Defisiensi Vitamin A

6
DEFISIENSI VITAMIN A Vitamin A merupakan salah satu jenis vitamin larut dalam lemak yang berperan penting dalam pembentukan sistem penglihatan yang baik. Terdapat beberapa senyawa yang digolongkan ke dalam kelompok vitamin A, antara lain retinol, retinil palmitat, dan retinil asetat. Akan tetapi, istilah vitamin A seringkali merujuk pada senyawa retinol dibandingkan dengan senyawa lain karena senyawa inilah yang paling banyak berperan aktif di dalam tubuh. Vitamin A banyak ditemukan pada wortel, minyak ikan, susu, keju, dan hati. Rumus kimia untuk Vitamin A adalah C 20 H 30 O. Peranan vitamin A dalam indra penglihatan Vitamin A banyak berperan dalam pembentukan indra penglihatan bagi manusia. Vitamin ini akan membantu mengkonversi sinyal molekul dari sinar yang diterima oleh retina untuk menjadi suatu proyeksi gambar di otak kita. Senyawa yang berperan utama dalam hal ini adalah retinol. Bersama dengan rodopsin, senyawa retinol akan membentuk kompleks pigmen yang sensitif terhadap cahaya untuk mentransmisikan sinyal cahaya ke otak. Oleh karena itu, kekurangan vitamin A di dalam tubuh seringkali berakibat fatal pada organ penglihatan. Vitamin A ditemukan secara alami di banyak makanan:

description

qwerty

Transcript of Defisiensi Vitamin A

Page 1: Defisiensi Vitamin A

DEFISIENSI VITAMIN A

Vitamin A merupakan salah satu jenis vitamin larut dalam lemak yang berperan

penting dalam pembentukan sistem penglihatan yang baik. Terdapat beberapa senyawa yang

digolongkan ke dalam kelompok vitamin A, antara lain retinol, retinil palmitat, dan retinil

asetat. Akan tetapi, istilah vitamin A seringkali merujuk pada senyawa retinol dibandingkan

dengan senyawa lain karena senyawa inilah yang paling banyak berperan aktif di dalam

tubuh. Vitamin A banyak ditemukan pada wortel, minyak ikan, susu, keju, dan hati. Rumus

kimia untuk Vitamin A adalah C20H30O.

Peranan vitamin A dalam indra penglihatan

Vitamin A banyak berperan dalam pembentukan indra penglihatan bagi manusia.

Vitamin ini akan membantu mengkonversi sinyal molekul dari sinar yang diterima oleh retina

untuk menjadi suatu proyeksi gambar di otak kita. Senyawa yang berperan utama dalam hal

ini adalah retinol. Bersama dengan rodopsin, senyawa retinol akan membentuk kompleks

pigmen yang sensitif terhadap cahaya untuk mentransmisikan sinyal cahaya ke otak. Oleh

karena itu, kekurangan vitamin A di dalam tubuh seringkali berakibat fatal pada organ

penglihatan.

Vitamin A ditemukan secara alami di banyak makanan:

hati (sapi, babi, ayam, kalkun,

ikan) (6500 mg 722%)

wortel (835 ug 93%)

brokoli daun (800 mg 89%) -

Menurut USDA brokoli database

yang memiliki lebih sedikit.

ubi jalar (709 mg 79%)

mentega (684 mg 76%)

kangkung (681 ug 76%)

bayam (469 ug 52%)

labu (400 mg 41%)

collard hijau (333 mg 37%)

Keju cheddar (265 mg 29%)

melon melon (169 mg 19%)

telur (140 mg 16%)

aprikot (96 mg 11%)

pepaya (55 mg 6%)

mangga (38 mg 4%)

kacang (38 mg 4%)

brokoli (31 mg 3%)

susu (28 mg 3%)

Page 2: Defisiensi Vitamin A

Kekurangan vitamin A dapat terjadi pada semua umur akan tetapi kekurangan yang

disertai kelainan pada mata umumnya terdapat pada anak berusia 6 bulan sampai 4 tahun.

Biasanya pada anak ini juga terdapat kelainan protin kalori malnutrisi. Kekurangan vitamin A

juga dapat terjadi pada pasien dengan gangguan atau penyakit gastrointestinal dan sirosis

hepatis.

Kekurangan vitamin A dapat di sebabkan:

Primer : kekurangan vitamin A

Sekunder : gangguan absorpsi saluran cerna (orang dewasa)

Pasien biasanya akan mengeluh mata kering (produksi misun berkurang karena kerusakan

sel goblet), seperti kelilipan, sakit, buta senja, dan penglihatan akan berkurang perlahan.

Terdapat 2 kelainan defisiensi vitamin A yaitu niktalopia (buta senja) dan atrofi serta

keratinisasi jaringan epitel dan mukosa. Pada keratinisasi didapatkan xerosis konjungtiva,

bercak bitot, xerosis kornea, tukak kornea, dan berakhir pada keratomalasia.

Pada keadaan seperti ini akan terlihat ketidakmampuan air mata membasahi mata,

walaupun pada pemeriksaan Schimer terlihat jumlah air mata cukup. Hal ini disebabkan oleh

kerusakan sel goblet sehingga hasil misun berkurang.

