dasar (Pasal 1 Ayat 2). Berdasarkan ketentuan ini kedaulatan

tidak lagi dipegang oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat melainkan

berada ditangan rakyat dan ditentukan oleh UUD 1945. Artinya UUD

1945 yang menentukan bagian mana dari kedaulatan rakyat yang

pelaksanaannya diserahkan kepada lembaga yang keberadaan,

wewenang, tugas, dan fungsinya ditentukan oleh UUD 1945 itu sendiri

dan menentukan bagian mana kedaulatan rakyat yang langsung

dilaksanakan rakyat. Dengan kata lain, pelaksanaan kedaulatan rakyat

tidak diserahkan kepada lembaga/badan mana pun, tetapi langsung

dilaksanakan oleh rakyat melalui pemilu. Jadi, presiden dan wakil

presiden tidak lagi dipilih melalui pemungutan suara oleh MPR,

melainkan dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilu.

b. Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara

langsung oleh rakyat (Pasal 6A Ayat (1)).

Pemilihan langsung oleh rakyat dalam sistem pemerintahan

presidensial tidak hanya sekedar memberikan kesempatan yang luas

kepada rakyat untuk menetukan pilihan secara langsung, tetapi juga

memberikan bukti adanya mandat langsung dan dukungan yang nyata

dari rakyat (Saldi Isra, 2010 : 64).

c. Sistem kepartaian yang banyak (multi partai) hal ini terlihat dari Pasal

6 A Ayat (2) yang menyatakan : Pasangan calon Presiden dan Wakil

Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik

peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum.

Page 73: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Dari pasal ini kata gabungan partai politik pemilihan umum

dapat diartikan bahwa terdapat paling sedikit dua partai politik yang

menggabungkan diri untuk mencalonkan presiden untuk bersaing

dengan calon lainnya yang diusung oleh partai politik yang lain.

Dengan demikian dari pasal tersebut dapat disimpulkan sistem

kepartaian yang dianut di dalam pemilu adalah sistem multi partai

karena didalam pemilihan umum minimum terdapat paling sedikit tiga

partai politik.

d. Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama masa lima

tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama,

hanya untuk satu kali masa jabatan (Pasal 7). Presiden dan Wakil

Presiden dapat menduduki jabatannya hanya dalam dua periode.

Ketentuan ini untuk menghindari masa jabatan yang terlalu lama bagi

seorang presiden sebagaimana yang terjadi pada orde lama dan orde

baru.

Mengenai pembatasan masa jabatan presiden pada pasal 7

UUD 1945 sebelum amandemen yang berbunyi :”Presiden dan Wakil

Presiden memegang jabatannya selama masa lima tahun, dan

sesudahnya dapat dipilih kembali”, menimbulkan makna ganda

sehingga melahirkan kekuasaan yang tak terbatas. Selama pemerintahan

Soeharto, dipraktikkan setiap lima tahun presiden dapat dipilih kembali

sehingga Presiden Soeharto berkuasa sampai enam kali masa

jabatan,masing-masing pada tahun 1973, 1978, 1983,1988, 1993, dan

1998 (Chrisdianto Eko Purnomo, 2010:170).

e. Presiden tidak dapat membekukan dan/atau membubarkan Dewan

Perwakilan Rakyat (Pasal 7C).

Saldi Isra (2010:69) menjelaskan larangan ini dimaksudkan

apabila terjadi ketegangan antara Presiden dan lembaga perwakilan

rakyat maka presiden tidak berhak membubarkan lembaga perwakilan

rakyat seperti yang terjadi pada tahun 1960, ketika itu DPR Gotong

Royong menolak Rancangan APBN yang diajukan oleh pemerintah.

Page 74: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Sehingga Presiden mengambil langkah membubarkan DPR-GR.

Demikian juga dengan Presiden Abdurahman Wahid yang ketika

terancam diberhentikan oleh MPR melalui sidang istimewa, mengambil

tindakan dengan mengeluarkan dekrit yang salah satu isinya adalah

membekukan MPR dan DPR.

f. Adanya kejelasan tentang syarat dan mekanisme pemberhentian

presiden dan wakil presiden ditengah masa jabatan, Pasal 7A : Presiden

dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya

oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat atau usul Dewan Perwakilan

Rakyat, baik apabila terbukti telah melakukan pelanggaran hukum

berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak

pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti

tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.

Sebelum perubahan UUD 1945 tidak ada pengaturan

pemberhentian (impeachment) Presiden di tengah masa jabatan.

Kemungkinan pemberhentian presiden di tengah masa jabatannya

adalah berdasarkan Pasal 8 UUD 1945 yang menyatakan, jika presiden

mangkat, berhenti atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam

masa jabatannya ia digantikan oleh wakil presiden sampai habis masa

jabatannya. Selain ketentuan tersebut, Penjelasan Umum UUD 1945

menyatakan DPR dapat senantiasa mengawasi tindakan-tindakan

presiden dan jika DPR menganggap bahwa presiden sungguh

melanggar haluan negara yang ditetapkan oleh UUD dan MPR, maka

majelis itu dapat diundang untuk persidangan istimewa agar dapat

diminta pertanggungjawaban kepada presiden. Dari Penjelasan Umum

UUD 1945 tersebut, pemberhentian presiden dilakukan dalam Sidang

Istimewa MPR. Sidang tersebut dilaksanakan sangat tergantung atas

pelanggaran haluan negara yang dilakukan oleh presiden dan

permintaan DPR kepada MPR. Penjelasan UUD 1945 tersebut tidak

menyebutkan secara jelas bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh

presiden. Alasan pemakzulan presiden adalah presiden sungguh

Page 75: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

melanggar haluan negara yang telah ditetapkan oleh UUD atau oleh

MPR. Penjelasan tentang melanggar haluan negara tidak dijabarkan

secara terang. Dengan adanya ketidakjelasan tersebut, penilaian

subjektif mayoritas anggota DPR dalam pengajuan Sidang Istimewa

menjadi dominan dalam memberhentikan presiden ( Saldi Isra,

2010:68)

Berdasarkan Pasal 7B UUD 1945 Amandemen, DPR tidak bisa

secara langsung mengajukan usul pemberhentian Presiden kepada

MPR, tetapi dengan meyampaikan terlebih dahulu kepada Mahkamah

Konstitusi untuk memeriksa, mengadili, dan memutus pendapat DPR

bahwa presiden telah melakukan pelanggaran hukum atau tidak lagi

menenuhi syarat sebagai presiden. Usul DPR kepada Mahkamah

Konstitusi harus memenuhi kuorum atau dukungan sekurang-kurangnya

2/3 dari jumlah anggota DPR yang hadir dalam sidang paripurna yang

dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 jumlah anggota DPR. Jika Mahkamah

Konstitusi memutuskan bahwa presiden terbukti melakukan

pelanggaran hukum atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai presiden,

maka DPR selanjutnya mengadakan sidang paripurna untuk

meneruskan usulan pemberhentian presiden kepada MPR. Kemudian,

dalam waktu 30 hari terhitung sejak menerima usul DPR, MPR wajib

menggelar sidang istimewa untuk memutuskan usul DPR tersebut.

Keputusan MPR dilakukan dalam Rapat Paripurna MPR yang dihadiri

sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah anggota dan disetujui oleh

sekurang-kurangnya 2/3 jumlah anggota yang hadir setelah presiden

diberi kesempatan untuk memberi penjelasan dalam rapat paripurna

MPR (Mulyanto dkk, 2010:123-124).

Dalam hal memberhentikan presiden dalam masa jabatannya,

yang menjadi perhatian Mahkamah Konstitusi adalah bahwa

Mahkamah konstitusi harus memutus benar atau salahnya pendapat

DPR atas tuduhan impeachment yang ditujukan kepada presiden.

Artinya, Mahkamah Konstitusi tidak sedang mengadili presiden karena

Page 76: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

yang menjadi obyek dalam proses impeachment di Mahkamah

Konstitusi adalah Pendapat DPR. Kemudian putusan Mahkamah

Konstitusi disampaikan kepada DPR. Selanjutnya DPR

menyelenggarakan sidang paripurna untuk meneruskan usul

pemberhentian presiden dan / atau wakil presiden kepada MPR.