Tanda dan gejala kekurangan vitamin A adalah sebagai berikut:

Bintik Bitot - Daerah proliferasi sel abnormal dan keratinisasi skuamosa pada

konjungtiva dapat dilihat pada anak-anak dengan VAD.

Kebutaan karena cedera retina - Vitamin A memiliki peran besar dalam

phototransduction. Sel-sel kerucut yang bertanggung jawab atas penyerapan cahaya

dan untuk penglihatan warna dalam cahaya terang. Sel-sel batang mendeteksi gerakan

dan bertanggung jawab untuk penglihatan malam. Dalam sel-sel batang retina,

semuatrans- retinol ini diubah menjadi 11 - cis-retinol, yang kemudian dicampurkan

dengan protein yang terikat membran yang disebut opsin untuk menghasilkan

rhodopsin. Jenis reaksi yang serupa terjadi pada sel kerucut dari retina untuk

menghasilkan iodopsin Pigmen visual menyerap cahaya pada panjang gelombang

berbeda, sesuai dengan jenis sel kerucut mereka tempati. VAD menyebabkan

kurangnya pigmen visual, ini mengurangi penyerapan dari berbagai panjang

gelombang cahaya, yang mengakibatkan kebutaan.

Ketidakmampuan beradaptasi dengan kegelapan.

Page 3: Defisiensi Vitamin A

Kulit kering

Rambut kering

Pruritus

Keratomalasia

Xeroftalmia

Perforasi kornea

Hiperkeratosis folikel (phrynoderma) sekunder akibat penyumbatan folikel rambut

dengan sumbat keratin.

Tanda-tanda dari VAD meliputi deposisi berlebihan tulang periosteal sekunder untuk

menguranggi aktivitas osteoklastik, anemia, keratinisasi dari selaput lendir, dan

penurunan sistem imun humoral dan cell-mediated.

Dikenal beberapa klasifikasi defisiensi vitamin A di Indonesia, seperti: Klasifikasi Ten

Doeschate, yaitu:2

X0 : Hemeralopia

X1 : Hemeralopia dengan xerosis konjungtiva dan bitot

X2 : Xerosis kornea

X3 : Keratomalasia

X4 : Stafiloma, ptisis bulbi

Dimana kelainan pada : X0 sampai X2 masih reversibel

X3 sampai X4 ireversibel

Klasifikasi The International vitamin A Consultative Group di Haiti, yang merupakan

klasifikasi W.H.O, yaitu:

X1-A: Xerosis konjungtiva

X1-B: Bercak bitot dengan xerosis konjungtiva

X2 : Xerosis kornea

X3 : Xerosis dengan tukak kornea

X3-B: Keratomalasia

Catatan XN : buta senja,night blindness

XF : fundus xeroftalmia

XS : parut(scar) xeroftalmia

Page 4: Defisiensi Vitamin A

Xerosis yang terjadi pada defisiensi vitamin A merupakan xerosis epitel. Xerosis pada

hipovitaminosis A berupa kekeringan khas pada konjungtiva bulbi yang terdapat pada celah

kelopak mata.

Xerosis disertai dengan pergeseran dan penebalan epitel. Letak xerosis ini biasa pada

konjungtiva bulbi didaerah celah kelopak kantus ekstemus. Bila mata di gerakan maka akan

terlihat lipatan yang timbul pada konjungtiva bulbi.

Konjungtiva di daerah akan terlihat kurang mengkilat. Bila kekeringan ini

menimbulkan gambaran bercak Bitot maka bercak tersebut terlihat seperti mutiara yang

berbentuk segitiga dengan pangkalnya di daerah limbus.Bercak Bitot terlihat seperti terdapat

busa di atasnya. Bercak ini tidak dibasahi oleh air mata dan akan terbentuk kembali bila

dilakukan debridement. Terdapat dugaan bahwa busa ini disebabkan oleh adanya kuman

Corynebacterium xerosis.

Keratomalasia dan tukak kornea biasanya disertai juga dengan defisiensi protein yang

dimana pada keadaan lanjut akan terlihat kornea menjadi nekrosis dengan vaskularisasi ke

dalamnya.

Defisiensi vitamin A kelainan yang dapat menyerang kedua mata, walaupun

derajatnya ditemukan tidak sama. Pada folikel rambut biasanya akan terlihat adanya

hiperkeratosis dan juga dapat disertai dengan gejala sistemik lainnya berupa retardasi mental,

terlambatnya perkembangan tubuh, apatia, kulit kering, dan keratinisasi mukosa.

Pemeriksaan tambahan yang dapat dilakukan pada penderita dengan defisiensi vitamin A

ialah:

· Tes adaptasi gelap

· Kadar vitamin A dalam darah (kadar < 20 mcg/100 ml menunjukkan kekurangan asupan)

Pemberian vitamin A akan memberikan perbaikan nyata dalam 1-2 minggu.

Dianjurkan bila diagnosis defisiensi vitamin A dibuat maka diberikan vitamin A 200.000 IU

peroral dan pada hari kesatu dan kedua. Bila belum ada perbaikan maka obat yang sama

diberikan pada hari ketiga. Biasanya diobati gangguan protein kalori malnutrisi dengan

menambah vitamin A, sehingga perlu diberikan perbaikan gizi pasien