Lembaga MPR inilah yang akan memutus presiden dan / atau wakil

presiden akan diberhentikan dalam masa jabatannya atau tidak. Dengan

demikian, presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara

tidak akan mudah diberhentikan ( Chrisdianto Eko Purnomo, 2010 :

176-177).

Page 77: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil penelitian dalam bab sebelumnya, maka dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Latar Belakang Terjadinya Dekrit Presiden Abdurrahman Wahid disebabkan

adanya permasalahan utama yang dihadapi Abdurrahman Wahid yaitu kondisi

politik yang tidak stabil sebagai dampak dari kebijakan-kebijakan politik

presiden yang dinilai kontroversial oleh banyak kalangan khususnya

DPR/MPR, sehingga menyebabkan hubungan antara Presiden dengan

DPR/MPR menjadi tidak harmonis. Pernyataan dan kebijakan presiden yang

kontroversial dan dianggap mengecewakan oleh DPR/MPR, antara lain sering

terjadinya pergantian menteri di Kabinet Persatuan Nasional menimbulkan

ketidak senangan partai pendukung yang pernah memilih Abdurrahman Wahid,

sebab sebagian basar menteri yang duduk di kabinet berasal dari partai yang

pernah mendukung terpilihnya Abdurrahman Wahid. Kemudian adanya dugaan

keterlibatan presiden dalam kasus Buloggate dan Bruneigate, yang kemudian

dibawa ke ranah politik menghasilkan Memorandum I dan Memorandum II

yang dikeluarkan DPR untuk Presiden Abdurrahman Wahid. Dekrit presiden

Abdurrahman wahid merupakan bentuk perlawanan Presiden Abdurrahman

Wahid atas politisasi kasus Bruneigate dan Buloggate terhadap upaya

menjatuhkan Presiden Abdurrahman Wahid melalui Memorandum I dan

Memorandum II serta percepatan Sidang Istimewa MPR.

2. Proses dekrit Presiden Abdurrahman Wahid, Maklumat Presiden yang pada

dasarnya adalah sebuah dekrit yang dibacakan oleh juru bicara presiden Yahya

Staquf pada tanggal 23 Juli 2001 pukul 01.10 WIB di Istana Negara. Dekrit itu

tidak memperoleh dukungan dari lembaga negara lainnya seperti Mahkamah

Agung, Polri dan TNI, sehingga tidak dapat terlaksana sesuai dengan keinginan

Presiden Abdurrahman Wahid.

Page 78: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

3. Dampak Dikeluarkannya Dekrit Presiden Abdurrahman Wahid

a. Diberhentikannya Presiden Abdurrahman Wahid sebagai Mendataris MPR

dikarenakan dinilai melanggar hukum karena mengeluarkan dekrit, melalui

ketetapan MPR No. II/MPR/2001 tentang pertanggung jawaban Presiden

Abdurrahman Wahid.

b. Naiknya Megawati Soekarnoputri sebagai presiden Indonesia menggantikan

Abdurrahman Wahid melalui Tap MPR No. III/MPR/2001 tentang

penetapan Wakil Presiden Republik Indonesia sebagai Presiden. Dan

Terpilihnya Hamzah Haz sebagai Wakil Presiden melalui TAP MPR RI No.

IV/MPR/2001 tentang pengangkatan Wakil Presiden Republik Indonesia

c. Terjadi perubahan sistem pemerintahan presidensial, dimana presiden tidak

lagi dipilih oleh MPR, melainkan langsung dipilh oleh rakyat melalui

Pemilu. Presiden tidak bisa membekukan lembaga legislatif. Mekanisme

pemberhentian presiden oleh MPR/DPR lebih dipersulit karena

membutuhkan pembuktian dari mahkamah konstitusi.

B. Implikasi

1. Teoritis

Kehidupan politik di Indonesia tahun 1998-1999, mengalami masa

transisi dari rezim Orde Baru di bawah presiden Soeharto menuju era reformasi.

Untuk melaksanakan agenda reformasi, maka dilaksanakan pemilu pada 1999.

Pemilu pertama pada era reformasi ini berdampak pada perubahan dibidang

politik dengan ditandai banyak lahirnya partai politik baru yang ikut menjadi

peserta. Pada pemilu 1999 tidak terjadi lagi adanya dominasi mutlak suatu partai

politik dibandingkan dengan pemilu pada masa Orde Baru dimana Golkar selalu

memperoleh kemenangan mutlak dari partai lain. Anggota MPR dari Pemilu 1999

melakukan Sidang Umum pada Oktober 1999 dengan agenda pemilihan presiden

baru.

Pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid kondisi politik belum

membaik dan berdampak pada bidang lain sebagai akibat dari kebijakan dan

pernyataan-pernyataan Abdurrahman Wahid yang dianggap kontroversial. Hal ini

Page 79: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

menimbulkan konflik dengan DPR dimana sebagian besar anggota DPR berasal

dari partai politik yang awalnya mendukung Abdurrahman Wahid. Sebagian besar

anggota koalisi poros tengah antara lain Golkar, PAN, dan PPP menarik

dukungannya terhadap Abdurrahman Wahid yang kemudian mendukung

dilaksanakannya Sidang Istimewa MPR dengan Agenda memberhentikan presiden

Abdurrahman Wahid. Sebagai upaya penyelamatan, Abdurrahman Wahid

mengeluarkan Dekrit Presiden pada tanggal 23 Juli 2001. Dekrit presiden menurut

para ahli didefinisikan sebagai tindakan inkonstitusional yang bisa menjadi

konstitusional jika didukung oleh kekuatan politik atau militer sehingga dekrit

bisa dimenangkan dalam pertarungan politik. Namun ternyata dekrit presiden

Abdurrahman Wahid tidak mendapat dukungan politik dan militer sehingga

menyebabkan jatuhnya Abdurrahman Wahid sebagai presiden.

2. Praktis

Dari penelitian ini dapat kita ketahui bahwa pada masa transisi terjadi

perubahan politik yang menjadi sangat bebas dimana berdampak pada sikap lebih

menonjolkan konflik daripada usaha bersama untuk menyelesaikan masalah

dengan sikap saling menghargai. Hal ini nampak jelas ketika presiden dan DPR

sebagai lembaga penyelenggara negara tidak bisa bekerja sama dengan baik.

Pada masa sekarang ini, walaupun tidak dapat dilaksanakan adanya

Dekrit Presiden Abdurrahman Wahid tanggal 23 Juli 2001 secara tidak langsung

berperan dalam perbaikan sistem kenegaraan Indonesia dimana adanya

pengaturan dan pembatasan kewenangan presiden, MPR dan lembaga negara lain

melalui UUD 1945 Amandemen agar tidak terjadi pengulangan sejarah dimana

tidak ada penyelesaian yang baik jika terjadi konflik antar lembaga penyelenggara

negara.

C. Saran

Dari hasil penelitian ini maka disarankan kepada :

1. Kepada setiap Warga Negara Indonesia, hendaknya selalu menjunjung tinggi

toleransi dalam menghadapi perbedaan dan keanekaragaman yang ada.

Page 80: DEKRIT PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID 23 JULI 2001/Dekrit... · dengan kabinet yang akan dibentuk oleh Presiden Soeharto yang berusaha untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Melihat perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Hormatilah perbedaan yang ada dan selesaikan permasalahan yang muncul

karenanya dengan pikiran yang dingin, sehingga konflik dan perpecahan dapat

dihindari. Konflik dan perpecahan hanya akan menimbulkan penderitaan dan

kerugian bagi bangsa dan negara kita.

2. Peneliti lain

Pencarian data berupa sumber primer dalam proses penelitian mengenai Dekrit

Presiden Abdurrahman Wahid ini cukup sulit dikarenakan data yang tersedia

lebih banyak memojokan Abdurrahman Wahid, serta data yang dimiliki ANRI

belum memiliki data yang mencakup Pemerintahan Abdurrahman Wahid.

Untuk itu jika ingin meneliti mengenai Pemerintahan Abdurrahman Wahid

data bisa di ambil dari situs internet serta Media Massa yang menyorot

Abdurrahman Wahid pada saat itu.